Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 7
"Begitu, ya? Kalau begitu.....andaikan ibumu dilahirkan di tengah keluarga miskin, hanya mengenal beberapa huruf saja, dan tak mempunyai kepandaian yang lihai seperti itu, apakah kau masih menyayanginya atau tidak?" Dugaannya itu benar-benaf tak masuk akal, dengan agak enggan Jin Yuanbao menjawab.
"Ibuku adalah ibuku, kedudukan dan wataknya adalah bagian dari dirinya, apa maksudmu dilahirkan di keluarga miskin dan hanya mengenal beberapa huruf saja? ----- seandainya ayahmu bukan Menteri Besar Jiang, kau sekarang bagaimana? Apakah kau sudah menjawab pertanyaan yang tak masuk akal itu?"
Yu Qilin membuka mulutnya, hendak menjawab, namun setelah berpikir sejenak, ia menutup mulutnya.
"Selain itu -----", Jin Yuanbao menambahkan.
"Ibu melahirkan dan membesarkanku, andaikan ibu tak ada aku tak akan ada". Yu Qilin tertegun.
"Tak ada?"
Dengan sikap merendahkan, Jin Yuanbao memandangnya.
"Alasan ini juga belum cukup?"
"Kalau begitu, yang paling kau anggap penting adalah perasaan yang tulus, dan bukan kedudukan sebagai seorang bangsawan?"
Wajah Yu Qilin nampak girang. Apa yang sedang dipikirkan perempuan ini? Dengan hambar Jin Yuanbao berkata.
"Apa yang kuanggap penting tak ada hubungannya denganmu."
Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin mendengus dan tertawa, dengan asal ia mengayunkan tangannya sembari berkata.
"Ah, masa bodoh, aku toh tak berbicara tentang diriku sendiri". Sinar mentari menerobos masuk ke dalam kereta itu. Di bawah sinar mentari, senyum Yu Qilin makin cerah dan menawan, tanpa terasa, Jin Yuanbao tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajahnya, ia mengerutu pada dirinya sendiri.
"Lagipula, kau bukan wanita yang sesuai dengan seleraku! Kalau ibu suri tak menganugerahkan pernikahan ini, aku pasti tak akan menikahimu!"
Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin merasa agak tak senang.
"Kalau begitu siapa yang di malam pengantin yang membelitku seperti seekor gurita?"
Tanpa basa-basi, Jin Yuanbao segera membantahnya.
"Kalau begitu, entah siapa yang di malam pengantin melemparkan dirinya ke dalam pelukanku dan menarikan tarian erotis?"
"Hah! Aku tak perlu menghiraukanmu lagi!", Yu Qilin berbisik dengan lirih.
"Karena aku toh sudah melihat tanda lahirmu!"
Berpikir sampai di situ, ia merasa puas diri dan dengan bersemangat berkata dengan lantang.
"Sejak saat ini, kau jangan berpikir untuk menyentuhku sedikitpun!"
Jin Yuanbao mengulirkan matanya, memangnya dirinya ingin menyentuhnya! Tanpa basa-basi, ia langsung menjawab.
"Oh, ya? Kalau begitu, setelah pulang nanti, ingatkan aku untuk membuka rumah abu dan untuk berterima kasih pada para leluhur!" Yu Qilin amat geram, ia menyingsingkan lengan bajunya karena ingin memukulnya, akan tetapi tiba-tiba kereta terguncang keras, Jin Yuanbao dengan keras terdorong ke arah dirinya, sehingga pipi mereka berdua menempel. Jin Yuanbao terkejut, ketika ia bangkit, kereta kembali terguncang, karena tak berjaga-jaga, ia hampir saya mencium bibir Yu Qilin. Dengan lincah, Yu Qilin menghindar, saat itu kereta telah menjadi tenang kembali, dengan susah payah mereka berdua memisahkan diri. Suasana di dalam kereta itu pun menjadi makin canggung....
"Siapa yang baru saja berkata hendak berterima kasih pada para leluhur?", dengan kesal Yu Qilin berkata, dalam perkataannya itu terkandung sebuah tantangan. Jin Yuanbao melengos, tak mau memandang, dengan kesal ia mengeluarkan sehelai sapu tangan sutra dan mengelap mulutnya, lalu mengangkat tangannya dan melemparkannya keluar kereta. Melihat wajahnya yang penuh amarah, Yu Qilin tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum manis. Jin Yuanbao merasa kesal melihat senyumnya, ia berpaling dan tak menghiraukannya. Yu Qilin memandang wajahnya dari samping dan membayangkan adegan pertemuan ibu dan anak itu, dengan perasaan puas ia melamun, otaknya dipenuhi senyum bahagia sang ibu saat bertemu dengan Jin Yuanbao, dan juga adegan dimana sang ibu yang penuh kasih dan sang anak yang penuh bakti saling mengenal. Karena dipandangi olehnya dengan pandangan mata yang seperti sinar mata seorang ibu yang memandang anaknya dengan penuh kasih, Jin Yuanbao merasa makin tak senang, kalau ingin melihat, lihat saja, tapi tak usah dengan raut wajah lembut yang dihiasi senyuman tolol dan air liur yang mengalir seperti itu! Tanpa basa-basi sedikitpun, Jin Yuanbao langsung mengetuk kepala Yu Qilin dengan kipas.
"Untuk apa kau melongo memandangiku seperti itu?"
Yu Qilin tersadar.
"Aiyo! Aku kan tidak menyentuhmu!"
"Kau juga tak boleh menatapku seperti itu".
"Memangnya kalau aku menatapmu kau akan meleleh?"
"Pokoknya tak boleh!"
"Jin Yuanbao, kenapa kau harus selalu menang sendiri seperti ini?"
"Aku memang suka menang sendiri, memangnya kenapa?"
"Kau......" Untuk sesaat mereka bertengkar dengan ribut, namun dengan cepat berhenti. Saat senja, manusia dan kuda mereka sama-sama telah kelelahan. Tak jauh dari situ, sebuah penginapan berdiri di pinggir jalan, nampaknya penginapan itu sudah lama berdiri. Di atasnya sebuah bendera besar berkibar ditiup angin, bendera itu bertuliskan Penginapan Yuelai. Rombongan kereta pun perlahan-lahan berhenti di depan penginapan itu. Penginapan Yuelai adalah sebuah penginapan kuno di tepi jalan raya yang biasa ditinggali oleh para pelancong. Saat ini sudah musim panas, saat pelanggan sangat ramai, sehingga sulit untuk mendapatkan kamar. Akan tetapi tidak demikian bagi Wisma Jin, tiga hari sebelumnya, mereka telah mengirim orang untuk memesan kamar. Setelah kereta benar-benar berhenti, A Fu melangkah ke samping kereta, lalu berseru.
"Shaoye, shao furen, kita telah tiba di tempat beristirahat malam ini". Yu Qilin menerobos keluar, tanpa menunggu bantuan orang, ia dengan lincah meloncat turun dari kereta, melihat dari bagian depannya, nampaknya penginapan ini cukup rapi, ia memandang papan nama Penginapan Yuelai dan berkata dengan gembira.
"Tempat ini cukup baik, bersih dan rapi, mungkin makanannya juga enak! A Fu, kau telah mengatur semuanya dengan baik sehingga kami merasa nyaman". A Fu memaksakan dirinya tersenyum, lalu menjura dan berkata.
"Terima kasih atas pujian shao furen!"
Setelah itu ia menjulurkan kepalanya dan melihat ke dalam kereta.
"Shaoye?"
Tanpa tergesa-gesa, Jin Yuanbao turun dari kereta, untuk beberapa saat ia berdiri di tempat sambil menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, mengangkat kepalanya dan memandang penginapan itu, mengerutkan dahinya, lalu dengan tak puas berkata.
"Karena kita sedang dalam perjalanan, aku tak terlalu mengharapkan kenyamanan, tapi apakah kalian tak bisa menemukan sebuah penginapan ----- yang paling tidak kelihatannya bisa ditinggali?"
Begitu mendengar perkataannya itu, wajah A Fu langsung dipenuhi kekhawatiran. Dengan heran Yu Qilin berkata.
"Kenapa penginapan ini tak cukup baik?"
Dengan lugas Jin Yuanbao mengucapkan empat kata.
"Terlalu kasar dan kotor".
"Shaoye, di dekat tempat ini dalam radius dua puluh li hanya ada penginapan ini, kalau kita meneruskan perjalanan, bisa-bisa kita tak akan menemukan tempat bermalam, saat itu anda akan terpaksa tidur di atas kereta", A Fu berkata dengan wajah susah. Jin Yuanbao kembali memandang penginapan itu, lalu dengan tegas berkata.
"Lebih baik aku tidur di kereta". Setelah berbicara ia melangkah untuk bersiap naik kereta, namun tak nyana, ia terhuyung-huyung hingga hampir terjatuh. A Fu cepat-cepat memayangnya, lalu dengan cemas ia berusaha bermanis-manis.
"Shaoye, hati-hati kakimu! Kau sudah lama duduk di kereta, harus banyak-banyak menggerakkan kakimu dulu, baru naik ke kereta ---- besok akan ada belasan li jalan yang bergelombang lagi!"
Wajah Jin Yuanbao nampak cemberut. Dengan hambar Yu Qilin berkata.
"Benar, sebenarnya masih ada cara lain yang lebih baik, udara gunung sangat segar, serangga dan ularnya sangat aktif, kalau kita tidur di alam terbuka di malam hari, kita akan dapat memandang bintang-bintang dan mendengarkan lolongan serigala, bagus sekali, kujamin semuanya itu tak bisa dinikmati di dalam Wisma Jin!"
Lolongan serigala tak apa-apa.....tapi serangga dan ular.....Jin Yuanbao menggigil, ia merasa bulu roma di sekujur tubuhnya berdiri, dengan kesal ia memarahi A Fu.
"Masih tak segera membantuku masuk juga!"
A Fu segera memayangnya dan membantunya masuk ke dalam.
Yu Qilin mengikuti di belakangnya, dengan puas diri ia diamdiam tertawa sambil saling memandang dengan penuh kemenangan bersama A Fu.
Rombongan itu masuk ke dalam aula utama, seorang lelaki setengah baya gemuk yang mengenakan jubah panjang menyambut mereka, dengan wajah penuh senyum ia melangkah ke depan dan berkata.
"Tuan-tuan sekalian silahkan masuk! Silahkan masuk! Tuan dan nyonya ini wajahnya begitu rupawan! Kalian berdua entah datang dari mana, dan hendak pergi ke mana, dengan diiringi oleh begitu banyak orang, anda berencana untuk tinggal berapa malam?"
Melihatnya, A Fu melangkah ke depan dan menghadangnya, lalu menjawabnya.
"Kami dari Wisma Jin, kami sudah memesan tempat sebelumnya dan akan tinggal semalam". Senyum lelaki gemuk setengah baya itu segera menjadi makin lebar.
"Ternyata kalian berasal dari Wisma Jenderal Jin! Bagus, bagus, kami sudah menyiapkan kamar yang baik untuk kalian! Xiaoren bermarga Mo, kalian silahkan panggil aku si Tua Mo, kalau kalian ingin menyuruhku melakukan sesuatu, tak usah sungkan-sungkan mengatakannya!"
Dengan tak senang Jin Yuanbao melirik pakaian yang dikenakan si Tua Mo, lalu berkata dengan dingin.
"Beri aku sebuah kamar yang terbaik, lalu ambilkan beberapa ember air dan lap papan lantai dan permukaan meja sampai bersih. Urus kamar untuk orang-orang lain. Suruh dapur membuatkan sedikit nasi dan lauk untuk orang-orangku ---- setelah itu kosongkan sebuah kompor supaya juru masakku bisa memasak untukku". Si Tua Mo tertegun.
"Tuan membawa seorang juru masak? Akan tetapi dapur penginapan kami yang sederhana ini sangat terbatas....."
A Fu memotong perkataannya.
"....Apa kau menganggap hidangan dari wajanmu pantas untuk dibawa ke hadapan tuan muda kami?"
"Baik, baik, teguran kakak kecil ini benar, aku melakukannya". Si Tua Mo berkali-kali mengangguk. akan Dengan dingin Yu Qilin melihat kejadian itu untuk beberapa saat, ia benar-benar tak tahan melihat kelakuan Jin Yuanbao itu, maka ia segera berkata pada A Fu.
"A Fu, aku akan makan dari dapur umum!"
A Fu memandangnya dengan ketakutan, lalu berkata dengan terbata-bata.
"Hah? Shao furen....."
Mendengarnya Yu Qilin berkata demikian, Jin Yuanbao tertawa mengejek, dengan riang ia berkata.
"Kenapa tidak? Si Tua Mo, biarkan nyonyaku ini makan dari dapurmu. Makanan enak kalau diberikan kepadanya juga akan sia-sia belaka". Si Tua Mo mengangguk-angguk. Matanya bergulir, lalu untuk bermanis-manis ia berkata.
"Shaoye anggun, nyonya suka bekerja keras dan hemat. Benar-benar sebuah perjodohan yang diatur oleh Langit! Kalian berdua silahkan beristirahat dulu di kamar loteng, mandi dan berganti pakaian, xiaoren sekarang akan memasak nasi dan lauk, dari dapur umum maupun dapur khusus, kalian berdua akan segera dapat menyantap hidangan!"
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang dan memimpin mereka naik ke loteng. Begitu melihat punggung Yu dan Jin berdua, keramahan yang dibuat-buat di wajah si Tua Mo menghilang, berganti dengan senyum menghina.
"Sudah mau mampus masih rewel saja!"
Seorang pelayan muda diam-diam melangkah ke samping si Tua Mo, lalu bertanya.
"Dage, bukankah sekarang aku harus pergi....."
"Pergilah. Cepat pergi ke dalam hutan dan sampaikan perintah untuk bergerak! ----- si tua ini akan melayani mereka makan dulu!" * Kamar terbaik terletak di lantai teratas penginapan itu, ketika Jin Yuanbao dan Yu Qilin tiba, pintunya sedang terbuka lebar-lebar, dengan sekali pandang mereka dapat melihat ke dalam kamar, jelas bahwa kamar itu memang sudah disapu hingga bersih. Jin Yuanbao berdiri di mulut pintu dengan dahi berkerut, tak hendak masuk ke dalam kamar. Yu Qilin menjulurkan kepalanya untuk melihat ke dalam kamar, lalu sambil membentur Jin Yuanbao, ia masuk ke dalamnya, dan memeriksanya dengan seksama. Walaupun kamar itu tak terlalu besar, namun sangat bersih. Kasur merah di ranjang membuat suasana kamar nampak menyenangkan, meja, kursi, bangku, meja teh, meja rias dan perabotan lainnya di dalam kamar itu semua bersih dan teratur. Yu Qilin bercermin di cermin, lalu berjalan ke sebelah ranjang dan menepuk-nepuk selimut, dengan puas ia duduk di atas ranjang dan berkata dengan gembira.
"Menurutku ini sangat nyaman! Tak nyana di jalan kita bisa hidup dengan begitu enak!"
Sang pelayan segera menimpali sambil tersenyum lebar.
"Ini adalah kamar terbaik kami...."
Dengan enggan, Jin Yuanbao mengangkat hidungnya tinggitinggi, lalu memerintah A Fu.
"Ambilkan karpet Zhijin sutra yang berwarna biru tua itu". Dengan kalem A Fu menjawab.
"Baik. Apakah shaoye menginginkan sesuatu yang lain?"
Jelas bahwa ia telah siap menghadapi segala kemungkinan. Setelah berpikir beberapa saat, Jin Yuanbao berkata.
"Apakah kau juga membawa beberapa barang sulaman? Pasanglah taplak meja, penutup kursi, tirai jendela dan barang-barang lain, kalau semua itu tak ada, mata menjadi sakit, bagaimana bisa mirip tempat kediaman manusia?"
"Karpet?", wajah Yu Qilin nampak heran.
"Apa kau tak bisa meninggalkan barang apapun? Apakah kau tak bisa hidup dengan seadanya untuk semalam saja?" Tanpa benar-benar memandangnya, Jin Yuanbao berkata.
"Kalau kau bisa hidup dengan seadanya, tidurlah di lantai, aku tak akan menghalangimu". Setelah itu ia kembali berkata pada A Fu.
"Ambillah beberapa helai kain Songjiang kelas satu, lalu ambilkan juga perlengkapan ranjangku. Perlengkapan ranjang yang dibuat dari kain satin jelas tak bisa menyerap keringat dan tak nyaman, benar-benar tempat yang kampungan".
"Baik, shaoye, aku akan segera mempersiapkannya". Beberapa saat kemudian, A Fu memimpin serombongan pelayan masuk, dengan gesit mereka mengelar karpet, lalu menyulut dupa Laoshan kelas satu. Setelah itu, Jin Yuanbao baru masuk dan menapak di atas karpet yang empuk, lalu menghela napas dengan pelan.
"Akhirnya ada tempat yang bisa kuinjak juga".
"Kau terlalu suka hidup mewah!", Yu Qilin berkata dengan gusar. Setelah itu A Fu segera memimpin rombongan pelayan itu menganti perlengkapan ranjang. Empat helai kain yang indah dibentangkan, lalu berbagai perlengkapan ranjang yang bersulam indah satu persatu ditata dengan rapi. Para gadis pelayan mondar-mandir merapikan kamar, bahkan perlengkapan minum teh di atas meja pun ditukar. Yu Qilin berdiri di tengah kamar, ia harus terus menerus menghindar kesana-kemari, akhirnya, ia tak lagi dapat menahan diri dan mengomel dengan kesal pada Jin Yuanbao.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku benarbenar belum pernah melihat seorang tuan muda yang begitu pesolek sepertimu!"
Namun Jin Yuanbao sama sekali tak bergeming.
"Terserah kalau kau tak suka melihatnya, berbaliklah dan turun dari loteng, tidurlah di tempat yang kau sukai, di kereta kuda juga boleh, malam nanti tidur di alam bebas sambil memandang bintangbintang juga bagus sekali, terserah!"
Yu Qilin memandang ke sekelilingnya, dengan enteng ia mengambil sehelai serbet teh merah tua yang berhiaskan sulaman indah, lalu bertanya.
"Kalau aku tak salah ingat, bukankah barang-barang ini adalah hadiah yang akan diberikan saat pulang ke rumah mertua?"
"Benar", Jin Yuanbao menghela napas dengan penuh perasaan.
"Akhirnya Liu Wenchao melakukan sesuatu yang sesuai dengan kehendakku".
"Kalau kau sekarang memakainya, setelah sampai di rumah ibuku nanti bagaimana?"
Jin Yuanbao melirik Yu Qilin, lalu tertawa sinis dan menyindirnya.
"Menurutku, kau begitu cemas begini, ternyata karena takut setelah tiba di rumah ibumu nanti sudah tak ada hadiah untuk memberimu muka? Jangan khawatir, menurut kebiasaan Wisma Jin, setiap memberikan hadiah, untuk setiap macam barang, kami selalu membawa satu peti lebih banyak untuk cadangan".
"Oh ---- ternyata, shaoye, anda hanya menggunakan barangbarang keperluan sehari-hari saja". Dengan santai Jin Yuanbao melangkah ke samping ranjang, memperhatikan perlengkapannya, lalu berkata.
"Ini semua barang-barang kelas satu, yang akan dikirim ke rumah ibumu adalah barang-barang cadangan".
"Kau!"
Yu Qilin seakan kehabisan napas, tapi tak tahu bagaimana harus membantahnya, ia hanya dapat menghentakkan kakinya, lalu berbalik dan melangkah keluar. Melihatnya, dengan berpura-pura bermaksud baik, Jin Yuanbao meneriakinya.
"Kau benar-benar tak ingin beristirahat di dalam kamar? Kereta kuda atau hutan? Seprai pemilik penginapan juga lumayan, kok, kau mau tidak?"
"Aku malas menanggapimu!"
Yu Qilin tak berpaling. Menang telak! Dengan puas diri Jin Yuanbao menyenandungkan sebuah lagu, lalu memerintah A Fu.
"Buat teh!"
Begitu Yu Qilin turun dari loteng, ia langsung melangkah keluar penginapan, ia mengawasi sekelilingnya dan menemukan bahwa di dalam hutan yang berada tak jauh dari tempat itu, samar-samar terlihat ada cahaya yang berkilauan, sepertinya kilau pedang.
Ia melihat ke kiri dan ke kanan, setelah melihat bahwa tak ada orang yang memperhatikannya, dengan hati-hati ia menerobos masuk ke dalam semak-semak.
Di dalam hutan, segerombolan orang yang berpakaian hitam sedang bertiarap sambil mengenggam golok dan pedang, menahan napas menunggu perintah.
Melihatnya datang, seseorang bertanya dengan suara pelan.
"Kenapa bisa ada perempuan datang ke sini?"
Seseorang lain menjawab.
"Kita lihat dulu apa yang dilakukannya, kemungkinan besar dia seorang gadis penjual barang dagangan". Dengan samar-samar Yu Qilin melihat sosok-sosok manusia di dalam hutan itu, dengan hati-hati ia bersuara.
"Hu ---- hu! Hu ---hu ! Hu ---- hu!"
Pemimpin gerombolan berpakaian hitam itu memberi isyarat dengan matanya, lalu mengangguk-angguk. Salah seorang diantara mereka menjawab.
"Hu --- hu! Hu ---- hu! Hu ---- hu!"
Mendengar jawaban itu, dengan girang Yu Qilin menganggukangguk ke arah sosok hitam itu, lalu dengan pelan berlalu. Melihatnya, di wajah orang berpakaian hitam muncul senyum puas, perlahan-lahan ia menarik kain penutup wajahnya.
"Saudara-saudara, bersiaplah untuk beraksi!" Dan pada saat yang sama, di depan sebuah hutan kecil di sisi lain penginapan itu, pemuda suruhan si Tua Mo sedang dengan hati-hati menerobos semak-semak, setelah memastikan bahwa di sekelilingnya tak ada orang, ia pun bersuara.
"Hu --- hu! Hu --- hu! Hu ---- hu!"
Namun sampai beberapa saat, tak ada jawaban, pemuda itu bimbang, lalu kembali bersuara.
"Hu --- hu!"
Saat ini, serombongan orang berlari mendekat dengan napas terengah-engah, orang gemuk pemimpin mereka, begitu mendengar suara itu langsung merasa bersemangat.
"Kami datang! Hu ---- hu!"
Karena kelelahan, suara itu seakan pecah. Pemuda itu terkejut, dengan tegang ia memandang ke arah asal suara itu. Melihatnya, Pang Hu berusaha sekuat tenaga untuk berseru.
"Hu --- hu! Hu ---- hu! Hu ---- hu!"
Ketika pemuda itu melihat dari kejauhan bahwa di tengah kegelapan ada sosok-sosok manusia dan kilatan golok, ia tersenyum puas, mengangguk, dan berlalu.
Pang Hu menghentikan langkahnya, memindahkan golok dalam genggamannya yang biasa digunakannya untuk merajang sayur atau memotong semangka ke tangannya yang lain, mengambil napas, menyeka keringatnya, lalu menarik kain penutup wajahnya hingga tertutup, setelah itu sambil terengah-engah ia berseru.
"Baik.....baiklah! Siap-siap beraksi!" * Di tengah kegelapan malam, di depan gudang arak Penginapan Yue Lai, dua sosok hitam berkelebat.
"Tunggu dulu!"
Entah kapan si Tua Mo berjalan ke arah mereka, ia memicingkan matanya dan memandang kedua pelayan yang sedang membawa keluar guci arak sambil terengah-engah itu.
Kedua pelayan itu tak tahu kenapa mereka harus berhenti, tapi mereka segera meletakkan guci arak itu.
Si Tua Mo melangkah ke depan dan membuka segel guci arak itu, ia menciduk secawan arak dari guci itu, meminum beberapa teguk arak dari dalamnya, lalu sambil memicingkan matanya, ia berdecak memuji rasanya.
"Arak Yuye yang terkenal di ibukota rasanya memang tak dapat ditandingi...."
Setelah berbicara, ia mengeluarkan sebuah buntalan kertas dari saku dadanya, lalu dengan hati-hati memasukkan bubuk di dalamnya ke dalam guci arak.
Setelah berpikir sejenak, ia menyingsingkan lengan bajunya, lalu mengangsurkan tangannya dan mengaduk-aduk arak dalam guci itu beberapa kali.
Kedua pelayan itu melihat bahwa kuku-kuku jari si Tua Mo hitam penuh kotoran, mereka lalu memandang arak dalam guci itu, perut mereka pun menjadi agak mual.
Begitu melihat reaksi mereka, si Tua Mo segera memarahi mereka.
"Kalian lihat apa? Tangan si tua ini sangat bersih!"
Setelah berbicara, ia menyeringai menyeramkan, lalu dengan hati-hati menyegel guci arak itu.
"Arak paling bagus dan obat paling bagus untuk disuguhkan pada tuan muda kita yang paling kaya". Ketika Yu Qilin kembali ke kamar, seluruh ruangan telah berubah total, di mana-mana nampak kursi dan meja yang dilapisi kain bersulam halus, bahkan pispot pun ditutupi oleh kulit binatang yang berbulu panjang. Jin Yuanbao sedang duduk di kursi dengan santai, di meja di sebelahnya terdapat sebuah tempat pembakar dupa yang indah, asap dupa mengepul ke udara. Benar-benar angkuh dan suka bermewah-mewah! Yu Qilin mencibir, namun ketika ia baru hendak membuka mulutnya, tibatiba ia bersin keras-keras.
"Ha-atsyi!", bau apa ini?"
Dengan kesal ia bertanya sambil mengosok-gosok hidungnya. Dengan sikap merendahkan Jin Yuanbao memandangnya, lalu berkata.
"Ini adalah dupa Laoshan kelas satu yang diberikan oleh bangsa barbar sebagai upeti, bahannya padat dan berkilauan, wanginya halus dan lembut, ini adalah kayu cendana putih bermutu terbaik, namun asap yang ditimbulkannya ketika pertama kali dibakar cukup tebal, apa kau tak lihat bahwa semua jendela telah kubuka?" Wajah Yu Qilin nampak kebingungan.
"Apakah gunanya untuk mengasapi nyamuk? Nyamuk gunung besar dan ganas, dupamu ini tidak efektif, lebih baik tutup jendela saja". Jin Yuanbao tak berkata apa-apa..... Yu Qilin masih terus kebingungan. Setelah beberapa saat, Jin Yuanbao menyindirnya.
"Kabarnya ilmu sastra keluarga Menteri Besar Jiang telah termasyur selama beberapa generasi, namun tak nyana ternyata juga begitu kaya sehingga memakai dupa Laoshan untuk mengusir nyamuk, maafkan aku yang bodoh ini!"
Yu Qilin tak tahu dimana letak kesalahannya, maka ia segera membantah dengan berpura-pura berada di pihak yang benar.
"Karena semuanya memang untuk dibakar, apa hubungannya? Menurutku bau ini adalah bau.....obat nyamuk kelas satu". Jin Yuanbao memicingkan matanya, dengan wajah ingin tahu, ia memandang Yu Qilin, lalu bertanya.
"Apakah kau benar-benar tak tahu apa-apa tentang dupa?"
Celaka. Yu Qilin tiba-tiba sadar bahwa ia telah mengungkapkan rahasianya sendiri, dengan bingung ia cepat-cepat berpikir bagaimana ia harus menjawab. Dengan makin heran, Jin Yuanbao menyindirnya.
"Keluarga Jiang kalian yang keluarga yang terpelajar, seharusnya sangat paham tentang cara membakar dan menikmati dupa, tapi kenapa kulihat kau ini sama sekali tak tahu apa-apa tentangnya? Apakah di rumah kalian tak pernah menikmati dupa?"
"Di sana.....", Yu Qilin mengulirkan matanya, sebuah ide muncul dalam benaknya.
"Sejak kecil tubuhku tak sehat, kalau mencium bau dupa aku langsung bersin....."
Sambil berbicara ia bersin dua kali, lalu mengosok-gosok hidungnya dan berkata.
"Begitu ibuku tahu, ia langsung memerintahkan agar di kamarku tak boleh membakar......eh......menikmati dupa". Jin Yuanbao mengangguk-angguk dan tak lagi bertanya lebih lanjut, ia malahan dengan enteng memasukkan sekeping dupa lagi ke dalam tempat pembakar dupa sehingga asapnya makin tebal. Yu Qilin cepat-cepat menutup hidungnya dan berkata dengan gusar.
"Hei, kan aku baru saja berkata bahwa aku tak tahan mencium bau dupa!"
"Aku sudah mendengar perkataanmu", dengan santai Jin Yuanbao berkata.
"Tapi aku bukan ibumu yang selalu mengalah padamu".
"Kau ini kenapa begitu egois? Aku baru saja berkata bahwa aku tak bisa mencium bau dupa. Kenapa kau sengaja menyiksaku?"
"Sengaja?", dengan sikap merendahkan, Jin Yuanbao memandangnya.
"Kalau aku sengaja melakukannya, sebatang obat nyamuk juga sudah cukup, karena kau toh tak bisa membedakan Laoshanku?"
Baunya, untuk apa menyia-nyiakan dupa Sambil berbicara, dengan kemalas-malasan ia bangkit dan memindahkan tempat pembakar dupa ke rak di luar jendela, asap dupa pun mendadak menjadi tipis.
Seakan baru bisa bernapas, Yu Qilin cepat-cepat menarik napas dalam-dalam.
"Benar, begini jauh lebih baik.....kamar yang sudah bagus begini malah diberi karpet dan dupa!"
Jin Yuanbao meliriknya, lalu berjalan mondar-mandir di dalam kamar, ia menatap satu-satunya ranjang di kamar itu, lalu memandang Yu Qilin, setelah itu dengan hambar ia berkata.
"Kau tak suka karpet?"
"Tak suka". Jin Yuanbao mengangkat alisnya sambil tersenyum.
"Sayang sekali, untung saja aku bermaksud baik dan sudah mengelar karpet supaya nanti malam kau akan merasa sedikit lebih nyaman". Dengan curiga Yu Qilin menatapnya. Jin Yuanbao mengangkat dagunya sambil memandang ke ranjang, dengan nada memerintah ia berkata.
"Aku tidur di ranjang, kau tidur di lantai". Yu Qilin tiba-tiba tersadar, ia mencibir, lalu dengan sikap merendahkan berkata.
"Maksud baik apa, pura-pura khawatir aku tak nyaman tidur di lantai, padahal sebenarnya ini karena sifat jelek sialanmu sendiri! Tinggal di penginapan saja kenapa begitu rewel!"
"Selain karpet ada papan lantai, tempatnya cukup luas, kau bisa berguling kesana-kemari sesukamu". Setelah berbicara, Jin Yuanbao melemparkan seluruh perlengkapan ranjang milik penginapan ke lantai. Sambil mengelar perlengkapan ranjang itu, Yu Qilin menjawab.
"Baiklah. Kau pikir aku akan berebut ranjang denganmu? Aku tak keberatan tidur di lantai, aku tak serewel dirimu!"
Setelah mengelar perlengkapan ranjang, ia tak lagi menghiraukan Jin Yuanbao.
Seorang diri ia melangkah ke depan meja rias, bercermin dengan puas diri, lalu mencopot berbagai macam tusuk konde dan ikat rambut untuk bersiap-siap tidur.
Jin Yuanbao memandang punggung Yu Qilin dan wajahnya di cermin yang kadang terlihat kadang tidak, dengan tak disangkasangka, ia berkata.
"Kalau kau ingin tidur di ranjang, juga bukannya tak bisa -----"
Yu Qilin berhenti sejenak, memandang dirinya sendiri di cermin, mencopot anting yang terakhir, lalu berkata dengan lugas.
"Aku tak ingin". Perempuan ini! Jin Yuanbao seakan tersedak, dengan gusar ia melangkah ke samping meja rias, lalu sambil bertumpu pada meja rias ia menghalangi pandangan mata Yu Qilin.
"Aku sedang bicara padamu!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yu Qilin menengadah memandangnya, dengan wajah tak berdosa ia berkata.
"Kan aku sudah menjawab, aku tak ingin!"
Dari ketinggian, Jin Yuanbao memandangnya, sekarang di kepala Yu Qilin sudah tak ada perhiasan lagi, ia tak memakai bedak atau gincu, namun setelah tak memakai riasan, ia malahan makin cantik secara alamiah.
Kecantikan semacam ini, belum pernah dilihat oleh Jin Yuanbao di wajah perempuan lain, bukankah bunga teratai yang muncul dari tengah air jernih nampak seperti ini? Akan tetapi, Yu Qilin yang jelita malahan melontarkan sebuah perkataan.
"Seranjang denganmu? Kau akan keenakan setengah mati!"
Dalam sekejap, kemolekannya menghilang bagai gelembung sabun yang pecah.
Namun pada saat yang sama, di aula utama di bawah loteng, para pengawal, jago silat, pelayan dan gadis-gadis pelayan mereka sedang makan dan minum dengan lahap.
Si Tua Mo membungkuk di atas meja kasir, matanya bergulir kesana-kemari, dengan seksama mengawasi orang-orang dalam jamuan itu.
Setelah melihat bahwa mereka sudah tak waspada lagi, ia baru memberi isyarat dengan matanya pada seorang pelayan di sampingnya.
Pelayan itu menangkap maksudnya, ia berbalik dan membawa sebuah guci arak besar, membuka segelnya di tempat, lalu menuangkannya ke cawan para jago silat.
"Harum sekali!"
"Arak lezat!"
Dengan sekali cium, para jago silat itu sudah langsung tahu bahwa arak itu adalah arak lezat! Kapten para pengawal merampas sebuah cawan arak dan menenggaknya, setelah itu ia langsung memujinya.
"Tak nyana tempat terpencil seperti ini ternyata punya arak lezat seperti ini!"
Si Tua Mo cepat-cepat melangkah keluar dari balik meja kasir, lalu menimpali.
"Para tamu sekalian, ini adalah arak Yuye kelas satu!"
"Arak Yuye?", sang kapten agak terkejut, dengan kegirangan ia berkata.
"Tak nyana dalam hidupku ini aku dapat minum arak Yuye, benar-benar seperti mimpi di siang bolong!"
"Ini adalah arak bagus yang telah disimpan si tua ini selama belasan tahun, kalau kalian bukan tamu-tamu terhormat dari Wisma Jin, walaupun diberi uang berapa pun aku enggan mengeluarkannya! Para tamu sekalian, silahkan minum sampai mabuk!"
Begitu mendengar perkataannya itu, para jago silat langsung minum sepuasnya.
Si Tua Mo berbalik, sambil tersenyum aneh, ia menengadah dan melihat ke loteng.
Setelah itu, dari samping meja kasir ia mengambil sebuah baki makanan, menaruh berbagai piring kecil berisi penganan lezat teman minum arak yang sudah disiapkan sebelumnya, dan juga sebuah poci arak yang anggun bersama cawannya, kemudian membawanya ke loteng.
Akan tetapi begitu naik ke loteng, ia mendengar kedua orang di dalam kamar sedang bertengkar dengan ribut.
"Karena kau punya keinginan seperti itu, untuk apa kau tidur sekamar denganku? Menurutku malam ini kau tak usah tidur di lantai, keluar dan tidur di kereta kuda atau di hutan saja".
"Apakah semua yang kau katakan lantas terjadi? Kau mimpi di siang bolong! Aku mau tidur di sini! Tidur di lantai!"
Hah? Si Tua Mo tertegun, lalu tertawa dingin, pasangan muda ini sedang bertengkar? Malam-malam begini tidak sedang bermesraan? Setelah dapat berdiri dengan teguh, ia mengetuk pintu.
"Siapa itu?", terdengarlah suara Jin Yuanbao.
"Si Tua Mo datang mengantarkan hidangan dan arak untuk kalian para tamu yang terhormat". Setelah itu dari dalam kamar terdengar suara bergemerisik, seakan ada orang yang sedang merapikan sesuatu. "Masuklah". Mendengarnya, si Tua Mo mendorong pintu dan masuk.
"Xiaoren telah menyiapkan sedikit hidangan dan minuman. Shaoye dan shao furen, selamat makan!"
Ketika Jin Yuanbao melihat bahwa botol arak itu anggun, dengan penuh rasa ingin tahu ia mengangkatnya, ia membuka tutupnya, mencium-ciumnya, lalu dengan heran berkata.
"Arak Yuye?"
"Shaoye berwawasan luas!", puji si Tua Mo.
"Arak ini memang arak terkenal yang paling bagus di ibu kota, arak Yuye". Mendengar perkataan itu, Yu Qilin mendekat dan dengan heran bertanya.
"Arak terkenal kelas satu? Apakah palsu?"
"Nyonya, penginapan kami telah mempunyai reputasi yang baik selama belasan tahun, tak mungkin menghidangkan arak palsu! Shaoye, anda adalah seorang ahli, anda sudah pernah merasakannya, anda sudah mengenalnya dengan baik. Apakah anda masih tak percaya? Tunggu sebentar.....". Setelah berbicara, ia berbalik dan keluar. Tak lama kemudian, si Tua Mo masuk sambil memikul sebuah guci arak.
"Shaoye, anda silahkan lihat!"
Dengan teliti, Jin Yuanbao memperhatikan merek yang tertera di segel guci arak itu, setelah itu ia mengambil botol arak dan mencium isinya dengan seksama, menuang secawan arak dan dengan hati-hati mengawasinya, lalu berkata.
"Warnanya agak hijau muda, cairan araknya agak kental, kalau digoyanggoyangkan seperti air tenang di dalam kolam yang dalam; wanginya halus, seperti bau leci yang samar-samar, ini memang benar-benar Arak Yuye".
"Benar-benar seorang ahli sejati!"
Dengan kagum si Tua Mo mengangkat jempolnya.
"Bagaimana, setelah shaoye menilainya, apakah shao furen sekarang percaya? Kalian berdua silahkan menikmatinya!"
Setelah berbicara, ia mengundurkan diri sambil tersenyum, lalu menutup pintu.
"Aku pasti ingin mencicipi arak yang begitu lezat!"
Sambil berbicara, Yu Qilin menjulurkan tangannya, hendak menuangkan secawan arak. Namun tak nyana, begitu ia mengangkat tangannya, Jin Yuanbao langsung menahannya, dengan wajah curiga ia berkata.
"Jangan minum arak ini! Setiap tahun produksi Arak Yuye sangat sedikit, beberapa puluh guci arak hasil produksinya kalau tidak dibawa ke istana, dihadiahkan pada pangeranpangeran kerabat kaisar, orang biasa yang punya uang tak bisa membelinya.....bagaimana guci Arak Yuye yang sebesar ini bisa muncul di penginapan kecil bobrok yang tak punya nama ini?"
"Hah?", Yu Qilin tertegun. Jin Yuanbao tak menjelaskan lebih lanjut, ia segera bangkit, cepat-cepat membuka pintu dan memburu turun dari loteng.
"Pasti ada sesuatu yang aneh, moga-moga belum terlambat!" Melihatnya, Yu Qilin tahu bahwa situasi sedang genting, ia segera mengikutinya.
"Arak ini tak boleh diminum!", sambil berlari turun tangga, Jin Yuanbao berteriak. Para jago silat sedang minum sepuasnya dengan riuh rendah, mereka tak bisa mendengar suara teriakan. Dengan cemas Jin Yuanbao berlari ke bawah, lalu memukul cawan arak di tangan kapten pasukan pengawal hingga jatuh, dengan gusar ia berkata.
"Arak ini tak boleh diminum!"
Dengan wajah terkejut, kapten pasukan pengawal memandangnya, wajahnya sudah nampak mabuk, dengan tergagap-gagap ia berkata.
"Shaoye......arak ini......enak sekali.....kau juga datang....."
Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya.
"Bruk!", ia pun ambruk ke lantai.
"A Wei!", Jin Yuanbao segera berjongkok dan memeriksanya, akan tetapi, sekarang para jago silat lainnya juga dengan susul menyusul ikut ambruk. Hanya tersisa dua orang jago silat yang minum lebih sedikit yang sekarang masih berdiri sambil terhuyung-huyung.
"Celaka!", Jin Yuanbao menerjang ke arah si Tua Mo.
"Ini siasat kejimu!"
Melihatnya, si Tua Mo bersama seorang pelayan cepat-cepat mundur ke meja kasir dan bersembunyi di baliknya.
Tepat pada saat itu, Pang Hu bertiga mengangkat senjata mereka dan menerjang masuk.
Pang Hu mengangkat pisau dapur di tangannya seraya berseru.
"Perampok! Perampok! Semua berdiri dan jangan bergerak, kalau tidak golok kami akan mengayun....."
Setelah itu ia menemukan para jago silat yang terkapar di lantai itu, ia tercengang, lalu berkata pada dirinya sendiri.
"Eh? Sudah ambruk semua? Kalau begitu semua menjadi lebih mudah, tak usah mengerahkan banyak tenaga". Melihat Pang Hu, Yu Qilin menghembuskan napas lega.
"Ternyata kalian yang melakukannya". Melihat kejadian itu, Pang Hu mengira bahwa semua ini adalah perbuatan Yu Qilin, ia menggunakan kesempatan itu untuk mendesak ke depan dan berkata.
"Benar, ini perbuatan si tua ini". Yu Qilin tersenyum dan berkata.
"Kau si maling gendut ini memang hebat, kau benar-benar menghabiskan seluruh uangmu!"
"Apa? Uang apa?"
Pang Hu kebingungan. Yu Qilin cepat-cepat mengedipkan sebelah matanya ke arah Pang Hu, lalu dengan suara pelan berkata pada Jin Yuanbao.
"Yuanbao, ayo cepat kabur". Apakah ketiga perampok ini bisa dipercaya? Jin Yuanbao memicingkan matanya dan memandang ketiga orang itu, diantara mereka ada yang gemuk, kurus, tinggi dan pendek, semua ada. Senjata di tangan mereka aneh, pisau dapur, pisau semangka.....dan masih ada.....apakah itu sebuah pacul? Mereka ini perampok-perampok bodoh dari mana? "Tidak". Dengan tegas Jin Yuanbao segera melangkah ke hadapan Pang Hu.
"Dunia aman dan damai, peraturan hukum sudah jelas, tapi kalian tiga perampok bodoh ini beraniberaninya membuat kekacauan di sini"
"Nyali bocah ini memang besar! Kau percaya tidak, aku bisa membacokmu sampai mati!". Setelah berbicara, Pang Hu berpura-pura hendak membacok, namun ia membacok dengan perlahan-lahan sambil mengedipkan sebelah matanya ke arah Yu Qilin. Yu Qilin cepat-cepat menarik lengan Jin Yuanbao, lalu menasehatinya.
"Seorang lelaki jantan harus menghindari kesulitan di depan mata, ayo cepat kabur!"
Jin Yuanbao tak hanya tak mendengarkan nasehatnya, tapi malahan mengibaskan tangan Yu Qilin, lalu melangkah ke depan dan berkata.
"Cepat berikan obat penawarnya!"
"Obat penawar? Obat penawar apa? Kau......kau jangan datang kemari. Kalau kau datang kemari kami akan benar-benar membacokmu, oh......", dengan ketakutan, Pang Hu mundur selangkah. Si Tua Mo dan si pelayan yang bersembunyi di belakang meja kasir merasa ada sesuatu yang tak beres. Si pelayan berbisik.
"Di luar, sepertinya ada sesuatu yang aneh....."
"Sst! Jangan bersuara!", si Tua Mo memarahinya, setelah itu dengan sembunyi-sembunyi ia mengintip dari sela-sela meja kasir. Ketiga jago silat yang belum mabuk bangkit, mereka menghunus golok yang tergantung di pinggang mereka, lalu dengan susah payah berseru ke arah Jin Yuanbao.
"Shaoye, jangan takut, kami dapat menangkap sampah-sampah masyarakat ini dengan mudah". Melihat mereka, Pang Hu makin gugup lagi, ia mengayunayunkan pisau dapurnya dengan sembarangan seraya berkata.
"Hei, jangan bertindak gegabah, kami akan membacok, kami benar-benar akan membacok!"
Sambil berbicara ia dengan sebisanya mengedipkan sebelah matanya ke arah Yu Qilin. Tepat pada saat itu.
"Brak!", pintu ditendang orang hingga terbuka, belasan orang yang juga memakai pakaian hitam yang serupa menerjang masuk, nampaknya mereka sangat ganas. Yu Qilin terkejut, ia bertanya pada Pang Hu.
"Kau memanggil bala bantuan?"
"Hah? Ini....."
Pang Hu kebingungan. Salah seorang diantara orang-orang bertopeng itu mempunyai parut bekas bacokan golok di sudut matanya, sepertinya ia adalah pemimpin mereka, ia menatap Pang Hu, melangkah ke depan, lalu dengan bengis bertanya.
"Kalian berasal dari mana?"
"Kalian berasal dari mana?", Pang Hu yang tak mengerti maksudnya balik bertanya. Pandangan mata si codet itu menyapu ruangan itu, lalu ia menarik si Tua Mo keluar dari balik meja kasir.
"Si Tua Mo, kau tak setia kawan, ternyata kau memanggil orang lain untuk berbagi rampasan!"
"Aku tidak.....", si Tua Mo berkali-kali menggoyang-goyangkan tangannya. Saat ini Yu Qilin merasa bahwa ada sesuatu yang agak aneh dengan si codet dan gerombolannya, ia segera melangkah ke depan dan bertanya.
"Apa kau mengambar parut di wajahmu untuk menakut-nakuti orang? Gambar ini terlalu kelihatan palsu....."
Sambil berbicara, ia menjulurkan tangannya dan menariknya.....
Si codet kontan menjerit kesakitan! "Asli?", Yu Qilin tertegun.
Si codet meraung dan menjulurkan tangannya, hendak menangkap Yu Qilin, di pergelangan tangannya nampak sebuah tato kalajengking dari tinta hitam.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tato itu! Hati Jin Yuanbao terkesiap, akan tetapi ia merasa cemas, kalau Yu Qilin sampai ditangkap mereka....
Akan tetapi, dalam sekejap mata, dirinyalah yang tercengang! Ketika tangan si codet yang hendak menangkap Yu Qilin itu mengayun ke belakang, Yu Qilin berbalik dan menendangnya, tendangan itu dengan telak mengenai dagunya, gerakannya gesit dan indah! Ketika Jin Yuanbao sedang tercengang, ketiga jago silat yang belum ambruk terkena obat bius telah ditendang hingga melayang jauh oleh anak buah si codet sehingga punggung mereka menghantam tembok keras-keras, mereka pun memuntahkan darah segar.
"Mereka sungguhan!", wajah Yu Qilin menjadi pucat pasi karena ketakutan. Melihat kejadian itu, Pang Hu baru paham apa yang terjadi, ia segera memberi isyarat dengan matanya kepada kedua kawannya, lalu berbisik.
"Mereka perampok sungguhan!"
Saat ini, si codet kesakitan, ia meraba dagunya yang berdarah terkena tendangan, lalu melambaikan tangannya seraya memberi perintah.
"Tangkap dia!"
Saat ini, kecuali Pang Hu bertiga, orang-orang bertopeng lainnya serentak menerjang ke arah Yu Qilin. Melihatnya, Pang Hu cepat-cepat kawannya.
"Lindungi laoda!"
Berbisik pada kedua Mereka semua bertarung dengan sengit.
Jin Yuanbao tercengang melihat Yu Qilin dengan gesit serentak berkelahi dengan lima atau enam orang perampok, namun sama sekali tak berada di bawah angin, dalam benaknya berbagai pikiran pun muncul dengan bersamaan.
Bagaimana Jiang Xiaoxuan dapat bersilat? Menteri Besar Jiang adalah seorang pejabat sipil, kabarnya Jiang Xiaoxuan adalah seorang gadis dari keluarga terpandang, sama sekali tak pernah terdengar bahwa ia dapat bersilat.
Akan tetapi sekarang, ia jelas-jelas tak hanya dapat bersilat, tapi malahan seorang jago silat.....
Sekonyong-konyong, si codet berhasil meloloskan diri dari kepungan Pang Hu, dengan telapaknya ia memukul Pang Hu hingga terjatuh, lalu mengayunkan goloknya untuk menyerang Yu Qilin dengan sembunyi-sembunyi.
Melihat Yu Qilin dalam keadaan bahaya, Jin Yuanbao berteriak keras-keras.
"Berhenti! Bukuai ibu kota Jin Yuanbao berada di sini, kalian yang membantu para perampok telah melakukan pemberontakan bersenjata dan membuat kekacauan!"
Si codet tertegun.
"Jin Yuanbao?" Para perampok itu saling memandang, lalu segera memburu ke depan untuk menangkap Jin Yuanbao.
"Aiyo!"
Melihat keadaan itu, Jin Yuanbao cepat-cepat menghindar, dengan memanfaatkan perabotan dan tata letak ruangan itu, seperti tikus yang dikejar kucing, dengan cerdik dan lincah, ia bermain kejar-kejaran dengan para perampok itu.
Akan tetapi, walaupun ia cerdik dan waspada, ia tak dapat melawan si codet dan kawan-kawannya, sedikit demi sedikit ia jatuh di bawah angin.
Melihat keadaan itu, Yu Qilin menendang dua orang perampok di hadapan Jin Yuanbao hingga terjatuh, menjulurkan kakinya untuk mengaet kursi di samping dirinya, lalu menendangnya, sehingga kursi itu melesat ke arah si codet.
Si codet tak berjaga-jaga, kursi itu dengan telak menghantam wajahnya, seketika itu juga darah mengalir, si codet menutupi wajahnya dan berjalan dengan terhuyung-huyung beberapa langkah, lalu mundur.
Setelah menendang si codet, Yu Qilin kembali melompat, dengan susul-menyusul kakinya menendang para perampok itu dengan sebat, setelah itu ia menyelamatkan Jin Yuanbao, mendorong Jin Yuanbao keluar, lalu melarikan diri.
Dengan geram si codet menarik kain penutup wajahnya yang telah robek, lalu mengayunkan goloknya dan mengejar mereka, Yu Qilin cepat-cepat mendorong Jin Yuanbao dan membantunya menangkis golok si codet yang datang membacok.
Tiba-tiba Yu Qilin merasa nyeri, kakinya terkena tendangan si codet itu.
Jin Yuanbao menggunakan kesempatan itu untuk menarik Yu Qilin dan menerjang keluar.
Sebelum mereka berlari jauh, Yu Qilin mengibaskan tangan Jin Yuanbao, lalu berkata.
"Kalau kita melarikan diri seperti ini, bagaimana dengan yang lainnya?"
Jin Yuanbao cepat-cepat mencengkeram tangan Yu Qilin, dan terus menarik tangannya, sambil berlari ia menjelaskan.
"Apa kau belum paham juga? Bala bantuan itu menyerangku, setelah aku kabur, orang-orang lainnya akan aman".
"Tapi....."
"Tapi apa? Cepat naik kereta!"
Jin Yuanbao berlari sampai ke samping kereta, lalu secepat kilat masuk ke dalamnya. Yu Qilin juga ikut naik ke kereta. Jin Yuanbao memandang tali kekang, ia tertegun sejenak, menjejalkan tali kekang itu ke dalam pelukan Yu Qilin, lalu berkata.
"Cepat, kemudikan kereta!"
Yu Qilin kebingungan. "Aku tak bisa!", Jin Yuanbao cepat-cepat memberi penjelasan.
"Oh!"
Yu Qilin segera duduk di depan kereta, lalu menarik tali kekang kuat-kuat.
"Jalan!"
Kereta kuda itu pun menerjang keluar dari gerbang penginapan. Di dalam penginapan, setelah Pang Hu bertiga melihat mereka berdua telah melarikan diri, ia segera berteriak keras-keras.
"Celaka, bahaya!"
Setelah itu, mereka bertiga mengeluarkan tepung terigu dan bubuk merica yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan menebarkannya! Dalam sekejap bubuk merica berterbangan di udara, para perampok tersedak atau terbatuk-batuk, atau menangis hingga air mata mereka bercucuran, selain itu tepung terigu pun bagai bom asap, sehingga untuk sesaat orang tak bisa melihat dengan jelas.
Pang Hu dan yang lainnya memanfaatkan kesempatan ini untuk cepat-cepat berlari keluar, selagi berlari, mereka tak lupa menebarkan paku segitiga di atas tanah......
Hujan rintik-rintik turun dari langit, mereka berdua duduk dalam satu kereta, bagai anak panah yang meninggalkan busurnya, di tengah kegelapan malam kereta itu berjalan dengan cepat di jalan pengunungan.
Jin Yuanbao menjulurkan kepalanya dan kebetulan melihat wajah Yu Qilin yang jelita namun gagah berani.
Gerimis yang bagai kabut jatuh dari angkasa, jatuh di atas rambutnya, sehingga membentuk butir-butir air kecil yang terpecah-pecah, ia memacu kuda dengan wajah yang begitu penuh konsentrasi dan bersungguh-sungguh, tak nyana bertekad kuat seperti seorang lelaki.
Punggungnya telah menjadi merah tua terkena darah segar, dengan samar-samar mulut lukanya yang menganga dapat terlihat.....
Jin Yuanbao, yang tersentuh hatinya, merasa pedih, ternyata ia tak tahan melihatnya.
Untuk pertama kalinya......Jin Yuanbao yang selalu percaya diri untuk pertama kalinya merasa rendah diri, sebuah rasa rendah diri yang mendalam, yang disebabkan karena dirinya tak berdaya.
Dirinya ternyata tak bisa melindungi perempuan di hadapannya ini, bahkan sampai dialah yang malah melindungi dirinya.....
Ini benar-benar sebuah lelucon.
Harga diri Jin Yuanbao terpukul.
Ia perlahan-lahan memusatkan pandangannya, diam-diam memandang ke dalam kereta, seorang diri mencicipi perasaan pahit dan heran dalam hatinya.
Saat fajar menyingsing, riak air sungai di kejauhan yang diselimuti kabut bersamaan dengan berderapnya kaki kuda makin lama makin dekat.
Yu Qilin mendekatkan kereta ke tepi sungai, lalu berpaling ke belakang, setelah melihat tak ada orang yang membuntuti, dengan lega barulah ia menghentikan kereta itu di tepi sungai, lalu melompat turun dari kereta.
Ia melangkah ke tepi sungai dan berjongkok, berpikir sejenak, lalu berpaling memandang Jin Yuanbao yang telah turun dari kereta dan berkata.
"Kau berbaliklah". Melihatnya, Jin Yuanbao mengepalkan tangannya erat-erat, lalu berbalik dan melangkah ke kereta.
"Kau tak boleh mengintip!", Yu Qilin berseru. Mendengar perkataannya itu, tak nyana Jin Yuanbao tak hendak membantah, ia langsung naik ke kereta. Setelah itu, Yu Qilin barulah dengan lega membuka bajunya. Luka terkena bacokan golok di bahunya tak dalam, tapi mengalirkan banyak darah. Dengan amat hati-hati, ia membuka baju di sekitar lukanya, dan juga dengan amat hati-hati menarik keluar serat-serat yang menempel di dalamnya, ia berpikir sejenak, namun ketika ia baru saja hendak merobek baju untuk membalut lukanya, Jin Yuanbao sekonyong-konyong turun dari kereta. Begitu mendengar suara langkah kakinya itu, Yu Qilin cepatcepat menoleh, sambil menutupi bahunya ia berseru.
"Kau mau apa!"
Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, sambil membawa sepoci arak dan beberapa lembar perban putih, ia berjalan ke hadapannya, lalu berjongkok.
"Kau......", Yu Qilin berusaha menghindar.
"Aku sendiri akan....."
"Jangan bergerak!", Jin Yuanbao dengan tegas memerintahnya, akan tetapi nada suaranya amat lembut, setelah itu ia membasahi sehelai kain dengan arak dan membersihkan lukanya.
"Kenapa kau bisa punya perban?"
"Setiap kali pergi keluar rumah aku selalu mempersiapkannya". Setelah berbicara, Jin Yuanbao mendorong kepala Yu Qilin hingga berpaling.
"Jangan lihat!"
"Oh.....", Yu Qilin memandangnya. memalingkan kepalanya dan tak Jin Yuanbao jelas belum pernah menangani luka, gerakannya agak canggung, bahkan jari-jarinya agak gemetar..... Akan tetapi, Yu Qilin terus menggertakkan giginya, sama sekali tak bersuara. Ketika Jin Yuanbao membasuh lukanya dengan arak, secara naluriah ia menarik napas dalam-dalam. "Apakah aku membuatmu kesakitan?", dengan agak tegang Jin Yuanbao bertanya.
"Tak apa-apa......"
Yu Qilin menggeleng-geleng, namun ia tak dapat menyembunyikan wajahnya yang pucat pasi.
Walaupun saat mengejar pencuri dan perampok Jin Yuanbao sudah pernah terluka, akan tetapi ia belum pernah secara pribadi merawat luka, ia berusaha untuk membalut luka Yu Qilin, namun setelah melakukannya beberapa kali, ia tetap tak dapat melakukannya dengan baik.
"Aku saja!", Yu Qilin berusaha menahan tawa, ia mengambil sehelai perban bersih, lalu mengangsurkannya kepada Jin Yuanbao.
"Peganglah". Jin Yuanbao menerima secarik kain itu. Setelah itu, dengan menggunakan satu tangan, Yu Qilin membalut lukanya dengan lincah. Dengan terpana Jin Yuanbao melihat gerakan tangannya, melihat dahinya yang karena menahan sakit mengeluarkan keringat, melihatnya yang sama sekali tak mempunyai rasa panik atau kelemahan seorang wanita, melihat kekuatannya..... Yu Qilin menyadari bahwa napas Jin Yuanbao agak tertahantahan, seperti sedang tegang, maka ia segera membelalakkan matanya dan bertanya.
"Untuk apa kau menatapku?" Mendengar pertanyaannya yang begitu tiba-tiba, Jin Yuanbao merasa seakan sedang tertangkap basah, tanpa berpaling, dengan cepat dan keras kepala ia membalas.
"Kapan aku melihatmu?"
"Barusan ini kau jelas-jelas melihatku!"
"Aku......", Jin Yuanbao mencari alasan.
"Aku cuma merasa ada sesuatu yang agak aneh!"
Aneh? Kena kau, ketahuan kau! Mata Yu Qilin bergulir, dengan agak jengah ia berkata.
"Apanya yang aneh?"
"Yang aneh adalah......", Jin Yuanbao berpikir untuk beberapa saat, lalu tiba-tiba menengadah, dengan penuh rasa kemenangan ia pun bertanya.
"Putri Keluarga Jiang ternyata dapat bersilat, apakah ini tidak aneh?"
Ternyata....Yu Qilin yang terkena sindiran berpura-pura santai dan berkata.
"Kau tahu apa? Hal itu ada sebabnya....."
Jin Yuanbao mengangkat alisnya.
"Oh, ya? Ceritakanlah padaku". Yu Qilin menghela napas panjang, lalu berkata.
"Sejak kecil tubuhku sakit-sakitan dan tak dapat disembuhkan, sebelum berumur delapan tahun aku telah beberapa kali sakit parah dan hampir meninggal dunia, untuk menyelamatkan nyawaku, orang tuaku memanggil guru untuk mengajariku ilmu silat, sebenarnya tujuannya adalah untuk memperkuat tubuh, maka aku boleh berlatih dengan sesuka hatiku, akan tetapi ternyata aku sangat menyukainya, di hari-hari terdingin musim dingin, dan di hari-hari terpanas musim panas, aku berlatih, setelah setiap hari berlatih dengan rajin, penyakitku tak hanya perlahan-lahan menghilang, namun aku juga belajar sedikit ilmu untuk membela diri".
"Hah?", Jin Yuanbao merasa agak geli, ia melirik Yu Qilin, lalu berkata.
"Dengan watakmu yang seperti ini, kalau kau berlatih silat, kau akan sangat mudah celaka!"
"Memangnya kenapa?"
Yu Qilin mencibir.
"Kau sebal padaku? Kalaupun kau sebal padaku sudah terlambat".
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Memang sudah terlambat, seorang gadis yang kasar dan keras kepala sepertimu baru bisa menikah kalau dinikahkan atas perintah kekaisaran".
"Jin Yuanbao!", Yu Qilin mendadak bangkit, akan tetapi karena tertarik, luka di bahu kirinya terasa nyeri, maka ia segera menutupi lukanya, ia pun meringis kesakitan dan tak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat wajahnya yang kesakitan, Jin Yuanbao menahan dirinya dan dengan lembut memayangnya. Tepi sungai itu penuh batu-batu bulat dan lumpur yang lunak, mereka berdua pun berjalan dengan tertatih-tatih ke kereta kuda. Tiba-tiba, karena tak berjaga-jaga, Jin Yuanbao menginjak sebutir batu dan terpeleset, sehingga kakinya terkilir. Dengan gesit, Yu Qilin menariknya, lalu dengan penuh perhatian ia bertanya.
"Kakimu tak apa-apa?"
Jin Yuanbao segera bangkit, melirik lukanya, lalu menyembunyikan rasa sakit di kakinya dan dengan bandel berkata.
"Memangnya kenapa? Tak usah terlalu membesarbesarkan masalah sepele". Sekonyong-konyong, dari hutan di tepi sungai itu sekawanan burung terbang, seakan dikejutkan oleh sesuatu. Mereka berdua saling memandang, dalam sekejap raut wajah mereka berubah, dengan serentak mereka berseru.
"Mereka berhasil mengejar kita!"
Jin Yuanbao cepat-cepat menarik Yu Qilin dan lari secepatcepatnya ke kereta.
Karena tergesa-gesa berlari, Yu Qilin tak memperhatikan bahwa langkah kaki Jin Yuanbao agak terpincang-pincang.
Mereka berlari ke samping kereta, lalu melompat masuk.
Yu Qilin mengenggam tali kekang erat-erat, lalu melarikan kereta dengan cepat.
Akan tetapi sebelum mereka berjalan jauh, Jin Yuanbao mendadak berseru.
"Berhenti! Berhenti!"
Yu Qilin segera menghentikan kereta. Jin Yuanbao segera melompat turun dari kereta, lalu berjalan ke belakang kereta. Melihatnya, Yu Qilin pun ikut melompat turun untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa?"
Yu Qilin bertanya. Jin Yuanbao menunjuk bekas-bekas roda kereta di atas tanah, lalu berkata.
"Kau lihat, ini....."
"Pantas saja mereka dapat mengejar kita!", Yu Qilin mendadak tersadar.
"Kalau kita seperti ini kita akan tak berdaya. Apakah kereta kuda rusak kita dapat menggungguli begitu banyak perampok berkuda?"
"Kalau begitu bagaimana?"
Jin Yuanbao mempelajari keadaan di sekitar mereka......
Jalan ini bercabang tiga, cabang yang pertama menuju ke ibu kota, yang satu lagi entah menuju ke mana.....
Yu Qilin melihat bahwa di wajahnya yang biasanya sinis, muncul ekspresi bersungguh-sungguh yang jarang terlihat, mau tak mau dirinya pun menghela napas dengan penuh perasaan.
"Aku tahu!", Jin Yuanbao tiba-tiba berseru, setelah itu ia melangkah dengan cepat ke sisi kereta, melepaskan kekang kedua kuda itu, lalu mencambuk pantat mereka keras-keras. Kedua kuda bagus itu meringkik, lalu berlari ke jalan di sebelah kanan dan meninggalkan dua pasang jejak kaki kuda di atas tanah yang nampak dengan jelas.
"Kau ini....."
Yu Qilin sangat kebingungan.
"Kalau tak punya kuda kita lebih-lebih lagi tak bisa meloloskan diri dari mereka!"
"Jangan bicara, cepat bantu aku!"
Dengan sekuat tenaga, Jin Yuanbao mendorong kereta ke persimpangan jalan sebelah kiri.
Melihatnya, walaupun tak mengerti alasannya, Yu Qilin segera dengan patuh membantunya, akan tetapi bahu kanannya terasa nyeri, sehingga ia tak dapat mengerahkan seluruh tenaganya.
Setelah mereka berdua dengan susah payah mendorong kereta itu ke persimpangan jalan, Jin Yuanbao mengangsurkan tangannya dan mencengkeram tangan Yu Qilin, setelah menariknya ke balik sebuah semak-semak, ia berjongkok dan bersembunyi.
"Beres, sekarang kita lihat apa yang terjadi". Ketika mereka berdua baru saja bersembunyi, suara derap kaki kuda pun terdengar. Si codet yang memimpin segerombolan orang yang mencambuki kuda tunggangan mereka datang mengejar. Ketika tiba di persimpangan jalan, si codet mengayunkan tangannya dan berseru.
"Berhenti!" Para perampok itu menghentikan kuda mereka, lalu turun dari kuda. Diantara mereka ada yang tubuhnya penuh bubuk berwarna putih, ada juga yang matanya merah, dan beberapa yang berjalan dengan terpincang-pincang, seakan kaki mereka terluka. Melihat mereka, Yu Qilin menutup mulutnya menahan tawa, rupanya kebiasaan Pang Hu yang gemar melemparkan bubuk merica dan paku segitiga ketika melarikan diri belum berubah, orang-orang ini jelas telah terkena tipu muslihatnya. Si codet turun dari kuda, lalu memeriksa keadaan di sekelilingnya, setelah itu ia melangkah ke depan kereta dan membuka tirainya, akan tetapi ternyata kereta itu kosong melompong.
"Keparat! Sudah kabur?"
Dengan wajah gusar si codet berseru kepada para perampok itu.
"Kenapa kalian belum mengejar juga! Kalau sampai tuan muda Keluarga Jin lepas, bawa kepala kalian untuk melapor padaku!"
Dengan tegang Jin Yuanbao dan Yu Qilin bersembunyi di balik semak-semak sambil menahan napas mereka. Karena amat tegang, tanpa sadar mereka berdua saling bersandar dengan erat, tanpa terasa tangan mereka berdua pun saling mengenggam dengan erat.
"Laoda! Lihatlah!"
Seorang keroco berdiri menghadap jalan sebelah kanan sambil menunjuk. Si codet cepat-cepat berjalan menghampirinya, lalu membungkuk dan memeriksanya dengan seksama, pandangan matanya perlahan-lahan maju ke depan mengikuti kedua jejak kaki kuda itu.
"Tentunya mereka berpikir bahwa kereta kuda mereka tak bisa mengungguli kuda tunggangan kita, maka mereka meninggalkan kereta dan menunggang kuda, lalu kabur lewat jalan sebelah kanan itu, cepat kejar!"
Begitu ia mengucapkan perkataan itu, ia langsung berlari kembali dengan secepat kilat dan melompat ke punggung kuda.
Para perampok lain ikut naik ke punggung kuda dengan gesit, tak lama kemudian, mereka telah menghilang tanpa bekas.
Setelah lama, Yu Qilin baru bertanya dengan suara pelan.
"Apakah mereka sudah pergi?"
Jin Yuanbao mendengarkan dengan mengangguk-angguk.
"Sudah pergi". seksama, lalu "Ah......", Yu Qilin menghembuskan napas panjang.
"Bagus sekali". Jin Yuanbao berpaling untuk memandangnya, namun tiba-tiba ia melihat bahwa ujung hidung Yu Qilin hampir bersentuhan dengan ujung hidungnya sendiri, selagi bernapas, ia dapat merasakan bahwa wangi dari tubuh Yu Qilin samar-samar berbau darah, kedua bau itu bersama-sama masuk ke dalam hidungnya sendiri. Hembusan napas Yu Qilin yang hangat kebetulan membelai rambutnya, dan membuatnya merinding. Yu Qilin pun tak menyangka bahwa ia akan tiba-tiba berpaling, ia terkejut, sepasang matanya yang basah terbelalak lebar-lebar. Setelah itu ia sadar bahwa tangan mereka berdua ternyata saling berpegangan dengan erat, maka ia cepat-cepat mengibaskan tangannya, pantatnya yang juga panas pun secepat kilat menerobos keluar dari tengah semak-semak. Yu Qilin berpura-pura tenang dan dengan santai melangkah ke depan. Jin Yuanbao juga ikut bangkit, batuk dengan pelan, mendehem, lalu memandangnya. Tiba-tiba, sudut-sudut bibirnya terangkat dan membentuk seulas senyuman, wajah Yu Qilin pun memerah.
"Baiklah, mereka sudah pergi". Jin Yuanbao menepuk-nepuk tubuhnya untuk meluruhkan potongan-potongan rumput dan tanah yang menempel.
"Ya.....oh.....", Yu Qilin merasa jengah dan tak memandangnya, ia pun berjalan sendiri dengan acuh tak acuh.
"Eh.....", Jin Yuanbao amat geli melihatnya.
"Kau salah jalan, di sini....."
Jin Yuanbao menunjuk jalan di sebelah kiri.
"Barusan ini mereka mengejar ke sebelah kanan". "Oh", dengan agak gugup Yu Qilin berbalik, setelah itu untuk menutupi kesalahannya ia berkata.
"Aku hanya ingin menyelidiki apakah mereka sudah benar-benar pergi".
"Benarkah?", Jin Yuanbao mengangkat alisnya.
"Benar!", dengan sangat tegas Yu Qilin berkata, lalu mengubah pokok pembicaraan dan memujinya.
"Tadi kau sangat pintar".
"Ini namanya Membuat Musuh Bingung Lalu Menyerang Dari Belakang", Jin Yuanbao mengetuk kepala Yu Qilin seraya bertanya.
"Masa kau putri Keluarga Jiang yang hebat tak mengetahuinya?"
"Aku.....tentu saja aku tahu!"
Tanpa mau mengakui kesalahannya, Yu Qilin berkata.
"Ayo cepat pergi, sebentar lagi mereka akan tahu dan kembali ke sini!"
Setelah berbicara ia berjalan ke depan dengan langkah-langkah lebar.
Hari ini ternyata cuaca baik, sambil membawa sebuah sangkar bambu, Liu Wenchao pergi ke tepi danau.
Sinar mentari terasa nyaman, ia menyambut sinarnya sambil bersandar pada langkan di tepi danau dan bermain dengan burung kenari di dalam sangkar bambu itu, hatinya benar-benar amat senang.
Tanpa Jin Yuanbao yang bagai duri dalam daging, hari-harinya di Wisma Jin jauh lebih menyenangkan.
Jin Yuanbao dan Yu Qilin sudah tiga hari 'pulang ke rumah mertua', kalau semuanya baik-baik saja, ia memperkirakan bahwa mereka sekarang telah tiba di Prefektur Jinan.
Saat ini, dengan tergopoh-gopoh, A Gui berlari mendatanginya, wajahnya amat tegang.
"Tuan....."
Dengan kemalas-malasan, Liu Wenchao berpaling dan memandangnya, sambil mengerutkan dahi, ia bertanya.
"Kenapa kau kebingungan begini?"
A Gui segera melangkah ke depan dan berkata.
"Si Tua Mo mengirim surat, semuanya kacau balau, mereka berhasil kabur".
"Apa?", Liu Wenchao terkejut, kerutan di dahinya makin dalam.
"Benar-benar tak berguna. Dahulu si Tua Mo selalu dapat diandalkan, kalaupun tak memakai arak obat, ia juga bisa membereskan beberapa jago silat kantong nasi itu, bagaimana bisa sampai lepas kendali seperti ini!"
A Gui berkata.
"Pada mulanya semua dapat dikendalikan dengan baik, akan tetapi tak nyana kemudian datang beberapa orang tak dikenal yang mengacau, sehingga suami istri Jin Yuanbao dapat mengambil kesempatan dalam kekacauan itu untuk melarikan diri".
"Orang yang tak dikenal? Dari mana datangnya?"
Liu Wenchao amat heran. A Gui menggeleng-geleng, lalu mengumam.
"Hamba juga tak tak tahu siapa yang menyuruh para pengacau itu.....hanya ada sebuah masalah....."
Bagaimana bisa ada sebuah masalah lagi......suasana hati Liu Wenchao makin buruk.
"Katakanlah!"
"Nyonya muda, ia bisa bersilat!" "Oh?", untuk sesaat Liu Wenchao merasa hal itu sesuatu yang tak terduga, namun juga bukan sesuatu yang sama sekali tak terduga.
"Apakah informasi ini dapat dipercaya?"
"Dapat dipercaya. Si codet terluka di tangannya". Liu Wenchao berpikir sejenak, lalu berkata.
"Di malam sebelum upacara pernikahan ketika aku pergi ke penginapan untuk membunuh Jiang Xiaoxuan, aku memang berjumpa dengan seorang jago yang melawanku.....A Gui, cepat suruh orang mengejar mereka, pastikan bahwa mereka dapat menangkap Jin Yuanbao, ingat, jangan lukai nyonya muda!"
"Hal ini....."
A Gui berpikir sejenak, lalu dengan hati-hati memberi saran.
"Tuan, jangan-jangan sekarang tuan harus turun tangan sendiri". Wajah Liu Wenchao nampak enggan.
"Barusan ini hamba bertemu dengan.....Yang Mulia......"
A Gui menunduk dan berkata.
"Yang Mulia berkata bahwa daripada merahasiakan diri dan mengatur siasat dari belakang, beliau lebih suka langsung membereskan masalah ini......Yang Mulia juga berkata bahwa kita telah mengirim begitu banyak orang akan tetapi Jin Yuanbao dapat meloloskan diri, dari hal ini dapat dilihat bahwa kita tak cukup bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah ini". Mendengar perkataan ini, wajah Liu Wenchao menjadi begitu gelap sehingga seakan meneteskan tinta. Melihatnya, A Gui segera maju beberapa langkah, lalu menjura dan berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ampuni hamba, tuan, hamba hanya diberi perintah untuk menyampaikan pesan!"
Seketika itu juga, suasana di taman itu seakan membeku, sunyi senyap.
Tiba-tiba, di dalam sangkar di tangan Liu Wenchao, terdengarlah suara kicauan burung yang amat merdu.
Liu Wenchao perlahan-lahan tersadar, ia melirik burung kenari di tangannya, lalu tersenyum hambar dan berkata.
"Begitu juga baik, kalau orang lain yang bertindak, tidak bisa dipercaya seperti kalau kita sendiri yang bertindak". Setelah berbicara, dengan enteng ia melemparkan burung kenari itu ke dalam danau..... Yu Qilin dan Jin Yuanbao bersembunyi di dalam hutan selama beberapa lama, setelah melihat bahwa mereka benar-benar tak kembali lagi, mereka baru keluar. Yu Qilin memandang persimpangan jalan itu, lalu melangkah ke jalan di kiri yang sudah dikenalnya.
"Kau salah jalan", Jin Yuanbao menghadangnya.
"Tidak salah!", Yu Qilin menunjuk papan penunjuk jalan.
"Jalan ini menuju ke Nanjing". Jin Yuanbao menggeleng-geleng.
"Kita tak pergi ke Nanjing, kita akan pulang ke ibu kota".
"Apa? Kembali?", Yu Qilin terkejut, ia merasa bimbang. "Omong kosong!", Jin Yuanbao memelototinya.
"Sebuah masalah besar telah terjadi, kalau tidak kembali, apa kau mau menunggu maut di tengah hutan belantara ini?"
Yu Qilin menunduk, berpikir sejenak, lalu mengangkat kepalanya.
"Yuanbao, kalau kita kembali ke kota bahaya akan makin besar, bala bantuan perampok itu mungkin datang dari ibu kota, kalau kita kembali kita akan masuk perangkap". Jin Yuanbao mendengus.
"Kita sudah menempuh perjalanan tiga hari lamanya, sekarang kita juga sudah melewatkan setengah hari di dalam hutan ini, kita hanya berjarak tiga atau lima ratus li dari ibu kota, sedangkan jarak ke Nanjing masih seribu li, jelas bahwa pergi ke Nanjing lebih berbahaya, tak usah bicara lagi, kita kembali ke ibu kota!"
"Tapi kita sudah berjalan sejauh ini, tanpa bertemu ibu, bagaimana kita bisa kembali?"
Sambil mengerutkan dahinya, Jin Yuanbao berkata.
"Menurutku, kau ini sangat keras kepala".
"Aku memang keras kepala, katanya pulang ke rumah mertua, kalau belum pulang ke rumah ibu, bagaimana bisa disebut pulang ke rumah mertua?"
Yu Qilin mencibir sambil mengerutu pada dirinya sendiri. Jin Yuanbao merasa gusar.
"Kau tak mempertimbangkan keadaan kita saat ini, apakah kita berdua dapat berjalan sampai ke Nanjing?" "Bisa!", Yu Qilin berkata dengan sangat yakin. Jin Yuanbao mengulirkan matanya.
"Apa kau tahu bagaimana babi mati?"
"Tak tahu".
"Benar, babi juga tak tahu". Yu Qilin tertegun, ia hendak membalas, namun ia hanya dapat melontarkan sepatah kata.
"Kau......"
"Aku sudah memutuskan untuk pulang ke ibu kota, kau mau ikut aku atau tidak, terserah kau sendiri!"
Begitu selesai berbicara, Jin Yuanbao berjalan pergi dengan terpincang-pincang.
"Hei! Kembali! Jin Yuanbao, aku menyuruhmu kembali!", Yu Qilin masih tak beranjak dari tempatnya. Jin Yuanbao tak menghiraukannya, ia mengayunkan tangannya dan terus berjalan ke depan. Dengan gusar Yu Qilin menghentakkan kakinya.
"Bagus, kau pergilah! Kita jalan sendiri-sendiri!"
Sambil berbicara, ia berjalan di jalan yang menuju ke Nanjing, namun ia berjalan dengan amat perlahan.
Setelah menunggu beberapa lama, Yu Qilin tak nampak kembali juga, Jin Yuanbao berpaling, namun nampaknya Yu Qilin memang sudah bertekad untuk kembali ke Nanjing, ia tak bisa berbuat apa-apa, sambil diam-diam memaki, ia berbalik dan dengan terpincang-pincang menyusulnya.
Dengan puas diri, Yu Qilin tersenyum lebar.
Melihatnya, Jin Yuanbao cepat-cepat berpaling, dengan wajah kesal, ia berkata.
"Kau jangan mengira kalau aku ingin menemanimu pergi ke Nanjing, akan tetapi kau ini impulsif, otakmu dungu, watakmu berangasan, kalau aku tak mengawasimu dan terjadi apa-apa, bukankah aku si tuan muda Wisma Jin ini harus bertindak?"
Karena tujuannya telah tercapai, suasana hati Yu Qilin amat baik, ia langsung mengangguk sambil sedikit membungkuk dan berkata.
"Benar, benar, benar! Di sepanjang perjalanan ini aku akan sangat bergantung pada Tuan Muda Jin!"
"Tapi.....aku punya sebuah masalah.....", Jin Yuanbao menunjuk kakinya.
"Bagaimana kita akan pergi? Jaraknya seribu li lebih, kau tak sungguh-sungguh hendak menempuhnya dengan hanya mengandalkan sepasang kaki saja, bukan?"
Eh, sepertinya ini benar-benar sebuah masalah. Yu Qilin berpikir sejenak, lalu berkata dengan girang.
"Kita punya kereta kuda!"
Jin Yuanbao mengikuti pandangan matanya, kereta kuda itu tergolek miring di tepi jalan. Sudut-sudut mata Jin Yuanbao berkedut.
"Nona Besar Jiang Xiaoxuan, mohon beritahu aku, bagaimana kita bisa naik kereta kalau kita punya kereta tapi tak punya kuda?" Yu Qilin berpikir sejenak, lalu berkata dengan enteng.
"
Aku akan menarikmu". Sambil berbicara, ia mengangkat tongkat penarik kereta, memasang tali kekang kuda di bahunya yang tak terluka, lalu mencoba menariknya.
"Hei! Jiang Xiaoxuan!"
Jin Yuanbao dengan cepat mendekatinya, lalu mengangsurkan tangannya dan meraba dahinya.
"Kau tak sakit, kan?"
Yu Qilin cepat-cepat menghindar.
"Jangan macam-macam! Cepat naik kereta!"
Akan tetapi Jin Yuanbao masih berdiri dengan tenang di tempatnya semula, ia menatap Yu Qilin, sama sekali tak bergeming. Yu Qilin berpaling memandangnya, lalu dengan acuh tak acuh melambaikan tangannya seraya mendesaknya.
"Cepat sedikit! Ini kan cuma menarik kereta, bukankah katamu tenagaku sangat kuat?"
Perempuan idiot.
Jin Yuanbao memelototinya, lalu tak lagi menghiraukannya, sambil terpincang-pincang ia melangkah ke depan.
Melihatnya, Yu Qilin langsung merasa cemas, sambil menarik kereta, ia mengejarnya, lalu mencengkeram lengan baju Jin Yuanbao erat-erat.
"Kau pikir aku dengan senang hati menarik kereta untukmu? Karena kau berjalan dengan terpincangpincang, begitu gerombolan perampok itu berhasil mengejar kita, habislah kita berdua! Kalau kau tak ingin mencelakaiku, cepatlah naik ke kereta!"
Jin Yuanbao berhenti dan memandangnya, dadanya naik turun, memang benar, hanya mengambil beberapa langkah seperti ini saja ia sudah begitu kesakitan sehingga seakan tak bisa berjalan lagi....
Yu Qilin terus menatapnya, tak bergeming.
Ekspresi wajahnya penuh tekad, penuh kesungguhan, penuh keberanian.
Jin Yuanbao menunduk, lalu perlahan-lahan mengangguk dengan berat hati.
Melihat tindakannya itu, Yu Qilin tersenyum girang, ia menepuknepuk tongkat penarik kereta seraya berkata.
"Tuan Muda Jin, ada hal yang penting dan kurang penting, sekarang hal yang terpenting adalah menyelamatkan diri, cepat naik kereta!"
Tanpa berkata apa-apa, Jin Yuanbao merayap ke atas kereta, lalu duduk dengan raut wajah kaku.
Yu Qilin menghembuskan napas, lalu dengan sekuat tenaga menarik kereta itu ke depan, namun tak nyana walaupun hanya bertambah seorang saja, kereta itu menjadi jauh lebih berat.....
Melihat punggung Yu Qilin yang membungkuk untuk menarik kereta dengan sekuat tenaga, raut wajah Jin Yuanbao nampak rumit, ia nampak iba dan juga nampak malu, tangannya perlahan-lahan mengepal erat-erat.
Setelah berjalan beberapa lama, akhirnya Jin Yuanbao tak tahan lagi, dengan jengah ia berkata.
"Apakah karena sewaktu kecil kau belajar sedikit kungfu kucing kaki tiga, kau lantas merasa dapat melakukan apapun juga? Menurutku kau lebih baik cepatcepat berbalik dan pulang ke ibu kota". Namun tanpa berpaling Yu Qilin melontarkan sebuah perkataan.
"Aku ingin pergi ke Nanjing". Perempuan ini, benar-benar menyebalkan! Dengan napas memburu, Jin Yuanbao berkata.
"Kau ini benar-benar keras kepala! Kalau kali ini kita tak bisa pergi ke sana, bukankah lain kali masih bisa?"
"Aku tak perduli. Pokoknya aku ingin pulang ke Nanjing". Setelah berbicara, Yu Qilin mengerahkan tenaga yang makin besar untuk menarik kereta. Jalan yang tadinya landai, sekarang menjadi terjal, selagi mengerahkan tenaga, luka di bahu Yu Qilin perlahan-lahan kembali terbuka, darah sedikit demi sedikit mengalir keluar. Melihat perban yang perlahan-lahan memerah karena darah itu, hati Jin Yuanbao makin lama makin tersentuh, ia segera berseru.
"Jiang Xiaoxuan, kau kuperintahkan untuk segera berhenti!"
"Kenapa?", tanpa ragu-ragu sedikitpun Yu Qilin menolak.
"Aku tak mau berhenti!"
Jin Yuanbao mengertakkan giginya, namun masih tetap berkata, "Lihatlah, bukankah kau menarik kereta rusak? Sudah terguncang-guncang, lambat lagi, jauh kalau dibandingakan dengan hanxue baoma milik keluarga kami, aku ingin pulang ke ibu kota, tak ingin menumpang kereta rusakmu, ayo cepat berhenti!"
Orang macam apa ini! Dia enak-enakan duduk, tapi masih cerewet saja! Yu Qilin kecewa sekaligus geram.
"Tuan besar, kau duduk saja di kereta, tak usah beromong kosong!"
Jin Yuanbao meliriknya, lalu langsung menerobos keluar kereta, rupanya ia hendak meloncat turun dari kereta. Ketika Yu Qilin mengetahuinya, ia menjerit kaget, ia berbalik, hendak mendorong Jin Yuanbao ke dalam, teriaknya.
"Apa kau ingin kakimu yang satu lagi menjadi pincang juga?"
Selagi berbicara ia lupa melihat jalan. Akan tetapi tak nyana, sekarang mereka telah tiba di puncak bukit, di depan mereka nampak lereng menurun yang curam, dan kereta itu pun serta merta tergelincir ke bawah.....
"Awas!", Jin Yuanbao amat terkejut, ia berusaha mati-matian untuk menarik Yu Qilin ke dalam kereta untuk melindunginya. Kereta itu semakin lama berjalan semakin cepat, mereka pun semakin lama semakin cemas, akan tetapi mereka sama sekali tak dapat menghentikannya. Mereka berdua saling berpelukan erat-erat di dalam kereta, kebingungan karena terguncang-guncang. Akhirnya.
"Bruk!", dengan suara berdebam, kereta kuda itu pun menabrak sebuah batu besar keras-keras, mereka berdua cepat-cepat keluar dari kereta dan terjatuh ke tengah semaksemak, sedangkan kereta kuda itu lalu terbalik. Dengan terengah-engah, mereka berdua terduduk, lalu saling memandang, rambut mereka berdua berantakan, sedangkan penmpilan mereka menjadi sangat luar biasa. Dan kereta kuda itu pun ambruk ke tengah semak-semak, sebuah rodanya terjatuh di atas tanah. Jin Yuanbao menatap roda kereta itu, diam-diam ia merasa girang, ia menghembuskan napas lega, namun melirik Yu Qilin dengan dingin.
"Jangan katakan padaku bahwa kau tak cuma bisa bersilat tapi juga bisa memperbaiki kereta". Yu Qilin malas menanggapinya, ia menepuk-nepuk tanah dan potongan-potongan rumput di tubuhnya, bangkit, melangkah ke sisi kereta, lalu dengan sekuat tenaga mendorong roda kereta, berusaha untuk memasangnya.
"Jiang Xiaoxuan, apa yang kau lakukan!"
"Memperbaiki kereta!", dengan kesal Yu Qilin menjawab, setelah berhasil menegakkan roda kereta, sambil terengah-engah ia menoleh, ternyata, sambil mengulum sebilah rumput, Jin Yuanbao sedang menontonnya dengan asyik, maka ia pun menjadi kesal.
"Hei! Jangan menonton saja, cepat bantu aku!"
"Terlalu sulit!", Jin Yuanbao berteriak. "Kau!"
Yu Qilin naik pitam, kalau tak mau membantu tak apa, tapi ia juga masih menyindirnya juga! "Aku tak percaya kau akan terus mencoba melakukannya".
"Sekali mencoba aku akan terus mencoba!"
Yu Qilin tak lagi memandangnya, ia berbalik dan berusaha memasang roda kereta, namun roda kereta itu tak bisa masuk ke asnya.
Yu Qilin tak putus asa, ia kembali mengangkat roda dan berusaha memasangnya, ia begitu lelah hingga kepalanya penuh keringat.
Setelah berusaha beberapa kali lagi, dengan susah payah ia berhasil memasang roda kereta itu, sambil menyeka keringat, ia memandang Jin Yuanbao dengan bangga.
"Lihatlah...."
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Akan tetapi, sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya.
"Bruk!", as kereta ambruk seluruhnya sedangkan rodanya sendiri terjatuh ke tanah dan hampir menimpa kakinya. Yu Qilin cepat-cepat menghindar, lalu dengan wajah masam ia menendang roda itu keras-keras. Entah kenapa, melihat raut wajah Yu Qilin yang gusar itu, Jin Yuanbao malahan tertawa, lalu berkata.
"Apa yang mau kau perlihatkan padaku?"
Melihat sudut-sudut matanya dan alisnya terangkat penuh senyuman, mendadak Yu Qilin ingin meninjunya.
"Kau masih menertawakanku?" Senyum di bibir Jin Yuanbao makin nampak nyata.
"Di sepanjang jalan kau membuka mataku lebar-lebar, sekarang akhirnya ada suatu hal yang tak dapat kau lakukan". Dengan gusar Yu Qilin menerjang Jin Yuanbao.
"Masih menyindir juga! Semua ini gara-gara kau!"
Sekilas rasa nyeri muncul di wajah Jin Yuanbao, tapi ia berusaha menahan diri, sambil memaksakan dirinya untuk tersenyum ia berkata.
"Aku sudah berkata bahwa aku tak mau duduk di kereta. Baiklah, ayo pergi!"
Setelah berbicara, ia berjalan dengan terpincang-pincang.
Apakah kakinya yang terkilir bertambah parah? Yu Qilin cepatcepat menghampirinya, ia menariknya, lalu tanpa basa-basi ia membungkuk dan menggulung kaki celananya.
Keadaan di depan matanya sungguh mengejutkan.....
Pergelangan kaki kanan Jin Yuanbao telah membengkak, warnanya ungu kehitaman, karena lebam dan penuh bercak darah, pergelangannya itu nampak lebih parah dari luka di bahu Yu Qilin.
Luka di bahunya hanya luka ringan saja, akan tetapi kaki Jin Yuanbao yang terkilir dapat terluka sampai ke otot dan tulang.
Yu Qilin gusar sekaligus cemas.
"Siapa suruh loncat dari kereta! Coba lihat! Bengkak seperti kaki babi!" "Kaulah yang seperti kaki babi!"
Jin Yuanbao cepat-cepat menurunkan kaki celananya, dengan susah payah ia melangkah ke depan.
"Jangan beromong kosong, ayo cepat jalan!"
Melihat punggung Jin Yuanbao yang dengan susah payah melangkah, berbagai perasaan timbul dalam hati Yu Qilin, tak nyana si tuan muda yang rewel, ternyata begitu bertekad kuat di saat-saat sulit.....
Tiba-tiba, Jin Yuanbao terhuyung-huyung dan terjerembab, Yu Qilin cepat-cepat menghampirinya dan bertanya.
"Ada apa?"
"Tidak apa-apa!"
Jin Yuanbao ingin bagaimanapun juga, ia tak bisa bangkit. duduk, namun Yu Qilin menatapnya, lalu tanpa ragu-ragu sedikitpun, ia berjongkok di hadapannya.
"Apa yang kau lakukan?"
"Ayo jalan!"
Yu Qilin menepuk-nepuk punggungnya.
"Tak mau!"
"Omong kosong apa ini! Apa kau ingin kita berdua mati di sini?"
Yu Qilin tak lagi mendesaknya, dengan kuat ia mencengkeram kedua tangannya, lalu menyeretnya dengan paksa.
"Kau...."
Dengan kesal Jin Yuanbao berpaling. "Apakah kau menghindari punggungku karena merasa kursi joli Wisma Jin lebih empuk? Kuberitahu kau, tak ada gunanya menghindar. Siapa suruh kau pincang begini...."
Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, dengan patuh ia mengelendot di punggungnya.
Setengah jam kemudian, kepala Yu Qilin penuh butiran-butiran keringat yang menetes-netes dari kedua pelipisnya.
Melihat butiran-butiran keringat yang sebening kristal itu, Jin Yuanbao perlahan-lahan mengangsurkan tangannya, hendak membantunya menyeka keringat.
"Hei, kenapa kau tak berbicara? Bisakah tidak sepicik ini? Kau marah, ya?"
Tiba-tiba Yu Qilin bersuara. Jin Yuanbao cepat-cepat menarik tangannya.
"Kau terlalu ribut, aku kesal mendengarkannya".
"Kau ingin bertengkar? Kalau aku tak bicara padamu sepanjang belasan li jalan gunung ini, apakah kau ingin membuatku mati kebosanan?"
Mulut Yu Qilin mengomel, namun kakinya sama sekali tak berhenti melangkah ke depan dengan sekuat tenaga.
Setelah berjalan beberapa lama, rambut di tengkuk Yu Qilin menjadi lembab terkena butiran-butiran keringat, karena merasa tak nyaman, ia tak dapat menahan diri untuk tak menggeliatgeliatkan lehernya.
Melihatnya, Jin Yuanbao mengangkat tangannya dan mengangkat rambut Yu Qilin, membantunya menyeka keringat.
Rasa sejuk dan nyaman pun muncul, Yu Qilin merasa enak, dengan gembira ia berkata.
"Terima kasih". Jin Yuanbao menyindirnya.
"Dapat mengendong bukuai nomor satu ibu kota, hidupmu tak sia-sia".
"Dapat digendong olehku si nona ini, hidupmu tak sia-sia". Yu Qilin membalas. Dengan kesal Jin Yuanbao menegakkan tubuhnya, hendak membantah, Yu Qilin langsung merasakannya dan cepat-cepat berkata.
"Jangan bergerak sembarangan, berpeganganlah eraterat pada leherku, semakin banyak kau bergerak sembarangan, aku semakin lelah, mengerti?"
Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao tertegun, ia segera membungkuk, lalu mengumam pada dirinya sendiri dengan lirih.
"Jiang Xiaoxuan, kau benar-benar seorang polos yang tak tahu apa-apa".
"Apa?", Yu Qilin tak mendengarnya dengan jelas.
"Tak usah bertanya", balas Jin Yuanbao dengan hambar, akan tetapi ia sama sekali tak merasa bahwa suaranya sendiri mengandung kelembutan tak pernah terdengar sebelumnya..... Yu Qilin menggeleng dan terus berjalan, tiba-tiba, karena tak waspada ia menginjak sebutir batu bundar, kakinya terpeleset dan ia pun membawa Jin Yuanbao jatuh terguling-guling di lereng bukit! Untung saja rumput di tempat itu tebal, dan lereng itu pun tak curam, sehingga mereka dapat segera berhenti. Hanya saja...... Mereka memang berhasil berhenti, akan tetapi, entah secara kebetulan atau tidak, Jin Yuanbao ternyata menindih tubuhnya. Jin Yuanbao tertegun, ia merasakan sesuatu yang lunak di bawah dirinya, wajahnya memerah, dan untuk beberapa saat ia tak tahu harus berbuat apa, hanya memandangnya dengan bengong...... Mereka berdua saling menatap, jarak diantara mereka sangat dekat...... Yu Qilin tak berpaling, secara naluriah ia berhenti bernapas dan merasakan sebuah hembusan hawa hangat yang seakan membelai telinganya.
"Kau cepat bangun!"
Akan tetapi, Jin Yuanbao tak bergeming dan terus menatapnya. Wajahnya seakan terbakar oleh pandangan matanya yang panas membara, Yu Qilin merasa jantungnya mulai berdetak cepat.
"Apa......apa yang kau lakukan?"
Namun Jin Yuanbao masih tak bergeming.
Yu Qilin semakin gugup, ia menarik lehernya untuk menghindari hawa panas itu, ia menjulurkan tangannya untuk mendorongnya, tapi dalam sedetik, tangannya telah dicengkeram Jin Yuanbao erat-erat.
Yu Qilin terpana, pikirannya galau, otaknya segera menjadi kosong, secara naluriah ia berusaha meloloskan diri, namun setelah berusaha beberapa lama, ia tak bisa melepaskan diri, tubuhnya ditindih oleh Jin Yuanbao, ia hendak membalikkan tubuhnya, namun tak bisa bergerak, ia menyesal barusan ini mengendongnya, sehingga tenaganya hampir habis.
"Lepaskan aku......"
Napas Yu Qilin memburu, ia merasa panik, tanpa terasa bulu roma di lengannya pun berdiri.
"Yuan......Yuanbao......"
Tanpa mengandung nada memohon.
terasa, suaranya sendiri Jin Yuanbao memandangnya, lalu perlahan-lahan melepaskan cengkeramannya, dengan bertumpu pada tanah, ia pun bangkit......
Yu Qilin cepat-cepat berdiri, sekujur tubuh dan rambutnya berantakan, dengan jengah ia berjongkok, lalu menepuk-nepuk punggungnya.
"Ayo pergi!"
Akan tetapi, setelah beberapa saat masih tak terdengar suara gerakan, ia berpaling dan melihat bahwa Jin Yuanbao sedang memegang sebilah pisau dan mencari-cari dahan pohon yang sesuai. Yu Qilin tercengang.
"Dari mana kau mendapatkan pisau itu?"
"Ini barang peninggalan ayah, aku selalu membawanya", sambil berbicara Jin Yuanbao memotong sebatang dahan. Yu Qilin memandangnya, apakah ia hendak membuat sebuah tongkat? Setelah paham maksudnya, ia segera melangkah ke depan dan membantunya. Jin Yuanbao membuat sebatang tongkat sederhana, menyimpan pisau dengan hati-hati, lalu meliriknya.
"Baiklah, ayo berjalan!"
Kalau aku membiarkanmu mengendongku lagi, jangan-jangan kakiku ini akan benar-benar menjadi tak berguna!"
Sambil meleletkan lidahnya, Yu Qilin membuat mimik wajah lucu.
"Hah! Memangnya menurutmu aku suka mengendongmu?"
Saat senja, mereka berdua akhirnya melihat pemukiman yang sepi di kejauhan. Perut Jin Yuanbao keroncongan, Yu Qilin juga merasa agak lapar, mereka berjalan ke depan pintu sebuah rumah keluarga petani, lalu mengetuk pintunya.
"Ada orang?"
Yang membuka pintu adalah seorang nyonya tua, begitu melihat dandanan mereka yang tak biasa, akan tetapi nampak kesusahan, ia segera dengan maksud baik mempersilahkan mereka masuk dan mengambilkan bubur dan nasi untuk menjamu mereka, walaupun sama sekali tak enak, namun bagi mereka sudah cukup untuk menganjal perut.
Setelah mereka makan kenyang, suami nyonya tua itu pulang ke rumah, melihat mereka berdua, dengan ramah ia memberi mereka tempat di sebuah gubuk kecil di samping rumahnya.
Mereka berdua sudah kelelahan seharian dan langsung tertidur.
Jiang Xiaoxuan memandang keluar dari balik kertas jendela, bulan sabit telah menghilang, digantikan oleh bintang-bintang cemerlang yang memenuhi langit.
Mereka diam seribu bahasa, namun begitu banyak, masingmasing saling berdekatan dan akrab, namun membuat orang merasa kesepian.
Cuaca dibandingkan beberapa hari sebelumnya jauh lebih panas, di lapangan rumput di luar sepertinya serangga-serangga kecil mengobrol dengan bergemerisik setiap malam, dan juga samar-samar terdengar suara kodok mengorek, akan tetapi keramaian yang mereka timbulkan membuat Jiang Xiaoxuan makin merasa galau.
Ia perlahan-lahan bangkit, lalu berjalan ke tepi danau yang airnya jernih berkilauan, di sana tentunya nyaman dan sejuk, ia harus menenangkan diri.....
Sebelum ia lama berlalu, pintu kamar didorong hingga terbuka dengan suara berderit.
Sambil membawa semangkuk sup obat, Gu Zhangfeng berdiri di mulut pintu, dengan hati-hati ia bertanya.
"Nona Xue er, aku khusus membuatkanmu semangkuk sup obat untuk menenangkan dirimu, mohon tanya apakah aku boleh masuk?"
Ia menunggu untuk beberapa saat, namun tak ada jawaban dari dalam kamar, Gu Zhangfeng merasa khawatir dan segera kembali bertanya.
"Permisi, Nona Xue er". Setelah berbicara, ia mendorong pintu hingga terbuka. Akan tetapi, di dalam kamar tak ada orang, seprai dan selimut di atas ranjang nampak masih rapi. Gu Zhangfeng cepat-cepat menaruh mangkuk obat di atas meja di dalam kamar, lalu berbalik keluar kamar untuk mencarinya. Seorang gadis pelayan sedang berjalan ke arahnya, ia mencengkeram tangan gadis pelayan itu dan bertanya.
"Apakah kau melihat Nona Xue er?"
Dengan bingung gadis pelayan itu menggeleng. Gu Zhangfeng lalu segera berjalan dengan cepat menghampiri seorang pelayan yang sedang menyapu halaman.
"Apakah kau melihat Nona Xue er?"
Pelayan itu berpikir sejenak, lalu berkata.
"Sepertinya ia pergi ke tepi danau di sana". Mendengar perkataan itu, Gu Zhangfeng cepat-cepat menuju ke arah danau buatan itu. Ia berlari-lari kecil ke tepi danau, dari kejauhan ia dapat melihat Jiang Xiaoxuan sedang berdiri di atas jembatan, sosoknya nampak begitu kesepian. Setelah Gu Zhangfeng melangkah mendekat dengan cepat, ia dapat melihat bahwa raut wajahnya amat sedih, ternyata ia berdiri di luar langkan jembatan. Gu Zhangfeng amat terkejut dan cepat-cepat bertanya.
"Nona Xue er, larut malam begini banyak embun, tubuhmu lemah, bagaimana kau bisa berdiri seorang diri di sini dan terkena tiupan angin dingin?"
Dengan nanar Jiang Xiaoxuan menatapnya, lalu menghela napas dengan pelan.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar. Sepertinya bintang-bintang ini tak ada kemarin malam, aku juga demi siapa berdiri di tengah angin dan embun di tengah malam begini. Hatiku hampa, aku berdiri di sini tapi tak merasa dingin". Melihat bahwa wajahnya nampak amat sedih, Gu Zhangfeng makin merasa khawatir, di bawah cahaya malam yang remangremang, air danau nampak semakin dalam, ia pun tak bisa menutupi rasa khawatirnya lagi.
"Nona Xue er, kau sama sekali tak boleh memasukannya ke dalam hati".
"Aku memang memasukannya ke dalam hati dan tak bisa berhenti berpikir, digunting tak bisa putus, diatur tapi masih kacau, berbagai macam pikiran muncul silih berganti, hatiku galau hingga seakan mati rasa". "Kecemasan Nona Xuer dapat sedikit banyak aku pahami, Zhangfeng bersedia berbagi kesulitan dengan nona". Sambil berbicara, Gu Zhangfeng dengan hati-hati mendekatinya. Jiang Xuaoxuan menggeleng-geleng.
"Orang lain tak bisa memahami sakit hati seperti yang kualami ini, tak ada orang lain yang dapat ikut menanggungnya".
"Nona Xue er, apakah kau masih tak bisa melupakan lelaki tak setia itu?"
Dengan hati-hati Gu Zhangfeng mencari tahu. Diminta untuk mengungkapkan masalah dalam hatinya oleh si kutu buku Gu Zhangfeng, Jiang Xiaoxuan pun memaksakan dirinya tersenyum.
"Masalah asmara mana bisa begitu dibicarakan lalu menghilang begitu saja? Kadang-kadang aku berpikir, kalau tidak mati sehingga semua masalah selesai, bagaimana aku dapat melepaskan diri dari segalanya?"
Mendengar perkataan itu, Gu Zhangfeng langsung merasa agak gugup, sepasang tangannya mementang, hendak melangkah ke depan dan menariknya, akan tetapi ia khawatir kalau gerakannya terlalu nampak jelas dan malahan memberikan suatu dorongan pada Jiang Xiaoxuan, maka ia segera berbalik menasehatinya.
"Nona Xue er, peristiwa yang sudah berlalu tak bisa diubah, namun sebagai manusia kita memang selalu ingin mengenang masa lalu, kau tak patut mengorbankan nyawamu untuk orang seperti itu". "Mengenang masa lalu?"
Dengan sedih Jiang Xiaoxuan memandang permukaan danau.
"Aku hanya bisa melihat keputusasaan, kau pergilah, tak usah memperdulikanku". Gu Zhangfeng berkata dengan cemas.
"Aku tak mungkin bisa meninggalkanmu dan tak memperdulikanmu!"
Setelah itu ia memandang ke sekelilingnya dengan cepat, ia sama sekali tak melihat ada orang lain yang dapat membantu dirinya, maka sambil menggertakkan gigi ia menyingsingkan jubahnya, lalu cepat-cepat berdiri di luar langkan jembatan, setelah itu dengan hati-hati ia berpegangan pada langkan agar dapat berdiri dengan kukuh dan berusaha untuk mendekati Jiang Xiaoxuan setapak demi setapak.
Jiang Xiaoxuan berpaling, begitu melihatnya mendekatinya, ia amat terkejut.
"Kau tak boleh datang kemari!"
Gu Zhangfeng cepat-cepat berdiri tak bergeming, kedua tangannya memberinya isyarat untuk menenangkan Jiang Xiaoxuan.
"Baiklah, baiklah, aku tak akan bergerak".
"Kau turunlah!"
Dengan terhuyung-huyung Gu Zhangfeng melangkah, lalu berkata dengan wajah murung.
"Kaki.....kakiku lemah, tak......tak bisa turun. Bagaimana kalau kita turun bersama-sama?"
Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng.
"Tabib Gu, terima kasih karena telah menyelamatkanku, dalam kehidupan ini aku tak dapat membalas budimu, hanya bisa memohon agar di kehidupan yang akan datang aku menjadi kerbau atau kuda untuk membalas budimu". Selagi berbicara ia melangkah makin jauh. Gu Zhangfeng amat terkejut namun tak takut, seperti seekor gurita, ia maju sambil berpegangan pada langkan., Jiang Xiaoxuan melangkah ke samping.
"Kau tak boleh menghalangiku".
"Aku tak bisa membiarkanmu melakukan perbuatan yang bodoh". Setelah mengucapkan perkataan itu dengan gagah berani Gu Zhangfeng menjulurkan tangannya untuk menarik Jiang Xiaoxuan. Namun tak nyana, kakinya sendiri terpeleset dan ia pun terjatuh......
"Ah!", Jiang Xiaoxuan begitu terkejut hingga wajahnya pucat pasi, ia cepat-cepat menjulurkan kepalanya untuk melihat, ia melihat Gu Zhangfeng dengan sekuat tenaga berpegangan pada langkan.
"Apa yang kau lakukan?"
Dengan suara bergetar Gu Zhangfeng berkata.
"Aku sedang berusaha untuk menyelamatkanmu, di dunia ini banyak sekali orang yang memperhatikanmu, kenapa kau bisa menjadi seperti ini?"
"Tak ada!", dengan tak percaya Jiang Xiaoxuan menggeleng.
"Tak ada. Tak ada orang yang memperhatikanku lagi". Gu Zhangfeng menengadah, dengan susah payah ia berusaha menyampaikan isi hatinya.
"Kau masih punya aku". Selagi berbicara, tak nyana ia ingin mengangsurkan tangannya dan menyeka air mata Jiang Xiaoxuan, namun lupa bahwa saat ini hidupnya semata-mata bergantung pada sepasang tangannya.....
"Aiyo......celaka......"
"Byur!", Gu Zhangfeng tercebur ke dalam air danau. Melihat Gu Zhangfeng jatuh ke dalam air, Jiang Xiaoxuan kebingungan, tanpa memperdulikan apapun juga, ia melompat dari luar langkan ke dalam jembatan seraya berseru minta tolong keras-keras.
"Tolong, tolong!"
Beberapa saat kemudian, Gu Zhangfeng telah ditolong oleh para pelayan.
Akan tetapi, sampai ia dimasukan ke dalam kamarnya, ia masih tak sadar.
Melihat wajahnya yang kesusahan, Jiang Xiaoxuan merasa amat bersalah, ia berjongkok di sisi ranjang dan menyeka butiranbutiran air di dahinya sembari memanggilnya dengan lembut.
"Tabib Gu......Tabib Gu!"
Perlahan-lahan Gu Zhangfeng tersadar, pandangan matanya kabur.
"Ah! Apakah aku sudah mati, apa tempat ini Jembatan Naihe ? Tentu saja, aku sudah melihat Nenek Meng ". Namun tak nyana, Gu Zhangfeng tiba-tiba meratap.
"Ibu! Anak tak berbakti! Aku telah berjalan selangkah lebih jauh! Ibu! Tapi bukankah Nenek Meng seorang nyonya tua, kenapa bisa begitu muda dan cantik?"
Si tolol ini, bicaranya tak keruan! Jiang Xiaoxuan mengubah duka menjadi suka, sambil tersenyum ia berkata.
"Dasar bodoh! Lihat yang benar siapa aku!"
Gu Zhangfeng memicingkan matanya dan memandangnya dengan seksama.
"Xue er! Xue er apa kau sudah mati juga? Kenapa kau begitu bodoh?"
"Kita belum mati!", Jiang Xiaoxuan hendak terus menjelaskan, namun Gu Zhangfeng telah tidur karena kecapaian, akan tetapi mulutnya masih meracau.
"Nona Xue er......jangan melompat......Nona Xue er......jangan melompat". Dengan memanggilnya Xue er, ia menyuarakan kepedihan dalam hati Jiang Xiaoxuan, tak nyana, di dunia ini masih ada orang yang begitu memperhatikan dirinya. Jiang Xiaoxuan meraba dahinya, namun begitu menyentuhnya, ia langsung menarik tangannya kembali.
"Panas sekali!"
Setelah berpikir sejenak, Jiang Xiaoxuan mengambil arak putih dari lemari obat, lalu mengosok tubuh Gu Zhangfeng dengannya.
Saat itu Gu Daniang menerobos masuk, ia melihat Gu Zhangfeng terbaring di atas ranjang dengan mata terpejam, sedangkan Jiang Xiaoxuan sedang mengosok tubuhnya dengan arak putih sambil mengalihkan pandangan matanya, ia pun terkejut.
"
Di tengah malam begini, lelaki dan perempuan yang belum menikah, pakaiannya berantakan, kalian ini sedang apa?"
Jiang Xiaoxuan berbalik dan melihat Gu Daniang, dengan jengah ia menarik tangannya, bangkit, lalu sambil menunduk, dengan lirih ia berkata.
"Tabib Gu jatuh ke air dan kedinginan, demam tingginya tak bisa reda, aku sedang mencoba untuk menurunkan panasnya". Mendengar bahwa putranya demam tinggi, dengan curiga Gu Daniang memandangnya, ia melangkah ke samping ranjang Gu Zhangfeng, lalu meraba kepalanya.
"Kenapa bisa sampai begitu panas?"
"Tabib Gu masuk angin karena tercebur ke dalam air", jawab Jiang Xiaoxuan. Gu Daniang meliriknya, lalu dengan tak senang bertanya.
"Apakah kau nona yang dibawa pulang oleh Zhangfeng itu?"
Jiang Xiaoxuan mengangguk-angguk.
"Namaku Xue er. Mohon tanya, anda siapa?"
Gu Daniang mengambil arak putih dan kapas yang baru saja ditaruh oleh Jiang Xiaoxuan dan mengosok tubuh putranya untuk menurunkan panas. Jiang Xiaoxuan terpaksa hanya melihat saja dari samping.
"Aku ibu Gu Zhangfeng. Aku tak akan bertanya lagi, putraku tercebur ke dalam air karenamu?"
Mendengar perkataannya itu, Jiang Xiaoxuan cepat-cepat minta maaf.
"Semua ini salah Xue er, sehingga Tabib Gu tercebur ke dalam air".
"Hmm....."
Gu Daniang tak banyak bicara lagi, ia menatapnya, lalu bertanya.
"Bagaimana nona bisa bertemu dengan putraku? Dan kenapa kau mengikutinya masuk ke wisma ini?"
"Aku.......aku tersesat, lalu bertemu dengan orang jahat, aku pingsan dan ditolong oleh Tabib Gu, begitu sadar aku sudah berada di sini". Gu Daniang mendengarkan perkataannya sambil menggeleng.
"Katamu kau tersesat, lalu bertemu orang jahat? Katamu kau sendirian di luar sana?"
"Benar".
"Kau seorang nona yang begitu belia kenapa berada di luar sendirian?"
"Hal ini......sulit untuk dijelaskan".
"Kalau begitu, dimana rumahmu? Apakah di rumahmu masih ada orang lain?"
Gu Daniang terus mencecarnya. Jiang Xiaoxuan makin merasa jengah.
"Hal ini.....juga tak terlalu enak untuk dibicarakan".
"Kau juga kenapa di tengah malam begini berlari ke tepi danau? Apakah kau bermaksud memancing Zhangfeng supaya ia jatuh ke dalam danau?"
Dengan malu Jiang Xiaoxuan menjelaskan.
"Daniang, ini sebenarnya sebuah kesalahpahaman". Jelas bahwa Gu Daniang sangat tak puas dengan jawaban Jiang Xiaoxuan, ia langsung memotong perkataannya.
"Di satu pihak kau berkata bahwa masalahmu tak enak untuk dibicarakan, sedangkan di pihak lain kau berkata bahwa masalahmu sulit untuk dijelaskan, maka tak ada gunanya aku banyak bertanya. Tapi Nona, aku hendak menasehatimu, walaupun aku dan Zhangfeng menghamba di sini, tapi kami adalah keluarga tradisional yang bereputasi baik, orang-orang yang patuh kepada hukum dan menjaga aturan kesopanan, kami tak bisa menoleransi sedikitpun desas-desus tak berdasar atau perbuatan yang tak pantas". Mendengar perkataan itu, wajah Jiang Xiaoxuan sebentar merah dan sebentar pucat, ia merasa malu dan merasa diperlakukan secara tak adil. Ia segera sedikit membungkuk untuk menghormat dan berkata.
"Anda tak perlu bicara lagi, aku akan segera pergi, dan tak lagi membuat masalah untuk Tabib Gu. Tolong sampaikan pada Tabib Gu bahwa aku berterima kasih atas budi baiknya menyelamatkanku, kuharap ia cepat sembuh". Begitu selesai berbicara, ia hendak pergi keluar. Tepat pada saat ini, Gu Zhangfeng meracau.
"Nona Xue er......kau tak boleh pergi......kau tak boleh pergi......"
Mata Jiang Xiaoxuan berkaca-kaca, ia mengeraskan hatinya dan kembali mengambil dua langkah ke depan.
"Xue er......xue er.....berjanjilah padaku......kau tak boleh pergi". Mendengar racauan ini, Jiang Xiaoxuan seakan minum air es di hari yang dingin, setiap tetesnya menembus lubuk hatinya yang terdalam, ia menghentikan langkahnya dan memandang Gu Zhangfeng, ia melihat bahwa ia masih demam tinggi, keningnya berkerut, jelas bahwa tidurnya sangat tak tenang. Jiang Xiaoxuan ragu-ragu sesaat, lalu kembali ke hadapan Gu Daniang, berlutut untuk menghormat seraya memohon.
"Gu Daniang, mohon izinkan aku tinggal sampai Zhangfeng sembuh, setelah itu aku akan pergi. Karena menolongku, ia jadi sakit seperti ini, kalau harus pergi sekarang, hatiku benar-benar tak bisa tenang". Mendengar perkataannya itu, Gu Daniang memandang sang putra di atas ranjang, lalu setelah ragu-ragu sejenak, dengan wajah dingin ia berkata.
"Sekarang tengah malam, aku tidak mendesakmu untuk pergi sekarang juga. Akan tetapi Zhangfeng adalah seorang anak yang baik, ia harus mempunyai istri yang pantas, sedangkan perempuan-perempuan yang tak jelas asal usulnya dan tingkahnya berani, tak akan kuizinkan untuk dinikahi oleh putraku. Hari ini aku hanya berkata sampai di sini, kalian harus tahu diri". Setelah mengucapkan beberapa perkataan ini, Gu Daniang berbalik dan pergi, meninggalkan Jiang Xiaoxuan di tempatnya semula, namun air matanya telah berlinangan. Pagi-pagi keesokan harinya, Gu Zhangfeng perlahan-lahan siuman, ia melihat Jiang Xiaoxuan datang dengan membawa semangkuk obat. Melihat sepasang matanya terbuka lebar-lebar, dengan girang bercampur terkejut, Jiang Xiaoxuan berjalan menghampirinya.
"Kau sudah sadar?"
Gu Zhangfeng memandang mangkuk obat di tangan Jiang Xiaoxuan, dengan agak tak percaya ia berkata.
"Kau sedang merawatku?"
Jiang Xiaoxuan tak menjawab, ia hanya meraba dahi Gu Zhangfeng.
"Demam sudah reda".
"Terima kasih", Gu Zhangfeng merasa jengah.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tak usah sungkan-sungkan, kau berkali-kali menolongku, tapi aku tak bisa membalas budimu".
"Lebih baik kau tinggal di sini!"
Mendadak Gu Zhangfeng menjadi impulsif, namun setelah mengatakannya, hatinya terasa gembira dan bebas.
"Tinggal di sini......". Jiang Xiaoxuan menghela napas dengan pelan. "Benar!", Gu Zhangfeng mengangguk, setelah berpikir sejenak, ia berkata.
"Lihatlah! Kau bisa membantuku siuman, ini berarti kau sangat berbakat. Lebih baik kau tinggal di sini dan menjadi asistenku, supaya kau dapat membantuku menyelamatkan banyak orang". Jiang Xiaoxuan menggeleng-geleng.
"Setelah sakitmu sembuh, aku akan segera pergi". Sebuah rasa jeri yang sulit dilukiskan timbul dalam hati Gu Zhangfeng, ia cepat-cepat berseru.
"Sekarang aku sakit sampai seperti ini, aku belum sembuh, tapi kau sudah begitu kejam?"
Sambil tersenyum getir Jiang Xiaoxuan memandangnya.
"Aku tak berkata bahwa aku akan meninggalkanmu sekarang juga". Mendengar perkataannya itu, Gu Zhangfeng tertegun..... Hatinya terkesiap, dan sebuah siasat muncul dalam pikirannya. Walaupun seumur hidupnya ia lugu dan ketolol-tololan, namun saat ini ia malahan sangat cerdas, melihat keadaan tak menguntungkan, ia segera berpura-pura sakit, sambil menggigil ia berkata.
"Dingin sekali......"
Jiang Xiaoxuan tahu bahwa ia orang yang jujur, mana bisa berpura-pura sakit? Maka ia cepat-cepat memayangnya.
"Kau lekaslah berbaring, eh, tidak, harus minum obat dulu". Setelah itu ia membawakan mangkuk obat itu. Gu Zhangfeng berpura-pura sakit dan meminum obat di tangan Jiang Xiaoxuan, setelah meminumnya, dengan puas ia menghembuskan napas. Dengan penuh perhatian Jiang Xiaoxuan bertanya.
"Bagaimana perasaanmu?"
Gu Zhangfeng tersenyum ketolol-tololan.
"Jauh lebih baik!"
"Bagus ---- aku akan membuat obat lagi! Sekarang tulislah resep sambil berbaring di ranjang, lalu aku akan membuatkan obatnya". Setelah berulangkali menyuruhnya, dengan girang Jiang Xiaoxuan bangkit dan pergi.. Dengan wajah licik Gu Zhangfeng memandang punggungnya, sudut-sudut bibirnya membentuk seulas senyum, seakan sedang memikirkan sesuatu. Cahaya mentari pagi menembus lapisan-lapisan mega, menjatuhkan berkas-berkas sinar berwarna keemasan di atas punggung seekor keledai berbulu pendek yang sedang berjalan di tengah hutan, keledai itu menarik sebuah kereta yang sudah tua, di atas tumpukan jerami di dalam kereta, dua orang duduk berdesakan, mereka adalah Jin Yuanbao dan Yu Qilin. Dengan wajah jijik Jin Yuanbao memandang ke sekujur tubuhnya, di tubuhnya hampir tak ada tempat yang bersih, lagipula, tempat mereka tidur kemarin malam benar-benar......ia membayangkan tempat itu dan bulu roma di sekujur tubuhnya pun berdiri. Tiba-tiba, sebuah bau tak enak yang sangat aneh tercium.
"Eh.....bau apa ini?.....", Jin Yuanbao berkata sembari menutup hidungnya. Namun wajah Yu Qilin nampak riang gembira, ia mencium-cium bau itu dengan seksama, lalu memanggil lelaki tua kusir kereta.
"Paman, paman! Di sinilah tempatnya!"
Si paman kusir kereta menghentikan kereta itu, tersenyum lebar dan berkata.
"Di sini?"
"Ya, ya!", Yu Qilin menganguk, lalu dengan lincah meloncat turun, setelah itu ia mengangsurkan tangannya untuk menyokong Jin Yuanbao. Akan tetapi, tak nyana pemuda itu menghindarinya dan meloncat turun dari kereta sendiri, walaupun masih terpincang-pincang, namun dapat dilihat dengan jelas bahwa kakinya sudah jauh lebih lincah.
"Aku akan pergi mengantar rumput untuk kuda, apakah kalian berdua bisa berjalan sendiri?", tanya si paman.
"Tak ada masalah!", dengan penuh rasa terima kasih, Yu Qilin melambaikan tangannya kepadanya.
"Terima kasih!"
Setelah itu ia berbalik menghadap Jin Yuanbao, dengan riang dan puas diri ia membanggakan dirinya.
"Tumpangan yang kudapatkan lumayan, kan? Kakimu pasti sudah jauh lebih baik!" "Hah!", dengan jijik Jin Yuanbao mencabut potongan-potongan jerami yang menempel di tubuhnya, dengan angkuh ia melengos.
Pendekar Pedang Matahari 1 Kelabang Empress Orchid Anggrek Ungu Kota Pelarian Karya Alviorita
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama