Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 6

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 6



"Sepertinya suasana hati shaoye sangat baik?"

Jin Yuanbao mengangguk, lalu berkata sembari tersenyum.

"Hari ini ada kemajuan dalam kasus yang kutangani". "Bagus sekali, apakah malam ini shaoye ingin minum beberapa cawan arak?"

A Fu sangat paham watak Jin Yuanbao. Melihatnya mengerti dirinya, hati Jin Yuanbao girang, ia mengangguk dan berkata.

"Tak ada jeleknya". A Fu segera berlari dan mengatur semuanya dengan rapi. Tak lama kemudian, dua gadis pelayan mengikutinya masuk ke dalam kamar pengantin, dengan rapi mereka mempersiapkan perjamuan, mengatur cawan dan sumpit.

"Apa yang kalian lakukan?", Yu Qilin sedang mencari akal di dalam kamar, begitu melihat mereka masuk, ia segera bertanya.

"Tuan muda sedang gembira, katanya malam ini ia ingin minum beberapa cawan arak". A Fu cepat-cepat menjawab.

"Oh", Yu Qilin tadinya bersikap acuh tak acuh, namun tiba-tiba gadis pelayan membawa masuk arak, matanya pun bergulir, sebuah ide muncul dalam benaknya! Kalau ia bisa membuatnya mabuk, bukankah ia akan dapat melihat tanda lahirnya? Tepat pada saat itu, Jin Yuanbao membuka pintu dan masuk, ia cepat-cepat memutar pinggangnya, lalu dengan penuh perhatian mendekatinya dan dengan genit tersenyum dan berkata.

"Apa kau ingin minum arak? Aku akan menemanimu minum-minum!"

Jin Yuanbao sudah biasa minum sendirian, ia tak ingin menanggapinya dan hendak menyuruhnya pergi, maka ia mencari sebuah alasan.

"Boleh! Tapi kalau kau ingin minum bersamaku, kau harus main tebak-tebakan jari!"

Tebak-tebakan jari? Yu Qilin langsung menjadi bersemangat, dengan tak sabar ia menyingsingkan lengan bajunya, lalu berkata dengan lantang.

"Bukan masalah, aku bisa main tebaktebakan jari, kok!"

Melihat raut wajahnya, Jin Yuanbao pun tahu bahwa ia sedang merencanakan suatu muslihat jahat, walaupun dirinya tak tahu apa yang sedang direncanakannya, akan tetapi dalam beberapa hari ini, ia dengan samar-samar merasa bahwa Yu Qilin mempunyai suatu tujuan tertentu.

Mengingat keberaniannya saat malam pengantin, Jin Yuanbao juga berencana untuk mempermainkannya, sambil tersenyum lebar ia menatap Yu Qilin, lalu dengan santai berkata.

"Siapa yang kalah harus menanggalkan pakaian. Setiap kali kalah, buka satu pakaian". Yu Qilin tertegun! Ia hampir melompat kegirangan, ini namanya pucuk dicinta ulam tiba! Tanpa ragu-ragu, ia menepuk meja dengan gagah berani, lalu dengan wajah bersemangat berkata.

"Baik!"

Jin Yuanbao sama sekali tak menyangka bahwa ajakan ini tak membuatnya takut dan mundur, ia pun kontan melongo, setelah beberapa saat ia baru dengan kesal berkata.

"Kalau begitu, ayo mulai!" "Ayo, ayo!", dengan wajah penuh semangat Yu Qilin berkata.

"Tanpa Henti atau Harta Karun Tersembunyi? Lima Gembong aku juga bisa!"

Jin Yuanbao sama sekali tak menyangka bahwa Jiang Xiaoxuan yang seorang gadis keluarga terpandang juga bisa melakukan hal seperti ini. Benar-benar mengherankan. Melihat wajahnya yang penuh percaya diri, ia cepat-cepat tersenyum dan berkata.

"Kita tak usah melakukan permainan ini, aku sudah agak tak terbiasa memainkannya, kita.....main dadu saja, ya?"

"Hah?", Yu Qilin memandangnya dengan curiga.

"Bukannya kau yang mengajak main tebak jari?"

"Tak bisa?", Jin Yuanbao mengangkat alisnya..

"Eh.....", Yu Qiljn menunduk sambil berpikir-pikir, hmm, kesempatan ini sangat jarang, dalam seratus tahun belum tentu terjadi sekali! Ia segera mengangkat kepalanya dan memandang Jin Yuanbao sambil berkata.

"Bisa! Tak ada yang membuatku tak bisa melakukannya! Ayo mulai!"

"Baik", kata Jin Yuanbao sambil tersenyum. Ia segera menyuruh gadis pelayan untuk mengambilkan kocokan dadu.

"Kita akan main apa?", kata Yu Qilin "Hmm......ayo main besar kecil. Setiap orang mendapat tiga dadu, barangsiapa diantara kita berdua yang mendapatkan jumlah terbesar, dialah yang menang! Yang menang minum arak, yang kalah buka pakaian!" "Baiklah!", karena bergairah, wajah mungil Yu Qilin memerah, matanya juga berkilat-kilat bagai bintang. Melihat raut wajahnya, entah kenapa, suasana hati Jin Yuanbao membaik. Ia mengambil kocokan dadu dan mengocoknya, menangkupkannya di atas meja, lalu membuka tutupnya, dengan penuh kemenangan ia berkata.

"Ayo mengaku kalah! Enam belas!"

"Hah, hanya kebetulan saja!"

Dengan kesal Yu Qilin mengambil sebuah kocokan dadu lain, lalu mengocoknya, dengan ragu-ragu ia menangkupkannya di meja, namun setelah membuka tutupnya, ia langsung tertawa terbahak-bahak.

"Ahahaha! Tujuh belas, menang satu titik darimu!"

Mendengar perkataannya, melihat ke dalam kocokan dadu berangka enam dan segera mengerutu pada kebetulan". dengan tak percaya Jin Yuanbao dadu, benar saja memang ada dua satu dadu berangka lima, maka ia dirinya sendiri.

"Ini juga cuma "Cepat copot, cepat copot!", dengan penuh semangat Yu Qilin menantikannya menanggalkan pakaiannya. Jin Yuanbao dengan perlahan-lahan mencopot tusuk kondenya dan melemparkannya ke atas meja.

"Ini juga termasuk?", Yu Qilin tercengang.

"Kenapa tak termasuk?", Jin Yuanbao berkata tanpa ekspresi.

"Kalau kau kalah antingmu juga bisa dicopot dua kali!"

Sambil berbicara, ia memandang Yu Qilin dengan sikap mengejek, sambil tertawa ia berkata.

"Kenapa, kau ingin cepat-cepat mencopotnya untuk kulihat?"

Setelah berbicara, dengan mahir ia kembali mengocok dadu.

Dalam ronde ini, angka dadu yang dikocok Yu Qilin tak lebih banyak dari milik Jin Yuanbao, ia pun kalah.

Yu Qilin tak bisa berbuat apa-apa, ia mengangkat tangannya dan mencopot sebuah anting, lalu melemparkannya ke samping.

Seketika itu juga suasana hati Jin Yuanbao menjadi sangat baik, dengan gembira ia mengocok dadu lagi, kali ini, Yu Qilin kembali kalah.

"Kok bisa aku lagi!", dengan geram Yu Qilin mengangkat tangannya untuk mencopot sebuah anting lagi. Dengan sarkastik Jin Yuanbao memandangnya, lalu ia mengodanya.

"Coba lihat, kan aku sudah bilang, dua antinganting, benar-benar mengambil keuntungan secara tak adil". Setelah itu ia tertawa sinis beberapa kali.

"Kau......", dengan geram Yu Qilin langsung bangkit dan dengan gesit mencopot mantelnya. Sambil mengebrak meja ia berkata.

"Ayo main lagi! Aku ingin tahu kau bisa menang berapa kali!"

Dengan amat puas diri, Jin Yuanbao mengangkat alisnya, dan kembali mengocok dadu, namun tak nyana, kali ini ia mendapatkan nilai terendah, yaitu tiga buah dadu berangka satu! Yu Qilin kontan tertawa terbahak-bahak.

"Roda kehidupan pun berputar!"

Setelah berbicara, ia mengocok dadunya dan mengalahkannya.

Dalam beberapa ronde berikutnya, Yu Qilin selalu berada di atas angin, sedangkan Jin Yuanbao seakan telah mengundang kemarahan dewa judi, dengan berturut-turut ia menanggalkan syal, dompet, bandulan kumala, sepatu kiri, sepatu kanan, kaus kaki kiri, dan kaus kaki kanan.....

Namun Yu Qilin juga minum bercawan-cawan arak hingga wajahnya memerah, dapat dilihat bahwa perhiasan di tubuhnya makin lama makin sedikit, matanya makin lama makin berkilatkilat, ia pun makin bergairah.

"Cepat copot! Kau kalah!"

Di tubuh Jin Yuanbao sudah tak ada perhiasan lagi, maka ia terpaksa bangkit dan dengan riang menanggalkan mantelnya.

Mata Yu Qilin berkilat-kilat, ia pun sekali lagi mengoyangkan kocokan dadunya.

Tak lama kemudian, Jin Yuanbao kembali kalah sehingga ia tinggal memakai pakaian dalam.

"Kau kalah lagi!", dengan penuh kemenangan Yu Qilin memandangnya, ia sudah agak mabuk. Dengan amat jengah, Jin Yuanbao memandang dirinya sendiri. Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Seorang lelaki jantan tak boleh menjadi orang yang tak tahu malu!" "Tak tahu malu?"

Jin Yuanbao tersenyum kecil, lalu mengangkat tangannya dan membuka kancing bajunya, sehingga dadanya sedikit demi sedikit terlihat. Saking bergairahnya, Yu Qilin menjadi gemetar, ia menatapnya tanpa berkedip.

"Copot! Cepat copot!"

"....... Dua batang koral lainnya, semuanya bernilai enam ribu enam ratus enam puluh tahil perak". Sambil tersenyum, Liu Wenchao menutup kotak hadiah.

"Guma, coba lihat, apakah ini sudah cukup? Barang-barang porselen belum kuurus, karena perjalanan pulang ke rumah nyonya muda jauh, di jalan mereka tak bisa menghindari jalan rusak, kalau sampai terbentur-bentur, barang-barang itu akan hancur berkeping-keping....."

Nyonya Jin mengurut-urut keningnya, laporan mengenai hadiah ini telah berlangsung selama sepembakaran dupa lebih, kepalanya agak pusing.

"Guma merasa tak enak badan?", dengan waspada Liu Wenchao mengawasi gerak-gerik Nyonya Jin, lalu segera bertanya dengan sikap hormat.

"Ai, aku sudah berumur, aku agak lelah, tak bisa dibandingkan dengan kalian orang muda". Liu Wenchao meletakkan daftar hadiah, melangkah ke belakang bangku empuk Nyonya Jin, lalu mengangsurkan tangannya dan dengan lembut memijat kening Nyonya Jin, dengan khidmat ia memasang wajah seorang anak yang berbakti.

"Guma terlalu sensitif, saat ini adalah masa keemasan anda, masa sudah tua?"

Mendengar perkataannya itu, Nyonya Jin menggeleng-geleng, lalu tersenyum dan berkata.

"Wenchao benar-benar bermulut manis. Perhatikanlah benda-benda dalam daftar hadiah ini dengan seksama, jangan sampai kita kehilangan muka".

"Keponakan paham, guma jangan khawatir". Setelah berhenti sejenak, Liu Wenchao kembali berkata.

"Keponakan telah mengambil keputusan tanpa izin guma untuk mengeluarkan dua kotak sulaman Suzhou dan menggantinya dengan dua puluh bal kain katun Songjiang, kalau guma merasa hal ini tidak pantas, aku akan menukarnya kembali". Dengan puas Nyonya Jin mengangguk-angguk, lalu berkata.

"Hmm. Benarkah? Menurutku hal itu sangat pantas! Sebenarnya aku telah lalai! Wisma besan kita terletak di tempat penghasil sulaman, mereka sudah pernah melihat entah berapa banyak barang-barang bagus, kalau kita dengan tak tahu diri mengirim sulaman Suzhou, bukankah ini akan mengundang tawa mereka? Sebenarnya, kain katun kelas satu Songjiang ini karena beberapa tahun belakangan disukai oleh ibu suri, hampir semua hasil produksinya diambil oleh istana, mereka yang orang luar entah sudah pernah mendapatkannya atau belum. Kau telah mengatur hal ini dengan sangat baik!"

Karena dapat mendapatkan pujian dari Nyonya Jin, diam-diam Liu Wenchao merasa gembira, namun dengan merendah ia berkata.

"Dalam hal ini keponakan meneladani guma, aku hanya mempelajari sebuah hal kecil saja, tak perlu guma besarbesarkan". Nyonya Jin tersenyum dan berkata.

"Kau tak usah merendah, kemampuanmu telah guma lihat, katamu kau belajar dari teladanku, namun Yuanbao sehari penuh melihatku, tapi kenapa dalam hal ini ia tak mengalami kemajuan?"

Melihatnya membandingkan dirinya dengan Jin Yuanbao, Liu Wenchao tak dapat menyembunyikan rasa puas diri di wajahnya.

"Yuanbao lebih cerdas dibandingkan denganku, ia tak sabar mengurus hal-hal kecil seperti ini. Sebagai kakak sepupu, kalau ada kesempatan tentu aku harus membantunya melaksanakan kewajibannya". Dengan puas Nyonya Jin menepuk-nepuk tangan Liu Wenchao, dengan wajah penuh rasa berterima kasih, ia berkata.

"Mempunyai kakak sepupu sepertimu adalah nasib baik Yuanbao. Akhirnya ia menikah juga, suatu hari ia akan dapat mengurus tanah-tanah dan pabrik senjata kita di luar, sehingga kau dapat sedikit lebih santai". Guntur seakan membelah hati Liu Wenchao. Pada akhirnya, pada akhirnya, ia ingin putranya sendiri yang mengantikannya..... Hati Liu Wenchao terasa dingin, raut wajahnya berubah, namun kemudian ia memaksa dirinya untuk menjawab.

"Dengan watak Jin Yuanbao yang suka menghindar dari kewajibannya seperti itu, untuk mengelola tanah dan...... pabrik senjata, jangan-jangan ia tidak terlalu cocok?"

"Ai.......", Nyonya Jin menghela napas dengan pelan.

"Aku lebihlebih lagi tak tahu, oleh karena itu aku menyuruhnya menikah, dengan harapan bahwa kalau ada istri yang harus diurusnya, ia akan memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang lebih serius......pendeknya, sampai Yuanbao memanggul beban ini, untuk mengurus urusan rutin keluarga aku akan banyak butuh bantuanmu".

"Tentu saja......", makin lama wajah Liu Wenchao makin gelap.

"Hal ini memang sudah menjadi kewajiban keponakan". Dengan bersikap hambar ia menyembunyikan rasa tak puasnya, maka Nyonya Jin pun sama sekali tak mengetahuinya.

"Apakah guma sudah merasa agak lebih baik?", tanya Liu Wenchao.

"Hmm, sudah jauh lebih baik", Nyonya Jin mengangguk-angguk.

"Hari sudah malam, kau pergi dan beristirahatlah dulu".

"Baik, keponakan mohon diri dulu", Liu Wenchao menghormat dan melangkah pergi. Dengan wajah tenang, Liu Wenchao kembali ke Paviliun Liuyin tempat mereka kakak beradik tinggal. Sebuah sosok berkelebat di balik pohon liu berbatang kokoh di taman, sambil mengerutkan dahinya ia melangkah ke dalam kamarnya. Begitu pintu kamar ditutup dengan berderit, sebuah sosok yang mirip A Gui diam-diam menyelinap masuk.

"Apakah ada perubahan dalam rencana tuan dan nyonya muda pulang ke rumah mertua? Aku sudah menjelaskan semuanya pada si Tua Mo, mereka sudah menunggu di jalan". Liu Wenchao memicingkan matanya, sinar dingin memancar dari bola matanya.

"Kau beritahu mereka supaya agak sabar sedikit menunggu, semua akan kuatur dan mereka harus menurutinya. --- terutama beritahu si Tua Mo bahwa dia harus mengatur bawahannya yang liar itu, jangan sampai karena melihat banyak barang lalu melupakan hal yang seharusnya dilakukannya! Kalau semuanya terlaksana dengan baik, aku di sini pasti akan memberinya hadiah besar!"

"Jangan khawatir, aku sudah memerintahkan si Tua Mo untuk melakukan hal itu".

"Lagipula......", untuk sesaat Liu Wenchao ragu-ragu. Dengan sikap hormat A Gui memandang Liu Wenchao, lalu dengan tenang menunggunya berbicara.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sampaikan perintah, tak boleh melukai nyonya muda!" "Kenapa?", A Gui bertanya dengan heran.

"Kalau nyonya muda mati, akan sangat menguntungkan bagi tuan!"

Dengan gelisah Liu Wenchao melambai-lambaikan tangannya.

"Yang paling penting Yuanbao mati, seorang wanita tak punya pengaruh besar, kenapa harus dibunuh? Laksanakan saja perintahku!"

Walaupun tak paham alasannya, namun A Gui dengan patuh masih menjawab.

"Baik!"

Dengan puas Liu Wenchao mengangguk, lalu bertanya.

"

Bagaimana dengan keadaan di yamen?"

A Gui bergegas maju ke depan, lalu dengan suara rendah berkata.

"Si Macan Tutul Terbang Di Langit sudah mengaku, akan tetapi apa yang diketahuinya terbatas, setelah berbicara berulang-ulang, ia cuma bercerita tentang Chuchu, mereka pasti tak tahu apa-apa tentang kau di sini". Liu Wenchao sedikit termenung, lalu berkata.

"Kalaupun demikian, si Jin Yuanbao ini sangat cerdas, si Macan Tutul Terbang Di Langit ini tak boleh dianggap remeh.....saat ini tak boleh sampai terjadi apa-apa padanya".

"Aku tahu apa yang harus kulakukan. Anda jangan khawatir, aku akan menyuruh orang mengawasinya". Liu Wenchao mengangguk-angguk, lalu dengan mengantuk melambai-lambaikan tangannya. A Gui segera menunduk menghormat, lalu mundur dan keluar.

"Ge!", dengan cepat Liu Qianqian melangkah masuk, ia memandang A Gui yang sedang meninggalkan tempat itu, namun sama sekali tak menghiraukannya. Melihat wajahnya yang cemberut dan marah, Liu Wenchao merasa kepalanya mulai sakit.

"Ada apa lagi?"

Sambil mengangkat kepalanya tinggi-tinggi, dengan marah Liu Qianqian berkata dengan lantang.

"Aku tak suka pada Jiang Xiaoxuan, ia merebut Yuanbao Gege dan merebut bungaku, setelah ini ia akan menginjak-injak kepalaku. Kau adalah kakakku tapi kau tak membantuku, dan malah berbicara padanya, seorang yang berasal dari luar?......Aku, hatiku tak senang". Mau tak mau Liu Wenchao tersenyum, ia menariknya supaya duduk, lalu membujuknya.

"Dia orang luar. Tentu saja gege harus memberinya banyak muka, kalau tidak, guma akan mendengar tentang keributan itu, mungkin guma tak berkata apa-apa, tapi diam-diam ia mungkin akan memandangmu dengan tidak baik, benar tidak? Gege melakukannya untuk kebaikanmu, apakah kau tak mengerti?"

Mendengar perkataannya itu, hati Liu Qianqian agak lega, namun bibirnya masih mencibir dengan marah.

Melihat wajahnya yang seperti anak kecil, Liu Wenchao menggeleng-geleng, ia mengambil sebuah kotak berisi makanan kecil yang lezat dan menaruhnya di hadapan Liu Qianqian.

Ketika Liu Qianqian melihat makanan kecil itu, ia mengira sang kakak memberikannya padanya untuk meminta maaf, hatinya pun terasa sedikit lebih enak, namun ia masih dengan keras kepala berkata.

"Apakah kau hendak memberikan makanan kecil ini untukku?"

Mendengar perkataannya, Liu Wenchao tersenyum, lalu berkata.

"Pergilah, bawa makanan kecil ini, setelah sampai di tempat kakak ipar barumu, duduklah dan mengobrollah dengan akrab dengannya, masalah tadi siang dianggap sudah dihapus".

"Apa?!", Liu Qianqian melompat bangkit.

"Masalah hari ini disebabkan olehnya, tapi kau malah menyuruhku bermanismanis dengannya?"

"Bagaimana bisa disebut bermanis-manis? Qianqian, dia adalah kakak iparmu, tak perduli kau suka atau tak suka padanya, kau harus akrab dengannya".

"Kenapa?", tanya Liu Qianqian dengan kesal.

"Untuk apa aku harus akrab dengannya?"

Liu Wenchao menghela napas, lalu menjelaskan.

"Pertama, sampai sekarang kita kakak beradik masih tinggal di bawah atap orang lain, sebelum kedudukan kita mantap, kita tak boleh membuat banyak musuh di segala penjuru, kedua, kau sangat menaruh perhatian pada Yuanbao, apakah kau tak ingin mengerti Yuanbao menikahi seorang wanita macam apa, apakah hubungan mereka harmonis, atau apakah ia menyukainya?"

Mendengarnya berkata demikian, Liu Qianqian merasa tergerak. Melihat hal itu, Liu Wenchao cepat-cepat memberikan makanan kecil itu kepadanya seraya berkata.

"Pergi, pergilah dan lihat baik-baik, kakak iparmu itu orang macam apa......"

Ia berhenti sejenak, lalu mengucapkan sebuah perkataan yang bermakna ganda.

"Dia adalah nyonya rumah Wisma Jin di masa datang, watak dan sikapnya sangat erat hubungannya dengan masa depan kita kakak beradik, tak perduli kau suka atau tidak, kau harus memahaminya, mengerti?"

Liu Qianqian tak bisa berbuat apa-apa dan terpaksa membawa makanan kecil itu ke Paviliun Songzhu. Ia berjalan ke depan kamar pengantin, namun ketika ia baru saja hendak mengetuk pintu, ia mendengar Yu Qilin berteriak dengan keras dan penuh semangat.

"Copot! Cepat copot!"

"Kalau ini kucopot setelah ini tak ada lagi!", suara gusar Jin Yuanbao pun terdengar.

"Tak bisa, cepat copot!"

Setelah itu, Liu Qianqian melihat bayangan Jin Yuanbao di jendela bergoyang-goyang, lalu ia menanggalkan sebuah pakaian dan melemparkannya.

Seketika itu juga Yu Qilin bertepuk tangan dan bersorak.

Melihat adegan ini, bagaimana Liu Qianqian bisa tak paham? Wajahnya segera menjadi merah padam, ia pun berbalik dan melangkah pergi.....

Namun, setelah berjalan beberapa langkah, ia tak bisa menahan rasa ingin tahunya....bukankah gege sedang memberikan pelajaran pada saosao? Kalau begitu, ia juga ingin ikut belajar....

Dengan cara demikian, Liu Qianqian membujuk dirinya sendiri, lalu bersembunyi di luar kamar pengantin dan mengintip.

Nampak siluet mereka berdua di jendela sedang bermain tebak jari dengan riang gembira.

"Cepat copot!"

"Kalau yang ini dicopot benar-benar tak ada lagi!"

"Tak bisa, tak bisa, tak bisa!"

Jin Yuanbao bangkit, lalu menanggalkan pakaiannya, dari siluetnya yang nampak di jendela sosoknya nampak makin sempurna.

Wajah Liu Qianqian memerah, untuk sesaat ia tak tahu apakah ia harus pergi atau tidak.

Tepat pada saat ini, suara Yu Qilin yang bergairah karena mabuk terdengar.

"Masih ada yang terakhir! Kau kuberitahu, kau pasti kalah!"

Liu Qianqian gusar sekaligus jengah, ia tak dapat menahan diri untuk menyapukan pandangannya ke bayangan Jin Yuanbao, lalu mengumam dengan lirih.

"Yuanbao Gege, kau kenapa sampai bisa dipermainkan olehnya hingga jadi begini?!"

Setelah itu, dari dalam kamar terdengar suara teriakan bergairah Yu Qilin.

"Tujuh belas titik, apa kataku, kau pasti kalah!"

Di dalam kamar, Jin Yuanbao sedang meremas-remas ikat pinggangnya, wajahnya nampak cemas. Namun Yu Qilin menatapnya tanpa berkedip, dari dadanya ia mengalihkan pandangannya ke iganya, lalu ke bagian bawah perutnya.....

"Jangan bersikap seperti orang yang tak tahu malu!"

Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia berbalik dan perlahan-lahan menanggalkan celananya.....

Dengan bersemangat Yu Qilin menatap pinggangnya, kalau bisa ia ingin memburu ke depan dan membantunya menanggalkan celananya.

Justru ketika tempat yang penting itu akan segera muncul, Jin Yuanbao tiba-tiba menarik celananya.

"Tak bisa! Anggap saja aku kalah!" Ada apa? Yu Qilin tercengang, wajahnya yang penuh gairah berubah menjadi serius, akan tetapi hatinya amat kecewa.

"Ah! Kau tak tahu malu!"

Dengan geram Yu Qilin menerkam dan memukulnya. Dengan gesit Jin Yuanbao menghindarinya, lalu dengan wajah nakal ia berkata.

"Kalau aku memang tak tahu malu lalu bagaimana? Jiang Xiaoxuan, kita belum pernah benar-benar bermalam pengantin. Kau bukan siapa-siapaku, aku juga bukan siapa-siapamu, bagaimana kau bisa berani-beraninya melihatnya. Aku juga malu memperlihatkannya!"

Yu Qilin cemas sekaligus marah sekaligus geram sekaligus malu.

"Kau, kau, kau......"

Jin Yuanbao dengan sengaja menirunya.

"Aku, aku, aku kenapa? Apa aku salah bicara?"

"Orang yang tak tahu malu!"

Yu Qilin menggertakkan giginya. Jin Yuanbao teringat pada kejadian saat malam pengantin, ia segera menyeringai, lalu.

"Krek, krek, krek!", kedua baris giginya pun mengigit-gigit, lalu ia berkata.

"Lihat. Aku unjuk gigi!"

Melihatnya, Yu Qilin kehabisan napas, ia amat marah, tapi wajah Jin Yuanbao begitu tak tahu malu, memakinya juga percuma.

"Ini juga ajaranmu!", setelah berbicara Jin Yuanbao menarik sehelai baju dan memakainya. Melihat bahwa ia sama sekali tak punya niat untuk meneruskan permainan itu, api kemarahan Yu Qilin tersulut, kalau bisa ia ingin mengigitnya, ia sendiri tahu kalau dirinya terus berada di sini, jangan-jangan ia akan benar-benar mengigitnya, maka dengan geram ia membuka pintu dan memburu keluar. Yu Qilin memburu keluar dari pintu dan langsung menabrak Liu Qianqian yang sedang mengintip di balik pintu, kotak makanan kecil itu pun terjatuh dan beberapa potong kue menggelinding keluar.

"Aiyo!", Liu Qianqian terhuyung-huyung, hampir terjatuh. Dengan terkejut Yu Qilin menatapnya dan bertanya.

"Untuk apa kau bersembunyi di sini?"

Tiba-tiba ia tersadar.

"Kau sedang menguping?"

Wajah Liu Qianqian memerah, untuk sesaat ia tak tahu bagaimana ia harus menjawab.

"Ckckck......nona besar keluarga terpandang sepertimu ternyata juga bisa menguping di balik pintu!"

"Siapa bilang aku sedang menguping!", Liu Qianqian cepatcepat berjongkok dan memungut kue-kue itu untuk menutupi perbuatannya.

"Kulihat kau sepertinya tak tahu apa-apa, maka aku datang membawakan sekotak makanan kecil Wisma Jin supaya kau dapat mencobanya".

"Kau mengakulah saja, kau sudah tertangkap basah olehku, dan masih menyangkal saja?" Sambil berbicara Yu Qilin memandang kotak makanan kecil itu, ia langsung tertarik dan mengambil sepotong kue untuk dicoba, seketika itu juga ia membelalakkan matanya lebar-lebar dan tak kuasa berbicara. Dengan sikap merendahkan, Liu Qianqian memandangnya, lalu berkata dengan dingin.

"Jangan-jangan di Wisma Jiang tak ada ahli pembuat makanan kecil? Ahli pembuat makanan kecil ini pernah melayani ibu suri, lho!"

Yu Qilin mengangguk-angguk dan mengakui bahwa makanan kecil itu memang lezat, namun hatinya penuh rasa curiga, ia tahu bahwa dirinya tak serta merta disukai semua orang, apalagi oleh gadis yang tadi siang bertengkar dengannya ini.

"Kenapa kau begitu baik padaku? Kau sudah tak kesal karena aku memetik bungamu?"

Liu Qianqian tak menyangka bahwa ia begitu lugas, dirinya jelasjelas telah merendahkan dirinya sendiri dengan membawakan makanan kecil untuknya, tapi ia malah memperlakukannya seperti ini, ia hendak melampiaskan kemarahannya, namun ia tahu bahwa Jin Yuanbao masih berada di dalam kamar, ia tak mau Jin Yuanbao mendengarnya, maka ia segera memaksa dirinya sendiri untuk menahan amarahnya, dengan sangat tenang ia berkata.

"Kau pendatang baru, pengalamanmu sangat terbatas, sebagai majikan nomor satu Wisma Jin, aku seharusnya tak bertengkar denganmu, dengan mengantarkan kotak makanan kecil ini kepadamu, masalah tadi siang dianggap sudah terhapus". "Hmm.....", Yu Qilin menerima kotak makanan kecil itu, lalu meliriknya.

"Sekotak makanan kecil ini tak cukup".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hei ------ kau jangan setelah diberi hati lalu masih minta ampela". Yu Qilin memandangnya, lalu berkata.

"Sebenarnya kau telah memperlakukanku dengan tak adil, kau berkata bahwa aku sengaja menghukummu segala, dan juga berkata bahwa aku tak nyaman melihatmu karena kau berhubungan baik dengan Yuanbao, beberapa perkataan ini bukankah kau yang mengatakannya? Kalau sampai terdengar oleh ibu mertuaku atau bibimu itu, menurutmu siapa yang akan kena hukuman?"

"Kau!", Liu Qianqian cemas sekaligus geram.

"Kau benar-benar tak tahu malu! Kau dan Yuanbao bertaruh dengan menanggalkan pakaian, apa kau tak takut kalau aku melaporkannya pada guma?"

"Aku dan suamiku minum-minum dan bersenang-senang di dalam kamar, lalu ada orang yang menguping di luar, dan kau masih ingin melapor?"

Yu Qilin sengaja berpura-pura ketakutan.

"Aiyaya, aku takut sekali!!"

Liu Qianqian kehabisan napas dan kata-kata untuk membantahnya, ia segera menghentakkan kakinya dan berbalik hendak pergi.

Yu Qilin sebenarnya hanya ingin dengan main-main menggodanya, tapi tak nyana, ia benar-benar marah, maka ia cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk menghentikannya.

Ia tersenyum lebar dan membujuknya.

"Baiklah, baiklah, aku cuma dengan main-main menggodamu, makanan kecil yang kau antarkan lezat, kau pun begitu cantik, untuk apa aku menyusahkanmu? Aku ingin bertanya padamu, dimana tempat yang enak bagi kita berdua untuk minum-minum dan mengobrol?"

Melihat senyumnya yang tulus, sepertinya tak hendak menipunya, amarahnya agak mereda, namun ia masih dengan ragu-ragu menatap Yu Qilin, tiba-tiba ia tersadar dan tersenyum.

"Apakah kau diusir Yuanbao Gege dan tak punya tempat yang bisa kau datangi?"

Yu Qilin segera menyangkal.

"Tentu saja tidak!"

Melihat wajahnya, Liu Qianqian makin merasa puas, ekspresi wajahnya malahan menjadi jauh lebih tenang.

"Masih menyangkal juga? Baiklah, kulihat kau ini diusir keluar kamar di tengah malam dan tak punya tempat yang bisa kau datangi, maka nona ini hendak mengundangmu berjalan-jalan di danau, ayo ikut aku". Hah ----- Yu Qilin memang sedang ingin mencari tempat untuk melupakan kesulitannya, diam-diam ia kegirangan, maka dengan patuh ia membawa kotak makanan kecil itu dan mengikuti Liu Qianqian yang sengaja berjalan dengan anggun pergi. Langit biru terang, segumpal awan pun tak terlihat. Bulan sabit seputih salju, sebatang kara tergantung di langit biru, seakan tak punya tempat bersandar, membuat orang sedih. Liu Qianqian berdiri di haluan kapal sambil menengadah melihat bulan, ia merasa bahwa manusia dan bulan mirip satu sama lain, sama-sama ditakdirkan untuk cemas.....ia tak bisa menahan diri lagi dan menghela napas. Yu Qilin sedang duduk di atas geladak sambil makan paha ayam dengan lahap, mendengarnya menghela napas, sambil mengigit paha ayam, ia menengadah dan melihat ke atas, dilihatnya Liu Qianqian berdiri di haluan kapal, ikat pinggangnya berkibar-kibar ditiup angin, bayangannya tercermin di riak air danau yang memantulkan cahaya rembulan, benar-benar nampak seperti pemandangan di luar dunia yang fana ini. Yu Qilin membuka mulutnya, namun setelah berpikir sejenak, ia tak berkata apa-apa, dan terus menunduk sambil mengigiti paha ayam. Nona-nona besar seperti ini benar-benar rewel, hidangan enak di meja tak disentuh, dan malahan memandangi cahaya rembulan yang membosankan itu sambil mengeluh. Begitu melihat hidangan-hidangan lezat di atas meja itu, suasana hatinya menjadi sangat baik, ia tak memperdulikan apakah sikapnya anggun atau tidak, ia cuma ingin menguasai meja dan makan sepuasnya. Setelah Liu Qianqian selesai menyesali dirinya, ia berpaling dan kontan melongo. Meja dan geladak penuh tulang ayam, kulit buah, dan remahremah kue, kenapa ia begitu kelaparan? Dan pelaku utamanya sedang mencabik sebuah cakar ayam kuat-kuat, kelakuannya sama sekali tak mirip dengan sikap seorang gadis dari keluarga terpandang. Seketika itu juga, keangkuhan, sikap tak terima dan kesedihan serentak muncul dalam benak Liu Qianqian, dengan amat sedih dan marah, ia berkata.

"Yuanbao Gegeku adalah seseorang yang begitu mirip dewa, tapi justru dinikahkan dengan kau, seorang wanita yang......kasar". Setelah berbicara, ia tak bisa menahan dirinya untuk tak memandang bulan, lalu diam-diam menghela napas dan berkata.

"Yuanbao benar-benar bernasib malang". Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Hmm, ia bernasib malang, oleh karenanya begitu banyak orang di wisma ini mengelilinginya rapat-rapat, mengendongnya karena takut ia terjatuh, mengulumnya dalam mulut karena takut ia hilang". Liu Qianqian segera membela dirinya dengan suara nyaring.

"Yuanbao Gege lahir dengan sendok emas di mulutnya, semua ini adalah miliknya". Yu Qilin membuang paha ayam di dalam genggamannya, dengan santai mengelapkan tangannya ke bajunya, lalu mengikuti Liu Qianqian memandang bulan sabit di langit itu, dengan kesal ia berkata.

"Hah, apakah ia pantas mendapatkan semua ini, benar-benar sulit dikatakan....." Perkataan ini seperti paku yang menembus telapak kaki Liu Qianqian, dengan kesal ia langsung berkata.

"Jiang Xiaoxuan, di Nanjing kau seperti katak dalam tempurung, pada dasarnya kau tak tahu betapa beruntungnya dirimu. Wajah, watak dan kedudukan keluarga Yuanbao Gege tak bisa ditandingi orang lain, entah berapa banyak gadis di ibu kota ini yang memimpikan seorang suami seperti itu. Kalau saja kaisar dan ibu suri tak menganugerahkan pernikahan ini dan tak hanya melihat reputasimu sebagai wanita yang berbakat secara dangkal saja...."

Ia memandangnya dengan sikap merendahkan.

"Hah, begitu banyak wanita-wanita berbakat di istana benar-benar tak bisa menandingimu". Yu Qilin tak tersinggung dan malahan menyengir nakal, lalu berkata.

"Oh? Maksudmu kenapa ibu suri begitu memandang tinggi diriku sehingga berkeras untuk menikahkanku dengan Yuanbao Gegemu?"

Dalam beradu mulut, bagaimana Liu Qianqian bisa menandinginya? Ia tak tahu bagaimana harus menjawab dan cepat-cepat berkata dengan gusar.

"Jiang Xiaoxuan, kau benarbenar tak tahu malu!"

"Aku tak tahu malu? Ini semua gara-gara kau!"

Dengan geram Yu Qilin mengebrak meja.

"Kau begitu melebih-lebihkan Yuanbao, katamu aku Yu......eh......Jiang Xiaoxuan bagaimana bisa layak dinikahkan dengannya. Memangnya kenapa ibu suri begitu suka pada diriku?" "Tentu saja bukan karena kau baik hati dan berbudi luhur......", Liu Qianqian tertawa sinis.

"Terus terang saja, semuanya hanya karena kau bermarga Jiang!"

Melihat wajahnya yang penuh rasa cemburu, tiba-tiba Yu Qilin tersadar, ia segera tertawa jahat sambil memandangnya.

"Ah, aku tahu sekarang. Kau tak suka melihatku karena kau suka pada Jin Yuanbao!"

Dengan gugup Liu Qianqian menghindari pandangan matanya.

"Omong kosong apa itu!"

"Hmm ----", tanpa memperdulikannya Yu Qilin berkata.

"Apa anehnya? Dari zaman dahulu banyak adik sepupu yang mencintai kakak sepupunya, kau bukan yang pertama......"

"Aku....."

"Ah......", dengan tulus Yu Qilin berkata.

"Mengingat bahwa kau mengantarkan makanan kecil untukku dan menemaniku makanmakan, aku hendak menasehatimu, itu cuma cinta monyet, jelas bukan sungguhan, cepat tinggalkan si Jin Yuanbao bangsat itu, jangan menunggunya seumur hidupmu!"

Mendengar perkataannya itu, Liu Qianqian langsung naik pitam.

"Kau! Pada dasarnya kau tak memahaminya, kau punya hak apa untuk berkata begitu? Kau tak boleh menjelekkan biaoge! Yuanbao jelas-jelas bukan seorang bangsat!"

"Yang kukatakan itu benar! Aku istrinya, aku tahu jauh lebih banyak darimu!" Perkataannya itu sebenarnya tak sengaja diucapkannya, namun mau tak mau Liu Qianqian teringat pada adegan yang terjadi saat ia menguping di balik pintu itu. Seketika itu juga ia merasa bahwa perempuan yang bersikap kasar di hadapannya itu makin jelek, makin pemalas, makin menyedihkan penampilannya dan makin bejat, makin dilihat makin memuakkan. Melihat pandangan matanya makin lama makin tak ramah, Yu Qilin tahu bahwa ia telah mengundang kemarahannya, tak nyana adik sepupu ini begitu picik, maka ia cepat-cepat membujuknya.

"Baiklah, baiklah, jangan marah, aku bicara sekenanya, kakak sepupumu itu, tak usah hiraukan aku, kalau kau menyukainya maka kau akan tetap menyukainya....."

Liu Qianqian terus memandangnya dengan dingin, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Yu Qilin tak bisa berbuat apa-apa, ia melihat bahwa di atas meja masih tersisa sebuah cakar ayam, maka ia segera mengambil cakar ayam itu dan bangkit, lalu memberikannya kepada Liu Qianqian.

"Tinggal satu cakar ayam ini yang tersisa, bagaimana kalau aku memberikannya padamu sebagai hadiah tanda mohon maaf? Siapapun diantara kita berdua jangan marah lagi, bagaimana?"

Tiba-tiba sebuah cakar ayam yang berlumuran minyak menjulur ke depan mukanya, di bawah sinar rembulan yang dingin, rupanya lebih mengerikan lagi. Liu Qianqian kontan berteriak kaget dan mundur ke belakang untuk menghindar.

"

Apa-apaan ini! Aah ----"

Namun tak nyana, kakinya menginjak sebuah tulang ayam, ia terhuyung-huyung hampir jatuh dan secara naluriah ia mengangsurkan tangannya ke arah Yu Qilin. Yu Qilin yang mata dan tangannya gesit cepat-cepat memayangnya, lalu mengomel.

"Nona besarku, kita berada di atas kapal bukan tanah, hati-hati sedikit, ya? Kau membuatku ketakutan....."

Saat Liu Qianqian mencengkeram lengan Yu Qilin, hatinya seakan tersambar geledek, tiba-tiba dengan lemas ia bersandar di tubuh Yu Qilin.

"Aah.....", karena tak berjaga-jaga, Yu Qilin langsung terjatuh dari kapal.

"Byur!", ia masuk ke dalam air. Melihatnya penampilannya yang seperti seekor ayam yang basah kuyup, Liu Qianqian langsung tertawa dengan gembira.

"Kusuruh kau menikah dengan biaoge! Ayo katakan lagi bahwa dia tidak baik!"

"Hei.....aku tak bisa.....", Yu Qilin berusaha keras untuk tetap mengambang, lalu.

"Plung!", ia pun tenggelam. Dengan geram Liu Qianqian memandang ke tengah danau, namun setelah untuk beberapa saat tak melihatnya muncul di atas air, ia menjadi panik.

"Kau cepat naik! Untuk apa kau diam di dalam air......" Yang menjawabnya hanya riak air yang bergelombang tanpa suara. Sekarang Liu Qianqian benar-benar ketakutan, ia cepat-cepat berseru minta pertolongan.

"Tolong!" * Setelah dengan susah payah mengusir wanita itu, Jin Yuanbao sedang dengan santai dan leluasa menikmati makan malamnya, sendirian di dalam kamar, ia minum arak dan makan makanan kecil sambil membaca buku. Perasaan ini benar-benar berbeda dengan kepuasan yang biasa dirasakannya. Tepat pada saat ini, tiba-tiba muncul keributan di taman. Mau tak mau Jin Yuanbao meletakkan sumpitnya dan mendengarkan dengan seksama, sayup-sayup terdengar sebuah teriakan minta tolong.

"Selamatkan dia!"

Jin Yuanbao terkejut dan cepat-cepat memburu keluar kamar, A Fu sedang berdiri di tengah ruangan.

"Kau dengar tidak?", Jin Yuanbao menanyainya.

"Iya, iya, aku dengar!"

A Fu mengangguk-angguk.

"Sudah dengar tapi tak menolong! Untuk apa bengong begini!"

Dengan geram Jin Yuanbao berlari keluar dari Paviliun Songzhu.

Para pembantu ini semua cuma tahu mendengarkan perintah dan panggilan, tapi kalau terjadi sesuatu tak ada yang mengambil inisiatif.

Di tengah danau buatan di taman bunga utama di luar Paviliun Songzhu, samar-samar terlihat sebuah perahu.

Jin Yuanbao cepat-cepat berlari mendekat, namun ia hanya dapat melihat sosok Liu Qianqian yang dengan cemas berteriakteriak sambil melompat-lompat di atas perahu itu, sedangkan sosok jelita yang berada di dalam air itu jelas-jelas adalah Yu Qilin.

Melihatnya dengan timbul tenggelam berusaha mati-matian untuk tetap mengambang, Jin Yuanbao menjadi pucat pasi karena ketakutan, tanpa ragu sedikitpun, ia langsung berlari ke tengah danau hingga air sampai ke lehernya, lalu dengan sekuat tenaga berusaha mendekati Yu Qilin dan menjulurkan tangannya untuk menariknya.

Namun Yu Qilin terus mengayunkan tangannya dengan kalang kabut, mati-matian berusaha supaya tak tenggelam, dan tak menghiraukannya.

"Tutup mulut! Jangan berteriak! Pegang aku!", dengan keras Jin Yuanbao menghardiknya. Yu Qilin tertegun, ia membuka mulut hendak berbicara entah apa, tapi situasi sangat kritis, tanpa berkata apa-apa lagi, Jin Yuanbao langsung menarik tangannya, akan tetapi ia tak memperhatikan, bahwa di wajah Yu Qilin yang terpantul di air yang jernih itu, muncul seulas senyum licik seekor rubah.

"Siapa yang menyuruhmu tak tidur dan lari ke taman bunga di tengah malam begini.....ah!", Jin Yuanbao yang tak berjaga-jaga dilemparkan olehnya ke dalam air.

"Hei, hei!"

Jin Yuanbao jelas-jelas tak pandai berenang, sebelum sempat berkata apa-apa lagi, ia telah tersedak karena menelan air, lalu terbatuk-batuk beberapa kali.

Akan tetapi walaupun begitu, ia masih tak lupa menjulurkan tangannya untuk menarik Yu Qilin.

Yu Qilin tak menyangka bahwa ia ternyata tak bisa berenang, ia pun melihat bahwa tanpa memperdulikan keselamatan dirinya sendiri, Jin Yuanbao malahan hendak menolong dirinya, maka hatinya pun terasa hangat.

Sekarang Jin Yuanbao sepertinya sudah tak bisa bertahan lagi dan sedikit demi sedikit tenggelam.

Yu Qilin cepat-cepat berenang menghampirinya, lalu mengendongnya di punggungnya sendiri, di telinganya ia berbisik dengan pelan.

"Ternyata kau seekor bebek darat". Jin Yuanbao membuka mulutnya, namun tak dapat berkata apaapa, barusan ini ia telah minum tak sedikit air, sekarang ia hanya dapat batuk-batuk saja. Yu Qilin berenang ke tepi danau sambil menariknya, lalu dengan sekuat tenaga menyeretnya ke darat. Mungkin karena telah menelan banyak air, ketika mereka tiba di darat, Jin Yuanbao telah jatuh pingsan. Melihat kejadian itu, dengan geram dan cemas Yu Qilin menghentakkan kakinya, lalu berkata.

"Bebek darat ingin menyelamatkan orang, dasar tak tahu diri!"

Setelah berbicara, ia segera berlutut dan memeriksa keadaannya, akan tetapi, melihatnya hanya dapat menghembuskan napas dan tak bisa menarik napas, ia terkejut dan cepat-cepat membalikkan tubuh Jin Yuanbao, menelungkupkannya di atas lututnya, lalu menepuk-nepuk punggungnya untuk mengeluarkan air.

"Huek -----", Jin Yuanbao memuntahkan beberapa teguk air, akan tetapi ia belum siuman. Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa, ia mengendongnya di punggungnya, lalu dengan susah payah melangkah menuju ke Paviliun Songzhu.

"Jin Yuanbao, urusanku belum selesai, kau jangan mati dulu!"

Untung saja, sebelum berjalan terlalu jauh, A Fu yang membawa serombongan pelayan telah menyusulnya.

Melihat rupa mereka berdua yang basah kuyup, mula-mula ia tertegun, lalu setelah itu ia melihat raut wajah pucat pasi Jin Yuanbao yang masih tak sadarkan diri, dan seketika itu juga menjadi ketakutan setengah mati.

"Untuk apa bengong saja! Kenapa tak cepat-cepat menolong!"

Yu Qilin marah.

"Oh, oh, oh!", A Fu mengangguk-angguk, lalu cepat-cepat menurunkannya dari punggung Yu Qilin.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Para pelayan semua ikut membantunya membawa Jin Yuanbao kembali ke kamar.

Yu Qilin terus mengiringi mereka, ia bahkan tak memperdulikan atau menganti pakaiannya yang basah kuyup, melihatnya berbaring di atas ranjang dengan wajah yang pucat pasi, hatinya merasakan suatu perasaan tersentuh yang sulit dilukiskan.

Ia menggunakan segala cara, mencubitnya dan memukuli dadanya, namun Jin Yuanbao masih tak bereaksi.

Melihat keadaan itu, A Fu cepat-cepat berbisik untuk memberinya sebuah saran.

"Shao furen, shao furen, kalau orang yang tenggelam tidak sadar, anda harus memberinya pernapasan buatan".

"Pernapasan buatan?", Yu Qilin tertegun.

"Bagaimana caranya?"

"Eh.....", dengan wajah memerah A Fu berkata.

"Dari mulut ke mulut". Yu Qilin tiba-tiba tersadar, A Fu merasa bersyukur.

"Kalau begitu kau cepatlah sedikit!"

Yu Qilin berkata.

"Aku???", A Fu sangat terkejut, mulutnya mengganga tak bisa ditutup. "Omong kosong! Kalau kau tak melakukannya, lalu siapa yang harus melakukannya? Masa aku?"

"Bu.....bu.....bukan begitu......", A Fu berkata dengan terbatabata.

"Shao......shao furen.....perbuatan intim seperti ini.....lebih.....lebih baik dilakukan oleh suami istri.....".

"Hah?", wajah Yu Qilin penuh rasa curiga.

"Lagi......lagipula.....", A Fu menelan ludahnya.

"Lagipula shaoye adalah seorang lelaki, anda bukannya tak ingin kami terlalu intim dengannya, benar tidak ----"

Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin lantas mendorongnya ke depan ranjang.

"Omong kosong! Cepat sedikit!"

Dengan putus asa A Fu mencengkeram papan ranjang dan berusaha sebisanya untuk mundur ke belakang seraya berteriak dengan mengenaskan.

"Kalau shaoye sadar ia akan membunuhku!"

"Kau percaya atau tidak.....", Yu Qilin memicingkan matanya, lalu mengancamnya.

"Kalau kau tak melakukannya aku akan membunuhmu sekarang juga!"

A Fu berbalik dan memandang Jin Yuanbao, lalu meratap.

"Shaoye....."

"Cepat sedikit!", Yu Qilin masih tak tersentuh. Sambil tersedu sedan A Fu mendekat ke bibir Jin Yuanbao, lalu membuka mulutnya..... Yu Qilin menyemangatinya.

"Cepat! Nyawa shaoye kita berada di tanganmu! Menyelamatkan nyawa seseorang lebih baik dari menyelamatkan nyawa tujuh ekor kelinci!"

"Tujuh kelinci apa....."

Kepala A Fu penuh kabut, tapi ia tak berani banyak bertanya, dan kembali berpaling memandang Jin Yuanbao, ia mengingat kemurahan hati shaoye kepadanya selama beberapa tahun ini, maka ia segera menarik napas panjang, mengertakkan gigi untuk mengeraskan hatinya, dan mendekatinya.

Tepat ketika ia sedang mengerucutkan bibirnya dan hendak menempelkannya di bibir Jin Yuanbao, Jin Yuanbao membuka matanya, dan setelah kebingungan sesaat, siuman.

Telapaknya langsung menampar wajah A Fu, lalu ia membentak.

"Kacung sialan, apa yang kau lakukan?"

Seakan mendapatkan amnesti, A Fu melompat menghindar, bahkan rasa sakit si wajahnya seperti tak dirasakannya, dengan gembira ia bertepuk tangan.

"Shaoye kau sudah siuman! Bagus sekali! A Fu akan menyuruh orang membuatkan anda teh jahe!"

Setelah berbicara, tanpa menunggunya atau Yu Qilin menjawab, ia langsung menghilang.

Jin Yuanbao kebingungan, ia hendak bangkit dan menanyainya, akan tetapi, tubuhnya tak berdaya, maka ia hanya bisa mengerang dan kembali berbaring dengan lemas.

Melihatnya begitu lemah, Yu Qilin merasa bersalah, dengan hatihati ia bertanya.

"Kau tak apa-apa?"

Jin Yuanbao memejamkan matanya dan berpikir untuk beberapa lama, lalu tiba-tiba membuka matanya dan menatapnya dengan tajam.

"Kau bisa berenang?"

Yu Qilin takut ketahuan, ia tak berani berkata apa-apa.

"Kau bisa berenang tapi menipuku agar menyelamatkanmu?"

Jin Yuanbao marah.

"Sebenarnya aku hendak memberitahumu, menyuruhku membuka mulut!"

Tapi kau tak Mendengarnya ia membela diri dengan berkata demikian, Jin Yuanbao makin merasa bahwa wanita ini tak bisa diajak berbicara.

Ditatap olehnya dengan pandangan mata yang dingin itu, Yu Qilin tak kuasa menahan rasa bersalah muncul dalam hatinya, untuk bermanis-manis ia berkata.

"Pakaian basah itu tak nyaman dipakai? Aku akan membantumu berganti pakaian". Jin Yuanbao tak hendak menjawabnya, ia berbaring sambil memejamkan matanya, akan tetapi setelah beberapa saat, ia tak lagi bisa mengeraskan hatinya, ia memandang wajah Yu Qilin yang penuh perasaan bersalah dan hatinya pun melembut. Dengan putus asa, ia menghela napas, duduk, lalu dengan wajah dingin mengangsurkan lengannya dan membiarkan Yu Qilin melayaninya. Melihatnya, Yu Qilin segera tersenyum manis, lalu dengan cepat membuka bajunya.... Sekonyong-konyong, Yu Qilin tertegun..... Di punggung bawah Jin Yuanbao nampak dengan jelas sebuah bulan sabit berwarna merah menyala.... Melihatnya berhenti bergerak, dengan tak sabar Jin Yuanbao mendesaknya.

"Cepatlah sedikit". Melihat bulan sabit itu, Yu Qilin seakan tak berani mempercayai matanya sendiri, ia merasa jantungnya melonjak-lonjak, perlahan-lahan ia berjongkok, lalu menunduk dan memandang bulan sabit itu dengan seksama. Warnanya merah menyala, bentuknya pun luar biasa, ia tak bisa menahan diri dan menyentuhnya, tanda lahir itu membawa rasa hangat tubuh, seperti mengelus kulit manusia. Ketika disentuh dengan jari Yu Qilin yang sedingin es, Jin Yuanbao mengegos menghindar, ia merasa agak malu, tapi dengan berpura-pura galak ia berseru.

"Cepat pakaikan! Dingin sekali!"

Namun Yu Qilin tak mau mendengarkannya, dan terus memandang bulan sabit itu dengan teliti, ia berpikir sejenak, lalu mengangsurkan tangannya dan mencubit permukaan bulan sabit itu keras-keras.

Bulan sabit itu menjadi agak putih, namun segera berubah menjadi merah kembali, jelas bahwa ia tumbuh di daging, sebuah tanda lahir! Jin Yuanbao kesakitan, ia segera berpaling dan mengibaskan tangan Yu Qilin, dengan gusar ia bangkit, mengambil pakaian kering yang sudah disiapkan di sampingnya, lalu menerobos keluar melalui pintu seraya berkata.

"Apa kau pikir kau sedang berjalan-jalan di rumah bordil?"

Tapi, saat ini Yu Qilin tak perduli apakah ia dimarahi atau tidak.

Melihat tanda berwarna terang di punggungnya yang nampak selagi ia berlalu, dalam hati ia berkali-kali menghela napas dengan penuh perasaan.

Orang yang sudah lama dicari akhirnya muncul di depan mata, hatinya penuh semangat dan harapan, dengan girang ia berjalan mondar-mandir di dalam kamar itu, kalau bisa ia ingin bernyanyi keras-keras.

Setelah beberapa lama, ia baru mengayun-ayunkan tinjunya, dan berteriak dengan girang ke luar kamar.

"Akhirnya aku menemukanmu!"

Kembang api yang berwarna-warni bersinar di atas Wisma Jin, Jin Yuanbao menengadah dan memandang kembang api itu, dengan kesal ia mengerutkan dahinya, kembang api itu seperti berasal dari Paviliun Songzhu.

Entah dari mana Yu Qilin mendapatkan kembang api dan petasan itu, larut malam begini masih membuat keributan.....

Ia melangkah ke bak mandi dan berendam di dalamnya, dengan nyaman menikmati kehangatan air panas.

Tanpa terasa, ia mengingat tingkah laku Yu Qilin baru-baru ini, ia menjulurkan tangannya untuk meraba punggung belakangnya, tempat tanda lahir yang menonjol itu.

Ia merenung sejenak, menggelenggeleng, lalu menghela napas.

"Yu Qilin ini tingkah lakunya seperti seorang gadis desa, cuma sebuah tanda lahir saja membuatnya begitu keheranan. Dungu sekali!" * "Ha-ching!", Yu Qilin yang bersembunyi di sudut sebuah lorong di gerbang belakang Wisma Jin bersin keras-keras, walaupun boleh dibilang bahwa baru-baru ini ia mandi air dingin, namun ia sudah berganti pakaian rapi, lagipula, tubuhnya kuat, masa ia mudah jatuh sakit? Hmm.....pasti ada yang menjelek-jelekannya, kalau bukan Jin Yuanbao, tentunya si Liu Qianqian itu, mereka pasti tak sedang memujinya! Ketika sedang berpikir seperti itu, ia mendengar sebuah suara berdebam dari mulut lorong, sebuah sosok manusia terjatuh dari atas tembok. Yu Qilin memicingkan matanya untuk melihatnya dengan seksama, ia dapat melihat perawakannya, dialah si Pang Hu. Dengan cepat memayangnya. ia melangkah menghampirinya, lalu Pang Hu berdandan seperti seorang tukang jaga malam, wajahnya pun ditempeli janggut palsu, karena terjatuh, janggutnya copot separuh. Yu Qilin tak memperdulikan bagaimana rupanya, ia mencengkeram tangan Pang Hu dan berkata.

"Aku sudah melihatnya! Aku sudah melihatnya!"

"Melihat apa?"

Dengan terperinci, Yu Qilin menceritakan tentang kejadian saat ia membantu Jin Yuanbao bertukar pakaian, setelah itu dengan gembira ia berkata.

"Sekarang aku bisa pulang dan menjelaskan segalanya kepada ibu. Jin Yuanbao seratus persen adalah putranya!"

Mau tak mau Pang Hu mengumam pada dirinya sendiri.

"Tapi kalau kau memberitahunya, dan ia tak bisa melihat orangnya, apa gunanya?"

"Kata siapa ia tak bisa melihatnya?", Yu Qilin tersenyum licik.

"Bukankah aku Jiang Xiaoxuan akan segera membawa menantu lelakinya pulang ke rumah?"

"Oh, oh.....", Pang Hu tiba-tiba tersadar.

"Kau mau menculik tuan muda yang rewel ini ke Emeishan?" Yu Qilin mengangguk-angguk.

"Benar, ikut aku pulang ke rumah, bersujud dan mengakui ibu!"

"Hmm......", setelah berpikir sejenak sambil memilin-milin janggutnya yang tinggal sebelah, Pang Hu berkata.

"Aku khawatir Jin Yuanbao ini sudah terbiasa menjadi tuan muda Wisma Jin, dia belum tentu mau mengakui ibumu!"

"Ia harus mau mengakuinya", Yu Qilin gusar.

"Ibu dengan susah payah melahirkannya dan telah merindukannya selama dua puluh tahun. Kalau dia tak mau mengakui ibu, aku akan memukulinya sampai dia mau mengakui ibu!"

"Benar! Ia harus mau mengakuinya!", Pang Hu memukul pahanya sehingga janggutnya terguncang hampir copot. Yu Qilin tersenyum, lalu mendekatinya dan berbisik.

"Dengarkan kataku, tunggu sampai kami telah berpergian setengah jalan, lalu datanglah dengan beberapa saudara yang berdandan sebagai perampok gunung dan bawalah kami ke Emeishan, saat itu, kita akan menggunakan suara burung kukuk sebagai isyarat....."

Pang Hu mendekat ke Yu Qilin agar dapat mendengarkannya dengan seksama, lalu berkali-kali mengangguk, janggutnya pun nyaris terjatuh ke tanah.

Namun ketika mereka berdua sedang berunding, tak nyana di kejauhan muncullah sebuah sosok manusia....

Begitu melihat kejadian itu, orang ini langsung mundur beberapa langkah, akan tetapi setelah itu dengan bimbang ia maju beberapa langkah, memandang mereka berdua, lalu berseru dengan nyaring.

"Jiang Xiaoxuan!"

Yu Qilin terkejut dan mengangkat kepalanya, orang yang datang itu ternyata Liu Qianqian.

Liu Qianqian sangat terkejut melihat Yu Qilin duduk di tanah dan sedang dengan sangat akrab duduk berendeng pundak dengan seorang penjaga malam.

Pang Hu mengangkat kepalanya dan menatapnya, lalu kembali menunduk, secepat kilat ia menempelkan kembali janggutnya, lalu bangkit dan berjalan ke samping.

Liu Qianqian berseru.

"Di tengah malam begini untuk apa kau duduk-duduk dengan pak tua penjaga malam?!"

Untuk sesaat Yu Qilin tak bisa menjawab, lalu ia bereaksi, Liu Qianqian berkata bahwa Pang Hu adalah seorang pak tua, maka dengan penuh percaya diri dirinya menjawab.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa aku tak boleh mendengarnya bercerita tentang hantu padaku?"

"Kau membiarkannya bercerita padamu? Selama setengah malam lebih?"

Alasan ini tak mungkin dipercayai oleh Liu Qianqian.

"Omong kosong.....kalau hendak mendengar cerita hantu, kalau tak mencari pak tua penjaga malam yang semalaman berjaga lalu mencari siapa lagi?"

Supaya alasan ini terlihat masuk akal, Yu Qilin berbalik dan memberi perintah pada Pang Hu.

"Kau sudah cukup lama bercerita semalaman, ayo cepat bekerja lagi!"

Seperti asap yang ditiup angin, Pang Hu berlari pergi, setelah itu, dari mulut lorong terdengarlah suara ribut kentongan dipukul. Melihat kejadian itu, Liu Qianqian tertawa sinis dan berkata.

"Saosao, kau seorang nyonya yang baru menikah begini malammalam mencari pembantu untuk mendengarkan cerita, tanpa memperhatikan aturan diantara lelaki dan perempuan serta diantara majikan dan pembantu kau duduk bersamanya, hal ini sangat tak pantas dan sangat tak sesuai dengan aturan kesopanan, kalau guma tahu jangan-jangan ia akan tak senang!"

Apakah dia sedang mencari-cari kesalahannya? Yu Qilin memicingkan matanya, lalu memikirkan sebuah siasat, dengan perlahan ia membuka mulutnya dan berkata.

"Adik yang baik, kalau seorang adik ipar sengaja mendorong kakak iparnya ke danau sehingga hampir tenggelam, apakah itu sesuai dengan aturan kesopanan? Kalau ibu mertua tahu, jangan-jangan ia tak akan senang!"

"Kau!", Liu Qianqian terkejut sekaligus geram, dan juga agak jeri. Dengan wajah nakal, Yu Qilin berkata.

"Apakah yang kukatakan itu ada yang tak benar? Lagipula kau seorang nona yang belum menikah juga untuk apa keluar malam-malam begini?" Mendengar perkatannya itu, Liu Qianqian merasa agak takut.

"Aku khawatir kau mati tenggelam, maka aku keluar untuk menenggokmu!"

Yu Qilin bangkit, menepuk-nepuk pakaiannya, lalu berkata dengan nyaring.

"Baiklah, kalau kau ingin menenggokku kau sudah melakukannya, aku masih hidup tak kurang suatu apa, mari pulang dan mengurus urusan masing-masing, malam ini kejadian apa lagi yang belum terjadi? Bagaimana?"

"Apakah kau ingin semua ini dilupakan begitu saja?"

Liu Qianqian menggertakkan giginya.

"Bukankah kau juga ingin begitu?"

Sekonyong-konyong Yu Qilin menangis dengan sedihnya.

"Adik yang baik, lihat aku, sebenarnya aku adalah arwah kesepian.....di bawah air sangat dingin, sangat dingin....."

Tepat pada saat itu, awan berarak dan menutupi sinar rembulan, menambah seram suasana.

"Ah!", Liu Qianqian melengking. menjerit ketakutan dengan suara Melihatnya, Yu Qilin tak bisa menahan diri untuk tak mendengus dan tertawa.

"Lihatlah, aku harus menakut-nakutimu, lalu kau baru setuju. Masa bodoh, aku akan kembali ke kamar dan tidur dengan nyaman, kau sendiri, pikirlah dengan hati-hati, pertimbangkanlah bahwa gumamu dan ibu mertuaku tak akan suka mendengar tentang peristiwa itu!"

Setelah berbicara, ia bangkit dan melangkah pergi.

"Kau perempuan licik! Sedikitpun tak mirip dengan gadis dari keluarga terpandang!"

Dengan penuh kebencian Liu Qianqian menghentakkan kakinya.

Yu Qilin mendengarnya, namun ia sudah berjalan jauh sambil mengayun-ayunkan tangannya, dengan santai meninggalkan tempat itu.

Begitu sampai di Paviliun Songzhu, Yu Qilin langsung menuju ke kamar pengantin dan mencari sehelai seprai besar, lalu menebarkannya di atas meja bundar.

"Sejak zaman dahulu seorang pahlawan sulit berpisah dengan wanita cantik, tanpa memandang kedudukan, ditakdirkan untuk bersama selama tiga kehidupan". Suasana hati Yu Qilin sangat baik, sambil menyenandungkan lagu, ia 'menyapu' benda-benda dalam kamar itu.

"Seumur hidup mencari jodoh yang ditakdirkan, tak perduli kaya miskin, bersama menjalani dingin dan hangat", ia mengambil sepasang gelang kumala dan memakainya di pergelangannya, sambil tertawa lebar ia berkata.

"Ibu pasti menyukainya", setelah itu ia menaruhnya di atas kain itu.

"Kupu-kupu ramai berterbangan, mengangkat baki sejajar alis, sampai dunia berakhir selamanya saling mencintai ----- eh, ini sepertinya cukup bagus", Yu Qilin mengambil sebuah mangkuk emas.

"Kalau ibu memakainya untuk makan nasi, ia akan senang setengah mati". Yu Qilin meletakkan mangkuk yang indah itu, lalu ia melihat sepasang tempat lilin perak, ia mengambil lilinnya dan menaruh tempat lilin itu di atas kain.

"Ada ini juga, kalau ibu menjahit malam-malam, matanya tak akan sakit". Tak lama kemudian, hampir semua barang di kamar itu telah dibereskannya, tumpukan di atas meja itu bagai sebuah gunung kecil. Di dalamnya terdapat pakaian, perhiasan, peralatan makan dan segala macam barang yang diinginkan orang. Yu Qilin mempertemukan ujung-ujung kain itu, lalu mengikatnya menjadi sebuah buntalan.

"Apa yang kau lakukan?", Jin Yuanbao tiba-tiba muncul di mulut pintu, rambutnya masih basah dan meneteskan air, sekujur tubuhnya diselimuti uap air tipis. Begitu melihatnya dapat diketahui bahwa ia baru saja mandi. Yu Qilin melompat terkejut, buntalan di tangannya terjatuh ke lantai dan isinya bertebaran keluar. Jin Yuanbao memicingkan matanya, lalu perlahan-lahan melangkah menghampirinya, keharuman minyak wangi yang dipakainya seketika itu juga tersebar kemana-mana. Wajah Yu Qilin memerah.

"Aku sedang membereskan barangbarang". "Apakah ini juga gaya keluarga Jiangmu?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya, setelah mandi, wajahnya nampak makin rapi, dengan santai ia mengenakan piyama putih, kerah piyama itu sedikit terbuka, samar-samar memperlihatkan dadanya yang bersih dan kuat.

Ia tersenyum menyindir, namun bibirnya benarbenar merah dan giginya amat putih......

"Orang yang tak tahu akan mengira kau seorang pencuri yang sedang membereskan buntalannya". Jin Yuanbao tersenyum mengejek. Melihat sinar mata dan ekspresi Jin Yuanbao yang rumit, dengan agak jengah Yu Qilin menunduk.

"Apa maksudmu? Aku membawa barang-barang ini untuk diberikan kepada ibu".

"Hah?", dengan heran Jin Yuanbao memandangnya. Ia membungkuk dan memungut mangkuk emas, lalu mengambil tempat lilin perak.

"Benda-benda ini di rumah keluarga Jiang kalian sangat remeh dan biasa, masa ibu mertua belum pernah melihatnya?"

"Barang-barang yang dipakai keluarga Jiang kami jauh lebih bagus dari yang dipakai keluarga Jin kalian! Tapi benda-benda ini tak sama, aku membawanya pulang untuk menunjukkan baktimu pada ibuku". Dengan secepat kilat, Yu Qilin merebut kembali barang-barang itu dari tangan Jin Yuanbao. Sinar mata Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam, ia menghela napas, menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu mengambil benda-benda dalam buntalan menaruhnya di atas meja. itu satu demi satu dan Yu Qilin merasa cemas dan segera menghalanginya.

"Eh, apa yang kau lakukan? Kenapa begitu pelit? Ibuku adalah ibumu juga, kenapa tak boleh menunjukkan baktimu padanya?"

Namun Jin Yuanbao tak memperdulikannya, ia berbalik dan berseru ke luar pintu.

"A Fu!"

A Fu cepat-cepat masuk, lalu menjura dan berkata.

"Apa perintah shaoye?"

"Ambil beberapa peti, lalu kemasi barang-barang ini sendirisendiri dengan hati-hati", Jin Yuanbao menunjuk ke tumpukan barang di atas meja itu.

"Baik!", A Fu mengangguk, lalu dengan cepat keluar dari pintu untuk mencari peti. Dengan terkejut dan gembira, Yu Qilin menatap Jin Yuanbao, ia mengangsurkan tangannya dan menariknya sambil berkata dengan gembira.

"Yuanbao, aku tahu sebenarnya hatimu baik!"

Akan tetapi, Jin Yuanbao dengan lembut menghindar, ia tak menghiraukan Yu Qilin dan hanya berbicara pada A Fu yang sedang sibuk menata peti.

"Bagaimana dengan kereta yang disiapkan untuk pulang ke rumah mertua?"

"Shaoye, kau jangan khawatir, semuanya sudah disiapkan dengan baik. Kereta yang akan shaoye dan shao furen tumpangi adalah kereta nomor satu Wisma Jin, ditarik oleh dua hanxue baoma pemberian Raja Zhuofan, larinya cepat dan nyaman. Shaoye, A Fu tahu kalau kau berpergian harus ada empat macam barang. Kereta bagus, makanan enak, pemandangan indah, dan juga wanita cantik....."

Ketika berbicara sampai di sini, A Fu dengan hati-hati dan penuh hormat melirik ke arah Yu Qilin.

"Sekarang semua ini sudah lengkap". Jin Yuanbao berkata dengan wajah tegas.

"Ini perjalanan pulang ke rumah mertua, bukan piknik. Aturan sopan santun harus dijalankan secara ketat".

"Baik, shaoye".

"Ayo pergi, bawa aku untuk memeriksanya". Sambil berbicara Jin Yuanbao melangkah keluar dari pintu. Tanpa sadar, Yu Qilin menegakkan tubuhnya, di wajahnya muncul senyum dangkal dan ekspresi angkuh, dan sebuah perasaan sombong karena terbiasa dimanja pun dengan cepat muncul..... Sepertinya, si Jin Yuanbao ini sangat baik. Saat chenshi hari belum sepenuhnya terang, di barat laut masih tergantung bulan berwarna putih pucat. Ranting-ranting pohon liu di tepi danau melambai-lambai dengan tenang, kadang-kadang beberapa ekor ikan muncul di permukaan danau dan meniupkan gelembung-gelembung air. Matahari yang sedang terbit menyinari gerbang utama Wisma Jin. Di situ terdapat belasan kereta kuda yang megah, serombongan gadis pelayan dan pelayan pria berjaga di halaman, mereka semua seperti akan pergi bertamasya, mereka nampak bersemangat namun tetap mengendalikan diri mereka. Kereta kedua adalah kereta yang paling besar dan indah dalam rombongan itu. Kereta itu dilak sehingga berwarna keemasan, di atapnya tergantung ukiran yang rumit dan indah, keempat sudutnya pun digantungi rumbai-rumbai emas. Di balik tirai mutiara yang separuh tersibak, Yu Qilin duduk tegak dengan bersemangat, di wajahnya nampak senyum gembira. Yu Qilin menghirup udara yang segar, otaknya dipenuhi harapan yang tak ada batasnya, ia merasa bahwa sekujur tubuhnya sedang berendam di tengah lautan kebahagiaan. Liu Wenchao berdiri di depan gerbang Wisma Jin sambil mengatur para pelayan, dengan teratur ia membagi barangbarang yang akan dibawa diantara kereta-kereta itu. Nyonya Jin yang dipapah Jin Yuanbao berjalan mendekat dengan perlahan, ketika melihat Liu Wenchao yang sedang mengatur semuanya dengan tenang, ia mengangguk-angguk puas. Setelah itu ia menengok ke arah Jin Yuanbao dan berkata.

"Di sepanjang jalan jaga baik-baik Xiaoxuan, setelah tiba di Wisma Jiang, untuk sementara ubahlah perangaimu yang angkuh dan keras kepala, tunjukkanlah baktimu kepada ayah dan ibu mertuamu!"

Melihat rombongan kereta yang megah itu, Jin Yuanbao mendengus dengan enggan. Nyonya Jin segera merasa tak senang, dengan nada yang lebih serius, ia berkata.

"Jangan sampai orang berkata bahwa ibumu ini telah membesarkanmu menjadi anak yang tak berbakti!"

Jin Yuanbao tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya dapat berkata dengan sikap hormat.

"Aku sudah tahu, ibu".

"Hmm", dengan puas Nyonya Jin mengangguk-angguk. Setelah itu ia melihat ke kiri dan ke kanan, lalu bertanya.

"Mana Xiaoxuan?"

Jin Yuanbao sudah melihat sosok Yu Qilin di dalam kereta, ia segera menjawab dengan tak senang.

"Dia sudah naik ke kereta terlebih dahulu, ia tak tahu aturan, dan juga tak minta diri pada anda". Akan tetapi Nyonya Jin tak marah, dengan sabar ia berkata dengan lembut.

"Bagaimanapun juga ia adalah seorang anak yang belum pernah meninggalkan ibunya......"

"Ibu, ibu tahu bahwa ibu bersikap berat sebelah". Setelah berbicara, dengan cepat Jin Yuanbao melangkah ke samping kereta, tanpa berkata apa-apa, ia menatap Yu Qilin. Yu Qilin yang dipandangi olehnya dengan tajam merasa gelisah, tapi tak tahu sebabnya, setelah tertegun untun beberapa saat, ia baru tersadar. Ia cepat-cepat turun dari kereta, lalu berlari-lari kecil ke arah Nyonya Jin dan menghormat.

"Furen, kami pergi dahulu". Hari ini tentu saja suasana hatinya sangat baik, wajahnya yang penuh senyum juga sangat manis. Nyonya Jin juga nampak gembira, sebagai seorang ibu, ia jelas dapat memahami perasaan ibu dan anak yang terpisah, akan tetapi anak ini begitu gembira sampai kebingungan, masa ia masih memanggil dirinya nyonya?"

Sambil tersenyum, Nyonya Jin segera menegurnya.

"Sejak kapan kau masih memanggilku nyonya?"

"Eh......", Yu Qilin menjawab, dengan bimbang ia berkata.

".......ibu, aku dan Yuanbao pergi dulu". Melihat wajah Nyonya Jin yang berwibawa dan penuh kasih, hatinya agak tersentuh, setelah berpikir sejenak, ia berkata.

"Anda sendiri di rumah jagalah diri baik-baik". Dengan senang Nyonya Jin tersenyum dan mengangguk.

"Anak baik, jangan khawatirkan ibu. Kalian berdua di sepanjang jalan tak boleh bertengkar, dan harus saling menjaga. Begitu keluar gerbang, ubahlah perangai anak kecilmu, mengerti?"

"Mengerti!", Yu Qilin menjawab dengan lantang. Akan tetapi selama itu, Jin Yuanbao hanya berdiri di samping kereta dengan sikap dingin tanpa berkata apa-apa. Setelah selesai memberi nasehat pada mereka, Nyonya Jin berpaling ke arah A Fu dan memberinya perintah.

"A Fu, jaga baik-baik tuan muda dan nyonya muda, kalau tuan muda melalaikan nyonya muda dan kau tak melapor, begitu pulang, awas, aku akan menghadiahimu rotan!"

A Fu segera menjawab.

"Baik, furen!"

"Hmm......", setelah berbicara, Nyonya Jin memandang langit dan menyuruh mereka pergi.

"Ayo naik kereta, cepat berangkat, cepat pulang pula!"

Suami istri baru itu segera menghormat, lalu menaiki kereta, yang seorang dengan girang, sedangkan yang seorang dengan enggan.

Rombongan kereta itu berangkat, namun Nyonya Jin masih berdiri di mulut pintu, pandangan matanya mengantar rombongan kereta itu.

Sekonyong-konyong, Jin Yuanbao menjulurkan kepalanya dari jendela kereta, sambil melambaikan tangannya, ia berseru.

"Ibu, aku akan segera pulang!"

Nyonya Jin mengangguk sambil mengulum senyum. Melihatnya, Liu Wenchao melangkah ke sisi Nyonya Jin, lalu menjawab dengan lantang.

"Biaodi dan biaomei jangan khawatir, masih ada aku, aku dapat menjaga ibu baik-baik". Melihat wajah Liu Wenchao yang bersikap seakan sebagai tuan rumah, dan juga berpikir bahwa dirinya adalah tuan rumah yang sebenarnya, namun harus pergi, suasana hati Jin Yuanbao makin buruk, maka ia segera masuk ke dalam kereta dan menutup tirai kereta. Liu Qianqian yang sudah lama menonton perpisahan yang berlarut-larut diantara ibu mertua dan menantu itu, saat itu diamdiam keluar dari dalam wisma, ia melangkah ke sisi Liu Wenchao, lalu mengumam pada dirinya sendiri dengan gusar.

"Yuanbao Gege......di jalan kau harus lebih berhati-hati". Kereta kuda berjalan dengan cepat, makin lama makin jauh. Setelah melepas Jin Yuanbao, Liu Wenchao merasa lega dan tenang, pinggangnya yang biasanya membungkuk sekarang tegak, dengan jumawa ia melangkah ke halaman dalam, dengan wajah berwibawa seorang majikan wisma. Di bawah bayang-bayang pohon di sampingnya, sebuah sosok berkelebat, begitu melihatnya, Liu Wenchao berjalan ke arahnya, lalu berdiri sambil mengendong tangan di balik punggung.

"Bicaralah". Sosok itu melangkah keluar dari balik bayang-bayang pepohonan, dia adalah A Gui, ia memandang ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tak ada orang, setelah itu ia melangkah ke depan dan melapor dengan suara pelan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku sudah mengatur si Tua Mo di sana dengan baik, rombongan kereta tuan muda belum keluar dari kota, tapi kabarnya sudah disampaikan!"

Dengan puas, Liu Wenchao mengangguk sambil tersenyum, lalu berkata.

"Bagus. Jin Yuanbao biasa hidup enak, pasti mereka tak akan akan berjalan dengan santai, suruh si Tua Mo mengatur pasukannya dengan baik, mereka tinggal menunggu sampai musuh kelelahan ----- lalu bunuh dia selagi ia tak waspada!"

Dengan bersemangat A Gui berulangkali memujinya. Nada suara Liu Wenchao berubah.

"Karena Jin Yuanbao sudah pergi, kau aturlah, supaya dengan secepat mungkin si Macan Tutul Terbang Di Langit lenyap". A Gui tertegun.

"Tuan, dia sudah pergi, kenapa baru sekarang melenyapkan si Macan Tutul Terbang di Langit?"

"Lucu sekali", dengan sikap merendahkan Liu Wenchao memandangnya, lalu berkata.

"Kalau aku lebih dahulu bertindak, apakah Jin Yuanbao akan dengan patuh pulang ke rumah mertuanya? Sekarang karena Jin Yuanbao sudah berada di jalan, kalau aku berbuat sesuatu, ia bisa apa?"

"Benar, benar!", A Gui tiba-tiba tersadar. Saat ini, seseorang perlahan-lahan melangkah keluar dari sebuah sudut taman dan menghampiri mereka, begitu melihatnya, A Gui segera mundur beberapa langkah, lalu berkata dengan lantang.

"Liu Guanjia, apakah ini tugas-tugas yang diberikan oleh nyonya kepada kita?"

Liu Wenchao melirik orang itu, lalu tak memperdulikannya lagi, setelah berpikir sejenak, ia melambaikan tangannya dan berkata.

"Baiklah, kau pergilah dulu, cepat laksanakan tugastugas itu".

"Baik!", A Gui mematuhi perintah itu dan mundur dengan cepat. Orang itu menghampiri Liu Wenchao dan segera menjura menghormat.

"Liu Guanjia".

"Tabib Gu", Liu Wenchao mengangguk seraya memandangnya dengan sekilas, lalu berkata.

"Tabib Gu hendak pergi keluar?"

"Benar", Gu Zhangfeng mengangguk, setelah berpikir sejenak, ia menjelaskan.

"Aku bukannya tak mau ikut tuan muda pulang ke rumah mertuanya, tapi di rumah memang sedang ada seorang pasien". Mendengar perkataannya itu, Liu Wenchao dengan acuh tak acuh melambaikan tangannya, lalu berkata.

"Aku sudah tahu, aku tak menyalahkanmu, kau sangat sibuk". Sebenarnya ia mengizinkan Gu Zhangfeng ikut dalam perjalanan itu hanya untuk berbasa-basi saja. Dengan ilmu pengobatannya yang seperti kucing kaki tiga itu, apa gunanya mengajaknya? Lagipula, dirinya telah mengatur semuanya dengan baik, untuk apa mencari kerepotan yang tak perlu? Akan tetapi Gu Zhangfeng merasa bahwa ia bersikap adil dan penuh pengertian, maka ia segera memberinya hormat, lalu berlalu. Begitu keluar dari pintu gerbang, Gu Zhangfeng langsung menuju ke Pasar Barat. Di sana ramai, tentunya ia akan dapat mencari orang yang dicari oleh Xue er. Akan tetapi, siang hari pun berlalu. Jangankan Pasar Barat, bahkan Pasar Timur pun sudah dijelajahinya sampai tuntas, namun ia sama sekali tak mendengar kabar apapun tentang si Li Jun itu. Dengan tak berdaya, Gu Zhangfeng yang lelah dan kelaparan melangkah ke dalam sebuah kedai mi kecil di pinggir jalan. Bisnis kedai mi itu berjalan dengan cukup lancar, di dalamnya duduk beberapa orang, begitu memasukinya, Gu Zhangfeng berdiri di depan tembok dan membaca harga mi yang tertera di atasnya, lalu berteriak keras-keras.

"Laopan, pesan satu mangkuk mi sayur!"

Tak lama kemudian, mi telah datang. Melihat mi yang masih panas, telunjuk Gu Zhangfeng bergoyang-goyang, lalu sambil mencucup, ia makan mi itu. "Aiyo, Kakak Ipar Du, kita sudah lama tak berjumpa!"

Dengan gembira istri pemilik kedai keluar dan menyambut seseorang.

"Sudah beberapa hari kau tak datang ke tempat kami ini".

"Apa boleh buat!", orang yang dipanggil Kakak Ipar Du itu, seorang wanita setengah baya yang wajahnya penuh senyum, melangkah ke depan, ia mengenggam tangan istri pemilik kedai, lalu dengan sangat akrab berkata.

"Bukankah beberapa hari belakangan ini aku membantu nona keluarga Sun dari Lorong Changqing untuk mengurus pernikahannya?"

"Nona keluarga Sun?", istri pemilik kedai itu terkejut.

"Wanita jelek yang galak itu sudah menikah?"

"Tepat sekali!", Kakak Ipar Du bersama istri pemilik kedai masuk ke dalam ruangan itu, istri pemilik kedai cepat-cepat menyuruh dapur membuatkan mi untuknya, lalu kembali duduk bersamanya dan bergunjing berdua. Gu Zhangfeng melirik mereka berdua, menggeleng-geleng, lalu menundukkan kepalanya dan makan mi, tapi apa daya, mereka berdua duduk di meja sebelahnya, dan suara mereka yang sedang bergunjing terus terdengar.

"Tapi kulihat Nona Sun masih tinggal di rumah?"

"Apa kau tak tahu, menantu yang mereka cari adalah menantu lelaki yang tinggal di rumah mertua, setelah melahirkan anak, anak-anak itu semua akan bermarga Sun". "Benarkah?", istri pemilik kedai terkejut.

"Nona Sun sudah berusia dua puluh delapan tahun lebih, perangainya juga terkenal buruk, tapi ternyata ada orang yang berani menikahinya? Menantu mereka itu seperti apa?"

"Dia seorang xiucai miskin, boleh dibilang memang cocok, dia tergila-gila pada Nona Sun, sepertinya dia bermarga Li, oh, namanya Li Jun". Gu Zhangfeng sedang makan mi, lalu tiba-tiba mendengar nama Li Jun, ia pun hampir tersedak. Ia cepat-cepat mengelap mulutnya, berbalik dan bertanya.

"Da....dajie, siapa yang barusan ini kalian bicarakan?"

Istri pemilik kedai memandangnya, ia merasa agak jengah, bagaimanapun juga ia baru saja membicarakan kejelekan Nona Sun. Kakak Ipar Du menatapnya, lalu bertanya.

"Apa kau orang keluarga Sun?"

"Bukan, aku sedang mencari Li Jun". Ia berbalik sehingga seluruh tubuhnya menghadap mereka berdua.

"Yang baru kalian bicarakan itu lorong apa? Aku mencarinya karena suatu hal yang penting".

"Oh -----", istri pemilik kedai tersenyum lega.

"Lorong Changqing, kau tanya orang saja, pasti tahu".

"Terima kasih, dajie". Mendengarnya berkata demikian, Gu Zhangfeng segera bangkit, sisa mi tak dimakannya, ia menaruh sekeping uang kepeng di kursi, lalu melangkah pergi dengan cepat. Gu Zhangfeng adalah orang yang lahir dan besar di ibu kota, tentu saja ia tahu di mana Lorong Changqing itu, maka ia segera berlari-lari kecil menuju ke tempat itu. Keluarga Sun termasuk keluarga terpandang, setelah bertanyatanya sebentar, ia pun tiba di depan pintu gerbang rumah keluarga Sun. Saat itu menjelang senja, sebuah kereta kuda berhenti di depan pintu gerbang itu, seorang pemuda tampan terlebih dahulu keluar dari kereta, lalu ia menjulurkan tangannya untuk membantu seorang wanita yang agak gemuk dan berpakaian bagus turun dari kereta. Gu Zhangfeng segera menemui mereka, di kepalanya masih ada beberapa helai daun yang baru terjatuh dari pohon, namun ia sendiri tak mengetahuinya. Wanita itu meliriknya, lalu dengan jijik menutup hidungnya seraya berkata.

"Orang ini seorang pengemis, benar-benar membawa kesialan!"

Gu Zhangfeng segera memberi penjelasan.

"Aku bukan hendak minta nasi, aku hanya......hanya ingin bertanya tentang seseorang". Wanita itu mundur selangkah, lalu berkata dengan tak senang.

"Bicaralah!" "Aku mencari Li Jun", jawab Gu Zhangfeng. Mendengar perkataannya itu, si lelaki ganteng memandangnya dengan ragu-ragu, lalu dengan hati-hati bertanya.

"Kau mencari Li Jun? Akulah orangnya".

"Bagus sekali!", dengan girang Gu Zhangfeng berkata.

"Apakah kau mengenal Nona Xue er?"

"Xue er......Xue er siapa?"

Li Jun makin ragu. Dengan curiga wanita gempal itu bertanya pada Li Jun.

"Apakah dia kerabatmu? Teman?"

Li Jun menggeleng.

"Aku tak kenal dia".

"Apa kau mengenalku atau tidak tak penting. Kau kakak sepupu Xue er", Gu Zhangfeng meneruskan.

"Karena kau Xue er tak bisa makan dengan enak, dan kalau malam tak bisa tidur....."

"Li Jun!", mendengar perkataannya itu, rasa cemburu si wanita gempal langsung muncul.

"Dari mana kau tiba-tiba punya adik sepupu?"

Li Jun cepat-cepat menjelaskan.

"Xue er atau Yu er siapa? Aku sama sekali tak punya kerabat seperti itu!"

Wanita itu menatap Gu Zhangfeng beberapa kali, lalu tiba-tiba tersadar.

"Kau menyaru menjadi kerabat supaya bisa makan dan minum dengan cuma-cuma? Kuberitahu kau, aku sudah melihat banyak orang sepertimu! Enyah sana!" "Aku bukan......"

Gu Zhangfeng berkali-kali menggoyangkan tangannya. Tanpa memandangnya, wanita itu dengan cepat masuk ke mulut pintu, lalu memarahi sepasang pengawal yang berjaga di samping pintu.

"Apa kalian berdua buta? Usir dia!"

Setelah itu, ia mengambil napas dan memandang ke arah Li Jun seraya berkata.

"Xianggong, ayo pulang". Setelah berbicara, ia menarik Li Jun masuk ke dalam pintu.

"Xianggong?", ketika Gu Zhangfeng sedang tertegun, ia didorong keluar oleh para pengawal yang keluar dari pintu. Dengan murung Gu Zhangfeng pulang ke kediamannya. Ketika Jiang Xiaoxuan melihat masuk ke dalam rumah, ia segera maju untuk menyambutnya, lalu bertanya.

"Tabib Gu, apakah kau berhasil menemukannya?"

Gu Zhangfeng memandangnya, lalu berkata dengan lemas.

"Aku berhasil menemukannya". Dengan terkejut bercampur girang, Jiang Xiaoxuan melambaikan lengan bajunya, lalu kembali bertanya padanya.

"Bagus sekali! Bagaimana keadaanya sekarang?"

Dengan jujur Gu Zhangfeng menjawab.

"Li Jun tak seperti orang yang terpelajar dan bijak seperti yang kau gambarkan itu, lagipula perangai istrinya buruk".

"Apa?", Jiang Xiaoxuan amat terkejut.

"Istri?" "Benar, istrinya". Wajah Jiang Xiaoxuan nampak tak percaya.

"Kau salah paham". Dengan sangat tegas Gu Zhangfeng menjawab.

"Tak mungkin salah, ia sendiri berkata bahwa ia adalah Li Jun, dan wanita aneh itu juga memanggilnya xianggong". Hati Jiang Xiaoxuan seakan tenggelam.

"Kau pasti salah! Li Jun tak mungkin menikah!"

Setelah berbicara, dengan sedih ia pergi. Dengan wajah bingung Gu Zhangfeng memandang punggung Jiang Xiaoxuan, dengan tercengang ia bertanya.

"Memangnya kenapa?"

Keesokan harinya, ketika Gu Zhangfeng sedang dengan penuh konsentrasi meracik obat di ruangan tabib, Jiang Xiaoxuan melangkah masuk.

Begitu mendengar suara langkah kakinya, Gu Zhangfeng menenggok, setelah melihat bahwa ia adalah Jiang Xiaoxuan, ia menasehatinya.

"Nona Xue er, lukamu belum sembuh, kau tak bisa sembarangan berjalan atau bergerak". Jiang Xiaoxuan menunduk dan berkata.

"Tabib Gu, kapan lukaku akan sembuh?"

Karena mengira bahwa ia sedang bertanya tentang ilmu penyembuhannya, Gu Zhangfeng segera berkata.

"Nona Xue er jangan khawatir, obat yang kuracik untukmu sangat ampuh, pasti akan bisa membuatmu sembuh seperti sediakala". "Tabib Gu!", tiba-tiba Jiang Xiaoxuan mengangkat kepalanya, lalu dengan bersungguh-sungguh menatapnya.

"Mohon supaya anda mengganti obatku, aku ingin sembuh sedikit lebih cepat".

"Ini.....", Gu Zhangfeng amat kebingungan.

"Obat ini sangat ampuh, aku khawatir kau tak akan dapat menahannya".

"Aku akan bisa menahannya", Jiang Xiaoxuan berkata dengan keras kepala.

"Kau......", Gu Zhangfeng berpikir sejenak, lalu bertanya untuk mencari tahu.

"Apakah kau bermaksud untuk keluar dan mencari Li Jun?"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar", Jiang Xiaoxuan tak menyangkal.

"Di dunia ini sangat banyak orang yang marga dan nama kecilnya sama, mungkin yang kau lihat bukan Li Jun yang kucari?"

"Bisa saja. Tapi...."

"Aku percaya pada ilmu pengobatanmu, gantilah obatku, aku mohon!"

Melihat sinar matanya yang begitu tulus, Gu Zhangfeng tak bisa berbuat apa-apa dan mengangguk.

"Baik". Tiga hari kemudian, di taman bunga Jiang Xiaoxuan seorang diri berlatih berjalan, namun ia masih berjalan dengan terhuyunghuyung..... Tiba-tiba, ia terpeleset, ketika ia nampaknya akan jatuh, sebuah tangan menjulur dan memayangnya, dialah Gu Zhangfeng. Gu Zhangfeng menghela napas dan menasehatinya.

"Nona Xue er, kau harus beristirahat dengan tenang selama beberapa hari untuk memulihkan diri, tak bisa bertindak dengan semberono. Hari ini kau sudah berjalan selama dua atau tiga shichen, kalaupun kau seorang yang sehat, berjalan terus menerus seperti itu juga tak baik...."

Jiang Xiaoxuan tersenyum dan menggeleng, lalu berkata.

"Kau jangan khawatir, Tabib Gu, aku sudah tak tahan berbaring di ranjang terus, biarkan aku mencobanya!"

Gu Zhangfeng tak bisa berbuat apa-apa, ia hanya bisa berkata.

"Berjalanlah dengan perlahan, aku akan menemanimu". Sambil menahan sakit, Jiang Xiaoxuan berjalan dengan sesekali berhenti, melihatnya Gu Zhangfeng sangat iba padanya, maka ia tak bisa menahan diri untuk menasehatinya.

"Jangan memaksa dirimu sendiri, menemui Li Jun juga tak usah dilakukan sekarang juga". Sambil menggertakkan gigi, Jiang Xiaoxuan terus berusaha untuk berjalan.

"Aku bisa berjalan!"

Melihat wajahnya, Gu Zhangfeng diam-diam menghela napas, Nona Xu er kelihatannya lemah, namun hatinya penuh tekad, benar-benar seorang gadis baik yang jarang ditemui.

Dirinya bahkan berpikir bahwa seandainya dirinya adalah Li Jun ia akan sangat bahagia.

Malam itu, Gu Zhangfeng menuangkan semangkuk obat, lalu memberikannya pada Xue er, namun tak nyana, begitu ia masuk melalui pintu, ia melihat Jiang Xiaoxuan telah membereskan kopernya, ia pun langsung tertegun, setelah berpikir sejenak, sambil membawa obat ia berjalan menghampirinya, lalu berkata.

"Nona Xue er, aku datang membawakan obat untukmu, apakah kau sudah merasa agak lebih baik?"

Mendengar suaranya, Jiang Xiaoxuan menghentikan gerakan tangannya, memandangnya, lalu berkata.

"Aku sudah jauh lebih baik, aku baru saja hendak mencarimu untuk mengucapkan selamat tinggal". Gu Zhangfeng menaruh obat yang dibawanya, lalu cepat-cepat menghalanginya.

"Tak bisa begitu, walaupun luka luarmu sudah agak lebih baik, namun tubuhmu masih sangat lemah, harus berbaring di ranjang untuk memulihkan diri, dan juga harus rajin minum obat, tak boleh sampai kambuh lagi, aku akan membuatkan rencana penyembuhan yang terperinci untukmu....."

"Sakitku adalah sakit hati, aku sendiri juga tahu". Jiang Xiaoxuan agak murung, ia kembali berkata.

"Kau harus segera pergi untuk membereskan urusanku, kalau tidak sakitku tak akan bisa sembuh". "Obat untuk menyembuhkan sakit hati juga ada dalam rencana penyembuhanku", Gu Zhangfeng cepat-cepat berkata untuk mencegahnya.

"Tapi aku tak cuma sakit hati, setiap malam aku juga tak bisa tidur".

"Penyakit tak bisa tidur......aku......aku menyembuhkannya, aku mempunyai resep penenang". juga dapat rahasia obat "Tabib Gu! Apa kau belum mengerti juga?"

Jiang Xiaoxuan berkata dengan terus terang.

"Maksudku bukan itu, maksudku, setiap hari aku sangat cemas, setiap malam wajahku penuh air mata".

"Oh......", Gu Zhangfeng tiba-tiba tersadar, sambil mengangguk ia berkata.

"Aku juga punya obat tetes untuk menyembuhkan mata....."

"Selain itu dadaku sakit, napasku pendek-pendek, kepalaku sakit, sering bermimpi buruk, kaki dan tanganku dingin seperti es, hatiku sakit, keempat anggota tubuhku lemas......"

Akan tetapi semakin lama mendengarkannya, Gu Zhangfeng makin bersemangat.

"Kau tak usah khawatir, gejala-gejala ini semua dapat kusembuhkan, oleh karenanya aku akan membuat rencana penyembuhan khusus untukmu". "Ai......", Jiang Xiaoxuan tak sanggup menjelaskan lagi.

"Aku sudah bicara begitu banyak, tapi kau masih tak paham, intinya, aku harus meninggalkan tempat ini".

"Tentu saja aku paham, aku bukan jenis tabib yang hanya menyembuhkan sakit kepala atau sakit kaki, aku paham bahwa tak perduli bagian tubuh manusia apa yang bermasalah, masalah itu tak dapat dilihat secara terpisah, melainkan harus disembuhkan secara menyeluruh". Saat ini, Jiang Xiaoxuan telah benar-benar tak tahan lagi, dengan histeris ia berseru.

"Kau tak mengerti, aku menjadi begini karena seseorang, asalkan bisa menemukannya, penyakitku akan sembuh".

"Aku tahu", dengan lugu Gu Zhangfeng menggaruk-garuk kepalanya.

"Orang itu adalah Li Jun, kau ingin mencarinya, benar tidak?"

"Benar, aku ingin mencari Li Jun dan menanyainya dengan jelas, kalau tidak masalah ini seperti batu besar yang menindih hatiku, dan sakitku selamanya tak akan dapat sembuh".

"Aku tahu, sebenarnya aku hendak memberitahumu, bahwa sakitmu bisa disembuhkan secara tuntas. Aku bermaksud untuk membantumu".

"Kalau kau ingin menyembuhkanku, cara yang terbaik ialah mengajakku mencari Li Jun". "Aku benar-benar tak tahu harus berbuat apa lagi. Aku akan mengajakmu pergi, tapi kau harus berjanji, bahwa setelah pulang kau harus membiarkanku mengobatimu".

"Benarkah?"

"Benar!"

Jiang Xiaoxuan merasa berterima kasih, ia menganggukangguk.

"

Terima kasih banyak Tabib Gu!"

Pagi-pagi keesokan harinya, sebuah kereta yang sederhana berhenti di mulut pintu rumah keluarga Sun di Lorong Changqing. Gu Zhangfeng membuka tirai kereta untuk melihat keluar, lalu berpaling ke Jiang Xiaoxuan dan berkata.

"Disinilah tempatnya. Begitu melihatnya, kau akan langsung tahu apakah dia itu Li Jun yang kau cari atau bukan".

"Ya", dengan perasaan galau, Jiang Xiaoxuan turun dari kereta. Ia berdiri di depan pintu gerbang rumah keluarga Sun dan dengan seksama mengamatinya, ia memandang pintu gerbang yang hitam pekat itu, lalu perlahan-lahan mengangkat tangannya, tepat ketika telapaknya itu hendak memukul daun pintu, ia tiba-tiba berhenti dan dengan cepat menurunkan tangannya, lalu melangkah kembali dengan cepat. "Aku memang benar-benar kebingungan, bagaimana aku bisa mencurigai Li Jun?"

Dengan berpura-pura lega, Jiang Xiaoxuan berkata pada Gu Zhangfeng.

"Orang ini tak mungkin dia". Gu Zhangfeng cepat-cepat turun dari kereta, lalu menariknya dan berkata.

"Ayo, lihatlah baik-baik, kalau-kalau itu memang dia". Dengan yakin, Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng.

"Tak mungkin. Li Jun tak mungkin mengkhianatiku, aku percaya padanya". Melihat wajahnya, Qu Zhangfeng tahu bahwa kalau Jiang Xiaoxuan tak melihat dengan mata kepalanya sendiri, ia tak akan menyerah, maka tanpa berkata apa-apa lagi, dirinya segera menariknya ke depan pintu rumah keluarga Sun seraya berkata.

"Tapi kau masih harus melihatnya". Dengan gelisah Jiang Xiaoxuan meremas-remas tangannya, ia tak tahu harus berbuat apa. Melihatnya, tanpa mengetuk pintu. ragu-ragu sedikitpun, Gu sapu Zhangfeng Pintu wisma itu pun terbuka, seorang lelaki tampan muncul di mulut pintu, begitu melihat Jiang Xiaoxuan, ia langsung tertegun, setelah itu, dengan secepat kilat dan sangat hati-hati, ia memandang ke dalam wisma.

"Kenapa bisa kau yang datang ke sini?"

Nada suara Li Jun terdengar sangat kesal. "Ini memang aku", kata Jiang Xiaoxuan, ia tak tahu apakah hatinya girang atau pedih. Saat ini, suara seorang wanita terdengar dari dalam wisma.

"Xianggong, siapa itu? Kita harus cepat sedikit, kalau tidak kita akan terlambat datang ke jamuan makan malam Nona Liu!"

"Oh! Aku sudah tahu!", dengan tegang Li Jun menjawab, setelah berpikir sejenak, ia berkata.

"Aku sedang menanyakan jalan". Saat itu Jiang Xiaoxuan baru saja sadar bahwa pakaian Li Jun rapi, bandulan kumala yang tergantung di ikat pinggangnya berdenting-denting, agaknya ia baru saja hendak pergi dan kebetulan bertemu dengannya. Akan tetapi......perkataan 'xianggong' itu seakan bagai pisau tajam yang menghunjam ke hati Jiang Xiaoxuan, perasaan itu menyakitkan dan menekan, bagai tulang ikan yang menusuk tenggorokan......tidak, seharusnya bagai tulang ikan yang menusuk hati..... Dengan tak percaya ia menatap Li Jun, lalu dengan tersedu sedan berkata.

"Kau benar-benar telah menikah?"

Li Jun tak berani memandangnya dan hanya berkata.

"Kau mencari orang yang salah". Setelah itu ia menutup pintu. Sambil menangis, Jiang Xiaoxuan tersenyum, ia berusaha menghalangi dengan tangannya, sehingga hampir terjepit pintu. Melihat kejadian itu, Gu Zhangfeng cepat-cepat maju ke depan, menarik tangan Jiang Xiaoxuan, lalu memeriksanya, dengan sedih ia bertanya.

"Apakah kau terjepit? Sakit tidak?"

Dengan apatis Jiang Xiaoxuan menarik tangannya, lalu dengan tertegun menatap Li Jun.

"Ternyata memang benar kau, ternyata kau benar-benar telah menikah, kau sudah punya istri, dan melupakan janjimu untuk bersama denganku". Li Jun sangat malu, tanpa berkata apa-apa, mereka saling bertatap muka. Saat itu, seorang wanita gempal yang kepalanya penuh perhiasan emas memburu keluar, tanpa berkata apa-apa, ia menampar Jiang Xiaoxuan dua kali.

"Kau wanita liar ini datang dari mana? Kalau ada yang ingin kau katakan, katakanlah padaku. Aku adalah istri Li Jun yang setelah diperintahkan ayah ibuku dan dengan perantaraan mak comblang, dinikahi secara sah". Jiang Xiaoxuan terpana setelah dipukul oleh raksasi itu bermarga Sun itu, ia geram sekaligus jengah, untuk beberapa saat ia tak kuasa berbicara. Gu Zhangfeng cepat-cepat menghadang di depannya, lalu berseru pada raksasi bermarga Sun itu.

"Apa yang kau lakukan? Kalau ada yang ingin kau katakan, katakan saja. Seorang budiman menggunakan lidahnya bukan kepalannya, dia masih sakit". Raksasi itu tertawa, tusuk konde emas di kepalanya berayunayun, daging di dagunya yang berlipat-lipat bergoyang-goyang.

"Orang lain menganiayaku di pintu rumah sendiri, dan masih menyuruhku berbicara lagi, benar-benar lucu. Orang sakit? Orang sakit masa berani mengoda lelaki milik orang lain? Menurutku ia memang benar-benar sakit". Jiang Xiaoxuan tak menyangka bahwa istri Li Jun ternyata adalah orang yang buruk rupa dan kasar kelakuannya, dan masih ditambah lagi dengan tamparan raksasi bermarga Sun itu, dan perkataannya yang tak enak didengar, ia merasa guntur seakan membelah hatinya, sehingga hatinya hancur berkepingkeping dan terbakar hingga hampir tak bersisa...... Ia hampir ambruk di pelukan Gu Zhangfeng, ia beberapa kali membuka mulutnya, namun tak bisa bersuara. Melihat raut wajahnya, Gu Zhangfeng merasa iba, dengan putus asa ia memohon pada Li Jun.

"Li Gongzi, apakah kau bisa bicara agak cepat sedikit?"

Dengan wajah pucat pasi, Li Jun memandangnya, memandang istri di sampingnya, lalu mengeraskan hatinya dan berkata.

"Perkara besar seperti pernikahan sudah tentu didukung oleh ayah ibu dan juga diatur melalui perantaraan mak comblang". Setelah berbicara, ia melihat Jiang Xiaoxuan, lalu berkata dengan amat jelas.

"Sebelum ini boleh dikatakan bahwa kita hanya bercanda saja, jangan mengangapnya sungguhsungguh". "Dengarkanlah, cepat enyah sana, kalau kau masih berani menganggu lagi, aku tak akan sungkan-sungkan lagi". Dengan bengis si raksasi melangkah ke depan dan mengayun-ayunkan tinjunya. Gu Zhangfeng segera melindungi Jiang Xiaoxuan dengan menaruhnya di belakang punggungnya.

"Aku.......dan kau, sama sekali tak punya perasaan apapun". Setelah mengucapkan perkataan itu, Li Jun menarik lengan si raksasi dengan mesra, kembali ke dalam halaman, lalu menutup pintu keras-keras. Perkataan itu bagai sebuah godam yang memukul keras-keras tubuh Jiang Xiaoxuan.....dengan lemas ia terjatuh ke tanah, matanya kabur, ia benar-benar putus asa. Gu Zhangfeng mengendongnya. cepat-cepat memayangnya, hendak Akan tetapi, dengan mata nanar, Jiang Xiaoxuan mengumam pada dirinya sendiri.

"Ia berkata bahwa di langit kami akan menjadi sepasang burung biyi , sedangkan di bumi menjadi pohon yang rantingnya saling bertautan, ia berkata bahwa begitu ia tiba di ibukota, ia akan segera melapor pada ayah ibunya, lalu mencari mak comblang untuk datang ke rumahku dan melamarku, ia berbicara dengan amat sungguhsungguh, bagaimana bisa cuma bercanda?" "Xue er, kau jangan terlalu sedih, mungkin dia mempunyai suatu kesulitan yang sulit dikatakan?"

Gu Zhangfeng segera menghiburnya.

"Kesulitan yang sulit dikatakan?"

Sambil menahan air matanya, Jiang Xiaoxuan tersenyum getir.

"Ia punya kesulitan yang sukar dikatakan apa? Barusan ini kau juga telah melihat bahwa keadaannya sangat baik, dan telah menikahi seorang istri. Ia tak punya keberanian untuk mengakui semua yang telah terjadi diantara kami berdua, bahkan....."

Ia menghapus air matanya, lalu perlahan-lahan duduk.

"Apa kau tak dengar perkataannya? Ia berkata bahwa, diantara kami berdua, sama sekali tak ada perasaan apapun......"

Gu Zhangfeng menghela napas dan berkata.

"Akan tetapi melihat pengantin baru tertawa, dan kekasih lama menangis, adegan semacam ini sebelumnya baru pernah kusaksikan di dalam buku-buku".

"Dia juga berkata, dalam kehidupan dan kematian kita terpisah dan berjauhan, namun aku berjanji padamu, aku akan mengandeng tanganmu dan kita akan menjadi tua bersama, namun tak nyana setelah setengah tahun lebih berlalu, hatinya telah berubah". Jiang Xiaoxuan menggeleng, lalu bangkit dengan bertumpu pada lengan Gu Zhangfeng yang sedang memayangnya, wajahnya penuh senyum berduka, namun air matanya tak henti-hentinya jatuh bercucuran bagai mutiara yang berjatuhan dari seutas kalung yang putus.

"Hahaha, seumur hidup kedengarannya begitu lama, tapi ternyata hanya sebuah lelucon saja". "Ai....", mau tak mau Gu Zhangfeng menghela napas dengan penuh perasaan.

"Orang zaman dahulu juga berkata, cinta diantara pria dan wanita mengalir ke arah yang berlainan. Kembang sepatu kemarin, hari ini berubah menjadi rumput patah". Jiang Xiaoxuan tersenyum dingin, dengan terhuyung-huyung, ia melangkah ke arah kereta.

"Kembang sepatu kemarin, hari ini berubah menjadi rumput patah.......kau mengatakannya dengan sangat baik. Hahaha......hahaha......", suara tawanya perlahanlahan berubah dari tawa dingin menjadi tawa terbahak-bahak.

"Hanya sebuah lelucon, aku hanya bermimpi di siang bolong saja......hahaha......hahaha......"

Melihat raut wajah Jiang Xiaoxuan yang seakan gila itu, Gu Zhangfeng sangat terkejut.

"Nona Xue er, kau kenapa? Jangan membuatku takut". Jiang Xiaoxuan tertawa-tawa sendiri, berlutut di atas tanah, lalu menangis tersedu-sedu. Gu Zhangfeng cepat-cepat menariknya berdiri.

"Nona Xue er, cepat berdiri, tanah dingin". Akan tetapi Jiang Xiaoxuan seakan tak bisa berpikir, ia tak mau bangkit dan terus berlutut sambil menangis tersedu-sedu. Gu Zhangfeng tak bisa berbuat apa-apa, ia terpaksa berjongkok di atas tanah untuk menemaninya. "Aku menempuh perjalanan seribu li lebih untuk mencarinya, demi dia, tanpa memperdulikan apapun, aku melarikan diri dari rumah, demi dia aku hampir ditangkap orang jahat.....semua ini tak kusesali, tapi, dia......dia kenapa bisa menikahi orang lain, kenapa ia bisa memperlakukanku seperti itu.....? Melihatnya seperti itu, Gu Zhangfeng hanya bisa menghiburnya.

"

Menangis sajalah, kalau kau menangis kau akan merasa sedikit lebih baik. Kalau tidak, pukullah aku dua kali untuk melampiaskan kemarahan, bagaimana?"

Sambil bersandar Jiang Xiaoxuan bersandar di bahu Gu Zhangfeng, sambil menangis, ia memukul-mukul pelan dada Gu Zhangfeng untuk melampiaskan amarahnya dan melepaskan tekanan dalam lubuk hatinya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Penipu, penipu, dia ternyata seorang penipu besar, keparat besar....."

Keributan yang ditimbulkannya perlahan-lahan menarik perhatian para pejalan kaki, mereka menunjuk-nunjuk Jiang Xiaoxuan dan Gu Zhangfeng.

"Ini nona dari keluarga mana, kenapa menangis dengan begitu sedih? Sebenarnya ada apa?"

"Masih bertanya juga, seorang gadis lugu yang tergila-gila pada seorang pria yang tak setia, ini cerita kuno".

"Ckckck, apa-apaan ini, di jalan raya begini tarik-menarik dan menangis mengerung-gerung, moralitas publik sekarang ini, moralitas publik sekarang ini......" Mendengar perkataan mereka, Jiang Xiaoxuan menunjuk ke arah para pejalan kaki sambil menangis.

"Kalian semua datang dan lihatlah, aku memang seorang bodoh, aku memang sebuah lelucon, orang terbodoh di kolong langit, lelucon terlucu di kolong langit". Gu Zhangfeng menghiburnya sambil mengelus-elus kepalanya.

"Menangislah, menangislah, setelah menangis kau akan baik, keluarkan saja tangismu, semuanya baik-baik saja....."

Maka Jiang Xiaoxuan pun menangis dan berbicara, melampiaskan perasaannya, setelah itu akhirnya ia ambruk di pelukan Gu Zhangfeng.

"Ai......", dengan iba Gu Zhangfeng menyeka air matanya, lalu dengan lembut mengendongnya, mengendongnya naik ke kereta kuda. Rombongan kereta Wisma Jin yang mewah berjalan di bawah sinar mentari yang terik dengan megahnya. Para gadis pelayan, pelayan pria, dan bahkan para pengawal yang mengiringi mereka semua bersikap santai, seakan sedang bertamasya. Di dalam kereta kuda, Jin Yuanbao dan Yu Qilin duduk saling berhadapan muka, Yu Qilin memandang wajah Jin Yuanbao di depannya yang nampak tak senang itu, makin lama dilihat, wajah itu nampak makin akrab, makin lama ia merasa bahwa Jin Yuanbao sangat mirip dengan ibunya sendiri, maka ia tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum lebar. Jin Yuanbao melengos untuk menghindari pandangan matanya. Namun Yu Qilin bersandar dengan santai di kursi kereta dan terus memandangnya sepuasnya. Karena tak bisa berbuat apa-apa untuk menghindari tatapannya, Jin Yuanbao bertanya dengan kesal.

"Apa di wajahku ada bunga?"

"Tentu saja tidak!", Yu Qilin tersenyum.

"Tapi kau sangat mirip dengan ibu!"

Jin Yuanbao mengulirkan matanya.

"Omong kosong".

"Mata burung Hong yang sama, batang hidung tinggi yang sama, bahkan dagumu juga persis sama, misalnya di sini......", Yu Qilin berbicara sambil menggerak-gerakkan tangannya, lalu tiba-tiba menjulurkan tangannya hendak meraba dagunya. Jin Yuanbao cepat-cepat menghindar dengan gesit, sambil menunduk ia berseru.

"Duduklah baik-baik, jangan bergerakgerak!"

"Aiyo, aiyo, picik sekali, aku cuma ingin mengatakan padamu di bagian mana kau mirip dengan ibu, menurutmu aku mau apa?" "Hah!", Jin Yuanbao berusaha menyerangnya.

"Menurutmu wanita yang berani menarikan tarian erotis di malam pengantin ingin berbuat apa? Jangan beralasan bahwa ruang di dalam kereta sempit atau kereta terguncang karena jalan rusak untuk sengaja bersandar di dadaku". Dengan kesal Yu Qilin membela diri.

"Jangan besar kepala, ya? Aku mana suka menempel di tubuhmu?"

Namun tak nyana, sebelum ia menyelesaikan perkataannya, kereta itu terguncang keras, Yu Qilin yang tak sempat berjaga-jaga tak bisa berpegangan dan terjatuh dari tempat duduknya, dan langsung mendarat di pelukan Jin Yuanbao.

Sambil mengangkat alisnya, Jin Yuanbao memandangnya, ekspresi wajahnya amat sebal.

Yu Qilin berusaha keras untuk duduk dengan tegak, namun kereta itu masih berguncang-guncang, sehingga untuk sesaat ia tak bisa bangkit.

Jin Yuanbao menunduk dan dengan dingin melihatnya berusaha untuk duduk, lalu mendadak dengan kasar mendorongnya.

Yu Qilin yang tiba-tiba di dorong olehnya, kepalanya membentur atap kereta, seketika itu juga ia berseru dengan marah.

"Kau ini kenapa begini?"

Jin Yuanbao meliriknya, Yu Qilin mengelus-elus dahinya yang agak merah, tanpa mengalihkan pandangan matanya Jin Yuanbao memandangnya.

"Kan aku sudah bilang, jangan bersandar di tubuhku!"

"Kau!", dengan gusar Yu Qilin menatapnya. Jin Yuanbao membalasnya dengan mengerutkan dahinya dengan marah. Mereka berdua pun saling pandang dengan geram, akan tetapi setelah saling memandang untuk beberapa saat, Yu Qilin tersenyum.

"Ya, sudah! Kau kumaafkan! Wajahmu kalau marah sangat mirip dengan ibu".

"Idiot.....", Jin Yuanbao memelototinya, lalu berpaling dan melihat keluar jendela. Setelah memandanginya terus menerus, Yu Qilin pun bosan, ia membuka tirai jendela, lalu mulai melihat pemandangan alam di luar jendela. Akan tetapi, sekonyong-konyong Jin Yuanbao membuka mulutnya dan berkata.

"Jangan berpikir bahwa kalau kau terus mengingatkanku akan ibuku, aku akan membiarkanmu berbuat sesuka hatimu!"

Yu Qilin membalas menatapnya, tapi tak berkata apa-apa. Dengan acuh tak acuh, ia menarik napas dalam-dalam.

"Udara benar-benar segar". Sudut-sudut bibirnya membentuk seulas senyum yang misterius. Dengan lirih ia mengumam pada dirinya sendiri.

"Suasana hati nona ini sangat baik, aku tak ingin bertengkar denganmu". Melihat Yu Qilin mengacuhkannya, Jin Yuanbao pun enggan menanyainya lebih lanjut, ia kembali memandang ke luar jendela, bersandar di bantalan yang empuk, lalu memejamkan matanya untuk menenangkan diri. Akan tetapi saat ini, di tepi jalan raya tiga orang bertopeng yang mengenakan pakaian hitam bersembunyi di balik semak-semak, dengan sesekali berhenti mereka mengikuti kereta itu, diantara mereka terdapat seorang berperawakan gemuk yang nampak lain sendiri. Dengan bersusah payah, mereka tiba di sebuah hutan, dan rombongan kereta itu pun akhirnya berhenti, sepertinya untuk beristirahat sejenak. Melihatnya, ketiga orang itu cepat-cepat duduk di atas tanah, dengan napas terengah-engah mereka melepaskan hawa panas dalam diri mereka. Setelah membuntuti kereta dengan cara demikian selama setengah hari, akhirnya seseorang diantara mereka mengerutu, seseorang yang bertubuh kurus berlari ke sisi orang gemuk itu, lalu bertanya.

"Kak Pang Hu, sebenarnya ini misi apa, kenapa kita bertiga membuntuti mereka seperti ini, tak dari dekat dan juga tak dari jauh? Rombongan kereta ini juga aneh, sebentar berhenti sebentar berjalan, sama sekali tidak menentu!"

Si gemuk menarik kain yang menutupi wajahnya, nampaklah sebuah wajah yang lugu, dia adalah Pang Hu. Dengan napas terengah-engah, ia memandang kereta yang paling megah diantara rombongan kereta itu, lalu berkata.

"Ini adalah......sebuah misi yang baik.....ayo mereka.....lebih jauh sedikit......"

Cepat menyusul Orang yang bertubuh kurus dan kecil itu langsung tak senang, gerutunya.

"Bukan cuma lebih jauh sedikit! Mereka punya roda, kita cuma punya sepasang kaki! Seekor kuda pun kita tak punya!"

"Huf.....huf.....itu karena.....karena.....kita tak punya uang untuk membelinya!"

Pang Hu menyeka keringatnya.

"Kak Pang Hu, untuk melakukan hal ini, mereka memberimu berapa banyak uang?"

"Mau minta uang bagaimana? Dia adalah adik perempuan, eh, adik lelaki, yang sejak kecil tumbuh besar bersamaku!"

"Sebenarnya adik perempuan atau lelaki?", dengan sangat gusar orang yang bertubuh kurus dan kecil itu berkata.

"Adik lelaki atau perempuan juga tak mungkin tak memberi uang! Hal itu akan merusak rasa persaudaraan!"

Tepat pada saat itu, rombongan kereta itu perlahan-lahan berjalan, sambil terengah-engah, Pang Hu cepat-cepat berdiri, menarik kain penutup wajahnya hingga tertutup, menunjuk ke arah rombongan itu, lalu berkata.

"Lihat kereta itu tidak? Lihat peti itu tidak? Begitu mendengar perintah, ambil peti itu dan bawa kabur!"

Begitu mendengar perkataannya itu, si kurus seakan habis minum darah ayam, ia melangkah ke depan dengan cepat.

Kereta kembali bergoyang-goyang, Yu Qilin menguap, lalu menutup tirai jendela.

Walaupun pemandangan di luar jendela tak jelek, namun setelah melihatnya terus menerus, semua orang juga akan menjadi bosan melihatnya.

Ia melirik Jin Yuanbao yang juga sama-sama bosan, menjulurkan kakinya dan menendangnya dengan pelan, lalu berkata.

"Eh, aku bertanya padamu, kau pasti sangat menyayangi ibumu, ya?"

Jin Yuanbao meliriknya dengan hambar.

"Tentu saja".

"Kenapa?", tanya Yu Qilin. Omong kosong apa ini? Jin Yuanbao hendak mengucapkan beberapa kata untuk menyindirnya, namun, selagi ia membuka mulutnya, dilihatnya bahwa wajahnya serius, maka ia pun terpaksa menjawabnya dengan sungguh-sungguh pula.

"Ibu dilahirkan di keluarga terpandang, setelah ayah meninggal dunia, ia tak mau menikah lagi, dan seorang diri memimpin keluarga Jin, keluarga Jin tak hanya tak mengalami kemunduran dan malahan di tangannya hari demi hari makin maju. Aku hanya pernah melihat seorang wanita bangsawan yang kuat dan bijaksana seperti itu, yaitu ibuku". Yu Qilin menatapnya dengan ekspresi yang rumit, lalu dengan perlahan-lahan bertanya.


Pendekar Rajawali Sakti 144 Telapak Pendekar Rajawali Sakti 76 Iblis Raja Petir 19 Persembahan Raja Setyagara

Cari Blog Ini