Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 12

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 12



"Siapa yang mengerti tentang hal ini, kau atau aku? Apa kau mengerti kenapa dia hendak pergi? Kalau kau ingin membuatnya tetap tinggal, kau harus menuruti perkataanku, cara ini kujamin ampuh". Gu Zhangfeng meraba tempat di dahinya yang nyeri terkena pukulan, lalu mengerutu pada dirinya sendiri.

"Baiklah, aku sendiri juga tak bisa memikirkan cara lain yang lebih baik, maka aku terpaksa mencoba caranya dulu". Selepas siang, sambil membawa gincu dan bedak Gu Zhangfeng menerjang masuk ke dalam kamar Jiang Xiaoxuan, menaruh berbagai botol dan buli-buli itu di hadapannya, lalu mulai meringis ketolol-tololan. Dengan bimbang Jiang Xiaoxuan memandang benda-benda itu, lalu bertanya.

"Apa isi botol-botol dan buli-buli ini?"

Dengan bersemangat Gu Zhangfeng menjelaskan.

"Aku tak tidur sampai malam untuk mencampur bahan-bahan gincu dan bedak ini, untuk diberikan padamu. Coba lihat, yang ini untuk memutihkan kulit, sedangkan yang ini untuk melembabkan......" Mendengar perkataannya itu, dengan jengah Jiang Xiaoxuan memandangnya.

"Terima kasih, tapi biasanya aku jarang memakai benda-benda ini".

"Ini kubuat khusus dengan jenis kulitmu, kau cobalah!", Gu Zhangfeng berkeras. Melihat wajahnya yang bersungguh-sungguh, Jiang Xiaoxuan merasa tak bisa tak menuruti kemauannya, maka ia mencoba membuka sebuah kotak dan mencium baunya ----- seketika itu juga bau wangi langsung menusuk hidungnya sehingga membuatnya hampir muntah! Ia cepat-cepat menutup kotak itu, lalu mengambil sebuah kotak lain dan dengan sangat hati-hati membuka tutupnya, namun ia tak berani langsung mencium baunya, ia mengayun-ayunkan tangannya seperti sebuah kipas, namun tak ada bau aneh, setelah itu ia baru menciumnya, baunya agak seperti obat, dan juga agak wangi, sepertinya cukup baik......akan tetapi adonan berwarna hitam legam ini apakah bisa dioleskan ke wajah..... Jiang Xiaoxuan menaruh kotak itu, lalu memperhatikan beberapa kotak lainnya, akan tetapi ia tak berani mengoleskan isi satu pun diantaranya ke wajahnya. Akan tetapi, ketika ia berpaling, ia melihat sinar mata Gu Zhangfeng yang penuh harapan dan lalu memberanikan diri untuk mencobanya, namun ketika ia baru saja hendak melakukannya, pada akhirnya ia tak mengangsurkan tangannya, dan terpaksa dengan menyesal memandang Gu Zhangfeng, "Warnanya begitu hitam, dan baunya pun agak menurutku, aku lebih baik nanti saja memakainya". aneh.

"Xue er, kau jangan melihat warnanya yang hitam, begitu mengoleskannya, obat ini akan sangat berkhasiat untuk memutihkan wajahmu!"

Gu Zhangfeng pun menunjukkannya sendiri.

"Lihatlah, kulitku yang berwarna seperti ini, begitu diolesi obat ini akan langsung menjadi putih, dan juga menjadi putih dari dalam sampai luar....."

Akan tetapi, setelah mengoleskan gincu, wajah Gu Zhangfeng langsung menjadi merah padam, dan juga gatal bukan main, sehingga ia tak bisa berhenti menggaruk wajahnya.

"Zhangfeng, wajahmu kenapa?", dengan penuh perhatian Jiang Xiaoxuan bertanya.

"Gatal sekali". Begitu selesai berbicara, ia memburu ke depan cermin dan melihat bahwa seluruh wajahnya telah menjadi merah padam, ia pun cepat-cepat menutupi wajahnya.

"Apa.....apa.....yang terjadi? Nona Xue er, aku akan agak lambat menemuimu lagi". Sore itu, setelah makan siang, Jiang Xiaoxuan kembali ke kamarnya dan mendapati bahwa setiap sudut kamarnya telah dipenuhi berbagai jenis bunga segar, ada bunga lili, mawar, lavender, berbagai jenis seruni dan lain-lain..... Ketika ia sedang kebingungan, Gu Zhangfeng kembali terlihat sedang dengan sekuat tenaga mengusung sebuah pot besar penuh bunga masuk ke dalam kamar, maka ia pun segera bertanya.

"Zhangfeng, sebenarnya apa yang sedang kau lakukan....."

Gu Zhangfeng tersenyum lugu.

"Nona Xue er, ini adalah bunga yang kuberikan untukmu, pedang pusaka dihadiahkan kepada seorang pahlawan, bunga segar dihadiahkan kepada seorang wanita cantik......"

Jiang Xiaoxuan bersin, ia merasa agak geli, tapi juga agak tersentuh.

"Kau memberiku begitu banyak bunga?"

"Ya, aku membaca di buku-buku ketabiban bahwa jenis-jenis bunga ini berfaedah untuk kesehatan, dapat menenangkan jiwa......"

"Tapi......tapi......hatsyi.....hatsyi...."

Jiang Xiaoxuan mulai bersin, dan makin lama bersinnya makin keras.

"Aku tak tahan menghirup serbuk sari bunga".

"Hah? Kalau begitu aku akan cepat-cepat mengeluarkan bungabunga ini". Gu Zhangfeng terkejut dan cepat-cepat mengeluarkan bunga-bunga itu.

"Xue er, pergilah berjalan-jalan di luar, aku akan membereskan tempat ini dulu". Tanpa bisa berbuat apa-apa, Jiang Xiaoxuan pun kembali bersin-bersin, untung saja ia terpaksa meninggalkan kamarnya, namun sebelum keluar, ia tak dapat menahan diri untuk tak memandang bunga-bunga yang indah itu, seulas senyum pun muncul di wajahnya. Saat malam tiba, Yu Qilin mencari Jiang Xiaoxuan, begitu masuk melalui pintu ia tersenyum masam dan berkata.

"Jiang Da Xiaojie, hari ini kita tak akan membakar dupa dan bertengkar, apakah kau punya cara untuk mengajariku supaya cepat maju? Dapat belajar memainkan beberapa lagu sederhana pun sudah cukup!"

Jiang Xiaoxuan adalah orang yang hati-hati, selain itu ia menganggap belajar memetik kecapi adalah sesuatu yang serius, tentu saja ia tak suka mendengar perkataan itu.

"Kau pikir kau ini gadis penyanyi yang mengamen di jalan untuk mencari makan? Begitu dapat memainkan beberapa lagu murahan lalu langsung bisa mendapatkan uang? Belajar memainkan qin adalah suatu seni yang harus dipelajari perlahan-lahan, tak bisa dengan tergesa-gesa". Lagu murahan.....Yu Qilin merasa gusar, namun ia tak dapat menyinggung sang guru ini, maka ia menarik Jiang Xiaoxuan ke samping jendela dan menunjuk ke langit malam, lalu dengan cemas berkata.

"Tak bisa dengan tergesa-gesa? Kau lihat sendiri, bulan akan segera menjadi bulan purnama, di malam bulan purnama itu Nyonya Jin ingin mendengarku memetik kecapi! Jiang Xiaoxuan, sebenarnya kau bisa memetik kecapi atau tidak? Seharian kau selalu berkata bahwa ini tak bisa dan itu tak bisa, kalau kau punya kepandaian, petiklah kecapi sendiri". Jiang Xiaoxuan memandangnya namun tak menjawab, lalu ia berbalik dan perlahan-lahan berjalan ke depan kecapi, kemudian dengan mantap duduk di depannya. "Kulihat kalian nona-nona keluarga pejabat ini suka beromong kosong! Sekarang aku tak memikirkan bagaimana caranya mengatasi Nyonya Jin di malam bulan purnama, tapi memikirkan bagaimana caranya melarikan diri dari tempat sialan ini -----"

Sebelum Yu Qilin menyelesaikan perkataannya, suara qin telah berkumandang.

Suara qin yang mengambang bagaikan sinar rembulan, bagaikan mata air yang dingin, bagai angin sepoi-sepoi, dengan lembut menghampirinya, membuatnya bersemangat, dan tak nyana membuatnya menyingkirkan segala pikiran yang menganggu.....

Dengan tercengang Yu Qilin memandang Jiang Xiaoxuan, ia memakai pakaian dari kain katun kasar, namun begitu duduk di depan quqin, punggungnya menjadi tegak, bibirnya tertarik, agak keras kepala dan angkuh.....jari jemarinya langsing dan gemulai, di tengah petikannya, suara kecapi berkumandang makin nyaring dan menyelimuti seluruh sudut ruangan itu.

Sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit.......hati Yu Qilin menjadi tenang, ia mendengarkan suara musik itu dengan penuh perhatian, bahkan dalam pikirannya yang pada dasarnya tak paham seni musik, perlahan-lahan muncullah gambaran sebuah gunung yang tinggi dan air yang mengalir.

Tetes-tetes air yang bening dan berkilauan setetes demi setetes merembes keluar dari celah-celah batu, sedikit demi sedikit bergabung menjadi satu dan membentuk sebuah sungai kecil yang mengalir dengan perlahan.

Mengalir turun dari atas tebing dan berdebur di atas sebongkah batu hitam, percikan-percikan air pun berhamburan, batu itu berubah menjadi batu kumala, dan kepingan-kepingannya menjadi mutiara.....

Dengan mengikuti asal suara itu, Gu Zhangfeng melangkah ke depan jendela Jiang Xiaoxuan, begitu mendengar suara kecapi yang indah dari dalam kamar, mau tak mau ia tergila-gila seakan mabuk.

Setelah lagu itu usai, ia barulah tersadar, ia menghela napas dengan pelan dan berkata.

"Lagu ini tentunya berasal dari langit......"

Dan di dalam kamar, setelah nada terakhir berkumandang, Yu Qilin pun perlahan-lahan tersadar, setelah itu ia cepat-cepat bangkit, lalu bertepuk tangan seraya memuji.

"Tak heran Nyonya Jin menyebutmu seorang wanita berbakat, petikan kecapimu ini benar-benar bagus! Bahkan lebih bagus dibandingkan dengan musik kecapi orkes opera Fuchun!"

Jiang Xiaoxuan tersenyum, wajahnya penuh rasa puas diri.

"Sekarang kau tak lagi berkata bahwa nona-nona keluarga pejabat suka melancarkan jurus kosong lagi?"

Dan di luar kamar pun terdengar seseorang menghela napas dengan pelan, mereka berdua tak mendengarnya dengan jelas dan cepat-cepat melangkah ke ambang jendela, nampak sebuah bayangan hitam berdiri di samping jendela. Yu Qilin terkejut, lalu bertanya.

"Siapa itu di balik jendela?" Namun begitu mendengar pertanyaan itu, bayangan hitam itu berkelebat pergi dan tak nampak lagi. Yu Qilin cepat-cepat menarik Jiang Xiaoxuan keluar kamar, namun mereka tak dapat melihat siapapun.

"Barusan ini di luar jelas-jelas ada orang yang berbicara, kenapa sekarang tak ada orang?"

Mendengar perkataannya, Jiang Xiaoxuan pun menganggukangguk dengan penuh kekhawatiran.

"Sudah tiga hari berturutturut ini, di balik jendelaku selalu ada sebuah bayangan hitam yang muncul dan menghilang, tapi tak berkata apa-apa. Kadangkadang ia menghela napas, sehingga membuatku takut dan tak bisa bisa tidur nyenyak".

"Ada kejadian seperti itu?"

Yu Qilin merasa semangat ksatria muncul dalam hatinya, ia segera menepuk bahu Jiang Xiaoxuan dan berkata.

"Kau tak usah takut, setelah ini setiap malam aku akan datang menemanimu, sekaligus belajar memetik kecapi. Aku ingin melihat bayangan hitam itu manusia atau setan, nyalinya besar sekali". Keesokan malamnya, Yu Qilin kembali datang untuk belajar memetik kecapi, Jiang Xiaoxuan sedang berbicara sambil menunjukkan cara memetik kecapi kepadanya.

"Dalam tangga nada gongshangjuezhiyu, nada jinying suaranya murni, perasaan yang terkandung dalam nada jin ini melankolis; nada tuying suaranya lambat, perasaan yang terkandung dalam nada tu ini ----"

Akan tetapi ia melihat bahwa Yu Qilin sedang terkantuk-kantuk sambil bersandar di atas sebuah bantalan empuk, dan air liur yang berkilauan pun mengalir dari sudut bibirnya! Seketika itu juga Jiang Xiaoxuan merasa gusar, ia menepuknepuknya beberapa kali.

"Yu Qilin! Kau sedang apa?!"

Karena dikagetkan olehnya, Yu Qilin kontan terbangun, setelah menyeka air liur di bibirnya, ia segera menjawab.

"Siap!"

Melihat wajahnya, Jiang Xiaoxuan menghela napas.

"Barusan ini, apa yang kukatakan?"

Yu Qilin mengaruk-garuk kepalanya.

"Katamu......perasaan yang terkandung dalam nada tu adalah ----", setelah itu ia menggeleng keras-keras dan bertanya.

"Salah, ya? Diantara kedua belas shio mana ada shio tu?"

"Yang kubicarakan adalah tu yang merupakan salah satu dari kelima unsur yaitu logam, kayu, air, api dan tanah!"

Jiang Xiaoxuan merasa gusar.

"Perasaan yang paling utama dalam tangga nada ini adalah kerinduan, misalnya kalau setelah terpisah tiga hari kau merindukan Jin Yuanbao....."

Yu Qilin tertawa terbahak-bahak sambil mengoyang-goyangkan tangannya.

"Mana bisa? Terpisah tiga tahun pun aku tak akan merindukannya!"

Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan mengulirkan matanya.

"Kalau kau tak segera dengan tekun mempelajari satu atau dua jurus, di malam bulan purnama kau tak akan dapat memainkan lagu untuk Nyonya Jin dan kau pasti akan harus berpisah dengan Jin Yuanbao, saat itu aku tak akan bisa membantumu lagi".

"Aku akan belajar, jiejie!", Yu Qilin cepat-cepat menjelaskan.

"Tapi waktunya sangat mendesak, kita tak usah mempelajari lima unsur segala, kau langsung ajari aku sedikit kepandaian yang praktis saja, kita langsung belajar sebuah lagu saja!"

Jiang Xiaoxuan memandangnya untuk beberapa lama, lalu dengan tak berdaya mengangguk-angguk dan berkata.

"Begitu juga boleh, beberapa hal itu bisa dipelajari belakangan, mari....."

Sambil memindahkan kecapi ia berkata.

"Mu Ying Jiao suaranya panjang, tangga nada mu perasaannya marah. Cobalah". Melihat senar qin itu, Yu Qilin langsung merasa tak berdaya.

"Petik.....petik di mana?"

Jiang Xiaoxuan memandangnya, lalu dengan sabar mengajarinya.

"Senar ini, kau harus ingat, perasaan tangga nada mu adalah ----"

"Perasaannya marah. Aku sudah ingat! Perasaanku terhadap Jin Yuanbao adalah sangat marah!"

Sambil menggertakkan giginya, Yu Qilin menuangkan seluruh kemarahan yang terpendam dalam tubuhnya dalam petikannya, ia memetik senar itu dengan sekuat tenaga sehingga ia memutuskan sebuah senar.

Seketika itu juga, mulut Jiang Xiaoxuan mengganga.

Dengan malu, Yu Qilin cepat-cepat minta maaf.

"Aku terlalu menghayati perasaan marah itu". Jiang Xiaoxuan merasa geram.

"Walaupun kecapi ini tidak mahal, tapi seharusnya tak kau rusak! Untuk apa kau menggunakan kekuatan yang begitu besar seperti itu?"

Wajah Yu Qilin merona merah.

"Waktu tinggal di Emeishan seharian aku bermain air dan memotong kayu bakar, maka tenagaku cukup besar. Jiejie, ayo kita coba sekali lagi".

"Kau......"

Jiang Xiaoxuan naik pitam, akan tetapi walaupun ia telah mengangsurkan tangannya, ia tak memukulnya, melihat wajahnya nampak malu, Jiang Xiaoxuan terpaksa menahan amarahnya.

"Aku akan mengulanginya, kau harus mendengarkan dengan seksama".

"Iya. Iya, iya!"

Dengan wajah menyesal, Yu Qilin segera mengangguk-angguk.

Saat sang rembulan berada di atas pucuk-pucuk pohon, Jin Yuanbao duduk di samping meja tulis di kamar pengantin seorang diri, ia menulis-nulis beberapa huruf, namun setelah itu tak ingin menulis lagi, melihat kamar yang kosong melompong, hatinya pun kosong melompong.

Setelah beberapa saat, akhirnya ia tak dapat menahan diri lagi dan memanggil.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Xi er, Xi er!"

Mendengar perkataannya, Xi er cepat-cepat masuk dan bertanya.

"Shaoye, ada perintah apa?"

"Mana nona kalian?" "Nona kami?", untuk sesaat Xi er kelabakan, lalu ia pun paham, Jin Yuanbao sedang menanyakan Yu Qilin.

"Oh, nona kami sedang mencari Nona Xue er untuk berlatih memetik kecapi". Mendengar perkataannya, Jin Yuanbao mengangkat alisnya dan tersenyum.

"Sehari-hari ia kasar dan bandel, tapi ternyata ia dapat bersikap bersungguh-sungguh juga". Xi er menimpalinya.

"Beberapa hari berturut-turut ini, nyonya muda setiap hari pergi berlatih memetik kecapi".

"Baiklah", Jin Yuanbao mengangguk-angguk, lalu keluar dari kamar pengantin dan langsung menuju ke rumah obat Gu Zhangfeng. Tempat tinggal Jiang Xiaoxuan terletak di halaman belakang rumah obat, dengan santai Jin Yuanbao berjalan ke arahnya, namun sebelum ia mendekati tempat itu, lamat-lamat telah terdengar suara kecapi. Jin Yuanbao berdiri dan mendengarkannya, perlahan-lahan senyum muncul di wajahnya, tak nyana gadis bau ini cukup pandai memetik kecapi. Jin Yuanbao melangkah ke halaman belakang, namun ia mendapati bahwa di mulut pintu Jiang Xiaoxuan berdiri seseorang yang bersikap sembunyi-sembunyi. Jin Yuanbao tersenyum, dengan tenang ia berjalan ke arahnya, ia mendengar orang itu berkata pada dirinya sendiri.

"Hari ini aku akan mengungkapkan isi hatiku, pasti akan mengungkapkan isi hatiku". Melihatnya, Jin Yuanbao tersenyum nakal, lalu bersiap untuk membuatnya terkejut, akan tetapi ketika ia baru saja hendak diam-diam bergerak, Gu Zhangfeng tiba-tiba berpaling dan memberinya isyarat agar tak bersuara dan mendengarkan sampai selesai. Jin Yuanbao tercengang, namun ia mengangguk-angguk, lalu berdiri dengan tenang sambil mendengarkan suara kecapi. Suara kecapi dari dalam kamar itu perlahan-lahan berhenti. Dengan kecewa Gu Zhangfeng menghela napas, lalu berkata dengan suara lirih.

"Xue er setiap hari memberiku kejutan yang mengembirakan, tak nyana ia begitu pandai memetik kecapi". Begitu mendengar perkataannya, dengan puas diri Jin Yuanbao membantahnya.

"Jangan sombong, yang memetik kecapi bukan Xue er melainkan Jiang Xiaoxuan, dan ia juga tidak melakukannya untuk memberimu suatu kejutan yang mengembirakan, ia berlatih keras untuk memberikan kejutan yang menggembirakan bagiku dan ibuku".

"Tapi yang tinggal di sini jelas-jelas Xue er, bagaimana bisa nyonya muda yang memetik kecapi?"

Wajah Gu Zhangfeng nampak tak percaya.

"Di tengah malam begini, untuk apa kau berdiri di sini? Apakah kau datang khusus untuk mendengarkan kecapi?"

Dengan curiga Jin Yuanbao bertanya.

"Kau bukannya berkata bahwa aku harus berdiri di depan jendela dan mengungkapkan isi hatiku pada Xue er? Aku sudah berdiri di depan jendelanya berhari-hari lamanya, tapi sepatah kata pun belum berhasil kuucapkan", kata Gu Zhangfeng sambil menunduk.

"Kalau kau berpikir seperti ini, bagaimana kau memberitahunya?"

Jin Yuanbao berkata dan tertawa. dapat Namun wajah Gu Zhangfeng nampak muram.

"Aku.......aku tegang, tak bisa bicara".

"Kalau begitu kau pakai saja perkataan yang sudah ada, banyak sekali puisi, syair dan lagu, kau pilihlah salah satu". Jin Yuanbao sangat ingin agar ia berhasil.

"Baik......baiklah....."

Dengan gemetar, Gu Zhangfeng mengambil sebuah benda dari kantongnya.

Dan saat ini di dalam kamar, setelah Jiang Xiaoxuan selesai memetik kecapi, ia mengangkat kepalanya dan menemukan bahwa bayangan hitam itu telah muncul dan cepat-cepat menunjukkannya pada Yu Qilin.

"Lihatlah, bayangan hitam itu datang lagi, mungkinkah dia orang yang disuruh Pengurus Rumah Tangga Liu untuk mengawasiku?"

"Jangan takut, aku ada di sini", Yu Qilin meniup lentera hingga padam, menarik Jiang Xiaoxuan dan menyembunyikannya di sisi jendela, lalu mengawasi keadaaan di luar dengan seksama. "Kenapa muncul seorang lagi?", Jiang Xiaoxuan menyadari bahwa di luar ada sebuah bayangan hitam lain, ia pun makin tegang. Yu Qilin mengerutkan keningnya.

"Apakah mereka satu gerombolan?"

Dengan gemetar, bayangan hitam itu mengeluarkan sebuah benda.

"Celaka, mereka punya senjata rahasia", Yu Qilin mendorong Jiang Xiaoxuan menjauh.

"Sembunyilah baik-baik, aku akan pergi menemuinya". Yu Qilin baru saja hendak bertindak, namun tak nyana bayangan itu dengan gemetar mengeluarkan sehelai kertas. Setelah itu, sebuah suara seorang lelaki yang mengenaskan muncul di balik jendela.

"Ada seorang wanita cantik, begitu melihatnya tak terlupakan, sehari tak melihatnya, pikiran bagai gila. Burung hong jantan terbang tinggi, di keempat lautan mencari burung hong betina. Sayang sekali, si jelita tak ada di tembok timur......"

Yu Qilin tertegun, dengan bimbang ia memandang Jiang Xiaoxuan.

"Itu suara Zhangfeng, apa yang dikatakannya?"

Wajah Jiang Xiaoxuan nampak jengah dan merah padam.

"Ia sedang membaca syair Burung Hong Jantan Mencari Burung Hong Betina Sima Xiang". "Memakai kecapi mengantikan kata-kata, menuliskan kata-kata dari lubuk hati. Kapan kau akan berjanji, sehingga aku tak ragu lagi? Kata-kata yang jujur menemani maksud hati, saling berpegangan tangan. Jikalau tak bisa terbang bersama, binasalah aku". Setelah mendengarkan untuk sesaat, Yu Qilin bertambah bingung.

"Apa maksudnya? Aku akan menanyainya". Tanpa memperdulikan Jiang Xiaoxuan yang berusaha menghalanginya, ia berteriak keras-keras ke luar jendela.

"Zhangfeng, apa maksud perkataanmu? Aku tak mengerti". Begitu mendengar pertayaan Yu Qilin, Gu Zhangfeng yang sedang berdeklamasi dengan sepenuh hati di balik jendela begitu terkejut hingga hendak kabur, akan tetapi ia dihalangi oleh Jin Yuanbao. Jin Yuanbao berteriak keras-keras ke dalam ruangan.

"Tak penting kau paham atau tidak, perkataan ini tak ditujukan padamu". Yu Qilin mengedipkan matanya , lalu bertanya pada Jiang Xiaoxuan.

"Itu suara Jin Yuanbao? Katanya perkataan itu tak ditujukan padaku, jadi ditujukan padamu? Apa kau paham maksud Zhangfeng?"

Masa kau tak paham......wajah Jiang Xiaoxuan memerah, ia menunduk tanpa berkata apa-apa. Melihatnya, Yu Qilin berteriak keras-keras ke balik jendela.

"Xue er juga tak paham. Zhangfeng, apa maksud perkataanmu?"

"Hahaha!", Jin Yuanbao tertawa terbahak-bahak.

"Dasar kutu buku, untuk apa kau mengatakannya dengan begitu rumit? Kalau kau ingin mengungkapkan isi hatimu lakukanlah dengan terus terang. Nona Xue er, si tolol ini berkata bahwa ia suka padamu, karena memikirkanmu ia tak bisa makan dan tidur". Sekarang Yu Qilin pun paham. Mendengar perkataan yang begitu jujur itu, Jiang Xiaoxuan makin jengah dan lalu menutupi wajahnya dengan sepasang tangannya.

"Dua orang gila yang bernyali besar ini datang untuk berbuat onar karena kebanyakan makan, coba lihat bagaimana aku akan membereskan mereka". Setelah berbicara, Yu Qilin mendorong daun jendela hingga terbuka, lalu berseru ke luar.

"Zhangfeng, Jin Yuanbao, kalau ada masalah, majulah untuk berbicara dengan Xue er Jiejie". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao cepat-cepat mendorong Gu Zhangfeng ke depan beberapa langkah. Namun tak nyana.

"Byur!", sebaskom air menguyur dari balik jendela dan membuat Gu Zhangfeng basah kuyup serta terkejut.

"Aku akan mendinginkan kalian dulu, coba lihat apa kalian masih berani berbuat onar". Yu Qilin mengangkat alisnya, tangannya mengenggam sebuah baskom. Sekujur tubuh Jin Yuanbao basah kuyup, ia pun berkata dengan marah.

"Jiang Xiaoxuan, apa yang kau lakukan? Kenapa kau menyiram kami?"

"Kalianlah yang perlu disiram supaya ketololan kalian menghilang". Sambil berbicara Yu Qilin menerjang keluar kamar dan lalu mengomeli mereka.

"Malam-malam begini kalian dua bangsat ini datang ke sini untuk membuat keonaran apa? Masih belum kabur juga, apa sebaskom air belum cukup?"

Melihat Yu Qilin keluar, Gu Zhangfeng sangat terkejut, ia menjatuhkan kertas itu dan lari terbirit-birit.

Jin Yuanbao memandang Yu Qilin dengan hambar, ia mengibaskan air di tubuhnya, lalu dengan acuh tak acuh berlalu, sebelum pergi dengan enteng ia berkata.

"Aku ini sedang membantu orang mewujudkan cita-citanya, namun tak nyana bertemu dengan orang yang tak tahu terima kasih".

"Kalau setelah ini kalian masih berani datang lagi untuk berbuat onar, coba lihat kaki kalian akan kupatahkan tidak",Yu Qilin mengayun-ayunkan tinjunya. Jiang Xiaoxuan juga ikut keluar, begitu melihat kertas yang berisi ungkapan hati Gu Zhangfeng itu, ia diam-diam memungutnya. Saat makan siang keesokan harinya, Gu Zhangfeng sengaja membuat beberapa masakan obat dan mengundang Jin Yuanbao serta Yu Qilin untuk mencobanya, di tengah jalan mereka bertemu dengan Liu Qianqian. Begitu melihat Jin Yuanbao, Liu Qianqian tak bisa tidak mengikutinya, tanpa memperdulikan mereka hendak melakukan apa, ia langsung menempel mereka. Jin Yuanbao tak dapat berbuat membiarkannya mengikuti mereka. apa-apa dan terpaksa Setibanya di rumah obat Gu Zhangfeng, Jiang Xiaoxuan telah sibuk mengatur meja makan, di atas meja telah diletakkan hidangan-hidangan yang mengandung obat, sedangkan dirinya sedang menaruh berbagai mangkuk dan sumpit. Begitu Gu Zhangfeng melihat mereka, ia langsung menyambut mereka, setelah berbasa-basi, mereka menentukan tempat duduk masing-masing. Ketika Gu Zhangfeng hendak duduk di sisi Jiang Xiaoxuan, Jin Yuanbao menarik-narik lengan bajunya, ketika ia memandangnya, Jin Yuanbao mengedipkan matanya seraya memberinya sebuah saran dengan suara lirih.

"Jurus ketiga, acuhkan dia supaya dia cemburu". Gu Zhangfeng mendadak tersadar, ia mengangguk dengan bersemangat, lalu duduk di tempat yang paling jauh dari tempat duduk Jiang Xiaoxuan. Mereka semua mengambil tempat duduk masing-masing, namun masih tak menggerakkan sumpit mereka, Jin Yuanbao memandang mereka untuk beberapa saat, lalu bertanya.

"Apa kau sudah memastikan bahwa hidangan obatmu ini tak bermasalah? Nyawaku si tuan muda ini amat berharga, aku tak ingin mati di tanganmu".

"Aku sudah mengujinya berkali-kali, hidangan-hidangan ini tak bermasalah", dengan lugu Gu Zhangfeng menjawab, setelah berbicara, ia berpikir sejenak, lalu menjepit sepotong daging ayam bertulang hitam untuk diberikan kepada Yu Qilin.

"Shao furen, cobalah ayam bertulang hitam ini....."

Walaupun sumpitnya ditujukan ke arah Yu Qilin, matanya memandang Jiang Xiaoxuan.

Dengan tercengang Yu Qilin memandang daging ayam dalam mangkuk itu, ia amat heran, ia dan Gu Zhangfeng tak bisa dibilang akrab, apakah hubungan diantara mereka begitu akrab hingga mereka saling berbagi lauk? Namun tak nyana, Gu Zhangfeng kembali menyumpit sepotong lauk lagi dan memberikannya kepadanya.

"Ada juga rebung kering yang cocok untuk dimakan dengannya". Yu Qilin makin kebingungan. Akan tetapi, Jin Yuanbao yang berada di sisinya tak tahan melihatnya, dengan gesit ia hendak menjepit lauk dengan sumpitnya, tapi ia berlagak tak waspada dan membentur lengan Gu Zhangfeng, sehingga lauk itu pun terjatuh ke pakaian Gu Zhangfeng sendiri. Dengan kesal Jin Yuanbao berkata.

"Kalau hatimu belum pasti, tanganmu juga belum pasti? Kau belum mengerti sepenuhnya tentang tiga bagian ladangmu tapi berani memberi orang lain lauk". Melihat kejadian itu, Yu Qilin cepat-cepat memberikan serbet pada Gu Zhangfeng.

"Lap bajumu". Jiang Xiaoxuan pun bertanya dengan penuh "Zhangfeng apa kau tak terkena makanan panas?"

Perhatian, Karena tak menyangka bahwa Jiang Xiaoxuan memperhatikan dirinya, Gu Zhangfeng menjadi bersemangat, ia seakan mendapat angin.

"Aku tak apa-apa, tak kena makanan panas, perkataan tuan muda berguna, aku jadi mendapat keuntungan dari kemalangan". Melihat caranya berhasil, Gu Zhangfeng menjadi makin penuh perhatian pada Yu Qilin, dengan gesit ia menjepit sepotong jamur yang ditumis dengan sumpitnya dan hendak menaruhnya di mangkuk kecil Yu Qilin.

"Dalam kitab Bencao Gangmu, ditulis bahwa jamur menguatkan tubuh, serta menyehatkan perut dan empedu, membantu pencernaan makanan, memperbanyak qi dan meningkatkan pengeluaran cairan tubuh......"

Melihatnya, Jin Yuanbao mengerutkan dahinya, ia telah mengantisipasi apa yang akan terjadi dan dengan gesit mengambil mangkuk kecil Yu Qilin, lalu memelototi Gu Zhangfeng.

"Aku menyuruhmu mengurus tiga bagian ladang milikmu, jangan setelah menyiram dirimu sendiri dengan makanan panas, kau lantas menyiram orang lain dengan makanan panas!" Gu Zhangfeng tak dapat berbuat apa-apa, untuk beberapa saat ia memandang jamur yang disumpitnya itu, lalu memandang ke sekelilingnya, ia pun melihat Liu Qianqian yang sedang dengan tenang makan di sampingnya, apa boleh buat, ia terpaksa mengangkat lauk itu dan menaruhnya dalam mangkuk kecil Liu Qianqian.

"Qianqian, jamur memperpanjang umur dan memelihara kecantikan, makanlah sedikit lebih banyak jamur". Dengan heran Liu Qianqian memandangnya. Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao kembali khawatir bahwa si tolol ini akan kembali memberi Yu Qilin lauk, maka ia memdahuluinya dan memberi Yu Qilin lauk, akan tetapi ia merasa malu kalau orang lain tahu bahwa ia memperhatikan Yu Qilin, maka ia malahan berkata.

"Aku khawatir lauk ini beracun, bantu aku untuk mencobanya". Yu Qilin mengulirkan matanya.

"Kau ini rewel sekali, ada racunnya bagaimana, kau benar-benar merusak selera makan". Gu Zhangfeng kembali hendak mengambilkan lauk untuk Yu Qilin, namun Jin Yuanbao pun kembali mendahuluinya dengan menaruh sepotong ubi di mangkuk kecil Yu Qilin.

"Ubi ini terlalu lama dikukus, tidak enak, kau saja yang makan". Melihat mereka, seketika itu juga Jiang Xiaoxuan pun paham bahwa Jin Yuanbao sedang minum cuka, maka ia menasehati Gu Zhangfeng.

"Zhangfeng, nyonya muda sudah diurus oleh tuan muda, kau tak usah repot-repot mengurusnya". Akan tetapi, di mangkuk kecil Yu Qilin sudah tak ada tempat untuk menaruh lauk yang sedang disumpit Gu Zhangfeng, maka ia pun terpaksa menaruhnya di mangkuk Liu Qianqian. Oleh karenanya, di sepanjang perjamuan itu, Jin Yuanbao tak henti-hentinya memberikan lauk pada Yu Qilin, sedangkan Gu Zhangfeng tak henti-hentinya memberikan lauk pada Liu Qianqian. Mata Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan tak henti-hentinya beralih-alih memandang Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng, mereka heran kenapa kedua lelaki itu bersikap demikian. Namun Liu Qianqian agak berbeda, ia amat senang diperhatikan oleh lelaki, ia melirik Yu Qilin, lalu melirik Jiang Xiaoxuan dengan wajah penuh kemenangan. Untuk sesaat, tak ada orang yang memperdulikan Jiang Xiaoxuan, dan ia pun merasa tak nyaman. Akhirnya Yu Qilin tak tahan lagi dan melemparkan sumpitnya di atas meja.

"Aku tak bisa makan lagi, Jin Yuanbao, sebenarnya kau sedang menjalankan tipu muslihat apa? Kalau kau tak menjelaskannya dengan jujur padaku, aku tak bisa makan lagi". Jin Yuanbao memasang tampang tak berdosa, membentangkan sepasang tangannya.

"Memangnya masalah apa kalau aku memberimu lauk?"

Lalu ada "Kau jangan berpura-pura, perjamuan ini dari awal sampai akhir aneh sekali, Gu Zhangfeng lah yang paling aneh, ide konyol ini pasti berasal darimu". Ketika mendengarnya, Liu Qianqian meraa tak senang dan membanting sumpitnya di atas meja.

"Kalau Zhangfeng Ge baik kepadaku, apa hubungannya denganmu? Apa kau tak bisa melihat ada orang yang baik padaku?"

Gu Zhangfeng melihat ke sekelilingnya, lalu bertanya dengan muram pada Jin Yuanbao.

"Yuanbao, kenapa yang marah malah istrimu dan bukan Xue er kami?"

Sebuah batu menimbulkan selaksa gelombang.

Semua orang yang berada di tempat itu tercengang.

Jiang Xiaoxuan menarik bibirnya, wajahnya merah padam, ia segera menaruh sumpitnya di meja dan cepat-cepat pergi.

Melihatnya, Yu Qilin pun cepat-cepat mengejarnya.

Liu Qianqian memandang mereka berdua dan seketika itu juga tersadar bahwa ia telah dipergunakan oleh mereka, ia langsung naik pitam, membanting mangkuknya dan pergi.

Saat ini, yang tersisa hanya Jin Yuanbao dan Gu Zhangfen, dua lelaki pecundang.

Dengan muram Gu Zhangfeng menaruh mangkuk dan sumpitnya.

"Aku sudah mencoba semua cara yang kau katakan, tapi semuanya tak berhasil". Jin Yuanbao mendengus dan berkata.

"Itu gara-gara kau sendiri yang bodoh, tahu tidak?"

"Yuanbao, aku benar-benar tak bisa hidup tanpa Xu er, di kitabkitab pengobatan, ini disebut sakit rindu".

"Sakit rindu?"

Gu Zhangfeng mengangguk.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, setiap melihat Nona Xue er aku bahagia, aku lebih bahagia dibandingkan dengan dirinya....."

Mendengar perkataannya itu, hati Jin Yuanbao terkesiap, ia teringat akan bagaimana saat di Emeishan mereka berdua berbuat onar di dapur, benaknya perlahan-lahan dipenuhi oleh suara tawa Yu Qilin yang bagaikan denting bel perak.

"Melihat Xu er kesusahan, aku lebih susah dibandingkan dengan dirinya.....", Gu Zhangfeng mengumam pada dirinya sendiri. Jin Yuanbao teringat akan wajah Yu Qilin yang bagai bunga pir terkena hujan ketika ia bercerita tentang penderitaan masa kecilnya......teringat akan wajahnya yang nampak berat berpisah dengan Nyonya Yu di kereta kuda ketika mereka pulang......saat itu, hatinya seakan tercekat, sehingga ia tak bisa tidak berjanji.

"Aku akan mengajakmu pulang lagi". "Melihat Nona Xu er berada dalam bahaya, walaupun harus mempertaruhkan nyawa, aku masih ingin melindunginya....."

Jin Yuanbao teringat, di kubu di gunung itu, saat pertarungan sengit tak bisa dimenangkan oleh kedua belah pihak, dengan gagah berani dirinya maju untuk menangkis tikaman pedang demi Yu Qilin, walaupun tikaman itu tak mengenainya, tapi ia merasa yakin bahwa saat itu, tanpa banyak pikir lagi, secara naluriah ia akan langsung menerjang ke depan.....

"Melihatnya berjalan dekat lelaki lain, hatiku terasa pedih....."

Benar......rasanya memang pedih......Jin Yuanbao mengerutkan dahinya, begitu ia mengingat kejadian saat Yu Qilin mengantarkan obat untuk Liu Wenchao sambil mengobrol dan tertawa dengan ramah dengannya, hatinya terasa tertekan hingga sulit ditahan.

"Menurut kitab-kitab pengobatan, ini adalah sakit rindu......"

Wajah Gu Zhangfeng nampak kesal. Jin Yuanbao amat terkejut.

"Ini yang namanya sakit rindu? Masa.......aku jatuh cinta pada gadis bau ini?"

"Yuanbao, bantulah aku untuk mencari akal lagi supaya aku dapat merebut hati Xue er", Gu Zhangfeng mencengkeram lengan bajunya sambil memohon pertolongannya. Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu bertanya.

"Mungkin tidak kalau Nona Xue er sudah punya orang yang disukai? Atau mempunyai suatu masalah?" Perkataannya itu bagai membangunkan seseorang yang sedang mimpi, Gu Zhangfeng amat terkejut.

"Kalau ia punya orang semacam itu, aku harus bagaimana?"

"Kalau begitu kau terpaksa hanya dapat menunggunya sampai ia meninggalkannya, atau kau harus membantunya meninggalkannya". Jin Yuanbao berkata dengan penuh arti. Gu Zhangfeng nampak merenung.

"Aku harus membantunya meninggalkannya?"

"Ya.......", Jin Yuanbao mengangguk-angguk, setelah itu Gu Zhangfeng memburu keluar dari ruangan itu, sehingga ia terpaksa menelan kembali sisa perkataannya, lalu sambil tertegun ia memandang hidangan obat yang memenuhi meja dan memakannya tanpa merasakan rasanya...... Hatinya penuh kecemasan...... Begitu Gu Zhangfeng keluar dari ruangan itu, ia langsung menuju ke kamar Jiang Xiaoxuan, setelah membuka tirai penutup pintu, ia masih tak tahu bagaimana ia harus berbicara, namun melihat Jiang Xiaoxuan sedang mengerjakan pekerjaan rumah tangga, ia segera membantunya dengan serabutan. Melihat pandangan matanya terus terpaku pada dirinya, Jiang Xiaoxuan tak bisa menahan senyumnya dan berkata.

"Apa kau punya sesuatu yang hendak kau katakan padaku?"

Gu Zhangfeng merasa amat jengah.

"Apakah kau dapat melihatnya?" Si tolol ini.....Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng, lalu tersenyum dan berkata.

"Kalau ada yang hendak kau katakan, katakanlah saja". Karena tak tahu kenapa ia menggelengkan kepalanya, Gu Zhangfeng tertegun, ia berpikir sejenak namun masih benarbenar tak mengerti, maka ia tak lagi memikirkannya dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Aku hendak bertanya padamu, apakah kau membenci Li Jun, lelaki tak setia yang melukaimu itu sampai kau harus mengembara di jalanan?"

Jiang Xiaoxuan tertegun, untuk beberapa saat ia diam, lalu menjawab.

"Aku membenci dia, aku benci dia karena dia menipu dan mengecewakanku. Tapi kalaupun aku membencinya, apa yang dapat kuperbuat? Ia sudah mencampakkanku dan pergi, hari-hari yang sudah berlalu tak mungkin kembali lagi".

"Kalau ada cara baginya untuk minta maaf padamu, apakah hal itu akan membuat hatimu agak lebih lega?"

Dengan hambar Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng.

"Ia tak pantas mendapatkan cintaku, kalaupun ia meminta maaf apa gunanya?"

"Kalau permintaan maafnya dapat membuatmu merasa lega, aku bersedia untuk mewakilimu mencari keadilan!"

Setelah berbicara, dengan penuh perasaan Gu Zhangfeng memandangnya, lalu berbalik dan berlalu. Melihat sosoknya yang pergi meninggalkan tempat itu, Jiang Xiaoxuan merasa kebingungan.

"Si tabib tolol ini kenapa begitu aneh?"

Siang itu, waktu Yu Qilin berlatih memetik kecapi pun kembali tiba, akan tetapi ketika memandang senar-senar kecapi yang tipis itu, Jiang Xiaoxuan tak bisa memusatkan pikirannya dan tak dapat menahan dirinya untuk tak bertanya.

"Apakah menurutmu belakangan ini Zhangfeng agak aneh?"

Yu Qilin mengangguk.

"Jin Yuanbao lebih aneh lagi".

"Zhangfeng belakangan ini selalu mencari berbagai cara untuk bermanis-manis padaku, akan tetapi setiap kali ia melakukannya aku tak tahu harus tertawa atau menangis". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin pun menimpali.

"Belakangan ini, Jin Yuanbao selalu bersikap dingin padaku, tapi sebenarnya ia sedang diam-diam memperhatikanku".

"Selain itu......ketika kita terakhir makan bersama, Zhangfeng tak henti-hentinya memberikan lauk pada Liu Qianqian, tapi terus menerus memandangku".

"Akhir-akhir ini Jin Yuanbao makin angkuh, setiap kali berbicara denganku, matanya selalu memandang ke langit".

"Menurutku Zhangfeng juga sangat mirip dengannya......", wajah Jiang Xiaoxuan memerah.

"Sepertinya ia sedang mengejarku, hanya saja caranya agak berlebihan, selalu agak tergesagesa......" Yu Qilin tertegun, ia menjadi agak paham, maka ia segera memastikan.

"Kulihat akhir-akhir ini mereka selalu bersama sambil berbisik-bisik, kurasa Jin Yuanbao pasti sedang memberinya sebuah ide konyol".

"Barusan ini Zhangfeng juga tiba-tiba menyinggung....."

Jiang Xiaoxuan tiba-tiba menyadari apa yang hendak dilakukan oleh Gu Zhangfeng, sekonyong-konyong ia pun bangkit.

"Celaka....."

"Ada apa?"

Yu Qilin tak memahami alasan perbuatannya itu.

Jiang Xiaoxuan pun tak menjelaskannya, dengan cepat ia memburu ke luar, Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa mengikutinya.

Sebuah joli kecil yang ringan perlahan-lahan memasuki Wisma Li.

Setelah menutup pintu, Liu Wenchao dan A Gui keluar dari balik sebatang pohon liu besar dan melangkah ke depan.

Melihat pintu gerbang besar yang dilak merah itu, A Gui berbisik.

"Tuan, ini wisma kediaman Li Jun".

"Nona Xue er datang ke ibu kota untuk mencari Li Jun ini, sepertinya ia bukan orang biasa". Mata Liu Wenchao berbinarbinar.

"Hmm......"

A Gui memperingatkannya.

"Nona Xue er hanya berkata bahwa ia mencari nyonya muda, ia sama sekali tak berkata apa-apa tentang mencari Li Jun, dalam hal ini pasti ada suatu rahasia". Liu Wenchao tersenyum.

"Asalkan bisa mencari Li Jun ini, asal usul Xue er akan menjadi jelas; dan kalau asal usul Xu er sudah jelas, bukankah asal usul nyonya muda kita juga akan langsung menjadi jelas juga?"

"Kalau begitu.......kita akan masuk untuk menanyainya?"

Liu Wenchao menggeleng-geleng.

"Di siang bolong banyak orang yang bercampur baur, lain kali kita akan datang lagi".

"Baik!", jawab A Gui. Akan tetapi tak nyana, begitu mereka berdua melangkah, Gu Zhangfeng telah melangkah ke depan pintu gerbang rumah Li Jun. Ia melihat ke atas, memperhatikan cincin pengetuk pintu dan menarik napas dalam-dalam, lalu setelah merapikan pakaiannya, ia mengumpulkan keberaniannya dan mengetuk pintu. Dengan suara berderit pintu terbuka, namun yang ternyata yang muncul adalah istri Li Jun yang galak, dengan kesal ia memperhatikan Gu Zhangfeng, lalu bertanya.

"Kau mencari siapa?"

Dengan sopan Gu Zhangfeng menjura, lalu berkata.

"Aku mencari Li Jun, mohon minta dia keluar". Si nyonya galak memandanginya, lalu mendadak teringat bahwa ia sudah pernah melihatnya sebelumnya, wajahnya kontan menjadi masam.

"Kenapa bisa kau lagi! Untuk apa kau mencari suamiku?"

Gu Zhangfeng menghela napas, ternyata ingatannya sangat baik, tak ada gunanya beradu mulut dan memberi penjelasan lagi, maka ia segera mengangkat kepalanya, sambil mengendong tangan di punggung, dengan wajah bersungguhsungguh ia berkata.

"Aku hendak mewakili seorang wanita baik hati yang malang untuk menuntut keadilan pada suamimu. Kongzi berkata......"

Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, rasa cemburu si nyonya galak telah berkobar-kobar, ia mendorong Gu Zhangfeng hingga terjatuh ke tanah.

"Kulihat kau ini kurang kerjaan, mencari masalah padahal tak ada masalah, atas dasar apa kau mencari suamiku untuk menuntut keadilan mewakili seorang wanita cantik yang baik hati segala? Menurutku kau ini keparat iseng yang kurang kerjaan. Cepat enyah dari mukaku, kalau tidak jangan salahkan aku kalau nenekmu ini tak sungkansungkan lagi padamu". Sambil merayap bangkit dengan susah payah, Gu Zhangfeng berusaha membujuk si nyonya galak.

"Aku tak akan memperbolehkanmu berkata jelek tentang Xue er, jelas-jelas suamimu yang mengecewakan Xue er, kalau tak percaya, suruhlah dia keluar untuk menjelaskannya". Saat ini, Li Jun memburu keluar, tanpa banyak cingcong ia mengangkat kakinya dan sekali lagi menendang Gu Zhangfeng, setelah itu ia menarik si nyonya galak dan berkata.

"Niangzi, kau tak usah mendengarkan omong kosongnya. Jelas bahwa wanita itu yang mimpi di siang bolong, dan ia pun masih berani minta pertolongan dari seorang lelaki asing dan melibatkan diriku, benar-benar tak punya malu". Mendengar perkataannya, amarah si nyonya galak makin berkobar-kobar.

"Xianggong, tak usah banyak berdebat dengannya, kita pukul saja dia sampai dia berlutut minta ampun dan tak lagi berani menganggu kita". Suami istri itu benar-benar tak memperdulikan hukum, mereka berdua memukuli Gu Zhangfeng. Gu Zhangfeng yang malang menerima pukulan itu sambil terus tak lupa dengan keras kepala menuntut keadilan bagi Jiang Xiaoxuan.

"Li Jun, kau telah membuat Xue er kecewa, hal ini sudah merupakan kesalahan besar, akan tetapi sekarang kau hendak memutar balikkan kenyataan. Bagaimana kau bisa mengkhianati hati nuranimu sendiri? Seorang lelaki jantan harus berani mempertanggung jawabkan perbuatannya, bagaimana kau bisa mengingkari janjimu pada seorang wanita lemah? ......Apa kau tahu betapa Xue er menderita demi dirimu? Aku datang kali ini hanya untuk minta kau mohon maaf dengan tulus, supaya hatinya agak lega....."

Justru pada saat Gu Zhangfeng telah dipukuli sampai babak belur, Jiang Xiaoxuan datang dengan mengajak Yu Qilin, melihat wajah Gu Zhangfeng yang jelas telah terluka tapi masih terus berdebat tanpa henti untuk membela dirinya, hendak minta Li Jun minta maaf pada dirinya, hati Jiang Xiaoxuan meleleh menjadi air, yang seketika itu juga memancar, lalu berubah menjadi butiran-butiran air mata yang meleleh.

Seakan terbang ia menerjang ke atas tubuh Gu Zhangfeng dan menggunakan tubuhnya sendiri untuk menangkis tendangan dan pukulan.

Namun Yu Qilin yang berada di sampingnya bertindak dengan lebih cepat, ia telah menendang Li Jun hingga terjatuh ke tanah, lalu menendanginya hingga Li Jun menjerit-jerit kesakitan.

Melihat kejadian itu, si nyonya galak segera meninggalkan Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng, lalu menerjang ke arah Yu Qilin untuk mencabik-cabiknya, tapi ia bukan tandingan Yu Qilin, dengan cepat ia pun berhasil ditundukkan olehnya.

Saat itu Jiang Xiaoxuan baru mendapat kesempatan untuk memapah Gu Zhangfeng berdiri, dengan hati pedih ia memandangnya, lalu berkata.

"Untuk apa kau bersusah payah seperti ini, kalaupun kau tahu banyak tentang kitab-kitab klasik Konghucu, orang semacam ini mana bisa diajak bicara?"

Sudut-sudut mulut Gu Zhangfeng yang ungu dan hitam terkena pukulan membentuk seulas senyum yang dipaksakan.

"Xue er, aku cuma, cuma ingin membuat hatimu sedikit lebih lega". "Dasar tolol......", Jiang Xiaoxuan merasa iba, namun tak bisa menahan diri untuk tak berkata.

"Kau benar-benar seorang tolol! Aku tak ingin permintaan maafnya, aku hanya ingin kau baikbaik saja. Kau kenapa begitu tolol, mensia-siakan tenaga untuk orang semacam ini, ia tak pantas mendapatkannya". Mendengarnya berkata seperti itu, Gu Zhangfeng tentu saja amat gembira, karena tak hati-hati, senyum di wajahnya bertambah lebar, seketika itu juga mulut lukanya tertarik, sehingga wajahnya yang penuh senyum berubah menjadi sangat aneh.

"Aku tak apa-apa, kau tak usah mengkhawatirkanku". Untuk sesaat Jiang Xiaoxuan tersenyum jengah, namun begitu berpaling, ia mendapati bahwa Yu Qilin telah memukul suami istri Li Jun hingga mereka berlutut di atas tanah. Sambil menutupi wajahnya Li Jun berkata.

"Kalian ini kenapa tak bisa diajak bicara!"

Yu Qilin langsung memberinya sebuah bogem mentah.

"Bicara apa, kepalanku ini adalah pembicaraan yang paling bagus!"

Melihat kejadian itu, Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menghibur Gu Zhangfeng, bangkit dan melangkah ke hadapan Li Jun, lalu memandangnya dari ketinggian, akan tetapi, dalam sekejap mata, berbagai perasaan bercampur aduk dalam hatinya sehingga ia tak kuasa berkata apa-apa.

Melihat Jiang Xiaoxuan datang menghampirinya, Yu Qilin segera menarik rambut Li Jun dan memaksanya menengadah memandang Jiang Xiaoxuan.

"Aku ingin memberitahumu bahwa wanita tidak gampang ditipu, dan juga tidak gampang dianiaya, sekarang aku akan membuatmu minta maaf pada Xue er sampai dia puas, kalau tidak, aku akan terus memukulimu sampai gigimu copot semua".

"Aku minta maaf, aku minta maaf", Li Jun langsung hendak mengangguk, namun karena rambutnya dijambak, ia tak bisa berkutik dan hanya bisa berulang-ulang berkata dengan mengenaskan.

"Aku minta maaf! Aku minta maaf dengan tulus!"

Melihat wajahnya yang hina, hati Jiang Xiaoxuan terguncang, ia merasa bahwa sesuatu yang bertahun-tahun dinantikan dan diharapkannya adalah sebuah lelucon besar, setelah berpikir sejenak, ia tersenyum getir, ketika mengusap sudut-sudut matanya, entah sejak kapan air matanya telah mengalir, namun ia mengangkat kepalanya dan memandang Li Jun dengan angkuh, setelah itu, ia meniru contoh Yu Qilin dan mengangkat kakinya, lalu menendang Li Jun.

"Aku sudah berkata padamu, kau tak perlu minta maaf". Setelah berbicara, ia berbalik dan memayang Gu Zhangfeng, lalu berkata dengan angkuh bercampur girang.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ayo pergi!", setelah itu ia melangkah pergi dengan jumawa. Kali ini, ia pergi tanpa ragu sedikitpun, hatinya sama sekali tak cemas. Sebelum mereka berjalan jauh, Yu Qilin baru menghela napas dan berkata dengan suara pelan.

"Ternyata kau kabur dari pernikahan karena dia. Keparat bau, ia telah melukaimu hingga kau sampai begitu menderita di jalanan, kenapa kau tak memberitahuku dari dulu? Kalau tidak dari dulu istrinya itu sudah kupukul sampai ia tak bisa mengenalinya lagi!"

Jiang Xiaoxuan tersenyum.

"Memukulinya hari ini juga belum terlambat, kok". Melihat ekspresi Jiang Xiaoxuan yang riang gembira, hati Gu Zhangfeng seakan direndam dalam madu, untuk sesaat ia seperti linglung dan melupakan rasa sakit akibat luka-lukanya.

"Xue er, kalau tersenyum kau benar-benar cantik". Melihatnya, Yu Qilin pun menyeletuk sambil tersenyum lebarlebar.

"Kalau aku tersenyum aku juga sangat cantik, hahaha!"

"Hei!", sambil tersenyum Jiang Xiaoxuan menegurnya.

"Kalau tersenyum tak boleh sampai memperlihatkan gigi, apa kau lupa bahwa kau sekarang......adalah nyonya muda Wisma Jin? Tapi kau tersenyum sambil memperlihatkan dua puluh gigi lebih, ini adalah sebuah aib besar!"

Mendengar perkataan itu, senyum Yu Qilin bertambah manis, ia cepat-cepat mengangsurkan tangannya dan menarik tangan Jiang Xiaoxuan, lalu berkata dengan manja.

"Baiklah, kalau begitu kau tinggallah dan ajari aku bagaimana seharusnya bersikap". Gu Zhangfeng pun cepat-cepat menimpali, tinggallah! Xue er, kau tak boleh pergi!"

"Tinggallah.

"Ya.......", dengan jengah Jiang Xiaoxuan memandangnya, ia menundukkan kepalanya dan tak berkata apa-apa. Mereka berdua saling melirik dan mengobrol dengan mesra, untuk sesaat mereka tak memperhatikan keadaan di sekeliling mereka dan Yu Qilin yang sedang melihat-lihat sebuah kios yang menjual orang-orangan di tepi jalan pun tertinggal di belakang. Dengan gembira Yu Qilin membeli empat buah orang-orangan, akan tetapi begitu mengangkat kepalanya, ia mendapati bahwa mereka berdua sudah tak kelihatan jejaknya, Yu Qilin merasa kesal, tapi setelah berpikir bahwa mereka sedang mencurahkan perasaan terdalam mereka, ia pun tersenyum.

"Baiklah....aku akan pulang sendiri.....", sambil mengumam pada dirinya sendiri, Yu Qilin berjalan ke arah Wisma Jin sambil memainkan orang-orangannya, namun tak nyana, saat ia berjalan dekat mulut sebuah lorong, seseorang membekap mulutnya. Yu Qilin baru saja hendak meronta sekuat tenaga, namun ia mendengar sebuah suara yang sudah akrab dengannya terdengar di sisi telinganya.

"Ini aku!"

Yu Qilin terkejut, lalu dengan wajah gembira bercampur kaget ia berpaling dan berkata.

"Pang Hu?!" "Iya", Pang Hu meringis, namun perutnya lalu mengeluarkan bunyi keroncongan, wajahnya pun memerah.

"Lapar, ya?", Yu Qilin tertawa.

"Ayo pergi! Kita makan dulu!"

Mereka berdua berjalan ke sebuah kedai nasi di sekitar tempat itu, lalu makan semangkuk besar mi. Melihat wajah Pang Hu yang menelannya dengan rakus, dengan gembira Yu Qilin tersenyum lebar.

"Sejak hari itu ketika kita bertemu perampok sungguhan dan terpencar, aku selalu mengkhawatirkanmu! Maka aku sengaja meninggalkan pesan pada ibu".

"Hmm....", Pang Hu berusaha keras menelan mi dalam mulutnya.

"Hari itu aku dan beberapa saudara tercerai berai ke segala penjuru, tapi setelah itu aku kembali ke penginapan itu untuk mencarimu, namun saat itu tempat itu sudah dibakar orang". Yu Qilin memicingkan matanya.

"Orang yang membakar penginapan itu pasti orang yang mengirim gerombolan perampok itu, mereka hendak melenyapkan mayat dan menghancurkan bukti-bukti kejahatan mereka!"

"Kami tak begitu mengerti tentang apa yang terjadi, setelah itu aku kembali ke Emeishan dan mendengar ibumu berkata bahwa kau telah pulang, setelah tahu kau tak apa-apa aku merasa lega". Setelah berbicara sampai di sini, Pang Hu pun tersedu.

"Qilin, aku sangat takut kau kenapa-kenapa....." "Hah!", dengan bersemangat Yu Qilin membusungkan dadanya dan meninju Pang Hu.

"Aku Yu Qilin mana bisa begitu mudah dibunuh? Memangnya kita kakak beradik ini siapa? Kita adalah sepasang pahlawan Emeishan!"

Sekilas cahaya muram berkelebat di mata Pang Hu.

"Benar, benar, kita kakak beradik adalah.....sepasang pahlawan! Kalau begitu kapan kau berencana pulang ke Emeishan?"

Namun Yu Qilin sama sekali tak merasakan perubahan perasaan Pang Hu.

"Urusanku belum selesai, walaupun aku sudah mengajak Jin Yuanbao pulang, namun ibu tak memperbolehkanku memberitahunya, maka aku terpaksa menunggu sampai ada kesempatan untuk membuat Jin Yuanbao dan ibuku saling mengenali".

"Kalau begitu, bagaimana kau bisa menjadi istri Jin Yuanbao?"

"Hei!", dengan santai Yu Qilin berkata.

"Itu semua cuma purapura!"

"Bagus kalau cuma pura-pura.....kalau begitu, bagaimana Jin Yuanbao bersikap pada dirimu?"

"Kau pikir ia bisa menganiayaku? Memangnya aku ini siapa? Yu Qilin!", Yu Qilin menepuk dadanya, lalu kembali tertawa dan berkata.

"Dia itu sebenarnya tak jahat, cuma banyak menyimpan kebiasaan buruk, sombong, selalu merasa benar sendiri, cinta kebersihan, dan suka memerintah orang lain, ia sekuat seekor kepiting, akan tetapi kalau Jin Yuanbao seekor kepiting, maka aku Yu Qilin adalah sebuah kukusan bambu, aku akan mengukusnya; kalau Jin Yuanbao seseorang yang keras kepala, aku Yu Qilin adalah sebuah tembok bata, aku akan me -----"

Melihat wajahnya yang bergairah, Pang Hu merasa hatinya agak pedih dan tertekan, ia segera menghabiskan mi dan menaruh sumpitnya, lalu berkata.

"Kalau kau berbicara tentang dia, perkataanmu mengalir tak ada hentinya.....hahaha, aku senang melihatmu baik-baik saja, aku pergi dulu, ya!"

Yu Qilin sedang asyik bercerita, maka ia pun cepat-cepat menahannya.

"Jangan pergi! Ikut aku pulang ke Wisma Jin, sekarang aku benar-benar seorang nyonya muda, aku bisa mengatur sebuah jabatan yang menguntungkan untukmu, apa kau mau bertugas di dapur belakang, atau kau kuberi suatu jabatan khusus....."

"Benar-benar tak perlu, kalau kau perlu bantuan panggil saja aku, sekarang aku pergi dulu". Dengan muram Pang Hu meninggalkan tempat itu. Melihat punggungnya yang dengan cepat menjauh, Yu Qilin masih belum mengerti.

"Ai ---- kenapa si Pang Hu ini?"

Ketika Jin Yuanbao mendengar bahwa Gu Zhangfeng dihajar orang, ia merasa cukup khawatir dan bergegas mencarinya, namun tak nyana, begitu ia mendorong pintu hingga terbuka, ia melihat Gu Zhangfeng yang babak belur dan tak bisa duduk dengan tegak, yang wajahnya dibalut koyo, masih tersenyum ketolol-tololan dengan bahagia.

Sudut-sudut mata Jin Yuanbao berkedut, ia melangkah ke depan, lalu bertanya dengan penuh perhatian.

"Apa otakmu rusak kena pukul? Kenapa kau tersenyum-senyum terus? Cinta memang mencelakai orang, aku tak boleh sampai berubah menjadi sepertimu yang tak punya tulang belakang ini". Gu Zhangfeng tiba-tiba tersadar dan mencengkeram lengan Jin Yuanbao, sehingga membuat Jin Yuanbao melompat kaget.

"Tahu tidak, sekarang aku sangat bahagia". Jin Yuanbao menggeleng-geleng.

"Rupanya sakitmu memang benar-benar tak ringan, apa kau belum membuat obat untuk dirimu sendiri?"

"Sudah, tentu saja sudah". Begitu membicarakan obat, Gu Zhangfeng mendadak agak normal.

"Kau kuberitahu, obat terbaru yang kuciptakan, yang kunamakan Cairan Penghilang Cinta, dapat menyembuhkan gejala-gejala seperti kelinglungan, halusinasi, insomnia dan mimpi buruk". Jin Yuanbao mengangkat menyembuhkan sakit rindu?"

Alisnya.

"Apakah dapat "Tentu saja bisa! Pasti bisa! Yuanbao, kau benar-benar telah membuka tabir pengetahuan rahasia, ini memang obat yang khusus diracik untuk menyembuhkan sakit rindu. Ia dapat menenangkan pikiran dan urat syaraf, membuat orang dapat mengeluarkan segala pikiran yang menganggu, dan juga membantunya tidur nyenyak". "Ha!", Jin Yuanbao tersenyum.

"Kalau begitu kau benar-benar harus minum beberapa mangkuk obat itu. Coba lihat tampangmu yang tergila-gila dan kebingungan itu". Tanpa disangka-sangka, dengam amat serius Gu Zhangfeng berkata padanya.

"Aku baru saja meminumnya, oleh karenanya sekarang pikiranku terang dan badanku enak, serta suasana hatiku riang gembira".

"Obat ini benar-benar dapat membuat orang melupakan pikiranpikiran yang menganggu?"

"Tentu saja", Gu Zhangfeng amat yakin.

"Beri aku semangkuk. Aku ingin memberikannya pada seorang teman yang sakitnya sama seperti kau". Sembari berbicara Jin Yuanbao tersenyum, namun senyumnya itu agak aneh. Sesampainya di kamar pengantin, dengan sangat hati-hati Jin Yuanbao memandang ke sekelilingnya, setelah memastikan di kamar bahwa tak ada orang, dengan hati-hati ia mengeluarkan sebuah buli-buli porselen dari saku dadanya, membuka tutupnya dan mencium-cium cairan obat di dalamnya, lalu dengan enggan ia berkata pada dirinya sendiri.

"Aku tak percaya obat yang ditemukan Gu Zhangfeng ini ampuh......"

Setelah berkata, ia meminum cairan obat itu sampai tandas. Lalu seakan sedang bertaruh ia berkata.

"Kalau obat ini benar-benar manjur, aku akan dapat melupakan perempuan yang menyebalkan itu!" Sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit, kepala Jin Yuanbao mulai pusing, seperti mabuk arak. Di depan matanya pun sedikit demi sedikit muncul sebuah alam mimpi...... Yu Qilin yang tersenyum muncul di depan matanya, ia mengoyang-goyangkan tangannya sambil bertanya.

"Kau bukannya paling tak percaya pada ilmu pengobatan Gu Zhangfeng? Tapi kau malah minum obatnya, rupanya sakitmu benar-benar tak ringan". Jin Yuanbao terkejut, namun segera menjawab dengan keras kepala.

"Kata siapa aku sakit? Apa aku kelihatan seperti orang yang sedang sakit?"

Yu Qilin yang nampak samar-samar itu memandangnya dari atas sampai ke bawah.

"Menurutku kau ini sakit rindu".

"Omong kosong. Semua wanita di ibu kota ini suka padaku, Jin Yuanbao. Aku mana bisa terkena sakit rindu". Jin Yuanbao geram sekaligus malu.

"Perkataanmu ini dapat menipu orang lain, tapi kau tak bisa menipu dirimu sendiri". Melihat wajah Yu Qilin yang makin lama makin kabur, Jin Yuanbao pun mengerti, ia segera menggelengkan kepalanya dengan sekuat tenaga.

"Tenang, tenang. Ini hanya halusinasi, aku tak benar-benar sedang bertengkar dengannya". Benar saja, halusinasi Yu Qilin itu pun menghilang. Akan tetapi dalam sekejap mata, Jin Yuanbao melihat Yu Qilin melangkah masuk, ia tersenyum malu-malu, matanya berbinarbinar, giginya putih berkilauan, sikapnya lemah gemulai membuat orang tergerak, dengan lembut ia memanggil dirinya.

"Shaoye". Dengan tak sabar Jin Yuanbao melambai-lambaikan tangannya.

"Kenapa kau datang ke sini lagi? Dan tersenyum seperti itu lagi padaku, kau menyimpan maksud jahat apa?"

Dengan terbata-bata Yu Qilin menjawab.

"Hari itu aku tak begitu, aku patuh pada shaoye, mana bisa menyimpan maksud jahat?"

"Nampaknya kau tahu bagaimana harus bersikap, pengertianmu ini datangnya tak terlambat". Jin Yuanbao memijat-mijat pelipisnya. Namun tak nyana, wajah Yu Qilin nampak ketakutan.

"Shaoye, aku, aku.......apakah aku melakukan suatu kesalahan?"

Jin Yuanbao mengayunkan tangannya, lalu dengan angkuh berkata.

"Gadis bau, sejak saat ini kau harus menjaga jarak denganku, berusahalah untuk menjauh sedikit dariku, jangan tersenyum padaku....."

"Shaoye, gadis apa? Aku A Fu".

"Apa?", Jin Yuanbao kaget setengah mati sampai melompat ke belakang, setelah memusatkan pandangannya, ternyata orang itu memang A Fu.

"Kenapa bisa kau?" A Fu sangat ketakutan.

"Shaoye, kau ini kenapa? Jangan membuatku takut".

"Mana nyonya muda?", Jin Yuanbao tertegun. A Fu masih ketakutan.

"Kapan nyonya muda datang ke sini? Shaoye, apakah kau kemasukan setan?"

"Ngawur, kaulah yang kemasukan setan, kenapa belum pergi juga?", dengan wajah bengis Jin Yuanbao membentak. Dengan bimbang A Fu memandangnya, lalu tanpa bisa berbuat apa-apa melangkah keluar. Jin Yuanbao pun duduk dengan tenang di dalam kamar selama beberapa saat, setelah halusinasi dan perasaaan tak enak badan menghilang, ia baru dengan sangat marah memburu ke rumah obat Gu Zhangfeng, begitu melihat Gu Zhangfeng, ia langsung mencecarnya.

"Ini Cairan Penghilang Cinta atau Cairan Tergila-gila Cinta? Barusan ini aku hampir mengira A Fu Jiang Xiaoxuan".

"Hah?", Gu Zhangfeng tertegun.

"Obatku sama sekali tak bermasalah. Setelah beberapa kali meminumnya, Xue er tak lagi muncul di depan mataku, saat aku tak bisa menenangkan pikiranku saat bekerja, aku minum obat ini lagi, dan hatiku pun menjadi sedikit lebih tenang".

"Kalau begitu kenapa obat ini tak ada efeknya bagiku?" "Semua obat memerlukan waktu untuk bekerja, kau tak boleh tak sabaran". Sambil berbicara, Gu Zhangfeng meminum semangkuk obatnya sendiri.

"Coba kau lihat, sekarang pikiranku terang, qi ku jernih, dan aku memahami segala sesuatu dengan jelas". Melihatnya tak apa-apa, Jin Yuanbao ragu-ragu sejenak, lalu kembali bertanya.

"Obat ini benar-benar ampuh?"

"Tentu saja ampuh, aku adalah contoh terbaik keampuhannya", dengan sangat yakin Gu Zhangfeng menjawab. Jin Yuanbao memantapkan hatinya, lalu meminum semangkuk obat.

"Baiklah, sekali ini aku akan mempercayaimu". Akan tetapi, setelah meminumnya, ia masih merasa agak pusing. Sambil bertumpu pada tembok, dengan linglung Jin Yuanbao melangkah kembali ke kamar, lalu duduk di dalam kamar pengantin dan memandang cawan-cawan teh di atas meja dengan nanar. Akan tetapi, ketika ia baru duduk untuk beberapa saat, ia melihat Yu Qilin sedang menempel di samping pintu dengan sikap aneh, ia menjulurkan kepalanya ke dalam kamar, seakan hendak mengatakan sesuatu kepada dirinya. Jin Yuanbao meliriknya beberapa kali, lalu dengan tak sabar berkata.

"Kenapa kau datang lagi? Apa kau tak bisa membiarkanku tenang untuk beberapa saat?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu Qilin ragu-ragu dan tak berani melangkah ke depan.

"Shaoye, kau tak apa-apa?" Jin Yuanbao tak bisa menahan senyumnya.

"Apa aku seekor macan? Untuk apa kau menjauh dariku? Datanglah ke sini untuk berbicara". Yu Qilin terpaksa dengan takut-takut melangkah masuk.

"Shaoye, kau merasa tak enak badan, ya? Apakah kau ingin aku memanggil tabib untuk memeriksamu?"

Melihatnya memperhatikan dirinya, hati Jin Yuanbao penuh rasa bahagia, ia segera mengangsurkan tangannya dan menarik Yu Qilin, menariknya ke dalam pelukannya.

"Memanggil tabib bagaimana? Aku baik-baik saja". Yu Qilin langsung meronta-ronta.

"Shaoye, apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku". Tepat pada saat itu, di samping pintu muncullah seorang Yu Qilin lagi. Jin Yuanbao terkejut setengah mati, ia memusatkan pandangannya, orang yang berbaring di dadanya dengan pakaian berantakan itu ternyata adalah A Fu! Dengan terkejut Yu Qilin bertanya.

"Kalian sedang apa?"

Dengan ketakutan A Fu bangkit, lalu merapikan pakaiannya.

"Shao furen, kau salah paham, ini bukan seperti yang kau pikirkan, shaoye sedang tak enak badan". Jin Yuanbao cepat-cepat melepaskan A Fu, lalu dengan terkejut bertanya.

"Apa-apaan ini?"

Ia memandang A Fu, lalu memandang Yu Qilin. Yu Qilin memandang kedua orang itu untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba tersadar, ia menutupi matanya dengan tangannya, lalu mundur sambil berkata.

"Aku pulang sebelum waktunya, kalian teruskan, teruskan saja....."

"Meneruskan apa, gadis bau, kau sengaja mempermainkanku, ya?"

Jin Yuanbao malu sekaligus kesal. Wajah Yu Qilin nampak tak berdosa.

"Aku cuma pulang ke kamarku sendiri, tapi tak nyana kalian sedang....."

"Keluar, kalian semua keluar", Jin Yuanbao benar-benar marah.

"Hai, ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan?"

Yu Qilin mengulirkan matanya.

"Kalau disuruh pergi, ya pergi, apa ada sesuatu yang luar biasa?"

Melihat kejadian itu, A Fu cepat-cepat berlari keluar.

"Shao furen, shao furen, ini benar-benar suatu kesalahpahaman". Namun wajah Yu Qilin nampak sama sekali tak perduli.

"Tak apa-apa, kau tak usah menjelaskannya padaku". Melihat punggung Yu Qilin yang berlalu, Jin Yuanbao gusar sekaligus cemas.

"Gu Zhangfeng benar-benar telah mencelakaiku". Setelah makan malam, Jin Yuanbao akhirnya tak bisa menahan amarahnya lagi dan mencari Gu Zhangfeng. Akan tetapi, saat itu Yu Qilin sedang berada di rumah obat untuk berlatih kecapi dengan Jiang Xiaoxuan, sehingga dirinya merasa jengah kalau harus bertemu muka dengan Yu Qilin, maka ia menarik Gu Zhangfeng keluar dan membawanya ke tepi danau Wisma Jin, lalu dengan lirih menegurnya.

"Kalau aku gila aku baru akan mempercayai obatmu lagi". Gu Zhangfeng tertegun sejenak, lalu dengan bingung berkata.

"Obatku itu sangat ampuh". Ampuh bagaimana! Jin Yuanbao merasa amat tertekan.

"Tapi sekarang aku sudah baik, pandangan mataku dipenuhi orang itu". Gu Zhangfeng mengkedip-kedipkan matanya.

"Begitu bukannya bagus sekali? Setiap kau ingin melihat orang itu, kau dapat melihatnya kapan saja". Seketika itu juga Jin Yuanbao naik pitam, ia menjambak kerah Gu Zhangfeng seraya berkata.

"Semua ini gara-gara kau si tabib gadungan ini, tapi kau sekarang masih berani menyindirku". Saat ini, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan datang bersama, Jin Yuanbao mengira bahwa mereka adalah halusinasi. Ia menunjuk ke arah mereka berdua.

"Coba lihat, halusinasi muncul lagi, ia juga datang lagi". Gu Zhangfeng melihat ke arah yang ditunjuk Jin Yuanbao, lalu dengan bimbang bertanya.

"Apakah ini halusinasi? Aku juga melihat Xue er".

"Tentu saja. Hanya dalam halusinasi, wajahnya bisa penuh kelembutan dan cinta", Jin Yuanbao mengemukakan alasannya. Melihat mereka berdua berjalan mendekat, Jin Yuanbao tersenyum getir, karena berpikir bahwa mereka hanya halusinasi, ia melangkah ke depan, menarik tangan Yu Qilin, lalu mengerutu.

"Lihatlah, kau juga datang, akan tetapi halusinasi tetap halusinasi belaka, kau wanita yang tak punya hati nurani ini, selalu datang dan pergi seenaknya, kau anggap aku Jin Yuanbao ini apa?"

Yu Qilin kebingungan, lalu mengangsurkan tangannya untuk meraba dahi Jin Yuanbao.

"Kau ini kenapa? Apa kau merasa tak enak badan?"

Sekarang, Jin Yuanbao makin yakin bahwa Yu Qilin adalah sebuah halusinasi.

"Coba lihat, kau masih berpura-pura memperhatikanku dan menanyakan keadaanku, dan masih berani membuka mulut dan berbicara padaku. Halusinasi ini makin lama makin nyata". Yu Qilin naik pitam, dengan marah ia mencubit Jin Yuanbao.

"Halusinasi apa, kau sedang beromong kosong apa?"

"Bagus, kau juga mencubitku". Jin Yuanbao mengalihkan pandangannya ke arah Gu Zhangfeng.

"Sepertinya, perkembangan obatmu sudah maju selangkah lagi, halusinasi ini makin realistis".

"Agaknya memang halusinasi", Gu Zhangfeng mengangguk dengan wajah bengong. Saat ini Jiang Xiaoxuan pun bertanya dengan penuh perhatian pada Gu Zhangfeng.

"Lukamu sudah agak baikan? Masih sakit tidak?"

Gu Zhangfeng memejamkan matanya dan berlagak seperti seperti seorang biksu tua yang sedang bersemedi.

"Ini halusinasi, ini halusinasi......."

Jiang Xiaoxuan merasa bingung.

"Apa yang kau katakan? Halusinasi apa?"

"Aku tahu bahwa kau adalah halusinasi, karena hanya dalam halusinasi saja kau dapat dengan begitu lembut berbicara padaku....."

Jiang Xiaoxuan tak tahu harus tertawa atau menangis.

"Lelucon apa ini? Masa aku halusinasi?"

"Aku benar-benar berharap kau realistis seperti halusinasi Yuanbao, apakah kau bersedia memelukku dengan lembut? Walaupun hanya halusinasi, tapi hatiku sangat puas....."

Jiang Xiaoxuan amat geli, sekaligus malu-malu. Yu Qilin makin kebingungan.

"Dua lelaki ini hari ini kenapa?" Liu Wenchao menengadah dan memandang langit di atas kepalanya, bulan terang benderang dan bintang-bintang tersebar di mana-mana, sebentar lagi malam bulan purnama akan tiba.....bulan itu akan dengan cepat berubah menjadi bulat, dengan samar-samar dapat terlihat cincin cahaya di sekitar bulan yang berwarna-warni, sepertinya, besok cuaca akan cerah.

"Gongzi, kita sudah tiba di Wisma Li, kita ketuk pintu?"

A Gui bertanya dari luar joli. Liu Wenchao mengalihkan pandangan matanya dari angkasa ke tirai jendela, untuk sesaat ia berpikir tanpa berkata apa-apa, lalu berkata.

"Aku akan pergi sendiri", maka, ia pun menyingkapkan tirai joli dan keluar. Sambil memandang pintu berlak merah itu, Liu Wenchao berjalan ke depannya, lalu mengetuk pintu dengan cincin pengetuk.

"Krek!", pintu terbuka, istri Li Jun yang galak melihat keluar sambil menguap.

"Siapa itu? Nyalakan lentera dulu baru mengetuk pintu". Dengan wajah penuh senyum, Liu Wenchao berkata dengan ramah.

"Terima kasih atas kebaikanmu, kakak ipar, mohon tanya apakah ini Wisma Li?"

Istri Li Jun yang galak itu langsung memandangnya dengan waspada.

"Kau mau cari siapa?" Dengan sopan Liu Wenchao berkata.

"Apakah Li Gongzi ada?"

"Kau mencarinya untuk apa?", makin lama sikap si nyonya galak makin tak enak. A Gui melangkah ke depan, lalu berkata sembari tersenyum.

"Mohon tanya nyonya, apakah Tuan Muda Li mengenal seorang nona bernama Xue er?"

Wajah si nyonya galak nampak tertegun, lalu memunculkan sekilas senyum tipis.

"Xue er? Tuan-tuan berdua tunggu sebentar". Setelah berbicara, ia membiarkan pintu tetap terbuka, lalu berbalik dan masuk ke dalam dengan cepat. Hanya tinggal Liu Wenchao dan A Gui yang saling memandang dengan putus asa. Tiba-tiba, pintu gerbang itu ditarik kuat-kuat hingga terbuka! Nampak istri Li Jun yang galak itu menerjang keluar sambil mengangkat sebatang pentungan.

"Kalian ini keterlaluan! Semua orang ingin menggoda suamiku, suamiku sangat tampan, keluarga kami juga punya banyak uang, tak sembarang orang bisa menganggu kami. Enyahlah! Kalian kuperingatkan! Kalau kalian berani datang lagi, nenekmu ini akan memukulmu sampai mampus!"

"Perkataan kakak ipar benar......", dengan susah payah Liu Wenchao menghindar.

"benar bagus!" "Tak ada perkataan bagus yang bisa kukatakan pada kalian! Awas pukulan!"

Si nyonya galak mana mau mendengarkan penjelasannya.

Dengan kalang kabut Liu Wenchao dan A Gui menghindar, namun mereka tak berani membalas, tanpa dapat berbuat apaapa, mereka diusir oleh sang nyonya galak sehingga harus bersembunyi di sebuah lorong.

A Gui memandang sosok perempuan gempal itu sambil mengertakkan gigi dengan marah.

"Perempuan ini benar-benar menyebalkan! Dia memaki dan memukul kita, tapi kita tak bisa membalas!"

Melihatnya, Liu Wenchao malahan Menurutku, kita sudah berhasil". tertawa.

"Hahaha! "Berhasil?"

A Gui tercengang. Dengan santai Liu Wenchao tertawa, lalu berkata.

"Perempuan jahat itu istri Li Jun, dia sangat galak, coba pikir, Nona Xue er yang anggun dan lemah lembut mana mungkin mengenal orang semacam itu? Akan tetapi, ternyata ia datang ke ibu kota untuk mencari Li Jun? Di balik peristiwa ini pasti ada sesuatu!"

"Tapi kita belum menemui Li Jun". A Gui merasa kesal. Dengan sikap menghina Liu Wenchao memandang pintu gerbang Wisma Li.

"Li Jun cuma seorang pedagang, kalau tak ada keuntungan ia tak sudi bangun pagi. Kalau ingin memancing dia keluar ----- tak sulit. Sekarang aku amat tertarik pada Tuan Muda Li yang dapat membuat Nona Xu er begitu cemas. Entah dia seorang pria romantis macam apa....."

Akan tetapi saat ini, Li Jun yang berada di dalam rumah sedang berada dalam kesulitan.

Ia berlutut di dalam kamar sambil menutupi wajahnya, sepasang matanya kemerahan.

Sang nyonya galak sedang berdiri di depannya sambil mengangkang, telapaknya mengayun dan di wajah Li Jun yang sedang berlutut itu pun muncul lima bekas berdarah.

"Ayo bicara! Perempuan simpananmu itu terus menerus mengirim orang ke sini untuk mencarimu. Apa kalian diam-diam masih berhubungan?"

Li Jun meringkuk menjadi sebuah bola, lalu dengan gemetar berkata.

"Niangzi, percayalah padaku, aku tak akan berani bertemu muka dengan nona itu lagi. Sekarang aku Li Jun hanya mencintai niangzi seorang....."

"Plak!", sebuah telapak tangan kembali mengayun, si nyonya galak meludahinya.

"Kentut! Kata-kata manis itu dapat kau pakai untuk membohongi Nona Xue er perempuan murahan itu, tapi nenekmu ini sama sekali tak mempercayainya!"

"Kalau begitu aku bersumpah tak akan menemui Xue er lagi!"

Li Jun mengangkat tangannya hendak bersumpah, namun tak nyana, ia kembali kena tampar, sambil menutupi wajahnya, dengan kesal ia bertanya.

"Tak perduli aku menemuinya atau tidak kau tetap memukulku, sebenarnya apa yang kau inginkan?"

Sang nyonya galak menusuk dahi Li Jun dengan jarinya.

"Besok pagi kau pergi dan cari Nona Xue er itu, lalu katakanlah dengan jelas padanya, bahwa kalau ia masih melibatkanmu lagi, aku tak akan sungkan-sungkan lagi padanya!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pagi-pagi keesokan harinya, atas inisiatifnya sendiri, Li Jun datang ke pintu belakang Wisma Jin, akan tetapi, melihat pintu gerbang dan halaman yang megah itu, bagaimana Li Jun dapat memberanikan diri untuk mengetuk pintu? Saat ini, dengan suara berderit pintu terbuka, A Fu mengajak Xi er keluar dari pintu itu.

Begitu melihatnya, Xi er langsung sangat terkejut.

"Kau?"

A Fu memandang Xi er dengan heran.

"Kau kenal orang ini?"

"Ya....."

Xi er mengangguk-angguk, lalu berkata.

"A Fu Gege, kau pergilah dulu, barang-barang yang hendak dibeli nyonya muda akan kubelikan sendiri".

"Oh....."

Sambil menggaruk-garuk kepalanya, A Fu berlalu. Melihatnya, dengan wajah cemas Li Jun melangkah mendekat, lalu berkata.

"Nona Xi er, mohon bantuanmu untuk memberitahu nyonya muda". Xi er segera menghentikan perkataannya.

"Kau ikut aku......."

Setelah berbicara, ia berbalik dan kembali masuk ke dalam wisma.

Begitu Xi er kembali, ia segera melapor pada Jiang Xiaoxuan, begitu mendengarnya, Jiang Xiaoxuan langsung mencari Yu Qilin untuk berunding.

Begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin langsung mengebrak meja.

"Lawan dia! Masih berani-beraninya datang mencarimu? Lihat aku keluar dan menghajarnya!"

Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menghalanginya.

"Sama sekali tak boleh! Li Jun tahu aku Jiang Xiaoxuan, kalau kau memaksanya, aku khawatir ia akan salah omong dan melibatkan kita berdua". Yu Qilin berpikir sejenak, lalu duduk dengan kecewa.

"Benar, si Li Jun itu entah sekarang ada di mana?"

Xi er menjawab.

"Aku khawatir karena ia berdiri di depan pintu gerbang dengan sangat menyolok, maka aku membawanya ke paviliun di halaman belakang".

"Bagus! Aku akan menemuinya, untuk melihat dia sebenarnya mau apa!"

Setelah berbicara, Yu Qilin keluar sendirian. Saat tiba di paviliun, begitu melihat sosok Li Jun, Yu Qilin langsung merasa amat benci sehingga giginya seakan gatal, ia memburu ke depan dengan jumawa, lalu berkata.

"Untuk apa kau datang?" Mendengar suara itu, Li Jun begitu terkejut hingga tubuhnya gemetar, setelah berpaling dan melihat Yu Qilin, ia kembali terkejut, dengan gemetaran ia membungkuk dalam-dalam.

"Mohon agar nuxia bersedia mengizinkanku bertemu nyonya muda".

"Bah! Tak tahu malu! Memangnya setiap kali kau ingin menemui nyonya muda kau lantas bisa menemuinya?"

Yu Qilin berlagak hendak memukulnya.

"Ayo bicara! Sebenarnya kau mencarinya untuk apa?"

Melihat Yu Qilin mengayun-ayunkan tinjunya, lutut Li Jun menjadi lemas, ia pun berlutut.

"Aku dan nyonya muda bak bumi dan langit, saat itu karena aku bodoh, aku memendam cita-cita yang terlalu tinggi, tapi aku sudah tahu bahwa aku bersalah, mohon agar nyonya muda melepaskanku, aku dan istriku hanya orang biasa, kalau orang sampai tahu tentang masa laluku dan nyonya muda, keluarga Jin dan Jiang tak akan mengampuni kami!"

Setelah berbicara, dengan ketakutan ia bersujud! Yu Qilin merasa heran.

"Siapa yang datang ke rumahmu dan mencarimu? Dari dulu kami sudah menganggapmu seperti sampah yang dibuang, kami tak tertarik padamu".

"Hari ini dua orang datang ke wisma kami, katanya mereka disuruh Nona Xue er untuk mencariku. Mereka......mereka kalau bukan orang yang dikirim olehnya, lalu siapa lagi?", sambil menelan air ludahnya, Li Jun berkata. Yu Qilin tertegun, lalu cepat-cepat membuka kepalannya, dengan tegas ia berkata.

"Kalau begitu, orang yang katamu mencarimu itu bagaimana rupanya?"

Li Jun pun berbicara dengan rinci.

"Kata istriku, yang satu tinggi kurus dan anggun, sedangkan yang satunya lagi gemuk dan berwajah penuh, seorang suruhan yang serba bisa". Yu Qilin mengumam pada dirinya sendiri untuk beberapa saat.

"Apakah ia......", ia berpikir sejenak, lalu berkata.

"Hari ini nyonya muda tak ada di tempat, kau pulang dulu saja".

"Ini......", Li Jun ragu-ragu.

"Ini, ini, bagaimana! Kau mau kena pukul, ya?", Yu Qilin kembali mengayun-ayunkan tinjunya.

"Aku pergi, aku pergi!", Li Jun lari terbirit-birit. Setelah itu, Jiang Xiaoxuan yang berdiri di kejauhan menunggunya berjalan mendekat, lalu baru menghampirinya dan bertanya.

"Apa katanya?"

"Dari gambaran Li Jun, orang yang mencarinya sepertinya Liu Wenchao dan A Gui". Jiang Xiaoxuan terkejut.

"Pengurus Rumah Tangga Liu? A Gui bukannya pengawal Nyonya Jin? Apakah sekarang Penggurus Rumah Tangga Liu dan Nyonya Jin sama-sama mencurigaiku?"

"Saat ini sepertinya hal itu bukan mustahil". "Untung saja sekarang Li Jun tak tahu untuk apa Pengurus Rumah Tangga Liu mencarinya, bagaimana kalau ia sampai tahu bahwa Pengurus Rumah Tangga Liu hendak membongkar asal usulku, kalau Li Jun sakit hati ia pasti akan......."

Mata Yu Qilin menjadi gelap, dengan wajah muram ia berkata.

"Kalau begitu kita harus membuatnya tak membuka mulutnya selama-lamanya......"

Jiang Xiaoxuan cepat-cepat mencegahnya.

"Jangan! Walaupun Li Jun mengkhianatiku, namun ia bukan orang jahat. Aku tak ingin mencabut nyawanya".

"Kalau begitu keadaan akan menjadi sulit". Yu Qilin merasa cemas.

"Karena hari ini Li Jun dapat mencariku di sini, jelas bahwa Pengurus Rumah Tangga Liu belum bisa mengorek keterangan apapun darinya, tapi aku khawatir Pengurus Rumah Tangga Liu tak akan melupakan hal ini dan akan kembali mencarinya". Yu Qilin berpikir sejenak.

"Jangan khawatir, aku akan minta Pang Hu membuntutinya, untuk melihat Pengurus Rumah Tangga Liu punya jurus apa lagi". Siang itu, Pang Hu bersembunyi di sebuah tempat yang jauh dari gerbang rumah Li Jun, dari kejauhan, ia melihat A Gui sedang memberikan kartu nama pada penjaga pintu. Ia menajamkan pendengarannya dan dengan sayup-sayup dapat mendengar suara A Gui. "......aku tak berani merepotkan lagi, mohon agar Li Gongzi sudi memenuhi undangan ini". Orang yang berdandan seperti seorang pelayan mengangguk.

"Aku pasti akan menyampaikannya". itu Dengan wajah penuh senyum, A Gui menyoja.

"Aku mohon diri dulu". Dengan ingin tahu Pang Hu menjulurkan kepalanya.

"Ia mengantarkan apa?"

Ia berpikir sejenak, berjinjit, lalu melompat dengan enteng, tak nyana Pang Hu yang bertubuh gemuk ternyata lincah seperti seekor burung layang-layang, ia mendarat di atas atap rumah keluarga Li dengan hanya menimbulkan bunyi pelan dari potonganpotongan genting yang diinjaknya.

Dengan mengerahkan ilmu ringan tubuhnya, Pang Hu berjalan menyusuri bubungan atap itu, setelah melihat sang pelayan mengantarkan sesuatu yang sangat mirip sehelai surat ke sebuah ruangan di dalam rumah itu, ia kembali melompat ke atap ruangan itu, lalu dengan pelan membuka sepotong genting untuk melihat ke dalam.

Di dalam ruangan, dengan riang gembira istri Li Jun yang galak sedang sibuk membantunya bertukar baju pesta.

"Ayo, ganti bajumu, pakailah baju brokat berwarna gelap yang nampak gagah dan mahal ini". Li Jun memandang baju brokat berwarna gelap yang dikenakannya, lalu dengan bimbang bertanya.

"Orang itu cuma mengantarkan kartu nama saja, apakah aku benar-benar harus pergi?"

Si nyonya galak menarik-narik ujung bajunya.

"Omong kosong! Di kartu nama itu tertulis nama pejabat tinggi Liu dari Kamar Dagang Hubei dan Hunan, ia bertugas mengatur berbagai barang dagangan, hari ini kau aturlah urusan dengan baik dengannya dan membuka hubungan dengan Kamar Dagang Hubei dan Hunan, supaya di kemudian hari barang dagangan kita akan dapat laris manis!"

"Aku belum pernah bertemu muka dengannya, hanya mengandalkan selembar kartu nama saja.....", Li Jun masih belum terlalu yakin.

"Apakah kau mengharapkan pejabat tinggi Liu berkunjung secara pribadi ke sini? Ia sudah mengundangmu ke sebuah perjamuan, hal ini sama sekali tak menjatuhkan mukamu si Tuan Muda Li! Cepat pergi!"

Setelah berbicara, si nyonya galak mendorongnya keras-keras, langsung mendorongnya keluar pintu.

Pang Hu yang sedang menelungkup di atas genting tentu saja dapat mendengar percakapan mereka dengan jelas.

Begitu Li Jun keluar dari rumah, sebuah joli ringan sudah menunggu di mulut pintu, dengan jumawa ia menaiki joli itu dan memberi perintah.

"Rumah Makan Deyue!" Setelah makan siang, A Fu terus berdiri di luar taman Nyonya Jin dengan ragu-ragu, dari wajahnya nampak bahwa ia ingin masuk namun tak berani masuk. Gu Daniang melangkah masuk dari luar, begitu melihat wajah A Fu, ia segera bertanya.

"A Fu, apa yang kau lakukan?"

A Fu cepat-cepat menjura.

"Daniang, aku, aku.......ada sesuatu yang harus kulaporkan pada nyonya".

"Lalu kenapa tak masuk? Untuk apa mengintip-intip di sini?"

Setelah berbicara, Gu Daniang segera mengajaknya masuk. Akan tetapi, setelah masuk ke dalam ruangan dan bertemu Nyonya Jin, ia lebih-lebih lagi tak berani berbicara. Melihatnya, Gu Daniang tak bisa menahan diri untuk tak berkata.

"A Fu kau begitu khawatir bertemu Nyonya Jin, ada masalah apa? Cepat katakan". Dengan terbata-bata A Fu berkata.

"Shaoye, shaoye....."

Begitu mendengar bahwa hal itu ada hubungannya dengan Jin Yuanbao, Nyonya Jin langsung merasa cemas.

"A Fu, bicaramu terbata-bata, ada apa? Ada masalah apa dengan tuan muda? Cepat katakan".

"Beberapa hari belakangan ini sepertinya tuan muda agak tak normal....." Mendengar perkataannya, Gu Daniang melangkah maju dan menepuknya.

"A Fu, tak usah beromong kosong, kenapa tuan muda bisa tak normal?"

"Ini benar-benar terjadi......"

Wajah A Fu nampak kesal karena bahunya ditepuk, katanya.

"Tuan muda beberapa kali mengira aku nyonya muda, dan juga berbicara dengan aneh, setelah sadar, tuan muda sendiri juga sepertinya juga sangat terkejut". Nyonya Jin dan Gu Daniang saling memandang, lalu bertanya dengan heran.

"Ada kejadian seperti itu?"

"Benar!", A Fu mengangguk.

"Oleh karenanya aku mohon petunjuk furen, apakah furen hendak memanggil tabib untuk memeriksa tuan muda?"

Sekarang Nyonya Jin tak bisa tetap duduk lagi, ia segera bangkit dan berkata.

"Xiaocui, ayo pergi, kita akan bersama-sama melihat Jin Yuanbao". Setelah berbicara, dengan mengajak Gu Daniang dan A Fu, ia bergegas menuju ke Taman Songzhu. Ketika Nyonya Jin tiba di Taman Songzhu, ia mendapati Jin Yuanbao sedang menelungkup di ambang jendela, dan dengan ekspresi bengong sedang memandang keluar, Nyonya Jin pun kontan merasa bingung, ia cepat-cepat melangkah ke depan, lalu bertanya dengan lembut.

"Yuanbao, kata A Fu kau agak tak enak badan. Bagian apa yang sakit? Parah tidak? Apakah kau ingin memanggil tabib untuk memeriksamu?" Akan tetapi tak nyana, saat ini Jin Yuanbao telah menghabiskan obatnya, dan menganggap Nyonya Jin adalah Yu Qilin! Melihat Yu Qilin begitu penuh perhatian padanya, ia seakan mabuk kepayang, dengan lembut ia menarik tangan Nyonya Jin.

"Aku tak apa-apa, jangan dengarkan omong kosong A Fu". Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin melirik Gu Daniang dan merasa agak lega. Akan tetapi, setelah itu perkataan Jin Yuanbao membuat Nyonya Jin begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi! "Tapi, Xiaoxuan, kenapa kau memakai baju ibuku? Keluarga kita kan tak kekurangan uang".

"Apa? Xiaoxuan?", Nyonya Jin begitu terkejut hingga nyalinya seakan terbang ke langit.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yuanbao, kau kenapa?"

"Kau......", Jin Yuanbao mendadak bangkit, lalu dengan agak tak senang berkata.

"Kenapa kau juga memakai tusuk konde ibu? Ini tak baik, kalau kau suka aku akan membelikan tusuk konde baru untukmu!"

Nyonya Jin dan Gu Daniang saling memandang, mereka sangat terkejut. Melihat peristiwa itu, A Fu kembali berkata.

"Furen, kabarnya beberapa hari belakangan ini Tabib Gu membuatkan sebuah obat untuk tuan muda.....mungkinkah karena minum obat itu otaknya menjadi terganggu?" "Minum obat?", Nyonya Jin begitu terkejut hingga air mukanya berubah.

"Mana bisa minum obat dengan sembarangan?"

"Apa?", Gu Daniang juga sangat terkejut.

"Si anak durhaka itu!", sambil memapah sang nyonya, ia segera memburu ke rumah obat Gu Zhangfeng. Begitu mendorong pintu hingga terbuka, Nyonya Jin langsung berseru keras-keras.

"Zhangfeng! Sebenarnya kau memberi Yuanbao obat apa, sampai ia menjadi seperti ini?"

Gu Daniang juga bertanya dengan cemas.

"Benar, Zhangfeng, kau memberi tuan muda obat apa? Tuan muda kenapa?"

"Tuan muda sendirilah yang minta obatku, lagi pula obat ini sama sekali tak berbahaya, hanya untuk menenangkan urat syaraf dan membuat orang tidur nyenyak, membuat pikiran jernih dan mata serta telinga tajam", Gu Zhangfeng merasa dipersalahkan dengan tak adil.

"Apa yang kau masukkan dalam obat itu?"

Sambil mengerutkan keningnya, Nyonya Jin bertanya.

"Dalam obat ini kumasukkan danshen, wuweizi, shichangpu, kulit hehuan, biji tusi, teratai mohan, buah nuzhen, sulur shouwu, dihuang dan kulit kerang, bahan-bahan obat ini adalah obat penguat tubuh dan obat penenang yang biasa dipakai orang, pasti tak beracun". "Kalau tak ada racunnya, kenapa Yuanbao bisa bermasalah?"

Nyonya Jin ragu-ragu sesaat, lalu melambaikan tangannya memanggil A Fu.

"A Fu kau cobalah!"

Gu Zhangfeng segera menuangkan semangkuk obat. Dengan susah payah A Fu menelan obat itu, semua orang pun dengan tegang memandangnya. Setelah beberapa saat, Nyonya Jin bertanya pada A Fu.

"A Fu, siapa aku?"

Dengan amat jelas A Fu menjawab.

"Anda adalah Jin Furen". Gu Daniang juga menunjuk ujung hidungnya sendiri dan bertanya.

"Kalau aku?"

"Gu Daniang".

"Aku siapa?"

Gu Zhangfeng pun ikut membantu mengetesnya. A Fu memandangnya.

"Tabib Gu". Semua orang menghembuskan napas lega. Kalau obatnya tak bermasalah, kenapa Yuanbao bermasalah? Dengan penuh perhatian, Nyonya Jin bertanya.

"A Fu, setelah minum obat, apa kau merasa tak enak badan?"

A Fu merasakan keadaan tubuhnya sejenak, lalu menjawab.

"Tak ada bedanya dengan keadaan biasa". Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin merasa agak lega.

"Karena obat ini ternyata tak bermasalah, kenapa Yuanbao mengira semua orang Xiaoxuan?"

Gu Zhangfeng tertawa dan berkata.

"Ini adalah penyakit rahasia tuan muda, hal ini disebabkan karena cinta tuan muda kepada nyonya muda terlalu mendalam".

"Seorang lelaki jantan, bagaimana bisa begitu tergila-gila pada seorang perempuan? Apa-apaan ini?"

Sekilas rasa tak senang muncul di wajah Nyonya Jin. Gu Daniang mengelus-elus dadanya.

"Untung saja tuan muda tak terkena penyakit parah". Nyonya Jin meliriknya, dengan kening berkerut ia berkata pada Gu Zhangfeng.

"Setelah ini kau jangan memberi tuan muda sembarang obat lagi". Gu Zhangfeng cepat-cepat mengangguk.

"Baik".

"Benar, A Fu!", Nyonya Jin kembali menghadap ke arah A Fu dan berkata.

"Beritahu nyonya muda agar mempersiapkan guqin, hari ini adalah malam bulan purnama, kebetulan kita dapat memakainya untuk mengubah suasana hati tuan muda". A Fu menunduk dan menjawab.

"Ya". Nyonya Jin baru merasa lega.

"Xiaocui, ayo pergi". Saat ini di sebuah ruangan pribadi di Rumah Makan Deyue, Liu Wenchao sedang berjalan mondar-mandir dengan cemas, ia merasa sangat gelisah. Ia memandang hidangan-hidangan lezat di atas meja, namun sama sekali tak punya selera makan. Saat ini, dengan bersemangat A Gui mendorong pintu hingga terbuka.

"Tuan, Li Jun sudah datang!"

Liu Wenchao menjadi bersemangat.

"Oh, ya? Cepat persilahkan dia masuk!"

A Gui segera menyambut dan mempersilahkannya masuk.

Setelah itu, terlihatlah seorang lelaki yang bertubuh gemuk, ia mengenakan pakaian dari kain brokat berwarna gelap, dengan perlahan-lahan, selangkah demi selangkah, dengan amat santai, ia masuk ke dalam ruangan itu.

Hanya saja, Liu Wenchao merasakan suatu perasaan yang sulit dilukiskan, yaitu bahwa pakaian yang dipakai oleh lelaki itu sangat tak cocok dengan wataknya, sehingga ia agak seperti seekor monyet yang memakai pakaian bagus, atau seperti seorang kaya baru.

Setelah memasuki ruangan, lelaki itu memandang ke segala penjuru, lalu menyoja ke arah Liu Wenchao seraya bertanya.

"Apakah kau Yang Mulia Liu dari Kamar Dagang Hubei dan Henan?" Liu Wenchao sedang mengamatinya, melihatnya menghormat padanya, ia pun segera balas menyoja.

"Benar. Dan anda tentunya adalah......"

Lelaki itu tersenyum.

"Tak salah, aku adalah Li Jun!"

"Ah.....aku sudah lama mendengar tentangmu!", Liu Wenchao cepat-cepat menghormat. Lelaki itu membalas menghormat seraya berkata.

"Tak usah sungkan-sungkan". Setelah berbicara, tanpa menunggu dipersilahkan oleh tuan rumah, ia langsung duduk dengan santai di depan Liu Wenchao. Liu Wenchao segera menuangkan arak untuk lelaki itu, namun pandangan matanya tak pernah lepas darinya.

"Menilik dari logat Li Gongzi, nampaknya Li Gongzi bukan orang ibu kota?"

Dengan santai lelaki itu mengambil cawan arak.

"Dari kecil aku sudah berpergian bersama ayahku untuk berdagang dan mengembara di seluruh pelosok dunia, oleh karenanya logatku juga campur aduk". Mata Liu Wenchao bergulir, lalu ia berusaha memancingmancing.

"Apakah Li Gongzi mengenal Jiang Xiaoxuan?"

Lelaki itu tersenyum dan berkata.

"Di Nanjing siapa yang tak kenal putri Menteri Besar Jiang, Jiang Xiaoxuan? Namun aku tak hanya pernah mendengar tentangnya, melainkan pernah bertemu muka dengannya beberapa kali". Liu Wenchao berpura-pura terkejut.

"Sebelum menjadi menantu keluarga Jin, Nona Jiang dipingit, bagaimana kau bisa bertemu dengannya?"

Lelaki itu meminum secawan araknya hingga tandas.

"Adik sepupuku adalah sahabat karib Nona Jiang! Aku juga berdagang sedikit gincu dan bedak sehingga dapat masuk ke rumah Menteri Besar Jiang untuk mengantarkan gincu. Hmm......arak bagus, arak bagus!"

"Adik sepupu Li Gongzi adalah......"

"Nama kecilnya Xuezi", lelaki itu memandang Liu Wenchao dengan tertegun, lalu ia menuang arak untuk dirinya sendiri dan meminumnya sampai tandas.

"Xuezi?", Liu Wenchao bertanya dengan lemas.

"Tapi ia dipanggil Xue er?"

Lelaki itu memasang tampang terkejut.

"Benar! Bagaimana Yang Mulia Liu bisa tahu?"

"Eh.....", Liu Wenchao cepat-cepat tertawa jengah.

"hanya menebak-nebak saja....."

Setelah berpikir sejenak, ia kembali mencecarnya.

"Sepertinya, hubungan Li Gongzi dengan adik sepupumu sangat baik".

"Sangat baik", lelaki itu mengangguk.

"Beberapa hari setelah Nona Jiang pergi ke ibu kota untuk menikah, adik sepupuku di Nanjing merindukannya, maka ia pun datang ke ibu kota, kadang-kadang ia datang ke tempatku untuk makan bebek garam. Adik sepupuku ini nampaknya lemah lembut, tapi sangat rakus ---- ". Liu Wenchao mengawasinya untuk sesaat, lalu masih dengan tak percaya bertanya.

"Nona Xue er adalah adik sepupumu?"

Lelaki itu menaruh cawan araknya, lalu dengan agak tak senang berkata.

"Apa anehnya? Apakah aku seorang yang tinggi besar ini tak boleh punya seorang adik sepupu yang cantik?"

Setelah berbicara, ia mengawasi Liu Wenchao sambil memicingkan matanya, lalu tanpa basa-basi bertanya.

"Kau bertanya-tanya dengan sangat terperinci seperti ini, menurutku kau tak bermaksud berdagang dengan tokoku ---- apakah kau hendak menawarkan suatu aliansi pernikahan? Kalau hendak mengajukan lamaran harus melalui aku. Kata-kataku sangat didengarkan oleh Xue er ----"

Liu Wenchao cepat-cepat menggeleng-geleng dengan jengah, lalu berbalik dan dengan wajah kecewa serta muram memandang A Gui. Melihat kejadian itu, A Gui segera melangkah ke depan dan berkata.

"Gongzi, anda lupa, hari ini anda mempunyai janji untuk bertemu dengan Perdana Menteri Cao". Liu Wenchao pun ikut menepuk dahinya, lalu berkata.

"Ah, benar, benar....."

Setelah berbicara, ia segera bangkit dan berkata pada lelaki itu.

"Li Gongzi, caixia harus menghadiri sebuah pertemuan, aku tak dapat menemanimu lagi, silahkan makan dan minum dengan tenang, bon sudah kami bayar, kalau ada waktu kita akan bertemu lagi".

"Baik, aku mengerti! Kalian pergilah!"

Dengan santai lelaki itu mengayun-ayunkan tangannya, menyuruh mereka pergi.

"Aku mohon diri....."

Dengan wajah muram, Liu Wenchao keluar dari ruangan pribadi itu. Dengan kesal A Gui merapat ke arah Liu Wenchao.

"Tuan....."

Liu Wenchao berpaling dan mendengus dengan dingin.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sudah diselidiki kesana kemari ternyata sepupu orang!"

A Gui bertanya.

"Kalau begitu......apakah kita perlu terus mengikuti Li Jun ini?"

"Untuk apa mengikutinya?", Liu Wenchao merasa gusar.

"Kenapa aku selalu dikelilingi orang-orang yang tak becus? Bagaimana kalau hal ini terungkap dan Jiang Xiaoxuan serta Xue er malah melaporkan kita pada Yang Mulia? Bukankah urusan kita berdua dan Fu Wang akan terungkap? Setelah tiga tahun menjadi pencuri, seseorang akan mengaku dengan sendirinya. Aku tak percaya bahwa kalau Jiang Xiaoxuan dan Xue er bermasalah, mereka tak akan membongkar tipu muslihat mereka sendiri!"

Sambil memendam amarah, mereka berdua pun berlalu.

Daun jendela ruang pribadi di rumah makan itu diam-diam dibuka, si lelaki berpakaian brokat berwarna gelap itu memandang keluar dari jendela, setelah melihat mereka berdua berjalan pergi, ia baru dengan lega menutup jendela, kembali duduk di samping meja makan, lalu tertawa dan berkata.

"Otak Qilin memang encer. Hehehe, akhirnya hari ini aku Pang Hu dapat makan sepuasnya!"

Namun pada saat itu, dari sebuah ruangan gelap yang berada tak jauh dari tempat itu, terdengarlah sebuah suara jeritan mengenaskan.

Li Jun digantung terbalik dari balok atap ruangan itu, ia sedang menangis meraung-raung mohon ampun kepada seseorang yang bertopeng dan berbaju hitam di depannya.

"Daxia ampuni jiwaku! Daxia jangan pukul aku lagi....."

Orang berpakaian hitam itu membuka penutup wajahnya, memperlihatkan seraut wajah jelita.

"Apakah kau masih mengenaliku?"

"Bagaimana bisa kau?"

Li Jun segera ingin menangis. Yu Qilin menunjuk batang hidung Li Jun dengan sebuah cambuk dan bertanya.

"Apa kau tahu kenapa di tengah jalan kau diundang kemari?"

Li Jun berkali-kali menggeleng.

"Apakah daxia bersedia memberitakukannya?"

Yu Qilin memasang tampang bengis.

"Orang tinggi kurus dan orang gemuk yang hari itu mencarimu kemungkinan besar adalah musuh kami! Yang membuat janji untuk bertemu denganmu di Rumah Makan Yuede hari ini juga mereka berdua!"

Li Jun terkejut.

"Hah? Yang mengirim kartu nama ke rumahku bukannya Kamar Dagang Hunan dan Hebei ----"

"Seperti itu kau juga percayai? Kalau hari ini kau pergi ke sana, kujamin kau akan pulang dalam keadaan tak bernyawa!"

Yu Qilin berkata sembari tertawa.

"Oh langit......"

Li Jun menjerit mengenaskan.

"Aku cuma seorang pedagang jujur, kenapa bisa terkena begitu banyak kesulitan?"

Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Kalau ingin hidup, gampang, kau tak boleh bercerita tentang kejadian selama dua hari ini kepada siapapun! Asalkan kau tak berbicara, kujamin kau akan selamat tak kurang suatu apa; selain itu, mengenai Jiang Xiaoxuan, kalau kau sampai membocorkan apapun keluar ---- sehingga membuat orang tahu bahwa kau pernah bermaksud menggoda nyonya muda keluarga jenderal, kalaupun kau tak dihukum mati dengan hukuman lingchi, kau akan dikebiri....."

Li Jun kebingungan.

"Daxia, ampuni jiwaku, Li Jun belum mempunyai seorang putra, sama sekali tak boleh dikebiri....."

"Ingat perkataanku, apa yang terjadi diantara kita, tak boleh dibicarakan dengan siapapun juga!"

Li Jun segera mengangguk dengan patuh.

"Kuharap kau memakai akal sehatmu!", Yu Qilin membuka ikatannya, lalu menendangnya ke luar ruangan itu.

Setelah menyelesaikan urusan itu, Yu Qilin segera kembali ke Wisma Jin, begitu masuk ke dalam pintu, ia ditarik ke samping oleh Jiang Xiaoxuan, mereka mencari sebuah sudut, lalu berbicara dengan berbisik-bisik.

"Bagaimana? Apakah Pang Hu berhasil?"

Jiang Xiaoxuan buruburu bertanya.

"Tentu saja!", Yu Qilin nampak cukup puas diri.

"Setelah kau sedikit mengajari Pang Hu, Liu Guanjia langsung percaya padanya, dan langsung pergi tanpa bertanya-tanya lagi". Jiang Xiaoxuan menghembuskan ketakutan setengah mati". napas panjang.

"Aku "Aku juga memberi Li Jun sebuah peringatan, kalau dia berani bicara sembarangan, awas keluarga Li nya bisa tak punya keturunan!"

"Ya......", Jiang Xiaoxuan mengangguk.

"Tak ada jeleknya menakut-nakuti dia. Qilin, dalam hal ini aku sangat berterima kasih padamu, kalau tidak jangan-jangan masalahku ini akan tersebar di seluruh ibu kota". Yu Qilin menepuk dadanya.

"Putri dunia persilatan ini tak perlu ucapan terima kasih! Membantumu adalah membantu diriku sendiri......" Jiang Xiaoxuan tersenyum dan berkata.

"Kulihat Pang Hu sangat baik padamu."

"Tentu saja!", Yu Qilin amat bangga.

"Kami bersaudara! Ai, masalah ini sudah berlalu, namun masih ada masalah lagi, bulan ini akan sangat cepat berubah menjadi purnama".

"Ai......apa yang harus kita lakukan?"

Jiang Xiaoxuan menghela napas. Dengan cemas Yu Qilin bertanya.

"Dengan kemampuanku sekarang ini, apakah aku tak bisa lulus ujian?"

Jiang Xiaoxuan mengangguk.

"Kalau seperti katamu Nyonya Jin adalah seorang jago memetik kecapi, menurutku sangat sulit". Dengan cemas Yu Qilin berjalan berputar-putar.

"Habislah, habislah, habislah, kali ini aku benar-benar akan mengungkapkan rahasiaku! Dimana aku bisa mencari obat ajaib sehingga aku dapat langsung berubah menjadi dirimu?"

"Berubah menjadi diriku?", Jiang Xiaoxuan tertegun. Yu Qilin menatapnya, menatapnya untuk beberapa saat, tersenyum, lalu menarik Jiang Xiaoxuan dan berbisik di telinganya, seakan sedang menjelaskan sesuatu. Langit yang segelap anggrek hitam bagai sutra, sama sekali tak berawan. Sang rembulan yang putih bagai piring perak tergantung di langit, memancarkan cahaya yang lembut. Air danau mengalir dengan tenang di bawahnya, di permukaannya pun nampak bulan purnama yang serupa, hanya saja, begitu angin bertiup, di permukaan danau muncul riak-riak ombak yang mirip sisik ikan, sehingga cahaya rembulan itu bergoyang-goyang, kalau dibandingkan dengan bulan yang berada di angkasa, ia nampak sedikit lebih dingin dan lebih menarik. Air danau yang dipenuhi sinar rembulan mengalir, dan ketika air itu berkumpul di paviliun di tengah danau, karena terhalang, riakriaknya berpisah, permukaan danau dipenuhi bayangan terbalik pepohonan yang pekat, di balik pepohonan itu samar-samar nampak gunung-gunungan dan bubungan atap. Keempat sisi paviliun itu dihiasi dengan kain sutra tipis yang melambai-lambai ditiup angin, di tengah kabut, paviliun itu seakan berada di negeri dongeng, atau dalam sebuah lukisan pemandangan. Dan di tengah paviliun itu, diletakkan sebuah quqin, di atas quqin itu digantungkan kalung-kalung perak bertahtakan kumala dan mutiara, pita-pita sutera pun melambai-lambai ditiup angin. Seorang wanita berpakaian putih melambai-lambai memunggungi para hadirin, ia duduk di belakang kecapi, menjadi bagian dari pemandangan yang indah itu, ia begitu cantik bagai seorang dewi yang turun ke dunia yang fana, membuat orang tak bisa bernapas. Di tepi danau di seberangnya, berdiri sebuah tenda berhias yang digantungi bola-bola sutra, di bawah tenda itu duduk Nyonya Jin, Jin Yuanbao, para kerabat dan pelayan keluarga Jin. Nyonya Jin memandang pemandangan indah di tepi danau itu dan mengangguk-angguk dengan puas.

"Pantas saja Xiaoxuan ingin begitu lama mempersiapkan diri, ternyata ia ingin membuat sesuatu yang berbeda, benar-benar mengugah hati". Mendengar sang ibu memuji Jiang Xiaoxuan, hati Jin Yuanbao berbunga-bunga, namun wajahnya nampak tetap tenang, dengan hambar ia berkata.

"Semoga bukan hanya jurus kembangan belaka". Nyonya Jin berpaling dan memandangnya, lalu berkata dengan tulus.

"Tak perduli apakah cuma jurus kembangan atau tidak, bahwa ia bersedia berusaha begitu keras untukmu adalah sesuatu yang baik". Mendengar perkataan itu, hati Jin Yuanbao bertambah girang, tapi ia masih dengan keras kepala berkata.

"Ibu, ia ingin mengambil hatimu, oleh karenanya ia bersusah payah seperti ini".

"Tentunya tak mudah baginya untuk begitu berbakti seperti ini", Nyonya Jin tersenyum.

"Beritahu Xiaoxuan bahwa dia bisa mulai". Seorang pelayan kecil di tepi danau seberang mengangkat lampion dan mengoyang-goyangkannya, sang dewi di balik tirai sutra pun perlahan-lahan bergerak. Bayangan sang rembulan melayang di tengah kabut, suara musik yang gembira pun berkumandang. Suara qin yang begitu merdu dan jernih terkadang melompatlompat dengan nakal seperti mata air yang mengalir, menyegarkan, lincah dan gembira; terkadang seperti angin yang membelai pohon-pohon cemara, lembut namun memperdengarkan suara yang berbeda; terkadang bagai salju yang jatuh di atas debu, lincah dan samar-samar, sehingga hati orang mau tak mau menjadi tenang. Dilihat dari kejauhan, sosok dewi itu nampak gemulai dan sangat mempesona, luar biasa anggun..... Tanpa suasana dan pemandangan itu, suara kecapi dan lagunya pun telah membuat orang mabuk kepayang. Dengan amat girang Nyonya Jin memuji.

"Nama besar Putri Menteri Besar Jiang ini memang bukan nama kosong belaka, ia benar-benar seorang empu kecapi". Melihat bagaimana sang istri dapat merebut hati sang ibu, hati Jin Yuanbao sangat bahagia, sudut-sudut bibirnya perlahanlahan terangkat membentuk seulas senyum yang indah, ekspresi wajahnya masih tetap tenang, namun ia terus menatap sang istri yang sejelita dewi tanpa berkedip, mendengarkan dengan penuh perhatian. Liu Wenchao pun mendengarkan dengan terpana dan mabuk kepayang. Liu Qianqian memandang ke kiri dan kanan, hatinya penuh rasa iri yang berkobar-kobar, ia segera menyindir.

"Kenapa saozi memetik kecapi sambil memunggungi kita? Kalau memang punya kepandaian seharusnya ia berbalik". Selagi ia berbicara, lentera di tepi seberang kembali bergoyanggoyang. Tak nyana, orang yang berada dalam paviliun itu perlahan-lahan berdiri, salah satu tangannya lalu mengangkat bagian bawah quqin, sedangkan tangan yang satunya lagi masih memainkan sebuah lagu, kemudian dengan luwes tubuhnya berbalik. Lengan bajunya melambai-lambai, ia tersenyum manis. Entah bagaimana, tiba-tiba nampaklah wajahnya yang telah dirias dengan seksama, jantung Jin Yuanbao berdebar-debar dan melompat-lompat dengan cepat. Semakin masuk ke dalam lagu itu, Yu Qilin makin lama makin lancar memainkannya, manusia dan kecapi seakan bersatu. Akan tetapi, seandainya ada orang yang berdiri di dekat pavilun itu dan melihat ke dalamnya, ia akan dapat mengetahui bahwa jari-jari lentiknya yang bagai kumala sama sekali tak menyentuh senar kecapi, namun hanya berpura-pura memetiknya dengan gaya yang dilebih-lebihkan. Sambil berpura-pura memetik kecapi, Yu Qilin mengumam pada dirinya sendiri.

"Entah otak siapa yang begitu encer. Hehehe, aku Yu Qilin memang cerdas, dapat memikirkan rencana yang begitu bagus seperti ini, aiyo, aku benar-benar iri pada diriku sendiri". Dan pada saat yang sama, di sebuah sudut gelap di dalam paviliun itu, nampaklah sudut sebuah quqin, setelah dilihat dari dekat, ternyata Jiang Xiaoxuan sedang duduk di tengah semaksemak, pakaian yang dikenakannya sewarna dengan semaksemak di sekitarnya, wajahnya diolesi cat hijau, rambutnya ditancapi ranting-ranting pohon dan jerami, dengan penampilan awut-awutan dan dalam posisi yang sangat sukar ia menunduk dan memetik kecapi. Sambil memetik kecapi ia berkata dengan geram.

"Gadis bau, dirimu enak-enakan di atas sana dan membiarkanku menderita di sini, coba lihat bagaimana sebentar lagi aku akan menghajarmu!"

Walaupun hanya berpura-pura, namun penampilan Yu Qilin penuh penghayatan, semakin lama bermain ia semakin gembira, gerakan sepasang tangannya yang berpura-pura memetik kecapi pun makin lama makin cepat.


Konspirasi Langit Karya Unknown Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Putri Kesayangan Ayah Daddy Little Girl

Cari Blog Ini