Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 10
"Untung saja aku tiba tepat pada waktunya, sehingga dapat membasmi penjahat bersama kalian dan menyelamatkan Tuan Muda Jin, sekarang Tuan Muda Jin sudah selamat, terima kasih banyak pada kalian semua". Dari tengah pasukan Jinyiwei itu, majulah seseorang yang menyandang pai pinggang berwarna emas, nampaknya ia adalah pemimpin mereka. Ia menyoja ke arah Liu Wenchao, lalu dengan hambar berkata.
"Kami hanya melaksanakan perintah, tak usah berterima kasih pada kami. setelah ini kami akan mengawal Tuan Muda Jin pulang ke Wisma Jin". Jin Yuanbao melangkah ke depan, menyoja ke arah orang itu dan berkata.
"Komandan Li, apa kabar?" Komandan Li memandang ke arah Jin Yuanbao dan berkata dengan ramah.
"Terima kasih atas perhatiannya, aku baik-baik saja". Jin Yuanbao mengangguk, lalu berpaling ke arah Liu Wenchao, namun matanya sama sekali tak memandang ke arahnya.
"Sampaikan perintah, begitu hari terang kita akan segera kembali ke ibu kota, kembali ke Wisma Jin". Dengan hormat Liu Wenchao berkata.
"Baik, shaoye". setelah itu ia memberi perintah pada para bawahannya.
"Bantu tuan dan nyonya muda berkemas-kemas, begitu hari terang besok kita akan berangkat". Setelah itu ia memandang Nyonya Yu yang berdiri di kejauhan dengan wajah yang masih ketakutan, lalu bertanya.
"Mohon tanya, siapa itu?"
Yu Qilin melangkah ke depan, lalu cepat-cepat menyembunyikan Nyonya Yu di belakang tubuhnya.
"Ini ibu susuku. Di sepanjang jalan aku dan Yuanbao dikejar orang untuk dibunuh, kami melewati tempat ini dan berlindung di tempat ibu susuku". Dengan curiga Liu Wenchao memandang Nyonya Yu, lalu kembali memandang Jin Yuanbao, namun setelah melihat bahwa Jin Yuanbao tak menyangkal perkataan Yu Qilin, ia hanya bisa mengangguk dan tak bertanya-tanya lagi. Di halaman belakang pondok, Nyonya Yu dengan tegang menarik tangan Yu Qilin, wajahnya penuh rasa cemas.
"Bagaimana tiba-tiba bisa ada begitu banyak orang yang ingin membunuh Yuanbao?" Yu Qilin menepuk-nepuk tangannya dan menghiburnya.
"Ibu, kau tak usah khawatir, bahkan ibu suri pun mengirim orang untuk melindungi Yuanbao, selain itu Wisma Jin juga mengirim orang untuk mencarinya, ia akan baik-baik saja".
"Tempat terpencil ini tidak aman, besok pagi begitu hari terang cepat suruh dia pulang". Nyonya Jin sangat cemas, setelah berpikir sejenak, ia menghela napas dan berkata.
"Sebenarnya hanya Nyonya Jin lah yang dapat melindunginya dan membuatnya aman". Melihat wajahnya, hati Yu Qilin terasa amat sedih, setelah berpikir sejenak, ia menggertakkan giginya dan mengambil sebuah keputusan, lalu berkata pada Nyonya Yu.
"Ibu, kau jangan khawatir, aku dapat membawanya pulang. Kali ini aku akan membawanya pulang dan melindunginya".
"Apa? Lin er, kau masih ingin ikut dia pulang? Ini terlalu berbahaya, kalau masalah ini terungkap, kau nanti bagaimana?"
"Hah!", Yu Qilin berkata dengan tegas.
"Ibu, aku akan pulang, aku akan membawa pulang putramu bersama dengan orangorang lainnya".
"Tak bisa....."
Nyonya mengkhawatirkanmu". Yu menggeleng.
"Ibu Yu Qilin memandang sosok orang-orang yang berlalu lalang di dalam rumah itu.
"Ibu, karena keadaan sudah seperti ini, aku sudah kepalang basah.....semua orang di dalam rumah itu mengira bahwa aku adalah Jiang Xiaoxuan....kecuali kalau Yuanbao tahu hal yang sebenarnya dan bersedia pulang bersamaku, aku si menantu palsu ini akan sulit menghindari masalah". Nyonya Yu memperhatikan orang-orang itu, lalu tanpa bisa berbuat apa-apa, ia mengangguk sambil menahan air mata. Keesokan paginya, kabut berwarna putih susu membuat adegan perpisahan ini makin memilukan. Nyonya Yu menarik tangan Jin Yuanbao dan mengantarnya berserta Yu Qilin ke pintu. Melihat wajah ibu dan anak yang enggan berpisah itu, Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu memberi saran.
"Kalau tidak, kau ikut kami ke ibu kota saja, aku dan Xiaoxuan akan mengurusmu dengan baik". Nyonya Yu menggeleng dan berkata.
"Terima kasih, aku sudah biasa tinggal di sini. Aku tak ingin pergi ke sana, ibu kota adalah tempat yang seharusnya tak kudatangi". Jin Yuanbao melirik Yu Qilin, namun begitu melihat bahwa ia tak ingin membujuk Nyonya Yu, dirinya pun menjawab.
"Di kemudian hari kalau ada kesempatan, aku dan Xiaoxuan akan datang lagi untuk menenggokmu". Nyonya Yu mengangguk-angguk, matanya penuh rasa enggan berpisah.
"Bantu aku mengurusnya, dia anak baik, ia telah menderita demi aku". Menderita? Hati Jin Yuanbao terkesiap, ia agak merasa bersalah, ia mengira bahwa Nyonya Yu sedang berbicara tentang bagaimana Jiang Xiaoxuan telah jauh-jauh membawa dirinya untuk menenggoknya, tapi malah timbul masalah akibat orang-orang yang hendak mengejar dan membunuh dirinya. Ia segera berkata dengan sungguh-sungguh pada Nyonya Yu.
"Kau jangan khawatir, aku pasti akan menjaganya baik-baik". Sambil tersenyum Nyonya Yu berkata.
"
Kau juga jaga dirimu baik-baik".
"Baik....."
Jin Yuanbao mengangguk, namun dalam hatinya ada suatu perasaan yang sulit dilukiskan, suatu rasa pedih, enggan berpisah.....
Ia tak bisa menjelaskan perasaan itu, ia jelas-jelas tak menyukai tempat ini, tak suka makan gandum kasar dan tanaman liar di tempat ini, tak suka bantal keras dan bangku bambu di tempat ini, dan tak suka pakaian dari kain kasar di tempat ini......
Akan tetapi, dalam hatinya muncul suatu perasaan enggan berpisah, bahkan sampai menyebabkan lubuk hatinya yang terdalam terasa tak tenang.
"Shaoye......"
Liu Wenchao yang berdiri di sebelah kereta kuda memanggilnya dengan pelan.
Mendengarnya, kening Jin Yuanbao perlahan-lahan berkerut, sambil menggandeng Yu Qilin, ia berjalan ke kereta kuda itu.
"Ini keretanya?", dengan tak puas Jin Yuanbao memandang kereta sederhana dan kasar yang bahkan tak beratap itu.
"Di sini hutan belantara, mohon shaoye maklum". Liu Wenchao membungkuk makin dalam, melihat sepasang tangan yang saling bergandengan dengan erat itu, mau tak mau ia memperlihatkan perasaan tak suka.
"Ayo berangkat......"
Jin Yuanbao pun tak menjawabnya, dengan lembut ia meremas-remas tangan Yu Qilin.
Yu Qilin mengangguk-angguk, ia naik ke kereta kuda dan duduk di bantalan yang empuk, namun tubuhnya menelungkup di pinggiran kereta, ia memandang Nyonya Yu.
Setelah mereka duduk dengan baik, Liu Wenchao naik ke punggung kuda, lalu dengan lantang berkata.
"Berangkat!"
Seketika itu juga, rombongan itu perlahan-lahan maju ke depan. Melihat sosok mungil Nyonya Yu yang berdiri di tepi jalan makin lama makin jauh, air mata Yu Qilin berlinangan, dalam hati ia berseru.
"Ibu, tunggu aku, aku akan cepat kembali membawa Yuanbao dan membuatnya memanggilmu 'Ibu' sungguhan!"
Melihat air matanya berlinangan, Jin Yuanbao menduga bahwa ia merasa berat berpisah dengan Nyonya Yu, maka dengan lembut ia menariknya hingga bersandar di dadanya, lalu dengan lembut menghiburnya.
"Setelah ini aku pasti akan sering mengajakmu pulang untuk menenggok ibu!" Namun Liu Wenchao yang berkuda di samping kereta merasa bahwa adegan itu sangat menusuk mata, ia segera berkata.
"Aku pergi ke depan dulu untuk mencari jalan!"
Sambil mengayunkan cambuk ia pun berlalu.
Butiran-butiran hujan gerimis menembus sela-sela pepohonan, meluncur turun dan dengan lembut menimpa payung dari kertas minyak di atas kepala Nyonya Jin.
Dua hari sebelumnya ibu suri memberitahunya bahwa pasukan Jinyiwei telah mengirim surat dengan merpati pos untuk memberi kabar bahwa Jin Yuanbao selamat tak kurang suatu apa, dan bahwa ia sekarang sedang dalam perjalanan pulang serta akan tiba dalam sekitar dua hari.
Hatinya yang sudah lama penuh kecemasan, perlahan-lahan menjadi lega, dengan perlindungan Jinyiwei, Jin Yuanbao akan dapat pulang dengan selamat.
Pagi hari ini, tanpa memperdulikan hujan yang turun, Nyonya Jin berdiri di mulut pintu aula utama dan memandang ke kejauhan, menantikan kepulangan sang putra.
Kalau tak dihalangi matimatian oleh Gu Daniang, ia sekarang tentu masih berdiri di pintu aula.
Dan saat ini di mulut gerbang Wisma Jin berdiri tak sedikit orang, Liu Qianqian, Gu Daniang dan Gu Zhangfeng berdiri di depan para pelayan, mereka menjulurkan leher mereka untuk melihat ke mulut lorong.
Perlahan-lahan, Liu Wenchao yang menunggang kuda muncul di mulut lorong, bersama dengannya, di belakangnya, perlahanlahan sebuah kereta indah muncul dalam pandangan mata mereka semua.
Kereta kuda itu berjalan perlahan-lahan, lalu berhenti di mulut gerbang Wisma Jin.
Dengan penuh perhatian mereka semua memandang tirai jendela kereta itu.......
Sebuah tangan yang langsing membuka tirai kereta itu, lalu Jin Yuanbao pun muncul dari balik tirai itu.
"Yuanbao Ge! Yuanbao Ge!"
Begitu melihat Jin Yuanbao, Liu Qianqian segera berlari ke depan dengan cepat, sambil berteriak ia memburu ke hadapan Jin Yuanbao, lalu menariknya.
"Yuanbao Ge! Kudengar kau terluka, sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa mukamu penuh luka? Sakit tidak? Berbahaya atau tidak?"
Sambil berbicara ia meraba-raba dan meremasremasnya, ketika sampai di dada Jin Yuanbao, luka lama Jin Yuanbao pun kembali terasa nyeri, mau tak mau ia berseru.
"Ah! Kau juga terluka di sini? Coba kulihat....."
Setelah berbicara ia membuka kerah Jin Yuanbao. Jin Yuanbao cepat-cepat menutup kerahnya.
"Tak apa-apa! Aku baik-baik saja". Liu Qianqian berbalik memandang Yu Qilin, dengan sinis ia berkata.
"Ai! Perjalanan pulang ke rumah mertua ini sungguh berbahaya! Aku benar-benar tak tahu bagaimana kau bisa jadi seorang istri, bahkan suami sendiri pun tak diurus baik-baik!"
Liu Wenchao cepat-cepat melangkah ke depan.
"Qianqian!"
Dengan kesal Jin Yuanbao meliriknya.
"Ayo masuk, ibu pasti sudah tak sabar menanti".
"Yuanbao Ge, aku akan memapahmu masuk!"
Setelah berbicara, Liu Qianqian mendengus ke arah Yu Qilin, lalu mendesaknya dan menarik Jin Yuanbao masuk ke dalam Wisma Jin, sambil melangkah ia berkata.
"Bagus sekali kau sudah pulang, setiap hari aku akan membuatkanmu sup untuk memulihkan dirimu, sup ginseng ayam hitam, sup siwu, sup goji dan bulus bercangkang lunak.....semua ini harus kau minum sampai habis, kau tahu tidak kalau aku sangat mengkhawatirkanmu, begitu aku tahu kau terluka, aku kaget setengah mati". Yu Qilin mengulirkan matanya ke arah Liu Wenchao, ia hendak menyusul mereka, namun ia mendengar Liu Wenchao mengerang kesakitan karena lukanya sendiri. Yu Qilin terkejut, perasaan bersalah muncul dalam hatinya, ia cepat-cepat memayang Liu Wenchao.
"Biaoge, apakah lukamu tak apa-apa? Aku akan memapahmu masuk". Jin Yuanbao sebenarnya sedang ditarik Liu Qianqian masuk ke dalam, akan tetapi ia kebetulan menoleh dan melihat Yu Qilin ternyata sedang memapah Liu Wenchao, selain itu Yu Qilin pun memanggilnya biaoge, sekonyong-konyong Jin Yuanbao naik pitam, ia mendorong Liu Qianqian, melangkah dengan cepat ke sisi Yu Qilin, lalu menariknya ke arah dirinya.
"Tak usah berlama-lama di sini, ayo masuk menemui ibu".
"Ai.....Yuanbao Ge....."
Tanpa bisa berbuat apa-apa, Liu Qianqian melihat Jin Yuanbao pergi dari sisinya sambil menarik Yu Qilin, dengan marah ia pun menghentakkan kakinya.
Setelah melihat mereka berdua berlalu, Liu Wenchao mengeluselus lengannya yang barusan ini disokong oleh Yu Qilin, yang seakan-akan masih menyimpan kehangatannya, matanya pun perlahan-lahan memandang ke bawah, Dari kejauhan, Jin Yuanbao melihat Nyonya Jin yang berdiri di sisi pintu, ia mengenakan pakaian berwarna coklat keemasan, bahunya sepertinya agak basah, sepertinya ia sudah lama berdiri di sisi pintu itu.
Hatinya tercekat, ia melepaskan tangan Yu Qilin dan berlari dengan cepat ke arah Nyonya Jin, lalu berlutut di hadapannya.
"Anak telah bersalah, membuat ibu khawatir".
"Yuanbao, putraku, kau baik-baik saja?"
Dengan gemetar Nyonya Jin menyokongnya agar bangkit. Yu Qilin ikut maju ke depan, lalu berlutut memberi hormat.
"Menantu menghadap ibu". Nyonya Jin cepat-cepat menarik Yu Qilin agar bangkit, namun selama itu pandangan matanya tak pernah meninggalkan Jin Yuanbao.
"Putraku kurus dan pucat, cepat beritahu ibu, apa yang sebenarnya terjadi di jalan?"
Jin Yuanbao menyokong lengan Nyonya Jin, sambil berjalan ke rumah ia bercerita dengan rinci.
"Di sepanjang jalan, di penginapan, di perahu penyeberangan, di hutan belantara, dan di sebuah kedai desa kecil, kami bertemu orang-orang yang hendak mengejar dan membunuh kami, musuh kami semuanya adalah pembunuh".
"Pembunuh?!"
Tubuh Nyonya Jin terguncang, ia cepat-cepat mencengkeram lengan Jin Yuanbao dan bertanya.
"Apa mereka bukan bandit yang ingin merampok harta benda kalian? Sebenarnya siapa yang berani mencoba membunuh putraku?"
"Mengenai hal ini.....sampai sekarang aku juga masih belum bisa mendapatkan bukti yang meyakinkan, tapi menurut dugaanku ada beberapa pihak yang berbeda, sebuah pasukan berkuda, sebuah gerombolan bandit......", nada suaranya menjadi rendah.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"dan sebuah pasukan yang terdiri dari orang-orang istana".
"Orang istana?"
Wajah Nyonya menjadi serius.
"Apakah bahaya yang menimpamu kali ini ada hubungannya dengan istana?"
"Menurutku hal itu bukannya mustahil, pendeknya dalam perjalananku kali ini, banyak hal yang masih tak jelas, terutama pertarungan sengit di kedai desa kecil itu, orang-orang yang mengejar dan hendak membunuhku semua sudah tewas, menurutku mereka dibunuh oleh orang mereka sendiri untuk menghilangkan jejak". Saat itu, Liu Wenchao yang mengikuti di belakang mereka datang mendekat, begitu mendengar perkataan itu, sinar matanya berubah, ia pun cepat-cepat meneruskan dan mengubah pokok pembicaraan yang dikemukakan Jin Yuanbao itu ke arah lain.
"Untung saja semua bandit itu sudah dibereskan, dan tuan bersama nyonya muda selamat tak kurang suatu apa". Sambil berbicara Liu Wenchao berpura-pura lukanya sakit dan meraba-rabanya. Yu Qilin yang bermata tajam melihatnya, lalu cepat-cepat melangkah ke depan dan bertanya.
"Biaoge, kau tak apa-apa? Kau harus sedikit berhati-hati, jangan sampai lukamu bertambah parah". Melihat Yu Qilin begitu memperhatikannya, mau tak mau Liu Wenchao tersenyum. Dengan penuh perhatian Nyonya Jin memandang ke arahnya dan bertanya.
"Wenchao terluka? Parah tidak? Kita harus memanggil tabib untuk memeriksanya". Setelah berbicara, ia menyuruh A Gui yang berada di belakangnya.
"A Gui, ambilkan obat penyembuh luka terbaik di Wisma Jin dan berikanlah pada Liu Guanjia". A Gui mengangguk.
"Baik!"
Dengan enteng Liu Wenchao tersenyum dan berkata.
"Ini hanya luka kecil, tak apa-apa, gumu tak usah khawatir". "Kali ini aku dan Yuanbao baik-baik saja karena kedatangan biaoge yang tepat pada waktunya. Kalau saja biaoge tak menangkis sebuah tikaman untukku, akulah yang akan terluka". Sambil berbicara, Yu Qilin memandang Liu Wenchao dengan penuh rasa terima kasih. Liu Wenchao menggeleng-geleng.
"Itu hanya perkara kecil saja, shao furen melebih-lebihkannya! Begitu mendengar kalian berada dalam bahaya, hatiku amat cemas, aku segera mengajak beberapa pengawal untuk mencari kalian, kalau furen tak mengirim petisi rahasia ke ibu suri sehingga ibu suri mengirim pasukan Jinyiwei, yang lalu membereskan para bandit itu, apa yang akan terjadi selanjutnya terlalu mengerikan untuk dibayangkan!"
Mendengar perkataanya itu, dengan puas Nyonya Jin mengangguk-angguk.
"Wenchao, kau tak usah terlalu merendah, kali ini kau telah berjasa besar karena menyelamatkan mereka, Yuanbao, kau juga harus mengucapkan banyak terima kasih pada kakak sepupumu". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao mendekati Liu Wenchao, sambil berterima kasih ia menarik Yu Qilin dan menyembunyikannya di belakang punggungnya sendiri.
"Terima kasih biaoge, entah bagaimana kau melakukannya, tapi di tengah lautan manusia itu kau langsung bisa mencari jejak kami, dan juga secara kebetulan datang tepat pada waktunya serentak dengan para pembunuh itu". Jin Yuanbao menatap Liu Wenchao dengan tajam, sinar matanya sebat dan ganas bagai tebasan pedang. Akan tetapi perkataan Jin Yuanbao menimbulkan pertanyaan dalam hati Nyonya Jin, dengan penuh perhatian ia memandang Liu Wenchao. Diam-diam Liu Wenchao terkejut, namun air mukanya masih nampak tenang seperti sediakala, dirinya dan Jin Yuanbao saling memandang untuk beberapa saat, ia berpikir sejenak, lalu tersenyum dan meneruskan pokok pembicaraan Jin Yuanbao.
"Kali ini aku berhasil menemukan shaoye, selain karena nasib baik furen dan shaoye, semua ini juga terjadi berkat kecerdasan dan kepandaian shaoye!"
"Karena aku?"
Jin Yuanbao tertegun. Liu Wenchao mengangguk.
"Benar. Apakah shaoye lupa? Tanpa akal shaoye yang memberi petunjuk jalan padaku, aku mana bisa menemukan jejak kalian?"
"Aku memberi petunjuk jalan padamu......"
Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu segera tersadar.
"Toko bakpao itu, bukan?"
Liu Wenchao tersenyum.
"Dan juga kedai mi itu....."
"Begitu rupanya......"
Jin Yuanbao tersenyum, akan tetapi tangannya yang tersembunyi di balik lengan bajunya mengepal erat-erat.
"Biaoge, ternyata selama ini aku meremehkanmu....."
"Shaoye terlalu memujiku", Liu Wenchao merendah. Melihat mereka berdua berbicara dengan hangat, Nyonya Jin merasa tertarik.
"Kalian berbicara dengan begitu hangat, sebenarnya apa yang terjadi? Wenchao, kenapa kau membuat kami menebak-nebak seperti ini? Kalian terpisah begitu jauh, bagaimana Yuanbao bisa memberimu petunjuk?"
Liu Wenchao berpaling ke arah Nyonya Jin dan kembali menjelaskan.
"Gumu, kejadiannya seperti ini, selagi Yuanbao berjalan, agar ia dapat menunjukkan jejaknya kapada kami, ia sengaja memberikan barang-barang pribadinya kepada para pemilik kedai atau toko di tempat itu sebagai penganti uang, dengan demikian, orang Wisma Jin yang mengenalnya akan dapat mengikuti jejaknya dan menyelamatkannya dengan mudah. Oleh karenanya, kali ini kami dapat menemukan shaoye bukan karena kepandaian Wenchao, melainkan semata-mata karena kecerdasan dan akal Adik Sepupu Yuanbao". Mendengar perkataan itu, mata Nyonya Jin langsung berbinarbinar, dengan gembira bercampur terkejut ia memandang mereka berdua.
"Ternyata kalian kedua sepupu ini sama-sama cerdas".
"Benar...."
Jin Yuanbao perlahan-lahan memandang Liu Wenchao, dengan mata berbinar-binar ia berkata.
"Jasa biaoge tak dapat diabaikan, kalau biaoge tak terlebih dahulu menemukan barang-barangku daripada kawanan perampok itu dan menemukan jejakku, kemungkinan besar nyawaku sudah melayang". Liu Wenchao tersenyum, namun tanpa kentara pandangan matanya beralih. Jin Yuanbao terus memandangnya tanpa bergeming, namun Nyonya Jin bertanya pada Yu Qilin.
"Xiaoxuan, kudengar para pelayan berkata bahwa kalian ditemukan di sebuah desa bernama Emeishan, kau pulang ke rumah ibumu di Nanjing, bagaimana bisa sampai ke tempat yang terpencil itu?"
Yu Qilin terkejut, mau tak mau ia menjadi agak tegang.
"Kami pergi menenggok.......menenggok....."
Ternyata ia yang membuat Jin Yuanbao celaka? Nyonya Jin langsung merasa gusar, dengan tajam ia memandang Yu Qilin.
"Xiaoxuan, apakah kau tahu bahwa Yuanbao adalah satusatunya keturunan Wisma Jin dan bahwa selama tiga generasi keluarga Jin hanya memiliki putra tunggal? Dan bahwa ia adalah ahli waris Wisma Jin dan Pabrik Senjata Keluarga Jin? Apakah kau tahu dengan betapa berat hati kali ini aku memperbolehkannya menemanimu pulang? Bagaimana kau bisa begitu menganggap enteng nyawa Yuanbao?"
Ketika Jin Yuanbao melihat bahwa Yu Qilin begitu tegang sehingga tak kuasa berkata apa-apa, dengan tenang ia membantunya memberi penjelasan.
"Ibu, kali ini kami tak pulang ke Nanjing karena kami dikejar orang jahat untuk dibunuh, lalu tersesat. Jangankan ia yang seorang wanita yang lemah, bahkan anak pun tak tahu jalan". Mendengar perkataannya, Nyonya Jin memandang Jin Yuanbao, lalu kembali memandang Yu Qilin, tanpa dapat berbuat apa-apa ia menggeleng-gelengkan kepalanya, nada suaranya pun menjadi jauh lebih ramah.
"Aku tahu bahwa kau melindungi istrimu". Jin Yuanbao tersenyum.
"Akhirnya kami mengembara sampai ke kedai kecil itu karena kami tak tahu jalan, karena lelah dan lapar, kami pergi ke kedai kecil itu untuk mencari sedikit makanan dan minuman".
"Ternyata begitu. Baik, hal ini dapat dimaklumi......"
Nyonya Jin memandang Yu Qilin.
"Tapi tak boleh diulangi!"
Yu Qilin cepat-cepat mengangguk-angguk.
"Xiaoxuan, karena kau sudah menjadi menantu Keluarga Jin, dan karena ketika kau pulang ke rumah orang tuamu telah terjadi peristiwa ini, setelah ini dalam segala hal kau harus mendahulukan kepentingan keluarga Jin, dan mengutamakan keselamatan Yuanbao, kau mengerti?"
Yu Qilin tertegun, lalu memaksa dirinya untuk mengangguk. Melihatnya, Jin Yuanbao cepat-cepat berkata.
"Ibu, dalam beberapa hari ini terjadi begitu banyak peristiwa, dia terkejut dan anak juga kecapaian, bolehkah kami kembali ke kamar dan beristirahat dahulu?"
Nyonya Jin mengangguk-angguk, berisitirahatlah".
"Kalian kembali dan Seakan terbebas dari beban berat, Yu Qilin menghembuskan napas dengan pelan, pandangan matanya beralih, namun kemudian berhenti di wajah seseorang yang berada diantara para pelayan di sampingnya, sinar mata orang itu penuh kebencian. Dia adalah Xi er.....hati Yu Qilin terkesiap, Xi er sedang menatapnya dengan penuh kebencian. Setelah kembali ke kamar dan mandi serta bertukar pakaian, Yu Qilin mencari alasan untuk menyelinap keluar, benar saja, Xi er nampak sedang menunggunya dengan wajah kesal di halaman, ia pun cepat-cepat menarik Xi er ke samping.
"Kenapa kau pulang ke sini? Waktu itu bukankah kau berkata bahwa setelah berhasil menemukan orang itu, setelah urusanmu selesai, kau akan langsung meninggalkan Wisma Jin? Bukankah kau berkata bahwa kau sudah menemukan orang yang kau cari? Sekarang kau kembali untuk apa?"
Dengan geram Xi er mencecarnya.
"Xi er, kau jangan marah, dengarkan kataku dulu......aku kembali, karena ada suatu hal yang harus kulakukan......."
Yu Qilin cepat-cepat menjelaskan.
"Siapa yang percaya padamu! Hari itu kau memberitahuku bahwa begitu urusanmu selesai, kau akan pergi, tapi hari ini kau berkata lagi bahwa ada sebuah urusan lagi, setelah urusan ini selesai, lalu akan ada sebuah urusan lagi, dan seterusnya, siapa yang percaya padamu lagi!" Yu Qilin merasa kesal.
"Aku benar-benar mempunyai suatu urusan yang harus kulakukan!"
"Kau punya urusan apapun tetap tak bisa! Apa kau tak tahu bahwa berpura-pura menikah sebagai nona Keluarga Jiang adalah kejahatan menipu kaisar? Tinggal sehari saja disini berarti mengundang bahaya, kalau kau sampai tak sengaja membuka rahasiamu, nyawaku sendiri akan melayang, kau berada di sini untuk mencelakai orang, kau memang ingin membuat kita semua celaka!"
Suara dan wajah Xi er bengis.
"Aku mana bisa mencelakaimu? Aku tahu di sini berbahaya, tapi aku benar-benar tak punya jalan lain karena suatu masalah yang tak dapat kuberitahukan padamu, percayalah padaku, tak seberapa lama lagi, beri aku waktu sepuluh hari.....paling banyak setengah bulan, dan setelah urusanku selesai aku akan segera menghilang!"
Dengan putus asa Xi er menggeleng.
"Aku tak mau menurutimu! Kau seorang penipu!"
Mendadak ia tersadar.
"Oh, aku tahu, semua urusan mencari orang itu cuma untuk menipuku! Penipu! Bagaimana aku bisa begitu bodoh hingga mempercayaimu! Kau ingin seperti burung layang-layang yang berubah menjadi burung Hong, menjadi nyonya muda, ingin selamanya menjadi nyonya muda Wisma Jin!"
"Benar-benar tidak seperti yang kau kira!"
"Kau mau menipu siapa! Kau kira aku tak tahu! Kau kuberitahu, kalau kau tak pergi, aku akan mengungkapkan hal ini!" Saat ini, Yu Qilin berkata.
"Coba kalau berani!"
"Sekarang juga aku akan mengumumkannya ke seluruh dunia!"
"Kau jangan keterlaluan", dengan pandangan matanya, Yu Qilin memperingatkannya.
"Aku......aku berkata yang sebenarnya! Jangan pikir aku tak berani melakukannya, paling-paling kita akan mati bersama!"
Semakin lama berbicara Xi er semakin gelisah, suaranya pun makin keras, Yu Qilin cepat-cepat mencengkeramnya.
Tepat pada saat ini, suara seseorang terdengar dari mulut pintu.
Jin Yuanbao muncul di mulut pintu, memperhatikan sosok-sosok manusia yang bersembunyi di balik bayang-bayang itu, lalu berjalan mendekat seraya bertanya.
"Siapa yang akan mati bersama?"
Xi er cepat-cepat menutup mulut, ia tertegun, tak tahu harus berkata apa.
"Barusan ini aku mendengarmu berkata, paling-paling kita akan mati bersama, dengan siapa kau akan mati bersama?", Jin Yuanbao melangkah mendekat.
"......aku, tak tahu....."
Xi er cepat-cepat berbalik, lalu berjalan pergi sambil menunduk.
Sambil berlari-lari kecil, Xi er keluar dari Paviliun Songzhu, namun ketika ia baru berjalan beberapa langkah, mendadak ia berhenti dan menoleh untuk melihat ke mulut pintu halaman, di situ barusan ini sepertinya ada sebuah sosok yang berkelebat.
Xi er memandang tempat itu, namun tak melihat apapun, maka ia tak dapat berbuat apa-apa dan kembali melangkah pergi dengan cepat.
Di halaman, Jin Yuanbao membuntuti Yu Qilin dan menanyainya.
"Katanya, ia mau mati bersama dengan siapa?"
"......dengan siapa mati bersama....."
Mata Yu Qilin bergulir.
"Perampok! Benar, perampok!"
"Perampok?"
Akhirnya Yu Qilin menemukan sebuah alasan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, perampok! Xi er berkata bahwa di penginapan itu kita seharusnya tak meninggalkannya, ia ingin bersama dengan kita. Ia tak takut pada perampok apapun, paling-paling mati bersama mereka".
"Oh, ya? Tak nyana para pelayan Wisma Jiang kalian begitu setia hingga rela mati untuk menyelamatkan majikan!"
Jin Yuanbao mengangkat alisnya. Yu Qilin cepat-cepat mengalihkan pokok pembicaraan.
"Untuk apa kau berada di sini! Oh! Kau menguping pembicaraanku!"
Jin Yuanbao berkata dengan angkuh.
"Siapa yang menguping pembicaraanmu? Aku mana tahu kalian majikan dan pelayan ini sedang kasak-kusuk di halaman?" Melihat bahwa keadaan genting yang baru saja terjadi telah dapat dihindari, Yu Qilin merasa lega, ia kembali bersikap seperti biasanya dan langsung memotong perkataannya tanpa basabasi.
"Untuk apa kau mencariku? Kalau ada masalah katakanlah, kalau tak ada, ayo kembali ke kamar untuk beristirahat".
"Tentu saja ada masalah! Ayo ikut aku!"
Jin Yuanbao melangkah menuju ke kamar pengantin. Yu Qilin yang tak mengerti ada masalah apa ikut masuk sambil bertanya.
"Masalah apa?"
Jin Yuanbao duduk di sebuah kursi.
"Baru-baru ini kalau aku tak menyelamatkanmu dengan membantumu mencari alasan, kau sudah akan ketahuan oleh ibuku!"
"Memangnya kenapa?"
Yu Qilin menjadi waspada. Melihat wajahnya yang waspada, Jin Yuanbao tak senang.
"Hei! Bagaimanapun juga aku telah menyelamatkanmu, dan sebelumnya telah menemanimu menenggok ibu susumu, apakah bahkan rasa terima kasih pun kau tak paham?"
"Oh...."
Yu Qilin sedikit membungkuk.
"terima....."
Jin Yuanbao mengayunkan tangannya dan memotong perkataannya.
"Tak usah. Budi besar tak usah dibalas terima kasih". Tiba-tiba ia meringkuk dan memegang dadanya sambil menjerit kesakitan. "Kau kenapa?", tanya Yu Qilin.
"Lukaku.....agak sakit.....", dengan lemah Jin Yuanbao menjawab.
"Mungkin karena barusan ini aku menggunakan terlalu banyak tenaga untuk berbicara, mulut luka terbuka.....sakit sekali...."
"Kau terluka?", Yu Qilin bertanya dengan heran, bagaimana ia sampai tak tahu tentang hal ini? Ia menjambak kerah Jin Yuanbao.
"Coba kulihat". Jin Yuanbao cepat-cepat menutup kerahnya.
"Mana boleh begitu. Lelaki dan perempuan tak boleh saling berdekatan".
"Omong kosong!"
Yu Qilin membuka kerahnya.
"Kau perempuan ini kenapa begitu......tak bisa menahan diri!"
Namun Jin Yuanbao tak melengos, ia nampak puas diri.
Akan tetapi, di tubuh Jin Yuanbao tak ada luka besar yang menganga, hanya ada beberapa luka kecil bekas terkena sabetan pedang, itu pun sudah hampir sembuh.
Begitu Yu Qilin melihat wajahnya yang seperti orang yang mendapat durian runtuh itu, ia kontan naik pitam dan menekan lukanya keras-keras.
"Di sini sakit kan?"
"Ah! Sakit! Sakit!, Jin Yuanbao menjerit kaget. "Kalau kau mempermainkanku lagi, aku akan benar-benar memberimu sebuah luka baru, percaya tidak!"
Setelah berbicara dengan gusar, Yu Qilin melangkah pergi dengan cepat.
"Hei! Kau ini perempuan bukan! Kenapa tenagamu begitu kuat, habislah aku, aku benar-benar berdarah, hei!"
Jin Yuanbao mengelus-elus lukanya, dadanya penuh amarah.
Setelah lama berbaring di atas ranjang dan bosan setengah mati, melihat bahwa Yu Qilin belum kembali juga, ia merayap bangkit dan melangkah ke depan jendela untuk melihat keluar, begitu melihat Yu Qilin sedang berjalan ke kamar dari halaman, ia segera berlari kembali dan berguling ke atas ranjang, lalu berbaring miring sambil mengerang-erang.
Sambil mengerutu, Yu Qilin masuk ke dalam kamar, lalu menaruh benda-benda di tangannya di atas meja, ternyata benda-benda itu adalah obat-obatan, dengan acuh tak acuh ia mengatur obat-obatan itu.
"Danshen dua qian, mur dua qian, kemenyan empat qian...."
Jin Yuanbao berbaring di atas ranjang sambil berpura-pura terluka, melihat Yu Qilin sibuk berjalan kian kemari untuk dirinya, hatinya amat girang, wajahnya penuh senyum, dan matanya mau tak mau memandangnya dengan penuh perhatian.
"Dasar keras kepala, masih tak memperhatikan aku, apa kau mau mengoleskan obat itu padaku?"
Selagi terus menerus memandangnya, berbagai khayalan muncul dalam benaknya.
Setelah Yu Qilin selesai mengatur obat-obatan itu, seperti seekor kelinci, ia mendekatinya, lalu dengan lembut dan perlahan-lahan, membuka baju Jin Yuanbao, kemudian dengan hati-hati, jari jemarinya mengganti perbannya.
"Xianggong, ini akan agak sakit, kau harus menahannya....."
Jin Yuanbao menengadah, ia merasa sangat bergairah, dengan keras ia menegurnya.
"Hati-hati sedikit! Kalau sampai menyakitiku mati kau!"
Yu Qilin yang sedang mengobatinya menatapnya dengan acuh tak acuh, akan tetapi begitu melihat wajah Jin Yuanbao yang sedang keasyikan sambil memejamkan matanya dan mengeliatgeliat di atas ranjang seperti sedang birahi, ia langsung merasa muak.
"Kau sedang apa?"
Sebuah suara yang jernih menyadarkan Jin Yuanbao dari halusinasinya, ia membuka matanya dan melihat Yu Qilin sedang berdiri di depan meja sambil memandangnya dengan heran dan muak.
"Aku......"
Jin Yuanbao mengoyang-goyangkan kepalanya, setelah pikirannya terasa jernih, ia menanyainya.
"Kau....apa yang kau lakukan?"
"Aku sedang memberimu obat, sekarang sudah selesai". Jin Yuanbao diam-diam merasa girang.
"Sudah selesai? Ayo lagi....". Sambil berbicara ia mulai membuka bajunya. "Kau.....seharusnya tak boleh menganggapku.....", Yu Qilin mendengus dan tertawa.
"Kulihat bahwa luka biaoge tak ringan, maka aku sengaja membuatkannya obat, sekarang aku akan pergi menjenguknya".
"Apa!", seperti seekor ikan gabus meletik, Jin Yuanbao segera duduk.
"Oh, kulihat kau sudah segar bugar, bagus, bagus!"
Setelah Yu Qilin selesai bergurau, ia mengambil obat dan pergi keluar.
Setelah tertegun untuk beberapa saat, Jin Yuanbao merasa gusar, ia merasa api kemarahan berkobar-kobar keluar dari hatinya.
Liu Wenchao duduk di depan meja tulis sambil membolak-balik halaman sebuah buku, nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu sehingga sama sekali tak bisa menyelami isi buku itu.
A Gui masuk sambil membawa sebotol obat.
"Liu Guanjia, nyonya mengkhawatirkan keadaan lukamu, maka ia menyuruhku mengantarkan obat, ini adalah obat luka terkena bacokan terbaik Wisma Jin".
"Biarkan nyonya mengkhawatirkan lukaku, sampaikan rasa terima kasihku padanya", Liu Wenchao menggunakan kesempatan itu untuk melihat apakah di luar ada orang atau tidak. A Gui juga ikut berpaling dan melihat sekelilingnya, setelah itu ia baru mendekati Liu Wenchao dan berbisik.
"Gongzi, urusan ini juga tak berjalan dengan baik, Yang Mulia tak senang". Liu Wenchao meletakkan buku dalam genggamannya.
"Walaupun kita tak dapat membunuh Jin Yuanbao, tapi kita tak pulang dengan tangan kosong, aku ingin kau menyelidiki seseorang".
"Siapa orang itu?"
"Ibu susu Jiang Xiaoxuan si nyonya muda". A Gui tertegun.
"Menyelidiki ibu susu nyonya muda?"
"Benar". Liu Wenchao memicingkan matanya, dengan santai ia berkata.
"Apakah Jiang Xiaoxuan dapat mempunyai seorang ibu susu yang tinggal seorang diri di gunung? Dalam perjalanan pulang, aku memikirkan hal ini dengan seksama......semakin lama aku semakin merasa bahwa orang ini dan masalah ini sangat aneh". A Gui mengangguk.
"Baik, aku akan menyelidikinya".
"Masalah ini untuk sementara ini tak dapat diberitahukan kepada siapapun".
"Mengerti".
"Kalau begitu kau pergilah dulu". Liu Wenchao mengayunayunkan tangannya. Ketika A Gui baru hendak pergi, seorang pelayan melapor dari balik pintu.
"Liu Guanjia, nyonya muda datang, katanya ia hendak melihat keadaan lukamu". Liu Wenchao memandang A Gui untuk memberinya isyarat agar ia pergi, lalu menjawab.
"Persilahkan nyonya muda duduk di ruang tamu, aku akan segera datang". Setelah berbicara, ia merapikan bajunya, lalu berjalan ke ruang tamu. Di ruang tamu, Yu Qilin menunggu sambil membawa sebuah keranjang, sosoknya nampak jelita. Liu Wenchao berpura-pura kebetulan bertemu dengannya.
"Xiaoxuan? Kenapa kau datang ke sini?"
Mendengar suaranya, Yu Qilin berpaling untuk memandangnya dan segera tersenyum manis.
"Biaoge, aku membuatkanmu obat, coba kau oleskan". Hati Liu Wenchao terasa hangat dan lega, serta cukup tersentuh.
"Lukaku sudah lumayan baik. Mohon maaf karena telah merepotkanmu, seharusnya cukup menyuruh orang mengirimkannya padaku, atau menyuruhku datang, kau tak perlu datang sendiri". Dari kotak bambu yang dibawanya, Yu Qilin mengambil bungkusan obat, sambil dengan hati-hati membuka bungkusan itu, ia menjelaskan.
"Obat ini adalah obat yang biasa dipakai rakyat jelata, sangat ampuh untuk mengobati luka terkena bacokan, cara meminumnya agak merepotkan, aku khawatir orang lain tak akan dapat menjelaskannya dengan baik......"
Sambil berbicara, ia mengatur obat-obatan itu. Ia menunjuk obat-obatan itu sambil menjelaskan.
"Obat dalam bungkusan ini harus diminum di pagi hari dengan perut kosong, obat dalam bungkusan ini harus diminum sebelum makan siang, sisanya untuk diminum sebelum tidur. Aku sudah memberitahu mereka bagaimana caranya merebus obat-obatan ini, setelah minum obat ini tujuh hari berturut-turut hasilnya akan terlihat". Mendengar perkataannya itu, dengan terharu Liu Wenchao memandangnya, lalu ia memperhatikan kertas yang dipakai untuk membungkus obat-obatan itu dan bertanya.
"Obat ini dibuat di Baolin Tang, bukan? Kertas yang mereka gunakan untuk membungkus obat lain dengan yang digunakan orang lain. Rumah obat Ankang juga bagus dan jaraknya tak jauh dari Wisma Jin. Kenapa kau mencari obat di tempat yang jauh seperti ini?"
Yu Qilin mengangguk.
"Benar! Obat ini adalah obat rakyat jelata, walaupun bahan-bahannya tak langka, namun sulit untuk digabungkan, setelah berlari ke beberapa rumah obat, akhirnya aku menemukannya di Baolin Tang". Melihat butiran-butiran keringat halus di dahi Yu Qilin, ia merasa terharu. Walaupun ia terluka, namun luka itu sengaja dibuat olehnya sendiri. Namun tak nyana, perbuatannya itu diganjar oleh perhatian yang tulus dari Yu Qilin seperti ini, karena begitu tersentuh ia hendak mengandeng tangan Yu Qilin, akan tetapi ia segera tersadar dan cepat-cepat mengalihkan gerakan tangannya untuk menyentuh bungkusan obat-obatan itu. Liu Wenchao mengelus-elus bungkusan obat dalam genggamannya.
"Hanya sebuah luka kecil, tak usah repot-repot!"
Setelah itu Yu Qilin mengeluarkan semangkuk sup ayam hangat dari dalam keranjang, lalu berkata tanpa putus-putusnya.
"Ini adalah sup ayam tua yang direbus selama dua shichen, kata orang keampuhan obat-obatan masih kalah dibandingkan dengan makanan yang menyehatkan, beberapa hari ini kau harus banyak minum sup ayam, aku sudah memerintahkan dapur untuk membuatnya setiap hari dan mengantarkannya pada biaoge. Oh ya, sebelum lukamu sembuh kau sama sekali tak boleh makan ikan, udang atau hidangan laut lain, kalau kau memakannya lukamu tak akan dapat sembuh dengan baik". Sambil berbicara, ia mengatur obat-obatan itu.
"Lebih baik kau tak minum arak, dan sedikit makan makanan yang pedas dan banyak makan makanan yang tak berminyak, aku sudah memberitahu dapur tentang semua hal ini, supaya mereka berhati-hati. Selain itu, biaoge harus beristirahat dengan baik, aku tahu bahwa biaoge harus mengurus berbagai urusan besar dan kecil di Wisma Jin, akan tetapi kesehatan dirimu adalah yang terpenting, segala urusan itu tak lebih penting dari kesehatan biaoge, kalau ada hal yang dapat kubantu, kau harus memberitahuku....."
Selagi berbicara, tiba-tiba ia sadar bahwa Liu Wenchao sedang menatapnya tanpa berkedip, maka ia cepat-cepat menutup mulutnya dan bertanya dengan jengah.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apakah aku terlalu cerewet? Apakah aku menyebalkan?" Liu Wenchao menggeleng, sebuah pikiran timbul dalam benaknya.
"Ibuku sudah lama meninggal dunia, aku sudah lama tak mendengar perkataan seperti ini. Aku tak sebal mendengarnya dan malahan ingin terus mendengarnya". Karena Yu Qilin sendiri adalah seorang anak yatim piatu, ia dapat memahaminya dan makin merasa simpati pada Liu Wenchao.
"Biaoge, apakah sejak kecil kau tinggal di Wisma Jin?"
Mengenang masa lalu, mau tak mau Liu Wenchao merasa sedih.
"Aku datang ke Wisma Jin waktu berumur enam tahun, saat itu Qianqian baru berumur setahun, setiap hari ia menangis mencari ibu, maka gumu menyuruh Gu Daniang mengurusnya. Aku seorang diri tinggal di kamar tamu, aku sangat takut gelap, kalau malam aku tak berani memejamkan mataku". Dengan penuh simpati, Yu Qilin memandangnya.
"Walaupun gumu adalah seorang kerabat dekat, namun bagaimanapun juga bukan ibu sendiri". Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao tertegun sejenak, lalu tersenyum.
"aku tumbuh besar bersama dengan Yuanbao, gumu selalu sangat baik padaku, ia tak pernah menelantarkanku".
"Hah? Kau tumbuh besar bersama Yuanbao, akan tetapi kenapa kalian begitu berbeda? Perangai biaoge sangat baik, sedangkan perangai Yuanbao sangat menyebalkan!" Namun tak nyana, saat ini Jin Yuanbao telah menyusulnya, begitu hendak membuka pintu ia telah mendengar suara Yu Qilin, wajahnya pun langsung menjadi muram. Liu Wenchao cepat-cepat menghapus senyumannya, lalu dengan hormat memandang ke arah Jin Yuanbao.
"Shaoye". Akan tetapi Jin Yuanbao sama sekali tak menanggapi Liu Wenchao, dengan acuh tak acuh ia menatap Yu Qilin.
"Kalau tak ada urusan kenapa tak diam di kamar? Aku mencarimu karena ada urusan".
"Aku datang mengantarkan obat untuk biaoge, lukanya....."
"Ikut aku pulang!", tanpa menunggunya perkataannya, ia menarik Yu Qilin ke pintu. menyelesaikan Yu Qilin cepat-cepat berkata pada Liu Wenchao.
"Biaoge, aku pergi dulu. Ingat, minum obat pada waktunya, dan harus minum sup ayam....."
Liu Wenchao mengawasi sosok mereka berdua yang menghilang di balik pintu, di wajahnya perlahan-lahan muncul ekspresi kejam yang menyeramkan.
Akan tetapi, ketika setelah itu pandangan matanya perlahan-lahan jatuh ke obat-obatan yang telah diatur dengan rapi di atas meja dan sup ayam yang mengepulkan uap panas itu, ekspresi kejam itu sedikit demi sedikit menghilang, dan berubah menjadi lembut....
Sampai selesai makan malam, Jin Yuanbao masih merasa hatinya tertekan dan bingung.
Yu Qilin sedang berada di dalam kamar, membereskan oleholeh pemberian Nyonya Yu, sambil merapikan barang-barang itu itu, ia menyenandungkan sebuah lagu, jelas bahwa suasana hatinya sangat baik.
Jin Yuanbao duduk di depan meja sambil mengawasi Yu Qilin yang sibuk berjalan kian kemari, ia pun semakin merasa sulit menahan amarahnya.
Setelah berpikir sejenak, ia mengambil sehelai kertas, membagi-baginya dengan pengaris, lalu menulisnulis di atasnya.
Ketika Yu Qilin sedang membereskan oleh-oleh itu, tiba-tiba.
"Plok!", sebuah suara terdengar di depan dirinya, benda itu adalah sebuah formulir, di dalamnya tertulis waktu, kegiatan dan lain-lain.
"Mulai sekarang, kapan kau keluar, keluar untuk melakukan apa, semua harus kau tulis dalam formulir ini!"
Dengan lantang Jin Yuanbao berkata.
"Hah?", Yu Qilin mengambil formulir itu dan memperhatikannya, makin lama ia makin tercengang, setelah itu ia memandang Jin Yuanbao seakan memandang seorang monster.
"Kau lihat apa? Ayo isi formulir untuk hari ini dulu". Akan tetapi Yu Qilin tak bergeming, hanya napasnya saja yang sepertinya bertambah berat.
"Kalau kau tak bisa mengisinya, aku akan membantumu". Setelah itu Jin Yuanbao memungut sebuah kuas tulis, sambil menulis ia menjelaskan.
"Tanggal enam bulan lima pukul weishi , mengantar obat ke Pengurus Rumah Tangga Liu!"
Yu Qilin menarik napas panjang, lalu berkata dengan lantang.
"Pengurus Rumah Tangga apa? Dia kakak sepupumu! Sejak kecil ia tak punya ibu, kau adalah kerabatnya, masa kau tak bisa akrab dengannya, atau memperlakukannya dengan sedikit lebih baik?"
"Kakak sepupu apa, ia menyembunyikan tipu muslihat dan rencana jahat, ia sama sekali tak punya maksud baik!"
"Untung saja kau seorang bukuai! Perkataanmu adalah bukti!"
Jin Yuanbao tak bisa berkata apa-apa, namun dengan keras kepala ia kemudian berkata.
"Aku suamimu, kau harus menuruti perkataanku! Setelah ini, jangan sering bergaul dengannya!"
"Hah!"
Dengan geram Yu Qilin malah menertawakannya.
"Jin Yuanbao, kadang-kadang aku benar-benar kagum padamu!"
Dengan penuh kemenangan Jin Yuanbao berkata.
"Kurasa sifatsifat baikku memang benar-benar harus kau pelajari seumur hidupmu".
"Kenapa kau bisa begitu menyebalkan?"
"Aku menyebalkan?"
Jin Yuanbao menatapnya tanpa berkedip.
"Apakah di kehidupan yang lalu aku bermusuhan denganmu atau berhutang uang padamu? Seharian selama dua belas shichen kau memelototiku, apa kau tak bosan! Karena kau punya banyak waktu luang, kau saja yang mengisinya, aku mau tidur". Setelah berbicara, Yu Qilin berjalan ke ranjang. Jin Yuanbao menarik tangannya.
"Kau tak boleh tidur! Isi formulir itu sampai selesai".
"Kau!"
Yu Qilin menatap matanya dengan tajam, seakan hendak menembusnya, setelah beberapa saat dirinya menghela napas.
"Jin Yuanbao, hari ini sebenarnya kau kenapa? Apa yang sebenarnya kau pikirkan?"
Jin Yuanbao merasa takut ketahuan, namun ia masih mendongak dan berkata dengan angkuh.
"Aku tak apa-apa, aku baik-baik saja".
"Kau tak apa-apa? Tak apa-apa, tapi dadamu penuh amarah, seperti habis salah makan obat, seperti ingin mengigit semua orang yang kau lihat?"
Sambil tertawa sinis Jin Yuanbao melemparkan tangan Yu Qilin.
"Lucu sekali, coba lihat siapa yang sebenarnya penuh amarah!"
Yu Qilin tertegun, memang benar, saat ini, diantara mereka berdua, Jin Yuanbao sedang tertawa sinis, sedangkan dirinya penuh amarah....
Yu Qilin tak bisa berkata apa-apa, dengan geram, tanpa berkata apa-apa, dengan penuh amarah ia duduk di atas ranjang, lalu sepasang kakinya menendang sehingga sepatu yang dipakainya terjatuh.
Entah kenapa, melihat wajahnya yang begitu marah sampai tak bisa berkata apa-apa, Jin Yuanbao merasa girang dan malah merasa bahwa wajahnya itu amat mengemaskan, maka ia pun makin gencar menggodanya.
"Aku tahu, kau marah besar seperti ini, bukankah karena aku mengikutimu dan merusak saat-saat gembira kalian?"
Yu Qilin kalah telak, ia menjerit keras-keras, lalu memukulkan bantal di tangannya dengan ganas ke arah Jin Yuanbao.
Namun Jin Yuanbao sudah bersiap-siap dan dapat menghindari serangan mendadak itu, dengan anggun ia menangkap bantal itu, lalu tertawa dan berkata.
"Kenapa? Kau takut ketahuan, ya?"
Yu Qilin naik pitam, tanpa banyak omong, dengan terengahengah saking marahnya, ia turun dari ranjang dengan kaki telanjang, mengambil sehelai selimut dari atas ranjang, lalu dengan sigap mengelarnya di atas lantai, setelah itu ia berjalan sambil menghentakkan kakinya ke arah Jin Yuanbao.
"Kau tak bisa membantah, lalu ingin berkelahi?"
Jin Yuanbao menduga bahwa ia tak bisa menahan diri dan hendak berkelahi, maka dengan agak jeri dirinya mundur beberapa langkah. Akan tetapi tak nyana Yu Qilin berhenti di depannya dan menatapnya dengan nanar.
"Kau lihat apa?"
"Aku sedang melihat dalam otakmu itu ada apa!"
Sembari berbicara Yu Qilin menusuk-nusuk kepala Jin Yuanbao dengan jarinya.
"Di sebelah sini terbuat dari air, di sebelah sana terbuat dari tepung, kalau diaduk, otakmu akan menjadi adonan!"
Setelah berbicara, ia mengambil bantal dalam genggaman tangan Jin Yuanbao, lalu berbalik dan melangkah ke selimut yang telah digelarnya di lantai itu.
Setelah sampai, ia berbaring dan tidur.
Perempuan ini! Benar-benar tak bisa diajak bicara! Jin Yuanbao merasa diperlakukan tak adil dan berbaring di atas ranjang.
Namun setelah beberapa lama, ia masih berguling kesana kemari, tak bisa tidur, oleh karenanya ia lalu memiringkan tubuhnya dan berkata pada Yu Qilin yang tidur di lantai.
"Lukaku sakit sekali, ambilkan obat dan oleskan padaku". Namun Yu Qilin tak bergeming.
"Obat ada di atas meja, ambil sendiri".
"Ambilkan untukku". Setelah menempuh perjalanan selama dua hari, Yu Qilin kelelahan, saat ini ia sangat mengantuk dan malas menjawabnya. Melihatnya, tiba-tiba Jin Yuanbao berkata dengan nada tinggi.
"Hei, jawab aku!"
Mendengar suaranya yang keras, Yu Qilin terbangun.
"Jangan ribut!" "Kau perempuan ini memang pantas dipukul!"
Mulut Jin Yuanbao tak kenal ampun, namun suaranya jelas lebih pelan.
"Suami terluka kau tak perduli, tapi sebagai nyonya muda kau malah mengurusi seorang pengurus rumah tangga! Kau melakukannya supaya dilihat siapa?"
Ketika berbicara sampai di sini, Jin Yuanbao sepertinya telah menemukan sebuah alasan yang masuk akal.
"Hei, bangun. Cepat bantu suamimu mengambil obat!"
"Hei! ! !", Yu Qilin benar-benar tak tahan lagi, mendadak ia melompat, lalu berjalan ke arahnya sambil menatapnya dengan nanar. Untuk sesaat Jin Yuanbao ketakutan melihat sikapnya.
"Kau mau apa?"
Namun Yu Qilin sama sekali tak berkata apa-apa, ia berjalan ke sisinya, mendorongnya keras-keras ke sisi ranjang, lalu tanpa basa-basi mendesaknya ke sudut ranjang, menyelimutinya dan menutup tirai ranjang.
"Kalau kau ribut lagi dan menganggu tidurku, kubunuh kau!"
Setelah berbicara, Yu Qilin berbalik dan tidur di lantai.
Sikapnya ini benar-benar tak masuk akal dan galak, namun hati Jin Yuanbao samar-samar dipenuhi perasaan bahagia, ujungujung bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman, perlahan-lahan ia menjadi tenang.
Ia berbaring menelentang di atas ranjang sambil mengingat berbagai kejadian yang telah mereka berdua alami dalam beberapa hari belakangan ini, ingatan itu benar-benar menggetarkan dan juga membahagiakan.
Sinar rembulan bagai air, mencurah masuk dari kisi-kisi jendela, menyelimuti seluruh kamar itu dengan sebuah lapisan keperakan.
Seluruh ruangan itu sunyi senyap, hanya suara napas Yu Qilin yang sedang tidur dapat didengar dengan jelas.
Jin Yuanbao masih berguling kesana kemari di atas ranjang, tak bisa tidur, dengan hati-hati ia bangkit, membuka tirai ranjang, lalu berjalan ke arah Yu Qilin.
Saat itu Yu Qilin tidur dengan sangat nyenyak, entah kapan ia berguling keluar dari selimut dan sekarang tidur di atas lantai dengan gaya yang lucu, sedangkan selimut itu telah ditendangnya jauh-jauh ke samping.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat gaya tidurnya itu, Jin Yuanbao menggeleng-geleng sambil tertawa pelan, ia melangkah ke sisinya, lalu dengan hatihati membopongnya dan menaruhnya di atas selimut.
Yu Qilin tidur dengan amat nyenyak dan sama sekali tak merasakannya.
Dengan lembut Jin Yuanbao menaruhnya di atas selimut, lalu menyelimutinya, setelah itu ia sendiri berjongkok di sisinya dan memperhatikannya.
Kebersamaan mereka belum lama, namun berbagai peristiwa yang telah mereka alami berdua seakan patut dikenang seumur hidup.....
Dengan tenang Jin Yuanbao memandang wajahnya saat terlelap, senyum di sudut-sudut bibirnya makin lama makin nyata.....
Kulitnya yang putih bersih di bawah sinar rembulan seakan makin halus, bahkan bulu-bulu halus di tubuhnya pun seakan disepuh perak, bulu matanya yang lentik menebarkan bayangbayang dangkal, sekali-sekali melambai-lambai bagai sepasang sayap kupu-kupu.
Mulut mungil di bawah hidungnya yang lurus merona merah, bibirnya itu agak mengerucut, seperti seorang bocah kecil yang marah karena kesal.....
Dan juga seperti, sedang minta dicium.....
Jin Yuanbao menelan air liurnya, ia teringat pada ciuman pertama mereka di atas rerumputan, pada perasaan lembut dan manis itu, yang terus menerus muncul dalam benaknya.....
Akan tetapi.....Jin Yuanbao menggosok-gosok sudut matanya, di sudut bibir Yu Qilin sepertinya ada cairan aneh yang berkilauan.....
Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, lalu mendorongnya dengan jijik, akan tetapi, Yu Qilin entah sedang mimpi apa dan tiba-tiba tersenyum, lalu tertawa terkekeh-kekeh dengan ketolol790 tololan, di sisi-sisi bibirnya muncullah dua lesung pipit, sehingga membuatnya nampak makin manis.
Setelah lama memandangnya, dalam hati Jin Yuanbao muncullah suatu perasaan takjub, ia tak dapat menahan diri untuk tak membungkuk....
Namun tepat pada saat ini, Yu Qilin justru terbangun, begitu membuka matanya ia melihat wajah Jin Yuanbao berada tepat di depan matanya, ia pun kontan terkejut.
"Kau, apa yang kau lakukan!"
"Aku......", dengan jengah Jin Yuanbao menghindari tatapan matanya, setelah itu ia tertegun, lalu tiba-tiba berpaling dan memandangnya, tanpa berkata apa-apa, sepasang tangannya mengangsur dan ia pun memondong Yu Qilin. Yu Qilin amat terkejut dan meronta sekuat tenaga.
"Apa yang kau lakukan!"
"Siapa suruh kau selalu menendang selimutmu! Bagaimana kalau kau lalu masuk angin dan menulariku?"
Dibopong olehnya, di tengah malam pula, membuat jantung Yu Qilin berdebar-debar, ia merasa bahwa wajahnya merah padam, dan ia pun meronta makin keras.
Akan tetapi, Jin Yuanbao sama sekali tak sudi mengalah, dengan sekuat tenaga ia memeluknya erat-erat.
Sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit, gerakan Yu Qilin melambat......wajahnya dan wajah Jin Yuanbao amat dekat, sehingga mereka berdua dapat saling mendengar suara napas terengah-engah masing-masing.....
Jin Yuanbao melangkah ke sisi ranjang, lalu melemparkan Yu Qilin ke atasnya.
Yu Qilin yang tiba-tiba terjatuh dari udara memandangnya dengan heran, jantungnya seakan penuh dengan kawanan kelinci yang melompat-lompat dengan cepat.
Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jin Yuanbao mendorongnya ke dalam ranjang, lalu mengambil sehelai selimut dan menyelimutinya.
Yu Qilin benar-benar ketakutan hingga tak bisa bergerak, ia membiarkan Jin Yuanbao bertindak sekehendak hatinya dan hanya menatapnya saja.
Yu Qilin yang begitu jinak malah membuat Jin Yuanbao merasa aneh, di bawah pandangan mata Yu Qilin, tangan Jin Yuanbao bergerak tak henti-hentinya, membungkus bagian bawah tubuh Yu Qilin dengan selimut, lalu melilitkan selimut di bawah tubuh Yu Qilin itu sehingga menjadi seperti sebuah sarung, namun ketika membungkus Yu Qilin dengan selimut, tubuhnya sendiri hampir menindih tubuh Yu Qilin......
Yu Qilin tak bergerak-gerak, ia menelan air liurnya.....
Jin Yuanbao memandangnya, dengan perlahan tangannya melilit Yu Qilin dengan selimut, lalu merapikannya, namun setelah itu ia masih agak enggan meninggalkannya.....
Selagi ia melakukan semua itu, Yu Qilin hanya memandangnya dengan nanar sambil membelalakkan matanya.
Dipandangi seperti itu olehnya, Jin Yuanbao merasa agak malu, dengan jengah ia bertanya.
"Untuk apa kau melihatku dengan pandangan mata seperti itu?!"
Yu Qilin membelalakkan matanya.
"Kau sudah sinting. Kau membungkusku seperti bakcang sampai aku tak bisa bergerak!"
"Aku...."
Jin Yuanbao melangkah ke arah selimut yang tergelar di atas lantai, lalu meraup dan membawa selimut dan bantal itu.
"Aku khawatir di tengah malam kebrutalanmu akan muncul, aku si butou nomor satu ibu kota yang hebat ini tak boleh sampai tumbang di tanganmu".
"Apa katamu?"
Yu Qilin kebingungan. Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu untuk menutupi kesalahannya, ia mengambil sebuah bantalan, menaruhnya diantara mereka berdua, lalu dengan sangat tegas berkata.
"Ini adalah perbatasan diantara negara Chu dan Han, ini dianggap batas diantara kita, sama sekali tak boleh dilanggar selangkah pun".
"Hah?"
Setelah tersadar, Yu Qilin menunduk melihatnya, dengan tertegun ia melihat Jin Yuanbao menduduki tujuh atau delapan bagian ranjang itu, sedangkan sisinya sendiri sangat sempit, maka ia pun segera mengeluh.
"Tak adil, tempatmu jauh lebih besar dari tempatku".
"Bisa tidur di atas ranjang sudah cukup baik, kau kuberitahu, nanti malam kau tak boleh melanggar perbatasan, tak boleh menyentuhku!"
Sambil berbicara Jin Yuanbao menanggalkan baju luarnya. Melihatnya, Yu Qilin menjerit keras-keras.
"Jin Yuanbao! Kau ini tak normal!"
"Tutup mulut, ayo tidur!"
Jin Yuanbao melemparkan baju luarnya ke samping, lalu sambil tetap mengenakan baju dalam dan celana luar ia berbaring di atas ranjang.
Yu Qilin tercengang, ia memandang bagian sempit ranjang yang disisakan oleh Jin Yuanbao untuknya dan kembali begitu marah sehingga tak kuasa berkata apa-apa.
Jin Yuanbao berbaring di atas bantal, namun kepalanya berpaling dan memandangnya, kebetulan saat itu Yu Qilin juga sedang memandang dirinya sehingga pandangan mata mereka berdua bertumbukan di sisi bantal, berbaur, dan berhenti di situ.....
Ini adalah untuk pertama kalinya mereka berdua tidur seranjang dalam keadaan sadar, mau tak mau mereka merasa agak jengah, untuk sesaat Jin Yuanbao merasa agak linglung, dan saat ini wajah Yu Qilin pun agak memerah.
"Cepat palingkan wajahmu, nanti aku mimpi buruk".
Jin Yuanbao menghindari pandangan matanya.
Yu Qilin membelalakkan matanya.
"Hei! Karena kau membungkusku seperti ini, bagaimana aku bisa berpaling? Kau saja yang berpaling".
"Perempuan yang merepotkan......"
Jin Yuanbao berpaling, Yu Qilin pun ikut berpaling dengan gusar.
Mereka berdua serentak memejamkan mata erat-erat, namun tubuh mereka amat kaku.
Daun jendela mendadak terbuka tertiup angin, tirai jendela pun melambai-lambai, membawa sinar mentari masuk dengan putusputus ke dalam kamar.
Bulu mata Yu Qilin bergerak-gerak, Yu Qilin mengerutkan keningnya, seakan agak kesal pada sinar mentari yang menganggu orang yang sedang tidur nyenyak.
Akan tetapi, sinar mentari begitu cerah, ia mana bisa kembali tidur? Perlahan-lahan ia membuka matanya, ketika baru hendak mengulet tiba-tiba ia tersadar, ia telah dibungkus oleh Jin Yuanbao seperti sebuah bakcang, terlilit erat-erat.
Dengan geram Yu Qilin memandang ke arah sang pelaku utama, namun dilihatnya bahwa ia masih berbaring dengan tenang di samping dirinya, tidur dengan nyenyak.
Sinar keemasan menembus masuk dari kisi-kisi jendela, menyinari wajahnya, tanpa kesinisannya sehari-hari, wajahnya begitu damai dan lembut, raut wajahnya nampak dengan jelas.
Ia begitu tenang, seperti seorang bayi yang manis.....
Di dalam hati Yu Qilin, seutas tali hati yang lembut bergetar, membuat matanya berbinar-binar bagai ombak musim semi.
Dengan agak rakus ia menikmati saat yang tenang dan membahagiakan ini.
Akan tetapi, dengan amat cepat.....
Jin Yuanbao terbangun.
Begitu Jin Yuanbao membuka matanya, yang dilihatnya adalah sepasang mata, yaitu mata Yu Qilin yang jeli, bening dan polos.
Mereka berdua saling memandang tanpa berkata apa-apa.
Ujung-ujung alis Jin Yuanbao terangkat.
"Kau sudah puas memandangku belum?"
Yu Qilin mengedipkan matanya dan berkata.
"Kalau kau tak mengawasiku, dari mana kau tahu bahwa aku sedang memandangmu?"
Jin Yuanbao menyengir, lalu dengan narsis berkata.
"Siapa yang bisa menolak keanggunan tuan muda ini?" Dalam sekejap, segala perasaan manis, segala cahaya keemasan, lenyap tanpa bekas.....Yu Qilin seakan mendadak masuk ke dalam sebuah rumah es, sekujur tubuhnya merinding. Perlahan-lahan, Yu Qilin menggertakkan giginya, untuk sesaat ia memejamkan matanya, sekonyong-konyong menerobos keluar dari balik gulungan selimut, lalu merayap bangkit dan menghantamkan bantal keras-keras ke kepala Jin Yuanbao. Namun seakan dapat meramal, Jin Yuanbao dapat menghindar, lalu masih dengan menyebalkan tertawa.
"Kau punya kepandaian baru yang belum pernah kulihat tidak?"
Begitu ia selesai mengucapkan perkataannya, Yu Qilin telah merengut bantalan yang berada diantara mereka, lalu melemparkannya keras-keras ke arah Jin Yuanbao.
Kali ini, kekuatan senjata itu terlalu kuat, Jin Yuanbao tak dapat lolos dari lubang jarum, tanpa ampun lagi ia pun ambruk di atas ranjang.
"Dasar gegabah", setelah dengan enteng berbicara, Yu Qilin bangkit dengan cepat, berbalik, lalu berlalu. Jin Yuanbao memandang punggungnya, lalu dengan kesal ia berteriak.
"Hei! Kenapa kau begitu tak tahu malu? Coba lihat kemarin malam apa yang kau perbuat! Coba lihat apa yang kau lakukan di perbatasan Negara Chu dan Han! Kau bermaksud jahat!" Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin berhenti, lalu berbalik dan berjalan menghampirinya. Ia berjalan sampai ke depan ranjang, mengambil bantalan itu, lalu mengangkatnya dan bersikap seakan hendak memukul dengan bantal itu ke bawah, secara refleks, Jin Yuanbao mengangkat tangannya untuk menangkis serangan itu. Akan tetapi Yu Qilin mengangkat tangannya dan melempar, bantalan itu pun terbang jauh sampai ke sudut kamar.
"Persetan perbatasan Chu dan Hanmu itu". Setelah berbicara ia berjalan keluar kamar dengan langkah-langkah lebar. Dengan tercengang Jin Yuanbao memandang punggungnya.
"Pagi-pagi begini sudah kumat....."
Setelah makan siang, sambil mengelus perutnya yang buncit kekenyangan, Yu Qilin berjalan-jalan di taman bunga untuk memperlancar pencernaan, saat itu ia melihat sebuah sosok yang sudah dikenalnya keluar dari ruang baca Jin Yuanbao.
"Bukankah itu.....si Wang Qiang?"
Sambil termenung Yu Qilin memandangi sosoknya menghilang di mulut pintu halaman.
Setelah itu matanya bergulir dan ia melangkah dengan cepat ke ruang baca.
Begitu berjalan sampai ke mulut pintu, Yu Qilin melihat ke dalam, ia berdiri tanpa bergerak dan dengan penuh rasa ingin tahu melihat keadaan dalam ruang baca itu.
Di dalam ruangan itu, Jin Yuanbao sedang membungkuk di atas meja tulis sambil mengambar sesuatu dengan penuh konsentrasi, tiba-tiba, seakan mereka dapat berhubungan secara telepati, ia mengangkat kepalanya dan memandang Yu Qilin, akan tetapi dengan acuh tak acuh ia kembali menunduk dan dengan penuh konsentrasi mengambar sebuah simbol.
Dengan heran Yu Qilin berjalan mendekat, lalu memperhatikan kertas di depan Jin Yuanbao.
Yang sedang digambar oleh Jin Yuanbao adalah tato khas yang berada di tubuh para perampok itu.
Yu Qilin meliriknya, lalu dengan sikap merendahkan berkata.
"Kukira kau sedang membuat kaligrafi, tapi ternyata kau sedang membuat tulisan cakar ayam seperti ini".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dasar bebal....."
Jin Yuanbao tak bisa menahan tawanya, lalu ia kembali mengambar simbol itu sampai selesai, meletakkan kuas tulisnya, dan memberitahu Yu Qilin.
"Ini adalah simbol para penjahat itu". Yu Qilin tertegun, ia menunduk dan memperhatikannya, dengan terkejut ia berkata.
"Simbol para perampok itu?"
Jin Yuanbao mengangguk dan berkata.
"Berdasarkan pengamatanku, di sepanjang jalan, semua penjahat yang kita temui mempunyai suatu kesamaan, yaitu bahwa di tubuh mereka terdapat sebuah simbol, ini membuktikan bahwa mereka berasal dari satu gerombolan. Dari simbol ini, kita dapat menelusuri asal usul mereka dan menemukan penjahatnya". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin tersenyum, namun mau tak mau dengan tulus ia mengaguminya.
"Mulutmu ini agak beracun, tapi otakmu benar-benar bagus". Tak nyana ketika Jin Yuanbao berada dalam bahaya, ia masih dapat memperhatikannya segalanya dengan tenang........dalam hati Yu Qilin muncul rasa kagum, dilihatnya bahwa dalam pandangan mata Jin Yuanbao ada sesuatu yang lain. Saat ini, di luar ada seseorang mengetuk pintu.
"Bos....."
"Masuk", Jin Yuanbao menjawab. Wang Qiang mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, sepertinya ia tak menyangka bahwa Yu Qilin sedang berada di tempat itu dan ia pun nampak panik. Wajah Jin Yuanbao menjadi muram.
"Semuanya kabar buruk?"
Wang Qiang mengangguk.
"Katakanlah".
"Bos, situasi agak tak menguntungkan. Macan Tutul Terbang dibunuh di depan mata kami, pemimpinnya belum muncul, sedangkan Chuchu sampai sekarang belum ditemukan". "Benar-benar merepotkan......"
Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, ia menghela napas, lalu berjalan mondar-mandir di dalam ruangan itu.
"Macan Tutul Terbang sudah mati, sedangkan sang pemimpin belum muncul, maka semua benang merah yang ada sudah putus, dan karena Chuchu belum tertangkap, petunjuk yang berhubungan dengannya juga tak bisa diselidiki....."
"Ini semua karena kami sebelumnya ceroboh, belum berhasil menangkap Chuchu....", dengan muram Wang Qiang membungkuk. Jin Yuanbao menggeleng-geleng.
"Aku tak menyalahkan kalian, melainkan menyalahkan si delapan tahi lalat itu, kalau ia tak ikut campur dan menghalangi rencana kita, Chuchu tak mungkin bisa kabur......"
Si delapan tahi lalat? Yu Qilin tertegun, di benaknya muncul sebuah kenangan yang tak terlalu menyenangkan.
"Delapan tahi lalat apa?"
Jin Yuanbao memandang ke arah Yu Qilin.
"Di Qianjiao Ge saat itu, ketika aku baru saja akan berhasil menangkap Chuchu, tak nyana di kamar itu muncul seorang aneh bertahi lalat delapan yang melakukan segala sesuatu untuk menghalangiku, sehingga Chuchu mempunyai kesempatan untuk melarikan diri, dan sampai sekarang belum tertangkap....." "Maksudmu, waktu itu di dalam kamar di Qianjiao Ge itu kau sedang akan menangkap Chuchu, akan tetapi direcoki oleh seseorang.....seseorang yang mempunyai delapan tahi lalat?"
Yu Qilin pun mengerti.
"Benar". Begitu berbicara tentang orang itu, Jin Yuanbao menggertakkan giginya dengan geram.
"Untuk menghalangiku, orang aneh yang gila itu sampai berusaha menanggalkan bajuku...."
Mengingat wajah Jin Yuanbao ketika ia mundur ke ujung ranjang sambil menutupi dadanya, Yu Qilin mau tak mau mendengus dan tertawa.
"Kejadian itu lucu sekali, ya?"
Dengan kesal Jin Yuanbao memandangnya, bukankah peristiwa itu adalah sesuatu yang sangat memalukan? Yu Qilin cepat-cepat menghapus tawa di wajahnya, dan tak berani berbicara lagi.
Jin Yuanbao memelototinya, lalu tak lagi menghiraukannya, ia berpaling ke arah Wang Qiang dan berkata.
"Kasus Nona Chuchu ini tidak sederhana, tempatnya sangat nyaman untuk digunakan untuk menerima tamu dari jalanan, ia pasti orang yang menjadi penghubung mereka, dan bertugas untuk memesan orang-orang untuk diculik. Kalau kita dapat menemukannya, mata rantai petunjuk ini akan menjadi jelas". "Ia juga tahu bahwa ia adalah kunci dari semuanya ini, oleh karenanya sampai sekarang ia belum menunjukkan batang hidungnya". Wajah Wang Qiang nampak malu.
"Kalau ia menunjukkan batang hidungnya, menurut kalian apa yang akan terjadi?"
Jin Yuanbao perlahan-lahan memicingkan matanya.
"Menurutku, karena identitasnya telah terungkap, untuk melindungi dirinya sendiri, atasannya akan membinasakannya untuk menutup mulutnya".
"Benar, asalkan ia muncul, ia pasti akan dapat memancing keluar banyak orang penting", Jin Yuanbao memicingkan matanya, matanya memancarkan sinar yang cerdas dan berpandangan jauh.
"Akan tetapi bagaimana caranya kita dapat memancingnya keluar? Kami sudah memikirkan segala cara, tapi dia belum mau menelan umpan juga......"
Wang Qiang mengerutkan dahinya, beberapa hari belakangan ini, demi Chuchu, mereka telah benar-benar memutar otak.
"Tak apa.....kalau ia tak muncul....", Jin Yuanbao tersenyum simpul.
"Bagaimana kalau ada seorang Chuchu lain?"
Wang Qiang merasa girang.
"Maksud bos.....kita harus mencari seseorang untuk berpura-pura menjadi Chuchu sehingga kita dapat memancing ular keluar dari sarangnya?"
Jin Yuanbao tak berkata apa-apa.
Namun Wang Qiang tiba-tiba tersadar dan tersenyum.
Dan Yu Qilin yang diam-diam mendengarkan dari samping pun tersenyum penuh arti.
Tanpa berayal lagi mereka berdua segera pergi ke Liushan Men.
Di menara utara, Jin Yuanbao duduk di depan meja tulisnya sambil membaca berkas-berkas perkara, dalam beberapa hari belakangan ini banyak berkas yang harus dibacanya.
Saat ini, Wang Qiang membuka pintu, masuk dan berkata kepadanya.
"Aku sudah berhasil mendapatkan beberapa orang". Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao meletakkan berkas dalam genggamannya, lalu mengangguk-angguk sambil berkata.
"Bawa mereka masuk untuk kulihat". Tak lama kemudian, tujuh atau delapan orang yang mengenakan pakaian wanita Hu berbaris masuk, lalu berdiri di depan meja Jin Yuanbao. Jin Yuanbao yang telah menanti dengan penuh harapan, begitu melihat mereka langsung ingin membenturkan kepalanya ke tembok. Orang-orang itu benar-benar sukar ditemui..... Mereka kalau tidak segembrot tong air, tubuhnya tinggi dan kurus seperti galah bambu, atau berbibir merah dan bergigi tonggos, atau berwajah bopeng...... Diam-diam Jin Yuanbao menyeka keringat, lalu dengan jengah bertanya pada Wang Qiang.
"Mereka ini orangnya?"
Dengan amat yakin Wang Qiang mengangguk-angguk.
"Eh....."
Jin Yuanbao memperhatikan orang-orang yang buruk rupa itu, mereka benar-benar tak bisa menjadi seorang primadona bunga malam, dan yang paling parah, diantara mereka ternyata ada seorang lelaki yang berdandan sebagai wanita! Ia tak tahu harus tertawa atau menangis dan berjalan ke arah lelaki yang berdandan sebagai wanita itu.
"Jiejie, bukankah kau seharusnya mencukur janggutmu dulu?"
Dengan gemulai lelaki yang menyaru sebagai wanita itu melambaikan sapu tangannya.
"Kau ini menyebalkan! Jangan berbuat kurang ajar padaku!"
Jin Yuanbao terkejut setengah mati, ia cepat-cepat berbalik dan berpegangan pada bahu Wang Qiang, setelah menenangkan diri untuk beberapa saat, ia baru berkata pada orang itu.
"Kapan aku melecehkanmu?"
Wang Qiang tersenyum untuk bermanis-manis padanya.
"Bos, mereka adalah orang-orang tercantik yang dapat kami temukan dari antara orang-orang yang punya kemampuan dasar kungfu dan bersedia menempuh bahaya. Lagipula, bukankah muka mereka akan ditutupi? Setelah muka mereka tertutup, siapa yang akan tahu apakah mereka cantik atau jelek?" Walaupun perkataan itu tak salah, namun paling tidak seharusnya kau mencari orang-orang yang perawakannya agak mirip, benar tidak? Jin Yuanbao tak dapat berkata apa-apa lagi. Melihat Jin Yuanbao terdiam, Wang Qiang menjadi penuh harapan, ia segera mengayunkan tangannya dan menyuruh para wanita itu memasang cadar, lalu menari di hadapan Jin Yuanbao. Seketika itu juga, sekawanan setan seakan sedang menari dengan kacau balau..... Tak lama kemudian Jin Yuanbao seakan hampir pingsan..... Sambil mengerutkan dahi ia berjalan ke depan meja dengan langkah-langkah berat, perlahan-lahan duduk, lalu melambailambaikan tangannya mengusir mereka sambil menutupi wajahnya supaya tak usah melihat mereka lagi. Setelah orang-orang itu pergi, Jin Yuanbao baru dengan marah mengebrak meja seraya berkata kepada Wang Qiang, dengan gusar ia berkata.
"Xiongdi, kau harus ingat bahwa Chuchu adalah seorang primadona bunga malam, kalau mereka hanya bisa berlagak menari seperti ini, apakah mereka bisa menjadi seorang primadona? Dage, kalau kau mau bersandiwara kau harus melakukannya dengan benar......"
Saat itu, sambil terengah-engah, Ma Zhong menerjang masuk dari pintu.
"Bos, Chuchu telah kembali ke Qianjiao Ge!"
"Apa?!"
Jin Yuanbao kontan bangkit. Tepat pada saat ini, A Gui juga menerjang masuk ke ruangan Liu Wenchao.
"Gongzi, celaka!"
Dengan waspada Liu Wenchao memandangnya, setelah itu ia cepat-cepat menutup pintu dan bertanya dengan hambar.
"Apa yang terjadi?"
"Chuchu......kembali muncul di Qianjiao Ge", di dahi A Gui nampak butiran-butiran keringat kecil, rupanya begitu mendengar kabar itu ia langsung berlari ke tempat Liu Wenchao.
"Apa?", Liu Wenchao meletakkan cawan tehnya di atas meja keras-keras sehingga cawan itu hampir pecah berkeping-keping, wajahnya nampak tak percaya.
"Chuchu kembali muncul di Qianjiao Ge?"
"Benar!", A Gui mengangguk, dengan wajah muram ia menjawab.
"Begitu mendengar berita ini Yang Mulia sangat marah".
"A Gui, apakah kau sudah memastikan bahwa berita ini benar?"
Liu Wenchao menatap A Gui dengan tajam. Dengan agak ragu-ragu, A Gui menjawab.
"Gongzi, apakah kau pasti telah membinasakan Chuchu?"
Liu Wenchao memicingkan matanya.
"Kau menyangsikanku?"
A Gui cepat- cepat menggeleng dan menjawab.
"Gongzi, kalau hanya aku yang percaya padamu tak ada gunanya, yang penting Yang Mulia mempercayaimu". "Ya......"
Liu Wenchao perlahan-lahan mengalihkan tatapan matanya.
"Sepertinya kita harus pergi ke Qianjiao Ge untuk melihatnya".
"Siap!", A Gui menjawab, lalu menunduk dan berbisik.
"Yang Mulia sangat marah, ia berharap agar Chuchu ini, tak perduli ia palsu atau tidak, tak muncul kembali".
"Aku punya cara untuk melakukannya!"
Dengan dingin Liu Wenchao menyapunya dengan pandangan matanya, wajahnya sedingin es.
Di Qianjiao Ge tamu-tamu sangat banyak, suasana benar-benar ramai.
Jin Yuanbao berdiri di mulut pintu dan dengan suara pelan mengatur rencana dengan Wang Qiang dan Ma Zhong, setelah semuanya beres, ia segera masuk dengan langkah-langkah lebar.
Begitu melihat dirinya, sang mucikari bergegas melangkah menghampirinya, sambil menyandarkan tubuhnya yang gembrot di tubuh Jin Yuanbao, dengan genit ia berseru.
"Inspektur Jin! Angin apa yang meniupmu ke sini!"
Jin Yuanbao baru saja hendak berbicara ketika seorang germo di loteng berseru.
"Sang primadona telah muncul, hanya untuk yang serius saja!" Setelah itu, seorang gadis penari Daerah Barat yang perawakannya anggun dan wajahnya ditutupi cadar menuruni tangga sambil melenggak-lenggokkan pinggangnya. Seketika itu juga, pandangan mata semua orang di aula itu tertuju kepadanya, semua orang memandang ke arah tangga sambil menjulurkan leher mereka seperti seekor angsa. Wanita itu menggenakan rok penari yang berwarna merah menyala, sedangkan di atasnya ia menggenakan sehelai kemben yang ketat, yang memperlihatkan pusarnya yang mungil dan cantik, di atas pusarnya itu terlukis sekuntum bunga peoni merah. Di bagian bawah tubuhnya ia menggenakan rok sutra halus berwarna putih, setiap kali ia mengangkat kakinya kadangkadang pahanya yang putih bersih dan mulus dapat terlihat, di bawah pahanya, nampak sepasang kaki mungil yang molek, kakinya dihiasi bel-bel emas, sehingga setiap ia melangkah terdengarlah dentang-denting yang merdu. Sepasang matanya yang berbinar-binar amat mempesona, matanya itu dihiasi celak hitam, sungguh menarik dan amat misterius...... Wanita itu menengadah, lalu menyapukan pandangannya ke seluruh ruangan dengan dingin, sinar matanya sedingin es, seakan menyuruh orang-orang yang tak dikenalnya untuk menjauh, akan tetapi.......tingkahnya ini malahan membuat orang makin penasaran. Setelah itu suara kecapi yang lincah pun terdengar, pinggang wanita itu meliuk-liuk perlahan bagai seekor ular air, sedangkan tangannya yang langsing dan seputih kumala pun ikut melambailambai. Dalam sekejap, pandangan mata semua orang dalam ruangan itu terpusat pada sosok wanita itu.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ckckck, benar-benar pantas disebut sang primadona......"
Wang Qiang berjalan dengan pelan ke belakang Jin Yuanbao. Jin Yuanbao menatap sang primadona dengan penuh perhatian, keningnya perlahan-lahan berkerut, ia pun bertanya pada Wang Qiang di belakangnya.
"Apakah kau merasakan suatu.....perasaan akrab yang sangat, sangat kuat dan sulit dijelaskan?"
"Hmm....."
Wang Qiang mengangguk-angguk, lalu dengan sangat pasti berkata.
"Tidak!"
Jin Yuanbao menoleh dan memelototinya.
"Kalau begitu kenapa kau mendehem?"
"Aku mendehem karena kagum pada kecantikannya!", dengan kalem Wang Qiang menjawab. Jin Yuanbao memandangnya, lalu menghela napas dengan muram, bukankah mempunyai anak buah seperti ini benar-benar sangat menyedihkan? Mendadak irama musik yang gembira itu menjadi cepat, goyangan wanita itu pun ikut bertambah cepat, bel emasnya berdentang-denting, seakan masuk ke dalam hati mereka semua dan menggelitiknya. Jin Yuanbao perlahan-lahan menenangkan diri, lalu berbisik.
"Beritahu semua saudara-saudara kita, tunggu isyaratku, yaitu sebuah cawan yang dilemparkan. Begitu mendengar isyarat itu, langsung tangkap dia".
"Baik....."
Wang Qiang menjawab dengan suara pelan, lalu berbalik dan pergi. Jin Yuanbao mencari kesempatan untuk melangkah ke depan, ia bermaksud untuk mendekati Chuchu, namun perbuatannya ini membuat para pengunjung lain tak senang. Seseorang segera berseru.
"Ayo mengantri! Apa karena kau merasa ganteng kau tak mau mengantri?"
Jin Yuanbao tak membantahnya, ia melambaikan tangannya memanggil sang mucikari, lalu mengambil berlembar-lembar yinpiao dari saku dadanya dan memberikannya pada sang mucikari.
Melihat lembaran-lembaran yinpiao itu, wajah si mucikari pun menjadi berseri-berseri seperti bunga seruni.
"Jin Gongzi terlalu sungkan! Kita semua teman sendiri, jangan anggap orang luar!"
Sambil berbicara ia cepat-cepat merampas yinpiao itu, lalu dalam sekejap mata ia telah menyembunyikannya di dalam tubuhnya sehingga tak terlihat, gerakannya itu amat mahir dan lincah.
Dengan wajah penuh senyum, sang mucikari menarik Jin Yuanbao ke depan barisan, dan juga secara pribadi menyuguhinya sepoci arak lezat, setelah menuangkan secawan penuh arak untuknya, ia baru pergi, semua pengunjung lain pun merasa iri pada Jin Yuanbao.
Jin Yuanbao perlahan-lahan duduk dan memandang ke sekelilingnya, para pengunjung di sekelilingnya semua memandang ke depan, ada yang pandangan matanya amat mesum, dan ada pula yang melambai-lambaikan tangan dan kakinya mengikuti suara musik, berusaha untuk menyentuh tubuh Chuchu.
"Hah!"
Melihat tingkah laku para pengunjung rumah bordil itu dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao menggelenggelengkan kepalanya.
Setelah duduk untuk beberapa saat, sepertinya musik telah hampir selesai dimainkan, Jin Yuanbao cepat-cepat mengangkat cawan araknya, bangkit, lalu perlahan-lahan mendekati 'Chuchu', sambil berjalan mendekat ia mengawasi tingkah laku para pengunjung, untuk melihat apakah ada pembunuh yang nampak berbeda diantara mereka atau tidak.
Akan tetapi tak nyana, ketika ia baru berdiri di samping panggung, Chuchu telah melompat ke sisi dirinya, sambil melenggak-lenggokkan pinggulnya, ia mendesak ke arah Jin Yuanbao, ketika ia membungkuk, buah dadanya yang putih dan montok seakan hendak menempel di wajah Jin Yuanbao.
Dengan jengah Jin Yuanbao menghindar, namun tak nyana ia malahan makin dengan liar menempelnya.
Jin Yuanbao menghindar sampai ke tempat yang tak bisa dicapai olehnya, dengan kesal ia menatapnya, lalu mengalihkan perhatiannya dari Chuchu dan mengawasi keadaaan di sekelilingnya, namun ia tak dapat menemukan sesuatu yang aneh.
Apa boleh buat......Jin Yuanbao batuk, tangannya mengenggam cawan arak, hendak melemparkannya, bersiap-siap untuk menyuruh anak buahnya beraksi.
Akan tetapi tepat pada saat ini Chuchu turun dari panggung dan perlahan-lahan berjalan menghampirinya.
Wang Qiang dan yang lainnya mengawasi tangan Jin Yuanbao, menunggu isyarat untuk beraksi.
Jin Yuanbao sedang hendak melemparkan cawan, akan tetapi tak nyana Chuchu mencengkeram tangannya sambil melenggak-lenggok, lalu menariknya ke atas panggung, karena tangannya dipelintir oleh Chuchu, cawan di tangannya tak bisa dilemparkan olehnya! Hal ini membuat Wang Qiang dan Ma Zhong yang sedang mengawasinya dari bawah panggung berkeringat dingin, mata mereka terpaku pada cawan dalam genggaman Jin Yuanbao.
Jin Yuanbao menari kesana-kemari, pandangan mata Wang Qiang dan Ma Zhong pun ikut menari kesana-kemari mengikutinya, setelah beberapa putaran, mau tak mau kepala mereka bermandikan keringat.
Akhirnya, Jin Yuanbao tak sabar lagi, ia melepaskan pegangan tangan Chuchu, lalu dengan perlahan melepaskan cawan arak itu.
Tangan Wang Qiang dan Ma Zhong mencengkeram sarung golok di genggaman mereka, dalam sekejap mata cawan itu akan terjatuh, namun dalam keadaan genting ini, Chuchu tibatiba berbalik dan menahan cawan itu dengan kakinya, setelah itu dengan enteng ia menendang sehingga cawan itu pun melayang di udara, lalu jatuh ke dalam tangannya.
Setelah itu tanpa disangka-sangka, Chuchu dengan genit menyibakkan ujung cadarnya, lalu berbisik ke arah Jin Yuanbao.
"Ini aku". Begitu melihat wajah yang sudah sangat dikenalnya itu, seketika itu juga Jin Yuanbao begitu terkejut hingga wajahnya menjadi pucat pasi, ia hampir jatuh terduduk, namun ia segera menenangkan dirinya.
"Bagaimana kau bisa menyaru seperti ini?"
Ia segera memberi isyarat dengan matanya kepada para anak buahnya supaya berdiam diri dahulu.
Wang Qiang dan Ma Zhong cepat-cepat memasukkan kembali golok mereka ke dalam sarungnya, lalu dengan waspada mengawasi keadaan di sekeliling mereka, untuk memastikan apakah tindakan mereka yang terlalu menyolok tak membuat musuh melarikan diri, setelah itu mereka menghembuskan napas lega.
Setelah berpikir, Jin Yuanbao pun paham, dengan serasi ia dan 'Chuchu' berputar-putar di atas panggung.
Melihat pakaian Yu Qilin yang berbelahan dada rendah dan menunjukkan pusarnya, Jin Yuanbao menggertakkan giginya dengan kesal dan berkata.
"Kenapa kau datang ke sini?!"
Sambil dengan sembunyi-sembunyi tersenyum, berbisik.
"Aku kebetulan sedang lewat saja". 'Chuchu' Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao naik pitam.
"Kau berbuat onar! Di sini bahaya mengintai dari segala penjuru, serigala buas mengelilingi kita, seluruh tempat ini berbahaya!"
"Aku tidak sedang bergurau, sekarang aku bukan istrimu, melainkan bintang Qianjiao Ge, Chuchu!"
Sambil berbicara Yu Qilin sekonyong-konyong bergerak mengikuti irama musik sehingga tubuhnya makin terbuka! Jin Yuanbao sendiri tertegun melihatnya, sedangkan para pengunjung di bawah panggung memandangnya dengan amat bergairah, mereka berebut menjulurkan tangan mereka untuk merabanya.....
Melihat keadaan itu, dengan cerdas Jin Yuanbao mengajak Yu Qilin berputar, lalu menggunakan lambaian pakaian mereka untuk melepaskan tangan-tangan itu, sembari mengawasi apakah di bawah panggung ada pembunuh yang menunggu kesempatan untuk beraksi.
Sementara itu, Wang Qiang dan Ma Zhong telah memahami situasi di sekitar mereka, mereka segera menghalangi para pengunjung yang hendak mendesak ke panggung.
Tepat pada saat itu, Jin Yuanbao menemukan dua orang yang mencurigakan, dada mereka nampak menonjol, seakan mereka sedang menyembunyikan pisau di baliknya.
Jin Yuanbao pun cepat-cepat memberi isyarat dengan matanya kepada Wang Qiang dan Ma Zhong.
Dengan tenang Wang Qiang dan Ma Zhong menghadang salah seorang diantara mereka, akan tetapi orang yang satunya lagi telah naik ke atas panggung.
Si hidung belang itu mendorong Jin Yuanbao, lalu menari bersama Yu Qilin, sedangkan tangannya yang satu lagi telah meraba saku dadanya.
Jin Yuanbao amat terkejut, ia hendak melangkah ke depan untuk menghalanginya, akan tetapi ternyata Yu Qilin telah menyerang terlebih dahulu, dengan menggunakan gerakan tarian itu, ia menekan tangan sang hidung belang di dalam saku dadanya! Tangan lain si hidung belang telah terangkat hendak merabanya, namun Yu Qilin kembali menarik tangan orang itu, Jin Yuanbao pun hendak membantunya, namun ia beberapa kali didorong pergi oleh hidung belang itu, beberapa putaran kemudian, si hidung belang menjadi agak marah.
Dengan sekuat tenaga Jin Yuanbao mendorong Yu Qilin, lalu berjalan ke arah orang yang meraba 'pisau' di balik jubahnya itu.
Ketika Jin Yuanbao hendak menerjangnya, Yu Qilin telah mengambil kuda-kuda dan siap beraksi! Tak nyana, yang dikeluarkan adalah......sebuah batangan emas! oleh hidung belang itu Jin Yuanbao kembali melihat ke bawah panggung, Wang Qiang dan Ma Zhong menjepit si hidung belang dari kedua sisi, namun yang dikeluarkan oleh orang itu hanya sebuah kipas, ternyata ia bukan seorang pembunuh.
Begitu Jin Yuanbao berhasil menenangkan dirinya, si hidung belang telah maju ke depan Yu Qilin dan kembali beraksi.
"Nona Chuchu, berilah aku muka, maka batangan emas ini akan menjadi milikmu". Yu Qilin tersenyum, dengan enteng kakinya melayang, menyapu batangan emas itu hingga terjatuh ke lantai. Si hidung belang marah.
"Kau tahu tidak siapa aku? Beraniberaninya kau mempermalukanku!"
Tepat pada saat ini, dua orang lelaki kekar masuk dari pintu, yang seorang berpakaian kelabu, sedangkan yang seorang lagi berpakaian hitam, mereka masing-masing juga menggendong sebuah buntalan, begitu masuk mereka langsung melambaikan tangan memanggil sang mucikari, lalu mengeluarkan setumpuk yinpiao.
Sang mucikari tertawa gembira.
"Tuan-tuan berdua ini terlalu sungkan, terlalu mengangapku sebagai orang luar! Ikut aku!"
Sang mucikari membawa mereka ke tempat duduk yang berada di barisan depan. Pada saat yang sama, Jin Yuanbao dan Yu Qilin memperhatikan kedua orang itu, lalu diam-diam bertukar pandang. Dengan suara pelan Jin Yuanbao berkata pada Yu Qilin.
"Apakah kau melihat dua orang bertubuh kekar itu? Mungkin mereka pembunuh, dan di buntalan yang mereka gendong itu ada senjata". Yu Qilin tersenyum licik.
"Hah! Coba lihat apa yang akan kulakukan!"
"Kau mau apa!", Jin Yuanbao baru saja hendak menghalanginya, namun Yu Qilin telah melayang ke depan. Jin Yuanbao hanya dapat memberi isyarat dengan matanya kepada Wang Qiang dan Ma Zhong supaya mereka mengawasi kedua lelaki itu. Begitu mendapatkan isyarat itu, Wang Qiang dan Ma Zhong hendak maju untuk memeriksa kedua orang itu, namun saat itu muncullah tiga atau lima orang gadis, mereka saling memberi isyarat dengan mata mereka, lalu mengepung Wang Qiang dan Ma Zhong rapat-rapat.
"Gongzi, kalau sendirian kau akan kesepian, kami akan menemanimu minum-minum".
"Benar, masa kalian datang ke Qianjiao Ge hanya untuk berkumpul dan mengobrol saja?"
Dalam sekejap, Wang Qiang dan Ma Zhong telah dikepung rapat oleh para kupu-kupu malam itu. Namun Yu Qilin yang menonton dari samping mengawasi si hidung belang itu, sambil mengangkat alisnya, ia tertawa pelan.
"Orang seperti ini hendak menyentuh aku si Chuchu? Tak mungkin!"
Sambil berbicara ia menghampiri kedua lelaki kekar itu sambil melenggak-lenggokkan pinggulnya dan melirik dengan genit. Benar saja, mereka berdua menelan umpannya.
"Apa katamu!"
Si hidung belang baru saja hendak maju untuk mendebatnya, namun kedua lelaki kekar itu telah menghadangnya. Si lelaki kekar berpakaian kelabu mendesaknya.
"Apa kau tak dengar? Katanya kau tak mungkin bisa menyentuhnya!"
Si hidung belang memandang si lelaki kekar dengan keras kepala, ia mendengus, lalu terpaksa menyerah.
"Kalian punya kepandaian apa sehingga dapat menyentuh Nona Chuchu?" Yu Qilin tersenyum menawan dan berkata.
"Aku paling tak suka pada tuan-tuan muda licin yang suka menghambur-hamburkan jintiao, selain saling bertukar puisi, mereka tak bisa apa-apa, seorang lelaki tentunya harus bersikap seperti seorang lelaki, seperti dua dage ini". Sambil berbicara ia mengangkat tangannya yang seputih kumala dan menyentuh bahu lelaki kekar itu. Dari kejauhan Jin Yuanbao memelototi Yu Qilin.
"Perempuan ini benar-benar semberono!"
"Hahaha! Bagus sekali!"
Si lelaki berpakaian kelabu berpaling ke arah si lelaki kekar berpakaian hitam dan berkata.
"Dage, tak nyana kita beruntung dapat bertemu dengan seorang wanita cantik seperti ini". Setelah itu ia kembali berpaling dan memandang Yu Qilin seraya berkata.
"Ayo pergi! Malam ini kau ikut kami pergi! Kujamin kakakku akan membuatmu senang!"
Dua lelaki kekar itu menariknya, Yu Qilin berusaha meronta akan tetapi ia tak dapat melawan kekuatan mereka! Seketika itu juga Jin Yuanbao merasa cemas.
"Berhenti!"
Lelaki berpakaian hitam itu memandang ke arahnya dengan bengis.
"Hah!"
Melihat lelaki itu memperlihatkan otot lengan dan bulu dadanya, mau tak mau Jin Yuanbao merasa agak ngeri, namun ia memaksakan dirinya untuk berpura-pura tenang dan berkata, "Aku yang datang duluan, apa kalian tak mengerti bahwa siapa yang datang duluan akan dilayani dahulu?"
"Heheheh!", si lelaki berpakaian kelabu menyengir mengejek dan berkata.
"Dage, ada seorang tuan muda yang cemburu! Tak usah perdulikan dia!"
Tanpa memperdulikan Jin Yuanbao kedua lelaki kekar itu masih mencengkeram Yu Qilin! Jin Yuanbao amat cemas, ia memburu ke depan, lalu menarik tangan si lelaki kekar berpakaian kelabu! Namun dengan enteng lelaki itu mengerahkan tenaga dan mengibaskan tangannya! Akan tetapi Jin Yuanbao mana bisa menyerah, ia tetap menggelilingi kedua orang itu, Yu Qilin pun segera melepaskan tangan lelaki itu, lalu berkelahi dengan mereka berdua, namun tak nyana ilmu silat mereka berdua amat hebat sehingga Yu Qilin kewalahan melayani mereka.
Sekarang Jin Yuanbao benar-benar khawatir, ia mengambil sebuah cawan dan melemparkannya ke lantai sebagai isyarat! Akan tetapi setelah beberapa saat, Wang Qiang dan Ma Zhong belum juga bereaksi.
Jin Yuanbao memandang ke bawah panggung, akan tetapi dilihatnya bahwa Wang Qiang dan Ma Zhong sedang tak berkutik dikepung beberapa orang kupu-kupu malam, dipaksa minum arak, dan tak bisa meloloskan diri! "Tak nyana Nona Chuchu ini begitu merepotkan".
Dengan kepayahan si lelaki kekar berpakaian hitam memandang Yu Qilin, lalu sambil menyeringai ia berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau benar-benar ingin berkelahi, bagaimana kalau kita pergi ke ranjang dan berkelahi di sana?"
Selagi ia berbicara, lelaki berpakaian kelabu di sisinya melangkah ke depan, hendak mencengkeram tangan Yu Qilin, namun sambil cekikikan Yu Qilin cepat-cepat menghindar.
Sesuatu di genggaman si lelaki kekar berpakaian kelabu samarsamar memancarkan kilauan sinar, begitu melihatnya, Jin Yuanbao segera hendak melangkah ke depan.
Akan tetapi, si lelaki kekar berpakaian kelabu ternyata terkena tendangan Yu Qilin dan terjerembab, benda yang berada dalam genggamannya itu terjatuh, ternyata benda itu adalah sebuah perhiasan emas.
Para hadirin tertawa terbahak-bahak.
Jin Yuanbao pun menghembuskan napas lega.
Kedua lelaki kekar itu kembali menyerang Yu Qilin, namun mereka tidak bermaksud membunuhnya, Yu Qilin juga agak kecapaian melayani mereka, saat itu seorang pelayan wanita setengah baya melangkah ke depan, lalu menghadang mereka seraya berkata.
"Hari ini nona sudah lelah, silahkan kembali ke kamar dahulu untuk beristirahat sejenak, lalu turun untuk menemani kita bermain lagi". Jin Yuanbao juga setuju, bagaimanapun juga istrinya tak boleh sampai dilecehkan orang, maka ia mengangguk-angguk untuk memberi isyarat agar Yu Qilin meninggalkan gelanggang, sedangkan dirinya sendiri akan terus menyelidik. Yu Qilin mengerti maksudnya, sambil dipapah oleh pelayan setengah umur itu, ia naik ke loteng. Jin Yuanbao kembali menyapukan pandangannya ke wajahwajah seluruh hadirin, wajah para hidung belang pun berkelebat dalam pandangannya, ekspresi mereka bermacam-macam, tak bisa dibedakan diantara siapa yang mencurigakan dan siapa yang tak bersalah. Otaknya berputar dengan cepat, mendadak hatinya terkesiap dan ia pun mencari Yu Qilin, namun Yu Qilin dan pelayan itu telah berbelok ke dalam sebuah lorong di loteng itu. Setelah terus menerus memandang mereka, sebuah kecurigaan timbul dalam benaknya dan menjadi makin kuat, sekonyongkonyong, ia merasa bahwa ukuran kaki pelayan itu agak aneh.... Mendadak Jin Yuanbao tersadar, ia terkejut dan bergegas menaiki tangga ke loteng untuk menyusul mereka. Akan tetapi, begitu ia tiba di lorong itu, ia melihat ke kedua sisinya dan tak bisa menemukan jejak pelayan itu dan Yu Qilin! Dengan lega Yu Qilin masuk ke dalam kamar itu, namun ia masih mengkhawatirkan Jin Yuanbao, maka ia perlahan-lahan melangkah ke sisi jendela, lalu memandang ke bawah. Akan tetapi, dilihatnya bahwa pelayan itu masih berdiri di dalam kamar, belum pergi, dengan gelisah Yu Qilin melambailambaikan tangannya, menyuruh sang pelayan pergi. Sang pelayan melangkah ke depan dengan sikap hormat, akan tetapi mendadak matanya berkilat-kilat menyeramkan, ia pun menjerat leher Yu Qilin dengan secarik kain. Yu Qilin tak sempat berjaga-jaga, walaupun ia bisa bersilat, namun titik pentingnya telah dicengkeram orang, orang itupun tenaganya amat besar, tak ada gunanya dirinya meronta...... Yuanbao.....Yu Qilin membuka mulutnya, namun ia tak dapat bersuara, perlahan-lahan ia menjadi lemas hingga terjatuh di lantai. Saat ini Jin Yuanbao merasa sangat cemas, tanpa memperdulikan apapun ia menendang pintu kamar-kamar itu hingga terbuka, ia tak menghiraukan jeritan para hidung belang dan para pelacur itu. Sekonyong-konyong, sebuah firasat buruk menyelimuti hatinya, dalam hatinya seakan muncul sebuah mata ajaib, dengan cepat ia memburu ke ujung lorong dan menendang pintu kamar yang berada di situ! Ia melihat bahwa kedua tangan Yu Qilin sedang menarik kain itu dengan sekuat tenaga, namun tak bisa melepaskannya, sedikit demi sedikit ia sudah tak bisa bertahan lagi, dan pembunuh lelaki yang menyaru sebagai perempuan itu sama sekali tak melepaskannya dan terus mencekiknya dengan sekuat tenaga. Jin Yuanbao amat terkejut hingga wajahnya menjadi pucat pasi, ia melihat ke sekitarnya, lalu segera mengambil sebuah bangku yang tergeletak di atas lantai dan menghantamkannya keraskeras ke bagian belakang kepala pembunuh itu. Karena terkena serangan gelap itu, si pembunuh berteriak kesakitan dan melepaskan Yu Qilin. Yu Qilin terjerembab ke lantai, ia berusaha keras membuka jeratan kain di lehernya sambil terbatuk-batuk hebat. Jin Yuanbao berkelahi mati-matian dengan si pembunuh, tapi ia bukan tandingannya dan tak bisa melawannya, tak lama kemudian ia telah dipiting oleh si pembunuh di atas lantai, pisau yang digunakan untuk membela dirinya pun terjatuh dari kaki sepatu botnya. Si pembunuh memungut pisau itu dan menikam ke dada Jin Yuanbao, dalam sekejap mata pisau yang sedingin es itu pun akan menyentuh kulitnya. Tepat pada saat ini, Yu Qilin yang telah dapat bernapas segera memburu menghampirinya, ia membentur si pembunuh sehingga pisau itu meleset dari wajah Jin Yuanbao dan dengan sangat berbahaya menancap di lantai di sebelah telinganya....
"Bos, kami datang untuk menolongmu!"
Saat itu Wang Qiang, Ma Zhong dan yang lainnya menerjang masuk, lalu dengan cepat dan cekatan meringkus pembunuh itu. Jin Yuanbao menghembuskan napas lega, lalu mengerutu.
"Lain kali apa kalian tak bisa datang lebih cepat?!"
Dengan jengah Wang Qiang mengaruk-garuk kepalanya.
"Siap. Bos, lain kali kami tak akan membiarkanmu berada dalam bahaya!"
Setelah berbicara, ia dan Ma Zhong membawa pergi si pembunuh.
Setelah melihat si pembunuh dibawa pergi, Yu Qilin menghembuskan napas lega, mau tak mau ia merasa agak puas diri dan melompat-lompat dengan gembira.
Melihat sosoknya yang melompat-lompat, Jin Yuanbao merasa marah.
"Kau ini dungu! Siapa suruh kau datang ke sini, kau tahu tidak bahwa sekarang aku sedang menangkap penjahat, sangat berbahaya bagimu untuk tiba-tiba muncul di sini!"
"Aku......"
Yu Qilin hendak membantah, namun setelah berpikir sejenak, ia menghembuskan napas untuk menenangkan diri dan berkata.
"Aku yakin akan mampu mengatasi semuanya!"
"Cukup sudah. Kau yakin, tapi kau mana punya kemampuan untuk melakukannya? Kau pikir kau ini siapa? Kau pikir karena kau bisa sedikit ilmu silat kau bisa mengatasi semuanya? Bisa malang melintang di kolong langit? Bisa berbuat ceroboh?"
Sambil berbicara Jin Yuanbao mendesak ke arahnya.
"Kau ini bodoh, semberono, selalu merasa benar sendiri dan tak tahu bahaya! Kalau kau ingin mati silahkan, tapi jangan membuat begitu banyak orang khawatir!" Dimarahi di depan umum seperti itu oleh Jin Yuanbao membuat Yu Qilin tertegun sejenak, lalu dengan gusar ia berseru.
"Jin Yuanbao! Kau jelas-jelas tahu bahwa aku datang untuk membantumu tanpa memperdulikan keselamatan diriku sendiri! Tapi setelah aku membantumu, kau tak cuma tak berterima kasih padaku tapi malahan memakiku di muka umum!"
"Siapa yang menyuruhmu datang membantuku? Seperti ini kau anggap membantu? Lagipula, lihatlah ini tempat macam apa! Lihat kau memakai baju apa! Apa kau begitu murahan, begitu senang dilihat oleh laki-laki? Kau tak sedikitpun seperti seorang gadis dari keluarga baik-baik! Kau sama sekali tak pantas menjadi seorang istri!"
Jin Yuanbao sangat marah dan mengatakan apapun yang ada dalam benaknya.
"Kau......"
Yu Qilin naik pitam, ia mengangkat kepalanya.
"Benar! Perkataanmu benar! Aku memang bukan gadis dari keluarga baik-baik! Dan juga bukan istrimu! Kita belum bermalam pengantin!"
"Apa katamu?"
"Kataku aku bukan istrimu! Tak perlu kau urus!"
"Tak perlu kuurus! Tahu tidak, kalau kau tak kuurus, hari ini kau sudah mampus! Selain membuatku repot kau bisa apa!"
"Benar! Aku tak bisa apa-apa! Aku cuma bisa merepotkanmu! Aku sengaja mencari masalah karena ingin membantumu menyelidiki kejahatan, aku memang bodoh!"
Begitu selesai berbicara Yu Qilin langsung berbalik dan pergi.
"Berhenti!", seru Jin Yuanbao dengan gusar.
"Kau mau apa!"
Yu Qilin menoleh memandangnya.
"Kau mau pergi ke mana?"
"Sekarang aku akan menghilang, aku akan pergi, supaya tak merepotkanmu si bukuai besar ini...."
"Kau perempuan ini! !"
Dalam kemarahannya, pikiran Jin Yuanbao seakan linglung, ia memburu ke arah Yu Qilin, lalu menempelkan bibirnya erat-erat ke bibir Yu Qilin dan membungkam semua perkataannya dengan bibirnya sendiri.
Mula-mula Yu Qilin terkejut, namun ia segera bereaksi dan cepat-cepat mendorongnya pergi.
Mereka berdua saling memandang.
Jin Yuanbao tersadar, setelah bimbang sesaat, ia melepaskan tangannya.
Jin Yuanbao sialan ini.......Yu Qilin geram sekaligus jengah, wajahnya merah padam, sambil menunduk ia melangkah pergi dengan cepat.
Jin Yuanbao memandangnya, dalam sinar matanya tak nyana tersirat rasa putus asa.
"Kau tahu tidak, barusan ini......aku benar-benar mengira kau telah mati, dan aku tak akan bisa melihatmu lagi!"
Yu Qilin membuka mulutnya, namun tak tahu harus berkata apa, maka ia hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan tak berkata apa-apa. Jin Yuanbao merasa agak jengah.
"Ayo pergi".
"Pergi ke mana?"
"Pulang ke rumah".
"Oh", kata Yu Qilin, ia pun bersiap pergi bersama Jin Yuanbao, namun sebelum ia sempat melangkah, Jin Yuanbao menghalanginya. Dengan kebingungan Yu Qilin memandangnya.
"Apa kau sangat suka pada baju ini? Kenapa belum ganti pakaian juga?"
Saat ini di pintu Qianjiao Ge, para hidung belang telah berhamburan pergi begitu melihat para petugas menangkap penjahat, sedangkan sang mucikari berdiri di sisi pintu sambil mengeluh.
Liu Wenchao berjalan perlahan-lahan sambil memandang papan nama di atasnya.
Begitu sang mucikari yang bermata tajam melihatnya, ia segera menyambutnya.
"Gongzi, silahkan masuk. Ada gadis-gadis, arak dan teh kelas satu". Liu Wenchao tersenyum, lalu mengeluarkan setahil perak dan memberikannya pada si mucikari.
"Kudengar Nona Chuchu yang baru datang adalah seorang wanita yang sangat cantik, aku ingin melihatnya". Dengan tamak sang mucikari memandang tahil perak itu, tapi tak berani menerimanya.
"Di sini mana ada Nona Chuchu itu?"
"Bisa tidak diatur?", sambil mengeluarkan setahil perak lagi. berbicara Liu Wenchao Mata sang mucikari berbinar-binar, akan tetapi ia masih tak berani menerima tahil perak itu.
"Gongzi jangan menyalahkanku, bukannya aku tak mau mengaturnya. Tapi aku tak boleh membawa-bawa nama Chuchu itu! Pagi ini entah dari mana muncul seorang nona, ia menempelkan sebilah golok yang berkilauan di leherku, katanya ia ingin menjadi bintang di sini".
"Masa?", Liu Wenchao mengangkat alisnya.
"Benar. Kulihat wajahnya cantik dan perawakannya semampai, maka aku pun setuju dan membiarkannya memilih nama dan pakaiannya sendiri, katanya ia ingin memakai nama Chuchu".
"Lalu apa yang terjadi?", sambil berbicara Liu Wenchao menaruh tahil perak itu di genggaman sang mucikari. Melihat keuntungan di depan mata, sang mucikari pun membuka mulutnya.
"Setelah itu entah kenapa para petugas datang untuk menangkap seseorang, setelah membuat keributan untuk beberapa lama, mereka menangkap orang itu dan pergi, di tengah kekacauan si Chuchu itu juga entah pergi ke mana".
"Bagaimana rupa si Nona Chuchu itu?"
Liu Wenchao menaruh tahil perak kedua ke dalam tangan sang mucikari. Begitu sang mucikari mendapatkan tahil perak itu, dengan bersemangat ia pun bercerita.
"Nona itu benar-benar seorang wanita cantik, kalau tak timbul masalah ini, tak lama lagi ia akan menjadi terkenal, sayang sekali".
"Tolong gambarkan dia dengan lebih terperinci".
"Nona itu tak tinggi dan tak pendek, tak gemuk dan tak kurus, bibirnya merah dan giginya putih, alis dan matanya cantik, kulitnya seputih lilin......"
Liu Wenchao merasa agak tak sabar.
"Apakah ia mempunyai ciri-ciri khusus?"
Sang mucikari berpikir sejenak.
"Ia memakai bel di kakinya".
"Itu tak ada artinya, bel bisa dipakai dan juga bisa dicopot, apa tak ada ciri khas lain?"
Sang mucikari kembali berpikir.
"Di belakang kupingnya sepertinya ada sebuah tahi lalat merah". "Di belakang telinganya ada tahi lalat merah?"
Rasa ingin tahu Liu Wenchao pun muncul.
"Benar", dengan sangat yakin sang mucikari mengangguk.
"Apakah masih ada ciri-ciri khas lain?"
Sang mucikari berpikir sejenak.
"Tidak ada".
"Coba kau pikir baik-baik lagi".
"Benar-benar tak ada yang terpikir lagi". Mendengar perkataannya itu, Liu Wenchao memicingkan matanya dan memandangnya untuk sesaat, lalu berbalik dan berlalu. Sang mucikari segera berseru di belakangnya.
"Gongzi, jangan pergi, ayo masuk, duduk-duduk dulu. Di sini kami punya banyak gadis, semuanya cantik-cantik....."
Namun Liu Wenchao mana mungkin menjawabnya? Tanpa berpaling ia berjalan makin jauh, sosoknya pun perlahan-lahan menghilang di ujung jalan.
"Bos, orang itu sombong sekali", Ma Zhong mengajak Jin Yuanbao ke ruang pemeriksaan.
"Sepertinya dia sangat tabah". Jin Yuanbao mengangguk-angguk, akan tetapi ketika tiba di depan ruang pemeriksaan, ia tak masuk, dan hanya berdiri di mulut pintu sambil melihat ke dalam melalui jendela kecil di atas pintu itu. Tangan pembunuh itu ditelikung ke belakang dan diikat dengan tali yang juga menggelilingi lehernya, wajahnya nampak angkuh dan bandel. Begitu Jin Yuanbao melihat tato kalajengking di lengan pembunuh itu, keningnya kontan berkerut. Wang Qiang berdiri di depan sang pembunuh dan menatapnya dengan tajam sambil bertanya.
"Aku kembali bertanya padamu, kau marga apa? Siapa namamu?"
Sang pembunuh tak memandang Wang Qiang, ia hanya mendengus dengan dingin.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bicaralah, kenapa kau pergi ke Qianjiao Ge untuk membunuh orang? Siapa yang menyuruhmu?"
Sang pembunuh masih tak menghiraukan perkataannya.
"Kulihat kau ini kalau tak melihat peti mati tak mengucurkan air mata. Kantor polisi tak pernah kekurangan alat-alat penyiksa, sepertinya harus dicobakan padamu". Sang pembunuh tertawa dingin.
"Aku tak takut, aku belum melihat cara apa yang akan tuan cobakan".
"Maka lihatlah, alat penyiksa kami sangat hebat kalau kau masih keras kepala juga. Ambilkan alat penyiksa", Wang Qiang berkata dengan bengis. Saat itu Ma Zhong dan Jin Yuanbao mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, Wang Qiang pun segera berdiri tegak.
"Bos". Dengan santai Jin Yuanbao mengangguk-angguk dan menyapukan pandangannya ke arah sang pembunuh.
"Apa orang ini sudah sedikit mengaku?"
Wang Qiang menggeleng-geleng.
"Dia sangat keras kepala, kami sudah setengah hari menanyainya, tapi ia sama sekali tak berkata apa-apa. Kami berencana untuk menyiksanya dengan hebat, aku tak percaya kita tak bisa membuka mulutnya". Jin Yuanbao tersenyum hambar.
"Menggunakan siksaan terlalu kasar, si butou ini tak suka melakukannya". Setelah berbicara, ia berteriak memanggil.
"Wang Qiang, Ma Zhong". Mereka berdua menjawab.
"Siap".
"Lepaskan ikatannya dan biarkan ia pergi", setelah berbicara dengan santai, dengan tenang Jin. Yuanbao duduk di kursi di samping meja tulis.
"Gongzi, apa katamu?"
Wang Qiang sangat terkejut. Sang pembunuh pun tak berani mempercayai telinganya sendiri, dengan curiga ia memandang Jin Yuanbao. Jin Yuanbao tersenyum.
"Karena kau tak mau menjawab, untuk apa kau tetap berada di sel? Mensia-siakan ransum saja, bawa dia keluar". Wang Qiang dan Ma Zhong pun tak berani mempercayainya, mereka tetap berdiri di tempat tanpa bergeming. Melihat mereka, mau tak mau Jin Yuanbao melangkah maju dan memberi mereka penjelasan.
Tapak Tangan Hantu Karya Batara Lima Sekawan Di Gua Kelelawar Lima Sekawan Di Gua Kelelawar
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama