Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 15

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 15



"Gadis pelayan ini adalah pekerja serabutan di wisma ini, ia pasti tak akan bicara sembarangan. Kalaupun ia tak bisa menutup mulutnya, tak ada orang yang akan percaya padanya". Dengan sangat perlahan, Pangeran Kedua mengalihkan pandangan matanya dari Xi er ke arah Liu Wenchao.

"Oh ya? Sepertinya aku pernah memberitahumu tentang mulut orang1166 orang macam apa yang harus ditutup. Apa kau sudah melupakannya?"

Liu Wenchao agak bimbang.

"Tapi......"

Pangeran Kedua tertawa kecil.

"Bukankah kau selalu setia pada pangeranmu ini?"

Xi er tak memahami makna pembicaraan mereka, namun begitu ia melihat Liu Wenchao berjalan ke arahnya sambil menggertakkan gigi, ia langsung tersadar.

Ia begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, lalu cepat-cepat berlutut dan memeluk kaki Liu Wenchao untuk memohon belas kasihan.

Akan tetapi, Liu Wenchao turun tangan dengan secepat kilat, seketika itu juga, ia mencengkeram leher Xi er, lalu sambil memejamkan mata, ia mengerahkan tenaganya.

Dengan tak berdaya tangan Xi er mendorong sepasang tangan Liu Wenchao, lalu dengan suara yang sulit dikenali ia berkata.

"Mohon.....kau, katamu....."

Dari tenggorokannya keluar suara tercekik, ia masih memandang Liu Wenchao dengan wajah memohon yang mengibakan.

Liu Wenchao menggertakkan giginya, ia hampir saja berpaling, dan tak menyadari bahwa cincin di tangannya perlahan-lahan terjatuh ke dalam genggaman Xi er.

Sambil melihat kejadian itu, Pangeran Kedua bersandar pada gunung-gunungan dan dengan enteng melontarkan sebuah perkataan.

"Kata orang, kita tak boleh bertukar pandang dengan orang yang sedang sekarat, entah Liu Wenchao percaya atau tidak pada perkataan ini?"

Mendengar perkataannya itu, Liu Wenchao hanya dapat mengertakkan giginya, raut wajahnya yang nampak iba perlahan-lahan berubah menjadi bengis, di bawah lapisan keringat dingin dan lumpur, matanya terbuka lebar-lebar memandang sepasang mata Xi er yang mohon belas kasihan, ia pun mengerahkan tenaga ke tangannya.

Rasa putus asa muncul dalam pandangan mata Xi er, rasa tak terima, dan rasa takut pun muncul, lalu rasa takut itu menghilang dan akhirnya ia menjadi tenang, ia melepaskan pegangan tangannya dan tak lagi meronta-ronta.

Perlahan-lahan, mata Xi er terbalik, napasnya terputus.

Akan tetapi Liu Wenchao masih mencengkeram leher Xi er, ia sendiri juga meraung dengan parau seperti seekor binatang buas.

Pangeran Kedua memandangnya sambil memicingkan mata, lalu maju dan menendang kaki Liu Wenchao dengan pelan.

"Sudah cukup, dia sudah mati, cari akal untuk menguburnya, lalu rapikan dirimu ---- pangeranmu ini harus minta diri!"

Liu Wenchao mengambil sebuah langkah, namun tak bergeming, ia memandang wajah Xi er yang pucat pasi, dalam pandangan matanya nampak sinar buas dan kejam, lalu perlahan-lahan ia menjadi tenang.

Setelah Pangeran Kedua berlalu, Liu Wenchao menyeret mayat Xi er ke sebuah sudut gelap, lalu pergi.

Cincin yang berada dalam genggaman Xi er ikut terseret dan terjatuh ke tanah, namun suaranya sangat pelan dan tak ada orang yang memperhatikannya.

Semua orang lelah karena telah sibuk sepanjang hari, setelah melepas tamu-tamu jamuan ulang tahun, mereka segera pergi tidur, seluruh wisma sunyi senyap.

Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin bersama-sama pergi ke depan kamar tamu yang didiami Nyonya Jiang, mereka melihat bahwa pintu tak terkunci dan di dalam kamar nampak seberkas cahaya lentera, seakan ada seseorang yang sedang menunggu mereka.

Mereka berdua saling memandang, saling mengenggam eraterat tangan masing-masing, lalu mendorong pintu hingga terbuka.

Nyonya Jiang menggenakan pakaian sehari-hari, ia duduk di bangku empuk dari kayu pir di samping jendela, kepalanya menunduk dan ia sedang menghirup teh dengan santai.

Mereka berdua kembali saling berpandangan, maju ke depan, lalu berdiri di hadapan Nyonya Jiang sambil menunduk tanpa berani memandangnya.

Namun Nyonya Jiang tak tergesa-gesa, ia masih menghirup teh dengan perlahan, setelah menikmati setengah cawan teh itu, ia baru meletakkannya itu dengan perlahan.

Melihatnya, Jiang Xiaoxuan maju dan memanggilnya dengan lirih.

"Ibu -----". Nyonya Jiang menamparnya. memandangnya, lalu tiba-tiba berdiri dan Jiang Xiaoxuan terhuyung-huyung sambil menutupi wajahnya, Yu Qilin cepat-cepat maju ke depan untuk membantunya, lalu berkata dengan geram.

"Kenapa kau memukulnya?!"

Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menghentikan Yu Qilin, ia menggeleng dan berkata.

"Aku memang sudah sepantasnya menerimanya". Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jiang menghela napas, ia perlahan-lahan duduk, lalu memandang Jiang Xiaoxuan dengan pandangan yang sedingin es.

"Memang kau pantas menerimanya. Bagaimana aku bisa tahu bahwa putri keluarga Jiang kami bisa begitu tak tahu malu, begitu berani dan gegabah!"

Setelah berbicara, ia mengalihkan pandangannya ke arah Yu Qilin.

"Siapa kau? Kulihat hari ini di jamuan ulang tahun kau berusaha untuk menjadi pusat perhatian. Sayang sekali, dengan sekali pandang dapat diketahui bahwa kau adalah seorang gadis desa dari kalangan rakyat jelata, lucu sekali bahwa besanku itu ternyata tertipu olehmu. Kau juga beraniberaninya menganggap dirimu seekor burung hong!"

Semakin galak sikap Nyonya Jiang, Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin malahan semakin tenang. Dahi Jiang Xiaoxuan agak berkerut, namun dengan lirih ia berkata dengan tenang.

"Sekali ini anak memang telah bertindak dengan gegabah, anak tak mau dijadikan alat untuk menjalin aliansi politik olehmu dan ayah. Demi kebahagianku sendiri, aku memberanikan diri untuk melarikan diri dari pernikahan itu. Kalau anda mengatakan bahwa aku tak tahu malu, anak akan menerimanya". Nyonya Jiang memperhatikan Jiang Xiaoxuan dengan seksama, lalu tertawa sinis.

"Apa kau mencari-cari alasan? Aku tak mau menuruti omong kosongmu, kau jelas-jelas putri keluarga Jiang kami, mau atau tak mau, kau harus menjadi alat untuk menjalin aliansi diantara kedua keluarga kita. Malam ini kau harus tinggal bersamaku, besok, kau dan gadis desa ini harus kembali ke kedudukan kalian masing-masing".

"Ibu......", Jiang Xiaoxuan mengumpulkan keberaniannya.

"Karena keadaan sudah terlajur seperti sekarang, kami tak dapat kembali ke kedudukan masing-masing, anda juga tak akan berani melakukannya". Nyonya Jiang memandang Jiang Xiaoxuan, sinar matanya menjadi lebih dingin.

"Aku tak berani melakukannya?"

"Pernikahan ini adalah pernikahan yang dianugerahkan oleh kaisar, berpura-pura menikah adalah suatu kejahatan yang melibatkan keluarga sampai derajat kesembilan, kalau sampai terungkap, hal ini sama sekali tak menguntungkan bagi anda". Mendengar perkataannya itu, seketika itu juga Nyonya Jiang naik pitam, ia langsung menamparnya.

"Kau membahayakan hidup seluruh keluarga Jiang!"

Karena terkena tamparan itu, Jiang Xiaoxuan mundur beberapa langkah, lalu perlahan-lahan berhenti dan kembali mengambil dua langkah ke depan, setelah itu, dengan sangat tenang ia menengadah.

"Selain itu masih ada hidupku sendiri". Nyonya Jiang memicingkan matanya, lalu tersenyum, nada bicaranya mendadak menjadi lembut.

"Kau bocah ini bicara sembarangan! Kejahatan menipu kaisar apa? Wisma Jiang kita dan keluarga Jin dikelabuhi orang! Aku tinggal dengan diamdiam meracuni gadis kampung yang merebut jodoh putriku ini, setelah itu tinggal kau, Jiang Xiaoxuan, yang walaupun harus diikat di Wisma Jin, akan mati di Wisma Jin!"

Yu Qilin yang selama itu menonton dengan dingin maju ke depan.

"Apakah kau berani melakukannya? Menurutku kau tak akan berani. Kalau kau berani, kenapa hari ini di aula kau tak mengatakannya? Apa karena kau takut pada Pangeran Kedua? Xiaoxuan memberitahuku bahwa aliansi pernikahan ini ditujukan untuk memperkuat pengaruh putra mahkota. Aku tak perduli pada perselisihan diantara kalian para tokoh penting ini, tapi hari ini aku menari dan telah disaksikan oleh ratusan tamu, bahkan Pangeran Kedua pun melihatnya. Kalau kau ingin meracuniku, terserah, tapi aku tak percaya bahwa setelah itu kau akan dapat membela dirimu". Setelah Yu Qilin selesai berbicara dengan lantang, dengan tenang ia menunggu reaksi Nyonya Jiang. Sambil memicingkan matanya, Nyonya Jiang mendengarkannya sampai ia selesai berbicara, lalu ia malahan dengan santai bersandar ke belakang dan duduk dengan nyaman. Angin bertiup dari luar jendela, rumbai-rumbai tusuk konde berhiaskan burung hong dan bunga peoni di rambutnya melambai-lambai perlahan, menimbulkan suara merdu yang pelan. Setelah beberapa saat, dengan lembut ia memandang ke arah Yu Qilin, hanya saja pandangan matanya masih sama sekali dingin.

"Kau ini nona dari keluarga siapa? Sikapmu kasar, bicaramu semberono, sepertinya kau bukan berasal dari sebuah keluarga terpandang? Kau telah merebut jodoh Xiaoxuan dari keluarga kami, dan karenanya telah hidup dengan enak untuk beberapa saat, lebih baik kalau kau diam-diam pergi saja. Setelah meracunimu sampai mati, aku dan besanku akan secara pribadi pergi ke istana dan menceritakan kejadian yang sebenarnya pada ibu suri dan dan putra mahkota, demi kepentingan yang lebih besar, mereka pasti akan dapat mengampuni keluarga Jin dan Jiang kami, saat itu, kami masih akan berbesan!"

Mendengar perkataan itu, hati Jiang Xiaoxuan terguncang, namun ia memaksa dirinya untuk tetap tenang dan berkata.

"Ibu, mudah bagimu untuk meracuninya hingga mati, kalau anda hendak menahanku di Wisma Jin pun amat mudah, aku dan dia sekarang hanya daging di atas papan talenan anda, kalaupun melarikan diri, kami tak akan dapat lari jauh. Hanya saja hari ini Pangeran Kedua datang berkunjung, ambisinya sudah nampak jelas, ia pun sudah melihat dan mengenali wajahnya, apakah anda tak merasa bahwa pada saat yang genting itu, Pangeran Kedua tak akan memanfatkan kesalahan besar itu? ---- apakah menurut anda setelah hal ini terungkap, walaupun di hadapan anda ibu suri dan putra mahkota tak menyalahkan anda, mereka akan tetap mempercayai keluarga Jiang seperti dahulu?"

Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jiang terdiam.

Mereka bertiga saling berhadapan, saling memandang dengan putus asa.

Tiba-tiba, Nyonya Jiang mengangkat cawan teh tinggi-tinggi, Jiang Xiaoxuan memejamkan matanya, menunggu kemarahan sang ibu meledak.

Namun tak nyana, Nyonya Jiang perlahan-lahan menurunkan tangannya, lalu perlahan-lahan minum seteguk teh, es dingin dalam matanya seakan perlahan-lahan merekah, namun suaranya masih amat dingin.

"Kau hanya tahu sedikit intrik istana, tapi sudah merasa benar-benar dapat menekanku, seseorang yang sudah puluhan tahun berada di tengah gelombang badai? Keluarga Jiang dan Jin sudah berdiri selama berapa tahun lamanya? Mana bisa dibuat susah oleh gadisgadis ingusan seperti kalian?"

Setelah berbicara, Nyonya Jiang bangkit, lalu langsung masuk ke ruangan dalam. Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin saling memandang dengan putus asa, setelah beberapa saat, mereka terpaksa pergi.

"Akhirnya ibu tirimu tak berkata apa-apa, bukankah ia telah berhasil dibujuk?", dengan bimbang Yu Qilin bertanya. Jiang Xiaoxuan tersenyum getir sambil mengelus pipinya.

"Ia sangat pandai bermuslihat, aku juga tak tahu persis". Melihatnya, Yu Qilin menepuk-nepuk bahunya, ia seakan menyakinkannya, dan juga menyakinkan dirinya sendiri.

"Kau berbicara padaku tentang berbagai intrik istana dan tentang ibu suri dan putra mahkota, setelah mendengarkannya, aku merasa bahwa semuanya itu masuk akal! Apa kau lihat bahwa setelah kau selesai berbicara, ibumu pun tak bisa berbicara untuk beberapa lama?"

Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan menghela napas dengan pelan.

"Walaupun keadaannya memang demikian......kau tak tahu bahwa kawan seperjuangan dapat sewaktu-waktu berubah menjadi musuh, pada dasarnya kita berdua terlalu tak berarti untuk dipikirkan". Ia merendahkan suaranya dan berkata.

"Selain itu ia adalah ibu tiriku, tentu saja ia tak suka padaku, untuk kepentingannya sendiri, ia dapat sewaktu-waktu mengorbankanku". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin mendadak merasa iba.

"Walaupun ibuku juga bukan ibu kandungku, namun ia menganggap hidupku lebih penting dari hidupnya sendiri!" Mereka berdua saling memandang dengan kening berkerut untuk beberapa saat. Sekonyong-konyong Yu Qilin mengayunkan tangannya, lalu dengan jumawa berkata .

"Tak perduli apakah kita menjulurkan kepala kita atau tidak, kita akan tetap ditebas golok, aku tak percaya kalau kita tak bisa melawan ibu tirimu! Besok Nyonya Jin akan menjamu ibu tirimu, besok kita akan maju di perjamuan keluarga itu!"

Langit seakan penuh tinta pekat, sang tersembunyi dibalik lapisan-lapisan awan.

rembulan pun Yu Qilin memandang ke angkasa, sang rembulan yang baru saja nampak terang benderang, sekarang telah diselimuti awan gelap, suasana hatinya yang tadinya sangat baik seakan juga diselimuti awan gelap.

Kebahagiaan saat untuk pertama kalinya mencicipi manisnya cinta saat mempersiapkan jamuan ulang tahun bercampur baur dengan perasaan jeri karena besok identitasnya akan terungkap....

Untuk sesaat, Yu Qilin kebingungan.....

Berpikir sampai disini, langkah kaki Yu Qilin yang sedang berjalan ke Taman Songzhu menjadi lebih cepat, seakan hendak melarikan diri dan juga seakan hendak cepat-cepat bertemu dengannya.

Akan tetapi, ketika ia melihat cahaya lentera di kamar pengantin dan memikirkan orang yang berada di dalamnya, tanpa terasa ia menghentikan langkah kakinya, ia seakan merasa rindu dan jeri sekaligus.

"Tengah malam begini, kau berlari ke mana?"

Sebuah sosok hitam mendadak menerjang ke hadapannya dari samping, seakan menempel pada batang hidungnya.

Yu Qilin tak berjaga-jaga , ketika ia baru saja hendak menjerit kaget, ia mendapati bahwa orang itu adalah Jin Yuanbao yang berwajah masam, maka ia pun menghembuskan napas lega.

Ia teringat pada percakapan di hadapan Nyonya Jiang barusan ini, melihat Jin Yuanbao yang berlagak bersikap dingin namun matanya berbinar-binar, tiba-tiba ia merasa ketegangan yang telah dirasakannya selama setengah hari itu menghilang, akan tetapi ia juga merasa bahwa ia telah melalaikan suatu hal yang terpenting.

Ia menunduk, lalu berkata dengan suara pelan.

"Aku dan Xue er berjalan-jalan dan mengobrol". Jin Yuanbao tertegun, ia tak menyangka bahwa Yu Qilin dapat begitu jinak, hatinya merasa senang, maka ia sedikit demi sedikit mendekatinya dan menegurnya.

"Sudah larut malam begini masih mencari orang luar untuk mengobrol? Sejak hari ini, setelah makan malam kau harus kembali ke dalam pengawasanku". Yu Qilin mengerutkan keningnya, dirinya sedang merasa risau, namun sikap egois Jin Yuanbao justru muncul, maka ia segera memelototinya.

"Kenapa? Apakah aku sudah dijual padamu?"

"Ya!", wajah Jin Yuanbao nampak percaya diri.

"Kau telah dinikahkan padaku, maka kau berada dalam pengawasanku". Ia berdiri dengan tegak, sepasang matanya yang semakin tajam di tengah kegelapan menatap dirinya dengan berbinar-binar.... Yu Qilin mengangkat kepalanya dan menatap matanya, mendadak ia berpikir bahwa besok dirinya akan ditendang keluar pintu, atau bahkan langsung dijebloskan ke penjara. Hatinya perlahan-lahan tenggelam, sedikit demi sedikit, ia mengalihkan pandangan matanya, lalu menunduk dengan bimbang. Jin Yuanbao tersenyum puas, lalu berbalik dan berjalan keluar, namun Yu Qilin tak bergeming. Dengan tak sabar, Jin Yuanbao pun berbalik dan memandangnya, memberinya isyarat untuk mengikutinya.

"Malam sudah begitu larut, kau ingin pergi ke mana?"

Yu Qilin kebingungan.

"Temani aku berjalan-jalan melihat bunga", Jin Yuanbao berpaling memandang Yu Qilin dengan wajah penuh kemenangan.

"Kau tahu tidak, hari ini aku telah menemui berapa banyak tamu?"

"Tak tahu". Sambil berjalan, Jin Yuanbao menghitung.

"Aku tahu kau tak mungkin mengingatnya, tiga ratus orang lebih, kalau setiap orang menyapaku selama sepeminuman teh.....hah! Belum terhitung Pangeran Kedua yang muncul tanpa diundang, karena kedatangannya waktu yang diperlukan bertambah menjadi sekitar dua shichen. Aku, Jin Yuanbao, telah menghabiskan dua shichen hidupku untuk mengurus masalah itu, maka temanilah aku". Begitu mendengar perkataannya yang terakhir, Yu Qilin tertegun. Menganti kerugiannya? Ia segera berkata dengan kesal.

"Kenapa aku harus menganti kerugianmu ? Semua itu untuk merayakan ulang tahun ibumu!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jin Yuanbao mendadak mengandeng tangannya.

"Omong kosong! Apakah aku bisa mengajak ibuku melihat bunga?"

Setelah berbicara, ia segera menarik Yu Qilin menuju ke taman bunga.

Di taman bunga, bayang-bayang pepohonan bergoyang-goyang dengan anggun di tengah kegelapan yang harum.

Jin Yuanbao mengajaknya duduk di dalam paviliun yang berada di samping sebuah semak berbunga.

Di kejauhan, air danau memantulkan cahaya lentera yang berada di kejauhan, riak air yang jernih dari waktu ke waktu dibelai angin sejuk, hawa dingin, tak seperti sebuah malam musim panas.

Yu Qilin menggigil kedinginan, Jin Yuanbao sepertinya juga merasakannya, ia mengangsurkan tangannya dan mengosokgosok tangan Yu Qilin, ia tak berkata apa-apa, hanya sepasang matanya yang berbinar-binar memandangnya.

Melihat pandangan matanya yang panas membara, Yu Qilin berpikir bahwa ketika keadaan yang sebenarnya terungkap besok, wajah itu akan penuh amarah, maka untuk sesaat ia tak kuasa menyambut pandangan mata itu dan berpaling melihat air danau.

Ia enggan kehilangan kebaikan dan cinta Jin Yuanbao kepada dirinya, enggan kehilangan saat-saat ketika Jin Yuanbao marah dengan angkuh, enggan kehilangan ciuman mendadaknya.....

Namun, dirinya sadar, bahwa semua ini bukan miliknya, bukan miliknya! Begitu berpikir sampai di sini, ia mendadak mengangkat wajahnya dan menyambut pandangan matanya secara frontal, lalu bertanya dengan sungguh-sungguh.

"Yuanbao, kalau terjadi sesuatu padaku dan aku harus meninggalkan tempat ini, apakah kau akan pergi bersamaku?"

Apa-apaan ini? Jin Yuanbao kebingungan, sambil mengerutkan keningnya ia bertanya.

"Pergi ke mana?"

".......ke dalam wisma". Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao tertawa dengan acuh tak acuh.

"Hah! Kau ini bodoh sekali, masalah besar apa yang dapat terjadi? Untuk melakukan suatu perbuatan jahat pun perlu otak!"

"Bagaimana kalau ternyata terjadi sesuatu?"

Yu Qilin memandangnya dengan tenang, ia berkeras hendak mendengar jawabannya.

Jin Yuanbao memandangnya, lalu mendadak mengangkat tangannya dan menarik rambut panjang yang jatuh dari pelipis Yu Qilin, kemudian membiarkan helai-helai rambut itu jatuh dari tangannya sendiri.

"Baiklah. Kalau ada suatu hal yang menyebabkanmu harus meninggalkan tempat ini, aku pasti akan pergi bersamamu". Yu Qilin merasa girang, akan tetapi ia segera sadar bahwa ekspresi wajah Jin Yuanbao nampak sinis, maka ia segera mencibir, hatinya penuh rasa sangsi. Melihat wajah Yu Qilin yang mencibir sambil membelalakkan matanya ke arah dirinya, Jin Yuanbao tak kuasa menahan tawanya, namun ia segera menghentikan tawanya, menghela napas dengan pelan, lalu memandangnya dengan bersungguhsungguh.

"Aku pasti akan pergi bersamamu......"

Hati Yu Qilin dibanjiri perasaan bahagia.

".....tapi aku akan mengajak ibu", sambil berbicara, Jin Yuanbao mengayun-ayunkan tangannya dengan pelan, lalu berkata.

"Tapi batu dan kayu ini akan tetap berada di tempatnya". Sebuah hati pun perlahan-lahan tenggelam ke jurang yang paling dalam. Yu Qilin tersenyum jengah, lalu mengalihkan pandangan matanya dan tak lagi berbicara. Pantulan cahaya lentera di air danau memantul di mata Yu Qilin, di tengah cahaya dan kegelapan, ternyata di matanya nampak rasa putus asa. Jin Yuanbao belum pernah melihatnya begitu sedih, hatinya pun mau tak mau terasa agak pedih.....akan tetapi...... Sekonyong-konyong Jin Yuanbao tersenyum riang, dengan santai ia bersandar pada kursi, seluruh tubuhnya nampak santai dan ia menjulurkan kedua kakinya, sedangkan sepasang tangannya terlipat di depan dadanya, dengan penuh kemenangan ia berkata.

"Aku tahu! Kalian kaum wanita ini selalu mempunyai pikiran yang mustahil, bukankah kau sekarang hendak bertanya padaku, kalau kau dan ibuku terjatuh ke dalam air, aku akan menyelamatkan siapa?"

"Apa?", wajah Yu Qilin memerah.

"Aku tak ingin bertanya tentang hal itu".

"Bagus sekali kalau begitu", Jin Yuanbao nampak lega. Mereka berdua duduk dengan tenang untuk beberapa saat, namun akhirnya Yu Qilin tak bisa menahan dirinya untuk tak lagi bertanya.

"Siapa yang akan kau selamatkan?" Jin Yuanbao tak berkata apa-apa dan hanya menatapnya dengan tajam. Dengan tegang Yu Qilin menanti. Setelah beberapa lama, Jin Yuanbao menghela napas dengan pelan.

"Kukira kau punya pokok pembicaraan yang agak lebih baru". Yu Qilin merasa kesal.

"Kalau begitu kau tak usah menjawab saja!"

Seulas senyum samar-samar nampak di wajah Jin Yuanbao, dengan santai ia berkata.

"Kau tahu bahwa aku tak bisa berenang, maka sebelumnya aku akan minta kau menolong ibu dulu, kalau aku bernasib buruk dan pada saat yang sama juga terjatuh ke dalam air, mohon selamatkan ibuku dahulu baru menyelamatkanku, sebagai suamimu aku mengandalkanmu". Bagaimana bisa begitu? Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa, dengan marah ia memutus sebuah ranting yang mengantung di sisinya dan memukulkannya ke arah Jin Yuanbao. Sambil tersenyum Jin Yuanbao mengegos menghindar, lalu dengan enteng menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya. Mereka berdua ribut untuk beberapa saat, dan tertawa sampai puas, Yu Qilin kembali merasa enggan kehilangan kehangatannya, dengan patuh ia bersandar di dadanya, lalu mengangkat kepalanya untuk memandang dagunya yang licin.

"Aku berbicara kepadamu dengan sungguh-sungguh, kalau....." "Baiklah!", Jin Yuanbao menarik kepala Yu Qilin hingga bersandar di bahunya, lalu seperti sedang membujuk anak kecil, ia menepuk-nepuk bahu Yu Qilin.

"Tak ada kalau ini atau kalau itu, kau merusak suasana saja, tutup mulut dan pandanglah sang rembulan". Yu Qilin baru tersadar, bahwa entah sejak kapan, sang rembulan telah menerobos awan-awan gelap..... Di bawah rembulan yang sama, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan sedang saling berhadapan. Gu Zhangfeng berdiri dengan tegak, ia menatap sang nona tercinta dengan sungguh-sungguh sambil tersenyum ketololtololan.....sinar rembulan menyelimuti tubuhnya dan memantul di kostum tarinya yang seputih salju, dengan lembut Jiang Xiaoxuan menyelipkan rambutnya yang terjatuh ke belakang telinganya, seiring dengan gerakannya yang halus, sinar rembulan pun seakan berubah menjadi seperti air mengalir. Namun Jiang Xiaoxuan berada diantara gelap dan terang, di bawah bulu matanya yang lentik, di matanya nampak suatu kesedihan yang bercampur dengan kemarahan, seakan ia adalah seorang dewi yang terbuang. Tiba-tiba, Jiang Xiaoxuan berbalik, selagi memandang wajah Gu Zhangfeng yang tulus dan gembira, hatinya terasa makin pedih. Ia mengambil keputusan, lalu menghormat padanya, Gu Zhangfeng begitu terkejut hingga ia melompat, lalu cepat-cepat dengan serabutan membalas penghormatan itu sehingga ia hampir kehilangan keseimbangannya dan terjatuh.

"Gu Gongzi, sejak aku tiba di Wisma Li, aku belum pernah dengan sungguh-sungguh mengucapkan terima kasih padamu.....sehari-hari, kau selalu mengurus semuanya, maka aku tak akan banyak bicara lagi......"

Ia tersedu sedan untuk sesaat, lalu berkata.

"Saat aku berada dalam titik terendah dalam hidupku dan merasa putus asa, kau mengurus dan menghiburku dengan sepenuh hati, dan membuatku sadar bahwa di dunia ini ada orang yang pantas dipercayai dan dijadikan tempat bersandar, serta membuatku kembali dapat hidup dengan bahagia, persahabatan yang tulus ini akan selalu kusimpan di dalam hatiku". Gu Zhangfeng kebingungan, dengan agak terbata-bata, ia berkata sambil menggoyang-goyangkan tangannya.

"Xue, Xue er, aku tak sebaik seperti yang kau katakan itu. Sebenarnya akulah yang harus banyak berterima kasih padamu, kecuali kau, tak ada orang....."

Dengan lembut Jiang Xiaoxuan menaruh tangannya tiga cun di depan bibir Gu Zhangfeng untuk menghentikannya.

"Zhangfeng, jangan berkata lagi bahwa hanya aku yang bersedia minum obatmu. Apa yang kau lakukan untukku jauh lebih penting". Ujung hidungnya seakan hampir menyentuh ujung jari Jiang Xiaoxuan, Gu Zhangfeng mengangguk-angguk dan menutup mulutnya. "Aku pergi dulu", Jiang Xiaoxuan tersenyum. Mendengar perkataannya itu, Gu Zhangfeng mengangguk dengan ketolol-tololan.

"Baiklah, malam sudah larut, udara sangat lembab, kau sebaiknya pulang". Jiang Xiaoxuan tahu persis bahwa Gu Zhangfeng tak memahami makna perkataannya, namun ia tak banyak bicara lagi dan hanya mengangguk.

"Ya, kau juga jaga dirimu baik-baik". Tak lama kemudian ia sadar bahwa agak tak pantas kalau ia murung sendirian seperti itu, maka ia segera menarik napas dalamdalam, lalu tersenyum dan berkata.

"Zhangfeng.....hatimu sangat baik, semoga kau langit memberkatimu".

"Apa?", Gu Zhangfeng kegirangan, dengan ketolol-tololan ia menggaruk-garuk kepalanya.

"Apa? Ibuku juga berkata bahwa seorang tolol seperti aku mempunyai keberuntungan seorang tolol juga......."

Wajahnya yang tersenyum itu, wajah tersenyum yang begitu tulus......

Ketika ia untuk pertama kalinya melihat Gu Zhangfeng, wajah tersenyumnya yang tulus itulah yang dengan seketika membuatnya merasa lega.....

Berbagai kejadian masa silam dengan amat cepat muncul silih berganti dalam benak Jiang Xiaoxuan, berbagai macam perasaan lembut yang sulit ditahan pun mendadak muncul, sambil tersedu sedan ia berkata.

"Zhangfeng, berbaliklah ke sini....."

"Eh?", secara samar-samar Gu Zhangfeng merasa bahwa ada sesuatu yang aneh, namun ia tak berani banyak bertanya dan segera menuruti perkataannya. Jiang Xiaoxuan berjalan selangkah ke depan, lalu dengan lembut memeluk Gu Zhangfeng dari belakang, wajahnya menempel pada punggungnya yang bidang, dengan lirih Jiang Xiaoxuan berkata.

"Terima kasih....."

Gu Zhangfeng terguncang, seakan digulung oleh sebuah ombak besar, lalu terbenam ke dalam laut, kaki dan tangannya terasa kebas, sekujur tubuhnya lemas.

"Zhangfeng.......", untuk sesaat Jiang Xiaoxuan enggan pergi, namun akhirnya ia mengeraskan hatinya dan membuka sepasang lengannya.

"Sampai jumpa". Setelah berbicara, ia berlari pergi. Dengan mulut menganga Gu Zhangfeng terpaku di tempatnya, lalu ia perlahan-lahan mengangkat tangannya dan mengelus dadanya, ia merasa jantungnya melompat-lompat tak terkendali, gelombang kebahagiaan menerjang ke kepalanya, ia mengumam pada dirinya sendiri.

"Ini sungguhan, ini sungguhan......"

Ia berbalik dan memperhatikan sosok Jiang Xiaoxuan yang sedang menghilang, lalu dengan penuh tekad kembali berbalik dan berjalan canggung.....

ke kamarnya, langkah kakinya kaku dan Akan tetapi, di sepanjang jalan, ia terus menerus mengingatingat peristiwa itu.

"Aku tak boleh mengejarnya, itu terlalu tamak, semua sudah sangat bagus, Xue er memelukku, kalau aku terlalu tamak semuanya akan rusak......Xue er benar-benar telah memelukku!"

Biasanya, makan pagi di Wisma Jin diadakan di tempat tinggal masing-masing, namun pagi ini tak sama, pagi itu Nyonya Jin telah mengirim orang untuk memberitahukan bahwa pagi ini semua harus datang ke Taman Furong kediaman Nyonya Jin untuk sarapan.

Kali ini makan pagi diadakan di taman bunga Taman Furong, saat itu bulan lima, bunga-bunga di taman bunga itu sedang mekar dengan semarak, menciptakan pemandangan musim semi yang indah.

Meja batu di taman bunga itu diselimuti taplak meja brokat, di atas bangku-bangku batu yang menggelilinginya pun diletakkan bantalan-bantalan empuk.

Nyonya Jiang dan Nyonya Jin duduk berdekatan, wajah mereka penuh senyum.

Saat Yu Qilin melangkah masuk, dengan sembunyi-sembunyi ia memandang Nyonya Jiang, namun nampaknya sama sekali tak ada yang luar biasa dalam sikapnya, hatinya pun merasa gelisah.

"Ayo jalan!", Jin Yuanbao mendorongnya dengan lembut. Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa dan hanya dapat mengikutinya, di sebelah kanan Nyonya Jiang masih ada sebuah tempat kosong, jelas bahwa tempat itu disiapkan untuk Yu Qilin. Begitu melihat keadaan itu, Jin Yuanbao langsung duduk di sisi Nyonya Jin dan membiarkan tempat itu tetap kosong. Yu Qilin tak berdaya dan terpaksa mendudukinya. Nyonya Jiang melihat ke sekelilingnya, lalu tersenyum dan berkata.

"Dimana nona yang menari kemarin? Kenapa tak diundang kemari?"

Mendengar perkataan itu, Gu Daniang segera melangkah maju.

"Lapor pada furen, ia adalah teman putraku, kedudukannya rendah, tak pantas ikut makan di meja ini". Mendengar perkataan itu, Nyonya Jiang mengerutkan dahinya, sekilas rasa marah muncul dalam pandangan matanya, lalu ia tersenyum dan berkata.

"Tak ada jeleknya, tak ada jeleknya, kulihat nona itu menari dengan sangat baik, cukup cocok denganku, tak ada jeleknya kalau ia diundang kemari......", setelah berhenti sejenak, ia kembali berkata.

"Mohon undang tuan muda itu juga". Mendengar perkataan itu, Gu Daniang melirik Nyonya Jin, Nyonya Jin mengangguk, maka dengan gembira ia pun berlalu. Tak lama kemudian, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan bersama-sama datang, karena masalah kedudukan mereka, mereka berdua tak dapat ikut makan di meja utama dan hanya dapat makan di sebuah meja kecil yang diletakkan di samping bersama Liu Wenchao dan Liu Qianqian. Wajah Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan berdua pucat pasi, mereka terus menerus saling memandang. Seakan tak terjadi apa-apa, Nyonya Jiang menyapukan pandangan matanya ke arah mereka, senyum merekah di wajahnya.

"Walaupun Xiaoxuan bukan putri kandungku, namun aku selalu menganggapnya sebagai putri kandungku sendiri, sejak kecil ia selalu melakukan semuanya dengan baik, tapi dia memang suka bersikap misterius dan membuat orang dewasa terkejut. Pada suatu hari istri gubernur datang ke wisma kami, tapi aku tak bisa menemukannya, ia memakai jubah lebarnya, lalu berlari ke hadapanku dan berkata, 'Ibu, coba tebak siapa aku?' Xiaoxuan, apa kau masih ingat apa jawaban ibu?"

Mendengar perkataan itu, dengan penuh rasa ingin tahu Nyonya Jin memandang Yu Qilin, menunggu jawabannya.

Di sudut-sudut bibir Jin Yuanbao muncul sekilas senyum, akan tetapi tak nyana, yang muncul dalam pandangan matanya adalah wajah Yu Qilin yang tegang......mau tak mau ia pun mengerutkan keningnya.

Liu Wenchao yang duduk di samping mereka nampak sedang dengan penuh perhatian mendengarkan Nyonya Jiang bergurau, namun sebenarnya ia sedang diam-diam memperhatikan bagaimana Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan saling bertukar pandang.

Di sebelahnya, Gu Zhangfeng sedang melahap makanan dengan gelisah, sekali-sekali ia mengangkat kepalanya dan diam-diam melirik Jiang Xiaoxuan, seketika itu juga wajahnya memerah dan ia pun kembali menunduk dan makan sambil sekali-sekali tersenyum.

Liu Qianqian melihat bahwa sang kakak terus menerus menatap Yu Qilin dan sama sekali tak memperhatikan dirinya, ia merasa marah dan dengan kesal menjepit lauk pauk di depannya dengan sumpit hingga menjadi berkeping-keping.

Dengan penuh kasih sayang seorang ibu Nyonya Jiang memandang Yu Qilin, lalu sambil memberi isyarat dengan matanya, ia kembali memandang Jiang Xiaoxuan, wajah mereka berdua pucat pasi.

Yu Qilin membuka mulutnya, namun tak berkata apa-apa, keringatnya bercucuran.

Dengan akrab Nyonya Jiang menepuk-nepuk tangannya, lalu menggunakan kesempatan itu untuk mengenggam tangannya, sambil tersenyum ramah ia berkata.

"Anak yang sudah besar tak suka menurut lagi, tapi jangan salahkan ibu karena ibu mengungkapkan kesalahanmu di depan keluarga suamimu!"

Akan tetapi, matanya memandang ke arah Jiang Xiaoxuan. Mendengar perkataan itu, wajahnya langsung menjadi pucat pasi, dengan tenang ia menunggu takdir. Namun Nyonya Jiang berlagak tak melihatnya, sembari tersenyum ia berkata.

"Seorang ibu tak pernah melupakan wajah anak-anak mereka semasa kecil....pada saat itu aku berkata, '---gadis bandel! Apa kau pikir karena kau mengenakan pakaian pejabat kelas tiga aku tak bisa mengenalimu? Kau mengenakan pakaian yang memalukan seperti apapun, kau tetap Xuan, putri keluarga Jiang kami! Kalau kau masih berani meniru orang luar dan berbuat nakal, coba lihat baik-baik bagaimana aku akan mengungkapkan penyamaranmu!'"

Wajah Nyonya Jiang tersenyum, namun pada akhir perkataannya nada suaranya agak bengis.

Semua orang tertegun karena terkejut, seketika itu juga, ruangan itu menjadi sunyi senyap.

Nyonya Jiang seakan tak menyadarinya, sambil tersenyum ia memandang Yu Qilin, lalu mencengkeram tangannya erat-erat, kukunya yang panjang dan dihias dengan indah mencubit hingga menembus daging Yu Qilin.

Yu Qilin kesakitan, mau tak mau ia menarik tangannya, namun dengan lincah Nyonya Jiang menangkap tangannya, dan juga mengenggamnya, sambil tersenyum ia menatap Yu Qilin, sinar matanya sedingin es.

"Xiaoxuan, katakanlah, apa yang ibu katakan waktu itu?"

Wajah Yu Qilin pucat pasi, ia membuka mulut, namun tak bersuara.

Melihat adegan aneh diantara ibu dan putrinya itu, semua orang merasa jengah dan terdiam.

Wajah Jiang Xiaoxuan pucat pasi, ia bersandar pada kursi supaya tak terjatuh.

Dengan sinar mata yang dingin dan menyeramkan, Nyonya Jiang sekali lagi bertanya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Xiaoxuan, apa yang ibu katakan padamu waktu itu?"

Melihat sikap Nyonya Jiang itu, Jin Yuanbao ingin membela Yu Qilin, ia segera mengerutkan dahinya, lalu meletakkan cawan araknya dan bangkit.

Nyonya Jin juga tahu bahwa Nyonya Jiang adalah ibu tiri Jiang Xiaoxuan, masalah ini pada dasarnya adalah urusan internal keluarga lain, dan keluarga Jin sebaiknya tak ikut campur, maka ia segera berseru dengan tegas.

"Yuanbao, duduklah!"

Jin Yuanbao terpaksa duduk, melihat sikapnya, Nyonya Jiang perlahan-lahan menghilangkan sinar dingin dalam pandangan matanya dan mengantinya dengan keramahan, setelah itu ia tersenyum, seakan tak terjadi apa-apa, dan melepaskan tangan Yu Qilin.....

Yu Qilin tak kuasa menahan dirinya untuk tak menunduk, dilihatnya bahwa tangannya telah samar-samar mengalirkan darah.

Nyonya Jiang memandangnya dengan bengis, seakan memperingatkannya, lalu berpaling dan dengan wajah ramah berbicara pada Nyonya Jin.

"Sejak kecil Xiaoxuan terlalu keras kepala, seorang gadis yang terlalu keras kepala sulit untuk mengerti seberapa tingginya langit dan tebalnya bumi.....kalau ia sendiri yang terkena masalah, hal ini bukan sesuatu yang serius, akan tetapi jangan-jangan tindak tanduknya tak pantas dan mengundang bencana bagi kedua keluarga kita. Kedudukan nyonya muda Wisma Jin adalah kedudukan yang sangat baik. Ai, takdir tak dapat ditolak, aku khawatir putri keluarga Jiang kami ini tak dapat menikmatinya!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin tak bisa menahan dirinya lagi, ia meneguhkan hatinya, lalu bangkit dan hendak mengaku.

"Aku bukan ----"

Melihatnya, kening Nyonya Jiang berkerut, sambil tersenyum ramah, ia menekan tangan Yu Qilin dan menariknya hingga terduduk, lalu menegurnya.

"Kau sudah begini besar, tapi kenapa kulitmu begitu tipis? Ibu hanya mengucapkan beberapa perkataan di hadapan orang-orang yang semua adalah keluarga sendiri, tapi kau menjadi tak bisa menahan diri seperti ini?"

Tak nyana, Nyonya Jiang mendadak dapat kembali menjadi seorang ibu yang penuh kasih, dengan terpaksa, Yu Qilin pun duduk, ia merasa bahwa Nyonya Jiang sedang mempermainkan perasaannya dan merasa amat direndahkan.

Saat ini, suara Jin Yuanbao terdengar.

"Yang Mulia Ibu Mertua, Yuanbao dengan hormat mempersembahkan secawan arak kepada anda, semoga anda selalu sehat dan segala urusan dapat diselesaikan dengan baik". Jin Yuanbao berdiri dengan tegak, lalu dengan sopan dan anggun mengangkat cawan araknya. Melihatnya, Nyonya Jiang pun segera tersenyum dan mengangkat cawan araknya, lalu meminumnya hingga tandas. Akan tetapi, setelah meminum araknya, Jin Yuanbao tak kembali duduk, ia memandang Nyonya Jiang sambil tersenyum, lalu dengan perlahan-lahan berkata.

"Harapan ibu mertua agar Xiaoxuan dapat menjadi seorang wanita terhormat benar-benar serupa dengan nasehat ibuku padaku. Akan tetapi karena Xiaoxuan sudah menjadi anggota keluarga Jin, ibu mertua tak usah terlalu khawatir. Bagaimanapun juga, apakah istriku pantas menjadi nyonya muda Wisma Jin atau tidak, adalah suatu hal yang sepantasnya ditentukan olehku, bagaimana pendapat anda?"

Senyumnya bertambah lebar, lalu ia kembali berkata.

"Ibu mertua begitu sayang pada Xiaoxuan, seperti seekor kerbau yang menjilati anaknya, dan membuat xiaoxu kagum. Akan tetapi, walaupun keluarga Jiang diatur dengan ketat, peraturan keluarga Jin kami juga tak kalah ketatnya, ibu mertua sama sekali tak usah khawatir". Nyonya Jiang memandang Jin Yuanbao dengan tajam, setelah beberapa saat, ia tersenyum, lalu dengan perlahan-lahan berkata.

"Perkataan xianxu benar, akulah yang terlalu khawatir". Setelah itu ia berpaling dan memandang Yu Qilin dengan penuh kasih sayang.

"Suamimu sangat menghargaimu, boleh dibilang bahwa kau didukung olehnya, hal ini membuatku sangat lega!" Jin Yuanbao tersenyum, seakan diam-diam ia menyetujui perkataan Nyonya Jiang itu, lalu tanpa berkata apa-apa, ia kembali duduk. Sambil tersenyum, Nyonya Jin segera menengahi mereka.

"Adalah suatu hal yang baik kalau pasangan suami istri muda saling mendukung, kita sebagai orang tua tentunya berharap agar generasi muda dapat saling mendukung. Aku juga hendak mengucapkan banyak terima kasih pada qingjiamu yang telah membesarkan seorang wanita baik seperti ini. Sejak Xiaoxuan masuk ke dalam wisma ini, entah sudah berapa banyak kekhawatiran menghilang dari pikiranku, aku benar-benar sangat puas!"

Setelah berbicara sampai di sini, ia diam-diam mengalihkan pokok pembicaraan, dengan pelan ia menghela napas, lalu berkata.

"Aku merasa puas, namun ada orang yang tak puas......kemarin Pangeran Kedua mendadak datang berkunjung, kita harus memikirkan hal ini dengan seksama. Anda tentu tahu, bahwa keluarga Jin kami selamanya berada di pihak putra mahkota, dan maksud Pangeran Kedua untuk merebut kekuasaan sudah terlihat dari dahulu. Ia selamanya tak pernah berhubungan dengan Wisma Jin kami, kenapa ia tibatiba berkunjung untuk mengucapkan selamat ulang tahun? Entah ada gejolak apa di baliknya, untung saja Xiaoxuan dan Yuanbao dapat berkerja sama dengan baik dan menyelengarakan jamuan ulang tahun itu dengan bermartabat, dan sama sekali tak memberinya alasan untuk menganggu kita". Sinar mata Nyonya Jiang nampak penuh pikiran, perkataan Nyonya Jin dengan seksama, lalu setuju.

"Tindakan Pangeran Kedua itu seakan keuntungan, namun sebenarnya ia hendak kekuatannya". ia memikirkan mengangguk memberi kita menunjukkan "Benar, Wisma Jin selalu menjadi duri dalam daging bagi Pangeran Kedua, jangan-jangan sejak kedua keluarga Jin dan Jiang kita terikat dalam sebuah aliansi pernikahan, Pangeran Kedua makin tak bisa tidur dengan nyenyak, dan hendak merusak pernikahan yang dianugerahkan oleh kaisar ini", wajah Nyonya Jin nampak serius.

"Oleh karenanya, nasehat yang baru furen berikan kepada Xiaoxuan itu benar, dalam masalah pernikahan ini tak boleh ada kesalahan sedikitpun!"

Sambil memandang kereta kuda Nyonya Jiang berlalu dengan mengepulkan debu, dengan pelan Yu Qilin menghembuskan napas lega.

Jin Yuanbao berdiri di dekat Yu Qilin dengan tenang, tangannya yang berada di balik lengan bajunya mencari tangan Yu Qilin dan mengenggamnya erat-erat sehingga kesepuluh jari mereka saling bertaut, dengan enteng ia berkata.

"Di jamuan makan pagi itu kau seperti sebuah boneka kayu, tak berbicara dan tak tersenyum, benar-benar menjatuhkan mukaku". Yu Qilin baru paham kenapa di sepanjang perjamuan itu mukanya masam, maka ia cepat-cepat menjelaskan.

"Kalau ada ibu, aku selalu....." "Setelah ini kau tak boleh memandang wajah orang lain lagi". Karena perkataannya tercengang. dipotong olehnya, Yu Qilin agak Dengan wajah penuh perhatian, Jin Yuanbao memandangnya, setelah itu pandangan matanya berpaling mengikuti kereta Nyonya Jiang yang sedang berlalu, dengan sikap merendahkan, ia berkata.

"Sikapmu di perjamuan makan pagi itu sama sekali tak sepertimu, kau benar-benar tak berguna". Setelah itu, dengan wajah serius ia berkata.

"Jiang Xiaoxuan! Berjanjilah padaku, tak perduli sebelumnya kau menderita seperti apa, dan memendam kemarahan seperti apa, sekarang kau telah menikah denganku dan tak boleh memandang wajah orang lain lagi". Walaupun perkataan itu keras, namun Yu Qilin memahami bahwa dalam perkataan itu tersirat tekadnya untuk melindungi dirinya, maka hatinya pun amat tersentuh dan ia tak membantah lidah beracunnya lagi. Dengan sekuat tenaga ia membalas genggaman tangannya dan tersenyum manis.

"Baik, baik, aku mengerti!"

"Tentu saja......", dengan hambar Jin Yuanbao melanjutkan.

"kecuali wajahku". Orang ini! Sikap egoisnya tak pernah ketinggalan! Yu Qilin merasa geram dan langsung menendang, namun Jin Yuanbao cepat-cepat melompat menghindar.

"Hei, hei! Apa-apaan ini?" Mendengar suara itu, Nyonya Jin berpaling, melihat mereka berdua sedang bercanda dan tertawa, sambil tersenyum ia berkata dengan sikap memanjakan.

"Harimau baru saja pergi dan monyet-monyet langsung bergembira ria. Ayo pergi, kembali ke wisma!"

Setelah melepas tamu, semua orang duduk di kamar Nyonya Jin untuk bersantai sambil minum teh. Nyonya Jin membolak-balik daftar hadiah yang diberikan para tamu, wajahnya makin lama makin senang.

"Kali ini Xiaoxuan menyelenggarakan jamuan ulang tahun dengan amat baik, ia melakukannya secara teratur dan berusaha menampilkan sesuatu yang baru, sehingga membuat wajah keluarga Jin kita semakin cemerlang, dan lebih-lebih lagi dengan hanya mengeluarkan dua puluh ribu liang tahil perak! Xiaoxuan, ternyata kau berbakat untuk menjadi seorang pengurus rumah tangga yang jempolan!"

Mendengar pujian itu, Yu Qilin merasa girang sekaligus jengah.

"Terima kasih atas pujian ibu, sebenarnya aku dibantu oleh biaoge, Zhangfeng dan Xue er, kalau tidak, aku tak akan mampu melakukannya". Apa? Begitu Jin Yuanbao yang sedang memainkan sebutir kenari besar mendengar kata 'biaoge' itu, ia langsung membuang muka tanpa berkata apa-apa. Tanpa berkata dengan terang-terangan, ia menarik Gu Zhangfeng untuk dijadikan tameng.

"Gu Zhangfeng? Dia si tolol ini bisa membantumu berbuat apa? Membuat bubur, atau....."

"Si tolol?", dengan kesal Yu Qilin berkata.

"Jangan panggil dia seorang tolol, dan jangan berkata bahwa ia tak bisa membantuku!"

Jin Yuanbao membantahnya.

"Ia cuma bisa membereskan masalah yang ditimbulkannya sendiri". Melihat bahwa mereka berdua akan cekcok lagi, Nyonya Jin memandang Jin Yuanbao, lalu menegurnya.

"Sudahlah, sudahlah! Xiaoxuan bekerja paling keras, Zhangfeng, Wenchao, dan Xue er juga bekerja keras, kau juga bekerja keras, bagaimana? Perkataan Xiaoxuan benar, sejak saat ini kau jangan memanggilnya si tolol lagi, walaupun kalian bersaudara, namun kalian harus saling menghormati!"

"Aku mengerti.....", Jin Yuanbao terpaksa menurut. Nyonya Jin mengelus dahinya.

"Baiklah! Kulihat beberapa hari ini kalian semua kelelahan, seharian penuh terkungkung dalam taman ini, aku akan membebaskan kalian untuk bermain di luar beberapa hari, pergilah ke Desa Xi Luhe! Sekalian menagih uang sewa tanah". Ketika mendengar bahwa mereka akan pergi bermain di luar, Jin Yuanbao merasa girang, akan tetapi begitu mendengar bahwa mereka harus menagih uang sewa tanah ia langsung mengerutkan dahinya.

"Anda hendak menyuruhku bersantai beberapa hari, tapi malahan menyuruhku menagih uang sewa? Keluarga kita mempunyai banyak petugas, untuk apa kita harus menagih uang sewa?"

"Xi Luhe?", hati Yu Qilin terkesiap.

"Kalau begitu tentu ada Dong Luhe ?"

Nyonya Jin tak paham maksudnya.

"Desa Dong Luhe sangat miskin, sama sekali tak menarik, lebih baik pergi ke Xi Luhe yang agak lebih makmur". Setelah berpikir sejenak, ia berkata kepada Jin Yuanbao.

"Walaupun kita punya banyak petugas, tapi kau adalah tuan muda Wisma Jin, kau harus tahu sedikit tentang masalah-masalah rutin seperti ini. Lihatlah, dalam menyelengarakan jamuan ulang tahun kali ini, Xiaoxuan telah berhasil menghemat tiga puluh ribu liang tahil perak".

"Kita kan tak kurang uang", dengan tak senang Jin Yuanbao mengerutu pada dirinya sendiri. Begitu mendengarnya, Nyonya Jin langsung menegurnya dengan wajah masam.

"Dalam mengurus urusan besar keluarga, kau harus belajar untuk melakukannya dengan bekerja keras dan berhemat, hal ini telah dilakukan Xiaoxuan dengan sangat baik. Kau tak usah banyak bicara lagi, bawalah uang sewa pulang untukku". Yu Qilin cepat-cepat menimpali.

"Ibu, karena kami akan belajar mengurus rumah tangga, menurutku kita lebih baik pergi ke Dong Luhe, kalau kita tak menderita, bagaimana kita dapat mengerti apa artinya kesusahan?" "Apa?", Jin Yuanbao tak senang.

"Kalau kau ingin pergi, pergilah sendiri, aku tak dilahirkan untuk menderita". Mendengar perkataan itu, kening Nyonya Jin berkerut makin dalam, ia segera berkata dengan tegas.

"Pergilah ke Dong Luhe! Memangnya di kolong langit ini ada orang yang tak pernah menderita? Bahkan kaisar pun tak bisa membuat segalanya terjadi menurut kehendaknya, apalagi kita? Perkataan Xiaoxuan benar, kalau kau ingin belajar mengurus rumah tangga, kalian harus memahami kesulitan bawahan kalian, kalau tidak janganjangan kau si tuan muda Wisma Jin ini tak akan pernah dewasa".

"Aku tak mau......", Jin Yuanbao baru hendak membantah, namun begitu melihat wajah Yu Qilin yang girang, ia langsung menelan kembali kata 'pergi' yang baru saja hendak diucapkannya itu, bibirnya bergerak dan ia pun berkata.

"Baiklah, kami berdua akan pergi secara pribadi untuk membawa pulang uang sewa untuk ibu ---- dan juga tak perlu membawa banyak pembantu dan pengawal supaya tak menganggu orang, cukup kami berdua saja". Nyonya Jin baru saja hendak menjawab, namun Yu Qilin dengan penuh semangat memotong perkataannya.

"Kalau begitu, bolehkan aku mengajak Xue er?"

"Tak boleh!", seketika itu juga, Jin Yuanbao berkata melawannya.

"Untuk apa dia ikut? Bukankah dua orang sudah cukup?" Begitu mendengarnya, Nyonya Qin mengangguk setuju.

"Apa jeleknya? Bukankah ibu mertuamu telah berkata bahwa kalian saling tergantung satu sama lain? Pergilah!"

Begitu mendengar perkataan 'Xue er' itu, Gu Zhangfeng yang sedang melamun di sisi mereka, dengan sendirinya tersadar.

"Aiyo, kalau begitu aku harus cepat-cepat bersiap-siap. Cuaca di gunung sulit diramalkan, aku harus membawa sedikit lebih banyak obat". Jin Yuanbao berpaling memandang Gu Zhangfeng.

"Kau juga ingin pergi? Kita berempat? ---- kau berani?"

Melihat sinar matanya yang mengancam, mau tak mau Gu Zhangfeng merasa agak jeri, ia menarik lehernya, untuk sesaat tenggorokannya tercekat, lalu dengan perlahan-lahan ia mengucapkan dua patah kata.

"Aku.....berani". Setelah makan malam, ketika para gadis pelayan sedang sibuk membereskan barang-barang di dalam kamar, dan ketika Jin Yuanbao duduk di tempat yang tinggi sambil memerintah mereka kesana-kemari, Yu Qilin malahan hanya bersedekap sambil menonton saja.

"Bawa empat lembar selimut, yang tipis tapi hangat". Dengan cekatan para gadis pelayan itu menumpuk empat helai selimut kecil.

"Apakah masih ada dua lembar untuk diberikan pada Xue er dan yang lainnya?", tanya Yu Qilin. "Serahkan saja semuanya padaku", tanpa berpaling Jin Yuanbao terus memberi perintah.

"Jangan bawa perangkat minum teh yang ini, ambillah perangkat minum teh Ruyao itu. Daerah pedesaan sederhana dan kasar, tak cocok dengannya".

"Bawa dua belas potong pakaian ganti dari setiap model untukku, bawa empat kotak makanan kecil".

"Aku sudah terbiasa memakai bantal kayu chenxiang ini ---karena kita hanya pergi selama tiga hari, untuk apa membuat susah diri sendiri dengan harus membiasakan diri memakai bantal baru?"

Beberapa saat kemudian, sambil berkacak pinggang, Yu Qilin memandang tumpukan barang bawaan itu, matanya makin lama makin lebar, ia berbalik dan berkata dengan serius kepada Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao! Hari ini kau hanya boleh membawa satu buntalan saja, maka kau harus membawa satu saja. Kalau kau ingin membuat buntalan itu sedikit lebih besar, terserah, tapi kau hanya boleh membawa satu buntalan. Aku tak mau mengikuti dua orang lelaki yang membawa lebih dari dua buntalan keluar dari pintu gerbang".

"Kenapa? Memangnya kau ingin keluar dari pintu gerbang dengan siapa?", Jin Yuanbao merasa kesal. Yu Qilin memelototinya.

"Bukan kenapa-kenapa, tapi aku akan kehilangan muka". "Hah!", Jin Yuanbao melompat, ia menatapnya dengan tajam, lalu melangkah ke samping buntalan itu dan memandangnya sambil mengelus dagunya sendiri.

"Cepat pilih salah menantangnya. satu!", Yu Qilin mendongak seraya Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu melambaikan tangannya untuk menyuruh para gadis pelayan pergi, tanpa berkata apaapa ia berbalik, membopong Yu Qilin dan menaruhnya di atas meja, dengan asal mengurai sebuah buntalan dari kain tenun berwarna keemasan dan dengan sembarangan melilitkannya di tubuh Yu Qilin, seakan hendak mengikatnya dengannya.

"Semua sudah dibereskan dan dibuntal menjadi satu", Jin Yuanbao menepuk-nepukkan sepasang tangannya.

"Ini benarbenar buntalan terbesar dalam hidupku, si Jin Yuanbao ini". Mula-mula Yu Qilin tercengang dan hanya memandang kain buntalan yang dililitkan Jin Yuanbao dengan sembarangan di tubuhnya itu, namun melihat wajahnya yang seakan kesal namun sebenarnya tersenyum, hatinya terasa manis. Mau tak mau ia mendengus dan tertawa. Jin Yuanbao memasang tampang acuh tak acuh.

"Apa yang kau tertawakan! Tak boleh tertawa! Kau hanya sebuah buntalan!"

Mendengat perkataannya itu, tawa Yu Qilin makin keras. Jin Yuanbao tak kuasa menahan tawanya, ia menepuk-nepuk Yu Qilin.

"Hei, buntalan! Sebenarnya kau ini hanya membuang tenaga. Kalau ada Gu Zhangfeng......kau lihat saja!"

Pagi-pagi keesokan harinya, Jin Yuanbao dan Yu Qilin berdiri di depan kereta kuda sambil menunggu.

Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng menarik sebuah peti yang sangat besar keluar dari pintu gerbang.

Melihat peti yang sangat besar itu, Yu Qilin tercengang.

Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Aku tak salah bicara". Setelah berbicara, ia melangkah ke depan dan membantu mereka. Dua orang lelaki menghela keluar sebuah peti lain yang mirip. Sekarang Yu Qilin benar-benar tertegun. Jiang Xiaoxuan merasa jengah, ia cepat-cepat menjelaskan dengan terbata-bata.

"Ini......Zhangfeng, dia....karena aku....."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Gu Zhangfeng menyeka keringat di dahinya, lalu berkata sembari tersenyum.

"Aku membawa sebuah layar untuk tempat kalian berteduh. Kulit kalian halus, matahari di gunung ganas. Aku juga membawa bantalan-bantalan untuk tempat kalian duduk dan berbaring. Kalau di sepanjang jalan kalian ingin berhenti dan melihat pemandangan, kalian tinggal mengelar bantal-bantal itu di atas tanah; selain itu ada juga beberapa selimut yang ringan dan sejuk namun hangat, sangat baik untuk menghangatkan kaki di perjalanan....."

"Selain itu, cuaca di pegunungan berubah-ubah, makanan pun sangat berbeda dengan yang tersedia di wisma, kita harus banyak membawa obat untuk persediaan.....aku membawa chaihu untuk mengobati masuk angin, pil untuk meredakan sakit dada dan sesak napas, dan aku juga membawa sedikit lebih banyak pil pelancar pencernaan dan penguat perut.....", Gu Zhangfeng terus menerus berbicara, pikirannya seperti agak melantur, ia berkata pada dirinya sendiri.

"Makanan orang desa kasar dan sederhana, perut Xue er pasti akan sulit mencernakannya. Ah! Sepertinya aku lupa membawa minyak pengusir nyamuk!"

Setelah berbicara, Gu Zhangfeng menepuk kepalanya sendiri, lalu berlari ke arah wisma.

"Zhangfeng......", dengan agak jengah Jiang Xiaoxuan melirik Yu Qilin.

"Aku tak menyalahkan Zhangfeng, semuanya itu demi diriku....."

Yu Qilin tersenyum jengah, namun tak tahu harus berkata apa. Jin Yuanbao memperhatikan peti itu, lalu berkata sembari tersenyum.

"Kali ini petinya memang agak lebih besar". Setelah berbicara ia menarik Yu Qilin naik ke atas kereta. Untuk sesaat Yu Qilin meronta.

"Aku akan membantu Gu Zhangfeng". "Tak usah membantunya, biar dia sendiri saja". Jin Yuanbao mengangkat kakinya.

"Semua naik, semua naik! Kita akan menunggunya dengan sabar". Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan tertular sikap riang gembira Jin Yuanbao, mereka berdua mencibir dan tertawa, lalu dengan patuh naik ke atas kereta. Gu Zhangfeng sibuk bekerja, ia berusaha memasukkan kedua peti itu ke dalam bagasi kereta kuda, setelah bersusah payah untuk beberapa saat, akhirnya ia berhasil. Setelah itu, dengan sangat hati-hati, ia berusaha menyusup ke dalam kereta yang sudah penuh sesak, akan tetapi, pada akhirnya separuh tubuhnya dan sebuah kakinya masih menjulur di luar kereta. Jin Yuanbao sangat menikmati wajah Gu Zhangfeng yang nampak malu, ia menunggu sampai Gu Zhangfeng duduk, lalu berkata.

"Kalau kau juga naik, siapa yang mengemudikan kereta?"

Mendadak Gu Zhangfeng tersadar, ia kembali menyusup keluar untuk turun dari kereta.

"Menurutku kereta ini sepertinya bertambah sempit...."

Ketiga orang di dalam kereta tak kuasa menahan diri lagi, mereka tertawa terbahak-bahak, di tengah suara tawa yang riang gembira, kereta kuda itu pun dengan perlahan-lahan mulai bergerak.

"Aku merasa bahwa seharusnya kita membawa lebih sedikit barang.....", terdengar suara Gu Zhangfeng berbicara dengan terbata-bata.

Desa Dong Luhe dapat dicapai dengan tak lebih dari sehari perjalanan dari ibu kota, bahkan kalau menggunakan kuda yang larinya cepat, setengah hari pun sudah cukup.

Akan tetapi, rombongan ini berjalan dengan perlahan, jelas bahwa mereka menempuh perjalanan itu dengan santai.

Di sepanjang perjalanan, Yu Qilin terus bersandar di jendela untuk menikmati pemandangan indah di luar, akan tetapi, ia selalu dapat merasakan pandangan mata Jin Yuanbao yang aneh, panas membara, membakar wajahnya.

Namun begitu dirinya memandangnya, Jin Yuanbao selalu membuang muka untuk menghindar.

Akan tetapi, di sudut-sudut bibirnya terukir seulas senyum, seperti seorang anak yang berhasil mencuri makanan kesukaannya, mau tak mau hal ini membuat Yu Qilin merinding.

"Yuanbao!", Gu Zhangfeng menghentikan kereta, lalu bertanya.

"Sekarang sudah tengah hari, kulihat pemandangan di sini bagai lukisan, apakah kita tak lebih baik beristirahat sejenak di sini?"

Mendengar perkataannya, Jin Yuanbao menyingkap tirai kereta dan melihat keluar, di luar memang ada sebuah padang rumput yang rata, di tengahnya mengalir sebuah kali kecil yang mengalir perlahan, benar-benar sebuah tempat yang baik untuk mengaso.

Ia mendahului turun dari kereta, menarik napas dalam-dalam, meregangkan tubuhnya, lalu berseru keras-keras.

"Mana makanannya? Gu Zhangfeng, cepat ambilkan makanan! Udara sangat segar, benar-benar membuat selera makanku timbul!"

Yu Qilin yang sedang membantu Jiang Xiaoxuan turun dari kereta tak tahan melihatnya.

"Apa kau sendiri tak punya tangan? Untuk apa selalu memerintah Zhangfeng?"

Dengan kemalas-malasan Jin Yuanbao meliriknya.

"Aku mana bisa mengerjakan hal sepele seperti itu?"

"Kau!", Yu Qilin menggertakkan giginya.

"Biar kau mati kelaparan saja!"

Jin Yuanbao tak menghiraukannya, dengan acuh tak acuh ia mencari sebongkah batu yang bersih untuk diduduki, mengibaskan pakaiannya, lalu duduk sambil menunggu hidangan lezat datang.

Gu Zhangfeng sibuk mencari-cari di dalam bagasi kereta, Jiang Xiaoxuan pun membantunya.

Yu Qilin berjalan ke tepi kali, lalu meraup air yang berasal dari mata air itu dan mencuci mukanya, ia merasa amat segar dan suasana hatinya pun menjadi sedikit lebih baik.

Mereka menunggu beberapa lama, namun hidangan belum juga keluar, Jin Yuanbao mulai tak sabar.

"Sudah belum?" "Eh.......", Gu Zhangfeng menjulurkan kepalanya dari dalam kereta.

"Sepertinya kita tak membawa makanan".

"Kenapa bisa begitu?", Jin Yuanbao melompat dan melangkah ke kereta, lalu memperhatikan peti-peti dalam kereta yang berantakan.

"Aku jelas-jelas melihat kau mengemasi sebuah peti berisi makanan!"

"Sepertinya......", Gu Zhangfeng mengerutkan keningnya sambil berpikir.

"terlupakan ketika kita memuat barang-barang ke kereta?"

"Hah?", Jin Yuanbao tak berani mempercayainya selagi memandang berbagai macam obat yang berada di dalam peti, ia menarik napas panjang, berbalik dan menjambak kerah Gu Zhangfeng sehingga ia hampir terangkat, lalu dengan bengis berkata.

"Terlupakan? Hati angsaku yang dimasak Wang Daniang semalam suntuk terlupakan? Acar dari Rumah Makan Liupi yang dibelikan A Fu juga terlupakan? Mantou kecil? Kue gulung goreng susu? Roti dari sayuran liar? Semua tidak dibawa? Manisan buah? Daging sapi? Bahkan beberapa makanan ini juga tak ada? ? Kenapa kau tak sekalian melupakan dirimu sendiri?"

Gu Zhangfeng tak kuasa berkata apa-apa, hanya bisa menunduk tak berdaya. Mendengar perkataannya, Yu Qilin terkejut.

"Kau juga makan roti dari sayuran liar?" Jiang Xiaoxuan tertegun dan menyalahkannya, bagaimana? meliriknya, jangan terlalu Dengan kesal Jin Yuanbao menjelaskan.

"Itu adalah jenis sayuran liar yang khusus ditanam di tiga bagian kebun Wang Daniang! Ganti rotiku!"

Setelah berbicara, ia mencengkeram Gu Zhangfeng dan menguncangnya dengan sekuat tenaga. Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan segera maju dan memisahkan kedua lelaki itu. Gu Zhangfeng terbatuk-bayuk, lalu dengan susah payah berkata.

"Hai, hai......aku membawa beberapa batang akar manis, rasanya manis".

"Akar manis!", begitu mendengarnya Jin Yuanbao langsung ingin mencekik Gu Zhangfeng. Yu Qilin cepat-cepat memeluk pinggang Jin Yuanbao, setelah berpikir sejenak, ia berkata.

"Bukankah kau pernah berkata bahwa lelaki jantan sepertimu bisa melakukan segala sesuatu? Di sungai itu ada ikan, kalian berdua turunlah ke sungai dan tangkap ikan untukku!"

"Apa katamu?", Jin Yuanbao tak dapat mempercayai pendengarannya.

"Aku? Turun ke sungai untuk menangkap ikan?"

Yu Qilin mengangguk, lalu dengan tegas berkata.

"Benar! Aku dan Xue er akan menyalakan api, sebentar lagi kita akan makan ikan berbumbu bahan obat!" "Bahan-bahan obat yang kubawa bukan untuk dipakai seperti itu.....", dengan suara pelan Gu Zhangfeng mengerutu pada dirinya sendiri.

"Masih cerewet saja!", Jin Yuanbao memukul kepalanya dengan telapaknya.

"Ayo menangkap ikan!"

Gunung hijau dan air jernih, rumput hijau bagai permadani.

Sinar mentari yang keemasan menembus dedaunan dan menyinari muka bumi, dari waktu ke waktu, terdengar kicauan burung yang merdu.

Di sebuah sisi lapangan rumput yang hijau tua itu, mengalir sebuah sungai kecil berwarna keperakan yang berkelak-kelok, sinar mentari yang keemasan terpantul di permukaannya, riaknya berkilauan dan jernih, seakan sungai itu dipenuhi bintang-bintang.

Di tengah sungai itu, Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng yang telah menggulung kaki celana mereka sedang menombak ikan menggunakan ranting pohon yang ujungnya diraut menjadi tajam.

Jin Yuanbao yang biasanya hanya tinggal membuka mulut saja untuk makan berdiri dengan kepayahan di tengah sungai, dengan tak berdaya ia memandang ikan-ikan berenang berseliweran di depan matanya tanpa tahu ia harus melakukan apa.

Akhirnya, ada seekor ikan yang berenang ke sisi Jin Yuanbao, sambil menahan napas, ia perlahan-lahan mendekatinya, lalu dengan cekatan menusuk ke arah ikan itu dengan ranting dalam gengamannya, namun tak nyana, ia tak berhasil menusuk ikan itu.

Ia sendiri malahan jatuh terjerembab, sehingga sekujur tubuhnya basah kuyup.

"Hahaha! Hahaha!", Gu Zhangfeng yang sedang menonton menunjuk Jin Yuanbao dengan ketolol-tololan sambil tertawa terbahak-bahak. Sampai Jin Yuanbao bangkit, dan Gu Zhangfeng melihat matanya yang bersinar bengis, ia baru menahan tawanya, namun sambil menunduk ia berbisik.

"Lucu sekali". Begitu Gu Zhangfeng selesai berbicara, ia melihat seekor ikan sedang berenang-renang di sisi kaki kirinya, sepertinya ikan itu sedang mencium kaki kirinya. Gu Zhangfeng menunjuk ikan itu dan hendak berseru keras-keras, namun Jin Yuanbao memberinya isyarat untuk menutup mulutnya, maka dengan tak berdaya ia pun terpaksa menelan kembali teriakan yang sudah hampir dikeluarkannya itu. Dengan amat hati-hati Jin Yuanbao mendekati Gu Zhangfeng, lalu memusatkan seluruh perhatiannya ke titik itu, kemudian mengangkat ranting dalam genggamannya dan menghunjamkannya kuat-kuat. Begitu merasakan ranting dalam genggamannya menusuk sesuatu, dengan amat girang Jin Yuanbao berseru keras-keras.

"Ah, kena, kena! Zhangfeng, kita tak usah kelaparan". Dengan wajah penuh rasa puas diri, Jin Yuanbao mengangkat kepalanya, namun pandangan bertemu dengan wajah Gu Zhangfeng yang nampak mengerenyit aneh, teriakan mengenaskan Gu Zhangfeng pun segera tergiang di telinganya.

"Ah....."

Hati Jin Yuanbao terkesiap, dengan perlahan-lahan ia mengangkat ranting dalam genggamannya, ia melihat bahwa yang ditusuknya adalah......sebuah sepatu bersol putih. Di sebelahnya.

"Byur!", Gu Zhangfeng jatuh terduduk di air, lalu ia memeluk kakinya dan memeriksanya.

"Amituofo, amituofo, untung saja sepatu itu kebesaran....."

"Hahaha....."

"Hehehe....."

Di tepi sungai, suara tawa yang bagai denting genta perak seketika itu juga membelah angkasa....

Tanpa terasa, tirai malam pun turun, cahaya malam bagai air, gunung hijau bagai celak hitam.

Segala penjuru sunyi senyap, hanya terdengar desir angin, kerikan serangga dan gemericik air sungai.

Mereka berempat telah makan dengan kenyang, ada yang berbaring dan ada yang duduk di sekeliling api unggun yang berkobar-kobar, sinar bintang jatuh di atas tubuh mereka.

"Indahnya...."

Yu Qilin dan Jin Yuanbao berbaring bersebelahan sambil memandang angkasa. Dari sudut ini, sungai dan langit yang penuh bintang seakan menjadi satu, sehingga langit yang penuh bintang itu seakan terhampar di kaki mereka.

"Ya.....", Jin Yuanbao memakai sepasang tangannya sebagai bantal, sebuah kakinya terlipat, setangkai rumput terkulum dalam mulutnya. Di sisi lain api unggun itu, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan duduk dengan berendeng pundak, dengan mesra Gu Zhangfeng memandang paras jelita Jiang Xiaoxuan yang kemerahan terkena pantulan cahaya api unggun, ia merasa amat bahagia. Terpengaruh oleh pandangan matanya, Jiang Xiaoxuan pun tersenyum sambil dengan perlahan menambahkan kayu bakar ke api unggun itu. Cahaya malam yang remang-remang bersinar dengan lembut.

"Yuanbao......", Yu Qilin seakan mendadak teringat akan sesuatu.

"Lembah ini begitu indah, bukankah lebih baik......kalau kita memberinya sebuah nama? Untuk meninggalkan kenangan abadi bagi kita?"

Entah kenapa, ketika mengucapkan perkataan itu, hatinya terasa pilu. Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan agak terkejut.

"Hah! Bodoh sekali!"

Walaupun ia berkata demikian, namun Jin Yuanbao meludahkan rumput yang sedang dikulumnya, lalu berpikir sejenak dan berkata.

"Langit begitu penuh bintang, sungai juga penuh bintang, bunga-bunga kecil putih yang bertebaran di padang rumput ini pun mirip bintangbintang......hmm.....seharusnya lembah ini dinamai Lembah Penuh Bintang".

"Bagus sekali!", dengan girang Yu Qilin bertepuk tangan dan tertawa.

"Lembah Penuh Bintang, indah sekali kedengarannya!"

Bima Sakti membentang di angkasa, bagai sungai perak yang tumpah airnya, burung-burung berkicau pelan, keharuman yang samar-samar memancar dari rerumputan dan bebungaan, air sungai bergemericik.....

Sekonyong-konyong membuat orang merasa bahwa dirinya amat kecil, begitu kecil.....seakan hendak meleleh di sini.....
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jin Yuanbao menatap Yu Qilin tanpa berkedip, wajahnya begitu dekat.....wajahnya yang jelita dilihat dari samping, bulu matanya yang melambai-lambai saat ia kegirangan, dan lesung pipit yang muncul di sisi-sisi bibirnya.....

Semuanya itu terukir dalam hatinya, dan membuatnya merasa amat tenteram.

Seakan, asalkan seperti ini, semuanya tak akan sia-sia....

Seumur hidup, asalkan seperti ini, semuanya tak akan sia-sia.....

Sekonyong-konyong, di tengah Bima Sakti, melesat sesuatu yang berwarna keperakan, lalu langsung padam, bagai sebilah pedang tajam yang membelah angkasa malam! "Ah! Bintang jatuh!"

Yu Qilin berseru dengan gembira, ia mencengkeram lengan Jin Yuanbao dan mengoyanggoyangkannya.

"Cepat lihat, cepat lihat! Bintang jatuh! Benarbenar cantik!"

Jin Yuanbao mengalihkan padangan matanya ke angkasa.....

Setelah itu, nampaklah sebuah, dua buah, dan tiga buah.....

Semakin lama semakin banyak bintang jatuh yang terlihat, seakan sedang turun hujan, berseliweran dengan simpang-siur! "Ah, ah! Apakah ini hujan bintang jatuh?", dengan penuh semangat Yu Qilin melompat.

"Indah sekali! Ini adalah untuk pertama kalinya aku melihat hujan bintang jatuh! Cantik sekali, cantik sekali!"

"Benar......indah sekali", Jin Yuanbao berpaling memandangnya, seulas senyum muncul di bibirnya.

"Benar! Cantik sekali!", perhatian Jiang Xiaoxuan pun tertarik ke arahnya, akan tetapi, setelah memandangnya untuk beberapa lama, sinar matanya yang bergairah berubah menjadi gelap......

"Akan tetapi......sayang sekali.....hanya berlangsung dengan begitu singkat". Mendengar perkataannya, Gu Zhangfeng diam-diam mendekatinya dan bersandar padanya, lalu dengan ketololtololan berkata.

"Walaupun singkat, tapi paling tidak sinarnya cemerlang". Mendengar perkataannya, Jiang Xiaoxuan tertegun, perlahanlahan di matanya muncul sebuah sinar yang cemerlang, ia berpaling dan memandangnya dengan sungguh-sungguh, lalu mengangguk-angguk.

"Perkataanmu tak salah, paling tidak sinarnya cemerlang". Setelah berbicara, dengan girang ia berkata dengan lantang.

"Kata orang, kalau kita memanjatkan sebuah permohonan saat ada bintang jatuh, permohonan itu akan menjadi kenyataan!"

"Benarkah?", dengan gembira Yu Qilin memandangnya.

"Xue er, apakah perkataanmu itu benar?"

"Benar!", dengan amat yakin Jiang Xiaoxuan mengangguk. Yu Qilin kegirangan.

"Bagus sekali! Begitu banyak bintang jatuh, aku pun dapat memanjatkan banyak permohonan!"

Setelah berbicara, dengan takzim ia menangkupkan sepasang telapaknya, lalu diam-diam memanjatkan permohonannya kepada bintang-bintang jatuh yang dengan susul menyusul melesat memenuhi langit.

Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng saling memandang, ia pun menirunya dan ikut memanjatkan sebuah permohonan kepada bintang-bintang jatuh itu.

"Hah, kekanak-kanakkan!", Jin Yuanbao mencibir, akan tetapi pandangan matanya sedikit demi sedikit terpaku pada sebuah bintang jatuh, lalu dengan amat perlahan.....sepasang tangannya ikut menangkup dan ia pun diam-diam mengucapkan sebuah permohonan..... Pagi hari itu, sinar mentari bersinar dengan cemerlang, udara segar, awan-awan mungil melayang-layang di langit biru tua, bagai lapisan-lapisan ombak berwarna putih. Butiran-butiran embun yang bening berkilauan jatuh dari dedaunan di pohon-pohon, sarang laba-laba di ranting-ranting pohon pun basah karena embun, bagai kristal yang berkilauan dan tembus pandang, bersinar gemerlapan. Dengan ringan dan riang, kereta kuda itu menempuh perjalanan, suara nyanyian yang riang gembira melayang-layang dibawa angin..... Saat mereka tiba di Dong Luye, sudah tengah hari. Yu Qilin melihat keluar dari jendela kereta, nampaknya desa ini tak makmur, rumah-rumahnya pendek dan reyot, jarang rumah yang nampak bersih dan rapi, di jalanan sekali-kali nampak anjing-anjing yang kurus kering dan bulunya jarang-jarang, begitu melihat kereta kuda itu dari kejauhan, mereka langsung berlari menghindar dengan ekor terjepit diantara kaki mereka. Dengan wajah tertegun orang-orang dewasa melihat kereta itu berjalan mendekat, pakaian anak-anak kecil compang-camping, mereka hendak mendekati kereta namun tak berani, setelah kereta lewat, mereka baru membuntutinya sambil berteriakteriak. Akan tetapi, di desa seperti itu, ternyata mereka berhenti di sebuah kompleks perumahan yang dikelilingi tembok yang terbuat dari batu bata hitam, yang nampak sangat tak serasi dengan desa itu. Di depan pintu rumah itu duduk seorang lelaki kurus kering yang sedang menghisap tembakau dengan pipa bertangkai panjang, begitu melihat kereta kuda datang, dengan kalang kabut ia segera menyelipkan pipanya di ikat pinggangnya, cepat-cepat maju menyambut mereka, lalu membungkuk sembilan puluh derajat, setelah itu ia berdiri di samping kereta seraya berkata dengan pelan.

"Kepala Desa Liu dari Dong Luhe menghadap shaoye dan shao furen! Dan juga tuan muda dan nona ini!"

"Baik", Jin Yuanbao mengangguk-angguk. Begitu melihatnya bersikap tak sopan, Yu Qilin segera meliriknya, lalu maju dan membantu Kepala Desa Liu bangkit. Dengan wajah penuh senyum, Kepala Desa Liu bangkit, lalu membungkuk dan sambil berlari-lari kecil menunjukkan jalan.

"Aku tak berani, aku tak berani! Rumah ini sudah disiapkan untuk tuan, hari ini aku cepat-cepat menyuruh istriku membersihkannya, seprai dan selimut sedang dijemur di halaman....."

Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa dan dengan jengah menarik kembali tangannya.

"Apa ada makanan yang dapat dimakan?", tanya Jin Yuanbao sambil mengelus-elus perutnya yang keroncongan sejak kemarin. Begitu mendengar perkataannya, Kepala Desa Liu menganggukangguk.

"Ada, ada, aku akan segera membawakan dendeng tahun baru, daging hewan buruan dan sayuran segar untuk anda! Shaoye, anda tak usah khawatir!"

Yu Qilin tak tahan melihatnya, ia mengulirkan matanya, lalu seorang diri memasuki halaman itu, melihat halaman yang bersih dan rapi itu, ia mengangguk-angguk dengan puas, setelah itu ia masuk ke dalam rumah untuk melihat-lihat, ranjangnya pun bersih dan rapi.

Melihatnya, Kepala Desa Liu cepat-cepat ikut masuk dan berkata.

"Shao furen, seprai dan selimut ini baru saja diganti, bersih sekali!"

Dengan jengah Yu Qilin tersenyum.

"Paman Liu, kau tak usah terlalu sungkan, kami bukan orang-orang yang rewel".

"Tak berani! Tak berani! Shao furen panggil saja aku si tua Liu, begitu juga bagus....."

Sambil berbicara Kepala Desa Liu hendak mundur ke luar. Setelah berpikir sejenak, Yu Qilin menahannya, lalu bertanya.

"Paman Liu, apakah di desa ini ada seorang bidan tua yang juga bermarga Liu? Yang dahulu mendampingi nyonya, lalu pergi ke desa ini?"

Kepala Desa Liu berpikir sejenak, lalu berkata.

"Maksud anda Bidan Liu? Ada! Setelah dikirim kemari oleh nyonya, ia tinggal di pinggir desa ini. Di depan pintu rumahnya ada sebatang pohon huaihua besar. Kalau shao furen ingin menemuinya, aku akan menyuruh orang membawanya kemari!"

Yu Qilin cepat-cepat menggoyang-goyangkan tangannya.

"Tak usah, tak usah! Kau masakkan makanan dulu di sini, aku dan Yuanbao akan berjalan-jalan di luar sambil menemuinya sendiri". Sambil mengendong tangan di balik punggung, Jin Yuanbao sedang memperhatikan berbagai macam sayuran kering, cabai dan perkakas pertanian yang tergantung di tembok halaman, setelah mendengar perkataan Yu Qilin, ia bertanya padanya.

"Apa bagusnya seorang bidan tua?"

"Karena hidangan belum siap, bisakah kau menemaniku berjalan-jalan?"

Sambil mengerucutkan bibirnya, Yu Qilin berkata dengan tak senang. Begitu melihat matanya yang berbinar-binar, tanpa banyak pikir Jin Yuanbao mengangguk, setelah itu ia agak menyesal, namun ia segera berbalik dan berkata dengan penuh kemenangan.

"Baiklah, aku akan menemanimu". Setelah berbicara, ia mendahuluinya keluar dari pintu. Gu Zhangfeng memberi isyarat dengan matanya kepada Jiang Xiaoxuan, namun sambil tersenyum Jiang Xiaoxuan menahannya.

"Mereka ingin berjalan-jalan berdua saja, kau jangan mengikuti mereka". Gu Zhangfeng tiba-tiba tersadar.

"Kau tak pergi?"

"Aku tak pergi". Mendengar perkataannya itu, Gu Zhangfeng kegirangan.

"Kalau begitu aku juga tak pergi". langsung Sambil bergandengan tangan Jin Yuanbao dan Yu Qilin berjalan ke pinggir desa, di sepanjang jalan, nampak bahwa desa itu sangat miskin, mau tak mau Yu Qilin pun mengerutkan keningnya. Perlahan-lahan, dengan menuruti petunjuk para pejalan kaki, mereka tiba di depan sebuah rumah petani, rumah itu bahkan tak bertembok, hanya dikelilingi oleh pagar bambu, sedangkan tembok di dalam rumah itu diplester dengan lumpur. Di halamannya tumbuh sebatang pohon huaihua, saat itu sedang musim pohon huaihua berbunga, begitu angin bertiup, pohon itu bergoyang-goyang, dan kuntum-kuntum bunga pun melayang-layang turun bagai salju yang luruh. Dengan seksama Yu Qilin mengingat-ingat pohon huaihua itu, setelah itu ia berseru dengan nyaring.

"Apakah Liu Popo ada di sini? Apakah Liu Popo ada disini?"

Namun setelah menunggu beberapa lama, tak ada jawaban.

Jin Yuanbao merasa tak sabar, dengan langkah-langkah lebar ia masuk ke dalam, lalu mengangsurkan tangannya dan dengan pelan mendorong pintu rumah yang tak terkunci.

Dengan suara berderit pintu itu terbuka, di dalam rumah itu, seorang nyonya tua berbaring di sebuah kursi malas sambil terkantuk-kantuk.

Yu Qilin memandangnya untuk beberapa saat, maju ke depan, lalu dengan suara pelan berkata.

"Apakah kau Liu Popo?"

Si nyonya tua memandang Yu Qilin dan berusaha mengenalinya untuk beberapa saat, lalu mengangguk. Yu Qilin merasa girang.

"Jin Yuanbao, cepat ikut aku masuk!"

Jin Yuanbao melirik ruangan itu dengan sikap merendahkan, dengan heran ia bertanya.

"Untuk apa masuk kemari?"

"Apakah kau tak ingin menemui orang yang membantu kelahiranmu?"

Wajah Yu Qilin nampak bersemangat. Jin Yuanbao meliriknya dengan angkuh.

"Aku benar-benar tak bisa memahami rasa ingin tahumu yang terlalu besar". Akan tetapi ia masih ikut masuk ke dalam rumah itu bersamanya. Sambil tersenyum lebar, Yu Qilin duduk di samping Bidan Liu. Begitu melihat bahwa rumah itu kotor, Jin Yuanbao merasa lebih suka berdiri. Bidan Liu memicingkan matanya dan memandang Yu Qilin sambil tersenyum lebar, ia tak berkata apa-apa dan juga tak menghindar. Yu Qilin merasa bimbang, ia melihat bahwa celana compang-camping yang dipakai Bidan Liu sudah terurai benangnya, sedangkan sehelai perban terlilit dengan sembarangan di kakinya, Yu Qilin merasa sedih, ia menunduk dan membuka perban Bidan Liu, lalu membetulkannya dan mengikatnya. Dengan tenang Bidan Liu membiarkan Yu Qilin merawatnya. Dengan penuh perhatian Jin Yuanbao memperhatikan tindak tanduk Yu Qilin, pandangan matanya perlahan-lahan melembut.

"Liu Popo, sudah berapa tahun kau hidup sendirian?"

Melihat wajahnya, mau tak mau hati Yu Qilin terasa pedih. Namun Bidan Liu tak menjawab, ia hanya mengangsurkan tangannya dan membelai-belai rambut Yu Qilin. Yu Qilin menengadah, matanya yang besar berbinar-binar.

"Liu Popo, aku sengaja datang mencarimu, pemuda ini adalah tuan muda Wisma Jin, Jin Yuanbao. Bertahun-tahun yang silam, kau membantu kelahirannya!"

Begitu Bidan Liu mendengar kata-kata Wisma Jin dan tuan muda, sinar matanya sedikit demi sedikit terpusat, dengan bimbang tangannya yang keriput berhenti bergerak, lalu ia memandang Jin Yuanbao.

"Liu Popo.......", Yu Qilin menahan semangatnya yang berkobarkobar, dengan serius ia menatap Bidan Liu.

"Apakah kau ingat keadaan saat kau membantunya dilahirkan?"

Melihat sinar mata Yu Qilin yang penuh harap, Jin Yuanbao makin tak paham dan makin tak sabar.

"Kita jauh-jauh kemari hanya untuk mengenang masa lalu bersama seorang nenek tua?" "Ssst!", Yu Qilin memberi Jin Yuanbao isyarat supaya diam seraya menatapnya. Bidan Liu seakan teringat akan sesuatu, sinar matanya sedikit demi sedikit menjadi terang, tiba-tiba ia membuka mulutnya.

"Ingat, ingat, kamar itu dihias dengan lebih indah dari istana!"

Yu Qilin tercengang. Melihatnya, Jin Yuanbao merasa geli.

"Kau menyuruhku datang hanya untuk menemui nenek sinting ini?"

Yu Qilin merasa kesal.

"Dia hanya linglung, bukan sinting!"

Jin Yuanbao mengerutkan keningnya dan hendak membantah, namun melihat wajah Bidan Liu yang mengenaskan, dalam hatinya timbul rasa iba.

"Baiklah, baiklah, aku mengerti. Biarkan dia bercerita tentang peristiwa kelahiranku, lalu beri dia uang". Saat itu, Kepala Desa Liu masuk dan membungkuk.

"Shaoye, setelah tahu shaoye datang, beberapa petani penggarap tua sekarang menunggu di desa untuk menyambut dan bersujud pada anda, serta menanyakan keadaan nyonya".

"Oh, apakah mereka pegawai lama ibuku?", Jin Yuanbao sepertinya agak tertarik, ia berpaling ke arah Yu Qilin.

"Pegawai lama ibuku harus kutemui. Ayo pergi!"

Yu Qilin menatapnya, kembali menatap Bidan Liu, lalu menggeleng.

"Kau pergilah dahulu, aku akan tinggal di sini sebentar lagi". Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, namun tak mencegahnya.

"Kalau kau ingin menyia-nyiakan waktu disini, terserah, sebentar lagi aku akan menjemputmu". Setelah memandang Jin Yuanbao berjalan menjauh, Yu Qilin baru menarik sebuah bangku mendekati Bidan Liu, lalu bertanya dengan berbisik.

"Liu Popo, aku ingin tahu bagaimana keadaan saat kau membantu Nyonya Jin melahirkan, apakah kau dapat memberitahukannya padaku?"

Melihat ekspresi wajahnya yang sungguh-sungguh dan tenang, Bidan Liu sepertinya sadar bahwa masalah ini adalah masalah yang serius, dengan perlahan ia merenung, wajahnya nampak bersungguh-sungguh, bahkan agak kesakitan.....

Yu Qilin tak dapat menahan dirinya lagi, ketika ia baru hendak membuka mulutnya, Bidan Liu tiba-tiba bersuara, dengan jelas ia berkata.

"Nyonya apa? Ia jelas-jelas seorang selir!"

Walaupun ia sudah tahu tentang kenyataan itu, namun ini adalah untuk pertama kalinya ia mendengarnya dari mulut orang yang hadir dalam peristiwa itu, maka Yu Qilin pun tak dapat menahan rasa gembiranya! "Anda berkata bahwa yang melahirkan Jin Yuanbao bukan Nyonya Jin melainkan seorang selir?"

Bidan Liu mengangguk, lalu mengumam.

"Selir Wang.....tapi nyonya mengurusnya dengan sangat baik, seorang bocah yang sangat gemuk, beratnya delapan jin, ketika aku mengendongnya, ia menangis, di pinggang belakangnya juga ada sebuah tanda lahir merah berbentuk bulan, ketika pertama kali melihatnya aku mengira bahwa tanda itu muncul karena aku terlalu keras mencubitnya, aku takut akan dihukum nyonya, akan tetapi setelah kembali memperhatikannya, ternyata itu adalah sebuah tanda lahir bawaan...."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu mendengar sampai di sini, Yu Qilin tak tahan lagi, ia segera bangkit, ia hampir-hampir tak bisa menahan rasa girangnya, bahkan suaranya pun bergetar.

"Anda tunggu sebentar, aku akan memanggil tuan muda ke sini, lalu ceritakanlah semuanya padanya!"

Jin Yuanbao tak menyangka bahwa ketika ia baru saja pergi, ia telah ditarik kembali oleh Yu Qilin, akan tetapi melihat wajahnya yang cemas, ia tak dapat menahan diri untuk tak dengan puas diri berkata.

"Apa-apaan ini?! Apakah kau tak bisa meninggalkanku barang sekejap pun?"

Yu Qilin enggan menghiraukannya, ia segera menariknya ke hadapan Bidan Liu, lalu berkata kepadanya.

"Liu Popo, perkataan yang baru kau katakan padaku itu, katakanlah padanya, bagaimana?"

Setelah berbicara ia menunggu sambil menahan napas.

"Kau menyuruhku datang untuk mendengarkan titah kekaisaran apa?", Jin Yuanbao kebingungan. Dengan wajah kebingungan Bidan Liu berganti-gantian memandang mereka berdua, mendadak ia menyeringai dan memperlihatkan giginya yang jarang-jarang, lalu dengan ramah memandang Jin Yuanbao, ia seakan tenggelam ke dalam kenangan masa silam.

"Kau sudah besar". Dengan penuh harapan Yu Qilin memandang Bidan Liu, hatinya gelisah.

"Pasangan yang sangat serasi", Bidan Liu tersenyum. Yu Qilin tercengang. Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tak bisa menahan senyumnya.

"Kau datang untuk menyuruhku mendengarkan perkataan ini? Apakah ada orang lain yang akan memberitahuku tentangnya?"

Dengan kesal Yu Qilin menghentakkan kakinya.

"Bukan ini! Tapi perkataan yang sangat penting!"

Ia cepat-cepat berkata kepada Bidan Liu.

"Liu Popo, katakanlah kembali perkataan yang baru saja kau beritahukan padaku!"

Tiba-tiba Bidan Liu menatap Jin Yuanbao tanpa berkedip. Jin Yuanbao terkejut, bulu romanya berdiri. Bidan Liu berpikir sejenak, lalu dengan serius menunjuk Yu Qilin.

"Dia benar-benar baik padamu, kau harus mempercayainya".

"Hah?", Yu Qilin amat terkejut. Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tertegun, namun dengan lembut ia lalu mengangguk-angguk.

"Ya, ya, ia memang benarbenar baik padaku, tentu saja aku bisa mempercayainya". Mendengar perkataannya itu, Bidan Liu nampak merasa lega, ia tertawa terkekeh-kekeh dengan ketolol-tololan, air liur bening meleleh dari bibirnya. Melihat wajahnya, obsesi Jin Yuanbao terhadap kebersihan pun muncul, sambil mengerutkan keningnya, ia segera menarik Yu Qilin, hendak cepat-cepat pergi. Yu Qilin tak menyerah, sambil berjalan ia berpaling ke belakang, akan tetapi Bidan Liu sama sekali tak bereaksi, rupanya ia telah menjadi linglung. Mereka berdua berjalan pulang. Di sepanjang jalan Jin Yuanbao tersenyum, namun dalam hati Yu Qilin masih belum bisa menerima keadaan itu.

"Bagus sekali, kau mencari seorang nenek mengucapkan kata-kata bagus untuk kudengar". tua untuk "Perkataan yang aku ingin kau dengar bukan perkataan itu", Yu Qilin merasa kesal. Jin Yuanbao mendengar perkataannya, namun dengan tak percaya ia melambaikan tangannya.

"Kau sendiri dengan tebal muka berkata padaku, 'Yuanbao, aku berharap kau baik padaku', bukankah itu sudah bagus?" "Apa?!", Yu Qilin merasa geram, ia mengejar, hendak memukul Jin Yuanbao, namun Jin Yuanbao menghindar dengan gesit, kekesalan dalam hati Yu Qilin pun berkurang banyak. Mereka berdua saling berkejaran, di sepanjang jalan Yu Qilin tertawa-tawa, namun ia masih tak tahan melihat keadaan desa Dong Luhe yang miskin dan reyot.

"Desa ini benar-benar.....sangat melarat!"

Begitu mereka tiba di rumah besar itu, nasi dan lauk pauk telah siap.

Perlahan-lahan, meja itu dipenuhi berbagai macam daging dan sayur-sayuran, walaupun tidak dimasak dengan halus, namun aromanya yang menyeruak ke dalam hidung sangat wangi.

Dengan kepala penuh keringat, Kepala Desa Liu berlari masuk, lalu menaruh sebuah bakul yang penuh berisi nasi yang putih bersih, setelah itu dengan agak jengah ia berkata.

"Tuan dan nyonya muda, tuan muda dan nona, selamat makan, selamat makan! Panen tahun lalu tak baik, setelah membayar sewa, beras yang tersisa tak banyak. Beras halus ini sengaja dipersiapkan untuk tuan tanah yang datang berkunjung, sangat berbeda dengan yang biasanya kami makan sehari-hari". Sambil mengerutkan keningnya, Jin Yuanbao memandang nasi yang disebut beras halus oleh kepala desa itu, jelas bahwa nasi itu jauh lebih rendah mutunya dari yang biasa dimakannya. Kepala Desa Liu belum juga pergi, dengan wajah jengah ia berdiri di samping mereka, setelah beberapa saat ia baru bertanya.

"Shaoye kali ini datang, entah ada urusan apa? Apakah hendak menagih sewa tahun ini? Mohon belas kasihan shaoye, panen tahun lalu benar-benar buruk. Sewa pun sama sekali tak dikurangi, dan sampai sekarang juga belum ditangguhkan...."

Sumpit Jin Yuanbao berhenti bergerak, dengan hambar ia berkata.

"Saat makan aku tak mau berbicara tentang urusan pekerjaan. Mengenai uang sewa, pengurus rumah tangga kami akan datang mencari kalian, aku tak mengurusnya".

"Baik. Baik", Kepala Desa Liu mundur, akan tetapi rasa putus asa di wajahnya sulit disamarkan. Yu Qilin seakan terbenam dalam lamunan, ia makan tanpa merasakan rasanya, dengan perlahan ia menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Setelah makan beberapa suap, Jin Yuanbao menghentikan gerakan sumpitnya, memandangnya, lalu berkata.

"Kenapa kau tak makan lauk?"

Yu Qilin memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Aku tak lapar".

"Kemarin kita seharian tak makan nasi, apa kau tak lapar?", dengan dagunya ia menunjuk ke arah Gu Zhangfeng.

"Coba lihat, dia makan dengan begitu lahap". Yu Qilin memandang Gu Zhangfeng yang sedang makan dengan lahap, lalu melirik Jin Yuanbao, tanpa banyak bicara, ia mengangkat mangkuk nasinya, lalu dengan asal makan beberapa suap nasi, akhirnya ia menaruh mangkuk itu, bangkit, dan berkata.

"Aku sudah kenyang, kalian makan saja". Mendengar perkataannya, dengan tenang Jin Yuanbao bangkit.

"Aku juga sudah kenyang, kalian makanlah dulu, kami berdua akan berjalan-jalan".

"Hah?", Gu Zhangfeng mengangkat kepalanya.

"Baru kembali, tapi sudah mau pergi lagi?"

Melihatnya masih berbicara walaupun mulutnya penuh nasi, Jiang Xiaoxuan tak kuasa menahan tawa, dengan lembut ia memukulnya dengan sumpitnya, lalu berkata.

"Cepat makan makananmu, tak usah mengurusi orang lain".

"Oh...."

Yu Qilin berjalan tanpa tujuan di jalanan, Jin Yuanbao menempelnya dengan rapat, mereka berdua berjalan beriringan, lalu akhirnya berhenti di depan sebuah rumah reyot.

"Kau merasa tidak, bahwa penduduk Desa Dong Luhe ini sangat miskin, tapi kita datang ke sini dan berpesta pora bagai sekawanan belalang, apakah dalam hati kau tak merasa bersalah?", dengan dingin Jin Yuanbao bertanya. Yu Qilin menghentikan langkahnya, lalu langsung berbalik menghadapnya, dengan sangat tegas ia berkata "Benar, Kepala Desa Liu sudah berkata dengan jelas, panenan buruk tapi mereka masih harus membayar uang sewa".

"Desa petani memang pada dasarnya bergantung pada langit untuk dapat makan, kalau panenan bagus, beras akan memenuhi lumbung, tapi kalau panenan buruk, mereka hanya bisa bertahan seperti ini saja. Tidak hanya desa milik keluarga Jin kita yang seperti ini, seluruh negara Ming Agung ini adalah desa milik kaisar, bukankah keadaannya juga sama seperti ini?", dengan hambar Jin Yuanbao berkata.

"Benar......", dengan murung Yu Qilin berkata.

"Kalau mereka begitu miskin, bagaimana kita sehari-hari dapat makan dengan begitu enak?"

Mendengar bara yang tersirat dalam ucapannya, Jin Yuanbao mengerutkan keningnya tanpa berkata apa-apa, namun kemudian berkata dengan amat tenang.

"Apakah kau merasa tak adil kalau di Wisma Jin kita hidup dalam kemewahan, sedangkan orang-orang di sini bersusah payah mengais sesuap nasi?"

Yu Qilin memandangnya dengan tajam, lalu berkata dengan keras kepala.

"Kupikir kau tak sadar, bagus kalau ternyata kau menyadarinya". Jin Yuanbao tak berkata apa-apa selama beberapa saat, lalu sambil mengendong tangan di balik punggung, ia memandang matahari yang sedang terbenam di kejauhan. "Apakah kau tahu, bahwa tanpa perlindungan Keluarga Jin kami, mereka bahkan tak bisa mendapatkan panenan yang buruk ini dan sudah lama menjadi pengungsi?"

Jelas bahwa Yu Qilin baru untuk pertama kalinya mendengar tentang hal ini, ia mengigit bibirnya dan tak menjawab. Jin Yuanbao memandangnya, tak nyana, di wajahnya muncul ekspresi bersungguh-sungguh yang jarang terlihat.

"Aku tahu, kau masih merasa bahwa hal ini tak adil. Tapi apakah terpikir olehmu bahwa aku adalah tuan muda Wisma Jin? Kalau aku membuat masalah, hidup banyak orang yang bergantung padaku akan terpengaruh, dan aku sendiri akan menghadapi krisis yang entah berapa kali lipat lebih parah, pohon tinggi mengundang angin, lengah sedikit saja, nasib keluarga Jin dapat dalam sekejap mata berbalik, dan setelah itu entah berapa banyak kepala akan menggelinding. Mereka tak bisa membayangkan bagaimana aku melewatkan hari-hariku, dan mereka pun tak bisa membayangkan besarnya tekanan yang harus kuhadapi". Yu Qilin tak berkata apa-apa, ia tak bisa membantah, dan juga tak bisa menyetujuinya.

"Kau hanya melihat bahwa para petani pengarap itu seperti rumput liar, tapi kau lupa bahwa bahkan kau dan aku pun pada akhirnya akan menghadapi suatu keadaan dimana kita tak bisa memilih, kau dan aku belum pernah bertemu, tapi demi kepentingan putra mahkota, kita terpaksa menikah, apakah ini adil bagi kita berdua? Bukankah kita seperti para petani pengarap itu, hanya bisa dengan tak berdaya menerima nasib ini?"

Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin memandangnya dengan amat cemas, setelah beberapa saat ia baru perlahan-lahan bertanya.

"Apakah kau sangat tak menyukai pernikahan yang dianugerahkan oleh kaisar ini?"

Jin Yuanbao tak sadar bahwa Yu Qilin merasa putus asa, tanpa berpikir panjang ia berkata.

"Aku tak suka dimanipulasi orang lain, dalam lingkup yang terbatas, aku berharap dapat berjuang untuk mendapatkan kebebasan dan keadilan yang sebesarbesarnya.....oleh karenanya, aku memilih untuk menjadi seorang bukuai. Keadilan tak bisa kudapatkan bagi orang lain dengan semata-mata mengandalkan diriku sendiri, akan tetapi keadilan adalah.....tak memperlakukan orang baik dengan tak adil, dan tak melepaskan orang jahat, ini adalah cita-citaku, Jin Yuanbao". Yu Qilin amat jarang melihat seorang Jin Yuanbao yang seperti ini, di bawah sinar mentari senja, watak Jin Yuanbao yang angkuh dan tak sudi tunduk pada orang lain, bertambah dengan tekad kuat dan kerendahan hati, sesuatu yang selama ini tak pernah diperhatikan oleh dirinya.

"Ya", untuk pertama kalinya, dengan rasa kagum yang berasal dari lubuk hatinya, ia mengangguk. Jin Yuanbao menarik tangan Yu Qilin dan mengajaknya berbalik untuk berjalan pulang. Sebuah rumah yang sebelumnya tak mereka perhatikan muncul dalam pandangan mata mereka berdua, rumah itu sangat bobrok, atapnya seperti akan runtuh. Yu Qilin tak bisa menahan dirinya untuk tak berhenti melangkah dan mengintip ke dalamnya. Saat itu, dari balik jendela muncullah seraut wajah yang sangat kotor, jelas bahwa ia telah lama memata-matai mereka. Setelah itu, seseorang berbaju compang-camping, nampaknya seorang wanita yang kurus kering karena kelaparan, dengan bimbang keluar dari rumah itu. Melihatnya, Yu Qilin melangkah ke depan, lalu dengan lembut bertanya.

"Rumah ini sepertinya akan ambruk, apakah tak berbahaya tinggal di dalamnya?"

Wanita itu memandangnya untuk beberapa saat, lalu berkata dengan terbata-bata.

"Ayah anakku telah meninggal karena batuk berdarah dua tahun yang lalu, kami tak punya uang". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin merasa sangat iba. Jin Yuanbao berdiri dengan kalem di sampingnya, di wajahnya nampak ketenangan yang sebelumnya belum pernah nampak. Sekonyong-konyong, di ambang jendela muncullah wajah seorang gadis muda, ia ketakutan, penuh rasa ingin tahu dan kelaparan. Yu Qilin memandang wanita itu, lalu bertanya.

"Apakah dia putrimu?" Wanita itu mengangguk.

"Dia adalah putriku". Yu Qilin mengerutkan keningnya. Wanita itu menjadi salah paham, ia cepat-cepat menjelaskan.

"Bukankah kau seharusnya keluar untuk menyambut tuan dan nyonya muda? Benar-benar......", wajahnya nampak amat malu.

"Ia sudah menjadi seorang gadis besar, tapi pakaian yang dikenakannya memalukan...."

Kali ini bahkan Jin Yuanbao pun tergerak.

Yu Qilin tak berkata apa-apa lagi, ia mencopot jepit rambut emas dari kepalanya dan menaruhnya dalam tangan wanita itu, lalu berbalik dan keluar dari halaman itu.

Jin Yuanbao mengikuti di belakangnya, suara berterima kasih wanita itu masih sayupsayup terdengar di sepanjang jalan.

Wajah Yu Qilin makin nampak kesusahan, dengan perlahanlahan ia melangkah ke rumah besar, bahkan sejak kapan Jin Yuanbao tak lagi mengikutinya pun ia tak tahu.

Senja itu, Yu Qilin seorang diri duduk di dalam rumah yang sederhana dan kasar namun sangat bersih itu, sambil bertopang dagu, ia memandangi pemandangan di balik jendela sambil merenung.

Tiba-tiba, dengan tergopoh-gopoh Kepala Desa Liu berlari masuk dari luar, begitu melihat Yu Qilin dari kejauhan, ia langsung berlutut dan bersujud di luar jendela.

Dengan terkejut Yu Qilin melompat menghindar.

"Paman Liu, apa yang kau lakukan?"

"Xiaoren mewakili seluruh keluarga petani di Dong Luhe, hendak mengucapkan banyak terima kasih pada shaoye, shao furen dan nyonya! Xiaoren sangat kagum dan berterima kasih atas kemurahan hati para majikan sekalian!"

Kepala Desa Liu tak henti-hentinya bersujud.

"Cepat bangun! Sebenarnya ada apa?"

Sambil berbicara, Yu Qilin berlari-lari kecil keluar, setelah sebelumnya membantunya berdiri. Ketika dibantu berdiri olehnya, wajah Kepala Desa Liu nampak kegirangan, dengan terbata-bata ia berbicara dengan tak jelas, lalu memukul pahanya.

"Shao furen mohon ikut aku! Begitu melihatnya anda akan tahu!"

Begitu melangkah keluar dari pintu, pemandangan di depan mata Yu Qilin membuatnya sangat terkejut.

Di tengah ladang gandum dinyalakan sebuah api unggun besar, beberapa buah gerobak diletakkan di sampingnya, Gu Zhangfeng memimpin beberapa pemuda mengambil buku-buku pembukuan dari gerobak-gerobak itu, lalu dengan bersemangat melemparkannya ke dalam api, para penduduk desa mengelilingi mereka, mereka sangat gembira, bahkan beberapa orang tua sampai mencucurkan air mata.

Jiang Xiaoxuan berdiri di depan api unggun sambil memandang Gu Zhangfeng bertindak, wajahnya nampak tersentuh dan girang.

Di samping api unggun itu, Jin Yuanbao berdiri dengan tenang sambil menggendong tangan dibalik punggung, dengan penuh perhatian ia memandangi lidah-lidah api yang berkobar-kobar itu, ia seakan tak perduli pada suara-suara berterima kasih yang terdengar dari sekelilingnya, namun di wajahnya nampak seulas senyum hambar.

Pakaian putihnya bagai salju, rambut hitamnya bagai air terjun, cahaya api menyinarinya, di tengah gelap dan terang, bayangannya seakan bergoyang-goyang dalam kegelapan dan cahaya, bayangan itu makin menonjolkan raut wajahnya yang dingin bagai gunung yang tak bergeming, wajahnya tampannya yang bagai diukir dengan golok nampak seperti lukisan wajah seorang dewa yang terbuang.....

Mungkin, ini adalah perwujudan seorang anggun yang cemerlang luar biasa seperti yang sering disebut-sebut orang.....

"Shao furen.....", suara Kepala Desa Liu memotong rantai pikiran Yu Qilin, ia maju selangkah dan menunjuk ke arah buku-buku pembukuan itu, lalu berkata dengan suara yang agak bergetar.

"Shaoye bermurah hati, ia menyuruh kami membakar semua buku pembukuan dari tiga tahun terakhir, ia berkata bahwa seluruh kelebihan panen tiga tahun terakhir ini dikembalikan kepada kami, sedangkan tunggakan pembayaran semuanya dihapus!" "Apa?!", Yu Qilin kegirangan, ia memandang Jin Yuanbao yang berdiri beberapa langkah di samping api unggun, disinari cahaya api.

"Selain itu.....", dengan gemetar Kepala Desa Liu mengusap air mata di sudut-sudut matanya.

"Shaoye juga berkata, panen tahun ini tidak baik, mungkin tiga tahun belakangan ini tak ada kelebihan panen....."

Ia tak bisa menahan nada suaranya untuk tak meninggi.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kata shaoye, sejak tahun ini, kami dibebaskan dari pembayaran sewa selama tiga tahun. Selain itu, setelah ini kalau kami kekurangan pangan, ia akan meminjamkan gandum dan uang kepada kami!"

Mendengar Kepala Desa Liu mengumumkan hal ini dengan suara nyaring, para penduduk desa bersorak-sorai, suara mereka bagai gelombang yang makin lama makin tinggi.

Mendengar suara itu, Gu Zhangfeng pun menjadi tergerak, ia makin bersemangat membakar buku-buku itu dan sekalian mencabik-cabiknya.

Sekonyong-konyong, sambil tersenyum Jiang Xiaoxuan melangkah ke depan dan membantu Gu Zhangfeng merobekrobek buku-buku itu, lalu melemparkannya ke dalam api, serpihan-serpihan kertas pun berterbangan bagai kupu-kupu.

Dengan air mata berlinangan dan hati yang penuh rasa kagum dan berterima kasih, Yu Qilin memandang Jin Yuanbao yang berada di sisinya.

Dipandang olehnya, Jin Yuanbao yang sedang menatap api unggun itu dengan tenang pun berpaling sambil tersenyum, Yu Qilin berjalan ke hadapannya, lalu menengadah dan menatap wajah tampannya yang disinari cahaya api.

Dipandang dengan pandangan matanya yang berbinar-binar, Jin Yuanbao merasa agak jengah, ia mendehem, memecahkan kesunyian itu.

"Ada apa? Cara ini lumayan, bukan? "Ya!", Yu Qilin memujinya dari lubuk hatinya yang terdalam.

"Ya, caramu ini lebih baik". Melihat wajahnya yang penuh keyakinan, Jin Yuanbao merasa hatinya manis bagai madu, ia segera berkata dengan penuh kemenangan.

"Tentu saja, otakmu itu mana bisa dibandingkan denganku?"

Malam itu, dengan riang gembira Kepala Desa Liu membawa sekeranjang besar ubi ungu, kacang tanah, biqi dan lain-lain ke rumah besar.

"Semua ini baru saja dipanggang, kami persembahkan untuk shaoye dan shao furen! Arak ini kami buat sendiri, arak ini keras, namun setelah meminumnya tak akan pusing. Tuan-tuan semua silahkan minum sepuasnya, aku akan menunggu di luar untuk melayani kalian!"

Setelah berbicara, dengan riang ia mengundurkan diri. Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao mengangkat alisnya, dengan santai ia memungut sebutir biqi, lalu tersenyum dan berkata.

"Begitu membakar buku pembukuan, sambutannya langsung berbeda, semua punya sayuran pilihan yang ditanam sendiri". Gu Zhangfeng menjulurkan lehernya untuk mencium bau arak yang dibawa oleh Kepala Desa Liu.

"Wangi sekali!", setelah itu ia mengambil sebuah kotak obat dari saku dadanya.

"Untung saja aku telah mempersiapkannya! Menurutku, kalau kau ingin minum arak bagus, kau harus minum Pil Seribu Cawan Tak Mabuk racikanku!"

Yu Qilin memandangnya dengan heran.

"Apa itu?"

Mendengar perkataannya, Jiang Xiaoxuan berkata seraya tersenyum.

"Ia meraciknya sendiri, katanya kalau dikulum di mulut, walaupun minum banyak tak akan mabuk".

"Hah!", Jin Yuanbao mendengus dengan sikap merendahkan, ia memenuhi cawan Gu Zhangfeng.

"Kau membuang arak bagusku di pintu belakang, tapi masih berani bicara, ayo, aku akan membuat perhitungan denganmu". Dengan serius, Gu Zhangfeng mengeluarkan sebutir pil putih dan menaruhnya di lidahnya, lalu minum secawan arak pertamanya, setelah itu, ia mengangkat kotak obat itu dan menunjukkannya kepada semua orang, mereka bertiga pun mengangguk-angguk. Mereka berempat minum obat itu, namun dengan cepat lidah Gu Zhangfeng terasa tebal, pandangan matanya kabur, jelas bahwa ia mabuk. Melihatnya, dengan bersungguh-sungguh Jin Yuanbao berkata.

"Rupanya obat ini sedikit ada gunanya, ini adalah cawan ketujuh belas, biasanya aku hanya bisa minum tiga cawan saja. Hei, kau telah bekerja keras, minumlah, minumlah sembilan ratus delapan puluh tiga cawan, aku percaya penuh pada obatmu!"

Dengan gagah berani Gu Zhangfeng menangkis tangan Jin Yuanbao.

"Aku tak perlu kepercayaanmu! Aku memiliki Xue er!", setelah itu, dengan berani ia berpaling memandang Jiang Xiaoxuan dan menarik tangannya.

"Xue er, aku......aku sangat menyukaimu! Sejak kecil aku ingin menjadi tabib, tapi bahkan ibuku sendiri menganggapku hanya membuat onar saja, hanya kaulah yang bersedia menuruti resepku, dan bersedia menemaniku meracik obat, aku ingin melewatkan hidupku denganmu, apakah kau bersedia?"

Mata Gu Zhangfeng berkilat-kilat, dengan tulus dan sungguhsungguh, seperti seekor anjing kecil yang polos, dengan penuh harapan ia memandang Jiang Xiaoxuan, tangan Jiang Xiaoxuan digenggam olehnya, namun Jiang Xiaoxuan tak berusaha melepaskan tangannya, melihat sinar matanya yang tulus, wajah Jiang Xiaoxuan perlahan-lahan menjadi muram, setelah beberapa lama ia berkata.

"Aku juga sangat senang karena dapat membantumu".

"Hah? Membantuku?", dengan sekuat tenaga Gu Zhangfeng mengkedip-kedipkan matanya, ia berpikir keras untuk memahami arti perkataan itu. Jiang Xiaoxuan menunduk, ia tangannya, namun tak berhasil. berusaha untuk menarik Gu Zhangfeng masih tak mengerti, Jin Yuanbao bangkit dengan susah payah, matanya memandang Yu Qilin dengan berbinarbinar.

"Kalian kakak beradik lebih saling memahami, beritahulah si tabib tolol ini, apa arti perkataannya? Setuju atau tidak? Apakah kau bisa langsung mengatakannya?"

Dengan penuh harap Gu Zhangfeng memandang Yu Qilin.

Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa, ia dan Jiang Xiaoxuan yang berada di seberang meja saling memandang.

Kedua pria itu sudah linglung karena mulai mabuk, sedangkan kedua wanita itu diam-diam merasa bersalah.

Gu Zhangfeng menunggu beberapa lama, lalu ia tak tahan lagi, karena mabuk ia ambruk ke atas meja.

Dengan sekuat tenaga Jiang Xiaoxuan menarik tangannya, lalu keluar dari rumah seorang diri.

Dengan mata yang kemerahan karena mabuk, Jin Yuanbao memandang punggung Jiang Xiaoxuan, dengan penuh perasaan ia menghela napas.

"Ternyata mukanya tipis". Setelah itu ia berpaling ke arah Yu Qilin dan memandangnya dengan mata berbinar-binar, ia mengangsurkan tangannya, hendak membelai wajah Yu Qilin, namun tak mengenai sasaran.

"Kalau kau bagaimana?" Yu Qilin memandang sinar matanya yang panas membara.

"Aku kenapa?"

Sambil bertumpu pada meja, Jin Yuanbao bangkit, sikapnya yang biasanya tenang dan angkuh sama sekali tak terlihat, ia berkonsentrasi menatap Yu Qilin tanpa berkedip dengan penuh gairah.


Tembok Besar Karya Unknown Tiga Mutiara Mustika Karya Gan Kl Pelarian Karya Alviorita

Cari Blog Ini