Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 30

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 30



Dengan kesal Liu Wenchao mengeledah Wisma Jin, namun ia tak dapat menemukan sosok Jin Yuanbao, akhirnya, dengan geram ia pun berlalu.

Akan tetapi, pada saat itu, Jin Yuanbao sedang turun dari sebuah kereta kuda yang sederhana dan masuk ke istana melalui pintu gerbang samping.

Istana sang ibu suri sunyi senyap, cahaya lilin temaram, nampaknya orang-orang yang tak sedang bertugas telah disuruh pergi.

Bibi Lusong diam-diam membawa Jin Yuanbao yang masih berpakaian sipir penjara ke ruang tamu istana, setelah menyingkapkan tirai yang tebal, ia pun membawanya masuk.

"Terima kasih, Bibi Lusong", Jin Yuanbao menghormat padanya. Namun Lusong hanya menarik bibirnya, melihat ke dalam ruangan, lalu diam-diam mengundurkan diri. Jin Yuanbao melangkah ke depan dan bersujud.

"Taihou, Yuanbao datang".

"Ya", sang ibu suri mengangguk-angguk, tanpa banyak bicara, ia mengeluarkan sebuah hu fu dari sebuah kotak kecil di sampingnya.

"Ambillah. Pasukan di barak besar ibu kota dan pasukan gubernur dapat kau pindahkan, di dalamnya mau tak mau akan ada orang-orang Pangeran Kedua, apakah kau hendak menarik mereka ke pihak kita atau membunuh mereka, terserah padamu". Melihat hu fu yang berkilau keemasan itu, Jin Yuanbao sadar bahwa tanggung jawab yang diembannya berat, maka ia segera berkata dengan suara pelan sembari bersujud.

"Yuanbao mengerti. Taihou telah memberi kesempatan pada Yuanbao, maka Yuanbao sama sekali tak menyia-nyiakan kepercayaan taihou". Sang ibu suri mengangguk, menyerahkan hu fu itu padanya, lalu kembali memandangnya sambil memicingkan mata untuk beberapa saat.

"Akhirnya kau memberi penjelasan pada aijia, akhirnya dugaan dan kecurigaan yang telah lama aijia simpan mendapatkan jawaban, hanya saja tak nyana kau sangat cepat menerima ujian ini. Jin Yuanbao, menang atau kalah, semuanya ditentukan di sini". Setelah berbicara, wajah ibu suri nampak agak muram.

"Kau hanya punya waktu tiga hari".

"Aku mengerti", wajah Jin Yuanbao nampak penuh tekad.

"Anda jangan khawatir, Yuanbao akan berusaha sekuat tenaga".

"Bagus, pergilah", dengan puas ibu suri mengangguk-angguk. Dengan perlahan Jin Yuanbao bangkit, lalu setelah ragu sejenak, ia bertanya dengan suara pelan.

"Taihou, apa yang akan kulakukan ini sangat sulit......bolehkan aku bertemu muka dengannya lagi?"

Melihat wajahnya yang bersungguh-sungguh, ibu suri mengerutkan keningnya, namun sama sekali tak hendak berbicara mengenainya.

"Kalau kau melihatnya sekarang, hanya akan membuat pikiranmu kalut, apa manfaatnya melihatnya? Kau harus ingat, kau hanya punya waktu tiga hari, kalau dalam tiga hari kau tak bisa menyelesaikan tugasmu, Yu Qilin akan benar-benar tak dapat diselamatkan lagi". Jin Yuanbao terdiam untuk beberapa saat, lalu dengan penuh tekad mengangguk, tanpa berkata apa-apa, ia bersujud, lalu berlalu. Di barak di utara kota, para prajurit dan perwira sedang duduk berkerumun sambil minum arak dan berjudi, meja nampak penuh cawan arak, kartu domino dan kepingan-kepingan uang perak yang berserakan.

"Bapakmu mempertaruhkan ini!", seorang perwira yang menjadi bersemangat karena bertaruh menaruh pedang yang tergantung di pinggangnya di atas meja.

"Kau tak malu mempertaruhkan sebuah pedang usang?"

"Benar sekali! Menurut kebiasaan lama dalam berjudi, kalau kau tak punya uang, tak boleh banyak omong!"

"Lao Yang, kau juga kalah habis-habisan?"

Begitu mendengar sindiran itu, perwira yang dipanggil si Yang Tua itu serta merta menghunus pedang itu, lalu memamerkannya sembari berkata.

"Pedang usang? Tapi......pedang ini pemberian seorang pejabat tinggi, mata pedangnya pun bagus. Kekayaan yang akan dibawanya sulit untuk dibayangkan". Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba.

"Bruk!", pintu barak terdengar ditendang keras-keras hingga terbuka, setelah itu sekelompok prajurit yang berbaju zirah merangsek ke dalam, seketika itu juga semua orang pun berhenti. Tangan si Yang Tua ditelikung ke belakang, ia meronta-ronta namun tak dapat meloloskan diri, dan hanya dapat berteriak keras-keras.

"Apakah kalian hendak memberontak?"

"Memberontak? Yang benar saja!"

Suara keras seperti suara genta terdengar, seorang lelaki paruh baya yang berbaju zirah perak dan kepalanya memakai ketopong berbentuk singa melangkah masuk, lelaki itu memandang ke sekelilingnya dan melihat si Yang Tua, lalu berkata dengan dingin.

"Kejahatan itu terlalu besar untuk dituduhkan padaku".

"Jenderal......Jenderal Zhao!", begitu melihat orang itu, si Yang Tua tak berdaya dan dengan lemas berhenti meronta. Jenderal Zhao berjalan mondar-mandir seraya berkata dengan dingin.

"Kalau tak berjudi, sulit untuk mengumpulkan kalian semua, apakah Pangeran Kedua kita hanya berhasil mengumpulkan segerombolan kantong nasi?"

Begitu mendengar nama Pangeran Kedua, beberapa perwira nampak begitu terkejut hingga pucat pasi. Setelah itu, Jenderal Zhao memandang ke arah Jin Yuanbao yang mengikuti di belakangnya, lalu bertanya dengan tenang.

"Jin Bukuai, apakah kau mempunyai gambar tato itu?" Jin Yuanbao mengangguk, lalu menyerahkan selembar kertas padanya, di atas kertas itu tergambar sebuah tato.

"Kira-kira seperti ini, tato ini ada di tubuh mereka, mereka adalah pasukan yang hendak memberontak". Wajah beberapa orang perwira segera menjadi pucat pasi. Jenderal Zhao memperhatikannya dengan seksama, lalu memberikan gambar itu pada seorang wakil jenderal di sisinya.

"Sampaikan perintahku, tahan seluruh pasukan ini, tahan mereka sendiri-sendiri, bunuh siapa yang berani melawan; geledah orang-orang ini dengan seksama di sini, cari tato ini!"

Setelah beberapa perwira itu dibawa pergi untuk ditahan, Jin Yuanbao berkata pada Jenderal Zhao.

"Zhao Jiangjun, mohon pinjamkan beberapa orang ahli serangan malam dan ilmu ringan tubuh padaku". Begitu mendengarnya, tanpa banyak bertanya Jenderal Zhao segera memanggil beberapa nama, lalu menyerahkan mereka pada Jin Yuanbao. * Ibu kota masih nampak tenang seperti semula, namun sekawanan orang nampak masuk ke dalam sebuah wisma besar..... Ketika Wakil Menteri Wang sedang tidur nyenyak, tiba-tiba ia dibangunkan oleh pukulan pedang yang sedingin es di wajahnya, ia pun terbangun dengan kaget, dan mendapati bahwa kelambu ranjangnya entah sejak kapan telah disingkap, Jin Yuanbao berdiri di depan ranjang sambil membawa pedang, sedangkan di belakangnya nampak para prajurit yang mengenakan pakaian dan baju zirah hitam! "Kau.....", dengan panik Wakil Menteri Wang hendak berteriak, namun ia merasakan mata pedang yang sedingin es itu meluncur turun dari pipi ke tenggorokannya, maka ia pun tak berani bersuara. Melihatnya terdiam, dengan suara pelan Jin Yuanbao bertanya.

"Wang Shilang, kau adalah pejabat penting di Kementerian Sipil, tapi kau berani mendukung rencana Pangeran Kedua untuk memberontak, merampas kas negara, membantunya mengirim pelacur, dan menyusup ke istana untuk menjadi mata-mata, apakah kau mengakui tuduhan-tuduhan ini?"

"Kau beromong kosong.....", Wakil Menteri Wang segera menggeleng dengan ketakutan.

"Oh, ya?", sambil tersenyum Jin Yuanbao berkata.

"Kau pun tahu bahwa ini adalah kejahatan yang dapat melibatkan kerabatmu sampai sembilan derajat, maka kau tak berani mengakuinya, benar tidak? Sayang sekali, sekarang ibu suri telah mendapatkan bukti yang tak terbantahkan, kau akan sulit menghindari hukuman mati". Begitu mendengar kata ibu suri, Wakil Menteri Wang tak lagi melawan, di matanya nampak rasa putus asa. "Akan tetapi.......", Jin Yuanbao mengalihkan pokok pembicaraan.

"Ibu suri baik hati dan menyuruhku untuk memberimu sebuah kesempatan terakhir, kalau kau dapat bersaksi di pengadilan tentang bagaimana Pangeran Kedua menyuruhmu berhubungan dengan pasukan di barak dan merampas kas negara, ibu suri akan mempertimbangkan untuk mengampuni jiwamu".

"Mohon kemurahan hati ibu suri!", keringat dingin bercucuran dari dahi Wakil Menteri Wang, dengan nada tinggi ia memohon ampun. Melihatnya, tanpa banyak bicara Jin Yuanbao menyerahkannya ke pasukan di belakangnya, lalu segera pergi. Setelah meninggalkan wisma Wakil Menteri Wang, Jin Yuanbao segera menuju pabrik senjata, begitu melihat pintu gerbang yang sudah akrab dengannya itu, ekspresi wajahnya nampak rumit, tanpa ragu, ia segera melangkah masuk. Kedua penjaga nampaknya mengenali Jin Yuanbao, begitu melihatnya, wajah mereka nampak terkejut, namun mereka masih menyilangkan pedang mereka untuk menghalanginya.

"Aku adalah tuan muda Wisma Jin, Jin Yuanbao, aku hendak masuk untuk menangkap pengkhianat", Jin Yuanbao berkata dengan hambar.

"Lingpai", kata seorang penjaga.

"Tak punya lingpai". "Tak punya lingpai, tak bisa masuk!"

Jin Yuanbao tersenyum, lalu berkata.

"Lingpai hanya benda mati, manusia yang hiduplah kuncinya. Pabrik senjata keluarga Jin kami telah berjalan begitu lama, apakah semuanya tergantung pada sebuah lingpai yang tak bisa bicara dan berpikir? Ini adalah tempat yang telah diurus dengan susah payah oleh orang tuaku selama puluhan tahun, aku tak akan bertindak gegabah".

"Hal ini......", kedua pengawal itu ragu-ragu. Jin Yuanbao berkata dengan lantang.

"Majikan muda Wisma Jin Jin Yuanbao telah menerima titah ibu suri untuk menangkap pengkhianat. Apakah kalian hendak berkeras menghalangiku demi penjahat Liu Wenchao itu, atau membiarkanku masuk?"

Kedua penjaga itu saling memandang untuk beberapa saat, lalu membiarkannya masuk, pintu gerbang pun terbuka dengan suara keras.

Jin Yuanbao menghembuskan napas lega, lalu mengangguk seraya tersenyum ke arah mereka berdua, ia melambaikan tangannya untuk memerintahkan pasukan di belakangnya masuk, ketika akan memasuki pintu gerbang, ia kembali berkata.

"Perhatikan baik-baik, gerbang ini kuserahkan pada kalian, siapapun tak boleh keluar!"

Kedua pengawal itu pun segera mengangguk-angguk.

Pabrik senjata tak lagi ramai seperti dahulu, suasana nampak tertekan, para pandai besi bekerja dengan diam, wajah mereka murung.

Akan tetapi, diantara mereka nampak beberapa orang yang sedang berkeliling sambil mengawasi mereka dengan angkuh, dari waktu ke waktu, mereka mencambuk para pandai besi yang sedang menempa besi.

Tiba-tiba, seorang pandai besi memusatkan pandangannya ke pintu gerbang, ia tak dapat menahan diri untuk tak berseru dengan suara bergetar.

"Jin Yuanbao? Tuan muda?"

"Apa mata tuamu sudah rabun? Jin Yuanbao telah berdosa menipu kaisar, ia akan segera dipenggal, mana bisa masih menjadi tuan muda?"

Akan tetapi begitu pandai besi itu melihat ke arah pintu gerbang, wajahnya segera nampak panik dan bimbang.

Jin Yuanbao yang mengenakan baju zirah Jenderal Jin masuk dengan berwibawa sambil membawa serombongan prajurit berbaju warna cerah, sambil berjalan ia berseru.

"Atas perintah ibu suri, bunuh pengkhianat". Begitu mendengarnya, wajah para begundal menjadi pucat pasi, mereka berbalik hendak lari, namun segera dikepung oleh para pandai besi. Melihat para begundal yang telah terkepung itu, Jin Yuanbao berkata dengan sikap merendahkan.

"Tangkap mereka ---kalian tak bisa melarikan diri!" Para pandai besi dengan bersemangat membantu mengenali para begundal itu, lalu mereka mengikat dan menyumpal mulut para mata-mata, dalam sekejap mata, mereka telah membersihkan pabrik senjata itu. Dua hari kemudian, ketika hari baru mulai terang, saat fajar kelabu baru saja mewarnai ufuk timur, sekonyong-konyong di bagian utara ibu kota muncullah sebuah ledakan kembang api yang indah! Di langit yang masih berwarna biru tua, ledakan itu semakin mencolok. Dan saat itu, Pangeran Kedua tengah memimpin sebuah pasukan yang tersembunyi tak jauh dari gerbang istana, begitu melihat kembang api itu wajahnya serta merta nampak bersemangat, ia segera mengangkat pedangnya dan berseru.

"Kehendak langit telah dilanggar, di utara kota telah terjadi pemberontakan, tuan-tuan sekalian, langit akan melihat apakah kalian berani merebut kekayaan dan kedudukan, ikuti aku membasmi para penjilat licik, masuk istana untuk menyelamatkan kaisar!"

Semua orang segera berseru dengan bersemangat, lalu mengikuti Pangeran Kedua memacu kuda mereka ke istana.

Melihat mereka, para penjaga istana amat terkejut, mereka segera berusaha menghadang pasukan itu.

Namun Pangeran Kedua mengayunkan pedangnya dan membacok para pengawal hingga terjatuh ke tanah, pasukan itu pun segera menerjang masuk ke istana dengan semudah membalik telapak tangan! Para penghuni istana berhamburan, beberapa orang kasim dan dayang-dayang bersujud menyambut mereka, pintu-pintu gerbang istana pun satu demi satu terbuka lebar-lebar di bawah kaki kuda pasukan Pangeran Kedua, tanpa perlawanan sedikitpun.

Pangeran Kedua mula-mula terus memacu kudanya, akan tetapi, sedikit demi sedikit, sedikit demi sedikit, ia pun merasakan bahwa ada sesuatu yang tak beres, ia merasa curiga, suara derap kaki kuda pun mereda..

Aula utama istana nampak di depan mata, gerbangnya pun terbuka lebar-lebar, di dalamnya nampak seseorang sedang duduk dengan tegak.

Pangeran Kedua menarik kekang kuda untuk menghentikannya, ia memicingkan matanya untuk melihat ke dalam aula, setelah beberapa saat, ia mengambil keputusan dan memacu kudanya menaiki anak tangga yang tinggi itu, setelah sampai di pintu, ia baru dengan gesit turun dari kuda, sikapnya menjadi jumawa.

Akan tetapi, tak nyana, dari dalam aula terdengar suara hambar putra mahkota.

"Adik Kedua, akhirnya kau datang juga". Mendengar suara itu, hati Pangeran Kedua terkesiap, namun ia masih mengeraskan hatinya, sambil tertawa sinis ia turun dari kuda, lalu berjalan selangkah demi selangkah ke dalam aula. Cahaya di dalam aula temaram, hanya terlihat ibu suri dan putra mahkota sedang duduk dengan tegak, mereka nampaknya sama sekali tak terkejut. Pangeran Kedua masuk selangkah demi selangkah, ketika melihat sang putra mahkota memandang dirinya seraya tersenyum, dengan muram ia berkata.

"Kakak Putra Mahkota, kau masih belum memberikan kursimu padaku juga!"

"Jangan-jangan kau tak punya kesempatan untuk menduduki kursi ini", putra mahkota tersenyum.

"Benarkah? Barak utara telah sepenuhnya kukuasai, orangorang pabrik senjata pun semua sudah orangku, kakak putra mahkota, kau akan segera berganti nama menjadi mantan putra mahkota!", kata Pangeran Kedua dengan telengas.

"Aku sudah tahu bahwa Adik Kedua sudah lama ingin menduduki kursi ini.....", putra mahkota menghela napas.

"Sayang sekali tak dapat kesampaian, jalan ini kau pilih sendiri, jangan salahkan aku kalau aku tak memikirkan rasa persaudaraan diantara kita".

"Hahaha!", Pangeran Kedua tertawa liar.

"Maut sudah di depan mata tapi masih berpura-pura! Kakak, kau kuberitahu ----- kau sudah habis!"

"Benarkah?", tiba-tiba ibu suri membuka mulut.

"Kalau begitu, kenapa orang-orang yang membantumu tak kelihatan? Bagaimana dengan barak utara itu? Setelah kau menahan kami nenek dan cucu ini, dimana para pejabat militer dan sipil yang mendukungmu?"

Mendengarnya, mau tak mau pikiran Pangeran Kedua menjadi agak bingung, tepat pada saat itu, ia mendengar suara berdebam di belakangnya, ia cepat-cepat berpaling dengan panik dan melihat Wakil Menteri Wang yang terikat terkulai di atas lantai! Dan orang yang berdiri dengan angkuh di belakang Wakil Menteri Wang itu, siapa lagi kalau bukan Jin Yuanbao? "Jin Yuanbao!", wajah Pangeran Kedua menjadi pucat pasi.

"Kau bukannya sedang dipenjara?"

Namun Jin Yuanbao sama sekali tak menghiraukannya, ia melangkah ke hadapan ibu suri dan putra mahkota, lalu berkata.

"Lapor pada ibu suri dan putra mahkota, semua pemberontak anak buah Pangeran Kedua sudah dijebloskan ke penjara, semua prajurit yang memberontak di barak utara juga telah ditangkap. Wakil Menteri Wang ini hendak menebus kesalahannya".

"Bagus sekali, bagus sekali", sang putra mahkota bertepuk tangan seraya tersenyum lebar.

"Bagaimana dengan orangorang yang mengikutinya masuk ke istana?"

Seraya tersenyum, Jin Yuanbao berkata.

"Untung saja aku berhasil, yang seharusnya ditangkap telah ditangkap, dan yang seharusnya menyerah telah menyerah". Wajah Pangeran Kedua pucat pasi, ia mendorong Jin Yuanbao, lalu melangkah ke pintu gerbang dan melihat keluar. Keadaan di luar aula nampak sepi, sama sekali tak nampak ada pasukan berkuda, hanya ada serombongan pasukan khusus, begitu melihat Pangeran Kedua muncul, tanpa menghormat, mereka segera menghunus senjata. Dengan panik Pangeran Kedua berbalik dan berlari ke dalam aula, ia menatap Jin Yuanbao dengan tajam seraya meraung marah.

"Pasukanku? Bagaimana dengan barak utara? Bagaimana dengan pabrik senjata?"

Jin Yuanbao tersenyum sinis dan berkata.

"Apakah kau benarbenar mengira bahwa pabrik senjata keluarga Jin kami dapat kau kuasai dengan begitu mudah?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa......", Pangeran Kedua seakan ditampar orang, wajahnya pucat pasi.

"Pangeran Kedua, anda menganggap diri anda seekor ular yang pandai bersiasat, begitu berhasil menguasai pabrik senjata langsung dapat memberontak? Titik lemah anda terlalu banyak!"

Pangeran Kedua menggertakkan giginya dan berkata.

"Apakah si hina Liu Wenchao itu yang diam-diam melaporkanku?"

"Di dunia ini selain tipu muslihat juga ada kebenaran dan keadilan!"

Di wajah Jin Yuanbao sekilas muncul sikap merendahkan. "Kau!"

Pangeran Kedua amat geram. Namun, mendengarnya, putra mahkota tersenyum.

"Kau mengatakannya dengan sangat baik. Jin Yuanbao, beritahu dia agar adik keduaku ini paham bahwa ia telah kalah telak!"

"Siap!", Jin Yuanbao berbalik dan memandang Pangeran Kedua.

"Pangeran Kedua, Qianjiao Ge adalah titik lemahmu yang pertama, seorang kupu-kupu malam seperti Chuchu ternyata dapat menguasai usaha perdagangan manusia yang begitu besar, sedangkan setengah dari wanita-wanita yang dijualnya masuk ke istana, maka mau tak mau aku menjadi curiga. Jangan-jangan ini bukan hanya tentang keuntungan beberapa tahil perak saja; kedua, di sepanjang jalan ketika aku menemani istriku Yu Qilin pulang ke rumah mertua......"

Ketika Jin Yuanbao berbicara dengan tenang, putra mahkota dan ibu suri seakan tak mendengarnya.

"......di sepanjang jalan kami dikejar pembunuh, diantara mereka ada beberapa jago yang luar biasa, jago-jago semacam itu tentunya tidak membunuhku demi uang, namun demi keluarga Jin di belakangku, lagipula, pertolongan Liu Wenchao datangnya terlalu tepat pada waktunya, ia tak sabar untuk segera membunuh orang-orang yang mengejarku untuk menutup mulut mereka, jangan-jangan karena takut tak dapat menjelaskannya padamu?"

Melihat bahwa ia sudah kehilangan harapan, wajah Pangeran Kedua perlahan-lahan berubah, ia kembali bersikap jumawa, "Liu Wenchao si orang rendah itu selalu bermuka dua, aku sudah curiga bahwa ia di depanku berpura-pura mendukungku, namun sebenarnya diam-diam menentangku".

"Anda hanya bisa mengandalkan orang rendah bermuka dua seperti Liu Wenchao......", dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao berkata, setelah itu dengan wajah serius ia meneruskan.

"Titik lemah ketiga adalah Xi er".

"Siapa Xi er?"

Wajah Pangeran Kedua nampak kebingungan.

"Benar saja, anda pangeran yang mulia ini hanya memikirkan bagaimana caranya merebut takhta, dalam pikiran anda, Xi er si gadis pelayan itu hanya bagai seekor semut saja, sehingga anda sama sekali tak ingat padanya". Dengan penuh perhatian Jin Yuanbao memandang Pangeran Kedua, lalu dengan perlahan berkata.

"Di malam ulang tahun ibuku itu, setelah anda datang, gadis pelayanku Xi er secara misterius menghilang, setelah itu, kami menemukan bahwa setelah dicekik sampai mati, jasadnya ditenggelamkan di dasar danau....."

Wajah Pangeran mengingatnya.

Kedua berubah, nampaknya ia telah "Setelah Liu Wenchao membunuhnya, ia begitu panik sehingga ia bahkan tak menyadari bahwa cincinnya telah direnggut oleh Xi er.

Saat itu, hanya anda dan Liu Wenchao yang masuk ke taman dalam......coba kutebak, Xi er mungkin secara tak sengaja memergoki anda dan Liu Wenchao sedang bermuslihat?" "Seorang gadis pelayan yang hina, tak ada yang menyayangkan kalau ia mati!"

"Dia seorang manusia!", untuk pertama kalinya, di wajah Jin Yuanbao muncul rasa marah.

"Dia dan kau sama-sama mempunyai ayah dan ibu, setelah ia tewas ada orang yang bersedih dan mengucurkan air mata untuknya!"

"Ah.....", Pangeran Kedua tertawa sinis, lalu menatap putra mahkota.

"Kau berani membandingkan seorang budak dengan aku seorang pangeran yang mulia?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya dan hendak berbicara, namun suara sang putra mahkota telah terdengar.

"Adik Kedua, kau tak menghargai rakyat, masa kau masih mengharapkan mereka mendukungmu?"

"Apakah kau sedang mengguruiku?"

Pangeran Kedua mendongak dan tertawa.

"Kita berdua sama-sama lahir dalam keluarga kerajaan, apakah kau menganggap dirimu bersih?"

Mendengarnya, sang putra mahkota bangkit, berjalan ke hadapan Pangeran Kedua, lalu dengan perlahan mengelilinginya seraya menatapnya dari atas ke bawah.

"Kau berpikir bahwa kau dapat mengandalkan tipu muslihat dan perubahan politik, akan tetapi, pada akhirnya, kau hanya dapat mengandalkan seorang hina bermuka dua seperti Liu Wenchao. Oh ya, ketika kau 'masuk istana untuk menyelamatkan kaisar' hari ini, kenapa Liu Wenchao itu sama sekali tak terlihat menemanimu?" "Dia cuma seekor anjing. Bukankah Yang Mulia Putra Mahkota lebih mulia? Tapi kau hanya mengandalkan seorang bukuai!", dengan sikap menghina Pangeran Kedua berkata.

"Ada apa dengan seorang bukuai?", Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Pangeran Kedua, aku menjadi seorang bukuai untuk menegakkan keadilan sesuai dengan hukum Ming Agung kita, semua tindakanku tak ada yang perlu disembunyikan, dibandingkan dengan anda yang mencari keuntungan bagi diri sendiri tanpa malu, kenapa aku harus merasa rendah diri? Aku tahu bahwa anda selalu memandang rendah diriku karena aku menjadi seorang bukuai, tapi justru aku, seorang bukuai kecil yang berpangkat rendahlah yang menangkap pasukanmu satu demi satu!"

"Perkataan yang bagus! Tak heran kalau kau adalah bukuai nomor satu di ibukota kita ini! Nyonya Jin benar-benar telah mendidik putranya dengan baik!"

Putra Mahkota tak bisa menahan diri untuk tak bertepuk tangan sembari tersenyum.

"Kau.......", wajah Pangeran Kedua semakin pucat, melihat sang putra mahkota berjalan menggelilinginya, ujung pedangnya samar-samar bergetar, ia pun segera ditangkap oleh seorang prajurit di belakangnya. Melihat wajah Pangeran Kedua yang kesusahan, akhirnya Putra Mahkota tak dapat menahan diri untuk tak menghela napas.

"Adik Kedua, kau menginginkan kursi ini, namun kursi ini tak hanya berarti kekuasaan dan pembantaian, namun juga tanggung jawab dan belas kasihan.....tentang prinsip ini, kulihat bahwa sampai mati pun kau tak akan paham. Bawa pergi dan tahan dia!"

Setelah di aula tak ada orang lain, Putra Mahkota berpaling ke arah Jin Yuanbao, namun sebelum ia sempat membuka mulut, Jin Yuanbao telah berlutut, sambil memandang ibu suri dengan wajah penuh harapan, ia berkata.

"Taihou ------"

Melihatnya, sang ibu suri tersenyum, lalu bangkit dan berkata.

"Ikut aku". * Dan tepat pada saat itu, Liu Wenchao yang menyamar diamdiam muncul di ambang pintu gerbang istana, dengan sembunyisembunyi ia mengintip ke dalam, ia melihat bahwa di lapangan di depan istana tergeletak beberapa mayat yang sepertinya berlumuran darah. Begitu melihat mayat-mayat itu, Liu Wenchao segera memacu kudanya ke depan dan memperhatikannya dengan seksama, setelah itu, dengan girang ia berkata.

"Sepertinya kita telah berhasil!"

Setelah itu, Liu Wenchao menaiki kudanya masuk ke istana, setibanya di dalam istana, ia melihat ke sekelilingnya dan mengumam pada dirinya sendiri.

"Bagaimana bisa begitu tenang seperti ini?" Ia melihat ke langit di utara istana, kembang api telah menghilang, dan tempat itu pun sangat tenang, sama sekali tak terdengar suara pertarungan atau teriakan. Wajah Liu Wenchao nampak terkejut dan kebingungan, mendadak ia memutar kepala kudanya seratus delapan puluh derajat dan berseru dengan cemas.

"Celaka!", lalu segera melarikan kudanya keluar. Jin Yuanbao membuka kelambu dan memandang orang yang berada di balik kelambu itu, orang yang terbaring dengan tenang itu, yang seakan sedang terlelap, untuk sesaat, ia tak bisa menguasai dirinya. Segala sopan-santun diantara penguasa dan bawahannya, telah jauh-jauh dibuang dari pikirannya, tanpa memperdulikan ibu suri lagi, ia segera memburu ke depan.

"Qilin", dengan lembut Jin Yuanbao memeluknya seraya memanggil namanya. Namun, ia masih tidur dengan nyenyak, tak bergeming.

"Jangan khawatir". Seakan memahami kekhawatiran Jin Yuanbao, ibu suri menenangkannya, lalu berjalan menghampirinya dan menyerahkan sebuah buli-buli kepadanya seraya berkata.

"Istrimu ini boleh dikatakan telah berkali-kali ditakdirkan untuk berjodoh denganmu, keluarga kekaisaran hanya mempunyai sebutir pil huanhun ini, dan keluarga kekaisaran pun hanya memiliki sebutir pil pura-pura mati, dan semuanya itu dipergunakan olehnya. Jin Yuanbao, Yu Qilin, mungkin kalian memang pasangan yang ditakdirkan. Papan pujian yang aijia anugerahkan saat itu, Jin Yu Liang Yuan, memang cocok dengan kalian". Jin Yuanbao menerima obat itu, karena gelisah, tangannya gemetar, ia berusaha menangkan hatinya, lalu membuka rahang Yu Qilin dan meminumkan obat itu.

"Bagaimana kalau saat itu aijia benar-benar menganugerahkan arak beracun?"

Jin Yuanbao menyokong Yu Qilin agar dapat bersandar di dadanya, ketika mendengar pertanyaan ibu suri itu, ia tersenyum, lalu tanpa banyak berpikir menjawab.

"Yuanbao telah bersumpah akan sehidup semati dengannya".

"Ai", sang ibu suri menghela napas dengan pelan, wajahnya nampak rumit.

"Keluarga Jin benar-benar telah menghasilkan seseorang yang penuh cinta". Hati Jin Yuanbao terkesiap, namun dengan tak disangkasangka, sang ibu suri dengan penuh kasih menepuk-nepuk bahunya.

"Kalian berdua sangat beruntung". Sebongkah batu besar yang menekan hatinya mengelinding ke tanah, dengan luar biasa girang, Jin Yuanbao berkata.

"Benar, dari ibuku sampai anda, semua benar-benar melindungi kami dan menyayangi istriku yang tercinta ini". Setelah berhenti sejenak, ia mengumpulkan keberaniannya dan berkata dengan lirih.

"Terima kasih, guma". Begitu mendengar kata 'guma' itu, sang ibu suri mendadak tersadar, akhirnya, dengan masih tersenyum penuh kasih, ia pun berbalik dan berlalu. Beberapa saat kemudian, tenggorokan Yu Qilin bersuara dan pelupuk matanya bergerak-gerak. Jin Yuanbao kegirangan dan segera memanggilnya.

"Qilin? Qilin, kau dengar suaraku tidak? Aku Jin Yuanbao!"

Yu Qilin perlahan-lahan membuka matanya, wajahnya nampak kebingungan.

"Qilin, Qilin!"

"Kau benar-benar datang?", Yu Qilin mengumam dengan terkejut dan cemas, sekaligus girang.

"Aku sudah berkata bahwa kau harus menungguku, aku datang untuk membawamu pulang!"

Dengan wajah kebingungan, Yu Qilin tangannya dan membelai wajah Jin Yuanbao. mengangsurkan Jin Yuanbao segera memeluknya erat-erat seraya menangis bahagia.

"Semua sudah berlalu, aku ada di sini". "Di sini?"

Yu Qilin memandangi sekelilingnya kebingungan, ia sama sekali tak mengenali tempat itu. dengan "Ini istana belakang ibu suri".

"Istana belakang ibu suri?", untuk sesaat, Yu Qilin tertegun, setelah itu ia bereaksi.

"Aku tak mati?"

"Benar! Kau tak mati! Kau hidup dan baik-baik saja!"

Jin Yuanbao memeluknya erat-erat.

"Apa yang terjadi?"

Yu Qilin semakin kebingungan.

"Kejadiannya seperti ini". Yu Qilin meronta hendak bangkit, namun Jin Yuanbao menahannya. Dengan wajah gelisah, Jin Yuanbao mengenggam tangan Yu Qilin, seakan takut kalau ia sekali lagi akan pergi. Yu Qilin masih meronta-ronta sekuat tenaga seraya berkata.

"Jin Yuanbao! Beritahu aku dengan jelas apa yang telah terjadi!"

"Baiklah, baiklah, aku akan bicara", dengan tak berdaya Jin Yuanbao membujuknya.

"Di malam sebelum kita masuk ke istana untuk kedua kalinya itu, aku mohon bertemu ibu suri, lalu melaporkan rencana pemberontakan Pangeran Kedua pada ibu suri". "Ternyata malam itu kau pulang malam karena bertemu dengan ibu suri", Yu Qilin berpikir sejenak, lalu berkata.

"Tapi, apakah kau tak khawatir kalau ibu suri tak mempercayaimu?"

"Aku harus bertaruh", Jin Yuanbao tersenyum.

"Untung saja pertaruhanku berhasil". Seketika itu juga, Yu Qilin memahami apa yang telah terjadi, akan tetapi, dengan masih tak berani percaya, ia memandang Jin Yuanbao dan kembali bertanya.

"Apakah kau berkata bahwa kau dan ibu suri membuat suatu persetujuan? Bahwa saat itu aku minum obat pura-pura mati, kau sudah tahu?"

"Ya", Jin Yuanbao mengangguk-angguk, lalu, dengan masih merasa jeri, ia berkata.

"Walaupun hanya pura-pura mati, namun kalau dalam tiga hari kau tak minum obat penawarnya, kau akan tak bisa sadar selamanya". Mendengarnya, Yu Qilin terdiam untuk beberapa lama, lalu kembali bertanya.

"Katamu obat ini harus diberikan dalam waktu tiga hari, apakah kau tak takut gagal?"

Mendengarnya, Jin Yuanbao langsung memberi alasan.

"Saat itu aku sudah memutuskan, kalau sampai gagal, aku tak akan membiarkanmu pergi sendirian". Yu Qilin tertegun, namun tak berkata apa-apa. Melihatnya tertegun seperti itu, mau tak mau Jin Yuanbao menjadi agak khawatir, ia pun cepat-cepat bertanya.

"Qilin, kau kenapa?" Namun tak nyana, kepalan Yu Qilin memukuli bahunya.

"Kalau begitu, kenapa kau tak memberitahuku? Kau membuatku mengira bahwa aku benar-benar akan mati dan tak bisa berjumpa dengan dirimu lagi, tahu tidak?"

Ternyata begitu, Jin Yuanbao menghembuskan napas lega, ia tak menghindar dan berulangkali mohon ampun sambil tersenyum.

"Hei, hei, hei, aku sudah berjanji pada ibu suri untuk tak berkata apa-apa! Masalah ini sangat berbahaya, tak boleh ada kesalahan sedikitpun, selain itu, ada si marga Liu itu yang menonton dari samping, malam saat kau pura-pura mati itu, ia langsung mengeledah kamar kita". Melihat Jin Yuanbao berusaha keras memberi penjelasan sambil memperlihatkan sikap menurut yang jarang terlihat, dan membayangkan bagaimana ia selama tiga hari terus bekerja keras tanpa tidur demi dirinya dan Nyonya Jin, walaupun ia tak melihatnya dengan mata kepala sendiri, namun dirinya dapat membayangkan betapa berbahayanya keadaan saat itu, hati Yu Qilin pun melunak dan akhirnya ia dengan perlahan menghentikan pukulannya. Melihat bahwa ada kesempatan, Jin Yuanbao pun menambahkan.

"Lagipula, kalau ibu melihatmu mati, bukankah setelah itu ia akan semakin sayang padamu?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu Qilin semakin murka.

"Apakah menurutmu ibu belum cukup menangis beberapa hari belakangan ini? Bagaimana kau bisa menyiksa ibumu sendiri seperti itu!" Melihatnya, Jin Yuanbao cepat-cepat menarik tangan Yu Qilin untuk mohon ampun, akhirnya ia pun perlahan-lahan menjadi tenang, dan Jin Yuanbao pun kembali menariknya ke dalam pelukannya, seraya tersenyum, ia menyandarkan dagunya di bahu Yu Qilin, perlahan-lahan ia merasa santai dan dengan kelelahan memejamkan sepasang matanya. Di aula utama Wisma Jin sebuah meja panjang dipenuhi bertumpuk-tumpuk hadiah, Nyonya Jin dan Gu Daniang dengan amat girang duduk di aula itu sambil mendengarkan A Fu yang berpakaian baru membacakan daftar hadiah, mereka berdua tak henti-hentinya mengeluarkan perintah, sibuk bukan kepalang. Wisma Jin dihiasi berbagai lentera dan panji-panji, luar biasa ramainya, papan pujian bertuliskan Jin Yu Liang Yuan anugerah kaisar sekali lagi dibawa masuk ke Wisma Jin. Orang banyak yang menonton berulangkali menghela napas dengan terharu.

"Papan pujian ini sama persis dengan yang sebelumnya, tak terlihat bahwa orang yang dianugerahi pernikahan telah diganti".

"Dasar pelit! Memangnya ibu suri dan putra mahkota kekurangan uang untuk membuat papan pujian? Bukankah ini hadiah bagi tuan muda Wisma Jin yang telah berjasa menangkap pengkhianat yang hendak memberontak?"

"Benar! Kabarnya nyonya muda baru ini adalah seorang pendekar wanita!" "Baru bagaimana, sebelum ini pengantinnya dia juga! Pendekar Wanita Yu sudah tahu bahwa si penghianat itu sangat ambisius, maka dengan berani menyelinap ke dalam Wisma Jin seorang diri".

"Kalau mendengar omonganmu ini, apakah Tuan Muda Jin itu pengkhianatnya? Bah!"

"Aku berbicara tentang si Liu Wenchao!"

Sambil mengobrol dengan girang, para penonton berulangkali melontarkan pujian, namun diantara para penonton itu, seseorang yang berpakaian biasa diam-diam menyelinap ke dalam Wisma Jin.

Di tengah letusan mercon yang riuh-rendah, di bawah tatapan mata para hadirin, papan pujian Jin Yu Liang Yuan digantung di balok penyangga atap Wisma Jin.

Nyonya Jin dan Gu Daniang duduk dengan tegak di aula, dengan penuh kebahagiaan menerima penghormatan dua pasang pengantin baru kepada orang tua mereka.

"Suami istri saling menghormat ----", pemimpin acara berseru. Kedua pasang pengantin itu pun segera saling menghormati, namun salah seorang pengantin lelaki nampak tersenyum kebingungan seperti seorang bocah, sehingga mengundang tawa para penonton. Jin Yuanbao memandang pengantin barunya yang wajahnya ditutupi kerudung, akan tetapi pandangan matanya tak terpusat pada tubuhnya, sedangkan wajahnya nampak rumit. Tiba-tiba, dari ruang tamu terdengar sebuah teriakan, para hadirin pun nampak gelisah, dari tengah para tamu seseorang menerjang keluar, orang itu dengan cepat menikam beberapa kali ke arah Jin Yuanbao dengan pedangnya.

"Awas!", Nyonya Jin bangkit dan berseru, namun begitu melihat rupa orang yang datang itu, ia tertegun.

"Liu Wenchao?!"

Pembunuh itu memang Liu Wenchao, sinar pedangnya berkilauan menyambar ke arah Jin Yuanbao, ia sama sekali tak memperdulikan keselamatan dirinya.

Teriakan ketakutan muncul dari segala penjuru, ketika ujung pedang nampaknya akan menembus dada Jin Yuanbao, pengantin wanita membuang kerudungnya dan menahan senjata itu, sedangkan pengantin wanita yang satunya lagi juga membuka kerudungnya dan ikut membantunya, mereka adalah Wang Qiang dan Ma Zhong.

"Trang!", pedang Liu Wenchao dibacok hingga patah oleh Wang Qiang, Jin Yuanbao pun memiringkan tubuhnya, ia hampir saja tertikam pedang patah itu. Beberapa jurus kemudian, Liu Wenchao telah dipiting erat-erat di lantai oleh kedua pengantin wanita gadungan yang berpakaian pengantin merah menyala dan mengenakan hiasan rambut bertahtakan mutiara dan kumala itu.

"Jin Yuanbao, kau orang rendah yang licik!", Liu Wenchao berseru-seru.

"Aku akan membunuhmu! Aku akan membunuhmu!"

Gu Zhangfeng di sisinya semakin kebingungan.

"Di mana Xiaoxuan? Di mana Xiaoxuanku?"

Melihat kejadian itu, para hadirin mula-mula terdiam, lalu menjadi ribut. Ketika sang pemimpin acara melihat kejadian itu, matanya berputar, lalu ia segera memuji.

"Gongzi sangat cerdas, sudah tahu bahwa pengkhianat Liu Wenchao ini tak akan menyerah dan akan datang untuk mencoba membunuhnya, maka gongzi telah mengatur semua ini, sehingga pengkhianat itu merasakan akibat perbuatannya sendiri". Para hadirin mendadak tersadar, mereka pun berulangkali bertepuk tangan.

"Jin Yuanbao, aku Liu Wenchao tak sudi hidup di kolong langit yang sama denganmu, tunggulah sampai aku berubah menjadi roh jahat -----"

Liu Wenchao masih terus meronta-ronta.

"Setelah berubah menjadi roh jahat kau masih tak mau melepaskanku?", Jin Yuanbao tertawa sinis.

"Liu Wenchao, begitu kau tiba di dunia lain itu, kuharap Qianqian dan Xi er sudi melepaskanmu". Melihat Liu Wenchao tertangkap, Nyonya Jin dan Gu Daniang menghembuskan napas lega. Namun Gu Zhangfeng yang berada di sisinya berkata dengan wajah kesal pada Jin Yuanbao.

"Kau mengatur semua ini tapi tak memberitahuku! Aku sama sekali tak tahu bahwa barusan ini.....", ia melirik kedua pengantin wanita yang gagah perkasa itu, menelan ludahnya, lalu menggerutu.

".....aku telah saling menghormat dengan kakak ini. Mana Xiaoxuanku?"

Melihatnya, Jin Yuanbao tak bisa menahan tawanya.

"Saudaraku yang baik, Xiaoxuan baik-baik saja di dalam aula, ia sedang menunggumu".

"Di dalam aula?", Gu Zhangfeng segera berpaling dan berlari ke halaman dalam, sambil berlari ia berseru.

"Xiaoxuan, aku datang!"

Jin Yuanbao lalu memeriksa Nyonya Jin, Nyonya Jiang dan Gu Daniang untuk memastikan bahwa mereka tak terluka atau ketakutan, setelah melihat bahwa mereka semua baik-baik saja, ia pun merasa lega.

Ia berbalik menghadap Liu Wenchao yang sedang ditahan, lalu berkata.

"Aku tahu bahwa kau pasti akan datang hari ini".

"Aku Liu Wenchao berani datang hari ini karena aku sudah bertekad untuk mati!", Liu Wenchao berkata dengan bengis.

"Bunuhlah aku. Aku tahu kau membenciku". Jin Yuanbao menggeleng.

"Aku tak akan membunuhmu, dan aku juga tak membencimu". Liu Wenchao tertegun, namun dengan raut wajah merendahkan ia berkata.

"Jangan berpura-pura menjadi orang baik!"

"Aku bukan berpura-pura menjadi orang baik. Aku adalah seorang bukuai, pekerjaanku adalah menegakkan keadilan, oleh karenanya aku tak akan dengan seenaknya membunuhmu, walaupun kau pantas mati". Nada suara Jin Yuanbao tenang, sehingga para hadirin pun perlahan-lahan menjadi tenang, hanya suara Jin Yuanbaolah yang terdengar.

"Hakim agung akan secara pribadi memeriksa perkaramu berdasarkan hukum Ming Agung, kau harus menerima apapun yang diputuskannya. Liu Wenchao, dahulu aku benar-benar membencimu. Ketika Qianqian tewas di bawah pedangmu, aku membencimu, ketika A Fu mempertaruhkan nyawanya untuk menangkapmu, aku membencimu, ketika kau mencambuki ibuku, aku ingin minum darahmu dan memakan dagingmu, terlebih lagi ketika ibu kandungku meninggal dalam pelukanku". Ketika berbicara tentang ibunya, rasa duka yang mendalam muncul di wajah Jin Yuanbao, namun ia menahan dirinya.

"Saat itu aku tak hanya membenci dirimu, namun terlebih lagi membenci diriku sendiri, membenci diriku sendiri karena tak membunuhmu terlebih dahulu, akan tetapi, coba kau lihat sekarang -----", Jin Yuanbao menunjuk ke sekeliling mereka. Saat itu, Yu Qilin dan Jiang Xiaoxuan telah mengikuti Gu Zhangfeng keluar, begitu melihat apa yang terjadi, mereka bertiga maju dan berdiri di sisi Jin Yuanbao. Jin Yuanbao menarik tangan Yu Qilin, lalu meneruskan berkata.

"Orang-orang yang kucintai dan orang-orang yang mencintaiku, yang masih hidup semua berada di sisiku, sedangkan yang sudah meninggal akan selamanya berada dalam hatiku. Aku sangat bahagia, bahkan kalau sekarang aku harus mati, aku hanya akan menyesal karena aku tak dapat bersama mereka lebih lama, namun aku tak akan menyesali hidupku. Bagaimana denganmu?"

Liu Wenchao mengigit bibirnya dan tak berbicara.

"Di sisimu ada siapa? Kau telah membunuh adikmu Qianqian, kau telah membunuh bawahanmu yang setia sampai mati, A Gui, dan kau telah membunuh lebih banyak lagi orang-orang yang menurutmu tak penting. Mereka juga mempunyai keluarga, mempunyai orang-orang yang mencucurkan air mata kalau mereka mati. Bagaimana dengan dirimu sendiri? Siapa yang akan mencucurkan air mata kalau kau mati? Katamu kau mencintai Yu Qilin, tapi kau tega membunuh ibunya -----", ketika berbicara sampai di sini, suara Jin Yuanbao agak gemetar.

"----dan juga ibuku. Katamu kau iri karena ibuku terlalu mencintaiku, dan karena hal ini kau hendak membunuh bibi kandungmu sendiri. Liu Wenchao, aku tak membencimu, aku justru mengasihanimu, karena kau tak paham apa itu cinta". Setelah berbicara, ia tak lagi menghiraukan Liu Wenchao dan berjalan ke sisi Nyonya Jin sambil menarik tangan Yu Qilin. Liu Wenchao berlutut di lantai sambil termenung untuk beberapa saat, lalu mendadak tertawa bagai orang gila, suara tawanya perlahan-lahan berubah menjadi mengenaskan, sehingga mirip tangisan. Diantara para tamu ada yang mau tak mau nampak ketakutan. Mendadak, Liu Wenchao berhenti menangis, pandangan matanya terpaku pada Yu Qilin, Yu Qilin tak menghindarinya, pandangan matanya tenang, seakan hendak membenarkan perkataan Jin Yuanbao barusan ini tanpa bersuara.

"Kau pun tak sudi mengucapkan sepatah kata padaku?", Liu Wenchao bertanya dengan lirih. Tanpa berkata apa-apa, Yu Qilin memandangnya, sinar matanya dingin. Setelah memandanginya dengan penuh harap untuk beberapa saat, akhirnya Liu Wenchao menunduk dengan kecewa, dan membiarkan Wang Qiang serta Ma Zhong membawanya pergi. Sampai sosok Liu Wenchao menghilang dari pandangan para hadirin, para tamu belum dapat sepenuhnya tersadar. Melihat keadaan itu, Jin Yuanbao maju, lalu meminta maaf.

"Hari ini kami mengundang anda sekalian untuk menghadiri upacara pernikahan, namun urusan penting istana untuk menangkap pengkhianat, agar tak bocor keluar, mau tak mau menimbulkan sedikit keributan, sehingga membuat para hadirin sekalian terkejut, aku Jin Yuanbao mohon maaf, dan terlebih dahulu menghukum diriku minum tiga cawan arak!"

Para tamu tersadar dan bersorak-sorai.

"Memang sudah seharusnya, memang sudah seharusnya! Upacara pernikahan dan ulang tahun Wisma Jin selalu mempunyai gaya tersendiri!"

Para tamu tertawa riuh-rendah seraya mengangkat cawan mereka untuk bersulang.

"Shaoye, apakah hari ini anda hendak mengadakan upacara pernikahan atau tidak? Jadi menikah atau tidak?"

Jin Yuanbao tersenyum.

"Hari ini adalah hari baik yang dipilih oleh putra mahkota, aku Jin Yuanbao tentu saja tak hendak mengecewakan beliau, mohon anda sabar sedikit, sebentar lagi aku Jin Yuanbao, dan saudaraku Gu Zhangfeng, akan menikahi pengantin perempuan kami, menikah di hadapan mata anda semua!"

"Bagus!", para tamu tertawa, suasana pun menjadi ramai. Musik gembira kembali terdengar, kedua pasang pengantin itu pun kembali masuk ke dalam aula.

"Pertama, menghormat pada bumi dan langit".

"Kedua, menghormat pada orang tua". "Suami istri saling menghormat". Tepat pada saat kedua pengantin hendak saling menghormat, tiba-tiba Jin Yuanbao berhenti, melihatnya, Gu Zhangfeng pun tak bergerak, mereka berdua menatap para pengantin perempuan di hadapan mereka yang berkerudung merah, yang berpakaian persis sama dan tak dapat dibedakan. Kedua pengantin pria saling memandang dengan wajah penuh rasa curiga.

"Qilin?", dengan curiga Jin Yuanbao memanggil. Dan Gu Zhangfeng pun memanggil dengan wajah curiga.

"Xiaoxuan?"

"Saat upacara pernikahan, pengantin wanita sama sekali tak boleh berbicara, membawa sial, membawa sial!", mak comblang yang berada di sisi mereka cepat-cepat menyela. Melihatnya, Gu Daniang yang berada di dalam aula merasa amat cemas, ia bangkit, namun ditahan oleh Nyonya Jin yang tersenyum, ia memberi isyarat agar putra-putri mereka dibiarkan menyelesaikan masalah itu sendiri. Gu Zhangfeng dan Jin Yuanbao memandang ke kiri dan ke kanan. Setelah memperhatikan mereka dengan seksama, Jin Yuanbao maju ke hadapan pengantin wanita di depan Gu Zhangfeng, lalu dengan hati-hati bertanya.

"Qilin?" Melihat kerudung merah itu bergetar perlahan, seakan orang di baliknya sedang tertawa, Jin Yuanbao merasa girang, ia hendak membuka mulutnya, namun ia melihat sebuah tangan langsing yang seputih salju mengangsur keluar, lalu membuka di depannya, di telapak tangan itu nampak sebuah jin yuanbao berwarna emas. Dan pengantin wanita di sebelahnya pun mengangsurkan tangannya dan membukanya, di telapaknya nampak sebatang tanaman obat yang telah layu dan menguning. Jin Yuanbao dan Gu Zhangfeng teringat bahwa ketika mereka untuk pertama kalinya bertemu dengan pasangan masingmasing, pasangan yang pertama memberi hadiah sebuah yuanbao perak, sedangkan pasangan yang satunya lagi menjadi akrab karena obat-obatan, maka mereka pun mengerti dan tersenyum. Mereka memastikan siapa yang Yu Qilin dan siapa yang Jiang Xiaoxuan, lalu dengan serentak berkata.

"Ini pengantin wanitaku!"

Melihat kejadian itu, sang mak comblang tertawa dan berkata dengan jengah.

"Aiyo, karena sibuk aku berbuat kesalahan! Nasib baik dan banyak rejeki! Nasib baik dan banyak rejeki!"

Sambil dipapah para gadis pelayan, dan dalam suasana riuh rendah, kedua pengantin perempuan itu bertukar tempat duduk, musik gembira pun kembali berkumandang.

"Suami istri saling menghormat ----" EPILOG Sambil berpegang pada kain sutra merah, Yu Qilin perlahanlahan mengikuti Jin Yuanbao ke rumah kecilnya, ia menunduk dan memandangi sepatu bot hitam Jin Yuanbao yang sesekali muncul di bawah kerudungnya. Ia merasa bahwa dirinya sangat mengecewakan, jelas bahwa ini bukan pertama kalinya ia menikah, namun kenapa ia malahan lebih kebingungan dari ketika pertama kali menikah?! Saat itu, dalam hati Yu Qilin tak ada Jin Yuanbao, yang ada dalam pikirannya hanyalah keinginan untuk memeriksanya, lalu menyelinap pergi, bagaimana bisa dibandingkan dengan suasana hatinya saat ini ketika menikah dengan pujaan hatinya? Setelah melewati ambang pintu, dengan dipapah sang mak comblang, Yu Qilin didudukkan di sebelah kanan ranjang, Jin Yuanbao pun meletakkan pita sutra merah dalam genggamannya, lalu duduk di sebelah kanan dirinya. Setelah itu, serombongan wanita penggembira dan kerabat dengan riuh rendah mengikuti sang mak comblang masuk ke dalam kamar. Sambil mengusung baki pernikahan berisi lima jenis biji-bijian, angco dan kacang, sang mak comblang masuk, lalu menebarkan biji-bijian dan buah-buahan kering di kelambu, sambil melakukan hal itu, ia menyanyikan lagu-lagu gembira pembawa keberuntungan. Dalam lirik lagu pembuka kelambu itu, secara samar-samar tersembunyi beberapa perkataan tentang kebahagiaan kamar pengantin, ketika mendengarnya, wajah Yu Qilin memerah hingga ke telinganya, andaikan ia mendengarnya sebelum ini, ketika ia belum berhubungan akrab dengan Jin Yuanbao, ia tak akan paham artinya. Walaupun mereka belum mengambil langkah terakhir, namun bagaimanapun juga mereka sudah lama tinggal bersama, terlebih lagi kemarin malam Gu Daniang dengan sikap misterius memberinya sebuah kitab bergambar yang membuat dirinya merasa jengah, maka dirinya pun sudah bukan seorang gadis kecil yang lugu seperti dahulu, dan sudah sedikit banyak mengerti mengenai hal itu. Seakan memahami ketegangannya, Jin Yuanbao diam-diam mengangsurkan tangannya dan mencubit tangan Yu Qilin, akan tetapi ia malah membuat dirinya terkejut, sehingga mau tak mau tubuh Yu Qilin agak gemetar. Setelah selesai membuka kelambu, sang mak comblang memberikan sebatang tongkat emas pada Jin Yuanbao dan menyuruhnya membuka kerudung. Sambil tersenyum Jin Yuanbao menerima tongkat itu, bangkit, lalu berdiri dengan tegak di hadapan Yu Qilin. Setelah itu, dengan diiringi teriakan gembira, kerudung merah menyala itu pun terangkat, lalu melayang-layang dan terjatuh ke lantai. Pipi Yu Qilin merah padam, matanya memandang ke bawah, perlahan-lahan ia mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Jin Yuanbao di hadapannya. Jin Yuanbao mengenakan pakaian pengantin merah menyala yang makin menonjolkan ketampanan wajahnya yang lembut, dan sepasang matanya yang memandang dirinya itu penuh kasih sayang, penuh cinta yang tak terperi...... Ketika pandangan mata mereka bertemu, Yu Qilin merasa seakan terbakar, secara naluriah ia menghindar, akan tetapi setelah mendengar suara tawa pelan Jin Yuanbao, dengan keras kepala ia kembali mendongak dan menyambut padangan matanya dengan mata terbelalak, melihatnya, senyum di wajah Jin Yuanbao pun makin berseri-seri. Sang mak comblang membawa dua cawan arak yang diikat dengan sehelai benang merah, begitu melihatnya mereka paham bahwa ia ingin agar mereka minum arak kegirangan. Akan tetapi, begitu melihat arak itu, sebuah kenangan pun muncul dengan serentak dalam benak mereka berdua. Yu Qilin teringat akan tarian malam pengantinnya yang mengenaskan. Namun Jin Yuanbao justru mengingat adegan saat dirinya bertindak dengan liar setelah terkena efek anggur obat......dan tentunya, juga mengingat bagaimana, ketika mereka berdua sedang bertengkar, tubuh Yu Qilin yang seputih salju samarsamar terlihat..... Seketika itu juga, sinar mata Jin Yuanbao yang sedang memandangi Yu Qilin berubah menjadi panas membara..... Melihat mereka berdua duduk tak bergeming, para wanita pengembira menyuruh mereka untuk segera minum arak kegirangan, sehingga mau tak mau mereka berdua terpaksa menerima cawan-cawan arak itu, menyilangkan lengan mereka, dan menenggaknya. Ketika cawan-cawan mereka beradu, mau tak mau lubuk hati mereka bergetar pelan. Setelah selesai minum arak, Jin Yuanbao berbisik di telinga Yu Qilin.

"Aku akan keluar menyambut tetamu, di meja ada kue-kue dan teh, kalau kau lapar, makanlah sedikit dulu....."

Merasakan sikapnya yang penuh perhatian, hati Yu Qilin terasa hangat, ia mengangguk-angguk.

Setelah itu Jin Yuanbao keluar ke halaman untuk menyambut para tamu dan minum arak, hanya tinggal Yu Qilin seorang diri di kamar pengantin.

Setelah cahaya rembulan menjadi terang benderang, Jin Yuanbao baru kembali masuk ke kamar pengantin dengan bantuan para saudaranya dari Liu Shanmen.

Saudara-saudara itu pun mengoda pasangan pengantin itu dengan ribut, namun kali ini, Jin Yuanbao mana bisa bersabar lagi? Ia segera berlagak marah dan memandang mereka dengan kesal.

Di antara para saudara itu tentu saja ada orang yang dapat memahami maksud Jin Yuanbao, Ma Zhong pun segera membujuk saudara-saudaranya.

"Kulihat malam sudah larut, besok ada kasus yang harus diselidiki, bagaimana kalau kita bubar dulu?"

Ada yang cerdas, dan ada pula yang bodoh, Wang Qiang segera berkata dengan bebalnya.

"Mana bisa begitu! Dahulu kita tak sempat meramaikan kamar pengantin, kali ini kita mana bisa melewatkan kesempatan ini?"

Begitu mendengarnya, Jin Yuanbao segera memandang Wang Qiang dengan pandangan yang setajam pisau, Wang Qiang pun terpaksa menelan sisa perkataannya.

Wang Qiang merasa kecewa, namun ia tak berani menyinggung yang mulia si bukuai sakti itu! Dengan tak berdaya, ia terpaksa berkata dengan jengah.

"Sudahlah, sudahlah, malam musim semi sangat pendek, kita jangan menghalangi bos lagi!"

Setelah berbicara, ia menyelinap keluar bagai terbang, lalu berteriak keras-keras dari luar.

"Bos, kau santai saja, jangan membuat kakak ipar kami tak bisa mempersembahkan teh besok pagi!"

"Dasar....", Jin Yuanbao memaksakan dirinya untuk tersenyum, lalu melirik Yu Qilin, benar saja, wajah Yu Qilin memerah sampai ke telinganya, ia seperti hendak menerjang keluar dan menghajar orang-orang itu. Setelah para saudara itu pergi, Jin Yuanbao menutup pintu, lalu memasang palang pintu. Melihat adegan itu, hati Yu Qilin terkesiap, ia merasa dirinya menjadi panas membara.

"Akhirnya hanya tinggal kita berdua", Jin Yuanbao menghembuskan napas panjang, pandangan matanya terpaku pada wajah Yu Qilin, dengan perlahan ia pun berjalan mendekatinya. Yu Qilin merasa agak jengah dipandangi olehnya, namun ia tak dapat menghindar, maka ia menggertakkan giginya dan menyambut pandangannya, menatapnya tanpa berkedip. Akan tetapi, di mata Jin Yuanbao, perbuatannya itu sangat mengemaskan.......mau tak mau Jin. Yuanbao mendengus dan tertawa, sehingga suasana yang tegang itu pun serta merta mencair.

"Kau......apa yang kau tertawakan!", dengan wajah merah padam dan dahi berkerut, Yu Qilin menggerutu. Jin Yuanbao tertegun, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Hehehe, aku memang ingin tertawa. Lucu sekali!"

"Jin! Yuan! Bao!", Yu Qilin segera bereaksi, ia telah salah bicara, maka dirinya segera mengayunkan tangannya, hendak memukul Jin Yuanbao. Dengan enteng Jin Yuanbao menangkap tangan Yu Qilin, lalu duduk di sisinya sambil mengenggam tangannya, setelah itu, dengan lembut ia menariknya ke dalam pelukannya. Seketika itu juga, napas Jin Yuanbao yang bercampur aroma arak menyelimuti Yu Qilin, jantungnya seketika itu juga melompat-lompat! Dug, dug, dug! Seakan hendak melompat keluar! Dengan kebingungan Yu Qilin hendak mendorongnya, ia mengumam.

"Kau......minum sup penawar mabuk dulu, ya?"

Akan tetapi, begitu selesai mengucapkan perkataan itu, ia tertegun, kenapa ia menyebut-nyebut sup penawar mabuk? Saat itu.......ai......."

Benar saja, ketika ia mendongak, ia melihat Jin Yuanbao memandanginya dengan tersenyum namun tak tersenyum, dengan ekspresi wajah penuh sindiran, ia memang pantas dipukul! Jin Yuanbao mengodanya.

merasakan rasa jengahnya dan tak lagi Saat ini, adalah saat yang telah begitu lama diharapkannya, yang didapatkannya setelah melalui begitu banyak kesulitan dan penderitaan, ia mana bisa menyia-nyiakan saat itu dengan tertawa-tawa mengodanya? Oleh karenanya, dengan penuh tekad Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan mencopot tusuk konde di rambut Yu Qilin, rambutnya yang hitam legam pun terurai jatuh, setelah itu, dengan amat hati-hati, ia membantunya menanggalkan mahkota burung Hongnya yang berat, dengan iba ia berkata.

"Benda yang begitu berat ini sudah kau sangga seharian, kau lelah tidak?" Yu Qilin mengangguk-angguk, tak berkata apa-apa. Aneh, mereka berdua jelas- jelas telah hidup bersama, sudah berpelukan dan berciuman, namun saat ini ketika jari-jemari Jin Yuanbao membelai rambutnya, tak nyana jantung Yu Qilin menjadi berdebar-debar. Setelah mencopot beban yang berat itu, Jin Yuanbao duduk di sisinya, menarik tangannya dan memandanginya untuk beberapa lama, lalu menggumam.

"Qilin, benar-benar cantik". Yu Qilin tertegun, hidungnya tak nyana terasa gatal, Jin Yuanbao si lelaki berlidah berbisa ini, sejak pertama kali dikenalnya sampai sekarang, boleh dibilang belum pernah memujinya seperti itu......akan tetapi, dirinya tahu bahwa saat ini perkataannya itu amat tulus, oleh karenanya, hanya dua kata 'benar-benar cantik' itu membuatnya amat tersentuh. Melihat bibirnya yang semerah ceri, melihat bagaimana matanya semakin berkilauan karena terharu, Jin Yuanbao menelan ludahnya, jakunnya bergerak-gerak, dan ketika kembali berbicara suaranya pun menjadi serak.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Malam sudah larut, bagaimana kalau kita tidur dulu?"

"......", Yu Qilin tak tahu bagaimana harus menanggapinya, sekujur tubuhnya tegang dan ia mengkerut, leher dan telinganya menjadi berwarna merah jambu yang indah. Melihat wajahnya yang begitu mengemaskan sehingga membuat orang tersiksa, Jin Yuanbao tak bisa menahan diri untuk tak menariknya ke dalam pelukannya, lalu menyelimutinya dengan ciuman yang panas membara namun lembut. Ciuman itu, dibandingkan dengan yang sebelumnya, lebih mendalam dan lama, mengandung tuntutannya yang tak terkira besarnya, dan membuat tubuh Yu Qilin menjadi gemetar, ia merasa dirinya seakan tercebur ke dalam sebuah lautan maha luas dan akan segera tenggelam, namun Jin Yuanbaolah papan penyelamatnya, sehingga secara naluriah dirinya memeluknya erat-erat......

"Qilin.....", sedikit demi sedikit Jin Yuanbao mundur, napasnya menjadi berat.

"Akhirnya kita telah bersama secara sah". Mendengar perkataan itu, dengan terharu Yu Qilin menyusupkan kepalanya di dada Jin Yuanbao, ia mendengar jantungnya berdebar-debar, untuk pertama kalinya, ia merasa amat tenteram. Namun saat ini api asmara Jin Yuanbao telah tersulut, ia mengangsurkan tangannya dan dengan lembut memegang dagu Yu Qilin, membuatnya mendongak dan memandang dirinya, setelah itu, kecupan demi kecupan pun jatuh di wajah, ujungujung alisnya, sudut-sudut matanya dan ujung hidungnya...... Ciuman Jin Yuanbao yang bercampur dengan aroma arak bagai besi panas, dimana pun ciuman itu jatuh, Yu Qilin merasa panas membara, sedikit demi sedikit, dirinya pun meleleh, sampai tak sadar entah kapan Jin Yuanbao telah membuka ikat pinggangnya, dan kapan menanggalkan pakaian luarnya...... Ia hanya merasa bahwa setelah langit dan bumi bagai berputar, dirinya telah separuh terbaring di atas selimut brokat, dan tubuhnya pun semakin lemas, seakan sama sekali tak berdaya. Pakaiannya telah satu demi satu dibuka, namun pakaiannya belum seluruhnya tanggal, Yu Qilin bagai sekuntum bunga yang mekar di depan mata Jin Yuanbao, malu-malu kucing dan membuat dirinya tergerak, dan benang sari bunga itu pun tentunya adalah ** yang paling indah dan manis..... Sebuah suara yang selama ini ditahannya muncul dari mulut Jin Yuanbao, ** yang luar biasa seperti ini membuat dirinya semakin tak kuasa menahan diri! Ia bangkit dan membuka ikatan tirai yang berwarna merah menyala, sehingga ** menawan yang memenuhi kamar itu tersembunyi di bawah kegelapan merah. Sekonyong-konyong, sebuah gerutuan yang genit namun mengandung rasa kesal terdengar dari balik kelambu.

"Kau, kau.......apa yang kau lakukan?"

"Seharusnya memang seperti ini......."

"Tentu saja tidak! Menurutku seperti ini aneh sekali......"

"Tak bisa! Ini adalah sesuatu yang harus dilakukan oleh suami istri!"

"Tapi.......aiyo! Kau sebenarnya tahu atau tidak? Aneh sekali......" "Siapa.....siapa bilang aku tak tahu?"

"Bahkan dengan gadis pelayan saja kau belum pernah, tapi masih berkata sudah tahu?"

"Yu Qilin!"

"Baiklah, baiklah, aku salah bicara!"

"Itu......kau membaca bahwa seharusnya seperti ini, kenapa bisa.......sebenarnya, kalau hanya tahu dari membaca, saat melakukannya, kau masih tak tahu seluk beluknya!"

"Apa?! Jin Yuanbao, aku benar-benar kagum padamu! Kalau begitu, kau pelajarilah perlahan-lahan, aku mau tidur dulu! Hari ini sangat melelahkan, aku tak tahan lagi!"

"......."

"Jin Yuanbao, apa yang kau lakukan?!"

"Aku tak mau mempelajarinya! Belajarlah sendiri!"

"Wus!", setelah lilin dimatikan dengan pelan, sebuah erangan terdengar dari balik tirai....... TAMAT






Empress Orchid Anggrek Ungu Kota Fear Street Terbakar Api Asmara Fire Dewi Ular Bocah Berdarah Hitam

Cari Blog Ini