Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 20
"Guma khawatir karena masalah Qianqian, kau menyalahkan guma dan tak dekat dengan guma lagi...."
"Semuanya itu karena Qianqian tak tahu apa-apa", dengan tulus Liu Wenchao memandangnya.
"Guma, anda membesarkanku, mana mungkin aku menyalahkan anda".
"Kalau begitu, aku merasa lega!", Nyonya Jin merasa sangat bersyukur.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita ajak Yuanbao untuk mengenali lingkungan sekitarnya terlebih dahulu?", usul Liu Wenchao.
"Baik!", Nyonya Jin mengangguk.
"Tak ada jeleknya! Kau pergi siapkan kereta. Kita berangkat sekarang". Pabrik senjata itu terletak di sebuah lembah tersembunyi di pinggir kota, begitu tiba di mulut lembah, mereka dihadang oleh para pengawal, Nyonya Jin menunjukkan lingpai di tangannya dan mereka pun lewat dengan mudah. Setelah melewati pos pertama, Jin Yuanbao menyingkap tirai kereta dan memperhatikan keadaan di sekelilingnya. Lembah ini hanya memiliki sebuah jalan keluar, dan mereka juga harus melewati lima pos penjagaan, untuk melewati setiap pos diperlukan lingpai yang berbeda, dan semuanya dijaga dengan ketat. Karena sebelumnya Liu Wenchao selalu membantu Nyonya Jin mengurus pabrik senjata, ia sudah menjadi pengunjung tetap, saat ini, dengan tenang ia beristirahat sambil bersandar pada dinding kereta. Perlahan-lahan, kereta itu berjalan sampai ke depan pintu gerbang utama pabrik senjata, semua orang turun, lalu berjalan melewati pintu gerbang. Begitu memasuki pintu gerbang, Jin Yuanbao kontan terpana. Walaupun ia sudah tahu bahwa ada tempat seperti ini, namun begitu melihat pabrik senjata yang megah itu dengan mata kepalanya sendiri, ia tertegun. Udara penuh bau sesuatu yang hangus terbakar, di tengah desis hembusan ububan, godam besi seberat seribu jin melesat bagai bintang jatuh, menghantam keras-keras besi lantakan yang merah menyala, seketika itu juga, bunga api yang panas membara nampak seperti kembang api yang indah, disertai dengan suara dentaman yang memekakkan telinga. Dimana-mana api berkobar-kobar, menjulang ke angkasa, dimana-mana lelatu berterbangan, dimana-mana logam berdentang-dentang.... Melihat semua itu, Jin Yuanbao tercengang, ia selalu berpikir bahwa tempat itu adalah tempat yang amat membosankan, namun sekarang ternyata pemandangan itu membuat semangatnya berkobar-kobar, ia seakan melihat asap mesiu dan darah memenuhi medan perang, senjata tajam berdentangdenting....
"Kres!", sebuah suara pelan terdengar, uap membumbung ke angkasa dari sebuah ember air.... putih pun Melihat wajah Jin Yuanbao yang terpana, Nyonya Jin tersenyum.
"Tempat milik keluarga kita ini, jangan-jangan terakhir kau datangi ketika kau masih kecil dan berada dalam pelukanku. Sekarang ibu kembali membawamu kesini, kau harus memperhatikan semuanya dengan seksama, di upacara pelantikan, kalau ada orang yang bertanya dan kau bahkan tak tahu berapa pintu pabrik senjata ini, orang akan meremehkanmu". Suara Nyonya Jin menarik Jin Yuanbao keluar dari ketermenungannya, ia menghela napas dengan pelan, membuat ekpresi wajahnya menjadi tenang, lalu membantah sambil tersenyum.
"Hal-hal kecil seperti itu tak luput dari perhatianku".
"Bagus kalau begitu.....", Nyonya Jin mengangguk, lalu terus membawanya berjalan ke dalam. Sambil mengingat-ingat keadaan di sekelilingnya dalam otaknya, Jin Yuanbao membalas pandangan orang-orang yang menunjuk-nunjuk ke arahnya, ia tak kuasa menahan diri untuk tak berkata.
"Ibu, kenapa kita harus mengadakan upacara pelantikan? Aku langsung masuk dan bekerja saja, bisa tidak?" "Tak bisa!", dengan tegas Nyonya Jin menggeleng-geleng.
"Perkataan kakak sepupumu benar, peristiwa tuan muda keluarga Jin mengambil alih kepemimpinan adalah suatu peristiwa besar, kalau tak mengadakan upacara yang megah, aku tak bisa menunjukannya pada ibu suri dan putra mahkota".
"Lagi-lagi dia!", dengan tajam Jin Yuanbao memandang Liu Wenchao yang berada di belakangnya. Ibu dan anak itu bercakap-cakap sampai di depan gudang, Jin Yuanbao baru saja hendak melangkah masuk, namun ia dihadang di depan pintu oleh para pengawal.
"Minggir", Jin Yuanbao berkata dengan kesal. Nyonya Jin mengambil sesuatu dari lengan bajunya, lalu membuka genggamannya dan memberikan benda itu pada Jin Yuanbao. Benda itu adalah sebuah lingpai yang nampaknya telah bertahun-tahun lamanya sering disentuh oleh tangan yang penuh keringat sehingga menjadi hitam legam dan halus.
"Ini adalah lingpai keluarga Jin kita, kebiasaan keluarga Jin adalah hanya mengenal lingpai dan tak mengenal orang, walaupun kau adalah tuan muda Wisma Jin, kau tetap harus membawanya, maka mereka baru mengenalimu". Liu Wenchao yang berada di sampingnya memandang lingpai di tangan Nyonya Jin itu, untuk sekilas, di wajahnya nampak rasa iri dan ingin memiliki. Mendengar bahwa nada bicara sang ibu serius, Jin Yuanbao segera juga bersikap serius, ia mengangguk dan menerima lingpai itu dengan hati-hati, lalu mengangsurkan tangannya dan menunjukkannya kepada pengawal itu.
"Tuan Muda Wisma Jin, Jin Yuanbao, datang untuk membicarakan pengalihan kepengurusan pabrik senjata". Kedua pengawal itu menghormat, lalu mundur. Jin Yuanbao melangkah ke dalam dan hendak mendorong pintu hingga terbuka.
"Tunggu dulu". Ibu dan anak itu berpaling, sambil menjinjing ujung pakaiannya, Liu Wenchao berlari mendekat.
"Guma, dapatkan anda mengajakku ke dalam juga? Keponakan ingin melihat senjata apa saja yang dapat digunakan dalam upacara pelantikan untuk menunjukkan kekuatan keluarga Jin kita". Liu Wenchao berbicara dengan enteng, setelah berpikir sejenak, Nyonya Jin memandang ke arah Jin Yuanbao dan berkata.
"Yuanbao, sekarang lingpai berada di tanganmu, bagaimana menurutmu?"
Jin Yuanbao tertegun, lalu menggeleng.
"Menurutku ini bukan hal yang baik, gudang adalah tempat yang penting, orang luar tak boleh sembarangan masuk, kalau anda benar-benar hendak melakukannya, tulislah surat dan berikan padaku". Liu Wenchao terkejut. Nyonya Jin cepat-cepat melerai mereka, dengan halus ia menerangkan.
"Wenchao, Yuanbao benar, peraturan yang berlaku di pabrik senjata ialah bahwa orang yang tak berkepentingan tak boleh masuk ke dalam, kerabat dekat pun tak terkecuali, ini adalah pelajaran pertama yang harus dipelajarinya sebagai tuan muda....kalau kau memerlukan sesuatu, kembalilah ke wisma dan bicarakanlah dengan Yuanbao". Dengan tak berdaya Liu Wenchao menunduk.
"Baik".
"Kali ini, langgarlah aturan supaya ibu dapat menemanimu masuk dan membantumu mengenal keadaan di dalam dengan baik, lain kali.....hanya kau seorang diri". Setelah berbicara, Nyonya Jin memandang Jin Yuanbao dengan serius.
"Baik", dengan sikap hormat Jin Yuanbao mengangguk, lalu membawa sang bunda berjalan ke pintu gerbang gudang. Begitu ibu dan anak itu masuk ke dalam, pintu gerbang yang berat itu menutup di depan mata Liu Wenchao, ia menengadah dan memandang tulisan berlapis emas di atasnya, tangannya perlahan-lahan mengepal. Rembulan tergantung tinggi di angkasa malam, dengan dingin muncul tanpa suara, di langit yang berwarna biru gelap nampak puncak dinding yang tinggi dan pos-pos penjaga di atasnya. Di luar pabrik senjata, pasukan pengawal berpatroli bergantian. Sebuah sosok hitam diam-diam menghindari para pengawal itu, lalu dengan hati-hati berjalan ke kaki dinding, ujung kakinya menjejak tanah dan ia pun memanjat dinding yang tinggi itu, setelah itu dengan enteng ia mendarat di dalam halaman dan bersembunyi di sudut dinding yang berbayang-bayang. Di tengah halaman terdapat sekumpulan lentera, sebuah meriam besar yang diselimuti kain sutra merah ditempatkan di tengah halaman itu. Di segala penjuru para pekerja berjalan-jalan, suara mereka yang sedang mengobrol sayup-sayup terdengar.
"Jenderal Berbaju Merah kenapa begitu cepat dikeluarkan? Bukankah katanya setengah bulan lagi?"
"Tuan muda hendak mengambil alih pabrik kita, kata nyonya, di upacara pelantikan, tuan muda akan menyulut sumbu Jenderal Berbaju Merah sendiri, untuk unjuk kekuatan....."
"Tuan muda apa itu, belum pernah terlihat....."
"Ai, apa kau tak mengenal bukuai sakti yang termasyur, Jin Yuanbao?"
"Tak kenal! Memangnya kenapa kalau dia bukuai sakti, bukuai sakti memangnya bisa menyulut meriam? Saat itu kalau sampai meledak, bukankah ia akan terkencing-kencing ketakutan?"
Semua orang tertawa terbahak-bahak.
Di tengah suara tawa itu, sang sosok hitam mengeluarkan kertas dan kuas tulis, dengan sebuah pengaris ia mengukur jarak dari kejauhan, lalu membuat sebuah sketsa di atas kertas itu...
Sinar lentera bagai butiran-butiran kacang hijau, berayun-ayun ditiup angin, sinarnya yang temaram bersinar di dalam kamar dengan tenang, menimbulkan lingkaran-lingkaran cahaya yang kabur.
Dengan wajah tegang A Gui memandang ke luar jendela, sampai sebuah sosok hitam yang langsing muncul dalam pandangan matanya, ia baru merasa lega dan segera membuka pintu serta menyambut orang itu.
Orang itu mengenakan pakaian hitam, ia bertanya.
"Apakah ada orang datang?"
A Gui cepat- cepat menjawab.
"Tidak ada, aku selalu mengunci pintu, mereka pasti mengira bahwa aku adalah anda".
"Baik.....", orang yang baru datang itu membuka topengnya, memunculkan wajahnya yang tampan, Liu Wenchao.
"Gongzi......semua orang di wisma sibuk membicarakan upacara pelantikan tuan muda tiga hari lagi....."
A Gui menyambut pakaian yang dilepaskannya, ia terpaksa memotong perkataannya.
"Ya.....", Liu Wenchao melangkah ke balik sketsel untuk menganti pakaiannya. "Gongzi.....", setelah berpikir sejenak, dengan hati-hati A Gui bertanya.
"Apakah ada suatu tugas yang hendak gongzi berikan padaku?"
Begitu mendengarnya, Liu Wenchao melangkah keluar sambil tersenyum hambar.
"A Gui, orang lain melarikan diri kalau ada kesulitan, tapi kau justru maju ke depan".
"Xiaoren sudah bertahun-tahun mengikuti anda, aku hanya ingin mengerjakan semua kehendak anda, maksud hati anda, sedikit banyak dapat xiaoren ketahui, saat upacara pelantikan akan banyak orang yang bercampur baur, kalau anda hendak melenyapkan Jin Yuanbao dengan diam-diam dan mengambil alih pabrik senjata, upacara itu adalah kesempatan terbaik anda, bagaimana bisa tak dipergunakan?"
"Benar, justru pada saat banyak orang bercampur baur....A Gui kau terhitung seorang sahabat yang mengerti isi hatiku", dengan tulus Jin Yuanbao memujinya. Wajah A Gui berseri-seri kegirangan.
"Kalau begitu, mohon tanya, apakah gongzi mempunyai tugas untukku?"
"Ya.....", Liu Wenchao berpikir untuk beberapa saat, lalu berkata.
"Bantulah aku mencari sebuah benda, hal-hal lain, untuk sementara ini tak usah kau kerjakan". A Gui segera maju ke depan, Liu Wenchao memberinya perintah dengan suara pelan. Wajah A Gui nampak berseri-seri.
"Xiaoren akan segera melakukannya".
"Pergilah", Liu Wenchao tersenyum dingin. Pagi-pagi keesokan harinya, A Gui yang mengendong sebuah buntalan kelabu datang mencari Liu Wenchao. A Gui meletakkan buntalan itu di atas meja, lalu membuka kainnya yang kotor, sebuah bola besi berwarna hitam legam pun muncul.
"Gongzi, ini bola besi yang anda inginkan, apakah ukurannya sudah tepat?"
Liu Wenchao tak berkata apa-apa, ia hanya menjulurkan jarinya yang panjang dan menyentuh bola besi itu dengan hati-hati untuk membandingkan ukurannya, lalu mengangguk dan berkata sambil tersenyum.
"Bagus sekali, inilah ukuran yang tepat". Liu Wenchao mengangkat bola besi itu dengan tangannya sendiri, bangkit dan membuka sebuah lemari, lalu menaruh bola itu ke dalamnya. A Gui mengerutkan keningnya, dengan tak paham ia bertanya.
"Gongzi, sebenarnya siasat apa yang akan kita gunakan?"
"Aku punya sebuah rencana yang cemerlang!"
Liu Wenchao tersenyum misterius.
A Gui memandang bola besi itu dengan heran, ia tak mengerti, maka ia pun bertanya apakah ada tugas lain yang harus dilakukannya, setelah tahu bahwa tak ada tugas lain, tanpa banyak bertanya ia minta diri..
Liu Wenchao duduk dengan tenang untuk beberapa saat, lalu bangkit dan berjalan ke Taman Furong Nyonya Jin....
"Saat itu, Yuanbao akan menunggang kuda putih dan menyulut Jenderal Berbaju Merah, pada saat yang sama dua ratus orang pasukan bersenapan akan menembakkan senapan mereka. Kembang api kita pun pada saat yang sama dinyalakan, panjipanji keluarga Jin disembunyikan di balik kembang api, setelah itu, dengan meminjam kegagahan Jenderal Berbaju Merah, panji-panji itu akan berkibar hingga memenuhi separuh langit ---guma, bagaimana menurut anda?"
Dengan bersemangat Liu Wenchao menjelaskan tentang upacara pelantikan itu kepada Nyonya Jin.
"Cukup bagus, cukup bagus!", dengan girang Nyonya Jin bertepuk tangan.
"Ide Xiaoxuan ini bagus. Akan tetapi upacara pelantikan ini tentunya akan menghabiskan tak sedikit uang?"
"Ya.......", Liu Wenchao berpikir sejenak.
"Semuanya sekitar sepuluh ribu liang".
"Aku juga memperkirakan paling sedikit sekitar sepuluh ribu liang barulah cukup, ini peristiwa besar yang melibatkan senjata api, semua harus diatur dengan baik sehingga sama sekali tak ada bahaya, tak boleh pelit dalam menggunakan uang". "Pandangan guma cemerlang", sambil tersenyum Liu Wenchao berkata.
"Kalau ada guma yang tahu mana yang harus dihemat dan mana yang tidak sebagai pemimpin, ditambah lagi dengan nyonya muda yang melaksanakan segalanya dengan cermat, keponakan dalam melaksanakan tugas merasa amat tenang!"
"Baiklah, baiklah, jangan menertawakan gumamu". Walaupun Nyonya Jin berkata demikian, namun ia tak dapat menahan senyum muncul di wajahnya.
"Hari sudah siang, pergilah ke lokasi untuk berjalan-jalan, lihatlah kalau-kalau ada yang salah. Xiaoxuan juga ada di sana, kau berilah petunjuk padanya".
"Xiaoxuan ada di sana?"
"Benar!", wajah Nyonya Jin berseri-seri.
"Mereka berdua sekarang bagai satu orang saja, seharian lengket terus, dimana ada Yuanbao, pasti ada dirinya, kalau Yuanbao ada di sana, ia pun pasti ada disana". Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao cepat-cepat menunduk untuk minum teh, untuk sesaat rasa cemburu muncul di pandangan matanya. Setelah minta diri dari Nyonya Jin, Liu Wenchao tak berayal lagi dan segera memacu kudanya ke pabrik senjata, ia sering datang ke sana, maka ia sama sekali tak dihalangi oleh para pengawal, ia segera menuju ke lapangan di depan tempat pembuatan senjata. Saat itu semua orang sedang memasang bangku dan mendirikan gubuk, serta mengatur berbagai peralatan upacara, semua orang sibuk mempersiapkan upacara pelantikan Jin Yuanbao. Di kejauhan, di sebelah belasan tumpukan kembang api yang masing-masing tebalnya setahang air, Jin Yuanbao sedang berbicara sambil menggerak-gerakkan tangannya dengan seseorang yang penampilannya seperti seorang pengurus pabrik. Pandangan mata Liu Wenchao perlahan-lahan jatuh ke atas panggung, di belakangnya, berdiri sebuah gubuk sebatang kara, angin bertiup dan tirai gubuk itu pun tersingkap, di dalamnya sehelai kain berwarna merah terang menarik perhatian orang. Liu Wenchao menimang-nimang buntalan genggamannya, lalu memicingkan matanya. berat dalam Ketika memandang ke panggung, sebuah sosok mungil muncul di dalam pandangan matanya. Liu Wenchao tersenyum, lalu menengadah dan menyapanya.
"Shao furen!"
Mendengar suara itu, Yu Qilin memandang ke bawah, begitu melihat Liu Wenchao, senyum terkembang di wajahnya.
"Biaoge, untuk apa kau datang ke sini?"
Tanpa bergeming Liu Wenchao menaruh buntalan itu di balik punggungnya, lalu berkata sembari tersenyum.
"Nyonya menyuruhku datang untuk melihat apakah semuanya baik-baik saja, untuk membantumu dan Yuanbao".
"Oh....", Yu Qilin mengangguk-angguk, setelah itu ia melambaikan tangannya ke arah Liu Wenchao.
"Biaoge, kemarilah dan lihatlah". Liu Wenchao memandang gubuk di depannya yang kosong melompong tak ada penjaganya, lalu memandang sosok Yu Qilin yang berdiri di atas panggung tinggi untuk menerima tamu yang belum selesai itu, dengan senyum terkulum ia berkata.
"Hati-hati jangan sampai jatuh, aku akan pergi ke sebelah sana untuk melihat Yuanbao, aku akan segera kembali".
"Baik!", Yu Qilin melambaikan tangannya untuk mengucapkan selamat berpisah, lalu kembali tenggelam dalam kesibukannya. Tanpa tergesa-gesa, Liu Wenchao berjalan ke tempat Jin Yuanbao, begitu berjalan melewati gubuk, ia segera menyelinap ke dalamnya dengan cepat. Akan tetapi, saat itu Jin Yuanbao sedang memberikan penjelasan pada para pekerja, mendadak hatinya terkesiap, ia melihat ke arah gubuk dan melihat bahwa di dalamnya ada sebuah sosok manusia, maka ia segera berjalan menghampirinya. Dengan hati-hati Jin Yuanbao mendekati gubuk itu, namun setelah itu ketika ia menyingkap tirainya, ia mendapati bahwa di dalamnya sama sekali tak ada apapun, ia memperhatikan keempat penjuru gubuk itu, namun juga tak menemukan apapun yang luar biasa. Di luarnya, tanpa meninggalkan jejak, Liu Wenchao merapikan pakaiannya, mengambil buntalan, lalu keluar dari balik gubuk itu, sambil tersenyum, ia berjalan ke arah Yu Qilin. Tepat pada saat ia berjalan dengan cepat ke tempat Yu Qilin, Jin Yuanbao keluar dari gubuk di belakangnya.
"Liu Guanjia, apa yang kau lakukan di sini?", dengan waspada pandangan mata Jin Yuanbao mengawasinya. Begitu mendengar suara Jin Yuanbao, wajah Liu Wenchao berubah, namun ia cepat-cepat menutupi perbuatannya, begitu ia berbalik untuk memandang Jin Yuanbao, ekspresi wajahnya telah menjadi seperti biasa kembali.
"Guma menyuruhku untuk melihat apakah ada sesuatu yang dapat kubantu".
"Di sini tak ada yang perlu kau bantu, kau pulanglah". Jin Yuanbao perlahan-lahan berjalan ke arah Liu Wenchao.
"Baik", Liu Wenchao menunduk dan menjawab dengan sikap hormat, diam-diam ia menghembuskan napas lega, sambil memegang buntalannya erat-erat, ia bersiap untuk pergi. Tak nyana, Jin Yuanbao menyuruhnya tetap tinggal di tempat.
"Shaoye hendak memerintahkan apa lagi?", Liu Wenchao tak mengangkat kepalanya untuk memandangnya. "Apa yang kau bawa di tanganmu itu?", Jin Yuanbao melangkah ke hadapannya.
"Bukan apa-apa". Liu Wenchao mengerutkan dahinya.
"Buka untuk kulihat".
"Benar-benar bukan apa-apa....."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Liu Wenchao tak hendak membukanya, Jin Yuanbao pun tak enak hati memaksanya, namun ia merasa bahwa tindak-tanduk Liu Wenchao penuh rahasia.
Seketika itu juga, mereka berdua menghadapi jalan buntu.
Di kejauhan, di atas panggung penerima tamu, Yu Qilin melihat bahwa sepertinya ada sesuatu yang menarik, dengan penuh rasa ingin tahu ia segera mendatangi mereka, lalu dengan wajah penuh senyum manis ia bertanya.
"Yuanbao, kau dan biaoge sedang apa?"
Melihat Yu Qilin datang, di wajah Jin Yuanbao perlahan-lahan muncul seulas senyum, dengan mesra ia menarik bahu Yu Qilin, sedangkan tangannya yang satu lagi menunjuk ke buntalan Liu Wenchao.
"Aku sedang menebak benda bagus apa yang ada di tangannya itu".
"Barang bagus?", mau tak mau Yu Qilin menjadi amat ingin tahu.
"Biaoge, cepat buka agar kami dapat melihatnya". "Sama sekali bukan barang bagus....", Liu Wenchao mundur selangkah, seakan sedang menyembunyikan sesuatu.
"Hanya barang yang tak penting". Pandangan mata Jin Yuanbao segera memandang ke bawah, dengan perlahan, sepatah demi sepatah, ia berkata.
"Kalau begitu, aku menjadi makin ingin tahu". Akan tetapi Yu Qilin tak merasa ada sesuatu yang luar biasa, ia menjadi makin ingin tahu, sembari tersenyum ia berkata.
"Benar, biaoge, kau jangan membuat kami menebak-nebak, cepat buka dan biarkan kami melihatnya". Melihat wajah Yu Qilin yang jelita dan mengemaskan seperti seorang gadis kecil, Liu Wenchao tak dapat menahan dirinya dan tanpa dapat berbuat apa-apa mengangguk.
"Baiklah". Liu Wenchao perlahan-lahan membuka buntalan itu, wajah Yu Qilin penuh gairah dan rasa ingin tahu, wajah Jin Yuanbao nampak curiga. Setelah bungkusan itu dibuka, dari dalamnya hanya muncul sebongkah batu yang aneh bentuknya.
"Ternyata hanya sebongkah batu pecah", wajah Yu Qilin nampak kecewa, Liu Wenchao tersenyum.
"Qianqian mendengar bahwa disini banyak batu galian. Apapun keinginan adik, terpaksa kupenuhi". "Sebongkah batu pecah di mana-mana juga ada, kenapa Liu Guanjia bersikap begitu misterius seperti ini?", dengan wajah penuh kecurigaan Jin Yuanbao memandang Liu Wenchao.
"Akulah yang membesar-besarkan masalah ini". Walaupun ia curiga, namun Jin Yuanbao sama sekali tak mempunyai bukti, maka ia hanya dapat berkata tanpa dapat berbuat apa-apa.
"Ini adalah tempat penting di pabrik senjata ini, kalau Liu Guanjia tak ada urusan lain, lebih baik cepat meninggalkan tempat ini".
"Baik, aku akan segera pergi", setelah membereskan buntalan itu, Liu Wenchao pun berlalu. Melihat sosok Liu Wenchao yang kesepian, Yu Qilin merasa agak tak tega, dengan sikunya, ia menyikut Jin Yuanbao.
"Dia itu kakak sepupumu, apakah kau tak bisa bicara padanya dengan agak lebih sopan?"
Jin Yuanbao cepat-cepat menutupi dadanya seraya berteriak kesakitan.
"Ah, lukaku terbuka!"
Mendengar perkataan itu, Yu Qilin tentu saja amat khawatir, ia tak lagi memikirkan kejadian yang baru saja berlangsung itu, ia langsung mengira bahwa dirinya telah membuatnya kesakitan.
"Bagaimana keadaanmu? Maaf, aku lupa lukamu belum sembuh. Sakit tidak?"
Dengan cemas Yu Qilin maju untuk memeriksanya, Jin Yuanbao menggunakan kesempatan itu untuk mengenggam tangannya, dengan jahat ia memandang Yu Qilin, lalu tersenyum nakal.
"Kalau niang zi bersedia menciumku, tentu saja aku tak akan kesakitan". Yu Qilin bereaksi setelah sadar Jin Yuanbao menipunya, ia merasa jengah sekaligus geram dan segera mendorong Jin Yuanbao, mereka berdua pun saling berkejaran dengan amat gembira. Mendengar tawa riang di belakangnya, Liu Wenchao mencengkeram erat-erat buntalan di tangannya, pandangan matanya yang memandang ke bawah nampak dingin dan menyeramkan. Sambil bergurau dengan ribut, mereka berdua ---- yang seorang di depan sedangkan yang seorang lagi di belakang ---- tiba di depan perancah, namun tak nyana, perancah yang berada di samping tiba-tiba jatuh ke arah mereka. Mereka berdua tak sempat berjaga-jaga dan langsung begitu terkejut hingga pucat pasi. Jin Yuanbao bereaksi terlebih dahulu, ia berseru.
"Awas!"
Yu Qilin pun cepat-cepat berlari ke arah Jin Yuanbao.
"Yuanbao, bahaya, cepat menghindar". Ketika tangga itu hampir terjatuh, tiba-tiba Yu Qilin melompat bagai terbang dan menerjang ke arah Jin Yuanbao sehingga tubuhnya melindungi tubuh Jin Yuanbao! Dan Liu Wenchao yang barusan ini berlalu pun entah sejak kapan telah memburu ke arah mereka, ia menerjang ke atas tubuh Yu Qilin dan berguling-guling ke samping sambil memeluk mereka berdua! Tepat pada saat mereka bertiga berhasil lolos dari bahaya, perancah itu pun ambruk dengan suara berdebam! Pecahanpecahannya menghunjam ke punggung Liu Wenchao, sambil mengigit bibirnya untuk menahan diri agar tak berteriak, Liu Wenchao mementang kedua lengannya, bagai seekor induk ayam yang melindungi anak-anaknya, melindungi mereka berdua di bawah tubuhnya. Teriakan ketakutan terdengar dari segala penjuru, bagai gelombang pasang, semua orang berbondong-bondong datang untuk menolong mereka dan segera mengangkat benda-benda di atas tubuh mereka bertiga. Yu Qilin melepaskan dirinya dari Liu Wenchao yang berada di sisinya, lalu langsung memperhatikan Jin Yuanbao.
"Bagaimana keadaan Yuanbao?"
Liu Wenchao tertegun, hatinya amat pedih sukar ditahan. Begitu mendengar suara Yu Qilin, Jin Yuanbao yang kepala dan wajahnya penuh debu merayap bangkit, menarik Yu Qilin, memeriksanya dari atas ke bawah, lalu dengan cemas bertanya.
"Kau tak apa-apa? Apakah kau terluka?" "Aku tak apa-apa, bagaimana dengan dirimu? Apakah kau terluka?"
"Aku tak apa-apa.....", dengan khawatir Jin Yuanbao sekali lagi memeriksa Yu Qilin, setelah itu ia memeluknya.
"Sekarang kau sudah tahu artinya rasa takut, barusan ini tanpa memperdulikan apa-apa kau menerjang ke depan, kenapa kau begitu bodoh?", walaupun mulutnya menegurnya, namun sikap dan pandangan matanya amat lembut.
"Kau bukannya juga sama bodohnya denganku, sudah tahu berbahaya, tapi masih maju dan memelukku". Liu Wenchao menunduk, jari jemari tangannya mencakar kuatkuat, ia seakan hendak menghunjamkannya ke tanah..... Punggungnya terasa ngilu dan mati rasa, pakaiannya robek di beberapa tempat, di lengannya pun telah muncul bercak-bercak darah, namun sepasang mata itu dari awal sampai akhir tak pernah memandang dirinya..... Liu Wenchao tertawa dingin, ia merasa bahwa segala tindakan ksatrianya hanya bagai angin lalu saja, ia merasa sangat kecewa. Ia perlahan-lahan bangkit, melirik kedua orang yang masih berpelukan dengan erat itu, lalu berbalik dan pergi. Ketika Liu Wenchao bangkit, Yu Qilin baru sadar bahwa ia berada di tempat itu, melihat sosoknya yang dengan susah payah berjalan dengan terhuyung-huyung, ia langsung hendak mengejarnya, namun Jin Yuanbao menahannya.
"Sebelum lukamu benar-benar pulih, kau tak boleh bergerak dengan sembarangan". Mendengar perkataannya, Yu Qilin menghentikan langkahnya, ia memandang ke arah Liu Wenchao, matanya penuh rasa terima kasih.
"Biaoge, kau tak apa-apa? Barusan ini kami sangat beruntung karena kau ada di sini". Tubuh Liu Wenchao berhenti bergerak, pandangan matanya terpaku pada wajah Yu Qilin, lalu beralih ke tangan Jin Yuanbao yang memeluk pinggangnya, dengan hambar ia berkata.
"Kita semua sekeluarga, aku memang sudah sepantasnya melakukannya". Begitu mendengar perkataannya, mata Jin Yuanbao menjadi suram, hatinya terasa agak galau, setelah itu ia melirik Liu Wenchao yang nampak kepayahan, lalu dengan tak disangkasangka, menundukkan kepalanya dan berterima kasih.
"Terima kasih banyak karena telah menyelamatkan Xiaoxuan. Apakah.....kau terluka?"
Hati Liu Wenchao amat pedih dan ia tak hendak menjawab, ia mengangguk-angguk, lalu menggelengkan kepalanya, lalu berbalik hendak berlalu.
Yu Qilin memandang ke bawah dan melihat batu di balik buntalan yang telah pecah berkeping-keping itu, dalam hati ia merasa amat bersalah, dengan penuh penyesalan ia berkata.
"Aiyo, batu yang kau carikan untuk Qianqian....."
"Tak apa-apa.....", Liu Wenchao mengumam pada dirinya sendiri.
"Tak penting". Setelah itu, dengan sebatang kara ia berlalu perlahan-lahan sambil memegangi lukanya. Di dalam pabrik senjata, di sisi api tungku yang berkobar-kobar, Jin Yuanbao yang bertelanjang dada dan sekujur tubuhnya bermandikan keringat sedang menempa sesuatu bersama dengan seorang pandai besi senior. Beberapa saat kemudian, dengan menggunakan sebuah penjepit, Jin Yuanbao memungut sebuah benda yang merah membara dari dalam tungku, lalu dengan sigap memasukannya ke dalam air untuk mendinginkannya, asap putih pun membubung.... Setelah asap putih itu buyar, Jin Yuanbao mengambil penjepit dan mengangkat benda itu ke depan matanya untuk memperhatikannya dengan seksama, ternyata benda itu adalah sebuah liontin berbentuk yuanbao emas kecil. Melihat liontin itu, senyum perlahan-lahan muncul di wajah Jin Yuanbao, setelah itu, tanpa memperdulikan tangannya yang tersengat panas, ia mengambil liontin itu, lalu menaruhnya di sebuah meja bersama sebuah liontin lain yang hampir serupa, kedua benda itu kalau dipasangkan membentuk sebuah yuanbao emas yang utuh. Melihat yuanbao emas di tangannya yang berkilauan itu, Jin Yuanbao tersenyum, senyumnya itu penuh rasa puas. Para pandai besi lain mengerumuninya dan memperhatikan benda itu, setelah itu, tawa mereka pun terdengar.
"Lumayan, lumayan, shaoye sudah paham dan bersedia bekerja keras! Yuanbao ini dibakar pada suhu yang tepat dan sisi-sisinya halus! ---- namun apakah pabrik senjata kita akan beralih menjadi pabrik perhiasan?"
Jin Yuanbao tersenyum sambil menyembunyikan liontin itu dalam pakaiannya.
"Tentu saja tidak! Kita masih akan terus membuat meriam dan senapan!"
Pandai besi senior itu tentu saja tahu isi hatinya, sambil memukulkan palu, ia memandang Jin Yuanbao seraya tertawa terkekeh-kekeh.
Jin Yuanbao merasa agak jengah, wajahnya memerah, ia berbalik dan pergi.
Di bawah langit yang biru muda, air danau yang hijau berkilauan, di paviliun di tengah danau duduk seorang gadis yang berwajah kemalu-maluan.
Yu Qilin melihat bahwa alis dan sudut-sudut mata gadis itu cantik, diam-diam ia tertawa, lalu tiba-tiba mendekatinya seraya berseru.
"Kenapa senyummu begitu manis?" Jiang Xiaoxuan terkejut, ia memukul bahunya dengan tangannya.
"Menyebalkan! Kau membuatku kaget setengah mati!"
"Apa yang sedang kau pikirkan? Senyummu begitu bahagia....."
Dengan enteng Yu Qilin duduk di sisinya, setelah itu ia memusatkan pandangannya, dengan tercengang, ia mengangsurkan tangannya dan meraba wajah Jiang Xiaoxuan.
"Kenapa hitam begini? Karena tinta? Apa kau menulis-nulis sampai ke mulut?"
Wajah Jiang Xiaoxuan memerah, ia cepat-cepat menutupi wajahnya dan menghindar, ia berusaha menghapusnya, namun semakin berusaha menghapusnya, wajahnya semakin merah.
"Cck, cck, panas sekali", celetuk Yu Qilin dengan nakal, Mendengarnya, dengan jengah Jiang Xiaoxuan menatapnya.
"Jangan ribut! Setelah itu ia kembali menyeka wajahnya, setelah menghapusnya sampai bersih, ia baru berbalik dan berkata pada Yu Qilin dengan wajah serius.
"Zhangfeng berencana untuk pindah keluar bersamaku".
"Hah? Dia rela meninggalkan rumah obatnya?"
Yu Qilin terkejut.
"Ya, ia sudah mengambil keputusan, ia akan segera meninggalkan Wisma Jin bersamaku dan mencari penghidupan di luar". Mau tak mau Jiang Xiaoxuan mengelus-elus bibirnya, sambil tersenyum manis, ia berkata.
"Barusan ini aku membantunya membereskan barang-barang". Yu Qilin tercengang, lalu sambil tersenyum nakal ia berkata.
"Kalau hanya membereskan barang-barang, kenapa kau mengelus-elus bibirmu? Ayo katakan padaku, bagaimana cara kalian membereskan barang-barang?"
"Kau......", Jiang Xiaoxuan merasa jengah, ia cepat-cepat berpaling menghindari pandangan matanya, lalu mengumam.
"Tunggu sampai kami pindah keluar, setelah itu kau dapat memberitahukan identitasmu pada Yuanbao". Begitu mendengar perkataannya itu, Yu Qilin langsung menjadi tenang.
"Benar, setelah kalian pindah keluar, aku akan dapat mencari kesempatan untuk memberitahunya. Aku bukan Jiang Xiaoxuan, aku adalah Yu Qilin. Identitasku palsu". Begitu berbicara sampai di sini, sinar mata Yu Qilin menjadi agak suram, setelah berhenti sejenak, ia kembali berkata.
"Xiaoxuan, kau jangan tertawakan aku.....aku harus mengaku, tapi aku takut kehilangan dirinya". Jiang Xiaoxuan mengangsurkan tangannya dan menutupi tangan Yu Qilin dengan tangannya sendiri, lalu dengan sangat bersungguh-sungguh berkata.
"Perasaanmu terhadapnya tidak palsu, bahwa kau rela menerima tikaman pedang demi dirinya sehingga hampir mati kehabisan darah tidaklah palsu, cinta kalian tidaklah palsu. Qilin, jangan takut, dan jangan menunggununggu waktu yang tepat, begitu aku keluar, cepat beritahukan semuanya padanya. Kalian telah melewati api dan air demi pasangan masing, beberapa hari terakhir ini kau sendiri sangat merasakan kedekatan diantara kalian berdua itu. Pada mulanya Yuanbao mungkin akan marah, namun setelah itu ia pasti akan dapat memahamimu".
"Baik, aku percaya padamu", Yu Qilin mengangguk.
"Kau tak usah mempercayaiku, yang harus kau percayai adalah dirimu sendiri.....dan juga Yuanbao".
"Aku tahu, aku tak akan takut, kau jangan khawatir!"
Setelah itu ia bertanya.
"Tapi kalian ini yang melarikan diri seperti ini, benarbenar membuatku khawatir!"
Jiang Xiaoxuan tersenyum.
"Kau jangan khawatir.....kami sudah menemukan rumah yang baik, begitu Zhangfeng membayar uang muka besok kami akan dapat langsung pindah. Qilin, setelah aku tak ada nanti, kau harus berhati-hati dalam segalanya". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin merasa lebih tenteram, agaknya mereka sudah cukup lama menyusun rencana, bukan hanya bertindak impulsif saja, maka ia pun menganggukangguk.
"Aku tahu, kau tinggal di luar juga harus berhati-hati dalam segala hal, setiap beberapa hari kita harus bertemu muka".
"Tentu saja.....", Jiang Xiaoxuan mengangguk, ia setengah memejamkan matanya, ia sukar menutupi rasa sedih dalam pandangan matanya.
"Kau.....kenapa?", dengan hati-hati Yu Qilin bertanya, dirinya mengira bahwa ia sedih karena akan berpisah dengannya, maka ia segera menepuk bahunya seraya berkata.
"Semakin cepat kita melakukannya, semakin cepat pula semuanya ini akan berakhir. Aku benar-benar berharap kita dapat segera bertukar nama, dan kembali ke identitas kita masing-masing".
"Qilin......", pandangan mata Jiang Xiaoxuan jatuh di tengah danau di kejauhan, pelupuk matanya berubah menjadi basah.
"Aku masih mempunyai suatu hal yang hendak kulakukan".
"Apa itu?"
"Xi er meninggal di Wisma Jin, sebelum aku meninggalkan tempat ini hari ini, aku hendak bersembahyang untuknya di tepi sungai dahulu, untuk membawanya pergi bersamaku". Melihat mata Jiang Xiaoxuan yang berkaca-kaca, Yu Qilin pun tersedu-sedan.
"Tentu saja, tentu saja kita harus pergi. Malam ini kita harus pergi bersama-sama dan membawa Xi er pulang". Malam telah larut dan sepi, semua orang telah beristirahat, di taman, selain suara serangga mengerik dan suara debur air yang ditimbulkan oleh ikan yang sekali-kali melompat di air, semuanya tenang. Dengan lincah Jin Yuanbao berjalan ke halamannya sendiri, bayang-bayang pepohonan menimpa wajahnya, liontin emas yang berada dalam genggamannya kadang-kadang berkilauan. Di sebuah sudut di tepi sungai yang tersembunyi di balik pepohonan, sayup-sayup terdengar suara tangisan. Jin Yuanbao terkejut dan menghentikan langkahnya, lalu memandang ke kejauhan dari balik ranting pohon. Dua wanita memunggungi Jin Yuanbao, sambil berlutut di tanah, mereka memasukkan kertas-kertas kuning ke dalam api unggun, suara tangis mereka sayup-sayup terdengar. Jin Yuanbao melangkah ke depan dengan pelan, suara mereka mulai menjadi jelas.....profil wajah Yu Qilin yang nampak penuh perhatian disinari oleh cahaya api yang temaram. Yu Qilin mengangsurkan tangannya dan mengambil sehelai kertas kuning, lalu memasukannya ke dalam api, dengan khidmat dan lembut ia berkata.
"Xi er, sejak lahir kau sebatang kara dan tak punya tempat bersandar, kami adalah kerabatmu, tak apa kalau kau membenci kami, tak apa kalau kau marah pada kami, seandainya di sana kau kekurangan sandang dan pangan, ingat bahwa kau harus memberitahu kami". Mendengar perkataan itu, hati Jin Yuanbao agak pedih, ia tak terlalu akrab dengan Xi er, sampai Xi er meninggal, baginya Xi er hanya bagai riak air yang ditimbulkan seekor ikan, yang perlahan-lahan menghilang seiring berlalunya waktu. Akan tetapi, bagaimanapun juga, Xi er sejak kecil selalu melayani Jiang Xiaoxuan, perasaan diantara mereka berdua tentunya amat mendalam..... Karena bersimpati padanya, Jin Yuanbao ikut sedih, ia hanya menonton sambil diam, tak mau menganggunya. Ia hendak dengan diam-diam mengikutinya dan melindunginya. Jiang Xiaoxuan menangis untuk beberapa saat, lalu memasukkan kertas kuning ke dalam api seraya berkata dengan lembut.
"Xi er, sejak kecil kau telah masuk ke Wisma Jiang untuk mengurusku, kita telah menjadi majikan dan pelayan selama belasan tahun, perasaan diantara kita sangat mendalam, akan tetapi karena aku mementingkan diri sendiri dan lari dari pernikahan, kau menjadi mati dengan mengenaskan, Xi er, aku Jiang Xiaoxuan, mohon pengampunanmu". Apa?! Sesuatu yang bagai guntur seakan membelah kepala Jin Yuanbao. Ia memandang Xue er yang mengaku sebagai Jiang Xiaoxuan, ia tak dapat mengalihkan pandangan matanya, dan lebih-lebih lagi tak kuasa berkata apa-apa.
"Xi er, aku tahu bahwa kau tentunya marah padaku, kau memang sudah sepantasnya marah, aku adalah nonamu, tapi tak sanggup melindungi keselamatanmu, dan bahkan jasadmu pun tenggelam di dalam air.....Xi er, aku Jiang Xiaoxuan tak berani mengharapkan bahwa kau akan memaklumi semuanya. Setelah ini aku akan banyak berdoa untukmu, kuharap di kehidupan yang mendatang, kau akan mempunyai ayah dan ibu, dan tak kekurangan sandang dan pangan, tak lagi harus berkelana sebatang kara, dan tak usah cemas lagi....."
Sambil berlutut, Jiang Xiaoxuan tersedu-sedan pelan. Jin Yuanbao memandangi semuanya itu dengan tertegun, pandangan matanya pun beralih ke Yu Qilin. Yu Qilin mengelus-elus punggung Jiang Xiaoxuan, sambil berlinangan air mata, ia berkata.
"Xi er, demi mewujudkan sebuah cita-cita, karena berbagai kebetulan yang aneh aku menjadi menantu keluarga Jin menggantikan orang lain, tadinya aku mengira hal ini akan dapat dengan cepat diselesaikan, tapi tak nyana......"
Makin lama suaranya makin menjadi tersedusedan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Manusia berencana namun langit yang menentukan, Xi er, aku dan Jiang Xiaoxuan sama, aku berharap agar kau dilahirkan kembali di sebuah keluarga yang baik; selain itu aku masih mempunyai sebuah harapan yang egois, yaitu agar di kehidupan mendatang kita dapat bertemu, aku Yu Qilin akan menjadi kakak kandungmu, dengan demikian aku akan dapat selamanya menyayangimu dan membalas budimu....."
Yu Qilin? Nama yang asing itu, ternyata adalah nama orang di hadapannya yang sudah sangat diakrabinya itu? Jin Yuanbao cepat-cepat bertumpu pada gunung-gunungan agar ia tak terjatuh.
"Qilin.....", Jiang Xiaoxuan memeluk Yu Qilin sambil menangis pilu tanpa suara. Yu Qilin pun memeluk Jiang Xiaoxuan dan mereka berdua saling memanggil dengan pelan sambil mengucurkan air mata.
"Xi er, ikut aku pulang; Xi er, ikut Xiaoxuan pulang......" Melihat kedua wanita itu, wajah Jin Yuanbao nampak sangat rumit. Ia kebingungan, putus asa, sedih dan terlebih-lebih lagi marah! Dengan kaku ia berbalik, dengan kaku menganggkat kakinya, lalu dengan amat hati-hati mundur selangkah demi selangkah, setelah mundur, ia perlahan-lahan meninggalkan kumpulan pepohonan itu. Jin Yuanbao berjalan dengan terhuyung-huyung, liontin yuanbao di tangannya mendadak tergelincir, namun pada saat liontin itu akan terjatuh, ia mengenggamnya erat-erat. Liontin yuanbao itu tergantung dari sela-sela jari jemarinya, rantainya yang halus pun ikut berayun-ayun, sehingga kedua yuanbao itu pun saling beradu, Berbagai macam bunga dalam taman itu nampak indah, namun angin malam bertiup, dan kelopak-kelopak bunga di rantingranting pohon pun luruh berjatuhan dan menjadi layu..... Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan memandang jalan yang gelap gulita di hadapannya, keharuman bunga-bunga memenuhi udara, akan tetapi pandangan matanya kosong melompong.... Dari depan, seperti sebuah lukisan, sebuah gambaran mendadak muncul dalam benaknya, ia merasa kepalanya sakit hingga seakan hendak pecah, juga seakan hendak meledak! Kalau bisa, ia ingin mencungkil gambaran itu dari otaknya..... Langkah kakinya seakan tak dapat dikendalikan, membawanya maju ke depan perlahan-lahan..... Ia melihat suatu benda yang gelap gulita, seperti tembok tinggi yang telah melebur dalam kegelapan malam, dengan putus asa Jin Yuanbao mendapati bahwa ia seakan berjalan ke sebuah jalan buntu. Perempuan itu, perempuan itu! Senyumnya yang manis, wajahnya yang secantik bunga pir terkena hujan, sepasang pipinya yang merah padam saat ia marah, hingga ketika ia menerima tikaman pedang untuk dirinya itu! Pada akhirnya, semua itu hanya kepalsuan belaka? Punggung Jin Yuanbao bersandar pada dinding taman, perlahan-lahan ia merosot hingga terduduk di tanah, ia membuka mulutnya, hendak melampiaskan perasaan yang menyesaki dadanya, ia hendak berteriak keras-keras, hendak menjerit keras-keras! Akan tetapi, raungan itu akhirnya tersumbat di kerongkongannya oleh sedu-sedan, lalu ia pun diam seribu bahasa..... Jin Yuanbao menyembunyikan kepalanya diantara kedua lututnya, ia memeluk dirinya sendiri dengan sepasang lengannya, sikap kekanak-kanakkan itu muncul dalam dirinya.... Perlahan-lahan, tubuhnya mulai gemetar, makin lama makin keras, sedikit demi sedikit, gemetar itu berubah menjadi suara tawa yang getir.....
"Hahaha.....", Jin Yuanbao menengadah dan tertawa keraskeras, akan tetapi, suara tawanya itu bagai air es pada hari terdingin musim dingin, begitu masuk ke telinga, langsung membuat orang yang mendengarnya menggigil. Di bawah sinar rembulan, wajahnya yang penuh tawa nampak makin sedih. Setelah cukup tertawa, setelah capai tertawa, Jin Yuanbao bersandar di dinding dan memandangi langit malam. Di tengah langit malam mendadak muncul sebuah wajah jelita, dirinya memandangi wajah itu seraya mengumam pada dirinya sendiri.
"Ternyata......ternyata namamu Yu Qilin?"
Ternyata, selama ini kau membohongiku? Ternyata, semua ini hanya tipuan belaka? Seorang gadis desa! Jin Yuanbao meninju tanah keras-keras dengan telapaknya, serpihan-serpihan batu pun melukai buku-buku jarinya, namun rasa sakit itu mana mungkin lebih sakit dari rasa sakit dalam hatinya, dan malah seakan dapat sedikit diredakan! Saat ini, ia seperti sedang kesetanan.
Tinju demi tinju menghunjam ke tanah, hingga daging di tinjunya itu lebam, namun ia seakan sama sekali tak merasakannya.
Dalam hatinya perlahan-lahan muncul sebuah ejekan.
Ah, Jin Yuanbao, Jin Yuanbao.
Sia-sia kau menyebut dirimu pintar, ternyata kau adalah orang terbodoh di kolong langit.
* "Krek!", pintu rumah obat Gu Zhangfeng mendadak didorong hingga terbuka, ia tertegun, ia mengira bahwa anginlah yang meniup pintu itu hingga terbuka, maka ia melangkah menghampirinya, akan tetapi tak nyana, seseorang yang pakaiannya morat-marit dan rambutnya penuh potonganpotongan rumput sedang bersandar di ambang pintu.
Gu Zhangfeng amat terkejut, setelah memusatkan pandangan matanya, ia mendapati bahwa orang itu adalah Jin Yuanbao, ia pun segera mengundangnya masuk, setelah itu ia menemukan luka di tangannya.
"Kau kenapa?"
Gu Zhangfeng menarik lengan bajunya dan memeriksanya. Dengan muak Jin Yuanbao menarik tangannya, lalu berkata.
"Karena tak hati-hati, di pabrik senjata aku terluka....."
"Apakah kau menempa sesuatu dengan tangan di pabrik senjata?"
Gu Zhangfeng mengumam pada dirinya sendiri, akan tetapi tanpa disangka-sangka, dengan sigap ia membalut lukanya, namun ia belum sadar bahwa wajah Jin Yuanbao nampak luar biasa.
Setelah itu, ia kembali ke hadapan meja tulis dan menggiling obat.
Jin Yuanbao membuka mulut hendak berbicara, akan tetapi begitu ia bersuara, Gu Zhangfeng langsung memotong perkataannya.
"Kau tunggulah, tak usah bicara padaku, jangan menganggu pekerjaanku.....chaihu selatan dan chaihu utara ini, walaupun keduanya disebut chaihu, namun sangat berbeda....."
Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia berusaha sekuat tenaga mengendalikan perasaannya, di belakang Gu Zhangfeng, ia berjalan mondar-mandir, untuk beberapa lama tak bersuara.
Gu Zhangfeng merasa agak heran, dengan tertegun ia memandangi Jin Yuanbao, setelah itu ia menunduk dan bekerja kembali.
"Gu Zhangfeng, kalau kau mendapati bahwa sayuran yang berada di tanganmu jelas-jelas sebuah lobak, tapi saat membeli obat kau dibohongi bahwa benda itu adalah sebuah ginseng, apa yang kau lakukan?"
Jin Yuanbao berhenti melangkah dan menunduk sambil mengawasi Gu Zhangfeng yang sedang dengan hati-hati memperhatikan bahan obat, lalu mendadak bertanya.
"Chaihu yang berada di tanganku ini......", untuk sesaat Gu Zhangfeng tak bisa menjawab.
"Ada yang chaihu selatan dan ada yang chaihu utara, tak ada yang asli atau palsu, akan tetapi khasiatnya sangat berbeda......" Jin Yuanbao menarik napas panjang, berusaha dengan sekuat tenaga untuk menekan kemarahannya, lalu kembali berkata dengan perlahan.
"Aku sedang bertanya padamu, kalau kau mendapati bahwa orang yang kau sayangi dan percayai, orang yang kau pikir untuk selamanya pantas mendapatkan pengorbananmu, misalnya, Xue er mu, ternyata palsu, apa yang akan kau lakukan?"
Akhirnya Gu Zhangfeng meletakkan benda dalam genggamannya, dengan serius berpikir untuk beberapa saat, lalu bertanya.
"Kau berkata bahwa ia palsu, apa maksudmu?"
"Maksudku palsu! Namanya palsu, identitasnya palsu, semuanya palsu!"
Jin Yuanbao sangat gelisah, seakan hendak meraung. Gu Zhangfeng terkejut melihatnya, ia tertegun untuk sesaat, lalu dengan hati-hati bertanya.
"Tapi orangnya asli?"
"Orangnya asli bagaimana? Kan aku sudah bilang bahwa ia palsu! Kalau ia palsu, apa yang akan kau lakukan?! Kau si tolol ini mengerti perkataanku atau tidak?!"
Dalam kemarahannya Jin Yuanbao mengibaskan lengan bajunya dan menyapu bahanbahan obat di atas meja hingga jatuh ke lantai! Gu Zhangfeng amat terkejut, dengan khawatir ia segera memungut bahan-bahan obat itu, lalu menggerutu.
"Tentu saja aku mengerti! Bukankah kau hendak mengatakan apakah kalau chaihu ini disebut sebagai ginseng aku masih menginginkannya atau tidak?"
Dengan sikap bersungguh-sungguh ia mengangkat chaihu itu untuk memberi contoh.
"Ini adalah chaihu yang bagus, tak perduli apakah orang lain menyebutnya ginseng, ia tetap bagus, apakah ia disebut shanyao, atau ia menyebut dirinya sendiri dingchong xiacao, ia masih tetap chaihu kelas satu, hal ini apa hubungannya dengan asli atau palsu?"
Setelah berbicara, Gu Zhangfeng mengeleng-geleng dengan puas diri, lalu kembali membereskan bahan-bahan obat yang berantakan, untuk sesaat Jin Yuanbao tak berkata apa-apa.
"Kalau begitu, aku akan bertanya padamu dengan cara lain". Jin Yuanbao berjongkok dan menatap Gu Zhangfeng dengan tajam.
"Bertanyalah".
"Andaikan kau mendapati bahwa Xue er, menyembunyikan suatu hal ----- suatu hal yang sangat penting, darimu, apa yang akan kau lakukan?"
Gu Zhangfeng duduk di atas tanah, lalu berpikir dengan sungguh-sungguh, setelah beberapa saat ia barulah menjawab.
"Kalau Xue er yang sudah begitu mencintai dan mempercayaiku, masih hendak menyembunyikan suatu hal dariku.....hal ini berarti bahwa ada sesuatu dalam diriku yang masih kurang baik, sehingga membuatnya tak merasa lega".
"Apa?", Jin Yuanbao tertawa dingin, lalu menyindirnya.
"Kau memang selalu menyalahkan dirimu sendiri".
"Hubungan diantara kami begitu baik, kalau ia sampai menyembunyikan sesuatu dariku, hal ini menunjukkan bahwa sebagai seorang lelaki, sikapku masih tak cukup baik untuk membuat dirinya merasa aman, atau, karena suatu masalah yang sulit diceritakan, ia terpaksa melakukan hal itu".
"Masalah yang sulit diceritakan apa?"
Jin Yuanbao menatapnya dengan penuh perhatian untuk beberapa saat, lalu menghela napas dengan pelan.
"Masalah dalam kehidupan manusia sukar diduga, semua orang punya masalah yang sulit diceritakan ----"
Akan tetapi perkataan itu seakan membuat masalah yang terpendam dalam hati Jin Yuanbao mencari pelepasannya, kekesalannya baru-baru ini menghambur keluar dari dadanya.
Tanpa menunggu Gu Zhangfeng menyelesaikan perkataannya, Jin Yuanbao langsung berdiri dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu.
"Hei! Hei! Kau belum memberitahuku, masalah apa yang sebenarnya disembunyikan Xue er dariku!"
Jin Yuanbao berhenti di mulut pintu.
"Bukan apa-apa. Aku hanya mengandai-andai". Ia berpaling dan menatap Gu Zhangfeng dengan tajam.
"Tolol, seumur hidupku aku belum pernah seperti hari ini, berharap kau benar dan aku sendiri salah". Larut malam, kamar itu diterangi cahaya lilin yang temaram, seluruh rumah sunyi senyap. Yu Qilin yang matanya merah dan bengkak mendorong pintu hingga terbuka dan masuk, namun ia menemukan Jin Yuanbao sedang duduk di sebelah kiri sambil bertopang dagu, tangannya yang satu lagi sedang mengoyang-goyangkan cawan teh, cahaya lentera terpantul di matanya.
"Kenapa kau belum tidur?"
Jin Yuanbao memandang matanya, ia tak berkata apa-apa, setelah Yu Qilin duduk dan dengan kelelahan membuat teh untuk dirinya sendiri, ia barulah berkata.
"Kau menangis". Tangan Yu Qilin yang sedang menuang teh berhenti.
"Tubuhmu penuh bau asap dan dupa". Seakan mengetahui bahwa ada sesuatu yang luar biasa dalam nada suaranya, Yu Qilin mengangkat kepalanya dan memandangnya, dengan agak bimbang, namun dengan terus terang, ia berkata.
"Aku dan Xue er pergi ke tepi danau untuk berdoa bagi Xi er".
"Oh", Jin Yuanbao mengangguk dengan hambar, ia sengaja berkata.
"Xi er pernah melayani kalian, namun tewas dengan mengenaskan, kalau kalian mendoakannya, hal ini memang sudah sepantasnya". Yu Qilin tak mendengar bahwa ada sesuatu yang aneh, ia hanya mengangguk sambil termenung.
"Benar......aku dan Xue er sangat berduka". "Benar. Kau dan......Xue er sangat berduka", Jin Yuanbao menirukannya, pandangan matanya menatapnya dengan tajam. Namun Yu Qilin tak merasa bahwa ada sesuatu yang aneh, dengan lembut ia menyusup ke dalam pelukan Jin Yuanbao, lalu bersandar di dadanya, ia tak berkata apa-apa, namun ia merasa bahwa dengan bersandar padanya seperti itu, hatinya menjadi jauh lebih tenang. Setelah menunduk dan mengawasi Yu Qilin yang bersedih untuk sesaat, akhirnya Jin Yuanbao mengangkat tangannya dan membelai-belai rambut Yu Qilin. Begitu telapaknya membuka, kalung dalam genggamannya tergelincir keluar, tergantung di ujung-ujung jemarinya dan berayun-ayun. Yu Qilin tersadar, ia mengambil kalung itu, lalu dengan terkejut sekaligus girang bertanya.
"Ini untukku?"
"Ya, hari ini di pabrik senjata, aku membuatnya sendiri", Jin Yuanbao tertawa pelan. Suasana hati Yu Qilin langsung menjadi sangat baik, dari dalam pelukan Jin Yuanbao, ia mengambil liontin berbentuk yuanbao itu dan memperhatikannya dengan seksama, wajahnya berseriseri penuh senyum.
"Sederhana dan jujur, jauh lebih mengemaskan dari kau yuanbao yang sesungguhnya!"
Sambil tersenyum girang, ia mengenggam yuanbao itu dan menempelkannya di dadanya sendiri, lalu menengadah dan bertanya.
"Jin Yuanbao, apakah dengan ini kau hendak mengatakan, bahwa sejak saat ini kau menjadi milikku?"
Jin Yuanbao memandang wajahnya yang tersenyum, yang dengan bahagia menempel di dadanya sendiri, ia pun mengangguk dan berkata.
"Ya, aku memberikan diriku sendiri padamu, bagaimana?"
Yu Qilin tersenyum bahagia, ia memberi isyarat agar Jin Yuanbao memakaikan kalung itu padanya.
Jin Yuanbao menyingkap rambut Yu Qilin, lalu memakaikan kalung itu padanya.
Hati Yu Qilin amat puas, ia berbalik hendak memeluk Jin Yuanbao, namun Jin Yuanbao dengan lembut memegang bahunya.
"Apakah masih ada sesuatu yang ingin kau beritahukan padaku?"
"Apa?", Yu Qilin tak paham maksudnya.
"Aku tak menyembunyikan hidupmu darimu, isi hatiku terhadapmu, juga sudah kau ketahui dengan jelas....."
Jin Yuanbao menggertakkan giginya, lalu, dengan sepatah demi sepatah kata, berkata.
"Jiang Xiaoxuan, apakah masih ada sesuatu yang hendak kau beritahukan kepadaku?" Yu Qilin memandang ke bawah untuk beberapa saat, lalu menengadah, dengan lembut dan penuh cinta ia memandangnya, lalu tersenyum.
"Yuanbao, perasaanku padamu sama sekali tidak palsu". Tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao menatapnya beberapa saat, sinar matanya sama sekali tak mengungkapkan pikiran dalam benaknya. Melihat wajahnya yang kecewa, Yu Qilin salah paham, dengan lembut ia bersandar di dadanya, lalu menghiburnya dengan suara pelan.
"Apakah hari ini di pabrik senjata kau sangat lelah? Kalau lelah, lebih cepat tidurlah sedikit". Jin Yuanbao membiarkan Yu Qilin bersandar di dadanya, pandangan matanya beralih melewati bahunya ke kejauhan, lalu perlahan-lahan menjadi murung, dan sedingin es.
"Lima hari lagi adalah hari baik upacara pelantikan", Jin Yuanbao mengumam. Mendengarnya, Yu Qilin mengangkat kepalanya, dirinya mengira bahwa Jin Yuanbao mencemaskan hal itu, sehingga suasana hatinya menjadi buruk, maka segera ia mengangkat tangannya dan mengelus-elus dahi Jin Yuanbao yang berkerut seraya berkata sambil tersenyum.
"Persiapkanlah apa yang harus dipersiapkan, periksalah apa yang harus diperiksa, aku yakin kau akan dapat melakukannya dengan sangat baik, jangan khawatir". Dengan lembut Jin Yuanbao menangkap tangannya, mengenggamnya erat-erat, lalu dengan perlahan melepaskannya.
"Saat itu.....kau jangan datang". Entah kenapa, sejak tahu bahwa Yu Qilin menipunya, ia tak ingin Yu Qilin dan dirinya muncul di hadapan orang lain berdua.
"Kenapa?", Yu Qilin tercengang.
"Kejadian hari itu, ketika perancah itu ambruk, walaupun hanya kebetulan belaka, namun aku juga mendengar desasdesus....para pandai besi dan prajurit berkata bahwa kejadian itu disebabkan karena.....ada wanita, hal ini adalah sesuatu yang membawa sial".
"Omong kosong!", dengan kesal Yu Qilin duduk, lalu memandangnya.
"Bukankah ibu telah mengurus pabrik senjata itu selama belasan tahun? Kenapa mereka tak menganggap ibu seorang wanita?"
Ia berhenti sejenak, sepertinya ia merasa bahwa dirinya juga telah mengingkari janjinya sendiri, maka ia pun bertanya dengan hati-hati.
"Yuanbao, apakah kau mempercayainya?"
Melihat sinar matanya yang tulus, Jin Yuanbao perlahan-lahan mengalihkan pandangan matanya sendiri, lalu berkata dengan hambar.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku juga tak percaya pada omong kosong seperti itu, tapi para pandai besi dan prajurit itu menyembah Lu Ban dan Guan Gong, mereka semua sangat percaya takhayul, karena mereka sudah terlanjur mempercayai hal ini, jangan-jangan begitu kau menunjukkan dirimu di muka umum, keadaan akan menjadi runyam. Aku sudah mendengar ada orang yang berkata bahwa, kalau ada seorang wanita pada saat berlangsungnya suatu peristiwa penting, seperti percobaan penembakan Jenderal Berbaju Merah, akan terjadi bencana". Semakin lama mendengarkan, mata Yu Qilin semakin lebar, ia segera bangkit dengan kesal.
"Orang-orang ini bukannya dilahirkan oleh perempuan juga? Kesialan atau keberuntungan apa, semuanya hanya alasan saja! Mereka merendahkan kaum wanita! Aku tak percaya, memangnya semua lalat, nyamuk, tikus dan kutu di pabrik senjata semuanya jantan?"
"Tentu saja ini hanya omong kosong, akan tetapi, hal ini mempengaruhi perasaan orang banyak...."
Jin Yuanbao berkata dengan lembut.
"Aku tak ingin di kemudian hari ada suatu hal yang membuat mereka menyalahkanku". Tanpa bersuara, Yu Qilin tersenyum, ternyata, akhirnya hal itu disebabkan karena dirinya sendiri....ia memicingkan matanya dan menatap Jin Yuanbao, pada akhirnya ia pun masih menutupi kelemahannya. Oleh karenanya, ia tak akan membuat susah Jin Yuanbao dengan mengundang penolakan dari orangorang yang lain, sehingga membuatnya kerepotan. Yu Qilin segera tersenyum lebar.
"Walaupun aku sangat ingin melihatmu menaiki panggung dan mengambil alih kepemimpinan dengan gagah, akan tetapi.....kalau menurutmu aku lebih baik tak datang, aku tak akan datang". "Baik", dengan hambar Jin Yuanbao mengangguk-angguk. Dengan gelisah ia berkata.
"Itu hanya sebuah upacara, setelah ini masih ada kesempatan lain".
"Betul", Yu Qilin pun duduk, lalu sambil tersenyum menyusup ke dalam pelukannya, dengan penuh arti ia berkata.
"Benar......setelah ini masih ada kesempatan lain...."
Pagi keesokan harinya, Nyonya Jin membawa serombongan gadis pelayan ke Taman Songzhu, ia hendak mempersiapkan pakaian yang akan dipakai Jin Yuanbao saat upacara pelantikan sendiri, namun setelah masuk ke ruangan, ia tak melihat sosok Yu Qilin.
Setelah menanyai para pelayan, ia baru tahu bahwa pagi itu Yu Qilin telah disuruh Jin Yuanbao pergi untuk berbelanja.
Mau tak mau ia menegur Jin Yuanbao yang berada di balik sketsel dengan suara pelan.
"Kalau hanya untuk berbelanja, untuk apa menyuruh istrimu sendiri melakukannya? Sudah cukup menyuruh pelayan saja". Sosok Jin Yuanbao di balik sketsel bergoyang-goyang, namun ia tak berkata apa-apa. Beberapa saat kemudian, Jin Yuanbao yang menggenakan baju zirah perak keluar dari balik sketsel..... Dalam tubuh Jin Yuanbao yang menggenakan baju zirah dan jubah perang, mungkin mengalir darah panas Jenderal Jin yang sedang maju ke medan perang, ia tak nampak canggung mengenakan pakaian semacam itu dan malahan semakin gagah, ditambah lagi dengan sikapnya yang angkuh, ia pun berubah menjadi seorang jenderal muda yang ketampanannya mencolok mata! Nyonya Jin menatapnya tanpa berkedip, sepasang matanya semakin lama makin nampak termenung......entah sedang memikirkan apa, perlahan-lahan, sepasang mata itu nampak kabur....
"Ini adalah baju zirah ayahmu ---- kau dan ayahmu, begitu mirip". Dengan lembut Nyonya Jin menghapus air mata di sudut-sudut matanya. Dengan lembut Jin Yuanbao memeluk ibunya, menghiburnya tanpa suara. Sambil bersandar di baju zirah yang keras dan sedingin es itu, Nyonya Jin menarik napas dalam-dalam, seakan sedang mengenang sesuatu, setelah itu ia perlahan-lahan menegakkan tubuhnya, lalu dengan penuh kasih sayang dan rasa bangga berkata.
"Akhirnya putraku telah dewasa, dan hendak menerima warisan leluhur dan tanggung jawab keluarga". Ia mengangsurkan tangannya dan merapikan kerah Jin Yuanbao, lalu menghela napas dan berkata.
"Yuanbao, kemakmuran dan kejayaan Wisma Jin berada di tanganmu seorang, penghidupan dan keselamatan ratusan orang ini juga bergantung pada dirimu seorang. Suka atau tak suka, ini adalah kewajiban yang harus kau pikul. Kalau kau dapat memahami hal ini, bagus sekali". Melihat bahwa ia masih agak terlihat seperti seorang sastrawan yang lemah lembut, Nyonya Jin menggertakkan giginya dan mengerutkan dahinya, lalu dengan wajah tegas ia menegurnya.
"Wisma Jin kita dapat bertahan selama begitu lama sematamata karena kita selalu waspada di masa damai. Kau selalu harus ingat bahwa kejayaan keluarga Jin tak diraih dengan mudah, pergantian kekuasaan di istana tak dapat diramalkan, satu-satunya kekuatan yang dapat kita andalkan adalah kepercayaan Yang Mulia Kaisar, ibu suri dan putra mahkota. Ibu suri mempercayaiku, oleh karenanya ia menyerahkan pabrik senjata padaku untuk dikelola, serta menikahkan putri Menteri Besar Jiang kepadamu. Karena sudah diterima, anugerah ini harus dipergunakan. Kalau sampai ada kesalahan sedikitpun dalam caramu bertindak, akibatnya tak hanya melibatkan dirimu saja, tapi juga hidup beberapa ratus orang lain, kau paham?"
Mendengar perkataan itu, untuk sesaat Jin Yuanbao merasa cemas, lalu dengan bimbang ia berkata.
"Termasuk pernikahanku, juga sama sekali tak boleh ada kesalahan sedikitpun, benar bukan?"
Mendengar bahwa ia tak nyana bertanya demikian, Nyonya Jin agak terkejut.
"Perkataan macam apa itu? Tentu saja pernikahanmu juga termasuk di dalamnya!"
Setelah itu, dengan serius ia berkata.
"Yuanbao, sejak kecil ibu tak pernah mengekangmu dengan ketat, hanya berharap agar kau bahagia saja, ibu hanya punya sebuah rasa bersalah padamu, yaitu karena terpaksa menentang kehendakmu dengan menerima pernikahan yang dianugerahkan ibu suri itu. Untung saja, kau dan Xiaoxuan saling menyukai, hal ini membuat hatiku jauh lebih tenang".
"Ibu, aku memahami keadaan sulit yang kau hadapi". Jin Yuanbao merasakan berbagai perasaan yang rumit berkecamuk dalam hatinya.
"Aku hanya berpikir.....andaikan, andaikan pada suatu hari aku dan Xiaoxuan tak lagi saling menyukai, misalnya, kalau aku menceraikannya, atau atau kami sepakat untuk berpisah secara baik-baik...."
"Tak akan ada hal seperti itu", dengan tegas Nyonya Jin memotong perkataannya.
"Oleh karenanya barusan ini aku berkata, untung saja kalian berdua saling menyukai. Yuanbao, pernikahan yang dianugerahkan kaisar melibatkan politik di istana, apa kau pikir kau ini seperti rakyat jelata yang bisa bertengkar sampai berujung pada perceraian? Kalau kau menceraikan istrimu, kau seperti melemparkan nyawaku, ibumu, dan ratusan nyawa orang-orang di Wisma Jin ini ke muka golok. Kalau ia, Jiang Xiaoxuan, berani mohon untuk berpisah secara baik-baik, tak perduli dengan alasan apapun, jangan-jangan selembar nyawanya pun tak akan dapat dipertahankan. Yuanbao, melakukan kejahatan besar menolak kemurahan hati kaisar atau menipu kaisar, tak perduli seberapa banyak istana memerlukan jasa kita, adalah sesuatu resiko yang tak dapat kita ambil". Benar, bukankah ia sudah tahu jelas tentang kewajibankewajiban itu? Jin Yuanbao diam seribu bahasa, setelah beberapa saat, mendadak ia menertawakan dirinya sendiri dan berkata.
"Maka kami harus selalu harmonis?" Melihat wajah sang putra nampak muram, dengan agak khawatir Nyonya Jin bertanya.
"Yuanbao, kau ini kenapa? Apakah kau bertengkar dengan Xiaoxuan?"
Jin Yuanbao memandang bayangan dirinya yang mengenakan baju zirah, dan ibunya yang anggun namun tak bisa menyembunyikan usianya, di cermin, berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya, akhirnya, ia tersenyum dan berkata.
"Tak ada apa-apa. Hanya saja anda tadi berbicara dengan amat serius, sehingga tiba-tiba terpikir olehku, apa yang terjadi kalau aku dan Jiang Xiaoxuan bertengkar ------ apakah setelah ini karena aku harus menghormatinya sebagai istri yang dianugerahkan kaisar, bahkan bertengkar pun tak boleh?"
Mendengarnya berkata demikian, Nyonya Jin menjadi lega, ia tersenyum dan berkata.
"Omong kosong! Yang penting kalian pasangan muda ini saling mencintai, dalam kehidupan rumah tangga mana mungkin tak ada gelombang? Jangan khawatir, ibu suri tak akan mengurus sesuatu yang bukan urusannya!"
Pandangan mata Jin Yuanbao perlahan-lahan jatuh ke pelipis Nyonya Jin yang beruban, hatinya tercekat, tiba-tiba ia mengangsurkan tangannya dan memeluk sang bunda, dengan suara lembut ia berkata.
"Ibunda, kau jangan khawatir, aku tak mungkin membuatmu cemas karena hal-hal seperti itu".
"Aku tak khawatir. Yuanbaoku dari kecil selalu menepati perkataannya, semua yang kau janjikan pada ibu tak pernah mengecewakanku". Namun setelah selesai mengucapkan perkataan itu, Nyonya Jin melihat bahwa wajah Jin Yuanbao agak pucat, ia pun cepat-cepat bertanya dengan penuh perhatian.
"Kenapa wajahmu begitu pucat? Apa karena tak tidur? Tanggung jawab mengurus pabrik senjata besar, banyak sekali masalahnya, bahkan orang yang cerdas pun harus mempelajarinya dengan perlahan-lahan. Kalau kau memaksa dirimu untuk menguasainya dengan cepat, kau akan merugikan kesehatanmu sendiri, ini bukan cara untuk bertahan lama!"
"Maksud anda.....", Jin Yuanbao mengumam pada dirinya sendiri.
"Aku hendak tinggal di pabrik senjata untuk beberapa waktu".
"Bukankah aku baru saja berkata, bahwa kau tak bisa berharap bahwa kau akan langsung berhasil?"
"Pekerjaan selama dua puluh tahun lebih di pabrik senjata harus diambil alih, dan setelah itu akan ada berpasang-pasang mata yang tak terhitung banyaknya yang akan menatapku, tentunya anda tak ingin orang-orang menertawakan anak, bukan? Kalau tinggal di sana aku akan dapat membuat mereka jeri, dan juga memberiku kesempatan untuk banyak bergaul dengan para pandai besi, supaya mereka tahu bahwa aku Jin Yuanbao bukan orang yang hanya makan dan tidur di rumah warisan leluhur sambil menunggu kematian, bagaimana menurut anda?"
Ia berbicara dengan penuh keyakinan, alasannya masuk akal, ketika mendengarnya, walaupun Nyonya Jin menyayangkannya, namun juga merasa terhibur, oleh karenanya, tanpa dapat berbuat apa-apa ia mengangguk.
"Putraku benar-benar sudah dewasa ---- pergilah. Setiap kepala keluarga harus mengalami hal seperti ini. Sejak saat ini, kau harus menyerahkan segalanya untuk melaksanakan kewajibanmu. Yuanbao, ibu percaya kau akan dapat melakukannya dengan sangat baik". Jin Yuanbao masih tak menjawab, tanpa berkata apa-apa, ia mengangguk-angguk, dengan khidmat menghormat, lalu hendak meninggalkan tempat itu.
"Mengenai kepindahanmu ke pabrik senjata ini, apakah kau sudah membicarakannya baik-baik dengan istrimu?"
Tiba-tiba Nyonya Jin teringat akan sesuatu, lalu bertanya.
"Kau jangan menganggap hal ini suatu masalah kecil. Yang ditakuti wanita adalah apabila suami tak berada di sisi mereka, dan yang lebih menakutkan lagi adalah kalau suami tak berada di sisi mereka tanpa memberi penjelasan, bicarakanlah hal ini baik-baik dengan Xiaoxuan, agar ia dapat menunggu dengan tenang di rumah sambil mengurus rumah tangga, akan tetapi jangan sampai menimbulkan gelombang di tengah keadaan yang baik-baik saja, pernikahan yang dianugerahkan kaisar ini harus selalu harmonis". Jin Yuanbao menghentikan langkahnya, ia berpaling dan memandang wajah sang bunda yang penuh perhatian, suasana hatinya rumit, dengan parau ia menjawab.
"Aku tahu, anda jangan khawatir ---- ia tak akan menimbulkan masalah". Ketika Yu Qilin pulang dari berbelanja, kamar telah kosong melompong, dengan geram Yu Qilin menaruh kue yang dibawanya di atas meja, lalu dengan kesal.
"Pagi-pagi sudah ribut ingin makan kue Hebaozhai, aku sudah berlari jauh-jauh untuk membelinya dengan susah payah, tapi orangnya tak terlihat, membuatku kesal setengah mati!"
Yu Qilin memperhatikan sekelilingnya dan mendapati bahwa ada beberapa benda yang berubah di kamar itu. Saat itu, A Fu memanggil dari luar.
"Shao furen". Begitu mendengar suaranya, Yu Qilin memberinya isyarat untuk masuk. A Fu masuk sambil mengendong sebuah buntalan besar, lalu berkata dengan penuh hormat.
"Shao furen, tuan muda memerintahkanku untuk memberitahukan sesuatu. Beberapa hari mendatang ini ia hendak tinggal di pabrik senjata, makan tiga kali sehari pun di sana, anda makan sendiri saja, tak usah menunggunya". Yu Qilin tercengang.
"Apakah ia tak berkata kenapa ia hendak tinggal di sana? Berapa lama ia akan tinggal di sana?"
Sambil menggaruk-garuk kepalanya, A Fu berkata.
"Ia tenggelam dalam kesibukan.....tuan muda tak berkata berapa lama ia akan tinggal di sana....."
Ia menunjuk buntalan itu seraya berkata.
"Tapi tuan muda menyuruhku membawa semua pakaian untuk musim ini, kelihatannya ia tak akan hanya sebentar berada di sana". Mendengar perkataan itu, Yu Qilin merasa tak senang, ia tak tahu harus berbuat apa. Melihatnya, A Fu tersenyum dan berkata.
"Shao furen jangan marah, tuan muda melakukan semua ini demi shao furen! Bukankah ia lebih baik berada di pabrik senjata daripada di kantor bukuai? Shao furen hanya perlu tenang-tenang tinggal di rumah dan menunggu tuan muda membuat uang!"
Perkataan lucu A Fu itu membuat Yu Qilin mendengus dan tertawa, ia tak bisa menahan diri untuk tak mengelus-elus liontin yuanbao di lehernya, lalu tersenyum dan berkata.
"Baiklah, baiklah, kau pandai bersilat lidah! Cepalah pergi dan katakanlah padanya.....agar ia mematuhiku, makan dan tidur cukup, dan setelah urusan selesai lekas pulang ke rumah!"
"Baik!", sambil berdiri tegak dan menghormat, A Fu berjanji.
"Anda tak usah khawatir, seekor ibu nyamuk pun tak akan kubiarkan masuk!"
"Kau si A Fu yang bau ini!", Yu Qilin berlagak memarahinya, akan tetapi A Fu telah mengegos menghindar, lalu berlari pergi sambil tertawa-tawa. Yu Qilin pun duduk di dalam kamar untuk beberapa saat, karena tak punya kerjaan, ia pergi ke rumah obat untuk membantu Jiang Xiaoxuan, malam ini mereka hendak pergi, dirinya hendak menemani saudari yang sama-sama terikat pada seutas tali dengannya itu. Begitu masuk ke dalam rumah, ia melihat Jiang Xiaoxuan sedang menyeka keringat Gu Zhangfeng sambil tersenyum, Yu Qilin pun segera mengoda mereka.
"Cck, cck, menyeka keringat, alangkah bahagianya!"
Dengan wajah memerah, Jiang Xuaoxuan cepat-cepat mundur selangkah, setelah itu ia mengangkat kepalanya dan melihat ke belakangnya.
"Mana Yuanbaomu?"
Dengan agak kesal Yu Qilin menghempaskan dirinya ke sebuah kursi yang berada di samping, lalu mengomel.
"Di pabrik senjata. Dia hendak makan dan tinggal di sana". Jiang Xuaoxuan terkejut.
"Kenapa?"
"Supaya dapat secepatnya mulai berkerja!"
Dengan enteng Yu Qilin melemparkan barang yang berada di atas meja ke Gu Zhangfeng yang sedang berkemas-kemas.
"Kau masih tak tahu sifatnya, ia selalu ingin menguasai semuanya, kali ini, begitu ia sadar bahwa ia tak tahu apa-apa tentang pabrik senjata ---- ia kesal setengah mati, sepuluh hari tak tidur pun ia rela untuk dapat mengetahui semuanya".
"Kalau begitu, kenapa kau tak pergi mengurusnya?",dengan penuh perhatian Jiang Xiaoxuan berkata.
"Wanita yang tak menyukai kita berdua itu merasa kesal dan tak memperbolehkanku pergi", begitu menyinggung masalah itu, Yu Qilin agak merasa kesal.
"Hah?", Jiang Xiaoxuan tak memahaminya. "Sudahlah, tak usah diungkit-ungkit lagi", Yu Qilin menggoyanggoyangkan tangannya, seakan hendak menghilangkan rasa murung dalam benaknya.
"Lagipula, di sana ia sang tuan besar muda tentu telah dilayani orang, ada makanan dan minuman, dan kalau hendak tidur ada ranjang, tak mungkin terjadi apaapa! Ia akan dapat dengan tenang mengerjakan tugasnya, dan aku akan dengan tenang menunggunya pulang!"
Saat itu, Gu Zhangfeng yang berada di samping mereka berhenti bekerja, wajahnya seperti sedang mengingat-ingat sesuatu, setelah itu ia mengumam pada dirinya sendiri.
"Akhir-akhir ini Yuanbao sedang mempunyai sebuah masalah".
"Hah?", Yu Qilin memandang ke arahnya.
"Untuk apa memandangku seperti itu? Akhir-akhir ini pikirannya galau, gelisah dan tak tenang, kadang-kadang ia cenderung berbuat kekerasan, beberapa hari sebelum ini ia telah menjatuhkan bahan-bahan obatku....."
Gu Zhangfeng menghela napas dengan pelan.
"Ia terlalu menekan dirinya, hal ini tak baik untuk kesehatannya....."
Melihatnya kembali hendak berbicara dengan panjang lebar, Yu Qilin melirik ke arah Jiang Xiaoxuan, tanpa dapat berbuat apaapa ia menggeleng, lalu kembali berkemas-kemas dan tak lagi menanggapi Gu Zhangfeng.
Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan memandang api lentera di atas meja yang berkobar-kobar, di tengah nyala api yang berkobar-kobar itu, samar-samar nampak seraut wajah jelita, dengan lembut dan penuh perasaan ia berkata.
"Yuanbao, perasaanku terhadapmu, sama sekali tak palsu". Jin Yuanbao tertawa pelan, ia mengangsurkan tangannya, hendak membelai wajah jelita itu, akan tetapi, tangannya terbakar api lentera, karena terbakar, ia cepat-cepat menarik tangannya, dan wajah tersenyum di tengah nyala api lentera itu pun menghilang. Jin Yuanbao menghela napas, lalu bersandar pada punggung kursi sambil mendongak dan mengawasi sekelilingnya. Ia telah mengubah kantornya menjadi sebuah kamar tidur yang sederhana, sebuah kursi, meja dan ranjang, tak ada barang lain. Di atas meja bertumpukan berbagai gambar senjata, Jin Yuanbao menarik napas dalam-dalam, lalu mengalihkan pandangannya ke gambar-gambar itu, setelah memandanginya untuk beberapa saat, ia pun tersadar, mendadak, secara naluriah ia mengangsurkan tangannya untuk mengambil teh di tempatnya yang biasa, namun ia hanya memegang tempat kosong, ia barulah tersadar bahwa Yu Qilin tak ada di tempat itu.....tak ada orang yang tahu bahwa cawan tehnya seharusnya diletakkan di tempat itu di atas meja tulis. Sambil bertumpu pada meja, Jin Yuanbao bangkit, lalu menuang teh untuk dirinya sendiri, ketika sedang bergerak, liontin yuanbao terjatuh dari pakaiannya, Jin Yuanbao pun menunduk dan memandanginya dengan air muka rumit. "Shaoye, ada seorang wanita di luar pintu yang ingin bertemu, katanya ia adalah seorang kerabat", seorang pengawal pribadi melapor dari balik pintu. Wajah Jin Yuanbao terkejut bercampur girang, sambil berusaha menahan diri ia bertanya.
"Ia tak mengatakan ia datang untuk apa?"
"Nona ini menjinjing sebuah keranjang besar, katanya ia hendak mengantar makanan, orang di luar tak memperbolehkannya masuk, tapi ia tak mau pergi, hal ini menimbulkan pertengkaran". Dengan cepat Jin Yuanbao memburu ke balik pintu, semakin lama jalannya semakin cepat, sehingga akhirnya seperti berlarilari kecil. Jin Yuanbao memburu keluar dengan cepat, namun begitu melihat orang yang datang itu, sinar matanya kontan menjadi suram! Sambil bernapas dengan terengah-engah, wanita yang membawa keranjang itu memarahi kedua pengawal itu.
"Bukankah aku sudah berkata kalau aku adalah seorang kerabat, kau mengerti arti kerabat tidak? Jin Yuanbao adalah kakak sepupuku, aku datang untuk menjenguk kakak sepupuku, mengerti tidak?"
Ketika berbicara sampai di sini, Liu Qianqian yang bermata tajam melihat Jin Yuanbao keluar dari mulut pintu, dengan terkejut sekaligus girang, ia melambaikan tangannya.
"Biaoge! Aku datang untuk membawakanmu makanan kecil. Cepat beritahu dua orang kepala batu ini supaya membiarkanku masuk!"
Jin Yuanbao melambai-lambaikan tangannya, memberi isyarat pada mereka agar membiarkannya masuk.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Setelah mereka masuk ke ruangan Jin Yuanbao, Liu Qianqian dengan kesal menggerutu, lalu mengeluarkan hidanganhidangan dari keranjang dan menatanya di meja satu persatu.
Jin Yuanbao menonton di sampingnya, wajahnya nampak tak senang.
Setelah Liu Qianqian selesai menata hidangan, ia memberikan sumpit kepada Jin Yuanbao, sambil tersenyum lebar, ia menasehatinya.
"Biaoge, cepat makan! Semua ini adalah hidangan kesukaanmu, aku secara khusus memerintahkan dapur untuk membuatnya!"
Jin Yuanbao tak tega membantahnya, ia mengambil sumpit, berhenti sejenak, lalu tak bisa menahan diri untuk tak bertanya.
"Kenapa kau datang ke sini?"
"Aku mengkhawatirkanmu, maka aku datang untuk menjenggukmu!", Liu Qianqian mengatakan ucapan yang memang seharusnya diucapkannya, setelah itu, ia memandang ke sekelilingnya.
"Saozi tidak datang?"
Jin Yuanbao berhenti sejenak, lalu menjepit sepotong lauk dengan sumpitnya dan memakannya dengan perlahan, dengan berlagak tak acuh ia berkata.
"Mungkin dia sedang sibuk dengan utusan di rumah, sehingga tak bisa pergi".
"Sibuk apa? Sepanjang hari ia selalu bersama dengan Gu Zhangfeng dan saudarinya yang baik itu. Ia sibuk keluar masuk, kelihatannya sangat bersemangat". Sikap Liu Qianqian merendahkan. Jin Yuanbao menunduk sambil makan, ia tak berkata apa-apa. Melihat profil wajahnya yang tampan, Liu Qianqian tersenyum, sambil tersenyum genit ia berkata.
"Walaupun sibuk, aku tetap memikirkan biaoge......biaoge, kapan kau pulang ke Wisma Jin?"
"Aku tak tahu pasti. Setelah beberapa lama". Dengan asal Jin Yuanbao berkata. Melihat raut wajahnya yang tak pasti, mata Liu Qianqian berbinar-binar, seraya tersenyum ia berkata.
"Biaoge, kenapa kau tiba-tiba pindah, apa kau bertengkar dengan saozi?"
Jin Yuanbao nampak serius, ia membantah.
"Tidak, kau jangan berpikir yang tidak-tidak. Urusan yang harus diambil alih di pabrik senjata sangat banyak, aku tinggal di sini untuk mengurusnya".
"Oh.....", dengan agak kecewa, Liu Qianqian berkata.
"Kalau begitu aku tak khawatir, kukira kalian bertengkar sehingga kau pindah keluar". "Jangan khawatir.....", Jin Yuanbao perlahan-lahan menelan makanan dalam mulutnya.
"Tak mungkin....."
"Benar. Hari ini aku melihat Gu Zhangfeng dan Xue er sepertinya membereskan buntalan, seakan hendak pergi jauh", Liu Qianqian tiba-tiba berkata. Jin Yuanbao tertegun, perlahan-lahan dahinya berkerut, namun ia tak berkata apa-apa dan terus makan. Liu Qianqian melirik wajah Jin Yuanbao, melihat wajahnya nampak biasa saja, dirinya tak lagi meneruskan berbicara tentang hal itu dan hanya bercerita tentang kejadian di wisma hari itu, lalu membereskan mangkuk piring dan berlalu. Setelah mengantarkan Liu Qianqian pergi, Jin Yuanbao melangkah ke kantor, mau tak mau tangannya mengelus-elus liontin yang tergantung di lehernya, wajahnya nampak muram.
"Benar. Hari ini aku melihat Gu Zhangfeng dan Xue er sepertinya membereskan buntalan, seakan hendak pergi jauh". Perkataan Liu Qianqian itu terus terngiang di telinganya, seakan terus berputar-putar dalam benaknya. Tiba-tiba, kuas tulis yang berada dalam genggamannya patah, dengan geram ia menghempaskannya ke lantai, lalu menyampirkan mantel di bahunya dan pergi keluar! Di tengah malam, pintu gerbang belakang Wisma Jin dibuka dengan diam-diam, di luar pintu berhenti sebuah kereta kuda. Yu Qilin menjulurkan kepalanya dan melihat ke kiri dan ke kanan, lalu baru dengan hati-hati melangkah keluar, setelah itu ia kembali melihat ke sekelilingnya, setelah merasa aman, ia melambaikan tangan ke balik pintu gerbang. Sambil bergandeng tangan, Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng berjalan keluar, satu persatu, mereka naik ke kereta kuda. Yu Qilin memandangi langit malam yang cerah, dengan lega ia berkata.
"Nampaknya cuaca cerah, hati-hati di jalan!"
Sambil tersedu sedan Jiang Xiaoxuan menggengam tangan Yu Qilin, lalu berkata.
"Kami pergi dulu, jaga dirimu sendiri". Melihatnya hampir menangis, hidung Yu Qilin pun terasa pedih, ia cepat-cepat tersenyum lebar dan memotong perkataannya.
"Cepatlah pergi, kalau kalian tak pergi, hari akan menjadi terang". Begitu Gu Zhangfeng yang duduk di kursi kusir mendengarnya, ia berkata.
"Masih terlalu dini, masih dua shichen lagi". Si tolol ini, Yu Qilin memelototi Gu Zhangfeng. Jiang Xiaoxuan menangis untuk beberapa saat, lalu berbisik di telinga Yu Qilin.
"Setelah aku pergi, kau harus segera menjelaskan segalanya pada Yuanbao, kalau ia marah atau kesal padamu, kau harus bersabar, bagaimanapun juga kitalah yang telah menipunya". Yu Qilin mengangguk-angguk, lalu dengan lembut berkata.
"Jangan khawatir, aku akan memberitahunya". Mereka berdua saling berpelukan untuk beberapa saat, Yu Qilin sadar bahwa malam sudah larut, maka ia segera mengendalikan perasaannya dan menyarankan.
"Malam sudah larut, cepatlah lari".
"Ya.....kau sendiri, jagalah dirimu baik-baik", Jiang Xiaoxuan enggan berpisah, ia melambaikan tangannya untuk mengucapkan selamat tinggal pada Yu Qilin. Gu Zhangfeng bersiap-siap menjalankan kereta, namun ketika baru berjalan dua langkah, mendadak ia berhenti.
"Coba lihat, siapa diantara kalian yang berani melarikan diri!", entah kapan, Gu Daniang muncul dan menghadang di depan kereta, tubuhnya yang kurus dan kecil berdiri dengan tegak, sambil mengangkat kepalanya, ia memandang Gu Zhangfeng yang sedang melongo. Gu Zhangfeng amat terkejut.
"Ibu? Malam-malam begini kenapa belum tidur?"
Gu Daniang menatap Gu Zhangfeng dengan dingin.
"Kalau aku tidur, jangan-jangan putraku sudah hilang! Karena kau ingat bahwa aku adalah ibumu, bagaimana kau berani mencampakkan ibumu demi seorang gadis desa yang tak jelas asal-usulnya!" "Ibu, Xue er bukan seorang gadis desa yang tak jelas asalusulnya!"
Gu Daniang tertawa sinis.
"Aku menghormatinya sebagai seorang tamu, namun ia malah masuk ke rumah orang dan mencuri putranya, gadis desa masih terlalu enak didengar, jangan sampai ibumu ini memakinya dengan lebih keras!"
Gu Zhangfeng cepat-cepat berkata.
"Ibu, aku bukannya ingin mencampakkanmu, aku hanya ingin pindah rumah".
"Tak usah banyak alasan di hadapanku! Kau pikir aku tak tahu bahwa beberapa hari ini kau mencari-cari rumah dan berkemaskemas? Apa kau kira nenekmu ini akan mati kelaparan?"
Begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin berkata.
"Gu Daniang, Zhangfeng ingin memindahkan rumah obatnya keluar....."
Saat ini Gu Daniang bernapas dengan terengah-engah, ia berpaling, dan tanpa memperdulikan siapa yang majikan dan siapa yang hamba, berkata dengan dingin.
"Shao furen, jangan salahkan laonu kalau aku memotong perkataan anda. Karena Gu Zhangfeng adalah putraku, dan ia juga belum menandatangani kontrak untuk menjadi hamba Wisma Jin, kalau hari ini laonu mengajar anak yang tak berbakti ini, shao furen tak usah repot-repot ikut campur". Melihat sikap Gu Daniang yang berwibawa, Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa. Pandangan mata Gu Daniang beralih ke arah Jiang Xiaoxuan.
"Hari ini aku hendak berbicara di sini, Gu Zhangfeng adalah putraku, siapapun jangan coba-coba membuatnya melawanku!"
"Ibu!"
Gu Zhangfeng baru saja hendak berbicara, namun telah dibentak oleh Gu Daniang.
"Kau ini tergila-gila dan hendak pergi, boleh, enyahlah dari hadapanku sekarang juga!"
Tepat pada saat itu, suara seorang lelaki yang dingin dan berwibawa terdengar.
"Untuk apa kalian malam-malam begini menutupi pintu gerbang?"
Begitu mendengar suara itu, semua orang memandang ke arahnya, nampak Jin Yuanbao yang sedang menenteng lentera berdiri di sudut jalan.
Jin Yuanbao perlahan-lahan berjalan mendekat, lalu menyapu mereka masing-masing dengan pandangan matanya, akhirnya pandangan matanya agak tertahan di sosok Yu Qilin, ketika melihat bahwa ia tak menenteng buntalan, dan juga tak nampak hendak melarikan diri, pikirannya menjadi jauh lebih tenang.
Melihatnya, Gu Daniang maju selangkah, dengan sopan, namun tanpa takut sedikitpun, ia berkata.
"Shaoye, Zhangfeng disihir hingga tergila-gila, dan hendak meninggalkan rumah serta aku si wanita tua ini. Shaoye dan Zhangfengku selalu bersahabat baik, laonu tak berani menduga-duga apakah shaoye tahu atau tidak mengenai masalah ini, akan tetapi laonu hendak berkata, bahwa kecuali kalau aku binasa, tak ada orang yang boleh membawa Zhangfeng pergi!"
Mendengar kata 'sihir' dan 'tergila-gila' itu, wajah Jiang Xiaoxuan memerah.
Yu Qilin tak bisa menerimanya dan hendak membuka mulut, namun dengan dingin Jin Yuanbao menghalanginya, sehingga Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa.
Jin Yuanbao berjalan ke sisi Gu Zhangfeng dan bertanya.
"Kenapa kau ingin pergi?"
"Aku berencana untuk keluar dan membuka rumah obat bersama Xiaoxuan......", dengan terbata-bata Gu Zhangfeng berkata.
"Akulah yang ingin pergi, Zhangfeng, sebenarnya kau tak usah mengikutiku", dengan tenang Jiang Xiaoxuan memotong perkataannya. Gu Zhangfeng amat terkejut, ia hendak berbicara, namun Jin Yuanbao membentaknya.
"Turun dari kereta, pulanglah bersama ibumu!"
"Tapi....."
"Tapi apa! Kau berani mencampakkan ibu yang telah melahirkan dan membesarkanmu? Kakimu pantas dipatahkan", dengan dingin ia berkata.
"Aku pun tak akan membiarkannya pergi bersamanya!" Sebuah beban berat seakan terlepas dari pundak Gu Daniang. Melihat situasi berbalik dengan cepat, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan merasa cemas. Jin Yuanbao berbalik, lalu dengan dingin memandang ke arah Yu Qilin.
"Kau juga ikut aku pulang, ada sesuatu yang hendak kutanyakan padamu".
"Tapi kau tak boleh memperlakukan mereka berdua seperti ini....."
Jiang Xiaoxuan menghentikannya.
"Tak usah urusi aku, kau pulanglah bersama Yuanbao".
"Tapi....."
Dengan tegas Jiang Xiaoxuan memandangnya.
"Ingat apa yang barusan ini kukatakan padamu". Yu Qilin mengerti, mau tak mau ia menurut, ia berpaling, lalu dengan marah masuk ke dalam Wisma Jin. Jin Yuanbao mengikutinya, ketika masuk ke pintu gerbang, dengan dingin ia memandang Gu Zhangfeng, lalu berkata dengan penuh makna.
"Gu Zhangfeng, demi dia ---- ia tak pantas mendapatkannya". Jin Yuanbao dan Yu Qilin, yang satu di depan dan yang satu di belakang, berjalan dengan cepat tanpa berkata apa-apa. Akhirnya Yu Qilin tak bisa menahan diri lagi, ia berhenti melangkah dan berbalik, lalu menatapnya dengan gusar.
"Kenapa kau malah tak membantu mereka?"
Dengan dingin Jin Yuanbao memperhatikannya, lalu berkata dengan hambar.
"Apakah kau menghasut Gu Zhangfeng agar ia meninggalkan Wisma Jin? Apakah kau membuat Gu Zhangfeng, demi saudarimu yang baik, Xue er, mencampakkan ibunya?"
"Kenapa kalian semua begitu bebal? Gu Zhangfeng hanya pindah rumah, ia masih tinggal di ibu kota, mudah sekali untuk dicari, kenapa berubah menjadi mencampakkan ibunya?"
Untuk waktu yang lama, Jin Yuanbao menatapnya tanpa berkata apa-apa. Dipandangi olehnya seperti itu, Yu Qilin merasa tak nyaman, dengan agak tertekan ia bertanya.
"Kau kenapa?"
Jin Yuanbao mengalihkan pokok pembicaraan.
"Aku hendak bertanya tentang suatu hal padamu, ketika Xi er meninggal, kenapa kau mengemasi buntalan dan hendak pergi?"
Yu Qilin tak sempat berjaga-jaga, dengan canggung ia menghindari pandangan matanya.
"Kenapa kau mendadak teringat akan hal itu?"
"Bukan mendadak teringat, tapi pertanyaan tentang hal ini adalah sesuatu yang belum pernah kau jawab, kenapa setelah Xi er meninggal, kau mengemasi buntalan dan hendak pergi?" Yu Qilin tertegun, ia tak paham mengapa Jin Yuanbao tiba-riba teringat pada hal yang dahulu membuat mereka bertengkar itu.
"Sampai sekarang pun, kau masih tak bisa memberitahuku?"
Mendengar perkataannya, dengan sedih Yu Qilin menjawabnya.
"Apakah kau masih curiga padaku?"
"Jangan berpura-pura, kalau aku curiga bahwa kau adalah pembunuh itu, aku tak mungkin membebaskanmu", dengan tak sabar Jin Yuanbao memotong perkataannya.
"Tapi, kau masih berhutang sebuah jawaban padaku". Jin Yuanbao menahan rasa pedih dalam hatinya, lalu dengan perlahan berkata.
"Kau bukan pembunuhnya, kau sangat sayang pada Xi er, kau sama sekali tak punya alasan untuk melarikan diri setelah ia meninggal, kecuali kalau kau mempunyai suatu kesulitan lain yang sulit diceritakan, atau suatu rahasia.....saat itu, tak perduli bagaimana aku menanyaimu, atau bagaimana aku memohon-mohon agar kau memberitahuku, walaupun kau tahu bahwa aku hanya punya waktu tiga hari, kau sama sekali tak mau memberitahuku kenapa...."
Melihat wajahnya yang sedih, jantung Yu Qilin berdebar-debar. Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan menahannya kuatkuat, sambil menatap tajam matanya, dengan sepatah demi sepatah kata, ia berkata.
"Aku sudah berkata bahwa aku tak menyembunyikan apapun darimu, perasaanku padamu pun sudah kau ketahui dengan jelas, kau mau tidak memberitahuku, kenapa waktu itu kau hendak melarikan diri? Apakah kematian Xi er membuatmu merasa tak bisa tinggal di Wisma Jin lagi? Atau apakah kau sebenarnya tak memperdulikan kebahagiaanku? Apakah kau merasa bahwa aku tak pantas kau percayai, atau apakah kau tak bisa mempercayaiku?"
Di tengah tirai malam, matanya sedingin bintang, namun pandangan matanya juga agak berbinar-binar, membakar hatinya hingga ia menjadi kebingungan, melihat wajahnya yang begitu berduka hingga seakan gila, Yu Qilin merasa amat menyesal, mau tak mau rasa iba muncul dalam hatinya, ia pun mengangsurkan tangannya, hendak membelai wajahnya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jin Yuanbao mengenggam tangan Yu Qilin untuk menghentikannya, lalu dengan tegas berkata.
"Beritahu aku, kau tahu seperti apa aku ini, kalau kau tak memberitahuku apa sebab yang sebenarnya, aku tak dapat makan dan tidur dengan tenang".
"Saat itu.....", Yu Qilin memandang ke bawah sambil mengigit bibirnya, hendak memberitahukan alasan yang sebenarnya.....namun perkataan itu seakan tertahan dalam dadanya, begitu diucapkan, perkataan itu telah berubah.....
"Saat itu aku tak memberitahumu karena belum ada kepastian darimu, kalau kuberitahukan, aku khawatir aku akan marah....."
"Sekarang kau bicaralah, aku berjanji tak akan marah". Hati Jin Yuanbao terkesiap. "Kau......saat itu perangaimu sangat buruk, angkuh dan sok berkuasa, selalu memandang rendah orang lain, aku tak tahan melihatmu". Yu Qilin berkata dengan gusar bercampur jengah, di wajahnya pun nampak kejelitaan dan kepolosan seorang gadis. Jin Yuanbao memandangi Yu Qilin, setelah beberapa saat, ia mendadak tersenyum, dengan nada yang mesra, ia berkata.
"Kalau begitu, sekarang kau tiba-tiba tahan melihatku? Dan tak akan pergi lagi?"
"Aku tak bisa berbuat apa-apa, kawin dengan ayam ikut ayam, kawin dengan anjing ikut anjing, perlahan-lahan menjadi terbiasa". Jin Yuanbao masih tersenyum dengan lembut, akan tetapi sinar mata itu sedingin cahaya rembulan.....ia mengangsurkan tangannya dan dengan hati-hati meraba liontin di leher Yu Qilin, lalu dengan mesra mengelus dagunya.
"Bagus sekali. Kalau kau sudah terbiasa akan segalanya, tinggallah dan baik-baiklah menjadi nyonya mudaku!"
Yu Qilin menengadah memandangnya, hatinya tergerak, kesedihan tak terlukiskan dalam hatinya meluap keluar, namun ia tak tahu harus berbuat apa.
Pagi-pagi keesokan harinya, Yu Qilin yang sedang bermimpi merasa kedinginan, seakan selimutnya mendadak ditarik orang hingga terbuka, dengan kebingungan ia membuka matanya dan melihat sebuah sosok yang kabur berdiri di hadapannya.
Jin Yuanbao yang sudah berpakaian lengkap berdiri di depan kasurnya, menyingkapkan selimutnya, memandanginya dari ketinggian.
Yu Qilin meringkuk karena kedinginan sambil mengomel.
"Apa yang kau lakukan? Pagi-pagi begini membangunkan orang!"
Walaupun tubuh Yu Qilin terlihat, namun di mata Jin Yuanbao sama sekali tak terlihat gelombang.
"Bangun dari ranjang!"
"Tak usah mengurusiku, kalau kau suka bangun, bangunlah sendiri.....", Yu Qilin memejamkan matanya dan merebut selimut itu, Akan tetapi Jin Yuanbao menendang selimut itu hingga makin jauh, lalu berkata dengan dingin.
"Sejak saat ini, setiap hari pukul Mao tepat, kau sudah harus bangun dan berpakaian. Setiap hari pukul Mao tepat, akan ada orang yang datang untuk mengajarimu menjadi nyonya muda Wisma Jin". Yu Qilin kebingungan, ia bangkit dan melihat keluar. Di mulut pintu, Gu Daniang yang telah berpakaian dengan rapi berdiri tegak, tangannya mengengam sebatang tongkat bambu yang langsing, tongkat itu halus, nampaknya sudah dielus-elus entah berapa tahun lamanya.
"Mohon shao furen bangun! Sejak hari ini, laonu akan mengajarkan bagaimana caranya makan, berjalan dan berbicara!" Begitu Yu Qilin selesai berpakaian, bahkan sebelum sarapan, ia telah dijemput Gu Daniang untuk diajari sopan santun dan kepantasan. Dengan tegak ia berdiri di serambi, punggungnya bersandar di tiang batu, dirinya merasa bahwa rasa dingin dari tiang batu itu perlahan-lahan meresap ke dalam hatinya, dinginnya menusuk tulang. Gu Daniang menggelilinginya sambil memperhatikannya, wajahnya sama sekali tak melembut.
"Cara berdiri seorang gadis dari keluarga terpandang ada aturannya, yaitu tegak lurus, semuanya harus dipelajari baik-baik". Begitu mendengarnya, dengan tak percaya Yu Qilin memandang Jin Yuanbao yang duduk sambil ongkang-ongkang kaki di sampingnya.
"Yuanbao, apakah kau merasa bahwa aku benarbenar tak tahu cara bersikap di depan umum?"
Jin Yuanbao menatapnya dari atas sampai ke bawah, lalu berkata dengan dingin.
"Sebagai nyonya muda Wisma Jin, sikapmu di depan umum masih sangat kurang luwes". Setelah berbicara ia mengangguk ke arah Gu Daniang untuk memberinya isyarat. Gu Daniang menjadi bersemangat, ia memperbaiki postur Yu Qilin, ia sama sekali tak perduli walaupun Yu Qilin meringis kesakitan. "Mohon shao furen ingat, saat berdiri, dagu harus berjarak satu cun dari tulang selangka, tapi tak terlalu tinggi sehingga nampak angkuh, dan tak menarik bahumu ke bawah hingga nampak sedih, begitulah sikap seorang nyonya muda di depan umum!"
Yu Qilin melirik Jin Yuanbao dan dengan kesal menggerutu.
"Jin Yuanbao selalu mengangkat hidungnya tinggi-tinggi".
"Sekarang kita sedang membicarakan anda, shao furen! Shao furen, kalau sedang berbicara dengan orang, mata harus menghadap ke mana?"
Mata Yu Qilin bergulir, sambil tersenyum ia berkata.
"Mata! Dengan demikian kita akan nampak tulus!"
"Shao furen salah! Shao furen adalah nyonya rumah Wisma Jin yang kerap bergaul dengan para pejabat tinggi, saat bercakapcakap dalam kesempatan resmi, kalau anda terus menatap mata lawan bicara, bukankah seperti mengadu ayam atau anjing? Anda harus memandang dagu lawan bicara!"
"Apa?", Yu Qilin tercengang.
"Apakah sepanjang hari aku harus terus memandangi dagu orang?"
"Selain itu", dengan tak sabar Gu Daniang memotongnya.
"Shao furen juga membuka mata dengan terlalu lebar!"
Masa? Dengan tertegun Yu Qilin memandang Gu Daniang.
"Ini juga salah?" "Tentu saja", Gu Daniang berkata dengan dingin.
"Shao furen selalu mengambil sikap seakan hendak bertengkar, apakah anda ingin mencoreng nama besar Wisma Jin yang telah didirikan oleh nyonya? Mohon shao furen ingat bahwa mata tak boleh dibuka terlalu lebar, dan terlebih lagi tak boleh dipicingkan sehingga menjadi sipit, postur tubuh harus tegak, tak boleh membungkuk". Tak boleh membungkuk? Dengan puas diri, Yu Qilin tersenyum.
"Hal ini bukan masalah, sejak kecil aku tahu bahwa kita harus berdiri tegak dan menarik perut ke dalam....."
Sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, pantatnya sudah terkena sabetan tongkat bambu.
"Aiyo!", ia berteriak kesakitan.
"Tak boleh dengan sengaja berdiri tegak tapi menonjolkan pantat, seperti para aktris wanita yang tak benar itu! Kita adalah nyonya muda, bukan gadis rumah bordil!"
"Aku bukannya sengaja, tapi aku memang dibesarkan seperti ini......aiya!"
Sebelum Yu Qilin selesai membela diri, pantatnya yang menonjol telah kembali terkena pukulan keras.
"Hentikanlah! Ingat, dalam sikap, cara bicara, penampilan, kepandaian menjahit dan memasak, penampilan bukanlah yang nomor satu". Yu Qilin merasa diperlakukan tak adil, seperti anak kecil yang sedang merajuk, ia mengerutu pada Jin Yuanbao di sampingnya.
"Yuanbao, dia memukulku....."
Jin Yuanbao sama sekali tak bergeming. Mata Yu Qilin bergulir, ia mempertajam ekspresi kesal di wajahnya, lalu kembali merajuk.
"Yuanbao -----"
Dengan dingin Jin Yuanbao membalas tatapannya, lalu menyindirnya.
"Gu Daniang, kulihat cambukmu kurang keras, shao furen belum memahami inti cara berdiri itu". Hah? Yu Qilin tertegun.
"Jin Yuanbao, kau ini suamiku bukan?"
Jin Yuanbao tertawa sinis.
"Justru karena aku ini suamimu, Jiang Xiaoxuan, aku bersusah payah mengajarimu seperti ini!"
Nada bicara Jin Yuanbao keras, seketika itu juga Yu Qilin merasa putus asa.
"Baiklah, belajarlah dengan baik!", Jin Yuanbao bangkit dan memandang ke arah Gu Daniang.
"Gu Daniang, jangan segansegan mengajarnya dengan tegas, sikapnya kasar dan cara bicaranya sangat buruk, harus segera didisiplinkan. Bahwa aku dapat menerimanya sampai hari ini, adalah karena aku terlalu memanjakannya". Yu Qilin naik pitam.
"Siapa yang kau bicarakan itu?" "Kau", Jin Yuanbao menyambut pandangan matanya.
"Sikapmu kasar dan cara bicaramu buruk, mana yang tak benar?"
Dengan geram Yu Qilin dan dirinya saling menatap, akan tetapi mata Yu Qilin yang tajam melihat bahwa di matanya sekilas nampak rasa sedih, maka ia segera memperlunak nada bicaranya, dengan lembut ia bertanya.
"Yuanbao, kesalahan apa yang telah kulakukan?"
Pandangan mata Jin Yuanbao yang sedingin es melewatinya, memandang air danau di belakangnya.
"Kalau kau ingin menjadi nyonya muda, selalu ada harga yang harus dibayar, benar tidak?"
Untuk sesaat, Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa.
"Aku pergi dulu", ketika mengucapkan perkataan itu, Jin Yuanbao tak memandangnya, begitu selesai berbicara, ia segera berbalik dan dengan gesit berjalan pergi.
"Shao furen, terimalah ajaran laonu tentang bagaimana anda harus berbicara dan tersenyum". Tak lama kemudian tengah hari pun tiba, mulut Yu Qilin mengigit sebatang sumpit bambu untuk membuat sebuah ekspresi, pipinya gemetar. Dengan sekuat tenaga Yu Qilin berusaha membuka matanya lebar-lebar dan mengangkat kepalanya, membuat seraut wajah gembira, namun tak lama kemudian, sumpit itu terjatuh ke lantai. Gu Daniang segera mengambil sebatang sumpit lain.
"Teruskan! Ketika nyonya menemani ibu suri menemui istri-istri para pejabat dalam dan luar negeri, nyonya harus tersenyum seperti ini selama dua shichen!"
Perlahan-lahan, perlahan-lahan, akhirnya Yu Qilin dapat tetap mengigit sumpit itu, perlahan-lahan ia pun tersenyum.....
Saat ini, Jin Yuanbao yang membawa Liu Qianqian melewatinya, begitu melihat wajahnya, Jin Yuanbao segera memperlambat langkahnya dan berjalan ke arahnya, lalu menyindirnya.
"Bagus sekali, senyum penuh kepalsuan seperti ini sangat cocok denganmu". Senyum di wajah Yu Qilin langsung menghilang.
"Tak bisa tersenyum? Benar-benar tak berguna, kukira kau masih bisa berpura-pura lebih lama lagi". Yu Qilin memandang ke bawah dan menenangkan diri, setelah itu ia menatap Jin Yuanbao tanpa berkedip sambil menahan sebatang sumpit dalam mulutnya dan tersenyum. Dengan anggun Liu Qianqian berjalan mendekat, mengelilingi Yu Qilin, lalu tersenyum dan berkata.
"Saosao ini sedang apa?"
Melihat wajahnya yang menyebalkan, Yu Qilin merasa muak, ia tak hendak menghiraukannya dan memusatkan pandangannya ke depan seraya tersenyum.
"Ketika aku berusia delapan tahun, aku telah mempelajari hal-hal seperti ini, tapi saosao telah menikah, namun ternyata belum pernah mempelajarinya!"
Sambil tersenyum Liu Qianqian memandang ke arah Jin Yuanbao dan berkata.
"Yuanbao Gege juga keterlaluan, saosao sudah tak berdisiplin selama separuh hidupnya, tapi kebingungan dan tak segera mendisiplinkannya, benar-benar tak berguna!"
Mau tak mau Yu Qilin meliriknya dengan geram, akan tetapi ia dicambuk oleh Gu Daniang.
"Jangan terpengaruh perkataan orang lain! Kalau ada orang lain yang berbicara tentang anda di depan muka anda, apakah shao furen akan naik pitam seperti ini?"
"Benar, benar, aku sedang membantu saosao melatih kesabaran, saosao jangan marah padaku!", sambil tersenyum, Liu Qianqian menekuk lututnya untuk menghormat. Yu Qilin merasa amarahnya. amat malu, ia hendak melampiaskan Namun Jin Yuanbao berjalan menghampirinya dan menatap Yu Qilin, lalu dengan hati-hati mengambil sumpit itu.
"Daniang, sudah cukup baik". Di mata Yu Qilin nampak sekilas rasa berterima kasih dan girang. Akan tetapi, dengan enteng Jin Yuanbao menyisipkan sumpit itu ke sanggul Yu Qilin, lalu dengan asal sekaligus acuh tak acuh, ia berkata dengan hambar.
"Setelah ini ajarilah dia bagaimana menghidangkan teh untuk suami". Sinar mentari siang menyinari tubuh Yu Qilin, sehingga rona merah nampak di wajahnya yang seputih salju. Sepasang tangan Yu Qilin mengusung sebuah nampan, di atasnya terdapat tiga mangkuk air panas.
"Nyonya sangat murah hati, sejak shao furen datang sampai saat ini, bukankah beliau belum minta anda melayani beliau makan sesuai dengan adat istiadat? Hanya saja, kalau di kemudian hari shao furen menemani nyonya pergi ke perjamuan, apakah shao furen dapat duduk semeja dengan beliau dan hanya makan saja? Tak bisa tidak, anda harus berlatih seni berdiri tanpa bergerak sedikit pun seperti ini". Jin Yuanbao duduk di sebuah kursi goyang yang dinaungi bayang-bayang pepohonan di samping mereka, dengan santai ia berkata.
"Perkataan daniang benar, Jiang Xiaoxuan, melayani mertua mungkin sudah diajarkan di Wisma Jiangmu? Karena keluarga Jiang kalian memanjakanmu dan tak mengajarmu dengan baik, kami terpaksa bersusah payah mengajarimu. Daniang, sudah cukup baik, suruh dia berhenti". Yu Qilin mengerutkan keningnya dan menggertakkan giginya, ia membuka matanya lebar-lebar untuk menyambut pandangan mata yang tajam itu, butiran-butiran keringat di dahinya perlahan-lahan jatuh. Saat itu, Liu Qianqian berjalan menghampirinya, sambil tersenyum lebar, ia menambahkan semangkuk air besar lagi.
"Gu Daniang, apakah sekarang anda sedang menaruh belas kasihan pada saosao? Tiga mangkuk air mana cukup? Kita adalah sebuah keluarga yang terpandang, sebuah nampan kristal batu baiduri saja beratnya sudah lima jin!"
Yu Qilin memandang ke bawah, dengan dingin memandang Liu Qianqian, lalu menggertakkan giginya dan terus berusaha. Gu Daniang mengangguk.
"Perkataan biao xiaojie benar, shao furen, kalau sekarang aku mempermudah pelajaran ini, justru akan membuat anda kesulitan". Ketika Liu Qianqian melihat bahwa pandangan mata Yu Qilin terarah ke bawah, ia berubah pikiran dan kembali mengambil semangkuk air, lalu menaruhnya di ubun-ubun Yu Qilin.
"Barusan ini saosao melihat ke bawah, penampilan seperti ini tak enak dilihat, dahulu ketika aku belajar dari daniang, aku harus berjalan bolak-balik sambil membawa mangkuk air di kepalaku!"
"Liu Qianqian, kau sudah selesai belum?"
"Prang!", mangkuk air di kepala Yu Qilin terjatuh, dan ia pun basah kuyup tersiram air, dengan dingin ia memandang Liu Qianqian. Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao memicingkan matanya dan berkata dengan hambar.
"Gu Daniang, ia seorang kakak ipar, tapi tak menyayangi adiknya, bagaimana ia seharusnya dihukum?" Begitu mendengar perkataan itu, Gu Daniang langsung menjadi bersemangat, walaupun Yu Qilin adalah seorang majikan, akan tetapi karena sekarang ia memperoleh dukungan Jin Yuanbao, apa yang ia takutkan? Lagpula, kemarin malam ketika putranya yang tak berbakti hendak kawin lari, Yu Qilin pun berperan tak sedikit! Kali ini Gu Daniang memukulnya keras-keras, Yu Qilin pun merasa pantatnya sakit seakan terbakar, dengan geram ia segera merampas tongkat bambu itu sambil meraung.
"Nyonya keluarga terpandang apa! Nasi saja tak diberi, kalau aku tak melakukannya juga ----"
"Kau tak bisa tak melakukannya", Jin Yuanbao bangkit.
"Aku menikahimu dengan tandu yang diusung delapan orang, kaisar dan ibu suri juga telah menganugerahkan gelar Fuyu kepadamu, lalu kau tak mau melakukannya? Kau anggap Wisma Jinku ini tempat apa sehingga kau bisa datang dan pergi seenaknya?"
Eragon Karya Christhoper Paolini Aku Mau Saja Bilang Cinta Tapi Setelah Jaka Sembung 15 Raja Sihir Dari Kolepom
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama