Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 1

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 1

PASANGAN SEMPURNA YANG DITAKDIRKAN ( Jin Yu Liang Yuan - Perfect Couple ) Pengarang .

Tong Hua

Penterjemah . Grace Tjan

Semua orang berkata bahwa semua tempat di ibu kota indah, namun Qilin yang baru pertama kalinya datang ke ibu kota tak merasa demikian.

Ia mengenakan pakaian dari kain kasar yang compang-camping, rambutnya diikat sehingga menjadi gimbal, sekujur tubuhnya pun penuh lumpur, persis seperti seorang pengemis melarat! Raut wajahnya hampir tak dapat dikenali saking hitamnya, hanya sepasang matanya yang jeli dan cerdik yang kelihatan, sangat tak sesuai dengan keseluruhan penampilannya.

Si pengemis kecil mengerutkan keningnya dan mencibir, sambil berkacak pinggang, ia memperhatikan jalan raya yang ramai, tak bisa tidak ia mencela dalam hati.

"Tempat jelek ini apa bagusnya? Ribut sekali, berjalan kemana pun penuh orang......"

Dimana gerangan Emeishannya yang udaranya segar dan pemandangannya seindah lukisan? Saat ini, suara musik yang diiringi tetabuhan berkumandang, musik itu membuat suasana menjadi riang gembira, sepertinya ada sebuah upacara pernikahan.

Keluarga siapa yang hendak mengunduh menantu? Dengan penuh rasa ingin tahu, Yu Qilin mengikuti kerumunan orang itu dan menontonnya.

Nampak delapan belas orang yang dandanannya mewah, mereka terdiri atas dua barisan yang maju perlahan-lahan.

Yang berada di barisan paling depan adalah dua orang pengawal yang mengangkat kapak panjang mereka tinggi-tinggi, mereka mengenakan baju zirah dan sangat berwibawa, mereka berjalan di depan selangkah demi selangkah untuk membuka jalan bagi rombongan di belakang mereka.

Di belakang para pengawal itu terdapat empat orang pelayan perempuan yang membawa tempat hio, lengan baju mereka berkibar-kibar, asap hio yang kebiruan mengepul ke angkasa, lalu hilang ditiup angin.

Kedua pengawal di belakang para pelayan wanita itu dengan khidmat mengusung sebuah papan pujian melintang besar.

Papan pujian itu panjangnya satu zhang lebih, lebarnya kurang lebih tiga chi, belum di lak, rupanya terbuat dari kayu zitan kelas satu! Di puncaknya tergantung kain brokat Sichuan untuk upeti berwarna merah darah yang dilipat menjadi sebuah bunga merah, huruf-huruf di bawah bunga merah itu sepertinya ditatah dengan emas murni, berkilauan di bawah sinar mentari, benarbenar nampak sangat mewah.

Rakyat jelata menjulurkan leher mereka untuk melihatnya, dari mulut mereka terlontar rasa kagum, betapa megahnya, alangkah hebatnya! Untuk beberapa saat, mereka terus membicarakannya.

Yu Qilin mencari akal agar dapat menerobos kerumunan orang itu, di tengah kerumunan orang yang saling berdesakan itu ia nampak seperti seekor belut, ia menerobos kesana-kemari di tengah kerumunan dengan lincah dan berani, sehingga dalam sekejap ia telah berhasil menerobos sampai ke barisan terdepan, lalu menjulurkan kepalanya untuk menonton.

Hei! Di belakang papan pujian itu melangkah dua orang tambun berkulit putih mulus, walaupun pakaian mereka sangat indah, tangan mereka membawa kebutan ekor kuda......apakah mereka kasim?, duga Yu Qilin, dilihatnya pula bahwa pakaian setiap pengawal dan pelayan wanita itu luar biasa, sikap mereka anggun.

Apakah mereka berasal dari istana kaisar? 'Pasangan.....Sempurna......Yang......Ditakdirkan', Yu Qilin memandang papan pujian itu, sekaligus mendengar orang-orang di sampingnya membaca empat huruf besar di papan pujian itu keras-keras.

Ia mengerutkan hidungnya dan tak bisa menahan diri untuk mengumam pada dirinya sendiri.

"Mereka memainkan musik dan mengusung panji-panji......masa cuma untuk mengantarkan papan pujian saja harus membawa begitu banyak bala tentara?"

Begitu ia mengucapkan perkataan itu, seorang sastrawan di sisinya memandangnya dengan pandangan merendahkan. Sastrawan itu meliriknya dan mencibir, lalu matanya memandang papan pujian itu, ia begitu bersemangat hingga tangan dan kakinya gemetar.

"Mengantar papan pujian? Kau tahu tidak, ini adalah papan pujian yang dianugerahkan oleh kaisar! Keluarga Jenderal Jin dan Keluarga Jiang benar-benar menerima anugerah besar dari Sri Baginda!"

Seorang petani berpakaian biru tua di samping sang sastrawan ikut berbicara.

"Tuan mudanya Jenderal Jin itu akan menikahi puteri Keluarga Jiang.....cck, cck, Sri Baginda yang sedang bertahta sangat menghargai perjodohan diantara keluarga menteri militer dan sipil, kedudukan dan kekayaan mereka benar-benar sepadan! Lagipula, ini adalah pernikahan yang dianugerahkan oleh ibu suri, benar-benar membuat orang kagum melihatnya!"

Sang sastrawan mengangguk-angguk dengan bersemangat.

"Benar sekali! Nyonya Jin adalah keponakan kandung ibu suri". Jenderal Jin? Begitu mendengar perkataan itu, tubuh Yu Qilin pun gemetar, semangatnya kontan berkobar, ia cepat-cepat bertanya pada sastrawan itu.

"Jenderal Jin? Jenderal Jin yang mana?"

Sang sastrawan memandanginya dengan menghina, ia bergeser ke samping, seakan takut lumpur di tubuh Yu Qilin menempel di tubuhnya.

"Di seantero ibu kota ini mana ada Jenderal Jin lainnya? Tentu saja dia adalah Jenderal Besar Jin Jing". Yu Qilin cepat-cepat bertanya pula.

"Jenderal Jin ini punya berapa orang putera?"

Si petani di sampingnya ternyata seorang paman yang baik, ia sama sekali tak menghindari pengemis, kecil yang kotor ini, dengan ramah ia tersenyum dan berkata.

"Jenderal Jin cuma punya seorang putera, namanya Jin Yuanbao, mungkin adik pernah bertemu dengannya di jalan".

"Jin? Yuan? Bao?", Yu Qilin tak kuasa menahan diri, ia pun tertawa terbahak-bahak.

"Aku belum pernah mendengar nama yang begitu bodoh, kalau bertemu dengannya aku pasti tak akan melupakannya!"

Walaupun ia tertawa terbahak-bahak, namun diam-diam ia menyimpan nama itu di dalam hati. "Aiya, kalau mau pergi, pergi sana, cepat ikuti mereka!"

Entah siapa yang berseru di tengah kerumunan itu, dalam sekejap semua orang pun berbondong-bondong keluar bagai air bah.

Ketika Yu Qilin didesak orang sampai ke barisan belakang ia baru bereaksi, pengawal kehormatan pembawa papan pujian itu sudah hampir melewatinya! Hal ini tak dapat dibiarkan! Kalau ia mengikuti mereka, ia akan dapat menemukan Istana Jenderal Jin......saat itu ia akan menyusup masuk.....

"Aduh!", sebuah rasa sakit yang tak tertahankan muncul dari kakinya, ia menarik napas panjang, terhuyung-huyung, lalu menginjak sesuatu yang empuk.

"Ah!", sebuah jeritan melengking yang merdu berkumandang. Mau tak mau Yu Qilin menutup telinganya sambil memandang ke asal suara itu. Seorang wanita dari keluarga kaya yang cukup cantik dan mengenakan pakaian indah yang serupa memelototinya dengan gusar sambil berkacak pinggang, katanya.

"Hei! Pengemis bau! Kau tak punya mata, ya!"

Mungkin suara nona itu terlalu merdu, sehingga kerumunan orang itu berhenti bergerak untuk sesaat.

Semua orang melihat ke kiri dan kanan, mereka sulit memutuskan apakah akan terus mengikuti para pengawal kehormatan, atau tetap tinggal di sini untuk menonton keributan ini, akhirnya, ada sebagian hadirin yang merasa lebih suka menonton keramaian ini daripada menonton para pengawal, maka mereka pun mulai mengelilingi mereka, dan kerumunan itu pun makin lama makin ketat mengelilingi mereka.....

Dan di tengah kerumunan itu pun ada seorang lelaki bertubuh tinggi, berkepala dan bermata bulat, yang perlahan-lahan mendekati wanita hartawan itu.

Yu Qilin meliriknya, lalu sedikit mengerutkan keningnya.

"Hei!", si wanita hartawan menggertakkan giginya dan berkata.

"Aku bicara padamu! Pengemis bau! Kau lihat apa?"

Yu Qilin perlahan-lahan mengalihkan pandangannya ke arahnya, dengan ekspresi acuh tak acuh ia berkata pada nona itu.

"Nona, kalau aku tak salah ingat......kau jelas-jelas yang menginjakku duluan, benar tidak?"

Wanita hartawan itu tertegun sejenak, lalu mengigit bibirnya, dengan keras kepala ia berkata.

"Kau mengotori sepatuku, ayo beri aku ganti rugi! Matamu buta, ya!"

Dengan wajah tanpa dosa Yu Qilin mengkedip-kedipkan matanya, lalu perlahan-lahan menatap ke bawah, memandang noda di sepatu wanita hartawan itu, seakan mendadak tersadar, ia pun segera menjura seraya menyengir nakal.

"Ternyata memang kotor sekali......mohon maaf. Kau pakai sepatuku saja". Sambil berbicara, ia menjulurkan kakinya. Wanita hartawan itu memandangi sepatu kainnya yang kotor dan menampakkan separuh ibu jarinya itu, dalam sekejap wajahnya menjadi gelap.

"Kau! Kau sengaja melakukannya! Siapa yang mau pakai sepatu pengemis yang robek-robek! Hah, melihat penampilanmu ini, kau pasti tak bisa memberiku ganti rugi, kalau begitu kau berlutut saja dan bersujud pada nenekmu ini, dan aku akan mengampunimu". Berlutut dan bersujud? Yu Qilin memicingkan matanya, wajahnya nampak agak gusar.

"Hei, kau si nona kecil ini tinggi semampai, tapi mulutmu kenapa hina begini?"

"Katamu mulutku hina?", balas wanita hartawan itu, dengan geram ia menunjuk batang hidung Yu Qilin.

"Aku beritahu kau, kau bersujudlah padaku dan aku akan mengampunimu, tuan besar yang terhormat itu adalah teman sekampung halaman ipar paman jauhku!"

Hubungan keluarga yang begitu jauh......Yu Qilin meliriknya, begitu ia hendak membuka mulut, ia melihat sebuah tangan menyelinap ke pinggang wanita kaya itu dan mengambil dompetnya tanpa diketahui siapa pun.

Ia membuka mulutnya dan menunjuk-tunjuk ke belakang si wanita hartawan.

Wanita hartawan itu tertegun sejenak, lalu menoleh ke belakang dengan wajah curiga, ia melihat seorang lelaki yang berkepala dan bermata bulat mengangkat dompet miliknya, lalu melambailambaikannya ke arah dirinya.

Wanita hartawan itu terpana, lalu cepat-cepat meraba pinggangnya, tiba-tiba ia menjerit melengking.

"Ah --dompetku......tangkap pencuri! Tangkap pencuri!"

Melihat kejadian itu, Yu Qilin pun melompat seraya berteriak.

"Tangkap si pencuri kecil!"

Namun para hadirin yang menonton dari segala penjuru hanya saling memandang saja, lalu dengan sangat cepat berhamburan pergi, ternyata tak seorang pun berani menangkap pencuri kecil itu! "Ai, moralitas umum sekarang ini memang begini, di ibu kota lagi!"

Yu Qilin menghela napas.

"Andai peristiwa ini terjadi di Emeishan, jangankan mencuri barang di jalan raya, mencuri sebonggol jagung di rumah orang pun si pencuri akan dipukuli orang sekampung!"

Ia melihat wanita hartawan itu menjinjing roknya dan berbalik, lalu mengejar pencuri kecil itu dengan tertatih-tatih, tentunya dengan langkahnya yang ajaib itu, ia tak akan dapat mengejar pencuri kecil itu! Yu Qilin memperhatikan arah larinya si pencuri kecil, ia mencaricari diantara kerumunan orang itu, dan segera dapat melihatnya berlari di tengah kerumunan, maka ia pun segera angkat kaki mengejarnya.

Pencuri itu larinya tak cepat dan juga tak lambat, ia sering menoleh ke belakang melihat wanita hartawan itu sambil meringis dan melambai-lambaikan dompetnya, ia merasa bahwa langkah kaki tertatih-tatih wanita hartawan itu lucu sekali.

Ia berlari perlahan beberapa langkah, hendak menunggu wanita hartawan itu mengejarnya, dalam hati ia diam-diam berpikir.

"Gadis ini rupanya lumayan, kalau bisa kuserahkan pada orang, aku akan untung besar dengan ongkos sedikit". Ketika si pencuri sedang berpuas diri, sekonyong-konyong sebuah sosok hitam berlari ke depannya dengan cepat. Si pencuri menatapnya, bukankah dia si pengemis kecil itu? Untuk apa dia datang? Sesuai dengan naluri yang berasal dari pekerjaannya, sang pencuri cepat-cepat lari lintang-pukang! Setelah berlari di jalan untuk beberapa saat, ia menoleh dan hampir terjatuh saking terkejutnya, pengemis kecil itu bagaimana bisa berlari begitu cepat! Bukankah dirinya adalah 'Macan Tutul Terbang Di Langit' yang termasyur di dunia persilatan? Kalau bicara tentang kecepatan berlari, ia tergolong papan atas di dunia persilatan! Pengemis kecil ini dari mana asalnya, kenapa bisa lebih cepat darinya? Tanpa bimbang sedikit pun si Macan Tutul Terbang Di Langit menarik napas dan mempercepat larinya! Saat melewati papan pujian yang berkilauan di jalan, tak nyana dilihatnya dari pantulan di papan pujian itu bahwa kaki si pengemis kecil menjejak tembok dua atau tiga kali, lalu dapat mendekatinya, jauh lebih dekat dari sebelumnya! "Berhenti!", Yu Qilin mengejar sambil berteriak marah. Ternyata ia seorang jagoan!, pikir si Macan Tutul Terbang Di Langit......matanya yang bulat berputar, lalu ia berbalik dan memburu ke sebuah gang kecil di samping jalan. Dengan enteng ia mendorong sebuah gerobak yang penuh kayu bakar hingga terguling di jalan untuk menghalangi jalan si pengemis kecil. Namun tak nyana si pengemis kecil melayang bagai seekor elang dan melompati gerobak kayu bakar itu. Melihat kejadian itu, si Macan Tutul Terbang Di Langit merasa gusar, ujung kakinya segera menjejak, tubuhnya pun melayang ke atas genting, lalu terus berlari dengan cepat. Setelah melompati beberapa atap rumah, ia menunduk dan melihat ke bawah, si pengemis kecil sudah tak ada! Hah, kalau mau melawanku, kau masih sedikit kurang berpengalaman! Si Macan Tutul Terbang Di Langit tertawa puas dan meloncat turun dari atap, namun sebelum ia sempat menarik napas, Yu Qilin telah menghadang di depannya.

"Dasar setan keparat!", si Macan Tutul Terbang Di Langit mengertakkan gigi dan berkata dengan gusar. Tubuhnya berkelebat dan ia lari ke tengah pasar. Yu Qilin tersenyum kecil dan kembali mengejarnya. Mereka berdua berkejaran di jalanan kota itu, si Macan Tutul Terbang Di Langit yang berada di depan tak henti-hentinya membalikkan berbagai kios dagangan besar dan kecil, namun Yu Qilin tetap dapat melompati berbagai kios itu dengan gesit, dengan enteng membenahi berbagai barang yang dibentur oleh si Macan Tutul Terbang Di Langit dan membantu orang-orang yang dibenturnya kembali berdiri. Lamat-lamat sebuah irama yang sudah akrab didengarnya berkumandang, Yu Qilin memperhatikannya, orang yang berjalan paling depan mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, siapa lagi kalau bukan para pengawal pembawa papan pujian itu? Kalau si pencuri sampai bisa menyusup diantara mereka, ia akan sulit ditemukan! Ia melirik dari sudut matanya dan berbalik, kakinya menjulur dan mengait sebuah bangku di pinggir jalan, lalu menendangnya! Bangku itu menghantam tubuh si Macan Tutul Terbang Di Langit dengan keras, ia pun menjerit kesakitan dan terjatuh ke tanah. Yu Qilin menerjang ke depan, lalu bergumul dengan si Macan Tutul Terbang Di Langit itu. Sekarang si Macan Tutul Terbang Di Langit sangat menyesal.....ia menyesal kenapa sebelum keluar rumah ia tak membaca primbon dulu, bukankah hari ini ia sial terus? Kenapa ia bisa bertemu dengan bintang pembawa bencana kecil ini? Ilmu ringan tubuh pengemis itu memang lihai, tapi ilmu silatnya ternyata juga tak kalah dengannya! Setelah bertukar beberapa jurus, ternyata ia tak mampu melawannya! Ya sudah, ya sudah! Orang yang bijak tak akan terus berkelahi kalau kekalahan berada di depan mata! Sebuah ide muncul dalam benaknya, ia melemparkan dompet itu ke udara. Begitu si pengemis kecil menangkap dompet itu, ia akan memakai kesempatan itu untuk menghilang bagai asap yang tertiup angin. Yu Qilin menimbang-nimbang dompet di tangannya, sambil memiringkan tubuhnya ia memandangi sosok si Macan Tutul Terbang Di Langit yang sedang melarikan diri, alisnya terangkat, ia malah nampak bersemangat, dan seulas senyum yang mirip senyum seekor rubah kecil pun mengembang di wajahnya. Setelah itu, ia mengangkat kakinya, dan dengan beberapa lompatan kembali mengejarnya. Setelah mereka berlalu, dari sebuah gang kecil di tepi jalan, keluarlah tiga orang. Bab II Detektif Sakti Ibu Kota Ketiga orang itu mengenakan pakaian brokat yang indah, dengan selayang pandang dapat diketahui bahwa mereka bukan rakyat jelata biasa. Dua orang diantara mereka sepertinya pengawal kerajaan, yang seorang berpakaian hitam, alisnya tebal dan matanya besar, tingginya delapan chi lebih, nampaknya ia adalah seorang pesilat; akan tetapi lelaki yang berdiri di sampingnya berparas halus, tubuhnya tak tinggi, ia mengenakan jubah panjang biasa, namun hal ini tak dapat menyembunyikan sinar matanya yang tajam, yang seakan dapat menembus rahasia siapa pun juga. Namun tuan muda yang berdiri di depan kedua orang itu lebih mengesankan lagi! Tuan muda itu kulitnya putih bersih, dengan selayang pandang dapat diketahui bahwa ia berasal dari keluarga terkemuka, akan tetapi guratan wajahnya nampak tegas, seorang lelaki jantan. Di bawah alisnya yang setajam pedang matanya yang dalam dan hitam legam samar-samar memancarkan sinar yang bijak dan berpandangan jauh. Tangannya dengan perlahan mengayun-ayunkan sebuah kipas anggun seputih salju yang dihiasi taburan emas, ia mengenakan jubah biru muda yang dilapisi sebuah jubah luar berwarna biru safir, yang lebih-lebih lagi menonjolkan sosoknya yang luar biasa, benar-benar membuat orang merasa melihat seorang 'tuan muda yang seanggun batu kumala'.

"Dugaan gongzi tepat sekali! Ternyata Macan Tutul Terbang Di Langit memang kabur dari sini!"

Lelaki berpakaian hitam itu berkata.

"Gongzi, apa kita tangkap dia sekarang?"

Begitu lelaki berjubah panjang itu selesai mengucapkan perkataan ini, ia hendak mengejar Yu Qilin dan si Macan Tutul Terbang Di Langit.

Namun sang tuan muda malah menutup kipas dalam genggamannya, lalu dengan perlahan menghalanginya seraya berkata dengan dingin.

"Tak usah buru-buru. Kita lihat dulu siapa yang berada di balik si Macan Tutul Terbang Di Langit". Suaranya bagai air yang mengalir dari mata air dingin, seakan memiliki suatu kekuatan yang dapat menenangkan hati orang. Lelaki berjubah panjang itu menjulurkan kepalanya dan memandangi sosok kedua orang yang hampir menghilang itu, dengan cemas ia kembali berkata.

"Kalau begitu, kita biarkan mereka lari begitu saja?"

Pergelangan tangan sang tuan muda berbalik.

"Sret!", ia membuka kipasnya, lalu dengan perlahan-lahan mengayunayunkannya, sehingga anak-anak rambut di dahinya melayanglayang, ia memicingkan matanya, lalu berkata.

"Buntuti mereka, tapi biarkan mereka lari". Saat itu, si Macan Tutul Terbang Di Langit telah menyusup ke dalam sebuah gang sempit, dengan napas terengah-engah dan hati yang masih penuh rasa takut, ia menoleh ke belakang, namun di belakangnya tak nampak seorang pun. Sang Macan Tutul Terbang Ke Langit bersandar pada tembok dan menarik napas dalam-dalam, akhirnya ia berhasil meloloskan diri. Sekonyong-sekonyong dari samping tubuhnya sebatang tongkat pikulan menusuk dengan menceng! Si Macan Tutul Terbang Di Langit terpana, ia mendongak dan melihat sepasang mata yang bening dan berkilat-kilat! Ia kontan menjerit mengenaskan, seakan melihat setan sungguhan! Pengemis bau ini kenapa masih mengikutinya! Yu Qilin mengangkat tongkat memukulkannya ke bahunya! pikulan itu.

"Duk!", ia Si Macan Tutul Terbang Di Langit kesakitan setengah mati, ia hendak melarikan diri, namun tongkat pikulan itu menyapu ke arahnya. Lututnya pun terasa lemas dan ia jatuh berlutut di atas tanah! Setelah itu, tongkat pikulan itu menghujani wajahnya dengan pukulan...... Sungguh malang nasib si Macan Tutul Terbang Di Langit itu, seorang lelaki yang tingginya enam chi dipukuli oleh seorang pengemis ringkih sampai roboh. Yu Qilin mengayunkan tongkat pikulan itu sambil berteriak marah.

"Maling bau! Kau masih mau kabur? Kabur sana!"

Saat ini ketiga orang yang membuntuti mereka telah muncul di sebuah belokan di luar mulut gang, tuan muda berpakaian brokat itu menutup kipasnya dengan keras, mencengkeram eraterat gagang kipas itu, lalu berkata dengan cemas.

"Celaka! Kalau si Macan Tutul Terbang Di Langit tak bisa kabur kita tak akan bisa mengetahui duduk perkara kasus ini! Pengemis kecil itu merusak segalanya!"

Begitu ia menyelesaikan perkataannya, si Macan Tutul Terbang Di Langit terdengar menjerit keras-keras, sebuah telapaknya memukul tanah, lalu ia bangkit, di matanya perlahan-lahan muncul nafsu membunuh! "Pengemis bau! Kau sendiri yang ingin mampus!"

Setelah itu, terlihat seberkas sinar perak berkelebat, ternyata si Macan Tutul Terbang Di Langit menghunus sebilah golok pendek yang berkilauan bagai salju dari pinggangnya, lalu menikam ke arah pengemis kecil itu.

Melihat kejadian itu, sang tuan muda hendak memanggil kawankawannya untuk menolong pengemis kecil itu, namun ia melihat bahwa si pengemis kecil tak hanya tak jeri, namun justru bertambah murka, tongkat pikulan di genggamannya menari-nari dengan ganas sehingga menimbulkan kesiuran angin.

"Kau maling bau ini masih berani-beraninya melawan! Coba lihat kau kupukul sampai mati atau tidak!"

Si Macan Tutul Terbang Di Langit benar-benar bertekad membunuh orang, setiap bacokannya menuju ke titik-titik penting lawan! Akan tetapi, setelah bertukar beberapa jurus, ia sama sekali belum berada di atas angin sedikit pun! Ia kontan merasa berkecil hati, dilihatnya lawan memperlihatkan sebuah titik lemah, maka ia pun langsung menikam ke arahnya! Namun tak nyana pinggang si pengemis kecil mengegos, berputar dan menghindar dengan luwes! Sedangkan ia sendiri, karena tenaga yang dipakainya untuk membacok itu terlalu besar, malahan terperosok ke dalam lumpur.

Melihat kejadian itu, Qilin begitu girang hingga ia tak kuasa menahan diri untuk tak bertepuk tangan dan tertawa keraskeras.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu ia melompat ke sisi si Macan Tutul Terbang Di Langit, kakinya pun menginjak punggungnya, serunya.

"Maling bau! Bertemu denganku adalah nasib sialmu, ayo ikut aku dengan manis untuk menemui pihak yang berwajib!"

Si Macan Tutul Terbang Di Langit meronta beberapa kali, namun ia merasa bahwa kakinya lemas tak berdaya, ia hendak menggunakan kepandaiannya......namun kali ini, ia benar-benar tak punya tenaga untuk melawan lagi, maka ia terpaksa menelungkup kelelahan di atas tanah, berpura-pura mati, tak bergeming.

"Hei! Kau menurut atau tidak!", Qilin mengilas-gilasnya dengan kakinya. Si Macan Tutul Terbang Di Langit menggertakkan giginya, tak bersuara.

"Hei!", ketika Qilin melihatnya bersikap keras kepala, dengan geram ia mengelus lengan bajunya seraya berkata.

"Pura-pura mati, ya? Kulihat kau ini belum puas dipukuli". Tepat pada saat itu, sebuah tangan yang putih bersih bagai kumala menyentuh bahunya, Qilin pun berpaling, seketika itu juga ia terpana, ia merasa suara berdenging memenuhi kepalanya, seakan ia akan pingsan! Ia memandangi orang itu, alisnya yang tebal perlahan-lahan terangkat, di bawah bulu matanya yang panjang dan lentik, nampak sepasang mata yang dalam dan bening seperti air dalam yang beriak kecil, membuat orang terpesona......senyum memenuhi wajahnya, ia memandang dirinya dengan ramah. Akan tetapi saat ini sang tuan muda sama sekali tak merasa senang......ia memandangi rambut gimbal di kepala Qilin, dan juga memandangi lengan hitam legam yang diusap-usap olehnya dengan lengan bajunya.....dan juga samar-samar mencium bau kecut aneh yang melayang-layang dibawa tiupan angin, ia merasa asam lambung dalam perutnya bergolak sampai ia hampir muntah! Ia hampir tak bisa menahan rasa muaknya, dengan susah payah ia memaksa dirinya untuk tersenyum, lalu berkata.

"Saudara kecil, walaupun pencuri ini jahat, namun pejabat pemerintah tak bisa dengan sembarangan diusik, kalau kau sampai menuduh orang baik tanpa bukti lalu bagaimana?"

Begitu si Macan Tutul Terbang Di Langit yang sedang berpurapura mati mendengar perkataan ini, ia langsung hidup kembali dan cepat-cepat menimpali.

"Benar! Kau memperlakukan orang baik dengan tak adil!"

Yu Qilin menendangnya, setelah ia diam, ia kembali mendongak dan memberi penjelasan pada tuan muda itu.

"Aku melihatnya mencuri dompet seorang nona dengan mata kepalaku sendiri!"

Setelah mendengar perkataannya itu, sang tuan muda perlahanlahan mengangkat tangan putih bersihnya dari bahu si pengemis kecil, lalu menaruh tangan itu di belakang punggungnya, ia pun kembali mengangkat alisnya dan bertanya.

"Mencuri dompet seorang nona? Nonanya dimana?"

Sekarang Yu Qilin baru teringat pada nona hartawan itu, ia cepat-cepat menoleh kesana- kemari untuk mencarinya, namun di segala penjuru, kecuali si Macan Tutul Terbang Di Langit dan dirinya sendiri, hanya ada si tuan muda ini, dimana pun tiada orang lain.

Untuk meyakinkannya, sang tuan muda memandangi si pengemis kecil dari atas ke bawah, lalu dengan tiga jari tangannya ia menyentuh tempat yang paling bersih di tubuh sang pengemis kecil, setelah itu dengan berpura-pura akrab ia berkata.

"Orang bertemu di dunia persilatan karena ditakdirkan. Karena tak ada saksinya, menurutku kau lebih baik cepat-cepat melepaskan kakak ini". Ketika Yu Qilin disentuh olehnya, mau tak mau ia sedikit gemetar, sambil mengertakkan gigi ia memandangi pria cabul yang sedang menyentuh dadanya itu, sekonyong-konyong ia hendak meronta dan lari. Tepat pada saat itu, si Macan Tutul Terbang Di Langit menggunakan kesempatan itu untuk bangkit.

"Perkataan gongzi ini beralasan....."

Sambil berbicara ia merapat ke tembok untuk melarikan diri. Namun tak nyana, begitu ia berlari dua langkah, ia kembali jatuh terjerembab! Rupanya si pengemis kecil itu berlari bagai terbang dan menyapu kakinya! "Kau tak boleh pergi!"

Qilin berkata dengan gusar. Begitu sang tuan muda mendengar perkataannya, ia segera memburu maju dan berkata.

"Kenapa tak boleh pergi? Kalau dia benar-benar orang jahat, setelah pergi bukankah ia bisa ditangkap kembali?"

Sekarang Yu Qilin naik pitam, ia mana sudi mendengarkan khotbahnya? Begitu teringat bahwa barusan ini ia melecehkan dirinya, kemarahannya semakin memuncak, ia berpaling dan memelototi sang tuan muda, namun sekonyong-konyong ia tersadar dan berkata.

"Kau ini siapa? Kau datang dari mana? Tanpa minta pendapatku kau menyuruhku melepaskan maling kecil ini --- apa kau kepala bandit?"

"Kepala bandit?"

Wajah tuan muda itu nampak terkejut, namun ia tak bisa menahan rasa gelinya. Katanya dirinya kepala bandit? Lucu sekali! "Hmm, hmm", Yu Qilin mengitari sang tuan muda dan memperhatikannya, tangannya pun dengan seenaknya mengerayangi tubuhnya.

"Maling-maling ini merampas hasil jerih payah orang lain, menghisap darah dan keringat orang, hari ini ia mencuri benda milikmu......."

Ia menggunakan kesempatan itu untuk mengambil bandulan kumala yang tergantung di tubuh sang tuan muda, melemparkannya ke tanah, lalu berkata.

"Bandulan ini! Besok akan kukembalikan padamu....."

Ia juga mengambil dompetnya dan melemparkannya ke tanah.

"Sebuah dompet, lusa akan kukembalikan padamu......"

Tangannya menyelinap ke pinggang tuan muda itu, lalu mengambil sebuah pai yang tergantung di pinggangnya, ia bersiap untuk melemparkannya ke tanah sembari berkata.

"Sebuah pai pinggang --- eh?"

Ia tiba-tiba menghentikan gerakan tangannya, apakah ada sesuatu yang aneh? Ia memandang benda dalam genggamannya.

"Pai pinggang? Bukuai? kau seorang bukuai?"

Sang tuan muda tersenyum kecil, tapi tak menyangkal.

Begitu mendengar perkataan itu, si Macan Tutul Terbang Di Langit melirik pai pinggang itu, ia lantas menjadi panik! Dengan mengambil kesempatan saat mereka berdua sedang tak waspada, ia menyelinap ke belakang sang tuan muda, mendorong keras-keras si pengemis kecil yang berada di depannya, lalu kabur secepat-cepatnya.

"Hei!"

Karena sang tuan muda dan si pengemis kecil tak sempat berjaga-jaga, dua pasang bibir yang semerah buah ceri tak nyana saling bersentuhan! Mereka berdua terpana, untuk sesaat, langit dan bumi seakan berputar, suasana gelap gulita, guntur dari langit menyatu dengan api dari bumi......

Yu Qilin sekonyong-konyong bereaksi, ia segera mendorong sang tuan muda dengan sekuat tenaga, lalu menyeka bibirnya keras-keras, ia jengah sekaligus geram, sayang sekali wajahnya berlumurkan abu dari pantat panci sehingga tak kelihatan seberapa merahnya wajahnya.

"Kau, kau! Bajingan bau!"

Saking malunya Yu Qilin naik pitam, tangan kirinya kontan mengayun ke wajah tuan muda itu, namun sang tuan muda dengan waspada menangkap pergelangan tangannya, lalu mengibaskannya kuat-kuat.

Setelah itu dengan muak dan jijik ia memandang si pengemis kecil, ia hendak mengangkat tangan dan menyeka bibirnya, namun tiba-tiba ia berhenti, dengan cepat ia mengambil sebuah poci arak berukir indah dari pinggangnya, lalu sambil mengerutkan keningnya, dengan gusar ia membuka tutupnya, minum seteguk besar arak dan berkumur-kumur dengannya, lalu meludah ke tanah.

Dari lengan bajunya ia juga mengeluarkan sehelai sapu tangan sutera halus, menuang arak yang tersisa di dalam poci ke sapu tangan itu, lalu dengan seksama menggunakannya untuk mengelap sisi-sisi mulutnya.

Karena mereka sibuk melakukan hal ini, sosok si Macan Tutul Terbang Di Langit sudah tak terlihat lagi.

Dengan gusar si pengemis kecil menghentakkan kakinya, dengan murka ia menunjuk sang tuan muda.

"Ternyata kau berani melepaskan maling itu!"

Sang tuan muda meliriknya dengan dingin, ia bersikap acuh tak acuh padanya, masih sibuk mengelap sudut-sudut bibirnya sambil menghitung mundur dengan mengumam.

"Tiga, dua......"

Sebelum ia selesai menghitung, si Macan Tutul Terbang Di Langit yang barusan ini melarikan diri pun jatuh dari langit.

"Bruk!", ia terjatuh di sisi kaki si tuan muda. Setelah itu, nampak dua petugas yang tadinya berjalan bersama sang tuan muda bertepuk tangan, lalu melayang turun dari atap di kedua sisi gang itu.

"Satu". Begitu selesai menghitung mundur, sang tuan muda dengan enteng mencampakkan sapu tangan sutera itu, lalu berjongkok dan memungut pai pinggang yang tergeletak di atas tanah, setelah itu ia menunjukkan pai itu kepada Qilin seraya berkata.

"Kau sudah lihat belum? Bukuai! Sekarang kau tak lagi curiga bahwa aku kepala bandit, kan?" Yu Qilin memandangi pai pinggang itu sambil mencibir, ia berkata dengan sangsi.

"Kalau kau bukuai memangnya kenapa? Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tak menerima uang keamanan dari maling ini untuk membebaskannya?"

"Bah", sang tuan muda tak menghiraukannya, ia mengantung pai pinggang itu di ikat pinggangnya, bangkit, lalu berjalan ke arah si Macan Tutul Terbang Di Langit dan bertanya padanya.

"Apa kau si Macan Tutul Terbang Di Langit?"

Begitu mendengar perkataan itu si Macan Tutul Terbang Di Langit terperanjat, bola matanya berputar, dalam hati ia tahu bahwa semuanya telah terungkap, maka ia cepat-cepat mengeluarkan sehelai surat dari saku dadanya.

"Sret, sret!", ia mencabik-cabiknya, lalu menjejalkannya ke dalam mulutnya. Kedua petugas itu menjadi pucat pasi saking terkejutnya, mereka cepat-cepat memburu ke depan, dengan kalang-kabut mereka merebut sobekan-sobekan surat itu, lalu menyerahkannya kepada sang tuan muda. Dengan dua jari tangannya sang tuan muda menjepit salah satu potongan surat itu, menghadapkannya ke arah cahaya, lalu berkata.

"Kertas upeti Xuande, kertas yang begini langka jarang terlihat.....", sambil berbicara, ia mencium-cium kertas itu dengan hati-hati.

"Di permukaannya masih ada percikan parfum langka dari Daerah Barat, pasti buatan 'Qianjiao Ge'. Kau si maling kecil ini bagaimana bisa punya duit untuk pergi ke tempat pelesiran mahal yang penuh kebejatan itu?"

Setelah itu ia kembali meneliti tulisan tangan di potongan kertas itu, dengan mengumam ia berkata.

"Enam belas wanita tiga nama, aksen luar negeri lebih baik --- apa ini surat pesanan perdagangan wanita kalian?"

Wajah Macan Tutul Terbang Di Langit malah nampak marah, sambil membuang muka ia berkata.

"Kau bilang apa? Aku tak paham!"

Sang tuan muda kembali mengeluarkan sehelai sapu tangan, lalu membungkus potongan kertas itu dengan hati-hati, setelah memberikannya pada si petugas berjubah panjang, ia kembali berkata pada si Macan Tutul Terbang Di Langit.

"Seorang terpelajar hamba kaisar menjadi pedagang manusia, bagaimana hal ini bisa luput dari perhatianku?"

Dengan tercengang si Macan Tutul Terbang Di Langit berkata.

"Kau?"

Perkataannya ini memang lebih besar dari langit! Yu Qilin memandang sang tuan muda dengan geli, ia berkata pada dirinya sendiri.

"Apa maksudnya?"

"Siapa kau?", tanya si Macan Tutul Terbang Di Langit, ia berlagak galak namun sebenarnya ketakutan. Sang petugas berpakaian hitam menendang si Macan Tutul Terbang Di Langit, katanya.

"Kau ingin tahu dia itu siapa? Hah, jatuh ke tangannya tak akan membuatmu malu, dia adalah bukuai sakti ibu kota Jin Yuanbao!"

"Jin Yuanbao?", Yu Qilin berteriak kaget. Jin Yuanbao menunjukkan kepada Yu Qilin bahwa ia merasa sangat puas, ia mengangkat alisnya dan melirik Qilin dengan penuh penghargaan, setelah itu ia memandang si Macan Tutul Terbang Di Langit, lalu dengan raut wajah penuh rasa puas diri ia berkata.

"Si Detektif Sakti Ibu Kota ---- Jin Yuanbao". Bab III Sang Pencuri Masuk Ke Dalam Jaring Yu Qilin melambaikan tangannya ke arah Jin Yuanbao, sepasang matanya memancarkan sinar seperti seekor serigala kelaparan.

"Apakah kau memang detektif sakti Jin yang termasyur?"

"Ya". Jin Yuanbao mengangkat alisnya, lalu mengangguk. Setelah mendapatkan jawaban yang membenarkan dugaannya itu, semangat Yu Qilin berkobar-kobar, dengan langkah-langkah besar ia maju ke depan, lalu mementang lengannya lebar-lebar, hendak memeluk Jin Yuanbao. Begitu Jin Yuanbao melihatnya, ia mundur beberapa langkah, lalu memukul sepasang cakar hitam yang datang menghampirinya itu dengan kipasnya, katanya.

"Hei, hei, hei! Jangan sentuh aku dengan tanganmu yang kotor itu!"

Lalu dengan curiga ia bertanya.

"Apa kau kenal aku?"

Setelah itu, ketika pandangan matanya jatuh di wajah Yu Qilin, untuk sesaat ia tercengang, wajah seseorang ternyata dapat dengan serentak mengungkapkan berbagai macam perasaan, girang, terkejut, tegang dan bergairah, benar-benar membuat orang berdecak kagum! Aiyo, aku tak bisa mengendalikan diri sendiri! Yu Qilin panik, namun memaksakan dirinya untuk tersenyum, ia mengusap wajahnya, ekspresi kegirangan yang barusan ini muncul di wajahnya dalam sekejap berubah menjadi ekspresi memohon, ia menghentikan langkahnya, mengelus-elus pakaian Jin Yuanbao dan menepuk-nepuknya untuk membantunya membersihkan kotoran yang menempel di tubuhnya, lalu untuk bermanis-manis ia berkata.

"Ternyata anda adalah Jin Yuanbao si detektif sakti! Nama besarmu telah berkumandang di selatan dan utara Sungai Yangtze, di kolong langit ini, siapa yang tak mengenalnya? Masa aku belum pernah mendengarnya?"

Ketika berbicara sampai disini, Qilin terbatuk-batuk pelan, ia berdiri tegak, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.

"Aku tak akan berpura-pura, cita-cita caixia adalah menjadi detektif sakti seperti anda, menangkap pencuri dan bajingan! Menegakkan keadilan bagi rakyat jelata!"

Begitu cakar si pengemis kecil yang hitam legam menyentuh pakaian Tuan Muda Jin yang seputih salju, tangannya kontan meninggalkan sebuah noda hitam....Jin Yuanbao memelototinya, dengan jijik ia mendorong tangannya dengan kipas agar tak menyentuh dirinya, namun karena mendengarnya memujinya sedemikian rupa, diam-diam ia merasa amat bangga akan dirinya sendiri.

"Oh ya? Kau memang pernah mendengar tentang aku?"

"Tentu saja, tentu saja!"

Yu Qilin mengangguk-angguk dengan penuh semangat, namun......tangannya dengan licin terus mengerayangi tubuh Jin Yuanbao, seakan sedang mengeledahnya untuk mencari sesuatu. Jin Yuanbao menarik lengan bajunya yang kotor, lalu berkata dengan curiga.

"Benarkah?"

"Aku benar-benar mengatakan hal yang sebenarnya!"

Yu Qilin berusaha keras untuk bermanis-manis dengannya.

"Detektif sakti Jin cai gao shi dou, wajahnya bisa dibandingkan dengan Song An....."

Peribahasa kacau-balau macam apa itu? Jin Yuanbao terpaksa berkata.

"Seharusnya cai gao ba dou, wajahnya bisa dibandingkan dengan Pan An, lelaki tampan di zaman dahulu hanya ada Song Yu dan Pan An, tak ada Song An......"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aiyo, begitu saja kau tak mengerti! Shi dou lebih banyak dari ba dou, dengan kepandaian Detektif Sakti Jin yang lihai, tentu saja shi dou! Eh, salah, seharusnya dua belas dou! Kau lebih tampan dibandingkan dengan Song Yu dan Pan An, tentu saja kau Song An......"

Sembari berbicara, Yu Qilin merapat ke tubuh Jin Yuanbao dan terus menarik lengan bajunya. Jin Yuanbao tak bisa berkelit, akhirnya ia kehilangan kesabarannya dan berteriak keras-keras.

"Kau si setan kotor ini jangan dekat-dekat aku, menjauhlah sedikit dariku!"

Mendengar perkataannya itu, bola mata Yu Qilin berputar-putar, ia tak cuma tak melepaskan cengkeramannya, tapi.

"Bruk!", ia justru berlutut, sepasang tangannya mencengkeram baju di pinggang Jin Yuanbao erat-erat, ketika Yu Qilin berlutut, baju Jin Yuanbao sedikit tersingkap dan samar-samar memperlihatkan pakaian dalamnya. Begitu melihat dua bekas tangan hitam di pinggangnya, Jin Yuanbao memelototi pengemis kecil itu sambil menggertakkan gigi, namun ternyata si pengemis kecil itu justru sedang menatapnya tanpa berkedip sambil memicingkan mata! Saat itu Jin Yuanbao baru sadar bahwa pakaiannya tersingkap! Ia cepat-cepat menarik bajunya, lalu mundur tiga langkah, ia amat marah. Namun tak nyana si pengemis kecil itu malah ikut maju dua langkah sambil terus berlutut dan kembali menyingkap bajunya! Dengan wajah bersungguh-sungguh ia mengedipkan matanya.

"

Detektif Sakti Jin! Pendekar Besar Jin! Jin.....shifu! Shifu! Terimalah aku menjadi muridmu! Jin Yuanbao meronta seraya berkata.

"Lepaskan! Lepaskan aku!"

Ia meronta sekuat tenaga, namun sangat sulit untuk melepaskan bajunya dari cengkeraman tangan hitam kecil itu, dengan gusar ia mengeluarkan sehelai sapu tangan dan menyeka noda-noda di bajunya itu.

Yu Qilin memandangi sapu tangan itu tanpa berkedip, sudut matanya sedikit berkedut, apakah orang ini mempunyai obsesi pada kebersihan? Mana ada orang yang membawa begitu banyak sapu tangan?"

"Kau pengemis kotor ini tak usah banyak omong sehingga membuatku tak bisa menyelidiki kasus ini". Jin Yuanbao mengelap bajunya, namun bekas tangan kotor itu sama sekali tak bisa hilang, dengan murka ia mencampakkan sapu tangan itu ke tanah, omelnya.

"Kau belum enyah juga?"

Setelah berbicara, tanpa ampun lagi ia berbalik.

Melihatnya hendak pergi, Yu Qilin merasa cemas, seperti seekor harimau yang menerkam buruan, ia memeluk sepasang kaki Jin Yuanbao erat-erat.

Jin Yuanbao menarik-narik kakinya, namun kakinya sama sekali tak dapat digerakkan.

Dengan murka ia meraung.

"Kau! Lepaskan aku! Kalau tidak, jangan salahkan aku kalau aku bersikap kasar!"

Ketika mendengar perkataan ini, senyum licik mengembang di wajah Yu Qilin, namun ia sama sekali tak melepaskan pegangannya. Jin Yuanbao merasa cemas dan berteriak ke arah si petugas berbaju hitam.

"Wang Qiang, kenapa kau diam saja?"

Saat itu Wang Qiang sedang menonton sambil berdebat dengan dirinya sendiri apakah ia harus datang membantu atau tidak, begitu mendengar perkataan itu, ia segera memburu ke depan dan menarik tangan Yu Qilin.

Pinggang Yu Qilin dipegangi oleh orang itu, namun ia tak berani menggunakan ilmu silatnya untuk meloloskan diri, diam-diam ia sadar bahwa ilmu silat orang ini tinggi, hal ini nampak jelas dari bagaimana ia dapat dengan mudah menangkap si Macan Tutul Terbang Di Langit.

Maka ia segera menjejak dan menendang sembarangan, tanpa malu-malu ia berkata.

"Shifu, shifu, demi mencarimu untuk menjadi guruku, aku sudah tak makan nasi selama dua hari penuh!" Sambil memicingkan mata, Jin Yuanbao memandang wajah Yu Qilin yang sedang menendang-nendang tak tentu arah dengan bersemangat, dengan dingin ia berkata.

"Belum makan nasi, ya? Benar-benar tak kelihatan kok!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin menghela napas dengan pelan dan menghentikan perbuatannya, ia melepaskan diri dari kekangan Wang Qiang, lalu menarik bajunya, namun karena tak hati-hati, bajunya yang memang sudah compang-camping itu menjadi tertarik hingga berlubang besar.

Ia langsung meringis malu, namun masih tetap bertekad untuk menjalankan rencana liciknya untuk menyelidiki Jin Yuanbao, tiba-tiba ia memandang noda hitam di pinggang Jin Yuanbao, wajahnya menjadi pucat pasi dan ia pun berseru.

"Ah! Aku mengotori baju shifu, aku akan membantumu membersihkannya!"

Melihat bahwa sepasang tangan itu akan menyentuh tubuhnya, Jin Yuanbao cepat-cepat menyuruh Ma Zhong yang sedang menjaga si Macan Tutul Terbang Di Langit menghadang di depan dirinya.

"Jangan memanggilku shifu! Cepat pergi sana!"

Melihat kejadian itu, Yu Qilin mencibir tanda tak puas.

Jin Yuanbao meluruskan jubahnya dan merapikan pakaiannya, ia pun kembali menjadi seorang tuan muda yang anggun.

Di bawah sinar mentari, sang tuan muda berdiri tegak, langsing dan anggun, tangannya mengenggam kipas.

Angin sepoi-sepoi bertiup, rambut hitam legam yang mengantung di atas telinganya menari-nari dengan lembut......

Yu Qilin merasa jantungnya seakan tiba-tiba berhenti, seakan berhenti berdetak.

Sampai saat ini, ia hanya tahu bahwa lelaki dan perempuan itu berbeda.....mendadak ia teringat akan bagaimana ia barusan ini bersikap intim terhadap Jin Yuanbao, seperti serigala atau harimau lapar saja, mau tak mau wajahnya memerah dan jantungnya berdebar-debar.

Tadinya ia bermaksud untuk sekali lagi mengangsurkan cakarnya, namun dengan jengah ia menariknya kembali dan menyembunyikannya dalam lengan bajunya.

Tentu saja Jin Yuanbao tak bisa melihat perubahan raut wajah Yu Qilin di balik abu yang menutupi mukanya, melihatnya tak lagi merecokinya, ia menghembuskan napas lega, lalu berpaling ke arah kedua petugas itu dan berkata.

"Wang Qiang, Ma Zhong, kawal si Macan Tutul Terbang Di Langit ini kembali ke yamen, aku akan menginterograsinya perlahan-lahan". Saat ini, suara langkah kaki terdengar dari mulut gang itu, ternyata ia adalah si wanita hartawan yang kehilangan dompet itu, sambil terengah-engah, ia berlari sembari berseru.

"Dompetku, dompetku......"

"Dompetmu ada disini!"

Yu Qilin mengeluarkan dompet itu dari saku dadanya, lalu melambai-lambaikannya di hadapan si wanita hartawan.

"Bagus sekali!", sang wanita hartawan mengangsurkan tangannya hendak menyambut dompet itu, namun tak nyana Yu Qilin mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga wanita itu tak dapat mengambilnya.

"Kau!"

Wanita hartawan itu kecewa.

"Gadis bau, lain kali kau harus belajar bagaimana caranya berbicara dengan orang, ambillah sendiri".

Tangan Yu Qilin yang mungil terangkat dan dompet itu pun dilemparkannya sehingga terlontar dalam sebuah setengah lingkaran yang sempurna.

"Buk!", dompet itu terjatuh ke dalam sebuah ember berisi makanan babi yang berada di samping mereka.

"Kau, kau, kau", mendengar perkataannya, wajah si wanita hartawan menjadi merah padam, namun ia tak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk membantahnya, selain itu, setelah melihat bahwa dompet itu terjatuh ke dalam tempat yang begitu kotor, ia sukar menahan rasa gusar dan malunya.

"Hehehe", Jin Yuanbao menonton adegan itu dengan penuh perhatian, ternyata ia tak mampu menahan dirinya agar tak tertawa terkekeh-kekeh, pengemis kecil ini memang sangat licin.

"Shaoye! Shaoye, akhirnya aku dapat menemukanmu......"

Terdengarlah sebuah suara yang sangat tak enak didengar, sedikit mirip suara bebek. Begitu mendengar suara itu, Jin Yuanbao langsung mengerutkan keningnya, dengan perlahan-lahan ia berbalik ke arah orang yang datang itu, lalu berkata.

"A Fu, untuk apa kau datang? Untuk apa mencariku?"

Melihat Jin Yuanbao penuh noda, A Fu tercengang sejenak, lalu cepat-cepat berkata.

"Shaoye! Cepat, cepat ikut aku pulang ke rumah, di rumah ada keributan besar!"

Namun wajah Jin Yuanbao tetap tenang seperti sediakala.

"Pembantu ini memang selalu membesar-besarkan masalah. Apa yang kau khawatirkan?" "Papan pujian yang ditulis tangan ibu suri sendiri telah tiba di rumah, ketika nyonya melihatmu tak ada beliau cemas dan marah, kalau kau tak pulang, nyonya yang sedang cemas entah akan berbuat apa".

"Merek Istana Jenderal bukan omong kosong belaka, ibuku belum pernah melihat badai seperti ini!"

Dengan santai Jin Yuanbao membuka kipasnya, lalu mengayun-ayunkannya dengan perlahan seraya berkata.

"

Aku ingin menyelidiki sebuah kasus penting, kau pulang dan katakanlah pada nyonya, aku pergi dulu setelah itu aku akan segera pulang". Mendengar perkataan itu, A Fu menjadi kebingungan, ia cepatcepat menarik lengan baju Jin Yuanbao seraya bertanya.

"Shaoye, kau mau pergi kemana?"

"Hehehe", Jin Yuanbao mengayun-ayunkan kipasnya seraya berjalan dengan santai, tanpa berpaling ia melangkah ke mulut gang itu.

"Qianjian Ge!"

Ia melangkah keluar gang itu, sinar matanya menyapu ke sekelilingnya, secara kebetulan ia melihat seseorang yang sedang makan bakpao dengan lahap sambil berjongkok di pinggir jalan.

Dalam benaknya mau tak mau muncul wajah Yu Qilin yang mengundang iba, selain itu pengemis kecil itu pun masih mengeluh bahwa "aku sudah tak makan nasi selama dua hari penuh".

"Ai.....aku memang terlalu baik hati", Jin Yuanbao memuji dirinya sendiri, ia mengambil sebatang uang perak dari saku dadanya, berbalik menghadap ke arah Yu Qilin, lalu melemparkannya ke arahnya, secara kebetulan uang perak itu mengenai kepala Yu Qilin. Karena terkena uang perak yang jatuh dari angkasa itu, Yu Qilin untuk sesaat tercengang, lalu ia menemukan siapa pelakunya! Dengan kesal ia memungut uang perak itu, lalu berpura-pura hendak melemparkannya kembali.

"Kau! Kau benar-benar mengira aku seorang pengemis, ya!"

Hah? Masing ingin menjaga muka? Kalau bukan pengemis kau sepantasnya disebut sebagai apa? Walaupun Jin Yuanbao berpikir seperti itu, namun ia tak mengucapkannya, ia hanya tersenyum mengejek dengan sinis dan berkata.

"Ini hadiah untuk menegakkan keadilan! Sudah ditentukan yamen! Kau si pengemis kotor ini telah mengotori jubah brokat Sichuanku, sudah lumayan kalau aku tak membuat perhitungan denganmu! Bukankah aku masih menghadiahimu uang?"

Yu Qilin mengangkat alisnya, lalu dengan angkuh berkata.

"Hadiah dari yamen? Baiklah!"

Setelah berbicara ia memasukannya ke dalam saku dadanya. A Fu menggeleng dengan putus asa, melihat wajah sang tuan muda yang nampak tak bersalah, ia mengumam pada dirinya sendiri.

"Tahun ini peristiwa ini sudah terjadi berapa kali? Ai! Shaoye memakai uang sendiri untuk memberi hadiah orang. Jelas bahwa hatinya lembut, mencintai orang baik, tapi perkataannya selalu kasar, berpura-pura menjadi orang jahat!"

Akan tetapi orang budiman itu sekarang telah menyelinap pergi tanpa berpaling dan tak lama kemudian telah berjalan jauh. Melihat kejadian itu, A Fu menghentakkan kakinya dan mengejarnya, sambil mengejar ia pun memohon-mohon.

"Shaoye, ayo cepat pulang ke rumah, Nona Jiang sudah sampai di batas kota!"

Di dalam gang, dalam sekejap suasana menjadi tenang.

Yu Qilin mengeluarkan uang perak itu dari saku dadanya, menimbangnimbangnya, lalu kembali menyembunyikannya dalam saku dadanya, sambil tertegun ia memandangi mulut gang.

Setelah beberapa lama, sudut-sudut bibirnya sedikit terangkat membentuk seulas senyum licik.

"Qianjiao Ge?"

Bab IV Nona Keluarga Jiang Wisma Jenderal Zhennan terletak di luar kotaraja di ibukota, di samping gerbang pasar lentera, bersebelahan dengan Istana Terlarang, diantara istana-istana para menteri yang tenang dan berwibawa.

Wisma Jenderal Zhennan yang berdinding kelabu dan bergenting hitam nampak tak menonjol diantara bangunanbangunan berdinding merah dan bergenting hijau itu.

Kedua singa batu yang mengapit gerbangnya nampak angker, menonjolkan kewibawaan kediaman seorang jenderal yang tak mudah dilanggar.

Akan tetapi, hari ini adalah hari yang istimewa, lorong Chunshu di wisma sang jenderal sejak pagi sudah ramai luar biasa.

Saat ini, di halaman di depan gerbang dimana joli diletakkan, berdiri belasan orang yang sedang memandang ke mulut lorong, mereka dipimpin oleh seorang nyonya setengah baya.

Sang nyonya mengenakan gaun coklat kembang-kembang putih yang dihiasi sulaman kupu-kupu, pakaian luarnya ialah sebuah mantel kuning tua yang bersulamkan ranting bunga di tengah kabut.

Rambut hitam di kepalanya disanggul dengan gaya Duoma yang sedang populer, sekuntum bunga Peoni merah tua menancap di sanggul itu, parasnya bagai kembang sepatu, alisnya bagai daun liu, ia benar-benar seorang nyonya yang cantik.

Di alis dan sudut-sudut matanya nampak kerut-merut, di wajahnya nampak beberapa jejak perjalanan hidupnya selama bertahun-tahun, usianya kurang lebih empat puluh tahun.

Dia adalah kepala keluarga di wisma sang jenderal saat ini, ibu Jin Yuanbao ---- Jin Furen.

Dari mulut lorong, lamat-lamat terdengar suara sangkakala yang merdu, seorang bocah pelayan segera berlari mendekat, sembari berlari ia berseru.

"Sudah datang, sudah datang!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu di belakangnya muncullah sepasukan besar pengawal kehormatan.

Nyonya itu segera memimpin semua orang untuk dengan amat hormat berlutut ke arah pasukan pengawal kehormatan itu, lalu bersujud.

Pasukan pengawal kehormatan itu berjalan perlahan-lahan, setelah sampai di bangku batu untuk naik kuda di depan wisma, mereka berhenti.

Seseorang maju ke depan dari tengah pasukan pengawal kehormatan itu, ia mengenakan jubah panjang merah yang hanya boleh dikenakan oleh pejabat yang pangkatnya diatas golongan empat, wajahnya putih kelimis, usianya sekitar lima puluh tahun.

Ia berjalan ke hadapan Nyonya Jin, dengan perlahan-lahan membuka gulungan titah ibu suri, lalu dengan khidmat membacakannya.

"Ibu Suri bertitah, Jiang Xiaoxuan puteri perdana menteri yang telah mengundurkan diri Jiang Xiushen, lemah lembut, baik hati, cantik dan penurut, anggun dan menyenangkan, tenang dan bijak, hari ini ia dinikahkan atas titah kekaisaran kepada putera Jenderal Besar Jin Datong, Jin Yuanbao". Titah itu sangat panjang, sehingga membuat orang yang berlutut agak tak sabar. Di barisan belakang pasukan pengawal kehormatan itu, berlutut seorang wanita muda berwajah cantik yang mewah pakaiannya, namun wajahnya sedih dan kesal, sangat tak cocok dengan suasana di sekitarnya yang riang gembira. Sepertinya lututnya kesemutan karena harus berlutut, diam-diam ia bangkit, seperti hendak melarikan diri, namun ikat pinggang pakaiannya yang lebarnya sejari tangan jelas-jelas dicengkeram oleh sebuah tangan besar. Tangan besar itu menariknya keras-keras sehingga wanita itu terpaksa kembali berlutut. Dengan wajah kesal ia meronta, dengan suara rendah ia berkata dengan gusar.

"Liu Wenchao, apa yang kau lakukan?"

Dengan suara pelan Liu Wenchao menegurnya.

"Qianqian, titah kekaisaran belum selesai dibacakan". Namun wanita yang dipanggil Qianqian itu mengelenggelengkan kepalanya seraya berkata.

"Apa hubungannya denganku? Menyuruhku disini menonton pernikahan biaoge, aku tak sudi melihatnya!" Melihatnya terus membantah dengan keras kepala tanpa alasan yang jelas, Liu Wenchao merasa agak kesal, ia memelototinya seraya membentak.

"Liu Qianqian! Ini adalah pernikahan yang dianugerahkan oleh ibu suri, kalau kau sekarang pergi, gumu pasti akan sangat marah! Akibatnya.....pikir sendiri!"

Qianqian mendengarkan perkataan itu, ia memandang Nyonya Jin yang sedang dengan khidmat berlutut di depannya, dengan kesal ia mencibir, lalu dengan amat terpaksa membungkuk.

Melihat sang adik mau berkompromi, hati Liu Wenchao sedikit melembut, dengan lembut ia menghiburnya.

"Bertahanlah, sudah tak terlalu lama lagi". Titah kekaisaran yang amat panjang akhirnya telah selesai dibacakan sampai ke kalimat terakhirnya.

"Camkanlah kebaikan Sri Baginda yang amat besar. Tertanda Sri Baginda ---"

Suara kasim tua itu agak melengking, kedengarannya agak mirip suara bebek, terutama ketika ia sengaja memanjangkan suaranya saat menjura, sehingga membuat orang merasa geli, suasana yang khidmat dan angker pun sedikit mencair.

Nyonya Jin sedikit mengerutkan keningnya, lalu mengangkat sepasang tangannya tinggi-tinggi dengan penuh hormat untuk menyambut titah kekaisaran seraya berkata.

"Hamba berterima kasih atas kebaikan besar ibu suri!"

Kasim itu tertawa cekikikan, lalu memapah Nyonya Jin berdiri seraya berkata.

"Nyonya silahkan berdiri". Dengan bantuannya Nyonya Jin perlahan-lahan bangkit, dengan ramah ia tersenyum dan berkata.

"Aku telah merepotkan Qin Gonggong". Qin Gonggong melambai-lambaikan tangannya seraya berkata.

"Aiyaya, nyonya kenapa berkata begitu, nyonya adalah keponakan kandung ibu suri, termasuk keluarga kerajaan, aku tak berani menerima pernyataan terima kasih nyonya". Sambil berbicara ia memandangi para hadirin di sekelilingnya yang perlahan-lahan bangkit, lalu mengumam.

"Maafkan mata hamba yang lamur......dimana tuan muda? Cepat minta Yuanbao Gongzi keluar untuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan ibu suri". Wajah Nyonya Jin yang tadinya penuh senyum berubah menjadi serius.

"Hal ini......puteraku......"

Ia berbalik, namun berhenti di tengah para hadirin, seakan sedang minta pertolongan dari seseorang. Melihat kejadian itu, Liu Wenchao cepat-cepat bangkit dan berjalan mendekati Nyonya Jin, lalu berbisik di telinga Nyonya Jin.

"Gumu, kami sudah mencari di seluruh rumah, tuan muda tak ada". Nyonya Jin mendengar perkataan ini, namun ia tak dapat berkata apa-apa, ia sulit untuk menutupi rasa kecewa yang muncul di wajahnya.

"Puteraku.....tak ada.....tentunya sedang......sedang sibuk dengan urusan kantor, hmm, kantornya sangat sibuk". Dengan sangat jengah Nyonya Jin memandang Qin Gonggong, ia mengucapkan perkataan itu seakan dengan kehabisan napas. Qin Gonggong tertegun, wajahnya sedikit nampak tak senang.

"Jin Furen, aku bukannya ingin cerewet......tapi anda terlalu sayang pada Jin Gongzi. Tak perduli kantornya sibuk atau tidak, ia kan hanya seorang bukuai. Mana bisa lebih penting dari kedudukannya sebagai ahli waris jenderal? Harta keluarga Jenderal Jin ini akan diwariskan padanya, bagaimana anda bisa begitu memanjakannya?"

Ketika berbicara sampai disini, Qin Gonggong melihat bahwa wajah Nyonya Jin kelihatannya tak senang, maka ia cepat-cepat mengganti pokok pembicaraan, katanya.

"Tentu saja, walaupun tuan muda sibuk, bagaimanapun juga hari ini adalah hari istimewa yang menyangkut dirinya, bagaimana ia bisa sampai tak hadir......ai......jangan-jangan kalau ibu suri tahu ia akan tak senang". Begitu mendengar perkataan ini, Nyonya Jin tak lagi dapat berbasa-basi, ia menarik lengan baju Qin Gonggong seraya berkata.

"Aiyo, Qin Gonggong, kau telah dengan susah payah datang dari jauh, tapi aku malah membiarkan anda berdiri disini untuk mengobrol, maafkan aku. Silahkan masuk ke rumah". Qin Gonggong segera tahu maksud Nyonya Jin, dengan wajah berseri-seri ia masuk ke dalam wisma sang jenderal. Liu Wenchao juga ikut cepat-cepat masuk ke dalam wisma, lalu menyuruh para pelayan menyiapkan hidangan. Lalu ia melangkah ke sisi Nyonya Jin dan berkata.

"Gumu, rombongan Nona Jiang akan segera tiba, aku akan menyiapkan segalanya dahulu". Nyonya Jin menghela napas pelan.

"Masalah ini sebenarnya harus diurus oleh Yuanbao.....tapi anak itu tak memperdulikannya, ai......sehingga harus merepotkanmu".

"Membantu gumu adalah kewajiban keponakan. Lagipula, bukankah keponakan adalah pengurus rumah tangga wisma ini? Memang sudah seharusnya aku mengurusnya, gumu jangan khawatir, keponakan pasti dapat mengatur hal ini dengan baik". Dengan sikap hormat Liu Wenchao mundur tiga langkah, lalu menyoja.

"Baiklah, uruslah hal ini, aku selalu mempercayaimu". Nyonya Jin menepuk-nepuk bahu Liu Wenchao seraya berkata.

"Cepatlah pergi dan cepatlah kembali".

"Baik", Liu Wenchao menerima perintah itu, mundur beberapa langkah, lalu berbalik dan pergi. Langkah kaki Liu Wenchao, begitu keluar dari taman belakang wisma, tiba-tiba menjadi lambat. Seorang lelaki berjalan ke arahnya, ia mengenakan baju ketat berwarna biru yang rapi, lengannya dililit sebuah ban lengan, dengan selayang pandang dapat diketahui bahwa ia adalah seorang pesilat. Alisnya mencorong ke atas bagai pedang dan matanya tajam, wajahnya seakan dipotong dengan pisau, sebenarnya raut wajahnya ganteng, hanya saja......di matanya nampak sifat kejam yang tak dapat disembunyikan. Begitu melihat Liu Wenchao, lelaki itu melangkah dengan cepat ke arahnya, dengan sikap hormat ia berjalan sampai ke belakangnya, lalu melapor dengan suara pelan.

"Rombongan kereta Nona Jiang sudah tiba dengan selamat di batas kota, kalau kita segera pergi sekarang, kita akan dapat datang tepat pada waktunya". Dengan wajah tanpa ekspresi Liu Wenchao menganggukangguk.

"Baiklah, kau pergilah untuk mengatur segalanya".

"Baik", jawab lelaki itu, lalu ia pergi dengan cepat.

"A Fu!", Liu Wenchao mendadak teringat akan suatu hal dan cepat-cepat memanggil.

"Panggil Tabib Gu Changfeng kemari".

"Baik". Setengah shichen kemudian, Liu Wenchao telah membawa beberapa pelayan dan berjaga di tepi jalan raya menuju kota. Yang berdiri di sisinya adalah seorang lelaki bertubuh ringkih yang memakai pakaian biru safir dari kain katun kasar dan memakai kopiah sastrawan. Lelaki itu sangat jangkung, perawakannya kurus kering, pakaiannya pun kuno, namun ia berwajah bayi. Saat ini ia sedang memandang kesana-kemari tanpa tujuan. Tiba-tiba, ia menatap wajah Liu Wenchao tanpa berkedip, setelah beberapa lama, dengan agak bersemangat ia memanggilnya.

"Liu Guanjia.....Liu Guanjia". Namun Liu Wenchao tak menghiraukannya, seakan tak mendengar panggilannya.

"Sepertinya akhir-akhir ini kau sangat lelah, warna hitam muncul diantara kedua alismu, sepasang matamu tak bercahaya, napasmu terengah-engah dan lemah, denyut nadimu tak stabil, apa kau mau aku meracik obat untukmu?"

Sastrawan itu memandangnya dengan penuh harap. Liu Wenchao meliriknya, setelah beberapa saat, sepatah kata keluar dari sela-sela giginya.

"Baik". Namun wajahnya nampak enggan. Sastrawan itu kegirangan, dengan bersemangat ia memegang lengan baju Liu Wenchao, bibirnya sedikit gemetar.

"Kau, kau......apakah kau benar-benar mau minum obatku?"

Liu Wenchao meliriknya, dengan tak bersemangat ia menjawab.

"Tunggu sampai aku bosan hidup, aku pasti akan minta kau Tabib Gu membuatkanku obat untuk membantuku meninggalkan dunia yang penuh penderitaan ini". Begitu ia selesai mengucapkan perkataannya, beberapa pelayan di sekelilingnya tak bisa menahan tawa mereka. Akan tetapi Gu Changfeng ini sama sekali tak tersinggung, wajahnya masih berseri-seri seperti sediakala, katanya.

"Benarkah? Kalau begitu kita sudah setuju. Kalau kau ingin memajukan hari itu kau harus memberitahuku!"

"Hehehe". Liu Wenchao tertawa beberapa kali, setelah itu matanya bersinar-sinar, kelelahan di raut wajahnya seketika itu juga terhapus. Semua orang memandang ke ujung jalan raya, nampak sebuah rombongan kereta yang dihias perlahan-lahan mendekat diiringi suara terompet dan genderang, di depan rombongan itu terdapat dua buah panji-panji besar yang bergemerisik ditiup angin, yang sebuah bersulamkan huruf 'Jiang' besar, sedangkan yang sebuah lagi bersulamkan huruf-huruf 'Menikah Atas Titah Kekaisaran' dengan benang emas. Akan tetapi dari kereta yang terbesar dan paling mewah di dalam rombongan kereta itu, lamat-lamat terdengar suara dua wanita yang sedang bertengkar. Di dalam kereta itu, duduk dua orang wanita. Wanita yang sedikit lebih tua mengenakan baju biru muda dari kain satin dan rok sutra berwarna kuning muda, rambutnya yang bagai awan gelap disanggul dengan gaya Feixian yang sederhana, sisa rambutnya yang hitam legam tergerai di kedua bahunya, ia tak memakai banyak perhiasan, hanya memakai jepit rambut berbentuk kupukupu yang terbuat dari mutiara. Ia tak memakai riasan, matanya yang indah nampak agak gusar, alisnya yang cantik sedikit berkerut, namun membuat orang tergerak, dialah orang yang dinikahkan dengan Jin Yuanbao atas titah ibu suri, puteri keluarga Jiang, Jiang Xiaoxuan. Saat ini ia sedang mengerutu sambil merapikan buntalannya. Nona yang lebih muda usianya mengenakan gaun merah, namun ia berdandan sebagai seorang pelayan, rambutnya dikonde dua, wajahnya berpotongan seperti kuaci, jelas bahwa ia adalah seorang wanita muda yang cantik, namun dahinya berkerut, mulutnya manyun, sambil memegangi Jiang Xiaoxuan ia berkata .

"Nona, di sepanjang jalan kau sudah kabur beberapa kali, mana pernah berhasil?"

Dengan kesal Jiang Xiaoxuan memukul tangannya hingga pegangannya terlepas, katanya.

"Xi er, jangan ribut, kau kira kandang ini akan selamanya dapat mengurungku? Cepat atau lambat aku akan berhasil kabur!" Mendengarnya berkata seperti itu, Xi er lebih ingin menangis lagi.

"Jangan nona! Kalau kau kabur kami para pelayan ini tak bisa hidup". Mendengar perkataannya itu Jiang Xiaoxuan tersenyum sedih, katanya.

"Kau tak bisa hidup? Kalau aku dinikahkan dengan seorang asing apakah aku masih bisa hidup?"

Setelah selesai berbicara, tanpa ragu-ragu sedikit pun ia membereskan buntalannya.

"Nona, pernikahan adalah sesuatu yang harus dijalani setiap wanita, dengan siapapun sama saja bukan?"

Jiang Xiaoxuan memandanginya, lalu mendengus dengan sinis, katanya.

"Menurutmu menikah itu cuma pakai pakaian dan makan nasi saja? Kalau begitu apa bedanya dengan binatang?"

"Aliansi diantara keluarga Jiang dan Jin melalui pernikahan atas titah ibu suri adalah suatu keberuntungan, banyak orang yang telah memohon untuk mendapatkannya tapi tak memperolehnya. Lagipula, semasa hidupnya Jenderal Jin adalah seorang jenderal yang hebat, soko guru negara, ayahnya adalah seorang pahlawan, Tuan Muda Jin tentunya juga seorang berbakat yang berwibawa. Sekarang kau ribut ingin kabur, jangan-jangan begitu kau melihat Tuan Muda Jin, kau akan tak rela berpisah dengannya!"

"Tapi aku tak menginginkan semua itu!", Jiang Xiaoxuan merasa agak marah, ia menghempaskan buntalannya keras-keras, lalu berkata.

"Harus ada perasaan cinta yang sungguh-sungguh! Xi er kau kan juga tahu bahwa aku sudah punya seseorang di hatiku". "Si Tuan Muda Li itu, bukan?"

Xi er mengulirkan matanya, ia membuka tirai kereta dan memandang keluar, rupanya ia tak ingin membicarakan masalah ini lagi.

"Kau......". Jiang Xiaoxuan juga agak marah.

"Hihihi". Xi er sengaja tertawa.

"Nona, kalau kau ingin kabur sekarang sudah terlambat, kau lihatlah......"

Mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan menjulurkan kepalanya keluar jendela, dilihatnya bahwa tak jauh dari mereka telah disiapkan sebuah altar penyambutan, dan beberapa orang telah dengan hormat menunggu kedatangan mereka.

"Bagaimana......bagaimana sebaiknya?"

Jiang Xiaoxuan sangat sedih, ia berpaling dan memandang Xi er, lalu mengerutu.

"Ini semua gara-gara kau!"

Sekarang kereta telah benar-benar berhenti. Dari luar kereta terdengar sebuah suara yang kalem.

"Pengurus Rumah Tangga Liu diperintahkan Nyonya Jin untuk menyambut Nona Jiang". Jiang Xiaoxuan melihat upacara penyambutan yang meriah di segala penjuru itu, lalu memandangi buntalan besarnya, pikirannya bingung, mereka tak boleh sampai tahu maksudnya Setelah berpikir bolak-balik, sebuah ide muncul dalam benaknya, ia berpura-pura tenang, lalu berkata dengan dingin.

"Liu Guanjia silahkan berdiri. Perjalanan jauh membuatku lelah dan tak enak badan, semua upacara dibatalkan, langsung bawa kami ke tempat menginap saja". Liu Wenchao memandang tirai kereta yang ditutup rapat-rapat itu, lalu menunduk dan berkata.

"Siap. Sebelum upacara pernikahan nona akan tinggal di penginapan terbesar di ibu kota yaitu Penginapan Hengchang, semuanya sudah disiapkan".

"Kami merepotkan Liu Guanjia saja. Mohon berangkat sekarang". Dalam suara Jiang Xiaoxuan terkandung suatu keberanian untuk menghadapi gelombang. Liu Wenchao segera berbalik dan menunjukkan jalan, namun sebelum rombongan kereta mulai berjalan, Gu Changfeng mengambil kesempatan ketika Liu Wenchao tak waspada untuk melangkah ke sisi jendela kereta utama. Ia menghadap ke arah kereta dan berkata dengan lirih.

"Apakah nona tak enak badan?"

Kenapa bisa ada yang datang kemari? Jiang Xiaoxuan mendengus dengan kesal.

"Hmm". Mendengar suara itu, Gu Changfeng menjadi bertambah bersemangat! "Tak enak badan itu hanya sebuah konsep, sebabnya bermacam-macam, misalnya karena tubuh belum terbiasa dengan hawa panas atau dingin. Xiaosheng Gu Changfeng adalah tabib kepala di Wisma Jin, aku sedikit mengerti ilmu pengobatan, cuaca di ibu kota sangat berbeda dengan Nanjing, lebih baik xiaosheng membuatkan obat penguat tubuh untuk nona ---- aiaiai, Liu Guanjia, lepaskan aku......lepaskan aku......"

Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, Liu Wenchao telah menjambak kerahnya dan melemparkannya. Setelah menariknya ke samping, Liu Wenchao mengomelinya dengan suara pelan.

"Kau sudah sinting, ya? Apa kau berani bertanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa pada nyonya muda baru ini?"

"Aku cuma ingin menyembuhkan penyakit, mana bisa sampai terjadi apa-apa?"

Gu Changfeng sama sekali tak sudi menurut, ia menjelaskan.

"Aku bisa merapalkan Kitab Bahan Obat Shennong dari belakang ke depan, aku juga telah menghafal dan mempraktekkan Kitab Jingui Yaolue dan Qianjin Yifang....."

Perdebatan berlarut-larut diantara mereka berdua terdengar sampai ke barisan terdepan rombongan kereta itu, tirai kereta ditarik hingga sedikit tersingkap, Jiang Xiaoxuan menjulurkan kepalanya dan tertawa sambil melirik Gu Changfeng.

Bab VI Wanita Yang Mempesona Di sebelah utara Jalan Raya Dongsi ada sebuah lorong bernama Lorong Yanzi, di lorong itu terdapat beberapa penginapan dan kedai arak, di setiap tempat hiburan itu setiap malam terdengar musik dan nyanyian, wangi bedak dan parfum mengambang di udara.

Saat ini sudah larut malam, tapi Lorong Yanzi masih terang benderang, di sepanjang jalan tergantung lampion-lampion merah, sehingga kalau dilihat dari jauh, lorong itu seakan sedang terbakar.

Bagian depan belasan tempat hiburan besar dan kecil ini menghadap ke jalan raya, papan nama mereka yang penuh hiasan pun berbeda-beda.

Namun belasan tempat ini memajang simbol yang sama ------ di depan setiap tempat hiburan itu berdiri tiga gadis muda yang berpakaian seronok dan tembus pandang, mereka melambai-lambaikan selendang sutera mereka seraya memanggil dengan suara merdu.

"Tuan besar, ayo masuk", atau "Tuan muda, silahkan datang kesini", kata terakhirnya dipanjangpanjangkan, pandangan mata mereka menawan, gerakan tubuh mereka mengoda, membuat hati kaum lelaki yang lewat bergejolak. Di bagian terdalam Lorong Yanzi ini terdapat sebuah bangunan yang paling tinggi, gedung itu dihias dengan amat mewah, di menara yang tertinggi digantung tinggi-tinggi sebuah papan nama yang bertuliskan 'QIANJIAO GE' dengan huruf-huruf emas. Jin Yuanbao berdiri di mulut lorong, ia memandang papan nama itu, lalu berbalik menghadap Wang Qiang dan Ma Zhong yang berada di belakangnya dan berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Wang Qiang, Ma Zhong".

"Siap!"

"Siap!"

"Kalian tunggu diluar, tunggu sampai aku menjatuhkan cawan sebagai isyarat, begitu suara cawan jatuh terdengar, kalian langsung masuk dan tangkap orang!"

Jin Yuanbao menutup kipas di tangannya, lalu melangkah ke Qianjiao Ge.

"Siap!", jawab Wang Qiang dan Ma Zhong. Sebelum Jin Yuanbao mendekati Qianjiao Ge, ia mendengar sebuah suara genit mengambang keluar dari dalam Qianjiao Ge, dengan gembira sekaligus terkejut suara itu berkata.

"Jin Gongzi? Kau sudah berhari-hari tak datang kesini!"

Rupanya nama Tuan Muda Jin ini termasyur, dalam sekejap, kawanan burung kepodang dan burung layang-layang pun datang mengerumuninya, untuk sesaat wangi gincu dan parfum, serta lengan baju yang melambai-lambai, seakan menenggelamkannya.

Dengan mahir Jin Yuanbao mengatasi nona-nona ini, dengan tenang ia mencium-cium wangi parfum di tubuh mereka, sekaligus menolak dengan halus belasan orang nona, akan tetapi ia tak menemukan orang yang dicarinya.

Si mucikari tua duduk di tangga mengawasi keramaian itu sambil mengayun-ayunkan sebuah kipas bulat, ternyata Jin Yuanbao memandang rendah mereka semua, ia khawatir bahwa hartawan ini akan kabur, maka ia cepat-cepat melangkah ke depan, sambil tersenyum ramah kepada Jin Yuanbao ia berkata.

"Aiyo, selera Jin Gongzi memang tinggi, begitu banyak nona-nona, tapi tak ada satu pun yang memenuhi syarat?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya seraya meliriknya, pandangannya menyapu nona-nona di sekelilingnya dengan angkuh, lalu dengan sombong ia berkata.

"Uang si Jin ini banyak, tapi cuma bisa mendapatkan gadis-gadis biasa ini".

"Cck, cck, cck!", si mucikari tua seakan kehabisan napas.

"Selera Jin Gongzi makin lama memang makin tinggi! Pergi, pergi, kalian semua pergilah". Sambil berbicara si mucikari melambai-lambaikan kipasnya untuk mengusir kawanan burung kepodang dan burung layang-layang itu. Pandangan mata Jin Yuanbao menyapu ke segala penjuru, katanya.

"Apakah semua nona-nona Qianjiao Ge sudah keluar?"

Si mucikari ikut memandang ke sekelilingnya dan berkata.

"Eh.....masih ada seorang lagi".

"Kalau begitu kenapa tak cepat-cepat diundang keluar?"

"Mengundangnya keluar......ai......", dengan jengah ia berkata.

"Hanya saja aturan nona ini sangat ketat....."

"Hah!", Jin Yuanbao mendengus dengan dingin. Dari saku dadanya ia mengeluarkan sebatang uang emas, sinarnya berkilauan menyilaukan mata.

"Apa ini akan membuatnya melanggar aturannya sendiri?"

Senyum sang mucikari langsung mengembang bagai bunga seruni yang sedang mekar.

"Baik, baik, baik. Jin Gongzi, tunggu sebentar, tunggu sebentar!"

Tepat pada saat itu, palang pintu belakang Qianjiao Ge dicungkil dengan sebilah pisau kecil dan perlahan-lahan dibuka, lalu sebuah sosok manusia diam-diam masuk ke dalamnya.

Beberapa centeng sedang berkumpul di halaman sambil mengobrol dan bermain kartu, salah seorang dari mereka yang tajam pandangannya melihat sosok manusia itu, ia cepat-cepat berteriak.

"Hei, kau mau apa?" Sosok itu perlahan-lahan berbalik, sinar lentera yang terang benderang menyinari wajahnya, wajah orang itu penuh berewok ikal, alisnya yang tebal membentuk sebuah garis lurus, ia menggenakan baju brokat, dari dandanannya nampaknya ia adalah seorang bandit dunia persilatan, hanya saja......sepasang mata besarnya yang tersembunyi di balik alis yang lebat itu berkilat-kilat penuh kecerdasan, tak sesuai dengan penampilannya secara keseluruhan. Si bandit dunia persilatan berjalan sambil terpincang-pincang ke arah para centeng itu, bersendawa keras-keras seperti kebanyakan minum arak, lalu berkata.

"Neneknya, Qianjiao Ge ini membingungkan sekali, si tua ini pergi ke belakang dan tak bisa kembali ke kamar lagi". Bicaranya agak pelat. Para centeng sudah biasa melihat kejadian ini, mereka tahu apa yang terjadi, ada seorang mabuk yang tersasar. Salah seorang dari mereka segera melangkah menghampirinya, sambil meringis bermanis-manis ia berkata.

"Aiyo, tuan ada di kamar siapa? Bagaimana kalau tuan kuantar kesana?"

Mendengar perkataan itu, si bandit memukul pahanya, lalu tertawa dan berkata.

"Kau mau mengantarku? Hati-hati, nanti si Cuihong akan menahan kita semua! Hahaha, si tua ini keluar sendiri, maka aku akan harus kembali seorang diri juga!"

Si centeng memaksakan diri untuk ikut tertawa, lalu segera melangkah ke sisinya dan menunjukkan jalan sambil menggerak-gerakkan tangannya.

"Tuan naik tangga lalu belok kiri, kamar yang ketiga adalah kamar Nona Cuihong". "Terima kasih!", si bandit mengangkat tangannya dan melemparkan beberapa kepingan uang perak, para centeng pun segera berjongkok dan memungutnya. Si bandit berjalan dengan jumawa menaiki tangga, namun begitu ia telah berbalik dan memunggungi orang-orang di halaman itu, ia segera menutup mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa, akan tetapi tawanya ini terlalu lebar sehingga salah satu alisnya terjatuh! Setelah alisnya terjatuh, sinar matanya yang jeli sukar untuk disembunyikan, dia adalah si pengemis kotor itu --- Yu Qilin. Ia cepat-cepat menempelkan alisnya, batuk-batuk pelan dan merendahkan suaranya, lalu naik ke loteng. Setelah berjalan sampai ke tangga yang menuju tingkat dua, ia melihat sang mucikari berdiri di depan sebuah kamar dengan jengah sambil mengomel panjang lebar.

"Sehari-hari kau tak mau menerima tamu, si itu juga tak mau kau temui, dan aku selalu menurutimu. Tapi, ah, Chuchu, Tuan Muda Jin ini dewa uang, kita tak bisa membuatnya tersinggung, kau harus menemuinya". Dari dalam kamar terdengarlah suara dingin seorang wanita.

"Aku tak kekurangan perak". Begitu mendengar perkataannya, air muka Yu Qilin sedikit berubah, tak kekurangan perak? Tak kekurangan perak tapi masih menjual diri? Dalam hal ini pasti ada sesuatu yang aneh! Si mucikari tersenyum kecil, dari lengan bajunya ia mengeluarkan sebatang uang emas, emas itu berkilauan di dalam genggamannya, katanya.

"Kau tak kekurangan perak, tapi apakah kau tak kekurangan ini?"

Seketika itu juga, seorang wanita cantik yang mengenakan pakaian Daerah Barat muncul di depan pintu, ia bersandar dengan miring di ambang pintu, salah satu tangannya memegang sisir kayu dan menyisiri rambutnya, sedangkan yang satu lagi memainkan ujung rambut yang dililitkannya di jarinya.

Dari penampilannya ia jelas-jelas pemalas, tapi sangat pandai mengambil hati dengan berbagai cara.

Napas Yu Qilin tertahan, dengan wajah dan pesonanya yang seperti ini, ia yang seorang wanita pun ikut tergerak, apalagi seorang lelaki.

Pandangan mata Chuchu kembali terarah pada uang emas itu, setelah itu ia perlahan-lahan meletakkan sisir kayu dalam genggamannya, lalu menjulurkan tiga jari tangannya dan memungut uang itu, sembari tersenyum ia berkata.

"Jin Gongzi itu bagaimana? Menurut pengalamanku tuan-tuan muda di kota ini banyak yang membuat orang menderita --- mama, kau di depan untuk menunjukkan jalan". Sambil berbicara dengan enteng ia menaruh uang emas itu dalam kutangnya yang memperlihatkan separuh buah dadanya yang putih dan lunak. Melihat kejadian ini, wajah sang mucikari langsung berseri-seri, ia cepat-cepat membawa Chuchu menuruni tangga. Ketika Chuchu berpapasan dengan Yu Qilin, Chuchu meliriknya dengan genit. Yu Qilin merinding, ia berpaling dan memandang sosoknya yang menjauh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia benarbenar membuat orang panas dingin! Setelah itu, ia melihat ke kiri dan ke kanan, setelah memastikan bahwa di segala penjuru tak ada orang, ia menyengir nakal, lalu menaiki tangga dengan cepat dan masuk ke kamar Chuchu..... Yu Qilin memandang ke sekeliling kamar Chuchu, lalu mulai mengeledahnya, sambil mengeledah, ia dengan cepat mengembalikan barang-barang itu ke tempatnya semula sembari mengerutu dengan kesal.

"Ternyata Jin Yuanbao itu bukan orang baik, ternyata ia suka minum-minum dan main perempuan, tunggu sampai kau jatuh ke tanganku, baru tahu rasa kau!"

Di atas meja tulis tak ada benda apapun, ia berbalik ke arah meja rias.

Tanpa sengaja, Yu Qilin melihat dirinya sendiri di tengah-tengah cermin perunggu, ia segera berdiri tegak dan mengelus janggut di dagunya, memperhatikan dirinya dari ubunubun sampai ke ujung kaki, lalu berkata dengan narsis.

"Walaupun wajahku ditempeli janggut sampai seperti kuas namun tak dapat menyembunyikan raut wajahku, sepertinya masih ada yang....."

Dengan sekilas ia memandang meja rias itu, lalu mengambil pensil alis dari kotak riasan Chuchu dan mengambar delapan tahi lalat di wajahnya, setelah itu ia baru mengangguk-angguk dengan puas.

"Benar saja, aku bertambah jantan dan garang!"

Ia bahkan berpura-pura tertawa terbahak-bahak dengan bengis di depan cermin itu.

Di meja rias pun tak ada benda-benda yang dicarinya, Yu Qilin menuju ke sebuah lemari perhiasan kecil di atas kang, lalu berjongkok di atas lantai dan menarik keluar laci-laci lemari itu.

"Hah?", ia tercengang melihat benda-benda yang dikeluarkannya dari laci-laci itu.

"Selera nona dari Daerah Barat ini memang tak umum, cambuk kulit berduri, lilin, tali merah......benar-benar......terlalu......terlalu....."

Gambar musim semi? Buang. Buku permainan rahasia? Buang. Apa ini? Pakaian dalam pembangkit gairah? Bah! Lekas buang! Yu Qilin menggertakkan giginya, kepalanya berkeringat dingin, dengan memberanikan diri ia terus mencari.

"Apa ini?"

Yu Qilin melemparkan benda di tangannya jauh-jauh, wajahnya yang mungil terasa panas membara.

"Barang seperti ini juga ada! Perempuan itu di tempat seperti ini masih kekurangan lelaki? Masih memerlukan benda ini?"

Tepat pada saat itu, matanya yang tajam menemukan sebuah laci yang ternyata jauh lebih dangkal dari laci di atasnya.

Ia cepat-cepat mengeluarkan semua benda dalam laci itu, lalu mengketuk-ketuk dasar laci itu.

Benar saja, terdengar bunyi yang menandakan bahwa di dalamnya ada tempat kosong.

Yu Qilin mencoba membuka dasar laci itu, ternyata papan itu dapat bergerak! Papan dasar laci itu terpasang diatas sebuah rongga! Di dalam kotak rahasia itu terdapat sehelai bon yang bertuliskan huruf-huruf besar yang kacau balau, Yu Qilin memandanginya seraya berkata.

"Eh? Apa ini? Nona ini dan nona itu......uang sejumlah ini dan itu......"

Ketika ia sedang berusaha keras memahami bon itu, dari luar lamat-lamat terdengar suara Jin Yuanbao dan Chuchu yang sedang mengobrol sambil tertawa-tawa, ia cepat-cepat memasukkan bon itu ke dalam kotak kecil itu, lalu dengan enteng mengembalikan benda-benda yang tergeletak di atas lantai ke dalam lemari perhiasan.

Yu Qilin memandang ke segala penjuru dengan cemas seperti seekor semut di atas panci.

"Dua orang cabul ini kenapa begitu cepat datang? Aku harus sembunyi di mana?"

Bab VII Bandit Di Bawah Ranjang Saat hendak membuka pintu kamar, Chuchu mendorong Jin Yuanbao ke dinding, lalu mengerayangi wajahnya dengan lembut, diam-diam ia merasa girang, Tuan Muda Jin ini ternyata seorang pria tampan yang jarang ditemui! Untuk mengodanya ia mengangkat beberapa utas rambut Jin Yuanbao, lalu menempel di tubuhnya seperti seekor belut seraya berkata.

"Jin Gongzi, kabarnya tuan hanya menginginkan Chuchu seorang?"

Jin Yuanbao mendorong-dorong Chuchu dengan pelan, namun ia tak dapat mendorongnya pergi, maka ia terpaksa menurutinya dan berkata.

"Nama Nona Chuchu yang harum sudah lama kudengar, si Jin ini sudah lama ingin melihat wajahmu". Chuchu kontan tertawa puas, dengan manja ia bersandar di bahunya, lalu menghembuskan napas hangat ke dalam lubang telinga Jin Yuanbao.

"Sudah lama mendengar namaku? Kalau begitu kenapa tak cepat sedikit mencariku?"

Jin Yuanbao sedikit mengegos, menghindari bibir Chuchu yang panas membara, sambil tersenyum ia berkata.

"Kalau sudah ditakdirkan tak ada cepat atau lambat". Mendengar perkataan itu, sinar mata Chuchu sedikit berubah, dengan malu-malu kucing ia menyusup ke dalam pelukan Jin Yuanbao.

"Siapa yang memberi tahu gongzi bahwa aku adalah takdirmu?"

Seberkas bau harum samar-samar menusuk hidung, Jin Yuanbao menghirupnya dalam-dalam, ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya, sikapnya segera berubah, ia mengangsurkan kedua lengannya dan dengan intim mengurung Chuchu dengannya, lalu berkata.

"Minyak wangi rahasia yang penuh keanggunan negeri asing inilah yang memberitahuku, minyak wangi ini memberitahuku ---- bahwa kaulah orang yang kucari". Apa maksudnya? Chuchu memicingkan matanya, lalu tersenyum menawan.

"Kalau sudah ditakdirkan, seribu li jauhnya pun akan berjumpa, gongzi, kaulah yang ditunggu-tunggu oleh Chuchu". Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan memegangnya erat-erat, sambil tersenyum ia mengucapkan sebuah perkataan yang berarti ganda.

"Kalau kau kutangkap, kau akan lari tidak?" "Apa? Kau cobalah!"

Sambil berbicara, Chuchu mengangsurkan tangannya dan menjambak kerah Jin Yuanbao, lalu menendang pintu kamar hingga terbuka, setelah menarik Jin Yuanbao masuk ke kamar, ia membalikkan tangannya dan mengunci pintu kamar.

Pintu dikunci? Bagaimana Wang Qiang dan Ma Zhong bisa masuk? Jin Yuanbao cepat-cepat membuka palang pintu itu.

"Tak usah cepat-cepat mengunci pintu, tunggu dulu sampai kita memesan buah-buahan dan arak......"

"Hmm", Chuchu mendesah genit, ia mendorong Jin Yuanbao dan sekali lagi mengunci pintu.

"Aku ada disini --- apa tak cukup untuk kau makan?"

Sambil berbicara, ia melemparkan beberapa kerlingan selembut sutra ke arahnya. Jin Yuanbao merasa suhu mendadak menjadi sedingin es, dengan jengah ia tersenyum-senyum.

"Gongzi, malam musim semi sangat pendek, kenapa kita tidak......"

Sambil berbicara Chuchu mendorong Jin Yuanbao ke samping. Jin Yuanbao melepaskan tangan mungilnya yang nakal, lalu melangkah ke meja bulat di sampingnya, dilihatnya sebuah cawan teh kecil di bawah meja, sambil tersenyum ia berkata.

"Tak usah buru-buru, kita minum-minum teh dan mengobrol dulu. Teh pilihan harus dinikmati, tak boleh diteguk begitu saja. Nona Chuchu adalah teh pilihanku malam ini, aku hendak menikmatinya dengan seksama dan menyeluruh". "Hmm", Chuchu mendekap pinggang Jin Yuanbao, sambil memeluknya erat-erat, ia berkata.

"Untuk apa minum-minum teh dan mengobrol! Chuchu belum pernah bertemu orang yang begitu apatis seperti gongzi ini!"

Sambil berbicara, ia memeluk dan mendorong Jin Yuanbao sampai jatuh ke ranjang.

"Duk!". Namun tak nyana, karena mereka tiba-tiba jatuh ke ranjang, mereka membuat si janggut ikal yang bersembunyi di bawah ranjang terkejut! Yu Qilin hampir berteriak kaget. Ia cepat-cepat membungkam mulutnya erat-erat, namun dari sela-sela jarinya sebuah makian merembes keluar.

"Dasar pasangan mesum! Bisa tidak pelan-pelan sedikit!"

"Kecantikanku.....sekarang dapat gongzi teliti dan nikmati dengan seksama", dengan manja Chuchu berkata sambil menggigit-gigit telinga Jin Yuanbao, setelah selesai berbicara ia pun mengangkangi tubuh Jin Yuanbao, lalu membuka ikat pinggangnya. Jin Yuanbao menangkap sepasang tangannya, lalu menariknya ke dalam pelukannya, Chuchu pun ambruk di dadanya, setelah itu ia bertanya pada Chuchu.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Minyak wangi yang kau pakai membuat sukma melayang-layang, apakah asalnya dari Daerah Barat juga?"

Chuchu mengangkat kepalanya dan memandangi garis dagu Jin Yuanbao yang sempurna, ia membuka mulutnya hendak mengigitinya, namun dihalangi oleh Jin Yuanbao, ia pun kontan merasa agak tak senang.

"Tentu saja, wanita-wanita Zhongyuan yang ringkih mana ada yang bisa memakai minyak wangi yang panas seperti api ini?"

Jin Yuanbao melihat ke kiri dan ke kanan, lalu dengan asal bertanya.

"Kamar nona ini sulit dimasuki, rupanya yang bisa masuk ke kamar hanya orang yang sangat akrab denganmu, ya?"

Mendengar perkataannya itu, Chuchu berbalik meninggalkannya, lalu duduk di tepi ranjang, ia menjadi sedikit lebih waspada, dengan kesal ia berkata.

"Gongzi bertanya ini dan itu, apakah gongzi sama sekali tak tertarik pada Chuchu? Kalau begitu tak usah memaksakan diri, aku akan pergi ke mama untuk minta ganti orang untuk gongzi". Sambil berbicara ia bersikap seakan hendak pergi.

"Nona salah paham!", Jin Yuanbao cepat-cepat menariknya, lalu membujuknya.

"Setelah melihatmu, semua wanita di dunia ini seperti kotoran saja!"

Sayup-sayup, Jin Yuanbao seperti mendengar suara seseorang sedang muntah, ia cepat-cepat duduk dan melihat ke kiri dan ke kanan.

"Ada apa?", tanya Chuchu dengan heran. Ia kembali mendengarkan, namun tak ada suara lagi, Jin Yuanbao kembali berbicara.

"Tak ada apa-apa". Wajah Chuchu nampak lega, ia mulai membuka baju Jin Yuanbao seraya mengerutu dengan genit.

"Kau bocah nakal ini.....coba lihat bagaimana jiejie menghukummu!"

Jin Yuanbao kembali menekan jarinya seraya berkata.

"Malam masih panjang, tak usah buru-buru, bagaimana kalau Nona Chuchu menari untuk memeriahkan suasana?"

"Menari?" "Ya". Jin Yuanbao mengelus wajah Chuchu sambil memicingkan matanya.

"Aku ingin melihat apakah pinggang Nona Chuchu selentur pohon liu di bulan ketiga, dan apakah mata nona penuh cinta yang mendalam seperti mata air musim semi bulan keempat....."

Setelah mengucapkan perkataan ini, ia sendiri juga ikut merinding.

Orang yang berada di bawah ranjang itu barusan ini merasa mual dan ingin muntah, suara muntah itu tak dapat ditahan olehnya dan terdengar keluar.

Sekarang mendengar Jin Yuanbao kembali berkata demikian, ia merasa sangat muak ---rasa muaknya telah mencapai puncaknya! Ia sangat ingin menerjang keluar, lalu mengeksekusi pasangan mesum ini di tempat! "Kalau gongzi ingin menonton, Chuchu akan menari".

Setelah berbicara, pinggang Chuchu mengeliat, ia berjinjit, mundur beberapa langkah, lalu menarikan sebuah tarian erotis yang sangat indah.

Walaupun tak diiringi musik, namun genta-genta kecil yang menghiasi tubuhnya berayun-ayun dan berbunyi berdenting-denting, tariannya lebih menarik daripada tarian yang diiringi musik.

Sambil mengikuti tariannya, Jin Yuanbao diam-diam memperhatikan dengan seksama susunan perabot dan detil-detil ruangan itu.

Namun orang yang berada di bawahnya saat ini merasa sangat bosan, sambil bertopang dagu ia menonton betis Chuchu yang dihiasi bel itu bergoyang kesana-kemari di depan matanya.

Dalam hati mau tak mau ia mengerutu, kalau kalian berdua ingin melakukan sesuatu, tolong cepatlah sedikit melakukannya, ya? Kalau kalian berlama-lama seperti ini, sampai kapan tuan besarmu ini harus bersembunyi? Sekonyong-konyong, Chuchu berbalik dan menerjang Jin Yuanbao hingga terjatuh di atas ranjang, bibir merah yang membara pun ikut menerjang, namun saat bibir merah itu hendak menempel di bibir Jin Yuanbao, sebuah jari muncul di samping bibir Jin Yuanbao dan memisahkan mereka berdua.

Dengan kesal Chuchu memandangnya, ia membuka mulutnya dan mengigit jari Jin Yuanbao.

Jin Yuanbao cepat-cepat menarik kembali jarinya, lalu bertanya.

"Nona Chuchu, setelah datang ke Zhongyuan, selain menjadi bunga malam, apakah kau sama sekali tak tertarik untuk berbisnis lain? Misalnya.....berjualan dompet atau perhiasan?"

"Yang menarik bagiku.....adalah melahapmu, suamiku......"

Chuchu membuka mantel Jin Yuanbao dan melemparkannya ke lantai! Dalam sekejap semangat Yu Qilin berkobar-kobar, seakan habis minum darah ayam.

Bola matanya bergulir, lalu ia menjulurkan separuh kepalanya keluar, ia ingin melihat, namun tak bisa melihat apa-apa, saking bergairahnya, kepalanya tak nyana membentur papan aling-aling dan menimbulkan sebuah bunyi pelan.

Untuk sesaat Chuchu berhenti beraksi, wajahnya penuh rasa curiga.

Jin Yuanbao kembali menginterograsinya.

"Nona belum menjawab pertanyaanku, sebenarnya kau punya bisnis lain atau tidak?"

Setelah mendengarkan untuk beberapa lama, ternyata tak ada suara lain, Chuchu pun kembali tersenyum, dengan enteng ia melepaskan syalnya, lalu melemparkannya ke lantai.

"Coba kau tebak......"

Saat syal itu terjatuh ke lantai, sebuah sosok hitam menerobos keluar dari bawah, lalu bersembunyi di balik sebuah papan alingaling.

Walaupun suaranya pelan, namun Chuchu amat peka, ia meloncat dari atas tubuh Jin Yuanbao, lalu melihat ke segala penjuru dengan waspada, setelah berpikir sejenak, ia membungkuk untuk melihat ke bawah.

Apa yang sedang dicarinya? Jin Yuanbao memicingkan matanya, lalu berkata.

"Nona Chuchu takut apa? Apa takut pihak yang berwajib menangkapmu?"

Setelah melihat bahwa tak ada sesuatu yang aneh, Chuchu kembali bergairah, ia kembali membuka baju Jin Yuanbao.

"Kalau petugas datang mereka juga enggan menangkapku". Selagi berdempetan dengannya karena ditarik olehnya untuk membuka bajunya, Jin Yuanbao tertawa dan berkata.

"Hal itu......hal itu......benar juga!"

Sekonyong-konyong ia seakan teringat akan sesuatu hal.

"Di rumahku baru-baru ini ada sebuah perayaan, semua yang datang adalah para pejabat tinggi dan bangsawan, sayang sekali gadis-gadis pelayan di rumah semuanya buruk rupa sehingga membuat orang takut, andaikan ada orang seperti Nona Chuchu ini yang dapat memperbaiki keadaan ini, hal ini akan sangat bagus. Entah kau tahu atau tidak dimana tempat mencari seorang nona baik-baik yang masih segar seperti itu?"

Melihat kejadian itu, Chuchu mengangsurkan tangannya dan memukuli dada Jin Yuanbao dengan pelan seraya berkata.

"Aiyo, kalian kaum lelaki ini memang paling jahat, selalu ingin makan buah segar. Disana pasti ada buah segar, tapi itu perkara nanti, paling tidak malam ini kau adalah milikku....."

Mereka berdua saling mengoda dengan santai, akan tetapi si bandit di balik papan aling-aling yang menonton mereka merasa gelisah, tak nyana ia tak mampu menahan diri dan mengepalkan tinjunya, lalu berbisik menyemangati mereka.

"Ayo lepaskan! Lepaskan lagi! Cepat! Cepat lepaskan celananya!"

Karena tak berhati-hati, ikat pinggang Jin Yuanbao telah ditarik Chuchu hingga robek.

Yu Qilin sangat gelisah! Namun tak nyana, Jin Yuanbao membalikkan tubuhnya, alih-alih bertahan ia sekarang menyerang, ia menindih Chuchu di bawah tubuhnya, lalu perlahan-lahan membantunya menanggalkan bajunya, tapi ia selalu tak berhati-hati sehingga membentur bagian tubuh Chuchu yang gatal, sehingga membuatnya tertawa genit sampai terengah-engah sambil berulangkali menghindar.

"Karena Nona Chuchu sudah mengenal baik semua orang di Qianjiao Ge, nona pasti kenal tak sedikit gadis-gadis yang segar, atau rekomendasikanlah sebuah tempat padaku, supaya aku bisa mencari nona-nona kecil itu?"

Jin Yuanbao berbicara sekaligus bertanya. Chuchu mengerutu dengan genit sambil menusuk kepala Jin Yuanbao dengan jarinya.

"Sedang makan nasi di mangkuk sendiri tapi terus melirik mangkuk lain, gongzi merusak suasana saja. Malam ini kita tak berbicara tentang orang lain, hanya kau dan aku saja!"

Setelah selesai berbicara, ia kembali menarik celana Jin Yuanbao.

Tak nyana Chuchu bersikap begitu intim dengannya! Karena ia akan segera dapat melihat tempat yang ingin dilihatnya, Yu Qilin sangat bergairah, mau tak mau ia pun bersuara.

Walaupun suara itu amat pelan, namun Chuchu yang sangat waspada mendengarnya, dalam sekejap mata, raut wajahnya berubah.

Ia mendorong Jin Yuanbao keras-keras, lalu melompat ke bawah dengan sebat, dengan kaki telanjang ia berlari ke depan papan aling-aling, lalu membukanya! Namun tak ada seorang pun, hanya ada sebuah jendela yang telah terbuka.

Chuchu tertegun sejenak sambil memandang jendela itu, ia terkejut.

Setelah itu ia memandang Jin Yuanbao dengan cemas dan takut, katanya.

"Gongzi, kau......apakah kau datang seorang diri?" Dengan santai Jin Yuanbao mengenakan pakaiannya, lalu duduk.

"Tentu saja sendirian, apakah Nona Chuchu menyembunyikan tamu lain?"

Entah kenapa, wajah Chuchu menjadi agak pucat, ternyata ia merasa tegang.

"Tidak, tidak. Chuchu tentu hanya melayani gongzi seorang. Hanya saja malam sudah larut, gongzi pulang saja dulu ke rumah untuk beristirahat!"

Jin Yuanbao memicingkan matanya dan berjalan mendekatinya beberapa langkah.

"Apakah ini perintah supaya tamu pulang? Nona sepertinya punya banyak beban pikiran dan rahasia?"

"Aku......", Chuchu berkata sambil tersedan. Justru pada saat itu, Yu Qilin yang bergelantungan di luar jendela tak dapat bertahan lagi, ia mengerahkan tenaga ke pinggang dan perutnya untuk berdiri supaya ia dapat menghembuskan napas, namun karena tak hati-hati.

"Aiyo!", ia terjatuh ke dalam kamar, dalam sekejap, ia pun membentur papan aling-aling sampai ambruk. Ketiga orang dalam kamar itu sama-sama terkejut, mereka saling memandang dengan tercengang. Sebuah ide muncul dalam benak Yu Qilin, ia melompat, dengan cepat melangkah ke arah Chuchu, lalu menunjuk hidungnya sambil memaki-maki.

"Kalian perempuan bau! Kau bukannya berjanji bahwa seumur hidupmu kau hanya mencintai aku si tuan besar, dan hanya bersedia melayaniku si tuan besar seorang!"

Chuchu tertegun.

"Kau? Kau itu......" Yu Qilin tak menunggu pertanyaan Chuchu, ia berbalik menunjuk batang hidung Jin Yuanbao.

"Kau juga anak muda tukang foya-foya dari keluarga mana? Kau pikir kau siapa, berani-beraninya makan Chuchuku? Kalau kau ingin merebut kekasih tuan besarmu ini, ayo adu jotos dulu!"

Jin Yuanbao mengayunkan tangannya dan memukul tangan Yu Qilin hingga jatuh, dengan gusar ia berkata.

"Dasar cabul!"

Saat ini, untuk berlagak marah, ia mengambil cawan teh di atas meja dan melemparkannya keluar jendela! Namun tak nyana, Yu Qilin menyambut cawan teh itu, lalu memelototi Jin Yuanbao, dengan kesal ia berkata.

"Eh? Senjata rahasia? Baik, tuan besar akan mengulitimu dulu. Chuchu, seleramu kok jelek seperti nenek-nenek, kenapa kau bisa suka pada bocah cantik seperti ini?"

Bocah cantik? Amarah Jin Yuanbao memuncak, ia melirik sang lawan, mukanya penuh bopeng-bopeng begitu, mana bisa disukai nona-nona? Salah, sekarang bukan waktunya membicarakan topik itu.

Sambil menggertakkan gigi, Jin Yuanbao memelototinya, lalu melihat ke kiri dan ke kanan, dilihatnya beberapa buah cawan berserakan di lantai, namun dengan menggunakan kedua belah tangannya, Yu Qilin dengan gesit mengambil cawan-cawan itu.

Akhirnya, ketika sebuah poci teh melayang ke arahnya, ia bahkan mengaetnya dengan kakinya! Jin Yuanbao merasa kesal, ketika ia baru hendak mengambil cawan-cawan itu, ia mendapati bahwa permukaan meja sudah kosong melompong, sehingga poci teh pun ikut dilempar olehnya.

"Heheheh!", Yu Qilin tertawa jahat, lalu menjulurkan tangannya dan menarik baju Jin Yuanbao seraya berkata.

"Coba lihat, hari ini aku si tuan besar akan mengulitimu!"

"Kau, kau! Kau cari mampus!", Jin Yuanbao berulangkali menangkis pukulan, tapi ilmu silat tangan kosongnya sangat cetek. Mana bisa dibandingkan dengan Yu Qilin yang lihai ilmu silatnya, tak lama kemudian baju luarnya telah ditarik hingga terjatuh. Ia tak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa berkelit kesanakemari di dalam kamar itu. Ia beberapa kali hendak menerjang keluar dari pintu, akan tetapi ia selalu ditarik kembali oleh Yu Qilin. Si muka bopeng ini tentunya bukan penyuka sesama jenis! Ketika berpikir sampai disini, Jin Yuanbao makin panik, ia cepatcepat menghadap keluar dan berteriak minta tolong.

"Wang Qiang, Ma Zhong!"

Bab IX Pemaksaan Yang Gagal Wang Qiang dan Ma Zhong yang berjaga-jaga di jalan di depan Qianjiao Ge selalu mengawasi loteng dengan waspada, namun isyarat yang sudah disepakati sebelumnya tak kunjung datang.

Saat mereka sedang berdebat apakah mereka harus naik untuk melihat keadaan, mendadak terdengarlah jeritan Jin Yuanbao yang amat pilu, mereka berdua menjadi pucat pasi saking kagetnya dan segera hendak menerjang naik ke loteng.

Tepat pada saat ini, muncullah dua orang berpakaian hitam yang menikam dari samping, tanpa berkata apa-apa, mereka langsung menyerang, rupanya mereka juga pesilat, mereka mengepung mereka berdua dengan ketat.

Dalam kekacauan itu, mereka berdua menjadi tak bisa memperhatikan keadaan di sekitar mereka, di sebuah sudut tembok di samping mereka, berkelebatlah sebuah sosok jelita, yaitu seorang wanita yang wajahnya separuh tertutup cadar dari kain sutra tipis, ia buru-buru menghindari keempat orang itu, lalu berjalan ke sudut jalan.

Setelah melewati pintu masuk Qianjiao Ge, wanita itu masih menengok ke belakang dengan cemas, matanya yang penuh pesona bagai pantulan cahaya mentari di atas ombak yang bergulung-gulung itu tak mungkin dimiliki orang lain selain sang primadona Qianjiao Ge, Chuchu.

Melihat tak ada orang yang membuntutinya, Chuchu tak lagi bimbang dan segera meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Namun saat ini di kamar Chuchu di dalam Qianjiao Ge, Yu Qilin dan Jin Yuanbao sedang bergumul, pose mereka saat berkelahi agak memalukan, seperti anak kecil yang sedang berkelahi, berguling-guling kesana-kemari di dalam kamar, seandainya saat ini ada orang yang masuk ke kamar, orang itu pasti akan tertawa sampai mulas.

Jin Yuanbao berusaha mati-matian untuk meloloskan diri, tapi pada dasarnya ia memang tak bisa bersilat, setelah beberapa ronde, ia pun harus menelan kekalahan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekarang ia ditunggangi oleh Yu Qilin, tak bisa berkutik.

"Sret!", baju atasannya telah dirobek Yu Qilin. Jin Yuanbao amat gusar, sambil mengertakkan gigi, ia mengerahkan seluruh tenaganya dan memiting leher Yu Qilin. Untuk sesaat Yu Qilin tak dapat melepaskan diri dari pitingannya, tenaganya memang tak sekuat tenaga Jin Yuanbao, selagi ia tak berjaga-jaga, Jin Yuanbao berhasil membalikkan tubuhnya dan menindihnya, sehingga sekujur tubuhnya tertindih di bawah tubuh Jin Yuanbao! Jarak diantara ujung hidungnya dan ujung hidungnya tak sampai satu sentimeter. Yu Qilin sudah begitu besar, namun sampai saat ini ia belum pernah sedekat ini dengan seorang lelaki, dan juga untuk pertama kalinya menemui seorang lelaki asing seorang diri. Ia jengah sekaligus geram, namun sesaat kemudian, ia telah berhasil mendorong Jin Yuanbao yang menindih tubuhnya, ia menggunakan kesempatan itu untuk merobek sebuah lengan bajunya, dalam sekejap mata ia akan dapat melihat benda yang ingin dilihatnya, karena bergairah, wajah mungilnya menjadi merah padam, melihat kemenangan sudah berada di depan mata, ia berkata dengan puas diri.

"Kau masih punya jurus apa lagi? Ayo keluarkanlah sesuka hatimu, aku si tuan besar ini sudah malang melintang di dunia persilatan, mana bisa kau tangkap!"

"Kau, kau, kau!", Jin Yuanbao tak menyangka bahwa setelah dipiting olehnya Yu Qilin dapat melepaskan diri seperti ini, ia segera berguling dengan susah payah untuk melarikan diri, namun si berangasan itu kembali menjulurkan cakarnya. Dengan napas terengah-engah ia bersandar di sisi ranjang sambil menarik-narik pakaiannya yang sudah compang-camping, sambil menggertakkan gigi ia berkata.

"Kau malang-melintang di dunia persilatan mana? Kenapa kau suka sekali merobek-robek baju lelaki?"

"Heheheh", sambil menyeringai menyeramkan, menjentik-jentikkan jarinya dan menghampirinya. Yu Qilin Sambil menggertakkan gigi, Jin Yuanbao mengayunkan tinjunya dengan sekuat tenaga ke arah lawan, namun dengan mudah sang lawan menghindarinya, lalu dengan enteng ia pun merobek lengan bajunya yang satu lagi, dalam sekejap, baju atasannya berubah menjadi sebuah rompi! Dalam keadaan terdesak, Jin Yuanbao menendang ke arah Yu Qilin, namun tak nyana kakinya malah ditangkap olehnya.

"Sret!", sebuah kaki celananya pun kembali tersobek.

"Kau.....", Jin Yuanbao meronta mati-matian, ia lari ke samping, merengut sebuah vas bunga di atas meja, lalu melemparkannya keluar jendela! Ia merasa itu belum cukup, maka ia pun melemparkan rak tempat vas bunga itu ke bawah! Setelah itu, selagi dikejar oleh Yu Qilin, ia menghindar sembari melemparkan benda-benda keluar jendela, apapun yang dapat dipegangnya dilemparnya keluar. Bukankah isyarat ini sudah lebih dari cukup? Tapi, kenapa tak terjadi apa-apa! Dengan lemas Jin Yuanbao menjerit.

"Wang Qiang, Ma Zhong, sebenarnya kalian minta isyarat apa lagi supaya mau datang?"

Namun saat itu di bawah Wang Qiang dan Ma Zhong masih sibuk berkelahi dengan dua orang berbaju hitam itu, keadaan di sekeliling mereka telah menjadi kacau balau, pecahan-pecahan vas bunga, rak vas bunga dan berbagai macam pecah-belah lainnya berserakan di sekeliling mereka.

"Tak usah berkelahi, naik ke atas dan selamatkan gongzi!"

Wang Qiang hampir saja tertimpuk sepatu bot yang dilempar dari atas loteng.

"Hmm". Ma Zhong mengangguk, ia sedang berusaha sekuat tenaga meloloskan diri dari orang berbaju hitam itu. Tepat pada saat itu, dari kejauhan terdengarlah sebuah suara.

"Pasukan kekaisaran datang!"

Dalam sekejap suara ini membuat mereka berdua dapat keluar dari kepungan, orang-orang berbaju hitam itu saling memandang, menghindar dari Wang Qiang dan Ma Zhong, lalu kabur seakan terbang.

"Ayo pergi!"

Mereka berdua tak mengejar lawan, melainkan buru-buru naik ke loteng untuk menyelamatkan Jin Yuanbao. Begitu mereka berdua sampai di ambang pintu, mereka mendengar suara tawa terbahak-bahak keluar dari dalam kamar itu.

"Heheheh, sekarang kau mau berteriak sampai tenggorokanmu pecah pun tak ada yang menolongmu, ayo menurut dan buka pakaianmu!"

Mereka berdua saling memandang, bukankah itu bukan suara gongzi? Apakah orang itu hidung belang lain yang sedang bermain-main dengan seorang nona? Ketika mereka sedang berpikir, terdengarlah sebuah suara lemah tak berdaya.

"Wang Qiang, Ma Zhong.....cepat datang tolong aku......"

"Heheheh, bocah manis, kau memakai pakaian mentereng untuk menyombongkan diri, sekarang biarkan kakek mengulitimu, coba lihat, kau sebenarnya marga Zhang atau marga Li!"


Briliance Of Moon Kisah Klan Otori Pendekar Bayangan Sukma 4 Dewi Cantik Wiro Sableng 059 Peti Mati Dari Jepara

Cari Blog Ini