Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 11

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 11



"Mereka lebih mengerti daripada kita tentang cara mengatur organisasi mereka, oleh karenanya aku justru membebaskannya untuk melihat apakah ia tetap dapat hidup, menurut analisaku, dalam kurang dari setengah shichen, mereka sendiri akan membunuhnya untuk menutup mulutnya". Wang Qiang pun mengerti, ia segera menjawab.

"Baik". Sambil berbicara ia melepaskan ikatan sang pembunuh. Dengan wajah tak percaya, sang pembunuh bangkit, lalu dengan ragu-ragu mengambil beberapa langkah,namun tiba-tiba ia berbalik.

"Bruk!", ia pun berlutut di hadapan Jin Yuanbao.

"Hamba bersedia menjawab pertanyaan daren, hamba pasti akan mengatakan yang sebenarnya. Apakah daren dapat mengampuni jiwa hamba?"

Dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao memandangnya.

"Jawablah pertanyaanku dengan jujur dulu, sedangkan mengenai apakah jiwamu dapat diampuni, sampai saat ini kau belum memenuhi syarat kami. Kalau kau tak bekerjasama dengan kami dan aku melepaskanmu, kau pasti akan mati. Kalau kau berkerjasama dengan kami, mungkin kau masih punya kesempatan untuk hidup. Pikirlah baik-baik, waktu untuk berpikir tak banyak". Sang pembunuh diam sesaat, lalu seakan telah mengambil keputusan, ia pun mengangguk.

"Hamba Longwu bersedia berkerja sama dengan pihak yang berwajib".

"Longwu?", Jin Yuanbao tersenyum.

"Kalau begitu aku hendak bertanya padamu, bagaimana kau hendak membuktikan kemauan baikmu untuk berkerja sama dengan kami?"

Sang pembunuh menggertakkan giginya dan berkata.

"Hamba bersedia memberitahukan tempat dimana gadis-gadis yang diculik itu ditahan, untuk membuktikan kemauan baikku untuk bekerja sama". Begitu mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao merasa girang bercampur terkejut, akan tetapi ia menahan rasa girang dalam hatinya dan terus bertanya dengan hambar.

"Tempat apa?"

"Lorong Jing Er nomor enam belas". Jin Yuanbao saling bertukar pandangan mata dengan Wang Qiang dan Ma Zhong.

"Tahan dia dahulu dan awasi baik-baik. Segera bawa orang pergi ke Lorong Jing Er nomor enam belas".

"Siap!"

Biasanya diperlukan waktu paling tidak setengah shichen untuk mencapai Lorong Jing Er dari Liushan Men, namun hari ini, Jin Yuanbao dan beberapa orang lainnya melarikan kuda mereka dengan kencang sehingga dalam seperempat jam mereka telah tiba! Sambil membawa tujuh atau delapan orang, Jin Yuanbao mengepung rumah nomor enam belas di Lorong Jing Er itu, setelah itu ia mengawasi daerah di sekelilingnya, lalu memberi perintah pada Wang Qiang dan Ma Zhong dengan suara lirih.

"Tinggalkan beberapa orang diluar sebagai bala bantuan, sisanya masuk, kita harus bertindak dengan cepat".

"Siap!"

Mereka berdua mengangguk.

"Dobrak pintu!"

Begitu mendengar perintah Jin Yuanbao, Wang Qiang langsung menerjang ke depan dan menendang pintu hingga terbuka.

Wang Qiang dan Ma Zhong memimpin anak buah mereka masuk ke dalam rumah itu.

Begitu pintu halaman ditendang hingga terbuka, sebelum dua orang penjaga yang bertubuh kekar di dalam sempat bereaksi, mereka telah diringkus oleh Wang Qiang dan Ma Zhong, lalu diserahkan kepada anak buah mereka untuk diikat.

Tanpa ragu sedikitpun Ma Zhong membacok gembok yang terdapat di palang pintu hingga putus, palang pintu kayu itu pun terjatuh.

Begitu pintu terbuka, sinar mentari masuk ke dalam ruangan yang tadinya gelap gulita itu.

Nampak serombongan wanita muda yang diikat, wajah mereka menunjukkan berbagai ekspresi ketakutan.

Dengan santai Jin Yuanbao melangkah masuk, lalu berkata untuk menenangkan orang-orang di dalam ruangan itu.

"Kami adalah petugas pemerintah yang datang untuk menyelamatkan kalian, jangan takut, sejak saat ini kalian aman". Begitu mendengar bahwa petugas pemerintah telah datang menyelamatkan mereka, rombongan wanita muda itu bereaksi, mula-mula mereka menangis dengan pilu, lalu berlutut untuk berterima kasih.

"

Terima kasih yang mulia tuan petugas, terima kasih kakak-kakak petugas...."

Jin Yuanbao melambai-lambaikan tangannya.

"Kalian tak usah menangis, sekarang kalian ikut kami ke pos polisi dahulu, setelah selesai mencatat keterangan dari kalian, kami akan memberitahu keluarga kalian agar mereka dapat menjemput kalian". Para wanita muda itu girang bercampur terharu, mereka berebut mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih atas budi baik yang mulia tuan petugas menyelamatkan kami, terima kasih karena membebaskan kami dari penganiayaan....."

Melihat satu persatu wanita muda itu dibebaskan dari ikatan, hati Jin Yuanbao penuh rasa lega dan girang.

Akan tetapi Jin Yuanbao yang sedang kegirangan tak tahu bahwa di balik pintu ada sebuah sosok berkelebat.....

* Sambil mengerutkan keningnya, Liu Wenchao berjalan kembali ke Wisma Jin, lalu dengan perlahan berjalan ke kamarnya sendiri, ia merasa semua yang dilihatnya menyebalkan dan membanting sebuah vas yang berada di sampingnya ke lantai keras-keras, akan tetapi ia masih tak merasa puas dan lalu menghancurkan semua benda porselen di dalam ruangan itu! Saat ini A Gui mendadak mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, ia bahkan tak ingat untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, begitu melihat kepingan-kepingan porselen di lantai, ia terkejut dan tak tahu apakah ia seharusnya masuk ke dalam atau tidak.

"Ada apa?"

Setelah melampiaskan kemarahannya, wajah Liu Wenchao kembali dingin dan tenang.

"Masuklah". A Gui mengangguk, sambil dengan hati-hati menghindari pecahan-pecahan porselen itu, ia melangkah masuk.

"Matamata kita di pos polisi melaporkan bahwa Longwu telah mengaku dan bahwa tempat di Lorong Jing Er itu telah digerebek, semua barang disana telah dibawa pergi". Dengan kesal Liu Wenchao melambaikan tangannya agar A Gui menutup mulutnya.

"Aku sudah tahu semuanya, aku baru saja kembali dari Lorong Jing Er". A Gui yang bermata tajam mendadak melihat bahwa tangannya mengalirkan darah, sepertinya terluka karena tak hati-hati saat menghancurkan benda-benda porselen barusan ini, maka ia segera melangkah ke depan dan bertanya.

"Gongzi, apakah tanganmu tak apa-apa?"

"Tak apa-apa....."

Dengan lemas Liu Wenchao melambailambaikan tangannya. Setelah diam beberapa saat, A Gui tak bisa menahan dirinya untuk tak bertanya.

"Kita berturut-turut gagal, setelah ini apa yang harus kita lalukan?"

Dengam kesal Liu Wenchao menatapnya.

"Kenapa kau bingung? Situasi masih dapat dikendalikan, Longwu hanya seorang pembunuh bayaran, ia tak tahu apa-apa tentang hal-hal lainnya. Walaupun Jin Yuanbao pandai, ia tak akan dapat menginterogasinya untuk mendapatkan keterangan baru".

"Akan tetapi", A Gui mengangguk.

"sayang sekali kita harus kehilangan barang-barang baru itu".

"Apa boleh buat, anggap saja kita memberi Jin Yuanbao umpan, sehingga ia mengira kasus ini sudah selesai, supaya ia tak merepotkan kita lagi".

"Jin Yuanbao ini ternyata tajam matanya dan cekatan sehingga dapat menangkap kita saat kita tak waspada".

"Masih banyak waktu untuk menghentikan ambisinya", tegur Liu Wenchao. Malam hari itu, Jin Yuanbao masih membicarakan detil-detil kasus itu dengan Wang Qiang dan Ma Zhong di menara utara.

"Dari pengakuan Si Macan Tutul Terbang Di Langit dan Longwu dapat diketahui bahwa Chuchu adalah pelaku utama dalam kasus penculikan gadis-gadis ini, sedangkan Si Macan Tutul Terbang Di Langit dan Longwu adalah pelaksananya. Sekarang Chuchu telah melarikan diri, tempat persembunyian gadis-gadis itu sudah digerebek dan mereka sudah diselamatkan, akhirnya kita berhasil memutuskan mata rantai penculikan dan perdagangan wanita muda ini", Jin Yuanbao berkata sambil merenung.

"Benar, pelaku utama telah diungkapkan dan melarikan diri, para kaki tangan telah jatuh ke dalam jaring, para korban telah diselamatkan, rantai kejahatan telah diputuskan, boleh dibilang bahwa kita telah memecahkan kasus ini dengan cantik", Wang Qiang berkata sembari tersenyum. Ma Zhong juga ikut memuji-mujinya.

"Berkat taktik gongzi yang cemerlang dengan menyuruh orang menyamar menjadi Chuchu, kasus ini dapat dipecahkan dengan cepat". Jin Yuanbao meliriknya, lalu dengan puas tersenyum.

"Masih ada satu hal lagi, akhirnya aku mendapatkan sebuah petunjuk".

"Apa itu?"

Wang Qiang bertanya. Jin Yuanbao mengeluarkan gambar tato khas yang dibuatnya sendiri itu.

"Di sepanjang jalan ketika aku menemani istriku pulang ke rumah mertua, ada segerombolan orang yang berkalikali berusaha membunuhku, di tubuh mereka semua ada simbol ini. Sekarang aku dapat memastikan bahwa mereka dan para penculik wanita muda ini satu gerombolan".

"Kalau begitu....", Wang Qiang berpikir sejenak.

"Karena kita telah menangkap si Macan Tutul Terbang Di Langit dan menemukan petunjuk tentang kasus ini, supaya kejahatan mereka tak terungkap, mereka lalu cepat-cepat turun tangan terhadap gongzi?"

"Tepat sekali, sekarang semua petunjuk telah tergabung menjadi satu", Jin Yuanbao mengangguk. Ma Zhong tersenyum dan berkata.

"Untung saja langit melindungi orang baik dan gongzi selamat". Jin Yuanbao tersenyum sinis.

"Beberapa bajingan seperti itu mana bisa mencelakai aku Jin Yuanbao?"

"Gongzi adalah orang yang sangat beruntung, hari ini kasus ini juga berhasil dipecahkan dengan sangat cantik. Benar, gongzi, dari mana kau mendapatkan nona yang menyamar menjadi Chuchu itu? Ia sangat cantik dan juga banyak akal dan pemberani, tak bingung dalam menghadapi bahaya, benar-benar seorang gagah diantara kaum wanita". Ketika teringat pada 'Chuchu' itu, Wang Qiang tiba-tiba tak henti-hentinya memujinya.

"Benar", Ma Zhong juga mengangguk seraya menimpalinya.

"Gongzi, cepat katakan, dari mana kau mendapatkan seorang nona yang hebat seperti itu, cantik jelita, kepandaian menarinya luar biasa, dan juga berani serta cerdas?"

"Hal ini.....tak dapat kuberitahukan pada kalian, tak usah menanyakan hal-hal yang tak ada gunanya lagi". Mendengar orang memuji dirinya, Jin Yuanbao merasa agak puas diri, namun ia berlagak tak perduli. Saat ini, dari luar ruangan terdengar suara-suara yang sangat ramai.

"Ada apa? Kenapa di luar begitu ribut?"

Jin Yuanbao bangkit untuk melihatnya. Tanpa disangka-sangka, Liu Wenchao masuk bersama beberapa orang sambil membawa sebuah plakat dan hidangan serta arak. Wajah Liu Wenchao penuh senyum.

"Shaoye, kudengar bahwa hari ini kau telah memecahkan sebuah kasus besar, saat ini kabarnya telah beredar dari mulut ke mulut dimana-mana, Liushan Men berhasil memecahkan kasus ini dengan amat cepat, menangkap penjahat dan berjasa menjaga keamanan rakyat jelata, hal ini adalah berkat kecemerlangan shaoye....."

Jin Yuanbao mendengarkannya dengan kesal.

"Omong kosong dan puja-puji seperti ini bukankah sudah setiap hari diucapkan Liu Guanjia di hadapan ibuku? Kenapa hari ini kau datang ke Liushan Men dan mengatakannya di sini juga?" Wajah Liu Wenchao tak berubah, dengan masih tersenyum, ia menyuruh bawahannya untuk menaruh barang-barang itu.

"Shaoye sudah bekerja keras memecahkan kasus ini, para bukuai juga telah bekerja keras, maka aku mengajak para tetangga untuk datang mengantar plakat serta hidangan dan arak untuk mengucapkan selamat dan menjamu kalian semua".

"Liu Guanjia memang pandai mengambil hati orang, sehingga sampai datang ke Liushan Men untuk membeli dukungan orang banyak", Jin Yuanbao tertawa sinis. Melihatnya, Wang Qiang dan Ma Zhong cepat-cepat mendamaikan mereka.

"Terima kasih karena Liu Guanjia telah memikirkan para saudara disini dan mengeluarkan banyak uang". Liu Wenchao membalas basa-basi itu.

"Jangan berkata begitu, kalian melindungi rakyat jelata, kami rakyat jelata sudah sepantasnya menyokong kalian....."

"Kalau begitu, Liu Guanjia silahkan tinggal di sini untuk merayakan peristiwa ini dan minum arak bersama kami", kata Wang Qiang sambil tersenyum. Ma Zhong juga tersenyum dan berkata.

"Gongzi silahkan duduk, Liu Guanjia silahkan duduk". Jin Yuanbao menggeleng-geleng.

"Kalian rayakan perisitiwa ini, aku ada urusan di Wisma Jin dan tak bisa ikut berpesta. Kalian makan dan minumlah sampai puas, jangan menyia-nyiakan kemurahan hati Liu Guanjia". Setelah selesai berbicara, Jin Yuanbao melangkah keluar. Melihat punggungnya yang menjauh, rasa iri dan geram dalam hati Liu Wenchao sukar ditahan, namun ia masih bergurau sambil tersenyum.

"Tuan muda kami masih pengantin baru, mohon kalian tak menyalahkannya, kalian semua lekas duduk dan minum-minum, aku akan segera kembali ke rumah untuk menemani tuan muda dan nyonya, mohon maaf".

"Liu Guanjia jangan sungkan-sungkan, kau sudah datang untuk menjamu saudara-saudara kami, kami sangat berterima kasih, kami mana mungkin menyalahkanmu! Kalau kau ada urusan, silahkan pergi!"

Wang Qiang cepat-cepat bangkit dan berkata. Ma Zhong pun menimpali sembari tertawa.

"Benar, Liu Guanjia, kau cepatlah pergi mengurus pekerjaanmu, tak usah mengurus kami di sini". Mendengarnya, Liu Wenchao pun tersenyum ramah.

"Kalau begitu.....caixia minta diri dahulu!"

Gu Zhangfeng berpura-pura sakit selama beberapa hari, namun pada akhirnya ia tak bisa terus berpura-pura sakit lagi.....

Ia bersembunyi di balik pintu dan dengan sembunyi-sembunyi melihat keluar, begitu melihat Jiang Xiaoxuan melangkah mendekat, ia segera berlari ke atas ranjang, lalu menutupi dirinya dengan selimut.

Begitu melihat Jiang Xiaoxuan masuk ke dalam kamar, ia begitu girang hingga ia hampir bangkit, tapi ia langsung teringat bahwa dirinya sedang berpura-pura sakit, maka ia cepat-cepat memasang tampang lemas dan lelah.

Melihatnya, Jiang Xiaoxuan tak kuasa menahan senyumnya, akan tetapi tanpa berkata apa-apa, ia berjalan menghampirinya, lalu berkata.

"Ayo minum obat". Dengan tak punya malu Gu Zhangfeng memasang tampang memelas.

"Aku tak bisa bangun". Jiang Xiaoxuan berhenti sejenak, lalu duduk sambil menggeleng-geleng, ia memapahnya dan meminumkan obat padanya. Dengan tenang Gu Zhangfeng meminum obat itu. Setelah selesai meminumkan obat, Jiang Xiaoxuan bertepuk tangan dan bangkit.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau hendak berpura-pura sampai kapan?"

"Apa?"

Karena hal itu terjadi secara mendadak, Gu Zhangfeng terkejut dan tak sempat berjaga-jaga, tapi masih dengan keras kepala berkata.

"Pura-pura? Pura-pura apa?"

"Kalau aku tak berkata akan tinggal di sini, kau akan terus berbaring di ranjang dan tak mau bangun, benar tidak?"

Hati Gu Zhangfeng terkesiap, namun ia berpura-pura heran.

"Hah?" "Obat ini telah ditukar, apa kau tak tahu?"

Gu Zhangfeng menggeleng.

"Tak tahu".

"Aku tak tahu harus bicara apa lagi padamu, kau sendiri seorang tabib, tapi diberi minum obat apa kau sama sekali tak tahu, kalau ini obat beracun akan kau minum juga?"

Jiang Xiaoxuan menyentuh dahinya. Mendengar perkataannya itu, Gu Zhangfeng menunduk dan berkata dengan lirih.

"Asalkan kau tak pergi, obat beracun pun akan kuminum".

"Benarkah?"

Jiang Xiaoxuan merasa agak tersentuh. Dengan sangat tegas Gu Zhangfeng menjawab.

"Ya!"

Namun Jiang Xiaoxuan justru tertawa dingin dan berkata.

"Kalau begitu kau kuberitahu, obat yang baru kuberikan padamu itu adalah obat racun, hari-harimu tak akan panjang lagi".

"Apa? Masa!", Gu Zhangfeng terkejut, akan tetapi setelah itu ia melihat bahwa wajah Jiang Xiaoxuan bersungguh-sungguh, hatinya terasa pedih sulit ditahan, bahkan matanya pun memerah.

"Dari kecil aku mempelajari ilmu pengobatan karena ingin menjadi seorang tabib dan menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan nyawa orang, akan tetapi sayang sekali, setelah belajar lebih dari dua puluh tahun, aku masih belum menemukan seorang pasien yang berani minum obatku, sampai aku bertemu denganmu, aku merasa aku dapat menyembuhkan penyakitmu dan menyelamatkan nyawamu, tapi akhirnya kau......ai, malahan mengambil nyawaku, aku benar-benar seorang pecundang". Tak nyana si tolol ini gampang tertipu, Jiang Xiaoxuan tertegun sesaat, lalu menghela napas dan berkata.

"Cepat bangun! Aku menipumu!"

"Hah?"

Jiang Xiaoxuan tak bisa menahan diri untuk tak menegurnya.

"Dasar tolol!"

Melihat wajahnya yang tersipu-sipu, Gu Zhangfeng menggarukgaruk kepalanya, dengan amat hati-hati ia bertanya.

"Kalau begitu, Nona Xue er, apakah kau masih akan pergi?"

Jiang Xiaoxuan diam seribu bahasa, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihatnya menggeleng, Gu Zhangfeng langsung melompat kegirangan.

"Oh ---- Nona Xue er tak akan pergi!"

Sambil berbicara ia melompat, lalu memburu keluar. Saat ini, Gu Daniang baru saja masuk dari luar dan hampir saja bertubrukan dengan Gu Zhangfeng.

"Kenapa kau begitu ceroboh, sudah begitu besar tapi masih tak bertingkah tak keruan!"

Dengan kegirangan Gu Zhangfeng berlari ke arahnya sambil melompat-lompat.

"Ibu, Nona Xue er berjanji tak akan pergi! Ia berjanji akan tinggal di sini membantuku!"

Setelah berbicara, sambil melambai-lambaikan tangannya ia berlari keluar.

"Anak ini......"

Gu Daniang memandangi punggungnya, lalu menggeleng-geleng, ia kembali ke kamarnya untuk mengambil beberapa benda, lalu berjalan ke Taman Furong milik Nyonya Jin.

Gu Daniang menemani Nyonya Jin mengagumi keindahan bunga-bunga di taman itu, sambil berjalan ia menghela napas.

Akhirnya Nyonya Jin tak tahan lagi mendengarnya, sambil melihat ke arahnya, ia bertanya.

"Xiao Cui, kenapa hari ini kelihatannya kau sangat cemas?"

Gu Daniang memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Sebenarnya bukan masalah besar, baru-baru ini Zhangfeng menolong dan menyembuhkan seorang nona, dan nona itu sekarang masih tinggal di tempat prakteknya".

"Kedengarannya tidak melanggar kepantasan", Nyonya Jin berkata.

"Sejak kecil Zhangfeng bercita-cita menjadi seorang tabib untuk menyembuhkan dan menyelamatkan orang. Ia sudah tidak hanya sekali atau dua kali menerima pasien tinggal di tempatnya".

"Benar, tapi kali ini keadaannya tidak sama. Nona itu parasnya sangat cantik dan nampaknya juga sangat penuh perhatian pada Zhangfeng". Kata-kata Gu Daniang mengandung arti yang tersirat. Nyonya Jin sangat cerdas, ia langsung mengerti makna yang tersirat dalam perkataan itu, mau tak mau ia tertawa.

"Ini hal yang bagus, Zhangfeng sudah dewasa, bukankah ia sudah sepantasnya menyukai seorang nona?"

"Tapi.....", Gu Daniang berkata dengan khawatir.

"Aku sudah bercakap-cakap dengan nona itu dan menanyakan latar belakang keluarganya serta ayah ibunya, tapi dia sama sekali tak mau memberitahuku, kalau kudesak ia selalu berkata bahwa hal itu sulit atau tak enak untuk diceritakan". Mendengarnya berkata demikian, Nyonya Jin pun sedikit lebih paham, ia menepuk-nepuk lengan Gu Daniang yang menyokong lengannya sendiri sambil menghiburnya.

"Mengenai hal ini, kau tak usah berburuk sangka dahulu, mungkin benar-benar ada urusan rumah tangga yang sulit atau tak enak untuk dibicarakan, tapi belum tentu suatu hal yang buruk".

"Kuharap perkataan furen benar". Melihat bahwa wajahnya masih nampak khawatir, Nyonya Jin kembali bertanya.

"Ada apa? Kenapa kalau Zhangfeng menyukai nona itu kau sebagai ibunya begitu khawatir?"

Gu Daniang mengangguk-angguk.

"Sepertinya putraku yang tolol itu benar-benar tergila-gila pada nona itu, katanya demi menyelamatkan nona itu ia sampai terjatuh ke dalam air. Kudengar sendiri bahwa ketika Zhangfeng jatuh sakit dan sedang tak sadar, ia masih memangil nama nona itu". Mendengar perkataannya itu, rasa ingin tahu Nyonya Jin pun timbul.

"Seorang lelaki dewasa harus menikah, nampaknya Zhangfeng benar-benar suka pada nona itu. Sebentar lagi suruh Zhangfeng mengajak nona itu kemari agar semua orang dapat menemuinya, aku juga akan membantu menasehatinya".

"Furen bersedia menemuinya?"

Gu Daniang kegirangan.

"Kalau begitu bagus sekali, pandangan furen tak mungkin salah". Saat ini, Jin Yuanbao bergegas pulang dari Liushan Men, setibanya di kamar pengantin ia berpapasan dengan Yu Qilin yang sedang keluar setelah baru saja mandi. Jin Yuanbao memandangnya, setelah mandi sekujur tubuhnya berbau wangi, wajahnya cantik jelita, untuk sesaat ia tertegun, dalam benaknya mau tak mau muncul wajah mempesona Yu Qilin yang sedang berdandan sebagai seorang penari dan pusarnya yang dilukisi bunga peoni, semuanya itu terus terbayang di matanya. Melihat Jin Yuanbao menatapnya tanpa berkedip, Yu Qilin langsung dengan kesal menyindirnya.

"Kalau kau memelototiku seperti ini, bola matamu akan copot". Jin Yuanbao cepat-cepat menenangkan dirinya, untuk menutupi kejengahannya ia terpaksa memasang tampang acuh tak acuh.

"Memandangmu? Tak ada apa-apanya, memangnya ada yang bagus untuk dilihat?"

Yu Qilin tersinggung, ia berpura-pura dengan tak sengaja membusungkan dadanya.

"Katamu tak ada apa-apanya?" Jin Yuanbao yang dikelilingi olehnya mulai menghitung dengan jari jemarinya.

"Tak punya wajah cantik, tak punya perawakan yang semampai, pada dasarnya hanya punya nyali tapi tak punya otak. Katanya kau adalah putri keluarga terpandang, bagaimana bisa begitu berbeda dengan yang digambarkan dalam buku-buku? Kau tak seperti seorang wanita anggun dan berbudi luhur yang pantas menjadi istri seorang lelaki terhormat. Kalau menurutku, lelaki terhormat itu malah akan menggelenggelengkan kepalanya melihatmu!"

"Kau!"

Yu Qilin merasa gusar dan berbalik hendak pergi. Jin Yuanbao khawatir ia akan benar-benar berlalu, dengan putus asa ia menarik tangan Yu Qilin.

"Kau jangan pergi dulu, hari ini kau mengorbankan dirimu dengan menjadi umpan, masa kau hendak pensiun dini setelah berjasa? Apa kau tak ingin mendengar tentang kemajuan dalam kasus ini?"

Mendengar perkataannya ini, rasa ingin tahu Yu Qilin pun timbul, walaupun mulut Jin Yuanbao tak kenal ampun, namun nada suaranya sangat lembut.

"Masa aku ingin pensiun dini setelah berjasa? Bukankah katamu selain membuatmu repot aku tak bisa apa-apa?"

Suasana hati Jin Yuanbao sedang baik, ia tak memasukkan perkataannya itu ke dalam hati, ia pun langsung berkata.

"Hari ini kita berhasil menangkap pembunuh itu, dan berhasil membongkar kasus penculikan dan perdagangan wanita muda. Kami berhasil mengerebek sarang mereka dan menyelamatkan dua puluh wanita muda". "Benarkah?", dengan bersemangat Yu Qilin mencengkeram tangan Jin Yuanbao.

"Katamu ada dua puluh gadis yang dapat berkumpul kembali dengan keluarga mereka?"

Setelah itu ia baru sadar bahwa ia telah mencengkeram tangan orang, wajahnya kontan memerah dan ia pun cepat-cepat melepaskan tangannya. Namun Jin Yuanbao tak menghiraukannya.

"Tak hanya begitu, kita juga berhasil memutus mata rantai penculikan dan perdagangan wanita muda itu, setelah ini seharusnya tak ada wanita muda yang dapat mereka celakai lagi".

"Bagus sekali", pandangan mata Yu Qilin saat memandangnya penuh rasa kagum.

"Ternyata sedikit bahaya yang kutempuh itu benar-benar besar artinya".

"Kau masih berani berkata bahwa kau hanya menempuh sedikit bahaya? Lain kali kalau benar-benar ada bahaya sedikit saja, kau harus meninggalkanku jauh-jauh". Walaupun perkataan itu adalah sebuah teguran, namun nada suara Jin Yuanbao sangat lembut. Begitu mendengar betapa besar perhatiannya pada dirinya, Yu Qilin menunduk dan tak membantahnya. Wajahnya yang menunduk dan merona merah membuat jantung Jin Yuanbao berdebar-debar, ditambah lagi dengan bau wangi yang samar-samar melayang mendatanginya, ia pun menjadi linglung, tanpa sadar, ia melangkah mendekati Yu Qilin. "Shaoye!"

Sekonyong-konyong A Fu menerjang masuk. Jin Yuanbao terperanjat, tiba-tiba ia tersadar bahwa mereka berdua barusan ini hampir berciuman, wajahnya pun menjadi agak jengah, akan tetapi karena saat-saat menyenangkannya terganggu, ia merasa agak kesal.

"Asal masuk saja tanpa mengetuk pintu, apa kau tak tahu aturan sedikitpun?"

"Shaoye, aku sudah mengetuk pintu, tapi karena kalian berdua terlalu asyik, kalian tak mendengarnya". A Fu merasa dipersalahkan dengan tak adil. Ia telah mengetuk pintu? Kenapa aku tak mendengarnya.....akan tetapi.....hal itu tak penting.....Jin Yuanbao cepat-cepat memasang wajah serius dan menanyainya.

"Ada apa?"

"Tabib Gu membawa seorang nona pulang, sebentar lagi ia akan mengajaknya menemui nyonya, nyonya minta shaoye dan shao furen datang untuk melihatnya".

"Baiklah, sebentar lagi kami akan datang". A Fu pergi. Setelah itu, Jin Yuanbao dan Yu Qilin kembali saling berpandangan, mereka berdua merasa agak canggung. Setelah merapikan diri, dengan mengajak Xi er, mereka berjalan ke Taman Furong di kediaman Nyonya Jin. Dengan tak cepat dan tak lambat, Xi er berjalan di belakang mereka berdua, melihat keakraban diantara mereka berdua, Xi er berbisik pada dirinya sendiri dengan tak senang.

"Katanya dia tak ingin jadi nyonya muda wisma ini dan begitu urusannya selesai akan segera pergi, tapi kulihat mereka berdua ini makin lama makin akrab, mana ada maksud untuk pergi? Nonaku yang malang, dimana kau berada?"

Telinga Jin Yuanbao tajam, sayup-sayup ia mendengar kata 'malang' itu, maka ia pun menenggok ke arah Xi er, lalu bertanya.

"Xi er, katamu siapa yang malang?"

Xi er terkejut dan cepat-cepat berkata.

"Tak apa-apa, aku......aku hanya berkata bahwa ayam jago yang dipotong oleh dapur siang ini bernasib malang". Ketika mendengar perkataannya, dengan sikap merendahkan Yu Qilin menyindirnya.

"Itu cuma seekor ayam jantan saja, lagipula ayam itu dibeli untuk langsung dipotong, apanya yang malang?"

"Ya......"

Xi er menundukkan kepalanya dengan patuh, namun ia tak bisa menahan diri untuk tak memaki-maki Yu Qilin dalam hatinya.

Dengan heran Yu Qilin meliriknya, namun tak memasukannya ke dalam hati, setelah berjalan beberapa langkah, ia bertanya pada Jin Yuanbao.

"Siapa Tabib Gu ini? Kenapa seorang nona yang dibawanya pulang harus dilihat begitu banyak orang?" Jin Yuanbao tersenyum aneh.

"Kau tak tahu, Gu Zhangfeng ini dari kecil sampai besar telah menulis resep yang tak terhitung banyaknya, akan tetapi orang yang benar-benar berani minum obatnya sangat sedikit, sekarang akhirnya tiba-tiba muncul seorang wanita yang bersedia membahayakan dirinya sendiri dan berani minum obatnya, dia benar-benar seorang wanita yang luar biasa, maka kita harus pergi untuk melihatnya". Mendengar perkataannya ini, Yu Qilin makin penuh rasa ingin tahu.

"Mendengar katamu ini, aku juga jadi ingin melihat wanita itu. Cepatlah sedikit!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil menunggu Jin Yuanbao dan Yu Qilin tiba, Liu Wenchao, Liu Qianqian, Gu Daniang dan yang lainnya telah berada di aula utama. Jin Yuanbao menarik Yu Qilin ke hadapan Nyonya Jin, lalu menjura seraya berkata.

"Anak menghadap ibu". Yu Qilin juga membungkuk menghormat.

"Anak menghadap ibu". Nyonya Jin duduk di atas kursi dengan tegak, ia tersenyum dan berkata.

"Yuanbao, kalian sudah datang? Hari ini Zhangfeng mengajak seorang teman datang ke rumah kita, dan karena saat ini semua sudah hadir, Zhangfeng akan memperkenalkannya kepada kita semua". Dengan agak malu-malu, Gu Zhangfeng menarik Jiang Xiaoxuan ke depan.

"Ini Nona Xue er, ketika aku sedang memetik tanaman obat di pinggir kota......"

Jiang Xiaoxuan melangkah maju dengan perlahan, ia berjalan dengan tenang, gayanya seperti seorang gadis dari keluarga terpandang.

Jiang Xiaoxuan mengangkat kepalanya, pada saat yang sama, Yu Qilin bertatapan mata dengannya, seketika itu juga mereka berdua tertegun, saling mengenali masing-masing.

"Kau?"

Jiang Xiaoxuan juga kebingungan.

"Kau?"

Tepat pada saat ini, Xi er yang kebingungan secara tak sengaja berseru ke arah Jiang Xuaoxuan.

"Nona, kenapa kau ada di sini?"

Seketika itu juga, seluruh aula itu menjadi sunyi senyap.

Nyonya Jin amat heran, pada saat yang sama, Liu Wenchao yang kebetulan baru kembali mendengar perkataan itu, untuk sesaat ia tertegun, lalu memicingkan matanya dan dengan tenang masuk ke dalam aula, mencari tempat yang baik, kemudian memperhatikan Jiang Xiaoxuan.

Seketika itu juga suasana menjadi tegang, pandangan mata semua orang terpusat pada Xi er, lalu dengan curiga memandang Jiang Xiaoxuan.

Jin Yuanbao merasa ada sesuatu yang tak beres, maka ia bertanya.

"Xi er, kalian berdua saling mengenal?"

Mengangguk salah, menggeleng pun salah, Xi er kebingungan, tak tahu harus berbuat apa. Jiang Xiaoxuan memandang Xi er, lalu memandang Yu Qilin, pikirannya galau.

"Ini Wisma Jin? Ternyata aku pergi ke Wisma Jin?"

Gu Zhangfeng mengangguk.

"Benar, ini wisma Jenderal Besar Jin".

"Bagaimana bisa....."

Jiang Xiaoxuan nyaris pingsan. Yu Qilin berdiri di sampingnya, berbagai pikiran muncul dalam benaknya, ia cepat-cepat melangkah ke depan dan memayangnya, lalu dengan berlagak girang bercampur terkejut menarik tangannya.

"Jiejie, kenapa kau bisa berada di sini?"

"Kau juga kenal dia?"

Jin Yuanbao memandang ke arah Yu Qilin.

"Tentu saja kenal!"

Saat ini Yu Qilin telah mendapatkan sebuah alasan yang bagus, ia berpaling ke arah Nyonya Jin dan memperkenalkan Jiang Xiaoxuan.

"Ibu, ini suatu kebetulan yang luar biasa, jiejie ini adalah tetangga semasa kecilku, waktu kecil kami berdua selalu bermain bersama, ia juga sangat akrab dengan Xi er. Ibu, kau jangan melihat penampilannya sekarang yang seperti seorang gadis dari keluarga terpandang, waktu kecil dia nakal sekali, sering berteriak mengajakku bermain dan bersama-sama melakukan kenakalan, akan tetapi, setelah berbuat nakal, dia selalu yang pertama kabur dan meninggalkanku berdiri dengan tolol sehingga tertangkap basah oleh orang dewasa". Bualan spontan Yu Qilin itu langsung membuat Nyonya Jin dan semua orang lainnya merasa geli. Dengan penuh perasaan sayang Nyonya Jin tertawa.

"Rupanya kau sering dipermainkan olehnya, ya? Hehehe....."

"Benar!", Yu Qilin mengangguk keras-keras.

"Tapi waktu kecil kami sangat akrab, kami sering makan nasi dari satu mangkuk, dan mandi di satu bak mandi, Xue er Jiejie, kau ingat tidak?"

Yu Qilin sengaja menekankan perkataan 'mandi di satu bak mandi' sambil menatap Jiang Xiaoxuan dengan penuh arti.

Tentu saja Jiang Xiaoxuan paham apa yang sedang dikatakan Yu Qilin kepadanya, nasib mereka saling bertautan, dirinya tak boleh sampai mengungkapkan jati dirinya, maka ia pun ikut tertawa dan berkata.

"Benar, aku ingat, masa aku bisa melupakannya?"

Melihat pandangan matanya yang penuh arti, Yu Qilin paham bahwa ia tak akan mengungkapkan rahasia mereka, maka dirinya pun merasa lega.

"Bagus kalau kau masih ingat, aku jadi merasa lega. Aku akan memperkenalkanmu dahulu, yang baru saja berbicara itu adalah Nyonya Jin yang terhormat dan berbudi luhur, dan juga ibu mertuaku yang tercinta, kau sudah bertemu dengan beliau....."

Ia menarik Jiang Xiaoxuan dan memperkenalkannya kepada Jin Yuanbao.

"Ini adalah tuan muda keluarga Jin, Jin Yuanbao yang cakap dan berbudi luhur serta dicintai semua orang....."

Sambil berbicara ia memasang tampang malu-malu kucing.

"Dan juga suamiku yang kunikahi setelah menempuh perjalanan selaksa li dari Nanjing, tempatku bersandar seumur hidup....."

Jiang Xiaoxuan memandang Jin Yuanbao untuk beberapa saat, tersenyum, lalu menjura menghormat seraya berkata.

"Xue er menghadap shaoye!"

Jin Yuanbao melambai-lambaikan tangannya.

"Baiklah, tak usah banyak peradatan! Tapi, kata Xiaoxuan waktu kecil kau nakal...."

Begitu nama 'xiaoxuan' itu terdengar, Jiang Xiaoxuan malahan menjawab terlebih dahulu daripada Yu Qilin.

"Ya?"

"Katanya kau nakal, tapi mana bisa lebih nakal dari istriku? Serombongan kerabat dan temannya semua aku tak kenal, sebentar ada seorang ibu susu, lalu seorang tetangga, ia benarbenar dapat memberiku kejutan yang mengembirakan setiap hari". Setelah berbicara, Jin Yuanbao memandang Yu Qilin dengan mesra. Dengan jengah Yu Qilin berkata.

"Hal ini......"

Jiang Xiaoxuan cepat-cepat melangkah ke depan dan berbicara dengan diplomatis.

"Shaoye jangan menyalahkan nyonya muda, akulah yang bebal, sudah tinggal di wisma tuan muda selama berhari-hari, tapi tak tahu bahwa ini adalah Wisma Jin....."

Sambil berbicara ia melirik Gu Zhangfeng dengan sikap menyalahkan. Gu Zhangfeng cepat-cepat memberi penjelasan.

"Kau juga tak bertanya padaku......"

Yu Qilin melihat ke sekitarnya, ia khawatir kalau banyak bicara rahasia mereka akan terungkap, maka ia cepat-cepat memperkenalkan Jiang Xiaoxuan kepada orang lain.

"Hal ini sudah ditakdirkan! Mari, Xue er, kau kuperkenalkan pada seorang tuan muda teladan dari wisma ini, Liu Gongzi".

"Apa kabar Liu Gongzi!", Jiang Xiaoxuan menghormat padanya. Liu Wenchao membalas menghormat.

"Apa kabar Nona Xue er!"

Barusan ini ia memperhatikan Jiang Xiaoxuan dengan seksama, sekarang ia tiba-tiba berbicara untuk menyelidikinya.

"Nona Xue er, maafkan perkataanku yang apa adanya ini, barusan ini nona nampak bingung dan tak berani percaya bahwa nona sedang berada di Wisma Jin, maka aku hendak bertanya pada Nona Xue er, di Wisma Jin ini apakah ada sesuatu yang aneh, kenapa nona tak menyangka bahwa nona berada di Wisma Jin?"

"Aku.....", Jiang Xiaoxuan kebingungan mendengar pertanyaan itu. Pandangan mata Yu Qilin beralih, ia pun segera membantu Jiang Xiaoxuan.

"Nona Xue er hendak berkata bahwa seandainya ia tahu bahwa tempat ini adalah Wisma Jin, dan ia tahu bahwa aku berada di sini, ia pasti akan terlebih dahulu mencariku, benar tidak?"

Jiang Xiaoxuan segera menimpalinya.

"Benar! Kalau aku sudah tahu sebelumnya bahwa Xiaoxuan telah menjadi menantu keluarga Jin, aku tentu ingin mengunjunginya, tapi ternyata aku sudah berada di sini". Setelah itu Yu Qilin melihat ke arah Liu Wenchao, tersenyum dan berkata.

"Biaoge! Kau tak boleh menyalahkan Xue er Jiejie ku karena Tabib Gu selalu merahasiakan hal ini, sehingga kami kakak beradik ini tak bisa bertemu muka....."

"Dia juga tak pernah bertanya padaku....."

Gu Zhangfeng merasa disalahkan secara tak adil.

"Kau masih berani bicara juga! Setelah membohongi kami sebegitu lamanya, kau masih banyak alasan saja! Xue er Jiejie, ayo pergi, kita.....kau tak usah menghiraukannya!"

Yu Qilin menatap Jiang Xiaoxuan dengan tajam. Gu Zhangfeng ketakutan dan cepat-cepat minta ampun.

"Semua ini salahku, Xue er, lain kali aku pasti akan memberitahukan segalanya padamu, tak perduli kau bertanya atau tidak, aku tahu bahwa aku harus memberitahukan segalanya padamu, semua harus kuberitahukan padamu......"

Yu Qilin tertawa dan berkata.

"Bagus kalau begitu...."

Suasana pun segera menjadi santai, semua orang ikut tertawa.

Gu Zhangfeng menghembuskan napas lega, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan pun menghembuskan napas lega.

Walaupun Gu Daniang agak tak suka pada Jiang Xiaoxuan, akan tetapi setelah melihat bahwa Nyonya Jin dan semua orang suka padanya, ia tak dapat berbuat apa-apa dan hanya memandangnya tanpa berkata apa-apa.

Setelah makan malam selesai, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan segera berlari menuju ke sebuah sudut dimana mereka tak akan dilihat orang, disana mereka melepaskan tangan mereka yang saling memegang dengan erat, lalu saling memandang dengan curiga.

Mereka berdua serentak bertanya.

"Kenapa kau bisa berada di Wisma Jin?"

Setelah berbicara, mereka berdua tertegun dan saling memandang, lalu kembali berkata dengan serentak.

"Kau bicaralah dulu". Untuk sesaat, mereka berdua diam seribu bahasa, mereka masing-masing diam-diam berencana untuk tak berbicara terlebih dahulu, mereka pun kembali saling memandang, namun akhirnya Yu Qilinlah yang terlebih dahulu tak bisa menahan diri lagi.

"Aku akan bicara dahulu, kau pasti sangat ingin tahu kenapa aku bisa berubah menjadi dirimu, dan dengan menggunakan identitasmu menikah dengan Jin Yuanbao? Sekarang aku hanya bisa menjelaskannya dengan cara seperti ini padamu, aku ingin masuk ke Wisma Jin karena suatu urusan yang penting, tapi tak bisa mendapatkan kesempatan untuk melakukannya, lalu kebetulan hari itu aku bertemu denganmu yang sedang melarikan diri, maka aku mengantikan dirimu dan menikah. Aku terpaksa mengambil keputusan yang buruk itu karena aku tak punya pilihan lain, aku bersumpah bahwa aku datang ke Wisma Jin bukan dengan maksud jahat". Jiang Xiaoxuan memicingkan matanya dan memandanginya untuk beberapa lama, lalu dengan curiga bertanya.

"Kalau begitu kau datang ke Wisma Jin untuk melakukan urusan penting apa?"

Dengan bimbang Yu Qilin menunduk.

"Untuk sementara waktu aku tak bisa memberitahukannya padamu, aku hanya dapat mengatakan bahwa aku melakukannya untuk mencari seseorang". Tentu saja Jiang Xiaoxuan tak mempercayainya.

"Sekarang ganti aku yang menanyaimu, hari itu, kenapa kau ingin melarikan diri? Kenapa hari ini kau muncul di Wisma Jin?", Yu Qilin balas bertanya. Dengan bimbang Jiang Xiaoxuan berkata.

"Aku juga hanya dapat berkata bahwa hari itu aku melarikan diri untuk mencari seseorang, dan hari ini aku muncul di Wisma Jin karena kebetulan saja". Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Kenapa bisa persis sama? Aku berkata bahwa aku sedang mencari orang, dan kau pun berkata bahwa kau sedang mencari orang juga?" Melihat ekspresinya yang sangsi, Jiang Xiaoxuan merasa kesal, ia mengangkat alisnya, lalu berkata dengan angkuh.

"Percaya atau tidak terserah". Saat ini, ada seorang pelayan Wisma Jin lewat, Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin pun berpura-pura akrab dan saling bergandengan tangan. Yu Qilin mengedipkan matanya, lalu dengan manis berkata.

"Xue er Jiejie, kita begitu lama tak bertemu, aku akan pergi ke tempat tinggalmu untuk mengobrol sampai puas". Jiang Xiaoxuan pun ikut mengangguk.

"Bagus, aku juga punya banyak hal yang hendak kubicarakan denganmu". Begitu orang itu pergi, mereka berdua cepat-cepat memisahkan diri, lalu saling memandang dengan tajam. Yu Qilin mengikuti Jiang Xiaoxuan kembali ke tempat tinggalnya, saat ini Jiang Xiaoxuan masih tinggal di tempat praktek Gu Zhangfeng. Yu Qilin melihat ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tak ada orang, lalu cepat-cepat menutup pintu rapatrapat, kemudian berpaling menghadap Jiang Xiaoxuan dan dengan tulus berterima kasih padanya.

"Barusan ini, terima kasih karena tak membongkar penyamaranku di hadapan Nyonya Jin". Dengan anggun Jiang Xiaoxuan duduk, lalu dengan hambar berkata.

"Kau tak usah berterima kasih padaku, ini adalah suatu kesalahan yang terjadi karena berbagai kebetulan, kita berdua telah sama-sama terlibat, aku membantumu untuk membantu diriku sendiri". Dengan malu Yu Qilin tersenyum.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tak usah khawatir, kedudukan nyonya muda di wisma ini pasti akan kuberikan padamu". Saat ini, Xi er tiba-tiba mendorong pintu dan masuk sehingga membuat Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan terkejut setengah mati. Begitu masuk Xi er langsung mulai berseru.

"Nona, kau sama sekali tak boleh mempercayainya, ia sudah menipuku. Ketika pulang ke rumah mertua, sebenarnya ia bisa pergi tapi ia masih kembali lagi, ia ingin terbang ke pucuk pohon dan menjadi seekor burung hong". Yu Qilin cepat-cepat menjelaskan.

"Xi er, hal ini bukan seperti yang kau pikirkan, waktu itu aku belum pergi karena urusanku belum selesai, setelah urusanku selesai aku akan segera pergi". Xi er melangkah ke hadapannya, lalu memandangnya dengan tajam sambil mencecarnya.

"Urusan penting yang kau katakan itu apa?"

Yu Qilin menghindar.

"Sekarang aku tak dapat mengatakannya". Jiang Xiaoxuan menatapnya, lalu masih dengan hambar ia berkata.

"Kalau kau tak dapat mengatakannya, aku tak akan memaksamu. Semoga memang seperti katamu itu, yaitu bahwa urusan yang hendak kau lakukan bukan sesuatu yang jahat. Sedangkan mengenai hal yang baru kau katakan itu, yaitu bahwa kau hendak menyerahkan kedudukan nyonya muda Wisma Jin kepadaku, kau kuberitahu, hal itu sama sekali tak perlu. Aku memang tak bermaksud menikah dengan tuan muda Keluarga Jin, kalau tidak, hari itu di Penginapan Hengchang aku tak akan melarikan diri". Begitu mendengar perkataan ini, Xi er menjadi cemas.

"Nona, apakah kau belum menyadari keadaaan yang sebenarnya? Sekarang kau sudah tak bisa pulang ke rumah orang tuamu, sedangkan suami pun tak punya, apa kau sudah memikirkan apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Rumah orang tuaku?", Jiang Xiaoxuan menghela napas.

"Ibu kandungku sudah meninggal dunia, sedangkan bagaimana orang yang sekarang disebut ibuku itu memperlakukanku selama bertahun-tahun, kau sudah tahu dengan jelas".

"Nona.....", wajah Xi er menjadi semakin muram.

"Anda masih punya tuan, aku akan mencari tuan....."

"Tuan?", Jiang Xiaoxuan tertawa dingin, lalu berkata dengan sinis.

"Ia hanya memikirkan karirnya saja, kalau ia sedikit saja memikirkan diriku, ia tentu tak akan, walaupun aku telah memohon-mohon padanya dengan mengiba-iba, menyuruh orang membiusku supaya dapat dinaikkan ke joli pengantin......"

"Kalau.....kalau.....kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Apa yang harus kita lakukan?"

Begitu mendengar perkataan itu, Xi er amat cemas.

"Setelah ini kita harus bagaimana, aku belum memikirkannya dengan baik, tapi karena keadaan sudah seperti ini, kita sama sekali tak dapat tetap berada di Wisma Jin ini", Jiang Xiaoxuan mengerutkan dahinya.

Mendengar perkataannya itu, dengan geram Xi er menghentakkan kakinya.

"Nona, kau benar-benar begitu enteng bicara, kalau kau pergi, masalah ini akan segera terungkap, setelah itu aku si gadis pelayan yang selalu melayani dan menemanimu ini apakah bisa hidup?"

Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan mengangsurkan tangannya dan memegang tangan Xi er, lalu menariknya dan membujuknya dengan lembut.

"Kita sudah bertahun-tahun menjadi majikan dan pelayan, kau bisa pergi bersamaku. Kita dapat menyamar dan melarikan diri sampai ke ujung dunia, kalaupun masalah yang sebenarnya terungkap, mereka tak akan dapat menemukan kita".

"Ah, nona, apa kau pikir melarikan diri sampai ke ujung dunia itu mudah? Apakah kau tahu bahwa dunia luar sangat berbahaya? Apakah kau punya cara untuk bertahan hidup?"

"Kalian berdua tak boleh pergi!", Yu Qilin memotong perkataan Xi er.

"Tinggallah dengan tenang di Wisma Jin, setelah urusanku selesai, kita baru pulang ke tempat masing-masing". Xi er mengulirkan matanya, lalu dengan kesal berkata.

"Kalau menunggu urusanmu selesai, semua sudah akan terlambat, sekarang selagi masalah ini belum terungkap, kita harus mengambil kesempatan untuk pulang ke tempat masingmasing". Jiang Xiaoxuan menatap Xi er, lalu berkata dengan sungguhsungguh pada Yu Qilin.

"Sejak saat ini, kita tak boleh berbicara tentang pulang sendiri-sendiri lagi, karena kau sudah berlagak menjadi nyonya muda Wisma Jin, kau harus melakukannya dengan baik, nyawa banyak orang berada dalam tanganmu". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin pun merasa agak bingung.

"Tapi kau.....apa yang akan kau lakukan?"

Xi er pun berkata.

"Nona, kau pikirkanlah baik-baik, pikirkanlah tuan dan nyonya di Nanjing, pikirkanlah masa depanmu, dan juga sedikit pikirkan Xi er....."

Akan tetapi, dengan sangat tegas, Jiang Xiaoxuan berkata kepadanya.

"Aku sudah mengambil keputusan, tak usah bicara lagi". Ketika Xi er melihat bahwa ia tak dapat mengubah pikiran Jiang Xiaoxuan, ia menghentakkan kakinya dengan marah dan berlari keluar. * Sambil mengendong tangannya di balik punggungnya, Liu Wenchao kembali ke kamarnya, pecahan-pecahan keramik yang memenuhi lantai telah disapu hingga bersih, melihat kamar yang kosong melompong itu, mau tak mau Liu Wenchao merasa muram, akan tetapi perasaan itu segera menghilang didesak oleh sebuah pikiran yang muncul dalam benaknya. Menurut pengamatannya, sikap Xi er terhadap wanita yang dipanggil Xue er itu sepertinya agak terlalu akrab. Menilik ekspresi mereka ketika saling memandang, mereka tentunya bukan hanya tetangga belaka! Nampaknya Xi er sangat menghormati Xue er, selain itu ada pula perasaan akrab diantara mereka yang tak dimengertinya. Liu Wenchao perlahan-lahan duduk, kesepuluh jarinya saling bertautan, dengan perlahan-lahan.....ia mengangkat lengannya, lalu menaruh dagunya di atas kesepuluh jari itu, kerutan di dahinya sedikit demi sedikit menghilang, sepertinya, ada sebuah kesempatan......mungkin sebuah kesempatan baginya untuk membereskan semuanya...... Saat ini, dari balik pintu terdengarlah suara A Gui.

"Gongzi".

"Masuk", jawab Liu Wenchao. A Gui bergegas masuk.

"Kenapa begitu lambat?", dengan agak kesal Liu Wenchao berkata.

"Setelah selesai makan nyonya lama berjalan-jalan di taman bunga, sekarang ia baru saja kembali ke kamarnya, oleh karenanya, aku baru mendapat kesempatan untuk datang kesini. Kenapa anda mencariku?", jawab A Gui. "Cepat kirim orang ke Nanjing untuk menyelidiki Nona Xue er ini". A Gui tercengang.

"Orang yang dibawa pulang Gu Zhangfeng itu?"

"Benar. Selidikilah apakah nyonya muda punya tetangga seperti itu". Jari jemari Liu Wenchao yang saling bertautan membuka, lalu berubah bentuk menjadi sebuah piramid.

"Apakah menurut anda ia bermasalah?"

Liu Wenchao memicingkan matanya, di bawah sinar lentera, matanya memancarkan sinar yang cerdas dan berpandangan jauh.

"Menurutku sikap Xue er di hadapan semua orang hari ini terlalu dibuat-buat, selain itu nyonya muda juga selalu menjawab pertanyaan semua orang yang ditujukan padanya, seakan takut Xue er ini akan salah bicara. Menurutku diantara mereka tentunya ada suatu rahasia, sepertinya untuk menutup-nutupi sesuatu......"

Setelah berbicara sampai di sini, Liu Wenchao berhenti, seakan sedang memastikan sesuatu.

"Selain itu masih ada Xi er, pelayan nyonya muda, ketika untuk pertama kalinya melihat Xue er itu, sikapnya sangat gelisah, aku menduga bahwa ia juga tahu sesuatu......benar, aku harus mencari Xi er dan menanyainya".

"Apakah anda ingin aku memanggilnya kemari?", A Gui bertanya. Liu Wenchao berpikir sejenak, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tak usah. Kau cepatlah kirim orang ke Nanjing untuk menyelidikinya dengan seksama, jangan melupakan detildetil apapun".

"Baik". Sambil memandang A Gui yang sedang berlalu, Liu Wenchao kembali berpikir, lalu perlahan-lahan bangkit, ia memandang sang rembulan yang bersinar terang di luar jendela, sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum, lalu ia melangkah keluar dengan santai. Ia berjalan dengan perlahan di taman sambil memandang sekelilingnya, seakan sedang mencari sesuatu. Akhirnya, di sebuah sudut taman, ia menemukan sesuatu yang dicarinya itu...... Xi er sedang berjongkok di tempat itu, suara tangisnya sayupsayup terdengar.

"Apa ada orang di situ?"

Dengan berpura-pura waspada, Liu Wenchao bertanya.

Xi er berpaling, begitu melihat Liu Wenchao, ia cepat-cepat menghapus air matanya, lalu melangkah keluar dari tengah bayang-bayang.

Begitu melihat Xi er, Liu Wenchao berlagak terkejut, lalu juga berpura-pura seakan baru mengetahui bahwa ia sedang menangis, ia mengambil sebuah langkah ke depan, lalu dengan lembut bertanya.

"Xi er, kenapa kau bersembunyi di sini dan menangis sendirian? Ada masalah apa?"

Sambil menarik bibirnya, Xi er berkata.

"Tidak, tak apa-apa".

"Melihat wajahmu yang penuh air mata, pasti ada sesuatu....."

Dengan penuh perhatian Liu Wenchao melangkah ke arahnya.

"Kau mengikuti nona kalian yang jauh-jauh datang ke sini dari Nanjing untuk menikah, berada di tempat yang asing membuatmu susah. Kalau ada kesulitan katakanlah, mungkin aku dapat membantumu". Mendengar bahwa Liu Wenchao berkata dengan tulus, dan juga mengatakan bahwa Xi er telah datang jauh-jauh dari Nanjing bersama nonanya, rongga mata Xi er pun memerah, ia menutupi mulutnya, lalu mengumam dengan pelan.

"Kami yang menjadi pelayan ini bernasib sial, nasib kami selalu berada di tangan majikan, sama sekali tak bisa mengambil keputusan sendiri". Ternyata memang ada sesuatu.....Liu Wenchao tersenyum, lalu menghiburnya dengan kata-kata bersayap.

"Tak semua majikan seperti itu.....lagipula, yang paling berkuasa di Wisma Jin adalah nyonya, seandainya benar-benar ada suatu masalah besar, nyonya akan dapat menyelesaikannya secara adil". Mendengar perkataannya itu, Xi er mengangkat kepalanya dan memandangnya, lalu kembali menunduk dan menghela napas. "Nasibmu harus kau perjuangkan sendiri. Tentu saja kesempatan sangat penting, kalau ada masalah, jangan sampai melewatkan kesempatan untuk memecahkannya". Liu Wenchao terus mengajarinya. Xi er membuka matanya yang berlinangan air mata lebar-lebar dan menatapnya.

"Nasibmu kau perjuangkan sendiri?"

"Benar, kalau ada masalah kau harus membantu dirimu sendiri dahulu, setelah itu orang lain baru tahu bagaimana caranya membantumu, kalau tidak, walaupun orang lain ingin membantumu, mereka tak dapat melakukannya. Kalau perlu, aku bersedia membantumu". Mendengar perkataan itu, Xi er pun mengangguk sambil termenung.

"Baik, terima kasih Liu Guanjia".

"Kalau begitu.....", Liu Wenchao mengambil sebuah langkah ke arahnya.

"Apakah kau ingin mengatakan sesuatu padaku?"

Xi er bimbang sesaat, lalu menggeleng-geleng, kemudian dengan cepat mundur tiga langkah.

"Liu Guanjia, aku pergi dulu". Setelah berbicara ia menghormat pada Liu Wenchao dan berlalu. Sambil memandang punggung Xi er yang sedang berlalu, senyum dingin muncul di wajah Liu Wenchao. Saat ini, terdengarlah suara dua orang, sepertinya mereka adalah Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng. Liu Wenchao tahu bahwa Jin Yuanbao selalu bersikap hati-hati, setelah berpikir sesaat, ia cepat-cepat melangkah dengan cepat ke arah yang berlawanan. Jin Yuanbao yang sedang berjalan ke taman melihat dari kejauhan sebuah sosok menghilang di ujung taman yang lain, ia mengerutkan keningnya, memikirkan sesuatu. Namun Gu Zhangfeng yang berada di sampingnya sama sekali tak tahu apa-apa, ia masih dengan tak henti-hentinya berceloteh.

"Xue er benar-benar sangat baik, karena ada Xue er, akhirnya aku dapat menggunakan ilmu pengobatanku yang hebat....."

Jin Yuanbao kesal mendengar celotehannya, ia berpaling dan meliriknya, lalu berkata dengan sinis.

"Dalam pandangan matamu, si tikus putih kecil dapat berubah menjadi kawan akrabmu dan merebut hatimu".

"Tapi.....", Gu Zhangfeng hendak membantah, akan tetapi ia merasa tak punya alasan yang kuat, maka ia terpaksa hanya tersenyum tersipu-sipu dan berkata.

"Seluruh wisma ini tak percaya pada ilmu pengobatanku, hanya Xue er yang percaya padaku, Xue er adalah hadiah yang dianugerahkan langit padaku". Jin Yuanbao mengangkat alisnya dan sengaja bertanya.

"Kalau begitu, apakah kau tahu dari mana hadiahmu itu datang?"

"Aku menolongnya dan membawanya pulang!", kata Gu Zhangfeng dengan amat bangga.

"Kalau begitu, bagaimana kau bisa bertemu dengannya?" Gu Zhangfeng membuka mulutnya, lalu dengan cemas memandangnya.

"Aku tak bisa berbicara apapun tentang nama baik dan kehormatannya!"

Jin Yuanbao menggeleng-geleng dengan acuh tak acuh.

"Kulihat bahwa ada suatu keanehan dalam diri Nona Xue er ini, kalau kau tak mengatakannya, aku ingin mengundang dia datang ke yamen untuk ditanyai". Mendengarnya, Gu Zhangfeng merasa cemas.

"Jangan, jangan, jangan! Kalau apa yang dialaminya sampai tersebar keluar, habislah dia!"

"Ada urusan apa?"

"

Xue er sangat malang.

Ayah ibunya memaksanya menikahi seseorang yang tak disukainya, maka ia melarikan diri untuk mencari kekasihnya, namun tak nyana di tengah jalan ia bertemu dengan seorang penjahat dan berada dalam bahaya besar, oleh karenanya aku pun maju mengerahkan kepandaianku....."

Sambil berbicara Gu Zhangfeng melambailambaikan tangannya.

"Pertama jurus cakar naga, lalu sebuah jurus tendangan, setelah itu jurus Naga Mengibaskan Ekor, lalu akhirnya ilmu Toya Penakluk Monster yang tak tertandingi untuk menaklukkan bajingan itu dan menyelamatkan Nona Xue Er yang cantik dan malang!"

Melihat wajahnya, Jin Yuanbao merasa amat geli, si tabib tolol ini, semua orang tahu bahwa ia kurus kering, tapi di sini ia berlagak menjadi..... Setelah Gu Zhangfeng selesai menggerak-gerakkan tangannya, tiba-tiba ia menjadi tak senang.

"Yang paling menyebalkan ialah ketika Nona Xue er dengan meninggalkan segalanya datang untuk mencari kekasihnya, tapi ternyata ia seorang pria yang tak setia dan sudah menikah dengan orang lain!"

Jin Yuanbao sedikit merenung.

"Sepertinya Xiaoxuan juga mengetahui apa yang terjadi padanya?"

Gu Zhangfeng mengangguk.

"Mereka sejak kecil tumbuh besar bersama, ia pasti tahu isi hati. Nona Xue er!"

Ternyata begitu.....Jin Yuanbao merasa lega.

"Pantas saja hari ini ketika Xiaoxuan untuk pertama kalinya melihat Xue er, sikapnya sangat aneh, ternyata ia melakukannya untuk melindungi Xue er". Gu Zhangfeng mengangguk-angguk dengan bersemangat.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Peristiwa semacam itu mana bisa sampai terdengar keluar? Untuk membela Xue er, nyonya muda bersikap aneh". Setelah itu ia memohon.

"Yuanbao, kau bisa tidak tak usah menanyai Xue er lagi, ini adalah kisah cintanya yang kandas, kalau sampai tersebar keluar, nama baiknya akan hancur".

"Baik, aku tak akan menanyainya lagi. Apa kau ingat wajah bajingan itu? Nanti aku bisa menyuruh Wang Qiang dan Ma Zhong mencarinya". "Aku tak terlalu ingat.....", dengan jengah Gu Zhangfeng mengubah pokok pembicaraan.

"Bukankah menurutmu peristiwa yang terjadi pada Nona Xue er itu sangat mengenaskan?"

"Benar, nasib Nona Xue er malang, setelah ini perlakukanlah dia dengan baik".

"Xue er memang sangat kasihan, walaupun lukanya telah sembuh, namun luka hatinya belum sembuh, aku telah mempersiapkan sebuah program menyeluruh untuk menyembuhkan mentalnya", dengan penuh harapan Gu Zhangfeng memandang bulan di langit.

"Setelah ia sembuh, kami akan berpraktek bersama, ju an qi mei, hong xiu tian mei ---", selagi berbicara, mau tak mau ia mulai melamun tentang kehidupannya nanti. Melihatnya, Jin Yuanbao tak bisa menahan diri untuk tak mengodanya.

"Yang seorang punya penyakit, sedangkan yang seorang lagi punya obat, benar-benar pasangan yang berjodoh". Setelah berbicara, tanpa berpamitan ia meninggalkan Gu Zhangfeng yang sedang berada di awang-awang. Sambil tersenyum tersipu-sipu, Gu Zhangfeng kembali ke tempat prakteknya, namun setelah masuk, ia menemukan Jiang Xiaoxuan sedang membereskan barang-barang di ruangan itu dengan berat hati. Dengan tak berani mempercayainya, Gu Zhangfeng membuka matanya lebar-lebar.

"Apa aku sedang bermimpi? Kebahagiaan ini terlalu cepat datang, apakah kuharapkan akan segera dimulai?"

Kehidupan baru yang Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan berbalik dan memandangnya dengan tak paham.

"Kau sedang bicara apa?"

Gu Zhangfeng sangat bersemangat.

"Aku berkata bahwa setelah ini kita akan berpraktek bersama untuk berbuat kebaikan".

".......", Jiang Xiaoxuan terdiam, lalu memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Tabib Gu, aku hendak mengucapkan selamat tinggal padamu, aku sudah berhari-hari merepotkanmu di sini, aku harus pergi". Seketika itu juga, Gu Zhangfeng tertegun, senyum di wajahnya pun menghilang.

"Tapi bukankah kau sudah berjanji padaku untuk tak pergi, kenapa kau tiba-tiba ingin pergi?"

"Tak ada apa-apa, di kolong langit ini tak ada pesta yang tak berakhir". Setelah berbicara, Jiang Xiaoxuan berbalik dan kembali membereskan barang-barangnya.

"Akan tetapi barusan ini Nyonya Jin bukannya memintamu untuk tinggal beberapa hari lagi, dan bukankah sahabatmu juga berada di sini?"

"Dengan kedatanganku ke ibu kota kali ini, aku telah menemui orang yang ingin kutemui, dan telah menyelesaikan urusanku, sekarang waktunya aku pergi". Untuk beberapa saat Gu Zhangfeng kebingungan dan tak bisa menemukan alasan untuk membujuk Jiang Xiaoxuan agar tetap tinggal. Setelah beberapa saat, ia baru dengan lugu berkata.

"Tapi aku.....aku tak ingin kau pergi....menurutku tubuhmu belum sembuh.....aku juga telah membuatkan beberapa macam obat untuk membantu memulihkan kesehatan tubuh dan pikiranmu". Jiang Xiaoxuan merasa hatinya seakan remuk dan pedih, ia cepat-cepat menekan perasaan itu, lalu berkata dengan dingin.

"Tak usah, tubuhku sudah baik. Terima kasih karena telah merawatku berhari-hari, terima kasih karena telah menyelamatkan nyawaku, dan terima kasih karena telah melindungiku di depan semua orang". Gu Zhangfeng masih ingin mencari alasan untuk menahannya, namun Jiang Xiaoxuan telah mendahuluinya.

"Malam sudah larut, aku pulang dulu. Kau juga beristirahatlah". Dengan riang gembira, Jin Yuanbao kembali ke kamar pengantin, namun ia menemukan Yu Qilin sedang duduk di samping meja sambil melamun, maka ia segera melangkah ke sisinya dan menggunakan kesempatan itu untuk menyindirnya, dengan bergurau ia bertanya.

"Rahasia nyonya muda keluarga kita benar-benar tak sedikit". Yu Qilin terkejut.

"Mana ada rahasia semacam itu?" "Sebelumnya ada perjalanan selaksa li penuh marabahaya untuk menjenguk ibu susumu, lalu sekarang tiba-tiba muncul seorang jiejie tetangga dekatmu......", seakan sedang merenung Jin Yuanbao berkata.

"Makin lama kau makin membuatku ingin tahu". Ia tak sengaja berkata, namun sang pendengar merasa tersindir, Yu Qilin merasa makin panik, ia cepat-cepat mencari alasan.

"Kenapa aku membuatmu ingin tahu? Apakah aku sangat aneh?"

Jin Yuanbao mengoyang-goyangkan jari jemarinya.

"Tidak aneh, melainkan misterius". Yu Qilin melengos.

"Menurutku kau ini kurang ajar".

"Hei, seorang gadis bukannya bicaranya harus agak halus sedikit?"

Jin Yuanbao sangat kesal. Dengan jengah Yu Qilin menjelaskan.

"Kemunculan Xue er Jiejie membuatku terkejut sekaligus girang, aku dan Xue er Jiejie sudah bertahun-tahun tak bertemu, tak nyana hari ini dapat bertemu kembali di Wisma Jin". Namun mendengar perkataannya ini, Jin Yuanbao malahan tersenyum dingin.

"Jangan berpura-pura lagi, aku sudah tahu tentang semuanya!"

Yu Qilin amat terkejut, dengan tegang ia memandangnya.

"Kau sudah tahu tentang semuanya?" Jin Yuanbao mengangguk.

"Ya. Pantas saja baru-baru ini sikapmu begitu aneh, maka aku menanyai Gu Zhangfeng dan tahu apa yang terjadi".

"Aku bukannya sengaja hendak menipumu....."

Melihatnya begitu tegang, Jin Yuanbao tak bisa menahan diri untuk tak mendengus dan tertawa.

"Menurutku kau ini tak bisa menipu orang! Kau langsung ketahuan oleh aku si butou yang bermata tajam ini!"

Dengan muram Yu Qilin berkata.

"Kalau begitu, apa yang akan kau lakukan....."

Melihat wajah Yu Qilin, hari Jin Yuanbao agak melunak, ia melangkah ke depan dan menepuk-nepuk bahu Yu Qilin seraya menghiburnya.

"Kau tak usah khawatir, Zhangfeng telah memohonku untuk melindungi kehormatan Xue er, aku tak akan bercerita tentang bagaimana Xue er menempuh perjalanan seribu li untuk mencari kekasihnya dan lalu dianiaya seorang bajingan, aku akan menyuruh Wang Qiang dan Ma Zhong untuk menyelidikinya, cepat atau lambat, bajingan yang menganiaya Xue er pasti akan tertangkap!"

"Ia bercerita padamu bahwa Xue er datang untuk mencari kekasihnya dan dianiaya seorang jahat?"

Yu Qilin tertegun. Jin Yuanbao mengangguk.

"Ya. Untung saja ia belum dinodai oleh penjahat itu". Mendengarnya, Yu Qilin terkejut, ia merasa amat bersalah pada Xiaoxuan, maka ia memutuskan untuk segera mencarinya.

"Hei, kau mau pergi ke mana?"

Jin Yuanbao berseru menanyainya. Namun tanpa menjawab Jin Yuanbao, dengan acuh Yu Qilin berlalu.

"Gadis bau, kau pergi begitu saja. Aku ingin melihat apa yang kau lakukan!"

Begitu selesai berbicara, Jin Yuanbao mengikuti Yu Qilin keluar dari pintu.

Malam perlahan-lahan makin larut, sinar rembulan pun sedikit demi sedikit menjadi makin terang.

Sambil mengendong buntalan, Jiang Xiaoxuan berdiri di mulut pintu tempat praktek Gu Zhangfeng dan memandang pintunya yang tertutup rapat, ia merasa agak berat meninggalkan tempat ini dan mengumam kepada pintu itu.

"Zhangfeng, aku hendak mengucapkan berbagai perkataan padamu, tapi saat ini dan di tempat ini aku tak dapat mengucapkannya, setelah semua menjadi tenang, Xiaoxuan akan datang untuk mengucapkan terima kasih padamu dan menjelaskan semuanya". Dengan agak cemas Xi er memandangnya sambil menariknariknya.

"Nona, kalau kita hendak melarikan diri cepatlah sedikit, kalau tidak sebentar lagi hari akan terang". Angin bertiup, ranting dan dedaunan berbunyi gemerisik, sayupsayup, sepertinya ada suara langkah kaki seseorang, Xi er terkejut, tanpa basa-basi, ia langsung menarik tangan Jiang Xiaoxuan dan mengajaknya pergi. Sambil merapat pada kaki tembok, mereka berjalan ke belakang.

"Nona, dunia luar sangat berbahaya, apakah nona sudah memikirkan dengan baik kemana kita akan pergi?"

Sambil mengawasi sekelilingnya dengan waspada, Xi er berjalan. Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng.

"Tak tahu......ai......siapa yang menyangka bahwa karena berbagai kebetulan, Gu Zhangfeng menolongku dan membawaku ke Wisma Jin? Walaupun kita dapat mengelabui Nyonya Jin untuk beberapa saat, namun setelah beberapa hari orang-orang lain yang waspada akan dapat menemukan sesuatu yang aneh, daripada berpangku tangan menunggu maut, lebih baik kita meninggalkan tempat ini, bumi dan langit amat luas, pasti akan ada tempat berlindung untuk kita berdua".

"Baik, kemanapun nona pergi, Xi er akan mengikutimu!"

Mereka berjalan sampai ke pintu belakang, lalu sambil berjingkat-jingkat, mereka diam-diam membuka gembok, kemudian memandang ke segala arah untuk memastikan bahwa tak ada orang, mereka merasa tegang sekaligus gelisah.

Setelah membuka pintu, semuanya nampak seperti biasanya, namun ketika mereka berdua sedang menghembuskan napas lega, Jiang Xiaoxuan tiba-tiba menghentikan langkahnya, wajahnya nampak kaku.

Tak nyana, di balik pintu berdirilah Liu Wenchao! Sambil tersenyum ramah Liu Wenchao berjalan ke arah mereka.

"Apa kabar, Nona Xue er". Xi er dan Jiang Xiaoxuan menarik napas dalam-dalam dengan terkejut. Melihat Xi er yang tertegun ketakutan di sisinya, Jiang Xiaoxuan tak dapat berbuat apa-apa dan melangkah ke depan untuk menghormat.

"Baik-baik saja......Liu Guanjia".

"Nona Xue er malam-malam begini menggendong buntalan hendak pergi ke mana?"

Sambil berbicara Liu Wenchao mengamati buntalan yang digendong oleh Jiang Xiaoxuan. Jiang Xiaoxuan menyembunyikan buntalan itu di balik punggungnya, lalu berbalik untuk menghindari pandangan mata Liu Wenchao.

"Aku......aku hendak keluar untuk melakukan suatu urusan....."

Liu Wenchao mengangkat alisnya.

"Apakah kami di Wisma Jin kurang baik dalam melayani tamu? Nona Xue er telah datang dari jauh untuk menenggok nyonya muda, kenapa ketika baru datang sudah ingin pergi? Kalau hal ini sampai terdengar oleh nyonya, bukankah beliau akan menegur kami karena tak bisa menjadi tuan rumah yang baik?"

"Tidak, tidak. Aku......", Jiang Xiaoxuan cepat-cepat mencari kata-kata yang sesuai.

"Aku hanya sedang harus cepat-cepat mengurus suatu hal yang penting". "Hal yang penting? Teman nyonya muda adalah temanku, kalau nona punya suatu urusan yang harus segera dikerjakan, aku Liu Wenchao akan dengan senang hati membantu". Jiang Xiaoxuan tak dapat menjawab, melihat situasi tak menguntungkan, Xi er diam-diam berbalik dan melarikan diri. Liu Wenchao melihatnya, namun sama sekali tak menghiraukannya.

"Xi er adalah pelayan yang dibawa nyonya muda ketika menikah, apakah dia datang untuk mengantarkanmu pergi? Kenapa nyonya muda belum datang?"

"Aku, aku tak ingin menganggu nyonya muda", makin lama Jiang Xiaoxuan makin panik. Liu Wenchao berpura-pura terkejut.

"

Nyonya muda juga tak tahu? Kalau begitu aku lebih-lebih lagi tak bisa membiarkanmu pergi".

Sekarang Jiang Xiaoxuan sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi.

Sambil terengah-engah, Xi er berlari ke Paviliun Songzhu, di jalan ia secara kebetulan bertemu dengan Yu Qilin yang sedang mencari Jiang Xiaoxuan.

Begitu melihatnya, Xi er segera menarik tangannya dan berlari kembali.

"Qilin, cepat selamatkan nona". Sambil mengikuti Xi er, Yu Qilin bertanya.

"Ada apa?" "Aku dan nona bersiap meninggalkan Wisma Jin, namun dihadang di pintu belakang oleh Pengurus Rumah Tangga Liu".

"Apa?", Yu Wenchao?"

Qilin terkejut.

"Kalian bertemu dengan "Ya. Pengurus Rumah Tangga Liu menarik nona menanyainya, cepat pikirkan cara untuk menolong nona!"

Liu dan Yu Qilin mengerutkan keningnya.

"Cepat, kita lihat apa yang terjadi!"

Ketika mereka berdua sampai di muka pintu belakang, dengan tenang Liu Wenchao sedang menginterograsi Jiang Xiaoxuan, namun Jiang Xiaoxuan hanya bisa menghindar saja dan tak bisa menangkis serangannya.

"......Nona Xue er, kemarin kau berkata bahwa ketika dalam perjalanan ke ibu kota, kau terpisah dengan para pengiring dari rumahmu, kenapa kau tak terlihat mencari mereka? Dan para pengiring itu juga kenapa tak datang ke wisma ini untuk bergabung denganmu?"

"Nyonya muda masih pengantin baru, aku tak mau merepotkannya dengan minta orang mencari mereka di segala penjuru", jawab Jiang Xiaoxuan.

"Oh, ya?"

Liu Wenchao memicingkan matanya dan tersenyum.

"Wenchao mempunyai beberapa orang kenalan di kantor pemerintah, apakah tidak lebih baik kalau aku membantumu mencari mereka?" Jiang Xiaoxuan terkejut.

"Kau?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, Nona Xue er hanya perlu memberitahuku, ketika datang ke ibu kota, berapa orang yang mengiringi nona? Umur mereka berapa? Siapa nama lengkap mereka? Apa ciri-ciri mereka masing-masing? Dalam rombongan kalian ada berapa ekor keledai dan berapa ekor kuda? Kalian membawa berapa banyak koper?"

Untuk sesaat Jiang Xiaoxuan kebingungan.

"Hal ini.....akan kupikirkan dulu".

"Hal ini tak usah dipikirkan bukan? Bukankah mereka berasal dari rumahmu? Nona Xue er tak bisa menjawab semuanya, sebenarnya kau berasal dari mana dan hendak pergi ke mana?"

Ketika Jiang Xiaoxuan tergagap-gagap tak bisa menjawab, Liu Wenchao mendekatinya dan makin mendesaknya..... Melihat keadaan itu, Yu Qilin menangis keras-keras.

"Xue er Jiejie, semua ini salahku!"

Liu Wenchao terkejut, nampak Yu Qilin berlari-lari kecil dengan rambut berantakan dan wajah penuh air mata, melewatinya dan berlari ke arah Jiang Xiaoxuan.

"Kepergian jiejie adalah seluruhnya karena kesalahanku, aku telah salah bicara dan sekarang datang untuk mohon maaf padamu". Liu Wenchao memandang mereka berdua dengan tercengang.

"Shao furen, hal ini....." Air mata Yu Qilin bercucuran.

"Ini karena aku tak bisa menahan mulutku, aku berkata bahwa Nona Xue er perawan tua yang tak bisa menikah, sehingga membuat jiejie marah......"

Setelah berbicara, ia menangkap tangan Jiang Xiaoxuan dan menamparkannya ke pipinya sendiri.

"Jiejie kalau kau marah jangan ditahan, pukullah aku, aku akan menurut saja". Liu Wenchao mengangkat alisnya.

"Oh, karena shao furen dan Nona Xue er bertengkar, Nona Xue er jadi ingin pergi?"

"Benar! Sambil membelalakkan matanya Yu Qilin memandangnya, lalu kembali memandang Jiang Xiaoxuan.

"Jiejie kau pukullah aku beberapa kali untuk melampiaskan kemarahanmu". Dengan dingin Liu Wenchao menyapukan pandangan matanya ke arahnya.

"Tapi bukankah barusan ini Nona Xue er berkata bahwa kau hendak melakukan sebuah urusan penting?"

Setelah melihatnya untuk beberapa lama, Jiang Xiaoxuan, seorang wanita yang sangat cerdas, tentu sudah memahami apa yang yang terjadi, maka ia pun segera memasang tampang yang sesuai.

"Urusan semacam ini bukankah sebuah urusan penting? Ia sebagai nyonya muda Wisma Jin telah mempermalukanku, aku mana punya muka untuk tetap tinggal di sini?"

Dengan mengiba-iba Yu Qilin pun memandangnya sembari berkata.

"Jiejie, kau harus memaafkanku sekali ini". Melihat bahwa mereka kakak-beradik menunjukkan pengertian yang mendalam, diam-diam Liu Wenchao tertawa dingin di dalam hati, akan tetapi ia tak punya bukti untuk menangkap mereka semua, apakah apa yang mereka katakan benar atau tidak, ia pun tak berani memastikannya, setelah berpikir sejenak, ia kembali berkata.

"Karena nyonya muda tak tahu Xue er hendak pergi ---- kenapa Xi er membawakan koper nona?"

Setelah perkataan itu selesai diucapkan, Yu Qilin, Jiang Xiaoxuan dan Xi er bertiga terpana untuk sesaat, lalu saling memandang dengan mata terbelalak.

Namun otak Yu Qilin bekerja dengan cepat, tiba-tiba ia berpaling, lalu menatap Xi er dengan tajam dan menamparnya dengan pelan.

"Apakah karena tamak kau lantas mengambil keuntungan darinya?"

Xi er cepat-cepat berlutut di hadapannya.

"Be....benar! Nona Xue er berjanji akan memberiku dua liang uang perak kalau aku membantunya membawa kopernya, maafkan aku, nona!"

Dengan berpura-pura marah, Yu Qilin tak menghiraukannya, ia berbalik dan menarik tangan Jiang Xiaoxuan.

"Jiejie, kau jangan pergi, tinggallah beberapa hari lagi, kita kakak beradik masih punya banyak hal untuk dibicarakan". Dengan bimbang Jiang Xiaoxuan menjawab.

"Karena shao furen sudah begitu berbaik hati.....aku tak akan pergi dulu". "Bagus sekali!", wajah Yu Qilin penuh senyum.

"Xi er, cepat bawa kembali koper Nona Xue er! Liu Guanjia, apakah masih ada masalah?"

Melihat mereka bertiga, Liu Wenchao merasa amat curiga, tapi tanpa bukti, apa yang dapat dilakukannya? Dengan tak berdaya, ia tersenyum dan berkata.

"Karena nampaknya kesalahpahaman diantara shao furen dan Nona Xue er sudah dapat diselesaikan, hati Wenchao juga terasa amat lega, bagus kalau kau hendak tinggal beberapa hari lagi ---- dalam beberapa hari kita akan dapat lebih saling mengenal dengan baik". Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan saling memandang, mereka tahu dengan jelas bahwa dalam perkataan Liu Wenchao itu terkandung sebuah ancaman. Setelah Liu Wenchao pergi jauh, dan setelah memastikan bahwa di sekeliling mereka tak ada orang, wajah Yu Qilin pun berubah, dengan tajam ia memandang Jiang Xiaoxuan dan berkata.

"Kau tahu tidak kalau kau kabur di tengah malam begini akan menimbulkan banyak akibat yang serius? Seandainya aku tak menolongmu, kau akan dibawa Liu Guanjia ke hadapan nyonya dan habislah kita berdua!"

Walaupun diam-diam Jiang Xiaoxuan merasa agak bersalah, ia masih merasa agak tak yakin.

"Seandainya tak bertemu Liu Wenchao, mungkin sekarang aku dan Xi er sudah berada di luar kota". Yu Qilin menepuk dahinya sendiri.

"Nona Besar Jiang, kau bisa tidak mempercayaiku? Asalkan urusanku sudah selesai, kalau kau menginginkan kedudukan sebagai nyonya muda ini aku akan memberikannya padamu".

"Aku dan kau tak saling mengenal, tapi setelah aku melarikan diri, kau menikah dengan memakai namaku, kau juga belum pernah memberitahuku sebenarnya kau datang ke Wisma Jin untuk melakukan apa---- bagaimana kau bisa membuatku mempercayaimu?"

Jiang Xiaoxuan mendengus dengan sikap merendahkan. Mendengar perkataan itu Yu Qilin naik pitam, ia menarik lengan bajunya sendiri hendak marah, namun suara Jin Yuanbao sekonyong-konyong terdengar.

"Hahaha, boleh dibilang kau kutangkap!"

Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan amat terkejut, mereka memandang Jin Yuanbao yang berjalan ke arah mereka tanpa berani bersuara. Jin Yuanbao mendesak ke depan Yu Qilin, lalu menunduk dan menatapnya.

"Gadis bau, kaulah yang menganiaya Nona Xue er sehingga hampir membuatnya melarikan diri, sekarang kau mau apa lagi, apakah kau masih ingin berkelahi dengannya?"

Begitu mendengar perkataan itu, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan menghembuskan napas lega. Yu Qilin mengandeng tangan Jiang Xiaoxuan dan berkata dengan suara lembut.

"Jiejie, aku bersalah, maafkanlah aku kali ini, jangan tinggalkan aku lagi". Jiang Xiaoxuan pun memasang tampang iba.

"Adik, sebenarnya aku juga berat berpisah denganmu......"

Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao merasa amat muak, ia segera menarik tangan Yu Qilin.

"Baiklah, kata-kata semacam ini nanti saja kalian ucapkan. Xiaoxuan....."

Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan hampir saja dengan serentak menjawab.

"Sang rembulan sudah berada di atas dahan-dahan pepohonan, sebagai seorang menantu, apakah kau tahu kau harus melakukan apa?"

Jin Yuanbao berkata sembari tertawa terkekeh-kekeh. Yu Qilin terperanjat.

"Melakukan.....melakukan apa?"

"Eh ---- masa masih harus kuberitahu?!", Jin Yuanbao membungkuk dan berbisik di telinga Yu Qilin.

"Cepat pulang untuk mengelar kasur!"

Yu Qilin menghembuskan napas lega.....

Namun tingkah laku mereka berdua yang aneh, di mata orang lain, mempunyai arti yang lain....

Jiang Xiaoxuan dan Xi er saling memandang, dalam hati mereka merasa aneh.

* Sambil berpikir, Liu Wenchao berjalan kembali ke tempat tinggalnya.

Ketika melewati tempat berlatih di halaman belakang, ia melihat A Gui sedang melatih para pengawal wisma, Liu Wenchao berdiri sejenak, lalu mendekatinya dan berkata dengan lirih.

"Xue er dan Xi er baru saja hendak melarikan diri, kau tahu tidak?"

A Gui terkejut dan menggeleng.

"Dasar tak berguna!", Liu Wenchao menggertakkan giginya.

"Untung saja aku memergoki mereka...."

"Hamba lalai! Mohon menundukkan kepalanya. gongzi menghukumku!", A Gui "Sudahlah", Liu Wenchao melambaikan tangannya.

"Beberapa hari ini para pengawal yang menjaga pintu-pintu wisma harus agak lebih waspada, kalau ada orang yang berhasil melarikan diri di depan mata kita, seperti seekor ikan yang kembali ke laut lepas, dimana kita harus mencarinya?"

"Aku menjamin bahwa Xue er tak akan dapat melarikan diri, aku pasti akan memperketat penjagaan", A Gui berjanji dengan sungguh-sungguh. Liu Wenchao mengangguk-angguk.

"Walaupun nyonya muda membebaskan Xue er dari kepungan, namun pikiran mereka berdua jelas tak sama. Asalkan mereka berdua tak berpisah, cepat atau lambat kelemahan mereka akan terlihat". A Gui yang tak memahami alasannya bertanya.

"Tuan, kenapa kau begitu curiga pada Nona Xue er?"

Liu Wenchao tersenyum, lalu dengan santai memandang bulan di langit.

"Aku merasa bahwa diantara nyonya muda dan Xue er ada suatu hubungan yang aneh, kalau kita dapat mengetahui apa hubungan itu, mungkin hal ini akan menjadi kesempatan terbaik bagi kita untuk memisahkan pasangan sempurna yang ditakdirkan itu. Dalam beberapa hari ini kau tak boleh lengah, lekas kirim orang untuk menyelidiki kapan Xue er masuk ke kota, dengan siapa ia masuk ke kota dan apa yang dilakukannya". A Gui berdiri dengan melaksanakannya". tegak.

"Siap! Aku akan segera Sinar rembulan makin terang benderang, tapi terkadang masuk ke tengah awan, bulan yang keluar masuk awan itu membuatnya merasakan suatu perasaan yang aneh, ia tak bisa menahan diri untuk tak mengumam pada dirinya sendiri.

"Aku merasakan suatu perasaan yang aneh, Xue er bukan Xue er, dan nyonya muda......juga bukan nyonya muda". Pagi-pagi keesokan harinya, dengan mengenakan pakaian yang rapi Jin Yuanbao mengajak Yu Qilin menghadap Nyonya Jin, beberapa hari setelah pulang ke rumah, mereka berdua sibuk dan kelelahan, dan belum benar-benar menghadap Nyonya Jin. Begitu mereka berdua berjalan sampai ke mulut pintu, dari dalam sayup-sayup terdengarlah suara qin. Jin Yuanbao yang sedang mengandeng Yu Qilin berhenti dan mendengarkannya dengan seksama, setelah beberapa saat, ia tertawa dan berkata.

"Ini lagu Angsa Liar Di Gugus Pasir, agaknya hari ini suasana hati ibu sedang baik". Yu Qilin sama sekali tak paham musik yang anggun seperti itu, sebenarnya ia tak mengerti apa indahnya lagu itu, namun karena melihat Jin Yuanbao mendengarkannya dengan gembira, ia terpaksa bersabar dan ikut mendengarkannya. Setelah lagu itu selesai, Jin Yuanbao menarik Yu Qilin untuk bersama-sama masuk ke dalam, sambil berjalan ia memuji.

"Cuaca musim semi yang indah, angin tenang dan pasir membentang, menempuh perjalanan selaksa li, di cakrawala burung berterbangan, dengan meminjam cita-cita seorang berbakat, mengambarkan wawasan luas seorang sastrawan. Ibu, cara anda memainkan lagu ini benar-benar telah mencapai taraf yang amat tinggi". Nyonya Jin menekan senar qin yang masih bergetar, lalu menengadah dan memandang mereka berdua seraya tersenyum.

"Aku sudah lama tak memetik kecapi, tanganku sudah tak terlatih memainkannya". "Anak dan menantumu datang untuk menghadap ibu. Ibu, kau terlalu merendah, permainan ini benar-benar hebat". Setelah berbicara, Jin Yuanbao berpaling ke arah Yu Qilin.

"Menurutmu bagaimana permainan kecapi ibuku?"

Yu Qilin mana tahu apa-apa tentang quqin atau lagu kuno, ia kontan tertegun, akan tetapi, barusan ini ia telah mendengarkan untuk cukup lama dan sedikit banyak agak mengerti maknanya, dengan nekat ia menyeletuk.

"Eh....sangat mengesankan, sangat bersemangat". Jin Yuanbao dan Nyonya Jin berdua tercengang. Celaka.....Yu Qilin diam-diam berpikir keras, lalu kembali menjelaskan.

"Maksudku, dari suara petikan kecapi ibu, aku merasakan suatu kekuatan seorang wanita besi". Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin tertegun, lalu tertawa dengan nyaring.

"Walaupun perkataan Xiaoxuan ini biasa, namun boleh dibilang bahwa ia mengerti isi hatiku". Begitu selesai berbicara, ia sepertinya tiba-tiba teringat akan sesuatu.

"Oh ya, aku lupa, aku pernah mendengar bahwa Xiaoxuan amat pandai memetik kecapi, hari ini lebih baik mainkanlah sebuah lagu, sehingga aku dan Yuanbao dapat mendengarkan lagu yang indah sepuasnya". Hah? Yu Qilin tertegun, dengan bengong ia memandang quqin itu, benda yang terbuat dari kayu dan benang-benang halus itu disebut quqin? Bendanya saja ia tak kenal, jangankan memainkan sebuah lagu, membunyikannya pun ia belum tentu bisa. Yu Qilin cepat-cepat menggoyang-goyangkan tangannya untuk menolak.

"Itu hanya kabar burung, kalau dibandingkan dengan ibu, kemampuanku yang biasa-biasa saja itu tak perlu disebutsebut". Akan tetapi, melihat air mukanya, Nyonya Jin merasa bahwa ia sengaja merendah, dengan senyum yang makin lebar ia menyemangatinya.

"Xiaoxuan, di hadapan keluarga sendiri, kau tak usah merendah. Kau pandai memetik kecapi, bahkan ibu suri pun tahu, masa hal ini tak benar?"

"Hari ini ibu sangat gembira, jangan pelit, mainkanlah sebuah lagu". Sambil berbicara Jin Yuanbao menarik Yu Qilin dan mendudukannya di bangku yang berada di depan kecapi itu. Namun secara refleks Yu Qilin bangkit dan membuat Jin Yuanbao terperanjat. Yu Qilin cepat-cepat mencari alasan.

"Aku dapat memainkan kecapiku sendiri dengan lancar, tapi kalau memakai kecapi lain.....agak tak lancar". Alis Nyonya Jin sedikit terangkat, wajahnya nampak sangat ingin tahu.

"Oh, ternyata Xiaoxuan tak hanya seorang ahli kecapi yang berselera tinggi, tapi juga seorang empu kecapi"

"Kulihat bahwa diantara hantaran pernikahan yang dibawa dari Nanjing ada kecapimu, aku akan menyuruh A Fu mengambilnya", sambil berbicara Jin Yuanbao melangkah ke pintu. Yu Qilin cepat-cepat menghalanginya.

"Tak usah, tak usah". Wajah Jin Yuanbao nampak heran.

"Maksudku......", dengan terbata-bata Yu Qilin mencari-cari alasan.

"Karena ibu ingin mendengarkan permainanku, aku harus dengan baik mempersiapkannya, lebih baik lain kali saja, lain kali aku akan mempersiapkan diri dengan baik, dan memainkan sebuah lagu khusus untuk ibu".

"Hanya memainkan sebuah lagu saja masa begitu merepotkan?", dengan agak tak senang Jin Yuanbao berkata. Namun Nyonya Jin tersenyum dengan sabar.

"Aku paham, para empu ini selalu mengejar permainan yang terbaik, dan hendak memainkan sebuah lagu dengan sempurna. Beberapa hari lagi adalah malam bulan purnama, mendengarkan kecapi di bawah sinar rembulan adalah sesuatu yang sangat anggun". Jin Yuanbao melirik Yu Qilin.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Karena kau sudah begitu angkuh, nanti kau tak boleh mundur".

"Malam bulan purnama?", wajah Yu Qilin nampak tegang.

"Kenapa? Tak bisa juga? Apakah kau harus berada di tempat yang indah pemandangannya, lalu baru bersedia memetik kecapi?"

Jin Yuanbao perlahan-lahan memicingkan matanya, seakan mulai sangsi. "Bisa!", Yu Qilin cepat-cepat membusungkan dadanya.

"Tentu saja bisa! Malam bulan purnama, ya malam bulan purnama!"

Setelah itu, Nyonya Jin menarik Jin Yuanbao dan mengobrol tentang urusan rumah tangga yang remeh temeh, melihatnya, Yu Qilin cepat-cepat menyelinap pergi dan langsung menuju ke rumah obat Gu Zhangfeng.

Yu Qilin memburu masuk ke dalam rumah obat, ia membuka tirai pintu dan melihat Jiang Xiaoxuan sedang duduk di depan meja sambil menumbuk obat.

Ia segera melangkah masuk dengan langkah-langkah lebar, menarik napas dalam-dalam, menepuk-nepuk dadanya, lalu dengan terengah-engah berkata.

"Jiang.....eh, Xue er, kau bisa memetik kecapi tidak?"

Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan pun menengadah memandangnya, lalu kembali menunduk dan menumbuk obat.

"Bisa".

"Apakah kau dapat memainkannya dengan cukup baik?"

Wajah Yu Qilin nampak bersemangat.

"Kurasa begitu", Jiang Xiaoxuan menuangkan obat itu ke dalam sebuah guci porselen di sampingnya.

"Kalau begitu....."

Melihat tangannya sudah tak sibuk, dengan manja ia menarik lengannya.

"Kalau begitu, ajari aku, ya?"

"Hah?"

Jiang Xiaoxuan tertegun.

"Mengajarimu main kecapi?" Yu Qilin mengangguk.

"Nyonya Jin tahu bahwa nona keluarga Jiang sangat pandai memetik kecapi, maka ia menyuruhku memainkan sebuah lagu. Aku sebenarnya sedang mengulur-ulur waktu, tapi terpaksa berjanji bahwa dalam beberapa hari aku akan memainkannya. Aku bisa memetik kapas, masa aku tak bisa memetik kecapi?"

Mendengar perkataanya itu, Jiang Xiaoxuan tersenyum, lalu menarik tangannya, dan kembali menaruh sebuah tanaman obat ke dalam alat penumbuk, lalu kembali menumbuknya.

"Kau bukannya sangat pintar berbohong? Bahkan Pengurus Rumah Tangga Liu pun bisa kau tipu, menipu Nyonya Jin tentunya tak sulit". Wajah Yu Qilin memerah, namun ia masih dengan bandel berkata.

"Hei, memangnya aku melakukannya untuk diriku sendiri? Kalau kemarin aku tak berbohong, kita berdua sudah ketahuan!"

"Nyonya Jin ingin kau memetik kecapi, apa hubungannya denganku? Yang harus memainkannya kan kau". Dengan acuh tak acuh Jiang Xiaoxuan meneruskan kesibukannya. Yu Qilin menjadi cemas.

"Tapi sekarang aku adalah kau! Kita berdua saling tergantung, kalau aku ketahuan, kau juga tak bisa kabur".

"Gugin tak bisa dipelajari dalam beberapa hari saja, paling tidak perlu belasan tahun". Dengan tak berdaya, Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng. "Belasan tahun?"

Yu Qilin tertegun. Jiang Xiaoxuan mengangkat bahunya, menghentikan gerakan tangannya dan memperhatikan obat itu, lalu kembali menumbuknya.

"Kalaupun aku ingin membantumu, aku tak bisa membantumu melakukan hal ini". Yu Qilin mengambil keputusan.

"Tak bisa membantuku? Palingpaling kita akan mati bersama".

"Siapa takut?"

Nada suara Jiang Xiaoxuan makin santai, agaknya ia benar-benar tak takut.

"Aku tak takut, aku cuma seorang yatim piatu yang sebatang kara......"

Mata Yu Qilin bergulir, lalu ia kembali berkata.

"Tapi kalau masalah ini terbongkar, apa yang akan dilakukan Menteri Besar Jiang di Nanjing itu?"

Mendengarnya berkata demikian, hati Jiang Xiaoxuan terkesiap, mau tak mau alu penumbuk obatnya berhenti bergerak.

Melihat wajahnya, Yu Qilin tahu bahwa perkataannya itu tepat mengenai suatu hal yang dikhawatirkan olehnya, maka ia pun cepat-cepat berkata.

"Kalau Nyonya Jin tahu bahwa aku berpura-pura dan memberitahu ibu suri, apa menurutmu ibu suri akan membiarkan keluarga Jiangmu begitu saja? Kalaupun mereka tak memperlakukanmu dengan baik, mereka masih kerabatmu, bagaimanapun juga, kau tak mengharapkan mereka dihukum gara-gara kau bukan?Baiklah, baiklah, aku memang merepotkan, sejelek-jeleknya aku mengaku saja pada Nyonya Jin bahwa aku tak bisa memetik kecapi!"

Setelah berbicara, ia berlagak hendak pergi. Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menahannya.

"Tunggu dulu". Yu Qilin menghentikan langkahnya, namun tak menoleh, di sudut-sudut bibirnya muncul seulas senyum licik.

"Aku akan mengajarimu....."

Jiang Xiaoxuan menghela napas.

"Baik!"

Yu Qilin berpaling, namun senyum telah menghilang dari wajahnya, ia nampak enggan.

Jiang Xiaoxuan memelototinya, lalu menumbuk obat sampai halus, setelah menaruh obat itu di dalam guci, ia melangkah ke depan sebuah baskom yang berada di sampingnya dan mencuci tangannya, setelah mengeringkan tangannya, ia baru berkata kepada Yu Qilin.

"Ikut aku". Setelah berbicara, ia mengajak Yu Qilin ke kamarnya. Di kamar Jiang Xiaoxuan terdapat sebuah meja panjang dan sebuah guqin, quqin itu hanya ditutup dengan sehelai kain sutra agar tak berdebu, rupanya kadang-kadang ia memainkannya. Kecapi itu nampak sangat kasar dan sederhana, tidak seperti kecapi Nyonya Jin yang indah, debu yang menumpuk di selaselanya tak sedikit, agaknya umurnya sudah tua. Seakan tahu bahwa Yu Qilin sedang mengawasi kecapi itu, ia pun menyeletuk.

"Ketika Zhangfeng tahu aku dapat memetik kecapi, ia menebus kecapi ini dari pegadaian di luar sana". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin pun mendengus dan tertawa.

"Tak nyana si tolol itu sangat penuh perhatian". Wajah Jiang Xiaoxuan memerah, dengan tenang ia menyingkapkan kain itu, lalu dengan perlahan-lahan ia duduk di samping kecapi itu dan memberikan tempat di depannya kepada Yu Qilin. Yu Qilin segera bersemangat untuk mencobanya.

"Apakah kita bisa mulai? Kau jangan khawatir, aku cepat sekali belajar, dahulu ketika Pang Hu mengajariku menangkap ikan di Emeishan, aku sendirian dapat menjaring sepuluh jin ikan, sedangkan Pang Hu sendiri tak dapat menangkap seekor pun sehingga ia hanya bisa memandangku dengan bengong; Pang Hu mengajariku membantu sapi betina di desa melahirkan, dan aku mengeluarkan anak sapi itu dengan tanganku sendiri -----"

Yu Qilin bercerita dengan penuh semangat, namun bulu roma Jiang Xiaoxuan berdiri ketika mendengarnya, ketika mendengar Yu Qilin bercerita tentang bagaimana ia membantu induk sapi melahirkan, Jiang Xiaoxuan benar-benar sudah tak tahan lagi, ia tak bisa menahan diri untuk tak membentak dengan pelan.

"Kau sudah cukup berbicara belum?"

Yu Qilin tertegun, ia baru sadar bahwa sikapnya agak egois, maka ia segera tersenyum menyindir dan berkata.

"Sudah cukup, kau bicaralah. Bagaimana cara memetik kecapi ini?" "Sekarang belum saatnya kau menyentuh kecapi, bakarlah dupa dahulu". Dengan hati-hati Jiang Xiaoxuan menekan-nekan senar kecapi untuk mengujinya.

"Membakar dupa?"

Wajah Yu Qilin nampak kebingungan. Dengan hambar Jiang Xiaoxuan berkata.

"Dari zaman dahulu memetik kecapi adalah kegiatan anggun para sastrawan, dengan musik yang indah, langit dan bumi pun bersatu. Membakar dupa adalah untuk membantumu menjadi menjadi tenang". Untuk sesaat Yu Qilin mengelus dadanya dan merasakan perasaannya, lalu berkata.

"Sekarang aku sangat tenang, untuk apa repot-repot?"

Jiang Xiaoxuan memandangnya sambil memicingkan matanya, sinar matanya menjadi agak muram, dengan sepatah demi sepatah ia berkata.

"Kau yang mengajariku atau aku yang mengajarimu?"

"Baiklah, baiklah......", sambil mencibir Yu Qilin pergi untuk membakar dupa. Melihatnya, Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk dengan puas.

"Aku akan memberitahumu dahulu tentang struktur kecapi, ini Yueshan, yang disebut juga Linshan, ini adalah bagian tertinggi dari kecapi; dua celah suara ini yang besar disebut Kolam Naga sedangkan yang kecil disebut Kolam Burung Hong, ini namanya naik gunung dan turun ke kolam, ada naga dan ada burung hong, hal ini melambangkan segala fenomena di langit dan bumi....."

Akan tetapi, sebelum ia menyelesaikan perkataannya, ia tak lagi dapat berbicara, Yu Qilin yang sedang membakar dupa telah memenuhi seluruh ruangan itu dengan asap putih, semakin lama asap itu semakin pekat sehingga mata tak dapat dibuka.

Jiang Xiaoxuan menutupi mulutnya.

"Hei, hei, apa yang kau lakukan?!"

Dengan tak berdaya Yu Qilin memandangnya.

"Kau bukannya ingin membakar dupa?.....ai, ai, apakah kau merasa tenang? Aku membakar agak terlalu banyak dupa sehingga menjadi seperti ini!"

Jiang Xiaoxuan nyaris pingsan.

"Untuk apa kau membakar begitu banyak dupa?"

"Kau juga tak memberitahuku seberapa banyak yang harus dibakar", gerutu Yu Qilin.

"Kau.....", Jiang Xiaoxuan memandang asap yang makin pekat dalam ruangan itu, akhirnya ia tak tahan lagi dan berteriak.

"Tolong!", lalu memburu keluar. Dengan sikap merendahkan Yu Qilin memandang punggungnya seraya berkata pada dirinya sendiri.

"Bukankah kau yang ingin membakar dupa? Tapi baru sebentar sudah kabur......aku sama sekali tak sepertimu....uhuk-uhuk.....yang......uhuk-uhuk.....lemah gemulai....." Setelah berbicara beberapa saat, ia pun tak tahan lagi, sambil menutup hidungnya, ia melangkah keluar dengan cepat. Hari ini cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi hujan, walaupun sang mentari di balik hujan indah kelihatannya, namun tetap merepotkan, cuaca musim panas ini memang benar-benar seperti wajah seorang bocah cilik. Liu Wenchao berdiri di muka jendela sambil memandang pisang yang berwarna keemasan diterpa hujan, dahinya berkerut. Di kejauhan, A Gui berjalan mendekat sambil membawa sebuah payung, melihatnya berdiri di depan jendela, ia tak masuk dan hanya berdiri di mulut pintu sambil mengangkat payung, lalu berbicara dengan lirih. Mendengar perkataannya wajah Liu Wenchao nampak sedikit lebih lega, namun setelah berdiam sejenak, ia kembali bertanya dengan ragu-ragu.

"Yang Mulia bertekad untuk menghancurkan aliansi pernikahan diantara keluarga Jin dan Jiang, tapi kali ini tidak menyalahkan kita yang dianggap tidak berusaha dengan sungguh-sungguh?"

A Gui mengangguk.

"Benar, Yang Mulia tak menegur kita, hanya menyuruhku memberitahu anda bahwa kontes di istana bulan depan akan segera dimulai dan usia Nona Qianqian sangat cocok".

"Ternyata ia hendak mengambil adikku untuk memaksaku menuruti kehendaknya?"

Wajah Liu Wenchao menjadi menyeramkan, dengan penuh kebencian ia berkata.

"

Aku cuma punya seorang saudara kandung, bagaimana aku bisa merelakannya masuk ke istana?"

A Gui cepat-cepat menasehatinya dengan amat berhati-hati.

"Sepertinya Yang Mulia hanya asal berbicara, orang besar ingatannya pendek, asalkan aliansi pernikahan diantara keluarga Jin dan Jiang dapat dihancurkan, Yang Mulia pasti akan melupakan hal ini!"

Liu Wenchao berpikir untuk beberapa saat, lalu bertanya.

"Apakah orang yang dikirim ke Nanjing untuk menyelidiki Nona Xue er sudah kembali?"

A Gui menggeleng.

"Belum!"

Liu Wenchao memandang butir-butir air hujan yang meleleh di sisi payungnya, perlahan-lahan sinar matanya menjadi gelap.

"Kirim seorang lagi, kita pasti dapat menyelidiki Xue er itu dengan seksama. Aku merasa ada keanehan dalam hal ini, mungkin dari Xue er kita dapat sedikit lebih tahu mengenai apa yang terjadi sebenarnya". Tubuh A Gui sedikit menegak.

"Baik". Saat ini, dari kejauhan, bersama dengan suara hujan, terdengarlah suara kecapi yang putus-putus, suaranya tak enak didengar dan bahkan seakan dibuat oleh orang yang tak terbiasa memainkannya...... Dengan kesal Liu Wenchao mengerutkan dahinya. Tiga hari yang lalu, A Gui mengajak anak buahnya, Erdezi, masuk ke sebuah kedai teh, begitu melihat mereka berdua, sang pelayan langsung membawa mereka berdua ke sebuah ruangan pribadi, rupanya ia telah sangat mengenal mereka berdua. Begitu masuk, A Gui segera memberi sang pelayan dua keping uang kepeng tembaga, lalu berkata.

"Kalau tak disuruh kau tak usah masuk ke ruangan ini, pergilah". Sang pelayan menerima uang itu tanpa berkata apa-apa, lalu pergi dengan gembira. A Gui mengajak Erdezi ke ruangan pribadi itu, setelah masuk, ia membiarkan Erdezi duduk di depan meja, sedangkan ia sendiri melangkah ke arah sebuah sketsel yang berada di sampingnya, lalu berkata pada seseorang yang berada di balik sketsel itu.

"Gongzi, orang inilah yang sebelumnya pernah melihat Nona Xue er". Ketika Erdezi mendengarnya memanggil orang di balik sketsel itu tuan muda, ia sadar bahwa orang itu adalah seorang yang tinggi kedudukannya, maka ia segera melangkah ke depan dan berlutut seraya berkata.

"Hamba menghadap tuan". Dari balik sketsel Liu Wenchao memandang sosok orang itu, sambil tersenyum ia menanyainya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa katamu? Kau pernah melihat Nona Xue er?"

Erdezi cepat-cepat menjawab.

"Hamba Erdezi, aku selalu mengerjakan perintah tuan dan pernah mengikat Nona Xue er itu". Ternyata Erdezi ini adalah lelaki kekar yang pernah ingin berbuat jahat pada Jiang Xiaoxuan di pinggir kota itu. A Gui yang berada di sampingnya menerangkan.

"Aku sudah menyelidikinya, Erdezi ini mengikutinya dan melihat Nona Xue er mencari seseorang". Mendengar perkataannya, Liu Wenchao merasa ingin tahu.

"Mencari orang? Erdezi, apa kau dengar Nona Xue er mencari siapa? Apakah dia mencari Nona Jiang yang menjadi menantu keluarga Jin?"

Akan tetapi Erdezi seakan tak mendengar pertanyaan Liu Wenchao, dengan acuh tak acuh ia mengingat-ingat.

"Nona itu sangat cantik sehingga aku terus memandanginya! Ia menanyai orang-orang di segala penjuru ibu kota, aku secara kebetulan mendengar bahwa nona ini -----"

"Katanya ia hendak mencari siapa?", Liu Wenchao memotong perkataannya.

"Apakah mencari Nona Jiang?"

"Bukan! Katanya ia hendak mencari......"

Erdezi menggeleng, lalu berusaha keras mengingat-ingat, mendadak ia pun teringat.

"Hendak mencari seseorang yang dipanggilnya Li Lang".

"Li Lang? Li siapa?", Liu Wenchao mencecarnya. Erdizi mengumam-gumam untuk beberapa saat, namun ia tak dapat mengingatnya.

"Namanya Li siapa......namanya sudah berada di bibirku". Melihatnya, A Gui mengeluarkan setahil perak dan menaruhnya di atas meja.

"Pikirkanlah baik-baik". Erdizi tersenyum berseri-seri, ia meraba uang perak itu, lalu memasukannya ke dalam saku dadanya, setelah itu ia memukul kepalanya dan berkata sembari tersenyum.

"Aku ingat -----Li Jun". Mendengar perkataannya, di wajah Liu Wenchao samar-samar muncul seulas senyuman. Pada saat yang sama, Jin Yuanbao sedang membaca berkasberkas di dalam kamar, ia teringat akan segala peristiwa yang telah dijalaninya, kerutan di dahinya makin lama bertambah dalam. Sekonyong-konyong, pintu didorong hingga terbuka, Jin Yuanbao menengadah dan memandang ke arahnya, ternyata Gu Zhangfeng lah yang dengan wajah muram melangkah masuk.

"Kenapa kau seperti ini? Apa yang terjadi?", dengan heran Jin Yuanbao bertanya. Gu Zhangfeng mengerucutkan bibirnya.

"Hari itu Xue er pergi tanpa pamit, walaupun ia tak berhasil melakukannya, namun aku sangat khawatir bahwa hari itu ia akan menyelinap pergi dari sisiku. Otakmu cerdas, cepatlah bantu aku untuk mencari jalan keluar". "Kau mencariku hanya untuk hal sepele seperti itu?"

Jin Yuanbao merasa amat gusar sekaligus amat geli. Namun Gu Zhangfeng memandangnya dengan wajah bersungguh-sungguh dan berkata.

"Masalah ini bagiku adalah masalah yang maha penting. Kau tahu tidak, sejak untuk pertama kalinya aku melihat Xue er, aku sudah menyukainya, setelah tinggal bersamanya selama beberapa lama, aku makin tertarik padanya, tapi aku belum mengungkapkan perasaanku padanya dan tak bisa kehilangan dirinya, kalau ia benar-benar hendak pergi, sampai ke ujung dunia pun aku akan mengikutinya". Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao menahan tawanya, lalu berkata.

"Kalau begitu lebih baik carilah akal untuk membuatnya tetap tinggal di sini, untuk apa mengejarnya sampai ke ujung dunia dan membuat repot dirimu sendiri?"

"Yuanbao, oleh karena itu aku datang untuk mohon kau membantuku mencari akal", dengan mengiba-iba Gu Zhangfeng memandangnya.

"Aku tak takut kau tertawakan, sekarang kalau aku tak bisa melihat Xue er sebentar saja, aku merasa bahwa ada sesuatu yang kurang, kalau setengah hari tak melihatnya, aku merasa hatiku galau, napasku pendek-pendek dan kepalaku sakit, kalau seharian tak melihatnya, aku tak punya selera makan dan kalau malam tak bisa tidur. Aku merasa bahwa hidupnya lebih penting dari diriku sendiri, dan kalau perlu, aku rela mati demi dia......Sebenarnya aku telah mati sekali baginya, tapi tak kesampaian. Sekarang aku ingin kami berdua tetap hidup dengan baik". Melihat wajahnya yang penuh cinta, mau tak mau Jin Yuanbao teringat pada Yu Qilin, ia mengingat bagaimana Yu Qilin menghadang tikaman pedang demi dirinya, serta mengingat bagaimana ia berkali-kali mengarungi bahaya demi dirinya, ia merasa cukup tersentuh oleh sikap Gu Zhangfeng itu.

"Kau si tolol ini tak nyana adalah seorang yang penuh cinta. Kalau kau ingin dia tetap tinggal, kau harus mengungkapkan perasaanmu padanya, kalau dia menerimamu, tentu saja dia akan tinggal di sini". Gu Zhangfeng memandangnya sambil tertegun, setelah agak lama, ia baru berkata dengan terbata-bata.

"Aku juga ingin mengungkapkan perasaanku padanya, akan tetapi begitu berada di depannya, aku tak bisa mengucapkan kata-kata yang akan kugunakan untuk mengungkapkan perasaanku".

"Kalau kau hendak mengungkapkan perasaanmu, kau harus memperhatikan gaya dan caramu mengungkapkannya, harus mencari saat yang tepat, dan harus maju secara teratur selangkah demi selangkah. Begini saja, aku akan mengajarimu suatu cara supaya kau dapat membuat Nona Xue er tetap tinggal di sini". Setelah itu Jin Yuanbao pun mengajarkannya. Gu Zhangfeng setengah percaya setengah tidak.

"Benarkah?"

"Tentu saja benar, perkataanku Jin Yuanbao ini selalu akan menjadi kenyataan". Jin Yuanbao menepuk-nepuk dadanya, menaruh berkas dalam genggamannya, bangkit dan melangkah ke sisi Gu Zhangfeng, meliriknya, lalu berkata.

"Ikut aku". "Ke mana?"

Gu Zhangfeng kebingungan.

"Setelah tiba kau akan tahu sendiri". Jin Yuanbao tersenyum misterius. Pada zaman keemasannya ibu kota sangat ramai, berbagai jenis wanita-wanita cantik tak henti-hentinya berseliweran. Jin Yuanbao menarik Gu Zhangfeng ke tengah jalanan yang ramai. Dengan susah payah Gu Zhangfeng mengikutinya, lalu mencecarnya.

"Yuanbao, cepatlah sedikit beritahu aku, bagaimana caranya aku dapat membuat Xue er tetap tinggal". Jin Yuanbao berpaling dan memandangnya.

"Karena kau begitu cemas dan begitu tolol, dan juga karena kau selalu cemas dalam melakukan segala sesuatu, kalau kau hendak membuat Xue er tetap tinggal di sini, kau harus terlebih dahulu merebut hatinya". Gu Zhangfeng berpikir keras.

"Kalau hendak membuat Xue er tetap tinggal di sini, harus terlebih dahulu merebut hatinya, sepertinya hal ini masuk akal. Bagaimana aku dapat merebut hatinya?"

"Untuk dapat merebut hati seorang wanita diperlukan sebuah proses". Sambil berbicara Jin Yuanbao memandang ke kejauhan.

"Benar. Seperti penyakit ---- diperlukan suatu proses". Gu Zhangfeng sangat menyetujui perkataan itu. Jin Yuanbao memandangnya dengan amat geli.

"Kenapa harus membawa-bawa penyakit? Kau benar-benar tak bisa membuka mulut tanpa membicarakan pekerjaanmu. Kau kuberitahu, kau dapat melakukan sesuatu yang paling sederhana dahulu. Wanita itu gampang tersentuh. Apakah kau sudah pernah memberinya gincu, bedak, bunga segar, pakaian atau mainan?"

Gu Zhangfeng menggeleng-geleng.

"Belum, barang-barang biasa seperti itu mana pantas diberikan pada Xue er yang berbudi luhur dan anggun?"

Jin Yuanbao menepuk dahinya.

"Kau tak usah perdulikan apakah barang itu pantas diberikan padanya atau tidak, pokoknya berikan saja dulu padanya untuk mengungkapkan isi hatimu, kalau kau tak mengungkapkannya, dia mana tahu?"

"Perkataanmu itu sepertinya cukup masuk akal".

"Setelah kau memberikan hadiah padanya, carilah kesempatan untuk mengungkapkannya dengan perkataan, semua wanita suka mendengar perkataan yang manis-manis".

"Tapi kalau berhadapan muka dengan Xue er aku selalu tegang, aku tak bisa berkata apa-apa", Gu Zhangfeng menjadi malumalu kucing.

"Kalau begitu, di tengah malam berdirilah di depan jendela dan beritahukan isi hatimu padanya, bahwa kau menyukainya", Jin Yuanbao melancarkan jurusnya. Gu Zhangfeng merasa sangat sangsi.

"Menurutku kami adalah pasangan yang serasi, hati kami berdua saling terhubung, apakah hal ini perlu dikatakan lagi?"

Jin Yuanbao tak tahan lagi, ia mengulirkan matanya, lalu kembali berkata.

"Kalau kau tak mengatakannya, dia mana bisa tahu isi hatimu? Aku akan mengajarimu sebuah jurus lagi, kalau kau selalu baik kepadanya, tapi tak ada efeknya, kau harus memakai cara yang sama sekali bertolak belakang, kau harus bersikap baik pada wanita lain di depannya". Gu Zhangfeng menengadah.

"Yang kusukai adalah Xue er, kenapa aku harus bersikap baik pada wanita lain?"

"Hal seperti ini yang justru tak kau pahami, semua wanita itu pencemburu, di hadapannya, kau harus berpura-pura suka pada wanita lain untuk membuatnya cemburu, kalau dia marah, ini berarti bahwa ia menyukaimu". Jin Yuanbao mengangkat alisnya dan tertawa.

"Benarkah begitu? Apakah yang kau katakan itu ada gunanya?", Gu Zhangfeng setengah percaya dan tidak. Jin Yuanbao dilahirkan sebagai seseorang yang berwajah tampan dan anggun, secara alamiah ia selalu dikelilingi wanitawanita cantik, saat ini, untuk membuktikan kebenaran ajarannya, sambil berpura-pura ramah, ia melambai-lambaikan tangannya ke arah beberapa orang wanita cantik, dalam sekejap mata para wanita itu pun dengan malu-malu memanggil-manggilnya sambil tertawa cekikikan. Dengan puas diri Jin Yuanbao memandangnya.

"Kau lihat, inilah buktinya!"

Namun Gu Zhangfeng mengerutkan dahinya.

"Tapi kupu-kupu yang suka berpindah-pindah tempat ini tak seperti Xue er!"

Dengan kipasnya Jin Yuanbao mengetuk-ngetuk kepalanya, lalu dengan kesal ia berkata.


Dewa Arak 60 Perawan Perawan Persembahan Pendekar Rajawali Sakti 56 Pembunuh Pendekar Mabuk 067 Tapak Siluman

Cari Blog Ini