Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 23

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 23



"Nyonya, sebenarnya ada apa?" Nyonya Jin mengangkat kepalanya dan memandang Gu Daniang, dirinya tahu bahwa ia adalah orang yang paling pantas mendapatkan kepercayaannya di rumah mereka, maka ia pun menghela napas dengan pelan dan memberitahunya tentang perkataan yang baru saja didengarnya.

"Benar-benar tak disangka-sangka......bagaimana bisa sampai begini....."

Gu Daniang sangat terkejut.

"Anak yang tak berbakti seperti ini, untuk apa dibesarkan?", Nyonya Jin merasa sangat terpukul.

"Furen jangan marah, menurutku tuan muda hanya linglung sementara", Gu Daniang cepat-cepat menghiburnya.

"Mengenai peristiwa yang menyangkut keluarga Jin kita, menyangkut ibu suri dan Yang Mulia. Putra Mahkota, kalau kita tak segera memotong benang ruwet ini dengan pisau, bencana besar akan menimpa". Begitu mendengar perkataan itu, Gu Daniang tahu bahwa Nyonya Jin sudah memiliki suatu rencana, maka ia tak lagi berbicara. Nyonya Jin menyeka air matanya, lalu berusaha sekuat tenaga menenangkan diri, setelah itu ia berkata pada Gu Daniang.

"Panggilkan Wenchao untukku".

"Baik....." Di pagi hari keesokan harinya, Jin Yuanbao dipanggil Nyonya Jin ke Taman Furong. Saat itu Nyonya Jin telah menenangkan dirinya, ia menampakkan kewibawaannya sebagai seorang ibu kepala rumah tangga, hanya saja dalam sinar matanya saat memandang Jin Yuanbao samar-samar masih terlihat rasa marah dan pedih.

"Salam pada ibu", setelah mengucapkan selamat dan bangkit, Jin Yuanbao bertanya.

"Ibu memanggil anak untuk segera datang, entah ada masalah apa?"

Dengan wajah tenang Nyonya Jin meminum teh yang dengan hormat diberikan oleh Jin Yuanbao kepadanya, dengan perlahan ia berkata.

"Yuanbao, ada suatu hal yang aku ingin kau lakukan".

"Ibu silahkan memberi perintah".

"Barusan ini dari pabrik senjata datang laporan bahwa senjata yang baru dibuat agak bermasalah, peristiwa meriam yang meledak belum terpecahkan, namun sekarang di pabrik senjata telah muncul masalah, kalau seperti ini, jangan-jangan kepercayaan ibu suri pada keluarga Jin kita akan terpengaruh. Masalah ini sangat penting, kau cepatlah pergi menyelidikinya". Di pabrik senjata ada masalah? Jin Yuanbao terkejut, lalu cepatcepat berkata.

"Baik, ibu, anak akan memberitahu Xiaoxuan dan segera pergi". "Keadaan sangat mendesak, kereta kuda juga sudah dipersiapkan dan sudah berada di depan pintu, kau segeralah berangkat". Begitu terburu-buru? Jin Yuanbao agak bimbang, namun dengan patuh berkata.

"Hal ini.....baiklah, anak akan segera pergi. Mohon diri pada ibu". Beberapa saat kemudian, Liu Wenchao masuk dari balik pintu, sambil menjura ia berkata.

"Tuan muda sudah berangkat, furen, bukankah kita akan....."

"Ya!", pandangan mata Nyonya Jin nampak penuh tekad, dingin membeku. Tak lama kemudian, Yu Qilin telah tiba di Taman Furong sambil membawa seorang gadis pelayan, akan tetapi, begitu masuk ia mendapati bahwa Jiang Xiaoxuan telah berada di sana, dirinya pun merasa agak heran. Untung saja Jiang Xiaoxuan meliriknya, memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja, maka ia pun menghembuskan napas lega. Begitu ia masuk ke dalam ruangan, Nyonya Jin memberi isyarat dengan matanya, Gu Daniang mengayunkan tangannya, dan dua pelayan wanita yang berdiri di sisi pintu segera menutup pintu. Dengan tercengang Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan memandang pintu yang tertutup itu, mereka kebingungan.

"Yu Qilin!", Nyonya Jin sekonyong-konyong memanggil. "Ya?"

Karena dalam dua hari belakangan ini Yu Qilin menjawab panggilan Jin Yuanbao dan yang lainnya dengan menggunakan nama aslinya, ia tak waspada dan tak sadar menjawab.

Begitu perkataan itu terucap, Yu Qilin segera bereaksi, namun sudah terlambat.....

Tepat ketika ia belum sempat menjawab, Nyonya Jin kembali berseru.

"Jiang Xiaoxuan adalah titisan dewi dari dunia lain!"

Begitu mendengar perkataan itu, ekspresi wajah Jiang Xiaoxuan berubah, ia melirik Yu Qilin, memberinya isyarat agar ia cepatcepat memjawab, akan tetapi Yu Qilin telah menjawab panggilan 'Qilin', sekarang begitu mendengar nama 'Xiaoxuan', untuk sesaat ia kebingungan dan bimbang.

Ekspresi mereka berdua dilihat dengan jelas oleh Nyonya Jin, dengan penuh kebencian ia mengebrak meja, lalu berkata dengan penuh amarah.

"Ternyata palsu!"

Yu Qilin terkejut, namun ia tetap berusaha dengan sekuat tenaga menenangkan dirinya.

"Apa makna perkataan ibu?"

"Apa makna perkataan itu, kau dalam hati sudah tahu dengan sangat jelas!", sambil tersenyum sinis, Nyonya Jin berkata.

"Aku tak paham", Yu Qilin terus berlagak tak tahu apa-apa.

"Barusan ini aku memanggilmu 'Yu Qilin' dan kau menjawab. Ketika aku memanggilmu 'Jiang Xiaoxuan' kau malahan tak menjawab. Sebenarnya kau ini Yu Qilin atau Jiang Xiaoxuan? Cepat jawab yang sebenarnya!"

Mata Yu Qilin bergulir, lalu ia cepat-cepat menjawab.

"Ibu, kau salah mengerti, aku tentu saja adalah Jiang Xiaoxuan keluarga Jin kalian yang dibawa masuk dengan joli yang diusung delapan orang. Nama julukanku semasa kecil memang Qilin, oleh karenanya aku menjawab ketika dipanggil....."

Tak nyana ketika keadaan sudah seperti ini, ia masih berani berbohong dengan mata yang terbuka lebar-lebar! Nyonya Jin murka.

"Kau benar-benar berani berbohong dengan terangterangan! Aku sudah mendengar apa yang kau katakan di kamar pada Yuanbao. Kau memang bukan Jiang Xiaoxuan!"

Begitu mendengar perkataan itu, hati Yu Qilin terkesiap, ia sadar bahwa segalanya telah terungkap. Dan Jiang Xiaoxuan yang berada di samping mereka pun menjadi pucat pasi.

"Bicaralah, sebenarnya kau ini siapa? Kenapa kau hendak berpura-pura menjadi putri Menteri Besar Jiang?", dengan bengis Nyonya Jin mencecarnya. Setelah mula-mula terkejut, Yu Qilin malahan menjadi tenang, dengan perlahan ia berjalan ke hadapan Nyonya Jin, lalu dengan jujur berkata.

"Karena kau sudah tahu, aku tak akan menyembunyikannya lagi. Perkataanmu benar, aku bukan Jiang Xiaoxuan, namaku Yu Qilin". "Seorang wanita yang sangat licik! Kau telah menipu Wisma Jin tapi masih berani berlaku jumawa!"

"Ada alasan yang menjadi latar belakangnya, malam itu aku kebetulan masuk ke Penginapan Hengchang, setelah masuk aku tak bisa keluar, lalu seseorang memakaikan kerudung merah padaku dan membawaku ke Wisma Jin, dan setelah itu menikah....", dengan perlahan Yu Qilin menjelaskan.

"Omong kosong!", Nyonya Jin membanting cawan tehnya ke depan kaki Yu Qilin.

"Setelah keadaan menjadi seperti ini, kau masih bersilat lidah dengan licik! Kau sudah menjadi menantu anggota keluarga Jin selama berbulan-bulan, kalau kau benarbenar menikah karena suatu kekeliruan, kau tentunya dapat menjelaskannya dari dulu! Tapi aku melihatmu seharian berpurapura menjadi nyonya muda dan berulangkali berbohong, jelas bahwa kau sengaja hendak menipu orang!"

Begitu mendengar perkataannya, Jiang Xiaoxuan langsung mengerti, ia segera berlutut di hadapan Nyonya Jin seraya berkata.

"Furen! Masalah ini timbul karena Xiaoxuan melarikan diri dari pernikahan, sehingga membuat Adik Qilin karena berbagai kebetulan yang aneh menjadi menantu keluarga Jin. Karena sudah terlanjur menikah, tak bisa mundur lagi. Semua ini kesalahanku, sehingga melibatkan Adik Qilin, kalau furen hendak memberi hukuman, hukumlah aku seorang, tapi bebaskanlah Adik Qilin!"

"Hah, kau sudah berbuat salah, sudah sepantasnya mendapat hukuman!", Nyonya Jin mendengus dan tak lagi menanggapinya, ia kembali memandang ke arah Yu Qilin.

"Kau gadis kampung ini berpura-pura menikah dengan memakai identitas palsu, jelas bahwa kau mengincar harta dan kedudukan keluarga Jin, hendak untuk seterusnya menikmati kekayaan dan kedudukan yang tinggi, kau benar-benar mimpi di siang bolong!"

Tiba-tiba Yu Qilin mengalihkan pandangan matanya dari sepatunya ke atas, ia merasa sangat terhina.

"Kau bicara sembarangan! Siapa yang mengincar harta dan kedudukan? Aku hanya mencintai Yuanbao seorang!"

"Kau masih berani bicara!", tiba-tiba Nyonya Jin bangkit, lalu menampar keras-keras Yu Qilin! Tamparan itu amat keras sehingga Yu Qilin terhuyung-huyung, ia segera bertumpu pada meja teh di sampingnya, sambil mengigit bibirnya, tanpa memperdulikan wajahnya yang merah dan bengkak, ia mengangkat kepalanya dan memandang Nyonya Jin dengan keras kepala.

"Kau tak tahu malu, mencuri hati putraku dan membuatnya tergila-gila, apakah kau hendak mencelakai Yuanbao dan keluarga Jin kami?", saking marahnya Nyonya Jin meracau. Yu Qilin mengerucutkan bibirnya sambil menatapnya, tak bergeming. Kau adalah ibu Yuanbao, walaupun bukan ibu kandung, namun bagaimanapun juga ia telah berjasa membesarkan Yuanbao, demi Yuanbao, aku akan mentolerirmu! Nyonya Jin pun berpaling ke arah Jiang Xiaoxuan, lalu memandangnya dengan sikap dingin dan merendahkan.

"Gadis dari keluarga terpandang macam apa kau ini! Kau tak mengkehendaki gelar jin yu liang yuan yang dianugerahkan ibu suri, tapi malahan datang ke wisma ini dan menjadi pembantu seorang tabib, kau merendahkan dan mempermalukan dirimu sendiri, selain itu, kau meremehkan gelar jin yu liang yuan, bagaimana kau bisa punya muka untuk menghadap orang tuamu, keluarga Jin dan ibu suri? Pantas saja raut wajah nyonya besan begitu aneh ketika datang kemari untuk memberiku selamat. Ia tak berani berkata apa-apa, tapi nampaknya ia tahu persis apa yang terjadi. Kalau ia tak berani, aku akan melakukannya. Hari ini aku akan mengantikan ayah ibumu menyelesaikan peristiwa yang memalukan ini, kurasa mereka tak akan berani menyalahkanku. Kemari, tangkap mereka!"

Setelah berbicara, Nyonya Jin mengayunkan tangannya, beberapa pelayan wanita maju ke depan sambil membawa tali, dengan kasar mereka menelikung Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan serta mengikat tangan mereka, lalu memaksa mereka berlutut di lantai.

"Apa yang hendak kau lakukan?", dengan geram Jiang Xiaoxuan meronta-ronta. Yu Qilin melawan dengan lebih sengit lagi.

"Aku sendiri yang berbuat, maka aku sendirilah yang menanggung akibatnya, kalau ingin membunuh, bunuhlah kau, lepaskan Xiaoxuan!" "Masalah ini terjadi karena aku, kalau hendak menghukum, hukumlah aku! Hal ini tak ada hubungannya dengan Qilin....."

Sebelum menyelesaikan perkataannya, mulutnya telah disumpal dengan kain, maka ia hanya dapat mendehem-dehem saja.

"Tak usah melawan, kalian berdua tak bisa melarikan diri". Setelah berkata, Nyonya Jin memandang Liu Wenchao yang sejak tadi berdiri di sampingnya tanpa berkata apa-apa.

"Masalah ini kuserahkan padamu, kau tahu apa yang seharusnya dilakukan". Liu Wenchao memandang Yu Qilin yang diikat dan berada dalam keadaan mengenaskan, dalam pandangan matanya nampak sekilas rasa pedih, namun setelah itu ia segera memaksa dirinya untuk bersikap tenang, dengan sikap hormat ia mengangguk.

"Guma jangan khawatir". Setelah berbicara, ia mengayunkan tangannya, setelah itu, sambil membawa para pelayan wanita itu, ia membawa mereka ke tahanan. Setelah mereka berlalu, Gu Daniang baru membantu Nyonya Jin yang belum sempat menarik napas duduk. Dengan wajah pucat pasi Nyonya Jin berkata.

"Kalau saja Wenchao tak memperingatkanku, sampai sekarang aku masih tak tahu apa-apa, tak sadar bahwa bencana akan menimpa". Dengan agak tak tega Gu Daniang berkata.

"Apakah furen benar-benar hendak membunuh mereka berdua?" "Aku bukannya kejam.....", dengan tubuh gemetar Nyonya Jin berkata.

"Kalau masalah ini sampai diketahui ibu suri, ibu suri pasti ingin membunuh mereka, dan begitu peristiwa ini terungkap, yang akan mati tak hanya mereka berdua.....aku tak bisa menjerumuskan semua orang di Wisma Jin ini ke dalam bahaya...."

Melihat wajah Nyonya Jin yang bengis, hati Gu Daniang terkesiap, ia teringat akan wajah Nyonya Jin bertahun-tahun silam ketika ia seorang diri dengan tegas dan berani mengambil alih kepemimpinan pabrik senjata, walaupun nampaknya megah, namun di balik kemegahan terdapat kepedihan, berapa orang yang tahu akan hal ini? Dengan susah payah ia menantikan tuan muda tumbuh dewasa, akan tetapi tuan muda justru membuat masalah seperti ini.....

Akan tetapi, bagaimanapun juga hal ini menyangkut nyawa dua orang, dan yang seorang adalah putri keluarga Jiang yang sesungguhnya....

Dengan bimbang Gu Daniang berkata.

"Xiaocui memberanikan diri untuk berkata, kalau furen hendak menjatuhkan hukuman mati, cukup membunuh Yu Qilin seorang, karena Jiang Xiaoxuan yang asli sudah berada di sini, kita cukup mengambilnya sebagai menantu saja, dan semuanya akan berjalan seperti seharusnya".

"Tak bisa.....", Nyonya Jin mengayunkan tangannya.

"Begitu banyak orang di Wisma Jin telah melihat wajah Yu Qilin, dan memanggilnya nyonya muda, kalau kita menukarnya dengan Jiang Xiaoxuan, mereka tak akan mengakuinya, dan juga akan menimbulkan kecurigaan. Oleh karena itu, kita terpaksa membunuh mereka berdua, lalu berkata pada orang luar bahwa nyonya muda mendadak sakit dan meninggal, dengan demikian kita akan dapat menghindari bencana besar ini". Mendengar perkataan Nyonya Jin itu, Gu Daniang hanya bisa menghela napas dengan tak berdaya.

"Ai, mereka sendirilah yang mengundang semua ini". Liu Wenchao memimpin para pelayan wanita membawa Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan yang ditelikung dan diikat ke sel tahanan. Jiang Xiaoxuan berusaha keras meronta-ronta, ia menjerit-jerit keras-keras. Namun Yu Qilin telah menjadi tenang, di wajahnya sama sekali tak nampak keinginan untuk minta ampun, ia justru nampak tenang dan penuh tekad. Wajahnya yang penuh tekad kembali membuat Liu Wenchao tergerak, ia maju ke depan dan membuka kain yang menutupi mulut Yu Qilin, lalu dengan lirih bertanya.

"Apakah ada sesuatu yang hendak kau katakan padaku?"

Yu Qilin menggeleng. Liu Wenchao mengerutkan dahinya, lalu berbisik di telinganya.

"Aku akan mencari akal untuk menolongmu, percayalah padaku". Mendengar perkataan itu, dengan tersentuh Yu Qilin menengadah memandangnya, orang ini jelas dapat dipercaya, kenapa Yuanbao bersikap seperti itu kepadanya? Yu Qilin berpikir sejenak, lalu tersenyum getir dan berkata.

"Biaoge, tak perduli apa yang akan terjadi nanti, bantu aku mengurus Yuanbao baik-baik". Tak nyana ia dapat berkata demikian! Di wajah Liu Wenchao muncul rasa putus asa yang sulit disembunyikan, hatinya pun perlahan-lahan dipenuhi rasa cemburu! "Bagaimanapun juga ia adalah tuan muda Wisma Jin, lebih baik kau mengkhawatirkan dirimu sendiri". Setelah berbicara, dengan tegas ia melangkah keluar dari pintu sel, setelah rantai besi berdentang-denting di belakangnya, dan pintu gerbang terdengar dikunci, ia barulah melangkah pergi dengan langkahlangkah lebar. Cahaya malam bagai tinta, sinar rembulan bagai air, embun dingin bagai es. Dengan wajah bersemangat A Gui memandang Liu Wenchao yang sedang bertukar pakaian, bersiap hendak pergi, tanyanya.

"Gongzi berpikiran cemerlang, menurutku sekarang, Jiang Xiaoxuan yang asli atau ataupun yang palsu tak mungkin dibiarkan hidup oleh Nyonya Jin, aliansi pernikahan Jin dan Jiang sudah tamat, begitu Yang Mulia tahu, beliau tentu akan memberi tuan hadiah besar". Liu Wenchao meliriknya, namun tak bersuara, hanya dengan cepat menukar baju yang sedang dipakainya. "Gongzi ini.....", A Gui melihat bahwa Liu Wenchao bertukar pakaian hitam, dengan tak mengerti ia bertanya.

"Aku pergi keluar dulu". A Gui mengerutkan keningnya dan bertanya.

"Gongzi hendak menolong Yu Qilin?"

Liu Wenchao berhenti sejenak, dengan perlahan memandangnya, lalu berkata.

"Kalau aku menolongnya sekarang, ia belum tentu akan merasa berterima kasih. Aku hendak memberitahu Jin Yuanbao dan membiarkannya menyelamatkannya".

"Hamba tak paham".

"Kalau Jin Yuanbao hendak menolong Yu Qilin, ia akan berhadapan dengan Nyonya Jin, aku hendak memakai kesempatan ini untuk membuat konflik diantara ibu dan anak semakin besar". Liu Wenchao memicingkan matanya.

"Setelah Jin Yuanbao mengajak Yu Qilin meninggalkan Wisma Jin, aturlah kaki tanganmu dan turun tanganlah terhadap Jin Yuanbao. Nyawa Jin Yuanbao sukar dicabut, kita telah beberapa kali gagal membunuhnya, kali ini kita tak boleh membiarkannya kembali hidup-hidup ke Wisma Jin. Dengan demikian posisi kita di Wisma Jin akan sepenuhnya aman".

"Kalau begitu bagaimana dengan Yu Qilin?" Liu Wenchao merenung sejenak, lalu dengan seksama menerangkan.

"Jangan melukai dia, aku akan merencanakannya sendiri".

"Baik".

"Sekarang aku akan mencari Jin Yuanbao, untuk memberitahunya bahwa Nyonya Jin telah menangkap Yu Qilin. Dia pasti akan mencari Nyonya Jin dan memohon padanya agar Yu Qilin dibebaskan". Liu Wenchao memasang topengnya.

"Nyonya Jin pasti tak akan bersedia, dan akan menyuruh orang mengawasi Jin Yuanbao. Kau adalah pengawal Nyonya Jin, pikirkanlah cara untuk membebaskannya".

"Hamba mengerti". Di pabrik senjata, Jin Yuanbao sedang bekerja, mendadak pintu didorong hingga terbuka, Liu Wenchao yang berpakaian hitam pun masuk. Jin Yuanbao terkejut, ia bertanya.

"Kau kenapa?"

"Aku datang demi Yu Qilin", Liu Wenchao langsung menuju ke pokok permasalahannya.

"Yu Qilin?", Jin Yuanbao amat terkejut.

"Kau....."

Liu Wenchao cepat-cepat memotong perkatannya, dengan serius ia berkata.

"Apakah kau tak tahu bahwa, nyonya muda, bukan, seharusnya Yu Qilin, sudah diketahui identitasnya oleh guma? Ia dan Jiang Xiaoxuan yang asli telah ditahan oleh guma, nampaknya nyawa mereka berdua tak dapat dipertahankan lagi".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagaimana ibu bisa tahu?", dengan cemas Jin Yuanbao bangkit.

"Bukannya karena kau?"

"Andaikan aku tahu, aku sudah membawanya pergi dari Wisma Jin!", Liu Wenchao tersenyum dingin.

"Bagaimana kau bisa dengan senang hati membiarkannya tinggal di tempat yang berbahaya?"

Jin Yuanbao meliriknya, namun sama sekali tak memasukkan perkataanya ke dalam hatinya, ia hanya mendorongnya pergi, lalu melangkah keluar dengan cepat.

"Apakah kau hendak mencari guma dan menyuruhnya membebaskan Yu Qilin?", Liu Wenchao menghalanginya.

"Jangan naif, menikah dengan identitas palsu adalah kejahatan yang dapat diganjar hukuman mati, guma pasti tak akan membebaskannya, kalaupun guma tak membunuhnya, ibu suri pasti tak akan melepaskannya". Jin Yuanbao menghentakkan kakinya, lalu memandang ke arahnya dengan mata terpicing, memancarkan sikap waspada.

"Kau sangat baik mengurusnya, tapi dia istriku".

"Apa gunanya ia menjadi istrimu? Ia beberapa kali menantang bahaya demimu, hingga hampir kehilangan nyawanya, tapi bagaimana denganmu?"

Sepatah demi sepatah kata Liu Wenchao menyindirnya.

"Ketika ia dimasukkan guma ke dalam sel, dimana kau berada? Ketika barusan ini aku pergi ke sel untuk menjenguknya, kau tahu apa yang ia katakan padaku? Ia minta aku mengurusmu baik-baik!"

Ketika berbicara sampai di sini, ia tersenyum getir dan berkata.

"Yuanbao, mengakulah, pada dasarnya kau tak bisa melindunginya".

"Kau.....", Jin Yuanbao mengerutkan dahinya dan menggertakkan giginya, ia berusaha keras menahan keinginan untuk bertengkar dengannya, dengan cepat ia melangkah keluar. Melihat wajah Jin Yuanbao yang galau, di wajah Liu Wenchao perlahan-lahan muncul seulas senyum, akan tetapi dalam senyuman itu, tanpa ia sendiri sadari, terkandung rasa duka. Jin Yuanbao melarikan kudanya sekencang-kencangnya ke Wisma Jin, sambil berlari ke kediaman Nyonya Jin ia menjelaskan apa yang terjadi pada A Fu, lalu menyuruhnya memberitahu Gu Zhangfeng, Wang Qiang dan Ma Zhong. Jin Yuanbao sangat memahami watak sang bunda, ia akan mencari Nyonya Jin untuk mohon ampun, tapi harapannya tak besar, dan ia bahkan dapat ikut ditahan. Kalau sang ibu dapat diajak bicara, hal ini adalah yang paling baik, namun kalaupun tak bisa, masih ada jalan untuk melarikan diri. Tanpa terasa, Jin Yuanbao telah sampai di Taman Furong, melihat sinar lentera temaram di kamar tidur sang ibu, rasa tertekan dalam hatinya semakin lama semakin kuat. Sejak kecil ia adalah seorang anak manis yang berbakti, sangat jarang melawan kehendak sang ibu, akan tetapi sekarang, demi Yu Qilin.....dirinya sudah berkali-kali melawan kehendaknya. Akan tetapi, ia sama sekali tak menyesal, tak sedikitpun menyesal. Selagi berpikir demikian, Jin Yuanbao menarik napas dalamdalam, lalu memasuki kamar tidur ibunya dengan langkahlangkah lebar. Di dalamnya, Nyonya Jin sedang duduk menanti di ruangan utama dengan wajah dingin, Jin Yuanbao tak berkata apa-apa dan langsung berlutut di hadapannya.

"Ibu memanggil Xiaoxuan untuk ditanyai, apakah sekarang sudah selesai? Malam sudah larut, bolehkah aku membawanya pulang?"

"Xiaoxuan?", Nyonya Jin melirikmya.

"Kau bicara tentang istri sah yang dianugerahkan kaisar, atau perempuan kampung yang tak jelas asal usulnya?"

Dahi Jin Yuanbao sedikit berkerut, setelah itu ia langsung bicara dengan terang-terangan.

"Ibunda Yang Mulia, tak perduli siapa dia, dia adalah wanita yang aku, Jin Yuanbao, sangat cintai".

"Kalau begitu, kau datang untuk mohon ampun bagi perempuan kampung itu?"

Wajah Nyonya Jin nampak gusar.

"Mohon agar dengan membebaskannya". memandang muka Yuanbao, ibu Mendengar perkataannya itu, amarah Nyonya Jin memuncak, sambil mengebrak meja dengan marah ia berkata.

"Ia seorang perempuan kampung yang sangat hina, berani-beraninya menyaru sebagai putri menteri besar dan masuk ke Wisma Jin, tapi setelah ia melakukan kejahatan yang begitu besar ini, kau masih ingin melindungi dan minta ampun untuknya?"

"Ibu, anak telah mencintai Yu Qilin secara mendalam, kalau ia putri menteri besar tak apa, seorang wanita dari kalangan rakyat jelata juga tak apa, anak sama sekali tak perduli!"

"Kau......kau......", Nyonya Jin merasa hatinya amat pedih dan putus asa, dengan jari yang gemetar ia menunjuknya.

"Selama dua puluh tahun lebih aku menanggung penderitaan, tak nyana aku telah membesarkan seekor serigala! Ternyata demi seorang wanita kasar yang tak jelas asal usulnya, kau tak memperdulikan nyawamu, dan juga menempatkan ibu dan semua orang di wisma ini di atas api, tanyalah hati nuranimu, apakah kau mengecewakanku atau tidak? Apakah kau pantas menjadi keturunan keluarga Jin?"

"Aku tak bisa membiarkannya mati", suara Jin Yuanbao sangat pelan, namun sangat penuh tekad.

"Ia sendiri telah berdosa, ia tak dapat hidup".

"Aku telah bersumpah akan melindunginya, dalam kehidupan ini aku akan bersamanya, setia sampai mati!" "Jin Yuanbao!", Nyonya Jin begitu marah hingga sekujur tubuhnya gemetar.

"Kau ini Jin Yuabao bukan? Kau ini putraku bukan?"

Jin Yuanbao perlahan-lahan mengangkat kepalanya, dengan keras kepala ia beradu pandang dengan sang bunda, matanya penuh air mata, dengan amat susah ia berkata.

"Saat ini, aku ingin diriku bukan Jin Yuanbao, aku ingin diriku seorang rakyat jelata, hidup dan mati bersamanya!"

Perkataan itu tentu saja bagai sebilah pedang tajam yang menusuk dada Nyonya Jin, ekspresi wajahnya perlahan-lahan berubah dari murka menjadi sedingin es.

"Kecuali kalau aku mati, tak bisa".

"Ibu, mengenai bagaimana Jiang Xiaoxuan melarikan diri dari pernikahan, dan Yu Qilin menikah karena kekeliruan, baru diketahui oleh anak kemudian, anak jatuh cinta pada Yu Qilin maka aku menyembunyikan hal ini, anaklah yang menipu anda, semua kesalahan ini sebisanya akan kutanggung sendiri, mohon bebaskan Qilin, mohon bebaskan Xiaoxuan".

"Kau akan sebisanya menanggungnya? Ini adalah kejahatan besar menipu kaisar, apakah kau akan menanggungnya?", dengan serius Nyonya Jin menatapnya.

"Sekarang kita hanya dapat membuat mereka berdua dan peristiwa yang memalukan ini buyar bagai asap, dengan demikian kita baru dapat menyelamatkan Wisma Jin, dan menyelamatkanmu, kau paham?" "Ibu, apakah kita harus mengorbankan menyelamatkan keluarga Jin?"

Mereka untuk "Masalah ini bukan wewenangmu". Nyonya Jin berseru ke luar pintu.

"Kemari, bawa tuan muda kembali ke kamar, awasi ia baik-baik. Tanpa perintahku, jangan lepaskan dia". Seketika itu juga, A Gui bersama beberapa anak buahnya masuk, lalu membawa Jin Yuanbao pergi.

"Ibu, kumohon dengan sangat, jangan berbuat seperti ini, bebaskan Qilin, bebaskan Xiaoxuan", sambil meronta-ronta Jin Yuanbao berkata. Namun Nyonya Jin memejamkan matanya dan tak menghiraukannya, ia mengayunkan tangannya, menyuruh A Gui dan yang lainnya membawanya keluar. Jin Yuanbao langsung dikurung di Taman Songzhu, Nyonya Jin memerintahkan empat pengawal Wisma Jin lainnya berjaga di depan pintu untuk menjaganya dengan ketat. Melihat bayangan para penjaga yang bergoyang-goyang di balik jendela, Jin Yuanbao merasa amat galau, dengan cemas ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar, namun tak bisa menemukan akal apapun. Setelah A Gui memasukannya Jin Yuanbao ke dalam kamar, ia tak pergi. Ia berdiri di kejauhan sambil memperhatikan sinar lentera yang temaram di balik jendela, pada saat yang sama ia memikirkan bagaimana ia dapat melepaskan Jin Yuanbao dengan tanpa diketahui orang. Tepat pada saat itu, A Fu yang membawa kotak makanan lewat, di belakangnya ia mengajak dua orang yang berpakaian seperti pelayan Wisma Jin, mereka masing-masing juga membawa sebuah kotak makanan. Begitu para pengawal melihat mereka, mereka maju dan menghalangi A Fu dan yang lainnya. A Fu segera tersenyum bermanis-manis dan berkata.

"Kami hendak masuk untuk mengantarkan makanan kecil malam untuk tuan muda, nyonya tua memerintahkan agar tuan muda tak diperbolehkan keluar, namun tak memerintahkan bahwa ia tak boleh makan, bukan?"

Seorang pengawal menunjuk para pelayan di belakang A Fu, lalu bertanya.

"Dua saudara ini nampak asing, A Fu, antarkan makanan sendirian, mereka berdua biar menunggu di sini". A Fu cepat-cepat menjelaskan.

"Kedua saudara ini adalah pelayan yang baru datang, mereka bekerja di dapur, tak heran kalian merasa asing dengan mereka. Begitu banyak kotak makanan, aku sendirian tak bisa membawa mereka masuk". Sambil berbicara ia melirik kedua orang itu untuk memberi isyarat. Mereka berdua segera berlagak menaruh kotak makanan, namun mereka sebenarnya sedang turun tangan, dengan sebuah jurus yang amat sebat mereka memukul para pengawal itu hingga pingsan. A Fu segera mengajak mereka berdua memburu ke dalam untuk menyelamatkan orang. Begitu melihat mereka menyelamatkan Jin Yuanbao dari kejauhan, A Gui tersenyum puas, lalu berbalik dan berlalu. A Gui langsung menuju ke kediaman Liu Wenchao, Liu Wenchao sedang membereskan barang-barang di kamar baca, begitu melihatnya, A Gui segera berjalan menghampirinya sambil tersenyum, lalu melapor.

"Semua sudah berjalan dengan lancar sesuai rencana gongzi, entah kenapa kening gongzi masih berkerut?"

Liu Wenchao memandang A Gui, bimbang sejenak, lalu dengan pelan menghela napas dan berkata.

"A Gui, aku tak bisa membunuh Yu Qilin".

"Kenapa?", A Gui bertanya sambil mengerutkan keningnya.

"Kesempatan ini sangat bagus, kita dapat membunuh mereka berdua dengan meminjam tangan nyonya, aliansi pernikahan Jin dan Jiang akan bubar, dan Jin Yuanbao dapat menjadi gila karenanya, ibu dan anak bermusuhan, bukankah ini sesuatu yang sangat baik?"

Namun Liu Wenchao tak menjawab, ia hanya menaruh benda di tangannya yang tadi dibereskan olehnya, lalu berkata dengan hambar.

"Sebentar lagi aku akan meninggalkan Wisma Jin untuk beberapa waktu, bantu aku mengurus Qianqian baik-baik".

"Gongzi hendak pergi berapa lama?"

"Sukar dikatakan, mungkin tak akan pernah pulang".

"Gongzi?!", dengan amat terkejut A Gui bertanya.

"Gongzi, anda di wisma ini telah menderita demi mencapai cita-cita, nampaknya usaha besar akan segera berhasil, di titik persimpangan yang penting ini, bagaimana anda bisa pergi?"

Liu Wenchao perlahan-lahan mengalihkan pandangan matanya ke langit malam di balik jendela.

"Mungkin aku dapat menjalani suatu kehidupan yang lain". Mendengar perkataan itu, hati A Gui tenggelam, namun dengan setia ia masih berkata.

"

Apapun yang gongzi putuskan, A Gui selamanya akan setia pada gongzi seorang".

Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao tersenyum hambar dan mengangguk-angguk.

Gudang kayu bakar dingin, gelap dan lembab, Yu Qilin memandang sinar yang masuk dari jendela, ia bangkit, menarik rantai besi di kakinya, lalu berjalan dengan tertatih-tatih ke jeruji besi di sebelahnya.

Di balik jeruji itu, Jiang Xiaoxuan tidur dengan dahi berkerut di bawah sinar rembulan, perlahan-lahan sepertinya ia mendengar gemerincing rantai besi itu, perlahan-lahan, ia membuka matanya dan bertatapan dengan pandangan mata Yu Qilin yang penuh perhatian.

"Xiaoxuan.....apakah kau sudah lebih baik?", dengan penuh perhatian Yu Qilin bertanya.

"Ya", Jiang Xiaoxuan mengangguk, ia sama sekali tak dapat bersilat, dan mungkin karena mempertimbangkan jati dirinya, ia sama sekali tak dirantai. Ia segera melangkah ke samping jeruji dan mengenggam tangan Yu Qilin erat-erat.

"Xiaoxuan Jiejie, apakah sekarang kau menyesal?", dengan hatihati Yu Qilin bertanya.

"Tak menyesal.....", Xiaoxuan tersenyum, lalu dengan agak kecil hati ia berkata.

"Hanya saja.....aku berat berpisah dengan Zhangfeng...."

"Aku juga berat berpisah dengan ibu......", Yu Qilin tersedu sedan.

"Dan juga.....Yuanbao....."

Begitu berbicara mengenai hal itu, di wajah mereka muncul rasa bahagia namun penuh duka.

"Sekarang Yuanbao telah mengetahui masalah ini, aku yakin ia pasti akan menyelamatkanmu!", ujar Jiang Xiaoxuan.

"Aku ingin ia datang, tapi takut kalau ia datang......", Yu Qilin menggeleng-geleng.

"Aku tak ingin ia membahayakan dirinya demi aku, karena masalah ini, aku telah membahayakan begitu banyak orang.....Xiaoxuan Jiejie, aku mohon maaf padamu, kalau bukan gara-gara aku, kau sudah dapat meninggalkan tempat ini".

"Kau jangan berkata begitu, kalau aku tak melarikan diri dari pernikahan, bagaimana kau bisa tertahan di sini? Masalah ini sejak semula dibuat olehku, sehingga keadaan menjadi runyam hari ini. Aku pasrah, hanya saja aku ikut melibatkan kau, adik yang baik", sambil berlinangan air mata Jiang Xiaoxuan berkata.

"Di kehidupan yang akan datang, kita akan menjadi adik dan kakak yang baik".

"Ya.....", Yu Qilin menunduk sambil tersedu sedan. Mendadak dari luar terdengar suara para pengawal.

"Siap!", setelah itu terdengar suara kunci dibuka. Mereka berdua terkejut, Jiang Xiaoxuan segera berseru dengan bersemangat.

"Itu Yuanbao, Yuanbao datang menolongmu!"

Jantung Yu Qilin berdebar bagai genderang, wajahnya merona merah, dan juga agak galau, dengan tegang ia memandang ke mulut pintu.

Pintu ruangan itu perlahan-lahan membuka, namun yang masuk adalah Liu Wenchao.

Begitu melihatnya, di wajah Yu Qilin nampak rasa terkejut dan putus asa.

"Kau?"

Begitu melihat wajahnya, Liu Wenchao diam-diam merasa kecewa. "Apakah biaoge datang untuk membunuh kami?", dengan sedih Yu Qilin bertanya. Liu Wenchao mengerutkan dahinya, berjalan menghampiri Yu Qilin dan menatapnya tanpa berkedip.

"Aku tak bisa membunuhmu, tak perduli kau Jiang Xiaoxuan atau Yu Qilin, aku tak bisa membunuhmu".

"Nyonya Jin tak mungkin membebaskan kami", Yu Qilin menggeleng.

"Kalau ia tak melepaskanmu, aku dapat membantumu", kata Liu Wenchao.

"Kenapa kau membantu kami?", Yu Qilin tercengang. Liu Wenchao memandang matanya, lalu berkata dengan perlahan.

"Asalkan kau berjanji padaku untuk sejak saat ini meninggalkan Wisma Jin, meninggalkan Jin Yuanbao dan tak menemuinya lagi, aku akan membebaskanmu".

"Biaoge, terima kasih atas maksud baikmu, aku tak bisa meninggalkan Yuanbao".

"Kalau kau meninggalkan tempat ini kau dapat mencari tempat bersandar baru, kenapa harus Jin Yuanbao?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kecuali dia tak ada orang lain, itulah takdirku". Liu Wenchao sangat putus asa. Yu Qilin memandang Jiang Xiaoxuan di sampingnya, lalu lalu berkata dengan lirih.

"Kalau kau dengan tulus ingin menolongku, aku mempunyai sebuah permintaan".

"Katakanlah", Liu Wenchao menahan gejolak dalam hatinya, suaranya agak gemetar.

"Apakah kau bisa membantu Xiaoxuan menghindarkan diri dari maut?", dengan penuh harapan Yu Qilin memandangnya.

"Dia adalah putri menteri besar yang asli, yang menipu orang adalah aku, tak ada hubungannya dengannya". Melihat bahwa Yu Qilin sama sekali tak paham isi hatinya, Liu Wenchao benar-benar kehilangan harapan, ia mencampakkan angan-angannya.

"Pada saat ini, kau masih memikirkan orang lain".

"Sebenarnya ia dapat pergi, tapi kulibatkan dalam masalah ini".

"Aku tak mengerti, kau dengan senang hati mengantar nyawa dengan menjadi menantu keluarga Jin, sebenarnya apa yang kau cari?"

"Biaoge, aku bukan melakukannya demi kekayaan dan kedudukan, dan juga tak ingin mencelakai orang lain, aku datang untuk mencari seseorang yang sangat penting".

"Apakah kau sekarang telah menemukannya?"

Tanpa sadar Yu Qilin mengangguk. "Sudah kau temukan?", Liu Wenchao sangat ingin tahu. Yu Qilin kembali mengangguk. Melihatnya, Liu Wenchao dengan tak berdaya menghela napas, lalu berkata.

"Qilin, dengarlah, pintu gerbangku selamanya terbuka lebar-lebar untukmu, sampai saat terakhir, jangan kehilangan harapan".

"Terima kasih, biaoge", dengan hambar Yu Qilin tersenyum. Mendengarnya berkata demikian, secercah harapan muncul dalam hati Liu Wenchao, akan tetapi, dengan amat tegas Yu Qilin berbalik dan tak lagi melihatnya. Rasa terkalahkan yang belum pernah dirasakannya menyelimuti tubuh Liu Wenchao, dengan sedih bercampur benci ia memandang sosok jelita itu, lalu berbalik dan pergi. Sebelum Liu Wenchao lama berlalu, dari luar mendadak terdengar suara perkelahian, begitu mendengar bahwa di antaranya terdengar sebuah suara yang sudah sangat akrab dengannya, hati Yu Qilin dengan cepat melonjak-lonjak, ia berdiri dengan tegak dan memandangi pintu yang terkunci rapat itu, ia tahu bahwa akan ada seseorang yang muncul di balik pintu itu. Suara kunci yang dibuka terdengar, sepasang sepatu bot yang penuh lumpur melangkah masuk, walaupun amat kotor, walaupun tak seperti ia biasanya, namun Yu Qilin tahu, bahwa orang itu adalah orang yang dinanti-nantikannya! Dengan terkejut dan girang ia berseru-seru.

"Yuanbao! Yuanbao!", seakan nama itu dapat memberinya keberanian yang tak ada batasnya. Begitu masuk lewat ambang pintu, Jin Yuanbao tak berkata apaapa, ia melangkah dengan cepat ke sisinya dan membantunya melepaskan rantai besi yang membelenggu kakinya, lalu segera menariknya untuk menolong Jiang Xiaoxuan. Mereka berdua bergerak dengan amat cepat, dalam waktu singkat, mereka telah berhasil menyelamatkan Jiang Xiaoxuan. Akan tetapi.....para pengawal Wisma Jin telah terlatih dengan baik, tak lama kemudian, mereka telah mengepung mereka bertiga. Begitu melihat mereka bertiga, para pengawal yang mengenggam senjata merasa agak khawatir, namun mereka juga tak bisa menentang perintah Nyonya Jin, seketika itu juga mereka saling berhadapan, sama-sama tak mau mengalah. Wang Qiang dan Ma Zhong yang berdandan sebagai pelayan Wisma Jin menerjang dari luar, dengan amat cepat mereka mendekati mereka bertiga dan bertempur dengan para pengawal. Namun walaupun ilmu silat mereka tinggi, jumlah para pengawal terlalu banyak, sehingga perlahan-lahan mereka tak bisa melawan. Saat itu, A Gui tiba di tempat itu, ia memperhatikan keadaan dan segera memberi perintah dengan lantang.

"Nyonya tua memerintahkan agar kalian tak memperbolehkan tuan muda membawa pergi para tahanan. Kalian dalam bertempur berhatihatilah sedikit, kalau tuan muda membunuh kalian sama sekali tak akan ada masalah, tapi kalau kalian karena tak hati-hati melukai selembar rambut di tubuh tuan muda, tak cukup hanya beberapa kepala yang akan menggelinding". Para pengawal sadar bahwa perkataan A Gui masuk akal, untuk sesaat mereka kebingungan dan tak berani bertindak. Ketika Wang Qiang dan Ma Zhong melihat para pengawal itu ragu-ragu, mereka segera membuka jalan, Yu Qilin dan Jin Yuanbao pun menerjang keluar sambil melindungi Jiang Xiaoxuan. A Gui maju ke depan untuk menghalangi mereka, namun ia sengaja membiarkan dirinya terkena tikaman pedang Wang Qiang, lalu melompat menghindar. Wang Qiang dan Ma Zhong menerjang keluar sambil melindungi Jin Yuanbao bertiga, Yu Qilin pun ikut membantu dengan menempur para pengawal Wisma Jin yang mengejar mereka. Karena para pengawal itu tak berani mati-matian menghalangi mereka, Jin Yuanbao berlima dengan amat cepat dapat melarikan diri. Begitu mereka tiba di pintu gerbang Wisma Jin, segerombolan orang mendadak muncul dan menghalangi jalan mereka, mereka adalah Liu Wenchao dan para pengawal Wisma Jin yang dibawanya. "Shaoye! Jangan gegabah!", Liu Wenchao menasehatinya dengan suara keras.

"Berhentilah dulu, berundinglah dengan nyonya". Jin Yuanbao mengangkat pedang dan menudingkannya ke arahnya, sinar matanya sedingin es.

"Ini adalah masalah diantara kami ibu dan anak, lebih baik kau minggir dan tak menghalangi jalanku".

"Aku tak berani menentang perintah nyonya, shaoye, kau jangan membuatku susah". Liu Wenchao pun menghunus pedang di tangannya.

"Minggir!", dengan geram Jin Yuanbao berseru.

"Aku sedang melaksanakan tugas, sulit menuruti kehendakmu", dengan penuh tekad Liu Wenchao berkata. Pedang Jin Yuanbao kembali maju, ujungnya menunjuk ke dada Liu Wenchao.

"Kalau begitu aku terpaksa membunuhmu". Namun Liu Wenchao sama sekali tak mengalah, ia tersenyum getir dan berkata.

"Jangan memaksaku". Pedang mereka berdua saling berhadapan, tepat pada saat itu, sinar obor menyala terang, suara riuh rendah terdengar, Nyonya Jin yang membawa para pelayan telah tiba, mereka mengangkat pedang dan golok mereka, mengepung Jin Yuanbao bertiga. Melihat pemandangan itu, darah Nyonya Jin bergolak, sekujur tubuhnya gemetar, dengan bengis ia berkata.

"Tangkap mereka semua!"

Para pelayan maju, namun Jin Yuanbao membentak mereka sambil membelalakkan matanya.

"Siapa yang berani?!"

Dengan bimbang mereka memandang Nyonya Jin. Nyonya Jin berkata dengan gusar.

"Kenapa kalian masih diam saja?"

Para pelayan tak dapat berbuat apa-apa dan terpaksa terus maju. Melihat keadaan itu, Jin Yuanbao menerjang ke depan dan menghadang di depan Yu Qilin.

"Ibu, kumohon anda bersedia melepaskan kami. Anak telah bersumpah akan hidup dan mati bersamanya di kehidupan ini. Kalau terjadi apa-apa dengannya, anak tak akan sudi hidup sendirian di dunia ini. Keadaan menjadi seperti hari ini bukanlah karena kesalahannya semata-mata. Aku akan mengirim petisi pada ibu suri agar aku seorang diri menanggung akibat masalah ini, karena aku jatuh cinta padanya".

"Kau hendak mengirim petisi pada ibu suri, mencabut nyawamu dan membahayakan seluruh Wisma Jin untuk memaksa ibu?"

Nyonya Jin murka.

"Ibu, hidupku diselamatkan olehnya, sudah bukan milikku sendiri", dengan sedih Jin Yuanbao berkata. Begitu mendengar perkataan itu, rasa hangat muncul dalam hati Yu Qilin, di wajahnya muncul rasa tersentuh dan berterima kasih.

"Kau....kau....", Nyonya Jin merasa terpukul, untuk sesaat ia tak kuasa berkata apa-apa, setelah itu ia menarik napas panjang, berusaha untuk menahan diri agar tak menjerit, lalu dengan perlahan ia berkata.

"Apakah kau sungguh-sungguh rela mati demi perempuan ini?"

"Aku rela", dua kata yang amat pasti itu keluar dari mulut Jin Yuanbao. Di wajah Nyonya Jin kepedihan dan rasa putus asa bercampur menjadi satu, dalam sekejap ia nampak lebih tua, semua orang yang berada di tempat itu merasa iba. Setelah memandangi putranya untuk beberapa saat, Nyonya Jin barulah berkata dengan hambar.

"Baik, aku akan membiarkanmu pergi". Setelah itu, ia menarik napas dalam-dalam dan berkata dengan suara parau.

"Kalau kau keluar dari pintu ini, kau bukan lagi putraku! Aku pun bukan lagi ibumu!"

Begitu mendengar perkataan itu, sekujur tubuh Jin Yuanbao terguncang, air mata berlinangan di rongga matanya, namun ia masih tak menarik pedangnya, ia mundur selangkah demi selangkah sambil melindungi Yu Qilin.

Tak lama kemudian, ia telah mundur sampai ke ambang pintu, Gu Zhangfeng telah menyiapkan sebuah kereta kuda, begitu melihat mereka, ia segera berseru.

"Cepat naik kereta!" Melihat wajah Nyonya Jin yang merana, Yu Qilin merasa tak tega, ia mendorong Jin Yuanbao pergi, hendak melangkah ke depan. Jin Yuanbao menahan Yu Qilin.

"Qilin, apa yang kau lakukan?"

Yu Qilin sedang hendak membuka mulut, ketika terdengar Gu Daniang berteriak dengan suara parau.

"Zhangfeng!"

Setelah itu nampak Gu Daniang yang rambutnya berantakan berlari mendekat dengan cepat.

"Zhangfeng, kembalilah! Kembalilah!"

Gu Zhangfeng sangat terkejut, sambil berlinangan air mata ia memandang sang bunda, lalu dengan wajah penuh kecemasan memandang Jiang Xiaoxuan, setelah itu dengan penuh tekad ia berseru dengan suara parau.

"Cepat naik!"

Hati Jin Yuanbao terkesiap, tanpa memperdulikan apapun juga, ia menarik Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan naik ke atas kereta.

Gu Zhangfeng duduk di depan kereta, dengan penuh perasaan ia memandang Gu Daniang, pandangan matanya penuh rasa bersalah, setelah itu ia menarik tali kekang.

Kereta kuda pun melesat pergi.

Pandangan mata Nyonya Jin kosong melompong, hatinya seolah dicungkil, ia pun berbalik dan pergi.

Gu Daniang meratap dengan sia-sia, ia hanya dapat memapah Nyonya Jin kembali ke rumah.

Melihat penampilan Nyonya Jin yang lemah dan kelelahan, dengan sedih Gu Daniang menasehatinya.

"Furen, kau tak bisa tidur semalaman, bagaimana kalau aku membantumu berbaring untuk beristirahat?"

Namun Nyonya Jin melambai-lambaikan tangannya, ia berbaring di atas bangku empuk, setelah diam untuk beberapa saat, ia baru mengumam.

"Suruh orang-orang yang dapat dipercaya mengikuti Yuanbao dan yang lainnya, di satu pihak untuk melindunginya, di lain pihak, aku ingin tahu kemana Yuanbao pergi, aku tak bisa kehilangan kabar tentang putraku". Gu Daniang sama sekali tak menyangka ia akan berbuat seperti itu, namun ia mengangguk dan berkata.

"Baik". Nyonya Jin menghela napas panjang dan berkata.

"Semua berkata bahwa di dunia ini tak ada orang tua yang dapat mengalahkan perempuan. Ia dapat dengan mudah mencampakkanku sang ibu ini, tapi aku mana bisa mencampakkan putraku? Aku adalah ibunya".

"Perkataan furen benar, aku akan segera menyuruh orang untuk mengikuti mereka". Dalam hati Gu Daniang juga masih mengkhawatirkan Zhangfeng, tindakan Nyonya Jin ini membuat hatinya jauh lebih lega. Tanpa berayal lagi, Gu Daniang segera melangkah keluar. Ini adalah kedua kalinya mereka datang ke Lembah Penuh Bintang..... Yu Qilin bersandar di bahu Jin Yuanbao, di atas kepalanya masih terdapat langit penuh bintang yang cemerlang, namun hatinya tenggelam dalam tirai kegelapan, seakan tak bisa keluar. Api unggun berkobar-kobar, memantul di wajah setiap orang dan membuatnya merah, namun hati mereka tak ada yang terasa hangat..... Wajah Nyonya Jin yang berduka dan putus asa tak hentihentinya muncul dalam benak Jin Yuanbao, membuat hatinya pedih hingga ia seakan tercekik. Bahunya perlahan-lahan terasa lembab, di samping telinganya terdengar suara sedu-sedan Yu Qilin, membuat pikiran Jin Yuanbao perlahan-lahan kembali ke masa kini. Ia menarik bahu Yu Qilin, lalu menghiburnya.

"Jangan bersedih, ingatlah sebelum ini ketika kau menanyaiku, kalau pada suatu saat aku harus memilih diantara kau dan ibuku, siapa yang akan kupilih? Saat itu aku merasa pertayaanmu itu tak masuk akal, akan tetapi tak nyana sekarang benar-benar terjadi". Yu Qilin perlahan-lahan menengadah, lalu memandang dirinya dengan sungguh-sungguh dan berkata.

"Kenapa memilihku?"

Mengapa? Jin Yuanbao tersenyum, tak menjawab. Ia tentu saja tak dapat dengan tak berperasaan melihatnya mati, walaupun sekarang ibu marah, namun di kemudian hari, kalau mereka mempunyai keturunan, mungkin mereka akan dapat kembali.

"Kau sangat sedih, benar tidak?", Yu Qilin bertanya dengan lirih. Jin Yuanbao memandangnya, lalu mengangguk dengan pelan.

"Maafkan aku.....", Yu Qilin menunduk, untuk pertama kalinya, ia menyesali perbuatannya.

"Tak usah minta maaf segala", dengan lembut Jin Yuanbao mengecup dahinya.

"Karenamu, aku menjadi tahu apa artinya cinta.....tak ada permintaan maaf, kau dan aku sama-sama sepakat, hal ini memang sudah semestinya. Baiklah, tak usah berpikir yang tidak-tidak, cepatlah tidur".

"Ya.....", Yu Qilin memandang Gu Zhangfeng dan Jiang Xiaoxuan di sampingnya yang sedang saling menghibur, lalu dengan perlahan memejamkan matanya. Angin malam musim gugur mengandung sedikit hawa dingin. Yu Qilin menggigil dan terbangun, dilihatnya Jin Yuanbao meringkuk seperti sebuah bola, berbaring di sisinya, tidurnya amat nyenyak. Yu Qilin memandangnya dengan sedih, orang yang tak bisa tidur tanpa ranjang kumala, selimut brokat dan bantal dari kayu chenxiang ini sekarang berbaring di tengah belantara, dan ternyata dapat tidur dengan begitu nyenyak, nampaknya ia amat kelelahan. Sejak kecil ia tumbuh dewasa di bawah perawatan Nyonya Jin, ia mana pernah merasakan kepahitan seperti ini? Sayang sekali sejak saat ini ia akan mengikuti dirinya melarikan diri ke ujung dunia. Melihat dahinya yang berkerut dalam-dalam, Yu Qilin mengerti bahwa hati Jin Yuanbao amat sedih. Ia memuja dan menyayangi Nyonya Jin, namun sekarang demi dirinya, ia telah mencampakkan ibunya, hal ini tentunya bagai membuat hatinya dicungkil.....tak nyana, pada akhirnya dirinyalah yang memaksanya mengambil langkah ini. Ia teringat pada perkataannya dahulu, yaitu bahwa cita-citanya adalah menjadi seorang bukuai, namun sekarang dirinya membuatnya tak dapat menjadi seorang bukuai. Mau tak mau Yu Qilin memeriksa hati nuraninya, apakah dirinya terlalu mementingkan diri sendiri? Perlahan-lahan, Yu Qilin pun mengerti, ia mengerti kenapa ibu tak ingin saling mengenal dengan Jin Yuanbao.....ibu khawatir akan merusak kehidupannya. Dirinya dan sang bunda sangat menyayangi Jin Yuanbao, akan tetapi, karena cinta itu, dirinya malahan akhirnya mencelakainya.

"Mungkin......", Yu Qilin mengangsurkan tangannya, jari jemari tangannya yang langsing meluncur ke bawah mengikuti tulang dahi Jin Yuanbao, lalu membelai tulang pipinya, batang hidungnya dan bibirnya..... Mungkin, meninggalkanmu akan membawa kebaikan bagimu. Angin malam menerpa, karena kedinginan, Gu Zhangfeng terbangun, ia membuka matanya, namun tak dapat melihat Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan, hanya ada kereta kuda yang kosong melompong. Gu Zhangfeng begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, kemana kedua nona itu pergi di tengah malam begini? "Zhangfeng!"

Saat itu, suara Jin Yuanbao terdengar dari dalam kereta, setelah itu ia nampak dengan cepat turun dari kereta, tangannya mengenggam sepucuk surat.

"Di sini ada sepucuk surat, merekalah yang meninggalkannya". Gu Zhangfeng segera merebut surat itu, lalu membacanya keras-keras.

"Kami sudah pergi, jaga diri kalian, tak usah mengkhawatirkan kami, kami dapat mengurus diri sendiri, kalian cepatlah pulang ke sisi ibu kalian....."

Setelah membacanya, ia tertegun, lalu mendadak merasa cemas.

"Mereka.....ini.....apa yang mereka lakukan?"

"Jangan khawatir, tanpa kereta kuda mereka tak akan lari jauh.....", Jin Yuanbao diam seribu bahasa untuk beberapa saat, lalu berkata.

"Mereka pasti pergi ke Emeishan, ayo cepat kejar!"

Mereka berdua segera mengejar ke arah Emeishan dengan cepat.

Setelah kereta kuda itu dengan amat cepat berlalu, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan menerobos keluar dari sebuah hutan kecil yang berada tak jauh dari tempat itu.

Sambil memandangi sosok mereka berdua yang perlahan-lahan menghilang, Jiang Xiaoxuan menghela napas dengan pelan, lalu berkata.

"Dugaanmu tak salah, mereka memang pergi ke Emeishan untuk mencari kita berdua".

"Kalau mereka tak bisa menemukan kita berdua, mereka pasti akan kembali ke Wisma Jin", suara Yu Qilin agak parau. Jiang Xiaoxuan memandanginya, lalu bertanya.

"Kalau begitu, sekarang apa yang harus kita lakukan?"

"Aku hendak mengikuti mereka dengan diam-diam, untuk melindungi mereka". Dengan wajah cemas Yu Qilin berkata.

"Saat pulang ke rumah mertua, banyak orang di sepanjang jalan hendak mencelakai Yuanbao, walaupun cerdas, namun ia tak bisa bersilat, aku benar-benar khawatir".

"Aku juga mengkhawatirkan Zhangfeng, tak ada jeleknya kalau kita mengikuti mereka dari kejauhan, sehingga dapat melindungi Zhangfeng dari belakang". Mereka berdua berbicara sambil mengikuti kedua lelaki itu dari jauh.

"Apakah mereka benar-benar pergi ke Emeishan?", dengan khawatir Gu Zhangfeng bertanya. Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, hanya mengangguk-angguk, dengan mengikuti rute yang diingatnya, ia berjalan dengan cepat. Begitu kaki mereka menapaki sebuah hutan cemara yang lebat, sekonyong-konyong beberapa orang berpakaian hitam melompat turun dari pepohonan di samping mereka, lalu mengepung mereka berdua.

"Siapa kalian?", Gu Zhangfeng amat terkejut, hal pertama yang terpikir olehnya adalah keselamatan Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan. Orang-orang berbaju hitam ini jumlahnya sedikitnya belasan orang, jangankan dua orang nona yang lemah lembut, kalaupun mereka berdua yang lelaki melihat mereka, mereka pun akan merasa jeri. Akan tetapi pihak musuh tentu saja tak menjawab pertanyaannya, mereka langsung mengayunkan golok mereka yang berkilau keperakan untuk menebas ke arah mereka! Jin Yuanbao segera menghindar dan berkata pada Gu Zhangfeng.

"Zhangfeng, cepat lari!"

Namun tepat pada saat itu, dari kejauhan Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan melihat Gu Zhangfeng dan Jin Yuanbao sedang dikepung oleh orang-orang berbaju hitam itu.

Jiang Xiaoxuan amat terkejut, ia baru saja hendak menjerit, namun mulutnya dibekap erat-erat oleh Yu Qilin.

Yu Qilin menyeretnya ke belakang sebatang pohon cemara, lalu berbisik menasehatinya.

"Apapun yang terjadi, kau tak boleh keluar, aku akan pergi menyelamatkan mereka, kalau kau keluar kau akan menjadi batu sandungan, paham?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk, lalu berkata.

"Qilin, kau harus berhati-hati". Yu Qilin tersenyum, dengan tajam ia memandang Gu Zhangfeng yang sedang dihadang dua orang berbaju hitam, mata pedang kedua orang itu sedang akan menikam dadanya! Yu Qilin melompat sambil menendang, menendang jatuh pedang itu, lalu ia berjumpalitan dan menendang orang itu hingga jatuh ke tanah, setelah itu, dengan amat sebat ia menangkap pedang yang sedang terjatuh itu dan menangkis tikaman orang berbaju hitam lainnya dengannya.

"Kau cepat lari!", Yu Qilin menggunakan kesempatan itu untuk berseru kepada Gu Zhangfeng. Gu Zhangfeng segera memandang ke sekelilingnya, namun tak melihat Jiang Xiaoxuan, ia merasa sangat putus asa, namun dengan penuh rasa persaudaraan ia berseru.

"Kalau lari kita lari bersama!"

"Tolol, kalau begitu tak ada seorang pun dapat lari", dengan sekuat tenaga Yu Qilin mendorongnya jauh-jauh, setelah mendorongnya keluar dari gelanggang pertempuran, ia segera memburu ke depan Jin Yuanbao dan melindunginya. Ketika melihat sosok yang sudah akrab dengannya itu, dahi Jin Yuanbao berkerut, ia tak bisa menahan diri untuk tak menegurnya.

"Gadis bau, kenapa kau memilih saat ini untuk kembali?"

Akan tetapi, pada saat itu dua orang berbaju hitam saling bertukar pandang, mereka sedikit memperlunak jurus-jurus yang mereka lancarkan pada Yu Qilin, sama sekali tak benar-benar hendak mencelakainya.

Walaupun mereka berbelas kasihan pada Yu Qilin, namun pada dasarnya musuh terlalu banyak sehingga perlahan-lahan Yu Qilin jatuh di bawah angin.

Melihat keadaan itu, sinar mata Jin Yuanbao berubah, dalam sekejap mata, ia telah mengambil keputusan, ia berbalik dan berlari ke arah yang sebaliknya.

"Jangan biarkan Jin Yuanbao kabur!", seorang berbaju hitam yang bermata tajam berseru. Semua orang segera mencampakkan Yu Qilin dan Gu Zhangfeng, lalu mengejar Jin Yuanbao. Yu Qilin cepat-cepat berbalik untuk menolong Jin Yuanbao. Saat itu Jiang Xiaoxuan berlari keluar dari balik pohon, berlari ke arah Gu Zhangfeng, lalu menariknya supaya berhenti.

"Jangan merepotkan!" Untuk sesaat Gu Zhangfeng tertegun, lalu dengan girang bercampur terkejut memandanginya, dengan amat gembira ia menariknya ke dalam pelukannya. Namun pada saat itu, karena tak waspada, Jin Yuanbao berlari ke sebuah jalan buntu, di depan mata nampak tebing yang padat dan gelap, sedangkan di sekelilingnya adalah udara kosong, ia tak punya jalan untuk melarikan diri lagi! Ketika orang-orang itu melihat bahwa ia telah jatuh ke dalam keadaan yang runyam, mereka segera menyeringai menyeramkan, beberapa bilah pedang pun langsung menikam ke dada Jin Yuanbao! Tepat pada saat yang amat genting itu, sekonyong-konyong dari tengah udara kosong itu melesat serenceng feibiao, lalu beberapa orang berbaju hitam itu pun terjatuh ke tanah, di setiap dada orang itu menancap sebatang feibiao. Jin Yuanbao memusatkan pandangannya dan melihat sepasang orang berbaju hitam melompat turun dari pohon di sampingnya, lalu langsung menempur orang-orang berbaju hitam lainnya.

"Cepat kabur!", saat itu Yu Qilin menerjang ke arahnya dan dengan sebat mendorong Jin Yuanbao yang masih terpana, lalu menerobos keluar dari kepungan! Mereka berempat menggunakan kekacauan itu untuk melarikan diri. Di dalam hutan cemara itu sama sekali tak ada cahaya, mereka berempat berlari dengan kacau tanpa tahu arah, sampai hutan itu sedikit demi sedikit menjadi jarang-jarang dan sinar rembulan menerobos masuk lewat sela-sela pohon, hati mereka barulah perlahan-lahan menjadi tenang. Yu Qilin menelungkup di atas tanah untuk mendengarkan, setelah beberapa saat ia menghembuskan napas lega dan berkata.

"Nampaknya mereka tak mengejar". Begitu mendengar perkataan itu, Gu Zhangfeng menepuk jantung di dadanya yang masih berdebar-debar ketakutan.

"Kejadian barusan itu sangat berbahaya, untung saja mereka berkelahi sendiri, kalau tidak kita pasti sudah mati". Namun Jin Yuanbao menggeleng.

"Tak benar, mereka berasal dari dua kelompok yang berlainan".

"Apa?", Gu Zhangfeng tercengang.

"Kelompok pertama adalah yang menyerangku, hendak membunuhku", sinar mata Jin Yuanbao menjadi agak suram.

"Kelompok kedua hendak melindungiku". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin mencecarnya.

"Siapa yang hendak melindungimu?"

Jin Yuanbao memandang ke bawah, seakan malu untuk membicarakan hal itu, setelah beberapa saat ia baru melontarkan tiga kata.

"Orang Wisma Jin". Yu Qilin tertegun, lalu menjadi tenang dan berkata.

"Ibumu masih tak bisa mencampakkanmu". Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, ia menunduk, tinjunya mengepal erat-erat, ia agak gemetar, berusaha sebisanya menahan diri.

"Yuanbao, sebaiknya kau kembali", Yu Qilin membuka mulut dan menasehatinya.

"Aku tak mungkin meninggalkanmu", Jin Yuanbao mengangkat tangannya untuk menghentikan perkataannya.

"Lebih baik kau pulang, kalau tidak, walaupun sampai ke ujung dunia, aku akan mengejarmu".

"Yuanbao.....", Yu Qilin berlinangan air mata. merasa tak berdaya, matanya "Baiklah, cepat jalan", Jin Yuanbao melambaikan tangannya, lalu memimpin mereka melangkah ke depan. Di benaknya perlahan-lahan muncul kejadian yang sangat berbahaya barusan ini, ketika para pembunuh itu sedang menikam dengan pedang mereka, dirinya melihat dengan amat jelas sebuah tato yang sudah sangat akrab dengannya di lengan salah seorang diantara mereka. Lagi-lagi mereka? Dahi Jin Yuanbao berkerut, air mukanya makin bertambah suram. Saat itu keadaan di Taman Furong di Wisma Jin sunyi senyap. Nyonya Jin berbaring di atas bangku empuk, dahinya ditutupi sehelai handuk, penyakit sakit kepalanya yang sudah lama tak kambuh, kembali kumat, ia menyangga dahinya dan mengerang. Liu Wenchao mencuci handuk dengan penuh perhatian di sisinya, dengan lembut ia menasehatinya.

"Guma, jangan terlalu sedih, kesehatan tubuh paling penting......"

"Bagaimana aku bisa tak sedih, tak khawatir?", wajah Nyonya Jin penuh rasa khawatir.

"Orang-orang yang kukirim untuk melindungi Yuanbao baru saja mengirim kabar bahwa ada orang yang hendak membunuhnya!"

Mula-mula Liu Wenchao terkejut, namun setelah itu wajahnya nampak tegas.

"Kenapa bisa sampai terjadi peristiwa seperti itu? Langit melindungi orang yang benar, Yuanbao pasti dapat menyelamatkan diri, semoga Yuanbao cepat sadar dan kembali ke Wisma Jin".

"Sadar?", Nyonya Jin menarik napas dalam-dalam.

"Para pelayan sudah melapor bahwa mereka berempat meneruskan perjalanan ke Penginapan Fuchang, ia tak bermaksud pulang. Tadinya aku menganggap bahwa Yuanbao akan dapat memikul beban pekerjaan besar Wisma Jin, akan tetapi ia tergila-gila pada gadis kampung itu, dan berkali-kali membuatku putus asa....." Liu Wenchao memperhatikan setiap perkataan dan tindak tanduknya dengan seksama, begitu mendengar Nyonya Jin mengungkit-ungkit usaha besar keluarga Jin, ia segera mengambil kesempatan untuk berkata.

"Guma, aku datang justru untuk melapor padamu, di pabrik senjata ada barang baru, sekarang sedang menunggu orang yang berwenang dari wisma kita untuk memeriksanya".

"Yuanbao tak berguna, sedangkan dengan keadaan tubuhku yang seperti ini aku tak bisa pergi. Wenchao, lebih baik kau saja yang pergi. Akhir-akhir ini kau banyak mengurus urusan pabrik senjata ini". Benar saja, semuanya persis seperti yang diperkirakan olehnya! Liu Wenchao kegirangan, namun ia dengan sekuat tenaga menahan air mukanya agar tak berubah, ia menunduk dan berkata dengan patuh.

"Guma jangan khawatir, Wenchao akan berusaha dengan sepenuh hati sampai Yuanbao kembali dan urusan pabrik senjata dapat diserahkan ke tangan tuan muda".

"Kuharap akan ada hari seperti itu", dengan putus asa Nyonya Jin menggeleng, setelah itu dengan penuh perhatian ia memandang Liu Wenchao dan memujinya dengan suara pelan.

"Wenchao, aku tahu kau tekun dan dapat diandalkan, kau punya kemampuan, setia dan jujur, kalau Yuanbao seperti dirimu ini, aku tak perlu khawatir seperti ini". Diam-diam Liu Wenchao merasa puas diri, ia segera berlutut di hadapan Nyonya Jin seraya berkata dengan lantang.

"Wenchao tak akan mengecewakan guma!" "Baik....anak baik". Nyonya Jin mengelus-elus dahinya yang agak nyeri.

"Pergilah beristirahat".

"Baik", dengan sikap hormat, Liu Wenchao mengundurkan diri. Pagi-pagi keesokan harinya, Liu Wenchao yang berseri-seri penuh keberhasilan membawa pasukan berkudanya sendiri menuju ke pintu gerbang pabrik senjata. Langkah kakinya ringan dan lincah, rasa puas diri nampak jelas dalam sikap dan perkataannya. Akan tetapi para prajurit yang menjaga pintu gerbang tak tahu apa yang telah terjadi, begitu melihatnya datang, mereka segera maju menghadangnya. Begitu melihat kejadian itu, A Gui maju dan menendang para prajurit penjaga gerbang itu, lalu mengambil lingpai dari saku dadanya dan berkata.

"Perintah dari Nyonya Jin, sejak saat ini segala urusan besar dan kecil di pabrik senjata akan diurus oleh Liu Gongzi". Begitu melihat kejadian itu, para penjaga pintu segera mundur dengan jeri, para pengawal yang berada di sekeliling mereka pun segera berlutut menghormat. Liu Wenchao memandang mereka dengan sikap merendahkan, lalu melangkah dengan jumawa ke pintu gerbang. Sekitar sejam kemudian, A Gui telah mengumpulkan para pejabat besar dan kecil, pandai besi dan pengawal pabrik senjata di halaman untuk mendengarkan pengarahan Liu Wenchao. Setelah Liu Wenchao keluar dari kantor, A Gui mendehem, lalu berkata dengan lantang.

"Kalian harap tenang, sekarang aku akan mengumumkan sebuah berita. Nyonya Jin memerintahkan agar setelah ini semua urusan besar dan kecil di pabrik senjata diserahkan pada Liu Gongzi. Sekarang mohon Liu Gongzi memberikan pengarahan". Semua orang segera diam, memandang Liu Wenchao. dengan agak jeri mereka Liu Wenchao terlebih dahulu perlahan-lahan menyapu semua orang dengan pandangan matanya, lalu berkata dengan serius.

"Pengawasan pabrik senjata ini diserahkan oleh Yang Mulia kepada keluarga Jin, pabrik ini penting bagi pertahanan tanah air kita, sebuah tanggung jawab yang amat besar, aku datang atas perintah guma untuk mengurus pabrik senjata ini, jelas bahwa aku tak berani meremehkam tugas ini. Belum lama ini, pada upacara pelantikan tuan muda, meriam besar buatan kita meledak, peristiwa ini adalah tamparan bagi muka kita sendiri, di sini aku hendak memberitahu kalian semua bahwa aku Liu Wenchao bukan Tuan Muda Jin, setelah ini ketika pabrik senjata berada dalam tanganku, aku tak akan membiarkan peristiwa semacam itu terjadi". Liu Wenchao berhenti sejenak, lalu menyapu semua orang di lapangan itu dengan pandangan matanya yang dingin. A Gui maju selangkah lalu berkata dengan lantang.

"Apakah kalian semua sudah mengerti? Saat ini pabrik senjata diurus oleh Liu Gongzi, sejak saat ini kalian hanya patuh pada Liu Gongzi seorang". Para pejabat yang tahu melihat gelagat segera berlutut untuk menjilat Liu Wenchao.

"Mohon Liu Gongzi memberikan perintah!"

Perlahan-lahan, semakin banyak orang ikut berlutut.

"Kami bersedia mendengarkan perintah Liu Gongzi". Liu Wenchao mendongak, walaupun wajahnya nampak tenang tak bergelombang, namun dalam hati ia kegirangan menerima sambutan meriah seperti itu. Justru pada saat Liu Wenchao hendak menikmati kekuasaannya, sebuah titah dari ibu suri tiba di Wisma Jin, ibu suri tiba-tiba ingin menemui Jin Yuanbao dan Yu Qilin secara pribadi! Tentu saja hal ini seperti membubuhkan garam ke luka Nyonya Jin. Seketika itu juga, Nyonya Jin amat khawatir, hatinya galau. Akan tetapi, perlahan-lahan, perlahan-lahan......ia pun menjadi tenang, Nyonya Jin yang sudah mengalami begitu banyak likaliku, sekali lagi, demi cinta seorang ibu, mengambil sebuah keputusan yang beresiko..... Ketika Liu Wenchao kembali ke Wisma Jin dengan penuh rasa puas diri, ia mendapati sebuah kereta kuda berhenti di depan pintu gerbang, selain itu masih ada sepasukan pengawal, Nyonya Jin bersama Gu Daniang yang membawa koper pun keluar dari mulut pintu. Liu Wenchao cepat-cepat menyongsongnya dan bertanya.

"Apakah guma hendak pergi jauh?"

"Ya", Nyonya Jin mengangguk. Di sepanjang perjalanan pulang, Liu Wenchao telah mendengar mengenai titah ibu suri itu, ia benar-benar merasa bagai ada angin timur yang membakar Chibi, nampaknya, Nyonya Jin hendak mencari Jin Yuanbao sendiri, maka dengan hati-hati ia pun mencari tahu.

"Apakah guma hendak mencari Jin Yuanbao sendiri?"

Nyonya Jin menghela napas dengan pelan.

"Putraku sudah melarikan diri, sebagai seorang ibu, apa yang dapat kulakukan? Lagipula ibu suri juga ingin menemui Yuanbao". Liu Wenchao cepat-cepat menasehatinya.

"Guma tak usah khawatir, ibu suri hendak memanggil Yuanbao suami istri, nampaknya hanya untuk berbasa-basi saja, mungkin ketika mereka sedang tak akur, ada desas-desus yang masuk ke telinga ibu suri, dan ibu suri ingin memberi mereka nasehat. Kita dapat mencari akal agar ibu suri mengubah rencananya. Serahkan saja rencana ini pada Wenchao". "Wenchao, panggilan ibu suri mana bisa dihindari?", Nyonya Jin mengerutkan keningnya.

"Lagipula, selama Yuanbao tak berada di wisma, sehari pun aku tak bisa merasa tenang".

"Ketika Yuanbao pergi, ia memutuskan hubungan, sehingga membuat hati guma hancur, namun dalam hati guma masih hanya ada dirinya saja.....", di wajah Liu Wenchao sekilas nampak rasa putus asa.

"Tak perduli apa yang dilakukannya, ia tetap putraku". Dengan tenang Liu Wenchao terus menasehatinya.

"Guma, urusan mencari Yuanbao ini serahkan saja pada Wenchao, kau tunggu saja dengan tenang di wisma. Kau adalah soko guru Wisma Jin kami, kalau sampai terjadi apa-apa, apa yang harus kami lakukan? Dalam hal ini Wenchao memikirkan kepentingan guma, dan ratusan orang yang bekerja di Wisma Jin, mohon agar guma memikirkannya dengan baik".

"Kau pun tahu watak Yuanbao, kalau orang lain pergi, ia akan menabrak tembok batu dan terpaksa kembali dengan tangan kosong, hanya kalau aku sendiri pergi, barulah dapat mengajaknya pulang".

"Tapi guma, hal ini sangat berbahaya! mempertaruhkan nyawamu sendiri!"

Kau tak bisa Mendengarnya begitu memperhatikan dirinya, rasa hangat muncul dalam hati Nyonya Jin, dengan lembut ia berkata, "Wenchao, aku tahu kau bermaksud baik, tapi tekadku sudah bulat, kau tak usah banyak bicara lagi".

Melihat wajah Nyonya Jin yang penuh tekad, Liu Wenchao tahu bahwa ia sudah tak bisa menghalanginya lagi, ia hanya dapat menghela napas dan berkata.

"Karena guma sudah bertekad untuk pergi, perbolehkanlah Wenchao ikut, agar di perjalanan aku dapat mengurus dan melindungi guma".

"Tak bisa", Nyonya Jin menggeleng.

"Di wisma tak boleh sampai tak ada orang yang bertanggung jawab, lebih baik kau mengurus wisma dengan baik".

"Kalau begitu.....baiklah", wajah Liu Wenchao nampak tak berdaya, setelah itu, dengan hati-hati ia mencari tahu.

"Begini juga baik, biarkan Yuanbao dan Qilin pulang, kalau ibu suri tahu tentang masalah menikah dengan identitas palsu itu, guma dapat memperkenalkan Yu Qilin dan berkata bahwa guma telah ditipu mentah-mentah olehnya....."

"Tak pernah ada masalah menikah dengan identitas palsu, dan juga tak ada Yu Qilin, di hadapan ibu suri, ia adalah Jiang Xiaoxuan", dengan agak kesal Nyonya Jin memotong perkataan Liu Wenchao.

"Guma, ini.....", Liu Wenchao amat terkejut. Nyonya Jin menarik napas panjang, lalu berjalan ke arah Liu Wenchao, dengan suara pelan, ia menatapnya seraya berkata.

"Aku tak berkata apa-apa, kau tak berkata apa-apa, Yuanbao dan Qilin tak mungkin berkata apa-apa, Gu Daniang dan dua gadis pelayan yang selalu mengikutiku pun tak mungkin berkata apa-apa, maka masalah ini tak akan pernah masuk ke telinga ibu suri". Liu Wenchao berusaha sekuat tenaga menahan rasa tercengang dalam hatinya, dengan tenang ia berkata.

"Wenchao pasti akan dapat menjaga rahasia ini, akan tetapi, di dunia ini tak ada tembok yang tak bocor, hal ini berkaitan dengan keselamatan guma, mohon agar guma mempertimbangkannya dengan seksama sebelum bertindak!"

"Tak usah banyak bicara!", setelah berkata, Nyonya Jin naik ke kereta. Liu Wenchao berdiri di ambang pintu gerbang untuk mengantarnya pergi, setelah kereta kuda telah sepenuhnya menghilang dari pandangan matanya, di wajahnya perlahanlahan muncul rasa terkejut dan putus asa terhadap Nyonya Jin. Dengan penuh beban pikiran dan kegelisahan, ia kembali ke wisma, akan tetapi tak nyana, begitu ia tiba di kediamannya sendiri, Liu Qianqian menyambutnya dengan wajah tanpa ekspresi, lalu langsung bertanya.

"Apakah sekarang kau puas?"

Liu Wenchao tercengang.

"Aku puas karena apa?"

"Kau masih berpura-pura?", air mata berlinangan di mata Liu Qianqian, dengan geram ia berkata.

"Yuanbao Gege sudah pergi, sekarang semua ini milikmu, bukankah kau sudah lama menantikan peristiwa ini?"

"Omong kosong apa itu?, dengan gusar Liu Wenchao mengibaskan lengan bajunya.

"Yuanbao pergi karena ia tergilagila pada perempuan itu, apa hubungannya denganku?"

Namun tanpa disangka-sangka, Liu Qianqian malahan tertawa sinis.

"Hah, kau menyembunyikannya dari guma dan menyembunyikannya dari seluruh Wisma Jin, tapi kau tak dapat menyembunyikannya dariku".

"Apa kau ini sudah sinting? Apa yang kusembunyikan?"

"Apakah kau berani berkata bahwa semua ini direncanakan olehmu? Kau selalu berusaha dengan segala cara agar Yuanbao terpaksa pergi dan meninggalkan Wisma Jin, kau selalu menantikan hari itu. Sekarang akhirnya kau berhasil melakukannya. Akan tetapi, bagaimanapun juga Yuanbao Gege adalah saudara yang tumbuh besar bersama kita, bagaimana kau bisa melakukan perbuatan yang hina seperti itu, apakah kau masih punya rasa persaudaraan atau tidak?"

"Tutup mulut!", dengan wajah pucat pasi, Liu Wenchao menahan gerakan tangannya sendiri yang akan memukulnya.

"Apakah aku melakukam semua ini demi diriku sendiri? Kau memandangnya sebagai seorang saudara, tapi di mata mereka kita adalah hamba yang hidup menumpang di bawah atap mereka! Kalau aku Liu Wenchao tak berusaha menegakkan kembali kehormatan keluarga kita, mengangkat kepala kita!"

Kita tak akan pernah dapat "Aku justru hendak berkata!", tanpa perduli apapun juga Liu Qianqian terus berkata.

"Bahwa aku membencimu! Aku membencimu karena kau memaksa Yuanbao Gege pergi! Kalau ia tak pulang, untuk seumur hidup aku tak akan memaafkanmu!"

"Kau!", sambil menggertakkan gigi, Liu Wenchao mengangkat tangannya.

"Coba kalau kau berani!"

Liu Qianqian mengangkat kepalanya dan menatapnya, sinar matanya yang keras kepala menusuk hati Liu Wenchao dalamdalam, perlahan-lahan ia menurunkan tangannya, lalu dengan suara lirih memanggilnya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Qianqian...."

"Aku membencimu!", Liu Qianqian menggeleng, setelah melontarkan dua perkataan terakhir itu, dengan penuh amarah ia meninggalkan tempat itu dengan cepat. Melihat sosok yang perlahan-lahan menjauh itu, Liu Wenchao tahu bahwa hatinya pun perlahan-lahan menjauhi dirinya.

"Walaupun ia adalah adik kandungmu, namun pikirannya tak sama denganmu. Apakah anda akan mengurungnya?"

Entah sejak kapan, A Gui telah berada di belakangnya. Namun Liu Wenchao seakan tak melihatnya, dengan tenang ia berkata.

"Siapapun tak boleh menghalangiku. Awasi dia dengan ketat, sejak saat ini, ia tak boleh selangkah pun keluar dari Wisma Jin!"

"Baik.....", A Gui menjawab, lalu kembali berkata.

"Barusan ini Nyonya Jin pergi mencari Jin Yuanbao sendiri, benar-benar tak disangka-sangka".

"Aku sudah membuat berbagai perhitungan, namun tak memperhitungkan kegilaan seorang perempuan. Begitu seorang perempuan menjadi seorang ibu, ia menjadi gila dan rela melakukan apapun, demi Jin Yuanbao, nyonya tak segan-segan membahayakan nyawanya sendiri, dan nyawa ratusan orang di Wisma Jin".

"Gongzi, hal ini tak dapat dibiarkan, kalau begitu.....

", A Gui membuat gerakan memotong leher. Liu Wenchao menggeleng.

"Ketika kau terakhir kalinya mengirim orang untuk membunuh Jin Yuanbao, di tengah jalan mereka dihalangi oleh orang-orang yang dikirim nyonya, nyonya bersikap waspada terhadap hal-hal seperti itu. Sekarang nyonya berani mencari Jin Yuanbao karena ia telah mengirim pengawal terlebih dahulu. Karena keadaan sudah seperti ini, kalau kita bertindak gegabah, kita akan mengungkapkan rahasia diri kita sendiri".

"Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan?"

Dahi Liu Wenchao berkerut dalam, untuk sementara ia belum menemukan akal.

Matahari terbenam di barat, cahaya lentera perlahan-lahan menjadi terang.

Sebuah kereta kuda berhenti di depan sebuah penginapan di sisi jalan, namun tak ada orang yang turun dari dalamnya.

Setelah itu, seorang berpakaian hitam memutari penginapan itu dan keluar, dengan langkah-langkah cepat ia menghampiri kereta itu, lalu setengah berlutut di sisinya.

Sebuah sudut tirai jendela kereta tersingkap, memperlihatkan Nyonya Jin.

"Lapor pada furen, kami telah menyelidikinya dengan jelas, mereka berempat berada di Penginapan Fuxing di depan". Nyonya Jin mengangguk-angguk.

"Blokir jalan di penginapan, sekarang kita masuk". Ia menengadah dan memandang kisi-kisi berwarna kuning pucat di loteng teratas penginapan itu, samar-samar nampak sebuah sosok yang sudah diakrabinya. sekitar segera jendela di sana sangat Di balik jendela itu, Jin Yuanbao duduk di sisi jendela, dengan lembut ia mengganti perban Yu Qilin, gerakan jari-jemarinya agak terlalu keras, dan Yu Qilin pun mau tak mau menarik lengannya. Jin Yuanbao cepat-cepat bertanya dengan penuh perhatian.

"Sakitkah?" Yu Qilin menggeleng-geleng pelan. Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, lalu kembali mengoleskan obat padanya, dengan lirih ia berbisik.

"Uang bekal perjalanan tak banyak, tak bisa membeli obat yang bagus, kalau kau merasa sakit, katakanlah". Melihat wajah Jin Yuanbao yang tirus dan pucat, Yu Qilin tak dapat menahan diri untuk tak berkata.

"Yuanbao, maafkan aku". Namun ketika mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao malahan tersenyum, lalu menggodanya.

"Dimana Yu Qilin dahulu yang tak takut langit dan bumi, dan yang kalau langit runtuh pun tak akan meneteskan air mata? Yu Qilin, satu-satunya orang di kolong langit ini yang dapat memukul dan memakiku, tapi juga dapat menerima tikaman pedang dan terluka demi diriku?"

Yu Qilin mengkedip-kedipkan matanya, lalu memandang ke bawah.

"Semuanya ini gara-gara aku, sehingga membuatmu meninggalkan Wisma Jin, dan meninggalkan ibumu, hal ini membuatku sangat sedih, cepatlah pulang".

"Kalau aku pergi lantas kau bagaimana?", sekilas rasa tak senang muncul di wajah Jin Yuanbao.

"Tak usah mengkhawatirkanku", Yu Qilin mengangkat alisnya, dengan wajah angkuh ia berkata.

"Memangnya aku Yu Qilin ini siapa? Tak ada tempat yang belum pernah kudatangi, sebenarnya aku dapat meninggalkan Wisma Jin tanpa diketahui siapapun, tentu saja aku dapat pergi sendiri, kau jangan khawatir, pulang dan katakanlah pada ibumu, bahwa akulah yang menawanmu. Sekarang walaupun masalah ini sudah terbongkar, tak mungkin terjadi apa-apa pada Wisma Jin kalian. Kalau tidak...."

Akan tetapi, sisa perkataannya telah dipotong oleh sebuah pelukan yang amat erat dan hangat. Jin Yuanbao menyandarkan dagunya di bahu Yu Qilin, dengan amat berduka ia berkata.

"Barusan ini aku telah menjadi seorang anak tak berbakti yang tak tahu terima kasih, masa sekarang kau ingin menjadikanku seorang lelaki yang tak setia juga?"

Yu Qilin terkejut, tubuhnya perlahan-lahan menjadi lemas, ia membiarkan Jin Yuanbao memeluknya seperti itu, mereka berdua diam seribu bahasa, memusatkan perhatian pada saatsaat itu, pelukan seperti itu seakan membuat waktu berhenti.

"Tapi...."

Sebelum Yu Qilin menyelesaikan perkataannya, Jin Yuanbao telah memotongnya.

"Tak usah bicarakan hal-hal lain, selama aku masih hidup, aku tak mungkin membiarkan orang lain mencelakaimu!"

"Yuanbao....."

"Tok,tok,tok!", terdengar suara ketukan.

"Pada saat seperti ini, siapa yang datang?", dengan agak kesal Jin Yuanbao melepaskan pelukannya. "Kemungkinan besar Zhangfeng dan Xiaoxuan, aku akan membuka pintu". Yu Qilin bangkit, merapikan pakaiannya, berjalan ke depan pintu, lalu mendorongnya hingga terbuka. Akan tetapi, setelah pintu dengan perlahan terbuka, yang muncul adalah Nyonya Jin yang wajahnya penuh amarah. Seketika itu juga Yu Qilin terpaku, matanya terbelalak, tubuhnya tak bergeming.

"Siapa yang datang?"

Jin Yuanbao melangkah ke depan, begitu melihat Nyonya Jin berdiri di ambang pintu, untuk sesaat ia tertegun.

Nyonya Jin memandanginya, dan juga memandang perban dan obat luka yang belum sempat dibereskan di atas meja, sambil mengerutkan keningnya ia berkata.

"Kenapa, kau tak mengizinkan ibu masuk ke kamar?"

Jin Yuanbao agak gemetar, mau tak mau ia pun minggir. Nyonya Jin masuk ke dalam kamar, lalu duduk di atas kursi. Jin Yuanbao berusaha keras untuk menenangkan diri dari keterkejutannya, ia menghadang di depan Yu Qilin, lalu menanyainya.

"Ibu, apakah kau masih tak mau membebaskannya? Apakah kalau ia mati kau baru menganggap masalah ini selesai?" Mendengar perkataan itu, Yu Qilin malahan maju ke hadapan Nyonya Jin, lalu dengan tulus berkata.

"Masalah ini timbul karena aku, aku sendiri yang menyebabkannya dan aku sendirilah yang akan menanggungnya. Furen boleh memperlakukanku dengan sesuka hatimu, silahkan membunuh atau menghukum picis aku, tapi mohon bebaskan Xiaoxuan, dia tak bersalah". Namun Nyonya Jin tak berkata apa-apa, hanya matanya berbinar-binar mengawasi Yu Qilin, seakan hendak melihat apakah dalam lubuk hatinya yang terdalam ia bermaksud jahat atau tidak. Dipandangi olehnya seperti itu, bulu roma Yu Qilin pun berdiri.

"Kau bisa berlagak mengiba-iba, dan juga rela mengorbankan diri demi sahabat, serta bersikap ksatria, tak heran Yuanbao begitu tergila-gila padamu", dengan sinis Nyonya Jin menyindirnya. Begitu mendengar perkataannya, Jin Yuanbao menyembunyikan Yu Qilin di belakang tubuhnya, lalu berkata kepada Nyonya Jin.

"Tentunya anda tak sudi memberi ampun padanya? Ketika meninggalkan Wisma Jin aku sudah berkata bahwa aku akan hidup dan mati bersama Qilin. Kalau ibu berkeras hendak membunuh Qilin, silahkan bunuh anak terlebih dahulu". Namun Yu Qilin mengibaskan tangan Jin Yuanbao.

"Aku tak mau kau mati! Kau seharusnya kembali ke sisi ibumu, kalian ibu dan anak bersatulah kembali dan jalani hidup dengan baik". "Aku sudah berkata, kalau kau mati, aku tak akan hidup sendirian", tanpa memperdulikan apapun juga, Jin Yuanbao kembali menarik tangan Yu Qilin. Melihat bahwa sampai sekarang di hadapannya Jin Yuanbao dan Yu Qilin masih bersikap mesra, mata Nyonya Jin memancarkan kemarahan, namun setelah itu ia berusaha sekuat tenaga menahan dan menenangkan diri, lalu berkata.

"Memangnya aku berkata hendak membunuh orang? Kenapa kalian begitu ingin mati?"

Yu Qilin dan Jin Yuanbao saling memandang.

"Kau putraku. Aku ibumu. Seorang anak dapat tak memperdulikan ibunya dan meninggalkan rumah, namun seorang ibu tak dapat mencampakkan anaknya". Yu Qilin dan Jin Yuanbao gemetar.

"Sejak anak melangkah keluar dari gerbang Wisma Jin, anak tak lagi punya hubungan dengan Wisma Jin", Jin Yuanbao berusaha keras menahan perasaannya. Begitu mendengar perkataannya, mata Nyonya Jin nampak putus asa. Namun ia masih dengan suara bergetar berkata.

"Tak perduli kau berkata apa, tak perduli kemana kau pergi, selamanya kau putraku, dan selamanya aku ibumu! Sekarang aku akan membawamu pulang!"

Bibir Jin Yuanbao gemetar, ia tak berkata apa-apa. Ketika mendengar perkataan itu, Yu Qilin tak kuasa menahan diri untuk tak menasehatinya.

"Yuanbao, kau seharusnya pulang bersama ibumu....."

"Aku telah bersumpah bahwa dalam kehidupan ini aku akan selalu bersama dengan Qilin, sama sekali tak akan meninggalkannya", sinar mata Jin Yuanbao amat pasti.

"Aku tak kan memisahkan kalian!", Nyonya Jin berhenti sejenak, memandang Yu Qilin, lalu menghela napas dan berkata.

"Ia juga ikut pulang".

"Kau memperbolehkannya pulang?", wajah Jin Yuanbao nampak tegang.

"Tidak, begitu pulang Qilin akan mati! Di seluruh ibu kota terdapat mata-mata yang hendak memanfaatkannya. Ia tak boleh pulang!"

"Di atas pintu gerbang Wisma Jin tergantung tinggi-tinggi papan pujian yang dianugerahkan ibu suri, kita masih wisma seorang jenderal yang dihargai oleh Yang Mulia!"

Nyonya Jin berusaha keras menahan kesedihannya, lalu dengan perlahan menjelaskan.

"Menurutmu, siapa yang berani dengan sembarangan masuk dan menangkap orang? Atau.....apakah kau masih tak percaya pada ibu?"

Yu Qilin pun segera ikut menasehatinya.

"Yuanbao, jangan berbicara seperti itu pada ibu....."

"Kau jangan bicara", Jin Yuanbao menghentikannya, ia terus memandang Nyonya Jin dan berkata.

"Maafkan kelancangan anak, namun anak tak mau kembali menempatkan Qilin dalam keadaan bahaya, atau kembali masuk ke tempat yang berbahaya!"

"Kalian telah mengundang bencana yang amat besar, apa kalian kira masih ada tempat yang aman bagi kalian?"

Jin Yuanbao dan Yu Qilin terkejut. Setelah ruangan itu menjadi tenang, Jin Yuanbao baru mengumam.

"Dunia ini begitu luas, anak dan Qilin pada akhirnya akan menemukan tempat berpijak".

"Seluruh kolong langit ini adalah tanah kerajaan!", dengan sabar Nyonya Jin menjelaskan.

"Ibu suri mengeluarkan titah, hendak memanggil kalian suami istri, kalau kalian tak datang, ibu suri pasti akan curiga, masalah pernikahan dengan identitas palsu ini dapat terungkap, kalau hal itu terjadi, kalian akan benar-benar mati tanpa kubur!"

Jin Yuanbao terkejut.

"Anda datang mencari kami untuk membawa kami menemui ibu suri?"

"Kalau ibu suri ingin menemui kalian, mau tak mau kalian harus menemuinya!"

"Setelah itu bagaimana? Apakah kau akan menyerahkan Qilin kepada ibu suri dan menimpakan seluruh masalah ini padanya?"

Tubuh Nyonya Jin terguncang. Mendengar perkataan itu, Yu Qilin menunduk dengan sedih. Tanpa memperdulikan apapun, Jin Yuanbao terus berkata.

"Kau hendak menukar hidup Qilin dengan keselamatan seluruh Wisma Jin, benar tidak? Kalau begitu, sikap anak jelas, anak hendak mati bersama Qilin!"

"Kenapa kau tak mempercayai ibumu seperti ini!", Nyonya Jin kehilangan kendali dan berteriak. Karena belum pernah melihat ibunya bersikap seperti itu, mau tak mau Jin Yuanbao tertegun.

"Kalau ibu benar-benar hendak melaporkan Qilin pada ibu suri, dari dulu ibu sudah melakukannya, tak perlu susah payah mencari dan membawa pulang kalian! Ibu bermaksud menjaga rahasia ini bersama dengan kalian, dan melewati keadaan genting ini bersama!"

Mata Nyonya Jin berlinangan air mata.

"Apa? Kau....kau berkata bahwa...."

Air mata Nyonya Jin berjatuhan dari sudut-sudut matanya.

"Sejak saat ini, kita akan menjadi orang-orang yang berada dalam satu kapal. Kita hidup dan mati bersama, bersama menghadapi kesulitan. Kalau kita semua bersatu dan melindungi rahasia ini baik-baik, kita baru dapat menjamin keselamatan semua orang". Jin Yuanbao tercengang, seakan tak berani mempercayai pendengarannya sendiri.

"Anda.....anda.....", dengan terbata-bata Yu Qilin bertanya.

"Hendak membohongi ibu suri bersama dengan kami?" Jin Yuanbao juga amat terkejut dan tersentuh melihat sikap sang ibu, namun pada saat yang sama ia juga merasa sangat khawatir.

"Ibu, ini adalah kejahatan besar menipu kaisar!"

"Benar, gadis bau ini telah melakukan kejahatan besar menipu kaisar, tapi putraku hendak hidup dan mati bersamanya! Kalau aku kehilangan putraku, apa artinya hidup di dunia ini? Kedudukan tinggi, harta melimpah, bahkan seluruh Wisma Jin, dapat kucampakkan, namun satu-satunya yang tak dapat kucampakkan adalah putraku, yaitu kau, Yuanbaoku, putraku....."

Ketika berbicara sampai di sini Nyonya Jin tersedusedan.

Dengan amat tercengang Jin Yuanbao memandang sang bunda, perkataannya itu membuatnya amat tersentuh.

Yu Qilin pun tertegun, ini adalah untuk pertama kalinya dirinya menyaksikan naluri keibuan Nyonya Jin yang sesungguhnya.

"Asalkan kau hidup dengan baik, asalkan kau bahagia, ibu rela berbuat apa saja. Sekarang ibu hanya punya sebuah permintaan, yaitu agar kau ikut ibu pulang, dan setelah itu tak meninggalkan ibu lagi....."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ketika berbicara sampai di sini, air mata Nyonya Jin membanjir bagai mata air, tak nyana.

"Duk!", ia berlutut di hadapan Jin Yuanbao. Jin Yuanbao amat terkejut, ia cepat-cepat menarik Nyonya Jin.

"Ibu, cepat bangkit!"

"Kalau kau tak berjanji, aku tak akan bangkit". Jin Yuanbao pun meneteskan air mata dan berlutut di hadapan ibunya. Pemandangan ibu dan anak yang saling berlutut ini membuat hati Yu Qilin seakan diiris-iris. Akhirnya, Jin Yuanbao memilih untuk mempercayai ibunya sendiri, sambil menangis ia memayang Nyonya Jin agar bangkit.

"Ibu, anak berjanji akan ikut pulang denganmu dan setelah ini tak akan meninggalkanmu lagi!"

Dengan lembut ia menarik Yu Qilin, Yu Qilin pun ikut berlutut di hadapan Nyonya Jin, hati Jin Yuanbao penuh penyesalan.

"Ibu aku akan pulang bersamamu, anak bersumpah bahwa sejak saat ini anak tak akan melukai anda, atau mengecewakan anda lagi, seumur hidup tak akan lagi membuat ibu meneteskan air mata, kalau aku sampai melanggarnya....."

"Jangan bicara lagi....", Nyonya Jin segera menghentikannya.

"Kalau kau mau pulang bersama ibu, hati ibu sudah lebih bahagia dari apapun". Yu Qilin yang menonton mereka amat tersentuh melihat cinta yang mendalam diantara ibu dan anak itu, pada saat yang sama rasa cemas dan bimbang dalam hatinya bertambah kuat. Jin Yuanbao menarik napas dalam-dalam, menarik tangan Yu Qilin, lalu berkata dengan sungguh-sungguh.

"Kita akan pulang bersama, Qilin, ibu telah berjanji untuk menjaga rahasia kita, ia telah memaafkanmu, cepat berterima kasih pada ibu!" "Terima kasih ibu", dengan patuh Yu Qilin bersujud. Akan tetapi, Nyonya Jin hanya meliriknya dengan dingin, lalu dengan hambar berkata.

"Tak usah berterima kasih padaku, aku melakukan hal ini semata-mata demi putraku". Perlakuan seperti itu membuat hati Yu Qilin amat tertekan dan pedih. Istana Cining tempat kediaman ibu suri sama sekali tak seperti istana, malahan seperti sebuah rumah berhalaman besar. Tiangtiang serambi panjang berlika-liku yang mengelilingi halaman itu diukir dan dilukisi, di tengah air danau yang berkilauan, berdiri berbagai paviliun, sedangkan di sisi jalan nampak berbagai macam bunga dan tanaman yang langka, seperti Wisma Jin yang berlipat kali lebih mewah, patut disebut saudara kandung, gayanya amat mirip. Walaupun Yu Qilin sudah banyak melihat bangunan yang megah dan indah di Wisma Jin, mau tak mau matanya berkunangkunang melihatnya. Dengan gelisah ia mengenggam tangan Jin Yuanbao, walaupun Jin Yuanbao berusaha sekuat tenaga untuk bersikap tenang, namun telapak tangannya tak henti-hentinya berkeringat, mengungkapkan kecemasannya. Di bawah pandangan para gadis pelayan istana yang memandangi mereka dengan penuh rasa ingin tahu, mereka tiba di ruangan bersemedi ibu suri. Begitu masuk ke dalam ruangan itu, Yu Qilin melihat seorang nyonya berusia lima puluhan tahun lebih duduk di dalamnya, ia mengenakan jubah berwarna emas yang dihiasi sulaman burung Hong dan bunga peoni dari benang emas, di kepalanya ia mengenakan sebuah tusuk konde kayu yang sangat sederhana, hanya saja tusuk konde itu dibuat dari kayu chenxiang dan benang sutra emas. Penampilan nyonya itu seperti seorang ibu rumah tangga biasa, penuh kasih sayang dan tulus. Sambil menunduk, Nyonya Jin mendahului berlutut, Jin Yuanbao pun segera dengan diam-diam menarik tangan Yu Qilin, mengajaknya berlutut.

"Hamba Jin Liu Shi menghadap taihou".

"Hamba Jin Yuanbao dan istri hamba Jin Jiang Shi menghadap taihou". Ibu suri tersenyum. Dengan sembunyi-sembunyi Yu Qilin mengangkat kepalanya, melihat wajah sang ibu suri yang tersenyum ramah, ia segera hendak bangkit, namun begitu tubuhnya bergerak, Jin Yuanbao segera menekannya. Gerakan yang hampir tak kentara itu jelas dilihat oleh sang ibu suri, namun ia hanya tersenyum hambar dan berkata.

"Bangkitlah". "Terima kasih, taihou", dengan anggun Nyonya Jin bangkit.

"Terima kasih, taihou", Jin Yuanbao bangkit, dan pada saat yang sama memberi isyarat dengan matanya kepada Yu Qilin. Melihatnya, Yu Qilin segera menirukan mereka dan ikut bangkit dengan anggun.

"Terima kasih, taihou".

"Taihou, baru-baru ini Xiaoxuan sakit dan sulit berjalan, ia tak berani lama-lama berlutut, mohon taihou memaafkannya". Kejadian itu pun tentu terlihat oleh Nyonya Jin, maka ia mewakili Yu Qilin untuk menjelaskannya. Mendengar perkataannya itu, dengan penuh rasa terima kasih, Jin Yuanbao memandang ke arah sang bunda.

"Oh, ya?", dengan penuh perhatian ibu suri bertanya.

"Apakah sakitmu parah? Bagaimana kalau tabib istana dipanggil untuk memeriksamu?"

Jin Yuanbao menggunakan kesempatan itu untuk dengan hatihati menghormat dan mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih atas perhatian taihou, sebenarnya tak serius, hal itu disebabkan karena aku menyuruhnya lama berlutut di rumah abu....."

"Baik. Bagus kalau begitu", ibu suri memandang wanita pelayan istana di sampingnya.

"Silahkan duduk". Dengan amat hati-hati mereka bertiga duduk. Sambil menghirup teh dengan pelan, sang ibu suri berkata.

"Jin Yuanbao, kau hendak menceraikan istrimu dan menimbulkan kehebohan. Entah kenapa kau ingin memutus jin yu liang yuan yang aijia anugerahkan? Katakanlah, aijia akan mengambil keputusan untukmu". Wajah Nyonya Jin nampak agak jeri, ia duduk makin tegak.

"Keluarga Jiang terkenal keras dalam mendidik anak, para wanita keluarga Jiang semuanya berpendidikan dan santun. Aijia melihat bahwa Jiang Xiaoxuan lemah lembut dan berbudi luhur, namun ketika baru saja menikah, kau sudah hendak menceraikannya. Mungkin Xiaoxuan melakukan suatu kesalahan besar, apa kesalahannya? Ceritakanlah". Ibu suri mengaduk daun teh dengan tutup cawannya. Jin Yuanbao melirik ke arah Yu Qilin, lalu dengan agak jengah berkata.

"Lapor pada taihou, Xiaoxuan sebenarnya sama sekali tak bersalah, semua ini disebabkan karena keangkuhan dan kebebalan Yuanbao yang masih muda usia, aku kesal pada Xiaoxuan dan kehilangan akal. Ketika sedang marah aku melakukan tindakan bodoh dengan menceraikannya, mohon agar taihou mengampuniku". Nyonya Jin pun menimpalinya.

"Benar, taihou, mereka pasangan muda ini bertengkar, hal yang sepele menjadi masalah besar". Dengan tenang ibu suri kembali menghirup teh.

"Bertengkar itu sudah biasa, suami istri bertengkar di kepala ranjang dan berbaikan di kaki ranjang, hal ini secara alamiah terjadi dalam hubungan antar manusia. Akan tetapi, karena hal yang sepele seperti ini kau membuat kehebohan besar, apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

Ia berhenti sejenak, lalu kembali berkata.

"Jin Yuanbao, kaulah yang datang untuk mohon obat untuk Xiaoxuan dengan mempertaruhkan nyawa, dan sekarang yang ribut hendak menceraikan Xiaoxuan juga kau. Pernikahan adalah sesuatu yang serius, mana bisa dipermainkan seperti ini! Di istana ada pihak-pihak yang menginginkan keluarga Jin dan Jiang terpecah, dan kau justru melakukan perbuatan bodoh yang merugikan pihak sendiri seperti ini! Bukankah ini sesuai dengan keinginan seseorang?"

Begitu mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao cepat-cepat berlutut seraya berkata.

"Yuanbao sadar telah bersalah".

"Ruyue". Begitu mendengarnya, Nyonya Jin ikut berlutut.

"Siap".

"Walaupun putra mahkota telah mengurus negara, akan tetapi sebelum ia naik takhta, tak ada yang dapat dipastikan", ibu suri perlahan-lahan melepaskan cawan teh dalam genggamannya.

"Beberapa tahun belakangan ini pendukung Pangeran Kedua sedikit demi sedikit bertambah banyak, dan ia juga membuat Yang Mulia suka padanya. Yang Mulia ragu-ragu menetapkan ahli warisnya, walaupun ia berkata bahwa yang berhak mendapatkan kedudukan adalah yang lebih tua, namun sebelum ini telah banyak hal yang terjadi. Aijia sudah tahu, banyak hal yang tak dapat kulakukan, mengenai masalah cucu-cucuku, banyak hal yang berada di luar kendaliku.....Pangeran Kedua adalah orang yang sangat teliti, mata dan telinganya ada di seluruh istana, kalau kalian sampai melakukan sesuatu yang membuatnya dapat mengambil alih kendali, saat itu aijia pun tak bisa menolong kalian....."

"Terima kasih atas petunjuk taihou!", di dahi Nyonya Jin muncul butir-butir keringat dingin yang halus.

"Aijia tahu bagaimana selama bertahun-tahun kau telah mengurus semua orang di Wisma Jin, dan mengawasi pabrik senjata dengan sepenuh hati, akan tetapi ada waktunya seseorang menjadi tua, kau harus mewariskan harta keluarga ini kepada generasi selanjutnya". Pandangan ibu suri beralih ke arah Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao, kau adalah satu-satunya lelaki di keluarga Jin, harapan masa datang keluarga Jin sepenuhnya berada di atas pundakmu, ibumu menaruh banyak harapan padamu, kuharap kau tak lagi mengecewakan aijia".

"Terima kasih atas petunjuk taihou, Yuanbao pasti tak akan mengecewakan harapan taihou". Dengan puas ibu suri mengangguk-angguk, lalu tiba-tiba dengan bengis ia memandang ke arah Yu Qilin, dan berseru.

"Jiang Xiaoxuan!"

"Siap......"

Yu Qilin merasa panik. Jin Yuanbao cepat-cepat menariknya. Yu Qilin buru-buru berlutut di sisinya, lalu berkata dengan suara pelan.

"Hamba......hamba siap......"

"Kau juga putri sebuah keluarga terpandang, setelah menjadi menantu keluarga Jin, kau harus melaksanakan kewajiban seorang istri, yaitu untuk mendukung suami dan mendidik anakanak, kalau perkataan atau sikapmu melanggar peraturan keluarga Jin, paling tidak kau akan merusak nama keluarga Jiangmu, sedangkan akibat yang paling berat adalah merusak urusan besar aliansi keluarga Jiang dan Jin. Apakah kau, walaupun hanya seorang gadis muda, dapat bertanggung jawab atas hal ini?"

"Aku......hamba mengerti.....", setelah berpikir sejenak, Yu Qilin menambahkan sebuah perkataan yang ditirunya.

"Terima kasih atas petunjuk taihou". Sang ibu suri mendengar perkataan itu, namun ia tak berkata apa-apa dan dengan perlahan terus menghirup tehnya. Mereka bertiga berlutut tanpa berani bergeming. Setelah dengan santai minum secawan teh, sang ibu suri baru berkata dengan perlahan.

"Bangkitlah". Seakan mendapatkan amnesti, mereka bertiga serentak berdiri dan berseru.

"Terima kasih taihou!"

Baju yang menempel di punggung Nyonya Jin telah basah kuyup karena keringat dingin.

Setelah kembali ke Wisma Jin dengan pikiran penuh beban, Jin Yuanbao menyuruh Yu Qilin pergi, lalu mengajak Nyonya Jin berjalan-jalan di taman untuk menenangkan pikiran.

"Krisis ini, untuk sementara akhirnya dapat dihindari", Nyonya Jin menghela napas panjang.

"Menilik dari nada suara ibu suri, sekarang benar-benar sedang banyak gelombang. Begitu ibu suri menyebut Pangeran Kedua, pikiranku langsung menjadi jernih", Jin Yuanbao mengerutkan keningnya.

"Kenapa kau berkata begitu?", Nyonya Jin tak paham.

"Sejak pulang ke rumah mertua, aku sudah berkali-kali berjumpa dengan para pembunuh, saat upacara pelantikan di pabrik senjata Jenderal Berbaju Merah hampir saja meledakkanku hingga tewas, kali ini ketika meninggalkan Wisma Jin aku juga bertemu pembunuh, maka kusimpulkan bahwa tangan hitam di belakang layar yang ingin membunuhku mungkin adalah Pangeran Kedua. Bagaimanapun juga, kalau aku celaka, ia akan memperoleh kesempatan untuk membuat keributan dan meraih kemenangan di tengah kekacauan, hanya dialah yang dapat melakukannya".

"Tapi bagaimana Pangeran Kedua dapat mengetahui dimana kau berada dengan begitu jelas?" "Ini adalah hal yang paling kukhawatirkan", wajah Jin Yuanbao nampak serius.

"Ibu, aku curiga di wisma ini ada mata-mata Pangeran Kedua".

"Mata-mata?", Nyonya Jin terkejut.

"Kalau benar-benar demikian, hal ini sangat menakutkan, di sisi kita ibu dan anak ternyata ada mata-mata Pangeran Kedua? Siapa orang ini?"

Jin Yuanbao mendengar perkataan itu, namun ia tak mengatakan dugaan dalam hatinya, ia hanya memandang Liu Wenchao yang sedang memberi perintah pada para pelayan di kejauhan, lalu berkata dengan hambar.

"Orang yang sangat dekat dengan kita ibu dan anak dapat dihitung dengan jari, aku pasti akan dapat menangkapnya". Akan tetapi, di kejauhan, A Gui sedang dengan sembunyisembunyi memberikan selembar gulungan pada Liu Wenchao.

"Gongzi, sesuai dengan rencana anda, orang-orang kita sudah menyusup ke departemen-departemen penting di pabrik senjata, kalaupun Jin Yuanbao kembali mengambil alih kepemimpinan, kita sudah mendominasi pabrik senjata".

"Bagus sekali", Liu Wenchao mengangguk-angguk, seakan tak terjadi apa-apa, ia menyisipkan gulungan itu ke dalam saku dadanya.

"Apakah anda telah memikirkan dengan baik apa yang hendak anda lakukan?", dengan agak cemas A Gui bertanya. "Ya.....", Liu Wenchao merasakan sebuah pandangan mata yang memandanginya dari kejauhan, sambil tersenyum ia membalas pandangan itu, lalu berkata dengan lirih.

"Daripada menunggu nyonya tua membuka mulut, lebih baik aku melakukan suatu kebaikan yang tak ada artinya, pertama, agar aku Liu Wenchao nampak tak ambisius, sehingga kewaspadaan mereka buyar; kedua, aku ingin melihat, sebenarnya di mata bibiku yang tercinta aku ini sebenarnya dianggap apa". Setelah Jin Yuanbao dan Nyonya Jin berjalan mendekat, Liu Wenchao segera maju menyongsong mereka, dengan tulus ia mengangkat lingpai dengan kedua tangannya, lalu tersenyum ramah dan berkata.

"Guma, pabrik senjata ini telah kuurus untuk sementara, karena biaodi sudah kembali, biaodi seharusnya kembali mengambil alih kepemimpinan pabrik senjata". Walaupun ia berkata demikian, namun lingpai dalam genggamannya tak dilepaskannya, matanya masih dengan penuh harapan memandang Nyonya Jin. Akan tetapi Nyonya Jin mengangguk-angguk puas, lalu tersenyum dan berkata.

"

Chao er benar-benar dapat dipercaya, kalau begitu, kembalikanlah lingpai itu kepada Yuanbao". Seketika itu juga Liu Wenchao tertegun, senyum di wajahnya menjadi beku, ia berkata.

"Baik.....memang sudah seharusnya demikian". Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao maju untuk menerima lingpai itu, akan tetapi Liu Wenchao agak bimbang dan sama sekali tak melepaskan lingpai itu. Jin Yuanbao memegang ujung lingpai yang lainnya, ia memandang Liu Wenchao sambil memicingkan matanya, namun Liu Wenchao masih tak bersedia melepaskannya. Jin Yuanbao merampas lingpai itu menaruhnya ke dalam saku dadanya, dengan penuh bakti ia berkata.

"Tadi malam ketika aku menyisir rambut ibu, kulihat bahwa di rambut ibu banyak uban keperakan, usia ibu sudah lanjut, dan aku pun baru saja memikul beban mengurus rumah tangga ini, membantu ibu melaksanakan tanggung jawab. Karena aku adalah satu-satunya putra keluarga Jin, aku tak boleh keras kepala seperti itu, oleh karenanya sejak saat ini.....", nada suaranya bertambah serius.

"Semua urusan besar kecil di Wisma Jin akan kuurus satu persatu, kalau ada sesuatu yang kulakukan dengan tak benar, mohon agar biaoge banyak memberiku nasehat".

"Anak berbakti jarang terdapat", wajah Liu Wenchao nampak lebih santai.

"Guma, kalau biaodi dapat belajar dari kejadian ini, hal ini adalah keberuntungan bagi Wisma Jin kita". Nyonya Jin tersenyum sembari mengangguk.

"Melihat kalian dua bersaudara ini bekerja sama, hatiku terasa lega!"

Melihat ekspresi Liu Wenchao, Jin Yuanbao tersenyum penuh arti.

"Masalah ini tak dapat ditunda, cepat alihkan barang-barang itu pada Yuanbao", kata Nyonya Jin. "Baik......", dengan hormat Liu Wenchao mengangguk, akan tetapi tanpa dapat berbuat apa-apa ia harus melihat kekuasaan yang baru didapatnya dilucuti. Ia agak tak dapat mengendalikan ekspresi wajahnya, rasa benci pun memancar dari pandangan matanya. * Dengan wajah muram. Liu Wenchao memasuki kamar, akan tetapi ia melihat bahwa Liu Qianqian sedang menyenandungkan sebuah lagu, seketika itu juga ia bertambah kesal.

"Kenapa kau begitu girang?"

Namun sambil mengangkat alisnya, Liu Qianqian berkata.

"Tentu saja aku senang, Yuanbao Gege sudah pulang!"

"Liu Qianqian, ingat bahwa kau hanya punya gege seorang", wajah Liu Wenchao nampak marah. Melihatnya, Liu Qianqian tahu bahwa sang kakak tak senang, maka dengan sigap dirinya menghiburnya, katanya.

"Ge, karena Yuanbao Gege sudah pulang, setelah ini mari kita lewatkan harihari kita dengan baik, guma begitu baik pada kita, kau jangan membuat masalah lagi....."

"Ia baik pada kita?!"

Akan tetapi mendadak Liu Wenchao bagai mesiu yang disulut api, dengan meledak-ledak ia berkata.

"Dua puluh tahun lebih, aku sangat setia, bekerja keras di tengah kecaman seperti kuda dan kerbau di Wisma Jin, tapi akhirnya apa yang kudapat? Ia benar-benar memperlakukanku bagai hewan ternak yang bisa ditendang sesukanya! Di matanya, hanya ada putranya!"

Selagi berbicara, tak nyana ia meremas cawan teh di atas meja hingga hancur berkeping-keping! Melihat tangannya yang penuh bercak darah, ekspresi terkejut di wajah Liu Qianqian sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa tak percaya, ia cepat-cepat mencari perban, membersihkan pecahan-pecahan cawan dari tangan Liu Wenchao, lalu membalutnya.

Setelah menerima perlakuan yang penuh perhatian dari sang adik, hati Liu Wenchao melunak.

"Ge.....aku tahu hatimu tak rela, akan tetapi bagaimanapun juga, Yuanbao Gege adalah putra kandung guma, cepat atau lambat, guma akan menyerahkan pabrik senjata dan Wisma Jin kepadanya, kerja kerasmu bagi guma tentu akan dihargai olehnya dan disimpan dalam hatinya. Kau jangan marah". Sambil dengan hati-hati membalut lukanya, Liu Qianqian menasehatinya. Akan tetapi, Liu Wenchao tak berkata apa-apa, wajahnya tak berekspresi, membuat orang tak bisa menebak isi hatinya. Tepat pada saat itu, seorang pelayan datang melapor.

"Liu Guanjia, kepala desa Dong Luhe mohon bertemu nyonya muda, apakah boleh dibawa masuk?" Liu Wenchao merasa agak heran, namun ia memberi perintah pada pelayan itu.

"Bawa dia masuk dahulu, setelah itu panggillah nyonya muda". Beberapa saat kemudian, kepala desa Dong Luhe telah dibawa masuk ke aula utama Wisma Jin, begitu melihat Liu Wenchao ia segera bersujud menghormat.

"Kepala desa Dong Luhe menghadap da zongguan".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bangkitlah", dengan ramah Liu Wenchao tersenyum dan berkata, setelah itu ia melirik orang-orang yang berada di belakang Kepala Desa Liu, mereka masing-masing memikul guci-guci arak besar, dengan amat ingin tahu Liu Wenchao bertanya.

"Apa ini?"

"Lapor pada zongguan, ini adalah hadiah dari kami para petani penggarap Dong Luhe, semuanya ini adalah arak buatan kami sendiri".

"Oh, ya? Kenapa kepala desa begitu murah hati?", Liu Wenchao mengangkat alisnya.

"Ketika tuan dan nyonya muda datang ke Dong Luhe untuk menagih uang sewa, mereka sangat bermurah hati dengan membakar semua catatan pembukuan sehingga seluruh uang sewa dan hutang kami terhapus, mereka benar-benar bodhisatwa hidup. Semua orang merasa sangat berterima kasih dan mengirimku kemari untuk menyampaikan rasa terima kasih mereka". "Karena tuan muda sudah begitu murah hati, kalian tak boleh menyia-nyiakan budi baik Wisma Jin".


Pendekar Rajawali Sakti 113 Pembalasan Pengemis Binal 13 Dendam Ratu Air Dewi Ular Bocah Berdarah Hitam

Cari Blog Ini