Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 3
Sinar perak bergemerisik, setiap jurusnya membawa maut! Yu Qilin menangkis dan mengegos, di satu pihak menghindari serangan pendatang baru itu dan di lain pihak melancarkan serangan balas.
Si pendatang baru nampaknya sama sekali tak menyangka bahwa ia mahir ilmu silat, melihatnya menyerang, orang itu untuk sesaat kebingungan.
Yu Qilin memanfaatkan kesempatan itu untuk menyapu dengan kakinya, orang itu pun hampir terjatuh, lalu cepat-cepat mengeser kakinya dan mundur beberapa langkah.
"Siapa kau?", Yu Qilin bertanya dengan gusar. Namun si pendatang baru diam seribu bahasa, begitu ia dapat berdiri dengan kokoh, ia langsung mengayunkan pedang dan kembali menikam! Nampak kilau pedang orang itu bagai kilat, bentuk pedangnya seperti ular, terkadang menusuk, terkadang membelit, sangat ganas. Walaupun ilmu silat Yu Qilin tinggi, namun bagaimanapun juga ia bertangan kosong, lagipula, ilmu silat musuh dibandingkan dengannya sepertinya lebih tinggi, tak lama kemudian ia sudah tak sanggup menangkis serangan lawan dan terpojok. Dalam sekejap pedang tajam itu pun menusuk dengan sebat, namun sebuah ide muncul di benak Yu Qilin, ia mengambil gayung air yang mengambang di tengah bak mandi, lalu mengambil segayung air panas dan menguyurkannya ke orang itu. Orang berbaju hitam itu tak menyangka Yu Qilin akan mengeluarkan jurus ini, tak ayal lagi ia pun tersiram air hingga basah kuyup. Yu Qilin menggunakan kesempatan itu untuk berjumpalitan melompati si orang berbaju hitam itu dan melarikan diti ke sudut lain, namun tak nyana ia membentur rak barang-barang porselen yang diletakkan di kamar itu, rak itu pun kontan ambruk! Dalam sekejap, suara barang yang pecah berkeping-keping tak henti-hentinya terdengar di kamar itu. Suara yang begitu keras pasti akan menarik perhatian para pengawal yang berjaga di luar, sampai sekarang para pengawal itu belum mengeledah halaman belakang, begitu mendengar suara itu, bukankah mereka akan menduga bahwa orang yang mencurigakan itu telah berlari masuk ke kamar Nona Jiang? Mereka segera saling meneriaki satu sama lain dan berlari ke tempat itu. Ketika orang itu melihat bahwa Yu Qilin sulit diatasi, dan juga mendengar suara-suara di luar kamar, ia sadar bahwa ia tak mungkin dapat menang dalam waktu singkat, oleh karenanya ia tak lagi ingin terus berkelahi.
"Wus, wus, wus!", ia segera mengayunkan pedangnya beberapa kali untuk menghindari Yu Qilin, lalu melompat bagai terbang keluar kamar. Orang berpakaian hitam itu kemudian melayang turun dari loteng, lalu dengan susah payah menghindari para pengawal dan cepat-cepat pergi ke serambi penginapan yang agak tertutup. Namun dengan tak disangka-sangka, ia melihat Jin Yuanbao sedang dengan sembunyi-sembunyi mendatangi tempat itu, sedangkan di sekitar dirinya sama sekali tak ada tempat bersembunyi, dalam keadaan terdesak, ia terpaksa berjumpalitan dan bergelantungan di balok-balok penyangga atap serambi. Jin Yuanbao berjalan dengan terpincang-pincang, melihat sosoknya keadaannya sedang runyam, dan anehnya ia juga bersembunyi di sana-sini sambil terus menerus melihat ke belakang, seakan sedang bersembunyi dari seseorang. Setelah Jin Yuanbao berjalan beberapa langkah, dari jauh ia melihat bahwa lantai serambi itu basah, naluri detektifnya membuatnya agak curiga, ia cepat-cepat melangkah ke depan, lalu membungkuk untuk memeriksa genangan air itu. Sekonyong-konyong setetes air yang sedingin es menetes ke tengkuknya dan membuatnya merinding. Mau tak mau Jin Yuanbao menggigil, ia meraba tetesan air di tengkuknya itu, lalu dengan curiga bangkit dan memandang ke atas...... Ketika orang di atas balok penyangga itu melihat kejadian ini, sinar dingin mendadak muncul di matanya, tangannya perlahanlahan mengenggam erat-erat gagang pedangnya, bersiap untuk menghunusnya! Tepat pada saat ini, terdengar sebuah teriakan.
"Tempat ini belum diperiksa, ayo kita lihat! Pasti ia belum lari jauh!"
Begitu Jin Yuanbao mendengarnya, tanpa ragu-ragu sedikit pun ia lari secepat-cepatnya ke ujung serambi! Orang berbaju hitam itu menghembuskan napas dengan lega seraya memandang sosok Jin Yuanbao dengan heran, setelah suara para pengawal sedikit lebih dekat, ia berjumpalitan turun dari balok penyangga atap, memeluk tiang dan memanjatnya, lmelompat ke atap, lalu bagai terbang pergi meninggalkan tempat itu.
"Hmm", Jin Yuanbao berjalan ke kamar Jiang Xiaoxuan sambil memperhatikan keadaan di sekelilingnya dengan curiga, di sini mana bisa ada genangan air......dan ini sepertinya jejak kaki seorang lelaki? Jejak kaki lelaki itu basah, sepertinya ia melompat keluar dari jendela kamar ini? Siapa dia sebenarnya, kenapa ia masuk melalui jendela, bukan melalui pintu? Lagipula, ia keluar dengan merusak jendela itu, sepertinya untuk melarikan diri...... Ketika Jin Yuanbao sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba dari dalam kamar terdengarlah suara merdu seorang wanita.
"Pakaian apa ini, sungguh merepotkan, secarik kecil disana-sini, rompi butut Pang Hu saja lebih bagus! Benar-benar susah dipakai! Merepotkan sekali!"
Kenapa lentera di dalam kamar tak dinyalakan? Dengan mengikuti nalurinya, Jin Yuanbao mendorong pintu hingga terbuka.
Di bawah cahaya rembulan yang temaram, ia tak dapat melihat wajah lawan bicaranya dengan jelas, tapi dengan samar-samar ia dapat melihat bahwa walaupun pakaiannya aneh dan berantakan, namun perawakannya nampak lincah dan semampai, di bawah sinar rembulan, pakaiannya yang putih itu membuatnya makin anggun.
Namun sang lawan bicara, karena mengiranya seorang jahat, langsung merengut sebuah kotak di sampingnya dan melemparkannya ke arah dirinya seraya berseru.
"Kau maling cabul ini masih berani-beraninya datang!"
Maling cabul?! Jin Yuanbao tercengang, lalu cepat-cepat menjelaskan.
"Apakah kau Nona Jiang? Aku......aku bukan......"
Sebelum perkataannya terucap, sebuah sikat melayang ke arahnya! "Coba lihat kau kupukul sampai mampus tidak!"
Lawan bicaranya memakinya sembari mengambil segala macam barang di sekitarnya yang dapat diambilnya dan melemparkannya ke arah dirinya. Sambil melempar, ia memaki.
"Maling cabul! Tak punya malu!"
Jin Yuanbao menghindar kesana-kemari, lalu berkata.
"Jangan pukul, aku adalah......"
"Kau memang seorang maling cabul! Malam-malam begini masuk ke kamar perempuan! Coba lihat kau kupukul sampai mati tidak!"
Karena pantatnya baru digigit anjing, Jin Yuanbao berjalan dengan terpincang-pincang, sekarang kamar ini kecil dan sesak, walaupun ia menghindar, ia masih beberapa kali terkena lemparan.
Jin Yuanbao kesakitan sekaligus marah, perasaan menyesal karena menerobos masuk ke kamar seorang wanita yang barusan ini dirasakannya pun lenyap.
"Katanya kau berasal dari keluarga terpelajar, tapi kau ini berangasan sekali!"
"Apa katamu?!"
"Aku berangasan?!"
Yu Qilin naik pitam, ia segera melemparkan benda-benda di tangannya ke arahnya, Jin Yuanbao tak bisa menghindar, dan dalam keadaan terdesak hanya bisa menangkap lengan lawan.
Yu Qilin tak bisa meloloskan diri, ia jengah sekaligus geram, maling cabul ini benar-benar bernafsu binatang! Tanpa raguragu sedikitpun ia mengayunkan tangannya yang satu lagi dan memukulnya! Secara refleks, Jin Yuanbao kembali menangkap tangannya itu, lalu berkata dengan gusar.
"Kau perempuan ini kenapa seperti orang gila!"
Karena ia menarik tangannya, tubuh mereka berdua hampir berhimpitan, saat ini sinar rembulan masuk ke dalam kamar, tepat pada saat mereka berdua ingin melihat wajah masingmasing......
Pakaian Yu Qilin yang belum sempat dipakainya secara benar ternyata seperti dibuka oleh sinar rembulan dan mendadak terjatuh, cahaya musim semi pun untuk pertama kalinya memancar......
Namun celakanya, Jin Yuanbao kebetulan melihat dadanya yang seputih salju.....
"Duk!".......untuk sesaat Jin Yuanbao merasa darah naik ke kepalanya, seketika itu juga ia merasa pusing dan cepat-cepat melepaskan tangannya, lalu segera berbalik dan mundur beberapa langkah.
"Hmm", pikiran Yu Qilin berkabut, setelah terpana untuk beberapa lama, sampai ia merasa hawa dingin menyentuh dadanya, ia baru menyadari apa yang terjadi! "Ah -----"
Yu Qilin bersumpah, bahwa seumur hidupnya ia belum pernah dipermalukan seperti ini! Seumur hidupnya ia belum pernah menjerit dengan melengking seperti ini! Dengan kalang-kabut ia cepat-cepat menarik bajunya, lalu dengan murka menatap bagian belakang kepala Jin Yuanbao.
"Maling cabul!"
"Aku bukannya sengaja melakukannya!", Jin Yuanbao cepatcepat menjelaskan.
"Aku benar-benar tak melihat apa-apa!"
Mendengar perkataan itu, Yu Qilin makin geram dan jengah, ia hendak memukulnya lagi, tapi khawatir pakaiannya akan terbuka lagi, maka ia terpaksa hanya mengatupkan kerahnya erat-erat sambil berkata dengan gusar.
"Maling cabul bau yang tak tahu malu! Maling cabul bau yang pantas dicincang!" "Kau, apakah kau sudah memakai pakaianmu dengan benar?", Jin Yuanbao mencoba-coba berpaling untuk melihatnya, nampak bahwa Yu Qilin sudah menghindar ke samping meja, setelah menenangkan dirinya, ia membuka mulut dan berkata.
"Sebenarnya, aku bukan maling cabul atau apa, aku adalah......"
Pasangan Sempurna Yang Ditakdirkan (????/ Jin Yu Liang Yuan) Karya Tong Hua (??)
https.//www.facebook.com/notes/sungai-dan-telaga/bab-xvii-sicantik-mandi/902972236396619 Begitu mendengar jeritan yang memilukan itu, para pengawal segera berkumpul, semua pengawal di penginapan itu mengambil obor, lalu mengepung tempat asal jeritan itu dari segala penjuru.
Perhatian mereka seluruhnya terpusat pada tempat itu, mereka sama sekali tak tahu bahwa ketika mereka sedang berlari di sepanjang tembok, sebuah sosok hitam diam-diam melompat masuk.
Dan pemilik penginapan yang sedang berdiri di balik jendela sambil memandang ke bawah sebenarnya melihat sosok orang itu, apa yang terjadi hari ini? Apakah karena ada calon istri Wisma Jin yang tinggal di sini, suasana menjadi begitu ribut? Si pemilik penginapan berani bersumpah, bahwa setelah mengelola penginapan separuh hidupnya, ia belum pernah melihat keributan seperti ini.
Dengan enteng orang berbaju hitam itu menghindari para pengawal itu, namun pikirannya amat bimbang, barusan ini ia sayup-sayup mendengar para pengawal berkata bahwa di halaman terdengar suara teriakan seorang lelaki, dan mereka akan menyelidikinya dengan seksama......namun ia sendiri sama sekali belum pernah melewati tempat itu dan lebih-lebih lagi tak mungkin mengeluarkam suara apapun.
Mungkinkah ada seorang pembunuh lain? Ketika orang berbaju hitam itu berpikir sampai kesini, hatinya terkesiap, setelah para pengawal pergi, ia cepat-cepat mencari kamar tempat Jiang Xiaoxuan tinggal, kalau ia tak salah ingat, kamar itu tentunya terletak di tingkat dua! Orang berbaju hitam itu mendongak dan melihat kamar yang berada di atasnya, namun kamar itu gelap gulita, agaknya penghuninya sudah tidur! Namun begitu malah baik, saat beraksi nanti kerepotan akan banyak berkurang.
Ia kembali memandang ke bawah, sinar pedang yang berkilauan pun berkelebat.
Saat ini, di dalam kamar dengan susah payah Yu Qilin merayap keluar dari bak mandi, ketika sedang kerepotan membuka pakaiannya yang basah kuyup, kisi-kisi jendela mendadak dihantam orang hingga hancur berkeping-keping! Saat ini awan gelap telah dengan perlahan-lahan menyelimuti langit, di bawah cahaya rembulan yang timbul tenggelam, sebuah sosok hitam melayang masuk, tangannya mengenggam sebilah pedang tajam dan ia langsung menerjang ke depan.
Yu Qilin begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, namun karena sudah bertahun-tahun belajar silat, urat syaraf dan kecepatan reaksinya sudah terlatih, walaupun ia agak panik, namun dengan sebat ia berbalik untuk menghindari pedang tajam itu! Ujung kakinya sedikit menjejak, ia pun meloncat keluar bagai terbang dari tengah bak mandi, ketika bangkit, ia telah mengambil kesempatan untuk menjambret handuk yang tergantung di pinggir bak mandi, lalu menyampirkannya di tubuhnya! Melihatnya melancarkan jurus maut ini, orang yang baru datang itu serta-merta tertegun, lalu kembali menikamnya tanpa raguragu sedikitpun.
Sinar perak bergemerisik, setiap jurusnya membawa maut! Yu Qilin menangkis dan mengegos, di satu pihak menghindari serangan pendatang baru itu dan di lain pihak melancarkan serangan balas.
Si pendatang baru nampaknya sama sekali tak menyangka bahwa ia mahir ilmu silat, melihatnya menyerang, orang itu untuk sesaat kebingungan.
Yu Qilin memanfaatkan kesempatan itu untuk menyapu dengan kakinya, orang itu pun hampir terjatuh, lalu cepat-cepat mengeser kakinya dan mundur beberapa langkah.
"Siapa kau?", Yu Qilin bertanya dengan gusar.
Namun si pendatang baru diam seribu bahasa, begitu ia dapat berdiri dengan kokoh, ia langsung mengayunkan pedang dan kembali menikam! Nampak kilau pedang orang itu bagai kilat, bentuk pedangnya seperti ular, terkadang menusuk, terkadang membelit, sangat ganas.
Walaupun ilmu silat Yu Qilin tinggi, namun bagaimanapun juga ia bertangan kosong, lagipula, ilmu silat musuh dibandingkan dengannya sepertinya lebih tinggi, tak lama kemudian ia sudah tak sanggup menangkis serangan lawan dan terpojok.
Dalam sekejap pedang tajam itu pun menusuk dengan sebat, namun sebuah ide muncul di benak Yu Qilin, ia mengambil gayung air yang mengambang di tengah bak mandi, lalu mengambil segayung air panas dan menguyurkannya ke orang itu.
Orang berbaju hitam itu tak menyangka Yu Qilin akan mengeluarkan jurus ini, tak ayal lagi ia pun tersiram air hingga basah kuyup.
Yu Qilin menggunakan kesempatan itu untuk berjumpalitan melompati si orang berbaju hitam itu dan melarikan diti ke sudut lain, namun tak nyana ia membentur rak barang-barang porselen yang diletakkan di kamar itu, rak itu pun kontan ambruk! Dalam sekejap, suara barang yang pecah berkeping-keping tak henti-hentinya terdengar di kamar itu.
Suara yang begitu keras pasti akan menarik perhatian para pengawal yang berjaga di luar, sampai sekarang para pengawal itu belum mengeledah halaman belakang, begitu mendengar suara itu, bukankah mereka akan menduga bahwa orang yang mencurigakan itu telah berlari masuk ke kamar Nona Jiang? Mereka segera saling meneriaki satu sama lain dan berlari ke tempat itu.
Ketika orang itu melihat bahwa Yu Qilin sulit diatasi, dan juga mendengar suara-suara di luar kamar, ia sadar bahwa ia tak mungkin dapat menang dalam waktu singkat, oleh karenanya ia tak lagi ingin terus berkelahi.
"Wus, wus, wus!", ia segera mengayunkan pedangnya beberapa kali untuk menghindari Yu Qilin, lalu melompat bagai terbang keluar kamar. Orang berpakaian hitam itu kemudian melayang turun dari loteng, lalu dengan susah payah menghindari para pengawal dan cepat-cepat pergi ke serambi penginapan yang agak tertutup. Namun dengan tak disangka-sangka, ia melihat Jin Yuanbao sedang dengan sembunyi-sembunyi mendatangi tempat itu, sedangkan di sekitar dirinya sama sekali tak ada tempat bersembunyi, dalam keadaan terdesak, ia terpaksa berjumpalitan dan bergelantungan di balok-balok penyangga atap serambi. Jin Yuanbao berjalan dengan terpincang-pincang, melihat sosoknya keadaannya sedang runyam, dan anehnya ia juga bersembunyi di sana-sini sambil terus menerus melihat ke belakang, seakan sedang bersembunyi dari seseorang. Setelah Jin Yuanbao berjalan beberapa langkah, dari jauh ia melihat bahwa lantai serambi itu basah, naluri detektifnya membuatnya agak curiga, ia cepat-cepat melangkah ke depan, lalu membungkuk untuk memeriksa genangan air itu. Sekonyong-konyong setetes air yang sedingin es menetes ke tengkuknya dan membuatnya merinding. Mau tak mau Jin Yuanbao menggigil, ia meraba tetesan air di tengkuknya itu, lalu dengan curiga bangkit dan memandang ke atas...... Ketika orang di atas balok penyangga itu melihat kejadian ini, sinar dingin mendadak muncul di matanya, tangannya perlahanlahan mengenggam erat-erat gagang pedangnya, bersiap untuk menghunusnya! Tepat pada saat ini, terdengar sebuah teriakan.
"Tempat ini belum diperiksa, ayo kita lihat! Pasti ia belum lari jauh!"
Begitu Jin Yuanbao mendengarnya, tanpa ragu-ragu sedikit pun ia lari secepat-cepatnya ke ujung serambi! Orang berbaju hitam itu menghembuskan napas dengan lega seraya memandang sosok Jin Yuanbao dengan heran, setelah suara para pengawal sedikit lebih dekat, ia berjumpalitan turun dari balok penyangga atap, memeluk tiang dan memanjatnya, lmelompat ke atap, lalu bagai terbang pergi meninggalkan tempat itu.
"Hmm", Jin Yuanbao berjalan ke kamar Jiang Xiaoxuan sambil memperhatikan keadaan di sekelilingnya dengan curiga, di sini mana bisa ada genangan air......dan ini sepertinya jejak kaki seorang lelaki? Jejak kaki lelaki itu basah, sepertinya ia melompat keluar dari jendela kamar ini? Siapa dia sebenarnya, kenapa ia masuk melalui jendela, bukan melalui pintu? Lagipula, ia keluar dengan merusak jendela itu, sepertinya untuk melarikan diri...... Ketika Jin Yuanbao sedang memikirkan hal ini, tiba-tiba dari dalam kamar terdengarlah suara merdu seorang wanita.
"Pakaian apa ini, sungguh merepotkan, secarik kecil disana-sini, rompi butut Pang Hu saja lebih bagus! Benar-benar susah dipakai! Merepotkan sekali!"
Kenapa lentera di dalam kamar tak dinyalakan? Dengan mengikuti nalurinya, Jin Yuanbao mendorong pintu hingga terbuka.
Di bawah cahaya rembulan yang temaram, ia tak dapat melihat wajah lawan bicaranya dengan jelas, tapi dengan samar-samar ia dapat melihat bahwa walaupun pakaiannya aneh dan berantakan, namun perawakannya nampak lincah dan semampai, di bawah sinar rembulan, pakaiannya yang putih itu membuatnya makin anggun.
Namun sang lawan bicara, karena mengiranya seorang jahat, langsung merengut sebuah kotak di sampingnya dan melemparkannya ke arah dirinya seraya berseru.
"Kau maling cabul ini masih berani-beraninya datang!"
Maling cabul?! Jin Yuanbao tercengang, lalu cepat-cepat menjelaskan.
"Apakah kau Nona Jiang? Aku......aku bukan......"
Sebelum perkataannya terucap, sebuah sikat melayang ke arahnya! "Coba lihat kau kupukul sampai mampus tidak!"
Lawan bicaranya memakinya sembari mengambil segala macam barang di sekitarnya yang dapat diambilnya dan melemparkannya ke arah dirinya. Sambil melempar, ia memaki.
"Maling cabul! Tak punya malu!"
Jin Yuanbao menghindar kesana-kemari, lalu berkata.
"Jangan pukul, aku adalah......"
"Kau memang seorang maling cabul! Malam-malam begini masuk ke kamar perempuan! Coba lihat kau kupukul sampai mati tidak!"
Karena pantatnya baru digigit anjing, Jin Yuanbao berjalan dengan terpincang-pincang, sekarang kamar ini kecil dan sesak, walaupun ia menghindar, ia masih beberapa kali terkena lemparan.
Jin Yuanbao kesakitan sekaligus marah, perasaan menyesal karena menerobos masuk ke kamar seorang wanita yang barusan ini dirasakannya pun lenyap.
"Katanya kau berasal dari keluarga terpelajar, tapi kau ini berangasan sekali!"
"Apa katamu?!"
"Aku berangasan?!"
Yu Qilin naik pitam, ia segera melemparkan benda-benda di tangannya ke arahnya, Jin Yuanbao tak bisa menghindar, dan dalam keadaan terdesak hanya bisa menangkap lengan lawan.
Yu Qilin tak bisa meloloskan diri, ia jengah sekaligus geram, maling cabul ini benar-benar bernafsu binatang! Tanpa raguragu sedikitpun ia mengayunkan tangannya yang satu lagi dan memukulnya! Secara refleks, Jin Yuanbao kembali menangkap tangannya itu, lalu berkata dengan gusar.
"Kau perempuan ini kenapa seperti orang gila!"
Karena ia menarik tangannya, tubuh mereka berdua hampir berhimpitan, saat ini sinar rembulan masuk ke dalam kamar, tepat pada saat mereka berdua ingin melihat wajah masingmasing......
Pakaian Yu Qilin yang belum sempat dipakainya secara benar ternyata seperti dibuka oleh sinar rembulan dan mendadak terjatuh, cahaya musim semi pun untuk pertama kalinya memancar......
Namun celakanya, Jin Yuanbao kebetulan melihat dadanya yang seputih salju.....
"Duk!".......untuk sesaat Jin Yuanbao merasa darah naik ke kepalanya, seketika itu juga ia merasa pusing dan cepat-cepat melepaskan tangannya, lalu segera berbalik dan mundur beberapa langkah.
"Hmm", pikiran Yu Qilin berkabut, setelah terpana untuk beberapa lama, sampai ia merasa hawa dingin menyentuh dadanya, ia baru menyadari apa yang terjadi! "Ah -----"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yu Qilin bersumpah, bahwa seumur hidupnya ia belum pernah dipermalukan seperti ini! Seumur hidupnya ia belum pernah menjerit dengan melengking seperti ini! Dengan kalang-kabut ia cepat-cepat menarik bajunya, lalu dengan murka menatap bagian belakang kepala Jin Yuanbao.
"Maling cabul!"
"Aku bukannya sengaja melakukannya!", Jin Yuanbao cepatcepat menjelaskan.
"Aku benar-benar tak melihat apa-apa!"
Mendengar perkataan itu, Yu Qilin makin geram dan jengah, ia hendak memukulnya lagi, tapi khawatir pakaiannya akan terbuka lagi, maka ia terpaksa hanya mengatupkan kerahnya erat-erat sambil berkata dengan gusar.
"Maling cabul bau yang tak tahu malu! Maling cabul bau yang pantas dicincang!" "Kau, apakah kau sudah memakai pakaianmu dengan benar?", Jin Yuanbao mencoba-coba berpaling untuk melihatnya, nampak bahwa Yu Qilin sudah menghindar ke samping meja, setelah menenangkan dirinya, ia membuka mulut dan berkata.
"Sebenarnya, aku bukan maling cabul atau apa, aku adalah......"
Namun tak nyana, sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, ia merasakan benda-benda yang lengket menempel di wajah dan tubuhnya, benda itu berlumuran saus yang kental dan harum.....
Jin Yuanbao mencium-menciumnya, sepertinya adalah......
Babi panggang merah?! Jin Yuanbao naik pitam, dengan memanfaatkan sinar rembulan, ia memandang dirinya sendiri, pakaiannya yang sebelumnya sudah tak bersih, sekarang bertambah kotor tak keruan! "Kau, kau, kau!", setelah beberapa kali mengucapkan kata 'kau', Jin Yuanbao begitu marah hingga tak bisa mengucapkan katakata lanjutannya.
Saat ini, dari pintu terdengar suara anjing menyalak, sepertinya makin lama makin dekat.
Seketika itu juga bulu roma di sekujur tubuh Jin Yuanbao berdiri.
Dengan lincah Yu Qilin bergerak ke samping pintu, lalu berkata pada anjing hitam besar yang menerjang masuk itu.
"Cepat, cepat, gigit dia!" Begitu masuk ke dalam kamar, anjing hitam itu mencium bau babi panggang merah yang harum, ia menuruti naluri kebinatangannya dan langsung menerjang ke arah Jin Yuanbao! "Ah.....", dalam kepanikannya, Jin Yuanbao tak memilih-milih jalan dan melompat keluar dari jendela yang rusak, sambil berlari ia berseru.
"Jiang Xiaoxuan! Tunggu sampai aku mencarimu....."
Mendengar perkataan itu, Yu Qilin tersenyum licik, hah, namaku juga bukan Jiang Xiaoxuan! Setelah itu terdengar beberapa salakan nyaring, ia membayangkan tampang sang lawan ketika anjing hitam itu menerjang dan menginjak-injaknya, hatinya sangat puas.
Malam sepekat tinta hitam, awan hitam telah sepenuhnya menelan sinar rembulan.
Dalam keadaan terdesak Jin Yuanbao menerjang keluar dari kamar itu, dari belakang tubuhnya seakan masih sayup-sayup terdengar suara salak anjing yang dengan gelisah mengonggong.
A Fu memburu dari sampingnya sambil mengangkat mantelnya tinggi-tinggi, dengan sekuat tenaga ia melambai-lambaikan tangannya.
"Shaoye, shaoye, di sini!"
Sambil berlari Jin Yuanbao mengibaskan pakaiannya, sekujur tubuhnya penuh bercak-bercak minyak berwarna merah kecoklatan.
"Shaoye, anda kenapa?", A Fu bertanya dengan heran sambil menyerahkan pakaian itu kepadanya.
Dengan wajah muram Jin Yuanbao mengenakan mantel itu.
Hidung A Fu bergerak-gerak, ia mencium-cium dengan seksama, lalu berkata dengan ragu-ragu.
"Babi panggang merah? Apakah nyonya muda yang baru mengajak tuan muda makan babi panggang merah? Dengan wajah masam, Jin Yuanbao berbalik dan melangkah pergi. A Fu agak lambat berpikir, namun ia sama sekali belum tahu apa yang terjadi, maka ia terus mengejarnya seraya bertanya.
"Apakah nyonya muda yang baru cantik atau tidak? Apakah dia sangat ramah dan lemah lembut?"
"Hah!", dengus Jin Yuanbao.
"Dia itu perempuan galak yang keras kepala!"
"Shaoye, kenapa?"
A Fu makin bingung. Jin Yuanbao meliriknya, tanpa menjawab, ia terus berjalan ke depan dengan langkah-langkah lebar. A Fu cepat-cepat mengikutinya seraya bertanya.
"Shaoye, sekarang kita pergi kemana?"
"Pulang, mandi!" Bab XIX Sang Nona Menghilang Malam sepekat tinta, hujan selembut sutra. Di tengah kegelapan malam, cahaya lentera kadang terang kadang remang-remang, menimbulkan suasana temaram yang indah. Namun di luar jangkauan cahaya lentera, suasana begitu gelap sehingga orang tak bisa melihat kelima jarinya sendiri. Saat ini, ada seorang lelaki kurus tinggi, sambil membawa buntalan, ia berdiri di balik bayang-bayang, mendengar suara ribut yang riuh-rendah dari penginapan yang berada di kejauhan itu, lelaki itu makin cemas. Sekonyong-konyong, sebuah sosok hitam meloncat ke bawah dari atap penginapan, lalu lari seakan terbang ke arahnya. Lelaki itu cepat-cepat melangkah menyambutnya, sambil berjalan ia membuka buntalannya, lalu mengibaskan pakaian di dalamnya hingga terbuka dan menyerahkannya kepada orang itu, di bawah cahaya lentera, raut wajah lelaki itu perlahan-lahan nampak dengan jelas, ternyata ia adalah pengawal Wisma Jin, Zhang A Gui. Sosok hitam itu menghampirinya, dengan gesit menanggalkan pakaian hitamnya yang basah kuyup, lalu mengangsurkan tangannya dan menerima pakaian yang diberikan A Gui. "Bagaimana?", tanya A Gui.
"Di dalam ada seorang jago, aku tak berhasil membunuhnya". Lawan bicaranya berkata dengan ganas sambil bersembunyi di kegelapan dan menukar bajunya.
"Seorang jago? Jago apa? Apakah mereka sudah berjaga-jaga? Dengan sengaja mengatur agar Nona Jiang palsu menunggu kita datang?"
A Gui amat heran.
"Tak tahu, aku belum melihatnya dengan jelas". Sambil berbicara orang ini melangkah keluar dari tengah kegelapan, ia melemparkan baju dan celananya yang basah kuyup ke arah A Gui, lalu berkata.
"Pulang ke wisma, aku akan menyelidiki hal ini!"
Cahaya lentera yang temaram menerangi wajahnya, ternyata orang ini adalah Liu Wenchao.
"Baik".
"Selain itu, buanglah pakaian ini sesegera mungkin".
"Hmm". Liu Wenchao berdiri di tempatnya semula sambil memandang punggung A Gui yang perlahan-lahan menjauh, dahinya perlahan-lahan mengkerut, sinar matanya sedikit demi sedikit menjadi gelap, dingin bagai mata pedang. Namun pada saat ini, keadaan di dalam Penginapan Hechang telah menjadi kacau balau. Ketika Xi er mendengar bahwa kamar nonanya dimasuki pembunuh, ia begitu ketakutan hingga sukmanya seakan melayang, ia hampir saja jatuh pingsan. Setelah dengan susah payah memulihkan dirinya, dengan cemas ia cepat-cepat naik ke loteng, sebelum masuk ke pintu ia sudah menjerit-jerit.
"Nona, nona, baru-baru ini ada pembunuh, kau tak apa-apa?"
Yu Qilin yang berada di dalam kamar sedang mengenakan pakaian sambil meraba-raba di tengah kegelapan.
Pakaian, perhiasan dan ikat pinggang Jiang Xiaoxuan sangat banyak, kalau dibandingkan dengan pakaian yang dikenakannya seumur hidupnya, jauh lebih berat dan rumit, ia begitu cemas hingga kepalanya penuh keringat dingin, sekonyong-konyong ia mendengar suara Xi er yang bagai kicau burung kepodang, ia merasa seperti minum air es di hari yang dingin, ia langsung merasa terkejut dan tak tahu harus berbuat apa.
"Nona, nona?", ketika Xi er tak mendengarnya menjawab, ia mengira bahwa sang nona begitu kaget sehingga tak bisa menjawab, dengan cemas ia buru-buru masuk setelah sebelumnya mengambil lentera yang tergantung di luar kamar.
"Nona, kau tak apa-apa?"
Xi er masuk ke dalam kamar, menutup pintu, lalu menaruh lentera di atas meja, setelah itu ia melangkah ke sisi Yu Qilin dan menarik tangannya.
Namun sedetik kemudian, Xi er terpana! Wajah itu jelas bukan wajah sang nona! Bukan, bukan, bukan, siapa orang ini? Jelas-jelas bukan nonanya! Yu Qilin melihat mulutnya menganga keheranan, ia mengira bahwa Xi er akan berteriak, maka ia cepat-cepat maju ke depan dan membekap mulutnya.
"Jangan berteriak, aku bukan orang jahat!"
Bukan orang jahat? Kalau bukan orang jahat untuk apa kau membekap mulutku? Dengan terkejut dan ketakutan Xi er memandangnya, sampai yakin bahwa dalam matanya tak terkandung maksud jahat, ia baru dengan ragu-ragu mengangguk-angguk.
Ketika Yu Qilin melihatnya mau berkompromi, ia perlahan-lahan melepaskan tangannya, dirinya sendiri pun perlahan-lahan menghembuskan napas lega.
"Kau siapa? Dimana nona kami?"
Xi er memandang ke sekelilingnya, namun tak melihat sosok sang nona, mau tak mau ia menjadi cemas. Melihat wajahnya nampak cemas, Yu Qilin cepat-cepat menjelaskan.
"Nonamu? Mungkin ia sudah mengambil kesempatan saat keadaan kacau untuk kabur!"
"Habis sudah......"
Mendengar perkataannya, Xi er terduduk dengan lemas.
"Kali ini nona benar-benar melarikan diri". Melihat wajahnya, nampaknya ia sudah menyangka Jiang Xiaoxuan akan melarikan diri? Yu Qilin memandang Xi er, lalu bertanya.
"Sepertinya kau sudah tahu bahwa nonamu hendak melarikan diri?" Xi er mengigit bibirnya, dengan kesal ia memandang Yu Qilin, lalu mengangguk-angguk, dengan cemberut ia mendengus.
"Ah Nona, Nona, kau akan membunuhku!"
Tepat pada saat itu, dari luar kamar terdengar seseorang mengetuk pintu dengan cepat, lalu terdengarlah suara seorang wanita setengah baya.
"Nona, cepat buka pintu!"
"Nona, kau baik-baik saja?"
"Xi er, buka pintu, biarkan kami melihat nona!"
Mendengar perkataan itu, Xi er melompat berdiri, lalu berputarputar dengan cemas.
"Bagaimana ini? Tuan selalu berpesan untuk menjaga nona baik-baik, kalau nona melarikan diri di bawah pengawasanku, tuan bagaimana tak akan mengulitiku?"
Mendengar perkataannya, Yu Qilin merasa girang.
"Dia sendiri yang ingin melarikan diri, kalau tuanmu ingin menguliti orang, kuliti saja dia, untuk apa mengulitimu?"
Saat ini, suara-suara orang di luar kamar yang meminta pintu dibuka bertambah keras, ada seseorang yang berkata.
"Nona, cepat buka pintu, kalau tidak kami akan mendobraknya!"
"Habislah semuanya!!!"
Xi er menangis, untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa memandang Yu Qilin untuk minta pertolongan, katanya.
"Bagaimana ini?" "Hmm......", Yu Qilin berpikir-pikir, lalu membisikinya.
"Katakan saja nona ketakutan, sekarang tak bisa menemui orang!"
"Oh, oh!", Xi er mengangguk, seperti seekor beo yang menirukan perkataan orang, ia berteriak pada orang di luar kamar itu.
"Nona......nona ketakutan, sekarang tak bisa menemui orang". Mendengar perkataan Xi er itu, suara ketukan wanita setengah baya di luar kamar itu menjadi pelan, namun ia masih berdiri di depan pintu sambil berbisik-bisik, seakan enggan untuk berlalu, seakan kalau tak melihat Sungai Kuning hatinya tak puas. Xi er mengawasi bayangan orang di pintu itu dengan amat tegang seperti seekor semut di atas panci yang panas! Sekonyong-konyong, sebuah ide muncul dalam benaknya, ia berjalan ke sisi ranjang, mengambil pakaian Jiang Xiaoxuan, lalu memakainya sendiri.
"Kau......kau sedang apa?"
Yu Qilin kebingungan.
"Apa kau tak tahu apa yang dipikirkan wanita-wanita setengah tua itu?"
Dengan gusar Xi er menatapnya, lalu berkata.
"Masa bodoh, aku akan memakai pakaian nona dan menghadapkan punggungku ke pintu, aku berharap dapat menipu mereka, karena mereka tak boleh menatap nona secara langsung".
"Apa?", tanya Yu Qilin, ia tercengang, lalu memegang tangannya dan berkata.
"Kalau kau pura-pura menjadi nona, siapa yang pura-pura menjadi kau?" Benar......Xi er tertegun, siapa yang berpura-pura menjadi dirinya? Nona, kali ini kau benar-benar melemparkan Xi er ke lubang berapi! Ia berpikir dan berpikir, bibirnya tertarik, matanya seperti akan menangis.
"Kalau begitu bagaimana? Kenapa hidupku begitu pahit?"
Saat ini, di luar kamar terdengar suara langkah kaki, sepertinya tak sedikit orang yang datang. Setelah itu, terdengar suara seorang lelaki berkata.
"Kenapa semua ada di luar?"
"Nona tak mengizinkan kami masuk", jawab seorang wanita setengah baya.
"Ada apa? Apakah nona kenapa-kenapa?"
"Tak tahu, pintu dikunci dari dalam, kata Xi er nona ketakutan, tak bisa menemui orang".
"Tak bisa menemui orang?"
"Benar".
"Mana bisa begini! Kalau sampai terjadi sesuatu pada nona, kalian tinggal tunggu kepala kalian dipenggal!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lelaki itu berbicara dengan gusar, lalu melangkah ke sisi pintu, mengetuk pintu dengan pelan dan berkata dengan lantang.
"Nona Jiang, caixia pengurus rumah tangga Wisma Jin Liu Wenchao, mohon nona buka pintu supaya kami bisa tenang". Pengurus rumah tangga Wisma Jin? Yu Qilin tertegun, lalu saling memandang dengan Xi er. Bab XX Majikan dan Hamba Saling Bekerja Sama Sekarang, suara ketukan pintu agak bertambah keras.
"Nona Jiang, sampai sekarang sang pembunuh belum ditangkap, untuk memastikan keselamatan nona, kalau nona tak juga membuka pintu, kami akan mendobraknya!"
"Habislah, habislah, habislah....."
Dengan lemas Xi er duduk di atas ranjang, sepasang matanya nampak suram, bibirnya hanya mengumamkan satu kata itu. Melihat keadaan itu, Yu Qilin cepat-cepat melangkah ke depan, menarik Xi er dan berkata.
"Cepat bantu aku pakai baju!"
Xi er tertegun, setelah memahami maksudnya, ia segera membantunya mengenakan pakaian dengan serabutan.
Orang yang berada di luar menunggu untuk beberapa lama, ketika dari kamar tak kunjung ada jawaban juga, dan juga tak ada tanda-tanda pintu akan dibuka, ia tak lagi sabar menunggu.
"Mohon maaf akan kekasaran caixia". Sebelum Liu Wenchao menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba.
"Bruk!", sebuah bunyi terdengar dari pintu kamar, Liu Wenchao telah menendangnya hingga terbuka. Yu Qilin dan Xi er cepat-cepat membereskan pakaiannya, lalu ia berusaha keras untuk duduk dengan rapi di atas ranjang sambil membelakangi pintu kamar. Xi er dengan cepat maju ke depan dan menghalangi rombongan orang itu, sambil berpura-pura marah ia bertanya.
"Ada apa?!"
Liu Wenchao memandangnya, lalu memandang punggung Yu Qilin di kejauhan, tanpa berkata apa-apa, ia hendak maju ke depan untuk memeriksanya. Xi er cepat-cepat menghalanginya.
"Tuan......tuan-tuan mohon diam di sini, nona baru saja ketakutan, kalau begini banyak orang menerjang masuk, jangan-jangan tak baik akibatnya". Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao berhenti, namun ia masih memandangi sosok itu, setelah berpikir sejenak, ia menjura ke arah Xi er dan berkata.
"Nona, aku adalah pengurus rumah tangga Wisma Jin, Liu Wenchao. Kabarnya nona diserang seorang pembunuh. Si Liu ini telah secara khusus menerima perintah Nyonya Jin untuk datang menyelidiki peristiwa ini, nona silahkan menunggu di sini dulu, aku akan kembali untuk melapor". Nyonya.....Nyonya Jin? Mendengar perkataan itu, Xi er ketakutan, ia menggigil ketakutan dan kebingungan tak tahu harus berbuat apa. Saat ini, dengan pelan Yu Qilin berbisik padanya.
"Xi er, karena ia pengurus rumah tangga Wisma Jin, kau tak bisa mengacuhkannya, persilahkan dia masuk".
"Baik". Dengan kebingungan, Xi er membiarkannya masuk, setelah itu, ia memandang ke semua orang dan berkata.
"Kata nona, Liu Guanjia silahkan masuk, tapi kalian semua jangan ikut masuk".
"Baik", jawab orang-orang lainnya. Liu Wenchao mengikuti Xi er masuk ke dalam kamar, ketika jaraknya lima atau enam langkah dari ranjang, ia menghentikan langkahnya, lalu sedikit menunduk untuk memberi hormat.
"Caixia Liu Wenchao, aku mendengar bahwa barusan ini ada pembunuh yang menyerang, apakah nona terluka?"
Walaupun ia menundukkan kepalanya, namun pandangan matanya masih terpaku pada sosok tubuh itu.
"Tidak, tidak melukaiku". Yu Qilin merendahkan suaranya, berpura-pura ketakutan.
"Bagus sekali......tapi......", Liu Wenchao mengganti nada suaranya.
"Besok adalah hari bahagia, Wenchao lebih baik memanggil tabib untuk memeriksa nona". "Tak usah, tak usah!", Yu Qilin cepat-cepat berkata.
"Aku hanya terkejut, tak apa-apa, asalkan bisa beristirahat semalam aku akan pulih".
"Oh.....begitu juga baik". Liu Wenchao terus mencari tahu.
"Apakah nona melihat wajah pembunuh itu?"
"Saat itu kamar gelap gulita, aku tak bisa melihat apa-apa".
"Oh?", Liu Wenchao perlahan-lahan bangkit, matanya yang tajam melihat bahwa Xi er yang berdiri di samping ranjang agak gemetar, keringat dingin mengucur di dahinya, benar-benar aneh. Ia memicingkan matanya, lalu terus bertanya.
"Apakah pembunuh itu mempunyai ciri-ciri yang dapat dikenali?"
Mendengar perkataan itu, Yu Qilin dengan sembunyi-sembunyi memandangnya, lalu berkata.
"Aku tak melihatnya. Tapi perawakannya mirip dengan Liu Guanjia". Mendengar perkataannya, hati Liu Wenchao terkesiap, ia cepatcepat berkata.
"Perawakan seperti itu mirip dengan perawakan banyak orang, kalau hanya mengandalkan petunjuk seperti ini, kita seperti mencari jarum di tengah laut".
"Liu Guanjia benar, aku hanya sembarangan berbicara saja".
"Garis besar peristiwa itu sudah kupahami, untung saja Nona Jiang tidak terluka, Wenchao tak berani menganggu lagi dan minta diri". "Kalau begitu......sampai jumpa!"
Wajah Liu Wenchao nampak curiga, ia mundur dan keluar dari kamar. Melihatnya keluar dari kamar, pengurus rumah tangga keluarga Jiang dan para pelayan wanita mengerumuninya dan bertanya.
"Bagaimana? Nona baik-baik saja?"
Liu Wenchao tersenyum dingin, lalu berkata.
"Pengurus rumah tangga Wang jangan khawatir, nona selamat tak kurang suatu apa".
"Amituofo, syukur pada langit dan bumi!"
"Akan tetapi......", Liu Wenchao berkata dengan wajah serius.
"Penjagaan di paruh kedua malam ini tak boleh dilonggarkan, aku juga telah membawa orang dari Wisma Jin, kita akan bergiliran melakukan penjagaan, jangan sampai pembunuh itu kembali menikam dari belakang".
"Benar, benar", pengurus rumah tangga keluarga Jiang berkata.
"Liu Guanjia telah memikirkan semuanya dengan seksama, kalau begitu, kalian kemari dan kelilingilah kamar nona!"
Setelah ia pergi, Xi er perlahan-lahan maju ke depan dan menutup pintu kamar, kedua wanita itu pun saling berpandangan, setelah orang-orang di luar kamar bubar, mereka baru menghembuskan napas panjang.
Xi er merasa sekujur tubuhnya tak berdaya seperti sebuah mayat hidup, ia menyeret tubuhnya sampai ke hadapan Yu Qilin, lalu berkata.
"Bagaimana ini? Mereka hendak memanggil pengawal untuk mengepung tempat ini". Selagi berbicara, mereka mendengar orang-orang berlarian kesana-kemari di luar kamar, Yu Qilin segera merayap di lantai ke depan jendela untuk melihat keluar, ia melihat sosok-sosok manusia mondar-mandir di bawah loteng, para pengawal meneriakkan perintah, mengepung kamar itu hingga setitik air pun tak dapat lolos, siap bertempur. Yu Qilin mengerutkan keningnya, lalu cepat-cepat berlari ke samping jendela yang lain untuk melihat keluar, keadaannya sama dengan yang dilihatnya sebelumnya. Dengan lemas Xi er terduduk di lantai, wajahnya nampak putus asa, pandangan matanya mengikuti Yu Qilin yang melompatlompat naik turun mencari jalan keluar, setelah beberapa lama, ia berhenti dengan putus asa, lalu berkata.
"Tak ada jalan keluar". Dengan berat hati, Yu Qilin mengangguk-angguk.
"Kali ini kita benar-benar habis, kita dikepung dari depan dan belakang, bahkan seekor lalat pun tak bisa terbang keluar ".
"Oh......", Xi er sudah lama menahan diri, namun sekarang ia tak sanggup bertahan lagi, air matanya jatuh bercucuran.
"Habislah, habislah, habislah, bagaimana ini? Besok adalah hari pernikahan, nona sudah kabur, bagaimanapun juga aku akan mati ". Melihat wajahnya yang penuh air mata, Yu Qilin merasa tergerak, namun ia masih duduk dengan tenang, sepasang matanya bergulir, ia berusaha keras mencari jalan keluar.
"Apa yang kau takuti, sekarang bukankah belum esok hari? Pasti akan ada jalan keluar, semua akan baik-baik saja". Xi er menyeka air matanya dan berkata.
"Ada jalan keluar apa lagi? Nona sudah kabur!"
Ternyata masih ada kesempatan! Sebuah ide muncul dalam benak Yu Qilin, sebuah tipu muslihat muncul dalam pikirannya. Ia segera tertawa dengan santai, lalu berkata.
"
Asalkan kau bekerja sama denganku, kita tak usah mati".
"Bekerja sama?", Xi er mengkedip-kedipkan matanya yang penuh air mata, lalu dengan bingung memandangnya.
"Ya". Yu Qilin tersenyum licik.
"Tok --- tok --- tok!", suara kentongan terdengar, lalu terdengarlah suara penjaga malam yang sudah akrab didengar.
"Sekarang musim kering, hati-hati kebakaran; kunci pintu dan jendela baik-baik, waspada terhadap pencuri!"
Tengah malam pun tiba.
Penginapan Hengchang yang telah lama kacau balau perlahanlahan menjadi tenang, sebuah sosok manusia yang jelita keluar dari tengah lorong yang gelap, dengan hati-hati ia mengawasi sekelilingnya, setelah melihat di segala penjuru tak ada orang, ia melemparkan buntalannya di punggungnya, lalu berjalan dengan cepat ke mulut lorong.
Bab XXI Merusak Wajah Malam sedikit demi sedikit makin larut.
Angin dingin bertiup melewati daun-daun yang dibasahi butiranbutiran hujan, bertiup melewati lentera-lentera yang tergantung di bawah teritisan atap dan apinya bergoyang-goyang, dan bertiup melewati Liu Wenchao yang pakaian dalamnya basah kuyup dan raut wajahnya dingin.
Ia tidak tegang, ia tetap melakukan semuanya dengan perlahan, seakan tak terjadi apa-apa, ia berjalan menuju ke kamarnya sendiri.
Namun, tak nyana, saat ini hatinya diam-diam bergejolak, berbagai pikiran timbul silih berganti di dalam benaknya.
Tuan Jiang adalah seorang pejabat sipil, bagaimana ia bisa mempunyai seorang putri yang berilmu silat tinggi? Lagipula, sebelum Jiang Xiaoxuan datang untuk menikah, tak pernah terdengar bahwa putri keluarga Jiang dapat bersilat.
Hal ini sangat aneh, ia harus mencari kesempatan untuk menyelidikinya, Jiang Xiaoxuan ini sangat luar biasa......
Sambil berpikir seperti itu, dan kedinginan membuka berjalan ke meja bundar sebuah batu pemantik menyalakan lilin.
Liu Wenchao yang kelelahan, basah pintu kamarnya, lalu perlahan-lahan di tengah kamar, ia mengeluarkan besar dari saku dadanya, lalu Kamar yang remang-remang itu pun seketika itu juga menjadi terang benderang.
Liu Wenchao memasang kap lampu, lalu dengan wajah tanpa ekspresi, ia berjalan ke ranjang.....
Tiba-tiba, ia menghunus pedangnya dan berbalik! Sinar pedang yang keperakan berkilauan, matanya yang tajam dengan kokoh menebas ke arah leher seseorang yang berdiri dengan tegak di tengah kegelapan.
Liu Wenchao tercengang, ia mengambil lentera, ketika ia melihat raut wajah lawannya, ia terkejut.
Ia perlahan-lahan menarik pedangnya.
"Rupanya kau....."
"Ini aku". Itu adalah suara seorang wanita, suaranya lemah, seakan kelelahan, dan juga seakan sedikit kesusahan.
"Liu Gongzi, aku sudah lama menunggumu di sini". Dengan tak sabar, Liu Wenchao memandang wajahnya yang pucat dan lesu, sambil mengerutkan dahinya, ia berkata.
"Di seantero kota ada perintah untuk menangkapmu, masa kau masih berani mencariku di sini?"
Sambil berbicara, ia melangkah ke meja bundar dan duduk di sampingnya. Mendengar perkataannya, wanita itu menunduk, ia berjalan beberapa langkah ke arahnya, lalu berkata.
"Aku tak bisa pergi kemana-mana, aku hanya bisa mencarimu". Di bawah cahaya lentera, raut wajahnya makin nampak jelas, wajah itu adalah wajah yang amat jelita, wajah yang berasal dari suatu negeri asing, ialah sang primadona Qianjiao Ge -----Chuchu.
"Chuchu, ternyata nyalimu tak kecil", dengan tetap tenang, Liu Wenchao mengangkat poci teh, menuang secawan teh, menghirupnya, lalu berkata.
"Tentunya kau tahu bahwa tak cuma pihak berwajib yang mencarimu, Yang Mulia pun mencarimu". Sambil mengigit bibirnya, Chuchu bertanya.
"Sebenarnya, siapakah atasan kita?"
Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao memandang Chuchu dengan tajam, nada suaranya mengandung suatu peringatan.
"Siapa atasan kita, siapa Yang Mulia, semakin sedikit kau tahu tentang hal ini, kau semakin aman. Jangan sembarangan bertanya-tanya, cepatlah menghilang dari ibu kota, ini ada satusatunya cara untuk mempertahankan hidupmu". "Kau pikir aku tak ingin cepat-cepat meninggalkan tempat ini? Tapi kalau aku tak punya sesen pun, lari kemana pun bukankah aku akan mati?"
Setelah mendengar perkataannya, Liu Wenchao meletakkan cawan teh, diam seribu bahasa. Sepertinya ada kesempatan? Chuchu buru-buru melanjutkan perkataannya.
"Aku tak punya sanak saudara, Liu Gongzi, kaulah satu-satunya yang dapat membantuku". Liu Wenchao memandangnya, bibirnya tersenyum dingin.
"Bagaimana kau tahu kalau aku akan membantumu dan bukan membunuhmu?"
"Liu Gongzi tak memungkin melakukannya......"
Dengan yakin Chuchu memandang Liu Wenchao.
"Sejak kecil Chuchu hidup mengembara, tak punya tempat bersandar, kalau aku melakukan hal yang berlawanan dengan Langit dan akal sehat seperti ini, pastilah untuk bertahan hidup, agar supaya pada suatu hari aku dapat menjalani kehidupan yang normal. Walaupun kau dan aku belum sampai tiga tahun saling mengenal, namun aku tahu kau tak sama dengan mereka". Entah kenapa, Chuchu merasa, pada saat itu, hanya lelaki di hadapannyalah yang dapat membantunya...... Hati Chuchu sedikit demi sedikit menjadi dingin, ia mengumam pada dirinya sendiri.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa boleh buat......aku tahu, kau mempunyai masalah kekuasaanmu". terpendam yang berada diluar Perkataan itu bagai sebuah jarum yang menusuk hati Liu Wenchao. Ada suatu rasa sakit, akan tetapi seberapa beratnya, masih sanggup ditahan olehnya, namun orang masih dapat melihatnya dengan jelas. Karena ia mengatakan hal ini, Liu Wenchao merasa agak lega. Setelah itu, Liu Wenchao perlahan-lahan mengangkat kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu, ia memandang Chuchu, melihat ke arah pandangan matanya yang dengan berani menyambut pandangan matanya sendiri. Ia sekali lagi mengangkat cawan teh itu dengan perlahan untuk menutupi raut wajahnya yang sekikit berubah.
"Kau pasti kelelahan karena sudah begitu lama bersembunyi di sana-sini, hari ini beristirahatlah dengan baik di tempatku ini, besok pagi aku akan memikirkan cara untuk mengantarmu keluar kota". Pucuk dicinta ulam tiba! Chuchu terbebas dari beban yang berat, ia pun cepat-cepat menjura memberi hormat kepadanya, sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam, ia dengan tulus mengucapkan terima kasih.
"Terima kasih, terima kasih! Aku baru tahu......" Tanpa menunggu jawabannya, telapak Liu Wenchao memukul ke tengkuknya! Chuchu yang malang, tanpa sempat menjerit ia terjatuh ke lantai. Sejam kemudian, dengan wajah muram Liu Wenchao buru-buru keluar dari kamarnya, lalu menutup pintunya. Setelah itu, ia berjalan dengan cepat ke halaman tempat tinggal para pelayan Wisma Jin, di sepanjang jalan, ia dengan cepat mengubah ekspresi wajahnya, menjadi wajah seseorang yang tak takut menghadapi gelombang. Ia berjalan sampai ke kamar yang terdalam di halaman itu, lalu mengetuk keras-keras pintunya beberapa kali.
"Aku segera datang! Siapa yang datang di tengah malam begini?"
Orang yang berada di dalam cepat-cepat menjawab, setelah itu terdengarlah suara gemerisik, seakan orang itu sedang mengenakan pakaian.
"A Gui, aku hendak membicarakan masalah pengaturan pengawal untuk upacara pernikahan besok denganmu", dengan lantang Liu Wenchao menjawab.
"Krek", sebuah suara berderit terdengar. A Gui membuka pintu, memandang ke kiri dan ke kanan, lalu tertawa terkekeh-kekeh dan menyambutnya dengan ramah.
"Rupanya Liu Guanjia, silahkan masuk!" Setelah ia masuk, A Gui menutup pintu kamar. Dari lengan bajunya, Liu Wenchao mengambil sebuah tusuk konde bergaya Daerah Barat, lalu berkata dengan lirih.
"Beritahu Yang Mulia bahwa Chuchu sudah tak akan muncul lagi".
"Chuchu sudah mati?", A Gui agak terkejut.
"Ya". Liu Wenchao mengangguk. A Gui paham dan lantas menyimpan tusuk konde itu, setelah itu ia berkata.
"Kita belum bisa membunuh Jiang Xiaoxuan, bagaimana kita akan menjelaskan hal ini pada Yang Mulia?"
Mendengar perkataan ini, Liu Wenchao teringat pada berbagai kejadian yang terjadi hari ini, sinar keji muncul dari matanya, dengan telengas ia berkata.
"Kalau kita tak bisa membunuhnya, kita rusak dia".
"Merusaknya?", A Gui agak lambat memahami maksudnya.
"Yang Mulia ingin agar perserikatan diantara keluarga Jiang dan Jin tak berhasil, kalau pengantin perempuan berubah menjadi buruk rupa, kalaupun Jin Yuanbao menikahinya, setelah sang pengantin memasuki rumahnya, ia akan menolaknya, bukankah ini akan merusak rencana ibu suri? Besok siapkanlah semuanya, belilah kembang api, dan rusaklah wajah si pengantin perempuan!"
"Besok pagi!" Bab XXII Kerudung Pengantin Yang Berantakan Hujan turun begitu lama, akan tetapi menjelang fajar, hujan pun berhenti. Fajar membuat cakrawala menjadi putih, bintang-bintang pagi belum menghilang, ayam telah berkokok. Pagi-pagi sekali, Xi er telah menarik Yu Qilin dari ranjang dan memakaikan pakaian pengantin berwarna merah terang kepadanya. Xi er tak tidur semalaman, pelupuk matanya merah, hatinya lebih gelisah lagi. Hati Yu Qilin malah lega, malam itu ternyata ia tertidur dengan nyenyak tanpa mengkhawatirkan apapun, hanya saja karena dibangunkan begitu pagi, hatinya agak kesal. Saat ini, ayam jago penginapan menjenjangkan lehernya dan berkokok keras-keras, mendengar suara ini hatinya terasa makin kesal, ia tak kuasa menahan diri untuk tak mengumam pada dirinya sendiri.
"Ayam jago sialan, cepat atau lambat akan kubuat semur kau!"
Mendengar perkataannya itu, Xi er memandangnya, namun dilihatnya bahwa wajahnya nampak acuh tak acuh, hatinya pun bertambah gelisah, tanyanya.
"Apakah ini akan berhasil? Kalau ketahuan, apakah mengenaskan?"
Kita tidak akan mati dengan sangat "Aah -----", Yu Qilin menguap lebar-lebar, melirik Xi er dengan acuh tak acuh, lalu menghiburnya.
"Kau jangan khawatir, asalkan kita bisa keluar, kita akan mengambil kesempatan saat ada banyak orang dari Wisma Jin untuk melarikan diri, kita tak akan ketahuan. Lagipula, sekarang kita sudah tak punya jalan keluar lain". Mendengar perkataannya itu, Xi er memandang Yu Qilin dengan penuh rasa terima kasih sekaligus kecemasan.
"Tapi malam ini malam pengantin, bagaimana kalau Tuan muda Jin melakukan.......lalu bagaimana?"
"Makanya", Yu Qilin tersenyum menawan.
"Makanya aku ingin kau mempersiapkan barang-barang itu, bagaimana?"
"Sudah kusiapkan dengan baik!", Xi er melangkah ke samping ranjang, mengambil sebuah buntalan besar dari bawah ranjang dan menaruhnya di atas meja.
"Aku mengambil semua yang bisa kuambil, coba lihat, ini berguna atau tidak". Dengan mulut menganga, Yu Qilin memandang benda setinggi anak berusia tujuh atau delapan tahun di depan matanya. Ini, ini adalah barang-barang yang dapat diambilnya? "Kenapa.....kenapa begitu banyak?"
Ia mengangsurkan tangannya dan membuka buntalan itu.
"Coba kulihat". Dalam sekejap mata, Yu Qilin mematung. Sudut-sudut matanya berkedut, dengan wajah berseri-seri ia mengambil sebuah benda dari buntalan, lalu mengayunayunkannya di depan Xi er seraya berkata.
"Jiejie, untuk apa kau membawa pisau dapur? Aku bukannya ingin membunuh orang. Lagipula, barang ini terlalu besar, dimana aku bisa menyembunyikannya?"
Dengan agak heran Xi er berkata.
"Bukankah ini berguna untuk membela diri?"
Yu Qilin tak berkata apa-apa, ia hanya mengangsurkan tangannya ke dalam buntalan itu untuk meraba-raba, akan tetapi karena benda yang dipegangnya terlalu besar, ia terhuyunghuyung hampir terjerembab.
Dengan keheranan, ia mengeluarkan benda itu dan memandang Xi er.
"Nona, kau mengambil labu ini untuk dimasak?"
Dengan wajah merah padam Xi er menjelaskan.
"Katamu.....katamu kau ingin senjata yang sedikit lebih ampuh".
"Senjata......senjata yang ampuh? Labu bisa untuk dijadikan senjata?"
Yu Qilin tersenyum getir, akan tetapi raut wajah lawan bicaranya begitu polos, ia mana tega menyalahkannya? "Baik, baik, akan kulihat lagi.
Dalam buntalan yang begitu besar, pasti ada sesuatu yang berguna".
Xi er mengangguk-angguk, dengan wajah penuh harap ia memandangnya.
"Ini apa? Bangku rusak?"
"Iya, iya, kalau kita kecapaian waktu kabur nanti, kita bisa memakainya untuk duduk, lagipula, dalam keadaan normal, kita dapat menggunakannya untuk tempat menaruh senjata!"
"Baiklah......kau memang sudah memikirkan segalanya....."
Yu Qilin menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aiyo! Mati tertusuk aku! Ini, ini, ini! Untuk apa kau membawa durian besar ini? Apa tidak bau sekali?"
"Ini bukannya sesuai dengan permintaanmu? Durian bisa untuk menganjal perut, dan dalam keadaan normal juga merupakan senjata yang sangat lihai!"
"Baik.....baiklah.....sekarang tolong jelaskan, untuk apa kau menaruh kura-kura ini di sini?"
"Dia bernama A Wang......A Wang sudah menemaniku bertahuntahun lamanya......lagipula, lagipula......cangkang A Wang sangat keras, bisa digunakan sebagai alat untuk membela diri".
"Yang benar saja......", Yu Qilin mengelus dahinya.
"Kau ingin memakai kura-kura untuk membela diri?"
"Eh....."
Yu Qilin menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu terus memeriksa isi buntalan itu, sambil memeriksanya, ia melemparkan benda-benda yang tak berguna ke belakang tubuhnya.
Buntalan itu makin lama nampak makin kecil, sedangkan Yu Qilin makin lama makin lelah.
Setelah ia membuang semua benda-benda yang tak berguna itu, ia terkulai lemas karena kecapekan.
"Kau ini bagaimana, begitu banyak benda tapi semua tak berguna!"
Dengan amat kagum Yu Qilin memandang Xi er.
"Lantas sekarang bagaimana?", dengan wajah masam Xi er bertanya.
"Ai......", Yu Qilin duduk diatas ranjang, setelah berpikir sejenak, sebuah ide muncul dalam benaknya, katanya.
"Kau pergilah ke dapur dan tanya apakah ada merica bubuk, kalau ada mintalah yang paling pedas!"
"Bagus sekali, bagus sekali!", jawab Xi er sambil keluar dari pintu. Tepat pada saat ini, dari luar terdengar suara seseorang mengetuk pintu, setelah itu terdengarlah suara seorang wanita setengah baya.
"Xi er, nona sudah bangun belum? Kami datang untuk menyisir rambut dan merias nona......"
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba Xi er menjadi gelisah seperti cacing kepanasan, ia terpaksa memandang Yu Qilin untuk minta pertolongan, katanya.
"Bagaimana ini, bagaimana ini?"
"Kau jawablah dulu". "Oh......", Xi er cepat-cepat berpaling dan menjawab.
"Aku sudah tahu! Aku sudah tahu! Segera bangun tidur! Segera bangun tidur!"
"Lalu sekarang bagaimana?", Xi er nampak kebingungan.
"Begini......"
Setelah itu Yu Qilin berkata.
"Cari seorang pelayan wanita yang tak mengenali nonamu, katakan bahwa tadi malam aku ketakutan dan tak ingin menemui banyak orang".
"Ya, ya, baik!"
Xi er mengangguk, lalu cepat-cepat keluar dan kembali dengan membawa seorang pelayan wanita setengah baya sambil menahan semua orang lain di luar.
Pelayan itu adalah hamba Wisma Jin, ia tahu aturan, begitu masuk ke dalam kamar, ia langsung memapah Yu Qilin ke meja rias, lalu membuka sanggulnya yang asal-asalan.
Dalam sekejap mata, rambut yang hitam legam pun terurai.
"Tadinya aku hendak mengundang Bibi Hao datang untuk menyisir rambut nona, tapi nona ingin ketenangan, jadi aku si bibi tua ini terpaksa mengantikan beliau". Sambil berbicara wanita setengah baya itu mengambil sebuah sisir kayu dari kotak perlengkapan pengantin, setelah berpikir sejenak, ia kembali menambahkan.
"Walaupun aku si tua ini tak bisa dibandingkan dengan Bibi Hao yang anak dan cucunya banyak, tapi aku mempunyai anak lelaki dan perempuan, empat generasi di bawah satu atap, mohon nona jangan tersinggung". "Ya". Yu Qilin mengangguk, lalu tersenyum dan berkata.
"Aku tidak tersinggung! Aku sama sekali tidak tersinggung, malahan sedang hendak kabur, dan juga tak benar-benar dinikahkan dengannya, hah, asalkan aku bisa melihat benda itu, aku pasti akan menyelinap pergi!"
"Bagus kalau begitu....."
Wanita setengah umur itu mengangkat tangannya sambil tertawa terkekeh-kekeh, lalu menyisir rambutnya, sambil menyisir rambut ia menyanyikan lagu pengiring menyisir rambut.
"Sekali menyisir rambut sampai ujungnya, tak usah mengkhawatirkan kekayaan dan pangkat; dua kali menyisir rambut sampai ujungnya, hilanglah penyakit dan kecemasan....."
Entah kenapa, ketika melihat dirinya sendiri di tengah cermin, Yu Qilin mendadak agak gelisah.
Mengincu bibir, melukis alis, mengolesi tangan dengan mentega, si gadis cantik yang berpura-pura menikah merasa panik.
Bab XXIII Pertunjukan Kembang Api Yang Meriah Di saat menjelang fajar, langit amat biru, jernih tak bernoda, bening dan tembus pandang.
Mentari pagi menyinari air danau yang jernih, riak air yang bening memantulkan bias cahaya mentari pagi, sehingga nampak amat indah.
Di tepi Sungai Changan banyak wanita cantik, pemandangan di tepi air itu amat indah bagai lukisan, akan tetapi saat ini pemandangan itu tak cuma lukisan belaka, namun juga dihiasi irama musik riang yang lincah, yang membuat orang ikut merasa gembira.
Sebuah rombongan pengiring pengantin berpakaian merah dan hijau berjalan di sepanjang Terusan Ming sambil meniup seruling dan menabuh genderang dengan meriah menuju ke Wisma Jin.
"Nona Yu......eh, salah! Nona, kapan kita akan kabur?"
Xi er melihat bahwa Wisma Jin makin lama makin dekat, hatinya pun makin lama makin gelisah, maka ia diam-diam berbisik pada Yu Qilin yang berada dalam joli pengantin.
"Kan aku sudah bilang? Belum ada kesempatan yang baik!", Yu Qilin memanfaatkan kesempatan itu untuk mengangkat kerudungnya, lalu diam-diam mengangkat tirai joli untuk mengawasi sekitarnya.
"Sebentar lagi kita akan sampai. Kapan ada kesempatan lagi?", dengan cemas Xi er bertanya.
"Menurutmu, bagaimana kita bisa kabur sekarang?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yu Qilin berkata dengan tak berdaya.
"Lihatlah, aku duduk di dalam joli dan dikelilingi banyak orang, kalaupun aku bisa terbang, aku tak bisa tiba-tiba menghilang di hadapan pandangan mata semua orang, bukan?"
"Hmm......", tanpa bisa berbuat apa-apa, Xi er mendehem, lalu memandang ke sekelilingnya, keadaaan saat ini memang tak memungkinkan untuk melarikan diri.
"Kalau begitu sekarang bagaimana?"
"Tunggu sampai kita tiba di Wisma Jin, baru kita cari cara lain". Yu Qilin berpikir sejenak, lalu berkata.
"Setelah upacara pernikahan selesai, mereka pasti memperlongar penjagaan, para pengawal juga akan menjadi lebih sedikit, saat itu kita baru kabur!"
"Benarkah?", Xi er tertegun, lalu memikirkannya, sepertinya ini adalah suatu rencana yang bagus, maka ia menganggukangguk, lalu berkata.
"Kalau begitu kau harus membawaku serta".
"Tenang, tenang!", Yu Qilin menghiburnya.
"Aiyo, sudah sampai, sudah sampai! Ayo cepat pasang kerudungnya!"
Xi er cepat-cepat menutup tirai joli.
"Ah? Cepat sekali?"
Dengan kalang kabut Yu Qilin memakai kerudungnya. Entah kenapa, ia malah menjadi agak tegang.
"Sudah sampai, sudah sampai!"
"Masuk, masuk!"
"Bunyikan petasan!" Setelah itu bunyi petasan berkumandang dengan riuh rendah, mendengar keributan di luar, Yu Qilin perlahan-lahan memegang sepasang tangannya sendiri erat-erat, ia merasakan bahwa telapak tangannya penuh keringat dingin. Jin Yuanbao berjalan melewati petasan yang berbunyi riuh rendah itu, keluar dari pintu gerbang utama Wisma Jin. Jin Yuanbao yang mengenakan pakaian pengantin hari ini nampak makin tampan, kepalanya mengenakan kopiah dan tusuk konde kumala putih, kakinya mengenakan sepatu bot yang terbuat dari kain brokat yunjin, sedangkan ikat pinggang hitam yang dihiasi gantungan kumala mengikat jubah pengantinnya yang berwarna merah, ikat pinggang itu diikat dengan pas sehingga menonjolkan dadanya yang bidang dan pinggangnya yang ramping. Setiap perbuatan dan gerakannya halus dan anggun. Akan tetapi, di wajah yang tampan itu tak ada sedikitpun perasaan bahagia; dahinya berkerut dan ujung-ujung bibirnya agak tertarik ke bawah, menonjolkan ekspresinya yang tidak sabar. Liu Wenchao sedang berdiri di ambang pintu gerbang utama untuk menyambut pengantin perempuan, wajahnya nampak sedingin es, ia tersenyum dingin, namun setelah itu ia cepatcepat mengendalikan dirinya dan tersenyum gembira, dengan sikap hormat ia berjalan ke sisi Jin Yuanbao, lalu dengan wajah berseri-seri yang bagai dicuci oleh angin musim semi, ia berkata.
"Yuanbao, selamat padamu, hari ini si cantik masuk ke pintu gerbang, benar-benar sebuah keberuntungan bagi Wisma Jin kita!"
Jin Yuanbao perlahan-lahan mengangkat matanya dan memandangnya dengan dingin, sudut-sudut bibirnya sedikit tertarik ke atas, membentuk seulas senyum sinis.
"Menurutmu hal ini adalah suatu 'keberuntungan', tapi belum tentu demikian bagiku Jin Yuanbao". Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao cepat-cepat menjura dan mundur beberapa langkah, sambil menundukkan kepalanya ia berkata.
"Wenchao tak berani!", namun wajah yang menghadap ke bawah itu samar-samar menunjukkan rasa benci dan iri.
"Hah, biaoge, kita berdua tumbuh besar di Wisma Jin yang megah ini, aku tahu jelas apa yang kau inginkan, tapi kau belum tentu tahu apa yang kuinginkan", Jin Yuanbao memandangnya sambil memicingkan mata. Dahi Liu Wenchao berkerut, ia mengangkat kepalanya, lalu dengan amat tulus berkata.
"Wenchao hanya berusaha melaksanakan kewajibannya dengan baik, pertama, bersikap jujur pada nyonya, kedua, membalas budi shaoye".
"Oh", Jin Yuanbao tersenyum sinis, lalu perlahan-lahan mengalihkan pandangannya ke arah rombongan pengantar pengantin perempuan di kejauhan yang makin lama makin mendekat.
"Mulutmu tak sesuai dengan hatimu, Liu Wenchao, topeng ini telah menjadi bagian daging dan kulitmu". Sambil berbicara, ia mengangkat kakinya dan menuruni tangga. Liu Wenchao amat cemas, sinar keji di matanya makin pekat. Setelah itu, dengan cepat ia melangkah mengikuti Jin Yuanbao, begitu sampai di sisinya, ia berkata.
"Selamat datang pengantin wanita!"
Mak comblang cepat-cepat maju ke depan, sembari tersenyum ia berkata dengan lantang.
"Pengantin pria menendang joli, maka kekayaan dan kedudukan pun masuk ke pintu!"
Mendengar perkataan itu, sesuai dengan kebiasaan yang berlaku, Jin Yuanbao melangkah ke depan dan tiba-tiba menendang joli hingga pintunya terbuka, Yu Qilin yang berada di dalamnya pun terkejut.
Melihatnya bersikap tak sabar, mak comblang lamgsung merasa agak jengah, akan tetapi tanpa berkata apa-apa, ia cepat-cepat mengucapkan perkataan yang membawa keberuntungan.
"Pengantin perempuan turun dari joli, suami istri tertawa!"
Ketika Yu Qilin mendengar perkataan itu, ia tahu bahwa ia harus turun dari joli, maka dengan menuruti kebiasaan yang berlaku, ia mengangsurkan tangannya, menunggu Jin Yuanbao mengandeng tangannya.
Jin Yuanbao memandang tangan seputih kumala yang kukunya di cat merah itu sambil mengerutkan keningnya, setelah untuk sesaat panik, ia baru mengangsurkan tangannya dan menarik lengan baju Yu Qilin, lalu tanpa berpaling ia menarik tangan Yu Qilin dan berjalan menuju Wisma Jin.
Dalam sekejap mata, para hadirin bersorak-sorai dengan riuhrendah.
Pada saat yang sama, dari kejauhan Liu Wenchao melirik A Gui yang berada di tengah para hadirin, A Gui pun segera membalasnya dengan pandangan mata yang penuh arti.
Liu Wenchao memicingkan matanya, lalu perlahan-lahan mengangguk.
Setelah itu, ia memandang sepasang pengantin baru yang sedang berjalan ke arah pintu gerbang itu seraya berkata dengan gembira.
"Dengan penuh kebahagiaan masuk ke pintu gerbang, melangkahi anglo, sulut petasan!"
Setelah itu, sebuah anglo tembaga diletakkan di ambang pintu, Jin Yuanbao menuntun Yu Qilin berjalan menuju ke anglo itu, tepat pada saat itu.
"Dor, dor, dor!", suara petasan yang riuhrendah pun terdengar. Sorak sorai para hadirin bertambah meriah. Sekonyong-konyong enam petasan besar dari arah yang berbeda melayang ke arah kedua pengantin! Yu Qilin yang kepalanya ditutupi kerudung tentu saja tak tahu apa-apa. Akan tetapi Xi er yang ikut di belakangnya matanya amat tajam, ia cepat-cepat berseru.
"Nona, awas petasan!"
Mendengar suara itu, Jin Yuanbao berbalik.
Dengan secepat kilat, tanpa ragu-ragu sedikitpun, ia menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya, secara naluriah, ia menggunakan tubuhnya untuk melindunginya, lalu berputar untuk menghindari petasan-petasan itu! Keenam petasan itu pun meledak dengan serentak di belakang tubuh mereka! Hari masih amat pagi, tirai malam belum seluruhnya tersibak.
Di bawah sinar mentari pagi itu, pertunjukan kembang api berwarna-warni menaungi sepasang pengantin baru itu bagai tirai indah yang berkilauan, membuat mereka nampak makin mengesankan.
Yu Qilin tak paham apa yang terjadi, ia hanya merasa tiba-tiba ditarik, lalu jatuh ke sebuah pelukan yang hangat.
Setelah itu, bumi dan langit seakan berputar, saat kerudungnya berputar, yang terlihat olehnya hanyalah pertunjukan kembang api yang indah.
Para tamu untuk beberapa saat ketakutan, namun setelah itu bersorak gembira dengan bersemangat! Untuk sesaat, sorak-sorai gembira berkumandang bagai guntur yang tak putus-putusnya! Rupanya semua orang mengira adegan itu adalah suatu pertunjukan untuk menambah meriah suasana! Akan tetapi setelah melihat bahwa keadaan berbahaya sudah berlalu, Jin Yuanbao mendorong Yu Qilin keluar dari pelukannya! Yu Qilin tak tahu apa yang terjadi, dengan terhuyung-huyung, ia melangkah ke samping.
Saat ini, Liu Wenchao yang berada paling dekat dengannya, cepat-cepat maju ke depan dengan sebuah langkah besar dan memayangnya.
Akan tetapi, tepat pada saat itu Liu Wenchao tercengang.
Kerudung yang semerah api itu melorot lebih dari separuhnya, diantara rumbai-rumbai keemasan, muncullah sebuah wajah mungil yang seputih lilin, alisnya bagai gunung yang jauh, bibirnya bagai buah ceri, sedangkan matanya yang bagai sepasang bintang cemerlang yang terang dan bening memandangnya dengan panik dan terkejut.
Sepasang mata itu seperti mempunyai kekuatan sihir, bagai cakar seekor binatang buas kecil yang mencakar hatinya dengan ganas.
Membuat dirinya tergoda sekaligus lemas, dan juga jatuh hati.....
Ketika Yu Qilin melihatnya memandanginya dengan tertegun tanpa bergeming, ia langsung merasa jengah dan berdiri tegak.
Liu Wenchao tiba-tiba tersadar, ia merasa jantungnya melompatlompat, ia cepat-cepat berkata.
"Anda terkejut".
"Apa.....apa yang terjadi?", Yu Qilin dengan kalang kabut menarik kerudungnya hingga menutupi wajahnya. Xi er juga cepat-cepat berjalan ke depan dan memayangnya, ia baru saja hendak membuka mulut, akan tetapi melihat Jin Yuanbao berjalan dengan wajah masam ke pintu gerbang, ia pun terpaksa dengan pelan menarik Yu Qilin sambil berbisik.
"Jangan bicara dulu".
"Oh", Yu Qilin mengangguk-angguk, dari bagian bawah kerudung merahnya ia melihat sepasang sepatu bot bersepuh emas berjalan sampai ke hadapannya, lalu tanpa ragu-ragu sedikitpun, tanpa berhenti sama sekali, dengan cepat melangkahi anglo dan masuk ke dalam pintu gerbang wisma.
"Aiyaya, pengantin pria dan pengantin wanita masuk ke pintu gerbang, berpasangan sampai tua dan rambut memutih!"
Mak comblang segera melantunkan perkataan yang membawa keberuntungan.
Setelah itu Yu Qilin segera berjalan mengikuti sepasang sepatu bot itu dan masuk ke pintu gerbang.
Bab XXIV Upacara Pernikahan Yu Qilin tak tahu berapa lamanya ia berjalan mengikuti sepasang sepatu bot keemasan itu, ia juga tak bisa melihat keadaan di sekelilingnya, ia sudah merasa agak tak sabar, oleh karenanya ia lantas mencubit Xi er yang sedang memayangnya, sambil berbisik ia bertanya.
"Hei, aku lapar sekali, kapan waktunya makan?"
Dengan tegang Xi er memandang ke sekelilingnya, lalu berbisik.
"Sekarang mana bisa makan, nanti upacara pernikahannya bagaimana?"
"Sudah begitu lama, tapi sarapan saja tak ada, paling tidak beri aku sebuah mantou", gerutu Yu Qilin.
"Cepat, cepat, tahan dulu". Yu Qilin mengulirkan matanya, lalu berbisik.
"Baiklah, lebih baik aku sendiri yang mencari akal". Tepat pada saat itu, sebuah bunga dari kain sutra merah dijejalkan ke dalam pelukannya, ia menjulurkan tangannya dan memegang kain sutra itu sambil memandang sepasang sepatu bot di depannya yang perlahan-lahan berhenti, ia mengambil napas dalam-dalam, melangkah ke sisi Jin Yuanbao, lalu berdiri dengan berendeng pundak di sampingnya. Aula utama Wisma Jin saat ini dipenuhi para tamu dan kerabat. Namun kedua pengantin masih berdiri dengan berendeng pundak di luar aula, setelah pemimpin upacara menyanyikan syair keberuntungan, mereka pun bersiap masuk ke dalam aula. Nyonya Jin yang anggun duduk di kursi kehormatan di aula itu, senyum memenuhi wajahnya, rupanya ia sangat menantikan menantu perempuan barunya ini. Liu Qianqian yang berdiri dengan tegak di sampingnya memandang pakaian merah terang yang membalut sekujur tubuh Yu Qilin dan merasa bahwa pakaian itu agak menyakitkan mata, sambil mengertakkan gigi, sepasang tangannya meremasremas lengan bajunya, di wajahnya tak ada sedikitpun rasa senang. Ia melirik Liu Wenchao yang berjalan di belakang kedua pengantin, hatinya makin sedih dan kesal, dengan penuh kebencian ia memandang sang kakak. Begitu Liu Wenchao melihat pandangan mata sang adik, ia mengangkat alisnya, dengan pelan menghela napas, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah itu, ia mengalihkan pandangannya ke arah Yu Qilin yang wajahnya ditutupi kerudung merah. Tak nyana, Jin Yuanbao begitu beruntung dalam urusan percintaan......hah, benar-benar seperti setangkai bunga segar yang ditancapkan diatas setumpuk tahi kerbau! Sebenarnya, semua ini seharusnya menjadi miliknya! Tinju Liu Wenchao yang tersembunyi di balik lengan bajunya perlahan-lahan mengepal dengan erat. Tepat pada saat itu, ia melihat sebuah tangan seputih salju yang langsing dan gemulai muncul dari balik pakaian pengantin yang merah bagai api, lalu dengan secepat kilat menjulur ke sebuah meja di sampingnya dan mengambil dua buah kue. Ketika pemimpin upacara menyanyikan syair ucapan selamat, dengan tak berdaya ia melihat tangan yang langsing dan putih itu tak hanya mengambil dua buah kue prem, tiga potong kue kacang hijau, dan empat potong agar-agar guihua, namun bahkan mengambil dua buah mantou, lalu memasukannya ke dalam lengan bajunya! Melihat kejadian itu, Liu Wenchao tak bisa menahan tawa. Namun sekarang pemimpin upacara sudah selesai berbicara dan memberi isyarat padanya agar memanggil pengantin masuk ke dalam aula. Ia terpaksa menahan tawanya dan melangkah ke tengah aula, lalu berseru dengan lantang.
"Hari ini datanglah hari yang penuh keberuntungan, Wisma Jin dan Wisma Jiang telah mengikat perjodohan yang setimpal. Pengantin maju ke depan -----"
Jin Yuanbao menarik kain sutra itu, sambil mengangkat dagunya, ia melangkah masuk ke dalam aula dengan langkahlangkah lebar.
Akan tetapi saat itu Yu Qilin sedang sibuk mencuri-curi makan, oleh karenanya untuk sesaat ia tak bereaksi.
Melihat kejadian itu, Xi er cepat-cepat mendorongnya sampai masuk ke pintu.
" ------ Pertama, bersujud pada langit dan bumi -----"
Jin Yuanbao menjura, Yu Qilin pun cepat-cepat mengikutinya berlutut.
Tiba-tiba, sebuah mantou bulat terjatuh dari lengan baju kirinya! Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao agak tercengang.
Xi er yang berada di samping Yu Qilin dan bermata tajam melihatnya, ia segera maju ke depan, lalu mengambil kesempatan saat membantu Yu Qilin berdiri untuk menendang mantou itu ke samping.
" ------ Kedua, bersujud pada orang tua ------"
Nyonya Jin duduk dengan tegak di kursi kehormatan, wajahnya penuh senyum ramah.
Melihat wajah sang ibu yang begitu bahagia, hati Jin Yuanbao menjadi agak lega, dengan pelan ia menghembuskan napas, lalu bersujud ke arah sang bunda.
Xi er cepat-cepat maju ke depan dengan langkah-langkah lebar, lalu kembali menendang sesuatu.
Seluruh peristiwa ini dilihat oleh Liu Qianqian dan Liu Wenchao yang menonton dari samping.
Liu Qianqian berulangkali tertawa mengejek, upacara pernikahan apa ini? Apakah biaoge menikahi seorang pesulap? Namun Liu Wenchao merasakan suatu perasaan yang sulit dilukiskan, ia merasa kejadian itu cukup lucu.
"Suami istri saling menghormat ------"
Jin Yuanbao jelas-jelas melihat peristiwa yang baru terjadi itu.
Saat ini, raut wajahnya yang sudah masam bertambah muram lagi.
Namun tak nyana, begitu ia dan Yu Qilin saling menghormat, ia kembali menjatuhkan sebuah benda putih! Tanpa sadar, Jin Yuanbao menangkap benda itu, setelah memandangnya, ternyata benda itu adalah sebuah mantou yang sudah habis dimakan separuh! Tiba-tiba ia merasa mual, ia mengayunkan tangannya dan membuang mantou itu jauh-jauh! Dari bawah kerudungnya, Yu Qilin memandang tangan besar yang memegang mantou itu dan menjulurkan lidahnya.
Namun tak nyana, justru pada saat mereka berdua saling membungkuk, pasangannya sengaja berbisik untuk mengejeknya.
"Apa kau ini titisan hantu kelaparan? Menikah saja masih membawa ransum". Mendengar ejekan itu, sambil mengerutkan keningnya, Yu Qilin membantah.
"Coba saja berdiri seharian sambil memakai kerudung yang beratnya dua puluh jin lebih".
"Hah!", Jin Yuanbao tersenyum sinis. Yu Qilin mengulirkan matanya, hah apa? Sinis sekali! Orang macam apa dia? Hatinya makin kesal. Setelah upacara saling menghormat selesai, ia mencolek-colek Xi er yang berdiri di sampingnya, lalu berbisik.
"Sebenarnya kapan malam pengantinnya?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pada mulanya, ia mengucapkan perkataan itu dengan sangat lirih, di tengah suasana yang begitu ribut, selain Xi er seorang, seharusnya orang lain tak dapat mendengarnya.
Akan tetapi ternyata tidak demikian! Saat ini secara kebetulan sang pemimpin upacara berhenti berbicara, para hadirin menjadi tenang, menunggu sang pemimpin upacara berkata bahwa upacara sudah selesai! Oleh karenanya, perkataan Yu Qilin itu seperti suara jarum yang terjatuh di ruangan yang sepi, dengan sangat jelas masuk ke telinga semua orang.
Begitu mendengarnya, beberapa kerabat wanita langsung menutup mulut mereka untuk menahan tawa.
Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao amat terkejut! Dalam sekejap mata, wajahnya menjadi merah padam seperti tomat, ia pun lantas menatap Yu Qilin dengan tajam.
Akan tetapi sayang sekali lawan bicaranya sedang memakai kerudung sehingga tak bisa melihat apa-apa.
Akan tetapi, setelah mendengar perkataan Yu Qilin itu, Liu Qianqian tak bisa menahan dirinya! Ia langsung berdiri, namun tak bisa berbuat apa-apa karena segera ditekan oleh Liu Wenchao yang duduk di sisinya.
Dengan berbisik, Liu Wenchao menegurnya.
"Qianqian!"
Liu Qianqian memandangnya seraya berkata dengan gusar.
"Memalukan sekali! Orang seperti ini mana bisa dinikahkan dengan Yuanbao Gege!"
"Duduk! Gumu belum berkata apa-apa, tapi kau sudah berani bicara sembarangan! Tutup mulut!"
Dengan enggan, Liu Qianqian duduk dengan gusar.
Tentu saja Nyonya Jin juga mendengar pertanyaan yang menggelikan itu, ekspresi wajahnya yang penuh senyuman ramah kontan menghilang, keningnya langsung berkerut, setelah itu ia dengan cepat melirik sang pemimpin upacara, sang pemimpin upacara paham maksudnya dan segera berseru.
"Upacara sudah selesai ------ pengantin pria dan pengantin wanita masuk ke kamar pengantin ------"
Para hadirin kembali mengobrol dan tertawa, suasana yang memalukan itu pun menjadi cair.
Para pelayan wanita segera membawa Yu Qilin ke halaman dalam.
Justru ketika mereka belum lama berlalu, Liu Qianqian nampak berpikir, berdiri dan diam-diam menyelinap keluar dari samping, lalu membuntuti mereka dengan ketat.
Bab XXV Malam Pengantin Sebuah rombongan mengikuti Yu Qilin berjalan ke halaman dalam Wisma Jin, seperti sedang mengerubuti bakcang saja.
Wisma Jin amat luas, setelah beberapa lama melewati berbagai paviliun dan serambi panjang, mereka belum juga tiba di kamar pengantin.
Yu Qilin juga merasa agak tak sabar, ia melirik dari bawah kerudungnya ke arah rok Xi er, mengerutkan keningnya, lalu bertanya.
"Xi er, Xi er, apa masih jauh?"
"Aku juga tak tahu, kau bertahanlah, jangan bicara". Semakin dekat ke kamar pengantin, Xi er makin gelisah.
"Hah....."
Yu Qilin mencibir, tangannya mengelus-elus perutnya yang kempes.
"Cuma makan beberapa potong kue malah membuatku lebih lapar daripada kalau tak makan sama sekali, kenapa rumah mereka begitu besar?"
Hati Xi er sangat tak tenang, mendengarnya mengerutu panjang lebar, ia tak bisa menahan diri untuk tak menegurnya.
"Benarbenar merepotkan, bertahanlah!"
Setelah itu, matanya yang tajam melihat Liu Qianqian berjalan ke arah mereka, maka ia cepat-cepat mengubah nada bicaranya dan menghibur Yu Qilin.
"Bertahanlah nona, kita akan segera sampai". Pinggang Liu Qianqian yang ramping berbalik, ia berjalan mendekat dan melirik Xi er dengan sekilas, dengan sikap merendahkan mendesaknya ke samping, lalu mengantikannya memapah Yu Qilin, sambil mencubit Yu Qilin keras-keras, ia berkata.
"Saosao, biar aku memapahmu! Taman bunga Wisma Jin kami adalah yang paling besar di ibu kota setelah taman istana, kemungkinan di Wisma Jiang kalian tak ada taman sebesar ini, tak heran kalau kau kecapaian....."
Yu Qilin merasa lengannya nyeri, secara naluriah ia ingin menariknya, namun ia tak bisa melakukannya, ia hanya bisa mengucapkan terima kasih dengan dingin.
Liu Qianqian tersenyum licik, ia memapahnya beberapa langkah ke depan, lalu tiba-tiba berkata dengan terkejut.
"Aiyo, saosao, hati-hati di bawahmu". Hati-hati? Hati-hati terhadap apa? Ketika Yu Qilin masih kebingungan, mendadak ia merasa kaki seseorang menjulur dan menjegalnya, sedangkan lengan yang memapahnya juga diam-diam mendorongnya keras-keras. Ternyata begini! Yu Qilin diam-diam tersenyum. Setelah itu ia berpura-pura terhuyung-huyung sambil menjerit kaget. Tubuhnya lantas tiba-tiba roboh ke arah Liu Qianqian. Liu Qianqian tak sempat menghindar dan terbentur olehnya, dan tepat pada saat itu, sebuah sepatu merah terang yang bersulamkan sepasang bebek mandarin menjulur ke bawah kaki Liu Qianqian, lalu dengan enteng menjegalnya.
"Ai, ai, ai....."
Liu Qianqian tak sempat menghindar, namun saat ia hampir terjatuh, ia ditarik oleh Yu Qilin, sehingga ia dengan susah payah dapat berdiri tegak.
"Hati-hati, ya......", Yu Qilin memeganginya, lalu tertawa cekikikan dan berkata.
"Benar, taman kami memang jauh lebih kecil, tapi tak banyak memiliki batu-batu yang sulit dilangkahi. Kau harus berhati-hati, jangan sampai karena memayangku kau sendiri terjatuh". Sadar dirinya tak bisa menipunya, dengan sangat marah Liu Qianqian mengibaskan tangannya seraya menarik lengannya keluar, lalu pergi sambil mengerutu pada dirinya sendiri. Yu Qilin mengawasi rok yang berayun-ayun pergi itu sambil mencibir, lalu mengangkat lengannya, Xi er pun cepat-cepat kembali memayangnya. Ia memakai kesempatan itu untuk berbisik di telinganya.
"Kabarnya dia adalah keponakan nyonya, adik sepupu tuan muda. Barusan ini ia sengaja menjegalmu".
"Hah", dengan sikap merendahkan, Yu Qilin mencibir, lalu tertawa dan berkata.
"Dengan kepandaian seperti itu mau menjegalku? Di Emeishan hanya akulah yang bisa menganiaya orang lain, aku mana bisa tumbang terkena muslihatnya? Nonanona keluarga terpandang ini benar-benar naif!" ** Halaman depan Wisma Jin sangat ramai, tapi halaman belakangnya jauh lebih tenang. Saat ini tabib Wisma Jin Gu Zhangfeng tak ikut menghadiri keramaian itu, ia malahan memakai celemek dan dengan seratus kali lebih bersemangat sibuk bekerja di kamar obat. Melihat tanaman-tanaman obat itu, hati Gu Zhangfeng terasa hangat. Ia merasa bahwa dapat melewatkan hidupnya bersama berbagai tanaman dan bunga ini adalah kebahagiaan yang terbesar. Walaupun tanaman dan bunga itu adalah tanaman dan bunga kering, namun......ia sama sekali tak perduli! Ibu Gu Zhangfeng, Gu Daniang, menyibakkan tirai penutup pintu dan masuk. Ia bertanya.
"Zhangfeng, apakah kau sudah selesai membuat obat yang harus kau buat itu?"
Sambil menunduk Gu Zhangfeng terus mengolah tanamantanaman obat yang berada di tangannya, tanpa berpaling ia berkata.
"Sudah!"
"Obat ini.....", dengan khawatir Gu Daniang berjalan menghampirinya dan melihat tujuh atau delapan bungkus bubuk obat berwarna hitam di tangan Gu Zhangfeng, dengan cemas ia bertanya.
"Apakah obat ini dapat bekerja dengan baik?" "Ibu, jangan khawatir!", dengan penuh percaya diri, Gu Zhangfeng berkata.
"Biasanya nyonya jarang menyuruhku secara pribadi untuk membuat obat, maka anak tak berani untuk tak bekerja keras! Aku berusaha keras membuat obat ini setelah membaca banyak buku tentang obat-obatan, lalu mengabungkan belasan macam tanaman obat untuk meraciknya".
"Baiklah, baiklah, aku sudah tahu!", Gu Daniang tahu sifat putranya, ia cepat-cepat memotong pembicaraannya dan berkata.
"Obat itu ada di dalam bungkusan ini?"
Melihatnya mengangguk, Gu Daniang mengambil bungkusan obat itu dan bergegas keluar.
Melihat kejadian itu, Gu Zhangfeng cepat-cepat berhenti bekerja, mengelapkan tangannya ke celemeknya, lalu bergegas keluar, dengan penuh semangat dan dengan suara lantang, ia mengingatkan sang ibu.
"Ibu, takaran obat ini kalau digunakan untuk kuda atau kerbau harus dua kali lebih banyak, kalau digunakan untuk kelinci, anjing atau babi, separuhnya, tapi anda belum memberitahuku sebenarnya anda akan mengunakannya untuk apa?"
Akan tetapi Gu Daniang berjalan dengan amat cepat, ia mana bisa mendengar perkataannya? Gu Daniang berjalan dengan cepat ke halaman depan yang ramai, lalu dengan sembunyi-sembunyi berdiri di ambang pintu ruang perjamuan sambil memusatkan pandangan matanya.
Ia melihat Jin Yuanbao menuruti ajakan semua orang untuk bersulang, terus minum cawan demi cawan arak yang ditawarkan padanya.
Akan tetapi Nyonya Jin memandangnya dari kejauhan sambil melayani para tamu yang mengajaknya bersulang, pandangan matanya penuh kesedihan.
Gu Daniang melangkah dengan cepat ke sisi Nyonya Jin, mengeluarkan bungkusan bubuk obat itu dari lengan bajunya, mengoyang-goyangkannya, dengan cepat kembali memasukannya ke dalam lengan bajunya, lalu berbisik.
"Furen, semuanya sudah dipersiapkan dengan baik". Melihat hal itu, Nyonya Jin dengan agak jengah menganggukangguk, lalu berkata.
"Aku tahu, kerjakanlah".
"Baik!", Gu Daniang mengangguk, lalu melangkah pergi dengan cepat. Dari kejauhan Liu Wenchao melihat sikap Nyonya Jin yang misterius itu, ia mengerutkan keningnya, berjalan menghampirinya, lalu mendekat ke Nyonya Jin, sambil tersenyum ia menghiburnya.
"Guma, tak usah khawatir, lihatlah, Yuanbao sangat menikmati suasana ini". Nyonya Jin mengangkat kepalanya dan memandangnya, sambil menghela napas ia berkata.
"Hanya aku ibunya yang tahu bahwa dalam hatinya banyak kesusahan". Setelah berkata, dengan wajah muram ia pun berlalu. Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao sedikit demi sedikit memicingkan matanya, memandang Jin Yuanbao yang sedang dengan semberono minum-minum, sudut-sudut bibirnya perlahan-lahan terangkat, membentuk seulas senyum culas.
"Biaodi, kau kesusahan, ya? Aku dapat membuatmu tahu kesusahan yang sebenarnya itu seperti apa". ** Gu Daniang berdiri di serambi yang harus dilalui kalau orang akan berjalan dari ruang perjamuan ke kamar pengantin, lalu menunggu dengan tenang. Setelah seorang gadis pelayan datang dengan membawa semangkuk sup, ia cepat-cepat menghadangnya dan bertanya.
"Sup ini akan diantarkan kemana?"
"Gu Daniang, sup ini dikirim nyonya ke kamar pengantin untuk tuan muda agar rasa mabuknya hilang".
"Berikan saja padaku, aku saja yang mengantarkannya", Gu Daniang mengambil mangkuk sup itu dari tangannya. Si gadis pelayan tak berani membantah, setelah memberikan mangkuk sup itu kepadanya, ia dengan patuh melangkah pergi. Setelah ia berjalan jauh, Gu Daniang memandang ke sekelilingnya, setelah yakin tak ada orang, dengan sembunyisembunyi ia mengeluarkan bubuk obat itu dari lengan bajunya. Dengan cepat ia memasukkan bubuk obat berwarna hitam legam itu ke dalam sup. Saat itu, A Fu yang sedang memayang Jin Yuanbao yang mabuk berat pun lewat. Mereka berdua berjalan dengan terhuyung-huyung. Dengan sekuat tenaga A Fu menyokong Jin Yuanbao.
"Shaoye, perlahan sedikit!"
"Tidak, aku tak butuh bantuanmu!", Jin Yuanbao masih berbicara dengan angkuh.
"Aku..... si tuan muda! Hari ini......adalah hari bahagia! Aku.....aku hendak minum seberapa banyak! Akan kuminum sesukaku!"
Sambil berbicara, ia mendorong A Fu dengan sekuat tenaga, lalu ia pun berjalan sambil terhuyunghuyung seorang diri ke kamar pengantin.
"Shaoye, tunggu aku....."
Begitu Gu Daniang melihat mereka berdua datang, ia segera maju ke depan untuk menyambut mereka.
"Shaoye, aku baru saja hendak mengantarkan sup penghilang mabuk untukmu". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao berhenti melangkah, tanpa benar-benar melihat sup itu, ia langsung meminumnya. Ia mendongak, menghabiskan isi mangkuk itu, lalu dengan gusar melemparkannya.
"Ini......", Gu Daniang agak jengah.
"Kalian tak mau aku bermalam pengantin, ya, kalian semua pergi!"
Dengan gusar Jin Yuanbao mendorong Gu Daniang, lalu melangkah dengan cepat ke kamar pengantin. Akan tetapi saat ini di kamar pengantin, Xi er merasa sangat cemas. Ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar, seperti seekor lalat tak berkepala.
"Bisakah.....kau berhenti berjalan mondar-mandir? Kau membuat kepalaku pusing!"
Yu Qilin duduk di depan meja sambil bertopang dagu, kerudungnya telah dibuka, kepalanya terasa belasan jin beratnya, sedangkan tangannya yang lain memegang sebuah kue yang sedang digigiti olehnya.
"Tak bisa begini, aku tak tahan lagi!"
Xi er tiba-tiba berbalik dan mengebrak meja. Sambil menghadap Yu Qilin ia berseru.
"Lebih baik kita kabur! Mereka akan segera datang!"
Akan tetapi Yu Qilin masih mengigit kuenya dengan santai, katanya.
"Tunggu sampai aku menyelesaikan urusanku, lalu kita langsung kabur!"
"Kalau begitu, kapan kau dapat menyelesaikan urusanmu?"
"Hmm.....", Yu Qilin berpikir sejenak. Ia pun berkata.
"Kalau lama tak lebih dari semalam, kalau cepat tak sampai setengah shichen". Mendengarnya berkata begitu, Xi er merasa agak lega.
"Kalau begitu kau tak boleh melupakan perkataanmu sebelumnya, kalau kau kabur, kau harus mengajakku!"
"Sudah tahu!", Yu Qilin menjejalkan kue terakhir ke mulutnya, mengibaskan remah-remah di tangannya, lalu bertanya.
"Mana barang yang kau siapkan itu?" Mendengarnya, dengan ragu-ragu Xi er mengeluarkan sebuah bungkusan kertas dari saku dadanya.
"Aku benar-benar tak tahu kau akan memakainya untuk apa....."
Yu Qilin menerimanya, lalu mencium-ciumnya, hidungnya terasa amat geli sehingga ia bersin keras-keras.
"Sudah cukup kuat!"
"Ini adalah merica paling pedas di dapur", Xi er berkata sembari tertawa.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bagus, bagus!", Yu Qilin memandang bubuk merica di tangannya, lalu menyeringai jahat.
"Kalau si Jin Yuanbao itu berani berbuat yang tidak-tidak, hehehe, nona ini akan membantunya memeriahkan suasana!"
Tepat pada saat itu, di luar kamar terdengar sebuah jeritan yang memilukan.
"Shaoye, shaoye, berjalanlah dengan perlahan sedikit, ya?"
"Plak!", sepertinya orang itu terkena pukul, setelah itu terdengarlah suara Jin Yuanbao yang sedang mabuk berat.
"Kau pikir aku kebanyakan minum? Kau mau ikut bermalam pengantin, ya?"
"Shaoye, nyonya menyuruhku menjagamu baik-baik".
"Menjagaku?", Jin Yuanbao mendengus, lalu berkata dengan marah.
"
Pergi semua! Kalian tak boleh tinggal disini, kalau tidak aku akan menghukum kalian tiga hari tak boleh makan nasi!"
"Baik baik baik!" Mungkin kemarahan Jin Yuanbao terlalu dahsyat, terdengarlah suara-suara langkah kaki, seakan orang-orang di luar semua lari berhamburan. Xi er yang sebenarnya sudah tenang, begitu mendengar keributan di luar kamar itu kembali menjadi panik, ia menangkupkan kedua tangannya, lalu dengan lirih mengumam.
"Langit, berkati dan lindungilah kami, jangan sampai terjadi apaapa......jangan sampai terjadi apa-apa". Tiba-tiba.
"Bruk!", pintu ditendang orang. Dengan terhuyung-huyung Jin Yuanbao masuk ke dalam kamar. Tadinya ia bermaksud untuk menendang pintu itu hingga terbuka untuk unjuk kekuatan sebagai lelaki jantan, tapi tak terpikir olehnya bahwa karena ia tak dapat berdiri dengan kukuh, ia malahan hampir terjatuh! Wajah Jin Yuanbao sedikit memerah. Dan Xi er yang terkejut, untuk sesaat lupa mengerudungi Yu Qilin! Dalam sekejap mereka bertiga menjadi bagian suatu adegan yang sangat aneh, mereka saling berpandangan sambil membisu, dalam sekejap mata suasana pun menjadi canggung.
"Oh, oh......"
Jin Yuanbao terlebih dahulu bereaksi, sambil bersandar pada kusen pintu, ia berdiri tegak, merapikan pakaiannya, lalu melangkah dengan jumawa ke tengah kamar itu.
Melihatnya, Yu Qilin pun tersadar, ia cepat-cepat duduk dengan tegak dan bersikap seperti apa yang menurutnya adalah sikap seorang nona dari keluarga terpandang.
Akan tetapi Xi er memandang dengan tegang Jin Yuanbao yang raut wajahnya tak senang, ia begitu takut hingga bibirnya gemetar.
Ia merasa bahwa Jin Yuanbao nampak seperti ingin membunuh orang, untuk sesaat, ia sampai lupa memberi hormat.
Jin Yuanbao mengangkat wajahnya dan memandang Yu Qilin yang mengenakan pakaian merah dan mahkota burung Hong, lalu memandang Xi er yang berdiri di sisi Yu Qilin sambil tertegun dan gemetar, dengan kesal, ia berteriak dengan dingin.
"Keluar!"
Xi er baru tersadar, ia cepat-cepat memberi hormat, lalu berbalik dan berkata pada Yu Qilin dengan wajah kesusahan.
"Nona....."
"Apa yang kau lakukan?!", Jin Yuanbao meraung dengan marah. Xi er yang sedang hendak kembali memperingatkan Yu Qilin tiba-tiba dikejutkan olehnya, ia pun cepat-cepat mematuhinya. Dengan hati yang dipenuhi kekhawatiran ia mundur dan keluar dari kamar itu, namun sebelum keluar ia tak lupa memasang kerudung Yu Qilin. Kalau tidak, bagaimana sebentar lagi Jin Yuanbao dapat membukanya? Dengan acuh tak acuh, Jin Yuanbao memandang Xi er keluar dari kamar, setelah itu ia membanting pintu keras-keras. Karena sedang mabuk, wanita yang mengenakan xiapei dan mahkota burung hong di depannya nampak kabur, tak terlalu jelas terlihat. Akan tetapi hal ini tak ada artinya, karena ia bukan orang yang dicintainya, bagaimanapun rupanya, apa hubungannya dengan dirinya? Jin Yuanbao tersenyum getir, lalu berjalan selangkah demi selangkah ke hadapan Yu Qilin. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, menghela napas panjang, lalu membuka kerudungnya. Yu Qilin mengangkat kepalanya dan memandangnya sambil tersenyum lebar. Api lilin merah bergoyang-goyang, cahayanya kuning pucat. Yu Qilin tersenyum riang, matanya berbinar-binar. Ekspresi wajahnya polos, sama sekali tak dibuat-buat, seperti seorang wanita yang belum tahu urusan dunia. Ia mengkedip-kedipkan matanya, sinar matanya cerdik dan lembut. Bulu matanya yang lentik bagai burung yang mengepakkan sayapnya dengan perlahan..... Namun Jin Yuanbao melihat bahwa di balik sorot matanya yang cerdas itu sepertinya samar-samar tersembunyi sifat keras kepala. Dan juga sedikit kesedihan...... Sorot matanya itu seakan menyembunyikan kesedihan di balik kegembiraan, jinak-jinak merpati. Saat ini. Seakan bunga persik, bunga pir, bunga aprikot dan bunga prem yang tak terhitung jumlahnya serentak bermekaran! Melayang-layang turun dari langit, lalu bertaburan di muka bumi. Setiap kelopaknya menimbulkan riak-riak di dalam danau hatinya yang berair tenang. Kerudung merah terang. Terlepas dari genggamannya dan terjatuh. Jin Yuanbao tiba-tiba mendusin, ia membungkuk dan memungut kerudung itu, saat membungkuk, ia mencium keharuman samarsamar yang memancar dari tubuh Yu Qilin, keharuman yang menyenangkan hatinya dan menjernihkan pikirannya. Ia merasa wajahnya panas membara, sepertinya tangannya berkeringat dingin, hatinya gatal bukan main, seakan penuh dengan cacing-cacing kecil yang tak terhitung banyaknya, yang sedang mengeliat-geliat dan mengigitinya. Saat itu, angin sepoi-sepoi bertiup masuk dari jendela dan memadamkan lilin terang benderang di dalam kamar, dan membuka halaman-halaman buku yang diletakkan di atas meja, sehingga menimbulkan bunyi gemerisik. Demikianlah, untuk sesaat Jin Yuanbao mendengar debur ombak yang bergelombang tinggi di dalam hatinya.
"Sekarang......" Bibirnya yang semerah ceri sedikit terbuka, raut wajah yang begitu cantik, wajah yang begitu lembut.......Jin Yuanbao merasa lidah dan mulutnya kering.
"Apakah kita sekarang dapat bermalam pengantin?"
Ternyata suaranya dapat kedengaran begitu merdu.....
Eh? Salah! Tunggu dulu! Apa katanya? Dengan tercengang Jin Yuanbao memandang Yu Qilin, namun lawan bicaranya memandangnya dengan wajah tak bersalah, apakah dirinya salah dengar? Namun selagi ia sedang berpikir, lawan bicaranya terus memandang dirinya dan kembali bertanya.
"Apakah kita bisa bermalam pengantin sekarang?"
Bunga-bunga itu pun dalam sekejap berguguran.
Air danau hatinya yang bergelombang, dalam sekejap mata membeku.
Seberkas halilintar membelah hatinya, membakar isinya yang lembut.
Ketika ia sedang terpana, Yu Qilin tiba-tiba bangkit dan dengan tak disangka-sangka menarik kerah bajunya, lalu menariknya ke samping.
"Kau kau kau.
Apa yang kau lakukan?"
Wajah Jin Yuanbao kebingungan, ia tercengang. Dari mana wanita ini mendapat kekuatan seperti ini?! "Heheheh.......", Yu Qilin menyeringai licik bagai seekor rubah, sambil mengangkat alisnya, ia berkata.
"Ayo bermalam pengantin!"
"Apa?", Jin Yuanbao tercengang, perempuan ini! Terlalu tak bisa menahan diri! Jin Yuanbao cepat-cepat mendorongnya, lalu dengan membabi buta melarikan diri. Tak nyana lawan menerkamnya bagai seekor harimau dan mendorongnya ke ranjang! Yu Qilin memandangnya dengan mata terbelalak, jarak diantara kedua wajah mereka amat dekat, begitu dekatnya sehingga mereka dapat saling merasakan hembusan napas masing-masing. Ini adalah untuk pertama kalinya Yu Qilin berada begitu dekat dengan seorang lelaki, jantung Yu Qilin meloncat-loncat dengan cepat, seakan penuh kawanan kelinci nakal yang meloncatloncat hendak keluar. Untuk sesaat ia terpana, setelah itu ia cepat-cepat memandang ke bawah, tak lagi memandang Jin Yuanbao, ia mengangsurkan tangannya untuk membuka pakaian Jin Yuanbao, akan tetapi tangannya itu gemetaran hebat, dan wajahnya merah padam seakan mabuk. Ketegangannya sama sekali tak luput dari pandangan mata Jin Yuanbao. Ternyata ia cuma seekor macan kertas..... Jin Yuanbao tersenyum jahat, tiba-tiba ia membalikkan tubuhnya dan menindih Yu Qilin di bawah tubuhnya.
"Bukankah kau sangat ingin bermalam pengantin? Aku akan membantumu mencapai tujuanmu!"
Tubuhnya menempel dengan ketat di tubuh Yu Qilin, sehingga ia bahkan dapat merasakan kelembutannya.
Saat Yu Qilin sedang galau, ia justru mengerucutkan bibirnya dan memejamkan matanya, lalu sedikit demi sedikit mendekati bibir mungilnya yang ranum.....
"Ah ------", Yu Qilin cepat-cepat mendorongnya.
"Pergi sana!"
Melihatnya ketakutan setengah mati, Jin Yuanbao makin merasa puas, sikapnya pun makin liar.
Ia melihat cakar Yu Qilin mencengkeram ke arah dadanya, dalam keadaan terdesak Yu Qilin mengerahkan tenaganya.
Setelah berhasil mendorong Jin Yuanbao, ia menggunakan kesempatan itu untuk berbalik dan meninggalkan ranjang.
Hah.
Ternyata memang seekor macan kertas.
Jin Yuanbao tertawa pelan, lalu perlahan-lahan duduk.
Kemudian ia berbaring di atas ranjang sambil memandanginya dengan santai.
Yu Qilin agak merinding dipandang dengan demikian olehnya, dengan jengah ia tersenyum-senyum, lalu melangkah dengan cepat ke samping meja bundar, menghindari jauh-jauh sumber bahaya itu.
Akan tetapi, sekarang bagaimana? Kalau Jin Yuanbao tak menanggalkan pakaiannya, ia tak bisa melihat......
Yu Qilin mengambil beberapa langkah mengitari meja, dan tanpa sengaja melihat sepasang gelas arak pernikahan, sebuah ide muncul dalam benaknya.....
Sambil tersenyum mengejek, ia memandang Jin Yuanbao dan berkata.
"Kita.....kita belum minum arak pernikahan". Sambil berbicara, ia melangkah ke depan meja dan terlebih dahulu mengambil segelas arak. Melihat cairan berwarna kuning keemasan itu, Yu Qilin seakan mendapatkan keberanian baru, hah, arak keras meningkatkan keberanian! Ketika berpikir sampai disini, ia mendongak dan menenggak arak di gelas itu hingga tandas. Melihatnya, Jin Yuanbao tertawa pelan dan bangkit, lalu merapikan kerut-merut di pakaiannya. Dengan santai ia melangkah ke samping meja sambil terus memandang Yu Qilin. Apa yang kau tertawakan! Yu Qilin ingin meninju wajah tersenyum sialannya itu, akan tetapi tentu saja ia tak dapat melakukan hal itu. Ia hanya dapat memberanikan diri. Ia berpura-pura tenang, membuka matanya lebar-lebar dan memandangnya, lalu mengangkat poci arak. Katanya.
"Aku sudah siap, ayo mulai!"
Jin Yuanbao mengangkat alisnya. Dengan perlahan-lahan, ia menyambut poci arak yang dipegang oleh Yu Qilin, lalu dengan santai berkata.
"Tak usah tergesa-gesa dulu. Kudengar Nona Besar Jiang cantik jelita dan berbakat, pandai menyanyi dan menari, lebih baik kau menarikan sebuah tarian dahulu untuk menyemarakkan suasana, setelah itu kita minum arak pernikahan".
"Hah? Menari?"
Yu Qilin merasa amat kerepotan, ia pasti bisa bersilat, tapi menari.....ia benar-benar belum pernah mempelajarinya.....
"Ya, menari". Sikap Jin Yuanbao sangat tegas. Sudut-sudut mata Yu Qilin terangkat, dengan jengah ia tersenyum-senyum.
"Baik, baiklah....."
Ia perlahan-lahan melangkah ke tempat kosong di tengah kamar, lalu mengayun-ayunkan lengannya dan menendangnendangkan kakinya, otaknya berusaha sebisanya mengingatingat tarian-tarian yang pernah dilihatnya....
Setelah mengingat-ingat selama beberapa lama, di benaknya muncul sosok Chuchu di Qianjiao Ge, pinggangnya yang gemulai itu, dan gerakan tariannya yang menghanyutkan.....
Bukankah ini sesuatu yang paling disukai kaum pria? "Sekarang aku mulai!"
Sembari tersenyum Yu Qilin berkata.
"Coba kulihat dulu". Jin Yuanbao perlahan-lahan menuang segelas arak untuk dirinya sendiri.
"Uhuk, uhuk". Yu Qilin terbatuk-batuk dua kali, setelah menarik napas dalam-dalam, ia mulai mengingat-ingat gerakan tubuh Chuchu, lalu mulai meliuk-liukkan pinggangnya. Akan tetapi, Yu Qilin yang sejak kecil mempelajari ilmu silat, mana punya dasar-dasar kepandaian menari? Ia bergerak dengan kaku dan canggung seperti wayang golek, makin lama dilihat semakin aneh. Ketika Jin Yuanbao melihat gerakan Yu Qilin yang kaku dan canggung, ia makin tercengang! Nona......nona Jiang ini bukannya pandai menari dan menyanyi? Lagipula, tarian......tarian ini, walaupun kaku, makin lama makin mirip tarian Hu di Qianjiao Ge! Ia adalah seorang nona keluarga terpandang, kenapa ia bisa menarikan tarian erotis yang vulgar seperti ini? Jin Yuanbao menjadi linglung, ketika menuang arak ia lupa menarik tangannya kembali sehingga arak tumpah dari gelas dan meluber ke meja, lalu menciprat ke dirinya sendiri. Sampai ia merasakan sesuatu yang dingin membasahi pahanya, Jin Yuanbao barulah mendusin dan cepat-cepat berdiri. Akan tetapi melihat reaksinya, Yu Qilin malahan mengira bahwa ia tergila-gila melihat tariannya! Yu Qilin pun langsung makin percaya diri. Macam gerakannya bertambah banyak! Eh, kerlingan genit pun ikut keluar! Hanya Langit yang tahu, kalau saja gerakan tubuhnya yang kaku dan kerlingan genitnya yang seperti kejang-kejang itu dilihat orang lain, mereka akan mengangapnya sangat lucu! Saat ini Jin Yuanbao telah diam seribu bahasa, ia hanya menggeleng-geleng sambil menenggak arak dalam gelasnya sampai tandas. Namun tiba-tiba! Yu Qilin mengangkat kakinya tinggi-tinggi, lalu menaruhnya di atas meja! Jin Yuanbao terpana memandangnya. dan dengan terbengong-bengong Yu Qilin langsung mengerling genit ke arahnya, setelah itu.
"Wus!", ia mengangkat roknya, memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Kemudian ia memanyunkan bibirnya, membuat ekspresi yang menurut dirinya paling seksi.
"Byur!", Jin Yuanbao menyemburkan seluruh arak yang baru diminumnya. Ada apa ini? Yu Qilin tercengang, namun lalu dengan cepat mengubah sikapnya, sambil mendesah dengan genit ia bersandar pada Jin Yuanbao, lalu dengan menawan berkata.
"Tarianku bagus tidak?"
Mendengar perkataan ini, dan melihat sikapnya, dalam sekejap mata Jin Yuanbao tak bisa mengendalikan dirinya lagi, ia pun tersedak arak dan terbatuk-batuk.
Setelah dengan susah payah menghentikan batuknya, ia baru mengangguk-angguk, lalu berkata sembari tersenyum.
Pendekar Rajawali Sakti 92 Kucing Tongkat Rantai Kumala Seruling Kumala Beruang Salju Karya Sin Liong
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama