Ceritasilat Novel Online

Mencari Ikan Biru 2

Naga Geni 27 Mencari Ikan Biru Bagian 2



Beberapa kali ia berupaya memutuskan tali kail lawannya, tetapi tali itu ternyata terbuat dari bahan yang sangat liat dan kuat.

Maka Gagak Cemani selalu berusaha mencari titik kelemahan lawannya.

Disamping itu iapun memang berotak cerdas.

Setiap kali terancam oleh senjata kail lawannya, ia melesat dan menyelinap diantara celah-celah dahan-dahan pohon, sehingga terpaksalah Sendal Pancing memaki berkali-kali.

Sebab mana mau ia kehilangan senjata kailnya, seandainya kalau kail itu terbelit-belit pada dahan-dahan tersebut? Tak jauh dari mereka Surokolo dengan sangat garangnya menyerang Pakerti si murid tunggal Wisamala yang bertangan satu.

Pada pikirannya pemuda ingusan seperti Pakerti bukan merupakan lawan yang berarti bagi dirinya.

Percuma kalau ia tak mampu merobohkan Pakerti dan nama Surokolo akan tercoret malu karenanya.

Untuk gebrakan pada jurus-jurus awal memang Surokolo tampak lebih menguasai keadaan.

Belati berlekuk ditangannya berkali-kali mengurung gerakan tubuh Pakerti dengan ketatnya.

Memang itu pada permulaan.

Tetapi pada jurus berikutnya Surokolo terperanjat.

Dirasanya serangan Pakerti makin meningkat.

Parangnya dengan sebat menyambar kesegenap arah, mamapaki setiap tikaman belati Surokolo.

Inilah hasil gemblengan Wisamala.

Sipemuda cacat yang semula terhina sekarang telah diangkatnya menjadi pendekar tangguh dan kini bertempur melawan Surokolo, si tokoh yang dahulu pernah memenggal tangan kirinya.

"Heeeiiittt!"

Tanpa terduga Surokolo melancarkan pukulan belatinya kepundak kiri Pakerti yang buntung itu.

Memang tempat itulah yang diincar oleh Surokolo, merupakan satu bagian yang paling lemah dari pertahanan Pakerti sekarang ini.

Agak sayang bahwa perkiraan tersebut tidak tepat seluruhnya.

Ketika belati itu mendatang, Pakerti telah bersiaga sepenuhnya dan dengan pesat kaki kirinya menyapu kedepan, tak kalah gesit dengan tangan kanannya.

"Plaaak!"E-Book Kollektor 31_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Agggh"

Surokolo terhenyak sewaktu tangan kanannya menjadi sakit amat hebatnya, bagaikan dihempas dengan godam besi yang berkati-kati beratnya. Terlambat mengerahkan tenaga, pastilah belatinya akan tercampak lepas dari tangannya! "Luar biasa sibuntung ini!"

Gumam Surokolo diam-diam, sedangkan sedikit perasaan cemas telah menyelinap dilubuk hatinya yang masih dihuni oleh rasa heran dan takjub.

Itu belum seberapa.

Belum lagi Surokolo berbuat lebih lanjut, tahu-tahu parang Pakerti telah berkelebat dengan cepatnya menyambar kearah dada Surokolo! "Weeesss Caaaannng"

"Hiiihhhh!??"

Surokolo merasa seperti mimpi begitu parang Pakerti menerjang dadanya.

Beruntung ia mengenakan baju yang berhias perisai logam kecil dibagian dadanya.

Seandaiya tidak ada benda tersebut, pastilah dadanya kini telah terbelah sobek oleh senjata Pakerti.

Karenanya Surokolo kian berhati-hati lagi terhadap lawannya, sipendekar tangan tunggal! Ketika lingkaran pertempuran itu kian menjadi seru tampaknya.

Masing-masing berusaha mengalahkan lawannya serta menudahi pertempurannya.

Tongkat besi Wisamala berputar dengan angin yang menderu-deru, membuat ngeri ketiga lawannya.

Wisamala yang selalu tenang itu, Bedor, Salung dan Balur merasa jeri didalam hatinya.

Meski senjata-senjata mereka selalu bergerak berpasangan, Wisamala tidak pernah dapat disentuh oleh senjata-senjata mereka.

Tubuhnya seakan-akan selalu dilingkari oleh tongkat besinya.

Tentu saja hal ini membuat Bedor, Salung dan Balur bertiga semakin jengkel dan nekad, sehingga serangannya semakin menggila tapi juga semakin kurang terperinci dan kurang terpusat.

"Ayooo tunjukkan kepandaian kalian!"

Teriak Wisamala seraya tersenyum lebar.

"Hari ini kalian tinggal memiliki dua kemungkinan! Hancur oleh tongkat besiku ini, atau kalian lari ngacir dari tempat ini!! Kemungkinan kedua tak mungkin kalian pilih bukan? Sebab aku percaya bahwa kalian termasuk jagoan pendekar yang terpilih oleh pemimpinmu!!"

"Setan! Cuma bersenjata tongkat besi saja, engkau berani menyombongkan diri dan berpidato dihadapanku?"

Seru Bedor dengan marahnya.

"Bagus! Kalian bertiga ingin mencicipi tongkat besiku ini bukan?"

Ujjar Wisamala serta merangsek kearah tiga lawannya itu.

Tongkat besinya menyapu datar, lalu berbalik serong kebawah, membuat Bedor bertiga mengeluh pendek.E-Book Kollektor 32_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Ketiga orang itu terlambat untuk mengetahui apa yang bakal terjadi, sebab yang sempat mereka lihat adalah sambaran tongkat Wisamala begitu cepatnya.

"Wuuuss.daaarrrr!"

"Aarrrggggh."

Tongkat besi Wisamala melabrak kepala Salung, kemudian menyodok dada Balur dan terakhir menggempur pundak Bedor! Mereka bertiga roboh terjungkal sambil menjerit.

Kalau dada si Balur berlobang, maka kepala si Salung berurai darah hampir pecah sedang Bedor terluka parah.

Paling tidak tulang pundaknya telah patah.

Sendal Pancing ikut terkejut dengan robohnya ketiga rekan tersebut.

Ia tidak menduga samasekali bahwa ketiga jago pedang berpasangan dari Rikma Rembyak telah terhajar oleh tongkat besi Wisamala.

Dua diantaranya pasti mati dan seorang terlumpuhkan.

Pemusatan pikiran Sendal Pancing agak terpengaruh oleh robohnya Bedor bertiga.

Sekarang tinggal ia berdua dengan Surokolo yang masih gigih bertempur menghadapi lawan=lawannya.

"Hehhehheh Menyerah saja baiknya!"

Ujar Gagak Cemani mengejek.

"Kau tinggal berdua saja. Tak ada gunanya meneruskan perlawanan!"

"Kurangajar!"

Desis Sendal Pancing.

Marahnya makin meluap dan tiba-tiba ia merangsek maju dengan senjata kailnya melecut-lecut kearah Gagak Cemani yang seketika itu pula melompat kesamping.

Tapi Sendal Pancing telah nekad, ia terus mengejar Gagak Cemani yang seolah-olah berbuat seperti ketakutan.

Sendal pancing semakin girang mendesak lawannya, namun ia ingin bahwa Gagak Cemani mendekatisebuah rumpun bambu dan tahu-tahu golok hitamnya berkelbat menebang beberapa batang bamboo.

"Weeerrrrrr.kkrrrraaaakkkk!"

Dengan gugup Sendal Pancing menarik kembali senjata kailnya, sebab ia tidak sudi membiarkan tali-tali kailnya terjirat ranting-ranting batang bambu yang merobohinya itu. Dengan begitu maka sesaat ia kehilangan pengamanan.

"Hiiiiaaaaat!"

Gagak Cemani tiba-tiba melesat kedepan dan golok hitamnya melancarkan satu serangan beruntun kearah Sendal Pancing.

"Claaasss..claaaasss!"E-Book Kollektor 33_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Celaka..!"

Desis Sendal Pancing ketika ia mendapati tangkai kailnya telah patah menjadi tiga bagian.

Semangatnya seakan-akan telah terbang begitu senjata andalannya dirusaki oleh golok hitamnya Gagak Cemani.

Sementara itu Mahesa Wulung telah mulai sadar dan pulih tenaganya setelah diurut-urut dan minum beberapa teguk air yang disuapkan oleh Palumpang.

Pendekar Demak ini hampir saja melompat kembali kemedan pertempuran seandainya Palumpang, Tungkoro, Niken Warsih serta yang lain-lainnya tidak segera mencegahnya.

"Hawa saktimu belum pulih seluruhnya, Akang!"

Ujar Tungkoro perlahan.

"Biarkan saja si bedebah Surokolo itu! Ia telah mendapat lawan"

"Pakerti?"

Desis Mahesa Wulung kagum setelah ia mengawasi si pendekar buntung yang bertempur melawan Surokolo, dan iapun takjub pula ketika seorang laki-laki bertubuh gagah, bertongkat besi tengah mengawasi pertempuran itu.

Sesaat Mahesa Wulung teringat akan peristiwa yang silam ketika ia bersama Gagak Cemani mendapatkan pemuda Pakerti yang telah tersiksa dan terpenggal tangan kirinya oleh Surokolo.

Waktu itulah muncul Wisamala untuk ikut mengobati Pakerti dan selanjutnya mengambil pemuda cacat itu sebagai muridnya.

Pakerti dengan gerakan yang sangat indah berkali-kali mendesak Surokolo.

Parang ditangannya sangat gesit memburu sasaran.

Ditambah dengan perasaan ingin menuntut balas atas kekejaman Surokolo, maka Pakerti benar-benar menumpahkan seluruh kepandaiannya.

"Terimalah ini bocah bandel!"

Teriak Surokolo seraya melontarkan sebutir kelereng yang seketika meletus dan menyebarkan asap beracun.

Akan tetapi Pakerti memang murid gemblengan Wisamala yang tangguh.

Berbarengan dengan kelereng tadi yang meletus iapun mendorongkan parangnya kedepan seraya berseru.

"Aku sambut dengan ini! Kenalilah Hagni Kurda! Hiiiiiaaaaaaaattttt!"

"Wuuuussss!"

Gelombang berhawa panas seketika melanda Surokolo.

Meski ilmu Hagni Kurda si Pakerti belum dapat menyamai Wisamala, tetapi cukup hebat.

Surokolo terkejut, terlebih lagi ketika asap beracun tadi terkena gelombang hawa panas, seketika menyala seperti api kemerahan.

Sambil menutup hidung Surokolo bertindak mundur dan sesaat itu juga, Pakerti menggunakan kesempatan yang baik ini.
Naga Geni 27 Mencari Ikan Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tubuhnya melesat kedepan dan parangnya menebas dengan cepat.E-Book Kollektor 34_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Plllaaaaassss.Aaaaarrrrrrggggh!"

Surokolo menjerit hebat ketika parang Pakerti menebas disebelah kanan tubuhnya dan tangan kanan Surokolo yang masih dalam keadaan menggenggam senjata belatinya terpenggal putus. Sungguh mengerikan pemandangan yang terpapar disitu.

"Nah kau rasakan betapa sakitnya orang yang buntung tangannya. Kau pernah menyiksaku seperti itu!"

Ujar Pakerti seraya menatap tajam kepada Surokolo yang menggeliat-geliat menahan sakit.

"Setan! Kau menang sekarang! Tapi tunggulah lain kali aku akan menantangmu!"

Seru Surokolo seraya bangkit lalu dengan sisa-sisa tenaganya melompat kearah barat meninggalkan tempat itu.

Sendal Pancing terperanjat begitu rekannya tersebut telah lari.

Maka iapun tak ayal lagi untuk menggenjotkan kakinya ketanah serta kabur kedaerah barat.

Namun sebelum ia kabur lenyap, Gagak Cemani masih sempat menyabetkan golok hitamnya kepundak Sendal Pancing, sehingga tokoh ini mengaduh keras.

Meskipun begitu Sendal Pancing meneruskan lompatannya seraya menyambar tubuh Bedor yang terluka parah itu.

Tak lama kemudian ketiga orang itu telah lenyap dibalik semak-semak hutan disebelah barat.

Baik Wisamala, Gagak Cemani maupun Pakerti tidak berusaha mengejar ketiga orang itu, sebab bagi mereka termasuk pantang untuk menindaklawan yang telah lumpuh serta mengundurkan diri.

Tambahan pula Surokolo bertiga menderita luka parah yang sangat berat.

Untuk sembuh serta memulihkan tenaga, pastilah memerlukan waktu yang sangat lama dan jika sial merekapun bisa mati akibat luka-lukanya itu.

"Apakah tuan baik-baik saja?"

Ujar Pakerti seraya mendekati Mahesa Wulung didekat sebongkah batu, lalu membungkuk memberi salam. Wisamalapun telah menghampiri Mahesa Wulung serta memberi salam.

"Maaf aku telah mencampuri urusan engkau!"

Ujar Wisamala dengan ramahnya.

"Akulah yang mestinya mengucapkan terimakasih kepada kalian berdua!"

Sahut Mahesa Wulung.

"Kedatangan kalian berdua telah menyelamatkan nyawaku!"

"Adi Mahesa Wulung. Bukankah Surokolo itu musuh lama kita. Engkau masih ingat tentunya? Mereka tampaknya semakin tinggi ilmunya dari pada saat yang lampau!"

"Benar kedatangan mereka disini rupanya mempunyai hubungan dengan Tangan Iblis"

Mahesa Wulung menyahut.

"Kita harus cepat-cepat menyelidikinya, sebelum mereka membuat kekacauan lebih banyak!"E-Book Kollektor 35_54 _ MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Tangan Iblis?"

Ulang Wisamala pula.

"Nama yang penuh rahasia!"

"Ia memiliki pukulan Telapak Iblis"

Ujar Gagak Cemani menjelaskan.

"karenanya ia bergelar Tangan Iblis!"

Wisamala mengangguk mendengar penuturan tadi, kemudian katanya pula "Hmmm, kalian pernah membelaku dari serangan gelap si Dobleh Kelana, maka siapa saja yang memusuhi anda, disitulah berarti bahwa dia memusuhiku pula!"

"Terimakasih atas rasa setia anda!"

Sambung Mahesa Wulung gembbira."Tugas yang kita hadapi cukup berat, tetapi dengan kesediaan anda untuk membantu, kami merasa berbesar hati"

"Bahaya telah berlalu. Marilah kita beristirahat kembali kedalam warung"

Begitulah Demang Cundraka menyela kepada para sahabatnya yang lagi berbicara.

"Anak Wulung, perlu menentramkan diri beberapa saat, sebelum kita memulai perkalanan yang panjang"

"Ah benar Ki Demang!"

Sahut Mahesa Wulung seraya menghela napas.

"Aku memang perlu sedikit istirahat. Nah marilah kalian semua, kita kembali ke warung!"

Maka merekapun bergegas kembali ke warung Niken Warsih, sementara beberapa orang mengurus mayat-mayat yang tergeletak dibekas arena pertempuran.

Sikecil Mundong naik berbisik-bisik dengan kakaknya, Tuntari.

Rupanya ia tengah menceritakan tentang pertempuran yang beberapa saat lalu dan Tuntari cuma tersenyum saja mendengarnya.

* * *E-Book Kollektor 37_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO BAGIAN V Diantara celah-celah hutan, terlihatlah dua sosok tubuh tengah terseok-seok terhuyung-huyung seraya menyeret tubuh yang kelihatannya telah terluka parah.

Sebentar mereka berhenti mengambil napas dan mata mereka sebentar-sebentar pula berjelilatan mengawasi tempat sekeliling takut kalau-kalau sampai ketahuan manusia lain.

Sedangkan tubuh yang diseret itu tidak jarang mengeluarkan keluhan dan kadang-kadang rintihan mengaduh.

Pada pakaiannya terlihatlah bercak-bercak darah yang mulai mengering.

"Akang Surokolo..apakah tangan kananmu masih mengeluarkan darah?"

Terdengar salah seorang bertanya kepada temannya yang cuma bertangan sebelah. Tangan kanannya terpenggal sebatas pangkal lengan. Darah membeku yang merah kehitaman serta luka mengerikan terlihat dengan jelasnya.

"Tidak seberapa, Adi Sendal Pancing!"

Sahut tokoh bertangan sebelah yang tidakmlain adalah Surokolo.

"Untungnya aku masih menyimpan beberapa butir obat pengering luka. Dan bagaimana dengan lukamu sendiri?"

"Telah aku sumbat dengan sobekan kain. Mudah-mudahan tidak terlalu banyak darah yang keluar. Tetapi kita harus segera mendapatkan tempat untuk istirahat"

"Benar Adi Pancing! Aku lebih kuatir keadaan si Bedor ini. Pasti ada tulangnya yang patah setelah dihajar oleh tongkat besinya Wisamala!"

Ujar Surokolo seraya menatap kearah Bedor yang diseretya diantara rerumputan.

"Lawan-lawan kita memang sakti"

Sahut Sendal Pancing.

"Kau tahu selamam ini tidak pernah ada senjata yang sanggup memutuskan tangkai kailku. Sedangkan tadi golok hitam si pendekar berkumis melintang itulah yang memutuskannya!"

"Kita harus segera bergabung dengan Tangan Iblis"

Kata Surokolo.

"Dan menceritakan semuanya kejadian ini!"

"Tetapi dimana kita dapat menemuinya?"

"Kita nanti bertemu didaerah Asemarang"

Kata Surokolo.

"Dahulu ia pernah bercerita, bahwa menjelang bulan purnama, ia akan bersiap didaerah situ"E-Book Kollektor 38_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Dia pasti akan marah kalau mendengar kekalahan kita!"

Sendal Pancing berkata pula mengutarakan pendapatnya. Apalagi ia telah mengenal sifat si Tangan Iblis, tokoh utama dari sekutu Rimba Rembyak.

"Marah??"

Ulang Surokolo dengan nada cemooh.

"Mengapa marah, kita kan telah bertempur mati-matian sampai mengucurkan darah. Kalau ia mencela kita, biar dia sendiri yang menghadapi lawan mereka!!"

Sendal Pancing tidak menyangkal kata-kata Surokolo itu, sebab ia sendiri telah melihat, betapa Surokolo telah mati-matian bertempur, sampai-sampai tangan kanannya terpenggal putus.

Dengan tangguhnya sambal membawa tubuh si Bedor, mereka menerobos semak hutan yang rimbun, menuju kedaerah barat.

Jika perlu mereka berhenti sejenak untuk beristirahat serta memerikasa keadaan Bedor.

Tiba-tiba ketenangan mereka menjadi terganggu, manakala telinga Surokolo dan Sendal Pancing yang cukup tajam itu menangkap adanya gerakan-gerakan serta kesiur angin yang cukup tajam, yang senantiasa mengikuti mereka, semenjak ketiganya berhenti disebuah mata air.

"Kita telah diikuti!"

Bisik Surokolo pendek kepada Sendal Pancing. Dengan mengangguk Sendal Pancing berkata pula.

"Tak salah aku mendengar gerakan-gerakan ringan. Pasti dia adalah tokoh yang berilmu tinggi!"

"Jangan-jangan ia adalah salah seorang dari lawan kita tadi?"

Desah Surokolo.

"Jika memang begitu.kita akan bertarung lagi sampai mati, kali ini!"

Ujar Sendal Pancing mantap. Senjata kailku masih ada, meskipun tangkainya telah patah.

"Bagus! Jika begitu kita bersiap-siap saja, untuk menghadapi setiap kemungkinan!"

Beberapa suara berdesir memang sering kali terdengar disekitar mereka.

Kadang kala disertai oleh berkelebatnya bayangan-bayangan putih yang sukar ditangkap oleh mata.

Dengan begitu, sekilas Surokolo maupun Sendal Pancing tidak dapat memastikan mahluk apakah yang mengikuti mereka.

Seorang manusia atau seekor binatang, atau mungkin hantu penasaran? Tapi kalau hantu tak mungkin ia muncul disiang hari begini?E-Book Kollektor 39_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Tak urung hati mereka menjadi kacau dan cemas oleh dugaan mereka yang bukan-bukan itu.

Seribu macam wajah mengerikan seolah-olah tengah siap mencaplok dan melahap tubuh mereka bertiga.

Dalam keadaan cemas memang mudah menimbulkan khayalan yang berbagai macam coraknya.

"Kita tengah dipermainkan!"

Bisik Surokolo.

"Mestinya kita harus tenang!"

Sahut Sendal Pancing perlahan.
Naga Geni 27 Mencari Ikan Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dengan begitu kita dapat lebih berwaspada!"

"Tetapi aku ingin memastikan, apakah kita benar-benar diikuti oleh sesuatu? Tukas SUrokolo.

"Jadi maksud Akang?"

"Lihat sajalah"

Bisik Surokolo seraya menengadah lalu berseru cukup tajam.

"hai mahluk yang menguntit kami! Keluarlah jika kau mempunyai cukup keberanian. Tunjukkanlah tampang bentukmu, supaya kita dapat berkenalan jika ada maksud baik dan tentu kita bakal bertempur sampai mati, jika memang ada maksud jahat!"

Sesaat tanpa jawaban apapun, namun tak lama kemudian terdengarlah tertawa yang menggeletar lirih bagaikan ketawa orang yang kegelian oleh sesuatu yang lucu.

Surokolo dan Sendal Pancing terkejut lebih jauh.

Mata mereka berjelilatan mencari arah suara dan tak antara lama terlihatlah seorang kakek tua bertengger diatas dahan pohon.

Baik Surokolo maupun Sendal Pancing sangat terkejut melihat tokoh manusia muncul, justru didepan arah yang mereka tuju.

Wajah kakek itu berkeriputan tetapi cukup cerah.

Rambut, kumis dan jenggotnya telah memutih seperti kapas dan berkilat bagai perak ketika terusap oleh matahari siang.

"Heh..heh..heh kalian pasti terkejut bukan? Tak usah kalian cemas, aku bukan sebangsa dedemit tapi aku juga manusia seperti kalian."

"Apakah maksud pak tua, sampai membuat kaget kami?"

Sahut Surokolo "Hmmmm, mataku yang sudah tua melihat tubuh kalian penuh luka-luka. Apakah kalian telah diserang binatang buas atau habis berkelahi?"

"Tertarikkah pak Tua dengan keadaan kami?"

Ujar Surokolo, hatinya sebenarnya mengkal, tetapi ia masih mencoba bersabar.E-Book Kollektor 40_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Tentu saja. Apakah dengan keadaan tubuh semacam ini kalian dapat bertahan lebih daripada tiga hari? "

Sahut si rambut perak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Surokolo dan Sendal Pancing terperanjat oleh kata-kata si rambut perak.

Dalam hati mereka dapat membenarkan pendapat si tua tadi, sebab merekapun telah mempunyai perhitungan yang demikian pula.

"Hmmm oarng tua ini tahu segalanya!"

Pikir Surokolo.

"Aku harus berhati-hati kepadanya. Siapa tahu ia sengaja mengejar kami"

"Pak tua, jadi apa maksud bapak mengganggu perjalanan kami?"

Ujar Sendal Pancing pula dengan perasaan curiga.

"Aku ingin bertanya kepada kalian, apakah kalian tidak berkeberatan?"

Ujar si rambut perak.

"Apakah yang harus kami jawab?"

"Nah, kenalkah kalian dengan Ki Selakriya dari Demak?"

Begitu tanya si tua rambut perak.

"Ki Selakriya?"

Sahut Surokolo heran.

"sayang aku tidak pernah mengenalnya. Nama itu agak asing bagiku!"

Biarpun menjawab begitu, Surokolo merasa bimbang pula, sebab selintas ia seperti pernah lupa-lupa ingat akan nama Ki Selakriya, seperti yang ditanyakan oleh kakek tua itu.

"Baiklah jika anda tidak mengenalnya. Kemudian pertanyaan berikutnya. Apakah kalian mengenal dengan si Tangan Iblis?"

Ujar si kakek tua itu pula, Bagai disengat lebah Surokolo dan Sendal Pancing tercengang hebat, begitu mendengar nama tokoh utama sahabat Rikma Rembyak disebut orang lain yang masih asing bagi mereka.

Karenanya mereka lalu menaruh curiga kepada si kakek tua itu dan sekarang keduanya ganti bertanya.

"Tentu saja kami mengenalnya dengan dia. Lalu apakah maksud pak tua mencari Tangan Iblis?"

"Haaah! Jadi kebetulan sekali pertemuan kita ini. Ketahuilah aku ingin menemuinya sebab ada pesan yang harus aku sampaikan kepada si Tangan Iblis!"

"Memang kebetulan. Tetapi juga sayang"

Desah Surokolo yang membuat si kakek tercengang.

"Sayang bagaimana?"

Ulang si kakek.E-Book Kollektor 41_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Bukankah kami bertiga tidak akan tahan hidup lebih dari tiga hari? Jadi kami tidak akan dapat mengantarkan pak tua kepada Tangan Iblis!"

Sela Sendal Pancing.

"Jangan berkata demikian"

Potong si kakek tua dengan nada tinggi.

"Kalian harus mengantarkan aku kepadanya, sebab aku akan mengobati kalian"

Baik Surokolo maupun Sendal Pancing tidak dapat menduga jawaban si kakek tua berambut putih itu, yang sesungguhnya sangat menggembirakan itu.

"Ya..harapan untuk hidup timbul kembali dengan lebih pasti dan kedatangan si kakek itu seperti ibaratnya dewa peruntungan baginya.

"Nahbagaimana?"

Berkata si kakek memecah kesunyian, setelah beberapa saat si Sendal Pancing dan Surokolo tidak dapat berkata-kata saking gembira dan bingungnya untuk menanggapi usul si kakek tadi.

"Eeeeehyah,,,ka..kami setuju!"

Ujar Sendal Pancing dengan gagap.

"Tetapi.pak tua tadi belum menyebutkan nama dan asalnya. Eh maksud kami, tempat tinggal pak tua"

"Apakah itu begitu penting bagi kalian?"

Sahut si kakek tua lagi seraya tersenyumpenuh rahasia.

"Tentu pak tua!"

Sambung Surokolo dengan segera.

"Kami harus mengetahui setiap nama dan asal usul dari sahabat-sahabat kami"

"Bagus! Baiklah jika kalian menganggap penting untuk hal itu. Biarlah aku turun kebawah!"

Begitu ujar si kakek seraya menggerakkan tubuhnya dan tahu-tahu telah meluncur turun tanpa menimbulkan suara, tak ubahnya selembar kapuk randu yang melayang tertiup angin siang.

"Taaapppp!"

Kedua kaki si kakek tua tadi menapak mendarat ditanah dengan cekatan.

Benar- benar mengagumkan bagi siapa saja yang melihatnya.

Tak berkedip Sendal Pancing maupun Surokolo menyaksikan kemampuan si kakek tua.

Diam-diam dada mereka semakin dipenuhi tanda tanya tentang diri si kakek.

"Nah ketahuilah. Aku bernama Wiku Salaka dari pulau dewata!" *ujar si kakek tua (* Lihat Seri Naga Geni 22.

"Laki-laki Diatas Bukit") Sendal Pancing cepat mengangsurkan tangannya kedepan memberi hormat, seraya menyebutkan dirinya.

"Aku dipanggil Sendal Pancing, dari Mondoliko!"

Surokolopun tidak ketinggalan untuk mengangsurkan tangannya kedepan memberi hormat, meski untuk sesaat itupun terkejut sendiri lalu cepat berkata.

"Maaf pak tua. Tanganku cumaE-Book Kollektor 42_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO sebelah. Tapi itu tidak mengurangi rasa hormatku kepada anda! Namaku Ki Surokolo dari Mondoliko"

Kakek Wiku Salaka tersenyum seraya mengangguk-anggukkan kepalanya penuh pengertian, kemudian iapun menyahut.

"Tak usah repot dan sungkan-sungkan. Untuk ucapan salam yang tulus tak perlu mesti dengan dua belah tangan. He...hehekalian pernah mengenal tokoh Bima Sena? Ia memberi salam dan hormat cukup dengan mengangkat sebelah tangannya saja. Hehehe!"

Tak terbilang kagumnya Sendal Pancing maupun Surokolo oleh penuturan kakek Wiku Salaka yang begitu penuh ketulusan dan gairah hidup.

"Mari aku periksa tubuh kalian bertiga yang penuh luka itu. Aku cukup membekal obat-obatan dan mudah-mudahan cukup berguna untuk luka-luka tersebut"

Kakek Wiku Salaka berkata sementara kedua tangannya melepas ikatan selendang yang melintang dikedua bahunya.

Ternyata pada punggung pundaknya itu terpasang satu bungkusan kain yang lebar.

Tidak lama kemudian, kakek Wiku Salaka telah membongkar bungkusannya.

Ternyata penuh berisi macam-macam obat-obatan berbentuk butiran-butiran, bubuk maupun daun-daun kering.

Sendal Pancing maupun Surokolo saling memandang karena herannya, sedangkan Bedor bersandar pada batang pohon dengan lemahnya.

Mula-mula Ki Wiku Salaka menyuapkan masing-masing sebutir obat kepada Bedor, Sendal Pancing dan Surokolo, kemudian mulai menaburkan bubuk-bubuk putih keatas luka-luka mereka.

Cukup lama kakek tua itu merawat ketiga orang penderita tadi.

Butir-butiran peluh mulai timbul dari lubang-lubang kulit mereka sebagai petanda bahwa darah mereka telah mulai lancar beredar.

Bedorpun telah mulai merah kembali warna kulitnya, yang semula ia sangat pucat akibat cedera pukulan tongkat besi Wisamala yang maha ampuh itu.

"Setelah sembuh seluruhnya, tubuhmu akan menjadi sedikit bungkuk"

Ujar kakek Wiku Salaka.

"Pukulan yang engkau derita memang berbekas dari pukulan himpunan tenaga sakti hingga tulang punggung dan pundakmu ada yang rusak susunannya. Untungnya aku masih sempat menolong sebelum tubuhmu hancur samasekali"

"Terimakasih pak tua!"

Ujar Bedor dengan senangnya.

"Memang kami habis bertempur dan musuh-musuh kami ternyata bukan orang-orang sembarangan!"E-Book Kollektor 43_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Kakek Wiku Salaka tidak bertanya lebih lanjut melainkan meneruskan kerjanya mengatur bungkusannya kembali. Yang penting ia harus menyembuhkan ketiga orang itu supaya kemudian mereka bisa mengantarnya kepada Tangan Iblis. Bagaimanapun sukarnya ia harus menemukan Tangan Iblis. Perlahan-lahan udara sore mulai menjelma, serentak sang matahari telah menjenguk ketepi langit barat. Kakek Wiku Salaka dan Sendal Pancing telah selesai pula menyiapkan gubuk darurat beratap daun ilalang, tempat mereka tinggal didaerah itu untuk beberapa hari, sampai mereka betul-betul kuat untuk meneruskan perjalanannya kembali. * * * Beberapa lampu minyak terpasang dengan terangnya menghiupkan suasana didalam kamar depan sebuah warung. Ini tidak lain adalah warung penginapan Niken Warsih. Suasana tadi sudah semestinya, karena diruangan tersebut duduklah Mahesa Wulung, Gagak Cemani, Wisamala, Pakerti, Ki Demang Cundraka, Tuntari dan lain-lainnya. Mereka asyik mendengarkan Mahesa Wulung berbicara dengan penuh perhatian.

"Beberapa orang-orang pilihan dari Rikma Rembyak telah muncul dimana-mana. Mula-mula kami mendapat jejak mereka didaerah selatan Demak, kemudian didesa Genuk ini dan sementara itu desa Peterongan telah pula diserang oleh Tangan Iblis. Seperti yang telah dituturkan oleh Tuntari, rumah Ki Demang Cundraka telah diserang oleh Tangan Iblis karena mereka mengira bahwa Arca Biru berada ditempat tersebut. Bahkan didalam pertempuran tadi, guruku, Panembahan Tanah Putih telah cedera dan kini tengah disembuhkan oleh Pendekar Bayangan. Karenanya kami bermaksud berangkat ke Asemarang besok pagi"
Naga Geni 27 Mencari Ikan Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Demikian ujar Mahesa Wulung.

"Dan bagaimana dengan Arca Ikan Biru itu?"

Sahut Gagak Cemani.

"Sebab sebagian besar dari peristiwa-peristiwa tadi bersumber pada Arca Ikan Biru. Kalau saja Ikan Biru tersebut jatuh kembali ketangan kita, pastilah persoalan ini segera akan selesai!"

"Itu memang benar"

Ki Demang Cundraka ikut menyambung.

"Meski sebagian pokok dari rahasia Arca Ikan Biru tadi telah kuketahui, namun paling berbahaya jika sampai ia terjatuh ketangan Tangan Iblis sendiri! Sedangkan sekarang, benda tersebut telah jatuh ketangan orang lain yakni gerombolan Arya Demung"

"Jangan berputus asa. Kita akan merebut kembali Arca Ikan Biru tadi"

Sambung Mahesa Wulung.

"Apakah kiranya Ki Demang masih bisa mengenal wajah salah seorang diantara gerombolan itu, seandainya anda bertemu dengan mereka?"E-Book Kollektor 44_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Ooooh tentu saja aku dapat segera mengenal mereka"

Ki Demang berkata.

"Bahkan Ki Dunukpun akan mampu mengenal orang-orang tersebut. Bukankah demikian Adi Dunuk?"

Sambil mengangguk membenarkan Ki Dunuk yang bertubuh gemukpendek berkata pula.

"Aku tak akan melupakan tampang-tampang mereka yang telah mencegat kita dan merampok Arca Ikan Biru!"

"Bagus! Dikota Asemarang nanti, kita akan mengusut mereka, sementara kami akan menengok Panembahan Tanah Putih juga!"

Mahesa Wulung mengutarakan pendapatnya..

Ia menarik napas dalam-dalam ketika teringat akan nasib yang menimpa gurunya.

Gagak Cemani adalah sahabat kental dari Mahesa Wulung.

Pribadi maupun sifatnya Mahesa Wulung dikenalnya dengan baik.

Karenanya ia dapat segera mengerti mengapa sahabatnya begitu berduka ketika mendengar bahwa gurunya telah cedera dalam pertempuran melawan Tangan Iblis.

"Anak, masih teringatkah akan nama saudagar dari Gerbang Batu yang harus dihubungi oleh Tangan Iblis?"

Ujar Ki Cundraka pula.

"nama tadi terdapat didalam surat rahasia Ikan Biru!"

"Nah itulah tak kalah pentingnya, Ki Cundraka"

Mahesa menyahut dengan wajah bersinar.

"Nama tersebut akan kita usut pula. Jika mungkin kita harus mendahului menangkap tokoh tersebut sebelum ia sempat dihubungi oleh Tangan Iblis"

"Apakah kita harus meminta bantuan prajurit-prajurit dari Demak?"

Ujar Tungkoro. Mahesa Wulung termenung sejenak, tetapi cepat-cepat ia berkata.

"Tidak Adi. Terlalu mencolok, jika kita membawa prajurit-prajurit dari kota Demak. Sebab tidak mustahil bila disepanjang jalan akan diketahui oleh kaki tangan dari para pengacau!"

"Hehjadi?"

"Kita akan meminta bantuan para prajurit dari bandar Asemarang"

Sambung Mahesa Wulung.

"Dengan begitu gerakan kita tidak mencolok, tambahan pula mereka lebih mengenal daerah Asemarang sendiri!"

"Kakak seperguruan, mengapakah kakek guru sampai terluka oleh pukulan Tangan Iblis?"

Tiba- tiba Mundong mengajukan pertanyaan kepada Mahesa Wulung.

"Hemmmm"Mahesa Wulung menghela napas. Ia bertaya juga sendiri, karenanya ia tidak tahu secepatnya untuk menjawab.E-Book Kollektor 45_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Adi Mundong, kakakpun heran mendengar hal itu. Namun itu sungguh-sungguh terjadi bukan? Nasib manusia ada ditangan Tuhan Yang Maha Esa dan segalanya bisa terjadi. Kakek Tanah Putih sangat sakti menurut penilaianku. Sehingga mustahil rasanya sampai tercedera oleh lawan yang semuda Tangan Iblis. Boleh jadi beliau sedikit lengah ataupun Justru si Tangan Iblis memang kelewat saktinya!! Ingatlah, bahwa diatas langit masih ada langit. Jika ada orang yang sakti pasti ada pula yang lebih sakti lagi!"

Mata Mundong berkedip-kedip mendengarkan penuturan Mahesa Wulung itu.

Meski hal tersebut terasa agak terlalu tinggi, namun si Mundong yang berotak tajam dapat menarik sari tutur kata tadi.

Dalam pada itu Niken Warsih muncul dengan membawa minuman kopi panas kemudian menghidangkannya kepada mereka yang tengah berbicara itu.

"Sambil berembuk, silahkan bapak-bapak menikmati kopi tubruk ini. Cukup segar kiranya"

Begitu tutur Niken Warsih dengan ramahnya.

Sejenak pula suasana menjadi tenang, Mereka asyik menghembus kopi-kopi yang panas.

Hawa yang mulai sejuk sangat cocok dengan minuan tersebut.

Sesekali dari kejauhan terdengar teriakan suara burung hantu atau burung pungguk, yang menurut orang-orang tua selalu merindukan rembulan dilangit.

Sampai agak jauh malam mereka berbicara dan ketika si Mundong telah menguap karena mengantuk, maka Tuntaripun mengantar adiknya ini kekamar tidur.

* * *E-Book Kollektor 46_54 _ MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO BAGIAN VI Tidak jauh dari pintu gerbang yang terpahat dari batu karang ituterlihatlah dua orang berbaju hijau tua tengah terkekeh-kekeh, bersandar duduk sambil meneguk bulu-buli tuak.

"Haaah ha ha. Ayo habiskan semua tuak-tuak itu. Ini hari yang berbahagia bagi kita. Cepat habiskan. Nanti kuambilkan lagi kalau buli-bulimu telah kosong"

Begitu ujar simata sipit kepada temannya yang seorang lagi.

Siteman yang berrahang persegi cuma tertawa saja, seraya menggut-manggut, kemudia merebut buli-buli tuak yang tergenggam ditangan simata sipit dan mereguknya pula dengan lahapnya.

Tidakjauh dari mereka, dua orang penjaga lainnya sibuk pula menggerogoti panggang daging kambing yang berlumuran kuah dan bumbu.

Sungguh nikmat tampaknya.

Memang siapa yang belum tahu rumah Arya Demung, saudagar kaya raya yang tinggal didaerah terpencil itu.

Disini ia seolah-olah menjadi tuan besar yang memiliki berpuluh-puluh petak sawah.

Hari itu kebetulan orang-orang tengah melangsungkan satu pesta sebagai ucapan terimakasih Arya Demung kepada para pengikutnya yang telah bekerja mati-matian mencari Arca Ikan Biru.

Bau tuak dan makanan berhamburan memenuhi ruangan pendopo Bersama gelak tertawa riang.

Pelayan-pelayan wanita cantik hilir mudik mengantar makanan dan minuman untuk mereka yang sedang bersuka ria itu.

Inilah satu ciri kelebihan dari Arya Demung yang gemar mengadakan pesta-pesta dan suasana yang meriah.

Hari yang paling bahagia bagi Arya Demung, disebabkan ia telah memperoleh Arca Ikan Biru yang menjadi idamannya selama ini.

Benda inilah yang akan menambah kekayaan dan martabatnya, apalagi ia telah mendapatkannya melalui pertumpahan darah.

"Aahhhminumlh sepuasmu Wasi Sableng!"

Ujar Arya Demung seraya menepuk pundak sahabatnya yang disebelah kanan.

"Ini adalah merayakan kemenangan kita!"

"Heh, tapi siapakah yang akan membeli benda itu, sobat Arya?"

Berkata Wasi Sableng seraya menunjuk Arca Ikan Biru yang diletakkan diatas meja kecil dari batu pualam, beralaskan sutera kuning jingga.

"Eeehhh, kau lihat saja nanti. Seseorang akan datang kepada kita lalu menukarkan benda itu dengan uang emas yang cukup berlebihan banyaknya!!!"

Jawab saudagar Arya Demung denganE-Book Kollektor 48_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO pasti.

"Dan karena kita telah memperolehnya dengan susah payah, maka benda itu akan menjadi lebih mahal harganya!"

Wasi Sableng terpaku sejenak, sementara hatinya berkata sendiri.

"Haaai benar pula! Pikirannya adalah pikiran dagang! Segala sesuatu selalu dihubungkan dengan untung rugi dan uang! Bahkan tenagakupun telah dibelinya pula!"

"Eh, maaf Ki Arya"

Berkata sekarang Wasi Sableng.

"Tentang Arca Ikan Biru ini, aku kurang tahu dan paham. Dimanakah letak pentingnya benda tersebut sampai ada orang yang sanggup menukarnya dengan harga yang kelewatan tingginya?"

Saudagar Arya Demung mengangkat dahinya oleh pertanyaan sahabatnya itu. Seolah-olah iapun teringat pula akan rahasia Arca Ikan Biru yang sampai kini belum diketahuinya. Maka iapun cepat menjawabnya.

"Akupun baru tersadar, sobat Sableng. Aku tak mengetahui, letak kerahasiaan benda ini. Namun apakah itu sangat penting bagi kita untuk mengetahuinya, sebab aku tidak berpikir sampai sejauh demikian!"

"Ehhhmmmm. Jadi bagaimana maksud Ki Arya?"

Begitu Wasi Sableng melanjutkan pertanyaannya.

"Kau harus tahu, bahwa benda ini akan dibeli oleh seseorang. Sebagai pembeli tentu dia menghendaki supaya barangnya tetap dalam keadaan baik, tidak cacat dan bersih. Itulah sebabnya aku tidak ingin mengutik-utik Arca Ikan Biru sampai saatnya ia pindah ketangan si pembeli"

Wasi Sableng mengangguk-angguk ketika saudagar Arya Demung menyudahi bicaranya.

Memang sedikit berbeda antara pendirian Arya Demung dengan pendiriannya sendiri.

Kalau ia sendiri, dasar senang ugal-ugalan, maka baginya lebih baik memecahkan rahasia Arca Ikan Biru itu terlebih dahulu, barulah ia akan menjualnya.

Tidak peduli apakah si pembeli akan puas atau tidak.

Kenyataannya toh benda ini hanya ada sebuah saja.

Dalam pada itu para penjaga pintu gerbang rumah Arya Demung masih asyik menikmati minuman dan makanan yang sengaja diantar ketempat itu oleh para pelayan.

Mereka cukup makan minum disitu karena juga sambil bertugas menjaga pintu gerbang.

"Kita belum menerima ganjaran uang!"

Berkata si penjaga mata sipit kepada temannya yang berada disampingnya.

"Kapan itu kiranya?"E-Book Kollektor 49_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Hmmm,, kau tak sabar sepertinya!"

Sahut si teman berrahang persegi mencibir.

"Kalau kepingin sekarang, kau masuk saja kedalam lalu meminta uangnya kepada Ki Saudagar Arya. Kau pasti akan diberinya juga"

"Gila siapa berani mengganggu pesta itu? Apa aku sudah bosan hidup sampai-sampai lancang menagih uang kepada Ki Arya sekarang?"
Naga Geni 27 Mencari Ikan Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gerundel simata sipit.

"Nah, jika kau tidak berani, apalagi aku? Lebih baik menanti saja sampai ganjaran itu datang!"

"Eeeh, iya .iya. Baiknya kita tunggu saja mereka!"

Sambung simata sipit.

"Ngomomg-ngomong perkara ganjaran, aku teringat kepada Akang Garut dan teman-temannya. Kau masih ingat bahwa mereka tidak berhasil mengejar seorang buronan yang terluka, hingga akhirnya si Garut yang telah kepayahan itu dibunuh sendiri oleh Ki Arya!"

"Memang kasihan! Tetapi itapun tidak bisa menduga maksud Ki Arya yang sesungguhnya. Apakah ia melakukan hal itu karena ia tak melihat kesempatan bagi Garut untuk ditolong lagi, atau mungkin saking marahnya?"

"Bisa juga kedua-duanya mungkin!, sahut simata sipit lagi, karena ia tidak dapat memilih alasan yang tepat.

"Jika demikian kita harus bekerja dengan hati-hati. Jangan sampai kita juga mengaami nasib yang sama seperti si Garut yang malang itu!"

Sambung sirahang persegi.

"Bagiku kematian si Garut itu lebih konyol dari pada kawan-kawannya. Ia bukan mati karena senjata lawan, tetapi oleh senjata kawan sendiri"

"Itu berarti bahwa kita harus berhasil dalam pekerjaan kita! Jika gagal, kau hanya mempunyai dua kemungkinan! Mati atau inggat sejauh-jauhnya dari tempat ini!"

Kata simata sipit setengah berbisik kepada rekannya, seolah-olah takut sampai terdengar oleh orang lain.

Saat itu matahari telah condong kekaki langit barat.

Suasana redup mencekam dan beberapa gumpalan awan mendung melayang kearah utara seperti berkejaran dengan riangnya, saling berlumba-lumba.

Kadangkala satu gumpalan awan menabrak gumpalan yang lain bergulat dan mengembang lebih besar tepat seperti permadani-permadani raksasa yang berwarna kelabu merah kekuningan.

Dalam suasana yang begitu, daerah sekitartempat tinggal Ki Arya Demung menjadi suram, diliputi oleh bayangan-bayangan hitam yang berarak-arak keutara.E-Book Kollektor 50_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Jalan yang terbentang didepan pintu gerbang itupun ikut suram jadinya.

Angin sore bertiup agak keras menyebabkan rumput dan dedaunan bergoyang=goyang kesana-kemari.

Meskipun begitu suasana tidak mempengaruhi pesta yang berlangsung dirumah saudagar Arya Demung.

Keempat orang penjaga pada pintu gerbang merasakan dinginnya angin sore, karenanya mereka menambah lagi minuman tuaknya supaya badan menjadi lebih panas dan tahan terhadap hawa dingin itu.

Tiba-tiba mata keempat penjaga itu terbelalak ketika dari celah-celah kesuraman dan angin yang berhembus itu muncullah sesosok tubuh manusia berjalan dengan tenangnya kearah jalan masuk yang menuju pintu gerbang.

Maka seketika keempat penjaga itu serentak berdiri sesudah meletakkan buli-buli tuak ataupun makanan yang tengah mereka genggam.

Kini mereka bersiaga menghadapi setiap kemungkinan.

Kedatangan orang itupun sangat mengejutkan seolah-olah hantu yang muncul dari dalam tanah begitu saja.

Tokoh manusia tadi berjalan dengan tenangnya seolah-olah ia tidak memperdulikan keempat penjaga yang malang melintang ditengah pintu gerbang.

Keruan saja mereka menjadi gusar dan berbareng itu mereka mengancam dengan senjata kearah si pendatang itu.

"Berhenti, kataku!"

Teriak simata sipit seraya mengajukan pedangnya kedepan. Sirahang persegi ikut menghalangkan pedangnya sementara kedua penjaga yang lain menyiapkan tombaknya dengan hati yang berdebar-debar penuh tanda tanya.

"Berhenti!!!"

Kini sirahang persegi ganti berseru lantang.

"Apa maksudmu datang kemari?"

Sipendatang ini cukup menghentikan langkahnya lalu berdiri tenang.

Ia berpakaian kain sebatas dada dan mengenakan celana berwarna biru tua.

Bajunya berpotongan ringkas.

Pada pinggangnya tergantung sebilah belati dan sebilah pedang tergendong dipunggungnya.

"Lekas sebutkan namamu!"

Berseru kembali simata sipit dengan lebih garang.

"Baik, Aku adalah Tabanan!"

Ujar si pendatang dengan suara tenang.

"Aku datang untuk menemui pimpinanmu!"

"Huuuuhh, lagakmu sangat sombong!"

Sahut si rahang persegi.

"Kau tahu, berhadapan dengan siapakah? Aku adalah Glugur pimpinan pengawal disini!"E-Book Kollektor 51_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO "Heh..hehheh. Jangan menakut-nakuti Tabanan. Aku tidak tergolong seorang pengecut. Gertakanmu tidak berguna untukku. Kalian tahu aku datang disini sebagai seorang duta! Seorang utusan yang seharusnya tidak kau bentak-bentak seperti seorang pengemis!"

"Tidak peduli seorang utusan!"

Sahut Glugur dengan tajam.

"Kau datang menghampiri pintu gerbang ini dengan lagak seakan-akan tidak melihat adanya para penjaga! Apakah itu bukan merupakan hinaan bagi kami?"

Tabanan tercengang. Wajahnya kemudian diwarnai oleh warna merah, sebagai tanda kalau iapun mulai tersinggung oleh sikap para penjaga tadi. Katanya kemudian.

"Aku tidak mau mencari urusan dengan kalian. Kedatanganku kemari tidak untuk mengurusi perkara yang sepele dan kosong seperti ini, tetapi ingin langsung bertemu dengan pemimpinmu!"

"Keparat! Makin sombong hah?"

Bentak Glugur sangat marahnya.

"Kau harus tahu bahwa kami tengah melangsungkan pesta dan tidak seorang tamupun boleh masuk ataupun mengganggu!"

"Akupun tidak sudi pulang dengan tangan kosong!"

Sahut Tabanan marah.

"Boleh, tidak boleh aku akan memaksa masuk!"

Glugur tiba-tiba memberi tanda kepada tiga rekan-rekannya dan merekapun serentak mengambil sikap siaga untuk mencegah kenekatan si pendatang itu.

"Hmm..mengancam pula dengan senjata?"

Dengus Tabanan dengan jengkelnya.

"Mari siapa dulu yang mulai menyerang!"

"Haaah Terimalah pedangku!"

Tiba-tiba Glugur melesat kedepan, sementara pedang ditangannya mematuk kepala Tabanan.

"Wuuuusssss!"

Ini memang serangan yang tiba-tiba datangnya dan beruntung bahwa Tabanan cepat mengendap sekaligus mencabut pedangnya.

"Traaang!"

Pedang Tabanan menangkis tebasan pedang si Glugur dan si penjaga berahang persegi ini terhuyung kesamping sambal mendesis kaget.

"Hebat juga tangkisannya"

Desis Glugur sementara tangannya terasa panas. Iapun berseru kepada ketiga rekannya.

"Orang ini memang berbahaya! Jangan beri ampun kepadanya. Ia jelas bermaksud mengacau tempat ini!"

Laksana serigala-serigala lapar keempat penjaga itu menerjang maju dan senjata-senjata mereka berkeredapan terkena sinar obor.E-Book Kollektor 52_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Akan tetapi tokoh yang bernama Tabanan itupun tidak mudah digentarkan oleh serbuan lawan- lawannya.

Tubuhnya bergerak lincah kesamping kanan, kemudian kesamping kiri berbareng pedangnya menyabet mendatar.

Glugur berempat terkejut.

Satu suara berdesing panjang disertai angin menyambar serentak menerjang mereka, sehingga dengan gugupnya keempat penjaga itu memutar senjata siap menangkis.

Satu suara bergemerencing memenuhi udara dan masing-masing terdorong susut untuk bersiaga kembali.

"Hehhehheh. Sudah kukatakan kepada kalian, jangan coba-coba menggertakku!"

Ujar Tabanan seraya melototkan matanya.

"Tapi kalian bandel! Sekarang rasakanlah oleh kalian! Huuuppp.!"

Dengan gerakkan mengagumkan, Tabanan melesat kedepan sampai-sampai untuk kedua kalinya. Glugur berempat sedikit gugup. Tubuh Tabanan seperti asap menyelinap diantara pertahanan mereka, lalu kedua kakinya beraksi pula.

"Plllaaaaakplaaaakkkk!"

Dua orang rekan Glugur terjengkang roboh karena gempuran kaki Tabanan yang lincah.

Cepat- cepat mereka bangun kembali dengan hati panas.

Tubuh nereka memang tideak cedera, tetapi dengan dirobohkan begitu mudah oleh Tabanan, mereka merasa terhina sekali.

"Kurangajar! Kita dipermainkan olehnya!"

Ujar Glugur kepada ketiga rekannya.

"Perhebat serangan!"

Maka dengan seruan itu berarti tambah menigkatnya pertarungan diantara mereka.

Glugur mulai mengeluarkan jurus-jurus simpanannya begitu juga ketiga rekannya.

Dua orang yang bersenjatakan tombak, dengan hebatnya memutar dan menikamkan senjata mereka mengurung pertahanan Tabanan.

Dilihat selintas sukarlah seseorang mampu menanggulangi serangan-serangan yang demikian ketatnya.

Kilatan-kilatan mata pedang dan tombak yang terkena oleh sinar obor sungguh menimbulkan pemandangan yang indah, tetapi juga penuh dengan irama maut.

Siapa yang cepat lengah, tidak urung akan ada kulit terobek dan menghamburkan darah! Gerakan Tabanan memang cepat mengganas, sehingga tak salah kalau keempat lawannya seperti menghadapi seekor belalang saja.

Beberapa detik kemudian terdengarlah bunyi berdentang keras, tepat disaat dua buah tombak penjaga menerjang Tabanan.

"Oooooh! Heehhhh!"

Kedua penjaga tadi terperanjat. Mereka seperti tidak percaya begitu kedua leher tombaknya tahu-tahu telah patah dan terlempar ketanah. Sebaliknya Tabanan tersenyumm leba, katanya.
Naga Geni 27 Mencari Ikan Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nah tombak kalian tidak berguna lagi! Sekarang antarkan aku kepada tuanmu!"E-Book Kollektor 53_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Glugur dan simata sipit menjadi heran dan tetapi juga marah. Keduanya merangsek maju dan pedang mereka beraksi. Kalau Glugur menusuk, maka simata sipit melancarkan tebasan dahsyat dengan kekuatan penuh. Dua serangan itu datangnya sangat cepat sehingga yang terlihat kemudian adalah kilatan dua sinar putih.

"Heeeiiiit.hhuuuppp!"

Tanpa diduga oelh kedua lawannya Tabanan melenting keudara dan pedangnya bergerak cepat mendahului gerakan senjata lawan.

"TrrraaaaangAuuuuhhhhh!"

Glugur terpelanting kesamping sedangkan rekannya si mata sipit mendekap pundak kirinya yang mengucurkan darah.

Teryata pedang Tabanan telah mampir disitu, membuatan goresan cukup dalam.

Rasa pedih yang menyayat-nyayat terasa seketika.

Glugur cepat-cepat berdiri lalu bersiaga sambal menggeram marah.

Sebagai pimpinan penjaga saat itu, ia telah menderita malu oleh speak terjang si pendatang ini.

Segera ia merangsek maju.

Tetapi mendadak terdengar satu teriakan berat dari arah pendopo.

"Tahan!!!"

Dengan gugup Glugur menoleh kebelakang dan tahulah ia, bahwa Klenteng dan Simulut Bertudung, dua orang kagoan dari saudagar Arya Demung, telah berdiri di tangga pendopo.

Dengan langkah-langkah tegap yang tenang keduanya menuruni tangga dan berjalan mendekati Glugur.

"Hemmmm, mengapa engkau belum berhasil mengalahkan lawanmu, Glugur?"

Ujar Simulut Bertudung.

"Biar aku yang turun tangan! Kalau perlu Klentengpun boleh menemaniku!"

Begitu kata Simulut Bertudung, sedangkan Klentengpun telah mengangguk setuju.

"Semua ini bukan aku yang mulai! Merekalah yang menyerangku terlebih dahulu! Aku datang kesini sebagai seorang utusan!"

Berkata Tabanan dengan suara tajam.

"Tidak peduli! Mesti seorang utusan, kau telah pula melukai rekanku. Sekarang cobalah bermain- main dengan kami dahulu. Sesudah itu barulah kau jelaskan maksud kedatanganmu!"

Seru Simulut Bertudung sambil meloloskan dua pedang pendek dari pinggangnya.

Begitu pula Klenteng tak ketinggalan menggerakkan sebuag penggada besi.

Tabanan menjadi lebih berhati-hati sekarang.

Ia mendapat kesan bahwa kedua orang ini memiliki ilmu yang cukup matang.

Perlahan-lahan ia mengatur letak kakinya, sedangkan pedangnya terpasang melintang didepan dada.

Ia yakin bahwa sebentar lagi ia akan mengalami pertarungan mati-matian melawan kedua lawannya, yakni Klenteng dan Simulut Bertudung!E-Book Kollektor 54_54 MENCARI IKAN BIRU ? WH WIBOWO Sampai disini selesailah Seri Naga Geni 27.

"Mencari Ikan Biru"

Selanjutnya akan mengunjungi pembaca, Seri Naga Geni 28.

"Tangan Maut" * * * Siapakah sebenarnya Tabanan? Dan apa maksud kekek Wiku Salaka mencari Tangan Iblis. Sanggupkah Mahesa Wulung menghadapi Tangan Iblis! Tunggulah jawabannya pada seri "Tangan Maut". Selamat membaca!






Pendekar Lembah Naga Serial Pedang Kayu Goosebumps Mobil Hantu Pendekar Mabuk 089 Pedang Penakluk Cinta

Cari Blog Ini