Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 14
"Jiang Xiaoxuan!", Jin Yuanbao menarik tangannya keras-keras.
"Aku hanya memberimu soal yang agak sukar saja, namun kau langsung berbisik-bisik mesra dengan lelaki lain dan menarikan tarian pedang di bawah sinar rembulan bersamanya?"
Dengan mengerahkan tenaganya, Yu Qilin berusaha melepaskan tangannya.
"Lelaki lain apa, dia itu kakak sepupumu!"
Semakin lama berbicara ia semakin marah, dengan cepat kakinya terangkat, hendak menendang.
Jin Yuanbao sudah bersiap-siap, ia mengegos menghindar, lalu merengut kerah Yu Qilin tanpa ampun sedikitpun.
Napas Yu Qilin terengah-engah, karena tak bisa melepaskan diri, ia langsung menunduk dan mengigit tangan Jin Yuanbao, namun Jin Yuanbao bergerak dengan gesit dan segera mengangsurkan sebuah tangannya untuk memegang dagu Yu Qilin.
"Apakah kau ini anjing?"
Yu Qilin tak bertengkar mulut lagi, ia langsung mengangkat kakinya dan menendangnya! Akan tetapi Jin Yuanbao gesit dan berhasil menghindar, setelah itu ia mendorongnya ke sebuah sudut tembok sehingga Yu Qilin tak bisa berkutik, sedangkan tangannya masih memegang pipi Yu Qilin erat-erat.
"Gadis bau yang keras kepala, kau bersalah tapi masih tak mau mengaku, untuk menundukkanmu hanya ada satu cara". Setelah berbicara, ia langsung menciumnya. Yu Qilin amat terkejut, sambil membelalakkan matanya, ia meronta-ronta. Bibirnya yang lembut juga membuat hati Jin Yuanbao agak melembut. Ia sedikit melepaskannya, bibirnya dengan lembut menciumi sudut-sudut bibir dan telinga Yu Qilin seraya dengan parau berkata.
"Tolol, pejamkan matamu".
"Kau........"
"Pejamkan matamu!"
Jin Yuanbao langsung memerintahnya.
Yu Qilin terkejut dan kebingungan, namun tanpa disangkasangka, sebuah lengan dengan lembut mengelus-elus punggungnya sendiri, tangan itu terus mengelus-elusnya sehingga ia merasa agak lega.
Bibir Jin Yuanbao tak henti-hentinya mengigiti cuping telinga dan bibirnya.....
Mata Jin Yuanbao memandang ke bawah, bulu matanya yang lentik dapat terlihat dengan jelas, sikapnya lembut.
Pandangan mata Yu Qilin perlahan-lahan jatuh di lehernya, raut wajahnya ramping dan bertekad kuat, agak seperti warna gandum, membuat dirinya mau tak mau teringat pada tubuhnya yang separuh telanjang di tepi danau itu.
Yu Qilin menelan air liurnya, namun tak nyana, entah sejak kapan tangannya telah mengelus-elus lehernya sendiri, pada saat yang sama, ketika ia sedang menelan air liurnya, ia merasakan bahwa ada bagian kulitnya yang panas membara....
Wajah Jin Yuanbao merona merah, Yu Qilin belum pernah melihat wajah Jin Yuanbao memerah seperti itu, ternyata, wajah itu dapat nampak begitu tampan, dapat nampak begitu murni dan tak berdosa.....
Tubuh Yu Qilin yang menempel di lemari pakaian perlahan-lahan menjadi lemas, dalam keadaan bingung ia membuka bibirnya......
Merasa bahwa Yu Qilin menanggapinya, Jin Yuanbao pun meningkatkan kekuatan serangannya.....
Setelah bibir dan lidah mereka saling bergumul untuk beberapa saat, Yu Qilin mendadak agak tersadar, ia pun mengeliat dan meronta dengan lemas.
"Jin Yuanbao....."
"Panggil aku Yuanbao". Suaranya seakan mengandung besi berani, dan dalam sekejap menyedot seluruh kesadarannya. Jin Yuanbao memandangnya, Yu Qilin bernapas dengan terengah-engah, sepasang matanya nampak hidup, kulitnya yang seputih kumala seakan mengeluarkan uap sehingga menjadi berwarna merah jambu yang cantik, bagai lembayung senja yang indah. Seketika itu juga, Jin Yuanbao ketakutan setengah mati, pikirannya kosong, sedetik kemudian, ia pun kembali mencium bibirnya. Bibirnya sedikit demi sedikit turun, menempel di leher Yu Qilin dan dengan penuh kerinduan menghisap-hisapnya..... Ciumannya enggan meninggalkan lehernya, sepertinya hendak membuka kancing kerahnya. Dengan galau Yu Qilin mendorongnya, akan tetapi ia sama sekali tak punya tenaga.
"Tak bisa......tak bisa.....tak bisa Yuanbao -----"
Mendengar perkataan 'yuanbao' itu, Jin Yuanbao menarik napas dalam-dalam, perlahan-lahan berhenti, lalu menatapnya sambil berkata dengan suara parau.
"Kenapa tak bisa?"
Yu Qilin mendorongnya, begitu mendengar suaranya, ia memandangnya, cahaya lilin memancar dari balik punggung Jin Yuanbao, wajahnya tersembunyi di dalam kegelapan, namun sepasang matanya berbinar-binar menyilaukan, bagai sepasang bintang yang paling terang cahayanya di angkasa.
Dengan susah payah Yu Qilin mengumpulkan keberaniannya, seketika itu juga perasaannya seakan meledak.
"Memang tak bisa......"
Mendengar perkataan itu, wajahnya sendiripun memerah, penolakan macam apa itu, ia jelas-jelas hendak menolak tapi malahan menerima keadaan itu.
Ketika berpikir sampai di sini, untuk sesaat Yu Qilin seakan disambar petir dan tak nyana menjadi gemetar.
Melihat bahwa tubuhnya gemetar, entah karena bergairah atau ketakutan, Jin Yuanbao menarik napas yang sangat, sangat dalam.....
Setelah merasa bahwa keharumannya yang samar-samar melayang di udara telah memenuhi dadanya, ia barulah perlahan-lahan berhenti, lalu dengan enggan melepaskannya.
Jin Yuanbao memandangnya dengan nanar, pandangan matanya mau tak mau jatuh ke bibirnya, dengan seksama ia memperhatikan bibirnya, dan untuk pertama kalinya ia mengerti apa yang disebut bibir yang semerah ceri.
Bibirnya yang dihisap oleh dirinya agak menonjol, merah padam dan basah berkilauan, bagai sebutir ceri yang dibasahi embun, menunggu orang memetiknya dan mengulumnya dalam mulut.
Tak bisa, ia tak boleh memandangnya lagi! Ia memejamkan matanya, memaksa dirinya untuk menenangkan pikiran untuk beberapa saat, lalu berbisik di samping telinga Yu Qilin.
"Apakah kau ingat semuanya?"
Suara Yu Qilin lirih bagai suara nyamuk.
"Apa......"
Perempuan ini! Tangan Jin Yuanbao mengepal, dengan berbisik ia berkata dengan bengis.
"Tak boleh menemuinya, tak boleh tersenyum padanya, dan tak boleh menarikan tarian pedang dengannya". Suaranya tegas, sinar matanya membara, tak nyana ia membuat dirinya mengangguk. Dengan puas Jin Yuanbao tersenyum, senyumnya seperti senyum seorang anak yang berhasil mendapatkan mainan idamannya. Setelah itu, ia tiba-tiba meninggalkannya, dengan amat cepat memburu keluar dari kamar. Dengan perlahan-lahan, Yu Qilin merosot sambil bersandar pada lemari pakaian itu, dengan gemetar ia duduk di lantai dan menutup kancing kerahnya yang digigit hingga terbuka oleh Jin Yuanbao, ketika ia mengelus dadanya, ia merasakan jantungnya melonjak-lonjak, seakan di dadanya ada seekor kelinci yang melompat-lompat! Dengan perlahan ia mengangkat tangannya dan meraba bibirnya sendiri, walaupun bukan untuk pertama kalinya dicium, akan tetapi ini adalah pertama kalinya ia dicium dengan begitu mendalam. Bibirnya terasa panas membara; perasaan lemas yang aneh belum sepenuhnya menghilang dari tubuhnya; sekujur tubuhnya terasa tak nyaman, seakan kehilangan sesuatu..... Ternyata dirinya dapat menjadi seperti ini......Yu Qilin tertegun, kenapa ia bisa menjadi seperti itu.....ia sudah jelas tahu bahwa ia tak seharusnya berbuat seperti itu.......Yu Qilin pun teringat bahwa malam itu ia harus kembali tidur bersamanya dalam satu kamar, jantungnya pun berdegup makin kencang. Ia segera mengambil selimutnya dan buru-buru membawanya ke kamar sebelah, akan tetapi, begitu ia keluar dari pintu, dirinya pun menubruk Jin Yuanbao yang sedang kembali ke kamar, rambutnya basah, seakan baru saja mandi air dingin. "Kau hendak pergi ke mana?", dengan tak senang ia bertanya.
"Aku....", Yu Qilin tak bisa menjawab. Dengan kening berkerut ia memandang selimut dalam pelukannya, ia segera berkata dengan dingin.
"Apakah menurutmu aku tertarik padamu? Kau terlalu besar kepala". Setelah berbicara, ia mengambil selimut dalam pelukan Yu Qilin dan membawanya kembali ke kamar, melemparkannya ke atas lantai, lalu berbaring di atasnya, katanya.
"Hari ini udara panas, aku akan tidur di lantai supaya dingin".
"Kau......tidur di atas lantai?"
Yu Qilin dengan tak sengaja membelalakkan matanya lebar-lebar, memperlihatkan raut wajah tertegun.
"Wus!", Jin Yuanbao meniup lilin hingga padam. Setelah itu, ia berbaring sambil memunggungi Yu Qilin.
"Ayo tidur". Cahaya rembulan menembus kisi-kisi jendela dan bersinar ke dalam kamar, entah kenapa, melihat punggungnya yang memunggunginya, Yu Qilin pun tersenyum. Di sepanjang malam itu, mereka berdua berguling kesana kemari, tak bisa tidur dengan tenang, entah seberapa lama kemudian, Yu Qilin baru dapat tidur, namun mimpinya seakan dipenuhi ciumannya yang membara dan matanya yang menatap dirinya dengan tajam. Setelah hari terang benderang, ia barulah terbangun, dilihatnya bahwa di selimut yang terhampar di atas lantai tak ada Jin Yuanbao, entah kenapa, hati Yu Qilin terasa hampa. Saat itu, Xi er mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, melihat wajahnya yang tertegun, ia tak dapat menahan diri untuk tak mengerutu pada dirinya sendiri.
"Kau masih benar-benar merasa dirimu seorang gadis dari keluarga terpandang, sampai sekarang belum bangun juga". Yu Qilin tersadar, dilihatnya bahwa tangan Xi er mengusung sebaskom air, ia tahu bahwa Xi er datang membawakan air untuk mencuci muka, maka ia segera tersenyum tanpa berkata apa-apa. Setelah selesai mencuci muka dan berpakaian, Yu Qilin pergi ke luar untuk makan, begitu melihat Jin Yuanbao, mau tak mau ia teringat akan peristiwa kemarin, ia pun tak kuasa menahan wajahnya untuk tak memerah. Namun Jin Yuanbao nampak tenang, dengan santai dan anggun ia mengambil lauk dengan sumpitnya. Yu Qilin menelan ludahnya, duduk di tempat duduk yang paling jauh darinya, lalu mengambil sumpit.
"Apa rencanamu pagi ini?", seakan dengan asal, Jin Yuanbao bertanya. Yu Qilin tak tahu apa maksudnya, maka ia mempertimbangkan perkataannya dengan hati-hati untuk beberapa saat, lalu akhirnya berpaling ke arah Xi er.
"Apa rencana tuan muda pagi ini?"
Dengan wajah kebingungan, Xi er berkata.
"Kau harus bertanya padanya sendiri". Jin Yuanbao mengangkat alisnya sambil memperhatikan Yu Qilin dengan seksama. Melihatnya memandang dirinya, Yu Qilin segera mengangkat kepalanya dan berlagak pilon. Jin Yuanbao memicingkan matanya, lalu berpaling ke arah Xi er.
"Aku bertanya apa rencana nyonya muda pagi ini". Dengan kebingungan Xi er memandang Yu Qilin.
"----- mohon tanya, apa rencana shao furen pagi ini?"
"Menemui Gu Zhangfeng dan Gu Daniang......"
Setelah berbicara sampai disini ia ragu-ragu, namun ia berpikir bahwa ia lebih baik mengatakan semuanya dengan jelas, maka ia pun berkata.
"Menemui Liu Guanjia untuk memeriksa pembukuan". Mendengar perkataannya itu, wajah Jin Yuanbao menjadi muram. Dengan sembunyi-sembunyi Xi er melirik Jin Yuanbao, tubuhnya gemetar. Namun Jin Yuanbao tak menjawab, dan hanya memandangnya dengan nanar. Xi er merinding dipandang olehnya seperti itu, ia terpaksa memaksa dirinya berkata.
"Pagi ini nyonya muda akan menemui Gu Zhangfeng, Gu Daniang dan Liu Guanjia". Ia melihat raut wajah Jin Yuanbao dan memutuskan untuk menambahkan.
"Semuanya untuk mengurus jamuan ulang tahun". Wajah Jin Yuanbao bertambah gelap, ia melangkah ke dalam kamar dalam seraya melontarkan sebuah perkataan.
"Beritahu nyonya muda kalian, aku sudah berkata, ia tak boleh pergi! ---tanya padanya apakah ia ingat janjinya semalam!"
Dengan bingung Xi er memandang Yu Qilin, ia tak berani bersuara dan hanya bertanya dengan menggunakan gerakan mulut.
"Kalian sedang bertengkar?"
Dengan tak mau kalah, Yu Qilin pun berkata pada Xi er.
"Beritahu Jin Yuanbao bahwa aku pasti akan pergi". Setelah berpikir sejenak ia kembali berkata dengan penuh kebencian.
"Tadi malam ia memanfaatkan keadaan ketika aku berada dalam bahaya, perkataan yang kuucapkan tak dapat diperhitungkan".
"Perkataan apa? Bahaya apa?"
Xi er makin kebingungan. Wajah Yu Qilin memerah.
"Katakan saja padanya! Aku pergi untuk bekerja dulu!"
Jin Yuanbao yang berada di dalam kamar dalam jelas telah mendengarnya, dari balik tembok pemisah ia berkata dengan lantang.
"Beritahu nonamu, ia tak boleh bersulang". Xi er baru saja sampai di mulut pintu, namun begitu mendengar perkataan itu ia berhenti, Yu Qilin membuat raut wajah lucu dan berlalu. Untuk sesaat Xi er bimbang, lalu ia pun ikut berlalu. Setelah lama tak mendengar ada jawaban, Jin Yuanbao menyingkapkan tirai untuk melihat keluar, namun di ruangan itu tak ada orang, hanya ada makanan. Setelah keluar dari Taman Songzhu, Yu Qilin berpikir sejenak, lalu langsung pergi ke Taman Furong tempat kediaman Nyonya Jin, ia ingat bahwa hari ini Nyonya Jin telah membuat janji dengan istri Zhang Shilang untuk pergi membakar dupa, dan bahwa lutut Gu Daniang terkena rematik sehingga ia tak bisa mendaki gunung untuk membakar dupa, saat ini ia pasti sedang beristirahat di Taman Furong. Tak lama kemudian, Yu Qilin pun telah bertemu dengan Gu Daniang. Melihat bahwa Yu Qilin datang membantunya, Gu Daniang tersenyum girang.
"Putraku yang tolol itu seharian hanya tahu berputar-putar diantara lemari-lemari obatnya, dan si Xue er itu hanya menemaninya berbuat onar saja. Aku hendak menjahit sol sepatu tapi tak ada orang yang membantuku memasang benang! Untung saja ada shao furen, sudah cukup kalau shao furen tak memandang rendah aku karena aku seorang pelayan, tapi shao furen malahan masih datang untuk membantuku juga, benar-benar sulit ditemui!" Mendengar perkataan itu, Yu Qilin tersenyum manis, lalu berkata.
"Anda adalah orang yang sudah lama mendampingi ibu. Ibu tak pernah menganggapmu orang luar, maka bagaimana kami bisa menganggapmu orang luar juga? Apa maksudmu menyebut dirimu seorang pelayan? Gu Daniang, jangan berkata begitu lagi".
"Benar.....Aku adalah orang yang sudah lama mendampingi nyonya tua, tapi aku tak boleh memanfaatkan kedudukanku untuk berbuat seenaknya, bukan?"
"Sudah terpasang dengan baik!", Yu Qilin tak menangkap perkataannya, ia memberikan jarum itu kepadanya, lalu dengan hati-hati bertanya.
"Anda sudah lama mendampingi ibu, anda pasti tahu ibu paling suka makan apa?"
Mendengar perkataannya itu, Gu Daniang langsung tersenyum penuh arti.
"Shao furen, kau menanyai orang yang tepat, aku telah mengikuti nyonya beberapa puluh tahun lamanya, tak ada orang yang lebih tahu tentang kesukaan nyonya daripada aku! Selera nyonya ringan, selain hidangan daging babi, sapi dan domba, tak ada jeleknya memperbanyak hidangan sayuran. Ikan, udang dan hidangan laut juga bagus; kalau menonton sandiwara, nyonya tak suka suara genderang dan gong yang memekakkan telinga, siapkanlah para penyanyi yang suaranya merdu...."
Sambil mendengarkan pidato panjang Gu Daniang, Yu Qilin berulangkali mengangguk. Setelah lama mendengarkannya, mata Yu Qilin bergulir, tanyanya.
"Daniang benar-benar banyak tahu! Ketika aku mengobrol dengan Yuanbao, ia berkata bahwa kau melihatnya dilahirkan!"
"Benar! Perlu waktu sehari semalam untuk melahirkannya! Aku dan nyonya sangat khawatir.....namun berkat para leluhur, tuan muda pun lahir dengan selamat!"
Gu Daniang menghela napas dengan penuh perasaan dan berkata.
"Untung saja Bidan Liu sangat cekatan, kalau Bidan Liu ini tak pergi ke Dong Luhe, wanita-wanita di wisma ini kalau hendak melahirkan pasti akan mencarinya". Dengan penuh perhatian Yu Qilin mendengarkannya, tanpa terasa ia makin mendekati Gu Daniang.
"Kalau begitu, kenapa Bidan Liu itu tak tinggal di wisma ini?"
Gu Daniang tiba-tiba tersadar dan menghentikan pokok pembicaraan itu.
"Aiyaya! Coba lihat aku, beberapa hari belakangan ini shao furen pasti sangat sibuk mempersiapkan jamuan ulang tahun, tapi aku malah memberimu sebuah pidato panjang!"
Ia segera mengusir Yu Qilin.
"Kalau anda ingin mengatakan sesuatu, cukup kirim seorang gadis pelayan saja!"
Yu Qilin setengah dibujuk dan setengah diusir untuk meninggalkan tempat itu, setelah membawanya keluar pintu, Gu Daniang barulah berhenti melangkah. Yu Qilin berdiri di luar taman, matanya bersinar-sinar.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bidan Liu? Dong Luhe......" * Karena harus mempersiapkan jamuan ulang tahun, dapur amat sibuk. Karena diberi kepercayaan oleh Yu Qilin, Gu Zhangfeng membuat sebuah hidangan obat, dengan sopan ia pun menduduki sebuah sudut dapur dimana orang menakar bahanbahan makanan di dalam dapur. Jiang Xiaoxuan duduk di sampingnya, mengambil kertas dan kuas tulis, lalu mencatat untuk membantunya. Dengan kebingungan Yu Qilin menerjang masuk, lalu menarik Jiang Xiaoxuan ke samping.
"Bantu aku untuk melakukan sesuatu, ajari aku menari, untuk menarikan sejenis tarian yang tak boleh menunjukkan lengan dan paha". Menunjukkan lengan? Menunjukkan paha? Begitu mendengarnya, dengan tak senang Jiang Xiaoxuan mengerutkan keningnya.
"Yang seperti itu aku juga tak bisa". Wajah Yu Qilin memerah.
"Asalkan enak dilihat dan bermartabat, aku akan mempelajarinya". Begitu mendengar perkatannya, Jiang Xiaoxuan tertawa pelan.
"Baik. Apakah tarian ini untuk dipertunjukkan pada Jin Yuanbao?"
"Apa?", Yu Qilin membelalakkan matanya.
"Hal ini sama sekali tak ada hubungannya dengannya". Jiang Xiaoxuan tersenyum penuh arti. Selagi mereka berbicara, Jin Yuanbao telah masuk lewat pintu.
"Lihat, siapa yang ini yang datang!", Jiang Xiaoxuan berkata sembari tertawa. Begitu Jin Yuanbao melangkah masuk ke dalam dapur, suasana langsung menjadi sunyi senyap, semua pelayan dapur menatapnya tanpa berkedip, lalu beberapa diantara mereka berbisik-bisik. Jin Yuanbao tak menghiraukan tatapan mata orang-orang itu, ia langsung berjalan ke arah Yu Qilin. Yu Qilin merasakan suatu ketegangan dan rasa jengah yang sulit dilukiskan, wajahnya kaku dan ia tak berani melihat ke arahnya. Akan tetapi, ketika Jin Yuanbao telah berjalan sampai ke depan Yu Qilin, ternyata ia berbalik, lalu sambil menggendong tangan di balik punggung, ia berjalan mondar-mandir sambil mengawasi Gu Zhangfeng berkerja, katanya.
"Aku ingat bahwa aku pernah memberikan sebuah perintah tegas untuk melarang Gu Zhangfeng berada dalam jarak seratus meter dari dapur ---- hari ini kau sudah bertekad melawan perintah, apa kau ingin seluruh keluarga kita mati keracunan?"
Namun Gu Zhangfeng sama sekali tak tersinggung, dan malahan menjadi sangat bersemangat.
"Yuanbao, kata nyonya muda, akulah yang akan membuat hidangan obat penutup di jamuan ulang tahun!"
Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao melirik Yu Qilin.
"Meracuni orang sendiri hingga mati tak apa, tapi kau apakah kau ingin meracuni sebagian besar para pejabat tinggi di ibu kota ini? Bagus sekali!"
Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin merasa marah.
"Kau tak usah makan saja, saat kami semua mampus, kau akan seorang diri hidup dengan bahagia, bagus sekali!"
Akan tetapi, Gu Zhangfeng memandang Jin Yuanbao untuk bermanis-manis dan bertanya.
"Yuanbao, apakah kau suka rasanya kurang manis atau lebih manis? Aku bisa membuatnya sesuai dengan seleramu!"
Melihat muka penjilat Gu Zhangfeng, dengan gusar Yu Qilin berkata.
"Gu Zhangfeng! Majulah! Dia minta resep obat, membuatnya mampus pun tak apa!"
Jin Yuanbao memandang ke arah Gu Zhangfeng.
"Tak usah, aku tak berani. Siapa yang mempunyai rencana bodoh untuk membuat makanan itu sesuai dengan seleraku? Bagaimanapun juga, aku tak akan memakannya". Setelah berbicara, dengan kesal ia berpaling ke arah Yu Qilin.
"Kau menyuruhnya membuat makanan, aku tak tahu apakah nyalimu besar atau otakmu bodoh, atau bahkan keduanya". "Duk!", Yu Qilin mengayunkan pisau dapur ke papan talenan.
"Kau mau mengajak berkelahi?"
Jin Yuanbao melirik pisau dapur itu, hatinya terasa agak jeri, namun wajahnya masih tampak acuh tak acuh.
"Setiap orang memiliki kepandaian sendiri-sendiri, setiap tugas harus diberikan kepada orang yang tepat ---- aku bukan seorang juru masak dan juga bukan ahli pembuat makanan kecil ---- aku bukan orang yang suka menilai diriku terlalu tinggi".
"Kalau begitu, karena urusan jamuan ulang tahun telah diberikan kepadaku, apapun yang kulakukan, mohon kau tutup mulut, selamat tinggal, tak usah mengantarku keluar". Sambil menahan amarahnya, Yu Qilin tersenyum lebar dan berlagak memintanya pergi. Melihat mereka berdua ribut dengan wajah bermusuhan, Jiang Xiaoxuan tak bisa menahan tawa, melihat keadaan itu, Gu Zhangfeng pun ikut tertawa cekikikan. Melihat wajah orang-orang di sekelilingnya yang berbisik-bisik sambil tertawa dengan pelan, wajah Jin Yuanbao menjadi muram.
"Baiklah, nanti kalau ada masalah, aku akan membuat perhitungan dengan pemimpin kalian". Yu Qilin mengangkat alisnya.
"Baik, akan kutunggu, melihatmu kepalaku jadi pusing". Sambil mengibaskan lengan bajunya, Yu Qilin melangkah pergi, dengan wajah pucat pasi Jin Yuanbao keluar untuk mengejarnya. Mereka berdua saling tarik menarik di jalan setapak di taman.
"Kau kuberitahu, kau jangan selalu membuntutiku! Kalau aku suka pergi ke suatu tempat, aku akan pergi ke sana!"
Dengan marah Yu Qilin berpaling dan meraung ke arah Jin Yuanbao.
"Aneh, ini rumahku, kalau aku suka pergi ke suatu tempat, aku tentu saja akan pergi ke sana, bagaimana bisa dianggap membuntutimu?"
Jin Yuanbao tertawa dengan santai.
"Kau!", dengan geram Yu Qilin menendangnya, lalu berlalu dengan cepat.
"Buas sekali!", kata Jin Yuanbao sambil menggertakkan giginya, sambil memegang betisnya, ia berjalan dengan terpincangpincang mengejarnya. Ketika mereka berdua baru saja berlalu, dari sebuah tempat di taman yang tak jauh dari tempat itu, keluarlah dua orang. Dengan amat geram Liu Qianqian memandang sosok terpincang-pincang Jin Yuanbao yang sedang mengejar Yu Qilin, dengan marah dan iba ia berkata kepada Liu Wenchao.
"Jiang Xiaoxuan sombong dan besar kepala, ia menganggap dirinya seorang wanita berbakat, kalau ia berbuat onar sehingga mengundang tertawaan orang dan kehilangan muka memang sudah sepantasnya, kenapa kau malahan membantunya? Ge, apakah kau menyadari apa yang sedang kau lakukan?"
Liu Wenchao menghela napas.
"Qianqian, bagaimanapun juga ini adalah ulang tahun guma, apakah kau ingin guma...." "Gege!", tanpa ampun Liu Qianqian memotong perkataannya.
"Yang kau khawatirkan bukan guma melainkan Jiang Xiaoxuan, benar tidak?"
Wajah Liu Wenchao berubah, lalu dengan muram ia berkata.
"Jangan sampai aku mendengar perkataan ini lagi dari mulutmu". Liu Qianqian sadar bahwa ia telah salah bicara, maka ia pun tak berkata apa-apa lagi.
"Bagaimana caraku mempersiapkan rencana besarku, kau tak mengerti, jangan ingin dengan seenaknya ikut campur", dengan tegas Liu Wenchao menegurnya.
"Aku akan memutuskan segalanya, kau harus berkata dan bertindak dengan hati-hati, jangan membuat masalah!"
"Baik, kau adalah kakakku, aku akan menuruti perkataanmu. Apalah artinya diriku ini!"
Liu Qianiqian merasa diperlakukan dengan tak adil dan menjadi marah, setelah berbicara ia keluar sambil mengibaskan lengan bajunya.
Liu Wenchao merasa pusing dan memijati dahinya sendiri.
Saat itu, A Gui diam-diam berjalan menghampirinya dari kejauhan, jelas bahwa ia telah menunggu untuk beberapa saat.
"Gongzi, ini adalah kartu-kartu kunjungan yang diantarkan oleh penjaga gerbang....", A Gui menegaskan.
"Katanya pada hari ulang tahun nyonya, ia pasti akan datang secara pribadi untuk memberi selamat". Liu Wenchao merasa cemas, ia memandang kartu-kartu itu dengan sekilas, lalu mengambil salah satu diantaranya dan memperhatikannya dengan seksama.
"Hmm?", Liu Wenchao mengambil sehelai kertas dari dalamnya, senyum pun muncul di wajahnya.
"Nyonya Menteri Besar Jiang juga akan datang? Nyonya besan kemungkinan besar hendak datang untuk menjalin tali silaturahmi.....dan ia benar-benar dapat memilih waktu yang tepat. Tak lama lagi putra mahkota akan memerintah negara ini, sedangkan Pangeran Kedua sudah tak bisa menahan diri dan sudah beberapa kali hendak bertindak, kedua nyonya keluarga Jin dan Jiang ini kemungkinan besar mempunyai banyak hal penting yang harus dibicarakan....."
Setelah berbicara, ia memicingkan matanya dan merenung untuk beberapa saat, lalu berkata pada A Gui.
"Baiklah, aku sudah tahu, suruh penjaga gerbang untuk berhatihati". Namun di sebelah sana, Jin Yuanbao dengan terpincangpincang sedang mengejar Yu Qilin, lalu menarik lengan bajunya hingga ia berhenti.
"Pagi-pagi begini, sebenarnya apa yang ingin kau lakukan?"
Dengan terengah-engah karena marah, Yu Qilin mengibaskan tangan Jin Yuanbao. Jin Yuanbao memperlambat nada bicaranya.
"Kemarin malam kau berjanji apa padaku?" Dengan wajah yang kemerahan seakan sedang demam, Yu Qilin berpaling ke samping dan melihat seekor ular hijau sedang mengeliat di sebuah ranting di atas ubun-ubun Jin Yuanbao, seketika itu juga ia terpana.
"Ayo bicara, apa kau berpura-pura bodoh? Apakah kemarin malam perkataanku kurang jelas?"
Akan tetapi, Yu Qilin hanya mengawasi tempat di atas kepala Jin Yuanbao itu sambil tertegun, ia mana bisa berbicara? Melihatnya, Jin Yuanbao naik pitam.
"Apakah kau sengaja ingin aku memaksamu, supaya kau puas? Kau kuberitahu, kesabaranku ada batasnya!"
Tubuh Jin Yuanbao sedikit bergerak, ular itu terkejut dan mengangkat tubuhnya! "Jangan!", Yu Qilin berseru keras-keras.
Sebelum perkataannya selesai, ular itu telah menerjang, meluncur bagai sebilah pedang tajam, seketika itu juga, leher Jin Yuanbao pun mengeluarkan darah segar.
"Kau digigit hingga berdarah!", Yu Qilin melompat saking terkejutnya. Jin Yuanbao melihat ke sebelah kanan, tiba-tiba kakinya terasa lemas.
"Omong kosong......" Tiba-tiba Yu Qilin menariknya ke samping, lalu memitingnya di atas tanah.
"Jangan bicara dan jangan bergerak! Orang yang digigit ular akan mati begitu berjalan tujuh langkah!"
"Siapa yang memberitahukan omong kosong itu padamu......", Jin Yuanbao melirik ular yang dengan cepat melarikan diri melalui ranting pohon itu. Namun Yu Qilin yang merasa cemas menutupi mulut Jin Yuanbao, sinar matanya tajam, namun samar-samar menyimpan air mata. Melihat sinar matanya yang cemas dan air matanya yang berlinangan, Jin Yuanbao mendadak menjadi penurut. Dengan penuh tekad Yu Qilin segera merobek kerah Jin Yuanbao, membungkuk dan menempelkan bibirnya pada lukanya, lalu menghisap seteguk darah dan menyemburkannya keluar..... Pandangan mata Jin Yuanbao menyiratkan sebuah senyuman, ketika melihat Yu Qilin menghisap seteguk demi seteguk darah dengan sungguh-sungguh, sinar matanya sedikit demi sedikit melembut.
"Ada apa?"
Sambil terengah-engah, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan datang menyusul mereka. Namun Yu Qilin terlalu sibuk untuk memperhatikan mereka berdua. Jiang Xiaoxuan merasa cemas melihat kejadian itu dan segera berkata kepada Gu Zhangfeng.
"Zhangfeng, apakah kau tak sebaiknya mengambil obat gigitan ular?"
Gu Zhangfeng mengerutkan keningnya, lalu membungkuk untuk memeriksa luka Jin Yuanbao.
"Tunggu dulu.......menurutku....."
Sedikit demi sedikit, darah yang keluar dari mulut luka Jin Yuanbao pun membeku, Yu Qilin menarik napas dalam-dalam, menanggalkan jepit rambutnya, lalu berkata dengan sungguhsungguh pada Jin Yuanbao.
"Bertahanlah sebentar, aku akan membuka lubang supaya darahmu dapat terus mengalir keluar".
"Hah!", Jin Yuanbao melompat kaget, ia meronta, namun mulutnya masih dibekap, ia merasa amat cemas. Gu Zhangfeng pun ikut memeriksanya, dan akhirnya berkata dengan puas diri.
"Ini bukan ular beracun! Coba lihat bekas gigitannya, tak ada bekas gigi besar yang nyata, di sekitar luka pun tak ada tanda-tanda pembengkakan, lagipula sampai sekarang Yuanbao juga masih sadar....."
Setelah berbicara, ia kembali memandang Yu Qilin.
"Darah di sudut mulut shao furen juga berwarna merah tua, hal ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa ular ini bersifat gesit ----"
"Benarkah?", Yu Qilin terkejut sekaligus girang, ia menunduk memandang Jin Yuanbao. Jin Yuanbao berbaring di atas tanah dengan santai, ketika ia melihat Yu Qilin menunduk memandangnya, dirinya pun melemparkan seulas senyum padanya. Melihat wajahnya, Yu Qilin tiba-tiba tersadar.
"Kau sudah tahu sebelumnya?"
Namun Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, ia tersenyum, lalu mengangkat tangannya untuk menghapus darah merah tua di bibir Yu Qilin.
Mengingat apa yang baru saja dilakukan oleh dirinya, wajah Yu Qilin memerah.
Melihat wajah jelitanya yang jengah, Jin Yuanbao tak bisa menahan perasaan cinta muncul dalam hatinya, tangannya perlahan-lahan merosot ke bawah dan mengenggam tangan Yu Qilin erat-erat.
Yu Qilin merasa jengah dan hendak menarik tangannya, namun Jin Yuanbao tetap tenang dan tak sudi melepaskan tangannya.
Yu Qilin sedikit mengerucutkan bibirnya dan tak lagi meronta, dengan lirih ia berkata.
"Apa yang kau lakukan? Di sini begitu banyak orang!"
Mendengar perkataan ini, Jin Yuanbao tertegun, kembang api seakan meledak di dadanya dengan meriah.....dengan mata berbinar-binar dirinya memandang Yu Qilin, sinar matanya penuh kebahagiaan.
"Masa bodoh mereka ----- aku suka ----" Seketika itu juga, segala pertengkaran barusan ini dibuangnya jauh-jauh dalam benaknya. * Angin sepoi-sepoi bertiup, membuat hutan bambu yang anggun di Taman Songzhu bergemerisik. Jin Yuanbao duduk dengan tegak di kursi sambil membiarkan Yu Qilin membalut lehernya dengan kain kasa, ia sangat menikmatinya. Setelah Yu Qilin selesai membalut sang pasien, ia melihat ke kiri dan ke kanan, lalu dengan puas bertepuk tangan sambil tersenyum.
"Sudah selesai! Tuan muda berleher panjang!"
Tuan muda berleher panjang? Jin Yuanbao sangat tak suka pada panggilan itu, namun setelah melihat Yu Qilin, ia merasa hatinya amat girang, maka ia sengaja mengangkat lehernya dengan angkuh dan meneruskan perkataan Yu Qilin.
"Tuan muda haus. Ambilkan teh untuk tuan muda!"
Mendengar perkataannya, Yu Qilin berpaling dan memanggil seorang gadis pelayan.
"Tuan muda haus. Ambilkan teh untuk tuan muda!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dengan penuh harapan Jin Yuanbao memandangnya.
"Sampai saat ini kau masih tak melayaniku sendiri?"
Yu Qilin memicingkan matanya, mengangkat alisnya, lalu dengan sangat lugas berkata.
"Kapanpun juga jangan harap aku melayanimu sendiri". Setelah berbicara, dengan gusar ia bangkit.
"Untuk apa kau pergi? ---- Suamimu sakit tapi kau tak tinggal untuk melayaninya?"
Dengan kesal Yu Qilin memandangnya.
"Apakah kau masih ingat kalau ibumu akan berulang tahun?"
Jin Yuanbao mengumam pada dirinya sendiri. Akan tetapi, Yu Qilin menjadi salah paham.
"Kau kuberitahu, kau jangan mengajakku bertengkar lagi, kalau tidak aku akan mengambil seekor ular beracun sungguhan dan memasukannya ke dalam selimutmu!"
Jin Yuanbao mengangguk-angguk.
"Pergilah". Yu Qilin tak menyangka bahwa Jin Yuanbao tiba-tiba menjadi begitu sopan, untuk sesaat ia tertegun.
"Hah, kau anggap aku ini begitu picik? Pergilah dan bekerjalah dengan baik, jangan membuatku kehilangan muka, tapi kau kuberitahu -----"
Jin Yuanbao menarik Yu Qilin ke sisinya, lalu dengan sungguhsungguh memberi perintah.
"Pertama, tak boleh menghiraukan Liu Wenchao".
"Kau sudah selesai belum?" "Tutup mulut!", Jin Yuanbao memotongnya.
"Kedua, semangkuk bubur obat pertama yang dimasak hari ini harus diberikan kepadaku".
"Kau bukannya lebih suka mati daripada memakannya?"
"Bubur pertama yang kau buat di Wisma Jin tentu saja harus dinikmati oleh suamimu, maka segala macam tarian pedang di bawah sinar rembulan itu tak akan kupermasalahkan lagi". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin mendengus dan tertawa, mendadak suasana hatinya menjadi sangat baik.
"Baik, baik, aku akan memberikan porsi pertama pada anda, shaoye!"
Saat ini, jamuan ulang tahun Nyonya Jin adalah suatu acara maha penting bagi Wisma Jin.
Secara alami, kedudukan Nyonya Jin yang luar biasa mengundang banyak orang untuk mengucapkan selamat padanya, orang-orang ini sebelumnya telah mengirim hadiah mereka ke Wisma Jin.
Setelah Xi er pulang dari berbelanja, ia melewati halaman depan Wisma Jin dan bertemu dengan serombongan orang yang masing-masing membawa sebuah peti yang dihiasi bunga besar dari kain sutra merah, di atas setiap peti itu tertulis 'Wisma Jiang' dengan huruf-huruf besar.
"Wisma Jiang?", Xi er terkejut. Ia cepat-cepat maju ke depan dan menarik seorang pelayan wanita yang ikut dalam rombongan itu, lalu bertanya.
"Jiejie, peti-peti ini berasal dari mana?" "Apa kau tak tahu? Ini adalah hadiah ulang tahun yang dikirim oleh Menteri Besar Jiang di Nanjing, orang tua nyonya muda. Ai, kau bukannya gadis pelayan yang menemani nyonya muda menikah? Keluarga Jiang kalian benar-benar kaya, coba lihat peti-peti hadiah ini, nilainya benar-benar tak sedikit, bukan?"
Begitu rupanya, sepertinya Wisma Jiang tak bisa mengirim orang, maka mereka terlebih dahulu mengirim hadiah. Xi er merasa amat puas diri.
"Tentu saja, Keluarga Jiang kami adalah keluarga yang paling terpandang di Nanjing, kami sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan sopan santun".
"Benar, tak hanya mengirimkan banyak hadiah, kudengar Nyonya Jiang juga sudah berada di jalan dan akan segera tiba". Nyonya Jiang.....akan segera datang.....guntur seakan membelah hati Xi er, ia begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, ia pun cepat-cepat kembali bertanya.
"Apa? Katamu Nyonya Jiang juga akan datang?"
"Benar, hadiah dikirim dahulu, lalu Nyonya Jiang akan datang". Setelah selesai berbicara, gadis pelayan itu cepat-cepat pergi, meninggalkan Xi er yang terpaku di tempatnya dengan wajah pucat pasi. Setelah tertegun untuk beberapa saat, Xi er baru tersadar, dengan panik ia berlari ke rumah obat Gu Zhangfeng.
"Bagaimana ini? Nyonya akan datang, kali ini aku pasti akan mati". Akan tetapi saat ini, sambil tersenyum lebar Yu Qilin sedang menarik tangan Jiang Xiaoxuan di taman bunga untuk mengobrol.
"Apakah kau sudah melayani tuan muda keluargamu dengan baik? Apakah suasana hatinya sedang baik?"
Jiang Xiaoxuan bergurau dengannya. Yu Qilin memasang tampang masam.
"Apakah kau sedang mengolok-olokku?"
Jiang Xiaoxuan tersenyum.
"Aku tak berani, aku tak berani, sudah cukup kau seorang saja yang harus menderita karenanya. Aku punya sebuah pakaian untuk menari, kau cobalah apakah cocok denganmu, lalu kita akan lihat bagaimana rambutmu harus ditata. Kalau kau hendak mempertunjukkannya saat jamuan ulang tahun nanti, mulai sekarang kau harus berlatih dengan tekun".
"Aiya, aku telah melupakan semua itu ----", gerutu Yu Qilin.
"Aku belum pernah melihat orang yang serewel Jin Yuanbao, semua hal dibuat bahan bertengkar, lalu setelah itu tiba-tiba girang. Benar-benar suatu kelainan jiwa dari lahir!"
Akan tetapi ujung-ujung alis Jiang Xiaoxuan terangkat dan ia tersenyum.
"Tapi lama-lama menggemaskan, benar bukan?"
Melihatnya, Yu Qilin mengulirkan matanya, lalu tersenyum dengan makin senang, katanya.
"Tapi masih tak semenggemaskan si tolol Zhangfeng, benar bukan?" Jiang Xiaoxuan merasa agak jengah.
"Zhangfeng adalah seorang tolol...."
Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, Xi er telah menerobos keluar dari semak-semak dengan panik, ekspresi wajahnya sangat cemas seakan tanpa harapan, ia pun berbicara di hadapan mereka berdua.
"Maut sudah di depan mata, kalian berdua kenapa masih begitu santai!"
Jiang Xiaoxuan segera menarik tangannya.
"Xi er, bicaralah perlahan-lahan. Ada apa?"
Xi er mengangkat mata besarnya yang berlinangan air mata dan memandang Jiang Xiaoxuan, lalu berkata sambil tersedu-sedu.
"Nyonya keluarga kita akan datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Huhuhu.......aku pasti akan mati!"
Begitu mendengar perkataannya itu, mereka berdua seakan disambar geledek. Jiang Xiaoxuan cepat-cepat mencecarnya.
"Benarkah? Dari mana kau tahu?"
"Bagaimana aku bisa tahu? Barusan ini ketika aku melihat hadiah-hadiah yang dikirim Wisma Jiang, para gadis pelayan berkata bahwa Nyonya Jiang akan datang secara pribadi untuk mengucapkan selamat! Kalian berdua akan ketahuan!"
Xi er menjadi histeris. Dengan lembut Jiang Xiaoxuan menghiburnya.
"Kau jangan khawatir, kita akan bersama-sama mencari akal......" "Nona, sekarang kau dapat mencari akal apa? Kau tahu tidak betapa beratnya akibat yang harus kita tanggung kalau kita ketahuan? Apa kau benar-benar tak takut? Kau tak takut tapi aku takut!"
Jiang Xiaoxuan tak dapat berkata apa-apa.
"Mumpung nyonya belum datang, kalian berdua cepat-cepatlah bertukar peran, kalau tidak aku adalah yang akan pertama dipukul orang sampai mati!"
Yu Qilin merasa cemas.
"Kalau sekarang kami bertukar peran, apa gunanya? Apakah semua orang di Wisma Jin ini buta matanya? Mereka tak mungkin dapat dibohongi oleh kami berdua!"
"Aku tahu.....aku tahu bahwa aku tak bisa mengandalkan kalian berdua! Kalian anggap kalian sedang main rumah-rumahan? Sekarang begitu bencana datang, kulihat kalian tak bisa berbuat apa-apa! Aku benar-benar seorang bodoh, mengira bahwa kalian masih punya akal!"
Sambil menangis, Xi er berbalik dan berlalu. Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menahannya.
"Xi er....."
Dengan tegas Xi er mengibaskan tangan Jiang Xiaoxuan, lalu lari sambil menangis dan menutupi wajahnya Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin yang tertinggal saling memandang, wajah mereka nampak ketakutan dan putus asa.
Setelah saling memandang untuk beberapa saat, sambil menggertakkan gigi, Jiang Xiaoxuan berkata.
"Aku akan pergi ke gerbang untuk bertanya-tanya". Dengan murung Yu Qilin mengangguk-angguk.
"Aku akan menyiapkan koper untuk kita pakai melarikan diri". Mereka berdua pergi sendiri-sendiri, suasana riang gembira barusan ini pun menghilang. Dengan hati yang penuh kecemasan, Yu Qilin kembali ke Taman Songzhu. Jin Yuanbao yang lehernya masih dibalut perban sedang membaca buku, melihatnya datang, mau tak mau ia tersenyum, lalu menaruh bukunya dan batuk-batuk. Namun tak nyana, Yu Qilin seakan tak melihatnya, ia duduk di samping meja sambil tertegun. Jin Yuanbao memperhatikannya untuk beberapa saat, dan menduga bahwa Yu Qilin merasa khawatir karena masalah jamuan ulang tahun itu, maka dengan santai ia membuka mulut untuk menasehatinya.
"Sebenarnya jamuan ulang tahun itu hanya suatu keramaian biasa saja, aku tak perduli nampaknya bagus atau tidak, bahkan ibuku juga tak akan memasukannya ke dalam hati". Yu Qilin tersadar, lalu memandang Jin Yuanbao dengan kebingungan. "Oleh karenanya, kau jangan seperti menghadapi seorang musuh tangguh, asalkan kau melakukannya dengan baik, kami sudah menganggap kami mengeluarkan uang untuk membeli kegembiraan, sedangkan kalau kau tak melakukannya dengan baik......", Jin Yuanbao mengangkat bahunya.
"Apa boleh buat". Ia jelas-jelas sedang menghiburnya dengan perkataan yang tak ada hubungannya dengan masalahnya, namun untuk sesaat Yu Qilin merasa tersentuh, ia memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Bagaimana kau tahu kalau aku mengkhawatirkan jamuan ulang tahun itu?"
Dengan sikap merendahkan, Jin Yuanbao menyindirnya.
"Otakmu yang kecil itu memikirkan apa lagi? Perkataan perahu kecil tak boleh dimuati barang yang terlalu berat itu sangat cocok denganmu". Namun Yu Qilin nampak tenang, seakan sedang memikirkan sesuatu, tiba-tiba ia berpaling dan memandang Jin Yuanbao dengan serius, lalu bertanya.
"Bagaimana kalau pada hari itu aku melakukan kesalahan lain?"
Ada apa dengan dirinya? Melihat raut wajahnya yang serius, untuk sesaat Jin Yuanbao tercengang, setelah itu ia menjawab dengan jujur.
"Asalkan otakmu tak membuat suatu kesalahan besar, aku akan memaafkanmu". Dalam hati Yu Qilin, seketika itu berbagai perasaan yang rumit berkecamuk, ia terkejut sekaligus girang, dengan sungguhsungguh Yu Qilin memandangnya, lesung pipit di sisi bibirnya perlahan-lahan mengembang, dari lubuk hatinya yang terdalam, dengan tulus ia berkata.
"Terima kasih".
"Tapi.....", untuk sesaat Jin Yuanbao mengumam.
"Ada suatu hal yang tak dapat kuterima".
"Apa?"
Yu Qilin merasa tegang.
"Menipuku", kata Jin Yuanbao.
"Tak perduli dalam keadaan apapun, bahkan kalau kesalahanmu keterlaluan, kau tak boleh sampai menipuku!"
Setelah mendengarnya, Yu Qilin tertegun, wajahnya tiba-tiba menjadi muram, hatinya terasa amat sedih, hatinya yang baru saja melompat kegirangan, tiba-tiba seakan dihancurkan dengan sebongkah batu besar, sedih sekaligus pedih, tenggelam dalamdalam.....
Saat itu, Jiang Xiaoxuan tiba-tiba muncul di luar pintu, ia menjulurkan kepalanya untuk melihat keadaan, lalu dengan cemas melambai-lambaikan tangannya.
Begitu melihatnya, Yu Qilin langsung melompat dan berlari.
"Kenapa tak masuk untuk berbicara? Untuk apa menjulurkan kepalamu dan melihat kesana-kemari?"
Jin Yuanbao merasa heran. Seakan sedang kesal, Yu Qilin menatapnya dengan pandangan menyalahkan, tanpa berkata apa-apa, ia menarik Jiang Xiaoxuan keluar Taman Songzhu. Napas Jiang Xiaoxuan terengah-engah.
"Sudah tak ada masalah, ibu tiriku tak akan datang". Yu Qilin terkejut.
"Dari siapa kau mendengarnya?"
"Kata penjaga pintu, ada dua lembar kartu ucapan, yang dilihat Xi er adalah yang datang kemarin, yaitu yang isinya mengatakan bahwa ibuku berencana untuk mengucapkan selamat. Hari ini ia buru-buru mengirimkan selembar kartu lagi yang mengatakan bahwa di rumah ada masalah yang menghalanginya pergi, maka ia tak bisa datang. Kartu itu dikirim untuk minta maaf. Kedua kartu itu kulihat sendiri, tak mungkin salah". Sebuah perasaan seakan hendak pingsan tiba-tiba muncul, sekujur tubuh Yu Qilin lemas, ia menangkupkan kedua belah tangannya seraya berkata.
"Syukur kepada langit dan bumi". Jiang Xiaoxuan pun menepuk-nepuk dadanya sendiri sambil tersenyum, lalu melihat ke sekelilingnya.
"Mana Xi er? Aku ingin cepat-cepat memberitahunya". Yu Qilin cepat-cepat menarik tangan seorang gadis pelayan seraya bertanya.
"Mana Xi er?"
Si gadis pelayan berpikir sejenak, lalu dengan ragu-ragu berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sepertinya Xi er Jiejie pergi ke tempat Liu Guanjia?"
Yu Qilin merasa heran.
"Untuk apa ia mencari Liu Wenchao?" Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin saling memandang untuk beberapa saat, lalu segera berbalik dan meninggalkan tempat itu.
"Celaka!"
Mereka berdua berjalan dengan cepat di taman.
Yu Qilin memimpin mereka dengan berlari di depan, sambil menjinjing gaunnya, Jiang Xiaoxuan berusaha sebisanya mengikutinya.
Setelah berbelok melewati sebuah semak berbunga, di kejauhan Yu Qilin melihat gaun Xi er berkelebat di sebuah sudut, ia cepatcepat memanggil.
"Xi er!"
Namun Xi er terlalu jauh untuk mendengar mereka. Dengan cemas dan bingung Yu Qilin bertanya.
"Menurutmu ia pergi mencari Liu Wenchao untuk apa?"
"Ini salahku, seharusnya aku sudah tahu bahwa Xi er selalu cemas", Jiang Xiaoxuan mengambil keputusan.
"Aku akan mencarinya, sekarang dia merasa murung dan galau, aku adalah majikan lamanya dan akan dapat mengajaknya bicara". Yu Qilin diam untuk beberapa saat, lalu berkata.
"Cepatlah pergi". * Dengan ragu-ragu Xi er berdiri di depan kamar baca Liu Wenchao untuk beberapa lama, namun akhirnya, sambil menggertakkan gigi, ia mengetuk pintu dan memanggil.
"Liu Guanjia". Dengan gembira Liu Wenchao keluar, ketika melihat gadis pelayan Yu Qilin, untuk sesaat ia tertegun, lalu ia memasang tampang sopan dan ramah.
"Xi er? Apakah nyonya muda menyuruhmu?"
Untuk beberapa saat Xi er bimbang, dalam pandangan Liu Wenchao sikapnya ini aneh, maka dengan sikap serius ia bangkit, menutup pintu dengan pelan, lalu berkata dengan lembut.
"Apakah ada suatu hal yang nyonya muda merasa tak nyaman untuk mengatakannya sendiri? Beritahu saja aku". Xi er mengerucutkan bibirnya, sambil menggertakkan giginya, ia memandangnya, seakan sedang meneguhkan hatinya, namun ia tak bisa menyembunyikan suaranya yang bergetar.
"Liu Guanjia, ada suatu hal penting yang menyangkut nyonya muda, aku sudah bolak-balik memikirkannya, namun aku tak tahu kepada siapa aku dapat berbicara tentangnya. Kalau hal ini sampai terungkap, akibatnya terhadap nyonya muda, dan bahkan tuan muda dan nyonya, akan tidak baik; sebagai seorang gadis pelayan, hidupku, Xi er, pun akan sulit untuk dipertahankan. Xi er tak becus, dan hanya berharap agar masalah ini dapat dengan diam-diam dipecahkan tanpa melibatkan orang lain". Setelah berbicara, dengan penuh harapan ia memandang ke arah Liu Wenchao.
"Liu Guanjia, kau berkata padaku bahwa kalau ada masalah aku harus mencarimu, sebelum Xi er memberitahumu tentang masalah ini, dapatkan kau berjanji terlebih dahulu bahwa kau tak akan memberitahukannya pada orang lain? Apakah kau dapat berjanji untuk melakukannya?"
Mendengar bahwa suatu hal yang begitu penting, diam-diam Liu Wenchao tentu saja sangat tertarik, namun raut wajahnya makin serius dan tulus.
"Kau jangan khawatir, masalah apapun akan kupertimbangkan, kalau aku dapat membantumu memecahkannya, aku pasti akan berusaha sebisaku untuk melakukannya, kalaupun aku tak bisa memecahkannya, aku pasti tak akan mengungkapkannya sedikitpun". Melihat wajahnya yang tulus, Xi er menghela napas dengan pelan.
"Tuan dan nyonya muda belum bermalam pengantin, apa anda tahu kenapa?"
Belum bermalam pengantin?! Liu Wenchao terperanjat, namun begitu melihat wajah Xi er yang serius, ia segera menahan dirinya dan mendengarkan dengan seksama.
"Karena nyonya muda sebenarnya -----"
Justru pada saat yang genting ini, pintu kamar tiba-tiba dibentur orang hingga terbuka, Jiang Xiaoxuan berdiri di mulut pintu, dengan cemas ia memandang Xi er dan berkata.
"Xi er, ternyata kau ada disini, aku mencarimu ----- nyonya muda sedang kerepotan mencarimu!"
Dengan sungguh-sungguh Xi er memandang Jiang Xiaoxuan.
"Nona, apa kau juga merasa bahwa ----" Jiang Xiaoxuan cepat-cepat memotong pokok pembicaraan itu.
"Nyonya muda memanggilmu pulang untuk mempersiapkan hadiah balasan untuk keluarganya! Nyonya Jiang tak akan datang, hanya mengirim beberapa orang untuk mengantarkan hadiah. Kata nyonya muda kau paling mengerti tentang keadaan di Wisma Jiang, maka ia memanggilmu pulang".
"Nyonya tak akan datang?!", Xi er tercengang. Jiang Xiaoxuan memandangnya, lalu dengan amat pasti mengangguk.
"Aku baru pergi ke gerbang, pagi ini Nyonya Jiang mengirim kartu baru, ia sedang ada urusan dan mohon maaf yang sedalam-dalamnya, serta mengirim beberapa hadiah untuk memberi selamat pada nyonya". Ini benar-benar......Xi er tak tahu bagaimana ia harus menggambarkannya, atau harus berkata apa, ia hanya merasa amat pusing! Jiang Xiaoxuan memapahnya dengan hati-hati, lalu menasehatinya dengan lembut.
"Ikut aku pergi, dalam segala hal aku dan nyonya muda selalu bersamamu". Xi er perlahan-lahan mengangguk, lalu keluar mengikuti Jiang Xiaoxuan. Jiang Xiaoxuan mengangguk pelan ke arah Liu Wenchao, lalu berlalu. Sambil memandang punggung mereka berdua, ekspresi ramah di wajah Liu Wenchao sedikit demi sedikit berubah menjadi dingin, sinar matanya menunjukkan bahwa ada banyak hal dalam pikirannya. Sambil setengah dipapah oleh Jiang Xiaoxuan, Xi er tiba di taman bunga, ia masih merasa pusing dan segera berhenti melangkah.
"Nona, kau tak membohongiku? Nyonya benarbenar tak akan datang?"
Dengan hati-hati Jiang Xiaoxuan memandang ke sekelilingnya, lalu baru mengangguk dengan pelan ke arah Xi er.
"Aku tak membohongimu, aku benar-benar baru saja pergi ke gerbang dan mendengar tentangnya. Nyonya tak akan datang". Xi er seakan terlepas dari sebuah beban yang maha berat, ia menangkupkan tangannya seraya merapal.
"Amituofo, syukur kepada langit dan bumi!"
Jiang Xiaoxuan memandang Xi er, lalu bertanya.
"Untuk apa kau mencari Liu Wenchao?"
Xi er kebingungan, tapi ia cepat-cepat mengalihkan pokok pembicaraan itu, dengan keras kepala ia berkata.
"Nona, Xi er telah bertahun-tahun melayani anda, aku tak ingin melihat anda dengan sembarangan kehilangan nyawa, kalau anda tak bisa mencari akal, aku si gadis pelayan ini terpaksa mencari akal. Kau jangan khawatir, tadi aku tak berbicara tentang apapun. Tuan Muda Liu adalah seorang budiman, ia tak mungkin mencurigai orang dengan semberono". "Aku tahu. Akulah yang melalaikanmu, aku lupa bahwa selama sehari penuh kau mengkhawatirkan diriku", Jiang Xiaoxuan merasa amat bersalah. Melihatnya, air mata Xi er pun bercucuran, dengan memohonmohon ia berkata.
"Sejak kecil Xi er tumbuh besar bersamamu, dan selamanya selalu berada di sisimu. Tapi, nona, kumohon kau cepat mencari akal, apakah kau benar-benar sudah merasa tenteram? Palsu tetap palsu, kalau suatu saat hal ini terungkap dan aku mati, apa boleh buat, tapi apa yang akan anda lakukan?"
"Kau jangan khawatir......", Jiang Xiaoxuan memegang tangannya erat-erat, dengan lembut ia memohon.
"Tunggu sampai aku dan Qilin mempersiapkan semuanya dengan baik dan menyelesaikan urusan yang harus diselesaikan, lalu kita akan langsung meninggalkan tempat ini, bagaimana?"
Angin dingin bertiup, menembus ke dalam baju Xi er, ia merasa dadanya terasa dingin, ia berdiri dengan tertegun, untuk sesaat tak tahu harus berbuat apa......setelah lama, ia baru menghela napas dan mengangguk.
Dengan puas Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk, ia mengelus-elus gelung Xi er.
"Aku pergi dulu, kau juga cepatlah kembali dulu".
"Aku mengerti......" Akan tetapi, setelah Jiang Xiaoxuan berlalu, Xi er masih berdiri di tempatnya semula sambil memikirkan hal yang membebani pikirannya. Walaupun ia percaya bahwa sang nona tak akan meninggalkannya seorang diri, walaupun sang nyonya tak akan datang untuk mengucapkan selamat.....akan tetapi, hatinya masih sangat tak tenang. Matanya seakan kembali dipenuhi kabut, makin lama, ia makin merasa bahwa menjadi seorang pelayan adalah nasib yang sangat malang.
"Sayang, sayang sekali....."
Ketika Xi er sedang mengasihani dirinya sendiri, tiba-tiba dari belakangnya terdengar sebuah suara keluhan yang memutuskan rantai pikirannya.
Ia cepat-cepat berbalik, setelah dapat melihat orang yang datang itu dengan jelas, ia segera menunduk menghormat.
"Liu Shaoye".
"Tak usah banyak peradatan", Liu Wenchao berpura-pura ramah, setelah melihat mata Xi er yang kemerahan, ia berkata seakan hendak membantunya.
"Xi er, sepertinya perkataanmu hari ini belum selesai?"
Mendengar perkataan itu, kepanikan muncul di wajah Xi er, namun ia segera memasang tampang seorang pelayan yang setia.
"Sebenarnya aku hendak berkata bahwa tuan dan nyonya muda selalu bertengkar, sehingga sampai sekarang......sampai sekarang belum bermalam pengantin. Sebagai seorang gadis pelayan, aku mengkhawatirkan nona kami. Anda adalah kakak sepupu tuan muda, maka aku mohon anda bersedia menasehati tuan muda supaya agak lebih lunak pada nona kami".
"Oh, cuma tentang masalah ini?", Liu Wenchao jelas-jelas tak percaya. Wajah Xi er memerah, ia menunduk dan tak berkata apa-apa. Melihat wajahnya, hari ini dirinya tak akan dapat menanyainya, namun Liu Wenchao tak lamban berpikir, ia pun berpikir sejenak, lalu di sudut bibirnya tergantung sebuah senyum yang seakan ada dan tiada, dengan sinar mata bersungguh-sungguh ia memandang Xi er, lalu dengan amat lembut berkata.
"Xi er, aku hendak memberitahumu tentang suatu hal". Mendengar perkataannya, Xi er cepat-cepat mengangkat kepalanya, begitu memandangnya, ia menatap sepasang mata Liu Wenchao yang penuh perasaan. Seketika itu juga, jantungnya melonjak-lonjak.
"Walaupun di wisma ini kau sebatang kara, akan tetapi kapanpun kau mempunyai beban pikiran atau kesulitan, kau selalu bisa mencariku", Liu Wenchao berkata dengan amat tulus. Tanpa terasa, kabut menyelimuti mata Xi er, dengan terpana ia bertanya.
"Anda......kenapa anda begitu baik padaku?" Liu Wenchao terus memandangnya, dengan amat perlahan ia berkata.
"Kita berdua adalah orang-orang yang telah terbuang ke ujung dunia". Xi er tertegun.
"Walaupun aku seorang majikan, namun sebenarnya di wisma ini aku harus menurut pada orang lain, dan berjuang sendirian", Liu Wenchao menertawakan dirinya sendiri. Mendengar perkataannya itu, Xi er merasa amat tergerak, air matanya pun bercucuran.
"Oleh karenanya, ingatlah, kapanpun kau hendak bicara padaku, kau selalu dapat mempercayaiku, mengerti?"
Angin malam bertiup dengan tersembunyi melayang-layang.
lembut, keharuman yang Bau harum itu melayang entah dari pojok yang mana, melihat wajah Liu Wenchao yang tampan, Xi er perlahan-lahan mengangkat kepalanya, ia mengigit bibir bawahnya keras-keras, seakan hendak menahan perasaan yang tak henti-hentinya meluap dari hatinya, akan tetapi, semakin ditekan, hatinya justru semakin kebingungan.
"Bagaimana?", Liu Wenchao menunduk memandangnya. Bau seorang lelakinya menyergapnya hingga langit dan bumi seakan menghilang, mau tak mau Xi er mundur selangkah, lalu menunduk sambil tersedu sedan. "Bagus", Liu Wenchao tersenyum, ia mengelus-elus pelipis Xi er, lalu dengan santai berlalu. Melihat punggungnya yang dengan enteng menjauh, Xi er merasa hatinya bagai tenggelam ke dalam lumpur, makin lama makin dalam...... Untuk beberapa hari setelah itu, setiap hari Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan selalu bersama-sama untuk berlatih menari, mereka berulangkali melakukan latihan dengan kostum mereka masingmasing, Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng pun sering datang untuk mengunjungi mereka. Mereka berempat makin akrab, panggilan mereka terhadap satu sama lain pun dari hari ke hari berubah menjadi makin akrab, panggilan terdahulu, yaitu 'Nona Xue er', 'Tuan Muda', 'Nyonya Muda' dan 'Tabib Gu', sekarang berubah menjadi 'Xue er', 'Xiaoxuan', 'Yuanbao' dan 'Zhangfeng'. Menurut Yu Qilin, panggilan yang mereka pakai sebelumnya itu terlalu canggung dan asing, tak ada jeleknya kalau dipakai di hadapan orang luar, namun kalau dipakai diantara mereka sendiri terlalu aneh. Mendengar Yu Qilin memanggil Gu Zhangfeng 'Zhangfeng', kalau bisa Jin Yuanbao ingin mengigit Gu Zhangfeng, akan tetapi setelah melihat bahwa Yu Qilin begitu bersemangat, dan juga memanggil dirinya Yuanbao, Jin Yuanbao merasa bahwa agar tak merusak citra dirinya, ia seharusnya tak meributkan hal yang remeh temeh seperti itu. Akan tetapi, setiap Yu Qilin memanggil 'Zhangfeng', mata Jin Yuanbao seakan memancarkan golok, ia sangat membenci hal itu, namun si tolol Zhangfeng tak merasakannya dan sama sekali tak bereaksi, sehingga pandangan mata Jin Yuanbao yang seperti memancarkan golok itu sia-sia. Jiang Xiaoxuan yang menonton mereka diam-diam tahu apa yang terjadi dan merasa kegirangan, namun tentu saja, karena menikmati kelucuan itu, ia tak akan berusaha keras untuk memperingatkan Gu Zhangfeng. Nyonya Jin adalah keponakan kandung ibu suri, oleh karenanya ulang tahunnya dirayakan secara besar-besaran. Ulang tahun kelima puluh Nyonya Jin hanya diselengarakan sebagai acara keluarga, namun para pejabat ibu kota yang bermata tajam dapat melihat bahwa Keluarga Jin adalah keluarga yang paling banyak menerima anugerah kekaisaran! Walaupun tak ada anggota keluarga mereka yang menjadi pejabat tinggi di istana, namun keluarga Jin menguasai pabrik senjata, selain itu, kaisar pun telah secara pribadi menganugerahkan pernikahan bergelar Jin Yu Liang Yuan pada keluarga mereka, sedangkan besan mereka adalah Menteri Besar Jiang yang duduk dalam pemerintahan, sehingga aliansi mereka adalah aliansi diantara pejabat militer dan sipil, yang membuat mereka lebih berpengaruh lagi. Oleh karenanya, pada hari ulang tahun Nyonya Jin, semua pejabat di ibu kota, tak perduli apakah pangkat mereka tinggi atau rendah, atau apakah mereka telah menerima kartu undangan atau tidak, berbondong-bondong datang memberikan hadiah. Berbagai macam kereta dan joli memadati pintu gerbang Wisma Jin sehingga setetes air pun tak bisa lewat, rombonganrombongan pengantar hadiah berbaris di mulut jalan. Berbagai macam hadiah makin menumpuk di gudang, ada yang langsung diletakkan di depan gudang, dan ada pula yang diletakkan di beranda aula, bertumpuk-tumpuk bagai gunung. Di taman bunga Wisma Jin, di sepanjang tepian sungai, diletakkan empat puluh meja perjamuan di udara terbuka, langit dan bumi menjadi tenda, dan bulan bintang menjadi lenteranya. Ranting-ranting pepohonan di tepi danau digantungi pita-pita indah, bayangannya memantul di riak air danau yang jernih dan berkilauan bagai awan lembayung. Jamuan ulang tahun pun dimulai. Nyonya Jin dikerumuni oleh para hadirin, bagai rembulan yang dikelilingi bintang-bintang, melihat jamuan yang lain dari yang lain itu, ia tak bisa menyembunyikan rasa girangnya. Tak nyana sang menantu perempuan begitu cakap, ternyata hanya dengan dua puluh ribu liang tahil perak, ia dapat menyelenggarakan jamuan yang begitu meriah dan megah. Para hadirin yang ribut, begitu melihatnya muncul, segera diam dengan sikap khidmat. Nyonya Jin menerima cawan arak yang diberikan kepadanya oleh Gu Daniang, mengangkatnya tinggi-tinggi, lalu berkata sembari tersenyum.
"Hari ini, aku telah menerima kebaikan kalian semua yang bersedia bersusah-payah datang ke sini untuk mengucapkan selamat ulang tahun padaku, keluarga Jin dan Liu kami merasa sangat tersanjung. Dengan cawan arak ini aku hendak mohon agar semua orang yang duduk di sini sehat walafiat dan selalu diberkati oleh langit!"
Dengan riuh rendah para hadirin segera mengangkat cawan arak mereka dan membalas penghormatan itu.
"Semoga Nyonya Jin bahagia bagai Laut Timur yang tak bertepi dan panjang umur seperti Gunung Selatan!"
Sambil tersenyum, Nyonya Jin berulangkali mengangkat cawannya untuk menanggapi mereka, Jin Yuanbao dan Yu Qilin yang berdiri di sampingnya mengikutinya. Diantara para tamu, seseorang tiba-tiba berkata dengan lantang.
"Coba kalian lihat, bukankah Nyonya Jin mirip dengan Dewi Guanyin? Kalau begitu, bukankah Tuan dan Nyonya Muda Jin adalah Bocah Emas dan Gadis Kumala ?"
Mendengar perkataaan ini, para hadirin pun memandang ke arah mereka bertiga, makin lama mereka makin merasa bahwa mereka bertiga memang mirip dengan dewa-dewi itu, seketika itu juga, berbagai puja-puji pun berkumandang dengan tiada henti-hentinya.
Mendengarnya, wajah Nyonya Jin berseri-seri kegirangan, dengan sepasang tangannya, ia menarik Jin Yuanbao dan Yu Qilin berdua, hatinya penuh kebahagiaan.
Bersamaan dengan diletakkannya makanan dan minuman di atas meja, para hadirin perlahan-lahan menjadi tenang, lalu berpesta dengan meriah.
Ketika arak sudah separuh terhidang dan suasana sedang meriah-meriahnya, seorang tamu tersenyum untuk bermanismanis dan berkata.
"Saat itu Nyonya Jin adalah wanita muda nomor satu, dan sekarang istana mempercayainya mengurus pabrik senjata. Kulihat nyonya muda pun luar biasa cakap, apakah hari ini nyonya muda telah mempersiapkan hadiah atau acara khusus untuk nyonya? Mata kita semua pun akan terbuka lebar-lebar!"
Begitu para hadirin mendengarnya, mereka pun berulangkali menimpalinya, dengan riuh rendah mereka minta Yu Qilin memberi mereka sebuah pertunjukkan. Sembari tersenyum, Nyonya Jin berkata.
"Kalian terlalu tinggi memuji kami, terlalu tinggi....."
Setelah itu, dengan bangga ia memandang Yu Qilin dan berkata.
"Xiaoxuan, kalau kau mempunyai suatu kepandaian, tak ada jeleknya kalau kau mempertunjukannya....."
Setelah berbicara, ia berpaling memandang para tamu, lalu sedikit membungkuk untuk menghormat.
"Kalian semua berpengalaman dan berwawasan luas, mohon untuk tak banyak mencela". Para tamu segera tertawa dan berkata.
"Nyonya Jin terlalu merendah!"
Melihat wajah Yu Qilin yang agak tegang, dengan tenang Jin Yuanbao maju selangkah, lalu menyoja dan berkata.
"Istriku kurang berbakat, dan juga telah bekerja keras setiap hari untuk mempersiapkan jamuan ulang tahun ini, jangan-jangan hari ini ---"
Melihatnya, para hadirin segera berseru-seru.
"Aiyaya, Tuan Muda Jin terlalu sayang pada nyonya muda!"
Hati Yu Qilin terasa hangat, ia melirik Jin Yuanbao, menenangkan dirinya, lalu membuka mulut dan berkata.
"Aku hendak mempersembahkan sebuah tarian untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada ibu". Seketika itu juga, sorak-sorai berkumandang tanpa henti. Yu Qilin berpaling dan berbisik pada Jin Yuanbao.
"Tarian ini khusus untuk kau lihat, jangan selalu berkata bahwa aku selalu menari untuk orang lain". Apa? Khusus untuk kulihat? Jin Yuanbao terkejut sekaligus girang. Melihat wajahnya yang tercengang sekaligus penuh perhatian, seketika itu juga, rasa tak enak yang samar-samar dalam hati Yu Qilin pun menghilang, seakan ada semacam kekuatan yang membuatnya menjadi pemberani, sehingga dirinya rela menempuh segala marabahaya.... Setelah itu, serombongan pelayan datang dan memadamkan cahaya lilin yang terang benderang di sekitar tempat itu. Cahaya pun sedikit demi sedikit menghilang, mereka hanya menyisakan lima atau enam buah lilin besar yang diletakkan di depan sebuah cermin perunggu, lalu mereka menggunakan pantulan cahaya dari cermin itu untuk menerangi paviliun yang terletak di tengah danau. Di bawah cahaya rembulan yang dingin, kain-kain sutra tipis di paviliun itu berkibar-kibar. Dengan penuh rasa ingin tahu, para hadirin memandang ke arahnya, sambil menjulurkan leher mereka menunggu, Jin Yuanbao pun tak dapat menahan rasa ingin tahunya. Dengan tenang Jiang Xiaoxuan keluar sambil membawa sebuah kecapi, duduk di sebuah sudut, lalu mengangsurkan tangannya dan memainkan senar-senar kecapi itu. Suara kecapi yang bagai air mengalir perlahan berkumandang, para hadirin pun langsung menjadi tenang. Ia memainkan lagu berirama gembira, Salju Putih, yang sangat biasa, kabut dan keanggunan lagu itu, bersama dengan sinar rembulan yang bagai salju, seketika itu juga membuat hati orang menjadi tenteram. Bersamaan dengan irama lagu yang perlahan-lahan menjadi cepat, seorang wanita yang menggenakan kostum tari berwarna putih salju berjalan dengan perlahan ke paviliun itu, dari kejauhan, sosok wanita yang rambutnya digelung tinggi itu nampak anggun dan lemah gemulai. Di bawah sinar rembulan yang dingin, wanita itu perlahan-lahan mengangkat kepalanya, gerakannya lemah gemulai bagai pohon liu muda yang dibelai angin, lincah bagai awan berarak. Ia melakukan beberapa gerakan yang sederhana, walaupun lembut dan indah, namun tak seperti tarian biasa yang dangkal; tarian itu pun sepertinya mengandung semangat kependekaran, gerakannya sangat cekatan! Para hadirin terkesima melihatnya, walaupun mereka semua adalah pejabat-pejabat ibu kota yang berpengalaman dan berwawasan luas, namun mau tak mau mereka mengagumi wanita dan pemandangan yang cantik itu. Wajah Jin Yuanbao pun nampak tercengang, tangannya memegang sandaran kursi erat-erat, pandangan matanya terpaku memandangnya. Dengan puas Nyonya Jin mengangguk-angguk, lalu berpaling dan diam-diam berkata di sisi telinga Jin Yuanbao sambil tersenyum.
"Kau benar-benar telah menikahi seorang istri yang baik".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Eh......", Jin Yuanbao baru saja hendak menjawab ketika.
"Tring!", terdengar sebuah bunyi petikan kecapi, bagai sebilah pedang tajam yang membelah langit malam. Wanita itu melemparkan lengan bajunya ke udara, lalu dengan tanpa tergesa-gesa mundur beberapa langkah, tiba-tiba tubuhnya berputar, sehingga lengan baju, gaun, baju dan pitapita yang dipakainya seketika itu juga melayang-layang bagai awan lembayung..... Dengan cepat ia berputar-putar sehingga gaun dan bajunya nampak seperti sekuntum bunga wijayakusuma yang sedang mekar, membuat orang tak berani mengalihkan pandangan matanya karena khawatir begitu berkedip, mereka tak lagi bisa menyaksikan keindahan itu. Saat ini, angin sepoi-sepoi bertiup dan mencerai-beraikan awan di angkasa, cahaya rembulan bagai bunga es keperakan, pakaiannya yang seputih salju terkena sinar rembulan, seakan memancarkan cahaya yang berkilauan. Angin bertiup dengan lembut dan membuat bunga-bunga di taman bergoyang-goyang, keharuman bunga pun menyeruak, gerakan kaki Yu Qilin melambat mengikuti irama musik yang perlahan-lahan menjadi perlahan, lengan bajunya yang panjang melayang ke lantai, bagai cahaya rembulan yang jatuh ke bumi. Para hadirin menahan napas memandangnya, mereka semua terpana.... Sudut-sudut bibir Jin Yuanbao makin lama makin terangkat ke atas, ia amat bahagia, dirinya tahu, bahwa walaupun wajah Yu Qilin penuh konsentrasi, setiap kali ia menengadah dan berputar, ia selalu mencari kesempatan untuk memandang ke arah dirinya, sinar matanya yang malu-malu sekaligus mesra itu bagaimana bisa tak membuat dirinya tersentuh? Dengan menuruti irama kecapi, Yu Qilin melangkah keluar selangkah demi selangkah dari paviliun itu, dengan pandangan mata yang dingin namun penuh gairah ia memandang ke suatu tempat.... Pandangan mata para hadirin mengikuti arah pandangan mata Yu Qilin itu, ketika melihat wajah Jin Yuanbao yang nampak acuh tak acuh, mereka segera mengerti dan tertawa terbahakbahak. Namun saat itu, ada dua orang yang tak bahagia. Liu Wenchao berada diantara para hadirin, wajahnya perlahanlahan menjadi masam. Liu Qianqian duduk di tempat duduk yang paling jauh dari Yu Qilin, wajahnya sedingin es, kue yang berada di piring kecilnya telah remuk berkeping-keping. Tiba-tiba, irama kecapi kembali menjadi cepat, sepasang lengan Yu Qilin menjulur, melambai-lambaikan lengan bajunya, lalu ia berjalan dengan cepat ke arah Nyonya Jin yang duduk di kursi kehormatan, sekonyong-sekonyong seekor elang seakan mendarat di meja di depan kursi kehormatan, hiasan di gaun dan bajunya samar-samar berkilauan..... Irama kecapi bertambah cepat, Yu Qilin berjinjit dan kembali mulai berputar-putar dengan cepat! Kali ini para hadirin dapat menyaksikannya dengan lebih seksama, sehingga bahkan dentang-denting hiasan rambutnya dan hiasan di pinggangnya yang saling beradu pun dapat terdengar dengan jelas. Para hadirin menahan napas dengan pandangan mereka terpaku pada dirinya. penuh perhatian, Tepat pada saat itu, Liu Qianqian mencopot tusuk konde mutiara yang tertancap di rambutnya, lalu dengan sedikit mengerahkan tenaga, menyebarkan butir-butir mutiara itu ke panggung. Butiran-butiran mutiara jatuh ke bawah kaki Yu Qilin, ia tak sengaja menginjaknya dan langsung terhuyung-huyung. Para hadirin berteriak kaget, Jiang Xiaoxuan amat terkejut, suara kecapinya menjadi melengking. Akan tetapi, Liu Qianqian tak sempat berpuas diri, Jin Yuanbao nampak menaiki panggung dan memeluk Yu Qilin yang sedang terjatuh ke lantai. Mereka berdua saling menatap, Yu Qilin terkejut, namun lalu menenangkan dirinya dan menatap Jin Yuanbao sambil tersenyum manis. Dan Jin Yuanbao pun menarik bagian atas tubuhnya ke dadanya sendiri sehingga mereka berhimpitan seraya balas menatapnya, seakan mereka berdua memang telah mempersiapkan gerakan ini sebelumnya. Para hadirin seakan baru bangun dari mimpi dan bersorak-sorai memuji.
"Perjodohan yang diatur oleh langit!"
"Jin Yu Liang Yuan!"
Seketika itu juga, tepuk tangan pun bergemuruh.
Nyonya Jin melihatnya dengan puas dan bangga, ia pun perlahan-lahan bertepuk tangan.
Ketika Liu Wenchao memandang mereka, sekilas rasa iri dan benci berkelebat dalam pandangan matanya.
Di tengah keramaian itu Liu Qianqian berpaling dan bertanya pada gadis pelayan di belakangnya.
"Kapan hidangan obat akan dihidangkan? Suruh mereka cepat sedikit". Akan tetapi kedua pemeran utama menggunakan kesempatan itu untuk diam-diam meninggalkan tempat itu.
"Aku kelaparan setengah mati! Semua ini gara-gara Xue er, katanya supaya pinggangku langsing, aku tak boleh makan dari pagi sampai sekarang!"
Dengan kesal Yu Qilin menepuk perutnya dan masuk ke dapur.
Jin Yuanbao tertawa pelan dan mengikutinya masuk, setelah itu ia membawakan beberapa mangkuk hidangan yang tersisa untuknya, melihat wajahnya saat makan dengan lahap, hatinya sangat bahagia.
"Hmm.....", sambil makan Yu Qilin mengerutu pada dirinya sendiri dengan suara tak jelas.
"Tak perduli upacara pernikahan atau ulang tahun, aku sama-sama makan tak kenyang dan kelaparan setengah mati!"
Mendengar perkataannya, Jin Yuanbao tersenyum dengan lembut.
"Cara makan mengungkapkan watak seseorang yang sebenarnya". Setelah itu ia teringat akan sesuatu dan bertanya.
"Mana buburku? Mana semangkuk bubur pertamaku?"
Yu Qilin mengangkat dagunya untuk menunjuk ke sebuah sudut. Jin Yuanbao memandang ke arahnya, namun tetap berdiri sambil bersedekap.
"Ambilkan untukku". Yu Qilin memelototinya.
"Aku sudah mengambilkannya, shaoye!"
Sambil mengangkat alisnya, Jin Yuanbao berjalan menghampiri sudut itu, namun setelah mencarinya, ia masih tak dapat menemukannya.
"Kau tidak menipuku, kan?"
Tepat pada saat itu, Jiang Xiaoxuan masuk sambil memapah Gu Zhangfeng, Gu Zhangfeng memegang perutnya sambil mengerang-erang, sekaligus berusaha membela diri.
"Aku sudah mencoba resep bubur obat ini sendiri, tak mungkin membuat orang diare......"
"Bubur?", Yu Qilin terkejut.
"Kau telah memakannya?" Gu Zhangfeng mengangguk-angguk.
"Ya, kulihat ada semangkuk di sana, maka aku mencobanya dahulu, tapi ternyata aku terkena diare...."
Mendengar perkataannya itu, orang-orang di ruangan itu saling memandang. Yu Qilin cepat-cepat meletakkan makanan di tangannya, lalu dengan tegang bertanya.
"Kalau makan bubur ini akan benarbenar terkena diare?"
Namun Jin Yuanbao seakan tak mendengarnya, dengan murka ia menarik Gu Zhangfeng.
"Siapa yang menyuruhmu makan buburku?"
Dengan lemas Gu Zhangfeng berusaha membela diri.
"Kenapa bubur itu bisa jadi milikmu? Aku menamainya Bubur Zhangfeng.....aiyo!", selagi berbicara ia berteriak kesakitan. Dengan kesal Yu Qilin menghentakkan kakinya.
"Katakanlah, kau makan bubur itu atau tidak?"
Saat itu Jin Yuanbao telah bereaksi, ia cepat-cepat bertanya.
"Gu Zhangfeng, apakah bubur ini bermasalah? Begitu banyak orang di aula sedang bersiap untuk memakannya!"
Di tengah keributan itu Jiang Xiaoxuan memotong perkataannya.
"Rasa bubur itu aneh, ketika aku mencoba bubur yang dibuat Zhangfeng, rasanya tak seperti itu". Begitu mendengar perkataannya, Gu Zhangfeng segera berjalan sambil bertumpu pada permukaan kompor dan mengambil mangkuk bubur yang sudah kosong, lalu mencium-ciumnya, selain itu ia juga menjilatnya, setelah mencoba rasanya, beberapa saat kemudian ia berkata dengan yakin.
"Badou , rasanya pedas, panas, sangat beracun, membuat orang diare". Apa? Badou? Tiba-tiba Yu Qilin merasa pusing.
"Habislah, habislah semuanya! Seluruh pejabat sipil dan militer istana akan terkena diare!"
Jin Yuanbao tiba-tiba mendapatkan sebuah akal untuk mengatasi keadaan genting itu, ia cepat-cepat bertanya.
"Zhangfeng, apakah badou ada obat penawarnya?"
"Ada, tapi perlu waktu untuk membuatnya". Dengan cepat Jin Yuanbao menenangkan dirinya, dengan wajah serius ia berkata.
"Masih ada waktu. Xue er, cepat panggil beberapa gadis pelayan untuk datang membantu! Zhangfeng, cepat buat obat penawar! Xiaoxuan, ambil dan keluarkan semua cawan arak!"
Dengan mengajak para gadis pelayan, Yu Qilin meletakkan berbaris-baris cawan arak di atas meja, lalu menuangkan arak ke dalam masing-masing cawan itu.
Dengan peluh bercucuran, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan meracik obat, lalu segera memberikan bubuk obat yang telah mereka buat kepada Jin Yuanbao.
Dengan penuh konsentrasi, Jin Yuanbao membubuhkan bubuk obat itu ke dalam masing-masing cawan arak dan mengaduknya.
A Fu terus menerus berlari bolak-balik untuk menyampaikan kabar.
"Hidangan obat sudah dihidangkan di setiap memakannya!"
Diletakkan di atas meja! Ada orang meja, yang sudah sudah Semua orang kebingungan, Jin Yuanbao sedang berkonsentrasi membubuhkan obat, begitu mendengar suara-suara itu ia berseru.
"Kita harus menggunakan kesempatan ini, jangan kebingungan! A Fu, terus cari tahu apa yang terjadi!"
Dapur terus menerus sibuk, A Fu sekali lagi berlari menghampiri mereka, suaranya bercampur sedu sedan.
"Nyonya, nyonya juga sedang memakannya, shaoye, shao furen, cepatlah sedikit!"
Dahi Yu Qilin berkeringat dan tangannya gemetar, sedangkan Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan menggiling obat dengan cepat.
Hanya Jin Yuanbao yang seakan tak melihat semuanya itu, ia berkerja dengan penuh konsentrasi, tanpa berpaling ia memberi perintah.
"Zhangfeng, berkerjalah dengan tenang, tergesa-gesa tak akan membawa hasil yang baik!"
Perkataannya itu bagai genta pagi yang menyadarkan semua orang, Gu Zhangfeng cepat-cepat menenangkan dirinya, Yu Qilin pun menenangkan pikirannya dan tak lagi membiarkan arak tumpah dari cawan.
Dengan percaya diri Jin Yuanbao membubuhkan bubuk obat ke cawan-cawan arak di barisan terakhir, lalu menaruh mangkuk obat dan bangkit.
"Semua sudah dimasukkan ke dalam cawan arak, ikut aku!"
Sambil membawa cawan-cawan arak itu mereka berjalan dengan beriringan, setelah melewati serambi yang berkelakkelok, mereka berjalan melewati jembatan, seakan sedang mengantarkan hidangan untuk perjamuan itu.
Saat itu, perjamuan sedang berlangsung dengan meriah, suarasuara ramai bercampur menjadi satu, Nyonya Jin telah berganti pakaian dan mengenakan sebuah jubah brokat berhiaskan huruf 'shou' dalam lingkaran, lengan bajunya bersulamkan hulu emas yang membelit sebuah ranting, ia sedang mengobrol dengan seorang nyonya berpakaian mewah di sampingnya.
"Para hadirin semua!", Jin Yuanbao berseru dengan lantang. Begitu mendengar suaranya, Nyonya Jin menghentikan langkahnya, lalu berpaling dan melihat ke arahnya. Jin Yuanbao mengambil sebuah cawan arak, memberikannya pada Nyonya Jin, lalu berbalik dan mengambil sebuah cawan arak lain, setelah itu, Yu Qilin dan yang lainnya membagibagikan cawan arak dengan teratur. Jin Yuanbao mengangkat cawan araknya tinggi-tinggi dan berkata.
"Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku, kalian para tamu yang terhormat bersedia meluangkan waktu untuk datang di tengah kesibukan kalian, aku Jin Yuanbao sangat berterima kasih; saat ini Yang Mulia memerintah dengan bijak, berkat karunia langit, keluarga Jin kami dan para hadirin semua dapat menikmati kemakmuran dan kedudukan tinggi, kalau tidak hari ini tak akan ada perayaan ulang tahun yang begitu meriah! Sulit dilukiskan bagaimana semua orang di Wisma Jin kami begitu tersentuh. Sekali lagi kami undang kalian semua minum cawan ini, dengan demikian semoga Yang Mulia selalu sehat walafiat dan Negara Ming Agung kita makmur!"
Nyonya Jin tak mengerti kenapa ia hendak bersulang, namun begitu mendengar Jin Yuanbao berkata demikian, dengan bersemangat ia mengangkat cawannya sambil tersenyum, lalu berkata.
"Tepat sekali! Silahkan kalian semua minum secawan arak ini untuk bersyukur atas kebaikan langit!"
Para hadirin tentu saja tak berani mengabaikan formalitas seperti itu, bahkan mereka yang sedang makan dan yang sedang bersiap untuk meninggalkan tempat perjamuan berbalik, lalu mengangkat cawan dan meminum isinya.
Jin Yuanbao menghembuskan napas lega, lalu sambil tersenyum ia berkata.
"Silahkan kembali menikmati makanan kecil!"
Para hadirin mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Setelah itu, para gadis pelayan menghidangkan buah persik dan kue-kue.
Jin Yuanbao memberi beberapa perintah pada para pelayan di sekitarnya, lalu baru berbalik dan berlalu.
Begitu ia berbalik, senyum di wajahnya langsung membeku.
Dengan kening berkerut, ia bergegas menuju ke dapur.
Saat itu dapur telah penuh orang dan dalam keadaan kacau balau, dilihat dari kejauhan, mirip seperti lokasi tempat terjadinya kejahatan, keadaan ini membuat Jin Yuanbao sangat terkejut.
"Apa yang kalian lakukan!", sambil mengerutkan dahinya Jin Yuanbao masuk lewat pintu. Dengan lemas A Fu mengangkat kepalanya dan memandangnya, dengan gelisah ia berkata.
"Shaoye, barusan ini A Fu ketakutan sampai kakiku lemas, mohon maaf karena sekarang aku tak bisa bangkit untuk menyambut anda!"
Gu Zhangfeng menyangga tangan kirinya yang lemas dengan tangan kanannya.
"Yuanbao, pergelangan tanganku keseleo". Yu Qilin tiba-tiba ambruk ke dalam pelukan Jiang Xiaoxuan. Melihat keadaan itu, Jin Yuanbao tak dapat menahan dirinya untuk tak tertawa.
"Rasakan akibatnya. Jamuan ulang tahun belum selesai, ikut aku kembali!"
"Kau......"
Dari pelukan Jiang Xiaoxuan Yu Qilin menatapnya, akan tetapi ia sudah tak punya tenaga untuk berdebat dengan Jin Yuanbao, sekujur tubuhnya sangat lelah hingga hampir ambruk.
Begitu pelayan wanita yang bertugas mengurus gudang bahan makanan melihat Jin Yuanbao datang, ia langsung berlutut di hadapannya, sambil menangis memilukan ia berkata.
"Shaoye dan shao furen, aku si nenek ini bersumpah demi langit bahwa badou itu bukan berasal dari dapur kami. Sejak shao furen menugaskanku untuk mengurus gudang bahan makanan, aku menjaganya siang malam, bahkan kucing pun tak bisa masuk ke dalamnya, apalagi orang luar. Bahkan ketika nona sepupu hendak masuk untuk melihat-lihat pun, aku tak mengizinkannya masuk....."
Begitu mendengar perkataannya itu, Gu Zhangfeng mengerutu pada dirinya sendiri.
"Akan tetapi aku juga tak bisa mengambil badou sendiri dan memasukannya ke dalam panci. Qianqian lah yang melihatku memasak bubur itu!"
Ada Liu Qianqian juga? Yu Qilin perlahan-lahan memicingkan matanya, lalu mendadak melompat bangkit.
"Untuk apa kau pergi?", tanya Jin Yuanbao. Yang menjawab pertanyaannya hanya sosok Yu Qilin yang dengan cepat berlalu. Yu Qilin benar-benar geram, ia langsung menerjang ke tengah jamuan ulang tahun, lalu menarik Liu Qianqian secara paksa ke sebuah sudut sepi di luar aula. Liu Qianqian berusaha dengan sekuat tenaga mengibaskan tangan Yu Qilin seraya berkata dengan gusar.
"Apa yang kau lakukan?"
"Apa yang kulakukan? Dalam hati kau tahu persis apa yang kau lakukan!"
"Aku....."
Liu Qianqian merasa agak takut ketahuan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Masih tak mengaku juga!", sambil berkacak pinggang, Yu Qilin memandang Liu Qianqian dari atas sampai ke bawah, matanya terpaku pada gelungnya yang tak ada perhiasannya.
"Mana tusuk konde mutiaramu?"
Secara naluriah Liu Qianqian menjulurkan tangannya untuk meraba gelungnya, lalu segera menariknya kembali, sambil mendongak ia berkata.
"Kata siapa hari ini aku memakai tusuk konde mutiara?"
Yu Qilin tertawa sinis, ia mengepalkan tangannya dan melambailambaikannya di hadapan Liu Qianqian.
"Mengaku sajalah! Ketika aku hampir jatuh ketika menari, kau pikir aku tak tahu bahwa kau mengurai tusuk konde mutiaramu untuk mencelakaiku? Aku sudah memungut mutiara-mutiara itu, di seluruh wisma ini hanya kau yang mempunyai mutiara merah jambu! Mutiara pemberian nyonya itu kau pamerkan sepanjang hari!"
"Omong kosong, aku sayang pada mutiara merah jambu itu, yang kuuraikan jelas-jelas mutiara yang berwarna kuning ----"
Liu Qianqian tiba-tiba menutupi mulutnya.
"Bukankah ini namanya pengakuan sukarela?"
Yu menatapnya sambil tersenyum namun tak tersenyum. Qilin Wajah Liu Qianqian memerah, matanya memandang ke angkasa, wajahnya nampak kebingungan.
"Aku tak mau bertengkar denganmu tentang masalah ini!"
Yu Qilin berjalan mendekatinya beberapa langkah, lalu menggertakkan giginya dan berkata.
"Masih ada badou yang dimasukkan ke dalam bubur, apakah ini juga perbuatan nona sepupu?"
Liu Qianqian terkejut, wajahnya menjadi masam.
"Apakah kau hendak memfitnahku memasukkan badou ke dalam bubur?"
"Memfitnahmu?", dengan sikap menghina, Yu Qilin mencibir.
"Kata orang-orang dapur, satu-satunya orang yang berkeliaran di dapur hanya kau seorang, kau ingin melihat-lihat gudang bahan makanan, tapi penjaganya tak mengizinkanmu masuk, lalu kau berputar dan pergi ke sisi Gu Zhangfeng yang sedang membuat bubur ---- coba katakan, selain kau ada siapa lagi di sana?" Hal ini......hati Liu Qianqian terkesiap, ia memikirkan semua yang telah terjadi, lalu tersenyum sinis dan berkata.
"Mana buktinya?"
Mendengar perkataannya, Yu Qilin mengangkat alisnya. Melihat raut wajah Yu Qilin, hatinya terasa agak jeri, ia segera merapikan pakaiannya, melirik Yu Qilin, lalu tertawa sinis dan berkata.
"Memangnya kenapa kalau aku pergi ke dapur? Memangnya kenapa kalau aku menanyai penjaga gudang bahan makanan? Memangnya kenapa kalau aku melihat Gu Zhangfeng memasak bubur? Aku adalah keponakan bibiku, apakah kalau bibiku berulang tahun, aku tak boleh ikut mengurusnya? Siapa yang melihatku memasukan obat ke dalam bubur? Ayo adukan masalah ini bersamaku!"
Tiba-tiba Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa, pertanyaan yang datang bertubi-tubi itu seketika itu juga membuatnya tak bisa menjawab, benar, memang tak ada buktinya.....lagipula, kalau Liu Qianqian masuk ke dapur, hal itu memang sudah sepantasnya.....
Yu Qilin sangat kebingungan, akan tetapi ia tak dapat berbuat apa-apa, maka ia hanya dapat berkata dengan geram.
"Anggap saja kau beruntung, tak ada orang yang melihatmu memasukkan obat dengan mata kepalanya sendiri, tapi ingat, mutiaramu itu berada dalam tanganku! Lain kali kalau kau berani membuatku susah lagi, jangan salahkan aku kalau aku mengungkapkan semua perbuatanmu!"
Setelah berbicara, ia berbalik dan pergi.
Melihat sosok Yu Qilin berlalu, api kemarahan dalam mata Liu Qianqian semakin berkobar-kobar, ia perlahan-lahan mengepalkan tangannya hingga kukunya yang tajam menusuk dagingnya, namun ia seakan tak merasakannya.
Tepat pada saat itu, beberapa kereta kuda berhenti di depan pintu gerbang Wisma Jin.
Salah satu diantaranya sangat megah.
Dari sebuah kereta di belakangnya, seorang pengurus rumah tangga dengan lincah meloncat turun dan berjalan dengan cepat ke pintu gerbang Wisma Jin.
Ketika penjaga pintu melihat kereta yang megah itu, ia tahu bahwa tamu ini adalah seorang tamu kehormatan, ia tak berani berayal dan segera menjura seraya bertanya.
"Mohon tanya, anda berasal dari wisma mana? Xiaode akan segera menyampaikannya". Pengurus rumah tangga itu tersenyum dengan sikap biasa, tak angkuh dan juga tak merendahkan diri.
"Maaf telah merepotkanmu. Kami adalah orang tua nyonya muda wismamu yang terhormat, Nyonya Jiang dari Wisma Menteri Besar Jiang di Nanjing secara pribadi datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun!"
"Lapor kepada furen, kereta Nyonya Menteri Besar telah tiba", seorang pelayan datang melapor sambil berlari-lari kecil. Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin sangat terkejut sekaligus girang, ia segera berdiri.
"Cepat, cepat persilahkan beliau masuk!"
Selagi ia berbicara, nampak seorang nyonya berusia sekitar empat puluh tahun, tangannya bertumpu di bahu seorang gadis pelayan, dengan perlahan-lahan ia melangkah maju, ialah istri Menteri Besar Jiang, Nyonya Jiang.
Wajah Nyonya Jiang berpotongan seperti telur bebek, raut wajahnya berwibawa, ia mengenakan baju berwarna ungu tua, di bawah pakaiannya yang berlapis-lapis samar-samar nampak roknya yang berwarna biru muda, rambutnya yang hitam legam dengan mahir digelung menjadi sebuah sanggul bergaya duoma, kecuali sebuah tusuk konde burung hong dan bunga peoni emas yang tertancap di sanggulnya, ia tak memakai perhiasan lain.
Nyonya Jin bergegas menyambutnya.
"Qingjia melangkah ke depan , silahkan masuk!"
Untuk "Qingjiamu terlalu sungkan!", Nyonya Jiang membalas penghormatannya, ia mengandeng tangan Nyonya Jin dan mereka berdua pun dengan saling mengandeng masuk ke ruang perjamuan.
Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin yang baru kembali melihat kejadian itu dan begitu terkejut hingga wajah mereka pucat pasi, mereka pun segera menyelinap pergi.
"Qingjia telah sudi datang dari jauh, laoshen sangat tersanjung", Nyonya Jin menepuk tangan Nyonya Jiang sambil tersenyum.
Nyonya Jiang tersenyum ramah dan berkata.
"Furen terlalu melebih-lebihkan, adiklah yang seharusnya terlebih dahulu datang berkunjung, namun apa daya jaraknya sangat jauh, dan aku pun agak sakit, sehingga kunjungan tertunda, namun akhirnya aku tiba juga pada waktu yang tepat".
"Apakah kesehatan qingjia......", wajah Nyonya Jin penuh rasa khawatir. Nyonya Jiang tersenyum dan berkata.
"Hanya masuk angin saja, sekarang sudah pulih sepenuhnya".
"Bagus sekali kalau begitu. Aku akan mengajakmu menemui menantu lelakimu". Selagi berbicara, Nyonya Jin memanggil Jin Yuanbao agar maju ke depan. Jin Yuanbao cepat-cepat melangkah maju, lalu dengan anggun menghormat.
"Xiaoxu menghadap ibu mertua". Penampilan Jin Yuanbao gagah dan anggun, sebagai seorang mertua secara alamiah Nyonya Jiang makin suka pada menantunya itu, ia pun segera tersenyum dengan girang.
"Benar-benar tampan, Xiaoxuanku sangat beruntung". Nyonya Jin cepat-cepat merendah.
"Ah, tidak. Xiaoxuan baik hati dan berbudi luhur, Yuanbao kami sungguh beruntung dapat menikahinya, kami harus berterima kasih padamu yang telah membesarkan seorang wanita yang baik. Ai, Yuanbao, mana Xiaoxuan?"
Mendengar perkataannya, Jin Yuanbao memandang ke sekelilingnya, lalu berkata.
"Tadi ia berada di sini, tapi lalu tak terlihat. Mungkin ia sedang mengerjakan sesuatu".
"Mengerjakan apa? Cepat ajak dia menemui ibunya".
"Baik!"
Namun saat ini, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan sedang bersembunyi di sebuah sudut di luar sambil berunding.
"Kenapa dia bisa sampai datang, padahal sudah jelas-jelas berkata tak akan datang!", Yu Qilin merasa amat tertekan. Jiang Xiaoxuan pun sangat cemas.
"Aku benar-benar tak menduga bahwa ia akan tiba-tiba datang seperti ini, kita semua sama sekali tak sempat bersiap-siap!"
"Habislah, habislah! Kali ini kita benar-benar habis!"
Wajah Xi er pucat pasi, ia berlari menghampiri mereka dengan panik. Tepat pada saat ini, bencana datang! Dengan kesal Yu Qilin meliriknya.
"Cepat cari akal, kita tak bisa diam saja menunggu maut". Dengan nada menyalahkan Xi er berkata.
"Kau masih punya akal apa? Jangan salahkan aku!" "Xi er, tutup mulut!", dengan suara pelan Jiang Xiaoxuan menegurnya.
"Karena kita akan mati, bicara apapun tak ada gunanya lagi". Dari kejauhan, mendadak terdengar suara Jin Yuanbao.
"Xiaoxuan! Xiaoxuan!"
Wajah ketiga wanita itu makin tegang.
"Celaka! Jin Yuanbao datang mencari kita", Jiang Xiaoxuan mencari-carinya.
"Kita harus cepat- cepat bersembunyi!"
Yu Qilin mengambil keputusan. Xi er menghentakkan kakinya.
"Kita tak bisa selamanya bersembunyi! Kali ini kita benar-benar akan mati!"
Jiang Xiaoxuan memandang sosok yang makin lama makin dekat itu, pikirannya sangat bingung.
"Adik, kita tak punya waktu, kalau kita melarikan diri, nyonya besar akan curiga". Suara Jin Yuanbao makin lama makin dekat! "Ah!", dengan amat ketakutan Xi er berteriak keras-keras, lalu berlari pergi.
"Xi er!", Jiang Xiaoxuan hendak mengejarnya. "Jangan mengejarnya!", Yu Qilin menahannya, melihat bahwa dirinya masih mengenakan kostum tari, ia menemukan sebuah jalan keluar.
"Kita keluar dulu!"
Di perjamuan ulang tahun Wisma Jin.
Nyonya Jin dan Nyonya Jiang sedang mengobrol dengan suara pelan.
Tiba-tiba suara musik berkumandang, di tengah suara musik itu, muncullah dua gadis yang mengenakan kostum tari yang sama, gerakan tarian mereka pun sama, seperti sepasang orang kembar saja, perlahan-lahan mereka melangkah ke hadapan meja tuan rumah sambil menari.
Mereka adalah Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan.
Karena tegang dan tak terbiasa dengan gerakan tarian itu, Yu Qilin tak bisa sepenuhnya menyerasikan gerakannya dengan Jiang Xiaoxuan.
Dengan pandangan matanya, Jiang Xiaoxuan menyemangatinya, dan membiarkannya menari dengan mencontoh gerakannya.
Yu Qilin mengerti maksudnya dan tersenyum, sedikit demi sedikit, gerakannya pun menjadi lancar bagai air mengalir dan awan berarak.
Nyonya Jiang terkejut melihatnya.
Melihat peristiwa itu, Nyonya Jin tersenyum dan berkata.
"Tadi aku berkata bahwa Jiang Xiaoxuan tak kelihatan, ternyata ia sedang mempersiapkan acara khusus ini". Selagi ia berbicara, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan telah menari sampai ke hadapan Nyonya Jin dan Nyonya Jiang. Mereka berdua saling bertukar pandang. Kedua wanita itu serentak mengangkat cawan arak, dengan meminjam gerakan tarian itu, dengan sangat percaya diri mereka bersulang dengan Nyonya Jin. Sambil tersenyum Nyonya Jin mengangkat cawan dan meminum isinya hingga tandas. Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan pun serentak menghadap Nyonya Jiang, dengan serentak mereka mengangkat cawan mereka ke arah Nyonya Jiang. Jiang Xiaoxuan tersenyum manis kepada Nyonya Jiang. Nyonya Jiang mengangkat cawan di tangannya dan menghirup seteguk arak dengan hati-hati. Para hadirin bertepuk tangan. Sambil bergandengan tangan, kedua wanita itu berputar-putar, rok mereka yang bagai salju melayang-layang, sangat mirip dengan sepasang bunga teratai kembar yang sedang mekar. Nyonya Jin memuji.
"Xiaoxuan kalian benar-benar berusaha keras, ia membuat sebuah upacara bersulang yang begitu unik seperti ini". Nyonya Jiang tersenyum kecil.
"Xiaoxuan tak punya kelebihan lain, hanya saja sejak kecil ia suka menari, ia unjuk kebodohan di depan qingjia saja".
"Mana bisa begitu, tariannya sangat bagus, sebelumnya ia sudah menarikan sebuah tarian, mungkin tarian ini khusus dipersiapkan untukmu". Saat itu, Jin Yuanbao telah tiba kembali di aula perjamuan, ia datang tepat pada waktunya sehingga dapat menyaksikan tarian berpasangan Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan itu. Dengan meminjam gerakan tarian, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan menjauhi meja tuan rumah sambil menari.
"Untung saja kau dapat memikirkan akal seperti ini", Jiang Xiaoxuan menghembuskan napas lega dan berbisik.
"Keadaan genting di depan mata ini telah terlampaui, namun kesulitan masih berada di depan kita", Yu Qilin mengerutkan keningnya. Mereka berdua berbisik-bisik sambil menuju ke sebuah sudut sambil menari, mereka berencana untuk diam-diam menyelinap pergi. Tak nyana, Nyonya Jin mendadak menghentikan mereka.
"Cepatlah kemari bersama Xue er untuk menghadap ibumu". Seketika itu juga, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan tertegun, mereka memaksa diri mereka untuk mendekat, lalu berlutut dengan berpasangan, untuk beberapa lama, mereka menunduk tanpa berkata apa-apa. Nyonya Jin memandang mereka berdua, lalu bertanya dengan bimbang.
"Kenapa kalian berdua tak berkata apa-apa?"
Ketika mendengar perkataan itu, mereka berdua menunduk semakin dalam, mereka makin tak berani bersuara lagi, saling memandang dengan putus asa.
"Xiaoxuan, Xiaoxuan, kau kenapa?", Nyonya Jiang pun merasa agak heran. Mereka berdua menunduk semakin dalam, dengan curiga Nyonya Jiang membungkuk dan memperhatikan Yu Qilin, Yu Qilin menunduk untuk menghindari pandangannya, Nyonya Jin pun kembali melihat ke arah Jiang Xiaoxuan, namun Jiang Xiaoxuan juga menghindar. Karena tak bisa menghindar lagi, Yu Qilin pun memaksa dirinya untuk membuka mulut.
"Xiaoxuan menghadap ibu!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa katamu?!", dengan sangat terkejut Nyonya Jiang menatap Yu Qilin, setelah tertegun untuk beberapa lama, ia kembali memandang Jiang Xiaoxuan yang terus menunduk tanpa berani berkata apa-apa.
"Angkat kepalamu". Jiang Xiaoxuan perlahan-lahan mengangkat kepalanya, setelah memandangnya untuk beberapa saat, Nyonya Jiang tiba-tiba mengebrak meja dan berkata.
"Sebenarnya apa yang terjadi?" Tepat pada saat itu, dari mulut pintu terdengar suara seseorang melapor.
"Kereta Pangeran Kedua telah tiba!"
Mendengar laporan itu, Nyonya Jiang memandang Nyonya Jin, ia amat terkejut.
Seketika itu juga, Pangeran Kedua yang membawa serombongan orang melangkah masuk, begitu melihatnya, Nyonya Jin segera membawa semua orang maju untuk menghormat, ia memperkenalkan mereka satu persatu, lalu mereka pun memberikan penghormatan dengan hati-hati.
"Beliau adalah besan hamba, Nyonya Menteri Besar Jiang, Nyonya Jiang baru datang hari ini". Nyonya Jiang menjura menghormat, lalu dengan ramah berkata.
"Hamba menghadap Pangeran Kedua. Hamba beruntung bahwa begitu datang di ibu kota, hamba langsung dapat bertemu dengan Yang Mulia". Sang Pangeran Kedua memandang kedua nyonya itu, lalu tibatiba tersenyum.
"Baik, baik. Kalian Nyonya Jiang dan Nyonya Jin yang berbesan sulit bertemu muka, sayang sekali kalian menjadi terganggu karena aku mendadak muncul". Nyonya Jin mengerutkan keningnya, namun ia bersikap biasa, tak angkuh namun juga tak merendahkan diri.
"Yang Mulia bergurau saja. Ini putra hamba, Jin Yuanbao". Jin Yuanbao segera maju dan menjura. Sang Pangeran Kedua menariknya hingga bangkit, sinar dingin berkelebat di matanya, namun dalam sekejap mata sinar dingin itu menghilang.
"Bukuai sakti muda Jin Yuanbao, aku sudah lama mendengar tentangmu". Setelah berbicara ia berpaling ke arah Yu Qilin, rasa kagum muncul dengan sekilas di wajahnya.
"Nona ini tentunya adalah putri keluarga Jiang yang dianugerahi gelar Jin Yu Liang Yuan oleh Yang Mulia Kaisar sendiri?"
Yu Qilin yang menjadi pusat perhatian semua orang mau tak mau mengangkat kepalanya, dengan tegang ia secepat kilat melirik Jiang Xiaoxuan, namun Jiang Xiaoxuan menghindar dan tak menyambut pandangan matanya. Nyonya Jin tersenyum dan berkata.
"Dia memang menantu hamba, Jiang Xiaoxuan". Bagaimana ini? Kalau Pangeran Kedua sampai tahu bahwa Yu Qilin berpura-pura menikah sebagai Jiang Xiaoxuan, tak hanya kepala Yu Qilin yang akan menggelinding, keluarga Jiang dan Jin pun tak akan dapat mengelak! Keringat dingin Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan mengalir dengan deras. Di dalam aula itu, muncul suatu keheningan yang aneh. Tiba-tiba, Nyonya Jiang berpaling dan menarik Yu Qilin, lalu tersenyum lembut dan berkata.
"Xiaoxuan, hari ini adalah hari ulang tahun ibu mertuamu yang kelima puluh, Yang Mulia pun sudi datang secara pribadi, kau harus berkata dan bertindak dengan hati-hati, serta mengurus jamuan ulang tahun dengan baik". Pandangan matanya yang tajam menyapu Yu Qilin, dan sama sekali tak memandang Jiang Xiaoxuan. Nyonya Jiang tersenyum dengan ramah, namun Yu Qilin merasakan tekanannya yang mengancam, ia pun cepat-cepat berlutut untuk menghormat.
"Baik". Melihat kejadian itu, Nyonya Jin tersenyum, lalu berpaling mencari seseorang, setelah itu ia melirik Liu Wenchao yang dengan tenang menunggu di sampingnya.
"Ini adalah keponakan hamba yang sekarang menjabat sebagai pengurus rumah tangga wisma ini, Liu Wenchao". Liu Wenchao menunduk dalam-dalam untuk menghormat.
"Hamba menghadap Yang Mulia". Sang Pangeran Kedua melihat Liu Wenchao membungkuk, namun untuk beberapa saat ia tak memanggil namanya. Nyonya Jin merasa heran dan dengan cepat menyapukan pandangannya ke arah Pangeran Kedua. Pangeran Kedua sepertinya tiba-tiba tersadar.
"Ah, Liu Wenchao, Liu Wenchao, silahkan bangkit, silahkan bangkit. Entah kenapa wajah dan sikap Liu Wenchao ini sepertinya sudah akrab denganku. Selain itu kulihat Liu Wenchao pun berdiri jauh-jauh dengan wajah yang sepertinya enggan menghormat padaku, untuk sesaat aku kebingungan, ternyata ia tak tahu adat!" Liu Wenchao menunduk dan berkata dengan pelan.
"Xiaoren tak berani. Xiaoren hanya merasa bahwa kedudukan xiaoren rendah, oleh karenanya xiaoren tak berani dengan sembarangan muncul di hadapan Yang Mulia". Setelah berbicara ia hendak mundur, namun sang pangeran menyuruhnya untuk berhenti.
"Karena aku sudah berkata bahwa kau nampak akrab, kau harus berada di sisiku untuk melayaniku". Menghadapi keadaan itu, Liu Wenchao terpaksa menunduk dengan sopan dan hati-hati.
"Apakah Yang Mulia hendak berganti pakaian? Mohon ikuti xiaoren". Mendengar perkataannya, sang Pangeran Kedua menganggukangguk, lalu keluar mengikuti Liu Wenchao, para hadirin merasa agak lega, namun masih tak berani mengendurkan kewaspadaan mereka. Dengan suara rendah, Nyonya Jin berkata kepada Nyonya Jiang.
"Qingjiamu, Pangeran Kedua sama sekali tak berhubungan dengan keluarga kami, tapi hari ini ia mendadak datang, benar-benar aneh". Nyonya Jiang mengangguk.
"Bagaimanapun juga, kalau kita sebagai besan merayakan ulang tahun bersama, kita tak bersalah". Setelah berkata, ia menyapukan pandangannya ke arah Jiang dan Yu berdua di belakangnya, sinar matanya sedingin es, setelah itu dengan perlahan ia berkata.
"Asalkan kita tak terkena masalah semua akan baik-baik saja". Dari kejauhan, suara-suara riang gembira dari jamuan ulang tahun terdengar, seakan ada seseorang yang menabuh gong tembikar, nada demi nada, memancar bagai riak air dalam sebuah telaga. Di tengah bayang-bayang pepohonan yang bergoyang-goyang, sambil membungkuk Liu Wenchao mengajak Pangeran Kedua ke balik sebuah gunung-gunungan di taman bunga Wisma Jin, setelah mengawasi sekelilingnya dengan hati-hati dan seksama, dan melihat bahwa di sekitar tempat itu tak ada orang, ia baru menarik masuk kepalanya.
"Liu Wenchao ----", suara Pangeran Kedua sedingin es dan tajam, bagai suara pedang yang mengores tanah di malam musim dingin. Liu Wenchao berlutut tanpa berkata apa-apa. Sambil menggendong tangan di balik punggung, Pangeran Kedua berjalan mengelilinginya beberapa kali, lalu berkata dengan bengis.
"Liu Wenchao! Pangeranmu ini lama tak mendapatkan kabar dari wisma ini, aku benar-benar merasa rindu, selain itu aku mendengar bahwa hari ini Nyonya Menteri Besar Jiang akan datang, aliansi pernikahan diantara kedua keluarga ini entah akan membicarakan musihat apa, oleh karenanya aku terpaksa datang ke sini hari ini ---- terima kasih atas sambutanmu, apakah Liu Guanjia merasa sangat tak senang?"
"Xiaoren tak berani!", Liu Wenchao menundukkan kepalanya. "Pangeranmu ini sudah bertahun-tahun melakukan usaha besar untuk meraih tampuk kekuasaan, usaha ini tak dapat dilakukan tanpa uang dan pabrik senjata keluarga Jin. Kau putra keluarga yang telah kehilangan kedudukan ini berkata dapat membantuku. Aku menghargai ambisimu, maka aku memberimu beberapa tugas, tapi kau malahan mengecewakanku ---menurutmu, apakah kau yang tak becus, atau kesetiaanmu yang terbatas?"
Sinar mata Pangeran Kedua bagai angin dingin yang mengores wajah Liu Wenchao, kulitnya samar-samar terasa nyeri.
Ia menggertakkan giginya dan berusaha sekuat tenaga untuk mengangkat kepalanya, beradu pandang dengan Pangeran Kedua, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.
"Yang Mulia berpandangan tajam, kesetiaan xiaoren kepada Yang Mulia boleh diuji!"
Pangeran Kedua tertawa sinis, ia menekan kepala Liu Wenchao keras-keras.
Kepala Liu Wenchao membentur lantai batu, mulutnya penuh lumpur, namun ia tak berani bergerak.
Pangeran Kedua mengangkat sepatu bot lunaknya dan menginjak pipi Liu Wenchao, lalu dengan perlahan mengilasnya dengan sepatu botnya itu.
"Pangeranmu ini belum selesai berbicara ---- bukankah kau berpikir bahwa hati pangeran ini lunak dan tak mungkin menyentuh kau si pengurus rumah tangga yang sepele ini?" Walaupun lantai itu dingin, namun tak lebih dingin dari hati Liu Wenchao, akan tetapi ia tetap tenang. Ia hanya memasang tampang bersungguh-sungguh dan berusaha sebisanya membela diri.
"Yang Mulia, pabrik senjata keluarga Jin dijaga ketat, xiaoren tak berani lalai dan telah menggunakan segala cara, siang malam bermuslihat demi Yang Mulia! Hanya saja urusan ini sangat penting, mohon agar Yang Mulia memberi xiaoren kesempatan untuk perlahan-lahan melaksanakannya dengan baik!"
Perlahan-lahan melaksanakannya?! Pangeran Kedua menambah kekuatan kakinya.
"Tapi aku tak bisa menunggumu perlahan-lahan melaksanakannya! Pangeranmu ini jelas menginginkan Jin Yuanbao dan tanda otoritas pabrik senjata, kalau tidak......"
Ia tertawa dingin, lalu menunduk dan berkata.
"Sebentar lagi Yang Mulia Kaisar akan mangkat, dan putra mahkota akan naik tahta, aku pun akan menjadi majikan diriku sendiri, akan tetapi kau pasti akan mati". Setelah berbicara, ia perlahan-lahan menarik kembali kakinya yang menginjak kepala Liu Wenchao.
"Baik, baik!", dengan susah payah Liu Wenchao merayap bangkit. Tiba-tiba, dari luar gunung-gunungan terdengar sebuah suara, Pangeran Kedua terkejut. Tanpa menyeka mukanya, Liu Wenchao langsung memburu keluar dari gunung-gunungan itu. Xi er sedang bersandar di dinding luar gunung-gunungan itu, rupanya ia begitu ketakutan hingga kakinya lemas, sekarang ia pun tiba-tiba melihat Liu Wenchao yang wajahnya penuh lebam dan lumpur, maka ia makin ketakutan sehingga sukmanya seakan melayang ke langit. Ia hanya dapat menggeleng-geleng dengan sekuat tenaga tanpa berani bersuara, dan menggunakan pandangan matanya untuk memohon belas kasihan pada Liu Wenchao. Sinar mata Liu Wenchao berkilauan, ia menyapukan pandangan matanya ke sekeliling mereka, lalu menjambak rambut Xi er dan menyeretnya ke dalam gunung-gunungan. Dengan pelan ia berkata.
"Hanya seorang gadis pelayan, tak ada orang lain. Xi er, apa yang kau dengar? Katakanlah!"
Tubuh Xi er gemetar.
"Aku, aku tak mendengar apapun!"
Pangeran Kedua menghembuskan napas lega, dengan bengis ia memperhatikan Xi er. Seakan lumpuh, Xi er terjatuh ke lantai, ia menggigil ketakutan. Melihatnya, Liu Wenchao berkata kepada Pangeran Kedua.
Masalah Di Teluk Pollensa Problem At Jaka Sembung 15 Raja Sihir Dari Kolepom Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama