Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 17

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 17



"Kalau begitu, siapa yang sanggup membesarkannya?!"

"Karena ia dilahirkan di Wisma Jin, dan dibesarkan di Wisma Jin, hanya Wisma Jin lah yang dapat membuatnya menikahi gadis dari keluarga terhormat yang memenuhi syarat", sembari tersenyum lebar, Liu Wenchao berkata. Yu Qilin tak mengira bahwa pokok pembicaraan akan tiba-tiba mengarah pada dirinya, maka ia pun tertegun. Liu Wenchao berpura-pura sama sekali tak menyadarinya, ia terus berbicara tanpa tedeng aling-aling.

"Karena sifat Jin Yuanbao seperti itu, mempunyai standar yang tinggi untuk berbagai hal, bahkan sampai bersikap rewel, terhadap calon istrinya ia mengharapkan standar yang lebih tinggi lagi. Ketika kecil ia pernah berkata bahwa hanya seorang gadis dari keluarga terhormat yang paling menonjol di kolong langitlah yang dapat berjodoh dengannya, wajahnya cantik, kedudukan keluarganya baik, berbakat dan terpelajar, serta wataknya baik, dari semuanya itu tak boleh ada satu pun yang kurang. Banyak keluarga terkemuka di ibu kota menganggap Yuanbao suami ideal bagi putri mereka dan memperebutkannya, namun Yuanbao tak sudi memandang mereka. Ia selalu berkata bahwa kedudukan mereka rendah dan tak pantas berjodoh denganku, Jin Yuanbao". Setelah selesai berbicara, Liu Wenchao tertawa terbahak-bahak. Namun perkataannya itu dengan telak menembus kekhawatiran Yu Qilin, bagai duri ikan yang menusuk di tenggorokan, ia meletakkan cawan araknya, lalu dengan suara parau berkata.

"Gadis-gadis dari keluarga terkemuka di ibu kota juga dianggap rendah olehnya?"

"Ai, begitulah, Yuanbao berkata, mereka kelihatannya seperti keluarga terkemuka, namun sebenarnya dua generasi sebelumnya, mereka tak lebih dari orang kampung yang mengais sesuap nasi dari tanah, dan hanya mengenal satu atau dua huruf, pendidikan mereka pun sangat rendah.....hanya seseorang seperti kau ini, putri keluarga Menteri Besar Jiang yang selama bergenerasi-generasi termasyur dalam bidang sastra yang masuk dalam hitungannya. Walaupun demikian, sebelum kau menjadi anggota keluarga ini, untuk beberapa saat guma sangat tegang karena khawatir Yuanbao tak puas". Makin lama mendengarnya, wajah Yu Qilin makin pucat pasi. Dengan enteng Liu Wenchao mendekatinya, lalu kembali berkata dengan penuh arti.

"Untung saja putri keluarga Menteri Besar Jiang tak dapat dibandingkan dengan gadis dari kalangan rakyat jelata, putri para pejabat biasa pun tak pantas dibandingkan denganmu yang berbakat dan berhasil merebut hati Yuanbao. Xiaoxuan, sekarang Jin Yuanbao tak mengatakannya, namun ia sangat puas akan dirimu, putri keluarga menteri besar ini. Akhirnya ia berhasil menemukan pasangan seumur hidup yang dalam segala hal pantas berjodoh dengannya". Walaupun setiap perkataan Liu Wenchao adalah pujian yang tulus, namun begitu setiap perkataan itu masuk ke telinganya, Yu Qilin merasa hatinya ditikam, tak nyana percakapan mereka di Desa Dong Luhe itu muncul dalam benaknya, perkataan Jin Yuanbao bahwa 'kau dan aku belum pernah bertemu, tapi demi kepentingan putra mahkota, kita terpaksa menikah', dan 'aku tak suka dimanipulasi', seakan baru saja menunjukkan efeknya dan membuat dirinya untuk sesaat sesak napas, ia merasa bahwa dalam hati dan tulangnya terdapat suatu rasa sakit yang menembus tulang.

"Apa yang disebut jin yu liang yuan memang seperti pernikahan kalian ini, yang seorang adalah tuan muda Wisma Jin, sedangkan yang seorang lagi adalah putri Menteri Besar Jiang, kedudukan, penampilan dan status keluarga semuanya seimbang, kalau kurang sedikit saja, jangan-jangan tuan muda kami yang pemilih itu tak akan mau menerimanya....."

Liu Wenchao mempermainkan cawan arak dalam genggamannya, sambil masih berlagak pilon seperti sebelumnya, ia meneruskan perkataannya.

"Cukup sudah!", Yu Qilin mendadak bangkit. Liu Wenchao segera memandangnya sambil berpura-pura terkejut.

"Kau kenapa?"

"Aku.....kepalaku pusing. Aku pergi dulu". Tanpa menunggu jawaban Liu Wenchao, Yu Qilin berbalik dan pergi. Karena kebingungan, tak nyana ia tak memperhatikan jalan. Liu Wenchao tak menghalanginya, ia memandang sosok Yu Qilin yang menjauh, di sudut-sudut bibirnya tergantung seulas senyum, dengan lirih ia berkata.

"Yu Qilin, pada suatu hari kau akan tahu Jin Yuanbao itu orang macam apa". Yu Qilin seakan demam, di tengah kebingungannya, ia tak memperhatikan jalan, ia sudah memutuskan untuk tak kembali ke kamar pengantin, namun tak tahu harus pergi ke mana, maka ia berdiri dengan tertegun di sudut sebuah serambi. A Fu yang sedang mengempit sebuah gulungan berjalan dengan cepat ke arahnya, karena tak melihatnya, ia membentur tubuh Yu Qilin.

"Siapa yang malam-malam begini berdiri di sini khusus untuk menghalangi jalan orang?....Eh, shao furen?! Maaf, shao furen! A Fu berjalan tanpa membawa mata dan membentur anda!"

Yu Qilin enggan membantahnya.

"Cepat bangkit. Di tanganmu itu ada apa?"

A Fu memang ingin ditanyai oleh Yu Qilin, ia membuka gulungan itu, ternyata gulungan itu adalah lukisan wanita cantik beraliran gongbi Qilin.

, ia mengangkatnya tinggi-tinggi di hadapan Yu "Tuan muda komandan pasukan penjaga ibu kota mengirimkan tiga gulung lukisan untuk shaoye, katanya ini lukisan wanita cantik bergaya gongbi karya Chou Ying, tadinya shaoye sangat girang, tapi setelah memeriksanya, katanya lukisan ini palsu.....xiaoren juga tak mengerti, pokoknya shaoye sangat marah dan menyuruh xiaoren untuk mengambil dan membakarnya, katanya lukisan ini mengotori pandangan matanya saja!"

Melihat lukisan wanita cantik berpakaian mewah yang dilukis dengan begitu halus dan indah itu, Yu Qilin seakan sedang memandang wajahnya sendiri, dengan lirih ia bertanya.

"Palsu? Barang tiruan?"

"Benar! Sebenarnya menurutku, walaupun palsu.....", A Fu mengambil gulungan itu dan melihatnya sendiri, lalu berkata sembari tersenyum.

"Namun sangat indah, apakah pantas dibakar? Hanya saja tuan muda keluarga kita yang matanya tak boleh kelilipan, begitu mendengar bahwa lukisan ini palsu, ia langsung naik pitam, tanpa banyak cingcong, harus langsung dibakar......"

"Kau pergilah......", dengan lemas Yu Qilin melambai-lambaikan tangannya. A Fu mengangguk-angguk, lalu melangkah pergi dengan cepat, Sambil melihat punggungnya berlalu, perkataannya barusan ini terus terngiang di telinganya, palsu, palsu, palsu.....setiap kata itu bagai anak panah tajam yang menembus hatinya! Yu Qilin tak dapat menahan dirinya lagi, ia pun berjongkok dan menangis tanpa suara. Bulan tergantung di angkasa, bayang-bayang sebatang kara tersebar di sana-sini. Setelah menghapus air matanya, Yu Qilin perlahan-lahan kembali ke Taman Songzhu. Begitu masuk, ia melihat sebuah meja untuk melukis diletakkan di tengah ruangan, sehelai kertas yang seputih salju terbentang di atasnya, dan berbagai macam kuas dan cat diatur di sekelilingnya dengan rapi, siap untuk dipakai. Di dinding tergantung dua lukisan wanita cantik bergaya gongbi, sambil menggendong tangan di balik punggungnya, Jin Yuanbao menengadah mengaguminya. Begitu mendengar suara langkah kaki Yu Qilin, Jin Yuanbao berpaling dan menarik tangannya.

"Kemarilah, menurutmu kedua lukisan ini bagus tidak? Aku minta tuan muda komandan pasukan penjaga ibu kota untuk membelinya untukku, entah seberapa kerasnya ia harus berusaha untuk mendapatkannya". Begitu melihatnya, hati Yu Qilin seakan ditikam, ia langsung melengos.

"Aku tak paham lukisan". Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, melihatnya kau akan paham?"

"Bukankah begitu "Walaupun melihatnya, aku tetap tak paham".

"Usahaku benar-benar sia-sia, memetik kecapi untuk seekor kerbau....."

Sambil mengumam kepada dirinya sendiri, Jin Yuanbao menekan bahu Yu Qilin agar ia duduk di kursi.

"Kalau begitu kau duduklah, begitu duduk kau dapat memahaminya, bukan?"

"Untuk apa?", Yu Qilin tak mengerti. Jin Yuanbao melangkah ke depan meja gambar itu, lalu berlagak dengan asal mengambil sebuah kuas.

"Kita sudah begitu lama menikah, tapi sepertinya aku belum pernah memberi hadiah padamu. Di Wisma Jiang kalian tak sedikit terdapat barangbarang bagus, mutiara, batu kumala dan berbagai benda biasa seperti itu pasti ada, maka aku akan menghadiahimu sebuah lukisan kecil dirimu dan mengantungkannya di dinding depan itu, bagaimana menurutmu?"

Darah Yu Qilin bergolak, ia merasa bahwa malam ini semua orang sedang menusuk-nusuk luka lamanya, sekonyongkonyong ia bangkit.

"Aku tak menginginkannya".

"Kenapa?", dengan tak mengerti Jin Yuanbao mengangkat kepalanya. Melihat pandangan mata Jin Yuanbao yang penuh perhatian, dan memandang tumpukan benda-benda di atas meja gambar itu, Yu Qilin sadar bahwa Jin Yuanbao sedang berusaha keras untuk mengambil hatinya, namun ia tak merasa girang dan malahan bertambah cemas dan ketakutan, setelah beberapa saat, ia baru dengan kaku membuka mulutnya.

"Aku tak suka kau berbuat seperti ini untukku, pada suatu hari, kau juga tak akan menyukainya. Menurutku, sudahilah saja!"

Setelah berbicara, ia tak lagi berani memandang Jin Yuanbao, dan segera berbalik, lalu masuk ke kamar tidur. Untuk sesaat Jin Yuanbao tertegun, ia menaruh kuasnya, namun sulit menyembunyikan perasaan terluka di wajahnya, dengan gusar ia berkata.

"Kata siapa aku membuatnya untukmu? Aku cuma mengolok-olokmu!"

Jin Yuanbao membuntutinya ke kamar tidur dan hendak melampiaskan amarahnya, namun dilihatnya bahwa Yu Qilin berbaring di ranjang sambil memunggunginya, ia agak gemetar, sepertinya sangat sedih.....Jin Yuanbao tertegun sesaat, lalu perlahan-lahan berjalan mendekatinya, ia mengangsurkan tangannya, hendak membalikkan tubuh Yu Qilin.

Namun Yu Qilin mengeser bahunya, ia mencucurkan air mata tanpa bersuara.

"Jangan melihatku, biarkan aku menenangkan diri sendirian". Jin Yuanbao menarik kembali tangannya, ia berdiri untuk beberapa saat, namun tak bisa berbuat apa-apa, dan hanya dapat berlalu dengan murung sambil dengan pelan menutup pintu. Tiga hari kemudian, cuaca cerah, Liu Qianqian yang dikerumuni serombongan gadis pelayan sedang mengagumi bunga-bunga di tepi danau. Dengan penuh perhatian, seorang gadis pelayan memberikan sekuntum bunga pada Liu Qianqian.

"Nona, peoni ini besar dan indah, kalau diselipkan di pelipismu, bukankah kau akan menjadi lebih cantik?"

Liu Qianqian mengerucutkan bibirnya dan tersenyum.

Sang gadis pelayan pun dengan sangat hati-hati menyisipkan bunga itu, lalu semua orang berkata bahwa ia bertambah cantik, Liu Qianqian merasa puas diri, ia melangkah ke tepi danau, lalu menunduk untuk melihat bayangannya di permukaan air, ia melihat kesana kemari dan merasa amat cantik.

Sekonyong-konyong, di bawah air danau sebuah benda berwarna hitam timbul tenggelam mengikuti arus air, dan dengan perlahan-lahan mengapung di dekat Liu Qianqian, pandangan matanya tertarik ke arah benda itu, namun wajahnya lalu sedikit demi sedikit menjadi ketakutan, tiba-tiba menjerit dengan suara melengking.

"Ada mayat ---- ada orang mati!"

Para gadis pelayan segera mengerumuninya untuk ikut melihat, namun seketika itu juga mereka langsung menjerit-jerit, seakan lumpuh, Liu Qianqian terjatuh di tepi danau, ia lalu ditarik oleh para gadis pelayan ke atas.

Di danau, jasad Xi er mengambang di permukaan air, ia masih mengenakan seragam gadis pelayan berwarna hijau muda yang dipakainya ketika ia menghilang, sepasang matanya terbuka lebar-lebar, sama sekali tak memancarkan sinar kehidupan.....

Beberapa saat kemudian, jasad Xi er telah ditarik keluar danau, lalu diletakkan di tepi danau dalam keadaan basah kuyup.

Para pelayan berkerumun menonton keramaian itu, dengan ketakutan dan penuh rasa ingin tahu, mereka saling berbisik.

Liu Wenchao telah tiba di tempat itu, begitu melihat wajah Xi er, ia langsung melengos, ia membawa beberapa pelayan yang membereskan semuanya dengan teratur.

Dengan dipapah seorang gadis pelayan, Liu Qianqian bergeser ke samping, rasa takutnya sudah hilang, wajahnya penuh rasa ingin tahu dan sedikit kegelisahan.

Begitu mendengar kabar, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan segera berlari ke tempat itu.

Mereka berdua melihat kerumunan orang itu dan wajah mereka pun serta merta menjadi pucat pasi, tubuh Jiang Xiaoxuan bergoyang-goyang.

"Tak mungkin, tak mungkin..."

Yu Qilin cepat-cepat memapahnya.

Mereka berdua menerobos kerumunan para pelayan itu dan sampai ke depan, begitu melihat jasad Xi er, mereka berdua bagai disambar geledek, Jiang Xiaoxuan membuka mulutnya, namun tak kuasa bersuara, ia hanya dapat mencucurkan air mata dan perlahan-lahan terjatuh dengan lemas di hadapan jasad Xi er, lalu berlutut di atas tanah.....

Dengan tertegun Yu Qilin memandang wajah Xi er yang tak sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seakan mati rasa ia memapah Jiang Xiaoxuan yang telah lumpuh, wajahnya pucat pasi, hatinya penuh rasa duka dan terkejut, untuk sesaat ia tak berdaya....

Sambil berlutut, Jiang Xiaoxuan memandang wajah Xi er untuk beberapa saat, setelah itu ia menangis.

"Xi er......"

Yu Qilin memeluk erat-erat Jiang Xiaoxuan yang sekujur tubuhnya gemetar, ia tak berkata sepatah kata pun, namun pandangan matanya tak bisa lepas dari wajah Xi er.

Di sekeliling mereka, wajah para pelayan menunjukkan rasa simpati dan jeri, dengan suara pelan mereka membicarakan 'majikan dan hamba' itu; Liu Qianqian berdiri di tengah kerumunan itu, matanya terus memandang Jiang Xiaoxuan yang sangat berduka, setelah itu ia memandang Yu Qilin yang tertegun seraya berpikir keras.

Liu Wenchao menghindari pandangan mata jasad yang tergeletak di atas tanah itu, ia melangkah ke depan, lalu berusaha memapah Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan, Dengan seakan mati rasa, mereka berdua bangkit bersama Liu Wenchao, mereka merasa bahwa semua suara di sekitar mereka telah menjauh, di mata mereka hanya ada wajah Xi er yang menuduh mereka.

Akan tetapi, tanpa mereka perhatikan, pandangan mata Liu Qianqian di belakang mereka telah dengan tajam menghunjam ke diri Yu Qilin.

Setelah mengikuti sosok mereka berdua yang berjalan menjauh dengan pandangan matanya, Liu Wenchao baru memerintah para pelayan untuk mengurus pemakaman Xi er.

"Peti matinya tak usah terlalu bagus, tapi juga jangan terlalu jelek, beritahu bagian pembukuan supaya mengeluarkan lima tahil perak, jangan kurang, lakukanlah apa yang harus dilakukan". Para pelayan menerima perintah itu, lalu pergi. Sambil mencibir, Liu Qianqian memandang sang kakak dan berkata.

"Gege, kau benar-benar cinta buta, bahkan seorang gadis pelayan mati pun kau urus dengan penuh perhatian. Kalau pemakaman seorang gadis pelayan dapat diurus secara pribadi oleh pengurus rumah tangga Wisma Jin, boleh dibilang ia tak mati dengan sia-sia". Mendengar perkataan itu, wajah Liu Wenchao menjadi agak pucat.

"Omong kosong apa itu. Kenapa kau tak tinggal di kamarmu dan malah berjalan-jalan di sini?"

"Sejak kapan aku tak boleh datang ke kamar kakakku? Hah, aku datang karena ---- ge, apakah kau tak merasa bahwa dalam peristiwa hari ini Jiang Xiaoxuan amat mencurigakan?" Liu Wenchao mengerutkan keningnya.

"Peristiwa apa hari ini? Kenapa kau merasa curiga?"

"Jelas peristiwa kematian gadis pelayan ini! Gadis pelayan pribadinya tewas, dan dia sebagai majikan bertingkah seperti kalau ibu kandungnya sendiri meninggal, begitu terkejut sampai tak bisa berkata apa-apa? Apa-apaan ini? Ia berlaku munafik seperti ini supaya dilihat siapa? Lagipula, kalau sedih, ya sedih, tapi kenapa ketika aku melihat wajahnya, ia juga nampak ketakutan?"

Ketika berbicara sampai di sini, semangat Liu Qianqian bangkit, ia perlahan-lahan berjalan ke hadapan Liu Wenchao, lalu menengadah memandangnya, dengan mata berkilat-kilat ia menanyainya.

"Katakanlah, apa yang ia takutkan?"

"Kau ini sedang menduga-duga dengan ngawur tentang apa?", Liu Wenchao mengerutkan keningnya, lalu bangkit untuk menghindari pandangan mata Liu Qianqian, dengan parau ia berkata.

"Jiang Xiaoxuan baik dan lembut hati, ketika gadis pelayannya meninggal, bukankah wajar kalau ia berduka?"

Sambil memandang wajah sang kakak dari samping, Liu Qianqian tertawa sinis.

"Aku tahu bahwa di mata gege, Jiang Xiaoxuan ini tak bisa salah. Aku juga hanya memberitahumu saja, tapi tak berharap kau akan mempercayai perkataan adikmu ini".

"Qianqian....", Liu Wenchao menghela napas dan berkata.

"Jangan dengan semberono menyalahkan gege, peristiwa ini benar-benar tak ada hubungannya dengannya". "Hah!", Liu Qianqian tentu saja tak mempercayainya, sekarang ia tahu bahwa tak ada gunanya berdebat dengan Liu Wenchao, maka ia menghormat, lalu dengan enteng berlalu.

"Benar, tentu saja tak ada hubungannya dengannya, apapun yang gege katakan pasti benar....."

Liu Wenchao tak dapat berbuat apa-apa, akan tetapi ketika melihat jasad Xi er, mau tak mau jantungnya berdebar-debar.

Hari itu jelas-jelas suatu hari yang cerah, namun semua di kamar itu seakan tenggelam dalam kegelapan yang tak bertepi, perasaan mereka pun seakan terjun ke dalam jurang dalam dan tak dapat dipulihkan.

Jiang Xiaoxuan setengah bersandar pada ranjang, wajahnya sepucat kertas, air matanya mengalir bercucuran.

"Aku bersalah padanya! Aku bersalah padanya! Perkataan Xie er sama sekali tak salah, aku adalah seorang egois yang tak berperasaan! Kalau aku tak melarikan diri dari pernikahan, kalau aku tak dengan egois mengejar kebahagiaanku sendiri, Xi er tak mungkin mati!"

Yu Qilin duduk di sampingnya sambil mengengam tangannya erat-erat, wajahnya nampak tertegun, pucat pasi.

"Sebelum genap berusia delapan tahun, Xi er telah dijual ke keluarga kami dan dijadikan gadis pelayanku....", Jiang Xiaoxuan menangis dengan pilu.

"Ayah dan ibunya tak pernah menyukainya, kata A Fu, setelah menjualnya, keluarganya langsung pergi begitu saja, di dunia ini, Xi er benar-benar sebatang kara, sebatang kara! Tak ada tempat baginya untuk melarikan diri! Hal yang paling ditakutkan olehnya adalah dipukul sampai mati hidup-hidup......aku benar-benar egois, aku benarbenar egois!"

Setelah berbicara, hati Jiang Xiaoxuan terasa pedih tak tertahankan, ia menangis keras-keras, tangannya yang terkepal tak henti-hentinya memukuli langkan berukir yang mengelilingi ranjang kayu itu, sehingga kulit halus di tinjunya itu memerah dan lebam.....

Yu Qilin cepat-cepat memeluknya erat-erat, akhirnya ia membuka mulut.

"Masih ada aku juga....ia berkali-kali memohon padaku, minta aku mengajaknya melarikan diri, dan setiap kali aku selalu berkata, tunggu dulu, tunggu dulu....aku hanya memperdulikan urusanku sendiri dan melupakannya, dari sudut pandangnya, setiap hari ia hidup di ujung tanduk dan ketakutan, khawatir kalau identitasku si barang palsu ini akan terungkap....."

Yu Qilin tak lagi dapat berbicara, rasa bersalah, penyesalan dan duka bercampur baur dalam hatinya, ia merasa hatinya amat pedih sulit ditahan, namun ia sama sekali tak punya cara untuk menebus kesalahannya.

Senja perlahan-lahan tiba, namun tak ada yang menyalakan lentera, ruangan itu sunyi senyap.

Mata Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan sama-sama bengkak kemerahan, dengan wajah tanpa ekspresi, mereka duduk dengan tertegun.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Entah seberapa lama kemudian, Yu Qilin menghela napas, lalu bersuara.

"Xiaoxuan, kita harus pergi. Karena berbagai kebetulan yang tak disangka-sangka, aku mengantikanmu dalam pernikahan yang dianugerahkan oleh kaisar ini. Walaupun kita tak sengaja melakukannya, namun perkataan ibumu benar, kalau aku berpura-pura menjadi dirimu dan ketahuan, tak hanya kita yang akan bernasib sial, tapi juga akan melibatkan dua orang lain di wisma ini". Suaranya tak bersemangat, namun penuh tekad. Mendengar perkataannya, tubuh Jiang Xiaoxuan gemetar, ia mengumam.

"Yang pertama adalah Xi er....."

"Oleh karenanya, kita harus pergi, selagi belum ada kejadian buruk yang menimpa orang-orang yang sangat memperhatikan kita....."

"Kau mewakili ibumu mencari tahu tentang putranya, apakah kau akan berhenti begitu saja?"

Yu Qilin terdiam untuk beberapa saat, lalu dengan susah payah membuka mulut.

"Benar.....aku akan berhenti begitu saja. Aku tak bisa, demi mewujudkan cita-citaku, melibatkan lebih banyak orang tak berdosa lainnya, paling tidak saat ini aku harus menghentikannya".

"Baik.....kita.....kita akan.....pergi". Dengan penuh tekad, Jiang Xiaoxuan berkata, lalu bangkit dan menghapus bekas-bekas air mata di wajahnya.

"Aku pulang dulu untuk bersiap-siap". Setelah berbicara, ia berbalik dan berlalu dengan cepat. Di bawah cahaya rembulan, Yu Qilin membentangkan sehelai kain buntalan di atas meja, dengan seakan mati rasa ia mengambil pakaian dan keperluan sehari-hari, menumpuknya, lalu menaruhnya di dalam buntalan itu. Pikirannya begitu galau sehingga ia bahkan tak menutup pintu. Ketika teringat akan berbagai teguran Xi er dan bagaimana ia selalu cemas, hati Yu Qilin terasa pilu dan air matanya jatuh bercucuran. Setelah membereskan buntalan itu, Yu Qilin menyembunyikannya baik-baik, lalu dengan sedih duduk di tepi ranjang, satu demi satu, ia memperhatikan perabotan dalam kamar itu, seakan hendak mengukir wujud mereka semua dalam hatinya. Akhirnya, ketika pandangan matanya jatuh ke lukisan wanita cantik yang tergantung di dinding, air matanya pun kembali jatuh bercucuran. Sebuah suara langkah kaki yang pelan muncul di mulut pintu, namun Yu Qilin sama sekali tak mendengarnya. Sampai orang itu dengan canggung menyalakan lilin, dan ruangan itu menjadi terang benderang, dirinya baru mendadak tersadar, ia memohon.

"Jangan, jangan hidupkan lentera". Mendengar suara yang agak bergetar itu, Jin Yuanbao merasa hatinya juga ikut terbenam, oleh karenanya ia melembutkan suaranya dan berkata.

"Aku tak menghidupkan lentera, hanya menyalakan sebatang lilin kecil, lihatlah, sama sekali tak terang". Mendengar suaranya yang amat lembut, Yu Qilin tertegun, lalu perlahan-lahan mengangkat kepalanya dan memandangnya. Sikap Jin Yuanbao sehari-hari yang angkuh dan dingin sama sekali tak terlihat, hanya ada perhatian dan simpati yang mendalam. Melihat matanya yang tak berdaya dan merana, hati Jin Yuanbao tercekat, dengan hati-hati ia menaruh tatakan lilin, melangkah ke sisinya, lalu dengan perlahan memeluknya tanpa berkata apa-apa. Dengan lembut ia membelai punggung Yu Qilin yang kaku, menghiburnya tanpa bersuara. Sinar matanya penuh perhatian dan kekhawatiran yang tulus, sama sekali tak dibuat-buat. Yu Qilin memandangnya dengan tertegun, ia merasa bahwa saat ini wajah itu membuatnya makin kasmaran, walaupun amat dekat, namun sewaktu-waktu dapat hilang. Seketika itu juga, penyesalan pahit akan tewasnya Xi er, rasa bersalah pada Jin Yuanbao dan rasa takut kehilangan dirinya bergantian muncul mendera hati Yu Qilin, ia tak dapat menahan dirinya lagi dan memeluk Jin Yuanbao seraya menangis tersedusedu.

"Yuanbao....."

"Aku ada di sini". Siluet mereka berdua perlahan-lahan mengabur di tengah kegelapan malam. Pagi-pagi keesokan harinya, Yu Qilin mengeluarkan buntalan itu, bersiap untuk diam-diam melarikan diri. Akan tetapi, tanpa disangka-sangka, Jin Yuanbao memburu masuk ke dalam kamar, Yu Qilin terkejut dan dengan asal menjejalkan buntalan itu ke dalam lemari sambil berpura-pura membereskan lemari itu, Tanpa banyak omong, Jin Yuanbao langsung berkata.

"Xi er bukan bunuh diri, ia dibunuh orang".

"Apa?!", tubuh Yu Qilin terguncang, untuk beberapa saat ia tak kuasa bergerak.

"Liu Wenchao menemukan beberapa barang berharga dari kamarmu di tubuh Xi er. Lagipula.....", dengan hati-hati ia berkata.

"Di leher Xi er ada bekas cekikan, melihat rupanya, peristiwa itu telah terjadi sebelum kita pergi ke Dong Luhe".

"Xi er....", Yu Qilin tak menyadari bahwa suaranya telah menjadi amat parau.

"Xi er dicekik orang sampai mati?"

Jin Yuanbao mengangguk dengan serius.

"Melihat rupanya, ia dicekik orang hingga tewas, lalu mayatnya dilemparkan ke tengah danau, beberapa hari kemudian, jasadnya mengambang ke permukaan air. Pembunuhnya kemungkinan besar orang Wisma Jin". Sambil bertumpu pada lemari pakaian itu, Yu Qilin mengumam.

"Xi er dicekik orang sampai mati!", perlahan-lahan, keterkejutannya berubah menjadi kemarahan, ia kembali berkata.

"Xi er dicekik orang sampai mati!"

Melihat wajahnya yang berduka sekaligus marah, Jin Yuanbao melangkah ke depan dan menepuk-nepuk punggung Yu Qilin, lalu berkata untuk menghiburnya.

"Baiklah, aku datang khusus untuk menyampaikan kabar ini. Sekarang aku akan pergi ke yamen untuk mencari tahu apakah pemeriksa mayat dapat menggali informasi yang lebih terperinci lagi. Jaga baik-baik dirimu". Setelah berbicara, ia segera melangkah keluar dengan cepat. Yu Qilin duduk sambil tertegun untuk beberapa saat, lalu tanpa ragu-ragu sedikitpun, bangkit, wajahnya nampak pucat, namun bertekad kuat. Akan tetapi tak nyana, ketika ia baru saja melangkah pergi, sebuah sosok cantik menyelinap masuk ke dalam kamar itu. Yu Qilin buru-buru menuju ke kamar Jiang Xiaoxuan, tanpa mengetuk pintu, ia langsung tiba-tiba membuka pintu, di dalam, Jiang Xiaoxuan sedang membereskan koper-kopernya.

"Xi er dibunuh!""

"Apa?", Jiang Xiaoxuan sangat terkejut, benda-benda yang dipegangnya jatuh ke tanah. "Yuanbao baru saja memberitahuku bahwa di lehernya ada bekas cekikan, setelah dicekik, ia baru dilempar ke tengah danau, orang yang membunuhnya, kemungkinan besar adalah orang Wisma Jin"

"Apa......apa yang kau katakan itu benar?!", dengan amat terkejut Jiang Xiaoxuan mencengkeram lengannya, lalu bertanya.

"Siapa yang ingin membunuhnya?"

"Di jalan aku berpikir....", Yu Qilin berkata dengan perlahan.

"Xi er adalah seorang gadis pelayan yang berada di sini sendirian dan tanpa alasan, yang bisa memancing Xi er hingga menemui ajalnya adalah rahasia kita berdua. Andaikan ada orang yang ingin mengorek rahasia kita dari mulut Xi er, tapi Xi er lebih baik mati daripada mengatakannya....."

Mereka berdua saling memandang, perlahan-lahan mereka merasa berduka. Sekonyong-konyong, Jiang Xiaoxuan berkata dengan tegas.

"Kita jangan pergi dulu".

"Ya!"

Yu Qilin mengangguk.

"Kita akan mencari sang pembunuh dan membalaskan dendam bagi Xi er!"

Larut malam.

Cahaya lilin di ruangan bukuai terang benderang.

Jin Yuanbao duduk di depan meja tulis, dengan serius ia meminta keterangan orang-orang Wisma Jin.

Sikapnya sangat profesional dan efisien, sangat terlatih.

Jiang Xiaoxuan duduk di depan meja itu, dengan runtut ia menjawab pertanyaan-pertanyaannya dengan suara pelan.

"Benar, ketika melihatnya, jasadnya sudah diletakkan di tepi danau. Tidak, aku tak memperhatikan ada bekas cekikan, karena waktu itu aku sangat sedih.....aku terakhir melihat Xi er saat jamuan ulang tahun nyonya". Jin Yuanbao mengangguk, lalu memberi isyarat pada Jiang Xiaoxuan agar membubuhkan cap jempol dan tanda tangan. Setelah selesai, Jiang Xiaoxuan menunduk dan bangkit, lalu memberikan tempat duduknya pada Yu Qilin. Di tengah kesibukannya, Jin Yuanbao mengangkat kepalanya, dengan lembut ia menyapu Yu Qilin dengan pandangannya, untuk sekilas, kasih sayang nampak jelas di wajahnya. Di belakang punggung Yu Qilin, Liu Qianqian memperhatikan ekspresi wajah Jin Yuanbao itu dan tersenyum sinis. Jin Yuanbao menenangkan dirinya, lalu kembali bertanya, dengan wajah serius, Yu Qilin duduk tegak di depan meja itu, lalu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu satu demi satu.

"Kapan kau terakhir kalinya melihat Xi er?"

"Sebelum jamuan ulang tahun, ia membantu menerima pelayanpelayan Wisma Jiang yang datang untuk memberi selamat".

"Di tubuh Xi er ditemukan beberapa barang berharga dari kamarmu, sepertinya benda-benda itu adalah barang curian....." "Xi er tak mungkin mencuri", dengan amat yakin Yu Qilin memotong perkataannya.

"Ini tentunya dilakukan oleh si pembunuh untuk membuat orang bingung". Jin Yuanbao berpikir sejenak.

"Menurutmu, apakah karena halhal semacam itu, Xi er dapat bermusuhan dengan orang lain?"

"Tak terpikir olehku....", Yu Qilin nampak murung, dalam hati mau tak mau ia merasa bersalah dan takut ketahuan. Jin Yuanbao mengangguk, Yu Qilin pun membubuhkan cap jempol tangan dan tanda tangannya, lalu berdiri. Tanpa menunggu Yu Qilin pergi, Liu Qianqian memburu ke depan dan membentur Yu Qilin hingga terhuyung-huyung. Jin Yuanbao "Duduklah". mengerutkan keningnya, lalu menegurnya, Namun Liu Qianqian tak duduk, ia berdiri tegak sambil menggendong kedua tangannya di balik punggungnya, matanya berkilat-kilat, wajahnya nampak luar biasa bergairah, bahkan angkuh. Semua orang memperhatikan ekspresinya yang luar biasa itu, ketika Jin Yuanbao baru hendak bertanya, tiba-tiba Liu Qianqian berkata dengan lantang dan bersemangat.

"Aku tahu siapa yng membunuh Xi er!"

Setelah berbicara, sekonyong-konyong ia berbalik dan memandang Yu Qilin, dengan wajah penuh senyum kemenangan, ia berkata.

"Dialah pembunuhnya! Jiang Xiaoxuan!" Semua orang terguncang. Jiang Xiaoxuan cepat-cepat berkata.

"Kau jangan bicara sembarangan! Yu......Xiaoxuan mana mungkin membunuh Xi er!"

Mendengar perkataannya, Jin Yuanbao mengerutkan keningnya dalam-dalam, lalu berkata dengan tegas.

"Qianqian, jangan berbuat onar! Ini adalah perkara besar yang menyangkut nyawa manusia, bukan seperti kalau kau cekcok di rumah!"

"Kau tak percaya padaku?", Liu Qianqian merasa gusar, namun setelah itu menenangkan dirinya dan berkata.

"Baik, aku akan memberitahukan semuanya padamu. Pertama, sekitar sebulan yang lalu, setelah Jiang Xiaoxuan pulang ke rumah mertua, dengan mata kepalaku sendiri aku melihat ia dan Xi er bertengkar di pojok taman bunga, dengan sikap mengancam, Xi er berkata bahwa kalau kau terus begini, aku akan mengatakan semuanya, namun Jiang Xiaoxuan tak menjawab, lalu Xi er menangis dan berlari pergi; kedua, beberapa hari belakangan ini Jiang Xiaoxuan membuat keributan dengan mencari Xi er kemana-mana, namun begitu mayat Xi er ditemukan, wajah Jiang Xiaoxuan nampak panik dan ketakutan, dan untuk beberapa lama tak terlihat menangis, reaksinya sangat aneh! Dan yang terakhir ----"

Mendengar analisanya yang runtut, jelas dan disampaikan dengan penuh keyakinan itu, para hadirin sedikit demi sedikit menjadi tertegun.

Setelah mendengarnya, Jin Yuanbao hendak dengan gusar membantahnya, namun tak nyana, Yu Qilin yang berada di sampingnya wajahnya menjadi pucat pasi, tapi sama sekali tak bersuara membantahnya, pada akhirnya ia seakan mengakui tuduhan itu, pikiran Jin Yuanbao pun terguncang.

Melihatnya, Liu Qianqian merasa menang, ia berkata.

"Dan yang terakhir ---", sekonyong-konyong sepasang tangannya melemparkan benda yang disembunyikan di belakang punggungnya ke meja tulis Jin Yuanbao.

"Hari ini setelah mayat Xi er ditemukan, aku melihatnya bersembunyi di kamar sedang merapikan buntalan untuk bersiap melarikan diri". Ia menunduk dan melihat bahwa dari buntalan yang sudah diakrabinya itu muncul pakaian Yu Qilin dan sejumlah kecil uang perak, wajah Jin Yuanbao pun perlahan-lahan menjadi muram, ia tak dapat berkata apa-apa.

"Menurut kalian, kalau seorang gadis pelayan tewas, dan sang majikan dengan kalang-kabut menyiapkan buntalan untuk melarikan diri, kalau bukan melarikan diri karena takut dihukum, lalu apa lagi?"

Tiba-tiba Liu Qianqian menghadap ke arah Yu Qilin dan berkata dengan bengis.

"Kaulah yang membunuh Xi er! Tapi kau masih berani duduk di sini dan berkata pada biaoge bahwa kau tak tahu apa-apa! Sundal! Kalau biaoge tak memutuskan untuk menanyaimu malam ini, kau sudah lama kabur sambil memanggul buntalan!" "Tidak, tidak....", wajah Yu Qilin pucat pasi, ia hampir ambruk, Jiang Xiaoxuan yang berada di sampingnya cepat-cepat menyokongnya. Saat itu Jin Yuanbao baru mengangkat kepalanya untuk memandang Yu Qilin, dengan perlahan ia membuka mulut untuk berbicara, ia sangat tenang, seakan sedang melakukan interograsi.

"Apakah buntalan ini milikmu?"

Baru pada akhir perkataan itu, ia sukar menahan suaranya untuk tak sedikit bergetar.

"Milikku".

"Kau menyiapkan buntalan itu untuk bersiap meninggalkan Wisma Jin?", wajah Jin Yuanbao menjadi muram. Melihatnya, untuk sesaat Yu Qilin tak nyana tak kuasa berbicara, ia tak dapat menjelaskan hal itu. Tanpa ekspresi, Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam, pandangan matanya memperlihatkan rasa terluka yang amat sangat dan perasaan tak percaya, namun ia berusaha dengan sekuat tenaga menekannya.

"Aku membereskan buntalan untuk meninggalkan Wisma Jin", hati Yu Qilin seakan diiris-iris pisau, dengan perlahan ia menjawab. Begitu perkataannya terdengar, para hadirin terkesiap, seluruh ruangan itu menjadi sunyi senyap. "Kenapa?", perkataan Jin Yuanbao itu tak lagi seperti pertanyaan seorang bukuai yang sedang melakukan interograsi, namun seperti mengumam pada dirinya sendiri, dan juga seperti tak henti-hentinya bertanya-tanya dalam hati. Para hadirin menantikan jawaban Yu Qilin. Akan tetapi, Yu Qilin diam seribu bahasa. Apa yang harus dikatakannya? Apakah ia harus berkata bahwa ia membereskan buntalan untuk melarikan diri dari kenyataan bahwa dirinya telah menipunya? Ia tak dapat mengatakannya.... Yu Qilin tak dapat melakukan apa-apa, maka ia memilih cara yang paling sederhana ---- yaitu sama sekali tak menjawab.

"Kenapa?", Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam tanpa berkedip. Ketika sekali lagi berhadapan muka dengannya dan dipaksa menjawab, hati Yu Qilin seakan diiris-iris pisau, ia menggertakkan giginya dan berkata.

"Aku tak bisa memberitahumu". Di sampingnya, Jiang Xiaoxuan yang melihat mereka berdua bertengkar, merasa amat cemas, ia membuka mulut hendak memberitahukan hal yang sebenarnya. Namun tak nyana, Liu Qianqian yang berada di sampingnya berseru dengan puas diri.

"Tentu saja kau tak dapat memberitahukannya! Kau membunuh orang dan hendak melarikan diri karena takut dihukum!" Jin Yuanbao tak menghiraukan teriakan Liu Qianqian itu, ia hanya memandang buntalan di atas meja tulisnya, perlahan-lahan wajahnya menjadi kelabu.

"Orang dan barang bukti ada di sini, tunggu apa lagi, kenapa belum menahannya?!"

Melihat Jin Yuanbao sama sekali tak menghiraukannya, Liu Qianqian menjadi cemas.

"Biaoge, kau adalah seorang bukuai, kau tak bisa dengan sengaja melanggar hukum dengan menyembunyikan suatu kejahatan dan bersikap pilih kasih!"

Semua orang di ruangan itu pun tak berani bersuara, mereka semua menahan napas sambil menunggu jawaban Jin Yuanbao.

Jin Yuanbao menunduk untuk beberapa saat, lalu dengan perlahan mengangkat kepalanya, dengan tenang ia memandang Yu Qilin, seakan memandang seorang tersangka biasa, dengan amat tenang, dan dengan amat dingin ia berkata.

"Jiang Xiaoxuan, mengenai tuduhan Liu Qianqian ini, apa yang hendak kau katakan?"

"Aku....", tak nyana Yu Qilin tersenyum, seakan merasa lega.

"Aku tak ingin berkata apa-apa". Para hadirin kembali tercengang. Sambil berlinangan air mata, Jiang Xiaoxuan menjerit.

"Kenapa kau bisa tak berkata apa-apa? Cepat beritahu dia bahwa kau tak melakukannya!"

Akan tetapi, Yu Qilin menggertakkan giginya dan tak menjawab.

Jin Yuanbao bangkit, dengan kelelahan dan dengan sikap dingin, ia tak lagi memandang Yu Qilin.

Ketika para hadirin berdiri menghormat untuk beberapa saat, dengan bimbang Wang Qiang maju ke depan, lalu bertanya.

"Bos, menurut anda orang ini sebaiknya dibawa pulang atau....."

"Ditahan". Kedua kata itu seakan menyiratkan kelelahan yang amat sangat. Dengan ragu Wang Qiang memandangnya, ia tak bergeming.

"Tahan dia!", suara Jin Yuanbao meninggi. Tanpa dapat berbuat apa-apa, Wang Qiang melangkah maju.

"Mohon maaf...."

Setelah itu ia mengikat tangan Yu Qilin dan mengawalnya ke ruang tahanan.

Sambil menuduk, Yu Qilin mematuhinya, akan tetapi ketika melewati Jin Yuanbao, ia melihat bahwa Jin Yuanbao memunggungi dirinya, hatinya terasa pedih tak tertahankan, namun ia tak dapat berkata apa-apa.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengar suara langkah kaki yang makin lama makin jauh itu, akhirnya Jin Yuanbao tak dapat menahan dirinya untuk tak berbalik, pandangan matanya mengikuti punggung Yu Qilin yang dibawa oleh beberapa petugas yamen, seakan diam-diam bertanya, kenapa kau ingin meninggalkanku? Walaupun tak berpaling, namun Yu Qilin seakan dapat merasakan pandangan mata yang berkilat-kilat di belakang punggungnya itu, dan ekspresi wajahnya justru menjadi makin tenang.

Lorong menuju sel diterangi cahaya lilin yang temaram.

Sambil bersandar pada jeruji, Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng mengintip ke dalam bagian terdalam lorong itu.

Nampak Yu Qilin sedang duduk sambil memeluk lutut di lantai sel yang kotor, ia bersandar di tumpukan jerami dengan tenang.

Melihat wajah Yu Qilin yang pucat dan tirus di tengah malam itu, hati Jiang Xiaoxuan makin terasa bagai diiris-iris pisau, perlahan-lahan ia berjongkok, lalu menaruh makanan dalam keranjang yang dibawanya satu demi satu di dalam sel.

"Makanlah sedikit, beberapa hari ini makanmu tak keruan". Dengan pelan Yu Qilin menggeleng.

"Aku tak lapar". Melihat sikap Yu Qilin yang sangat apatis, hati Jiang Xiaoxuan terasa pedih, sambil tersedu sedan ia berkata.

"Kenapa kau tak membela diri? Kenapa kau membiarkan orang lain memfitnahmu?"

"Walaupun ia memfitnahku, tapi Xi er memang mati karena aku".

"Mati karenamu, dan mati karena dibunuh olehmu adalah dua hal yang sama sekali berbeda, kau adalah seseorang yang sangat pintar, masa kau tak memahami alasan ini?"

Jiang Xiaoxuan merasa geram.

"Tapi.....", Yu Qilin berkata dengan hambar.

"Bagaimana aku dapat menjelaskan hal ini pada Yuanbao?"

Jiang Xiaoxuan tak bisa menjawab, ia hanya dapat mencucurkan air mata tanpa berkata apa-apa.

Gu Zhangfeng yang berada di sampingnya, walaupun tak memahami makna tersembunyi percakapan mereka, tahu bahwa Yu Qilin tak bersalah, ia ikut berlutut bersama Jiang Xiaoxuan dan berkata dengan iba.

"Xiaoxuan, lihatlah, dibandingkan dengan saat terakhir kalinya kita bersama duduk dalam satu sel di Dong Luhe, dalam beberapa hari belakangan ini kungfumu telah mengalami kemajuan....."

Sebenarnya ia berusaha untuk menghiburnya, akan tetapi mulutnya tak pandai bicara, sehingga tak nyana ia malah mengatakan perkataan semacam itu.

Setelah selesai berbicara, ia sendiri merasa bahwa perkataan itu tak pantas dikatakan dan menutupi mulutnya.

Melihat wajahnya yang nampak malu, Yu Qilin tak bisa menahan tawanya.

"Benar, saat di Dong Luhe...."

Mereka bertiga pun teringat pada saat-saat bahagia di Dong Luhe itu.

"Aku benar-benar tak percaya bahwa saat-saat bahagia di Dong Luhe itu hanya berlangsung selama tiga hari", dengan lirih Jiang Xiaoxuan menghela napas. Di bagian lain lorong itu, bayangan sebuah sosok manusia nampak bergoyang-goyang, Gu Zhangfeng memandangnya dan melihat sebuah sosok yang sudah sangat akrab dengannya, ia pun segera membuka mulut dan memanggilnya.

"Yuanbao!"

Begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin tiba-tiba mengangkat kepalanya, namun nampak bahwa orang itu berdiri jauh-jauh di tengah kegelapan, di tengah cahaya yang remang-remang raut wajahnya tak terlihat jelas, Akan tetapi, dengan merasa benar, Gu Zhangfeng bangkit dan berkata dengan gusar.

"Yuanbao, apa yang sebenarnya sedang kau lakukan? Kau jelas tahu bahwa dengan satu kata saja kau dapat membiarkannya pulang ke rumah, kenapa kau malah mengurungnya di tempat yang dingin dan kotor ini?! Xiaoxuan bukannya istrimu, cepat bawa dia pulang!"

"Aku tidak membunuh orang", sekonyong-konyong Yu Qilin membuka mulutnya.

"Kalau tuduhan itu tak dibersihkan, aku tak mungkin keluar!"

Gu Zhangfeng tercengang. Jin Yuanbao tak menjawab, ia berjalan selangkah demi selangkah ke depan sel, lalu menatap Yu Qilin dari balik jeruji. Mau tak mau Yu Qilin bangkit dan balas menatapnya.

"Kenapa kau ingin meninggalkanku?" Melihat sosok Jin Yuanbao di balik jeruji yang jauh lebih pucat dan tirus, dan sama sekali kehilangan sikap anggunnya, hati Yu Qilin bagai diiris-iris pisau. Ia beberapa kali membuka mulutnya, namun akhirnya tak berkata apa-apa.

"Beritahu aku. Kenapa kau ingin meninggalkanku?", Jin Yuanbao sekali lagi bertanya dengan sabar. Yu Qilin menunduk, bahunya terangkat tinggi-tinggi, ia seakan sedang berusaha menahan perasaannya, setelah beberapa saat, ia perlahan-lahan mengangkat kepalanya, sinar matanya tenang tak beriak.

"Aku tak bisa memberitahukannya padamu". Hari itu juga, Jin Yuanbao mengajak serombongan petugas yamen ke Wisma Jin untuk mengadakan penyelidikan, mereka menyelidiki semua orang di Wisma Jin tanpa pandang bulu, termasuk Nyonya Jin, satu demi satu, semua orang dinterograsi. Sampai larut malam, Jin Yuanbao masih duduk di depan meja tulis untuk mempelajari hasil interograsi orang-orang itu. Ia nampak sering mengangkat cawan di sampingnya yang berisi teh yang warnanya sepekat tinta, setelah minum seteguk teh, ia mengucak-ucak matanya dan kembali memeriksa laporan itu. Untuk sesaat A Fu ragu-ragu, lalu menasehatinya.

"Shaoye, berisitirahatlah dulu, bagaimanapun juga, tidurlah barang satu atau dua shichen, besok mulai bekerja lagi....."

Jin Yuanbao seakan tak mendengarnya, ia sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia memahami perkatannya itu. "Shaoye....."

Akan tetapi Jin Yuanbao masih tak bergeming.

A Fu tak dapat berbuat apa-apa, ia menghela napas panjang, lalu mengundurkan diri.

Pagi-pagi esoknya, dengan amat hati-hati A Fu membuka tirai pintu, tanpa tergesa-gesa, Nyonya Jin melangkah masuk, begitu memandang ke depan, ia melihat Jin Yuanbao yang berewokan, bermata merah dan berpakaian berantakan, jelas bahwa ia telah tak tidur semalaman.

Nyonya Jin mengerutkan keningnya, lalu berpaling dan memberi perintah.

"Bawa masuk". Dua orang gadis pelayan yang membawa bubur dan lauk pauk masuk tanpa bersuara, setelah menaruhnya, mereka menghormat dan keluar.

"Yuanbao, makanlah sedikit sarapan, setelah selesai makan, barulah bekerja", dengan lembut Nyonya Jin menganjurkan. Jin Yuanbao mengangkat kepalanya, hendak menolak, namun ia melihat pandangan mata Nyonya Jin yang penuh perhatian, dan melihat bahwa lauk pauk di atas meja itu semua adalah makanan kesukaannya, yang jelas dipersiapkan dengan seksama oleh Nyonya Jin..... Ia merenung sejenak, menaruh benda-benda dalam genggamannya, lalu duduk di depan meja dan mulai makan. Ibu dan anak itu tak berbicara, setelah Jin Yuanbao selesai makan, Nyonya Jin baru membuka mulut.

"Hari ini aku mengirimkan sepucuk surat pada Yang Mulia Gubernur supaya Xiaoxuan diperbolehkan pulang ke rumah". Jin Yuanbao menaruh mangkuk dan sumpitnya, lalu dengan tegas menolak.

"Kita tak boleh melakukannya. Ibu, kau tak usah mengurus masalah ini, aku tahu apa yang pantas dilakukan".

"Kau....", Nyonya Jin merendahkan nada suaranya, ia berusaha menahan amarahnya.

"Tentu saja aku harus mengurus masalah ini. Masa nyonya muda Wisma Jin kita yang terkemuka bisa dijebloskan ke penjara karena kematian seorang gadis pelayan, apa-apaan ini? Yang Mulia Gubernur sudah linglung, apakah kau juga ikut linglung? Pendeknya, masalah ini tak usah begitu dibesar-besarkan sampai Wisma Jin kita menjadi bahan tertawaan di ibu kota".

"Aku tak memperdulikan pandangan orang lain, aku seorang bukuai, aku tahu Xiaoxuan tak membunuh orang, tapi aku hendak mencari bukti untuk membersihkannya dari tuduhan, hanya itu saja". Nyonya Jin amat gusar, namun sebelum ia sempat menjawab, Jin Yuanbao telah mendahuluinya.

"Xiaoxuan tahu persis siapa yang harus dicintai atau dibenci, kenapa ia tak sudi keluar dari penjara? Ia lebih suka dipenjara seumur hidup daripada menerima tuduhan itu. Anda tak usah mengatakan apa-apa, serahkan saja urusan ini padaku". Di balik pintu, Liu Qianqian diam-diam berdiri, ia tak berani masuk, akan tetapi, tak nyana, setelah mendengar bagaimana Jin Yuanbao membela Yu Qilin, di wajahnya muncul rasa cemburu yang sulit disembunyikan. Begitu Nyonya Jin mendengar perkataannya itu, ia sangat gusar, namun malahan tertawa.

"Untuk mengikuti kemauannya, kau tak memperdulikan wajah Wisma Jin kita, Yuanbao, kau benarbenar tak bisa diharapkan!"

Mendengar sang ibu marah, untuk sesaat mau tak mau Jin Yuanbao merasa murung, namun akhirnya ia dapat menekan perasaan itu dan menjelaskan.

"Ibu, aku seorang bukuai...."

"Biaoge....."

Saat itu, Liu Qianqian yang selama itu berdiri di belakang mereka dengan takut-takut membuka mulutnya, hendak menasehati Jin Yuanbao.

Begitu mendengar suaranya, Jin Yuanbao segera menyapunya dengan pandangan matanya yang sedingin es.

Liu Qianqian langsung begitu jeri hingga terdiam dan tak berani berkata apa-apa lagi.

Jin Yuanbao ingin berbicara, namun setelah melihat Liu Qianqian bersembunyi di belakang ibunya, ia mengurungkan niatnya dan hanya berkata dengan dingin.

"Qianqian, lebih baik kau pulang, jangan berbuat onar di mana-mana". "Hahaha....", Nyonya Jin tertawa sinis.

"Kalau begitu aku juga berbuat onar dimana-mana? Baiklah, Qianqian, ayo pergi!"

Setelah Liu Qianqian mengikuti Nyonya Jin pergi, mau tak mau ia juga terkena teguran. Dengan kesal ia melangkah ke tempat kediamannya sendiri, akan tetapi tak nyana, begitu masuk ke dalam kamar, ia mendengar sebuah suara yang amat dingin.

"Qianqian, kemarilah". Liu Qianqian seakan baru tersadar dari mimpi, melihat wajah sang kakak, dengan enggan ia mengikuti Liu Wenchao masuk ke kamar baca.

"Beberapa hari ini, tunggulah dengan manis di dalam kamarmu, jangan berbuat onar di mana-mana. Mengerti?"

Suara Liu Wenchao sangat dingin. Tak boleh berbuat onar? Liu Qianqian mengangkat kepalanya, di sudut-sudut bibirnya tergantung seulas senyum sinis.

"Kenapa? Gege, kenapa kau tiba-tiba hendak mengungkung adikmu ini? Memangnya kalau aku berjalan-jalan di dalam rumahku sendiri aku berbuat onar?"

Liu Wenchao naik pitam, ia merendahkan suaranya.

"Kau pikir aku tak tahu bahwa kau bersaksi di yamen bahwa nyonya muda membunuh Xi er?"

Begitu mendengar perkataannya itu, dengan tanpa ampun Liu Qianqian berkata.

"Gege, kau langsung sebut saja dia Jiang Xiaoxuan, tak usah menyebutnya nyonya muda segala, mulutmu tak sesuai dengan hatimu, aku kasihan padamu!" Karena isi hatinya tiba-tiba diungkapkan oleh sang adik, Liu Wenchao menjadi marah saking malunya.

"Omong kosong! Pokoknya aku tak akan membiarkanmu berbuat onar lagi!"

"Aku tak berbuat onar!", Liu Qianqian menaikkan nada suaranya, air matanya berlinangan.

"Bukankah Yuanbao berkata bahwa ia adalah seorang bukuai dan semua bukti harus diberitahukan kepadanya? Aku mempunyai suatu bukti, kenapa tak boleh dikatakan? Dia Jiang Xiaoxuan memang seorang pembunuh, pembunuh....."

Sebelum ia menyelesaikan perkataannya, sebuah tamparan keras telah mendarat di wajahnya, Liu Qianqian merasa telinganya berdenging, wajahnya yang seputih salju seketika itu juga menjadi merah dan bengkak.

Dengan tertegun ia menutupi wajahnya, lalu membelalakkan matanya lebar-lebar dan memandang Liu Wenchao, seakan tak berani mempercayai apa yang terjadi.

Wajah Liu Wenchao bagai es, sinar matanya dingin dan menyeramkan, ia perlahan-lahan menurunkan tangannya yang memukul Liu Qianqian, telapak tangannya agak kemerahan.

"Jiang Xiaoxuan bukan seorang pembunuh! Qianqian, kakak tahu isi hatimu....."

Liu Wenchao sepertinya agak merasa bersalah, ia menghindari pandangan mata Liu Qianqian, lalu menasehatinya dengan sungguh-sungguh.

"Takdir tak bisa dipaksakan, dalam hati Yuanbao tak ada kau, apapun yang kau lakukan tak akan membuat hatinya tergerak". Liu Qianqian menggeleng, lalu perlahan-lahan membulatkan tekadnya, dengan mengumam ia berkata.

"Gege.....", akan tetapi, setelah itu matanya berkilat-kilat luar biasa.

"Adikmu ini juga tahu isi hatimu, aku juga dapat memberitahumu, bahwa dalam hati Jiang Xiaoxuan juga tak ada dirimu, apapun yang kau lakukan, hatinya pun tak akan tergerak". Liu Wenchao seakan terkena lecutan cambuk, wajahnya pucat pasi.

"Benar, aku memang suka pada Yuanbao Gege, aku tak perduli dalam hatinya ada aku atau tidak, asalkan aku dapat berada di sisinya, menjadi istri kedua, atau bahkan sampai menjadi selir pun aku bersedia! Asalkan di sisinya tak ada Jiang Xiaoxuan itu!"

Setelah berbicara, Liu Qianqian memburu keluar dari pintu, dan yang luar biasa, ia sama sekali tak meneteskan setetes air mata pun.

Melihat punggung sang adik yang berlalu, untuk sesaat tak nyana Liu Wenchao tak dapat menjawab.

Beberapa saat kemudian, A Gui dengan diam-diam melangkah masuk.

"Tuan?"

Liu Wenchao tersadar.

"Perkataan nona merugikan seseorang, tapi sama sekali tak salah. Sekarang semua bukti menunjuk ke arah Jiang Xiaoxuan, kalau saat ini ada kambing hitam, hal ini sangat menguntungkan bagi kita". Suara A Gui sangat pelan, namun sama sekali tak ragu-ragu. Pikiran Liu Wenchao terguncang, ia memandang A Gui.

"Aku tahu bahwa dalam hati tuan ada dia, akan tetapi nona telah mengatakannya dengan sangat baik, dalam hati nyonya muda mana ada tuan? Tuan, sekarang bukan waktunya bermain asmara, di satu pihak ada seorang wanita yang tak punya kau dalam hatinya, sedangkan di lain pihak ada pekerjaan besar untuk membangkitkan kembali keluarga Liu anda, mana yang lebih penting, anda harus memikirkannya baik-baik". Liu Wenchao memejamkan matanya, dalam hatinya kedua hal yang saling bertentangan itu berkecamuk, bergolak dan serentak muncul, ia merasa amat tertekan, sehingga membuatnya seakan ingin mencabik dadanya sendiri.

"Sebenarnya paling baik kalau anda mengamati perkembangan ini saja. Bagaimanapun juga, kalau nyonya muda dihukum mati, perjanjian pernikahannya dengan tuan muda akan terputus, pada saat itu, mungkin anda akan mempunyai kesempatan untuk menukar sesuatu dengan nyonya muda, dengan demikian, bukankah wanita tuan pada akhirnya akan menjadi milik tuan?"

Liu Wenchao mendadak mengerti, mau tak mau ia berkata seraya mengumam.

"Benar, wanitaku pada akhirnya akan menjadi milikku...."

Pagi-pagi keesokan harinya, matahari bersinar cerah.

Di depan kantor gubernur, orang berlalu lalang tak hentihentinya, para pedagang yang sedang berjalan tertegun memandangnya, suasana amat ramai, namun tak ada orang yang berani melenggang di depan pintu gerbang kantor gubernur.

Liu Qianqian yang berpakaian mewah dan berdandan habishabisan berjalan mendekat, di wajahnya yang penuh keyakinan nampak seulas senyum dingin, ia langsung berjalan ke pintu gerbang kantor gubernur.

Pandangan mata semua orang sedikit demi sedikit tersedot ke arahnya, berbagai komentar berdengung, para hadirin berkumpul.

Dua petugas yamen yang sedang berdiri dengan terkantukkantuk di depan gerbang terkejut hingga terbangun, mereka melihat Liu Qianqian yang dengan jumawa melangkah ke depan genderang untuk memohon keadilan, lalu mengambil pemukul genderang itu.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu, tanpa ragu sedikit pun, ia menabuh genderang itu! Semua orang menjadi ribut.

Para petugas yamen itu tertegun, lalu, sesuai dengan peraturan mereka berseru.

"Memukul ---- genderang ---- untuk ---- mohon ---- keadilan!" * Jin Yuanbao sedang sibuk di depan meja tulisnya sendiri, ia tak menghiraukan keributan di luar, tiba-tiba, suasana dalam ruangan itu menjadi sunyi senyap, Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan melihat rekan-rekan sejawatnya memandangnya dengan air muka yang rumit. Dalam hatinya perlahan-lahan muncul suatu firasat buruk. Wang Qiang masuk sambil membawa sehelai kertas, lalu dengan hati-hati meletakkannya di meja Jin Yuanbao.

"Bos, maaf, Yang Mulia Gubernur menyuruhku untuk memberikan surat yang ditulis oleh beliau sendiri. Ada orang yang menabuh genderang dan berkata bahwa bukti mengenai nyonya yang terhormat sudah meyakinkan, dan mohon agar Yang Mulia Gubernur segera menghukumnya, dan tak memberi perlakuan istimewa kepada seorang pembunuh karena alasan pribadi. Rakyat jelata yang menonton sangat banyak, entah kapan hal ini akan sampai ke telinga Pengawas Kekaisaran. Saat ini Yang Mulia Gubernur juga tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat memberikan waktu tiga hari bagimu untuk menyelesaikan masalah ini. Kalau tidak ia akan dengan terpaksa membawa nyonya yang terhormat ke Badan Hukuman". Jin Yuanbao menatap stempel berwarna merah terang dan huruf-huruf 'tiga hari' yang tertera di kertas bertuliskan tangan itu, matanya yang sudah kemerahan sekarang seakan menjadi merah padam. Dengan penuh simpati, Wang Qiang menekan bahu Jin Yuanbao, lalu berlalu..... Melihat kejadian itu, semua orang dalam ruangan itu saling memandang, lalu pergi tanpa bersuara. Setelah memandang surat bertuliskan tangan itu untuk beberapa saat, sambil berpegangan pada meja tulis, Jin Yuanbao perlahan-lahan bangkit, ia berjalan dengan terhuyung-huyung, matanya terasa gelap. Setelah beberapa lama, ia baru dapat berdiri dengan tegak, ia menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata untuk menenangkan diri. Dengan diam, Jin Yuanbao berdiri di tengah kegelapan untuk beberapa saat, lalu mendadak membuka matanya dan berseru.

"Wang Qiang, bantu aku mempersiapkan arak dan hidangan lezat!"

Cahaya malam perlahan-lahan menyelimuti bumi.

Sambil memeluk lututnya, Yu Qilin duduk di sudut sel, ia menengadah dan melihat bahwa di balik jendela bulan sabit bersinar terang benderang, mau tak mau ia teringat akan suasana di malam bulan purnama itu, ketika dirinya dan ia berduet bersama.....

Sekonyong-konyong.

"Cring, cring!", rantai di pintu sel bergemerincing, Yu Qilin memandang ke arahnya dan melihat Jin Yuanbao masuk ke dalam sel sambil membawa sebuah keranjang. Baru sehari dirinya tak melihatnya, namun ia ternyata telah menjadi begitu pucat dan tirus? Yu Qilin memandang janggutnya yang tak tercukur dan keningnya yang berkerut dalam, hatinya tercekat. Jin Yuanbao memandangnya, tanpa berkata apa-apa, ia menaruh hidangan dan arak itu satu persatu di atas lantai, setelah itu, ia menyingkapkan jubah panjangnya yang bersih dan langsung duduk di lantai, lalu menuangkan secawan penuh arak.

"Menyelidiki kasus ini membuatku lelah, temani aku minum beberapa cawan". Di mata Yu Qilin sekilas muncul rasa terkejut, akan tetapi, tanpa berkata apa-apa, ia mengangkat cawannya. Mereka berdua minum arak dengan diam seribu bahasa. Setelah minum tiga putaran, mereka berdua perlahan-lahan seakan telah terbiasa dengan suasana itu. Saat itu Jin Yuanbao baru berpura-pura tanpa sengaja berkata sembari tersenyum.

"Kau tahu tidak, selama bertahun-tahun menjadi bukuai, yang paling kutakuti adalah kasus yang sederhana seperti ini".

"Oh, ya?"

"Aku tak takut pada tipu muslihat yang rumit, hanya takut pada sesuatu yang sederhana. Semakin rumit suatu kasus, semakin banyak petunjuk, tapi kasus seperti kasus Xi er ini, bertemu, dicekik, lalu dibuang ke tengah danau, seluruh prosesnya jangan-jangan terjadi dengan tak lebih lama dari sepeminuman teh....."

Jin Yuanbao menggeleng-gelengkan kepalanya dan menenggak arak di tangannya sampai tandas.

"Terlalu sukar untuk dipecahkan, terlalu sukar...."

Ia jelas seorang anggun yang sangat memperhatikan penampilannya, tapi saat ini, walaupun pakaian bersih dan rapi, wajahnya nampak berantakan...

Ia jelas seorang yang dengan penuh percaya diri selalu berbicara dengan terus terang tentang detil kasus yang sedang diselidikinya, tapi saat ini, wajahnya muram, sedikitpun tak percaya diri....

Melihatnya, hati Yu Qilin terasa pedih tak tertahankan, hatinya seakan sebuah bola benang yang sekarang sedang perlahanlahan digulung oleh seseorang hingga kencang, urat dan dagingnya terasa begitu sakit hingga ia seakan tercekik, namun tak kuasa berbuat apapun....

"Biasanya kau banyak bicara, tapi sekarang kau diam, aku masih belum terbiasa dengan hal ini......ia mengikutimu menikah, seorang gadis pelayan yang telah dijual dan kontraknya tak dapat dibatalkan, tak punya keluarga dan tak punya teman, serta tak punya musuh, bahkan keluar dari Wisma Jin pun ia tak bisa, orang-orang di sisinya yang sederhana sekarang tak sederhana lagi, jangan-jangan orang yang terdekat dengannya adalah kau.....", Jin Yuanbao menertawakan dirinya sendiri.

"Boleh dibilang bahwa kaulah yang paling mencurigakan". Mendengarnya berkata demikian, Yu Qilin merasa bahwa gulungan benang itu telah berhenti digulung, tapi masih menghantam dirinya. Yu Qilin tersenyum sedih, lalu berkata.

"Aku juga tahu bahwa nampaknya aku adalah orang yang paling mencurigakan".

"Benar", Jin Yuanbao menenggak araknya hingga tandas. Melihat dagunya yang belum dicukur bersih, dengan lembut Yu Qilin mengisi cawan arak Jin Yuanbao. Jin Yuanbao mengangkat cawan arak itu, ia merasa agak gelisah.

"Tiga hari, aku hanya punya waktu tiga hari". Yu Qilin tertegun. Ia mengangkat kepalanya dan memandang Jin Yuanbao.

"Tiga hari apa?"

"Gubernur memerintahkan, apabila dalam tiga hari aku tak bisa mendapatkan bukti untuk membersihkan namamu, ia akan mengirimmu ke Badan Hukuman. Saat itu....", dengan muram ia menggeleng-geleng.

"Aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongmu....."

Badan Hukuman? Gubernur? Kenapa bisa sampai melibatkan begitu banyak orang? Yu Qilin tercengang.

"Tiga hari. Dalam tiga hari aku harus menemukan petunjuk". Nada suaranya mengandung rasa putus asa dan frustrasi, membuat Yu Qilin sulit menekan rasa pedih dalam hatinya, akhirnya ia pun membuka mulut.

"Tak apa-apa, aku tak takut". Akan tetapi usahanya untuk menghiburnya malah membuat Jin Yuanbao marah. Jin Yuanbao tersenyum sinis, lalu menyindir.

"Benar, kau tak takut, maut sudah di depan mata, tapi kau masih tak mau memberitahuku kenapa kau menyiapkan buntalan untuk pergi, tentu saja kau tak takut". Yu Qilin tak kuasa menjawab. Melihat sinar temaram menyinari lekak lekuk wajah Yu Qilin yang anggun, Jin Yuanbao meletakkan cawannya, lalu bertanya dengan suara pelan.

"Beritahu aku, sebenarnya kenapa kau ingin meninggalkanku?"

Suaranya agak bergetar, memohon-mohon. penuh harapan, bahkan agak Yu Qilin mengepalkan tangannya erat-erat sambil memandang Jin Yuanbao, kukunya menghunjam dalam-dalam ke daging telapak tangannya.

"Aku tak bisa memberitahumu". Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, ia gusar karena tak bisa memahaminya, setelah beberapa saat, ia berusaha sekuat tenaga menenangkan diri, menunduk memandang Yu Qilin, lalu berlalu. Tanpa suara, air mata Yu Qilin bercucuran, ia merasa bahwa seketika itu juga bola benang itu telah dicabik habis, seluruh dadanya kosong melompong, seakan hanya menyisakan udara hampa yang dingin....

"Walaupun semua mempercayaimu". orang tak mempercayaimu.....aku Jin Yuanbao seakan bereaksi terhadap kesedihannya, tanpa banyak bicara, ketika ia hendak berlalu, ia mengucapkan perkataan itu, lalu dengan penuh tekad melangkah pergi. Bukankah sampai saat ini, ia selalu dengan sepenuh hati mempercayai dirinya? Yu Qilin seorang diri jatuh terduduk di lantai, air matanya bercucuran memenuhi wajahnya. Begitu meninggalkan sel, Jin Yuanbao langsung berlari ke ruang penyimpanan mayat, di bawah cahaya lentera yang temaram di ruangan itu, jenazah Xi er yang diselimuti seprai nampak terbaring dengan tenang, seakan sedang tidur. Jin Yuanbao berdiri didepan meja panjang itu, dengan hati-hati ia menyingkapkan ujung seprai itu, lalu memeriksanya dengan hati-hati. Wajah Xi er sudah dibersihkan, ia nampak tenang, sedingin es, tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Ia menatap jasad Xi er dengan penuh konsentrasi, ia sama sekali tak merasa takut atau jijik terhadap kematian. Pandangan matanya perlahan-lahan jatuh ke wajah Xi er, lalu tangannya menyentuh memar di leher Xi er. Tangan? Jin Yuanbao kembali memperhatikannya dengan seksama, sinar matanya perlahan-lahan menjadi terang. Di tengah malam itu, di depan kantor gubernur, sekonyongkonyong suara genderang berbunyi bertalu-talu, sang gubernur sedang bersenang-senang tidur sambil memeluk selir mudanya, namun tiba-tiba suara genderang berkumandang, membuatnya melompat kaget.

"Ke.....keparat itu, di tengah malam begini!", sang gubernur sangat marah.

"Kemari! Coba lihat siapa itu!"

Di balik pintu terdengar suara langkah kaki, sesaat kemudian, bunyi genderang mendadak berhenti, setelah itu seorang pelayan berkata dari balik pintu.

"Daren, Jin Yuanbao menabuh genderang mohon keadilan".

"Hah?", sang gubernur menghela napas, lalu bangkit dan berpakaian.

"Ai, ternyata tuan muda Wisma Jin!"

Beberapa saat kemudian, sang gubernur yang mengenakan pakaian sipil masuk ke kantornya, Jin Yuanbao sedang menunggu sambil menggendong tangan di balik punggungnya, di bawah sinar rembulan, bayangannya nampak memanjang.

Setelah mendengar suara langkah kaki sang gubernur, ia segera berbalik, lalu sedikit menunduk untuk mohon maaf.

"Mohon Yang Mulia Gubernur memaafkan hamba yang berani menganggu di tengah malam". Dengan kesal sang gubernur memandangnya, dengan mengantuk ia melambaikan tangannya.

"Tak berani, tak berani. Aku sudah terbiasa. Yuanbao, ada apa? Mengenai kasus istrimu yang terhormat, bukannya aku tak mau memberimu kemudahan, tapi kau sendirilah yang mula-mula menahannya...."

"Daren!", Jin Yuanbao memotong perkataannya.

"Istriku tak bersalah! Mohon bebaskan dia!"

Sang gubernur tertegun, lalu berkata dengan hambar.

"Yuanbao, seorang bukuai harus berbicara berdasarkan bukti...."

Sinar mata Jin Yuanbao terang benderang, wajahnya yang kelelahan tak nyana tak dapat menyembunyikan semangat dan rasa percaya dirinya.

"Aku punya bukti, istriku bukan seorang pembunuh!"

Sel besar itu dingin dan lembab, sambil memeluk lututnya, Yu Qilin duduk di pojok tembok, walaupun kelelahan wajahnya tenang.

Dari mulut pintu terdengar suara rantai yang sedang dibuka, ia perlahan-lahan berpaling, di lorong bersinar seberkas cahaya yang langsung menyinari matanya, dirinya yang sudah tak terbiasa melihat cahaya pun memicingkan matanya.

Nampak Jin Yuanbao memburu masuk seorang diri, tanpa berkata apa-apa, ia menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya.

Setelah beberapa saat, Jin Yuanbao baru merasa bahwa urat syarafnya yang tegang telah menjadi kendur.

Yu Qilin memandanginya, dirinya dapat memahami perasaannya, ia mengangkat tangannya dan perlahan-lahan memeluknya, lalu dengan lembut memanggil namanya.

"Yuanbao....."

Setelah mendengar suara Yu Qilin, Jin Yuanbao baru tersadar, ia melepaskan Yu Qilin.

Mereka berdua saling memandang, walaupun mereka ingin mengucapkan seribu satu perkataan, perasaan girang karena berhasil lolos dari bahaya untuk sesaat membuat mereka berdua tak kuasa berkata apa-apa.

Setelah beberapa lama, Jin Yuanbao baru menarik tangan Yu Qilin dan memecahkan kesunyian diantara mereka berdua.

"Ayo pulang". Setelah berbicara, ia menarik tangan Yu Qilin dan hendak mengajaknya pergi. Namun Yu Qilin berdiri mematung di tempatnya semula, wajahnya penuh rasa bimbang, hari ini adalah hari ketiga, apakah karena tak sabar, Jin Yuanbao hendak melawan kehendak gubernur? "Aku sudah menyelidikinya sampai jelas, kau tak bersalah, ayo pergi". Dengan lembut Jin Yuanbao mengayun-ayunkan tangan Yu Qilin. Melihat rasa girang dan percaya diri dalam pandangan matanya, Yu Qilin baru tersenyum dan mengangguk-angguk. Akhirnya ia berhasil memecahkan kasus ini, ia pantas dipanggil Jin Yuanbao. Yu Qilin tersenyum, namun tiba-tiba kakinya lemas dan ia hampir jatuh terkulai. Melihat wajahnya yang pucat pasi dan tirus, hati Jin Yuanbao amat pedih, tanpa banyak berpikir, ia langsung membopongnya keluar dari sel. * "Furen, furen, tuan dan nyonya muda sudah pulang", saking gembiranya, A Fu bahkan lupa melapor, ia langsung memburu ke aula utama. Nyonya Jin dan Liu Wenchao sedang membicarakan sesuatu, begitu mendengar suara A Fu, mereka langsung mengerutkan dahi dan menegurnya dengan kesal.

"Kalau sudah pulang, ya sudah pulang, untuk apa tergopoh-gopoh seperti ini?"

A Fu tak menyangka dirinya dimarahi, seketika itu juga ia diam seribu bahasa.

Dengan tak yakin Liu Wenchao memandang Nyonya Jin.

Setelah itu, Jin Yuanbao masuk ke dalam aula besar sambil mengandeng tangan Yu Qilin.

Mereka berdua maju ke depan untuk melakukan penghormatan, lalu serentak berkata.

"Kami menghadap ibu!"

Dengan wajah tanpa ekspresi, Nyonya Jin memandang mereka berdua tanpa berkata apa-apa.

Udara seakan seketika itu juga membeku.

Jin Yuanbao menunggu untuk beberapa saat, lalu menyikut Yu Qilin agar maju, Yu Qilin memandang Nyonya Jin yang duduk di hadapannya dan bereaksi, ia segera bersujud seraya berkata.

"Erxi tak berbakti dan telah membuat ibu khawatir". Gerak-gerik mereka tentu saja telah dilihat oleh Nyonya Jin, dengan hambar ia berkata.

"Bagus kalau kau sudah pulang, kali ini walaupun masalah sudah selesai, karena masalah ini telah lama menimbulkan kehebohan, wajah Wisma Jin telah tercoreng. Setelah ini, kau harus menyadari kedudukanmu dan menunggu di rumah dengan patuh, jangan sampai timbul kekacauan lagi". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin dengan tak sabar membela dirinya.

"Masalah ini pada dasarnya timbul karena para pejabat melalaikan tugas mereka, tanpa bukti yang meyakinkan mereka langsung menangkap dan menahanku, aku telah diperlakukan dengan tak adil". Tak nyana ia berani membantah, wajah Nyonya Jin nampak bertambah kesal.

"Kalaupun benar demikian, dalam bertindak kau tak boleh mencoreng muka Wisma Jin, karena peristiwa ini, entah berapa banyak orang yang menggunjingkan Wisma Jin di belakang punggung kita". Yu Qilin masih ingin maju untuk berdebat, namun karena ditarik oleh Jin Yuanbao, ia terpaksa menahan dirinya, dengan lirih ia berkata.

"Erxi akan mengingat petunjuk ibu". Melihat keadaan itu, Jin Yuanbao membantunya berbicara.

"Ibu, masalah ini terjadi tanpa diduga oleh Xiaoxuan, sedangkan mengenai muka Wisma Jin.....semuanya sudah jelas". Sekonyong-konyong, dengan penuh arti, Jin Yuanbao memandang ke arah Liu Wenchao.

"Asalkan dapat menangkap pembunuh yang sebenarnya, segala desas-desus akan buyar dengan sendirinya". Hati Liu Wenchao yang dapat merasakan pandangan mata Jin Yuanbao mau tak mau terkesiap, ia memaksa dirinya untuk tetap tenang dan berkata.

"Benar, gumu, kali ini adik ipar sudah banyak menerima perlakuan tak adil, aku akan segera menyuruh dapur untuk membuatkan sup untuk membantu adik ipar pulih dari rasa kagetnya".

"Baik", dengan dingin Nyonya Jin mengangguk.

"Aturlah dengan baik".

"Terima kasih, ibu!"

Setelah berbicara, Yu Qilin memandang Liu Wenchao dengan penuh rasa terima kasih.

"Aku merepotkan biaoge saja". Wajah Liu Wenchao nampak murah hati, dengan pandangan mata yang penuh perhatian, ia dan Yu Qilin saling menatap, api amarah berkobar dalam hati Jin Yuanbao, ia segera bangkit dan menghadangnya seraya berkata sambil tersenyum.

"Terima kasih atas perhatian biaoge pada istriku! Akan tetapi......", dengan pandangan mata yang penuh arti ia memandang Liu Wenchao.

"Kurasa biaoge sangat sibuk dan harus mengerjakan banyak hal, jangan-jangan mengurus diri sendiri pun sulit, apalagi mengurus orang lain".

"Hal ini adalah kewajiban Wenchao, aku harus melakukannya dengan baik", dengan sikap merendah Liu Wenchao berkata. Dengan dingin Jin Yuanbao melirik Liu Wenchao, lalu ia berbalik dan berkata pada Nyonya Jin.

"Ibu, aku dan Xiaoxuan kembali ke kamar dulu". Begitu mendengar perkataannya, Nyonya Jin menarik tangan Jin Yuanbao, lalu dengan penuh kasih sayang memperhatikannya.

"Kau juga sudah beberapa hari tak memejamkan mata, lekas kembali ke kamar dan beristirahatlah, jangan membuat ibu khawatir lagi".

"Anak benar-benar tak berbakti karena telah membuat ibu khawatir". Nyonya Jin menghela napas, lalu tangannya.

"Sudahlah, kalian pergilah". melambai-lambaikan "Baik". Sambil berbicara, Jin Yuanbao menarik tangan Yu Qilin dan berlalu. Mereka berdua kembali ke kamar, hati Jin Yuanbao gusar, dengan acuh tak acuh, ia duduk sendiri di sisi meja. Yu Qilin mengikuti Jin Yuanbao dan duduk berhadapan dengannya, dengan bimbang ia bertanya.

"Kenapa caramu bicara dengan biaoge begitu misterius?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa begitu pulang kau mengurusi orang lain, dan tak bicara padaku?"

Jin Yuanbao sangat tak senang. Melihatnya sedang minum cuka, hati Yu Qilin terasa manis, ia menunduk dan memandang tangannya sendiri yang diletakkan di atas meja, lalu mengumam.

"Terima kasih, kalau tak ada kau, jangan-jangan sampai sekarang aku masih ada di dalam sel....."

"Jangan mengatakan sesuatu yang tak ingin kudengar".

"Kalau begitu.....", Yu Qilin mengangkat kepalanya dan memandangnya.

"Kalau begitu, apa yang ingin kau dengar?"

Jin Yuanbao menatap Yu Qilin dengan bersungguh-sungguh.

"Sekarang, sudah jelas bahwa kematian Xi er tak ada hubungannya denganmu, kalau begitu, kenapa kau hendak pergi?"

Tak nyana, ia telah memutarkbalikkan percakapan itu, rasa manis dalam hati Yu Qilin kontan hilang, tanpa memandangnya, ia berkata dengan hambar.

"Mengenai hal ini, aku tak dapat berkata apa-apa".

"Apakah tak ada sesuatu yang ingin kau jelaskan padaku?"

Jin Yuanbao merasa agak marah. Begitu mendengar perkataannya itu, Yu Qilin langsung berbalik dan memunggunginya. Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya untuk membuat Yu Qilin kembali menghadap ke arahnya, lalu memaksanya berhadapan muka dengan dirinya.

"Apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku?"

Yu Qilin mengibaskan kedua tangan Jin Yuanbao yang mencengkeram bahunya.

"Kalau kau ingin menanyakan masalah ini, aku barusan ini telah berkata bahwa aku tak dapat berkata apa-apa tentangnya. Berapa kali pun kau bertanya akan tetap begitu". Dengan sekuat tenaga ia memaksa dirinya untuk terus menatap Jin Yuanbao. Pandangan mata Jin Yuanbao penuh rasa tak paham dan keinginan untuk menyelidik, namun Yu Qilin terlalu pandai menutupi masalah, ia menghindari pengawasannya sehingga Jin Yuanbao tak dapat menemukan apapun. Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia menyerah terlebih dahulu, lalu berusaha mengangkat kepalanya dan tersenyum.

"Kalau begitu, aku tak akan menyelidikinya. Sejak saat ini kau tak boleh bertindak sembarangan, berdirilah di sisiku dengan manis". Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, ia hendak mengatakan sesuatu. Tanpa menunggu Yu Qilin membuka mulut, Jin Yuanbao tibatiba maju dan menyarangkan sebuah ciuman di bibir Yu Qilin, sambil tersenyum nakal ia berkata.

"Aku akan pergi untuk menyelidiki kasus, melihat lingkaran hitam di bawah matamu, kau lebih baik cepat-cepat beristirahat, awas nanti aku tak menghendakimu". Setelah berbicara, ia melangkah pergi. Melihat punggungnya yang berlalu, berbagai ekspresi yang rumit muncul di wajah Yu Qilin, ia mengumam pada dirinya sendiri.

"Yuanbao, kau terlalu baik padaku......"

Wisma Jin besar, maka dapurnya pun dengan sendirinya besar.

Dapur Wisma Jin terletak di sudut barat daya, enam kamar yang sebelumnya telah ada dibongkar sehingga menjadi sebuah ruangan besar, sedangkan di mulut pintunya terdapat sebuah tempat menjemur besar yang dapat dipakai untuk mengeringkan makanan.

Setelah makan pagi dan sebelum makan siang adalah saat dapur menganggur.

Karena bosan menganggur, para pelayan wanita tua dan gadis pelayan mulai bergunjing.

"Nyonya muda sudah pulang, syukur pada langit dan bumi".

"Kau tahu tidak, bahwa orang yang membunuh Xi er mengenakan cincin di tangannya....."

"Cincin?", begitu mendengarnya, seorang gadis pelayan menjadi bersemangat, ia menghampiri mereka dan bertanya.

"Cincin apa?"

"Aku juga mendengar, bahwa baru-baru ini Liu Guanjia telah kehilangan sebuah cincin".

"Semua orang berkata bahwa cincin itu adalah milik Liu Guanjia".

"Hii.....", seorang pelayan wanita tua berpura-pura gemetar, ia melihat ke kiri dan ke kanan, lalu berkata.

"Hati-hati, dinding mempunyai telinga. Orang-orang dari keluarga terpandang sering berseteru, jangan sampai melibatkan diri kalian".

"Benar", seorang pelayan muda mengangguk dan berkata.

"Kurasa Xi er tahu terlalu banyak, sehingga ia ----"

Sambil berbicara, ia melintangkan telapaknya di lehernya, lalu berpurapura membacok.

"Ai, ai!"

Sebuah suara batuk yang muram terdengar, semua orang kontan terkejut. Dengan wajah muram Liu Wenchao berjalan ke dapur, matanya bagi es dingin.

"Liu......Guanjia". Para pelayan menjadi tergopoh-gopoh. Langkah kaki Liu Wenchao terhenti, air mukanya menjadi sedikit lebih cerah, setelah itu ia tersenyum hambar, seakan tak terjadi apa-apa, dan ia masih Liu Wenchao yang ramah seperti sediakala.

"Siang hari ini nyonya ingin menjamu para tamu di aula, tak boleh ada kesalahan sedikit pun. Setelah hidangan diletakkan, kalian harus segera mengatur hidangan penutup, selain itu selera Yang Mulia Kong cenderung manis, kalian harus memperhatikan hal ini".

"Baik...."

Semua orang tak ada yang berani berkata apa-apa lagi dan hanya mengiyakan saja. Setelah selesai memberi penjelasan, Liu Wenchao pergi ke tempat lain. Setelah ia pergi jauh, semua orang kembali berkumpul dan bergunjing tentang Liu Wenchao.

"Ia sama sekali tak perduli".

"Dengan kata lain, aneh sekali". Dengan penuh beban pikiran, Liu Wenchao melangkah ke kediamannya sendiri, sambil duduk di samping jendela, ia memandang bayang-bayang gelap dan terang pepohonan di luar, makin lama dahinya berkerut makin dalam. Tanpa sadar ia mengelus-elus jarinya yang telanjang, seakan sedang berbicara pada A Gui yang berada di belakangnya, dan juga seperti sedang mengumam pada dirinya sendiri, ia berkata.

"Setelah merencanakan semuanya dengan hati-hati, masih ada sebuah rahasia yang tertinggal, hari itu ketika aku selesai melakukan hal itu, aku merasa bahwa masih ada sesuatu yang terlupakan. Tak nyana, Jin Yuanbao ternyata dapat menemukan petunjuk ini. Nampaknya aku telah terlalu meremehkannya". Begitu mendengar perkataannya, A Gui maju selangkah dan menghiburnya.

"Kalaupun ditemukan, cincin itu juga tak dapat digunakan sebagai bukti. Siapa yang tak pernah kehilangan barang-barangnya karena lalai?"

"Kehilangan barang karena lalai.....", Liu Wenchao seakan tenggelam dalam lamunan. Ia duduk di samping jendela sambil berpikir untuk beberapa saat, lalu berbalik dan berjalan ke meja tulis, duduk, mengangkat kuas tulis, lalu menulis dan mengambar. Setelah mengayunkan kuasnya beberapa kali, tak lama kemudian, ia telah mengambar sebuah cincin. Ia memberikan gambar cincin itu kepada A Gui.

"Carilah seorang tukang pembuat perhiasan dan suruh ia membuat sebuah cincin sesuai dengan gambar ini. Lakukanlah dengan cepat". Larut malam, beberapa hari belakangan ini cerah, namun tak nyana malam ini turun hujan rintik-rintik. Sambil menggendong tangan di belakang punggungnya, A Gui masuk ke kamar seorang pelayan. Zhao Si sang pelayan menyambutnya.

"A Gui, angin apa yang meniupmu kemari?"

Dengan sigap A Gui menutup pintu, lalu berkata sembari tersenyum ramah.

"A Si, akhir-akhir ini pekerjaanmu cukup bagus!"

"Semua karena keberuntunganmu". Zhao Si tentu saja tahu bahwa A Gui adalah anak emas Liu Wenchao, dan sehari-hari juga sering menerima perintahnya, maka dengan sendirinya ia bersikap amat sopan padanya.

"Apakah di rumahmu ada orang lain?", dengan berlagak pilon, A Gui duduk di samping meja, pandangan matanya jatuh ke atas perangkat minum teh di atas meja itu.

"Di rumah tak ada orang lain, aku hanya sendirian, untung saja Liu Guanjia menerimaku bekerja di wisma sebagai tukang serabutan".

"Bagus kalau tak ada orang lain, tak ada yang harus dikhawatirkan. Liu Guanjia melihat bahwa akhir-akhir ini kau bekerja dengan rajin, maka ia secara khusus menyuruhku datang untuk memberi hadiah untukmu". A Gui menyeringai menyeramkan. Begitu mendengar perkataan itu, mata Zhao Si menjadi terang benderang. Ia membungkuk sambil menunduk dan berkata, "Banyak terima kasih Liu Guanjia, banyak terima kasih Pengawal Gui". A Gui mengangkat poci teh, ia menuang air teh hingga memenuhi cawan, mengeluarkan sebuah bungkusan obat dari saku dadanya, menuangkan bubuk obat di dalamnya ke cawan teh itu, lalu mengangkatnya dan menggoyang-goyangkannya.

"Hei, minumlah teh ini". Sambil tersenyum A Gui mengangkat cawan itu ke arah Zhao Si. Air teh dalam cawan itu mendesis mengeluarkan uap seperti obat beracun! Zhao Si amat terkejut, namun sebelum ia sempat bereaksi, A Gui telah melesat ke hadapannya, mencengkeramnya, mengangkat cawan teh itu, menggunakan tangannya untuk membuka rahangnya dan mulutnya, lalu menuangkan air teh itu ke dalamnya, setelah itu dengan enteng ia membuang cawan itu.

"Cring!", cawan itu terjatuh ke lantai dan pecah berkepingkeping.

"Gui.....Gui.....", Zhao Si mencengkeram lehernya sendiri, tubuhnya mengeliat-geliat, wajahnya nampak amat kesakitan, tiba-tiba.

"Ah!", ia menyemburkan darah dari mulutnya. A Gui mengendurkan cengkeramannya, tubuh Zhao Si pun perlahan-lahan menjadi lemas dan terjatuh ke lantai. Melihat mayatnya, A Gui tersenyum dingin.

"Secawan teh yang membantumu melepaskan diri dari lembah penderitaan ini adalah hadiah dari Liu Guanjia". Setelah itu, A Gui memperhatikan seluruh sudut kamar itu, setelah mencari kesana kemari, ia menemukan sebuah peti, ia mengambil peti itu dan membukanya, di dalamnya terdapat pakaian dan sepatu. Dengan hati-hati ia menyingkirkan baju-baju itu, setelah di dasar peti ada tempat kosong, ia mengeluarkan sebuah cincin dan selembar kertas, menaruhnya dalam peti itu, lalu menutupinya dengan baju-baju itu, setelah itu, ia mengambil sepatu dari dalam peti dan menutup peti itu. Mendadak, dari balik pintu terdengar suara langkah kaki, A Mu, si pelayan teman sekamar Zhao Si, telah melangkah sampai ke depan pintu sambil mengulet. A Gui memusatkan pandangannya pada sosoknya, lalu segera melompat keluar dari jendela belakang, ketika A Gui baru saja menutup daun jendela dari luar, A Mu telah mendorong pintu hingga terbuka dan masuk. Begitu masuk, A Mu melihat Zhao Si tergeletak di lantai, ia meliriknya sekilas, lalu dengan enteng berkata.

"Minum sampai mabuk, ya?"

Akan tetapi, setelah itu ia mendapati bahwa lantai sepertinya penuh bercak-bercak darah, dengan tegang ia menghampiri Zhao Si, lalu mendorong-dorongnya.....

Sebuah jeritan melengking membelah angkasa, Jin Yuanbao meletakkan buku di tangannya, lalu dengan heran memandang ke langit di luar jendela.

Saat itu, Liu Wenchao mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, sambil tersenyum ia berkata.

"Yuanbao, kau ada di sini? Tuduhan tak adil terhadap nyonya muda baru saja dibersihkan, kalian berhari-hari tak bertemu, kupikir kau lebih suka menemani si cantik, tak nyana kau sedang membungkuk di atas meja sambil membaca dengan begitu serius". Melihat bahwa orang itu adalah dirinya, Jin Yuanbao kembali membenamkan wajahnya di balik buku, lalu berkata dengan hambar.

"Ada urusan apa, Liu Guanjia? Katakanlah". Merasa bahwa dirinya diperlakukan dengan dingin oleh Jin Yuanbao, Liu Wenchao cepat-cepat menutupi rasa tersinggungnya, ia duduk seraya berkata.

"Di wisma ini beredar desas-desus bahwa kematian Xi er ada hubungannya dengan sebuah cincin?"

Tanpa sadar, Jin Yuanbao memandang tangan Liu Wenchao, dengan jengah Liu Wenchao pun menarik tangannya.

"Di leher Xi er aku menemukan bekas cincin laki-laki, hal ini melenyapkan kemungkinan bahwa Xiaoxuan melakukan kejahatan itu, asalkan dapat menemukan cincin itu dan pemiliknya, semuanya akan terungkap. ---- Ada apa, apakah Liu Guanjia mempunyai petunjuk untukku?" Melihatnya, Liu Wenchao tetap tersenyum dengan tenang dan berkata.

"Dari sebuah petunjuk kecil, kebenaran akan terungkap, Yuanbao memang pantas disebut bukuai nomor satu....."

Setelah itu, ia langsung masuk ke dalam pokok pembicaraan utama.

"Aku mempunyai sebuah cincin yang biasa kupakai, dan karena ceroboh, cincin itu hilang, sudah berhari-hari aku tak melihatnya, entah ada hubungannya dengan kasus ini atau tidak". Semangat Jin Yuanbao bangkit, namun dengan tetap tenang ia bertanya.

"Kapan kau terakhir kalinya melihat cincin itu?"

"Seharusnya pada malam jamuan ulang tahun itu, malam itu, aku menaruh cincin itu di ruang baca. Setelah jamuan berakhir, aku kembali ke wisma, saat hendak memakainya, ternyata cincin itu sudah tak ada".

"Akan tetapi cincin itu adalah barang warisan keluarga Liu kalian. Bagaimana benda yang sehari-hari kau pakai bisa sampai hilang dan baru kau ketahui berhari-hari kemudian?"

"Justru karena benda itu kupakai setiap hari, aku menjadi terlalu terbiasa dan tak langsung menyadari bahwa cincin itu sudah tak berada di tanganku lagi, lagipula, sejak jamuan ulang tahun nyonya hingga nyonya muda dijebloskan ke penjara, di wisma ini berbagai peristiwa tak henti-hentinya terjadi, setiap hari aku sangat sibuk dan tak punya waktu untuk mengurusnya. Sampai hari ini ketika aku mendengar orang membicarakannya, aku baru tahu bahwa masalah ini telah menimbulkan keributan". "Maksudmu.....", Jin Yuanbao memicingkan matanya.

"Ada orang yang masuk ke kamarmu, mencuri cincinmu, lalu memakainya dan membunuh Xi er?"

Liu Wenchao tersenyum hambar, lalu berkata.

"Aku hanya berkata bahwa cincin yang diletakkan di atas meja tak mungkin melarikan dirinya sendiri. Sedangkan apakah orang yang mencuri cincin itu adalah orang yang membunuh Xi er, kau, Yuanbaolah yang dapat memastikannya".

"Hal ini tak mudah dilakukan.....", Jin Yuanbao memperhatikannya.

"Orang yang setiap hari berkepentingan masuk ke kediamanmu lebih dari seratus orang, jangan-jangan semua orang di wisma ini patut dicurigai".

"Aku juga telah berpikir sampai di situ, oleh karenanya aku tak dengan sembarangan mengungkapkannya".

"Kalau begitu, apakah kau mempunyai saksi yang dapat bersaksi bahwa cincin itu dicuri?"

"Tak ada". Liu Wenchao menggeleng.

"Saat itu aku menaruhnya dengan sembarangan, sama sekali tak ada orang di tempat itu".

"Karena tak ada kesaksian terhadapmu sukar dihilangkan". seorang saksi, kecurigaan "Benar. Langit dan bumi tahu, aku pun tahu, tapi kau tak tahu, bagaimana sebaiknya?"

Wajah Liu Wenchao penuh penyesalan.

"Masalah ini berhubungan dengan kematian Xi er, ini masalah yang sangat serius, aku tak bisa mengabaikan orang maupun kejadian yang mencurigakan".

Dengan amat tenang Jin Yuanbao menatapnya, seakan hendak mengorek sebuah petunjuk dari wajahnya.

"Sebagai seorang bukuai kau melaksanakan tugas dengan tanpa pandang bulu, bahkan istrimu sendiri pun dapat kau jebloskan ke dalam penjara ---- tentu saja aku mengerti", Liu Wenchao tersenyum hambar, wajahnya sama sekali tak menampakkan sesuatu yang luar biasa. Wajah Jin Yuanbao menjadi muram, Liu Wenchao memandangnya dengan wajah tak berdosa, untuk sesaat ruangan itu sunyi senyap. Saat itu A Fu dengan tergopoh-gopoh berlari ke dalam dari luar, dengan wajah pucat pasi ia berseru.

"Lapor.....lapor pada gongzi, bencana besar! Zhao Si si tukang kuda berdarah dari tujuh lubang di tubuhnya, ia sudah tewas!"

"Apa?", Jin Yuanbao amat terkejut.

"Cepat bawa aku ke sana".

"Kenapa bisa begini!", wajah Liu Wenchao nampak tercengang, katanya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku juga ikut!"

Mereka bertiga melangkah dengan cepat ke kamar Zhao Si, saat itu mayat Zhao Si telah dibalikkan oleh A Mu dan terbaring terlentang di tengan kamar, wajahnya nampak mengerenyit, darah mengalir dari lubang-lubang di tubuhnya, ia nampak amat kesakitan, di lantai kepingan-kepingan cawan teh berserakan, bercampur dengan sisa-sisa air teh.

Dengan sigap, Jin Yuanbao memeriksa seluruh ruangan itu, ia tak menjumpai bekas-bekas perkelahian atau kerusakan dalam kamar itu, ketika ia sampai ke bawah ambang jendela, ia menemukan bahwa jendela sama sekali tak dikunci dari dalam, maka mau tak mau ia pun beberapa kali memperhatikan jendela itu.

Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, lalu kembali memeriksanya dengan seksama dan menemukan beberapa pot tanaman di sisi jendela, ia merabanya dan mendapati bahwa pot-pot itu terasa lembab, jelas bahwa baru saja disiram.

Ia berbalik memandang A Mu, lalu bertanya.

"Ini punyamu?"

"Bukan!", A Mu mengoyang-goyangkan tangannya.

"Pot-pot itu milik Zhao Si, setiap hari ia selalu merawat mereka". Sambil memandang ke sekeliling ruangan itu, Jin Yuanbao berkata.

"Keadaan di dalam kamar sama sekali tak berantakan, jelas bahwa kalau bukan bunuh diri, ini adalah suatu kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang telah dikenalnya". Setelah itu ia berjongkok, memakai sarung tangan, lalu dengan teliti memeriksa mayat Zhao Si.

"Ia mengeluarkan darah dari ketujuh lubang di tubuhnya dan tewas, wajahnya mengerenyit, tentunya ia mati karena racun, akan tetapi detil-detilnya baru akan diketahui setelah pemeriksa mayat memeriksanya". Setelah berbicara ia menghela napas, perlahan-lahan bangkit, lalu memandang ke sekeliling ruangan. Liu Wenchao berdiri di ambang pintu, ia memandangnya sekilas, lalu bertanya.

"Yuanbao, apakah ada sesuatu yang dapat kubantu?"

Sambil berbicara ia hendak melangkah masuk.

"Tunggu dulu!", Jin Yuanbao mengayunkan tangannya dan menunjuk ke kaki Liu Wenchao, selangkah pun kau tak boleh mendekat". Tanpa bisa berbuat apa-apa, Liu Wenchao menarik kakinya yang sudah hendak melangkah masuk itu.

"Kalau shaoye sedang menyelidiki kasus, ia tak mau diganggu orang lain", dengan suara pelan, A Fu cepat-cepat memberi penjelasan pada Liu Wenchao. Jin Yuanbao mencari petunjuk dalam ruangan itu dengan teliti, akhirnya pandangan matanya jatuh ke sebuah peti yang berada di pojok ruangan itu. Ia melangkah menghampirinya, lalu dengan hati-hati dan penuh konsentrasi membuka tutup peti itu. Setelah berusaha sekuat tenaga membukanya beberapa kali, tiba-tiba sebuah cincin kumala berukir terjatuh dari dalamnya! Ia mengerutkan keningnya, lalu menemukan sehelai surat hutang yang terdapat di dasar peti itu. Jin Yuanbao mengangkat cincin itu ke dekat matanya dan memperhatikannya dengan seksama, setelah itu ia berjalan mendekati Liu Wenchao dan menunjukkan cincin itu kepadanya.

"Cincin ini! Bukankah ini cincinku?"

Wajah Liu Wenchao nampak terkejut, bagaimana bisa sampai disembunyikan di kamar Zhao Si?"

Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, ia mengambil surat hutang itu, lalu membolak-balik dan membacanya.

"Pada hari Yiyin, bulan Dingmao, tahun Dingmao, Zhao Si meminjam lima tahil perak dan lima liang dari Niu Wu, inilah tanda terimanya. Pada hari Renshen, bulan Jiazhou, tahun Dingmao, Zhao Si meminjam lima tahil perak dan sepuluh liang dari Hu, inilah tanda terimanya....."

Setelah selesai membaca surat hutang itu, Jin Yuanbao menunduk memandang mayat, itu, wajahnya nampak serius. Mendengar perkataannya itu, Liu Wenchao menghela napas dengan sedih.

"Ternyata Zhao Si banyak berhutang". A Fu menyeletuk dan bertanya.

"Apakah karena ia banyak berhutang ia lalu ingin mencuri cincin Liu Guanjia?"

Saat ini, Liu Wenchao tentu saja ingin ada orang yang menyelamatkannya dari situasi yang tak menguntungkan itu, maka ia langsung menimpalinya.

"Bisa saja, apakah karena terdesak ia menjadi mata duitan?" "Kau punya kepandaian, ya? Bagaimana kalau kau saja yang menjadi bukuai?", dengan tajam Jin Yuanbao memandang A Fu. Sambil meleletkan lidahnya, A Fu cepat-cepat mundur ke belakang.

"Kau hendak mengatakan bahwa Zhao Si telah mencuri cincinmu?", Jin Yuanbao memandang Liu Wenchao.

"Kalau tidak, bagaimana cincinku bisa muncul di sini? Tiba-tiba terpikir olehku bahwa kematian Xi er dan Zhao Si semua ada hubungannya dengan harta benda. Apakah hal ini ada hubungannya dengan kematian Xi er?"

Wajah Liu Wenchao nampak tercengang. Jin Yuanbao mengerutkan keningnya dalam-dalam.

"A Fu, pergi dan bertanya-tanyalah apakah Xi er dan Zhao Si sehari-hari pernah berhubungan atau tidak".

"Baik, shaoye. Aku akan mencari tahu tentang hal itu".

"Benar-benar tak disangka-sangka.....", dengan iba Liu Wenchao memandang mayat yang tergeletak di lantai itu.

"Sekali salah langkah, menyesal seumur hidup".

"Jangan-jangan sekarang terlalu dini untuk mengambil kesimpulan, kalau almarhum hanya mencuri barang, untuk apa ia membunuh Xi er?"

Sinar terang samar-samar terlihat di mata Jin Yuanbao.

"Mungkin Xi er melihatnya melakukan kejahatan itu". Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan memandangnya, sinar matanya berkilat-kilat.

"Ini hanya dugaanmu saja, sama sekali tak ada bukti atau kesaksian saksi yang menyakinkan". Liu Wenchao tak berdaya membantah perkataan Jin Yuanbao itu, ia berpaling dan mengedipkan matanya ke arah A Gui, A Gui mengerti, ia maju dan berkata.

"Ada suatu hal yang waktu itu belum terpikir olehku, namun sekarang nampaknya ada hubungannya dengan kasus ini". Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Oh, ya? Katakanlah".

"Di hari ulang tahun nyonya, seperti biasanya aku berpatroli, ketika melewati ruang baca Liu Guanjia, aku melihat Xi er dengan tergopoh-gopoh masuk ke gunung-gunungan, saat itu aku merasa heran, Nyonya Jiang datang berkunjung, kenapa Xi er bisa berada di sini? Tadinya aku hendak bertanya, tapi dari depan ada kabar bahwa Yang Mulia Pangeran Kedua datang, sehingga aku harus kembali ke aula depan untuk mengatur pengamanan, setelah itu sepertinya aku tak melihat Xi er lagi". Mendengar perkataannya itu, Liu Wenchao seakan tiba-tiba tersadar.

"Kejadian itu masuk akal, di luar kamar bacaku Xi er menyaksikan almarhum mencuri, oleh karenanya almarhum mendorong Xi er ke danau untuk melenyapkan saksi perbuatannya". Jin Yuanbao melirik Liu Wenchao, lalu pandangan matanya beralih ke A Gui.

"Kau pasti?" "Dalam hal yang menyangkut nyawa manusia, A Gui tak berani bicara dengan gegabah". Dahi Jin Yuanbao berkerut dalam-dalam, ia tak berkata apa-apa. Melihatnya, dengan sopan Liu Wenchao bertanya.

"Kasus ini membingungkan dan rumit, kalau ada yang dapat kubantu, jangan sungkan-sungkan menyuruhku".

"Kalau aku menyelidiki suatu kasus, orang lain tak boleh membantuku", Jin Yuanbao memandangnya dengan dingin.

"Kalau begitu, aku tak akan menganggu shaoye menyelidiki kasus ini lagi, aku mohon diri dulu". Sambil berbicara, Liu Wenchao menyoja dan pergi, A Gui menempel dengan ketat di belakangnya dan ikut pergi. Jin Yuanbao memandangi mayat yang tergeletak di lantai itu, lalu kembali memandang punggung Liu Wenchao, seakan sedang merenung. Setelah menyuruh A Fu mengatur pemakaman, dengan kelelahan Jin Yuanbao kembali ke kamar pengantin. Dari kejauhan, Yu Qilin telah berdiri di mulut pintu untuk menunggunya, begitu melihatnya, ia segera maju menyambutnya dengan cemas.

"Apakah pembunuhnya sudah tertangkap?"

"Ya", dengan lemas Jin Yuanbao mengangguk. "Kenapa ia ingin membunuh Xi er?", Yu Qilin cepat-cepat bertanya.

"Pada hari ulang tahun ibu, Xi er memergokinya mencuri barang, lalu ia membunuhnya untuk melenyapkan saksi mata. Namun menurutku dalam kasus ini masih hal-hal yang meragukan, A Gui berkata bahwa ketika ibumu datang, dengan tergopohgopoh Xi er masuk ke dalam gunung-gunungan, hal ini sangat aneh. Bukankah ketika ibumu datang Xi er seharusnya berada di aula depan untuk menyambutnya?"

Tanpa berkata apa-apa sebelumnya, Jin Yuanbao langsung memberitahukan keraguan dalam hatinya pada Yu Qilin, ia tak memperhatikan bahwa wajah Yu Qilin telah menjadi pucat pasi.

"Ini salahku, semua ini salahku.....", Yu Qilin amat terpukul, ia mengumam pada dirinya sendiri. Melihat kerapuhan dalam pandangan matanya, Jin Yuanbao merasa iba, ia menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya, lalu menghiburnya.

"Aku tahu kau sangat terpukul karena kematian Xi er, tapi masalah ini benar-benar tak ada hubungannya denganmu". Sambil tertegun, Yu Qilin membiarkan Jin Yuanbao memeluknya, di telinganya, perkataan Jin Yuanbao barusan ini terus terngiang. 'Ketika ibumu datang, dengan tergopoh-gopoh Xi er masuk ke dalam gunung-gunungan'. Hatinya galau.... Yu Qilin melepaskan dirinya dari pelukan Jin Yuanbao, melangkah ke kamar dalam tanpa berkata apa-apa, lalu berbaring di atas ranjang dengan pakaian lengkap. Melihat sosoknya yang muram, Jin Yuanbao hanya dapat merasa benar-benar tak berdaya. Pipi Yu Qilin yang berbaring di atas ranjang penuh air mata, bibirnya terus menerus berkata.

"Maafkan aku". Jin Yuanbao merasa tak tega dan segera menghiburnya, ia berbaring miring di samping Yu Qilin, lalu mengangsurkan tangannya dan membelai-belai punggungnya seraya berkata.

"Kau tak boleh begini, peristiwa ini adalah sesuatu yang tak dapat kau kendalikan".

"Kalau bukan karenaku, ia tak akan mati". Mungkin karena sudah terlalu lama memendam masalah itu dalam hatinya, Yu Qilin tiba-tiba meluapkan perasaannya dan menjerit. Melihat wajahnya yang seakan hampir gila, Jin Yuanbao sama sekali tak dapat memahaminya.

"Bagaimana ini salahmu? Kau dari pagi sampai malam terus memikirkannya dan menimpakan semuanya kepada dirimu sendiri".

"Keluarlah, tak usah mengurusiku", sambil berbicara, Yu Qilin mendorong Jin Yuanbao keluar! Dalam sekejap mata pintu kamar ditutup, Jin Yuanbao pun merasa bahwa Yu Qilin seakan menutup pintu hatinya bagi dirinya. Pagi-pagi keesokan harinya, Jin Yuanbao tiba di kantor gubernur di yamen untuk menyampaikan kesimpulan akhir kasus itu, sang gubernur mendengarkannya sambil mengangguk....

"Dari petunjuk yang ada sekarang dapat disimpulkan bahwa pelayan Wisma Jin, almarhum Zhao, meminjam uang karena berjudi, karena tak bisa membayar hutang, ia mencuri cincin Liu Wenchao, ketika dipergoki Xi er, dengan nekad ia membunuhnya dan menyamarkannya sebagai tindakan bunuh diri, setelah perbuatannya terungkap, karena takut dihukum ia minum racun", Jin Yuanbao berbicara dengan perlahan-lahan.

"Bagus, bagus! Perkataan Jin Bukuai sangat benar, buktinya meyakinkan!"

Dengan bersemangat Yang Mulia Gubernur memukul meja dan membuat para petugas yamen yang sedang terkantuk-kantuk melompat kaget. Mendengar perkataannya Jin Yuanbao tersenyum.

"Apakah daren tak merasa bahwa kesimpulan ini terlalu masuk akal?"

Sang gubernur terkejut.

"Tentunya bagus kalau masuk akal, hal ini membuktikan bahwa kasus ini sudah terpecahkan".

"Akan tetapi kematian Zhao Si, munculnya cincin, dan sepatu di tepi danau.....aku merasa bahwa semua ini adalah bukti yang dengan sengaja diatur oleh sang pembunuh dari belakang layar, sebuah tipuan murahan untuk memancing kita supaya menyimpang dari fakta yang sebenarnya. Menurutku, dalam kasus ini masih banyak hal meragukan yang belum diselidiki dengan tuntas, dan masih belum dapat disimpulkan. Kalau almarhum karena takut ketahuan bunuh diri, kenapa ia masih merawat tanamannya dengan baik? Hal ini sama sekali bukan merupakan perbuatan seseorang yang hendak bunuh diri", dengan perlahan Jin Yuanbao menyampaikan analisanya.

"Yuanbao, kau menangani kasus ini dengan sangat baik, kasus ini sudah selesai, tak usah banyak bicara lagi". Yang Mulia Gubernur melambaikan tangannya, lalu berdiri, dengan sikap berwibawa ia hendak meninggalkan tempat itu. Jin Yuanbao cepat-cepat menyoja dan menghalanginya.

"Daren, dalam kasus ini masih ada sesuatu yang aneh, mohon daren memberiku waktu beberapa hari untuk menyelidikinya sampai tuntas ---"

Namun dengan tak sabar sang gubernur melambaikan tangannya dan memotong perkataannya.

"Kasus ini sudah selesai, mundurlah dari ruang pengadilan ini". Sambil berbicara ia berlalu, meninggalkan Jin Yuanbao yang berdiri tanpa dapat berbuat apa-apa di dalam ruangan itu. Sambil membawa beban pikiran, Jin Yuanbao pulang ke Taman Songzhu, begitu masuk ke kamar tidur, ia melihat Yu Qilin yang sedang berandar di ambang jendela memandang ke kejauhan sambil termenung. Senyum yang sehari-hari tergantung di bibirnya tiada, lesung pipit kecilnya yang manis sirna tak terlihat, kulitnya yang putih seakan diselimuti embun beku, sedikitpun tak nampak dialiri darah. Yu Qilin yang seperti itu membuat hatinya tercekat. Ia jelas-jelas duduk di hadapannya, namun Yu Qilin membuat dirinya merasa bahwa ia makin lama makin jauh, begitu jauh hingga seakan sewaktu-waktu dapat meninggalkannya. Suatu rasa putus asa yang tak bernama menembus hatinya, dirinya hendak mengurusnya dengan penuh kasih sayang, akan tetapi, begitu membuka mulut, nada perkataannya berubah.

"Kau sedang apa? Suami pulang tapi kau sama sekali tak datang menyambut". Mendengar perkataannya, Yu Qilin berpaling.

"Kau sudah pulang". Melihatnya tersadar, Jin Yuanbao merasa girang, sambil mengangkat alisnya ia kembali berkata.

"Ya, aku haus, ambilkan secawan air untukku". Setelah berbicara dirinya memandangnya, menunggunya naik pitam. Akan tetapi, tak nyana, dengan patuh Yu Qilin pergi ke meja, menuangkan secawan air, dan memberikannya padanya. Dengan bimbang Jin Yuanbao memandangnya, lalu kembali memandang air di tangannya, apakah orang yang berada di hadapannya ini adalah Yu Qilin? Namun Yu Qilin berlagak tak melihat pandangan mata Jin Yuanbao itu, setelah ia selesai minum tehnya, ia melangkah ke pintu hendak pergi.

"Kau mau pergi ke mana?", Jin Yuanbao segera bertanya.

"Aku ingin mencari Xue er Jiejie karena suatu hal, aku pergi dulu sebentar", dengan hambar Yu Qilin menjawab.

"Aku baru pulang dan kau langsung hendak pergi?", Jin Yuanbao menariknya, ia berusaha menemukan kembali pola hubungan mereka berdua yang dahulu akrab.

"Apakah di keluarga Jiang kau tak diajari untuk 'memperlakukan suami seperti Langit? Tinggallah dengan manis di kamar, jangan pergi". Namun Yu Qilin menarik tangannya dengan sikap hambar.

"Aku pergi sebentar dan akan segera kembali". Melihat wajahnya yang sangat tenang, hati Jin Yuanbao terasa pedih sukar ditahan, ia segera bangkit dan tak lagi tersenyum nakal. Dengan serius ia bertanya.

"Apakah aku melakukan sesuatu yang membuatmu sebal?"

"Tidak".

"Kalau begitu, ada apa denganmu akhir-akhir ini? Sedang menghindari diriku?"

Setiap kali Yu Qilin dipaksa menjawab, hatinya seakan ditusuk dengan sebilah pedang tajam, untuk sesaat ia tersedu sedan, menekan perasaan pedih itu, lalu dengan hambar melontarkan sepatah kata.

"Tidak". Lalu ia langsung berlalu. Dengan perasaan galau Yu Qilin berjalan ke taman bunga, saat melewati danau buatan di taman itu, ia melihat sebuah paviliun yang atapnya melengkung ke atas, ia pun melangkah ke paviliun itu, perlahan-lahan duduk, lalu memandang langit malam di kejauhan sambil bersandar pada langkan. Angin malam membelai wajahnya, bintang-bintang yang cemerlang bertebaran di angkasa malam, sinar rembulan tak terlihat, namun suasana terang benderang..... Memandang Bima Sakti yang seakan mengalir, hati Yu Qilin perlahan-lahan menjadi sedikit lebih gembira, di benaknya tak henti-hentinya muncul kenangan tentang Lembah Penuh Bintang, bagaimana mereka tertawa lepas, bagaimana mereka bergurau dengan ribut.....begitu menyenangkan, begitu mengembirakan, begitu membahagiakan..... Akan tetapi! Tangan Yu Qilin mengepal erat-erat, semua ini bukan miliknya! Semua ini adalah kebahagiaan yang didapatkannya dengan mencuri dan menipu! Bukan miliknya! Sebuah sosok jelita berhenti melangkah di kejauhan dan memperhatikan orang di dalam paviliun itu, dengan pelan ia menghela napas, lalu menghampirinya.

"Qilin....." Suasana hatinya tiba-tiba terputus, Yu Qilin cepat-cepat berpaling dan melihat Jiang Xiaoxuan memandangnya dengan wajah risau, saat ini ia baru menyadari bahwa ada sesuatu yang dingin di wajahnya, ternyata ia tak tahu sejak kapan air matanya mengalir..... Yu Qilin buru-buru menghapus air matanya, lalu memaksa dirinya untuk tersenyum.

"Sudah begini malam tapi belum tidur juga?"

"Jangankan aku.....kau sendiri bagaimana? Kenapa kau duduk sambil melamun di sini?"

Melihat bahwa matanya masih merah dan pandangannya masih mengandung kesedihan, hati Yu Qilin tercekat, ia bertanya.

"Apa kau sudah mendengarnya?"

"Ya...."

Setelah mendengar jawabannya yang pasti, rasa tertekan Yu Qilin makin nyata, ia menghembuskan napas panjang, seakan dengan demikian ia dapat sedikit dapat mengurangi perasaan ingin menangis dalam hatinya.

Tanpa berkata apa-apa mereka saling menemani, memandang angkasa malam sambil termenung.

Setelah beberapa lama, Yu Qilin memaksa dirinya untuk berbuat sesuatu.

"Masalah ini harus diselesaikan, Xi er sudah tewas dan aku tak boleh membiarkanmu berada di sini lagi, tiga hari lagi Nyonya Jin akan menghadiri pesta Yang Mulia Lu, kau cepatlah meninggalkan tempat ini dan jangan kembali lagi".

"Lalu kau bagaimana?", Jiang Xiaoxuan tertegun dan agak cemas.

"Aku dapat tinggal di sini untuk sementara, kau pergilah dulu, hal-hal lain dapat diurus setelah itu".

"Tak bisa!", Jiang Xiaoxuan menggeleng dan menolak dengan sungguh-sungguh.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hidup Abadi Eternally Karya Maureen Wiro Sableng 076 Ku Tunggu Di Pintu Pendekar Pulau Neraka 16 Rahasia Bunga

Cari Blog Ini