Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 13
Untuk mengikuti Yu Qilin, gerakan Jiang Xiaoxuan yang bersembunyi di paviliun pun makin cepat, ia terpaksa memetik kecapi secepatnya, semakin lama semakin cepat.
"Gadis bau, apa kau tak bisa memetik kecapi dengan sedikit lebih lambat? Apa kau ingin membunuhku?"
Ketika Jiang Xiaoxuan sedang memetik kecapi dengan penuh perhatian, tiba-tiba seekor serangga kecil mengigit tangannya, tangan Jiang Xiaoxuan pun tergetar untuk sesaat dan nada yang dipetiknya menjadi sumbang.
Karena petikannya mendadak menjadi sumbang, gerakan Jiang Xiaoxuan menjadi agak kacau dan ia pun berhenti untuk beberapa detik.
Yu Qilin sebenarnya sedang bergerak dengan penuh semangat, namun suara qin mendadak berhenti, karena tak tahu apa yang terjadi, ia pun terpaksa berhenti, ia merasa cemas namun tak bisa berbuat apa-apa.
Namun saat ini para hadirin di tepi danau sedang mabuk kepayang oleh suara kecapi Jiang Xiaoxuan, ketika suara kecapi mendadak terputus, semua orang tertegun.
Yu Qilin tak berani menoleh melihat Jiang Xiaoxuan untuk mencari tahu apa yang terjadi, namun ia segera mendapat ide, ia berseru ke tepi sungai di balik tirai sutra.
"Lagu Gunung Tinggi Dan Air Mengalir ini kumainkan seperti sedang mabuk kepayang dari laksaan li jauhnya, apakah Ibu Yang Mulia puas mendengarnya?"
Nyonya Jin tertawa dan berkata.
"Puas, puas. Teruskanlah memetik kecapi". Jiang Xiaoxuan mengusir serangga terbang itu, namun karena tak hati-hati, quqinnya terbalik, dan saat ini ia sedang dengan kalang-kabut membetulkannya. Yu Qilin mendengar suara ribut di belakangnya, namun tanpa dapat berbuat apa-apa, ia terpaksa meneruskan.
"Mohon pengertian Ibu Yang Mulia.....barusan ini aku terlalu menghayati permainanku dan tak bisa mengendalikan perasaaanku. Ah, kapan bulan purnama akan....."
Nyonya Jin merasa membacakan syair?"
Heran.
"Kenapa sekarang ia jadi Namun Jin Yuanbao malah memujinya.
"Bukankah orang zaman kuno yang anggun memetik kecapi sambil membacakan syair?"
Nyonya Jin mengangguk. Akan tetapi Yu Qilin mana bisa membaca syair, setelah beberapa saat muncullah perkataan ini.
"Walaupun ada bulan purnama.....diriku menengadah memandangnya, walaupun tak bulat, namun keinginan manusia panjang". Jin Yuanbao yang berada di tepi sungai menyemburkan teh dalam mulutnya. Nyonya Jin makin heran.
"Puisi yang baru dibacakan Xiaoxuan itu ditulis oleh siapa? Kenapa aku belum pernah mendengarnya?" Liu Qianqian juga menutupi mulutnya.
"Benar, puisi kuno saozi ini apakah diajarkan oleh koki dapur?"
"Eh......", Jin Yuanbao cepat-cepat membantu.
"Kitab-kitab kuno yang sudah beredar selama ribuan tahun ada bagian-bagiannya yang bertambah atau berkurang, banyak puisi yang ada berbagai versinya, Xiaoxuan adalah seorang wanita berbakat yang termasyur, pengetahuannya luas, kalau ia tahu tentang sebuah puisi yang tak kita ketahui, hal ini sama sekali tidak aneh". Nyonya Jin mengangguk.
"Perkataanmu benar". Liu Qianqian tertawa menyindir.
"Memainkan lagu kenapa harus perlahan-lahan? Berbelit-belit saja, sebenarnya ia masih mau memainkannya atau tidak?"
Walaupun perkataannya itu diucapkan dengan jenaka, namun pandangan matanya tak pernah lepas dari Yu Qilin, ia berusaha keras untuk mencari kelemahannya. Namun Liu Wenchao tak merasa heran.
"Biasanya kalau seorang jago kecapi bermain dengan penuh perasaan selalu ada sesuatu hal yang lain". Melihat kejadian itu, Nyonya Jin segera berseru.
"Xiaoxuan, sebelum sebuah lagu diselesaikan hatiku seakan melayanglayang di angkasa. Kau cepatlah selesaikan lagu ini". Yu Qilin sadar bahwa ia tak dapat mengulur-ulur waktu lagi.
"Eh.....aku, aku akan segera selesai". Walaupun terpisah oleh sebuah tirai sutra, namun Jin Yuanbao dapat melihat bahwa Yu Qilin nampak kebingungan. Sebelum para hadirin tersadar, Jin Yuanbao telah bereaksi dengan sangat cepat, ia mengambil serulingnya sendiri, lalu dengan lembut meneruskan melodi kecapi yang barusan ini terputus. Suara seruling yang berkumandang di langit yang jernih menambah anggun suasana, Jin Yuanbao berdiri di tepi sungai, ikat pinggangnya melambai-lambai, di bawah sinar rembulan, ia makin nampak romantis dan elegan. Begitu mendengar suara seruling itu, Jiang Xiaoxuan yang berada di antara bunga-bunga pun tersadar, dan meneruskan permainannya mengikuti irama seruling. Yu Qilin segera sadar bahwa ini adalah cara Jin Yuanbao memberinya jalan keluar, maka dengan sungguh-sungguh ia kembali berpura-pura memetik kecapi. Seruling dan quqin pun berduet, Jiang Xiaoxuan dan Jin Yuanbao berdua adalah pemain musik yang mahir, permainan mereka sempurna, indah luar biasa. Nyonya Jin baru saja tersadar, dengan puas ia mendengarkan duet kecapi dan seruling itu, dengan gembira ia tersenyum.
"Qin dan se berduet dengan harmonis, sungguh membahagiakan". Gu Daniang pun ikut tersenyum.
"Tentu saja, tak heran kalau pernikahan mereka dianugerahkan oleh kaisar, ternyata memang benar-benar perjodohan yang diatur oleh langit". Mendengar perkataan itu, hati Liu Qianqian amat pedih, sambil mencibir ia berkata.
"Barusan ini jelas-jelas sebuah kesalahan, kau memutarbalikkan kenyataan". Perlahan-lahan lagu itu pun selesai, perpaduan harmonis diantara seruling dan quqin terdengar amat sempurna. Jin Yuanbao menaruh serulingnya, lalu kembali duduk di samping sang bunda. Nyonya Jin memandang putranya dengan puas dan girang. Yu Qilin bermain solo seorang diri, suara kecapi kembali berkumandang di permukaan danau, bagaikan suara-suara alam. Dan pada saat ini, permainan kecapi Jiang Xiaoxuan bagai awan berarak dan air mengalir, kembali lancar tanpa beban. Permainannya cemerlang. di paruh terakhir itu benar-benar sangat Setelah permainan selesai, saat Yu Qilin bangkit, dengan sembunyi-sembunyi ia tersenyum pada Jiang Xiaoxuan untuk mengungkapkan rasa terima kasihnya, Jiang Xiaoxuan pun tersenyum. Yu Qilin meninggalkan paviliun itu, dengan ikat pinggang yang melambai-lambai ditiup angin, ia melangkah ke arah para hadirin dan mengucapkan terima kasih pada mereka. Nyonya Jin mendahului bertepuk tangan, dan orang-orang di sekelilingnya pun segera ikut bertepuk tangan, dalam sekejap mata, tepuk tangan terdengar menggemuruh. Di tengah suara tepuk tangan itu Yu Qilin berjalan perlahanlahan ke hadapan Nyonya Jin, lalu menghormat dan berkata.
"Ibu, menantu telah unjuk kebodohan". Liu Qianqian mengawasinya, lalu menyindirnya.
"Barusan ini ada masalah apa? Lagu itu tiba-tiba terputus, apa kau kelepasan tangan?"
Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao menarik Yu Qilin dan membelanya.
"Ia bukan kelepasan tangan, tapi hal itu memang sudah direncanakan, karena suami istri yang harmonis digambarkan dengan ungkapan qin dan se berduet dengan harmonis, maka dalam lagu Gunung Tinggi Dan Air Mengalir yang dipersembahkan kepada ibu itu tak bisa tidak harus dimasukkan permainanku". Dengan puas Nyonya Jin mengandeng tangan mereka berdua, lalu menumpuk tangan mereka berdua menjadi satu.
"Luar biasa, sempurna tanpa cela, Xiaoxuan, Yuanbao, hari ini kalian telah bekerja keras". Mereka berdua saling memandang, lalu serentak berkata.
"Terima kasih banyak atas pujian ibu!"
Jin Yuanbao menunduk dan memandang si jelita di sampingnya, pandangan matanya mau tak mau tertarik ke arah tahi lalat merah di belakang telinganya, di bawah sinar rembulan, di tengah kerahnya yang lebar, dapat samar-samar terlihat kulitnya yang putih bersih dan berkilauan, dan juga sebagian dudou nya yang berwarna merah.
"Duk......duk......duk.....", jantungnya melonjak-lonjak dengan keras, seakan ada sebuah drum yang sedang ditabuh di dadanya, menguncangnya hingga ia tak bisa bernapas dengan leluasa. Tanpa sadar, Jin Yuanbao tak berpaling memandang Yu Qilin, namun tak nyana, dalam sekejap mata, pandangan matanya membentur pandangan mata Liu Wenchao yang berapi-api. Jin Yuanbao memicingkan matanya, di matanya sekilas sinar waspada berkelebat. Liu Wenchao segera tersenyum dan memasang tampang acuh tak acuh, lalu perlahan-lahan menghindari pandangan matanya itu. Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, menarik tangan Yu Qilin untuk duduk di samping, lalu mengambil sehelai syal dari tangan A Fu dan memberikannya kepada Yu Qilin. Dengan agak kebingungan, Yu Qilin menerimanya.
"Untuk apa?" Ekspresi wajah Jin Yuanbao rumit, sukar dibaca, ia mengerucutkan bibirnya, lalu dengan wajah kaku berkata.
"Pakailah, kau memakai begitu sedikit pakaian, awas masuk angin". Hat Yu Qilin terasa hangat, ia memandangnya sambil membuat sebuah ekspresi lucu, lalu dengan patuh memakai syal itu. Setelah perjamuan selesai, Yu Qilin hendak mencari Jiang Xiaoxuan, namun Jin Yuanbao memanggilnya. Wajah Jin Yuanbao nampak dingin, acuh tak acuh.
"Petikan kecapimu barusan ini tak jelek, tapi seharusnya kau melakukannya dengan sepantasnya, untuk apa memainkan sesuatu yang hanya kembangan saja, membuatnya menjadi berlebihan". Yu Qilin merasa geram.
"Apa maksudmu cuma kembangan belaka? Ide itu sudah lama kurencanakan".
"Benar, otakmu ini sudah kepenuhan hanya memikirkan hal kecil seperti itu", Jin Yuanbao tertawa nakal. Yu Qilin naik pitam.
"Kalau punya kepandaian, kau saja yang memetik kecapi. Nona ini tak akan memperdulikanmu lagi, aku ingin mencari Xue er". Setelah berbicara, ia berbalik dan berlalu. Pikiran Jin Yuanbao cemas, tiba-tiba ia menemukan bahwa di sanggul Yu Qilin ada sesuatu yang berwarna merah jambu, maka ia cepat-cepat memanggilnya.
"Hei, di rambutmu ada kelopak bunga". Yu Qilin menghentikan rambutnya.
"Di mana?"
Langkahnya, lalu meraba-raba "Di belakang ada satu, di depan juga ada sebuah". Yu Qilin menuruti petunjuk Jin Yuanbao, namun ia masih belum bisa menemukan tempatnya.
"Otak bodoh, tangan juga lambat bergerak". Jin Yuanbao maju selangkah, ia mengangsurkan tangannya dan memunggut kelopak bunga itu, akan tetapi lengan bajunya lalu tersangkut di tusuk konde Yu Qilin! Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat menggunakan tangannya yang satu lagi untuk menekan bahu Yu Qilin dan berusaha melepaskan lengan bajunya dari tusuk konde itu. Karena rambutnya tertarik, Yu Qilin kesakitan.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan rambutku"
Jin Yuanbao cepat-cepat menekannya dan berseru dengan pelan.
"Jangan bergerak! Tusuk kondemu menyangkut di bajuku". Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa, ia terpaksa hanya berdiri dengan patuh, tak bergeming. Jin Yuanbao berdiri di hadapannya sambil menarik lengan bajunya, kedua tangannya terangkat tinggi-tinggi di samping kepala Yu Qilin, sehingga mau tak mau Yu Qilin pun bersandar padanya, dan wajahnya pun seakan hendak menempel di dadanya. Dengan agak tegang Yu Qilin menegakkan lehernya agar dirinya tak usah berdekatan dengan Jin Yuanbao, akan tetapi, begitu ia memandang ke atas, dirinya dapat melihat dagunya yang sempurna dan bibirnya yang agak mengerucut, mau tak mau detak jantungnya pun menjadi cepat. Dengan gusar bercampur jengah Yu Qilin bertanya.
"Sudah lepas, belum?"
"Kenapa begitu tergesa-gesa? Aku sedang melepaskannya", dengan tak sabar Jin Yuanbao menjawabnya. Sebenarnya, ia sama sekali tak bermaksud melepaskan lengan bajunya, salah satu tangannya terangkat tinggi-tinggi, sedangkan tangannya yang lain memeluk Yu Qilin sehingga ia bersandar di dadanya sendiri, mereka berdua seakan sedang saling berpelukan. Ia menunduk dan memandang wajah Yu Qilin, hatinya manis seakan direndam madu, namun mulutnya tak kenal ampun.
"Tusuk konde ini benar-benar tak enak dilihat, kau seharian penuh bersamaku, tapi kenapa seleramu masih begitu buruk?"
Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin langsung merasa kesal, ia mencabut tusuk konde itu dan melemparkannya ke dada Jin Yuanbao.
"Aku akan memakai barang-barang milikku, masa bodoh kau suka melihatnya atau tidak!"
Setelah berbicara ia berpaling dan melangkah pergi.
Dengan terpana Jin Yuanbao berdiri di tempat, tak bergeming, sampai akhirnya angin sejuk bertiup, membuatnya menggigil dan tersadar.
Yu Qilin sama sekali tak tahu, bahwa barusan ini ketika ia mencopot tusuk kondenya, seutas rambut hitam legamnya terjatuh dan terukir dalam-dalam dalam hati Tuan Muda Jin.
Walaupun saat itu tengah malam, namun di kamar Jiang Xiaoxuan sebuah perjamuan untuk merayakan keberhasilan masih digelar.
Perjamuan keberhasilan mereka berdua.
Setelah Yu Qilin menuangkan arak untuk Jiang Xiaoxuan, ia mengangkat cawannya sendiri, lalu berkata sembari tersenyum.
"Untuk keberhasilan pertunjukan kita ---- satu cawan!"
Mereka berdua minum secawan arak dengan perlahan-lahan, lalu dengan gembira Yu Qilin memeluk Jiang Xiaoxuan seraya berkata dengan akrab dan tulus.
"Terima kasih atas bantuan Nona Besar Jiang sehingga untuk sesaat aku dapat berubah menjadi seorang empu kecapi, dan berhasil menipu Nyonya Jin!"
Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menggeleng.
"Qilin, kalau hendak berterima kasih, akulah yang seharusnya berterima kasih padamu. Kalau kau tak membantuku menghukum si Li Jun itu, lelaki tak setia itu sudah dari dulu mengkhianatiku, jangankan mengembara ke ujung dunia, bahkan di Wisma Jin pun aku tak akan bisa keluar hidup-hidup". "Jangan bicara tentang siapa yang harus berterima kasih kepada siapa! Kita berdua sekarang telah bersatu....."
Yu Qilin menarik napas dalam-dalam, lalu mengumpulkan keberaniannya.
"Aku sudah memutuskan untuk berterus terang, dan tak lagi menyimpan rahasiaku di hadapanmu". Jiang Xiaoxuan merasa bimbang.
"Rahasia apa?"
"Hmm....."
Yu Qilin berkata dengan lirih.
"Sebenarnya, aku mencari jalan untuk menyelinap ke Wisma Jin untuk membantu ibu angkatku mencari putra kandungnya". Jiang Xiaoxuan terkejut.
"Membantu ibu angkatmu mencari putra kandungnya? Apa kau sudah menemukannya?"
Yu Qilin mengangguk-angguk.
"Aku sudah menemukannya, ia adalah Jin Yuanbao".
"Apa?!", Jiang Xiaoxuan amat terkejut.
"Jin Yuanbao bukan putra kandung Nyonya Jin? Apa kau tak salah?"
"Aku sudah memastikannya, di pinggangnya ada sebuah tanda lahir", Yu Qilin menegaskan. Jiang Xiaoxuan merasa bingung.
"Sebenarnya, apa yang terjadi?"
"Sebenarnya, bertahun-tahun yang silam, ibu angkatku adalah selir Jenderal Jin, tak lama setelah ia melahirkan Jin Yuanbao, Jenderal Jin gugur di medan pertempuran. Karena Nyonya Jin tak punya anak, ia merampas putra ibu angkatku, lalu mengusir ibu angkatku keluar dari Wisma Jin......"
Ketika mengucapkan perkataan ini, Yu Qilin teringat akan penderitaan Nyonya Yu, pelupuk matanya pun mau tak mau menjadi kemerahan. Jiang Xiaoxuan membelalakkan matanya, jelas bahwa ia sangat terperanjat.
"Benarkah ada kejadian seperti itu? Tak nyana bahwa di Wisma Jin ternyata ada rahasia yang begitu besar".
"Setelah ibu angkatku diusir keluar Wisma Jin, beberapa tahun ini, aku dan ibu angkat tinggal di Emeishan....."
"Ai.....", Jiang Xiaoxuan menghela napas dengan penuh perasaan.
"Aku juga dilahirkan di rumah keluarga terpandang seperti itu, tapi dari kecil sampai besar telah merasakan penderitaan. Oleh karenanya aku selalu menolak dinikahkan dengan seorang suami dari keluarga terpandang tanpa cinta, di dalam rumah sebuah keluarga terpandang, para wanita saling berkelahi tak dengan kilatan pedang dan golok, tapi dengan makan manusia hidup-hidup tanpa memuntahkan tulangnya!"
"Selama bertahun-tahun lamanya ibu angkatku tak menemui Jin Yuanbao karena ia merasa bahwa hati Nyonya Jin tak jahat, dan ia pasti akan mengurus putranya, ia tak ingin karena kemunculannya kehidupan Jin Yuanbao dan Nyonya Jin menjadi kacau". Yu Qilin berhenti sejenak, lalu dengan penuh kemarahan berkata.
"Tapi aku tak bisa menerimanya, atas dasar apa setelah ibu angkat sepuluh bulan mengandung dan dengan susah payah melahirkan, anaknya lalu dirampas orang lain? Bagaimanapun juga, aku harus mencari dan membawa pulang putra kandungnya, dan membawanya ke hadapannya supaya ia bisa memanggilnya Ibu!"
"Ya......", Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk setuju, lalu dengan bimbang ia bertanya.
"Kalau begitu, karena sekarang kau telah menemukan Jin Yuanbao, kenapa tak memberitahunya? Kenapa kau tak mengajaknya menemui ibu kandungnya?"
"Sebenarnya, ketika pulang ke rumah mertua aku sudah membawa Jin Yuanbao ke hadapan ibu angkatku".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu, kenapa mereka belum saling mengenali?"
Tak nyana, Jiang Xiaoxuan juga ikut tergerak. Dengan kecewa Yu Qilin menggeleng.
"Tak semudah itu, kejadian ini sudah dua puluh tahun lebih berlalu, perkataan bertahun-tahun silam itu tak dapat dijadikan bukti, semuanya hanya bergantung pada perkataan kami saja, Jin Yuanbao mana mungkin percaya bahwa seorang nyonya tua miskin yang tinggal di daerah terpencil adalah ibu kandungnya? Dalam pikirannya, ibunya adalah Nyonya Jin yang berada di awang-awang".
"Benar.....tapi......", dengan penuh simpati Jiang Xiaoxuan berkata.
"Putra yang diharap-harapkan selama dua puluh tahun lebih ada di depan mata, namun tak bisa mengenalinya, benarbenar sebuah tragedi terbesar di dunia ini".
"Benar, bukan! Saat itu aku sudah beberapa kali hendak mengatakan hal yang sebenarnya, tapi selalu dihalangi ibuku. Sekali ini aku datang ke Wisma Jin lagi untuk mencari bukti, saat pulang lain kali, aku hendak memberikan jiwa dan raga Jin Yuanbao pada ibuku". Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk.
"Akhirnya aku mengerti kenapa kau bersedia bersusah payah untuk menyelinap ke dalam Wisma Jin. Aku akan menemanimu, begitu urusanmu selesai, kita akan kabur bersama!"
"Terima kasih, Xiaoxuan!"
Dengan penuh perasaan berterima kasih Yu Qilin memeluknya.
Namun saat ini di kamar pengantin di Taman Songzhu, suasana sangat sibuk.
Di atas ranjang besar tergeletak berbagai macam pakaian lelaki dalam berbagai model, ada yang baru dan ada yang lama, ada yang berupa pakaian panjang dan ada yang pendek.
Jin Yuanbao yang mengenakan sehelai jubah panjang biru muda yang dihiasi sulaman bambu tertiup angin yang berwarna hitam legam berdiri di depan cermin, rambutnya yang hitam diikat tinggi-tinggi.
Ia berjalan beberapa langkah, lalu memandang bayangannya di cermin tembaga itu seraya bertanya.
"A Fu, bagaimana dengan baju ini?"
Dengan kagum A Fu mengangguk-angguk.
"Shaoye memakai apapun enak dilihat". "Kurasa pandanganmu benar". Dengan enteng Jin Yuanbao menyingkap bagian depan jubahnya, lalu duduk dengan santai sambil dengan narsis mengelus-elus rambutnya.
"Ganteng, ya?"
"Ganteng!", A Fu bermanis-manis untuk mengambil hatinya.
"Nyonya muda pasti akan tergila-gila padamu". Dengan puas diri Jin Yuanbao tersenyum. Tepat pada saat ini, Yu Qilin masuk ke dalam kamar, begitu melihat pakaian yang memenuhi kamar itu, ia merasa amat heran.
"Apa yang kalian lakukan? Untuk apa kalian mengeluarkan semua pakaian dan mengobrak-abriknya?"
A Fu cepat-cepat berkata.
"Bukankah demi kau, nyonya muda?"
Jin Yuanbao kehilangan muka, maka ia cepat-cepat menegurnya.
"Banyak mulut!"
Setelah itu, dengan wajah acuh tak acuh ia berkata.
"Baju-baju ini sudah ketinggalan zaman, A Fu mengeluarkannya untuk membuangnya!"
Yu Qilin tertegun.
"Membuangnya? Bukankah ini terlalu boros?"
Jin Yuanbao meliriknya.
"Aku cuma memakai model terbaru, tak sepertimu yang memakai tusuk konde norak".
"Baik! Kalau kau tak mau memberikannya padaku, akan kuambil untuk kuberikan pada orang miskin di luar sana, kalau kau tak mau memakainya, orang lain akan memakainya!"
Yu Qilin merasa geram. Jin Yuanbao menyindirnya.
"Kulihat kau dengan sembunyisembunyi ingin tinggal di sini. Apa kau begitu suka padaku, sampai pakaianku pun ingin kau kumpulkan?"
Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin tak tahu apakah ia harus menangis atau tertawa.
"Kau ini sedang demam, ya? Aku suka padamu? Bagaimana mungkin?"
Namun dengan tak percaya Jin Yuanbao mendongak.
"Kenapa kau tak bisa menyukaiku?"
"Kenapa?!", Yu Qilin tercengang, ia mementang kelima jari tangannya dan mulai menghitung.
"Kau sombong, cerewet, selalu merasa benar sendiri, dan juga suka mengambil keputusan untuk orang lain, karena kau punya begitu banyak kekurangan.....aku tak bisa menyukaimu lagi". Entah kenapa, setelah mengucapkan perkataan yang terakhir itu, Yu Qilin merasakan suatu perasaan takut ketahuan yang sulit dilukiskan.
"Hah!", Jin Yuanbao mendengus dengan dingin, lalu mendekatinya.
"Semakin kau mengecam kekuranganku, kau semakin memperhatikanku, kalau kau tak selalu mengawasiku, bagaimana begitu membuka mulut kau langsung dapat menghitung begitu banyak kekuranganku?"
"Jangan sombong!"
Akan tetapi Jin Yuanbao memasang tampang acuh tak acuh.
"Kalau kau menyukaiku, kau harus mengatakannya dengan terus terang. Karena kita sudah menikah, aku akan mengalah sedikit dan membiarkanmu menyukaiku. Aku tak akan menolak cintamu padaku yang bagai gelombang pasang".
"Jin Yuanbao! Otakmu sudah miring!"
Dengan geram Yu Qilin mengangkat kakinya dan menendangnya. Jin Yuanbao yang kesakitan memeluk tulang keringnya.
"Mana ada cara mengungkapkan perasaan cinta seperti ini! Apa kau ingin membunuh suamimu sendiri?"
"Rasakan! Kau sendiri yang memintanya!"
Sambil terengahengah marah, Yu Qilin berlalu. Jin Yuanbao memandang punggung Yu Qilin sambil mengumam pada dirinya sendiri.
"Aku tak percaya bahwa ada orang yang bisa menolak diriku, Jin Yuanbao! A Fu, cepat masuk sini!"
Yu Qilin yang merasa geram berjalan berputar-putar di taman, akan tetapi bagaimanapun juga saat itu hari sudah malam, tak baik kalau ia tertegun di luar, maka mau tak mau ia pun kembali ke Taman Songzhu.
Akan tetapi, dari kejauhan ia menemukan bahwa cahaya lilin bergoyang-goyang di dalam kamar.
Mau tak mau Yu Qilin mengerutkan keningnya.
"Di tengah malam begini, untuk apa menyalakan begitu banyak lilin.....Jin Yuanbao pasti sedang menjalankan sebuah tipu muslihat!" Dengan hati-hati ia berjalan ke samping pintu, lalu mengangsurkan tangannya dan mendorong pintu hingga terbuka, namun isi kamar itu membuatnya amat terkejut. Di meja yang menghadap ke jendela telah dipersiapkan sebuah makan malam yang diterangi lilin, setiap hidangannya membuat orang mengerak-gerakkan jempol, selain itu cahaya lilin yang bergoyang-goyang pun saling memantul satu sama lain. Di sekeliling kamar telah diyalakan lilin, nyala lilin yang berkelapkelip membuat suasana sangat romantis. Sambil tersenyum Jin Yuanbao melangkah dari samping.
"Bagaimana, lumayan, kan?"
Setelah berbicara, dengan sangat anggun ia duduk di samping meja makan.
Di bawah cahaya lilin, Yu Qilin memandang wajahnya, matanya dalam dan hitam legam, namun mengandung sekilas sinar licik, akan tetapi kesan jahat yang samar-samar itu mengandung suatu pesona yang aneh, seakan setiap saat dapat membuat orang terhisap ke dalamnya.
Dengan jengah Yu Qilin menghindari padangan matanya yang panas membara.
"Apa kau ingin minta maaf padaku?", setelah berbicara, ia duduk menghadap Jin Yuanbao. Minta maaf? Jin Yuanbao mengangkat alisnya.
"Sama sekali tidak! Kulihat kau ini sama sekali tak berpengalaman, maka hari ini aku akan membuka matamu lebar-lebar". Yu Qilin tahu bahwa perkataannya sering tak bisa dipercaya, namun setelah memandang hidangan lezat di atas meja, hatinya terasa jauh lebih lega.
"Dengan mempertimbangkan hidanganhidangan lezat ini, aku memaafkanmu". Setelah itu, ia memandang ke sekelilingnya, dan berkata.
"Lilin-lilin ini memang indah, tapi menyalakan begini banyak lilin bukankah suatu pemborosan? Asalkan bisa menerangi sudah cukup". Setelah berbicara, dengan anggun ia menggunakan tenaga dalamnya.
"Wus, wus!", berbaris-baris lilin dalam ruangan itu pun padam. Setelah itu Yu Qilin mengayunkan kedua lengan bajunya dengan gemulai, ia hanya menyisakan sebuah lilin yang menyala di meja makan, lilin-lilin lainnya semuanya dipadamkannya.
"Lihatlah, satu sudah cukup". Melihat kamar yang gelap gulita itu, Jin Yuanbao tak kuasa berkata apa-apa.
"Kau perempuan ini benar-benar tak punya selera".
"Tak punya selera?", dengan sikap merendahkan Yu Qilin berkata.
"Kalau begitu aku juga tak bisa makan". Jin Yuanbao menggeleng-geleng, ia maju ke depan dan menyalakan lilin-lilin lain di atas meja satu persatu. Akan tetapi Yu Qilin telah terlebih dahulu menyantap berbagai macam hidangan lezat di atas meja, dilihatnya bahwa di atas meja ada anggur, maka ia pun menuang secawan penuh untuk dirinya sendiri, menuangkan secawan lagi untuk Jin Yuanbao, lalu mulai makan dan minum dengan makin lahap. "Arak ini benar-benar lezat". Setelah menyalakan lilin, Jin Yuanbao meminum anggurnya, lalu mengadu cawannya dengan cawan Yu Qilin. Melihatnya, tanpa malu-malu Yu Qilin berkata.
"Aku sudah minum, kau minumlah". Jin Yuanbao cepat-cepat menasehatinya.
"Perlahan sedikit minumnya, anggur ini sangat kuat, awas sebentar lagi kau mabuk, jangan salahkan aku karena tak memperingatkanmu sebelumnya".
"Kalau kau tak mau memberiku minum, katakan saja! Kalau cuma minum sedikit arak saja langsung mabuk, aku tak usah minum saja!"
"Kau....."
Jin Yuanbao tak kuasa berkata apa-apa.
Melihatnya tak menghalangi dirinya, Yu Qilin mulai minum seteguk besar anggur.
Jin Yuanbao mengambil cawan anggurnya dan minum seteguk kecil dengan anggun.
Setelah makan untuk beberapa saat, Yu Qilin pun mulai bereaksi, tanyanya.
"Kenapa kau menyalakan lilin-lilin ini?"
Jin Yuanbao tersenyum.
"Supaya kamar ini agak terang sedikit, sehingga aku bisa melihatmu dengan lebih jelas". Saat ini, kecuali anggur di dalam cawan Jin Yuanbao, semua anggur di meja telah diminum habis oleh Yu Qilin, saat ini Yu Qilin pun sudah mulai mabuk. Yu Qilin mengkedip-kedipkan matanya, lalu bertanya.
"Untuk apa kau memandangiku?"
"Belakangan ini dalam benakku selalu ada bayang-bayangmu, hari ini kau harus berdiri di sini supaya aku dapat melihatmu dengan jelas". Angin bertiup, anggur naik ke kepala, Yu Qilin merasa agak pusing.
"Bayanganku? Apa pandanganmu sudah kabur atau kau sudah sinting?"
"Menurutku aku juga sangat bodoh. Seorang tuan muda yang anggun seperti aku ini bagaimana bisa menyukai seorang wanita yang kasar, tak masuk akal, wajahnya biasa-biasa saja, bicaranya tak menarik, dan gampang mengayunkan tinju? Apa menurutmu kau mempunyai sesuatu yang membuatku menyukaimu? Eh?"
Dengan agak kecewa karena cintanya tak diterima ia mengangkat cawan anggurnya, lalu minum seteguk lagi.
Melihat bahwa ia masih mempunyai anggur, Yu Qilin langsung merebut cawan anggur di tangan Jin Yuanbao, lalu menenggak anggur di dalamnya sampai tandas.
Jin Yuanbao mencoba menghalanginya, namun sudah terlambat.
Ia hanya dapat menghela napas.
"Ai....." Akan tetapi saat ini Yu Qilin sudah mabuk sepenuhnya.
"Hehehe, aku mana tahu? Tanya dirimu sendiri saja".
"Aku juga ingin tahu jalan keluarnya, saat aku tak bisa melihatmu aku merindukanmu, tak perduli apakah aku sedang menyelidiki kasus, berjalan-jalan, atau melihat-lihat toko, aku selalu merasa bahwa kau ada di sisiku. Hei, gadis bau, apa sebenarnya yang kau lakukan padaku? Apakah kau mengguna-gunaiku?"
"Hmm?", sepasang mata Yu Qilin nampak berkabut, tanpa memperdulikan perkataan Jin Yuanbao, sepasang tangannya memegang pipi Jin Yuanbao, lalu menatapnya tanpa berkedip. Karena baru saja mengucapkan perkataan itu dan saat ini dipandang oleh Yu Qilin, Jin Yuanbao merasa takut ketahuan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Untuk apa kau memandangku seperti itu?"
"Hehehe.....", Yu Qilin tertawa ketolol-tololan, setelah itu ia mulai mengoyang-goyangkan kepala Jin Yuanbao.
"Hei! Jangan goyangkan kepalaku! Aku pusing!"
Jin Yuanbao terkejut.
"Oh.....", Yu Qilin mengerucutkan bibirnya, dengan tak senang ia berhenti mengoyang kepala Jin Yuanbao, tapi sepasang tangannya masih memeluk kepala Jin Yuanbao.
"Arak habis, aku ingin minum arak lagi". Jin Yuanbao berusaha melepaskan diri, akan tetapi tak nyana, kekuatan Yu Qilin sangat besar, lagipula....karena ia memeluknya seperti itu, kepalanya menjadi bersandar di dada Yu Qilin yang empuk, sepertinya rasanya sangat nyaman. Wajah Jin Yuanbao memerah, ia tak dapat menahan diri untuk tak menegurnya.
"Dasar pemabuk".
"Eh?", tiba-tiba Yu Qilin mengeluarkan sebuah suara yang sangat aneh, lalu ia menjulurkan kepalanya dan mencium-cium wajah Jin Yuanbao dengan hidungnya. Leher Jin Yuanbao langsung menjadi kaku.
"Apa yang kau lakukan?"
Dengan mata yang berkabut karena mabuk Yu Qilin memandang bibir Jin Yuanbao yang tak henti-hentinya berbicara.
"Di sini bau arak". Sambil berbicara, tak nyana ia menengadah, mengerucutkan bibir merahnya yang bagai bunga persik, lalu dengan lembut mengulum bibir Jin Yuanbao yang hangat dan empuk. Jin Yuanbao tercengang, sepasang matanya membelalak lebarlebar. Setelah mencicipinya untuk sesaat, Yu Qilin memicingkan matanya, lalu mundur dan tersenyum dengan ketolol-tololan.
"Arak......arak bagus.....rasanya lumayan...."
Perkataan itu bagai sebuah halilintar yang membelah kepala Jin Yuanbao.
Rasanya lumayan? Ia terkejut sekaligus berdebardebar.
Tepat pada saat Yu Qilin hendak meninggalkan dirinya, sepasang lengannya mendadak mengelilingi Yu Qilin, lalu dengan sekuat tenaga memeluknya.
Pada saat yang sama, ia tak dapat menahan dirinya untuk tak balas menciumnya, mengulum bibirnya yang mungil dan menghisapnya.....
Seperti api yang sudah lama terpendam di balik es, gairahnya seketika itu juga meledak, membakar Jin Yuanbao, dan juga membakar Yu Qilin.
Segala kerinduan, segala mimpi, segala cinta, seketika itu juga menjadi-jadi.....
Dengan bergairah ia mencium Yu Qilin, seakan hendak menelannya, menawan dan menguasainya, sama sekali tak berbelas kasihan.
Dan tubuh Yu Qilin yang sudah lemas pun, di tengah gairah Jin Yuanbao, sedikit demi sedikit meleleh....
Ciuman ini seakan sebuah ciuman seumur hidup, dan juga seakan hanya sekejap mata, sampai Yu Qilin yang tak dapat bernapas dengan leluasa memukulnya dengan pelan, Jin Yuanbao baru tiba-tiba tersadar dan melepaskannya.
Wajah Yu Qilin merah padam, dengan tak puas ia menjilat-jilat sudut bibirnya, lalu dengan mabuk ambruk ke dalam pelukan Jin Yuanbao.
Melihat wajah tertidurnya yang tenang, Jin Yuanbao perlahanlahan memondongnya, melangkah ke sisi ranjang, lalu dengan amat hati-hati menaruhnya di atasnya.....
Melihat dahinya yang berkerut dalam, mau tak mau ia merasa agak iba, karena berpikir di tengah malam nanti Yu Qilin bisa muntah, dirinya pun berbaring dengan pakaian lengkap di sisinya.
Cahaya lilin yang remang-remang menciptakan suasana yang samar-samar, dan mewarnai kulitnya yang seputih kumala menjadi berwarna merah jambu yang indah.
Bulu matanya bergetar, meninggalkan bayangan yang jarangjarang, dahinya mengeluarkan butiran-butiran keringat halus yang berkilauan di bawah cahaya lilin.
Makin lama memandangnya Jin Yuanbao merasa makin bahagia, ia tak dapat menahan diri untuk tak mengecup bibirnya.
"Kau masih berkata tak suka padaku?"
Pagi-pagi keesokan harinya, dengan pandangan berkabut Yu Qilin membuka matanya dan melihat wajah terlelap Jin Yuanbao yang bagai kumala.
Dengan terkejut ia mendapati bahwa ia sepertinya sedang berbaring di atas dadanya....
Ia mengkedip-kedipkan matanya, lalu kembali mengkedipkedipkan matanya, untuk sesaat ia masih tak paham apa yang terjadi.
"Apa kau tahu apa yang kau lakukan tadi malam?"
Jin Yuanbao masih berbaring dengan tenang sambil memejamkan matanya, namun suaranya seakan mengandung suatu pesona ajaib, mengandung besi berani yang menarik hati Yu Qilin.
Seketika itu juga Yu Qilin tersadar, tiba-tiba ia duduk, lalu memeriksa sekujur tubuhnya, setelah memastikan bahwa seluruh pakaiannya masih lengkap, ia barulah menghembuskan napas lega.
Akan tetapi, ia berpaling dan mendapati bahwa Jin Yuanbao sedang bersandar di ranjang sambil menyangga kepalanya dengan tangannya, sedang memandang dirinya dengan pandangan penuh arti.
Pandangan mata itu sangat aneh.....Yu Qilin mengketuk-ketuk kepalanya, berusaha keras untuk mengingat kejadian kemarin malam.
Tiba-tiba, dalam benaknya berkelebat adegan saat ia mengulum bibir Jin Yuanbao.....
"Duk....duk....duk....", jantung Yu Qilin berdetak makin cepat, ia segera bangkit sambil menghindari Jin Yuanbao, dirinya agak tak berani memandangnya.
"Aku tak tahu kau sedang bicara tentang apa". Melihat wajahnya yang merah padam sampai ke telinganya, Jin Yuanbao tak bisa menahan diri untuk tak tertawa jahat.
"Mau tidak kuiingatkan?"
Setelah berbicara, ia menarik Yu Qilin ke atas ranjang, lalu menindihnya dan hendak menciumnya.
Yu Qilin cepat-cepat menghalangi bibir Jin Yuanbao dengan tangannya, lalu sebuah kakinya menendang perut Jin Yuanbao, dengan mengambil kesempatan saat ia masih kesakitan, Yu Qilin membalikkan tubuhnya dan membebaskan diri dari bawah tubuh Jin Yuanbao.
"Bergajul! Kau mencoba mengambil keuntungan dariku?!"
"Aku bergajul?", wajah Jin Yuanbao nampak tak percaya.
"Tadi malam jelas-jelas kaulah yang menciumku dahulu!"
Yu Qilin amat malu.
"Aku tidak melakukannya! Kaulah yang memberiku arak sehingga aku menjadi seperti itu! Kaulah yang menggodaku!"
"Kau bercanda saja! Aku si tuan muda ini bisa mendapatkan wanita macam apa saja, untuk apa menggodamu segala?", Jin Yuanbao merasa geram.
"Tadi malam karena melihatmu mengambil inisiatif terlebih dahulu, aku terpaksa melayanimu sebisaku, sekarang kau sudah mendapat keuntungan tapi masih sok pintar dan hendak menyalahkanku!"
"Kau ingin aku menyalahkanmu?", sambil memicingkan matanya dan menggertakkan giginya, Yu Qilin menatap Jin Yuanbao, tiba-tiba, ia meninju ke arah perut Jin Yuanbao, begitu Jin Yuanbao memeluk perutnya dengan kesakitan, ia pun segera berguling menghindar. Yu Qilin mengayun-ayunkan tinjunya.
"Nenekmu akan menyalahkanmu dengan tinjunya!"
Setelah berbicara ia berbalik dan dengan santai melenggang pergi. Sambil memegang perutnya, Jin Yuanbao berkata dengan gusar.
"Tunggu aku! Aku pasti akan membuatmu berkata bahwa kau menyukaiku sambil memohon-mohon!"
Ejak Jin Yuanbao dan Yu Qilin karena lengah 'berciuman dengan kacau setelah minum arak', diantara mereka berdua seakan ada suatu perubahan yang telah diam-diam mereka sepakati bersama.
Jin Yuanbao tak lagi seenaknya menyindir dan mengolok-olok Yu Qilin seperti sebelumnya, dan Yu Qilin pun tak lagi bertingkah seenaknya saat berada di hadapannya, ia agak menahan sikapnya sebagai gadis desa yang liar.
Setengah bulan yang tenang pun berlalu, Yu Qilin merasa bahwa Jin Yuanbao telah berubah, akan tetapi ia merasa bahwa perubahan ini terlalu sedikit dan terlalu lemah, sehingga membuatnya merasa tak sabar.
Hari itu adalah hari cerah yang jarang ditemui, menjelang senja lembayung merah memenuhi langit dan angin sepoi-sepoi bertiup, Nyonya Jin merasa gembira dan mengundang semua orang ke sebuah jamuan makan malam di taman.
Seharusnya Jin Yuanbao dan Yu Qilin duduk bersama, akan tetapi, sejak kejadian itu, sehari-hari kalau dapat tak menemui Jin Yuanbao, ia berusaha menghindarinya, saat ini, begitu melihat bahwa di samping Jiang Xiaoxuan ada tempat duduk, ia pun segera mendudukinya.
Gu Zhangfeng yang malang memandang Jiang Xiaoxuan dengan penuh harap, namun ia terpaksa hanya dapat duduk di sisi Jin Yuanbao.
Gadis bau itu, ia ingin menahan diri sampai kapan lagi?! Dengan sangat tak senang Jin Yuanbao menatap Yu Qilin dengan tajam.
Begitu merasakan pandangan matanya, Yu Qilin langsung menengadah dan membalas pandangannya.
Mereka berdua saling menetap dari seberang meja makan, dan malahan membuat Nyonya Jin yang duduk diantara mereka sangat tertarik, apakah pasangan muda itu sedang bertengkar? Lucu sekali, setelah memandang mereka untuk beberapa saat, ia tak bisa menahan diri untuk tak mendengus dan tertawa.
Begitu mendengar suara itu Jin Yuanbao memandangnya, namun dilihatnya bahwa sang bunda sedang memandangnya dengan gembira, hatinya agak kesal, maka ia segera mencari sebuah pokok pembicaraan dan berkata.
"Ibu, tak lama lagi ulang tahun ibu akan tiba, apakah kau hendak mempersiapkan jamuan makan?"
Mendengar perkataannya itu, hati Nyonya Jin langsung menjadi hangat.
"Yuanbao, kau tak usah repot-repot, urusan jamuan ulang tahun tahun ini sudah kuserahkan pada Wenchao". Melihat kejadian itu, Liu Wenchao cepat-cepat bangkit.
"Gumu tak usah khawatir, aku akan segera mempersiapkannya". Nyonya Jin mengangguk-angguk dengan puas.
"Selama Wenchao mengurusnya, aku selalu tak pernah khawatir". Dalam sinar mata Jin Yuanbao muncul sedikit rasa tak puas, ia berpaling menghadap Nyonya Jin.
"Ibu, kau bukannya pernah berkata hendak membiarkan Xiaoxuan mengatur rumah tangga, menurutku perjamuan ulang tahun tahun ini biar diurus olehnya saja. Dia sudah cukup lama tinggal di Wisma Jin, budinya yang luhur sebagai seorang wanita dapat dilihat oleh siapa saja, mungkin perjamuan ulang tahun kali ini akan dapat diatur dengan cemerlang". Setelah berbicara, ia mengangkat alisnya dan menatap Yu Qilin dengan pandangan menantang.
"Bagaimana menurutmu?"
Walaupun ia tak mengatakannya, namun ia sudah paham bahwa cara yang paling efektif untuk membuat Yu Qilin melakukan sesuatu adalah dengan menantangnya. Benar saja, dengan penuh semangat Yu Qilin langsung menyambut tugas itu.
"Aku akan melakukannya, apa susahnya? Ibu, berikan tugas ini padaku, aku akan membuat sebuah perjamuan yang ramai".
"Bagus sekali kalau begitu, tapi......"
Nyonya Jin girang sekaligus khawatir.
"Tapi sepertinya perjamuan ulang tahun ini akan sederhana saja, sebenarnya ini hanya masalah sepele, namun segala hal harus diperhatikan. Para kerabat kaisar dan pejabat tinggi dari seluruh pelosok kota akan datang ke perjamuan itu, kalau ada sesuatu yang salah, kita akan ditertawai orang". Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao khawatir Yu Qilin akan mundur dan mengalah pada Liu Wenchao, maka untuk membuat masalah ia berkata.
"Ini adalah suatu beban yang berat, kalau kau tak sanggup melaksanakannya, kau harus memberitahu kami sekarang". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin yang barusan ini sedikit punya pikiran untuk mundur langsung memaksa dirinya untuk melawan.
"Tentu saja aku akan melakukannya!"
Melihatnya menjawab dengan tegas, Nyonya Jin mengangguk dengan senang hati, sembari tersenyum ia berkata.
"Bagus. Menggunakan kesempatan ini untuk membiarkan Xiaoxuan berlatih dan memperoleh pengalaman juga bagus. Yuanbao, Wenchao, kalian harus banyak membantunya".
"Tentu saja". Sebuah ide muncul dalam benak Jin Yuanbao, sebuah pikiran jahat pun muncul, ia segera berpaling memandang Liu Wenchao sambil tertawa terkekeh-kekeh.
"Liu Guanjia, sebentar lagi, suruhlah bagian pembukuan memberikan anggaran tiga puluh ribu liang pada nyonya muda". Mendengar perkataannya itu, dengan terkejut Liu Wenchao memandang Yu Qilin.
"Tiga puluh ribu liang? Bukankah anggaran tiga puluh ribu liang terlalu sedikit?"
Tanpa banyak berpikir Yu Qilin menyeletuk.
"Terlalu banyak". Begitu mendengar perkataannya, Jiang Xiaoxuan langsung mengeluarkan keringat dingin, dengan cemas ia menarik-narik baju Yu Qilin dari belakang sambil berbisik.
"Tambahkan dua puluh ribu liang lagi". Dengan tercengang Yu Qilin berpaling memandangnya, ia berusaha keras mendengarkan perkataan Jiang Xiaoxuan, namun ia tak mendengarnya dengan jelas, hanya secara garis besar mendengar perkataan dua puluh ribu liang, setelah melihat isyarat tangan Jiang Xiaoxuan, dengan penuh percaya diri ia mengangguk-angguk.
"Dua puluh ribu liang sudah cukup". Semua orang menjadi ribut. Nyonya Jin, Jiang Xiaoxuan dan Liu Wenchao tak berani mempercayainya, hanya Jin Yuanbao yang ekspresinya gembira.
"Bagus!", Jin Yuanbao sengaja menepuk meja.
"Kau pantas disebut istriku, Jin Yuanbao, dua puluh ribu liang, tak lebih dan tak kurang!"
Setelah makan malam, Jiang Xiaoxuan menarik Yu Qilin untuk bersembunyi di sebuah sudut taman bunga, lalu menegurnya dengan lirih.
"Apa boleh buat kalau kau ingin mengurus perjamuan ulang tahun Nyonya Jin, tapi kenapa kau berjanji hanya memakai anggaran dua puluh ribu liang? Ini terlalu gegabah!"
"Dua puluh ribu liang itu terlalu sedikit?", Yu Qilin sangat heran.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Menurutku mengeluarkan dua puluh ribu liang sudah sangat banyak. Tahun lalu ketika kami merayakan ulang tahun Nenek Li di Emeishan, kami hanya mengeluarkan dua liang tahil perak, seluruh kampung bisa makan sampai kenyang dan bahkan masih bisa membungkus sisanya". Jiang Xiaoxuan menghela napas.
"Perayaan ulang tahun rakyat jelata mana bisa dibandingkan dengan perayaan ulang tahun keluarga terpandang?"
"Kenapa tak bisa dibandingkan?"
Jiang Xiaoxuan memandang ke arah Yu Qilin dan menatap sepasang matanya yang hitam legam, namun untuk sesaat tak berkata apa-apa.
"Kenapa kau tak berbicara?", cecar Yu Qilin, ia paling tak suka kalau lawan bicaranya berhenti di tengah jalan. Jiang Xiaoxuan tak dapat berbuat apa-apa dan berkata dengan perlahan-lahan.
"Bagi orang Wisma Jin untuk merayakan ulang tahun diperlukan paling tidak lima puluh ribu liang baru dianggap cukup".
"Banyak sekali!", dengan sangat terkejut Yu Qilin memandangnya.
"Kau bukannya memberitahuku bahwa dua puluh ribu liang sudah cukup?"
Sambil berbicara ia mengacungkan jari telunjuk dan tengahnya. Jiang Xiaoxuan pun meniru ekspresinya dan menggerakkan jari jemarinya seakan sedang mengunting.
"Kataku, tambahkan dua puluh ribu liang lagi!"
"Tambahkan dua puluh ribu liang lagi?", mulut Yu Qilin menganga, setelah tertegun beberapa saat, ia baru bereaksi, "Jin Yuanbao hanya memberiku tiga puluh ribu, dia jelas-jelas menggali lubang supaya aku melompat ke dalamnya!"
Tanpa bisa berbuat apa-apa, Jiang Xiaoxuan menggeleng.
"Salahmu sendiri karena kau tak berpikir dengan hati-hati dan langsung menjawab saja". Semakin lama memikirkannya, Yu Qilin makin geram.
"Tak bisa, aku akan mencari Jin Yuanbao untuk menanyainya dengan jelas". Setelah berbicara, ia meninggalkan Jiang Xiaoxuan dan melangkah dengan cepat ke arah Taman Songzhu. Begitu Yu Qilin tiba di mulut pintu kamar pengantin, ia mendengar suara A Fu.
"Shaoye, kau benar-benar cuma memberi nyonya muda dua puluh ribu liang, kalau......kalau nyonya muda gagal mengurusnya lalu bagaimana?"
Setelah itu, suara Jin Yuanbao yang penuh kemenangan dan sangat menyebalkan pun terdengar.
"Bukankah masih ada tuan mudamu ini? Asalkan ia mohon pertolongan padaku, aku tak mungkin hanya berpangku tangan saja". A Fu berkata dengan tergagap-gagap.
"Melihat watak nyonya muda, sepertinya tak mungkin".
"Aku hendak mengurangi sifat keras kepalanya, kalau ia bisa dengan manis memohon pertolonganku, hatiku si tuan muda ini akan melunak dan mungkin akan membantunya". Begitu mendengar perkataan itu, Yu Qilin naik pitam, ia langsung menendang pintu hingga terbuka, lalu meraung ke arah Jin Yuanbao yang sedang minum teh dengan santai di dalam kamar.
"Kau mimpi di siang bolong! Jin Yuanbao, keparat kau! Ingin aku memohon-mohon padamu? Jangan harap!"
Melihatnya kejadian itu, A Fu ketakutan dan bersembunyi di sampingnya. Namun wajah Jin Yuanbao nampak acuh tak acuh, dengan hambar ia menengadah dan memandangnya, lalu tersenyum dan berkata.
"Benar-benar punya pendirian! Kalau begitu untuk selamanya jangan memohon padaku!"
Yu Qilin menggertakkan giginya dan berkata.
"Tantangan perangmu hari ini diterima oleh nenekmu ini! Aku pasti akan dapat membuat perayaan ulang tahun yang megah dan berwibawa, lihat saja!"
"Baiklah. Akan kulihat nanti", Jin Yuanbao menyingkap bagian depan jubahnya dan duduk sambil menyilangkan kakinya. Melihat wajahnya yang santai, amarah Yu Qilin makin berkobarkobar.
"Coba kita lihat nanti!"
Setelah berbicara, ia berlalu dengan penuh amarah. * Di perjalanan pulang, Jiang Xiaoxuan bertemu dengan Gu Zhangfeng, mereka berdua pun mengobrol dan pulang ke rumah obat bersama. Namun tak nyana, sebelum mereka sempat duduk dan minum teh.
"Bruk!", pintu ditubruk hingga terbuka, seperti sebuah roket, Yu Qilin menerjang masuk, melihat tangan Jiang Xiaoxuan memegang cawan teh, ia langsung merampasnya dan menenggaknya hingga tandas, setelah selesai minum, dengan terengah-engah karena marah ia melemparkan pantatnya ke kursi di sebelah meja, wajahnya merah karena marah. Melihat aksinya yang berturut-turut itu, Jiang Xiaoxuan tertegun untuk sesaat, setelah lama ia baru tersadar, melihat bahwa ia hampir memecahkan cawan teh dalam genggamannya, ia cepatcepat merampasnya, lalu bertanya.
"Ada apa? Kenapa kau begitu marah?"
"Apalagi kalau bukan karena masalah jamuan ulang tahun itu. Jin Yuanbao membuatku marah setengah mati! Ia diam-diam menggali lubang untukku, dan masih mengolok-olokku, dan selain itu masih menertawakanku juga. Kalian berdua cepat bantu aku mencari akal". Mendengar perkataannya, dengan lembut Gu Zhangfeng menasehatinya.
"Jin Yuanbao membiarkanmu mengurusnya, bukan untuk membuatmu susah, melainkan karena ia menghargai dan mempercayaimu. Saat makan tadi aku sudah mendengar semuanya". Yu Qilin memandangnya, lalu menghela napas dan berkata.
"Di seluruh wisma ini, jangan-jangan cuma kau si tolol ini yang berpikir seperti itu". Dengan bimbang Gu Zhangfeng memandang Jiang Xiaoxuan, ekspresi wajahnya seakan bertanya 'bukankah demikian?'. Namun Jiang Xiaoxuan tak menghiraukan Gu Zhangfeng dan menghibur Yu Qilin.
"Urusan jamuan makan ini, walaupun rumit, namun untungnya dikerjakan oleh para pelayan, kau hanya harus merencanakannya dan mengarahkannya secara garis besar saja". Yu Qilin kebingungan.
"Tapi bagaimana caranya aku harus mengarahkannya secara garis besar?"
Jiang Xiaoxuan memandang ke bawah, memandang cawan arak dalam genggamannya, ia memutar-mutar cawan arak itu sambil berpikir keras untuk sesaat, lalu berkata.
"Kau cukup melakukan tiga hal saja. Pertama, merencanakan setiap bagian perjamuan, membuat sebuah rencana yang tak mahal, setelah itu menjalankan segalanya sesuai dengan rencana itu. Kedua, memberikan setiap tugas pada orang yang sesuai, orang yang menerima tugas itu harus bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing. Ketiga, sesuai dengan rencana itu, mengecek kemajuan setiap pekerjaan, dan langsung mengkoreksinya. Asalkan ketiga hal ini dapat dilaksanakan, kau akan dapat mengatur semuanya dengan baik, dan keadaan tak akan menjadi kacau".
"Xue er, aku tak menyangka kalau kau mengerti tentang hal-hal ini, kau benar-benar membuatku merasa hormat padamu". Gu Zhangfeng memandangnya dengan kagum. Walaupun Yu Qilin tak sepenuhnya memahaminya, ia pun merasa kagum, seulas senyum lebar pun mengembang di wajahnya.
"Benar, Xue er benar-benar lihai, barusan ini aku kebingungan, namun setelah mendengar perkataanmu, aku sepertinya sudah cukup banyak mengerti". Ia memeluk Jiang Xiaoxuan dan kalau bisa ingin menciumnya.
"Untung saja ada kau, kalau tidak habislah aku". Jiang Xiaoxuan mendorongnya.
"Jangan terburu-buru senang dulu, aku juga tak selihai seperti yang kalian katakan itu. Walaupun kita sudah paham cara kerja rencana ini, akan tetapi kalau kita hendak melaksanakannya dengan cantik, kita masih menghadapi kesulitan yang tidak sedikit". Yu Qilin cepat-cepat bertanya.
"Kalau begitu, apa kesulitannya?"
Jiang Xiaoxuan meletakkan cawan dalam genggamannya, lalu berkata dengan hati-hati.
"Pertama, bagian dari perjamuan itu. Setiap tahun selalu ada jamuan ulang tahun, oleh karenanya kita harus menciptakan sesuatu yang baru, hal ini tidak mudah. Kedua, membagi tugas dan memberitahukannya pada orang yang harus mengerjakannya mudah, namun orang yang cakap dan bertanggung jawab sangat sedikit jumlahnya, menemukan orang yang sesuai adalah kuncinya. Ketiga, kesulitan yang paling besar adalah masalah uang, dua puluh ribu tahil perak pasti tak cukup, dalam anggaran ada lubang besar, bagaimana kita akan menambalnya?" Mendengarnya, Gu Zhangfeng kebingungan.
"Walaupun aku tak terlalu paham, tapi asalkan kalian membutuhkan sesuatu, aku pasti akan membantu". Saat ini, Yu Qilin pun sudah sedikit paham, akan tetapi ia masih sangat percaya diri.
"Seperti kata pepatah, 'Tak ada gunung yang tak dapat didaki, dan tak ada sungai yang tak dapat diseberangi'". Melihat rasa percaya diri yang kembali muncul dalam sinar matanya, Jiang Xiaoxuan pun perlahan-lahan tersenyum.
"Benar, semua hal pada akhirnya akan terselesaikan, aku dan Zhangfeng akan berusaha sekuat tenaga membantumu". Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan begitu asyik berunding sehingga semalaman ia tak kembali. Akan tetapi, kali ini, Jin Yuanbao tak gusar, ia membiarkan Yu Qilin sibuk dahulu, setelah selesai dan ia tak berdaya, ia pasti akan mencari dirinya. Belakangan ini Liushan Men juga tak sibuk, maka Jin Yuanbao pun memanfaatkan waktu senggangnya untuk bersantai dengan membaca buku di kamar. Setelah membaca untuk beberapa saat, ia mengulet, lalu bertanya pada A Fu yang sedang terkantuk-kantuk di sampingnya.
"A Fu, akhir-akhir ini nyonya muda sedang melakukan apa?" A Fu segera terbangun dan menjawab dengan bersemangat.
"Nyonya muda sedang berunding dengan Nona Xue er dan Zhangfeng mengenai persiapan jamuan ulang tahun".
"Hah?", Jin Yuanbao tertawa mengejek.
"Yang seorang seekor angsa tolol, yang satu lagi seorang wanita lemah, mereka bisa apa?"
Selagi ia berbicara, Yu Qilin yang sedang mengerutkan keningnya melangkah masuk, namun tanpa memandangnya, ia langsung duduk di samping meja, mengambil kuas tulis dan kertas, lalu menulis dan mengambar.
Dasar bandel, masih berpura-pura! Jin Yuanbao mengangkat alisnya, dirinya pun berpura-pura membaca buku dengan santai, namun sekali-sekali ia melirik Yu Qilin dengan sembunyisembunyi, ketika dilihatnya Yu Qilin mengigit ujung kuas tulis, lalu merenung sambil bertopang dagu, seakan sedang berpikir keras, diam-diam dalam hatinya muncul suatu perasaan girang yang sulit dilukiskan.
Setelah diam beberapa lamanya, akhirnya Jin Yuanbao tak bisa menahan dirinya lagi dan bertanya.
"Beberapa hari ini kau sibuk pergi kesana kemari, tentunya kau sudah mengatur jamuan ulang tahun ibu dengan sangat rapi". Yu Qilin bahkan dipersiapkan". tak mengangkat kepalanya.
"Sedang Melihatnya, Jin Yuanbao sengaja mencecarnya.
"Tapi jamuan ulang tahun ini adalah peristiwa besar Wisma Jin, tentunya harus diselenggarakan dengan standar yang tertinggi, saat itu akan ada tiga ribu orang tamu, kerabat kerajaan dan pejabat tinggi saja ada ratusan orang jumlahnya, sedangkan putra dan cucu kaisar serta para saudagar kaya lebih dari seribu orang jumlahnya, meja perjamuan yang harus disiapkan tiga ratus buah....."
Namun Yu Qilin hanya mendengus dengan acuh tak acuh. Melihat Yu Qilin tak memperdulikannya, Jin Yuanbao merasa agak kesal.
"Ketika Liu Wenchao untuk pertama kalinya mengatur jamuan ulang tahun ia tak melakukannya dengan baik dan ibu menghukumnya dengan menyuruhnya berlutut tiga hari di depan kuil leluhur, dan mengunci dirinya sendiri untuk merenungkan kesalahannya selama sebulan, selama itu, ia tak boleh keluar, dan orang lain pun tak boleh masuk, makanan hanya boleh ditinggalkan di depan pintu, kau jangan sampai menjadi mengibakan seperti dia". Dengan nada mengurui ia menasehatinya.
"Kalau kau memohon dengan sungguh-sungguh padaku, aku bersedia membantumu". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin dengan susah payah menahan amarahnya, ia segera mengangkat kepalanya dan memandangnya dengan geram.
"Kau tak usah khawatir, aku pasti akan dapat mengurus jamuan ulang tahun ini dengan baik". Jin Yuanbao tersenyum dan berkata.
"Aiyo! Kau sekarang sedang membual saja". Dengan gusar Yu Qilin mengambil pemberat kertas di meja, hendak melemparkannya ke arah Jin Yuanbao. Dengan santai Jin Yuanbao meletakkan bukunya.
"Untuk apa aku khawatir, kau sendirilah yang berjanji mengurus jamuan ulang tahun itu, aku tak memaksamu". Setelah berbicara, ia melangkah keluar dengan jumawa. Melihat sosoknya yang seakan melayang di udara, Yu Qilin amat geram, namun ia hanya dapat membanting pemberat kertas itu keras-keras di atas meja. Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan duduk di samping meja batu di pavilun di tengah danau, sambil menikmati hawa sejuk dari danau, mereka berunding mengenai masalah jamuan ulang tahun. Jiang Xiaoxuan mengambil sehelai kertas dan memberikannya kepada Yu Qilin.
"Aku sudah melihat menu jamuan ulang tahun Nyonya Jin tahun lalu, ini adalah menu baru yang kususun berdasarkan menu tahun lalu itu. Di dalamnya terdapat sebagian besar hidangan yang ada dalam menu tahun lalu, ditambah dengan beberapa hidangan khas Jiangnan, para tamu tahun ini sebagian besar adalah para pejabat Jiangnan. Kurasa hidanganhidangan ini akan sesuai dengan selera mereka". Sambil tersenyum lebar, Yu Qilin menerimanya.
"Kau benarbenar seorang Zhuge Liang wanita. Sebentar lagi kita akan memperlihatkan menu ini kepada ibu, supaya dia dapat mengambil keputusan terakhir". Saat ini, beberapa pelayan menghampiri mereka.
"Kami menghadap shao furen, shao furen memanggil kami untuk melaksanakan perintah apa?"
Yu Qilin berlagak menjadi seorang nyonya muda.
"Aku memanggil kalian untuk berbicara tentang jamuan ulang tahun nyonya tua, aku perlu bantuan kalian".
"Shao furen terlalu memandang tinggi kami, kami mana berani melakukannya". Yu Qilin memandang beberapa orang itu, lalu bertanya.
"Diantara kalian, siapa yang kepala gudang?"
Seorang tua yang mengenakan pakaian pendek berwarna abuabu tua maju ke depan.
"Hamba Li Fu, hamba bertugas mengawasi gudang".
"Kau pergilah dan periksalah benda-benda yang dipakai untuk dekorasi pada jamuan ulang tahun nyonya tua tahun lalu, lihatlah ada berapa yang masih dapat dipergunakan tahun ini, dan ada berapa yang sudah rusak sehingga harus dibelikan yang baru, setelah itu catatlah dalam sebuah daftar dan berikan padaku". "Lapor pada shao furen, barang-barang di gudang terlalu banyak, agak sulit untuk dibuatkan daftar inventarisnya, lagipula jumlah orang yang dapat mengerjakannya tak cukup". Yu Qilin mengerutkan keningnya.
"Begitu barang masuk ke dalam gudang harus dicatat dengan jelas, sekarang aku hanya bisa menyuruhmu untuk mencari orang untuk memeriksanya. Apakah ada yang sukar dalam hal ini?"
"Lapor pada shao furen, menurut kebiasaan sebelumnya, bendabenda untuk ulang tahun nyonya tua selalu dibeli baru". Yu Qilin merasa agak tak senang, ia berpura-pura marah dan membentak.
"Sebenarnya kau atau aku yang mengurus rumah tangga ini?!"
"Tentu saja shao furen yang mengurus rumah tangga ini, aku hanya melaporkan kebiasaan yang selama ini berlaku". Walaupun Li Fu berkata demikian, namun jelas bahwa ia memandang Yu Qilin dengan sebelah mata, sikapnya sama sekali tak merendah. Yu Qilin pun menatapnya dengan tajam.
"Karena aku yang mengurus rumah tangga, maka kau harus menurutiku. Siapa yang bertugas membeli bahan makanan?"
Setelah itu, seorang lelaki berkumis tipis yang menggenakan jubah panjang berwarna hijau tua berdiri.
"Lapor pada shao furen, hamba Zhang Cheng, hamba bertugas membeli bahan makanan". Yu Qilin menyerahkan daftar terperinci dalam genggamannya kepadanya.
"Belilah barang-barang dalam daftar ini, pergilah ke bagian pembukuan untuk minta seribu liang tahil perak, menurut perhitunganku dan Xue er, jumlah itu sudah cukup". Zhang Feng menyapukan pandangan matanya ke daftar itu, lalu tersenyum dan berkata.
"Apakah shao furen berbicara tentang harga-harga di Nanjing? Harga-harga di ibu kota sangat tinggi. Seribu liang tahil perak tak cukup untuk membeli bahan-bahan ini". Mendengar perkataan itu, Yu Qilin naik pitam, akan tetapi sebelum ia melampiaskan kemarahannya, Jiang Xiaoxuan menarik-narik lengan bajunya. Setelah itu, nada bicara Jiang Xiaoxuan berubah, dengan lembut ia berbicara pada orang-orang itu.
"Kalian kembali dulu, aku dan nyonya muda akan berunding dahulu, lain hari aku akan mencari kalian lagi". Beberapa pelayan itu mengiyakan dan mundur.
"Aku kesal setengah mati, mereka jelas-jelas berusaha menghindari pekerjaan ini, selain itu masih berani menekanku lagi". Yu Qilin menghempaskan daftar itu di atas meja batu, akan tetapi karena itu tangannya sendiri menjadi sakit. Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng.
"Apakah sekarang kau sudah tahu bagaimana wajah para pelayan licik dalam rumah keluarga terpandang seperti ini?" "Ai.....", Yu Qilin menghela napas.
"kepalaku benar-benar sakit. Ya, sudah, sekarang tengah hari, tak usah dipikirkan, aku kembali untuk tidur dulu!"
Setelah berbicara, dengan langkah-langkah lebar ia berjalan ke Taman Songzhu.
Sesampainya di kamar pengantin, Yu Qilin tak menghiraukan Jin Yuanbao dan langsung menuju ke ranjang, lalu berbaring terlentang di atasnya.
Melihat wajahnya yang kelelahan, mau tak mau Jin Yuanbao merasa agak kasihan.
"Jangan sampai kecapaian seperti ini".
"Jangan ribut, sekarang aku sangat lelah, biarkan aku tidur sebentar", Yu Qilin merasa kesal.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hei!", Jin Yuanbao memanggilnya.
"Aku bermaksud baik menanyaimu, tapi kau....."
Akan tetapi ia lalu mendapati bahwa orang yang terlentang di atas ranjang itu sama sekali tak bergerak-gerak. Jin Yuanbao menghampirinya dan dengan lembut menggoyanggoyangkannya. Dalam keadaan setengah sadar, Yu Qilin memukul tangannya pergi.
"Jangan ribut, tidur......"
Jin Yuanbao tak tahu harus menangis atau tertawa.
"Cepat sekali ingin tidur....." Melihatnya tertidur sambil mengerutkan dahinya, Jin Yuanbao merasa bahwa dalam hatinya ada suatu tempat yang agak hampa dan agak iba, untuk pertama kalinya, ia merasa agak menyesal.
"Nampaknya sekali ini kau sangat kelelahan", dengan tenang Jin Yuanbao duduk untuk beberapa saat, lalu membantu menyelimutinya, dan merapikan ujung-ujung selimut itu. Setelah itu ia melangkah ke depan meja tulis, membentangkan sehelai kertas, membuat tinta, lalu menulis beberapa huruf di atas kertas itu dengan kuas tulis. Setengah shichen kemudian, Yu Qilin menguap lebar-lebar dan terbangun, begitu membuka mata, ia mendapati Jin Yuanbao duduk di samping ranjang sambil memandang dirinya dengan pandangan mata yang aneh. Dengan tegang, Yu Qilin menggunakan kedua tangannya untuk melindungi dadanya.
"Untuk apa kau melihatku seperti itu?"
Jin Yuanbao yang wajahnya lembut, tak menyangka bahwa ia tiba-tiba akan berbuat seperti itu, seketika itu juga, kelembutan di wajahnya berubah menjadi ekspresi menghina.
"Memangnya aku serigala yang akan melahapmu?"
Dengan waspada Yu Qilin mengawasinya, matanya yang tajam menemukan benda di tangannya.
"Apa yang kau pegang itu?"
"Daftar belanja".
"Daftar belanja?" Dengan puas diri, Jin Yuanbao berkata.
"Di dalamnya tertulis barang-barang yang harus dibeli untuk perjamuan ulang tahun. Di belakang setiap barang terdapat harga dan juga nama tokotoko yang murah tapi anggun dimana barang-barang itu dapat dibeli. Kalau kau mengetahui informasi ini, kau dapat mencegah para pelayan mendapat keuntungan dari komisi gelap. Di bawahnya terdapat petunjuk khusus tentang cara mempersiapkan jamuan ulang tahun. Kau tinggal melaksakannya sesuai dengan petunjuk itu, dan kujamin dengan dua puluh ribu liang tahil perak, kau akan dapat menyelenggarakan jamuan ulang tahun yang meriah". Kenapa dia begitu bermaksud baik? Dengan melongo Yu Qilin memandangnya. Jin Yuanbao tersenyum dan memberikan daftar belanja itu kepada Yu Qilin. Dengan tertegun Yu Qilin menerimanya, namun tak nyana, Jin Yuanbao mendadak menarik kembali tangannya, setelah itu ia tersenyum jahat.
"Mohonlah pada diriku". Aku tahu, dia tak mungkin begitu berbaik hati! Yu Qilin merasa geram, melihat wajah menyebalkannya yang seperti mendapat durian runtuh, Yu Qilin makin penuh amarah.
"Persetan memohon padamu! Aku tak sudi!" Jin Yuanbao mengangkat alisnya.
"Pikirkanlah baik-baik dahulu, dengan daftar seperti ini, kau tinggal menurutinya dan semua akan beres". Yu Qilin berguling dan bangkit.
"Kau jangan mengira bahwa aku akan berterima kasih padamu karena kau memberiku sebuah bidara manis, kau ingin aku memohon padamu, tak mungkin! Tanpa bantuanmu, aku akan tetap bisa melakukannya dengan baik!"
Apa? Gadis ini ingin melakukan apa? Dengan sangat tak senang Jin Yuanbao berkata.
"Apa kepalamu kena tendang keledai? Lihatlah baik-baik, aku bermaksud membantumu, jangan menampik kebaikan hati orang". Yu Qilin mengangkat kepalanya.
"Terima kasih, aku tak mau". Setelah berbicara, ia menghadap ke cermin dan merapikan dirinya.
"Kau tak tahu apa yang baik bagi dirimu sendiri!"
Suara Jin Yuanbao terdengar dari dalam kamar.
"Tentu saja aku tak tahu!", jawab Yu Qilin. Akan tetapi, setelah melangkah keluar dari Taman Songzhu, dengan penuh percaya diri, ia melangkah pergi sambil membusungkan dadanya. Dengan muram ia menunduk, seperti terong yang terkena salju, ingin menangis tapi tak punya air mata. "Jin Yuanbao, keparat kau, eh, salah, kau adalah keparat Jin. Lain kali kalau kau jatuh ke dalam tanganku, nenekmu ini tak akan melepaskanmu!"
Suasana hati Yu Qilin buruk, bahkan bunga-bunga yang sedang mekar di taman pun tak enak dilihat, ia merasa bahwa bungabunga itu mirip wajah Jin Yuanbao yang rendah dan tak tahu malu itu, maka dengan gusar ia melangkah ke depan, memetik sekuntum bunga, lalu sambil menggertakkan giginya merobekrobek kelopaknya.
"Jin Yuanbao bau, kau mendorongku ke dalam lubang berapi, tapi sekarang kau berpura-pura baik, dan masih ingin aku memohon padamu, kau mimpi di siang bolong!"
"Shao furen". Dari belakang kepalanya tiba-tiba terdengar sebuah suara sehingga ia melompat kaget, Yu Qilin cepat-cepat berpaling.
"Ah? Biaoge....."
Liu Wenchao melihat bunga robek di dalam genggamannya, lalu dengan lembut bertanya.
"Kau bertengkar dengan Yuanbao lagi". Dengan muram Yu Qilin membuang bunga itu.
"Jangan ungkitungkit masalah itu lagi, sekarang begitu memikirkannya aku marah. Ia selalu menganiayaku, membuatku mengurus jamuan ulang tahun itu". Melihat wajahnya yang cemas, entah kenapa, hati Liu Wenchao terasa tak enak. Ia mendekatinya, lalu dengan lembut menasehatinya.
"Ketika aku pertama kalinya diberi tugas mengurus jamuan ulang tahun gumu, aku juga tak tahu harus berbuat apa, kalau kau kesulitan, kau boleh berbicara denganku, mungkin aku dapat membantumu".
"Biaoge, kabarnya ketika kau untuk pertama kalinya ditugaskan mengurus jamuan itu, kau dihukum berlutut di hadapan kuil leluhur selama tiga hari, lalu dihukum merenungkan kesalahanmu selama sebulan, sebenarnya kesalahan apa yang kau lakukan?"
Tanpa bermaksud jelek, Yu Qilin telah mengungkit-ungkit kesalahan orang di hadapan orang itu sendiri.
Untuk sesaat Liu Wenchao merasa malu, air mukanya berubah, namun setelah itu ia mendapati bahwa mata Yu Qilin jernih, sama sekali tidak seperti sedang menertawakan dirinya, maka ia pun merasa lega dan berkata seakan tak terjadi apa-apa.
"Saat itu usiaku masih muda, aku tak berpengalaman, untuk sesaat aku lengah dan tak membagi tugas dengan benar sehingga membuat seorang tamu terhormat tak senang".
"Apa? Sikap ksatria Yu Qilin muncul.
"Tamu begitu banyak, kalau kau melakukan sebuah kesalahan kecil, hal itu sangat tak aneh, lagipula hal itu bukan kesalahanmu, kau jelas telah berusaha dengan sekuat tenaga, tapi kau dihukum begitu berat! Kalau kau ditukar dengan Yuanbao, jangankan mengundang kemarahan seorang pejabat tinggi, kalaupun ia mengundang kemarahan sepuluh orang pejabat tinggi, ibu pasti enggan menghukumnya seperti itu!" Tak nyana, mengenai hal ini, orang yang pertama menghiburnya justru Yu Qilin. Peristiwa itu adalah aib yang dipendam dalam hatinya, orang lain sama sekali tak boleh menyinggungnya, akan tetapi, Liu Wenchao sendiri juga tak menyangka bahwa begitu mendengar perkataan Yu Qilin itu, dirinya sama sekali tak marah dan bahkan merasa agak tersentuh.
"Gumu khawatir aku akan menjadi orang tak berguna, maka ia mendidikku dengan sungguh-sungguh!"
Mengingat saat-saat pahit sebelum ia dibesarkan oleh sang ibu angkat, Yu Qilin mengangguk-angguk, lalu dengan penuh perasaan berkata.
"Walaupun ia seorang kerabat, namun seorang bibi tetap seorang bibi, sejak kecil biaoge telah menderita kehilangan orang tua dan harus hidup tergantung pada orang lain, selain itu juga harus mengurus adik yang tak tahu apa-apa, melihat sifat Qianqian, aku tahu bahwa selama bertahun-tahun, biaoge tak pernah membiarkannya menderita sedikitpun, pasti biaoge lah yang menanggung segala penderitaan sendiri!"
Tiba-tiba hatinya terguncang......Liu Wenchao tak menyangka bahwa kesedihan dan penderitaan yang telah ditanggungnya selama bertahun-tahun dapat diungkapkan oleh Yu Qilin.
Selama dua puluh tahun lebih, tak ada orang yang begitu memperhatikannya.
Akan tetapi, dari sudut pandangnya, belum pernah ada orang yang benar-benar memikirkan dirinya......
Tak nyana, dirinya yang mahir bersilat lidah ternyata tak dapat berkata apa-apa, senyum di wajahnya pun menghilang, dan wajahnya pun nampak agak muram.
Melihat wajahnya agak berubah, Yu Qilin pun menjadi penuh simpati, dengan lembut ia berkata.
"Tak perduli seberapa banyak penderitaan yang harus kau lalui, semuanya sudah berlalu, setelah ini semuanya akan bertambah baik". Setelah berbicara, ia menepuk-nepuk bahu Liu Wenchao untuk menghiburnya. Kenapa ia yang malah menghibur dirinya? Liu Wenchao tersenyum dengan jengah, lalu dengan lembut memandangnya.
"Benar, semuanya akan bertambah baik". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin menarik napas panjang, ia mengumpulkan semangat dan senyumnya pun bertambah cemerlang.
"Akan tetapi sekarang biaoge sangat cakap, jamuan ulang tahun yang kau urus sebelum ini sangat bagus! Kali ini, biaoge pasti akan membantuku!"
Setelah berbicara ia teringat akan wajah para pelayan barusan ini dan sikap Jin Yuanbao, wajahnya sedih sekaligus marah.
"Kau tahu tidak kalau para pelayan itu menganiayaku karena aku tak tahu keadaan dalam wisma ini, pada dasarnya mereka tak mematuhiku, dan bahkan bersikap kurang ajar padaku".
"Apakah ada kejadian seperti itu?", Liu Wenchao mengerutkan keningnya.
"Begini, kau harus menugaskan seratus pelayan untuk mematuhi perintahmu, untuk secara khusus mempersiapkan jamuan ulang tahun". Yu Qilin langsung melompat kegirangan.
"Biaoge, kau benarbenar bintang penolongku!"
Melihat wajahnya yang tersenyum, hati Liu Wenchao sangat senang.
"Kalau shao furen membutuhkan sesuatu, jangan segan-segan bicara padaku, aku pasti akan berusaha sebisaku untuk membantumu!"
Yu Qilin berpikir sejenak, lalu bertanya.
"Apakah masih ada hal lain yang harus kuperhatikan?"
Liu Wenchao memandangnya, lalu menengadah memandang langit. Akhirnya ia mengambil keputusan, tiba-tiba menunduk dan memandangnya dengan terpana, lalu perlahan-lahan berkata.
"Wisma Jin adalah sebatang pohon besar yang berakar dalam, ada peraturan-peraturan tak tertulis yang telah berkembang di dalamnya, misalnya, setiap kali mempersiapkan perjamuan, para pelayan akan mencari cara untuk mendapatkan keuntungan darinya, yaitu dengan cara meminta komisi. Dana untuk perjamuan ulang tahun kali ini hanya dua puluh ribu liang, maka kau harus memperhitungkannya dengan cermat dan menghemat anggaran, kalau ada kesempatan untuk mengurangi komisi yang diterima oleh para pelayan, kau akan dapat menghemat banyak dana. Sebenarnya, setiap komisi yang diterima para pelayan ada jejaknya. Aku akan kembali dan menuliskan titik-titik dimana masalah dapat terjadi dan memberikannya padamu, supaya kau dapat memeriksa daftar belanja". "Ternyata begitu.....", Yu Qilin memandang Liu Wenchao, sinar matanya lembut bagai air, di pipinya pun muncul sepasang lesung pipit bulat, sehingga ia nampak begitu ramah dan manis.
"Biaoge, aku benar-benar berterima kasih padamu". Untuk sesaat Liu Wenchao nampak kebingungan, namun setelah beberapa lama, ia tersenyum dan menjawab.
"Setelah ini, kalau ada pertanyaan, jangan sungkan-sungkan mencariku, aku pasti akan membantumu sebisaku".
"Aku merepotkan biaoge saja". Tak lama setelah mereka berdua berpisah, Liu Wenchao mengumpulkan seratus orang pelayan di tempat berlatih silat Wisma Jin. Para pelayan segera datang sambil tertawa-tawa dengan santai. Yu Qilin berdiri jauh-jauh di atas panggung tempat berlatih silat sambil memandang mereka dengan dingin, wajah para pelayan itu nampak malas, langkah mereka santai. Setelah pelayan terakhir tiba dengan santai, Liu Wenchao mendadak muncul dari balik bayang-bayang, lalu dengan dingin membuka mulut.
"Hari ini nyonya muda mengumpulkan kalian semua karena ingin memeriksa kalian, coba lihat penampilan kalian, kemalas-malasan, pasif dan santai, apakah menurut kalian ini sikap seorang pelayan? Orang yang datang paling lambat mohon berdiri". Akan tetapi pelayan itu ragu-ragu dan tak hendak menunjukkan dirinya. Dengan mata berbinar-binar, Liu Wenchao memandangnya.
"Jangan sampai aku harus mengulanginya untuk yang ketiga kalinya, orang yang datang paling lambat mohon berdiri". Mungkin karena ketakutan melihat sikapnya yang galak, pelayan itu pun tak bisa berbuat apa-apa dan bangkit dari tengah kerumunan orang.
"Kau dihukum tak menerima gaji dua bulan dan dirangket sepuluh kali. Setelah ini kalau ada yang kembali melanggar, hukumannya akan digandakan".
"Liu Guanjia......", pelayan itu hendak minta ampun.
"Masih banyak bicara saja, tambahkan sepuluh rangketan lagi!", Liu Wenchao berkata dengan gusar.
"Seret dia pergi!"
Dua orang pengawal segera maju dan menyeret pelayan yang sedang menangis itu pergi.
"Mulai hari ini, kalian berseratus harus menghentikan pekerjaan yang sedang kalian tangani dan berkonsentrasi melaksanakan perintah nyonya muda untuk mempersiapkan jamuan ulang tahun nyonya tua. Kalian harus mematuhi perintah nyonya muda, bekerja dengan sungguh-sungguh dan melaksanakan segala tugas yang diberikan nyonya muda dengan baik. Kalian semua sudah tahu betapa pentingnya jamuan ulang tahun nyonya tua. Maka kalian harus menyimpan segala tipu muslihat licik kalian, jangan menganiaya nyonya muda yang barus sekali ini mengurus rumah tangga. Aku akan selalu mengawasi kalian, kalau aku mendapati bahwa kalian tak melaksanakan tugas dengan baik, pasif dan lamban, malas dan berusaha menghindari tugas, atau tak mematuhi perintah nyonya muda, kalian semua akan dihukum berat tanpa ampun. Apa kalian semua sudah paham?"
Ketika para pelayan itu mendengar perkataan itu, mereka mana berani membantah? Mereka segera berseru menjawab dengan serentak.
"Kami sudah paham!"
Dengan puas Liu memandang Yu Qilin.
Wenchao mengangguk-angguk, lalu Yu Qilin melemparkan sebuah senyum berterima kasih ke arahnya.
Liu Wenchao segera membalasnya dengan sebuah senyuman tulus.
Pagi-pagi keesokan harinya, begitu fajar merekah, saat Jin Yuanbao masih berada di alam mimpi, di luar telah terdengar sebuah semboyan yang diucapkan dengan tegas dan lantang.
"Tingkatkan kesehatan, perkuat tubuh, lindungi Wisma Jin, bekerjalah dengan sungguh-sungguh, mencari rezeki untuk mengurus keluarga!"
Ribut sekali! Dengan kesal Jin Yuanbao menutupi kepalanya dengan selimut, akan tetapi suara itu masih terus menerobos masuk.
Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia melemparkan selimut itu dan duduk, sebelum matanya membuka ia sudah berteriak memanggil.
"A Fu! A Fu! Di luar ada apa!"
A Fu cepat-cepat berlari masuk dari luar pintu.
"Shaoye, bukankah nyonya muda sedang berada di luar melatih para pelayan?"
"Melatih pelayan?", dengan susah payah membuka matanya.
"Si gadis bau itu sedang melakukan apa?". Setelah duduk untuk beberapa lama, akhirnya Jin Yuanbao tersadar, ia menyingkap selimut dan turun dari ranjang.
"Ayo kita pergi melihatnya". A Fu cepat-cepat membantunya menggenakan pakaian. Sambil menyampirkan pakaian di tubuhnya, Jin Yuanbao keluar dari kamar pengantin, dilihatnya bahwa Yu Qilin menggenakan pakaian pengawal, rambutnya diikat menjadi kuncir ekor kuda yang rapi di belakang kepalanya, ia berdiri dengan gagah di hadapan barisan-barisan pelayan. Saat ini Liu Wenchao pun berjalan dari sebuah sisi lain, lalu berdiri di kejauhan sambil menonton Yu Qilin melatih para pelayan. Dandanan macam apa itu! Dengan tak senang Jin Yuanbao mengerutkan keningnya dan bertanya.
"Apa yang sedang kau lakukan?" "Kau lihat saja maka kau akan tahu", Yu Qilin balas meliriknya sambil tersenyum, setelah berbicara, ia menghadap ke arah para pelayan itu dan berseru dengan wajah tegas.
"Kalian semua berdirilah dengan tegap, berkumpul, siap gerak". Para pelayan cepat-cepat berkumpul dan berdiri dalam satu rombongan. Akan tetapi, mereka berdiri dengan berantakan dan terhuyunghuyung! Melihat kejadian itu, Yu Qilin memilih pelayan yang paling kentara berdiri dengan terhuyung-huyung, lalu berkata dengan gusar.
"Orang kelima dari depan di barisan ketiga dari kiri, berdirilah dengan tegap".
"Shao furen, kau memanggil kami begitu pagi, kami semua baru bangun tidur". Begitu para pelayan mendengar perkataan itu, mereka langsung menimpali.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar. Shao furen, sebenarnya anda ingin kami melakukan pekerjaan apa?"
Jin Yuanbao dan Liu Wenchao pun dengan heran memandang Yu Qilin, mereka menunggu hendak melihat sebenarnya ia hendak melakukan apa. Sambil menggendong tangannya di punggung, Yu Qilin melangkah maju ke arah para pelayan itu.
"Mulai hari ini, kalian setiap hari setiap pukul yinshi lebih tiga perempat harus berkumpul di lapangan untuk berolah raga pagi selama setengah shichen, yang tak datang untuk berolah raga atau terlambat, harus berolah raga satu shichen lagi". Semua orang segera langsung saling berbisik.
"Saat berolah raga kalian tak boleh berbicara, yang tak berolah raga dengan sungguh-sungguh harus berolah raga setengah shichen lagi". Semua orang segera berhenti mengobrol. Yu Qilin melangkah dengan tegas ke hadapan mereka untuk memeriksa mereka.
"Suatu hari ditentukan dari pagi harinya, olah raga pagi tidak hanya dapat membuat pikiran menjadi jernih, tapi juga menyehatkan dan memperkuat tubuh, oleh karenanya, selama aku mengatur rumah tangga ini, setiap pagi kalian harus berolah raga. Aku juga akan menemani kalian berolah raga, kalian harus tahu bahwa aku akan selalu bersama kalian, berbagi susah dan senang, bersama mencapai kemajuan". Walaupun Yu Qilin berbicara dengan berapi-api, namun para pelayan masih tak bersemangat, bahkan masih ada yang mengantuk. Melihat keadaan itu, sambil tersenyum Liu Wenchao melangkah ke depan, lalu berkata kepada Yu Qilin dengan lembut.
"Shao furen, sejak ini aku juga akan berolah raga bersama kalian".
"Baik. Selamat datang", Yu Qilin merasa amat girang. Maka, Liu Wenchao pun melangkah ke depan dan berdiri di ujung barisan pertama. Karena Liu Wenchao ikut bergabung, para pelayan menjadi bersemangat, mereka tak berani bermalas-malasan dan lalu membusungkan dada mereka sambil mendongak. Ketika Jin Yuanbao melihat Liu Wenchao maju membantu Yu Qilin dan berolah raga bersama para pelayan, ia merasa amat tak senang, ia hendak maju ke depan namun selalu takut kehilangan muka, begitu maju setengah langkah ia langsung kembali mundur. Melihat keadaan itu, A Fu memberinya saran dengan suara pelan.
"Shaoye, kalau ingin maju, majulah saja".
"Tutup mulut!", Jin Yuanbao memelototi A Fu, setelah berpikir sejenak, ia berdiri di samping mereka dan menonton dengan tenang. Setelah para pelayan berlari menggelilingi lapangan itu, Yu Qilin menyuruh mereka melakukan push-up, secara pribadi ia mengoreksi postur para pelayan itu, mau tak mau tangannya menepuk dan memukul mereka.
"Pantat ke bawah!"
Jin Yuanbao yang menonton dari samping naik pitam, ia menggertakkan gigi dan berbisik.
"Gadis bau, apa kau tak tahu bahwa pria dan wanita tak boleh bersentuhan?"
Melihatnya, Liu Wenchao merasa agak lega. Ketika Yu Qilin berkeliling untuk memeriksa mereka, ia pun berjalan sampai ke sisi dirinya, lalu mencubit lengannya dan meraba pinggangnya.
"Biaoge, tak hanya lengan yang harus kuat, namun perut juga tak boleh menggantung, benar, seharusnya begitu". Setelah itu dengan gembira ia menghadap ke arah semua orang.
"Kalian lihatlah, contoh Liu Guanjia adalah yang paling sempurna, kalian tirulah dia". Setelah push-up seratus kali selesai, Liu Wenchao memimpin mereka untuk bangkit. Yu Qilin tahu bahwa segala yang dilakukannya adalah untuk membantu dirinya, maka ia langsung menyuruh seorang pelayan menuangkan air, lalu dirinya sendiri memberikannya kepada Liu Wenchao sambil tersenyum ramah.
"Biaoge sudah bekerja keras hari ini!"
Sambil tersenyum Liu Wenchao meminumnya sampai habis. menerima air itu dan Melihat mereka berdua nampak mesra, Jin Yuanbao tak bisa menahan dirinya lagi dan menerjang ke depan.
"Apa susahnya melakukan gerakan-gerakan itu?"
Yu Qilin mengangkat alisnya, wajahnya menantang.
"Apa? Kau juga ingin mencobanya?"
Jin Yuanbao menatapnya, lalu menunjuk Liu Wenchao.
"Apa maksudnya melakukan gerakan-gerakan itu, aku hendak membandingkan siapa yang lebih banyak bergerak, aku atau dia!"
"Yuanbao, sudahlah, gerakan-gerakan ini benar-benar sulit". Sambil tersenyum Liu Wenchao menantangnya. Otak Jin Yuanbao sedang panas, benar saja, ia termakan oleh omongannya.
"Omong kosong! Aku berkata hendak bertanding denganmu, ayo bertanding!"
Setelah berkata, ia langsung menelungkup di atas tanah, mempersiapkan diri.
Melihatnya, Liu Wenchao berpura-pura menggeleng tak berdaya, menghela napas, memberikan cawan dalam tangannya kepada Yu Qilin, lalu ikut menelungkup.
Setelah mereka berdua siap, Yu Qilin memberikan perintah, mereka berdua saling bergantian melakukan push up, mereka berdua nampak kuat.
Para pelayan menonton dengan seru, mereka segera berkerumun menggelilingi mereka berdua sambil berseru-seru memberi semangat, suasananya amat ramai.
Ketika mulai gerakan Jin Yuanbao amat cepat, akan tetapi dengan amat cepat tenaganya terkuras sehingga gerakannya melambat.
Namun kecepatan gerakan Liu Wenchao selalu tetap.
Seorang pelayan menghitung gerakan Liu Wenchao.
"Tiga puluh lima, tiga puluh enam....." Seseorang lain bertanggung jawab menghitung gerakan Jin Yuanbao.
"Tiga puluh tiga.....tiga puluh empat....."
Yu Qilin berjongkok, lalu berkata sembari tertawa.
"Jin Yuanbao, kenapa makin lama gerakanmu makin lambat, sebenarnya kau masih dapat bertahan tidak?"
Mendengar perkataannya, dahi Jin Yuanbao berkerut, mendadak ia berusaha sekuat tenaga untuk melakukan beberapa gerakan lagi sehingga dalam sekejap ia melewati Liu Wenchao, lalu ia berseru keras-keras.
"Wanita cantik jangan menempel para pelayan! Sebentar lagi selesai!"
"Apa?", dengan terkejut Yu Qilin memandang Jin Yuanbao. Jin Yuanbao bangkit dan memaksa dirinya untuk menenangkan napasnya, setelah itu dengan terengah-engah ia berkata.
"Aku telah melakukannya tiga puluh sembilan kali, Liu Wenchao tiga puluh enam kali, aku menang".
"Apa?", Yu Qilin tertegun, lalu bereaksi.
"Jin Yuanbao, kau curang!"
Jin Yuanbao menepuk-nepuk debu di tangannya, lalu dengan santai berkata.
"Tak ada peraturan yang mengatur tentang lamanya pertandingan, apakah semuanya harus dilakukan terus menerus? Kalau setelah tiba waktunya harus diakhiri, menurut pikiranku hal ini tak cukup untuk mencapai tujuan pertandingan ini". Liu Wenchao perlahan-lahan bangkit, lalu dengan tenang berkata.
"Memang kita benar-benar belum memikirkannya dengan baik, kali ini Yuanbao menang". Jin Yuanbao meliriknya seraya berkata.
"Kau sendiri tak punya otak, tapi iri pada kecerdasan orang lain! A Fu, ayo pergi!"
"Kau!", Yu Qilin merasa geram. Melihat Jin Yuanbao dan A Fu berjalan menjauh dengan jumawa, dengan amat kesal Yu Qilin berkata pada Liu Wenchao.
"Biaoge, hatimu terlalu lembut! Jelas-jelas dialah yang berbuat curang". Namun Liu Wenchao tersenyum hambar.
"Yuanbao adalah adikku, kalau aku mengalah sedikit padanya, hal ini memang sudah sepantasnya". Mendengarnya berkata demikian, wajah Yu Qilin nampak agak melembut.
"Kau ini bukannya terlalu banyak mengalah?"
Liu Wenchao memandang punggung Jin Yuanbao, lalu dengan suara yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri ia berkata.
"Belum tentu". Kantor pembukuan Wisma Jin tak seperti yang terdapat di rumah-rumah lain, kantor itu didirikan di samping gudang, dan juga berada di samping Taman Furong tempat kediaman Nyonya Jin agar Nyonya Jin dapat dengan mudah memeriksa pembukuan. Biasanya Nyonya Jin memeriksa pembukuan sampai malam, maka ia dapat menempuh jarak yang lebih dekat untuk kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Di atas kantor pembukuan itu terdapat semak-semak yang begitu rimbun hingga menjuntai ke bawah, di atasnya merambat sebuah tanaman bunga terompet yang sedang mekar-mekarnya, bunga-bunganya yang tersebar dimana-mana sungguh cantik. Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin sedang duduk di dalam ruangan sambil memeriksa kemajuan pekerjaan para pelayan, di atas meja mereka tergeletak setumpuk yinpiao. Zhang Cheng mengetuk pintu, lalu masuk, sambil menyerahkan selembar bon ia berkata.
"Shao furen, kembang api yang akan dipakai di jamuan ulang tahun sudah datang. Kita harus membayar delapan ratus liang tahil perak, hal ini sudah pasti". Yu Qilin menerima bon itu, melihatnya, lalu mengambil sehelai yinpiao dari tumpukan itu dan memberikannya kepadanya. Zhang Cheng baru saja berjalan satu langkah ketika masuk dan melapor.
"Shao furen, acara nyanyian dan sudah diatur sesuai dengan kehendak anda dengan Lefang Goutong, bos mereka berkata tak ada masalah, saja....."
Li Fu tarian orkes hanya Yu Qilin meletakkan buku pembukuan di tangannya dan melihat ke arahnya.
"Hanya saja apa?"
"Hanya saja kita harus secepat mungkin memberi mereka uang muka". "Berapa?"
"Dua ribu liang".
"Banyak sekali......", Yu Qilin mengerutkan keningnya, ia kembali mengambil sehelai yinpiao dari tumpukan itu dan memberikannya kepadanya.
"Lakukanlah". Dengan demikian, sampai siang hari itu, tujuh atau delapan orang pelayan telah datang dan pergi, sehingga tumpukan yinpiao yang tinggi di depan Yu Qilin sekarang sudah tinggal sedikit. Melihat tumpukan yinpiao yang makin menipis, Yu Qilin merasa amat khawatir.
"Kita sudah berusaha sebisa kita, mengurangi yang bisa dikurangi, menghemat apa yang bisa dihemat, akan tetapi uangnya masih kurang". Jiang Xiaoxuan menghela napas sambil keningnya.
"Kita terpaksa mencari akal lagi". mengerutkan Di kejauhan, sebuah sosok berkelebat, lalu dengan amat cepat menyelinap masuk.
"Sepertinya ada orang?", tanya Jiang Xiaoxuan.
"Hmm....", dengan santai Yu Qilin menjawab.
"Itu A Fu, aku sudah melihatnya terlebih dahulu. Pasti Jin Yuanbao menyuruhnya datang untuk menertawakan kita!" Pagi itu Liu Wenchao berdiri di mulut pintu gerbang utama Wisma Jin, tak lama kemudian, Yu Qilin keluar sambil menggendong sebuah buntalan. Liu Wenchao cepat-cepat menyambutnya seraya berkata.
"Toko sutra itu tidak jauh, ayo berjalan kesana".
"Baik!", Yu Qilin mengangkat kepalanya seraya tersenyum. Maka, mereka berdua pun berjalan sambil mengobrol. Melihat dahinya yang agak berkerut, Liu Wenchao tak dapat menahan diri untuk tak bertanya.
"Mengenai masalah jamuan ulang tahun, uangnya terlalu sedikit, sedangkan acaranya besar, sulit untuk dilaksanakan". Sambil mengangguk-angguk, Yu Qilin menggerutu.
"Benar, sekarang aku sudah kalang kabut, dan setiap hari masih harus mendengarkan kecerewetan si tuan besar itu yang ingin aku memohon-mohon padanya".
"Yuanbao sudah biasa memerintah, jangan salahkan dia", dengan wajah penuh perhatian Liu Wenchao berkata.
"Kau pun tak usah khawatir, sebenarnya ada suatu cara untuk menyelenggarakan jamuan ulang tahun ini, misalnya dalam masalah pembelanjaan ini, kalau tak diawasi dengan ketat, para pelayan akan mendapatkan komisi besar". Yu Qilin segera bertanya.
"Kalau begitu, apa yang harus kulakukan?" Liu Wenchao tersenyum.
"Hal ini sudah umum, supaya para pelayan tak mengambil komisi dalam jumlah besar, kau harus membagi tugas dalam berbelanja, harus membandingkan harga, dan juga kadang-kadang harus datang sendiri untuk mengawasi mereka, serta tahu harga-harga pasaran, dengan demikian mereka tak bisa menipumu". Yu Qilin mengangguk.
"Sebentar lagi aku akan menunjukkan toko sutra itu padamu, semua satin dan sutra di wisma kita berasal dari toko mereka".
"Kalau begitu, aku harus memahaminya dengan baik". Benar saja, sebelum berjalan jauh, mereka telah tiba di sebuah toko yang ditutupi tirai pintu yang amat besar, di atas pintu itu tergantung sebuah papan merek yang panjangnya satu zhang lebih, huruf-huruf besar disepuh emas yang tertulis di atasnya berkilauan, nampaknya amat berwibawa. Begitu melihat Liu Wenchao, sang pemilik toko langsung menyambutnya.
"Liu Guanjia, apa kabar? Lama tak melihatmu, semoga semuanya baik-baik saja. Kali ini apa yang kau perlukan?"
Namun Liu Wenchao tak menjawab dan hanya mengoyanggoyangkan tangannya di depan muka Yu Qilin untuk memberi isyarat.
"Wang Laopan, ini nyonya muda wisma kami". Wang Laopan cepat-cepat menjura dengan sikap hormat.
"Apa kabar shao furen!" "Apa kabar Wang Laopan!", Yu Qilin membalas menghormat, setelah itu, dengan berlagak jumawa, ia berjalan-jalan di dalam toko seraya berkata dengan lantang.
"Wang Laopan, kata biaoge, seluruh wisma kami memakai kain sutra dan satinmu, aku tak akan menyembunyikannya darimu, akhir-akhir ini aku bertugas mempersiapkan jamuan ulang tahun nyonya tua dan membutuhkan banyak kain sutra dan satin". Liu Wenchao pun ikut menimpali.
"Ini adalah untuk pertama kalinya nyonya muda melakukan pekerjaannya, bantulah dia, maka setelah setelah ini ia akan memperlakukanmu dengan baik. Jelaskanlah mutu dan harga kain-kain ini dengan jujur, supaya kelak nyonya muda akan membeli daganganmu". Wang Laopan cepat-cepat mengangguk.
"Tentu saja. Mengenai mutu kalian tak usah khawatir, barang-barang yang dipasok ke Wisma Jin tentunya adalah yang bermutu terbaik. Mengenai harga, dengan jujur kukatakan bahwa aku akan memberikan potongan sepuluh persen dari harga sebelumnya".
"Sepuluh persen?", Yu Qilin memandang Wang Laopan sambil tersenyum.
"Sepuluh persen sepertinya agak terlalu sedikit, biaoge, barusan ini apa kata toko di depan itu?"
"Pemilik toko di depan itu berkata bahwa asalkan bisa memasok barang ke Wisma Jin, untung atau tak untung tak menjadi soal". Mereka berdua bekerja sama dengan sangat harmonis. Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin berjalan beberapa langkah ke arah si pemilik toko, dengan tubuh tegak dan dagu terangkat, ia berkata.
"Seperti kata pepatah, lebih baik untung sedikit tapi omzet besar. Wisma Jin kami adalah pelanggan besar, lagipula, dapat memasok sutra dan satin ke Wisma Jin akan membuat nama tokomu makin berkibar, sehingga merupakan iklan gratis. Wang Laopan, kau harus memikirkan hal ini baik-baik". Melihat wajahnya yang angkuh, diam-diam Wang Laopan merasa sebal, akan tetapi Wisma Jin adalah sebuah rumah sebuah keluarga terpandang, sang nyonya mudanya mempunyai pengaruh besar, maka dirinya tak boleh menyinggungnya. Ia pun segera menjura sambil tersenyum.
"Xiaode mengerti, mengenai barang-barang yang diperlukan untuk jamuan ulang tahun itu, asalkan toko kecil kami ini memilikinya, pasti akan kami jual dengan harga yang baik, agar setelah ini shao furen banyak membeli barang dagangan kami". Bagus sekali! Yu Qilin begitu girang sehingga kalau bisa ia ingin melompat-lompat, akan tetapi ia menyembunyikan senyum di wajahnya dan berkata dengan tegas.
"Wang Laopan benarbenar orang yang pikirannya jernih, di kemudian hari kalau Wisma Jin akan membeli kain sutra, kami pasti akan memilih tokomu". * Setelah sibuk seharian, Yu Qilin pulang ke kamar, sekujur tubuhnya membungkuk kelelahan dan ia pun duduk dengan lemas di samping meja sambil makan buah. Jin Yuanbao sedang duduk di depan meja tulis, begitu mendengar suara kriuk-kriuk itu, ia tak dapat menahan diri dan langsung mencampakkan kuas tulisnya. Ia membuka mulutnya, namun setelah berpikir sejenak, dengan berlagak acuh tak acuh ia berkata dengan santai.
"Barusan ini aku mendengar A Fu kebetulan berkata bahwa ada sedikit masalah dalam anggaran jamuan ulang tahun? Masalah komisi bukan masalah besar....."
A Fu? Kebetulan? Yu Qilin tertawa mengejek.
"Orang kaya tak tahu penderitaan orang yang tak bisa makan, hal ini benar-benar tak bisa dimengerti olehmu". Jin Yuanbao tak bisa berkata apa-apa mendengar perkataan lugas Yu Qilin, namun ternyata ia tak marah dan mengguruinya dengan sabar.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa jeleknya punya uang? Dengan uang kita dapat menyelesaikan masalah yang membuat kita khawatir, misalnya masalah yang sekarang membuatmu cemas ini". Yu Qilin memelototinya, lalu dengan penuh percaya diri berkata.
"Sekarang aku tak cemas, kau kuberitahu, masalah jamuan ulang tahun itu sudah diselesaikan".
"Kau jangan masih keras kepala saja, minta pertolongan orang bukan berarti kehilangan muka", Jin Yuanbao tak berani mempercayainya. "Hal itu tergantung pada siapa yang harus dimintai pertolongan", Yu Qilin mencibir, lalu kembali mengigiti buah itu. Jin Yuanbao tak puas dan terus mencecarnya.
"Bagaimana kau dapat menyelesaikan masalah anggaran itu? Memangnya kau bisa mencetak uang? Atau apakah kau meminjam uang dari lintah darat? Ini bukan hal yang dapat dibuat main-main".
"Kau punya caramu, dan aku punya caraku sendiri. Kau kuberitahu, dalam mengurus rumah tangga ini, ada metodenya, misalnya dalam berbelanja, ada banyak cara yang dapat dilakukan. Sebelumnya, di Wisma Jin mu ini, hanya satu orang ditugaskan membeli barang-barang yang sama, berapapun harga yang disebutkannya, kantor pembukuan akan membayarnya. Akan tetapi sekarang aku menuliskan semua barang-barang yang harus dibeli dalam sebuah daftar, lalu aku mencari beberapa orang untuk membelinya dan menyuruh mereka untuk membandingkan harganya di beberapa toko. Setelah itu mereka pulang dan mengajukan penawaran, siapa yang menawarkan barang bermutu baik dengan harga murah akan ditugaskan untuk membelinya. Orang yang penawarannya diterima akan diberi bonus untuk membuatnya berkerja lebih rajin. Kau tahu tidak, berkat cara ini, berapa banyak uang berhasil dihemat dibandingkan dengan tahun lalu?"
"Berapa yang dapat kau hemat? Seribu liang?", Jin Yuanbao tak menganggapnya serius. Yu Qilin mengangsurkan tangannya, lalu tiba-tiba membuka telapaknya.
"Sebegini banyak! Dibandingkan tahun lalu, aku berhasil menghemat lima ribu liang tahil perak". Jin Yuanbao diam-diam terkejut, namun masih dengan keras kepala berkata.
"Cuma lima ribu liang saja". Yu Qilin merasa puas diri.
"Kau tahu apa? Sedikit demi sedikit menjadi bukit, uang harus dihemat sedikit demi sedikit. Kau kuberitahu, jangan menganggap bahwa kalau tak ada dirimu, aku tak dapat melakukan apa-apa". Selagi berbicara, ia telah menghabiskan buahnya, lalu ia mengelap tangannya, setelah berpikir sejenak, ia pun mengangsurkan tangannya dan membawa nampan buahbuahan itu pergi. Melihatnya, Jin Yuanbao menjulurkan tangannya, hendak mengambil buah, akan tetapi Yu Qilin dengan lincah menghindari tangannya, lalu bangkit dan berlalu.
"Aku tak memberikannya padamu". Sambil berbicara, ia membawa nampan itu keluar.
"Kau ingin pergi ke mana?"
"Memangnya aku hendak pergi ke mana juga harus melapor padamu?"
Sinar rembulan bagai air, Liu Wenchao duduk seorang diri sambil minum-minum di taman, di kejauhan nampak sebuah sosok yang lemah gemulai berjalan mendekat, mau tak mau hatinya pun berbunga-bunga, ia segera menyambutnya seraya berkata.
"Kenapa kau datang kesini?"
Yu Qilin yang membawa nampan buah-buahan berkata.
"Hari ini ketika pergi berbelanja aku melihat buah-buahan yang bagus ini dan aku sengaja membeli beberapa untukmu. Buah-buahan ini tak mahal, hanya untuk menunjukkan rasa terima kasihku. Saat ini, berkat bantuan biaoge, persiapan jamuan ulang tahun dapat berjalan dengan begitu lancar". Mata Yu Qilin yang bening, di bawah sinar rembulan, nampak berbinar-binar bagai mata air yang dalam, jernih dan terang, membuat hati orang gembira.
"Biaoge?"
Liu Wenchao mendadak tersadar, ia cepat-cepat menerima nampan buah itu, lalu berkata sembari tersenyum.
"Hal itu semudah membalik telapak tangan, shao furen berbakat dan cerdas, caramu melatih para pelayan itu membuka mataku. Di kemudian hari kalau ada sesuatu yang dapat kubantu, shao furen harus memberitahuku, dan aku pasti akan berusaha sebisaku".
"Biaoge terlalu sopan, dan juga memanggilku shao furen, panggilan ini terlalu berjarak, panggil saja namaku. Buah-buahan ini kupilih sendiri, cepatlah cicipi". Setelah berbicara, Yu Qilin memilih sebutir buah pir dan memberikannya kepada Liu Wenchao. Dengan gembira Liu Wenchao menerimanya dan mencicipinya.
"Manis sekali, terima kasih". Yu Qilin tersenyum, lalu setelah menemukan cawan arak di atas meja batu, ia bertanya.
"Biaoge, kau sedang minum-minum?"
"Malam ini cahaya rembulan cukup bagus, aku sedang tak ada kerjaan dan minum-minum di sini".
"Hai!", dengan jumawa Yu Qilin menepuk dadanya.
"Minumminum sendirian itu membosankan, aku akan menemanimu!"
Liu Wenchao tertegun sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak dan berkata.
"Terus terang sekali! Xiaoxuan adalah seorang jujur yang berbicara dengan terus terang, malahan aku yang terlalu berhati-hati. Mari kita minum secawan arak". Mereka berdua duduk berhadapan, memenuhi cawan-cawan mereka. Dengan tulus Yu Qilin mengangkat cawan araknya.
"Cawan ini untuk berterima kasih pada biaoge karena telah membantuku membagi tugas untuk mempersiapkan jamuan ulang tahun". Setelah berbicara, ia mendongak dan menenggaknya hingga habis.
"Xiaoxuan terlalu sungkan", Liu Wenchao pun menenggak secawan arak. "Cawan ini untuk berterima kasih pada biaoge karena telah mendukung olah raga pagiku dan memberi kita semua teladan yang baik".
"Semuanya itu memang sudah sepantasnya". Setelah berbicara, Yu Qilin memandang ke sekelilingnya, lalu tersenyum dan berkata.
"Karena kita berdua sedang menikmati rembulan sambil minum-minum, maka secawan ini dipersembahkan pada sang rembulan yang indah dan malam yang indah ini".
"Perkataan yang bagus", puji Liu Wenchao. Tiga cawan kemudian, untuk beberapa saat Yu Qilin kehilangan kemampuan bicaranya.
"Eh.....cawan ini dipersembahkan....."
"Cawan ini dipersembahkan pada malam indah yang memungkinkan kita berdua bertemu di sini untuk minum-minum!"
Liu Wenchao tersenyum dengan santai.
"Baiklah!", dengan penuh semangat kepahlawanan, Yu Qilin menandaskan cawannya, lalu ia dan Liu Wenchao saling berpandangan sambil tersenyum.
"Tak nyana diantara kaum wanita dapat muncul seorang pahlawan wanita sepertimu, tindakanmu berani dan cepat, serta kau berani melakukan apa yang kau pikirkan, aku sangat mengagumimu, kau begitu enteng mengarungi hidup ini". Ia berhenti sejenak, lalu memicingkan matanya dan bertanya untuk mencari tahu.
"Apakah kau juga seperti ini ketika tinggal di rumah Menteri Besar Jiang?"
Akan tetapi Yu Qilin sama sekali tak berpikir panjang, dan malah berusaha keras menghiburnya.
"Biaoge, kulihat bahwa dalam pikiranmu terlalu banyak beban, dalam hidup ini, untuk apa membuat dirimu menjadi begitu kelelahan? Lebih baik bergembira dan bersantai saja". Saat ini, ia melirik pedang Liu Wenchao yang tergeletak di atas meja, lalu tersenyum dan berkata.
"Seperti pedang ini, yang sarungnya diikat, namun hanya hiasan belaka. Pedang harus dihunus keluar dari sarungnya dan dipakai untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukannya". Setelah berbicara, Yu Qilin segera bergerak dengan gesit.
"Sret!", ia menghunus pedang itu, mata pedang yang tajam pun memancarkan sinar dingin yang berkilauan di bawah sinar rembulan.
"Pedang bagus!"
Bunga aprikot yang memenuhi pohon bermekaran, kelopakkelopaknya luruh dan melayang-layang turun dengan bebas.
Yu Qilin menari dengan lincah dan anggun di tengah kelopakkelopak bunga yang luruh itu, semangatnya timbul, gerakannya bagai air yang mengalir, semuanya begitu indah.
Seberkas angin bertiup membelai, sinar rembulan menimbulkan gelap dan terang, menyinari wajahnya dan menimbulkan bayangan melengkung lembut yang terpecah-pecah.
Liu Wenchao memandangnya, dengan sekali pandang saja, mau tak mau jantungnya berdebar-debar, dengan lirih ia membacakan sebuah syair.
"Merunduk dan bandulan kumala pun berdentang-denting, mengangkat lengan baju dan mengibaskan pakaian sutra, burung layang-layang terbang ke bubungan atap, salju yang memantulkan cahaya bagai bunga yang berterbangan". Setelah selesai membacakan syair itu, semangatnya pun timbul, ia berbalik dan masuk ke dalam rumah, mengambil sebilah pedang dan ikut menari dengan Yu Qilin. Di bawah sinar rembulan yang lembut, gerakan mereka berdua nampak serasi, melayang-layang bagai dewa-dewi. Dengan sinar mata penuh senyum, Liu Wenchao memandang Yu Qilin, ketika Yu Qilin berbalik, di belakang telinganya nampak jelas sebuah tanda lahir berwarna merah. Seketika itu juga, guntur seakan membelah otaknya. Di Qianjiao Ge, saat ia bertanya tentang wajah Nona 'Chuchu' pada sang mucikari, sang mucikari menjawab.
"Di belakang telinganya sepertinya ada sebuah tahi lalat merah". Dengan setengah tak percaya Liu Wenchao memandang Yu Qilin, ekspresi wajahnya nampak rumit. Yu Qilin tak menyangka bahwa ia tiba-tiba berhenti, ia tak sempat menarik kembali pedangnya, sinar pedang berkelebat, dan seutas rambut hitam dari pelipis Liu Wenchao pun terpotong.... Yu Qilin amat terkejut, ia cepat-cepat membuang pedangnya dan memperhatikan Liu Wenchao.
"Biaoge! Kau tak apa-apa?"
Liu Wenchao perlahan-lahan tersadar.
"Oh, tak apa-apa".
"Aku kaget setengah mati....."
Ketika melihat rambutnya terpotong, untuk sesaat Yu Qilin melupakan larangan bersentuhan bagi lelaki dan perempuan, ia mengangsurkan tangannya yang memegang beberapa helai rambut itu, lalu menghela napas dan berkata.
"Rambutmu terpotong". Tanpa sadar, jarak diantara mereka berdua menjadi sangat dekat. Tiba-tiba, dari belakang punggungnya terdengar sebuah suara yang sedingin es.
"Sepasang insan menari dengan pedang di bawah sinar rembulan, sungguh menarik!"
Saat itu mereka berdua baru menyadari bahwa, entah sejak kapan, Jin Yuanbao telah berdiri di tengah taman itu.
Dan saat itu, mata Jin Yuanbao seakan hendak memuntahkan api, amarahnya tak tertahankan, dengan langkah-langkah lebar ia maju ke depan, menarik pergelangan tangan Yu Qilin, lalu menariknya pergi.
Yu Qilin segera meronta-ronta.
"Jin Yuanbao! Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku!"
Liu Wenchao cepat-cepat menjelaskan.
"Yuanbao, nyonya muda hanya mengantarkan buah untukku".
"Enyahlah!"
Mata Jin Yuanbao bagai bara berlapis es dingin.
"Kau tak usah mencampuri urusan kami suami istri!"
"Lepaskan aku!"
Namun, semakin Yu Qilin meronta-ronta, ekspresi wajah Jin Yuanbao makin tak enak dilihat, ia langsung membopong Yu Qilin dan melangkah pergi.
Melihat sosok Jin Yuanbao yang selangkah demi selangkah berlalu sambil membopong Yu Qilin, hati Liu Wenchao terasa amat pedih, ia mengayunkan pedang, membalikkan tangannya, dan menebas ranting-ranting pohon.....
"Bruk!", Yu Qilin yang meronta sambil menendang-nendang dibopong Jin Yuanbao masuk ke dalam kamar dan dilemparkan olehnya ke atas ranjang. Yu Qilin melompat dan hendak memaki-maki dengan sengit, namun ternyata Jin Yuanbao yang berwajah tetap tenang telah mengantisipasinya dan membuka mulutnya.
"Gadis bau, dengarkanlah aku baik-baik, mulai saat ini. pertama, kau tak boleh berbicara dengan Liu Wenchao, kedua, tak membiarkannya mendekatimu, ketiga......tak boleh menari dengan pedang dengannya! Tak perduli menari atau menarikan tarian pedang, kau harus membiarkanku melihatnya". Yu Qilin merasa amat gusar.
"Jin Yuanbao, kenapa kau mengurusiku?"
"Karena aku suamimu!", Jin Yuanbao berkata dengan marah, setelah berbicara, ia berpikir sejenak, lalu kembali berkata.
"Lebih baik kau agak sedikit menjauh darinya".
"Hanya dalam pikiranmu saja", Yu Qilin menantangnya.
"kau bukan benar-benar suamiku!"
"Kau!", Jin Yuanbao merasa gusar, ia mendekatinya dan memaksanya menjawab.
"Kenapa kau begitu baik pada Liu Wenchao? Kalau ada masalah kau selalu mencarinya dan tak pernah mencariku, terhadapnya kau selalu mengobrol sambil tertawa-tawa, sedangkan kepadaku kau selalu mempersulit semuanya. Kalau ada masalah yang tak dapat kau pecahkan, kau dapat mencariku. Aku ini suamimu, kau tahu tidak?"
Mencarinya? Dengan sinis Yu Qilin berkata.
"Kau jangan salah, yang menyuruhku mempersiapkan jamuan ulang tahun ini adalah kau sendiri, biaoge memperhatikanku dalam segala hal dan dengan bersungguh-sungguh membantuku menyusun rencana, ia jauh lebih baik dibandingkan dirimu yang tak bisa diajak bicara ini".
Jelihim Sang Pembebas Karya Syam Asinar Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama