Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 4

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 4



"Ya, ya, bagus, bagus!"

Sambil berbicara, ia memeluk Yu Qilin dan mendudukannya di atas pangkuannya.

"Kau ini......", Yu Qilin meronta pelan, akan tetapi setelah melihat wajahnya tak senang, ia segera berhenti bergerak dan hanya memandangnya sambil tersenyum menawan. Melihatnya, dengan puas Jin Yuanbao mengangguk-angguk, mengangkat tangannya, lalu mengelus wajah Yu Qilin yang mulus dan lembut, setelah itu, ia mencubit dagunya dan sedikit mengangkat wajahnya, memaksanya untuk saling berpandangan dengannya. Melihat keadaan ini, Yu Qilin kembali meronta, namun tak nyana pelukannya justru bertambah erat. Dengan licin Jin Yuanbao bersandar di samping telinganya, seakan hendak mengulum cuping telinganya, lalu berkata dengan lembut.

"Tarianmu benar-benar sulit dilupakan". Yu Qilin tiba-tiba merasa bahwa tubuhnya mulai dari leher ke bawah menjadi kaku. Melihat sikapnya ini, Jin Yuanbao makin gembira, sedikit demi sedikit ia mendekatkan wajahnya ke wajah Yu Qilin, perlahanlahan memejamkan matanya, lalu sekali lagi hendak mencium bibir mungilnya. Justru ketika ciumannya hampir tiba di bibirnya yang wangi, Yu Qilin kembali merasa panik, ia pun mengangsurkan tangannya untuk menghalangi bibir Jin Yuanbao.

"Berhenti!"

Jin Yuanbao sekali lagi menegaskan bahwa Yu Qilin hanya nampaknya pemberani dan liar saja, namun diam-diam merasa tegang dan ketakutan. Ia makin merasa geli.

"Ada apa?"

Yu Qilin cepat-cepat melompat keluar dari pelukannya.

"Hehehe, apa itu namanya......apa itu namanya, oh iya, kita belum minum arak pernikahan!"

Bab XXVI Sesuai Dengan Maksud Hatimu Angin malam tiba-tiba bertiup membawa wangi dupa, di halaman depan Wisma Jin tawa gembira dan suara-suara riang masih terdengar.

Nyonya Jin berjalan seorang diri ke kamarnya sambil menenteng lentera tanpa membawa pelayan.

Ketika ia mendekati Taman Yiran miliknya, ia mendengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa di belakang dirinya.

Suara langkah kaki ini sangat akrab dengannya, Nyonya Jin merasa lega, tanpa berpaling, ia bertanya.

"Sudah beres?"

"Sudah", orang itu melangkah ke depan, ternyata ia memang Gu Daniang.

"Furen, obat sudah diminumkan pada shaoye". Sambil berbicara, ia mengambil lentera dari tangan Nyonya Jin.

"Hmm", wajah Nyonya Jin nampak lelah.

"Apa kau melihatnya meminumnya?"

Gu Daniang berkata.

"Aku melihat shaoye meminumnya sampai habis, aku berkata padanya bahwa itu adalah sup penghilang mabuk. Hari ini shaoye minum banyak arak". Nyonya Jin melangkah ke tengah Taman Yinran, lalu duduk di sebuah bangku batu dan berkata.

"Yuanbao kutekan untuk menikah, dalam hatinya ia tentu sangat tak ingin melakukannya, akan tetapi ini adalah pernikahan yang dianugerahkan oleh ibu suri, tak boleh ada kesalahan sedikit pun. Tak ada pilihan lain, aku terpaksa memakai akal bulus ini untuk membuat Yuanbao berubah pikiran".

"Furen, angin disini dingin, apa sebaiknya furen tak kembali ke kamar?", Gu Daniang menasehatinya.

"Tak ada jeleknya", sambil mengayun-ayunkan tangannya Nyonya Jin berkata.

"Aula perjamuan itu sempit dan ribut, aku sedang mencari angin di sini". Gu Daniang tak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa menuruti kehendaknya. Namun ia juga melihat bahwa rasa khawatir di wajahnya tak berkurang, maka dengan lembut ia menghiburnya.

"Furen jangan khawatir, orang muda pada dasarnya berdarah panas, pepatah kuno berkata, sehari menjadi suami istri, seratus hari saling mencintai, kalau ditambah dengan obat kuat ini, asalkan malam pengantin hari ini memuaskan, bukankah kedua orang muda itu setelah ini akan bagai madu bercampur minyak?"

"Kuharap begitu", mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin tersenyum lega.

"Xiaocui, malam ini kau sudah cukup bekerja keras, pergilah ke depan kamar pengantin Yuanbao. Carilah tahu apa yang terjadi".

"Baik", jawab Gu Daniang, lalu ia kembali berkata.

"Kalau begitu......bagaimana kalau laonu pergi dulu untuk melihat-lihat keadaan?"

"Baik", Nyonya Jin mengangguk-angguk. Setelah Gu Daniang meninggalkan Taman Yinran, ia langsung pergi ke kamar pengantin Jin Yuanbao. Setibanya di depan kamar pengantin, Gu Daniang memastikan bahwa di segala penjuru tak ada orang, lalu diam-diam melangkah ke depan jendela kamar dan menelungkup di depannya sambil mendengarkan suara-suara dari dalam kamar. Ia mendengar bahwa di dalam kamar Yu Qilin sedang minum arak pernikahan dengan ramai. * Di dalam kamar, Yu Qilin sedang minum dua gelas arak sendirian, dengan gigih ia menenggaknya sampai tandas karena ingin menambah keberaniannya dengan minum arak keras. Jin Yuanbao yang sehari-hari biasa menyelidiki kasus-kasus kriminal memiliki sepasang mata yang pandai menilai orang, melihat wajahnya, ia sudah tahu apa maksudnya. Ia segera mengangkat gelas arak dengan santai, sambil memutar-mutar gelas arak itu dengan ujung jarinya, ia bertanya.

"Apa kau tahu bagaimana seharusnya arak pernikahan diminum?"

Yu Qilin bersedekap, lalu berkata.

"Memang......memang begini caranya. Apa kau belum pernah makan daging babi atau melihat babi berjalan?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya sambil menggeleng dengan perlahan.

"Benarkah?", Yu Qilin nampak ragu-ragu.

"Kebiasaan di tempat lain memang begitu, tapi di Wisma Jin kami tidak. Menurut kebiasaan di Wisma Jin, saat minum arak pernikahan, pengantin pria harus meminumkannya kepada pengantin wanita".

"Meminumkannya?", Yu Qilin agak terkejut.

"Meminumkannya bagaimana?" Jin Yuanbao tersenyum jahat, lalu mendongak dan menenggak segelas arak, namun ia tak menelannya dan malah mengulumnya, lalu mengerucutkan bibirnya ke arah Yu Qilin.

"Kau, apa yang kau lakukan?", dengan tercengang Yu Qilin memandang wajah tampan Jin Yuanbao, saking kagetnya ia pun mundur beberapa langkah ke belakang. Melihatnya kembali menghindar, sambil tersenyum Jin Yuanbao menelan arak di dalam mulutnya, lalu mengodanya.

"Bagaimana? Tak mau minum arak pernikahan? Tanpa minum arak pernikahan kita tak bisa bermalam pengantin". Yu Qilin menelan ludahnya.

"Apa tak ada cara lain untuk minum arak pernikahan?"

"Ada". Senyum Jin Yuanbao bertambah lebar.

"Cepat katakan!"

"Kau yang meminumkannya padaku".

"Hah!", mendengar perkataannya, Yu Qilin terkejut dan langsung menutupi mulutnya. Melihatnya, Jin Yuanbao tak lagi berbicara, melainkan hanya tersenyum dan minum segelas arak. Ia pun memandang Yu Qilin dengan nakal. Melihat senyumnya yang menyebalkan itu, Yu Qilin hampir tak bisa menahan diri untuk tak memukulnya! Akan tetapi, akan tetapi, kalau mereka tak bermalam pengantin dan menanggalkan pakaian, ia mana bisa melihat benda itu...... Baiklah! Apa boleh membunuhnya! buat! Sebuah ciuman tak akan Setelah berpikir demikian, Yu Qilin mengambil keputusan, ia menggertakkan giginya, lalu berkata.

"Baik! Ayo minum!"

Setelah berbicara, ia mengisi gelas Jin Yuanbao hingga penuh, dengan gagah berani memasukkan arak itu ke dalam mulutnya, lalu sambil meneguhkan hati ia berbalik, namun begitu melihat wajah Jin Yuanbao yang tersenyum nakal, keberanian yang baru saja diperolehnya pun menghilang.

Dalam keadaan tegang.

"Glek!", arak itu pun tertelan olehnya.

"Ah.....", ujar Jin Yuanbao sambil tersenyum. Yu Qilin merasa kesal, namun ia terpaksa menggertakkan giginya dan berkata.

"Sekali lagi!"

Ia sekali lagi mengumpulkan keberanian dan minum segelas arak lagi, akan tetapi, ketika ia menoleh untuk memandang Jin Yuanbao, ia tak bisa menahan diri dan kembali menelan arak itu.

Melihatnya berkali-kali mengumpulkan keberaniannya dan berkali-kali pula mundur teratur, Jin Yuanbao merasa amat sukar menahan tawanya! Setiap kali Yu Qilin berbalik dan minum arak, ia kegirangan, namun begitu Yu Qilin berpaling, ia cepat-cepat berpura-pura serius sambil menunggunya memberi minum arak kepadanya.

Setelah minum bergelas-gelas arak, ternyata Yu Qilin telah membuat dirinya sendiri mabuk! "Apa yang kau lakukan?", mata Yu Qilin bagai berkabut karena mabuk, dengan ragu-ragu ia memandang Jin Yuanbao.

"Melakukan apa?", Jin Yuanbao memandangnya dengan geli.

"Mana ada pengantin baru seperti kau ini? Kau ingin bermalam pengantin atau ingin minum arak?"

"Bah!", Yu Qilin mengibaskan tangannya.

"Bukan......bukan! Aku......aku ingin membuka pakaianmu! Kau! Cepat......cepat copot pakaianmu!"

Begitu arak mengalir, kebenaran pun muncul, namun Jin Yuanbao menduga bahwa Yu Qilin hanya berpura-pura berani. Melihat wajahnya saat terus menghindarinya, Jin Yuanbao merasa geli, kenakalannya muncul dan ia pun memeluknya.

"Ah ------", dengan kesal Yu Qilin meronta untuk membebaskan diri. Namun jari jemari tangan Jin Yuanbao menekan kepalanya ke dadanya sendiri sehingga Yu Qilin seakan terkubur di dadanya, lalu ia kembali tersenyum nakal dan berkata.

"Apakah kau sudah memutuskan untuk membuka pakaianku?" "Hmm......", dengan bingung Yu Qilin mengedip-kedipkan matanya, lalu memandangnya, namun ia tak tahu betapa lucu dan menawannya dirinya yang sedang linglung karena mabuk itu. Ah, benar, buka baju. Lihat tanda lahir! Yu Qilin menggelenggelengkan kepalanya sambil mengingat-ingat tujuannya. Mendadak dengan sekuat tenaga ia melepaskan diri dari pelukan Jin Yuanbao, mencengkeram bajunya, lalu berbalik dan menindihnya di atas meja bundar. Dalam sekejap mata.

"Prang!", cawan teh dan piring-piring yang berada di atas meja pun terjatuh dan pecah berkeping-keping. Ketika Gu Daniang yang berada di luar kamar mendengar suara itu, ia cepat-cepat menutupi mulutnya untuk menahan tawa, pasangan muda itu benar-benar ribut! Akan tetapi di dalam kamar, Yu Qilin sudah tak perduli apa-apa lagi dan dengan sebisanya berusaha membuka ikat pinggang Jin Yuanbao. Namun dalam keadaan kacau itu, ia malahan tak tahu bahwa karena gerakannya, pakaian pengantinnya yang berwarna merah terang malahan sedikit demi sedikit terbuka, karena ia terus bergerak-gerak, kerahnya pun makin lama makin menganga. Jin Yuanbao mengarahkan pandangannya ke bawah dan memandanginya, pandangan mata itu, bagaimanapun juga, dengan bandel jatuh ke kerah Yu Qilin yang agak terbuka. Karena pengaruh alkohol, lehernya yang putih bersih menjadi berwarna merah jambu yang cantik, sedangkan sepasang tulang selangka di bawah lehernya yang menonjol dan lurus menjadi makin indah. Dan dia, yang merayap sambil bergoyang-goyang di atas dirinya sendiri, entah bermaksud apa.... Dan karena goyangan itu, belahan dadanya samar-samar terlihat..... Hawa panas yang sulit dikendalikan dalam sekejap pun memenuhi udara. Dengan sekuat tenaga ia berusaha mengendalikan perasaan aneh yang timbul dalam dirinya dan mendorong Yu Qilin. Ia bangkit dan mengeluh dengan pelan, lalu mengangsurkan tangannya untuk menutup kerah Yu Qilin yang terbuka.

"Kau sudah sadar". Hanya langit yang tahu, bahwa ia mengucapkan perkataan ini dengan amat sukar! "Jangan macam-macam!", dengan marah Yu Qilin mengibaskan tangannya.

"Jangan menghalangiku membuka bajumu!"

Sambil berbicara ia terus mengerayanginya, hendak membuka pakaiannya, akan tetapi pakaiannya rumit, ikatan ikat pinggangnya sangat erat, hal ini membuatnya sangat kesal.

Yu Qilin mana tahu, bahwa si Jin Yuanbao ini, sebelum memasuki kamar pengantin, ternyata telah mempunyai ide nakal untuk mengikat mati semua ikatan di pakaiannya! Ia sama sekali tak bermaksud untuk bermalam pengantin! Saat ini, Yu Qilin sendiri sudah pusing karena terlalu banyak minum, selain itu ia juga tak tahu bagaimana caranya membuka pakaian lelaki, apalagi kalau semuanya diikat mati, sampai kepalanya penuh keringat dingin pun ia masih tak bisa membukanya.

"Kau......", lidah dan mulut Jin Yuanbao makin kering, ia tak kuasa berkata apa-apa. Perempuan ini, apakah tak tahu apa yang sedang diperbuatnya sendiri? Ia jelas-jelas sekuntum bunga putih, namun berkeras untuk berpura-pura menjadi perempuan yang berani dan liar? Benar-benar lucu! Jin Yuanbao mengulirkan matanya, ia sebenarnya Yu Qilin hendak berbuat apa.... hendak melihat Akan tetapi, perempuan ini..... Saat ini penampilannya dengan rambut yang berantakan dan kerah yang terbuka benar-benar mempesona! Wajahnya, lehernya, dadanya.....semuanya merona merah, cantik sekali..... Yu Qilin sendiri malahan sama sekali tak sadar, bahwa sepasang tangan kecil terkutuk itu masih mengerayangi tubuhnya dan menarik-narik ikat pinggangnya sendiri! Jin Yuanbao merasa bahwa hawa panas dalam tubuhnya makin menghebat, di dahinya telah muncul butiran-butiran peluh yang amat kecil. Akhirnya ia tak kuasa menahan dirinya lagi, sekonyong-konyong ia menangkap tangan Yu Qilin.

"Jiang Xiaoxuan! Jangan membuat susah diriku lagi!"

Mendengar perkataannya itu, dengan mengangkat kepalanya, lalu mengerutkan "Siapa yang membuatmu susah? Aku sesuatu yang memang sudah seharusnya tanganku!"

Bingung Yu Qilin alisnya yang cantik, sedang melakukan dilakukan! Lepaskan "Jiang Xiaoxuan!", Jin Yuanbao terus mencengkeram tangannya, ia merasakan bahwa tangan yang langsing dan putih dalam genggamannya sedingin es, tepat sekali untuk mendinginkan hawa panas dalam dirinya.

"Lepaskan tanganku!", Yu Qilin terus meronta-ronta.

"Kau kuperingatkan, kalau kau terus begini, aku tak akan bersikap sopan lagi dan akan benar-benar bermalam pengantin denganmu!"

"Masa bodoh kau bersikap sopan atau tidak, pokoknya aku akan mencopot pakaianmu dulu!"

"Kau!", sambil mengerutkan keningnya Jin Yuanbao menatapnya, namun tak nyana, ketika matanya bertemu dengan sepasang mata besar yang kabur dan linglung itu, bulu matanya yang lentik berkilauan menenggelamkannya! Tiba-tiba, kerah yang longgar itu melorot ke bawah dan memperlihatkan separuh bahunya yang harum. Kulitnya seputih lilin.....

"Duk!"

Jin Yuanbao merasakan sebuah arus panas naik dari perut bawahnya dan dalam sekejap mata menerjang ke dalam otaknya! Yang berada di hadapannya ini adalah istri yang telah dinikahinya dengan sah! Dirinya yang penuh nafsu, bagaimana bisa mengendalikan dirinya lagi? Baiklah, Jiang Xiaoxuan, karena kaulah yang menggodaku, aku akan menuruti kemauanmu! Sambil berpikir demikian, Jin Yuanbao membopongnya, lalu berjalan beberapa langkah ke ranjang, kemudian tanpa basabasi melemparkannya ke atas ranjang.

"Ah!", Yu Qilin berseru kaget, ia sudah agak sadar dari mabuknya, namun ia melihat bahwa orang yang berada di hadapannya ini sepasang matanya kemerahan dan napasnya terengah-engah, dan ia melihat dirinya seperti seekor binatang buas yang memandang mangsanya. Ia langsung merasa panik.

"Jin, Jin Yuanbao, apa yang akan kau lakukan?" Jin Yuanbao tak memperdulikan apapun dan langsung menerjang dirinya, wajahnya amat dekat dengan wajahnya sendiri, ia menatap dirinya dan berkata.

"Bermalam pengantin!"

Sambil berbicara, ia mulai membuka bajunya.

"Kau tunggu dulu!", dengan ketakutan Yu Qilin meronta dan berkata.

"Jin Yuanbao, tunggu dulu!"

Jin Yuanbao tertawa mengejek, ternyata ia memang seekor macan kertas! Tapi.....sekarang, kau sendiri yang mengundang bencana, maka kau harus menanggung akibatnya sendiri! Ia tak menghentikan gerakan tangannya dan terus membuka bajunya.

"Tunggu dulu!", Yu Qilin berusaha sekuat tenaga membebaskan diri, ia membalikkan tubuhnya dan menduduki Jin Yuanbao, sepasang tangannya melemparkan ikat pinggangnya. Dengan kesal ia berkata.

"Untuk apa buru-buru begini? Biarkan aku membuka bajumu dulu". Setelah berbicara, ia kembali bergumul dengan baju Jin Yuanbao hingga kepalanya bermandikan keringat. Melihatnya bekerja dengan kalang kabut namun dengan memancarkan cahaya musim semi, Jin Yuanbao tak kuasa menahan dirinya lagi, ia mencengkeram tangan Yu Qilin, lalu berseru dengan suara parau.

"Dasar tolol! Membuka pakaian saja tak bisa! Biar aku saja!" Mendengar perkataannya, dengan patuh Yu Qilin menghentikan gerakan tangannya dan memandangnya. Namun tak nyana.

"Sret!", lawan bicaranya ternyata merobekrobek baju pengantin merah terangnya sendiri! Melihat baju atasannya yang berwarna merah melayang-layang di angkasa dan terjatuh ke lantai, Yu Qilin tercengang, lalu naik pitam.

"Jin Yuanbao, kau maling cabul!"

Sebelum Yu Qilin sempat menyelesaikan perkataannya, Jin Yuanbao telah dengan gesit menindihnya di bawah tubuhnya. Yu Qilin berseru kaget.

"Maling cabul, lepaskan aku!"

Jin Yuanbao memandanginya, ia tak tahu ia harus menangis atau tertawa.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Siapa yang tergesa-gesa ingin bermalam pengantin? Sekarang aku si tuan muda ini akan membantumu mencapai tujuanmu!"

Setelah berbicara, Jin Yuanbao buru-buru membuka pakaiannya sendiri.

Akan tetapi, kaki dan tangannya terasa lemas, pikirannya kacau, seperti mabuk kepayang, ia ingin menerkamnya, mengigitinya, mendekapnya, hendak......bersatu dengannya.

Dengan ugal-ugalan, ia mengerahkan tenaganya dan mencabikcabik bajunya sendiri, lalu melemparkannya ke lantai.

Kulit yang berwarna seperti gandum, dan otot-otot yang kuat, dalam sekejap muncul di hadapan mata Yu Qilin.

Ia mengawasinya, tak nyana tak lagi melawan......lalu menelan ludahnya.

Namun Yu Qilin mendadak tersadar dan teringat pada tujuannya semula, ia segera melompat turun dari ranjang dan menarik celana Jin Yuanbao sambil mengerutu.

"Buka baju macam apa ini? Apa kau tak tahu kau harus buka celana dulu?"

Melihat kejadian itu, dengan amat kesal Jin Yuanbao kembali menariknya ke arahnya dan mendorongnya ke atas ranjang! Saat ia menariknya, pakaian dalam Yu Qilin juga ikut tertarik hingga terbuka.

Sekarang separuh bahu harum Yu Qilin dan dudounya telah setengah terbuka, cahaya musim semi pun memancar dengan gencar.

Ia cepat-cepat mengangsurkan tangannya untuk melindungi pakaian dalamnya, namun tak nyana, Jin Yuanbao malah menjulurkan tangannya dan mencengkeram kedua tangannya, lalu menelikungnya di atas kepalanya.

"Kau......", Yu Qilin murka! Namun dalam sekejap mata, napasnya seakan berhenti! Napas yang panas membara menerpa wajahnya, sepasang bibir yang hangat dan lembut membuatnya menelan perkataannya sendiri..... Seakan tersambar geledek, sekujur tubuhnya terasa lemas dan mati rasa! Ia terpana.....sepasang tangannya yang ditelikung olehnya, seketika itu juga mengepal erat-erat! "Mmm...."

Setelah tersadar, Yu Qilin baru tahu bahwa seseorang telah menciumnya, ia pun langsung meronta-ronta.

Akan tetapi bibir itu masih menempel di bibir mungilnya, dan terus mengeliutgeliut di bibir atasnya, terkadang mengigitnya dengan lembut, terkadang mengulum atau menjilat.

Begitu ia merasa hampir tercekik karena ciuman itu, Jin Yuanbao tiba-tiba melepaskannya.

Ia pun cepat-cepat menarik napas panjang, namun begitu udara yang sejuk masuk ke dalam hidungnya, sebuah lidah yang licin dan lunak memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusup ke dalam mulutnya......

Yu Qilin merasa dirinya seakan tercebur ke dalam air, bau seorang lelaki seperti gelombang air danau yang tiba-tiba menyergap dan menengelamkannya, membuatnya tak dapat bernapas.

Akan tetapi Jin Yuanbao seakan tak kenal puas, tak hentihentinya menuntut, tak henti-hentinya mengunakan kekuatannya......

Akhirnya, ia pun melepaskan dirinya.

Ia cepat- cepat mengambil kesempatan untuk bernapas dalamdalam, udara yang sejuk pun menerjang masuk ke dalam dadanya, membawa sebuah perasaan aneh yang membuatnya merasa pusing.

Yu Qilin merasa malu sekaligus marah, untuk sesaat, ia bahkan sampai lupa menggunakan ilmu silatnya.

Akan tetapi dia justru menciumi lehernya, menuju ke dadanya! "Jin Yuanbao, kau keparat! Jangan sentuh aku! Lepaskan aku!"

"Oh?", Jin Yuanbao mengangkat kepalanya dan memandangnya, matanya nampak linglung, juga seakan mabuk kepayang, di bawah sinar lentera yang remang-remang, wajahnya bertambah tampan dan liar. Yu Qilin merasa agak panik. Dengan suara parau Jin Yuanbao berkata.

"Ini semua gara-gara kau, kalau kau ingin berhenti, sudah terlambat!"

"Tidak.......tak bisa!"

Dengan sekuat tenaga Yu Qilin merontaronta untuk menghentikan Jin Yuanbao, akan tetapi bagaimanapun juga ia adalah seorang lelaki, tenaganya amat besar, ketika mereka sedang bergumul, pakaian dalam Yu Qilin makin lama makin berantakan, dan lalu digigit olehnya hingga terbuka! Habislah, habislah! Yu Qilin merasa tubuhnya yang telanjang hanya terpisah satu cun dari tubuh Jin Yuanbao yang seputih gandum, makin lama makin panas, makin lama makin membara.

Yu Qilin tiba-tiba teringat pada senjata rahasia yang sudah dipersiapkannya, ia berusaha untuk mengapainya, namun setiap kali ia hampir berhasil mendapatkannya, Jin Yuanbao selalu kembali menariknya! Tiba-tiba, perasaan lemas dan mati rasa memancar dari dadanya! "Oh......."

"Jangan! Tak boleh!"

Dalam sekejap Yu Qilin tersadar, melihat dirinya telah separuh telanjang di bawah tubuh Jin Yuanbao, tanpa ragu-ragu sedikitpun, dengan sekuat tenaga ia menarik tangannya, lalu meninjunya keras-keras! Tinju ini kekuatannya sangat besar dan mendarat dengan telak! Jin Yuanbao memandangnya sambil tertegun, darah bercucuran dari hidungnya......

"Awas kalau kau berani menganiayaku lagi!"

Dengan garang Yu Qilin menarik bajunya sendiri hingga kembali tertutup.

Dengan wajah tercengang Jin Yuanbao menatapnya, setelah itu ia mengangsurkan tangannya untuk mengelus-elus hidungnya, darah pun memenuhi tangannya itu.

Seketika itu juga, pengaruh arak, obat dan rasa mual karena melihat darah serentak muncul, sepasang matanya terbalik, lalu ia pun jatuh pingsan.

"Hei! Kau jangan pingsan!", teriak Yu Qilin dengan cemas.

"Kalau harus pingsan juga jangan ambruk di atas tubuhku!"

Yu Qilin berusaha mati-matian mendorongnya, akan tetapi walaupun lawan pingsan, ia masih menempel dengan kencang di tubuhnya seperti seekor gurita.

"Bangsat!", Yu Qilin menggertakkan giginya.

"Benar-benar titisan setan cabul!"

Ia teringat pada hal yang akan dilakukannya, sambil menggertakkan gigi ia berusaha mendorongnya, namun Jin Yuanbao begitu berat seperti seekor babi mati saja! Selain itu, karena meronta-ronta saat mabuk tadi, Yu Qilin telah kehabisan tenaga, bagaimanapun juga ia tak bisa mendorong Jin Yuanbao yang terkulai di atas tubuhnya.

Leher Yu Qilin yang mendongak ke atas terasa nyeri, dengan gelisah dan kesal ia berbaring, namun Jin Yuanbao masih menelungkup di atas dadanya, darah dari hidungnya menetesnetes ke dudounya yang berwarna merah terang.

"Menyebalkan sekali!"

Yu Qilin marah sekaligus cemas, ia merasa bahwa malam ini ia benar-benar kalah telak.

Darah dari hidungnya yang mengalir ke tubuhnya seakan tak berhenti-berhenti.

Yu Qilin merasa sebal, ia meraba-raba sekenanya, ternyata di bawah tubuhnya masih ada sehelai sapu tangan! Maka ia segera menarik sapu tangan itu, memelintirnya, lalu menjejalkannya ke dalam lubang hidung Jin Yuanbao.

Melihat wajah mengenaskan Jin Yuanbao yang hidungnya disumpal, Yu Qilin merasa bahwa ia sangat terhina! Selain itu saat ini ia juga kelaparan, kelelahan, dan tak berdaya, dan hanya bisa menjerit dengan penuh kekesalan.

"Ah -----"

Di tengah malam yang sunyi senyap itu, teriakan memilukannya makin jelas terdengar. Gu Daniang yang menguping di pintu tentu saja mendengarnya dengan amat jelas, ia pun segera bertepuk tangan dan menghentakkan kakinya dengan girang, katanya.

"Hei, kita berhasil! Aku akan melapor pada nyonya!"

Setelah berbicara ia berlari-lari kecil menuju ke kamar Nyonya Jin. Setelah lama mengeliat kesana kemari, Yu Qilin kehabisan tenaga. Ia mendorong-dorong Jin Yuanbao yang menelungkup di atasnya seraya berseru.

"Hei? Hei! Kau bangunlah! Ayo bangun!"

Akan tetapi, setelah ia berteriak beberapa kali, Jin Yuanbao sama sekali tak menjawab.

Akhirnya, Yu Qilin juga ikut kelelahan dan tak dapat bertahan lagi......maka ia pun terpaksa tidur berhimpitan dengan Jin Yuanbao.

Bab XXVII Sepasang Pengantin Baru Sinar mentari pagi perlahan-lahan menyebar dari cakrawala, kegelapan malam pun sedikit demi sedikit tersibak.

Sinar mentari yang lembut menembus kisi-kisi jendela dan masuk ke dalam kamar, namun kamar pengantin yang dihiasi kain sutra yunjin merah itu nampak berantakan.

Poci arak terbalik, pakaian pengantin berwarna merah berserakan di lantai, sama sekali tak seperti sebuah kamar pengantin yang mewah dan indah, malahan seperti sebuah medan pertempuran.

Kicau burung yang merdu terdengar, seperti bunyi genta yang menganggu orang dan membangunkan Jin Yuanbao dari tidur nyenyaknya.

Jin Yuanbao merasa kepalanya sakit bukan kepalang, walaupun ia merasakan sinar mentari yang terang benderang itu, dan tahu bahwa hari sudah terang, namun ia tak kuasa membuka matanya.

Rupanya kemarin malam ia kebanyakan minum arak? Berpikir demikian, Jin Yuanbao makin enggan lagi membuka matanya, dan hendak tidur-tidur ayam beberapa saat lagi.

Akan tetapi, ia merasakan ada sesuatu yang luar biasa.

Kenapa bantalnya hari ini begitu empuk? Ia menjulurkan tangannya dan mencubiti 'bantal' itu.

Selain itu.....kenapa tangannya terasa begitu nyaman? Hangat, lunak, bulat......seperti......seperti.....

Hah?! Jin Yuanbao seakan teringat akan sesuatu, ia cepat-cepat membuka matanya dan mendapati dirinya sedang menelungkup di atas sebuah dada seputih salju yang lunak, sedangkan salah satu tangannya pun dengan nakal meremas sebuah 'kelinci putih kecil'nya yang bulat dan lunak! Hatinya terkesiap, dengan perlahan-lahan, ia mengalihkan pandangannya dari tempat yang tak boleh dilihatnya itu dan melihat seraut wajah jelita berkulit putih bersih yang sedang tertidur.

Sinar mentari menyinari wajahnya, wajah itu bersih tak berbulu sedikit pun, mungkin karena sebelum upacara pernikahan ia telah membersihkan wajahnya.

Sinar mentari jatuh di wajahnya sehingga kulit wajahnya seakan menjadi tembus pandang, begitu cantik sehingga ia seakan bukan seseorang yang nyata.

Tiba-tiba, bulu matanya bergerak-gerak, bagai kupu-kupu yang sedang mengepakkan sayapnya, dan kembali bergerakbergerak.

Perlahan-lahan ia membuka matanya.

Sepasang mata yang secemerlang bintang, muncul di depan matanya.

Mata itu nampak agak kebingungan.

Agak bimbang, seakan belum terbangun dari mimpi.

Untuk sesaat Jin Yuanbao tak sadar bahwa dirinya sedang memandanginya dengan tergila-gila.

Dan Yu Qilin yang perlahan-lahan tersadar, setelah tertegun sesaat, juga mendapati bahwa keadaan itu tak disukainya! Bagaimana sampai ada seorang lelaki yang menelungkup di atas tubuhnya! Lagipula, tangan lelaki itu juga dengan sangat kurang ajar memegang dadanya! Dan yang paling parah, dirinya pun sedang dalam keadaan setengah telanjang! "Ah -----"

Yu Qilin menjerit dengan suara melengking, cepat-cepat mendorongnya dan menarik selimut, lalu mundur ke sudut ranjang. Saat itu Jin Yuanbao pun ikut tersadar, ia cepat-cepat duduk, lalu tanpa berpaling ia berkata dengan jengah.

"Aku, aku juga tak tahu....."

Tiba-tiba, sebuah kabut putih menerpa wajahnya, Jin Yuanbao tak sempat menghindar, dan seluruh wajahnya pun terkena kabut putih itu. "Ha -- ching, ha --- ching!"

Jin Yuanbao berkali-kali bersin.

"Barang apa ini?"

Yu Qilin membuang bungkusan bubuk merica di tangannya, lalu mengertakkan giginya dan memaki.

"Jin Yuanbao, kau maling cabul yang rendah, tak tahu malu dan mesum, keparat, bergajul!"

"Ha --- ching!"

Jin Yuanbao bersin keras-keras, saat ini nampaknya ia benar-benar telah sadar. Ia pun sudah agak ingat apa yang terjadi kemarin malam, maka ia pun segera membalas dengan gusar.

"Aku seorang bergajul? Kemarin malam jelasjelas kaulah yang mengodaku!"

Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin makin marah.

"Siapa yang mengodamu? Jelas-jelas kaulah yang menganiayaku!"

Jin Yuanbao mengambil handuk yang tersampir di tepi ranjang. Sambil menyeka wajahnya ia berkata dengan marah.

"Kaulah yang dengan tak tahu malu mengodaku dahulu, benar kan?"

"Cis!", Yu Qilin meludahinya.

"Aku mengodamu? Nenekmu, kapan kau melihatku mengodamu?!"

"Kedua mataku melihatnya!", setelah membersihkan bubuk merica dari wajahnya, Jin Yuanbao merasa sedikit lebih enak.

"Bukankah kau yang menari di hadapanku, dan juga menyuruhku minum arak? Kau ini, kalau tidak mengodaku lalu sedang berbuat apa?" Ketika berbicara sampai di sini, Jin Yuanbao mendadak teringat akan sesuatu hal. Walaupun wanita di hadapannya ini benarbenar jelita, akan tetapi ia Jin Yuanbao bukan orang yang belum berpengalaman, kenapa begitu melihatnya ia lantas tak dapat mengendalikan dirinya? Apakah...... Dengan gusar ia melihat ke arah Yu Qilin, lalu berkata dengan kesal.

"Apakah kau memasukkan obat ke dalam arak itu?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan wajah keheranan, Yu Qilin berkata.

"Memasukkan obat apa?"

Melihat wajahnya, Jin Yuanbao tertegun, lalu kembali mengingat perasaannya kemarin malam.

Perasaan panas membara itu, perasaan bergairah itu.....pasti disebabkan karena obat! Ia kembali memandang raut wajahnya yang tanpa dosa itu dan makin naik pitam.

"Kau berpura-pura tak tahu apa-apa, tapi kepandaianmu ternyata sangat hebat!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin tak mampu menahan tawa sinisnya. Orang ini jelas-jelas seorang bergajul cabul, namun setelah tertangkap basah masih takut ditelanjangi, dan masih mau menumpahkan pispot di kepalanya, maka ia pun segera menyangkalnya.

"Kepandaianmu menjebak orang juga sangat lihai!"

"Kalau tak kau memberiku obat, aku mana bisa lepas kendali seperti itu? Tak nyana nona keluarga Jiang dapat menggunakan tipu muslihat rendah seperti itu!" "Kau!", Yu Qilin begitu geram hingga ingin berkelahi, akan tetapi ia menarik selimutnya ke atas, begitu teringat bahwa ia tak memakai baju, ia segera membungkus dirinya dengan selimut itu seraya berkata dengan gusar.

"Aku bisa menanggung penderitaan dan kesusahan, tapi aku tak bisa diperlakukan dengan tak adil!"

"Apa? Setelah perbuatanmu dibeberkan kau masih mau melawan?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Kau marahmarah saking malunya!"

Mendengar perkataan itu, api kemarahan membakar hati Yu Qilin, ia langsung menyingkapkan selimut itu dan melompat, memungut pakaian pengantin yang tergeletak di lantai, lalu dengan sembarangan menyampirkannya di tubuhnya, setelah itu ia menerjang ke arah Jin Yuanbao.

"Terimalah tiga bogem mentah dari nona ini, baru bicara!"

Melihatnya, Jin Yuanbao cepat-cepat menghindar, mereka berdua berputar-putar mengitari meja.

"Kalau kau punya kepandaian jangan kabur!"

Yu Qilin berkata dengan gusar.

"Kalau kau punya kepandaian kejar saja aku!"

"Kau!", dengan geram Yu Qilin tiba-tiba menarik taplak meja, lalu meremasnya menjadi sebuah bola dan melemparkannya ke arah Jin Yuanbao, Jin Yuanbao tak sempat menghindar dan tertutup rapat-rapat olehnya, karena tak berhati-hari, kakinya entah menginjak benda apa dan ia pun terjerembab ke lantai. Tanpa ampun lagi Yu Qilin langsung menerjang ke depan, lalu menaruh pantatnya di punggungnya dan menekannya keraskeras hingga tak bisa bergerak. Sambil tersenyum lebar ia menarik taplak meja itu seraya berkata.

"Kau tahu kenapa jurus ini disebut menanggung berat Taishan? Dengan kepandaianmu yang seperti ini kau ingin main petak umpet denganku? Jin Yuanbao, apakah sebaiknya setelah aku meninjumu tiga kali kau memanggiku nenek tiga kali, atau apakah setelah memanggilku nenek tiga kali kau kutinju tiga kali....."

"......"

Jin Yuanbao amat gusar, ia tak mau memandangnya, akan tetapi setelah pandangan matanya jatuh di tempat lain, setelah itu ia tak dapat mengalihkannya lagi.

"Eh?", kenapa lama sekali tak menjawab?"

Yu Qilin merasa hal ini agak aneh.

"Hei, kau takut, ya? Aku sedang bertanya padamu!"

Jin Yuanbao masih tak bergeming, diam seribu bahasa. Yu Qilin merasa kesal.

"Eh, kau pura-pura tak memperdulikanku, ya?"

Sambil berbicara, ia mengayunkan tinjunya.

Tepat ketika tinju itu akan mendarat di kepala Jin Yuanbao, Yu Qilin menyadari Jin Yuanbao sedang menatap benda apa, maka ia pun mengikuti pandangan matanya.

Dilihatnya bahwa di sudut ranjang ada sehelai sapu tangan putih bersih, di sapu tangan itu bertebaran bercak-bercak darah berwarna merah terang.

Begitu Jin Yuanbao melihat sapu tangan itu, kepalanya langsung terasa kencang dan ia merasa tertekan.

Otaknya tak hentihentinya mengingat kembali kejadian kemarin malam.....mulai dari saat Yu Qilin menarikan tarian erotis itu, sampai ia minum arak, sampai dirinya dengan menggunakan 'cara barbar' membopongnya ke ranjang, sampai dirinya merobek-robek pakaian pengantinnya yang berwarna merah terang......

Setelah itu, ia tak ingat apa-apa lagi.....

Akan tetapi, dari gaya mereka berdua tidur pagi ini, dan dari fakta bahwa Yu Qilin terus menerus memanggilnya 'bergajul dan setan cabul', dan sekarang ditambah dengan sapu tangan berdarah itu......

Semua hal ini, sudah cukup untuk membuat orang dapat menyimpulkan.....apa yang terjadi setelah itu.

Ternyata, dirinya memang benar-benar seorang bergajul cabul.

Yu Qilin memandang sapu tangan itu, teringat akan sesuatu, lalu tiba-tiba tersadar, bukankah itu sapu tangan yang dipakainya untuk menyumbat darah dari hidung Jin Yuanbao kemarin? Celaka.....apakah Jin Yuanbao ingat bahwa dirinya meninjunya? Apakah ia sekarang hendak membuat perhitungan? Jin Yuanbao mengeser tubuhnya, lalu mendorongnya.

Dengan wajah yang penuh keruwetan ia memandangi Yu Qilin.

Habislah aku, nampaknya ia benar-benar ingin membuat perhitungan.

Yu Qilin mundur beberapa langkah, lalu mengelak.

"Kejadian.....kejadian itu.....bukan salahku.....", ia berpikir sejenak, lalu menambahkan.

"Semuanya ini salahmu!"

Tentu saja! Mendengarnya berkata demikian, ia makin yakin akan kesimpulannya sendiri. Hatinya amat kesal. Ia agak takut memandang matanya, tapi masih dengan keras kepala berkata.

"Kau perempuan ini.....telalu licik!"

"Licik?"

Yu Qilin seperti berada di dalam kabut tebal, dengan makin bingung ia berkata.

"Aku?"

"Hah!", dengan geram Jin Yuanbao berbalik dan mengenakan pakaian. Melihatnya, Yu Qilin mengangkat alisnya. Ia duduk di depan meja rias dan menyisir rambutnya, sambil menyisir rambut ia merasa bahwa dirinya memang lihai karena berhasil melewatkan malam pengantin dengan selamat, begitu berpikir sampai di sini, mau tak mau senyum mengembang di wajahnya. Jin Yuanbao yang sedang gusar, begitu melihat wajahnya yang tersenyum, mendadak merasa bahwa perempuan ini sangat tak tahu malu, setelah menggertakkan gigi dan menahan diri untuk beberapa saat, kata-kata itupun meloncat keluar dari mulutnya.

"Tak tahu malu!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin memandangnya sambil tersenyum sehingga dua baris gigi yang seputih kerang terlihat, lalu mengigit dua kali.

"Aku punya gigi, dan gigitanku lebih keras darimu".

"Dasar orang rendah!"

Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin mengambil cermin tembaga yang berkilauan didepannya seraya berkata.

"Benar, ini memang seorang rendah!"

"Hah!", Jin Yuanbao mendengus dengan dingin.

"Benar-benar kekanak-kanakkan!"

"Hah!", Yu Qilin menirukan dengusan dinginnya, lalu berpaling. Saat ini, terdengar suara pintu diketuk, yang lalu diikuti suara Xi er.

"Shaoye, Shao furen, nyonya berkata supaya pengantin baru secepat mungkin bersiap-siap, lalu pergi ke tempat nyonya untuk menghidangkan teh". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao cepat-cepat melangkah ke sisi pintu, membukanya, berjalan keluar dengan langkahlangkah besar, lalu berkata dengan suara nyaring.

"A Fu? A Fu! Siapkan air untuk mandi, dan pakaian ganti!"

Begitu melihat Jin Yuanbao pergi, Xi er cepat-cepat melangkah ke belakang Yu Qilin, lalu menyisir rambutnya.

"Kapan kita akan kabur?"

Yu Qilin tertegun sejenak, lalu berkata.

"Urusanku kemarin malam belum berhasil". Xi er mengerutkan keningnya dan berkata.

"Berapa lama lagi baru berhasil?"

"Beri aku waktu semalam lagi". Yu Qilin berpikir sejenak.

"Kau masih mau menunggu semalam lagi?!"

Xi er amat terkejut.

"Kemarin malam aku terkejut setengah mati mendengar jeritanmu". Dengan puas diri Yu Qilin tersenyum.

"Tentu saja kau belum mendengarnya, jeritannya lebih mengenaskan dibandingkan dengan diriku". Mendengar perkataannya itu, dahi Xi er makin berkerut, wajahnya memerah, lalu menjadi pucat, setelah beberapa lama, ia baru bertanya.

"Kalau begitu......kau sudah......atau belum....."

Melihatnya berbicara dengan terbata-bata, dengan tak sabaran Yu Qilin menjawab.

"Apakah kau ingin bertanya apakah ia telah mengambil keuntungan dariku atau belum?"

"Kalau begitu sebenarnya sudah atau belum?"

Dengan wajah acuh tak acuh Yu Qilin menjawab.

"Pokoknya aku tak rugi!"

"Tak rugi?", Xi er amat tercengang, mulutnya menganga dan untuk beberapa lama ia tak bisa berkata apa-apa.

"Iya, tak rugi sedikitpun". Xi er terbengong-bengong, setelah beberapa lama ia baru kembali bertanya.

"Apakah pengorbananmu yang begitu besar itu setimpal dengan hasilnya?"

"Kalau enggan mengorbankan anak, mana bisa menangkap serigala? Mengerti tidak!"

Alasan macam apa itu! Xi er tak kuasa berkata apa-apa, wanita ini benar-benar tak mengerti atau pura-pura tak mengerti? Dengan putus asa ia mengulirkan matanya, dalam nada bicaranya terkandung sedikit rasa muak.

"Saat menghidangkan teh untuk nyonya, kau sama sekali tak boleh salah sedikitpun".

"Menghidangkan teh?", Yu Qilin berpikir sejenak, lalu berkata dengan penuh percaya diri.

"Cuma menghidangkan teh saja, semua orang juga bisa!"

Bab XXVIII Tersesat Setelah sepasang pengantin baru itu mencuci muka dan berganti pakaian, tanpa mengajak seorang gadis pelayan mereka dengan cepat menuju ke aula utama Wisma Jin.

Kemarin kepala Yu Qilin tertutup kerudung, dan ia juga didorong kesana kemari, walaupun ketika berjalan ia dapat merasakan bahwa di Wisma Jin banyak orang, namun bagaimanapun juga ia belum melihatnya dengan mata dan kepalanya sendiri, sekarang ia merasa tercengang.

Hari ini, ia untuk pertama kalinya ia benar-benar memahami apa yang disebut sanak saudara keluarga kekaisaran dan apa yang disebut kekayaan yang menyamai milik negara.

Jalan setapak berlapis batu yang menghubungkan bangunan tempat tinggal Jin Yuanbao dengan taman bunga utama saja panjangnya seribu langkah lebih! Pola hiasan jalan setapak itu dibuat dari relief yang terbuat dari batu, hampir pada setiap langkah terdapat ukiran bunga teratai putih, maknanya adalah bahwa setiap langkah yang diambil memunculkan setangkai bunga teratai.

Di tembok putih di kedua sisi jalan setapak itu terdapat jendelajendela yang berbentuk seperti kipas, di balik jendela-jendela itu di kejauhan nampaklah bangunan-bangunan tempat tinggal yang berada di tengah telaga, airnya jernih dan berwarna hijau kumala, pemandangannya sangat indah.

Jalan setapak pun dibuat dengan begitu istimewa, Yu Qilin sulit untuk membayangkan apakah ada tempat yang lain yang lebih indah.

Namun, kekayaan dan kekuasaan seperti ini malah makin membuat Yu Qilin makin merasa tertekan.

Nyonya Jin menikmati kebahagiaan yang telah direbutnya ini, akan tetapi ibunya sendiri berada di hutan belantara di gunung yang terpencil, menanggung kesusahan, dan juga terpaksa menanggung penderitaan karena harus berpisah dengan putranya......
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hal ini tak dapat dibiarkan, tak perduli seberapa sulitnya, ia harus dapat mewujudkan impian sang bunda, kalau tidak ia tak bisa membalas budi ibunya yang telah berjerih payah selama bertahun-tahun lamanya.

"Cepat sedikitlah berjalan!", ketika Jin Yuanbao melihatnya agak termenung-menung, dengan kesal ia memperingatkannya. Hatinya gusar karena ia tak tahu apa yang terjadi saat malam pengantin kemarin, ia merasa bahwa wanita yang berjalan di belakangnya sangat licik, dan ia makin merasa sebal padanya. Setelah melihat wajahnya yang seperti orang kampung yang pertama kalinya masuk kota, ia makin merasa gelisah. Yu Qilin cepat-cepat mengendalikan dirinya, dengan kagum ia berkata.

"Halaman kalian benar-benar sangat besar".

"Hmm", sikap Jin Yuanbao sangat acuh tak acuh. Melihatnya nampak tak bersemangat menjawab, Yu Qilin tak berkata apa-apa lagi dan segera berlari-lari kecil mengikutinya berjalan di jalan setapak itu. Setelah melewati jalan setapak itu, mereka tiba di taman bunga utama yang menghubungkan halaman luar Wisma Jin dan kamar-kamar dalam tempat kediaman para wanita, di taman itu sama sekali tak ada bangunan, sepanjang mata memandang hanya ada tanaman dan gunung-gunungan, pemandangannya amat permai. Di atas tanah, diletakkan sebuah jalan setapak selebar satu zhang lebih yang dibuat dari lempengan-lempengan batu hijau yang lebarnya satu chi lebih, kedua sisi jalan setapak itu penuh tanaman perdu pendek berwarna hijau yang ia tak tahu namanya, di belakang tanaman perdu itu, nampaklah lapangan rumput yang hijau. Beberapa langkah di tengah lapangan rumput itu, diletakkan sebuah pemandangan miniatur yang terdiri dari batu-batu karang berbentuk aneh, yang membuat orang merasa berada di alam bebas. Di dalam taman itu terdapat sebuah kolam besar, di tengah kolam itu terdapat sebuah gunung-gunungan yang tingginya tiga zhang lebih, entah dengan cara bagaimana, dari puncak gunung-gunungan itu muncul air yang mengalir ke bawah, membentuk sebuah air terjun kecil yang mengalir dengan pelan, air terjun itu mengalir ke bawah mengikuti sebuah saluran yang sengaja digali untuk memperlebar aliran Sungai Qushui hingga sampai ke luar taman itu.

"Air terjun ini.....", Yu Qilin bertanya dengan keheranan. Jin Yuanbao meliriknya dan berkata.

"Di bawahnya ada mata air".

"Mata air?"

Yu Qilin mengkedip-kedipkan matanya, apakah mata air bisa menyembur begitu tinggi? "Hmm", Jin Yuanbao mengangguk pun tidak, hanya terus berjalan dengan cepat. Yu Qilin memandangi air terjun itu, lalu bertanya dengan sepintas lalu.

"Waktu kecil, apakah kau bermain sendirian di taman yang begitu luas ini?"

"Kenapa tidak?", Jin Yuanbao memandangnya dengan sikap merendahkan. Melihatnya sudah jauh meninggalkannya, Yu Qilin cepat-cepat berjalan mengikutinya hingga pantatnya bergoyang-goyang, lalu meneruskan pertanyaannya.

"Apakah keluargamu hanya punya anak kau seorang? Kau punya saudara-saudara lain tidak?"

"Hanya ada aku seorang". Jin Yuanbao merasa sangat tak sabar.

"Omong kosongmu banyak sekali". Setelah melewati telaga, Jin Yuanbao mengajaknya menuju ke gerbang taman utama kediaman para wanita yang dihiasi bungabunga yang mengelantung, dari atap gerbang itu tergantung tiang-tiang yang bentuknya seperti bunga teratai, selain itu atap gerbang pun dipenuhi ukiran berbagai macam bunga teratai dan daunnya, ada yang berupa kuncup bunga dan ada juga yang berupa bunga yang sudah mekar dan menampakkan benang sarinya. Setelah melewati gerbang bunga mengelantung itu, nampaklah sebuah taman yang sangat luas. Taman ini berbeda dengan taman yang sebelumnya, di sini tak ada ukiran golok dan kapak besar seperti yang terdapat di taman sebelumnya. Jalan setapak dari batu-batu besar di tengahnya membelah taman itu menjadi dua. Di sebelah kirinya terdapat danau buatan yang airnya bening, kemungkinan besar airnya berasal dari mata air yang terdapat di taman sebelumnya, sedangkan di sebelah kanannya terdapat berbagai macam bunga yang sedang bermekaran. Awal musim panas memang adalah saat bunga peoni sedang mekar dengan semarak-semaraknya. Setiap kuntum bunga peoni berlomba-lomba memamerkan kecantikannya; selain itu ada pula bunga peoni Yao Kuning dan Wei Ungu yang warnanya jarang terdapat, air danau musim semi yang hijau bergelombang, seorang sastrawan membawa tinta hitam, tiba-tiba Yu Qilin merasa bahwa matanya tak mampu melihat semuanya itu.

"Wah, bunga ini benar-benar indah, di gunung aku tak pernah melihat bunga seperti ini", Yu Qilin berkata dengan kagum. Melihatnya, Jin Yuanbao memandangnya merendahkan, dan tak lagi berbicara. dengan sikap Tiba-tiba, ia teringat akan perkataan yang baru saja diucapkannya, maka ia segera kembali bertanya.

"Kalau begitu......sejak kecil apakah kau punya saudara yang mati muda......atau saudara angkat?"

Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao mendadak berhenti melangkah, lalu memandangnya.

Ia sama sekali tak menduga bahwa Jin Yuanbao akan dengan tiba-tiba berhenti berjalan, Yu Qilin yang sedang asyik melihat bunga-bunga untuk sesaat tak waspada dan membenturnya.

Dengan kesal Jin Yuanbao mendorongnya, lalu berkata.

"Kau sudah selesai bermain-main, belum? Sebenarnya kau mau apa?"

Ungkapan perasaannya ini......tentunya menyadari ada sesuatu yang tak beres? bukan karena ia Yu Qilin agak terkejut, setelah itu ia tersenyum untuk bermanismanis padanya dan berkata.

"Walaupun kita sudah menikah, bukankah kita harus saling memahami dahulu? Hehehe". Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao tertegun. Rupanya dirinya dan ia telah benar-benar menjadi suami istri, tak perduli apakah dirinya bersedia atau tidak, mereka berdua telah menjadi suami istri. Melihatnya berusaha bermanis-manis, melihat wajahnya yang malu-malu, mau tak mau hatinya melunak. Akan tetapi pada dasarnya ia masih memendam rasa kesal yang belum berhasil dilampiaskan, maka dengan keras kepala ia berkata.

"Aku, aku......tapi aku sama sekali tak ingin memahamimu!"

Setelah berbicara, ia langsung berbalik, setelah itu mereka berdua berjalan dengan cepat sendiri-sendiri.

Marah lagi? Kenapa lelaki ini begitu picik......melihatnya, Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa dan hanya terus berjalan sambil mengangkat bahunya tinggi-tinggi.

Di belakang taman bunga terdapat sebuah lapangan rumput yang hijau dan asri, lapangan rumput itu kosong melompong, bayangannya terpantul di danau di depannya, membuat orang merasa santai dan bahagia.

Ketika Yu Qilin melihat lapangan rumput itu, ia menghela napas, lalu berkata.

"Sayang sekali lapangan rumput ini, andaikan ditanami jawawut, tentunya cukup untuk memenuhi kebutuhan semua orang di Wisma Jin selama setahun......lagipula, air kali ini sangat jernih, apakah semua pakaian kotor dari Wisma Jin dibawa ke sini untuk dicuci?"

Sebenarnya pada saat ini suasana hati Jin Yuanbao sangat ruwet, mendengar perkataan ini, kepalanya langsung terasa sakit hingga seperti akan pecah, langkah kakinya pun bertambah cepat.

Namun saat in Yu Qilin tahu bahwa saat ini ia tak boleh mengundang kemarahannya, maka ia memusatkan perhatiannya untuk menikmati pemandangan yang indah itu, ia mengumam pada dirinya sendiri dan tak memperhatikannya jalan di depannya.

Mereka berdua ---- yang seorang di depan dan yang seorang di belakang ---- makin lama makin jauh jaraknya.

Begitu Yu Qilin tersadar dan mengangkat kepalanya, Jin Yuanbao sudah tak kelihatan jejaknya, Yu Qilin melihat ke kiri dan ke kanan, namun di dalam taman bunga yang begitu luas itu hanya ada ia seorang.

"Hei, ada orang di sini?", dengan gusar Yu Qilin memukul semak-semak di sampingnya. Taman bunga ini memiliki beberapa pintu keluar, namun karena tak mengetahui hal ini, Yu Qilin tak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa berjalan berputar-putar seperti lalat tanpa kepala. Setelah melewati sebuah gerbang, Yu Qilin tiba-tiba melihat bahwa di tepi danau buatan di taman berdiri seseorang, ia sangat senang, akhirnya ia menjumpai seorang manusia hidup! Ia segera bersiap untuk melangkah ke depan dan menanyakan jalan, akan tetapi, setelah ia berjalan agak mendekat, ia menyadari bahwa orang itu adalah seorang lelaki. Dan lelaki itu sedang membelakanginya. Ia sedang berdiri di jembatan batu yang membelah danau sambil bertumpu pada langkan, berdiri tanpa bergerak-gerak. Yu Qilin diam-diam bersembunyi di balik sebatang pohon dan mengamatinya, ia berbisik pada dirinya sendiri.

"Lelaki ini begitu lama berdiri di jembatan itu, apakah ia bermaksud untuk menenggelamkan dirinya sendiri?" Hmm.....menyelamatkan nyawa seorang manusia sama dengan menyelamatkan tujuh ekor kelinci! Dengan pikiran seperti itu, Yu Qilin diam-diam menyusuri tepi jembatan. Lelaki itu berdiri selama beberapa saat, ketika ia hendak melangkah ke depan, tiba-tiba dari belakangnya ada seseorang yang membenturnya hingga ia terhuyung ke depan, lalu memeluknya.

"Kau tak boleh melompat!", seru Yu Qilin. Lelaki di atas jembatan itu tak menyangka bahwa di belakangnya ada kekuatan yang begitu besar yang membenturnya, untuk sesaat ia tak bisa berdiri dengan kokoh. Akan tetapi Yu Qilin yang membenturnya dengan sekuat tenaga juga tak bisa menghentikan langkahnya, dengan demikian, mereka berdua pun terjatuh dari jembatan batu itu......

"Ah ----!", Yu Qilin menjerit ketakutan. Ternyata lelaki itu gerakan tubuhnya sangat gesit, tangan kanannya dengan sebat meraih pinggiran jembatan. Secara naluriah, Yu Qilin memeluk pinggang lelaki itu, dengan demikian mereka berdua bergelantungan di tepi jembatan itu, hampir terjatuh. Lelaki itu menunduk dan melirik Yu Qilin, ia tertegun, bagaimana bisa dia? Akan tetapi ia berkata dengan suara rendah.

"Pegang erat-erat......" Setelah berbicara, ia mengerahkan tenaga ke tangan kirinya dan mengangkat, mengangkatnya ke dalam pelukannya. Pada saat yang sama, tangan kanannya mendorong dengan sekuat tenaga, dengan mengerahkan ilmu ringan tubuh, kakinya menjejak tepi jembatan, lalu bagai seekor elang ia berjumpalitan dan mendarat di atas jembatan, kemudian berdiri dengan kokoh di atasnya. Yu Qilin memandangnya dengan terkejut, setelah terpana untuk sesaat, ia baru tersadar bahwa dirinya berada dalam pelukannya, maka dengan gesit ia melompat menghindarinya, lalu berdiri dengan jengah. Melihat kejadian itu, orang itu juga berseru terkejut dengan wajah jengah.

"Apa......", setelah dapat berdiri dengan kokoh, Yu Qilin berkata pada orang itu.

"ilmu silatmu sangat bagus, tapi kenapa kau terlalu banyak pikiran dan hendak bunuh diri?"

"Bunuh diri?", lelaki itu terperanjat, tapi kemudian tertawa pelan dan berkata.

"Aku tidak....."

"Aku tahu!", kata Yu Qilin dengan ekspresi sok tahu.

"Kau pasti tak akan mau mengaku, tapi aku masih akan menasehatimu, tak perduli apakah kau sedang terperosok ke dalam lubang yang sulit dilalui, kau tetap tak boleh menenggelamkan dirimu sendiri. Kalau kita mengalami kesulitan, kita harus terus berusaha menyelesaikannya, menyambut kesulitan itu dan mengatasinya, seorang lelaki yang hebat seperti kau ini kenapa bisa melakukan perbuatan bodoh seperti itu?"

Melihat ekspresi wajahnya ketika mengkhotbahi dirinya dengan panjang lebar, suasana hati lelaki itu menjadi sangat ruwet.

Kenapa ia bisa sampai berjumpa dengannya di sini? Melihatnya sedang termenung, Yu Qilin melambai-lambaikan tangannya di depannya, lalu berkata.

"Hei, saudara, apakah kau mendengar perkataanku barusan ini atau tidak? Jangan sekalikali mencoba bunuh diri lagi, mengerti?"

Lelaki itu sepertinya tersadar, lalu cepat-cepat mundur dengan langkah-langkah lebar, setelah itu ia menjura menghormat seraya berkata.

"Wenchao berterima kasih atas kebaikan shao furen".

"Kau mengenalku?", kata Yu Qilin dengan agak ragu-ragu. Dengan halus lelaki itu tersenyum dan berkata.

"Tentu saja, namaku Liu Wenchao, sepupu Yuanbao, pengurus rumah tangga Wisma Jin".

"Ternyata biaoge, kalau begitu kenapa kau barusan ini hendak bunuh diri?"

Dengan jengah Liu Wenchao berkata.

"Shao furen salah paham, tadi aku hanya sedang memikirkan suatu masalah, aku sama sekali tak hendak bunuh diri".

"Oh, bagus kalau begitu", Yu Qilin menghembuskan napas lega. Melihat bahwa ekspresi wajahnya yang mengkhawatirkan dirinya nampaknya tidak palsu, hati Liu Wenchao sedikit tersentuh, dan sedikit menyesal. Kemarin ia bermuslihat untuk menghancurkan wajahnya, namun hari ini Yu Qilin justru begitu memperhatikan dirinya......sampai ia sebegini besar, lebih dari dua puluh tahun lamanya, sepertinya baru ada orang yang begitu memperhatikannya seperti ini. Suasana hati Liu Wenchao mau tak mau cukup rumit, ekspresinya ketika memandang Yu Qilin pun juga agak aneh, dengan menggunakan kata-kata yang bersayap ia berkata.

"Ternyata shao furen adalah orang yang sangat baik hati dan tulus, aku benar-benar tak patut mendapatkan perhatian shao furen!"

"Ai ---", dengan gagah berani Yu Qilin melambaikan tangannya, lalu berkata.

"Tak usah sungkan, aku juga tak benar-benar menolongmu, akan tetapi di kemudian hari kalau kau punya masalah yang membuatmu sedih, ingat, kau harus mencariku! Asalkan dapat membantumu, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga!"

Tak nyana, ternyata ia adalah orang yang jujur dan tulus, Liu Wenchao mendapatkan kesan yang baik terhadapnya, sambil tersenyum ia berkata.

"Kalau di kemudian hari shao furen memerlukan bantuanku, jangan sungkan-sungkan untuk mengatakannya padaku!"

Yu Qilin berpikir sejenak, lalu dengan berpura-pura serius berkata.

"Di kemudian hari kau tak perlu melakukannya, tapi sekarang aku justru mempunyai memerlukan bantuan biaoge!"

Suatu masalah yang "Oh? Silahkan shao furen sampaikan". Liu Wenchao merasa agak heran.

"Hehehe......", dengan jengah Yu Qilin tertawa.

"Aku......tersesat! Mohon biaoge membawaku ke aula utama, aku belum menghidangkan teh pada ibu mertua". Sambil berbicara ia menjulurkan lidahnya. Melihat raut wajahnya yang cerdik dan lucu, senyum di wajah Liu Wenchao makin lebar.

"Ini adalah suatu masalah yang benarbenar dapat kubantu!"

"Banyak terima kasih, biaoge!"

Selagi berbicara, ia berpura-pura menekuk lututnya.

Hari ini aula utama Wisma Jin cukup ramai.

Hari ini Nyonya Jin mengajak para kerabat duduk di aula utama, sambil minum teh dan makan makanan kecil, dengan riang gembira mereka menunggu pasangan pengantin baru Jin Yuanbao dan Yu Qilin datang untuk menghidangkan teh.

Namun setelah menunggu beberapa lama, sampai tengah hari mereka masih belum terlihat, maka para hadirin pun mau tak mau membicarakannya.

Liu Qianqian mendongak dan memandang Nyonya Jin, namun ia melihat bahwa wajah Nyonya Jin masih masih nampak tenang dan santai, maka mau tak mau ia merasa kesal.

Ia sendiri telah bangun pagi-pagi untuk menantikan mereka, namun setelah setengah hari berlalu, mereka masih belum terlihat! Oleh karenanya, Liu Qianqian tak bisa menahan diri untuk tak mengerutu pada Nyonya Jin.

"Ah, guma! Wanita dari keluarga sederhana saja tahu bahwa ia harus bangun pagi-pagi untuk mengucapkan selamat pagi pada mertuanya, tapi saosao ini malah begitu santai, sampai tengah hari masih belum kelihatan juga". Namun mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin hanya tersenyum simpul saja, ia menyembunyikan rasa sayang di wajahnya.

"Tak apa-apa......kemarin adalah hari bahagia Yuanbao Gegemu, kemungkinan besar pasangan muda itu kelelahan......"

Ketika berbicara sampai di sini, wajah Nyonya Jin nampak sangat puas.

"Biarkan mereka tidur sedikit lebih lama untuk memulihkan tenaga". Setelah berbicara, ia meletakkan cawan teh di tangannya dengan lembut. Bangun sedikit terlambat tak apa-apa, terlambat beberapa hari pun tak apa-apa, asalkan ia dapat dengan sedikit lebih cepat mengendong cucu, ini baru masalah yang penting! Tak terpikir oleh Liu Qianqian bahwa Nyonya Jin adalah seorang wanita yang dapat bersikap begitu berat sebelah seperti itu, hatinya amat kesal, namun ia tak dapat melampiaskannya, ia hanya dapat dengan kesal menundukkan kepalanya dan minum teh. Saat ini, seorang pelayan wanita berlari melewati pintu aula, melihatnya, Gu Daniang segera melangkah ke samping Nyonya Jin dan berbisik.

"Furen......"

Nyonya Jin tak berkata apa-apa, hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum saja.

Gu Daniang segera meninggalkan aula lewat pintu samping dengan cepat.

Di halaman para pelayan wanita tua dan muda sedang menyapu dan merapikan halaman, begitu melihatnya mereka serentak menunduk menghormat.

"Belum ada orang yang masuk ke kamar pengantin tuan muda?", tanya Gu Daniang.

"Kecuali pelayan pribadi nyonya muda, Nona Xi er, yang pagi tadi masuk untuk membantu nyonya muda mandi dan berpakaian, belum ada orang lain yang masuk", jawab seeorang pelayan wanita berusia setengah baya.

"Hmm, baiklah. Setelah aku keluar, kalian masuklah dan bersihkan kamar sampai bersih".

"Baik". Setelah Gu Daniang berbicara kepada mereka, ia melangkah melalui jalan yang sudah sangat ia hafal ke depan kamar pengantin, lalu mendorong pintunya hingga terbuka dan masuk ke dalam. Tak nyana, kamar itu berantakan tak keruan! Gu Daniang memandang poci arak yang tergeletak miring di atas meja, dan juga melihat robekan-robekan baju pengantin yang bertebaran di lantai, mau tak mau wajahnya memerah. Sambil menutup mulutnya, ia tertawa.

"Pasangan muda ini benar-benar ramai!"

Setelah itu, ia berjingkat-jingkat menghindari berbagai benda di lantai yang menghalangi jalan, melangkah dengan cepat ke ranjang, lalu dengan mahir mencari-cari di atas ranjang, akhirnya di sebuah sudut yang hampir tak terlihat, ia menemukan sapu tangan putih berbercak darah itu.

"Berhasil!"

Dengan hati-hati Gu Daniang melipat sapu tangan putih itu, menaruhnya di sebuah baki kayu, lalu menutupinya dengan sehelai kain merah. Setelah itu dengan puas ia baru keluar dari kamar, wajahnya berseri-seri bahagia.

"Usaha kita tak sia-sia, Zhangfeng juga termasuk telah berjasa!"

Saat itu di sebuah sayap bangunan, Jin Yuanbao melangkah dengan cepat, namun ketika ia hampir tiba di aula utama, ia baru sadar bahwa Yu Qilin entah sejak kapan sudah tak kelihatan lagi.

Walaupun ia kesal karena Yu Qilin bermuslihat untuk memberinya obat, akan tetapi sekarang ia mau tak mau khawatir juga kalau ibunya akan menegur Yu Qilin karena terlambat mengucapkan selamat pagi.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oleh karenanya, ia berhenti di samping gerbang taman aula utama dan menyuruh A Fu untuk mencarinya, sedangkan ia sendiri berdiri di sini untuk menunggunya, dan setelah itu bersama-sama masuk ke aula utama.

Akan tetapi, lebih dari sejam kemudian, ia belum juga nampak, mau tak mau Jin Yuanbao merasa kesal, taman Wisma Jin luas, masa ia tersesat? Tak mungkin, ia akan menyuruh beberapa orang lagi untuk mencarinya.

Ketika Jin Yuanbao sedang berpikir seperti itu, dari kejauhan terdengar sebuah suara berteriak memanggilnya.

"Shaoye, shaoye!"

Ia memandang ke arah suara itu berasal dan melihat A Fu berlari sambil terengah-engah.

"Aku sudah mencari di seluruh tempat, tapi masih tak bisa menemukan nyonya muda! Kalau tidak ketemu, shaoye masuk dahulu saja! Aku akan mencari lagi!"

"Kalau aku masuk sendirian, apa pendapat ibu tentang dia?"

Dengan kesal Jin Yuanbao berkata.

"Kalau seorang pengantin perempuan untuk pertama kalinya mengucapkan selamat pagi pada ibu mertuanya dan terkena teguran, bagaimana setelah itu para bawahan Wisma Jin memandangnya?"

Setelah berpikir sejenak, dengan agak khawatir ia berkata.

"Tak bisa, aku harus mencarinya sendiri". Tepat pada saat itu, Yu Qilin dan Liu Wenchao tiba, mereka berjalan dengan berendeng pundak sambil mengobrol dan tertawa-tawa. Dalam sekejap wajah Jin Yuanbao menjadi gelap, matanya memancarkan sinar dingin, dengan cepat ia melangkah ke hadapan Yu Qilin, lalu memandangnya dengan angkuh seraya berkata dengan sinis.

"Apa kau sedang menghukum keluarga Jin kami? Membuat semua orang menunggumu?"

Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin merasa makin kesal.

"Kau berjalan dengan begitu cepat, aku jadi tersesat!"

Jin Yuanbao tahu ia bersalah, maka ia tak membantah lagi, namun wajahnya masih tak enak dilihat.

"Ini salahku......"

Ketika Liu Wenchao melihat mereka saling tak mau mengalah, sambil tersenyum ia menjadi penengah mereka.

"Karena nyonya muda lama mengobrol denganku, ia jadi terlambat". Jin Yuanbao merasa kesal, ia sama sekali tak menghiraukan Liu Wenchao dan hanya memelototi Yu Qilin.

"Cepatlah sedikit, ibu sudah tak sabar menunggu". Setelah berbicara ia menarik tangan Yu Qilin, dan tanpa berpaling menariknya ke aula utama. Melihat punggung Jin Yuanbao yang angkuh, dan memandang sosok Yu Qilin yang ditarik olehnya, wajah Liu Wenchao makin lama makin muram. Ketika mereka berdua masuk ke dalam aula utama ---- yang seorang di depan dan yang seorang lagi di belakang ---- suara bisik-bisik yang memenuhi aula itu tiba-tiba berhenti begitu mereka berdua melewati ambang pintu. Di dalam aula tak banyak orang, namun saat ini mereka semua dengan serentak berpaling ke arah mereka, atau boleh dikatakan, sedang menilai Yu Qilin seorang. Hal ini membuat Yu Qilin mau tak mau merasa tertekan. Seakan dapat merasakan ketegangannya, Jin Yuanbao berpaling dan memandangnya, lalu menarik tangannya dan meremasnya, memberi isyarat agar ia tak usah khawatir. Entah kenapa, Yu Qilin merasa hatinya sedikit lebih tenang. Di kursi kehormatan di tengah aula itu, duduk seorang wanita setengah baya yang agak gemuk, ia tersenyum dengan ramah, dengan gembira dan puas ia memandang Yu Qilin, sepertinya......perangainya sangat baik. Ketika para hadirin melihat hal itu, mereka perlahan-lahan mengalihkan pandangan mereka dari Yu Qilin, dan justru memandang ke arah sang nyonya. Untuk beberapa saat, nyonya itu dan Yu Qilin saling memandang, lalu ia berkata pada Jin Yuanbao sambil tersenyum.

"Yuanbao, bawa dia maju ke depan". Dengan amat perlahan Jin Yuanbao menghembuskan napas, melirik Yu Qilin, lalu sambil mengandeng tangannya, mengajaknya maju ke hadapan Nyonya Jin. Saat ini, seorang gadis pelayan yang mengenakan pakaian hijau menuang dua cawan teh, setelah seorang gadis pelayan lain menaruh bantalan di depan mereka, Jin Yuanbao baru kembali berbicara.

"Ini adalah Yang Mulia Ibunda". Setelah berbicara, ia menyingkap jubahnya dan berlutut di atas bantalan itu. Yu Qilin cepat-cepat dengan patuh ikut berlutut dengannya. Mereka berdua bersujud pada Nyonya Jin.

"Selamat pagi bunda". Entah sudah berapa tahun Nyonya Jin mengharapkan adegan ini terjadi, sekarang wajahnya berseri-berseri bahagia, namun ketika ia sedang hendak berbicara, Liu Qianqian yang duduk di sampingnya mendahuluinya dan berkata dengan penuh rasa iri.

"Ucapan selamat ini entah selamat pagi atau selamat siang". Jin Yuanbao meliriknya, lalu memusatkan pandangannya pada ibunya, setelah itu ia menimpakan seluruh kesalahan itu pada dirinya sendiri.

"Hal ini tak ada hubungannya dengan Jiang Xiaoxuan, akulah sendiri yang terlambat". Mendengar perkataannya ini, Yu Qilin cepat-cepat mengangguk, dengan jujur dan polos ia memandang Liu Qianqian dan menjelaskan.

"Tadi malam xianggong hampir semalaman terus bergerak-gerak, ia kecapaian, pagi ini ia benar-benar tak bisa bangun". Perempuan ini! Dengan tercengang Jin Yuanbao memandang Yu Qilin. Liu Wenchao yang sedang duduk di sampingnya sambil minum teh dengan santai juga tak menyangka bahwa nyonya baru ini dapat mengucapkan perkataan yang mencengangkan seperti itu, ia hampir saja menyemburkan teh yang sedang diminumnya. Entak sejak kapan Gu Daniang telah kembali ke dalam ruangan itu, begitu mendengar perkataan itu, diam-diam ia amat terkejut dan teringat akan kamar pengantin yang berantakan, ia langsung ingin tertawa, tapi tak berani melakukannya. Ketika ia melihat Nyonya Jin, ekspresi wajahnya juga persis sama seperti dirinya, Nyonya Jin berusaha menahan tawa sampai wajahnya memerah. Liu Qianqian makin tak mengerti bagaimana Yu Qilin dapat dengan begitu polos membantah perkataannya, ia merasa bahwa perempuan ini sangat tak tahu malu, akan tetapi ia jelasjelas telah mengatakan suatu kebenaran, sehingga membuat dirinya tak bisa berkata apa-apa lagi, ia pun hanya bisa menatap Yu Qilin dengan sebal.

"Kau perempuan ini......", Jin Yuanbao menelengkan kepalanya, lalu mengertakkan giginya dan berbisik.

"Awas kalau kau berani bicara yang tidak-tidak lagi!"

Mendengar perkataan itu, Yu Qilin merasa dirinya agak diperlakukan dengan tak adil, maka dengan wajah polos ia segera membantah.

"Aku bukannya beromong kosong, kemarin malam kita memang benar-benar tidur sangat malam, kau juga terus......"

Perempuan idiot ini! Dengan terkejut Jin Yuanbao cepat-cepat menutupi mulut Yu Qilin, khawatir kalau ia akan mengucapkan perkataan yang menghebohkan lagi.

Akan tetapi tak nyana, pertengkaran diam-diam mereka berdua itu, dalam pandangan orang lain, adalah bagian dari keintiman diantara pasangan muda itu.

Adegan yang sama, di mata setiap orang memiliki makna yang berbeda-beda.

Saat ini Liu Qianqian terus mengigit bibirnya dan memilin-milin sapu tangan keras-keras hingga sapu tangan itu menjadi robek, ia merasa bahwa kekesalan dalam hatinya sulit ditahan, kalau bisa ia ingin menampar Yu Qilin keras-keras! Liu Wenchao melirik Yu Qilin, lalu menghela napas dengan pelan, ia masih menunduk sambil minum teh, namun ekspresi wajahnya makin lama makin tak enak dilihat.

Ternyata hubungan Jin Yuanbao dan Jiang Xiaoxuan begitu harmonis, bukankah Jin Yuanbao tak mau menikah? Hah, benar-benar munafik, begitu melihat wajah cantik, nafsunya langsung timbul! Hanya saja, kalau perempuan ini sampai hamil, semua rencananya akan berantakan.

Akan tetapi Nyonya Jin tersenyum dengan puas dan gembira, sepertinya mereka berdua akan dapat menjadi bagai madu bercampur minyak, maka sembari tersenyum ia berkata.

"Kalian orang muda memang sudah sewajarnya kalau ingin banyak tidur. Aku juga tak akan mempermasalahkannya". Gu Daniang cepat-cepat membantunya dengan berkata.

"Menurut kebiasaan, pengantin baru harus menghidangkan teh pada nyonya". Pelayan wanita berbaju hijau segera menyerahkan baki teh. Jin Yuanbao terlebih dahulu menuangkan teh untuk Yu Qilin, lalu menuangkan secawan teh untuk dirinya sendiri. Ketika Yu Qilin menuang teh, ia merasa panik, ia pun mendongak, memandang wajah ramah wanita bangsawan di atasnya, ia membuka mulutnya, namun tak tahu harus berkata apa, maka ia terpaksa hanya saling menatap dengan Nyonya Jin. Wajah Nyonya Jin selalu penuh senyum, ia mengangsurkan tangannya menunggu sang menantu perempuan menghidangkan teh, namun ia tak kunjung bergerak juga sehingga Nyonya Jin merasa heran. Melihat peristiwa itu, Jin Yuanbao cepat-cepat mengingatkannya.

"Hidangkan.....teh....."

Berbisik Oh oh oh, iya iya iya! Yu Qilin pun mengerti, tapi ia mana tahu kebiasaan seperti ini, ia teringat akan bagaimana ia dan Pang Hu mengangkat saudara di gunung, dan juga akan upacara menghormat pada langit saat upacara pernikahan, tiba-tiba ia menemukan jalan keluar dari keadaan genting ini dan mengangkat cawan teh itu dengan kedua tangannya hingga berada di atas ubun-ubunnya.

Melihat kejadian ini, Nyonya Jin tertawa terkekeh-kekeh dan menyambut cawan teh itu, namun tak nyana Yu Qilin lalu berkata dengan lantang.

"Cawan pertama untuk menghormat pada langit!"

Lalu ia mengangkat tangannya dan memercikkan teh itu ke lantai! Seketika itu juga, semua orang tercengang.

Nyonya Jin tertegun, Xi er yang menonton upacara itu dari samping nyaris pingsan.

Jin Yuanbao merasa sangat malu, sinar matanya yang memandang ke arah Yu Qilin menjadi dingin, sambil mengertakkan gigi ia berkata.

"Apa yang kau lakukan?"

"Menghidangkan teh!", sambil tersenyum berseri-seri ia memandang Jin Yuanbao, wajahnya nampak penuh percaya diri. Setelah itu, ia menaruh cawan teh di baki teh. Sang pelayan wanita tak pernah melihat peristiwa seperti ini, untuk sesaat ia tertegun, tak tahu sebaiknya harus berbuat apa. Namun Gu Daniang cepat-cepat memberi Yu Qilin cawan teh yang kedua. Melihat kejadian itu, Yu Qilin makin percaya diri, ia merasa bahwa sikapnya sama sekali tak salah. Ia pun kembali berkata dengan lantang.

"Cawan kedua untuk menghormat pada bumi!" Kali ini, seluruh aula sunyi senyap, sehingga suara nyamuk terbang pun terdengar dengan jelas. Nyonya Jin berusaha keras mengendalikan dirinya sendiri, berusaha sebisanya agar raut wajahnya tak berubah, ia menunduk dan memandang air teh yang dengan perlahan-lahan mengalir ke samping roknya. Melihat kejadian sebelumnya, sang pelayan wanita pun cepatcepat menuangkan cawan ketiga. Yu Qilin kembali mengangkat cawan itu! Kali ini apa yang harus ia katakan? Untuk sesaat ia tertegun. Melihat kejadian itu, Nyonya Jin mengira bahwa ia hendak menghidangkan teh padanya, namun ternyata Yu Qilin kembali menuang teh itu ke lantai.

"Cawan ketiga untuk menghormat pada para dewa!"

Tangan Nyonya Jin yang sudah terjulur langsung tak kuasa bergerak.

"Hah? Hehehe", Liu Qianqian tak bisa menahan dirinya lagi, tawanya pun meledak. Suara tawa ini menusuk telinga. Jin Yuanbao tiba-tiba bangkit dan memandang Yu Qilin dengan gusar. Wajah Yu Qilin masih tampak tak berdosa, namun mendengar suara tawa itu, ia merasa bahwa ada sesuatu yang salah. Ia memandang gadis pelayan yang sedang dengan tertegun menuangkan cawan arak keempat itu, lalu memandang ke sekelilingnya untuk melihat reaksi para hadirin, setelah itu dengan agak jengah, ia memandang Nyonya Jin. Wajah Nyonya Jin sudah agak kesal, namun ia masih berusaha sebisanya untuk tetap tenang, ia duduk dengan tegak sambil menunggu, namun tak mengangsurkan tangannya lagi. Dengan jengah Yu Qilin menuangkan teh ke cawan.

"Cawan keempat untuk menghormati......"

Ia mencoba melirik Jin Yuanbao, lalu memandang Nyonya Jin.

"....eh, ibu mertua". Nyonya Jin perlahan-lahan mengangsurkan tangannya, akan tetapi karena teringat pengalaman sebelumnya, dengan raguragu ia berhenti. Melihatnya, Yu Qilin mengangkat cawan tehnya tinggi-tinggi di atas kepalanya, lalu dengan gaya seorang tokoh dunia persilatan yang sedang menyuguhkan teh ia berteriak keraskeras.

"Teh ini untuk ibu!"

Melihat peristiwa ini, para hadirin menghembuskan napas lega.

Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin menyambut cawan teh itu dengan lega, setelah minum seteguk teh, ia menaruh cawan itu, lalu menghembuskan napas, ia berusaha sebisanya untuk tak memperlihatkan raut wajah tercengang, katanya.

"Silahkan berdiri!"

Namun akhirnya ia tak dapat menahan diri dan berkata, "Xiaoxuan, kebiasaan menghidangkan teh di keluarga Jiangmu.....sangat berbeda dengan kebiasaan di ibu kota". Bagai ular yang menari mengikuti tongkat, Yu Qilin menimpali.

"Benar, benar! Keadaan di setiap tempat sangat berbeda, kebiasaannya pun tentu berbeda pula". Jin Yuanbao juga ikut menghidangkan teh dengan mengangkat cawan tehnya dengan kedua tangannya.

"Bunda, silahkan minum". Dengan puas Nyonya Jin mengangguk-angguk dan menyambut cawan teh itu, ia minum dua teguk teh hingga lebih dari separuh teh dalam cawan itu habis, setelah itu tangannya terus mengenggam cawan teh itu, sama sekali tak melepaskannya. Saat ini, melihat upacara minum teh sudah selesai, Gu Daniang melangkah ke depan, lalu berbisik di telinga Nyonya Jin, Nyonya Jin pun tersenyum dan mengangguk-angguk, setelah itu ia memandang ke arah Yu Qilin dan berkata.

"Sejak hari ini Xiaoxuan menjadi menantu keluarga Jin kami, kuharap di kemudian hari kalian akan saling menghormati dan mencintai, mengangkat baki sejajar dengan alis , Yuanbao harus menjaga baik-baik kesehatan istrinya, dan istrinya juga harus menghargai kerja keras suaminya. Dalam beberapa tahun aku akan dapat memangku cucu dan mengundurkan diri untuk melewatkan sisa hidupku". Mendengar perkataan ini, Liu Qianqian berkata dengan terkejut.

"Guma, sekarang anda sehat walafiat, semua orang di Wisma Jin ini mana bisa berpisah denganmu?"

Nyonya Jin memandangnya, lalu berkata dengan hambar.

"Bukankah sekarang sudah ada Xiaoxuan?"

"Gumu, saosao baru saja masuk ke rumah ini, banyak hal yang belum ia ketahui dengan jelas, caranya mengatur urusan juga mana bisa seperti gumu yang penuh perhatian". Liu Qianqian berbicara dengan nada kecut.

"Perkataan Qianqian benar", Nyonya Jin mengangguk-angguk, dengan hangat ia memandang Yu Qilin seraya berkata.

"Xiaoxuan, kalau di kemudian hari kau hendak bertanya tentang urusan rumah tangga, kau harus banyak minta bantuan kakak sepupumu".

"Baik, ibu!", Yu Qilin menjawab dengan suara jernih yang riang. Liu Wenchao mendengarkan perkataan itu, dengan raut muka seperti biasa, ia mengangguk-angguk, lalu berkata.

"Baik, Wenchao akan berusaha sebisaku". Akan tetapi tangan di dalam lengan bajunya perlahan-lahan mengepal erat-erat. Nyonya Jin tersenyum puas. Ketika Liu Qianqian melihat suasana hangat diantara mereka, ia langsung berdiri dengan gusar, dengan sangat marah ia berkata.

"Gumu, aku harus pergi sembahyang pagi-pagi, aku mohon diri dahulu". Tanpa menunggu jawaban Nyonya Jin, ia pun berlalu dengan cepat. Dengan kening berkerut, Liu Wenchao memandang sosok adiknya yang pergi menjauh, namun dalam hatinya ia tak dapat menyalahkannya, kalau saja keluarga Liu tidak berada dalam kesulitan, saat ini, yang berdiri di sisi Jin Yuanbao, seharusnya adalah Liu Qianqian...... Ia perlahan-lahan berpaling, bangkit, memandang ke arah Nyonya Jin dan bertanya dengan sikap hormat.

"Gumu, setelah tiga hari menikah, pengantin baru harus pulang ke rumah orang tua pengantin perempuan. Sekarang sudah hari kedua, bukankah sebaiknya kita mempersiapkan perjalanan tuan dan nyonya muda ke Nanjing?"

"Pulang ke rumah mertua?!"

"Pulang ke rumah mertua?!"

Jin Yuanbao dan Yu Qilin berdua terkejut, dan serentak berseru.

"Benar". Liu Wenchao memandang mereka berdua. Sambil mengerutkan dahinya, Jin Yuanbao langsung menolaknya mentah-mentah.

"Belakangan ini yamen sangat sibuk, aku tak punya waktu luang". Kasus yang diselidikinya baru saja menunjukkan titik terang, bagaimana ia bisa pergi begitu saja? "Biaodi, ini adalah pernikahan yang dianugerahkan oleh ibu suri, Tuan Jiang juga seorang menteri, kau tak bisa sedikitpun bersikap sembarangan". Liu Wenchao berpikir sejenak, lalu kembali berkata.

"Lagipula, keluarga Jin kita adalah keluarga yang menjunjung tinggi adat istiadat dan kesopanan, dalam hal ini kita tak boleh mengabaikan aturan sopan santun dan mengundang cemoohan orang". Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin mengangguk-angguk setuju, ia menunduk dan minum beberapa teguk teh, lalu berkata.

"Perkataan Wenchao beralasan". Setelah itu ia memandang Yu Qilin dan bertanya.

"Xiaoxuan, apakah kau juga ingin pulang untuk menjenguk ayah ibumu?"

Pulang menjenguk ibu? Mendengar perkataan itu, hati Yu Qilin gembira, benar, untuk membantu ibu memastikan hal ini, lebih baik ia langsung kubawa pulang untuk menemui ibu! Tapi.....

Ia melirik Jin Yuanbao yang berada di sisinya, wajahnya nampak kesal, maka ia paham bahwa saat ini ia tak dapat mengungkapkan hal yang sebenarnya, lagipula Jin Yuanbao ini perangainya buruk, kalau sampai dirinya membuatnya marah, jangan-jangan harapan untuk 'pulang ke rumah mertua' akan hilang.

Matanya bergulir, dan sebuah siasat timbul dalam benaknya.

Ia segera menyembunyikan rasa gembiranya, wajahnya nampak khawatir, dengan terbata-bata ia berkata.

"Tentu saja aku ingin membawa suami ke rumah untuk menemui ayah ibu, tapi.....tapi.....kalaupun aku ingin melakukannya, aku masih tak ingin xianggong ikut aku pulang ke rumah". Mendengar perkataan itu, Jin Yuanbao melongo.

"Kenapa begitu?", Nyonya Jin sangat heran. Yu Qilin memandang ke bawah, dengan raut wajah yang seakan hendak menangis, ia berkata.

"Jarak dari ibu kota ke Nanjing seribu li lebih, aku datang jauh-jauh dari Nanjing untuk menikah dan sudah tahu beratnya perjalanan itu, Yuanbao belum pernah pergi jauh dari rumah. Lagipula, akhir-akhir ini ia amat sibuk dengan pekerjaannya, kalaupun kami pulang harus cepat-cepat kembali lagi....."

Mendengar perkataannya itu, hati Jin Yuanbao terasa hangat.

Ternyata ia memahami dan memperhatikan dirinya, seketika itu juga, kekesalannya karena Yu Qilin memberinya obat agak berkurang.

Kata orang, jika seorang wanita yang telah menikah pulang tanpa ditemani suaminya, ia akan dipandang rendah oleh keluarganya.

Apa boleh buat, dirinya akan menemaninya pulang.

Jin Yuanbao yang berpikir demikian lalu berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tubuhku sehat walafiat, walaupun aku sibuk.....", ia belum selesai berbicara namun tiba-tiba ia melihat bahwa Yu Qilin menyembunyikan wajahnya di balik lengan baju, namun memperlihatkan seulas senyum licik..... Perempuan ini! Jin Yuanbao merasa geram. Ia tahu dirinya telah kena tipu, maka ia mengubah arah perkataannya.

"Aku sangat sibuk, lagipula......aku juga punya urusan lain, tak ada waktu untuk pulang ke rumah mertua! Kalau kau rindu pada ayah ibumu, pergilah sendiri!"

Tak nyana Jin Yuanbao begitu dingin dan acuh tak acuh, Nyonya Jin tercengang dan untuk sesaat tak bisa berkata apaapa.

Melihat kejadian itu, Yu Qilin segera berusaha sebisanya untuk menghapus air matanya, dengan wajah pilu ia menunjukkan kesetiaannya kepada Nyonya Jin.

"Sekarang aku telah menjadi anggota keluarga Jin, kalau suamiku tak pulang, aku juga tak pulang!"

Kau tak mau pulang? Sudut-sudut mata Jin Yuanbao berkedut, ia berpaling dan berbisik dengan bengis di telinga Yu Qilin.

"Apa kau berani bermuslihat lagi?"

Yu Qilin cepat-cepat mengangkat lengan bajunya untuk menutupi mukanya, ia berpura-pura menghapus air mata, lalu menggunakan kesempatan itu untuk berkata kepadanya sambil mengangkat alisnya.

"Asalkan berhasil, kenapa tidak?"

Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin sangat tersentuh, pelupuk matanya pun langsung memerah, ia cepat-cepat menaruh cawan tehnya, lalu memuji Yu Qilin.

"Ternyata Xiaoxuan begitu baik hati dan penuh perhatian, ibu sangat tersentuh. Bagaimanapun juga berbakti pada orang tua adalah nilai yang paling luhur, bakti Xiaoxuan pada orang tuanya harus menjadi pertimbangan utama. Wenchao, aturlah semuanya, lusa berangkat!"

Mendengar perkataan itu, Liu Wenchao melangkah ke depan dan berkata.

"Baik, gumu".

"Ibu!", Jin Yuanbao cepat-cepat memprotes keputusan itu.

"Aku benar-benar sedang ada urusan! Lagipula di yamen....."

"Sudahlah!", Nyonya Jin melambaikan tangannya dan memotong perkataannya, lalu bangkit dan berkata.

"Aku sudah mengambil keputusan". Setelah itu, ia memandang mereka semua dan berkata.

"Hari ini cukup sampai disini saja, kalian pergilah". Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia hanya bisa menjura menghormat bersama dengan Yu Qilin, lalu mengundurkan diri. Begitu keluar dari pintu, Yu Qilin tak lagi menyembunyikan raut wajah gembiranya. Jin Yuanbao merasa bahwa ekspresi wajahnya itu sangat menyebalkan! Matanya seakan hendak menyemburkan api. Yu Qilin sengaja bersenandung dengan penuh kemenangan, sambil mengangkat alisnya, ia berkata kepadanya.

"Kau cepatlah dengan patuh membereskan kopermu dan ikut aku pulang". Setelah berbicara, ia memutar pinggangnya yang ramping, lalu mengajak Xi er melangkah pergi dengan cepat. Kemampuan Yu Qilin mengingat-ingat jalan cukup baik, ketika ia baru tiba ia telah mengingat jalan di tempat itu dengan baik, sekarang dengan ditemani Xi er, ia makin menikmati pemandangan indah di sepanjang jalan, dengan santai dan bebas berjalan menuju ke Paviliun Songzhu. Xi er yang amat cemas mengikutinya, melihat wajahnya yang berseri-seri, ia merasa agak kesal.

"Kau juga berani berjanji pulang ke rumah? Kita sama sekali tak bisa pulang ke rumah, kau tak bisa membungkus api dengan kertas, begitu pulang ke Nanjing, habislah kita. Dalam beberapa hari ini kita harus mencari akal untuk melarikan diri".

"Tentu saja aku tahu kita tak bisa pulang ke keluarga Jiangmu. Akan tetapi sekarang kita tak bisa kabur". Yu Qilin memandangnya sambil tersenyum.

"Kenapa?", kata Xi er dengan terkejut, setelah itu ia memandangnya dengan curiga dan berkata.

"Oh --- aku tahu! Kau segan meninggalkan Wisma Jin? Enggan orang berhenti memanggilmu nyonya muda!"

"Tentu saja tidak!", Yu Qilin cepat-cepat membantah.

"Urusanku belum selesai, kita belum bisa kabur".

"Urusan apa yang begitu penting? Kalau kita tak kabur sekarang kau akan dengan tak sengaja membuat kesalahan! Kau lihat bagaimana pagi ini kau menghidangkan teh, sama sekali tak mirip dengan seorang nona terhormat!"

Xi er amat cemas. "Memangnya kenapa?"

Yu Qilin mengelus sekuntum bunga yang indah, dengan suara nyaring ia membela dirinya.

"Bukankah aku berhasil membuat Nyonya Jin sangat senang?"

Xi er tak bisa berkata apa-apa.

"Baiklah, baiklah!", melihat bibirnya mencibir, dirinya tahu bahwa ia tak senang, maka ia pun menghiburnya.

"Kau jangan khawatir, begitu urusanku selesai, aku tak akan tinggal di sini sehari pun lebih lama. Dalam tiga jari aku akan menyelesaikan urusanku, saat itu aku pasti akan mencari akal untuk melarikan diri". Xi er tak berkata apa-apa, hanya menatapnya tanpa berkedip selama beberapa saat, setelah itu dengan tak berdaya ia berkata.

"Sekarang hidupku berada di dalam tanganmu, kuharap kau menepati janjimu".

"Jangan khawatir, jangan khawatir!", Yu Qilin menepuk-nepuk bahunya. Dengan wajah masam Xi er berjalan mengikutinya, sambil memandang punggungnya, dirinya merasa bahwa Yu Qilin tak dapat dibandingkan dengan nonanya sendiri, diam-diam ia mengeluh dalam hati.

"Nona, sebenarnya kau berada dimana?"

"Ha-ching!"

Sambil memeluk buntalannya, Jiang Xiaoxuan meringkuk di sudut tembok sebuah kuil rusak, ia bersin keras-keras.

Apakah ini masuk angin? Atau ada orang yang merindukannya? Angin sejuk bertiup dan meniup kain compang-camping yang tergantung di balok-balok atap kuil rusak hingga melayanglayang, dan menimbulkan suara bergemerisik.

Jiang Xiaoxuan ketakutan dan meringkuk makin rapat, setelah beberapa saat, sepertinya ada seberkas cahaya yang menerobos masuk, dengan sembunyi-sembunyi ia memusatkan pandangannya untuk melihat keluar, apakah hari sudah terang? Kemarin lusa ketika ia melarikan diri, ternyata ia lupa membawa dompetnya! Yang paling menyebalkan, saat itu ia baru selesai mandi sehingga ia tak memakai perhiasan, pakaian yang dibawanya dalam buntalannya terpaksa dipakainya untuk menyambung hidupnya kemarin.....

"Li Lang , sebenarnya dimana kau berada?", semakin lama berpikir Jiang Xiaoxuan semakin merasa kecil hati, ia tak bisa menahan diri untuk tak berkata dengan terbata-bata.

"Kau tahu tidak kalau aku sedang mencarimu?"

"Meong!"

Seekor kucing liar tiba-tiba melompat turun dari balok penyangga atap, kucing itu mendarat di lantai dan dengan dingin memandanginya, seakan tak senang karena orang ini menduduki wilayahnya.

Jiang Xiaoxuan memandang dengan jeri kucing hitam yang selangkah demi selangkah menghampirinya itu, sambil berbicara giginya bergemeletukan.

"Kau......kau jangan datang kemari!"

"Meong!"

Kucing liar itu mana mengerti perkataannya? Ia menerkam dengan ganas bagai seekor harimau.

"Aaah!", sambil menjerit dengan suara melengking, Jiang Xiaoxuan melompat menghindar, karena tak hati-hati roknya tersangkut di sudut sebuah meja dan robek besar. Kucing liar itu memandangnya dengan acuh tak acuh, dengan angkuh ia menggali tulang-tulang ikan yang telah disembunyikannya di dalam tanah, lalu mendekam di atas tulang-tulang itu di tempat dimana Jiang Xiaoxuan barusan ini berjongkok. Setelah itu, ia menjilati tulang-tulang itu dengan gelisah. Dilihatnya bahwa kucing itu berulangkali memandangnya dengan sikap merendahkan, Jiang Xiaoxuan merasa makin merasa kecil hati. Ia juga sangat takut pada kucing itu, tapi tak bisa berbuat apa-apa, maka ia hanya bisa berbalik dan berlalu sambil mengendong buntalannya. Setelah berjalan beberapa langkah, ia menyadari bahwa roknya robek besar, dalam keadaan seperti ini bagaimana kalau orang melihatnya? Ia memandang ke kiri dan ke kanan, kebetulan ada sebuah toko pakaian bekas, ia teringat bahwa dalam buntalannya masih ada beberapa potong pakaian lama yang mungkin dapat ditukar dengan sedikit uang, maka ia melangkah dengan cepat ke toko pakaian bekas itu. Sejam kemudian, Jiang Xiaoxuan keluar dari toko pakaian itu dengan mengenakan pakaian katun kasar, ia meraba-raba buntalannya yang sekarang kempes, di dalamnya ada serenceng uang kepeng. Ternyata pakaiannya yang terbuat dari kain sutra yunjin dan dihiasi sulaman Suzhou hanya dapat ditukar dengan sedikit uang kepeng ini.

"Ai......", Jiang Xiaoxuan menghela napas.

"Aku tak merencanakan semuanya dengan baik". Sambil mengangkat buntalannya, ia berjalan ke sebuah pasar yang ramai. Setelah memandang kerumunan orang di pasar itu, ia menghampiri seorang pak tua penjual sayur, lalu bertanya.

"Paman, mohon tanya, apakah di sekitar sini ada Wisma Li?"

"Wisma Li?", pak tua itu bertanya.

"Benar.....", Jiang Xiaoxuan berpikir sejenak.

"Tuan muda Wisma Li yang sekarang bermarga Li dan bernama Jun".

"Li Jun? Aku belum pernah mendengar tentangnya".

"Apa?", Jiang Xiaoxuan dengan cemas terus bertanya.

"Tuan muda Wisma Li adalah keturunan pejabat tinggi Sanshi, ia memiliki gelar Tanhua pemberian kaisar. Li Jun yang tiga tahun yang lalu diarak di jalanan? Anda tak tahu?"

Orang tua itu menggeleng seraya berkata.

"Aku sudah tinggal di sini lima puluh tahun lamanya, tapi aku belum pernah mendengar ada Tanhua yang bermarga Li".

"Oh.....baiklah, terima kasih, paman". Jiang mengangguk untuk berterima kasih, namun menyembunyikan rasa putus asa di wajahnya. Xiaoxuan ia sulit Setelah itu, ia menghadang seorang wanita setengah baya dan berkata.

"Bibi, apa anda tahu Wisma Li yang berada di sekitar tempat ini?"

Ia tak memperhatikan bahwa selagi ia bertanyatanya, ada seseorang yang sinar matanya licik dengan sembunyi-sembunyi menatapnya.

Jiang Xiaoxuan terus mencari orang untuk ditanyai, dengan susah payah, akhirnya ia menemukan seseorang yang tahu dimana Wisma Li berada, namun orang itu tak tahu pasti apakah Wisma Li itu adalah tempat yang dicari Jiang Xiaoxuan.

Namun di mata Jiang Xiaoxuan, hal ini sudah merupakan harapan yang paling besar, maka ia cepat-cepat memohon pada orang itu untuk menuliskan alamatnya.

Melihatnya tak tahu jalan, orang itu pun dengan sungguh-sungguh mengambar sebuah peta untuknya.

"Terima kasih banyak!", Jiang Xiaoxuan membungkuk berterima kasih, ia merasa bahwa ia telah bertemu dengan seorang baik. Namun ia tak tahu, bahwa setelah ia pergi, di wajah orang itu muncul seulas senyum culas. Senja makin larut, awan lembayung bagai api yang menyelimuti separuh angkasa. Jiang Xiaoxuan memegang secarik kertas itu erat-erat, sambil mencari jalan ia berjalan dengan cepat menuju tujuan yang belum dikenalnya itu. Ia sama sekali tak tahu, bahwa di belakang punggungnya selama ini.....ada orang yang membuntutinya. Dengan mengikuti petunjuk dalam peta itu, Jiang Xiaoxuan tiba di pinggir kota. Akan tetapi, semakin lama ia berjalan, tanda-tanda kehidupan manusia semakin sedikit..... Jiang Xiaoxuan tidak menyukai keadaan ini, ia mendongak dan memandang hutan lebat di depannya, hatinya bimbang, memikirkan apakah ia akan memasukinya atau tidak...... Sekonyong-konyong, seseorang menerjang ke arah dirinya, lalu mengangsurkan tangannya dan membungkam mulutnya.... ** Pada saat yang sama, jauh di dalam hutan itu, Gu Zhangfeng sedang mengumpulkan tanaman obat sambil mengendong keranjang bambu, sambil berjalan, ia melihat-lihat dan menciumcium berbagai tanaman. "Untuk membuat sup pemulih tenaga yang sempurna, aku harus datang mengumpulkan tanaman obat, akhirnya nyonya tahu kepandaianku, Gu Zhangfeng, sebagai seorang tabib". Gu Zhangfeng menggeleng-gelengkan kepalanya dengan puas diri, wajahnya penuh rasa gembira. Eh? Bukankah itu rumput tulang macan? Dengan terkejut dan girang, Gu Zhangfeng berlari ke tebing dimana tanaman itu tumbuh. Sekonyong-konyong, sebuah jeritan melengking terdengar.

"Tolong!"

Hah? Gu Zhangfeng tertegun.

"Tolong aku!"

Suara teriakan itu terdengar makin jelas, sepertinya berasal dari dalam hutan.

Apakah ada pembunuhan? Gu Zhangfeng terkejut, dengan berat hati ia memandang tanaman obat itu, lalu menghentakkan kakinya dan berlari ke tempat asal suara itu.

** Di bawah cahaya mentari senja, Jiang Xiaoxuan dipanggul oleh seorang lelaki bertubuh kekar ke sebuah paviliun tempat berteduh di tepi jalan, lalu dilemparkan ke lantai hingga kepalanya terbentur papan lantai, kepalanya begitu sakit hingga ia seakan hampir pingsan, darah segar pun segera mengalir keluar.

Tanpa membiarkannya melawan, lelaki kekar itu merampas buntalannya, ia meremasnya, namun hanya menemukan serenceng uang kepeng, ia pun langsung merasa kesal.

"Melihat kulitmu yang halus dan putih, kukira kau adalah nona keluarga terpandang yang kabur untuk mencari kekasihmu, tapi kenapa kau cuma membawa sedikit uang begini?"

Jiang Xiaoxuan duduk di lantai, dengan ketakutan ia mundur ke belakang, tak berani menjawab.

"Hah! Uang yang begitu sedikit ini mana cukup untuk tuan besar ini?"

Si lelaki kekar kemudian memandangi Jiang Xiaoxuan, senyum keji muncul di wajahnya, ia menjulurkan tangannya yang kasar dan mencubit pipi Jiang Xiaoxuan.

"Ckckck, mulus sekali! Ayo ikut tuan besar pergi! Tuan besar akan membawamu ke tempat yang bagus!"

Jiang Xiaoxuan cepat-cepat mundur, namun punggungnya membentur sebuah tiang, saat itu ia baru sadar bahwa ia sudah terpojok, maka ia cepat-cepat menjerit dengan suara melengking.

"Tolong ------ tolong aku ------"

Di kejauhan, Gu Zhangfeng yang mengendong keranjang bambu sedang mencari jalan, ketika melihat keadaan itu, ia langsung mematung terkejut, dengan kalang kabut ia cepat-cepat meletakkan keranjang bambunya, lalu mengambil sesuatu dari keranjang itu.

"Jangan takut, jangan takut, tuan besar akan mengajarimu mencicipi kesenangan, kau jangan menjerit....."

Melihat raut wajahnya yang begitu ketakutan, hatinya makin tergelitik, ia pun segera menerjangnya.

"Pergi, pergi!", dengan kalang kabut Jiang Xiaoxuan mengayunkan tangan dan kakinya, tak memperbolehkannya mendekat. Karena tak waspada, wajah si lelaki kekar terkena cakarannya. Lelaki kekar itu meraba luka di wajahnya, akan tetapi ternyata ia tak marah dan malah tertawa.

"Kalian perempuan memang suka malu-malu kucing! Tadinya tuan besar ini merasa kalau melakukannya di siang bolong aku akan kehilangan muka, tapi ternyata kau begitu bersemangat!"

Sebelum selesai berbicara, ia telah mengayunkan tangannya dan merobek pakaian Jiang Xiaoxuan! "Ah ----- tolong -----", Jiang Xiaoxuan menjerit keras-keras sambil meronta-ronta sekuat tenaga.

Akan tetapi lelaki itu tak membiarkannya membuat keributan seperti itu, ia menerkamnya, lalu menindihnya hingga tak bisa bergerak.

Gu Zhangfeng menimang-nimang sekop di tangannya, ia berdiri di ambang pintu pavilun itu, dilihatnya bahwa wanita di bawah lelaki kekar itu terus mengeliat-geliat melawan, suara pakaiannya yang robek dapat terdengar dengan jelas, pikirannya amat cemas.....

Akan tetapi, melihat punggung lelaki kekar itu yang sangat tegap, mau tak mau ia agak bimbang, ia menyembunyikan tangannya yang mengenggam sekop di belakang punggungnya, sedangkan tangan yang satunya menepuk pundak lelaki itu, dengan ramah ia bertanya.

"Tuan.....pendekar? Tuan pendekar?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lelaki kekar itu sedang sibuk, ia tak menduga ada orang datang, ia terkejut dan segera berpaling, namun ia hanya melihat seorang sastrawan yang nampak ketolol-tololan berdiri di belakangnya.

"Mohon tanya apakah tuan pendekar mengenal.....", Gu Zhangfeng menjulurkan kepalanya dan memandang Jiang Xiaoxuan yang rambut dan pakaiannya berantakan dan sudah setengah pingsan.

"......nona ini?"

Lelaki kekar itu memandang Gu Zhangfeng, melihat bahwa tubuhnya ringkih, ia mendengus dengan sikap merendahkan, lalu berbalik dan meneruskan perbuatannya.

"Tak kenal! Kalau kau tahu diri pergilah jauh sedikit, jangan menganggu si tua ini bersenang-senang!"

"Hal ini.....", Gu Zhangfeng terus berbicara dengan tenang.

"Kalau kau tak mengenal nona ini, kenapa di siang bolong kau bisa melakukan perbuatan yang tak pantas ini?" "Enyah!"

"Kau melanggar hukum...."

"Keparat, enyah sana!", dengan murka lelaki kekar itu berpaling, dengan mata terbelalak ia melihat sebuah sekop mengayun ke arahnya dengan suara berdesir, namun ia sudah tak punya waktu untuk menghindar, dan sekop itu pun menghantam dahinya, ia mendengus, lalu jatuh pingsan.

"Ai......", Gu Zhangfeng menyeka keringat dingin yang bercucuran di dahinya.

"Aku terpaksa menggunakan kekerasan setelah kelembutan tak berhasil, aku sudah terus menerus menasehatinya.....kau lelaki jantan begini kenapa bisa menganiaya seorang nona?"

Sambil berbicara pada dirinya sendiri, ia membungkuk dan menyeret tubuh lelaki kekar itu, lalu dengan asal melemparkannya. Karena tak berhati-hati, kepala lelaki kekar itu membentur tembok paviliun sehingga ia mengerang pelan.

"Maaf, maaf!", Gu Zhangfeng memohon maaf padanya, lalu berkata dengan serius.

"Mendengar suaranya yang keras, kalau setelah dua shichen kau masih tak siuman juga, kepalamu pasti masih akan pusing selama beberapa hari, bahkan sampai kehilangan ingatan dan meracau, ini boleh dikatakan adalah pembalasan yang setimpal atas kekerasan yang kau lakukan, maaf aku tak bisa menyembuhkanmu....." Sambil berbicara, Gu Zhangfeng berbalik dan memandang perempuan itu, tiba-tiba ia dengan tak sengaja melihat dada Jiang Xiaoxuan yang terbuka, dengan terkejut ia pun cepatcepat memejamkan matanya dan berbalik.

"Nona, mohon maafkan caixia, aku tak sengaja!"

Namun setelah beberapa lama, tak ada jawaban, Gu Zhangfeng tak bisa berbuat apa-apa, dan terpaksa memanggilnya beberapa kali.

"Nona, nona?"

Panggilannya masih hanya dijawab oleh kesunyian.

Dengan wajah tegang, Gu Zhangfeng berpikir sejenak, membuka pakaiannya sendiri, mundur sambil memunggungi Jiang Xiaoxuan sampai ia berada di dekatnya, lalu dengan memperkirakan seberapa jauhnya dirinya dari wanita itu, ia menutupi tubuhnya dengan pakaiannya.

Setelah menunggu beberapa saat, ia baru menoleh, setelah melihat bahwa tubuh wanita itu telah tertutup seluruhnya, ia baru menghembuskan napas lega, lalu berbalik dan berjongkok untuk memeriksanya.

Di dahi perempuan itu samar-samar terlihat bercak darah, sepasang matanya terpejam erat, wajahnya pucat pasi.

Kemungkinan besar ia telah terluka dan juga terkejut, pasien ini harus segera dirawat dan disembuhkan! Tanpa ragu Gu Zhangfeng mengendong Jiang Xiaoxuan di punggungnya, lalu dengan susah payah melangkah keluar, ketika menemukan keranjang tanaman obatnya yang dibuangnya di jalan, ia berusaha untuk membungkuk dan memungutnya, namun sayang ia seorang sastrawan, mana bisa mempunyai kekuatan untuk melakukan hal itu? Mengendong Jiang Xiaoxuan saja sudah membuatnya cukup lelah.....

Apa boleh buat, Gu Zhangfeng terpaksa meninggalkan harta karun itu, ia menaruh keranjang itu sambil dengan berat hati memandang tanaman-tanaman obat di dalamnya, lalu berlalu sambil mengendong Jiang Xiaoxuan.

Setelah larut malam, Gu Zhangfeng baru dengan terhuyunghuyung tiba di Wisma Jin, ia membawa Jiang Xiaoxuan yang digendongnya ke dalam kamarnya melalui pintu samping, lalu setelah dengan hati-hati membaringkannya di ranjangnya sendiri, ia baru menghembuskan napas lega dan menyeka keringatnya.

Ia duduk sejenak, lalu sebelum keringatnya kering, ia segera bangkit dan membuka lemari untuk mengambil perban dan berbagai obat.

Ia menaruh lampu minyak di tepi ranjang, lalu dengan hati-hati membersihkan luka-luka Jiang Xiaoxuan, dengan seksama merawat luka di kepalanya, lalu membalutnya.

Setelah beberapa lama ia baru selesai merawat luka-luka di kepala Jiang Xiaoxuan.

Namun saat ini Gu Zhangfeng tak dapat berhenti mengobatinya, pandangan matanya perlahan-lahan beralih ke bawah, saat pandangannya jatuh di dada Jiang Xiaoxuan, dengan gelisah ia menghela napas, lalu berkata dengan serius.

"Nona, aku tahu kau sekarang sedang berada dalam keadaan tak sadar, akan tetapi sebagai seorang tabib, tak perduli apakah kau sedang pingsan, sesuai prosedur sebelum melakukan tindakan aku harus memberi penjelasan padamu. Konghucu berkata, lelaki dan perempuan tak boleh bersentuhan, akan tetapi seorang tabib seperti orang tua, kau di mataku bukan seorang wanita, melainkan seorang pasien, sekarang karena keadaan memaksa, aku harus membuka bajumu untuk merawat lukamu, tentu saja, kau hanya seorang pasien, hanya seorang pasien....."

Dengan wajah merah padam ia berbicara pada dirinya sendiri, pada saat yang sama ia membuka pakaian Jiang Xiaoxuan yang berantakan sambil setengah menutup matanya, ia berusaha sebisanya mengalihkan pandangan matanya, dengan sembunyisembunyi seperti itu ia memberinya obat.

Akan tetapi, Jiang Xiaoxuan baru saja berkelahi mati-matian, lelaki kekar itu sama sekali tak berbelas kasihan, sekujur tubuhnya biru lebam dan penuh bekas cakaran, kelihatannya sangat mengerikan.

Melihat keadaan itu, jiwa tabibnya merasa terpanggil, wajahnya perlahan-lahan nampak penuh konsentrasi, pikirannya sama sekali tak bercabang, dengan seksama ia merawat luka-luka itu.

"Baiklah.....", setelah mengikat simpul terakhir, dengan lembut Gu Zhangfeng menyelimuti Jiang Xiaoxuan, lalu dengan puas memandang 'karyanya', untuk beberapa saat ia tertawa cekikikan, lalu dengan terkejut sekaligus girang memujinya.

"Kau adalah pasien yang paling cocok denganku". Saat ini Jiang Xiaoxuan perlahan-lahan siuman, dengan kebingungan ia membuka matanya, namun ia tak bisa melihat dengan jelas, ia hanya merasa bahwa ia telah berada di sebuah tempat yang aman dan hangat. Setelah itu ia melihat dengan kabur sosok seseorang perlahanlahan menghampirinya, lalu berjongkok di sisinya, orang itu sepertinya membawa sebuah cawan porselen, lalu menyendok sesuatu dari cawan itu dan memasukannya ke dalam mulutnya. Jiang Xiaoxuan bermaksud untuk menolaknya, namun ia tak dapat menggerakkan tubuhnya sendiri, dan terpaksa meminumnya..... Rasanya pahit, apakah ini obat? Raut wajah di depannya makin lama makin jelas, sepertinya ia seorang lelaki.....nampaknya.....tak mirip dengan lelaki kekar itu, entah kenapa, perlahan-lahan hati Jiang Xiaoxuan menjadi lega, ia merasakan rasa aman yang sulit dilukiskan, setelah minum beberapa teguk obat lagi, ia memejamkan matanya dan tidur dengan nyenyak. Keesokan harinya, Jiang Xiaoxuan terbangun karena suara piring dan cawan yang terbentur sehingga jatuh bergelontangan, begitu membuka matanya, ia terlebih dahulu melihat kelambu seputih salju di atas kepalanya. Kelambu itu bersih dan seputih salju, namun terbuat dari kain katun yang sangat biasa, di Wisma Jiang, kelambu seperti itu hanya dipakai oleh para pelayan saja..... Jiang Xiaoxuan perlahan-lahan memusatkan pandangan matanya, dengan agak bingung ia melihat sosok samar-samar di samping meja di depannya, seorang wanita berbaju hijau sedang membereskan sesuatu, semacam obat cair atau perban. Pelayan itu bekerja dengan penuh konsentrasi sehingga ia tak tahu bahwa Jiang Xiaoxuan telah sadar. Jiang Xiaoxuan membuka mulutnya, hendak meneriaki gadis pelayan itu, namun pelayan itu malah mengangkat baki dan melangkah keluar.

"Ai......", Jiang Xiaoxuan menghela napas, lalu kembali memperhatikan kamar itu. Walaupun kamar itu kecil, dan perabotannya sangat biasa, namun sangat bersih, selain itu, ruangan itu samar-samar berbau tanaman obat, yang membuat orang merasa nyaman. Dahinya masih terasa agak sakit, ia teringat akan peristiwa kemarin itu, hatinya terkesiap, ia meraba bekas luka di kepalanya, tempat yang disentuh tangannya itu dibalut perban tebal. Apakah ia diselamatkan orang? Jiang Xiaoxuan menghembuskan napas panjang, namun tiba-tiba ia sadar bahwa ia memakai pakaian yang asing! Ia pun kembali terkejut! Ia cepat-cepat menunduk melihat pakaiannya, ternyata baik pakaian dalam maupun luarnya telah diganti, ia pun kebingungan. Saat ini, dengan suara berderik pintu kamar didorong hingga terbuka, Gu Zhangfeng masuk sambil membawa sebuah cawan porselen, sambil berjalan ia masih mengumam pada dirinya sendiri.

"Kalau sudah dibilang harus direbus tiga kali, ya harus direbus tiga kali, gadis pelayan ini benar-benar pemalas......"

Selagi ia berbicara, tiba-tiba ia melihat Jiang Xiaoxuan yang telah duduk di ranjang, dengan kegirangan, ia berlari ke depan ranjang.

"Nona, kau sudah siuman!"

Dengan wajah pucat pasi bercampur ketakutan, Jiang Xiaoxuan memandangnya, dengan lirih ia membentaknya.

"Jangan mendekatiku!"

"Ah?", Gu Zhangfeng tercengang, setelah itu, ia segera menyadari kesalahannya, sambil menghembuskan napas lega ia menghiburnya.

"Aku hanya datang untuk memberimu obat". Setelah berbicara, dengan sikap sopan dan hati-hati ia menaruh obat itu di atas meja di samping ranjang. Ia mengawasi Jiang Xiaoxuan, lalu dengan bersemangat bertanya.

"Nona, bagaimana perasaanmu? Apakah kepalamu masih pusing? Aiyo, kau tak tahu betapa banyak darah yang mengalir hari itu, sungguh mengerikan! Saat itu kusangka kau tak akan siuman...."

Gu Zhangfeng berbicara sendiri sesuka hatinya, sama sekali tak memperhatikan Jiang Xiaoxuan yang mencengkeram selimutnya erat-erat, semakin lama mendengarkan, wajahnya semakin pucat pasi.....


Hardy Boys Terperangkap Di Laut Naga Merah Bangau Putih Karya Kho Ping Joko Sableng Pedang Keabadian

Cari Blog Ini