Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 18

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 18



"Bagaimanapun juga aku tak bisa meninggalkanmu sendirian di sini!"

"Kita telah bertukar identitas, semakin lama kita bersama-sama menunggu untuk mencapai tujuan kita, kita malah akan makin mudah ketahuan, kalaupun aku tinggal di sini aku masih sang nyonya muda, dan aku bisa bersilat, aku benar-benar tak bisa melarikan diri sendirian untuk mencari gampangnya saja".

"Aku tak setuju, kau jangan anggap aku tak tahu bahwa kau ingin tinggal di sini untuk menghadapi bahaya sendirian, perkataan ibuku benar, kita berdua adalah sepasang belalang yang terikat di tali yang sama, tak terpisahkan, kalau hendak melarikan diri, kita harus lari bersama, kalau urusan pura-pura menikah itu terungkap, jangankan kita berdua, keluarga Jiang dan Jin pun jangan-jangan sukar untuk tak terlibat, aku tak bisa membiarkanmu tinggal di sini sendirian". Ketika berbicara sampai di sini, suaranya menjadi tersedu-sedan, namun makin penuh tekad.

"Kita akan.......hidup dan mati bersama!" Entah kenapa, sikap saling bergantung diantara mereka berdua yang seharusnya membuatnya tersentuh, malahan membuat hati Yu Qilin samar-samar terasa pedih, seakan menyesalinya, tak nyana ia tak langsung menjawab dan hanya dapat berdiam diri terhadap kawannya itu. Ketika sadar bahwa ia bimbang, Jiang Xiaoxuan tersenyum dan berkata.

"Aku tahu bahwa ada sesuatu yang tak dapat kau tinggalkan, aku juga punya, tapi seperti yang kau katakan, apapun yang terjadi dapat diurus kemudian. Selama kita masih hidup masih ada harapan, kita harus lari bersama!"

Benar......Yu Qilin tertegun, selama kita masih hidup, masih ada harapan! Ia tak lagi banyak berpikir dan mengangguk dengan amat pasti, lalu berkata.

"Bagus, kita lari bersama!"

"Ya!", Jiang Xiaoxuan mengangguk sambil tersenyum. Melihat bahwa air mukanya masih murung, Yu Qilin menarik napas dalam-dalam, memeluknya, lalu mengodanya.

"Selama sisa hidupku, aku akan melewatkan seluruh hari-hariku denganmu".

"Ah......", dengan tersentuh Jiang Xiaoxuan tersenyum, mau tak mau ia menyandarkan kepalanya di bahunya, seakan sedang berbicara pada dirinya sendiri, dan juga seakan sedang berbicara padanya, ia berkata.

"Untung saja ada kau". Di bawah cahaya bintang, Yu Qilin perlahan-lahan mengangkat kepalanya, cahaya bintang itu masuk ke dalam matanya dan berkembang menjadi sinar terang yang penuh tekad. Pagi-pagi keesokan harinya, setelah ayam berkokok beberapa kali, halaman perlahan-lahan dipenuhi suara para gadis pelayan. Jin Yuanbao yang berbaring di atas selimut yang digelar di lantai perlahan-lahan terbangun, ia memandang wajah Yu Qilin yang sedang terlelap, hatinya melembut, Walaupun sedang tertidur, keningnya masih agak berkerut, ia nampak agak mengibakan, dan juga sangat mengemaskan..... Jin Yuanbao mendekatinya dan mau tak mau menyarangkan sebuah ciuman di bibirnya, lalu dengan lembut menyisihkan rambut yang tergerai di sisi telinganya, matanya sedikit demi sedikit tertarik ke arah tahi lalat merah di belakang telinganya. Ia merasa bahwa tahi lalat yang agak kemerahan itu seperti darah yang jatuh di atas salju putih, sangat mempesona..... Dalam keadaan setengah sadar, Yu Qilin merasakan hembusan angin membelai wajahnya, lalu berhembus di telinganya, membuatnya gatal.....ia mengerutkan keningnya dan perlahanlahan bangun, namun tak nyana, begitu membuka mata, ia langsung melihat wajah tampan Jin Yuanbao yang amat besar, hidungnya hampir bergesekan dengan hidungnya sendiri....

"Apa yang kau mendorongnya. lakukan?", secara refleks Yu Qilin Jin Yuanbao yang didorong keras-keras oleh Yu Qilin terjatuh ke atas ranjang, mendengar perkataannya itu, mau tak mau ia naik pitam.

"Menurutmu aku mau apa?"

Yu Qilin mengerutkan keningnya, ia ingat bahwa kemarin malam dengan penuh pengertian Jin Yuanbao tidur di lantai dan memberikan ranjang untuk dirinya sendiri, maka ia tak banyak bicara lagi dan segera bangun, lalu dengan cepat berjalan keluar.

Melihatnya, dengan kesal Jin Yuanbao menahannya, lalu bertanya.

"Akhir-akhir ini kau kenapa? Sikapmu aneh". Yu Qilin enggan menanggapinya, ia meronta, hendak berjalan keluar.

"Jiang Xiaoxuan!", dengan gusar Jin Yuanbao menariknya kembali, ia menggunakan kesempatan itu untuk mendorongnya keras-keras ke sudut tembok, lalu menekannya. Yu Qilin tak menyangka bahwa ia akan melancarkan jurus itu, secara refleks ia melengos, nampaknya ia khawatir Jin Yuanbao akan menciumnya. Melihat wajahnya seperti itu, Jin Yuanbao makin merasa terluka, ia langsung menempelkan dahinya ke wajahnya dan memaksanya bertatapan muka dengan dirinya. Napasnya yang hangat menerpa wajah Yu Qilin, Yu Qilin meronta-ronta sambil berkata dengan dingin.

"Lepaskan aku!" "Kenapa?", Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam sambil mengerutkan keningnya.

"Kenapa bagaimana?"

"Sebelumnya kau tak seperti ini". Suaranya agak tercekat dan juga agak parau, sepertinya......ia amat menderita. Pikiran Yu Qilin terguncang, ia merasa hatinya ikut terpilin bersama dengan dahi Jin Yuanbao yang berkerut, terpilin hingga terasa sakit, namun ia hanya tertawa dingin, lalu dengan perlahan berbalik dan berkata.

"Jin Shaoye, tak semua orang sudi kau kungkung, apa kau masih ingat, saat aku baru tiba di Wisma Jin, kau menyuruhku supaya sedikit menjauh darimu?"

Setelah berbicara, tanpa menunggu Jin Yuanbao tersadar, tibatiba dirinya mendorongnya keras-keras, lalu dengan sebat berlalu.

Begitu keluar dari pintu, ia mendengar suara Jin Yuanbao terjatuh di dalam kamar dan menimpa sesuatu....

Yu Qilin terhuyung-huyung, ia cepat-cepat berpegangan pada ambang pintu, seluruh tenaganya seakan telah habis terpakai, dengan suara pelan, seakan sedang mencicit, ia menyemangati dirinya sendiri.

"Masih ada satu hari terakhir". Hari ini adalah hari terakhir itu, begitu teringat akan hal itu, Yu Qilin melangkah dengan cepat ke kamar Jiang Xiaoxuan, mereka mempunyai banyak hal yang harus dirundingkan.... "Xiaoxuan!"

Ketika Yu Qilin sedang sibuk berjalan, sebuah tangan yang panjang dan langsing menahannya. Ia tertegun, setelah mendengar suara orang itu, ia menengadah dan tersenyum.

"Biaoge". Di bawah sinar mentari pagi, senyumnya mempesona bagai sekuntum bunga di bulan keempat, begitu melihatnya Liu Wenchao seakan bagai disambar geledek. Ia menenangkan dirinya, lalu dengan ramah tersenyum.

"Sejak masalah Xi er itu, aku tak banyak melihatmu". Mendengarnya menyinggung masalah Xi er, mau tak mau rasa sedih muncul dengan sekilas di wajah Yu Qilin. Liu Wenchao tahu bahwa ia telah salah bicara, maka ia cepatcepat mengubah pokok pembicaraan.

"Beberapa waktu terakhir ini suasana hatimu tak terlalu baik, apakah ada sesuatu hal yang dapat kubantu?"

Yu Qilin menggeleng.

"Tak ada, akan tetapi begitu melihat biaoge, aku jadi teringat pada pembicaraan kita saat terakhir kalinya aku dan kau berbicara, kurasa perkataanmu itu cukup masuk akal". Mendengarnya berkata demikian, Liu Wenchao kegirangan.

"Kalau ada yang dapat kubantu, jangan sungkan untuk mengatakannya". "Terima kasih......", Yu Qilin melemparkan pandangannya ke kejauhan.

"Sejak masuk ke Wisma Jin, biaoge selalu mengurusku dengan sangat baik, tapi aku masih belum mengucapkan terima kasih dengan baik padamu, aku mana bisa merepotkanmu lagi".

"Jangan berkata begitu, asalkan ada yang kau perlukan, kau dapat memanggiku kapan saja". Dengan enteng tangan Liu Wenchao menyentuh bahunya, lalu dengan tulus memandangnya. Merasa bahwa Liu Wenchao bersikap tulus padanya, hati Yu Qilin terasa hangat, senyumnya pun muncul.

"Terima kasih". Akan tetapi, ia tak memperhatikan bahwa di gerbang masuk ke taman bunga di kejauhan, sebuah sosok berkelebat.... Melihat senyuman Yu Qilin, dalam hati Jin Yuanbao perlahanlahan muncul rasa tersakiti, ia menarik napas dalam-dalam dan memandang Yu Qilin yang berada di kejauhan, sinar matanya mulai menjadi penuh tekad, lalu ia berbalik dan pergi. Saat tirai malam turun, Jin Yuanbao cepat-cepat berlari dari luar ke Wisma Jin, penampilannya berantakan dan bajunya penuh lumpur, ia tak memakai baju luar, baju luar itu telah dipakai untuk membungkus sesuatu rapat-rapat, sambil berlari-lari kecil, ia dengan amat hati-hati melindungi benda yang dibawanya itu, seakan sedang melindungi sebuah benda yang amat berharga, rasa puas dan senyum ketolol-tololan nampak di wajahnya. "Aiyo.....shaoye, kenapa kau sampai begini?"

Begitu melihat penampilannya, A Fu langsung pucat saking terkejutnya.

"Jangan cerewet, cepat siapkan air mandi untuk tuan mudamu ini", sambil menyuruhnya, Jin Yuanbao melangkah dengan cepat ke kamar tidur. Beberapa saat kemudian, Jin Yuanbao yang sudah mandi dan berpakaian berdiri di depan lemari pakaian dan dengan cemas memilih pakaian, setelah beberapa saat, ia memanggil keluar.

"A Fu, cepat masuk ke sini!"

Dengan tergopoh-gopoh, A Fu mendorong pintu hingga terbuka dan masuk.

"Shaoye! Ada apa!"

"Pakaian yang baru kubuat itu ditaruh dimana?"

"Di dalam lemari!", begitu mendengar perkataannya, A Fu melangkah ke depan dan dengan cepat membantunya mencari pakaian itu. Tak lama kemudian, Jin Yuanbao yang memakai pakaian baru berdiri di depan cermin, ia benar-benar nampak tampan dan anggun. Sambil memandangi cermin, Jin Yuanbao merapikan pakaiannya, namun setelah bolak-balik memandang dirinya sendiri, ia selalu merasa bahwa masih ada sesuatu yang kurang.

"Pakai ini bagus tidak?" A Fu segera mengangkat jempolnya, lalu berdecak dan memujinya.

"Benar-benar bagus".

"Benarkah?"

"Tentu saja, dan hanya anda, shaoye, yang dapat memancarkan pesona romantis dengan mengenakan pakaian ini". Namun setelah mendengar perkataan A Fu, Jin Yuanbao masih tak merasa lega, di depan cermin ia melihat ke kiri dan kanan, entah kenapa, kali ini dirinya yang selalu percaya diri tak nyana merasa tak percaya diri.

"Shaoye, anda jangan khawatir, anda begitu ganteng, pasti bisa membuat nyonya muda tergila-gila pada anda", A Fu diam-diam menertawakannya. Karena isi hatinya diketahui oleh A Fu, Jin Yuanbao merasa jengah, ia mendehem, lalu dengan wajah serius bertanya.

"Semuanya sudah dipersiapkan?"

"Aku bersumpah bahwa segalanya tak akan memalukan bagi seorang pendeta pemanggil arwah dan pembuat pil hidup abadi", A Fu berdiri dengan tegak.

"Semua orang sudah diundang?"

Jin Yuanbao tak sadar bahwa dirinya agak tegang.

"Sudah, shaoye". "Apakah Liu Wenchao sudah diundang?"

Karena tegang ia tak nyana agak lebih cerewet dari biasanya.

"Semuanya sudah dipersiapkan, hanya tinggal menunggu anda, shaoye, masuk ke gelanggang". Setelah mendapatkan jawaban yang pasti, di depan cermin Jin Yuanbao menarik napas dalam-dalam, ia mengambil keputusan, lalu berbalik dan melangkah keluar. Di taman bunga, Yu Qilin, Jiang Xiaoxuan, Gu Zhangfeng, Liu Wenchao dan orang-orang lainnya menunggu, mereka berbisikbisik, entah apa yang hendak dipertunjukkan oleh Jin Yuanbao. Dari kejauhan Jin Yuanbao melangkah mendekat, pandangan matanya tertuju sepenuhnya pada Yu Qilin. Yu Qilin merasa tak enak hati ditatap olehnya seperti itu, ia pun menoleh untuk menghindar. Jin Yuanbao pun tak berkata apa-apa, tanpa banyak cingcong, ia melangkah ke sisi Yu Qilin, lalu menariknya dan membuatnya duduk dengan manis di tengah paviliun itu, setelah itu, ia mengangkat tangannya yang besar dan lilin-lilin yang tadinya menerangi paviliun itu pun serentak padam. Semua orang merasa heran. Setelah itu, Jin Yuanbao mengayunkan tangannya dan membuka kain hitam yang menutupi sebuah benda di atas meja bulat di tengah paviliun itu, seketika itu juga, di atas meja nampak sebuah lentera besar yang memancarkan sinar terang ke segala penjuru! Di balik kertas tipis lentera itu, dengan samar-samar dapat terlihat bahwa lentera itu penuh berisi kunang-kunang! Yu Qilin perlahan-lahan berdiri, sepasang matanya terbelalak lebar-lebar, enggan berkedip, ia merasa bahwa kalau ia berkedip, semua di depan matanya akan menghilang dan tak bisa dilihat lagi! Lentera itu.....penuh bertuliskan huruf-huruf, setiap kalimatnya, setiap katanya, berisi janji-janji Jin Yuanbao kepadanya.

"Jin Yuanbao akan menemani Jiang Xiaoxuan mendaki gunung".

"Jin Yuanbao akan makan tanghulu Xiaoxuan". bersama Jiang ....... Yu Qilin memegangi dadanya sendiri, dadanya terasa pedih sekaligus manis, seakan ada orang yang dengan sekuat tenaga melambungkan hatinya, seakan kalau ia tak dengan sekuat tenaga memegangi dadanya, hatinya akan meledak..... Kenapa bisa begini......kenapa bisa begini? ia......dapat melakukan semua ini untuk dirinya? Bagaimana "Setiap tahun Jin Yuanbao akan mengajak Jiang Xiaoxuan mengunjungi ibu susunya". Begitu melihat kalimat terakhir itu, air mata Yu Qilin seketika itu juga berlinangan dan jatuh bercucuran, rasa bahagia dalam hatinya sulit ditahan, seperti gelembung-gelembung udara yang terus menyembur ke atas, membuat tenggorokannya tercekat, lalu berubah menjadi tetesan air mata. Tiba-tiba, tangan Jin Yuanbao bergerak.

"Krek!", lentera itu membuka seperti bunga teratai yang sedang mekar! Seketika itu juga, kunang-kunang dalam lentera berhamburan keluar dan menjadi titik-titik cahaya yang tak terhitung banyaknya, seakan bintang-bintang yang memenuhi angkasa jatuh ke dunia yang fana ini, dan jatuh ke depan mata Yu Qilin. Mau tak mau, air matanya berhenti mengalir, Yu Qilin sepenuhnya tertegun menyaksikan pemandangan di depan matanya itu! Seulas senyum perlahan-lahan mengembang di wajahnya yang berlinangan air mata..... Dengan amat hati-hati ia memandang dan terus memandang.....dengan perlahan ia mengangkat tangannya, hendak menangkap cahaya bintang yang sedikit demi sedikit menjauh itu, akan tetapi, ia mana bisa menangkap mereka.... Rasa kecewa menyelimuti hatinya, Yu Qilin perlahan-lahan menurunkan tangannya......di matanya.....muncul rasa putus asa yang sulit disembunyikan..... Akan tetapi tak nyana, sebuah tangan yang langsing mengangsur ke depannya, dengan lembut Jin Yuanbao membuka tangannya yang mengepal rapat-rapat, seekor kunang-kunang dengan patuh mendekam di telapak tangannya, memancarkan cahaya yang berkelap-kelip..... Perlahan-lahan, pandangan mata Yu Qilin mengikuti tangan itu, wajah Jin Yuanbao yang tampan dan anggun penuh kelembutan yang tak terperi.... Melihatnya.....Yu Qilin merasa bahwa saat ini hatinya seakan ditarik keluar dari kehampaan dan tiba-tiba dipenuhi dengan kehangatan dan perasaan manis.... Inikah yang disebut kebahagiaan? Melihat matanya yang bening dan basah, melihat bahwa lesung pipitnya dibasahi air mata, Jin Yuanbao merasa bahwa semua jerih payahnya hari ini benar-benar tak sia-sia, tak sia-sia! Jin Yuanbao mengambil sebuah langkah ke arah Yu Qilin, sosoknya yang tinggi besar seakan sepenuhnya menaunginya, hembusan napas yang sudah sangat akrab mendadak menerpa wajahnya, mau tak mau Yu Qilin mengangkat kepalanya dan memandangnya. Jin Yuanbao perlahan-lahan mengangkat tangannya, kunangkunang berterbangan kesana kemari diantara pandangan mata mereka yang saling beradu.... Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan mengenggam eraterat tangan mungilnya yang sedingin es, tangannya sendiri begitu panas membara, membakar Yu Qilin sehingga ia ingin menghindarinya....

"Jiang Xiaoxuan!", pandangan matanya beralih menatapnya, sepasang matanya, di bawah cahaya bintang dan kunangkunang bersinar menggoda, bening bagai ambar.

"Perkataan yang akan kuucapkan ini harus kau dengar baik-baik, sejak dilahirkan, ini adalah untuk pertama kalinya aku mengatakan, bukan sebagai tuan muda Wisma Jin, melainkan sebagai seorang lelaki, isi hatiku kepadamu. Walaupun pada awalnya kita menikah bukan karena kehendak sendiri, akan tetapi aku sangat bahagia karena yang datang ke sisiku adalah dirimu. Begitu juga, bukan karena dirimu adalah putri keluarga Jiang, tapi karena kau adalah dirimu sendiri". Mata itu, suara yang penuh perasaan itu, di malam seperti ini, seakan memiliki kekuatan gaib sehingga Yu Qilin tak dapat melarikan diri, secara naluriah ia hanya dapat kembali memandangnya, hatinya penuh pertanyaan namun juga penuh harapan. Jin Yuanbao juga memandangnya, ia menarik napas dalamdalam, dengan agak tegang, dan dengan penuh harapan ia berkata.

"Aku hendak memberitahumu di depan mereka semua! Aku tahu kau tak suka kehidupan di Wisma Jin yang berat dan rumit, setelah ini, kemanapun kau ingin pergi, beritahulah aku, dan aku akan menuruti segala keinginanmu, tapi kau harus selalu berada di sisiku, tak boleh meninggalkanku". Di tengah kebingungannya, hati Yu Qilin seakan melompat, berdebar-debar...... Tidak, seharusnya, hatinya seakan hampa.....

"Tak boleh meninggalkanku....."

Perkataan itu seakan sebuah mantera pemikat yang membuat hati Yu Qilin seakan ditarik keras-keras! Karena tak sanggup menatap pandangan matanya yang berapi-api, dirinya menunduk, ia merasa bahwa tubuhnya tak dapat dikendalikan, mulutnya tak dapat dibuka dan tak dapat menjawabnya.

Melihat Yu Qilin belum menjawabnya, dan hanya memandangnya sambil berlinangan air mata, Jin Yuanbao semakin tegang.

"Semua ini kutangkap sendiri, apakah kau tak menyukainya?"

Tak nyana, tubuhnya mulai gemetar, Yu Qilin mengepalkan tangannya erat-erat hingga ujung kukunya menusuk daging telapaknya dalam-dalam, namun ia tak merasakannga.....perlahan-lahan ia menenangkan dirinya, lalu menggertakkan giginya dan berkata.

"Tak suka". Setelah berbicara, ia merasa bahwa ia telah melakukan sesuatu yang berlawanan dengan kehendak hatinya yang terdalam, sekujur tubuhnya lemas tak berdaya, ia berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari sepasang tangan Jin Yuanbao, lalu melangkah keluar dari paviliun itu! Namun air matanya tak hentihentinya mengalir..... "Kau belum menjawab pertayaanku", Jin Yuanbao cepat-cepat mengejarnya.

"Jawabanku adalah, tak suka!", nada suaranya serius dan jelas, maksud yang tersirat di dalamnya adalah ia tak hanya tak menyukai kunang-kunang itu.

"Apakah kau tak tahu bahwa aku selalu melakukan semuanya demi dirimu?"

Jin Yuanbao tertegun, lalu menyangkal.

"Ini tak benar! Kau pikir aku bodoh? Tak bisa merasakan perasaanmu, kau jelas-jelas......"

"Jin Shaoye, kau terlalu besar kepala!", dengan suara keras, Yu Qilin memotong perkataannya.

"Kalau sebelum ini aku pernah membuatmu salah paham, aku mohon maaf padamu....."

Setelah berbicara, ia menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya, lalu kembali memandangnya, dengan tegas ia berkata.

"Aku benar-benar tak suka!"

"Aku tak percaya".

"Kau terlalu besar kepala, selalu meremehkan orang lain, begitu membuka mulut langsung melukai orang, selalu merasa paling benar sendiri, dan pada dasarnya tak memperdulikan perasaan orang lain, apakah kalau aku tak menyukainya, kau akan memaksaku berkata bahwa aku menyukainya?" "Ternyata.....", Jin Yuanbao terhuyung-huyung, ia mengangkat kepalanya dan memandang Yu Qilin, suaranya bergetar.

"Ternyata dalam hatimu aku seperti itu?"

Tak sanggup lagi. Tak sanggup lagi menatap pandangan matanya.... Yu Qilin memejamkan matanya, ia menangis tanpa bersuara, suaranya bergetar.

"Ya".

"Omong kosong!", Jin Yuanbao hampir gila.

"Kau menipuku. Kalaupun kau dapat menipuku, kau tak bisa menipu hatimu sendiri".

"Kumohon kau tak lagi melakukan perbuatan yang tak ada artinya seperti ini dan membuatku sangat malu". Yu Qilin mengeraskan hatinya untuk menyelesaikan perkataan itu, namun tak perduli seberapa kerasnya ia berusaha, ia tetap tak bisa menghentikan matanya mencucurkan air mata. Setelah selesai mendengar perkataannya, Jin Yuanbao merasa kepalanya pusing, ia pun bersandar pada tiang penyangga pavilun agar dapat tetap berdiri, matanya penuh rasa terluka dan kemarahan, ia tak kuasa berkata apa-apa. Di tengah kekecewaannya, ia dengan tak sengaja melihat Liu Wenchao yang berdiri di sampingnya, ia teringat bahwa pagi itu mereka berdua duduk di tepi danau sambil mengobrol dan tertawa-tawa, mau tak mau api kemarahannya pun berkobar, sekonyong-konyong ia menunjuk ke arah Liu Wenchao.

"Apakah karena dia?"

Mendengar tuduhan Jin Yuanbao, semua orang terkejut bukan kepalang! Akan tetapi Liu Wenchao justru memandang Yu Qilin, di dalam pandangan matanya tersirat sekilas harapan.

Yu Qilin tak menjawab, Jin Yuanbao pun menganggapnya diamdiam menyetujuinya, tinjunya menghantam wajah Liu Wenchao keras-keras.

Untuk pertama kalinya, Liu Wenchao tak mengalah padanya, mereka berdua pun segera bergumul.

Jiang Xiaoxuan sangat ketakutan, Gu Zhangfeng hendak maju untuk memisahkan mereka, namun ia tak dapat ikut campur dan hanya dapat menonton tanpa dapat berbuat apa-apa.

Yu Qilin tak menyangka Jin Yuanbao dapat bertindak dengan kasar, ia segera menerjang ke tengah mereka berdua, Liu Wenchao cepat-cepat berhenti, namun karena tak waspada, ia terkena tendangan Jin Yuanbao hingga terjatuh.

Jin Yuanbao masih ingin berkelahi lagi, namun Yu Qilin telah menghadang di depan tubuh Liu Wenchao.

Melihat Yu Qilin membentangkan sepasang tangannya, Jin Yuanbao menertawakan dirinya sendiri.

"Kenapa kau melindunginya seperti ini? Kalau begitu kau mengaku bahwa semua ini disebabkan olehnya!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tentu saja Yu Qilin tak ingin membuatnya salah paham, sambil mengerutkan keningnya ia berkata.

"Bukan dia, tapi kau pun bukan". Hati Jin Yuanbao dipenuhi kemarahan dan duka yang sulit ditahan, ia berbalik dan berlalu.

"Kau tak boleh menyesal!"

Dengan tertegun Yu Qilin berdiri di tempatnya semula. Gu Zhangfeng berjalan ke hadapan Yu Qilin, lalu berkata dengan sangat marah.

"Kenapa kau bisa berbuat seperti ini?"

Setelah berbicara, ia pergi mengejar Jin Yuanbao! "Siang ini tuan muda pergi menangkap kunang-kunang", A Fu melangkah mendekat sambil menunjuk kunang-kunang yang masih berterbangan di angkasa.

"Menangkap kunang-kunang di siang hari tak semudah menangkap mereka di malam hari, tak mudah untuk menemukan mereka.....tuan muda adalah orang yang sangat cinta kebersihan, namun ia rela berkubang dalam lumpur di sawah.....ia juga terjatuh, saat ia kembali siang ini, sekujur tubuhnya berlumuran lumpur....."

Ketika berbicara sampai di sini, A Fu agak tersedu-sedan.

"Tuan muda.....tuan muda dari dahulu tak pernah melakukan hal seperti ini!"

Setelah berbicara, ia berlari menyusul Gu Zhangfeng.

Yu Qilin perlahan-lahan mengangkat kepalanya, memandang kunang-kunang yang sedikit demi sedikit menghilang dari angkasa, dalam hatinya sebuah gelombang besar seakan pasang surut, sulit untuk ditenangkan......

Semua ini ditangkap sendiri olehnya? Selain itu, ia sampai menangkapnya di sawah yang penuh lumpur? Mengingat sifatnya yang terobsesi pada kebersihan, hati Yu Qilin makin sulit untuk menjadi tenang.

"Apakah kau perlu melakukan hal ini?"

Dengan lembut Jiang Xiaoxuan menariknya ke dalam pelukannya seraya berkata dengan lembut.

"Biarkan aku menenangkan diri seorang diri, kau jangan khawatir, aku tak apa-apa". Dengan lembut Yu Qilin melepaskan dirinya. Jiang Xiaoxuan memandangnya, ia masih ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya menggeleng dan berlalu. Setelah Jiang Xiaoxuan pergi, Liu Wenchao perlahan-lahan melangkah mendekati Yu Qilin, ia mengangkat tangannya, hendak menyentuhnya.

"Kau juga pergilah", suara Yu Qilin sedingin es di puncak musim dingin. Mendengar perkataannya, tangan Liu Wenchao berhenti di udara, tanpa dapat berbuat apa-apa ia terpaksa melepaskannya.

"Sebenarnya aku......sebenarnya aku hendak mengatakan sesuatu kepadamu". Yu Qilin berusaha menahan sedu-sedannya, dengan dingin ia berkata.

"Biaoge, katakanlah nanti saja, sekarang aku hendak menenangkan diri seorang diri dahulu". Setelah berbicara, ia pergi dengan langkah-langkah yang berat, dari awal hingga akhir ia tak lagi memandang Liu Wenchao. Sambil melihat Yu Qilin berjalan ke kejauhan, dengan muram Liu Wenchao berdiri di tempatnya semula, sosoknya tak bergeming. Ketika Jin Yuanbao meninggalkan Wisma Jin, hujan mulai turun, hujan gerimis pun melayang turun dengan lembut, jatuh di atas pakaiannya, angin bertiup, menyusup dengan dingin ke dalam hatinya. Jin Yuanbao berjalan dengan terhuyung-huyung, ia terus mengingat perkataan Yu Qilin yang kejam, 'Tak suka....', hatinya galau..... Dari kedai arak di depannya menyeruak bau wangi arak dan hidangan, selain itu, dari waktu ke waktu, suara tawa yang riang gembira pun terdengar, suara itu, begitu masuk ke dalam telinganya, seakan menusuk telinganya dengan amat menyakitkan! Jin Yuanbao melangkah dengan cepat ke kedai arak itu.

"Plak!", ia melemparkan sehelai yinpiao besar ke atas meja kasir.

"Hari ini, bos, kusewa seluruh tempat ini, usir semua orang untukku!"

Dengan jengah sang kasir memandangnya, namun ia paham, dirinya tahu bahwa dia adalah tuan muda Wisma Jin, ia tak boleh sampai menyinggungnya, maka ia segera membujuk para tamu lainnya, lalu mengeluarkan mereka semua.

Jin Yuanbao bersandar pada langkan di loteng sambil menonton para tamu di bawah loteng diusir keluar, tak nyana ia merasa sangat girang melihatnya.

"Jiang Xiaoxuan! Kau bukannya berkata bahwa aku dikelilingi banyak orang? Akan tetapi, hari ini, apakah mereka mengerumuniku? Jiang Xiaoxuan....."

Sambil menggertakkan giginya, Jin Yuanbao melangkah ke dalam sebuah ruangan pribadi yang kosong melompong, di ruangan pribadi itu telah dihidangkan arak dan berbagai hidangan, namun ia tak berselera makan, hanya ingin minum arak.....

Benar, arak! Arak adalah sesuatu yang baik, Jin Yuanbao tersenyum sinis, ia memenuhi sebuah cawan untuk dirinya sendiri, lalu mendongak dan menenggaknya.

Cairan yang panas membara pun masuk ke perut melalui tenggorokan, membuatnya gemetar, namun juga membuatnya merasa hangat.....

Jin Yuanbao memandang hujan rintik-rintik yang terus turun di luar jendela, ia baru menyadari bahwa hujan telah bertambah deras.

Cahaya lilin yang bergoyang-goyang masuk ke dalam matanya, mau tak mau ia teringat suasana saat dirinya untuk pertama kalinya melihatnya di malam pengantin, tarian yang canggung itu....

Bahkan menari pun demikian, ia sama sekali tak berusaha menyenangkan dirinya! Ia tertawa dingin, lalu mengangkat cawan dan menenggak isinya hingga tandas! Akan tetapi, setelah itu di sepanjang jalan ketika pulang ke rumah mertua, mereka berbagi susah dan senang, tarian tunggal saat jamuan ulang tahun yang secara khusus dipersiapkan olehnya untuk dirinya, saat-saat bahagia di Lembah Penuh Bintang, dan masih ada.....

Peristiwa-peristiwa masa silam muncul di depan matanya, namun diolok-olok oleh kenyataan saat ini! Berbagai kenangan, baik yang menyenangkan maupun yang tak menyenangkan, bercampur baur menjadi satu, terajut menjadi sebuah jaring, sebuah jaring yang makin lama makin ketat, menjerat hatinya, begitu erat hingga ia hampir tercekik....

Jin Yuanbao berulangkali tersenyum getir, sekonyong-konyong ia menghempaskan guci arak di tangannya ke lantai, setelah itu ia mengambil sebuah guci arak lagi, lalu dengan terhuyunghuyung keluar dari kedai arak itu.

Sebelum jauh meninggalkan kedai arak, dua orang pengemis yang berdiri di pinggir jalan mendesak ke hadapannya, lalu menjulurkan tangan mereka ke depan.

"Daye, bermurah hatilah dan beri kami persenan". Dengan hambar Jin Yuanbao memandang kedua pengemis itu, ia mengangsurkan tangannya untuk mengambil dompet dari pinggangnya, lalu melemparkan sekeping uang kepeng ke tanah. Kedua pengemis itu langsung berjongkok untuk memungut uang itu. Tepat pada saat itu, Jin Yuanbao memusatkan pandangan matanya. Tangan kedua pengemis itu bersih, di sela-sela kuku tangan mereka sama sekali tak ada kotoran. Jin Yuanbao sadar bahwa keadaan tak menguntungkan, arak dan rasa terkejut membuatnya berkeringat dingin, ia pun segera mundur beberapa langkah! Dalam sekejap mata, sepertinya dengan serentak, kedua pengemis itu telah mengeluarkan golok pendek dari balik baju mereka, sinar dingin berkilauan, menikam ke arah Jin Yuanbao, namun mereka menikam udara kosong, ujung golok mereka hanya berjarak setengah cun dari lutut Jin Yuanbao. Setelah gagal membereskannya, kedua pengemis itu segera menerjang ke arahnya dengan sebat. Jin Yuanbao bereaksi dengan sangat cepat, ia segera menghantamkan guci arak dalam genggamannya ke arah para pengemis itu, lalu berbalik dan berlari ke kedai arak! Akan tetapi tak nyana, pintu masuk kedai arak terhalang oleh serombongan tamu yang sedang mabuk, ia tak berdaya dan terpaksa lari ke sebuah lorong kecil di sampingnya! Setelah itu, terdengar seorang tamu di belakang punggungnya berseru kaget.

"Ada pembunuh!"

Dengan sekuat tenaga, Jin Yuanbao berlari di lorong kecil yang berlika-liku itu, langkah kakinya kacau balau, napasnya terengah-engah.

Ia berbelok beberapa kali, lalu melihat ke belakang sambil bersandar pada tembok, setelah melihat bahwa di belakangnya tak ada orang yang mengejar, ia baru menghembuskan napas lega.

Jin Yuanbao memegangi dadanya, sambil terengah-engah, ia melangkah ke depan, ia girang karena berhasil lolos dari maut.

Sekonyong-konyong, seberkas sinar berkilauan, ia hanya bisa melihat bahwa di atas tembok itu, sinar dingin samar-samar berkeredepan, ia langsung sadar bahwa ia berada dalam keadaan yang berbahaya, maka ia pun segera berguling-guling ke depan.

Hampir serentak, benda-benda yang berkilauan itu pun telah melesat ke arahnya, Jin Yuanbao meliriknya, ternyata bendabenda itu adalah feipiao .

Jin Yuanbao berhasil menghindarinya, di tempat dimana ia tadi berdiri sekarang telah tertancap sebaris feipiao.

Langkah kakinya tak berhenti, ia segera berlari ke sebuah lorong kecil di sampingnya.

Tak nyana, begitu masuk ke mulut lorong, seseorang bertopeng mendadak melompat ke bawah dari atas tembok, lalu menghadang jalannya.

Jin Yuanbao cepat-cepat berbalik dan berlari ke belakang, akan tetapi jalannya kembali dihalangi oleh seorang bertopeng lain.

Apakah langit hendak menghabisiku? Kening Jin Yuanbao berkerut, sambil mundur ke belakang, ia memperhatikan keadaan di sekelilingnya, ia berpikir dengan keras, mencari jalan untuk melarikan diri.

Kedua pembunuh itu berjalan mendekat selangkah demi selangkah, Jin Yuanbao mendorong sebuah tangga bambu di atas tembok ke arah kedua orang itu, lalu dengan memanfaatkan kekacauan itu, ia melarikan diri, namun sebelum ia sempat berlari dua langkah, ia telah ditarik ke belakang oleh seorang pembunuh dan terjatuh ke tanah.

Kedua pembunuh itu menjepit Jin Yuanbao di tengah lorong kecil itu, tiba-tiba mereka menghunus senjata tajam mereka, hendak mencabut nyawanya.

Jin Yuanbao tak mempunyai jalan untuk melarikan diri, ia hanya dapat memejamkan matanya.

Orang-orang bertopeng itu menyeringai menyeramkan dan menempelkan kedua golok mereka di leher Jin Yuanbao.

"Bocah, diamlah di sini! Pada hari ini tahun depan kakek akan membakar dupa untukmu". Tepat pada saat yang sangat genting itu, dari atas tembok mendadak melesat dua butir batu, yang sebutir menghantam pergelangan tangan orang bertopeng yang berada di depan, sedangkan yang sebutir lagi telak mengenai tulang selangka orang bertopeng yang berada di belakang. Kedua orang bertopeng itu terhuyung-huyung, golok mereka hampir terjatuh dari tangan mereka! Jin Yuanbao memanfaatkan kesempatan itu untuk menghindar dan berlari ke samping. Sebilah golok yang berkilauan menebas, seketika itu juga golok si orang bertopeng terlontar ke tanah, ternyata Wang Qiang dan Ma Zhong telah tiba.

"Di wilayah kekuasaan kami kau berani turun tangan terhadap bukuai nomor satu, sepertinya kau telah makan hati beruang dan empedu macan tutul!", sambil berbicara Ma Zhong menyerang orang bertopeng yang lain, mereka berdua pun bertarung. Tiba-tiba Ma Zhong menebas ke arah salah satu pembunuh itu, sang pembunuh mengegos menghindar, namun lengannya terkena tebasan Ma Zhong. Dalam sekejap mata, sebuah pola yang sudah akrab muncul di depan mata Jin Yuanbao, sinar matanya pun nampak jeri. Kedua orang bertopeng itu sadar bahwa mereka tak mungkin berhasil, mereka berdua saling memberi isyarat dengan mata, salah seorang diantara mereka mengeluarkan sebuah bom asap dari saku dadanya, lalu melemparkannya ke tanah.

"Dor!", asap pun membubung. Seketika itu juga semua orang terbatuk-batuk karena menghirup asap. Setelah asap buyar, kedua orang itu telah melompati tembok dan berlalu, menghilang tanpa jejak. Ma Zhong segera mengejar mereka, sedangkan Wang Qiang maju menghadap Jin Yuanbao.

"Bos, anda tak apa-apa?"

Jin Yuanbao mengayunkan tangannya.

"Tak apa-apa".

"Untung saja ada orang yang menyuruh kami mengikuti dan melindungi anda. Dengan menyelamatkan gongzi, kami berdua telah berjasa". Mendengar perkataannya itu, mata Jin Yuanbao menjadi berbinar-binar.

"Istrikukah yang menyuruh kalian mengikutiku?"

"......", Wang Qiang berhenti sejenak, dengan terus terang ia berkata.

"Orang itu adalah Tabib Gu". Mendengarnya, hati Jin Yuanbao menjadi sedih, wajahnya penuh rasa putus asa....

"Ayo kembali ke wisma", Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, ia mengangkat kakinya dan melangkah menuju Wisma Jin. Saat tiba di pintu Wisma Jin, ia mendapati sebuah kereta kuda berdiri di depan pintu samping, Jin Yuanbao melirik kereta itu dengan sekilas, namun tanpa banyak pikir, langsung masuk ke pintu. Tak nyana, begitu Jin Yuanbao masuk ke pintu, ia melihat Gu Zhangfeng memburu ke arahnya, begitu melihat dirinya, ia langsung bertanya dengan cemas.

"Apakah kau melihat Xue er? Apakah kau melihat Xue er atau tidak?"

Suasana hati Jin Yuanbao sedang murung, namun Gu Zhangfeng menarik-narik lengan bajunya hingga kusut.

"Tidak. Ada apa?"

Mendengar perkataannya, wajah Gu Zhangfeng menjadi pucat pasi, ia sulit menyembunyikan sedu-sedan dalam suaranya.

"Xue er sudah pergi, pagi hari ini aku melihat sepucuk surat, Xue er berkata bahwa ia hendak pergi".

"Apa katamu?", Jin Yuanbao teringat pada kereta kuda yang barusan ini berhenti di depan pintu, tanpa banyak cingcong, ia langsung berbalik dan memburu keluar, akan tetapi, kereta kuda itu sudah berjalan dua ratus meter jauhnya. Jin Yuanbao segera lari tunggang-langgang mengejar kereta itu, melihatnya, Gu Zhangfeng juga ikut berlari tunggang-langgang mengejarnya. Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin yang duduk di dalam kereta saling memandang tanpa berkata apa-apa. Sambil memejamkan mata, Yu Qilin bersandar pada dinding kereta, Jiang Xiaoxuan tak bisa menahan diri untuk tak menyingkap tirai kereta untuk terakhir kalinya melihat Wisma Jin. Pandangan matanya menyapu pintu gerbang Wisma Jin yang megah, akan tetapi, begitu ia hendak menurunkan tirai kereta, ia melihat Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng yang sedang mengejar di belakang kereta. Jiang Xiaoxuan terkejut sekaligus cemas, ia mendorong-dorong Yu Qilin yang duduk di sisinya, memberi isyarat agar ia melihat keluar. Yu Qilin menyingkapkan tirai kereta dan melihat Jin Yuanbao yang mengejar di belakang kereta, melihatnya berusaha sekuat tenaga mengejar kereta hingga terhuyung-huyung, sinar mata Yu Qilin menjadi suram, mau tak mau pandangan matanya terpaku pada sosok Jin Yuanbao.... Saat mereka bersama, ia belum menyadari bahwa.....setelah berpisah, dirinya baru sadar, bahwa ternyata dirinya tak bisa mencintainya dengan begitu sederhana.... Mungkin, kalau kereta dihentikan, mereka berdua dapat menjadi seperti sediakala; mungkin, kalau kereta dihentikan, ia akan dapat kembali melihat senyum angkuhnya; mungkin, kalau kereta dihentikan, mereka dapat seumur hidup..... Akan tetapi Yu Qilin sadar, bahwa hal itu mustahil, mustahil..... Karena telah mengorbankan seseorang, dirinya tak boleh, karena mementingkan diri sendiri, mencelakai lebih banyak orang lagi, dan mencelakai Jin Yuanbao.... Lebih baik kalau ia pergi seperti ini..... Barangkali, ini adalah akhir yang terbaik..... Yu Qilin menggertakkan giginya untuk mengeraskan hatinya, lalu memberi perintah pada kusir kereta.

"Kusir, tolong cepat sedikit!"

Setelah kusir kereta itu mendengar perintah itu, ia melecutkan cambuknya beberapa kali, dan kereta kuda pun segera melesat dengan cepat.

Dengan perlahan, dengan sangat perlahan, Yu Qilin menurunkan tirai jendela, membuat sosok Jin Yuanbao menghilang.....ia memejamkan matanya dan bersandar di kursi kereta, wajahnya menjadi kelabu.

Mata Jiang Xiaoxuan yang melihat Gu Zhangfeng mengejar di belakang kereta perlahan-lahan menjadi lembab, ia pun mengeraskan hatinya dan menutup tirai jendela.

Melihat bahwa kereta kuda itu makin lama makin menjauh, dan akhirnya menghilang dari pandangan mata, Jin Yuanbao pun menghentikan langkahnya dengan putus asa.

Tepat pada saat itu, kebetulan ada seseorang yang menuntun seekor kuda keluar dari Wisma Jin lewat di depannya, harapan Jin Yuanbao pun kembali berkobar.

Jin Yuanbao merebut tali kekang dari tangan orang itu, melompat ke punggung kuda, lalu memacu kuda itu untuk mengejar, ia tak memperdulikan si pemilik kuda, dan juga tak memperdulikan teriakan gusar Gu Zhangfeng di belakangnya, ia hanya memusatkan perhatiannya untuk memacu kuda guna mengejar kereta itu.

Jiang Xiaoxuan yang duduk di samping Yu Qilin memandang wajahnya yang tanpa ekspresi, lalu memandang Jin Yuanbao yang memacu kuda untuk mengejar di belakang, wajah Jiang Xiaoxuan menunjukkan rasa tak berdaya dan sedih.

Wajah Yu Qilin nampak tetap tenang, namun tangan yang berada di sisi tubuhnya terkepal erat-erat.

Jin Yuanbao mengejar dengan penuh tekad dan tak memperhatikan keadaan jalan, beberapa kali ia hampir terjatuh dari kuda, melihatnya, Jiang Xiaoxuan menjadi gemetar ketakutan, akhirnya ia tak bisa menahan diri untuk tak menganjurkan.

"Qilin, hentikan kereta, paling tidak berilah penjelasan padanya, kalau begini, bisa-bisa terjadi kecelakaan". Melihat Jin Yuanbao yang mengejarnya, hati Yu Qilin terasa pedih, matanya basah, namun ia masih berkata dengan bengis.

"Kusir, mohon larikan kereta sedikit lebih cepat lagi". Jiang Xiaoxuan tahu bahwa hati Yu Qilin terasa berat dan tak berdaya, namun ia hanya dapat membiarkannya saja. Ketika Jin Yuanbao melihat kereta kuda itu perlahan-lahan berjalan makin cepat, ia mencambuk kudanya keras-keras, begitu terkena lecutan cambuk, seakan gila kuda itu menerjang ke depan dan akhirnya berhasil menyusul kereta kuda. Seakan gila, Jin Yuanbao membuat kuda itu menghadang di depan kereta, setelah berusaha dengan sekuat tenaga, dengan sangat berbahaya, sang kusir barulah berhasil menghentikan kereta itu! Akan tetapi Jin Yuanbao seakan tak meyadari bahaya yang baru saja berlalu itu, ia melompat turun dari kuda dan langsung melangkah ke kereta itu, lalu menarik tirai kereta hingga terlepas. Di kursi kereta, seutas rambut hitam Yu Qilin jatuh ke pipinya, namun matanya luar biasa dingin. Seakan tak ada orang di sekelilingnya, Jin Yuanbao menariknya turun dari kereta, lalu tanpa berkata apa-apa berjalan kembali. Yu Qilin meronta-ronta sekuat tenaga, hendak melepaskan belenggu di tangannya.

"Jin Yuanbao, lepaskan aku". Namun, Jin Yuanbao seakan menulikan telinganya! "Lepaskan!", Yu Qilin tak dapat membebaskan dirinya, namun ia juga tak bisa mengikuti kecepatan berjalan Jin Yuanbao, maka ia terpaksa hanya pasrah mengikuti berjalan dengan terhuyunghuyung. Melihat Yu Qilin yang hampir terjatuh, akhirnya Jin Yuanbao tak tahan lagi, ia menghentikan langkahnya, namun tangannya sama sekali tak melepaskannya, dirinya menatap Yu Qilin dengan tajam tanpa berkedip! Di matanya api kemarahan seakan berkobar-kobar dengan hebat, juga bagai menyimpan es dingin, mata itu menyapu Yu Qilin, hati Yu Qilin pun terasa dingin.....akan tetapi dalam pandangan mata itu, perlahan-lahan muncul kelembutan dan kelemahan, seperti seekor binatang liar yang terluka, membuat dirinya tak tahan melihatnya. Yu Qilin mengkerutkan tubuhnya, lalu menggertakkan giginya, ia memaksa dirinya menyambut pandangan mata itu seraya dengan hambar berkata.

"Lepaskan aku". Jin Yuanbao tertegun, ia menekan api amarah dalam hatinya, lalu menggertakkan giginya dan berkata.

"Ikut aku pulang!"

Yu Qilin hendak mengibaskan lengannya dengan sekuat tenaga agar dapat melepaskan tangan Jin Yuanbao.

"Aku tak akan pulang". "Sekarang ikutlah aku pulang, aku akan menganggap semuanya ini tak terjadi", dengan putus asa Jin Yuanbao memeganginya, sama sekali tak bergeming. Yu Qilin tak dapat melepaskan dirinya dan terpaksa menunduk, lalu mengigit tangan Jin Yuanbao! Tak nyana, Jin Yuanbao tak menghindar, dan tak melepaskan tangannya, hanya dengan lembut berkata.

"Ingatlah pernikahan yang dianugerahkan oleh kaisar ini, jin yu liang yuan, plakatnya telah tergantung di rumah, selama kita yang berdiri di sini ini belum mati, kau adalah istriku, silahkan mengigitku kalau kau ingin melakukannya, tapi kau tak boleh pergi". Setiap patah katanya bagai besi yang panas membara, membakar hati Yu Qilin. Perlahan-lahan, ia melepaskan gigitannya, berdiri tegak, lalu dengan sikap sangat tegas memandangnya seraya berkata dengan perlahan.

"Kalau aku ingin pergi, tak ada yang dapat menghalangiku". Perkataannya itu membuat Jin Yuanbao hampir tak dapat berdiri dengan kokoh....ia menahan napasnya dan mengubah taktik yang dipakainya, tanyanya.

"Kalau kau pergi, bagaimana dengan posisi keluarga Jiang? Dan bagaimana juga posisiku? Menurutmu, aku Jin Yuanbao ini siapa?"

"Terserah padamu, aku hanya ingin pergi", Yu Qilin tak lagi memandangnya. "Apakah terserah padaku? Aku benar-benar tak menyangka bahwa kau dapat mengucapkan perkataan seperti ini". Yu Qilin tak mempunyai kata-kata untuk menjawabnya, ia mengeraskan hatinya dan dengan kepandaian kungfunya mengunci pergelangan Jin Yuanbao, setelah itu ia mengibaskan tangannya hingga terlepas, lalu berbalik dan pergi..... Akan tetapi, begitu ia berbalik dan pergi, air matanya pun bercucuran bagai hujan.

"Berhenti!", Jin Yuanbao berseru. Yu Qilin berhenti sejenak, namun tak menghiraukannya, lalu terus berjalan menuju ke kereta kuda.

"Xiaoxuan.....", suaranya tak nyana bagai memohon-mohon.

"Asalkan kau pulang, aku tak akan bertanya apa-apa padamu, kau pun tak usah menjelaskan apapun, asalkan kau bersedia, kita akan dapat kembali seperti sediakala, kau dapat pergi kemana pun kau suka, kalau kau tak suka pada suasana di wisma, kita dapat pergi bertamasya ke tempat-tempat yang pemandangannya indah, kita juga dapat kembali mengunjungi ibu susumu, asalkan kau tak pergi". Air mata membasahi pikiran Yu Qilin, ia merasa seluruh bagian tubuhnya terasa nyeri, sakitnya hingga menembus tulang, tak tertahankan.... Ia sangat ingin berbalik, sangat ingin memburu ke arahnya, sangat ingin menyusup ke dalam pelukannya..... Akan tetapi, ia tak dapat melakukannya. Bagaimanapun juga, saat ini ia harus bangun dari mimpi.... Kalau tidak, dirinya akan mencelakainya! Dengan penuh tekad Yu Qilin mengangkat kepalanya, ia masih sama sekali tak menghentikan langkah kakinya.

"Jiang Xiaoxuan, kalau kau pergi, kau tak akan dapat kembali lagi".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terserah", Yu Qilin sedikit memperlambat langkah kakinya, lalu melontarkan sepatah kata yang dingin itu.

"Kau tak boleh menyesal!"

Akan tetapi ia seakan tak mendengar perkataan Jin Yuanbao itu, ia masih melangkah, Jin Yuanbao pun kehilangan segala harapan.

"Jiang Xiaoxuan, apakah kau benar-benar tak punya hati?"

Yu Qilin menulikan telinganya dan terus berlalu.

Melihat punggungnya yang makin lama makin jauh, Jin Yuanbao dengan sebatang kara berdiri di tempatnya semula, seakan dicampakkan.

Dadanya penuh rasa tertekan yang tak dapat dilampiaskan, ia mengangsurkan tangannya dan memukul sebatang pohon yang berada di sisinya.

Justru pada saat sosok Yu Qilin menghilang dari pandangan matanya, dari samping pohon itu sinar dingin berkilauan, sebilah pedang tajam membelah udara dan menebas ke arahnya! Dengan waspada Jin Yuanbao menghindar, sehingga pedang itu menusuk batang pohon di belakangnya! Setelah itu, tanpa ragu sedikitpun sang pembunuh menarik keluar pedangnya, pedang itu sangat tajam, akan tetapi ternyata dapat ditarik keluar dengan mudah, Jin Yuanbao tak dapat menghindar sehingga sebuah guratan berdarah muncul di wajahnya.

Sang pembunuh segera membalikkan pergelangan tangannya dan pedang itu pun langsung menikam ke tenggorokan Jin Yuanbao! "Tak nyana begitu banyak orang menginginkanku binasa", Jin Yuanbao berusaha sebisanya menghindar, matanya memancarkan kemarahan, ia menatap tajam sang pembunuh dengan dingin, sekujur tubuhnya penuh tenaga.

Begitu mendengar perkataannya, mata sang pembunuh berkilatkilat dingin, ia menyerang dengan makin sengit.

Namun saat ini sekujur tubuh Jin Yuanbao penuh tenaga dingin, ia sama sekali tak merasa takut, akan tetapi karena pada dasarnya ia tak bisa bersilat, walaupun ia mengegos kesana kemari, bahaya mengintai dari segala penjuru.

Sekonyong-konyong, Jin Yuanbao terhuyung-huyung, lalu terjerembab ke tanah, sang pembunuh pun langsung menikam ke arahnya tanpa belas kasihan! Jin Yuanbao cepat-cepat berguling, hampir saja ia terkena tikaman.

Saat sang pembunuh sedang menikam ke arah Jin Yuanbao, Yu Qilin mendadak datang dan menangkis pedang yang menikam ke arah Jin Yuanbao itu.

"Yuanbao, kau tak apa-apa?"

Melihatnya tiba-tiba muncul, Jin Yuanbao merasa girang sekaligus khawatir, ia berseru.

"Kenapa kau kembali?"

"Aku mendengar suara perkelahian....."

Sebelum Yu Qilin menyelesaikan perkataannya, ia telah menempur sang pembunuh dengan tangan kosong.

Akan tetapi tak nyana, begitu melihat dirinya, sang pembunuh kehilangan nafsu membunuhnya dan tak melancarkan jurusjurus yang mematikan! Tak lama kemudian, Yu Qilin telah berada di atas angin! Jin Yuanbao hendak menghindar, namun ujung pedang itu menutupi jalannya, ia hanya dapat berlari ke arah Yu Qilin, akan tetapi kalau dirinya berlari ke arahnya, ia pasti akan menjadi batu sandungan bagi Yu Qilin! Ketika Jin Yuanbao sedang mengambil keputusan, seakan secepat cahaya, ujung pedang itu telah menikam ke mukanya! "Yuanbao! !"

Yu Qilin menjerit dengan suara melengking, sedetik kemudian, ia telah menghadang di hadapan Jin Yuanbao, tanpa suara dan tanpa sengaja, mata pedang itu telah menembus dadanya....

Melihat kejadian itu, tak nyana si orang bertopeng tertegun, dengan perlahan ia menarik pedangnya, tak bergeming.

"Xiaoxuan!"

Dalam sekejap mata, Jin Yuanbao merasa hatinya seakan melompat keluar dari mulutnya, ia menunggu Yu Qilin bereaksi, namun saat itu sudah terlambat.

Dengan wajah pucat pasi, ia segera memburu ke arahnya, lalu membungkuk untuk melihat keadaan lukanya, sama sekali tak menghiraukan punggungnya yang terbuka.

Napas Yu Qilin lemah, namun ia masih mendorongnya pergi.

"Yuanbao, kau cepat lari!"

Begitu selesai mengucapkan perkataan itu ia jatuh pingsan, bagaimanapun Jin Yuanbao meneriakinya, ia tak bereaksi.

Dengan tertegun sang pembunuh memandangi Yu Qilin yang terluka, dan juga perlahan-lahan memandang goloknya yang meneteskan darah, nafsu membunuhnya telah sama sekali sirna, setelah melihat Jin Yuanbao memondong Yu Qilin, tak nyana tanpa berkata apa-apa ia berbalik dan pergi.

Larut malam.

"Brak!", pintu rumah obat Gu Zhangfeng ditendang hingga terbuka, Jin Yuanbao yang sekujur tubuhnya berlumuran darah memburu ke dalam ruangan sambil membopong Yu Qilin yang tak sadarkan diri, lalu dengan amat hati-hati meletakkannya di atas ranjang. Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan cepat-cepat masuk. Yu Qilin berbaring terlentang di ranjang, bagian depan bajunya telah merah terkena darah, darah segar masih mengalir dari mulut lukanya dan menetes-netes ke bawah, membasahi sprei. Sepasang matanya terpejam rapat, wajahnya pucat pasi, bibirnya pun kehilangan rona merahnya, rambutnya yang hitam legam terurai dengan berantakan di dahinya. Jin Yuanbao berlutut di sisi ranjang sambil memegangi tangan Yu Qilin, tubuhnya sendiri berlumuran darah, melihat Yu Qilin yang bernapas dengan terputus-putus, wajah Jin Yuanbao nampak sangat kebingungan.

"Kau bertahanlah, aku tak memperbolehkanmu mati, kau dengar tidak?"

Pandangan matanya mencari-cari ke segala penjuru, dan dengan liar jatuh ke arah Gu Zhangfeng, sekonyong-konyong ia menerjang ke depan dan menarik baju Gu Zhangfeng.

"Kau bukannya seorang tabib? Cepat tolong dia!"

Dengan kebingungan Gu Zhangfeng menggoyangkan tangannya.

"Yuanbao, aku.....aku tak sanggup melakukannya, cepat minta nyonya memanggil tabib istana". "Benar....tabib istana....", Jin Yuanbao sama sekali tak berayal, dengan cepat ia memburu keluar pintu. Beberapa saat kemudian, seorang tabib istana yang berambut putih yang setengah diundang dan setengah diculik olehnya masuk ke dalam kamar, begitu melihat Yu Qilin yang berbaring di atas ranjang, tanpa banyak pikir, sang tabib istana segera memeriksanya. Jin Yuanbao berlutut di sisi ranjang dan memperhatikan setiap tindakan sang tabib istana dengan penuh perhatian. Kepala Yu Qilin bermandikan keringat, selagi dalam keadaan tak sadar, ia masih mengerutkan keningnya, seakan sedang menahan rasa sakit yang amat sangat.

"Bertindaklah dengan sedikit lebih lembut", melihat Yu Qilin kesakitan, hati Jin Yuanbao terasa pedih, sehingga mau tak mau ia berkata demikian. Sang tabib istana menjadi tegang melihatnya dan hanya bisa berusaha sebisanya untuk menyembuhkan luka Yu Qilin. Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng menunggu dengan cemas, Nyonya Jin duduk di samping mereka, wajahnya penuh kekhawatiran. Setelah bersusah-payah, akhirnya sang tabib istana membereskan peti obatnya, ia bermandikan keringat, seketika itu juga ia ditanyai beramai-ramai oleh orang-orang di sekelilingnya. Nyonya Jin paling dahulu membuka mulut.

"Tabib Istana Wang, bagaimana keadaannya?"

Tabib Istana Wang mengusap-usap dahinya yang bermandikan keringat.

"Caixia sudah melakukan semua yang mampu caixia lakukan, mulut luka hanya berjarak tiga fen dari jantung, sangat berbahaya".

"Jangan bicara sembarangan!", dengan cemas Jin Yuanbao berkata. Tabib Istana Wang ragu-ragu sejenak, lalu berkata.

"Kalau besok ia sadar dan dirawat dengan seksama, ia akan dapat sembuh. Kalau besok ia tak sadar, jangan-jangan...."

Setelah berbicara ia menggeleng-geleng.

"Kau bicara sembarangan, tak mungkin terjadi apa-apa dengannya!", Jin Yuanbao hampir gila, ia mencengkeram baju sang tabib istana.

"Yuanbao, tenanglah sedikit, nyonya muda masih berbaring di sini", Gu Zhangfeng menarik Jin Yuanbao yang amat cemas dan nampak amat berduka. Jin Yuanbao tersadar dan dengan terhuyung-huyung berjalan ke sisi ranjang, lalu menarik tangan Yu Qilin dan menaruhnya di sisi bibirnya sendiri, dengan terbata-bata ia berkata.

"Tak mungkin terjadi apa-apa padamu". Ketika Jiang Xiaoxuan mendengar perkataan sang tabib istana, ia terhuyung-huyung dan jatuh terduduk di lantai, ia tak kuasa menahan diri dan menangis dengan pilu, Gu Zhangfeng menarik Jiang Xiaoxuan ke dalam pelukannya, wajahnya nampak berduka.

"Kenapa bisa begini?", wajah Nyonya Jin amat terkejut, setelah itu ia bereaksi.

"Kami mohon Tabib Istana Wang bermalam di sini".

"Baik", jawab Tabib Istana Wang. Di balik pintu, Liu Wenchao memandang Yu Qilin yang terbaring di atas ranjang dari kejauhan, ia hampir kehilangan akal.

"Kenapa kau melakukan hal seperti itu?"

Selagi berbicara, tak nyana, setetes air mata meleleh dari sudut matanya.

Setelah mengantar Tabib Istana Wang pergi beristirahat, Nyonya Jin kembali ke kamar pengantin, melihat Jin Yuanbao berlutut di sisi ranjang seakan kehilangan akal, ia merasa amat tak sabar dan segera berkata.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Jiang Xiaoxuan bisa sampai terluka?"

Jin Yuanbao yang berlutut di sisi ranjang sama sekali tak menjawab, Gu Zhangfeng terpaksa memberi penjelasan.

"Furen, nyonya muda terluka karena menyelamatkan Yuanbao, ada orang yang hendak membunuh Yuanbao, dan nyonya muda menangkis tikaman pedang yang ditujukan padanya". Apa? Ia mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan Yuanbao! Nyonya Jin amat terkejut mendengar tentang kesetiaan Yu Qilin terhadap Jin Yuanbao, setelah itu, ia memikirkan bahwa ada orang yang hendak membunuh Jin Yuanbao dan merasa cemas.

"Ada orang yang hendak membunuh Yuanbao?"

Ia cepat-cepat memburu ke depan untuk memeriksa tubuh Jin Yuanbao.

"Yuanbao, apakah kau terluka atau tidak?"

Jin Yuanbao menarik tangannya yang digenggam oleh Nyonya Jin.

"Ibu, aku tak apa-apa". Setelah berbicara ia berpaling dan kembali menatap Yu Qilin. Melihat putranya yang berduka, mau tak mau Nyonya Jin menghela napas, ia menepuk-nepuk bahu Jin Yuanbao, lalu memberi isyarat agar orang-orang yang tak berkepentingan mengundurkan diri. Semalam itu, Yu Qilin terus tak sadarkan diri dan terus demam tinggi, dahinya tak henti-hentinya mengeluarkan butir-butir keringat, Jin Yuanbao duduk di sisi ranjang dan terus mengompresnya. Tiba-tiba, Yu Qilin mengayun-ayunkan tangannya dan berseru keras-keras.

"Yuanbao, Yuanbao, cepat lari!"

Melihat wajahnya saat masih berbicara walaupun sedang demam tinggi, hati Jin Yuanbao terasa amat pedih, ia langsung menarik sepasang tangannya untuk mencegahnya merontaronta dan membuat lukanya makin parah.

"Aku ada di sini, aku ada di sini", dengan air matanya berlinangan, ia membelai pipi Yu Qilin. Yu Qilin seakan dapat merasakan belaian Jin Yuanbao itu dan perlahan-lahan menjadi tenang. Sepanjang malam itu, Jin Yuanbao terus merawat Yu Qilin sendiri, ia tak henti-hentinya mengganti handuk kompresnya, tanpa ragu ia mencelupkan tangannya ke dalam air es hingga tangannya menjadi kemerahan, bahkan gadis pelayan yang hendak membantunya pun diusir olehnya. Obat telah diantarkan, namun Yu Qilin tak bisa minum obat. Jin Yuanbao telah mencoba meminumkan obat itu beberapa kali, namun tak pernah berhasil, tanpa ragu sedikitpun, ia segera menuangkan obat itu ke dalam mulutnya, lalu meminumkan obat itu pada Yu Qilin dari mulut ke mulut. Akhirnya Yu Qilin pun menelan cairan obat itu. Jin Yuanbao hampir menangis kegirangan, tanpa memperdulikan rasa pahit di mulutnya, akhirnya ia berhasil meminumkan seluruh obat itu kepadanya. Jin Yuanbao yang kelelahan duduk di sisi ranjang, sambil memandang wajah Yu Qilin yang sama sekali tak bergerakgerak, ia mengumam dengan lirih.

"Kata tabib istana, kalau kau besok pagi sadar, kau akan baik-baik saja. Kau dengar tidak? Kau orang yang berangasan ini, tanpa izinku beberapa kali melarikan diri keluar dan membuatku sangat marah. Kau telah dinikahkan denganku, maka kau telah menjadi orang Wisma Jinku, tanpa perintahku kau tak boleh berbuat gegabah. Asalkan kau sadar besok pagi, aku tak akan menyelidiki kenapa kau melarikan diri dari rumah. Tapi kalau kau berani tak mendengarkan perkataanku, kalaupun aku harus mengejarmu ke kediaman Yama aku akan membawamu pulang, apakah kau mendengarnya dengan jelas?"

"Berbaring di ranjang seperti ini sama sekali tak seperti dirimu, kau adalah seekor macan betina yang suka mencakar, maka kau harus sadar demi aku, harus!"

Setelah berbicara, Jin Yuanbao tak kuasa menahan air matanya jatuh bercucuran, akhirnya ia menyusupkan kepalanya ke leher Yu Qilin.

Hari sedikit demi sedikit menjadi terang.

Yu Qilin masih tak sadarkan diri, Jin Yuanbao mengkedipkedipkan matanya dan memandangnya, lalu mengenggam tangannya.

"Sebentar lagi hari sudah terang, kenapa kau belum sadar juga?"

Yu Qilin masih tak sadarkan diri. Jin Yuanbao menyelimutinya.

"Setelah kau sadar, aku akan mengajakmu berpesiar keliling ibu kota, kau sudah lama datang, tapi aku belum pernah membawamu bertamasya". Ia menarik tangan Yu Qilin dan menaruhnya di sisi bibirnya sendiri, lalu menciumnya dengan lembut.

"Dahulu kau bertanya padaku, apakah kalau kau hendak pergi, aku akan ikut pergi denganmu, bukankah aku memberitahumu bahwa aku akan pergi bersamamu? Kau tahu dengan jelas bahwa kau akan meninggalkanku, kau jelas sengaja melakukannya". Perlahan-lahan, hari semakin terang, suaranya pun makin lama makin parau. Ia membelai kepala Yu Qilin dan berkata sembari tersenyum.

"Kau pasti sengaja melakukannya, kau sengaja tak mau bangun karena ingin aku yang bermuka tebal ini mengungkapkan isi hatiku, benar tidak? Baiklah, kau kuberitahu, kau sangat cantik, wajahmu saat melotot marah, wajahmu saat mencibir nakal, bahkan wajahmu saat memukulku, semua sangat cantik, semuanya aku sangat suka".

"Gadis bau! Kau sengaja menentangku, ya? Aku menyuruhmu bangun, tapi kau sengaja terus tidur! Kalau kau tak bangun juga, aku akan menikahi banyak wanita dan seharian melewatkan waktuku bersama mereka supaya kau marah setengah mati!"

Akan tetapi, Yu Qilin masih tak bergeming...... Melihat Yu Qilin masih tak sadarkan diri, hati Jin Yuanbao amat sedih, dengan murung ia duduk di sisi ranjang, matanya nampak suram, ia berbicara sambil meneteskan air mata.

"Kumohon padamu, lekaslah bangun. Aku lebih suka pedang menikam tubuhku daripada melihatmu seperti ini, aku tak tahu harus bagaimana lagi". Saat itu, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan masuk ke dalam kamar. Dengan penuh perhatian, Jiang Xiaoxuan bertanya.

"Bagaimana, apakah dia sudah bangun?"

Jin Yuanbao menggeleng. "Kudengar tadi malam tabib istana berkata bahwa kalau hari ini Xiaoxuan bangun, ia akan baik-baik saja, tapi sekarang hari sudah terang....."

Begitu selesai berbicara, Gu Zhangfeng baru menyadari bahwa ia salah berbicara, maka ia cepat-cepat menutup mulutnya. Akan tetapi, perkataannya itu sangat berpengaruh pada Jin Yuanbao, tiba-tiba ia seakan teringat pada sesuatu dan bertanya.

"Sekarang pukul berapa?"

Jiang Xiaoxuan perempat". menjawab.

"Chenshi lebih tiga Pandangan mata Jin Yuanbao perlahan-lahan menjadi putus asa, ia meraung.

"Tabib istana! Dimana tabib istana?"

Beberapa saat kemudian, Tabib Istana Wang memeriksa denyut nadi Yu Qilin, lalu berdiri. Dengan cemas keadaannya?"

Jin Yuanbao bertanya.

"Bagaimana "Luka terkena bacokan ini terlalu dalam, ia telah banyak kehilangan darah", dengan muram Tabib Istana Wang menggeleng-geleng.

"Kapan ia akan dapat sadar?", dengan jeri Jin Yuanbao bertanya. "Luka nyonya muda hanya berjarak kurang dari satu cun dari jantungnya, napasnya kelihatannya agak lemah, janganjangan....."

Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao tiba-tiba mendorong Tabib Istana Wang ke tembok. Dengan jeri Tabib Istana Wang berkata.

"Jin Gongzi, kalau kau ingin mengatakan sesuatu, katakanlah ----"

"Kau harus membuatnya sadar, tak perduli dengan cara apa, kalau dia tak sadar juga, kau akan diusir keluar dari pintu gerbang Wisma Jin!"

Jin Yuanbao berbicara dengan bengis, sepasang matanya kemerahan, ia bagai setan yang berlumuran darah, angkuh dan ingin memaksakan kehendaknya.

"Jin Gongzi, aku telah berusaha sebisaku, tapi luka nyonya muda benar-benar terlalu parah, aku dapat berusaha memberinya obat lagi...."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tabib Istana Wang merasa kebingungan. Jiang Xiaoxuan segera menghampiri dan menasehatinya.

"Perbuatanmu ini tak berguna, kita harus kembali memikirkan apakah ada cara lain?"

Gu Zhangfeng juga ikut menasehatinya.

"Benar, Yuanbao, kau harus mempercayai Tabib Istana Wang. Ia adalah tabib istana yang paling kami kagumi, ia punya kepandaian untuk menghidupkan orang mati, kalau ia dapat menyembuhkannya, ia niscaya sudah melakukannya, namun katanya ia tak mampu menyembuhkannya....."

Setelah berbicara sampai di sini, Gu Zhangfeng merasa bahwa ia telah salah berbicara, maka ia pun menutup mulutnya. Di mata Jin Yuanbao muncul rasa putus asa, namun ia masih tak sudi menyerah.

"Katakanlah, ia bisa disembuhkan! Ia bisa sadar!"

"Hal ini.....", Tabib Istana Wang nampak jengah.

"Kataku, kalau dapat disembuhkan ia harus disembuhkan! Dengan berusaha sekuat tenaga dengan segala cara, dan menggunakan segala cara tanpa memperhitungkan biayanya, ia pasti akan dapat disembuhkan. Katakanlah, tak perduli apakah memerlukan ginseng seribu tahun, atau lingzi selaksa tahun, atau harus naik ke langit ketujuh, atau turun ke lubang sedalam tiga chi, asalkan ada secercah harapan, kalaupun harus mengorbankan selembar nyawa ini, aku akan menyelamatkannya dan membawanya pulang!"

Perkataan ini seperti sebuah peringatan bagi Tabib Istana Wang, ia berpikir sejenak, lalu dengan tak berdaya berkata.

"Gongzi mohon tenang sedikit, ada suatu cara".

"Katakanlah!", Jin Yuanbao terkejut sekaligus girang.

"Aku tak mengatakannya sebelumnya, karena harapannya tak terlalu besar, ini adalah rahasia istana, kalau sampai tersebar keluar entah bencana apa yang akan menimpa....." "Semuanya akan kutanggung sendiri, cepat bicara!"

"Di istana ada obat ajaib yang khusus digunakan untuk menyembuhkan luka karena senjata tajam bernama Pil Huanhun , beberapa tahun yang silam, obat ini dikirim dari Persia sebagai upeti, obat ini dipersiapkan khusus untuk anggota keluarga kekaisaran. Akan tetapi obat ini sangat berharga, hanya ada sebutir, bahkan orang luar pun tak tahu tentang keberadaannya....kalau bisa mendapatkan obat ini, nyonya muda akan dapat diselamatkan. Akan tetapi ----"

"Tapi apa?", dengan tak sabar Jin Yuanbao berkata.

"Akan tetapi pil obat ini benar-benar terlalu berharga, hanya dapat dipakai oleh kerabat dekat kekaisaran, pil obat ini selalu berada di tangan ibu suri, aku khawatir ibu suri tak akan sudi menganugerahkannya!"

"Ia harus mau menganugerahkan obat itu! Sekarang aku akan pergi untuk memohonnya!"

Sambil berbicara, Jin Yuanbao memandang Yu Qilin yang tak sadarkan diri, membopongnya, lalu hendak berjalan keluar. Melihatnya, Jiang Xiaoxuan segera menghalanginya seraya berkata.

"Kau hendak masuk ke istana tanpa izin? Masuk ke istana tanpa izin adalah suatu kejahatan besar yang dapat diganjar hukuman mati!"

Gu Zhangfeng pun menghalanginya.

"Pasti masih ada cara lain, aku dan tabib istana akan berusaha membuat obat". Tiba-tiba Jin Yuanbao membentur Gu Zhangfeng.

"Ia tak bisa menunggu". Setelah berbicara ia berjalan keluar sambil memondong Yu Qilin. Semua orang terkejut dan segera mengikutinya! Angin dingin bertiup, Jin Yuanbao melangkah keluar pintu, diterpa angin dingin itu, ia pun menggigil kedinginan. Setelah itu, sebuah halilintar yang sempit membelah angkasa yang maha luas, dan seketika itu juga menerangi kegelapan yang pekat di sekeliling mereka..... Setelah itu, guntur mengelegar di angkasa, seakan hendak menghancurkan langit malam yang sebentar terang dan sebentar gelap itu hingga hancur berkeping-keping.... Yu Qilin meringkuk dalam pelukannya, secara naluriah ia pun mengigil. Jin Yuanbao memandang langit, lalu mempercepat langkah kakinya menuju ke pintu gerbang....

"Shaoye, shaoye!"

Suara A Fu terdengar di belakang punggungnya, namun Jin Yuanbao seakan tuli, ia hanya memusatkan perhatiannya untuk membaringkan Yu Qilin di kereta kuda yang berada di depan pintu gerbang.

Dengan tergopoh-gopoh A Fu berlari mendekat, lalu memegang lengannya untuk menahannya seraya menasehatinya.

"Shaoye, bicaralah dahulu dengan nyonya, baru berangkat".

"Lepaskan aku", suara Jin Yuanbao penuh tekad dan dingin. Saat itu, Gu Zhangfeng pun telah menyusul keluar dan ikut menasehatinya.

"Yuanbao, masuk ke istana tanpa izin bukan perkara kecil, bagaimana kalau kita sampai mengundang kemarahan ibu suri? Lebih baik kita kembali dulu". Begitu ia selesai mengucapkan perkataannya, halilintar berkelebat di angkasa, guntur bergemuruh berulangkali.....tibatiba, hujan deras pun turun dengan lebat! Namun Jin Yuanbao sama sekali tak memperdulikannya, ia melompat ke atas kereta dan duduk di kursi kusir, ia melecutkan cambuk, kuda meringkik, dan kereta itu pun melaju dengan cepat! Hujan membasahi bajunya, membasahi rambutnya, namun ia seperti sama sekali tak merasakannya..... Sambil mengemudikan kereta, ia mengumam dengan lirih.

"Bertahanlah sebentar lagi, kita akan segera tiba di istana, begitu minum obat kau akan segera bangun". Orang-orang di sepanjang jalan berbondong-bondong masuk ke toko-toko di tepi jalan untuk berteduh atau berlarian di jalan raya. Jin Yuanbao menjalankan kereta itu bagai anak panah yang lepas dari busurnya, menembus tirai hujan dan mengoyak langit malam, melesat ke Kota Terlarang! Perlahan-lahan, perlahan-lahan.....menara penjaga Kota Terlarang samar-samar terlihat di balik tirai hujan, semakin lama semakin dekat. Seulas senyum lega muncul di wajah Jin Yuanbao, seakan memberitahu Yu Qilin, dan juga seakan berbicara pada dirinya sendiri, ia berkata.

"Sudah sampai, akhirnya sampai juga, kau pasti akan dapat bangun". Melihat kereta kuda yang mendekat dengan cepat itu, para penjaga gerbang istana menjadi pucat pasi karena terkejut, mereka segera mementang busur, dengan wajah tegang dan bengis mereka menunggu. Walaupun merasa tak sabar, namun setelah mendekat dan melihat barisan tempur itu, Jin Yuanbao tersadar, ia cepat-cepat menghentikan kereta, lalu meloncat turun. Ia tak lagi menjalankan kereta dan berbalik menerjang ke pintu gerbang sambil memondong Yu Qilin. Melihat kereta kuda berhenti, dan juga karena melihat ada orang yang terluka, para pengawal menjadi agak lega, mereka segera melintangkan tombak mereka untuk menghadang seraya berseru dengan bengis.

"Siapa yang hendak masuk ke istana tanpa izin?"

"Bukuai ibu kota Jin Yuanbao mohon bertemu ibu suri!" "Apakah begitu kau ingin bertemu, ibu suri langsung sudi bertemu denganmu?", tegur seorang pengawal.

"Istriku terluka parah, nyawanya berada di ujung tanduk, hanya ibu suri yang dapat menolongnya, mohon kalian memberiku kemudahan dan membiarkanku masuk". Melihat wajahnya yang tirus dan pucat, serta pakaiannya yang basah kuyup, nada suara pengawal itu melunak, dengan suara pelan ia berkata.

"Aku tahu siapa anda, namun apakah anda punya hubungan dengan ibu suri dan apakah anda dapat menemuni beliau, berada diluar kewenangan kami". Akan tetapi, Jin Yuanbao mana sudi mendengarnya banyak bicara, ia segera menerjang ke dalam sambil membopong Yu Qilin, melihatnya, para pengawal cepat-cepat maju ke depan untuk menghadangnya. Akan tetapi, Jin Yuanbao mana sudi menghiraukan rintangan itu, ia menunduk dan terus menerjang ke depan, dari dalam muncul dua orang pengawal lagi, keempat pengawal itu pun mengepungnya dengan ketat.

"Hari ini aku harus bertemu ibu suri!", mata Jin Yuanbao memerah.

"Izinkan aku masuk, aku hendak bertemu ibu suri!"

Sambil berbicara, ia menerjang ke pintu gerbang istana sambil membopong Yu Qilin! Sang pengawal cepat-cepat menasehatinya.

"Orang yang masuk ke istana ibu suri tanpa izin akan dipukul sampai mati, lebih baik kau pulanglah!"

"Minggir". Jin Yuanbao mana sudi menurut, ia mati-matian berusaha untuk maju ke depan, sekarang sang pengawal merasa agak marah, dengan gusar ia menegurnya.

"Kau ini benar-benar keras kepala, bukankah kau ini sengaja membuat kami susah?"

Jin Yuanbao melihat bahwa sepasang mata Yu Qilin terpejam rapat, di sudut-sudut bibirnya nampak darah merah mengalir, ia mana sudi menghiraukan segala hal lain, ia merasa hatinya pedih dan panas, barisan demi barisan pengawal istana di hadapannya seakan menjadi amat jauh, sang pengawal yang menegurnya dengan gusar itu pun seakan pergi ke dunia lain, dirinya sama sekali tak mendengarnya.

Ia hanya memusatkan perhatian pada tekad bulatnya dan terus menerjang ke depan, dalam tekad bulatnya itu hanya ada satu tujuan, dirinya harus masuk, harus masuk, asalkan dapat melewati pintu ini, Yu Qilin akan dapat diselamatkan.

Larangan masuk istana, ancaman akan dihukum mati kalau masuk ke istana tanpa izin, semua itu seakan berasal dari suatu dunia lain, sedikitpun tak masuk ke dalam telinganya, sedikitpun tak terpikir olehnya.

Melihat bahwa para pengawal di depannya mendekat sambil mengenggam tombak, Jin Yuanbao merasa pandangannya kabur, sepasang matanya merah padam dan ia sama sekali tak berhenti, sepasang kakinya bergerak, ia mati-matian menerjang ke depan.

Tak nyana, begitu ia melompati pengawal yang berada di hadapannya, kakinya terasa nyeri sukar ditahan, lalu menjadi lemas! Ternyata tongkat yang tebalnya semulut cawan itu telah menghantam kakinya! Dengan lemas, Jin Yuanbao terjatuh ke tanah, namun ia tak merasa sakit dan hanya ingin cepat-cepat melihat Yu Qilin, akan tetapi, begitu ia mengangkat kepalanya, ia hanya melihat tongkat demi tongkat menjatuhinya.

Ia berguling-guling di tanah dan berhasil menghindari beberapa pukulan, akan tetapi beberapa pukulan yang lebih keras menghantam punggungnya, rasa sakit membuat perutnya kejang dan ingin muntah beberapa kali.

Ia mengangkat kepalanya, pandangan matanya yang penuh kemarahan menyapu para pengawal itu, akan tetapi.

"Buk, buk!", pukulan demi pukulan itu masih satu demi satu jatuh di atas tubuhnya! Jin Yuanbao menghentikan gerakannya dan berdiam diri, seakan mematung dan menjadi sepotong ikan di atas papan talenan. Ia bukan tak punya tenaga untuk melawan, akan tetapi ia masih membopong Yu Qilin dan khawatir akan membuatnya terluka, maka ia hanya dapat berusaha melindunginya dalam pelukannya. Para pengawal nampaknya sudah benar-benar marah, dengan gusar mereka berseru.

"Barangsiapa masuk ke istana ibu suri tanpa izin akan dipukul sampai mati tanpa ampun. Kalau kau tahu apa yang baik bagi dirimu sendiri, sekarang mundurlah".

"Aku tidak.....", Jin Yuanbao baru saja hendak berbicara, namun sebuah tongkat telah menghantam punggungnya, ia kontan terjerembab ke depan dan memuntahkan asam lambung, dan tak lagi dapat berbicara, ia hanya dapat berusaha sekuat tenaga menyokong Yu Qilin agar ia tak terluka karena tergores tanah yang tak rata. Setelah itu, tanpa memperdulikan apapun juga, dengan menggunakan sebelah tangannya, ia merayap ke depan dengan perlahan, sambil merayap ia menggertakkan giginya, ia seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri dan juga seakan sedang berseru kepada semua orang.

"Aku ingin menemui ibu suri......pukul saja aku sampai mati.....aku ingin menemui ibu suri". Suaranya menjadi makin rendah, sehingga orang tak bisa mendengarnya, namun Yu Qilin yang berada dalam pelukannya seakan dapat mendengarnya, bulu matanya beberapa kali bergetar, namun ia tak dapat bergerak dan hanya dapat melelehkan air mata yang samarsamar nampak jatuh dari sudut-sudut matanya, akan tetapi Jin Yuanbao tak dapat melihatnya. Jin Yuanbao membuka matanya lebar-lebar, dengan sekuat tenaga ia mengigit bibirnya untuk memaksa dirinya mengacuhkan rasa sakit yang menembus tulang itu, darah mengalir dari sudut bibirnya, namun ia sama sekali tak menghiraukannya, dan terus maju sedikit demi sedikit, satu cun demi satu cun, merayap menuju ke depan pintu gerbang. Matanya memandang gerbang istana yang megah itu, yang makin lama makin dekat, begitu gerbang yang dilak merah menyala itu nampak dalam pandangan matanya, harapannya pun muncul, jarak beberapa chi yang biasanya dapat ditempuhnya dengan beberapa langkah saja saat ini bagai sebuah gunung yang amat jauh dan sulit untuk dicapai. Akan tetapi saat ini tongkat-tongkat yang memukulnya melambat, para pengawal memandanginya, mereka melihat bahwa karena terlalu banyak menerima pukulan keras, telinganya mulai mengeluarkan darah, pakaian di punggungnya telah lengket dengan daging dan darah dan menjadi merah kehitaman, sehingga warna aslinya tak dapat dilihat. Mereka semua merasa tak tega melihatnya.

"Shaoye, ayo pulang. Shaoye!", air mata A Fu tak henti-hentinya mengalir, ia ingin menariknya, namun tak berani mendekat.....

"Jin Yuanbao mohon dapat bertemu dengan ibu suri! Kalau tak bisa bertemu aku tak akan pulang!"

Perkataannya itu bagai paku yang menancap dalam-dalam di hati semua orang.

Akhirnya para pengawal pun berbelas kasihan padanya.....

* Hujan deras turun dengan lebat, batu hijau pelapis jalan Changan berderak keras, orang-orang di tepi jalan berlari ke rumah mereka sambil berlindung di bawah teritisan atap, akan tetapi ada seseorang yang tak membawa payung dan berlari dengan cepat di tengah hujan deras.....

Butiran-butiran hujan sebesar kacang hijau yang menerpa tubuh samar-samar menimbulkan rasa sakit, akan tetapi tak mampu memadamkan api kecemasan yang berkecamuk dalam hati Liu Wenchao.

Ia mengingat wajah Yu Qilin yang bernapas dengan terputusputus di atas ranjang, hatinya seakan dicungkil hidup-hidup dengan sebilah golok, begitu sakit hingga ia seakan tak sanggup berdiri.

Makin lama makin dekat, makin lama makin dekat.

Walaupun kediaman bangsawan bertembok putih dan beratap hitam itu adalah suatu tempat yang seumur hidup tak ingin didatanginya, namun ia tak punya pilihan lain dan harus menghadapinya.....

Dua orang pengawal yang membawa golok menghadang di hadapan Liu Wenchao, menghalangi jalannya.

Dengan dingin ia memandang kedua pengawal itu.

"Aku hendak menemui Yang Mulia". Dengan wajah dingin sang pengawal menjawab.

"Yang Mulia memerintahkan bahwa hari ini beliau tak mau menemui siapapun".

"Aku mempunyai suatu hal penting yang harus dilaporkan, minggir!", Liu Wenchao memandangnya dengan gusar.

"Mohon agar Liu Gongzi tak mempersulit kami".

"Kalau begitu aku terpaksa menyinggung kalian". Setelah berbicara, Liu Wenchao tersenyum dingin, mengayunkan tangannya hingga sang pengawal terjatuh ke tanah, lalu dengan secepat kilat melompat masuk ke dalam pintu gerbang! Ketika para pengawal di bailk gerbang mendengar suara perkelahian di luar, mereka segera memburu keluar, mereka melihat Liu Wenchao sedang menerjang ke dalam dengan penuh amarah, mereka pun tak berayal lagi dan segera maju sambil mengayunkan golok mereka! Dalam sekejap mata kilatan golok memancar ke segala penjuru, saling memantul dengan cahaya halilintar yang sekali-sekali membelah angkasa, seakan terajut menjadi sebuah jaring keperakan, sebuah jaring yang dengan sebat menuju ke arahnya. Liu Wenchao bertarung dengan tangan kosong melawan para pengawal itu, walaupun ilmu silatnya lihai, namun pada dasarnya ia melawan musuh yang jauh lebih banyak jumlahnya, di tengah gelap dan terang yang bergantian, ia menelan tak sedikit kekalahan, di pinggang dan punggungnya nampak bekas-bekas sabetan golok yang dalam.

"Pangeran Kedua memerintahkan ----", suara seorang kasim yang melengking terdengar dari halaman.

"Bawa Liu Gongzi ke dalam dan balutlah lukanya, sebentar lagi ia akan menghadap Yang Mulia". Para pengawal segera berhenti dan melepaskan senjata dalam genggaman mereka. Liu Wenchao merasa tak sabar, namun ia pun tahu, kalau ia tak patuh dan membalut lukanya, kalau ia sampai mengundang kemarahan sang Pangeran Kedua, jangan-jangan hal itu akan mengacaukan urusan pentingnya....maka ia segera mengangguk setuju. Beberapa saat kemudian, Liu Wenchao dibawa masuk ke ruang tamu wisma Pangeran Kedua, begitu masuk ia melihat Pangeran Kedua sedang duduk di kursi tuan rumah sambil menyilangkan kakinya, sedang dengan santai menikmati teh. Liu Wenchao menghampirinya, lalu berlutut di lantai dengan sikap sangat hormat, akan tetapi tangan kanannya dibalut perban, dan perban itu telah memerah karena darah. Pangeran Kedua memandangnya dengan dingin, lalu memasang tampang penuh perhatian dan bertanya.

"Wenchao, ada hal apa yang membuatmu begitu cemas?" "Yang Mulia, kudengar bahwa di istana ada obat yang sangat berharga, namanya Pil Huanhun, entah benar atau tidak?"

Liu Wenchao bertanya sambil menundukkan kepalanya. Pangeran Kedua meletakkan cawan tehnya, lalu setelah berpikir sejenak berkata.

"Memang ada obat semacam itu".

"Yang Mulia, dengan mempertimbangkan kerja kerasku untuk Yang Mulia selama bertahun-tahun, anugerahkanlah sebutir obat itu untukku". Pangeran Kedua tertawa sinis.

"Kalau aku tak memberikannya?"

"Kalau Yang Mulia sudi menganugerahkannya, Wenchao bersedia melakukan apapun demi Yang Mulia sampai menghembuskan napas penghabisan". Setelah berbicara, dengan penuh hormat Liu Wenchao bersujud padanya.

"Benarkah?", sambil tersenyum namun tak tersenyum, Pangeran Kedua memandanginya, sekonyong-konyong, ia menyiramnya dengan isi cawan teh yang berada dalam genggamannya. Liu Wenchao menutup matanya dan membiarkan air teh itu membasahi wajahnya. Air teh itu mengalir ke bawah mengikuti rambut dan wajahnya. Pangeran Kedua perlahan-lahan bangkit dan berjalan ke hadapan Liu Wenchao. Dalam suaranya terkandung kemarahan yang sulit disembunyikan.

"Liu Wenchao, aku menyuruhmu membunuh Jin Yuanbao, kau belum melaksanakannya, tapi punya muka untuk datang ke sini dan minta pil penyambung nyawa?"

Setelah berbicara, tiba-tiba ia menendang pinggang Liu Wenchao yang terluka keras-keras. Liu Wenchao menahan jeritannya, berusaha sekuat tenaga untuk bertahan. Sambil menggertakkan giginya, Pangeran Kedua kembali menendangnya, lalu membentaknya.

"Tugas belum berhasil diselesaikan, tapi ternyata kau berani menentang perintahku dan memaksa masuk ke kediamanku! Liu Wenchao, kau pikir kau putra tertua keluarga Liu? Sekarang kau tak lebih dari sebuah benalu di Wisma Jin, makhluk hina yang tergantung pada kejayaanku! Apa kau pikir kau sangat punya kemampuan? Kau kuberitahu, untung saja kau masih sedikit berguna, kalau tidak, kau sudah mati delapan atau sepuluh kali!"

Sambil berbicara, dengan bengis, ia menendangi luka Liu Wenchao, setelah darah membuat sol sepatunya memerah, ia baru dengan muak mengayun-ayunkan kakinya dan kembali duduk di tempatnya semula.

Liu Wenchao masih berlutut di tempatnya semula, jari jemari tangannya mencengkeram lantai erat-erat, dengan susah payah ia menahan tendangan dan makian sang Pangeran Kedua.

Setelah ia berhenti, dirinya kembali bersujud dan berkata.

"Wenchao tak becus, mohon Yang Mulia menghukumku. Setelah ini aku pasti bersedia mengikuti Yang Mulia sampai mati".

"Hah.....bagaimana caramu mengikutiku sampai mati?" "Setelah ini, apapun yang Yang Mulia perintahkan, akan kulaksanakan". Pangeran Kedua memandangnya sambil memicingkan mata untuk beberapa saat, lalu bertanya dengan hambar.

"Obat ini untuk diberikan kepada siapa?"

Liu Wenchao bimbang dan diam.

"Kau tak mengatakannya, tapi aku pun tahu.....tak nyana, kau Liu Wenchao ini adalah seorang yang penuh cinta, ternyata kau mohon obat untuk adik iparmu".

"Dia hanya seorang wanita yang lemah, Yang Mulia baik dan murah hati, andaikan Yang Mulia muncul secara pribadi dan mewakilinya memohon obat tersebut, anda akan mendapatkan dukungan keluarga Jin dan Jiang. Menurut pendapatku, hal ini adalah sesuatu yang menguntungkan baik bagi dirinya maupun Yang Mulia".

"Dukungan keluarga Jin dan Jiang? Hahaha, sudah terlambat! Kalau Jiang Xiaoxuan mati, aliansi pernikahan diantara keluarga Jiang dan Jin akan terputus. Aku akan senang melihatnya, untuk apa aku membantu musuhku sendiri?"

Pangeran Kedua tertawa terbahak-bahak seakan gila, seakan amat puas melihat keadaan itu. Wajah Liu Wenchao kelabu, ia masih berlutut dengan punggung tegak, air teh perlahan-lahan menetes-netes dari rambutnya.

"Mohon kemurahan hati Yang Mulia!" Seakan amat puas melihat reaksi Liu Wenchao itu, Pangeran Kedua kembali bangkit dan melangkah ke hadapannya. Ia memutarinya, lalu dengan tanpa belas kasihan, kakinya menginjak tangannya, setelah itu dengan perlahan ia mengilasgilasnya dengan ujung kakinya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak nyana demi Jiang Xiaoxuan, kau benar-benar rela melakukan segalanya....apakah kau berniat membunuh adikmu dan merampas istrinya? Hal seperti itu bukan mustahil akan kau lakukan". Dengan enggan Liu Wenchao mengangkat kepalanya, lalu memandang Pangeran Kedua dengan penuh harap.

"Aku punya obat itu, cabut nyawa Jin Yuanbao dan tukarlah dengannya". Hanya seperti itu? Hati Liu Wenchao terasa lega.

"Baik". Cahaya kilat bagai anak panah, guntur mendadak mengemuruh, membelah atap yang sehitam tinta, menggetarkan Kota Terlarang yang berdinding merah dan beratap genting porselen, dan juga mengejutkan ibu suri yang sedang hendak minum obat dan beristirahat. Ibu suri mengerutkan keningnya, lalu meletakkan cawan obat dalam genggamannya, ia tak dapat meminumnya....

"Taihou , kalau obat ini dingin khasiatnya akan berkurang!", dayang-dayang istana yang melayani di sampingnya segera memperingatinya. Ibu suri meletakkan cawan obat itu di meja, lalu menghela napas.

"Hari ini aku selalu merasa cemas, entah kenapa, aku merasa akan ada sesuatu yang terjadi". Dayang-dayang itu memandang langit, lalu berkata.

"Mungkin karena hujan lebat dan guntur menggemuruh, cuaca membuat Yang Mulia cemas". Sang ibu suri pun memandang langit, lalu mendengus tanpa berkata apa-apa. Tak lama kemudian, dari ambang pintu terdengar suara keributan. Ibu suri mengerutkan keningnya, lalu bertanya.

"Di luar kenapa begitu ribut? Siapa yang ada di luar?"

Setelah itu seorang kasim masuk dan melapor sambil berlutut.

"Lapor kepada taihou, komandan penjaga istana melapor.....ia berkata bahwa ada seseorang yang semalaman berusaha untuk masuk ke istana, hendak bertemu dengan anda!"

Begitu mendengarnya, sang ibu suri langsung merasa gusar.

"Siapa yang begitu berani?"

"Kabarnya, ia adalah putra Jenderal Jin......Jin Yuanbao....."

"Yuanbao?", sang ibu suri memandang cawan obat yang masih mengepulkan uap tipis sambil mengelus-elus dadanya, ia merasakan suatu firasat buruk, namun dengan tak berdaya ia masih menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Baiklah, aijia juga belum tidur, biarkanlah setan kecil itu masuk, aku hendak menanyainya, apa yang membuatnya begitu berani!"

Tak lama kemudian, sang kasim tua membawa Jin Yuanbao, yang penampilannya mengenaskan karena sekujur tubuhnya basah kuyup dan belumuran lumpur serta penuh lebam, ke dalam......

Pakaian Jin Yuanbao telah tercabik-cabik terkena pukulan, darah dan lumpur di punggungnya bercampur menjadi satu dan menetes-netes ke bawah, namun ia masih tetap memeluk Yu Qilin, ia langsung menjatuhkan dirinya ke tanah dan berlutut di hadapan ibu suri.

Melihat penampilannya yang seperti itu, ibu suri langsung merasa tak senang, dengan gusar ia berkata.

"Jin Yuanbao! Kau anggap tempatku ini tempat apa?"

Sambil berlutut Jin Yuanbao maju mendekati ibu suri, lalu memohon.

"Mohon taihou menghukumku! Zhisun mempunyai suatu masalah yang tak dapat diselesaikan dengan cara lain, jiannei terluka karena senjata tajam, hidupnya berada di ujung tanduk, kabarnya taihou memiliki obat penyambung nyawa, karena cemas, aku telah lancang memasuki istana". Sambil mengerutkan keningnya sang ibu suri memandang Yu Qilin yang berada dalam pelukan Jin Yuanbao, lalu dengan hambar berkata.

"Aijia memang memiliki obat penyambung nyawa di sini, akan tetapi....." Begitu mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao segera mengetukkan kepalanya keras-keras ke lantai, mengetuk hati semua orang di ruangan itu, dan membuat wajah sang ibu suri pucat pasi! "Mohon taihou bermurah hati untuk menyelamatkan istriku!"

Walaupun sang ibu suri berwatak sangat serius, namun melihat pemuda itu begitu penuh cinta, ia merasa sayang padanya, namun ia masih menghela napas sambil mengerutkan keningnya, lalu berkata.

"Obat ini hanya sebutir, bahkan anggota keluarga kekaisaran pun tak semuanya dapat memakainya, aku mana bisa dengan sesuka hatiku memberikannya pada orang lain?"

"Taihou, dia bukan orang lain, dia istriku!", sinar mata Jin Yuanbao nampak penuh tekad, ia sama sekali tak menghindari tatapan mata sang ibu suri. Melihat sinar matanya yang tak sopan itu, amarah sang ibu suri pun berkobar, akan tetapi ia menahan api amarah itu, lalu dengan tenang berkata.

"Istrimu? Dia dan keluarga kekaisaran sama sekali tak memiliki hubungan darah, saat ini situasi politik sedang tak stabil, para menteri di istana bersekongkol untuk kepentingan mereka sendiri, di istana banyak timbul gelombang, tak bisa tidak aku harus lebih berhati-hati dan menjaga pil penyambung nyawa ini baik-baik, agar dapat menggunakannya pada saat-saat yang menentukan". "Kalau pil obat itu tak ada, masih dapat dimintakan lagi, dan dapat diracik lagi, namun begitu nyawa manusia telah hilang, segalanya tak ada lagi! Apakah dalam pandangan mata taihou, selembar nyawa manusia tak lebih penting dari sebutir pil?"

Tak nyana, ia dapat begitu angkuh! Sang ibu suri langsung naik pitam.

"Berani-beraninya kau berkata demikian! Karena mencemaskan istri tercintamu kau bicara sembarangan. Aku tak akan menghukum pelanggaranmu, cepat pulanglah!"

"Ia terluka parah demi menyelamatkan diriku. Hidupku adalah miliknya, mohon taihou berbelas kasihan dan menganugerahkan obat untuknya". Dengan penuh tekad Jin Yuanbao terus menerus menatap sang ibu suri, walaupun ia tahu bahwa tindakannya itu tak sopan, walaupun ia tahu bahwa tindakannya itu diluar kepantasan, akan tetapi, asalkan ia dapat memberikan secercah harapan pada Yu Qilin, ia tak dapat melepaskan kesempatan itu! Dengan pelan sang ibu suri mengepalkan tangannya, ia mengeraskan hatinya.

"Lebih baik ia atau kau yang mati?"

Setiap kata yang dingin itu seakan sebilah pedang tajam yang menusuk hati Jin Yuanbao, ia langsung berkali-kali menggetukkan kepalanya ke lantai.

"Aku lebih suka menukar nyawaku dengan nyawa istriku!"

Apakah ia sedang memaksa diriku? Tiba-tiba sang ibu suri menyapu cawan obat yang berada di atas meja hingga jatuh ke lantai.

"Jin Yuanbao! Demi seorang perempuan kau mempersulit aijia?"

Namun Jin Yuanbao seakan tak mendengarnya, ia hanya terus menerus mengetukkan kepalanya ke lantai.

"Mohon taihou menganugerahkan obat!"

"Baiklah! Tak usah berkata apa-apa lagi!"

Sang ibu suri bangkit dan berkata.

"Kemarilah dan bawa Jin Yuanbao keluar dan suruh Nyonya Jin mengajarnya dengan baik!"

Serombongan pengawal segera masuk dari luar, mereka maju ke depan, hendak membawa Jin Yuanbao keluar.

Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tahu bahwa kalau ia hanya meminta begitu saja, tak akan ada gunanya, setelah meletakkan Yu Qilin, ia merampas sebilah pedang yang tergantung di pinggang seorang pengawal, lalu langsung menusukkannya ke dadanya sendiri.

"Yuanbao!", ibu suri berseru kaget. Sambil mengenggam gagang pedang, Jin Yuanbao menatap ibu suri.

"Taihou, hidup mati zhisun ada di tangan anda. Mohon supaya anda menganugerahkan obat!"

Ibu suri merasa sangat geram.

"Cepat! Hentikan dia!"

Jin Yuanbao menghindari para pengawal itu, lalu menusukkan pedang itu ke dadanya lebih dalam lagi, darah segar pun mengalir keluar dengan deras. "Mohon taihou menganugerahkan obat!"

Sang ibu suri terguncang, hatinya galau, darahnya bergolak dan naik ke kepalanya! Matanya menjadi gelap dan ia hampir pingsan.

Ketika dayang-dayang yang berada di sisinya melihat kejadian itu, ia segera menyokongnya, lalu mengelus-elus dadanya untuk menenangkannya.

Melihat wajah sang ibu suri, Jin Yuanbao merasa agak tak tega, namun saat pandangan matanya jatuh ke Yu Qilin yang terbaring di lantai, ia mengeraskan hatinya.

Setelah sang ibu suri menenangkan dirinya, ia menggeleng sambil menegur Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao, aku sama sekali tak menyangka, semasa hidupnya ayahmu memimpin laksaan prajurit dan pasukan berkuda dengan amat gagah, tapi karena seorang perempuan, kau menjadi linglung seperti ini!"

"Ia bukan hanya seorang perempuan.....", napas Jin Yuanbao menjadi agak lemah.

"Dia......adalah hidup zhisun". Pandangan mata Jin Yuanbao penuh tekad, sepertinya, ia telah berhasil menyentuh dawai-dawai hati sang ibu suri, sang ibu suri memandanginya untuk beberapa saat, lalu tanpa dapat berbuat apa-apa menggelengkan kepalanya, ia melambaikan tangannya ke arah dayang-dayang yang berada di sampingnya.

"Pergilah...." Dayang-dayang itu adalah orang lama yang selalu mendampingi ibu suri, ia langsung memahami maksudnya, setelah membantu ibu suri duduk, ia segera melangkah dengan cepat ke dalam kamar dalam, beberapa saat kemudian, ia keluar sambil membawa sebuah kotak berlapis brokat. Ibu suri menerima kotak itu, membuka dan melihat ke dalamnya, lalu seakan memberi sedekah pada seorang pengemis yang menjijikkan, melemparkannya dengan kesal pada Jin Yuanbao.

"Kuberikan padamu!"

Jin Yuanbao segera melemparkan pedang dalam genggamannya, lalu cepat-cepat berjongkok dan memungut kotak brokat itu, ia membukanya, di dalamnya terdapat sebuah pil bulat, seketika itu juga ia sukar mengendalikan perasaan yang bergejolak dalam hatinya.

Ia membuka pil itu, lalu memasukan isinya ke dalam mulutnya, setelah mengunyahnya sampai halus, ia memasukannya ke dalam mulut Yu Qilin dengan menggunakan mulutnya sendiri.

Melihat bahwa ia sama sekali tak menghindar atau berterima kasih, melainkan langsung menolong orang, hati ibu suri menjadi dingin, dengan suara pelan ia mencacinya.

"Keturunan yang tak pantas menyandang nama besar orang tuanya!"

Akan tetapi, setelah itu ia berkata kepada kasim yang berada di mulut pintu.

"Cepat panggil tabib istana untuk memeriksanya!"

Petir putih membelah angkasa, guntur mengelegar di langit di atas Wisma Jin, tetesan air hujan sebesar kacang hijau berjatuhan, menimbulkan bunyi berdentang-denting di atas genting.

Serombongan orang mengusung Jin Yuanbao dan Yu Qilin ke dalam wisma.

Jin Yuanbao amat lemah, darah dan lumpur di tubuhnya perlahan-lahan menetes ke bawah, namun ia masih tak lupa mengangsurkan tangannya untuk mengenggam tangan Yu Qilin, akan tetapi, tak lama kemudian, ketika tangan mereka baru saja hendak saling bersentuhan, mereka dipaksa berpisah.....

Sambil tersedu sedan Gu Zhangfeng menasehatinya.

"Yuanbao, kau jangan bergerak, begitu bergerak darah akan mengalir semakin deras. Kalian cepatlah sedikit!"

Begitu mendengar perkataannya, para pelayan bekerja dengan makin cepat, dengan cepat mereka membawa mereka berdua ke rumah obat Gu Zhangfeng.

Ketika semua orang di ruangan itu sedang sibuk, dari jendela sebuah anak panah busur silang menyusup masuk, anak panah itu samar-samar nampak kehitaman, seperti telah dicelupkan dalam cairan racun.....

Anak panah itu perlahan-lahan membidik ke arah Jin Yuanbao yang sedang memandang Yu Qilin dengan cemas, siap untuk beraksi....

Tiba-tiba, sebuah suara erangan terdengar.....

"Sakit..."

Walaupun sangat lirih, suara itu langsung dapat didengar semua orang, suara itu adalah suara Yu Qilin.

Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao langsung mendorong Gu Zhangfeng yang sedang membalut lukanya, memburu ke hadapan Yu Qilin, lalu memanggilnya dengan gembira.

"Xiaoxuan! Xiaoxuan!"

Melihat Yu Qilin sadar, semua orang dalam ruangan itu gembira bukan kepalang! Dan anak panah itu pun perlahan-lahan menghilang dari tengah jendela.....

Entah seberapa lama kemudian, Yu Qilin perlahan-lahan tersadar, begitu membuka mata ia melihat wajah Jin Yuanbao yang sedang mengerutkan dahinya dalam-dalam.

Dada Jin Yuanbao dililit perban, ia setengah menelungkup di tepi ranjang sambil mengenggam tangannya erat-erat.

Wajah Jin Yuanbao pucat pasi, sekujur tubuhnya gemetar, tubuhnya dibalut selimut, seakan ia juga sakit...

Melihatnya tersadar, Jin Yuanbao sepertinya menghembuskan napas lega, dengan perlahan ia melepaskan tangan Yu Qilin, lalu memandangnya sambil tersenyum.

"Kau sudah bangun? Sakit tidak?" Yu Qilin menggeleng, ia merasa dadanya sakit seakan dibelah, ia membuka mulutnya, hendak bertanya padanya tentang apa yang telah terjadi, akan tetapi, akhirnya Jin Yuanbao tak sanggup bertahan lagi dan jatuh pingsan.

"Yuanbao!", Yu Qilin berseru kaget, ia hendak menariknya, namun lukanya terasa amat nyeri sehingga ia tak dapat mengangkat tubuhnya sendiri. Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan yang berada di samping segera memburu menghampiri mereka, memanggil pelayan, lalu mereka semua bersama-sama mengangkat Jin Yuanbao ke ranjang yang berada di samping.

"Yuanbao, Yuanbao kenapa?"

Dengan cemas Yu Qilin menatap Jiang Xiaoxuan, namun Jiang Xiaoxuan hanya mengerutkan keningnya, lalu menenangkannya.

"Kau jangan khawatir, ada tabib istana di wisma, tak mungkin terjadi apa-apa".

"Aku akan memanggil tabib istana!", setelah berbicara, Gu Zhangfeng melangkah keluar dengan cepat. Tabib Istana Wang segera datang, begitu masuk ke kamar, ia terlebih dahulu menuju ke ranjang Yu Qilin, setelah melihat bahwa mata Yu Qilin yang terbuka lebar sedang memandang Jin Yuanbao dengan cemas, wajah Tabib Istana Wang nampak agak lega, setelah itu ia melangkah dengan cepat ke arah Jin Yuanbao dan memeriksa denyut nadinya. Beberapa saat kemudian, dengan tenang Tabib Istana Wang berkata.

"Jin Gongzi pingsan karena terlalu banyak kehilangan darah dan kelelahan, sama sekali tak berbahaya. Aku akan membuatkannnya beberapa obat untuk menenangkan urat syaraf dan menghentikan perdarahan". Ketika semua orang mendengar perkataannya, hati mereka terasa lega. Setelah itu, Tabib Istana Wang juga memeriksa denyut nadi Yu Qilin, ia mengangguk dan berkata sembari tersenyum.

"Khasiat Pil Huanhun memang luar biasa, hidup nyonya muda sudah tak dalam bahaya lagi, asalkan lukanya dirawat dengan baik, ia akan dapat dengan cepat sembuh seperti sediakala". Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan saling memandang sambil tersenyum, mereka berdua merasa girang. Melihat kejadian itu, Nyonya Jin maju ke depan, menghormat pada Tabib Istana Wang, lalu berkata.

"Kami telah merepotkan Tabib Istana Wang......"

Setelah itu ia memandang ke arah A Fu dan berkata dengan suara lirih.

"Kau ikutlah dengan Tabib Istana Wang untuk mengambil obat, diluar ongkos pengobatan, berikanlah sebuah hongbao yang berisi seratus tahil kepada Tabib Istana Wang". Walaupun sang tabib istana mendengar perkataan itu, namun ia tahu bahwa Wisma Jin kaya raya, tanpa berbasa-basi kosong, ia segera menghormat kepada Nyonya Jin, lalu mengikuti A Fu keluar. Setelah berbaring sejenak, Yu Qilin merasa sedikit bertenaga, ia berusaha untuk bangkit, lalu menarik tangan Jiang Xiaoxuan yang berada di sampingnya seraya bertanya.

"Beritahu aku, sebenarnya apa yang terjadi? Aku jelas telah menangkis tikaman pedang itu untuk Yuanbao. Bagaimana ia sampai bisa terluka? Dan Pil Huanhun yang disebut-sebut tabib istana itu apa?"

Mata Jiang Xiaoxuan nampak merah, ia hendak menjawab, namun ditatap dengan tajam oleh Nyonya Jin. Pandangan mata Nyonya Jin menyapu Yu Qilin dengan dingin, ia tak berkata apa-apa.....
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ibu......", dengan penuh harap Yu Qilin memandang Nyonya Jin, entah apa sebabnya, ia tak bisa duduk diam karena gelisah.

"Hah....."

Nyonya Jin kembali menatapnya, tatapan itu penuh kemarahan dan rasa muak, membuat Yu Qilin mau tak mau agak gemetar.

Yu Qilin tak berani bertanya-tanya lagi dan dengan patuh berbaring, pandangan matanya terpaku pada kelambu berwarna coklat di atas kepalanya.

Nyonya Jin berjalan ke sisi Jin Yuanbao, lalu mengawasinya dengan penuh perhatian.

Setelah bertanya pada Gu Zhangfeng tentang diagnosa yang baru diberikan oleh Tabib Istana Wang, ia baru merasa lega.

Setelah itu, seakan Yu Qilin tak berada di tempat itu, ia pun berlalu.

Setelah ia pergi, Jiang Xiaoxuan baru memberitahu Yu Qilin tentang semua peristiwa yang terjadi kemarin.

Mendengarnya, Yu Qilin amat terkejut......sambil mengigit bibirnya, ia memandang ke arah Jin Yuanbao, Jin Yuanbao mengenakan pakaian yang kotor, terutama sepatunya, yang seakan digali dari dalam lumpur.

Dadanya dibalut perban berwarna putih, di perban itu samarsamar muncul bercak-bercak darah.....

"Si tolol ini.....", Yu Qilin mengumam.

"Demi menolongku ia sengaja menikam dirinya sendiri? Di dunia ini, tak ada orang yang lebih tolol darimu!"

Sambil berbicara, air matanya bercucuran dan jatuh di atas selimut brokatnya, sehingga menimbulkan bercak-bercak air.

Dengan sedih Jiang Xiaoxuan memandangnya, namun ia pun tahu bahwa saat ini tak ada gunanya menasehatinya, lebih baik ia membiarkannya menangis saja sampai ia merasa agak lebih baik.

Ia juga tahu bahwa Yu Qilin ingin unggul dalam segala hal, ia khawatir Yu Qilin merasa kehilangan muka kalau menangis di depan Gu Zhangfeng dan dirinya, maka ia melangkah ke samping, menarik tangan Gu Zhangfeng, lalu berkata.

"Kita menunggu di luar dulu". Mereka berdua pun melangkah keluar sambil bergandengan tangan.

"Semua ini kesalahanku....."

Bibir Yu Qilin bergetar, rasa bersalah menyesaki dadanya, hatinya terguncang, perasaan itu membuat perutnya kejang dan sakit, Yu Qilin pun muntah beberapa kali, tapi karena sudah lama tak makan apa-apa, ia tak memuntahkan apapun, hanya memuntahkan air mata yang bercucuran dengan deras.....

* Setelah meninggalkan rumah obat, dengan marah sekaligus sedih, Nyonya Jin berjalan ke Taman Furong, begitu ia duduk, Liu Wenchao datang sambil membawa teh, lalu bertanya dengan penuh perhatian.

"Yuanbao tak apa-apa?"

"Putra yang tak berbakti.....", sambil menghela napas, Nyonya Jin menyambut cawan teh. Melihatnya sikapnya, Liu Wenchao pun tahu bahwa Jin Yuanbao baik-baik saja, dahinya agak berkerut, lalu, seakan dengan asal, ia bertanya.

"Nyonya muda juga tak apa-apa?"

"Ia juga baik-baik saja.....", nada suara Nyonya Jin sedih.

"Selembar nyawa telah diambil kembali". Mendengar jawaban yang pasti itu, hati Liu Wenchao menjadi jauh lebih lega, mau tak mau senyum muncul di bibirnya, akan tetapi.....setelah itu ia berpikir, kalau Yu Qilin tahu bahwa nyawanya ditukar dengan nyawa Jin Yuanbao, jangan-jangan perasaan diantara mereka berdua akan semakin dalam...... Berpikir sampai disini, untuk sesaat hati Liu Wenchao terasa pedih sukar ditahan. Nyonya Jin minum seteguk teh, lalu berkata dengan sedih.

"Dahulu aku merasa sangat memahami watak Jin Yuanbao, akan tetapi sejak Xiaoxuan masuk ke rumah ini, makin lama aku makin tak bisa menebak jalan pikirannya. Yuanbao yang dahulu, walaupun tak terang-terangan berkata akan mematuhiku, namun paling tidak dalam melakukan segala hal, selalu mempertimbangkan nama baik Wisma Jin kita, akan tetapi sekarang, demi seorang perempuan ia ternyata berani melawan ibu suri". Melihatnya, Liu Wenchao cepat-cepat menasehatinya.

"Gumu tak usah terlalu bersedih, Jin Yuanbao adalah seorang muda yang gegabah, karena terlalu sayang pada istri, ia sampai menjadi seperti itu".

"Ini salahku karena aku biasa membiarkannya bersikap semaunya sendiri, sampai dalam bertindak ia tak bisa membedakan mana hal yang penting dan tidak, bahkan demi seorang perempuan, sampai tak memperdulikan usaha besar keluarga Jin, aku mana bisa dengan hati lega menyerahkan semuanya ke tangan Yuanbao!"

Mendengar perkataan itu, sebuah ide muncul dalam benak Liu Wenchao, ia cepat-cepat bersikap sangat tenang dan sangat berbakti, lalu berkata.

"Gumu, anda masih punya aku, aku selalu ingat bahwa gumu membesarkanku, demi membesarkanku dan adik, selama bertahun-tahun gumu menderita, Wenchao sangat berterima kasih. Dari dulu aku telah mengangap keluarga Jin sebagai keluargaku sendiri. Sepanjang hari aku selalu berpikir bagaimana caranya aku dapat berbakti kepada gumu, dan bagaimana aku dapat sedikit memikul beban kewajiban keluarga Jin, berusaha dengan sekuat tenaga....."

"Tak ada yang dapat menggantikan Yuanbao memikul beban kewajiban itu", dengan tegas Nyonya Jin memotong perkataannya. Melihat wajah Liu Wenchao nampak muram, Nyonya Jin tahu bahwa perkataannya barusan ini agak menyinggungnya, maka ia pun menghiburnya.

"Akan tetapi, jarang ada orang yang begitu tulus sepertimu. Kau mewakiliku mengurus begitu banyak orang di Wisma Jin. Hari ini Yuanbao rela menikam dirinya dengan pedang demi perempuan itu, aku khawatir besok ia pun rela menyerahkan nyawanya demi perempuan itu!"

Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao mengulirkan matanya, lalu melangkah mendekat dan berkata dengan suara pelan.

"Gumu, aku mempunyai sebuah cara yang dapat membuat biaodi berubah pikiran".

"Oh ya? Katakanlah".

"Yuanbao baru mengambil istri, ia baru saja mencicipi hubungan diantara pria dan wanita, lumrah kalau mereka saling melekat dan tak terpisahkan. Kita harus mengalihkan perhatiannya, kenapa tak membiarkannya mengambil selir? Manusia suka yang serba baru, setelah mengambil selir, perhatiannya tak akan semata-mata terpusat pada nyonya muda!" Nyonya Jin berpikir untuk beberapa saat sambil mengerutkan keningnya, lalu bertanya pada Gu Daniang di sisinya.

"Bagaimana menurutmu?"

Bagi seorang lelaki, mempunyai tiga istri dan empat selir adalah suatu hal yang biasa.

Apalagi bagi tuan muda Wisma Jin? Gu Daniang menyaksikan Jin Yuanbao tumbuh dewasa, dalam hatinya juga muncul perasaan keibuan seperti Nyonya Jin, maka ia mengangguk dan berkata.


Utukki Sayap Para Dewa Karya Clara Ng Pedang Dewa Naga Sastra Bun Liong Sian Pendekar Hina Kelana 30 Dendam Gila

Cari Blog Ini