Ceritasilat Novel Online

Misteri Perawan Siluman 2

Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman Bagian 2


"Mula-mula aku ingin mendengar tugas apa yang diberikan Gagak Anabrang kepadamu?"

Ucap si kakek dengan sikap tenang luar biasa.

Walau sudah dapat menduga sekaligus mengetahui maksud jahat dibalik kehadiran Rai Nini.

Namun dia tetap memperlalulan Rai Nini selayaknya seorang tamu.

"Orang tua! Alu diperintahkan oleh Gagak Anabrang menemuimu adalah untuk meminta agar kau kiranya sudi menyerahkan seorang gadis yang bernama Dadu sirah Ayu." kata Ral Nini tanpa sungkan dan tanpa merasa malu .Mendengar permintaan perempuan cantik itu.

Sepasang mata dibalik rongga yang celkung terbelalak lebar

"Gagak Anabrang meminta agar aku menyerahkan gadis bernama Dadu Sirah Ayu?" desisnya.

"Kau sendiri melihat tidak ada siapapun ditempat ini terkecuali diriku." terang si kakek lagi.

Kemudian dengan mata menerawang dia melanjutkan.

"Apakah Gagak Anabrang tidak Ingat. Dulu orang tua bocah malang itu telah dibunuhnya. Aku sendiri tidak tahu bocah itu ada dimana? Dan yang ingin kuketahui mengapa Gagak Anabrang menginginkan gadis itu?"

Mendapat pertanyaan demikian. Rai Nini terdiam. Karena yang ditanya tak kunjung menjawab, si kakek menjawab sendiri pertanyaannya.

"Dalam hidup dari seluruh parkawinannya dengan sembilan istri. Gagak Anabrang hanya mempanyai seorang puteri. Puteri tunggalnya itu adalah hasil perkawinannya dengan dirimu, bukankah begitu?" kemudian si kakek terdiam lagi namun tatap matanya tertuju pada Rai Nini. Ketika melihat perempuan cantik menatapnya sambil anggukkan kepala, Raden Pengging Ambengan lanjutkan ucapan.

"Gagak Anabrang begitu sayang pada puterinya. Dan walau tidak melihat sendiri aku tahu putrimu itu sangat cantik. Namun sayangnya seumur hidup dia tidak pernah keluar dari kamarnya. Mengapa?"

Tanya kakek itu.

Kemudian tanpa menunggu jawaban Rai Nini si kakek berkata.

"Anakmu mempunyai kelainan bawaan yang dibawahnya sejak dari dalam kandungan. Kelahirannya di dunia ini tidak terlepas dari ikatan leluhur dipihakmu yaitu leluhur para siluman. Sekarang aku ingin bertanya adakah semua yang kuucapkan ini salah ataukah benar adanya."

Rai Nini gelengkan kepala. Dengan tatap mata penuh kagum namun menyimpan kepedihan dalam hati Rai Nini menJawab

"Tidak orang tua.Segala yang kau katakan memang benar adanya.
Aku bahkan sangat takjub dengan pengetahuan batinmu yang luas."

"Hmm, walau aku sudah dapat sedikit menduga gerangan apa yang hendak kau sampaikan, Namun aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri apa sebenarnya tujuanmu datang kesini?"

Rai Nini menghela nafas panjang Sepasang matanya yang bening namun tajam menatap ke arah Raden Pengging Ambengan penuh rasa ragu. Tapi setelah menenangkan diri dari semua kegalauan yang menghantui jiwanya .Rai Nini akhirnya berterus terang.

"Dua puluh satu tahun sudah usia putri kami. Arum Dalu, Sepanjang hidupnya aku dapat merasakan betapa dia sangat menderita. Disiang hari tubuhnya menebar bau busuk bangkai. Arum Dalu hanya keluar dimalam hari disaat tubuhnya menebar bau harum kembang.Tapi bila Arum Dalu keluar di malam hari selalu saja ada malapetaka yang ditimbulkannya. Orang tua berpengetahuan batin luas. Adakah kau tahu mengapa putriku itu menjadi haus darah?"

"Puterimu kerap berubah menjadi mahluk lain. Mahluk antara siluman dan manusia. Perlu kiranya kau ketahui segala penderitaan yang dialami oleh putrimu serta perubahan mengerikan yang kadang terjadi padanya adalah balasan dari segala kesenangan serta limpahan harta benda yang didapat oleh suamimu ."

"Tentang yang kau katakan itu aku tidak dapat memungkirinya. Ini yang membuatku merasa iba pada anakku hingga aku tidak lagi merasa sejalan dengan suamiku" kata Rai Nini dengan mata berkaca-kaca

"Kau tidak perlu bersedih hati. Dan bukankah kau ingat ketika dulu puluhan tahun yang silam suamimu pernah mengikat perjanjian dengan Raja-diraja para siluman.Diraja kegelapan yang sangat berkuasa itu tak lain mahluk yang paling ditakuti di alam kalian. Bahkan ayahmu yang berkuasa di negeri siluman merasa tunduk dan tunduk padanya. Aku yakin kau tidak akan lupa sebelum mempersunting dirimu Gagak Anabrang pernah mengikat perjanjian dengan mahluk yang satu itu."

terang si kakek .Walau merasa kaget tak menyangka Raden Pengging Ambengan banyak mengetahui kehidupan masa lalu suaminya.

Tak urung Rai Nini berucap

"Aku tahu orang tua.Waktu itu Gagak Anabrang menemui Yang terlaknat Dari Alam Baka. Dia mengikat janji. Jika maha diraja siluman itu dapat membantu dan menjadikannya kaya raya. Kelak sebagai imbalan Gagak Anabrang suamiku akan memberikan orang yang paling dia cintai dalam hidupnya."

"Sepengetahuanmu siapa yang paling dia cintai?"

Tanya si kakek.

"Dia mencintai diriku juga delapan istrinya yang lain. Dia juga cinta dengan kekayaannya. Namun Gagak Anabrang juga mencintai anak kami Arum Dalu."

Jelas Rai Nini sambil menundukkan kepala.

"Kapan batas terakhir penyerahan orang yang dicintai suamimu?"

Tanya si kakek acuh.

"Bulan sabit malam ke tujuh."

"Siapakah yang paling dicintai Gagak Anabrang?"

"Seperti yang telah kukatakan. Orang yang paling dicintainya adalah Arum Dalu, putri kami satu-satunya."

Jawab Rai Nini suaranya bergetar karena menahan keresahan dihati

"Kalau begitu dia harus menyerahkan Arum Dalu pada waktu yang dijanjikan."

ujar si kakek enteng.

Rai Nini gelengkan kepala.

"Itulah yang menjadi pangkal persoalan mengapa aku datang kemari.Aku datang atas perintah suamiku.Dia mengatakan engkau mengetahui tentang seorang gadis yang usianya sama dengan putri kami. Gadis itu kabarnya terlahir pada malam sabtu kdiwon tepat malam ketujuh bulan sabit merah. Diraja siluman Yang Terlaknat Dari Alam Baka sangat menyukai gadis yang terlahir pada waktu yang kusebutkan untuk dijadikan korban tumbal persembahan. Dan menurut suamiku hanya gadis yang akan datang padamulah yang sangat tepat untuk menggantikan Arum Dalu sebagai korban persembahan."

"Jagat dewa Bathara. Apakah putrimu terlahir pada sabtu kliwon bulan sabit ke tujuh?"

"Benar. Dan aku mohon kau mau membantu dan menolongku. Apapun yang kau minta akan aku penuhi. Kau boleh meminta emas, permata atau kalau perlu kau menghendaki diriku dengan rela aku akan menyerahkan diriku seutuhnya padamu. Asalkan anakku tidak menjadi tumbal dan kau bersedia menyerahkan penggantinya pada kami."

Ujar Rai Nini tanpa ragu apalagi malu. Wajah si kakek yang pucat seketika berubah merah padam, Sepasang mata berkilat tajam, pipl menggembung sedangkan tubuhnya yang kurus itu bergetar. Ketika dia angkat kepala menatap ke arah Rai Nini. Tatap matanya tidak lagi bersahabat melainkan menjadi merah berkilat.

"Beraninya kau lancang berbicara serendah itu dihadapanku. Kau mengira tua bangka di hadapanmu ini siapa? Kau meminta aku bersekutu dengan iblis dan mengorbankan gadis malang yang di dalam hidupnya jauh lebih menderita di bandingkan putrimu, Segala bencana yang kelak bakal menimpa Gagak Anabrang tak lebih dari hasil perbuatannya sendiri. Dan aku tidak akan membiarkan gadis sebarang kara Itu jatuh di tangan manusia-manusia busuk seperti kalian. Lebih baik kau angkat kaki dari hadapanku. Kuharap kau tidak pernah kembali lagi ke sini!"

Dengus Raden Pengging Ambengan ketus.

Merab padam wajah Rai Nini mendengar ucapan Raden Pengging Ambengan itu.

Sedikitpun dia tidak menyangka si kakek yang begitu lembut dalam bertutur kata ternyata juga bisa berubah galak bersikap ketus dan bicara keras.

Sebagai keturunan Diraja Empat siluman golongan monyet, perempuan ini tentu saja tidak dapat menerima diperlakukan seperti itu.

Tidaklah heran dia segera bangkit berdiri. Dengan tubuh bergetar dan mata mendelik menahan luapan amarah perempuan ini berkata,

"Aku datang secara baik-baik, mengharap pertolongan, uluran tangan serta kemurahan hatimu.Tidak kusangka ternyata kau memberi jawaban yang tidak pantas Raden Pengging atau siapa pun dirimu.Aku tidak bisa kembali ke Plosoh Kutoarjo dengan tangan hampa. Aku tidak ingin Gagak Anabrang yang saat ini berada di kali Naga menjadi marah .Karena keinginanku tidak dipenuhi maka dengan sangat terpaksa aku harus membunuhmu!"

Selesai berucap demikian tiba-tiba Rai Nini keluarkan suara lolongan aneh sebanyak tiga kali.

Rupanya suara lolongan itu meupakan pertanda bahaya bagi belasan monyet.

Terbukti begitu sura lolongan Rai Nini lenyap.

Dari segala penjuru tiba tiba terdengar suara jerit dan pekik monyet- monyet yang marah.

Belum lagi si kakek dapat mengetahui apa yang terjadi di luar sana.

Tiba-tiba berdengar suara bergemuruh mengerikan menghantam bangunan tersembunyi tempat di mana Rai Nini dan Raden Pengging Ambengan berada

"Mahluk-mahluk tidak mengenal peradatan. Ternyata kalan hendak menguburku hidup-hidup di tempat kediamanku sendiri."

Sambil menggeram si kakek tiba-tiba lesatkan diri ke atas rumah.

Rai Nini sendiri yang sudah tahu apa yang dilakukan oleh monyet-monyetya lalu tinggalkan ruangan itu dari pintu samping. Dan suara gemuruh akibat serangan monyet-monyet pengawal akhirnya menimbulkan ledakan dahsyat menggelegar.

Sesaat sebelum bangunan hancur menjadi kepingan, Raden Pengging telah berhasil menjebol bagian atas atap di puncak wuwungan. Dengan menggunakan ilmu mengentengi tubuh yang sudah sangat sempurna orang tua itu akhirnya melesat lalu jejakan kaki tepat di depan pondok yang terdapat di pinggir Kaliwungu .


Begitu dua kaki menjejak tanah, belasan monyet pengawal yang tadi menghancurkan bangunan dibelakang pondok tahu-tahu sudah mengepungnya Kawanan monyet sudah mengepungnya.

"MaHkluk MaHkluk celaka! Sudah puluhan tahun aku bersumpah tidak bakal pernah melakukan pembunuhan lagi.Namun jika terpaksa dan demi tegaknya keadilan, aku tidak akan segan melumuri tanganku dengan darah kalian!"

Sentak si kakek dengan suara dingin menusuk.

"HIk hik hik! Tua bangka tidak tahu diri, monyet-monyet itu bukan binatang biasa. Mereka sama seperti orang yang memiliki kepandaian tinggi. Kau boleh saja hebat dan disegani, namun dimata golongan kami ini kau tidak ada arti apa-apar" kata Rai Ni.

Raden Pengging Ambengan palingkan kepala menatap ke arah sebelah kirinya sambil menghajar kawanan monyet dengan pukulan dan tendangan menggeledek, tanpa bersuara Rai Nini melesat ke arah lawan.

Begitu berkelebat, tangan kanan didorong ke depan mencari sasaran di dada si kakek.

Sedengkan tangan kiri yang terpentang berbentuk cakar mengarah kebagian wajah.

Ketika dua tangan bergerak melesat membeset di udara. Terdengar suara bersiutan.

Bahkan kedua tangan itu berubah hitam karena mengandung racun ganas.

Rai Nini yang telah mendengar kehebatan lawan dari suaminya Gagak Anabrang tidak mau bertindak setengah-setengah, Dia sengaja menggunakan jurus Siluman Mejemput Nyawa yang digabungkan dengan ilmu pukulan sakti Murka Di Balik Gelap.

Dengan menggunakan dua ilmu yang digabungkan itu akibatnya sangat dahsyat.

Jangankan manusia raja dedemit sekalipun bisa celaka bila terkena dua serangan itu sekaligus. Si kakek bukannya tidak mengetahui ada bahaya besar mengancam dirinya.

Tapi saat itu dia sangat disibukkan oleh serangan kawanan monyet pengawal.

Walau dia berhasil membuat monyet- monyet berpelantingan akibat terkena pukulan dan tendangan, namun beberapa monyet yang mengalami luka parah baik yang remuk dibagian kepala maupun yang lainnya terus menyerang dengan lebih ganas lagi .Menyadari tak bisa membunuh kawanan monyet dengan mudah, maka si kakek segera merapal mantra ajian Kelut Lenyap Segala.

Karena keganasan ilmu ajian yang dimilikinya itu Raden Penging jarang sekali menggunakan imu langka itu.

Tapi kini karena serangan Rai Nini datang bertubi-tubi yang membuatnya terdesak maka karena tak ingin celaka ilmu langka itu digunakannya.

Tidaklah aneh, ketika tangan kanan Rai Nini siap menghantam remuk dadanya dan tangan kiri perempuan itu nyaris membuat hancur wajahnya .Raden Pengging tekuk kaki kanan ke depan.

Sambil bertumpu pada kaki kanan, kaki kiri dipergunakan menghantam sedikitnya lima monyet yang menyerang bagian tubuh sebelah bawah. Dari kaki kiri berturut-turut menderu lima cahaya merah.

Sementara dengan tangan kanan dia melakukan tangkisan ke arah dua tangan Rai Nini

Plak!

Plak!

Des!

Tangan kanan si kakek yang berubah keras laksana pentungan baja membentur dua tangan Rai Nini.

Tubuh renta itu terguncang hebat.

Rai Nini sendiri mengalami akibat yang tidak jauh berbeda. Namun begitu guncangan berakhir perempuan ini merangkak kembali dan kakinya menyerang perut dan leher lawan.

Tak ingin celaka apalagi setelah mengetahui lawan tak mengalami cidera yang berarti, si kakek segera bergerak mendahului.

Dengan menggunakan tangan kiri dia menghantam.

Tangan menderu disertai tebaran hawa panas dan hawa dingin silih berganti.

Melihat kecepatan gerakan orang tua ini, Rai Nini yang hanya berjarak dua langkah saja dari hadapan lawan terpaksa batalkan serangan.
Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Dua tangan disilangkan ke depan wajah.

Lalu tangan itu bergerak melakukan sapuan kebawah.

Wuut!

Dess!

Gerakan menghalau serangan yang dillakukan Rai Nini ternyata kalah cepat dengan datangnya serangan.

Tanpa ampun.

Begitu tangan lawan menghantam perutnya dia pun jatuh terpelanting.

Rai Nini menjerit setinggi langit.

Tubuhnya terhempas dan begitu menyentuh tanah langsung dikobari api.

Asap putih kelabu membumbung tinggi Rai Nini masih berusaha memadamkan api tersebut. Namun api sulit dipadamkan.

Setelah menggelepar beberapa saat lamanya dia pun terkapar tidak bergerak lagi. Rai Nini tewas seketika.

Dan tak lama kemudian sosoknya yang hangus lenyap dari pandangan. Melihat orang yang harus mereka lindung menemui ajal ditangan si kakek.

Belasan monyet yang menjadi pengawalnya menjadi sangat marah. Bahu membahu mereka siap menyerang.

Namun sebelum mereka bertindak.

Tiba-tiba terdengar suara menggelegar seperti petir di kegelapan malam

"Raden Pengging Ambengan. Untuk satu nyawa yang kau renggut maka akan ada ratusan nyawa yang harus melayang sebagai penggantinya, Membunuh Rai Nini adalah kesalahan besar bagimu!"

Kata satu suara. Si kakek terkejut Menatap keatas dibalik kegelapan langit diantara kerapatan daun pepohonan dia hanya melihat kerlip cahaya merah seperti lentera.

"Siapa kau?!"

Teriak Raden Pengging Ambengan penasaran sekaligus ingin tahu. Tidak ada jawaban. Cahaya merah seperti lentera sebaliknya bergerak melesat ke arah timur.

Dan semakin lama semakin menjauh.

Sebelum cahaya itu lenyap, dikejauhan lagi-lagi terdengarsuara ledakan.

Sambil menduga-duga si kakek hanya bisa menghela nafas.

Dan dia tidak sempat berpikir lama, apalagi mencari tahu siapa yang baru mengancam nya itu, karena pada waktu yang sama belasan monyet telah menyerangnya kembali.

Si kakek yang sempat kehilangan kewaspadaannya tidak mampu menghindar ketika tiga monyet yang berada di belakang berhasil merobek pakaian di bagian punggung juga menggigit kakinya.

Sambil keluarkan suara seperti harimau murka si kakek yang masih menggunakan ajian Kelut Pelenyap Segala itu pun berseru.

"Mahluk-mahluk keparat tidak tahu diri, Hilang suudah kesabaranku. Kalau kalian memang sudah ingin mampus menyusul majikan kalian. Sekarang aku kabulkan permintaan kalian...!"

Setelah berucap demikian.

Orang tua ini jatuhkan diri.

Dua tangan yang dipentangkan lalu dia hantamkan ke permukaan tanah

Buum!

Buum!

Terdengar suara dentuman dua kalli berturut-turut.

Permukaan tanah yang dihantam pukulan berguncang keras.

Guncangan kemudian berubah tak ubahnya seperti alunan ombak besar yang bergerak keseluruh penjuru dan menyapu apa saja yang terdapat di sekeliling orang tua itu.

Tak terkecuali kawanan monyet pengawal, pepohonan semak belukar, pondok lenyap begitu saja seolah di telan bumi.

Ketika si kakek bangkit tidak terlihat lagi pondoknya.

Dia juga tidak mellihat air Kaliwungu yang bening.

Di mana-mana sejauh mata memandang yang dilihatnya hanyalah kepulan asap putih.

Inilah salah satu kehebatan mantra ajian Kelut Pelenyap Segala.

Salah satu Imu kesaktian si kakek yang sanggup menghabisi apa saja sejarak seratus tombak disekeliling si kakek.

Setelah kibaskan kedua tangan, setelah berusaha melupakan kejadian yang baru saja berlangsung.

Orang tua ini tiba-tiba teringat pada Dadu Sirah Ayu

"Kelut Birawa. Di mana kau? Seharusnya malam ini seperti yang kau janjikan kau sudah membawa gadis malang itu dihadapanku. Apakah kau sedang dalam perjalanan? Dan apakah aku harus menjemputmu?!"

Kata si kakek pada diri sendiri .Setelah sempat berpikir akhirnya orang tua ini memutuskan untuk menyusul mencari Kelut Birawa.

****

Lembah Batu Gamping sunyi mencekam di malam itu.

Udara dikawasan lembah yang diapit beberapa perbukitan terasa dingin mencucuk.

Di tengah kesunyian terdengar suara kelepak dan cericit kelelawar, Sejak lama lembah yang satu ini memang sangat dikenal sebagai tempat tinggal ribuan kelelawar.

Malam semakin dingin.

Di tengah dinginnya udara disebuah tempat jauh di tengah lembah duduk sosok berupa seorang laki-laki berpakaian hitam .Laki-laki itu tampak gelisah.

Sementara perhatiannya terus tertuju ke arah sebelah timur lembah.

Dari sikapnya yang tidak tenang nampaknya dia sedang menunggu kehadiran seseorang.

Malam semakin larut.

Bulan sabit dimalam keempat sudah hampir mencapai titik tertingginya .Dan kegelisahan laki-laki itu tambah menjadi.

Dia bangkit berdiri lalu berjalan gontai menuju tempat yang lebih terang.

Begitu menjauh dari batu yang dinaungi pohon besar berdaun lebat, maka penampilan laki- laki ini terlihat lebih jelas.

Ternyata selain memilik tubuh tinggi semampai dan berkulit hitam macam arang, laki-laki ini mempunyai bibir tebal, hidung pesek, telinga mencuat panjang mirip kuda.

Bukan cuma bibir, telinga dan bentuk mulutnya saja yang mirip kuda, tetapi dia juga mempunyai sepasang kaki mirip kaki kuda.

Siapapun orang yang satu ini.

Dunia persilatan mengenalnya dengan sebutan Arwah Kaki Kuda.

DI kawasan tanah Dwipa bagian tengah Arwah Kaki Kuda dikenal sebagai seorang tokoh sakti yang tidak punya pendirian.

Ada kalanya dia bersikap baik dan melindungi kaum yang lemah.

Namun tidak jarang dia juga berlaku keji dan kerap melakukan pembunuhan dengan cara yang keji.

Arwah Kaki Kuda yang menetap di Lembah Batu Gamping itu tidak sendiri.

Dia mempunyai saudara tua yang dikenal dengan sebutan Singa Tetua.

Sesuai dengan julukannya saudaranya yang satu itu juga memiliki bentuk tubuh yang aneh.

Wajah tampan namun mirip dengan singa jantan, rambut panjang gimbal awut-awutan tidak terawat. Selain itu bagian tubuh ditumbuhi bulu-bulu halus kecoklatan.

Tangan dan kaki juga berbentuk seperti cakar dengan kuku mencuat melengkung mirip kuku singa.

Setelah sempat mondar-mandir tak jauh dari tempat duduknya, Arwah Kuku Kuda pun akhirnya hentikan langkah.

Sekali lagi dia menatap keujung lembah timur .Sementara dari mulutnya yang polos tanpa kumis dan jenggot terdengar ucapan.

"Manusia pemalas .Entah apa yang dilakukannya diluar lembah. Aku sudah lelah menunggu, namun dia tidak kunjung kembali!"

Gerutu Arwah Kaki Kuda sambil monyongkan bibirnya yang tebal.

Baru saja Arwah Kaki Kuda berucap dari sebelah timur lembah sekonyong-konyong terdengar suara raungan menggelegar tak ubahnya raung singa jantan yang murka.

Lalu dikejauhan terlihat satu titik kecoklatan yang melesat ke arah sang Arwah dengan kecepatan laksana anak panah melesat.

Kemudian....

Jlik!

Tak sampai sekedipan mata.

Di depan Arwah Kaki Kuda telah duduk dalam keadaan setengah mendekam sosok laki-laki berwajah tampan dan berpenampilan selayaknya singa.

"Aku lelah menunggumu. Dan kau gentayangan tidak karuan seenak sendiri. Memangnya apa yang kau lakukan diluar lembah Singa Tetua?!"

Damprat Arwah Kaki Kuda penuh teguran.

Singa Tetua yang tadinya duduk setengah rebah segera memperbaiki sikap duduknya.

Melihat saudara tua duduk bersila dan memilih tempat dikegelapan bawah pohon, Arwah Kaki Kuda segera melangkah kembali ke tempat duduk yang dia tinggalkan.

Kedua orang aneh itu kemudian saling pandang.

Tidak berselang lama Singa Tetua membuka mulut.

"Aku baru saja kembali dari pengintalan"

"Apa?"

Desis Arwah Kaki Kuda kaget.

"Jadi kau telah pergi ke kawasan Lor Candi Sewu?"

Tanya laki-laki itu seakan tidak percaya. Singa tetua anggukkan kepala,

"Benar. Aku telah menyelidik dan akhirnya mengetahui tempat yang sangat rahasia itu."

Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menerangkan Singa Tetua

"Maksudmu tempat rahasia dimana Kelut Birawa menyimpan sekaligus menyembunyikan gadis yang menjadi incaran banyak orang itu?"

"Benar saudaraku.Bocah perempuan yang dulu dikejar-kejar oleh Gagak Anabrang untuk dijadikan korban tumbal persenbahan, ternyata sekarang sudah dewasa."

"Bagaimana kau tahu dia sudah dewasa. Yang kudengar Kelut Birawa dengan ilmu kesaktiannya mampu merubah bocah itu menjadi patung menangis lima belas tahun yang lalu."

"Memang betul. Tapi sore tadi Kelut Birawa berhasil mengembalikan bocah patung itu menjadi ke ujud gadis cantik dewasa yang sesungguhnya."

Jelas Singa Tetua yang membuat Arwah Kaki Kuda tercengang tidak percaya.

Setelah sempat terdiam dan menarik nafas beberapa kali. Arwah Kaki Kuda akhirnya kembali membuka mulut.

"Sudah dewasa berarti sudah sempurna untuk dijadikan tumbal.Gadis yang terlahir pada malam sabtu kdiwon bulan sabit ke tujuh itu kini menjadi incaran banyak orang. Bukan hanya Gagak Anabrang saja yang menginginkannya. Aku yakin Penghuni Perahu Setan juga menghendaki dirinya."

"Aku sudah tahu lama rencana Gagak Anabrang. Dia menginginkan gadis yang menjadi kembang dambaan para siluman itu untuk ditukar dengan putri tunggalnya Arum Dalu."

"Ditukar bagaimana maksudmu?!"

Tanya Arwah Kaki Kuda sambil menatap saudaranya lekat-lekat

"Apakah kau lupa Gagak Anabrang punya hutang janji dengan diraja siluman Yang Terlaknat dari Alam Baka, Mahluk sakti dari kegelapan itu yang selama ini membantu Gagak Anabrang hingga membuatnya menjadi seorang diraja harta seluruh tanah Dwipa. Kelak disaat usia putrinya tepat dua puluh satu tahun. Dia harus mengorbankan Arum Dalu sebagai persembahan bagi mahluk satu itu." terang Singa Tetua.

Arwah Kaki Kuda manggut-manggut.

"Sekarang aku mengerti. Aku yakin Gagak Anabrang yang sangat menyayangi putri tunggalnya itu telah berubah pikiran dan tak mau menjadikan Arum Dalu sebagai korban persembahan. Kemudian dia mencari gadis pengganti. Karena dia tahu bahwa gadis yang dalam perlindungan Kelut Birawa itu terlahir pada malam sabtu Kliwon yaitu malam pesta para siluman. Dia bermaksud menukar korban persembahan. Anak yang seharusnya dia korbankan dia gantikan dengan bocah yang bernama Dadu Sirah Ayu itu."

"Tepat. Dan ternyata otakmu cukup encer. Tapi awas jangan sampai meluber ke telinga. Ha ha ha..."

Puji Singa Tetua diringi tawa tergelak. Mendengar gurawan Singa Tetua, Arwah Kaki Kuda sama sekali tidak terpancing. Sebaliknya dengan mata menerawang namun menyimpan banyak rencana dia berucap.

"Andai aku silau dengan harta benda. Mungkin aku akan menghabisi Kelut Birawa, lalu membawa gadis itu pada Gagak Anabrang dan menukarnya dengan emas permata. Kurasa itu lebih baik."

Timpai Singa Tetua.

"Tidak!"

Tukas Arwah Kaki Kuda disertai gelengan kepala.

"Aku tahu apa manfaat gadis itu bila kita bisa mendapatkannya."

"Aku sendiri tidak tahu apa-apa. Yang kutahu setiap wanita paling enak diajak tidur bersama, apalagi perempuan itu masih gadis dan masih perawan, Ha ha ha!"

Melihat Singa Tetua tertawa, sang adik menggeram

"Hentikan tawamu yang buruk itu. Aku benci mendengarnya!"

Kata Arwah Kaki Kuda sambil delikan matanya. Melihat saudaranya mendelik, Singa Tetua katubkan mulut.

"Kau dengar. Aku ingin kau tahu bahwa gadis itu lebih berarti bagi kita dibandingkan segunung emas."

"Apa maksudmu? Aku sama sekali tidak mengerti."

"Ketahuilah."

Ucap Arwah Kaki Kuda setelah menoleh kitarkan pandang ke sekelilingnya, seakan ingin memastikan tidak ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka.

Setelah yakin semuanya dalam keadaan aman saja, laki-laki itu melanjutkan.

"Di dalam diri gadis yang berama Dadu Sirah Ayu itu tersimpan satu rahasia besar."

Ucapnya berbisik.

"Rahasia itu antara lain bila kita bisa mendapatkan darahnya sekaligus meminum darahnya maka kita bisa hidup abadi. Kita tidak pernah mati sampai kapan pun."

"Hm, luar blasa. Tapi aku kurang tertarik." sahut Singa Tetua.

"Aku tahu. Kau memang manusia bodoh yang tak punya keinginan apa-apa."

Dengus Arwah Kaki Kuda

"Lalu apa rahasianya yang lain?"

Tanya Singa Tetua acuh

"Rahasia lainnya.Andai kita bisa mendapatkan kesuciannya dimalam tujuh hari bulan sabit. Kita tetap awet muda, kesaktian bertambah dan kita dapat lenyap dari pandangan manusia biasa."

"Bila kita tak terlihat kita bisa gentayangan kemana saja. Disamping itu kita dapat melakukan kejahatan apa pun tanpa diketahui orang."

"Sepertinya sangat menarik. Aku sendiri lebih senang tidur dengan gadis yang masih perawan dari pada minum darahnya. Lalu adakah keistimewaannya yang lain?"

"Ya. Tapi aku kurang begitu tahu."

Jelas Arwah Kaki Kuda berterus terang.

Selesai mendengar penjelasan Arwah Kaki Kuda. Singa Tetua tertegun lama.

Tanpa sadar dia menggumam

"Menjadi awet muda, tak pernah tua memang menjadi dambaan setiap orang. Bisa menghilang tak terlihat selayaknya setan gundul kurasa asyik juga. Tapi seperti yang kukatakan lebih asyik tidur bersama gadis perawan."

Singa Tetua lalu menoleh dan menatap lurus saudaranya.

"Eeh adikku. Kini aku berubah pikiran. Aku menginginkan gadis itu. Kita harus menangkapnya sebelum jatuh ke tangan orang lain."

Mendengar ucapan saudara tuanya .Arwah Kaki Kuda pun anggukkan kepala.

"Bagus. Rupanya kau sudah menyadari betapa bergunanya gadis keramat itu. Kau bisa bayangkan betapa setiap bagian dari tubuh bocah itu bisa mendatangkan manfaat yang sangat hebat bagi kita."

Kata Arwah Kaki Kuda dengan wajah sumringah beseri-seri. Setelah senyuman lenyap laki-laki itu melanjutkan.

"Sekarang sebaiknya kita berangkat menuju Lor Candi Sewu. Aku berharap kita menjadi orang pertama yang mendapatkan gadis itu."

Singa Tetua gelengkan kepala.

"Kita tak perlu bersusah payah datang ke sana, Sebelum aku kembali ke tempat ini. Aku melihat orang tua gendut bertopi seperti pocong Itu membawa Dadu Sirah Ayu menuju ke Kaliwungu untuk menemui seorang yang bernama Raden Pengging Ambengan."

Mendengar Singa Tetua menyebut nama Raden Pengging Ambengan, Arwah Kaki Kuda melengak kaget.Kening mengernyit, mata mendelik mulut ternganga

"Apa kau bilang? Kelut Birawa hendak menyambangi Raden Pengging? Gila! Walau aku tidak merasa takut padanya, namun kau sendiri tahu siapa Raden Pengging Ambengan?"

"Ha ha ha. Kau takut pada tua bangka kurus yang satu itu? Tenang saja Kelut Birawa tak akan pernah sampai ke Kaliwungu. Bagaimanapun untuk mencapai tempat kediaman orang tua itu, Kelut Birawa harus melewati lembah ini karena hanya melalui lembah inilah satu-satunya jalan tercepat menuju Kaliwungu."

"Kau benar."

Sahut Arwah Kaki Kuda disertai senyum lega.

"Kita tak perlu repot datang ke Lor Candi Sewu. Kita hanya perlu menunggu disini dan Kelut Birawa datang mengantarkan gadis itu pada kita. Ha ha ha!"

Melihat Arwah Kaki Kuda mengumbar tawa bergelak, Singa Tetua tempelkan jari telunjuk di depan bibir.

"Kau menyuruhku diam? Kurang ajar.Kau tertawa aku tak pernah melarang. Aku baru kali ini tertawa kau sudah tidak berkenan.Memangnya ada apa dengan dirimu?"

"Jangan memandangku dengan mata melotot.Suara tawamu tidak sedap didengar, bau nafasmu busuk.Diamlah, saat ini aku dapat merasakan orang yang kita tunggu sedang memasuki jalan di kawasan lembah Batu Gamping" terang Singa Tetua sambil menyeringai.

"Sial. Mengapa kau tidak memberitahu sejak tadi."

Gerutu Arwah Kaki Kuda.

Sekilas Arwah Kaki Kuda menatap ke jurusan timur lembah ke arah ujung jalan setapak yang membelah lembah.

Dia terdiam ketika melihat satu sosok bayangan putih besar berlari cepat menuju ke arah mereka.

Tak jauh di belakang sosok berpakaian putih mengikuti satu sosok bertubuh ramping bergaun putih

"Mereka datang!"

Bisik Singa Tetua yang mengenali ciri-cirl orang yang mereka tunggu.

"Cepat menyingkir. Cari tempat berlindung. Pentangkan Jaring Penjerat Sukma!"

Sahut Arwah Kaki Kuda.

Mendapat aba-aba yang diberikan adiknya. Singa Tetua tahu apa yang harus dilakukan.

Tanpa menunggu dia melompat kesebelah kiri jalan dan mendekam di balik kegelapan pohon.

Sementara tangan diangkat tinggi selayaknya orang yang merentang jaring.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Arwah Kaki Kuda yang bersembunyi di sebelah kiri jalan .Penantian yang dilakukan kedua orang ini ternyata tak berlangsung lama. Sekejab kemudian mereka melihat seorang kakek gemuk bertopi seperti pocong melintas bersama seorang gadis bergaun putih berenda.

Ketika kedua orang yang tengah berlari itu melintas persis di depan mereka, Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetua segera kibaskan tangannya masing-masing ke arah jalan.

Sret!

Wuurt!

Weer!

Dua benda berkilat menderu di udara lalu menyergap ke arah gadis dan kakek gendut .Membuat keduanya jatuh terjerembab, bergulingan di atas tanah dalam keadaan terperangkap di dalam jaring.

Melihat orang yang ditunggu masuk dalam perangkap mereka, kedua bersaudara itu berlompatan keluar dari tempat persembunyian sambil mengumbar tawa tergelak-gelak

"Ha ha ha! Sudah kukatakan untuk meringkus orang yang kita butuhkan tak perlu berletih diri pergi Lor Candi Sewu. Seperti yang kau lihat mereka datang menyerahkan diri!"

Kata Singa Tetua kegirangan

"Kau benar. Rejeki dan peruntungan kita sangat besar sekali malam ini. Tapi kita tak membutuhkan tua bangka gendut. Kita habisi dia dulu baru bawa gadis ini ke tempat yang aman." tukas Arwah Kaki Kuda sambil mengusap dagunya yang licin tanpa jenggot.

Sementara terperangkap dalam satu jaring bersama gadis yang harus dilindungi, si kakek yang bukan lain adalah Kelut Birawa adanya dengan sikap tenang memperhatikan kedua orang di depannya.

Berbeda dengan si gadis yang tak lain adalah Dadu Sirah Ayu.

Gadis yang pikirannya tak berbeda dengan bocah seusia tujuh tahun ini jadi ketakutan.

"Kakek sahabatku! Aku takut. Bagaimana kita bisa melepaskan diri dari benda aneh ini? Siapa mereka kek?!"

Tanya Dadu Sirah Ayu dengan wajah pucat dan tubuh keluarkan keringat dingin.

Dengan suara lirih Kelut Birawa mencoba menenangkan dengan menjawab.
Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Kau tak usah takut. Walau belum pernah berjumpa namun dari ciri-ciri serta penampilannya aku rasa-rasa mengenal siapa mereka. Orang berkulit hitam berhidung pesek, bermulut layaknya moncong kuda bertelinga dan berkaki mirip kaki kuda itu pastilah manusia jelek dan tolol yang dikenal dengan nama Arwah Kaki Kuda. Sedangkan yang bertubuh tambun namun wajah kemerahan berpakaian cokelat dan tampang seperti singa kuyakin dialah orangnya yang bernama Singa Tetua, Mereka salah sasaran. Mereka mengira kita ini ikan."

Sambil berkata begitu si kakek ulurkan tangan, meraba jaring yang menjerat mereka. Setelah mengetahui betapa kuatnya jaring yang melibat mereka.

Diam-diam Kelut Birawa terkesiap. Dalam kagetnya dalam hati dia berucap.

"Astaga! Ternyata jaring ini bukan jaring biasa. Dari hawa aneh yang ditimbulkannya aku menduga mungkin inilah perangkap laknat yang dikenal dengan nama Jaring Penjerat Sukma!"

Desis si kakek.

Semua penjelasan Kelut Birawa ternyata memang mampu meredakan rasa cemas yang menggelayuti hati Dadu Sirah Ayu.

Sementara itu Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetua yang sempat mendengar ucapan Kelut Birawa keluarkan suara menggeram.

Arwah Kaki Kuda melangkah maju.

Sambil menatap sinis pada Kelut Birawa.

Laki-laki itu berkata.

"Orang gendut aku tahu siapa dirimu. Namamu cukup disegani dan bukankah kau orangnya yang berjuluk Setan Racun Merah dari pesisir timur?"

Si kakek menggeliat, setelah bangkit dan hanya mampu duduk sambil tersenyum berucap

"Orang jelek tampang seperti kuda. Kalau sudah tahu siapa aku mengapa tidak lekas meminta maaf dan mencium bokongku yang wangi ini tiga kali Ha ha ha!"

Ucapan mengejek yang dilontarkan Kelut Birawa tentu saja membuat merah wajah Arwah Kaki Kuda, Tanpa menghiraukan Singa Tetua yang Juga ikutan tertawa .Arwah Kaki Kuda menggeram sambil gerakan kaki

Buuk!

Satu tendangan menghantam punggung si kakek membuat tubuhnya terguncang. Arwah Kaki Kuda terkesima.

Dia terkejut melihat si kakek itu tidak mengalami cidera sedikitpun.

Padahal tendangan yang dilakukannya dialiri tenaga dalam tinggi dan sanggup menghancurkan batu karang.

"Orang bermulut mancung aneh. Jangan sakiti sahabatku!"

Teriak Dadu Sirah Ayu sambil meronta sekaligus berusaha melepaskan diri dari jaring penjerat sukma.

Walau sejak kecll telah memiliki ilmu serta tenaga dalam yang sangat tinggi namun upaya yang dilakukan si gadis hanya sia-sia.

Sementara itu Arwah Kaki Kuda palingkan kepala menatap ke arah saudara tuanya.

Melihat Singa Tetua masih juga tertawa dengan geram dia membentak.

"Saudara tuaku yang tolol. Orang menertawakan diriku mengapa kau ikutan mentertawaiku? Lekas bunuh tua bangka gendut bernama Kelut Birawa itu. Kalau tidak kau lakukan aku akan menghajarmu!"

Tawa Singa Tetua lenyap.

Sambil mengangguk-angguk dan mengusapi wajahnya yang berkeringat dia melangkah maju.

"Kau meminta aku mengabulkan. Apa sulitnya membunuh kakek gemuk ini!" sahut sang kakak .

Kemudian tanpa bicara apa-apa Singa Tetua angkat tangannya tinggi-tinggi. Dengan cepat tenaga dalam dia alirkan kebagian tangannya. Sementara mulut tampak berkemak-kemik membaca sesuatu. Tak lama Kelut Birawa melihat kedua tangan Singa Tetua yang diacungkan ke atas nampak berubah merah laksana bara pertanda lawan tengah mengerahkan ilmu pukulan sakti dan slap menghabisinya

"Ajian Pelebur Raga. Bagus, dia memang patut dilenyapkan dengan ajian itu. Namun kau jangan berlaku tolol. Aku harus melepaskan gadis itu dulu."

Kata Arwah Kaki Kuda.

"Cepat. Aku sudah tidak sabar melihat tubuh gendut gemuk itu hancur lebur menjadi kepingan bertaburan!"

Sentak Singa Tetua dengan dua tangan menggeletar dan sikap tidak sabar.

"Celaka! Jika aku tidak bertindak sekarang jiwaku dan juga keselamatan Dadu Sirah Ayu berada dalam ancaman besar."

Pikir Kelut Birawa .Diam-diam orang tua ini segera mengalirkan tenaga dalam penuh ke tangan kiri kanan.

Dalam hati dia berpikir dirinya harus menghancurkan jaring Penjerat Sukma secepatnya, sekaligus menghantam Singa Tetua yang siap hendak menyerang

"Gadis ayu sahabatku. Lakukan sesuatu. Jangan biarkan manusia bertampang mirip kuda itu menyentuhmu!"

Bisik si kakek.

Dadu Sirah Ayu anggukkan kepala.

Sementara diwaktu yang bersamaan Arwah Kaki Kuda telah melompat ke arah si gadis.

Begitu berada di sisi si gadis dia cepat berjongkok tangan diulur jemari dengan cekatan melepas buhul pada salah satu ujung jaring.

Begitu buhul tali pengikat terlepas, Arwah Kaki Kuda menyeringai.

Bersamaan dengan itu dia berkata.

"Gadis cantik idaman setiap manusia yang ingin hidup abadi. Lekas kau keluar dari jaring itu!"

"Bagaimana dengan kakek sahabatku?!"

Tanya Dadu Sirah Ayu sambil merangkak keluar dari jaring. Sementara kedua tangan yang dikepal siap menghantam lawan yang menunggu di mulut jaring .Pertanyaan si gadis membuat Arwah Kaki Kuda tertawa.

"Kau yang harus selamat dari amukan saudara tuaku. Begitu kau keluar dari Jaring Penjerat Sukma, Buhul jaring ini akan menutup dengan sendirinya. Dan si gendut sahabatmu itu pasti siap menghadap penjaga akherat! Ha ha ha!"

"Aku tidak akan pergi kemana-mana. Justru aku khawatir kalian berdua yang bakal berangkat ke akherat mendahului aku!"

Sahut Kelut Birawa.

Dia lalu melirik ke sang dara. Begitu melihat Dadu Sirah Ayu keluar dari mulut jaring. Serta merta orang tua ini berteriak.

"Sekarang!"

Begitu Dadu Sirah Ayu mendengar teriakan si kakek tidak menunggu lama, secepat kilat dia bangkit sekaligus hantamkan dua pukulan menggeledak ke arah Arwah Kaki Kuda. Sementara itu dibelakangnya sambil duduk bersila Kelut Birawa menghantam jaring Penjerat Sukma dengan satu pukulan tangan kiri. Hampir berbarengan dengan gerakan tangan kirinya, si kakek juga menghantam Singa Tetua dengan pukulan tangan kanan.

Arwah Kaki Kuda yang sama sekali tidak menyangka mendapat serangan seperti itu tentu tidak sempat menghindar. Apalagi jarak antara dirinya dengan si gadis begitu dekat .Karena merasa tak punya pillihan lain, dia pun berlaku nekat. Secepat kilat dia julurkan dua tangan ke depan. Maksudnya hendak menangkap dua tangan putih mulus yang lepaskan pukulan.

Tapi tindakan itu kalah cepat dengan datangnya serangan yang dilancarkan Dadu Sirah Ayu. Segulung cahaya putih berkilau disertai tebaran hawa panas mematikan menghantam dan menggulung Arwah Kaki Kuda.

Wuuus!

Breess!

"Wuaargkh...!"

Terdengar suara jerit melengking dari mulut Arwah Kaki Kuda.

Tubuh laki- laki itu terpelanting dan terlempar sejauh delapan tombak. Ketika Dadu Sirah Ayu berdiri tegak sambil menatap ke arah Arwah Kaki Kuda.

Dia melihat pakaian yang melindungi sekujur tubuh Arwah Kaki Kuda menyala dikobari api.

Sambil menggerung laki laki itu bergulingan berusaha memadamkan api yang membakar tubuh dan pakaiannya.

Sementara Singa Tetua begitu melihat gelagat tidak beres segera lambaikan dua tangannya ke arah Kelut Birawa.

Bersamaan dengan itu si kakek sudah mendahului mendorong ke dua tangannya, Satu tangan menderu menghantam Jaring tangan kanan menghantam ke arah Singa Tetua. Empat larik cahaya merah, biru, hitam, dan putih berkiblat tak ubahnya seperti hantaman petir melabrak jaring Penjerat Sukma.

Seketika itu juga jaring sakti kebanggaan Singa Tetua dan saudaranya meleleh hancur menjadi kepingan.

Sedangkan empat cahaya yang memancar dari tangan kanan si kakek terus melesat menyambar ke arah Singa Tetua.

Mengingat pada waktu yang bersamaan Singa Tetua kibaskan tangan menghantam si kakek dengan pukulan ajian Pelebur Raga, maka seketika itu juga dari kedua tangan Singa Tetua berkiblat dua cahaya merah raksasa.

Dua cahaya tak ubahnya seperti deru ombak akhirnya bertubrukan di udara menimbulkan ledakan dahsyat berdentum dan guncangan mengerikan.

Dadu Sirah Ayu memekik kaget.

Gadis ini terpelanting akibat guncangan.

Sementara Kelut Birawa yang telah meloloskan diri dari jaring yang hancur terkapar megap-megap dengan mulut semburkan darah. Tidak jauh di depan sana Singa Tetua ternyata mengalami akibat yang tidak jauh berbeda dengan yang dialami Kelut Birawa.

Benturan tenaga dalam ditambah guncangan keras akibat ledakan membuat Singa Tetua jatuh terjungkal.

Sambil menggerutu tak berkeputusan, Singa Tetua berusaha bangkit.

Nafas megap- sekujur tubuh serasa panas laksana terbakar, sedangkan tubuh dibagian dalam seperti luluh lantak.

Dengan kaki gemetar dan langkah terhuyung dia berusaha tegak berdiri.

Namun dadanya terasa nyeri.

Singa Tetua terbatuk beberapa kali namun dari mulut tiba-tiba darah kental menyembur pertanda dia mengalami luka dalam sangat parah.

Tak dapat bertahan laki-laki itu jatuh tertunduk menjelepok di atas tanah.

Dia tekap mulutnya yang mengucurkan darah.

Wajah yang pucat terperangah.

Mulut tanpa sadar berucap.

"Walah.... ada cairan merah keluar dari mulutku. Aku terluka. Aku bisa mati kalau begini. Mengapa? Mengapa bisa begini kejadiannya?!"

Desis Singa Tetua gugup.

Tidak menunggu lama dan tanpa menghiraukan keadaan disekelilingnya.

Singa Tetua cepat mengambil sikap duduk bersila.

Dua tangan dirangkapkan ke depan dada, dua mata dipejam rapat.

Perlahan dia mulai mengatur nafas.

Selanjutnya laki laki ini menghimpun hawa sakti dan segera mengalirkannya ke bagian dada dan perut yang mengalami guncangan hebat. Tak jauh di depan Singa Tetua, Kelut Birawa yang juga menderita cidera cukup parah akibat bentrok pukulan dengan lawan, secara perlahan mengerahkan hawa murni guna menyembuhkan luka dibagian dadanya.

Dan kakek ini tidak juga beranjak bangkit dari tempatnya terjatuh.

Dia sengaja terus berbaring untuk mempercepat proses penyembuhan.

Melihat sahabatnya tak kunjung bangkit. Dadu Sirah Ayu yang hanya mengalami luka ringan dan menderita lecet dibagian bahu akibat guncangan ledakan tentu menjadi sangat khawatir.

Menyangka sesuatu yang tidak diinginkan telah terjadi pada sahabatnya Dadu Sirah Ayu dengan cemas selayaknya bocah lugu bergegas menghampiri.

Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kek...bangunlah kek. Jangan tinggalkan saya sendiri kek. Jangan mati kek, aku takut!"

Pekik gadis itu sambil bersimpuh sekaligus mengguncang bahu Kelut Birawa berulang kali .Ketika melihat si kakek tidak bergerak dan sepertinya juga tidak bernafas.

Tak dapat dibendung lagi tangis gadis jelita yang mempunyai banyak kelebihan namun menjadi penyebab malapetaka bagi dirinyapun meledak. Kelut Birawa merasa iba, Namun dia sedang dalam proses pemulihan diri secara cepat tak ingin upayanya untuk memulihkan diri terganggu.

Itulah sebabnya dia memilih diam selayaknya orang mati.

"Jangan mati kek.Aku tidak mau kau tinggalkan sendirian. Di dunia ini banyak orang jahat. Kek bangun kek...hu....hu...hu..."

Kata si gadis semakin tersedu.

"Gadis cantik! Mengapa harus bersedih hati ditinggal mampus tua bangka seperti dia. Walau aku sangat marah karena tindakanmu yang menyerangku secara diam-diam. Namun aku memaafkanmu.Biarkan dia mati menghadap diraja akherat. Kau bisa hidup bersamaku. Aku dapat menggantikan tua bangka itu sebagai pelindungmu. Yang terpenting sewaktu-waktu kau mau menyerahkan sebagian darahmu agar aku bisa hidup abadi."

"Atau bila aku menghendaki, kau juga harus rela menyerahkan kesucianmu padaku .Dengan begitu aku bisa menghilang dan tetap awet muda.Ha ha ha...!"

Kata satu suara disertai tawa tergelak bergema.

Mendengar ucapan serta tawa orang di tengah keheningan lembah yang dingin dan dalam suasana malam pula.

Sebagai gadis yang jalan pikirannya tak berbeda dengan seorang bocah tentu membuat Dadu Sirah Ayu menjadi ketakutan.

Walau begitu dia cepat seka kedua pipinya yang bersimbah air mata.

Selanjutnya dia bangkit berdiri dan arahkan perhatian ke tempat dari mana Suara berasal .Begitu dia mengetahui siapa yang baru saja bicara Dadu Sirah Ayu terperangah.

Tanpa sadar dia bersurut langkah sejauh dua tindak ke belakang Dengan wajah pucat, mata terbelalak seolah tak percaya dengan pandangan matanya sendiri, sekali lagi gadis ini pandang ke depan.

"Arwah Kaki Kuda. Bagaimana mungkin? Bukankah seharusnya kau sudah mati terbakar?"

Desisnya heran. Di depan sana sosok yang bergerak mendekati yang bukan lain memang Arwah kaki Kuda hentikan langkah sekaligus sunggingkan seringai mengejek.

Sirah Ayu kembali memperhatikan untuk lebih meyakinkan diri.

Diapun menyadari orang di depan sana memang adalah Arwah Kaki Kuda.

Tapi kini keadaan dan penampilan Arwah Kaki Kuda lebih angker, lebih menyeramkan dari sebelumnya.

Sekujur tubuh laki-laki itu dalam keadaan tidak karuan.

Seluruh pakaiannya lenyap terbakar. Satu-satunya pakaian yang melindungi tubuhnya hanya selembar celana pendek dipenuhi lubang pelindung aurat.

Dua tangannya mulai dari lengan hingga kebagian jari mengelupas memperlihatkan daging kemerahan.

Sedangkan bagian dada dan punggung melepuh, wajah hangus, bibir melepuh jontor.

Membuat penampilannya makin tidak sedap dipandang.

"Mahluk menjijikan!"

Kata Dadu Sirah Ayu dengan suara mendengus.

"Lebih baik aku mati dari pada menuruti semua keinginan busukmu!"

Arwah Kaki Kuda tertawa. Sambil mengumbar tawa sumbang dia melirik ke arah saudara tuanya yang duduk menjelepok dengan sikap selayaknya orang yang bersemedi.

"Singa Tetua. Aku tahu kau tidak sampai menemui nasib celaka.Mengapa terus bersimpuh disitu? Ketahuilah kalau kau tidak segera bergabung denganku, aku akan membawa gadis ini untuk kepentinganku sendiri. Kelak kau akan mendapatkan sisanya jika aku bermurah hati." ujar laki-laki itu dingin.

Singa Tetua yang hampir pulih dari derita luka dalam buka matanya yang terpejam.

Dari mulut meluncur pertanyaan.

"Keadaanmu tak karuan rupa saudaraku. Tapi aku tahu siapa kita. Lalu bagaimana kakek yang menjadi pelindung gadis istimewa itu?!"

"Dia sudah mampus. Tak ada lagi yang perlu dirisaukan!"

Ujar Arwah Kaki Kuda.

"Walah rejeki besar peruntungan bagus!"

Seru Singa Tetua sambil bangkit berdiri. Sekali bergerak tahu-tahu dia telah berada di belakang Dadu Sirah Ayu. Merasa terancam gadis ini tambah dicekam ketakutan.

"Kek...bangun kek..." serunya dengan suara bergetar

"Orang mati mana mungkin bisa bangun lagi gadis cantik. Mengapa kau bersedih. Masih ada kami yang bisa menemanimu. Kita bisa bersenang- senang menuju sorga dunia. Ha ha ha!"

Kata Singa Tetua sambil julurkan lidah basahi bibir.

"Apa maksudmu, aku tidak mengerti!"

Kata Dadu Sirah Ayu

"Oh kasihan sekali.Selama dirimu dijadikan patung oleh kakek gendut itu.:Ternyata hanya tubuhmu saja yang bertumbuh dan berkembang menjadi elok menawan seperti ini.Sedangkan otakmu tak mengalami pertumbuhan hingga menjadikan jalan pikiranmu tetap seperti bocah kecil.Tapi tidak mengapa, kami bisa mengajarimu bagaimana caranya menggapai sorga dunia.Ha ha ha!"

Kata Arwah Kaki Kuda pula.

"Orang-orang jahat dan gila. Aku sama sekali tidak mengerti apa yang kalian bicarakan!"

Sentak Dadu Sirah Ayu makin bertambah takut.

"Ah, kita dikatai gila dan jahat, saudara tuaku..."

"ala Sabar. Tak usah marah. Namanya juga gadis berpikiran bocah. Sekarang lebih baik kita ringkus dia!"

Seru Singa Tetua bersemangat.

"Kau benar. Malam-malam dingin begini kita perlu kehangatan!"

Menyahuti Arwah Kaki Kuda. Kemudian seakan berlomba kedua orang saling bersirebut mendahului.

Arwah Kaki Kuda menyergap dari arah depan.

Sedangkan Singa Tetua bergerak dari belakang.

Melihat dirinya berada dalam ancaman, Dadu Sirah Ayu cepat Jatuhkan diri diatas dada Kelut Birawa. Tak menyangka gadis yang menjadi incaran bakal menghindar.

Tanpa dapat dicegah lagi kedua orang ini pun saling bertubrukan .Sementara kedua bersaudara itu sama terhuyung dan melangkah mundur ke belakang sambil pegangi benjolan akibat tubrukan di kepala masing-masing.

Kelut Birawa yang merasa ditindih segera bangkit.

"Walah kasihan sekali dirimu, sahabatku. Tapi kau tak perlu cemas. Aku belum mati. Aku baru saja menyembuhkan luka di dalam akibat benturan!"

Ucap si kakek. Dadu Sirah Ayu terperangah sekaligus merasa girang melihat kakek yang menjadi pelindungnya ternyata masih hidup

"Kek... jadi kau tidak mati, Oh, aku sangat gembira sekali!"

Seru si gadis lalu tanpa canggung lagi segera memeluk dan merangkul Kelut Birawa.

"Tidak. Aku tidak mati kalau hanya diserang dengan ilmu rongsokan."

Menyahuti Kelut Birawa sambil balas memeluk dan mengusap punggung Dadu Sirah Ayu.

Melihat kedua orang itu saling berpelukan. Arwah Kaki Kuda menjadi marah kalau tidak dapat dikatakan iri. Demikian juga halnya dengan Singa Tetua.

Malah laki-laki bertubuh gempal ini menggerutu.

"Sialan! Gadis cantik calon korban kita tidak disangka lebih suka memeluk tua bangka itu dari pada bersenang-senang dengan kita."

"Jangan cuma bisa menggerutu. Mari kita ringkus mereka?!"

Timpal Arwah Kaki Kuda.

Belum lagi keduanya sempat mengambil tindakan.

Tiba-tiba semua orang yang berada di tengah lembah dikejutkan oleh terdengarnya suara bergemuruh suara langkah kaki kuda.

Kelut Birawa dan Dadu Sirah Ayu saling melepas rangkulan, sama menjauhkan diri dan cepat berdiri.

Sementara Singa Tetua dan saudaranya saling pandang namun hampir bersamaan segera palingkan kepala menatap ke arah datangnya suara.

"Suara langkah kuda berlari cepat. Dipacu ditengah malam buta? Seumur hidup kita menetap di sini. Rasanya kita belum pernah kedatangan tamu malam-malam begini dan menunggang kuda pula."

Desis Arwah Kaki Kuda dengan suara tercekat.


*****

Sementara itu pada kesempatan berbeda di kawasan Alas Sindang Pantangan.

Perkelahian yang terjadi antara Sang Maha Sakti Raja Gendeng dengan Si Jubah Sakti ternyata telah mencapai puncaknya.

Sadar Jubah Api yang menyerang Orang Mati dari Makam Setan gagal menghabisi lawannya.

Apalagi lawan berhasil lolos dengan mengamblaskan diri masuk ke dalam tanah maka murka si Jubah Sakti semakin menjadi.

Sebagai pelampiasan segala kemarahan atas kegagalan si Jubah Api dan temannya dalam membunuh Orang Mati, kini segenap kemarahan dia tumpahkan pada Raja.

Dengan segenap ilmu serta kesaktian yang dia miliki perempuan berjubah sakti ini mencecar lawan dengan jurus-jurus ganas yang berbahaya.

Mendapat gempuran hebat yang berlangsung sangat cepat, pemuda ini segera menggunakan jurus-jurus warisan Ki Panaraan Jagad Biru dan Nini Balang Kudu .Tidaklah heran walaupun si Jubah Sakti terus mencecar dan berusaha merobohkan Raja dengan pukulan, tendangan serta kebutan jubahnya yang dapat memancarkan cahaya panas dan deru angin dingin, tetap saja tidak mengenai sasaran karena Raja selalu dapat menghindarinya.

Melihat kenyataan ini si Jubah Sakti dengan segenap rasa penasaran segera berjumpalitan ke udara.

Disaat tubuhnya melambung, kakinya menderu membabat ke bagian kepala Raja.

Sambaran angin dahsyat akibat tendangan menderu melabrak kepala sang pendekar.

Pemuda ini berkelit sambil miringkan kepala ke kiri.

Hampir bersamaan dengan gerakan menghindar, dua tangan diangkat.

Lalu dengan menggunakan jurus Cakar Sakti Rajawali tangan itu diangsurkan ke depan menyambut tendangan lawan.

Melihat lawan berusaha mematahkan tendangannya si Jubah Sakti bukannya menarik balik serangan.

Sebaliknya dia melipat gandakan tenaga dalam dan menyalurkannya ke bagian kaki.

Duuk!

Benturan keras terjadi.

Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Raja terhuyung, tangan yang dipergunakan untuk menangkis nampak menggembung bengkak sekaligus terasa sakit bukan main.

Tapi jahilnya pemuda ini.

Walau tangan menderita cidera, namun dia sempat susupkan tangan kiri ke arah pinggul dan melakukan usapan di sana.

Usapan itu bukanlah usapan biasa atau bermaksud mesum.

Diam-diam Raja melakukan totokan dipinggul lawan.

Sehingga ketika benturan terjadi.

Si Jubah Sakti yang sempat terguncang dan meluncur ke tanah tidak sempat jejakkan kaki dengan tepat begitu menjejak tanah.

Perempuan berjubah itu terjatuh dengan tubuh miring.

Celakanya ketika hendak bangkit berdiri dia merasakan kedua kaki hingga ke pinggulnya terasa kaku tak dapat digerakkan.

"Keparat kurang ajar! Dia telah menotokku dengan usapan." maki si Jubah Sakti.

Dengan mata mendelik dia menatap ke arah temannya si Jubah Api.

Melihat sang teman hanya berdiri diam tercengang, si Jubah Sakti mendamprat.

"Mengapa kau hanya berdiam diri di situ? Cepat habisi gondrong kurang ajar itu!"

Teriaknya. Walau merasa kesal dibentak, namun si Jubah Api segera melompat maju. Belum sempat dia melakukan tindakan apa-apa, Sang pendekar sambil tertawa-tawa berucap.

"Kau hendak maju menggantikan temanmu. Apakah kau juga merasa iri dan ingin kuusap? Percayalah usapanku yang kedua bisa membuatmu lumpuh seumur hidup. Lebih celaka lagi usapanku juga bisa membuat pusaka keramatmu ikutan menjadi lumpuh, layu tidak berguna.
Ha ha ha!"

Kata-kata Raja yang merupakan gertakan belaka.

Tetapi ternyata kata-kata itu mempengaruhi si Jubah Api.

Dia sempat tertegun, mata terbelalak dan tanpa sadar meraba bagian bawah perutnya.

Melihat si Jubah Api berubah cemas, temannya yang sedang berusaha keras membebaskan diri dari penganuh totokan pun membentak.

"Jangan takut! Dia tidak mungkin bisa melakukan sejauh itu!"

"Kau benar. Dia hanya menakut-nakuti aku!"

Sahut si Jubah Api sambil berusaha melenyapkan segenap kebimbangan di hati.

Setelah berkata begitu si Jubah Api segera silangkan kedua tangannya ke depan dada.

Dan nampaknya sebagaimana yang dia lakukan pada Orang Mati dari Makam Setan.

Dia juga ingin menyerang Sang Maha Sakti Raja Gendeng dengan serangan yang mematikan.

"Manusia tolol nekat!"

Gerutu Raja sambil diam-diam salurkan hawa sakti ke bagian kaki dan tangannya.

Belum lagi kedua orang ini saling serang. Tiba tiba saja terdengar suara bergemuruh disertai suara seseorang yang melontarkan sumpah serapah.

"Anak-anak tolol. Tidak becus dalam melakukan tugas dan mengecewakan ketika diberi amanat! Lebih baik kalian berdua pulang. Jangan layani pemuda gila yang satu itu."

Lalu suara gemuruh tambah menjadi.

Raja terkejut.

Namun segera pentang matanya memandang ke satu jurusan di mana suara berasal.

Belum sempat d?a mengetahui siapa yang mendamprat dan siapa yang datang.

Tiba-tiba dari balik pucuk pepohonan tinggi terlihat satu bayangan serba biru berkelebat ke arah si Jubah Sakti dan Jubah Api.

"Perlu apa kau menatapku. Kau ingin manisan dari Sindang Pantangan?"

Damprat sosok serba biru. Selagi Raja tercengang melihat kecepatan gerak yang sangat luar biasa itu.

Sang Maha Sakti terkesiap karena tiba-tiba di depannya menderu belasan senjata berupa tombak merah menyala dikobari api. Tidak ingin celaka, Sang Pendekar segera melompat ke belakang sekaligus menghantam beberapa tombak api yang siap menghujani tubuhnya.

Angin dahsyat bergulung-gulung melesat dari telapak tangan Raja.

Kemudian gelombang angin yang menggemuruh laksana badai bercampur es melabrak tombak-tombak itu.

Brak!

Prak!

Prak!

Semua tombak berpentalan di udara, berderak hancur menjadi kepingan yang mengepulkan asap kebiruan.

Dalam waktu sekejap kepingan tombak rontok berjatuhan di tanah dan batu hingga menimbulkan suara denting memekakkan telinga.

Ketika kepulan asap lenyap.

Sang Maha Sakti Raja Gendeng segera menatap kejurusan di mana kedua lawan berada.

Sementara itu mulut berkata.

"Kalau saja tidak segera mengambil tindakan. Aku bisa mati konyol ditembus tombak api."

Ucapan Raja lenyap, matanya terbelalak ketika sadar kedua lawan ternyata telah menghilang dari hadapannya.

"Siapa sosok berpakaian biru itu? Apakah dia orangnya yang bernama Gusti Ratu? Ratu apa? Pasti dia yang membawa pergi Jubah Sakti dan Jubah Api." membatin pemuda itu penasaran.

Dia lalu berpikir mengapa sosok serba biru datang menjemput kedua orang berjubah. Belum lagi sang pendekar menemukan jawabannya. Sayup-sayup dikejauhan dia mendengar suara orang berkata.

"Pemuda Gondrong berpedang. Jangan merasa diri berada di atas angin. Kepandaianmu baru seupil. Dan kau harus bertanggung jawab atas semua tindakanmu."

Terdorong rasa penasaran Raja menyahuti dengan berteriak.

"Mungkin kepandaian yang kau miliki jauh lebih hebat. Aku tidak peduli. Memangnya perbuatan apa yang harus kupertanggung Jawabkan?"

"Apakah kau tidak sadar telah membunuh Ayudra bayu dan Ayudra Tirta? Tindakanmu itu telah memancing kemarahan gurunya. Kini kau menjadi orang yang paling dicari oleh Penghuni Perahu Setan!"

"Apa? Perahu Edan?"

"Kau berlagak tuli, kau pura-pura tidak mendengar. Apa kau mengira aku sedang melucu?"

Sahut suara itu dan Raja dapat merasakan pemilik suara ternyata semakin menjauh

"Aku tidak tahu siapa kau. Katakan padaku siapa penghuni perahu setan? Apakah dia manusia ataukah setan sungguhan?"

Tanya Raja. Tidak ada jawaban. Sang pendekar terdiam sejenak, lalu berkata.

"Siapapun dia kenapa harus takut kepada penghuni Perahu Setan. Karena aku yang membunuh manusia kembar kaki tangan Gagak Anabrang, Jadi akulah yang bertanggung jawab. Perlu apa dia takut?"

Kemudian ingatan Raja malah tertuju pada Kabut Hitam yang telah banyak membantunya.

"Aku belum sempat mengucapkan terima kasih pada gadis malang itu. Lebih baik kucari dia sekaligus mencari tahu tempat kediaman Gagak Anabrang."

Setelah berkata begitu Raja balikan langkah dan bermaksud tinggalkan tempat itu.

Tapi begitu berbalik alangkah kaget hati sang pendekar ketika melihat tak jauh di depannya berdiri tegak laki-laki berpakaian serba merah bertopi mirip pocongan orang mati.

"Kau? Kau pergi seperti pengecut lalu muncul kembali setelah musuh melangkah pergi?"

Sentak Raja sinis. si baju merah bertopi aneh menyeringai sambil mengusapi wajahnya yang pucat tak bersemangat. Setelah sempat menjura dia berkata.

"Aku bukan pengecut. Orang Mati mana mungkin takut pada yang masih hidup. Aku memang sengaja menghindar tak ingin melayani si Jubah Api. Karena maksud kedatanganku ke tempat ini ingin bertemu dengan Gusti Ratu. Jadi jika aku membuat celaka pengikut Gusti Ratu, besar kemungkinan gusti Ratu menjadi murka. Lalu apa jadinya bila tidak mau memberi penjelasan penting yang aku butuhkan?"

"Memangnya kedua orang berjubah itu pengikut Gusti Ratu?"

"Aku tidak yakin benar, tapi aku menduga demikian. Itulah sebabnya aku bermaksud menemuinya!"

"Apakah kau tahu dimana keberadaan orang yang kau cari itu?"

Tanya Raja. Pemuda ini lalu teringat dengan kehadiran sosok berpakaian serba biru.

"Mungkin saja orang yang kau cari adalah sosok serba biru yang muncul di tempat ini, lalu membawa pergi kedua orang berjubah itu?!"

"Aku tidak tahu dimana keberadaannya. Tapi aku yakin orang yang kau sebutkan bisa saja memang dia yang kucari. Namun aku juga tidak dapat memastikan."

Jawab si Orang Mati dari Makam Setan.

"Terserah. Apapun yang hendak kau lakukan aku tidak perduli. Aku sendiri masih banyak kepentingan! Selamat tinggal!"

Dengus Raja kesal.

"Sahabat tunggu! Memangnya kau hendak kemana?!"

"Aku bukan sahabatmu. Orang hidup mana mungkin bersahabat dengan orang kuburan. Lagi pula aku hendak pergi kemana perduli apa?"

"Ah tak kusangka orang aneh sepertimu bisa juga marah. Tapi sebelum pergi aku merasa perlu mengingatkanmu bahwa saat ini ada seseorang yang sangat ingin membunuhmu. Ha ha ha!" kata Orang mati sambil berkelebat pergi

"Siapa pun orangnya yang menghendaki nyawaku. Perlu apa aku takutkan?!"

Gumam raja lalu tinggalkan tempat itu.


******

Kembali ke Lembah Batu Gamping Ketika Kelut Birawa dan Dadu Sirah Ayu saling pandang dan mulai menduga-duga siapa gerangan penunggang kuda yang memasuki lembah.

Saat itu Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetua merasa cemas

"Kukira ini pertanda yang tidak baik!" berkata Singa Tetua dengan suara tercekat ditenggorokkan.

"Kita harus merampas dan membawa pergi gadis itu secepatnya!"

Menyahuti Arwah Kaki Kuda dengan suara berbisik.

Singa Tetua anggukkan kepala tanda setuju.

Namun baru saja dia hendak melangkah menghampiri gadis itu.
Raja Gendeng 13 Misteri Perawan Siluman di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tiba-tiba terdengar suara bentakan menggeledek.

"Jangan ada seorang pun yang berani bergerak dari tempatnya!"

Suara bentakan menggelegar lenyap.

Tahu-tahu dihadapan mereka telah berdiri tegak seekor kuda berbulu merah.

Anehnya mata kuda dalam keadaan tertutup selembar kain hitam.

Sedangkan di atas punggung kuda duduk seorang laki-laki berpakaian hitam berambut putih disebelah kanan dan hitam di sebelah kiri.

Begitu hadir di depan orang-orang itu si penunggang kuda layangkan pandang ke arah semua orang yang berada di depannya.

Sementara melihat kehadiran orang yang tidak dikenalnya itu .Arwah Kaki Kuda melangkah maju sekaligus ajukan pertanyaan.

"Orang berkuda yang menyembunyikan wajah di balik topeng. Siapa dirimu adanya? Mengapa kau datang kemari? Apakah hendak mengacaukan rencana kami?"

Wajah di balik topeng menyeringai. Tatap matanya tertuju lurus ke arah orang yang bertanya. Setelah itu diapun menjawab.

"Orang sakit datang menunggang kuda Kroya yang sakit pula. Menatap ke langit. Langit dipenuhi lautan awan amarah. Menatap bumi, bumi bersimbah darah dan kebusukan manusia. Menatap ke dada yang ada hanyalah angkara murka. Kedatanganku membawa segunung murka. Di belakangku neraka mengikuti. Melihat ke depan jiwaku dipenuhi keinginan membunuh terhadap manusia seperti kalian berdua!"

Kata si penunggang kuda ditujukan pada Arwah Kaki Kuda dan saudara tuanya.

"Kk.. kau... bukankah kau orangnya yang biasa disebut si Raja Pedang?!"

Desis Singa Tetua dan Arwah Kaki Kuda dengan wajah pucat.

Rupanya keduanya sudah sering mendengar sepak terjang Raja Pedang yang ganas. Penunggang Kuda yang memang si Raja Pedang adanya menyeringai.

Namun dengan tidak perduli.

Kini perhatiannya tertuju pada Kelut Birawa dan Dadu Sirah Ayu.

Kepada kedua orang ini dia berkata.

"Mungkin kau dan gadis yang bersamaku tak mengenal diriku, namun aku mengenal siapa kalian. Aku memberi ijin pada kalian untuk meninggalkan tempat ini dan meneruskan perjalanan. Tapi ingat, kelak bila aku membutuhkan gadis yang berada dalam perlindunganmu itu. Kuharap kau mau menyerahkannya padaku dengan sukarela!"

Tegas Raja Pedang. Walau penunggang kuda itu terang-terangan ada dipihaknya. Namun ucapan terakhir yang dilontarkan Raja Pedang membuat Kelut Birawa jadi penasaran.

"Apa maksud ucapanmu?"

"Orang tua bernama Kelut Birawa berjuluk Setan Racun Merah. Saat ini tidak ada lagi pembicaraan diantara kita. Lekas pergi dan bawa gadis itu dari sini sebelum aku berubah pikiran!" pekik Raja Pedang.

Si kakek tertegun. Dia tidak hanya tersinggung tapi juga menjadi marah. Namun mengingat urusan yang dia hadapi menyangkut keselamatan Sirah Ayu lebih penting.

Terlebih menyadari siapa adanya Raja Pedang. Kemudian tanpa menoleh lagi Kelut Birawa bergegas tinggalkan tempat itu. Melihat Dadu Sirah Ayu pergi bersama si kakek, Arwah Kaki Kuda tentu saja tidak dapat menerima. Dia berteriak ditujukan pada saudara tuanya.

"Buruan kita lolos mengapa kau diam saja! Cepat ambil tindakan. Jangan takut pada manusia pembunuh yang satu itu!"

"Baik! Aku akan mengejar mereka!"

Teriak Singa Tetua.

Baru saja laki-laki itu balikan badan siap menyusul Kelut Birawa, Tiba-tiba di belakangnya terdengar suara ringkik kuda dan desing senjata yang dicabut dari rangkanya.

Lalu kuda berlari bergemuruh.

Seiring dengan itu terdengar teriakan Arwah Kaki Kuda member peringatan

"Singa Tetua Awas!"

Cras!

Sia-sia Arwah Kaki Kuda memberi ingat.

Kejadian yang sangat mengerikan itu berlangsung tak sampai sekedipan mata.

Tahu-tahu pedang berwarna hitam di tangan Raja Pedang berkelebat menderu menghantam bahu hingga terbelah tembus ke bagian perut.

Singa Tetua tak kuasa menjerit.

Banyak darah menyembur dari luka menganga mengerikan.

Tak lama kemudian tubuhnya ambruk menggelepar di tanah dan tak berkutik lagi.

Melihat saudaranya tewas dengan cara mengerikan Arwah Kaki Kuda murka bukan kepalang.

Dia pun segera melesat ke arah Raja Pedang lalu lepaskan pukulan jarak jauh tiga kali berturut-turut.

"Membokong bukan berarti bisa menang!"

Seru Raja Pedang.

Lalu tanpa menoleh juga tanpa memutar arah kudanya pedang dikibaskan ke belakang menangkis serangan lawan.

Tam!

Tam!

Tam!

Terdengar dentuman menggelegar tiga kali berturut-turut.

Semua serangan ganas Arwah Kaki Kuda dapat dihancurkan.

Melihat pukulannya gagal mengenai lawan. Arwah Kaki Kuda bertindak nekat. Dengan menggunakan dua tangan yang telah teraliri tenaga dalam tinggi dia melabrak.

Tangan menderu mencari sasaran di bagian punggung dan batok kepala.

Namun laksana kilat Raja Pedang balikkan arah kuda.

Lalu pedang dia kibaskan ke depan.

Set!

Cres!

Arwah Kaki Kuda terkejut melihat kecepatan gerak Raja Pedang yang luar biasa.

Dia berusaha menghindar dari tusukan pedang.

Namun belum sempat laki-laki ini melakukan niatnya, ujung pedang telah menembus perutnya. Arwah Kaki Kuda menjerit keras, mata mendelik mulut semburkan darah, Dan ketika Raja Pedang hentakan tangannya ke belakang, lawan jatuh bergedebukan di tanah lalu tewas menemul ajal.

Sambil menatap dingin ke arah lawan, Raja Pedang masukkan kembali Pedang Sakti Penggebah Nyawa ke dalam rangkanya.

Setelah itu tanpa menoleh lagi dia memacu kudanya tinggalkan lembah. Tak lama kemudian seperginya Raja Pedang.

Dari sebelah selatan lembah tiba-tiba muncul benda aneh mirip perahu.

Yang mengherankan benda besar berwarna merah dengan tiang-tiang tinggi berbendera merah itu bukannya berjalan di atas air melainkan meluncur mengapung di atas ketinggian .Selagi benda aneh berbentuk perahu itu meluncur di atas ketinggian, dari dalam perahu terdengar ada suara orang berkata.

"Pembunuh berkuda memang hebat. Kecepatannya dalam menggunakan senjata tak tertandingi. Namun setiap insan harus sadar. Di atas langit masih ada langit. Dan orang yang mati bukan tidak berguna lagi!"

Suara serak aneh dingin dan menyeramkan dari dalam perahu diketinggian udara lenyap.

Lalu tiba-tiba ada dua tali berwarna merah meluncur deras kebawah tepat dimana Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetua tergeletak.

Laksana kepala seekor ular. Begitu sampai ditempat yang dituju kedua ujung tali lalu meliuk dan melibat jasad tidak bernyawa kedua saudara itu.

Ketika dua tali disentakkan ke atas.

Kedua jenazah langsung terangkat naik lalu masuk kedalam perahu hilang lenyap dari pandangan.

Perahu yang sempat mengapung diam diketinggian bergerak lagi.

Sebelum perahu menghilang dari lembah.

Sayup-sayup terdengar suara orang dalam perahu.

"Yang menjadi kesayangan telah dibunuh orang. Kematian bagi si pembunuh sudahlah pasti sebagai ganjaran. Yang mati bukan tidak bermanfaat. Untuk menggantikan yang disayangi. Apa salahnya mayat diangkat menjadi murid yang berguna? Sialan-sialan. Di mana pembunuh itu?!"

Penghuni perahu menutup ucapan dengan gerutuan dan Tanya.

Tamat.

Episode Berikutnya

Misteri Perahu Setan


(Tiada gading yang tak retak,begitu juga hasil scan cerita silat ini..
mohon maaf bila ada salah tulis/eja dalam cerita ini.Terima kasih)

Situbondo,20 September 2019

Sampai jumpa di episode berikutnya ..... (Saiful Bahri)


Seruling Haus Darah Hiat Tiok Sian Jin Gento Guyon 4 Bayar Nyawa Matahari Esok Pagi Karya S H Mintardja

Cari Blog Ini