Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 29

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 29



"Liu Wenchao, kau akan mendapatkan pembalasan yang setimpal!"

"Akan kutunggu", Liu Wenchao tersenyum hambar, lalu melemparkan cambuk di tangannya ke seorang begundal disampingnya.

"Cambuk dia seratus kali, tapi setelah sepuluh cambukan pertama, cambuk dia keras-keras untukku!"

Setelah berbicara, ia melangkah menghampiri Yu Qilin, menutup kerahnya yang sedikit terbuka, lalu memeluk pinggangnya dan memaksanya mengikutinya pergi.

Yu Qilin meronta-ronta, tak hendak mengikutinya pergi, namun Liu Wenchao berbisik dengan lirih di telinganya.

"Jangan khawatir, aku tak akan menyentuhmu. Aku akan menepati perkataanku. Selain itu, sebaiknya kau tak berpaling melihatnya, kalau kau berpaling, aku akan menambah sepuluh cambukan lagi". Yu Qilin menghentikan langkahnya, dengan susah payah ia menahan rasa pedih dalam hatinya, sambil menggertakkan giginya ia mengikuti Liu Wenchao dan sama sekali tak menoleh. Beberapa saat kemudian, Yu Qilin yang telah mandi dan berganti pakaian yang bersih dan rapi muncul di ambang pintu kamar baca Liu Wenchao. Liu Wenchao sedang mengambar, samar-samar dapat dilihat bahwa yang sedang digambarnya adalah seorang wanita, seakan telah mendengar suara langkah kaki Yu Qilin, Liu Wenchao menengadah dan memandangnya, sambil tersenyum ia berkata.

"Kau sudah datang, kemari dan lihatlah lukisan dirimu yang kugambar untukmu ini". Yu Qilin tentu saja tak dapat memahaminya, tanpa basa-basi ia langsung bertanya.

"Apa yang kau inginkan supaya Yuanbao dan yang lainnya dapat dibebaskan?" "Ternyata masih untuk Jin Yuanbao si anak haram itu", Liu Wenchao meletakkan kuas di tangannya, duduk di kursi dan berkata seraya tersenyum sinis. Mendengar perkataan anak haram yang kasar itu, Yu Qilin menarik napas panjang, berusaha sebisanya mengendalikan dirinya, lalu kembali bertanya.

"Beritahu aku, apa yang harus kulakukan agar kau melepaskan Yuanbao?"

"Hmm.....", Liu Wenchao tersenyum.

"Kau tahu apa yang kuinginkan".

"Kau......", Yu Qilin memejamkan matanya dengan perlahan, lalu menarik napas dalam-dalam, lalu kembali berbicara, kali ini dengan perlahan.

"Aku berjanji padamu, asalkan kau melepaskan Yuanbao, aku akan menikah denganmu". Akan tetapi, sampai beberapa lama kemudian masih tak terdengar Liu Wenchao menjawab, mau tak mau hati Yu Qilin terasa kalut, perlahan-lahan ia membuka matanya lebar-lebar, akan tetapi ia lalu menyadari bahwa Liu Wenchao sedang menatapnya tanpa berkedip, tanpa bergeming. Setelah lama kemudian, Liu Wenchao barulah tersenyum dan berkata.

"Bagus sekali, aku benar-benar tak sabar melihat wajah Jin Yuanbao saat ia menghadiri pesta pernikahan kita". Mendengarnya, Yu Qilin menghembuskan napas lega dengan pelan, namun setelah itu tiba-tiba hatinya terasa pedih. Dengan kebingungan Jin Yuanbao tersadar, akan tetapi dengan terkejut ia menemukan bahwa dirinya terbaring di kamar tidurnya dahulu. Perabot di dalam kamar masih seperti dahulu, namun tak terlihat sosok para pelayan yang dahulu selalu hilir mudik melayaninya, kamar itu nampak lebih luas dan sepi.

"Shaoye, kau sudah bangun!", suara A Fu terdengar, setelah itu nampaklah sinar matanya yang penuh perhatian dan girang.

"Obat ini memang ampuh!"

Obat? Dengan susah payah Jin Yuanbao menelengkan kepalanya, ia melihat sekujur tubuhnya penuh salep dan perban, sekarang pukul berapa.....tapi ia merasa kepalanya sakit dan tak bisa mengingat apapun, maka ia hanya dapat bertanya.

"Kenapa aku bisa berada di sini? Kenapa kau datang kemari?"

Setelah berbicara, ia melihat ke sekelilingnya, namun tak menemukan sosok yang sudah amat akrab dengannya itu, oleh karenanya ia kembali bertanya.

"Dimana nyonya muda?"

A Fu membuka mulutnya, namun akhirnya ia menghindari pandangan mata Jin Yuanbao, lalu membetulkan selimutnya.

"Shaoye, bagus sekali anda sudah sadar, kemarin malam kau demam semalaman, sehingga membuat A Fu ketakutan. Untung saja langit punya mata dan orang yang baik mendapat ganjaran yang baik pula". Merasa bahwa sikap A Fu seperti dibuat-buat, Jin Yuanbao kembali mencecarnya.

"Di mana nyonya muda?" A Fu menarik-narik bibirnya, lalu tiba-tiba bangkit dan mengambil jubah panjang putih baru di sampingnya, seraya tersenyum ia berkata.

"Anda sadar tepat pada waktunya, waktunya sudah tak banyak lagi, A Fu akan membantu anda bertukar pakaian". Ia jelas-jelas mengelak dan hal ini membuat hati Jin Yuanbao bertambah risau, dalam kecemasannya, ia tak kuasa menahan diri untuk tak berteriak.

"Aku tanya padamu, dimana nyonya muda?"

Akan tetapi.

"Bruk!", tanpa disangka-sangka A Fu justru berlutut di hadapannya, sambil berlinangan air mata ia berkata.

"Shaoye, A Fu akan membantumu bertukar pakaian, setelah itu.....", A Fu seakan mengambil keputusan, lalu menggertakkan giginya dan berkata.

"Setelah itu aku akan membawa anda menemui nyonya muda!"

Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao menghembuskan napas lega, ia memandang keluar pintu, sepertinya ia melihat dua sosok penjaga, hatinya pun menjadi murung dan ia kembali bertanya.

"Apakah ia baik-baik saja?"

"Shaoye, anda jangan khawatir, nyonya muda baik-baik saja". Baik-baik saja? Kalau ia baik-baik saja, kenapa ia tak berada di sisi dirinya? Jin Yuanbao berusaha bangkit, A Fu segera memapahnya, ia berdiri dengan tegak di sampingnya, seakan hendak melayaninya seperti dahulu. Sambil berlinangan air mata, A Fu mengangguk-angguk, ia pun membantu Jin Yuanbao mengenakan jubah seputih salju itu. Lelaki di cermin itu, walaupun wajahnya masih memar, setelah menyisir rambut dan berganti pakaian, sama sekali tak nampak mengenaskan dan putus asa seperti sebelumnya, ia nampak seperti seorang tuan muda biasa. Namun ketika melihat sang tuan muda di cermin, dalam hati A Fu menangis, dengan perlahan ia mengeluarkan kalung yuanbao dari lengan bajunya dan memberikannya pada Jin Yuanbao, lalu berkata.

"Shaoye, nyonya muda memberikannya padaku, untuk diberikan padamu". Jin Yuanbao merengut kalung itu dan mengenggamnya eraterat, ekspresinya amat tenang, namun tubuhnya agak gemetar.

"Nyonya muda berkata bahwa kau harus hidup dengan baik". Hidup dengan baik.....perkataan itu membuat Jin Yuanbao terdiam.....benar, setelah hidup dengan baik, ia baru dapat menyelamatkan Yu Qilin dan ibu! Dengan hati-hati Jin Yuanbao mengenakan kalung itu, memasukannya ke balik kerahnya, lalu dengan penuh tekad memandang A Fu.

"Jangan khawatir, kita semua akan hidup dengan baik". Saat itu, dua orang begundal masuk ke dalam kamar, lalu tanpa berkata apa-apa, mereka mencengkeram Jin Yuanbao dan membawanya pergi. A Fu cepat-cepat menghalangi mereka.

"Apa yang hendak kalian lakukan?"

Akan tetapi, kedua begundal itu mana mau memberinya penjelasan? Mereka mendorong A Fu ke samping, lalu menyeret Jin Yuanbao pergi.

"Lepaskan aku!", tiba-tiba ia meraung marah sehingga kedua begundal itu terkejut dan berhenti.

"Aku akan berjalan sendiri, tunjukkan jalan".

"Shaoye......"

Dengan cemas A Fu hendak mengatakan sesuatu, namun Jin Yuanbao memotong perkataannya.

"A Fu, tak apa-apa", setelah berbicara ia mengikuti mereka pergi, untuk beberapa saat A Fu berdiri sambil tertegun di tempat, lalu cepat-cepat mengikuti mereka. Setelah melewati taman bunga yang sudah amat dikenalnya, Jin Yuanbao langsung dibawa ke aula utama Wisma Jin. Di sepanjang jalan, suasana taman bunga nampak meriah, walaupun di awal musim dingin itu tak nampak ada bunga yang mekar, namun setiap batang pohon, baik yang tinggi maupun rendah, dihiasi bunga-bunga sutra berwarna merah menyala, bahkan jalan setapak pun dihampari permadani merah, benarbenar mewah. Tak lama kemudian, mereka tiba di aula utama, seluruh aula dihiasi hiasan merah menyala, pintu gerbang dihiasi lampionlampion merah bertuliskan ucapan selamat. Ini adalah......Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, hatinya penuh rasa bimbang.

"Lekas jalan, kau lihat apa!"

Begundal di belakangnya mendorongnya, tanpa dapat berbuat apa-apa, Jin Yuanbao melangkah ke dalam aula.

Nyonya yang duduk tegak di tengah ruangan itu, bukankah Nyonya Yu? Dan begitu Nyonya Yu saling bertatapan dengannya, sepasang matanya memerah dan segera berlinangan air mata.

Pada saat Jin Yuanbao masih tercengang, suara petasan terdengar di luar aula, Liu Wenchao yang mengenakan pakaian pengantin merah berjalan masuk dengan wajah berseri-seri.

Dan di belakangnya, wanita bermahkota burung hong dan berkerudung merah yang dituntun dengan pita sutra itu, yang sosok dan langkahnya sudah begitu dikenalnya dengan baik itu, kalau bukan Yu Qilin lalu siapa lagi? Hati Jin Yuanbao terkesiap, lalu ia pun bereaksi, ia cepat-cepat berseru keras-keras.

"Qilin, kau tak boleh menikah dengannya, tak boleh menikahinya!"

Setelah berbicara, Jin Yuanbao hendak menerjang ke depan, namun ia telah dipegang erat-erat oleh begundal di sampingnya. Liu Wenchao memicingkan matanya, ia berpaling ke arah Jin Yuanbao, lalu berkata dengan dingin.

"Kalau kau berani maju lagi, percaya atau tidak, akan kupatahkan kakimu!"

Akan tetapi, tanpa ragu sedikitpun, Jin Yuanbao masih menerjang maju, namun sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, ia telah ditahan oleh kaki tangan Liu Wenchao sehingga tak bisa bergerak, selagi ia meronta-ronta, ia ditendang beberapa kali oleh si begundal.

Yu Qilin yang mendengar suaranya, menarik kerudungnya hingga terjatuh ke lantai dan hendak menghampirinya, namun akhirnya menghentikan langkahnya dan hanya menatap Liu Wenchao.

"Ingat janjimu padaku". Liu Wenchao mengangkat tangannya untuk menghentikan begundal itu seraya berkata.

"Jin Yuanbao aku mengundangmu untuk menyaksikan upacara ini, tapi kalau kau bandel, jangan salahkan aku kalau aku tak sungkan-sungkan lagi". Walaupun Jin Yuanbao dipiting di tanah, namun ia masih menengadah memandang Yu Qilin sambil menggeleng kuatkuat. Akan tetapi, setelah memandangi dirinya untuk beberapa lama, akhirnya Yu Qilin kembali berjalan dengan penuh tekad tanpa berpaling ke arahnya lagi, hati Jin Yuanbao seakan terjatuh ke dalam lubang es yang dingin membeku. Liu Wenchao sepertinya sangat puas dengan sikap Yu Qilin itu, sambil tersenyum, ia memungut kerudung yang terjatuh di lantai, lalu dengan lembut memasangnya kembali, setelah itu, ia berkata pada sang pemimpin upacara.

"Lanjutkan". Suara musik diiringi tambur pun berkumandang, Jin Yuanbao meronta-ronta sembari berseru dengan nyaring.

"Qilin, aku mencintaimu, kau istriku, dan aku suamimu. Kita telah berjanji untuk selamanya tak berpisah". Di balik kerudung, air mata Yu Qilin bercucuran dan membasahi pakaian pengantinnya hingga menimbulkan bercak-bercak merah. Ketika melihat Yu Qilin dan Liu Wenchao akan segera melaksanakan upacara pernikahan, Jin Yuanbao meronta sekuat tenaga dan berusaha melepaskan pegangan para begundal itu, tanpa memperdulikan hujan tendangan dan pukulan di belakangnya, ia terus merayap maju. Suara yang amat menyayat hati masuk ke dalam telinga Yu Qilin, begitu sedih dan begitu menusuk telinga, ia pun segera menarik Liu Wenchao seraya berkata.

"Mohon jangan biarkan para begundal itu memukulinya!"

Namun Liu Wenchao berkata dengan bengis.

"Dia sendirilah yang tak tahu diri". Berbagai perasaan berkecamuk dalam hati Yu Qilin, ia hendak memburu ke arah Jin Yuanbao, namun lengannya ditarik keraskeras oleh Liu Wenchao.

"Jangan lupa janjimu padaku", sambil menggertakkan gigi, Liu Wenchao berkata. Yu Qilin mengelus-elus gunting dalam lengan bajunya, ia mengigit bibirnya dan tak berkata apa-apa.

"Qilin!", akhirnya Jin Yuanbao kehabisan tenaga, ia hanya dapat berteriak keras-keras.

"Qilin, aku lebih baik mati daripada membiarkanmu bersama binatang ini! Qilin! Aku lebih baik mati di sini!"

Lebih baik mati di sini......

Perkataan itu bagai pisau yang mencungkil hati Yu Qilin, ia sekali lagi membuang kerudungnya dan melangkah menghampiri Jin Yuanbao, mendorong pergi para begundal yang menendangi dan memukuli Jin Yuanbao, memapahnya bangkit, lalu dengan gusar berseru.

"Aku sudah menyuruh A Fu berbicara padamu, apa kau tak ingat? Apa kau ingin membuatku begitu marah sampai mati?"

Jin Yuanbao tersenyum lemah, lalu memeluknya seraya berkata dengan lembut.

"Aku ingat, aku ingat. Tapi itu tak penting, tak penting", ia menarik napas panjang dan memandang Nyonya Yu yang duduk di ruangan itu, lalu mendadak tersenyum dan berkata.

"Kataku, ayo kita sekali lagi mengadakan upacara pernikahan di hadapan ibuku". Yu Qilin tertegun, lalu mengangguk-angguk. Jin Yuanbao berlutut di hadapan Nyonya Yu, Yu Qilin pun cepatcepat ikut berlutut di sampingnya. Melihatnya, Nyonya Yu langsung paham, ia berjalan ke hadapan mereka berdua, lalu tersenyum dan berkata.

"Ibu akan melaksanakan upacara pernikahan untuk kalian", ia menyeka air mata di wajahnya, lalu berkata.

"Pertama, bersujud pada langit dan bumi". Mereka berdua segera bersujud bersama. Liu Wenchao tercengang, sedetik sebelum dirinya mencapai puncak kehidupannya, ia kembali terjerumus ke dasar lembah yang sedingin es.

"Kedua, bersujud pada orang tua". Begitu suara Nyonya Yu berkumandang, Liu Wenchao tiba-tiba tersadar, ia pun meraung.

"Berhenti!"

Akan tetapi, Jin Yuanbao dan Yu Qilin mana sudi menghiraukannya? Mereka meneruskan perbuatan mereka seraya tersenyum.

"Suami istri saling menghormat!" Begitu mendengarnya, Liu Wenchao segera memarahi para kaki tangannya, namun mereka berdua saling mendukung, walaupun sekujur tubuh Jin Yuanbao penuh bekas-bekas luka, ia masih memeluk Yu Qilin erat-erat dengan kedua lengannya, dengan demikian, di tengah hujan pukulan dan tendangan, mereka berdua menyelesaikan upacara pernikahan mereka. Pandangan mata mereka saling bertemu, penuh kasih sayang dan perasaan manis. Liu Wenchao yang berada di samping mereka murka, dengan sepasang mata yang merah darah ia meraung.

"Kubunuh kalian berdua!"

Mereka berdua masih saling berpelukan dengan erat, dengan senyum penuh kebahagiaan yang tak terperi, Jin Yuanbao berkata.

"Apapun yang terjadi, kita akan selalu bersama". Liu Wenchao perlahan-lahan menjadi tenang, dengan penuh kebencian ia memandang mereka berdua, lalu berkata.

"Baiklah......aku mengerti, kalian berdua ingin menjadi sepasang bebek mandarin yang ditakdirkan......"

Mendadak, seakan gila, ia tiba-tiba menarik Yu Qilin.

"Kalian mimpi di siang bolong!"

Di pelataran tempat berlatih silat Wisma Jin, kayu bakar ditumpuk tinggi-tinggi, di sekeliling tumpukan kayu bakar itu berkerumun hamba-hamba Wisma Jin yang dipaksa menyaksikan hukuman, ketika melihat bagaimana Liu Wenchao bersikap angkuh dan bagaimana tuan dan nyonya muda yang terdahulu telah menjadi tawanan, tak sedikit diantara mereka yang mencucurkan air mata, akan tetapi karena dipaksa oleh para begundal kekar di samping mereka, mereka hanya dapat menangis saja dan tak dapat melakukan apa-apa.

"Sepasang bebek mandarin yang hendak bunuh diri? Asalkan bersama mati pun tak takut?", dengan acuh tak acuh Liu Wenchao memandang Jin Yuanbao dan Yu Qilin yang tangannya diikat di belakang punggung, dengan perlahan ia berjalan ke arah mereka.

"Apakah kalian benar-benar tak takut pada apapun?"

Jin Yuanbao dan Yu Qilin hanya saling memandang dengan diam, pandangan mata mereka penuh kemesraan, seakan sama sekali tak mendengar perkataan Liu Wenchao.

"Baiklah, baiklah!", sinar mata acuh tak acuh Liu Wenchao perlahan-lahan berubah menjadi buas.

"Bawa dua nenek itu kemari!"

Jin dan Yu berdua amat terkejut.

Setelah itu, Nyonya Yu dan Nyonya Jin dibawa masuk oleh para begundal dan dilemparkan ke hadapan Jin Yuanbao dan Yu Qilin, Jin Yuanbao hendak menerjang ke arah mereka, namun karena tali yang mengikatnya ditarik erat-erat oleh seorang begundal, ia tak dapat bergerak dan hanya dapat memaki.

"Liu Wenchao, kau binatang, ibuku membesarkanmu belasan tahun lamanya, bagaimana kau dapat memperlakukannya seperti ini!" Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao mengangkat alisnya, lalu tersenyum mengejek.

"Ibumu? Benar.....benar......tapi apakah sebenarnya ia ibumu?"

Ia perlahan-lahan berjalan ke hadapan Nyonya Yu dan Jin, membungkuk, memandangi mereka dari atas ke bawah, lalu tertawa dan berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Yang seorang adalah ibu yang melahirkanmu, namun begitu melahirkan, bayinya langsung dirampas oleh Nyonya Jin kita, lalu ia diusir keluar wisma, sehingga selama dua puluh tahun lebih menderita; yang seorang lagi adalah ibu angkatmu, yang bersusah payah membesarkanmu selama dua puluh tahun lebih, dan memberikan semua barang-barang milikku padamu, ia benarbenar baik padamu". Tiba-tiba, Liu Wenchao mengubah topik pembicaraan.

"Jin Yuanbao, nasibmu sungguh baik, dibandingkan orang lain, kau lebih banyak mempunyai, orang lain hanya punya seorang ibu, tapi kau punya dua orang! Hahaha! Kabarnya, setelah kau mengetahui jati dirimu, kau tak tahu harus mengakui siapa. Tuan mudamu ini baik hati dan hendak membantumu memutuskan masalah ini".

"Apa yang hendak kau lakukan!"

"Apa yang hendak kau lakukan!"

Jin Yuanbao dan Yu Qilin berteriak dengan bersamaan, mereka berdua meronta-ronta, namun akhirnya tak berdaya.

Liu Wenchao tersenyum puas diri, ia melangkah ke samping, lalu menarik sebilah golok dari pinggang seorang begundal, sambil mengangkat golok itu, ia berjalan ke hadapan Nyonya Yu dan Jin, setelah itu, golok pun berkelebat di atas leher mereka berdua, membuat keringat dingin Jin Yuanbao bercucuran.

"Jin Yuanbao, pilihlah salah satu, tuan mudamu ini akan membantumu ----- ", senyum di wajah Liu Wenchao semakin bengis.

"membunuhnya". Mendengarnya, amarah Jin Yuanbao kontan berkobar.

"Kau ini binatang, kau ini bukan manusia!"

"Tak usah marah, cepat pilih", Liu Wenchao tersenyum.

"Mau kubantu, tidak? Ai, benar-benar merepotkan, kalau memilih salah satu kau akan berbuat tak adil, aku tak mau menjadi orang jahat ini......kau sendirilah yang harus memilih!"

Melihat kedua ibu yang terbaring miring di lantai itu, Jin Yuanbao merasa otot-otot dan kerangkanya satu cun demi satu cun menjadi kaku, setelah beberapa lama, ia barulah menggertakkan giginya dan berkata.

"Kau mimpi!"

Melihatnya, Yu Qilin segera berseru.

"Liu Wenchao, mereka semua tak bersalah, kalau kau ingin membunuh orang, hukum picislah kami!"

Begitu mendengar suara Yu Qilin, senyum di wajah Liu Wenchao mendadak sirna, dan hanya menyisakan rasa cemburu dan benci, dengan langkah-langkah lebar ia berjalan ke hadapan Yu Qilin dan berkata.

"Tutup mulut!"

Setelah berbicara ia berbalik dan menendang Jin Yuanbao.

"Cepat pilih!"

Dengan amat enggan, Jin Yuanbao kembali menggertakkan gigi dan berkata.

"Kau mimpi! Aku menginginkan kedua ibu itu!"

"Aku mimpi?", Liu Wenchao mengambil seutas cambuk dari tangan begundal yang berada di sampingnya, perlahan-lahan ia menjadi gemetar.

"Aku justru ingin tahu siapa yang sebenarnya sedang bermimpi!"

Setelah berbicara, ia mencambuk Nyonya Jin keras-keras! Kekuatan cambukan yang brutal itu seketika itu juga membuat baju di punggung Nyonya Jin robek, bercak darah pun segera muncul! Tubuh Nyonya Jin gemetar, namun ia mengatupkan bibirnya erat-erat dan tak menjerit kesakitan.

Semua hamba di Wisma Jin telah diurus oleh Nyonya Jin, melihat peristiwa itu, mereka menjadi ribut, akan tetapi para begundal menghunus golok mereka untuk menghentikan keributan itu.

Mendengar suara itu, Liu Wenchao kembali mencambuk Nyonya Jin keras-keras, lalu berpaling dan memandang mereka semua.

"Siapa diantara kalian yang berani banyak omong? Kalau ada yang bicara, aku akan mencambuknya lagi!"

Mereka semua langsung menjadi tenang, yang masih terdengar hanya suara sedu sedan pelan. Liu Wenchao mengangguk dengan puas, lalu memandang Jin Yuanbao dan berkata.

"Kau akan memilih atau tidak? Kalau kau tak memilih, aku akan mencambuk lagi". Api kemarahan berkobar di mata Jin Yuanbao, ia meronta-ronta dengan sekuat tenaga sampai tenaganya habis, namun apa gunanya? Melihatnya, sambil tersenyum menghina, Liu Wenchao berkata.

"Lepaskan dia, aku ingin tahu apa yang akan dilakukannya". Setelah berbicara, ia mengangkat tangannya dan mengayunkan cambuk, begitu bebas dari ikatan, dengan terhuyung-huyung, Jin Yuanbao segera menerjang ke depan Nyonya Jin dan melindunginya dengan tubuhnya sendiri, seketika itu juga, cambuk yang sepanas api pun menyambarnya.

"Yuanbao". Hati Nyonya Jin terasa amat sedih. Namun ketika melihat peristiwa itu, Liu Wenchao malahan tertawa terbahak-bahak, lalu berkata.

"Ibu yang begitu penuh kasih dan anak yang begitu berbakti!"

Setelah berbicara, ia mengayunkan tangannya, namun sekarang keadaan berubah, cambuk itu melecut Nyonya Yu yang berada di sampingnya! "Ibu!", Yu Qilin meronta hendak menerjang ke depan, namun dipegangi erat-erat oleh seorang begundal.

"Kau tak mau memilih?", setelah berbicara Liu Wenchao kembali mengangkat tangannya, dalam sekejap mata, cambuk akan kembali jatuh ke tubuh Nyonya Yu, akan tetapi Jin Yuanbao yang masih terikat memburu ke hadapan Nyonya Yu dan menahan lecutan cambuk itu dengan tubuhnya sendiri. Melihat kejadian itu, senyum di wajah Liu Wenchao semakin lebar, ia seakan telah menemukan suatu permainan yang mengasyikkan, ia lalu mencambuki Nyonya Jin dan Nyonya Yu secara bergantian, setiap kali Jin Yuanbao memburu ke hadapan salah seorang diantara mereka, ia pun mencambuk orang yang satunya lagi! "Kau memilih atau tidak? Memilih atau tidak?", mengayunkan cambuk, Liu Wenchao bertanya. sambil Kedua mata Jin Yuanbao memerah, sambil menggertakkan gigi ia berlarian diantara kedua ibunya itu, tak lama kemudian, pakaiannya yang putih telah berlumuran darah. Akan tetapi, saat ini Liu Wenchao seakan telah menjadi gila atau kesetanan, cambukannya semakin cepat dan teriakannya semakin buas.

"Kalian adalah ibu yang penuh kasih dan anak yang berbakti! Kalian adalah sepasang bebek mandarin yang ditakdirkan! Kalau kau tak memilih, aku akan memukul mereka sampai mati!"

"Yuanbao, pilihlah aku". Begitu suara itu berkumandang, keadaan menjadi sunyi senyap. Nyonya Jin memandang Jin Yuanbao dengan penuh kasih sayang seorang ibu.

"Anak baik, perkataannya benar, bertahuntahun yang lalu aku merampas anak ibumu dan mengusirnya keluar wisma sehingga ia menjadi terlunta-lunta di dunia luar, semuanya ini disebabkan karena dosaku. Aku akan menanggung dosaku itu, kau jangan bersusah hati, pilihlah aku".

"Ibu......", tubuh Jin Yuanbao gemetar seakan menggigil kedinginan, ia hanya terus menggelengkan kepalanya.

"Putraku yang baik, setiap hari dapat bersamamu membuat ibu sangat bahagia, akan tetapi hari-hari yang indah itu dicuri oleh ibu dan harus dikembalikan", dengan tenang, sambil tersenyum, Nyonya Jin berkata.

"Furen, anda salah", Nyonya Yu memotong perkataannya.

"Aku mempunyai Qilin, putri yang begitu baik ini, setiap hari ketika dapat bersamanya adalah hari yang indah, selain itu, aku pun mempunya seorang putra yang telah kau besarkan dengan begitu baik, kau tak berhutang padaku". Seluruh lapangan itu sunyi senyap, suara Nyonya Yu terus berkumandang bagai air dari mata air yang sejuk.

"Furen, aku Wang Huilan benar-benar berterima kasih pada anda, karena telah mendidik Jin Yuanbao menjadi seorang anak yang begitu baik, walaupun aku adalah ibu kandungnya, namun aku tak dapat melakukannya dengan lebih baik".

"Aku......", air mata Nyonya Jin jatuh berderai bagai hujan.

"Huilan, aku telah mengecewakanmu".

"Memang kaulah ibu Yuanbao", Nyonya Yu berkata seraya tersenyum. Tanpa disangka-sangka, mereka memainkan sandiwara ibu yang penuh kasih dan anak yang berbakti seperti ini di depan matanya! Liu Wenchao tak dapat menahan amarahnya lagi, ia melemparkan cambuk dalam genggamannya, lalu mencari-cari sesuatu di sekelilingnya, setelah itu, ia merampas sebuah gada bergigi serigala dari tangan seorang begundal, dengan bengis ia lalu berkata.

"Aku sudah cukup melihat sandiwara kalian! Kau tak bisa memilih!"

Ia berjalan ke hadapan Nyonya Jin, matanya penuh rasa benci. Nyonya Jin menengadah memandangnya tanpa takut sedikitpun.

"Perbuatan yang paling kusesali dalam hidup ini adalah membesarkanmu si serigala ini".

"Kau!", Liu Wenchao murka, ia segera mengangkat gada bergigi serigala yang berkilat-kilat itu.

"Bunuhlah aku!", Nyonya Jin segera menerjang ke depan. Tepat pada saat yang genting itu, sebuah sosok mendorong Jin Yuanbao dan menerjang ke depan tubuh Nyonya Jin, gada gigi serigala menghantam dengan keras ke punggung orang itu, darah segar pun mengalir dengan deras.

"Ibu -----", jeritan Yu Qilin yang melengking mengenaskan terdengar, ia meronta dengan sekuat tenaga, begundal yang memeganginya tak sempat bersiap dan terpaksa melepaskannya. "Huilan!", dengan terkejut, Nyonya Jin melihat Nyonya Yu yang menerjang ke arah dirinya, untuk sesaat ia tak dapat berkatakata, dan hanya dapat mencucurkan air mata. Jin Yuanbao juga seakan gila hendak menerjang Liu Wenchao, akan tetapi, tepat pada saat itu, sebuah sosok menerjang keluar dari belakang Liu Wenchao, setelah itu sebilah pisau yang berkilat-kilat dingin pun menempel di leher Liu Wenchao.

"A Fu......", dengan tak berani percaya, Jin Yuanbao memandang A Fu, si pelayan kecil yang sehari-hari sepenakut tikus sehingga kalau ada ayam dipotong pun bersembunyi jauhjauh itu.

"Lepaskan tuan dan nyonya muda!", A Fu jelas sangat ketakutan, sekujur tubuhnya gemetar, namun perkataan itu diucapkannya dengan penuh keberanian.

"Lepaskan mereka!", A Fu mengerahkan tenaga di tangannya, dan pisau di leher Liu Wenchao pun menorehnya hingga mengalirkan darah. Tanpa bernapas, Liu Wenchao mengangsurkan tangannya ke belakang, hendak menghentikan perbuatan A Fu. Namun A Fu makin kuat menekan pisau itu, suaranya pun meninggi karena tegang.

"Liu Wenchao, ilmu silat dan kekuatanku tak bisa menandingimu, tapi aku A Fu bersumpah, kalaupun kau sekarang menyuruh orang membacokku hingga mati, aku dapat menikammu hingga mati dahulu, kau percaya tidak?"

Seketika itu juga, darah mengalir dengan perlahan dari leher Liu Wenchao.

"Lepaskan mereka!", A Fu kembali berteriak. Liu Wenchao merasa lehernya nyeri dan dengan pelan menarik napas, setelah itu, tanpa dapat berbuat apa-apa, ia berkata.

"Lepaskan mereka". Para kaki tangan Liu Wenchao mematuhi perintahnya, mereka terpaksa memotong tali yang mengikat mereka, mereka berempat pun segera saling berpelukan. Jin Yuanbao tak bertanya-tanya, ia memapah Nyonya Yu yang wajahnya nampak kesakitan, namun ia mendengar A Fu berseru.

"Shaoye, cepat pergi!"

Jin Yuanbao memandang para begundal yang mengelilingi Liu Wenchao dan A Fu untuk mencari kesempatan untuk turun tangan, ia sadar bahwa A Fu tak akan dapat bertahan lama, lalu ia melihat wajah sang bunda yang pucat pasi, seketika itu juga ia pun mengambil keputusan dengan berat hati.

A Fu jelas melihat keragu-raguannya, maka ia segera berseru.

"Jangan urusi aku! Kalau kau tak pergi kita semua akan mati! Cepat pergi!"

Mendengarnya, Jin Yuanbao menggertakkan giginya, memandang A Fu dengan bersungguh-sungguh, lalu melangkah ke depan sambil mengendong Nyonya Yu, Yu Qilin mengikutinya dengan ketat sambil memapah Nyonya Jin, mereka berempat pun melarikan diri bagai terbang.

Sambil mengenggam pisau erat-erat, A Fu mencekik leher Liu Wenchao, begitu Jin Yuanbao dan yang lainnya telah pergi jauh, ia kelelahan, tanpa sadar pegangan tangannya menjadi agak longgar.

Tepat pada saat itu, Liu Wenchao membalikkan tangannya, mendorong pisau itu dan menggunakan kesempatan itu untuk merampasnya, pisau itu pun melayang dan menembus dada A Fu! "Kau mengambil belati tujuh bintangku untuk mengancamku, kau si kacung anjing ini tak mau hidup, maka aku akan membantumu!"

Wajah Liu Wenchao nampak berkerenyitkerenyit. Dengan lemas, A Fu terjatuh ke tanah, dengan hati-hati, Liu Wenchao meraba luka di lehernya yang menyemburkan darah, napasnya makin tersenggal-senggal, ia melayangkan sebuah tendangan ke arah A Fu.

"Kacung anjing!"

Setelah itu, seorang begundal maju untuk melapor.

"Gongzi, di sepanjang jalan Jin Yuanbao berempat dibantu oleh hambahamba Wisma Jin, mereka sudah lari keluar wisma". Melarikan diri? Salah satu tangan Liu Wenchao menekan mulut lukanya, kebuasan di wajahnya perlahan-lahan sirna, setelah berpikir dengan seksama untuk beberapa saat, ia berkata.

"Sampaikan perintahku, bawa regu keluar dulu". "Bagaimana dengan mayat ini?", seorang begundal menunjuk A Fu. Liu Wenchao memandangnya namun seakan tak melihatnya, ia langsung berbalik dan pergi seraya melontarkan sebuah perkataan.

"Lemparkan saja di sini, biar kacung-kacung lain melihat apa yang terjadi kalau ada yang berani melawanku, Liu Wenchao". Setelah Liu Wenchao dan para begundalnya pergi, para hamba di halaman itu pun berpencar. Saat senja tiba, sebuah sosok melangkah keluar, setelah memperhatikan sekelilingnya untuk beberapa saat, ia baru melangkah ke samping A Fu, ia berjongkok untuk dengan hatihati merasakan hembusan napasnya, lalu segera membopong A Fu dengan hati-hati dan berlalu. Malam gelap gulita, gerimis halus pun melayang turun, malam permulaan musim dingin itu membuat dingin semakin menusuk tulang. Jin Yuanbao mengendong Nyonya Yu, Yu Qilin memapah Nyonya Jin, mereka berempat melarikan diri dengan panik. Berbagai tempat di kota penuh mata-mata Liu Wenchao, kalau hendak menghindarinya, mereka harus pergi ke tempat yang tak terpikir olehnya dahulu, jalan menuju Liu Shanmen saat ini pasti penuh begundal, dan rumah sewaan Nyonya Yu pasti juga dijaga ketat. Jin Yuanbao mencari akal, dan akhirnya memutuskan untuk pergi ke kuil rusak. Begitu tiba di kuil rusak, Jin Yuanbao menurunkan Nyonya Yu, melihatnya, Yu Qilin segera memeluk ibunya dari belakang agar sang bunda dapat bersandar di dadanya, Jin Yuanbao pun membantu Nyonya Jin duduk dengan perlahan. Untuk sesaat, mereka berempat tak nyana tak dapat bergembira karena lolos dari maut. Setelah Nyonya Jin dapat menenangkan napasnya yang terengah-engah, ia melambaikan tangannya ke arah Jin Yuanbao seraya berkata.

"Yuanbao, coba kulihat lukamu". Mendengarnya, Jin Yuanbao terdiam sesaat, lalu akhirnya dengan patuh melangkah ke hadapan Nyonya Jin dan membiarkannya memeriksanya. Melihat tubuh Jin Yuanbao yang penuh bekas luka cambukan dan pakaiannya yang compang-camping, Nyonya Jin ingin membelainya, namun tak berani melakukannya, tangannya gemetar dan matanya memerah, Nyonya Yu semakin tersedusedan.

"Semuanya......semuanya terjadi karena aku melibatkan kalian", Nyonya Jin berkata dengan penuh penyesalan. Jin Yuanbao segera memotong perkataannya.

"Anaklah yang tak becus, tak bisa melindungi ibu sekalian dan Qilin". Ketika Nyonya Jin dan Nyonya Yu mendengar panggilan yang digunakan Jin Yuanbao, mereka tergetar, air mata Nyonya Yu bercucuran semakin deras bagai hujan. Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan menghapus air mata Nyonya Yu.

"Jangan menangis, jangan menangis, kita semua masih hidup, ini adalah harapan yang terbesar".

"Benar, perkataan Yuanbao benar", Nyonya Yu menganggukangguk.

"Kita semua sekeluarga bersama....."

Di tengah kegelapan malam, di tengah gerimis dan kabut, walaupun mereka semua penuh luka, namun saat itu, mereka semua merasakan persatuan dan kebahagiaan yang sebelumnya belum pernah mereka alami.

Tanpa berkata apa-apa, Yu Qilin menyaksikan adegan itu, melihat kejadian yang sudah lama diharap-harapkannya itu, pelupuk matanya pun memerah.

Setelah beberapa lama, Nyonya Jin menghapus air matanya, lalu seraya tersenyum berkata.

"Jangan salahkan aku karena merusak suasana ini, tapi begitu hari terang, kita harus mencari akal untuk masuk ke istana".

"Masuk ke istana?", Yu Qilin tercengang.

"Ya", Nyonya Jin mengangguk.

"Liu Wenchao si binatang itu pengecut seperti tikus, nampaknya kuat di luar, tapi sebenarnya lemah. Ia telah mengurung dan menyiksa kita di wisma selama berhari-hari, tapi sekarang kita telah berhasil melarikan diri. Untuk membela diri, ia pasti akan segera pergi ke istana untuk mohon bertemu ibu suri, si penjahat akan berusaha untuk mengugat terlebih dahulu, dan membongkar peristiwa Qilin menikah dengan identitas palsu dan jati diri Yuanbao. Kita tak boleh duduk di sini menunggu kematian dan harus mencari akal untuk masuk ke istana!"

"Benar......", dengan perlahan Jin Yuanbao mengangguk-angguk setuju.

"Semua yang hendak dilaporkan Liu Wenchao memang kejadian yang sesungguhnya. Apa yang harus kita lakukan?"

Yu Qilin merasa agak khawatir.

"Kalau benar memangnya kenapa?", mata Nyonya Jin berkilatkilat.

"Aku Liu Ruyue telah mengurus pabrik senjata untuk ibu suri selama dua puluh tahun lebih, selalu setia tanpa cela, ibu suri tentunya akan memperhatikan hal ini". Mendengarnya, dan melihat wajah Nyonya Jin yang penuh kepastian, Yu Qilin pun menghembuskan napas lega. Akan tetapi, Jin Yuanbao yang berada di sampingnya ketika mendengar perkataan sang ibu seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Tapi kita telah melawan kehendak langit, kesalahan ini tak dapat kita hindari sepenuhnya", dahi Nyonya Jin berkerut.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang aku hanya punya sebuah pertaruhan, yaitu untuk membuat ibu suri melihat hati Liu Wenchao yang penuh ambisi liar. Tak lama lagi putra mahkota akan naik tahta, asalkan ibu suri masih membutuhkan keluarga Jin kita, kita masih punya kesempatan untuk hidup".

"Benar!", Jin Yuanbao pun setuju.

"Kalaupun kehendak langit sulit dimengerti, mereka harus berhasil naik takhta dengan mulus, dalam hal ini kita dapat bertaruh".

"Bagaimanapun juga, ia adalah bibiku. Ia sudah bertahun-tahun menyepi di istana dalam, di ibu kota yang begitu besar, hanya ada aku satu-satunya kerabat yang dapat dipercayainya dan dapat membantunya......kita lihat saja keputusan yang akan diambilnya", Nyonya Jin menghela napas panjang, lalu memandang Jin Yuanbao dan Yu Qilin dengan penuh kasih sayang.

"Saat ini nasib baik atau buruk sulit ditebak, ibu suri dapat melepaskan keluarga Jin kita, atau membunuh kita, akulah yang telah berbuat kesalahan, kalian tak usah ikut masuk, pergilah bersembunyi jauh-jauh, paling tidak kalian akan dapat melanjutkan keturunan keluarga Jin". Mendengarnya, Yu Qilin segera membantah.

"Aku tak bisa membuat anda menanggung akibat kesalahanku, menikah dengan identitas palsu adalah kesalahanku, tentu saja aku harus menghadap ibu suri sendiri untuk minta maaf". Nyonya Jin tersenyum gembira, ia baru saja hendak membujuk Yu Qilin, namun Jin Yuanbao memotong perkataannya.

"Ibu, kau tak usah bicara lagi, kami tak akan membiarkanmu pergi sendirian". Nyonya Jin tahu perasaan mereka berdua, ia tak lagi bicara dan berbalik menghadap Nyonya Yu, hendak berbicara. Senyum muncul di wajah Nyonya Yu yang pucat pasi, dengan lugas ia berkata.

"Aku paham maksud furen, aku akan menyerahkan seluruh masalah ini pada anda......"

Sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba Nyonya Yu memuntahkan darah! Yu Qilin menjerit kaget, lalu segera memeriksa luka Nyonya Yu, dengan menggunakan sinar lentera, ia melihat bahwa di punggung Nyonya Yu terdapat banyak luka yang dalam, darah mengalir keluar dengan perlahan, namun karena ia memakai baju berwarna gelap, untuk beberapa saat mereka tak melihatnya, dan saat itu ia jelas telah kehilangan banyak darah! "Ibu! Kau telah terluka begitu parah, kenapa kau tak berkata apa-apa?", jerit Yu Qilin sambil menangis.

Wajah Nyonya Yu pucat pasi, sinar matanya suram, ia mengelus-elus wajah Yu Qilin, lalu tersenyum penuh terima kasih dan berkata.

"Untung saja kita berhasil melarikan diri........untung saja ibu tak memberatkan kalian". Saat itu, Jin Yuanbao yang berada di sampingnya tertegun tak tahu harus berbuat apa, seakan tersambar geledek.

"Cepat baringkan ibumu!", Nyonya Jin segera berteriak. Yu Qilin langsung hendak membaringkan Nyonya Yu, akan tetapi tangannya digenggam erat-erat oleh Nyonya Yu dan ia tak dapat melepaskannya.

"Qilin......", dengan lemah Nyonya Yu berkata.

"Aku tak bisa bertahan lagi......biarkan ibu berbaring dalam pelukanmu".

"Ibu.......", Yu Qilin tersedu-sedan, tak kuasa berbicara.

"Furen.......", tangannya. dengan perlahan Nyonya Yu mengangkat Mendengarnya, Nyonya Jin segera mengenggam tangannya erat-erat, lalu berkata sembari tersedu-sedan.

"Huilan, aku telah berlaku tak adil padamu, aku telah berlaku tak adil padamu, aku telah menghancurkan seluruh hidupmu....."

"Furen, jangan berkata begitu", dengan lemah Nyonya Yu menggeleng.

"Setelah keluar dari wisma aku mempunyai Qilin dan membesarkannya, setiap hari melihatnya tumbuh dewasa. Furen, dia selalu bersikap bebas, di rumah ia tak pernah sengaja menyusahkanku, di sisimu Yuanbao tentu juga dapat tumbuh besar seperti itu....."

Namun saat itu Nyonya Jin hanya dapat terus menerus mengumam.

"Aku telah berlaku tak adil padamu....."

"Furen, setelah berterima kasih, berterima kasih dengan begitu itu ketika aku melihat Yuanbao, aku sangat aku terlalu sayang padanya, aku benar-benar padamu, kau telah membesarkan anak ini baik, kau menyayanginya......", Nyonya Yu menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha sekuat tenaga untuk melanjutkan.

"Seperti bagaimana aku begitu mencintainya, kau memberinya semua yang terbaik, membesarkannya sehingga berwatak baik, kau pun rela mati deminya, furen, kau tak mengecewakanku, aku seorang ibu, kau pun seorang ibu, aku mengerti isi hatimu". Mendengar perkataan itu, Nyonya Jin pun tak sanggup menahan dirinya lagi dan menangis keras-keras. Jin Yuanbao dengan perlahan melangkah ke hadapan Nyonya Yu, tanpa berkata apa-apa, ia pun berlutut. Melihat nyonya yang asing namun akrab dengannya itu memandangnya sambil tersenyum penuh kasih, di matanya terbayang berbagai kejadian sejak di Emeishan sampai di Wisma Jin, hatinya seakan diiris-iris pisau, untuk sesaat ia terpana, tak tahu sedang berada di mana. Nyonya Yu melepaskan tangan Nyonya Jin, lalu mengapai tangan Jin dan Yu berdua dan menumpuknya menjadi satu.

"Qilin, kau harus mengurus suamimu dan berbakti pada ibu mertuamu, dan hidup dengan baik bersama Yuanbao dan nyonya".

"Ibu, aku akan melakukannya", sambil sesengukan Yu Qilin mengangguk.

"Ibu Yuanbao adalah ibumu, kau tak boleh melukai hatinya ---dan tak boleh melukai hati Yuanbao lagi". "Aku mengerti, aku mengerti, aku benar-benar mengerti, setelah ini Nyonya Jin akan benar-benar menjadi ibuku", Yu Qilin tak kuasa menahan tangisnya. Nyonya Yu mengangguk dengan puas, lalu kembali memandang Nyonya Jin dan memohon.

"Furen, Qilin berwatak semberono, ia kuserahkan padamu". Nyonya Jin mengenggam tangan Nyonya Yu erat-erat, sambil berlinangan air mata ia mengangguk.

"Huilan, kau jangan khawatir, aku Liu Ruyue di sini bersumpah, selama aku masih hidup, aku akan melindungi kedua anak ini". Nyonya Yu tersenyum, ia kembali berpaling ke arah Jin Yuanbao, matanya penuh kasih sayang seorang ibu dan rasa enggan berpisah, ia membuka mulut hendak berbicara, namun tak berdaya, akhirnya ia hanya berkata.

"Anak baik, ibu tak bisa menemanimu lagi".

"Ibu!", Jin Yuanbao tak bisa menahan dirinya lagi, air matanya pun bercucuran dengan deras. Begitu mendengar kata 'ibu' itu, mata Nyonya Yu pun tiba-tiba berbinar-binar, senyum girang pun terkembang di sudut-sudut bibirnya.

"Ibu, aku adalah putramu Jin Yuanbao. Aku telah bersalah, seharusnya aku mengakuimu lebih awal", Jin Yuanbao merasa amat berduka. "Anak baik, jangan menangis, jangan menangis, ibu ada di sini......", dengan puas Nyonya Jin tersenyum, dan terus tersenyum, setelah itu ia mengangkat tangannya dengan perlahan, lalu membelai-belai wajah Jin Yuanbao....... Akan tetapi, begitu ujung-ujung jarinya menyentuh kulit wajah Jin Yuanbao, tangannya pun jatuh terkulai! "Ibu!", jerit Yu Qilin dengan memilukan, mendadak sepasang matanya menjadi gelap dan ia pun jatuh pingsan. Nyonya Jin segera memeluk dan menghiburnya, akan tetapi wajahnya sendiri terus bermandikan air mata. Melihat wajah sang bunda yang penuh senyum, Jin Yuanbao merasa sekujur tubuhnya sedingin es, sesuatu yang amat berharga, namun yang selama ini tak disadarinya, telah pergi, dan hanya menyisakan sebuah sosok lemah dalam pelukannya, yang mengingatkannya akan orang yang melahirkannya itu. Jin Yuanbao perlahan-lahan membungkuk, lalu menempelkan wajahnya sendiri ke wajah Nyonya Yu seraya mengumam dengan sedih.

"Ibu". Ia tahu bahwa ada beberapa hal yang harus dilakukannya. Namun saat itu, walaupun malam sudah larut, Liu Wenchao masih berjalan mondar-mandir dengan gelisah di aula utama wisma Pangeran Kedua, setelah beberapa lama, sang pangeran yang diharap-harapkannya barulah masuk ke dalam ruangan itu. Dengan kelelahan, pangeran kedua memandangnya, ia memicingkan matanya dan mengerutkan dahinya dengan tak senang.

"Kenapa kau mencariku di tengah malam begini? Kuharap berita yang kau bawa cukup berarti untuk membuatku bangun di tengah malam".

"Jelas cukup berarti", Liu Wenchao tak banyak bicara dan langsung berkata.

"Tuan muda Wisma Jin, Jin Yuanbao, dilahirkan oleh selir Jenderal Jin, bukan oleh Nyonya Jin sang istri sah, Nyonya Jin mengaburkan batas diantara istri sah dan selir; nyonya muda Wisma Jin, Jiang Xiaoxuan, adalah seorang gadis desa yang menikah dengan identitas palsu, nama sebenarnya adalah Yu Qilin, sedangkan Jiang Xiaoxuan yang asli telah melarikan diri dari pernikahan di luar! Nyonya Jin dan Jin Yuanbao tak hanya tahu identitas asli Yu Qilin, mereka bahkan berusaha sekuat tenaga menutupinya dan bersamasama melakukan kejahatan besar menipu kaisar!"

"Apakah yang kau katakan itu benar adanya? Kau punya bukti?"

Begitu mendengar separuh perkataannya, pangeran kedua sulit menahan diri dan bangkit dengan terkejut.

"Yang Mulia, tuduhan semacam ini, aku Liu Wenchao mana berani mengungkapkannya di hadapan anda seandainya tak punya kepastian seratus persen?"

Tanpa terasa, nada suara Liu Wenchao meninggi, ia pun menegakkan punggungnya, sikapnya sebagai seorang bawahan di hadapan pangeran kedua pun menghilang. "Bagus, bagus, bagus", pangeran kedua tertawa dengan lantang.

"Pantas saja setengah tahun belakangan ini Wisma Jin terus ribut menceraikan istri dan mengambil selir! Aku benarbenar ingin berterima kasih pada Jin Yuanbao yang romantis ini! Dan juga Nyonya Jin, si perempuan bodoh yang membesarkan putra orang lain sebagai putranya sendiri itu!"

Mendengar pernyataan itu, mau tak mau di wajah Liu Wenchao dengan sekilas muncul rasa benci dan iri.

"Dengan adanya dua tuduhan kejahatan besar ini, pabrik senjata pasti akan berpindah tangan!", pangeran kedua berkata sembari tersenyum.

"Benar, dengan dua tuduhan kejahatan besar ini, pabrik senjata tak akan berada di bawah marga Jin lagi", Liu Wenchao menimpalinya. Tiba-tiba, pangeran kedua menghentikan tawanya dan memandangi Liu Wenchao dari atas ke bawah, dengan lebih waspada ia bertanya.

"Kau memberitahukan sebuah rahasia yang begitu besar kepadaku di tengah malam begini pasti karena kau punya suatu tujuan, apa yang kau inginkan?"

Melihatnya, Liu Wenchao segera tersenyum dan menegakkan punggungnya.

"Aku tak akan menyembunyikannya dari anda, dari dahulu aku ingin menghadap ibu suri dan mengungkapkan seluruh kejahatan besar ibu dan anak itu ke seluruh dunia. Anda pun tahu bahwa Nyonya Jin dan ibu suri telah bekerja sama selama dua puluh tahun lebih tanpa henti, perasaan diantara bibi dan keponakannya itu sangat dalam......kalau hati ibu suri sedikit melunak, dan hendak membunuhku untuk menutup mulutku, mohon pangeran kedua menolongku".

"Benar, reaksi ibu suri benar-benar sulit diramalkan.....kalau aku menolongmu, apa keuntungannya?"

"Kalau aku terbunuh, agen-agen rahasia yang telah kutempatkan dengan susah payah di pabrik senjata tak akan diketahui seorang pun".

"Oh, ya?", sang pangeran kembali memandangi Liu Wenchao, lalu tersenyum dan berkata.

"Pekerjaan Yang Mulia Liu semakin lama semakin rapi jali", nada suaranya penuh sindiran.

"Tak berani, tak berani, xiaoren tak becus, akan tetapi xiaoren tetap harus mempertahankan nyawa sendiri". Pangeran kedua memicingkan matanya, lalu tertawa sinis.

"Pangeranmu ini berjanji padamu!"

"Terima kasih Yang Mulia!", Liu Wenchao membungkuk menghormat, lalu dengan diam-diam menghembuskan napas lega, ia memandang langit di luar jendela, langit masih gelap namun fajar akan segera menyingsing. Saat sinar mentari pagi mulai bersinar, tembok istana seharusnya tenang dan sepi, akan tetapi, saat itu ada tiga sosok yang pakaiannya compang-camping dan penampilannya menyedihkan sedang bertengkar dengan para pengawal. Ketiga orang itu adalah ibu dan anak keluarga Jin serta Yu Qilin, saat ini keadaan mendesak, sejam kemudian mungkin mereka sudah akan kehilangan kesempatan, mereka harus mendahului Liu Wenchao masuk ke istana, oleh karena itu, setelah menguburkan Nyonya Yu dengan sederhana mereka segera pergi ke luar tembok istana.

"Minggir! Minggir! Pengemis berani-beraninya datang kemari! Tak ingin hidup, ya?", sambil mengangkat tombak tinggi-tinggi, seorang pengawal memarahi mereka. Jin Yuanbao segera melindungi sang ibu dan Yu Qilin di belakang tubuhnya, lalu maju dan berkata.

"Putra tunggal Jenderal Besar Pelindung Negara Jin Jing Jin Yuanbao bersama ibu dan istri hendak menghadap ibu suri untuk suatu hal penting".

"Jenderal Besar Pelindung Negara?", sang pengawal memandangi mereka, dengan nada mengejek ia berkata.

"Jin Yuanbao? Nyonya Jin? Putri Menteri Besar? Kau sudah gila? Kau punya bukti apa?"

Jin Yuanbao mengeluarkan pai pinggang bukuai yang sudah usang.

"Kami bertiga mendadak tertimpa bencana, selain daripada pai ini kami tak punya bukti identitas lain". Sang pengawal menerimanya, lalu sambil tersenyum mengejek ia berkata.

"Hanya bermodal sebuah pai bukuai hendak menemui ibu suri?" "Aku adalah bukuai ibu kota yang diangkat istana, Jin Yuanbao, Ibu Suri Liu adalah bibi ibuku, almarhum Jenderal Besar Pelindung Negara Jin Jing adalah ayahku, ibuku Nyonya Jin adalah keponakan kandung ibu suri yang saat ini diperintahkan istana untuk mengelola pabrik senjata keluarga Jin. Saat ini Wisma Jin kami sedang terkena bencana dan kami hendak menghadap ibu suri untuk minta keadilan ----- apakah kau berani menghalangi kami?"

Sambil mendongak, Jin Yuanbao berjalan mendekati sang pengawal.

Melihat wajah Jin Yuanbao yang angkuh, seketika itu juga sang pengawal tertegun dan tak bisa berkata apa-apa lagi.

Nyonya Jin yang berada di sampingnya pun merapikan rambut panjangnya, lalu berjalan mendekat selangkah demi selangkah.

"Aku adalah janda mendiang Jenderal Jin Jing, aku perlu menghadap ibu suri, mohon beri jalan pada kami".

"Kalian berkata bahwa kalian adalah kaum pengemis, tapi sekarang berdiri di sini dan berkata bahwa kalian adalah wanita bangsawan dan tuan muda. Atas dasar apa aku mempercayai kalian?"

Sang pengawal masih merasa curiga.

"Kalau tuan prajurit ini takut menanggung tanggung jawab, kami bertiga tak akan membuatmu susah, kami akan menunggu di pintu gerbang istana ini saja, setiap tanggal lima belas setiap bulan ibu suri selalu keluar istana untuk bersembahyang, sedangkan Bibi Lusong yang berada di sisi ibu suri setiap tanggal tiga selalu keluar istana untuk membantu ibu suri mengurus wisma kekaisaran. Sekarang tanggal dua puluh enam, kami bisa menunggu, akan tetapi mengenai pabrik senjata, apakah kelak tuan prajurit dapat mempertanggungjawabkannya?", Jin Yuanbao berkata. Sang pengawal terkejut.

"Kau kenal Bibi Lusong?"

"Bibi Lusong paling pandai menjahit, waktu kecil aku bertemu dengannya dan ia membuatkanku sepatu dan kaus kaki, bagaimana aku bisa tak mengenalnya?"

Mendengarnya, rasa bimbang muncul di wajah sang pengawal, ia memandangi Jin Yuanbao dan Nyonya Jin, namun masih tak berani mengambil keputusan. Melihatnya, Jin Yuanbao segera mengambil kesempatan selagi ia masih ragu.

"Tak ada jeleknya kalau kau minta Bibi Lusong keluar, apakah kami asli atau palsu, ia akan dapat mengetahuinya dengan sekali melihat saja ---- maafkan aku karena berkata dengan lugas, pangkatmu tak cukup tinggi untuk dapat menghadap Bibi Lusong yang selalu berada di sisi ibu suri itu. Begini saja, minta si Gemuk Zhang yang biasanya mempersiapkan makanan kecil untuk ibu suri keluar, begitu juga boleh". Sang pengawal berpikir untuk beberapa lama, setelah itu, ia memasukkan pai pinggang itu ke dalam sakunya seraya berkata.

"Kalian tunggulah!"

Ia pun berlari masuk.

Setengah shichen kemudian ketiga orang yang penampilannya menyedihkan itu pun dibawa masuk ke dalam istana ibu suri.

Mereka bertiga tak menyangka bahwa mereka telah ketinggalan selangkah, ternyata saat itu Liu Wenchao telah berada di istana ibu suri, dan sedang berdiri di hadapan ibu suri pula.

Mau tak mau hati Nyonya Jin menjadi berat, dengan sinar mata yang dingin ia memandang Liu Wenchao, tanpa menunjukkan perasaan apapun, ia mengajak Jin Yuanbao dan Yu Qilin maju untuk menghormat.

Begitu melihat penampilan mereka bertiga, ibu suri langsung bangkit dengan terkejut, seumur hidupnya ia belum pernah melihat ibu dan anak keluarga Jin itu nampak seperti itu.

"Ada masalah apa?", dengan terkejut ibu suri bertanya. Tanpa menunggu mereka berdua menjawab, dengan berani Liu Wenchao membuka mulut terlebih dahulu.

"Taihou! Nyonya Jin sekeluarga telah melakukan kejahatan besar menipu kaisar! Biarkan hamba melaporkannya!"

Kejahatan besar menipu kaisar? Ibu suri amat terkejut, namun ketika melihat wajah ibu dan anak itu tak berubah, seakan telah dengan diam-diam mengamini tuduhan itu, ia segera nampak prihatin, dengan perlahan ia mengangguk-angguk, lalu duduk dengan perlahan sembari melihat ke arah Liu Wenchao.

Melihatnya, Liu Wenchao menahan perasaan puas diri dalam hatinya, lalu berbicara.

"Taihou, anda selalu memperlakukan Nyonya Jin dan Jin Yuanbao dengan amat baik, sayang sekali Nyonya Jin sangat gegabah dan menipu anda dalam dua perkara besar ini! Jin Yuanbao sebenarnya bukan anak yang dilahirkan olehnya! Dan nyonya muda Wisma Jin ini, yang dikenal sebagai Jiang Xiaoxuan putri menteri besar -----"

Liu Wenchao berbalik dan memandang ke arah Yu Qilin, dengan tegas, Yu Qilin pun balas memandangnya, Liu Wenchao pun tak ragu-ragu lagi, ia menunjuk Yu Qilin.

"Sebenarnya bukan Jiang Xiaoxuan yang asli!"

"Apa?!", ibu suri amat terkejut, dengan cepat dan tajam matanya memandang ke arah Nyonya Jin. Melihatnya, Liu Wenchao tersenyum puas dan kembali berkata.

"Tuan muda Wisma Jin, Jin Yuanbao, dilahirkan oleh selir kecil Jenderal Jin, Wang Huilan, Nyonya Jin sendiri tak bisa melahirkan seorang anak, maka dua puluh tahun silam ia merampas anak itu dan mengusir ibunya, lalu menipu anda dengan mengatakan bahwa Jin Yuanbao adalah anak dirinya sendiri yang seorang istri sah, perbuatan ini adalah kejahatan besar menipu kaisar! Nyonya muda Wisma Jin Jiang Xiaoxuan ini adalah seorang perempuan desa yang memakai namanya, nama asli wanita ini adalah Yu Qilin, ia adalah putri angkat Wang Huilan, ibu Jin Yuanbao! Jiang Xiaoxuan yang asli sudah melarikan diri dari pernikahan di luar, dan Nyonya Jin serta Jin Yuanbao sudah tahu identitas asli Yu Qilin! Nyonya Jin, Jin Yuanbao dan Yu Qilin bertiga bekerja sama untuk membohongi kaisar, mereka menyembunyikan kenyataan yang sebenarnya dari mata dan telinga anda untuk merampas pabrik senjata, sehingga dapat terus mengendalikan istana!" "Liu Ruyue, apakah yang dikatakan Wenchao ini benar adanya?"

Wajah ibu suri nampak suram, dengan tak percaya ia memandang Nyonya Jin dengan tajam. Begitu mendengar perkataan itu, Nyonya Jin segera maju dengan tenang dan bersujud.

"Lapor pada taihou, semua yang dikatakannya benar adanya".

"Beraninya kau!"

Teriakan yang menguncang langit itu bagai guntur yang menyambar hati Nyonya Jin, sebelum ia tersadar.

"Prang!", cawan teh zamrud di atas meja telah disapu ibu suri hingga jatuh ke lantai, kepingan keramik pun nampak berserakan di manamana...... Hati Jin Yuanbao mendadak tenggelam, ia menengadah dan melihat sepasang mata ibu suri menatapnya dengan tajam, di atas alisnya dahinya nampak berkerenyit, seketika itu juga tempat itu menjadi sunyi senyap. Tanpa ragu, Jin Yuanbao segera melangkah ke depan dan berlutut di depan sang bunda.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Taihou, aku bersedia dihukum untuk menebus kesalahan ibuku". Melihat Jin Yuanbao yang walaupun wajahnya penuh bekas luka tak berkurang ketampanannya, dengan termenung ibu suri berkata.

"Jin Yuanbao, ternyata kau bukan keponakanku". Mendengarnya, Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan menyambut pandangan mata ibu suri, lalu berkata.

"Tak perduli apakah aku Jin Yuanbao mempunyai hubungan darah dengan taihou atau tidak, aku akan selamanya menghormati anda sebagai tetua dan selalu mengingat kebaikan anda. Aku pun berterima kasih atas pernikahan yang anda anugerahkan, karena kalau tidak, aku tak akan berjumpa dengan Yu Qilin. Semua perbuatan yang mereka lakukan adalah demi diriku, aku bersedia dihukum untuk menebus kesalahan ibuku dan Qilin". Saat itu, Yu Qilin yang berdiri dengan tenang di sampingnya pun maju dan berlutut untuk mohon maaf.

"Hamba Yu Qilin seorang wanita jelata telah menikah dengan identitas palsu, nyonya dan Yuanbao sama sekali tak tahu menahu tentang hal itu, hanya terpaksa terlibat karena perbuatanku. Qilin mohon kebijaksanaan anda dan bersedia untuk sebisanya bertanggung jawab atas kesalahan ini". Setelah berbicara, ia mengangkat kepalanya dan dengan berani menatap ibu suri.

"Hamba hendak mohon taihou memberi keadilan untukku". Mendengarnya, sang ibu suri tak marah dan malahan tertawa.

"Ini sebuah lelucon, kau berani menipu aijia dan masih berani minta aijia memberi keadilan untukmu?"

Ia memicingkan matanya, lalu memandang mereka bertiga dengan tajam dan berkata.

"Katakanlah, kau ingin mendapatkan keadilan macam apa dari aijia?"

Liu Wenchao yang berada di sampingnya cepat-cepat menyela.

"Taihou......"

Namun sang ibu suri memandangnya dengan penuh wibawa, dan Liu Wenchao pun terpaksa diam. Melihatnya, dengan bersungguh-sungguh, Yu Qilin bersujud, lalu dengan lantang berkata.

"Hamba Yu Qilin mohon taihou menegakkan keadilan dan menghukum mati Liu Wenchao si pembunuh yang berkelakuan menyimpang ini!"

Dengan penuh kebencian Yu Qilin memandang Liu Wenchao.

"Liu Wenchao sangat ambisius selalu menginginkan pabrik senjata, untuk mendapatkannnya ia telah membunuh gadis pelayan Xi er, dan membunuh Bidan Liu yang dahulu membantu kelahiran Jin Yuanbao, dia tak menghormati orang tua dengan mencambuk bibinya sendiri, Nyonya Jin; ia membunuh pelayan kecil penolong majikannya, A Fu, dan membunuh ibuku. Hamba Yu Qilin telah menipu kaisar, apapun hukuman yang taihou jatuhkan akan kuterima dengan rela, tapi kumohon taihou menegakkan keadilan bagi para korban yang tak berdosa itu!"

Seluruh ruangan itu sunyi senyap.

Ibu suri memandang wajah Nyonya Jin dan Jin Yuanbao yang penuh bekas cambukan, wajahnya sedikit berubah, akan tetapi ia masih tak berkata apa-apa.

Melihatnya, Nyonya Jin segera maju sambil berlutut, lalu perlahan-lahan berkata.

"Taihou, masalah status Yuanbao dan jati diri Qilin adalah dua kesalahan besar menipu kaisar yang keponakan tak berani ingkari, keponakan pun bersedia menerima hukuman untuk kesalahan-kesalahan itu; akan tetapi, sebelum mengambil keputusan, mohon agar anda bersedia membiarkan keponakan melaporkan peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudahnya. Taihou, apakah anda tak ingin tahu kenapa kami bertiga menjadi seperti ini?"

"Bicaralah". Wajah ibu suri nampak kelam.

"Liu Wenchao sangat ambisius, selama bertahun-tahun ia berusaha keras untuk menguasai Wisma Jin dan menguasai pabrik senjata, untuk melakukan hal ini ia bersembunyi di Wisma Jin dan berpura-pura merendahkan diri; ia telah melecehkan perasaan mendalam diantara kami bibi dan keponakan ini, mengingat ia telah menjadi yatim piatu ketika masih kecil, dan karena tertipu penampilan luarnya yang patuh dan penuh hormat, aku tak nyana sama sekali tak tahu bahwa aku telah membesarkan seekor serigala di rumah sendiri!"

"Tutup mulutmu", Liu Wenchao tak dapat menahan diri untuk tak berkata. Ibu suri segera memandang Liu Wenchao dengan penuh wibawa, lalu dengan perlahan berkata.

"Di istana aijia, kau masih berani menyuruh orang lain menutup mulut?"

Liu Wenchao terkejut dan segera menelungkup mohon maaf.

"Karena marah keponakan lupa diri untuk sesaat, mohon maaf taihou". Ibu suri mengalihkan pandangan matanya dari Liu Wenchao dan tak lagi menghiraukannya, ia pun kembali memandang Nyonya Jin. Melihatnya, Nyonya Jin kembali berbicara.

"Entah siapa yang menyuruh Liu Wenchao dan bersekongkol dengannya, ia telah berkali-kali menyuruh orang untuk membunuh Yuanbao......untung saja nasib baik dan berkat taihou selalu menyertainya, selain itu, Yu Qilin pun selalu melindunginya dengan sepenuh hati, sehingga Liu Wenchao tak pernah berhasil. Namun seekor binatang liar yang terpojok akan bertindak dengan nekad, akhirnya ia tak bisa mengendalikan dirinya lagi dan membuka topengnya, ia menempatkan banyak pasukan di Wisma Jin dan menutup jalan masuk dan keluar, serta melanggar pantangan membunuh di dalam wisma! Semua yang barusan ini diceritakan oleh Qilin adalah perbuatannya". Ketika berbicara sampai di sini, suara Nyonya Jin menjadi tersedu-sedan.

"Dan Qianqian pun tewas di bawah pedang kakak kandungnya". Ketika mendengar tentang tewasnya Liu Qianqian, wajah ibu suri nampak ngeri. Keringat dingin Liu Wenchao bercucuran, ia segera bersujud sambil membela diri sebisanya.

"Taihou, hamba memang bertindak agak melewati batas karena hamba bermaksud untuk menasehati Nyonya Jin agar mengakui kejahatan menipu kaisar ini, namun tak nyana Nyonya Jin terlalu percaya diri karena merasa ia telah berjasa. Ia tak pernah memandang hamba, apalagi mendengarkan nasehat hamba. Karena tak berdaya dan kebingungan, hamba melakukan perbuatan bodoh untuk melampiaskan kemarahan, namun hamba masih berharap agar taihou mempertimbangkan kesetiaan hamba pada istana....." Ibu suri mengangkat tangannya dan memotong perkataannya. Liu Wenchao terpaksa menutup mulutnya.

"Ruyue, akuilah kedua kejahatan menipu kaisar yang diungkapkan Liu Wenchao itu tanpa menyembunyikan apapun", ibu suri berkata pada Nyonya Jin.

"Semua adalah kesalahan keponakan, mohon ibu suri menghukumku seorang diri dan membebaskan kedua anak ini", Nyonya Jin menyembah mohon ampun.

"Enak saja! Kejahatan besar menipu kaisar, mana bisa dihapuskan hanya dengan perkataanmu itu! Liu Wenchao telah mengakui kesalahannya dengan jujur, namun kalian bertiga telah bersekongkol untuk menutupi pelanggaran terhadap kehendak langit, kejahatan menipu kaisar adalah dosa yang sangat besar". Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao segera bangkit dan berkata.

"Taihou, walaupun kami bertiga menipu kaisar, namun kami tak berani melanggar aturan langit dan hubungan manusia, walaupun bertahun-tahun yang silam ibuku merampas anak karena untuk sesaat dibutakan oleh perasaannya, serta menyembunyikan fakta yang sesungguhnya, namun ia tak pernah membunuh orang. Selama dua puluh tahun ini ia pun berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kesalahannya. Terhadap aku, terhadap keluarga Jin dan terhadap anda ibu suri, ia selalu bersikap tulus". Setelah berbicara, sinar matanya dengan dingin menyapu ke arah Liu Wenchao.

"Sedangkan dengan siapa Liu Wenchao bersekongkol, dan ambisi liar apa yang dipendamnya, cucu keponakan tak berani dengan sembarangan mengatakannya, akan tetapi, apakah anda tak bisa mengetahui siapa yang sekarang siap membuat gara-gara di istana?"

"Taihou, ibu dan anak ini sedang terdesak dan berbuat nekad, kesetiaan hamba pada ibu suri dan putra mahkota, boleh diperiksa siang malam!", Liu Wenchao amat terkejut dan jeri. Akan tetapi. Setelah mendengarnya, pandangan mata ibu suri menyapu mereka satu persatu dengan tenang, lalu ia terdiam beberapa lama, entah sedang marah atau girang, akhirnya ia berkata.

"Kalian semua mundurlah. Ruyue tetap tinggal". Liu Wenchao hendak mengatakan sesuatu, namun begitu melihat air muka sang ibu suri yang tegas, ia terpaksa mundur dengan jengah. Ketika mendengar perkataan itu, Yu Qilin dan Jin Yuanbao saling melirik, lalu dengan tak berdaya menghormat dan mundur. Setelah itu, ibu suri menyuruh orang-orang di sisinya pergi, sehingga di tengah ruangan itu hanya ada Nyonya Jin seorang. Ia memandangi Nyonya Jin sambil diam untuk beberapa lama, lalu mengumam.

"Ruyue, aijia tak menyangka bahwa kau begitu berani". Perkataannya itu tenang, namun jelas mengandung mendung tebal. Nyonya Jin menarik napas panjang, lalu berkata sembari menyembah.

"Saat itu Ruyue tak punya pilihan, jenderal mati muda dan para kerabat menunggu di sekelilingku......"

"Aijia berkata bahwa kau berani, bukan mengenai kejadian kau merampas anak dua puluh tahun lalu dan pernikahan dengan identitas palsu itu baru-baru ini itu, melainkan mengenai kejadian saat ini......"

Dengan kesal sang ibu suri berkata.

"Kau selalu pemberani dan pandai bersiasat, bahkan ketika keadaan sampai seperti hari ini, kalian bertiga masih berani saling melindungi di hadapan aijia, dan kulihat kau pun benar-benar mengakui Yu Qilin yang sangat pemberani itu ----- apakah kau berusaha menggerakkan hatiku sehingga melupakan kejahatan menipu kaisar ini?"

"Taihou, keponakan sadar bahwa segalanya tak dapat disembunyikan dari anda, akan tetapi keponakan berani berbuat seperti ini karena tahu bahwa anda selalu bersikap adil. Selain dari kedua kesalahan itu, selama dua puluh tahun ini keponakan selalu bersikap hati-hati dalam mengurus pabrik senjata untuk istana, dan tak pernah berani berpihak pada siapapun", sambil tersedu-sedan Nyonya Jin berkata.

"Dan saat itu keponakan sedih karena tak punya anak serta ditekan oleh para kerabat.......taihou, anda sudah lama tinggal di istana, mungkin anda paling memahami hal ini......"

"Beraninya kau!", ibu suri berseru dengan marah. Akan tetapi, kali ini Nyonya Jin malahan tak merasa jeri, ia mengangkat wajahnya yang berlinangan air mata, lalu memandang sang ibu suri dengan tulus seraya berkata.

"Taihou, semua yang dikatakan keponakan berasal dari lubuk hatiku yang terdalam, setelah keponakan mengetahui bahwa Yu Qilin menikah dengan identitas palsu, keponakan sangat ketakutan, yang ada dalam pikiran keponakan hanya bahwa aku harus mempertahankan putraku, akan tetapi mereka berdua lalu saling menyukai, bahkan Qilin pun rela mati demi Yuanbao, bagaimana keponakan tega melaporkan mereka? Keponakan memang menyembunyikan status Yuanbao, dan Qilin memang menikah dengan identitas palsu, namun kami bertiga benar-benar setia tak mendua pada ibu suri dan putra mahkota, tanpa sedikitpun mempunyai maksud lain!"

Setelah berbicara, Nyonya Jin melihat bahwa ibu suri sama sekali tak memotong perkataannya, maka ia menggertakkan giginya dan meneruskan.

"Lebih baik keponakan berbicara dengan terus terang saja, Yuanbao bukan putra kandungku, namun dia adalah darah daging jenderal, ia sangat berbakat, dan hatinya bersih dan setia, keponakan sama sekali tak menyesali pilihan yang kuambil saat itu. Hari ini anda pun telah melihat Yuanbao, menurut anda, walaupun ia tak mempunyai hubungan darah dengan anda, dan tak punya aliansi pernikahan dengan keluarga Jiang, apakah Yuanbao pantas menjadi ahli waris keluarga Jin? Apakah Qilin pun pantas menjadi istri keponakan anda?"

Ibu suri diam untuk beberapa saat, lalu dengan hambar bertanya.

"Lalu bagaimana dengan Liu Wenchao? Dia adalah keponakanmu, dan darah daging keluarga Liu kita". "Kasus yang diceritakan Qilin banyak buktinya, aku sangat menyesal bahwa di keluarga Liu kita ada seekor serigala seperti ini", dengan tenang dan pasti Nyonya Jin berkata. Setelah diam untuk beberapa saat, ibu suri pun berkata.

"Kau tunggulah di luar dahulu. Biarkan aijia memikirkannya". Sekitar setengah shichen kemudian, sang ibu suri sendiri keluar dari istana belakang, ketika melihat ketiga anggota keluarga Jin yang saling bersatu padu, dan juga melihat Liu Wenchao yang berdiri seorang diri di samping mereka, ibu suri mengerutkan dahinya, lalu berbicara.

"Dua puluh tahun yang lalu Ruyue merampas seorang anak, dan memperlakukan anak selir sebagai anak istri sah sehingga mengacaukan silsilah keluarga Jin, demi memperoleh harta keluarga Jin, ia menggunakan anak itu sebagai bukti yang tak terbantahkan; Yu Qilin masuk ke dalam pernikahan yang dianugerahkan kekaisaran dengan identitas palsu, memakai nama Jiang Xiaoxuan untuk masuk ke dalam keluarga Jin, bukti bahwa ia telah melakukan kejahatan menipu kaisar tak dapat dibantah; Liu Wenchao telah melakukan perbuatan yang baik dengan melaporkan kedua hal ini". Begitu mendengarnya, di wajah Liu Wenchao langsung muncul rasa girang yang tak bisa ditutupi. Ketiga anggota keluarga Jin itu saling memandang, mereka meneguhkan hati kalau ternyata harus mati. "Kewibawaan keluarga kerajaan tak boleh dilecehkan, Liu Ruyue, Jin Yuanbao, Yu Qilin, kalian telah melakukan kesalahan, kalian harus tahu akibatnya", ibu suri berkata. Mereka bertiga segera serentak berlutut dan serentak berkata.

"Kami bersedia menerima hukuman taihou". Sang ibu suri menunduk dan memandang mereka bertiga, lalu berkata.

"Tapi aijia tak ingin dengan gegabah menjatuhkan hukuman, aijia telah ditipu oleh keponakan yang paling kusayangi selama dua puluh tahun, maka aku harus memikirkan dengan seksama apa yang harus dilakukan". Dengan malu Nyonya Jin bersujud.

"Guma, keponakan telah mengecewakan anda".

"Sudahlah", dengan kelelahan ibu suri melambaikan tangannya.

"Kalian bertiga pulanglah ke Wisma Jin untuk menunggu panggilanku". Melihat ibu suri hendak kembali ke kamarnya, Liu Wenchao menahan rasa gembira di wajahnya, ia berlari-lari kecil ke depan, hendak memapah sang ibu suri dengan penuh rasa hormat, namun ibu suri mengibaskan tangannya untuk menghentikannya.

"Kau telah berjasa karena melaporkan masalah ini, sekarang pulanglah untuk menunggu". Liu Wenchao menghentikan langkahnya, lalu berkata dengan lantang.

"Siap menunggu titah taihou!" * Ketika untuk sekali lagi berdiri di ambang pintu gerbang Wisma Jin, berbagai perasaan berkecamuk dalam hati Yu Qilin, Wisma Jin yang dahulu selalu ramai sekarang kacau balau, di mulut pintu gerbang Wisma Jin yang begitu besar hanya ada Gu Daniang seorang yang berjaga. Begitu melihat mereka bertiga, Gu Daniang segera menjerit dan menangis dengan penuh perasaan.

"Nyonya, tuan muda dan nyonya muda sudah pulang!"

Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng segera memayang sang ibu yang pucat pasi agar dapat melangkah maju untuk menyambut mereka, mereka berenam telah mengalami berbagai kejadian diantara hidup dan mati, air mata mereka pun bercucuran.

Setelah saling melepas rindu dan bercakap-cakap, mereka berenam dengan perlahan masuk ke dalam rumah, mereka melihat bahwa Liu Wenchao dan para kaki tangannya tak ada.

Melihatnya, Gu Daniang segera menghapus air matanya dan menjelaskan.

"Furen, binatang itu telah membawa pergi orangorangnya!"

Nyonya Jin mengangguk, memandang ke sekelilingnya, lalu menegakkan punggungnya dan berkata dengan sikap bersungguh-sungguh.

"Pulang, bertukar pakaian dan buka rumah abu!"

Satu shichen kemudian, Nyonya Jin mengajak semua orang menyapu bagian dalam rumah abu keluarga Jin.

Nyonya Jin memimpin mereka berdiri di hadapan meja altar, tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao maju ke depan dan menyerahkan sebuah papan nama baru kepada Nyonya Jin, jari jemari Nyonya Jin dengan lembut mengelus-elus tulisan berhuruf emas yang terukir di permukaannya, setelah itu ia mengambil napas dalam-dalam dan mengangkat papan nama itu, lalu menaruhnya dengan hati-hati di samping papan nama Jenderal Jin.

Melihat papan nama Nyonya Yu yang diletakkan diantara papan nama keluarga Jin itu, Yu Qilin tak dapat menahan air matanya meleleh, ia pun menangis sesenggukan.

Mendengarnya, Nyonya Jin berbalik, lalu mengenggam tangan Yu Qilin erat-erat seraya berkata.

"Anakku, aku berhutang padamu. Dua puluh tahun yang lalu, aku melakukan suatu perbuatan yang tak adil pada ibumu, seumur hidupku aku Ruyue melakukan segala sesuatu dengan hati nurani yang bersih, hanya dalam hal ini aku selamanya tak akan dapat menebus kesalahanku". Sambil berbicara, Nyonya Jin memandang ke papan nama Nyonya Yu, lalu perlahan-lahan berlutut. Dari zaman dahulu sampai sekarang, mana ada istri sah yang bersujud pada seorang selir? Yu Qilin tercengang dan segera hendak membantu Nyonya Jin bangkit, akan tetapi Nyonya Jin berkeras tak mau bangkit, melihatnya, Yu Qilin dan Jin Yuanbao pun segera ikut berlutut. Nyonya Jin mengenggam tangan Yu Qilin, lalu dengan penuh tekad berkata.

"Ibumu mati demi diriku, selembar nyawaku ini tidaklah penting, namun aku berjanji pada ibumu untuk selalu menjagamu, Qilin, sejak hari ini, setiap hari kehidupanku telah ditukar dengan nyawa ibumu, setiap hari aku Liu Ruyue akan selalu ingat bahwa ada seorang ibu bernama Wang Huilan yang seumur hidupnya selalu sengsara, namun selalu dapat memperlakukan orang lain dengan penuh kasih". Air mata Yu Qilin pun membanjir, begitu mendengar perkataan itu ia tak lagi dapat menahan dirinya dan langsung menyusup ke dalam pelukan Nyonya Jin seraya berkata dengan tersedusedan.

"Sejak hari ini anda adalah ibuku!"

Tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao melangkah maju, lalu memeluk kedua orang yang paling dicintainya itu, pandangan matanya jatuh di atas papan nama Nyonya Yu, seakan sedang meneguhkan hati, ia berkata dengan lirih.

"Ayah, ibu, putramu Jin Yuanbao dengan ini bersumpah, bahwa kalaupun aku harus mati, aku akan melindungiku keluargaku". Sebelum jauh meninggalkan rumah abu, mereka melihat Gu Zhangfeng sedang memimpin beberapa orang yang sedang mengusung sebuah usungan, begitu melihat Jin Yuanbao dan yang lainnya dari kejauhan, Gu Zhangfeng segera berseru dengan gembira.

"Yuanbao, aku telah berhasil menyembuhkan A Fu!"

"Apa?!", Jin Yuanbao terkejut, ia segera berlari menghampirinya, A Fu nampak terbaring di atas usungan, wajahnya masih pucat pasi, namun dengan bersemangat ia memandang dirinya sambil tersenyum! Untuk sesaat, tak nyana Jin Yuanbao tak kuasa berkata apa-apa.

"A Fu, kau tak tewas!", Yu Qilin pun melangkah ke depan dan memandangnya dengan gembira sekaligus terkejut. Jin Yuanbao pun tersadar, ia merasa amat girang.

"A Fu! Kau si bocah ini benar-benar bernasib baik!"

A Fu segera meringis.

"A Fu sudah sangat baik! Nyonya menyuruh A Fu menjaga shaoye baik-baik, A Fu mana berani melarikan diri sendirian? Liu Wenchao si pengecut itu tak bisa membunuhku!"

"Hus!", Gu Daniang cepat-cepat menutup mulut A Fu.

"Kau si bocah ini bicaranya tak keruan!"

Nyonya Jin merasa amat girang, ia segera melangkah maju, lalu membungkuk pada A Fu.

"A Fu, aku hendak mengucapkan banyak terima kasih karena kau telah beberapa kali menyelamatkan kami ibu dan anak ini". Bagaimana A Fu Dapat menerima penghormatan itu? Ia segera berusaha bangkit.

"Furen, jangan berbuat seperti ini!"

Akan tetapi ternyata Jin Yuanbao dan Yu Qilin pun ikut menghormat padanya dengan sikap bersungguh-sungguh.

"A Fu yang baik, terima kasih". A Fu tak dapat bangkit dan hanya tertawa terkekeh-kekeh dengan ketolol-tololan untuk beberapa saat, lalu ia berkata.

"Shaoye, setelah ini jangan sering kabur dan tak mau bertemu orang, bantulah A Fu......"

"Kau jangan khawatir, aku akan membantumu mengawasinya!", Yu Qilin berkata sembari tersenyum. Melihat semua orang bergembira dan akrab, Gu Zhangfeng merasa bangga, ia pun berkata dengan bersemangat.

"Tahu tidak? Tak ada resep baku, semuanya obat yang kuracik sendiri!"

"Benar, benar!", A Fu mengangguk-angguk.

"Aku bersaksi bahwa kali ini Tabib Gu tak membunuhku......"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendengarnya, Jiang Xiaoxuan yang berada di sisinya memandang Gu Zhangfeng dengan bangga, pandangan mata mereka bertemu dengan penuh kemesraan, ketika melihatnya, senyum yang jarang muncul terkembang di wajah Gu Daniang, wajahnya penuh kasih sayang.

Malam itu, tanpa memperdulikan tua atau muda, semua orang duduk semeja, bahkan A Fu pun hadir, meskipun ia hanya berbaring di sisi mereka sambil dirawat, namun perjamuan itu memang sebuah reuni yang jarang terjadi.

Setelah makan malam, Jin Yuanbao dan Yu Qilin kembali ke Taman Songzhu, sambil berpelukan, mereka berdua duduk di anak tangga di halaman dan menengadah memandang langit malam cerah yang jarang ada, hati mereka terasa amat tenteram.

Angin dingin bertiup, Jin Yuanbao mengeratkan pelukannya, memeluk Yu Qilin erat-erat, lalu dengan lembut bertanya.

"Entah apa keputusan yang akan diambil oleh ibu suri, apakah kau takut?"

Dengan penuh kepastian, Yu Qilin menggeleng tersenyum.

"Kalau ada kau, aku takut apa?"

Seraya "Menurutku kau juga tak takut", dengan lembut Jin Yuanbao mencium pipinya. Wajah Yu Qilin memerah, sambil menyandarkan kepalanya ke bahu Jin Yuanbao, ia memandang langit, hatinya terasa amat tenteram.

"Qilin, berceritalah padaku tentang ibu", dengan pelan Jin Yuanbao berkata. Mendengarnya, Yu Qilin menatapnya, ia melihat bahwa walaupun sinar matanya nampak berduka, ujung-ujung bibirnya terangkat membentuk seulas senyum hangat.

"Ceritakanlah padaku, ibu suka makan apa, dan suka main apa.....", Jin Yuanbao meneruskan.

"Baiklah", angguk Yu Qilin. Mereka berdua mengobrol dengan suara pelan, sedikit demi sedikit rasa duka pun sirna, hanya menyisakan kenangan manis akan orang yang dekat dengan mereka itu. Malam semakin larut, Yu Qilin yang bersandar di bahunya perlahan-lahan tertidur, mendengar suara napasnya yang tenang, Jin Yuanbao berpaling menatapnya, dengan lembut memondongnya, membaringkannya di ranjang, lalu dengan penuh perhatian menyelimutinya, setelah menyelimutinya dengan baik, ia menurunkan kelambu seraya memandangi wajah tertidurnya dengan penuh kasih sayang, lalu mendaratkan sebuah ciuman yang amat lembut di dahinya. Setelah kembali memandanginya di bawah cahaya lilin yang temaram untuk beberapa saat, dahi Jin Yuanbao mendadak berkerut, sepasang matanya menjadi berbinar-binar, seakan sedang meneguhkan hati untuk mengambil keputusan, ia segera mematikan lilin, lalu melangkah keluar dengan pelan. Salju pertama musim dingin melayang-layang dan membuat selembar lapisan tipis putih di atas genting berglasir Wisma Jin, walaupun tak seindah salju lebat, namun ia mempunyai kesegaran yang berbeda dan membuat orang tergerak. Nyonya Jin dan Yu Qilin berdiri di luar gerbang Wisma Jin dengan pakaian rapi. Yu Qilin mengenakan jubah berkerah bulu, kerah bulu yang lembut itu semakin membuat kecantikannya semakin menonjol, akan tetapi wajah yang jelita itu samar-samar mengandung rasa cemas. Nyonya Jin pun memandang ke sekelilingnya, lalu bertanya pada orang di sampingnya.

"Mana Yuanbao?"

Ketika sedang membicarakan Cao Cao, Cao Cao pun muncul, Jin Yuanbao berlari masuk dari gerbang seraya berkata.

"Aku datang!"

"Kau pergi ke mana?", tanya Yu Qilin.

"Selagi menunggu bertemu ibu suri, aku melakukan beberapa persiapan kecil". Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan membantu Yu Qilin membersihkan butiran-butiran salju di kerahnya.

"Ayo cepat pergi", Nyonya Jin menyuruh mereka.

"Ibu suri memerintahkan kita untuk menemuinya pagi-pagi, jangan sampai terlambat".

"Baik", Yu Qilin mengangguk. Mereka semua tak berayal lagi dan segera menaiki kereta kuda. Beberapa saat kemudian, kereta kuda Wisma Jin pun tiba di luar gerbang istana, kali ini para pengawal yang bermata tajam telah melihat lambang Wisma Jin dan tak menghalangi mereka, dengan cepat mereka membiarkan kereta itu masuk. Akan tetapi, di belakang kereta kuda Wisma Jin nampak sebuah kereta kuda bertirai biru, yaitu milik Liu Wenchao. Kedua kereta itu masuk dengan beriringan, setelah memasuki gerbang, mereka berhenti di sebuah gerbang samping, lalu mereka turun dari kereta dan berjalan kaki ke istana ibu suri. Suasana di istana ibu suri masih sepi dan angker, namun hari ini sepertinya semakin sunyi senyap. Begitu melihat ketiga anggota keluarga Jin yang berpakaian indah itu, Liu Wenchao memicingkan matanya, ia merasa sangat tak puas, namun ia menahan diri sehingga wajahnya nampak tenang, selain itu, barusan ini ketika ia memperhatikan sekelilingnya dengan seksama, sama sekali tak terlihat sosok Pangeran Kedua. Ia amat kecewa dan semakin gelisah. Jin Yuanbao meliriknya, ujung-ujung alisnya sedikit terangkat, namun di wajahnya tak nampak perasaan yang luar biasa, ia hanya dengan tenang menemani Nyonya Jin dan Yu Qilin berdiri. Kira-kira sepeminuman teh kemudian, ibu suri melangkah keluar dari istana dalam, lalu menyapu semua orang dengan pandangan matanya. Begitu melihatnya, semua orang segera bersujud menghormat.

"Liu Ruyue, Jin Yuanbao, Yu Qilin......Liu Wenchao", selagi memanggil nama mereka masing-masing, pandangan mata ibu suri memandang orang yang dipanggil namanya itu. Setiap orang, mengikuti panggilan ibu suri, menelungkup di lantai sambil menunggu takdir mereka.

"Liu Ruyue......". Hati Nyonya Jin terkesiap, ia menegakkan punggungnya untuk memberi tanda bahwa ia telah mendengarnya.

"Kalian ibu dan anak telah bekerja sama untuk menyembunyikan sebuah perkara besar yaitu pernikahan dengan identitas palsu dariku, benar-benar sangat gegabah, akan tetapi, setelah diteliti, hal ini disebabkan karena ibu angkat Yu Qilin mencari putranya. Oleh karenanya, akar dari peristiwa ini berasal dari perbuatanmu merampas anak dua puluh tahun yang lalu, Ruyue..."

Begitu mendengarnya, Nyonya Jin segera memberi penjelasan.

"Taihou bersikap adil, peristiwa menyembunyikan jati diri dan menikah dengan identitas palsu itu semuanya disebabkan karena keponakan mementingkan diri sendiri dan melakukan kejahatan menipu kaisar, oleh karenanya keponakan harus menanggung akibatnya sendiri!"

Akan tetapi ibu suri tak mendengarkannya dan terus berbicara.

"Namun bagaimanapun juga, Jin Yuanbao adalah darah daging Jenderal Jin. Kau telah mengurus pabrik senjata selama dua puluh tahun, walaupun kau merampas kedudukan itu, jasamu tak dapat dihapuskan......"

Setelah berbicara, pandangan matanya perlahan-lahan beralih ke arah Yu Qilin, lalu ia berkata.

"Hanya kaulah, Yu Qilin, yang jelas-jelas menipu kaisar". Ketika mendengarnya, tak nyana dengan tak ragu sedikitpun, Yu Qilin berkata.

"Taihou laorenjia, perkataan anda benar, mohon anda hukum Yu Qilin, dan tak lagi menghukum ibu mertuaku dan Yuanbao". Mendengarnya, dengan tercengang Jin Yuanbao melirik Yu Qilin, lalu segera menegakkan punggungnya hendak berbicara, namun ibu suri mengangkat tangannya dan menghentikannya.

"Kau tak usah bicara", dengan sangat kesal ibu suri berkata.

"Aku tahu, sekarang hubungan kalian bertiga sangat erat dan saling melindungi satu sama lain, maka aku akan memberi kalian dua pilihan......"

Semua orang menahan napas dan mendengarkan tanpa berkata apa-apa.

"Pertama, semua orang kembali ke kedudukannya masingmasing, Jiang Xiaoxuan masih dinikahkan dengan Jin Yuanbao, Yu Qilin dapat menjadi selir, dengan demikian kejahatan pernikahan dengan identitas palsu dapat dihapuskan". Nyonya Jin terkejut, ia hendak membuka mulutnya, namun Jin Yuanbao telah mendahuluinya.

"Tak bisa, seumur hidup ini, aku hanya ingin menikahi Yu Qilin seorang".

"Baik", dengan dingin ibu suri menyapukan pandangan matanya ke arahnya.

"Kedua, aijia akan menganugerahkan secawan anggur beracun pada Yu Qilin". Mendengarnya, Nyonya Jin langsung menjadi pucat pasi ketakutan, ia tak dapat menahan diri dan berseru.

"Taihou! Guma! Anda tak dapat berbuat seperti ini!"

"Kenapa tak bisa?", ibu suri berkata dengan dingin.

"Semua ada harganya, lagipula ---- bukankah aku masih memberi kalian sebuah pilihan lain?"

Nyonya Jin segera bersujud dengan sikap bersungguh-sungguh.

"Taihou, Yuanbao dan Qilin memang telah menipu kaisar, akan tetapi karena berbagai kebetulan yang aneh mereka telah berjodoh, mereka saling menyukai dan tak ingin berpisah. Taihou, anda adalah ibu rakyat, karena kami adalah darah dagingmu, kami lebih-lebih lagi adalah kaummu, keponakan mohon pada anda agar memandang pasangan kekasih yang setia ini dan mengampuni mereka! Lagipula, Jiang Xiaoxuan itu setelah melarikan diri dari pernikahan telah menjadi pasangan tabib wisma kami, Gu Zhangfeng, untuk seumur hidupnya, wanita ini tak mencari kekayaan dan kemuliaan, melainkan cinta, kalau anda membuatnya menikahi Yuanbao, jangan-jangan ----taihou, kalau anda menurunkan titah ini, anda akan memisahkan kedua pasangan muda ini!"

"Memangnya kenapa, kalau menuruti perkataanmu, begitu kata 'cinta' ini keluar, kejahatan menipu kaisar kalian tak dapat aijia hukum?"

Sang ibu suri merasa amat tak senang, setelah itu ia memandang ke arah seorang dayang di sampingnya, sang dayang segera melangkah maju dan menaruh baki yang dibawanya di hadapan Yu Qilin, lalu dengan perlahan membuka kain sutra yang menutupi baki itu, di atas baki itu nampak sebuah poci dan cawan arak.

Sang dayang dengan perlahan mengangkat poci arak, lalu mengisi cawan penuh-penuh, setelah itu, dengan tenang ia berdiri di samping Yu Qilin.

"Yu Qilin, jalan apa yang kau pilih?", tanpa tergesa-gesa ibu suri bertanya. Melihatnya, Nyonya Jin segera menghadang di depan Yu Qilin, dengan cepat dan tanpa ragu sedikitpun mengambil cawan arak itu, lalu mengangkatnya tinggi-tinggi di atas kepalanya.

"Taihou, yang kami lecehkan adalah kehormatan keluarga kekaisaran, kami mana berani mengharapkan dapat lolos dari hukuman dengan ringan? Hanya saja, taihou, mohon anda membantu keponakan berhasil menjadi seorang ibu; aku hanya ingin agar kedua anak ini diberi kesempatan untuk hidup! Barusan ini anda juga telah memutuskan bahwa akar dari semua ini adalah perbuatanku merampas anak dua puluh tahun yang lalu, oleh karenanya, aku Liu Ruyue bersedia menebus kesalahan itu!"

Begitu selesai berbicara, Nyonya Jin hendak meminum cawan arak itu, namun Yu Qilin yang bermata tajam dan cepat gerakannya telah terlebih dahulu merampasnya.

"Ibu, jangan!"

Yu Qilin lalu berbalik menghadap sang ibu suri dan dengan penuh tekad berkata.

"Taihou, perkataan anda benar, semua ada harganya, akulah yang dengan tak menyadari akibatnya menikah dengan identitas palsu, maka tentunya akulah yang bersalah. Hanya saja anda berkata bahwa semua orang harus kembali ke kedudukannya masing-masing, hal ini adalah sesuatu yang tak dapat hamba patuhi! Tak perduli apakah demi Yuanbao atau saudariku yang baik Jiang Xiaoxuan, aku tak dapat dengan mementingkan diri sendiri menerima jalan keluar ini!"

Setelah berbicara, ia kembali memandang Jin Yuanbao, setelah pandangan keempat mata mereka bertemu, ia tersenyum dan berkata.

"Aku bersedia minum arak beracun ini".

"Yuanbao, apakah kau bersedia?"

Pandangan mata ibu suri menyapu ke arah Jin Yuanbao.

"Taihou, di kehidupan ini aku hanya mempunyai Yu Qilin seorang, sama sekali tak bisa menikahi Jiang Xiaoxuan", sambil tersenyum, Jin Yuanbao menjawab tanpa ragu sedikitpun. Sang ibu suri menghela napas dengan pelan, seakan sedang bersedih untuk mereka semua, beberapa saat kemudian ia berkata.

"Aijia berhati lembut dan akan memberi kalian satu jalan keluar lagi". Jantung semua orang berdebar-debar menunggu sang ibu suri. Ibu suri memandang Yu Qilin, lalu dengan perlahan berkata.

"Yu Qilin, kalau kau bersedia menikahi Liu Wenchao, aijia dapat mengampunimu sehingga kau tak usah mati". Liu Wenchao yang selama ini bersikap dingin terkejut, lalu kegirangan.

"Terima kasih taihou!" Yu Qilin memandang Liu Wenchao dengan sikap merendahkan, tanpa berkata apa-apa dan tanpa ragu sedikitpun, ia mengangkat cawan itu dan hendak meminum isinya.

"Qilin, jangan!"

Nyonya Jin cepat- cepat menghalanginya.

"Kalau kau menikahi Liu Wenchao, aku akan mengampunimu sehingga kau tak usah mati", ibu suri mengulangi perkataannya. Jin Yuanbao mendadak bangkit dan dengan perlahan berjalan ke arah Yu Qilin, mengenggam tangannya dan memeluk pinggangnya, seakan tak ada orang di sekeliling mereka, dengan suara pelan ia berkata.

"Qilin, apakah kau ingat sumpah kita, bahwa kita akan selalu mempercayainya satu sama lain?"

"Aku ingat", Yu Qilin mengangguk.

"Bagus. Percayalah padaku, baik dalam kematian maupun kehidupan aku tak akan membiarkanmu sendirian", suara Jin Yuanbao merendah.

"Aku akan segera mencarimu". Mendengarnya, mendadak mata Yu Qilin berbinar-binar, tanpa bimbang, tanpa ragu, ia segera tersenyum girang sambil mengangguk.

"Baik". Jin Yuanbao memeluknya erat-erat, sepasang matanya memerah, mau tak mau sudut-sudut bibirnya pun gemetar, seakan kalau tak memeluknya seperti ini, dirinya akan seketika itu juga ambruk dan terkulai di lantai. "Jin......Yuan......Bao.....", Yu Qilin mengucapkan namanya, seakan hendak mengulum setiap nama itu di ujung lidahnya, setelah dengan perlahan mengucapkan namanya, ia pun menelan arak beracun pemutus usus itu.....

"Qilin!"

Nyonya Jin amat terkejut. Yu Qilin memandang Nyonya Jin seraya tersenyum, lalu pandangannya kembali jatuh di wajah Jin Yuanbao, setelah dengan begitu mesra dan akrab memandanginya untuk beberapa saat, ia pun mengumam dengan lirih.

"Yuanbao, peluk aku erat-erat....."

Udara saat itu bagai menjadi pekat, dan untuk sesaat seakan membeku, Jin Yuanbao hendak membuka mulut untuk berbicara, namun ia mendapati bahwa ia sama sekali tak dapat membuka mulut, air mata berlinangan di matanya, namun tak meleleh.

Ia ingin berseru, ingin berteriak, ingin berkata tak boleh, namun kali ini, kata-kata itu tak dapat diucapkannya, ia tak kuasa berkata apapun.

Ia berusaha keras untuk memusatkan pandangan matanya di wajah Yu Qilin, memandang senyum di wajahnya yang jelita sedikit demi sedikit memudar, melihat dahinya perlahan-lahan berkerut, melihat sinar matanya yang mula-mula berbinar-binar menjadi suram, melihat warna merah terang bagai sinabar di bibirnya menghilang.

Tubuh Yu Qilin sedikit demi sedikit menjadi lemas, lalu terkulai di lantai, untuk pertama kalinya Jin Yuanbao merasa begitu tak berdaya, dan hanya dapat mengikutinya berlutut di lantai, namun ia masih memeluknya erat-erat, tak hendak melepaskannya.

"Qilin......", Nyonya Jin merangkak ke depan dan memandang Yu Qilin dengan nanar.

"Apakah kau rela membiarkanku memperlakukan ibumu dengan tak adil?"

Melihat wajah Yu Qilin yang pucat pasi, Liu Wenchao merasa sukmanya bagaikan tercerai-berai, ia hampir saja terkulai lemas di lantai, ia hendak melangkah ke depan, namun ia melihat mata sang ibu suri memandangnya dengan tajam, maka ia terpaksa menekan rasa pedih dalam hatinya itu dan berusaha menahan diri.

Napas Yu Qilin amat lemah, ia berusaha mengangkat tangannya untuk membelai wajah Jin Yuanbao, akan tetapi, ia mendapati bahwa dirinya begitu lemah, Jin Yuanbao pun segera mengenggam tangan Yu Qilin dan menempelkannya di wajahnya sendiri.

"Yuanbao.......", Yu Qilin tersenyum, kau tak boleh bersedih, aku tak menyesal, dan juga tak takut, ibu menungguku di bawah sana, aku tak akan kesepian. Dapat bertemu denganmu, aku sangat bahagia, dapat menikah denganmu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku". "Dapat bertemu denganmu, aku pun bahagia, aku mencintaimu!", dengan bersungguh-sungguh Jin Yuanbao berkata. Senyum di wajah Yu Qilin semakin berseri-seri, ia membuka mulut hendak berbicara, namun ia hanya dapat bersuara dengan lirih, maka ia terpaksa membuka matanya lebar-lebar dan menatap Jin Yuanbao, ia tahu bahwa waktunya sudah tak lama lagi, dengan sekuat tenaga ia menarik napas, lalu berkata.

"Yuanbao, aku enggan berpisah denganmu, maaf......maaf tak dapat menemanimu lagi......"

"Qilin......", akhirnya Jin Yuanbao tak kuasa menahan air matanya meleleh, ia memeluk Yu Qilin erat-erat dan berbisik di telinganya.

"Kau anak bodoh ini......jangan khawatir......aku akan segera....."

Sampai saat itu, ia hanya dapat membuka mulut saja tapi sama sekali tak kuasa bersuara.

Wajah Nyonya Jin penuh air mata, Jin Yuanbao yang sedang memeluk Yu Qilin erat-erat tak menangis atau berteriak, akan tetapi ia sama sekali tak melepaskan pelukannya, duka di hatinya sukar ditahan, ia hanya terus menerus menggelengkan kepalanya, seakan tak percaya bahwa kejadian itu benar-benar telah terjadi.

Ibu suri duduk dengan tegak untuk beberapa saat, lalu dengan pelan menghela napas, setelah beberapa lama, ia baru berbicara dan memecahkan kesunyian yang bagai maut itu, "Kejahatan kalian ibu dan anak ini telah ditebus oleh Yu Qilin ---kalian boleh pergi".

"Taihou.....", Liu Wenchao menatap sang ibu suri, lalu memandang Jin Yuanbao, di wajahnya nampak perasaan tak rela. Akan tetapi, sebelum Liu Wenchao sempat menyelesaikan perkataannya, Jin Yuanbao telah memotong perkataannya dengan dingin.

"Tak usah, mohon ibu suri menganugerahkan kematian padaku". Sikapnya yang tak sopan itu kontan membuat sang ibu suri marah, ia pun segera memarahinya.

"Jin Yuanbao, jangan mengira bahwa aijia enggan membunuhmu!"

Jin Yuanbao hanya memeluk jasad Qilin, seakan tak mendengar apapun.

"Baik!", ibu suri tak kuasa menahan amarahnya.

"Karena kau sudah bertekad untuk mati, aijia akan membantumu mewujudkan cita-citamu! Kalian kemari, ibu dan anak keluarga Jin ini tak menghiraukan kehendak langit, mereka telah menipu kaisar dan tak bisa terhindar dari hukuman mati, bawa mereka ke penjara untuk menunggu hari dimana mereka akan dipenggal oleh. Hakim Agung!"

Mendengarnya, Liu Wenchao terkejut sekaligus kegirangan, tak nyana keadaan dapat menjadi seperti ini.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitu ibu suri mengeluarkan perintah, para pengawal segera melangkah maju, hendak menyeret ibu dan anak keluarga Jin itu pergi.

Nyonya Jin masih tertegun, ia hanya menangis dan tak melawan, lalu dengan patuh mengikuti orang-orang itu tanpa berkata apa-apa, namun matanya terus menerus memandangi Yu Qilin.

Jin Yuanbao pun memeluk Yu Qilin untuk beberapa saat lagi, lalu mencium dahinya dengan khidmat, setelah itu dengan berat hati ia meletakkan jasad Yu Qilin, lalu ia pun dibawa pergi oleh para pengawal itu.

Melihat ibu dan anak keluarga Jin itu dibawa pergi, Liu Wenchao mendadak tersadar, ia seakan terbebas dari sebuah beban berat.

Sang ibu suri kembali memandang Liu Wenchao untuk beberapa saat, lalu menghela napas.

"Liu Wenchao, kau telah berjasa karena melaporkan kejahatan ini, kalau tidak, sampai sekarang aijia akan masih ditipu oleh keponakanku sendiri......"

Ia mengangkat tangannya dan memijat pelipisnya, wajahnya nampak kelelahan.

"Kau masih terhitung darah daging keluarga Liuku, dan cakap dalam melakukan pekerjaan, sejak hari ini, pabrik senjata kuserahkan padamu. Kau harus mengurusnya dengan baik, tak boleh kalah dengan Nyonya Jin, paham?"

Liu Wenchao terpana, begitu mendengarnya ia kegirangan seakan gila, ia segera berlutut untuk berterima kasih.

"Hamba Liu Wenchao berterima kasih pada taihou! Taihou jangan khawatir, hamba pasti akan mengurus pabrik senjata dengan seratus kali lebih baik dari sebelumnya". Sang ibu suri mengangguk, ia tak lagi mengacuhkannya dan segera bangkit, lalu berlalu. Setelah menyaksikan sang ibu suri pergi, Liu Wenchao masih berdiri di tempat untuk beberapa lama, ia seakan tak dapat mempercayai semuanya itu, setelah itu pandangan matanya menyapu ke arah jasad Yu Qilin, mendadak hatinya tercekat, seakan amat pedih. Ia hendak berjalan ke arahnya, akan tetapi tiba-tiba ia menghentikan langkahnya. Liu Wenchao kembali berdiri di tempat sambil memandang Yu Qilin dari kejauhan, akhirnya ia menggertakkan giginya dan mengeraskan hatinya, lalu berlalu, meninggalkan Yu Qilin terbaring sendirian dengan tenang di lantai. * Saat ini, tak ada orang yang lebih bangga akan dirinya sendiri daripada Liu Wenchao, begitu keluar istana ia segera duduk di kereta kuda Wisma Jin, dengan bersemangat ia menuju ke istana Pangeran Kedua, rasa sedihnya ketika barusan ini melihat Yu Qilin meninggal sudah sama sekali tak terlihat. Dan setibanya di wisma Pangeran Kedua, dengan ramah sang pangeran segera keluar menyambutnya. Begitu melihatnya, dari kejauhan Liu Wenchao segera membungkuk dan berkata dengan lantang.

"Hamba Liu Wenchao menghadap yang mulia". Sambil tersenyum lebar, Pangeran Kedua membantu Liu Wenchao berdiri dengan tangannya sendiri.

"Selamat, selamat, hari ini akhirnya pabrik senjata akan diperbaharui, Liu Daren, kau telah bersakit-sakit selama bertahun-tahun lamanya, dan akhirnya memperoleh ganjaran yang kau idam-idamkan". Hati Liu Wenchao penuh rasa bangga akan dirinya sendiri, namun ia berpura-pura bersikap rendah hati.

"Bagaimana bisa demikian, justru hambalah yang hendak mengucapkan selamat pada yang mulia, segalanya di kolong langit ini adalah milik yang mulia". Pangeran Kedua tertawa terbahak-bahak dengan puas.

"Benar, aku telah merencanakan dan mempersiapkannya selama bertahun-tahun, hanya kurang pabrik senjata ini. Saat ini, boleh dikatakan bahwa segalanya telah siap, tiga hari lagi kita akan dapat memulai pemberontakan!"

"Begitu cepat?", Liu Wenchao amat terkejut.

"Apakah kau hendak menunggu sampai putra mahkota naik takhta dan baru bertindak?", Pangeran Kedua memandangnya dengan dingin.

"Aku sudah tak sabar menunggu! Tiga hari lagi, di barak utara akan terjadi pemberontakan...."

Liu Wenchao mendadak tersadar.

"Ketika saatnya tiba........" "Ketika saatnya tiba, semangat para prajurit di luar tembok akan menjadi tak menentu, sedangkan di dalam tembok, para pengungsi akan membanjir dari segala penjuru, dan aku tentu saja akan masuk ke istana sambil membawa pasukan untuk menyelamatkan kaisar", Pangeran Kedua berlagak menghela napas.

"Kata pepatah, tindakan yang adil akan didukung orang banyak, putra mahkota tak akan mendapat dukungan rakyat karena sebelum naik takhta telah mengundang pemberontakan, demi negara, aku akan terpaksa mengesampingkan hubungan persaudaraan demi keadilan....."

"Saat itu, anda memang pantas disebut Yang Mulia ----- aku hendak terlebih dahulu memberi selamat pada Yang Mulia".

"Dan kau, Liu Daren, akan mengatur pasukan di ibukota dan sekelilingnya, pada saatnya kau harus membantuku!"

Dengan sikap bersungguh-sungguh Liu Wenchao menyoja.

"Demi kepentingan umum dan rakyat......", ia diam-diam tertawa.

"Demi kepentingan diri sendiri, kekayaan dan kedudukan, Wenchao berani melakukan segalanya!"

"Bagus, bagus, bagus!"

Pangeran Kedua berulangkali memuji. Mereka berdua saling memandang seraya tersenyum, lalu dengan amat puas diri masuk ke wisma Pangeran Kedua. Sembari berjalan, Liu Wenchao berkata.

"Masalah hari ini berjalan dengan lancar, tentunya karena keberuntungan Yang Mulia, akan tetapi hamba merasa bahwa semuanya terjadi dengan agak terlalu mudah......keputusan ibu suri untuk menjatuhkan hukuman mati memang benar, akan tetapi Nyonya Jin.......adalah keponakan kandungnya".

"Keponakan kandung?", Pangeran Kedua tertawa sinis.

"Justru keponakan kandungnya inilah yang telah menipunya selama dua puluh tahun, maka mau tak mau ia harus membunuhnya!"

"Oh , ya?", seraya tersenyum namun seakan tak tersenyum Liu Wenchao bertanya.

"Agaknya Yang Mulia telah menduga hal ini akan terjadi, maka hari ini Yang Mulia tak pergi ke istana untuk melindungi hamba?"

Senyum di wajah Pangeran Kedua menghilang, namun sambil tersenyum Liu Wenchao meneruskan perkataannya.

"Hamba bergurau, Yang Mulia sangat piawai mengatur siasat dan pasti telah menduga bahwa Nyonya Jin akan bernasib seperti itu, oleh karenanya Yang Mulia tak datang ke istana".

"Benar", sang pangeran berkata.

"Untuk suatu hal yang sudah hampir pasti, kalau aku dengan gegabah pergi ke sana, aku malahan akan membuat keadaan menjadi buruk......nenekku ini orang yang selalu bertindak dengan hati-hati, kalau aku tiba-tiba muncul membelamu tanpa alasan yang jelas, aku malahan akan mengundang kecurigaannya. Liu Daren, bagaimana menurutmu?"

"Perkataan Yang Mulia benar!", dengan khidmat Liu Wenchao membungkuk.

"Wenchao telah bertindak bodoh! Perkara penting Yang Mulia tak akan Wenchao ganggu lagi, sekarang aku akan pulang untuk menyusun rencana bagi pemberontakan Yang Mulia tiga hari lagi". Pangeran Kedua mendengar perkataannya, namun suasana hatinya sangat baik.

"Pergilah. Tiga hari lagi, kembang api akan menjadi isyarat......"

"Baik", Liu Wenchao membungkuk dan menjawab, namun setelah berbalik wajahnya nampak penuh pikiran..... Malam datang semakin cepat, begitu pukul youshi berlalu, sang mentari sudah tak kelihatan lagi. Beberapa berkas sinar rembulan menerobos masuk dari jeruji jendela sel, akan tetapi segera ditelan oleh kegelapan tak terbatas di dalamnya. Wajah Nyonya Jin nampak murung, ia duduk bersemedi di sebuah sudut sel, ketika sedang dengan khidmat membaca sutra, ia seakan sedang berada di kuil kecil di Wisma Jin, tak lagi memperdulikan mati atau hidup.

"Mohon agar para leluhur berbelas kasihan dan melindungi Wang Huilan, Yu Qilin dan Liu Qianqian agar mereka dapat segera membebaskan diri dari samsara dan dilahirkan kembali di Surga Barat....."

Suara Nyonya Jin yang sedang membaca sutra seakan menimbulkan gelombang di tengah kegelapan sel itu, perlahanlahan, suara itu terdengar sampai ke sebuah sel lain dan masuk ke dalam telinga Jin Yuanbao yang sedang meringkuk di sudut sel itu.

Jin Yuanbao menajamkan telinganya, namun bukan karena bacaan sutra itu, akan tetapi karena di lorong terdengar suara langkah kaki.

Ia perlahan-lahan membuka matanya, pandangan matanya yang berbinar-binar jatuh di jendela kecil di sel itu.

Tak lama kemudian, terdengarlah suara kunci diputar, jendela kecil itu dibuka oleh seorang sipir, setelah itu semangkuk nasi yang berbau kecut pun didorong masuk.

Tepat pada saat itu, Jin Yuanbao seakan berubah menjadi seorang lain, tiba-tiba ia melompat bangkit, lalu menarik tangan sang sipir yang menjulur masuk lewat jeruji sehingga separuh tubuh sipir itu masuk ke dalam sel.

Sang sipir pun meronta-ronta dengan panik.

"Neneknya, kau ini ingin memberontak!"

Jin Yuanbao dengan gesit mengambil mangkuk nasi, lalu membantingnya hingga pecah berkeping-keping, setelah itu ia mengambil sebuah kepingan mangkuk yang tajam dan menempelkannya di leher sipir itu.

"Kemari -----", sang sipir membuka mulut hendak berteriak. Dengan gesit Jin Yuanbao mengambil segenggam nasi kecut dan menyumpalkannya ke dalam mulut sang sipir, begitu mulutnya tersumpal, sang sipir tak bisa lagi bersuara. Jin Yuanbao menarik lengan sang sipir erat-erat, lalu berkata dengan suara rendah.

"Kau dengar baik-baik, ibu suri menjebloskanku ke dalam penjara, bagaimanapun juga aku akan dihukum mati, lebih baik aku mempertaruhkan nyawaku daripada dijadikan kambing hitam! Apakah kau akan langsung mati atau masih bisa hidup tiga puluh tahun lagi sepenuhnya tergantung pada dirimu sendiri!"

Bagaimanapun juga, sang sipir ingin hidup, ia pun segera berhenti meronta-ronta.

"Berikan kunci padaku!", Jin Yuanbao segera memanfaatkan kesempatan itu. Sang sipir kehabisan napas, dengan satu tangan, ia mengambil kunci itu dan menyerahkannya pada Jin Yuanbao. Dengan satu tangan, Jin Yuanbao menahan sang sipir, sedangkan tangan yang satunya lagi dengan susah payah mendorong pintu hingga terbuka, lalu dengan susah payah menarik sang sipir keluar. Sang sipir tak dapat melepaskan diri, sedangkan mulutnya penuh nasi, maka ia hanya dapat mengumam. Jin Yuanbao mengerutkan keningnya, lalu berbisik pada sang sipir.

"Aku akan merepotkanmu dengan membuatmu menggantikanku selama beberapa hari!"

Setelah berkata ia memukul tengkuk sang sipir, dengan lemas sang sipir pun jatuh pingsan dan terkulai di lantai.

Jin Yuanbao tak berayal lagi, ia segera menukar pakaian luarnya dengan pakaian sang sipir, lalu segera menyelinap keluar! Ketika melewati sel Nyonya Jin dan melihat bahwa ia masih membaca sutra sambil memejamkan matanya, hati Jin Yuanbao seakan tenggelam, akhirnya ia hanya dapat menatap sang ibu dengan sungguh-sungguh, lalu berlari keluar.

Tak lama kemudian, kabar bahwa Jin Yuanbao telah melarikan dari penjara sampai ke telinga Liu Wenchao, ia pun segera membawa pasukannya masuk Wisma Jin untuk mencari Jin Yuanbao, akan tetapi, mereka mana bisa menemukan sosok Jin Yuanbao? Ia hanya melihat hamba-hamba Wisma Jin berjongkok di tepi danau untuk membakar uang-uangan kertas untuk Nyonya Yu dan Liu Qianqian.


Putri Kesayangan Ayah Daddy Little Girl Pendekar Bodoh Karya Kho Ping Hoo Delusi Karya Mira W

Cari Blog Ini