Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 27
"Shao furen, tenangkanlah dirimu dahulu, setiap hari aku menemani nyonya tua, aku dapat bersaksi bahwa ia tak pernah menyuruh orang mengantarkan sup manis pada ibumu, dan juga tak pernah memerintahkan A Gui untuk menurunkan tangan jahat pada ibumu".
"Gu Daniang, kau sedang bersaksi?", Yu Qilin tersenyum dingin.
"Kau dan dia sebenarnya setali tiga uang, dia dalangnya, dan kau pembantunya, atas dasar apa kau bersaksi demikian? Selama begitu banyak tahun, kau telah membantunya melakukan berbagai hal yang memalukan, kau sendiri yang tahu dengan jelas". Tak nyana, perkataan Yu Qilin semakin lama semakin kelewat batas, maka Jin Yuanbao pun menegurnya.
"Yu Qilin, kau tak boleh keterlaluan, sekarang jelas ada orang yang hendak memfitnah ibuku, kenapa kau tak bisa berpikir dengan tenang dulu?"
Mendengar perkataannya, Yu Qilin menatapnya dengan gusar, berjalan ke depan A Gui, lalu menunduk memandangnya dan berkata.
"Baik, A Gui! Aku bertanya padamu, apakah si bidan itu dibunuh olehmu?"
A Gui memandang Nyonya Jin, menggertakkan giginya, lalu berkata.
"Mengenai masalah si bidan, nyonyalah yang memerintahkanku untuk turun tangan, ia menyuruhku agar tak membuat suara, maka aku membekap bidan itu dengan bantal hingga mati". Mendengarnya, Yu Qilin memandang Nyonya Jin, lalu berkata.
"Urusan nyawa manusia adalah urusan yang paling penting, apa kau masih hendak menyangkal?"
Jin Yuanbao tak menyangka bahwa Yu Qilin dapat menanyai sang ibu dengan nada suara seakan sedang melakukan interograsi, ia menjadi marah, namun tak kehilangan akal sehatnya, ia pun bertanya pada A Gui.
"Semua perbuatan ada motifnya. A Gui, kenapa nyonya menyuruhmu membunuh orang?"
"Aku mana tahu kenapa nyonya melakukannya, aku hanya seekor anjing yang dibesarkan nyonya, siapapun yang disuruh kugugit, akan kugigit!", jawab A Gui. Tepat pada saat itu, seorang pelayan yang memapah Nyonya Yu masuk ke dalam ruangan itu. A Gui melirik Nyonya Yu dari sudut matanya, lalu mendadak menerjang ke arah Nyonya Yu, namun tepat pada saat ia akan menyentuh Nyonya Yu, Liu Wenchao tiba-tiba memburu ke depan dan menarik Nyonya Yu, lalu menyembunyikannya di belakang tubuhnya sendiri! Melihat bahwa serangannya tak mengenai sasaran, A Gui segera berbalik menghadap Nyonya Jin seraya berseru.
"Furen, berjanjilah untuk mengurus keluargaku, kau harus menepati janjimu!"
Setelah itu, dengan secepat kilat A Gui menerjang dengan sekuat tenaga ke pilar batu di sampingnya.
"Bruk!", ia menubruk tiang batu itu dengan keras! Saat itu A Gui sudah memutuskan untuk mati, maka ia pun menubruk tiang itu dengan sekuat tenaga, seketika itu juga, darah segar memancar dan membuat tiang batu kelabu itu menjadi merah darah! Melihatnya, Jin Yuanbao cepat-cepat memburu ke depan untuk mengawasinya, akan tetapi napas A Gui sudah putus. Ketika Yu Qilin melihat bahwa saksi sudah tewas, ia tahu bahwa ia sudah tak berdaya menangkap Nyonya Jin, maka ia hanya dapat memandang Nyonya Jin dengan penuh kebencian dan melontarkan dua kata.
"Wanita berbisa!", lalu ia berbalik dan menuju ke arah Nyonya Yu. Menghadapi kejadian yang tak terduga itu, untuk sesaat Nyonya Jin kehilangan akal, kalaupun ia mempunyai seratus mulut, ia tak akan dapat memberi penjelasan, maka ia hanya dapat mengumam.
"Bukan aku, benar-benar bukan aku....."
Melihatnya, Jin Yuanbao berjalan ke sisi Nyonya Jin, lalu memeluknya erat-erat.
"Ibu, kau jangan takut, aku ada di sini". Melihat kasih sayang diantara sepasang ibu dan anak itu, hati Nyonya Yu seakan diiris-iris, seketika itu juga ia merasa kesakitan, ia mengenggam tangan Yu Qilin erat-erat, lalu menunduk dan menggeleng-geleng.
"Disini bukan tempat kita, ayo pergi". Namun Yu Qilin mengenggam tangannya dengan geram, lalu berkata dengan lirih.
"Ibu, kenapa kau hendak kembali melepaskan wanita berbisa ini? Ia hendak membunuhmu". Nyonya Yu tertegun sejenak, namun dengan makin penuh tekad berkata.
"Ayo kita pergi". Setelah berbicara ia menariknya pergi. Tentu saja Yu Qilin merasa tak yakin, ia hendak mengibaskan pegangan tangan Nyonya Yu dan kembali berdebat, namun Nyonya Yu mencengkeram tangannya erat-erat, setelah meronta untuk sesaat, ia pun mematuhi perkataan Nyonya Yu, lalu berbalik dan pergi. Tak nyana, sebuah suara yang sudah akrab dengannya berkumandang di belakang tubuhnya.
"Yu Qilin, mohon kau bicara dengan sedikit lebih berhati-hati, kalau kau mengucapkan perkataan yang melukai orang lagi, jangan salahkan aku kalau aku tak sungkan-sungkan lagi! Dia adalah ibuku, aku pasti akan mencari bukti dan membersihkan namanya. Ibuku pasti telah difitnah orang". Yu Qilin yang baru mengambil beberapa langkah mendadak berhenti, ia berbalik dan berkata dengan gusar.
"Jin Yuanbao, kau tak mau menerima kenyataan, benar tidak?"
Jin Yuanbao sedang hendak berkata, namun dipotong oleh Liu Wenchao.
"Perkataan tuan muda benar, ada sesuatu yang agak aneh dalam masalah ini, kedudukan nyonya tinggi, dan juga tak punya permusuhan atau dendam apapun pada si bidan atau Nyonya Yu, kenapa ia ingin membunuh mereka?"
"Sekarang aku akan memberitahumu kenapa ibumu melakukan perbuatan-perbuatan yang tak boleh diungkapkan itu", Yu Qilin menenangkan dirinya, lalu maju selangkah sambil menatap Jin Yuanbao dengan tajam. Melihatnya, Nyonya Yu berteriak ketakutan.
"Qilin, kau tak boleh mengatakan......"
Namun, sekarang Yu Qilin mana mau mendengarkan perkataannya, maka ia segera dengan perlahan mengungkapkan hal yang sebenarnya.
"Jin Yuanbao, kau selalu tak percaya ibumu melakukan perbuatan-perbuatan jahat ini, karena menganggap bahwa ia tak punya alasan untuk melakukannya. Hari ini aku memberitahumu kenapa ia melakukannya. Ia bukan ibu kandungmu......",Yu Qilin mendorong Nyonya Yu ke hadapan Jin Yuanbao.
"Orang yang berada di hadapanmu ini adalah Selir Wang yang bertahuntahun silam dibantu Bidan Liu melahirkan. Dialah ibu kandungmu....."
Jin Yuanbao membelalakkan matanya, untuk sesaat ia tak kuasa bereaksi.
Wajah Liu Wenchao samar-samar bersinar penuh gairah, namun ia mati-matian menahan dirinya.
Begitu Nyonya Jin mendengar perkataan itu, tubuhnya bergoyang-goyang hendak jatuh, ia merasa bahwa semuanya telah berakhir.
Yu Qilin menunjuk Nyonya Yu seraya berkata.
"Ia dahulu selir Jenderal Jin, tak lama setelah melahirkanmu, Jenderal Jin gugur di medan perang, ibumu, oh, salah, seharusnya aku memanggilnya Nyonya Jin, merampasmu, lalu mengusirnya keluar dari Wisma Jin. Nyonya Jin mencelakai bidan tua yang sinting itu karena bidan itu mengetahui kejadian yang terjadi bertahun-tahun silam itu, ia takut peristiwa itu akan terungkap, maka ia membunuhnya untuk menghilangkan saksi. Ia menculik ibuku, lalu menyuruh orang meracuninya, juga karena hendak membunuh orang untuk menghilangkan saksi, sehingga untuk selamanya tak akan ada masalah lagi, untuk mengubur dalamdalam rahasia besar perampasan anak ini". Suara Yu Qilin lugas dan tegas, setiap perkataannya yang jatuh di Taman Furong, lebih mengejutkan dari suara porselen yang pecah berkeping-keping barusan ini. Semua orang yang berada di taman itu seketika itu juga terdiam seribu bahasa. Jin Yuanbao membuka mulutnya dan memandang Yu Qilin, untuk sesaat ia merasa bahwa perempuan di hadapannya itu mendadak berubah menjadi asing.dengan pelan ia mundur dua langkah, lalu kembali memandang Nyonya Jin, namun dilihatnya bahwa wajah Nyonya Jin penuh duka, sama sekali tak ingin memberi penjelasan. Waktu seakan membeku, dan detak jantungnya seakan berhenti, Jin Yuanbao hanya merasa bahwa ia tak bisa menguasai dirinya sendiri, ia hanya dapat berusaha menenangkan diri, dan terus menenangkan diri sambil memandang mulut Yu Qilin yang membuka dan menutup selagi berbicara. Yu Qilin berkata bahwa demi mencari putra Nyonya Yu, ia menjadi menantu keluarga Jin; ia berkata bahwa saat pulang ke rumah mertua, di tengah jalan ia mengajak dirinya ke Emeishan agar mereka ibu dan anak dapat saling mengenal; ia berkata bahwa saat ia pergi ke Dong Luhe, ia langsung mencari bidan itu untuk mendapatkan bukti peristiwa yang terjadi bertahun-tahun silam itu Ternyata, segala sumpah, segala kemesraan diantara mereka, hanya dusta belaka. Bahkan cinta kasih yang mendarah daging itu pun hanya dusta belaka.
"Setiap perkataan yang kuucapkan adalah benar adanya, kalau kau tak percaya, kau boleh menanyai Gu Daniang". Tanpa menghiraukan Jin Yuanbao yang termenung-menung, Yu Qilin menunjuk Nyonya Jin di sampingnya, lalu menanyainya dengan gencar.
"Kau juga bisa menanyai wanita yang selama dua puluh tahun kau panggil ibu ini, biar ia memberitahumu dengan mulutnya sendiri, bagaimana ia merampas putra orang lain, membuat ibu dan anak berpisah dan menderita, dan bagaimana ia hendak membunuh semua orang dengan kejam! Nyonya Jin, kalau menurut anda ada satu saja perkataanku yang tak benar, tataplah mataku dan beritahu aku". Wajah Nyonya Jin pucat pasi, ia tak berkata sepatah kata pun. Seketika itu juga, seluruh Taman Furong menjadi sunyi senyap. Setelah beberapa lama, setelah lama kemudian, Jin Yuanbao barulah dengan perlahan menengadah dan memandang Yu Qilin, lalu berkata dengan perlahan.
"Semua yang kau katakan, sepatah kata pun tak kupercayai".
"Apa?!"
Yu Qilin mendadak membelalakkan matanya, wajahnya nampak tak percaya, akan tetapi ia tak menyadari bahwa pandangan mata Jin Yuanbao saat memandangnya begitu hampa, begitu putus asa.
"Aku benar-benar salah memahamimu. Bahkan ibu kandungmu sendiri pun tak kau akui?" Jin Yuanbao masih memandangi Yu Qilin dengan terpana, seperti memandang sebuah gambar, bukan, lebih seperti memandang sebatang pohon atau sebongkah batu yang tak bernyawa, yang sama sekali tak ada hubungannya dengan dirinya sendiri. Sekonyong-konyong, suara Gu Daniang masuk ke dalam telinga Jin Yuanbao.
"Furen, furen!"
Seketika itu juga Jin Yuanbao tersadar, ia segera memandang kearah Nyonya Jin, dilihatnya ia terjatuh menimpa Gu Daniang, sepasang matanya terpenjam rapat-rapat, dahinya berkerut dalam-dalam, seakan amat menderita, Jin Yuanbao segera memburu ke depan, hendak memayang Nyonya Jin, akan tetapi, tepat pada saat itu, Nyonya Jin mendadak membuka mulutnya dan memuntahkan darah segar, lalu jatuh pingsan! Darah segar yang panas mendidih jatuh di tangan Jin Yuanbao, ia merasa darah itu membakar sampai menembus dagingnya, ia tertegun, lalu segera tersadar, ia membopong Nyonya Jin, lalu memburu keluar dari ruangan itu Dengan kelelahan Jin Yuanbao kembali ke Taman Songzhu, ketika dari kejauhan melihat nyala lentera di dalam kamar yang remang-remang, untuk sesaat ia merasa rindu pulang dan jeri, melihat sosok lemah gemulai yang nampak samar-samar di balik kisi-kisi jendela, tak nyana dirinya termenung-termenung, segala sesuatu yang telah terjadi sebelumnya, ternyata semua hanya tipuan belaka? Jin Yuanbao tak tahu ia harus tertawa atau menangis, ia tak pernah mengira bahwa hidupnya dapat menjadi begitu suram.
Setelah berdiri beberapa lama, ia baru tersadar, ia menghibur dirinya sendiri, tak perduli apa yang terjadi, ia masih berharap dapat membicarakan masalah ini secara baik-baik dengan Yu Qilin.
Dengan tertatih-tatih, Jin Yuanbao melangkah ke pintu yang setengah tertutup, lalu dengan hati-hati mendorong pintu hingga terbuka.....
Akan tetapi, pemandangan di hadapannya segera melontarkan Jin Yuanbao, yang barusan ini telah memupuk harapan, ke dasar jurang! Dengan wajah pucat pasi ia memandang kesibukan di dalam kamar, ia membuka mulutnya, namun ia mendapati bahwa dirinya tak kuasa berkata apa-apa.
Yu Qilin seakan merasakan pandangan matanya, sosoknya berhenti bergerak, namun ia sama sekali tak berpaling untuk menatap dirinya, dan hanya meneruskan kesibukannya.
Melihatnya dengan cekatan dan mahir mengikat buntalannya, hati Jin Yuanbao semakin lama semakin dingin, akhirnya, dengan sekuat tenaga ia menggerakkan bibirnya dan bertanya dengan lirih.
"Kau juga ingin pergi?"
Yu Qilin menengadah memandangnya, ia menjawabnya, namun dengan suara yang sedingin es.
"Kau tak bersedia mengakui ibu kandungmu sendiri, untuk apa aku tetap berada di sini?" Ibu kandung? Jin Yuanbao berusaha sekuat tenaga menenangkan dirinya sendiri.
"Perkataanmu barusan ini, semuanya benar?"
Yu Qilin tak mengangkat kepalanya.
"Menurutmu bagaimana? Aku sudah membeberkan semua bukti di depan matamu, namun kau tak berani menghadapinya".
"Kalau begitu, kau menikah dengan identitas palsu dan pulang ke rumah mertua, hanya agar bisa mendekatiku?", dengan hati pedih Jin Yuanbao perlahan-lahan mulai berbicara. Yu Qilin tertegun, namun lalu dengan tegas berkata.
"Benar, aku melakukan begitu banyak hal, semuanya untuk membantu ibuku menemukan dan membawa pulang putranya".
"Kalau begitu, ketika kita dikejar dan akan dibunuh saat pulang ke rumah mertua, kau mati-matian melindungiku, juga karena kau menganggapku putra ibu angkatmu, dan kakakmu?"
Yu Qilin merasa hatinya tercekat, tak nyana ia begitu malu hingga menjadi marah.
"Apa maksudmu aku menganggapmu demikian? Kau memang putranya!"
"Kalau begitu, kau menerima tusukan pedang itu untukku, adalah juga karena sebab ini?"
Rasa putus asa Jin Yuanbao bertambah pekat.
"Benar, tentu saja aku tak bisa melihatmu tewas di depan mataku". "Ketika ada orang hendak meledakkanku, kau menantang bahaya untuk menyelamatkanku, tentunya juga karena sebab yang sama?"
Di wajah Jin Yuanbao muncul seulas senyum sinis.
"Benar, aku berjanji pada ibuku akan membuatmu memanggilnya ibu, maka aku tak bisa membiarkanmu mati". Ternyata, segala cinta yang mendalam itu, segala keakraban itu, semua hanya sandiwara belaka...... Jin Yuanbao memandanginya, perlahan-lahan senyum di wajahnya semakin kentara, ia bersandar pada ambang pintu untuk memaksa dirinya agar bersikap tegas.
"Kau benar-benar pandai bermuslihat dan bertekad keras, tak nyana setelah begitu lama, dan setelah menjalani begitu banyak peristiwa, tujuanmu hanya satu, ternyata sejak awal hingga akhir sama sekali tak berubah....."
"Karena itulah hal yang sebenarnya!", Yu Qilin memotong perkataannya, ia mengambil napas panjang, lalu mencecarnya.
"Aku akan menanyaimu sekali lagi, kau sebenarnya mengakui ibu atau tidak?"
Melihat raut wajah Yu Qilin yang penuh tekad, Jin Yuanbao sedikit demi sedikit tersadar, sebenarnya, apakah perempuan ini mencintai dirinya atau tidak? Kalau semuanya itu benar.....kalau semuanya itu adalah fakta yang sebenarnya, lalu bagaimana? Kalau Yu Qilin benar-benar mencintai dirinya, bagaimana ia bisa tak memahami keterkejutan dirinya ketika tiba-tiba mengetahui rahasia yang amat besar itu? Kenapa ia tak bisa memahami bahwa saat ini dirinya terjepit diantara ibu kandung dan ibu angkatnya? Kenapa pada saat dirinya sedang mengalami kesulitan yang paling besar ia dapat mengikat buntalan dan hendak meninggalkan dirinya? Jin Yuanbao memandangi buntalan dalam genggaman Yu Qilin, ia merasa sepasang matanya kesakitan ditusuk oleh buntalan berwarna ungu dan merah itu! Dengan kesakitan ia memejamkan matanya, menarik napas panjang, lalu mengubur segala kekesalan dan kegeraman dalam dadanya! "Selama aku masih bernapas, aku tak bisa mengakui sembarang perempuan sebagai ibuku.
Ibuku hanya seorang, yaitu kepala rumah tangga Wisma Jin!"
Yu Qilin tak menyangka, bahwa ketika situasi sudah seperti saat ini, Jin Yuanbao masih berkeras kepala saja, seketika itu juga amarahnya meledak.
"Kau mengakui maling sebagai ibu!"
Ketika Jin Yuanbao mendengar perkataan itu, ia perlahan-lahan membelalakkan matanya, namun pandangan matanya sedingin es.
"Kau sengaja bermuslihat untuk menikah dengan identitas palsu, setelah bersusah payah selama ini, tujuanmu hanya untuk membuatku mengakuinya. Sekarang kau kuberitahu bahwa hal ini tak mungkin. Misimu sudah selesai, sekarang kau boleh pergi". Yu Qilin tertegun. "Aku tak ingin bertemu denganmu lagi, dan bertemu ibumu lagi. Kalian segeralah pergi, dan aku hendak berkata sekali lagi, bahwa segala perkataanmu satu pun tak kupercayai". Setelah berbicara, Jin Yuanbao mengibaskan lengan bajunya, lalu berbalik dan pergi. Melihat sosoknya yang dengan tegas memutuskan hubungan diantara mereka dari belakang, untuk beberapa lama Yu Qilin merasa panik, akhirnya, setetes air mata pun menitik jatuh. Saat itu, Nyonya Yu dengan perlahan masuk dari pintu, sepertinya ia telah mendengar percakapan mereka berdua, pandangan matanya nampak sedih, wajahnya bingung, untuk sesaat ia tak dapat berkata apa-apa, ia hanya dapat berjalan mendekat, lalu menarik tangan Yu Qilin. Perlahan-lahan, Yu Qilin menunduk.
"Ibu......"
Dengan lembut Nyonya Yu menyeka air mata di wajahnya, lalu berkata.
"Qilin, kenapa....."
Namun Yu Qilin hanya menggeleng seraya berkata.
"Ibu.....ayo kita pergi". Yu Qilin bukannya tak tahu bahwa Jin Yuanbao sekarang sedang sedih, bukannya tak tahu bahwa ia sedang bersusah hati, akan tetapi......dalam dunianya, tak boleh ada orang tak sudi mengakui ibu kandungnya sendiri! Dirinya adalah seorang anak yatim piatu dan telah dibesarkan oleh Nyonya Yu, di dunia ini, tak ada orang yang mencintainya sedalam Nyonya Yu! Demi cinta itu, ia rela mengorbankan segalanya! Nyonya Jin berbaring di atas ranjang, pandangan matanya nanar, sinar matanya suram......hanya dalam semalam, kepala rumah tangga Wisma Jin itu nampak sepuluh tahun lebih tua, dalam semalam uban di pelipisnya bertambah tak sedikit. Gu Daniang duduk di sisi ranjang, ia mengangkat mangkuk obat, hendak meminumkannya, namun Nyonya Jin tak dapat minum seteguk pun. Walaupun kemarin malam Jin Yuanbao telah bersumpah dengan tulus bahwa ibunya hanya dirinya seorang, namun Nyonya Jin masih belum merasa lega.... Dirinya amat memahami Jin Yuanbao, ia tahu bahwa Jin Yuanbao adalah orang tak begitu saja mempercayai orang lain, terutama setelah mengetahui hal yang sebenarnya, ia tak akan menyembunyikan rasa sangsi dalam hatinya, ia pasti akan menyelidikinya, dan setelah menyelidikinya, ia pasti akan mengetahui fakta yang sebenarnya. Sampai saat itu tiba, sesuai dengan watak Jin Yuanbao, ia tak mungkin akan membiarkan ibu kandungnya mengembara sebatang kara di luar..... Nyonya Jin terbatuk pelan, ia merasakan sesuatu yang memuakkan di dadanya, untuk sesaat ia tak dapat mengeluarkannya. Andaikan ia dapat menerima Selir Wang tinggal di Wisma Jin, andaikan ia tak mengusirnya pergi! Dirinya tak rela, tak rela..... Tepat pada saat itu, di mulut pintu terdengar keributan, sebuah sosok mendadak menerjang masuk ke dalam ruangan itu. Gu Daniang melihat Yu Qilin yang wajahnya penuh amarah menerjang masuk, ia segera meletakkan mangkuk obat, lalu menyembunyikan Nyonya Jin di belakang tubuhnya sendiri.
"Kau, apa yang hendak kau lakukan?"
Namun Yu Qilin tak menghiraukannya dan menatap Nyonya Jin dengan tajam, ia berjalan beberapa langkah ke arah Nyonya Jin, lalu berkata dengan dingin.
"Sesuai dengan keinginanmu, kami akan pergi".
"Pergi?", Nyonya Jin nampak terkejut.
"Kau merampas putra ibuku, dan telah beberapa kali mencelakainya, sebenarnya aku hendak mengadu nyawa denganmu, tapi ibuku menghalangiku", dengan tak puas Yu Qilin berkata.
"Aku menghormati keinginannya....."
Mendengarnya, Nyonya Jin berusaha untuk duduk, menjelaskan.
"Aku benar-benar tak mencelakai ibumu....."
Lalu Akan tetapi suaranya begitu lemah sehingga Yu Qilin tak mendengarnya.
"Yuanbao sekarang tak ada di sini, kau tak usah bersandiwara, aku tak ingin mendengar kau berdebat kusir, melihatmu saja sudah membuatku muak, aku datang untuk memberitahumu bahwa aku dan ibuku akan pergi. Sejak saat ini kami tak akan muncul di hadapanmu lagi, kau dan putramu yang kejam tak berbudi itu tinggallah di wisma jenderal yang megah ini dengan aman sentosa....."
Jin Yuanbao baru saja pulang ke wisma, ia sama sekali tak menyangka bahwa begitu mendekati kediaman sang ibu ia mendengar suara Yu Qilin, kebetulan ia mendengar Yu Qilin berkata bahwa sejak saat ini ia tak akan muncul lagi, seketika itu juga hatinya terasa amat pilu, ia berdiri di ambang pintu sambil terdiam, untuk sesaat ia tak tahu apakah ia sebaiknya masuk atau tidak.
"Jin Furen, aku tahu kekuasaanmu besar dan kau sangat pandai bermuslihat, oleh karenanya kumohon kau bermurah hati, agar sejak saat ini masalah ini dianggap selesai. Kalau kau kembali mencelakai ibuku, aku bersumpah bahwa aku Yu Qilin akan melawanmu sampai titik darah penghabisan....."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tak nyana, salah paham Yu Qilin terhadap sang bunda begitu mendalam.....apakah ia benar-benar tak mencoba untuk memahaminya? Dan benar-benar menganggap sang ibu sebagai musuh? Dan ia menganggap dirinya, Jin Yuanbao, sebagai apa? Jin Yuanbao mendorong pintu hingga terbuka dan melangkah ke hadapan Yu Qilin, dengan pandangan mata yang sedingin es ia memandangnya, lalu dengan nada suara yang tenang ia memutuskan hubungan diantara mereka.
"Aku juga hendak memberitahumu suatu hal, kau Yu Qilin telah berulangkali melukai ibuku, beberapa kejadian itu tak kupermasalahkan, tapi sekarang kalian ibu dan anak ini enyahlah dari wisma ini, dan selamanya jangan muncul di hadapan kami lagi". Di mata Yu Qilin sekilas nampak rasa sedih, setelah itu dahinya berkerut, ia enggan berbicara lagi, ia pun berbalik dan pergi.
"Kalau kau berani melukai ibuku lagi dengan cara apapun, aku Jin Yuanbao bersumpah tak akan berbelas kasihan, aku tak akan melepaskanmu lagi", Jin Yuanbao berkata dengan amat dingin. Yu Qilin tiba-tiba tertegun, ia berbalik dan memandangnya, pandangan matanya seakan hendak menganggap Jin Yuanbao sebagai seorang musuh.
"Baik, kami akan mengingat perkataanmu hari ini". Setelah berbicara, ia pun berlalu dengan langkah-langkah lebar, Suara daun pintu yang dibanting terdengar, Jin Yuanbao merasa hatinya dihempaskan keras-keras ke lantai, untuk sesaat ia tak kuasa berbicara, lalu ia berbalik, mengangkat kepalanya dan menarik napas dalam-dalam, dengan susah payah menahan air mata, dan kembali memasang tampang acuh tak acuh. Ia berjalan ke sisi ranjang, mengambil mangkuk obat yang diletakkan Gu Daniang, lalu tersenyum dan berkata dengan lembut pada sang bunda.
"Ibu, minumlah obat". Dengan angkuh Yu Qilin melangkah pergi, akan tetapi, begitu meninggalkan Taman Furong, ia merasa kakinya lemas, seakan terpaku di tanah. Nyonya Yu yang sudah lama menunggu di sampingnya segera maju memayangnya, lalu bertanya.
"Qilin, kau kenapa?"
Dengan kelelahan Yu Qilin melambaikan tangannya, lalu berkata.
"Tak apa, semua sudah dibicarakan sampai jelas, ayo kita pergi". Setelah berbicara, ia memaksa dirinya agar kembali bersemangat, lalu berjalan ke gerbang Wisma Jin sambil memapah Nyonya Yu. Gerbang belakang Wisma Jin kosong melompong, sunyi senyap, tiada kereta kuda yang menunggu, dan tiada para pelayan yang ikut untuk melayani mereka, hanya ada Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng yang berdiri di tengah hembusan angin dingin sambil memandangi mereka. Yu Qilin berjalan mendekat, lalu berkata sembari tersenyum.
"Kau masih datang untuk melepas kami....."
Melihat Yu Qilin berpura-pura gembira, mau tak mau mata Jiang Xiaoxuan memerah.
"Tak nyana situasi akhirnya menjadi seperti ini, kurasa semuanya terjadi secara terlalu mendadak, Yuanbao tak bisa menerimanya, asalkan kau bersedia memberinya waktu, ia akan dapat berpikir dengan jernih, kau tak boleh dengan mudah mencampakannya". Mata Yu Qilin memerah.
"Ia perlu waktu?", dahi Yu Qilin berkerut.
"Tapi ibuku sudah menderita dua puluh tahun lamanya. Ia mengakui maling sebagai ibu dan tak mau mengubah pendiriannya, hatiku sudah menjadi dingin. Ia bertindak demi ibunya, dan aku pun bertindak demi ibuku, sejak saat ini kita tak akan bertemu lagi". Gu Zhangfeng yang berada di sisi mereka ternyata juga menangis, dengan wajah penuh air mata ia tersedu sedan.
"Qilin, Yuanbao bukan orang seperti itu, ia selalu setia pada orang....."
"Ia adalah orang paling kejam yang pernah kulihat", Yu Qilin memotong perkataan Gu Zhangfeng.
"Gu Zhangfeng, kau harus menjadi lelaki yang setia, urus Xiaoxuan baik-baik, jangan biarkan ia menderita sedikitpun". Mendengarnya, Gu Zhangfeng mengangguk-angguk.
"Aku akan melakukannya. Jaga dirimu dan ibumu, setelah kesehatan Nyonya Jin agak membaik, aku dan Xiaoxuan, dan juga Yuanbao, akan datang mengunjungi kalian". Namun Yu Qilin tersenyum getir.
"Jangan datang, dia juga tak akan datang". Mendengarnya, tiba-tiba air mata memenuhi wajah Nyonya Yu, ia kembali memandang gerbang Wisma Jin, lalu menghela napas dan berkata.
"Seharusnya aku tak datang kemari". Setelah berbicara, ia kembali melihat ke dalam melalui pintu gerbang itu. Melihat sikap sang ibu, Yu Qilin menyeka air mata di wajahnya, lalu menghela napas dan berkata, seakan agar didengar Nyonya Yu, dan juga seakan agar didengar oleh dirinya sendiri.
"Ia juga tak mungkin datang, ibu, ayo kita pergi". Sambil berlinangan air mata, Nyonya Yu mengangguk-angguk. Sambil bergandengan tangan, mereka berdua berjalan menjauh, akan tetapi, akhirnya Yu Qilin tak kuasa menahan diri untuk tak menenggok, namun orang yang diharap-harapkannya itu sama sekali tak muncul di mulut pintu gerbang. Kepergian Yu Qilin dan Nyonya Yu, dari sudut pandang Nyonya Jin tentu saja adalah sesuatu yang sangat baik, setelah mendengar kabar bahwa mereka berdua telah pergi, Nyonya Jin merasa jauh lebih lega, setelah makan obat ia pun tidur, ini adalah untuk pertama kalinya ia tidur dengan nyenyak selama berhari-hari. Di tengah malam, gadis pelayan yang mengantarkan sup manis untuk Nyonya Yu dengan sembunyi-sembunyi memasuki kamar tidur Nyonya Jin, dengan suara pelan ia memanggilnya 'furen', namun ketika melihat bahwa ia tak menjawab, gadis pelayan itu berjingkat-jingkat ke sisi ranjang, mengeluarkan selembar surat dari kantung dadanya, lalu diam-diam menyelipkannya ke dalam bantal Nyonya Jin, membuat ujung surat nampak keluar, lalu keluar kamar sambil berjingkat-jingkat..... Nyonya Jin yang sedang tidur nyenyak tentu saja tak tahu apaapa. Keesokan harinya, sinar mentari pagi yang hangat bersinar ke dalam kamar, Nyonya Jin pun perlahan-lahan bangun. Tidurnya yang nyenyak kemarin malam membuatnya jauh lebih bersemangat, dengan perlahan ia menghembuskan napas panjang, bersiap untuk bangkit, namun ketika menelengkan kepalanya, ia merasakan ada suatu benda yang menyentuh wajahnya, dengan bingung ia merabanya, ternyata benda itu adalah sehelai surat. Nyonya Jin segera tersadar, dengan terkejut ia membuka surat itu, namun begitu membaca surat itu, wajahnya menjadi sangat pucat, ekspresi wajahnya yang semula terkejut berubah menjadi putus asa......
"Yang akan datang, tak bisa kuhindari...."
Surat itu tergelincir keluar dari tangannya, melayang dan terjatuh ke lantai, di dalamnya tertulis huruf-huruf indah yang menyeramkan.
'Kalau kau tak membunuh diri untuk menebus kesalahanmu, aku akan segera melaporkan kejahatan merampas anak dan menikah dengan identitas palsu itu kepada ibu suri'.
Nama pengirimnya ternyata adalah Yu Qilin.
Sambil gemetar, Nyonya Jin perlahan-lahan mengenggam surat itu dalam tangannya, wajahnya muram dan putus asa, air mata mengalir semakin deras dari sudut-sudut matanya......
Perlahan-lahan, perlahan-lahan, air mukanya berubah, berubah menjadi sedih namun penuh tekad, sehingga bahkan di bibirnya pun muncul seulas senyum lembut penuh kasih sayang.
Karena keadaan sudah seperti ini, sekaranglah saat dirinya menanggung semuanya......Yuanbao, ibu pasti tak akan melibatkanmu.
Ia duduk dengan tenang untuk beberapa saat, lalu akhirnya berusaha mengenakan pakaian dan bangkit, dengan hati-hati ia menyembunyikan surat itu, lalu memanggil.
"Xiaocui, Xiaocui....."
Gu Daniang menjawab dan berlari masuk.
"Furen, aku datang. Barusan ini kulihat anda masih tidur, maka aku pergi ke kamar obat untuk merebus obat untuk anda. Apakah anda sudah merasa sedikit lebih baik?"
Nyonya Jin tersenyum lembut.
"Aku tak apa-apa. Panggil Yuanbao kemari". Melihat wajah Nyonya Jin yang kelelahan, Gu Daniang merasa amat khawatir, namun ia mengangguk dan keluar. Beberapa saat kemudian, Jin Yuanbao bergegas masuk dan menarik tangan Nyonya Jin.
"Ibu, kenapa kau tak tidur sedikit lebih lama? Apakah kau merasa sudah lebih baik? Apakah perlu dipanggilkan tabib tidak?"
"Ibu sudah jauh lebih baik, tak usah panggil tabib, begitu ibu melihatmu, Yuanbao, segala sakitku langsung sembuh". Seraya berbicara, Nyonya Jin memandangi Jin Yuanbao dengan seksama, wajahnya penuh kasih, sinar matanya lembut. Ia mengangkat tangannya dan dengan lembut membelai wajah Jin Yuanbao, di wajahnya nampak rasa cinta dan enggan berpisah yang tak terperi.
"Yuanbao, kau nampak sangat lelah, putraku telah menderita....."
Bagaimanapun juga Jin Yuanbao adalah seorang dewasa, karena dibelai oleh sang bunda seperti anak kecil seperti ini, ia merasa agak jengah.
"Ibu, kau tak usah mengkhawatirkan aku, aku baik-baik saja". Nyonya Jin menurunkan tangannya, lalu perlahan-lahan berkata.
"Yuanbao, ibu memanggilmu karena ingin berbicara denganmu, ayahmu adalah Jenderal Jin, kau adalah tuan muda Wisma Jin dan pabrik senjata yang berwibawa, apapun yang terjadi, hal ini adalah suatu kenyataan yang tak dapat diubah. Segala jerih payah ibu selama bertahun-tahun adalah demi Keluarga Jin, segalanya adalah agar pada suatu hari ibu dapat menyerahkan semuanya ke tanganmu, sekarang kau sudah dewasa, ibu sudah tua, di kemudian hari keluarga Jin akan bersandar padamu......"
Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao tertegun, lalu ia berpikir bahwa tentunya sang bunda menjadi banyak pikiran karena masalah Yu Qilin dan Nyonya Yu beberapa hari belakangan ini.
Mungkin, dirinya sebagai anak tak berbakti, maka ia menundukkan kepalanya dan berkata dengan tulus.
"Ibu, aku tahu bahwa ayah adalah Jenderal Jin yang gagah perkasa, namun ayahku meninggal dunia terlalu pagi, sehingga bahkan wajahnya pun aku tak tahu.....aku ingat ketika aku terkena cacar saat kecil, tanpa takut terjangkit, ibu menungguiku siang dan malam; aku juga ingat saat berusia belasan tahun, ketika aku bertengkar dengan pangeran dan cucu kaisar yang suka menganiaya itu, ibu muncul dan menyelamatkan ibu suri serta melindungiku; aku juga tahu, bahwa karena ayah gugur di medan perang, ibu sangat khawatir terjadi apa-apa padaku. Sejak aku ingin menjadi bukuai nomor satu di kolong langit, kau tak tidur tenang semalam pun, siang malam mengkhawatirkan keselamatanku; aku pun tahu bahwa pabrik senjata keluarga Jin selalu membutuhkanku, tapi kau tak pernah memaksaku melakukan perbuatan yang tak kusukai, karena kau mencintai dan mengasihiku, kau menunggu sampai aku siap menerima semua ini. Aku tak memperdulikan apa yang mereka katakan, selama dua puluh tahun ini, hal-hal inilah yang terukir dalam benakku, siapapun tak bisa menghapus atau mengubahnya, kaulah ibuku......"
Mendengar perkataan itu, sambil berurai air mata, Nyonya Jin mengangguk-angguk.
"Yuanbao, terima kasih, karena dalam kehidupan ini ibu memilikimu, hidupku tak sia-sia, ibu sangat puas".
"Ibu, kau jangan berpikir yang tidak-tidak, rawat tubuhmu baikbaik, kau akan segera sembuh!"
Mendengar perkataan sang ibu, Jin Yuanbao merasa agak tak enak. Nyonya Jin yang cerdas merasakan keraguannya, maka dengan wajah puas, ia segera berkata.
"Setelah semua ini selesai, temanilah ibu pergi ke kuil untuk membakar dupa, kita akan mengadakan upacara untuk ayahmu, aku hendak memberitahu ayahmu bahwa putra kami Yuanbao telah dewasa dan dapat memikul tanggung jawab keluarga Jin".
"Baik, begitu tubuhmu sehat, aku akan menemanimu pergi ke kuil", Jin Yuanbao berkata sambil tersenyum.
"Anak baik, arwah ayahmu di langit tentunya merasa terhibur. Ibu sudah tua, setelah ini keluarga Jin akan bersandar padamu". Melihat wajah sang ibu yang pucat pasi, Jin Yuanbao merasa makin berduka, ia mengelus-elus rambut putih di pelipis Nyonya Jin.
"Anak pasti tak akan mengecewakan ayah dan ibu".
"Kalau begitu, ibu merasa lega", Nyonya Jin menghembuskan napas panjang, lalu kembali berkata dengan hambar.
"Yuanbao, ibu agak lelah, ingin tidur dulu, kau pergilah dulu". Setelah berbicara ia berbaring. Jin Yuanbao segera menyelimuti sang ibu.
"Ibu, kau tidur dulu, anak akan pergi". Hari itu berlalu dengan tenang, tirai malam pun perlahan-lahan turun. Setelah menyuruh semua pelayan keluar, Nyonya Jin perlahanlahan duduk sendirian, ia memandangi langit di balik jendela yang gelap gulita, dengan pelan menghela napas, lalu bangkit dan mengenakan sepatu. Dengan tenang ia menutup pintu dan jendela, lalu, setelah bertukar pakaian yang indah, ia duduk di depan meja rias dan menyisir rambutnya dengan seksama, kemudian perlahan-lahan memakai perhiasan rambut. Melihat dirinya yang sudah tak muda lagi di cermin, raut wajah Nyonya Jin makin lama makin berwibawa. Rupanya, ia begitu lelah karena selama begitu banyak tahun seorang diri menanggung beban keluarga Jin......dan Nyonya Yu pun tibatiba muncul. Ialah seutas jerami yang akhirnya mematahkan punggung unta, dirinya sudah tak dapat bertahan lagi. Akan tetapi, masa depan keluarga Jin tak usah dikhawatirkan lagi......paling tidak ada Jin Yuanbao. Setelah ini Wisma Jin akan diserahkan pada Jin Yuanbao, ia sudah dewasa, seorang anak yang cerdas dan berbakti. Ia pasti akan dapat memuliakan para leluhur..... Setelah Nyonya Jin dengan perlahan merapikan dirinya sendiri, dari dalam lemari ia mengambil sehelai kain sutra berwarna putih, menarik sebuah bangku, menaikinya, lalu mengikatkan kain sutera itu di sebuah balok penyangga atap. Yuanbao, ibu mengecewakanmu, di kehidupan yang akan datang, kita akan menjadi ibu dan anak yang sesungguhnya. Akan tetapi, kelopak mata Jin Yuanbao yang sedang membaca berkas di Taman Songzhu tiba-tiba dengan cepat terangkat, ia merasakan sebuah firasat buruk, hatinya panik. Apakah terjadi sesuatu pada Yu Qilin? Mendadak Jin Yuanbao bangkit, namun ia lalu menekan perasaan cemasnya dan kembali duduk. Perempuan yang dingin dan kejam seperti itu apakah patut dikhawatirkan olehnya? Tepat pada saat itu, seorang gadis pelayan berlari masuk dengan terhuyung-huyung, sambil berlari ia menjerit keraskeras.
"Shaoye, shaoye, celaka! Nyonya......nyonya......"
Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao memburu keluar, tanpa menunggu gadis pelayan itu berkata apa-apa lagi, ia berlari ke Taman Furong.
Saat ini Taman Furong terang benderang, sosok manusia berlalu lalang dengan ribut, di tengah keributan itu, Jin Yuanbao tak sempat menanyai siapapun, di depan kamar tidur sang ibu berlutut banyak orang, ia langsung merasa panik dan menerjang ke dalam! Di dalam kamar, sehelai kain sutra yang seputih salju tergantung dari balok penyangga atap, menusuk mata.
Jin Yuanbao segera mencari-cari diantara kerumunan orang yang kacau itu, ia segera menemukan Nyonya Jin yang wajahnya pucat pasi terbaring di atas ranjang, ia memburu ke depan, ia tak tahu siapa orang-orang di sekelilingnya, namun ia mendorong mereka pergi, dirinya lalu menerjang ke samping Nyonya Jin seraya menangis tersedu-sedu.
"Ibu, apa yang kau lakukan? Kenapa kau berbuat seperti ini? Aku sudah berkata bahwa kaulah ibuku, aku tak akan mengakui orang lain sebagai ibu, kenapa kau terlalu memikirkannya?" "Ibu, kau cepat bangun. Bicaralah, kenapa kau ingin melakukan hal seperti ini.....ibu.....aku Yuanbao, kau cepatlah sedikit membuka mata dan melihatku.....ibu kenapa kau berbuat seperti ini, katakanlah.....kenapa......"
Akan tetapi tak perduli bagaimana ia berseru-seru, wajah Nyonya Jin masih tenang, sepasang matanya terpejam rapat, sama sekali tak menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Liu Wenchao di sampingnya yang melihat kejadian itu segera menghalanginya.
"Shaoye, jangan gelisah, jangan menekan nyonya sehingga mempengaruhi pernapasan nyonya, tabib akan segera datang...."
Akan tetapi, saat ini Jin Yuanbao sudah sama sekali kehilangan akal sehatnya, perkataannya sama sekali tak dihiraukan olehnya, ia langsung berteriak.
"Enyah kau!", lalu mendorongnya dengan sekuat tenaga. Akan tetapi Liu Wenchao tak dapat membiarkannya menganggu Nyonya Jin, ia memeluknya erat-erat, tak membiarkannya kembali mendekat, Jin Yuanbao berusaha meloloskan diri namun tak dapat melakukannya, dalam keadaan putus asa, ia menendang-nendang sembarangan seakan gila seraya berteriak-teriak, seperti seekor binatang liar yang terkurung. Justru tepat pada saat itu, Nyonya Jin yang terbaring di atas ranjang sayup-sayup mengerang. Jin Yuanbao langsung tertegun, seakan tak berani percaya, ia memandangi Nyonya Jin, dilihatnya kelopak mata Nyonya Jin bergerak-gerak, akal sehatnya sudah agak kembali berfungsi, ia segera melepaskan pegangan sepasang lengan Liu Wenchao dan bersandar pada tepi ranjang, namun ia tak berani bersandar pada tubuh Nyonya Jin lagi.
"Ibu, ibu, aku ada di sini, aku Yuanbao". Saat itu, Gu Zhangfeng yang membawa kotak obat cepat-cepat memburu masuk, begitu masuk ia segera memerintah semua orang.
"Cepat buka jendela agar udara segar dapat masuk. Kalian jangan mengerumuni Nyonya Jin, biarkan ia menghirup udara segar....."
Jin Yuanbao memburu ke arahnya, lalu mencengkeram tangannya.
"Zhangfeng, kau harus menyelamatkan ibuku".
"Sudah tahu, sudah tahu! Cepat minggir!"
Gu Zhangfeng tak perduli apa-apa lagi, ia segera mendorongnya pergi, lalu melangkah ke sisi ranjang dan memeriksa Nyonya Jin.
Ia terlebih dahulu memeriksa kelopak mata Nyonya Jin, lalu memeriksa denyut nadinya.
Setelah beberapa saat, Jin Yuanbao melihatnya melepaskan tangannya dari pergelangan tangan Nyonya Jin, ia pun bertanya dengan cemas.
"Bagaimana keadaan ibuku? Ibuku tak apaapa?" Sambil mengerutkan dahinya Gu Zhangfeng berkata.
"Denyut nadinya, kadang ada kadang tiada, apakah Nyonya Jin dapat sadar atau tidak tergantung pada nasibnya sendiri".
"Apa maksudmu tergantung nasib ibuku, kau bisa menyembuhkannya atau tidak?", Jin Yuanbao merasa geram.
"Yuanbao, nyonya sudah terlalu lama tercekik......", dengan tak berdaya Gu Zhangfeng menjawab. Sekejur tubuh Jin Yuanbao gemetar, ia memandang bekas jeratan tali berwarna merah di leher Nyonya Jin, matanya berubah menjadi merah darah.
"Kenapa ibuku ingin bunuh diri? Kenapa? Siapa yang barusan ini masuk ke kamar ibuku?"
Saat itu, Liu Wenchao menjawab.
"Barusan ini aku datang untuk mengucapkan selamat pagi pada gumu, saat itu aku baru menemukan bahwa gumu telah tergantung di balok penyangga atap.....aku, aku, benar-benar menyesal! Kalau aku datang sedikit lebih pagi tentu keadaan akan jauh lebih baik!"
Ketika mendengarnya, Jin Yuanbao langsung menatap Liu Wenchao dengan amat geram, sambil menggertakkan gigi ia berkata.
"Kau orangnya?"
Tepat pada saat itu, seorang gadis pelayan kecil di sudut ruangan dengan takut-takut berkata.
"Aku.....ketika aku pergi ke belakang di tengah malam.....sepertinya aku melihat nyonya muda diam-diam masuk ke kamar nyonya tua.....aku......aku tak dapat memastikannnya.....mungkin aku salah lihat....."
Begitu mendengar perkataannya, Liu Wenchao segera memburu ke depan dan menghentikannya.
"Jangan bicara sembarangan, apakah kau melihatnya dengan jelas?"
"Yu Qilin?", Jin Yuanbao seketika itu juga terkejut, namun ia lalu berbalik dan pergi keluar. Jin Yuanbao memburu masuk ke istal, lalu menarik seekor kuda, sebelum pelana terpasang, ia sudah memacunya keluar. Jin Yuanbao segera memacu kuda itu menuju ke lorong kecil tempat Yu Qilin sementara tinggal ketika ia keluar dari wisma, dirinya tahu, jalan kembali ke Emeishan jauh, Yu Qilin pun tak menyewa kereta kuda, sehingga ia pasti akan tinggal di sini untuk sementara waktu, dan baru akan pergi setelah menyewa sebuah kereta kuda yang baik. Saat itu Nyonya Yu dan Yu Qilin baru selesai menyewa sebuah kereta kuda, dan baru saja mengemasi buntalan pakaian bersiap hendak pergi, mereka berdua melangkah dengan berat di jalan, sama-sama tak ingin berbicara, suasana amat muram. Mendadak, suara derap kaki kuda yang keras dan terburu-buru terdengar, Yu Qilin berpaling dan melihat bahwa tak jauh dari mereka debu berterbangan, Jin Yuanbao memacu kudanya mendekat. Seketika itu juga wajah Yu Qilin nampak terkejut sekaligus girang, ia mengenggam tangan Nyonya Jin erat-erat.
"Ibu, ia datang menyusul....."
Sebelum Yu Qilin menyelesaikan perkataannya, Jin Yuanbao telah tiba di hadapan ibu dan anak itu, Jin Yuanbao pun melintangkan kudanya untuk menghalangi jalan mereka berdua.
Jin Yuanbao melompat turun dari kuda, sepasang matanya merah darah, ia mencengkeram Yu Qilin, lalu dengan kasar memisahkan ibu dan anak yang sedang saling bergandengan itu.
Yu Qilin tak menyangka bahwa pandangan mata Jin Yuanbao dapat begitu bengis, rasa terkejut bercampur girang dalam pandangan matanya sendiri pun menjadi suram, ketika melihat Jin Yuanbao bersikap tak sopan pada Nyonya Yu, Yu Qilin segera berseru.
"Jin Yuanbao, kau mau apa?"
"Yu Qilin! Kau sungguh kejam, kau ingin memaksa ibuku bunuh diri, benar tidak?", dengan bengis Jin Yuanbao mencengkeram tangan Yu Qilin.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku sudah dengan jelas memperingatkanmu untuk tak lagi mencelakai ibuku. Kau kuberitahu, kalau sampai terjadi apa-apa pada ibuku, aku akan mengadu nyawa dengan kalian!"
Wajah Yu Qilin kebingungan.
"Kebohongan apa yang sedang kau ucapkan? Kami sudah meninggalkan Wisma Jin kalian, hidup mati ibumu, apa hubungannya dengan kami?" Jin Yuanbao tak mendengarkan penjelasannya dan langsung menariknya.
"Sekarang kalian ikut aku kembali ke Wisma Jin, kalau ibuku tak bangun, kalian akan dikubur bersamanya".
"Kau menyakitiku!", dengan geram Yu Qilin mengibaskan tangan Jin Yuanbao, namun bagaimanapun juga ia tak dapat melepaskannya. Begitu melihat kejadian itu, Nyonya Yu segera maju dan menghalangi Jin Yuanbao.
"Cepat lepaskan Qilin, ia mana bisa mencelakai ibumu, kujamin bahwa kami tak akan menginjakkan kaki di Wisma Jin lagi...."
Akan tetapi, saat itu Jin Yuanbao sudah kehilangan akal sehatnya.
"Kalian tak bisa dengan sebegitu mudahnya pergi, ikut aku pulang". Setelah berbicara, ia menarik Nyonya Yu dan Yu Qilin ke arah Wisma Jin. Kekuatan mereka berdua tak bisa melawan Jin Yuanbao, maka mereka berdua pun ditarik Jin Yuanbao hingga terhuyung-huyung.
"Jin Yuanbao! Kau sudah gila! Cepat lepaskan kami!", teriak Yu Qilin dengan geram. Namun Jin Yuanbao menulikan telinganya dan terus menyeret mereka berdua ke Wisma Jin. Begitu melihat pintu besi menutup dengan suara berdentang, hati Yu Qilin pun terjun ke dasar jurang, ia segera menerjang ke depan dan mencengkeram jeruji yang sedingin es itu, dalam keadaan marah sinar matanya sedingin es, meluapkan perasaannya terhadap Jin Yuanbao yang asing.
"Jin Yuanbao, apa yang kau lakukan? Atas dasar apa kau menyekap kami di sel bawah tanah? Tak nyana, kau tak bisa membedakan benar dan salah, apakah kau benar-benar hendak membunuh kami tanpa ampun?"
"Yang hendak membunuh tanpa ampun adalah kau!"
Pandangan matanya terpaku pada Yu Qilin, dengan dingin namun penuh amarah ia berkata.
"Kau telah memaksa ibuku gantung diri, sekarang ia belum sadar, nyawanya dalam bahaya". Apa? Gantung diri? Hati Yu Qilin terkesiap, lalu tiba-tiba ia menyadari apa yang terjadi.
"Aku tak melakukannya! Aku Yu Qilin berani berbuat berani bertanggung jawab! Aku tak melakukan perbuatan seperti itu. Hah, aku sudah tahu muslihat yang dipakai ibumu, siapa tahu ia sedang bersandiwara? Apakah ia sedang meminjam tanganmu untuk membunuh ibu kandungmu sendiri?"
Tak nyana, setelah keadaan menjadi seperti sekarang, ia masih berkata seperti itu! Jin Yuanbao tak bisa mengendalikan kemarahannya lagi, ia melangkah ke depan, lalu mencengkeram leher Yu Qilin seraya berkata dengan dingin.
"Kalau kau tak ingin aku segera membunuhmu, tutup mulut!"
"Akh.....",Yu Qilin mengerang kesakitan, dengan terkejut ia menatap Jin Yuanbao, namun dilihatnya wajah Jin Yuanbao begitu menyeramkan, matanya penuh amarah, bahkan nafsu membunuh. Yu Qilin merasa agak jeri, dan juga merasakan semacam rasa sakit, rasa sakit itu menjalar dari lehernya ke seluruh tubuhnya, sehingga mau tak mau sekujur tubuhnya pun gemetar.
"Kau perempuan ini......"
Seakan sedang mencari pelampiasan amarahnya, Jin Yuanbao yang kehilangan akal sehat makin lama makin menambah tenaganya.
Mencintai sepenuhnya, membenci pun sepenuhnya.
Perlahan-lahan wajah Yu Qilin memerah, perasaan tercekik semakin lama semakin kuat, secara naluriah, ia terus berusaha menarik tangan Jin Yuanbao, kuku jarinya menembus punggung tangan Jin Yuanbao hingga menimbulkan goresan berdarah.
Melihat kejadian yang mendadak terjadi itu, untuk beberapa saat Nyonya Yu tertegun, lalu mendadak tersadar, ia segera maju ke depan untuk menarik Jin Yuanbao, namun bagaimana ia dapat menghentikan Jin Yuanbao yang telah kehilangan akal sehatnya? Dengan tak berdaya, Nyonya Yu hanya dapat berlutut di hadapannya, lalu memohon.
"Jin Shaoye, semua ini salahku, mohon kau bermurah hati dan membebaskan Qilin". Ibu yang melahirkannya ternyata berlutut di hadapannya! Hati Jin Yuanbao tercekat, ia cepat-cepat melepaskan cengkeramannya, lalu berbalik dan pergi. Ketika Yu Qilin melihatnya memanggil putra kandungnya sendiri 'Jin Shaoye', hatinya remuk redam, sambil batuk-batuk untuk menghilangkan rasa tercekik yang barusan ini dirasakannya, ia cepat-cepat memayang Nyonya Yu.
"Ibu, bagaimana kau bisa berlutut di hadapannya!"
Setelah berbicara, ia berkata dengan penuh amarah pada Jin Yuanbao.
"Jin Yuanbao, kau ini manusia atau bukan?"
Akan tetapi, saat itu Jin Yuanbao telah melangkah pergi, ia hanya melontarkan perkataan ini di mulut pintu.
"Kalau sampai terjadi apa-apa pada ibuku, kalian berdua bersiaplah untuk mati di sini!"
Entah berapa lama waktu yang telah berlalu, namun Yu Qilin merasa bahwa seakan setengah hidupnya telah berlalu.
Ia dan Nyonya Yu berpelukan erat-erat, menangkal hawa dingin awal musim dingin, dengan perlahan ia menghela napas, tanpa berkata apa-apa air matanya mengalir, namun dalam hatinya sama sekali tiada penyesalan.
Ia merasa bahwa semua yang dilakukannya adalah benar, akan tetapi bertubrukan dengan Jin Yuanbao yang dibutakan oleh bakti kepada orang tua.
Rasa pedih dalam hatinya perlahan-lahan mengantikan kebencian terhadap Nyonya Jin, ia percaya bahwa kalaupun semua fakta yang sebenarnya terungkap, dirinya dan Jin Yuanbao pasti tak akan dapat kembali seperti sedia kala.
Tepat pada saat itu, dari mulut pintu terdengar suara seorang lelaki.
"Buka pintu sel, aku ingin masuk". Setelah itu terdengar suara penjaga sel.
"Liu Guanjia, tuan muda memerintahkan bahwa tanpa perintahnya, siapapun tak boleh masuk".
"Tuan muda? Kalian semua akan segera tahu siapa sebenarnya tuan Wisma Jin, siapa yang perkataannya dipatuhi di sini". Suara Liu Wenchao luar biasa dingin.
"Liu Guanjia, kau ini......", sebelum perkataan sang penjaga selesai, terdengar suara erangan pelan, sepertinya sang penjaga telah dipukul hingga pingsan, setelah itu, terdengar suara dentangan logam, Liu Wenchao mematahkan rantai besi pintu, lalu melangkah masuk! Yu Qilin sama sekali tak menyangka Liu Wenchao akan muncul, dengan sangat terkejut ia bangkit.
"Wenchao, kenapa kau datang?"
"Aku datang untuk membebaskan kalian", tanpa banyak bicara, pedang Liu Wenchao berkelebat dan memotong gembok pintu itu.
"Bagaimana bisa begitu? Setelah menolong kami, kau lantas bagaimana?", Yu Qilin berkata dengan risau.
"Begitu banyak hal yang tak bisa dikendalikan, kita lihat nanti setelah kalian keluar". Sambil berkata, Liu Wenchao melangkah keluar sambil memapah Nyonya Yu. Nyonya Yu segera mundur beberapa langkah, lalu berkata.
"Liu Shaoye, ini adalah urusan kami ibu dan anak dengan Yuanbao dan ibunya, kami tak bisa melibatkanmu". Dengan penuh sikap ksatria, Liu Wenchao segera berkata.
"Aku tak bisa membiarkan guma dan Yuanbao melakukan perbuatan keji seperti ini, lagipula, aku dan Qilin......."
Ia berhenti sejenak, lalu kembali berbicara.
"Aku dan Qilin adalah sahabat, aku tak bisa melihat kalian menderita di sini". Begitu mendengar perkataan itu, mau tak mau Yu Qilin merasa amat berterima kasih.
"Wenchao, budimu terhadap aku Yu Qilin, akan selalu kusimpan dalam hatiku".
"Untuk apa sungkan-sungkan padaku? Kita tak boleh berlamalama di tempat ini, ayo cepat pergi". Setelah berbicara ia mengajak mereka menerjang keluar dari sel itu. Namun saat mereka bertiga sedang berjalan di taman bunga, mereka bertemu dengan Liu Qianqian, ketika melihat Liu Wenchao bertiga ia begitu terkejut sehingga tak kuasa berkata apa-apa. Melihatnya, kening Liu Wenchao berkerut, tanpa menghiraukannya, ia mengajak Yu Qilin dan Nyonya Yu memutar ke samping. Liu Qianqian melangkah ke depan dan menghalangi mereka, lalu dengan heran berkata.
"Dage, apa yang hendak kau lakukan?" Liu Wenchao menatapnya namun seakan tak melihatnya, ia hanya mengucapkan dua patah kata.
"Menyelamatkan orang".
"Kau hendak menyelamatkan mereka?", dengan terkejut Liu Qianqian menutupi mulutnya, ia pun mundur selangkah, seakan tak dapat mempercayai matanya sendiri. Tanpa berayal lagi, Liu Wenchao mendorongnya minggir dan terus berjalan. Akan tetapi, Liu Qianqian mencengkeram lengannya, dengan gusar ia berkata.
"Ge, kenapa kau ingin melawan guma dan Yuanbao Biaoge?"
"Qilin tak bersalah", Liu Wenchao hendak menarik lengannya, namun Liu Qianqian mencengkeramnya erat-erat. Untuk sesaat, Liu Qianqian melirik Yu Qilin, ia agak tertegun, lalu menatapnya dengan penuh amarah dengan mata terbelalak, ia pun mencecar Liu Wenchao.
"Dan kau bagaimana? Apakah kau juga tak bersalah?"
Liu Wenchao tercengang, ia mengibaskan tangan Liu Qianqian seraya berkata pada Yu Qilin.
"Kau dan bibi pergilah dulu, aku akan segera menyusul". Yu Qilin melirik Liu Qianqian, ia tak paham maksud perkataannya barusan ini, akan tetapi nampaknya Liu Wenchao hendak memberi penjelasan pada Liu Qianqian, maka dengan tahu diri dirinya mengangguk, lalu mengajak Nyonya Yu pergi. "Qianqian, apa maksudmu?", Liu Wenchao berpaling ke arah Liu Qianqian dan menatapnya, api kemarahan berkobar dalam sinar matanya.
"Dalam hati kau sendiri sudah paham!"
"Paham apa?"
Melihatnya tak berubah pikiran, dengan geram Liu Qianqian berkata.
"Kau berani berkata bahwa semua ini tak ada hubungannya denganmu? Sebelum ini guma jatuh sakit, sekarang guma hendak bunuh diri sehingga biaoge kehilangan akal sehatnya dan hampir ambruk. Semua ini adalah akibat muslihat jahatmu, benar tidak?"
Mendengarnya, wajah Liu Wenchao menjadi muram, ia memandang ke sekelilingnya, setelah melihat tak ada orang, ia tertawa dingin dan berkata.
"Aku bersandiwara karena mereka juga bersandiwara di depanku, kalau mereka sama sekali tak bersalah, aku juga tak akan bersandiwara sendirian". Mendengarnya berkata demikian, hati Liu Qianqian menjadi dingin.
"Ge, kumohon padamu, guma murah hati pada kita. Wisma Jin adalah rumah kita, kalau Wisma Jin kacau dan hancur, apa manfaatnya bagi kita?"
"Kau minggirlah", Liu Wenchao mendorong Liu Qianqian.
"Wisma Jin bukan rumah kita, di sini mereka selalu menjadi majikan dan kita selamanya menjadi pembantu. Aku hendak menghancurkan dan mencerai beraikan keluarga Jin, dan membuat Yu Qilin meninggalkan tempat ini".
"Hancur dan tercerai-berai.....", Liu Qianqian tertegun, lalu menahan Liu Wenchao seraya berkata.
"Kau melakukan semua ini demi Yu Qilin, tapi dia adalah istri Yuanbao".
"Kalau dia istri Jin Yuanbao memangnya kenapa? Aku sudah mengalah padanya selama dua puluh tahun, sekarang aku tak sudi mengalah lagi. Hal-hal yang kudambakan pasti akan kudapatkan". Dengan keras Liu Wenchao mendorongnya, lalu berlari menyusul Yu Qilin.
"Ge! Ge!", Liu Qianqian menjerit-jerit, namun Liu Wenchao mengacuhkannya. Ia pun perlahan-lahan menutup mulutnya, dan perlahan-lahan berlalu, jalannya terhuyung-huyung, sepertinya ia merasa sedih, dan juga ketakutan. Tak lama kemudian, Liu Wenchao telah berhasil menyusul ibu dan anak itu, lalu membawa mereka keluar dari pintu belakang Wisma Jin, setelah melewati taman bunga, mereka bertemu dengan banyak pengawal Wisma Jin, akan tetapi tangan Liu Wenchao mengenggam pedang, dan Yu Qilin pun mahir kungfu, selain itu, para pengawal Wisma Jin pun tak berani membunuh Liu Wenchao dan Yu Qilin serta ibunya, oleh karenanya, tanpa menghadapi halangan yang berarti, mereka berhasil menerjang sampai ke mulut pintu gerbang. Tepat saat Liu Wenchao membuka pintu gerbang belakang, tibatiba terdengar suara ribut, Jin Yuanbao memburu ke arah mereka sambil membawa sepasukan pengawal Wisma Jin lain, dan mengepung mereka dengan rapat.
"Liu Wenchao, kau ingin membangkang? Orang yang kutahan berani kau bebaskan?", Jin Yuanbao mencecarnya. Liu Wenchao perlahan-lahan, melepaskan tangannya dari palang pintu, berbalik, lalu dengan tenang memandang Jin Yuanbao dan berkata.
"Shaoye, aku membela keadilan, bukan kerabat, aku percaya Qilin dan Nyonya Yu tak bersalah, aku tak bisa melihatmu dan guma melakukan perbuatan keji". Perkataannya itu bagai menyiram api dengan minyak, amarah Jin Yuanbao langsung berkobar.
"Membela keadilan, bukan membela kerabat? Sejak kapan kau Liu Wenchao berubah menjadi begitu ksatria? Qilin? Panggilanmu begitu intim, seberapa banyak kau memahaminya? Atas dasar apa kau mempercayainya? Kulihat bahwa kau ini bermaksud buruk padanya". Liu Wenchao mendengar perkataannya, namun sama sekali tak menyangkal.
"Aku sudah pernah berkata padamu sebelumnya, kalau kau tak menyayangi Yu Qilin, biarkanlah ia pergi, akan ada orang lain yang menyayanginya". Begitu mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao menjadi begitu marah hingga sekujur tubuhnya gemetar.
"Kau adalah manusia rendah licik yang mengambil keuntungan dalam kesempitan". Melihat kejadian itu, Yu Qilin tentu saja tak dapat menahan dirinya lagi, Liu Wenchao telah berulangkali menolong dirinya, ia mana bisa membiarkan orang lain menghina tuan penolongnya? Ia segera berkata dengan geram pada Jin Yuanbao.
"Jin Yuanbao, suruh orang-orangmu minggir! Dua puluh tahun yang silam kalian mengusir ibuku dari Wisma Jin, tapi hari ini kalian hendak mengunakan pedang dan golok untuk menahannya? Selama masih ada aku Yu Qilin, kalian hanya bermimpi di siang bolong!"
Namun dengan sama sekali tak berbelas kasihan, Jin Yuanbao memerintah para pengawal.
"Jaga baik-baik pintu, jangan biarkan mereka keluar". Para pengawal segera melangkah mendekat, lalu berbaris dengan rapat di depan pintu gerbang, senjata mereka yang tajam terangkat tinggi-tinggi, mengarah ke mereka bertiga. Sambil menenteng pedang, Jin Yuanbao lalu berjalan ke arah mereka, ujung pedangnya menuding ke Nyonya Yu.
"Aku sudah berkata bahwa selama ibuku tak sadar, kalian bertiga jangan berpikir untuk meninggalkan Wisma Jin". Melihatnya ternyata dapat menudingkan pedang kepada ibu kandungnya sendiri, amarah Yu Qilin meledak, ia maju dan menghadang di depan pedang itu seraya berseru.
"Jin Yuanbao, tak nyana kau dapat menuding ibu kandungmu sendiri dengan pedang, apakah kau punya perasaan atau tidak? Apakah kau sudah sinting?" "Ibuku hanya seorang!", seakan hampir gila, Jin Yuanbao berteriak.
"Sekarang ia berbaring di atas ranjang, hidup matinya tak dapat dipastikan, kau yang melakukan semua ini, malahan hendak melarikan diri? Kau kuberitahu, tak mungkin". Sampai sekarang ia masih tak percaya pada dirinya? Yu Qilin langsung berkata dengan gusar.
"Kuulangi sekali lagi, peristiwa yang menimpa ibumu tak ada hubungannya denganku!"
Jin Yuanbao memandanginya, lalu perlahan-lahan menggeleng.
"Sejak hari pertama kau masuk ke Wisma Jin kau sudah berbohong, dan setelah itu kau terus menerus berbohong pula, aku tak bisa mempercayai perkataanmu lagi". Matanya jelas-jelas memandang Yu Qilin, namun sinar matanya itu begitu hampa, begitu dingin, sehingga Yu Qilin tak kuasa memandang bayangan dirinya di matanya. Yu Qilin mengerutkan keningnya, berusaha menahan rasa ingin menangis, ia menghela napas, lalu berkata.
"Baiklah, aku memang telah menipumu. Kau boleh menangkapku, tapi kau harus melepaskan ibuku!"
"Selama ibuku belum sadar, siapapun tak boleh pergi". Ujung pedang Jin Yuanbao mendadak menuding Yu Qilin.
"Sampai saat ini pun, kau masih memanggilnya 'ibuku'. Jin Yuanbao, aku telah salah melihatmu. Kau tak bisa membedakan mana yang benar dan yang salah, kau tak punya hati! Ayo pergi! Kau tak mengakui ibu kandung sendiri, dan malahan mengakui maling sebagai ibu, dan masih berlagak sebagai anak yang berbakti! Jin Yuanbao, kau adalah keparat yang tak bisa membedakan yang benar dan yang salah!"
Sudah jelas Jin Yuanbao yang bersalah, sudah jelas bahwa semua ini adalah muslihat Nyonya Jin, ia sudah begitu sering melukainya dan sudah begitu banyak berjanji pada dirinya, ia ingat dengan jelas bahwa ia berjanji tak akan membiarkan dirinya terluka, akan tetapi yang berkali-kali melukainya justru dia! Bagaimana ia masih dapat begitu kejam, menudingkan pedang ke arahnya? "Kalian tak boleh pergi!", amarah Jin Yuanbao memuncak, disulut oleh perkataan Yu Qilin.
Yu Qilin maju menghadang, menyambut ujung pedang Jin Yuanbao.
"Bunuh aku dulu!"
Seakan secara naluriah, dan juga seakan telah kehilangan akal sehatnya, Jin Yuanbao tiba-tiba merasa dirinya tak bisa mengendalikan tangannya sendiri! Tangan itu nampak mengangsur ke depan, dan mata pedang yang tajam itu pun dengan telak menusuk dada Yu Qilin! Dengan tercengang Jin Yuanbao memandang pedang itu, yang telah separuh menembus tubuh Yu Qilin dan keluar dari punggungnya, rasa sakit pun langsung menyelimuti benaknya, akan tetapi sudah terlambat, wanita yang paling dicintainya telah ditikam oleh dirinya sendiri.
Yu Qilin perlahan-lahan membuka tangannya, telapak tangannya berlumuran darah segar.
Dengan perlahan ia mengangkat kepalanya dan memandanginya, sosoknya perlahan-lahan terjatuh ke belakang, di matanya sama sekali tak ada air mata, namun sinar matanya sedingin es seribu tahun.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Walaupun Jin Yuanbaolah yang mengurung dirinya, walaupun ia tak mendengarkan penjelasannya, dirinya masih tak menyerah, dirinya masih berangan-angan, bahwa saat Jin Yuanbao menyadari semuanya, mereka akan kembali berbaikan, akan tetapi, ternyata Jin Yuanbao benar-benar ingin membunuh dirinya.....
Darah merah terang perlahan-lahan menyebar dari lukanya, membuat pakaian biru mudanya berubah warna menjadi warna ungu yang aneh.
Pemandangan di sekelilingnya perlahan-lahan menjadi kabur, seakan mati rasa, Yu Qilin mengangkat kepalanya, lalu dengan perlahan, dengan amat perlahan, mengangkat tangannya yang terluka itu dan mengenggam mata pedang, sepertinya mata pedang itu kembali mengiris tangannya, namun ia sama sekali tak merasa nyeri.
Ia menarik pedang itu keluar.
"Klang!", pedang itu pun terjatuh ke lantai, darah segar dengan cepat menyembur keluar dari lukanya, seketika itu juga, sebagian besar bajunya menjadi basah berlumuran darah. Sekonyong-konyong ia tersenyum, sambil menutupi lukanya dengan tangannya, ia menatap Jin Yuanbao dan berkata.
"Di sini aku menerima tikaman pedang untuk menangkis tikaman pedang bagimu, hari ini aku kembali menerima tikaman pedang, yang ditusukkan oleh tanganmu sendiri....."
Seketika itu juga, segala peristiwa yang pernah dijalaninya bersama Yu Qilin muncul dalam benak Jin Yuanbao, seakan hendak membuat kepalanya pecah atau meledak! Jin Yuanbao memejamkan matanya erat-erat, ia tak ingin melihat matanya lagi, tak ingin melihat tangannya yang berlumuran darah lagi....
Seketika itu juga, Jin meninggalkan dirinya.....
Yuanbao tahu, bahwa ia telah Sekali ini, ia benar-benar akan meninggalkan dirinya......
"Yang pantas mati adalah diriku, Yuanbao, bagaimana kau bisa begitu kejam pada Qilin, apa salahnya? Yang bersalah ialah aku, akulah yang pantas mati". Sambil menangis keras-keras, Nyonya Yu memayang Yu Qilin. Perkataan Nyonya Yu itu membuat isi perut Jin Yuanbao seakan terbakar. Melihat keadaan itu, Liu Wenchao segera maju dan memayang Yu Qilin, di wajahnya nampak cinta yang tak kuasa disembunyikannya.
"Cepat pergi!"
Namun dengan hati-hati Yu Qilin menghindari Liu Wenchao, sambil dipapah Nyonya Yu, dengan perlahan ia berjalan ke pintu gerbang, ketika lewat di samping Jin Yuanbao, dengan lirih ia berkata.
"Tikamanmu bagus! Dengan tikaman pedang ini, segala hubungan diantara kita putus, sejak saat ini, kita tak saling berhutang budi lagi!"
Sekujur tubuh Jin Yuanbao gemetar, rasa sakit yang menembus tulang hampir membuatnya jatuh pingsan, dengan terhuyunghuyung ia mundur selangkah, hampir terjerembab.
Bagaimana Yu Qilin bisa begitu kejam, setelah terkena tikaman pedang dari tangannya sendiri, masih dapat berkata bahwa ia telah memutuskan segala hubungan dengan dirinya.
Tiba-tiba, Jin Yuanbao seakan tersadar, apakah yang diperbuatnya ini benar? Ia memeriksa hati nuraninya sendiri, apakah Yu Qilin benar-benar seseorang yang dapat memaksa sang ibu bunuh diri? Keraguan yang seberat gunung, penyesalan yang tiada akhirnya, dan rasa sakit yang menembus tulang, sekaligus menyeruak, seperti cakar iblis, hendak menyeretnya ke dalam jurang tak berdasar.
Sekonyong-konyong, di belakang tubuhnya terdengar suara senjata berdentang-denting.....
Ia sudah terluka, tapi masih mati-matian berusaha untuk pergi? Erangan kesakitannya yang tertahan seakan menembus lapisan udara yang tak terhitung banyaknya, dan menggema dalam telinganya.
"Buka pintu gerbang, biarkan mereka pergi!"
Jin Yuanbao meraung dengan marah, ia seakan menemukan pelampiasan kesakitannya, ia pun kembali meraung.
"Biarkan mereka pergi!"
Raungan penuh amarah itu membuat telinga berdenging, satu cun demi satu cun menyebar, dengan telak menembus lubuk hatinya yang terdalam.
Jin Yuanbao perlahan-lahan membuka matanya, memandang sosok yang pergi untuk selamanya itu, setetes air matanya pun menitik.
Liu Wenchao membawa Yu Qilin dan Nyonya Yu ke depan pintu sebuah rumah di sebuah lorong kecil di barat kota, ia cepatcepat membuka gemboknya, lalu Nyonya Yu bergegas masuk ke dalam rumah itu sambil memapah Yu Qilin.
Saat itu wajah Yu Qilin telah menjadi pucat pasi, jalannya terhuyung-huyung.
"Ini rumah pribadiku, untuk sementara orang Wisma Jin tak akan dapat menemukan tempat ini. Kalian tinggal dahulu selama beberapa hari di sini untuk menghindari keributan, setelah Qilin sembuh, kita baru membuat rencana", ujar Liu Wenchao. Dengan lemas Yu Qilin mengangguk-angguk, ia membiarkan mereka berdua memayangnya ke ranjang, lalu berbaring di atasnya. Melihat wajahnya yang tirus dan pucat, hati Liu Wenchao terasa amat pedih, ia pun segera berkata.
"Bomu, di rumah ini segala tersedia, rawatlah Yu Qilin dahulu, aku akan pergi memanggil tabib". Setelah berbicara ia bergegas keluar dari pintu. Beberapa saat kemudian, seorang tabib masuk. Liu Wenchao mempersilahkan Nampaknya tabib itu dan Liu Wenchao sudah saling mengenal dengan baik, ketika melihat tubuh Yu Qilin yang bersimbah darah, ternyata ia tak merasa terkejut dan segera merawat lukanya. Tak lama kemudian, luka itu telah selesai dirawat, sambil mengelap tangannya, sang tabib bangkit, kepada Yu Qilin dan Nyonya Yu ia berkata.
"Untung saja lukanya tak mengenai bagian penting tubuh, nyawanya tak terancam". Mendengar perkataan itu, Nyonya Yu dan Liu Wenchao menghembuskan napas lega. Sang tabib kembali menjelaskan.
"Luka nona sudah kuberi obat luka yang terbaik, sekarang ia tak sadarkan diri karena kehilangan banyak darah", sambil berbicara, ia mengambil sebuah botol obat kecil dari dalam kotak obat dan memberikannya pada Nyonya Yu.
"Setelah ia sadar, berikan pil ini padanya".
"Terima kasih, dafu", Nyonya Yu menerima botol obat itu. Sang tabib mengangguk, lalu membereskan kotak obatnya dan bersiap untuk pergi.
"Lukanya tak boleh terkena air, dan untuk sementara ia tak boleh bergerak dengan keras. Lukanya sangat dalam, harus dirawat dengan baik".
"Baik, kami telah merepotkan dafu", Liu Wenchao mengeluarkan uang, lalu mengantarkan sang tabib keluar. Setelah mengantarkan sang tabib keluar, Liu Wenchao kembali masuk ke rumah, lalu hendak duduk di samping ranjang Yu Qilin, namun Nyonya Yu berkata dengan pelan.
"Liu Shaoye, malam sudah larut, istirahatlah dahulu, aku akan merawat Qilin di sini".
"Kalau dia telah sadar aku barulah merasa lega", dengan cemas Liu Wenchao berkata pada Nyonya Yu.
"Bomu, kau telah sibuk semalaman, kau tentu lelah, lebih baik kau beristirahat dahulu, aku akan tinggal di sini untuk merawat Qilin". Namun Nyonya Yu menggeleng.
"Qilin telah banyak menderita, semuanya karena aku, aku ingin merawatnya". Setelah itu, ia berpikir sejenak, lalu bertanya.
"Liu Shaoye, apakah setelah ini kau akan kembali ke Wisma Jin? Apakah Yuanbao masih memperbolehkanmu pulang?"
Liu Wenchao mendengar perkataan itu, namun wajahnya nampak acuh tak acuh.
"Jangan khawatir, aku sudah bertahuntahun menjadi pengurus rumah tangga Wisma Jin, ia tak dapat menggulingkanku dalam sehari dan semalam saja. Kalaupun malam ini terjadi keributan besar, aku akan pulang, tak ada yang dapat menghalangiku. Bomu, saat ini ada beberapa hal aku tak tahu patut kukatakan atau tidak".
"Liu Shaoye, kalau ada yang hendak kau katakan, langsung katakan saja". Liu Wenchao memandangi Nyonya Yu, seakan lama merasa bimbang, setelah itu ia barulah menghela napas dan berkata.
"Sejak kecil Wenchao sudah kehilangan ayah ibu dan hidup bergantung pada orang, aku telah banyak menderita dan sangat mendambakan kehangatan sebuah keluarga. Cinta anda pada Yuanbao, cinta Qilin pada Yuanbao, dicampakkannya begitu saja seperti sepatu usang, dengan sama sekali tak perduli, akan tetapi, hal-hal yang dicampakkannya adalah hal-hal yang kudambakan namun tak bisa kuperoleh". Sambil berbicara, Liu Wenchao bangkit, lalu berlutut di hadapan Nyonya Yu.
"Kalau anda tak keberatan dengan Wenchao, aku akan mengurus anda seperti seorang putra mengurus ibunya, bersama Qilin selamanya berbakti pada anda". Nyonya Yu tertegun, lalu cepat-cepat membantu Liu Wenchao bangkit.
"Liu Shaoye, apa yang sedang kau lakukan? Cepat bangkit".
"Wenchao hanya berharap agar Qilin dan bomu dapat melihat ketulusanku".
"Liu Shaoye......", untuk sesaat Nyonya Yu tak tahu harus berbuat apa, namun tepat pada saat itu, tiba-tiba Yu Qilin yang masih tak sadarkan diri mengumam. Nyonya Yu dan Liu Wenchao saling memandang, lalu mereka berdua cepat-cepat melangkah ke sisi ranjang Yu Qilin, Nyonya Yu meraba dahi Yu Qilin dan merasakan bahwa dahinya panas membara, maka ia cepat-cepat mengambil sapu tangan dingin dan mengompresnya. Saat itu, Liu Wenchao dapat mendengar dengan jelas igauannya, wajahnya kontan menjadi muram, setelah itu ia mendadak bangkit dan berkata pada Nyonya Yu.
"Bomu, aku keluar dulu". Setelah berbicara, tak nyana, tanpa berpaling ia langsung pergi. Sambil memandangi punggungnya, dengan agak bingung Nyonya Yu berkata pada dirinya sendiri.
"Ada apa? Kelihatannya dia marah?"
Ketika ia sedang berbicara, Yu Qilin terdengar kembali mengumam, kali ini, Nyonya Yu dapat mendengarnya dengan amat jelas.
"Yuanbao, Yuanbao......"
Pagi-pagi keesokan harinya, Yu Qilin perlahan-lahan tersadar, begitu membuka mata, ia melihat Nyonya Yu sedang tidur sambil bersandar pada ranjangnya sendiri, dengan sedih ia pun hendak membuka mulut, akan tetapi tenggorokannya amat sakit, sehingga ia tak bisa bersuara.
Liu Wenchao telah merasakan gerakannya, ia pun cepat-cepat menghampirinya, melihatnya tersadar, ia amat gembira, dengan lembut ia bertanya.
"Kau sudah sadar, apakah masih sakit? Bomu menjagamu semalaman, sama sekali tak sudi meninggalkanmu selangkah pun, setelah demammu mereda, ia baru duduk dan tidur sejenak di sini". Yu Qilin mengangguk pelan, dengan mengerahkan seluruh tenaganya, ia mengucapkan dua patah kata.
"Terima kasih". Liu Wenchao tersenyum lembut, menuang air ke dalam mangkuk, lalu mengambil pil yang ditinggalkan tabib.
"Ini obat racikan tabib, katanya untuk diberikan padamu setelah sadar untuk menghentikan rasa sakit". Akan tetapi, seakan mati rasa, Yu Qilin menolak.
"Aku tak kesakitan".
"Mana bisa tak sakit", dengan penuh rasa iba Liu Wenchao berkata.
"Kata tabib lukamu sangat dalam.
"Sehari menjadi suami istri, seratus hari saling mencintai, tak nyana ia tega berbuat seperti ini padamu". Yu Qilin mengerutkan dahinya, rasa pedih dalam hatinya kembali muncul, ia hanya dapat mengigit bibirnya, sama sekali tak berkata apa-apa. Melihat raut wajahnya yang penuh penderitaan, Liu Wenchao merasakan rasa pahit muncul dalam mulutnya, ia tak dapat menahan diri untuk tak bertanya.
"Kau begitu mencintainya, berkali-kali menyelamatkannya, tapi ia malahan hendak membunuhmu. Bagaimanapun juga kalian adalah suami istri, ia berbuat seperti ini terhadapmu ini, apakah masih pantas dianggap sebagai manusia?"
Perkataan itu jelas-jelas bagai menebar garam di luka Yu Qilin, ia segera memejamkan matanya erat-erat, seakan dengan demikian ia dapat menyembunyikan dirinya di dalam kegelapan dan menghindari penderitaan.
"Jangan bicara lagi, hatiku sudah mati, aku hendak benar-benar melupakannya". Melupakannya. Kata itu seakan mengambang di tengah ruangan kecil itu untuk waktu yang lama, setelah beberapa saat, Liu Wenchao barulah tersadar, di wajahnya mau tak mau seulas senyum penuh harapan mengembang.
"Memikirkan dan mengingat-ingatnya membuatmu menderita, lebih baik kau melupakannya saja. Tak usah menyiksa diri demi orang yang tak punya hati seperti itu". Yu Qilin berpaling.
"Aku ingin tidur sebentar".
"Minum dulu obatmu baru tidur", bujuk Liu Wenchao.
"Aku hanya luka saja, nanti juga sembuh dengan sendirinya", setelah selesai berbicara, Yu Qilin memejamkan matanya dan tak lagi menghiraukan Liu Wenchao. Liu Wenchao dengan perlahan menaruh mangkuk obat itu, ketika melihat wajah Yu Qilin yang jelita dan bulu matanya yang bergetar lembut, ia berkata dalam hati.
"Qilin, aku akan menemanimu dan menjagamu, sampai luka hatimu sembuh". Hari berlalu dengan amat cepat, saat Liu Wenchao kembali ke Wisma Jin, malam sudah larut, tanpa mengusik orang lain, ia diam-diam berjalan ke rumahnya sendiri. Ketika ia baru saja hendak mendorong pintu hingga terbuka, Liu Qianqian mendadak muncul di belakangnya dan membuatnya terkejut.
"Malam sudah begini larut, kenapa kau masih berada di sini?"
Liu Wenchao merasa agak kesal. Liu Qianqian tertawa sinis.
"Kau juga kenapa ketakutan, apakah kau sudah terlalu banyak melakukan perbuatan buruk?"
Perkataan itu membuat Liu Wenchao makin kesal.
"Di tengah malam begini, kau berlari ke tempatku dan mengecamku, apa maksudmu?"
"Guma masih tak sadarkan diri, dan malam ini kau juga membuat keributan, membawa keluar Yu Qilin, bukankah aku harus bertanya padamu, apa maksud semua ini?"
Dengan sikap menantang, Liu Qianqian melangkah ke depan.
"Urusanku tak usah kau urusi, tunggu sampai aku berhasil, dan kau akan dapat menjadi nona besar keluarga Liu". Untuk sesaat, Liu Qianqian terhuyung-huyung, lalu ia mengambil sikap, dengan tak mau kalah ia berkata.
"Aku mana bisa tak mengurusi urusan yang berkaitan dengan guma, Yuanbao Biaoge dan Wisma Jin? Ge, aku tanya padamu, A Gui jelas-jelas orangmu, kaulah yang menghasutnya agar turun tangan pada Nyonya Yu, setelah itu, ia memfitnah Nyonya Jin, benar tidak? Peristiwa bunuh diri guma juga karena tipu muslihatmu, lalu kau timpakan pada Yu Qilin, sehingga ia berpisah dengan Jin Yuanbao, benar tidak?"
Ternyata ia pantas menjadi adik Liu Wenchao, ia sangat cemerlang, akan tetapi, sayang sekali, kecerdasannya itu tak dipakainya untuk membantu dirinya! Liu Wenchao tersenyum sinis.
"Kalau begitu, memangnya kenapa? Aku memang ingin agar mereka saling membunuh, dan aku memang ingin membuat suami istri Jin Yuanbao berpisah".
"Kau!", begitu mendengar perkataannya, amarah Liu Qianqian meledak.
"Kalaupun kau menyukai Yu Qilin, kenapa kau ingin mencelakai Yuanbao Gege dan guma? Guma membesarkan kita, budinya terhadap kita sebesar gunung, ia adalah satusatunya kerabat kita di dunia ini, bagaimana kau bisa memaksanya bunuh diri? Kau ini manusia atau bukan?"
"Aku menyukai Yu Qilin, benar", Liu Wenchao mendekatinya dengan wajah muram.
"Tapi aku lebih ingin mengambil bendabenda milikku, semua yang kulakukan adalah demi keluarga Liu, dan juga demi kau". Tubuh Liu Qianqian gemetar, dengan bersungguh-sungguh ia memohon.
"Ge, kumohon padamu, hentikanlah! Saat ini Yuanbao Gege sudah cukup menderita". Begitu mendengar perkataan itu, amarah Liu Wenchao kontan meledak! "Yuanbao Gege? Kau hanya punya seorang gege, yaitu aku Liu Wenchao! Kau adalah adik kandungku, kenapa kau hendak membantunya? Guma ingin membantunya, kau pun ingin membantunya, begitu banyak orang ingin membantunya, kenapa? Sebenarnya dia itu palsu, kenapa begitu banyak orang sudi hidup dan mati deminya?"
"Palsu? Palsu bagaimana?"
Liu Qianqian tak paham.
"Dunia ini begitu tak adil! Jin Yuanbao yang palsu itu seharian berjalan dengan jumawa, merasa dirinya paling hebat di dunia ini, ia punya segalanya dalam hidup ini, tapi ia malahan tak menghargainya; sedangkan aku Liu Wenchao, keturunan sebuah keluarga terpandang, hanya karena ayah dan ibu meninggal dunia, terjatuh menjadi kacungnya, apakah ini adil? Aku jelas-jelas lebih baik dalam segala hal daripadanya, tapi aku tak punya apa-apa, apa yang diberikan kepadaku oleh guma adalah semua yang tak diinginkan Jin Yuanbao!"
Dengan makin geram, Liu Wenchao mencengkeram Liu Qianqian, lalu mencecarnya.
"Aku tanya padamu, seandainya Jin Yuanbao bukan Jin Yuanbao, apakah kau masih mencintainya?"
Karena tiba-tiba dicengkeram olehnya, pikiran Liu Qianqian menjadi kacau, akan tetapi, perlahan-lahan ia dapat menenangkan dirinya, ia mengangkat kepalanya, lalu menyambut pandangan mata Liu Wenchao sambil tersenyum.
"Ge, walaupun aku tak paham maksudmu, kau kuberitahu, tak perduli Yuanbao seperti apa, aku tetap mencintainya". Perkataan itu bagai sebongkah batu yang memecahkan permukaan danau yang membeku, seketika itu juga meremukkan bagian hati Liu Wenchao paling tenang. Ia sekonyong-konyong tertawa bagai gila.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jin Yuanbao benarbenar luar biasa, ia jelas-jelas seorang rendah, tapi guma memperlakukannya bagai sebuah permata, dan kau pun memberitahuku, tak perduli ia seperti apa, kau tetap mencintainya".
"Hahaha......hahaha!", seketika itu juga, Liu Wenchao seakan menjadi gila, ia menatap Liu Qianqian dengan bengis.
"Kau kuberitahu, walaupun aku dapat melepaskan orang lain, aku sama sekali tak akan melepaskan Jin Yuanbao. Kalian semua mencintainya, tapi aku akan menghancurkannya....."
Cahaya malam bagai air, rembulan sedingin bunga es.
Nyonya Jin berbaring di ranjang, memandang kelambu tipis yang melayang-layang, dalam hatinya berbagai perasaan berkecamuk, tiba-tiba Nyonya Yu muncul, dan Yu Qilin yang bersembunyi di dalam Wisma Jin, dan ada juga sepucuk surat yang mendesaknya itu.....semuanya itu membuat kehidupan Nyonya Jin yang mulanya aman dan damai menjadi kacau, ia tak bisa menerimanya, dan nampaknya juga tak bisa mengatasinya, namun diam-diam ia merasa bahwa di balik semua ini ada sebuah tangan yang mengatur semuanya.
Perasaan jeri yang tak dapat diramalkan itu seperti sebuah gunung besar yang menekan tubuh Nyonya Jin dan membuatnya tak kuasa bergerak.
Tepat pada saat itu, angin dingin bertiup dan menyingkapkan kelambu tipis, setelah itu, terdengarlah suara langkah kaki yang pelan.
Nyonya Jin tak membuka matanya, ia menduga bahwa orang itu adalah Gu Daniang atau seorang gadis pelayan yang hendak melayaninya.
Orang itu melangkah ke sisi ranjangnya, berhenti dan menyingkapkan kelambu, lalu membereskan selimutnya, aroma harum yang halus pun masuk ke dalam hidung.
Minyak wangi halus semacam itu tak mungkin dipakai oleh seorang hamba.
Ketika Nyonya Jin sedang curiga, terdengarlah sebuah suara yang tersedu sedan memanggilnya.
"Guma". Qianqian? Kenapa ia datang kemari malam-malam begini? Nyonya Jin terkejut, namun ia tetap bersikap tenang dan terus memejamkan matanya. Liu Qianqian berlutut di sisi ranjang dan mengelus-elus rambut berantakan Nyonya Jin yang menutupi dahinya yang bermandikan keringat, ia pun mencoba memanggilnya, namun setelah melihat bahwa ia sama sekali tak bereaksi, ia menangis tersedu-sedu. Setelah menangis tersedu-sedu untuk beberapa saat, nampaknya ia baru dapat mengumpulkan keberaniannya, sambil tersedu pelan ia mengadu.
"Guma, beberapa hari belakangan ini terjadi begitu banyak peristiwa di Wisma Jin, aku sangat takut. Semua kejadian itu dilakukan oleh gege, A Gui adalah bawahan gege, gegelah yang menyuruhnya mencelakai ibu Yu Qilin, setelah itu A Gui menimpakan kesalahan itu pada guma......"
Mendengarnya, Nyonya Jin amat terkejut, tangannya yang berada di bawah selimut mau tak mau mengepal erat-erat.
"Selain itu masih ada racun yang dimasukkan ke dalam sup manis, gegelah yang menyuruh orang melakukannya, lalu mengecoh Yu Qilin dan membuatnya mengira bahwa orang itu disuruh oleh guma......orang yang memaksamu bunuh diri bukan Yu Qilin, melainkan gege......ia berkata ingin membuat perang saudara di Wisma Jin, agar setelah itu ia dapat mengambil miliknya kembali....."
Mengambil miliknya kembali? Hati Nyonya Jin terasa amat dingin, namun ia juga merasa sangat geli.
Di Wisma Jin ini mana ada miliknya? "Guma, sejak kecil kau membesarkan aku dan gege, kau adalah kerabat terdekat kami, budimu terhadap kami sebesar gunung, aku tahu, dengan berbuat seperti itu, gege telah mengecewakan anda.
Aku juga telah menasehati gege, tapi ia tak sudi mendengarkanku.
Guma, apa yang harus kulakukan? Cepatlah sadar, aku takut sekali.
Guma, sama sekali tak boleh terjadi apaapa padamu, tak boleh terjadi apa-apa pada Wisma Jin".
Nyonya Jin merasa langit dan bumi bagai terbalik, amarahnya berkobar, sehingga ia merasa seakan hendak muntah, akan tetapi, karena Liu Qianqian berada di sisinya, ia menahan dirinya untuk tak berbicara agar dapat mendengar apa yang dikatakannya selanjutnya.
Akan tetapi, setelah selesai berbicara, untuk beberapa saat Liu Qianqian tak lagi berkata apa-apa, namun suara sedu sedan itu perlahan-lahan berhenti.
Setelah beberapa saat, ia baru menghela napas dan berkata.
"Andaikan anda sadar, aku pun tak tahu apakah aku cukup punya keberanian untuk mengatakan semua ini pada anda, bagaimanapun juga dia adalah kakak kandungku, kumohon anda memandang orang tua kami yang telah meninggal dunia dan mengampuni dia". Setelah berbicara, ia seakan hendak bersujud di sisi ranjang Nyonya Jin, lalu baru berlalu. Setelah memastikan bahwa Liu Qianqian telah pergi, Nyonya Jin baru membuka matanya, ia merasakan hawa dingin menyeruak dari lubuk hatinya, mau tak mau ia merasa muak. Ketika Gu Daniang yang berjaga di luar kamar mendengar suara gerakan, ia segera berlari masuk, melihat Nyonya Jin menelungkup di ranjang sambil muntah, ia segera membawakan baskom, akan tetapi Nyonya Jin tak dapat memuntahkan apapun. Gu Daniang menepuk-nepuk punggung Nyonya Jin, setelah dipijat untuk beberapa lama, Nyonya Jin barulah menjadi tenang, setelah duduk untuk beberapa saat, dengan perlahan ia berkata.
"Di tengah malam yang sepi ini, aku ingin pergi ke rumah abu untuk berbicara dengan laoye". Gu Daniang tercengang, lalu menasehatinya.
"Furen, tubuh anda masih sangat lemah, harus banyak beristirahat. Angin malam deras, kalau hendak melakukan sesuatu besok saja". Nyonya Jin menggeleng, walaupun tubuhnya amat lemah, tekadnya sangat kuat. Di tengah kegelapan, rumah abu keluarga Jin nampak agak menyeramkan, Nyonya Jin menyeret tubuhnya yang belum pulih, masuk ke dalam rumah abu sendirian dan membiarkan Gu Daniang berjaga di luar. Ia berjalan ke depan barisan paiwei, dengan hati-hati mengangkat nama yang sudah sangat akrab dengannya itu, lalu dengan amat hati-hati menyeka debu di permukaannya, setetes air mata jatuh di atas paiwei itu, menimbulkan sebuah bercak bulat. Dengan perlahan ia meletakkan paiwei itu, lalu berlutut di hadapannya, ia mencoba bertahan untuk beberapa saat, namun ia nampak hampir terjatuh. Ia meluapkan seluruh kemarahan dalam hatinya dan menangis meraung-raung, ia sama sekali tak nampak seperti Nyonya Jin yang biasanya selalu nampak tegar. Ia adalah seorang istri yang dinikahi secara sah oleh sang suami, sejak hari pertama masuk Wisma Jin ia telah melaksanakan kewajiban seorang istri, selama dua puluh tahun ia sama sekali tak berani melalaikannya. Ia tahu bahwa semasa hidupnya, sang suami sama sekali tak mencintainya dan hanya mencintai Selir Wang kecilnya seorang, akan tetapi dirinya selalu mengingat 'Tujuh Dosa' wanita dan tak berani merasa cemburu atau berusaha merebut cintanya. Sebagai istri sah, ia tahu bahwa melahirkan putra yang akan meneruskan keturunan dan memuliakan keluarga Jin adalah kewajibannya, akan tetapi sang suami seharian selalu bersama Nyonya Wang, bagaimana dirinya dapat mempunyai putra? Ketika memikirkan hal ini, Nyonya Jin tak dapat menahan diri untuk tak mengeluh sambil menangis.
"Laoye, setelah kau meninggal dunia, keluarga Jin harus mempunyai ahli waris, ibu suri memerlukan seorang ahli waris kandung dariku untuk mendukungnya, maka demi keluarga Jin dan demi ibu suri, aku benar-benar tak punya jalan lain selain merampas putra Wang Huilan....."
Dengan sebisanya ia berusaha menahan air matanya, ia mengangkat kepalanya dan menatap paiwei Jenderal Jin, perlahan-lahan wibawa seorang Nyonya Jin pun muncul di wajahnya.
"Laoye, kau sudah meninggal dunia bertahun-tahun lamanya, aku selalu berusaha dengan keras untuk mendukung keluarga Jin, namun kejayaan dan kedudukan keluarga Jin saat ini di istana tak berani kukatakan adalah berkat usahaku semata, aku hanya berani berkata bahwa aku telah berusaha sekuat tenaga dan selalu menaruh perkara besar ini diatas segalanya, sehingga kalau bertemu para leluhur keluarga Jin dan laoye di akherat hati nuraniku bersih".
"Akan tetapi, sekarang status Yuanbao tak bisa disembunyikan lagi.....", sambil berbicara, air mata Nyonya Jin mengalir.
"Keponakanku terus bermuslihat untuk merebut kedudukan Yuanbao dan Wisma Jin. Laoye, beritahu aku, bagaimana aku dapat melindungi keluarga Jin dan Yuanbao?"
Setelah mengucapkan perkataan itu, Nyonya Jin perlahan-lahan duduk tegak, ia memandangi paiwei itu dan perlahan-lahan menjadi tenang. Setelah menjadi tenang, ia menggertakkan gigi dan berkata.
"Laoye, karena keadaan sudah seperti ini, keluarga Jin berada dalam bahaya besar......tak perduli apa yang akan terjadi, aku akan melindungi Yuanbao......tak perduli betapa besar bahaya yang mengancamnya, aku akan melindungi darah daging kita......laoye, mohon agar arwahmu di langit memberkati dan melindungiku...."
Setelah berbicara, Nyonya Jin bersujud dengan amat bersungguh-sungguh di hadapan paiwei Jenderal Jin, lalu berdiri dan berlalu.
Selama sehari penuh, Jin Yuanbao merasa amat lelah, namun ia sama sekali tak bisa tidur, dengan susah payah, ia baru dapat tertidur saat menjelang fajar.
Di tengah mimpi, ia terus melihat luka Yu Qilin yang berlumuran darah....
"Shaoye....."
"Shaoye....."
Dua panggilan membangunkannya dari tengah mimpi buruk, perlahan-lahan, ia membuka matanya dan melihat wajah A Fu yang penuh kekhawatiran, dahinya pun berkerut dan ia bertanya.
"Ada masalah apa? Kenapa membangunkanku?"
A Fu segera menjawab.
"Shaoye, nyonya minta kau datang sekarang". Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao langsung duduk, wajahnya nampak terkejut bercampur girang.
"Ibuku sudah sadar?"
Setelah itu, tanpa memperdulikan aturan kesopanan, dengan pakaian sembarangan ia segera berlari ke Taman Furong.
Ketika Jin Yuanbao masuk ke dalam kamar, Nyonya Jin sudah berpakaian rapi dan duduk, wajahnya sudah jauh lebih tenang.
Ketika melihat sang ibu sudah sadar, Jin Yuanbao segera memburu maju dengan gembira, lalu berlutut di sisi kaki Nyonya Jin dan menarik tangannya.
"Ibu, kau sudah sadar, bagus sekali. Yu Qilin memaksamu bunuh diri, maka anak tentu saja harus membelamu". Nyonya Jin tersenyum, tangannya membelai-belai rambut dan pipi Jin Yuanbao, raut wajahnya penuh kasih. Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan menatap Nyonya Jin, dalam hati ia sudah merasakan apa yang hendak dikatakan Nyonya Jin selanjutnya dan merasa tak enak.
"Ibu....."
"Yuanbao, ibu hendak mengatakan sesuatu padamu", Nyonya Jin seakan sedang mengumpulkan keberanian. Begitu melihat wajah Nyonya Jin, Jin Yuanbao segera merasa panik, ia berusaha menghindar dan berkata.
"Ibu, kau tak usah bicara, tak usah bicara apa-apa, tubuhmu masih amat lemah, harus beristirahat dengan baik".
"Yuanbao, kau jangan menghindar. Sekarang saatnya kita ibu dan anak inj menghadapi masalah ini bersama". Setelah menenangkan diri sejenak, Nyonya Jin kembali berkata.
"Ibu angkat Yu Qilin nama aslinya adalah Wang Huilan. Dia adalah selir kecil ayahmu. Yuanbao, aku bukan ibu kandungmu. Yang melahirkanmu adalah Wang Huilan". Perkataan yang keluar dari mulut Nyonya Jin itu tak diragukan lagi adalah bukti yang paling menyakinkan, bagai petir yang menyambar kepala Jin Yuanbao. Seketika itu juga Jin Yuanbao membuka matanya lebar-lebar, ekspresinya seakan membeku.
"Ini adalah hal yang sebenarnya", Nyonya Jin menahan rasa pedih dalam hatinya.
"Dua puluh tahun yang silam, aku merampas anak yang baru dilahirkan oleh Wang Huilan, lalu mengusirnya keluar Wisma Jin. Aku tak punya pilihan lain. Ayahmu Jenderal Jin gugur di medan perang dan membuatku menjadi seorang janda. Ibu suri hanya mempercayai kerabat sedarah, sedangkan kalau aku tak punya putra kandung, ibu suri tak mungkin memberikan pabrik senjata padaku, dan kekuasaan serta pamor keluarga Jin tak akan dapat dipertahankan. Di istana tak terhitung banyaknya orang yang menginginkan Wisma Jin, keluarga Jin tak bisa tak mempunyai tulang punggung, maka aku menganggap putra Wang Huilan sebagai putra kandungku dan Jenderal Jin. Hal ini kulakukan untuk melindungi diri, aku tak punya pilihan. Selama dua puluh tahun lebih ini aku berusaha sekuat tenaga menyokong pohon besar keluarga Jin ini sehingga menjadi kuat dan makmur, semuanya ini demi kau". Walaupun Jin Yuanbao sudah merasa curiga, namun ia sama sekali belum menganggapnya sebagai fakta yang sebenarnya. Dirinya selalu menghindar, selalu mengelak..... Namun hari ini Nyonya Jin tiba-tiba membeberkan semuanya dengan gamblang di hadapannya, bagaimana Jin Yuanbao dapat langsung menerima semuanya itu? Ia menggeleng, tak berani mempercayainya, ia menarik tangannya yang sedingin es keluar dari genggaman Nyonya Jin, ia merasa otaknya seakan kosong melompong, hanya menyisakan sebuah pertanyaan, kenapa kau menipuku selama dua puluh tahun? Mendadak, petir menggelegar dalam ruangan itu dan membuat Jin Yuanbao tersadar. Dengan sedih ia tersenyum.
"Qilin menipuku, kau pun menipuku, kenapa dua wanita yang paling kucintai semuanya menipuku! Yu Qilin berkata ia menipuku demi ibunya, dan untuk membantuku mengakuinya sebagai anggota keluargaku. Katamu kau menipuku demi kepentingan yang lebih besar, demi keluarga Jin. Kalian mengemukakan berbagai alasan penting untuk membenarkan perbuatan kalian, aku Jin Yuanbao selalu menganggap diriku cerdas, tapi kalian menganggapku seorang dungu, seorang dungu yang telah berusia dua puluh tahun lebih yang bahkan tak mengetahui siapa ibu kandungnya sendiri". Melihat wajahnya yang kebingungan, hati Nyonya Jin seakan diiris-iris.
"Ibu telah mengecewakanmu, tapi ibu tak punya pilihan lain, ibu benar-benar melakukannya demi keluarga Jin".
"Kau menganggapku sebagai putra kandungmu sendiri, dan sebagai satu-satunya ahli waris sah Wisma Jin, agar tak kehilangan kedudukan di mata ibu suri, untuk memperoleh kekuasaan atas pabrik senjata, dan untuk mempertahankan kekuasaan dan kedudukan keluarga Jin, bagaimanapun juga, aku hanya sebuah bidak catur dalam genggamanmu". Sekujur tubuh Jin Yuanbao gemetar, sambil bertumpu pada kursi, ia perlahan-lahan bangkit.
"Bukan.....bukan.....", air mata Nyonya Jin meleleh, dengan sungguh-sungguh ia menggeleng.
"Mula-mula memang demikian, tapi setelah itu ibu benar-benar sayang padamu. Ibu tak ingin kehilangan dirimu". Akan tetapi, sekarang Jin Yuanbao mana mau mendengar perkataannya lagi? Dengan terhuyung-huyung ia keluar dari kamar itu, sama sekali tak mendengar suara tangis Nyonya Jin di belakangnya. Dengan linglung Jin Yuanbao berjalan keluar dari Wisma Jin, ia merasa bahwa kehidupannya selama dua puluh tahun lebih ini hanya sebuah lelucon dan tipu muslihat belaka. Ia Jin Yuanbao telah dengan bodoh dan bebal melewatkan dua puluh tahun, bahkan siapa ibu kandungnya sendiri pun ia tak tahu, sedangkan dua perempuan yang paling dicintainya telah menipunya habishabisan..... Dengan linglung ia melewati dua lorong, mendadak petir membelah angkasa yang diselimuti mendung, lalu guntur yang memekakkan telinga pun meledak, seketika itu juga, langit menjadi putih dan hujan pun turun dengan derasnya. Langkah kaki Jin Yuanbao terhenti, ia menengadah memandang angkasa, sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum getir, apakah langit juga tahu bahwa ia sedang bersusah hati? Angin meniup tetes-tetes air hujan hingga jatuh menimpa batu pelapis jalan dan memercik, bergemericik dan membentuk sebuah tirai hujan, langit seakan diselimuti tirai berwarna putih, seketika itu juga, para pejalan kaki di jalan itu segera berteduh. Hanya Jin Yuanbao yang berjalan seorang diri di tengah hujan, rambutnya berantakan, sekujur tubuhnya basah kuyup, seperti sesosok mayat hidup, sama sekali tak seperti penampilannya dahulu yang anggun dan angkuh. Sekonyong-konyong, sebuah kereta melaju dengan cepat! Namun, saat ini pikiran Jin Yuanbao hampa, sinar matanya penuh rasa putus asa, nampaknya sama sekali tak terpikir olehnya untuk menghindar, untung saja sang kusir sangat cekatan sehingga ia tak benar-benar tertabrak kereta itu dan hanya terjatuh saja. Melihat Jin Yuanbao yang pakaiannya berantakan dan tak bangkit setelah terjatuh, sang kusir tak bisa menahan diri untuk tak memaki.
"Kau tak punya mata, ya? Kalau ingin mati pergilah ke tempat lain, jangan buat si tua ini menjadi sial....."
Setelah selesai memaki, ia pun melarikan kereta itu.
Dengan linglung Jin Yuanbao duduk di tengah genangan air, seakan sama sekali tak merasakan rasa sakit karena terjatuh, dengan tertegun ia memandangi genangan air itu, hujan tak henti-hentinya turun dan menghancurkan bayangan dirinya di genangan air itu hingga menjadi berkeping-keping.....
Ia hanya memandangi bayangan dirinya di air, namun lupa bahwa di Wisma Jin di balik beberapa lorong di belakangnya, Nyonya Jin sedang duduk di pinggir jendela sambil mengkhawatirkannya.
Setelah hujan, cuaca pun menjadi cerah, di langit biru yang cemerlang sama sekali tak ada awan.
Segerombolan pengemis sedang mandi matahari di sisi tembok kota, ketika Jin Yuanbao sedang berjalan dengan terhuyunghuyung melewati mereka, mendadak ia berhenti, lalu berbalik dan berjalan ke arah gerombolan pengemis itu, setelah itu, ia melepaskan bandulan kumala yang menggantung di tubuhnya dan melemparkannya ke arah gerombolan itu.
"Kalian ingin makan enak tidak? Kalian ingin hidup mewah? Ambillah, ambillah barang-barang ini, apapun yang kalian inginkan, ambillah!"
Jin Yuanbao tertawa, namun dalam matanya sama sekali tak ada rasa girang. Saat para pengemis sedang saling memandang dengan raguragu, seorang pengemis kecil mencoba memungut bandulan kumala itu.
"Seleramu bagus sekali!", sambil tertawa, Jin Yuanbao bertepuk tangan.
"Bandulan kumala ini bisa kau tukar dengan seratus mu tanah pertanian dan banyak hewan ternak! Ambillah, cepat ambil!"
"Asli atau palsu?"
Para pengemis itu terheran-heran. Jin Yuanbao tertawa sinis.
"Orangnya palsu, tapi barangbarangnya asli". Begitu ia selesai berkata, para pengemis itu langsung memperebutkannya, mereka saling mendahului dan hampir berkelahi. Jin Yuanbao memandang mereka sambil tertawa sinis. Ia menanggalkan mantelnya yang mewah, lalu memakaikannya pada seorang pengemis kecil yang bertelanjang dada, sambil tertawa sinis ia berkata.
"Mari, mari, pakaian ini tiada duanya di ibu kota, mewah tiada tara, kupakaikan padamu, sekarang kau sudah menjadi Jin Yuanbao....."
Pengemis kecil itu merasa amat berterima kasih.
"Terima kasih daye, terima kasih gongzi....."
"Gongzi?", ia tertawa seakan gila.
"Aku juga selalu mengira bahwa aku lahir dalam kekayaan dan kedudukan tinggi, tapi sebenarnya aku hanya boneka yang dibungkus kemewahan....."
Tentu saja sang pengemis kecil tak paham maksud Jin Yuanbao, ia segera mundur dengan ketakutan. Seorang pengemis yang nampaknya adalah pemimpin mereka memperhatikan pakaian itu, lalu berkata dengan suara lantang.
"Jangan perdulikan dia, menurutku orang ini kemungkinan besar gila, tapi barang-barangnya semua kelas satu". Setelah berbicara, ia mengajak para pengemis itu merebut pakaian Jin Yuanbao. Jin Yuanbao didorong-dorong oleh mereka, namun ia sama sekali tak melawan, ia malahan tertawa keras-keras dan melucuti satu persatu pakaiannya.
"Jangan khawatir, jangan khawatir, semua kuberikan pada kalian....."
Ia secara berturutturut melucuti pakaiannya dan memberikannya pada para pengemis itu, tak lama kemudian ia pun sudah tak berpakaian. Sambil tersenyum riang ia memandang mereka.
"Sekarang kau adalah Jin Yuanbao, kau juga Jin Yuanbao, kalian semua Jin Yuanbao......"
Saat itu musim gugur sudah lama berlangsung, selain itu, tubuhnya baru saja basah kuyup terkena hujan, sekarang udara pun dingin menusuk, namun Jin Yuanbao seakan sama sekali tak merasakannya, ia malahan mendongak ke langit dan berteriak.
"Aku senang sekali! Aku telah menanggalkan beban ini dan tahu siapa diriku! Senang sekali, senang sekali!"
Namun, dua tetes air mata yang jernih meleleh di wajahnya yang tersenyum.
Entah sudah berapa hari berlalu, namun tak nyana Wisma Jin tak mencari tahu di mana Jin Yuanbao berada, Nyonya Jin tak bisa tidak kebingungan, namun karena keadaan sudah seperti ini, ia tak bisa mengungkapkannya kepada semua orang, maka ia terpaksa menyuruh lebih banyak orang mencari keberadaan Jin Yuanbao di seluruh kota.
Akan tetapi, saat ini pakaian Jin Yuanbao compang-camping, rambutnya tak digelung, terurai berantakan, ia duduk di depan sebuah warung murah di tepi jalan sambil menenggak arak, dengan acuh tak acuh, ia mengangkat botol arak dan menuang isinya ke dalam mulutnya.
Setelah larut malam, Jin Yuanbao nampaknya baru puas minum, dengan linglung ia bangkit sambil bertumpu pada meja, lalu berbalik dan berlalu.
Begitu melihatnya, pemilik kedai itu segera memburu ke depan dan menahannya.
"Tuan, anda belum membayar bon".
"Eh?", mata Jin Yuanbao kabur, ia meraba-raba kantung di seluruh tubuhnya, namun ia sudah tak punya uang sepeser pun, secara refleks ia mengayunkan tangannya, masih bersikap seperti seorang tuan muda kaya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Simpan dulu bonnya". Sang pemilik kedai tercengang, ia memperhatikannya, lalu tersenyum bermanis-manis.
"Tuan, kedai ini bisnis kecil, tak bisa memberi pinjaman".
"Tuan mudamu ini tak akan tak membayarmu, tak usah banyak omong, simpan saja bonnya", Jin Yuanbao nampaknya sudah mabuk, setelah berbicara, ia mendorong sang pemilik kedai, lalu pergi. Sang pemilik kedai didorongnya hingga terhuyung-huyung, amarahnya pun timbul.
"Penampilannya begitu memalukan, tapi masih berani menyebut dirinya tuan muda, tak bisa mengurus diri sendiri tapi mau makan seperti raja. Kesini, pukul dia". Begitu mendengarnya, dua begundal datang dan menahan Jin Yuanbao, lalu memukulinya.
"Pukuli dia keras-keras sampai ingatannya kembali dan tak berani makan gratis lagi". Mendengar perintah sang pemilik kedai, kedua lelaki itu lebih tak berbelas kasihan lagi dan memukul serta menendang Jin Yuanbao. Jin Yuanbao meringkuk di lantai, berusaha melindungi kepalanya dengan tangannya, ia membiarkan kedua begundal itu memukulinya sampai puas dan tak membalas, bahkan sampai dahinya berdarah dan tubuhnya membiru karena lebam, ia masih terus tertawa seraya berseru-seru.
"Pukulan yang bagus! Jangan berhenti, pukul lagi! Pukulan yang bagus!"
Di sebuah lorong sunyi di ibu kota, sebuah kereta kuda yang indah melintas.
Liu Wenchao yang membawa bungkusan besar dan kecil turun dari kereta itu dan mengetuk sebuah pintu.
Suara jawaban terdengar dan pintu pun terbuka, sepasang mata Yu Qilin yang berbinar-binar muncul dari balik pintu.
Liu Wenchao tersenyum, ia melangkah masuk ke dalam rumah itu, mengangguk-angguk ke arah Yu Qilin untuk memberi salam, lalu langsung melangkah ke hadapan Nyonya Yu, dengan penuh bakti ia berjongkok di hadapan Nyonya Yu, lalu bertanya dengan lembut.
"Bomu, apakah kau dapat beristirahat dengan baik kemarin? Apakah selama berdiam di sini ada sesuatu yang kurang nyaman?"
"Aku dapat beristirahat dengan nyaman, semuanya baik-baik saja", Nyonya Yu tersenyum ramah.
"Terima kasih banyak karena Liu Gongzi telah menyelamatkan kami ibu dan anak ini, dan terima kasih juga karena anda telah mengurus kami dengan penuh perhatian". "Bomu, kita semua keluarga sendiri, jangan sungkan-sungkan", Liu Wenchao menaruh barang-barang yang dibawanya di atas meja.
"Ini makanan kecil dari Desa Daoxiang dan teh Mingxian yang baru dipetik, aku sengaja membelinya untuk dihadiahkan kepada anda, ini beberapa helai kain sutra kelas satu, anda dan Qilin keluar dari Wisma Jin dengan sangat terburu-buru, tak membawa pakaian apapun. Aku telah mencari penjahit terbaik di ibu kota dan membuatkan beberapa potong pakaian untuk kalian".
"Terima kasih karena telah begitu memikirkan kami berdua", dengan jengah Nyonya Yu berkata.
"Sebenarnya tak perlu begitu repot-repot, di sini kami sudah merepotkanmu beberapa hari ini, begitu luka Qilin sembuh, kami akan segera pulang ke Emeishan".
"Sama sekali tak merepotkan", Liu Wenchao cepat-cepat membujuk mereka.
"Sebenarnya kalian tak usah buru-buru kembali ke Emeishan, tinggallah di ibu kota, aku akan mengurus kalian berdua".
"Ibu kota bukan tempat yang seharusnya kami tinggali", dengan sedih Nyonya Yu menggelengkan kepalanya.
"Bomu, kalian apakah akan pergi atau tinggal di ibu kota, kalian putuskan setelah luka Qilin sembuh saja", sambil mengambil sebuah bantal, Liu Wenchao mengalihkan pokok pembicaraan.
"Aku sengaja menyuruh seorang penjahit membuatkan bantal, anda silahkan coba, nyaman atau tidak?"
Sambil berbicara, ia menyokong Nyonya Yu agar bangkit, lalu menaruh bantal itu di belakang punggung Nyonya Yu dan membiarkannya bersandar padanya. Nyonya Yu mencobanya, lalu dengan rasa berterima kasih berkata.
"Nyaman, anda begitu penuh perhatian".
"Memang sudah seharusnya, aku berbakti pada anda seperti pada ibu sendiri", selagi berbicara, Liu Wenchao melihat Yu Qilin sedang membawa pikulan di balik pintu, maka ia segera berkata kepada Nyonya Yu.
"Aku akan membantu Qilin". Setelah berbicara, ia segera melangkah dengan cepat ke arah Yu Qilin. Di halaman itu ada beberapa guci air, karena sumur terdekat di perumahan itu agak jauh, air harus disimpan dalam guci-guci itu. Begitu melihatnya, Liu Wenchao segera mengambil pikulan di bahu Yu Qilin itu, lalu dengan cepat berjalan ke sumur. Walaupun saat itu musim gugur sudah hampir berakhir, masih dibutuhkan tak sedikit tenaga untuk mengisi guci-guci air itu hingga penuh, Liu Wenchao yang hilir mudik telah membawa belasan pikul air, dahinya telah bermandikan keringat, akan tetapi ekspresi wajahnya nampak girang. Yu Qilin mengelus-elus lukanya yang masih diperban, ia berkata pada Liu Wenchao.
"Wenchao, kau istirahatkah dahulu, dahimu kelihatan penuh keringat, aku dan ibuku tak membutuhkan begitu banyak air, lagipula, di Wisma Jin kau mana pernah melakukan pekerjaan berat seperti ini......"
Ketika berbicara tentang Wisma Jin, mau tak mau hati Yu Qilin terasa pedih, ia segera menutup mulutnya dan tak lagi ingin berbicara.
Pendekar Rajawali Sakti 144 Telapak Tapak Tangan Hantu Karya Batara Wiro Sableng 059 Peti Mati Dari Jepara
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama