Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 2

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 2



Celaka! Mereka berdua cepat-cepat mendobrak pintu dan masuk, setelah itu mereka melihat Jin Yuanbao yang telah terdesak sampai ke pojok kamar sedang menggunakan kedua tangannya untuk melindungi kepalanya, ia mengkerut di sudut kamar itu sambil memandang dengan jeri lelaki bertubuh tegap di hadapannya yang sedang tertawa menyeramkan, dan lelaki bertubuh tegap itu sedang menarik ikat pinggang Jin Yuanbao, dan sepertinya akan segera berhasil! "Gongzi!", mereka berdua berseru, lalu menerjang ke depan bagi terbang.

Yu Qilin merasa kecewa, ia baru saja akan melihat tempat yang paling ingin dilihatnya, namun mereka berdua mendadak muncul! Lagipula, kepandaian kedua orang itu tak rendah, karena mereka berdua serentak menyerangnya, ia terpaksa melepaskan pegangannya dan untuk sementara tak bisa mengendalikan Jin Yuanbao.

Jin Yuanbao cepat-cepat mundur ke atas ranjang, membungkus dirinya dengan selimut, lalu menghembuskan napas panjang.

Setelah bertukar beberapa jurus, sedikit demi sedikit Yu Qilin berada di atas angin, ia beberapa kali berhasil memaksa Wang Qiang dan Ma Zhong mundur, akan tetapi, sekarang Jin Yuanbao sudah terbungkus rapi seperti sebuah bakcang, selain itu ada dua bala bantuan yang berada di sisinya, kalau ia ingin melihat tempat itu, jangan-jangan tingkat kesulitannya terlalu tinggi! Apa boleh buat, seorang gagah tak akan terus bertempur kalau kekalahan berada di depan mata! Yu Qilin mengertakkan giginya dan meloloskan diri dari kepungan Wang Qiang dan Ma Zhong, lalu melompat keluar dari jendela.

Wang Qiang dan Ma Zhong hendak mengejarnya, namun Jin Yuanbao menyuruh mereka berhenti.

"Tak usah kejar dia, kalaupun kalian mengejar dia, kalian tak akan dapat menyusulnya, sedangkan kalau kalian dapat menyusulnya, kalian tak akan dapat mengalahkannya". Mereka berdua menghentikan langkah kaki mereka dengan agak jengah.

"Kalau begitu kita biarkan dia kabur?"

Jin Yuanbao memandang ke kejauhan dari jendela itu, lalu perlahan-lahan melangkah ke sisi meja dan berkata.

"Ambilkan alat-alat tulis". Wang Qiang cepat-cepat mengambilkan kertas dan alat-alat tulis. Jin Yuanbao membuka gulungan kertas itu, lalu memandang Wang Qiang. Wang Qiang buru-buru membuka mulutnya, Jin Yuanbao mengayunkan kuas tulisnya, membasahi ujungnya dengan air ludahnya untuk melembabkan ujung kuas, lalu baru membasahinya dengan tinta, setelah itu dengan lincah kuasnya menari-nari, sambil mengambar ia berkata.

"Si Macan Tutul Terbang Di Langit menemui Chuchu, lalu mengambil sehelai kertas upeti Xuande seperti yang ada disini, bau minyak wanginya juga sesuai dengan bau minyak wangi Daerah Barat di tubuh Chuchu, jelas bahwa si Macan Tutul Terbang Di Langit adalah seorang kurir yang menyampaikan pesan dari Chuchu; dari reaksi Chuchu, bandit itu dan Chuchu tak saling mengenal, ia terus berkata bahwa ia adalah kekasih Chuchu, tapi dia malah melepaskan Chuchu dan menghadangku, dan terus ingin merobek pakaianku ------"

Tanpa berpikir panjang, Ma Zhong menyela.

"Jangan-jangan ia diam-diam mendambakan ketampanan shaoye?"

"Plak!", tanpa berpaling Jin Yuanbao mengebrak meja dengan telapaknya, setelah itu ia kembali mengambar seraya berkata.

"Jelas bahwa tujuannya adalah aku, tapi apa yang dicarinya, aku tak tahu pasti". Jin Yuanbao mengangkat kertas di atas meja itu, di kertas itu nampak gambar wajah Chuchu dan Yu Qilin yang sangat mirip dengan aslinya.

"Wang Qiang, Ma Zhong!"

"Siap!" Jin Yuanbao menatap gambar Yu Qilin, lalu berkata.

"Cepat kembali ke yamen dan mohon surat untuk menawarkan hadiah bagi siapa pun yang dapat menangkap Chuchu dan orang ini, perkara ini ternyata tak sesederhana kelihatannya, makin lama aku makin tertarik padanya". Setelah berbicara, sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum dingin.

"Siap!"

Wang Qiang dan Ma Zhong menerima gambar itu. Jin Yuanbao mengulet dan menguap, lalu berkata.

"Hari ini hasil yang kita dapatkan cukup banyak, kalau setelah ini aku tak kembali ke wisma jangan-jangan yang mulia ibunda akan benarbenar murka. Ayo pulang!"

"Baik!", melihat Jin Yuanbao yang ramping perawakannya hanya tinggal memakai rompi dan celana yang tinggal satu kaki celananya itu, mereka berdua berusaha keras menahan tawa. Melihat ekspresi wajah mereka yang menahan tawa, Jin Yuanbao menarik-narik selimut yang menutupi tubuhnya, lalu dengan perlahan-lahan berkata.

"Wang Qiang, baju. Ma Zhong, celana. Sepatu botku yang sebelah telah kulempar ke bawah, pasti masih bisa ditemukan". Mendengar perkataan itu, mereka berdua saling pandang, dan akhirnya terpaksa menanggalkan baju dan celana mereka dengan wajah masam..... Mereka bertiga membereskan tempat itu, saat meninggalkan Qianjiao Ge, sebuah sosok yang tinggi besar namun agak kikuk perlahan-lahan keluar dari sebuah gang kecil di belakang Qianjiao Ge. Dari kejauhan ia memperhatikan mereka bertiga meninggalkan tempat itu, dengan gusar ia menghentakkan kakinya, lalu kembali bersembunyi di balik bayang-bayang gelap di gang itu.

"Bagaimana? Kau sudah bisa melihatnya belum?"

Terdengarlah suara seorang lelaki muda. Yu Qilin tertegun sejenak, lalu berbalik dan memandang wajah gemuk itu, sambil menggertakkan gigi ia berkata.

"Cuma kurang sedikit saja! Aku baru saja akan berhasil membuka celananya sehingga aku bisa melihat sebenarnya ia punya tanda lahir atau tidak!"

Lelaki gemuk itu mengaruk-garuk bagian belakang kepalanya, rambutnya di tempat itu botak secara aneh. Dengan sedih ia berkata.

"Aiyo, sayang sekali aku telah menyumbangkan begitu banyak rambut untuk kau buat janggut!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin menempelkan janggutnya yang sebagian telah copot, lalu berkata dengan kesal.

"Kita terpaksa mencari akal lain". Setelah berpikir-pikir, dengan agak jengah ia memandang ke arah si lelaki gemuk, lalu berkata.

"Aku benar-benar telah merepotkanmu, Pang Hu". Melihatnya begitu sungkan, Pang Hu cepat-cepat melambailambaikan tangannya seraya berkata.

"Tidak merepotkan, kok!"

Setelah itu, melihat rasa putus asa di wajah Yu Qilin, ia tak dapat menahan diri untuk tak menghiburnya.

"Membantu Bibi Yu mencari putranya memang bukan sesuatu yang bisa diselesaikan dalam sehari semalam saja. Kita pulang dulu ke Emeishan untuk mencari akal!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin langsung berkata tanpa bimbang sedikit pun.

"Kita tak bisa pulang! Ibuku memunggutku dari tengah hutan dan membesarkanku sendirian selama dua puluh tahun lebih, di kolong langit ini apakah ada hal lain yang lebih sukar? Kenapa aku tak bisa mencari akal untuk melihat apakah di pinggang Jin Yuanbao ada tanda lahirnya atau tidak, dan menyelidiki apakah ia sebenarnya putra kandung ibuku? Selama aku tak tahu duduk perkara yang sebenarnya, kita sama sekali tak boleh menarik pasukan!"

"Bagaimana kalau setelah berkali-kali kau tak dapat melihatnya juga? Kalau ketahuan kita bisa dipenggal!"

Pang Hu sangat bingung. Yu Qilin memandangnya dengan sikap merendahkan.

"Kau takut? Kalau takut pulanglah sendiri!"

"Aku Pang Hu tak tahu bagaimana caranya menulis huruf 'takut'!"

Sambil membusungkan dadanya Pang Hu berkata.

"Katakanlah, apa rencanamu untuk langkah berikut?"

Yu Qilin mengerutkan keningnya, dengan perlahan-lahan ia mencopot cambang ikal di wajahnya, setelah berpikir beberapa lama, ia baru berkata.

"Kita akan mencari akal ---- untuk menyusup ke dalam wisma jenderal!"

Bab X Pernikahan Atas Titah Kaisar Walaupun sudah larut malam, namun bagaimanapun juga ini ibu kota, cahaya lentera masih bersinar.

Di tengah udara malam, suara musik sayup-sayup mengambang.

Akan tetapi di tengah cahaya lentera itu, ada sebuah tempat yang amat ramai, saat ini kereta kuda hilir-mudik di depannya, di ambang pintunya diletakkan sebuah meja panjang yang sempit, di belakang meja itu duduk seorang juru tulis yang menerima hadiah dari para tamu, sedangkan di sampingnya berdiri seorang pemimpin upacara yang sibuk menyambut tamu.

Tempat ini adalah Wisma Jenderal Jin yang hari ini menyambut papan pujian bertuliskan Pasangan Sempurna Yang Ditakdirkan itu.

Jin Yuanbao memandang rombongan orang yang berjalan hilirmudik itu dengan gelisah, dengan kesal ia mengerenyitkan dahinya, dengan sesuka hati ia mengayun-ayunkan lengan bajunya seraya mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dengan angkuh ia langsung masuk ke aula utama.

"Yuanbao, kau sudah pulang! Nyonya sedang menunggumu di aula!"

Begitu mendengar suara yang sudah sangat akrab dengannya itu, dengan sangat kesal Jin Yuanbao memandangi lawan bicaranya itu.

"Kau menegurku sebagai pengurus rumah tangga Wisma Jin atau saudara sepupuku?"

Orang itu memang pengurus rumah tangga Wisma Jin, Liu Wenchao.

Saat ini ia sedang membawa seperangkat jubah pengantin lelaki yang baru saja diterimanya, jelas bahwa ia sengaja mencari dirinya.

Mendengar perkataan Jin Yuanbao yang penuh rasa gusar itu, Liu Wenchao memaksa dirinya untuk tersenyum, setelah itu dalam sekejap wajahnya menjadi serius.

Ia menarik napas panjang, perlahan-lahan menunduk, mengarahkan pandangan matanya ke bawah, dan dengan ekspresi wajah yang penuh hormat berkata.

"Wenchao tak berani". Melihat wajahnya yang begitu munafik, dengan makin tak senang Jin Yuanbao memandangnya dengan sikap merendahkan, ia pun tak berhenti melangkah, sembari berjalan ia berkata.

"Untuk apa mencariku?"

"Jubah pengantin yang harus anda pakai saat upacara pernikahan kemarin sudah datang, kata nyonya anda harus mencobanya, kalau ada yang harus diubah, kita bisa menyuruh penjahit untuk mengubahnya malam ini juga".

"Hehehe......", Jin Yuanbao tertawa dingin dan berkata.

"kalau bicara tentang pernikahan ini, sepertinya semua orang lebih bersemangat dibandingkan denganku. Berikan padaku untuk kulihat". Liu Wenchao segera menyerahkan jubah itu kepadanya, lalu berkata.

"Ini hasilku mencari-cari di seluruh ibu kota, aku membeli kain yang terbaik, lalu minta penjahit senior Toko Busana Da Neishang untuk membuatnya sendiri ------" Jari Jin Yuanbao mengelus kerah baju itu, senyum sinis di bibirnya pun makin kentara.

"Kaukah yang memilih bahan yang terbaik ini?"

Liu Wenchao agak terkejut, ia membungkuk makin dalam.

"Benar! Xiaode sendiri yang membelinya setelah membandingkannya dengan kain dari toko-toko lain di seluruh kota".

"Benarkah?", Jin Yuanbao sedikit mengangkat alisnya, kenapa tidak beli yunjin?"

"Yunjin?", Liu Wenchao memandangnya dengan bingung.

"Yunjin dibuat dari benang emas, benang perak, benang tembaga dan benang sutra halus, berbagai macam bulu binatang dan bulu burung dimasukkan dalam tenunannya, tak sampai semeter kain brokat ini ditenun menggunakan empat belas ribu benang sutra, sedangkan yang berpola bunga ditenun di atas empat belas ribu benang sutra ini, mulai dari saat menentukan benang lungsi dan pakannya sampai menjadi kain, kain ini dikerjakan dengan keahlian yang amat tinggi". Setelah Jin Yuanbao selesai berbicara dengan perlahan-lahan, ia kembali tersenyum dan memandang Liu Wenchao seraya berkata.

"Apakah kau pernah berpikir bahwa kain yunjin lebih cocok untuk dipakai membuat jubah pengantinku daripada kain yang kau beli?"

Liu Wenchao segera menghentikan langkahnya, keringat dingin samar-samar muncul di dahinya.

"Waktu.....waktunya terbatas, sebenarnya sudah tak ada waktu untuk menjahit jubah yang dibuat khusus untukmu". "Hahaha!", Jin Yuanbao tertawa terbahak-bahak sambil mendongak, namun tawa itu mengandung rasa kecewa dan nelangsa.

"Kalian semua bukannya sangat bersemangat untuk melaksanakan upacara terbesar bagi Wisma Jin ini untuk mendapatkan berkah dari Sri Baginda dan memuliakan para leluhur? Kalau kalian hendak melakukannya, lakukanlah dengan sebaik dan semahal mungkin agar semua orang kagum pada kemegahan perserikatan diantara keluarga Jin dan Jiang, kalau tidak, bukankah hal ini akan mempermalukan keluarga Jinku? Tak ada waktu untuk mempersiapkannya? Kau pengurus rumah tangga Wisma Jenderal Jin yang berwibawa, kalau hal ini sampai tersiar keluar, apakah kau tak takut ditertawakan orang?"

Setelah selesai berbicara, ia melangkah pergi dengan cepat. Liu Wenchao berhenti di tempat, lalu dengan patuh menyoja, sambil menghadap ke sosok Jin Yuanbao yang berjalan menjauh, ia berkata dengan hormat.

"Teguran shaoye benar!", akan tetapi sepasang tangannya yang tersembunyi di balik jubah pengantin mengepal erat-erat sehingga kukunya seakan menembus masuk ke dalam dagingnya. Sambil memandang aula utama Wisma Jin yang terangbenderang bermandikan cahaya dari kejauhan, Jin Yuanbao merenung, saat ini langkah kakinya makin berat, kecepatan berjalannya sedikit demi sedikit makin lambat. Perlahan-lahan.....perlahan-lahan...... Ia berhenti di depan aula utama, matanya memandang papan pujian bertuliskan Pasangan Sempurna Yang Ditakdirkan pemberian kaisar. Hatinya terasa berat, ia hanya ingin mengangkat kaki dan meninggalkan tempat ini..... Namun di bawah papan pujian itu duduk sebuah sosok yang kesepian. Hatinya pun seketika itu juga melembut. Ia jelas-jelas masih berdiri begitu jauh, namun ia dapat dengan jelas melihat rambut-rambut putih halus di pelipisnya, ia juga seakan dapat mendengarnya menghela napas. Jin Yuanbao berhenti di ambang pintu, ia menahan diri untuk tak menunjukkan sikap sinisnya, dengan sikap hormat dan patuh ia melangkah masuk, lalu berlutut.

"Anak memberi hormat pada ibu". Untuk beberapa saat, Nyonya Jin tak berkata apa-apa. Setelah Liu Wenchao ikut masuk ke aula utama, Nyonya Jin baru berbicara.

"Apakah kau berhasil menyelidiki sebuah kasus besar hari ini?"

Nada suaranya tidak tinggi, namun mengandung wibawa yang tak dapat diacuhkan. Jin Yuanbao bersujud dan berkata.

"Yuanbao tak berani. Anak berhasil menangkap seorang pencuri kecil, namun anak curiga bahwa di balik si pencuri kecil masih ada persekongkolan yang lebih besar, sekarang anak sedang bersiap untuk mengadakan penyelidikan yang lebih seksama sesuai dengan petunjuk yang sekarang ada di tanganku, anak yakin bahwa -----"

"Baiklah!", Nyonya Jin melambaikan tangannya, dengan tak sabar ia memotong perkataan Jin Yuanbao.

"Begitu bicara tentang kasus kau fasih berbicara. Yuanbao, apa kau tahu hari ini hari apa?"

"Tahu", Jin Yuanbao tak menyangkal. "Angkat kepalamu, apa kau sudah lihat papan pujian di atas?"

"Sudah".

"Apa kau tahu siapa yang menulisnya?"

"Ibu suri". Ketika Nyonya Jin melihatnya menjawab pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu tanpa sedikit pun merasa menyesal, Nyonya Jin bertambah sedih.

"Hari ini semua orang di Wisma Jin berdiri di depan gerbang untuk menyambut papan pujian emas yang ditulis ibu suri, kenapa kau sengaja tak datang?"

Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan memandang sang bunda, dengan tenang ia berkata.

"Anak.....tak layak menyandang sebutan empat huruf 'Pasangan Sempurna Yang Ditakdirkan' yang ditulis sendiri oleh ibu suri itu".

"Kenapa tak pantas menyandangnya?"

Nyonya Jin mengerutkan keningnya. Jin Yuanbao menarik napas panjang, lalu berkata dengan lantang.

"Ketika ibu suri menganugerahkan pernikahan ini, aku sudah pernah berkata bahwa aku dan nona keluarga Jiang itu belum pernah bertemu, aku tak bisa menerima pernikahan seperti ini. Upacara pernikahan besok hanya sandiwara saja, bukan ditakdirkan". Wajah Nyonya Jin menjadi sedikit muram.

"Aku sudah bertanyatanya tentang nona Jiang itu, ia lemah lembut dan baik hati, bajik dan ramah, parasnya pun cantik, usianya sepantaran denganmu, kau ingin apa lagi?" Dengan tegas Jin Yuanbao memandang sang ibu, sepatah kata demi sepatah kata ia berkata.

"Aku ingin cinta".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cinta?", Nyonya Jin tertawa.

"Cinta apa, cinta hanya mimpi yang dikejar orang muda".

"Tepat sekali!", Jin Yuanbao mengangguk.

"Cinta karena saling mengenal dan saling memahami, saling membantu dalam suka dan duka, hal ini tak ada hubungannya dengan usia, latar belakang keluarga atau wajah". Nyonya Jin perlahan-lahan memicingkan matanya, lalu bertanya.

"Kalau begitu, kau berencana untuk tak menjalani pernikahan ini?"

"Anak adalah orang yang berdarah dan berdaging, orang yang bisa menangis dan tertawa, aku tak sudi menjadi mainan yang dapat dimanipulasi orang". Melihat ibu dan anak itu seakan sedang saling menghunus pedang seperti hendak berkelahi, Liu Wenchao cepat-cepat maju ke depan hendak melerai, kepada Jin Yuanbao ia memberi nasehat.

"Yuanbao, kapan gumu pernah melakukan sesuatu yang bukan demi kebaikanmu? Pernikahan ini diperhatikan semua orang, sebenarnya ini adalah suatu peristiwa yang mengembirakan, Yuanbao kau ------"

"Liu Guanjia!", Jin Yuanbao dengan bengis memotong perkataannya, dengan dingin ia memandangnya seraya berkata.

"Kurasa kesibukan menyambut tamu di depan wisma adalah sesuatu yang penting, bukankah itu tanggung jawabmu?" Wajah Liu Wenchao menjadi kehijauan, ia cepat-cepat menyoja dan mundur seraya berkata.

"Benar, benar, aku pergi dulu untuk mengawasinya", setelah berbicara ia meninggalkan aula utama dengan cepat. Setelah Liu Wenchao pergi jauh, wajah Nyonya Jin nampak lelah, sambil mengurut keningnya ia berkata.

"Hari ini papan pujian emas telah diarak di jalan, seluruh kota sudah melihatnya, Nona Jiang juga sudah sampai di ibu kota, pandangan mata semua orang terpusat pada upacara pernikahan keluarga Jin dan Jiang besok. Kau ingin aku menyatakan pada seluruh dunia bahwa Wisma Jin mengingkari janji pernikahan, bahwa tuan muda Keluarga Jin tak mau menikah? Yuanbao! Dimana kau taruh muka Wisma Jin?"

Jin Yuanbao mendongak dan memandang ibunya, dengan hormat namun tegas, Jin Yuanbao berkata.

"Anak tak hidup demi orang lain, telinga, mata, mulut dan lidah orang lain tak bisa menghalangi anak untuk menjalani kehidupan yang kukehendaki".

"Kau.....", Nyonya Jin menghela napas pelan.

"Kalaupun aku menurutimu kemauanmu dan mundur dari pernikahan ini, apakah kau bisa membuat ibu suri menarik perintahnya kembali?"

"Kalau begitu, Yuanbao akan bersujud dan merayap sampai ke depan istana kaisar untuk mohon ibu suri menarik perintahnya kembali ----- anak akan mohon titah untuk menolak pernikahan!"

Dengan amat tegas, Jin Yuanbao menggertakkan giginya dan mengucapkan perkataan itu. "Apa?", Nyonya Jin terperanjat, lalu menarik napas dalam-dalam beberapa kali, setelah berusaha keras menenangkan diri, ia menghela napas dan berkata.

"Kau.....ikut aku", sambil berbicara ia perlahan-lahan bangkit sambil berpegangan pada sandaran kursi. Walaupun Jin Yuanbao tak tahu sang ibu hendak pergi ke mana, namun dengan sikap hormat ia ia menyokong sang bunda. Mereka berdua keluar dari aula utama, setelah melewati sebuah serambi panjang, mereka masuk ke taman bunga belakang, lalu menuju ke sebuah tempat sepi di taman bunga belakang itu, yaitu kuil leluhur. Nyonya Jin mendorong pintu hingga terbuka, masuk ke dalamnya dan berlutut di depan papan nama leluhur-leluhur Keluarga Jin dari beberapa generasi. Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao pun segera berlutut di belakangnya. Nyonya Jin menyalakan tiga batang hio, lalu bergerak ke arah hiolo sambil berlutut, menancapkan batang-batang hio itu, lalu mundur ke tempatnya semula sambil berlutut pula, kemudian bersujud tiga kali dengan amat khidmat. Jin Yuanbao pun segera mengikuti apa yang dilakukannya. Setelah Jin Yuanbao seelesai bersujud, Nyonya Jin berpaling memandangnya dan berkata.

"Di hadapan ayahmu, dan di hadapan para leluhur Keluarga Jin, aku menanyaimu.

"Apakah besok kau akan menikah atau tidak?" Jin Yuanbao agak terkejut, ia memandang papan nama ayahnya dan menegaskan.

"Saat ayah masih hidup, beliau mengajarku supaya selalu menjadi lelaki sejati. Anak sudah memutuskan, aku tak mau menikah!"

"Baik......", Nyonya Jin perlahan-lahan bangkit.

"Yuanbao, bangkitlah". Jin Yuanbao tak mengerti, namun ia tetap bangkit. Sekonyong-konyong Nyonya Jin bersujud di hadapan Jin Yuanbao! Jin Yuanbao begitu terkejut hingga wajahnya menjadi pucat pasi, ia cepat-cepat membantu sang ibu berdiri seraya berseru.

"Ibu, kenapa anda melakukan hal seperti ini? Aku tak patut menerimanya!"

Dengan keras kepala Nyonya Jin terus berlutut, ia memejamkan matanya, tak bergeming.

"Ibu, kau ini......", Jin Yuanbao berkata dengan bingung.

"Bangkitlah. Lekas bangkit".

"Demi Keluarga Jin, aku tak mau bangkit". Melihat bahwa ia tak mau dibantu untuk bangkit.

"Duk!", Jin Yuanbao terpaksa berlutut di sampingnya, lalu dengan pilu memohon kepadanya.

"Ibu......"

"Jangan meneriaki ibu!", dengan wajah pucat pasi Nyonya Jin berkata padanya. Jin Yuanbao bersujud dengan khidmat dan berkata.

"Ibu, kumohon ibu bangkit! Suami istri adalah orang-orang yang untuk seumur hidup saling membantu dan menemani. Anak tak perduli pada kedudukan dan latar belakang keluarganya, dan juga tak perduli pada bakat dan wajahnya, hanya menginginkan seorang wanita yang cocok denganku untuk menemaniku seumur hidup, aku belum pernah melihat nona keluarga Jiang itu, bagaimana kau dapat menyuruhku menjadi suami istri dengan seorang asing?"

"Yuanbao.....", wajah Nyonya Jin penuh air mata.

"Ayahmu terlalu pagi meninggal dunia, aku yang seorang wanita harus sendirian memimpin keluarga Jin selama dua puluh tahun lebih, kepahitan yang telah kualami sukar untuk dilukiskan! Keluarga Jin hanya punya kau sebagai satu-satunya putra dan ahli waris, nona keluarga Jiang ini berbakat dan cantik, sifatnya lembut dan ramah, dan juga dilahirkan di tengah keluarga terkemuka, sangat cocok denganmu, kalau kau menikahinya, kau akan dapat meneruskan keturunan keluarga Jin, sekaligus membuat ibu suri merasa lega....."

"Ibu, kau bangkitlah dulu! Setelah bangkit baru berbicara lagi!"

Jin Yuanbao kembali mencoba membuat sang ibu bangkit. Namun Nyonya Jin telah menentukan sikapnya, ia malah memandangnya dengan sungguh-sungguh, lalu berkata sambil tersedu sedan.

"Yuanbao, kau selalu menjadi permata hatiku, ibu pun selalu menurutimu, bahkan ibu juga tak menghalangimu ketika kau pergi ke yamen untik menjadi seorang bukuai. Ibu suri mengangap pernikahan ini sangat penting, titah pernikahan sudah turun, apakah kau hendak menentangnya? Apa boleh bulat! Kau adalah hidup ibu. Kalau kau tak bahagia, kehormatan keluarga Jin selama bergenerasi-generasi tak ada artinya". Setelah berbicara sampai disini, Nyonya Jin menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan napas panjang pula, seakan telah membulatkan tekadnya, katanya.

"Baiklah, ibu tak akan memaksamu, besok aku akan menemanimu pergi ke istana untuk mohon ibu suri menarik kembali titahnya". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao memandang sang ibu dengan gembira bercampur terkejut, ia agak tak berani mempercayainya. Namun tak nyana, Nyonya Jin berbalik sambil tetap berlutut, menghadap ke meja altar tempat berbaris-baris papan nama berdiri, lalu mengumam.

"Para leluhur Keluarga Jin yang hadir disini, maafkanlah aku si ibu yang mementingkan diri sendiri ini, yang demi kebahagiaan Yuanbao menempatkan keluarga Jin di tempat kedua, kalau keluarga Jin di masa datang mengalami kemalangan semuanya akan kutanggung seorang diri, jatuhkanlah semua hukuman pada diriku!"

Setelah selesai berbicara ia mengetukkan kepalanya keras-keras di hadapan baris demi baris papan nama para leluhur keluarga Jin.

Suara Nyonya Jin mengetukkan kepalanya keras-keras bagaikan sebuah tinju yang kuat-kuat memukul hati Jin Yuanbao! Melihat bagaimana sang bunda begitu bertekad bulat, melihat tubuh sang ibu yang gemetar pelan, melihat air mata penuh kesabaran sang ibu.....

Jin Yuanbao merasa bahwa dirinya hancur berkeping-keping......

Sambil berlutut ia bergerak ke kaki Nyonya Jin, lalu memohon dengan sungguh-sungguh.

"Ibu, kau tak usah begini". Namun bagaimana Nyonya Jin dapat menurutinya? Ia masih terus mengetukkan kepalanya keras-keras di hadapan papan nama para leluhur itu, wajahnya penuh air mata......sedikit demi sedikit, darah segar samar-samar muncul di dahinya. Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao tak dapat bersikap keras kepala lagi! Ia menarik sang ibu agar bangkit, lalu menggertakkan giginya dan mengucapkan tiga perkataan.

"Baiklah....."

"Aku berjanji padamu....."

"Ibu......"

"Kau.....kau bersedia melakukannya?"

Nyonya Jin memandangnya sambil berlinangan air mata, matanya tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya. Dengan nelangsa Jin Yuanbao memejamkan matanya, air mata menetes dari sudut matanya, ia kembali menggertakkan giginya dan berkata.

"Anak sanggup membalas budi semua orang di dunia ini, tapi tak sanggup membalas budi ibu yang telah membesarkanku. Pernikahan besok.....kuserahkan pada ibu untuk mengaturnya".

"Anak baik......"

Mata Nyonya Jin mengucurkan air mata, bagai butiran-butiran mutiara, menetes-netes ke lantai.

Ia memeluk Jin Yuanbao, bibirnya sedikit demi sedikit terangkat membentuk seulas senyum bersyukur.

Akan tetapi ia tak melihat, bahwa sang anak yang bersandar di bahunya dengan amat sabar menanggung kesedihan, ia pun memejamkan matanya.....

Bab XII Mempersiapkan Upacara Pemakaman Begitu meninggalkan aula utama, ekspresi wajah Liu Wenchao yang diejek Jin Yuanbao langsung berubah drastis.

Para pelayan wisma yang berpapasan dengannya, begitu melihat air mukanya yang sedingin es, cepat-cepat pergi menghindarinya.

Ketika berjalan melewati taman bunga Wisma Jin yang menawan di bawah cahaya rembulan yang remang-remang, Liu Wenchao makin merasa bahwa pemandangan yang indah itu membuat matanya sakit! Semuanya ini.....pada suatu hari, akan menjadi miliknya! Pasti akan menjadi miliknya! Liu Wenchao dengan marah mengingat perisitiwa yang baru terjadi, namun tiba-tiba terdengar suara tangis, lalu ia melihat Liu Qianqian berlari-lari kecil di jalan setapak sambil menutupi mulutnya.

Ia cepat-cepat menghadangnya seraya berkata.

"Qianqian, kau kenapa?"

Liu Qianqian mengangkat kepalanya dan memandang kakaknya, lalu ia menyusup ke dalam pelukan sang kakak dan berkata seraya menangis tersedu-sedu.

"Ge....." Hati Liu Wenchao tergerak melihatnya menangis, ia membelai rambutnya yang indah seraya bertanya.

"Sebenarnya ada apa? Siapa yang menganiayamu? Beritahu gege! Coba lihat apakah gege akan memberinya pelajaran atau tidak!"

Mendengar perkataan itu, Liu Qianqqian mengangkat wajahnya, dengan raut wajah yang seperti bunga pir yang terkena hujan ia memandang kakaknya, lalu berkata sambil tersedu sedan.

"Ge......aku ingin mencari gumu, aku ingin mengatakan sesuatu". Ternyata begitu.....Liu Wenchao menghela napas, lalu dengan lembut membelai rambutnya seraya berkata.

"Aku tahu apa yang ingin kau katakan, tapi kata-kata itu kau simpan saja dalam hati".

"Kenapa?", Liu Qianqian mendongak dan memandang sang kakak dengan keras kepala.

"Aku dan Yuanbao dibesarkan bersama dan saling mencintai sejak kecil, waktu kecil gumu juga pernah berkata bahwa setelah aku besar, ia akan mengijinkan kami menikah, apakah.....apakah sekarang perkataan itu sudah tak berlaku lagi?"

Dahi Liu Wenchao berkerut.

"Kata-kata seperti itu juga kau percayai? Jin Yuanbao akan menikah dengan nona keluarga Jiang, tak ada yang dapat mengubah hal ini"..

"Tak bisa!", dengan gelisah ia mendorongnya pergi.

"Tak bisa! Aku ingin menanyai gumu! Aku ingin menanyai Yuanbao Gege! Aku akan menjadi nyonya muda Wisma Jin!"

Sambil berbicara ia bersikap seakan hendak melarikan diri. Liu Wenchao membentaknya.

"Kau membuat onar! Qianqian! Ini adalah pernikahan yang dianugerahkan oleh ibu suri! Kau mengerti tidak!"

"Ge!", sambil tersedu sedan Liu Qianqian berkata.

"Apa kau rela melihat mereka menikah tanpa berbuat apa-apa? Ge, sekarang kau adalah pengurus rumah tangga Wisma Jin, begitu Jiang Xiaoxuan masuk ke pintu gerbang kita kakak beradik akan punya seorang majikan lagi, hari-hari pelayan orang ini apakah akan menyenangkan? Ge, aku ingin menikahi Yuanbao, dengan demikian bukankah kita keluarga Liu diam-diam akan punya harapan untuk maju?"

Perkataan ini bagai sebilah pedang tajam yang menusuk hati Liu Wenchao, hatinya seakan telah meneteskan darah.

Diam-diam memajukan keluarga Liu? Ini seharusnya urusannya sebagai ahli waris keluarganya, sekarang malahan adiknya yang sejak kecil dimanja yang mempunyai ambisi seperti itu......

Ia menghela napas panjang dan berkata.

"Qianqian, apa kau kira kakakmu ini ingin terus menjadi orang yang majikan bukan, pelayan juga bukan? Aku ingin maju, namun saatnya belum tiba. Kelak kakak pasti akan mencarikan orang yang baik untukmu, dan kita akan dapat menikmati masa depan yang cerah".

"Aku tidak......"

Liu Qianqian baru saja hendak meneruskan berbicara, tapi seseorang dengan cepat menghampiri lawan bicaranya, maka ia terpaksa menelan kembali perkataannya.

"Rupanya Liu Guanjia berada di sini! Nyonya ingin aku bertanya, apakah di tengah malam ini di dalam wisma ada sesuatu yang aneh?"

Orang yang datang itu mengenakan pakaian pendek berwarna hitam, alisnya tebal dan matanya besar, tubuhnya amat kekar.

Lengannya berotot, jari jemarinya besar, nampaknya ia adalah seorang pesilat.

Liu Wenchao meliriknya, lalu memandang ke sekitarnya dan berkata.

"Semua aman, tak ada yang aneh". Orang itu perlahan-lahan berjalan ke sisi Liu Wenchao, lalu berbisik.

"Barusan ini aku mencari anda dimana-mana". Liu Wenchao berkata.

"Baik, aku akan segera pergi". Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao memandang Liu Qianqian di sisinya, lalu berkata.

"Nyonya mencariku, aku dan A Gui akan pergi kesana, kau kembalilah dulu ke kamarmu dan beristirahat, tak usah memikirkan omong kosong ini". Liu Qianqian memandanginya sambil mengigit bibirnya, namun tak bergeming. Liu Wenchao terpaksa berjalam mendekatinya, lalu membujuknya sambil membelai rambutnya.

"Sekarang bukan waktunya membicarakan hal ini, kau kembali ke kamarmu dn beristirahat dulu, ya? Menurutlah pada kakak". Liu Qianqian mengerutkan keningnya dan menatapnya, lalu menatap A Gui, setelah itu ia menghentakkan kakinya dengan marah dan pergi ke kamarnya. Sambil memandangi sosok adiknya yang berjalan pergi, Liu Wenchao kembali menghela napas dalam-dalam.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa Qianqian?", A Gui berkata dengan khawatir.

"Tak kenapa-kenapa....."

Liu Wenchao menggeleng-geleng, lalu berkata.

"Apakah kau sudah bertemu dengan Yang Mulia?"

"Hmm".

"Berjalanlah di sini......"

Sambil berbicara, Liu Wenchao melangkah dengan langkah-langkah lebar di jalan setapak.

Sambil berbicara, mereka berdua berjalan dengan berendeng pundak ke arah gerbang belakang Wisma Jin.

Setelah sampai di sebuah tempat sepi di taman bunga, A Gui mengawasi sekelilingnya, setelah memastikan bahwa di sekitar mereka tak ada orang, dengan pelan ia berjalan ke samping Liu Wenchao yang berada di depannya, lalu berbisik.

"Si Macan Tutul Terbang Di Langit telah ditangkap Liushan Men, kabarnya yang menangkapnya adalah tuan muda Wisma Jin kita".

"Hmm", Liu Wenchao sama sekali tak terkejut.

"Hal ini sesuai dengan dugaanku, kalau tidak si bocah pesolek itu tak akan pergi menyelidiki Qianjiao Ge. Aku sudah mengirim dua orang untuk membantu Chuchu, apakah Chuchu sudah bersembunyi?"

"Orang-orang kita membuat bawahan-bawahan Jin Yuanbao repot, tapi mereka tak berjumpa dengan Chuchu, sekarang kami tak tahu dia berada di mana, tapi pasti belum jatuh ke tangan yamen", A Gui berkata.

"Bagaimana kau bisa begitu yakin?", Liu Wenchao memandang A Gui. A Gui berkata dengan serius.

"Perintah penangkapan Chuchu ditempel di seantero kota. Tapi ada sesuatu yang aneh, pada saat yang sama ada perintah untuk menangkap seorang bandit dunia persilatan".

"Seorang bandit?", Liu Wenchao tercengang, dari mana datangnya seorang bandit? Setelah itu ia kembali bertanya.

"Apa dia orang kita?"

"Kalau dilihat dari gambarnya ------ bukan".

"Orang ini......."

Liu Wenchao berpikir sejenak.

"Entah musuh atau kawan, dan juga bisa merupakan bagian dari muslihat Jin Yuanbao......tapi bagaimanapun juga, kau harus segera menyelidiki orang ini!"

"Baik!"

Setelah berjalan beberapa langkah, Liu Wenchao tertegun, ia memandang A Gui dan berkata dengan suara yang sedikit tegang.

"Katamu gambar Chuchu telah dikeluarkan?"

"Perintah penangkapan Chuchu ditempel di semua jalan raya, Yang Mulia tentunya marah?"

Hati Liu Wenchao terguncang. A Gui mengangguk-angguk, lalu berkata dengan pelan.

"Yang Mulia menyuruhku menyampaikan pesan pada anda, 'Bereskan masalah ini dengan rapi, kali ini tak akan diselidiki, tapi kalau sampai terulang, temui aku dengan membawa kepalamu' ". Mendengar perkataan ini, raut wajah Liu Wenchao menjadi lega.

"Chuchu tak punya sanak saudara atau musuh, ia juga tak punya uang, ia tak mungkin lari jauh, kau cepatlah cari dia".

"Kata Yang Mulia, Chuchu adalah seorang perempuan dari Daerah Barat, kalau ia digilas sampai mati seperti mengilas seekor semut pun, tak akan ada orang yang tahu, tapi kalau ia dibiarkan tetap hidup ia akan membuat kita repot". Dengan dingin A Gui menyampaikan perkataan itu.

"Aku bisa membereskan masalah ini sendiri". Mendengar perkataan yang menganggap enteng nyawa manusia itu, dengan agak kesal ia mengerutkan dahinya.

"Apakah Yang Mulia mempunyai perintah lain?"

"Besok Jin Yuanbao dan Jiang Xiaoxuan akan menikah. Yang Mulia menyuruh kita menyiapkan hadiah yang bagus". Liu Wenchao memicingkan matanya, lalu perlahan-lahan berpaling memandang A Gui yang disinari oleh sinar rembulan, di bawah sinar rembulan yang dingin, walaupun A Gui memandang ke bawah seperti seorang pelayan, namun ia nampak dingin dan berwibawa. Dengan hati-hati ia bertanya.

"Apa maksud Yang Mulia?" "Yang Mulia berkata, bunuh Jiang Xiaoxuan, kalau tinggal si pengantin pria, bagaimana keluarga Jin dan Jiang dapat berserikat?"

Liu Wenchao merasa hatinya makin dingin, seakan ia tercebur ke dalam sebuah lubang es. Ia juga menginginkan selembar nyawa manusia? A Gui berkata.

"Yang Mulia berkata bahwa Jiang Xiaoxuan tinggal di Penginapan Hengchang, hanya untuk semalam ini".

"......", untuk sesaat, Liu Wenchao tak tahu harus berkata apa, namun raut wajahnya begitu muram sehingga seakan meneteskan tinta hitam. A Gui memandanginya dengan tertegun, lalu berkata.

"Aku sudah menyelidiki di mana kamar Jiang Xiaoxuan......"

"Aku tahu", Liu Wenchao memotong pembicaraannya. melambaikan tangannya dan Setelah itu, ia mendongak dan memandang bulan purnama yang bersinar keperakan di tengah langit malam, sinar dingin di matanya makin lama makin pekat, sedikit demi sedikit sinar matanya itu berubah menjadi nafsu membunuh......

"Malam ini, aku akan datang sendiri......"

Bab XIII Bangsa Hu Mengantarkan Hadiah Malam sepekat tinta hitam, sinar lentera perlahan-lahan menjadi temaram.

Namun di tengah keramaian ibu kota yang luar biasa, terkandung suatu ketegangan, suatu tekanan.

Suasana yang menekan dan menegangkan ini berasal dari perintah penangkapan yang ditempel di seluruh jalan besar dan gang kecil; selain itu gerbang kota juga diblokir oleh pasukan pengawal yang memakai ketopong dan baju zirah.

Kota tempat kediaman sang Putra Langit ini adalah tempat yang paling aman, namun saat ini, dari perintah penangkapan yang ditempel di seantero kota, dapat diketahui bahwa kasus ini amat penting.

Di Pasar Barat, terdapat jalan raya yang paling sibuk dan ramai, saat ini, di papan pengumuman di Pasar Barat, tertempel dua lembar surat perintah penangkapan.

Lembar pertama adalah untuk seorang wanita asing yang cantik jelita, sedangkan yang selembar lagi adalah untuk seorang lelaki tinggi besar yang wajahnya penuh berewok.

Rakyat jelata berkerumun di depan papan pengumuman itu seraya menunjuk-tunjuk, mereka berharap dapat mengingat kedua wajah itu agar dapat memberikan petunjuk tentang kedua penjahat itu pada pejabat kekaisaran.

Bagaimanapun juga, uang hadiah yang besar itu sangat menarik! Saat itu, mendadak sayup-sayup suara seruling Hu berkumandang, saat nadanya rendah seperti suara orang bersenandung, saat nadanya tinggi seperti suara terompet......bagai sutra yang ditiup angin, lemah lembut dan menyenangkan, terus berkumandang tanpa henti, bergaya negeri asing yang mempesona.

Setelah itu, sebuah siulan yang merdu terdengar dan untuk sesaat menarik perhatian para hadirin.

Nampaklah serombongan pedagang Hu yang menuntun dua ekor unta perlahan-lahan keluar dari tengah pasar.

Diantara mereka ada seorang penyanyi wanita Hu yang tangannya memegang seruling Hu, dengan lembut ia meniup seruling itu.

Lagu itu membuat orang yang mendengarnya seakan mabuk, penyanyi itu berjalan mendekat.

Penyanyi Hu itu perawakannya ramping dan lincah, ia mengenakan pakaian Hu berwarna merah yang sangat indah dan memperlihatkan separuh lengannya, di bawah kain penutup dadanya tergantung rumbai-rumbai yang dihiasi batu permata dan mutiara.

Hanya saja......perut dan pusarnya yang seharusnya terlihat anehnya ditutupi dengan kain merah yang serupa, selain itu ia gerakan tubuhnya juga sama sekali tak gemulai.

Dan kaki telanjangnya yang sehari-hari seharusnya mengenakan sandal rami kali ini dibungkus dengan sepasang sepatu bersulam kecil yang indah......

Wajah wanita Hu yang seharusnya ditutupi cadar tipis kali ini ditutupi dengan kain katun, seperti seorang bandit bertopeng yang menutupi wajahnya......

Seharusnya dandanan yang tak keruan seperti ini mengundang kecurigaan.

Akan tetapi ketika suara seruling Hu yang asli itu berkumandang, orang akan langsung merasa bahwa ia memang suka berdandan dengan agak aneh.....

Rombongan pedagang itu perlahan-lahan melewati papan pengumuman, namun saat mereka hampir melewatinya, si penyanyi Hu tiba-tiba berhenti meniup seruling dan berdiri di depan papan pengumuman itu.

Setelah matanya yang bening menatap papan pengumuman itu untuk beberapa saat, tiba-tiba ia merasa marah.

Dengan gusar ia menarik kain katun penutup wajahnya hingga terbuka, lalu berkata dengan sangat tak puas.

"Astaga! Masa begitu jelek? Siapa yang mengambarnya? Sama sekali tak mirip, benar tidak?"

Selagi berbicara, ia menunjuk papan pengumuman itu dan melirik seorang pedagang Hu yang bertubuh tambun, dengan sangat gusar ia berkata.

"Pang Hu, kau lihatlah! Gambar ini kacau balau! Mana lipatan ganda kelopak mataku? Apakah daguku begitu besar? Dan pipi ini ------ astaga, gembul sekali!"

Dengan amat kesal ia berpaling melihat papan pengumuman itu, sambil menggertakkan gigi ia berhenti berbicara untuk beberapa saat, lalu berkata.

"Pelukis yang sejelek ini seharusnya dibawa ke Wumen dan dicambuk seribu kali, lalu dilemparkan ke selokan selama tiga hari tiga malam, lalu ditarik keluar dan disuruh mengamatiku si nona ini dengan seksama, kenapa dia mengambar gigiku dengan begitu jelek?"

Tadinya ia berbicara dengan pelan untuk melampiaskan kekesalannya, namun karena makin lama ia makin marah, suaranya pun makin keras.

Pang Hu melambai-lambaikan tangannya dengan cemas, dan juga berusaha keras memberinya isyarat dengan mengedipkan matanya.

Namun Yu Qilin bereaksi, ia berpaling ke belakang dan dalam sekejap menjadi tertegun.

Kerumunan orang di belakangnya semuanya memandangnya dengan heran.

Dan saat ini, ia sedang berdiri di samping papan pengumuman itu tanpa ditutupi cadar, wajahnya yang terbuka benar-benar mirip dengan gambar itu.

"Hehehe", dengan jengah Yu Qilin tertawa, ia hendak menghilang di sudut tembok, namun pandangan mata semua orang terus mengikutinya. Tiba-tiba, sehelai mantel besar berwarna-warni jatuh dari atas dan menutupi dirinya rapat-rapat dari ubun-ubun sampai ke ujung kaki. Sambil memaki-maki Pang Hu menghampirinya, lalu memeluknya seraya berkata.

"Kau wanita bodoh ini, untuk apa menunjukkan wajahmu di muka umum seperti ini? Apa bagusnya surat perintah penangkapan ini? Ayo cepat ikut aku, kalau terlambat kita tak bisa mengirim barang!"

Sambil berbicara ia dengan lincah memimpinnya keluar dari tengah kerumunan orang itu, begitu kerumunan orang itu tak bereaksi, ia segera kabur secepat-cepatnya.

Setelah berjalan sampai jauh, Yu Qilin baru membuka mantel itu, setelah terbungkus dalam mantel tebal itu, ia lantas mengambil napas panjang beberapa kali, lalu memandang Pang Hu dengan malu, sambil tersenyum masam ia berkata.

"Barusan ini tak ada yang mengenaliku, kan?"

Pang Hu dengan sembunyi-sembunyi memandang ke jalan di belakang mereka, setelah melihat bahwa tak ada orang yang membuntuti mereka, ia pun mengangguk.

"Huh" ------ Yu Qilin menghembuskan napas panjang, lalu menepuk-nepuk bahu Pang Hu, sambil tersenyum gembira, ia berkata.

"Untung ada kau, Pang Hu!"

"Hehehe", Pang kepalanya. Hu mengaruk-garuk bagian belakang Yu Qilin memicingkan matanya, lalu menarik tangannya seraya berkata.

"Pang Hu, kau bisa tidak menggaruk bagian kepalamu yang lain?"

"Hah?", ujar Pang Hu, wajahnya kebingungan. "Kalau kau mengaruk-garuk tempat yang botak itu, janganjangan rambutnya tak bisa tumbuh lagi!"

"Oh", dengan jengah Pang Hu menarik tangannya, walaupun ia merasa tempat itu amat gatal, ia tak berani mengaruknya. Sesaat kemudian, ia merasa tempat itu gatal, lalu lehernya dan sekujur tubuhnya juga ikut gatal. Yu Qilin menyelipkan serulingnya ke ikat pinggangnya, lalu menuntun unta di depannya, seekor unta lain mengikuti di belakangnya, di belakang unta yang berada di belakang, Pang Hu yang makin lama makin merasa tak nyaman berjalan sambil menggaruk punggungnya. Mereka berdua menuntun kawanan unta itu, dengan santai mereka berjalan sampai ke sebuah tempat yang tak jauh dari pintu gerbang Wisma Jin. Yu Qilin mengambil serulingnya, sambil meniup seruling dengan lembut, ia berjalan dengan langkah-langkah lebar ke pintu gerbang Wisma Jin. Pang Hu juga ikut menabuh gendang sambil menuntun untaunta itu.

"Hei, hei, hei. Kalian mau apa?", Pengawal yang berjaga di pintu masuk bertanya sambil menghalangi mereka masuk. Malam sepekat tinta hitam, sinar lentera perlahan-lahan menjadi temaram. Namun di tengah keramaian ibu kota yang luar biasa, terkandung suatu ketegangan, suatu tekanan. Suasana yang menekan dan menegangkan ini berasal dari perintah penangkapan yang ditempel di seluruh jalan besar dan gang kecil; selain itu gerbang kota juga diblokir oleh pasukan pengawal yang memakai ketopong dan baju zirah. Kota tempat kediaman sang Putra Langit ini adalah tempat yang paling aman, namun saat ini, dari perintah penangkapan yang ditempel di seantero kota, dapat diketahui bahwa kasus ini amat penting. Di Pasar Barat, terdapat jalan raya yang paling sibuk dan ramai, saat ini, di papan pengumuman di Pasar Barat, tertempel dua lembar surat perintah penangkapan. Lembar pertama adalah untuk seorang wanita asing yang cantik jelita, sedangkan yang selembar lagi adalah untuk seorang lelaki tinggi besar yang wajahnya penuh berewok. Rakyat jelata berkerumun di depan papan pengumuman itu seraya menunjuk-tunjuk, mereka berharap dapat mengingat kedua wajah itu agar dapat memberikan petunjuk tentang kedua penjahat itu pada pejabat kekaisaran. Bagaimanapun juga, uang hadiah yang besar itu sangat menarik! Saat itu, mendadak sayup-sayup suara seruling Hu berkumandang, saat nadanya rendah seperti suara orang bersenandung, saat nadanya tinggi seperti suara terompet......bagai sutra yang ditiup angin, lemah lembut dan menyenangkan, terus berkumandang tanpa henti, bergaya negeri asing yang mempesona. Setelah itu, sebuah siulan yang merdu terdengar dan untuk sesaat menarik perhatian para hadirin. Nampaklah serombongan pedagang Hu yang menuntun dua ekor unta perlahan-lahan keluar dari tengah pasar. Diantara mereka ada seorang penyanyi wanita Hu yang tangannya memegang seruling Hu, dengan lembut ia meniup seruling itu. Lagu itu membuat orang yang mendengarnya seakan mabuk, penyanyi itu berjalan mendekat. Penyanyi Hu itu perawakannya ramping dan lincah, ia mengenakan pakaian Hu berwarna merah yang sangat indah dan memperlihatkan separuh lengannya, di bawah kain penutup dadanya tergantung rumbai-rumbai yang dihiasi batu permata dan mutiara. Hanya saja......perut dan pusarnya yang seharusnya terlihat anehnya ditutupi dengan kain merah yang serupa, selain itu ia gerakan tubuhnya juga sama sekali tak gemulai. Dan kaki telanjangnya yang sehari-hari seharusnya mengenakan sandal rami kali ini dibungkus dengan sepasang sepatu bersulam kecil yang indah...... Wajah wanita Hu yang seharusnya ditutupi cadar tipis kali ini ditutupi dengan kain katun, seperti seorang bandit bertopeng yang menutupi wajahnya...... Seharusnya dandanan yang tak keruan seperti ini mengundang kecurigaan. Akan tetapi ketika suara seruling Hu yang asli itu berkumandang, orang akan langsung merasa bahwa ia memang suka berdandan dengan agak aneh..... Rombongan pedagang itu perlahan-lahan melewati papan pengumuman, namun saat mereka hampir melewatinya, si penyanyi Hu tiba-tiba berhenti meniup seruling dan berdiri di depan papan pengumuman itu. Setelah matanya yang bening menatap papan pengumuman itu untuk beberapa saat, tiba-tiba ia merasa marah. Dengan gusar ia menarik kain katun penutup wajahnya hingga terbuka, lalu berkata dengan sangat tak puas.

"Astaga! Masa begitu jelek? Siapa yang mengambarnya? Sama sekali tak mirip, benar tidak?"

Selagi berbicara, ia menunjuk papan pengumuman itu dan melirik seorang pedagang Hu yang bertubuh tambun, dengan sangat gusar ia berkata.

"Pang Hu, kau lihatlah! Gambar ini kacau balau! Mana lipatan ganda kelopak mataku? Apakah daguku begitu besar? Dan pipi ini ------ astaga, gembul sekali!"

Dengan amat kesal ia berpaling melihat papan pengumuman itu, sambil menggertakkan gigi ia berhenti berbicara untuk beberapa saat, lalu berkata.

"Pelukis yang sejelek ini seharusnya dibawa ke Wumen dan dicambuk seribu kali, lalu dilemparkan ke selokan selama tiga hari tiga malam, lalu ditarik keluar dan disuruh mengamatiku si nona ini dengan seksama, kenapa dia mengambar gigiku dengan begitu jelek?" Tadinya ia berbicara dengan pelan untuk melampiaskan kekesalannya, namun karena makin lama ia makin marah, suaranya pun makin keras. Pang Hu melambai-lambaikan tangannya dengan cemas, dan juga berusaha keras memberinya isyarat dengan mengedipkan matanya. Namun Yu Qilin bereaksi, ia berpaling ke belakang dan dalam sekejap menjadi tertegun. Kerumunan orang di belakangnya semuanya memandangnya dengan heran. Dan saat ini, ia sedang berdiri di samping papan pengumuman itu tanpa ditutupi cadar, wajahnya yang terbuka benar-benar mirip dengan gambar itu.

"Hehehe", dengan jengah Yu Qilin tertawa, ia hendak menghilang di sudut tembok, namun pandangan mata semua orang terus mengikutinya. Tiba-tiba, sehelai mantel besar berwarna-warni jatuh dari atas dan menutupi dirinya rapat-rapat dari ubun-ubun sampai ke ujung kaki. Sambil memaki-maki Pang Hu menghampirinya, lalu memeluknya seraya berkata.

"Kau wanita bodoh ini, untuk apa menunjukkan wajahmu di muka umum seperti ini? Apa bagusnya surat perintah penangkapan ini? Ayo cepat ikut aku, kalau terlambat kita tak bisa mengirim barang!"

Sambil berbicara ia dengan lincah memimpinnya keluar dari tengah kerumunan orang itu, begitu kerumunan orang itu tak bereaksi, ia segera kabur secepat-cepatnya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berjalan sampai jauh, Yu Qilin baru membuka mantel itu, setelah terbungkus dalam mantel tebal itu, ia lantas mengambil napas panjang beberapa kali, lalu memandang Pang Hu dengan malu, sambil tersenyum masam ia berkata.

"Barusan ini tak ada yang mengenaliku, kan?"

Pang Hu dengan sembunyi-sembunyi memandang ke jalan di belakang mereka, setelah melihat bahwa tak ada orang yang membuntuti mereka, ia pun mengangguk.

"Huh" ------ Yu Qilin menghembuskan napas panjang, lalu menepuk-nepuk bahu Pang Hu, sambil tersenyum gembira, ia berkata.

"Untung ada kau, Pang Hu!"

"Hehehe", Pang kepalanya. Hu mengaruk-garuk bagian belakang Yu Qilin memicingkan matanya, lalu menarik tangannya seraya berkata.

"Pang Hu, kau bisa tidak menggaruk bagian kepalamu yang lain?"

"Hah?", ujar Pang Hu, wajahnya kebingungan.

"Kalau kau mengaruk-garuk tempat yang botak itu, janganjangan rambutnya tak bisa tumbuh lagi!"

"Oh", dengan jengah Pang Hu menarik tangannya, walaupun ia merasa tempat itu amat gatal, ia tak berani mengaruknya. Sesaat kemudian, ia merasa tempat itu gatal, lalu lehernya dan sekujur tubuhnya juga ikut gatal. Yu Qilin menyelipkan serulingnya ke ikat pinggangnya, lalu menuntun unta di depannya, seekor unta lain mengikuti di belakangnya, di belakang unta yang berada di belakang, Pang Hu yang makin lama makin merasa tak nyaman berjalan sambil menggaruk punggungnya. Mereka berdua menuntun kawanan unta itu, dengan santai mereka berjalan sampai ke sebuah tempat yang tak jauh dari pintu gerbang Wisma Jin. Yu Qilin mengambil serulingnya, sambil meniup seruling dengan lembut, ia berjalan dengan langkah-langkah lebar ke pintu gerbang Wisma Jin. Pang Hu juga ikut menabuh gendang sambil menuntun untaunta itu.

"Hei, hei, hei. Kalian mau apa?", Pengawal yang berjaga di pintu masuk bertanya sambil menghalangi mereka masuk.

"Kami adalah tamu-tamu yang datang dari Daerah Barat untuk minum arak kegiranganmu", sambil berbicara Yu Qilin menyimpan serulingnya dan melenggak-lenggok.

"Apa kata kalian?", wajah pengawal itu nampak kebingungan. Pang Hu segera maju ke depan dan menerjemahkannya.

"Ia berkata bahwa kami adalah tamu-tamu kehormatan dari Daerah Barat yang datang untuk memberi selamat pada tuan mudamu yang akan menikah".

"Hmm", pengawal itu tak bergeming, dengan seksama ia memperhatikan Yu Qilin, lalu bertanya.

"Dari Daerah Barat?"

"Hmm". Yu Qilin kembali melenggak-lenggok, selain itu, ia juga mengerling ke arahnya beberapa kali.

"Kau penari?"

"Hmm". Yu Qilin mengangguk sambil melenggak-lenggok.

"Aku belum pernah melihat penari dari Daerah Barat yang seaneh ini......", pengawal itu mengerutu pada dirinya sendiri. Begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin mencoba membela diri, ia cepat-cepat berkata.

"Kami berasal dari sebelah barat Daerah Barat!"

"Aku tak mengerti kalian bicara apa", dengan lantang si pengawal berkata.

"Nyonya memerintahkan supaya semua hadiah diserahkan di depan pintu gerbang, hadiah balasan juga diberikan di sini, nyonya dan tuan muda akan tahu maksud baik kalian, mohon kalian terima hadiah balasan ini dan pulang ke rumah". Melihat keadaan itu, Yu Qilin menjadi cemas, ia cepat-cepat mengedipi Pang Hu. Pang Hu cepat-cepat berkata.

"Lekas biarkan kami masuk untuk memberi selamat pada tuan muda. Kami membawa banyak hadiah dan rasa persahabatan yang kental dari Tianshan!"

"Tak bisa!"

"Kalau tak berjumpa dengan Jin Gongzi kami tak mau pulang!"

Saking cemasnya, Yu Qilin lupa berbicara dengan aksen asing. Pengawal itu tercengang.

"Sebenarnya kalian siapa?"

Mendengar perkataan itu, mata Yu Qilin bergulir, ia tersenyum dan berkata.

"

Sebenarnya......kami adalah......bertahun-tahun silam, ketika Jenderal Jin masih hidup, beliau bertugas di pos perbatasan, melindungi negara dan menjaga rakyat, di musim panas menangkap ikan dan di musim dingin berburu beruang hitam, kami semua adalah kawan lama jenderal!"

"Kau?", si pengawal memandangnya dengan sangsi.

"Berapa usiamu? Bagaimana kau bisa berteman dengan jenderal kami?"

"Eh.....putri kawannya. Sebelum ayahku meninggal dunia, beliau berkali-kali menyuruhku supaya begitu putra Jenderal Jin menikah, aku harus secara pribadi memberikan bulu antilop langka dari Tianshan ini ke tangan gongzi sendiri! Berbaik hatilah sedikit, bagaimana aku dapat mengecewakan mendiang ayahku?"

Sambil berbicara ia mengangkat tinggi-tinggi bungkusan mantel bulu domba langka yang berada di tangannya.

"Ini.....", pengawal itu kebingungan. Yu Qilin menyeringai menyeramkan, lalu bertanya.

"Kalau kau tak membantuku......bagaimana kalau aku minta arwah ayahku bicara padamu?"

Mungkin seringai Yu Qilin terlalu menyeramkan, atau mungkin pengawal itu tak memahami suku-suku asing dan takut akan ilmu sihir mereka, sang pengawal ternyata memang merasa agak jeri, ia menarik tombaknya dan berkata dengan enggan.

"Karena kau disuruh ayahmu......dan tak ada alasan untuk menghalanginya......silahkan kalian masuk, akan tetapi apakah tuan muda mau menemui kalian atau tidak bukan urusanku". Yu Qilin dan Pang Hu segera menyoja.

"Terima kasih". Akan tetapi sebelum perkataan mereka selesai diucapkan, sebuah tangan menghadang di hadapan mereka.

"Hari ini Wisma Jin tidak menerima tamu". Orang itu adalah pengurus rumah tangga Wisma Jin, Liu Wenchao. Yu Qilin tertegun. Liu Wenchao mengambil kesempatan ketika Yu Qilin sedang terpana untuk menerima mantel bulu domba yang sedang diusungnya seraya berkata.

"Aku mewakili tuan muda menerima kulit domba ini, kalian silahkan pulang".

"Ai,ai", Yu Qilin berusaha merebutnya kembali. Namun Liu Wechao berkata.

"Tutup pintu ------ antarkan tamu keluar". Gerbang Wisma Jin perlahan-lahan ditutup. Dengan kecewa dan tak berdaya Yu Qilin memandang gerbang yang perlahan-lahan tertutup itu, kalau saja ia dapat terbang dan masuk ke dalam......tapi tentu saja ia tak dapat melakukan hal itu.

"Bagaimana ini?", Pang Hu memandangnya.

"Habis bagaimana lagi?", dengan kecewa Yu Qilin menuntun sang unta pergi.

"Pintu sudah ditutup, kita harus pergi".

"Oh", dengan berat hati Pang Hu memandang pintu gerbang itu, lalu menuntun unta yang satu lagi. Setelah mereka tiba di sebuah lapangan rumput yang cukup jauh jaraknya dari Wisma Jin.

"Bruk!", mereka ambruk di atas rumput, wajah mereka nampak putus asa. Untuk beberapa saat Pang Hu tak berkata apa-apa, namun tibatiba ia mendongak dan meratap dengan pilu.

"Mantelku....."

Yu Qilin yang merasa terganggu, menepuk Pang Hu.

"Jangan ribut!"

"Ah.....", Pang Hu menundukkan kepalanya, wajahnya nampak berduka.

"Itu bulu domba asli, aku saja sayang memakainya......setiap tahun baru aku mengelus-elus bulu domba itu dan sekujur tubuhku lantas menjadi hangat......"

Yu Qilin mengulirkan matanya, dengan kesal ia berkata.

"Tutup mulut! Dasar pelit! Kau delapan belas tahun berbagi suka dan duka dengan ibuku, apa artinya mantel bulu itu?"

"Kau bukannya berkata bahwa jurus ini harus dicoba? Kalau kita mempersembahkan mantel bulu itu, kita akan dapat menelungkup di bawah mantel si tuan muda dan bisa melihat pinggangnya ------"

Karena memikirkan mantel bulu itu nada suara Pang Hu menjadi sedih. Yu Qilin mencabuti rumput liar di sisinya, dengan penuh penyesalan ia berkata.

"Aku tak percaya bahwa di dunia ini ada pakaian yang tak bisa kucopot". Mendengar perkataan itu, mata Pang Hu yang penuh air mata memandanginya sambil menari-nari, tanyanya.

"Jadi kau masih punya cara lain? Apakah kita masih bisa menyelinap ke dalam Wisma Jin?"

Yu Qilin mengumam pada dirinya sendiri, lalu ujung-ujung bibirnya terangkat membentuk seulas senyum.

"Bukankah Nona Jiang sudah tiba di ibu kota?"

Bab XIV Sebuah Permohonan Sebelum Berpisah Penginapan Hengchang adalah penginapan yang paling mewah di ibu kota, penginapan itu terletak di tepi Kolam Selatan yang airnya hijau bagai kumala dan mengalir ke timur (sekarang Nanhai di Beijing), walaupun disebut kolam, namun sebenarnya adalah sebuah danau yang amat besar.

Air kolam itu hijau seperti zamrud, di tepinya tumbuh pohon-pohon liu hijau, angin danau bertiup sepoi-sepoi, pemandangan yang seindah lukisan ini membuat orang mabuk kepayang.

Lagipula, Penginapan Hengchang dikelola dengan sangat baik, kalau dibandingkan dengan penginapan-penginapan lain di seantero kota, tak perduli apakah rumah makan atau penginapan, tamu-tamu yang menginap di situ merasa diperlakukan dengan istimewa.

Di siang hari, tokoh-tokoh anggun yang mengenakan jubah lebar berlengan panjang datang ke tempat itu, sambil menghadap ke tepi danau yang lebar mereka makan ikan segar dari Kolam Selatan, untuk menyambut angin danau mereka mengangkat cawan arak, terkadang inspirasi untuk menulis puisi muncul, maka mereka pun menyanyikan sebuah sajak.

Di malam hari, orang dapat duduk di depan jendela dan memandangi lentera nelayan yang berkelap-kelip di tengah danau, dengan ditemani suara air danau yang berkilauan, ia pun akan tertidur, mungkin ia dapat mendengar suara-suara gembira dari perahu-perahu pelesiran di tengah danau, semuanya ini benar-benar membuat pikiran tenang.

Penginapan seperti ini tentunya banyak tamunya, sangat ramai.

Selain itu, karena Penginapan Hengchang adalah penginapan paling mewah di ibu kota, orang kebanyakan tak bisa menginap di sana.

Hari ini, di depan Penginapan Hengchang telah tergantung sebuah lentera besar, lentera itu bertuliskan kata 'penuh'.

Dari kenyataan bahwa setelah dengan tergesa-gesa menempuh perjalanan seribu li, Jiang Xiaoxuan bisa menginap di Penginapan Hengchang, dapat dilihat bahwa kedudukannya sangat luar biasa.

Saat ini, malam sudah larut, di luar kamar angin kencang bertiup, persis seperti pemandangan dalam lukisan berjudul 'Hujan Gunung Menimpa Feng Man Lou'.

Orang-orang di penginapan itu sedang menikmati udara sejuk di tengah musim panas itu, sebagian besar diantara mereka sudah tertidur.

Namun Jiang Xiaoxuan sama sekali tak bisa tidur, ia memandangi cahaya lentera yang bergoyang-goyang di atas meja, lalu menghela napas.

Dengan secepat kilat ia membereskan buntalannya sambil mendengarkan dengan seksama apakah di luar kamar ada orang.

Tiba-tiba, dari luar terdengar suara pelayannya, Xi er.

"Tabib Gu, apakah tanaman obat yang anda kumpulkan semalaman ini akan dibuat obat?" "Eh.....", dengan jengah Gu Zhangfeng berkata.

"Aku hendak menemui nonamu".

"Apa? Ingin menemui nona kami sekarang?"

Dari suaranya nampaknya Xi er tercengang.

"Nona kami mana bisa sembarangan menemui tamu?"

"Aku mana bisa dianggap tamu? Aku adalah tabib kepala Wisma Jin, Gu Zhangfeng!"

Mendengarnya, Xi er mencibir, lalu berkata dengan suara rendah.

"Tak perduli kau itu anjing atau serigala, nona pasti tak bisa menemuimu". Namun Gu Zhangfeng tak marah, malahan dengan sabar menjelaskan.

"Nona, dalam sepuluh hari ini, Nona Jiang pindah dari Jiangnan yang hangat ke utara yang dingin, kalau ia menjadi tak enak badan ini sudah lumrah. Tapi rasa tak enak badan ini tak boleh dibiarkan berlarut-larut, asalkan nona minum obatku secara teratur untuk mengatur aliran qi dan darahnya, niscaya tubuhnya akan sehat dan kuat......"

"Baiklah, baiklah!", dengan tak sabar Xi er memotong perkataannya.

"Asalkan obatmu ini kuterima kau mau pergi?"

"Benar!", dengan tegas Gu Zhangfeng berkata.

"Aku hanya ingin melaksanakan kewajibanku sebagai tabib dengan sebaikbaiknya. Aku ingin si sakit minum obat buatanku dan sembuh total, ini adalah kepuasan terbesar bagi seorang tabib".

"Baik! Berikan obatnya padaku! Kau bisa pergi!" "Terima kasih banyak, nona! Takaran dan waktu minumnya tertulis di dalam bungkusan, nonamu harus meminumnya dengan tepat waktu. Begitu Nona Jiang sudah menjadi majikan Wisma Jin, ia pasti akan memerintahkan supaya semua kasus sakit parah dan ringan diberikan padaku, Gu Zhangfeng, umtuk ditangani. Banyak terima kasih, banyak terima kasih". Begitu mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menyembunyikan buntalannya di bawah selimut, lalu duduk dengan rapi. Xi er mengumam pada dirinya sendiri.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"

Dasar sinting......"

Sambil mendorong pintu hingga terbuka, ia melemparkan bungkusan obat itu ke keranjang sampah di sudut kamar. Melihat kejadian itu, Jiang Xiaoxuan tak dapat menahan diri untuk tak bertanya.

"Apa itu?"

Xi er memandangnya, sambil mencibir ia berkata.

"Ini obat buatan Gu Zhangfeng, siapa yang tahu kalau obatnya tak bermasalah, nona jangan sembarangan meminumnya".

"Biarkan saja.....tapi....."

Jiang Xiaoxuan memandang bungkusan obat itu dengan iba.

"Berapa takaran yang harus kuminum?"

"Hah! Siapa yang tahu apa dia bermaksud baik atau tidak?", Xi er mengumam pada dirinya sendiri sambil menaruh baki yang sedang dibawanya di atas meja, lalu menaruh piring demi piring hidangan lezat yang berada di baki di atasnya, diantara hidangan-hidangan itu terdapat babi panggang merah yang berkilauan penuh minyak. Jiang Xiaoxuan melirik babi panggang merah itu, lalu berkata dengan kesal.

"Kau kan tahu kalau malam aku tak makan makanan berminyak".

"Aiyo, nona!", setelah selesai mengatur piring-piring hidangan itu, Xi er berkata.

"Besok kau akan menikah, seharian akan tak bisa makan apa-apa, malam ini ambil kesempatan untuk makan lebih banyak sedikit, kalau tidak besok kau mana bisa bertahan?"

Mendengar perkataan 'menikah' itu, Jiang Xiaoxuan lebih tak enak hati lagi, sambil mengigit bibirnya, ia memandang Xi er dengan kesal.

Melihat wajahnya yang tak enak dilihat, Xi er tahu bahwa ia akan berdebat tentang masalah pernikahan atas titah kekaisaran itu lagi, mata Xi er bergulir, lalu ia menyoja di hadapan Jiang Xiaoxuan dan berkata sembari tersenyum.

"Selamat kepada nona!"

Jiang Xiaoxuan memandangnya dengan bingung, lalu berkata.

"Selamat apa?"

"Di luar penginapan, aku mendengar orang memuji-muji Tuan Muda Jin!", dengan wajah berseri-seri Xi er berkata.

"Semua orang berkata bahwa Tuan Muda Jin adalah seorang pria yang terkenal ketampanannya di ibu kota, seseorang yang bijak dan cemerlang, karena tahu bahwa aku adalah pelayan yang selalu menemani nona, semua orang menarikku sambil berdecak kagum, mereka berkata bahwa dapat menikah dengan Tuan Muda Jin adalah keberuntungan yang entah harus dikumpulkan selama berapa kehidupan!"

Namun Jiang Xiaoxuan tak tergerak, bahkan alisnya pun tak terangkat.

"Itu cuma gosip". Melihatnya, Xi er cepat-cepat membela diri.

"Semua ini benar, barusan ini bibi tukang cuci pakaian di penginapan juga memujinya di depanku".

"Hmm", dengan sikap merendahkan, Jiang Xiaoxuan mendengus dengan dingin.

"Karena begitu banyak orang memuji-muji Jin Yuanbao, biar mereka saja yang menikah dengannya". Mendengar perkataannya, mau tak mau Xi er tersenyum getir.

"Nona berkata seperti itu, lantas menurut nona orang macam apa yang pantas menikah dengan Tuan Muda Jin? Apakah nona tahu bahwa nona dan Tuan Muda Jin adalah pasangan yang sangat setimpal? Setimpal dalam kedudukan dan kekayaan, seorang lelaki berbakat dan seorang wanita cantik, menurutku di seluruh dunia ini hanya andalah yang pantas bersanding dengan Tuan Muda Jin!"

"Hentikanlah", Jiang Xiaoxuan tak sudi memandangnya.

"Dalam hatiku sudah ada seseorang, tapi kalaupun tak ada, aku juga tak sudi dinikahkan orang lain begitu saja seperti batu bata. Kalau aku tak bisa memilih rumah yang akan kutinggali seumur hidup, apa artinya hidup di dunia ini?"

"Nona, kau jangan membuatku takut!", Xi er amat terkejut.

"Kalau anda masih tidak mau menikah, anda membuatku kecewa......bukan, bukan, membuat keluarga dan nyonya kecewa, setelah ini muka keluarga kita akan ditaruh di mana?"

Jiang Xiaoxuan perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan memandang dua pelayan yang melayaninya, sedikit demi sedikit dalam hatinya muncul perasaan menyesal, ia pun menghela napas dan berkata.

"Aku tahu, aku hanya sedang kesal saja". Ia menarik tangan Xi er dan berkata dengan tulus.

"Xi er, terima kasih karena kau telah mengurusku dengan bersungguhsungguh selama bertahun-tahun, sebelum ini di keluarga Jia aku belum menunjukkan rasa terima kasihku padamu, bahkan aku sekarang membawamu pun membuatmu sangat kerepotan". Xi er merasa amat heran, walaupun sehari-hari sang nona sangat baik padanya, namun ia belum pernah berbicara seperti ini kepadanya. Akan tetapi walaupun merasa heran, hatinya terasa hangat, ia pun segera tersenyum dengan gembira dan berkata.

"Nona, kau tak perlu berkata begitu, nona dan aku seperti saudari kandung, aku sama sekali tak merasa direpotkan. Lagipula, sekarang nona sudah akan menjadi anggota keluarga Jin, menjadi satu-satunya nyonya muda keluarga Jin, kedudukanmu sangat tinggi, kelak tentunya tak ada orang yang berani menganiaya aku". "Nasib manusia sulit ditebak......", Jiang Xiaoxuan mengucapkan sebuah perkataan berarti ganda.

"Tak perduli apapun yang akan terjadi, kau harus menjaga dirimu baik-baik, kalau tidak seumur hidup hatiku tak akan tenang". Mendengarnya berkata demikian, Xi er bertambah gelisah, ia cepat-cepat bertanya.

"Nona, kenapa kau tiba-tiba berkata begini, apakah kau masih ingin......"

"Tidak!", Jiang Xiaoxuan cepat-cepat memotong perkatannya, lalu kembali berkata.

"Sebenarnya......aku hanya mengungkapkan perasaanku, siapa yang tahu apa yang akan terjadi setelah tiba di Wisma Jin nanti". Oh, ternyata begitu.....Xi er menghembuskan napas lega. Rupanya nona mengkhawatirkan kehidupannya setelah menikah nanti? Oleh karenanya, sambil tersenyum ia menghiburnya.

"Nona, kau jangan khawatir, bagaimanapun juga kau adalah putri keluarga Jiang, dan dinikahkan atas titah ibu suri, setelah kau menjadi anggota keluarga Jin semuanya tentunya akan baik-baik saja". Jiang Xiaoxuan tersenyum untuk menutupi kekhawatirannya baru-baru ini, lalu berkata.

"Baiklah, lihatlah, kau begitu cerewet seperti nenek-nenek saja, pada suatu hari, aku akan mencari orang untuk dinikahkan denganmu".

"Nona, aku cuma berusaha menghiburmu, jangan tertawakan aku". Xi er begitu jengah hingga wajahnya merah padam. "Baiklah, hari sudah malam, bantu aku bersiap untuk mandi. Tak perduli apa yang terjadi esok hari, malam ini aku akan tidur dengan nyenyak dulu".

"Hmm!", dengan gembira Xi er bangkit.

"Aku akan menyuruh dapur belakang memanaskan air!"

Dengan serius Jiang Xiaoxuan memandangi punggung Xi er yang pergi keluar sampai sosoknya menghilang di serambi.

Lalu dengan lembut ia menghapus sisa air mata di sudut-sudut matanya, menutup pintu kamar dan kembali ke samping ranjang.

Ia mengambil kotak perhiasannya, membukanya, memilih beberapa perhiasan yang berharga, dengan hati-hati memasukannya ke dalam kotak peralatan menjahit yang biasa digunakan oleh Xi er, lalu berkata pada dirinya sendiri.

"Xi er, ini kutinggalkan untukmu, maafkan aku yang mementingkan diri sendiri, kalau masih ada jalan lain, aku tak akan melakukan hal ini". Bab XV Penginapan Hechang Malam semakin larut, angin pun bertiup makin kencang, sepertinya benar-benar akan turun hujan lebat. Para pengawal dari Wisma Jin yang berjaga di halaman berpatroli di luar penginapan dalam sebuah barisan yang rapi. Tepat setelah mereka berbelok di jalan setelah melewati penginapan, dua sosok tubuh ------ yang satu gemuk dan yang satunya lagi kurus ------ dengan gesit menyembunyikan diri di tengah kegelapan malam. Setelah pasukan pengawal itu pergi jauh, kedua orang itu baru perlahan-lahan keluar. Mereka berdua memakai pakaian hitam, kepala mereka ditutupi selendang, namun wajah mereka belum ditutup, mereka adalah Pang Hu dan Yu Qilin. Dengan agak ragu-ragu Pang Hu memandang Yu Qilin, lalu berkata.

"Qilin, pengawal sangat banyak, apa kau sebaiknya tak usah masuk saja?"

"Tak bisa!", tanpa ragu Yu Qilin menyangkalnya.

"Ini adalah kesempatan yang paling baik, kita pasti bisa masuk!"

"Tapi......Pang Hu mengerutkan keningnya.

"Tapi kenapa kau menyusup ke dalam pasukan pengiring pengantin perempuan?"

Yu Qilin mendongak memandang angkasa, lalu berkata.

"Aku akan mencari kamar Nona Jiang dulu, aku tak percaya bahwa dengan mengikuti mereka besok aku tak bisa masuk ke Wisma Jenderal Jin! Kau pergilah dulu ke kuil dewa tanah tempat kita tinggal dan tunggu kabar dariku, setelah berhasil aku akan menemuimu".

"Kalau......", tanpa bisa berbuat apa-apa, Pang Hu berkata.

"Kau hati-hatilah sedikit". "Jangan khawatir!", dengan gagah berani Yu Qilin berkata sambil menepuk-nepuk bahu Pang Hu.

"Apapun tak dapat mengalahkanku, Yu Qilin. Pergilah". Sambil berbicara, ia menarik selendang sehingga menutupi wajahnya, lalu melirik ke kiri dan ke kanan, setelah melihat bahwa di segala penjuru tak ada orang, ia mundur dua langkah, lalu.

"Tap, tap, tap!", kakinya menjejak tembok tiga kali dan ia pun berhasil melompatinya. Dengan kagum Pang Hu memandang Yu Qilin, dalam hati ia diam-diam bertanya, kepandaiannya begitu hebat, pasti dia tak akan kenapa-kenapa, bukan? Setelah itu hatinya menjadi lega, saat ia sedang berbalik dan bersiap untuk pergi, sekonyongkonyong terdengar suara orang berbicara, ia melihat ke kiri dan ke kanan, lalu cepat-cepat menyembunyikan dirinya di sebuah tumpukan jerami di samping dinding, hanya sepasang matanya yang nampak, dengan hati-hati memperhatikan sekelilingnya. Dua orang lelaki ------ yang seorang tinggi dan yang seorang lagi pendek -----dengan sembunyi-sembunyi berjalan ke sisi tembok, Pang Hu memusatkan pandangannya dan melihat bahwa yang seorang ternyata adalah Jin Yuanbao! Dan masih ada seorang pelayan kecil lagi! Untuk apa mereka datang malam-malam begini? Pang Hu kebingungan.

"Setelah berkeliling beberapa kali, ternyata di sini temboknya paling rendah, ya, betul di sini!"

Jin Yuanbao memandang ke arah pelayan kecil di sisinya, dengan sangat yakin ia mengangguk-angguk, setelah itu dengan sangat percaya diri ia tertawa dan berkata.

"Coba lihat aku!"

Sambil berbicara, ia memicingkan matanya dan menaksir ketinggian tembok itu, setelah itu ia mengosok-gosok tangannya dan mundur beberapa langkah, lalu menyingsingkan lengan bajunya.

Ia mengambil ancang-ancang, lalu lari secepat kilat, tepat di tempat yang sama yang sebelumnya dilewati Yu Qilin, kakinya menjejak, lalu meloncat.....

"Plak!", terdengar sebuah suara, seluruh wajahnya menempel pada permukaan tembok itu! Tubuhnya menempel di tembok itu seperti seekor tokek. Lucu sekali kelihatannya, sepasang kakinya masih menjejak tanah! Jangankan melompati tembok, kaki tembok saja belum bisa dilompatinya. Pang Hu cepat-cepat menutup tertawanya tak terdengar. mulutnya supaya suara Melihat pemandangan itu, si pelayan kecil memicingkan matanya, lalu cepat-cepat maju ke depan dan berkata.

"Shaoye, apakah anda baik-baik saja?"

"Tak apa-apa! A Fu! Kau berdirilah agak jauh sedikit!"

Jin Yuanbao mendorongnya, lalu menyingsingkan lengan bajunya makin tinggi, dengan geram ia memandang tembok itu, lalu setelah mundur beberapa langkah, ia mulai berlari dengan cepat.

Apa hasilnya? Tentu saja persis sama dengan sebelumnya.

Setelah itu, Jin Yuanbao mencoba segala cara, mulai dari merayap, meloncat sampai melompat.

Namun hasilnya semua sama saja ------ tak berhasil! Jin Yuanbao yang kehabisan tenaga dan tak berdaya hanya bisa menelungkup di depan tembok itu.

"Shaoye......bagaimana kalau kita pulang dulu?", tanya A Fu dengan hati-hati dan penuh hormat.

"Tidak!", dengan sangat cepat Jin Yuanbao menyangkal, setelah itu, sebuah ide muncul dalam benaknya, ia memandangnya, lalu tertawa terkekeh-kekeh dan berkata.

"Kau kemarilah". Melihat seringai sang tuan muda yang mengandung maksud jahat, A Fu ketakutan setengah mati.

"Shao......shaoye, apa yang ingin kau lakukan?"

"Pokoknya kemari!", Jin Yuanbao menarik A Fu, lalu menekannya hingga berjongkok di depan tembok.

"Jongkok. Jangan bergerak!"

Seraya berbicara, kakinya menginjak bahu A Fu, A Fu pun meringis kesakitan, karena khawatir sang tuan muda terjatuh, ia berusaha sekuat tenaga mendorongnya ke atas tembok.

"Cepat berdiri!", kata Jin Yuanbao.

A Fu menurut dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk bangkit, namun tak berhasil, ia hanya dapat gemetar di tempat saja.

"Kau kusuruh berdiri, untuk apa gemetaran begini?", Jin Yuanbao berkata dengan gusar. A Fu hanya bisa menggertakkan gigi, lalu dengan susah payah berkata.

"Shao.....shaoye, aku.....aku tak bisa berdiri". Mendengar perintah itu, A Fu terpaksa mengerahkan seluruh kekuatannya dan berdiri sambil terhuyung-huyung. Dengan berdiri di atas pundak A Fu, seharusnya matanya cukup tinggi untuk memandang ke dalam dari atas tembok, tapi ternyata ia masih sedikit kurang tinggi.

"Lebih tinggi sedikit!", Jin Yuanbao berkata dengan cemas.

"Eh.....", mendengar katanya, A Fu mengambil napas dalamdalam, lalu dengan sekuat tenaga berusaha untuk dapat berdiri dengan sedikit lebih tegak. Jin Yuanbao kegirangan, jari tangannya menekan permukaan tembok, akan tetapi tak nyana, karena ia belum berpegangan dengan kokoh dan kaki A Fu melemah, dalam sekejap ia pun terpeleset. "A, A, A......A Fu!", Jin Yuanbao bergelantungan di tembok dengan satu tangan, ia merasa bahwa sebentar lagi tangannya akan putus. A Fu memandang ke atas melihatnya, dengan lemah ia berkata.

"Shaoye, aku, aku akan segera datang menolongmu!"

Sambil berbicara, ia berusaha untuk berdiri! Akan tetapi tepat pada saat itu, pegangan tangan Jin Yuanbao terlepas.

"Bruk!", ia pun terjatuh ke tanah, untung saja ia jatuh menindih tubuh A Fu, tapi A Fu kesakitan setengah mati.

"Aiyoyo.....".

"Aduh.......". Majikan dan hamba saling menindih, mata besar beradu dengan mata kecil. Pang Hu yang menonton dari balik tumpukan jerami kesenangan menonton peristiwa itu, hanya saja ia tak dapat membiarkan suara tawanya terdengar, maka dengan sebuah tarikan napas ia menekan kelima organ dalam tubuhnya yang sakit, namun tak lama kemudian ia tak bisa bertahan lagi. Jin Yuanbao begitu marah sampai giginya gatal, dengan gusar ia membelalakkan matanya. Begitu melihat raut wajahnya, tahulah A Fu bahwa keadaan telah menjadi runyam, maka ia cepat-cepat memohon ampun.

"Shaoye! Shaoye! Aku bersalah! Bersalah! Benar! Benar-benar bersalah!" Jin Yuanbao perlahan-lahan berpaling, namun tak menghiraukannya, setelah bersikap acuh tak acuh beberapa saat, ia baru perlahan-lahan bangkit, lalu menepuk-nepuk baju yang dipakainya. Melihatnya, A Fu menghembuskan mengikutinya berdiri. napas panjang, lalu "Kalau hari ini aku tak bisa masuk ke dalam penginapan ini, besok kukuliti kau!"

Jin Yuanbao mengucapkan perkataan ini dengan santai. Namun A Fu begitu takut hingga sepasang kakinya gemetaran, ia hampir berlutut di tanah, dengan terbata-bata ia berkata.

"Anda sehari-hari terlalu banyak makan".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa?", Jin Yuanbao memandangnya dengan marah.

"Kau cari mati, ya? Kalau ada orang yang tubuhnya sebugar aku di seantero ibu kota ini, carilah dia untuk kulihat! Masih belum berjongkok juga!"

"Hmm......memangnya pelayan bukan manusia......"

"Omong kosong apa itu?"

"Tidak, tidak apa-apa". Dengan patuh, A Fu kembali berjongkok, akan tetapi, setelah pasangan majikan dan hamba itu berulangkali berusaha sekuat tenaga hingga kecapekan setengah mati, hingga A Fu begitu lelahnya sampai ia terpaksa menelungkup di atas tanah, Jin Yuanbao masih belum bisa melompati tembok itu. Dengan berlinangan air mata, A Fu berkata dengan tersedusedan.

"Ah, shaoye, bagaimanapun juga anda adalah tuan muda Wisma Jin, tapi anda di tengah malam begini malah melompati tembok untuk mencari istri tercintamu yang belum diboyong pulang, hal ini tak enak kalau sampai kedengaran keluar! Saat ini besok pagi, Nona Jiang sudah akan menjadi milik anda, kenapa harus tak sabaran begini?"

Jin Yuanbao meliriknya, lalu dengan pandangan merendahkan ia menatap loteng tinggi di balik tembok itu dan berkata dengan sinis.

"Semua orang berkata bahwa Jiang Xiaoxuan cekatan dan bajik, seorang wanita sempurna, aku ingin melihat apakah di dunia ini memang ada orang yang begitu sempurna!"

"Ada!", A Fu berkata tanpa berpikir panjang.

"Apa?", Jin Yuanbao menyentil dahinya keras-keras seraya berkata.

"Kau si bocah ini makin lama makin bandel saja!"

"Tidak, tidak!", A Fu mengelus tempat di dahinya yang nyeri terkena sentilan, sambil meringis untuk bermanis-manis, ia berkata.

"Shaoye, kau anggun dan berselera tinggi, tampan, cerdas dan pemberani, luar biasa pintar......kau adalah seorang lelaki sempurna yang tak punya kekurangan!" Pujian penuh jilatan itu membuat Jin Yuanbao amat nyaman, sedikit demi sedikit kerutan di dahinya menghilang, ia tertawa dan berkata.

"Dasar penjilat......baiklah, cepat cari akal!"

Semuanya terulang kembali...... A Fu tak berkata apa-apa, ia terpaksa merayap bangkit, lalu berkata dengan terbata-bata.

"Aku belum pernah melihat anda begitu tak sabaran".

"Hmm", senyum Jin Yuanbao bagai angin musim semi.

"Kalau kau cerewet begini, mulai besok kau kembali membersihkan kakus Wisma Jin, ya?"

Seketika itu juga A Fu merinding, ia cepat-cepat menganggukangguk dan tak berani berkata apa-apa lagi. Jin Yuanbao mengangkat alisnya, lalu memandangi tempat tertinggi di penginapan itu, yaitu sebuah kamar yang diterangi cahaya lentera.

"Aku tak percaya aku tak bisa masuk".

"Shaoye, shaoye!", terdengar suara A Fu, ia begitu bersemangat, seakan telah menemukan sebuah jalan lain. Begitu Jin Yuanbao mendengarnya, ia segera memusatkan pandangannya, ia melihat bahwa di tembok yang seputih salju itu ternyata terdapat sebuah lubang hitam setengah lingkaran, lubang itu disebut 'tempat seorang pria terhormat berlutut', atau 'jalan orang rendah', tapi sebenarnya adalah......sebuah lubang untuk anjing. Sudut mata Jin Yuanbao agak berkedut, sambil memandang A Fu ia berkata.

"Ini tempatnya?"

"Aku sudah lama sekali mencarinya......", dengan masam A Fu berkata.

"Benar-benar tidak ada jalan lain". Jin Yuanbao merasa tak puas dan kembali mengelilingi tembok itu sehingga ia nyaris ketahuan para pengawal, setelah kembali, ia masih tetap memandang lubang anjing itu dengan tak berdaya. Setelah beberapa lama, semangat kepahlawanan muncul di wajahnya, katanya.

"Sepertinya memang hanya ada tempat ini". Sang tuan muda yang perlente dan terobsesi pada kebersihan benar-benar akan menerobos.....menerobos sebuah lubang anjing?! A Fu begitu kaget hingga wajahnya pucat pasi, ia cepatcepat menasehatinya.

"Shaoye, setiap hari lubang ini dilewati anjing besar, anjing kecil, anjing kakek-kakek, dan anjing ibu-ibu, mereka keluar masuk dari sini, kotor sekali, lebih baik jangan".

"Hmm......memang agak kotor", Jin. Yuanbao menganggukangguk, lalu memandang A Fu sambil memicingkan mata.

"Shao......shaoye, untuk apa kau memandangku?", dengan jengah A Fu meringis.

"Terlalu kotor, oleh karenanya, kau masuk dulu".

"Apa?", wajah A Fu yang penuh senyum kontan membeku. "Kenapa masih diam saja? Kan kau yang berkata bahwa lubang ini terlalu kotor, bersihkanlah, sekalian melihat keadaan di dalam". A Fu merasa bahwa ia adalah seorang pembantu yang paling mengenaskan di kolong langit ini, dengan lirih ia berkata.

"Shaoye......"

Dalam suaranya terkandung sedu-sedan.

"Apa kau ingin aku memohon padamu?", Jin Yuanbao memandangnya dengan dingin.

"Huhuhu......", wajah A Fu menjadi masam, dengan enggan ia melangkah ke depan lubang anjing itu, mencium-cium bau kotoran anjing yang memenuhi udara, lalu menutup hidungnya dengan jijik. Setelah berjongkok, ia mengelap lubang anjing itu dengan lengan bajunya sendiri, namun sangat sulit untuk membersihkannya, bagaimanapun juga ia tak ingin melewatinya! Lubang anjing ini, walaupun disebut 'tempat pria terhormat berlutut', tapi sebenarnya seorang pria terhormat lebih suka berlutut daripada harus melewatinya! Dan kalau disebut 'jalan untuk orang rendah', orang rendah pun tak sudi melewatinya! Walaupun A Fu bukan seorang pria terhormat, tapi tentunya ia bukan seorang rendah? Ia benar-benar tak ingin melewati lubang anjing itu! Melihat A Fu menelungkup di depan lubang anjing itu sambil mengumam pada dirinya sendiri dan enggan memasukinya, tanpa ampun lagi Jin Yuanbao menendangnya, sehingga A Fu setengah masuk ke dalam lubang itu! "Shaoye, perlahan sedikit". A Fu ingin menangis tapi tak bisa mengeluarkan air mata.

"Kau ingin bergerak dengan perlahan-lahan, apa kau ingin menarik perhatian para pengawal itu? Ayo cepat sedikit!"

Jin Yuanbao berbisik.

"Oh". A Fu tak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa maju ke depan, lalu menjulurkan kepalanya untuk melihat keadaan di sekelilingnya, setelah dapat melihat dengan jelas, ia perlahanlahan keluar dari lubang anjing itu, setelah berdiri, ternyata tubuhnya penuh rumput liar dan kotoran.

"Apa kau sudah melihatnya dengan baik?", tanya Jin Yuanbao.

"Hmm, hmm". A Fu mengusap wajahnya sekaligus menepuknepuk kotoran di tubuhnya.

"Aku sudah tahu. Di dalam banyak kereta kuda, semuanya berisi kotak-kotak seserahan".

"Hmm". Jin Yuanbao mengangguk-angguk, lalu menghela napas dan memandang lubang anjing itu. A Fu memandanginya sambil mencabut sehelai rumput liar yang menempel di dahinya, lalu dengan tulus memperingatkannya.

"Shaoye, kotor sekali". Dengan wajah jijik dan enggan, Jin Yuanbao mundur dua langkah. Mata A Fu langsung bersinar-sinar dengan gembira, akhirnya tuan muda sadar juga! Namun tak disangka-sangka, tanpa ragu sedikit pun, Jin Yuanbao dengan lincah menanggalkan pakaian luarnya dan memberikannya pada A Fu.

"Tunggu di sini". Mendengar perkataan itu, untuk sesaat A Fu mematung. Jin Yuanbao memandangi pingiran lubang anjing itu, setelah dilewati oleh A Fu, sekarang lubang itu jauh lebih bersih, akan tetapi bau kotoran anjing itu tak dapat dihilangkan karena terlalu pekat.

"Huek......", Jin Yuanbao bersuara seakan hendak muntah, sambil menahan rasa mual ia menerobos lubang anjing itu, sambil mengangkat pantatnya, ia pun merayap ke depan. Namun tak nyana, ketika ia baru menjulurkan kepalanya keluar dari lubang itu, ia langsung tak berani bergerak. Di depan lubang, seekor anjing hitam yang sangat besar sedang menjulurkan lidahnya, sambil meneteskan air liur, anjing itu menatapnya dengan wajah keheranan, seakan sedang berpikir, yang baru datang ini anjing jenis apa. Akan tetapi Jin Yuanbao mana paham maksud anjing hitam itu, ia hanya merasa bahwa ia memandang seorang raksasa, mulutnya yang mengangga sambil menjulurkan lidah itu penuh dengan gigi-gigi tajam yang berkilauan! A Fu sialan, kenapa tak memberitahuku di sini ada anjing! Coba lihat setelah pulang kuapakan dia! Dan A Fu yang berada di luar mana tahu keadaan di dalam, ia melihat bahwa patroli pengawal akan segera lewat, maka ia segera menambah tenaga untuk mendorong pantat Jin Yuanbao.

"A Fu, dasar tolol, jangan dorong lagi", dengan suara pelan Jin Yuanbao mengomelinya, ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang supaya tak mengejutkan kawan baru yang ganas di depannya itu. Akan tetapi, tembok itu sangat kuat meredam suara, A Fu hanya dapat dengan sayup-sayup mendengar kata 'dorong', maka ia pun kembali mendorongnya dengan sekuat tenaga. Oleh karenanya, yang seorang mendorong ke dalam, sedangkan orang yang satunya lagi mendorong ke luar, majikan dan hamba pun dalam sekejap tak bisa bergeming. Hanya saja Jin Yuanbao masih memperhatikan gerak-gerik anjing hitam itu, sinar mata anjing yang memandangnya itu makin lama makin nampak tak senang, seketika itu juga Jin Yuanbao merasa panik, dan lantas berkata pada anjing itu.

"Kau kuberitahu, kalau kau berani menyentuh seujung jariku saja, aku bersumpah, besok kau akan kelihatan di meja makan, aku pati akan melaksanakan perkataanku ini ". Tapi tak terpikir olehnya, bahwa anjing ini ternyata cukup mengerti perasaan manusia! Perkataannya ini bagai sebuah sumbu yang langsung menyulut kemarahan anjing hitam besar itu, anjing itu menunjukkan giginya, merunduk, lalu meraung keras-keras, seakan hendak menerkam! Jin Yuanbao menelan ludah dengan panik, A Fu yang berada di luar masih mendorongnya dengan sekuat tenaga, maka dengan gusar, ia menendang A Fu sehingga A Fu jatuh menelentang. Akan tetapi, sama sekali tak terpikir oleh Jin Yuanbao bahwa tenaga dari tendangannya ini malah melontarkan dirinya yang berada dalam lubang ke halaman penginapan. Tanpa menunggunya bereaksi, tanpa ampun anjing hitam besar itu langsung menerkamnya, dengan ganas menerjangnya hingga terjatuh.

"Ah! ! !"

A Fu yang bingung karena terjatuh sayup-sayup mendengar jeritan mengenaskan sang tuan muda, ia langsung berdiri dengan kaget.

Setelah itu, para pengawal yang berjaga di luar sepertinya juga mendengar suara ini, mereka berlari dan satu persatu memasuki halaman penginapan dari gerbang utama.

Sambil menggigil A Fu bersembunyi di tengah kegelapan, tanpa berdaya ia melihat para pengawal masuk ke dalam, dengan ketakutan ia berdiri di tepatnya semula, tak berani bersuara.

Bagaimanapun juga, mereka adalah para pengawal dari Wisma Jin sehingga mereka pasti akan mengenali sang tuan muda.

Tanpa berkata apa-apa ia menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya.

"Amituofo, semoga bodhisatwa memberkati dan melindunginya". Akan tetapi dari balik tumpukan jerami tak jauh di belakangnya, tak nyana terdengarlah sebuah suara dengkuran......dialah si Pang Hu yang telah tertidur pulas. Bab XVII Si Cantik Mandi "Krek, krek!", Jiang Xiaoxuan yang sedang membereskan barang-barang bawaannya di kamar mendengar genting di atap kamarnya berderak-derik, ia terkejut dan untuk sesaat tertegun, namun setelah itu ia mendengar seekor kucing mengeong beberapa kali, mau tak mau hatinya gelisah, di tengah malam ini, untuk apa kucing itu membuat keributan? Saat ini, suara Xi er terdengar dari luar kamar.

"Nona, air panas sudah datang". Dengan kalang-kabut Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menyembunyikan buntalannya di atas ranjang, lalu duduk dengan rapi, setelah itu ia berkata dengan tenang ke luar kamar.

"Kok cepat sekali?"

"Ya", dengan puas diri Xi er menjawab.

"Penginapan sudah terlebih dahulu menyiapkan air wangi untukmu, begitu anda memerintahkan, mereka langsung membawanya masuk". "Bagus". Setelah selesai mengucapkan perkataan itu, ia segera berbalik sehingga punggungnya menghadap pintu. Setelah itu, Xi er mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, ia diikuti oleh dua orang pelayan penginapan, dengan amat sopan, kedua orang itu menundukkan kepala mereka, lalu membawa masuk bak mandi yang sudah penuh berisi air panas dan menaruhnya di tengah ruangan, mereka tak berani memandangnya, setelah itu dengan cepat mereka pun keluar.

"Baiklah". Jiang Xiaoxuan memaksa dirinya untuk tetap tenang, sambil memandang Xi er, ia berkata.

"Kau cepatlah beristirahat dulu, biarkan aku masuk sendiri".

"Mana bisa begitu", sambil membelalakkan matanya Xi er memandanginya.

"Di rumah kalau anda mandi aku selalu melayanimu sebelum dan sesudahnya ". Gadis pelayan ini, kenapa selalu menempel? Tak bisa begini, aku harus mencari akal untuk membuatnya pergi.

"Hmm", Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk, bangkit dan melangkah ke samping bak mandi, lalu mengangsurkan tangannya dan memasukannya ke dalam air untuk merasakan suhu air, ia sedikit mengerutkan keningnya, seakan sedang teringat akan sesuatu, dan berkata.

"Kenapa tak ada kelopak mawar segarnya? Cepat suruh orang mengambilkannya, lekas pergi, lekas pergi". "Nona, aku sudah menyuruh orang mengambilnya, karena sudah malam mereka agak lama kembali kesini. Apakah ada hal lain yang anda inginkan?"

Begitu Xi er selesai berbicara, dari luar kamar terdengar suara seorang wanita tua.

"Nona Xi er, kelopak mawar sudah datang".

"Coba lihat, nona. Sudah datang, bukan?"

Dengan riang Xi er menerima kelopak-kelopak bunga itu, setelah kembali ke kamar, ia menaruhnya di dalam bak mandi.

Seketika itu juga, wangi semerbak bunga mawar memenuhi kamar.

Jiang Xiaoxuan tak berdaya, ia melirik bayangan pengawal di luar dan terpaksa dengan perlahan-lahan menanggalkan pakaiannya di bawah pengawasan Xi er.

Setelah menginjak dingklik dan masuk ke dalam bak mandi, begitu merasakan dekapan air hangat, Jiang Xiaoxuan merasa amat nyaman dan mendesah dengan lembut.

Namun setelah beberapa saat, suasana hatinya kembali memburuk.

Melihat bayangan sang penjaga di jendela, dan memandang buntalan yang tersembunyi di ranjang, ia pun menjadi sedih.

Dengan sabun, Xi er mencuci rambutnya yang panjang dengan lembut, melihat sang majikan nampak bersusah hati, ia pun tak berani mengobrol.

Akan tetapi, ia adalah seorang gadis yang bersifat terus terang, melihat raut wajah Jiang Xiaoxuan itu, mau tak mau ia mengatakan isi hatinya, setelah mendehem-dehem untuk beberapa lama, akhirnya ia menasehati sang majikan.

"Nona, kau tunggulah dengan tenang sampai kau menjadi nyonya baru besok pagi, tak usah berpikir yang tidak-tidak. Anda selalu memikirkan orang itu, tapi orang itu belum tentu memikirkan anda".

"Omong kosong apa itu?"

Jiang Xiaoxuan merasa amat gelisah.

"Aku bukannya beromong kosong", dengan kesal Xi er mencibirkan bibirnya.

"Coba kau pikir.....Tuan Li itu tinggal di ibu kota, masa ia tak tahu kita datang kemari?"

Mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan tertegun untuk beberapa lama, lalu sambil mengigit-gigit bibirnya, ia mencoba membela diri.

"Dia seorang sastrawan yang sehari-hari selalu sibuk memetik qin, bermain catur, melukis dan menulis indah, mana bisa mendengar tentang peristiwa ini?"

"Pantas saja....."

Xi er mengumam pada dirinya sendiri.

"Aku mendengar pelayan-pelayan wanita di penginapan ini bergosip, kata mereka, sebulan yang lalu berita tentang pernikahan yang dianugerahkan ibu suri ini sudah tersebar di ibu kota, sepuluh hari yang lalu, selagi kita masih berada di jalan, Wisma Jin telah mulai mengosongkan jalan dan memasang hiasan. Perayaan ini begitu meriah, namun ia sama sekali tak mendengar tentangnya, memangnya telinganya tersumpal adonan kue?"

Mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan menjadi panik, mau tak mau jantungnya berdebar makin cepat. Melihatnya diam seribu bahasa, Xi er merasa bahwa perkataannya ada hasilnya, ia cepat-cepat menyambung pembicaraannya.

"Anda beberapa kali hendak melarikan diri untuk mencari Tuan Li itu, Tuan Li itu tentunya sudah tahu bahwa nona sudah tiba ke ibu kota, seharusnya ia terlebih dahulu mencari anda". Mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan malahan merasa mendapatkan alasan yang jelas untuk menyangkal, ia tertawa dan berkata.

"Alasan ini belum terpikir olehmu, di sepanjang jalan para pejabat sering menemui kita, dan begitu masuk ke ibu kota kita dikawal dengan makin ketat, seberapa tinggi kepandaianmu sehingga kau bisa menembus pengawalan yang ketat ini dan mencariku?"

"Nona sudah tahu tapi masih membelanya!"

Xi er mengulirkan matanya dan memandangnya dengan kesal, lalu berkata.

"Menurutku, kalau di dalam hatinya ada nona, kalaupun harus melewati gunung golok atau lautan api pun ia akan datang, dan tak akan mengecewakan cinta buta nona padanya". Namun dalam hatinya Jiang Xiaoxuan tak mau mengakui kenyataan ini, ketika mendengar kenyataan itu dibeberkan, ia merasa berduka, sakit dan malu sekaligus.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Baiklah, kau keluarlah dulu, aku hendak menenangkan diri sendirian dulu".

"Nona......" Jiang Xiaoxuan berpura-pura naik pitam.

"Aku ingin berendam dulu, kau takut aku akan kabur? Kalau tidak, kenapa pakaianku kau bawa keluar semua?"

Xi er cepat-cepat mundur dan berkata.

"Tak berani, tak berani, Xi er keluar dulu, kalau nona membutuhkan sesuatu, panggil Xi er kapan saja". Jiang Xiaoxuan memejamkan matanya seraya menganggukangguk, Xi er memandangnya untuk beberapa lama, lalu keluar seraya menutup pintu kamar. Begitu Xi er pergi, Jiang Xiaoxuan segera berpaling untuk melihat ke jendela, namun pengawal itu masih berada di tempatnya, sama sekali tak bergeming! Jiang Xiaoxuan merasa amat cemas, ia menepuk-nepuk air di dalam bak mandi keraskeras, dalam sekejap mata, kelopak-kelopak bunga tersebar ke segala penjuru dan air pun muncrat ke mana-mana.

"Krek, krek!", genting di atap kamar kembali berderak-derik, dengan galau Jiang Xiaoxuan memejamkan matanya, ia tak menghiraukannya. Ia mana tahu, bahwa saat ini di atas atap ada seorang pencuri yang sedang mencarinya. Orang itu membuka genting sambil mengumam pada dirinya sendiri.

"Ah, Nona Jiang, dimana kau berada?"

Orang itu memakai pakaian hitam, wajahnya ditutupi kain hitam, ia adalah Yu Qilin yang belum lama ini melompati tembok.

Ia berdiri dengan tenang di atas atap, di tengah kegelapan malam semua di sekelilingnya seakan menjadi satu, kalau tidak melihat teliti ia tak dapat melihat apa-apa.

Di halaman penginapan itu terdapat berbagai kereta pembawa seserahan pengantin, di dalam halaman itu tak hanya ada para pengawal dari Wisma Jin, tapi juga pengawal-pengawal dari Wisma Jiang, mereka semua bertubuh kekar dan selalu mondarmandir berpatroli.

Dengan puas ujung-ujung bibir Yu Qilin terangkat membentuk seulas senyum, matanya bersinar-sinar seperti mata seekor rubah kecil.

"Pengawal kecil itu mana bisa menghalangi Yu Qilin! Hanya saja, sebenarnya Nona Jiang itu berada di mana?"

Ini adalah kamar ketiga yang dilihatnya, kamar-kamar yang sebelumnya kalau tak kosong melompong, adalah kamar wanitawanita tua pengiring seserahan atau pelayan, ia sama sekali belum melihat Nona Jiang.

"Begitu banyak kamar, penginapan ini lebih besar dari seluruh kampung kami di Emeishan! Bagaimana aku bisa menemukannya!"

Sambil mengumam pada dirinya sendiri, Yu Qilin membuka genting di bawahnya, dalam hati ia sudah tak berharap banyak, ia berencana untuk melihat sekilas isi kamar itu, lalu pergi.

Namun tak nyana, setelah lubang itu terbuka, uap air harum pun melayang keluar.

Yu Qilin menelungkup di atas lubang itu sambil membungkuk dan melihat ke dalam.

Ia melihat bahwa di bawahnya ada seorang wanita yang secantik seorang dewi sedang mandi di dalam bak mandi, di permukaan air mengapung kelopak-kelopak bunga mawar, uap air membubung ke atas dan makin menonjolkan kulitnya yang seputih salju.

Sepertinya, ini adalah Nona Jiang? Diam-diam Yu Qilin berdecak kagum, ia benar-benar seorang wanita yang cantik jelita! Pemandangan di bawahnya tentunya adalah lukisan seorang selir kekaisaran yang sedang mandi! Tepat pada saat itu, sebuah jeritan yang mengenaskan terdengar.

"Ah!"

Ketika Yu Qilin yang sedang menikmati lukisan si cantik yang sedang mandi mendengar jeritan yang begitu memilukan itu, tiba-tiba hatinya terkesiap, kakinya terpeleset dan menginjak udara kosong! Dan yang lebih tak disangka-sangka lagi, atap penginapan ini ternyata dibuat dengan sembarangan, begitu ia menginjak tempat kosong itu, ia lalu menginjak lubang yang dibukanya sendiri.

Dalam sekejap, dengan suara berdebam, dari atap rumah ia langsung terjatuh ke dalam bak mandi Jiang Xiaoxuan! Ketika Jiang Xiaoxuan melihat bahwa di bak mandinya ada seorang 'lelaki', ia kontan menjerit dengan suara melengking! Dengan susah payah, Yu Qilin mengangkat kepalanya dari dalam air, sebelum ia dapat menenangkan diri, ia mendengar jeritan melengking Jiang Xiaoxuan, dalam kepanikannya, ia cepat-cepat menekan Jiang Xiaoxuan ke dalam air.

Jiang Xiaoxuan terus meronta-ronta sehingga ia minum beberapa teguk air, sedikit demi sedikit ia kehabisan tenaga.

Ketika Yu Qilin melihatnya kehabisan tenaga, dengan terkejut ia melepaskan tangannya.

"Huf, huf, huf", Jiang Xiaoxuan bernapas dengan terengahengah, lalu terbatuk-batuk, barusan ini ia telah minum banyak air. Melihat wajahnya yang nampak menderita, hati Yu Qilin dipenuhi perasaan menyesal.

"Kau tak apa-apa?"

Ketika mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan bahkan tak mengangkat kepalanya, tapi langsung menamparnya. Dengan gesit Yu Qilin menangkap tangannya, lalu berkata.

"Kenapa kau pukul orang?"

Jiang Xiaoxuan jengah sekaligus geram.

"Maling cabul!", dengan membabi-buta, ia memukul kepala Yu Qilin. Yu Qilin menghindar sekaligus berusaha meringkusnya, mereka pun bergumul. Akhirnya, Yu Qilin kehabisan kesabaran, ia mengerahkan sedikit tenaganya dan menarik Jiang Xiaoxuan ke depan wajahnya, lalu salah satu tangannya menekan tangan Jiang Xiaoxuan yang mengayun dengan sembarangan, sedangkan tangannya yang sebuah lagi membungkam mulutnya.

"Tenang sedikit!"

Namun Jiang Xiaoxuan mana bisa hanya berpangku tangan saja menunggu kematian? Sebuah ide muncul dalam benaknya, ia mengigit tangan Yu Qilin, Yu Qilin kesakitan dan menarik tangannya, karena tak waspada, batang hidungnya pun terkena pukulan tinjunya.

Jiang Xiaoxuan menggunakan kesempatan itu untuk berseru.

"Panggil orang!"

Yu Qilin cepat-cepat mengangsurkan tangannya dan membekap mulut Jiang Xiaoxuan, dalam keadaan genting, tangannya yang lain membuka baju atasannya sehingga dudounya terlihat.

"Untuk apa berteriak, aku juga wanita!"

Dalam sekejap Jiang Xiaoxuan diam seribu bahasa. Mereka berdua saling menatap, walaupun lawan adalah seorang wanita, Jiang Xiaoxuan masih terus bersikap waspada.

"Rupanya kau adalah Nona Jiang", kata Yu Qilin sambil dengan perlahan menutup bajunya. Jiang Xiaoxuan memandanginya, ia tak tahu apakah ia harus menjawab atau tidak, apakah orang ini lawan atau kawan masih tak jelas. Sekonyong-konyong, ia melihat bahwa sosok sang pengawal di jendela sudah tak nampak lagi! Selain itu, halaman itu pun dalam keadaan kacau balau, seakan mereka sedang mencari seseorang. Benar saja! Teriakan memilukan yang terdengar baru-baru ini! Nampaknya seorang bandit telah masuk ke dalam penginapan......ketika Jiang Xiaoxuan memasuki penginapan itu, ia melihat bahwa di halaman belakang ada seekor anjing pemburu besar, pasti orang itu telah digigit oleh anjing itu. Nampaknya para pengawal sedang sibuk mencari orang, ini benar-benar sebuah kesempatan emas! Ia memandang ke sekelilingnya, lalu tiba-tiba meloloskan diri, tangannya menekan bahu Yu Qilin, lalu ia merayap keluar dari bak mandi, setelah itu dengan secepat kilat ia mengambil pakaian yang telah disiapkan sebelumnya dan mengenakannya, karena tak hati-hati ia menyenggol tempat lilin yang lilinnya masih menyala. Tiba-tiba kamar itu menjadi gelap gulita, dengan tergesa-gesa Jiang Xiaoxuan menarik keluar buntalan yang tersembunyi di bawah ranjang dan melarikan diri. Karena ditekan olehnya, Yu Qilin terpeleset sehingga tubuhnya tergelincir ke bawah air. Begitu ia dapat duduk di dalam bak, dilihatnya bahwa kamar itu kosong melompong dan gelap gulita, untuk sesaat ia kebingungan. "Nona......Nona Jiang.....ai......apa ada orang?"

Yu Qilin berteriak sambil keluar dari bak mandi, melihat bahwa sekujur tubuhnya basah kuyup, ia pun mengerutkan keningnya, lalu dengan geram berkata.

"Sial sekali!"

Bab XVIII Babi Panggang Merah Yang Harum Begitu mendengar jeritan yang memilukan itu, para pengawal segera berkumpul, semua pengawal di penginapan itu mengambil obor, lalu mengepung tempat asal jeritan itu dari segala penjuru.

Perhatian mereka seluruhnya terpusat pada tempat itu, mereka sama sekali tak tahu bahwa ketika mereka sedang berlari di sepanjang tembok, sebuah sosok hitam diam-diam melompat masuk.

Dan pemilik penginapan yang sedang berdiri di balik jendela sambil memandang ke bawah sebenarnya melihat sosok orang itu, apa yang terjadi hari ini? Apakah karena ada calon istri Wisma Jin yang tinggal di sini, suasana menjadi begitu ribut? Si pemilik penginapan berani bersumpah, bahwa setelah mengelola penginapan separuh hidupnya, ia belum pernah melihat keributan seperti ini.

Dengan enteng orang berbaju hitam itu menghindari para pengawal itu, namun pikirannya amat bimbang, barusan ini ia sayup-sayup mendengar para pengawal berkata bahwa di halaman terdengar suara teriakan seorang lelaki, dan mereka akan menyelidikinya dengan seksama......namun ia sendiri sama sekali belum pernah melewati tempat itu dan lebih-lebih lagi tak mungkin mengeluarkam suara apapun.

Mungkinkah ada seorang pembunuh lain? Ketika orang berbaju hitam itu berpikir sampai kesini, hatinya terkesiap, setelah para pengawal pergi, ia cepat-cepat mencari kamar tempat Jiang Xiaoxuan tinggal, kalau ia tak salah ingat, kamar itu tentunya terletak di tingkat dua! Orang berbaju hitam itu mendongak dan melihat kamar yang berada di atasnya, namun kamar itu gelap gulita, agaknya penghuninya sudah tidur! Namun begitu malah baik, saat beraksi nanti kerepotan akan banyak berkurang.

Ia kembali memandang ke bawah, sinar pedang yang berkilauan pun berkelebat.

Saat ini, di dalam kamar dengan susah payah Yu Qilin merayap keluar dari bak mandi, ketika sedang kerepotan membuka pakaiannya yang basah kuyup, kisi-kisi jendela mendadak dihantam orang hingga hancur berkeping-keping! Saat ini awan gelap telah dengan perlahan-lahan menyelimuti langit, di bawah cahaya rembulan yang timbul tenggelam, sebuah sosok hitam melayang masuk, tangannya mengenggam sebilah pedang tajam dan ia langsung menerjang ke depan.

Yu Qilin begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, namun karena sudah bertahun-tahun belajar silat, urat syaraf dan kecepatan reaksinya sudah terlatih, walaupun ia agak panik, namun dengan sebat ia berbalik untuk menghindari pedang tajam itu! Ujung kakinya sedikit menjejak, ia pun meloncat keluar bagai terbang dari tengah bak mandi, ketika bangkit, ia telah mengambil kesempatan untuk menjambret handuk yang tergantung di pinggir bak mandi, lalu menyampirkannya di tubuhnya! Melihatnya melancarkan jurus maut ini, orang yang baru datang itu serta-merta tertegun, lalu kembali menikamnya tanpa raguragu sedikitpun.


Elang Pemburu Karya Gu Long Pedang Abadi Zhang Seng Jian Serial 7 The Chronicles Of Narnia 4 Kuda Dan

Cari Blog Ini