Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 22

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 22



"Yang Mulia, saat rencana dijalankan timbul sebuah kejadian yang tak diduga, siapapun tak ada yang menyangka bahwa nyonya muda dapat tiba-tiba muncul". Pangeran Kedua memandang Liu Wenchao yang berlutut di lantai, ia memicingkan matanya dan berkata.

"Pangeranmu ini sudah mendengar kabar itu, nona keluarga Jiang itu menerobos beberapa pos penjagaan dan pasukan penjaga yang berlapislapis, lalu menerjang ke depan meriam besar dan menyelamatkan Jin Yuanbao, kepandaiannya ternyata begitu lihai!"

"Mengenai hal ini.....", dengan tenang Liu Wenchao berbicara.

"Secara diam-diam hamba telah mencari tahu, semasa kecil tubuhnya lemah dan ia dipaksa oleh menteri besar untuk berlatih ilmu silat, dan mempelajari ilmu silat dari seorang guru di wisma mereka".

"Bagaimana mungkin?"

Pandangan mata Pangeran Kedua nampak angker dan dingin.

"Liu Wenchao, apakah kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

"Tidak, semua yang hamba katakan adalah benar adanya".

"Kalau begitu, bagaimana ia tahu bahwa Jin Yuanbao akan dibunuh, dan segera datang untuk menyelamatkannya?"

Liu Wenchao gemetar.

"Hal ini....."

"Kejadian hari itu, selain kau dan aku siapa lagi yang tahu? Masalah ini bagaimana sampai bocor keluar? Liu Wenchao, pangeranmu ini sangat meragukan dirimu".

"Liu Wenchao tak becus!"

Liu Wenchao cepat-cepat mengusung 'kue' kesukaan Pangeran Kedua untuk mengalihkan perhatiannya.

"Sekarang Jin Yuanbao sedang terbaring di tempat tidur, Nyonya Jin sama sekali tak mencurigai xiaoren, ia menyuruh xiaoren mengambil alih kepengurusan pabrik senjata dan menyelidiki sebab-musabab peristiwa ini. Walaupun tak bisa membunuh Jin Yuanbao, saat ini aku telah menguasai pabrik senjata, semua departemen yang penting telah dialihkan ke orang-orang kita. Asalkan Jin Yuanbao tak pulih dari sakitnya, pabrik senjata akan dapat kupergunakan". Mendengar perkataan itu, Pangeran Kedua tertawa terbahakbahak.

"Tak jelek, kau bukannya sama sekali tak berguna, boleh dibilang bahwa kau telah berhasil melakukan sesuatu".

"Terima kasih banyak atas pujian Yang Mulia".

"Akan tetapi.....", wajah sang Pangeran Kedua menjadi dingin.

"Di keluargamu masih ada yang harus diselidiki, kalau orang ini tahu bahwa meriam akan diledakkan, kemungkinan ia juga tahu siapa yang berada di balik kejadian ini, kalau kau membiarkannya, ia akan membuat masalah di masa datang. Anggota keluargamu ini akan kau bereskan sendiri, atau pangeranmu ini yang harus mengurusnya untukmu?"

"Wenchao akan segera menyelidiki hal ini, pasti tak perlu melibatkan Yang Mulia!"

"Putra mahkota sudah memerintah berhari-hari, waktu kita tak banyak, kalau kita tak secepat mungkin menghancurkan aliansi keluarga Jin dan Jiang, usaha besar kita akan sulit berhasil!"

"Hamba mengerti!", Liu Wenchao mengangguk. Sang Pangeran Kedua perlahan-lahan berjalan mondar-mandir, lalu mengambil belati yang tergantung di pinggangnya, sambil tersenyum ia berkata.

"Belati Tujuh Bintang ini sudah bertahuntahun menyertaiku, belati ini dapat memotong sehelai rambut yang ditiup angin, benar-benar pisau tajam yang langka, apakah kau menyukainya?"

Liu Wenchao tak berani mengangkat kepalanya.

"Barang kesayangan Yang Mulia, xiaoren tak berani menginginkannya". Sang Pangeran kedua melemparkan belati itu ke lantai.

"Kuhadiahkan padamu". Liu Wenchao tertegun.

"Tak mau?"

Mata Pangeran Kedua memicing.

"Terima kasih banyak atas anugerah Yang Mulia", dengan tubuh gemetar Liu Wenchao memungut belati itu, ia merasa bahwa belati itu beratnya ribuan jun .

"Pedang ini tak pernah menebas tempat kosong, ambillah kepala Jin Yuanbao, atau gunakanlah pada dirimu sendiri".

"Hamba mengerti, hamba siap mati untuk Yang Mulia dan tak akan pernah menolak tugas". Sambil bermandikan keringat dingin, Liu Wenchao kembali ke Wisma Jin, hatinya galau. Kejadian yang sudah direncanakan dengan begitu hati-hati ternyata gagal dilaksanakan, kalau tak bisa menangkap mata-mata itu, ia merasa amat tak tenang. Masalah itu hanya diketahui oleh dirinya dan A Gui, ia tentunya harus mencari A Gui untuk menanyainya. Akan tetapi, tak nyana sebelum A Gui mendengarkan perkataannya sampai selesai.

"Bruk!", ia telah berlutut di lantai seraya berseru.

"Gongzi sudah tahu jelas kesetiaan A Gui kepada gongzi! Kalau gongzi merasa A Gui bermasalah, A Gui hanya bisa mati untuk membuktikan bahwa A Gui tak bersalah!"

Setelah berbicara, ia menghunus pedang yang tergantung di pinggangnya dan menebaskannya ke lehernya sendiri. Liu Wenchao cepat-cepat memukul tangannya dan memukul pedangnya hingga melayang, setelah itu dengan lirih ia menegurnya.

"Jangan macam-macam! Kalau aku tak mempercayaimu, masa aku tetap membiarkanmu hidup sampai hari ini? Hanya saja hal ini memang sangat mencurigakan....."

"Ya......", A Gui diam- diam menghela napas dengan penuh perasaan, ia tetap berlutut dan tak bangkit. Liu Wenchao mengerutkan keningnya, ia melangkah ke sisi jendela, lalu melihat keluar, nampak Liu Qianqian sedang bermain ayunan, dua orang pelayan wanita yang berada di sisinya mendorongnya. Tawa Liu Qianqian amat riang, nampaknya ia sangat gembira. Setelah memandanginya untuk beberapa saat, air muka Liu Wenchao berubah, tinjunya memukul jendela keras-keras.

"Gongzi, ada apa?", A Gui cepat-cepat bertanya.

"Benar-benar ada satu hal yang terlupakan, kita gagal karena tidak melakukan sesuatu, aku benar-benar telah lalai". Saat ini, di kamar tidur Taman Songzhu, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan sedang memandangi Jin Yuanbao dengan cemas. Akan tetapi Gu Zhangfeng mengambil sebatang jarum perak, lalu dengan hati-hati menusukannya ke kepala Jin Yuanbao.

"Qilin....apakah kau benar-benar percaya bahwa Zhangfeng akan dapat menyembuhkannya?"

Dengan amat cemas Jiang Xiaoxuan berbisik sambil memandang Gu Zhangfeng. Ketika Gu Zhangfeng mendengarnya, dengan agak tak senang ia berkata.

"Walaupun aku tak terlalu pandai membuat obat, namun ilmu tusuk jarumku paling baik!"

Walaupun agak khawatir, namun melihat wajah Gu Zhangfeng yang nampak percaya diri, Yu Qilin pun menyeletuk.

"Tak apaapa! Kita memang sedang memberi obat pada kuda mati!"

Mendengar perkataannya, Gu Zhangfeng menjadi bertambah tenang, ia mulai menusukkan jarum di tangannya, lalu memutarnya seraya bertanya.

"Bagaimana? Apa kau sudah bisa mendengar?"

Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, namun tak berkata apaapa. Gu Zhangfeng pun menusukkan dua batang jarum lagi, memutarnya dan bertanya.

"Sudah bisa mendengar?"

Dahi Jin Yuanbao yang berkerut perlahan-lahan menjadi licin, di telinganya sepertinya ada suara berdengung, dan setelah Gu Zhangfeng memutar jarumnya, suara berdengung itu makin keras, setelah itu, sebuah suara merdu yang telah diakrabinya sayup-sayup terdengar.

"Beberapa hari ini ia tak bisa mendengar, tapi aku malah merasa tenang". Jin Yuanbao yang sebenarnya ingin memberitahukan kabar baik itu, begitu mendengar perkataan itu justru mengerutkan dahinya dan tak berkata apa-apa. Jiang Xiaoxuan memandanginya, lalu menghela napas dan dengan hati-hati bertanya.

"Entah kalau Yuanbao sudah sembuh, apakah ia masih akan meneruskan maksudnya untuk mengambil selir?"

"Memangnya dia berani?!", Yu Qilin mengerutkan dahinya dengan marah.

"Selama aku masih ada di Wisma Jin, di sisi Jin Yuanbao tak boleh ada wanita lain! Kalau ia masih ingin melakukannya, aku akan meledakkannya sampai mampus!"

Galak benar? Alis Jin Yuanbao sedikit terangkat, ia meliriknya.

"Xiaoxuan, kau benar-benar jantan! Di masa datang aku dan Xue er akan mengandalkan dirimu!"

Karena bersemangat, gerakan tangan Gu Zhangfeng menjadi lebih keras.

Jin Yuanbao mendadak menarik napas karena kesakitan, ia segera mendorong Gu Zhangfeng pergi dengan kesal, ia baru saja sembuh, jangan sampai menjadi tuli kembali karena ditusuk olehnya.

"Aiyo, sepertinya aku telah menusuknya hingga ia kesakitan", dengan jengah Gu Zhangfeng menggaruk-garuk kepalanya.

Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, lalu bertanya.

"Apakah ia menusukmu hingga kesakitan?"

Wajah Jin Yuanbao nampak tak tahu apa-apa. Dengan tak berdaya Yu Qilin menghela napas.

"Nampaknya tak ada gunanya, Zhangfeng kau sudah cukup membantunya". Setelah Gu Zhangfeng membereskan jarum serta peralatannya, lalu pergi bersama Jiang Xiaoxuan, wajah Yu Qilin yang dingin dan dahinya yang berkerut marah berubah menjadi lembut, ia memandangi Jin Yuanbao untuk beberapa saat. Dengan wajah tak tahu apa-apa, Jin Yuanbao menatapnya, setelah menatap untuk beberapa saat, ia berpura-pura kesal, melangkah ke bangku empuk di sampingnya, lalu berbaring di atasnya dan memejamkan matanya untuk berisitirahat, Dengan tenang Yu Qilin berdiri untuk beberapa saat, setelah melihat bahwa Jin Yuanbao nampaknya telah tertidur, ia diamdiam berjalan menghampirinya, perlahan-lahan berjongkok, lalu dengan lembut membelai rambut yang terjatuh di atas dahinya.

"Yuanbao, ada sesuatu yang sudah lama kupendam dalam hatiku, yang selalu ingin kukatakan padamu, namun aku juga takut bahwa begitu mengucapkannya, akan terjadi sesuatu yang menakutkan. Kalau aku harus mati bukanlah sesuatu yang penting, tapi aku tak bisa membiarkan orang lain ikut tertimpa bencana, akan tetapi kalau aku tak mengatakannya, masalah ini semakin lama semakin membuatku amat tertekan hingga sulit ditahan....."

Alis Jin Yuanbao bergerak.

"Karena sekarang kau tak bisa mendengar, aku akan mengatakannya", Yu Qilin menarik rambut Jin Yuanbao, lalu dengan hati-hati memandangnya, setelah melihatnya tak bergeming, Yu Qilin mengumpulkan keberaniannya dan berkata dengan mengumam.

"Yuanbao, aku hendak memberitahumu bahwa aku telah menipumu. Aku bukan Jiang Xiaoxuan, aku bukan nona besar putri Menteri Besar Jiang......"

Begitu mendengar perkataan itu, hati Jin Yuanbao terkesiap, akhirnya ia tak dapat menahan dirinya lagi dan membuka matanya lebar-lebar. Yu Qilin terperanjat.

"Yuanbao, kau sudah bangun?"

Jin Yuanbao berpura-pura tak tahu apa-apa.

"Apakah kau mendengar perkataan yang baru kuucapkan?"

Jin Yuanbao segera mencari alasan.

"Hawa agak dingin, ambilkan selimut di ranjang untukku".

"Oh, baik", Yu Qilin mengambil sehelai selimut dari lemari di samping ranjang, lalu menyelimuti Jin Yuanbao dengannya. Jin Yuanbao kembali memejamkan matanya. "Apakah kau masih tak bisa mendengar?"

Melihatnya masih memejamkan mata tanpa bereaksi, Yu Qilin merasa lega.

"Nampaknya kau masih tak bisa mendengar...."

Setelah itu, Yu Qilin duduk di samping bangku, seakan sedang menghibur seorang anak, ia membelai-belai punggung Jin Yuanbao seraya berbicara dengan perlahan.

"Namaku yang sebenarnya adalah Yu Qilin, aku adalah seorang gadis yang dilahirkan dan dibesarkan di Emeishan, siapa ibuku, aku tak tahu, ibu angkatlah yang memungutku dan membesarkanku.....hari itu aku kebetulan masuk ke Penginapan Hengchang, namun tak nyana, aku bertemu dengan Jiang Xiaoxuan yang sedang melarikan diri dari pernikahan, setelah ia melarikan diri, aku terkunci dalam kamar dan tak dapat keluar, maka akhirnya aku memakai tudung kepala merah, lalu berpurapura menjadi pengantin wanita dan masuk ke dalam keluarga Jin....."

Tangan Jin Yuanbao gemetar. Yu Qilin sama sekali tak memperhatikannya, ia masih tenggelam dalam kesedihannya dan terus berbicara.

"Ternyata pernikahan yang secara kebetulan kumasuki adalah jin yu liang yuan yang dianugerahkan oleh ibu suri, aku mana berani mengungkapkan hal yang sebenarnya, begitu aku bercerita bencana besar akan menimpa.....di Wisma Jin, semakin lama bersamamu, masalah ini semakin menekan jiwaku.....akhirnya, aku memutuskan untuk berbicara, akan tetapi, tak nyana, langit mempemainkan takdir manusia, ternyata Jiang Xiaoxuan pun tiba di Wisma Jin! Kalau aku mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya, aku akan mencelakainya!"

Napas Jin Yuanbao bertambah berat.

"Masalah ini selalu menjadi beban dalam hatiku, aku merasa sangat tak enak....aku selalu mencari kesempatan, aku hendak menunggu sampai Jiang Xiaoxuan sudah pergi dan dalam keadaan aman, lalu mengakui semuanya padamu. Aku tak tahu apa yang akan terjadi setelah aku menceritakan hal yang sebenarnya, mungkin kau akan sangat marah, mungkin kau akan menghukumku dengan keras, mungkin aku akan mati....."

Mata Yu Qilin berlinangan air mata.

"Tapi aku tak takut semua itu, karena aku sudah melakukannya, aku tak takut menanggung akibatnya. Yang paling kutakuti ialah kalau kau tak menginginkanku....."

Tangan Jin Yuanbao tiba-tiba mencengkeram selimut.

"Yuanbao, aku telah menipumu, tapi aku tak sengaja melakukannya, walaupun identitasku palsu, namun perasaanku padamu asli. Aku bahkan sampai berharap bahwa diriku adalah benar-benar Jiang Xiaoxuan, sehingga aku dapat bersamamu selamanya....."

Butir-butir air mata Yu Qilin berkilauan bagai kristal.

Tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao membalikkan tubuhnya, seakan sedang berbalik di tengah tidur nyenyak, akan tetapi, begitu ia memunggungi Yu Qilin, dari sudut matanya setetes air mata bening meleleh.

"Lihatlah, sampai sekarang aku masih pengecut, hanya berani mengatakan yang sebenarnya saat kau sedang tak bisa mendengar, akan tetapi aku benar-benar amat takut, takut kalau setelah tahu kau akan marah padaku dan tak lagi menghiraukanku....."

Setelah berbicara sampai di sini, Yu Qilin tak lagi dapat menahan air matanya, karena takut kalau Jin Yuanbao berbalik dan melihat dirinya menangis, ia segera bangkit dan melangkah dengan cepat ke pintu.

Mendengar suara langkah kakinya yang dengan cepat berlalu, Jin Yuanbao perlahan-lahan membuka matanya, di sudut-sudut bibirnya muncul seulas senyum, ia seakan telah terbebas dari sebuah beban berat.

"Gadis bau, kenapa kau tak memberitahuku dari dulu?"

Ketika Yu Qilin kembali ke kamar, Jin Yuanbao telah menyiapkan teh dan makanan kecil, sambil tersenyum ia duduk di sisi meja, begitu melihatnya datang, dirinya segera menyambutnya, lalu dengan lembut mengandengnya masuk.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah itu ia mendudukannya di kursi dan mendorong teh serta makanan kecil ke arahnya, lalu berkata.

"Semua ini adalah makanan kesukaanmu". Mendapat perlakuan yang begitu lembut, hati Yu Qilin penuh rasa hangat, sambil memandang makanan kecil lezat yang memenuhi meja itu, ia menghela napas dengan pelan dan berkata.

"Yuanbao, kau tahu tidak? Kadang-kadang kau ini benar-benar menyebalkan, membuat orang kesal, tapi, kadangkadang kurasa kau juga sangat mengemaskan.....aku juga tak tahu kenapa. Kau jelas-jelas marah setengah mati padaku, tapi aku tetap tak bisa meninggalkanmu....."

Setelah berbicara, Yu Qilin menengadah memandangnya, dilihatnya bahwa di wajah Jin Yuanbao nampak seulas senyum nakal selagi memandangi dirinya. Hatinya terkesiap, seketika itu juga wajahnya memerah, seakan tertangkap basah ketika sedang mencuri.

"Celaka, kau bisa mendengar?"

Tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao melangkah ke sebuah bangku di pojok kamar. Yu Qilin cepat-cepat berseru.

"Jangan duduk! Bangku itu rusak!"

Namun Jin Yuanbao seakan sama sekali tak mendengarnya dan langsung duduk di bangku.

"Krek!", kaki bangku itu patah dan ia jatuh terduduk di lantai.

"Sudah kubilang kau jangan duduk, tapi kau tetap duduk!", Yu Qilin tertawa, lalu segera berlari untuk memapahnya.

"Apa katamu?", Jin Yuanbao berlagak tak tahu apa-apa. Senyum Yu Qilin makin cemerlang.

"Kataku kau ini seorang tolol! Seorang tolol besar!"

Jin Yuanbao masih tak bereaksi. "Masih tak bisa mendengar, ya.....", dengan jengah Yu Qilin menunduk.

"Untung saja kau masih tak bisa mendengar". Yu Qilin memapahnya kembali ke sisi meja, Jin Yuanbao hendak duduk, namun begitu pantatnya menyentuh kursi, ia langsung merasa kesakitan.

"Kenapa? Apa bangku itu ada pakunya?", dengan tegang Yu Qilin segera memburu ke depan dan bertanya.

"Menurutku, kau yang tubuhnya kaku ini harus banyak berlatih", sambil berbicara Yu Qilin menirukan gerakan seorang lelaki kekar yang sedang berkelahi.

"Coba lihat aku, kalau saja dari kecil aku tak berlatih silat, hari itu aku mana bisa memacu kuda hingga mencongklang seperti gila, menempur sepasukan pengawal dan menarikmu dari gerbang neraka!"

"Kau sedang bicara tentang apa?", wajah Jin Yuanbao nampak kebingungan. Yu Qilin langsung seperti bola kempes, namun setelah itu ia menepuk dadanya sendiri.

"Aiyo, aku lupa kau tak bisa mendengar, sayang sekali".

"Apakah kau ingin mengatakan sesuatu padaku?", Jin Yuanbao memandangnya sambil mengedipkan matanya. Yu Qilin cepat-cepat menganggguk. Jin Yuanbao mengangkat kepalanya, memberi isyarat ke arah kertas dan kuas tulis di atas meja.

"Kau dapat menulisnya untuk kubaca".

"Ah, betul, aku akan menulisnya untuk kau baca", akan tetapi, setelah mengambil kuas tulis, Yu Qilin berhenti.

"

Huruf 'Xuan' dalam 'Jiang Xiaoxuan' bagaimana menulisnya? Aku tak bisa menulis 'memacu kuda hingga mencongklang' ".

Dengan gelisah Yu Qilin meremas kertas itu menjadi sebuah bola dan melemparkannya ke lantai, setelah itu ia kembali mengambil selembar kertas dan dengan serius 'menulis'.

Sambil tersenyum Jin Yuanbao memperhatikan Yu Qilin dari samping.

Setelah beberapa saat, Jin Yuanbao membaca kertas yang diberikan oleh Yu Qilin kepadanya, sudut-sudut matanya berkedut, di atas kertas itu tak hanya tertulis huruf-huruf, namun juga terdapat gambar manusia, kuda, golok dan lingkaran, benar-benar terlalu mengerikan untuk dilihat.

Jin Yuanbao menunjuk ke sebuah gambar orang yang berkuncir.

"Ini siapa?"

"Itu aku", Yu Qilin menunjuk dirinya sendiri.

"Kau? Gambarnya sangat mirip. Yang berdiri di sebelahnya ini siapa?"

"Jelas kau", Yu Qilin menunjuk Jin Yuanbao. "Aku? Mana mirip sedikitpun denganku? Kau apakah tidak membuat kesalahan, aku seorang tuan muda yang ganteng dan anggun seperti ini, kenapa bisa dirusak olehmu menjadi seperti ini! Ayo gambar lagi!"

"Sekarang kita bukan sedang membicarakan apakah gambargambar ini mirip atau tidak. Aku ingin bercerita tentang tindakan kepahlawananku padamu! Lihatlah baik-baik, ini aku, dan itu kau", Yu Qilin menunjuk ke gambar orang berkuncir yang menunggang kuda, sambil menunjuk gambar itu, Yu Qilin memperagakan gerakan berkuda, sekaligus memberi penjelasan. Melihat Yu Qilin berbicara sambil mengambar, diam-diam Jin Yuanbao tertawa.

"Aktingmu sangat bagus, begitu melihatnya aku langsung mengerti". Yu Qilin menghembuskan napas lega.

"Nampaknya aku masih cukup lihai". Jin Yuanbao memandang lingkaran-lingkaran di atas kertas sambil mengerutkan dahinya, lalu berkata.

"Dari mana kau tahu bahwa meriam itu akan meledak?"

"Ada orang....."

Jin Yuanbao menunjuk kertas.

"Gambarkanlah". "Ada orang yang menyisipkan sehelai kertas dari sela-sela pintu, di kertas itu tertulis 'ada orang yang ingin membunuh Jin Yuanbao dengan ledakan'". Sambil mengambar Yu Qilin berbicara, karena tak bisa menulis huruf zha yang berarti 'meledak', ia terpaksa hanya bisa menulis 'ada orang yang ingin X Jin Yuanbao'. Sudut-sudut mata Jin Yuanbao berkedut, membunuh dengan palang? Tentunya maksudnya membunuh dengan ledakan.....ia kembali bertanya.

"Kau hendak mengatakan bahwa ada orang yang memberitahumu?"

Yu Qilin segera mengangguk.

"Apakah kau melihat orang itu?"

Dengan wajah tak tahu apa-apa Yu Qilin menggeleng. Saat itu, A Fu masuk.

"Shao furen, Wisma Jiang mengirim orang untuk menengok anda".

"Keluarga Jiang?", Yu Qilin merasa agak heran.

"Persilahkan ia masuk". Seorang pelayan wanita setengah baya masuk.

"Hormat pada Jin Shaoye dan shao furen". Yu Qilin tahu bahwa ia adalah orang kepercayaan Nyonya Jiang, maka ia segera bertanya.

"Daniang dikirim ke sini untuk apa?" "Nyonya menyuruhku datang untuk menyampaikan sesuatu pada shao furen". Ketika berbicara, ia melirik ke arah Jin Yuanbao. Yu Qilin merasa bahwa kalau mereka menghindari Jin Yuanbao, perbuatan mereka itu akan mengundang kecurigaan, lagipula, Jin Yuanbao sedang tak bisa mendengar, sehingga mereka tak perlu menghindar.

"Tak apa-apa, telinga tuan muda terluka, sekarang ia tak bisa mendengar. Kau langsung bicara saja". Setelah itu sang pelayan barulah berkata dengan lega.

"Nyonya berkata, akhir-akhir ini di sekitar Wisma Jiang ada orang-orang yang mencari tahu tentang tetangga masa kecil nona, Nona Xue er, nyonya sudah menyuruh orang mengusir orang-orang itu. Nyonya minta agar nona selalu bersikap dan berbicara dengan hati-hati di rumah mertua, jangan sampai mempermalukan Wisma Jiang. Siapa tahu akan ada orang yang mengawasi Wisma Jin dan Jiang lagi, kalau nona tak dapat bersikap tenang di Wisma Jin, nyonya akan terpaksa melibatkan diri dan datang ke Wisma Jin untuk berbicara dengan ibu mertuamu, dan secara pribadi mengurus nona". Tentu saja Yu Qilin mengerti maksud Nyonya Jiang, hatinya terkesiap, namun setelah itu ia menenangkan diri, ia merasa seakan sedang berjalan di tepi jurang yang dalam.

"Aku sudah mengerti, mohon agar Nyonya Jiang tenang, setelah ini aku pasti akan berhati-hati". "Paling baik demikian, hamba minta diri dahulu". Setelah berbicara, sang pelayan mengundurkan dirinya. Jin Yuanbao terus mendengarkan dari samping dengan tenang, ia jauh lebih memahami politik daripada Yu Qilin, begitu mendengar perkataan itu, ia amat terkejut. Ternyata ada orang lain yang mencurigai identitas Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan, dan hendak mengambil keuntungan darinya. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang, namun bukubuku jari tangannya yang memegang cawan teh erat-erat mulai menjadi pucat. Saat itu, A Fu kembali berlari masuk, tanpa mengetuk pintu ia langsung berkata dengan cepat.

"Shaoye, ada orang datang dari istana, nyonya menyuruh anda ikut menerima titah kekaisaran". Jin Yuanbao tertegun, ia hendak berdiri, namun ia memandang ke arah Yu Qilin dan tetap duduk. Yu Qilin cepat-cepat mengambar seorang kasim yang memegang titah kekaisaran, Jin Yuanbao berlagak baru saja menyadarinya dan segera mengikuti A Fu keluar. Di aula utama Wisma Jin, Nyonya Jin telah memimpin semua orang berlutut, Jin Yuanbao cepat-cepat memburu ke depan dan berlutut di sisi Nyonya Jin. Setelah Li Gonggong yang membawa titah kekaisaran melihat bahwa semua orang telah hadir, ia berkata dengan lantang.

"Mohon agar Nyonya Jin menerima titah kekaisaran". Nyonya Jin segera berkata.

"Hamba siap".

"Putra Mahkota pemangku kekuasaan negara memerintahkan agar Nyonya Jin segera menyelidiki peristiwa peledakan, lalu menyampaikan laporan mengenai hasil penyelidikan agar duduk perkara peristiwa itu dapat diketahui dengan jelas. Tertanda, Yang Mulia". Nyonya Jin bersujud dan berkata.

"Hamba telah memahami titah Yang Mulia dan akan mematuhinya".

"Silahkan berdiri". Nyonya Jin menarik Jin Yuanbao agar bangkit, para pelayan berpencar dan meninggalkan tempat itu. Tak lama kemudian, Li Gonggong berjalan menghampiri Nyonya Jin dan berkata dengan suara pelan.

"Keluarga Jin diberi tugas mengawasi pabrik senjata karena Yang Mulia mempercayai keluarga Jin, akan tetapi keluarga Jin sendiri hampir tewas terkena ledakan di pabrik senjata, peristiwa ini tak hanya membuat keluarga Jin kehilangan muka, namun juga menyangkut Yang Mulia dan Putra Mahkota, bahkan seluruh pejabat sipil dan militer di istana pun akan memperhatikan bagaimana ibu suri menangani masalah ini. Selain perintah ibu suri, putra mahkota juga mengutusku untuk menyampaikan sebuah pesan rahasia".

"Silahkan gonggong berbicara", Nyonya Jin segera berjalan mendekat. Li Gonggong melihat ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tak ada orang yang menguping, lalu baru berkata dengan suara lirih.

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Jin Yuanbao dan pabrik senjata ditarik kembali, tak ada jaminan bahwa pabrik tak akan jatuh ke tangan Pangeran Kedua. Hal ini akan menimbulkan keributan yang sulit dihentikan, Pangeran Kedua akan membawa pasukan berkudanya menyerang Yang Mulia. Kalau pabrik senjata sampai berada di tangan Pangeran Kedua, situasi akan sulit ditebak. Putra mahkota berulangkali menegaskan, bahwa masalah ini harus segera diselidiki sampai tuntas sehingga pabrik senjata dapat digenggam erat-erat!"

"Hamba mengerti, masalah ini memiliki banyak implikasi, rumit dan sulit dipecahkan, terima kasih gonggong karena telah mengingatkan hamba". Melihat sisa-sisa meriam besar di atas meja, dengan tak paham Yu Qilin bertanya.

"Yuanbao, untuk apa kau menyuruhku mengambilnya?"

Akan tetapi Jin Yuanbao seakan tak mendengarnya, ia memperhatikan setiap bagian meriam itu dengan seksama sambil berpikir keras.

"Bagaimana aku bisa sampai lupa bahwa kau tak bisa mendengar!", dengan kesal Yu Qilin mengetuk kepalanya sendiri.

"Aku akan pergi mengambilkan teh untukmu". Setelah berbicara, ia berbalik dan keluar dari kamar dalam. Sambil tersenyum Jin Yuanbao memandangi punggungnya, setelah sosoknya menghilang, ia kembali menunduk dan mempelajari gambar meriam itu dengan seksama, pada saat yang sama, ia berulangkali membolak-balik dokumen yang ada di sampingnya.

"Ternyata begitu....", Jin Yuanbao mengambil kuas tulis, lalu membuat sebuah titik di moncong meriam, selain itu ia juga menimbang berat peluru meriam yang belum meledak dengan tangannya. Garis tengah peluru meriam itu satu chi dua fen, garis tengah moncong meriam Jenderal Berbaju Merah juga kira-kira sama ukurannya. Jenderal Berbaju Merah adalah meriam terbaru yang dibuat oleh pabrik senjata, jika pada saat dicoba untuk pertama kalinya meriam itu meledak, hal ini bukanlah sesuatu yang luar biasa, lagipula peristiwa itu dapat ditimpakan kepada seorang bawahan.... A Gui.

"Anda berkata bahwa dalam upacara pelantikan tuan muda akan menyulut meriam dengan tangannya sendiri? Kalau sebelum menyulut meriam moncong meriam belum dibersihkan secara sempurna, misalnya kalau dalam moncong meriam ada benda asing, setelah disulut meriam akan meledak dan membunuh tuan muda Jin Yuanbao yang baru saja mengambil alih kepengurusan pabrik...."

Ternyata peristiwa ini sudah direncanakan dengan seksama! Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, ia mengelus-elus peluru meriam yang berwarna hitam legam itu, kalau ada orang yang menyabot meriam sehingga terjadi sesuatu, Pangeran Kedua akan segera menggunakannya sebagai alasan untuk membuat masalah....

Pangeran Kedua ---Begitu berpikir sampai di sini, Jin Yuanbao merasa hawa dingin menyergap dari segala penjuru.

Yu Qilin yang membawa teh panas masuk, lalu menaruhnya di sebelah kiri meja Jin Yuanbao seperti biasanya, ketika ia sedang hendak keluar, A Fu masuk dan melapor.

"Shaoye, shao furen, Liu Gongzi datang".

"Biaoge datang?", saat ini Yu Qilin telah sadar bahwa Jin Yuanbao tak menyukai Liu Wenchao, akan tetapi setelah berpikir sejenak, ia kembali berkata.

"Cepat persilahkan ia masuk". Ia memandang Jin Yuanbao, mengambil kuas tulisnya, lalu menulis huruf 'wen' di atas kertas sambil menunjuk ke luar. Jin Yuanbao mengangguk-angguk, lalu menutupi benda-benda di atas meja dengan sebuah gulungan lukisan, sambil membawa tehnya, ia mengikuti Yu Qilin keluar. Liu Wenchao masuk sambil membawa dua kotak obat.

"Biaodi, aku membawakan sedikit obat untukmu". Sambil berbicara ia berjalan mendekati Jin Yuanbao. Jin Yuanbao hanya minum tehnya saja dan tak bereaksi. Melihatnya, Liu Wenchao memanggilnya dengan semakin keras.

"Biaodi, aku membawakan obat untukmu!"

Jin Yuanbao masih tak bereaksi.

"Telingamu belum sembuh?", Liu Wenchao memandang ke arah Yu Qilin. Yu Qilin mengangguk-angguk.

"Masih tak bisa mendengar".

"Ai, aku benar-benar berharap agar kau dapat sedikit lebih cepat sembuh, aku seorang diri mengurus begitu banyak masalah di Wisma Jin dan pabrik senjata. Beberapa obat ini sangat berkhasiat untuk memulihkan pendengaran". Wajah Liu Wenchao nampak penuh penyesalan. Yu Qilin menerima obat itu.

"Terima kasih biaoge".

"Tak usah sungkan-sungkan", Liu Wenchao memandanginya, ia merasa agak bersalah dan berkata.

"Beberapa hari yang lalu, kabarnya kau dikurung oleh Yuanbao di rumah abu, kau telah menderita, seharusnya aku datang menenggokmu, tapi waktu itu aku sedang sibuk mempersiapkan upacara...."

Yu Qilin segera tersenyum dan berkata.

"Kami hanya bermainmain! Jangan dianggap sungguhan!"

"Coba lihat, kau selalu membelanya", seulas senyum muncul di wajah Liu Wenchao. "Biaoge, masalah itu sudah berlalu, tak usah mengungkitnya lagi".

"Aku benar-benar tak mengerti bagaimana ia dapat begitu kejam padamu". Jin Yuanbao minum tehnya dengan acuh tak acuh, percakapan itu seakan sama sekali tak mempengaruhinya. Akan tetapi, sambil berbicara, Liu Wenchao memperhatikan reaksi Jin Yuanbao.

"Kurasa ia tak bermaksud jahat, lagipula, kalau kau sekarang memarahinya, ia tak dapat mendengarnya".

"Sebenarnya, aku berharap ia dapat mendengarnya, aku hendak menanyai adik sepupuku yang sejak kecil angkuh dan keras kepala ini, sebenarnya apa yang dipikirkannya?"

Liu Wenchao mengawasi Jin Yuanbao, memperhatikan reaksinya, dengan sengaja ia memperkeras suaranya.

"Bagaimana ia bisa mengirim istrinya sendiri ke rumah abu? Kalau aku menjadi dia, aku tak akan pernah melakukan hal seperti itu!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jin Yuanbao menahan diri, berlagak sama sekali tak mendengar.

"Aku memahami maksudmu, beberapa hari ini suasana hati Yuanbao tak baik, sekarang sudah tak apa-apa". Yu Qilin merasa agak tak senang melihat sikapnya.

"Tapi ia bukannya juga ingin mengambil Xue er sebagai selir?"

Liu Wenchao memandang Yu Qilin dengan heran. "Kurasa ia tak akan menyinggung hal itu lagi".

"Kau begitu percaya padanya?", Liu Wenchao melirik Jin Yuanbao.

"Aku sangat memahami adik sepupuku ini. Karena kau menentang maksudnya untuk mengambil selir, ia mengirimmu ke rumah abu. Dari mana kau tahu kalau kelak ia tak akan melakukan perbuatan yang lebih luar biasa lagi?"

"Kalau aku tak percaya padanya, hari ini aku tak akan duduk di sini; tak perduli kelak ia akan melakukan apa, ia adalah suamiku", Yu Qilin berkata dengan perlahan. Mendengar perkataan itu, hati Jin Yuanbao terasa hangat, tanpa terlihat, sudut-sudut bibirnya terangkat. Liu Wenchao memandang Yu Qilin.

"Aku benar-benar tak tahan melihatmu menderita.....kalau kau mendapati dirimu berjalan di jalan yang salah, berpalinglah selama masih ada waktu".

"Biaoge, aku tak berencana untuk berpaling", Yu Qilin mengerutkan keningnya.

"Kita tak usah membicarakan hal ini, bagaimana?"

"Baiklah, kalau kau tak suka membicarakannya, aku tak akan mengungkit-ungkitnya", Liu Wenchao berlagak baru saja teringat akan sesuatu, lalu bertanya.

"Oh, ya, bagaimana kau bisa tahu bahwa meriam itu akan meledak sehingga membahayakan Yuanbao?"

"Kenapa menanyakan hal ini?" "Sekarang nyonya memberiku perintah untuk menyelidiki peristiwa ini, aku tak bisa mengabaikan petunjuk apapun, kami harus memberi penjelasan kepada Yang Mulia".

"Ada orang yang menyisipkan selembar kertas untukku, dan juga membuat kebakaran serta membuka gembok sehingga aku dapat berlari keluar", dengan runtut dan rinci Yu Qilin bercerita.

"Oh, ya? Kalau begitu, apakah kau melihat dengan jelas siapa yang membantumu itu?"

Tangan Liu Wenchao agak gemetar.

"Aku tak melihatnya".

"Bagaimana dengan kertas itu?"

"Hilang".

"Hilang?"

"Benar!", Yu Qilin mengangguk.

"Saat itu aku sedang buru-buru menyelamatkan orang, di tengah jalan kertas itu hilang entah di mana".

"Kejadian ini benar-benar aneh.....", Liu Wenchao melirik Jin Yuanbao.

"Baiklah, kalian beristiratlah dengan baik. Kuharap biaodi cepat sembuh dan setelah itu memperlakukanmu dengan baik dan tulus, aku minta diri dahulu". Setelah berbicara, Liu Wenchao berbalik dan meninggalkan tempat itu. Tepat pada saat ia berbalik, jubah panjangnya tersingkap ditiup angin dari balik pintu, Belati Tujuh Bintang yang tergantung di balik jubahnya berkilauan dan tertangkap oleh mata Jin Yuanbao. Seketika itu juga, pandangan mata Jin Yuanbao terpusat padanya..... Siang itu, Wang Qiang datang untuk menjenguk Jin Yuanbao yang sedang 'sakit', Jin Yuanbao pun mencari alasan untuk menyuruh Yu Qilin pergi. Setelah itu, Wang Qiang barulah maju dan melapor.

"Sesuai dengan perintah bos, kami telah pergi ke Emeishan untuk menyelidik, memang benar-benar ada orang yang datang ke Emeishan untuk bertanya-tanya tentang keadaan Nyonya Yu".

"Apa yang hendak mereka ketahui?", Jin Yuanbao mengerutkan dahinya.

"Identitas Nyonya Yu", Wang Qiang berjalan mendekat, lalu berkata dengan suara pelan.

"Mereka tahu bahwa Nyonya Yu telah tinggal di Emeishan selama dua puluh tahun lebih, dan mempunyai seorang anak angkat, namanya Yu Qilin, namun akhir-akhir ini ia sudah tak ada di Emeishan lagi". Jin Yuanbao berpikir untuk beberapa saat, lalu menganggukangguk.

"Baik.....kalau begitu, bagaimana keadaan Nyonya Yu sekarang?" "Aku meminta saudara-saudara dari Liushan Men yang berada di sana untuk mengawasi tempat Nyonya Yu, namun ketika mereka bertanya-tanya, orang-orang itu sudah pergi".

"Selidiki Jiang Xiaoxuan, dan selidiki Nyonya Yu, tujuan penyelidikan adalah untuk mengetahui identitas Yu Qilin.....", Jin Yuanbao berpikir keras, lalu berkata pada dirinya sendiri.

"Hanya mohon orang-orang di sana untuk menjaga keselamatan Nyonya Yu tidaklah cukup, kadang-kadang kau dan Ma Zhong sendiri juga harus pergi ke sana untuk menengoknya". Wang Qiang tak memahami maksudnya, maka dengan heran ia bertanya.

"Bos, masalah meriam yang meledak sedang hangathangatnya, tapi kita malahan mengirim orang ke Emeishan untuk mengawasi seorang nyonya, apakah kita tak melalaikan hal penting karena mengurus sesuatu yang remeh temeh?"

"Orang yang hendak membunuhku dengan ledakan dan yang mengirim orang untuk menyelidik di Emeishan adalah orang yang sama", jari telunjuk Jin Yuanbao mengetuk meja.

"Dan orang itu berada di sisiku".

"Di sisi anda?", Wang Qiang amat terkejut. Jin Yuanbao memicingkan matanya.

"Orang yang memberi informasi rahasia itu adalah orang Wisma Jin, maka orang yang hendak mencelakaiku itu pasti ada di Wisma Jin juga! Lagipula, Belati Tujuh Bintang adalah sebuah benda pusaka yang jarang terlihat, bagaimana Liu Wenchao dapat memilikinya? Kecuali......" "Kecuali apa?", wajah Wang Qiang nampak tak paham. Wajah Jin Yuanbao nampak makin tegas.

"Lawan di hadapanku jauh lebih kuat dari yang kubayangkan, mereka tak hanya ingin membunuhku, melainkan juga ingin mendapatkan wisma jenderal, dan juga pabrik senjata!"

Wang Qiang mendadak menarik napas karena terkejut.

"Bos, kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"

"Masalah ini bukan suatu masalah yang dapat dicampuri oleh Liushan Men", dengan perlahan Jin Yuanbao berjalan ke sisi jendela dan memandang Yu Qilin yang sedang memetik buah di taman untuknya.

"Wang Qiang, sekarang kau kembali dulu, kalau ada perkembangan baru, cepat lapor padaku".

"Baik! Bos, jaga dirimu baik-baik!"

Wang Qiang menjura, lalu mohon diri. Jin Yuanbao memandang sosok Yu Qilin yang sedang melompat-lompat dengan riang, makin lama wajahnya makin suram.

"Kalau orang yang hendak mencelakaiku dan orang yang menyelidikimu adalah sama, langkah mereka berikutnya tentunya adalah membongkar identitasmu! Mereka sudah menebar jaring, kau tak boleh duduk di sini menunggu maut!"

Ketika Yu Qilin mendorong pintu dan masuk ke kamar, ia terkejut.

Di dalam kamar, meja telah dipenuhi berbagai hidangan yang indah dipandang, beraroma wangi dan rasanya lezat, diantaranya sebagian besar adalah makanan-makanan kesukaannya.

Di sudut-sudut kamar telah dinyalakan berbatangbatang lilin, apinya bergoyang-goyang dan berkelap-kelip, namun tak terlalu terang, membuat suasana menjadi hangat dan romantis.

Jin Yuanbao sedang membelakanginya, tanpa bersuara ia berdiri di sisi meja, sedang merapikan peralatan minum di atas meja, sama sekali tak menyadari keberadaan dirinya.

Dengan tergila-gila Yu Qilin memandang punggungnya, ia merasa, bahwa seketika itu juga, bumi dan langit menjadi sunyi senyap, seakan hanya ada mereka berdua.

"Duk, duk!", jantungnya melompat-lompat, pipinya samar-samar merona merah. Yu Qilin perlahan-lahan berjalan ke arahnya, dengan perlahan ia memandangi telinganya, profil wajahnya, dan bulu matanya yang panjang..... Ia memandanginya sambil berjalan, namun tak menyadari bahwa kakinya menubruk sebuah bangku kayu yang keras....

"Aiyo!"

Gelembung keromantisan yang mempesona itu pun kontan meletus, Yu Qilin segera berjongkok dan mengosok-gosok ujung jari kakinya yang sakit, barusan ini ia kenapa, kenapa bisa sampai tak melihat bangku hongmu yang begitu besar, aiyo, jari kakinya pasti akan bengkak! Karena kesakitan, air mata berlinangan di rongga mata Yu Qilin.

"Kau kenapa?", begitu mendengar suara keras, Jin Yuanbao segera melangkah ke sisinya dan memapahnya, lalu dengan penuh perhatian bertanya.

"Kau tak apa-apa?"

"Aku tak apa-apa!", sambil mengelus-elus kakinya, tanpa banyak pikir Yu Qilin menyeletuk, setelah itu ia tertegun dan menengadah memandangnya.

"Dari mana kau tahu?"

Jin Yuanbao tersenyum tanpa berkata apa-apa. Begitu melihat ekspresinya, Yu Qilin langsung tersadar, dengan girang ia bangkit.

"Kau bisa mendengar?"

Jin Yuanbao mengangguk-angguk.

"Kau benar-benar dapat mendengar? Sejak kapan?"

"Baru saja". Sebenarnya Jin Yuanbao tak berencana untuk memberitahunya.

"Bagus sekali! Akhirnya telingamu sembuh juga!"

Karena kegirangan Yu Qilin melompat, namun setelah itu ujung jarinya tertubruk dan ia pun meringis kesakitan. Melihatnya, Jin Yuanbao tersenyum, lalu menariknya masuk ke dalam pelukannya, dengan serius ia memandangnya.

"Baiklah, jangan terlalu bersemangat......coba lihat, beberapa hari ini telah terjadi berbagai peristiwa, kau menjadi kurus". Wajah Yu Qilin memerah.

"Sebenarnya, tak bisa mendengar ada manfaatnya juga". Dengan tak mengerti Yu Qilin memandangnya.

"Dalam keadaan tenang aku dapat memikirkan banyak hal".

"Kau memikirkan masalah apa?", Yu Qilin merasa amat heran. Jin Yuanbao menariknya hingga duduk, ia tersenyum, di bawah kilau cahaya lilin, pandangan matanya berbinar-binar bagai terang bintang-bintang.

"Apakah kau pernah berpikir, bahwa ketika kau menerjang ke arahku sebelum meriam meledak, kita berdua dapat bersama-sama terkena ledakan?"

"Sama sekali tak terpikir olehku", Yu Qilin merasa agak jengah dipandangi seperti itu olehnya.

"Akan tetapi kalau kau meledak bersamaku kau akan mendapatkan keuntungan, di langit kita akan berubah menjadi sepasang biyiniao , di bumi menjadi setumpuk abu. Hahaha".

"Apakah kau benar-benar tak takut mati?"

"Tentu saja takut!", senyum mengembang di wajah Yu Qilin, namun setelah itu ia menunduk dan berkata dengan terbatabata.

"Tapi aku lebih takut kau mati". Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao merasa hatinya tibatiba panas membara, ia mengenggam tangan Yu Qilin erat-erat, pelupuk matanya memerah. "Yuanbao, hari ini kau kenapa?", Yu Qilin merasa ia agak aneh dan dengan hati-hati bertanya.

"Aku sangat baik!", Jin Yuanbao cepat-cepat mengubah sikapnya, ia pun tersenyum dan berkata.

"Ayo minum arak!"

Yu Qilin mencium-cium arak itu, ternyata arak itu adalah arak guihua yang paling disukainya, seketika itu juga ia tersenyum manis dan hendak menuang arak itu.

"Biar aku saja", Jin Yuanbao menghalanginya, menuangkan secawan penuh arak untuknya, lalu menaruhnya di hadapan Yu Qilin. Dengan agak terkejut Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, wajahnya makin merah, hatinya terasa hangat.

"Kau belum memberitahuku hari ini hari apa".

"Apakah harus merayakan sesuatu?", Jin Yuanbao tersenyum.

"Untuk kau yang mempertaruhkan nyawamu untuk menyelamatkanku, untuk telingaku yang sekarang bisa mendengar lagi, hari ini adalah milik kita berdua, bagaimana?"

Setelah berbicara, ia kembali menuangkan secawan arak untuk dirinya sendiri.

Selamanya Yu Qilin belum pernah melihat Jin Yuanbao yang begitu lembut dan penuh perhatian seperti ini, ia merasa agak pusing, akan tetapi tanpa banyak pikir lagi, ia segera menenggak arak di cawannya hingga tandas dan hendak minum lagi, akan tetapi tak nyana Jin Yuanbao menghalanginya.

"Kenapa...."

Sebelum Yu Qilin sempat menyelesaikan perkataannya, tanpa disangka-sangka Jin Yuanbao membungkuk, mengulum bibir Yu Qilin, lalu meminumkan arak yang manis dan pedas dalam mulutnya sendiri itu kepada Yu Qilin.

Ketika Yu Qilin sedang terpana, rasa pedas telah menyebar dalam mulutnya, setelah itu, bibir dan lidah Jin Yuanbao pun ikut bercampur di dalamnya, secara naluriah Yu Qilin menelan arak itu, setelah itu, dari mulut sampai ke kerongkongan, sampai ke dada, sampai ke perut, semuanya panas membara.

Arak guihua jelas tak sebegitu keras....

Bibir Jin Yuanbao dengan enggan meninggalkan bibirnya sendiri, namun pandangan matanya masih terpaku di wajah Yu Qilin.

Saat dirinya memandanginya, ujung-ujung bibirnya samar-samar terangkat, seakan sedang tersenyum nakal.

Yu Qilin langsung berlagak marah.

"Kau ini sedang apa?"

"Melakukan upacara minum arak bersama di malam pengantin". Apa? Yu Qilin tercengang, sudah menikah setengah tahun tapi masih ingin minum arak pengantin bersama? Akan tetapi, ia merasa hatinya amat manis dan segera bergurau.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah di malam pengantin kau belum cukup minum arak?" "Hari itu kita sudah minum lebih dari cukup, namun aku belum pernah dalam keadaan sepenuhnya sadar minum arak pengantin. Hari ini kita akan memperbaiki keadaan itu".

"Oh.....", Yu Qilin menunduk, lilin merah di samping jendela menyemburkan lelatu, cahaya lilin bergoyang-goyang, dan dirinya mengigit bibirnya sendiri. Mereka berdua lalu mengobrol, setelah makan beberapa suap, hati Yu Qilin terasa panas, ia minum secawan arak, namun setelah itu tak menelannya, lalu ia menyorongkan mulutnya ke arah Jin Yuanbao. Cahaya lilin berkelap-kelip, menyelimuti mereka dalam seberkas cahaya keemasan. Dengan sungguh-sungguh mata Jin Yuanbao menatapnya, wajah Yu Qilin dipenuhi lembayung merah, di bawah cahaya lilin nampak amat mempesona, mau tak mau membuat mulut Jin Yuanbao terasa kering. Otak Jin Yuanbao terasa panas, ia menariknya ke dalam pelukannya, memeluknya erat-erat, mengulum bibirnya yang mungil dengan tanpa ampun, lalu dengan sekuat tenaga, seakan ia seseorang yang telah lama kehausan di padang pasir, menghisap arak dalam mulutnya. Tubuh Yu Qilin gemetar, seakan jiwanya telah ikut dihisap olehnya, perlahan-lahan, selagi bibir dan lidahnya dibelit olehnya, dengan lemas ia ambruk dalam pelukannya. Sedetik kemudian, Yu Qilin tiba-tiba menirukannya dan bereaksi membalasnya. Jin Yuanbao terkejut, matanya mendadak terbelalak, otaknya kosong, namun Yu Qilin justru makin mengambil inisiatif untuk menghisap dan membelit bibir dan lidahnya. Jantungnya melompat dan napasnya bertambah cepat, rasa pusing dan lemas itu bagai ombak air laut, gelombang demi gelombang datang menyerang, menerjang ke dalam hati Yu Qilin. Tubuh yang lembut dan sudah akrab dengannya itu dengan samar-samar memancarkan wangi tubuhnya yang khas, Jin Yuanbao tak dapat menahan diri untuk tak meraba dadanya yang empuk, ia seakan sedang menyentuh adonan yang sedang meragi. Ia pun tak bisa mengendalikan dirinya lagi! Tak cukup, seperti ini tak cukup! Tangannya meluncur ke bawah mengikuti lekak-lekuk tubuhnya, dengan perlahan jatuh di pinggangnya, di sana, untuk beberapa saat, tangannya membelai-belainya, lalu tiba-tiba mengangsur dan menarik ikat pinggangnya. Seakan menyadari maksudnya, tubuh orang dalam pelukannya menjadi gemetar. Justru getaran itulah yang memanggil akal sehatnya kembali, Jin Yuanbao tiba-tiba mendorongnya, lalu menghirup udara dingin yang timbul diantara mereka ke dalam paru-parunya, tanpa wangi tubuhnya yang lembut, dirinya dapat menenangkan diri. "Kenapa?", pandangan mata Yu Qilin penuh rasa bingung, ia seakan masih tenggelam dalam suasana diantara mereka barusan ini dan sama sekali belum tersadar.

"Maafkan aku, aku seharusnya tak berbuat seperti ini", Jin Yuanbao berusaha sekuat tenaga mengendalikan dirinya, lalu perlahan-lahan membantu Yu Qilin mengikat kembali ikat pinggangnya yang telah terurai. Akan tetapi, tak nyana, sebuah tangan mungil yang hangat menutupi tangannya sendiri, untuk sesaat Jin Yuanbao terdiam dan memandanginya. Yu Qilin menundukkan kepalanya dalam-dalam, rona merah di wajahnya menyebar sampai ke telinganya.

"Aku.....aku bersedia....."

Tubuh Jin Yuanbao terguncang, dengan heran ia memandangnya, perlahan-lahan, sinar mata itu berubah menjadi perasaan cinta yang mendalam, namun dalam cinta yang mendalam itu, terkandung sebuah kesedihan yang tak bernama.....

Jin Yuanbao menarik napas dalam-dalam, lalu terus membantunya mengikatkan ikat pinggangnya, setelah itu ia menariknya ke dalam pelukannya seraya berkata dengan lembut.

"Sekarang masih belum waktunya. Aku akan memberimu sebuah malam pengantin yang sebenarnya". Yu Qilin menengadah dan memandanginya, di dagunya nampak janggut pendek berwarna hitam.....namun entah kenapa, dirinya dengan patuh mengangguk-angguk dan bersandar di dadanya. Sambil dengan lembut membelai-belai rambutnya yang panjang, di mata Jin Yuanbao nampak cinta yang tak terperi dan kesedihan yang sulit ditahan. Setelah malam ini berlalu, kau bukan lagi milikku, Jin Yuanbao. Tahukah kau? Aku mengambil keputusan ini dengan amat sulit, namun demimu, aku terpaksa melakukannya..... Yu Qilin bersandar di dadanya, namun tak dapat mendengar suara hatinya, untuk pertama kalianya dirinya merasakan perasaan yang begitu manis, namun dirinya pun tiba-tiba merasa bahwa ia tak boleh menghindari masalah dengan melarikan diri lagi. Ketika menunduk dan melihat senyum di sudut-sudut bibirnya, Jin Yuanbao merasa hatinya diiris-iris pisau.... Seharusnya kau tak boleh datang kemari, ini adalah takdir yang disebabkan oleh berbagai kebetulan yang aneh, yang membuatmu muncul di hadapanku, namun juga membuatku jatuh cinta padamu.....tapi sekarang, aku harus mengusirmu dengan tanganku sendiri. Di sisiku, ada sebuah tangan hitam yang tak terlihat, ia telah menebar jaringnya dan sekarang telah mencurigai identitasmu, selain itu, ia juga berusaha menggunakan masalah ini untuk kepentingannya sendiri, kau adalah Yu Qilin, mengetahuinya.... cepat atau lambat mereka akan Begitu identitasmu terungkap, kau niscaya akan binasa, aku hanya dapat mendahului si tangan hitam bertindak, untuk melindungimu..... Pagi yang berhawa segar, angin membawa kesejukan yang menyenangkan. Sinar mentari hangat namun tak terik, cahayanya yang pucat menembus kisi-kisi jendela dan jatuh di mata Yu Qilin, menyelimuti pandangannya dengan seberkas sinar putih. Yu Qilin mengkedip-kedipkan matanya, sedikit demi sedikit ia tersadar, dengan perlahan ia membuka matanya, namun ia merasa sinar itu agak menusuk mata, kepalanya pun agak pusing.

"Sudah bangun?", suara Jin Yuanbao terdengar. Yu Qilin menengadah memandangnya, ia tersenyum, Jin Yuanbao masuk sambil membawa sebuah mangkuk, berjalan melewati sinar mentari pagi, berjalan bagai angin sepoi-sepoi, selangkah demi selangkah masuk ke dalam lubuk hatinya yang terdalam. Yu Qilin memandang Jin Yuanbao dengan bahagia dan meminum sup penghilang mabuk itu sampai habis.

"Yuanbao, kau benar-benar baik....." Jin Yuanbao mengigit bibirnya sendiri, lalu tersenyum hambar.

"Cuci muka dan berpakaianlah, kita akan pergi mengucapkan selamat pagi pada ibu".

"Baik!", Yu Qilin menjawab dengan gembira, lalu dengan lincah bangkit dan berpakaian. Bagaimanapun juga, ia telah menjalani latihan yang keras, sekarang Yu Qilin sudah sangat mahir menghidangkan teh. Setelah melewati berbagai lika-liku, Nyonya Jin makin merasa puas dengan menantu perempuannya ini, di wajahnya nampak senyum ramah, suasana diantara sang mertua yang penuh kasih sayang dan menantu yang berbakti itu nampak hangat. Setelah minum seteguk teh, Nyonya Jin menaruh cawan tehnya.

"Yuanbao, bagaimana keadaan telingamu?"

"Sudah baik", jawab Jin Yuanbao.

"Syukur kepada langit dan bumi, akhirnya kau dapat mendengar, bagus sekali!"

Nyonya Jin menghela napas panjang. Ketika mendengar perkataan ini, semua orang di ruangan itu nampak gembira. Dengan wajah penuh senyum Liu Wenchao berkata.

"Agaknya tuan muda mengumpulkan seluruh keluarga di sini karena hendak mengumumkan suatu kabar gembira, selamat atas kesembuhan tuan muda". Jin Yuanbao berpaling dan memandangnya dengan tajam.

"Benar, aku mengundang kalian semua datang pagi-pagi karena ada sesuatu yang hendak kuumumkan".

"Masalah apa yang begitu penting?"

Yu Qilin mendengar perkataannya, namun tak memahami maksudnya, ia teringat akan kebahagiaan mereka kemarin malam dan memandangi Jin Yuanbao dengan terpesona.

Akan tetapi, saat ini Jin Yuanbao merasa senyumnya lebih-lebih lagi menusuk mata, ia menghindari pandangan mata Yu Qilin, ekspresi wajahnya menjadi serius, dengan suara yang tak keras namun amat jelas, ia melontarkan empat kata.

"Aku hendak menceraikan istriku". Begitu perkataan itu terucap, semua orang di ruangan itu terkejut, ruangan itu pun menjadi sunyi senyap.

"Apa katamu?", Nyonya Jin nampak tak mempercayai telinganya sendiri. Jin Yuanbao menarik napas dalam-dalam, lalu dengan suara yang lebih nyaring dan jelas dengan perlahan berkata.

"Aku hendak menceraikan istriku". Kali ini, semua orang mendengarnya dan terguncang. Namun hingga saat itu Yu Qilin masih belum tersadar, ia masih mengira bahwa Jin Yuanbao sedang bercanda, maka ia segera menonjoknya dengan pelan sambil menegur.

"Hei, tak jelek, semua orang terkejut setengah mati, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan? Cepat katakan, apakah kau ingin memberi kami suatu kejutan yang menyenangkan?"

Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, lalu ekspresi wajahnya menjadi dingin, dengan amat tenang, ia menatap Yu Qilin dan berkata.

"Tidak ada kejutan yang menyenangkan, aku hendak menceraikanmu". Sambil berbicara, ia mengeluarkan sehelai surat cerai dari saku dadanya. Setelah melihatnya tertulis hitam di atas putih, Yu Qilin barulah menyadari betapa seriusnya keadaan saat itu, dengan jeri ia menarik tangan Jin Yuanbao seraya bertanya dengan lirih.

"Apa yang sedang kau perbuat?"

Akan tetapi dengan dingin Jin Yuanbao mengibaskan tangan Yu Qilin.

"Yuanbao......", dengan wajah muram dan dingin Nyonya Jin memandangnya, lalu bertanya.

"Apa kau tahu sekarang kau sedang melakukan apa?"

"Ya", dengan amat pasti Jin Yuanbao menjawab.

"Anak sudah lama memikirkannya dan hendak menceraikan 'Jiang Xiaoxuan' di hadapanku ini!"

Yu Qilin tentu saja tak memahami makna yang terkandung dalam perkataannya itu, dengan tak percaya ia memandangnya.

"Yuanbao......kau hendak menceraikanku? Kenapa? Kenapa?" Pandangan mata Jin Yuanbao perlahan-lahan terangkat dan jatuh di papan pujian bertuliskan jin yu liang yuan di belakang Nyonya Jin.

"Diantara Tujuh Alasan Perceraian, pertama, tak punya anak".

"Kita masih belum....ini juga dianggap suatu kesalahan?", rasa terkejut Yu Qilin sukar dilukiskan. Namun tanpa menunggunya membela diri, Jin Yuanbao terus berbicara.

"Kedua, bersikap tak pantas".

"Apa artinya?", Yu Qilin tak mengerti dan memandang Jiang Xiaoxuan yang tercengang di sampingnya. Begitu mendengar perkataan itu, Jiang Xiaoxuan kontan merasa geram.

"Jin Yuanbao, kau memfitnah orang! Nyonya muda mana pernah melakukan perbuatan yang mencederai kehormatan dirinya sebagai seorang wanita seperti itu?"

"Saat malam pengantin, ia memberi suami obat, meminumkan arak pada suami hingga mabuk, ia mempermalukan dirinya sendiri, perbuatan seperti itu termasuk tidak?"

Yu Qilin mendadak menengadah, namun ketika hendak membantah, Nyonya Jin dengan perlahan melambaikan tangannya.

"Dengarkan Yuanbao berbicara sampai selesai dahulu". Sinar mata Jin Yuanbao nampak suram, namun tiba-tiba berbinar-binar.

"Alasan ketiga, tak menjaga hubungan persaudaraan, semua orang tahu bagaimana kau memperlakukan Liu Qianqian; alasan keempat, suka bertengkar mulut, semua orang tahu bahwa kau sering membantah Yang Mulia Ibunda; alasan kelima, bersikap cemburu, semua orang tahu bahwa kau menentang suami mengambil selir dengan mengemukakan alasan-alasan yang tak masuk akal....."

"Sudah cukup!", Yu Qilin merasa kepalanya sakit, ia menggertakkan gigi dan berkata.

"Jin Yuanbao, kalau kau masih punya tuduhan lain, keluarkanlah semuanya! Bagaimana sikapku padamu, apakah kau dalam hati tak tahu dengan jelas?"

"Keberadaan salah satu dari ketujuh alasan itu sudah cukup untuk menceraikan istri, apalagi semuanya, kau mau bicara apa lagi?"

Ia tersenyum lembut, namun wajahnya yang tersenyum itu nampak makin kejam.

Liu Wenchao yang menonton tak tahan lagi, setiap perkataan yang tajam itu jelas menusuk hati Yu Qilin, wajahnya nampak sangat malu, oleh karenanya, ia pun membuka mulut dan menasehatinya.

"Walaupun ini adalah masalah pribadi tuan muda, namun karena hari ini seluruh keluarga telah diundang, aku hendak menjadi penengah, suami istri bertengkar di kepala ranjang dan berbaikan di kaki ranjang, ada masalah apa sehingga harus menceraikan istri?"

Gu Zhangfeng pun tak bisa menahan diri.

"Jin Yuanbao, nyonya muda mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkanmu, bagaimana kau bisa mengatakan perkataan seperti itu!" "Mengorbankan diri untuk menyelamatkanku?!"

Perkataan itu seakan menyulut api kemarahan. Jin Yuanbao, senyum di wajahnya serta merta menghilang, dengan bengis ia berkata.

"Sejak aku menikahinya, bencana terus terjadi, berkali-kali nyawaku hampir melayang! Perempuan ini adalah bintang kesialan bagi suaminya!"

"Kau!"

Yu Qilin begitu terkejut hingga tak kuasa berkata apa-apa. Mendengar perkataannya, Nyonya Jin mengerutkan keningnya dan berkata.

"Pernikahan ini dianugerahkan oleh ibu suri, jin yu liang yuan bukan hal yang sepele, kalaupun Xiaoxuan memiliki banyak kekurangan, bukan berarti bahwa kau dapat dengan sembarangan menceraikannya!"

"Ibu, kau tak usah khawatir, anak akan mengajukan permohonan pada ibu suri sendiri", jawab Jin Yuanbao.

"Omong kosong!"

Nyonya Jin mendadak bangkit dan menatap Jin Yuanbao dengan tajam.

"Waktu itu kau menerjang ke istana untuk mohon obat dan telah mengejutkan ibu suri, dan membuat keributan, apa perbuatanmu itu belum cukup?"

"Aku sudah mengambil keputusan!", Jin Yuanbao melirik Liu Wenchao di sampingnya yang suka melihat orang lain kesusahan, ia tertawa sinis.

"Yuanbao!", tubuh Nyonya Jin gemetar.

"Kau yang seperti ini tak ibu kenali. Aku sangat berharap agar kau dapat memikul beban kewajiban terhadap Wisma Jin, kukira kau telah menjadi bijaksana, namun tak nyana kau masih begitu keras kepala dan kekanak-kanakkan! Sebelum ini, ketika ibu menginginkan kau mengambil selir, kau tak mau, dan ibu menurutimu; setelah itu kau sendiri yang berkata ingin mengambil selir, ibu lagi-lagi menurutimu, tapi sekarang kau hendak menceraikan istri, dimana kau menempatkan aliansi diantara keluarga Jiang dan Jin? Dimana kau menempatkan ibu suri? Dimana kau menempatkan ibu suri dan Yang Mulia?"

"Ibu, aku sudah memikirkannya dengan hati-hati, menceraikan istri sudah menjadi keputusanku dan tak dapat dihentikan".

"Kau!", Nyonya Jin perlahan-lahan menghembuskan napas, lalu kembali bertanya.

"Apakah kau sudah bertekad melakukannya?"

"Ya".

"Anak yang tak berbakti!", Nyonya Jin mengambil sebuah langkah ke depan, lalu menampar Jin Yuanbao keras-keras! Namun Jin Yuanbao tak menghindar dan masih berdiri dengan keras kepala, dengan dingin ia memandang Yu Qilin.

"Aku membenci perempuan ini, untuk selamanya aku tak sudi melihatnya!"

"Jin Yuanbao, apakah perkataan yang kau ucapkan kemarin malam palsu belaka? Semua yang kau lakukan hanya purapura? Pandangan matamu.....juga palsu belaka?"

Wajah Yu Qilin pucat pasi, sekujur tubuhnya gemetar.

"Yang berkali-kali menganggu ketenangan wisma ini demi dia adalah kau, yang masuk ke istana dan menyinggung ibu suri demi dia adalah kau, tapi sekarang yang ribut hendak menceraikan istri juga kau!"

Nyonya Jin murka, ia menunjuk ke arah Jin Yuanbao seraya berkata.

"Sebenarnya apa yang hendak kau lakukan?"

Namun Jin Yuanbao hanya mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, tak berkata apa-apa.

"Baiklah, baiklah!", Nyonya Jin sukar menahan rasa marah dan sedih dalam hatinya, ia mundur tiga langkah, lalu tiba-tiba berseru.

"Berlututlah di luar rumah abu, pikirkan baik-baik tindakanmu ini". Ketika melihat sang ibunda yang karena sedih langsung nampak tua, di mata Jin Yuanbao berkelebat rasa sakit dan menyalahkan diri sendiri, namun ia lalu kembali berpura-pura keras kepala, tanpa memandang Yu Qilin, ia berbalik dan melangkah pergi. Seketika itu juga, ruangan itu sunyi senyap. Yu Qilin memandangi sosok Jin Yuanbao yang berlalu dengan penuh tekad, ia merasa hatinya seakan dicungkil, perasaan seperti itu membuatnya ingin menangis, namun ia tak bisa menangis. Sinar matanya kosong melompong, wajahnya tak berurai air mata, namun ia tak kuasa berkata apa-apa. Ia segera berbalik dan berjalan keluar dari aula utama, seakan sedang berjalan dalam tidur.

"Meimei!", Jiang Xiaoxuan memanggil dari balik punggungnya. Akan tetapi, Yu Qilin seakan tak mendengar apa-apa, seperti hantu yang bergentayangan ia melangkah keluar dari pintu aula utama itu. Langit yang barusan ini cerah, sekarang diguncang guntur, cuaca berubah secepat raut wajah seorang bocah. Yu Qilin yang wajahnya tirus dan pucat duduk di samping jendela, memandangi hujan rintik-rintik yang jatuh dari awan yang bergumpal-gumpal, memandangi tetesan air hujan mendera lantai batu bata hijau di luar dan menciprat kesana kemari. Setelah itu, hujan makin deras, tetesan-tetesan air hujan yang sebesar kacang hijau berjatuhan di tanah dan teritisan atap, namun mereka tak mendera tanah, melainkan jelas-jelas mendera hatinya. Sekonyong-konyong, Yu Qilin tiba-tiba bangkit, berbalik, mengambil payung di sudut ruangan, lalu memburu keluar. Di luar rumah abu, sekujur tubuh Jin Yuanbao yang sedang berlutut di tanah sudah basah kuyup, tubuhnya telah bergoyanggoyang kelelahan, namun dengan penuh tekad ia tetap bertahan. Sebuah payung melindungi ubun-ubunnya, tetesan air hujan menerpa payung itu dengan bunyi gemericik. Namun Jin Yuanbao seakan tak menyadari apapun, pandangan matanya terpaku memandang ke depan. Melihat bajunya yang basah kuyup, akhirnya Yu Qilin melelehkan air mata.

"Yuanbao, aku tak percaya kau hendak menceraikanku, kau seperti ini pasti ada sebabnya! Apakah kau mempunyai suatu masalah yang sulit diungkapkan? Katakanlah....."

Jin Yuanbao tak bergeming.

"Kenapa kau ingin menceraikanku? Apa kesalahanku sehingga kau memperlakukanku seperti ini? Katakanlah!"

Jin Yuanbao masih tak menjawab, wajahnya pucat pasi. Yu Qilin mendorongnya dengan sekuat tenaga, air mata dan air hujan di wajahnya sudah tak bisa dibedakan lagi.

"Katakanlah! Katakanlah!"

Akan tetapi, orang ini seakan sebatang kayu, sama sekali tak tersentuh.

"Aku tak percaya! Aku tak percaya!", Yu Qilin menangis keraskeras seperti seorang bocah, ia melemparkan payung itu ke samping, lalu melayangkan tinjunya ke arah Jin Yuanbao. Setelah memukulinya, ia kehabisan tenaga, tangannya pun telah menjadi lemas, namun orang ini masih berlutut dengan kukuh, tak bergeming sedikitpun! Akhirnya Yu Qilin putus asa, ia berlutut di tanah sambil menangis keras-keras.

"Aku tak menginginkanmu. Enyahlah". Mendengar perkataan itu, Yu Qilin mendadak mengangkat kepalanya, dengan tercengang memandangnya. Namun Jin Yuanbao masih tak memandangnya, dengan dingin ia kembali berkata.

"Aku tak menginginkanmu. Enyahlah". Yu Qilin telah menjadi tenang, dengan tenang ia memandangnya, matanya berlinangan air mata, perlahan-lahan rasa sedihnya menjadi bercampur dengan rasa benci! Perlahan-lahan, ia berhenti menangis, sambil bertumpu pada tanah, ia bangkit, lalu berlalu sambil berjalan terhuyung-huyung.

"Menceraikan istri?"

Pangeran Kedua seakan tak mempercayai telinganya dan kembali bertanya pada Liu Wenchao.

"Benar sekali", sambil menjura, Liu Wenchao menjawab.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa alasannya?"

Pangeran Kedua berpikir sejenak.

"Tapi hidup Jin Yuanbao telah diselamatkan oleh Jiang Xiaoxuan, bagaimana ia dapat melupakan hutang budi itu?" Mendengar perkataannya, Liu Wenchao mengangkat alisnya.

"Ia berkata bahwa Jiang Xiaoxuan mengekang suami, selain itu ia juga menguraikan satu persatu perbuatan Jiang Xiaoxuan yang melanggar Tujuh Alasan Perceraian, setiap alasan yang dikemukakannya tak dapat disangkal".

"Kalau begitu, bagaimana reaksi Nyonya Jin?"

"Nyonya Jin amat marah dan menghukumnya berlutut di rumah abu, setelah berlutut seharian, ia pingsan, namun masih tetap berkeras kepala".

"Nyonya Jin, walaupun seorang wanita, amat lihai, hatinya pun keras". Pangeran Kedua mengerutkan keningnya.

"Tapi kalau ia menggunakan peraturan keluarga Jin untuk mencabut haknya sebagai ahli waris, Jin Yuanbao belum tentu akan terus berkeras". Namun Liu Wenchao tetap tersenyum dengan penuh percaya diri, lalu berkata.

"Yang Mulia tak memahami Jin Yuanbao, orang ini angkuh, perbuatan yang biasa tak masuk dalam hitungannya, kalau Nyonya Jin menggunakan benda-benda yang dianggap penting oleh orang biasa itu untuk mengancamnya, hal itu malahan akan membuat hatinya makin keras. Dan dengan demikian, hamba akan mendapatkan sebuah kesempatan".

"Oh, ya?"

"Dengan alasan menyelidiki meriam yang meledak, hamba telah menguasai pabrik senjata, tadinya hamba mengira bahwa begitu sembuh, Jin Yuanbao akan mengambil alih kekuasaan kembali, ternyata sekarang ia membuat keadaan kacau sendiri sehingga untuk sementara ia tak dapat mengurusnya, asalkan dalam beberapa hari lagi keadaan di pabrik senjata dapat berjalan seperti biasanya, seakan tak terjadi apa-apa, andaikan Yang Mulia hendak memberontak, pabrik senjata akan berada dalam kendali anda". Begitu mendengar perkataan itu, di wajah sang Pangeran Kedua muncul senyum yang amat jarang terlihat.

"Baiklah, pangeranmu ini akan menunggu kabar baik darimu!"

Setelah kembali ke Wisma Jin, Liu Wenchao mendengar bahwa karena sukar bernapas kemarin, penyakit jantung Nyonya Jin kumat, maka ia bergegas pergi ke sisi ranjang Nyonya Jin dan berlagak menjadi seorang putra yang berbakti.

Saat itu Jin Yuanbao juga sedang sakit, sehingga ia memperoleh kesempatan baik untuk menunjukkan baktinya.

Akan tetapi, tak nyana, walaupun Nyonya Jin minum obat yang diberikan olehnya, hatinya masih mengkhawatirkan Jin Yuanbao.

Hal ini membuat Liu Wenchao merasa tak senang, namun bagaimanapun juga Jin Yuanbao adalah putra kandungnya, dirinya sendiri tak bisa dibandingkan dengannya, akan tetapi, kalau putra kandung ini tak ada.....

Sudut-sudut bibir Liu Wenchao terangkat membentuk seulas senyum, setelah dengan munafik mengucapkan beberapa kata untuk menghibur Nyonya Jin, ia pun berlalu.

Pagi-pagi keesokan harinya, Jin Yuanbao dipanggil oleh Nyonya Jin.

Begitu memasuki kamar Nyonya Jin, ia melihat wajah sang bunda tirus dan pucat, ia pun merasa tak tega.

Nyonya Jin meliriknya, ia mengerutkan keningnya dan tak berkata apa-apa, jelas bahwa ia masih marah.

Melihatnya, Jin Yuanbao hanya berdiri sambil menunduk di hadapannya, tak bergeming.

Tiba-tiba, sepucuk surat dilemparkan ke sisi kaki Jin Yuanbao.

"Apakah surat permohonan cerai ini kau berikan pada ibu suri kemarin?"

Sambil mengerutkan keningnya, Jin Yuanbao memandang surat permohonan yang sudah akrab dengannya itu, lalu menjawab.

"Benar, karena pernikahan ini dianugerahkan oleh ibu suri, perceraian anak harus dilaporkan kepada beliau". Tak nyana, ia dapat dengan begitu enteng mengaku! Nyonya Jin begitu marah hingga wajahnya menjadi pucat.

"Hari ini ibu suri menyuruh orang untuk memberikan surat ini padaku, aku tak bisa berkata apa-apa. Apakah kau anak yang durhaka ini hendak membinasakan keluarga Jin?"

Hati Jin Yuanbao terkesiap, namun ia tak berkata apa-apa untuk membantahnya.

"Karena kau tak memperdulikan tanggung jawabmu sebagai ahli waris keluarga Jin, saat ini aku sudah tak bisa menghalangimu lagi, dan tak punya muka untuk menghadap leluhur-leluhur keluarga Jin......", Nyonya Jin menghela napas panjang, dengan wajah dingin, ia melemparkan sehelai kain sutra putih sepanjang satu chi yang berbercak darah.

"Ini adalah sepucuk surat yang ditulis dengan darah, sejak hari ini kau bukan lagi putraku". Melihat surat berdarah di lantai itu, Jin Yuanbao tertegun.

"Ibu!", Jin Yuanbao cepat-cepat memeluk Nyonya Jin yang hendak pergi, air matanya bercucuran.

"Ibu, kau melahirkan dan membesarkanku, semua milikku adalah milik anda, hak waris keluarga Jin, pabrik senjata dan harta benda lainnya adalah benda-benda duniawi, ambillah kalau anda mengkehendakinya. Hanya mengenai surat ini saja aku tak bisa menuruti kehendak ibu! Aku adalah putramu, tapi aku tak akan membiarkanmu mengambil surat berdarah ini!"

Nyonya Jin nampak,tersentuh, ia memeluk Jin Yuanbao, dengan air mata berlinangan ia bertanya.

"Karena kau berpikir seperti itu, kenapa kau masih hendak membangkang dan menceraikan istrimu?"

"Aku.....aku.....", Jin Yuanbao menangis tersedu-sedan dan tak bisa menjawab.

"Katakanlah!"

"Ibu, tekadku sudah bulat, aku harus melakukannya". "Sebenarnya kau ini kenapa?", Nyonya Jin tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa dan merasa sedih.

"Jin Furen, Jin Gongzi....."

Sebuah suara yang sudah amat akrab terdengar di luar pintu, dengan heran Nyonya Jin memandang Yu Qilin yang berdiri di mulut pintu, namun nampaknya ia sudah jauh lebih tenang. Dengan hambar Yu Qilin berkata.

"Kasih sayang diantara ibu dan anak kalian sangat dalam, bagaimana bisa rusak karena orang luar sepertiku menjadi seperti ini? Tak usah kesusahan, pada dasarnya aku memang tak pantas berjodoh dengan Jin Gongzi. Aku akan pergi!"

Mendengar perkataan itu, tubuh Jin Yuanbao agak gemetar, namun ia ia tak menghalanginya.

Siang itu, sebuah kereta kuda berhenti di depan pintu gerbang Wisma Jin, sambil mengandeng tangan Jiang Xiaoxuan, Gu Zhangfeng menaiki kereta itu, dilihatnya bahwa Yu Qilin masih berdiri di ambang pintu, wajahnya seakan mati rasa.

Gu Zhangfeng tak bisa menahan diri untuk tak menasehatinya.

"Tak usah menunggu lagi, ayo naik kereta". Seakan mati rasa, Yu Qilin mengangguk, lalu mengikuti Gu Zhangfeng masuk ke dalam kereta, tiba-tiba, ekspresi wajahnya nampak tegas. Dari ambang pintu muncullah sebuah sosok, ia adalah Jin Yuanbao, ia nampak berjalan ke mulut pintu, lalu berdiri sambil menggendong tangannya, wajahnya sama sekali tak berekspresi. Yu Qilin merasa tak bisa mengendalikan kakinya sendiri, sebelum ia menyadarinya, dirinya telah berdiri di samping Jin Yuanbao. Ia menengadah memandangi Jin Yuanbao, matanya penuh rasa sedih, tak mengerti, ingin bertanya dan duka, bibirnya bergetar, seakan hendak berbicara. Tubuh Jin Yuanbao bergoyang-goyang, di wajahnya sekilas muncul rasa enggan berpisah, namun setelah itu dengan amat cepat wajahnya berubah menjadi serius dan tegas kembali. Ia seakan memandang namun tak melihat Yu Qilin dan berkata dengan dingin.

"Di depan ibu kau sudah berpamitan, jangan mengira bahwa dengan menatapku seperti ini, hatiku akan melunak. Enyahlah". Perkataannya jelas amat keras, namun Yu Qilin masih tetap berdiri di tempatnya semula, memandanginya tanpa bergeming. Mereka berdua sama-sama terpaku seperti itu, udara pun seakan menjadi beku. Sekonyong-konyong, Jin Yuanbao berbalik dan langsung masuk, lalu melangkah dengan jumawa. Yuanbao......tanpa suara Yu Qilin memanggilnya, akan tetapi Jin Yuanbao begitu bertekad bulat. Tubuh Yu Qilin bergoyanggoyang, seakan hendak tumbang.

"Meimei!", ketika Jiang Xiaoxuan yang sudah sekian lama mengamatinya melihat kejadian itu, ia segera menerjang keluar, lalu separuh memayang dan separuh menarik Yu Qilin masuk ke dalam kereta. Kereta pun perlahan-lahan bergerak, meninggalkan dua alur jejak roda yang tipis..... Setelah kereta berjalan jauh, dari sudut tembok muncullah sebuah sosok, ia tertawa sinis, lalu berjalan pergi. Ketika Liu Qianqian memasuki ruangan, ia melihat Liu Wenchao sedang membereskan koper, wajahnya berseri-seri, seakan hendak berpergian. Dengan agak kesal Liu Qianqian bertanya.

"Gege, nampaknya suasana hatimu baik, apakah kau akan pergi?"

"Aku akan pergi melihat rumah, kau mau ikut denganku?", dengan amat gembira Liu Wenchao bertanya.

"Melihat rumah?", Liu Qianqian "Apakah kau ingin membeli rumah?"

Mengerutkan keningnya.

"Benar", dengan amat puas diri Liu Wenchao berkata.

"Kau kuberitahu, Jin Yuanbao telah membuat keributan dengan menceraikan istrinya, guma sudah berkata dengan tegas, kedudukan ahli waris keluarga Jin, pabrik senjata dan harta benda lain tak mungkin akan diberikan pada Jin Yuanbao, sepeser pun tak akan diberikan oleh guma pada Jin Yuanbao". Liu Wenchao kemudian berbicara tentang berbagai hal lain, Liu Qianqian sama sekali tak memperdulikan berita tentang hal-hal lain, ia hanya menunjukkan minat yang besar pada pembicaraan tentang Jin Yuanbao yang menceraikan istrinya, dengan mata berbinar-binar, ia segera bertanya.

"Aku juga mendengar bahwa biaoge membuat keributan dengan menceraikan istrinya, peristiwa itu sangat ramai, ternyata memang benar-benar terjadi". Melihat wajahnya, alis Liu Wenchao terangkat, dengan bengis ia berkata.

"Memangnya kenapa kalau ia menceraikan istrinya? Apakah kau masih mengkhayal? Kau masih ingin dinikahkan dengan Jin Yuanbao sebagai gundik?"

"Terima kasih Langit, akhirnya Langit melihat cinta butaku pada biaoge". Liu Qianqian menangkupkan sepasang tangannya, wajahnya nampak seakan telah mendapatkan apa yang diidamidamkannya.

"Qianqian! Apakah kau mendengar semua yang baru saja kukatakan?"

Wajah Liu Wenchao menjadi dingin.

"Kau kuberitahu, Jin Yuanbao terlalu mengecewakan guma, Wisma Jin yang begitu besar harus diurus seseorang, pabrik senjata lebih-lebih lagi harus diurus oleh seseorang yang dapat dipercaya, kau pikirlah, selain Jin Yuanbao, siapa lagi yang paling dekat dengan guma? Tak seberapa lama lagi seluruh Wisma Jin ini akan menjadi milikku, saat itu, Jin Yuanbao akan menjadi seorang fakir miskin yang tak punya apa-apa. Adikku yang baik, untuk apa kau masih berkeras menyukainya?"

Mendengar perkataan itu, Liu Qianqian mendadak tak dapat bersuara, ia hanya memandanginya dengan dingin, seakan sedang memandang seorang asing. Beberapa saat kemudian, ia barulah mengumam.

"Sekarang aku baru mengerti kenapa kau hendak membunuh Yuanbao Gege dengan ledakan, karena kau menginginkan harta benda Wisma Jin dan pabrik senjata, kau ingin mengantikan Yuanbao Gege". Liu Wenchao tak menyangka bahwa ia dapat mengucapkan perkataan seperti itu, ia merasa bingung, akan tetapi segera mencari alasan, dengan wajah dingin dan muram, ia menegurnya.

"Jangan bicara sembarangan. Kalau kau bicara sembarangan seperti ini, kau akan mencelakaiku, mengerti?"

"Aku tak bicara sembarangan!", tanpa takut sedikitpun, Liu Qianqian mengangkat wajahnya dan memandanginya.

"Aku mendengarmu berkata demikian pada A Gui dengan telingaku sendiri". Karena keadaan sudah seperti itu, Liu Wenchao tak lagi dapat mengelak, dengan bengis ia merengut kerah baju Liu Qianqian sambil membentaknya.

"Apakah kau sudah memberitahu orang lain?" "Tidak!", Liu Qianqian meronta sekuat tenaga, merapikan bajunya, lalu dengan dingin memperingatkannya.

"Untung saja Yuanbao Gege bernasib baik dan berhasil melarikan diri. Aku tak akan memberitahukan hal ini, akan tetapi kau kuperingatkan, kalau kau berani mencelakai Yuanbao Gege lagi, aku akan memberitahu guma".

"Coba kalau kau berani". Sebelum perkataan itu lama terucap, Liu Qianqian merasa telinganya mendengung, wajahnya yang seputih salju seketika itu juga menjadi merah dan bengkak. Dengan terkejut, Liu Qianqian melihatnya perlahan-lahan menurunkan tangannya, ia menggeleng-geleng seraya berkata.

"Kau memukulku lagi......kali ini sudah berapa kali kau memukulku! Waktu kecil.....waktu kecil kau tak seperti ini!"

Melihat tetesan air mata yang perlahan-lahan jatuh, mendengar sedu-sedannya, amarah di wajah Liu Wenchao perlahan-lahan menghilang. Ia menghela napas dengan pelan, lalu berkata dengan lembut.

"Aku adalah kakak kandungmu, ayah dan ibu telah meninggal, sejak kecil kita berdua saling bergantung untuk tetap dapat hidup. Seorang kakak seperti seorang ayah, coba kau pikir, bagaimana aku memperlakukanmu? Semua yang kulakukan sekarang ini adalah agar kita bedua dapat berdikari dan agar kelak kau dapat menikah dengan megah".

"Aku tahu kakak menyayangiku", setelah mengucapkan perkataan itu, Liu Qianqian agak melunak.

"Tapi kau juga tahu bahwa aku sangat menyukai Yuanbao Gege, kalau kau mencelakainya, hal itu sama dengan mencabut nyawaku".

"Dia sudah menikah, lagipula kau tahu bahwa dalam hatinya tak ada kau. Aku tak mungkin membiarkan satu-satunya adikku dijadikan gundik orang". Liu Qianqian tak kuasa berkata apa-apa, ia hanya dapat mencucurkan air mata.

"Qianqian, kau hanya perlu dengan tenang menjadi nona besar dirimu sendiri, tak usah mengurusi hal-hal lain, usaha besar gege tak kau pahami, dan kau pun tak usah mencampurinya". Liu Wenchao berhenti sejenak, lalu dengan dingin berkata.

"Apakah kau ingin melihat gege mati?"

Perkataan yang begitu berat ini bagaimana tak membuat Liu Qianqian merasa jeri? Dengan ketakutan ia segera menyusup ke dalam pelukan Liu Wenchao.

"Tidak.....tidak.....bagaimana aku bisa melihatmu mati. Kau adalah satu-satunya kakak kandungku". Dengan sangat pelan, Liu Wenchao menghembuskan napas lega, dengan lembut ia membelai-belai rambut sang adik yang panjang, seperti saat ia masih kecil, lalu dengan lembut dirinya menenangkannya.

"Kalau begitu, kau jangan berkata apa-apa pada guma, kembalilah ke kamarmu dengan manis dan jangan pikirkan hal-hal yang tak menyenangkan".

"Ya....", sambil berlinangan air mata, Liu Qianqian mengangguk. Liu Wenchao menjadi tenang, ia mengantarkan Liu Qianqian sendiri, lalu memandangi sosoknya sampai menghilang.

"Bos, pemilik rumah besar itu sudah menyetujui penawaran anda", A Gui melangkah masuk.

"Bagus, aku baru saja hendak pergi". Liu Wenchao memandang kamar Liu Qianqian, lalu memberi perintah.

"Awasi nona".

"Baik". Angin musim gugur yang sejuk bertiup ke pepohonan dan menimbulkan bunyi bergemerisik. Di pinggir kota, sebuah kereta kuda melaju sendirian, di bawah sinar mentari musim gugur yang sedang terbenam, sosoknya nampak makin sebatang kara. Suasana di dalam kereta yang bergoyang-goyang itu sunyi senyap. Gu Zhangfeng yang menyokong Jiang Xiaoxuan duduk dengan miring. Akan tetapi Yu Qilin selalu duduk dengan tegak, tak bersandar pada bagian apapun dari kereta itu, pandangan matanya kosong melompong, di wajahnya nampak rasa putus asa yang bagai kematian. Melihat wajahnya, hati Jiang Xiaoxuan amat sedih, ia ingin menangis, tapi tak berani menangis, ia pun menunduk dan menutupi wajahnya, lalu dengan pelan tersedu-sedan. Begitu mendengar suaranya, Yu Qilin perlahan-lahan memandang ke arahnya, lalu dengan hambar berkata.

"Ia benarbenar tak menginginkanku". Tanpa suara Jiang Xiaoxuan memandangnya dan menangis dengan pelan. Ketika Gu Zhangfeng melihat raut wajah Yu Qilin yang bagai orang mati, ia merasa tak tega, air matanya pun meleleh dari sudut-sudut matanya. Jiang Xiaoxuan mendorong-dorongnya, memberi isyarat agar ia menahan dirinya, namun Gu Zhangfeng malahan menangis keras-keras, air matanya membanjir bagai pintu air yang dibuka dan tak bisa dihentikan. Suara tangis Gu Zhangfeng makin membuat Yu Qilin galau, air matanya sendiri pun berlinangan.

"Apa yang kau lakukan?", Jiang Xiaoxuan tak bisa menahan diri untuk tak memukul Gu Zhangfeng.

"Tolonglah, jangan membuatnya makin sedih!"

"Aku sudah tak tahan lagi! Aku harus bicara! Kalau tak bicara aku akan mati sesak!"

Gu Zhangfeng menangis keras-keras. Ketika kedua wanita itu mendengarnya, mereka tertegun dan memandangnya dengan tercengang.

"Yuanbao......kasihan sekali.....menderita sekali....."

Dengan tegang Yu Qilin mencecarnya.

"Yuanbao kenapa?"

"Yuanbao mencintaimu!"

"Apa katamu?", mata Yu Qilin terbelalak.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ia sengaja mengusirmu, karena hendak melindungimu!"

"Apa?", Yu Qilin tercengang.

"Kemarin......kemarin.....", sambil tersedu sedan Gu Zhangfeng berkata.

"Kemarin Yuanbao mencariku dan menyuruhku mengurusmu baik-baik.....dan juga memberitahuku, bahwa identitas kalian.....sebenarnya ia tak memperbolehkanku bicara, tapi aku tak tahan lagi!"

"Zhangfeng......Zhangfeng, apa yang kau katakan?", dengan sangat terkejut Jiang Xiaoxuan memandangnya.

"Melihat kalian saling menyiksa seperti ini, aku tak tahan lagi!"

Gu Zhangfeng menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan suara lantang.

"Kalian tahu tidak? Sebenarnya Yuanbao telah mengetahui identitas kalian yang sebenarnya!"

"Apa.....", dengan tercengang Yu Qilin memandangnya, hatinya tak nyana seketika itu juga terasa lega. "Ia tahu kau bukan putri Menteri Besar Jiang, kau adalah Yu Qilin.....Xue er, ia juga tahu kau bukan Xue er, melainkan adalah Jiang Xiaoxuan!"

"Ia tahu, kalau pertukaran identitas kalian diketahui orang, nyawa kalian akan melayang! Akan tetapi ia juga tahu, kalau ia berbicara padamu, kau pasti tak mau pergi. Maka ia tak punya jalan lain, demi melindungimu, ia berpura-pura jahat untuk mengusirmu.....sikapnya bengis, namun sebenarnya dalam hati ia berdarah-darah.....Yuanbao benar-benar sangat menderita!"

Perkataannya itu bagai sinar mentari yang membelah mendung di hari hujan, membelah angkasa dan mengusir awan pembawa hujan! Di mata Yu Qilin kembali muncul keceriaan masa lalunya, tiba-tiba ia berseru kepada kusir kereta di luar.

"Hentikan kereta!"

Kusir kereta menarik kekang kuda, kereta pun segera berhenti.

"Kembali! Aku hendak kembali!" * Pemandangan musim semi sedang semarak, bunga-bunga seruni di taman telah bermekaran, setiap kuntumnya seakan berlomba-lomba menunjukkan kecantikannya, menawan dan mempesona. Akan tetapi, di tengah semburat warna-warni itu, Jin Yuanbao bagai mayat hidup, seakan mati rasa, ia melangkah ke depan. Tiba-tiba, dari belakang tubuhnya terdengar teriakan para pelayan.

"Shao furen! Shao furen!"

Ia sama sekali tak bereaksi, atau mungkin mengiranya hanya ilusi belaka.

Tepat pada saat itu, ia dipeluk seseorang dari belakang, orang yang memeluknya itu sepertinya sudah sangat akrab dengannya, tanpa melihat pun ia sudah tahu siapa itu.

Ia pun dapat merasakan napas terengah-engah dan sedu sedan orang yang memeluknya itu.

Tubuh Jin Yuanbao gemetar, namun ia segera kembali berpurapura bersikap kaku dan dingin, tanpa menoleh, dengan dingin ia berkata.

"Kau sudah pergi, untuk apa kembali lagi?"

Yu Qilin tak berkata apa-apa, hanya memeluk Jin Yuanbao eraterat dari belakang. Jin Yuanbao meronta dengan sekuat tenaga, namun tak nyana tak dapat meloloskan dirinya.

"Kau perempuan ini benar-benar bermuka tebal dan tak tahu malu! Aku sudah berkata bahwa aku tak menginginkanmu....."

Sebelum perkataannya selesai, Yu Qilin telah berada di hadapannya, menengadah memandangnya, sinar matanya panas membara, penuh rasa cinta dan bahagia yang tak terperi, Jin Yuanbao pun tertegun.

Hati Jin Yuanbao terkesiap, namun ia memaksa dirinya untuk bersikap keras dan dingin, ia melengos dan berkata tanpa memandangnya.

"Enyahlah! Siapa yang menyuruhmu pulang? Cepat pergi!"

"Tolol, tak usah berpura-pura, Zhangfeng telah memberitahukan semuanya padaku...."

"Apa?", Jin Yuanbao tercengang.

"Tak perduli kau akan berkata apa, aku tak akan pergi, kalaupun kau mengambil tongkat dan mengusirku dengannya, aku tak akan pergi!"

Mata Yu Qilin berlinangan air mata, namun wajahnya tersenyum.

"Si tolol itu....merusak semuanya.....", Jin Yuanbao mendongak ke langit sambil menghela napas panjang. Tanpa menunggunya selesai bicara, tanpa memperdulikan apapun juga, Yu Qilin langsung menciumnya.... Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan yang datang mengejar melihat mereka sedang berpelukan dan berciuman, wajah Jiang Xiaoxuan kontan memerah dan ia pun mundur beberapa langkah untuk menghindar, sedangkan Gu Zhangfeng merasa jengah. Yu Qilin membuka matanya di tengah kabut dan melihat mereka berdua, ia cepat-cepat mendorong Jin Yuanbao, lalu melangkah mundur. Di tengah berbagai hiasan berwarna-warni, mereka berempat duduk minum teh dan makan makanan kecil di tengah danau, setelah berpisah, keempat orang muda itu untuk pertama kalinya saling mengenal dengan identitas asli mereka, mereka seakan dilahirkan kembali dan merasa amat lega.

"Yuanbao.....", dengan malu-malu kucing Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, lalu berkata.

"Walaupun kau sudah mengetahui hal ini, tapi kau masih ingin mengatakannya sendiri padamu, masalah ini sudah sangat lama membebani pikiranku, begitu menekan sehingga hampir tak tertahankan".

"Katakanlah", Jin Yuanbao memberinya keberanian. mengenggam tangannya, Yu Qilin menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan.

"Namaku Yu Qilin".

"Ya", Jin Yuanbao sama sekali tak terkejut, akan tetapi karena dapat mendengarnya mengucapkannya sendiri, hatinya amat girang.

"Benar.....", dengan agak bimbang Jiang Xiaoxuan menanyai Jin Yuanbao.

"Sejak kapan kau tahu tentang masalah kami?"

Jin Yuanbao tersenyum, ia tak berkata apa-apa dan hanya memandangi Yu Qilin.

Yu Qilin yang dipandanginya kebingungan, setelah itu ia berpikir keras sambil mengerutkan dahinya dan tiba-tiba sadar, ia pun langsung mengayunkan tinjunya dan memukulnya dengan pelan.

"Aku tahu! Saat itu telingamu tak bermasalah, bukan? Kau hanya berpura-pura, benar tidak? Kau memang benarbenar licik!"

"Bukan seperti itu.....", Jin Yuanbao tersenyum.

"Kebetulan waktu itu pendengaranku baru saja pulih".

"Benarkah?", dengan tak percaya Yu Qilin memandanginya.

"Benar", Jin Yuanbao menggengam tangannya, lalu tersenyum dengan lembut.

"Ketika kau mencurahkan isi hatimu di belakangku, aku mendengarnya dengan amat jelas......tolol".

"Kau!", dengan kesal Yu Qilin mencibir.

"Kau benar-benar seorang tolol! Benar-benar bodoh!"

"Hei!", Yu Qilin merasa sebal.

"Apa kau sudah cukup....."

Akan tetapi sebelum perkataannya keluar dari mulutnya, Jin Yuanbao telah memotongnya.

"Sudah tahu berbahaya tapi masih pulang juga, orang yang begitu bodoh belum pernah kujumpai seumur hidupku. Kau benar-benar sudah bosan hidup?"

Yu Qilin tertegun, lalu mengangguk-angguk dengan bersemangat.

"Benar, aku sudah bosan hidup, mati pun aku tetap harus bersamamu". Perkataan itu, bagai suatu kehangatan yang masuk ke dalam hati Jin Yuanbao, hatinya tersentuh, dengan lembut ia menariknya ke dalam pelukannya.

"Kalau kau kubilang bodoh kau tak mau mengakuinya, kalau kau mati, bagaimana kita dapat bersama? Aku tak mungkin membiarkanmu mati". Dan di sebelah mereka, Jiang Xiaoxuan sedang memandang Gu Zhangfeng dengan sungguh-sungguh seraya berkata.

"Namaku Jiang Xiaoxuan, kau boleh memanggilku Xiaoxuan atau Xuan er".

"Xue er.....", mendengarnya tiba-tiba berkata demikian, Gu Zhangfeng kebingungan, setelah sadar bahwa ia salah memanggil, ia cepat-cepat memperbaikinya.

"Oh, tidak, Xuanxuan....oh, bukan, Xiaoxuan". Jiang Xiaoxuan tak kuasa menahan tawa, ia mengerucutkan bibirnya dan tertawa.

"Aku perlu sedikit waktu untuk membiasakan diri dengan nama baru.....biasanya aku memanggilmu Xue er dan sudah terbiasa dengannya, untuk mengubahnya agaknya perlu waktu beberapa hari". Gu Zhangfeng memandang Yu Qilin.

"Sebelumnya aku biasa memanggil shao nainai Xiaoxuan, setelah ini bukankah aku harus memanggilnya Qilin?"

"Memanggilku Lin er juga tak apa", sambil menyeringai nakal Yu Qilin bergurau.

"Ha?", kata Gu Zhangfeng.

"Qilin......Lin er....."

"Baiklah......Qilin, jangan goda dia", Jin Yuanbao mengenggam tangannya yang halus dan putih, lalu berkata.

"Kalau si tolol ini salah bicara di hadapan ibuku, ia dapat mencelakai kita semua". "Kalau begitu.....apakah kita tak sebaiknya tetap menggunakan panggilan lama saja?", tanya Yu Qilin. Akan tetapi Jin Yuanbao tiba-tiba mengangkat tangannya dan menghentikan perkataan Yu Qilin.

"Baiklah, tak usah membicarakannya lagi". Semua orang memandangnya dengan heran, Yu Qilin pun bertanya dengan tak paham.

"Kenapa?"

Jin Yuanbao memandang ke sekelilingnya, pandangan matanya jatuh di gunung-gunungan yang berada tak jauh dari tempat mereka, ia mengerutkan dahinya, lalu tiba-tiba bangkit dan melangkah dengan cepat ke arah gunung-gunungan itu.

Akan tetapi, setelah ia tiba di tempat itu, di belakang gununggunungan sudah tak ada orang, hanya ada beberapa rumpun alang-alang kering yang bergoyang-goyang pelan.

Dengan tak puas, ia kembali berjalan mondar-mandir di tempat itu, lalu akhirnya berbalik dan berlalu.

"Bagaimana?", Yu Qilin bangkit dan menanyainya.

"Di sini banyak orang dan banyak omongan, ayo kembali ke kamar dan berbicara di sana", ujar Jin Yuanbao dengan penuh kewaspadaan. Semua orang tahu dan tanpa banyak mengikutinya kembali ke Taman Songzhu. bicara, mereka Akan tetapi setelah mereka berlalu, sosok seorang lelaki perlahan-lahan merayap keluar dari sumur kering di belakang gunung-gunungan itu, lelaki itu memakai pakaian pendek, walaupun pakaiannya penuh lumpur, namun ia dapat dengan tangan kosong merayap keluar dari sumur itu, dari hal ini dapat diketahui bahwa ilmu silatnya lihai. Lelaki itu menyapu lumpur dari bajunya, mengerutkan dahinya, lalu berbalik dan berjalan ke kediaman Liu Wenchao. Liu Wenchao sedang meneliti sebuah gulungan dari pabrik senjata di depan jendela, begitu melihat sebuah sosok hitam perlahan-lahan mendekat dari kejauhan, diam-diam ia segera menyimpan gulungan itu dan mengantinya dengan sebuah buku. Setelah melihat orang yang datang itu dengan jelas, ia menjadi lega dan kembali meneliti gulungan itu.

"Gongzi", A Gui berdiri di depan pintu sambil mengucapkan salam.

"Ya", Liu Wenchao mengangguk-angguk.

"Masuklah".

"Baik!"

Begitu masuk, A Gui langsung menceritakan segala peristiwa yang dilihatnya hari itu dengan runtut dan terperinci kepada Liu Wenchao.

"Apa?", pandangan mata Liu Wenchao menatap A Gui dengan heran, lalu kembali bertanya.

"Setelah ribut hendak menceraikan istrinya, dan setelah nyonya hampir jatuh sakit karena marah, mereka kembali rujuk? Apa ini sebuah permainan?"

"Benar, hamba melihatnya dengan mata kepala sendiri, mereka nampak lebih intim dari sebelumnya", A Gui berhenti sejenak, lalu berkata.

"Hamba juga tak paham apa yang terjadi......apakah gongzi hendak memata-matai mereka?"

"Aku khawatir Pangeran Kedua sudah kehabisan kesabarannya", hawa dingin dalam pandangan mata Liu Wenchao bertambah kental. A Gui berpikir sejenak, lalu kembali melapor.

"Ada suatu hal lagi yang hamba rasa agak aneh".

"Ketika mereka bersama, mereka saling memanggil dengan nama yang lain dari dahulu?"

"Oh, ya?", Liu Wenchao terperanjat.

"Tabib Gu memanggil Nona Xue er, 'Xiaoxuan', dan memanggil nyonya muda 'Qilin'". Ketika mendengar perkataan itu, Liu Wenchao sama sekali tak terkejut, ia memicingkan matanya, lalu bertanya.

"Bagaimana dengan Jin Yuanbao?"

"Jin Yuanbao juga memanggil nyonya muda 'Qilin'....."

Sebelum A Gui sempat menyelesaikan perkatannya, Liu Wenchao telah mengebrak meja keras-keras dengan tinjunya. "Gongzi, ada apa?", dengan tak mengerti A Gui memandangnya.

"Ternyata begitu!", Liu Wenchao mengertakkan giginya dan berkata.

"Jurus 'menceraikan istri' yang bagus.....Jin Yuanbao, ternyata selama ini kau bersandiwara, bahkan aku pun tertipu.....aku benar-benar terlalu meremehkanmu!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah.....apakah identitas nyonya muda bermasalah?"

A Gui teringat akan masalah yang pernah diselidikinya atas perintah Liu Wenchao.

"Ya.....", dengan pelan Liu Wenchao mengangguk-angguk. A Gui terkejut dan tak berkuasa berkata apa-apa, beberapa saat kemudian, ia baru bertanya sambil mengerutkan dahinya.

"Nampaknya gongzi sudah mengetahui rahasia ini, tapi kenapa belum mengungkapkannya? Maafkan kelancangan hamba, jin yu liang yuan dianugerahkan oleh ibu suri, namun ternyata perempuan itu berani menikah ke dalam keluarga Jin dengan identitas palsu, ini adalah kejahatan besar menipu kaisar, kalau gongzi bertekad menghancurkan aliansi Jin dan Jiang, bukankah ini adalah suatu kesempatan emas?"

Liu Wenchao meliriknya, dahinya berkerut, lalu dengan perlahan ia berkata.

"Aku belum mengungkapkannya karena kartu ini belum waktunya dibuka, akan tetapi tadinya aku mengira bahwa rahasia ini hanya diketahui olehku seorang, ternyata mereka berempat sudah mengetahui semuanya, selain itu mereka juga bekerja sama untuk menutupinya, sedikit lagi saja, kartu di tanganku ini akan menjadi busuk.....untung saja mereka pulang!" "Ternyata Jin Yuanbao menceraikan istri untuk melindungi wanita itu, tapi tanpa memperdulikan hidup matinya sendiri, perempuan itu kembali pulang". Aku telah memberinya begitu banyak kesempatan.....wajah Liu Wenchao bagai tinta, akan tetapi dalam hatinya hanya ada Jin Yuanbao. Demi Jin Yuanbao, ternyata ia sudi mengabaikan nyawanya sendiri! Yu Qilin! Kau menyia-nyiakan maksud baikku! "Gongzi?", dengan hati-hati A Gui bertanya.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Dengan sabar Liu Wenchao menahan rasa cemburu dalam hatinya, ibu jarinya dengan pelan mengetuk meja tulis, setelah beberapa saat, ia barulah berkata.

"Tak nyana Jiang Xiaoxuan yang asli ada di sini, dan sengaja menyembunyikan identitasnya, serta dengan senang hati menjadi pembantu tabib, semua ini memang benar-benar sangat aneh". Melihatnya merenung, A Gui tak dapat menahan diri untuk tak mengingatkannya.

"Gongzi, hamba memberanikan diri untuk berkata, sekarang adalah satu-satunya kesempatan untuk memainkan kartu ini......gongzi dapat melaporkan hal ini pada nyonya".

"Tak bisa", kalau aku langung melaporkannya pada nyonya, ia pasti akan langsung menanyaiku tentang bagaimana aku dapat mengetahui rahasia ini, selain itu, perananku juga dapat terbongkar di hadapan Jin Yuanbao dan yang lainnya". "Kalau begitu....."

"Sekarang mereka telah saling memanggil nama asli masingmasing, mereka tak mungkin hanya melakukannya sekali ini saja. Jin Yuanbao baru saja mendapatkan Yu Qilin kembali, ia akan sangat tak waspada, seseorang yang tak waspada akan menunjukkan kelemahannya, nyonya sangat cerdas, kelemahan itu pasti akan membuatnya curiga". A Gui tersenyum.

"Asalkan ibu dan anak itu bertengkar, Wisma Jin dan pabrik senjata akan menjadi milik bos".

"Dengan demikian aku benar-benar tak usah bersusah-payah untuk mendapatkannya", Liu Wenchao menarik napas dalamdalam dan berusaha sekuat tenaga untuk menenangkan pikirannya yang galau.

"Aku akan mengambil keputusan". Setelah berpikir sejenak, ia berbalik menghadap A Gui.

"Kau kembalilah ke Emeishan untuk menyelidiki kalau-kalau masih ada petunjuk yang tertinggal".

"Baik!"

Liu Wenchao menengadah dan memandang lembayung senja yang merah darah bagai api, di wajahnya muncul seulas senyum, setelah membereskan gulungan di tangannya, ia bangkit dan berjalan keluar.

Liu Wenchao nampaknya sedang berjalan dengan santai di taman, akan tetapi pandangan matanya memandang semua orang dengan jelalatan ke sana kemari, seakan sedang mencari sesuatu.

Benar saja, tak lama kemudian ia melihat Yu Qilin keluar dari rumah para gadis pelayan sambil mengusung sebuah baki.

Liu Wenchao berlagak kebetulan berpapasan dengannya dan menyambutnya.

"Shao furen", dengan hormat Liu Wenchao menyoja memberi salam.

"Oh....biaoge", dengan agak jengah Yu Qilin tersenyum, ia tahu bahwa Jin Yuanbao sama sekali tak menyukai Liu Wenchao, selain itu, mereka berdua pun telah beberapa kali bertengkar karena Liu Wenchao. Sekarang dengan susah payah keadaan diantara mereka telah menjadi tenang dan bahagia, Yu Qilin tak ingin merusak keadaan itu karena orang ini, oleh karenanya, secara naluriah ia mundur beberapa langkah untuk membuat jarak diantara mereka. Akan tetapi, sikapnya yang tak seakrab sebenarnya itu justru membuat hati Liu Wenchao terasa pedih, ia pun merasa benci, akan tetapi hal itu sama sekali tak terlihat di wajah Liu Wenchao, ia masih memandang Yu Qilin sambil tersenyum, lalu bertanya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Eh, untuk apa kau mencari kain sisa untuk disulam?"

Dengan jengah Yu Qilin memandang benda di tangannya itu.

"Aku hendak membuat sebuah dompet". "Di wisma ini banyak pelayan, untuk apa mengerjakannya sendiri?"

Yu Qilin tersenyum jengah.

"Kami sudah lama menikah, tapi aku belum pernah memberi hadiah apapun pada Yuanbao, oleh karenanya aku ingin memberinya sebuah dompet yang kubuat sendiri". Setelah berbicara, ia teringat akan sesuatu dan cepatcepat berkata.

"Biaoge, kau harus membantuku menyimpan rahasia, aku hendak memberinya kejutan yang menyenangkan". Melihat senyumnya yang penuh kebahagiaan, rasa cemburu dalam hati Liu Wenchao makin kuat.

"Watakmu bebas, sebenarnya kalau kau meninggalkan Wisma Jin, kau akan baikbaik saja, kenapa kau pulang? Pertengkaran di Wisma Jin ini sama sekali tak cocok dengan watakmu".

"Aku tahu.....", ia tersenyum, sebuah senyum yang muncul dari kebahagiaan dalam hatinya.

"Tapi aku tak ingin meninggalkan Yuanbao". Liu Wenchao tersenyum, namun sinar matanya perlahan-lahan menjadi dingin membeku.

"Selain dia, kau tak punya orang lain yang kau pikirkan?"

"Orang lain?", Yu Qilin tertegun, namun tak terpikir olehnya, bahwa yang dimaksud oleh Liu Wenchao adalah orang-orang seperti Nyonya Jin, maka ia pun menjawab.

"Orang lain tak ada hubungannya denganku, lagipula perangai Yuanbao begitu buruk, lebih baik aku saja yang menanggungnya, supaya tak mengenai orang lain". "Kalau begitu kau sudah mengambil keputusan untuk tak akan meninggalkan Yuanbao, dan tak akan meninggalkan Wisma Jin?"

"Ya, aku dan Yuanbao sudah bersepakat untuk tetap bersama selamanya, orang maupun masalah apapun tak bisa membuat kami berpisah", dengan amat pasti Yu Qilin menjawab. Melihat wajahnya yang amat bersungguh-sungguh, Liu Wenchao perlahan-lahan mengepalkan tinjunya, ia menarik napas panjang, merapikan bajunya, lalu tanpa minta diri, segera melangkah ke kediaman Nyonya Jin. Nyonya Jin telah tahu bahwa Jin Yuanbao dan Yu Qilin telah berbaikan, saat ini ia sedang duduk di taman dengan hati senang, mengagumi lembayung senja sambil minum teh. Dari kejauhan Liu Wenchao melihat bahwa cawan teh di tangan Nyonya Jin sudah kosong, maka dengan cepat ia melangkah mendekat dan menuangkan teh untuknya. Begitu melihat jari jemari yang langsing itu, Nyonya Jin tersenyum dan berkata.

"Wenchao, kau sudah datang". Liu Wenchao memasang tampang patuh penuh senyum, lalu dengan penuh perhatian berkata.

"Guma, kau nampak jauh lebih baik".

"Benar, Xiaoxuan sudah pulang, Yuanbao pun sudah berbaikan dengannya, perkara mengambil selir juga sudah tak disebutsebut lagi......", Nyonya Jin menangkupkan sepasang tangannya, "Syukur kepada langit dan bumi, masalah terpecahkan juga, ai.....sepasang kekasih itu...."

Ini akhirnya "Sudah berbaikan?", Liu Wenchao berlagak tak mengerti.

"Guma, Wenchao datang karena masalah ini, aku mendengar sesuatu, entah sebaiknya kukatakan atau tidak".

"Sesuatu tentang Yuanbao dan Xiaoxuan?"

"Ya". Nyonya Jin segera merasa khawatir.

"Apa maksudmu sebaiknya dikatakan atau tidak, cepat katakan, mereka berdua selalu ribut, setiap hari bertengkar, aku takut keadaan diantara mereka kacau lagi".

"Begini.....", dengan wajah bimbang Liu Wenchao berkata.

"Barusan ini aku tak sengaja mendengar Yuanbao dan nyonya muda bercakap-cakap, namun panggilan yang mereka pakai sangat aneh, Yuanbao memanggil nyonya muda Yu Qilin, sedangkan Zhangfeng justru memanggil Xue er Xiaoxuan, menurutku hal ini sangat aneh, tapi aku tak berani dengan sembarangan menyelidikinya, oleh karenanya aku sengaja minta petunjuk guma". Wajah Nyonya Jin perlahan-lahan berubah, ia membuka matanya lebar-lebar dan tak berani mempercayai telinganya sendiri.

"Apakah kau tak salah dengar?" "Keponakan tentu saja tak berani berbicara sembarangan tentang hal ini, setelah beberapa kali memastikannya, keponakan baru berani berbicara tentang hal ini kepada guma". Wajah Nyonya Jin makin menjadi tak enak dilihat.

"Guma?", dengan pelan Liu Wenchao memanggilnya.

"Oh....", Nyonya Jin tersenyum, namun senyum itu nampak agak dipaksakan.

"Aku agak lelah, kau pergilah dahulu".

"Baik!", Liu Wenchao menjura menghormat, lalu berjalan mundur sampai ke pintu, setelah itu baru berbalik dan pergi. Begitu berbalik, di wajahnya muncul senyum dingin yang kejam dan menyeramkan. Malam semakin larut, lembayung senja perlahan-lahan sirna, lenyap dalam langit malam yang biru tua. Nyonya Jin melangkah dengan cepat ke Taman Songzhu sambil mengajak Gu Daniang dan seorang gadis pelayan yang selalu menemaninya. Di depan pintu, begitu melihat mereka, A Fu segera maju menyambut. Akan tetapi, air muka Nyonya Jin berubah, Gu Daniang dan gadis pelayan itu segera menarik A Fu ke samping, dan memberinya isyarat agar ia tak bersuara. Setelah Gu Daniang dan gadis pelayan itu menarik A Fu, Nyonya Jin seorang diri melangkah ke sisi jendela kamar tidur dan bersandar padanya.

"Mari kita minum arak, untuk merayakan reuni kita berempat", suara Yu Qilin yang tegas dan berani terdengar.

"Setelah dua puluh tahun dipanggil Yu Qilin, mendadak berubah menjadi Jiang Xiaoxuan, hal ini benar-benar membuatku tertekan, sekarang sudah selesai, di hadapan kalian semua, mulai sekarang aku tak akan menggunakan nama palsu lagi. Bagus sekali".

"Walaupun demikian.....setelah ini kita tak boleh memanggil satu sama lain dengan nama asli kita, di Wisma Jin banyak mata dan telinga, kalau sampai terungkap, kita akan mengundang maut". Suara itu lembut dan perlahan, tentunya suara Jiang Xiaoxuan.

"Benar, setelah ini kalaupun hanya ada kita berempat, kita juga tak boleh memanggil nama asli kalian, agar kita tak menjadi terbiasa melakukannya, dan mengakibatkan rahasia ini bocor keluar". Suara Jin Yuanbao terdengar, namun ia dengan hati-hati memelankan suaranya.

"Kita akan bersikap seperti sebelumnya. Tadinya aku hendak mengirimmu keluar, akan tetapi karena kau tak bersedia pergi, maka kau harus mengandalkanku, aku pun akan mempertaruhkan nyawaku untukmu".

"Xiao.....Xiaoxuan.....Qi......Qilin....hai, aku masih belum terbiasa", suara Gu Zhangfeng yang polos dan perlahan terdengar. "Kau si tolol ini, kalau sampai salah bicara di hadapan orang banyak, nyawa akan melayang", Jin Yuanbao menegurnya.

"Aku....."

Nyonya Jin yang bersembunyi di balik jendela mendengar sendiri percakapan mereka, perlahan-lahan wajahnya menjadi pucat pasi, sekujur tubuhnya gemetar, di matanya perlahanlahan muncul rasa tertipu, setelah tertipu ia terguncang dan murka.

"Kau juga jangan memanggil nama asliku, kalau nyonya tiba-tiba datang berkunjung dan melihatmu seperti ini, bencana akan menimpa". Suara Jiang Xiaoxuan terdengar.

"Hal ini tak perlu dikhawatirkan, kalau ibuku datang kemari, para pelayan pasti akan melapor terlebih dahulu", Jin Yuanbao tertawa. Yu Qilin menimpalinya.

"Ya, benar". Mendengar perkataan itu, wajah Nyonya Jin di balik jendela makin tak enak dilihat lagi, ia merasa sulit mengambil napas, sebuah rasa sesak tiba-tiba muncul! Ia cepat-cepat menutupi mulutnya, otot-otot wajahnya bergerak-gerak, bibirnya gemetar, ia hampir tak bisa berdiri dengan kokoh. Perlahan-lahan terdengar suara langkah kaki, nampaknya Gu Daniang dan sang gadis pelayan telah kembali. Nyonya Jin berusaha sekuat tenaga mengendalikan dirinya, lalu diam-diam pergi. Ternyata Jin Yuanbao waktu itu bersikap begitu aneh karena ingin menyembunyikan identitas wanita desa itu, ternyata masalah yang begitu besar disembunyikannya dariku! Dua orang wanita menipuku, dan putraku yang kubesarkan selama dua puluh tahun lebih ternyata ikut menipuku! Sambil berjalan terhuyung-huyung, Nyonya Jin berjalan kembali ke Taman Furong, suasana hatinya tak tertahankan, ia mengambil cawan teh di sisinya dan membantingnya ke lantai, cawan teh itu hancur berkeping-keping, namun amarah dalam hatinya masih tak berkurang. Gu Daniang tak mengerti apa yang terjadi, namun ia tetap maju ke depan dan mengelus-elus punggung Nyonya Jin, untuk menenangkannya, ia berkata.

"Furen, hilangkan kemarahannya anda dahulu, jangan sampai merusak tubuh karena marah....."

"Aku benar-benar telah membesarkan seorang putra tak berbakti!", air mata Nyonya Jin bercucuran.

"Selama dua puluh tahun lebih ini, aku mencintainya dengan segenap hatiku, segalanya kuberikan padanya, akan tetapi tak nyana sekarang ia menempatkan keselamatan seorang perempuan asing di atas seluruh keluarga....."


Dewa Arak 43 Garuda Mata Satu Godfather Terakhir Last Don Karya Mario Nurseta Satria Karang Tirta Karya Kho

Cari Blog Ini