Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 26

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 26



"Yu Qilin akan pulang ke rumah!"

Gu Zhangfeng terhuyung-huyung terkena tepukannya, ia cepatcepat bangkit, merapikan pakaiannya, lalu bertanya dengan heran.

"Apa?"

"Yu Qilin akan pulang ke rumah!", kata Jin Yuanbao dengan wajah berseri-seri.

"Tapi kata ibuku beberapa hari belakangan ini nyonya masih sangat marah! Bagaimana kau bisa membawanya pulang?", Gu Zhangfeng terkejut.

"Marah boleh marah, tapi istriku, Jin Yuanbao, mana bisa terus menerus tinggal di luar!", dengan penuh percaya diri, Jin Yuanbao berkata.

"Bukankah aku telah berkata bahwa semua ini disebabkan oleh ibu Qilin? Aku sudah menemukannya!"

"Di mana?"

"Malam ini aku akan bertindak dan membebaskannya, setelah menyelamatkannya, aku akan langsung menjemput Qilin pulang".

"Bagus sekali!", Gu Zhangfeng pun ikut girang baginya.

"Kau tutuplah mulutmu, siapapun tak boleh diberitahu, hal ini sama sekali tak boleh bocor keluar!" Gu Zhangfeng mengangguk dengan sungguh-sungguh.

"Kau jangan khawatir! Aku tak akan memberitahu siapa-siapa!"

"Bagus sekali! Aku pergi dulu!", setelah berbicara, Jin Yuanbao pergi dengan bersemangat. Gu Zhangfeng yang melihat Jin Yuanbao pergi dengan penuh semangat amat terpengaruh, ia berbalik dan berlari ke kediaman Jiang Xiaoxuan.

"Bukankah Xiaoxuan tak bisa dianggap orang luar?" * Di dalam sebuah rumah di Lorong Mao er di ibu kota, Yu Qilin sedang mencuci baju ketika ia mendengar pintu tiba-tiba diketuk orang, ia mengelap tangannya, lalu bangkit dan membuka pintu, begitu melihat bahwa orang itu adalah Jiang Xiaoxuan, dengan terkejut bercampur girang ia segera menyambutnya masuk. Mereka berdua duduk di pinggir kang, Jiang Xiaoxuan memberinya kue-kue, sambil memandang rumah kecil yang reyot itu, ia mengerutkan dahinya dan berkata.

"Apakah kau benar-benar hendak tinggal di sini untuk seterusnya?"

"Tidak, aku sudah memikirkannya baik-baik, setelah menemukan ibuku, aku akan pulang bersamanya ke Emeishan", Yu Qilin tersenyum. "Pulang ke Emeishan? Lalu bagaimana dengan Yuanbao? Kau istrinya, bagaimana kau bisa begitu acuh padanya?", tanya Jiang Xiaoxuan. Yuanbao? Hati Yu Qilin terasa pedih, ia menghela napas, lalu kembali berkata.

"Dia adalah tuan muda Wisma Jin yang mulia, aku hanya gadis desa dari Emeishan, mungkin untuk sesaat, ketika semuanya masih serba baru, semuanya mungkin, namun untuk hidup bersama selamanya, terlalu sukar. Lagipula, aku masih punya ibuku, ibuku tak bisa mengenali putranya sendiri, sedangkan aku malahan menjadi menantu Nyonya Jin yang tak menyukaiku, bagaimana ini?"

"Ini bukan hanya hubungan sesaat, kalau tidak kau tak mungkin menerima tikaman pedang untuknya, ia pun tak mungkin menerobos istana untuk mohon obat ", kata Jiang Xiaoxuan dengan lirih. Begitu mendengar perkataan itu, mata Yu Qilin langsung memerah.

"Kau memutuskan untuk pulang ke Emeishan, namun apakah kau dapat menghapus semua ini dari hatimu?", Jiang Xiaoxuan kembali bertanya.

"Tapi ia tak menginginkanku", rasa kesal muncul dalam hati Yu Qilin, alasan yang barusan ini dikemukakannya menghilang begitu saja. "Oh, begitu?", Jiang Xiaoxuan mengangkat alisnya dan tersenyum.

"Aku hanya tahu bahwa beberapa hari belakangan ini Yuanbao semakin lama semakin tirus dan pucat. Ia adalah orang yang selalu mementingkan muka, tapi ternyata di depan Zhangfeng ia mengeluh, mengakui bahwa ia telah memperlakukanmu dengan tak baik". Yu Qilin nampak sangat ingin mendengar tentang hal ini, namun ia masih keras kepala.

"Omong kosong". Melihatnya, Jiang Xiaoxuan tersenyum berseri-seri, lalu berkata.

"Aku juga tahu bahwa beberapa hari belakangan ini ia tak tidur, ia terus mencari dimana ibumu berada". Yu Qilin mengerucutkan bibirnya, ia nampak agak tergerak. Senyum di wajah Jiang Xiaoxuan makin lebar.

"Aku juga tahu bahwa ia telah menemukannya".

"Apa katamu?", Yu Qilin terperanjat.

"Kataku, Yuanbao telah menemukan ibumu!"

"Benarkah?!", Yu Qilin mendadak menjungkirbalikkan meja di atas kang. bangkit dan hampir "Jangan cemas, jangan cemas, masalah ini belum diketahui siapapun!", Jiang Xuaoxuan cepat-cepat menariknya seraya berkata.

"Ibumu disekap di sebuah rumah di Lorong Jixiang di Jalan Ruyi, ia tak berada dalam bahaya, hanya tak bisa keluar rumah!" "Kalau begitu, kenapa ia masih belum membebaskan ibuku?", Yu Qilin merasa gelisah dan kebingungan.

"Ia akan segera melakukannya, malam ini ia akan membebaskannya, setelah menyelamatkan ibumu ia akan menjemputmu pulang!"

"Kenapa ia tak memberitahuku dahulu?"

"Karena kata tuan mudamu itu, ia khawatir kalau memberitahumu dahulu, kau akan tak enak makan dan tidur, maka ia lebih suka langsung membawa ibumu menjemputmu! Apakah kau senang sekarang?", Jiang Xiaoxuan tersenyum. Begitu mendengarnya, Yu Qilin tersenyum dan mengangguk, dalam hatinya rasa pedih dan manis bercampur menjadi satu, air matanya pun berlinangan.

"Apakah kau masih ingin pulang ke Emeishan? Apakah kau masih tak ingin berbaikan dengan Yuanbao?", Jiang Xiaoxuan menggodanya.

"Aku......", rona merah muncul di wajah Yu Qilin.

"Tunggu sampai aku menemui ibuku". Tepat pada saat Jin Yuanbao merencanakan untuk menyelamatkan Nyonya Yu, Liu Wenchao sedang dengan bersemangat berada di wisma Pangeran Kedua, dengan penuh percaya diri ia minum secawan teh sambil menunggu kedatangan sang pangeran. Beberapa saat kemudian, pintu gerbang terdengar dibuka, begitu mendengarnya, Liu Wenchao segera maju dan berlutut untuk menghormat. Sambil menggendong tangan di balik punggung, Pangeran Kedua berjalan masuk ke ruang baca dan duduk, lalu memandanginya dari ketinggian, setelah itu dengan kemalasmalasan ia melambaikan tangannya seraya berkata.

"Bangkitlah, tak usah banyak peradatan. Beberapa hari belakangan ini aku tak melihatmu, entah masalah apa yang menghalangi langkah kakimu? Kuharap kau masih ingat bahwa kau bekerja untukku, dan tak membuang uang untuk hal-hal yang tak relevan". Tanpa tergesa-gesa, Liu Wenchao bangkit.

"Hamba benar-benar sudah lama tak menghormat pada Yang Mulia, akan tetapi, kabar yang hamba bawa hari ini, sepertinya akan membuat Yang Mulia puas".

"Katakanlah", dengan kemalas-malasan sang pangeran berkata.

"Saat itu, untuk beberapa saat, hamba berhasil masuk ke pabrik senjata....."

"Benar, untuk beberapa saat, lalu tak bisa bertahan lagi", sindir Pangeran Kedua. Akan tetapi, dengan ekspresi yang tak berubah, Liu Wenchao kembali berkata.

"Hamba juga telah menempatkan kaki tangan di dalam pabrik senjata. Saat ini, lima ratus pucuk senjata api pertama sudah dikirim". Mendengarnya, Pangeran Kedua langsung kegirangan.

"Ada apa lagi? Cepat katakan!"

Liu Wenchao melihat wajah Pangeran Kedua yang menjadi bengis karena kegirangan, ia merasa amat muak, namun wajahnya nampak semakin hormat.

"Sekarang senjata-senjata api itu telah dibawa ke sebuah tempat di pinggir kota yang hamba kelola, Pangeran Kedua boleh mengirim orang kapan saja untuk memeriksanya. Sejak saat ini, setiap dua bulan sekali, hamba akan dapat menaruh sekitar lima ratus senjata api yang tak tercatat dalam pembukuan di tempat itu".

"Bagus!", Pangeran Kedua mendadak bangkit, lalu bertepuk tangan dengan penuh semangat, ia tertawa terbahak-bahak dan berkata.

"Liu Wenchao, pangeranmu ini tak salah memandangmu!"

Otot-otot di wajah Liu Wenchao mengerenyit.

"Terima kasih atas pujian Yang Mulia!"

"Bagus sekali!", Pangeran Kedua perlahan-lahan duduk, lalu dengan wajah serius, ia berkata.

"Kau harus terus mengawasi setiap kejadian di pabrik senjata dengan seksama untukku, berusahalah sebisanya memasukkan orang-orangmu agar dapat lebih cepat merebut pabrik senjata dan membantuku menyelesaikan perkerjaan besarku!"

"Hal ini adalah cita-cita hamba yang tertinggi!" "Bagus, bagus! Hahaha!", Pangeran Kedua tertawa puas dengan liar sambil melambaikan lengannya, menyuruh Liu Wenchao mundur. Liu Wenchao menghormat dan minta diri. Setelah melangkah keluar dari wisma sang pangeran, ia menengadah memandang langit musim gugur yang cerah dan biru, suasana hatinya amat baik, wajahnya yang tersenyum sama sekali tak menyembunyikan hal ini. Setelah duduk dalam kereta yang membawanya pulang ke wisma, ia termenung sejenak, lalu memberi perintah pada kusir kereta.

"Ke Lorong Mao er". Setelah mengantar Jiang Xiaoxuan keluar, suasana hati Yu Qilin sangat baik, sambil menyenandungkan sebuah lagu, ia mencuci pakaian dan menjemurnya di seutas tali yang digantung di mulut pintu. Pakaian yang berwarna-warni berayun-ayun ditiup angin, warna-warninya cerah dan indah, menciptakan suatu pemandangan yang berbeda di tengah hari musim gugur yang menguning ini.

"Qilin". Sebuah suara yang sudah akrab dengannya terdengar, begitu mendengarnya, Yu Qilin berpaling, lalu dengan terkejut bercampur girang tersenyum.

"Biaoge? Kenapa kau datang kemari?" "Aku datang untuk melihat apakah kau baik-baik saja", Liu Wenchao berhenti sejenak, melihatnya riang gembira, suasana hatinya pun bertambah baik.

"Sepertinya, setelah meninggalkan Wisma Jin, kau malahan makin riang gembira". Yu Qilin tersenyum jengah.

"Sebenarnya, karena tak banyak aturan, aku menjadi jauh lebih santai".

"Seperti seekor burung kecil yang pulang ke hutan, bebas merdeka?", Liu Wenchao berkata sembari tersenyum. Yu Qilin hanya tersenyum tanpa menyangkal atau menyetujui, lalu dengan ingin tahu bertanya.

"Bagaimana kau tahu aku tinggal di sini?"

"Aku bertemu Zhangfeng dan Xiaoxuan, memberitahuku", kata Liu Wenchao. dan mereka "Oh......", Yu Qilin mengangguk-angguk, setelah itu ia segera mengelap tangan dengan bajunya lalu berkata sembari tersenyum.

"Mari duduk di dalam!"

Setelah berbicara, ia mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk, Liu Wenchao melihat bahwa di sudut ruangan itu terdapat sebuah buntalan kain yang indah, nampak jelas bahwa walaupun Yu Qilin telah pindah kemari, ia masih berhubungan dengan Jin Yuanbao.

Dalam hati Liu Wenchao muncul rasa cemburu, namun wajahnya masih tetap tenang.

"Nampaknya Yuanbao sudah datang kemari, bagaimanapun juga ia masih memikirkanmu". "Siapa yang perlu dipikirkan olehnya?", hati Yu Qilin terasa manis, namun ia masih dengan keras kepala berkata.

"Ia sendiri yang menaruhnya di depan pintu, aku takut barang-barang ini hilang, maka aku memungut dan membawanya masuk, apa anehnya?"

Melihat wajahnya yang menegurnya dengan manja, Liu Wenchao makin merasa tak senang, namun ia masih mengamati ruangan itu, lalu dengan penuh perhatian bertanya.

"Apa rencanamu selanjutnya? Perumahan ini begitu kecil, dan didiami begitu banyak keluarga, terlalu kacau balau, tak cocok untukmu, bagaimana kalau aku membantumu mencari kediaman yang tenang?"

"Tak usah, tempat ini sangat cocok denganku, aku juga bukan seorang bangsawan.....", Yu Qilin terus berbicara, lalu tersenyum.

"Lagipula, aku tak akan lama berdiam di sini, Yuanbao telah menemukan ibuku, ia disekap di sebuah rumah di Jalan Ruyi. Setelah Yuanbao menyelamatkannya, aku akan langsung membawanya pulang ke Emeishan". Apa?! Liu Wenchao amat terkejut, ia mundur selangkah, namun ketika menubruk kang di belakangnya, ia menjadi tenang, dengan girang bercampur terkejut, ia bertanya.

"Benarkah? Bagus sekali! Kali ini kau tak usah khawatir lagi". Ia berpura-pura mendadak teringat akan suatu hal dan berkata.

"Aiyo, aku lupa bahwa nyonya menyuruhku membeli kue Liuhe Zhai, hari sudah siang, aku harus segera pergi!" Begitu mendengar kata 'nyonya', Yu Qilin secara refleks mengerutkan dahinya.

"Oh, kalau begitu kau cepatlah pergi". Merasa bahwa Yu Qilin tak senang, Liu Wenchao cepat-cepat mengubah nada suaranya.

"Aku datang khusus untuk melihat bagaimana keadaanmu, karena keadaanmu sangat baik, aku merasa lega.....suatu hari nanti, aku akan mengunjungimu lagi". Mendengar perkataanya itu, Yu Qilin merasa cukup tersentuh.

"Terima kasih karena telah menjengukku di tengah kesibukanmu". Ketika Liu Wenchao melihat Yu Qilin yang sama sekali tak tahu apa-apa, berbagai perasaan yang rumit berkecamuk dalam hatinya, setelah beberapa saat ia barulah memaksakan dirinya untuk tersenyum.

"Tak perduli seberapa sibuknya aku, aku akan datang menjenggukmu".

"Terima kasih, biaoge", Yu Qilin mengantarkannya keluar. Begitu meninggalkan tempat itu, Liu Wenchao segera memacu kudanya ke Wisma Jin, lalu lansung menuju ke lapangan tempat para pengawal berlatih, karena pada saat ini, A Gui pasti sedang melatih para pengawal. Begitu melihat Liu Wenchao mendatanginya dengan wajah gelap, hati A Gui langsung terkesiap, setelah memberi beberapa perintah, ia segera mengikutinya pergi. Begitu mereka berdua berada di kamar baca Liu Wenchao, Liu Wenchao segera menutup pintu, lalu berbisik.

"Tempat Nyonya Yu diawasi orang, cepat bawa ia pergi".

"Apa?"

Ketika A Gui sedang hendak bertanya dengan cemas, Liu Wenchao memotong perkataannya.

"Tak usah banyak tanya, cepat pergi! Jin Yuanbao akan bertindak malam ini! Cepat pergi!"

Lorong Jixiang di tepi Jalan Ruyi.

Di tengah lorong beberapa lelaki sedang berjongkok sambil bermalas-malasan, di sebuah kios di mulut lorong beberapa orang sedang main judi dengan riuh rendah, para pekerja sedang bersantai setelah bekerja seharian, akan tetapi, dari waktu ke waktu, para lelaki yang sedang bermalas-malasan itu dengan waspada mengawasi keadaan di sekeliling mereka.

Tiba-tiba, seorang lelaki yang mendorong sebuah gerobak yang penuh air kotor dan sampah perlahan-lahan keluar dari lorong, baunya tercium sampai sepuluh li jauhnya, semua orang pun menutup hidung mereka dan minggir untuk memberi jalan padanya.

Yu Qilin memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan pada gerobak itu, dengan cepat ia melangkah masuk ke dalam lorong, pandangan matanya mengawasi keempat penjuru, hingga akhirnya terpaku pada suatu tempat.

Rumah di mulut lorong itu pintunya tak terkunci, di halamannya, Jin Yuanbao yang berwajah pucat dan berewokan duduk di atas bangku kecil seorang nyonya penampi beras, ia sedang berbisik pada Ma Zhong dan Wang Qiang untuk mengatur sesuatu.

Yu Qilin agak bimbang, namun akhirnya melangkah ke halaman itu.

"Ma Zhong, bawa orang untuk menjaga tembok lorong di sebelah sana, jangan bersuara; Wang Qiang, kau dan para saudara lainnya sudah mengenal perumahan ini dengan baik, begitu masuk kau pasti akan dapat menemukan tempat itu, tak usah mencari-cari jalan lagi!"

Dengan wajah serius Jin Yuanbao berkata.

"Kita sedang menyelamatkan tawanan, sama sekali tak boleh ada kesalahan, nomor satu menyelamatkan orang, menangkap orang nomor dua, paham?"

"Paham!", Wang Qiang dan Ma Zhong serentak menjawab. Mendadak, sebuah sosok yang sudah sangat akrab dengannya berdiri di depan pintu halaman, dengan terpana Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan melihat Yu Qilin berdiri di luar pintu sambil memandang dirinya dengan amat tenang, dalam sinar matanya nampak rasa percaya dan terima kasih yang tak terperi. Mau tak mau Jin Yuanbao bangkit dan menggerutu dengan suara pelan.

"Gu Zhangfeng sialan!"

Wang Qiang dan Ma Zhong saling melirik dan tersenyum dengan aneh, lalu mundur dengan tahu diri. "Kenapa kau datang?", tanya Jin Yuanbao dengan agak jengah, ia tak menunjukkan kegirangannya dan malahan nampak serius.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jiang Xiaoxuan yang memberitahuku", Yu Qilin juga agak jengah.

"Kupikir, mungkin sebaiknya aku membantumu". Mereka berdua tiba-tiba merasa saling merindukan, mereka tak berkata apa-apa, namun tak ingin berpisah, di bawah mentari senja mereka berdiri saling memandang. Jin Yuanbao menenangkan dirinya, ia melihat bahwa para saudara di sekelilingnya diam-diam mengawasinya, maka ia menjelaskan.

"Aku tak punya waktu untuk banyak bicara denganmu, tunggulah di sini".

"Baik", seketika itu juga Yu Qilin merasa tegang. Jin Yuanbao melangkah masuk, lalu berhenti, dengan perasaan tak enak ia mendehem-dehem.

"Kami akan segera kembali".

"Kau harus sangat berhati-hati".

"Baik", Jin Yuanbao berbalik dan pergi, ia tak bisa menyembunyikan seulas senyum yang muncul di sudut-sudut bibirnya, lalu dengan bersemangat kembali bekerja. Yu Qilin melihat bahwa Jin Yuanbao mahir, ia berkali-kali mengingatkan keselamatan Nyonya Yu adalah yang menangkap orang adalah nomor dua, bekerja dengan sangat mereka semua bahwa nomor satu, sedangkan perlahan-lahan di wajah Yu Qilin muncul seulas senyum, dan ia pun menunggu dengan tenang. Malam semakin larut, di bawah komando Jin Yuanbao, semangat para bukuai bangkit, sedikit demi sedikit mereka berbaur dalam kegelapan malam. Dalam sekejap mata, suara pintu didobrak, teriakan, gonggongan anjing dan tangisan bayi serentak terdengar, seketika itu juga, lorong yang sempit itu menjadi terang benderang diterangi cahaya obor. Akan tetapi, halaman itu kosong melompong! Halaman itu ditumbuhi rumput lebat, selain bangunan utama yang menunjukkan tanda-tanda pernah didiami, kamar-kamar yang lain kosong melompong dan terkunci. Di ruang utama, masih tersisa makanan yang baru separuh dimakan di atas meja, sedangkan di atas ranjang di kamar tidur, masih ada sebuah mantel wanita berwarna biru yang tergulung.

"Sialan, mereka sudah kabur!"

Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao memburu masuk ke halaman, namun memang benar, halaman itu kosong melompong.

Para bukuai yang ditugaskan mencari satu demi satu melapor, dan mereka pun melaporkan hasil yang sama.

Sambil mengerutkan keningnya, Jin Yuanbao berjalan mondarmandir di dalam halaman, ia memandang makanan di atas meja tanpa berkata apa-apa, mendadak ia menendang sebuah bangku! Semua orang terperanjat, namun tak ada yang berani membuka mulut.

"Bagaimana dengan ibuku?", Yu Qilin mendorong kerumunan orang itu dan masuk, namun begitu melihat wajah Jin Yuanbao yang penuh mendung gelap, ia seakan tak percaya.

"Dimana dia? Kenapa tak ada di sini?"

Jin Yuanbao membuka mulutnya, hendak menjelaskan, akan tetapi ia sadar bahwa ia tak dapat menjelaskannya. Mendadak, pandangan mata Yu Qilin jatuh di atas mantel di kamar tidur itu, ia segera memburu ke arahnya dan memperhatikan mantel itu.

"Ini baju ibuku!", Yu Qilin memeluk mantel itu, suaranya telah mengandung sedu-sedan, melihat ruangan yang kosong melompong itu, air matanya serta merta berlinangan.

"Maaf, kami terlambat selangkah", dengan berat hati Jin Yuanbao melangkah ke depan, lalu berkata dengan lirih. Dengan galau Yu Qilin menggeleng, dengan sebisanya ia menahan air matanya.

"Bukan salahmu, kalian sudah berusaha semampu kalian". Dengan penuh perasaan bersalah, Jin Yuanbao meneliti seluruh ruangan itu dan mulai menganalisa kesalahannya.

"Makanan baru separuh habis, dan lentera masih menyala, pasti hal ini baru saja terjadi, pasti ada orang yang membocorkan tindakan kita, tapi selain Ma Zhong dan Wang Qiang, orang-orangku tak tahu siapa yang akan kita selamatkan, lagipula, aku baru saja memberitahukan tempat operasi kita ini".

"Kalau begitu siapa? Xiaoxuan, Zhangfeng, biaoge, tak mungkin membocorkan kejadian ini", dengan tercengang Yu Qilin bertanya.

"Biaoge?", Jin Yuanbao segera menjadi Wenchao? Bagaimana ia bisa sampai tahu?"

Waspada.

"Liu "Ia datang menjenggukku dan aku memberitahunya, kau tak boleh sembarangan mencurigainya, tak mungkin dia orangnya".

"Kapan kau memberitahunya?"

"Aku sudah berkata tak mungkin dia orangnya!", dengan gelisah Yu Qilin memotong perkataannya. Mendengarnya, mau tak mau wajah Jin Yuanbao menjadi muram, ia baru hendak membuka mulut, namun Yu Qilin sudah tak ingin tinggal di tempat itu lagi, dengan putus asa ia berbalik dan pergi.

"Tak usah bicara tentang masalah ini, aku pergi dulu". Jin Yuanbao cepat-cepat mengejarnya keluar pintu, ia menahan Yu Qilin dan membuatnya menghadap dirinya sendiri, akan tetapi, begitu melihat wajahnya, Jin Yuanbao tak kuasa berkata apa-apa. Wajah Yu Qilin penuh berlinangan air mata..... Yu Qilin menarik napas dalam-dalam, memaksa dirinya untuk tenang, lalu berkata.

"Aku pergi dulu, ucapkan terima kasihku pada saudara-saudaramu.....", sambil tersedu-sedu, ia menghapus air matanya.

"Malam sudah larut, aku pergi dulu. Kau juga pulanglah untuk beristirahat....."

Melihat Yu Qilin yang wajahnya penuh air mata namun masih berusaha bertahan dan memaksa diri untuk tetap tenang, hati Jin Yuanbao tercekat, ia menarik Yu Qilin ke dalam pelukannya, lalu dengan amat lembut berkata.

"Maafkan aku". Air mata Yu Qilin yang sudah sejak tadi ditahan, begitu ia mendengar perkataan itu, seketika itu juga bercucuran bagai butiran-butiran mutiara yang terlepas dari untaiannya, dan jatuh berderai ke lantai.

"Maafkan aku......", Jin Yuanbao kembali berkata, dengan lembut ia menekan kepala Yu Qilin ke bahunya sendiri.

"Aku kurang memahamimu, beberapa hari ini aku tak berpikir dengan sungguh-sungguh. Hidup atau mati ibumu tak bisa dipastikan, hatimu tentu cemas; aku tak cukup baik mengurusmu, sehingga untuk sesaat kau kehilangan kendali, aku pun tak seharusnya memukulmu, aku benar-benar, benar-benar bodoh sehingga kau sampai meninggalkanku, padahal aku jelas enggan berpisah denganmu, dan kau pun enggan berpisah denganku". Mendengar perkataan itu, mau tak mau Yu Qilin gemetar. "Aku sangat, sangat menyesal, aku ingin kau pulang, kumohon kau mau pulang". Suara Jin Yuanbao saat itu mengandung kelembutan yang belum pernah terdengar sebelumnya..... Yu Qilin merasa bahwa penderitaan dan kerinduan beberapa hari berturut-turut ini.....dan juga kekecewaan besar yang terjadi setelah kebahagiaan barusan ini, pada saat ini, mendadak meledak, seketika itu juga, ia tak kuasa menahan diri untuk tak menangis meraung-raung, seperti seorang anak kecil.

"Aku merindukan ibuku, dan kau pun begitu bengis padaku, semua ini salahmu, semua ini salahmu".

"Maaf, maaf, aku akan menemukan ibu, aku berjanji", dengan lembut Jin Yuanbao mencium rambut dan dahi Yu Qilin sambil menghiburnya dengan suara lembut. Yu Qilin mengangguk sambil menangis, perlahan-lahan ia menjadi lebih tenang, tersedu-sedan sambil menyusup dalam pelukan Jin Yuanbao. Jin Yuanbao merasakannya dan dengan hati-hati menghapus air matanya.

"Ikut aku pulang". Yu Qilin tertegun, lalu menggeleng.

"Tidak".

"Kau masih tak memaafkanku?" "Ibumulah yang tak menyukaiku, yang membenciku. Ia tak mungkin menginginkanku pulang". Yu Qilin berbicara dengan terbata-bata. Jin Yuanbao memeluk Yu Qilin, ia merasa tak berdaya, namun setelah menghela napas, ia berkata dengan tegas.

"Beberapa hari ini aku telah banyak berpikir tentang konflik diantaramu dan ibuku, tak perduli nama siapa yang tertera di surat nikah, kau Yu Qilin adalah istriku dan aku akan berdiri di sisimu, tetapi aku juga ingin agar kau memahami ibuku".

"Ia begitu membenciku, aku mana bisa memahaminya?", dengan tak paham Yu Qilin memandanginya.

"Kau memakai nama Jiang Xiaoxuan untuk menjadi menantu keluarga Jin, masalah ini, baik untuk keluarga Jin dan dirimu sendiri, adalah bahaya yang tersembunyi". Mendengarnya, tubuh Yu Qilin menjadi mati rasa. Jin Yuanbao cepat-cepat memeluknya erat-erat seraya menenangkannya.

"Jangan takut, keluarga pejabat tinggi mana yang tak punya rahasia? Karena aku telah memilihmu, aku tak takut pada kesulitan seperti itu. Ibuku telah dua puluh tahun lebih mengelola Wisma Jin dan bukan seorang wanita penakut yang takut pada kesulitan, kalau tidak masa saat itu ia berani memikul tanggung jawab seperti itu? Akan tetapi aku sekarang tahu bahwa selama ini yang dikhawatirkan olehnya bukanlah dirinya sendiri, atau bahkan bukan Wisma Jin, melainkan diriku". Kali ini, Yu Qilin tak membantah dan hanya mendengarkan dengan tenang.

"Aku telah memikirkan perbuatan ibuku beberapa hari ini, akan tetapi walaupun ia ibuku, ia masih tak boleh menentukan jalan hidupku; Qilin, kau harus memahami naluri seorang ibu, ia hanya ingin melindungi putranya, kuharap kau dapat memahami dan memaafkannya. Bagaimanapun juga, kitalah yang menciptakan masalah ini sehingga membuatnya panik". Sambil memandang Jin Yuanbao, Yu Qilin merasa berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya.

"Aku telah membuat masalah, aku mengakui hal itu, namun ibumu demi dirimu telah melakukan segalanya tanpa memperdulikan harga yang harus dibayar".

"Sebelumnya ia bersikap penuh kasih sayang padamu, apa kau lupa? Ibuku sama sekali bukan seorang wanita yang berpandangan picik. Andaikan tak ada pernikahan yang dianugerahkan kaisar seperti ini, ia akan dapat menerima dan menghargaimu, dan setelah kau sedikit memahami ibuku, kau juga akan dapat mengasihi dan menghargainya".

"Yuanbao, kau tak tahu ----", rahasia itu hampir saja keluar dari mulutnya. Namun Jin Yuanbao tak ingin mendengarnya dan menutupi mulutnya, dengan lembut ia berkata.

"Aku tahu, aku tahu, karena diriku kalian harus tinggal seatap, percekcokan diantara kaum wanita seperti ini.....aku berjanji, setelah kau pulang nanti, kau tak usah tunduk pada siapapun; begitu ibuku melihat betapa bulat tekadku, dan betapa aku mencintaimu, demi diriku, ia pasti akan dapat menerimamu. Kau pun demi diriku harus memahami dan memaafkannya, bagaimana?"

"Tapi....", Yu Qilin bimbang.

"Berjanjilah padaku, berjanjilah padaku, ikut aku pulang!", dengan lembut Jin Yuanbao menarik tangannya, sikapnya amat bersungguh-sungguh. Melihat matanya yang berbinar-binar, dan mengingat perkataannya manisnya barusan ini, akhirnya, mau tak mau Yu Qilin mengangguk. Walaupun malam sudah larut, Nyonya Jin telah mendengar kabar bahwa Yu Qilin telah kembali ke Wisma Jin, seketika itu juga, ia tak bisa tidur, ia lalu duduk dan menyampirkan baju di tubuhnya, ia melihat bahwa halaman di luar diterangi cahaya lentera dan mendengarkan suara gemerisik dedaunan yang luruh, semakin lama ia merasa semakin sedih dan menderita.

"Setelah usaha keras beberapa hari ini, ia pulang lagi? Coba lihat, mereka tak bisa dipisahkan", Nyonya Jin menerima cawan teh yang diberikan oleh Gu Daniang kepadanya, namun ia tak meminumnya dan hanya memaksakan dirinya untuk tersenyum sambil memandang Gu Daniang.

"Ai.......", Gu Daniang menghela napas.

"Benar, tak nyana, pada malam yang sama ia langsung membawanya pulang! Kata penjaga pintu, begitu turun kereta, tuan muda membopongnya ke kamar, kata para gadis pelayan, tuan muda bersikap amat lembut padanya, ai!"

"Apakah aku benar-benar telah berhutang pada mereka ibu dan anak itu? Apakah hal ini disebabkan karena hukum karma?"

Dalam perkataan Nyonya Jin terkandung rasa putus asa, Gu Daniang amat terkejut dan cepat-cepat menghiburnya.

"Jangan berpikir seperti itu, hutang apa, ia begitu berjumpa dengannya selalu menjadi linglung, persis seperti sikap tuan bertahun-tahun silam pada Nyonya Wang itu, bah, paling tidak, Yu Qilin ini bersedia berulangkali bersujud demi ibunya, ia sangat setia, dan juga bersikap amat tulus kepada Yuanbao".

"Bersikap tulus?", Nyonya Jin menengadah dan memijat-mijat pelipisnya.

"Ai, sikap tulus belum tentu akan membawa akibat yang baik". Untuk sesaaat, Gu Daniang tak tahu harus berkata apa.

"Sudahlah, cinta diantara pria dan wanita tak bisa diputuskan.......", Nyonya Jin menaruh cawan teh dalam genggamannya.

"Hubungan mereka berdua begitu erat, kita tak bisa memisahkan mereka, kalau aku kembali menghalanginya, jangan-jangan aku akan kehilangan anak ini. Coba lihat, kalau Yuanbao benar-benar memahamiku, ia akan datang kemari". Begitu Nyonya Jin menyelesaikan perkataannya, Jin Yuanbao menyingkapkan tirai pintu dan masuk. Ia menengadah dan memandang wajah Nyonya Jin yang penuh arti, dan langsung tahu bahwa kabar tentang kepulangan Yu Qilin sudah diketahui olehnya. Ia berpikir sejenak, lalu melangkah maju dan berkata.

"Ibu, seharusnya saat larut malam begini aku tak selayaknya menganggu anda, tapi aku khawatir kalau menunda pembicaraan ini sampai besok pagi, anda akan makin marah". Nyonya Jin berkata kepulangan istrimu?"

Dengan hambar.

"Apakah tentang "Ya, aku mencarinya dan membawanya pulang", Jin Yuanbao berkata dengan tenang, lalu duduk di sisi Nyonya Jin sambil mengenggam tangan sang ibu.

"Ibu, aku sudah menjelaskan padanya bahwa berbagai gesekan yang terjadi diantara anda dan dia akhir-akhir ini semuanya disebabkan karena anda mengkhawatirkan aku".

"Bagus kalau kau tahu!"

Air mata hangat mengenangi rongga mata Nyonya Jin.

"Tak sia-sia aku membesarkanmu!"

"Anda ibuku, tentu saja aku tahu! Ibu, barusan ini aku telah bicara dengan Yu Qilin bahwa walaupun anda telah berani menanggung akibat pernikahan dengan identitas palsu itu, namun yang sebenarnya mengundang masalah adalah kami, sehingga membuat anda panik, kalau anda mempunyai pandangan seperti itu terhadapnya, ada suatu hal yang tak aneh". Nyonya Jin tak berkata apa-apa, namun sinar matanya sedikit demi sedikit melunak. Mata Gu Daniang yang berdiri di sampingnya telah berlinangan air mata.

"Shaoye, bukankah aku sudah berkata bahwa anda harus memahami hati nyonya? Nyonya sama sekali tak menyalahkanmu!"

Jin Yuanbao mengangguk.

"Ibu, kau jangan khawatir, biarkan aku menanggung masalah ini, aku akan menanggung semuanya, aku adalah putra anda, majikan muda Wisma Jin. Aku seharusnya memikul tanggung jawab ini, aku akan menanggung semuanya dan tak lagi menyusahkan dirimu. Ibu, kumohon agar kau memandang diriku dan menerimanya, bagaimana?", Jin Yuanbao berkata dengan amat tulus. * Akan tetapi, Nyonya Jin memandang putranya yang tak tahu apa-apa dan makin merasa bahwa nasib baik mempermainkan manusia, dalam hatinya, rasa tak berdaya dan cinta melebihi rasa pedih. Ia termenung untuk beberapa saat, lalu dengan kelelahan dan mengantuk berkata.

"Kalau kau menyukai seorang wanita, sebagai seorang ibu, apa yang dapat kulakukan selain merasa senang bagi dirimu? Selain itu, kalian berdua tak terpisahkan", ketika berbicara sampai di sini, Nyonya Jin menghela napas dengan penuh perasaan dan berkata.

"Kalian berdua adalah suami istri, asalkan kalian bersikap tulus dan tak menimbulkan gelombang, untuk apa aku memperlakukan kalian dengan tak adil? Asalkan kau bahagia, semuanya baik-baik saja". Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao tahu bahwa sang ibu telah melunak, ia pun segera tersenyum dan berkata.

"Mana bisa hanya aku yang bahagia, aku juga ingin anda bahagia. Ibu, kejadian sebelum ini sudah berlalu, setelah ini kita sekeluarga akan hidup dengan rukun.....anda pun perlahan-lahan akan menyukainya".

"Baiklah, baiklah, mulutmu pintar seperti beo!"

Berbagai perasaan muncul dalam hati Nyonya Jin, ia melihat sang putra dengan rasa berterima kasih sekaligus putus asa.

"Kalau sudah selesai bicara cepatlah pergi!"

"Kalau begitu.....ibu, aku pergi dulu", Jin Yuanbao berkata sembari tersenyum, lalu pergi dengan girang. Melihat sosok Jin Yuanbao yang berlalu dengan cepat, untuk sesaat Nyonya Jin merasa kehilangan harapan.

"Xiaocui, menurutmu kalau Yuanbao adalah putra kandungku sendiri apakah ia akan lebih baik?"

"Tuan muda adalah putra kandung anda", Gu Daniang berkata untuk menghiburnya. Nyonya Jin mengangguk sambil tersenyum, namun dalam senyum itu terkandung rasa sedih. Dan saat itu, ketika Jin Yuanbao sedang kegirangan, ruangan Liu Wenchao justru sedang diselimuti awan gelap. Dengan wajah amat malu, A Gui berlutut di hadapannya.

"Aku telah mengecewakan kepercayaan besar yang diberikan gongzi kepadaku, aku sudah begitu sering keluar masuk, namun tak pernah menemukan nyonya tukang gosip di mulut lorong itu.....A Gui tak bisa berkata apa-apa, mohon gongzi hukum aku!"

Walaupun Liu Wenchao merasa tak senang, namun pada akhirnya tak ada masalah besar yang terjadi, maka ia hanya berkata dengan hambar.

"Kalau aku menghukummu, siapa lagi yang akan dengan begitu setia melaksanakan perintahku? Bangkitlah". Dengan perlahan A Gui bangkit.

"Untung saja peruntungan tuan sangat baik, sehingga bahaya dapat dihindarkan".

"Kali ini memang sangat berbahaya, kalau aku tak pergi menjengguk Yu Qilin, Nyonya Wang sudah diselamatkan", Liu Wenchao berhenti sejenak, suaranya menjadi makin bengis.

"Kuharap hal seperti ini tak akan terjadi untuk kedua kalinya".

"Ya, sama sekali tak akan!", A Gui berkata dengan bermanismanis.

"Perasaan tuan yang mendalam terhadap Nona Yu ternyata membantu tuan, oleh karenanya aku berkata bahwa keberuntungan tuan sangat besar, pasti akan dapat berhasil melaksanakan pekerjaan besar ini". Mendengarnya, Liu Wenchao tak kuasa menahan senyum, namun setelah itu wajahnya kembali menjadi serius.

"Nyonya Yu ini sudah lama berada di tangan kita, sekarang nampaknya telah menjadi suatu masalah yang merepotkan. Ia hanya seorang wanita desa, namun Jin Yuanbao telah berusaha mati-matian mencarinya, Nyonya Jin pun menyuruh kaki tangannya untuk mencarinya, yang satu melakukannya dengan terang-terangan, sedangkan yang satunya lagi dengan diam-diam, kalau begini, cepat atau lambat, pada suatu hari ia akan ditemukan juga".

"Kalau begitu bagaimana? Bagaimana kalau....."

Begitu mendengarnya, Liu Wenchao segera dengan amat tegas melambaikan tangannya seraya berkata.

"A Gui, kau setia, namun dalam bertindak kau harus memakai otak. Sekarang Nyonya Yu ini adalah kartu yang amat berharga, aku tak hanya tak bisa melenyapkannya, melainkan harus mengambil insiatif agar mereka menemukannya! Coba kau pikir, kenapa begitu banyak orang mencari Nyonya Yu? Yu Qilin pun kenapa bertengkar dengan Nyonya Jin sampai memukul orang?"

Ketika mendengarnya, A Gui merasa amat heran, dengan mengumam ia bertanya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Malam itu Nona Yu merasa pasti bahwa nyonya telah membunuh si bidan, saat itu xiaoren senang, namun juga merasa heran kenapa Yu Qilin dapat mencurigai Nyonya Jin. Nyonya berkedudukan tinggi, bagaimana ia bisa membunuh seorang nenek sinting?"

"Benar!", alis Liu Wenchao terangkat.

"Yu Qilin mengatakan bahwa nyonya membunuh Bidan Liu dan menyekap Nyonya Yu, namun ia lebih suka putus hubungan dengan Jin Yuanbao daripada memberitahukan alasannya; kita tahu dengan jelas bahwa Nyonya Jin tak melakukannya......"

Ia berhenti sejenak, seakan teringat akan sesuatu, lalu tersenyum dan berkata.

"Kalau benar-benar tak ada masalah apapun, kenapa setelah Bidan Liu tewas, nyonya memberi ganti rugi pada keluarganya? Seorang bidan, kenapa bisa begitu diperhatikan oleh Nyonya Jin?"

"Jangan-jangan.....bidan itu tahu tentang suatu hal yang menyangkut nyonya!"

"Hal apa?", Liu Wenchao tertawa sinis.

"Jin Yuanbao, adik sepupuku, katanya adalah bayi yang dilahirkan oleh Nyonya Jin setelah hamil sepuluh bulan lebih dari dua puluh tahun yang lalu, bidan yang membantu kelahirannya, Bidan Liu, segera dibawa ke sebuah desa untuk tinggal di sana. Namun dalam keadaan gila, ia justru ingat bahwa dua puluh tahun yang lalu, di Wisma Jin ada seorang Selir Wang yang melahirkan anak, lalu menghilang. Kalau aku tak salah duga, Selir Wang yang menghilang itu adalah Nyonya Yu, dan anak itu adalah....."

"Aku paham!", A Gui tiba-tiba tersadar dan merasa terkejut sekaligus girang.

"Dialah tuan muda kita yang mulia dan adik sepupuku, Jin Yuanbao", mata Liu Wenchao bersinar dingin bagai mata seekor ular berbisa.

"A Gui, kartu Nyonya Yu ini harus segera dikeluarkan!"

Larut malam, sebuah rumah di ibu kota seharusnya telah sunyi senyap, api lentera telah padam meninggalkan abu, akan tetapi pintu sebuah kamar di rumah itu justru mendadak dibuka.

Di dalam kamar, Nyonya Yu sedang membereskan kopernya yang berantakan, begitu mendengar suara berdebam, ia segera bangkit mencari tahu.

Nampak A Gui berlari sambil terhuyung-huyung, saat melewati pintu, ia tersandung ambang pintu dan hampir saja terjerembab.

Walaupun Nyonya Yu terkejut, namun wajahnya nampak hambar.

"Di tengah malam kau memasukkanku ke dalam kereta dan membawaku pergi, sekarang kau menyembunyikanku di rumah ini, sebenarnya apa maumu?"

"Ada, ada masalah!", A Gui terengah-engah sambil megapmegap.

"Apa?", hati Nyonya Yu terkesiap.

"Qilin terkena masalah?"

"Bukan, bukan nyonya muda!", A Gui berbicara dengan terbatabata.

"Kalau begitu, siapa yang terkena masalah?", hati Nyonya Yu sedikit lebih lega.

"Kemarin malam kami membawamu pergi karena keadaan berbahaya, ada orang yang hendak menculikmu. Hari ini tuan dan nyonya muda cepat-cepat pergi menemuimu, akan tetapi di jalan dihadang oleh gerombolan kemarin malam itu, ketika tuan muda menghadang di depan nyonya muda ia terkena bacokan golok!" "Yuanbao?", tubuh Nyonya Yu bergoyang-goyang, wajahnya langsung menjadi pucat pasi.

"Yuanbao......tuan mudamu sekarang di mana? Cepat ajak aku menemuinya!"

Melihat wajah Nyonya Yu yang pucat pasi, A Gui merasa makin percaya diri.

"Luka tuan muda terlalu parah, ia tak dapat dipindahkan, sekarang ia berada di rumah orang di tepi jalan; tabib sedang menuju ke sana, nyonya muda kebingungan dan menyuruhku untuk datang dan memberitahu anda!"

Begitu mendengar perkataan itu, Nyonya Yu tak berpikir dengan rasional lagi, tak nyana ia tak menemukan kelemahan dalam perkataan A Gui, ia langsung mencengkeram A Gui dan memohon.

"Cepat ajak aku menemui Yuanbao!"

"Baik, baik!", A Gui segera mengajaknya keluar dan naik kereta kuda. Kereta kuda pun segera melaju dengan cepat, tak seberapa lama kemudian, kereta itu tiba di depan sebuah rumah rakyat jelata yang reyot, tanpa dibantu, Nyonya Yu melompat turun dari kereta sendiri, lalu dengan kalang kabut berlari masuk ke dalam rumah itu. Suasana di dalam kamar remang-remang, di sisi sebuah lampu minyak di tengah kegelapan, seorang lelaki muda yang tubuh dan wajahnya ditutupi kain putih mengeliat-geliat di atas ranjang sambil mengerang, nampaknya terluka parah. Begitu melihat lelaki itu, Nyonya Yu langsung kebingungan, tanpa mengenalinya dengan seksama, ia langsung memburu ke depan.

"Yuanbao, Yuanbao, bagaimana keadaanmu?"

"Siapa? Siapa ini?", suara pemuda itu lemah.

"Yuanbao, aku ibumu!", Nyonya Yu tersedu. A Gui berdiri di belakang Nyonya Yu seakan sedang menonton sandiwara, mendengar perkataan itu, ia menjadi bersemangat, senyum muncul di wajahnya.

"Ibuku......", pemuda itu mengumam, seakan kebingungan.

"Yuanbao, aku ibumu. Sakit sekali, ya? Ibu akan menemanimu, tabib akan segera datang......"

Nyonya Yu membelai wajah pemuda itu dan menjadi kebingungan.

Pemuda yang kepalanya dibalut perban itu menjawab, namun di balik perbannya yang berbercak darah sama sekali tak ada luka.

Nyonya Jin terperanjat, dengan terhuyung-huyung ia mundur ke belakang.

Mendadak A Gui bersuara, dengan marah dan terkejut Nyonya Yu berpaling, dengan wajah penuh senyum, A Gui bertepuk tangan dan berkata.

"Selir Wang, ternyata kau memang Selir Wang!"

Setelah tahu bahwa dirinya telah jatuh ke dalam perangkap, Nyonya Yu terkejut sekaligus geram.

Pemuda yang terluka itu telah duduk, dengan wajah acuh ia membuka perbannya, nampak seorang pemuda yang tubuh dan wajahnya mirip, sambil tersenyum aneh ia menjura pada A Gui, lalu keluar kamar.

"Dugaan tuan tak salah, ternyata Jin Yuanbao memang dilahirkan olehmu, Selir Wang! Sama sekali bukan anak kandung Nyonya Jin! Semua ini berkat dirimu, yang begitu mendengar tuan muda terluka langsung menjadi seperti ini, kasih ibu memang dalam, ikatan darah tak bisa diputuskan!", A Gui tertawa dan berkata. Dalam hati Nyonya Yu tahu bahwa ia telah kena tipu, dengan menyesal, ia bangkit, tanpa berkata apa-apa, ia memandang A Gui dengan penuh amarah. Namun A Gui seakan tak melihatnya, dengan ramah dan sopan ia berkata.

"Selir Wang, ikut aku!"

Dengan dahi berkerut Nyonya Yu memperhatikan tembok di sekelilingnya, lalu tiba-tiba menerjang ke arah tembok! Akan tetapi, pandangan A Gui tajam dan gerakannya sebat, ia maju dan menghadang Nyonya Yu.

"Anda jangan berpikir yang tidak-tidak!", A Gui berhenti sejenak, lalu mengancam.

"Kalau kau sampai mati mendadak, keadaan nyonya muda di Wisma Jin akan sulit! Begitu juga dengan putra kandungmu!"

".......", Nyonya Yu yang dihadang A Gui tak berani bergerak lagi, wajahnya penuh penyesalan dan kebencian. "Anda jangan membenciku seperti ini! Sebentar lagi anda akan berterima kasih padaku!", A Gui berkata dengan puas diri.

"Bagaimana dengan Qilin?", akhirnya Nyonya Yu tak kuasa menahan diri untuk tak bertanya.

"Apa yang kalian lakukan pada Qilin?"

"Nyonya muda baik-baik saja di Wisma Jin! Anda jangan cemas, anda ingin menemui nyonya muda, bukan? Dalam sekejap mata, kalian ibu dan anak akan berkumpul kembali!"

Setelah berbicara, dengan kasar A Gui mendorong Nyonya Yu naik ke kereta.

"Celaka!", Liu Wenchao mata terkejut dan mendadak bangkit.

"Bidan Liu belum lama mati, Nyonya Yu tak dapat diselamatkan dan Jin Yuanbao tak bisa menemukan petunjuk lain, maka sekarang ia akan berkonsentrasi pada si pengambil obat, hal ini sangat berbahaya, tapi kau malah menemui dia!"

Mendengar perkataan itu, A Gui segera tersadar dan merasa amat menyesal,"Bruk!", ia berlutut di hadapan Liu Wenchao. Ketika melihat air muka A Gui, dalam hati Liu Wenchao muncul sebuah firasat buruk.

"Ada apa lagi?"

"Tuan memang pandai", jawab A Gui.

"Hari ini setelah xiaode pergi, xioade merasa ada orang yang membuntuti, maka xiaode sengaja berputar-putar di kota sebelum kembali ke wisma".

"Ada orang yang membuntuti......", begitu mendengar perkataan itu, Liu Wenchao pun menggeleng-geleng dengan muram.

"A Gui, kau sudah ketahuan". Sekujur tubuh A Gui gemetar, ia pun menelungkup.

"Nampaknya pengambil obat itu memang sengaja dilepaskan oleh Jin Yuanbao untuk diam-diam memancing kita.......kau adalah pengawal Wisma Jin, orang-orang yang dapat mengenalimu tak sedikit, asalkan ada orang yang melihatmu duduk bersama dengan pengambil obat itu, kau dibuntuti atau tidak, tidaklah penting. Aku khawatir sekarang perhatian Jin Yuanbao telah beralih kemari". Mendengar perkataan itu, A Gui mendadak menengadah.

"Xiaode telah melibatkan tuan, xiaode pantas mati! Anda jangan khawatir, tak perduli bagaimana Jin Yuanbao menyiksa hamba, A Gui tak akan mengatakan sepatah kata pun".

"Perkataanmu ini tak ada gunanya!", dengan gelisah Liu Wenchao mengibaskan tangannya.

"Kau orang yang masih hidup ini adalah bukti yang paling kuat!"

Wajah A Gui menjadi gelap, seraya menggertakkan gigi, ia menghunus sebilah belati dari sepatu botnya, Liu Wenchao amat terkejut! A Gui menaruh pisau di depan dirinya sendiri, lalu dengan sungguh-sungguh bersujud.

"Nyawaku ini tuan selamatkan lebih dari sepuluh tahun yang lalu, hari-hariku yang bahagia sepuluh tahun ini sia-sia belaka, sekarang aku akan mengembalikannya ke tangan anda, aku A Gui tak menyesal, hanya saja aku bodoh dan tak bisa membantu anda menanggung beban ini lagi". Tanpa menunggu reaksi Liu Wenchao, A Gui segera mengangkat belati itu dan dengan sungguh-sungguh berkata.

"Sekarang xiaoren akan kembali ke kamar, malam ini aku akan mencari waktu yang tepat untuk membunuh diri dengan rapi, agar sama sekali tak melibatkan anda! Kalau anda tak percaya, silahkan cabut nyawaku sekarang, dan aku sama sekali tak akan mendendam pada anda". Hati Liu Wenchao tersentuh, ia segera maju dan menarik A Gui berdiri. Melihat sinar mata A Gui yang penuh tekad, berbagai perasaan berkecamuk dalam hati Liu Wenchao, seketika itu juga, ia menghela napas dengan penuh perasaan, seakan tak lagi bisa menahan segala perasaannya membanjir keluar. Setelah beberapa lama, ia baru menghela napas dan berkata.

"Tak usah banyak bicara lagi, aku akan mengurus keluargamu".

"Xiaoren percaya pada anda", A Gui dengan patuh bersujud.

"Kalau begitu, lakukanlah sebuah perbuatan terakhir untukku", sambil memandang wajah A Gui dengan penuh perhatian, Liu Wenchao meneruskan. A Gui sama sekali tak ragu-ragu.

"Aku akan menuruti perintah anda". Setelah itu, A Gui meninggalkan Wisma Jin, namun ia tak keluar melalui pintu belakang, melainkan melalui gerbang depan, lalu tanpa berayal atau ragu sedikitpun segera bergerak dengan cepat, nampaknya ia telah mempunyai suatu tujuan yang jelas. Seorang bukuai segera membuntutinya, di kejauhan Jin Yuanbao berdiri di bawah sebatang pohon liu, sambil memandang sosok A Gui yang berlalu, dahinya perlahan-lahan berkerut, lalu dengan suara pelan ia memerintah Ma Zhong.

"Kau cepat kembali dan bawa bala bantuan kemari, mungkin akan ada perkelahian". A Gui langsung pergi ke rumah tahanan baru Nyonya Yu, akan tetapi, setelah sampai, ia tak masuk ke dalam, ia terus berdiri di luar, sampai mendengar suara langkah kaki Jin Yuanbao dan yang lainnya, ia baru merasa lega dan menyelinap masuk. Ketika Jin Yuanbao mengejar sampai ke mulut lorong, lorong itu kosong melompong, sedangkan pintu-pintu rumah di kedua sisi lorong tertutup rapat, untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa. Mendadak, dari sebuah pintu terdengar teriakan ketakutan seorang wanita! Jin Yuanbao cemas.

"Di sebelah Semua orang mengikutinya, lalu mendobrak pintu itu. sini!"

Di dalam halaman, sepasang tangan Nyonya Yu tertelikung di belakang punggungnya, dengan mengenaskan ia jatuh terjerembab ke tanah, lalu diinjak punggungnya oleh kaki A Gui! Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao amat terkejut, tanpa berpikir panjang, ia memungut sebuah tongkat yang tergeletak di sisi pintu dan mengayunkannya, tongkat itu mengenai kepala A Gui dengan telak, ia terhuyung-huyung dan pisaunya pun terjatuh.

Para bukuai segera memburu ke depan lalu bersama-sama menahan A Gui, setelah itu mereka masing-masing memeriksa rumah itu.

Akan tetapi Jin Yuanbao segera menerjang ke hadapan Nyonya Yu, ia menekuk sebelah lututnya dan memeriksa apakah di tubuh Nyonya Yu terdapat bercak darah atau luka luar, setelah melihat Nyonya Yu baik-baik saja, ia barulah merasa lega dan membantu Nyonya Yu bangkit.

"Mohon maaf, aku datang terlambat, sehingga membuat anda menderita!"

Separuh wajah Nyonya Yu berlumuran lumpur, rambut di pelipisnya berantakan, penampilan menyedihkan, akan tetapi dengan tenang ia memandang putranya yang telah tumbuh dewasa sambil tersenyum, semangat, kerinduan dan kasih sayang seorang ibu yang memenuhi dadanya tak dapat diungkapkannya, air matanya pun bercucuran, ia tersedu sedan, tak kuasa berbicara.

Dengan sabar Jin Yuanbao menyokong Nyonya Yu, lalu melepaskan tali yang mengikatnya.

Begitu tali terlepas, Nyonya Jin segera memeluk Jin Yuanbao, lalu menangis dengan pilu.

"Yuanbao, Yuanbao!"

Jin Yuanbao merasa agak heran, namun ia paham bahwa Nyonya Yu ketakutan, maka dengan lembut ia menepuk-nepuk punggung Nyonya Yu untuk menenangkannya seraya berkata.

"Baiklah, baiklah, semua sudah berlalu, aku akan segera membawamu pulang untuk bertemu dengan Qilin!"

Saat itu Nyonya Yu barulah melepaskan Jin Yuanbao, dengan mata yang kabur karena air mata, ia memandanginya.

"Jangan takut, semua telah berlalu, tak ada orang yang dapat mencelakaimu lagi, ikut aku pulang ke rumah!", dengan penuh bakti Jin Yuanbao menenangkannya.

"Bos, pemeriksaan sudah selesai!", Wang Qiang keluar dari dalam rumah.

"Hanya ada satu orang, apa anda hendak menahannya di yamen?"

Jin Yuanbao memeluk tubuh Nyonya Yu yang kurus dan lemah.

"Pengkhianat Wisma Jin kami sebaiknya dibawa ke Wisma Jin!"

Begitu mendengar perkataan Wisma Jin, Nyonya Yu langsung tersadar, dengan cemas ia memandang putranya sendiri, hatinya galau. Namun Jin Yuanbao tak melihat sesuatu yang aneh pada dirinya, ia hanya memapah Nyonya Yu menuju ke kereta kuda.

"Mari, ayo pulang". Hati Nyonya Yu tak tenang, namun setelah melihat wajah sang putra yang ramah, akhirnya ia menggertakkan gigi dan berkata.

"Shaoye, aku perempuan kampung, pengalamanku sedikit, kalau anda membawaku ke wisma anda, aku khawatir cara bicara dan sikapku akan menyinggung nyonya, lebih baik anda mencarikan penginapan untuk kutinggali saja, lalu minta Qilin datang menemuiku". Nada suara Nyonya Yu amat merendah dan lemah, Jin Yuanbao tak menyukai nada suara itu, ia segera mengerutkan keningnya, ia merasa agak tak senang, namun setelah melihat wajah Nyonya Yu yang pucat dan ketakutan, mau tak mau hatinya melunak, dengan lembut ia pun menenangkannya.

"Mohon anda panggil aku Yuanbao". Dengan tak berani mempercayainya, Nyonya Yu memandang Jin Yuanbao.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Qilin adalah putri anda, aku telah menikahi Qilin, maka aku adalah menantu anda, tentu saja anda harus memanggilku Yuanbao, seperti Qilin", dengan tulus Jin Yuanbao berkata. Bibir Nyonya Yu bergetar, ia hendak memanggilnya, namun nampaknya tak berani.

"Anda adalah ibu mertuaku, bagaimana aku dapat membiarkan anda tinggal sendirian di luar? Tentu saja anda harus ikut aku pulang ke rumah, kalau tidak, jangankan Qilin, ibuku pun akan menyalahkanku sebagai orang yang tak tahu adat".

"Tapi, wajahku ini benar-benar memalukan". Melihat Nyonya Yu tegang, Jin Yuanbao sengaja mengubah suasana.

"Apakah anda tak ingin bagaimana kehidupan Qilin di sini? Ia datang dari begitu jauh untuk menikah, apakah anda tak khawatir aku menganiayanya?" Hati Nyonya Jin terkesiap.

"Mari pergi, Qilin tentu sedang menunggu kita di rumah". Nyonya Yu tak bisa berbuat apa-apa, diam-diam ia juga merindukan Yu Qilin, maka dengan patuh ia naik ke kereta kuda, seketika itu juga, ia merasa takut sekaligus girang...... Saat malam sedikit orang dan kereta yang berlalu-lalang, tak lama kemudian, kereta itu telah tiba di depan gerbang Wisma Jin, Jin Yuanbao memapah Nyonya Yu turun dari kereta, A Fu cepat-cepat menyambut mereka, ketika melihat bahwa baju Nyonya Yu compang-camping dan penampilannya menyedihkan, namun ia dipapah oleh sang tuan muda sendiri dengan penuh perhatian, untuk sesaat ia tak tahu bagaimana harus memanggilnya.

"Cepat beritahu nyonya muda, ibunya sudah ditemukan!", Jin Yuanbao berkata sembari tersenyum. A Fu mendadak tersadar, ia memanggil beberapa kali, lalu dengan cepat berlari ke dalam wisma. Nyonya Yu turun dari kereta dan memandang gerbang Wisma Jin yang sudah lama tak dilihatnya, ia merasa bahwa setelah dua puluh tahun berlalu, pintu gerbang itu masih sama, bahkan makin megah, seketika itu juga, berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Melihatnya, Jin Yuanbao salah mengira bahwa Nyonya Yu bimbang karena takut, oleh karenanya ia lantas maju dan menyokongnya dengan lembut, lalu tersenyum dan berkata.

"Ayo kita masuk, Qilin tentu akan sangat gembira!"

Ketika mereka berdua baru saja melangkah masuk, nampak Yu Qilin berlari dengan cepat mendekat, baju dan roknya melambailambai, membawa kelopak-kelopak bunga.

Sambil tersenyum lebar, Jin Yuanbao memapah Nyonya Yu masuk, tanpa berkata apa-apa, ia membawa Nyonya Yu ke hadapan Yu Qilin.

Yu Qilin kegirangan, ia segera memburu maju dan memeluk Nyonya Yu erat-erat, tangisnya pun meledak.

"Ibu! Akhirnya kau berhasil ditemukan! Aku benar-benar khawatir!", seperti seorang anak kecil, dengan asal ia menyusup ke dalam pelukan Nyonya Jin, sambil memeluk pinggang Nyonya Yu ia tersenyum sembari menangis.

"Aku sudah pulang, aku sudah pulang, ibu nakal, membuat putriku ketakutan setengah mati, sekarang putriku yang manis sudah bisa merasa lega!", dengan penuh kasih sayang Nyonya Yu memeluk Yu Qilin erat-erat, wajahnya berlinangan air mata. Dalam pelukan sang bunda Yu Qilin mengangguk-angguk, sama sekali tak ingin melepaskannya, ketika Jin Yuanbao yang berdiri di samping mereka melihat betapa dalamnya kasih sayang diantara ibu dan anak itu, ia menghela napas dengan penuh perasaaan. "Semua ini gara-gara aku yang mengundang bencana yang begitu besar, sehingga melibatkan ibu", Yu Qilin menyalahkan dirinya sendiri.

"Anak bodoh, ibu mendapatkan keberuntungan di tengah bencana", dengan penuh rasa terima kasih, Nyonya Yu memandang Jin Yuanbao.

"Dalam kehidupan ini aku bisa melihat Yuanbao dan dirimu lagi, mati pun aku rela". Tentu saja Yu Qilin tahu tentang penderitaan yang dialami Nyonya Yu selama bertahun-tahun, mendengarnya berkata demikian, ia makin merasa sedih dan tak bisa menahan diri untuk tak memeluk Nyonya Yu sambil menangis tersedu-sedu. Setelah menangis untuk beberapa saat, ia melihat Jin Yuanbao yang sedang berdiri di samping Nyonya Yu sambil tersenyum kecil, hatinya terkesiap, lalu ia kembali menatap Nyonya Yu, sambil menggertakkan gigi, ia menarik tangan Nyonya Yu, lalu berputar menghadap Jin Yuanbao.

"Jin Yuanbao, kau tahu tidak......"

Mendadak, Nyonya Jin dengan pelan menarik lengan bajunya, ia pun berpaling, dan melihat Nyonya Yu dengan pelan menggeleng, sinar matanya memberinya isyarat agar tak berbicara, pandangan matanya dingin dan penuh tekad.

"Aku tahu apa?", wajah Jin Yuanbao nampak kebingungan. Yu Qilin memandang Nyonya Yu dengan memohon-mohon, namun sinar mata Nyonya Yu bertambah tegas, sehingga Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa, ia pun berpaling dan memandang wajah Jin Yuanbao yang tersenyum berseri-seri, ia merasa berduka karena ibu dan anak yang baru bersua kembali itu tak bisa saling mengenali, ia membuka mulut hendak berbicara, namun akhirnya ia hanya menangis dengan diam. Melihatnya melelehkan air mata, Jin Yuanbao mau tak mau merasa hatinya pedih, ia segera maju dan menyokongnya seraya bertanya.

"Apa yang ingin kau katakan? Aku akan mendengarkannya". Yu Qilin menengadah memandangnya, air matanya masih terus mengalir, ia hendak mengatakan isi hatinya, namun ia merasakan tangannya digenggam erat-erat oleh Nyonya Yu, oleh karenanya ia tak dapat berbuat apa-apa dan hanya berkata sembari tersedu-sedan.

"Jin Yuanbao, dia adalah ibu yang membesarkanku selama delapan belas tahun, tanpa dia, aku tak ada, dia ibuku, dan juga ibumu, bukankah kau seharusnya memanggilnya ibu?"

Tak nyana ia dapat berkata demikian, seketika itu juga, Nyonya Yu tertegun, wajahnya nampak gelisah dan penuh harapan, dan juga ketakutan yang samar-samar.

Jin Yuanbao melihat bahwa kedua orang itu ---- yang seorang tua dan yang seorang lagi muda ---- memandangnya dengan penuh harapan, dengan agak jengah, ia mendehem-dehem.

"Masa aku tak mengerti prinsip ini? Siapa yang lebih banyak membaca buku, kau atau aku? Kau perempuan ini memang suka menganggap orang lain seperti dirimu sendiri......", setelah berbicara, ia tersenyum nakal dan berpaling menghadap Nyonya Yu seraya berkata.

"Benar, bukan, ibu?"

Setelah kata 'ibu' itu terucap, Nyonya Yu dan Yu Qilin tertegun di tempat, walaupun ini adalah suatu hal yang mereka nantikan dengan penuh harap, akan tetapi ketika benar-benar mendengar perkataan itu, mau tak mau mereka pun tertegun.

Kata 'ibu' itu bagai bel yng berdentang di tengah pegunungan yang sunyi senyap, untuk waktu yang lama berdentang-dentang dalam benak mereka.

Setelah Jin Yuanbao membuka mulut, perasaan jengahnya buyar bagai asap, melihat mereka berdua membisu, ia pun tak dapat menahan diri untuk tak sekali lagi bertanya.

"Benar, tidak, ibu?"

Seketika itu juga, air mata hangat memenuhi rongga mata Nyonya Yu, sambil memandang putranya yang tinggi besar, ia menahan air matanya seraya mengangguk.

"Benar, semua yang kau katakan itu benar". Dan perasaan pedih dalam hati Yu Qilin pun menghilang, wajahnya penuh rasa girang, namun juga masih berlinangan air mata. Jin Yuanbao melihat bahwa kedua wanita itu begitu girang mendengarnya memanggil Nyonya Yu ibu, ia kembali merasa tak enak, ia merasa bahwa dalam ruangan itu tak ada tempat baginya yang seorang lelaki, maka ia mendehem beberapa kali dan berkata.

"Qilin, kau temanilah ibu dan mengobrol sepuasmu, aku tak akan menganggu kalian".

"Baik", dengan pelan Yu Qilin mengangguk.

"Aku akan kembali sebentar lagi", Jin Yuanbao dengan pelan menutup pintu dan berlalu. Yu Qilin menarik Nyonya Yu agar duduk, ia masih tak bisa menahan diri untuk tak memperhatikan Nyonya Yu. Tanpa menunggunya membuka mulut, Nyonya Yu langsung bertanya dengan penuh perhatian.

"Beritahu ibu, keadaanmu di sini baik atau tidak?"

Ketika mendengarnya, Yu Qilin kemalu-maluan seperti seorang anak kecil. Melihatnya, Nyonya Jin kembali mencecarnya.

"Keluarga terpandang seperti ini sama sekali tak sama dengan keluarga kita, sejak kecil kau tak suka dikekang, apakah kau tak menderita di sini? Kau bahagia atau tidak?"

Mendengarnya, Yu Qilin hanya tersenyum manis.

"Keadaanku sangat baik, Yuanbao selalu memperlakukanku dengan sangat baik, selalu melindungiku. Aku bersamanya selalu sangat bahagia". Nyonya Yu menghembuskan napas lega, lalu berpikir sejenak dan kembali mencecar.

"Bagaimana dengan nyonya? Nyonya bukannya sangat menyukaimu?"

Mementingkan peraturan? Apakah ia "Lumayan.....", begitu menyebut Nyonya Jin, Yu Qilin merasa tak enak.

"Nyonya tahu bahwa aku menikah dengan identitas palsu dan berkata dengan mulutnya sendiri bahwa ia tak akan mempersoalkannya lagi, dan bersedia menerimaku".

"Kalau begitu, apakah ia menyukaimu?"

Yu Qilin tak menjawab, setelah beberapa lama, ia baru berkata dengan tak yakin.

"Aku menikah dengan Yuanbao, bukan menikah dengan Nyonya Jin, apakah ia suka atau tak suka padaku, apalah artinya?"

"Omong kosong, Nyonya Jin adalah ibu mertuamu, tentu saja kau harus menghormati dan berbakti padanya, apalagi dia juga ibu Yuanbao....."

"Andalah ibu kandung Jin Yuanbao", Yu Qilin memotong perkataannya. Nyonya Yu tersenyum hambar dan berkata.

"Aku melahirkannya tapi tak membesarkannya".

"Karena Yuanbao dirampas orang dari sisi anda!"

Yu Qilin merasa geram. Nyonya Yu memandangnya, lalu dengan penuh kasih sayang membelai rambutnya dan menenangkannya.

"Qilin, segala hal di dunia ini tak seluruhnya hitam putih, walaupun Nyonya Jin bersalah, namun sikapnya amat tulus terhadap Yuanbao, jasanya membesarkan Yuanbao ini tak dapat dihapus begitu saja".

"Kalau begitu, bagaimana dengan jasa telah melahirkannya? Apakah dapat dihapus begitu saja? Ibu, kenapa kau rela tak dikenali olehnya?"

"Kau dapat bersama Yuanbao dan begitu bahagia, sedangkan aku, telah melihatnya dan mendengarnya memanggilku ibu, hatiku sudah amat puas....walaupun aku jarang bertemu dengannya, namun aku tahu bahwa ia adalah seseorang yang berperasaan halus, ia mencintaimu, dan mengenaliku, sejak saat ini, walaupun ia tak berjumpa denganku lagi, ia akan ingat bahwa aku adalah ibumu, Yu Qilin, dan juga ibunya, sehingga ia akan selalu menghormati dan mengingatku; kita semua adalah sekeluarga, karena kita sekeluarga telah berkumpul bersama, bagaimana aku tak merasa puas? Kenapa harus berkeras mengungkit masa lalu dan mengusik semua orang? Qilin, dengarkan aku, yang terpenting adalah kita sekeluarga telah berkumpul bersama, tak usah meributkan panggilan yang tak ada artinya itu". Perkataan ini ternyata benar-benar masuk ke dapam sanubari Yu Qilin, untuk sesaat ia tak dapat membantah dan hanya memeluk pinggang Nyonya Yu tanpa berkata apa-apa. Ketika mereka berdua sedang terdiam untuk beberapa saat, tiba-tiba pintu kamar didorong hingga terbuka, Jin Yuanbao menjulurkan kepalanya ke dalam kamar, ia melihat Yu Qilin sedang menyusup ke dapam pelukan Nyonya Jin bagai seorang anak kecil, ia merasa hal ini sangat lucu dan segera berkata.

"Kau dan ibu bersiaplah, kita akan pergi menemui ibuku". Begitu mendengarnya, Nyonya Jin langsung merasa cemas.

"Tak usah! Kurasa Qilin saja yang pergi, nyonya orang penting yang banyak pekerjaannya, untuk apa ia membuang waktu untuk menemuiku?"

Yu Qilin masih tak membuka mulut, dan Jin Yuanbao pun mendahuluinya.

"Anda adalah ibu mertuaku, besan ibuku, setelah datang kemari, bagaimana anda bisa tak menemuinya?"

Pada saat yang sama, Nyonya Jin pun telah mendengar kabar bahwa Nyonya Yu telah masuk ke dalam wisma, ia segera terduduk di atas kursi, raut mukanya serta merta menjadi pucat pasi.

"Sudah ditemukan? Apakah Yuanbao telah membawa ibu nyonya muda ke dalam wisma ini?"

"Benar". Di depan pintu, seorang gadis pelayan berkata dengan hormat.

"Barusan ini ketika tuan muda masuk ke kamar nyonya muda menangis, namun sekarang ia berkata akan segera menghadap anda". Begitu mendengarnya, wajah Nyonya Jin bertambah pucat. Ketika melihatnya, Gu Daniang melambaikan tangan untuk menyuruh sang gadis pelayan mundur, ia menutup pintu, lalu segera memayang Nyonya Jin.

"Furen, anda jangan bingung! Jangan bingung! Kalau golok datang menebas kita akan menangkisnya, jangan bingung!"

"Xiaocui, kau dengar tidak? Tak nyana Wang Huilan pulang! Dan Yuanbaolah yang membawanya pulang!", Nyonya Jin mencengkeram tangan Gu Daniang erat-erat. Wajah Gu Daniang pun menjadi pucat pasi.

"Benar-benar tak disangka-sangka bahwa ia kembali pulang, dan pulang dengan cara seperti ini pula......"

"Dahulu saat Yuanbao digendong masuk ke dalam kamar, semakin lama melihatnya aku semakin mencintainya, siang malam aku mengendongnya, amat takut kalau-kalau semuanya hanya mimpi belaka; beberapa bulan setelahnya, aku selalu bermimpi Wang Huilan pulang dan hendak membawa Yuanbao pergi......", Nyonya Jin berusaha sekuat tenaga menenangkan diri, ia duduk.

"Selama bertahun-tahun, setiap kali penjaga pintu melapor bahwa ada seorang nyonya yang datang, mau tak mau aku selalu cemas. Perlahan-lahan waktu berlalu dan Yuanbao telah menjadi besar, dan Wang Huilan itu tak kunjung muncul, hatiku menjadi lega, kupikir ia tak mungkin kembali lagi, Yuanbao akhirnya menjadi putraku......dua puluh tahun pun berlalu, Yuanbao telah menjadi seorang dewasa, dan telah menikah, dan tak nyana menikahi putri angkatnya!"

Gu Daniang dengan lembut menepuk-nepuk punggung Nyonya Jin, lalu dengan suara pelan menenangkannya. "Semua ini kehendak langit, kehendak langit!", Nyonya Jin tertawa getir. Gu Daniang cepat-cepat mengenggam tangan Nyonya Jin, lalu berkata.

"Furen, anda jangan putus asa, tuan muda sangat berbakti pada anda, semua orang dapat melihatnya!"

"Kalau Yuanbao tahu aku bukan ibu kandungnya, lantas bagaimana?", di wajah Nyonya Jin muncul sekilas rasa jeri.

"Kalau Wang Huilan telah memberitahunya, bahwa ia adalah ibu kandungnya dan aku hanya seorang wanita perampas anak orang lain? Apa yang akan dilakukan Yuanbao? Apakah Yuanbao akan membenciku? Menurutmu, apakah ia sekarang sedang menunggu di aula untuk menginterograsi dan menegurku?"

"Tidak, mana mungkin? Tuan muda adalah seseorang yang berakal, bukankah jasa nyonya membesarkannya dua puluh tahun belakangan ini sama sekali tak dapat disangkal?"

Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin merasa hatinya seakan tercabik, setelah beberapa saat, Nyonya Jin barulah menghembuskan napas dengan pelan, menenangkan diri, lalu bangkit dengan penuh tekad dengan kembali memperlihatkan kewibawaan seorang nyonya bangsawan.

"Ayo pergi! Maju kena, mundur pun kena.......perkataanmu benar, kalau golok datang menebas kita akan menangkisnya, ayo kita pergi menemui Wang Huilan!" Ketika melihat Jin Yuanbao dan Yu Qilin di kejauhan memapah Nyonya Yu perlahan-lahan mendekat, tak nyana tubuh Nyonya Jin mulai gemetar.....dia, dia telah kembali, apapun muslihat yang dijalankan oleh dirinya, bukankah pada akhirnya ia tak dapat menghindar? Seakan dapat merasakan ketegangan Nyonya Jin, Gu Daniang segera menumpangkan tangannya sendiri di atas tangan Nyonya Jin, lalu dengan lembut berbisik di telinganya untuk menenangkannya. Sambil memperhatikan keempat penjuru, berbagai perasaan muncul dalam hati Nyonya Yu, ternyata ia tak dapat menahan diri untuk tak mengumam pada dirinya sendiri.

"Di sini masih seperti dahulu......"

Jin Yuanbao yang berada di sisinya tercengang, lalu bertanya.

"Apakah anda sudah pernah datang ke Wisma Jin?"

Nyonya Yu mendadak tersadar dan cepat-cepat melambaikan tangannya seraya berkata.

"Belum, belum, aku mendengar cerita Qilin, ayo lekas menemui nyonya".

"Oh". Ketika mereka sedang berbicara, Nyonya Yu menengadah dan memandang Nyonya Jin yang sedang duduk di aula, ia masih begitu berwibawa, begitu anggun..... Semakin berjalan mendekat, hati Nyonya Yu semakin galau, seketika itu juga, ia melangkah dengan ragu-ragu..... Yu Qilin merasakan ada sesuatu yang berbeda pada diri sang bunda, maka ia pun menenangkannya.

"Ibu, kau tak usah takut, Yuanbao telah berkata bahwa tempat ini adalah rumahmu". Begitu mendengar perkataan itu, tubuh Nyonya Jin gemetar. Namun ketika mendengar perkataan itu, Liu Wenchao yang berdiri di sisinya malahan tersenyum dengan puas diri, lalu berkata.

"Benar, shaoye selalu menjalankan aturan-aturan kesopanan secara menyeluruh, sepertinya ia juga sudah memanggilnya 'ibu'?"

Perkataan ini, walaupun tak mengungkapkan hal yang sebenarnya, namun setiap katanya bagai pisau tajam yang menusuk hati Nyonya Jin.

Ketika Nyonya Yu melihat bahwa wajah Nyonya Jin nampak tertegun, ia tahu bahwa Nyonya Jin telah salah paham, ia segera melepaskan pegangan tangan Yu Qilin, bergegas melangkah ke depan, lalu menghormat dengan sopan pada Nyonya Jin.

"Wanita desa Yu shi menghadap Nyonya Jin". Namun Nyonya Jin masih dalam keadaan panik dan untuk sesaat tak menjawab. Gu Daniang menyadarkan Nyonya Jin, dan Nyonya Jin pun berusaha menenangkan diri, lalu menjawab sembari tersenyum.

"Qingjiamu tak usah banyak peradatan, kita semua adalah......adalah keluarga sendiri".

"Furen terlalu memujiku", Nyonya Yu perlahan-lahan bangkit, lalu menarik napas panjang, sambil tersenyum ia memandang Nyonya Jin, wajahnya tenang dan penuh percaya diri.

"Tuan muda memanggilku ibu hanya untuk menjaga kesopanan, namun Yu shi tahu kedudukanku rendah dan tak berani berkawan dengan orang-orang penting. Perjodohan diantara Qilin dan tuan muda mendatangkan masalah yang tak sedikit bagi anda dan tuan muda, mohon maaf". Keempat mata Nyonya Jin dan Nyonya Yu saling beradu, ketika melihat bahwa sikap Nyonya Yu merendah, sedangkan sinar matanya polos, seakan sama sekali tak mengenal Nyonya Jin, Nyonya Jin baru berhasil menenangkan dirinya. Akan tetapi, ketika mendengar perkataan itu, Yu Qilin merasa agak tak puas.

"Ibu, mana ada kedudukan tinggi dan rendah, aku telah menikah dengan Yuanbao, maka kau adalah ibu Yuanbao". Liu Wenchao menambah bara api dari samping.

"Perkataanmu benar, jodoh tidak membeda-bedakan kedudukan, Yuanbao dan Qilin memang berjodoh, hal ini nampaknya sudah ditakdirkan, tak bisa dihindari". Setiap perkataan Liu Wenchao itu menusuk hati, mendengar perkataan itu, keringat dingin membasahi tubuh Nyonya Jin, namun ia masih berlagak tenang dan berpura-pura tak mendengarnya. Dengan kesal, Jin Yuanbao melirik Liu Wenchao, lalu segera maju dan berkata pada Nyonya Yu.

"Ibu, anda jangan bicara tentang kedudukan rendah dan tinggi lagi, aku dan Qilin adalah jin yu liang yuan". Melihat Jin Yuanbao girang, untuk sementara, Nyonya Yu tak bermaksud untuk membongkar rahasia itu, Nyonya Jin berpikir sejenak, lalu mengucapkan sebuah perkataan yang bersayap.

"Kuharap semuanya seperti yang dikatakan Yuanbao, yaitu bahwa kalian adalah jin yu liang yuan dan bukan nie yuan. Qingjiamu telah datang dari jauh, mungkin masih ada hal-hal yang kurang dipahami dengan jelas, mohon beristirahat dahulu, kalau hendak berbicara atau mengerjakan sesuatu, tak perlu terburu-buru. Pernikahan mereka berdua tak sempat dirundingkan dengan qingjiamu, kalau ada hal-hal yang kurang memuaskan, aku mohon maaf. Karena sekarang kita telah menjadi satu keluarga, kalau kau ingin meminta sesuatu, silahkan bicara denganku sendiri....."

Ia menarik napas dalamdalam, lalu kembali menegaskan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Untuk Yuanbao, aku akan berusaha sekuat tenaga memenuhi permintaan apapun, untuk membuatmu puas, asalkan......demi kebaikan Yuanbao, aku bersedia menyetujui apapun". Begitu mendengar perkataan itu, hati Nyonya Yu terkesiap, dengan hati-hati ia mundur selangkah, lalu kembali berbicara dengan sikap merendah.

"Jin Furen, sekali ini aku datang ke ibu kota karena suatu peristiwa yang luar biasa, bukan karena kemauanku sendiri, sehingga sangat merepotkan anda dan tuan muda, aku mohon maaf pada anda. Putriku Qilin kasar dan semberono sehingga membuat masalah besar, namun Jin Furen tak menyalahkannya dan malahan menerimanya, untuk hal itu saja Yu shi sudah sangat berterima kasih dan tentu tak berani mempunyai ambisi lain". Melihat bahwa ia berbicara dengan penuh ketulusan, Nyonya Jin menghembuskan napas lega, lalu mengangguk.

"Kalau kau berpikir dengan akal sehat seperti ini, bagus sekali. Paling tidak kita punya tujuan yang sama ---- yaitu berharap agar Yuanbao baik-baik saja". Walaupun arus bawah masih bergejolak, namun suasana akhirnya menjadi jauh lebih melegakan, setelah bersepakat, Nyonya Jin dan Nyonya Yu mengobrol mengenai hal-hal seharihari yang remeh. Setelah itu Nyonya Jin melambai-lambaikan tangannya, memberi isyarat pada mereka berdua agar mengundurkan diri, agar ia dan Nyonya Yu dapat berbicara dengan leluasa. Yu Qilin merasa agak khawatir, namun Nyonya Yu menggeleng untuk memberi isyarat bahwa semuanya baik-baik saja, maka tanpa dapat berbuat apa-apa, ia terpaksa dengan patuh mengikuti Jin Yuanbao pergi. Setelah Nyonya Jin menyuruh Liu Wenchao dan para gadis pelayan di ruangan itu pergi, ia barulah mengatur sikap duduk dan napasnya, sehingga kewibawaan ibu dan kepala keluarga Jin pun perlahan-lahan kembali muncul.

"Wang Huilan......", Nyonya Jin mulai berbicara.

"Wang Huilan sudah mati dua puluh tahun yang lalu......", tanpa bersikap angkuh atau merendahkan diri, Nyonya Yu memotong perkataannya.

"Di dunia ini tak ada Wang Huilan, sekarang hanya ada si nenek Yu". Mendengar perkataan itu, Nyonya Jin makin merasa lega.

"Dua puluh tahun telah berlalu, kau mungkin hendak mengatakan banyak hal, kau dan aku sudah berusia setengah abad, tak usah berputar-putar membuang waktu, kau punya tujuan apa, atau persyaratan apa, katakanlah dengan terus terang".

"Aku tak punya tujuan atau persyaratan apa-apa", Wang Huilan berkata dengan hambar. Akan tetapi, Nyonya Jin tentu saja tak mempercayainya dan segera menjadi marah.

"Sekarang disini tak ada orang lain, kau dan aku tak usah bersandiwara, dan tak usah berdusta. Barusan ini kau tak mengungkapkan rahasiaku karena kau sudah yakin bahwa kemenangan berada di tanganmu, maka kau tak tergesagesa, apakah kau ingin menyiksaku sedikit demi sedikit? Apa kau berpendapat bahwa kalau kau dapat mengulur-ulur waktu, kau akan dapat memancingku untuk memberimu persyaratan yang lebih menguntungkan?"

"Dalam hatiku, anak adalah yang paling berharga, lebih berharga dari hidupku sendiri, aku tak mungkin menggunakan putraku sendiri untuk mencari keuntungan, mungkin harta kalian keluarga Jin setara dengan kekayaan negara, namun semua itu bagiku hanya benda duniawi belaka". Mendengar perkataan itu, Nyonya Jin amat terkejut.

"Kau berkata bahwa kau masih tak mau melepaskannya, masih ingin mengambilnya kembali?"

Nyonya Yu menggeleng.

"Furen, mohon kau jangan khawatir, aku tak mungkin memberitahu Yuanbao tentang identitasnya yang sebenarnya, dan juga tak akan membuatnya mengakuiku". Nyonya Jin makin tak paham.

"Kau telah bersusah payah menyuruh Yu Qilin menyusup ke wisma ini, bukankah agar kau dan Yuanbao dapat saling mengenali? Tapi sekarang kau berkata bahwa kau tak ingin ia mengenalimu, bagaimana aku bisa percaya padamu?"

"Yu Qilin sendiri yang memutuskan untuk membantuku mencari Yuanbao, kalau aku tahu sebelumnya, aku tak mungkin memperbolehkannya melakukan perbuatan yang begitu berbahaya. Dalam hatiku, Yuanbao dan Qilin keduanya adalah anakku". Ternyata begitu......wajah Nyonya Jin menjadi agak lega, namun ia masih belum percaya sepenuhnya.

"Dua puluh tahun telah berlalu, apakah menurutku selama dua puluh tahun belakangan ini kau seharipun tak merindukan putramu? Sekarang putramu sudah berada di depan mata, tapi kau tak mau ia mengakuimu.....kenapa kau enggan melakukannya?"

"Masa aku enggan melakukannya?"

Tak nyana, Nyonya Yu bersikap tenang, ia pun tak menyangka bahwa ia dapat begitu tenang seperti ini.

Dua puluh tahun kemudian, ketika ia sekali lagi berhadapan muka dengan Nyonya Jin, tak nyana ia tak menangis dan tak merasa sedih, malahan merasa tenang......kesedihan itu sudah hilang, ia sudah terbiasa dengannya, kesedihan itu telah menjadi bagian darah dagingnya.

Nyonya Yu menghela napas dengan pelan, lalu berkata.

"Dua puluh tahun telah berlalu.....mau apa lagi? Sudah begitu lama, Yuanbao sudah begitu besar......hari ini kulihat dengan mata kepala sendiri bahwa masa depannya begitu cerah, kau membesarkannya dengan begitu baik. Yuanbao dan Qilin saling mencintai dengan penuh ketulusan, pasangan yang saling mendukung, cita-citaku telah tercapai. Aku tak ingin menganggu ketenangan hidup kalian, dan juga tak ingin Yuanbao khawatir karena identitasnya yang sebenarnya......furen, perkataanmu benar, paling tidak ada suatu hal dimana kau dan aku sepakat, yaitu berharap Yuanbao baik-baik saja". Perkataannya lugas dan jujur, amat tulus. Hati Nyonya Jin yang penuh kecemasan perlahan-lahan menjadi lega. Mau tak mau, di wajahnya muncul perasaan bersalah, ia sedikit menunduk, memperhatikan daun teh yang mengambang di cawan teh, lalu dengan suara yang amat lirih ia bertanya.

"Bertahun-tahun telah berlalu, kau pun sudah tua. Apakah kau selalu membenciku? Marah padaku?"

"Benci pernah, marah pun pernah, namun dua puluh tahun adalah waktu yang sangat panjang, kebencian dan kemarahan pada akhirnya berubah menjadi kerinduan pada putraku, begitu melihat Yuanbao aku tak lagi merasa benci atau marah", Nyonya Yu berhenti sejenak, lalu kembali berkata.

"Furen, apakah kau dapat menyetujui sebuah permintaanku?"

"Permintaan apa itu?", hati Nyonya Jin yang baru saja terasa lega menjadi kembali tegang.

"Perbolehkanlah aku tinggal di wisma ini beberapa hari ini, aku ingin benar-benar melihat Yuanbao dan mengingat wajahnya dengan seksama, setelah itu aku akan segera pulang ke Emeishan dan tak akan datang ke ibu kota lagi, dan tak akan menganggu kehidupan kalian lagi". Melihat kejadian itu, Gu Daniang mengerutkan keningnya, lalu maju untuk memperingatkan.

"Wang Huilan, di dunia ini tak ada tembok yang tak bisa ditembus angin, di Wisma Jin ada berbagai macam orang, sebaiknya kau tak berlama-lama di sini. Barusan ini kau juga berkata bahwa tuan muda sekarang sangat bahagia, tak kurang suatu apa......"

Nyonya Jin pun bagaimana tak paham maksud Gu Daniang? Namun ia berpikir untuk beberapa saat, dan pada akhirnya, perasaan bersalah dan simpati mengalahkan rasa takut dalam hatinya.

"Baiklah, aku setuju, kau juga harus menepati janjimu". Nyonya Yu sepertinya sama sekali tak menyangka hal itu dapat terjadi, ia tertegun sesaat, lalu dengan girang tersenyum dan berkata.

"Aku pasti akan menepati janjiku!"

Nyonya Yu ditempatkan di kamar tamu Wisma Jin, ia sama sekali tak masuk ke Taman Songzhu.

Sebenarnya, Nyonya Yu memahami hal ini, bagaimanapun juga ia tiba-tiba muncul, sedangkan sebelumnya Yu Qilin telah membuat keributan yang hebat, mungkin Nyonya Jin tak dapat benar-benar merasa tenang.

Akan tetapi begini pun baik, ia khawatir dirinya dan Jin Yuanbao akan terlalu dekat, sehingga mau tak mau memperlihatkan kasih sayang seorang ibu dengan terlalu kentara, dan akhirnya mempengaruhi kehidupan Jin Yuanbao.

"Ia menganggap bahwa dengan mengantarkan barang-barang tiga kali dalam sehari, ia dapat menghapus penderitaan selama dua puluh tahun", suara Yu Qilin terdengar. Nyonya Yu segera menengadah, ia melihat Yu Qilin melangkah masuk sambil memeluk sehelai selimut sutra, sambil berjalan, matanya menyapu hadiah-hadiah di ruangan itu dengan sikap merendahkan.

"Bagaimanapun juga, Nyonya Jin bermaksud baik", Nyonya Yu tersenyum hambar seraya menerima selimut sutra dalam pelukan Yu Qilin.

"Nyonya penuh perhatian, cuaca baru saja berubah, tapi ia telah mengantarkan dua helai selimut. Dan kau pun membawakanku sehelai selimut lagi, aku mana bisa memakai semuanya". Ketika Yu Qilin mendengar bahwa semua perkataannya membela Nyonya Jin, mau tak mau ia menggerutu.

"Karena ia baik pada Yuanbao, aku tak ingin Yuanbao sedih, sekarang aku akan mengembalikan barang-barang ini padanya". "Jangan macam-macam!", dengan lembut Nyonya Yu menegurnya.

"Bagaimanapun juga ia adalah ibu Yuanbao dan mertuamu, bagaimanapun juga, sejak saat ini kalian harus hidup bersama, kau tak bisa keras kepala seperti ini lagi!"

"Bagaimana bisa begitu, kau jelas-jelas ibu Yuanbao....."

"Baiklah!", Nyonya Yu memotong perkataannya, sejak saat ini masalah ini jangan kau ungkit-ungkit lagi, kalau kau ingin Yuanbao baik-baik saja dan tak ingin membuatnya susah, kau harus mengubur rahasia ini dalam-dalam".

"Aku......", Yu Qilin membuka mulutnya, sepertinya hendak membela diri, namun dari luar terdengar suara seorang gadis pelayan.

"Hormat pada Nyonya Yu. Hormat pada shao furen". Mendengarnya, Yu Qilin terpaksa menelan perkataan yang hendak diucapkannya, lalu berkata pada si gadis pelayan.

"Masuk". Nampak seorang gadis pelayan berpakaian hitam yang rambutnya dikonde kembar dan kulitnya agak gelap masuk sambil membawa semangkuk sup.

"Nyonya tua baru memakan sup manis ini, beliau berpikir bahwa sup ini baik untuk tubuh orang yang sudah berumur, maka ia memerintahkan untuk mengantarkan semangkuk untuk nyonya juga". Nyonya Yu menyapukan pandangannya ke arah sup itu.

"Sampaikan terima kasihku pada nyonya".

"Taruhlah di sana", kata Yu Qilin. Namun gadis pelayan itu tetap berdiri di tempatnya semula sambil mengusung mangkuk sup tanpa bergeming. Yu Qilin meliriknya, lalu dengan kesal berkata.

"Kau taruhlah mangkuk itu di sana, lalu pergilah".

"Kata nyonya tua, kalau sup ini diminum saat masih panas, khasiatnya akan semakin besar", gadis pelayan itu berkata dengan takut-takut. Melihat Yu Qilin hendak marah, Nyonya Yu tak berpikir panjang lagi dan segera berkata.

"Nyonya Jin bermaksud baik, aku akan meminumnya saat masih panas", sambil berbicara, ia menerima sup itu. Dengan amat hati-hati, gadis pelayan itu memberikan sup itu padanya, setelah Nyonya Yu selesai meminumnya, ia barulah menerima mangkuk itu kembali dan berlalu. Entah kenapa, Yu Qilin selalu merasa bahwa gadis pelayan itu agak aneh, oleh karenanya ia pun terus memperhatikannya sampai Nyonya Yu menarik tangannya seraya berkata dengan lembut.

"Banyak tahun yang telah berlalu ini tak kupikirkan, oleh karenanya kau pun tak boleh memasukkannya ke dalam hati, bagaimanapun juga ia adalah ibu mertuamu dan kau harus bersikap sedikit lebih baik padanya. Sekarang, asalkan kau dan Yuanbao baik-baik saja dan bahagia bersama, ibu tak punya penyesalan apapun". Mendengar perkataan itu, Yu Qilin mengangguk-angguk, lalu berkata dengan patuh.

"Ibu, hatimu baik, kau selalu memikirkan orang lain, aku akan menurutimu". Ibu dan anak itu bercakap-cakap, namun tiba-tiba, wajah Nyonya Yu menjadi pucat pasi, seakan bernapas pun susah, dengan kedua tangannya ia menarik kerah bajunya, ia tak dapat berkata apa-apa dan hanya dapat bernapas dengan tersenggal-senggal. Melihatnya seperti itu, Yu Qilin langsung terkejut setengah mati, Nyonya Yu sama sekali tak berpenyakit jantung, kenapa tiba-tiba bisa menjadi seperti ini? Dengan panik Yu Qilin memayang Nyonya Yu, lalu dengan cemas bertanya.

"Ibu, kau kenapa? Bagian apa yang sakit?"

"Dada.....dadaku sakit, sukar ditahan.....", Nyonya Yu bernapas dengan tersenggal-senggal, amat sukar berbicara. Yu Qilin segera membuka kerah bajunya sembari berseru pada para gadis pelayan di luar.

"Cepat, cepat mohon Tabib Gu datang......dan juga tuan muda! Cepat panggil tuan muda!"

Setelah berbicara, ia segera memayang Nyonya Yu ke ranjang dan membaringkannya di atasnya.

Melihat wajah sang bunda yang pucat pasi, dahinya yang berkerut, dan mendengar erangan tertahan lirihnya, hati Yu Qilin kacau balau, untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa, dan hanya dapat dengan khawatir menyeka keringat dingin di dahi Nyonya Yu.

Tak lama kemudian, Gu Zhangfeng yang mengendong kotak obat di punggungnya segera datang, begitu melihatnya, Yu Qilin yang cemas mencengkeramnya.

"Zhangfeng, barusan ini aku berbicara dengan ibu, tiba-tiba ia menjadi sukar bernapas, katanya dadanya sakit, coba lihat, sebenarnya ada apa dengan ibuku?"

Gu Zhangfeng meletakkan kotak obatnya, lalu melangkah ke depan ranjang Nyonya Yu, dengan seksama memperhatikan wajahnya, lalu memeriksa denyut nadinya.

Sambil mengigit bibirnya dengan cemas Yu Qilin menunggu beberapa saat, setelah tangan Gu Zhangfeng meninggalkan nadi Nyonya Yu ia barulah bertanya dengan cemas.

"Bagaimana?"

"Denyut nadinya agak lambat dan tak teratur", Gu Zhangfeng mengerutkan keningnya.

"Kalau melihat gejalanya, nampaknya ia salah makan".

"Ibu kenapa?"

Suara Jin Yuanbao terdengar di ambang pintu, Yu Qilin segera memandang ke arah suara itu, begitu melihatnya, hatinya menjadi jauh lebih tenang, tak sebegitu panik seperti sebelumnya.

"Kata Zhangfeng, ibuku salah makan".

"Salah makan?", begitu mendengar perkataan itu, wajah Jin Yuanbao menjadi dingin, ia menegur para gadis pelayan di sampingnya.

"Bagaimana kalian melayaninya?" Kedua gadis pelayan itu ketakutan dan segera membela diri.

"Makanan yang dimakan Nyonya Yu juga dimakan oleh shaoye dan nyonya muda, tapi shaoye dan nyonya muda tak apaapa...."

"Masih berani membantah juga, pergi dan berlututlah untuk memikirkan kesalahan kalian", Jin Yuanbao memarahi para pelayan itu, lalu berpaling ke arah Gu Zhangfeng.

"Ibu mertuaku nampaknya sangat kesakitan, apakah kau bisa lebih cepat sedikit menyembuhkannya?"

Gu Zhangfeng telah mengambil sebuah bungkusan obat dari kotak obatnya, lalu menyerahkannya pada Yu Qilin.

"Ini obat perangsang muntah, larutkan dengan air, lalu minumkan pada Nyonya Yu, setelah sekitar satu jam, Nyonya Yu akan memuntahkan makanan yang dimakannya. Aku ingin melihat apa yang dimuntahkannya, supaya dapat lebih cepat menyembuhkannya". Yu Qilin menerima bungkusan obat itu, lalu sesuai dengan petunjuk Gu Zhangfeng, melarutkan obat itu dan memberikannya kepada Nyonya Yu. Kurang lebih sepembakaran dupa kemudian, Nyonya Yu merasa rasa sakit di dadanya semakin sulit ditahan, mendadak sebuah rasa mual yang hebat pun muncul, ketika Yu Qilin melihat bahwa ia akan muntah, ia mengambil tempolong ludah di sampingnya untuk membantu menampung muntahannya. Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao segera menghampirinya, tak nyana ia tak merasa jijik melihat Nyonya Yu muntah, dan malahan dengan penuh bakti duduk di samping Nyonya Yu dan dengan lembut menepuk-nepuk punggungnya. Dalam sekejap, Nyonya Yu telah memuntahkan seluruh isi perutnya, setelah itu ia merasa sakit perutnya perlahan-lahan menghilang, sekujur tubuhnya seakan tak berdaya, dengan lemas ia terbaring di ranjang, ingin bergerak namun tak bisa. Gu Zhangfeng berjalan mendekat dan menerima tempolong ludah itu, lalu dengan seksama memeriksa muntahan di dalamnya, mau tak mau ia mengumam.

"Aneh sekali". Mendengarnya, Jin Yuanbao menengadah dan memandangnya dengan heran.

"Apa yang aneh?"

"Dari muntahan dan baunya, kuduga Nyonya Yu bukan salah makan, tapi terkena racun".

"Terkena racun?", ujar Jin Yuanbao dan Yu Qilin dengan serentak. Yu Qilin melirik Jin Yuanbao lalu kembali bertanya.

"Ibuku diracuni orang?"

"Zhangfeng, apa kau tak salah lihat?", Jin Yuanbao pun amat heran.

"Di Wisma Jin, siapa yang bernai meracuni ibu mertuaku?" "Aku tak salah lihat. Nyonya Yu pasti telah makan sesuatu yang direbus dalam cairan jiazhutao".

"Jiazhutao?", Yu Qilin tercengang.

"Ya!", kata Gu Zhangfeng dengan penuh keyakinan.

"Orang yang minum racun dari jiazhutao akan muntah dan pingsan, kalau parah dapat kehilangan kesadaran, bahkan tewas".

"Te....was", Yu Qilin segera bangkit, wajahnya nampak geram sekaligus terkejut, setelah itu, ia mendadak tertegun, di dalam benaknya muncul sebuah adegan, ia pun segera melangkah keluar. Ketika Jin Yuanbao melihatnya memburu keluar dengan marah, ia segera menariknya dan bertanya.

"Qilin, kau mau pergi ke mana?"

Tepat pada saat itu, Nyonya Yu kelihatannya hendak muntah lagi, sambil berbaring di atas ranjang ia membuat suara seakan hendak muntah, melihatnya, Jin Yuanbao melepaskan pegangannya pada Yu Qilin, lalu berbalik untuk memperhatikannya.

Yu Qilin memandang sang ibu yang pucat pasi dari kejauhan, ia menghentakkan kaki dengan geram, lalu memburu keluar, namun ketika ia baru sampai di Taman Furong, ia kebetulan bertemu dengan Liu Wenchao.

Ketika Liu Wenchao melihatnya berjalan dengan terburu-buru, ia cepat-cepat menghalanginya sambil bertanya.

"Qilin, kau kenapa? Siapa yang membuatmu marah?"

"Barusan ini ibuku minum sup manis dan keracunan", Yu Qilin menggertakkan gigi dan berkata.

"Keracunan?", Liu Wenchao terkejut.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nyonya menyuruh gadis pelayan mengirim sup itu, aku hendak menanyainya, sup itu diberi apa!", sambil berbicara, Yu Qilin kembali berjalan ke Taman Furong. Liu Wenchao segera menahannya, lalu menasehatinya.

"Qilin, sedikit tenangkan dirimu dahulu, sekarang kau sedang marah, kalau kau buru-buru menanyai nyonya, bagaimana kalau dugaanmu salah? Akibatnya akan buruk".

"Salah atau tidak, baru bisa diketahui setelah aku menanyainya".

"Sekarang nyonya sedang banyak pikiran! Menurutmu si A Gui itu......ai".

"Kenapa A Gui?", Yu Qilin sama sekali tak menyangka bahwa ia akan menyinggung masalah itu.

"Kau masih tak tahu?", dengan heran Liu Wenchao memandangnya.

"Tuan muda menyelamatkan Nyonya Yu dari tangan A Gui, untung saja tuan muda datang tepat pada waktunya, kalau tidak A Gui sudah akan menurunkan tangan jahat. Nasib ibumu memang baik". "A Gui hendak membunuh ibuku? Kenapa bisa begitu?", Yu Qilin makin tercengang.

"A Gui bukannya kepala pengawal nyonya?"

"Benar, dia sudah melayani nyonya bertahun-tahun lamanya!", Liu Wenchao berhenti sejenak, lalu berkata dengan penuh keyakinan.

"Tapi aku bersumpah pada langit bahwa semua ini pasti hanya perbuatan A Gui sendiri, pasti tak ada hubungannya dengan nyonya". Yu Qilin memandangnya sambil memicingkan mata, ia merasa hatinya sedikit demi sedikit tenggelam, seakan masuk ke dalam jurang yang tak berdasar, ia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan hambar.

"Moga-moga begitu". Setelah berbicara, ia diam sesaat, lalu berbalik dan pergi.

"Kau mau pergi ke mana?", tanya Liu Wenchao.

"Karena hal ini ada hubungannya dengan nyonya, aku akan minta Yuanbao menginterograsinya, dengan amat cepat hal yang sebenarnya akan terungkap", setelah melontarkan perkataan itu, dengan cepat Yu Qilin melangkah ke kamar Nyonya Yu. Ketika Yu Qilin sampai di kamar Nyonya Yu, ia sudah menjadi tenang dan berbaring di ranjang sambil memejamkan mata, seakan sedang tidur, Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng berjaga di sisinya. Begitu melihat Yu Qilin memburu menghampirinya sambil terengah-engah, Jin Yuanbao segera menyambutnya, lalu menarik tangan Yu Qilin sambil menghiburnya dengan lembut.

"Barusan ini kau lari ke mana? Barusan ini ibu muntah lagi, semua isi perutnya sudah dimuntahkan, sekarang ia tidur karena kelelahan. Kata Zhangfeng ibu tak banyak makan, dan keracunannya tak parah, sekarang dia akan membuatkan obat lagi".

"Bagaimana aku bisa tak khawatir?", dengan kesal Yu Qilin menarik tangannya.

"Di Wisma Jin, di depan mata kepalaku sendiri, ibuku bisa diracun orang. Kabarnya orang yang sebelum ini hendak membunuh ibuku adalah A Gui, kepala pengawal ibu. Kenapa kau tak memberitahuku? Kenapa kau tak menginterograsi dia?"

Jin Yuanbao tertegun. Kenapa ia bisa sampai tahu! Namun setelah itu ia menenangkan dirinya dan kembali menghibur Yu Qilin dengan suara lembut.

"Jangan khawatir, biar dia menderita beberapa hari di sel bawah tanah yang gelap gulita selama beberapa hari dulu, dengan demikian ia akan relatif mudah membuka mulut". Masih ingin menunggu beberapa hari lagi? Yu Qilin menatapnya, ia merasa dirinya tak bisa memahami orang yang berada di hadapannya ini.

"Aku ingin kau menginterograsinya sekarang, kau dan aku sama-sama menginterograsinya. Aku sama sekali tak bisa menunggu, kalau kita tak menyelidiki siapa dalang peristiwa ini, ibuku akan berada dalam bahaya". Melihat wajahnya penuh tekad, tanpa banyak pikir, Jin Yuanbao pun mengangguk.

"Baiklah, sebenarnya hari ini aku sudah berencana untuk menginterograsinya, tapi tak nyana ibu tiba-tiba sakit".

"Ibuku bukan sakit, ia diracun orang!", kemarahan memancar dari mata Yu Qilin.

"Yuanbao, kalau kita berhasil mengungkapnya siapa dalang peristiwa ini, tak perduli siapa dia, kau harus bertindak dengan adil, tak boleh berat sebelah, supaya ibuku memperoleh keadilan!"

"Tentu saja", Jin Yuanbao berkata dengan tenang. Yu Qilin menatapnya dengan tajam, lalu mengucapkan sebuah perkataan yang bersayap.

"Jangan lupa, dia juga ibumu!"

Bagaimanapun juga, Wisma Jin adalah kediaman seorang jenderal yang sangat besar, hamba mereka banyak, selalu ada hamba yang melakukan kesalahan, oleh karenanya mau tak mau Wisma Jin memiliki ruang hukuman, walaupun disebut demikian, namun kebanyakan hanya dipakai untuk memberi pelajaran pada para hamba, dan tidak dipakai untuk memberi hukuman yang berat.

Beberapa tahun belakangan ini, di bawah pengelolaan Nyonya Jin yang ketat, para pelayan cukup sandang dan pangan, sangat jarang yang melakukan kesalahan, ruang hukuman ini pun sudah lama tak dipergunakan, jarang ditempati, sehingga menimbulkan perasaan yang menyeramkan.

Sekarang ruang hukuman nampak telah disapu, Jin Yuanbao masuk ke dalamnya dengan mengajak Yu Qilin, ia duduk di belakang meja, sedangkan Yu Qilin yang nampak geram duduk di sebuah kursi di samping meja itu.

Tak lama kemudian, A Gui diseret masuk oleh para hamba, lalu dilemparkan ke lantai, nampaknya penglihatannya belum pulih setelah disekap di sel yang gelap, ia memicingkan matanya dan meringkuk di sudut ruangan, tak bergeming.

Jin Yuanbao menyapukan pandangannya ke arahnya, lalu dengan kemalas-malasan berkata.

"A Gui, kau sudah begitu lama berada di Wisma Jin, tapi aku sama sekali tak tahu bahwa kau punya ambisi dan kepandaian yang tinggi. Katakanlah, kenapa kau meracuni ibu mertuaku?"

A Gui tak mengangkat kepalanya dan hanya mengumam.

"Shaoye tak usah banyak bicara, aku tak akan bicara apa-apa".

"Apa kau tak mau bicara?", namun Jin Yuanbao tak nampak marah, ia hanya tersenyum.

"Sel bawah tanah yang tak bisa ditembus sinar matahari cocok untukmu, sepertinya kau masih betah di sana. Kalau kau tak mau buka mulut kita hanya membuang waktu saja, bagaimanapun juga, ibu mertuaku sudah diselamatkan, aku juga tak terburu-buru, sel bawah tanah akan menjadi milikmu seumur hidup, tiga tahun lagi, kalau tuan mudamu ini ingat, aku akan kembali datang menanyaimu. Bawa dia kembali ke sel". Begitu mendengar perkataan itu, A Gui yang nampak sangat ketakutan bangkit sambil gemetar.

"Jangan, jangan masukkan aku kembali ke sel......" Dengan puas Jin Yuanbao menyaksikan sikapnya itu, senyum di wajahnya makin nampak nyata.

"Karena kau tak mau kembali ke sel, cepat katakan semuanya.

"Kau disuruh siapa? Apa tujuanmu membunuh ibu mertuaku?"

"Shaoye, aku tak berani bicara.", A Gui tiba-tiba berlutut kearah Jin Yuanbao.

"Kalau bicara aku akan mati, tak bicara pun akan mati, mohon shaoye hukum aku sesuka hatimu saja". Jin Yuanbao mendengar perkataannya, namun wajahnya nampak tak sabar, dengan wajah kesal ia berkata.

"Tak hanya kembali ke sel bawah tanah saja, sepanjang hari nyamuk, kutu dan kutu busuk akan menyantapmu". Setelah ia berbicara, dua orang hamba maju ke depan dan membawa A Gui pergi.

"Jangan, jangan!", A Gui berteriak keras-keras.

"Aku akan bicara, aku akan bicara."

Jin Yuanbao melambaikan tangannya, memberi isyarat agar para hamba itu berhenti.

"Berkatalah dengan jujur, jangan mainmain. Aku tak cukup sabar untuk membuang waktu menemanimu di sini".

"Shaoye, sebenarnya aku tak berani bicara, aku tak boleh menyinggung dia! Kalaupun aku mengatakannya, kau pun tak berdaya menangkapnya!"

Yu Qilin merasa tak sabar.

"Kau jangan banyak omong kosong, kami tak takut pada tokoh besar apapun, cepat sedikit bicara". "Aku."A Gui membuka mulutnya, namun perkataannya terhenti.

"Sudahilah saja, lebih baik untuk kebaikan kita semua". Jin Yuanbao tersenyum sinis dan berkata.

"Wisma Jin tak memperlakukanmu dengan buruk, tapi kau berani menurunkan tangan jahat pada ibu mertuaku, kuduga orang yang dapat menyuapmu, kepala pengawal Wisma Jin ini, koneksinya tentu tak sembarangan. Kalau yang kau laporkan itu benar-benar seorang tokoh besar, aku akan mempertimbangkan bahwa kau tak bisa menentang perintah, dan akan menghukummu dengan ringan. Tapi kalau kau tak mengatakannya dengan jelas hari ini, jangan salahkan aku kalau aku tak sungkan-sungkan lagi".

"A Gui, sebenarnya siapa yang hendak mencelakai ibuku!", dengan tegang Yu Qilin mencecarnya. A Gui mengigit bibirnya keras-keras, seakan sedang mengambil keputusan yang amat sulit, beberapa saat kemudian, dengan terbata-bata ia berkata.

"Kalau begitu aku akan bicara, orang yang menyuruhku adalah.adalah Nyonya Jin". Perkataan itu seakan mengungkapkan kecurigaan dalam hati Yu Qilin, namun ia juga merasa amat terkejut, Yu Qilin langung bangkit, seakan hendak memastikan sekali lagi, dan juga seakan tak percaya, ia kembali bertanya.

"Nyonya Jin itu?"

Dengan terbata-bata A Gui berkata.

"Memangnya ada berapa orang Nyonya Jin, tentu saja majikanku itu, ibu kepala rumah tangga Wisma Jin", wajah A Gui nampak telah siap menanggung segalanya. "Omong kosong!", amarah Jin Yuanbao meledak, ia memburu ke depan dari belakang meja, lalu melayangkan kakinya dan menendang A Gui hingga jatuh.

"Maut sudah di depan mata, tapi kau masih mengigit sembarangan seperti anjing gila!"

Melihatnya, Yu Qilin segera menghalangi Jin Yuanbao, ia melangkah ke depan, lalu menginterogasinya dengan bengis.

"Apa yang kau katakan itu benar adanya?"

Dengan wajah putus asa A Gui memandang Yu Qilin.

"Karena keadaan sudah seperti ini, xiaoren mana berani berdusta. Sebenarnya saat shao furen mencari-cari ibumu kemana-mana, Nyonya Jin langsung menyuruh orang mengikutimu".

"Plak!", sebuah tamparan keras mendarat di wajah A Gui, seketika itu juga bibir A Gui mengalirkan darah segar, dengan geram Jin Yuanbao berkata.

"Kalau memfitnah orang pintarlah sedikit, kebohonganmu ini sangat kentara". Akan tetapi, Yu Qilin yang berada di sampingnya nampaknya telah menganggap semuanya itu sebagai kebenaran, pikirannya agak bingung dan juga agak gelisah.

"Dialah orangnya, pasti dia orangnya. Ketika aku mencari ibuku, aku dihentikan olehnya di jalan dan ia bertanya dimana ibuku berada, sehingga upaya penyelamatan yang pertama gagal karena ibuku sudah terlebih dahulu dipindahkan". Jin Yuanbao tak menyangka bahwa ia akan sedemikian mudah percaya pada seorang hamba, sambil terengah-engah ia berkata dengan marah.

"Waktu itu kau menyangka ibuku membunuh si bidan, kali ini kau lebih mengada-ada lagi, kenapa kau bisa begitu gampang mempercayai perkataan adu domba pengkhianat keparat ini".

"Sebenarnya si bidan.", A Gui menyela.

"Si bidan juga dibunuh olehku atas suruhan Nyonya Jin". Dengan napas terengah-engah, Jin Yuanbao kembali menendang A Gui, namun dihalangi Yu Qilin, Yu Qilin lalu menarik A Gui.

"Ayo pergi, ikut aku untuk mengkonfrontirnya!"

Jin Yuanbao sangat marah, ia segera menarik Yu Qilin.

"Kau sudah gila, ya? Kau tenang sedikit dulu. Kalau kau menginterograsi ibuku seperti ini, bukankah kau akan membuat keributan di seluruh wisma?"

"Mengenai masalah yng berkaitan dengan keselamatan ibuku, aku tentu dapat bertanya sampai jelas dengan mulutku sendiri. Kau tak berani pergi, apakah karena kau tak berani menghadapi masalah ini?"

Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan menarik A Gui, lalu dengan mengajak Yu Qilin, berjalan dengan berani ke arah Taman Furong.

Ketika Liu Wenchao yang lewat di depan Taman Furong melihat Jin Yuanbao dan Yu Qilin nampak penuh amarah, ia tahu bahwa semuanya berjalan dengan lancar, ia menahan kegembiraan dalam hatinya, lalu sambil memasang tampang panik dan ketakutan, ia menghentikan mereka.

"Shaoye, ada masalah apa? Kenapa ia dibawa ke sini? Nyonya akan terkejut". Ketika ia sedang berbicara, Gu Daniang menmbuka tirai pintu, lalu memapah Nyonya Jin keluar dari kamar, begitu melihat Nyonya Jin dari kejauhan, A Gui meronta hingga terlepas dari pegangan tangan Jin Yuanbao, lalu melangkah dengan cepat ke hadapan Nyonya Jin dan melemparkan dirinya ke samping kaki Nyonya Jin, sambil bersujud, ia berkata.

"Furen, aku telah mengecewakan anda, aku tak berhasil melaksanakan perintah anda". Nyonya Jin baru mendengar bahwa Nyonya Yu sakit, ia sedang bersiap untuk menjenguknya, tak nyana begitu keluar pintu ia menyaksikan drama seperti itu, dan dibuat kebingungan oleh A Gui. Dilihatnya bahwa baju A Gui compang-camping dan rambutnya berantakan, seketika itu juga dalam hatinya muncul perasaan tak enak. Ia segera mundur dan menegur A Gui.

"A Gui apa yang kau katakan? Aku pernah memerintahmu melakukan apa?"

Yu Qilin mendengarnya, akan tetapi ia merasa Nyonya Jin makin munafik saja, maka ia segera menyindir sambil tertawa sinis.

"Kau tak usah bersandiwara lagi, A Gui sudah mengaku bahwa ibuku diculik atas perintahmu, dan juga diracuni olehnya atas perintahmu. Seandainya Yuanbao terlambat selangkah saja, nyawa ibuku sudah melayang". "Kau sedang beromong kosong apa??, Nyonya Jin begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi.

"Aku tak menyuruhnya melakukan hal-hal itu". Akan tetapi tak nyana, A Gui yang berada di samping kakinya merayap bangkit.

"Furen, aku tak bermaksud mengaku, tapi sel bawah tanah itu memang tak layak didiami manusia, aku lebih suka mati saja, mohon anda biarkan tuan muda memperlakukanku semaunya, jikalau anda masih ingat perasaan diantara hamba dan majikan diantara kita.? "A Gui! Jangan bicara sembarangan!"

Liu Wenchao segera menerjang ke depan dan mendorong A Gui.

"Nyonya mana bisa mencelakai kerabatnya sendiri?"

"Perasaan diantara majikan dan hamba yang begitu mendalam!", sambil tersenyum sinis Yu Qilin memandang kearah Nyonya Jin.

"Kau masih mau berkata apa lagi?"

Melihat kejadian itu, Jin Yuanbao merasa amat kecewa, sambil menunjuk A Gui, ia menanyai Yu Qilin.

"Kau lebih suka mempercayai dusta hamba jahat ini daripada mempercayai ibu?"

"Bagaimana aku bisa mempercayai ibu? A Gui telah melayaninya selama belasan tahun, tentu saja ia orangnya", Yu Qilin berkata dengan geram.

"Kau perempuan ini."

Seketika itu juga, suasana di Taman furong menjadi kacau balau, suara pertengkaran tak henti-hentinya masuk ke telinga.

Nyonya Jin memandangi A Gui, dan kembali memandangi Yu Qilin, lalu perlahan-lahan menenangkan diri, setelah memahami apa yang terjadi, ia membanting perangkat minum teh di meja batu di sebelahnya dengan sekuat tenaga.

"Prang!", suara pecahnya barang-barang porselen itu membuat orang-orang yang sedang bertengkar itu berhenti. Nyonya Jin melirik Jin Yuanbao, perlahan-lahan mengalihkan pandangan matanya ke arah Yu Qilin, lalu berkata dengan perlahan.

"Kalian bertengkar karena seorang hamba seperti ini, apa-apaan ini? Yu Qilin, dengan memandang muka Yuanbao, aku menerimamu, tak nyana kau dapat berbuat sekehendak hatimu di Wisma Jin, dan mendengarkan omong kosong seorang hamba keparat yang hendak memfitnahku tanpa alasan. Yuanbao, interograsi hamba ini baik-baik untukku!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao menjadi tenang, dengan suara dingin ia bertanya.

"A Gui! Katamu ibuku menyuruhmu membunuh orang, kau punya bukti apa?"

A Gui tertegun, lalu sambil menangis berkata.

"Zhumu memberiku perintah secara lisan begitu saja, aku mana punya bukti, aku hanya punya selembar nyawa saja, mohon kau langsung hukum aku saja".

"Buktinya?", Yu Qilin memandangnya Nyonya Jin dengan marah.

"Karena ia sudah berani melakukannya, buktinya tentu akan ada. Ibuku barusan ini minum sup manis yang diantarkan atas perintahmu, setelah itu ia muntah-muntah, kata Zhangfeng di dalamnya telah dibubuhi jiazhutao, kalau parah dapat membuat orang tewas, untung saja nasib ibuku baik dan hanya minum setengah sup manis itu".

"Sup manis apa?", Nyonya Jin tercengang.

"Aku sama sekali tak pernah menyuruh orang mengantarkan sup manis pada ibumu".

"Keadaan sudah seperti ini, kesaksian dan bukti sudah lengkap, tapi kau masih berpura-pura!", Yu Qilin amat geram. Jin Yuanbao maju selangkah, lalu menariknya.

"Ibuku berkata bahwa ia tak menyuruh orang mengantarkan sup, kau bisa tidak mendengarkan penjelasannya dahulu?"

Melihat kejadian itu, Gu Daniang maju dan berusaha menjelaskan.


Pendekar Mabuk 113 Tabib Sesat Pendekar Pedang Matahari 1 Kelabang Masalah Di Teluk Pollensa Problem At

Cari Blog Ini