Ceritasilat Novel Online

Pemberontakan Dari Tanah Merah 1

Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat Bagian 1



Kolektor E-Book

adalah sebuah wadah nirlaba bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman.

Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.

Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia, maupun kondisi fisik.

Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital sesuai kebutuhan.

Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.

Salam pustaka! Team

Kolektor E-Book

PEMBERONTAKAN dari TANAH MERAH Karya .

Vazza Hidajat Penerbit .

ANALISA c.v.

JAKARTA 1966 Pustaka Koleksi .

Aditya Indra Jaya Image Source .

Awie Dermawan Kontributor .

Yons/Yon Setiyono Juli 2019, Kolektor - Ebook1 KATA PENGANTAR.

Cerita Keq Lesap ini, bukanlah se-mata2 dimaksudkan sebagai suatu kisah histors yang bersifat dokumentasi.

Cerita diperoleh dari bahan2 yang diambil dari mulut kemulut.

yang kemudian oleh penulis sengaja diramukan dan dikumpulkan dalam bentuk buku saku.

Namun demikian ditanah Madura sendiri, hingga sekarang nama Keq Lesap ini masih cukup populer dan dibeberapa tempat masih dapat kita lihat bekas2 dari peristiwa2 hidupnya yang tak kunjung hiang, seperti misalnya tulisan2/huruf2 Madura kuno pada sebidang tanah didesa Tanah Merah ? beberapa kilometer disebelah timur kota Bangkalan, dsb.? Tentu saja dengan mengangkat kembali cerita rakyat Madura berjudul Keq Lesap ini dimaksudkan oleh penulis agar kita dapat mengenalnya dalam rangka menggali, kebudayan2 daerah, serta dengan tidak melepaskan maksud dan tujuan kita untuk dapat mengambil banyak pelajaran dari padanya.

Akhirnya dengan keyakinan yang penuh, dipersilahkan pembaca mengikutinya sendiri.

Sekian? Penulis Cerita ini bertolak dari sebuah pulau kecil yang tandus dan terpencil.

Beberapa abad yang lampau adalah sebuah pulau kecil yang tandus.Ketandusan itu disebabkan karena tanah pulau itu yang hampir seluruhnya terdiri dari gugusan kapur belaka.

Keadaan ini menyebabkan sediit sekali macam tanam2an yang bisa tumbuh diatas tanah seperti ini.

Dengan demikian disebabkan karena tanam2an tak dapat tumbuh subur disini, maka penduduknya kebanyakan mengambil jalan penangkapan ikan sebagai matapencaharian pokoknya.

Ya, kehidupan seorang sebagai nelayan sudah tak asing lagi dipulau itu.

Selain pekerjaan semacam itu, yang menjadi matapencaharian mereka yang kedua adalah bercocok tanam.

Tetapi tidaklah berarti bahwa usaha2 bercocok tanam ini banyak dikerjakan orang.

Tidak.

Yang dimaksudkan dengan bercocok tanam disini adalah berladang singkong atau jagung yang kesemuanya Cuma dijalankan secara kecil2an atau dengan alat2 yang sederhana sekali.

Bahkan dibidang pertanian ini hasil2 yang diperoleh boleh dikata hampir2 tidaklah mencukup untuk menutup kebutuhannya sendiri akan bahan makakan.

Akan tetapi, sekalipun kehidupan sedemikian tandusnya, suasana masyarakatnya tidaklah sekacau seperti apa yang dituntut oleh kehidupan2 mereka sebenarnya.

Kehidupan sehari2 tetap berjalan lancar.Suasana tenang dan damai.

Kehidupan seluruh rakyat boleh dikata tentram, walanpun hidup sehari2, yang dijalani mereka tidak begitu makmur.

Kejujuran hati serta rasa saling tolong menolong begitu meresapnya dihati setiap penduduk.

Itulah masyarakat paguyuban yang benar2 terasa kenikmatan hidupnya.

Jenis mata pencaharian lain yang juga banyak digemari oleh rakyat ialah perternakan.

Dipulau ini, soal peternakan boleh dikatakan cukup mendapat perhatian.

Perternakan sapi yang banyak terdapat hampir disetiap tempat.

Madura, demikianlah nama pulau itu.

Pulau yang hingga saat ini tetapi dikenal dengan namanya yang spesifik itu.

Pulau Madura adalah sebuah pulau yang sedari dahulu kala telah dikenal masyarakatnya dengan nama itu.

Dan dikenal pula dengan kebudayaannya yang khas.

karapan sapi.

Ya, dipulau inilah cerita ini terjadi.

Konon pada waktu itu Madura berada dibawah kekuasaan.

Panembahan Rama.

Ia adalah raja yang diangkat oleh segenap rakyat secara menyeluruh.

Dan kemudian ternyata kebijaksanaan dan kecekatannya dalam hal memikul tugasnya sebagai raja diseluruh pulau Madura, maka tak heran bilamana seluruh kecintaan dan kesenangan rakyatnya tertumpah kepada Panembahan Rama.

Panembahan Rama cukup disenangi dan disegani oleh seluruh lapisan masyarakat.

Setiap apa yang diperintahkannya selalu mendapat sambutan hangat dari masyarakat.

Pendek kata Panembahan Rama adalah benar2 merupakan junjungan mereka yang teramat dicintai dan disegani.

Namun dari sekalian banyak rakyat yang menghormatinya tentulah ada segolongan kecil orang2 yang anti dan tak senang menghadapkan dirinya dibawah pemerintahan Panembahan Rama itu.

Tentu ada sebagian orang2 yang tidak menyukai Panembahan Rama sebagai rajanya.

Hal ini memang tak nampak dimaata masyarakat pada waktu itu.

Tetapi marilah marilah memasuki sebuah desa kecil yang terlelak kurang lebih beberapa kilometer disebelah luar kota Sumenep yang sekarang.

Disini kita akan saksikan apa yang diperbuatnya dalam menuruti keinginan dan napsunya sendiri dalam hal tidak menyukai pemerintahan Panembahan Rama yang sudah ada.

Konon didesa ini hiduplah seorang lelaki bernama Keqa Lesap.

Ia mempunyai seorang istri tetapi tidak dikaruniai keturunan seorang anakpun.

Wlaupun hidupnya tidak berlebihan namun tidak bisa dikatakan kekurangan.

Ia memiliki sawah yang cukup luas.

Rumahnyaapun ckup berada.

Kehidupan yang dijalaninya setiap hari sebagai se orang petani hasilnya dibandingkan dengan kebutuhan2 yang dihadapi setiap hari bersama3 bininya.

Pada suatu hari bininya melihat Keq Lesap termenung sendiri didepan rumahnya.

Hal ini sangat berlainan dengan keadaan Keq Lesap biasanya.

Ia jarang termenung.

Orang nya yang selalu gembira dan humor.

Sekali ini nampak seperti dirundung oleh kesusahan.

Melihat ini bininya segera mendekati dan bertanya.

"Kenapa termenung saja, Kiyai?". Keq Lesap termenung saja tidak bergerak. Tidak sepatah katapun yang dikeluarkannya sebagai jawaban. Matanya menjurus jauh seakan menyertai jalan pikirannya yang sedang kalut. Kenapa kau diam saja, Kiyai?", tanya bininya lagi yang kemudian segera menyambungnya lagi.

"Apa yang kau susahkan lagi. Padi kata hampir panen. Seharusnya kau tidak bersusah demikian. Tidak berapa lama lagi kita akan memungut hasilnya. Apa yang diusahakan lagi, Kiyai?". Keq Lesap menarik napas panjang dan dengan tanpa menoleh lagi kepada bininya terlontarlah kata2nya .

"Soal padi dan soal panen adalah soal biasa. Kalau aku susah maka itu tandanya telah terjadi yang luar biasa dalam diriku!"

"Apa yang kau maksudkan. Kiyai?".

"Ya. Keadaan yang luar biasa yang telah aku pikirkan selama ini!". Bininya merasa heran. Ia merasa tak ada yang diluar ke biasaan. Semuanya masih berjalan seperti biasa. Maka itu ia sungguh tidak mengerti apa yang dimaksudkan oleh Keq Lesap, suaminya. Tanpa disadari iapun mengeluh.

"Aku benar2 tidak dapat mengerti apa yang kau maksudkan dengan luar biasa!". Kiranya keluhan ini didengar oleh Keq Lesap. Segera saja ia memalingkan mukanya kearah bininya.

"Kenapa kau tidak mau mengerti juga, ha? Apa kau tidak merasa akan kekurangen kita setiap hari ini?"

"Aku tak pernah merasa kekurangan, Kiyai!". Entah karena Keq Lesap memang lagi menanjak kemarahannya atau karena ia sengaja tak hendak menjawab perkataan bininya itu tidaklah diketahui. Tetapi yang terang diam saja. Dibiarkannya bininya terdiam sendiri penuh tanda tanya akan sikap Keq Lesap belangan ini. Sesungguhnya sungguh heran melihat Keq Lesap demikian. Tidak biasanya Keq Lesap begitu pemurung. Setiap hari selalu ia selesaikan pekerjaannya dengan gembira. Ia mengerti bahwa dengan jalan bertanilah ia hanya dapat menghidupi dirinya beserta bininya. Tetapi sudah beberapa hari ini Keq Lesap begitu pemurung. Tak hendak mengeluarkan apa yang menjadi pikirannya disaat itu. Se_kali2 bininya juga mengendalikan diri agar Keq Lesap jangan sampai4 menandjak marah.

"Coba! katakanlah kiyai. Apa sesungguhnya yang menjadi kemurunganmu itu!", kata bininya lagi. Keq LeSap masih berdiam saja tidak memberikan jawaban apa2. Tetapi setelah itu iapun memberikan jawaban juga.

"Tidakkah kau tahu apa hidup kita ini sudah cukup? Tanpa kekurangan?"

"Seperti yang aku kalakan tadi, aku tidak merasa kekurangan. Kiyai! Tuhan telah cukup memberkahi kita dengan rejeki yang cukup sekalipun kita ada sekali2 menderita kekurangan!". Mendengar ini Keq Lesap cuma tersenyum sinis. Seakan mentertawai pendapat bininya yang tolol.

"Cukup?! Hmh!", katanya dengan mengejek.

"Heran. Apa lagi yang kurang?! Coba. Rumah sudah ada. Sawah ada. Dan hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan kita se-hari2. Apa lagi?".

"Bukan itu, Nyai! Bukan soal makan saja! "Jadi apa yang kau maksudkan, Kiyai?".

"Hm. Belumkah terpikirkan olehmu?! Adakah martabat kita sudah dihargai orang?". Mendengar ini, kini bininya jadi tersenyum. Nampaknya hanya napsu belaka yang terpikir dalam otak Keq Lesap. Aneh. Aneh, pikir bininya. Orang semacam Keq Lesap memikirkan hal2 semacam itu. Hal yang sungguh jauh diluar dugaan.

"Soal martabat? Itulah yang kau pikirkan sampai sedemikian jauh?"

"Ya, Itulah. Sungguh luar biasa!"

"Janganlah terlalu memikirkan yang tidak2 Nyai!"

"Pikirkanlah keadaanmu sekarang."

"Dibandingkan orang2 yang lain kita cukup tidak kekurangan yang tidak menyakitkan dari kalangan tetangga2 kita!"

"Apa lagi!"

"Soal martabat. Terus terang aku belum puas hidup dibawah perintah orang lain!". Bininya diam. Tapi mempersiapkan jawaban yang tepat .

"Ingatlah, Kiyai! Ingatlah akan asalmu!", kata bininya menanti - hingga Keq Lesan reda dari marahnya.

"Ingatlah. Kiyai! Ingatlah akan asalmu!". kata bininya kemudian.
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kenapa?!"

"Janganlah terlalu tinggi menengadah. Kenapa kau tidak mau menerima nasib yang ditakdirkan Tuhan kepada kita?!"

"Tapi kaupun harus juga ingat, Tuhan memperkenankan bahkan menyuruh makhluknya berusaha untuk mencapai apa yang dicita2kannya."

"O. janganlah. Kiyai! Jaganlah menolak nasib yang sudah pasti5 seperti ini!".

"Tidak bisa. Nyai! Aku yakin, aku bisa menggantikan Panembaban Rama yang berkuasa dipulau Madura pada masa ini. Percayalah. Nanti hidup kita tidak lagi diperintah oleh orang lain. Kita akan dihormati orang banyak seperti Panembahan sekarang ini!"

Bininya terdiam lagi untuk sejenak lamanya. Kemudian terdengar suaranya lagi.

"Hm, Kiyai! Tidaklah mudah orang menjadi raja! Untuk menjadi seorang raja tidaklah semudah seperti apa yang kau perkirakan sebelumnya. Tidak Se-mata2 bisa dicapai dengan kekerasan. Tetapi harus menyelami tunjutan dan keinginan rakyatnya. Untuk menjadi raja haruslah kita mempergunakan otak, Kiyai!"

"Aaahh! Jangan terlalu berbelit2 pikiranmu, Nyai! Kalau aku sudah berhasil menjadi raja kaupun akan disanjung orang sebagai ratu!!"

"Itu pikiran yang salah. Kiyai! Sebelum menjadi raja hendaknya kau pikirkan terlebih dahulu bagaimana seharusnya menjadi raja. Akan tetapi kalau kau sudah tidak bisa6 merajai dirimu sendiri, apa guna kau menjadi raja dari masyarakat banyak. Janganlah memaksa! Percayalah bahwa segala keinginan itu nanti akan bertumbuk pada kegagalan juga!"

Sambil menggulung rokok Keq Lesap ter-tawa2 kecil mendengar kata2 ,bininya.

"Untuk itu semua aku sudah punya cara, Nyai!"

"Bagaimana?", tanya bininya kurang bernapsu.

"Aku akan bertapa!"

"Apa yang akan kau peroleh dari pertapaan itu nanti?!"

"Kekuatan! Ya. kekuatan bathin yang jarang dimiliki oleh orang lain. Nanti, kalau aku sudah berhasil aku akan turun kembali kekota. Satu per satu akan kutaklukkan para Adipati, kemudian Panembahan Rama. Empat puluh hari waktu yang aku butuhkan untuk pertapaan itu!"

"Kau pikir rakyat semua akan menyertaimu dan tidak akan7 menghalangi maksud itu?!"

"Bukan begitu Nyai! Tentu sebelum itu semua akan kulakukan mencari pengikut se-banyak2nya. Itulah jalan yang akan aku tempuh!"

Kata Keq Lesap serta keinginannya yang begitu keras kiranya menjengkelkan sekali buat bininya.

Ia tak mau lagi mendengarkan alasan2 yang dikemukakan Keq Lesap selanjutnya dan hanya melarang saja yang ia lakukan.

Sesungguhnya bininya sama sekali tak ingin menjadi raja menggantikan Panembahan Rama yang sudah memerintah atas pilihan rakyat banyak.

Apalagi dengan jalan memberontak seperti apa yang hendak dilakukan oleh suaminya.

Bagaimanapun juga masih besar keyakinannya bahwa Panembahan Rama adalah seorang raja yang paling dicintai dan disegani oleh segenap rakyatnya.

Kalau Keq Lesap memberontak tentulah sebagian besar rakyat dan bahkan seluruh rakyat Madura akan dibelakang Panembahan Rama.

Mereka akan ber-ramai2 mengejar Keq Lesap.

Ah semua pikiran yang memasuki benak bininya terasa mengerikan sekali.

Bayangan2 bahwa suaminya mati ditelan kemarahan rakyat yang me-luap2.

Sekali lagi ia melarang Keq Lesap pergi.

"Aku tidak setudju dengan keinginanmu itu, Kiyai!"

Mendengar kata2 ini, bukannya semakin tenang perasaan menyelmuti Keq Lesap. Tetapi justru semakin berkobar seperti tersiram bensin.

"Diam Bodoh, kau! Kalau ada jalan untuk senang kenapa kita mesti mem-buang2 kesempatan?"

"Tetapi kita jangan ter-buru2 mengambil keputusan!"

"Diam! Kau tak usah ikut campur urusanku. Jangan ambil pusing dengan apa yang aku lakukan. Semuanya untuk ke senangan kita berdua!"

Setelah mengucapkan kata2 itu Keq Lesap berdiri dan dengan kasar membanting rokoknya ketanah. Lalu memasuki kamarnya. Dari dalam kamar masih terdengar suaranya dengan jelas bahwa ia sedang kemarahan.

"Besok pagi sebelum matahari terbit barangkali aku sudah tak ada disini. Jangan kau cari! Itu tandanya aku sudah berangkat bertapa!"

Bininya masih tinggal diluar.

Pikirannya kusut.

Tindakkan suaminya sekali ini benar2 mengejutkan hatinya.

Ia tak bisa berkata apa2 menghadapi kekerasan suaminya.

Namun demikian ia hanya memanjatkan doa dan mohon keselamatan jiwa suaminya, sekalipun hatinya tidak Keq Lesap akan berhasil menggantikan Panembahan Rama".

Tapi Keq Lesap tak mau tahu apa yang sedang dipikirkan oleh8 bininya.

Yang terbayang dalam benaknya hanyalah kemenangan yang hendak diperolehnya dalam menaklukkan Panembahan Rama nanti.

Sejak hari itu pikiran bininya terus berputarkan memikirkan jalan keluar tentang cara2 membatalkan keinginan suaminya yang sungguh dimurkai Tuhan.

Dalam kebingungan ini bininya tak henti2nya berdoa agar kepada Keq Lesap di berikan jalan pikiran untuk kembali mengurungkan niatnya yang tidak baik itu.

Akan tetapi apalah daya ia sebagai seerang wanita yang akan melarang lelaki semacam Keq Lesap yang begitu kasar dan tidak mau mendengarkan nasehat orang lain.

Sejak detik itu Keq Lesap tidak keluar2 lagi dari dalam kamarnya.

Entahlah apa yang ia kerjakan.

Makan malampun dia tidak mau.

Besoknya, benar2 apa yang telah ia katakan kepada bininya ia kerjakan.

Pagi2 ketika bininya terbangun dilihatnya Keq Lesap sudah tak lagi ditempatnya.

Bininya mencari kebelakang, ke.kamar mandi, kesumur dan hampir semua tempat dibelakang, tetapi Keq Lesap sudah tak ada.

Ia sudah berangkat meninggalkan rumahnya mencari tempat pertapaan digunung.

Apa boleh dikata, pikir bininya lagi.

Segalanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

Begitu dirinya sendiri dalam menghadapi persoalan suaminya itu.

Hanya segalanya yang akan menjadi kebaikan sajalah yang ia harapkan dari nasib mereka.

Bininya tidak mencarinya kemana2 lagi.

Ia mengerti bahwa Keq lesap sudah berangkat menuju tempat yang dia inginkan.

Ketika matahari terbenam, kesepian ditinggalkan Keq Lesap itu semakin terasa dalam hatinya.

Sekali lagi ia mengeluh dan menyerahkan seluruh nasibnya kepada Yang Maha Kuasa.

Sementara itu Keq Lesap sedang berjalan kurang lebih lima kilometer dari desanya, keringatnya mulai mengucur di keningnya.

Bajunya basah seperti dicuci.

Badannya sudah terasa lelah sekali."

Kemudian ia menghentikan langkahnya disebuah tanggul dan duduk diatas tanggul itu.

Dilihatnya matahari mulai terbenam separoh.

Pohon2an ditepian jalan sudah nampak menghitam.

Bayang pohonan sudah semakin memanjang dan hampir2 tak nampak.

Keq Lesap menarik napas panjang sebentar, kemudian membuka kancing bajunya.

Ia akan bermalam disitu.

Akan tetapi belum berapa ia beristirahat, tiba2 ia mendengar suara burung yang menandakan bahwa tempat itu sudah mendekati tempat pertapaan.

Mendengar suara ini tiba2 Keq Lesap merasa hilang capeknya.

Ia berdiri dan meng-amat2i larinya burung tadi.

Anehnya tidak seekor burungpun yang nampak terbang disana.

Hatinya jadi cemas kembali.

Keq Lesap masih men-cari2 burung itu, kalau2 nampak sedang9 terbang di atasnya.

Suara burung itu terdengar lagi, Keq Lesap gembira kembali.

Tetapi ketika ia melihat keatas lagi burung itu belum nampak2 juga.

Sementara itu matahari semakin tenggelam.

Diatas bukit itu suasana telah berubah menjadi kehitaman.

Begitu pula Keq Lesap susah meneroboskan pandangannya keatas.

Ia sudah tak mungkin lagi dapat melihat burung2 yang terbang diatasnya.

Ah, burung itu tak mungkin nampak, pikir Keq Lesap lagi sambil kembali duduk.

Dan kemudian menelentangkan tubuhnya dibawah sebatang pohon besar.

Tiba2 tidak berapa lama kemudian ketika Keq Lesap sedang berbaring itu dengan tidak di-duga2 sebelumnya seekor burung menyambar diatas kepala Keq Lesap, yang diperhatikan Keq Lesap burung itu.

Tapi, begitu cepatnya menghilang meninggalkan Keq Lesap yang tengah men-cari2 arah burung itu.

Tetapi dari desis angin yang ditinggalkan Keq Lesap mengetahui bahwa burung itu terbang arah ke utara.

Sekali diperhatikannya burung2 yang terbang dilangit.

Heran.

Tak seekor burungpun nampak dalam kegelapan itu.

Tiba2 burung itu datang lagi menyambar kemudian menghilang ke arah utara.

Kini Keq Lesap yakin benar bahwa burung yang tadi melintas kearah utara.

Yang menurut kebiasaan orang2 disana hal ini menjadi pertanda bahwa disebelah utara dari tempat itu terdapat sebuah pertapaan.
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pelan2 Keq Lesap berdiri, kemudian memperhatikan tempat2 disekitarnya.

Sepi.

Gelap dan mengerikan.

Tapi semua ini tidak mengurangi niat Keq Lesap untuk menjalankan pertapaan disana.

Segala yang akan terjadi nanti sudah menjadi niatnya semenjak ia meninggalkan rumahnya.

Dan untuk semuanya itu ia sudah memberanikan dirinya dalam menghadapi segala cobaan nanti.

Hari telah mulai malam.

Kegelapan menutupi di-mana2.

Terdengar angin malam mendesak dari daun2 pohonan ditepi jalan.

Per-lahan2 Keq Lesap melangkahkan kakinya mengikuti jalan kampung arah keutara.10 Dalam langkahnya yang pelan, sebentar2 tubuhnya nampak angin malam terasa menepis2 tubuhnya, matanya mengawasi tempat2 disektarnya, barangkali nampak tempat yang diperkirakan cocok untuk tempat pertapaan".

Sudah empat kilometer Keq Lesap berjalan, Tapi tempat yang dicarinya belum nampak juga.

Kelemasan mulai menghinggapi dirinya lagi, sudah sejauh itu ia berjalan tetapi apa yang dicari tidak juga nampak2.

Keq Lesap menghentikan langkahnya sejenak.

Ia hendak beristirahat disana sementara itu matanya terus mengawasi tempat2 disekitarnya.

Tiba2 semangat Keq Lesap menjadj bangkit kembali ketika dilihatnya sebuah gua dikejauhan, Keq Lesap segera mengarahkan langkahnya kesana.

Tidak berapa lama kemudian sampailah ia ditempat itu.

Berdiri sejenak lamanya dihadapan gua itu, memperhatikan tempat2 sekitar.

Hah, tempat ini sungguh baik buat pertapaan, pikirannya.

Dilihatnya sebuah batu besar dan tinggi serta pada bagian atas merupakan permukaan yang datar.

Di-tempat2 seperti itulah biasanya orang2 menjalani pertapaannya.

Begitu pula apa yang sedang terpikir oleh Keq Lesap.

Dilihatnya tempat itu sangat cocok sekali untuk tempat dirinya selama menjalani pertapaan nanti.

Tempat tinggi.

Aman dan sepi.

Jauh dari gangguan kebisingan jalan besar, sehingga ia merasa aman sekali sedang menjalani pertapaan itu.

Per-lahan2 ia mulai melangkah mendekati batu besar tadi, kemudian dengan hati2 ia memanjat keatas dan duduk ber semedi dibagian yang datar pada tempat paling atas.

Tepat disaat Keq Lesap duduk memulai semedinya, dari arah cakrawala disebelah timur mulai nampak bias matahari yang sebentar akan terbit.

DUA.

PADA hari keduapuluh satu hampir2 Keq Lesap tak tahan untuk melanjutkan semedinya ditempat pertapaan itu.

Hampir saja ia tinggalkan tempat itu.

Karena apa yang ia nantikan selama ini tak juga muncul2.

Tak ada pertanda apa2 yang dapat dianggap sebagai alamat turunnya wahyu.

Tak satupun terasa adanya tanda2 itu.

Atau pun firasat lainnya yang dapat dijanjikan pegangan untuk membentuk kekuatan bathin yang diinginkannya.

Tetapi kekesalan ini berhasil ditahannya ketika dirinya menyadari bahwa memang itulah sebenarnya yang merupakan ujian bagi seorang pertapa.

Soal tabah tidaknya seorang pertapa menantikan turunnya wahyu.

Kalau ia berhasil lulus dalam ujian2 dan cobaan2 itu maka niscaya11 apa yang ia harap2kan dari bertapa itu nanti akan datang dengan sendirinya.

Karena itu Keq Lasap-pun kemudian mengurungkan niat nya untuk meninggalkan tempatnya itu.

Ia menciba untuk menguatkan dirinya dari segala cobaan.

Ia yakin bahwa akhirnya segala cobaan itu akan dapat diatasi dengan baik hingga tiba saatnya firasat turunnya wahyu turun kepadanya.

Saat itu adalah malam yang ketigapuluh tujuh! Keq Lesap masih dengan tekun duduk bersemadhi diatas batu besar itu.

Seperti juga yang terjadi kepada setiap pertapa yang lain, demikian pula terhadap diri Keq Lesap pada saat itu.

Konon karena begitu keras kemauannya maka tak lama ke mudian keluarlah asap dar! kepala Keq Lesap.

Asap yang ke luar karena ketekunan bathin itu terus menjulang tinggi kelangit.

Dan meluncur dengan cepatnya menembus awan demi awan.

Demikianlah, ketika asap itu melalui segumpal awan, tiba2 terciumlah baunya oleh jin yang sedang berkeliaran disana.

Kedua jin itu segera tertawa dengan riangnya ketika melihat pertanda yang dicarinya.

Masing2 penggoda itu ber nama jin Krodongmerah dan Klentingmungil.

Kedua jin inilah yang selalu mengganggu kehidupan tentram setiap manusia.

Dan mereka pula yang sering mengganggu ketekunan para pertapa didalam menjalani tapanya.

Demikian pula sekali ini Keq Lesap tak ]epas dari sasaran perbuatan jahat mereka.

Melihat asap yang meluncur antara lapisan2 awan itu mereka mulai me-nari2.

Kini mereka menemukan mangsanya yang segera akan menjadi korban permainannya.

Keduanya mendekati asap itu kini.

"Kau kenal bau asap ini, adik Klentingmungil?,"tanya jin yang lebih tua yang bernama Krodongmerah. Klentingmungil tidak segera menjawab pertanyaan abangnya. Ia menciumi bau asap itu sekali lagi seperti juga abangnya. Setelah jelas bau asap itu tercium oleh hidungnya iapun meng- angguk2kan kepalanya sambil ter-senyum2 kecil.

"Bau manusia!"

Kata abangnya si Krodongmerah lagi.

"Benar, bang! Tak salah lagi!"

"Ya, tak salah lagi! Pastilah ini asap orang yang sedang bertapa. Aku yakin benar!"

Jin Klentingmungil sudah tidak begitu memperhatikan lagi kata2 Krodong merah karena pada saat itu ia sedang asyik menciumi bau asap tadi.

Sayang sekali, pikirnya.

Ia belum bisa benar mem-beda2kan bau asap semacam itu.

Kalau tidak tentulah ia akan segera mengetahui apa kira2 maksud manusia yang sedang bertapa itu.

Dan dengan demikian12 tentu ia akan dapat membuat rencana2 selanjutnya dengan mudah.

Namun demikian Klentingmungil tak hendak berputus asa.

Ia ingat bahwa ia datang bersama abangnya si Krodongmerah.

Ia tidak kuwatir dan sama sekali tidak pernah menyangsikan kecakapan abangnya dalam hal menilai bau2 asap semacam itu.

Ia percaya bahwa semua itu akan dapat dilaksanakan dengan mudah.

Tidak sekali itu saja ia melakukan perbuatan semaca itu.

Telah berulang kali ia bersama abangnya mengadakan percobaan untuk mengganggu manusia2 yang sedang bertapa.

Selama itu tak pernah tertumpuk pada kegagalan.

Apa yang dikatakan abangnya tentulah benar dan tepat.

Sekali ini tentu rencananya akan berjalan dengan baik pulu, pikirnya sendiri.

Tapi apakah kira2 maksud manusia ini bang? Tanya Klentingmungil kepada abangnya yang sedang asyik berpikir.

Abangnya tidak segera memberikan jawaban.Seperti tadi, ia masih terdiam sejenak lamanya.

Lalu kembali menciumi bau asap itu.

Sementara itu asappun terus meluncur tinggi kelangit.

"Hm!"

Dengan tersenyum kecil abangnya mengangkat kepala.

"Apakah kira2, abang?", tanya adiknya mendesak.

"Aku tahu manusia ini mempunyai keinginan yang sangat kuat!"

"Keinginan apa ?'' "Ia rupanya keinginan menjadi raja!"

Adiknya mengangguk2 kecil dan merasa kegirangan karena abangnya Krodongmerah begitu mengetahui maksud orang itu.

"Aku mengerti,"

Kata abangnya lagi"

Dengan jalan bertapa nampaknya ia ingin memiliki sesuatu kekuatan baru!"

"Kekuatan baru? Apa maksudnya?"

"Ya, Kekuatan bathin maksudku! Dengan Kekuatan besar yang demikian besar ia ingin menguasai pulau Madura ini dibawah pemerintahan dirinya. Semuanya itu akan direbutnya dengan kekerasan! Panembahan Rama akan diturunkannya dengan kekerasan pula!"

Klentingmungil diam sejenak. Ia memikirkan apa pula yang harus direncanakan terhadap orang itu. Kemudian tanpa disadarinya keluarlah pertanyaan dari mulutnya.

"Kalau demikian apa pula rencana kita sekarang?!"
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Harus kita jegal. Sudah jelas. Karena maksud orang ini loba se- mata2. Kita tak boleh membiarkan manusia begitu saja menuruti sifat2nya yang tamak dan loba!"

"Bagaimana abang tahu dia loba?"

"Dia ingin menjadi raja dengan jalan merebutnya dengan kekerasan. Dia telah menginginkan sesuatu yang jauh berada diluar haknya sebagai manusia biasa. Dan dengan jalan yang tidak benar pula. Itu loba namanya."13

"Bagaimana dengan rencana abang?"

Krodongmerah terdiam lagi. Tidak segera mengeluarkan jawaban. Keningnya berkerut memikirkan sesuatu rencana yang hendak dijalankannya. Begitu pula Klentingmungil ia menanti apa yang akan diucapkan oleh abangnya.

"Orang ini harus digoda agar maksudnya tidak kesampaian!"

"Benar, abang Krodongmerah!"

"Apakah sudah kau dapat jalan untuk itu adikku?"

"Belum, abang! Justru aku selalu menunggu apa yang akan direncanakan abang!"

Ketika Klentingmungil mengakhiri kata2nya, Krodongmerah masih terdiam.

Berpikir sendiri.

Bagaimana caranya agar keinginan Keq Lesap pada waktu itu dapat mereka gagalkan Tidak berapa iama kemudian Krodongmerah memanggil adiknya.

Tanpa bertanya apa2 lagi Klintingmungil segera mendekati Krodongmerah.

"Begini, adik Klentingmungil!", katanya kemudian. Klentingmungil menanti dengan penuh perhatian.

"Sementara ini akan kubiarkan manusia itu berpuas diri dengan kemauan semacam itu. Biarkan dia bersenang hati dengan hasil tapanya!"

"Aku mengerti, abang! Tapi bagaimana caranya?"

"Biarkan dia kuat melebihi manusia2 lainnya, Nanti semua orang akan heran melthat kekuatannya!"

"Bagaimana tugas kita sendiri sekarang?"

"Kau coba menjelma menjadi sebilah parang! Sanggup kah?"

"Sanggup, abang! Tapi bagaimana selanjutnya?"

"Aku sendiri nanti akan menjatuhkan parang itu persis dihadapannya!"

"Dan bagaimana dengan abang sendiri?"

"Aku? Aku sendiri akan menyelusup kedalam tubuh manusia Tentu bentuk tubuhnya akan berubah saat itu juga menjadi besar dan tinggi. Sungguh luar biasa dibandingkan kekuatan manusia biasa. Kemudian aku akan mennyertainya turun kedesa dan menaklukkan adipati demi adipati!"

"Kalau begitu dia tentu akan berhasil. dengan cita2nya. Akhirnya Panembahan Ramapun akan berhasil ditaklukkannya!"

"Tidak begitu, adik Kientingmungil! Pada saat yang tepat aku akan meninggalkan tubuhnya dan terbang kembali ke utara. Saat itu pula kau harus sudah siap untuk kembali menjelma dari bentukmu sebagai sebilah parang untuk kemudian menyertaiku meninggalkan tempat itu!"

"Baik. Baik rencanamu!"

"Tentu dia akan terbunuh disana!"14

"Baik. Aku bisa mengerti semua apa yang kau maksudkan"

"Cobalah kau mendjelma mendjadj sebilah parang!" * * * KONON atas kehendak Yang Maha Kuasa, pada saat itu juga Klentingmungil menjelma menjadi sebilah parang. Dengan hati2 Krodongmerahpun mengambil parang itu, lalu dibawanya terbang keatas tempat pertapaan Keq Lesap. Tidak berapa jauh dari tempat itu sampailah Krodongmerah ketempat yang di carinya. Setiba diatas Keq Lesap Krodongmerah tidak segera menjatuhkan parangnya. Ia masih terbang ber-putar2 diatas kepala Keq Lesap, Di- amat2inya dari atas. Dan nampaklah bahwa hingga detik itu Keq Lesap masih tetap menjalani tapanya dengan penuh ketekunan. Dengan tersenyum, kecil Krodongmerah masih terbang melayang2 diatas Keq Lesap. Semua yang dilakukan oleh Krodongmerah berjalan dengan baik tanpa setahu Keq Lesap. Krodongmerah tidak membiarkan hal2 demikian berjalan lama. Tiba2 dijatuhkannya parang itu tepat dimuka Keq Lesap. Akan tetapi Keq Lesap belum bergerak juga. Dengan secepat kilat Krodongmerah segera menyelinap kedalam tubuh Keq Lesap. Dan menurut cerita orang pada saat itu juga tubuh Keq Lesap telah berubah menjadi, dua kali lebih tinggi dan lebih besar. Tidak lama kemudian Keq Lesap merasa dirinya mengalami. perubahan. Ia terkejut dan membuka matanya. Yang dilihatnya pertama kali ialah parang yang tergeletak dihadapannya.

"Parang?". katanya sendiri yang terpantul diluar kesadarannya.

"Hm. Tentulah ini karunia dewata yang menjadi pembantuku yang paling setia dalam menempuh cita2!"

Pelan2 diraihnya parang itu.

Di-amat2inya Benar! Parang itu dijatuhkan dari langit.

Dan belum pernah dilihatnya oleh Req Lesap selama ini.

Pasti, parang itu merupakan ha15 sil tapa yang memang telah lama di-nanti2kannya.

Kemudian pelan2 pula Keq Lesap.

Untuk kedua kalinya ia merasa terkejut ketika terasa adanya kelainan dalam tubuhnya.

Kini ia merasa bertambah besar dan bertambah tinggi.

Selain itu terasa bahwa tubuhnya lebih kekar dari sebelum ia menjalani tapanya.

Hampir ia tidak percaya melihat bentuk tubuhnya sendiri yang sudah demikian berubah.

Ini dia! Segala rahmat yang dinantikan telah turun, pikirinya lagi.

Dengan tubuh yang besar dan sekuat itu serta dengan parang yang ditemukannya itu, niscaya semua akan berhasil.

kemudian diselipkannya parang itu diantara celah2 perutnya.

Dan diatas batu besar itu ia mencoba menggerak2an tubuhnya dengan besar.

Setelah dirasakan tubuhnya cukup kuat untuk menghadapi musuh sekuat apapun, ia mulai melangkah meninggalkan tempat itu.

Dan dengan ketetapan hati yang kuat ia terus melangkah pada hari ketiga puluh delapan dengan tujuan pertama kadipaten Sabrangwetan.16 TIGA MATAHARI telah cenderung kebarat, ketika Keq Lesap menuruni perbatasan bukit! Dalam hatinya telah ia tetapkan untuk langsung menuju Kadipaten Sabrangwetan.

Adipati Sabrengwetanlah yang hendak ditaklukannya pertama2.

Mungkin sekali ia akan mendapat tantangan rakyat banyak atas kedatangannya itu.

Akan tetapi untuk setiap tantangan yang akan datang, Keq Lesap telah siap untuk melayaninya sekaligus.

Ia tahu dan telah memperkirakan sebelumnya bahwa Adipati Sabrangwetan akan menyiapkan tentaranya bila ia mengetahui bahwa Keq Lesap datang untuk menjatuhkan dirinya.

Semuanya itu telah terpikirkan jauh2 sebelumnya.

Tetapi tak sedkitpun Keq Lesap mengurungkan niatnya untuk menaklukkan satu persatu dari semua AdiPati yang ada dipulau Madura itu.

Termasuk rencana utamanya untuk menjatuhkan Panembahan Rama dari singgasana kerajaan Madura dan menggantikan dengan dirinya.

Tigapuluh tujuh hari dipertapaan telah dilaluinya dengan baik.

Ini menunjukkan bahwa ia telah dirahmati untuk segala yang direncanakannya.

Tentu tak lama lagi Madura akan diperintah oleh seorang yang gagah perkasa bernama Keq Lesap pikirnya.

Sementara ia melangkah pikirannya terus melayang juga.

Disepanjang perjalanan ia mulai pula membayang2kan dirinya bila nanti sudah menjadi raja.

Terbayang bagaimana orang2 akan berdatang sembah kepadanya.

Setiap orang berjalan, maka orang2 yang berdiri di tepian jalan akan membungkukkan badannya memberi hormat kepadanya.

Apa2 yang tidak disukainya dengan segera dapat ia perintahkan untuk dibuang.

Segala yang kurang, tinggal panggil dan minta.

Semua kewjbawaan yang semula dimiliki oleh Panembahan Rama di saat itu, tentu tak lama lagi akan beralih kepadanya.

Tetapi ketika darinya melamun demikian, tiba2 terpikir pula olehnya tentang nama.

Hm, soal nama!, pikirnya.

Walaupun soal nama itu tidak begitu penting, nampaknya bagi Keq Lesap hal merupakan persoalan besar yang cukup merumitkan.

Kiranya Keq Lesap kurang puas bila namanya dsebut pula sebagai seorang raja.

Nama Keq Lesap terlampau jelek untuk di-sebut2 sebagai nama orang raja.

Sekalipun tak punya arti apa2, namun se-tidak2nya akan menurunkan kewibawaan dimata seluruh rakyatnya nanti.

Tetapi Keq Lesap tak berpkir panjang lagi.

Soal nama adalah soal mudah pikirnya.

Bala nanti cita2nya sudah benar2 berhasil, maka ia akan segera mengubah namanya.17 Ia terus melangkah semakin mendekati kadipaten Sabrangwetan.

Perjalanan itu tidak begitu banyak memakan waktu.

Beberapa saat sebelum matahari terbenam.

Keq Lesap telah memasuki daerah perbatasan kadipaten Sabrangwetan.

Disepanjang jalan ia sering berpapasan dengan lak2 dan perempuan yang baru pulang dari pasar.

Sebagian dari mereka terkejut melihat Keq Lesap.

Nampaknya apa yang diliihatnya pada tubuh Keq Lesap sungguh aneh dan menakjubkan.

Semuanya serba mengherankan bagi mereka.

Dan sungguh tidak aneh lagi halau mereka tak bisa mengenal Keq Lesap lagi.

Yang lebih mengherankan lagi, ketika mereka melihat Keq Lesap, banyak yang merasa ngeri.

Keq Lesap sungguh menakutkan bagi mereka.

Dan hampir sebagian besar dari mereka melarikan diri menjauhi Keq Lesap.

Hal sudah terang sangat tidak menyenangkan bagi diri Keq Lesap.

Semua yang mereka lakukan kiranya merupakan hal2 yang tak diinginkan oleh Keq Lesap.

Ia tidak mengingin; orang menjadi takut kepadanya dengan jalan seperti itu.

Ia menginginkan agar semua orang aktan mencintainya.

Ia menginginkan agar semua orang mendukung cita2nya untuk menaklukkan Madura.

Serta kemudian semua orang itu akan melemparkan sanjung pujinya karena keberanian dan kekuatan Keq Lesap.

Tapi kemudian apa yang dijumpainya sebagai kenyataan sungguh berlawanan dari apa yang djbajangkannya semula.

Justru mereka banyak yang melarikan diri ketika melihat Keq Lesap dalam bentuk yang sangat aneh dan menakutkan.
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kumisnya tebal dan mencuat keatas.

Janggutnya lebat dan panjang, Sedang rambuttnya panjang dan kejur, dibalut oleh ikat kepalanya yang berwarna merah ber- kembang2 hitam .

Melihat orang, berlaku demikian, Keq Lesap segera ber teriak memanggil mereka.

Hei! Kemari! Kenapa kalan lari?"

Tapi tak seorangpun dari mereka yang dipanggil oleh Keq Lesap mengindahkan seruan itu.

Baik laki2 maupun perempuan semuanya terus melarikan diri semakin jauh.

Dikejauhan mereka berhenti.

Disana mereka berdiri memandang kearah Keq Lesap.

Keq Lesappun menghentikan langkahnya.

Kini ia berdiri berhadapan dengan orang banyak itu dengan jarak yang berjauhan.

"Kemari! Aku Keq Lesap! Apa kalian lupa?", teriak Keq Lesap sambil emnunggu kedatangan mereka untuk mendekatinya. Tetapi apa yang diperkirakan Keq Lesap semuanya meleset. Mereka tetap seperti tadi. Tidak seorangpun dari mereka yang mendekati Keq Lesap. Mereka tetap berdiri ditempatnya sambil memandang dengan heran kearah Keq Lesap.18

"Kemarlbh! Aku tak kan mengganggu kalian!"

Teriak Keq Lesap lagi.

"Bukan! Kau bukan Keq Lesap!", teriak salah seorang diantara mereka yang kemudian disambung oleh teriakan yang lainnya.

"Keq Lesap tidak setinggi itu! Bukan! Kau bukan Keq Lesap!"

"Kenapa kalian tak percaya! Lupakah kalian kepada Keq Lesap?"

"Kau bukan Keq Lesap. Kau orang asing yang akan mengganggu ketenteraman desa kami!"

"Lihatlah dengan teliti! Aku Keq Lesap! Aku Keq Lesap!"

"Tidak! Keq Lesap tidak seperti kau! Kumis Keq Lesap tidak selebat itu. Dan ia tidak berjanggut. Rambutpun tidak kejur macam rambutmu! Pergilah. Kami tak mau diganggu."

Permintaan itu tidak mendapat jawaban dari Keq Lesap.

Sebaliknya iapun tidak bergerak barang sedikitpun dari tempatnya.

Tapi belum timbul kemarahan dalam hatinya.

Ia sedang memikirkan bagaimana caranya agar mereka mau percaya bahwa dirinya adalah Keq Lesap.

"Cobalah seorang datang kemari! Tidak akan ku apa2kan. Kalau aku mengganggu boleh kalian bunuh aku ber-ramai2!"

Mendengar tawaran itu, orang banyak itu mulai diliputi oleh rasa bimbang.

Mungkin ia benar Keq Lesap.

Tapi kadang2 terpikir pula sebentar kemudian bahwa lelaki itu adalah lelaki penipu yangg akan mengganggu ketentraman desanya.

Akhirnya yang semula merka menganggap Keq Lesap sebagai orang asing mulai pula percaya akan hal2 yang sebenarnya.

Berapa laki2 diantaranya berembuk.

Lalu kemudian salah seorang dari mereka maju.

"Baik. Aku akan datang kepadamu. Kita bicara demi kebaikan dan keselamatan bersama. Tapi kulau kau mengania aku lihatlah, semua akan databg menghabiskan nyawamu!"

"Aku mengerti!"

"Sanggupkah kau tepati janjimu?"

"Baik. Aku bersedia!"

Lelaki itu berdiri tegak.

Ditatapnya Keq Lesap dari kejauhan.

Dan ketika tidak didapatinya tanda, bahwa Keq Lesap akan menipunya, pelan2 ia mulai melangkah menuju tempat Keq Lesap berdiri.

Dalam setiap langkahnya ia selalu siap siaga untuk menyerangnya.

Disamping itu yang lainpun telah siap pula untuk membantu temannya bilamana temannya kewalahan menghadapi Keq Lesap.

"Maaf!", kata lelaki itu sambil menghentikan langkahnya tak jauh didepan Keq Lesap"

Bolehkah kami bertanya. siapakah kau ini sebenarnya?"

Sambil berkata demikian matanya tak lepas memperhatikan Keq Lesap dan setiap gerak geriknya. Jelas sekarang bahwa setiap bagian tubuh Keq Lesap sungguh berbeda dengan bayangan2 manusia biasa. Mendengar pertanyaan ini Keq Lesap cuma tersenyum kecil.

"Kenapa kalian masih belum percaya juga?! Adakah kalian lupa19 siapa aku?! Alau sengaja akan mempermainkan aku?"

"Oh tidak! Sebenarnyalah kami tidak mengenal siapa kau!' "Ya, Akulah Keq Lesap!"

"Tapi, kalau kau benar2 Keq Lesap mengapa tubuhmu demikian aneh? Keq Lesap karmi kenal tidak setinggi tubuhmu!"

Sekali lagi Keq Lesap Cuma tersenyum.

"Benar. Kau sangat asing bagi ,kami!"

"Ya. Mungkin. Bisa djadi kau lupa. Langling. Dan itu pula sebabnya mengapa kalian tidak percaya sekalipun sudah seribu kali aku katakan bahwa akulah Keq Lesap. Coba dengarkan!"

Lelaki itu dengan penuh perhatian menanti apa yang akan dikatakan oleh Keq Lesap selanjutnya.

Keq Lesap menghentikan kata2nya sejenak.

Ia memandang kepada orang yang sedang menunggu dikejauhan.

Mereka nampaknya sedang menunggu hasil2 pembicaraan kedua orang itu.

"APa mereka semua masih menyangsikan aku?". tanya Keq Lesap kepada lelaki itu.

"Ya. Mereka menunggu. Apakah kau benar2 Keq Lesap. Dan apa pula maksud kedatanganmu kemari?!"

"Dengar. Akan kuceritakan kepadamu bahwa aku adalah Keq Lesap!, sampai disini ia menarik napas sebentar dan kemudian melanjutkannya lagi.

"Maukah kau mendengarkan?"

"Ya Tentu!", jawab lelaki itu singkat.

"Aku memang adalah Keq Lesap yang kalian kenal didesa timur, Barangkali kalian ada melihat kelainan dalam tubuhku. Itu memang mungkin terjadi. Tapi tak apa. Akan kuterangkan pula sebab2nya. Begini!". Keq Lesap menarik napas lagi. Dan setelah melirik kearah orang banyak itu, iapun melanjutkannya lagi .

"Aku baru turun dari pertapaan. Empat puluh hari lamanya aku bertapa. Dan ini semua hasilnya. Segala perubahan yang namgak inilah sebenarnya yang aku bawa dari pertapaan. di samping ilmu2 yang aku peroleh disana!"

"Jadi kau benar2 Keq Lesap yang kami kenal?"

"Ya. Apa kalian masih belum mau percaya juga?"

"Baiklah. Kalau kau benar2 Keq Lesap, kami akan mempercayainya. Tapi apa pula maksud kedatanganmu kemari?"

"Aku akan menghadap adipati Sabrangwetan. Aku mempunyai urusan pribadi dengan beliau. Tapi nampaknya aku tak sempat melanjutkan perjalanan hari ini juga, Hari sudah terlampau sore. Justru itu aku bermaksud untuk bermalam disini dulu. Besok pagi aku akan melanjutkan perjalanan ke kadipaten Sabrangwetan!"

"Lantas apa rencanamu malam ini?"

"Aku akan bermalam ditempat ini, Maksudku, aku minta20 kebijaksanaan untuk sudi memberi tempat bermalam kepadaku. Adakah diantara kalian yang mau menolongku?"

Lelaki itu berpikir sejenak. Kemudian memandang kearah teman2nya yang masih menunggu dikejauhan. Keningnya berkerut seakan ada yang sedang ia pikirkan. Tapi ia segera membalikkan mukanya kearah Keq Lesap lagi.

"Benarkah Keq Lesap mau bermalam disini?"

"Ya".

"Tunggu sebentar. Aku harus menanyakan dahulu kepada mereka tentang maksudmu!"

Tanpa membuang waktu banyak lelaki itu segera ber-lari2 mendapatkan teman2nya yang lain.

Diceritakannya kepada mereka bahwa orang aneh itu adalah benar, Keq Lesap yang sudah cukup dikenal namanya oleh masyarakat Madura kala itu.

Hampri seluruh orang, bersenang hati bersedia menerima kedatangan Keq Lesap.

Sebab itu lelaki itu segera kembali menemui Keq Lesap dan mengatakan bahwa mereka ber sedia menerima Keq Lesap bermalam didesanya.

Kemudian dengan senang hati Keq Lesap bersama mereka menujuu perkampungan penduduk.

EMPAT.

PADA malam harinya, disebuah pondok kecil berkumpullah empat lelaki penduduk kampung itu.

Mereka bicara dengan perlahan sekali.

Nampaknya sedang mengadakan perembukan secara rahasia.

Tidak berapa lama kemudian datang pula dua orang yang lain yang langsung mengikui jalan perembukan itu.

"Aku merasa aneh benar dengan kedatangan Keq Lesap sekali ini!"

Kata seorang lelaki yang berperawakan tinggi besar dan mengenakan baju setelan hitam.

"Semua merasa tidak mengerti, kak!"

Jawab seorang yang lain lagi. Kemudian salah seorang dari yang baru datang tadi menggulung rokok. Ia adalah lelaki yang bicara dengan Keq Lesap tadi siang. Dialah yang mengajak Keq Lesap bermalam di desa itu.

"Bagaimana pendapatmu, Pandige,"

Tanya lelaki itu kemudian kepada lelaki yang bertubuh tinggi besar tadi.

Pandige ? lelaki yang bertubuh tinggi besar tadi dikenal sebagai pendekar di kampung itu.

Ia adalah seorang lelaki yang selalu dapat mengatasi kerusuhan didesanya.

Setiap ada persengketaan tentulah dia yang tampil sebagai penengahnya.

"Aku sendiri meragukan sebenarnya!", kata Pandige kemudian setelah menarik napas panjang yang kemudian menyambungnya lagi.21

"Bagaimana hasil pembicaraan tadi dengan Keq Lesap?"
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia yang memintanya agar diperkenankan bermalam disini!"

"Dan kau mengizinkan?"

"Ya, Tapi sebelum itu aku telah meminta persetujuan dari semua teman2 pada saat itu, bagaimana pendapat mereka kalau Keq Lesap bermalam didesa kita!"

Pandige diam sejenak. Keningnya berkerut.Matanya melirik kesatu arah. Seakan ia sedang mencari jalan keluar tentang Keq Lesap. Tiba2 ia kembali menegur kepada lelaki tadi.

"Tahukah kau apa kira2 maksud kedatangan Keq Lesap?"

"Aku tidak bisa menjawab dengan pasti Pandige! Dari pembicaraan2 tadi siang aku Cuma tahu bahwa Keq Lesap bermalam disini untuk besok pagi berangkat ke Adipati Sabrangwetan. Tentang apa2 keperluannya menghadap Prabu Adipati aku tak tahu. Katanya, itu urusan pribadi!"

Mendengar ini Pandige terkejut. Mulai berpikir olehnya apa yang menjadi keinginan Keq Lesap untuk menghadap Adipati Sabrangwetan itu. Sedang Pandige berpikir demikian, tiba2 nyeletuk suara seorang laki2 yang hadir dalam pertemuan itu.

"Oooo, mungkin berita yang aku dengar tempo hari!"

Semua yang hadir menjadi tercengang. Mereka memperhatikan kepada lelaki tadi.

"Bagaimana?"

Tanya mereka serempak.

"Itu! Kabar tentang Keq Lesap yang akan menyerang Panembahan Rama. Hal ini sudah direncanakan lama. Tapi nampaknya baru sekarang rencana itu dia mulai. Tentu mulai dengan menjatuhkan Adipati Sabrangwetan dulu!"

"Benar! Benar berita itu! Sebab Keq Lesap baru turun dari pertapaan!"

"Darimana kau tahu?"

"Dia sendiri yang menceritakan tadi!"

Jawab laki2 yang bicara langsung dengan Keq Lesap. Pandige yang telah dipercayai oleh mereka meng-angguk2kan kepalanya. Dan.

"Kalau demikian keinginan Keq Lesap ini tidak bisa kita biarkan begitu saja. Yang terang rencana itu adalah rencana jahat. Dan ini harus kita cegat sebelum semuanya berhasil dicapai oleh Keq Lesap. Ini tugas kita!"

"Tapi bagaimana caranya Pandige?"

Pandige tersenyum kecil. Lalu bernapas panjang. Dan.

"Begini. Kita bunuh saja dia sebelum menghadap Panembahan Rama!"

Konon, tepat disaat itu juga Keq Lesap terbangun dari tidurnya.

Ia terkejut melihat suasana desa itu sepi sekali.

Keq Lesap bangun dan me-22 lihat2 sekitar rumah itu.

Rumah itupun kosong.

Tidak seorangpun yang tidur dalam rumah itu kecuali Keq Lesap.

Sebab itu Keq Lesap mulai merasa curiga.

Mungkin mereka akan merencanakan sesuatu kepada Keq Lesap.

Sebab mereka sebenarnya tidak menyenangi adanya Keq Lesap sedari tadi siang.

Pelan2 Keq Lesap keluar meninggalkan rumah itu.

Disetiap tempat diperhatikannya, barangkali mereka sedang bersiap2 untuk melakukan pembunuhan terhadap Keq Lesap.

Sampai didekat sebuah rumah yang terbuat dari papan, Keq Lesap menghentikan langkahnya.

Dipasangnya telinganya.

Lalu pelan2 dan dengan hati2 sekali ia mulai melangkah semakin mendekati rumah itu.

Dari sana didengarnya sayup2 suara orang2 yang sedang berembuk.

Sambil ber-jingkat2 Keq Lesap mendekati dindng rumah itu.

Dan dengan hati2 ditempelkannya sebelah matanya ke sebuah lobang kecil pada dinding itu.

Terkejut hati Keq Lesap bukan main ketika melihat bahwa yang berkumpul dalam ruangan itu adalah orang2 laki yang tegap2.

Setelah diikutinya pembicaraan itu, lama kelamaan iapun mengerti bahwa mereka sedang berkumpul untuk merencanakan suatu pembunuhan untuk Keq Lesap.

Lama diamatinya persidangan itu.

Ia perhatikan pula siapa yang akan memimpin rencana itu.

"Aku yang akan menyerangnya, Yang lain siap dibelakang untuk memberikan pertolongan bilamana aku membutuhkan nya. Mengerti?!", terdengar suara Pandige dari dalam yang segera disusul oleh suara2 jawaban rekannya yang spontan "Keq Lesap harus dilenyapkan dengan segera!"

"Benar! Kapan akan dimulai, Pandige?"

"Malam ini juga!"

Keputusan ini membuat darah Keq Lesap tersirap dengan seketika.

Ia terkejut mendengar rencana itu.

Dan lebih dari itu bahkan ia merasa dihina dengan kata2 semacam itu.

Ia merasa kekuatan yang diperolehnya dari bertapa begitu saja lumat diinjak2 oleh penduduk2 yang tak tahu adat itu.

Karena kemarahannya yang memuncak tanpa menunggu waktu panjang Keq Lesap meloncat dan kemudian mendobrak dengan kasar pintu depan yang masih tertutup dengan paksa.

Engselnya rusak.

Dan daun pintunya rubuh dua2nya.

Kedatangan Keq Lesap ini sungguh mengejutkan bagi mereka.

Sedikitpun tidak disangka bahwa Keq Lesap sedang meng-amat2i mereka.

Mereka menganggap bahwa Keq Lesap tentu sedang lelap ketiduran.

Dan tak ada kemungkinan bahwa ia akan muncul seketika itu juga.23 Begitu Keq Lesap masuk, maka mereka semuanya menancap digerbang pintu dimana kini Keq Lesap telah berdiri tegak.

"Bunuhlah sekarang!", perintah Ken Lesep. Tak seorangpun yang berani menjawab perintah itu. Karena masih merasa terhina, Keq Lesappun berteriak lagi.

"Bunuhlah! Siapa berani?!!"

Belum ada juga yang berani mendekati Keq Lesap.

Karena tidak mendapat jawaban itu.

Keq Lesap langsung menyerang lebih dahulu Sasarannya adalah Pandige.

la meloncat dan menerjang yang sedang duduk dikursi.

Sehingga Pandige jatuh tertelentang.

Sebuah tinju kanan Keq Lesap melayang sekali dan dengan tepat menyambar dagu Pandige sehingga Pandige mengaduh ketika kepalanya terputar.

Ketika itu orang2 yang lain sudah berlari menyisih dari pertarungan itu.

Semuanya sudah bersiap -dipintu.

Tetapi mereka tetap masih memperhatikan dengan awas kepada kedua pendekar yang sedang bertarung itu.

Mereka tak dapat menentukan siapakah diantara mereka yang akan memperoleh kemenangan.

Keq Lesap-kah atau Pandige.

Keduanya sama kuat.

Sama pendekar yang susah untuk dikalahkan.

Senentara itu pergulatan jalan terus.

Sebentar Keq Lesap diatas, sebentar lagi Pandige diatas.

Pandige kebanyakan tak sempat memberikan tandingan kekuatannya kepada Keq Lesap.

Ia berada dibawah.

Terlentang dilantai, dihimpit oleh Keq Lesap dari atas.

Keq Lesaa berdiri diatas dua lutut kakinya dan kedua tangannya merenggut leher baju Pandige, sehingga lawannya sama sekali tidak bisa bergeralk.

Namun demikian Pandige belum juga mau menyerah.

la masih juga men-cari2 kesempatan untuk bisa melepaskan diri dari cekikan Keq Lesap.

Sekali waktu Keq Lesap renggang.

Pandige tidak membuang kesempatan ini.

Dengan mengerang ia menghenjakkan kedua kakinya dengan kekuatan yang besar untuk mendorong tubuh Keq Lesap keatas.

Nampaknya usaha ini berhasil baik.

Benar2 tubuh Keq Lesap terangkat keatas.

Dan dengan cepat serta tiba2 Pandige melemparkan Keq Lesap dengan kedua telapak kakinya.

Keq Lesap terpelanting jauh.

Pandige segera mengejarnya.

Ia melompat dan bagaikan terbang hendak menyambar Keq Lesap.24 Sayang sekali bahwa dalam hal ini Pandige terpaksa mengakui keunggulan lawannya.

Ia harus mengakui bahwa ia memiliki pengalaman yang lebih sempit dari Keq Lesap.

Begitu ia hendak menyambar, Keq Lesap telah merobah tempatnya sehingga Pandige menangkap angin dan tinggal dia sendirilah yang terjerembab dilantai.

Keq Lesap secepat kilat telah merobah tempatnya lagi.

Bagai tak dapat diikuti dengan mata, tubuh Keq Lesap begitu cepatnya menyambar Pandige kembali.

Pandige kembali berada dibawah Keq Lesap.
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan sama sekali tidak bisa bergerak apa2.

Nampaknya disaat inilah terlontar kemarahan Keq Lesap.

Dengan mata yang geram ia menatap wajah Pandige.

Dari matanya itu terpancar kemarahannya kembali tentang rencana2 penduduk untuk membunuhnya.

Dengan suaranya yang kasar ia memerintahkan.

"Menyerahlah!"

Tapi Pandige bahkan tak hendak menjawab. Ia menatap dengan kebencian kearah Kqq Lesap. Keq Lesap sebaliknya, tidak sedikitpun memberi kesempatan lagi kepada Pandige untuk lepas.

"Kalau tidak kubunuh kau!"

Pandige juga tidak memberikan jawaban kepada Keq Lesap.

Bahkan25 dengan tatapan matanya, Keq Lesap merasa bahwa Pandige masih menantangnya sekalipun disaat itu ia sudah nyata2 tak dapat berkutik lagi.

Akibat kemarahannya yang memuncak itu Keq Lesap tanpa berpikir panjang lagi mencabut parangnya dan mengayunkan tepat diperut Pandige.

Detik itu juga Pandige sudah.

menghembuskan napasnya yang penghabisan.

Begitu melihat Pandige tidak berdaya apa2, penduduk yang lainpun segera ber-lari2 meninggalkan tempat itu dengan maksud untuk minta bantuan mengusir Keq Lesap.

Tapi mereka tidak mengerti kepada siapa mereka harus minta bantuan.

Sedang pendekar yang akan membela-pun sudah dihabiskan oleh Keq Lesap.

Akhirnya merekapun lari berpencaran, tak tentu kemana tujuan.

Sebagian ada yangg pulang menyiapkan keluarganya untuk lari meninggalkan tempat itu.

Sedang sebagian yang lagi lari menuju kadipalen Sabrangwetan untuk melaporkan tentang Keq Lesap.

Serta juga untuk meminta bantuan tentara2 kerajaan guna mengusir Keq Lesap.

Demikian pula Keq Lesap.

Karena perlakuan rakyat desa itu yang menyinggung perasaannya, maka iapun mulai mendidih darahnya.

Ia merasa tak perlu mengucapkan terima kasih kepada penduduk desa itu.

Bahkan datam hati kecilnya ia telah menganggap semua penduduk itu adalah penduduk pengecut.

Orang2nya semua mempunyai sifat yang tak baik menurut Keq Lesap.

Karena kemarahannya belum reda Keq Lesappun terus membabi buta.

Dirusaknya semua rumah2.

Perempuan dan anak2 yang menyaksikan perbuatan Keq Lesap ini berteriak.

Mereka tak tahu kemana harus menyelamatkan diri.

Sedang Keq Lesap terus membabi buta.

Apalagi ketika mereka ingat bahwa sebagian lelaki didesa itu sudah pada dihabiskan oleh Keq Lesap.

Tapi Keq Lesap rupanya mengerti akan perasaan mereka.

Ia tidak membunuhi perempuan2 ataupun anak2.

Ia tidak mengganggu mereka.

laki2lah yang menjadi mangsa Keq Lesap.

Setiap yang dilihatnya pasti dikejarnya.

Dan dengan parangnya tentu ia akan membunuhnya.

Perempuan dan anak2 tidak dibunuhnya.

Mereka diusirnya meninggalkan rumahnya masing2.

Kemudian setelah mereka pergi, rumah2 itupun dibakarlah semuanya.

Tengah malam itu nampaklah api men-jilat2 kelangit menandakan terbakarnya sebuah desa.

Derak2 kayu2an yang terbakar dan hangus merobek suasana malam diseling jerit dan teriakan perempuan dan anak2.

Sungguh malam itu tidak seorangpun yang dapat mencegah kemarahan Keq Lesap.

Setiap orang merasa cemas sebab hartanya terbayang akan lenyap begitu saja dibakar Keq Lesap.26 Terimalah nasibmu hai sekalian penduduk! Kalau kalian tidak menyakiti hatiku, niscaya akupun tidak akan berbuat sekejam ini.

Hm!, teriak Keq Lesap kepada sekalian penduduk yang masih tinggal.

Setelah mengucapkan kata2 Keq Lesap segera pergi ke arah selatan.

Selperti telah ia rencanakan semula iapun akan menuju kekadipaten Sabrangwetan.

Adipati Sabrang adalah jembatan pertama untuk menaklukkan pemerintahan Madura! * ** L I M A SEMENTARA ITU DI KADIPATEN SABRANGWETAN! Kadipaten yang selalu nampak tenang tapi dengan penjagaan yang cukup kuat.

saat itupun sedang didjaga kuat oleh beberapa prajurit bersenjatakan tombak.

Hari masih pagi ketika beberapa orang laki2 yang datang dari desa dimana Keq Lesap bermalam sampai ke kadipaten Sabrangwetan.

Mereka datang dengan bergegas dan minta kepada penjaga kadipaten agar diperkenankan masuk menghadap Adipati.

Prajurit penjaga pintu gerbang heran melihat kedatangan orang banyak itu.

Mereka mengira bahwa orang2 yang datang itu adalah penjahat2 yang hendak memasuki kadipaten.

Karena itu dicegatnya orang banyak itu dipintu gerbang.

Lalu ditanyainya apa maksud kedatangannya kesana.

Dengan segala keheranan hati beberapa diantara yang datang itu m menyampaikan maksud kedatangannya ke kadipaten untuk meminta bantuan serta perlindungan dari Prabu Adipati dari pengacauan yang dilakukan oleh Keq Lesap.

Sebenarnya para prajurit itu hampir2 tak percaya mendengar berita bahwa Keq Lesap datang kesana untuk mengcau.

Mereka mengenal Keq Lesap sebagai orang baik2.

Orang yang tak pernah melahirkan kekacauan dalam kepulauan Madura.

Bahkan mereka mengenal Keq Lesap sebagai seorang pendekar yang tak sedikit memberikan dharma bakti kepada negaranya.

Tapi kata2 penduduk yang banyak itu tidak bisa begitu saja diremehkan.

Dengan jalan menceritakan segala yang telah terjadi mereka berusaha agar para prajurit itu percaya kepada kejadian2 yang telah ditimbulkan oleh Keq Lesap.

"Keq Lesap? Mungkinkah Keq Lesap datang mengacau ketentraman rakyat Madura?", salah seorang dari prajurit yang menjaga kadipaten bertanya kurang percaya terhadap cerita penduduk itu.

"Ya!", jawab mereka hampir serempak. Kami mengenal Keq Lesap justru sebagai seorang yang baik. Dia tak pernah mengacau. Dan setahu kami dia adalah orang yang benar2 dapat dilihat kesetiaannya kepada raja. Bukankah Keq Lesap yang kalian maksudkan adalah Keq Lesap tukang kuda Panembahan Rama dahulu?"

"Ya. Benar. Dialah yang sekarang datang mengacau ke desa kami. Lelaki2 dibunuhi. Rumah2 dibakar. Hingga hampir seluruhnya rumah2 didesa kami musnah terbakar. Kami datang kemari untuk meminta bantuan Prabu Adipati bagaimana untuk dapat mengatasi Keq Lesap ini!"

Prajurit penjaga pintu berpikir sejenak. Kemudian berkata lagi.

"Baiklah kalau kalian memang memaksa, tunggu sebentar.

"28

"Maksud kedatangan kalian akan kusampaikan kepada Baginda!". Kemudian prajurit itu masuk kekadipaten menghndap Prabu Adipati. Sedang semua yang datang tadi menunggu didepan pintu gerbang ditemani oleh beberapa prajurit kerajan yang lain. Tidak berapa lama kemudian prajurit itupun sudah kembali lagi ke- tengah2 mereka.

"Kalian disuruh masuk. Dua orang menghadap Baginda .Yang lain supaya menunggu dipelataran!"

"Terima kasih!"

Orang2 banyak itupun masuk kekadipaten.

Sebagian menunggu dipelajaran, dan dua orang menuju keruang dalam menghadap kepada Baginda Prabu AdiPati.

Kiranya Prabu Adipati Sabrangwetan telah menunggu ke datangan mereka diruang dalam.

Ketika kedua orang penghadap itu sampai dihadapan Prabu Adipati, mereka berlutut.

"Ampun, Tuanku!"

"Apa yang terjadi didesa kalian?"

"Keq Lesap mengamuk, Tuanku! Lelaki didesa kami di bunuhi. Rumah2 dibakar. Perempuan dan anak2 jadi terlantar!"

"Benarkah demikian? Keq Lesap?!", Prabu Adjpatipun hampir2 tak percaya akan cerita2 mereka.

"Mungkinkah Keq Lesap sampai demikian jahatnya. Bagaimana ini bisa terjadi?!", tanya Adipati lagi.

"Ampun, Tuanku! Sekiranya Tuanku mau percaya, maka dengan tiada me-lebih2kan hamba hendak mengatakan bahwa Keq Lesap yang datang itu tidaklah sama dengan Keq Lesap yang kami kenal. Ia bertubuh tinggi besar. Rambutnya kejur. Serta kemanapun ia pergi, tak pernah meninggalkan parangnya. Tapi ia mengaku bahwa dialah Keq Lesap bekas hamba Panembahan Rama!'' "Ha Keq Lesap bekas hamba Panembahan Rama? Bukankah dia tinggal dpedesaan timur?"

"Benar, Tuanku! Setelah dia mengundurkan jadi tukang kuda Panembahan. dia kemudian didesanya bertani. Tetapi, ampun, Tuanku! Beberapa lama sebelum ini hamba mendengar apa yang telah direncanakan oleh Keq Lesap!"

"Apa yang direncanakan?"

"Ampun, Tuanku! Yang kami dengar Keq Lesap berkeinginan untuk menaklukkan seluruh Madura dibawah pemerintahannya!" .

"He, bagaimana mungkin seorang tukang kuda menjadi raja? Dari mana pula jalannya? Dan jalan apa yang hendak ditempuhnya? "Sembah, Tuanku! Keq Lesap telah mengambil jalan untuk mencapai rencananya itu dengan jalan bertapa, Dan inilah rupanya hasil dari pertapaannya itu. Tubuhnya telah berubah dan terutama tentang kekuatannya yang demikian hebat! Beberapa laki2 yang ada didesa kami29 sudah tak sanggup menghadapinya lagi. Bahkan Pandige pendekar kampung kami telah ia bunuh dengan parangnya. Ketakutan kami semualah yang menyebabkan kami berdatang sembah kemari untuk memohon bantuan dari Tuanku!"

Prabu Adipati berpjkir sejenak. Kemudian terdengar lagi suaranya.

"Kenapa dia sampai demikian marah?"

Demikianlah malam itu dia mengamuk, Tuanku!"

"Adakah kalian mengganggunya?"

"Ampun, Tuanku! Sebenarnya berita tentang rencana Keq Lesap untuk menaklukkan Panembahan Rama telah lama kami dengar. Dan secara kebetulan tidak berapa waktu sesudah itu Keq Lesap datang bermalam dikampung kami untuk menuju kekadipaten ini, yaitu sebagai langkah pertama dari rencananya itu!"
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tindakan apa yang telah kalian lakukan terhadap diri Keq Lesap?"

"Ampun, Tuanku! Setelah kami ketahui banwa maksud2 Keq Lesap yang demikian itu sangat membahayakan rakyat banyak bilamana benar2 tercapai, maka kamipun segera mengadakan perembukan yang maksudnya untuk menggagalkan rencana Keq Lesap. Tapi gagal, Tuanku. Kiranya usaha2 kami itu menemui kegagalan karena persidangan darurat yang kami adakan dapat diketahui oleh Keq Lesap. Disanalah kiranya ia menanjak marah, setelah mengetahui bahwa kami merencanakan pembunuhan terhadapnya. Ia mengamuk. Rumah penduduk diobrak- abriknya. Dan lelaki dibunuhi, setelah ia mengalahkan Pandige dalam suatu perkelahian yang cukup seru, Tuanku"! "Sekarang dimana Keq Lesap?"

"Mungkin pagi ini menuju kemari. Sebab semalam telah ia katakan, bahwa sebelum dia mendatangi Panembahan Rama, tiap2 kadipaten akan menjadi tujuannya pertama kali!"

"Dia akan menyerangku?"

"Demikianlah kira2. Tuanku!"

Mendengar jawaban kedua utusan itu, Prabu Adipati tersenyum kecil.

Dalam hatinya ia merasa geli sendiri.

Bagaimana bisa seorang tukang kuda akan menggantikan kedudukannya sebagai Adipati Sabrangwetan.

Tetapi bila diingatnya bahwa rakyat banyak sudah tak mampu lagi menghadapi Keq Lesap, maka dari sana dapatlah di ambil kesimpulan bahwa kekuatan Keq Lesap benar2 merupakan kekuatan yang tak dapat diremehkan begitu saja.

Sedikit-2 iapun merasa bimbang juga akan kekuatan Keq Lesap.

Kalau memang benar demikian maka akan dapat dielakkan lagi.

Sebab prajurit kerajaan menjaga kadipaten Sambrangwetan pada saat itu hanya sepertiganya saja.

Sedang yang sedang diperlukan untuk menjaga keraton Panembahan Rama.

Dalam hati prabu Adipati, terbayang bahwa Keq Lesap akan dapat30 saja merampas kekuasaan dari tangannya sebagai Adipati Sabrangwetan.

Akan tetapi seringkali pula terpikir olehnya bahwa sebenarnya yang menjadi tujuan Keq Lesap adalah menaklukkan Panembahan Rama sebagai pemerintah kerajaan Madura yang sah pada waktu itu.

Dan bukan Adipati yang akan ditaklukkannya.

Maka kalau demkian tentu kedudukannya sebagai Adipati Sabrangwetan tak akan goncang.

Setelah sekian lama ia terdiam membiarkan kedua utusan tadi menanti perintah2 selanjutnya, maka Prabu Adipati pun segera bertanya kembali.

"Apakah Keq Lesap sudah berangkat menuju kemari?"

"Demikianlah. Tuanku! Hamba perkirakan tak lama sebentar lagi dia akan sampai kemari! Hamba pikir Tuanku perlu segera mengadakan persiapan untuk melawan dia!"

Prabu Adipati bangun dari duduknya, lalu.

"Orang kasar macam dia janganlah dihadapi dengan kekerasan. Hadapilah dengan keramahan, kelembutan!"

Prabu Adipati melangkah kepintu depan. Beliau menjenguk sejenak. setelah itu kembali lagi menemui kedua orang utusan itu.

"Baiklah! kalau memang demikian, tunggulah kalian diluar. Tak usah dihadapi dengan kekerasan!"

"Sembah. Tuanku!"

Setelah menyembah kedua hamba itupun keluar dan menunggu di pelataran bersama teman2nya sekampung yang lain. Sedang Prabu Adipati segera memanggil seorang prajurit kerajaan yang menjaga pintu gerbang kadipaten.

"Sembah, Tuanku!", tak lama kemudian prajurit itu telah menghadap.

"Jagalah pintu gerbang dengan kuat! Eh, apa kalian juga sudah mengetahui bahwa Keq Lesap akan menyerang kadipaten ini?"

"Sudah, Tuanku!'' "Nah, baik! Itulah tugas kalian semua. Menjaga pintu gerbang didepan jangan sampai lengah. Tapi awas, Keq Lesap nanti datang. jangan hadapi dia dengan kekeresan. Hadapilah dengan ramah. Hadapi dengan baik. Dan jangan lupa bilamana kau telah melihat Keq Lesap datang panggil aku. Aku akan menjemputnya dipintu gerbang nanti , sebelum dia mulai dengan kemarahannya. Mengerti!"

"Sembah, Tuanku!"

"Hati2. Ingat pesanku. Semua tidak boleh bertindak sendiri. Jaga jangan sampai Keq Lesap marah!"

"Hamba. Tuanku!"

"Ya. Pergilah!"

Kemudian prajurit itupun kembali ketempatnya semula menjaga pintu gerbang kadipaten.

Seluruh prajurit yang menjaga disana tahu bagaimana nanti menghadapi kedatangan Keq Lesap.

Setiap prajurit telah31 memegang teguh janjinya untuk patuh kepada perintah Prabu Adipati.

Sedang Prabu Adipati tetap menunggu diruang dalam sambil berpikir menyiapkan siasat untuk menghadapi Keq Lesap nanti.

Tapi ia tetap yakin bahwa bila dihadapi dengan ramah, Keq Lesap tentu tak kan merusak istana kadipaten.

Sebab ia tahu mungkin kemarahani Keq Lesap itu , disebabkan karena ia tidak mendapat penghargaan yang baik dari Panembahan Rama semasa ia sendiri bekerja sebagai tukang kuda kerajaan.

Mungkin inilah yang membuat Keq Lesap mempunyai keinginan untuk menjatuhkan Panembahan Rama dari singgasana kerajaan Madura.

Tak lama kemudian, prajurit penjaga pintu gerbang tadi kembali menghadap Prabu Adipati.

"Ampun Tuanku! Menurut prajurit yang menjaga di perbatasan, hamba menerima berita bahwa Keq Lesap sedang menuju kemari. Kira2 tiga pal lagi ya akan sampai kemari!"

"Baiklah kalau sudah nampak, panggil aku, seperti kataku tadi!"

Prajurit itu kembali lagi. Dan tak berapa lama antaranya. iapun kembali menghadap baginda.

"Sudah nampak, Tuanku!"

"Baiklah!", sambil berkata demikian Prabu Adipati melangkah keluar menemui Keq Lesap. Dengan segala kemarahan hatinya Prabu Adipati menyambut kedatangan Keq Lesap dipintu gerbang kadipaten. Kemudian digandengnya Keq Lesap memasuki kadipaten Sabrangwetan. * ** ENAM. MELIHAT penyambutan yang demikian hangat dari Prabu Adipati Sabrangwetan, hati Keq Lesap senang bukan main. Ia merasa senang karena Prabu Adipati Sabrangwetan mengerti akan apa yang diinginkannya. Apalagi setelah dilihatnya bahwa untuknya telah disediakan makanan yang enak serta kamar yang komplit, hilanglah segala rasa kemarahan Keq Lesap yang tadinya telah ber-kobar2 karena siasat penduduk desa yang licik. Prabu Adipati dengan rendah hati mendekati Keq Lesap dan bertanya .

"Dari mana sebenarnya Keq Lesap?"

"Aku baru turun dari gunung. Bertapa. Aku bermalam di sebuah desa. Tapi karena penduduknya memperlakukanku dengan sipat2 licik aku jadi marah. Sapa yang melawan, aku bunuh. Rumah2 aku bakar!".32

"Dan apa maksud kedatangan Keq Lesap kemari?"

Keq Lesap ticlak segera menjawab pertanyaan Baginda.

Ditatapnya wajah Prabu Adipati didepannya.

kemudian dia berdiri dari duduknya.

Lalu tertawa nyaring, sambil melangkah langkah ditengah ruangan itu.

Didekatinya Prabu Adipati ,dan dengan kata2 yang agak kasar ia menegur kepada Prabu Adipati.

"Apakah kau belum mengerti apa maksud2 kedatanganku kemari?"

"Belum Keq Lesap!", jawab Prabu dengan pelahan.

"Hahaa! Serahkan kursi Yang kau duduki kepadaku sekarang. Seluruh wilayah kekuasaanmu dikadipaten Sabrangwetan ini aku minta kau serahkan kepadaku semuanya. Permintaan ini cukup aku sampaikan begitu saja. Jadi mulai besok hendaknya segera kau umumkan kepada rakyatmu bahwa Adipati Sabrangwetan telah diganti dengan yang baru. Keq Lesap!". Prabu tidak segera memberikan jawaban kepada Keq Lesap. Pikirannya masih terus mencari penyelesaian bagaimana untuk mendapatkan jalan keluar yang se-baik2nya. Tiba2 dari ruang dalam muncullah beberapa orang dayang2 membawa talam besar berisi makanan dan minuman yang hendak djsuguhkan kepada Keq Lesap. Melihat ini Keq Lesap meng-angguk2kan kepalanya sambil tersenyum. Hatinya senang karena Prabu Adipati sungguh mengerti akan tabiat hatinya. Prabu Adipati segera bangkit dari duduknya dan mempersilahkan kepada Keq Lesap.

"Ah. Soal pangkat, baiklah kita bicarakan lagi nanti Keq Lesap. Sekarang, yang penting, baiklah cicipi dahulu makanan yang telah kami sediakan!"

"Hahaha ..!", sambil tertawa Keq Lesap mengambil sebuah mangga dan menyuruh mengupasnya kepada dayang2 yang menunggui disampingnya "Baiklah Adipati! Tapi bagaimana kira2 menurut pendapatmu?"

"Tentang apa?"

"Ya, tentang rencanaku itu!"

"Bagaimana rencanamu, Keq Lesap! Cobalah kau ceriterakan kepadaku!"

Keq Lesap berhenti sejenak. Dayang2 menyuguhkan buah mangga yang sudah dikupas kedepan Keq Lesap. Buah mangga itu sudah pula di- potong2 dan diletakkan diatas sebuah piring. Sambil makan mangga Keq Lesap memulai bicaranya lagi.

"Begini, Adipari! Aku pikir Panembahan Rama ini sudah tua. Dan sudah sepantasnya meletakkan jabatan sebagai orang raja. Karena dengan yang sudah setua itu tak mungkin lagi dapat menjalankan pemerintahan dengan baik!"

Prabu Adipati diam ? tidak memberikan jawaban.

Keningnya33 berkerut, seakan ada yang sedang dipikirkan.

Sebenarnya menurut Adtpati sendiri apa yang menjadi keinginan Keq Lesap sejak pertama sudah tak bisa disetujui.

Beliau tahu dan mengerti bahwa rencana semacam ini hanyalah dapat keluar daei hati seorang yang tamak dan loba.

Sedangkan bilamana ia benar2 mau berpikir, tentu tidak akan berpkir sebodoh itu.

Jelasnya, Adipati sendiri menolak rencana Keq Lecap itu.

Tetapi selain itu beliaupun mengetahui bahwa Keq Lesap tak bisa dihalang- halangi begitu saja.

Ia mempunyai kekuatan yang luar biasa sebagai hasil dari pertapaannya.

Dan bila di halang2 tentu akan berakibat sebagaimana yang terlihat didesa yang telah dirusak itu.

Inilah yang menjadi pikiran Adipati.

Beliau sebenarnya masih berusaha dengan jalan bagaimana agar Keq Lesap dapat dielakkan, tetapi tidak sampai membawa akibat kerusakan dan lain2 dikadipatenan Sabrangwetan itu.

Prabu Adipati sebagai seorang yang bertanggung jawab penuh terhadap ketenangan suasana daerah kekuasaannya, tentu menginginkan agar suasana kadipaten tetap tenang sekalipun sedang diancam oleh kedatangan Keq Lesap.

",Bagaimana AdiPati? Setudjukah?"

"Benar, Keq Lesap. Apa yang kau rencanakau itu baik juga. Demi kemakmuran pemerintahan Madura. maka begitu pula kupikir sudah sepantasnyalah Panembahan diganti dengan raja yang baru!"

Keq Lesap tertawa lebar mendengar Prabu Adipati menyetujui rencananya. ?Kalau begitu adakah sudah kau pikirkan siapa kira2 yang pantas untuk menggantikannya?!"

"Belum, Keq Lesap!"

"Cobalah hal imi mulai kau pikirkan dari sekarang!"

Keq Lesap menyeka mulutnya dengan sebuah saputangan. Lalu melanjutkan katanya lagi.

"Aku sendiri sekarang sudah mempunyai rencana. Yaitu harus diadakan pemilihan raja baru didepan rakyat!"

AdiPati meng-angguk2an kepalanya.

"Aku sendiri hendak kuikutkan sebagat seorang calon!". sambung Keq Lesap lagi.

"Jadi bagaimana pula rencana Keq Lesap dengan kadipaten ini?"

Tanya Adipati.

Keq Lesap melangkah ke jendela.

Dari sana melihat susunan keadaan Sabrangwetan yang membentang disekeliling kadipatenan Sabrangwetan.

Kemudian kembali lagi mendekati Prabu Adipati yang masih menunggu dikursi.

Keq Lesap sekali lagi tersenyum kecil.
Pemberontakan Dari Tanah Merah Karya Vazza Hidajat di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Khusus unbuk kadipaten Sabrangwetan aku punya rencana tersendiri."34

"Bagaimana rencanamu, Keq Lesap?"

"Untuk sementara ini Adipati Sabrangwetan akan kupegang sendiri!", Keq Lesap menghentikan kata2nya dan melirik kepada Prabu Adipati. Begitu pula Prabu Adipati kata2 Keq Lesap tidak memberikan rasa kehawatiran apa2. Bellau sebagai orang yang lebih mengerti tentang soal2 kenegaraan tentunya akan lebih mengetahui bagaimana nanti akibatnya bilamana kata2 Keq Lesap ini sudah terlaksana. Beliau tahu bahwa Keq Lesap tetap tak kan punya arti apa2 bagi seluruh rakyat kadipaten Sabrangwetan. Oleh sebab itu dibiarkannya Keq Lesap membual dengan keinginannya sendiri yang muluk2. Tidak sekalimatpun ia mencegat rencana2 Keq Lesap itu. Rencana Keq Lesap tentu tak akan punya arti apa2. Prabu Adipati menganggukkan kepalanya ketika Keq Lesap menanyakan sekali lagi apakah da setuju dengan rencana itu. Keq Lesap menarik napas panjang sejenak. Kemudian membuka bicaranya lagi.

"Jadi kau bisa mengerti apa maksudku?"

"Ya Keq Lesap!", jawab Prabu Adipati.

"Jadi mulai besok pagi. aku minta agar kau suka mengumumkan kepada seluruh rakyatmu, bahwa sejak hari ini Adipati Sabrangwetan diduduki oleh Keq Lesap. Dan aku minta agar kaupun mau memperkenalkan aku kepada mereka!"

"Baiklah Keq Lesap!"

Hari itu juga Keq Lesap meminta kepada Adipati supaya diadakan persiapan untuk pelantikan dirinya.

Prabu Adipati sendiri sudah mengerti.

Maka dari itu segera saja ia menyetujui permintaan Keq Lesap.

Dipanggil nya seorang hulu balang dan diperintahnya untuk mengadakan persiapan2.

"Didalam pelantikan ini hendaknya kau dapat juga memberikan keterangan pada rakyatmu mengapa susunan pemerintahan perlu diadakan perobahan!"

"Aku .mengerti, Keq Lesap!"

"Untukmu sendiri sudah aku carikan tempat sebenarnya. Kau akan tetap menjabat sebagai seorang Adipati. Tapi karena di Madura sudah tak ada bagian2 daerah yang memerlukan seorang Adipati maka untukmu sengaja aku pilihkan kedudukan sebagai wakilku!"

"Wakil Adipati maksudmu?"

"Ya. Bagaimana? Setuju?"

"Oh. dengan segala kesenangan hati aku menyetujui apa yang telah kau rencanakan. Begitu pula tampuk pemerintahan untuk daerah kedipaten itu akan kuserahkan kepadamu. Dan aku sendiri akan kuperkenalkan dihadapan mereka besok pagi. Begitu pula sebaliknya, kau harus mengucapkan pidato!"

"Oh, tentu! Tentu! Aku akan memberikan pesan2 kepada mereka35 semua!"

Kemudian, pada keesokan harinya Prabu Adipati Sabrangwetan mengumpulkm semua rakyatnya untuk mengumumkan adanya penggantian Adipati baru.

Keq Lesap! Upacara ini dibuka dengan sambutan dari Prahu Adipati Sabrangwetan yang lama.

Kemudian disambung oleh Keq Lesap.

Dalam kata sambutannya itu.

Keq Lesap menerangkan juga sebenarnya dia akan bermalam untuk hari itu saja sebab rencananya pada hari itu ia akan meneruskan perjalanan menuju istana Panembahan Rama.

Entahlah dengan se-benar2nya, ataukah cuma sebagai tedeng belaka, konon, pada waktu itu rakyat yang berada dalam wilayah kadipaten Sabrangwetan menyambut penggantian Adipati baru ini dengan hangat.

Meskipun sebenarnya kecintaan mereka kepada Adipati yang lama tak akan hilang.

Selesai upacara, Keq Lesap ber-sama2 dengan Adipati lama menuju kembali ke kadipaten Sabrangwetan.

TUJUH SETIBA dikabupaten kembali Keq Lesap segera ber kemas2 untuk melanjutkan perjalanannya lagi.

Telah di tetapkan dalam rencana selanjutnya bahwa hari itu juga ia sudah harus meninggalkan kadipaten Sabrangwetan untuk untuk menuju kekeraton Panembahan Rama.

Sebab itu dipanggillah Prabu Adipati sebelum Keq Lesap meninggalkan kadipatenan.

"Aku harus meringgalkan tempat ini sekarang juga, Prabu!", katanya kemudian.

"Kenapa begitu buru2 berangkat, Keq Lesap?"

"Bukankah masih cukup waktu untuk istirahat di tempat ini?"

"Tidak. Aku harus segera menemui Panembahan Rama. Hal ini harus segera diberitahukan kepadanya!"

"Tapi, kalau memang kau sudah memandang perlu, baiklah berangkat juga Keq Lesap!"

"Baik!"

Kemudian Keq Lesap tidak mengeluarkan kata2nya lagi.

Ia termenung memandang kekejauhan.

Dalam hatinya sudah menggaris satu kebanggaan karena sebagian dari apa yang dicita2kan telah berhasil direbutnya.

Jabatan sebagai Adipati Sabrangweban telah dapat diambilnya tanpa banyak mengeluarkan pengorbanan.

Didekatnya duduk Prabu Adipati yang selalu menunggu apa kira2 yang hendak diucapkan oleh Keq Lesap.

Beliaupun tahu bahwa apa yang telah menjadi kemauan Keq Lesap maka sukarlah untuk dielakkan.

Sukar untuk tidak di dipenuhi.

Dan hanya ada satu jalan saja supaya segalanya dapat berjalan dengan selamat, yaitu menuruti atau mengabulkan apa yang telah diperintahkan oleh Keq Lesap tanpa menjawab sepatah36 katapun.

Inilah yang diminta oleh Keq Lesap.

"Prabu!", tiba2 Keq Lesap membuka suasana.

"Bagaimana, Keq Lesap?"

"Benar. Aku mau berangkat hari ini juga menuju keraton Panembahan. Bagaimana tak ada yang perlu kau tanyakan lagi?"

Prabu Adipati berpikir sejenak.

Sebenarnya ia sama tidak bisa mengerti apa maksud Keq Lesap dengan tindakan2 yang aneh ini.

Coba.

Pemerintahan yang meliputi daerah kekuasaan yang begituu luasnya, begitu saja mengadakan penggantian Adipatinya.

Bukankah pemerintahan bukan soal segala yang bisa diselesaikan dalam waktu sedetik saja.

Tiada semua orang bisa menjalankan pememegang tampuk pemerintahan dalam suatu daerah kadipaten.

Tetapi karena takut Keq Lesap menjadi marah dengan pertanyaannya maka Prabu Adipatipun diam saja.

Demikian pula Prabu sama sekali tidak hendak mengambil tindakan untuk menangkap Keq Lesap ataupun untuk mengusirnya.

Beliau tahu bahwa bilamana Keq Lesap berangkat maka apa yang telah ia laksanakan tidak akan berbekas apa2 lagi.

Semua pengangkatan yang dilakukan atas Keq Lesap se-mata2 suatu berita yang sudah tak punya arti lagi.

Dan beliaupun mengetahui bahwa manusia yang demikian tak mempunyai usia yang panjang.

Karena dengan sipat2 tamak dan lobanya itu tentu ada segolongan orang yang merasa benci dan menaruh dendam kesumat.

Mereka menganggap membiarkan Keq Lesap berarti membiarkan bara dalam sekam.

Semua akhirnya terbakar sebagai korban.


Pendekar Rajawali Sakti 169 Dewa Mata Anugrah Dewa Bumi Dewi Kwan Im Senja Di Himalaya Inheritance Of Lose

Cari Blog Ini