Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 19

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 19



"Furen, ide ini bagus. Di satu pihak dapat membuat tuan muda berubah pikiran, dan di pihak lain juga dapat mempercepat lahirnya keturunan lelaki penerus keluarga Jin. Karena nyonya muda belum menunjukkan tandatanda kehamilan, dengan alasan bahwa anda mengkhawatirkan kelanjutan keluarga Jin, suruhlah tuan muda mengambil selir, ia akan terpaksa menurut".

"Ya....", Nyonya Jin perlahan-lahan mengangguk.

"Mengambil selir tak ada jeleknya, tapi kita harus berhati-hati dalam memilih selir itu. Jangan sampai kita memasukkan seorang wanita penggoda ke dalam rumah ini. Wenchao, kau pulanglah dan pikirkan baik-baik siapa yang pantas dipilih, dan aku akan mempertimbangkannya".

"Baik, gumu", Liu Wenchao menjura, wajahnya yang menghadap ke bawah nampak bengis....kalau ia mengambil seorang selir, apakah kau masih dapat menerimanya? Namun saat itu di rumah obat Gu Zhangfeng, Yu Qilin telah dapat duduk, dengan wajah pucat dan lemas ia bersandar di tepi ranjang Jin Yuanbao sambil mengenggam kesepuluh jari tangannya. Tiba-tiba, jari-jari tangan Jin Yuanbao bergerak-gerak..... Yu Qilin yang perasaannya peka merasakannya, ia segera memanggilnya dengan tegang.

"Yuanbao, Yuanbao?"

Jin Yuanbao perlahan-lahan membuka matanya.

"Yuanbao, kau sudah bangun?"

Melihat Yu Qilin berada di sisinya, Jin Yuanbao hendak duduk, namun sekujur tubuhnya lemas tak berdaya, bagaimanapun juga ia tak dapat duduk..... Yu Qilin cepat-cepat mencegahnya.

"Berbaring sajalah dulu". Seakan tak dapat mempercayai matanya, Jin Yuanbao menatapnya, ia kembali mengenggam tangan Yu Qilin.

"Kau tak mati...."

Begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin tersenyum.

"Keberuntunganku sangat besar, Yama sang raja neraka tak sudi menerimaku, aku hanya memutari istananya sekali, lalu pulang". Walaupun senyumnya lemas, akan tetapi di matanya, Jin Yuanbao melihat cahaya musim semi yang cerah dan mempesona. Menyadari bahwa ia terus memandangi dirinya dengan mata berbinar-binar, Yu Qilin merasa agak jengah.

"Untuk apa kau terus memandangiku?"

"Kulihat kau perempuan ini punya lebih banyak hidung dan mata dibandingkan dengan orang lain". Yu Qilin tercengang.

"Kenapa kau berkata begitu?"

Di wajah Jin Yuanbao sekilas nampak rasa gusar.

"Kalau tidak, kenapa kau selalu memamerkan kepandaianmu? Kau tahu tidak, sekali ini, nyawa kecilmu itu hampir saja melayang!"

"Karena dirimu aku.....", Yu Qilin hendak membela diri, namun ia merasa tak berdaya membela dirinya, makin lama suaranya makin kecil. Mengingat kejadian ketika Yu Qilin menangkis tikaman pedang demi dirinya, hati Jin Yuanbao terasa hangat sekaligus pedih, ia segera bergeser ke bagian dalam ranjang, lalu menepuk-nepuk separuh ranjang yang kosong di sampingnya seraya berkata.

"Berbaringlah".

"Untuk apa?"

"Lukamu belum sembuh, kemari dan berisitirahatlah sejenak". Yu Qilin juga merasa agak lelah, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu dengan patuh berbaring di sisinya. Dengan puas Jin Yuanbao tersenyum, namun ia mendapati bahwa Yu Qilin mengerutkan dahinya dalam-dalam, maka ia mengangsurkan tangannya dan mengelus-elus dahi Yu Qilin.

"Kalau kau mengerutkan kening nanti akan timbul kerutan, sekarang saja sudah cukup tak enak dilihat, awas nanti kau akan menjadi lebih jelek lagi". Yu Qilin mengerutkan keningnya, ia hendak membantah. Dengan telunjuknya Jin Yuanbao menyentuh dahi Yu Qilin, lalu dengan penuh kasih sayang tersenyum.

"Akan tetapi, menjadi jelek pun tak apa, aku tak akan menghindarimu. Sejak saat ini, selembar nyawamu adalah milikku, Jin Yuanbao, setelah ini, tanpa izinku, kau tak boleh terluka dan tak boleh meninggalkanku!"

Mendengarnya mengungkapkan isi hatinya dengan berapi-api seperti itu, dalam hati Yu Qilin muncul berbagai perasaan yang saling bercampur baur.

Ketika dirinya menangkis tikaman pedang untuknya, ia melakukannya secara naluriah.....kalaupun sekarang ia memikirkan hal itu, dirinya sama sekali tak menyesal.......namun Jin Yuanbao telah melukai dirinya sendiri deminya, dan juga melawan ibu suri.....hal ini sama sekali tak disangka olehnya.

Yu Qilin merasakan suatu perasaan tersentuh yang sulit dilukiskan, dirinya paling takut kalau orang lain baik kepadanya, persis seperti ibu, persis seperti Pang Hu, mereka baik kepadanya, maka dirinya mengingatnya baik-baik di dalam hatinya, dan selalu ingin membalas kebaikan mereka.....

Sekarang, Jin Yuanbao, kau jangan terlalu baik padaku, ya? "Kau dengar tidak?", Jin Yuanbao agak kesal melihat wajahnya yang termenung, maka untuk menekankan hal itu, ia menanyainya sekali lagi.

Dengan tajam Jin Yuanbao memandangnya, akan tetapi, di telinga Yu Qilin muncul rona merah yang luar biasa, Yu Qilin tak mampu menahan diri untuk tak tertawa.

"Sudah dengar". Setelah berisitirahat beberapa hari, akhirnya Yu Qilin tak bisa tenang-tenang saja lagi, ia merasa pikirannya terang dan tubuhnya segar bugar, sama sekali tak sakit, maka ia pun ingin berjalan-jalan. Kebetulan hari itu cuaca cerah, tanpa memperdulikan larangan para gadis pelayan, sambil terhuyung-huyung, Yu Qilin berjalan ke taman bunga.

"Udara di luar memang lebih baik!", Yu Qilin mengulet, akan tetapi ia kemudian merasa bahwa dadanya agak sakit, maka ia agak menahan diri, sambil mengelus dadanya, ia berjalan dengan perlahan-lahan di halaman yang tenang itu. Ketika berjalan di tepi danau, ia melihat Jiang Xiaoxuan sedang duduk di paviliun di tengah danau, nampaknya sedang menyulam sesuatu, maka ia pun dengan diam-diam berjalan mendekatinya, begitu melihat benda yang sedang disulamnya, ia langsung merasa gembira dan segera merampas benda di tangan Jiang Xiaoxuan itu. Jiang Xiaoxuan menyulam dengan penuh perhatian, ia tak menyangka kejadian itu akan terjadi dan terkejut, akan tetapi setelah mengetahui bahwa orang itu adalah Yu Qilin, ia cepatcepat merampas kembali benda itu.

"Qilin, cepat kembalikan padaku". Yu Qilin memandangi sapu tangan itu, di sapu tangan itu tersulam beberapa batang bambu hijau zamrud, dan juga sebuah huruf 'zhang' berwarna hitam legam, Yu Qilin segera mengodanya.

"Ini untuk diberikan ke Zhangfeng, ya?"

Wajah Jiang Xiaoxuan memerah.

"Kau bukannya sudah tahu tapi masih sengaja bertanya?"

Melihatnya bersikap tenang, Yu Qilin tak lagi ingin mengodanya, ia memandang sapu tangan yang belum selesai disulam di tangannya itu, dilihatnya bahwa jahitannya rapat, pekerjaannya halus dan teliti, maka dengan tulus ia pun memujinya.

"Zhangfeng benar-benar beruntung". Jiang Xiaoxuan memelototinya, merampas kembali sapu tangan itu dan melanjutkan pekerjaannya.

"Xiaoxuan, kau suka pada Zhangfeng, benar tidak?"

Yu Qilin duduk di sisinya. "Hmm....", Jiang Xiaoxuan sedang sibuk menyulam, begitu mendengar perkataan Yu Qilin, tangannya agak bergetar dan jarumnya pun meleset.

"Kenapa?"

Dengan kesal Jiang Xiaoxuan menatapnya.

"Kau ini memang keterlaluan, kalau tak ada masalah untuk apa kau bicara?"

Begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Kalau tak ada masalah, kenapa kau begitu gelisah?"

"Kata siapa aku gelisah?", wajah Jiang Xiaoxuan nampak memerah.

"Kau memang keras kepala, dari dulu aku sudah tahu kau suka pada Zhangfeng, tapi kau kuanjurkan supaya mendahuluinya mengungkapkan perasaanmu pada Zhangfeng. Kalau kau tak berbicara, si tolol Zhangfeng itu pasti tak akan menyadarinya".

"Mengenai hal semacam ini, seorang gadis sepertiku mana bisa berbicara terlebih dahulu? Kalau kau bagaimana? Apakah kau akan mengungkapkan perasaanmu terlebih dahulu?"

"Tentu saja aku akan melakukanya, aku telah memutuskan bahwa setelah luka Yuanbao sembuh, aku akan memberitahunya tentang perasaanku terhadapnya dan identitas asliku". Mendengarnya, Jiang Xiaoxuan tertegun, ia meletakkan sulaman di tangannya, lalu dengan serius bertanya.

"Qilin, apakah kau sudah memikirkannya baik-baik? Kalau setelah Jin Yuanbao mengetahui keadaan yang sebenarnya ia tak mau menerimanya, lalu bagaimana?"

"Kalaupun akibatnya seperti itu, aku tetap akan memberitahunya, aku tak ingin membohonginya lagi. Sejak mengenalnya, setiap hari aku terbebani oleh penipuanku, dan tekanan yang kurasakan terlalu berat. Aku ingin menunjukkan diriku yang sesungguhnya di hadapannya, agar ia dapat mengambil keputusan. Sampai saat itu tiba, aku harus menikmati saat-saat ini". Mata Yu Qilin penuh tekad.

"Tak ada jeleknya, asalkan kau memikirkannya dengan baik dahulu, tak perduli apapun akibatnya, aku akan berdiri di sisimu, menemanimu".

"Xiaoxuan, kau benar-benar saudariku yang baik". Begitu selesai berbicara, Yu Qilin hendak menciumnya, namun Jiang Xiaoxuan cepat-cepat menghindar sambil tertawa, mereka berdua bergurau sambil tertawa-tawa di paviliun itu, suara tawa mereka memenuhi danau. Dengan riang gembira, Yu Qilin perlahan-lahan berjalan ke Taman Songzhu, akan tetapi, dari jauh ia melihat A Fu duduk di tengah halaman dengan wajah masam, setelah menanyainya, ternyata Jin Yuanbao tak mau minum obat. Ia langsung mengambil membawanya masuk. obat dari tangan A Fu, lalu Ketika Jin Yuanbao melihatnya membawa obat masuk, ia langsung mengerutkan keningnya dan berkata.

"Bawa pergi! Pahit sekali, aku tak mau minum".

"Obat berkhasiat pahit rasanya, ayo minum!", Yu Qilin menaruh obat itu di depannya, menyendoknya dengan sendok, lalu hendak meminumkannya padanya. Jin Yuanbao cepat-cepat menghindar, lalu dengan mengiba-iba berkata.

"Aku terluka, pelankan suaramu sedikit, kalau tidak lukaku akan terasa nyeri". Melihat wajahnya yang seperti anak kecil, Yu Qilin sangat kesal sekaligus sangat geli, namun bagaimanapun juga minum obat adalah suatu hal yang penting, maka ia memicingkan matanya dan menatapnya dengan penuh ancaman.

"Kalau kau tak mau minum obat, aku akan menotok jalan darahmu, lalu langsung meminumkan obat itu padamu". Apa? Jin Yuanbao memandangnya dengan tertegun, setelah beberapa saat ia barulah dengan tak berdaya mengangguk.

"Gadis bau, apa aku tak boleh meminumnya sendiri?"

Seketika itu juga, Yu Qilin merasa telah memenangkan pertempuran, sambil tertawa ia berkata.

"Buka mulut!"

Dengan patuh Jin Yuanbao membuka mulutnya, sesendok obat yang pahit pun masuk ke dalam mulutnya.

Diperlakukan seperti ini, Jin Yuanbao merasa sangat nyaman, sehingga rasa pahit pun jauh berkurang.

Dengan amat cepat, Yu Qilin telah selesai meminumkan obat itu, ia menaruh mangkuk obat di lemari yang terletak di kepala ranjang, lalu berkata.

"Buka mulut". Jin Yuanbao merasa kesal.

"Sudah kuminum habis, sekarang mau apa lagi?"

"Buka mulut". Dengan tak berdaya Jin Yuanbao membuka mulutnya, setelah itu, mulutnya pun dipenuhi rasa manis, ternyata Yu Qilin memasukkan sebutir manisan buah ke dalam mulutnya. Mulut Jin Yuanbao terasa manis, hatinya pun terasa manis, ia segera berkata dengan senang.

"Ini lumayan juga". Akan tetapi, begitu ia selesai berbicara, ia melihat Yu Qilin membungkuk di atas tubuhnya sendiri, dan langsung membuka ikat pinggangnya! Dengan tercengang Jin Yuanbao menatapnya, setelah beberapa saat, ia berkata.

"Ai, ai, kenapa kau begitu terburu-buru? Tunggulah sampai lukaku sembuh". Yu Qilin memusatkan perhatian pada pekerjaannya.

"Sekaranglah saatnya, kalau menunggu lukamu sembuh, untuk apa aku melakukan hal ini?"

Wajah Jin Yuanbao panas membara.

"Kau terlalu tak bisa menahan diri". Yu Qilin menatapnya dengan heran.

"Kalau menganti perban, untuk apa menahan diri?"

"Mengganti perban?"

"Memangnya kenapa?"

Yu Qilin memelototinya, lalu terus membantunya menanggalkan pakaian.

Karena Jin Yuanbao berbaring di ranjang, tak mudah untuk mengikat perban itu, oleh karenanya Yu Qilin terpaksa merangkak ke atas ranjang, lalu berlutut di sisi Jin Yuanbao, setelah itu ia membungkuk, sepasang tangannya melingkari dada Jin Yuanbao, seakan hendak memeluknya.....

Karena harus mengambil postur seperti itu, mau tak mau ia menempel pada Jin Yuanbao, dan dari sudut pandang Jin Yuanbao, ia seakan sedang menelungkup di atas dadanya sendiri...

Berbagai adegan yang dilihatnya di Qianjiao Ge mendadak muncul dalam benaknya, Jin Yuanbao merasa kepalanya seakan meledak, tenggelam di tengah rawa yang tak bertepi....

"Duk,duk, duk!"

Jantungnya melompat-lompat, suaranya keras bertalu-talu, seakan mengetuk-ketuk gendang telinganya, pandangan matanya jatuh ke profil wajah Yu Qilin yang jelita, cuping telinganya yang tembus pandang, lehernya yang seputih salju, dan cahaya musim semi di balik kerahnya itu, yang karena ia membungkuk nampak dengan samar-samar....

Mau tak mau, Jin Yuanbao pun menelan ludahnya.

Yu Qilin merasa bahwa Jin Yuanbao agak tegang, semakin lama tubuhnya semakin kaku, semakin kaku.....Yu Qilin mengangkat kepalanya dan meliriknya, ia melihat bahwa ekspresi wajah Jin Yuanbao nampak rumit, ia mengigit bibirnya, wajahnya merah padam, seakan sedang sekuat tenaga menahan diri, Yu Qilin mengira bahwa dirinya telah membuatnya kesakitan, maka ia menasehatinya.

"Kalau sakit katakan saja, tak usah menahannya dengan susah payah begitu".

"Kalau begitu, aku tak usah menahannya?", ujung-ujung bibir Jin Yuanbao terangkat dan muncullah seulas senyum yang menyihir, senyum itu makin menonjolkan ketampanan wajahnya, ia benar-benar bagai setan penggoda. Dengan tercengang Yu Qilin memandangnya, ia merasa jantungnya melompat, ia membuka mulutnya dan berkata.

"Tentu saja....."

Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, sedetik kemudian, sepasang bibir Jin Yuanbao yang panas membara telah memagutnya! Yu Qilin terkejut, namun tanpa menunggunya tersadar, Jin Yuanbao telah mengigiti bibirnya yang hangat dengan lembut, seketika itu juga, tangannya yang seperti memiliki kekuatan gaib meremas dadanya, dan membuat Yu Qilin agak sukar bernapas, dan sedetik kemudian, tangan yang panas itu mulai membelaibelai hatinya, Yu Qilin merasa bahwa seluruh tenaganya sedikit demi sedikit buyar, mau tak mau dirinya mulai menanggapinya.

Merasa mendapatkan tanggapan dari Yu Qilin, sepasang lengan yang kuat tiba-tiba melingkari Yu Qilin dan menariknya kuat-kuat hingga dirinya menempel erat di tubuhnya.

Pada saat yang sama, Jin Yuanbao menghisap bibirnya dan memperdalam ciuman itu.

Karena gerakan itu, luka di tubuh Yu Qilin terasa agak nyeri, akan tetapi, rasa nyeri seperti ini adalah bagai seutas tali tambang yang menarik dan mengikatnya, membuatnya dirinya takluk sepenuhnya, dan menghisap sisa-sisa kesadaran terakhirnya....

Jin Yuanbao bagai seorang jenderal penakluk, terus menerjang maju, terus memperdalam ciuman ini, seakan hendak menghancurkan Yu Qilin hingga berkeping-keping, seakan hendak memusnahkannya....

Seakan linglung, Yu Qilin mengikuti gerakannya, ia seakan tercekik....

Sekonyong-konyong, Jin Yuanbao mengerang dengan suara berat, saat itu Yu Qilin baru sadar bahwa entah sejak kapan, sepasang lengannya telah membelit tubuh Jin Yuanbao bagai seekor ular, memeluknya erat-erat dan sepertinya telah menekan lukanya.

Seketika itu juga, rasa bersalah membuat akal sehat Yu Qilin muncul kembali, ia cepat-cepat menyokongnya, namun suaranya masih bergetar.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tak sengaja, aku.....aku akan memanggil A Fu supaya ia membalutmu". Wajahnya merah padam, dengan tergopoh-gopoh ia bangkit.... Jin Yuanbao cepat-cepat menarik tangan Yu Qilin, pandangan matanya terpaku pada wajahnya, Jin Yuanbao merasa bahwa wajahnya yang merona merah sangat mengemaskan, kalau bisa ia ingin mengigitnya.

"Jangan pergi.....temani aku....."

Akan tetapi, Yu Qilin mana berani menemaninya? Ia segera meronta dan bangkit, lalu berkata.

"Aku.....aku sudah punya janji di dapur untuk belajar membuat pangsit....maka, aku pergi dulu!"

Setelah berbicara, ia segera kabur bagai seorang prajurit yang melarikan diri dari medan pertempuran.

Melihat sosoknya yang melarikan diri, Jin Yuanbao tak kuasa menahan diri untuk tak tertawa pelan, perlahan-lahan, ia menaruh tangannya di dada kirinya, lalu mengumam pada dirinya sendiri.

"Bagian ini sudah menjadi milikmu, di kemudian hari kalau kau meninggalkanku, hatiku akan ikut pergi denganmu, oleh karenanya, beradalah di sisiku selamanya, jangan pernah meninggalkanku". Nyonya besar muda untuk pertama kalinya turun ke dapur sendiri untuk memasak untuk tuan besar muda, hal ini baru pertama kalinya terjadi sejak nyonya besar muda masuk ke Wisma Jin! Selain itu, nyonya besar muda pun memberi perintah bahwa para gadis pelayan dan juru masak tak boleh masuk ke dapur, ia hendak melakukan semuanya sendiri! Akan tetapi.....melihat keadaan yang kacau balau itu,melihat tepung bertumpahan di dapur, semua gadis pelayan dan juru masak merasa gelisah.... Hari ini adalah hari keberuntungan, nyonya besar muda dari Taman Songzhu secara pribadi turun ke dapur untuk membuat pangsit dan mengundang para tetamu untuk merayakan kesembuhan mereka berdua. Walaupun para tamu ini agak sedikit jumlahnya, hanya Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan, namun boleh dibilang bahwa mereka telah menyelenggarakan suatu jamuan makan. Mereka berempat duduk menggelilingi meja makan sambil memandang tumpukan pangsit di meja yang berkilauan, mereka saling memandang, tak ada yang bersedia menjadi orang yang pertama kali memakannya, suasana amat canggung. Sebabnya ialah karena pangsit-pangsit di atas meja itu, kalau kulitnya tak pecah, kulitnya bercampur dengan isinya, atau ukurannya sangat besar, atau kelihatannya mirip seperti bakpao.... Benar-benar sangat mengerikan.... Yu Qilin mengosok-gosok tangannya sendiri, dengan girang ia memandang 'adikaryanya', akan tetapi ketika melihat semua orang tak bergerak, ia mengira bahwa mereka sungkan, maka dengan hangat ia pun mengundang mereka.

"Ayo semua makan! Aku membuatnya sendiri, sebentar lagi dingin!" Gu Zhangfeng memandanginya, namun tak berani bergerak. Jiang Xiaoxuan melihat bahwa Yu Qilin benar-benar bersemangat, maka ia tak tega menyia-nyiakan maksud baiknya dan segera mengambil sumpit seraya berkata.

"Ini adalah untuk pertama kalinya adik membuat pangsit, aku akan mencoba sebuah". Setelah berbicara, ia menjepit sebuah pangsit, lalu memasukannya ke dalam mulutnya. Wajah Jiang Xiaoxuan yang tersenyum perlahan-lahan membeku, lalu sudut-sudut matanya berkedut, setelah mengunyah dengan cepat beberapa kali, ia menelan dengan susah payah, kemudian ia mengangkat kepalanya, namun ia mendapati pandangan mata semua orang menatapnya.

"Bagaimana? Bagaimana?", Yu Qilin memandangnya dengan penuh harap.

"Lu.....lumayan", Jiang Xiaoxuan berusaha keras untuk tersenyum.

"Kalau bicara tentang pangsit, pangsit ini ada kulitnya dan ada isinya, sudah cukup baik". Akan tetapi, kulit pangsit itu sangat kaku, dan isinya lebih aneh lagi..... Namun Yu Qilin tak menyadari makna di balik perkataannya itu, ia segera menyuruhnya dengan girang.

"Zhangfeng, kau juga makan!"

"Aku? Aku juga harus ikut makan?", wajah Gu Zhangfeng nampak tak berdaya. Tanpa bisa berbuat apa-apa, Gu Zhangfeng menyumpit sebuah pangsit dan menaruhnya dalam mulutnya, di bawah pandangan semua orang yang penuh penantian, dengan sikap yang sangat serius ia menelannya, namun ia tak mengunyahnya dan langsung memasukannya ke dalam perutnya. Setelah itu, seperti telah menyelesaikan suatu kewajiban, ia meletakkan sumpitnya dan berkata dengan lantang.

"Aku telah memakannya".

"Enak tidak?", dengan memandangnya. penuh harapan Yu Qilin pun Gu Zhangfeng menggaruk-garuk kepalanya, lalu berkata dengan jujur.

"Aku, aku tak tahu, aku memakannya dengan terlalu cepat dan tak sempat merasakan rasanya".

"Kalau begitu kau harus makan sebuah lagi". Setelah berbicara, dengan bersemangat Yu Qilin menyumpit dua buah pangsit dan menaruhnya di mangkuk Gu Zhangfeng. Melihat pangsit itu, Gu Zhangfeng menelan ludahnya dengan susah payah, dengan mengiba-iba ia menatap Jin Yuanbao.

"Yuanbao....."

Jin Yuanbao mengangkat alisnya, dengan tenang ia mengambil sumpit, lalu berkata.

"Aku akan mencobanya....."

Setelah itu ia mengambil sebuah pangsit dan memasukannya ke dalam mulutnya, lalu mengunyahnya dengan seksama dan perlahan-lahan memakannya sampai habis..... "Ah!", Jin Yuanbao berseru, semua orang dengan cemas menantikan penilaiannya.....

"Menurutku, kulit pangsit ini lumayan, sangat enak untuk dikunyah". Dengan girang Yu Qilin mengangguk.

"Aku sengaja bertanya kepada juru masak di dapur, ia memberitahuku bahwa kalau aku menaruh telur ayam di dalam kulit pangsit, kulitnya akan menjadi kenyal, maka aku menaruh delapan telur ayam di dalamnya!"

"Sepertinya tak hanya mengandung telur ayam, tapi juga mengandung kulit telur ayam.....", Jin Yuanbao tersenyum, namun masih menghiburnya.

"Tapi sangat lezat".

"Benarkah?", Yu Qilin girang bukan kepalang. Dengan pandangan penuh harap ia memandang semua orang.

"Karena kalian semua merasa bahwa pangsit ini lezat, cepatlah makan sampai habis, kalau tak cukup, aku akan membuatnya lagi". Begitu mendengar perkataannya itu, wajah semua orang menjadi kehijauan.

"Kalau begitu.....", dengan jengah Jiang Xiaoxuan berkata.

"Aku tak terlalu lapar....", setelah itu matanya bergulir, dan dengan penuh semangat ia mengusulkan.

"Kita main tebak-tebakan daun saja".

"Bagus, bagus, kita main tebak-tebakan daun saja!", seketika itu juga, Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng menemukan juru selamat mereka. "Kalau begitu bagaimana dengan pangsitku?", dengan sedih Yu Qilin memandang pangsit-pangsit itu, setelah berpikir sejenak, dengan mengiba-iba ia memandang Jin Yuanbao.

"Yuanbao....."

Jin Yuanbao cepat-cepat memotong perkataannya dengan berseru.

"A Fu!"

A Fu berlari masuk.

"Shaoye, ada apa?"

"Ah......", Jin Yuanbao memilih kata-katanya dengan hati-hati.

"Hidangan ini dibuat sendiri oleh nyonya muda, selama ini kau sudah bekerja keras, beberapa mangkuk pangsit ini kuhadiahkan padamu untuk memberimu semangat kerja, kau harus memakannya sampai habis". Begitu selesai berbicara, ia segera memimpin semua orang meninggalkan tempat itu. Setelah melihat mereka berlalu, A Fu memandang pangsit di atas meja yang terlalu mengerikan untuk dilihat itu, ia menggertakkan giginya, lalu berkata.

"Shaoye, aku tak mau memakannya, boleh tidak?"

Cuaca cerah, angin sepoi-sepoi bertiup, di bawah pohon liu di tepi danau, empat orang duduk di sekeliling meja batu sambil bermain tebak-tebakan daun.

Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan berada dalam satu tim, sedangkan Gu Zhangfeng dan Jin Yuanbao berada dalam satu tim lain.

Sebelum setengah hari berlalu, selain di sekeliling matanya, wajah Yu Qilin telah penuh ditempeli potongan-potongan kertas.

Potongan-potongan kertas di wajah Jiang Xiaoxuan juga amat banyak, membuatnya amat jengah.

Di wajah Gu Zhangfeng tertempel beberapa potong kertas, sedangkan di wajah Jin Yuanbao sama sekali tak ada satu potong kertas pun.

"Ha! Aku menang lagi!", Jin Yuanbao mengangkat potongan kertas di tangannya, sambil tersenyum nakal ia memandang ke arah Yu Qilin dan berkata.

"Hehehe, kau kalah lagi, melarkan wajahmu supaya aku bisa menempelkan sepotong kertas lagi". Dengan bandel Yu Qilin menghindar.

"Aneh, dalam tim kalian ada Zhangfeng, bagaimana kalian bisa menang lagi? Pasti kalian main curang untuk membuat wajahku penuh potongan kertas!"

Ia merengut potongan-potongan kertas yang tertempel di wajahnya.

"Ayo cepat, biarkan aku memeriksa kalian!"

"Hah!", dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao berkata.

"Orang yang sepandai dan sebijaksana diriku, masa harus main curang? Kau terlalu memandang rendah aku".

"Xue er, aku akan memeriksa Yuanbao, kau periksalah Zhangfeng". Begitu selesai berbicara, Yu Qilin hendak menggeledah Jin Yuanbao, namun Jin Yuanbao mengegos menghindarinya, mereka berdua pun berkejar-kejaran mengelilingi meja batu itu sambil tertawa-tawa.

"Nona Xue er, aku benar-benar tak berbuat curang, kalau kau tak percaya, aku akan membuka pakaian luarku supaya kau dapat melihatnya". Dengan wajah tak berdosa, Gu Zhangfeng memandang Jiang Xiaoxuan, sambil berbicara ia mulai menanggalkan pakaiannya.

"Aku percaya, aku percaya, kau tak usah membuka bajumu". Jiang Xiaoxuan cepat-cepat membuang muka.

"Aku tahu bahwa Nona Xue er selalu mempercayaiku", Gu Zhangfeng tertawa ketolol-tololan. Di belakang gunung-gunungan sebuah sosok yang kesepian memandang keempat orang yang sedang bermain dan bergurau dengan asyik itu, dengan penuh kebencian ia mematahkan sebuah ranting pohon dengan tangannya.

"Nikmatilah sebisa kalian, sebentar lagi kegembiraan ini bukan lagi milik kalian!"

Setelah berbicara, ia melemparkan ranting dalam genggamannya ke tanah, lalu berjalan dengan cepat ke Taman Furong.

Di aula Taman Furong, Nyonya Jin sedang duduk di sebuah kursi berpunggung melengkung, ia sedang minum teh dengan santai sambil membolak-balik sebuah buku puisi.

Gu Daniang berdiri di sebelahnya sambil mengipasi Nyonya Jin untuk mengusir hawa panas musim panas.

Liu Wenchao berdiri di mulut pintu, ia menghormat.

"Gumu". Nyonya Jin meletakkan cawan tehnya, lalu memandang ke arahnya, ia mengangguk-angguk, lalu bertanya.

"Wenchao, apakah kau sudah mengerjakan urusan yang kuserahkan padamu itu?"

Liu Wenchao berjalan ke tengah ruangan itu, lalu tersenyum dan berkata.

"Gumu, aku sudah memikirkan baik-baik tentang orang yang akan dipilih menjadi selir Yuanbao".

"Oh, ya? Ia nona dari keluarga mana?"

Nyonya Jin merasa girang.

"Dia adalah Nona Xue er".

"Nona Xue er?", Nyonya Jin agak terkejut. Liu Wenchao mengangguk.

"Nona Xue er sudah cukup lama tinggal di wisma ini, ia tak usah diajari semuanya dari depan sampai belakang lagi, lagipula, watak Nona Xue er lembut dan penurut, terpelajar dan tenang, dan dengan nyonya muda sudah bertahun-tahun menjalin persahabatan, kalau mengambilnya sebagai selir pasti tak akan menimbulkan pertentangan. Kalau kita dengan gegabah mencari orang dari luar, pertama, janganjangan ia akan sulit mematuhi peraturan, kedua, tuan muda akan sulit menerimanya". Setelah Nyonya Jin mendengar perkataannya, dengan bingung ia mengerutkan keningnya, lalu memandang ke arah Gu Daniang.

"Kalau aku tak salah ingat, Zhangfeng menyukai Nona Xue er". Sejak dahulu Gu Daniang tak suka pada Nona Xue er yang tak jelas asal usulnya itu, begitu mendengar perkataan itu, ia langsung memanfaatkannya.

"Furen, anda juga tahu, si bocah Zhangfeng itu suka mempelajari ilmu pengobatan, selama ini ia hanya menganggap Xue er sebagai pasiennya, tapi ia sama sekali tak menyukainya. Furen, aku juga berpendapat bahwa Xue er adalah orang yang paling cocok untuk dipilih". Dengan girang Nyonya Jin menatapnya.

"Jadi kau juga menyetujui pernikahan ini?"

"Nona Xue er memang cocok dengan tuan muda", dengan tegas Gu Daniang berkata. Nyonya Jin mengumam pada dirinya sendiri.

"Xue er boleh dibilang adalah sebuah pilihan yang baik, kalau Xue er menjadi anggota keluarga ini, aku akan lebih lega. Kalau dari pihak Zhangfeng tak ada masalah, hal ini adalah sesuatu yang bagus".

"Dari pihak Zhangfeng.....", Gu Daniang berpikir sejenak, lalu berkata.

"Aku memahami putraku, aku akan bicara dengannya". Melihatnya, Nyonya Jin mengangguk setuju. Ketika sedang berbicara tentang Cao Cao, Cao Cao pun datang. Sambil membawa semangkuk sup obat, Gu Zhangfeng masuk, sambil tersenyum gembira ia berkata kepada Nyonya Jin.

"Furen, aku telah meracik sebuah obat baru, obat ini pasti akan dapat membuat Yuanbao lebih cepat pulih". Ketika Nyonya Jin mendengar perkataannya, ia tak berkata apaapa dan hanya melirik Gu Daniang. Gu Daniang paham maksudnya dan segera menarik Gu Zhangfeng keluar. Gu Daniang mengambil mangkuk di tangannya, membantunya meluruskan kerahnya yang kusut, lalu berkata.

"Zhangfeng, ibu ingin membicarakan sesuatu denganmu". Gu Zhangfeng memandangnya dengan tak paham.

"Ibu punya masalah apa?"

Gu Daniang melihat ke sekelilingnya, setelah melihat bahwa tak ada orang, ia menekan Gu Zhangfeng hingga duduk di samping meja batu di taman itu.

"Kau duduklah dulu". Dengan kebingungan Gu Zhangfeng memandangnya.

"Begini.....", Gu Daniang berhenti sejenak.

"Nyonya ingin agar tuan muda mengambil seorang selir, ia sudah memilih Xue er, dan sebentar lagi Xue er akan menjadi nyonya muda kedua, setelah ini kau sedikit menjauhlah dari Xue er, jangan sampai kau menjadi bahan tertawaan orang". Begitu mendengar perkataan itu, Gu Zhangfeng merasa kepalanya seakan meledak, seketika itu juga ia kehilangan akal.

"Ini ---- bagaimana mungkin? Ibu, apakah kau sedang bercanda?"

"Perkataan Nyonya Jin sangat penting, bukan hal sepele!" "Tak bisa! Xue er tak boleh dinikahkan dengan Jin Yuanbao!"

Setelah tertegun untuk beberapa saat, Gu Zhangfeng mendadak berseru.

"Tak bisa!"

Sebelum perkataannya selesai, ia telah memburu ke depan, dengan cemas Gu Daniang mengejarnya.

"Zhangfeng, kembali ke sini!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan amarah yang meluap-luap Gu Zhangfeng menerjang ke dalam Taman Songzhu, lalu menendang pintu kamar baca Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao, kenapa kau ingin menjadikan Xue er istri keduamu?"

Jin Yuanbao sedang berbaring di atas bangku empuk sambil membaca buku dengan santai, begitu mendengarnya, ia kontan tertegun.

"Istri kedua? Xue er? Apa kau sudah gila?"

"Kata ibuku, kau menyukai mengambilnya untukmu!"

Xue er, nyonya hendak "Hah?", Jin Yuanbao kebingungan, namun setelah itu ia tersenyum, ia mengira Gu Daniang sedang bergurau dengan anaknya, maka ia segera melucu.

"Aku suka pada Xue er. Tentu saja, aku sangat meyukainya, tak ada jeleknya kalau ia dijadikan selir kecilku. Xiaoxuan dan Xue er seakrab kakak beradik, aku akan beruntung dapat menikmati mereka berdua, ide ini benarbenar tak jelek!"

"Jin Yuanbao! Kenapa kau bisa berbuat seperti ini? Pada dasarnya Xue er tak menyukaimu!" Melihatnya cemas, Jin Yuanbao makin merasa geli.

"Dari mana kau tahu kalau ia tak menyukaiku? Aku si tuan muda Wisma Jin ini tampan dan anggun, andaikan aku seorang wanita aku sudah lama jatuh cinta pada diriku sendiri, apalagi Xue er?"

"Tak bisa!", Gu Zhangfeng amat marah, ia mencengkeram bahu Jin Yuanbao.

"Xue er jelas-jelas berkata.....bahwa ia tak mungkin dapat menyukaimu! Pasti kaulah yang memaksanya! Jin Yuanbao! Padahal aku mengangapmu saudaraku!"

Api kemarahan membakar pikiran Gu Zhangfeng, entah dari mana, ia seakan mendapatkan tenaga yang luar biasa, ia menjambak kerah baju Jin Yuanbao dan menguncangguncangkannya dengan liar, tak nyana, Jin Yuanbao tak bisa melepaskan dirinya.

Saat itu, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan masuk dari luar, begitu melihat adegan di depan mata mereka itu, mereka menjadi pucat pasi karena terkejut dan segera memburu ke depan, mereka mengira bahwa kedua lelaki itu sedang berkelahi, maka mereka masing-masing pun memeluk seseorang diantara mereka berdua.

"Gu Zhangfeng, apa yang kau lakukan?", Yu Qilin melihat bahwa karena diguncang oleh Gu Zhangfeng, luka Jin Yuanbao telah mengeluarkan darah, seketika itu juga ia merasa marah. Gu Zhangfeng menunduk dan memandangnya, perban Jin Yuanbao agak kemerahan terkena darah segar, ia pun menjadi agak tenang dan melepaskan tangannya. "Zhangfeng, sebenarnya ada apa?", Jiang Xiaoxuan tahu bahwa sehari-hari ia bukan orang yang seperti itu, maka ia menanyainya dengan cemas. Dengan wajah masam Gu Zhangfeng menunjuk Jin Yuanbao.

"Xue er, keparat ini ingin menjadikanmu selir!"

"Apa?"

"Apa?"

Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin serentak membuka mulut, mereka berdua amat terkejut. Untuk sesaat Yu Qilin merasa panik, lalu ia bertanya pada Jin Yuanbao.

"Benarkah?"

Jin Yuanbao merapikan kerah bajunya yang berantakan, dengan agak gusar ia berkata.

"Zhangfeng, lelucon ini ternyata berakibat seperti ini, sama sekali tak lucu".

"Barusan ini kau berkata bahwa kau suka pada Xue er!"

"Itu untuk mengodamu! Aku tak pernah punya maksud untuk mengambil selir!"

Jin Yuanbao mengelus dahinya.

"Tapi ibuku keputusan!"

Berkata bahwa nyonya sudah mengambil "Apa?", Jin Yuanbao tertegun.

"Nyonya sudah mengambil keputusan?" Jiang Xiaoxuan pun tertegun untuk beberapa saat, setelah itu ia menenangkan diri, lalu berkata.

"Mungkin dalam hal ini ada suatu alasan lain, kita harus bertanya tentangnya sampai jelas". Namun pikiran Yu Qilin bagai dipenuhi gelombang besar yang susul menyusul, dengan suara bergetar ia berkata.

"Bagaimana kalau aku pergi bertanya pada ibu?"

"Tunggu dulu!", Jin Yuanbao bangkit, dengan penuh tekad ia mengerutkan dahinya dan berkata.

"Kalian semua tunggu di sini, aku sendiri akan pergi untuk bertanya!"

"Anak menghadap ibu". Nyonya Jin yang sedang minum teh berhenti sejenak, namun tak menghiraukannya, ia hanya dengan perlahan membawa cawan tehnya ke dekat bibirnya, membuka tutupnya, lalu meniup-niup air teh yang berada di dalamnya. Melihatnya, Jin Yuanbao mengumpulkan keberaniannya, lalu melangkah ke hadapannya dan berkata.

"Ada suatu hal yang anak tak pahami, anak hendak mohon penjelasan dari ibu". Tanpa disangka-sangka, Nyonya Jin membanting cawan teh itu ke atas meja, lalu berkata dengan suara pelan.

"Berlutut". Jin Yuanbao tertegun.

"Berlutut!", suara Nyonya Jin menjadi bengis. Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, dengan patuh ia berlutut. Melihat perban di dadanya samar-samar berbercak darah, melihat wajahnya yang tirus dan pucat, dengan sedih Nyonya Jin menegurnya.

"Coba lihat seperti apa rupamu sekarang! Demi seorang perempuan kau rela membuat dirimu seperti ini?"

"Dia bukan hanya seorang perempuan......dia istriku". Perkataannya itu amat lirih, begitu lirih hingga seperti sebuah pembelaan yang tak terdengar, namun bagai setetes air yang jatuh ke dalam minyak, dan seketika itu juga menyulut api kemarahan Nyonya Jin! "Brak!", telapaknya mengebrak meja, air teh dalam cawan yang berada di atas meja pun tumpah.

"Sampai sekarang kau masih tak tahu dimana letak kesalahanmu, kau telah memandang dengan sepele nyawamu sendiri dan masa depan Wisma Jin! Kau boleh menyayanginya, kau boleh memanjakannya, tapi tak boleh terjerat sampai begitu dalam, jangan seperti ayahmu.....terjebak dalam-dalam oleh seorang perempuan, hal ini akan mempengaruhi masa depanmu. Aku menanggung penderitaan selama dua puluh tahun lebih bukan untuk melihat putra yang kubesarkan dengan gegabah mati demi seorang perempuan!"

Setiap perkataan Nyonya Jin bagai api yang membakar hati Jin Yuanbao. Akan tetapi.....dahi Jin Yuanbao berkerut, ia mengangkat kepalanya dan menyambut pandangan mata Nyonya Jin.

"Ibu, dari kecil engkau telah mengajariku untuk menjadi seorang lelaki jantan yang pemberani, yang melindungi orang-orang di sisiku, kalau melindungi wanita yang kucintai saja aku tak bisa, lelaki macam apa aku ini!"

"Kau.....", Nyonya Jin tak menyangka bahwa ia dapat menyerangnya dengan ajarannya sendiri, ia pun langsung tak bisa menjawab, dengan perlahan ia berkata.

"Seorang lelaki harus memperhatikan keadaan dan mengutamakan situasi secara keseluruhan, tak boleh dikendalikan oleh perasaan pribadi dan tak kehilangan sesuatu yang penting demi hal-hal sepele. Sebagai satu-satunya lelaki di keluarga Jin, beban yang kau tanggung amat berat, kau tak boleh hanya memikirkan dirimu sendiri, melainkan seluruh Wisma Jin. Bagaimana kau bisa melupakan cita-cita demi kesenangan yang tak ada artinya, hanya memikirkan seorang perempuan saja! Kau benar-benar membuatku putus asa, kau benar-benar membuatku kecewa luar biasa!"

"Ibu, kewajibanku adalah mengurus semua orang di wisma ini, kita semua adalah suatu kesatuan, aku sama sekali tak menganggap apa yang kulakukan tak benar!"

"Tak usah bicara lagi!", Nyonya Jin mengayunkan tangannya untuk memotong perkataan Jin Yuanbao.

"Selama tiga generasi sampai pada dirimu, keluarga Jin hanya memiliki seorang keturunan lelaki, hal ini harus diubah. Aku telah memutuskan untuk mengambil Xue er sebagai selirmu, supaya aku dapat lekas-lekas mengendong cucu lelaki".

"Ibu, aku hanya mencintai Xiaoxuan seorang, aku tak akan mengambil seorang selir! Mohon ibu memikirkannya baik-baik!"

Sambil berlutut, Jin Yuanbao maju ke depan.

"Aku telah mengambil keputusan, dalam beberapa hari ini kau harus menikah!", dengan tegas Nyonya Jin berkata.

"Ibu ----"

"Kau kembalilah dahulu, aku harus merencanakan hal ini dengan baik". Jin Yuanbao merasa dadanya penuh kekesalan, akan tetapi saat ini Nyonya Jin jelas tak mau mendengarkannya, maka dirinya pun tak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa mengundurkan diri.

"Xiaocui", sambil memanggil. mengerutkan keningnya Nyonya Jin Gu Daniang cepat-cepat maju ke depan.

"Furen".

"Kau pergi dan beritahu Wenchao agar ia sesegera mungkin berbicara pada Nona Xue er, kita tak boleh berayal lagi, mengambil selir harus segera dilaksanakan!"

Sang mentari tenggelam di balik gunung, awan lembayung perlahan-lahan memenuhi angkasa, membuat separuh langit berwarna merah.

Liu Wenchao keluar dari Taman Furong, lalu langsung menuju ke rumah obat Gu Zhangfeng.

Di sepanjang jalan angin sepoi-sepoi bertiup, riak air yang jernih berkilauan, di bawah langit yang merah terang, danau itu nampak indah luar biasa, membuat hati orang terasa lega.

Liu Wenchao berjalan dengan cepat ke kediaman Jiang Xiaoxuan, ia menenangkan diri sejenak, merapikan pakaiannya, lalu mengetuk pintu.

Jiang Xiaoxuan mendengar suara itu dan melihatnya, ternyata ia tak terkejut, dengan hambar ia berkata.

"Liu Guanjia tak akan datang berkunjung kalau tak menginginkan sesuatu, apa yang dapat kulakukan untuk anda?"

"Aku datang untuk memberi selamat pada Nona Xue er!", Liu Wenchao menjura dan masuk ke dalam ruangan itu. Namun dengan tenang Jiang Xiaoxuan menghadangnya dan tak membiarkannya masuk.

"Memberi selamat untuk apa?"

Liu Wenchao mengerutkan keningnya, namun lalu sembari tersenyum memberinya selamat.

"Nyonya Jin menyukaimu dan hendak menjadikanmu selir tuan muda, ini adalah sesuatu yang patut dirayakan!"

"Oh, ya?", Jiang Xiaoxuan tetap tenang.

"Aku belum dimintai pendapat memgenai pernikahan ini". "Kali ini aku justru datang untuk memberitahu Nona Xue er, dapat menjadi anggota keluarga Jin adalah impian yang tak berani dikatakan oleh banyak gadis".

"Benarkah?", dengan sangat tenang Jiang melontarkan tiga buah kata.

"Aku tak setuju". Xiaoxuan Begitu mendengarnya, Liu Wenchao tertegun, lalu tanpa tergesa-gesa ia berkata.

"Nona Xue er, kurasa kau salah paham, nyonya mengirimku untuk memberitahumu supaya kau dapat bersiap-siap, sama sekali bukan menyuruhku datang untuk minta pendapatmu". Di dalam nada suaranya mau tak mau terkandung keangkuhan. Jiang Xiaoxuan mengangkat kepalanya, dengan tak angkuh namun juga tak rendah diri, ia memandang Liu Wenchao.

"Liu Guanjia tahu bahwa aku sama sekali bukan orang Wisma Jin, setiap saat aku dapat meninggalkan tempat ini. Kalau aku tak menyetujui perkara mengambil selir ini, tak ada orang yang dapat memaksaku, bahkan Nyonya Jin pun tak dapat melakukannya". Begitu mendengar perkataan itu, Liu Wenchao terkejut, nona kecil ini nampaknya tak lebih dari belasan tahun usianya, namun ia tak bergeming menghadapi bahaya, ia.....tentunya bukan seorang biasa. Ketika berpikir sampai di sini, Liu Wenchao memicingkan matanya, lalu membuat nada bicaranya lebih serius.

"Walaupun Wisma Jin tak bisa dibandingkan dengan istana kaisar, tapi kau tak bisa seenaknya datang dan pergi di sini. Lagipula, memberi Yuanbao seorang selir adalah kemauan nyonya, kalau nyonya sudah berkehendak melakukan sesuatu, aku khawatir orang lain akan sulit untuk menghentikannya".

"Benarkah? Kalau begitu aku ingin mencobanya", Jiang Xiaoxuan tertawa dingin.

"Kau.....", Liu Wenchao hendak bersikap keras, namun ia berubah pikiran, nada suaranya melunak.

"Nona Xue er jangan tergesa-gesa, pikirkanlah dahulu baik-baik, baru berbicara. Karena aku sudah menyampaikan apa yang perlu disampaikan, aku mohon diri dahulu". Setelah berbicara ia berbalik dan pergi.

"Maaf karena telah merepotkan Liu Guanjia", Jiang Xiaoxuan sedikit menekuk lututnya untuk mengantarkannya pergi. Setelah Liu Wenchao pergi, ia perlahan-lahan kembali ke kamar dan menutup pintu, namun tubuhnya setengah bersandar di pintu, ia merasa amat kelelahan, untuk beberapa saat ia tak berbicara. Tak lama kemudian, Gu Zhangfeng datang, dengan gelisah ia berjalan berputar-putar sambil tak henti-hentinya berpikir.

"Bagaimana ini, bagaimana ini......"

Melihat wajahnya yang kusut, Jiang Xiaoxuan merasa tak tega dan menenangkannya.

"Kalian tak usah repot-repot mengurusiku, bagaimanapun juga aku bukan orang Wisma Jin, seburuk-buruknya aku masih dapat pergi".

"Xue er!", Gu Zhangfeng mencengkeram tangannya.

"Kalau kau hendak meninggalkan Wisma Jin, aku akan mengikutimu". Dengan hambar Jiang Xiaouan tersenyum dan berkata.

"Zhangfeng, rumah dan ibumu semua berada di Wisma Jin, bagaimana kau bisa mengikutiku meninggalkan tempat ini?"

"Aku.....", Gu Zhangfeng memandangnya dengan tertegun, ia beberapa kali hendak berbicara, namun setiap kali kata-katanya sampai di bibirnya, ia tak kuasa mengatakannya.

"Aku.....aku....."

Setelah beraku-aku selama beberapa saat, Gu Zhangfeng barulah menggertakkan giginya dan mengambil sebuah kotak kecil dari saku dadanya, lalu memberikannya kepada Jiang Xiaoxuan.

Jiang Xiaoxuan membuka kotak itu dan melihat ke dalamnya, di dalamnya hanya ada sebuah gelang kumala yang tembus pandang dan berkilauan, walaupun mutunya tak terlalu baik, namun nampaknya sudah cukup tua.

Gu Zhangfeng berdiri di hadapannya dan menunjuk gelang yang berada di tangan Jiang Xiaoxuan, lalu berkata dengan terbatabata.

"Kata ibu.....ini adalah untuk diberikan kepada.....kepada.....calon istriku......".

"Kau......", Jiang Xiaoxuan terperanjat, mengungkapkan isi hatimu terhadapku?"

"Kau ini sedang Wajah Gu Zhangfeng nampak jengah, bahkan lehernya pun memerah, akhirnya ia menggertakkan giginya dan berkata.

"Ya!" Jiang Xiaoxuan tersenyum, senyumnya seindah angin musim semi.

"Terima kasih".

"Terima kasih?", Gu Zhangfeng bimbang, dengan amat hati-hati ia bertanya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa maksudnya terima kasih?"

"Artinya...", wajah Jiang Xiaoxuan memerah seperti lembayung senja hari itu.

"Gelang ini kuterima".

"Benarkah? Apakah aku tak sedang bermimpi?"

Gu Zhangfeng mencubit dirinya sendiri keras-keras.

"Sakit sekali! Ini benar-benar terjadi!", Gu Zhangfeng begitu kegirangan sehingga ia seakan gila, dengan girang ia mengenggam tangan Jiang Xiaoxuan.

"Terima kasih. Xue er, aku benar-benar bahagia, sekarang kita mulai berkemaskemas".

"Berkemas-kemas?"

"Benar, kau adalah calon istriku, kalau kau hendak meninggalkan tempat ini, tentu saja aku akan ikut denganmu".

"Apa? Kalian hendak kawin lari?", dengan wajah tercengang Yu Qilin memandang kedua orang di depannya itu, ia begitu terkejut sehingga mulutnya menganga.

"Ya.....", mereka berdua saling memandang dengan mesra, kedua tangan mereka saling bergandengan dengan erat. "Apakah tidak ada cara lain?", dengan kebingungan Yu Qilin menoleh ke arah Jin Yuanbao. Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu berkata.

"Kalau melihat keadaaan saat ini, hanya ada satu cara".

"Akan tetapi, kalian berdua sama sekali tak bisa bersilat untuk membela diri, kalau kalian sampai bertemu orang jahat di luar sana, lalu bagaimana?"

"Kau jangan khawatir, aku dan Zhangfeng akan sangat berhatihati diluar sana", dengan lembut Jiang Xiaoxuan menenangkannya. Melihatnya, Gu Zhangfeng ikut berbicara.

"Xiaoxuan, kau jangan khawatir, aku pasti akan menjaga Xue er dengan sungguhsungguh".

"Jangan khawatir?", Yu Qilin berkata.

"Kalian berdua tertiup angin pun akan ambruk, bagaimana aku bisa tak khawatir?"

Namun Jin Yuanbao tak menghentikan mereka, ia hanya berkata.

"Zhangfeng, aku akan menuruh A Fu mempersiapkan uang bekal perjalanan dan pakaian, dan segera memberitahu Wang Qiang untuk membantu kalian. Setelah keluar dari Wisma Jin, pergilah ke yamen dan carilah Wang Qiang, ia dapat membantu kalian pergi ke tempat yang aman untuk ditinggali. Ingat, diluar kalian harus hati-hati dalam segala hal, jangan selalu ketolol-tololan, kau harus menjaga Xue er baik-baik". Mendengar bahwa Jin Yuanbao telah mengatur semuanya, hati Gu Zhangfeng terasa hangat dan girang, ia mengangguk.

"Yuanbao, kau jangan khawatir".

"Xue er.....", Yu Qilin menarik tangan Jiang Xiaoxuan.

"Setelah kau dan Zhangfeng menemukan tempat tinggal, kau harus segera mengirim surat".

"Jangan khawatir, begitu kami telah menemukan tempat tinggal, kami akan segera mengirim kabar bahwa kami baik-baik saja", Jiang Xiaoxuan tersenyum tanpa khawatir.

"Baik. Xue er, kau pasti akan baik-baik saja, bersama Zhangfeng, di luar sana kau harus menjaga keselamatan diri kalian baik-baik". Setelah mengucapkan perkataan itu, tak nyana Yu Qilin agak tersedu. Tadinya Jiang Xiaoxuan tak ingin menangis, namun ia ikut terbawa kesedihan Yu Qilin, dan ikut merasa berduka.

"Adik, kau juga jaga dirimu baik-baik". Mereka berdua saling berpelukan, dari wajah mereka nampak bahwa mereka enggan berpisah.

"Sudahlah, kalian jangan bersedih", Jin Yuanbao nampak tak tega melihat mereka.

"Kali ini Zhangfeng dan Xue er hanya keluar untuk bersembunyi untuk sementara saja, setelah keadaan ini berlalu, aku akan membawa mereka pulang lagi".

"Ya!", Yu Qilin mengangguk-angguk, ia melepaskan tangannya. Ketika malam makin larut, A Fu dan Gu Zhangfeng keluar dari rumah obat, setelah melihat kesana-kemari dan melihat bahwa di segala penjuru tak ada orang, mereka kembali ke pintu dan melambaikan tangan mereka. Sambil membawa dua buah buntalan besar, Gu Zhangfeng segera membawa Jiang Xiaoxuan keluar. Sambil mengawasi keadaan di sekitar mereka, dengan sangat hati-hati A Fu berjalan di depan. Setelah dengan selamat berjalan sampai ke gerbang belakang, A Fu menghembuskan napas lega, lalu memberitahu mereka.

"Tuan muda sudah mengatur agar kuda dan kereta menunggu di balik pintu gerbang", begitu selesai mengucapkan perkataan itu, tiba-tiba ia nampak terkejut. Dengan heran Gu Zhangfeng dan Yu Qilin mengikuti arah pandangan matanya, nampak Liu Wenchao berdiri dengan santai di muka pintu gerbang sambil menggendong tangan di balik punggungnya.... Ketika mereka berdua sedang terkejut, sebuah sosok hitam menerjang maju, dengan satu jurus, ia menangkap mereka berdua dan membawa mereka ke Taman Furong tempat kediaman Nyonya Jin. Begitu sampai di muka pintu Taman Furong, Liu Wenchao mengayunkan tangannya, memberi isyarat agar A Gui berhenti melangkah, lalu ia sendiri masuk ke dalam rumah untuk terlebih dahulu melapor pada Nyonya Jin.

"Gumu, Gu Zhangfeng dan Xue er kawin lari!"

Nyonya Jin sedang menyusun rencana untuk pengambilan selir bagi Jin Yuanbao, begitu mendengar perkataan itu, ia terkejut hingga wajahnya pucat pasi.

"Apa? Kawin lari?"

"Ya! Untung saja aku memergoki mereka!"

Sambil berbicara, Jin Yuanbao melambaikan tangannya ke arah mulut pintu. A Gui membawa Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan masuk, tangannya membawa sebuah buntalan. Gu Zhangfeng berusaha sekuat tenaga melepaskan diri dari cengkeraman A Gui.

"Kenapa kalian menangkap kami? Kami tak melanggar hukum apapun! Cepat lepaskan kami!"

A Gui tentu saja tak mau membuatnya susah di depan Nyonya Jin, maka ia pun melepaskan cengkeramannya. Begitu terlepas, Gu Zhangfeng segera berlari ke sisi Jiang Xiaoxuan, dengan cemas ia bertanya.

"Xue er, apakah kau baikbaik saja?"

Jiang Xiaoxuan menggeleng.

"Aku tak apa-apa". Melihat sepasang kekasih yang saling mencintai itu, mau tak mau api kemarahan berkobar dalam hati Nyonya Jin.

"Di tengah malam begini kalian hendak pergi ke mana? Xue er, apakah kau sudah tahu bahwa kami sudah memutuskan bahwa kau akan menikah dengan Yuanbao?" "Aku sudah tahu", Jiang Xiaoxuan menunduk, ia menatap pandangan mata Nyonya Jin dengan berwibawa.

"Kalau begitu, kenapa kau masih ingin bepergian bersama Gu Zhangfeng di tengah malam begini?"

Api kemarahan Nyonya Jin berkobar makin hebat, ia sudah tahu tapi malahan sengaja menentangnya! "Furen.....", dengan hambar Jiang Xiaoxuan berkata sambil menekuk lutut untuk menghormat.

"Aku hanya tamu di Wisma Jin, sama sekali bukan pelayan, perkara penting pernikahanku pun tak perlu diurus oleh Wisma Jin. Aku sendiri dapat memutuskannya". Tak nyana, seorang gadis kecil, dapat begitu berani! Di tengah keterkejutannya, Nyonya Jin pun agak tersadar, nada suaranya sedikit melembut.

"Apakah Yuanbao kami tak pantas berjodoh denganmu?"

Mendengar perkataan itu, dengan wajah pucat pasi, Gu Zhangfeng berkata.

"Furen, aku dan Xue er sudah terlebih dahulu saling mencintai, dalam kehidupan ini, kami tak akan berpisah! Mohon agar furen membantu kami!"

Melihat Gu Zhangfeng begitu tak tahu adat, Gu Daniang tak lagi dapat menahan dirinya, ia menunjuk Gu Zhangfeng sambil memaki.

"Anak durhaka! Nyonya sudah menjodohkan Xue er dengan tuan muda, tapi kau masih melakukan kejahatan dengan kawin lari seperti ini!" "Ibu!", sambil mengumpulkan keberaniannya, Gu Zhangfeng memandang ke arah sang ibu.

"Setelah aku tumbuh besar selama dua puluh tahun lebih, akhirnya ada orang yang menghargaiku, menyayangiku, menghormatiku dan menyemangatiku, maka aku bersumpah akan melindunginya seumur hidupku. Kami jelas-jelas telah saling mencintai terlebih dahulu, aku tak paham, kenapa kalian berkeras hendak memisahkan kami?"

"Kau, kau, masih berani membantah? Aku, aku akan memukul kau si anak tak berbakti ini sampai mati!"

Sambil berbicara Gu Daniang hendak menghampiri dan memukul Gu Zhangfeng. Sambil berbicara Gu Zhangfeng menghindar.

"Ibu, furen, tak perduli apa yang kalian katakan, kami telah bertekad untuk selamanya tak berpisah!"

Nyonya Jin serba salah, tanpa dapat berbuat apa-apa, ia hanya dapat menghela napas.

"Jangan pukul dia". Gu Daniang menarik tangannya, melihat ke arah Nyonya Jin, lalu dengan jeri berkata.

"Furen".

"Aku sudah mengetahui isi hati kalian masing-masing, kalian semua pergilah, biarkan aku memikirkannya baik-baik".

"Furen -----"

Nyonya Jin menyangga kepalanya dengan salah satu tangannya, sedangkan tangannya yang lain melambai-lambai.

"Kalian semua pergilah". Gagal sebelum mencapai tujuan? Dengan murung Liu Wenchao kembali ke kediamannya, akan tetapi tak nyana, begitu melewati pintu, Liu Qianqian menendang pintu itu dan memburu masuk. Liu Wenchao menatapnya dengan tajam, lalu berkata dengan gusar.

"Coba lihat dirimu, dari mana kau belajar menendang pintu? Apakah seperti itu sikap seorang wanita?"

"Gege!", Liu Qianqian memburu ke hadapannya, ia menatap Liu Wenchao dengan tajam dan mencecarnya.

"Kau jelas tahu bahwa aku suka pada Yuanbao, tapi ketika Yuanbao Gege hendak mengambil selir, kau malahan mengajukan Xue er dan tak membiarkanku maju, dalam hatimu ternyata tak ada aku adikmu ini! Sekarang Xue er tak setuju dan telah kawin lari, untuk apa kau masih menyuruh orang untuk menangkapnya kembali?!"

"Kau!", Liu Wenchao berkata dengan gusar.

"Kau tahu selir itu seperti apa, tak lebih dari gadis pelayan yang diambil sebagai gundik! Kau adalah adikku, satu-satunya putri keluarga Liu, aku tak mungkin membiarkanmu menjadi istri kedua orang lain!"

"Aku tak perduli apakah aku istri pertama atau istri kedua, aku hanya ingin dinikahkan dengan Yuanbao Gege, asalkan bisa tinggal di Wisma Jin, menjadi selir pun aku rela!"

Liu Qianqian menjadi cemas. Liu Wenchao sangat geram, ia ingin cepat-cepat mengusir Liu Qianqian, namun apa daya, ia terpaksa melembutkan nada suaranya dan menghiburnya.

"Aku bermaksud menikahkan Xue er dengan Jin Yuanbao, sedangkan mengenai masa depanmu, aku telah merencanakannya dengan baik, aku pasti akan menikahkanmu dengan meriah kepada orang lain".

"Tidak. Selain Yuanbao Gege, aku tak mau menikah dengan orang lain!"

Namun Liu Qianqian tetap berkeras.

"Kau berani menentangku?!"

"Tentu saja aku berani! Baik, karena kau tak memperdulikanku, aku akan berusaha sendiri". Sambil berbicara, Liu Qianqian berlari keluar. Setelah meninggalkan tempat itu, Liu Qianqian langsung berlari ke Taman Furong, sebelum masuk ke pintu, ia telah mendengar suara Gu Daniang.

"Furen, ini salahku karena sehari-hari aku kurang ketat dalam mendidik anak, sehingga karena seorang perempuan Zhangfeng berani menentang anda!"

Setelah itu, Nyonya Jin menghela napas.

"Xiaocui, cepatlah bangkit, karena hendak mengambil selir untuk Yuanbao, aku hampir membuat Zhangfeng meninggalkanmu jauh-jauh. Kalau ia sampai melarikan diri, aku khawatir kau akan menyalahkanku". Mendengar perkataan itu, Liu Qianqian menghentikan langkahnya, lalu merapikan pakaiannya, bersiap untuk masuk.

"Hamba bagaimana bisa menyalahkan furen? Semua ini karena Nona Xue er tak mau menurut dan membuat Zhangfeng linglung sesaat...." "Baiklah, dalam hal ini kitalah yang melakukan sesuatu yang tak pantas, Xue er ini adalah gadis dari keluarga baik-baik, dan juga bukan hamba keluarga kita, ia mana mungkin begitu saja bersedia menuruti kita untuk menjadi selir? Lagipula ia juga mempunyai perasaan pada Zhangfeng....."

Mendengar perkataan langkahnya.....

itu, Liu Qianqian menghentikan "Kulihat Zhangfeng tak hanya linglung sesaat, ia dan Xue er jelas saling mencintai.

Xiaocui, kau jangan marah, pandangan mata Zhangfeng tak salah, nona Xue er ini nampak lembut dari luar namun sebenarnya kuat, tekadnya kuat, tak ada jeleknya kalau ia berpasangan dengan Zhangfeng yang polos wataknya, hanya saja kita harus mencari orang lain untuk dijadikan selir".

Ketika mendengarkan sampai di sini, Liu Qianqian pun tersenyum, dengan penuh tekad ia masuk ke dalam, lalu dengan cepat melangkah ke hadapan Nyonya Jin, setelah itu ia berlutut di hadapan Nyonya Jin seraya berkata dengan lantang.

"Guma, aku bersedia menjadi selir Yuanbao Gege!"

Perkataannya itu membuat Nyonya Jin dan Gu Daniang terperanjat. Wajah Nyonya Jin segera menjadi masam, ia pun menegurnya.

"Qianqian, kau adalah putri sebuah keluarga terpandang, dan juga keponakan kandungku, mendiang ayah dan ibumu mempercayakanmu padaku, aku tak membesarkanmu untuk menjadi selir orang ---- bahkan kalau orang itu adalah Yuanbao. Apa kata orang kalau guma membiarkanmu menjadi seorang selir?"

Liu Qianqian mengerutkan keningnya, ia masih berkeras kepala.

"Aku tahu guma menyayangiku, tapi aku memang suka pada Yuanbao, sejak kecil aku sudah suka padanya! Semasa kecil dulu anda sering berkata bahwa anda akan menikahkanku dengan Yuanbao Gege!"

"Saat itu kalian masih kanak-kanak, aku hanya bergurau saja", Nyonya Jin agak jengah. Mendengar perkataannya, Gu Daniang ikut menasehatinya.

"Biao xiaojie, nyonya membesarkanmu, ia sangat menyayangimu, akan tetapi pernikahan tuan muda adalah suatu urusan penting, bukan hal yang dapat dibuat bergurau, bahkan nyonya pun belum tentu dapat memutuskannya...."

"Aku tahu, tak ada yang dapat berbuat apa-apa terhadap pernikahan yang dianugerahkan oleh ibu suri, aku tak menyalahkan guma! Akan tetapi karena anda telah bermaksud mengambil selir untuk Yuanbao Gege, daripada mencari orang luar yang tak kalian benar-benar kenal, seseorang yang dapat mengacaukan suasana dalam keluarga ini, dan juga membuat Yuanbao gege tak suka, kenapa tak mengajukan keponakan saja?"

"Tak bisa, putri keluarga Liuku tak boleh menjadi selir orang". Mendengar perkataan itu, tak nyana dengan cemas air mata Liu Qianqian bercucuran, ia mengangkat kepalanya dan memohonmohon dengan raut wajah yang mengibakan.

"Guma, sejak kecil Qianqian tak punya ayah dan ibu, anda membesarkanku dan Wisma Jin adalah rumahku. Kerabatku adalah anda dan kedua kakakku, aku tak mau meninggalkan para kerabatku untuk dinikahkan dengan orang asing! Anda bukannya tak tahu tentang penderitaan seorang wanita yang dinikahkan ke keluarga lain, bagaimana anda tega menikahkanku pada orang lain sehingga aku harus menderita di bawah kekuasaan mertuaku? Kalau keluargaku sudah tak ada, dan suamiku tak mencintaiku, serta mertua dan ipar-iparku menganiayaku, siapa yang akan membelaku?"

"Kalau begitu, biarkanlah aku berada di sisi anda, dibandingkan dengan di sini, rumah siapa yang lebih baik? Anda akan dapat mengurusku, dan aku akan dapat berbakti pada anda. Yuanbao gege pun tumbuh besar bersamaku, ia tak mungkin memperlakukanku dengan tak baik, dengan demikian kedua belah pihak sama-sama untung, kalau mendiang ayah dan ibuku tahu, mereka pun akan merasa lebih tenang". Liu Qianqian menangis tersedu-sedu, tangisnya membuat hati Nyonya Jin melunak, tanpa dapat berbuat apa-apa ia membungkuk dan menyokong Liu Qianqian.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gadis bodoh, apa kau kira menjadi selir itu enak?"

Begitu mendengar perkataan itu, Liu Qianqian tahu bahwa Nyonya Jin telah melunak, ia segera berlutut dengan wajah penuh tekad.

"Menjadi selir di keluarga orang lain tentu tak enak, namun kalau aku menikah dengan Yuanbao Gege, anda akan melindungiku, selain itu, Yuanbao Gege pun menyayangiku, apa yang kutakutkan? Kulihat kakak ipar juga bukan orang yang berwatak keras, kalau aku mengalah dan menghormatinya, masa ia akan memakanku hidup-hidup?"

Setelah ia mengucapkan perkataan itu, untuk beberapa lama ruangan itu sunyi senyap. Nyonya Jin memandanginya untuk waktu yang lama, setelah itu ia baru bertanya dengan serius.

"Apakah kau sudah memikirkannya dengan baik? Kalau kau masuk ke dalam keluarga Jin sebagai seorang selir, walaupun kau keponakanku, seumur hidup kau tak akan dapat menjadi istri sah, kemana pun kau pergi kedudukanmu akan berada di bawah istri yang sah, dan kalaupun kau melahirkan anak lelaki atau perempuan, mereka akan dianggap anak selir belaka".

"Aku tahu, aku bersedia!"

Dengan ekspresi rumit Nyonya Jin memandang Liu Qianqian, lalu kembali berkata.

"Kau telah begitu lama berbicara, guma sudah mengetahui maksud hatimu dengan jelas. Guma dapat mengatur semuanya, namun apa yang paling kau kehendaki, berada diluar kekuasaan guma. Kalau kau dinikahkan dengan Yuanbao, ia tak akan menganiayamu, namun dimana hatinya berada, sebagai ibunya pun aku tak bisa menjamin". Mendengar perkataan itu Liu Qianqian mengigit bibirnya eraterat, lalu dengan penuh tekad berkata.

"Guma, karena kau sudah tahu maksud hatiku, tentu kau tahu bahwa seumur hidupku aku hanya bersedia dinikahkan dengan Yuanbao Gege, asalkan dapat berada di sisi Yuanbao, walaupun hanya sebagai selir aku akan bahagia. Kalau dinikahkan dengan orang lain, bahkan kaisar sekalipun, aku tak akan bahagia ---- mohon guma membantuku menwujudkan cita-citaku ini". Tak nyana, ia dapat begitu keras hati..... Dengan pelan Nyonya Jin menghembuskan napas, lalu mengangsurkan tangannya dan membelai-belai rambutnya yang hitam legam, seraya menggeleng-gelengkan kepalanya ia berkata.

"Bangkitlah! Aku hanya berharap bahwa kalau ayah dan ibumu di alam baka tahu, mereka tak akan menyalahkanku!"

Setelah tahu bahwa Nyonya Jin telah setuju, dengan girang Liu Qianqian segera bangkit.

"Ternyata guma sangat menyayangiku!"

"Istri Wang Anfeng, sering......memanggilnya Anfeng sayang. Anfeng berkata. Nyonya......kalau memanggil suami sayang, hal itu tak sopan. Setelah ini......jangan mengulanginya". Wajah mungil Yu Qilin berkerut, dengan amat susah payah ia membacanya, akan tetapi, setelah itu ia masih tak memahami maknanya, maka ia pun bertanya pada Jin Yuanbao yang sedang berbaring di sisinya dengan santai.

"Apa artinya?" Jin Yuanbao sepertinya telah menunggunya bertanya.

"Ai.....", ia berlagak seperti seorang guru yang sedang mengajari muridnya, sambil mengoyang-goyangkan kepalanya ia berkata.

"Maknanya adalah, orang yang bernama Wang Anfeng itu memberitahu istrinya. karena aku telah bersusah payah menikahimu, kau harus menghormati dan memujaku, dan untuk selamanya tak boleh bersikap kurang ajar padaku".

"Hah?", Yu Qilin memandangi buku itu, lalu mendengus dengan sikap merendahkan.

"Pasti bukan seperti itu! Coba kulihat di bagian selanjutnya apa kata istrinya!"

"Tak usah membacanya, istrinya tentu saja dengan senang hati mematuhinya ----", Jin Yuanbao cepat-cepat mengangsurkan tangannya untuk merampas buku itu. Begitu melihat wajahnya, Yu Qilin segera menyembunyikan buku itu.

"Bagian berikutnya pasti bukan seperti itu maknanya!"

Selagi mereka berdua bertengkar dengan ribut, Jin Yuanbao menutupi dadanya dan ambruk ke ranjang.

"Aiyo! Lukaku terbuka lagi!"

Dengan curiga Yu Qilin meliriknya, tentu saja ia tak mempercayainya, namun tak nyana, saat lengah, buku di tangannya kena dirampas olehnya! Yu Qilin terkejut dan segera mengayunkan tinjunya.

Ketika mereka berdua sedang bermain-main dengan nakal, tibatiba.

"Krek!", pintu didorong hingga terbuka, mereka berdua tertegun, Nyonya Jin nampak masuk dengan perlahan. Melihat mereka berdua bersikap akrab, Nyonya Jin mengerutkan keningnya, lalu berkata.

"Yuanbao, kau berbaringlah saja, tak usah bangkit; aku datang untuk berbicara dengan Xiaoxuan". Yu Qilin baru saja hendak berjalan mengikuti Nyonya Jin, akan tetapi Jin Yuanbao memandangnya dan menghalanginya.

"Anda bicara saja di sini. Perkataan apa yang tak boleh kudengar?"

Sambil mengerutkan keningnya, Nyonya Jin memandang ke arahnya.

"Baiklah". Setelah itu, ia berpaling ke arah Yu Qilin dan berkata dengan perlahan.

"Xiaoxuan, kau sudah masuk ke keluarga ini setengah tahun lebih, namun sampai hari ini sama sekali belum ada tanda-tanda hadirnya keturunan lelaki. Tanah keluarga Jin kami yang begitu luas harus ada ahli warisnya, tak mempunyai seorang putra, adalah sesuatu yang sama sekali tak mungkin! Kau dilahirkan di sebuah keluarga terpandang, kuharap kau pun sudah memahami prinsip ini. Sayang sekali, kulihat bahwa kau merasa bersalah pun tidak, untung saja aku telah berusaha membantu kalian.....aku bermaksud untuk mengambil selir untuk Yuanbao. Orang yang terpilih sudah ada, besok aku akan mencari orang untuk mempelajari apakah bazi nya cocok, lalu aku akan memilih waktu yang tepat untuk membawanya masuk". Sambil menahan perasaannya Yu Qilin mendengarkannya sampai selesai, ia merasa hatinya seakan ditusuk-tusuk pisau, namun tak kuasa berkata apa-apa.

"Ibu, apa yang kau khawatirkan? Aku putramu ini bukankah masih segar bugar? Aku tak mati, masih muda dan kuat, kalau aku dan Xiaoxuan berusaha dengan sungguh-sungguh, masa anda khawatir kami tak akan dapat mempunyai putra untuk menjadi ahli waris keluarga?"

Dengan gelisah Jin Yuanbao berbicara dari ranjang di belakang mereka.

Begitu mendengar perkataannya itu, wajah Yu Qilin kontan merah padam, ia pun memelototi Jin Yuanbao.

Seharusnya perkataan itu tak diucapkan, begitu disinggungsinggung, Nyonya Jin langsung marah.

"Kau anak yang tak berbakti ini masih berani bicara apa lagi? Siapa yang menikam diri dengan pedang beberapa hari yang lalu di istana? Karena kau sudah berani mencelakai dirimu sendiri yang seorang anak tunggal di hadapan ibu suri, jangan salahkan aku kalau aku buru-buru ingin mengambil seorang selir untukmu".

"Apakah anda sudah linglung?", Jin Yuanbao langsung duduk.

"Hubunganku dan Xiaoxuan baik-baik saja, kenapa anda berkeras memasukkan orang lain dan membuat semua orang tak senang?" "Hubungan kalian baik-baik saja?", Nyonya Jin memandangi mereka berdua, nada suaranya sedingin es.

"Yang seorang melarikan diri, dan yang seorang lagi mengejar, akhirnya kalian diusung orang pulang dengan tubuh berlumuran darah. Ini disebut hubungan yang baik? Kau tak usah banyak bicara, aku telah mengambil keputusan, karena kau tak mengangap penting kewajibanmu terhadap keluarga Jin, aku sebagai seorang ibu tak bisa membiarkanmu berbuat sekehendak hatimu". Mendengar perkataan itu, rona merah di wajah Yu Qilin perlahan-lahan menghilang, ia pun sedikit demi sedikit menjadi tenang. Namun setelah mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tersenyum penuh kemenangan.

"Ibu, jangan-jangan orang yang hendak kau ambil sebagai selir tak bersedia".

"Yuanbao, kulihat bahwa kau ini terlalu dimabuk asmara, harus ada orang yang menyadarkanmu!"

Nyonya Jin berhenti sejenak, lalu berkata.

"Kau tak perlu mengkhawatirkan orang yang kupilih itu, Qianqian pasti sangat bersedia. Kau dan dia sejak kecil tumbuh besar bersama, aku yakin kau tak akan memperlakukannya dengan tak adil". Qianqian? Begitu mendengar nama itu, Jin Yuanbao dan Yu Qilin berdua sangat terperanjat. "Qianqian?", Jin Yuanbao sukar mempercayainya.

"Anda hendak menjadikan biaomei selirku?"

Mendengar perkataannya itu, wajah Nyonya Jin menjadi agak aneh, akan tetapi ia segera menenangkan dirinya dan berkata.

"Qianqian adalah putri keluarga kita sendiri, kita mengenalnya dengan sangat baik, ia selalu menyukaimu, apa jeleknya menikahinya? Kakak dan adik sepupu menikah adalah selaras dengan kehendak langit, dan juga menjaga hubungan persaudaraan diantara Xiaoxuan dan Xue er". Sambil berbicara, ia melangkah ke pintu.

"Hal ini sudah diputuskan, kalian berdua sedang sakit, bagaimanapun juga kalian tak boleh mengkhawatirkan peristiwa bahagia ini. Yuanbao hanya perlu memulihkan dirinya dengan baik sambil menunggu orang baru datang. Xiaoxuan, hal ini terjadi pada semua wanita, kalau kau terlalu memasukanya ke dalam hati, aku sebagai ibu mertua tak dapat berbuat apa-apa". Sambil memandang punggung Nyonya Jin yang berlalu, Jin Yuanbao berkata.

"Ibu, aku tak akan menikahinya!"

"Hal ini berada di luar wewenangmu". Nyonya Jin tak berpaling.

"Dan juga berada diluar wewenangmu!"

Begitu mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin kontan berbalik dan memandang ke arah orang yang mengucapkan perkataan itu ---- Yu Qilin! Yu Qilin menarik napas dalam-dalam, lalu dengan amat tegas berkata.

"Karena aku tak setuju! Aku adalah satu-satunya istri Yuanbao, kecuali kalau aku mati, atau Yuanbao menceraikanku, asalkan aku masih bernapas, aku tak akan mengizinkan Yuanbao mengambil seorang selir! Tak perduli adik atau kakak sepupu yang tumbuh besar bersama, atau gadis dari luar yang berasal dari keluarga terpandang atau gadis cantik yang berasal dari keluarga miskin, semua tak boleh! Aku tak setuju!"

Mendengar Yu Qilin membantah seperti itu, dan melihat wajahnya yang penuh tekad, perlahan-lahan seulas senyum muncul di wajah Jin Yuanbao, akan tetapi ia lalu mendapati bahwa tangan Yu Qilin yang tersembunyi di balik lengan bajunya mengepal erat-erat.

Hatinya pun tercekat, ia mengangsurkan tangannya dan diam-diam mengenggam tangan Yu Qilin, ia berharap bahwa dengan cara demikian, ia akan dapat memberinya keberanian.

Karena sama sekali tak menyangka bahwa Yu Qilin akan melawan seperti itu, untuk sesaat Nyonya Jin tertegun, tak kuasa berkata apa-apa, setelah itu ia naik pitam.

"Jiang Xiaoxuan, apakah ini hasil pendidikan di keluarga Jiangmu yang selama bergenerasi-generasi harum namanya di bidang sastra? Mengambil selir bagi suami untuk meneruskan keturunan adalah kewajiban seorang istri. Kau sudah begitu lama masuk ke rumah ini, tapi belum juga mempunyai keturunan, namun kau bukannya malu, malahan bersikap angkuh dan cemburu. Apakah kau ingat apa kewajiban seorang wanita?" "Aku tak tahu apa itu kewajiban seorang wanita, aku hanya tahu bahwa suamiku tak boleh dibagi dengan orang lain! Seperti yang dikatakan Yuanbao, kami berdua masih muda, pada suatu hari, kami pasti akan mempunyai anak, anda sama sekali tak usah mengkhawatirkan hal ini; apabila anda khawatir aku dan Yuanbao melupakan kewajiban kami, maka menurutku anda sama sekali tak memahami putra anda sendiri!"

Makin lama mendengar perkataannya, wajah Nyonya Jin makin pucat pasi, setelah ia selesai berbicara, Nyonya Jin beberapa kali tertawa dingin, lalu berkata.

"Baiklah, baiklah, cara Wisma Jiang mendidik putri mereka memang luar biasa. Saat itu Nyonya Jiang begitu keras, aku bahkan berkata bahwa sebagai seorang ibu ia terlalu bertangan besi, tapi sekarang ternyata aku merasa bahwa sikap Nyonya Jiang itu kurang tegas!"

Setelah berbicara ia segera pergi sambil mengibaskan lengan bajunya. Di kamar itu tak ada orang lain lagi, mereka berdua menghembuskan napas panjang. Wajah Yu Qilin tak lagi penuh perlawanan, ia meleletkan lidahnya dan berkata.

"Aiyo, kulihat ibumu benar-benar marah, barusan ini ia berlalu dengan begitu cepat sampai para gadis pelayan tak bisa menyusulnya. Bagaimana ini? Untung saja ia tak berkeras menjalankan rencana mengambil Xue er sebagai selir itu, kali ini Zhangfeng boleh merasa lega".

"Benar. Tak menyulam, tak melayani mertua, tak melahirkan anak, melawan orang tua dan cemburuan. Kau memang benar- benar keterlaluan", sambil menghitung kesalahannya. mengangguk Jin Yuanbao "Kau!", sambil berkacak pinggang Yu Qilin memelototinya. Jin Yuanbao mengubah pokok pembicaraannya.

"Akan tetapi perkataannya sangat cocok dengan maksud hatiku, ai.....Yang Mulia ibu ingin meratakan gelombang, namun bertemu denganmu si menantu yang ganas ini, ia harus banyak mohon keberuntungan". Melihatnya memasang tampang sedih, Yu Qilin tak bisa menahan diri untuk tak mendengus dan tertawa, lalu dengan wajah serius ia bertanya.

"Perkataanmu benar, ibu sudah naik pitam, apa yang harus kita lakukan?"

"Tak apa-apa, siapa suruh ia membuat dirinya sendiri khawatir tanpa alasan? Beberapa hari ini kita bersembunyi saja di kamar, berpura-pura sakit dan tak keluar, setelah lukaku sembuh beberapa hari kemudian, kemarahannya akan mereda dan seluruh masalah ini akan buyar seperti asap yang ditiup angin". Wajah Jin Yuanbao nampak acuh tak acuh.

"Hanya kaulah yang dapat mengatasi ibumu......"

"Ah, tidak, barusan ini kau mengatasinya dengan sangat baik.....", Jin Yuanbao memperhatikan wajah Yu Qilin, lalu berkata.

" 'Pada suatu hari, kami pasti akan mempunyai anak', akan tetapi perkataanmu ini tak masuk akal! Anak tak bisa muncul dengan begitu saja, kita harus melakukan sesuatu....." Setelah selesai mengucapkan perkataan itu, Jin Yuanbao memandangnya dengan aneh, ia menghela napas, lalu berkata.

"Xiaoxuan, aku khawatir masa depan kita akan suram, cobalah sekali lagi, entah aku akan dapat menghentikanmu atau tidak ----"

Matanya berbinar-binar nakal, Yu Qilin segera paham, wajahnya menjadi merah padam dan ia pun memukulnya dengan buku di tangannya.

Liu Wenchao berdiri di depan jendela sambil memandang sang adik yang perlahan-lahan berjalan ke arahnya, makin lama dahinya berkerut makin dalam.

Suasana hati Liu Qianqian sangat baik, dari balik jendela, ia membuat mimik lucu ke ke arah Liu Wenchao, lalu baru masuk dan berkata.

"Ge, kenapa kau mencariku?"

Liu Wenchao sama sekali tak berkata apa-apa, ia melangkah ke samping jendela, dengan pelan menutup jendela, lalu melangkah ke pintu dan menutupnya.

Liu Qianqian tak paham dan hendak membuka mulut untuk bertanya, namun tak nyana, Liu Wenchao telah berbalik dan menamparnya keras-keras.

Liu Qianqian menutupi wajahnya dan memandangnya dengan tercengang, tak kuasa berkata apa-apa.

"Barusan ini aku dengar bahwa kau berlari mencari nyonya dan berkata bahwa kau ingin dinikahi Jin Yuanbao sebagai selir?" Mendengar perkataannya itu, Liu Qianqian menjadi sedikit lebih paham, dengan hambar ia menjawab.

"Habis aku bisa apa lagi? Kau tak mengangap serius masalahku, maka aku terpaksa menebalkan mukaku dan pergi mencari guma!"

"Baik, baik, baik!", Liu Wenchao berkata dengan dingin.

"Adikku sudah besar dan punya rencana sendiri, tak lagi memandang aku si kakak ini, begitu aku lengah sedikit, kau malah memberikan dirimu sendiri sebagai selir kepada orang lain!"

Liu Qianqian tahu bahwa dirinya bersalah, ia sama sekali tak berkata apa-apa.

"Selir itu apa? Budak dan gadis pelayan! Kau adalah putri keluarga Liu, adikku, Liu Wenchao. Kau akan menjadi selir Jin Yuanbao? Berlutut untuk menyuguhkan teh pada orang lain, kelak melahirkan anak-anak yang dianggap lebih rendah derajatnya? Liu Qianqian, aku lebih suka mencekikmu sampai mati daripada membiarkanmu dengan senang hati merendahkan dirimu sendiri!"

Mendengar perkataannya yang tegas itu, Liu Qianqian perlahanlahan menurunkan tangannya yang sedang mengelus-elus wajahnya sendiri.

"Aku tak ingin dengan senang hati merendahkan diriku sendiri, yang hendak kunikahi pun bukan orang lain, dia adalah Yuanbao! Ia tak mungkin berbuat seperti itu kepadaku". "Kau!", Liu Wenchao naik pitam, ia kembali mengangkat tangannya, akan tetapi, kemudian ia melihat bekas telapak tangannya di wajah Liu Qianqian.....tangannya yang besar terangkat tinggi-tinggi untuk beberapa saat, namun akhirnya ia tak memukul. Liu Wenchao berusaha sebisanya menenangkan dirinya, ia menarik napas dalam-dalam beberapa kali, setelah itu baru berkata.

"Qianqian, ayah dan ibu meninggal terlalu pagi, keluarga kita menjadi turun derajat, aku tak punya pilihan dan terpaksa membawamu menjadi tanggungan keluarga Jin, sehingga kau tak bisa menjadi nona besar seperti seharusnya di rumahmu sendiri, ini karena aku tak becus. Tapi aku Liu Wenchao menanggung penderitaan untuk mencapai tujuan yang penting, agar pada suatu hari keluarga kita dapat bangkit kembali, dan membangun kembali Wisma Liu, saat itu, masa aku tak dapat menikahkanmu dengan megah? Kau masih kecil dan tak mengerti betapa hinanya menjadi seorang selir.....aku akan mengangapmu linglung sesaat, kita sudahi saja masalah ini, di kemudian hari jangan mengungkit-ungkitnya lagi!"

"Gege, aku tahu apa artinya menjadi seorang selir, akan tetapi......guma dan mereka semua akan memperlakukanku dengan baik".

"Apa?", Liu Wenchao tertawa sinis.

"Dia adalah bibi kita dari pihak ayah, adik kandung ayah yang lahir dari ibu yang sama, tapi ia malah hendak menjadikan keponakan kandungnya gundik kecil putranya, menurutmu ini baik?" Begitu mendengarnya, Liu Qianqian cepat-cepat membela diri.

"Gege, akulah yang mengambil insiatif untuk mencari guma......"

"Ia sebagai Nyonya Jin seharusnya tak menyetujuinya!", Liu Wenchao membentak memotong perkataannya, dengan bengis ia meraung.

"Adikku tak bisa diberikan kepada Jin Yuanbao sebagai selir, dan terlebih lagi tak boleh menyuguhkan teh pada Jiang Xiaoxuan! Aku sudah terpaksa menjadi pengurus rumah tangga, apakah aku masih harus merelakanmu menjadi selir juga? Di dalam pandangan matanya jelas sama sekali tak ada rasa persaudaraan, kita kakak beradik hanya dijadikan pelayan kepentingan Wisma Jin bagi putranya! Kalau hal ini sampai terjadi, persaudaraan diantara bibi dan keponakan akan seluruhnya hilang!"

"Gege, kau tak rela aku menjadi selir orang lain, atau tak rela aku terpaksa menerima kedudukan di bawah Jiang Xiaoxuan, sehingga orang dalam hatimu akan kehilangan muka?"

Tak nyana ia dapat berkata demikian, Liu Wenchao tak menduganya dan hampir saja tersedak.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau gusar karena yang menikahi Jiang Xiaoxuan adalah Yuanbao dan bukan kau, sehingga kau lantas tak rela aku dinikahi olehnya?"

Sedetik kemudian, sebuah tamparan yang sangat keras mendarat di wajah Jiang Xiaoxuan! Liu Wenchao dengan tercengang memandang telapak tangannya sendiri, tak nyana, setelah ditampar mulut Liu Qianqian berdarah, di sudut-sudut bibirnya nampak bercak darah berwarna merah tua.

"Aku tak perduli pada apa yang kau pikirkan, membangkitkan keluarga dan membangun kembali Wisma Liu segala, aku hanya punya satu cita-cita, yaitu menikah dengan Jin Yuanbao, walaupun harus menjadi seorang selir!"

Setelah berbicara, Liu Qianqian menutupi wajahnya dan tangisnya pun meledak.

Pagi-pagi keesokan harinya, Jin Yuanbao dan Yu Qilin dibangunkan oleh barisan gadis pelayan yang tak henti-hentinya mengalir, dengan tercengang mereka berdua memandang para gadis pelayan yang mengusung barang, mereka benar-benar kebingungan.

Selagi mereka berdua kebingungan, Liu Qianqian muncul di mulut pintu Taman Songzhu, sambil tersenyum manis, dengan anggun ia melangkah ke depan, lalu berkata.

"Xianggong, jiejie, kalian sudah pulang? Cepatlah masuk ke kamar dan mencuci muka, lalu makan". Melihat Liu Qianqian yang berlagak menjadi nyonya rumah, mereka berdua tercengang, setelah Jin Yuanbao memandang ke arah kamar di sebelah barat, ia baru tahu bahwa kamar itu telah dihias layaknya kamar seorang wanita. Jin Yuanbao menunjuk ke arah kamar itu, tak seperti biasanya, ia sulit menemukan kata-kata yang tepat.

"Kau ini sedang....." Dengan lembut Liu Qianqian mengangguk, lalu sambil memandang ke bawah berkata.

"Ya, karena ibu telah memberi perintah, jianqie tak ingin menunda kedatanganku dan membuat xianggong tak sabar, maka tanpa diperintahkan, aku segera pindah kemari".

"Apa otakmu sudah miring?", makin lama mata Yu Qilin membelalak makin lebar.

"Kau pindah rumah sendiri? Dan kau juga memanggilnya xianggong?"

Namun Liu Qianqian sama sekali tak tersinggung, dengan amat sopan ia menghormat, sikapnya sangat merendah.

"Jiejie, adik tahu hal ini terjadi dengan mendadak, akan tetapi bagaimanapun juga kita sekeluarga, sekarang Qianqian akhirnya mendapatkan tempat bersandar seumur hidup dan merasa sangat bahagia, kalau bisa aku ingin langsung melayani xianggong dan jiejie, kuharap jiejie tak menghindariku atau merasa kesal padaku. Sejak saat ini, adik akan sangat menghormati jiejie dan tak akan berebut cinta xianggong dengan jiejie". Ia memandangi Jin Yuanbao, sepasang pipinya memerah, dengan sedih ia berkata.

"Asalkan dalam hati Yuanbao Gege ada sedikit tempat bagiku, sudahlah cukup". Melihat sikap Liu Qianqian yang lemah lembut dan sangat berbeda dengan biasanya, Yu Qilin tak dapat berkata apa-apa, setelah beberapa saat, ia baru berkata.

"Aku bukan jiejiemu".

"Xianggong ----", dengan mengiba-iba Liu Qianqian melirik Jin Yuanbao. Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, ia diam namun memendam amarah, para gadis pelayan yang hilir mudik semua menunduk berpura-pura sibuk, tak ada yang berani melihat ke arah mereka. Jin Yuanbao mundur selangkah, lalu dengan tegas mengenggam tangan Yu Qilin.

"Temani aku berjalan-jalan di taman!"

Mereka berdua pun melarikan diri dari medan pertempuran.

Liu Qianqian berdiri tegak, lalu memandangi punggung mereka berdua sambil memicingkan mata, setelah itu ia berbalik dan masuk ke ruangan utama, duduk dengan tegak di kursi nyonya rumah, lalu berkata dengan suara nyaring.

"Semua bekerja dengan cepat sedikit, sebelum hari gelap kamar sudah harus dirapikan!"

Saat ini hujan gerimis turun di angkasa, angin sepoi-sepoi bertiup, hawa benar-benar terasa agak sejuk. Jin Yuanbao menggigil kedinginan, sambil gemetar ia memandang Yu Qilin di sisinya yang wajahnya sekelam tinta, dengan terbata-bata ia berkata.

"Dingin sekali. Tak nyana di rumahku sendiri aku tak dapat kembali ke kamarku".

"Kau dapat kembali ke sana", Yu Qilin berkata dengan sinis.

"Adikmu harus mendapatkan sebuah tempat kecil di sana". Jin Yuanbao hendak membuka mulutnya, namun Yu Qilin memotong perkataannya.

"Aku sama sekali bukan jiejienya!" "Aku lebih-lebih lagi sama sekali bukan xianggongnya", Jin Yuanbao tersenyum getir.

"Masalah mengambil selir ini harus cepat-cepat diselesaikan".

"Baik!", amarah Yu Qilin muncul, ia langsung bangkit.

"Aku akan melemparkan adikmu dan barang-barangnya keluar!"

"Jangan, jangan, jangan!", Jin Yuanbao cepat-cepat mencegahnya.

"Apa gunanya kau melemparkannya keluar? Barangsiapa memakaikan bel ke leher harimau harus membukanya, masalah ini harus segera dibicarakan dengan ibuku, agar ia segera melupakan ide ini".

"Kalau begitu.....", mau tak mau Yu Qilin mendengarkannya.

"Apa yang akan kau lakukan?"

Jin Yuanbao tersenyum, lalu dengan lembut mencium dahi Yu Qilin.

"Kau tak usah khawatir, tunggu saja kabar baik dariku!"

Ciuman itu seakan sebuah obat yang membuat hati Yu Qilin jauh lebih tenang, wajahnya merona merah, ia mengangguk-angguk, perasaan hatinya rumit namun bahagia.

Saat itu Nyonya Jin baru saja makan pagi, sebelum ia sempat meletakkan mangkuk dan sumpitnya, ia melihat Jin Yuanbao masuk dengan cepat, tanpa menghormat, ia langsung melangkah ke hadapan Nyonya Jin.

Nyonya Jin mengerutkan keningnya, ia merasa agak kesal.

Tanpa menunggu sang ibu membuka mulut, Jin Yuanbao langsung berbicara dengan lantang mengenai masalah yang hendak dibicarakannya.

"Ibu, aku sudah memutuskan untuk mengurus pabrik senjata". Nyonya Jin tertegun.

"Aku tahu anda selalu tak setuju seorang lelaki mengambil selir, sekarang anda membuat masalah ini karena khawatir aku tergila-gila pada seorang wanita sehingga melupakan kewajibanku". Dengan tenang Jin Yuanbao tersenyum.

"Kekhawatiran ibu memang ada dasarnya, dahulu aku bodoh dan keras kepala, tak memperdulikan warisan keluarga dan hanya memikirkan kesenangan sendiri. Sekarang anak sudah berubah pikiran, bahkan Gu Zhangfeng pun tahu bahwa ia harus bersikap seperti orang dewasa, bagaimana aku bisa membiarkanmu menanggung beban mengurus Wisma Jin yang amat berat?"

Nyonya Jin memandang Jin Yuanbao yang penuh percaya diri, perasaannya rumit.

"Apakah kau benar-benar berubah pikiran?"

Dengan sikap bersungguh-sungguh Jin Yuanbao mengangguk, lalu berlutut di hadapan Nyonya Jin, dengan penuh tekad ia berkata.

"Ibu, sejak saat ini anak memutuskan untuk mengurus warisan keluarga kita, dan mengambil alih beban kepengurusan pabrik senjata". Nyonya Jin tertegun, namun tak terlalu nampak girang.

"Sudah bertahun-tahun aku menasehatimu, tapi kau tak mau, dan hanya ingin menjadi bukuai saja, sekarang karena aku memaksamu mengambil selir, sehingga membuat istrimu tak senang, maka kau hendak mengambil alih kepengurusan pabrik senjata?"

"Ibu, salah satu sebabnya memang karena aku tak mau membuat Xiaoxuan bersedih, tapi aku juga tak mau menahan Qianqian seumur hidupnya!"

Tangan Jin Yuanbao mengeluselus tangan Nyonya Jin, dengan lembut ia berkata.

"Tapi yang utama adalah karena aku tak ingin melihat anda masih bekerja keras untukku sampai sekarang, sehingga rambut putihmu makin lama makin banyak. Memimpin keluarga Jin adalah tugas anak cucu keluarga Jin, maka aku tak boleh mengikuti kehendakku saja, anda selalu berkata bahwa orang yang sudah menikah adalah orang yang sudah dewasa. Sekarang aku sudah menikah, dan telah mengalami berbagai gelombang, aku telah memutuskan untuk mengambil alih beban ini, apakah anda tak merasa senang?"

Nyonya Jin memperhatikan wajah Jin Yuanbao yang tenang dan lembut dengan seksama, dan merasakan kehangatan tangannya, ia merasa seakan ada perasaan hangat yang diamdiam meluap ke dalam hatinya yang sudah bertahun-tahun kering-kerontang.....

Sesuatu masalah yang telah membuatnya khawatir begitu lama, seketika itu juga terpecahkan....

Akhirnya, perasaan hangat itu perlahan-lahan menghangatkannya, melelehkan es dingin di wajahnya, seulas senyum pun muncul memecahkan es itu.

"Setelah dewasa, seorang ibu tak bisa membuat putranya menurut padanya, aku sudah beribu kali mengatakannya, tapi setelah istrimu marah kau baru menurut.".

"Ibu, kau tahu Xiaoxuan bukan orang yang bodoh seperti itu". Seperti seorang anak manja, Jin Yuanbao berkata.

"Lagipula, ia sepenuhnya bersikap tulus padaku, dan aku pun sepenuhnya bersikap tulus padanya. Kami berdua akan berbakti kepada anda dan membuat keluarga kita berjaya, bukankah ini adalah sesuatu yang paling ingin ibu lihat?"

Nyonya Jin merasa geli melihat wajahnya, namun setelah tersenyum, ia menghela napas dengan kecewa.

"Xiaoxuan jauh lebih beruntung dibandingkan denganku".

"Tentu saja!", dengan angkuh Jin Yuanbao berkata.

"Tapi aku adalah putra hasil didikanmu, ia dapat menikah denganku berkat keberuntungan yang telah dikumpulkannya dalam beberapa kehidupan".

"Ya......", Nyonya Jin tersenyum dan mengangguk. Dengan hati penuh kebahagiaan, Jin Yuanbao kembali ke Taman Songzhu, dari jauh ia telah mendengar suara merdu Yu Qilin berkata dengan lantang.

"Maafkan aku, Liu Qianqian, kembalilah ke tempatmu semula, tempatku ini kecil, tak cukup untuk menampungmu!"

Setelah itu, Jin Yuanbao melihat dari kejauhan Yu Qilin melemparkan sebuah peti, lalu berdiri sambil berkacak pinggang di mulut pintu seperti seorang wanita galak, menghadang Liu Qianqian.

"Kau ini perempuan yang pelit dan pencemburu!"

Liu Qianqian merasa amat gusar.

"Benar, aku memang pelit dan pencemburu, selama aku belum mati, siapapun tak boleh menyentuh Jin Yuanbao!"

Namun Yu Qilin tetap tenang.

"Kakak adik apa, enyahlah!"

"Kau!", mulut Liu Qianqian tak selihai Yu Qilin, ia begitu marah hingga tak kuasa berkata apa-apa, ia langsung menghentakkan kakinya dan berkata dengan amat marah.

"Aku akan memberitahu guma!"

Jin Yuanbao menonton pertengkaran itu untuk beberapa saat, lalu berjalan mendekat dan berdiri sambil berendeng pundak di sisi Yu Qilin, dengan nada bicara seorang kakak, ia berkata.

"Qianqian, aku telah berbicara dengan ibu, kau adalah adikku, sebagai kakak aku akan dapat melindungi dan menyokongmu seumur hidupmu ---- akan tetapi untuk selamanya sebagai seorang kakak saja". Begitu mendengar perkataan itu, Liu Qianqian terpana, akan tetapi, tanpa menunggu dirinya menjawab, Jin Yuanbao telah memerintahkan para gadis pelayan membawa kembali barangbarangnya.....

"Biaoge.....", dengan muram Liu Qianqian memandangnya, masih berharap ia akan sedikit berbelas kasihan. Akan tetapi, sia-sia belaka, Jin Yuanbao mengucapkan beberapa patah kata untuk menghiburnya, lalu tak lagi menghiraukannya, dan hanya kembali masuk ke kamar sambil memeluk Yu Qilin dengan mesra.... Wajah Liu Qianqian kelabu, pandangan matanya terpaku pada punggung Yu Qilin yang sedang berlalu, lalu ia mengertakkan giginya dan berkata.

"Jiang Xiaoxuan, aku ingin melihat seberapa lama lagi biaoge akan dapat kau kelabuhi!"

Entah kenapa, begitu bangun pagi Liu Wenchao merasa hatinya tak tenang, perasaan seperti ini......sepertinya hanya dapat dibuyarkan di satu tempat saja......

Liu Wenchao berpikir sejenak, menarik laci, mengeluarkan benda di dalamnya dan menaruhnya dalam saku dadanya, lalu berjalan ke arah Taman Songzhu.

Akan tetapi tak nyana, sebelum ia sempat berjalan jauh, ia melihat Yu Qilin sedang duduk di bawah sebatang pohon buah, ia sedang menengadah sambil memberi perintah pada para pelayan lelaki.

"Yang itu, benar, bukan, bukan, bukan yang ini, yang di sebelah situ....."

Sinar mentari pagi menyinari tubuhnya dan membuat rok sutra biru mudanya berkilauan dengan indah, dengan cemas ia berdiri di bawah pohon itu sambil menggoyang-goyangkan tangannya, seakan ingin memanjat pohon itu sendiri.

Liu Wenchao tersenyum, lalu bertanya.

"Shao furen sedang apa?"

Mendengar suaranya, Yu Qilin berpaling memandangnya, senyumnya itu bagai lembayung fajar.

"Buah sudah matang, aku menyuruh mereka memetik beberapa untuk dimakan!"

Sambil berbicara, dengan wajah menyayangkan Yu Qilin berkata.

"Sayang lukaku belum sembuh, kalau tidak aku sudah memanjatnya sendiri dan memetiknya".

"Apakah lukamu sudah sembuh?", dengan penuh perhatian Liu Wenchao bertanya.

"Ya!", Yu Qilin mengangguk-angguk, lalu tersenyum dengan jengah.

"Tapi akan ada bekasnya...."

Bagaimanapun juga ia adalah seorang gadis dan tak ingin di tubuhnya ada bekas luka.

Mendengarnya berkata demikian, hal yang menjadi beban pikiran Liu Wenchao seakan tersentuh, ia tersenyum, lalu mengeluarkan sebuah botol obat porselen dari saku dadanya.

Botol itu dihiasi batu kumala yang diukir, jelas merupakan sebuah barang yang sangat berharga.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku sengaja datang untuk mencarimu. Aku punya sebuah salep yang dibawa oleh seorang pedagang Hu, salep ini dapat menyembuhkan kulit dan menghilangkan parut, sangat berkhasiat untuk menyembuhkan luka akibat senjata tajam". Mendengar bahwa ia begitu memperhatikan dirinya, Yu Qilin merasa cukup tersentuh, ia memandang botol porselen itu, lalu menggeleng.

"Obat yang begitu berharga ini kau simpan saja sendiri, aku juga sudah hampir sembuh". Liu Wenchao tetap mengangkat botol itu tanpa bergeming, rasa bersalah sekilas muncul di wajahnya, namun setelah itu dengan tulus ia menyarankan.

"Aku mengambilnya khusus untuk diberikan padamu, obat ini bermanfaat untuk lukamu, jangan menolaknya". Obat yang dapat menghilangkan parut......tentu saja Yu Qilin menyukainya. Melihat Liu Wenchao tak sungkan pada dirinya, ia menerima botol itu dengan enteng, mengenggamnya, lalu tersenyum.

"Terima kasih!"

"Tak usah.....", dengan lembut Liu Wenchao berkata.

"Setiap hari sebelum tidur, pakailah obat ini. Jangan sampai lupa". Melihat wajahnya yang penuh perhatian, Yu Qilin ragu-ragu sesaat, lalu berkata.

"Biaoge, mengenai masalah Qianqian....."

"Qianqian tak mengerti apa-apa, kau jangan khawatir, aku tak akan membiarkannya membuat masalah dengan sembarangan". Untuk sesaat wajah Liu Wenchao nampak muram. Yu Qilin cepat-cepat mengayunkan tangannya.

"Ai, yang hendak kukatakan adalah, kau jangan menyalahkan Yuanbao, Yuanbao tak pernah bermaksud untuk mengambil Qianqian sebagai selir, lagipula nyonya sudah setuju kalau ia tak usah mengambil selir. Aku khawatir karena masalah ini kau marah pada kami berdua dan nyonya". Kenapa bisa......tak mengambil selir? Mendengar perkataan itu, perasaan Liu Wenchao tak menentu, di satu pihak ia girang karena Liu Qianqian tak menjadi selir, namun di pihak lain, ia tak bisa membuat mereka berdua bertengkar sehingga hubungan diantara mereka terputus..... Dengan air muka yang rumit, ia mengumam pada dirinya sendiri untuk beberapa saat, akhirnya ia memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Aku mana bisa marah padamu.....katamu nyonya sudah setuju bahwa Yuanbao tak usah mengambil selir?"

"Ya!", Yu Qilin tersenyum, di sudut-sudut bibirnya muncul dua buah lesung pipit.

"Yuanbao dan nyonya sudah membicarakannya dengan sungguh-sungguh, ia akan mengambil alih kepengurusan pabrik senjata. Sebenarnya nyonya khawatir Yuanbao tak akan menjadi dewasa, akan tetapi karena sekarang Yuanbao telah bersedia mengambil alih beban mengurus Wisma Jin, nyonya tentu saja tak marah!"

Apa?! Liu Wenchao terkejut, ia segera mencecarnya.

"Yuanbao bersedia mengambil alih kepengurusan pabrik senjata?"

"Benar, katanya ia tak boleh menghindar lagi, pagi-pagi hari ini ia langsung keluar rumah, katanya sejak hari ini, ia akan bersamasama mengerjakan urusan Liushan Men dan pabrik senjata, dan hendak melakukannya secepatnya". Seketika itu juga, dada Liu Wenchao seakan tersumbat, sehingga untuk sesaat ia tak dapat bangkit. Apakah rencana yang telah disusunnya selama dua puluh tahun lebih, kerja kerasnya selama dua puluh tahun lebih, seketika ini juga akan buyar bagai asap yang ditiup angin? Tak bisa! Ia tak bisa membiarkan kerja kerasnya seketika itu juga menjadi sia-sia, ia tak dapat membiarkannya! Ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan penuh kepura-puraan.

"Hal itu.....bagus sekali". Sekonyong-konyong, sebutir buah jatuh ke tanah, sambil berseru gembira, Yu Qilin bangkit, seketika itu juga, sifat kekanakkannya yang mengemaskan pun muncul, dengan gembira ia mengangkat buah itu, lalu memberikannya kepada Liu Wenchao seraya berkata dengan manis.

"Biaoge, ini untukmu!"

Tanpa sadar, Liu Wenchao menerima apel itu, ia memandang wajah Yu Qilin yang tersenyum, ia merasa cinta dalam hatinya meluap-luap, dan untuk beberapa saat, tak bisa ditenangkan.

Setelah berpisah dengan Yu Qilin, untuk waktu yang lama, Liu Wenchao berdiri di tepi danau sambil dengan tenang berpikir, karena masalah ini sekarang sudah menjadi seperti ini, ia tak bisa datang ke hadapan Nyonya Jin dan memperbaikinya lagi.

Karena tak bisa diperbaiki lagi, tak lama lagi Pangeran Kedua akan tahu, daripada membiarkannya tahu dan lalu menghukum dirinya, lebih baik sekarang ia meminta maaf.

Begitu memikirkan hal ini, Liu Wenchao segera berangkat ke wisma sang pangeran.

Benar saja, apa yang terjadi memang seperti yang diduganya.

Setelah Pangeran Kedua mendengar perkataannya, ia langsung naik pitam.

"Jin Yuanbao memimpin pabrik senjata.....aku sudah menunggu begitu lama, tapi kabar apa yang kau berikan padaku ini?"

Sambil berlutut, Liu Wenchao menunduk.

"Hal ini terjadi dengan tiba-tiba, mohon Yang Mulia memberiku waktu lagi, Wenchao pasti akan dapat mencari cara......"

Tak nyana, sebelum perkataan itu selesai diucapkan, Pangeran Kedua telah menamparnya! Tamparan itu sangat keras, begitu terkena tamparan telinga Liu Wenchao berdenging, wajahnya segera menjadi kemerahan dan bengkak, mulutnya pun segera penuh aroma darah.

Akan tetapi, ia tak bergeming, dan juga tak menutupi wajahnya, tetap berlutut sambil menunduk.

Melihat wajahnya yang nampak patuh dan jeri, mau tak mau sang pangeran tertawa, lalu berkata dengan enteng.

"Liu Wenchao, dihina olehku seperti ini, kau pasti tak rela, bukan? Mulutmu tak berani mengucapkannya, tapi dalam hati kau ingin aku dihukum picis untuk melampiaskan amarahmu".

"Wenchao tak berani". "Tak berani? Hahaha!", Pangeran Kedua tertawa terbahakbahak seakan gila, suara tawanya amat muram dan dingin.

"Kau benar-benar tak berani. Liu Wenchao, kau adalah orang yang tak bisa membuat keputusan, cinta pada seorang nyonya adalah musuh terbesarmu! Aku sudah berkata sebelumnya, kalau kau melenyapkan Jin Yuanbao, pabrik senjata akan dengan serta merta menjadi milikmu, saat itu, kekuatan terbesar Yang Mulia Putra Mahkota akan berada di tanganmu, coba katakan, saat itu, aku berani tidak memukulmu seperti ini?"

Liu Wenchao ketakutan.

"Perkataan Yang Mulia benar, aku memang......tak bisa membuat keputusan dan merugikan diriku sendiri!"

"Sang pangeran ini berbelas kasihan padamu, tak ada jeleknya kalau aku sedikit memberimu petunjuk......", sang pangeran memandangnya dengan dingin.

"Keluargamu telah turun derajatnya, walaupun kau menjual beberapa nona untukku dan mendapatkan sedikit uang, tapi kartu terkuatmu justru pabrik senjata keluarga Jin, kalau kau memiliki pabrik senjata, kau baru punya muka untuk berbicara di hadapanku".

"Terima kasih atas petunjuk Yang Mulia!", Liu Wenchao bersujud dalam-dalam.

"Kau selalu melepaskan Jin Yuanbao, apakah kau masih sedikit punya rasa persaudaraan dengannya?", Pangeran Kedua berkata dengan tenang.

"Sekarang ibu suri telah memerintah negara, nampaknya, aku sang pangeran ini selangkah lebih jauh lagi dari tahta sang Putera Langit, yang menghalangi jalanku justru adalah kakakku sang putera mahkota.......menurutmu aku akan lemah hati atau tidak?"

Seluruh ruangan itu sunyi senyap. Jantung Liu Wenchao berdebar-debar, setelah beberapa saat ia baru berani berkata.

"Wenchao......tak tahu".

"Nama besar seorang jenderal dibangun di atas puluhan ribu mayat.....", sambil menggeleng-geleng Pangeran Kedua memandang Liu Wenchao, lalu berkata dengan hambar.

"Liu Wenchao, sang pangeran ini tak memperkerjakan orang-orang yang tak berguna, dan selain untuk mendapatkan pabrik senjata, kau tak ada gunanya bagi pangeran ini ---- kau paham?"

Seberkas perasaan dingin yang tak bernama muncul dengan sendirinya di dalam hati Liu Wenchao, nama besar seorang jenderal dibangun di atas puluhan ribu mayat......benar, ia telah berjerih payah selama dua puluh tahun untuk mencapai hari kemenangan seperti itu, akan tetapi......sekarang semua jerih payahnya itu dengan seketika hancur berkeping-keping karena Jin Yuanbao! Melenyapkannya......

Ide itu segera meresap ke dalam tulang-tulang Liu Wenchao, sebuah perasaan yang seperti perasaan girang dan juga seperti suatu kegelisahan dengan cepat membanjiri tubuhnya, mau tak mau ia menjadi agak gemetar.

Ia tahu, bahwa asalkan ia berhasil kali ini, semuanya akan menjadi baik.....

Ia perlahan-lahan bangkit, lalu dengan penuh tekad berkata.

"Wenchao tahu, sebelum debu berjatuhan, aku tak mungkin mengecewakan anda".

"Kuharap begitu", dengan puas sang pangeran mengangguk. Bulan yang terang benderang tergantung di cakrawala, sinarnya bagai perak, jatuh ke bumi hingga bumi bagai diselimuti embun putih. Halaman itu sunyi senyap, sinar rembulan membuat bayangan Liu Wenchao yang berdiri di depan meja tulis nampak sangat panjang. Beberapa hari belakangan ini, Liu Wenchao berpura-pura sakit dan tak keluar rumah, ia terus menerus berada di kamarnya dan menyusun rencana..... Di atas meja tulis itu, terbentang selembar kertas besar, sekujur tubuh Liu Wenchao seakan membungkuk di atas kertas yang penuh gambar-gambar denah itu, ia mempelajarinya dengan seksama. Perlahan-lahan, Liu Wenchao yang dahinya berkerut pun tersenyum..... Akan tetapi, di bawah cahaya rembulan, senyum itu nampak lebih dingin dan menyeramkan lagi. Tiba-tiba, pintu didorong hingga terbuka, Liu Wenchao terkejut, ia cepat-cepat menutupi gambar-gambar itu dengan sehelai kertas putih, dengan tercengang ia memandang orang yang datang itu.

"Kenapa kau masuk ke sini?"

"Gege!", Liu Qianqian memburu ke dalam pelukan Liu Wenchao, wajahnya berlinangan air mata. Seketika itu juga Liu Wenchao tertegun.

"Aku telah tiga hari berbaring di ranjang, kau tahu tidak?", Liu Qianqian mengeluh sambil tersedu sedan. Ketika mendengar perkataan itu, Liu Wenchao baru sadar bahwa wajah Liu Qianqian tirus dan pucat, seketika itu juga, ia merasa amat sedih dan memeluk erat-erat sang adik yang air matanya membanjir bagai mata air.

"Aku mengunci diri di kamar selama tiga hari penuh.....aku berpikir selama tiga hari dan tiga malam....", Liu Qianqian menangis dengan pilu.

"Kenapa aku begitu tak tahu malu.....pindah rumah sendiri.....tanpa perduli ditertawakan oleh para pelayan, namun ia masih tak menginginkanku....seumur hidup ini aku hanya suka pada dia Jin Yuanbao seorang, kenapa ia justru tak paham, kenapa justru tak menginginkanku? Ia melemparkan semua barang-barangku keluar, dan menyuruhku pulang.....bahkan sebagai selir pun ia tak menginginkanku....."

Liu Qianqian menangis hingga tubuhnya lemas, perlahan-lahan ia merosot ke lantai, Liu Wenchao cepat-cepat menyokongnya, lalu memeluknya erat-erat.

Ia terkenang akan wajahnya saat masih dibungkus kain lampin, terkenang wajahnya saat belajar berbicara, terkenang akan wajahnya saat melompat-lompat dan berlarian....

Kasih sayang diantara kakak beradik memenuhi hatinya.

Liu Wenchao tahu bahwa dalam dua puluh tahun lebih ini, Liu Qianqian belum pernah begitu berduka! Ia menekan kepala Liu Qianqian ke dadanya sambil memandang kertas yang terbentang di meja itu, sinar matanya menjadi tenang, dengan suara yang amat, amat lembut, ia berkata.

"Anak manis....sebentar lagi, ia tak akan dapat membuatmu kesal lagi". Suara itu begitu lirih sehingga bahkan Liu Qianqian yang berada dalam pelukannya pun tak mendengarnya. Pagi-pagi keesokan harinya, Liu Wenchao berkata bahwa sakitnya sudah sembuh, lalu pergi mengucapkan selamat pagi kepada Nyonya Jin. Nyonya Jin melihat bahwa wajahnya tirus dan pucat, tanpa banyak curiga, ia mengucapkan beberapa perkataan yang penuh perhatian dan hiburan. Liu Wenchao tentu saja tak mengungkapkan isi hatinya. Ia perlahan-lahan duduk di sisi Nyonya Jin dan menemaninya mengobrol. Perlahan-lahan, ia mengeser pokok pembicaraan ke Jin Yuanbao yang akan mengambil alih kepengurusan pabrik senjata. "Pabrik senjata adalah industri yang telah berpuluh-puluh tahun dikelola oleh keluarga Jin kami, mau tak mau akan ada beberapa pengrajin senior angkuh yang akan memandang tuan muda dengan sebelah mata. Lagipula Yuanbao begitu muda, ia harus bertindak dengan hati-hati...."

Liu Wenchao membantah sambil tersenyum.

"Siapa yang mengenalnya sebagai seorang bukuai? Siapa yang percaya padanya? Guma, Jin Yuanbao mengambil alih kepengurusan pabrik senjata adalah suatu peristiwa besar, kali pertama ia naik panggung ini, menurut pendapatku, harus dirayakan secara besar-besaran". Perkataan ini tepat mengenai lubuk hati Nyonya Jin, ia langsung bertepuk tangan dan tersenyum, lalu berkata.

"Benar sekali perkataanmu itu! Tadinya aku berpikir, asalkan Yuanbao menerima cap dan buku pembukuan, dan ia perlahan-lahan memahaminya, sudahlah cukup. Tapi sekarang nampaknya kita harus membuat sebuah upacara pelantikan yang megah agar orang-orang tua tahu kekuatan putraku, dan juga agar Yuanbao merasakan bahwa ia memikul tanggung jawab yang besar".

"Guma memang bijaksana!", sambil memandang ke bawah Liu Wenchao tersenyum.

"Benar! Kulihat bahwa Xiaoxuan mengatur jamuan ulang tahun terakhir itu dengan cukup baik, lebih baik upacara pelantikan kali ini diserahkan juga kepadanya, sedangkan kau membantunya sedikit dari samping, bagaimana?"

"Kalau guma memerintahkan, keponakan menolak?"

Liu Wenchao bangkit dan menjura. mana berani Melihat wajahnya saat menghormat dengan patuh, mau tak mau dalam hati Nyonya Jin merasa agak bersalah, dengan hati-hati ia berkata.


Pendekar Rajawali Sakti 113 Pembalasan Pendekar Mabuk 113 Tabib Sesat The Chronicles Of Narnia 4 Kuda Dan

Cari Blog Ini