Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 25
"Tak benar, pasti tak mungkin terjadi. Jangan takut, Yu Qilin, tak mungkin". Yu Qilin memberi sugesti pada dirinya sendiri. Setelah melakukan hal itu untuk beberapa saat, ia barulah dengan susah payah dapat mengumpulkan keberanian untuk melangkah ke dalam kamar mayat. Para petugas yamen membuka kain putih yang menutupi mayat satu persatu. Setiap kali kain penutup mayat dibuka, Yu Qilin memejamkan mata dengan ketakutan, lalu setelah itu baru membuka mata dengan perlahan, ia amat takut kalau-kalau mayat itu adalah Nyonya Yu. Setelah melihat semua mayat perempuan diantara mayat-mayat itu, dan bahwa diantaranya tak ada Nyonya Yu, Yu Qilin merasa seakan hendak ambruk. Akan tetapi, saat itu pintu kamar mayat didorong hingga terbuka, beberapa petugas yamen membawa masuk sebuah mayat.
"Setengah umur, wanita", setelah itu terdengarlah suara seorang petugas yamen, jantung Yu Qilin melompat, sekujur tubuhnya gemetar, ia mengikuti mayat yang baru saja dibawa masuk itu, ia mengangsurkan sepasang tangannya yang gemetar untuk menyingkapkan kain penutup mayat itu, namun tak berani melakukannya. Sang petugas yamen membuka kain penutup mayat itu.
"Benar tidak?"
Yu Qilin tak sempat berjaga-jaga, bahkan matanya pun tak sempat dipejamkannya, untung saja, bukan.....
Akan tetapi, ia tak lagi sanggup menahan tekanan seperti ini, ia merasa bahwa urat syarafnya seketika itu juga rontok dan lari keluar kamar mayat.
Ketika ia berlari dengan terhuyung-huyung keluar dari gerbang kamar mayat, di luar pintu hujan telah turun dengan lebat, namun Yu Qilin tak menghiraukannya, sepasang tangannya bertumpu pada sebatang pohon, napasnya terengah-engah.
Dengan putus asa ia duduk di samping pohon, tak kuasa menahan tekanan dalam hatinya, ia pun ambruk sambil menangis tersedu-sedu.
Ibu, ibu, dimana kau berada? Semua ini salahku, pulanglah, huhuhu.
Yu Qilin menangis dengan amat pilu, ia menangis seakan hendak melupakan seluruh dunia ini, tiba-tiba, punggungnya terasa hangat, ia masuk ke dalam sebuah pelukan yang sudah akrab dengannya.
Dengan tertegun Yu Qilin mengangkat kepalanya, dan memandang mata Jin Yuanbao yang penuh kekhawatiran dan rasa sayang.
Dengan lembut Jin Yuanbao menyeka wajahnya yang penuh air hujan dan air mata, lalu dengan suara pelan ia berkata.
"Ayo pulang dulu". Setelah berbicara ia mengangsurkan tangannya, hendak menarik Yu Qilin. Namun, tanpa berkata sepatah kata pun, Yu Qilin mengibaskan tangan Jin Yuanbao keras-keras, sambil bertumpu pada pohon ia bangkit, lalu dengan terhuyung-huyung melangkah ke depan sendirian.
"Ikut aku pulang dulu!", Jin Yuanbao melangkah ke depan dan menahannya.
"Aku tak mau pulang, aku ingin mencari ibuku". "Hujan begitu lebat, bagaimana kau bisa mencarinya?"
"Kau pergilah, masalahku dan ibuku tak perlu kau urus".
"Apa kau harus membuat keributan seperti ini?", Jin Yuanbao berkata dengan gusar.
"Membuat keributan apa?", seketika itu juga Yu Qilin menjadi gusar.
"Tentu saja kau tak khawatir, kau tak menganggapnya ibu, kau hanya mempercayai Nyonya Jin yang berada di atas awang-awang itu! Apakah kau perduli pada hidup mati ibuku?"
"Kau tenanglah sedikit!", melihat gerak-geriknya yang sepertinya hampir ambruk, Jin Yuanbao menariknya masuk ke dalam pelukannya, lalu memeluknya erat-erat, berusaha untuk membuatnya tersadar.
"Tak mungkin terjadi apa-apa pada ibumu". Yu Qilin berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri, karena tak bisa melepaskan diri, ia langsung mengayunkan tinju dan memukuli tubuh Jin Yuanbao.
"Apa yang harus kulakukan? Kalau sampai terjadi apa-apa pada ibu, apa yang harus kulakukan?"
"Aku sudah berkata! Tak mungkin terjadi apa-apa! Pasti tak mungkin terjadi apa-apa!", Jin Yuanbao meraung. Akan tetapi, ternyata raungan itu membuat Yu Qilin berhenti, perlahan-lahan, ia menghentikan tangisnya, tangisannya yang mula-mula keras berubah menjadi sedu-sedan. Melihatnya menjadi patuh, dengan penuh kasih sayang Jin Yuanbao mengecup dahi Yu Qilin, membopongnya, lalu berjalan ke Wisma Jin. Yu Qilin yang telah berganti pakaian kering sekarang telah perlahan-lahan menjadi tenang, dengan patuh punggungnya bersandar pada Jin Yuanbao, ia membiarkannya mengeringkan rambutnya.
"Waktu kecil, aku sangat nakal, sering mencuri-curi keluar, pada suatu ketika, aku keluar bermain, dan karena tak waspada, jatuh ke dalam perangkap pemburu, aku menangis seharian tapi tak ada yang menolongku, akhirnya ibukulah yang menemukanku". Walaupun nada suara Yu Qilin datar, namun rongga matanya berair, sambil tersedu sedan ia berkata.
"Tak perduli aku lari ke mana, ibu selalu dapat menemukanku, kenapa sekarang aku tak bisa menemukannya?"
Jin Yuanbao berhenti sejenak, dengan hati-hati menaruh handuk di tangannya, lalu menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya.
"Yu Qilin, aku suamimu adalah bukuai nomor satu ibu kota, serahkan saja masalah ini padaku, bagaimana?"
Air mata yang berkilauan masih menggenangi mata Yu Qilin, mendengar perkataan Jin Yuanbao itu, untuk sesaat ia hanya bisa tertegun, dan nampak makin menawan.
"Baiklah.....", Jin Yuanbao menghela napas.
"Aku dapat menyelidiki pembunuh bidan itu, serahkanlah juga masalah ibumu padaku. Aku pasti akan dapat membawa pulang ibumu dengan selamat, percayalah padaku".
"Ya.....", Yu Qilin merasa segala rasa bersalah dan cemas keluar dari hatinya, dan untuk sesaat membanjir keluar, dengan perlahan ia mengangguk-angguk, seakan sama sekali tak bertenaga, dengan lemas ia bersandar di dada Jin Yuanbao sambil memejamkan matanya. Pagi-pagi keesokan harinya ketika Yu Qilin terbangun, sosok Jin Yuanbao sudah tak terlihat, begitu teringat akan janjinya kemarin, hati Yu Qilin terasa manis. Setelah selesai mandi dan berpakaian, dengan samar-samar Yu Qilin masih merasakan perasaan manis itu, ia berjalan ke kediaman Jiang Xiaoxuan, namun ketika melewati gerbang belakang, ia melihat Gu Daniang sedang dengan sembunyisembunyi berbicara dengan seorang kusir kereta. Yu Qilin menghentakkan kakinya, lalu dengan tak percaya melangkah maju.
"Sebentar lagi nyonya akan keluar, bawa kereta dan tunggulah di gerbang belakang, jangan sampai ketahuan orang lain", jelas Gu Daniang.
"Baik!"
Kalau Nyonya Jin hendak keluar, kenapa harus melewati gerbang belakang? Selagi Yu Qilin sedang berpikir, Gu Daniang berbalik dan melangkah mendekat, maka ia pun segera menyembunyikan dirinya di balik sebatang pohon besar.
Beberapa saat kemudian, Gu Daniang yang memapah Nyonya Jin kembali lewat, mereka berdua bersikap amat hati-hati, mereka melihat ke kiri dan ke kanan, sikap mereka amat penuh rahasia.
Yu Qilin semakin curiga, setelah mereka berdua naik kereta, ia diam-diam mengikuti mereka, agar tak diketahui orang, ia mengerahkan ilmu ringan tubuh yang sudah lama tak dipakainya agar dapat menguntit mereka dari kejauhan, namun tak tertinggal oleh mereka.
Setelah berjalan beberapa lama, kereta pun berhenti di sebuah halaman yang sepi di dalam kota.
Dengan dipapah Gu Daniang, Nyonya Jin turun dari kereta, Yu Qilin menggunakan kesempatan itu untuk beesembunyi di tengah semak-semak yang rimbun, dengan memanfaatkan semak yang rimbun itu, dengan perlahan ia mendekati Nyonya Jin, lalu memata-matai gerak-geriknya.
Di halaman itu, sepasang suami istri muda cepat-cepat menyambutnya, dengan sikap hormat dan bermanis-manis, mereka menghormat pada Nyonya Jin.
Sang kusir segera menurunkan berbagai kotak hadiah dari kereta ke halaman itu, sepasang suami istri muda itu pun tersenyum berseri-seri.
"Furen, mereka berdua ini adalah putra dan menantu Bidan Liu", Gu Daniang memperkenalkan mereka.
Begitu mendengar perkataan itu, Yu Qilin seakan disambar geledek di siang bolong.
Namun Nyonya Jin hanya sedikit mengangguk, dengan sikap berwibawa, ia memandang mereka berdua seakan sedang memandang serangga.
"Tak usah banyak peradatan. Ayo masuk dan berbicara". Pasangan muda itu mempersilahkan Nyonya Jin masuk ke dalam, Yu Qilin ingin maju dan bertanya, namun ia takut mengejutkan mereka, untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa. Ia berpikir untuk beberapa saat, ketika hendak keluar dari semak-semak, ia melihat bahwa Nyonya Jin telah keluar, suami istri itu mengikuti di belakangnya. Dengan sikap amat hormat, mereka mengantar Nyonya Jin naik ke kereta.
"Apa kalian ingat apa yang baru kita bicarakan?", Gu Daniang menegaskan.
"Furen jangan khawatir!", jawab putra keluarga Liu itu.
"Kami tak punya kepandaian lain, kami akan menutup mulut rapat-rapat", putra keluarga Liu itu kembali berkata. Mendengar perkataannya, Nyonya Jin mengangguk, naik ke kereta, lalu menutup tirai kereta dengan puas. Sambil memandang kereta yang menjauh, suami istri Liu saling memandang sambil tersenyum, lalu masuk ke dalam rumah. Setelah kereta pergi jauh, Yu Qilin keluar dari tempat persembunyiannya, lalu melangkah maju dan mengetuk pintu. Yang keluar membukakan pintu adalah menantu keluarga Liu itu, dengan bimbang ia memandang Yu Qilin seraya bertanya.
"Cari siapa?"
"Itu.....", mata Yu Qilin bergulir, lalu ia mengangkat dagunya dan berkata.
"Aku adalah gadis pelayan Wisma Jin, nyonya pergi dengan tergesa-gesa sehingga lupa mengatakan sesuatu". Begitu mendengar bahwa ia adalah orang Wisma Jin, wanita itu segera mempersilahkannya masuk dengan sopan, lalu memanggil suaminya, setelah itu mereka berdua mendengarkan sambil menunduk.
"Mohon tanya, nyonya memberikan perintah apa?"
"Begini!", Yu Qilin berpura-pura.
"Nyonya masih khawatir, masalah Bidan Liu......"
"Mohon nona pulang dan beritahukan pada Nyonya Jin bahwa kami berdua akan mematuhi perintah nyonya dan dengan sesegera mungkin meninggalkan tempat ini, mengenai masalah ibuku, kami pasti akan menutup mulut rapat-rapat". Dengan sikap hormat putra Bidan Liu berjanji. "Ibu apa?", istrinya menyikutnya, lalu tersenyum bermanismanis.
"Sejak saat ini kami sama sekali tak punya hubungan dengan Bidan Liu".
"Benar, benar, kami sama sekali tak kenal Bidan Liu", sambil mengangguk dan membungkuk, putra Bidan Liu berkata. Melihat sikap mereka yang merendahkan diri seperti seorang hamba, Yu Qilin begitu tercengang sehingga tak kuasa berkata apa-apa. Namun ketika kedua orang itu melihat bahwa dengan tak disangka-sangka wajah gadis pelayan itu nampak terkejut, mau tak mau mereka merasa agak curiga. Yu Qilin segera bereaksi dan cepat-cepat berkata.
"Bagus kalau begitu, asalkan kalian menuruti kemauan nyonya, kalian pasti akan mendapatkan keuntungan". Begitu mereka berdua mendengar perkataan itu, tak usah dikata lagi, mereka pun kegirangan sehingga sukar menahan diri di hadapan Yu Qilin. Nyonya Liu tersenyum.
"Nona jangan berkata demikian, nyonya sudah mengurus kami dengan sangat baik, kami mana berani menerima barang-barang lain". Sekarang Yu Qilin sudah paham sebabnya, ia sudah tak memperdulikan apa yang suami istri itu katakan lagi dan segera keluar. Malam sudah larut, rembulan bersinar terang. Namun sinar rembulan yang terang dan indah malahan membuat Yu Qilin merasa dingin. Setelah sibuk seharian, Jin Yuanbao telah tertidur dengan nyenyak, mendengkur pelan. Akan tetapi Yu Qilin berguling-guling di ranjang, lama tak bisa tidur, di benaknya peristiwa yang dilihatnya dengan mata kepala sendiri pagi itu terus menerus muncul.... Nyonya Jin makin lama makin mencurigakan, selain itu, kecurigaan itu pun makin mendalam....andaikan, andaikan ibunya sendiri benar-benar telah jatuh ke dalam tangannya! Yu Qilin tak berani membayangkannya..... Ia bangkit dan duduk, sepasang tangannya memeluk lututnya, sambil termenung ia memandangi bulan terang benderang di balik jendela, selagi amat lelah dan cemas, perlahan-lahan ia pun masuk ke alam mimpi..... Dalam mimpi, ia berjalan dengan kebingungan, tiba-tiba Nyonya Yu muncul di hadapannya, dengan kegirangan Yu Qilin berlari menghampirinya, namun ketika baru saja hendak menangkap tangannya, sekonyong-konyong Nyonya Jin muncul di belakang Nyonya Yu, tangannya mengenggam sebilah pisau, selangkah demi selangkah mendekatinya! Yu Qilin menjerit seakan gila, akan tetapi, Nyonya Yu tak mendengar apa-apa, dan Yu Qilin hanya dapat memandang Nyonya Jin menikam Nyonya Yu dengan pisaunya! "Ibu! Ibu ----"
Mendadak Yu Qilin terbangun, wajahnya penuh air mata, napasnya terengah-engah.
Akan tetapi, di hadapan matanya hanya nampak kamar tidur yang remang-remang, di balik jendela sang rembulan masih terang benderang seperti sediakala, Jin Yuanbao yang berada di sisinya masih mendengkur pelan.
Ia mendorongnya, namun Jin Yuanbao tak bereaksi, ia hendak menambah tenaganya, namun begitu melihat wajahnya yang sedang tertidur nyenyak, ia merasa tak tega, setelah bimbang sesaat, ia mengenakan baju luarnya dan melangkah keluar.
Angin sepoi-sepoi membelai dirinya, perlahan-lahan mengeringkan sisa air mata di wajahnya, namun juga membawa kepedihan, musim gugur sudah larut, cuaca makin dingin, apakah ibu sudah memakai pakaian hangat? Apakah ia dapat menghangatkan diri dengan selimut berisi kapuk? Yu Qilin nampak termenung, dengan kebingungan ia berjalan di halaman, tanpa terasa ia telah berjalan jauh meninggalkan Taman Songzhu, menuju ke tepi danau.
Di tepi danau, Liu Wenchao sedang mendongak memandang rembulan, begitu mendengar suara langkah kaki, ia berpaling, lalu dengan terkejut berkata.
"Qilin". Yu Qilin terkejut.
"Biaoge".
"Malam sudah begitu larut, kau belum tidur?", Liu Wenchao bertanya dengan penuh perhatian.
"Aku tak bisa tidur", Yu Qilin merapatkan pakaiannya. Melihat matanya yang kemerahan, Liu Wenchao mengerutkan dahinya.
"Ada apa? Kau menangis?"
Yu Qilin cepat-cepat menghapus air matanya dan menunduk.
"Apakah kau bertengkar dengan Yuanbao lagi?", Liu Wenchao bertanya mencari tahu.
"Tidak......", Yu Qilin menggeleng.
"Beberapa hari ini kau seperti kehilangan semangat, sebenarnya ada apa?"
"Aku.....", Yu Qilin tiba-tiba menemukan tempat untuk mencurahkan isi hatinya, dengan air mata berlinangan ia memandang Liu Wenchao, lalu menghela napas panjang.
"Ibuku diculik orang".
"Ibumu?", Liu Wenchao berlagak terkejut. "Ibu angkatku dari Emeishan".
"Yang waktu itu kita temui itu?"
"Ya", angguk Yu Qilin.
"Bagaimana kejadian seperti itu bisa sampai terjadi? Apakah ada petunjuk?"
"Kami hanya tahu bahwa ia dibawa orang jahat ke ibu kota, entah disekap di mana".
"Ibu kota? Benarkah seperti itu kejadiannya? Kalau begitu, cepat minta Yuanbao membantumu menyelidikinya". Liu Wenchao nampak tercengang.
"Katanya ia hasilnya......"
Telah menyelidikinya......namun belum ada "Tapi Yuanbao terkenal sebagai bukuai nomor satu ibu kota, kalau ibumu benar-benar dibawa ke ibu kota, bagaimana mungkin ia sama sekali tak menemukan petunjuk? Urusan nyawa manusia adalah urusan yang paling penting, walaupun tak tidur sekalipun, ia harus membantumu!"
Tak bisa tidak, Yu Qilin merasa tak senang.
"Mencari jarum di tengah tumpukan jerami tentunya membutuhkan waktu".
"Akan tetapi orang dari ibu kota untuk apa menculik seorang nyonya setengah baya yang tak ada hubungannya dengan mereka? Peristiwa ini benar-benar aneh. Apakah ibumu punya musuh di ibu kota?"
"Ibuku seorang perempuan desa, bagaimana bisa punya musuh?"
"Kalau ia tak punya musuh, hal ini lebih aneh lagi, orang macam apa yang tak ingin ibumu hidup dengan tenang?", tanya Liu Wenchao.
"Orang macam apa?", hati Yu Qilin terkesiap.
"Kalau hal ini ada hubungannya dengan identitasmu, tujuan orang yang menangkap ibu angkatmu kemungkinan besar adalah membeberkan identitasmu sebagai Jiang Xiaoxuan palsu. Akan tetapi, saat ini orang yang mengetahui identitasmu hanya beberapa orang saja, Yuanbao, aku, Gu Zhangfeng, Jiang Xiaoxuan, Gu Daniang, dan .....", Liu Wenchao berhenti sejenak, lalu merendahkan suaranya.
"Dan nyonya". Yu Qilin terkejut, Yuanbao dan Zhangfeng tak mungkin berbicara, dan orang yang berada di hadapannya ini selalu amat baik pada dirinya, pasti tak mungkin.....apakah Nyonya Jin orangnya? Liu Wenchao tentu saja melihat sinar mata Yu Qilin, namun ia berlagak baru sadar telah salah bicara dan segera berkata sembari melambai-lambaikan tangannya.
"Kau jangan berpikir yang tidak-tidak, tak mungkin Nyonya Jin, sama sekali tak mungkin. Nyonya Jin adalah seorang kepala keluarga, ia tak mungkin melakukan perbuatan yang kotor dan rendah seperti ini. Lagipula, Nyonya Jin telah menyembunyikan fakta bahwa kau telah menikah dengan identitas palsu di hadapan ibu suri, dia tak punya alasan untuk menangkap ibu angkatmu. Tapi, kalau bukan dia, lantas siapa?"
Wajah Yu Qilin makin lama makin muram.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sudahlah, jangan banyak pikir, cepatlah sedikit pulang dan pergi tidur", Liu Wenchao menepuk-nepuk bahunya. Akan tetapi, setelah disadarkan olehnya, semakin lama Yu Qilin berpikir, ia makin merasa curiga, dahinya langsung berkerut.
"Biaoge, kau cepatlah sedikit pulang untuk beristirahat, aku masih ada urusan". Setelah berbicara, ia berbalik dan dengan cepat berlalu. Liu Wenchao berdiri di tempatnya semula sambil memandangi punggung Yu Qilin yang perlahan-lahan menjauh, sudut-sudut bibirnya dengan perlahan, dengan amat perlahan, terangkat membentuk seulas senyum sinis. Dengan dada yang dipenuhi api kemarahan dan rasa curiga, Yu Qilin yang bersifat terus terang menerobos masuk ke Taman Furong Nyonya Jin dengan berapi-api. Tentu saja gadis pelayan kecil yang berjaga di luar tak dapat memperbolehkannya masuk dan langsung menghalanginya, mereka berdua pun bertengkar. Kepala Nyonya Jin pusing seakan hendak pecah, ia baru saja minum obat dan hendak tidur, namun ia mendengar suara pertengkaran yang ribut di luar. Ia pun mendengarkannya dengan seksama dan tahu bahwa Yu Qilinlah datang, dengan tak berdaya ia mengurut-urut dahinya, lalu berseru ke luar.
"Biarkan dia masuk". Seketika itu juga, Yu Qilin menerjang masuk bagai angin. Nyonya Jin yang telah menyampirkan baju luar duduk di tepi ranjang, dengan tak senang ia memandangnya.
"Walaupun kau adalah seorang gadis yang lahir di desa, namun setelah menjadi menantu Keluarga Jin, setelah begitu lama seharusnya kau sudah sedikit tahu aturan, katakanlah, kenapa di tengah malam begini kau menerobos ke sini?"
"Keluarkan ibuku!", dengan berapi-api Yu Qilin meraung.
"Ibumu?", mendengar perkataan itu, Nyonya Jin kebingungan.
"Benar, ibuku!", Yu Qilin maju selangkah.
"Jangan katakan padaku bahwa kau tak tahu siapa dia!"
"Siapa kau sebenarnya aku baru saja tahu, bagaimana aku bisa tahu siapa ibumu? Benar-benar tak masuk akal", Nyonya Jin makin merasa heran.
"Dia adalah ibu angkatku, aku si gadis kampung yang kasar ini dipungut dan dibesarkan olehnya, ia lebih sayang padaku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri". "Apa hubungan ibu angkatmu denganku?"
"Kau masih berpura-pura!", dengan geram Yu Qilin berkata.
"Tadinya ia tinggal di Emeishan dan selalu berhubungan baik dengan siapa saja, tapi sekarang ia diculik orang, dan dibawa ke ibu kota. Kaukah yang menculiknya?"
"Lucu sekali, bagaimana aku bisa menculiknya, aku tak tahu siapa ibu angkatmu".
"Dalam hati kau tahu jelas".
"Oh, ya?", Nyonya Jin semakin bimbang, semakin lama mendengarkan, ia semakin kebingungan.
"Kalau kau tak mengatakan dengan jelas siapa ibu angkatmu, bagaimana aku bisa tahu kalau aku telah menangkapnya atau tidak?"
"Kenapa kau masih berlagak kebingungan?", Yu Qilin menatap Nyonya Jin dengan tajam, lalu tertawa sinis.
"Apakah aku harus mengingatkanmu akan perbuatan hina yang kau lakukan lebih dari dua puluh tahun yang lalu itu?"
"Duk!", begitu mendengarnya mengucapkan perkataan 'dua puluh tahun yang lalu', jantung Nyonya Jin melompat, seketika itu juga, ekspresi wajahnya berubah.
"Apa katamu? Dua puluh tahun yang lalu?"
"Perbuatan baik apa yang kau lakukan dua puluh tahun yang lalu, dalam hati kau telah tahu dengan jelas". Nyonya Jin berusaha sekuat tenaga menenangkan diri, wajahnya kembali menjadi tenang dan berwibawa.
"Dua puluh tahun yang lalu kau belum lahir, apa hubungannya denganmu?"
"Apakah karena masalah dua puluh tahun yang lalu itu kau menangkap ibuku?"
"Siapa sebenarnya ibumu?", Nyonya Jin benar-benar murka, ia menunjuk Yu Qilin sambil membentak.
"Jangan berpura-pura lagi!", Yu Qilin mendorong tangan Nyonya Jin.
"Kembalikan ibuku padaku!"
Tepat pada saat itu, Jin Yuanbao yang sedang tidur nyenyak berbalik dalam keadaan setengah sadar, akan tetapi ia memeluk tempat kosong, maka ia pun berusaha dengan susah payah membuka matanya yang masih lengket, dan menemukan bahwa tempat di sisinya kosong melompong.
Dengan heran, Jin Yuanbao memakai baju, lalu menanyai gadis pelayan yang berjaga di luar, kata gadis itu Yu Qilin berjalan ke danau buatan, namun sampai Jin Yuanbao datang, sosoknya masih tak terlihat.
Jin Yuanbao kebingungan, rasa tak tenang yang samar-samar muncul dalam benaknya, ia pun mempercepat langkahnya untuk mencarinya.
Ketika ia mendekati Taman Furong, ia menemukan bahwa gadis penjaga pintu sudah disuruh pergi, ia menjadi cemas, dan dengan cepat melangkah masuk Taman Furong.
Dari kejauhan, terdengar suara Yu Qilin yang menusuk telinga, tanpa ragu sedikitpun, ia langsung memburu ke dalam kamar tidur sang bunda, benar saja, nampak Yu Qilin berdiri di hadapan sang ibu dengan wajah penuh kemarahan.
Jin Yuanbao segera maju ke depan dan menahan Yu Qilin, lalu bertanya.
"Apa kau sudah sinting? Tengah malam begini tak tidur dan malahan menganggu istirahat ibu?"
Nyonya Jin mendadak melihat Jin Yuanbao memburu masuk, ia tak tahu seberapa banyak yang telah didengarnya, dan juga takut Yu Qilin akan membongkar peristiwa masa silam, karena kebingungan, untuk sesaat ia tak kuasa membuka mulutnya, dengan tegang ia memandang Yu Qilin, menunggu ia akan berkata apa.
Yu Qilin memandang Jin Yuanbao, lalu kembali memandang Nyonya Jin, pikirannya berputar-putar, napasnya agak memburu, ia berkata.
"Hatiku terasa sesak, aku datang ke sini untuk membicarakan beberapa hal dengan ibu".
"Kalau kau hendak mengatakan sesuatu, kenapa kau tak mengatakannya di siang hari, kenapa harus mengatakannya malam-malam begini?", dengan gusar Jin Yuanbao berkata.
"Siang ini ibu pergi keluar, malam ini aku berpikir-pikir, makin lama berpikir hatiku semakin tak enak, maka aku datang untuk berbicara dengan ibu", Yu Qilin berkata dengan hambar.
"Sebenarnya apa masalahnya?" Yu Qilin menunduk dan tak berkata apa-apa. Melihatnya, Jin Yuanbao segera melangkah dengan cepat ke depan Nyonya Jin.
"Ibu, Yu Qilin tak mengerti sehingga menganggu istirahatmu, anak minta maaf untuknya". Melihat bahwa Yu Qilin tak ingin membicarakan masa lalu, hati Nyonya Jin agak tenang.
"Yuanbao, jangan salahkan dia, akulah yang mengundangnya kemari". Apa? Jin Yuanbao tertegun. Nyonya Jin telah dapat menenangkan pikirannya.
"Karena aku ingin agar orang-orang di keluarga kita tak marah karena peristiwa kemarin malam, maka aku memanggil Yu Qilin untuk berbicara,dengannya, bagaimanapun juga, diantara sesama anggota keluarga, tidak baik kalau ada kesalahpahaman yang tak diluruskan". Yu Qilin melirik Nyonya Jin, ia tak menyangka Nyonya Jin dapat berkata demikian, maka ia pun tak berkata apa-apa, seakan membenarkan perkataan Nyonya Jin itu. Ketika Jin Yuanbao melihat sang ibu melindungi Yu Qilin, ia merasa makin tak senang, dan menjadi makin gelisah, dengan susah payah ia berusaha menangkan dirinya, lalu berkata dengan tenang.
"Kalau begitu, apa yang harus dibicarakan harus dibicarakan sampai selesai, bukan?"
"Semua sudah selesai dibicarakan", kata Nyonya Jin. Jin Yuanbao menarik tangan Yu QIlin.
"Ikut aku kembali ke kamar", setelah itu ia minta diri pada Nyonya Jin.
"Ibu, anak minta diri, anda lekaslah beristirahat".
"Ya, kalian juga kembalilah tidur". Setelah mereka berdua pergi jauh, Nyonya Jin menarik napas dalam-dalam beberapa kali, lalu memanggil.
"Kemarilah". Gadis pelayan di luar menjawab dan masuk.
"Furen, ada perintah apa?"
"Pergi dan panggil Gu Daniang ke sini". Setelah berbicara, Nyonya Jin berbaring dengan lemas di atas ranjang, ia merasa kepalanya makin sakit. Beberapa saat kemudian, Gu Daniang tiba di kamar Nyonya Jin. Nyonya Jin menceritakan peristiwa yang baru saja terjadi, lalu berkata dengan geram.
"Gadis kampung ini kemungkinan besar adalah putri angkat Wang Huilan! Tak nyana ia berani menggunakan peristiwa dua puluh tahun silam itu untuk membalas dendam! Seharusnya waktu itu aku tak boleh berbelas kasihan!"
Gu Daniang tak bisa menutup mulutnya yang ternganga karena terkejut, setelah beberapa saat ia baru berkata.
"Demi langit, ketika dahulu kita mengadopsi putra Wang Huilan, kita telah berbicara padanya dengan sangat jelas , dua puluh tahun ini, Wang Huilan pun tak pernah muncul, kukira masalah itu sudah selesai, akan tetapi tak nyana, ia selalu mengingat masalah ini, dan menyuruh putri angkatnya membongkarnya!"
"Kejadian dalam hidup manusia sulit ditebak, hati manusia sulit diselami."
Jari-jari Nyonya Jin dengan kaku memijat keningnya sendiri.
"Aku benar-benar telah meremehkan Yu Qilin si gadis kampung ini, dan lebih-lebih lagi meremehkan Wang Huilan. Aku sudah curiga bahwa Yu Qilin bukan menikah karena suatu kesalahan, melainkan sudah merencanakannya terlebih dahulu, dan sekarang ternyata memang demikian! Karena masalah dua puluh tahun yang silam itu ia berusaha sekuat tenaga mencari kesempatan, lalu berpura-pura menjadi Jiang Xiaoxuan agar dapat menjadi menantu keluarga Jin. Ketika pulang ke rumah mertua itu, ia jelas telah membuat rencana untuk membawa Yuanbao menemui Wang Huilan, tapi entah kenapa, saat itu mereka tak saling mengenali". Gu Daniang juga merasa amat jeri, kalau benar demikian, Yu Qilin ini amat pandai bermuslihat.
"Dua puluh tahun belakangan ini, tak sehari pun aku merasa tenang, setiap malam aku bermimpi buruk, ketakutan kalaukalau suatu hari Wang Huilan akan muncul, lalu merampas Yuanbao dari sisiku.", suara Nyonya Jin menjadi bergetar.
"Setiap hari aku makan makanan tak berjiwa dan membaca kitab suci, bersembahyang kepada sang Buddha dengan tekun, banyak beramal, dan memperlakukan Yuanbao seperti putra kandung sendiri, hanya untuk memohon agar peristiwa ini tak terjadi, akan tetapi hari ini datang juga". "Kalau begitu, apakah Yu Qilin sudah memberitahukan masalah ini pada tuan muda?"
Nyonya Jin berpikir sejenak, lalu menggeleng.
"Seharusnya belum. Ketika kami sedang berbicara, Yuanbao mendadak masuk, tentu saja aku tak lagi mengungkit masalah itu, namun Yu Qilin juga tak mengungkitnya, nampaknya ia juga tak ingin memberitahukan masalah ini pada Yuanbao".
"Bagus kalau begitu", Gu Daniang menghembuskan napas lega.
"Akan tetapi, walaupun sekarang ia tak berbicara, di kemudian hari ia belum tentu tak berbicara, masalah ini akan terus meniadi sebilah pedang yang digantung di atas kepalaku, entah kapan akan dijatuhkan".
"Ai.semakin kupikirkan, hal ini semakin menakutkan".
"Ada sesuatu yang lebih menakutkan lagi", sinar mata Nyonya Jin nampak suram.
"Si bidan tiba-tiba diculik dan dibawa ke ibu kota, lalu tiba-tiba dibunuh, sekarang Wang Huilan pun tiba-tiba diculik, dan juga dibawa ke ibu kota. Siapa yang menculik mereka? Apa sebenarnya yang hendak dilakukannya?"
Gu Daniang mendadak tersadar.
"Orang ini membeberkan peristiwa dua puluh tahun silam itu!"
Hendak "Benar, ia hendak membeberkan identitas Yuanbao dan menimbulkan gelombang", Nyonya Jin menggertakkan gigi, lalu berkata.
"Tujuannya adalah menghancurkan keluarga Jin". "Siapa yang begitu benci pada kita?"
"Ia belum tentu benci pada kita, mungkin ia melakukannya demi kekuasaan", Nyonya Jin memicingkan matanya.
"Siapa yang menginginkan pengaruh keluarga Jin? Siapa yang menginginkan pabrik senjata yang dikelola keluarga Jin untuk keluarga kekaisaran? Dan siapa yang hendak menghancurkan aliansi keluarga Jin dan Jiang yang dianugerahkan putra mahkota?"
Gu Daniang tertegun, setelah beberapa saat, dengan hati-hati ia baru bertanya.
"Kalau begitu, mungkinkah Pangeran Kedua."
"Kalau bukan dia, siapa lagi yang dapat berbuat seperti ini?"
Dengan hati-hati, Nyonya Jin berkata dengan suara pelan.
"Wisma Jin boleh dianggap hal kecil, namun yang paling kukhawatirkan adalah, karena Yuanbao bukan anak kandungku dan aku telah menukar identitasnya, kalau dosa besar menipu kaisar ini terbongkar, ia akan terseret dalam masalah ini dan nyawanya akan melayang! Seumur hidupku, satu-satunya tujuan hidupku adalah si bocah Yuanbao ini, kalau sampai kehilangan Yuanbao, apa artinya hidupku ini?"
"Perkataan furen benar, bagaimanapun juga, kita tak boleh membiarkan mereka berhasil!"
"Kita sudah tak punya waktu lagi, kita harus segera bertindak dan menemukan Wang Huilan. Sejak saat ini, kita harus mengerahkan orang-orang kita yang paling handal untuk diamdiam mencari Wang Huilan, kita harus dapat menemukannya sebelum musuh membeberkan identitas Yuanbao!" "Mengerti, Xiaocui akan segera mengatur semuanya".
"Untuk sesaat aku tak waspada, dan telah membiarkan Yu Qilin si gadis kampung ini mencuri hati putraku, sekarang Yuanbao tergila-gila padanya, begitu ia membuka mulut dan membeberkan identitas Yuanbao yang sebenarnya, habislah semuanya!"
Ketika mendengar perkataan itu, Gu Daniang berpikir, lalu berkata.
"Kecuali, kalau tuan muda tak mempercayai perkataannya."
"Kalau melihat sikap Yuanbao sekarang, bagaimana ia bisa tak mempercayai perkataannya?"
Tiba-tiba Nyonya Jin memikirkan sesuatu, sinar matanya menajdi terang benderang.
"Kau menyadarkanku, asalkan dapat membuat Yuanbao tak mempercayai perkataannya, kita akan selamat!"
"Maksud furen.."
Gu Dainiang tak mengerti. Tangan Nyonya Jin perlahan-lahan turun dan meremas ujung selimut erat-erat, buku-buku jari-jemarinya menjadi putih.
"Aku tak bisa kehilangan Yuanbao, aku tak akan membiarkan siapapun merampas Yuanbao dari genggamanku! Karena keadaan sudah seperti ini, jangan salahkan aku kalau aku bertindak dengan kejam!"
Sinar mentari pagi menerobos kisi-kisi jendela dan menyinari wajah Nyonya Jin, setelah beristirahat semalam, ia seakan telah membuang jauh-jauh kekesalannya kemarin kembali ramah dan tenang seperti sediakala.
malam, dan Jin Yuanbao berdiri di mulut pintu, begitu melihat wajah sang bunda yang penuh kasih sayang, hatinya terasa jauh lebih lega, dengan cepat ia melangkah ke hadapannya dan berkata.
"Selamat pagi, ibu".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Baik!", Nyonya Jin mengangguk, ia menarik tangan Jin Yuanbao, lalu dengan lembut bertanya.
"Kemarin malam setelah kembali ke kamar, kalian suami istri muda ini tak lagi bertengkar, bukan?"
Seakan tak menyangka bahwa sang bunda dapat dengan begitu cepat melupakan masalah itu, Jin Yuanbao merasa agak bimbang, selagi merasa berterima kasih padanya, pada saat yang sama, mau tak mau ia agak menyalahkan Yu Qilin.
"Ibu jangan khawatir. Watak Qilin seperti cuaca bulan enam, ia cepat marah tapi kemarahan itu lebih cepat lagi menghilang, kami tak berkelahi".
"Oh, bagus sekali", Nyonya Jin mengangguk, ia menerima air teh yang diambilkan Jin Yuanbao, lalu bertanya.
"Apakah Qilin pernah mengatakan sesuatu yang membuatmu merasa susah?"
Melihat bahwa sang ibu mengkhawatirkan hubungan mereka berdua, Jin Yuanbao semakin merasa tersentuh.
"Tidak, ia mana berani membuatku susah? Begitu kembali kami langsung pergi tidur". Rupanya, Yu Qilin sama sekali tak mengungkapkan rahasia identitas sang putra, Nyonya Jin menghembuskan napas lega, wajahnya yang tersenyum nampak agak jengah.
"Yuanbao, kemarin malam ibu lama berpikir, ibu benar-benar telah melakukan sesuatu yang tak pantas....."
Mendengar perkataan itu, si anak berbakti Jin Yuanbao merasa agak cemas.
"Ibu, kau mana pernah melakukan sesuatu yang tak pantas!"
"Dia hanya seorang gadis desa, tentu saja tak pernah mendapatkan pendidikan, tak tahu aturan, kalau ia melakukan sesuatu yang dikuar kewajaran, bukanlah sesuatu yang aneh, ibu agak tak sabar menghadapinya, kurang pengertian". Nyonya Jin berbicara dengan amat tulus.
"Ibu sangat murah hati, putramu tak becus mengajar istri, aku benar-benar merasa malu!"
"Walaupun ia banyak melakukan kesalahan, namun bagaimanapun juga ia orang yang bersifat tulus, wataknya tak jahat, hanya perlu sedikit dipoles.....", suara Nyonya Jin semakin lembut.
"Maka ibu juga ingin menjadi seorang mertua yang baik dan tak ingin membuatmu terjepit, dengan demikian, keluarga kita akan dapat menjadi harmonis, bagaimana menurutmu?"
Jin Yuanbao mengangguk.
"Aku tahu bahwa ibu tak terlalu puas dengan latar belakang keluarga dan pendidikannya, tapi wataknya baik hati dan jujur, ia pasti akan dapat berbakti pada ibu. Hanya saja, akhir-akhir ini ia agak gegabah karena ibunya hilang".
"Aku tak akan ribut dengannya, asalkan kalian berdua rukun, apa artinya kalau ibu sedikit dipersalahkan?", Nyonya Jin tersenyum untuk menunjukkan bahwa ia mengerti. Perkataan itu bagai sebuah bom yang dilemparkan ke dalam sanubari Jin Yuanbao, dengan suara berdentum, suara ledakan pun memenuhi udara! Ia balas mengenggam tangan Nyonya Jin erat-erat.
"Ibu, kau jangan berkata begitu, kalian berdua adalah orang-orang terpenting dalam hidupku. Aku tak ingin ia dipandang rendah, dan lebih lagi tak ingin ibu dipersalahkan". Setelah itu, ia mengalihkan pokok pembicaraan, sambil tertawatawa ia berkata.
"Anda jangan khawatir, masa aku tak bisa menguasai istriku sendiri? Aku akan mengajak Yu Qilin minta maaf".
"Hal ini tak usah dilakukan, watak Qilin keras...."
Akan tetapi, tanpa menunggu Nyonya Jin selesai bicara, Jin Yuanbao telah melangkah keluar dengan cepat. Sambil memandangi punggung Jin Yuanbao, dengan sinar mata yang rumit Nyonya Jin mengumam pada dirinya sendiri.
"Yuanbao, semua yang ibu lakukan adalah demi kau dan keluarga Jin". Yu Qilin sedang hendak keluar untuk kembali mencari sang ibu, akan tetapi, tanpa banyak cingcong, Jin Yuanbao menariknya ke Taman Furong, dalam sekejap mata, mereka telah tiba di pintu Taman Furong, Yu Qilin menggertakkan gigi, lalu mengerahkan sedikit kungfunya untuk melepaskan diri.
"Aku tak ikut, kalau kau ingin pergi, pergilah sendiri", Yu Qilin melepaskan pegangan tangannya.
"Tadi malam ibu tak tidur karena kita bertengkar, apa susahnya bagimu untuk minta maaf?", Jin. Yuanbao berusaha menahan amarahnya.
"Kenapa aku harus minta maaf?", Yu Qilin bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Jin Yuanbao segera menahannya, lalu menasehatinya.
"Kau sudah dinikahkan denganku, aku tak minta banyak hal darimu, akan tetapi paling tidak kau harus menghormati ibuku. Kau telah dengan gegabah memperlakukan ibu dengan tak adil, namun sekarang ibu tak hanya tak menyalahkanmu, melainkan memikirkan apa yang terbaik bagi kita berdua, bukankah kau seharusnya mengendalikan amarahmu?"
Yu Qilin mengerucutkan bibirnya, tak nyana, ia sulit menjawab.
"Karena kau telah menjadi menantu keluarga Jin, seumur hidup kau harus tinggal di Wisma Jin, apakah kau ingin terus bertengkar dengan ibu? Apakah kau tega melihatku terjepit diantara kalian berdua? Kalian berdua adalah orang-orang yang paling kucintai dalam hidupku, kuharap kalian berdua dapat hidup bersama dengan rukun". Yu Qilin mengerutkan keningnya, walaupun wajahnya masih nampak gusar, namun ia tak membantah, hal ini menandakan bahwa ia telah setuju. Kebetulan Nyonya Jin keluar dari kamar tidurnya dan berjalan keluar dengan perlahan, Jin Yuanbao segera menarik Yu Qilin dan menghampirinya.
"Qilin, kemarin kau belum mengucapkan salam pada ibu". Melihat mereka berdua saling tarik menarik, Nyonya Jin melangkah ke depan dengan semakin cepat, lalu berkata untuk menghentikannya.
"Tak usah menyusahkan Qilin, ibunya hilang, siapapun juga akan merasa amat cemas!"
Yu Qilin kontan terkejut.
Apa? Apakah ia tak salah dengar? "Coba pikir, kalau ibu hilang, kau cemas tidak? Coba tempatkan dirimu di tempatnya, kau harus lebih penuh pengertian.
Yang harus minta maaf adalah ibu.....", Nyonya Jin kembali berkata dengan murah hati.
Mendengar perkataan Nyonya Jin itu, hati Yu Qilin pun melunak, ia sama sekali bukan seseorang yang sukar memaafkan orang, selain itu, ia memang tak punya bukti bahwa Nyonya Jin menculik ibunya, dan sebenarnya hanya menuduhnya dengan tak adil.
Kalau benar-benar dipikirkan, dirinya memang telah bersalah, wajah Yu Qilin nampak lebih tenang, ia menunduk, lalu berkata dengan pelan.
"Aku sama sekali tak bermaksud menentang ibu, aku hanya ingin tahu dimana ibuku berada". Begitu mendengar perkataan itu, senyum segera merekah di wajah Nyonya Jin.
"Qilin, aku benar-benar tak tahu dimana ibumu berada, tapi aku tak cukup memperhatikanmu, akulah yang bersalah, sekarang aku minta maaf padamu".
"Ibu! Jangan berkata begitu!"
Begitu mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao membelalakkan matanya, kenapa bisa berubah menjadi ibu yang minta maaf? Nyonya Jin melambai-lambaikan tangannya untuk menghentikan perkataan Jin Yuanbao, lalu kembali berkata.
"Katakanlah isi hatimu, jadilah anak ibu yang paling kuperhatikan, kau adalah pilihan Yuanbao, dan juga seorang anak yang baik, aku mencintai segala yang dicintai anakku, kau pasti akan kuterima. Kalau ada kesalahpahaman, katakanlah supaya semuanya menjadi jelas. Kita semua adalah keluarga sendiri dan harus melewatkan hari bersama-sama. Kalau ibumu diculik orang jahat, aku lebih khawatir darimu, Yuanbao kau harus menyelidikinya dengan lebih sungguh-sungguh!"
"Baik, anak akan berkonsentrasi menyelidikinya", Jin Yuanbao melirik Yu Qilin yang sedang menunduk di sampingnya, lalu berkata.
"Qilin, apa yang dikatakan ibu masuk akal dan adil, semuanya adalah demi kebaikan keluarga ini. Apakah sekarang kau sudah tahu apa yang harus kau lakukan?"
Sekarang hati Yu Qilin sudah agak lega, ia memandang Jin Yuanbao, dan juga memandangi Nyonya Jin, benaknya penuh dengan wajah mereka berdua yang penuh harap, dan juga senyum yang toleran, setelah bimbang beberapa saat, Yu Qilin menjura dalam-dalam pada Nyonya Jin.
"Akulah yang bersalah, aku bertindak dengan gegabah, sehingga menyinggung ibu, aku mohon maaf pada ibu". Nyonya Jin seakan tak mengira ia dapat berbuat seperti itu, ia sepertinya sangat terkejut, ia mundur ke belakang, lalu baru maju ke depan dengan girang dan menariknya agar bangkit.
"Cepat berdiri".
"Terima kasih, ibu......", Yu Qilin bangkit.
"Kemarilah, aku punya kue-kue, cepat masuk ke kamar dan makanlah, melihat tampang kalian, sepertinya kalian berdua belum makan pagi!"
Setelah berbicara, Nyonya Jin menarik tangan Yu Qilin dan membawanya masuk.
Akhirnya Jin Yuanbao tersenyum dengan girang, ketiga anggota keluarga itu pun nampak gembira dan harmonis.
Hari ini, mungkin karena ia telah berbaikan dengan Nyonya Jin, dan mungkin karena kemarin malam Jin Yuanbao telah berjanji di hadapan dirinya, suasana hati Yu Qilin jauh lebih baik, selain itu karena ia sibuk mencari Nyonya Yu, ia merasa bahwa hari itu berlalu dengan begitu cepat.
Malam itu, dengan kelelahan Jin Yuanbao kembali ke kamar, namun ia tak mendapati Yu Qilin di dalamnya, mau tak mau ia merasa agak khawatir, selagi ia sedang hendak membuka mulut untuk bertanya pada A Fu, Yu Qilin menyingkapkan tirai pintu dan masuk.
Ia segera melangkah ke depan, lalu mengelus bahu Yu Qilin seraya bertanya.
"Kau pergi ke mana?"
"Memangnya aku pergi ke mana? Keluar mencari ibuku". Wajah Yu Qilin nampak kelelahan.
"Bukankah aku sudah berkata agar kau menunggu di rumah dengan tenang saja?", Jin Yuanbao sedikit menegurnya.
"Hatiku mana bisa tenang?", Yu Qilin menghela napas dengan pelan. Melihatnya kembali diselimuti awan mendung, Jin Yuanbao segera mengodanya.
"Karena kau tak sabar menunggu, kemarilah dan pijat bahu tuan muda". Yu Qilin memelototinya, tak menghiraukannya.
"Kalau begitu......", Jin Yuanbao tersenyum nakal dan mengalihkan pokok pembicaraan.
"Kemarilah, biar tuan muda memijat bahumu". Mendengar perkataannya, mau tak mau Yu Qilin tersenyum, hatinya terasa hangat.
"Aku menyuruhmu untuk tak usah khawatir, maka kau tak usah khawatir, kau ini seperti lalat tak berkepala, mana bisa menemukannya?", Jin Yuanbao memijat bahunya dengan lembut.
"Kau kuberitahu, aku sudah menangani tak sedikit kasus orang hilang, secara umum, tak mudah untuk menyembunyikan orang, setelah beberapa hari, penjahat yang menipu ibumu akan kehilangan kewaspadaan mereka dan akan ada petunjuk. Kau tak usah terus menerus berkeliaran di luar, apakah kau bisa mengalahkanku dalam mencari orang?"
"Tapi....", Yu Qilin mengumam pada dirinya sendiri.
"Kalau aku hanya duduk saja aku cemas, kalau berjalan-jalan di luar aku merasa agak lega". Ketika mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tertegun, apakah kalau ibunya sendiri hilang, dirinya pun akan sepertinya, tak bisa duduk diam? Oleh karenanya, dirinya tak lagi menghalanginya dan dengan lembut menenangkannya.
"Kalau begitu berhatihatilah, kalau ada masalah cari aku".
"Ya!", Yu Qilin merasa tersentuh, ia menyandarkan kepalanya di dada Jin Yuanbao, lalu memejamkan matanya dan menikmati pijatannya. Tiba-tiba, dari balik pintu terdengar suara Gu Daniang.
"Shaoye, shao furen". Mereka berdua segera berpisah, dengan jengah Yu Qilin merapikan bajunya.
"Silahkan masuk", kata Jin Yuanbao. Gu Daniang pun masuk sambil mengusung sebuah baki makanan.
"Nyonya tahu beberapa hari ini nyonya muda telah bekerja keras, maka ia secara khusus memerintahkan dapur untuk membuat sup ayam, untuk menguatkan tubuh nyonya muda". Di atas baki itu terdapat sebuah mangkuk besar berisi sup ayam dan dua buah mangkuk kecil, di dalam mangkuk-mangkuk itu terdapat sendok. Ketika mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao memandang dengan penuh arti ke arah Yu Qilin, sinar matanya penuh rasa puas diri, seakan hendak mengatakan, lihatlah, ibuku sangat baik padamu. Untuk sesaat Yu Qilin tertegun, lalu hatinya terasa hangat, ia merasa amat tersentuh, ia menarik napas panjang, lalu dengan sungguh-sungguh berkata.
"Gu Daniang, mohon wakili aku untuk mengucapkan terima kasih pada ibu". Dan sikap Gu Daniang pun sepertinya telah banyak berubah, sambil tersenyum ia berkata.
"Selamat makan, shao furen, laonu mohon diri". Setelah berbicara, ia menaruh sup ayam itu di meja di tengah ruangan, lalu berbalik dan pergi.
"Bagaimana, apakah kau merasa tersentuh?", tanya Jin Yuanbao dengan wajah berseri-seri.
"Menurutku, ibuku adalah ibu mertua yang paling penuh pengertian di kolong langit ini". Yu Qilin merasa tersentuh, sembari tersenyum ia menimpalinya.
"Benar, benar. Perkataanmu itu benar". Setelah berbicara, ia melangkah maju, lalu mengambilkan semangkuk sup untuk Jin Yuanbao. "Hmm", dengan angkuh Jin Yuanbao berpaling, namun ia membuka mulutnya, dengan wajah nakal ia menunggu Yu Qilin menyuapinya. Melihatnya, Yu Qilin tak bisa berbuat apa-apa dan tertawa.
"Baiklah, baiklah! Kau juga telah bekerja keras.....aku akan menyuapimu!"
Setelah berkata, ia menyendok sesendok sup ayam, lalu dengan hati-hati meniupnya.
"Nah, ini baru sesuatu yang sepantasnya dilakukan oleh seorang istri......", Jin Yuanbao berkata dengan penuh rasa puas diri, namun sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, Yu Qilin telah menjejalkan sesendok sup ayam ke dalam mulutnya, mulut dan hatinya pun dipenuhi rasa bahagia. Sejak berbicara dengan Yu Qilin, Nyonya Jin selalu bersikap amat baik padanya, hal ini membuatnya perasaannya jauh lebih enak pada saat ia khawatir karena ibunya hilang. Tak ada orang yang tak suka kalau orang lain baik serta penuh perhatian pada dirinya, apalagi kalau orang itu adalah ibu Jin Yuanbao. Kalau teringat pada sikapnya sebelumnya yang tak sopan, Yu Qilin diam-diam merasa bersalah, oleh karenanya, kalau Nyonya Jin bersikap baik padanya, ia bersikap lebih baik lagi,, dengan demikian, hubungan diantara mertua dan menantu itu pun menjadi hangat. Jin Yuanbao yang pulang dengan kelelahan setelah sibuk seharian, begitu melihat mereka berdua mau tak mau tersenyum gembira. Bukankah Yu Qilin harus bersikap seperti ini kalau berada di sisinya seumur hidupnya? Pada suatu hari cerah yang jarang terdapat, Yu Qilin baru saja selesai makan pagi, ia diundang Nyonya Jin ke taman untuk mengobrol sambil memandangi bunga-bunga dan minum teh. Beberapa hari ini, Nyonya Jin sepertinya khawatir ia kecapaian karena mencari Nyonya Yu, begitu ada waktu luang, ia segera mengundangnya ke sisinya untuk mengobrol, mereka berbicara tentang kejadian-kejadian menarik saat Jin Yuanbao masih kanak-kanak dan hal-hal lain, dan waktu pun berlalu dengan cepat. Yu Qilin mengikuti seorang gadis pelayan ke taman bunga, di kejauhan nampak paviliun di tengah danau diselimuti berbagai macam bunga seruni, bunga-bunga beraneka warna berlombalomba memamerkan keindahan masing-masing. Nyonya Jin duduk dengan tegak di dalam paviliun itu, dengan senyum terkulum, ia memandangi dirinya berjalan mendekat, suasana hatinya nampak sangat baik, di sisinya hanya tinggal Gu Daniang yang melayaninya, akan tetapi di serambi panjang berdiri beberapa orang gadis pelayan yang siap dipanggil. Yu Qilin berjalan mendekat, lalu membungkuk menghormat. Akan tetapi, ketika ia mengangkat kepala dan memandang wajah Nyonya Jin yang tersenyum, ia hanya memandangi dirinya tanpa membuka mulut, maka mau tak mau dirinya pun merasa agak heran, dan juga agak jengah. Oleh karenanya, ia segera membuka mulut dan berkata sembari tersenyum.
"Ibu, kenapa hari ini anda begitu gembira?"
Nyonya Jin masih tak membuka mulut, hanya tersenyum kecil, Yu Qilin tak tahu sebabnya dan hanya dapat tersenyum dengan ketolol-tololan, Setelah beberapa saat, Nyonya Jin memandang ke taman bunga di kejauhan, muncullah sebuah sosok yang sudah amat akrab dengannya, dengan santai ia melambaikan tangannya ke arah Yu Qilin.
"Qilin, kemarilah".
"Baik". Yu Qilin bangkit dan melangkah ke sisi Nyonya Jin. Nyonya Jin tersenyum, lalu dengan penuh kasih sayang mengandeng tangannya, menariknya ke sisinya, lalu dengan lembut merapikan rambutnya yang tergerai, seperti seorang ibu layaknya. Yu Qilin merasa agak tak terbiasa menerima kasih sayangnya, di wajahnya muncul rona merah.
"Anak baik.", Nyonya Jin berhenti sejenak, menunduk, menempelkan bibirnya di telinga Yu Qilin, lalu dengan wajah tersenyum yang tak berubah, ia berbisik.
"Ibumu ada dalam genggamanku". Tubuh Yu Qilin terguncang, kepalanya seakan pecah disambar geledek! Ia membuka matanya lebar-lebar, lalu dengan perlahan menengadah dan memandang Nyonya Jin, wajahnya penuh rasa tak percaya. Akan tetapi, wajah Nyonya Jin nampak berseri-seri, seakan menyaksikan sesuatu yang menarik, ia hanya tersenyum memandangi dirinya, bahkan sinar matanya pun seakan sedang bercanda, selagi pandangan matanya bertemu dengan pandangan matanya, ia bahkan tersenyum ramah sambil mengangguk-angguk, seakan hendak menghilangkan kecurigaannya.
"Kaukah yang menculik ibuku?"
Dengan gemetar Yu Qilin bangkit.
"Ternyata memang kau!"
"Benar, memang akulah yang menculik Wang Huilan", Nyonya Jin berbisik sambil tersenyum. Yu Qilin tertegun. Sambil memandang sosok di kejauhan yang makin mendekat itu, wajah tersenyum Nyonya Jin pun makin ramah dan girang.
"Sayang sekali kau sebagai putrinya tak mampu berbuat apaapa". Rasa terkejut sepertinya telah sedikit demi sedikit telah sirna, yang tersisa dalam hati Yu Qilin, justru adalah kebencian yang menusuk sumsum! Ia berusaha keras menenangkan diri, lalu menggertakkan giginya dan berkata.
"Apa yang kau lakukan pada ibuku?"
"Apa yang kulakukan pada ibumu?"
Nyonya Jin dengan pelan menelengkan kepalanya, seakan sedang memikirkan sesuatu yang menyenangkan, setelah itu ia tersenyum dan berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hidupnya tak usah dikhawatirkan, mengenai yang lainnya, aku pun tak bisa memastikannya."
Selagi mengucapkan perkataan itu, ia pun masih dapat memasang tampang tak berdosa! Yu Qilin benar-benar marah, ia hampir saja berteriak dengan sedih dan liar, ia pun merenggut baju yang menutupi dada Nyonya Jin.
"Kau.keluarkan ibuku!"
"Ah! Furen!"
Begitu melihat kejadian itu, Gu Daniang seakan amat terkejut dan segera berteriak keras-keras. Dan tepat pada saat itu, para gadis pelayan yang berdiri di serambi panjang melihat peristiwa itu dan menjerit-jerit dengan suara melengking.
"Katakanlah! Dimana kau menyembunyikan ibuku?!", dengan suara nyaring Yu Qilin mencecarnya.
"Kau! Apa yang kau katakan? Qilin, aku tak mengerti apa yang kau katakan?!"
Begitu melihat Jin Yuanbao yang dengan cepat berlari mendekat, Nyonya Jin berseru membela diri dengan wajah panik.
"Shao furen, anda kenapa? Apa yang hendak kau lakukan pada nyonya?"
Gu Daniang pun berlagak hendak menghentikannya. "Katakan."
Yu Qilin baru saja hendak terus mencecarnya, namun ia merasa pergelangan tangannya tiba-tiba ditarik seseorang, setelah itu dengan sekuat tenaga orang itu mendorongnya, ia terdorong jauh-jauh, dan hampir terjerembab.
Setelah tertegun untuk beberapa saat, Yu Qilin pun paham, seketika itu juga, sekujur tubuhnya langsung gemetar karena marah, ia memandang Nyonya Jin yang berlagak tak berdaya, lalu teringat pada sikapnya yang penuh kepura-puraan beberapa hari belakangan ini, mendahului minta maaf, bersikap ramah, mengantarkan sup ayam, dan lain-lain, tiba-tiba ia sadar bahwa dirinya telah masuk ke dalam jebakan Nyonya Jin, semua perbuatan baiknya itu ternyata hanya sebuah taktik belaka.
"Kau benar-benar licik, kau minta maaf padaku dan bersikap ramah padaku, tapi semuanya pura-pura belaka! Kau kuperingatkan, kau harus mengembalikan ibuku padaku! Kalau tidak aku tak akan sungkan-sungkan lagi padamu!"
Yu Qilin hendak menerjang ke depan, namun Jin Yuanbao menahannya erat-erat.
"Kau sudah gila! Lepaskan tanganmu!"
Melihat keadaan itu, Gu Daniang segera menghadang di hadapan Yu Qilin, sambil tersedu-sedan ia berkata.
"Shao furen! Shao furen! Nyonya sudah berusia lanjut, ia tak tahan disiksa olehmu seperti ini!"
"Lepaskan ibuku!"
Yu Qilin seakan gila, dengan rambut terurai dan mata penuh amarah, ia menjulurkan sepasang tangannya ke arah Nyonya Jin, lalu dengan serabutan merenggut dan mengigit, saat sedang tak sadar, ia bahkan mencakar wajah Nyonya Jin! "Qilin, kau kenapa? Kenapa? Bagaimana perasaanku padamu, sudah jelas."
Suara Nyonya Jin yang penuh perhatian dan kesedihan terdengar dari balik punggung Jin Yuanbao, ia mendadak tertegun, mengingat kebaikan sang ibu pada Yu Qilin beberapa hari belakangan ini, ia makin merasa bahwa sikap Yu Qilin tak pantas, otaknya langsung panas, dan ia pun mengangkat tangan dan memukul! Tamparan itu adalah tamparan yang dilakukan Jin Yuanbao ketika ia sedang murka, sesuatu yang dilakukannya tanpa berpikir sedikitpun, tamparan itu amat keras! Begitu terkena tamparan itu telinga Yu Qilin langsung berdenging, wajahnya yang seputih salju langsung memerah, bercak darah pun muncul dengan samar-samar di sudut bibirnya.
Dengan geram ia memandang Jin Yuanbao, hatinya bergetar kesakitan, seakan seketika itu juga dimasukkan ke dalam gua salju yang dingin membeku, tubuh dan hatinya terasa dingin....dingin, gelap, gelap gulita.
Akan tetapi, begitu melihat bercak darah di sudut bibirnya itu, seketika itu juga, berbagai macam perasaan muncul dalam hati Jin Yuanbao, kemarahan, penyesalan, rasa iba, dan terlebih lagi suatu rasa sakit yang sulit dilukiskan....
Dengan keras kepala ia tak berpaling, tanpa memandangnya, ia melindungi Nyonya Jin, tanpa memalingkan kepalanya, ia berkata.
"Menurutku kau ini sudah gila!"
Pada saat tepat, Gu Daniang tersedu sedan, ia memburu ke depan dan mengurut jantung Nyonya Jin.
"Furen, furen, bagaimana keadaanmu?"
Dengan lemas dan tak berdaya, Nyonya Jin berlagak mendorong tangan Gu Daniang, lalu menggeleng seraya menghela napas panjang.
"Yuanbao, dia istrimu, bagaimana kau bisa memukulnya?"
Saat itu Jin Yuanbao sedang tertegun, begitu mendengar suara sang ibu yang lemah, penyesalan di wajahnya kontan sirna, tanpa berkata apa-apa, ia dan Gu Daniang bersama-sama memapah Nyonya Jin.
"Ibu aku akan mengantarmu kembali ke kamar". Mulut Yu Qilin penuh amis darah, wajahnya panas dan bengkak, untuk sesaat tak nyana ia tak merasa nyeri, ia melihat bagaimana Gu Daniang ikut memanaskan suasana, bagaimana Nyonya Jin bersandiwara dengan piawai, dan bagaimana Jin Yuanbao terengah-engah karena tertekan, ia merasa bahwa dirinya telah jatuh ke dalam suatu perangkap penuh muslihat, dan seluruh Wisma Jin berubah menjadi asing. Dengan tertegun Yu Qilin memandang gerak-gerik ibu dan anak keluarga Jin itu, setelah melihat mereka keluar dari paviliun, ia barulah tersadar, lalu dengan cepat menyusul mereka! Akan tetapi, yang menyambutnya adalah sinar mata Jin Yuanbao yang dingin dan penuh penolakan, suaranya dingin menembus tulang.
"Kalau kau berani menyentuh ibu lagi, aku tak akan melepaskanmu!"
Ia belum pernah melihat Jin Yuanbao seperti itu, belum pernah melihat Jin Yuanbao yang begitu membela ibunya, hati Yu Qilin seakan ditembusi paku yang membuatnya terpaku erat-erat di atas tanah, tak bergeming.
Yu Qilin berdiri sambil tertegun sendirian, ia memandangi Nyonya Jin yang perlahan-lahan berjalan menjauh, begitu para pelayan yang lewat melihat wajah Yu Qilin, mereka langsung menghindar seakan menghindari wabah penyakit.
Ia menggertakkan gigi dan hendak mengejar, namun ditahan oleh seseorang di belakang tubuhnya.
"Qilin, jangan gegabah, kalau kau sekarang mengejar mereka kau akan kalah!"
Yu Qilin berpaling dan melihat Liu Wenchao yang memandangnya dengan penuh perhatian, mau tak mau hatinya sedih.
Namun begitu melihat wajah Yu Qilin, Liu Wenchao menarik napas karena terkejut, ia melihat bahwa pipinya bengkak dan bahwa di sudut bibirnya sepertinya ada bercak darah, maka ia pun segera mengeluarkan sehelai sapu tangan, melangkah menghampirinya, lalu dengan hati-hati menyeka darah segar di sisi bibir Yu Qilin.
"Ada masalah apa?", Liu Wenchao memandang bercak darah di sapu tangan itu, lalu berkata dengan geram.
"Bagaimana Jin Yuanbao dapat memukulmu seperti ini!"
Yu Qilin masih terkejut dan gusar, dan tak menjawab, ia hanya menggeleng seraya meraba bercak darah di bibirnya, lalu menyentuh wajahnya yang mati rasa, ia memandangi bercak darah di tangannya dengan agak kebingungan.
"Ternyata ia memukulku?"
"Aku tak tahu apa yang terjadi.....", Liu Wenchao menarik tangan Yu Qilin, lalu menyeka bercak darah itu dengan sapu tangannya.
"Tapi bagaimanapun juga, Yuanbao tak boleh memukulmu". Setelah berhenti sejenak, sambil mengerutkan kening ia menyalahkan Jin Yuanbao.
"Kau adalah istrinya, seharusnya ia menyayangi dan melindungimu, apalagi sebelum ini kau telah mempertaruhkan nyawamu untuknya, kenapa ia begitu picik?"
Air mata Yu Qilin berlinangan di rongga matanya. Tanpa dapat berkata apa-apa, Liu Wenchao menghela napas, lalu mengandeng Yu Qilin agar duduk di sisinya.
"Beritahu aku, sebenarnya apa yang terjadi?"
Mendengar perkataannya yang tulus dan penuh perhatian, mau tak mau mata Yu Qilin terasa panas, air matanya hampir jatuh bercucuran.
"Nyonya Jin menculik ibuku, dan menyekapnya entah di mana. Yuanbao tak mempercayaiku dan berkata bahwa aku gila".
"Tak mungkin!", Liu Wenchao amat terkejut, tanpa berpikir panjang ia berkata.
"Kau juga tak percaya?!", begitu mendengar perkataannya, Yu Qilin marah.
"Barusan ini ia mengatakannya sendiri di depan telingaku!"
Walaupun Liu Wenchao tak paham duduk perkaranya, ia segera menenangkan air mukanya, lalu cepat-cepat menutupi keterkejutannya dengan berkata dengan tercengang.
"Bukankah aku sudah berkata bahwa hal ini sangat tak mungkin? Nyonya selalu bersikap pantas dan baik hati. Kenapa ia ingin menculik ibumu?"
"Beberapa hari ini ia sangat baik padaku, ia pun minta maaf dan mengirim makanan untukku, tapi semua itu hanya untuk membuatku lengah, dan hari ini ia justru memainkan sebuah sandiwara di hadapan Yuanbao!"
Ketika berpikir bahwa dirinya telah kena tipu, hatinya dipenuhi penyesalan dan ia pun tak kuasa berkata apa-apa lagi.
Liu Wenchao terdiam untuk beberapa saat, ia mengingat wajah Jin Yuanbao barusan ini, perlahan-lahan ia pun paham, ini tentunya siasat Nyonya Jin untuk menciptakan pertentangan, dengan termenung-menung ia pun bertanya.
"Yuanbao tak mempercayaimu, oleh karenanya ia memukulmu, benar tidak?" "Tentu saja ia tak percaya padaku, dalam hal apapun yang berhubungan dengan ibunya, ia tak akan mempercayaiku", Yu Qilin berkata dengan sinis. Melihatnya, dahi Liu Wenchao berkerut dalam-dalam, lalu dengan wajah tulus ia berkata.
"Aku mempercayaimu. Kau pasti tak akan dengan sembarangan menjelekkan orang lain. Kurasa dalam masalah ini ada suatu hal lain, bagaimanapun juga aku masih kenal beberapa orang di ibu kota ini. Kalau ada sesuatu yang dapat kubantu, jangan sungkan-sungkan mengatakannya".
"Kau mempercayaiku?", Yu Qilin tertegun, tak nyana, orang yang setiap hari berbagi ranjang dengannya tak mempercayai dirinya, akan tetapi orang yang tak punya hubungan apa-apa dengannya ini malahan mempercayainya.
"Aku percaya padamu", dengan tegas Liu Wenchao kembali mengangguk.
"Terima kasih.....", sambil tersedu sedan, Yu Qilin menunduk.
"Aku curiga bahwa pembunuhan atas diri Bidan Liu ada hubungannya dengan Nyonya Jin, kalau Bidan Liu tak tewas, aku pasti tak akan begitu cemas, akan tetapi Bidan Liu sudah dibunuh untuk menutup mulutnya, dan ibuku pun berada di tangannya, aku benar-benar khawatir, khawatir Nyonya Jin tak akan melepaskan ibuku".
"Kau benar-benar merasa bahwa nyonya dapat membunuh......akan mencelakai ibumu? Nyonya punya alasan apa untuk melakukan hal itu?" Yu Qilin tak membantah dan berdiam diri untuk beberapa saat, lalu berkata dengan tersedu-sedan.
"Ibuku telah menderita untuk membesarkanku, tanpa dia, aku sudah mati kedinginan atau kelaparan. Sekarang aku hidup dalam kemewahan di sini, sedangkan ia entah sedang menderita di mana, aku benar-benar tak pantas menjadi seorang anak!"
"Sekarang pikiranmu terlalu galau, aku akan membantumu menganalisa peristiwa ini", Liu Wenchao nampak berpikir keras. Yu Qilin agak terkejut.
"Baiklah".
"Nyonya memberitahumu bahwa ibumu berada dalam tangannya, namun ini hanya sebuah perkataan saja, apakah benar demikian, kau tak dapat memastikannya".
"Tapi......"
"Kembali pada pertanyaan yang baru saja kutanyakan itu......", Liu Wenchao melambaikan tangannya untik memotong pembicaraannya.
"Apa alasan nyonya membuat susah ibumu? Atau, kenapa kau yakin bahwa nyonya ingin mencelakai ibumu?"
Yu Qilin ingin menjelaskan alasannya, namun tak dapat berkata apa-apa. Liu Wenchao mengamati wajah Yu Qilin, lalu memasang tampang penuh perhatian dan simpati.
"Kalau ada suatu masalah yang sulit diceritakan, tak apa kalau kau tak ingin memberitahukannya padaku, bagaimapun juga, aku tetap mempercayaimu". Yu Qilin merasa amat tersentuh dan hampir saja mengatakannya, akan tetapi begitu perkataan itu hampir terucap, akhirnya ia mengubahnya.
"Maafkan aku. Aku tak dapat mengatakannya". Liu Wenchao memandangnya, namun tak mencecarnya lebih lanjut, ia hanya tersenyum hambar dan berkata.
"Aku memahamimu, aku juga pernah punya ibu, walaupun ia terlalu dini meninggal dunia.....andaikan aku menjadi dirimu, aku akan lebih gegabah lagi. Ibu telah melahirkan dan membesarkanku, dan telah menderita demi aku, demi ibu, jangankan akal sehat dan kedudukan, hidupku pun rela kuberikan". Perkataan itu, satu demi satu masuk ke dalam lubuk hati Yu Qilin, ia tertegun, sekali lagi air matanya bercucuran.
"Benar......persis seperti yang lau katakan itu, sejak ibu menghilang, tak sehari pun aku dapat tidur, asalkan dapat menemukannya, aku rela mengorbankan apapun....kenapa Yuanbao justru tak memahami hal ini....."
Setelah berbicara terus menerus, mau tak mau ia pun menangis, tubuhnya sedikit demi sedikit menjadi lemas.
Liu Wenchao memanfaatkan keadaan itu untuk menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya, lalu dengan lembut mengelus-elusnya untuk menenangkannya.
Hati Liu Wenchao benar-benar tergerak, begitu melihat Yu Qilin ia tak lagi memikirkan muslihatnya, hanya merasa amat sayang pada perempuan yang menggemaskan ini, untuk sesaat ia tak dapat menahan diri, melihat wajahnya yang berduka, ia pun mendaratkan sebuah kecupan di pipinya.
Yu Qilin tak menyadarinya, namun ia mendengar suara ranting pohon di sampingnya diinjak orang, ia pun mendadak berpaling melihat orang itu.
Ciuman mencuri-curi Liu Wenchao mendarat di udara kosong, meleset dari pipi Yu Qilin.
Dengan wajah muram Jin Yuanbao berjalan mendekat, dengan dingin ia memandang mereka berdua.
Di dalam pandangannya, rambut Yu Qilin nampak terurai dan wajahnya penuh air mata, sebelah tangannya memegang bahu Liu Wenchao dengan penuh perasaan, wajah Liu Wenchao penuh rasa iba, seakan hendak menunduk untuk menciumnya.
Mereka berdua nampak seperti sepasang kekasih! Jin Yuanbao merasa seberkas harapan dan penyesalan dalam hatinya, seketika itu juga dibakar habis oleh api kecemburuan.
Begitu melihat Jin Yuanbao kembali, Yu Qilin merasa lega, namun begitu melihat sepasang matanya yang memandangnya dengan berapi-api, ia tahu bahwa Jin Yuanbao telah salah paham.
Akan tetapi, karena merasa dipersalahkan dengan tak adil, ia tak menjelaskannya, ia hanya berdiri dengan sikap dingin, dengan tak mau kalah ia balas menatap Jin Yuanbao tanpa berkata apa-apa.
Ketika Liu Wenchao melihat pandangan mata Jin Yuanbao yang setajam pisau, ia sadar bahwa perbuatannya barusan ini telah dilihat olehnya, sehingga konflik pun sukar dihindari.
Tanpa tergesa-gesa ia bangkit.
Mereka bertiga saling berhadapan, tak nyana tak ada yang membuka mulut, suasana menjadi aneh.
Pandangan Jin Yuanbao secara bergantian menyapu Yu Qilin dan Liu Wenchao yang berdiri bersama, seakan menghadapi musuh bersama, wajahnya pucat pasi, sekujur tubuhnya kaku, sekonyong-konyong tanpa berkata apa-apa ia memburu ke depan, lalu dengan kasar menarik Yu Qilin ke sisi dirinya sendiri.
"Lepaskan aku!", Yu Qilin meronta.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lepaskan dia!", bentak Liu Wenchao sambil menghalanginya.
"Enyahlah!", raung Jin Yuanbao memandang Liu Wenchao. sambil dengan murka Liu Wenchao tak menurutinya dan maju untuk menghalanginya, Jin Yuanbao mendorongnya, lalu, tanpa disangka-sangka, tinjunya menghantam wajah Liu Wenchao keras-keras! Dengan amat segan, Liu Wenchao mundur selangkah, ia meraba hidungnya dan mendapati bahwa jarinya penuh darah segar, ia amat terkejut dan dengan amat gusar mengayunkan tangannya seraya berkata.
"Jin Yuanbao, jangan paksa aku". Akan tetapi Jin Yuanbao sepertinya telah menemukan obyek pelampiasan kemarahannya, ia kembali menerjang seakan gila! Tubuh dan tangan Liu Wenchao bergerak dengan lincah, walaupun ia masih tak mengerahkan ilmu silatnya, Jin Yuanbao telah kalah telak, namun Jin Yuanbao sama sekali tak perduli apakah ia terluka atau tidak, dengan keras kepala ia menyerang Liu Wenchao dengan hebat, sehingga tak nyana, perlahan-lahan ia berada di atas angin! "Berhenti!", jerit Yu Qilin dengan cemas, ia maju dan menahan tinju Jin Yuanbao. Dengan marah dan cemburu, Jin Yuanbao mendorong tangan Yu Qilin keras-keras, Yu Qilin yang tak berjaga-jaga jatuh menelentang, tanpa disangka-sangka, sikunya membentur sebuah batu tajam, seketika itu juga lengan bajunya robek dan wajahnya nampak kesakitan. Melihat kejadian itu, mau tak mau Jin Yuanbao tersadar, ia pun segera mendorong Liu Wenchao keras-keras. Liu Wenchao segera melangkah ke depan dengan cepat dan memayang Yu Qilin, akan tetapi, sambil bertumpu pada sikunya sendiri, Yu Qilin mundur dan menghindari tangan Liu Wenchao..... Jin Yuanbao melangkah maju dan berdiri diantara Yu Qilin dan Liu Wenchao, dengan suara parau ia berteriak.
"Apa kau masih berani menyentuhnya lagi?"
Liu Wenchao memandang Yu Qilin yang berada di belakang tubuh Jin Yuanbao, lalu seakan sengaja memancing kemarahannya, bertanya dengan penuh perhatian.
"Apakah sangat sakit?"
"Bukan urusanmu", air muka Jin Yuanbao nampak gelap. Kedua lelaki itu saling memandang, pakaian mereka berdua robek-robek dan wajah mereka berlepotan darah, sepasang tangan Jin Yuanbao mengepal erat-erat di kedua sisi tubuhnya, seperti seekor binatang buas yang setiap saat siap menerkam. Liu Wenchao tertawa sinis dan berkata.
"Aku sudah pernah memberitahumu ----- kalau kau tak memperlakukannya dengan baik, pasti akan ada orang lain yang baik padanya".
"Enyahlah", bentak Jin Yuanbao dengan suara rendah.
"Kalau kau tak enyah juga, akan kubunuh kau". Liu Wenchao memandang Yu Qilin yang berada di belakang Jin Yuanbao dan melihatnya menggeleng dengan pelan, seakan memberinya isyarat untuk tak lagi berkelahi, Liu Wenchao pun tak dapat berbuat apa-apa, dan terpaksa berlalu sambil menggertakkan gigi dengan penuh amarah. Setelah sosok Liu Wenchao menghilang, Jin Yuanbao barulah berpaling, dalam pandangan matanya rasa marah dan cemburu bercampur menjadi satu, berkobar-kobar ke arah Yu Qilin. Yu Qilin merasa marah, ia mundur selangkah untuk membuat jarak diantara mereka dan menghindari hembusan napas Jin Yuanbao yang panas membara.
"Untuk apa kau memandangiku seperti itu? Bagaimanapun juga, apapun yang kukatakan tak kau percayai".
"Dia percaya padamu, maka kau pergi mencarinya?"
Hati Yu Qilin tercekat, ia mengangkat menatapnya tanpa berkedip.
"Benar". kepalanya dan Amarah Jin Yuanbao telah mencapai puncaknya, namun ketika melihat bekas tangan di wajah Yu Qilin, ia berusaha sekuat tenaga menahan diri......ia kembali teringat bahwa barusan ini Yu Qilin mencurahkan isi hatinya kepada Liu Wenchao dengan wajah lembut, lalu Liu Wenchao menggunakan kesempatan saat Yu Qilin sedang berpaling untuk menciumnya, adegan itu muncul dengan amat jelas di depan matanya! Rasa benci, cemburu dan frustrasi memenuhi hatinya, seketika itu juga amarah memenuhi otaknya, ia tak lagi bisa menahan dirinya, ia pun melangkah ke depan, lalu dengan kasar memeluk dan mencium Yu Qilin, Yu Qilin mengangkat kepalanya untuk menghindar, namun bagian belakang kepalanya ditahan oleh Jin Yuanbao, ia pun tak lagi melawan, dan bibirnya pun dikulum keras-keras olehnya. Yu Qilin meronta dengan sekuat tenaga, Jin Yuanbao pun sedikit melepaskannya, dengan bibir yang masih menempel pada bagian bawah bibirnya, sambil gemetar ia bertanya.
"Apakah kau ingin ia berlaku seperti ini padamu?" Rasa cemburu yang terkandung dalam perkataan Jin Yuanbao itu nampak jelas, tubuhnya yang panas membara menekan tubuh Yu Qilin kuat-kuat, pemaksaan itu membuat Yu Qilin makin gusar, dengan sekuat tenaga ia melepaskan sebuah tangannya, lalu menamparnya keras-keras. Wajah Jin Yuanbao terpukul ke samping terkena tamparan itu, ia segera berpaling dan menatap Yu Qilin dengan tajam. Bibir Yu Qilin mengalirkan darah, pipinya bengkak, dengan mata yang berlinangan air mata, ia memandang pandangan mata Jin Yuanbao yang penuh amarah, kebencian dan rasa putus asa, perasaan Jin Yuanbao yang bergejolak sedikit demi sedikit menjadi tenang, melihat rupa Yu Qilin yang seperti itu, dalam hatinya samar-samar muncul rasa menyesal.
"Aku......"
Pandangan mata Yu Qilin yang penuh kemarahan memandangnya, namun ia tak berkata apa-apa, setelah itu, dengan tegas ia menghapus air matanya, lalu berbalik dan pergi.
Jin Yuanbao hendak mengejarnya, namun Yu Qilin mendorongnya pergi, dengan histeris ia menjerit.
"Kau jangan ikuti aku!"
Di taman Jin Yuanbao berjalan mondar-mandir beberapa lama, mengkhawatirkan keadaan ibunya, dengan tak berdaya, ia berbalik dan melangkah ke arah Taman Furong.
Nyonya Jin sedang duduk dengan diam di dalam kamar, tangannya mengenggam tasbih, namun pikirannya tak tenang.
Mendadak ia mendengar pintu didorong hingga terbuka, suara langkah kaki yang sudah amat akrab pun terdengar, dengan girang Nyonya Jin mengangkat kepalanya, pakaian Jin Yuanbao masih lengkap, namun wajahnya nampak memar, seketika itu juga ia terkejut, lalu segera memburu menghampirnya dengan sedih seraya bertanya.
"Kenapa bisa begini? Kenapa bisa terluka sampai seperti ini?"
Setelah berbicara ia mengangsurkan tangannya, hendak memiringkan wajah Jin Yuanbao untuk melihat bekas luka itu. Jin Yuanbao menghindari tangan sang ibu, lalu dengan suara muram berkata.
"Tumbang di tangan seorang prajurit sakti di kolong langit ini. Tak apa-apa". Melihat wajah sang putra yang penuh rasa marah dan bingung, Nyonya Jin kontan tahu apa yang telah terjadi, maka ia tak lagi bertanya, dan mengambilkan makanan kecil dari meja di sampingnya seraya berkata dengan penuh kasih sayang .
"Kue kacang hijau kesukaan putraku". Ketika melihat makanan kecil yang tertata rapi di atas piring dan wajah sang bunda yang penuh pengertian, Jin Yuanbao mengambil sebuah kue dan memasukkannya ke dalam mulutnya, namun ia memakannya tanpa merasakan apa-apa. Melihat wajah sang putra yang penuh beban pikiran namun dengan keras kepala tak mau berkata apa-apa, mau tak mau Nyonya Jin menghela napas dan berkata.
"Saat kecil dulu kau sangat pandai berbicara dan menulis, guru yang melihatmu masih begitu kecil, curiga bahwa kau mencontek, kau sangat marah karena diperlakukan tak adil, saat pulang mencari ibu untuk makan makanan kecil, wajahmu persis seperti ini". Jin Yuanbao merasa agak jengah, namun begitu melihat wajah sang bunda yang penuh kasih sayang dan tenang, dengan perlahan ia memakan kue-kue itu. Untuk sesaat, ibu dan anak tak berkata apa-apa. Setelah menelan kue terakhir, Jin Yuanbao berpikir untuk beberapa saat, lalu membuka mulut.
"Ibu, hari ini tingkah laku Qilin tak wajar, sehingga menyinggung anda.....aku mewakilinya untuk minta maaf.....kau jangan memasukannya ke dalam hati". Bahkan sampai sekarang ia masih membela Yu Qilin?! Senyum di wajah Nyonya Jin membeku sesaat, namun air mukanya segera kembali seperti biasa lagi, seakan dengan tak sengaja ia berkata.
"Ai, aku tak tahu ia kemasukan setan apa".
"Sampai hari ini ibunya masih hilang, sama sekali tak ada petunjuk. Ia benar-benar frustrasi, sehingga curiga pada semua orang", Jin Yuanbao menggertakkan gigi dan memohon.
"Anda jangan bertengkar dengannya, andaikan ibu benar-benar marah, tak usah hiraukan dia beberapa hari ini, lebih baik tak usah menemuinya. Aku tak akan membiarkannya menganggu anda lagi". Hati Nyonya Jin terasa pedih, ia jelas-jelas putra yang dibesarkannya sendiri, namun sekarang demi seorang perempuan anak orang lain dengan begitu penuh perhatian menutup-nutupi masalah itu, dan minta maaf pada dirinya sendiri dengan begitu hati-hati! Mau tak mau hatinya menjadi semakin kesal, namun air mukanya masih sama sekali tak bergelombang, ia hanya berkata dengan kepahitan yang disembunyikan.
"Ternyata kau benar-benar sangat mencintai istrimu ini. Baiklah, kalau ia mengkhawatirkan ibunya, aku dapat memahaminya. Hanya saja, kenapa ia begitu yakin bahwa akulah yang menangkap ibunya?"
Nyonya Jin menghela napas dalam-dalam.
"Ibunya hanya seorang perempuan desa biasa, andaikan putrinya tak menikah denganmu, seumur hidupnya ia tak akan melihat wajahku, untuk apa aku menangkapnya?"
Benar, untuk apa? Jin Yuanbao tak kuasa menjawab, maka ia hanya berkata dengan suara lembut.
"Pokoknya, anda jangan bertengkar dengannya".
"Aku tak ingin bertengkar dengannya, ialah yang ingin bertengkar denganku, apa yang harus kulakukan? Yuanbao, istrimu ini memang agak aneh. Aku tahu kalian saling menyayangi, tapi kalau ia selalu gegabah dan penuh prasangka seperti ini, setelah ini hari-hari kita di wisma ini akan sulit....."
Sentilan Nyonya Jin yang seakan tak disengaja itu sama sekali tak dirasakan oleh Jin Yuanbao, dengan sebisanya ia berusaha mendamaikan mereka.
"Tak mungkin, bukankah anda juga pernah berkata bahwa Qilin berwatak terus terang dan tulus? Keadaan sekarang ini hanya sementara, setelah ibunya ditemukan, semuanya akan menjadi baik". Perkataannya ini seakan untuk meyakinkan Nyonya Jin, dan seakan untuk meyakinkan dirinya sendiri juga. Melihat tekad sang putra yang teguh, dalam hati sang ibu menghela napas, ia tahu benar bahwa kalau ia terus berbicara, hasilnya malahan akan berlawanan dengan apa yang dikehendakinya, maka ia terpaksa berkata dengan hambar.
"Kuharap ibunya dapat segera ditemukan sehingga kita semua akan tenang".
"Ya.....anak akan berusaha dengan sekuat tenaga", selagi berbicara tentang hal itu, Jin Yuanbao meletakkan kue dalam genggamannya yang belum dimakan habis, lalu dengan cepat bangkit dan mohon diri pada Nyonya Jin.
"Kita tak boleh membuang waktu, anak akan segera menyelidiki keberadaan ibu Qilin". Walaupun hatinya tak ingin, dengan tak berdaya Nyonya Jin mengangguk-angguk. Setelah mereka berdua pergi, Gu Daniang baru masuk dengan amat hati-hati, begitu melihat dua buah kue yang telah digigit di piring itu ia berkata.
"Shaoye hanya makan dua gigit saja?"
"Benar.....ternyata makanan kesukaannya pun tak dimakan olehnya", Nyonya Jin tersenyum getir.
"Coba lihat, hal yang sudah kita atur malam ini membuat Jin Yuanbao langsung begitu marah, tapi sebelum satu shichen berlalu, Jin Yuanbao sudah datang memohon agar aku tak marah dan jangan bertengkar dengannya, wajahnya berbercak darah, pasti ia telah menelan pil pahit dari Yu Qilin".
"Benar......", dengan sedih Gu Daniang menimpali, Jin Yuanbao benar-benar berada dalam genggamannya, perasaannya terhadapnya, tidak jauh berbeda dengan Gu Zhangfeng.
"Menurutmu, kenapa Jin Yuanbao bisa begitu setia padanya?", Nyonya Jin menghela napas dalam-dalam.
"Setelah jatuh cinta pada Yu Qilin ini, ia selalu menganggapnya baik, dan mengampangkan semua urusan".
"Tuan muda benar-benar seorang anak yang baik, baik dalam memperlakukan orang, hatinya tak mendua", sambil berbicara, Gu Daniang menuangkan secawan teh untuk Nyonya Jin.
"Justru karena Yuanbao adalah seorang anak yang setia, aku lebih-lebih lagi tak bisa membiarkan Yu Qilin berada di sisinya.....siapapun tak boleh mencelakai Yuanbaoku".
"Ia tak bisa dibiarkan tetap tinggal di sini", dengan penuh arti Gu Daniang mengangguk. Sebuah hari yang tanpa petunjuk kembali berlalu, dengan wajah kelelahan, Jin Yuanbao kembali ke Taman Songzhu, namun ia tak melihat sosok Yu Qilin, hatinya terkesiap dan ia segera memperhatikan barang-barang yang dipakai Yu Qilin sehari-hari, setelah melihat bahwa barang-barang tersebut semua masih ada, dan ia jelas belum meninggalkan tempat itu, ia pun sedikit demi sedikit merasa lega. Saat itu, seorang gadis pelayan berjalan melewatinya, seakan tanpa sengaja ia bertanya.
"Apakah shaoye mencari nyonya muda?"
"Dimana nyonya muda?", dengan cemas Jin Yuanbao bertanya.
"Nyonya muda sepertinya pergi ke Taman Furong, wajahnya nampak tak enak dilihat! Katanya ia hendak mencari nyonya". Begitu mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao terkejut, ia bergegas menuju ke Taman Furong. Saat itu, Yu Qilin sedang berdiri tegak di hadapan Nyonya Jin sambil menanyainya.
"Kau menahan ibuku, lalu menyuruhku kemari tapi tak berbicara apa-apa, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan?"
Nyonya Jin seakan tak mendengar pertanyaan Yu Qilin, ia seakan mengangapnya tak terlihat, dengan santai ia mengupas sebutir apel yang berada dalam genggamannya.
Amarah Yu Qilin berkobar, sambil menghentakkan kakinya ia melangkah ke depan dan bertanya.
"Kau tak usah berpura-pura tak tahu apa-apa di depanku, apa sebenarnya yang kau lakukan pada ibuku?"
"Kau ingin tahu?, dengan santai Nyonya Jin berkata.
"Katakanlah apa yang hendak kau lakukan, asalkan aku dapat melakukannya, aku akan melakukannya". "Kau ingin aku membebaskan ibumu, tapi kau begitu kasar dan tak sopan padaku?", Nyonya Jin tersenyum.
"Apakah ibumu belum mengajarimu bagaimana caranya memohon pada orang?"
"Ibuku benar-benar belum pernah mengajarkannya, tak seperti kalian nyonya-nyonya bangsawan ini, yang wajahnya tersenyum tapi tangannya mengenggam pisau, di depan orang bermanismanis, di belakang punggung menusuk orang", Yu Qilin berkata tanpa ampun. Wajah Nyonya Jin sedikit berubah, lalu ia tersenyum dan berkata.
"Perkataanmu itu memang benar, kau benar-benar jujur dan tulus, tak seperti kami ---- kalau kau bersikap kurang ajar lagi seperti ini, jangan-jangan hidup ibumu tak akan lama lagi!"
"Akan kau apakan ibuku?", hati Yu Qilin terkesiap, sambil menghentakkan kakinya, ia maju selangkah. Nyonya Jin mengelus dahinya dan menghela napas.
"Coba lihat, ibumu hilang, dan kau ingin membawanya pula, sedangkan aku bukannya tak bisa diajak berunding, namun hanya bermaksud baik hendak mengajarimu cara memohon pada orang lain". Tepat pada saat itu, Gu Daniang menimpali.
"Shao furen, tangan nyonya sudah lelah memotong buah, bukankah kau seharusnya melayaninya?"
Yu Qilin melihat Nyonya Jin mengambil pisau buah dan memberi isyarat dengannya untuk memotong apel, sambil tersenyum ia memandang dirinya, Yu Qilin sadar bahwa lawan sengaja menghina dirinya, namun begitu memikirkan Nyonya Yu yang sedang menderita entah di mana, ia menggertakkan giginya, lalu menerima pisau dan buah itu.
Nyonya Jin nampak agak iba, namun bersikap merendahkan, sambil tersenyum ia memandang gerak-gerik Yu Qilin.
Yu Qilin merasa geram, gerakannya amat cepat, sehingga ia hampir mengiris dirinya sendiri.
Dengan amat cepat ia mengupas sebutir apel, lalu memberikannya kepada Gu Daniang, namun dengan air muka yang tak berubah, Gu Daniang melemparkannya ke dalam tong sampah indah yang berada di sampingnya.
"Kau ini.....", wajah Yu Qilin menjadi gelap. Dengan amat tenang, Nyonya Jin kembali memberinya sebutir buah dengan gerakan yang anggun, lalu memandangnya dengan tajam.
"Irislah dengan agak lebih teliti". Yu Qilin mengigit bibirnya, menerima buah itu, lalu mengangkat tangannya dan langsung melemparkan buah itu ke dalam tong sampah, dengan mata berbinar-binar ia berkata.
"Kau tak usah melakukan permainan kucing menangkap tikus murahan seperti ini, langsung saja beritahu aku, sebenarnya apa yang hendak kau lakukan? Kalau ibuku baik-baik saja, aku tak akan bertengkar denganmu; tapi kalau ibuku sedikit saja terluka, aku akan membalasmu dua kali lipat lebih berat". "Aku hendak melihat apakah kau sebagai menantu dapat melayani ibu mertuamu dengan baik atau tidak", wajah tersenyum Nyonya Jin tak berubah.
"Baiklah, kalau hatiku senang aku dapat melepaskannya, kalau tidak.....", wajah Nyonya Jin sedikit berubah.
"Kalau hatiku tak senang aku dapat membunuhnya".
"Coba saja kalau kau berani!", Yu Qilin terkejut sekaligus geram, ketika melihat wajah Nyonya Jin yang seperti kucing yang sedang mempermainkan tikus, ia maju mendesaknya.
"Kenapa aku tak berani melakukannya?", wajah Nyonya Jin sama sekali tak nampak jeri. Tepat pada saat itu, Gu Daniang yang sedang memandang ke kejauhan terbatuk dengan pelan. Pandangan mata Nyonya Jin sedikit beralih, senyum lenyap dari wajahnya, lalu ia mencengkeram tangan Yu Qilin yang mengenggam pisau dan meronta-ronta seraya berseru dengan cemas.
"Taruh pisau itu! Masa karena ibumu hilang kau ingin membunuh orang!"
Yu Qilin segera menyadari bahwa dirinya telah sekali lagi terkena tipuan, namun sebelum ia sempat bereaksi, Nyonya Jin telah mencekal pisau buah itu, lalu menusuk telapak tangannya sendiri, darah segar pun mengucur.
"Kau hendak membunuh nyonya!", jeritan melengking Gu Daniang terdengar. "Ibu!", Jin Yuanbao menerjang ke depan, lalu mendorong Yu Qilin keras-keras untuk melindungi sang bunda.
"Apa yang kau lakukan?!"
"Trang!", pisau buah terjatuh ke lantai, untuk sesaat Yu Qilin tak tahu harus berbuat apa. Tangan Nyonya Jin bersimbah darah, namun ia masih dengan wajah sedih dengan lemas mencengkeram lengan baju putranya.
"Jangan gegabah! Kita semua sekeluarga, apa yang terjadi dalam keluarga kita jangan sampai tersebar keluar!"
Melihat tangan sang bunda bersimbah darah dan wajahnya ketakutan, tapi masih berpikir untuk melindungi anggota keluarganya, api kemarahan berkobar dalam hati Jin Yuanbao.
"Yu Qilin, kau memang sudah sinting! Kau gila!"
"Aku sama sekali tak menyentuhnya, dialah yang mengiris dirinya sendiri", Yu Qilin baru saja hendak membela dirinya, namun berubah pikiran dan hanya tertawa sinis.
"Permainan sandiwara ibumu sangat lihai!"
Begitu mendengar perkataan itu, Nyonya Jin menunjuk Yu Qilin. Gu Daniang menjerit.
"Furen, jangan bergerak! Semakin banyak bergerak darah akan mengalir lebih cepat!"
"Yu Qilin, aku mengerti bahwa kau melakukannya demi ibumu, tapi kau tak boleh keterlaluan", sambil berbicara Nyonya Jin bernapas dengan terengah-engah, seakan sewaktu-waktu akan jatuh pingsan. "Apakah aku melukaimu dengan pisau atau tidak, dalam hatimu kau sudah tahu dengan jelas!"
Nyonya Jin tak menjawab dan hanya memandangnya dengan penuh kasih keibuan dan rasa putus asa, seakan sedang memandang anaknya sendiri yang tak tahu apa-apa.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Melihat sinar matanya yang seperti itu, Jin Yuanbao tak paham apa-apa lagi, dengan geram ia langsung berkata.
"Kalau kau tak ingin melukai ibuku, kenapa kau menunjuk ke arahnya sambil mengenggam pisau? Yu Qilin, ibuku sudah mengalah, tapi kau masih berbuat seperti ini!"
Yu Qilin amat marah, ia memandang pisau buah dan bercakbercak darah di atas tanah, memandang Nyonya Jin yang telah bersandiwara dengan piawai, lalu tertawa sinis dan berkata.
"Aku hendak melakukan apa? Kalau ia berani menyembunyikan ibuku dan tak melepaskannya, aku akan membunuhnya! Kau puas?"
Begitu perkataan itu keluar, Jin Yuanbao yang sedang murka justru mempercayainya! Sinar matanya perlahan-lahan menjadi dingin, dan ia memandang Yu Qilin seakan sedang memandang seorang asing.
"Enyahlah, enyahlah dari rumahku". Dengan tak percaya Yu Qilin memandang Jin Yuanbao yang sedingin es dan asing itu, ia benar-benar tak berani percaya bahwa ia adalah orang yang beberapa hari yang lalu adalah kekasih belahan jiwanya, hatinya terasa pedih tak tertahankan, ia mengertakkan gigi, berusaha sekuat tenaga menenangkan diri.
"Enyahlah". Jin Yuanbao sekali lagi menegaskan.
"Baik. Aku akan enyah. Aku tak akan menghalangi kasih sayang yang mendalam diantara kalian ibu dan anak ini". Setelah berbicara, Yu Qilin berbalik dan melangkah pergi dengan tegas. Walaupun sedang bermimpi, dahi Nyonya Jin masih berkerut dalam-dalam, wajah sang bunda yang tirus dan pucat membuat Jin Yuanbao amat berduka, kekesalan dalam hatinya terhadap Yu Qilin mau tak mau bertambah. Ia bangkit dan membetulkan ujung-ujung selimut sang ibu, lalu berbalik hendak pergi, namun sebelumnya ia berulangkali menyuruh para gadis pelayan yang berjaga di Taman Furong untuk menjaga sang ibu baik-baik, dan agar meminumkan obat padanya sesuai jadwal. Setelah berjalan beberapa langkah, ia teringat akan sesuatu, lalu berpaling dan menjelaskan.
"Kalau ia mencari nyonya, tak perduli jam berapa, tak perduli dengan alasan apa, bagaimanapun juga kalian tak boleh mengizinkannya masuk dan mengejutkan nyonya!"
Sehari-hari Jin Yuanbao bersikap ramah, ia jarang marah pada para pelayan, para pelayan pun baru untuk pertama kalinya melihat sang tuan muda yang bengis seperti itu, maka dengan ketakutan mereka segera menjawab.
"Hamba mengerti! Hamba tak akan membiarkan nyonya selangkah pun di rumah ini!"
Muda menginjakkan kaki Dengan hati penuh rasa gelisah, Jin Yuanbao lalu melangkah pergi dengan cepat, pada mulanya ia hendak pergi ke Taman Songzhu, akan tetapi setelah mendekatinya, ia berhenti melangkah.
Apakah ia takut pulang? Jin Yuanbao menertawakan dirinya sendiri, sejak kapan ia, Jin Yuanbao, menjadi penakut seperti ini? Tiba-tiba, suara Liu Qianqian terdengar di kejauhan.
"Yuanbao Gege! Yuanbao Gege!"
Jin Yuanbao berbalik dan melihat Liu Qianqian berlari ke arahnya sambil menyingsingkan gaunnya, sepasang pipinya merah padam, nampaknya ia berlari dengan amat bersemangat.
Ia berlari sampai ke hadapan Jin Yuanbao dan berhenti, napasnya terengah-engah, namun wajahnya penuh simpati, ia menghiburnya.
"Yuanbao Gege, aku, aku telah mendengar semuanya". Jin Yuanbao meliriknya, tanpa berkata apa-apa, ia berbalik dan berjalan tak tentu arah, namun bukan ke arah Taman Songzhu. Liu Qianqian cepat-cepat mengikutinya, begitu melihat mulut dan hidungnya yang masih memar, dengan hati-hati ia bertanya.
"Wajahmu, kenapa?"
"Berkelahi". Liu Qianqian menunduk tanpa berkata apa-apa, setelah beberapa saat, ia baru bertanya.
"Apakah kau berkelahi dengan kakakku?"
Jin Yuanbao mengangguk-angguk, lalu tertegun sejenak, setelah itu ia menggeleng.
"Tak apa-apa. Kau jangan khawatir". Jin Yuanbao yang kesepian seperti ini, yang wajahnya putus harapan seperti ini mana mirip dengan kakak sepupunya yang penuh semangat dan pemberani? Hati Liu Qianqian terasa pedih, ia mengingat kembali hal-hal yang telah diketahuinya dan ia pun merasa makin sedih, oleh karenanya, ia mengumpulkan keberaniannya dan bertanya dengan sungguh-sungguh.
"Yuanbao Gege, kalau pada suatu hari kau menemukan bahwa kakakku melakukan sesuatu yang tak baik, kumohon agar kau mengingat masa kecil kita dan memberinya kesempatan lagi, bagaimana?"
Liu Wenchao? Sesuatu yang tak baik? Akhirnya perhatian Jin Yuanbao pun tertarik ke arahnya, dengan wajah muram, untuk beberapa saat, ia memandangi Liu Qianqian, lalu menahan dirinya dan berkata.
"Qianqian, ada beberapa hal yang tak dapat dibiarkan begitu saja".
"Aku tahu, aku tahu......", dengan suara lemah, Liu Qianqian memohon.
"Tapi, Yuanbao Gege, pahamilah bahwa menjadi orang seperti kakakku itu tak mudah, sejak kecil ia hendak merencanakan masa depan dirinya dan diriku, maafkanlah ia sekali saja, bagaimana?" "Meimei, aku sudah berkata, bahwa ada hal-hal yang tak dapat dimaafkan begitu saja", Jin Yuanbao berhenti sejenak, ia mengerutkan keningnya, lalu bertanya dengan serius.
"Siapapun tak boleh melakukannya, kau paham?"
"Kau memanggilku adik, maka pertimbangkanlah hubungan kita sebagai kakak beradik, bisa tidak?"
Wajah Liu Qianqian nampak putus asa, ia tak kuasa menahan tangis.
"Selain itu.....bahkan sampai sekarang pun kau masih tak menginginkan aku adikmu ini?"
Melihat Liu Qianqian yang menangis, mau tak mau hati Jin Yuanbao agak melunak.
Nona kecil yang sejak masa kanakkanak suka menempel dirinya itu selalu dianggap oleh dirinya sebagai adik kandung sendiri.
Dengan lembut Jin Yuanbao menarik Liu Qianqian ke dalam pelukannya, lalu membelai-belai rambutnya.
"Gadis bodoh, jangan takut, tak perduli kakakmu melakukan apa, pada akhirnya kau tetap adikku yang baik". Liu Qianqian sudah amat lama tak mendapatkan perlindungan Jin Yuanbao yang begitu lembut, tekanan dan rasa takut yang telah menumpuk dalam hatinya sejak menemukan rencana jahat Liu Wenchao akhirnya terbebaskan, ia pun tak kuasa menahan tangisnya meledak.
"Yuanbao Gege, beberapa hari ini aku sangat takut, kakak sibuk dengan urusannya sendiri, aku tak boleh menanyainya, dan ia pun tak pernah menanyakan apa yang ada dalam pikiranku......aku benar-benar takut suatu hari kau akan tak lagi menghiraukan diriku". "Mana bisa begitu?", dengan lembut Jin Yuanbao menenangkannya.
"Tak perduli apa yang dilakukan orang lain, kau akan selalu menjadi adikku".
"Ya, ya.....", Liu Qianqian yang bersandar di dadanya menangis sambil berulangkali mengangguk.
"Sudahlah, sudahlah.....", Jin Yuanbao perlahan-lahan mengangkat kepalanya, ia memandang ke Taman Songzhu di kejauhan, namun apa yang dilihatnya membuatnya tak bisa mengalihkan pandangan matanya lagi. Yu Qilin sedang berdiri di luar pintu Taman Songzhu, wajahnya pucat pasi, sambil mengendong sebuah buntalan hitam kecil, dengan tenang ia memandang Jin Yuanbao dan Liu Qianqian, entah sejak kapan. Seakan merasakan pandangan mata Jin Yuanbao, Yu Qilin pun memandang tangan yang sedang menepuk-nepuk punggung Liu Qianqian itu, Yu Qilin mengerutkan dahinya, namun akhirnya wajahnya menjadi tenang, lalu, seakan mati rasa, ia berbalik dan pergi. Yu Qilin dengan perlahan berjalan ke pintu gerbang Wisma Jin, namun ketika pintu gerbang samar-samar terlihat, ia mendadak menghentikan langkahnya. Dengan penuh tekad ia berbalik, lalu berjalan ke Taman Furong. Tak nyana, ketika ia mendekati Taman Songzhu, ia dihadang oleh dua orang pelayan wanita setengah baya.
"Shao furen, tuan muda berkata bahwa kau sama sekali tak boleh masuk ke kediaman nyonya". Apa katanya? Yu Qilin berusaha menahan rasa pedih dalam hatinya, lalu dengan tenang berkata.
"Aku hanya mencari nyonya untuk berbicara saja". Sambil berbicara ia mengangkat kaki hendak menerjang masuk.
"Shao furen, shao furen, mohon maklumi kesulitan kami para pelayan ini!"
Para gadis pelayan memohon-mohon sambil menarik lengan bajunya. Melihat wajah para gadis pelayan yang terkejut dan ketakutan, hati Yu Qilin agak melunak, ia menghentikan langkahnya dan memandang ke arah rumah, lalu mengeraskan suaranya.
"Nyonya Jin, aku datang untuk memohon agar kau tak melanggar janjimu! Aku mohon kau bermurah hati dan melepaskan ibuku! Aku berjanji sejak ini tak akan mengusikmu lagi!"
Kamar itu sepi tanpa suara, setelah beberapa lama, Yu Qilin kembali berseru dengan lantang.
"Nyonya Jin, kumohon anda bermurah hati dan melepaskan ibuku!"
Yang menjawabnya hanyalah sebuah kesunyian yang pekat. Ketika ia baru saja hendak kembali membuka mulut, Gu Daniang menyingkapkan tirai penutup pintu dan keluar, dengan dingin ia memandang Yu Qilin.
"Nyonya berkata bahwa karena kau ingin memohon pada orang lain, kau harus melakukannya dengan tulus, berdiri di halaman orang sambil berteriak-teriak, apaapaan ini!"
"Kalau begitu, apa yang harus kulakukan?", dengan tenang Yu Qilin menatapnya.
"Karena kau begitu tulus, kau seharusnya berlutut dan bersujud beberapa kali, siapa tahu hati nyonya melunak dan memperbolehkanmu masuk!"
Begitu mendengar perkataan itu, Yu Qilin tak ragu sedikit pun, ia segera berlutut, sepasang lututnya berlutut di lantai berlapis bata hitam, ia menaruh buntalannya di samping, lalu dengan penuh tekad bersujud.
Gu Daniang sepertinya tak menyangka bahwa Yu Qilin dapat bertindak dengan begitu cepat, ia tertegun, dengan ekspresi yang rumit ia memandangi Yu Qilin yang sedang berlutut selagi mengenakan pakaian yang sederhana, setelah beberapa saat, ia baru dapat menenangkan dirinya dan kembali ke kamar.
Walaupun Gu Daniang telah kembali ke kamar, Yu Qilin masih terus menerus bersujud ke arah kamar itu.
Di dalam kamar, Nyonya Jin telah bangun, dengan sebelah tangannya, ia dengan perlahan mengaduk-aduk semangkuk sup biji teratai, lalu dengan perlahan memasukannya ke dalam mulutnya.
Dari balik tirai mutiara ia samar-samar dapat melihat sosok Yu Qilin yang terus naik turun, setelah beberapa saat, ia barulah mengangguk.
Gu Daniang mengerti, ia berseru.
"Biarkan ia masuk!"
Yu Qilin dengan perlahan melangkah masuk, langkah kakinya perlahan, dahinya memar dan berbercak darah. Senyum ramah yang biasanya nampak di wajah Nyonya Jin telah sirna, ia duduk di atas kursi sambil dengan tenang mengawasi Yu Qilin.
"Aku akan pergi, mohon bebaskan ibuku", dengan amat merendahkan diri Yu Qilin berkata.
"Apa untungnya bagiku?", dengan perlahan Yu Qilin mengaduk sup biji teratai dalam mangkuk di genggamannya.
"Aku dan ibuku akan segera pergi, dan untuk seumur hidup tak lagi masuk ke ibu kota, dan tak lagi menganggu kehidupan anda". Nyonya Jin dengan perlahan minum sup biji teratai itu, setelah beberapa saat ia barulah berkata.
"Bagus sekali, itulah yang kuinginkan, kau boleh pergi".
"Tapi......"
Nyonya Jin meletakkan mangkuk supnya, begitu mangkuk itu jatuh di atas meja, terdengar bunyi berdenting yang memotong perkataan Yu Qilin.
Nyonya Jin menerima teh yang disodorkan Gu Daniang dan membersihkan mulutnya dengannya, lalu dengan amat hambar berkata.
"Ibumu tak berada dalam tanganku".
"Apa?", dengan terkejut Yu Qilin menatap Nyonya Jin. Dengan amat tenang Nyonya Jin mencuci mulutnya dengan teh, memberikan cawan teh itu pada Gu Daniang, lalu kembali berkata dengan perlahan.
"Dari dahulu aku sudah berkata bahwa ibumu tak berada di tanganku, dimana ia sebenarnya berada, aku pun tak tahu. Sayang sekali, kau selalu tak percaya".
"Kalau begitu, kenapa kau bertindak seperti ini?", dengan curiga Yu Qilin memandang Nyonya Jin.
"Beberapa hari belakangan ini, kau mengatur berbagai hal....."
"Semua itu kuatur agar kau meninggalkan Wisma Jin". Nyonya Jin sepertinya amat puas melihat wajah Yu Qilin yang terguncang, dengan sikap merendahkan ia meliriknya, lalu tertawa dan berkata.
"Apa kau benar-benar mengira bahwa aku akan membiarkanmu, seorang perempuan kasar yang tak jelas asal-usulnya, terus berada di sisi Yuanbao dan melibatkannya?"
Mendadak nada suaranya berubah, menjadi bengis.
"Sejak tahu bahwa kau berpura-pura menikah agar dapat menyusup ke Wisma Jin, aku tak bisa tidur dengan tenang semalam pun, tiada sehari pun dimana aku tak mengkhawatirkan Yuanbao, aku sangat takut pada suatu hari semuanya akan terungkap dan ia akan dimasukkan ke dalam penjara. Katakanlah, seandainya kau jadi aku, apakah kau akan melakukan perbuatan yang sama?"
"Oleh karenanya kau melakukan begitu banyak sandiwara, dan menggunakan keberadaan ibuku untuk menipu dan memancingku!"
Yu Qilin merasa otaknya kacau balau.
"Benar, aku menipumu demi Yuanbao, jangankan menipu, aku dapat membunuh orang demi Yuanbao", dengan dingin ia berkata.
"Kau jangan menatapku seperti itu, aku tak membunuh bidan itu, ibumu benar-benar tak berada di dalam tanganku; tapi kau harus ingat baik-baik suatu hal, semua yang kulakukan tak pernah gagal, sekali ini ibumu tak ada dalam tanganku, namun tak berarti bahwa lain kali ia tak akan jatuh ke dalam genggamanku. Aku demi putraku, kau demi ibumu, kita semua membela kepentingan masing-masing".
"Yuanbao bukan putramu!", dengan dingin Yu Qilin berkata.
"Omong kosong, dia adalah putra kandungku!", Nyonya Jin mendadak bangkit.
"Aku tak akan membiarkan orang lain mencelakainya! Jangan pernah berpikir untuk melakukannya!"
"Aku tak pernah mencelakainya! Aku bahkan tak pernah memberitahunya!"
"Kau berada di sisinya dengan berbohong dan menyeretnya ke dalam sebuah krisis yang begitu besar seperti ini, tapi kau masih berkata tak pernah mencelakainya? Kalau tak mempertimbangkan bahwa mulutmu terkunci rapat, dan bahwa kau benar-benar bersikap tulus padanya, apa kau pikir kali ini kau masih bisa keluar hidup-hidup dari Wisma Jin? Apa kau pikir Wisma Jin ini adalah tempat yang kau, Yu Qilin, boleh kau datangi dan tinggalkan sesuka hatimu?"
Untuk sesaat Yu Qilin tak kuasa berkata apa-apa, ia hanya dapat menatap Nyonya Jin di hadapan dirinya yang bagai seekor induk macan yang melindungi anaknya.
"Apalagi yang hendak kau katakan?"
Yu Qilin tak dapat berkata apa-apa.
"Kau boleh pergi, kalau kau merasa tak rela, kau boleh mencari Yuanbao, katakanlah bahwa ibunya telah menipunya, katakanlah bahwa ibunya berniat memutuskan hubungan diantaramu dan dia, coba lihat, apakah dia akan mempercayaimu, atau mempercayaiku?"
Yu Qilin merasa putus asa, ia mengawasi wajah Nyonya Jin yang bengis untuk beberapa lama.
"Tak usah". Ia pun berbalik dan pergi. Perkara putus hubungan diantara Jin Yuanbao dan Yu Qilin tentu saja juga terdengar sampai ke rumah obat Gu Zhangfeng, ketika Jin Yuanbao masuk ke rumah obat, begitu Jiang Xiaoxuan melihatnya, wajahnya langsung berubah menjadi dingin, lalu ia berbalik dan pergi. Namun si tolol Gu Zhangfeng hanya sibuk di samping lemari obat membuat manisan. Jin Yuanbao berjalan menghampirinya, memberinya selembar kertas dan berkata.
"Ini alamat Yu Qilin".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Alamat Yu Qilin?", Gu Zhangfeng menerima kertas itu dan membacanya, lalu berkata.
"Bagaimana kau bisa punya alamatnya?"
"Aku.....aku menyuruh orang mengikutinya, dan menyelidikinya".
"Kau masih sangat memperhatikannya, entah kenapa kalian......"
"Sudahlah", Jin Yuanbao memotong perkataannya.
"Suruhlah Jiang Xiaoxuan menjenguk Qilin kalau ada waktu senggang. Tidak, setiap hari ia harus pergi ke sana".
"Oh, baiklah", Gu Zhangfeng mengosok-gosok tangannya.
"Aku pergi sekarang".
"Aku bukan menyuruhmu pergi, melainkan menyuruh Jiang Xiaoxuan!", Jin Yuanbao menjelaskan.
"Kau pergi tak ada gunanya, mereka gadis-gadis itu akan dapat berbicara".
"Oh, kau ingin Xiaoxuan bicara untukmu", Gu Zhangfeng berpikir-pikir, lalu dengan agak bingung bertanya.
"Tapi, kau tak sedang menggodanya, bukan?"
"Keadaan saat ini berbeda". Mendengar perkataannya, Gu Zhangfeng menghela napas, lalu berkata.
"Kenapa kau bisa sampai mengusir Qilin? Ia seorang gadis.....bagaimana kau bisa tak khawatir kalau ia tinggal sendirian di luar? Perlakuanmu terhadap Qilin terlalu buruk!"
Tak nyana, Jin Yuanbao tak membantah, setelah beberapa saat ia berkata dengan gelisah.
"Kali ini ia benar-benar agak keterlaluan, begitu kurang ajar pada ibuku, apa yang dapat kulakukan? Aku menyuruh A Fu mengawasinya, beberapa hari lagi......beberapa hari lagi setelah kemarahan ibu hilang aku akan membawanya pulang".
"Kalau setelah beberapa hari nyonya masih marah lantas bagaimana?"
Dengan perkataan itu......Gu Zhangfeng menyuarakan pikiran Jin Yuanbao. Dengan wajah kusut Jin Yuanbao memandang manisan di atas meja, setelah lama ia barulah berbicara.
"Masalah ini, pada akhirnya disebabkan karena ibunya hilang, sekarang tak ada jalan lain, aku harus menemukannya sesegera mungkin".
"Baiklah......", Gu Zhangfeng mengangguk-angguk, aku akan bicara pada Xiaoxuan". Setelah mendengarnya berkata demikian, Jin Yuanbao barulah pergi dengan hati lega. Jin Yuanbao mengambil semua berkas orang hilang di ibu kota, lalu tanpa beristirahat sedikit pun, ia meneliti semua berkas itu, setiap hal yang mencurigakan dilingkari olehnya, lalu ia memberikannya pada Wang Qiang dan Ma Zhong, namun setelah melakukan hal itu, ia sendiri masih pergi menyelidik, karena khawatir kalau-kalau bawahannya melalaikan sesuatu. Selama beberapa hari berturut-turut, tak ada kabar. Pada suatu pagi, Jin Yuanbao yang telah tak tidur semalaman baru saja menelungkup di atas meja ketika Wang Qiang memburu masuk dengan wajah girang.
"Bos, kita pasti akan dapat menemukannya!"
Seketika itu juga memastikannya?"
Jin Yuanbao bangkit.
"Kau dapat "Hampir pasti! Kami para saudara menuruti perintah anda dan membagi seluruh kota dalam beberapa bagian, lalu menyelidikinya, ada sebuah rumah yang mencurigakan, rumah itu disewa seseorang dengan harga mahal, lalu setelah itu untuk waktu yang lama tak ditempati, akan tetapi bagian depannya didiami seseorang beberapa malam berturut-turut, namun orang itu tak pernah keluar rumah, setiap beberapa hari ada orang yang datang mengantarkan beras dan daging, orang itu seringkali datang dan pergi di waktu malam. Kalau saja bibi di lorong itu tak banyak bicara, benar-benar tak ada orang yang tahu", Wang Qiang berkata. Ma Zhong pun masuk dan berkata.
"Kami memperlihatkan lukisan ibu mertua anda padanya, namun ia berkata bahwa ia tak pernah melihat orang keluar rumah, maka ia tak bisa mengenalinya, namun dari sela-sela pintu ia melihat bahwa di dalam rumah memang ada seorang nyonya setengah baya. Kalau ia seorang perempuan simpanan, usianya tak cocok, lagipula, sejak nyonya itu tinggal di situ, di lorong itu selalu berkeliaran orang-orang yang tak jelas, sehingga sekarang para pedagang asongan tak berani masuk ke lorong itu untuk menjajakan barang-barang lagi!"
"Kemungkinan besar memang di situlah tempatnya!", dengan girang Jin Yuanbao bertepuk tangan.
"Orang yang dapat menculik Nyonya Yu dari Emeishan sampai ke sini, begitu lama mengatur rencana dan mengatur semuanya dengan begitu hatihati, pastilah seseorang yang mempunyai pengaruh di ibu kota!"
Ia termenung untuk beberapa saat, lalu memberi perintah.
"Sejak saat ini, kalian cukup mengawasinya dari jauh saja, tak usah bertanya-tanya lagi, jangan sampai berbuat gegabah dan membuat musuh kabur! Malam ini kita akan beraksi!"
"Siap!", begitu mereka berdua menerima perintah, mereka segera mengatur segalanya. Jin Yuanbao menyapu bersih rasa putus asa yang menyelimutinya beberapa hari belakangan ini, dengan gembira ia berjalan ke Wisma Jin dengan langkah-langkah lebar, sambil berjalan ia melemparkan mantelnya yang berat, dengan enteng memberikannya pada seorang pelayan lelaki muda di sisinya. Ketika ia masuk ke taman bunga, ia melihat Gu Zhangfeng sedang berjongkok sambil memicingkan matanya, mengamati sebatang tanaman obat, suasana hati Jin Yuanbao sangat baik, ia mengangsurkan tangannya dan menepuk bahu Gu Zhangfeng, lalu berkata dengan suara nyaring.
Briliance Of Moon Kisah Klan Otori Tapak Tangan Hantu Karya Batara Dewa Arak 43 Garuda Mata Satu
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama