Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 21

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 21



Nada suara Jin Yuanbao tenang namun kejam, Yu Qilin merasa bahwa sosoknya seperti seorang asing.

"Jin Yuanbao, kau ini kenapa?"

"Tak apa-apa", Jin Yuanbao berkata dengan hambar.

"Aku telah menikah dan menjadi orang dewasa, serta telah mengambil alih kepengurusan pabrik senjata dan menjadi majikan Wisma Jin, maka aku harus sedikit melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh seorang kepala rumah tangga. Karena kau telah dinikahkan padaku dengan susah payah, walaupun kau tak mau kau tetap harus menemaniku, benar tidak?" Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa. Jin Yuanbao tak lagi memandangnya, ia menengadah memandang langit.

"Sinar matahari sedang cerah, menurutku pakaian ini tak usah diganti, ayo bawa beberapa mangkuk air lagi!"

Yu Qilin yang telah kelelahan selama sehari penuh kembali ke kamar sambil membungkuk, namun Jin Yuanbao nampak sedang bersandar di meja sambil membaca buku.

Yu Qilin menghentikan langkahnya, ketika melihat bahwa di meja ada makanan kecil, mau tak mau ia menelan ludahnya.

Akan tetapi Jin Yuanbao seakan tak melihat pandangan matanya, ia mengambil sebuah kue dan mencicipinya, lalu dengan enteng membuangnya ke sebuah tempat sampah di sisinya.

"Kue apa ini, masa ini dari Rumah Makan Hebao, pasti palsu!"

Ia sengaja menekankan kata 'palsu' itu.

Yu Qilin sudah kelaparan seharian, namun begitu mendengar perkataannya, dengan jengah ia memandang kue yang berlumuran debu itu, ia merasa sangat diperlakukan dengan tak adil.

Kue itu adalah kue yang kemarin dibelinya jauh-jauh sendiri, perlahan-lahan air matanya pun mengucur, berlinangan dirongga matanya.

Jin Yuanbao perlahan-lahan bangkit.

"Aku hendak tidur, siapkan air cuci kaki untukku". Yu Qilin membuka mulutnya, hendak membantah, akan tetapi ia teringat akan nasehat Jiang Xiaoxuan sebelum pergi, 'kalau ia marah atau kesal padamu, kau harus bersabar, bagaimanapun juga kitalah yang telah menipunya'. Rasa kesal dalam hatinya seketika itu juga buyar, ia hanya dapat mengangguk-angguk dengan patuh, lalu berbalik dan berjalan ke ruang penyimpanan air di luar. Yu Qilin menuangkan air mendidih ke dalam baskom, lalu menambahkan air dingin, setelah itu ia mengangsurkan tangannya dan mencoba suhu air, setelah itu ia mengusung baskom untuk mencuci kaki itu kembali ke kamar tidur. Dengan sikap merendahkan, Jin Yuanbao mencoba suhu air itu, namun ketika mendapati bahwa air itu hangat, ia tak rewel, hatinya pun sedikit melunak. Yu Qilin berjongkok di sampingnya, sambil mencuci kaki Jin Yuanbao, ia pun memijatnya dengan penuh perhatian. Melihat wajahnya yang tirus dan pucat, melihat rambut di pelipisnya bermandikan keringat, hati Jin Yuanbao tercekat dan menjadi sedikit lebih lunak.

"Tak nyana nona besar yang cara berjalan dan bicaranya tak keruan ternyata sangat pandai memijat".

"Ibuku bekerja keras, setelah bekerja setiap malam kakinya sakit, aku sering mencuci dan memijat kakinya seperti ini", tanpa mengangkat kepalanya Yu Qilin berkata. "Ibumu adalah nyonya Wisma Jiang, tapi ia masih harus bekerja keras?"

Jin Yuanbao tak bisa menahan diri untuk tak menyindirnya.

"Maksudku ibu susuku".

"Benarkah?", Jin Yuanbao mendengus dengan sinis.

"Sikapmu terhadap ibu susumu jauh lebih baik daripada terhadap ibu kandungmu". Yu Qilin menengadah dan memandang Jin Yuanbao untuk sesaat.

"Aku tak perduli apakah ia ibu susu atau ibu kandung, siapapun yang baik padaku ia kuanggap ibu kandung". Ia mengambil handuk di sisinya dan mengelap tetesan-tetesan air di kaki Jin Yuanbao, menaruhnya di samping, lalu mengusung baskom air, bersiap untuk pergi. Dengan kemalas-malasan Jin Yuanbao memandang sosoknya yang sedang meninggalkannya, lalu berkata dengan dingin.

"Benar, isi baskom dengan air panas lagi, dan tambahkan sedikit minyak wangi. Kepandaian memijatmu tak boleh disia-siakan, menurutku, para nenek pemijat di Wisma Jin ini tak ada yang dapat mengunggulimu". Sebelum kata-katanya selesai terucap, Yu Qilin tiba-tiba membuang air dalam baskom itu, air pun mengenangi lantai, akhirnya ia tak dapat menahan diri untuk tak melampiaskan amarahnya.

"Jin Yuanbao, sebenarnya apa yang mengundang kemarahanmu? Kenapa hari ini sikapmu begitu sinis? Kalau kau meyalahkanku karena membantu Zhangfeng keluar rumah, katakan saja, jangan berlagak sebagai suami dan tuan muda untuk menekanku! Katakanlah, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan?"

Dengan tenang Jin Yuanbao memandang air yang menggenang di mana-mana itu, sekarang aku ingin kau mengambil kain katun dan mengepelnya, lap air di lantai hingga bersih untukku.

Aku tak suka kamarku tergenang air".

Yu Qilin memelototi Jin Yuanbao dengan kesal, Jin Yuanbao membalas pandangannya.

Mereka berdua saling memandang untuk beberapa saat, Yu Qilin mengambil baskom cuci kaki yang masih terbalik di lantai.

"Jin Yuanbao, aku membiarkanmu berbuat seperti ini bukan karena aku takut padamu, tapi karena ----"

"Lebih baik kau bekerja sedikit lebih cepat, saat aku pergi tidur aku tak mau melihat lantai masih seperti ini". Yu Qilin merasa hatinya tiba-tiba dicungkil orang, namun ia tak kuasa berkata apa-apa, dengan diam seribu bahasa, ia pun keluar. Ketika Jin Yuanbao kembali dari belakang malam itu, ia mendapati Yu Qilin menelungkup di lantai, sedang dengan cermat mengepel air yang meresap di sela-sela lantai menggunakan kain katun putih, di sisinya telah ada setumpuk kain katun putih lain. Dahi Jin Yuanbao berkerut, namun ia tak berkata apa-apa, ia langsung menghindari Yu Qilin yang sedang bekerja keras di lantai. Dengan bersusah payah, akhirnya Yu Qilin berhasil mengepel seluruh lantai, ia pun bangkit dan membereskan kain-kain yang berantakan itu. Melihatnya berjalan dengan terhuyung-huyung sambil memegangi pinggangnya, Jin Yuanbao membuka mulut dan bertanya.

"Sudah capai?"

"Ya", dengan kelelahan dan mengibakan Yu Qilin memandang ke arah dirinya, setelah itu ia melangkah ke ranjang dan bersiap untuk naik ke atasnya. Namun tak nyana, Jin Yuanbao mengangkat selimut Yu Qilin dan melemparkannya ke lantai.

"Kalau capai tidurlah sedikit lebih pagi, ingat besok kau harus bangun tepat pada pukul Mao". Dengan sukar percaya, Yu Qilin memandang selimut dan bantalnya yang berada di lantai.

"Kau menyuruhku tidur di lantai? Lantai yang barusan ini tersiram begitu banyak air?"

"Bukankah semua telah kau pel hingga bersih?"

Jin Yuanbao menurunkan kelambu, lalu berkata dengan sinis.

"Kau mengepelnya dengan cukup baik". Yu Qilin memandang selimut brokat indah yang tergeletak di lantai itu, dalam hatinya berbagai macam perasaan berkecamuk. Sinar fajar baru mulai merekah, Jin Yuanbao perlahan-lahan membuka matanya, jari-jemarinya menyentuh seprai sedingin es di sisinya, ia mengerutkan dahinya, lalu perlahan-lahan duduk. Di lantai, Yu Qilin meringkuk menjadi sebuh bola, selimut membungkusnya rapat-rapat, selagi tidur dan bermimpi pun, dahinya masih berkerut, jelas bahwa tidurnya tak enak. Dengan dahi berkerut, Jin Yuanbao turun dari ranjang dan melangkah, walaupun memakai kaus kaki, ia masih dapat merasakan lantai yang sedingin es. Bagaimanapun juga, musim gugur telah mulai...... Sambil menghela napas dengan pelan, Jin Yuanbao melangkah mendekat, lalu membungkuk dan mengoyang-goyangkan Yu Qilin agar bangun.

"Bangunlah". Yu Qilin terkejut dan terbangun, ia segera duduk, lalu bertanya dengan kebingungan.

"Pukul berapa ini?"

"Apa tidurmu enak?"

Melihatnya memperhatikan dirinya, Yu Qilin mengerucutkan bibirnya, hidungnya terasa pedih.

"Tak enak! Dingin sekali!"

Melihatnya menggigil kedinginan, Jin Yuanbao mengambil selimutnya sendiri yang telah dihangatkan oleh suhu tubuhnya dan membungkus Yu Qilin dengannya.

Rasa hangat tiba-tiba muncul, Yu Qilin tersenyum bahagia, setelah itu ia membuat wajah yang mengibakan dan memandang Jin Yuanbao.

"Aku juga sangat lapar....."

Melihat wajahnya yang tirus dan pucat, Jin Yuanbao merasa tak tega, perlahan-lahan ia bangkit.

"Kalau lapar cepatlah cuci muka dan berpakaian, setelah itu makan". Mendengar kata makan, Yu Qilin kegirangan, ia segera bangkit, namun lalu berdiri dengan terhuyung-huyung. Jin Yuanbao segera memayangnya. Yu Qilin merasa girang, ia mengangkat kepalanya dan memandangnya, lalu tersenyum manis.

"Apakah kau masih marah padaku?"

Mendengar perkataan itu, hati Jin Yuanbao yang barusan melunak serta merta berubah, dengan dingin ia melepaskan tangannya, berbalik dan melontarkan sebuah perkataan.

"Cepatlah kalau kau ingin makan". Setelah itu ia berlalu tanpa berpaling, bahkan sepatunya pun lupa dipakainya. Dengan puas diri Yu Qilin duduk di depan meja, melihat xiaolong bao dan bubur panas yang mengugah selera, ia merasa hatinya dipenuhi kebahagiaan. Ia segera melahap sebuah bakpao, sambil memakannya, ia menghirup bubur dengan ribut, ketika sedang makan, ia melihat bahwa gaya Jin Yuanbao saat makan sangat anggun, perlahan-lahan ia menjadi terkesima. Dengan santai Jin Yuanbao makan sebuah bakpao dan sebuah xiaolong bao. Ia juga mengunyah makanannya dengan hati-hati sebelum menelannya. Uap tebal yang membubung dari mangkuk bubur dan sinar mentari yang menerobos dari balik jendela di belakangnya menciptakan latar belakang gelap dan terang yang sempurna bagi sosoknya. Karena ia setengah memandang ke bawah, bulu matanya bergetar lembut seiring dengan gerakan mengunyahnya, sangat indah dan anggun.

"Yuanbao......wajahmu saat makan benar-benar tampan....", gumam Yu Qilin. Jin Yuanbao tertegun, lalu menelan bakpao yang sedang dimakannya, ia mengangkat kepalanya dan bertanya.

"Enak tidak?"

"Ya!", dengan girang Yu Qilin mengangguk.

"Enak sekali! Kemarin aku benar-benar kelaparan!"

"Enak, ya?"

Jin Yuanbao meliriknya.

"Tapi ini cuma diisi dengan daging babi, udang dan rebung yang sangat biasa. Menurutku beberapa hari ini dapur sedang malas. Tapi menurutmu enak?"

"Ya. Menurutku sudah sangat enak".

"Benarkah? Wisma Jiang terletak di Nanjing, makanan kecilnya terkenal di kolong langit, dan kabarnya Wisma Jiangmu setiap tahun tak sedikit mengeluarkan uang untuk makanan lezat, seharusnya kau tak menganggap makanan kasar seperti ini lezat". Selagi Jin Yuanbao berbicara ia juga melihat Yu Qilin tanpa sadar menjepit sebuah bakpao lagi, amarahnya pun timbul.

"Aku benar-benar merasanya enak", Yu Qilin melahap bakpao itu dengan sekali gigit.

"Oh, ya? Bagaimana kalau dibandingkan dengan sarapan di Wisma Jiangmu?"

"Kalau begitu....", Yu Qilin mengubur wajahnya di tengah mangkuk bubur.

"Tentu saja sarapan di Wisma Jiang sangat lezat, tapi masih kalah sedikit....."

Masih juga membohongi dirinya! Sambil menggertakkan gigi, Jin Yuanbao memandang Yu Qilin, sebenarnya sampai kapan kau hendak membohongiku! Apa kau berencana untuk membohongiku seumur hidupku? Ketika berpikir sampai di sini, api kemarahan Jin Yuanbao berkobar-kobar, tiba-tiba ia menyapu seluruh bakpao yang tersisa di atas meja ke lantai, lalu mencengkeram tangan Yu Qilin dan melemparkannya keluar pintu.

Yu Qilin tak menyangka bahwa ketika sedang tenang-tenang makan, Jin Yuanbao bisa tiba-tiba naik pitam tanpa alasan.

Ia begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, dengan susah payah ia menelan makanan di mulutnya, lalu berkata.

"Yuanbao, apa yang kau lakukan! Kali ini apa lagi kesalahanku!"

"Hah.....", Jin Yuanbao berhenti sejenak, lalu tertawa sinis dan berkata.

"Tak ada apa-apa, karena sarapan di Wisma Jiang kalian begitu lezat, lebih baik kau ikut aku untuk pergi ke dapur untuk mengajar juru masak Wisma Jin kami!"

Selagi berbicara, ia menarik Yu Qilin dan berjalan ke arah dapur.

Jin Yuanbao menarik Yu Qilin kuat-kuat, daun dan ranting pepohonan di taman bunga tak henti-hentinya mengenai wajahnya, ujung roknya pun terus menerus tersangkut.

Sambil terhuyung-huyung, Yu Qilin menjerit kesakitan, namun Jin Yuanbao sama sekali tak berbelas kasihan.

"Lepaskan aku! Kenapa pagi-pagi begini kau jadi gila? Aku sudah menurutimu selama sehari penuh, kalau kau terus begini aku tak akan sungkan-sungkan lagi!"

Yu Qilin merasa gusar.

"Memangnya aku kenapa? Aku hanya mengajakmu ke dapur, tapi kenapa kau berteriak-teriak seperti ini?"

Jin Yuanbao tertawa sinis, lalu berteriak makin keras.

"Jiang Da Xiaojie!"

Akan tetapi Yu Qilin adalah seseorang yang bersifat polos, ia tak menyadari ada sesuatu yang aneh dalam nada suaranya, ia berusaha mengibaskan tangannya seraya berkata.

"Aku tak mau pergi! Hari ini kau jangan coba-coba menyiksaku lagi!"

"Hari ini kau harus pergi! Kau telah dinikahkan denganku, apapun yang kuperintahkan, kau harus melakukannya!"

"Aku dinikahkan denganmu, bukannya dijual padamu!"

Ketika mereka berdua sedang saling mendorong dan bergumul, liontin Yu Qilin terjulur keluar dari balik kerahnya dan bergoyang1665 goyang seiring dengan gerakan memantulkan cahaya mentari.

mereka, berkilauan Begitu melihatnya, amarah, rasa sedih dan benci serentak berkecamuk dalam hati Jin Yuanbao, dengan amat marah ia mengayunkan tangannya dan melemparkan liontin itu ke tengah kolam! Ia menggertakkan giginya dan meraung dengan marah.

"Kau tak pantas memakainya!"

Yu Qilin tak lagi meronta-ronta dan hanya dapat memandang kalung itu terjatuh ke dalam air. Ia tertegun untuk beberapa saat, akhirnya ia pun menangis.

"Enyah kau!"

Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao langsung berpaling dan berjalan pergi dengan langkah-langkah lebar.

Sambil memandang air kolam kehijauan yang bergelombang itu, Yu Qilin menggertakkan giginya dan dengan cepat melangkah ke tepi air, lalu melangkah masuk ke dalam kolam untuk mencari kalung itu.

Mendengar suara sesuatu masuk ke dalam air, Jin Yuanbao berpaling dan melihatnya, setelah tertegun sesaat, ia kembali melangkah pergi.

Dari sudut matanya, Yu Qilin memandang sosoknya yang perlahan-lahan menjauh, hatinya pedih tak tertahankan, sambil menangis hingga wajahnya penuh air mata, ia membungkuk dan meraba-raba.

Saat itu permulaan musim gugur, setelah berendam di dalam air untuk beberapa saat, dinginnya air menusuk tulang.

Sampai menjelang tengah hari, Yu Qilin masih belum dapat menemukan liontin itu.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pakaiannya telah basah kuyup, rambutnya pun menempel di kepalanya, wajahnya penuh berlumuran air mata......akan tetapi, punggungnya terpanggang sinar matahari hingga sukar ditahan.

Sinar mentari terik musim gugur memanggang punggungnya, sedangkan di bawahnya air kolam sedingin es, perasaan itu benar-benar tak nyaman.

Yu Qilin mendengus, kenapa demi sebuah liontin, dirinya sampai berendam sepanjang pagi di tengah kolam? Tapi, apakah ia menyesal? Ia tak menyesal......ia hanya berpikir bahwa ia tak boleh sampai membiarkan liontin itu hilang, sama sekali tak boleh.

"Xiaoxuan? Apa yang kau lakukan?"

Sebuah suara yang amat tercengang terdengar. Yu Qilin menengadah memandangnya dan melihat seraut wajah yang penuh kekhawatiran dan rasa tercengang, ternyata ia adalah Liu Wenchao.

"Kau sedang mencari apa? Kenapa kau tak memanggil seorang pelayan?!"

Sambil berbicara Liu Wenchao dengan cepat melangkah masuk ke dalam air, lalu mencengkeram lengan Yu Qilin dan menariknya ke atas. Namun tanpa bergeming Yu Qilin menarik lengannya sendiri keluar.

"Tak usah mengurusku, aku hendak mencarinya sendiri".

"Kau!", sambil mengerutkan dahinya Liu Wenchao memandangi Yu Qilin, melihat sepasang matanya merah dan bengkak, wajahnya tirus dan pucat, dan pakaiannya telah basah kuyup serta ia sedang menggigil, mau tak mau dalam hati Liu Wenchao samar-samar muncul rasa marah, nada suaranya bertambah berat.

"Benda apa yang membuatmu tak menyayangi dirimu sendiri seperti ini! Ayo naik!"

Selagi berbicara, ia mengangsurkan sepasang lengannya dan memaksa Yu Qilin naik ke tepi kolam. Yu Qilin meronta-ronta berusaha melepaskan diri, namun karena tak waspada, ia terduduk hingga masuk ke dalam air, ia berseru.

"Itu kalung yang diberikan oleh Jin Yuanbao, aku harus menemukannya!"

Hati Liu Wenchao terkesiap, untuk sesaat tenggorokannya tercekat, lalu ia berkata dengan dahi berkerut.

"Kau tak pantas berbuat seperti ini demi sebuah kalung, biar saja ia memberimu kalung yang baru!"

"Dia tak mungkin memberiku lagi, ia melemparkannya dengan tangannya sendiri, katanya aku tak pantas....."

Yu Qilin terus berbicara dan akhirnya menangis.

Mendengar sampai di sini, Liu Wenchao tercengang sekaligus girang, akan tetapi setelah ia melihat wajah Yu Qilin yang berduka, ekspresinya perlahan-lahan berubah menjadi muram.

Dengan lembut ia menarik bahu Yu Qilin yang rapuh dan menasehatinya.

"Sekujur tubuhmu basah kuyup, kalau begini kau akan jatuh sakit".

"Aku tak mau pergi, aku akan mencarinya sampai ketemu, itu adalah satu-satunya benda pemberian Yuanbao....."

"Jangan bodoh! Itu hanya sebuah kalung, kau tak pantas merusak tubuhmu sendiri deminya!"

Dengan tegas Liu Wenchao menegurnya, ia hendak memeluknya dan menariknya ke tepi kolam.

Sambil menangis Yu Qilin meronta-ronta, air menciprat ke manamana, tiba-tiba pandangan matanya menjadi gelap dan ia pun terjatuh ke tanah.....

Begitu melihatnya, Liu Wenchao terkejut hingga wajahnya pucat pasi, ia cepat-cepat membopongnya dan mengarungi air ke tepi kolam, ia memandang dua jalan yang masing-masing menuju ke kamarnya sendiri dan Taman Songzhu.

Ia bimbang sesaat, lalu akhirnya membopongnya ke Taman Songzhu dengan cepat.

Ketika melihat Liu Wenchao yang sekujur tubuhnya basah kuyup membopong Yu Qilin yang sedang pingsan, para gadis pelayan sangat terkejut, mereka segera memburu ke kamar tidur dan menyingkapkan tirai, mereka tak sempat melapor dan hanya dapat berseru ke dalam.

"Shaoye! Shaoye! Nyonya muda pingsan!"

Jin Yuanbao sedang duduk sambil tertegun di dalam kamar, begitu mendengarnya ia segera menerjang keluar dan segera berhadapan muka dengan Liu Wenchao yang berwajah muram, setelah itu pandangan matanya perlahan-lahan jatuh ke tubuh Yu Qilin yang diselimuti jubah panjang Liu Wenchao.

"Demi mencari liontin yang kau lempar, ia entah seberapa lama mencari-cari di tengah kolam sambil tersengat sinar matahari! Kalau saja aku tak kebetulan lewat, dengan tubuh lemah seperti ini ia sudah terkena sengatan matahari dan jangan-jangan akan tenggelam di situ!"

Liu Wenchao memandang Jin Yuanbao dengan penuh kemarahan.

"Masa?", dengan dingin Jin Yuanbao mendengus.

"Untung saja kau kebetulan sedang lewat".

"Kau!", Liu Wenchao enggan berdebat dengannya, ia melangkah ke depan, hendak meletakkan Yu Qilin di atas ranjang di kamar dalam.

"Jin Yuanbao, kalau kau tak menghargainya, dan tak bisa mengurusnya dengan baik, jangan lupa bahwa di wisma ini akan selalu ada orang yang akan memperlakukannyadengan baik". Namun Jin Yuanbao telah melangkah ke depan dan menghadangnya, ujung hidung kedua orang itu hampir bersentuhan. Jin Yuanbao menunduk dan memandang Yu Qilin yang meringkuk dalam pelukan Liu Wenchao dalam keadaan pingsan, ia memicingkan matanya, diam seribu bahasa. Tiba-tiba, ia mengangkat tangannya dan membuang jubah panjang Jin Yuanbao yang menutupi tubuhnya ke lantai, setelah itu ia membopong Yu Qilin, sambil menginjak-injak jubah Liu Wenchao yang tergeletak di lantai ia masuk ke kamar dalam. Dengan lembut, ia meletakkan Yu Qilin yang sekujur tubuhnya basah kuyup di atas ranjang, Jin Yuanbao merasa hatinya pedih seakan diiris-iris pisau, akan tetapi, api kemarahan yang tak bernama masih berkobar dalam hatinya, benar-benar membingungkan.

"Ah.....", dengan pelan Yu Qilin mengerang, tubuhnya mengeliatgeliat, sepertinya ia merasa sangat tak nyaman, akan tetapi ia masih belum sadarkan diri. Melihat dahinya yang berkerut dalam, dengan amat hati-hati, Jin Yuanbao meraba dahinya, tangannya terasa panas membara. Tanpa ragu sedikitpun, ia segera membuka pakaian Yu Qilin yang basah kuyup, lalu mengelar sehelai selimut dan membungkusnya rapat-rapat dengannya, kemudian memeluknya. Setelah itu, ia mengambil sehelai handuk dari gantungan pakaian di sisinya dan mengeringkan tubuh Yu Qilin, lalu dengan seksama mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk itu. Dengan kebingungan Yu Qilin membuka matanya, begitu melihat Jin Yuanbao, rasa kesal muncul di hatinya, gumamnya.

"Kau menyuruhku mencarinya sendiri....."

Tangan Jin Yuanbao berhenti bergerak, ia menghela napas dengan pelan, pandangan matanya jatuh di atas wajah Yu Qilin yang merona merah karena demam, dalam benaknya mau tak mau muncul adegan yang barusan ini terjadi saat Liu Wenchao membopongnya, dan ia pun merasa agak cemburu.

"Ia memanfaatkan keadaan, ketika kau sedang berdiri di bawah terik matahari, tiba-tiba ada orang yang yang membela dirimu, bahkan orang rendah seperi Liu Wenchao pun tak dapat menahan dirinya untuk tak membelamu, bukankah dalam hati kau merasa amat sombong? Amat puas diri?"

Yu Qilin yang sedang pingsan mana bisa mendengar perkataannya? Ia hanya meringkuk dalam pelukannya, begitu rapuh dan menawan.

"Ia selalu bermuslihat untuk dapat mendekatimu dan menipuku. Hatiku yang tulus ini, sama sekali tak kau perdulikan, namun demi sebuah kalung, sebuah benda mati, kau bersedia mencebur ke dalam air untuk mencarinya selama dua shichen....."

Pandangan mata Jin Yuanbao terpaku pada wajahnya.

"Yu Qilin, kau ini sebenarnya orang macam apa?"

Sinar mentari pagi menyinari wajah Yu Qilin, ia membuka matanya, dengan mata yang seperuh tertutup dan kepala yang pening, ia memikirkan kejadian yang terjadi kemarin, perlahanlahan ia tersadar.

"Kalau sudah cukup tidur, bangunlah".

Suara Jin Yuanbao yang dingin seakan bagai obat pembuat siuman, membuatnya menggigil, dan juga membuatnya tak bisa menahan bersin.

"Kau...", dengan bimbang Jin Yuanbao bertanya.

"Kau tak enak badan?"

Yu Qilin mengumam.

"Kepalaku agak sakit".

"Lain kali kalau tak ada apa-apa, jangan melompat ke dalam air".

"Bukankah ini gara-gara kau?"

Dengan kesal Yu Qilin memandangnya.

"Kalau kau tak melemparkan kalung itu ke dalam kolam, mana mungkin aku melompat ke dalamnya?"

"Aku memang mengambilnya". melemparkannya, tapi tak menyuruhmu "Kau.....", Yu Qilin mengigit bibirnya, ia tak tahu harus berkata apa lagi, membela diri sendiri bukanlah keahliannya. Jin Yuanbao membungkuk dan menatap matanya, lalu dengan mengumam bertanya.

"Apakah kau punya sesuatu yang hendak kau katakan padaku?"

"Kau....", Yu Qilin menghindari pandangan matanya.

"Untuk apa kau menatapku seperti itu?" Jin Yuanbao memegang dagu Yu Qilin dan memalingkan wajahnya ke arah dirinya.

"Kau tak berani memandang mataku".

"Kau berbicara tentang apa?", Yu Qilin merasa murung, kenapa ia bersikap seperti ini pada orang sakit? "Apa yang kau sembunyikan?"

Yu Qilin membuka mulutnya hendak membantah, akan tetapi setelah memandanginya, ia tak banyak bicara dan hanya dengan lemah bertanya.

"Yuanbao, sebenarnya kau kenapa? Beberapa hari ini kau sangat aneh".

"Menurutmu aku kenapa?!"

Dahi Jin Yuanbao berkerut, ia hendak melampiaskan amarahnya, namun A Fu yang berdiri di balik pintu melapor.

"Shaoye, Tabib Gu dan Nona Xu er datang untuk menjenguk nyonya muda". Mendengar nama Xue er itu, dahi Jin Yuanbao berkerut.

"Suruh mereka masuk". Seketika itu juga, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan masuk sambil bergandengan tangan. Yu Qilin memandang mereka berdua dengan girang.

"Kenapa kalian datang kemari?" Jiang Xiaoxuan melangkah mendekatinya, lalu berkata dengan penuh perhatian.

"Xiaoxuan, kudengar kemarin kau berendam di air selama setengah hari, kami datang untuk menjengukmu". Nama 'Xiaoxuan' itu berhenti di telinga Jin Yuanbao, ia merasa nama itu amat menusuk telinganya, wajahnya menjadi muram, kalau bisa ia ingin berbicara dan membongkar penyamaran mereka berdua.

"Apakah sekarang kau sudah agak lebih baik?"

Gu Zhangfeng memandangi Yu Qilin.

"Kalau melihat wajahmu, kau masuk angin?"

"Aku tak apa-apa.....", sebelum Yu Qilin sempat menyelesaikan perkataannya, ia telah bersin.

"Aiyo! Pasti masuk angin!", Gu Zhangfeng cepat-cepat melangkah mendekat dan memeriksa denyut nadi Yu Qilin. Dengan sedih Jiang Xiaoxuan membelai rambutnya yang panjang seraya bertanya.

"Bagaimana kau bisa sampai masuk ke air?"

Yu Qilin melirik Jin Yuanbao, lalu berkata dengan murung.

"Masih bertanya lagi, semua ini gara-gara dia!"

"Kenapa?"

"Entah kenapa ia jadi sinting", dengan kesal Yu Qilin berbisik. Gu Zhangfeng menarik tangannya, lalu berkata.

"Denyut nadimu agak kacau, tapi tak serius, aku akan memberimu tiga macam obat, kau akan segera sembuh. Ketika Xue er sakit, ia segera sembuh begitu minum obatku".

"Ya, obat Zhangfeng sangat berkhasiat!", sambil tersenyum Jiang Xiaoxuan memujinya. Mereka bertiga saling menyayangi, suasananya sangat akrab. Akan tetapi, begitu suasana yang akrab itu masuk ke dalam pandangan mata Jin Yuanbao, pemandangan itu berubah menjadi penuh penipuan, semuanya palsu! "Prang!", tiba-tiba Jin Yuanbao membanting cawan teh keraskeras di atas meja, membuat semua orang terkejut. Mereka semua terkejut mendengarnya dan saling memandang dengan kecewa.

"Kenapa dia?", dengan heran Jiang Xiaoxuan memandangnya.

"Dua hari belakangan ini ia selalu bersikap buruk, Xue er Jiejie, tak usah hiraukan dia". Yu Qilin memelototi Jin Yuanbao. Mendengar perkataannya, wajah Jin Yuanbao makin muram, tanpa menghiraukan gengsi, ia menyindir.

"Kenapa sandiwara kemarin belum selesai dimainkan juga? Hari ini ada sandiwara apa lagi? Drama tragis? Menguras air mata? Apakah kalian sudah selesai memainkannya? Permainan kalian sangat harmonis, apakah kalian berencana untuk perkumpulan sandiwara dan naik panggung?"

Membuat Perkataan Jin Yuanbao itu bagai pisau yang mengerik tulang, seketika itu juga perkataan itu melukai semua orang yang sedang duduk itu.

Dengan tercengang Jiang Xiaoxuan memandangnya, seakan agak memahami makna perkataannya itu.

Gu Zhangfeng tak paham kenapa Jin Yuanbao tiba-tiba marah, akan tetapi begitu mendengar bahwa perkataan itu mengandung rasa tak senang, ia segera bangkit dan hendak membantah, namun sebelum sempat membuka mulut, ia telah mendengar Yu Qilin meraung.

"Apa kau sakit? Kenapa kau dua hari belakangan ini? Apakah kepalamu ditendang keledai atau dinjak-injak gajah?"

Melihat mereka berdua bertengkar, Jiang Xiaoxuan diam-diam sadar bahwa semakin ia membantu Yu Qilin keadaan akan makin runyam, maka ia segera menarik Gu Zhangfeng dan dengan enteng minta diri, lalu pergi melarikan diri.

Dengan sangat marah Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, lalu bertanya.

"Sebenarnya kau kenapa? Akhir-akhir ini kau sangat tak normal!"

"Sikapku sangat normal", Jin Yuanbao tertawa sinis.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tak benar!", Yu Qilin membelalakkan memelototinya.

"Dahulu kau tak seperti ini". matanya dan Dengan hambar Jin Yuanbao menyapukan pandangan matanya ke arahnya.

"Kalau begitu kau katakanlah, sebelum ini aku seperti apa?"

"Kau......", untuk sesaat Yu Qilin tak kuasa berbicara.

"Tak seperti sekarang ini!"

"Aku selamanya selalu seperti ini, terutama terhadap perempuan sepertimu ini".

"Jin Yuanbao! Berbicaralah dengan jelas! Perempuan sepertiku ini? Perempuan macam apa aku ini?"

Namun Jin Yuanbao tak menjawabnya dan hanya dengan sinis berkata.

"Pertama ada si culas Liu Wenchao yang berlagak sebagai pahlawan yang menyelamatkan si cantik, lalu ada si Xue er Jiejiemu yang palsu dan ikut menipu, menipu si tolol Gu Zhangfeng. Kau ini perempuan macam apa, apa dalam hati kau masih belum mengerti kau ini perempuan macam apa?"

Setiap perkataan itu bagai anak panah pencabut nyawa yang langsung menembus hati Yu Qilin! Ia terhuyung-huyung sejenak, lalu menggertakkan giginya dan berkata.

"Jin Yuanbao, kau sudah selesai berbicara atau belum? Tak apa kalau kau menghinaku, tapi untuk apa kau juga menghina sahabatku?"

"Sahabatmu?", Jin Yuanbao langsung menatapnya.

"Sahabatmu juga sangat pandai bersandiwara. Xue er bermarga apa? Dari keluarga apa? Siapa nama kecilnya?"

"Aku....." "Tak bisa menjawab? Sebagai tetangga yang sejak kecil tumbuh dewasa bersama, kau tak bisa mengatakannya?"

Yu Qilin menggertakkan giginya dan tetap berkeras kepala.

"Kenapa aku harus memberitahukannya padamu?"

"Masih ada satu hal lain, kalian berdua sama, ketika berbicara tak berani memandang mata lawan bicara", Jin Yuanbao mendekati Yu Qilin, ia menatap matanya dengan tajam, seakan hendak menembus ke dalam lubuk hatinya yang terdalam. Dipandangi seperti itu, bulu roma Yu Qilin berdiri.

"Kau......apa yang hendak kau lakukan?"

"Menurutmu aku masih tertarik padamu?"

Setelah berbicara, Jin Yuanbao berbalik dan meninggalkan kamar tidur itu dengan geram.

Dua hari kemudian, Jin Yuanbao menerima undangan Gu Zhangfeng untuk mengunjungi rumah obatnya yang baru, setelah tiba di sana, ia pun melihat Yu Qilin.

Beberapa hari ini, ia bersembunyi di kantor pabrik senjata, karena sudah beberapa hari tak bertemu dengan Yu Qilin, hatinya pun merasa rindu, akan tetapi, begitu memikirkan kebohongannya, ia cepat-cepat memaksa pikiran semacam itu keluar dari benaknya.

Ia tak lagi menyiksanya, dan tak lagi melabraknya, akan tetapi justru perlakuan yang dingin seperti itulah yang membuat hati Yu Qilin tak tenang.

Oleh karenanya, hari ini, ketika Gu Zhangfeng mengundangnya, ia tahu dengan jelas bahwa Yu Qilin akan berada di sana, dalam hati ia tak mengkehendakinya, namun mau tak mau ia harus datang.

Begitu masuk, ia melihat Jiang Xiaoxuan dan Yu Qilin duduk di samping meja sambil berbisik-bisik, rambut di pelipis mereka berdua saling menempel, nampaknya mereka sangat akrab, akan tetapi baginya pemandangan itu semakin menusuk matanya.

Seakan merasakan pandangan matanya, Yu Qilin mengangkat kepalanya dan memandangnya, begitu pandangan matanya bertubrukan dengan matanya sendiri, Jin Yuanbao tertegun sejenak, setelah itu pandangan matanya berubah menjadi penuh rasa muak.

Melihatnya, dengan amat tak senang Yu Qilin mengalihkan pandangan matanya, ia mendengus dan tak lagi memperdulikannya.

Jin Yuanbao memperhatikan keadaan di rumah obat itu secara sekilas, ia melihat bahwa walaupun rumah obat itu amat kecil, namun sangat lengkap, bersih dan rapi, cukup baik bagi Gu Zhangfeng untuk memulai usahanya.

Setelah selesai melihat-lihat, Jin Yuanbao hendak minta diri, namun Gu Zhangfeng segera menahannya, ia berkata dengan sikap misterius bahwa saat makan nanti ia hendak membicarakan suatu hal yang penting, maka ia harus tetap tinggal.

Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa tinggal.

Saat makan, Yu Qilin duduk berhadapan muka dengan Jiang Xuaoxuan di meja bundar, ia menghindari Jin Yuanbao jauhjauh, seakan sedang marah besar padanya, begitu melihatnya, Jin Yuanbao merasa tertekan, dengan asal ia makan beberapa hidangan, lalu hendak pergi.

Oleh karenanya, dengan terus terang ia bertanya.

"Bukankah kau berkata bahwa ada suatu hal penting yang hendak kau bicarakan, katakanlah, setelah berbicara aku akan pergi, di pabrik senjata sedang ada kesibukan".

"Oh.....", dengan ketolol-tololan Gu Zhangfeng menggaruk-garuk kepalanya, wajahnya kemerahan, lalu ia berbalik dan mengambil belasan buku pengobatan yang ditulisnya sendiri dari rak buku, setelah itu ia berdiri di hadapan Jiang Xiaoxuan dan memandang matanya.

"Sebenarnya, hari ini aku meminta mereka datang untuk menjadi saksi". Jiang Xiaoxuan tertegun dan tak bereaksi, melihat kejadian itu, Yu Qilin justru merasa tertarik.

"Hmm, hmm!", sambil membawa buku-buku itu, Gu Zhangfeng mendehem-dehem, lalu dengan sangat serius berkata.

"Xue er, sebelum mengenalmu, dalam hidupku hanya ada bahan obat dan resep obat, ini adalah buku-buku pengobatan tulisanku, di dalamnya tertulis ratusan resep obat yang telah kuselidiki dan sempurnakan selama bertahun-tahun. Hari ini, di hadapan Yuanbao dan Xiaoxuan, aku memberikan beberapa buku ini padamu. Aku ingin agar di kemudian hari kita dapat mempraktekkan ilmu pengobatan bersama untuk menolong umat manusia, ju an qi mei". Setelah berbicara sampai di sini, ia melihat bahwa Jiang Xiaoxuan menunduk dengan wajah kemerahan, Gu Zhangfeng merasa bahwa ia belum berbicara dengan jelas, maka ia menggertakkan giginya dan berkata dengan polos.

"Aku berkata bahwa aku hendak meminangmu. Aku tahu bahwa orang lain meminang dengan perhiasan, batu kumala dan barang-barang berharga lain, akan tetapi bagiku buku-buku pengobatan ini adalah barang yang paling berharga, semua yang kumiliki. Setelah ini, dalam hidupku, selain buku-buku pengobatan, hanya akan ada kau seorang, kalian semua adalah sesuatu yang paling berharga bagiku. Aku tahu bahwa pernikahan tak mudah, di kemudian hari kita akan seperti Yuanbao dan Xiaoxuan, dapat berbeda pendapat, dan dapat bertengkar, akan tetapi aku dapat menjamin bahwa seumur hidupku aku akan mengasihimu, mencintaimu, merawatmu dan mengurusmu. Aku akan mencari resep untuk membuat perkawinan kita bahagia, kalau kau menikah denganku si tabib ini, pernikahan kita selamanya akan tak akan pernah terluka, dan aku pun selamanya tak akan membuatmu terluka. Xue er, sudikah kau menikahiku?"

Setelah selesai berbicara, ia terus memandangi Jiang Xiaoxuan, tak bergeming.

Mata Jiang Xiaoxuan penuh rasa tersentuh, air matanya yang berlinangan menjadi berkilauan, di wajahnya muncul rona merah yang membuatnya semakin jelita.

Yu Qilin yang berada di sampingnya merasa amat terharu, ia bertepuk tangan dan berkata.

"Bagus sekali perkataanmu, Xue er, cepat sedikit katakan bahwa kau bersedia". Ketika mereka bertiga sedang tenggelam dalam kebahagiaan, Jin Yuanbao justru sedang tenggelam dalam rasa tercengang dan marah, sepasang matanya membelalak, seakan merasa bahwa adegan di hadapan matanya itu palsu, wajahnya menunjukkan rasa tak percaya.

"Aku.....", dengan ragu-ragu Jiang Xiaoxuan membuka mulutnya. Akan tetapi, sebelum ia sempat berbicara, Jin Yuanbao telah memotong perkataannya dengan gusar.

"Gu Zhangfeng, kau tak dapat menikahinya!"

"Kenapa?", Gu Zhangfeng tak menyangka bahwa sahabatnya Jin Yuanbao akan menghentikannya.

"Yuanbao, aku telah berpikir lama untuk menemukan cara melamar ini, apakah tak bagus? Aku mengatakan semuanya dengan tulus. Kenapa kau begitu marah?"

Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan yang berada di sampingnya pun tercengang melihat kelakuan Jin Yuanbao itu.

"Apakah aku yang tak mengerti, atau kau yang pura-pura tak mengerti?"

Jin Yuanbao bangkit dan berjalan ke hadapannya, lalu menunduk sehingga pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Gu Zhangfeng.

"Benda-benda berkilauan yang kau sebutkan itu hanya mainan anak kecil, perkawinan bukan urusan yang sederhana. Kau adalah seorang pria, seorang pria harus bertanggung jawab. Kau harus memikirkan keluarga Jin, kau harus memikirkan keluarga Gu, dan kau harus memikirkan ibumu, kenapa kau tak memikirkan semuanya itu? Gu Zhangfeng, tadinya aku mengira kau ini tolol, tapi hari ini aku baru tahu bahwa kau sama sekali tak punya otak". Yu Qilin tertegun, ia tak menyangka bahwa Jin Yuanbao dapat berbuat seperti itu, ia segera berkata dengan marah.

"Jin Yuanbao, Zhangfeng melamar Xue er adalah suatu peristiwa yang baik, aku begitu terharu sampai ingin menangis, aku hendak memberikan restuku pada mereka. Kenapa kau hendak menentang mereka, kau punya hak apa untuk menentang mereka? Ini adalah masalah mereka berdua, apa hubungannya dengan Keluarga Jin? Apakah kau benar-benar mengangap dirimu seorang majikan? Kau kuberitahu, Xue er adalah orang yang bebas, Zhangfeng juga orang yang bebas, kalau mereka bahagia bersama, mereka akan bersama, untuk apa harus memberimu muka padamu, atau harus mendengarkan omong kosongmu?"

Setelah berbicara, ia berpaling dan melihat ke arah Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng.

"Aku mendukung kalian, kalian tak usah menghiraukan Jin Yuanbao, beberapa hari ini ia tak normal".

"Kau wanita yang tak berotak ini, berani membuat kekacauan di sini, menambah minyak ke api, benar-benar keterlaluan, kau tak tahu bahwa kau harus bertobat". Jin Yuanbao murka. "Apa yang telah kulakukan? Aku merestui mereka dengan tulus, tak seperti kau yang tak sudi melihat orang lain bahagia". Gu Zhangfeng cepat-cepat menasehatinya.

"Yuanbao, kau jangan kesal, aku tahu kau mengkhawatirkan ibuku. Aku pun tahu bahwa ibuku akan marah besar, akan tetapi aku dan Xiaoxuan tak takut, kau tak usah mengkhawatirkan kami". Melihat bahwa Gu Zhangfeng tak memahami makna perkataannya, dengan gusar Jin Yuanbao mengibaskan lengan bajunya, lalu berbalik dan berlalu. Jiang Xiaoxuan memandangi Jin Yuanbao sambil mengerutkan dahinya, akan tetapi ketika setelah itu pandangan matanya jatuh ke wajah Gu Zhangfeng, hatinya perlahan-lahan terasa manis.

"Zhangfeng, aku sama sekali tak akan mengecewakanmu". Wajah Yu Qilin yang sedang marah, begitu mendengar perkataan itu langsung berubah menjadi penuh senyum, dengan bersemangat ia bertanya.

"Apakah kau mengatakan bahwa kau menyetujui lamarannya?"

Dengan kemalu-maluan Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk. Yu Qilin memeluknya.

"Bagus sekali, bagus sekali. Gu Zhangfeng adalah seorang pria yang baik, pantas untuk dijadikan tempat bersandar seumur hidup". Setelah itu ia berpaling dan menegaskan kepada Gu Zhangfeng.

"Kau tentunya tak boleh mengecewakan Xue er Jiejie". "Aku akan.....akan.....", untuk beberapa saat Gu Zhangfeng tak kuasa berkata apa-apa, nampak bahwa ia amat tersentuh. Melihat wajah mereka bertiga yang terharu dan penuh kebahagiaan, dengan kaku Jin Yuanbao menggeleng-geleng, lalu mundur beberapa langkah.

"Sudah gila, sekawanan orang gila, kalian semua sudah gila". Setelah berbicara, ia mendadak mendorong pintu hingga terbuka, lalu pergi dengan cepat. Jin Yuanbao yang tenggelam dalam rasa jeri dan khawatir berjalan dengan terhuyung-huyung ke sebuah kedai arak kecil di tepi jalan, begitu mencium wangi arak, ia seakan menemukan bintang penolong, tiba-tiba ia masuk ke dalam kedai itu. Setelah minum lima poci arak, ia mendengar dua lelaki di meja sebelah berbicara dari hati ke hati. Yang seorang berpakaian abu-abu, penampilannya seperti seorang sastrawan, sedangkan yang seorang lagi berpakaian hitam pendek, penampilannya seperti seorang jago silat, sang sastrawan menelungkup di atas meja, sambil berlinangan air mata ia berkata.

"Adik lelakiku berkeras hendak melompat ke lubang neraka, tapi aku tak bisa mencegahnya! Aku tak punya cara untuk mencegahnya!"

Dengan geram sang jago silat mengebrak meja.

"Apakah siluman rubah itu masih menjeratnya? Apa kau tak khawatir akan mencelakainya? Sudah tahu tak akan ada hasilnya, tapi masih melakukannya padanya! Kau harus menasehatinya baikbaik!" "Tapi ia tak mau mendengarkanku".

"Kalau begitu, kita harus memotong benang ruwet ini dengan pisau dan memutuskan perasaan rindunya", sang jago silat menggertakkan giginya.

"Kau harus memaksanya menikahi seorang istri, atau cari orang untuk menebus siluman rubah itu dan membawanya pergi! Semua masalah akan terpecahkan kalau masalah utamanya selesai!"

"Kalau begitu, ia akan membenciku".

"Setelah ia mengerti, ia akan berterima kasih padamu".

"Ya.....aku mengerti....."

Memotong benang ruwet dengan pisau.....kalimat ini masuk dalam-dalam ke benak Jin Yuanbao, ia memicingkan matanya, di wajahnya perlahan-lahan muncul seulas senyum yang aneh, setelah itu, sambil bertumpu pada meja ia bangkit, melemparkan serenceng uang kepeng ke meja, lalu berlalu.

Keesokan paginya, Nyonya Jin memanggil Yu Qilin, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan pun dipanggil, ketika mereka baru saja duduk, Liu Wenchao dan Liu Qianqian datang untuk mengucapkan selamat pagi, melihat orang-orang itu, mereka tertegun untuk sesaat, namun Liu Wenchao lalu sadar dan menarik Liu Qianqian untuk tinggal.

Gu Zhangfeng begitu gelisah hingga ia tak bisa duduk dengan tenang, diam-diam ia berbisik pada Jiang Xiaoxuan.

"Nyonya menyuruh orang memanggil kita, entah ada masalah apa?" Namun perkataan itu masuk ke telinga Jin Yuanbao yang baru saja masuk, begitu masuk ia berkata dengan lantang.

"Tentu saja pasti ada hal yang penting!"

Setelah berbicara, ia menghormat kepada Nyonya Jin. Biasanya Jin Yuanbao jarang bersikap formal seperti itu, Nyonya Jin pun merasa heran, ia tersenyum dan berkata.

"Baiklah, baiklah, cepat bangkit! Yuanbao, sebenarnya ada masalah apa? Jangan membuat orang menebak-nebak, katakanlah". Jin Yuanbao bangkit, melirik Yu Qilin di sampingnya, lalu berkata dengan perlahan.

"Anak hendak mengambil selir".

"Mengambil selir!"

"Mengambil selir!"

Begitu perkataannya diucapkan, di ruangan itu hanya terdengar dua suara.

Yang satu adalah suara Yu Qilin yang penuh rasa panik, sedangkan yang satu lagi adalah suara Liu Qianqian yang kegirangan....

Dahi Liu Wenchao sedikit berkerut, hal ini berada di luar dugaannya, Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan saling memandang, jari jemari tangan mereka di balik lengan baju masing-masing diam-diam bertautan.

Nyonya Jin jelas juga tak menyangkanya, teh yang berada di tangannya tumpah.

Ia mengerutkan keningnya dan perlahan1688 lahan meletakkan cawan tehnya, lalu saling memandang dengan Gu Daniang yang berada di sisinya.

"Yuanbao, kemarilah", Jin Yuanbao bangkit dan berjalan mendekat.

"Yuanbao, aku ingat saat terakhir kalinya kita membicarakan hal kau mengambil selir, kau menolak mentah-mentah, ibu melihat tekadmu sudah bulat, maka ibu menuruti kehendakmu. Kenapa hari ini kau hendak mengambil selir?"

"Ibu, saat itu anak tak setia dan tak berbakti, tak paham alasannya, tak mengerti maksud baik ibu, dan melawan kehendak orang tua, sehingga melukai hati ibu, anak telah bersalah". Perkataan Jin Yuanbao sangat jelas.

"Masalah itu sudah berlalu, jangan mengungkitnya lagi", Nyonya Jin melirik Yu Qilin, lalu dengan hati-hati bertanya.

"Kalau begitu sekarang kau sudah mengerti?"

"Anak sudah mengerti, seorang lelaki jantan sudah jamak kalau memiliki tiga istri dan empat selir, aku tuan muda Wisma Jin yang berwibawa seharusnya memiliki selir, agar dapat menghasilkan keturunan bagi Wisma Jin". Mendengar perkataan itu, Liu Qianqian diam-diam merasa girang, mau tak mau wajahnya nampak penuh harapan.

"Yuanbao.....", dengan susah payah Yu Qilin bangkit sambil bertumpu pada meja tinggi di sampingnya, setelah itu ia memaksa dirinya untuk tersenyum dan menarik-narik lengan baju Jin Yuanbao.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana kau bisa bercanda seperti ini di hadapan ibu?"

Dengan dingin Jin Yuanbao mengibaskan tangannya.

"Kau sudah begitu lama masuk ke Wisma Jin, apa kau belum mengerti aturan bahwa kalau orang lain sedang berbicara, kau tak boleh menyela?"

"Kau.....", Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa. Nyonya Jin memandang matanya, namun tetap tenang.

"Yuanbao telah paham alasannya, dalam hati ibu tentu senang, tapi entah kau hendak mengambil nona dari keluarga mana sebagai selir?"

Pandangan mata Jin Yuanbao menyapu semua orang di aula itu.

Ketika pandangan mata itu menyapu ke arah Liu Qianqian, ia begitu bersemangat hingga jantungnya melompat-lompat, wajahnya nampak tegang sekaligus penuh harap.

Akhirnya, pandangan mata Jin Yuanbao mengarah ke Jiang Xiaoxuan.

"Aku hendak mengambil Nona Xue er sebagai selir". Perkataan itu bagai sambaran geledek, wajah Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan nampak tertegun, Yu Qilin lebih tertegun lagi hingga ia mundur selangkah, karena tak waspada ia membentur vas bunga di meja tinggi di sebelahnya.

"Prang!", vas bunga itu terjatuh ke lantai, lalu hancur berkeping-keping..... Untuk sesaat Nyonya Jin tertegun, jelas bahwa ia tak menyangka keadaan akan menjadi seperti itu, ia kembali bertanya.

"Yuanbao, apakah kau hendak mengambil Nona Xue er sebagai selir?"

"Benar!", dengan amat pasti Jin Yuanbao menjawab. Yu Qilin segera maju ke depan, dengan suara bergetar, ia berkata pada Nyonya Jin seraya tersenyum.

"Yuanbao sedang bergurau denganmu...."

Akan tetapi dengan wajah pucat pasi, Jin Yuanbao menarik Yu Qilin ke belakang.

"Ibu, anak telah mengambil keputusan". Gu Daniang memandang Jiang Xiaoxuan yang wajahnya memerah dan gemetar, sambil tersenyum ia berkata.

"Furen, dahulu ketika tuan muda hendak mengambil selir, sebenarnya kita menginginkan Nona Xue er, sekarang tuan muda telah mengerti dan berubah pikiran, benar-benar bagus, aku akan segera menyuruh para gadis pelayan bersiap-siap".

"Tunggu dulu!", Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, lalu berkata dengan suara rendah.

"Sebenarnya apa yang hendak kau lakukan?"

Dengan hambar Jin Yuanbao membalas pandangannya, di sudut-sudut bibirnya muncul seulas senyum nakal.

"Aku telah memberitahukan maksudku dengan jelas, kau lupa membawa telinga atau lupa membawa otak?" "Aku berkata, kau hanya boleh mengambil selir, kalau kau menceraikanku atau kalau aku mati!"

Wajah Yu Qilin pucat pasi, ia mengepalkan tinjunya erat-erat seraya menyambut pandangan mata Jin Yuanbao.

Kali ini, ketika pandangan mata Jin Yuanbao bertemu dengan pandangan matanya, ternyata ia nampak agak jeri.

Jin Yuanbao tersenyum nakal dan mengalihkan pandangan matanya.

Ketika Nyonya Jin baru hendak berbicara, Gu Zhangfeng telah memburu ke samping Nyonya Jin, lalu berseru keras-keras.

"Akhirnya aku mengerti! Ternyata kau siang malam selalu menghalangi aku dan Xue er karena kau hendak merebutnya!"

"Zhangfeng, jangan menegurnya. kurang ajar!"

Gu Daniang berseru "Apa artinya tak boleh mencelakai saudara sendiri, apa artinya demi kebaikanku, ucapanmu lebih manis dari madu, tapi hatimu lebih kelam dari tinta! Sia-sia aku menganggapmu sebagai saudara selama dua puluh tahun lebih ini, kenapa aku tak tahu bahwa kau adalah seorang hina yang rendah! Kenapa tak terpikir olehku bahwa kau dapat mengkhianati saudaramu sendiri!"

Melihat emosi Gu Zhangfeng yang meledak-ledak, wajah Jin Yuanbao menjadi muram, ia berseru.

"Pergilah, jangan seperti si tolol kecil yang mengundang tertawaan orang". "Katamu aku si tolol kecil?", tiba-tiba Gu Zhangfeng merengut kerah baju Jin Yuanbao.

"Kaulah yang seorang tolol kecil! Kalau kau berani menyentuh Xue erku, aku akan mengadu nyawa denganmu!"

Sambil berbicara, sepasang tangannya memukul dan mencengkeram dengan serabutan ke arah Jin Yuanbao.

"Plak!", sebuah tamparan keras mendarat di wajah Gu Zhangfeng. Dengan tercengang Gu Zhangfeng memandang tangan Gu Daniang yang masih terangkat tinggi-tinggi, ia mengigit bibirnya, tak kuasa berkata apa-apa.

"Demi seorang wanita, tak nyana kau berani memukul shaoye, apa kau sudah gila?"

Ketika melihat Gu Zhangfeng dipukul, dengan khawatir Jiang Xiaoxuan segera memburu ke sisinya, mereka berdua pun saling memeluk dengan erat.

Dan tepat pada saat itu, ada satu lagi tamparan keras! Ruangan itu segera menjadi sunyi senyap.....

Jin Yuanbao menutupi wajahnya, dengan tercengang ia memandang Yu Qilin.

Sepasang mata Yu Qilin berlinangan air mata, ia menggertakkan giginya keras-keras, setelah beberapa saat ia barulah berkata.

"Jin Yuanbao, hari ini aku memukulmu, pertama, karena kau bersikap angin-anginan". Setelah ia selesai berbicara, sebuah tamparan lain mendarat di sisi wajah Jin Yuanbao yang lain.

"Kedua, karena kau berkhianat dan tak punya hati, serta mencampakkan temanmu....."

Setiap kali Yu Qilin memukul Jin Yuanbao, ia seakan memukul hati Nyonya Jin, matanya bagai memancarkan api, ketika Yu Qilin mengangkat tangannya, hendak menampar Jin Yuanbao untuk yang ketiga kalinya, Gu Daniang mencengkeram tangannya.

"Berhenti!", Nyonya Jin begitu marah hingga tubuhnya gemetar.

"Kau berani memukul suami sendiri, sama sekali tak tahu aturan", nada suaranya sedingin es.

"Akhirnya aku tahu kenapa Yuanbao berubah pikiran dan hendak mengambil selir. Selama aku masih hidup, kalian tak usah meributkan masalah ini, aku akan mengambil keputusan tentang hal ini". Setelah berbicara, Nyonya Jin berpaling ke arah Gu Daniang, lalu dengan amat tegas berkata.

"Xiaocui, segera persiapkan urusan tuan muda mengambil selir".

"Baik, furen!", seketika itu juga, Gu Daniang merasa beban berat di pundaknya menghilang, dengan wajah penuh senyum ia segera berlalu.

"Aku pasti akan mengurusnya dengan sebaik mungkin". Dengan tak percaya Yu Qilin memandangi Nyonya Jin, lalu memandangi Jin Yuanbao, air mata Yu Qilin bercucuran, ia mengigit bibirnya, lalu berbalik dan mengundurkan diri tanpa berkata apa-apa. Seakan dililit rantai besi seberat seribu jin, Jin Yuanbao berjalan dengan langkah-langkah berat ke kamar tidur, ia mendapati Yu Qilin sedang menelungkup di samping meja tulis, sedang menulis-nulis sesuatu dengan wajah gusar. Begitu mendengarnya pulang, Yu Qilin menengadah dan memandangnya, lalu menulis dengan amat cepat, dengan secepat kilat ia menulis huruf terakhir, lalu membanting kertas yang telah selesai ditulisnya itu di depan Jin Yuanbao.

"Ini surat permohonan cerai, mulai sekarang kita berdua putus hubungan dan kembali ke tempat masing-masing". Dengan dingin Jin Yuanbao memandang tulisan cakar ayam di kertas itu, ia merampas surat cerai itu, lalu meremasnya menjadi sebuah bola kertas dan melemparkannya ke wajah Yu Qilin.

"Gayanya kuat dan penuh tenaga, tulisan tangannya juga cakar ayam, isinya omong kosong, surat cerai yang kau tulis ini hanya sampah belaka". Yu Qilin memandang bola kertas yang perlahan-lahan jatuh ke tanah itu, ia menarik napas panjang dan menahan dirinya untuk beberapa saat.

"Kau merobek tulisan yang baru kutulis". Jin Yuanbao mengambil beberapa langkah ke arahnya, lalu tertawa sinis dan berkata.

"Kau bukannya telah dengan susah payah, dengan menggunakan segala cara dan muslihat, menjadi menantu keluarga Jin? Kenapa kau sekarang hendak pergi? Apa kau anggap Wisma Jin ini kedai teh, yang bisa kau datangi dan tinggalkan seenak hatimu? Kau anggap Wisma Jin kami ini tempat apa? Kau kuberitahu, kecuali kalau kau mati, atau aku menceraikanmu, untuk seumur hidupmu, selama kau masih bernyawa kau adalah anggota keluarga Jin, dan kalau mati menjadi setan keluarga Jin. Sedangkan mengenai Xue er itu, ia sendiri yang mula-mula datang tanpa diundang dan mengacaukan Wisma Jin, sekarang ia hendak pergi, tapi tak bisa. Kehormatan Keluarga Jin tak bisa kalian injak-injak seenak hati".

"Kalau kau berani mengambil selir, aku akan menceraikanmu!"

"Aku pasti akan mengambil selir ini!"

Yu Qilin amat gusar, ia mengangkat tangannya dan memukul arahnya, akan tetapi Jin Yuanbao menangkap tangannya.

"Wisma Jin kalian hanya macan kertas, aku tak pernah memandang peraturan kalian, dahulu aku ingin datang dan sekarang aku ingin pergi, apa kau pikir kau dapat memghalangiku?"

Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao menggambil kesempatan untuk mendorongnya ke ranjang, lalu mengunci kedua tangan Yu Qilin erat-erat.

Yu Qilin hendak menendang, akan tetapi kakinya ditekan oleh Jin Yuanbao, saat itu, Jin Yuanbao sering menempa besi di pabrik senjata, tenaganya tak sedikit bertambah kuat, Yu Qilin terpenjara di ranjang yang empuk, ia tak mampu berontak dan segera tak dapat meloloskan diri lagi.

"Kau si manusia rendah yang hina, keparat, binatang...."

Setiap kata itu menusuk Jin Yuanbao hingga ia kehilangan akal sehatnya, kalau bisa ia ingin meremas Yu Qilin hingga hancur berkeping-keping, lalu memasukannya ke dalam tubuhnya sehingga Yu Qilin tak lagi dapat menipu dirinya, dan tak lagi dapat dengan keras kepala menentangnya seperti ini! Tak lama kemudian, Jin Yuanbao makin lama makin mendekat, hembusan napasnya makin lama makin panas dan terengahengah.

Yu Qilin meronta-ronta dengan sia-sia, makin lama ia makin putus asa, ia berhenti meronta dan menelengkan kepalanya ke samping sambil memejamkan matanya.

Tepat pada saat air mata Yu Qilin mengalir, Jin Yuanbao berhenti.

Begitu Yu Qilin kembali membuka matanya, Jin Yuanbao telah berdiri di samping ranjang sambil memandanginya dengan dingin, dengan sikap menghina ia berkata.

"Hentikan aliran air matamu, aku sudah kenyang melihat sandiwara ini, kau masih berlagak mengodaku, tapi aku sama sekali tak tertarik". Yu Qilin merasa telah menerima penghinaan yang paling besar, dengan geram ia bangkit, hendak melangkah ke pintu dan pergi.

"Berhenti. Sebelum pengambilan selir, kau tak boleh pergi kemana pun, tunggulah aku dengan manis di rumah". "Aku sudah berkata bahwa kita sudah putus hubungan, sejak saat ini kita sama sekali tak punya hubungan. Kau tak usah mengurusiku". Jin Yuanbao mencengkeramnya, Yu Qilin hendak mengibaskannya, akan tetapi cengkeramannya sangat erat, tanpa ampun sedikitpun, Jin Yuanbao menariknya keluar.

"Karena ketika diajak bersulang kau tak sudi minum, kau terpaksa minum arak hukuman".

"Kau hendak menyeretku ke mana?", Yu Qilin meronta-ronta sekuat tenaga.

"Rumah Abu Keluarga Jin", Jin Yuanbao bersikap dingin.

"Sebelum aku mengambil selir, kau harus tinggal di sana untuk merenungkan kesalahanmu".

"Aku tak berbuat salah, yang salah adalah kau", sambil berbicara, Yu Qilin hendak mengigitnya. Ketika melewati lapangan tempat berlatih, Jin Yuanbao berseru memanggil.

"A Gui". A Gui segera datang.

"Shaoye! Siap!"

"Kurung nyonya muda di rumah abu!"

A Gui melirik Yu Qilin, lalu dengan bimbang mengangguk.

"Baik!" Setelah itu, Jin Yuanbao mendorongnya ke arah A Gui keraskeras. Tentu saja Yu Qilin tak sudi ikut mereka dengan sukarela tanpa berusaha melawan, sebagai nyonya muda, ia tak bisa sembarangan disentuh oleh mereka, maka mereka mengiringnya dengan menggunakan toya. Yu Qilin mana bisa melawan kekangan orang-orang yang mahir ilmu silat ini, ia hanya dapat meraung dengan marah.

"Jin Yuanbao, keparat kau!"

Di sepanjang jalan mereka melewati para pelayan, melihat sikap Jin Yuanbao dan Yu Qilin itu, mereka kebingungan, seseorang pun segera berlari untuk melapor pada Nyonya Jin.

A Gui dan beberapa orang lainnya mengawal Yu Qilin sampai ke depan pintu rumah abu, mereka mendorong pintu hingga terbuka, lalu mendorong Yu Qilin ke dalamnya.

Dengan terhuyung-huyung, Yu Qilin terjerembab ke lantai, dengan tercengang ia memandang Jin Yuanbao yang berada di belakangnya.

"Menghadaplah ke tembok dan renungkanlah kesalahanmu", dengan dingin Jin Yuanbao berbalik.

"Kau......apakah kau ini Jin Yuanbao?"

Mata Yu Qilin penuh rasa putus asa.

"Dari dahulu aku selalu Jin Yuanbao, tapi kau bukan....." Sebelum perkataannya selesai diucapkan sepasang daun pintu yang besar itu telah tertutup rapat, setelah itu terdengar suara keras pintu dikunci. Yu Qilin tertegun, lalu seakan gila menerjang ke pintu besar itu, dengan sekuat tenaga ia mengetuk pintu.

"Buka pintu! Buka pintu! Biarkan aku keluar!"

Pintu besar itu sama sekali tak bergeming. Dari balik pintu terdengar suara Jin Yuanbao memerintah A Gui.

"Kalian awasi nyonya muda baik-baik, tanpa izinku, siapapun tak boleh mengeluarkannya".

"Baik, shaoye". Yu Qilin mengedor-gedor pintu dengan sia-sia, akhirnya ia kecapaian, perlahan-lahan tangan dan kakinya menjadi lemas. Ia mengangkat kepalanya dan menyapukan pandangannya ke rumah abu itu, di dalam suasana yang remang-remang itu, nampak baris demi baris papan nama para leluhur keluarga Jin, membuat keadaan menjadi semakin angker, seketika itu juga ia menarik napas dengan terkejut, diam-diam bulu romanya berdiri. Dari sela-sela pintu, ia mengintip keluar.

"Jin Yuanbao, bergenerasi-generasi keluarga Jin memandangmu, apa kau tak takut mendapatkan pembalasan karena berbuat seperti ini?" Dari balik pintu terdengar suara sinis Jin Yuanbao.

"Semua yang kulakukan ini adalah demi keluarga Jin, kalau kau bijaksana, menurutlah padaku sedikit". Setelah berbicara, Jin Yuanbao melangkah pergi dengan jumawa. Melihat sosoknya yang penuh tekad, dengan suara parau Yu Qilin berseru.

"Jin Yuanbao, kembali! Kembalilah!"

Dari luar tak lagi terdengar ada jawaban, Yu Qilin yang kelelahan lahir dan batin dengan perlahan duduk di sudut tembok, sepasang tangannya memeluk bahunya sendiri, tubuhnya gemetar, dan air mata pun berlinangan memenuhi rongga matanya.

Rumah abu keluarga Jin tak jauh letaknya, Gu Daniang yang memapah Nyonya Jin cepat-cepat mendatanginya, di jalan mereka kebetulan berpapasan dengan Jin Yuanbao.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan penuh rasa khawatir, Nyonya Jin bertanya.

"Yuanbao, kudengar kau mengurung istrimu di rumah abu, kenapa bisa sampai jadi begini?"

"Ia tak senang aku mengambil selir, walau aku tak mengatakan sesuatu yang menyinggungnya, ia berani memukulku, dia telah memenuhi Tujuh Alasan Cerai. Aku mengurungnya di rumah abu supaya ia dapat merenungkan kesalahannya dengan tenang". Ketika mengatakan hal ini, Jin Yuanbao seakan sedang berbicara tentang seseorang yang tak ada hubungannya dengan dirinya, dingin dan tenang. Namun dengan puas Nyonya Jin mengangguk-angguk.

"Xiaoxuan memang keterlaluan, kalau ia diam-diam cemburu aku dapat memahaminya, namun ia tak boleh menunjukkannya di muka umum, seperti dalam pertengkaran yang ribut hari ini, memalukan sekali! Selain itu ia masih berani memukul kau suaminya, ia patut dihukum, kalau tidak apa yang akan dilakukannya di kemudian hari?"

"Anak akan melakukan apa yang kuanggap perlu, ibu tak usah terlalu khawatir".

"Asalkan ia sudah mengerti alasannya, sudah cukup, bagaimanapun juga, pernikahan kalian dianugerahkan oleh ibu suri, jangan membuat terlalu banyak keributan. Lagipula, ia adalah istri sahmu, bagaimanapun juga seorang istri sah adalah seorang istri yang sah, tak bisa dibandingkan dengan selir. Kau juga harus mempertimbangkan hal ini dengan baik". Nyonya Jin menghela napas, lalu, seakan sedang berbicara tentang Yu Qilin, dan juga seakan sedang berbicara tentang dirinya sendiri, berkata.

"Istri sah di keluarga-keluarga terpandang seperti ini, kelihatannya megah, namun di baliknya penuh penderitaan, hal seperti ini mana bisa dipahami oleh wanita-wanita biasa?"

Akan tetapi, saat ini Jin Yuanbao tak ingin mendengarkan perkataan Nyonya Jin itu, dengan seperlunya ia minta diri.

Akan tetapi saat Jin Yuanbao kembali ke Taman Songzhu, di bangku batu di taman telah duduk seorang wanita, begitu melihatnya datang, wanita itu segera berdiri dan menghadangnya.

Ia adalah Jiang Xiaoxuan.

"Yuanbao, aku hendak membicarakan sesuatu denganmu".

Jin Yuanbao melihatnya namun seakan tak melihatnya, ia terus melangkah ke depan sembari menyindirnya dengan sinis.

"Kenapa bisa begitu tak sabar sehingga kau berlari mencariku sendiri? Sekarang aku sangat sibuk, tak punya waktu luang, tiga hari lagi adalah hari bahagia kita berdua, kalau kau ingin mengatakan sesuatu, bicarakan saja tiga hari lagi".

"Aku datang tidak untuk bertengkar denganmu, bagaimana kalau kita berbicara dengan kepala dingin?"

Jiang Xiaoxuan berusaha sebisanya menahan dirinya.

"Diantara kita tak ada yang perlu dibicarakan, urusan mengambil selir sudah selesai diatur oleh Gu Daniang, setelah itu ia akan melaporkannya padaku". Jiang Xiaoxuan mengerutkan keningnya, sambil menahan amarah, ia meneruskan.

"Kalau kau tak mau bicara denganku, jawablah tiga pertanyaanku, bagaimana? Kuharap kau juga menanyai lubuk hatimu yang terdalam, lalu memberiku jawaban dengan sejujur-jujurnya". Jin Yuanbao memandangnya, seulas senyum hambar muncul di wajahnya.

"Kau berlari ke sini dengan begitu tergesa-gesa, bukankah karena ingin bertanya apakah aku mencintaimu atau tidak? Aku memang bukan Gu Zhangfeng, dan tak bisa mengucapkan perkataan konyol seperti itu". "Benar. Hal pertama yang ingin kutanyakan memang, apakah kau mencintaiku? Kurasa dalam lubuk hatimu yang terdalam kau sudah tahu dengan jelas bahwa kau tak mencintaiku", Jiang Xiaoxuan berkata dengan pandangan mata yang penuh tekad.

"Cinta atau tak cinta, apa hubungannya? Coba lihat para wanita biasa itu, apakah setiap hari mereka harus mendengar kata cinta? Cara Nona Xue er dibesarkan memang sangat baik". Namun Jiang Xiaoxuan tak marah, ia terus bertanya.

"Jin Yuanbao, karena kau tak mencintaiku, dahulu ketika nyonya menyinggung masalah mengambilku sebagai selir, kau menentang dengan tegas, tapi sekarang kau tiba-tiba mengingkari perkataanmu sendiri, kenapa?"

Jin Yuanbao baru saja hendak membuka mulut, namun Jiang Xiaoxuan menghalanginya.

"Kau tak boleh menjawabku dengan suatu perkataan untuk sekedar menyenangkan hatiku, seperti yang kau katakan pada ibumu itu, sepatah kata pun tak akan kupercayai. Lebih baik aku saja yang menjawabnya, kau dan Xiaoxuan bertengkar dan kau hendak menggunakan hal ini untuk membuatnya marah, supaya ia mau berkompromi denganmu, benar tidak?"

Dengan amat tulus Jiang Xuaoxuan berkata.

"Yuanbao, kita semua bukan anak kecil, mengambil selir bukanlah perkara kecil, kau tak boleh bertindak dengan gegabah karena marah. Menurut pendapatku, kau sangat mencintai Xiaoxuan sehingga kau sampai berbuat seperti ini. Sebenarnya ia juga sangat mencintaimu. Bagaimana kalau kita sudahi masalah ini sampai di sini saja? Aku akan menasehatinya baik-baik, dan kalian akan rujuk kembali".

"Supaya dapat rujuk dengannya, aku hendak mengambilmu sebagai selir? Itu hanya pikiranmu saja, kau benar-benar pandai mengarang cerita", Jin Yuanbao tersenyum sinis.

"Benar. Mengarang cerita memang kepandaian kalian berdua, hari ini aku kembali menerima pelajaran dari kalian".

"Kau tak boleh berbuat gegabah karena merasa dipelakukan dengan tak adil, keadaanku dan Xiaoxuan sudah kacau, kau jangan menambah masalah lagi, cepat sudahi masalah mengambil selir yang konyol ini".

"Aku membuat masalah? Masalah yang menimpa kalian, kalian cari sendiri. Aku sekali lagi memberitahumu dengan serius bahwa aku pasti akan mengambil selir". Jiang Xiaoxuan yang menjadi sasaran amarah Jin Yuanbao menenangkan raut wajahnya, mengumpulkan keberaniannya dan berkata.

"Baik, kalau begitu aku akan menanyakan pertanyaan ketiga padamu, aku Xue er adalah seorang bebas, dan juga bukan orang Wisma Jin mu, atas dasar apa kau dapat dengan sesuka hatimu menikahiku? Aku juga memberitahumu dengan serius bahwa aku tak setuju". Jin Yuanbao tertegun, namun dengan amat cepat menenangkan dirinya, lalu dengan hambar tersenyum.

"Perkataanmu itu malahan mengingatkanku akan suatu hal". Jiang Xiaoxuan terkejut.

"Kemari!"

Dua pelayan yang berada tak jauh dari tempat itu segera berlari menghampiri.

"Shaoye, ada perintah apa?"

Jin Yuanbao menunjuk Jiang Xiaoxuan seraya berkata.

"Kurung selir ini di kamar pengantin, urus dia baik-baik, kalau sampai terjadi apa-apa, kalian bertanggung jawab".

"Baik, shaoye". Kedua pelayan itu menarik Jiang Xiaoxuan. Jiang Xiaoxuan meronta-ronta.

"Jin Yuanbao, atas dasar apa kau menangkapku? Apakah memasukanku ke dalam tahanan rumah seperti ini sesuai dengan hukum?"

"Apa yang kuberikan pada Jiang Xiaoxuan juga akan kuberikan padamu ---- memangnya Wisma Jin adalah tempat yang boleh kalian datangi dan tinggalkan dengan seenaknya?"

Walaupun pagi itu keputusan baru diambil, malam itu Wisma Jin telah dihiasi berbagai lentera dan pita berwarna-warni, di manamana nampak warna kegirangan, namun warna itu bukan merah menyala, melainkan merah jambu.

"Jin Yuanbao! Serahkan Xue er padaku!" Dengan kening berkerut, Jin Yuanbao sedang duduk di depan meja sambil membaca laporan dari pabrik senjata, dari luar terdengar suara Gu Zhangfeng yang sudah akrab dengannya, suara itu penuh kecemasan.

"Biarkan aku masuk!"

"A Fu, cepat biarkan aku masuk!"

Nampaknya, ia telah bertemu dengan A Fu.

"Tabib Gu, kali ini tuan muda telah memberikan perintah tegas, bahwa tanpa seizinnya, siapapun tak boleh masuk....."

Suara A Fu yang merasa canggung terdengar.

"Dimana ia memgurung Xue er? Aku hendak menjenguk Xue er!"

"Gu Dage", A Fu merasa agak tak sabar, ia berbisik.

"Sudahlah. Pintu sudah dikunci, kalian hanya dapat mengintip dari sela-sela pintu". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, namun tak berkata apa-apa, setelah duduk dengan tenang selama beberapa saat, sekonyong-konyong ia berdiri, menyampirkan baju di bahunya, lalu tanpa menyalakan lentera, melangkah ke kamar samping dimana Jiang Xiaoxuan ditahan. Gu Zhangfeng sedang bersandar di ambang pintu kamar itu, ia mengintip ke dalam kamar melalui sela-sela pintu, sambil mengintip ia berkata.

"Xue er, ini adalah gula-gula pedas buatanku sendiri, rasanya sangat enak, dapat membuatmu merasa segar dan membuatmu merasa kenyang. Aku sengaja membawakannya untukmu".

"Benar-benar seorang tolol", suara tawa getir Jiang Xiaoxuan terdengar.

"Xue er, kau jangan khawatir. Aku pasti akan mencari cara untuk memgeluarkanmu. Setelah itu kita akan pergi jauh-jauh dan tak akan kembali lagi".

"Gula-gula ini benar-benar manis......", Jiang Xiaoxuan tak berkata apa-apa lagi. Dari sela-sela pintu, Gu Zhangfeng dapat melihat wajah mungil Jiang Xiaoxuan, ia pun tersenyum, namun makin lama wajahnya makin muram, dengan gusar ia berkata.

"Jin Yuanbao merampas perempuan baik-baik, aku akan menabuh genderang untuk mohon keadilan! Aku akan mengajukan gugatan!"

"Jangan bodoh, para pejabat saling melindungi, kau tak bisa melapor pada mereka", suara Jiang Xuaoxuan yang mengandung tawa terdengar.

"Zhangfeng kau jangan khawatir, sampai mati pun aku tak mungkin menikah dengan Jin Yuanbao, aku tak mungkin mengecewakan dirimu. Setiap perkataan yang kau ucapkan saat melamarku itu telah terukir dalam hatiku".

"Sampai mati pun tak mungkin menikah denganku, bagus sekali perkataanmu!"

Dengan dingin Jin Yuanbao berdiri di belakang Gu Zhangfeng.

"Namun mati tak segampang itu. Nona Xue er, aku tak mungkin membiarkanmu mati, aku enggan berpisah denganmu". Gu Zhangfeng terkejut, lalu seakan gila, ia menerjang ke arah Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao kau sudah gila, tidak, kau memang menderita kelainan.....Jin Yuanbao, kau jelas-jelas tahu bahwa aku dan Xue er hidup dan mati bersama, tapi bagaimana kau bisa hendak mengambil Xue er sebagai selir, padahal kita berdua telah bersaudara dua puluh tahun lebih".

"Saudara bagai tangan dan kaki, perempuan seperti pakaian, kau sendiri barusan ini berkata bahwa kita berdua telah bersaudara dua puluh tahun lebih, untuk apa merusak persaudaraan diantara kita hanya karena seorang perempuan? Seorang lelaki jantan kenapa harus takut tak mendapatkan istri? Nanti aku akan membantumu memilih seorang wanita yang cocok untukmu".

"Jin Yuanbao, bagaimana kau bisa mengatakan perkataan seperti itu? Kau gila tidak? Apa pikiranmu terang? Kau kuberitahu, aku tak menginginkan siapapun, hanya menginginkan Xue er seorang". Gu Zhangfeng merenggut kerah baju Jin Yuanbao.

"Sekarang aku sangat tenang, yang gila adalah kau. Kau tergilagila padanya, aku melakukan hal ini untuk kebaikanmu, pada suatu hari kelak kau akan memahaminya", dengan tenang Jin Yuanbao melepaskan tangannya. "Aku tak paham, selamanya tak akan paham. Kau kuperingatkan, cepat lepaskan Xue er dan batalkan niatmu mengambil selir, kalau tidak aku tak akan melepaskanmu".

"Terserah", dengan hambar Jin Yuanbao menjawab.

"Kemari! Bawa Tabib Gu pulang!"

"Jin Yuanbao, kau ini bejat, dosamu tak dapat diampuni! Sejak saat ini kita bukan saudara lagi!"

Gu Zhangfeng berteriak keraskeras dan menerjang ke arah Jin Yuanbao, dengan serabutan tinjunya memukul ke tubuh Jin Yuanbao. Jin Yuanbao tak bergeming, menerima pukulannya tanpa berkata apa-apa.

"Kau balaslah memukul! Balaslah memukul!"

Wajah Gu Zhangfeng berlinangan air mata.

"Yuanbao, sejak kecil ibu selalu memberitahuku bahwa kami adalah pelayan Wisma Jin, dan bahwa aku harus selalu mengalah padamu, tapi kau tak pernah memperlakukanku sebagai seorang pelayan, katamu aku adalah temanmu, aku adalah saudaramu".

"Aku ingat saat berusia tujuh tahun, aku ingin mengetahui khasiat minyak kesturi dari Daerah Barat, akan tetapi minyak kesturi seperti itu sangat berharga dan kebanyakan dipakai di istana. Ibu suri hanya memberimu beberapa tetes minyak kesturi, tapi aku memasukkan minyak kesturimu itu ke dalam air, setelah tahu, ibu memukulku keras-keras, nyonya pun menyalahkanku, hanya kau seorang yang membelaku, katamu bahkan minyak kesturi yang berharga pun hanya barang belaka.....dan ketika aku berumur sepuluh tahun, aku diam-diam kabur ke gunung untuk mencari bahan obat, aku tersesat, kakiku sakit, dan tak bisa berjalan pulang, ibuku cemas, ibumu pun menyuruh beberapa orang berkuda mencariku, akan tetapi sebelum menemukanku mereka telah menyerah. Kau sendirilah yang mengajak orang masuk ke hutan dan menemukanku, saat itu aku sangat kehausan dan kelaparan, katamu diantara hati kita ada suatu hubungan khusus, dan kau pasti akan dapat menemukanku, karena kita bersaudara......Yuanbao, pertimbangkanlah hubungan persaudaraan kita selama dua puluh tahun lebih, bantulah aku dan Xue er, jangan mencenderai hubungan kita, bagaimana?"

Sambil terus berbicara, Gu Zhangfeng berjongkok dan menangis keras-keras.

Jin Yuanbao memejamkan matanya dan tak lagi memandangnya, kalau bisa, ia juga ingin menutup telinganya, namun tentu saja, ia tak dapat melakukannya......oleh karenanya, ia perlahan-lahan berbalik, lalu berkata.

"Pada suatu hari kau akan mengerti, bahwa aku melakukan semua ini untuk kebaikanmu". Hari ini adalah hari bahagia ganda bagi Wisma Jin, di pagi hari tuan muda Wisma Jin akan mengambil alih kepemimpinan pabrik senjata, sedangkan malamnya ia akan menikahi seorang selir. Bagaimanapun juga ia hanya akan mengambil selir, maka Jin Yuanbao hanya mempersiapkan pakaian kebesaran untuk upacara pelantikan, dan tak secara khusus membeli pakaian baru untuk upacara mengambil selir malamnya, lagipula ia sepertinya telah merencanakan untuk melakukannya dengan diam-diam, bahkan tamu pun tak ada yang diundang seorang pun. Kalau dilihat dari luar, di Wisma Jin sama sekali tak ada yang luar biasa, seakan semua keramaian hanya disebabkan oleh upacara pelantikan Jin Yuanbao. Setelah melepas kereta kuda yang mengantar Jin Yuanbao dan Nyonya Jin ke pabrik senjata, A Gui cepat-cepat melangkah ke belakang Liu Wenchao, ia baru saja hendak membuka mulut, namun dihentikan oleh Liu Wenchao. Setelah mereka berdua berjalan memasuki halaman rumah Liu Wenchao, Liu Wenchao melihat ke sekelilingnya, setelah melihat tak ada orang, ia baru memberi isyarat pada A Gui untuk berbicara.

"Gongzi, aku telah melakukannya sesuai dengan petunjuk anda, begitu Jin Yuanbao menyulut meriam besar, tubuhnya akan hancur berkeping-keping". A Gui tersenyum, rencana yang telah disusun bertahun-tahun lamanya akhirnya akan berhasil.

"Bagus sekali, begitu Jin Yuanbao tewas, segera beritahu Pangeran Kedua", dengan puas Liu Wenchao memganggukangguk, lalu menjelaskan apa yang harus diperbuat setelahnya. "Siap!", dengan penuh hormat A Gui menjawab.

"Gongzi, apakah anda akan datang ke perayaan itu?"

Liu Wenchao tersenyum, kilau dingin muncul dengan sekilas di matanya.

"Tentu saja aku akan pergi, pertunjukan hebat yang sudah begitu lama direncanakan, mana bisa kulewatkan begitu saja".

"Ya, selain itu...."

Sambil berbicara sepasang majikan dan hamba itu berjalan keluar.

Setelah mereka berdua berjalan jauh, dari balik bunga-bunga di taman itu muncullah sebuah sosok, tubuhnya terhuyung-huyung, dan sekop di tangannya pun terjatuh ke tanah.

Ia cepat-cepat bertumpu pada pohon besar di sisinya, setelah dapat berdiri dengan teguh, ia barulah berjalan keluar dari tengah bungabunga dengan terhuyung-huyung, wajahnya pucat pasi, ia berjalan tanpa tujuan.

"Gege, mereka hendak membunuh Yuanbao Gege dengan ledakan. Bagaimana ini? Bagaimana ini?"

Yu Qilin duduk di lantai, ia memandang ke atas dan memperhatikan jeruji jendela yang hitam legam, ia merasa bahwa dibandingkan dengan sel di Liushan Men, tempat ini lebih menyedihkan.

Ketika ia sedang berpikir demikian, mendadak sehelai kertas disisipkan masuk dari sela-sela pintu.

Yu Qilin mengambilnya dan membacanya, di atasnya tertulis 'Ada orang yang hendak membunuh Jin Yuanbao dengan ledakan!' "Jin Yuanbao, kau benar-benar tak populer, begitu banyak orang ingin membunuhmu....."

Yu Qilin tertawa sendiri, namun setelah itu ia merasa ada yang tak beres.

"Hendak membunuh Jin Yuanbao dengan ledakan? Hari ini.....hari ini adalah hari pelantikan Yuanbao. Celaka!"

Ia mendapat firasat buruk dan bangkit, lalu dengan kebingungan menerjang ke pintu dan dengan sekuat tenaga mengedor pintu.

"Lepaskan aku, lepaskan aku! Aku ingin mencari Yuanbao!"

Akan tetapi pengawal di balik pintu itu mana bisa memahami teriakannya? Mereka semua hanya berharap agar nanti malam mereka dapat minum sepoci arak kegirangan sang tuan muda.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana ini? Bagaimana ini?"

Yu Qilin tak berdaya, dengan cemas ia berjalan mondar-mandir dalam ruangan itu, namun tak kunjung mendapat akal.

Sekonyong-konyong tercium sebuah bau hangus yang tajam, dengan samar-samar ia melihat nyala api berkobar-kobar di balik pintu, pada saat yang sama di luar terdengar seruan-seruan.

"Kebakaran! Kebakaran!"

Ia cepat-cepat berlari ke ambang jendela dan melihat keluar, cahaya merah api menyinari wajahnya. Setelah itu.

"Klang, klang!", terdengar suara gembok di balik pintu dibuka, Yu Qilin cepat-cepat berlari ke mulut pintu, ia hendak mengedor pintu untuk minta tolong, namun tak nyana, begitu ia mendorongnya, pintu itu langsung terbuka. Di balik pintu, sebuah sosok jelita berkelebat, namun Yu Qilin tak sempat melihatnya dengan jelas, ia langsung menganggapnya seorang gadis pelayan dari halaman itu, yang sekarang pergi untuk memadamkan api. Tanpa ragu sedikitpun, ia langsung menerjang keluar dari pintu. Sedikit demi sedikit waktu berlalu hingga tiba di waktu yang penuh keberuntungan, selangkah demi selangkah, Jin Yuanbao menapaki tangga dan naik ke panggung upacara, di bawah sinar mentari, baju zirah yang dikenakannya memancarkan cahaya yang berkilauan. Setiap kali melangkah, hatinya makin tenggelam, semakin lama ia semakin merasa bahwa semua yang dilakukannya hanya lelucon belaka, dan baris demi baris para prajurit yang berdiri dengan rapi itu datang hanya untuk menertawakan dirinya saja. Tentu saja, tak seorang prajurit pun menertawakannya, mereka semua menengadah memandangnya, terhadap pemimpin yang akan mengambil alih pabrik itu, mereka merasa hormat sekaligus ingin tahu. Jin Yuanbao berjalan sampai ke tengah panggung upacara, ia menarik napas panjang, berbalik, lalu dengan angkuh memandang semua orang yang berada di kaki panggung. Tanpa bersuara Liu Wenchao berjalan ke sisi pasukan, sambil memicingkan matanya ia memandang Jin Yuanbao yang berada di atas panggung, di matanya nampak pandangan menghina yang penuh sindiran.

"Teng....."

Bel penanda waktu keberuntungan berdentang, pengurus pabrik senjata maju dengan sikap hormat sambil membawa sebuah kotak.

Di dalam kotak itu, terdapat kejayaan terbesar keluarga Jin, yaitu tanggung jawab yang mereka pikul.

Ia perlahan-lahan berjalan ke hadapan Jin Yuanbao, di sisinya segera berdiri seorang jenderal muda yang memakai baju zirah ringan, yang lalu membungkuk kepada sang pengurus dengan khidmat, lalu menerima kotak di tangan pengurus itu.

Dengan amat hati-hati, sang pengurus pabrik senjata membuka kotak itu, di dalam kotak itu ada sebuah benda berbentuk kotak yang dibungkus dengan kain merah, setelah itu, kain merah itu dibuka, dan sebuah stempel besar berwarna putih salju pun muncul di hadapan mata para penonton.

Ketika Jin Yuanbao melihat stempel itu, perasaan dalam hatinya sukar dijelaskan.

Melihat kegagahan Jin Yuanbao, perlahan-lahan seulas senyum puas muncul di wajah Nyonya Jin.

Setelah itu, sang pengurus mengajak Jin Yuanbao dan Nyonya Jin berjalan ke sebuah tenda yang diselimuti kain merah.

Di bawah panggung, tangan Liu Wenchao tiba-tiba mengepal, ia memandangi Jin Yuanbao tanpa berkedip.

Nyonya Jin mengangsurkan tangannya, dengan agak gemetar, tangannya menyentuh tubuh meriam besar itu, ia mengambil napas, memandang ke bawah panggung, lalu dengan bersemangat berkata.

"Dua puluh tahun yang lalu, bangsa asing menyerbu, perbatasan tak dapat dipertahankan, Jenderal Besar Jin Jing maju berperang demi negara, bermandikan darah di medan perang dan gugur sebagai seorang pahlawan. Saat itu di istana ada orang yang berkata bahwa di Wisma Jin hanya tersisa seorang janda dan putranya, dan mengusulkan agar istana menarik kembali kewenangan keluarga Jin atas pabrik senjata ini, dan mencari orang lain yang jujur dan berbakat. Saat itu, Yang Mulia mengesampingkan segala usulan itu, pabrik senjata tak hanya tempat untuk membuat senjata tajam maupun senjata api bagi negara, namun juga merupakan simbol pembelaan terhadap negara; Jenderal Jin telah gugur di medan perang, namun putranya masih hidup! Asalkan pabrik senjata berada di tangan keluarga Jin, kita tak usah mengkhawatirkannya akan jatuh ke tangan orang-orang licik dan dijadikan alat untuk merebut kekuasaan!"

Begitu selesai mendengarnya, darah panas para prajurit bergolak, mereka berulangkali bersorak-sorai. Melihatnya, Nyonya Jin mengangguk puas, memandang ke arah Jin Yuanbao, lalu berbicara dengan perlahan.

"Dua puluh tahun, berlalu dalam sekejap mata. Hari ini putraku Jin Yuanbao telah dewasa, aku si wanita tua ini sudah cukup dua puluh tahun mengawasi pabrik senjata, dan akhirnya dapat menyambut pemimpin yang seharusnya menempati kedudukan ini. Jin Yuanbao, dalam tubuhmu mengalir darah panas ayahmu yang setia pada kaisar dan negara, pelindung perbatasan dan rakyat jelata. Hari ini ibu mohon titah pada Yang Mulia, untuk menunjukmu menjadi pemimpin pabrik senjata secara resmi, apakah kau sudah mempersiapkan dirimu dengan baik?"

Jin Yuanbao berlutut dengan sikap hormat.

"Putramu Jin Yuanbao akan berusaha sekuat tenaga untuk memikul kewajiban berat mengurus pabrik senjata, pertama, untuk menerima kemurahan hati Yang Mulia yang amat besar, kedua, untuk meneruskan pekerjaan yang ditinggalkan oleh mendiang ayah, setia kepada kaisar dan negara, melindungi perbatasan dan rakyat jelata!"

Setelah itu, secara simbolis Nyonya Jin menyerahkan stempel kebesaran pabrik senjata ke tangan Jin Yuanbao.

Jin Yuanbao memandang stempel kebesaran itu, menarik napas dalam-dalam, lalu dengan khidmat menerimanya, ketika jari jemari tangannya menyentuh stempel yang sedingin es itu, tibatiba ia merasa bahwa keputusan yang diambilnya sama sekali tak salah, tak perduli apakah ia adalah Yu Qilin atau tidak, tak perduli apakah demi dia atau tidak, sebagai pewaris Wisma Jin, dirinya tak bisa menghindar dari kewajiban ini.

Seketika itu juga, Jin Yuanbao merasa bahwa ia telah dewasa.

Akan tetapi air muka Liu Wenchao yang berada di kaki panggung, ketika melihat peristiwa ini, mau tak mau mengerenyit aneh, seakan penuh gairah, dan juga penuh amarah.

Nyonya Jin membawa Jin Yuanbao melangkah ke hadapan sebuah meriam besar yang diselimuti kain merah, lalu ia sendiri mundur.

Jin Yuanbao pun menyingkapkan selubung merah itu! Seketika itu juga, muncullah sebuah meriam besar setebal pelukan seorang dewasa yang amat lurus dan hitam legam! Di bawah sinar mentari meriam itu makin nampak perkasa dan angker.

Para penonton di bawah kontan berdecak kagum.

Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya untuk meraba senjata besi itu, ia merasakan semangat di dadanya berkobar-kobar, kepada orang-orang di kaki panggung ia berkata dengan lantang.

"Orang zaman kuno berkata, barangsiapa hendak berbuat kebaikan, ia harus terlebih dahulu mengasah senjata hingga tajam. Senjata terkuat Ming Agung semua berasal dari pabrik ini, Yang Mulia memerintahkan keluarga Jin untuk mengawasi pabrik senjata ini, karena Yang Mulia amat murah hati, dan karena Yang Mulia mempercayai keluarga Jin. Kita semua telah menerima anugerah besar dari Yang Mulia, oleh karenanya kita harus berusaha keras untuk melindungi tanah air Ming Agung! Hidup Yang Mulia, wansui, wansui!"

Di bawah pimpinan Jin Yuanbao, seruan 'wansui' itu bagai gelombang tsunami.

"Meriam besar ini telah digunakan dalam ekspedisi ke utara dan telah mengukir prestasi militer yang luar biasa, sehingga dianugerahi gelar 'Jenderal Berbaju Merah' oleh Yang Mulia! Hari ini kita mengadakan upacara besar untuk menembakkan meriam ini untuk menunjukkan kekuatan persenjataan Ming Agung kita!"

Tepuk tangan bergemuruh. Pengurus pabrik maju selangkah, lalu berkata dengan lantang.

"Sulut meriam besar dan mulai upacara!"

Setelah itu, jenderal muda yang berada di sampingnya segera menyerahkan obor yang telah dipersiapkan sebelumnya kepada Jin Yuanbao.

Jin Yuanbao menerima obor itu, lalu berbalik untuk memandang Nyonya Jin, Nyonya Jin tersenyum puas dan membalas pandangannya untuk memberinya semangat.

Jin Yuanbao pun tersenyum, lalu berbalik dan memperhatikan sekelilingnya, ia menarik napas dalam-dalam, sikapnya cukup berwibawa.

Tepat ketika Jin Yuanbao hendak menyulut sumbu dengan obor, tiba-tiba angin bertiup, obor pun padam.

Di kaki panggung, Liu Wenchao yang wajahnya agak pucat amat terkejut.

Para pejabat yang berada di bawah juga saling memandang.

"Apakah di sana ada angin jahat?"

"Ini pertanda buruk....."

Liu Wenchao melirik mereka berdua, kedua orang itu segera menutup mulut mereka.

Ketika semua orang sedang tertegun, Liu Wenchao melangkah dengan cepat ke depan, lalu kembali menyalakan obor itu.

Nyonya Jin mengangguk ke arah Jin Yuanbao, memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja, dan agar ia meneruskan upacara hingga selesai.

Melihat pandangan mata sang bunda yang menyemangatinya, Jin Yuanbao mengangguk.

Setelah itu, Liu Wenchao menyerahkan obor kepada Jin Yuanbao.

Jin Yuanbao mengangkat obor itu lalu menghadap ke arah sumbu.

Begitu sumbu disulut, lelatu berterbangan ke segala penjuru, terbakar dengan bunyi bergemerisik.

Secara refleks, Liu Wenchao mundur beberapa langkah.

Sumbu itu terus pangkalnya.

terbakar, api sudah hampir mencapai Jin Yuanbao memandang sang bunda di kejauhan, pandangan mereka bertemu dan mereka saling tersenyum tanpa berkata apa-apa.

Mendadak, di balik pintu gerbang terdengar suara ribut, ketika Jin Yuanbao melihat ke arahnya, ia terkejut, entah sejak kapan, Yu Qilin telah muncul di tengah lapangan, dengan menggunakan ilmu ringan tubuh, ia berlari seakan terbang menghampirinya sambil menginjak kepala para hadirin, di belakangnya nampak serombongan prajurit bersenjata yang nampaknya sedang berusaha menghalanginya.

Dan tepat pada saat itu, sumbu telah terbakar sampai ke ujungnya.

Wajah Liu Wenchao sangat tegang, penuh penantian dan gairah, dalam sedetik ia akan dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Jin Yuanbao hancur berkepingkeping terkena ledakan, suatu keberhasilan besar! "Cepat! Tiarap! Turun!", seru Yu Qilin.

Sebelum semua orang sempat bereaksi, Yu Qilin telah melompat turun dari udara, lalu memburu ke sisi Jin Yuanbao dengan sekuat tenaga, lalu mendorongnya ke tanah.

Liu Wenchao amat terkejut, dengan cemas ia memandang Yu Qilin, setelah bimbang sejenak, ia segera bereaksi dan mendorong Nyonya Jin yang berada di sampingnya ke tanah.

Bagaikan petir di siang bolong! Sekonyong-konyong panggung upacara dipenuhi kobaran api, bola mesiu dalam mulut meriam meledak, serpihan berterbangan ke segala penjuru.

Sang pengurus pabrik dan sang jenderal muda yang berdiri di samping meriam tak sempat berjaga-jaga, mereka tertusuk serpihan-serpihan meriam dan terjungkal ke tanah.

Para hadirin di lapangan itu amat terkejut, mereka berteriak kaget dan melarikan diri.

Asap perlahan-lahan buyar, situasi di lapangan itu kacau balau.

Yu Qilin masih terus berusaha menindih Jin Yuanbao di bawah tubuhnya sendiri.

Liu Wenchao meliriknya, ia merasakan bahwa orang di bawah tubuhnya sendiri masih bergerak-gerak, maka ia segera bertanya dengan penuh perhatian.

"Guma, kau tak apa-apa?"

Nyonya Jin tersadar dan segera merayap bangkit, lalu berlari ke arah Jin Yuanbao.

"Yuanbao, Yuanbao!"

Di tengah kebingungannya Jin Yuanbao mendengar teriakan ibunya, hatinya terkesiap, ia segera meronta dan mendorong Yu Qilin pergi, dilihatnya bahwa rambut Yu Qilin berantakan, dahinya terluka terkena benturan dan telah mengalirkan darah.

Hatinya terguncang, ia segera hendak membelai Yu Qilin, akan tetapi sebelum ia sempat menyentuh pipi Yu Qilin, ia telah jatuh pingsan.

Ketika melihat Jin Yuanbao jatuh pingsan, hati Yu Qilin menjadi galau, dengan cemas ia berseru.

"Yuanbao, dimana kau terluka? Sadarlah, sadarlah!"

Saat itu, Nyonya Jin telah berlari ke sisi Jin Yuanbao, ia mengangkat kedua tangan Jin Yuanbao seraya memanggilnya.

"Yuanbao, cepatlah sadar, jangan menakut-nakuti ibu, ya?"

Akan tetapi Jin Yuanbao masih tak sadarkan diri.

Ketika Liu Wenchao yang berada di sampingnya melihat bahwa Jin Yuanbao entah masih hidup atau sudah mati, hatinya tergerak, ia memaksa dirinya untuk menekan perasaannya yang bergejolak dan memasang tampang khawatir.

Nyonya Jin sangat ketakutan, tanpa memperdulikan penampilannya, ia terus menjerit-jerit bagai orang gila.

"Kemari! Selamatkan dia!"

Entah setelah tertidur berapa lama, Jin Yuanbao merasa ada seseorang membuka matanya dengan tangan, matanya dipaksa untuk membuka, mula-mula ia ingin melawan, akan tetapi sekujur tubuhnya lemas, ia seakan tak dapat mengendalikan keempat anggota tubuhnya.

Perlahan-lahan pandangan matanya kembali menjadi terang, setelah dapat melihat dengan jelas, ternyata Tabib Istana Wang sedang memeriksa tubuhnya.

Setelah Tabib Istana Wang melihat pandangan matanya berubah dari kabur menjadi terang, ia melepaskan tangannya.

Jin Yuanbao segera mengkedip-kedipkan matanya, setelah itu sedikit demi sedikit pikirannya pun menjadi terang, keempat anggota tubuhnya juga dapat digerakkan, ia melihat bibir Tabib Istana Wang membuka dan menutup, lalu Yu Qilin dan Nyonya Jin berjalan menghampirinya dengan wajah cemas.

Nyonya Jin duduk di sisi ranjangnya dan dengan lembut mengelus-elus dahinya, selain itu ia juga memandangi dirinya, seakan merasa lega, bibirnya membuka dan menutup beberapa kali, seakan sedang berbicara, akan tetapi, sama sekali tak mengeluarkan suara! Yu Qilin juga berjalan mendekat, dahinya terluka dan dibalut perban, samar-samar nampak bercak darah merembes keluar, bibirnya pun bergerak-gerak, akan tetapi juga sama sekali tak bersuara.

Setelah beberapa saat.....

Jin Yuanbao tertegun dengan panik, ia melihat Nyonya Jin dan Yu Qilin sedang bercakap-cakap, namun.....

Ia pun mengerti, bukan mereka yang tak bersuara, melainkan dirinya sendirilah yang tak dapat mendengar.

Akan tetapi, seharusnya hal ini menguncang dirinya, namun kali ini, tak nyana ia merasa tenang.

Di dunia yang sama sekali sunyi ini, hatinya memahami banyak hal.....

Kebaikan Yu Qilin padanya, tidaklah palsu.

Ketika ia menerjang ke atas panggung itu dan melindungi dirinya dengan tubuhnya sendiri, Jin Yuanbao tersadar, dan pada saat itu, dirinya menyesal karena telah menyiksanya.

Kalau dirinya tuli.....apakah meninggalkannya? Yu Qilin masih tak akan Kalau setelah menjadi tuli.....dirinya menjadi seorang cacat, mungkin dirinya tak perlu lagi menghiraukan titah kekaisaran, dan tak perlu lagi menghiraukan tanggung jawab? Tak ada lagi gelar, tak ada lagi peran yang harus dimainkannya, ia dapat menjadi dirinya sendiri dengan sejujur-jujurnya, dengan demikian, ia dapat mencintainya tanpa ketakutan.....tentu saja, kalau Yu Qilin tak meninggalkan dirinya.

Perasaan dalam hati Jin Yuanbao bukan rasa sedih, rasa sakit sakit, atau rasa terkejut, melainkan rasa tenang, sebuah ketenangan yang sulit dimengerti.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua wanita yang dicintainya tak henti-hentinya berbicara padanya, namun dirinya hanya dapat tersenyum dan menjawab dengan hambar.

"Apa yang kalian bicarakan, aku tak bisa mendengarnya...." Mendengar perkataannya, mula-mula Nyonya Jin terkejut, lalu dengan tercengang mencengkeram bahunya dan berteriak keras-keras di depan telinganya.

"Yuanbao! Yuanbao!"

Jin Yuanbao tak bisa mendengar suaranya, ia hanya merasa bahwa telinganya diterpa hembusan napas hangat, dengan kebingungan ia menggeleng-geleng, lalu berkata.

"Aku benarbenar tak bisa mendengar....."

Ia tak tahu bahwa begitu perkataan itu didengar oleh Nyonya Jin, hati Nyonya Jin seakan dicungkil, Nyonya Jin duduk sambil tertegun di sisi ranjang, tak kuasa berkata apa-apa.

Yu Qilin selalu bersikap tenang, berdiri dengan tenang.....setelah beberapa saat, ia barulah menghampirinya, lalu dengan amat hati-hati bertanya.

"Yuanbao, kau tak bisa mendengar?"

Walaupun ia tak bisa mendengarnya, namun dengan melihat Jin Yuanbao memahami maksudnya, ia mengangguk-angguk seraya berkata.

"Benar.....aku tak bisa mendengar". Nyonya Jin segera bertanya pada Tabib Istana Wang.

"Kenapa bisa begini?"

Tabib Istana Wang segera maju dan memeriksa kepala Jin Yuanbao dengan seksama, setelah itu ia menghembuskan napas dengan pelan dan berkata.

"Furen tak usah khawatir, gendang telinga tuan muda terguncang hingga terluka, sehingga untuk sementara kehilangan kemampuan mendengar". "Apa? Katanya ia tuli?"

Nyonya Jin amat terkejut sehingga tak mendengar kata 'sementara' itu. Tabib Istana Wang menenangkannya.

"Keadaan seperti ini sudah pernah kujumpai, reaksi setiap orang terhadap suara tak sama, gendang telinga tuan muda mungkin lebih peka dibandingkan dengan kebanyakan orang, sehingga terpengaruh ketika ia mendengar suara keras. Furen jangan khawatir, ini hanya ketulian sementara, asalkan dirawat dengan baik, dalam beberapa hari akan dapat pulih". Begitu mendengar bahwa ia dapat kembali pulih, hati Yu Qilin terasa tenang, ia segera mencecar sang tabib.

"Dapat pulih kembali? Berapa lama lagi?"

"Sukar untuk dikatakan, setiap orang berbeda-beda", Tabib Istana Wang duduk dan mengambil kertas serta kuas tulis dari dalam kotak obatnya.

"Tubuh tuan muda sedang kuat-kuatnya, mungkin tak terlalu lama. Mohon furen dan shao furen jangan khawatir, aku akan menulis beberapa resep untuk tuan muda, supaya ia dapat menenangkan dan memulihkan diri". Setelah berbicara, ia menulis resep obat di atas kertas, lalu memberikannya kepada Nyonya Jin. Nyonya Jin mengambil kertas itu dan membacanya, lalu memerintah A Fu.

"Cepat pergi ambil obat!"

"Baik!", A Fu menerima mengundurkan diri. resep itu, lalu dengan cepat Nyonya Jin berbalik dan melangkah ke sisi Jin Yuanbao, dengan lembut mengenggam tangannya, lalu dengan penuh kasih seorang ibu berkata dengan perlahan.

"Tenangkan dan pulihkan dirimu, kau akan baik-baik saja". Walaupun tak bisa mendengar perkataan sang bunda, namun ketika melihat raut wajahnya yang penuh kasih dan penghiburan, Jin Yuanbao mengangguk-angguk. Nyonya Jin berpaling ke arah Yu Qilin, memperlihatkan senyum keibuan yang sudah lama tak terlihat.

"Kali ini untung saja ada kau....."

Setelah berpikir sejenak, ia merasa bahwa ada sesuatu yang aneh, maka ia kembali bertanya.

"Dari mana kau tahu kalau ada orang yang hendak mencelakai Yuanbao?"

"Saat aku dikurung di rumah abu, ada orang yang menyisipkan sehelai kertas, yang mengatakan bahwa ada orang yang hendak membunuh Yuanbao dengan ledakan!"

"Apa?"

Sambil mengerutkan dahinya, Yu Qilin berkata.

"Mula-mula aku juga mengira bahwa itu hanya gurauan, namun setelah itu, semakin lama sepertinya semakin aneh, tepat pada saat itu, di luar rumah abu tiba-tiba ada kebakaran, kunci pintu dibuka, dan aku segera menerjang keluar". Begitu kebetulan? Dahi Nyonya Jin berkerut dalam.

"Kau tahu siapa yang memberimu tulisan itu?"

"Tak tahu", Yu Qilin menggeleng-geleng. Sambil memicingkan matanya Nyonya Jin memandanginya untuk beberapa saat, setelah melihat bahwa ia sepertinya tidak sedang berbohong, ia mengangguk seraya berkata.

"Kau rawatlah Yuanbao baik-baik".

"Ya.....", Yu Qilin mengangguk.

"Ibu, kau jangan khawatir". Nyonya Jin memberi beberapa kalimat penjelasan lagi, lalu pergi sambil mengajak gadis pelayannya. Meriam besar di pabrik senjata yang dikelola keluarga Jin meledakkan tuan muda, begitu perkataan itu terdengar, akan langsung menjadi gurauan besar! Nyonya Jin merasa ada sesuatu yang tak beres, setelah kembali ke Taman Furong, ia langsung memanggil Liu Wenchao, lalu bertanya dengan seksama mengenai detil-detil persiapan upacara dan apakah ada orang yang mencurigakan. Akan tetapi, walaupun Nyonya Jin cerdas dan bijak, ia sama sekali tak menyangka bahwa pelaku utamanya adalah Liu Wenchao yang sedang berdiri di hadapannya sambil terus menerus menyalahkan dirinya sendiri. Tentu saja, Nyonya Jin tak bisa menyalahkan Liu Wenchao, ia hanya menyuruhnya untuk menyelidiki hal itu dengan seksama. Sayang sekali, pengurus meriam besar itu tewas dalam ledakan itu, sekarang karena semua bukti hilang bersama dengan tewasnya saksi mata, makin sukar lagi untuk mengungkapkan peristiwa itu. Melihat Nyonya Jin merasa cemas, Liu Wenchao segera menggunakan kesempatan itu, untuk, dengan alasan hendak menyelidiki peristiwa itu, minta lingpai pabrik senjata. Nyonya Jin sama sekali tak curiga dan memberinya lingpai itu, ia hanya menyuruh Liu Wenchao untuk menyelidiki peristiwa itu dengan seksama, apapun yang terjadi, sebelum Jin Yuanbao pulih, ia harus memberi penjelasan pada Nyonya Jin dan seluruh istana. Selain untuk sementara kehilangan pendengarannya, tak ada hal lain yang luar biasa dalam diri Jin Yuanbao, setelah beristirahat sejenak, Yu Qilin memapahnya ke Taman Songzhu. Sambil berjalan, Yu Qilin mengerutu dengan berbisik-bisik, dengan memanfaatkan saat Jin Yuanbao tak bisa mendengar, ia meluapkan seluruh kekesalan dalam hatinya.

"Jin Yuanbao, ternyata kau berani mengurungku di rumah abu? Kau anggap aku ini apa? Anjing atau kucing kecil? Kalau sedang gembira kau peluk dan cium-cium, kalau sedang tak senang lantas kau tendang? Kau kuberitahu, kalau ada orang yang membebaskanku, rumah abu keluarga Jinmu sudah kubakar habis!"

Jin Yuanbao tak bisa mendengar, ia hanya merasakan bahwa Yu Qilin berjalan sambil melompat-lompat di sisinya, di wajahnya muncul seulas senyum, ia sedikitpun tak tersinggung. Yu Qilin mengulirkan matanya.

"Jangan tersenyum-senyum padaku! Lain kali kalau kau berani menganiayaku, aku tak akan menyelamatkanmu lagi! Aku akan membeli dua liang arak tua, duduk di atas tembok, dan menontonmu mampus terkena ledakan!"

"Kau telah menyelamatkanku.....", begiut mengucapkan perkataan itu, hati Jin Yuanbao terasa jauh lebih lega. Yu Qilin tertegun, lalu berkata dengan puas diri.

"Benar, akulah yang menyelamatkanmu! Kalau tak ada aku, kau sudah hancur berkeping-keping terkena ledakan!"

"Apa katamu?", tanya Jin Yuanbao dengan wajah kebingungan.

"Kataku, kalau lain kali kau berani mengurungku, aku akan meledakanmu! Menurutmu, kau si tuan besar ini telah menyinggung siapa? Sebenarnya, siapa yang bermuslihat untuk membunuhmu?"

"Aku tak bisa mendengar!"

Jin Yuanbao tak sadar bahwa suaranya sendiri sangat keras.

"Aiyo, aku hampir lupa bahwa kau tak bisa mendengar.....kau benar-benar tak bisa mendengar, ya?"

Dengan wajah tak mengerti Jin Yuanbao menggeleng-geleng.

"Hehehe!"

Yu Qilin tertawa terkekeh-kekeh.

"Jin Yuanbao, kau seorang keparat besar!"

"Apa katamu?" Benar-benar tak bisa mendengar? Yu Qilin berpikir sejenak, senyumnya bertambah lebar, lalu dengan makin keras ia memanggilnya.

"Jin Yuanbao, kau benar-benar seorang! Keparat! Besar!"

Entah Yu Qilin sedang berkata apa, tapi melihat wajahnya yang tersenyum, Jin Yuanbao pun ikut tertawa terkekeh-kekeh. Melihat wajahnya, Yu Qilin pun makin kurang ajar.

"Bagus sekali, karena aku dapat memakimu tanpa kau dengar, akhirnya aku dapat mengatakan semua yang ingin kukatakan! Jin Yuanbao, kau pikir kau itu siapa? Kau angkuh, kurang ajar dan sombong, sebenarnya kau ini jelek sekali!"

Tak nyana, ketika ia baru saja masuk, terdengarlah suara Jiang Xiaoxuan.

"Biarkan aku keluar! Aku ingin keluar!"

Yu Qilin terkejut, ia mengikuti arah suara itu dan mendapati bahwa suara itu berasal dari sebuah kamar di sayap barat. Yu Qilin sangat terkejut dan segera menarik gembok pintu kamar itu.

"Siapa yang berani mengurungnya? Apakah ini perbuatan Yuanbao? A Fu! A Fu!"

A Fu segera melangkah mendekatinya.

"Shao nainai, ada perintah apa?"

"Cepat buka!" "Ini perintah tuan muda, tanpa perintahnya, tak ada yang berani melepaskan Nona Xue er", A Fu merasa amat jengah.

"Perintah tuan muda?"

Yu Qilin memandang sosok Jin Yuanbao yang berdiri di kejauhan, sebuah ide muncul dalam benaknya.

"Kalau begitu, sekarang aku akan menyuruh tuan muda menyetujui pembebasan Nona Xue er". Setelah itu ia berbalik dan berseru ke arah punggung Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao, aku akan membebaskan Nona Xue er, kalau kau tak setuju, katakanlah". Jin Yuanbao tak bisa mendengar perkataannya dan hanya memandangnya dengan ketolol-tololan, begitu melihat Jiang Xiaoxuan dikurung, ia segera teringat akan masalah itu, akan tetapi, melihat wajah Yu Qilin, Yu Qilin nampaknya hendak membebaskannya, oleh karenanya, dirinya pun tak lagi memperdulikannya. Melihatnya tak bersuara, Yu Qilin kembali berpaling ke arah A Fu.

"Lihatlah, tuan mudamu sudah setuju".

"Ini sudah cukup?"

A Fu bimbang sesaat.

"Aiyo, aku tak boleh menyinggung tuan atau nyonya muda, aku harus membukanya". Setelah itu ia mengambil kunci dan membuka pintu. Setelah membebaskan Jiang Xuaoxuan, Yu Qilin menyuruh A Fu mengurus Jin Yuanbao baik-baik, lalu cepat-cepat mengantar Jiang Xiaoxuan kembali ke rumah obat baru Gu Zhangfeng. Walaupun baru berpisah sehari, namun Gu Zhangfeng merasa mereka telah berpisah selama setahun. Ia memeluk Jiang Xiaoxuan erat-erat hingga ia hampir saja mencekiknya, setelah Yu Qilin yang tak tahan melihatnya bersuara, ia barulah bereaksi. Begitu mendengar bahwa Jin Yuanbao terluka terkena ledakan, Gu Zhangfeng langsung ingin menjenguknya, Yu Qilin segera menghalanginya dan menyuruhnya pergi mempersiapkan obat penyembuh telinga terlebih dahulu. Setelah Gu Zhangfeng pergi, Jiang Xiaoxuan kembali memandang Yu Qilin dan bertanya.

"Kaukah yang menyelamatkannya?"

Matanya berbinar-binar penuh arti. Yu Qilin menghindari pandangan matanya yang ingin tahu, lalu mengoceh.

"Ia mencelakai kita menjadi seperti ini, bagaimana aku bisa membiarkannya mati dalam keadaan linglung seperti itu?"

Ia berpikir sejenak, lalu mengubah nada bicaranya.

"Lagipula, pada akhirnya akulah yang menipunya, kalau dalam kehidupan ini aku tak punya kesempatan untuk memberitahukan keadaan yang sebenarnya padanya, rasa sesak dalam dadaku ini selamanya tak akan dapat menjadi lega".

"Katamu begitu ada kesempatan kau akan memberitahunya". Yu Qilin memandangnya dan tersenyum.

"Asalkan kau sudah pergi dengan selamat aku akan bicara. Wisma Jin terlalu berbahaya, lebih cepat meninggalkan Wisma Jin, lebih cepat selamat". "Kalau begitu, ikut aku!"

Yu Qilin menggeleng-geleng.

"Kalau aku ikut kalian pergi, tak ada seorang pun yang akan dapat pergi".

"Tapi....."

"Tak ada tapi, jangan khawatir, aku akan dapat menyelesaikan masalah di sini dengan baik, lalu pergi dengan tenang", setelah berbicara, Yu Qilin menepuk-nepuk bahu Jiang Xiaoxuan, lalu sambil menyengir nakal berkata.

"Aku pulang dulu untuk mengurus seorang tokoh yang terluka dan cacat, supaya tak menganggu kau dan Gu Zhangfeng berbisik-bisik mesra!"

"Omong kosong apa itu.....", wajah Jiang Xiaoxuan memerah. Melihatnya, Yu Qilin tersenyum manis, lalu berbalik dan pergi. Dari dalam terdengar suara seorang pengawal.

"Siapa itu? Kalau ada urusan lakukan besok".

"Cepat buka pintu! Ada orang yang datang dari wisma jenderal, membawa surat perintah nyonya!"

Sang pengawal yang matanya masih mengantuk membuka pintu gerbang, lalu terkejut melihat pemandangan di balik gerbang itu.

Nampak A Gui yang mengenakan baju pendek berwarna coklat berdiri sambil mengangkat kepalanya di depan pintu gerbang, dengan lantang ia berkata.

"Berdasarkan perintah tertulis nyonya, selama Jin Yuanbao masih sakit berat, untuk sementara kepengurusan pabrik senjata akan diambil alih oleh pengurus wisma, mulai dari sekarang!"

"Pengurus sementara?"

Setelah itu, dari tengah pasukan berkuda muncullah seekor kuda putih, di atasnya duduk Liu Wenchao yang mengenakan pakaian brokat mewah. Liu Wenchao memandang papan nama pabrik senjata itu, ia menghela napas panjang, lalu tersenyum.

"Tak jelek, sekarang akulah yang berkuasa di pabrik senjata". Setelah sibuk semalaman di pabrik senjata dan selesai mempersiapkan segalanya, Liu Wenchao segera pergi ke wisma Pangeran Kedua untuk memberitahukan keberhasilannya, akan tetapi, ternyata Pangeran Kedua tak puas karena Jin Yuanbao masih hidup. Liu Wenchao segera maju ke depan untuk memberi penjelasan.


Kisah Dewi Kwan Im Karya Siao Shen Sien Delusi Karya Mira W Dewi Ular 80 Misteri Serigala Berkaki

Cari Blog Ini