Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 16
Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa dan hanya menunggu saja.
Dengan tak berdaya Yu Qilin menghela napas, lalu perlahanlahan mengenggam tangan Jin Yuanbao.
"Sifat jelekmu sungguh banyak, kau suka hidup enak, mulutmu jahat, dengan mengandalkan kepintaranmu kau suka memandang rendah orang lain, kau selalu mengomentari dengan sinis apapun yang kulakukan,.....tapi menurutku kau juga sangat baik, kau menjadi seorang bukuai adalah sangat baik, kau menolong orang adalah sangat baik, kau memperlakukanku dengan sangat baik, Yuanbao, aku sangat menyukaimu". Jin Yuanbao menggunakan kesadarannya yang tersisa untuk mendengarkan kata-kata yang terakhir itu, senyum pun muncul di wajahnya, ia hendak berbicara, namun seketika itu juga jatuh tertidur. Jiang Xiaoxuan berdiri seorang diri di pojok desa itu, benaknya penuh pikiran, Yu Qilin melangkah keluar dari rumah seorang diri, tanpa berkata apa-apa, mereka sepakat untuk pergi berjalan-jalan, di sepanjang jalan mereka merenungkan masalah mereka masing-masing. "Sekarang aku memahami apa maksud perkataan ibuku yang menyebut kita dua belalang yang terikat pada tali yang sama", Jiang Xiaoxuan tertawa getir.
"Kau suka pada Zhangfeng, benar tidak?", tanya Yu Qilin. Jiang Xiaoxuan berkata dengan lirih, seakan sedang menertawai dirinya sendiri sekaligus menjawabnya.
"Benar, sepertinya kau juga suka pada Yuanbao". Yu Qilin menatapnya dengan tajam tanpa berkata apa-apa. Mereka berdua kembali berjalan dengan diam seribu bahasa. Setelah berjalan untuk beberapa saat, Yu Qilin memandang bintang-bintang yang berkilauan di angkasa, ia teringat akan kebahagiaan mereka kemarin di Lembah Penuh Bintang dan tak dapat menahan dirinya untuk tak bertanya.
"Menurutmu, apakah kita dapat terus bertukar kedudukan seperti ini?", setelah selesai berbicara, mau tak mau ia tertawa.
"Aku tahu, ini hanya mimpi di siang bolong, tak mungkin terjadi". Tanpa berkata apa-apa, Jiang Xiaoxuan mengangguk.
"Bagaimana kalau semuanya terungkap? Kita akan melibatkan dua orang......dua orang yang dengan sepenuh hati bersikap baik pada kita". Dengan diam, Yu Qilin memandang langit yang penuh bintang.
"Sebenarnya yang paling kutakutkan bukan hal itu".
"Apa?" Yu Qilin menarik napas panjang, lalu menengadah dan memandang Jiang Xiaoxuan.
"Menurutmu, kalau Yuanbao tahu bahwa identitasku palsu, dan identitasmu juga palsu, dan selama ini aku tak pernah pernah mengatakan hal yang sebenarnya kepadanya, apa yang akan dia perbuat?"
Jiang Xiaoxuan terkesiap.
"Ia adalah orang yang tak mau dibohongi, kalau ia tahu bahwa selama ini aku menipunya, apa yang akan dilakukannya?"
Di wajah Yu Qilin nampak rasa sedih yang sulit disembunyikan.
"Tapi aku juga berat berpisah dengannya, begitu melihatnya, mau tak mau aku merasa bahagia, aku benar-benar berharap dapat bersamanya selamanya, bercekcok, bertengkar....bagaimana ini? Tak terpisahkan, tapi tak bisa berdekatan". Setelah berbicara sampai di sini, ia merasa ingin menangis.
"Oleh karenanya, barusan ini aku tak bisa memberi jawaban pada Zhangfeng, dalam hati aku memang bersedia.....tapi begitu melihat pandangan matanya, aku tak kuasa berkata apa-apa. Xue er, Xue er. Kapan aku dapat memberitahunya namaku yang sebenarnya?"
Dengan kesal Yu Qilin berkata.
"Kita telah melakukan suatu kesalahan besar". Jiang Xiaoxuan tertawa getir.
"Akan tetapi kalau kita tak melakukan kesalahan besar ini, aku tak akan berjumpa dengannya, dan dia pun tak akan berjumpa denganku. Hal ini......adalah suatu kesalahan yang mengembirakan". Untuk beberapa saat mereka mengeluh, namun tak dapat berbuat apa-apa, untuk pertama kalinya mereka menyadari bahwa manisnya asmara diselimuti bayang-bayang dingin.
"Aku tak tahu harus berbuat apa. Aku hanya berharap agar dia selamanya tak pernah mencecarku, paling baik kalau kami bersama seperti ini saja". Sinar mata Yu Qilin sedikit demi sedikit menjadi suram. Tanpa berkata apa-apa, Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk. Pagi-pagi keesokan harinya, mereka berempat berkumpul kembali di sekeliling meja untuk makan pagi. Hati Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin penuh kekhawatiran, namun Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng sedang berusaha dengan susah payah melawan sisa-sisa rasa mabuk, wajah mereka nampak kecapaian. Sambil memijat dahinya yang sakit, Jin Yuanbao bertanya.
"Berapa banyak arak yang kami minum kemarin malam?"
"Tak banyak, kalian masing-masing minum dua jin lebih", dengan asal Yu Qilin berkata sembari tersenyum.
"Ah", Gu Zhangfeng mengerang.
"Bukannya Kepala Desa Liu berkata bahwa arak ini tak membuat kepala sakit?" Melihatnya, Jin Yuanbao tak dapat menahan diri untuk tak menyindirnya.
"Hah, kau bukannya berkata bahwa kau bisa minum seribu cawan tanpa mabuk?"
Wajah Gu Zhangfeng nampak malu.
"Lain kali, lain kali aku akan meningkatkan keampuhannya......"
Selagi mereka berdua bergurau, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan terpaksa ikut tertawa, dengan cepat perhatian Jin Yuanbao beralih, seperti seorang juling, ia memperhatikan mereka berdua.
"Kemarin malam kalian berdua melakukan perbuatan apa yang menyinggung kami berdua?"
Hati Yu Qilin melompat, ia mencoba sebisanya untuk tetap tenang.
"Kau beromong kosong apa? Apa yang dapat kami lakukan?"
"Kalau begitu kenapa kalian seperti burung puyuh begini?", dengan wajah heran, Jin Yuanbao bertanya dengan sungguhsungguh.
"Apakah kita berdua yang melakukan sesuatu yang menyinggung mereka?"
Mendengar perkataan itu, wajah Jiang Xiaoxuan memerah. Yu Qilin cepat-cepat mengambil sumpit dan memukul Jin Yuanbao dengannya. Dengan gesit Jin Yuanbao menghindar, lalu tiba-tiba berkata dengan sungguh-sungguh.
"Tapi aku merasa bahwa kemarin malam telah terjadi sesuatu yang sangat penting". Ia berpikir keras sejenak.
"Sepertinya sesuatu yang menyenangkan". Mendengar perkataannya, Gu Zhangfeng ikut menimpali.
"Aku juga merasa ada sesuatu yang kulupakan, tapi sepertinya aku tak tahu hal itu menyenangkan atau tidak". Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan cepat-cepat bertukar pandang. Sambil mengelus dagunya, Jin Yuanbao mengawasi mereka berdua, lalu dengan keras kepala berkata.
"Katakanlah!"
Yu Qilin mengambil keputusan, lalu tanpa berpikir panjang berkata.
"Kemarin malam kami berdua mengusulkan supaya hari ini kita bermain kartu, kalian berdua satu tim, sedangkan kami berdua satu tim, siapa yang kalah harus berjalan mengelilingi desa ini".
"Tak mungkin. Masa cuma begitu?", Jin Yuanbao sukar mempercayainya. Mendengar perkataannya, Yu Qilin makin bersemangat.
"Selain itu harus menyanggul rambut dan memakai gincu, serta memakai pakaian perempuan!"
"Tak bisa!", Jin Yuanbao hampir melompat, dengan tegas ia berkata.
"Aku tak mungkin berkata demikian! Bahkan kalaupun aku mabuk! Masa ini dianggap sesuatu yang menyenangkan?"
"Menurutku juga tak mungkin", Gu Zhangfeng ikut menimpali. Kegalakan Yu Qilin muncul.
"Kenapa tak mungkin? Kalian berdua minum lebih dari empat jin arak, apa yang tak mungkin?" Jin Yuanbao berada di bawah angin.
"Karena ----"
"Karena kau pasti kalah? Kemarin malam barangsiapa yang dengan gagah berani berkata bahwa tak ada masalah pasti kalah", Yu Qilin menantang mereka. Jin Yuanbao mengebrak meja dan bangkit, lalu memanggil dengan suara lantang.
"Kepala Desa Liu! Ambilkan paijiu !"
Setelah itu ia berpaling dan bertanya.
"Bagaimana kalau kalian kalah? Kalian harus memakai pakaian lelaki dan mengelilingi desa ini?"
Mendengar perkataan itu, dengan suara pelan Jiang Xiaoxuan berbicara mendukungnya.
"Sama seperti kalian, bertukar pakaian dan tak boleh memakai gincu dan jepit rambut, mengelilingi desa ini dengan mengenakan pakaian lelaki". Pagi-pagi keesokan harinya, di sungai berlayar beberapa buah perahu, walaupun kemarin mereka telah membakar buku-buku pembukuan, para petani sama sekali tak bermalas-malasan, saat ini mereka telah sibuk di ladang. Sawah yang membentang luas itu dipenuhi sosok-sosok manusia. Saat ini, di rumah terbesar di Dong Luhe, terdengar suara berderit, pintu gerbangnya yang hitam legam dibuka. Di sisi gerbang menjulur dua kepala wanita muda, dengan raguragu mereka mengintip keadaan di luar, setelah melihat bahwa tak ada orang, karena semua orang sedang sibuk di ladang yang jauh, mereka baru perlahan-lahan keluar. Yang seorang tinggi dan yang seorang lagi pendek, raut muka si tinggi cukup rupawan dan nampak segar bugar, si pendek bermata besar dan beralis tebal, wajahnya nampak polos dan jujur. Begitu wanita pendek itu keluar dari pintu, ia berhadapan muka dengan dua bocah yang keheranan dan langsung ingin kembali masuk, namun si wanita tinggi mendorongnya keluar.
"Ayo jalan! Seorang lelaki jantan, berani bertaruh, berani membayar!"
"Yuanbao....", si wanita pendek berkata.
"Menurutku tadi malam kita sama sekali tak mengatakan akan melakukan hal ini. Kau kena tipu".
"Gu Zhangfeng! Jangan memandangku!", dengan jijik ia melirik bibir si pendek yang merah bergincu, sambil menahan rasa muak dalam hatinya, tanpa berpaling, ia berkata.
"Cepat sedikit jalannya!"
Gu Zhangfeng menuruti perkataannya dan berlari-lari kecil mengikuti kaki tembok sambil menutupi wajahnya dengan lengan bajunya, gayanya sangat canggung.
Saat itu, mereka bertemu muka dengan Kepala Desa Liu dan para penduduk desa yang sedang memikul berbagai macam peralatan pertanian.
Jin Yuanbao merasa amat malu.
Bukankah mereka seharusnya ada di ladang? Kenapa bisa ada orang di sini?! Orang-orang yang berhadapan dengan mereka mengegos menghindari gadis-gadis itu, sepertinya mereka bukan orang setempat.....wajah Kepala Desa Liu nampak bimbang, dan ia pun memperhatikan mereka dengan makin seksama.
Mereka berdua berusaha makin keras untuk menyembunyikan diri, mereka menghindari pandangan mata Kepala Desa Liu dan berusaha mundur.
Setelah memperhatikan mereka dengan seksama, Kepala Desa Liu sangat terkejut, dengan ragu-ragu ia bertanya.
"Shaoye, kenapa anda seperti ini?"
Jin Yuanbao sangat malu, ia berusaha untuk tetap tenang, tanpa berkata apa-apa, Gu Zhangfeng langsung bersembunyi di belakang tubuhnya.
Jin Yuanbao berusaha mendorongnya keluar beberapa kali, namun tak berhasil.
Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan yang mengikuti mereka dari kejauhan sudah hampir ambruk karena tertawa.
Begitu mendengar perkataan 'shaoye', penduduk desa yang mengikuti Kepala Desa Liu langsung ribut.
Dengan gemetar Gu Zhangfeng berkata.
"Bagaimana ini? Kita kembali?" Tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao berbalik dan hendak kembali, akan tetapi ia melihat bahwa Yu Qilin sedang berdiri di mulut gerbang sambil bersedekap dan tersenyum lebar, memandang mereka dengan geli. Sambil menggertakkan giginya, Jin Yuanbao kembali berbalik, ia membusungkan dadanya dan mengangkat kepalanya, wajahnya merah padam.
"Tak ada masalah besar, ayo berjalan mengelilingi desa ini. Angkat kepalamu, berjalanlah dengan tegap!"
Dengan jumawa Jin Yuanbao melangkah ke depan, Gu Zhangfeng meniru semua tindak tanduknya, mereka berdua menjadi pusat perhatian, para penduduk desa mengikuti mereka sambil bersorak-sorai, sambil menahan tawa, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan mengikuti mereka di ekor barisan itu.
Komentar para penduduk desa sekali-sekali masuk ke dalam telinga mereka.
"Orang kota benar-benar suka bermain-main".
"Tuan-tuan yang terhormat mengundang rasa iri, maka mereka berdandan sebagai seorang gadis untuk memulihkan diri!"
"Omong kosong! Tuan muda sudah menikah, untuk apa ia berdandan menjadi seorang gadis?"
"Cck, cck, jangan berkata begitu. Tuan muda kita memang benar-benar tampan....." "Iya. Tapi yang itu benar-benar jelek. Tangannya kasar dan kakinya besar, sama sekali tak mirip seorang wanita cantik!"
Mendengar komentar orang-orang di belakang mereka, wajah Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng sebentar memerah dan sebentar pucat pasi.
"Aku berkata, apakah kau membiarkan mereka menipumu?"
Gu Zhangfeng tak bisa menahan dirinya untuk tak mengerutu pada dirinya sendiri.
"Tutup mulut", Jin Yuanbao berkata dengan gusar. Akhirnya mereka tiba di ujung desa, semua orang sudah puas mengomentari dan menertawakan mereka, dan perlahan-lahan berpencar. Sambil menahan tawa, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan menyusul mereka berdua. Dengan wajah kaku, Jin Yuanbao berjalan makin cepat. Yu Qilin tahu bahwa ia marah, maka sambil menahan tawa ia mengejarnya. Akan tetapi Gu Zhangfeng malah sangat menikmati ditemani oleh Jiang Xiaoxuan. Keempat gadis itu pun perlahan-lahan berpisah menjadi dua rombongan. Walaupun berjalan dengan cepat, Jin Yuanbao masih melangkah dengan anggun, langkahnya nampak agak gemulai, Yu Qilin tak bisa menahan dirinya lagi dan tertawa terbahakbahak.
"Caramu berjalan.....hahaha....makin lama makin mahir!" Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao menghentikan langkahnya, lalu mendekatinya.
"Sekarang aku sudah dapat memastikan bahwa kemarin malam aku sama sekali tak mengusulkan hal ini!"
Melihat Jin Yuanbao yang bermandikan keringat harum, Yu Qilin menahan tawanya dan mengangkat sehelai sapu tangan.
"Gincumu sudah meleleh, hapuslah". Jin Yuanbao merampas sapu tangan itu dan dengan gusar menyeka wajahnya, namun ia tak dapat menyekanya sampai bersih, Yu Qilin berusaha sekuat tenaga menahan tawanya.
"Uhuk, uhuk", mendadak dari sampingnya terdengar suara batuk seorang tua. Mereka melihat ke arah asal suara itu dan melihat seorang nenek tua yang berdiri di depan pintu sambil bertumpu pada sebuah tongkat, sambil tersenyum ia memandang mereka berdua.
"Dua nona ini nampak asing, bukan dari desa kita, ya?"
"Dua.....nona? Barusan ini Yu Qilin menahan tawanya, namun begitu mendengar perkataan itu, seluruh otot-otot di wajahnya bergetar. Dengan ramah sang nenek tua tersenyum.
"Orang-orang dan kebiasaan di desa ini baik, akan tetapi tak baik kalau dua gadis perawan berkeliaran di mana-mana dengan sembarangan, hatihati terhadap orang jahat!" Mendengar perkataannya itu, wajah Jin Yuanbao menjadi pucat pasi, ia berbalik dan hendak pergi. Yu Qilin cepat-cepat menahannya, sambil menahan tawa ia mengucapkan terima kasih.
"Nenek, kami sudah tahu, terima kasih. Sekarang kami pulang dulu".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Berterima kasihlah padaku......", sambil tersenyum lebar sang nenek melambai-lambaikan tangannya.
"Jangan pergi, kemarilah. Kalian dua gadis ini bantulah si nenek tua ini melakukan sesuatu. Hari ini Dahei sakit dan tak masuk, kalian berdua tolong bantu si nenek tua ini menimba air!"
Yu Qilin langsung menyanggupinya dan melangkah ke dalam. Namun Jin Yuanbao tak bergeming. Melihatnya, sang nenek tersenyum dan berkata.
"Kau juga harus ikut membantu, ember air itu sangat besar, jangan-jangan dia seorang diri akan terlalu lemah untuk dapat melakukannya". Begitu Yu Qilin yang berada di dalam halaman mendengarnya, mendadak ia tak dapat menahan dirinya lagi dan tertawa terbahak-bahak, suara tawa yang bagai dentang-denting genta perak pun melayang ke luar. Walaupun ia tak tersinggung, namun Jin Yuanbao khawatir ia melakukan sesuatu yang tak baik, maka dengan wajah tegang ia masuk ke halaman. Sambil tertatih-tatih, sang nenek mengikuti dari belakang, namun ketika ia berbalik, seulas senyum aneh muncul di wajahnya, mendadak ia berseru.
"Di sini tempatnya!"
Mereka berdua masuk ke halaman, namun tak melihat ember air, ketika mereka sedang terpana, di belakang mereka seseorang melompat keluar tanpa suara, ia memegang mereka berdua, sehelai sapu tangan yang dibasahi obat bius pun menyumpal hidung mereka.
"Tahan napas.....", sebelum perkataan Jin Yuanbao selesai, ia sudah terlanjur menghisap beberapa sedotan obat bius, pikirannya perlahan-lahan menjadi bingung dan tubuhnya pun sedikit demi sedikit menjadi lemas. Dengan puas sang nenek bertepuk tangan.
"Dua domba empuk ini lumayan juga!"
Ketika Yu Qilin perlahan-lahan tersadar, pandangan matanya kabur, ia baru sadar bahwa kedua tangannya telah terikat.
Ia berada di dalam sebuah ruangan yang kumuh, di lantai ruangan itu dengan kacau balau tergeletak kasur-kasur berisi kapuk, di sebuah tempat yang tinggi terdapat sebuah jendela yang hanya cukup untuk dilewati satu orang, sinar remang-remang memancar dari jendela itu.
Di hadapannya, Jin Yuanbao yang berdandan sebagai wanita tangannya diikat di belakang punggungnya, ia duduk sambil bersandar pada tembok.
Yu Qilin menjulurkan kakinya dan menendangnya dua kali, Jin Yuanbao perlahan-lahan tersadar, lalu menjadi amat terkejut.
"Yuanbao, kau tak apa-apa?", dengan penuh perhatian Yu Qilin menanyainya. Jin Yuanbao tersadar, ia menggeleng-geleng.
"Tak apa-apa". Setelah itu, dengan seksama ia memperhatikan Yu Qilin, dilihatnya bahwa selain wajahnya yang kotor, tak ada yang aneh pada dirinya, maka ia segera merasa lega. Dengan kesal Yu Qilin berkata.
"Kenapa tak terpikir olehku bahwa di tempat yang melarat ini ternyata ada pedagang manusia juga?"
Jin Yuanbao memperhatikan ruangan itu dengan seksama sambil berkata.
"Di tempat yang terpencil ini, tak ada orang yang terlalu memperhatikan beberapa gadis yang menghilang. Boleh dikatakan bahwa para pedagang manusia ini bisa berbuat seenaknya, di siang bolong langsung membius gadis dari keluarga baik-baik, mereka benar-benar berani....."
Mau tak mau Yu Qilin melirik Jin Yuanbao, diam-diam ia merasa bersalah. Dengan tenang Jin Yuanbao mengadilinya.
"Taruhan kemarin malam itu apakah seluruhnya kau buat-buat?"
Yu Qilin merasa bersalah.
"Ya......." "Kalau bukan karena kau mengambil kesempatan saat aku Gu Zhangfeng mabuk dan membuat-buat masalah ini, sekarang kita pasti tak mungkin berada di sini", Jin Yuanbao mencecarnya tanpa ampun. Yu Qilin berkata dengan gusar.
"Baiklah, aku bersalah, bagaimana? Kalau kau bertekad untuk menyelidiki masalah ini, lebih baik kau memikirkan cara supaya kita bisa melarikan diri!"
"Hah!", Jin Yuanbao berpaling.
"Kalau sekarang aku tak menyelidiki masalah ini, setelah keluar nanti kau tak akan mengakuiku". Yu Qilin tak berkata apa-apa, ia malas menghiraukannya. Setelah berpikir sejenak, dengan penuh harapan ia berkata.
"Mungkin Zhangfeng dan Xue er sadar kita tak terlihat, lalu cepat-cepat kembali ke desa untuk mencari bala bantuan, dan dengan sangat cepat akan menyelamatkan kita".
"Ya....", dengan santai Jin Yuanbao mengangguk.
"Si tolol itu pasti akan cepat datang kemari". Yu Qilin merasa girang.
"Darimana kau tahu? Apakah di jalan kau meninggalkan jejak?"
Saat itu, di pintu sel itu terdengar suara, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan yang tangannya sama-sama terikat didorong masuk, dengan kepayahan mereka terjerembab ke lantai, lalu.
"Klang!", pintu sel pun kembali dikunci. Gu Zhangfeng yang wajahnya penuh kotoran berusaha untuk bangkit, Jin Yuanbao memandang wajahnya yang masih berbedak dan bergincu, lalu menghela napas panjang.
"Gu Zhangfeng, kau memang tak pernah membuatku putus asa! Kau bahkan sedikit lebih cepat datang dari perkiraanku!"
"Yuanbao, ternyata kau juga ada di sini!"
Wajah Gu Zhangfeng nampak masam.
Yu Qilin telah berhasil mendekati Jiang Xiaoxuan, ia lalu memeriksanya untuk mengetahui apakah ia terluka atau tidak, dengan bantuannya, Jiang Xiaoxuan berhasil duduk.
Mereka berempat saling memandang dengan putus asa, untuk sesaat mereka tak berkata apa-apa.
"Ai.....", Jin Yuanbao merendahkan suaranya dan berkata.
"Paling tidak kita berempat sekarang berada di tempat yang sama. Dengarkan kataku, Zhangfeng, kita berdua harus tetap berpura-pura menjadi perempuan, kalau tidak, kita akan langsung dibunuh untuk menghilangkan saksi, atau dipisahkan dengan kedua gadis tulen ini....."
Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya.
"Klang!", pintu sel mendadak didorong hingga terbuka, beberapa lelaki bertubuh kekar masuk, mereka masing-masing menangkap satu orang, lalu menyeret mereka berempat keluar. Sambil menunduk, Jin Yuanbao bersikap patuh, ia terus menerus memberi isyarat dengan matanya kepada Gu Zhangfeng, dengan menggunakan gerakan mulutnya, ia berkata.
"Ingat perkataanku!"
Mereka berempat dibawa ke pos penjaga di luar, lalu dibariskan di sebuah sudut tembok dengan kepala tertunduk.
"Semua angkat kepala", sebuah suara yang sangat tak enak didengar berkumandang. Begitu mendengar suara itu, Yu Qilin menengadah dan dengan penuh kebencian memandang orang yang berbicara itu. Di sebuah kursi di hadapannya, duduk seorang lelaki gemuk bertubuh tinggi besar, nampaknya ia adalah pemimpin mereka, begitu melihat raut wajah Yu Qilin, ia langsung menyeringai gembira, memperlihatkan gigi seri emasnya yang berkilauan, saat berbicara, sinar emas berkilauan dalam mulutnya.
"Kalian bertiga sisanya!", dengan tak sabar si Gigi Emas Besar berkata.
"Jangan sampai aku turun tangan sendiri!"
Dengan tak berdaya, Jiang Xiaoxuan menengadah, namun ia lalu berpaling dan memaksa dirinya untuk tetap tenang; Gu Zhangfeng pun menengadah dengan patuh dan berusaha sebisanya berlagak malu-malu kucing dan ketakutan, karena tegang rahangnya bergemeletukan; dengan tenang Jin Yuanbao menengadah, lalu memperhatikan keadaan dalam ruangan itu dengan seksama.
Di sudut ruangan itu, sang nenek duduk di sebuah kursi sambil mengangkat bahunya, ia menghisap pipa tembakau, wajahnya nampak licik dan tamak, beberapa orang begundal berdiri di belakang si Gigi Emas Besar.
Si Gigi Emas Besar memandang mereka berempat, lalu mengangguk dengan puas, ia mendekati mereka untuk memperhatikan mereka dengan seksama.
"Hmm, dua orang cantik, dan dua orang lainnya jelek, yang cantik memang cantik, sedangkan yang jelek, jelek sekali". Setelah berbicara, dengan tak puas ia berpaling memandang Nenek Wang.
"Kau tak boleh menekan orang demi meraih keuntungan, sampai wanita-wanita jelek seperti ini juga kau berikan padaku!"
Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin naik pitam, walaupun sepasang tangannya diikat, namun ia masih hendak menendang, dengan cemas Jin Yuanbao memberinya isyarat dengan matanya, Yu Qilin pun berusaha sekuat untuk tetap tenang.
"Bah! Mereka semua ini satu rombongan, masa kau ingin aku menangkap seorang diantara mereka dan melepaskan yang lainnya?"
Dengan suara melengking ia berkata.
"Dua wanita cantik ini adalah untuk mengganti sampah di hadapanmu, tapi kau masih tak puas saja! Kalaupun atasan tak suka melihat mereka berdua, orang di yamen itu juga berkata, kalau kita membuat bos senang dan kita sendiri juga untung sedikit, apa jeleknya? Apa kau si Gigi Emas curiga tentang masalah uang?"
Begitu mendengar kata yamen, ekspresi wajah Jin Yuanbao berubah. "Cck, cck, aku baru tahu Nenek Wang tak pernah mau rugi, baiklah, baiklah, aku akan memberimu keuntungan....."
Selagi berbicara si Gigi Emas Besar memicingkan matanya sambil menyeringai.
"Menurut kebiasaan lama, aku boleh memeriksa barang dagangan dulu". Yu Qilin dan yang lainnya tak bereaksi. Si Gigi Emas Besar mencubit pipinya, lalu dengan puas berlalu sambil menepuknepuk bahunya.
"Awas kau!", Yu Qilin sangat geram, ia meludahinya. Si Gigi Emas Besar tak menghiraukannya, ia berpaling untuk menghindar.
"Lumayan, lumayan, kulit bagus, tubuh bagus, barang bagus!"
Setelah berbicara ia berbalik untuk memeriksa Jiang Xiaoxuan. Jiang Xiaoxuan berpaling untuk menghindari pandangan mata si Gigi Emas Besar, ia memaksa dirinya untuk tetap tenang.
"Lumayan, lumayan, tubuhnya tak bisa dibilang mengesankan, tapi langkahnya yang gemulai sangat mempesona!"
Air mata Jiang Xiaoxuan berlinangan, dengan keras kepala ia mengigit bibirnya sendiri.
Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, namun di matanya sekilas muncul sinar ingin membunuh, melihat si Gigi Emas Besar berbalik ke arahnya, ia cepat-cepat menunduk.
Si Gigi Emas Besar memandanginya dengan seksama untuk sesaat, lalu meraba-rabanya, dengan kening berkerut ia berkata.
"Kulitnya lumayan, tapi posturnya begitu kaku, mana bisa melayani orang? Ini barang untuk rumah bordil!"
Si Gigi Emas Besar berbicara pada dirinya sendiri sambil menarik tangannya, selagi bergerak, tato di lengan kirinya nampak dengan sekilas, Jin Yuanbao pun melihatnya.
Sambil gemetar, Gu Zhangfeng menunggu, si Gigi Emas Besar memperhatikannya, dengan kemalas-malasan ia mengangkat tangannya.
Setelah itu si Gigi Emas Besar berbalik dan memberi perintah.
"Beri Nenek Wang seperempat bagian dari uang itu. Hidup orang tua tak mudah, kalau untung sedikit belilah peti mati!"
Nenek Wang tak membantah, dengan wajah berseri-seri, ia bangkit dengan lincah, lalu tangannya yang besar menerima bagiannya.
Setelah si Gigi Emas Besar memeriksa mereka berempat dengan seksama, ia mengangkat dagunya untuk menunjuk ke arah Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan.
"Mereka berdua cantik dan segar. Laoda pasti akan mengirim mereka ke istana, sedangkan mereka berdua yang jelek ini akan dijual ke rumah bordil. Kalian awasi mereka baik-baik, kalau yang galak itu sampai membenturkan dirinya ke tembok atau mengigit lidahnya, awas kalian!" "Baik!"
Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tiba-tiba menjerit sambil tersedu sedan dengan suara melengking.
"Aku tak mau masuk ke rumah bordil, kalian lepaskan aku, atau masukkan aku ke istana!"
"Bah!", si Gigi Emas Besar memandangnya dengan jijik.
"Kau yang seperti ini ingin masuk ke istana untuk melayani pembesar! Menurutlah supaya laoda dapat sedikit untung! Kembalikan mereka semua ke tahanan!"
Melihat sang pemimpin pergi, seorang begundal tak bisa menahan dirinya lagi dan melangkah ke depan, mendesak ke hadapan Yu Qilin, lalu menyorongkan wajahnya seraya berkata.
"Gadis cantik, ayo bersenang-senang bersama tuan besarmu!"
Yu Qilin tak berkata apa-apa, ia langsung menendang bagian vital di bagian bawah tubuhnya, si begundal tak sempat berjagajaga, sambil mengerang ia memeluk bagian tubuhnya yang terluka, namun begundal yang lain murka, ia maju untuk menghukum Yu Qilin.
Yu Qilin balas memandangnya dengan tajam dan berwibawa, sang begundal tertegun, sedangkan di sebelah sana Jiang Xiaoxuan sedang berusaha menghindari cengkeraman seorang begundal lain, ia sudah mulai meronta-ronta dan menjerit sambil tersedu sedan.
Jin Yuanbao naik pitam, namun karena diikat ia tak dapat membebaskan dirinya, maka ia lalu menunduk dan menanduk begundal yang kurang ajar itu.
Begundal yang berada di sampingnya langsung menamparnya, namun saat itu Gu Zhangfeng telah menunduk dan mengigit tangan seorang begundal keras-keras.
Keadaan menjadi kacau balau.
Mendengar keributan itu, si Gigi Emas Besar kembali, begitu melihat keadaan itu, ia segera membentak.
"Jangan kurang ajar! Kalau sampai terjadi apa-apa, laoda tak bisa menjual mereka! Ini barang yang akan dipasok ke istana......"
Dengan penuh nafsu ia memandang Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan.
"Aku saja tak berani mencicipi mereka, tapi kalian berani? Kalau kalian berbuat onar dan mencelakai mereka, tanpa menunggu perintah atasan, aku akan langsung membunuh kalian!"
Dengan kesal para begundal menghentikan perbuatan mereka, dengan tak rela mereka membawa mereka berempat keluar.
Sambil didorong-dorong, mereka didesak untuk berjalan di sebuah lorong yang remang-remang dan lembab, bekas tamparan masih nampak di wajah Jin Yuanbao, dengan seksama ia memperhatikan keadaan di sekelilingnya dan diamdiam mengingat-ingat jumlah para begundal.
Yu Qilin menempel dengan ketat di belakangnya dan dengan penuh perhatian memperhatikan bekas tamparan di wajahnya.
Dengan mempergunakan kesempatan saat mereka berbelok, Jin Yuanbao memberinya isyarat dengan matanya agar tak usah khawatir.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Begitu keluar dari pintu, Gu Zhangfeng ditampar keras-keras oleh seorang begundal.
"Sundal bau, kau berani mengigit tangan tuan besarmu ini! Di kemudian hari kau akan ditunggangi seribu lelaki!"
Gu Zhangfeng terhuyung-huyung terkena tamparan itu. Dengan tubuhnya sendiri, Jiang Xiaoxuan membantunya menyeimbangkan dirinya, lalu menengadah dan memandang si begundal dengan penuh amarah.
"Kau lihat apa! Memangnya tuan besarmu tak bisa memukulmu juga?!"
Si begundal memarahinya dengan suara keras. Sambil mengerutkan keningnya dengan penuh kebencian Yu Qilin berkata.
"Aku pasti akan membalas perbuatan kalian!"
Mereka dibawa kembali ke sel, di sana mereka mendengar suara dari balik pintu, dari kamar yang gelap gulita itu mendadak terdengar suara sesuatu yang bergerak, lalu seraut wajah putus asa seorang wanita muda muncul di depan pintu, sambil mencengkeram jeruji pintu dengan putus asa ia memohonmohon.
"Tuan besar, tuan besar, berbuat baiklah dan lepaskan kami! Atau suruh keluarga kami menebus kami!" Dengan sikap merendahkan si begundal tertawa.
"Keluarga petani miskin punya berapa banyak uang? Bukankah lebih baik menjadi seorang nona di rumah bordil? Kalian sedang menyongsong masa depan yang cerah! Saat itu tuan besarmu ini akan datang dan memanjakan kalian. Kalian masih harus mendatangkan laba untuk aku si tuan besar ini!"
Setelah itu, dari kamar itu terdengarlah suara tangisan putus asa. Belasan wanita muda yang kurus dan pucat nampak duduk atau berbaring, nampaknya mereka telah disekap selama beberapa hari.
"Untuk apa menangis! Setelah terkumpul dua puluh orang, kalian akan dibawa ke kota untuk hidup dengan bahagia!"
Setelah mereka berempat dijebloskan ke dalam sel, pintu sel dikunci rapat-rapat, suasana sunyi senyap, kecuali suara tangis yang samar-samar yang terdengar dari kamar sebelah.
Setelah keadaan perlahan-lahan menjadi tenang, Jiang Xiaoxuan mulai menangis, Yu Qilin dan Gu Zhangfeng masingmasing duduk di sampingnya dan berusaha menghiburnya.
Jin Yuanbao duduk di sebelah sana, ia memusatkan perhatiannya dan sama sekali tak menghiraukan ketiga orang lainnya.
"Xue er, kau tak usah takut, tak perduli kita pergi ke mana, aku akan selalu bersamamu!", hibur Gu Zhangfeng. Jiang Xiaoxuan meliriknya, suara tangisnya bertambah keras. Yu Qilin merasa kesal.
"Omong kosong apa itu! Kita harus mencari akal untuk kabur!"
Jiang Xiaoxuan berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan diri, ia menghentikan cucuran air matanya dan berkata.
"Penjagaan sangat ketat, bagaimana kita bisa kabur?"
Sambil mengerutkan keningnya Yu Qilin berkata dengan penuh percaya diri.
"Aku tak percaya kalau tempat ini tak bisa ditembus, lebih baik aku mati seperti ikan dalam jaring daripada dipermainkan oleh orang-orang ini dengan seenaknya!"
Mendengar perkataan itu, walaupun wajah Jiang Xiaoxuan pucat pasi, namun ia masih mengangguk setuju. Yu Qilin berpaling minta bantuan.
"Yuanbao, Yuanbao, kita harus cepat-cepat mencari akal". Namun Jin Yuanbao hanya memejamkan matanya tanpa berkata apa-apa, Yu Qilin merasa cemas dan mendekat ke hadapannya.
"Kau kenapa? Apakah kau barusan ini terluka?"
"Hah!", Jin Yuanbao mendadak membuka matanya, ia tersenyum penuh rahasia kepada mereka bertiga, lalu menarik sepasang tangannya dari balik punggungnya, di salah satu tangannya terlilit tali yang sudah longgar. Yu Qilin terkejut sekaligus girang, ia hendak berseru, namun segera sadar dan merendahkan suaranya. Mereka bertiga kegirangan, Jin Yuanbao membuka ikatan Yu Qilin, lalu mereka berempat saling membuka ikatan masing-masing. Malam pun tiba, dengan memanfaatkan kegelapan, mereka berunding.
"Termasuk si Gigi Emas Besar, di luar kamar ada enam orang begundal", Jin Yuanbao memandang Yu Qilin, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.
"Walaupun memutuskan untuk matimatian membebaskan diri seperti seekor ikan yang lebih suka mati daripada terkena jaring itu baik, namun sayang tak ada gunanya, kalau ikannya sudah mati semua, apa gunanya merobek jaring? Kita berempat pun tak bisa maju bersama, maka kita harus menggunakan strategi". Ia mengangkat kepalanya dan memandang jendela kecil di ketinggian yang hanya bisa dilewati satu orang itu. Yu Qilin paham maksudnya, ia melompat dan mencengkeram jeruji jendela itu, menarik tubuhnya ke atas, lalu memandang keluar untuk beberapa saat, setelah itu, dengan enteng ia melompat ke bawah dan menggeleng-geleng.
"Di luar ada sebuah halaman, kulihat empat orang berpatroli mengelilinginya, kelihatannya ilmu silat mereka tak rendah, aku tak bisa mengalahkan mereka". Dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao memandang Yu Qilin.
"Kau bukan seorang jago wulin, tentu saja kau tak bisa mengalahkan mereka. Kumohon kau jangan sembarangan memamerkan kepandaianmu ---- supaya aku tak usah repotrepot menyelamatkanmu". Yu Qilin baru hendak membantah, namun ia melihat bahwa dalam pandangan mata Jin Yuanbao nampak sekilas rasa khawatir, maka ia pun paham dan berkata.
"Baiklah, aku tak akan bertindak dengan semberono, pertanyaannya ialah bagaimana caranya kita dapat menang dengan menggunakan strategi?"
Jin Yuanbao berpikir keras sambil mengumam pada dirinya sendiri, kamar itu pun menjadi sunyi senyap.... Gu Zhangfeng yang selama itu selalu meraba-raba saku dadanya sekonyong-konyong mengangkat sebuah bungkusan kertas.
"Pakai obatku!"
Sambil mengerutkan dahinya, Jin Yuanbao mengamati bubuk putih di dalam bungkusan kertas itu.
"Ini obat beracun?"
Gu Zhangfeng menggeleng.
"Obat bius! Ini adalah obat pelemas otot racikanku sendiri, setelah minum obat ini, pikiran akan tetap terang, tapi sekujur tubuh akan menjadi tak berdaya...."
Jin Yuanbao segera memotong perkataannya.
"Obat ini tak pasti cara kerjanya, sama sekali tak dapat dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam rencana kita".
"Obat ini benar-benar sangat ampuh! Ketika A Huang di wisma kakinya patah, aku memberinya obat ini, lalu menyambung kakinya!", sambil membelalakkan matanya Gu Zhangfeng membantah. "Masa anjing disamakan dengan manusia? Dalam keadaan biasa kau boleh berbuat sesukamu, tapi kali ini masalahnya serius!", dengan tak sabar Jin Yuanbao melambai-lambaikan tangannya.
"Justru karena masalahnya serius aku menggunakan obat ini!", dengan bersemangat Gu Zhangfeng membela dirinya.
"Kalau aku tak khawatir Xue er terluka sehingga harus kubedah, aku tak akan membawa obat yang begitu berharga ini".
"Jelas tak bisa dipakai!", Yu Qilin berkata dengan penuh keyakinan.
"Tadi malam, bukankah kalian minum obat Seribu Cawan Tak Mabuk, tapi ternyata baru minum beberapa cawan saja malahan sudah mabuk?"
Namun selagi semua orang sedang beradu mulut, Jiang Xiaoxuan mencium bubuk obat itu.
"Menurutku obat ini boleh dicoba", suaranya sangat tenang, membuat orang-orang yang lain agak dapat menerimanya.
"Kau pasti?", Jin Yuanbao mengangkat alisnya.
"Kau sudah pernah menjadi pasiennya, apakah saat menggunakan obat ini kau benar-benar lumpuh?"
"Bagaimana kalau obat ini benar-benar ampuh? Kalaupun bukan obat bius, setelah meminumnya, bagaimana kalau para penjaga itu tak bisa bergerak dengan leluasa?"
Jiang Xiaoxuan mengangkat kepalanya dan memandang Jin Yuanbao dengan penuh harap. "Hal ini patut untuk dipikirkan lebih lanjut", Jin Yuanbao berpikir sejenak.
"Ini namanya memberi obat pada kuda mati , ketika kita dibawa kembali ke tahanan, kulihat mereka sedang bersiap untuk berpesta, setelah minum arak kewaspadaan mereka tentu akan menurun, saat itulah kesempatan kita datang!"
Setelah berbicara, ia memandang Gu Zhangfeng.
"Kau ikut bersamaku, kita cari cara supaya bisa menemani mereka minum dengan merayu para pengawal, setelah kita memberi obat pada bandit- bandit kecil ini, kita akan membawa gadisgadis itu keluar".
"Hah?", Gu Zhangfeng tercengang. Wajah Yu Qilin lebih terkejut lagi.
"Kalian berdua hendak merayu mereka?"
"Apakah kalian berdua ingin melakukannya?", begitu teringat pada tingkah laku mesum para penjaga itu pandangan matanya menjadi gelap. Jiang Xiaoxuan gemetar, namun ia masih memberanikan diri untuk membuka mulutnya, pada saat yang sama Yu Qilin bersuara.
"Kalian dua lelaki ini mana bisa merayu orang? Aku saja yang pergi!"
Jiang Xiaoxuan mencobanya". pun ikut menimpali.
"Aku bersedia Wajah Jin Yuanbao nampak muram.
"Jangan mencari masalah, ini bukan hal yang dapat dibuat lelucon". "Benar, kami mana bisa menyuruh kalian dua gadis ini untuk menempuh bahaya? Aku saja yang pergi". Gu Zhangfeng yang tadinya ragu-ragu berubah pikiran. Yu Qilin merasa gusar.
"Si Gigi Emas Besar akan malas meraba-raba kalian! Lagipula kau sangat tak pandai bicara, kalau keluar kau pasti akan membocorkan rahasia kita". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao yang sedang mengambil keputusan merasa bimbang, di tengah kegelapan, ia menatap Yu Qilin, pandangan mereka bertemu dan tanpa berkata apaapa, bertautan, masing-masing melihat tekad dan kepercayaan di mata pasangannya.
"Kita akan membicarakannya dengan baik dahulu, setelah keluar nanti dengarkan petunjukku, jangan bertindak semberono, kalau ada bahaya.....", Jin Yuanbao berkata dengan tegas.
"Kau sendiri lari dulu, paham?"
"Paham". Siang keesokan harinya, keempat pelancong itu kembali ke Wisma Jin. Setelah kereta kuda masuk ke halaman depan, mereka berempat baru turun. Begitu para pelayan mendengar bahwa mereka telah pulang, mereka berbondong-bondong keluar untuk menyambut mereka. Kakak beradik Liu Wenchao dan Liu Qianqian pun ikut keluar menyambut mereka, akan tetapi, begitu melihat Jin Yuanbao dan Yu Qilin saling berpegangan tangan dengan erat, mau tak mau mereka berdua berhenti melangkah, dan hanya bertukar basa-basi dari jauh, lalu sambil dikerumuni orang, mereka semua berjalan ke Taman Furong, tempat kediaman Nyonya Jin. Begitu mereka masuk ke Taman Furong, Gu Daniang segera menyambut mereka, dengan wajah girang, ia berkata.
"Shaoye dan shao furen pulang!"
Jin Yuanbao pun memanggil dengan lantang dari tengah taman.
"Ibu! Kami sudah pulang!"
Dengan perlahan, Nyonya Jin melangkah keluar, sebelumnya raut wajahnya nampak lega, namun setelah memperhatikan mereka berdua dengan seksama, wajahnya nampak hambar.
Mereka berempat segera melangkah maju dan serentak bersujud untuk menghormat pada Nyonya Jin.
Setelah menyuruh mereka bangkit, dengan kening berkerut, Nyonya Jin menegur mereka.
"Sudah tahu kalian akan pergi ke desa Dong Luhe untuk menagih uang sewa, akan tetapi malahan langsung pergi tanpa membawa seorang pengawal pun?"
Yu Qilin segera maju untuk menyelamatkan mereka dari kesulitan.
"Akulah yang menyuruh Yuanbao tak membawa pengawal......"
Mendengar perkataannya, Nyonya Jin mengoyang-goyangkan tangannya.
"Xifu , kau tak usah menggantikannya memberi penjelasan, Yuanbao ingin seluruh kolong langit ini kacau, oleh karenanya ia suka mencampuri urusan orang. Kau patut dihukum, kalau bukan karena Wenchao mempunyai pikiran untuk mengirim orang mencari kalian, entah berapa hari aku harus merasa cemas. Tuan dan nyonya muda Wisma Jin tak nyana dapat diculik oleh para pedagang manusia! Ternyata tempat-tempat penting di ibu kota dan sekitarnya begitu tak aman!"
"Kejadian ini benar-benar hanya karena kebetulan belaka, desa Dong Luhe terpencil dan sulit mengirim kabar keluar, sepertinya para pedagang manusia menganggap hal ini penting, oleh karenanya mereka membuat sarang mereka di situ". Entah sejak kapan Liu Wenchao telah ikut datang, dengan wajah menyayangkan ia berkata.
"Sayang sekali, mereka semua dapat melarikan diri!"
Dengan tenang Jin Yuanbao melirik Liu Wenchao, lalu dengan kemalas-malasan berkata.
"Kalau orang meninggalkan jejak, lari pun tak bisa jauh". Liu Wenchao tersenyum, sinar matanya tak dapat dibaca.
"Berbicara tentang Dong Luhe.....", suara Jin Yuanbao menjadi rendah.
"Uang sewa kali ini tak kubawa pulang". Namun sinar mata Nyonya Jin nampak tenang.
"Aku sudah mendengar tentang segala yang kalian lakukan di Dong Luhe". Mendengar perkataan itu, seluruh aula menjadi sunyi senyap. Nyonya Jin nampak berwibawa, namun sambil tersenyum ia memandang Jin Yuanbao.
"Kau melakukan perbuatan yang sangat baik dengan membakar buku-buku pembukuan itu. Bagaimanapun juga, usiaku sudah lanjut, begitu banyak masalah dalam keluarga ini tak dapat kuurus semua. Sebagai majikan muda Wisma Jin kau harus memahami kesulitan para petani, dan mengurus kepentingan mereka dengan melupakan kesenanganmu sendiri, aku sangat puas". Karena dipuji ibunya, Jin Yuanbao sangat senang, ia langsung tersenyum gembira.
"Tadinya kupikir anda akan memarahiku karena ketika untuk pertama kalinya menagih sewa, aku malah menghapuskan hutang mereka". Namun Nyonya Jin tak merasa tersinggung.
"Aku ibumu ini masa begitu tak memahami keadaan secara keseluruhan? Tanah keluarga Jin yang begitu luas apakah dapat terus berlanjut selama bertahun-tahun dengan mengandalkan sewa memberatkan yang ditarik dengan sewenang-wenang? Kalau kalian ingin bawahan kalian tetap setia, kalian harus memikirkan kepentingan mereka dengan tulus, orang yang menjadi atasan, harus selalu mengindahkan prinsip ini". Jin Yuanbao mengangguk.
"Terima kasih atas petunjuk ibu. Perjalanan kali ini benar-benar membuatku tergerak. Hanya mengetahui dibandingkan dengan melihat dengan mata kepala sendiri memang berbeda". Dengan girang Nyonya Jin mengelus-elus kepala Jin Yuanbao, sambil tersenyum ia berkata.
"Setelah menikah, kau makin arif. Pada mulanya aku tak berharap bahwa kau akan dapat mengerjakan semuanya dengan begitu baik saat untuk pertama kalinya bertugas, sepertinya sejak Xiaoxuan ada di sisimu, kemajuanmu tak sedikit".
"Hal ini tak ada hubungannya dengan dia", Jin Yuanbao melirik Yu Qilin, dengan penuh rasa kemenangan ia berkata.
"Jiang Xiaoxuan adalah seorang wanita yang murah hati, hal ini bagus, namun memberi seseorang ikan tak lebih baik daripada menjadikan orang itu penangkap ikan, kemiskinan yang sudah begitu mengakar, mana bisa dihilangkan hanya dengan sebuah jepit rambut emas?"
"Kau mengambil kesempatan dari kelemahan orang!", tegur Nyonya Jin.
"Menurutku, sejak kau menikahi Xiaoxuan, kau benar-benar sedikit lebih bijaksana!"
Mendengar Nyonya Jin memujinya sedemikian rupa, tentu saja Yu Qilin merasa hatinya berbunga-bunga, akan tetapi ia juga sadar bahwa tak hanya dirinya yang telah berjasa, maka sambil tersenyum ia berkata.
"Perkataan Yuanbao benar, jepit emas hanya dapat menolong mereka untuk sesaat, namun Yuanbao dapat meminjamkan uang untuk bercocok tanam, cara ini lebih baik. Yuanbao tak berkata apa-apa, namun pemikirannya jauh lebih luas dibandingkan dengan aku". Dengan mendengarkan perkataannya dengan seksama, Nyonya Jin tak sulit mengerti bahwa ia mengucapkan perkataan itu dengan tulus, di wajahnya perlahan-lahan muncul seulas senyum bahagia. Ketika Liu Wenchao melihat bahwa Yu Qilin ternyata begitu memuji Jin Yuanbao, hatinya terasa pedih, namun wajahnya penuh senyum.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yuanbao bermaksud untuk mengerjakan segala sesuatu dengan cara yang berbeda, ia belum tentu dapat memperhatikan hal-hal kecil seperti itu, adik ipar selalu merasa kasihan pada orang miskin dan lemah, dan selalu bisa mengingatkan Yuanbao akan kelemahannya. Boleh dikatakan bahwa adik ipar dan Yuanbao saling belajar dari kelemahan masing-masing, sehingga mereka mengalami kemajuan". Yu Qilin yang pertama kalinya dipuji orang seperti itu, ternyata tak bisa menahan wajahnya merona merah, Jin Yuanbao melirik Liu Wenchao, tapi tak berkata apa-apa. Akan tetapi Nyonya Jin sangat puas mendengarnya.
"Benar, sejak menikahinya, perilaku Jin Yuanbao makin baik, semua ini berkat jasamu!"
Jin Yuanbao melirik Yu Qilin, ia tak berkata apa-apa, namun diam-diam menyetujuinya.
Senyum muncul di wajah Liu Wenchao yang diperlakukan dengan dingin olehnya.
Pada mulanya Yu Qilin terkejut melihat reaksi Jin Yuanbao, setelah itu ketika melihat ibu dan anak itu menyebut nama Xiaoxuan, walaupun wajahnya tersenyum, namun suasana hatinya perlahan-lahan menjadi murung.
"Sekarang nampaknya.....", wajah Nyonya Jin perlahan-lahan menjadi serius, dengan sungguh-sungguh ia berkata.
"Urusan pabrik senjata dapat diserahkan kepadamu". Semua orang tertegun. Jin Yuanbao sedikit mengerutkan keningnya, kegembiraannya barusan ini telah sirna. Dan di sampingnya, senyum Liu Wenchao pun membeku. Nyonya Jin juga sepertinya telah menduga bahwa ia akan bersikap seperti itu, dengan amat hati-hati ia kembali berbicara.
"Pabrik senjata adalah usaha terpenting keluarga Jin kita, sebelumnya ibu merasa bahwa kau sangat cerdas, namun watakmu masih harus ditempa, kali ini kau telah menyelesaikan masalah Dong Luhe dengan sangat baik, cukup untuk membuktikan bahwa kau telah dewasa dan dapat mulai memikul beban ini".
"Ibu, kau tahu bahwa aku tak suka mengurus pabrik senjata itu. Aku seorang bukuai", Jin Yuanbao berkata. Begitu ia mengucapkan perkataan itu, ruangan itu menjadi sunyi senyap, begitu sunyi hingga suara napas setiap orang dapat terdengar. Perlahan-lahan, wajah Nyonya Jin menjadi dingin, pandangan matanya pun entah jatuh ke mana, kosong melompong, setelah beberapa saat, ia baru dengan perlahan-lahan berkata.
"Tapi menjadi bukuai hanya sesuatu yang kecil, mana dibandingkan dengan usaha terpenting keluarga kita?"
Bisa Namun Jin Yuanbao masih dengan keras kepala berkata.
"Menjadi bukuai adalah pekerjaanku, bukan sesuatu yang kecil, tentunya aku tak dapat meninggalkannya begitu saja. Walaupun pabrik senjata sangat penting, namun aku tak tertarik padanya". Mendengar perkataan itu, wajah Nyonya Jin makin pucat pasi, setelah beberapa saat, ia baru menghela napas panjang.
"Masih ada perkataan seperti itu lagi, kapan kau akan bersedia mengambil alih beban ini dari tangan ibu?"
Melihat wajah sang bunda yang sedikit demi sedikit bertambah pucat, Jin Yuanbao merasa hatinya makin lama makin tenggelam. Di tengah rasa bersalahnya, tak nyana ia melunak.
"Ibu, paling tidak tunggulah sampai aku menyelesaikan kasuskasus yang berada di tanganku...."
Namun ketika mendengar perkataannya itu, dengan tak percaya Nyonya Jin mengayunkan tangannya.
"Kau selalu menggunakan alasan ini, sudahlah, ibu tak memaksamu, bagaimanapun juga, kau sendirilah yang harus menginginkannya, barulah kau akan berhasil. Aku hanya bisa berharap agar hari itu sedikit lebih cepat datang, saat itu aku baru dapat benar-benar merasa lega". Mendengar sang ibu berkata demikian, Jin Yuanbao perlahanlahan menghembuskan napas lega, namun secara tak sengaja, ia melihat bahwa Liu Wenchao yang berada di sampingnya mengerutkan dahinya dalam-dalam, seakan sedang berpikir keras.
"Kalian pergilah dulu.....", suara Nyonya Jin menyiratkan rasa lelah. Mereka tak dapat berbuat apa-apa dan membubarkan diri. Setelah berpisah dengan Liu Wenchao dan Jiang Xiaoxuan, Jin Yuanbao berjalan ke Taman Songzhu sambil mengandeng Yu Qilin, seberkas sinar mentari jatuh melalui sela-sela pepohonan dan menerangi wajahnya. Melihat dahinya yang berkerut dalam-dalam, Yu Qilin tak dapat menahan dirinya untuk tak bertanya.
"Kau jelas-jelas tak ingin membuat ibu kesusahan....."
Jin Yuanbao agak tertegun, namun tak menangkap perkataannya, ia hanya mengangkat kepalanya, menyeringai nakal, lalu berlari-lari kecil sambil menariknya ke Taman Songzhu.
Begitu masuk ke dalam kamar, Jin Yuanbao berbaring dengan nyaman di atas ranjang, lalu membaca sebuah syair.
"Tempat hatiku pulang adalah kampung halaman".
"Apa artinya?", Yu Qilin kebingungan. Dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao memandangnya.
"Dalam bahasa yang dapat kau pahami, rumah dari emas dan perak tak sebaik rumah anjingmu sendiri". Yu Qilin mengerucutkan bibirnya, melihat Jin Yuanbao yang dengan nyaman berbaring di atas ranjang seperti seorang tuan muda, mendadak ia teringat akan sesuatu.
"Aku ingin bertanya padamu, dari mana kau belajar melakukan aksi rumah bordil itu?"
Akan tetapi tak nyana, dengan merasa benar, Jin Yuanbao hanya menjawab.
"Qianjiao Ge, ketika menyelidiki kasus!"
Wajah Yu Qilin nampak tak yakin.
"Menyelidiki kasus? Kau menyelidiki kasus apa sampai harus seharian mondar-mandir ke rumah bordil?"
Jin Yuanbao memandangnya, lalu dengan sangat bersungguhsungguh berkata.
"Rumah bordil adalah tempat dimana berbagai macam orang berkumpul, kabar paling banyak beredar di sana, seorang bukuai harus membuka mata dan telinganya lebarlebar, dan harus banyak pergi ke tempat-tempat seperti rumah bordil dan kedai arak. Karena sudah terlanjur pergi ke sana, aku harus berbaur dengan keadaan di sana, kalau tidak, aku akan mengundang kecurigaan orang".
"Baiklah......", mau tak mau Yu Qilin harus mengakui bahwa alasan itu masuk akal.
"Kurasa kau memang punya alasan yang kuat untuk berjalan-jalan di tempat-tempat pelesiran itu". Akan tetapi Jin Yuanbao tak memahami sindirannya, perlahanlahan ia merenung.
"Kali ini kau juga mendengar si Gigi Emas Besar itu berkata bahwa nona-nona kelas satu akan dimasukkan ke istana, sedangkan nona-nona kelas dua akan dijual ke rumah bordil". Yu Qilin menenangkan dirinya, lalu mengingat-ingat untuk sesaat.
"Benar, selain itu, akhir-akhir ini, sepertinya para pedagang manusia sangat aktif, persis seperti kata ibumu, yaitu bahwa mereka berani mengacau di kolong langit ini".
"Yang membuatku semakin heran adalah, apa boleh buat kalau ia hanya ingin mendapatkan keuntungan, tapi bagaimana seorang pedagang manusia dapat mempunyai koneksi seperti itu? Di yamen kami ada seorang mata-mata yang tak mau bicara, apakah ia dapat mengirim orang ke istana? Oh ya, apakah kau memperhatikan tangan si Gigi Emas Besar itu?"
"Hah?"
"Di lengannya juga terdapat tato itu". Mata Yu Qilin berbinar-binar.
"Maksudmu, ia dan bandit-bandit yang kita temui saat pulang ke rumah mertua itu satu gerombolan?"
Jin Yuanbao mengangguk.
"Hanya dapat dijelaskan dengan cara itu, kasus yang kuselidiki sebelum kita pulang ke rumah mertua ada hubungannya dengan para pedagang manusia dan rumah bordil". Selagi mereka berdua sedang memikirkan hal itu, seorang gadis pelayan yang membawa baki teh melangkah masuk, lalu dengan pelan menuangkan teh. Yu Qilin melirik si gadis pelayan, lalu bertanya.
"Kenapa bukan Xi er yang datang mengantarkan teh?"
"Xi er Jiejie bukannya ikut pergi dengan anda, shao furen?"
Si gadis pelayan kebingungan. Mendengar perkataan itu, Yu Qilin amat terkejut, ia tiba-tiba bangkit, lalu mencecarnya.
"Beberapa hari ini, apakah kau tak melihatnya?"
"Kami semua mengira Xi er ikut anda pergi....."
Jin Yuanbao melambaikan tangannya untuk menyuruh gadis pelayan itu pergi. Mereka berdua beradu pandang, mendadak dalam hati Yu Qilin muncul sebuah firasat buruk, dengan pikiran galau ia bangkit.
"Aku akan mencari Xi er". Yu Qilin berlari keluar, ia merasa cemas. A Fu sedang berjalan ke arahnya, begitu melihatnya ia langsung menghormat, akan tetapi, tak nyana, ia dicecar oleh Yu Qilin.
"A Fu, apakah kau pernah melihat Xi er dalam beberapa hari ini?"
A Fu kebingungan.
"Tidak". Yu Qilin berusaha keras menenangkan dirinya.
"Kapan terakhir kalinya kau melihatnya?" A Fu berpikir untuk beberapa saat, lalu menjawab.
"Sepertinya waktu.....jamuan ulang tahun? Bukankah sebelum jamuan dimulai aku melihatnya membantu anda, shao furen, untuk menata meja? Setelah itu semua orang sibuk menyambut nyonya besan dan aku tak memperhatikannya lagi". Yu Qilin perlahan-lahan melepaskan berusaha keras untuk mengingat-ingat. pegangannya dan "Shao furen?"
Yu Qilin melambai-lambaikan tangannya.
"Pergilah mengerjakan pekerjaanmu.....tunggu dulu, tanyai semua orang di wisma ini, coba cari tahu, siapa yang terakhir melihat Xi er?"
"Baik! Kenapa hari ini Xi er Jiejie tidak pergi ke kamar untuk melayani anda?"
"Ya, benar!", wajah Yu Qilin penuh kekhawatiran.
"Tanyai semua orang, siapa yang melihatnya". Setelah berbicara, ia cepat-cepat berlari ke rumah obat Gu Zhangfeng. Tanpa mengetuk pintu, Yu Qilin langsung mendorong pintu dan masuk, begitu melihat Jiang Xiaoxuan sedang duduk seorang diri di samping meja, ia langsung bertanya.
"Apakah Zhangfeng sedang tak ada?"
Jiang Xiaoxuan mengangguk.
"Kau mencarinya?"
Yu Qilin malas memberi penjelasan, ia tak bisa menahan dirinya lagi dan berkata.
"Xi er tak terlihat!" "Apa?", Jiang Xiaoxuan sangat terkejut.
"Sudah beberapa hari ini! Gadis pelayan yang melayani di kamarku mengira bahwa ia ikut kita pergi ke desa itu. Barusan ini aku menanyai beberapa pelayan dan mereka semua berkata bahwa sejak jamuan ulang tahun sampai sekarang, mereka sama sekali belum melihatnya. Menurutmu ia pergi ke mana?"
"Sejak jamuan ulang tahun sampai sekarang......", Jiang Xiaoxuan tercengang, perlahan-lahan ia menenangkan dirinya, lalu berpikir dengan seksama, setelah itu ia tersenyum getir.
"Menurutku, Xi er melarikan diri sendirian.....hari itu ketika ibuku tiba-tiba berkunjung, Xi er pasti ketakutan setengah mati, kita pun sudah kehabisan akal, maka ia langsung melarikan diri".
"Aku juga curiga ia melakukan hal itu! Xi er adalah seorang gadis, sebatang kara di tempat asing, kalau ia melarikan diri sendirian, apa yang akan terjadi? Semua ini salahku karena aku tak sabaran, sehingga lupa bahwa dalam hati ia sangat ketakutan. Saat ini di luar ada begitu banyak pedagang manusia, kalau....."
Begitu mendengar perkataannya itu, wajah Jiang Xiaoxuan menjadi pucat pasi.
"Kalau karenanya sampai terjadi apa-apa pada Xi er, seumur hidupku aku tak akan bisa memaafkan diriku sendiri". Yu Qilin menggertakkan giginya.
"Aku akan mencari Xi er". "Kau hendak pergi ke mana untuk mencarinya? Aku akan pergi bersamamu!"
Jiang Xiaoxuan meletakkan pekerjaan tangan di genggamannya dan mengikutinya keluar.
Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin yang wajahnya nampak cemas mencari kabar tentang keberadaan Xi er di berbagai tempat pelesiran di dalam kota.
Hanya saja, mereka berdua berwajah jelita, dengan selayang pandang, dapat diketahui bahwa mereka berasal dari keluarga baik-baik, sehingga kemana pun mereka pergi, mereka selalu mengundang lirikan orang, mereka tak ditertawakan, melainkan diusir.
Kali ini, mereka berdua kembali diusir orang dari depan sebuah pintu utama, Yu Qilin tersinggung dan hendak menendang pintu itu, namun ditahan oleh Jiang Xiaoxuan.
Dengan berat hati, mereka pulang ke wisma dengan tangan kosong.
Dengan murung Yu Qilin berjalan tak tentu arah, ia bertemu dengan Liu Wenchao yang lalu menghadangnya dan bertanya dengan lembut.
"Kudengar A Fu berkata bahwa kau sedang mencari gadis pelayanmu, Xi er?"
"Kau punya kabar tentangnya?", Yu Qilin merasa girang, namun setelah melihat ekspresi wajah Liu Wenchao, ia menjadi amat kecewa.
"Benar, setelah jamuan ulang tahun diselenggarakan, Xi er tak terlihat lagi, aku sudah mencarinya seharian, namun sama sekali tak mendapatkan kabar apapun". Dengan lembut Liu Wenchao menghiburnya.
"Kau tak usah terlalu bersusah hati, masalah seperti ini terjadi di setiap wisma, gadis pelayan atau pelayan lelaki muda yang dianggap penting oleh sang majikan kabur, mereka berhubungan gelap dengan orang luar dan langsung kawin lari, atau bersekongkol dengan orang luar untuk mencuri perhiasan dari wisma dan melarikan diri.....hati manusia penuh keculasan, sesuatu yang tak terpikirkan oleh orang seperti kau". Namun begitu mendengar perkataannya itu, Yu Qilin dengan yakin menggeleng.
"Xi er bukan orang semacam itu. Ia tak mungkin melarikan diri karena hal-hal semacam itu".
"Oh, ya?"
Liu Wenchao berlagak sangsi.
"Kau tahu bahwa Xi er melarikan diri sendiri?"
Yu Qilin memandangnya, keningnya berkerut, dengan tak pasti ia berkata.
"Aku hanya berkata kalau ia melarikan diri sendiri", ia berhenti sejenak, lalu kembali berkata.
"Apapun sebabnya, saat ini keadaan di luar sangat kacau, yang paling kutakutkan adalah kalau ia jatuh ke tangan orang jahat....."
Liu Wenchao segera berkata dengan penuh perhatian.
"Kalau begitu kau harus membiarkan Yuanbao membantumu dan bersama-sama mencarinya".
"Yuanbao langsung pergi ke yamen untuk menyelidiki para pedagang manusia itu, kalau ia mendapatkan petunjuk di sana, ia akan lebih cepat berhasil daripada kalau aku dan Xu er bertanya-tanya di jalan". "Yamen? Yuanbao telah mendapatkan petunjuk?", Liu Wenchao memicingkan matanya. Yu Qilin mengangguk, lalu berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, si Gigi Emas Besar yang menangkap kami lengannya juga ada tatonya, kami juga tahu bahwa marganya Xu, si Nenek Wang itu juga tak akan lari jauh". Mendengar perkataan itu, mata Liu Wenchao berkilat-kilat, ia sedikit mengangkat alisnya seraya mengangguk-angguk.
"Kalau Yuanbao membantumu, kau tentu akan berhasil tanpa harus bersusah payah, walaupun aku tak punya keahlian khusus, tapi aku dapat menyuruh para pelayan untuk membuka mata mereka lebar-lebar untukmu". Mendengarnya dengan begitu tulus menghibur dirinya, Yu Qilin merasa berterima kasih, senyumnya pun mengembang.
"Biaoge, terima kasih". Kepercayaan dan rasa terima kasih Yu Qilin untuk sesaat membuat Liu Wenchao seakan lupa daratan, ia cepat-cepat memaksa dirinya untuk menjadi tenang, lalu tersenyum dan berkata.
"Kita semua orang sendiri, kenapa harus sungkansungkan?"
Hari itu, Jin Yuanbao memanggil semua bukuai ke sebuah rapat.
"Mengenai gerombolan pedagang manusia ini, petunjuk yang kita ketahui sekarang adalah. pertama, Qianjiao Ge adalah sarang mereka, atau paling tidak, tempat pertemuan bagi mereka; kedua, latar belakang mereka tidak sederhana, mereka bukan bandit kecil-kecilan yang hanya mencari untung belaka, koneksi mereka sangat luas, sarang mereka banyak, dan saluran untuk menyalurkan barang dagangan mereka juga banyak; ketiga, di lengan gerombolan pedagang manusia ini ada.....", Jin Yuanbao mengangkat sehelai kertas, di atas kertas itu terlukis seekor kalajengking yang menyeramkan.
"Tato seperti ini....."
Sambil mengambarkannya, ia mengawasi reaksi para hadirin, diantara mereka Ma Liu berada di depan, bersama para bukuai lain ia tercengang, ekspresi wajahnya nampak dilebih-lebihkan.
Pandangan mata kepadanya.....
Jin Yuanbao perlahan-lahan jatuh Siang hari itu, setelah Jin Yuanbao memberi perintah pada Wang Qiang dan Ma Zhong, ia secara khusus memanggil Ma Liu, lalu secara pribadi memberinya perintah.
Ma Liu mendengarkan dengan seksama, setelah selesai, ia memukul dadanya sendiri sambil bersumpah.
"Bos, anda tak usah khawatir, serahkan semuanya padaku!"
Dengan tenang Jin Yuanbao tersenyum, lalu memberinya semangat.
"Bagus, kalau kau berhasil melakukannya, aku akan mohon Yang Mulia Gubernur untuk memberimu uang lembur dan jerih payah!"
"Tentu saja, terima kasih atas promosinya, bos! Aku akan segera melaksanakannya". Ma Liu segera pergi, sambil memicingkan matanya, Jin Yuanbao memandang punggungnya. Pagi-pagi keesokan harinya, Jin mengumpulkan para bukuai untuk rapat. Yuanbao kembali "Tugas-tugas dalam operasi ini telah kubagikan....."
Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, Wang Qiang menyela.
"Bos! Barusan ini Pengadilan Huian di kota melaporkan bahwa orang-orang yang kita incar sudah melarikan diri pada malam yang sama!"
Semua orang terkejut, namun kegusaran Ma Liu sulit dilukiskan, dengan murka ia berteriak.
"Kenapa bisa sampai lari seperti itu!"
"Benar, kenapa mereka bisa langsung lari seperti itu....", Jin Yuanbao tertawa sinis, lalu tiba-tiba berseru sambil menunjuk Ma Liu.
"Tangkap dia!"
Para bukuai tercengang, namun Wang Qiang dan Ma Zhong segera menangkapnya, Ma Liu meronta-ronta.
"Bos, untuk apa kau menangkapku?"
"Untuk apa menangkapmu?", Jin Yuanbao berulangkali tersenyum sinis.
"Di yamen kita ada mata-mata, menurutmu, siapa dia?"
"Dari mana kau dapat memastikan bahwa akulah mata-mata itu?", dengan gusar Ma Liu berkata. Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam, lalu perlahan-lahan tersenyum.
"Aku tak akan menyembunyikannya darimu, sejak aku tahu bahwa ada mata-mata, aku segera menyelidiki semua orang, kita para saudara ini sudah bergaul dengan akrab selama bertahun-tahun, dilihat dari luar, kita tak mempunyai kelemahan, namun ada satu hal yang mau tak mau menarik perhatianku, kau baru-baru ini pindah ke sebuah rumah baru, dan juga mempunyai tiga kompleks rumah kecil, untuk melakukan hal ini, diperlukan sedikit uang".
"Di rumah ada tambahan beberapa orang, istriku tak suka berdesak-desakan di rumah lama, apa boleh buat, aku terpaksa pindah ke rumah baru. Memangnya kenapa? Jin Shaoye, apa karena di kediamanmu ada taman bunga dan gedung-gedung megah, kau tak tahan melihat kami orang melarat ini hidup enak sedikit?"
Sambil berbicara, Ma Liu mengeliat-geliat, tak memperbolehkan dirinya diikat.
"Kau orang luar dan belum tiga tahun dipindah tugaskan menjadi bukuai di ibu kota, setelah menikah dan mempunyai anak, ternyata kau dapat membeli rumah baru?", Jin Yuanbao menimang-nimang ujung bajunya.
"Orang lain perlu menabung beberapa tahun untuk membeli rumah baru, saat hendak makan mi daging ketika berpatroli mereka harus berpikir seribu kali, tapi kau dapat mengenakan pakaian sutra dan bersantai di kedai arak? Kalau kau tak punya penghasilan tambahan, siapa yang percaya padamu?"
Sambil berbicara, ia menimang-nimang dompet mewah norak yang tergantung di pinggangnya.
"Dan masih ada dompet ini, yang walaupun terbuat dari bahan yang mewah, namun buatannya sangat kasar, sulamannya lebih norak lagi, nampaknya adalah benda yang biasa digunakan oleh seorang pelacur untuk mengambil hati seorang lelaki. Katakanlah, kau seorang bukuai yang kesulitan untuk menafkahi keluargamu, bagaimana kau bisa punya waktu dan uang lebih untuk seharian berpelesir di rumah bordil? Tak nyana, setiap kita mengadakan penyelidikan di rumah bordil, entah sudah berapa kali selalu gagal di saat-saat terakhir? Katakanlah, kalau aku tak mencurigaimu, aku harus mencurigai siapa lagi?"
Para bukuai yang lain tiba-tiba tersadar, pandangan mata mereka yang melihat Ma Liu menjadi penuh rasa muak. Ma Liu masih berusaha melawan.
"Hanya dengan berdasarkan hal-hal itu, kau tak dapat mengatakan bahwa aku adalah seorang mata-mata!"
"Memang benar.....", sinar dingin muncul dalam pandangan mata Jin Yuanbao.
"Tapi kemarin aku memberitahumu bahwa aku hendak melakukan penangkapan di Huian, dan hari ini mereka semua sudah melarikan diri ---- apa yang hendak kau katakan mengenai hal ini?"
Ma Liu terkejut.
"Bukankah kau telah menyuruh Wang Qiang dan Ma Zhong untuk melakukan penangkapan di Huian hari ini?"
Jin Yuanbao tersenyum hambar.
"Aku sama sekali tak berbicara tentang Huian pada mereka. Hanya kaulah yang tahu tentang tempat di Huian itu". Dihadapkan dengan bukti-bukti yang tak terbantah itu, Ma Liu menunduk dengan muram.
"Tahan Ma Liu dan awasi dia dengan baik, sebentar lagi aku akan turun untuk memeriksanya". Begitu perintah Jin Yuanbao berkumandang, Ma Liu langsung dimasukkan ke dalam sel. Siang hari itu, Ma Liu telah ditahan di sebuah sudut penjara, namun ia sama sekali tak disiksa, dan bahkan diberi sebuah bangku. Sekonyong-konyong.
"Klang, klang!", pintu besi terbuka, dan Jin Yuanbao yang mengajak Yu Qilin pun masuk ke dalam. Dengan tercengang Ma Liu memandang Yu Qilin, ia merasa heran, mana ada orang yang menginterograsi tawanan sambil membawa sang nyonya? Jin Yuanbao menarik sebuah kursi agar Yu Qilin dapat duduk, lalu bersiap untuk melakukan interograsi, akan tetapi tak nyana, sebelum ia sempat membuka mulut, Ma Liu telah berkata.
"Tak usah mengeluarkan tenaga dengan sia-sia, aku akan bicara". Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao sangat gusar sekaligus sangat geli, ia sangat gusar karena seorang pengkhianat yang tertangkap basah masih begitu percaya diri, dan ia sangat geli karena sampai sekarang ia masih tak tahu sifat gerombolan itu yang sebenarnya, dan sampai sekarang masih percaya bahwa ia telah bekerja keras untuk mereka Jin Yuanbao perlahan-lahan berjalan ke hadapannya, ia mencari sebuah kursi untuk duduk, kemudian seakan sedang mengobrol dengannya ia bertanya.
"Siapa yang berhak mendapatkan kesetiaanmu ini?"
Ma Liu nampak tak menyangka bahwa ia dapat bersikap begitu ramah, dirinya pun mengingat bahwa saat dirinya menjadi bukuai, ia selalu bersikap ramah padanya, mau tak mau ia pun merasa agak menyesal, sambil tersenyum getir ia berkata.
"Berani bertaruh, berani membayar, akan tetapi kalau kau berpikir bahwa kau akan dapat mengorek banyak keterangan dariku, kau tak akan dapat melakukannya. Aku punya keluarga, mau tak mau aku harus memikirkan mereka". Jin Yuanbao tersenyum.
"Kau pikir, begitu kau bicara, mereka akan melepaskan keluargamu?"
Ma Liu memejamkan matanya tanpa berkata apa-apa.
"Kau adalah seorang bukuai, namun bersekongkol dengan orang jahat untuk memperdagangkan manusia, entah sudah berapa banyak gadis tak berdosa yang telah hancur di tanganmu, apa kau sama sekali tak merasa bersalah? Dengan memandang rekan-rekan sejawatmu, apapun yang kau ketahui, akuilah semua, maka kau mungkin masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan keringanan". Ma Liu tertawa sinis.
"Kau adalah tuan muda Wisma Jin, tak apa kalau kau dengan iseng merebut mangkuk nasi kami, kau mana tahu betapa susahnya hidup di ibu kota bagi kami orang-orang dari luar kota ini!"
"Itu alasanmu?", Jin Yuanbao nampak sangat ingin agar ia berubah menjadi lebih baik.
"Ma Liu, kau benar-benar membuatku putus asa, untuk menguntungkan dirimu sendiri, kau rela mengingkari hati nuranimu sendiri dan mengirim gadis-gadis dari keluarga baik-baik ke jurang neraka?"
Namun Ma Liu berkata dengan tak tahu malu.
"Mereka semua anak keluarga melarat, kalau mereka masuk ke rumah bordil, keadaan mereka belum tentu lebih buruk dari kalau mereka berada di tempat asal mereka". Yu Qilin beberapa kali hendak membuka mulut, namun melihat Jin Yuanbao sedang memancing Ma Liu supaya mengaku, ia berusaha menahan dirinya, sekarang mau tak mau ia bangkit, memburu ke depan dan menampar Ma Liu.
"Tak tahu malu! Katakanlah, apakah Xi er kalian jual?"
"Xi er siapa? Aku tak tahu. Setiap hari aku mengirim belasan orang, masa aku bisa ingat nama mereka satu persatu?"
Karena diprovokasi olehnya, Yu Qilin naik pitam, ia mengangkat kakinya dan menendangnya hingga terjatuh. Ma Liu kesakitan, Jin Yuanbao cepat-cepat menahan Yu Qilin, menekannya hingga kembali duduk, lalu dengan suara pelan menasehatinya.
"Jangan gegabah, kalau kau memaki dan memukulnya, tak akan ada efeknya, ia tak akan mengaku". "Bah!", Ma Liu meludah, lalu perlahan-lahan "Bagaimanapun juga aku tak akan mengaku". bangkit.
"Apa?", dengan kalem Jin Yuanbao memainkan bandulan yang tergantung di pinggangnya.
"Bagaimana kalau aku bermaksud mengirimmu ke tempat pengasingan?"
Sekujur tubuh Ma Liu gemetar.
"Kau tahu bahhwa kejahatan yang dituduhkan padamu tidak sepele, kau seorang bukuai tapi bersekongkol dengan penjahat, dan membuat malu Yang Mulia Gubernur, paling sedikit ia akan mengasingkanmu; kalau kau memberitahuku siapa yang berada di balik semua ini, aku dapat mencari cara untuk mengeluarkanmu, dan memberimu identitas dan dokumen baru, sehingga kau dapat menghindar jauh-jauh dari orang-orang ini. Kau juga tahu bahwa aku adalah tuan muda Wisma Jin, tak sulit bagiku untuk melakukan hal-hal ini". Begitu mendengar perkataan itu, Ma Liu begitu marah hingga tubuhnya gemetar.
"Kenapa? Kau Jin Yuanbao bukannya membenci kejahatan seperti seorang musuh?"
"Aku ingat wajahmu saat pertama kali masuk ke Liushan Men", dengan perlahan-lahan Jin Yuanbao berkata.
"Dahulu kau adalah seorang bukuai yang baik". Ma Liu diam seribu bahasa, ia menyembunyikan wajahnya di balik bayang-bayang. Melihatnya, Yu Qilin perlahan-lahan membuka tangannya yang terkepal, lalu menatapnya dengan tajam, Jin Yuanbao pun menunggu dengan tenang..... Mendadak, Ma Liu mengangkat kepalanya dan melontarkan tiga patah kata.
"Tianxiang Ge". Semangat Jin Yuanbao timbul.
"Tianxiang Ge?"
Ma Liu menghindari pandangan matanya yang penuh penantian, lalu berkata.
"Sekarang aku hanya dapat memberitahumu hal ini. Orang-orang itu sangat berpengaruh, kalau berdasarkan keterangan ini kau dapat melakukan sesuatu, aku akan kembali berdagang denganmu".
"Baik......", dengan penuh percaya diri Jin Yuanbao berkata.
"Persilahkan Ma Liu masuk ke dalam ruang tahanan". Begitu Ma Liu mendengarnya, ia memandang Jin Yuanbao dengan mata berbinar-binar, ia merasa amat berterima kasih. Ruang tahanan adalah tempat dimana tahanan yang perkaranya belum diputuskan ditempatkan, kondisinya tak berbeda dengan penginapan kecil biasa, bahwa Jin Yuanbao ternyata dapat memperlakukannya sedemikian rupa membuatnya tersentuh. Cahaya malam bagai air. Wisma Jin. Dengan berat hati Liu Wenchao berjalan di taman bunga, dengan perlahan ia berjalan ke kediamannya sendiri. Sekonyong-konyong, A Gui berkelebat keluar dari balik sebatang pohon liu, ia baru saja hendak melapor, namun Liu Wenchao mengangkat tangannya untuk menghentikannya, dengan suara rendah ia berkata.
"Aku sudah tahu. Pagi ini Jin Yuanbao menangkap Ma Liu".
"Lebih baik kita cepat-cepat menghilangkan jejak kita di Qianjiao Ge, tapi entah mulut Ma Liu ini terkunci rapat atau tidak?"
Liu Wenchao mengangkat kepalanya memandang langit yang gelap gulita, lalu dengan tegas berkata.
"Tentu saja ia tak bisa dibiarkan, carilah akal untuk membereskannya".
"Baik! Xiaoren akan segera pergi!", A Gui segera hendak berlalu.
"Tunggu dulu!", Liu Wenchao menghalanginya dan berkata.
"Kali ini Jin Yuanbao secara pribadi mengurus perkara ini, Liushan Men pasti dijaga dengan ketat, kalau kau dengan semberono menyusup ke sana dan tak berhasil, hal ini akan berakibat buruk bagi kita".
"Kalau begitu, apa perintah anda?"
"Ma Liu ini terhitung seorang yang pemberani dan tabah, kabarnya, ia baru dengan susah payah mempunyai seorang putra.....", Liu Wenchao mengangkat kepalanya, matanya seperti angkasa, gelap gulita. Di ruang tahanan di Liushan Men, Ma Liu sedang bersandar di pojok ruangan, dengan diselimuti sehelai selimut tipis, ia sedang tertidur, di sisinya nampak semangkuk nasi dan lauk yang baru habis separuh dimakan. Sekonyong-konyong dari balik jendela sebuah benda melayang masuk, lalu terjatuh ke lantai, suaranya tak keras, namun Ma Liu terbangun. Di lantai nampak sebuah sepatu kepala harimau, buatannya sangat indah. Ma Liu terkejut, dengan perlahan ia menghampirinya, ia berjongkok, lalu dengan gemetar memungut sepatu kepala harimau itu.... Wajahnya makin lama makin terkejut dan ketakutan, ia menengadah, memandang ke luar jendela. Dari luar terdengar sebuah suara bengis.
"Selama tiga generasi keluargamu hanya punya seorang putra, jangan sampai garis keturunanmu terputus...."
Ma Liu cepat-cepat bersandar di ambang jendela, ia hendak melihat orang itu dengan jelas, namun ia tak dapat melihat apaapa.
"Kumohon kau jangan menyentuh istri dan putraku! Aku tak akan mengatakan apapun!"
"Hah, kau berkata begitu, tapi kau seenaknya saja bicara, kalau kau tak bisa menahan siksaan saat diinterograsi, majikan kita tak akan merasa lega....."
Ma Liu mencengkeram sepatu itu, sekujur tubuhnya gemetar.
"Kalau besok matahari terbit dan kau masih hidup....istrimu akan mati, putramu juga akan mati".
Mendengar suara bengis yang melayang menjauh itu, dengan muram Ma Liu duduk, ia mengelus-elus sepatu itu untuk beberapa saat, wajahnya nampak jeri, berbagai kenangan masa silam dan penyesalan, satu persatu berkelebat dalam benaknya.
Cahaya fajar sedikit demi sedikit muncul.
Ma Liu menghela napas, memasukkan sepatu itu ke dalam saku dadanya, dengan berat hati memandang ke balik jendela, lalu membenturkan kepalanya ke dinding batu.
Pagi hari itu, Jin Yuanbao masuk ke ruangan bukuai dengan langkah-langkah lebar.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wang Qiang dan Ma Zhong segera menyambutnya, wajah mereka tak enak dilihat.
"Ada apa?", Jin Yuanbao terkejut.
"Ma Liu sudah tewas". Wajah mereka berdua nampak sangat malu. Karena terkejut Jin Yuanbao berhenti melangkah, dengan suara keras ia menegur mereka.
"Dua regu yang terdiri dari delapan orang, tak bisa mengawasinya untuk semalam saja?"
"Ia bunuh diri", wajah Ma Zhong nampak penuh rasa bersalah. Jin Yuanbao berbalik dan memburu ke ruang tahanan, Wang Qiang dan Ma Zhong mengikutinya. Seberkas sinar mentari bersinar dengan miring ke dalam ruang tahanan itu, di dindingnya nampak bercak-bercak darah. Dengan tenang Jin Yuanbao berjongkok di lantai untuk mengawasi mayat Ma Liu.
"Kapan kalian menemukannya?"
"Baru saja". Jin Yuanbao menengadah dan memperhatikan bercak-bercak darah yang masih baru itu, ia mengumam pada dirinya sendiri.
"Tentunya peristiwa ini terjadi saat matahari menyingsing.....semalaman penuh saat kemauan seseorang paling lemah ia bertahan dengan keras kepala, namun begitu matahari menyingsing ia malahan bunuh diri?"
Sambil berbicara ia memeriksa mayat Ma Liu.
Sebuah sepatu kepala harimau dengan perlahan terjatuh dari tubuh Ma Liu.
Jin Yuanbao mengangkat sepatu kepala harimau itu dan memperhatikannya dengan seksama, bel kecil di sepatu itu berdenting, tiba-tiba ia menengadah dan memandang ke balik jendela, lalu dengan menyesal berkata.
"Aku telah lalai! Ada orang yang menangkap putranya dan mengancamnya!"
"Ai......", Jin Yuanbao bangkit dan memandang mayat Ma Liu sambil menghela napas, dengan sedih ia memberi perintah.
"Saudara-saudara sekalian, makamkan dia dengan penghormatan penuh. Kalian berdua beritahu keluarganya, sekaligus memindahkan ibu dan anak itu, jangan beritahu orang lain...."
Setelah berbicara, ia mengeluarkan sehelai yinpiao dan memberikannya kepada Wang Qiang.
"Kalau tak cukup, masih ada lagi...."
Wang Qiang menerima yinpiao itu dan memandang Ma Liu yang kemarin masih berbicara dengannya, ia merasa berduka. Ma Zhong amat sedih, ia berteriak dengan gusar.
"Siapa keparat yang hendak memukul kita? Ia telah menyeret seorang saudara yang baik ke dalam air!"
Jin Yuanbao telah menjadi tenang, ia memandang ke langit biru di balik jendela, lalu dengan perlahan dan penuh keyakinan berkata.
"Mereka akan membayar perbuatan mereka! Ma Zhong, ikut aku ke Tianxiang Ge!"
Siang hari adalah waktu tidur siang para nona Tianxiang Ge dan para tamu mereka setelah bersenang-senang semalam suntuk, seluruh Tianxiang Ge sunyi senyap.
Sekonyong-konyong, pintu gerbang Tianxiang Ge didobrak dari luar, sepasukan bukuai yang berseragam hitam dan merah berbondong-bondong masuk, sambil berteriak keras-keras, dengan sistematis mereka mengamankan tempat-tempat penting di Tianxiang Ge.
Di loteng, jendela yang tertutup rapat dibuka lebar-lebar, nona-nona yang gincu dan bedaknya masih tersisa menjulurkan kepala mereka untuk menonton keramaian itu, namun para tamu cepat-cepat berpakaian dan bersiap untuk menyelinap pergi.
Jin Yuanbao yang mengenakan pakaian putih dengan perlahan mengikuti pasukan itu masuk, wajahnya nampak muram.
"Perlihatkan semua orang yang ada di sini padaku! Tak seorang tamu pun yang boleh pergi! Semua harus dibawa ke aula utama untuk dipastikan identitasnya dan dicatat keterangannya!"
"Aiyo, aku adalah pemilik tempat ini, di hari yang cerah ini, tanpa berkata apa-apa, anda memeriksa tempatku ini!"
Sang mucikari yang pakaiannya berantakan berlari turun dari loteng sendiri.
"Memangnya kenapa? Kalau aku hendak memeriksa sebuah rumah bordil aku harus memberitahumu terlebih dahulu?", Jin Yuanbao tersenyum sinis.
"Aku tahu kalau di atas kau punya orang dan selalu bisa mendapat kabar terlebih dahulu, tapi sayang, sekali ini tak ada orang yang melindungimu!"
Wajah si mucikari nampak panik, matanya bergulir dan ia tak berkata apa-apa lagi. Jin Yuanbao tak menghiraukannya, ia berbalik dan memberi perintah dengan lantang.
"Kurung si mucikari seorang diri! Siapa yang berani mencuri uangnya akan langsung dipotong tangannya! Wang Qiang, Ma Zhong, bawa orang-orang ini ke halaman belakang, gudang makanan dan gudang kayu bakar, perhatikan berapa orang yang kalian kurung!"
Sang mucikari tahu bahwa kasusnya serius, maka ia tak berani berkata apa-apa, dengan patuh ia membiarkan dirinya dibawa pergi oleh dua orang bukuai.
Wang Qiang dan Ma Qiang membawa orang-orang lainnya ke halaman belakang; dalam keadaan terjepit, para tamu berbaris keluar, mereka dibawa ke aula utama dan satu persatu diinterograsi, namun para bunga malam yang berpakaian dan berdandan dengan mewah malahan tertawa cekikikan, mereka tak menganggap serius kejadian itu, seluruh rumah bordil itu kacau balau, suasananya sangat ramai.
Dengan wajah khawatir Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin berlari masuk sambil berendeng pundak, karena berlari, wajah Yu Qilin merah padam, sedangkan Jiang Xiaoxuan bernapas dengan terengah-engah, melihat aula yang penuh para bunga malam itu, untuk sesaat mereka merasa pusing dan segera berhenti melangkah.
Saat itu, seorang bukuai berlari ke hadapan Jin Yuanbao, lalu melapor.
"Bos, halaman belakang sudah bersih, kami menemukan tiga belas wanita korban penculikan, usia mereka diantara sepuluh sampai enam belas tahun!"
Begitu Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin mendengar perkataan itu, mereka langsung berlari ke aula belakang, melihat mereka, Jin Yuanbao segera membuntuti mereka dengan ketat.
Di aula belakang, tiga belas gadis muda yang pakaiannya compang-camping saling berpelukan dengan tak berdaya, wajah mereka panik, melihat para petugas dari yamen yang menggelilingi mereka, mereka tak tahu harus berbuat apa, yang pemberani diantara mereka tahu bahwa mereka telah diselamatkan dan menangis kegirangan.
Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan berusaha mengenali orang-orang dalam barisan itu dari dua sisi yang berbeda, akan tetapi, makin lama mereka makin kehilangan harapan.....sampai di ujung barisan, mereka belum melihat sosok Xi er, Jiang Xiaoxuan pun tak kuasa menahan tangisnya.
Yu Qilin mengelus-elus bahunya sambil menghiburnya dengan suara pelan.
Mereka berdua berpaling begitu mendengar suara Jin Yuanbao yang tenang dan penuh perhatian.
"Ini adalah rumah yang terakhir diperiksa, kalau kau tak menemukannya, hal ini belum tentu sesuatu yang buruk. Paling tidak hal ini membuktikan bahwa Xi er tak diculik dan diperbudak". Walaupun mereka berdua mengangguk, namun mereka tak dapat menyembunyikan kecemasan di wajah mereka.
"Ayo pergi, tak ada gunanya kalian tinggal di sini. Aku akan memanggil orang untuk mengantar kalian kembali ke wisma", Jin Yuanbao berkata. Yu Qilin tertegun.
"Kau sendiri?"
"Aku ingin menanyai wanita-wanita ini satu persatu, untuk mengetahui bagaimana mereka diculik dan dijual", melihat wajah Yu Qilin yang pucat dan tirus, suaranya melembut.
"Kalau ada petunjuk aku akan langsung kembali dan memberitahumu". Karena merasa dihibur olehnya, hati Yu Qilin menjadi hangat, ia menunduk, lalu berkata dengan amat tulus.
"Terima kasih". Setibanya di wisma, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan masih merasa gelisah, mereka berdua duduk sambil berendeng pundak di paviliun yang terletak di tengah danau, mereka tak ingin berbicara dan hanya memandang air di kejauhan sambil termenung. Tiba-tiba, dengan napas terengah-engah, A menghampiri mereka.
"Shao furen, shao furen!"
Fu berlari Yu Qilin melompat berdiri, Jiang Xiaoxuan pun ikut bangkit dengan tegang. A Fu berhenti melangkah, napasnya terengah-engah, melihatnya, Yu Qilin segera memberikan tehnya sendiri kepada A Fu, dengan tak sabar ia bertanya.
"Bagaimana? Apa ada kabar tentang Xi er?"
A Fu tak memperdulikan perbedaan diantara majikan dan hamba, ia meminum teh itu sampai habis.
"Lapor shao furen, tak ada". Kegembiraan di wajah Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin seketika itu juga menghilang. Dengan tak sabar Jiang Xiaoxuan menginterograsinya.
"Apakah sama sekali tak ada kabar tentangnya di rumah lamanya?"
"Tak ada, Xi er Jiejie sama sekali tak pulang ke rumah, para tetangganya semua berkata bahwa bertahun-tahun yang lalu, setelah ayah dan ibu Xi er Jiejie menjualnya ke wisma tuan besar besan, mereka langsung pergi, selama bertahun-tahun mereka tak pernah kedengaran kabarnya, tak ada yang pernah berjumpa dengan mereka dan mereka juga tak pernah pulang". Mendengarnya, Jiang Xiaoxuan terduduk dengan sedih di langkan. Yu Qilin merasa kecewa, ia melambai-lambaikan tangannya.
"Kau telah bekerja keras.....pergilah dulu". Melihat wajah mereka yang murung, A Fu tak berani berkata apa-apa lagi, sambil berjingkat-jingkat, ia mengundurkan diri. Setelah melihat A Fu berjalan menjauh, Jiang Xiaoxuan baru berani menangis.
"Xi er yatim piatu dan tak berdaya....sejak kecil ia mengurusku, tapi aku tak melindunginya dengan baik".
"Setelah berhari-hari masuk ke wisma ini, tentunya setiap hari jantungnya berdebar-debar, seakan sebilah golok digantung di atas lehernya, dan sewaktu-waktu dapat menjatuhinya; ia begitu tegang, tapi aku sama sekali tak tahu apa yang dirasakannya, dan hanya mengurusi kepentinganku sendiri, bahkan sampai pernah mencurigainya hendak menyuruhku pergi.....aku telah mengecewakannya. Aku terlalu egois". Yu Qilin merasa amat bersalah. Mereka berdua saling memandang, keduanya merasa amat menyesal. Jiang Xiaoxuan menghentikan air matanya yang mengalir, melihat wajah Yu Qilin yang pucat dan matanya yang dikelilingi lingkaran hitam, mau tak mau ia menghiburnya.
"Qilin, kembalilah ke kamar dan tidurlah dengan nyenyak, tak perduli apa langkah yang akan kita ambil, kau tak boleh siang malam tak tidur". Yu Qilin menggeleng.
"Sekarang aku tak bisa tidur, biarkan aku menenangkan diriku sendiri dan berpikir dengan baik". Setelah itu, melihat wajah Jiang Xiaoxuan yang cemas, ia memaksa dirinya untuk tersenyum.
"Aku akan duduk sebentar, setelah capai berpikir, aku akan kembali ke kamar. Jangan mengkhawatirkan diriku". Melihat bahwa tekadnya telah bulat, Jiang Xiaoxuan tak dapat berbuat apa-apa dan mengangguk, ia bangkit dan menekan bahunya.
"Kita harus menjaga diri kita baik-baik".
"Ya....."
Jiang Xiaoxuan berlalu dengan pelan, Yu Qilin duduk seorang diri di dalam paviliun itu seperti sebuah patung, tak bergeming.
Matahari terbenam di barat, dan sosoknya pun sedikit demi sedikit berbaur dengan cahayanya yang kuning.
Entah sejak kapan, bayangannya di lantai ditemani oleh sebuah bayangan lain, sebuah bayangan yang sudah amat diakrabinya....
Yu Qilin melihat bayangan itu, namun bahkan tak mengangkat kepalanya, hanya dengan putus asa bertanya.
"Tak ada petunjuk, benar tidak?" "Ada sedikit petunjuk yang tak penting.....", Jin Yuanbao memandang bayangan Yu Qilin, ia merasa hatinya agak pedih, setelah beberapa lama ia kembali berbicara.
"Tapi, tak ada kabar tentang Xi er".
"Begitu melihatmu aku langsung tahu", Yu Qilin menghela napas, ia tak lagi kecewa.
"Kalau ada petunjuk, kemungkinan besar kau sudah membawa Xi er pulang". Kepercayaan yang tak sengaja ditunjukkannya membuat hati Jin Yuanbao hangat, melihat wajahnya yang pucat dan tirus, Jin Yuanbao ragu-ragu sejenak, lalu tak nyana dengan hangat menghiburnya, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Xi er tak punya uang dan keluarga, kalau pergi seorang diri ia tak mungkin pergi jauh, menurutku, kita akan dengan sangat cepat mendapat kabar tentangnya". Mendengarnya, hati Yu Qilin terasa hangat, ia tersenyum dan berkata.
"Yuanbao, perkataanmu hari ini sangat membuatku merasa lega, tapi sebenarnya, bahkan kau sendiri juga merasa bahwa keadaannya tak mengembirakan". Mendengarnya mengungkapkan kekhawatiran dalam hatinya, Jin Yuanbao merasa agak takut ketahuan, akan tetapi, ia tak tahan melihat wajah Yu Qilin yang penuh kecemasan, maka dengan perlahan ia duduk di sisinya, lalu memeluk bahunya dan menariknya ke arah dirinya sendiri.
"Nampaknya kau adalah seorang majikan yang sangat menyayangi pembantunya, ditinggal seorang gadis pelayan saja, kau seperti kehilangan kedua orang tuamu, aku tak tahan melihatmu begini, adalah kewajibanku sebagai seorang suami untuk menghiburmu, kenapa kau masih tak merasa berterima kasih? Apakah kau ingin aku kembali ke watakku yang sebenarnya? Begitu juga boleh!"
Dengan bermaksud baik, Jin Yuanbao berusaha untuk membuat suasana lebih gembira, akan tetapi, begitu mendengar kata 'suami' itu, hati Yu Qilin makin terasa pedih, dengan perlahanlahan, ia melepaskan diri dari pelukannya.
"Yuanbao, terima kasih. Akan menenangkan diriku seorang diri". tetapi, biarkanlah aku Mendengar nada suaranya yang murung, Jin Yuanbao menduga bahwa Yu Qilin bersedih karena Xi er, ia tak lagi memaksanya dan bangkit seraya berkata.
"Baiklah, setelah tenang, segeralah pulang dan pergi tidur, besok meneruskan mencari lagi". Bayangannya nampak perlahan-lahan menghilang dari sisinya, ketika melihat ke lantai, hanya ada bayangannya sendiri yang sebatang kara, Yu Qilin merasa matanya pedih. Matahari yang sedang terbenam bersinar, lembayung senja merah menyala, cuaca benar-benar sangat baik. Sambil menggendong sepasang tangannya di balik punggungnya, Liu Wenchao berdiri di samping meja tulis, di atas meja tergeletak sebuah kaligrafi bergaya kuangcao yang masih basah kuyup.
"Membunuh dalam sepuluh langkah, tak meninggalkan jejak dalam seribu li, menghilang setelah berhasil, menyembunyikan dalam-dalam diri dan nama". Di samping meja tulis, seorang lelaki setengah baya yang berpakaian biasa tersenyum ramah sambil memandang Liu Wenchao.
"Majikan xiaoren berkata, bahwa Xiake Xing karya Li Bai adalah puisi yang paling disukainya, kaligrafi ini pun ditulis dengan bebas dan hidup. Majikan xiaoren berkata, bahwa anda, daren, melakukan semuanya dengan baik, hanya agak kurang tegas, oleh karenanya ia secara khusus mengutus xiaoren untuk memberikan kaligrafi yang sudah dikoleksinya selama bertahun-tahun ini kepadamu, dengan harapan agar kaligrafi ini dapat membuatmu berusaha sedikit lebih keras".
"Anda telah bekerja keras, mohon sampaikan pada Yang Mulia bahwa Liu Wenchao tak dapat menerimanya". Dengan tenang Liu Wenchao mengangkat cawan teh yang berada di sampingnya. Namun orang itu tetap berdiri tanpa bergeming.
"Majikanku berkata, mengenai apakah kaligrafi ini bagus atau tidak, ia mohon agar Liu Wenchao memberikan jawaban yang pasti!"
Liu Wenchao mengangkat kepalanya, pandangan mata mereka berdua beradu, lelaki itu tersenyum ramah, akan tetapi dengan samar-samar mengancamnya..... Liu Wenchao menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan-lahan berkata.
"Mohon sampaikan kepada Yang Mulia, Liu Wenchao sudah mengerti dan pasti tak akan mengecewakan Yang Mulia". Lelaki itu kembali tersenyum dengan puas, lalu menjura dan mengundurkan diri. Begitu lelaki itu pergi, seketika itu juga Liu Wenchao seakan tak bertenaga, ia jatuh terduduk di kursi sambil memandangi kaligrafi berhuruf besar di depan matanya itu, wajahnya nampak muram. Seperti bayangan, A Gui diam-diam menyelinap masuk, Liu Wenchao tersadar, ia cepat-cepat duduk tegak dengan wajah penuh penantian. A Gui melangkah ke depan, lalu dengan suara pelan melapor.
"Gongzi, kabar yang ingin anda selidiki telah kudapatkan. Nyonya Yu dari Emeishan mengaku sebagai seorang janda, dua puluh tahun yang lalu, ia pindah ke tempat itu dari ibu kota dan mencari nafkah dengan menjahit, sejak itu ia tak pernah meninggalkan Emeishan, apalagi pergi ke Wisma Jiang di Nanjing; empat tahun kemudian, ia memungut seorang anak yang ditelantarkan di tepi jalan, lalu menamainya Qilin. Ia membesarkannya seorang diri, ibu dan anak itu cocok, perasaan diantara mereka sangat mendalam. Kabarnya, wajah Yu Qilin cantik....."
Ia berhenti sejenak, lalu kembali berbicara.
"Xiaoren menunjukkan sebuah gambar kepada para tetangganya, dan semua berkata bahwa wajah Yu Qilin sangat mirip dengan nyonya muda Wisma Jin kita, Jiang Xiaoxuan, nampaknya mereka adalah orang yang sama. Kabarnya, beberapa waktu yang lalu, Yu Qilin tiba-tiba membawa pulang seorang suami untuk mengunjungi ibunya, mereka hanya tinggal sehari, lalu langsung pergi, wajah suaminya itu serupa dengan wajah tuan muda Jin kita". Setelah selesai berbicara, dengan tenang A Gui berdiri di samping untuk menunggu perintah. Ekspresi wajah Liu Wenchao nampak rumit dan berubah-ubah, akhirnya ia membuka mulut, tapi perkataannya tak ada hubungannya dengan masalah itu, tangannya mengetuk kertas di depannya, lalu ia berkata dengan hambar.
"Orang suruhan Pangeran Kedua baru saja mengirimkan sebuah kaligrafi untukku". A Gui memandangnya dengan sekilas, lalu dengan tercengang berkata.
"Xiaoren buta huruf".
"Ini sebuah puisi karya Li Bai, pendeknya.....Pangeran Kedua menduga bahwa Jin Yuanbao akan menjadi batu sandungan dan menyuruhku untuk segera bertindak terhadapnya, untuk dengan cepat melenyapkannya". A Gui terkejut, namun dengan hormat berkata.
"Kalau gongzi mempunyai tugas yang harus dikerjakan, hamba siap mengerjakannya". Liu Wenchao menggeleng.
"Ini bukan hal sepele, aku juga belum memikirkannya secara seksama, melenyapkan seseorang mudah, namun yang sukar adalah mencari kesempatan untuk melakukannya, selain itu setelah aku berhasil melenyapkannya, apa yang akan kudapatkan?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah merenung sejenak, ia mengalihkan pokok pembicaraan.
"A Gui, menurutmu, Yu Qilin ini apakah benar-benar nyonya muda kita sekarang ini?"
"Hamba bodoh.....tapi semua cerita itu ternyata cocok dengan nyonya muda".
"Benar, semuanya cocok....", Liu Wenchao tersenyum.
"Banyak hal yang sebelum ini tak kupahami, misalnya kenapa putri seorang menteri besar ternyata tak dapat menyuguhkan teh, dan ternyata dapat bersilat, sepertinya semua dapat dijelaskan.....karena sudah terlanjur seperti ini, aku akan mencari bukti mengenai masalah ini dengan seksama, lalu mempergunakannya dengan hati-hati. Tuan dan nyonya muda Wisma Jin masing-masing menyimpan rahasia. Aku Liu Wenchao akan bertanya-tanya dengan hati-hati, lalu mengambil keputusan mengenai apa yang dapat dan tak dapat diketahui oleh Yang Mulia Pangeran Kedua.....aku akan merencanakan semuanya dengan seksama". Dengan murung Yu Qilin berjalan ke Taman Songzhu, sepasang matanya yang bening sekarang nampak jauh lebih suram. Mendadak, dari belakang dirinya, terdengarlah suara Liu Qianqian.
"Saozi ---"
Liu Qianqian sengaja memanjangkan suaranya dan membuatnya ragu-ragu, ketika ia berbalik, nampak Liu Qianqian menghampirinya sambil tersenyum manis, lalu memandanginya dari atas sampai ke bawah.
Yu Qilin mengerutkan keningnya, namun masih bertanya dengan sopan.
"Qianqian, untuk apa kau mencariku?"
Liu Qianqian masih memandangi Yu Qilin dari atas sampai ke bawah sambil tersenyum misterius.
"Kabarnya saozi sedang mencari gadis pelayan pribadimu, Xi er?"
"Kenapa? Apa kau mempunyai kabar tentangnya?", Yu Qilin bersikap waspada. Sambil tersenyum namun tak tersenyum, Liu Qianqian mengelilinginya dengan puas hati, lalu melontarkan dua patah kata.
"Tidak ada". Sekarang Yu Qilin merasa sebal, melihatnya ia makin enggan banyak bicara, maka dirinya segera berbalik seraya berkata.
"Kalau begitu, sampai jumpa". Liu Qianqian cepat-cepat menahannya, lalu tertawa dengan suara yang dibuat-buat.
"Jangan buru-buru, kalau kau sudah tahu hal ini akan terjadi, kau seharusnya tak melakukannya". Yu Qilin menghentikan langkahnya, memandangnya.
"Apa maksudmu?"
Lalu dengan dingin "Beberapa hari ini beredar kabar di wisma bahwa gadis pelayan pribadi saozi tak terlihat, kabarnya nyonya muda bersusah payah mencarinya sendiri", Liu Qianqian mencibir dan tertawa, "Semua orang berkata bahwa saoziku sangat menghargai persahabatan, begitu baik pada seorang pelayan; akan tetapi, ternyata ada suatu hal lain....setelah kau pulang ke rumah mertua, suatu hari, tanpa sengaja aku mendapatimu dan Xi er sedang bertengkar".
Yu Qilin terguncang, ia teringat akan pertengkaran yang disebutkan oleh Liu Qianqian itu.
Senyum di wajah Liu Qianqian semakin nyata.
"Saozi ingat? Benar, namun pertengkaran itu juga aneh, Xi er adalah seorang pelayan, tapi berani bertengkar dengan nonanya, katanya kau sendiri yang mengundang masalah itu, aku langsung merasa heran, bagaimana bisa ada seorang pelayan yang begitu berani dan gegabah? Yang lebih aneh lagi, saozi segera membujuknya dengan lembut, walaupun akhirnya kulihat saozi merasa tak sabar dan menegur Xi er sampai ia menangis dan berlari......"
Wajah Yu Qilin pucat pasi, di hadapan Liu Qianqian, ia merasa malu, namun tak tahu dimana harus menyembunyikan dirinya. Melihat wajahnya yang cemas, Liu Qianqian merasa gembira, dengan penuh kemenangan ia berkata.
"Oleh karenanya, aku berkata, kalau dari dulu sudah tahu begitu, kenapa cemas? Gadis pelayan pribadimu yang menemanimu menikah melarikan diri dan membuatmu kehilangan muka, tapi kau tak menyadarinya dan malah membuat keributan dengan seharian mencarinya, lalu memasang tampang pucat dan tirus supaya dilihat semua orang, cck, cck, aku malu melihatmu". Liu Qianqian berbicara dengan bersemangat, namun perasaan menyesal dan malu bercampur baur dalam hati Yu Qilin, ia memaksakan dirinya untuk berkata.
"Semua ini bukan urusanmu". Liu Qianqian segera berlagak sangat terkejut.
"Tentu saja bukan urusanku! Yang melarikan diri adalah gadis pelayanmu, gadis pelayanku sendiri sedang duduk dengan manis di kamar sambil menyulam!"
Ia berjalan beberapa langkah mendekati Yu Qilin, lalu dengan cemburu dan penuh kebencian berkata.
"Tapi kau kuperingatkan, jangan karena guma sedikit memujimu dan biaoge sering memandangmu, kau lantas benar-benar menganggap dirimu seorang tokoh yang tak terkalahkan....."
"Qianqian!"
Tiba-tiba Liu Wenchao muncul, dengan wajah yang nampak agak marah, ia memandang sang adik. Melihat kakaknya, Liu Qianqian merasa agak jeri, ia mengumam, lalu membuang muka. Wajah Liu Wenchao bagai es.
"Kau tak mengindahkan aturan diantara senior dan junior, masalah rumah tangga nyonya muda, kakak iparmu, ternyata dapat kau umbar dengan sembarangan di sini?"
Tak nyana, ia langsung membela Yu Qilin, Liu Qianqian semakin gusar, dengan tak mau kalah ia berkata.
"Kalau berani berbuat, tak boleh takut pada perkataan orang lain! Apakah perkataanku itu salah? Aturan tentang senior dan junior? Kalau benar-benar mau bicara tentang peringkat, ia adalah seorang menantu perempuan yang masuk ke dalam keluarga kita karena pernikahan, melayani adik suami adalah kewajibannya!"
Liu Wenchao memandang sang adik yang entah kenapa, sengaja ingin mencari gara-gara, ia ingin menegurnya dengan keras dan tak bisa menahan dirinya lagi, dengan wajah masam, ia menatap Liu Qianqian dengan tajam.
"Kau masih bisa berbicara mengenai kewajiban? Kau gadis yang suka bergunjing dan mencampuri urusan orang! Kembali ke kamarmu!"
"Dia adalah adik iparmu, aku ingin tahu sampai kapan kau dapat melindunginya!"
Setelah berbicara, Liu Qianqian menghentakkan kakinya keras-keras, melirik Yu Qilin, lalu melangkah pergi dengan cepat. Liu Wenchao segera berbalik menghadap Yu Qilin, lalu meminta maaf.
"Qianqian bersikap tak bijaksana dan berbicara dengan sembarangan, jangan dimasukkan ke dalam hati". Yu Qilin menggeleng.
"Perkataannya tak salah". Senja itu, wajah Yu Qilin nampak pucat dan tirus, sepasang matanya yang bening seakan menyembunyikan begitu banyak beban pikiran, akan tetapi, ia menyembunyikanya dalam-dalam, seakan terpisah oleh seribu gunung dan selaksa sungai dari Liu Wenchao, membuat hatinya khawatir, namun tak berdaya menyentuhnya.... Rasa gelisah dan terganggu dalam hatinya makin lama makin bertambah kuat, Liu Wenchao terkejut, dan cepat-cepat berusaha mengendalikan perasaannya, tak membiarkan suasana hati seperti itu terus berlanjut.... Ia menarik napas dalam-dalam, lalu dengan sangat ramah memandang Yu Qilin sembari tersenyum.
"Aku telah menyiapkan sedikit arak dan hidangan di taman bunga, apakah kau bersedia menemaniku?"
"Terima kasih, tapi aku ingin menenangkan diri seorang diri", sambil tersenyum Yu Qilin menolak dengan halus.
"Apakah kau masih marah pada Qianqian?", wajah Liu Wenchao nampak jengah.
"Qianqian agak keras kepala dan angkuh sehingga merepotkanmu, mohon maaf....."
Yu Qilin tak pernah melihatnya begitu tak senang, dirinya langsung agak merasa bersalah, maka ia segera berkata.
"Tidak, tidak, aku tak menyalahkannya, akulah yang bersalah".
"Kalau begitu berilah aku sebuah kesempatan untuk berperan sebagai seorang kakak dan mewakilinya untuk minta maaf, bagaimana?"
Yu Qilin melihat bahwa Liu Wenchao berkata dengan tulus, dirinya tak dapat membantahnya, ia memandang langit dan juga melihat keadaan di Taman Songzhu, lalu mengangguk dan berkata.
"Tapi, tak boleh terlalu malam". Liu Wenchao mengikuti arah pandangan matanya, lalu dengan tak senang mengerutkan keningnya, namun begitu Yu Qilin telah berpaling, dengan wajah penuh senyum ia menjawab.
"Tentu saja". Di paviliun di taman bunga, Liu Wenchao telah menaruh makanan kecil sederhana dan dua poci arak di atas meja. Mereka duduk berhadapan, setelah tiga kali minum arak, Liu Wenchao mengangkat cawannya dan dengan tulus mohon maaf.
"Qianqian masih muda dan cerewet, bicaranya semberono, kumohon agar dengan memandang wajahku, sekali ini kau memaafkannya". Yu Qilin tak menjawab, ia mengangkat cawannya dan menenggaknya hingga tandas, lalu memandang Liu Wenchao seraya tersenyum. Liu Wenchao berlagak merasa lega, lalu berkata sambil tersenyum.
"Xiaoxuan, kau benar-benar sedikitpun tak seperti nona-nona dari keluarga terhormat lain yang pernah kujumpai". Yu Qilin tak membantahnya.
"Memangnya nona-nona lain itu seperti apa?"
Liu Wenchao berpikir sejenak, lalu sambil tersenyum berkata.
"Contoh yang dekat di mata, misalnya Xue er, sikapnya tenang dan hati-hati, begitu juga dengan perkataannya, benar-benar seperti seorang nona dari keluarga terhormat". Mendengarnya, Yu Qilin mendengus dan tertawa.
"Aku tahu, aku ini agak liar".
"Maksudku bukan begitu. Kau seperti ini sangat bagus, aku berkata dengan sungguh-sungguh", seakan dengan tak sengaja Liu Wenchao berkata.
"Seorang gadis yang tumbuh dewasa sambil menghirup suasana bebas di Emeishan, dibandingkan dengan seorang nona dari keluarga terhormat yang seumur hidupnya dikungkung dalam rumah, tentu saja jauh lebih bersemangat". Sambil berbicara, Liu Wenchao mengawasi Yu Qilin dengan seksama. Yu Qilin yang tak waspada, begitu mendengarnya menyebutnyebut Emeishan, mau tak mau merasa rindu, ia menghela napas dan berkata.
"Benar, aku sangat merindukan hari-hariku di Emeishan yang bebas merdeka, sama sekali tak seperti di sini......"
Yu Qilin yang sudah agak mabuk tiba-tiba teringat akan identitasnya yang belum terungkap, sekonyong-konyong ia berhenti, lalu menengak sisa araknya sampai tandas.
Liu Wenchao memperhatikan hal itu, namun dengan tenang ia kembali memenuhi cawan arak Yu Qilin.
"Benar, nona dilahirkan di keluarga yang kaya dan berpengaruh, sejak kecil adalah seorang nona dari keluarga terhormat yang termasyur di istana dan harus mengikuti aturan yang sedikit lebih ketat dari orang biasa. Yuanbao pun dibesarkan di tengah kemewahan dan tak paham kesusahan rakyat jelata, oleh karenanya, cara bicara, perilaku dan sifatnya mau tak mau agak angkuh......namun hatinya sangat baik". "Mengenai sifat Yuanbao.....tak benar kalau kau berkata bahwa ia tak paham kesusahan rakyat jelata". Liu Wenchao tak menyangka bahwa Yu Qilin dapat membela Jin Yuanbao seperti itu, untuk sesaat ia tak bisa menjawab.
"Ia sudah menjadi bukuai selama bertahun-tahun, sepanjang hari ia berhubungan dengan pencuri kecil-kecilan, pedagang manusia, pelacur dan orang-orang kecil lain, akan tetapi aku belum pernah melihatnya benar-benar bersikap sombong, atau menekan bawahan dan menjilat atasan; ia memperlakukan semua orang dengan sama, tanpa memandang apakah kedudukan mereka rendah atau tinggi. Di matanya, mereka semua sama-sama manusia biasa. Tapi dia sangat suka hidup mewah....."
Yu Qilin tersenyum, lalu mengumam pada dirinya sendiri.
"Tapi apa boleh buat, siapa suruh sejak kecil ia dibesarkan dengan cara seperti itu? Seorang manusia, mau tak mau akan mempunyai satu atau dua kelemahan....."
Sambil berbicara Yu Qilin termenung, seluas senyum muncul di sudut-sudut bibirnya, Liu Wenchao memperhatikannya, dalam hati ia tahu bahwa Yu Qilin telah terpikat pada Jin Yuanbao, rasa cemburu dan benci bercampur dalam hatinya, namun dengan tenang ia menimpali.
"Benar, sejak kecil pakaian dan makanan Jin Yuanbao, kalau dibandingkan dengan kaisar di istana, jangan-jangan tak banyak berbeda, bahkan dalam hal-hal tertentu, Yang Mulia pun tak serewel dia. Aku ingat dia paling suka minum yogurt, dan kebetulan saat itu tak ada mangkuk kecil berwarna hijau kumala, dan walaupun Jin Yuanbao telah melihat sebuah basi berisi yogurt, ia tak bergeming. Katanya, makanan ini harus dimakan dengan mangkuk itu, barulah rasanya yang asli keluar, kalau tak ada mangkuk yang cocok dengannya, ia lebih baik melewatkannya. Karena hal ini, nyonya sangat marah, namun akhirnya ia tak dapat berbuat apa-apa, dan terpaksa mengirim orang ke pabrik porselen pemerintah untuk meminta mereka membuatkan sebuah mangkuk khusus untuk teman makannya". Mendengarnya, mata Yu Qilin terbelalak lebar-lebar, lalu ia menyeletuk.
Pendekar Naga Putih 79 Tongkat Delapan Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Penjara Rindu Karya Nia Arissa
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama