Ceritasilat Novel Online

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan 8

Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua Bagian 8



"Benar-benar sulit diurus!", dengan kesal Yu Qilin mengerutu pada dirinya sendiri. Bau aneh itu kembali tercium, Yu Qilin pun kembali menciumnya dengan seksama.

"Wangi sekali!"

"Masa menurutmu bau ini wangi?", dengan tercengang Jin Yuanbao menatapnya. Yu Qilin memandang ke tempat asal bau itu, di tepi jalan nampak sebuah kedai makanan. Di bawah atap jerami yang kasar, api tungku berkobar-kobar, air sedang direbus dalam sebuah kuali besi besar berwarna hitam legam, di sebuah kuali lain di sampingnya, sesuatu sedang dimasak, bau yang aneh itu ternyata berasal dari kuali itu. Di depan papan nama kedai kecil itu, seorang lelaki kurus sedang duduk di depan meja, makan mi sambil mencucup keras-keras. Melihatnya, secepat asap yang buyar tertiup angin, Yu Qilin berlari-lari kecil mendekat, begitu pantatnya duduk di depan sebuah meja lain, ia segera memukul meja dengan bersemangat.

"Tuan pemilik kedai!" Jin Yuanbao yang berada di sampingnya melangkah maju dengan perlahan, begitu melihat bangku yang penuh minyak itu, ia langsung mencibir dengan jijik, tak sudi mendudukinya. Ketika Yu Qilin melihatnya hanya berdiri tak bergeming, ia menariknya.

"Ayo duduk!"

"Terlalu kotor!", Jin Yuanbao menggeleng. Yu Qilin menatapnya, lalu dengan asal mengelap bangku itu dengan lengan bajunya.

"Sudah cukup bersih?"

Setelah itu Jin Yuanbao baru duduk dengan enggan.

"Tuan pemilik kedai! Dua mangkuk mi!", panggil Yu Qilin. Pemilik kedai kecil itu memandang mereka berdua sambil memicingkan matanya, dengan lemas ia berkata.

"Hanya ada mi usus!"

Yu Qilin memukul meja.

"Bagus! Aku suka mi usus! Tuan pemilik kedai, cepat ambilkan!"

"Baik! Dua mangkuk mi usus". Setelah berbicara si pemilik kedai melangkah ke samping kuali dan mengambil mi.

"Tunggu dulu....."

Sambil mengerutkan dahi Jin Yuanbao memandang masakan dalam kuali yang mengeluarkan gelembung-gelembung udara itu, di dalam kuali nampak lapisan lemak yang tebal, selain itu bau busuk pun mengepul keluar dari dalamnya, ternyata benda itu adalah usus besar babi! Ia cepat577 cepat menutup hidungnya dan berkata.

"Jiang Xiaoxuan, kuberikan dua mangkuk mi ini kepadamu". Setelah itu ia bertanya pada si pemilik kedai.

"Tuan pemilik kedai, apakah ada makanan lain?"

Si pemilik kedai meliriknya, lalu sibuk dengan urusannya sendiri dan tak menghiraukannya.

"Kenapa? Kau tak makan?", tanya Yu Qilin. Jin Yuanbao memandang Yu Qilin, lalu dengan tercengang bertanya.

"Masa kau mau makan usus babi?"

Selagi ia berbicara.

"Plok, plok!", dua mangkuk mi usus yang masih panas mendarat di hadapan mereka. Bau busuk aneh itu makin santer tercium, Jin Yuanbao cepatcepat menutup hidungnya dan mendorong mangkuk mi di hadapannya ke depan Yu Qilin. Yu Qilin mengangguk.

"Aku memang paling suka memakannya. Kenapa?"

"Kau.....kau.....", dengan amat jeri Jin Yuanbao menggeleng.

"Di tubuh babi banyak sekali daging, daging kelas satu ialah kaki belakang, lalu kaki depan, daging kelas menengah ialah daging punggung, sedangkan daging kelas bawah adalah daging perut, yang lebih kelas bawah lagi ialah daging kepala, usus babi ini dibandingkan dengan daging kelas bawah itu paling rendah.....tidak! Daging ini benar-benar tak berkelas!" "Memangnya kenapa?"

Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Apa kau tahu dalam usus besar itu ada apa?"

Jin Yuanbao mengerutkan dahinya.

"Kotoran", dengan sangat cepat Yu Qilin menjawab.

"Kalau begitu kau....."

Jin Yuanbao menahan rasa mualnya.

"Kau ini apa bedanya dengan makan kotoran?"

"Kotoran memang kotoran!"

Setelah berbicara, Yu Qilin mengambil sumpit di dalam tempat sumpit, lalu dengan sikap merendahkan memandangnya.

"Cuma makan mi begini, mana ada daging kelas satu atau kelas bawah segala. Aku lapar sekali, kalau kau bisa menahannya, tak usah makan!"

Setelah berbicara, ia memakannya dengan lahap.

"Kres, kres!", terdengar ia mengunyah usus dalam mulutnya. Mendengar suara itu, Jin Yuanbao merasa ingin muntah, ia cepat-cepat menarik bangkunya supaya sedikit lebih jauh darinya. Tak lama kemudian, Yu Qilin telah menandaskan sebuah mangkuk, melihat bahwa Jin Yuanbao tak bergeming, dengan agak sungkan ia bertanya.

"Apa kau benar-benar lebih suka mati kelaparan daripada memakannya?"

Jin Yuanbao tak menjawab, setelah membungkus tangannya dengan lengan bajunya, ia kembali mendorong semangkuk mi yang tersisa ke depan Yu Qilin. Yu Qilin pun tak tahan lagi.

"Permisi! Tuan Besar Jin, kau sadarlah. Kita berada di luar rumah, kau jangan mengharap bahwa tempat ini dapat memberimu makanan seperti yang biasa kau makan di rumah, mengerti?"

Jin Yuanbao memelototinya, lalu berseru.

"Tuan pemilik kedai!"

Dengan lemas dan kemalas-malasan si pemilik kedai menjawab.

"Cuma ada mi usus".

"Mohon ambilkan mi sayur untukku", kata Jin Yuanbao. Si pemilik kedai menatapnya dengan acuh tak acuh.

"Hanya mi dan bokchoy, dengan sedikit minyak, sedikit garam, dan sejumput merica....."

Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu kembali berkata.

"Kalau kau punya lemak babi, masukkanlah sedikit ke dalam kuahnya". Sang pemilik kedai masih tak bergeming. Jin Yuanbao mengambil dompetnya yang berhiaskan sulaman halus dan melambai-lambaikannya, emas dan perak di dalamnya berdentang-denting.

"Singkirkan mi usus itu dan kau tinggal menghitung uangmu". Si pemilik kedai kontan bersemangat, dengan sebuah gayung ia menyendok kuah dimana usus itu dimasak dan memasukannya ke dalam kuali. Jin Yuanbao amat terkejut dan berseru.

"Aku tak mau kuah itu!"

Ia kembali memasukkan dompetnya ke dalam saku dadanya. "Tuan, kalau pakai kuah daging ini mi akan bertambah wangi!"

Sang pemilik kedai berkata dengan wajah kebingungan. Yu Qilin mengangkat kepalanya, sambil mengunyah mi ia menimpali.

"Benar sekali!"

"Aku tak mau, mi sayur saja". Melihat kuah itu, wajah Jin Yuanbao dengan cepat menjadi hijau.

"Di sini aku tak punya lemak babi!"

"Kalau begitu tak usah masukkan apapun ke dalamnya!"

Mendengar perkataan itu, dengan tak rela si pemilik kedai memandang kuah mi usus di dalam kuali yang keruh, namun ia tak bisa berbuat apa-apa dan berbalik untuk mengambil mi.

Yu Qilin menghabiskan minya, setelah bersendawa kekenyangan beberapa kali, tanpa menghindari meja yang kotor, sambil bersandar di meja, ia duduk sambil bertopang dagu dan memandang Jin Yuanbao.

"Benar-benar berselera tinggi.....sudah kelaparan berhari-hari tapi masih keras kepala......"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Perkataanmu benar, siapapun tak bisa menyuruhku makan makanan yang tak hendak kumakan". Dengan amat cepat, semangkuk mi sayur diletakkan di hadapan Jin Yuanbao, dengan hati-hati ia mengangkat seutas mi dengan sumpit dan memasukannya ke dalam mulutnya, walaupun berada di tengah hutan belantara ini, walaupun sedang makan dari mangkuk keramik kasar, ia masih bersikap anggun dan santai seperti sediakala. Saat ini, lelaki kurus di meja sebelah telah membayar bonnya dan bangkit, namun ketika berjalan melewati Jin Yuanbao ia membenturnya, lalu pergi dengan cepat. Yu Qilin memandangnya dengan tertegun, tak seperti raut wajahnya ketika baru-baru ini makan mi, perlahan-lahan ia menjadi termenung-menung. Jin Yuanbao meliriknya, lalu tiba-tiba bersuara.

"Kau boleh dibilang sudah cukup banyak berkerja keras, oleh karenanya tak apa kalau sopan santun di meja makanmu agak kurang! Aku tak akan tersinggung!"

"Eh, dari mana kau tahu apa yang kupikirkan?"

Yu Qilin tertegun sejenak, lalu membalas, dengan gusar ia berkata.

"Apa kau bermaksud membujukku?"

Dengan perlahan Jin Yuanbao menghabiskan mi terakhirnya, ia tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum.

"Apa aku salah bicara? Pemilik kedai, ambillah uangmu!"

Si pemilik kedai mengelap tangannya yang berminyak ke celemek di pinggangnya yang sama berminyaknya, lalu dengan cepat berjalan menghampirinya.

"Tiga mangkuk mi, mi sayur juga termasuk, enam kepeng!" "Benar-benar murah......", sambil mengumam Jin Yuanbao meraba dompetnya, namun tak nyana ia meraba tempat kosong! Ia terkejut dan segera meraba-raba sekujur tubuhnya, tapi ia tetap tak bisa menemukannya. Ia cepat-cepat mencarinya di meja dan di kursi, namun tetap tak bisa menemukannya, setelah itu ia mencari di bawah meja, tapi masih juga tak bisa menemukannya. Sang pemilik kedai memicingkan matanya, dengan wajah tanpa ekspresi, ia mengawasinya, menunggunya membayar. Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu tersadar.

"Celaka! Orang yang baru makan mi itu....."

Yu Qilin juga baru menyadarinya.

"Dialah pelakunya!"

Ia cepatcepat bangkit, berlari keluar kedai dan memandang ke kedua sisi jalan raya, akan tetapi sosok lelaki kurus itu tak terlihat! Jin Yuanbao juga ikut keluar.

"Cepat kejar!"

"Kejar bagaimana, bayar dulu!"

Sang pemilik kedai cepat-cepat menghadang di hadapan Jin Yuanbao. Dengan tak sabar Jin Yuanbao mengibaskan tangannya.

"Apa kau tak lihat dompetku dicuri! Setelah mengejarnya aku baru bisa membayarmu!"

Akan tetapi si pemilik kedai seakan tak mendengarnya, dengan wajah tanpa ekspresi ia berkata.

"Enam kepeng". Jin Yuanbao merasa kesal.

"Kalau kau menghadangku begini, bagaimana aku bisa mengejarnya? Kan aku sudah bilang dompetku dicuri! Uang di dompet itu cukup untuk membeli sepuluh kedaimu ini!"

"Aku cuma minta enam kepeng". Sang pemilik kedai mendengus menghina dan berkata.

"Kulihat kau makan dengan sangat rewel, tapi ternyata kau cuma ingin membuatku rugi! Perempuan ini bahkan makan dua mangkuk mi!"

Mendengar perkataannya itu, wajah mereka berdua memerah, Jin Yuanbao mengangkat dagunya dan berkata pada Yu Qilin.

"Ambillah enam kepeng dan berikan padanya". Yu Qilin menggeleng-geleng, dengan jengah ia berkata.

"Aku......tak punya uang".

"Kau....."

Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia memandang kepala dan rambut Yu Qilin, namun sebuah hiasan rambut pun tak ada.

Ia berpikir sejenak, lalu teringat bahwa di penginapan sebelum si Tua Mo mengantarkan arak, sepertinya Yu Qilin telah mencopot semua hiasan rambutnya dan menaruhnya di atas meja rias.

Cahaya mentari pagi menembus lapisan-lapisan mega, menjatuhkan berkas-berkas sinar berwarna keemasan di atas punggung seekor keledai berbulu pendek yang sedang berjalan di tengah hutan, keledai itu menarik sebuah kereta yang sudah tua, di atas tumpukan jerami di dalam kereta, dua orang duduk berdesakan, mereka adalah Jin Yuanbao dan Yu Qilin.

Dengan wajah jijik Jin Yuanbao memandang ke sekujur tubuhnya, di tubuhnya hampir tak ada tempat yang bersih, lagipula, tempat mereka tidur kemarin malam benar-benar......ia membayangkan tempat itu dan bulu roma di sekujur tubuhnya pun berdiri.

Tiba-tiba, sebuah bau tak enak yang sangat aneh tercium.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Eh.....bau apa ini?.....", Jin Yuanbao berkata sembari menutup hidungnya. Namun wajah Yu Qilin nampak riang gembira, ia mencium-cium bau itu dengan seksama, lalu memanggil lelaki tua kusir kereta.

"Paman, paman! Di sinilah tempatnya!"

Si paman kusir kereta menghentikan kereta itu, tersenyum lebar dan berkata.

"Di sini?"

"Ya, ya!", Yu Qilin menganguk, lalu dengan lincah meloncat turun, setelah itu ia mengangsurkan tangannya untuk menyokong Jin Yuanbao. Akan tetapi, tak nyana pemuda itu menghindarinya dan meloncat turun dari kereta sendiri, walaupun masih terpincang-pincang, namun dapat dilihat dengan jelas bahwa kakinya sudah jauh lebih lincah.

"Aku akan pergi mengantar rumput untuk kuda, apakah kalian berdua bisa berjalan sendiri?", tanya si paman. "Tak ada masalah!", dengan penuh rasa terima kasih, Yu Qilin melambaikan tangannya kepadanya.

"Terima kasih!"

Setelah itu ia berbalik menghadap Jin Yuanbao, dengan riang dan puas diri ia membanggakan dirinya.

"Tumpangan yang kudapatkan lumayan, kan? Kakimu pasti sudah jauh lebih baik!"

"Hah!", dengan jijik Jin Yuanbao mencabut potongan-potongan jerami yang menempel di tubuhnya, dengan angkuh ia melengos.

"Benar-benar sulit diurus!", dengan kesal Yu Qilin mengerutu pada dirinya sendiri. Bau aneh itu kembali tercium, Yu Qilin pun kembali menciumnya dengan seksama.

"Wangi sekali!"

"Masa menurutmu bau ini wangi?", dengan tercengang Jin Yuanbao menatapnya. Yu Qilin memandang ke tempat asal bau itu, di tepi jalan nampak sebuah kedai makanan. Di bawah atap jerami yang kasar, api tungku berkobar-kobar, air sedang direbus dalam sebuah kuali besi besar berwarna hitam legam, di sebuah kuali lain di sampingnya, sesuatu sedang dimasak, bau yang aneh itu ternyata berasal dari kuali itu. Di depan papan nama kedai kecil itu, seorang lelaki kurus sedang duduk di depan meja, makan mi sambil mencucup keras-keras. Melihatnya, secepat asap yang buyar tertiup angin, Yu Qilin berlari-lari kecil mendekat, begitu pantatnya duduk di depan sebuah meja lain, ia segera memukul meja dengan bersemangat.

"Tuan pemilik kedai!"

Jin Yuanbao yang berada di sampingnya melangkah maju dengan perlahan, begitu melihat bangku yang penuh minyak itu, ia langsung mencibir dengan jijik, tak sudi mendudukinya. Ketika Yu Qilin melihatnya hanya berdiri tak bergeming, ia menariknya.

"Ayo duduk!"

"Terlalu kotor!", Jin Yuanbao menggeleng. Yu Qilin menatapnya, lalu dengan asal mengelap bangku itu dengan lengan bajunya.

"Sudah cukup bersih?"

Setelah itu Jin Yuanbao baru duduk dengan enggan.

"Tuan pemilik kedai! Dua mangkuk mi!", panggil Yu Qilin. Pemilik kedai kecil itu memandang mereka berdua sambil memicingkan matanya, dengan lemas ia berkata.

"Hanya ada mi usus!"

Yu Qilin memukul meja.

"Bagus! Aku suka mi usus! Tuan pemilik kedai, cepat ambilkan!"

"Baik! Dua mangkuk mi usus". Setelah berbicara si pemilik kedai melangkah ke samping kuali dan mengambil mi. "Tunggu dulu....."

Sambil mengerutkan dahi Jin Yuanbao memandang masakan dalam kuali yang mengeluarkan gelembung-gelembung udara itu, di dalam kuali nampak lapisan lemak yang tebal, selain itu bau busuk pun mengepul keluar dari dalamnya, ternyata benda itu adalah usus besar babi! Ia cepatcepat menutup hidungnya dan berkata.

"Jiang Xiaoxuan, kuberikan dua mangkuk mi ini kepadamu". Setelah itu ia bertanya pada si pemilik kedai.

"Tuan pemilik kedai, apakah ada makanan lain?"

Si pemilik kedai meliriknya, lalu sibuk dengan urusannya sendiri dan tak menghiraukannya.

"Kenapa? Kau tak makan?", tanya Yu Qilin. Jin Yuanbao memandang Yu Qilin, lalu dengan tercengang bertanya.

"Masa kau mau makan usus babi?"

Selagi ia berbicara.

"Plok, plok!", dua mangkuk mi usus yang masih panas mendarat di hadapan mereka. Bau busuk aneh itu makin santer tercium, Jin Yuanbao cepatcepat menutup hidungnya dan mendorong mangkuk mi di hadapannya ke depan Yu Qilin. Yu Qilin mengangguk.

"Aku memang paling suka memakannya. Kenapa?"

"Kau.....kau.....", dengan amat jeri Jin Yuanbao menggeleng.

"Di tubuh babi banyak sekali daging, daging kelas satu ialah kaki belakang, lalu kaki depan, daging kelas menengah ialah daging punggung, sedangkan daging kelas bawah adalah daging perut, yang lebih kelas bawah lagi ialah daging kepala, usus babi ini dibandingkan dengan daging kelas bawah itu paling rendah.....tidak! Daging ini benar-benar tak berkelas!"

"Memangnya kenapa?"

Yu Qilin mengangkat alisnya.

"Apa kau tahu dalam usus besar itu ada apa?"

Jin Yuanbao mengerutkan dahinya.

"Kotoran", dengan sangat cepat Yu Qilin menjawab.

"Kalau begitu kau....."

Jin Yuanbao menahan rasa mualnya.

"Kau ini apa bedanya dengan makan kotoran?"

"Kotoran memang kotoran!"

Setelah berbicara, Yu Qilin mengambil sumpit di dalam tempat sumpit, lalu dengan sikap merendahkan memandangnya.

"Cuma makan mi begini, mana ada daging kelas satu atau kelas bawah segala. Aku lapar sekali, kalau kau bisa menahannya, tak usah makan!"

Setelah berbicara, ia memakannya dengan lahap.

"Kres, kres!", terdengar ia mengunyah usus dalam mulutnya. Mendengar suara itu, Jin Yuanbao merasa ingin muntah, ia cepat-cepat menarik bangkunya supaya sedikit lebih jauh darinya. Tak lama kemudian, Yu Qilin telah menandaskan sebuah mangkuk, melihat bahwa Jin Yuanbao tak bergeming, dengan agak sungkan ia bertanya.

"Apa kau benar-benar lebih suka mati kelaparan daripada memakannya?" Jin Yuanbao tak menjawab, setelah membungkus tangannya dengan lengan bajunya, ia kembali mendorong semangkuk mi yang tersisa ke depan Yu Qilin. Yu Qilin pun tak tahan lagi.

"Permisi! Tuan Besar Jin, kau sadarlah. Kita berada di luar rumah, kau jangan mengharap bahwa tempat ini dapat memberimu makanan seperti yang biasa kau makan di rumah, mengerti?"

Jin Yuanbao memelototinya, lalu berseru.

"Tuan pemilik kedai!"

Dengan lemas dan kemalas-malasan si pemilik kedai menjawab.

"Cuma ada mi usus".

"Mohon ambilkan mi sayur untukku", kata Jin Yuanbao. Si pemilik kedai menatapnya dengan acuh tak acuh.

"Hanya mi dan bokchoy, dengan sedikit minyak, sedikit garam, dan sejumput merica....."

Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu kembali berkata.

"Kalau kau punya lemak babi, masukkanlah sedikit ke dalam kuahnya". Sang pemilik kedai masih tak bergeming. Jin Yuanbao mengambil dompetnya yang berhiaskan sulaman halus dan melambai-lambaikannya, emas dan perak di dalamnya berdentang-denting.

"Singkirkan mi usus itu dan kau tinggal menghitung uangmu". Si pemilik kedai kontan bersemangat, dengan sebuah gayung ia menyendok kuah dimana usus itu dimasak dan memasukannya ke dalam kuali. Jin Yuanbao amat terkejut dan berseru.

"Aku tak mau kuah itu!"

Ia kembali memasukkan dompetnya ke dalam saku dadanya.

"Tuan, kalau pakai kuah daging ini mi akan bertambah wangi!"

Sang pemilik kedai berkata dengan wajah kebingungan. Yu Qilin mengangkat kepalanya, sambil mengunyah mi ia menimpali.

"Benar sekali!"

"Aku tak mau, mi sayur saja". Melihat kuah itu, wajah Jin Yuanbao dengan cepat menjadi hijau.

"Di sini aku tak punya lemak babi!"

"Kalau begitu tak usah masukkan apapun ke dalamnya!"

Mendengar perkataan itu, dengan tak rela si pemilik kedai memandang kuah mi usus di dalam kuali yang keruh, namun ia tak bisa berbuat apa-apa dan berbalik untuk mengambil mi.

Yu Qilin menghabiskan minya, setelah bersendawa kekenyangan beberapa kali, tanpa menghindari meja yang kotor, sambil bersandar di meja, ia duduk sambil bertopang dagu dan memandang Jin Yuanbao.

"Benar-benar berselera tinggi.....sudah kelaparan berhari-hari tapi masih keras kepala......" Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Perkataanmu benar, siapapun tak bisa menyuruhku makan makanan yang tak hendak kumakan". Dengan amat cepat, semangkuk mi sayur diletakkan di hadapan Jin Yuanbao, dengan hati-hati ia mengangkat seutas mi dengan sumpit dan memasukannya ke dalam mulutnya, walaupun berada di tengah hutan belantara ini, walaupun sedang makan dari mangkuk keramik kasar, ia masih bersikap anggun dan santai seperti sediakala. Saat ini, lelaki kurus di meja sebelah telah membayar bonnya dan bangkit, namun ketika berjalan melewati Jin Yuanbao ia membenturnya, lalu pergi dengan cepat. Yu Qilin memandangnya dengan tertegun, tak seperti raut wajahnya ketika baru-baru ini makan mi, perlahan-lahan ia menjadi termenung-menung. Jin Yuanbao meliriknya, lalu tiba-tiba bersuara.

"Kau boleh dibilang sudah cukup banyak berkerja keras, oleh karenanya tak apa kalau sopan santun di meja makanmu agak kurang! Aku tak akan tersinggung!"

"Eh, dari mana kau tahu apa yang kupikirkan?"

Yu Qilin tertegun sejenak, lalu membalas, dengan gusar ia berkata.

"Apa kau bermaksud membujukku?" Dengan perlahan Jin Yuanbao menghabiskan mi terakhirnya, ia tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum.

"Apa aku salah bicara? Pemilik kedai, ambillah uangmu!"

Si pemilik kedai mengelap tangannya yang berminyak ke celemek di pinggangnya yang sama berminyaknya, lalu dengan cepat berjalan menghampirinya.

"Tiga mangkuk mi, mi sayur juga termasuk, enam kepeng!"

"Benar-benar murah......", sambil mengumam Jin Yuanbao meraba dompetnya, namun tak nyana ia meraba tempat kosong! Ia terkejut dan segera meraba-raba sekujur tubuhnya, tapi ia tetap tak bisa menemukannya. Ia cepat-cepat mencarinya di meja dan di kursi, namun tetap tak bisa menemukannya, setelah itu ia mencari di bawah meja, tapi masih juga tak bisa menemukannya. Sang pemilik kedai memicingkan matanya, dengan wajah tanpa ekspresi, ia mengawasinya, menunggunya membayar. Jin Yuanbao berpikir sejenak, lalu tersadar.

"Celaka! Orang yang baru makan mi itu....."

Yu Qilin juga baru menyadarinya.

"Dialah pelakunya!"

Ia cepatcepat bangkit, berlari keluar kedai dan memandang ke kedua sisi jalan raya, akan tetapi sosok lelaki kurus itu tak terlihat! Jin Yuanbao juga ikut keluar.

"Cepat kejar!"

"Kejar bagaimana, bayar dulu!"

Sang pemilik kedai cepat-cepat menghadang di hadapan Jin Yuanbao. Dengan tak sabar Jin Yuanbao mengibaskan tangannya.

"Apa kau tak lihat dompetku dicuri! Setelah mengejarnya aku baru bisa membayarmu!"

Akan tetapi si pemilik kedai seakan tak mendengarnya, dengan wajah tanpa ekspresi ia berkata.

"Enam kepeng". Jin Yuanbao merasa kesal.

"Kalau kau menghadangku begini, bagaimana aku bisa mengejarnya? Kan aku sudah bilang dompetku dicuri! Uang di dompet itu cukup untuk membeli sepuluh kedaimu ini!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku cuma minta enam kepeng". Sang pemilik kedai mendengus menghina dan berkata.

"Kulihat kau makan dengan sangat rewel, tapi ternyata kau cuma ingin membuatku rugi! Perempuan ini bahkan makan dua mangkuk mi!"

Mendengar perkataannya itu, wajah mereka berdua memerah, Jin Yuanbao mengangkat dagunya dan berkata pada Yu Qilin.

"Ambillah enam kepeng dan berikan padanya". Yu Qilin menggeleng-geleng, dengan jengah ia berkata.

"Aku......tak punya uang".

"Kau....."

Jin Yuanbao tak dapat berbuat apa-apa, ia memandang kepala dan rambut Yu Qilin, namun sebuah hiasan rambut pun tak ada.

Ia berpikir sejenak, lalu teringat bahwa di penginapan sebelum si Tua Mo mengantarkan arak, sepertinya Yu Qilin telah mencopot semua hiasan rambutnya dan menaruhnya di atas meja rias.

Tanpa bisa berbuat apa-apa, Jin Yuanbao melepaskan satusatunya perhiasan yang dipakainya, yaitu sebuah bandulan kumala, lalu memberikannya pada si pemilik kedai.

"Ambillah ini". Si pemilik kedai melirik bandulan kumala di tangannya itu, lalu masih dengan wajah tanpa ekspresi berkata.

"Aku ingin enam kepengku, tak mau batu ini".

"Batu?"

Jin Yuanbao gusar.

"Kau lihatlah baik-baik, bandulan kumala ini berasal dari Loulan, ini batu kumala putih gajih domba, ditambah dengan ukirannya, nilainya sudah cukup untuk membuka sepuluh restoran mewah".

"Aku hanya ingin enam kepeng". Sudut-sudut mulut Jin Yuanbao berkedut saking marahnya.

"Tak aneh kalau kau tak paham tentang batu kumala.....kau kuberitahu, ini memang benar-benar batu kumala putih gajih domba kelas satu".

"Aku hanya ingin enam kepeng".

"Batu kumala ini nilainya paling tidak seribu tahil perak".

"Aku sudah berkata aku tak menginginkannya, aku hanya ingin enam kepeng". Mendengar perkataannya, Yu Qilin naik pitam, ia melemparkan bandulan kumala itu ke atas meja, lalu dengan murka menatap si pemilik kedai. Si pemilik kedai jeri dan mengkerut, sambil menggigil ketakutan ia berkata.

"Perempuan ini kenapa begitu galak!"

"Omong kosong! Kalau kau mau bandulan kumala ini, ambillah, kalau tidak, lupakan saja semuanya!"

Setelah berbicara dengan galaknya, Yu Qilin menarik Jin Yuanbao dan pergi. Sang pemilik kedai memungut bandulan kumala itu, lalu berkata dengan murung.

"Rugi aku, tiga mangkuk mi ditukar dengan batu rusak ini". Untung saja mereka berdua sudah berjalan jauh dan tak mendengar perkataan itu, kalau tidak mereka pasti akan muntah darah. Sambil berjalan, Yu Qilin menggeleng-geleng dan menghela napas.

"Seribu tahil perak! Sepuluh restoran! Ini benar-benar mi usus termahal yang pernah kumakan!"

Akan tetapi Jin Yuanbao diam seribu bahasa, sama sekali tak menjawabnya. Dengan geram Yu Qilin mengacungkan tinjunya.

"Seribu tahil perak! Tiga mangkuk mi...."

"Apa kau sudah makan sampai kenyang?", sekonyong-konyong Jin Yuanbao bertanya. Yu Qilin tertegun, lalu mengangguk.

"Sudah kenyang".

"Rasanya bagaimana?"

Jin Yuanbao kembali bertanya. Yu Qilin berpikir sejenak.

"Lumayan juga, pemilik kedai itu tak bisa membedakan barang bagus dan tidak, tapi masakannya benar-benar lumayan".

"Kau kelaparan dan ingin makan mi, kau sudah memakannya, rasanya pun lumayan, tak usah bicara tentang beberapa tahil perak itu lagi!"

Yu Qilin tertegun, setelah berpikir sejenak, ia merasa perkatannya itu cukup beralasan, tapi seribu tahil perak itu! "Tujuanmu adalah mengisi perut sekenyangnya, lalu meneruskan perjalanan.

Di dunia ini semua orang ingin mengambil apa yang kau punyai untuk ditukar dengan apa yang tak kau miliki, walaupun tak ada uang kepeng masih ada bandulan kumala.

Kau punya pilihan apa lagi? Sekarang kau sudah makan sampai kenyang, punya tenaga untuk meneruskan perjalanan, tapi sekarang kau mengeluh karena kehilangan sebuah benda mati, apa gunanya?"

Perkataan Jin Yuanbao itu jelas dan masuk akal. Yu Qilin membelalakkan matanya.

"Seribu tahil perak! Aku tak percaya kalau kau tak merasa sayang!"

Jin Yuanbao mengangkat bahunya.

"Baiklah, lain kali aku tak akan memberikan apa-apa, biar kau kelaparan saja".

"Tentu saja tak bisa!"

Yu Qilin menggeleng. Jin Yuanbao memandangnya, perlahan-lahan ia tersenyum.

"Jiang Xiaoxuan, apakah kau bersedih karena aku kehilangan beberapa tahil perak itu? Tak nyana kau sangat menghargai harta benda keluarga Jin kami....."

Dengan kesal Yu Qilin mencibir.

"Aku belum terbiasa dengan keborosanmu!"

"Sepertinya kau ingin menjadi ibu rumah tangga keluarga Jin kami?"

"Omong kosong! Aku tak bisa....."

"Justru bisa! Coba lihat, selagi aku berbicara, wajahmu langsung memerah!"

"Kalau aku sudah bilang tak bisa, ya tak bisa!"

Mereka berdua beradu mulut, tertawa sambil memaki-maki, perlahan-lahan perasaan kesal karena kehilangan uang pun terlupakan.

Setelah berjalan setengah hari, akhirnya mereka melihat sebuah tempat pemukiman manusia, yaitu sebuah pasar desa.

Tentu saja kalau dibandingkan dengan Pasar Timur atau Pasar Barat Changan, pasar desa ini sangat kecil.

Jin Yuanbao mencari sebuah bangku batu yang bersih untuk beristirahat sambil menunggu Yu Qilin, perempuan itu entah hendak berbuat apa, begitu masuk ke dalam kota ia langsung berlari dan lenyap tanpa jejak.

Melihat orang-orang yang mondar-mandir di sudut jalan, makin lama Jin Yuanbao merasa makin gelisah.

Dirinya yang terobsesi pada kebersihan sekarang keadaannya mengenaskan, bahkan penampilannya agak mirip seorang pengemis, benar-benar membuatnya kehilangan muka! Saat ini, seorang anak kecil yang memakai pakaian dari kain katun kasar lewat di depannya, di tangannya ia mengenggam sebuah bakpao besar yang putih bersih, begitu digigit, daging di dalamnya nampak seluruhnya, dalam sekejap wangi daging pun menyebar ke segala penjuru....

Jin Yuanbao yang kelaparan mencium-cium baunya, lalu menelan air ludahnya.

"Tak boleh melihat dengan tak sopan!"

Ia memejamkan matanya dan memaksa dirinya untuk tak memikirkannya.

Akan tetapi, wangi bakpao itu makin lama makin pekat, seakan sedang berada di depan matanya.....

Eh? Salah, seharusnya memang ada di depan matanya! Kehangatan itu tak muncul dari khayalannya saja.

Jin Yuanbao tiba-tiba membuka matanya, dilihatnya dua buah bakpao yang putih dan bulat berada di depan matanya, dan sepasang tangan cantik yang memegangnya sepertinya sudah sangat akrab dengannya....

Pandangan Jin Yuanbao mengikuti tangan itu, dengan tercengang ia berkata.

"Dari mana kau dapatkan bakpao ini?" Sambil tersenyum lebar Yu Qilin memandangnya, lalu memberikan bakpao itu kepadanya.

"Makanlah selagi masih hangat!"

Jin Yuanbao mengerutkan keningnya.

"Aku bertanya padamu, dari mana kau mendapatkannya?"

Yu Qilin takut ketahuan, ia mengumam tak jelas dengan lirih.

"Dari toko bakpao di situ".

"Kau tak punya uang, bagaimana kau bisa membeli bakpao?"

Jin Yuanbao terus mencecarnya.

"Untuk apa kau begitu mengurusinya?"

"Kau mencuri....."

Sebelum ia menyelesaikan perkataannya, Yu Qilin cepat-cepat menutup mulut Jin Yuanbao, menariknya ke sebuah sudut jalan, lalu berkata dengan pelan.

"Jangan mengatakan perkataan yang tak enak didengar begitu, aku cuma mengambil dua buah". Dengan marah Jin Yuanbao mengibaskan "Mengambil makanan tanpa izin itu mencuri!"

Tangannya, Yu Qilin tak senang.

"Apa maksudmu? Memangnya aku pencuri? Memangnya aku biasanya suka mencuri? Aku sangat lapar, maka aku 'meminjam' dua buah bakpao! Setelah aku punya uang aku akan membayarnya, tak apa-apa bukan?" Berbagai pikiran timbul dalam benak Jin Yuanbao ketika ia memandang bakpao putih salju yang berada dalam genggamannya itu, pandangan matanya pun perlahan-lahan jatuh ke pakaian Yu Qilin yang kumal dan wajahnya yang pucat dan tirus, hatinya pun terasa tak enak, diam-diam tinjunya mengepal, ia menertawakan sekaligus menyalahkan dirinya sendiri.

"Tak nyana aku si tuan muda keluarga jenderal yang hebat ini ternyata harus membuatmu si putri Menteri Besar 'meminjam' dua buah bakpao!"

Yu Qilin yang kelaparan menelan ludahnya, namun ia memaksa dirinya menahan lapar dan kembali memberikan bakpao itu kepada Jin Yuanbao.

"Tak usah perduli kau jenderal besar atau tidak, yang paling penting adalah mengisi perut!"

Tipuan kecilnya ini, mana bisa lolos dari mata Jin Yuanbao yang tajam? Tentu saja Jin Yuanbao tahu bahwa Yu Qilin sangat kelaparan, ia segera mengalihkan pandangan matanya.

"Kau makanlah!"

"Kau tak lapar?"

Yu Qilin tercengang.

"Aku....."

Jin Yuanbao menengadah, lalu memasang wajah angkuh.

"Bakpao buatan restoran kecil tak bernama seperti ini kulitnya tebal dan isinya sedikit, bumbunya tak enak, bahkan kecapnya juga tak ada ---- aku tak sudi memakannya!"

"Kau!"

Yu Qilin merasa geram.

"Kulihat kau ini lebih suka mati kelaparan! Kalau kau tak mau makan lupakan saja! Aku sendiri akan memakannya!"

Setelah berbicara, ia memakan bakpao itu dengan lahap.

Melihat wajahnya, Jin Yuanbao perlahan-lahan tersenyum, akan tetapi, dalam hati, ia sukar menutupi perasaan pedih dan bersalah.

Setelah ia memakannya sampai habis, Jin Yuanbao mengambil pisau yang selalu dibawanya, lalu memperhatikannya dengan seksama, akhirnya, ia menggertakkan gigi dan bertanya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dari mana kau mengambil bakpao ini? Bawa aku ke sana".

"Apa yang kau lakukan?", Yu Qilin merasa amat enggan.

"Apa kau ingin membawaku kepada pemilik barang yang kucuri itu untuk diadili? Tuan Muda Jin, bukuai besar Jin?"

"Tidak". Jin Yuanbao memperlihatkan ekspresi lembut yang jarang terlihat di wajahnya, ia mengangsurkan tangannya dan menariknya.

"Bawa aku ke tempat itu".

"Oh.....", Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa dan membawanya ke toko bakpao itu. Setelah tiba di toko bakpao, Jin Yuanbao membiarkan Yu Qilin berdiri di samping toko, sedangkan ia seorang diri melangkah maju. Dengan tak paham, Yu Qilin memandangnya, namun tak nyana, Jin Yuanbao diam-diam memasukkan pisau itu ke dalam keranjang bambu tempat si pemilik toko menyimpan barangbarangnya. Yu Qilin amat terkejut, lalu cepat-cepat menghalanginya.

"Apa yang kau lakukan? Pisau itu adalah peninggalan mendiang ayahmu!"

"Sst!", Jin Yuanbao memberinya isyarat untuk tak bersuara, ia menarik Yu Qilin dan diam-diam melangkah pergi, lalu berkata dengan lembut.

"Aku adalah seorang bukuai, seorang penangkap pencuri! Di dunia ini tak ada orang yang dilahirkan sebagai pencuri, semua pencuri ketika pertama kali mencuri melakukannya karena tak ada jalan lain, akan tetapi tak perduli seberapa terpaksanya ia, kita tetap tak bisa mengubah kenyataan ----- karena itu yang salah tetap salah, dan yang benar tetap benar! Hari ini, kalau dengan alasan aku lapar aku lantas 'meminjam' dua buah bakpao, aku khawatir kalau setelah ini aku tak bisa menangkap pencuri dengan hati nurani yang bersih lagi! Kalau di akherat ayahku tahu, ia tentu akan setuju kalau aku memakai pisaunya untuk 'membeli' dua buah bakpao". Seketika itu juga, berbagai perasaan berkecamuk dalam hati Yu Qilin, dengan amat malu ia berkata dengan suara pelan dan terbata-bata.

"Akulah yang makan dua bakpao itu, bukan kau!"

Dengan tenang dan sungguh-sungguh Jin Yuanbao berkata.

"Kau adalah istriku, apapun yang kau perbuat, semuanya menjadi tanggung jawabku!"

Melihat wajahnya yang tenang dan lembut, Yu Qilin merasa bahwa dalam hatinya ada suatu tempat yang sepertinya terasa pedih, dan sangat tersentuh.....

Jin Yuanbao tersenyum, lalu menarik tangan Yu Qilin dan berlalu.

Namun tak nyana, dengan lincah Yu Qilin mengibaskan tangannya, lalu mengambil kembali pisau itu dari dalam keranjang bambu.

Melihatnya, dengan serius Jin Yuanbao berkata dengan gusar.

"Xiaoxuan, lepaskan!"

Namun Yu Qilin tak menghiraukannya, dengan lantang ia berseru.

"Pemilik toko!"

Sang pemilik toko menjawabnya, sambil tersenyum ramah, dengan hangat ia menyambutnya.

"Bakpao daging yang masih hangat, mau beli sekeranjang?"

"Ya!"

Yu Qilin mengangguk-angguk, memasang wajah manis yang mengemaskan, lalu memberikan pisau itu kepadanya seraya berkata.

"Karena tak hati-hati kami terpisah dari para pelayan keluarga kami, kami lapar, tapi tak membawa uang, kami ingin memakai pisau ini untuk membeli beberapa keranjang bakpaomu, bolehkah?"

Si pemilik toko merasa agak heran, dengan curiga ia menerima pisau itu, lalu memperhatikannya di bawah sinar matahari, di sarung pisau itu nampak ukiran indah yang bersepuh emas dan bertatahkan perak.

Setelah dihunus, mata pisau itu nampak tajam dan mengeluarkan hawa dingin, dengan sekilas dapat diketahui bahwa pisau itu bukan barang biasa.

Sambil tersenyum ramah, pemilik toko itu mengangguk-angguk.

"Pisau ini cukup bagus......"

Setelah itu ia memandang Jin Yuanbao dan Yu Qilin dengan seksama, melihat penampilan mereka yang lusuh, ia menduga bahwa pisau itu adalah barang curian, maka ia pun berkata.

"Kalian akan kuberi dua keranjang bakpao!"

Mendengar perkataannya itu, Yu Qilin bersiap untuk tawarmenawar.

"Tuan pemilik toko, kalaupun anda belum pernah melihat pisau bagus, anda sudah pernah melihat pisau dapur, bukan? Sebilah pisau dapur yang bagus tak bisa ditukar dengan dua keranjang bakpao, pisau ini dibandingkan pisau dapur jauh lebih berharga!"

Setelah berbicara, ia mengambil pisau itu, sambil menggerak-gerakkan tangannya, ia berkata.

"Kau perhatikanlah pisau ini, ukirannya indah, kilaunya bisa untuk bercermin, aku tak berani berkata bahwa pisau ini bisa memotong besi seperti lumpur saja, tapi pasti bisa memotong rambut yang jatuh di atasnya". Ketika para pembeli bakpao mendengar bahwa di tempat itu ada keramaian, mereka semua datang berkerumun. Jin Yuanbao belum pernah tawar menawar dengan orang di pasar, wajahnya terlihat agak jengah, ia mencengkeram tangan Yu Qilin.

"Untuk apa ribut-ribut disini? Cepat ikut aku pergi!"

Kaki Yu Qilin tak bergeming, ia perlahan-lahan menarik tangannya, lalu kembali memandang si pemilik toko.

"Kalau kami tak kebetulan terpisah dengan para pelayan kami, benda yang begitu bagus ini tak mungkin jatuh ke dalam tanganmu!"

Setelah berbicara, ia kembali mengangsurkan pisau itu ke depan si pemilik toko.

"Kalau tak kebetulan lewat desa ini, kami tak akan datang ke tokomu". Si pemilik toko berpikir sejenak, lalu berkata.

"Tiga keranjang bakpao!"

Dengan sangat tegas Yu Qilin berkata.

"Empat keranjang!"

Setelah berbicara ia berlagak hendak mengambil kembali pisau itu. Si pemilik toko mencengkeram pisau itu dan cepat-cepat berkata.

"Penawaran diterima!"

"Aku mau yang paling hangat! Bungkus baik-baik untuk dibawa pergi!"

Yu Qilin memberikan pisau itu pada sang pemilik toko.

Setelah menerima pisau itu, dengan wajah gembira si pemilik toko membungkus bakpao-bakpao itu.

Melihat bakpao-bakpao yang hangat dan putih bersih itu, Yu Qilin pun tersenyum gembira.

Para pembeli bakpao yang menonton adegan itu pun ikut gembira, namun Jin Yuanbao tak terbiasa dengan suasana pasar, wajahnya makin lama makin nampak jengah.

"Nyonya pandai menawar! Empat keranjang bakpao!"

Si pemilik toko memberikan bakpao-bakpao itu kepada Yu Qilin. Yu Qilin menerima bungkusan itu, membukanya, lalu menyodorkan bungkusan bakpao itu ke depan si pemilik toko.

"Mohon keluarkan dua bakpao lagi". Si pemilik toko dengan bingung melakukannya. Yu Qilin menerima bakpao yang tersisa, lalu sambil tersenyum lebar berkata.

"Tuan pemilik toko, kedua bakpao ini masih milikmu! Sekarang kita sudah benar-benar berdagang dengan jujur!"

Setelah berbicara ia mengedipi Jin Yuanbao. Setelah meninggalkan toko bakpao itu, dengan suasana hati yang sangat baik mereka berdua berjalan-jalan di pasar itu, Yu Qilin mengambil dua buah bakpao dan memberikannya kepada Jin Yuanbao.

"Bakpao ini sangat bersih dan putih, kau bisa memakannya tanpa waswas!Setelah ini kita berdua tetap bisa menangkap pencuri dengan hati nurani yang bersih!"

"Ya!", sambil tersenyum Jin Yuanbao menerima bakpao itu, lalu memakannya dengan lahap. Ia berani bersumpah bahwa seumur hidupnya, ia belum pernah makan bakpao yang begitu lezat! Melihatnya makan dengan begitu lahap, Yu Qilin tersenyum dan ikut mengambil sebuah bakpao dan memakannya dengan lahap. Pada saat yang sama, segerombolan orang yang mengelilingi kedai mi usus berpencar, diantara mereka terdapat seorang lelaki yang memakai pakaian baru yang bagus, ia sedang memperhatikan dengan seksama bandulan kumala Jin Yuanbao yang berada dalam genggamannya. Seorang lelaki kekar di sampingnya memandang bandulan kumala itu, lalu cepat-cepat bertanya.

"Bukankah ini milik tuan muda......"

Lelaki itu mengangkat tangannya dan memotong perkataannya, lalu mengangguk.

"Benar". Setelah itu, ia memandang si pemilik kedai yang wajahnya tegang seraya bertanya.

"Barang ini berasal dari mana?"

Dengan tegang si pemilik kedai memandangnya.

"Seorang pria dan wanita makan tanpa bayar, lalu memberikan benda ini sebagai tebusan...."

Setelah berpikir sejenak, ia mengosokgosokkan sepasang tangannya dan bertanya.

"Tuan, apakah mainan ini mahal harganya?"

Lelaki itu menggeleng.

"Tidak".

"Ai, aku tahu aku telah kena tipu! Pria dan wanita itu tak punya uang, aku tahu barang ini bukan barang bagus!"

Dengan kesal si pemilik kedai menghentakkan kakinya dan menyesal tiada habisnya. Lelaki itu mengeluarkan setahil perak dari saku dadanya dan melempar-lemparkannya ke udara.

"Bandulan kumala itu palsu, tapi ini asli". Melihatnya, si pemilik kedai cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk menerimanya, akan tetapi si lelaki menarik tangannya kembali.

"Beritahu aku kemana kedua orang itu pergi, maka setahil perak ini akan menjadi milikmu". Si pemilik kedai segera menunjuk.

"Mereka pergi ke arah sana, mestinya mereka pergi ke Kota Dongjia". Mendengar perkataan itu, si lelaki tersenyum, lalu melemparkan setahil perak itu ke arahnya.

"Terima kasih". Si pemilik kedai cepat-cepat menerima setahil perak itu, lalu mengulumnya di dalam mulutnya dan mengigitnya, setelah itu ia bertanya.

"Apakah tuan hendak menangkap kedua orang yang makan tanpa bayar itu?"

Akan tetapi, begitu ia menengadah, orang itu telah mengajak gerombolannya pergi jauh.

Jin Yuanbao memandang jalan kecil yang seakan tak berujung itu, lalu memandang tubuhnya sendiri.

Pakaiannya yang aslinya putih sekarang seakan tak bisa dilihat lagi apa warnanya, ia merasa sekujur tubuhnya gatal dan tak bisa lagi mempertahankan gayanya sebagai seorang tuan muda, sambil berjalan ia mengaruk-garuk, namun semakin lama ia merasa semakin gatal, gatalnya sulit ditahan.

Melihat kelakuannya yang seperti seekor monyet yang sedang menari, Yu Qilin tak bisa menahan tawanya, dengan penuh rasa kemenangan, ia bertanya.

"Apakah kau belum pernah memakai pakaian yang begini kotor?" "Omong kosong!", Jin Yuanbao memelototinya.

"Jangankan aku, hamba Wisma Jin yang paling rendah kedudukannya saja tak pernah memakainya! Kurasa di rambutku ada serangga!"

Yu Qilin tak bisa menahan diri untuk tak tertawa terbahak-bahak.

"Mana bisa begitu gampang timbul serangganya? Rambutmu cuma kotor, begitu dicuci akan baik lagi!"

Mendengar perkataannya itu, Jin Yuanbao memandang Yu Qilin dengan heran, pakaian yang dikenakan olehnya juga jelas-jelas sangat kotor.

"Kenapa kau bisa sama sekali tak merasa terganggu? Masa keluarga Menteri Besar begitu hemat sehingga mereka membiarkan nona besar mereka memakai pakaian kotor?"

"Ini namanya aku tetap tak perduli walaupun aku disanjung atau dihina, bagus bukan!"

Yu Qilin cepat-cepat mencari alasan.

"Ibuku selalu mengajariku bahwa dalam hidup manusia mau tak mau akan banyak hal yang tak sesuai dengan keinginan kita, menangisinya tak ada gunanya, satu-satunya hal yang dapat kita lakukan ialah menghadapinya dengan tenang!"

Jin Yuanbao mengangguk-angguk, lalu melontarkan sebuah pujian, sesuatu yang jarang dilakukannya.

"Ajaran ibumu bagus, kau juga meneladaninya dengan cukup bagus".

"Ibuku sangat baik, setelah kau bertemu dengannya, kau akan mengerti!"

Dengan penuh rasa kemenangan Yu Qilin berkata.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apakah ia yang seorang lelaki kalah kalau dibandingkan dengannya? Jin Yuanbao mengerutkan dahinya, lalu berusaha keras untuk menahan diri, ia memasang tampang tenang dan acuh tak acuh, namun ia merasa berbagai tempat di sekujur tubuhnya gatal, semakin ditahan semakin gatal.

Tapi......

Ia memandang Yu Qilin, ia harus bertahan! Akan tetapi, masih begitu gatal.....

Sambil menggertakkan gigi ia memandang Yu Qilin, sekali lagi harus bertahan! Yu Qilin yang dipandangnya tersenyum.

"Untuk apa kau memandangku terus menerus? Apakah aku ini obat pereda gatal?"

Begitu mendengar kata 'gatal' itu, seketika itu juga pertahanan Jin Yuanbao jebol, ia mulai melompat-lompat dan berlari kesana kemari sambil menggaruk-garuk, seperti seekor monyet yang sedang menari.

"Hahaha!", Yu Qilin tertawa sampai perutnya sakit.

"Kau.....kau masih menertawakanku juga!"

Jin Yuanbao merasa malu sekaligus geram.

"Baik, baik, aku tak akan tertawa!"

Yu Qilin menahan tawanya.

"Oh ya, aku ingat, di depan sepertinya ada sebuah danau". "Benarkah?"

Dengan ragu-ragu Jin Yuanbao memandangnya.

"Tentu saja benar!"

Yu Qilin mengangguk, lalu melangkah dengan cepat ke depan.

"Kalau mau mandi berjalanlah dengan agak cepat!"

"Sudah tahu!", Jin Yuanbao mengerutu pada dirinya sendiri, lalu cepat-cepat mempercepat langkahnya untuk mengikutinya. Mereka berdua mengikuti jalan itu sampai matahari hampir tenggelam, tiba-tiba di depan mereka nampak sesuatu yang berkilau keemasan. Jin Yuanbao melangkah dengan cepat, lalu melihat keluar dari sela-sela ranting pohon, ternyata di hadapannya ada sebuah danau sepi berair hijau tua, di bawah cahaya mentari, airnya berkilauan seakan penuh sisik ikan yang berwarna keemasan. Dengan bersemangat mereka berdua menghampirinya, lalu berlutut di tepi danau. segera berlari "Sejuk sekali, nyaman sekali! Aku benar-benar ingin mandi!"

Yu Qilin meraup air dan mencuci mukanya. Jin Yuanbao juga mengelap mukanya dengan ujung lengan baju yang dibasahi, setelah itu dengan gembira ia berkata.

"Aku harus mandi sampai bersih!"

Setelah berbicara, dengan tak sabaran ia hendak membuka bajunya.

"Aku mandi dulu!"

Yu Qilin membelalakkan matanya. Jin Yuanbao memandangnya.

"Baiklah, kalau kau ingin mandi dulu, mandilah dulu". Setelah berbicara ia melangkah ke samping sebuah pohon di tepi sungai dan duduk. Yu Qilin sedang hendak membuka pakaiannya, namun tiba-tiba berhenti. Jin Yuanbao memandang ke kiri dan ke kanan.

"Di sini tak ada orang".

"Kau bukannya orang?"

Jin Yuanbao tertawa dan berkata.

"Memangnya aku kenapa?"

"Kau bisa mengintipku!"

"Hah!"

Jin Yuanbao merasa sangat geli.

"Kau takut aku mengintip?"

Dengan sangat tegas Yu Qilin mengangguk.

"Ya". Jin Yuanbao mengerutu pada dirinya sendiri.

"Kau adalah istriku, aku bukannya tak punya kesempatan untuk melihatnya, apa bagusnya?"

Yu Qilin berpikir sejenak, menarik pita pengikat rambutnya ke bawah, lalu berjalan ke hadapan Jin Yuanbao.

"Apa yang kau lakukan?"

Jin Yuanbao berusaha menghindar. Yu Qilin tersenyum, lalu melambai-lambaikan pita rambut di tangannya.

"Ini untuk menutup matamu". Jin Yuanbao cepat-cepat menangkis tangan Yu Qilin.

"Kau melakukan sesuatu yang tak perlu".

"Tak bisa!"

Yu Qilin menggeleng.

"Dengan begini aku akan merasa agak lebih lega".

"Yang benar saja...."

"Apakah kau benar-benar ingin melihat?"

"Apa bagusnya?", Jin Yuanbao merasa gusar.

"Katanya kau mau menutup mataku? Ayo lakukan!"

Yu Qilin segera menutup matanya dengan ikat rambut itu.

"Kau sudah puas?"

Jin Yuanbao meraba-raba pita pengikat rambut yang menutupi matanya. Yu Qilin memandangnya dengan seksama.

"Masih kurang!"

Jin Yuanbao merasa kesal.

"Aku akan kau apakan lagi?"

"Bagaimana kalau saat aku mandi, kau membuka penutup matamu? Aku tak yakin kau akan dapat mengendalikan tanganmu". Ia berpikir sejenak, menarik ikat pinggangnya hingga lepas, lalu menelikung kedua tangan Jin Yuanbao dan mengikatnya di belakang punggungnya. "Jiang Xiaoxuan! Kau keterlaluan! Apa menurutmu ada orang yang mau melihatmu! Kau bertepuk sebelah tangan!"

Jin Yuanbao mengeliat-geliat, tapi ikatannya terlalu erat. Dengan puas diri Yu Qilin bertepuk tangan.

"Kau berkata apapun juga tak ada gunanya, seorang lelaki harus selalu waspada! Kau tahan diri dulu, aku akan segera selesai mandi!"

Setelah berbicara, tanpa khawatir ia melangkah ke tepi danau, pertama-tama ia mencopot sepatunya, kaki telanjangnya yang seputih salju pun melangkah di atas rumput tebal yang empuk, setelah itu ia menanggalkan roknya.

Saat hendak menanggalkan pakaian dalamnya, ia kembali merasa khawatir dan menoleh ke belakang.

Kedua tangan Jin Yuanbao terikat di belakang punggungnya, sepasang matanya tertutup, ia tak berkutik.

Dengan lega Yu Qilin menanggalkan pakaian terakhirnya.....

Tubuhnya yang seputih salju, di tengah riak air yang disinari cahaya mentari nampak makin mempesona....

"Byur, byur!", terdengar suara air, Jin Yuanbao mendengarkan dengan seksama, sudut-sufut bibirnya terangkat membentuk seulas senyum, sepasang tangannya dengan lincah mengeliatgeliat, dengan mudah ia melepaskan ikatan itu, setelah itu ia menarik pita yang menutupi matanya ke bawah hingga terbuka. Saat itu Yu Qilin sedang membelakanginya dan sama sekali tak tahu apa yang terjadi. Punggungnya yang halus dan gemulai tersembunyi di tengah air danau yang berwarna hijau tua, rambutnya yang panjang sehitam tinta, melambai-lambai di atas permukaan air, sehingga makin menonjolkan kulitnya yang seputih salju. Ia menjulurkan tangannya untuk meraup air, lalu dengan riang melemparkannya ke udara, ribuan tetes air tembus pandang yang sebening kristal pun berjatuhan di bawah sinar mentari, lalu meluncur ke bawah mengikuti lengkungan bahunya yang halus dan montok.... Akan tetapi, di bahu itu terdapat sebuah garis berwarna merah bekas bacokan golok yang belum sembuh..... Hati Jin Yuanbao tercekat, suatu perasaan cinta yang ditekan seketika itu juga datang menyergap, ia sangat ingin dapat segera pulang ke Wisma Jin mempunyai ranjang bagus dan bantal empuk, dan memanggil tabib terbaik di istana untuk menyembuhkan lukanya. Saat ini, Yu Qilin makin merasa gembira, dengan riang ia menepuk-nepuk air, cipratan air yang dibuatnya semakin lama semakin besar, suara tawanya terdengar bagai denting genta perak. Tiba-tiba, ia menyusup ke dalam air, lalu berenangrenang bagai seekor ikan, kedua kaki munggilnya terkadang menendang-nendang hingga air muncrat.... Akan tetapi, dengan demikian lekak-lekuk tubuhnya yang indah menjadi tersembunyi di bawah air.... Secara refleks Jin Yuanbao memejamkan matanya, tapi setelah itu terpikir olehnya, bahwa ini adalah istrinya sendiri, memangnya kenapa kalau dirinya melihatnya, maka ia segera membuka matanya, sambil memicingkan matanya, ia memperhatikannya dengan sungguh-sungguh..... Yu Qilin memang benar-benar cantik, akan tetapi kecantikannya bukanlah jenis kecantikan yang mengancam.....ia seperti sinar mentari yang berkilauan dan membawa kehangatan, membawa kenyamanan.....semakin lama melihatnya, hatinya semakin terasa lega, ia seakan memiliki suatu pesona tersendiri. Perlahan-lahan, hati Jin Yuanbao menjadi tenang.....akan tetapi melihatnya mandi dengan asyik, membuat rasa gatal di tubuhnya kembali muncul. Entah sampai kapan Yu Qilin hendak mandi. Jin Yuanbao mengaruk-garuk kepalanya, ia benar-benar tak tahan lagi. Ia segera diam-diam memutar ke tepi danau yang lain, bersembunyi di balik sebongkah batu besar, menanggalkan pakaiannya, lalu menyusup ke dalam air..... Yu Qilin bermain selama beberapa lama, setelah selesai mandi, ia teringat pada Jin Yuanbao, maka ia berbalik untuk melihatnya, namun seketika itu juga ia amat terkejut! Tepi sungai kosong melompong tak ada orangnya! Yu Qilin cepat-cepat memburu ke tepi sungai, memakai pakaian dalam dan roknya, lalu berpaling dan mencari Jin Yuanbao. Akan tetapi dengan sekilas pandang, ia melihat bahwa Jin Yuanbao sedang dengan setengah telanjang duduk di atas sebongkah batu besar sambil dengan santai mengosok tubuhnya, rambutnya basah kuyup, kulitnya pun penuh tetesan air, nampak bahwa ia baru saja mandi di danau. Suatu perasaan yang seperti kemarahan, namun juga seperti rasa malu, pendeknya suatu perasaan yang tak jelas, mendadak muncul dalam benak Yu Qilin, rona merah muncul di wajahnya.

"Jin Yuanbao, kau keparat besar!"

Dengan agak puas diri, Jin Yuanbao memandangnya, lalu dengan santai memakai baju.

"Perampok pun tak bisa mengikatku, Jin Yuanbao, apalagi kau?"

Amarah Yu Qilin makin berkobar, dadanya mendadak naik turun dengan cepat.

"Kau melihat semuanya?"

"Barang-barangmu yang kecil itu, apa bagusnya?"

Ketika berbicara, di wajah Jin Yuanbao muncul sebuah ekspresi putus asa. Yu Qilin marah sekaligus malu, ia merasa darah di sekujur tubuhnya menerjang ke otaknya, ia segera menendang keraskeras ke arah tubuh Jin Yuanbao.

"Ah!", Jin Yuanbao menjerit mengenaskan, seketika itu juga ia ambruk, tak bergeming. Dengan kaki telanjang, Yu Qilin mengoyang-goyangkan tubuhnya.

"Hei, jangan pura-pura mati!"

Jin Yuanbao masih tak bergeming. "Ayo cepat bangun! Tipuanmu ini tak mempan terhadapku!"

Jin Yuanbao masih tak bergeming. Yu Qilin agak merasa gelisah, ia memandang kakinya sendiri, lalu berkata pada dirinya sendiri.

"Apakah aku benar-benar terlalu keras menendangnya? Setelah itu, ia cepat-cepat berjongkok untuk memperhatikannya, lalu menjulurkan tangannya untuk merasakan hembusan napasnya..... Akan tetapi, nampaknya ia benar-benar tak bernapas lagi, Yu Qilin langsung merasa panik, ia menepuk wajah Jin Yuanbao seraya berseru.

"Jin Yuanbao, kau kenapa? Sadarlah! Cepat sadarlah!"

Namun Jin Yuanbao masih sama sekali tak bernapas. Kali ini, Yu Qilin benar-benar khawatir.

"Aku tak sengaja, semua ini gara-gara kau memakai akal bulus, sehingga aku tak bisa menahan amarah dan menendangmu....siapa yang tahu kau ternyata jadi begini.....Yuanbao......Yuanbao....."

Tepat pada saat itu, sebuah tangan tiba-tiba menjulur dan mencengkeram pergelangan tangannya yang seputih salju, lalu mendorongnya.

Yu Qilin sama sekali tak berjaga-jaga, seketika itu juga ia kehilangan keseimbangannya! Jin Yuanbao menggunakan kesempatan itu untuk membalikkan tubuhnya dan menindihnya di bahwa tubuhnya sendiri.

"Kau......"

Yu Qilin tak sempat berjaga-jaga, ia hendak menendangnya, akan tetapi kaki Jin Yuanbao menekan kakinya yang telanjang; ia hendak mengayunkan tangannya, namun sepasang tangannya dikunci erat-erat oleh Jin Yuanbao di atas tanah.

"Keparat kau! Lepaskan aku!"

Pakaiannya tipis, ia khawatir kalau bergerak-gerak pakaiannya itu akan tersingkap, maka untuk sementara ia tak berani sembarangan bergerak-gerak.

Ia baru saja mandi, kulitnya masih lembab, bulu matanya juga masih basah, sepasang mata besarnya benar-benar mempesona, membuat orang rela melakukan apa saja....

Jin Yuanbao menindihnya, tertegun tak bergeming.

"Lepaskan aku! Yu Qilin meronta-ronta, lalu menatap mata Jin Yuanbao tanpa berkedip, suatu perasaan yang sangat aneh mendadak muncul, agak takut, dan juga agak.....mengharapkan? Tidak.....tak benar, pasti tidak seperti itu..... Yu Qilin meronta makin keras.

"Kau mau apa?"

Gerakannya yang luar biasa, makin membuat mulut dan lidah Jin Yuanbao terasa kering. Seakan dapat melihat nafsu dalam pandangan matanya, dengan panik dan agak memohon Yu Qilin berseru.

"Jangan sentuh aku!" Sektika itu juga Jin Yuanbao tersadar, ia cepat-cepat melepaskan Yu Qilin dan bangkit, namun masih dengan keras kepala berkata.

"Siapa yang ingin menyentuhmu? Kau mimpi di siang bolong!"

Yu Qilin cepat-cepat menutup dadanya yang terbuka, wajahnya jengah dan merah padam, jantungnya seperti seekor rusa yang melonjak-lonjak....

--------Angin malam yang sejuk bertiup, membawa keharuman samarsamar rumput hijau dan tanah khas daerah pedesaan, terkadang terdengar suara kicau burung yang nadanya naik turun.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bintang-bintang memenuhi angkasa, Yu Qilin bersandar di sebatang pohon, ia sedang mengepang rambut panjangnya yang hitam legam, pandangan matanya terarah ke bakpao yang sedang dipanggang di atas api unggun.

Bakpao itu ditusuk dengan ranting pohon, di ujung ranting pohon itu nampak jari jemari Jin Yuanbao yang langsing, di belakangnya nampak pakaian yang sudah dicuci bersih yang sedang dikeringkan.

"Bagaimana kau membuka ikatan itu? Apakah semua bukuai di dunia ini punya kepandaian seperti itu?"

Setelah mengepang rambutnya, Yu Qilin mengikatnya dengan selembar pita rambut. Dengan puas diri Jin Yuanbao menggeleng.

"Mana bisa? Tentu saja hanya aku seorang berbakat yang sangat cerdas yang dapat melakukannya". Dengan sikap merendahkan Yu Qilin berkata.

"Kalau tak menyombongkan diri, apa kau akan mati? Sebenarnya aku selalu ingin bertanya padamu, kau putra jenderal yang hebat seperti ini, kenapa mau menjadi seorang bukuai?"

"Kenapa putra seorang jenderal tak bisa menjadi seorang bukuai?"

Ketika berbicara tentang topik ini, dada Jin Yuanbao seakan penuh cita-cita yang terpendam.

"Sejak kecil aku paling benci pada si kuat yang suka menganiaya si lemah, dan orang yang suka berbuat kekerasan dan melakukan kejahatan, oleh karenanya aku ingin menjadi seorang bukuai". Mendengar perkataannya ini, Yu Qilin tak bisa menahan diri untuk tak mengerutu pada dirinya sendiri.

"Si kuat yang suka menganiaya si lemah itu bukannya kau sendiri......"

Jin Yuanbao merasa gusar dan meliriknya. Yu Qilin meleletkan lidahnya, lalu kembali bertanya.

"Tapi kenapa memilih pekerjaan ini? Apakah ibumu tidak suka kau menjadi pejabat tinggi untuk memuliakan para leluhur?"

"Aku tak tertarik menjadi seorang pejabat. Untuk menjadi seorang bukuai tak cukup hanya mengandalkan kekuatan belaka, tapi lebih....."

Jin Yuanbao menunjuk kepalanya.

"Di tengah lautan manusia, bagaimana kita bisa menemukan seorang penjahat? Bagaimana kita bisa mencari bukti-bukti? Bagaimana kita bisa mendapatkan pengakuan tersangka? Semua ini harus dilakukan dengan mengandalkan otak, dan hal ini, sangat cocok denganku". Yu Qilin merasa geli melihatnya.

"Kau menganggap dirimu amat cerdas?"

Dengan hambar Jin Yuanbao mengangguk-angguk, dengan sangat percaya diri ia berkata.

"Diantara para bukuai ibu kota akulah yang paling cerdas, kalau tak ada aku, kita tak bisa menangkap penjahat!"

"Itu karena orang-orang yang cerdas tak sudi menjadi bukuai, orang lain sibuk menjadi pejabat tinggi dan menumpuk kekayaan". Jin Yuanbao tersenyum dan tak mau berkomentar, dengan gesit ia mengambil bakpao yang sudah terpanggang dan memberikannya pada Yu Qilin. Yu Qilin menyambutnya, lalu mengigit bakpao yang sudah terpanggang hingga renyah itu sehingga menimbulkan bunyi 'krek, krek'.

"Ai, tapi aku belum pernah melihatmu memakai seragam yamen". Jin Yuanbao tersenyum hambar.

"Memakai seragam itu sama saja dengan menempelkan tulisan 'bukuai' di wajahmu, begitu melihatnya penjahat menangkap mereka?"

Akan kabur, bagaimana kita bisa "Kalau begitu, biasanya kau juga tak pergi ke yamen?"

"Kalau ingin pergi, aku pergi. Para penjahat ada di jalanan, kalau hanya berjaga di yamen mana bisa menangkap penjahat?"

Yu Qilin menjawab.

"Masuk akal. Tapi, orang sepertimu yang tak bisa bersilat, bagaimana bisa menangkap para penjahat yang lihai ilmunya?"

Dengan penuh arti Jin Yuanbao menatapnya.

"Orang yang cerdas hanya perlu tahu harus menangkap siapa, sedangkan mengejar dan berkelahi, hal-hal yang kasar ini, dilakukan oleh orang-orang sepertimu yang cuma pandai berkelahi tapi tak punya otak". Tentu saja Yu Qilin mengerti makna perkataannya itu, ia segera memelototinya.

"Rupanya kau ingin menjadi bukuai nomor satu ibu kota". Dengan sangat angkuh Jin Yuanbao tersenyum.

"Aku sudah menjadi bukuai nomor satu di ibu kota, cita-citaku adalah menjadi bukuai nomor satu di kolong langit".

"Kalau begitu......"

Yu Qilin meniup-niup bakpao yang berada dalam genggamannya.

"Kalau bertemu orang jahat apa kau takut?"

"Tidak". "Benarkah?"

Yu Qilin tersenyum.

"Aku tak percaya".

"Yang ada hanyalah orang lain yang takut padaku, tapi aku tak takut pada orang lain". Saat itu, di lembah itu sayup-sayup terdengar suara lolongan serigala, mau tak mau Jin Yuanbao agak gemetar.

"Kau kenapa?"

Yu Qilin yang tajam padangannya merasakan sesuatu yang lain pada dirinya.

"Agak kedinginan", Jin Yuanbao mencari-cari alasan.

"Sudah menyalakan api unggun tapi masih kedinginan?"

Yu Qilin tersenyum dan bangkit. Kau pergi ke mana?"

"Aku mau mencari sedikit kayu bakar". Saat ini, suara lolongan serigala di lembah itu semakin keras.

"Tunggu!", Jin Yuanbao cepat-cepat ikut berdiri. Dengan geli Yu Qilin memandangnya.

"Kenapa? Kau takut?"

"Aku takut......takut kau dimakan serigala". Jin Yuanbao membusungkan dadanya.

"Apa kau merasa bahwa dengan ilmu silat kucing kaki tigamu itu kau bisa melawan serigala?" Yu Qilin menyindirnya.

"Kau ini bahkan ilmu silat kucing kaki tiga juga tak bisa, apa kau pikir kau sendiri juga bisa melawan serigala?"

"Aku....."

Sebuah lolongan serigala yang lebih keras lagi membuatnya menelan kembali perkataannya, Jin Yuanbao ketakutan dan mencengkeram tangan Yu Qilin. Merasa bahwa tangan Jin Yuanbao agak gemetar, Yu Qilin bertanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Apa kau tahu bahwa serigala paling suka menyerang orang yang sendirian? Dua orang yang bersama cukup aman, kau tak boleh pergi kemana-mana, harus tetap tinggal di sini". Setelah berbicara ia menarik Yu Qilin agar duduk di sisinya, lalu memeluknya, pelukannya amat erat, begitu erat sehingga mereka berdua seakan dapat merasakan debar jantung masingmasing.

"Lepaskan aku", kata menggertakkan giginya. Yu Qilin dengan pelan sambil Jin Yuanbao tak berkata apa-apa, ia hanya memeluknya makin erat.

"Kau bukannya tak takut pada apapun? Untuk apa kau mencengkeramku?"

"Aku khawatir kau akan ketakutan!" Yu Qilin bermaksud untuk melepaskan diri, namun bagaimanapun juga ia tak dapat melepaskan diri. Dengan keras kepala Jin Yuanbao tak mau mengakui kelemahannya.

"Jangan takut, jangan takut, aku ada di sini". Melihatnya, Yu Qilin tahu bahwa ia benar-benar ketakutan, maka ia tak bisa menahan tawa penuh kemenangannya.

"Hahaha, kau si penakut ini!"

Kegelapan malam menyelimuti jalan di kota kecil itu, para pejalan kaki makin lama makin jarang, seakan mereka telah cepat-cepat pulang ke rumah.

Diantara kerumunan orang itu terdapat seorang lelaki, ia berjalan mondar mandir dengan perlahan, jauh berbeda dengan para pejalan kaki yang berjalan dengan cepat.

Lima atau enam orang mengikuti di belakangnya, sambil berjalan, mereka mengamati dengan seksama orang-orang yang sedang berjalan di sekitar mereka.

Tiba-tiba, pandangan mata mereka terpusat pada sesuatu.

Di depan toko bakpao, nampak seseorang sedang memunggungi mereka sambil memainkan sebilah pisau.

Si lelaki melangkah dengan cepat menghampirinya, lalu menepuknya.

Orang itu berbalik, ia adalah si pemilik toko bakpao, dengan heran ia memandang lelaki itu.

Dengan perlahan, si lelaki mundur dua langkah, lalu menjura untuk minta maaf.

"Maaf, aku salah mengenali orang. Akan tetapi, dari mana kau mendapatkan pisau ini?"

"Ada orang yang menjualnya padaku.....ada apa?"

Dengan waspada si pemilik toko menyembunyikan pisau itu di dalam lengan bajunya.

"Apakah mereka seorang lelaki dan perempuan?", lelaki itu bertanya. Si pemilik toko dengan bimbang mengangguk.

"Mereka temanku......"

Lelaki itu tersenyum dan berkata.

"Apakah tidak lebih baik kalau kau menjual pisau ini padaku?"

Setelah itu, seorang lelaki kekar di belakangnya segera melangkah ke depan, lalu memberinya setahil perak, beratnya sepuluh liang. Si pemilik toko melirik tahil perak itu, lalu menggeleng sambil tersenyum.

"Aku bukannya tak tahu apa-apa tentang harga barang-barang bagus". Begitu mendengar perkataannya itu, si lelaki kekar segera menatap sang lelaki. Lelaki itu mengangguk-angguk. Lelaki kekar itu lalu mengeluarkan secarik yinpiao bernilai seratus liang perak dan memberikannya pada si pemilik toko.

"Seratus liang?", si pemilik toko memandang pisau dalam genggamannya, lalu memandang yinpiao itu, setelah itu dengan wajah berseri-seri ia segera menerimanya dan memeriksanya dengan seksama di bawah sinar matahari, setelah memastikan bahwa semuanya baik-baik saja, ia lantas memberikan pisau itu pada si lelaki, lalu berjalan pergi dengan sangat puas diri. Si lelaki kekar memandang punggung si pemilik toko, lalu bertanya dengan pelan.

"Tuan, pasukan pengawal Wisma Jin yang kita bawa sudah kami suruh pergi. Setelah mereka tahu ada yang tak beres dan kembali, kita sudah membereskan Jin Yuanbao".

"Rencanamu cukup baik". Lelaki itu mengangguk, lalu berpikir sejenak.

"Hanya saja ada suatu hal yang aneh".

"Oh, ya?"

"Mereka sama sekali tak berjalan ke arah Nanjing".

"Benar, apakah mereka tersesat?"

Lelaki itu menggeleng.

"Sepertinya tidak, menurutku mereka memang ingin pergi ke tempat lain".

"Hal ini benar-benar aneh". "Kalau dugaanku tak salah, Jin Yuanbao sekarang sedang menuju Sungai Xiaoli, kemungkinan besar ia hendak mengikuti Sungai Xiaoli dan menuju ke timur".

"Hamba akan segera mengatur agar saudara-saudara prajurit penjaga penyeberangan menyambut mereka".

"Baiklah......"

Lelaki itu mengangguk, sudut-sudut bibirnya terangkat, dengan tenang ia menunggu sambil tertawa dingin Selama dua hari berturut-turut, Jin Yuanbao dan Yu Qilin makan angin dan tidur di alam bebas, mereka telah menempuh perjalanan yang sukar, dan mereka berdua pun kotor hingga penampilan mereka tak keruan.

"Ayo istirahat sebentar". Yu Qilin melihat bahwa di tepi jalan ada sebongkah batu yang boleh dibilang cukup bersih, maka ia menghampirinya dan duduk di atasnya. Jin Yuanbao memandangnya, namun tak ikut duduk, ia mencari sebuah tempat yang tinggi dan berdiri di atasnya, lalu mengawasi keadaan di sekelilingnya. Saat ini, seorang penebang kayu yang sedang memikul kayu bakar lewat di hadapannya. Jin Yuanbao cepat-cepat turun dari tempat yang tinggi itu dan melangkah ke hadapan si penebang kayu, dengan sopan ia bertanya.

"Paman, mohon tanya dari sini ke Nanjing masih berapa jauhnya lagi?" "Nanjing?", si penebang kayu tertegun.

"Jalan ini tidak menuju ke Nanjing".

"Apa?", Jin Yuanbao sangat terkejut.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nanjing di sebelah sana, memutari gunung, lalu menyeberangi Sungai Kuning". Sambil berbicara si penebang kayu menggerakgerakkan tangannya. Jin Yuanbao memandang ke arah yang ditunjuk olehnya, lalu melirik Yu Qilin, setelah itu ia mengucapkan terima kasih pada si penebang kayu.

"Terima kasih".

"Tak usah sungkan-sungkan", begitu selesai berbicara, si penebang kayu melangkah pergi dengan cepat. Jin Yuanbao melangkah ke arah Yu Qilin dengan cepat, lalu menariknya berdiri.

"Kenapa?", dengan heran Yu Qilin menatapnya. Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam, lalu berkata dengan serius.

"Kita salah jalan".

"Oh? Benarkah?"

Yu Qilin nampak terkejut.

"Kalau kita terus mengikuti jalan ini, kita akan makin jauh dari Nanjing".

"Oh......"

Yu Qilin tersenyum manis.

"Ternyata aku salah". Jin Yuanbao menatapnya dengan tajam selama beberapa saat, lalu terus mencecarnya.

"Tapi jalan ini adalah jalan yang kau tunjukkan, sebenarnya kau mau membawaku ke mana?"

Yu Qilin menunduk, lalu menendang sebuah batu di sampingnya.

"Tentu saja ke Nanjing, tapi kau kan tahu, aku buta jalan....."

"Buta jalan?"

Jin Yuanbao memicingkan matanya, lalu mengangsurkan tangannya dan mencengkeram dagu Yu Qilin untuk memaksanya memandang dirinya.

"Kau buta jalan, tapi kenapa kau selalu berkeras hendak menunjukkan jalan? Kenapa kau tak mendengarkan pendapatku?"

Yu Qilin menghindari pandangan matanya.

"Kau ini tuan besar Jin yang belum pernah pergi jauh dari rumah, mana bisa lebih tahu jalan dariku!"

Jin Yuanbao merasa kesal.

"Kalau begitu kau si nona besar yang juga belum pernah pergi jauh dari rumah ini memangnya tahu jalan?"

"Bagaimanapun juga aku sudah pernah menempuh perjalanan untuk menikah, aku lebih tahu jalan dibandingkan denganmu!"

"Kau berbohong".

"Tidak".

"Berpalinglah dan pandang mataku". Sambil berbicara Jin Yuanbao hendak memaksanya berpaling. "Jin Yuanbao, kau jangan ribut!", Yu Qilin meronta membebaskan diri.

"Apa kau tak ingin cepat-cepat sampai ke rumah?"

"Rumah ibumu berada di Nanjing, tapi sekarang kau jelas-jelas tak bermaksud membawaku ke sana. Katakanlah dengan terus terang, sebenarnya kau hendak membawaku ke mana?"

Yu Qilin tersenyum, lalu dengan lembut mengandeng tangannya.

"Yuanbao, kenapa kau menduga-duga tanpa alasan, memangnya aku hendak membawamu ke mana lagi? Aku benar-benar hendak membawamu menemui ibu". Jin Yuanbao menghindari pegangan tangannya dan berkata dengan wajah masam.

"Kalau tak pergi ke Nanjing, bagaimana bisa menemui ibumu?"

"Kau tak usah banyak tanya, pokoknya begitu tiba di sana kau akan mengerti". Setelah berbicara, Yu Qilin kembali menarik tangan Jin Yuanbao. Kali ini, Jin Yuanbao mengibaskan tangannya keras-keras.

"Kalau kau tak berkata dengan terus terang, aku tak mau mengikutimu". Sambil berbicara ia melangkah ke depan seorang diri.

"Jin Yuanbao, kau mau pergi ke mana?"

"Aku tak tahu jalan mana yang menuju ke Nanjing, tapi aku masih tahu jalan pulang ke ibu kota". Tanpa berpaling Jin Yuanbao berkata. Yu Qilin tercengang.

"Kau bermaksud pulang ke ibu kota?"

Jin Yuanbao perlahan-lahan berpaling.

"Tentu saja". Yu Qilin merasa cemas, ia segera menghadang di depannya.

"Tak bisa!"

"Atas dasar apa?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Aku....."

Yu Qilin nampak kesusahan.

"Untuk menempuh perjalanan ini kita sudah banyak menderita, sudah mengeluarkan begitu banyak tenaga untuk berjalan sampai di sini, bagaimanapun juga kita tak bisa kembali!"

"Kalau begitu, bicaralah dengan terus terang padaku". Jantung Yu Qilin berdebar makin cepat, ia menunduk, memandang ujung sepatunya sendiri yang penuh lumpur.

"Yuanbao, percayalah padaku, aku tak mungkin menipumu".

"Tapi sekarang kau sedang menipuku". Yu Qilin membuka mulutnya, hendak membantah, tapi ia tak tahu harus mulai dari mana....

"Yuanbao, aku berjanji, setelah tiba di tempat ibu, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu dengan terus terang".

"Tak bisa. Kau harus menjelaskan semuanya sekarang", Jin Yuanbao tak mau menurutinya. "Ini tak bisa, semuanya tak bisa!"

Yu Qilin tak bisa menahan amarahnya, dengan penuh tekad ia mendorong Jin Yuanbao.

"Kenapa kau begitu merepotkan! Aku akan bertanya sekali lagi, kau mau atau tidak ikut denganku?"

Jin Yuanbao mendekati wajahnya, lalu tersenyum dan berkata.

"Tak mau".

"Jin Yuanbao!", Yu Qilin menggertakkan giginya.

"Jangan memaksaku......"

"Aku jelas tak mau!"

Begitu Jin Yuanbao menyelesaikan perkataannya, Yu Qilin mendadak bertindak, ia memukulnya sampai pingsan.

Beberapa saat kemudian, Jin Yuanbao perlahan-lahan siuman, namun ia mendapati bahwa kedua tangannya telah terikat di belakang punggungnya, selain itu ia diikat dengan beberapa utas tali, dan simpul-simpulnya diikat mati.

Ia meronta-ronta, namun tak bisa membebaskan diri.

"Tak usah berpikir untuk melepaskan diri, aku sudah mengikat mati simpulnya, lagipula, tali itu sudah direndam air, kalaupun kau memotongnya dengan pisau, akan makan waktu lama". Mendengar suara itu, Jin Yuanbao tiba-tiba mengangkat kepalanya, ia melihat bahwa Yu Qilin sedang berdiri di hadapannya sambil mengenggam seutas tali yang sangat panjang. "Apa yang kau lakukan?"

Jin Yuanbao merasa gusar. Yu Qilin mementang sepasang tangannya.

"Jin Yuanbao, kaulah yang memaksa diriku, aku tak punya jalan lain, aku pasti akan membawamu pulang untuk menemui ibu kandung, siapa suruh kau tak mau menurutiku".

"Cepat lepaskan aku!"

Jin Yuanbao meronta-ronta.

"Ah, Yuanbao ----", Yu Qilin tersenyum manis.

"Kali ini aku sudah waspada, aku tahu kau punya kepandaian mengurai ikatan, oleh karenanya aku sengaja mengikatmu beberapa kali, lalu membuat beberapa simpul, yang semuanya adalah simpul mati, kau tak usah membuang-buang tenagamu".

"Kau sudah gila, ya?!", amarah Jin Yuanbao makin memuncak.

"Aku berjanji pada ibu, bahwa aku pasti akan membawamu pulang untuk menemuinya! Kalau kau tak mau, aku akan membawamu pulang dalam keadaan terikat!"

Sambil berbicara, Yu Qilin mengikatkan tali dalam genggamannya ke tali yang mengikat Jin Yuanbao, lalu memegang ujung tali yang satunya lagi.

"Nah, begini baru bagus, kau tak akan bisa melarikan diri lagi". Jin Yuanbao merasa seakan menjadi gila.

"Kau perempuan sinting, ini namanya penculikan! Menurut hukum Ming Agung, orang yang merencanakan untuk membunuh suami sendiri akan dihukum penggal!" Dengan pelan Yu Qilin menarik napas, lalu menghembuskannya seraya berkata.

"Terserah kau mau bicara apa, sebelum sampai di tempat ibu aku tak akan melepaskanmu". Kedua orang itu ---- yang seorang di depan dan yang seorang di belakang ---- berjalan di jalan pegunungan itu, mula-mula Jin Yuanbao memaki-maki, akan tetapi ia lalu capai memaki dan menutup mulutnya, dan setelah itu dengan tenang berjalan mengikuti Yu Qilin. Perlahan-lahan, tirai malam pun menutupi bumi. Saat ini walaupun tak ada cahaya rembulan, bintang-bintang bersinar terang, di tepi sungai di kejauhan nampak sinar lentera, nampaknya ada seorang tukang perahu. Yu Qilin menuntunnya ke tepi sungai itu. Melihatnya, Jin Yuanbao cepat-cepat berkata.

"Jiang Xiaoxuan, apa kau sudah puas bermain?"

Yu Qilin meliriknya.

"Siapa yang bermain denganmu?"

"Sebenarnya kau mau membawaku ke mana?"

Jin Yuanbao memandang perahu yang makin lama makin dekat itu.

"Tunggu sampai kita tiba dan kau akan mengerti". Ketika Yu Qilin sedang berbicara, ia melihat bibir Jin Yuanbao tertarik ke atas membentuk seulas senyum aneh, maka ia segera memandangnya dengan "Kenapa kau tersenyum?"

Curiga seraya bertanya.

"Tidak apa-apa!"

Yu Qilin memicingkan matanya, memperhatikan salah satu pundaknya yang diangkat tinggi-tinggi, ia cepat-cepat berjalan menghampirinya dan memeriksa tali di lengannya.

Walaupun hari sudah malam, namun dapat dilihat bahwa tali itu masih terikat dengan erat, maka Yu Qilin pun menghembuskan napas lega.

Mereka berdua tiba di tepi sungai itu, di tengah sungai nampak sebuah perahu penyeberangan, dua sosok manusia berdiri di atas perahu itu, yang seorang di depan sedangkan yang seorang lagi di belakang.

Yu Qilin melambaikan tangan dengan sekuat tenaga ke arah mereka seraya berseru keras-keras.

"Hei, juragan kapal!"

Si tukang perahu memandang mereka, lalu merapatkan perahunya di tepi sungai.

"Juragan kapal, kami hendak menyeberang ke tepi sungai di sebelah sana", Yu Qilin berkata sambil tersenyum. Si tukang perahu yang berbaju hitam memandang mereka dengan sekilas.

"Silahkan naik". Yu Qilin menuntun Jin Yuanbao ke atas perahu, saat mereka naik perahu, tukang perahu berpakaian abu-abu yang berada di belakang menghampiri mereka, dengan penuh perhatian ia menatap Jin Yuanbao. Melihatnya, Yu Qilin menyeletuk.

"Aku berhasil menangkap seorang pencuri". Si tukang perahu berbaju abu-abu tertegun, untuk sesaat rasa tegang muncul dalam pandangan matanya.

"Pencuri?"

"Ah, baik, hehehe, tak apa-apa, ia sudah diikat erat-erat, kalian jangan khawatir!"

Yu Qilin menenangkan tukang perahu itu.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh.....", kedua tukang perahu itu saling memandang dengan khawatir, lalu berbalik dan pergi ke tempat masing-masing, yang seorang di haluan sedangkan yang seorang lagi di buritan. Melihatnya Jin Yuanbao tak bisa menahan diri untuk tak mengerutu pada dirinya sendiri.

"Maling teriak maling". Yu Qilin cepat-cepat menutupi mulutnya, melirik ke kiri dan ke kanan, lalu dengan suara pelan mengancamnya.

"Kalau kau ribut lagi akan kujahit mulutmu". Setelah berbicara ia menariknya agar duduk. Setelah kedua tukang perahu itu pergi ke haluan dan buritan, mereka mengayuh dengan sekuat tenaga, dan perahu kecil itupun meninggalkan tepi sungai. Seketika itu juga, pandangan Jin Yuanbao terpusat pada sesuatu, di pergelangan tangan si tukang perahu berbaju hitam, nampak jelas sebuah tato kalajengking! Tato ini...... Dalam benak Jin Yuanbao, dengan cepat muncul adegan pertempuran di Penginapan Yuelai itu, di tangan si codet dan anak-anak buahnya terdapat tato itu! Seketika itu juga, Jin Yuanbao tersadar, saat ini keadaan mereka sangat berbahaya, dengan hati-hati ia mengeluarkan tangannya dari ikatan tali, namun ia tetap mempertahankan posisi tangan di belakang punggungnya. Jin Yuanbao memberi isyarat dengan matanya kepada Yu Qilin, namun ternyata ia tak memahaminya, dan malahan memarahinya.

"Untuk apa kau menatapku? Kalaupun kau menatapku aku tak akan membuka ikatanmu!"

Jin Yuanbao tak bisa apa-apa dan hanya bisa mengawasi apa yang terjadi saja dengan diam-diam.

Perahu kecil itu perlahan-lahan berlayar ke tengah danau, si tukang perahu berbaju abu-abu melepaskan dayungnya dan membiarkan perahu kecil itu mengapung di tengah danau, lalu ia berjalan ke haluan perahu.

Ia dan si tukang perahu berbaju hitam saling bertukar isyarat mata.

"Kita beri mereka pangsit dulu atau Mi Bandao?" "Pangsit lebih rapi". Dua kata yang biasa ini masuk ke dalam telinga Yu Qilin yang lincah dan waspada, ia merasa cemas dan memandang ke sekelingnya dengan sekilas, ia menemukan bahwa di bawah tikar di haluan perahu samar-samar nampak separuh gagang golok. Yu Qilin cepat-cepat berpaling, lalu memberi isyarat dengan matanya kepada Jin Yuanbao. Jin Yuanbao membuka mulutnya, tanpa bersuara ia menjawab dengan gerakan bibirnya.

"Aku sudah mau memberitahumu!"

Saat ini, kedua tukang perahu itu telah berjalan mendekat, yang seorang di depan dan yang seorang di belakang, menjepit mereka berdua. Jin Yuanbao menggunakan kesempatan itu untuk berteriak.

"Aku kelaparan! Pangsit dan Mi Bandao semangkuk!"

Kedua tukang perahu itu saling memandang, si tukang perahu berbaju hitam menjawab.

"Pertama Mi Bandao dulu, lalu pangsit, bagaimana?"

Jin Yuanbao mengangkat alisnya.

"Boleh!"

"Itu katamu. Bagaimana dengan nona ini?"

Sekarang, Jin Yuanbao dan Yu Qilin saling bertukar pandang, Yu Qilin segera berdiri dan menendang Jin Yuanbao hingga terjatuh.

"Kau masih ingin makan? Kau si maling ini makanlah nasi penjara!"

Jin Yuanbao yang tergolek di dasar perahu memaki-maki dengan gusar.

"Kau perempuan bau ini yang maling, di siang bolong menculik orang baik-baik, tunggu sampai pihak yang berwajib menghukum matimu!"

"Kau maling jahat ini masih berani-beraninya menyalahkan korbanmu, coba lihat bagaimana aku akan membereskanmu!"

Setelah berbicara, Yu Qilin menerjang ke hadapannya sehingga perahu itu pun menjadi bergoyang-goyang.

Kedua tukang perahu itu kebingungan, mereka tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, mereka saling memandang dengan putus asa.

Sambil menggertakkan gigi Jin Yuanbao berkata.

"Kalau kau punya nyali bunuhlah aku!"

Yu Qilin menjambak kerahnya.

"Kau kira aku tak berani?"

"Ayo mulai!", Jin Yuanbao menengadah.

"Kubunuh kau!"

Yu Qilin tiba-tiba menarik keluar golok yang berada di balik tikar itu.

Untuk beberapa saat kedua tukang perahu itu tertegun.

Pada saat yang sama, tangan Jin Yuanbao pun menjulur ke depan, lalu dengan cepat melepaskan tali yang mengikatnya.

"Maling jahat, terimalah kematian!"

Sambil berbicara Yu Qilin membacok dengan golok itu, namun bacokannya malah mengarah ke si tukang perahu berbaju abu-abu di samping Jin Yuanbao.

Si tukang perahu berbaju abu-abu terkejut, ia segera menghindar, sehingga tubuhnya terhuyung-huyung.

Jin Yuanbao menggunakan kesempatan itu untuk membenturnya dan mendorongnya hingga masuk ke dalam air.

Si tukang perahu berbaju hitam tahu gelagat tak baik, maka ia cepat-cepat mengeluarkan sebuah golok dari sisi perahu, lalu menerjang ke arah Yu Qilin.

Jin Yuanbao berpura-pura terpeleset dan terjerembab.

Yu Qilin menggunakan kesempatan itu untuk membacok.

Si tukang perahu berbaju hitam itu cepat-cepat menangkis bacokan Yu Qilin.

Di tengah kilauan golok, mereka berdua bertukar beberapa jurus.

Akan tetapi tenaga si tukang perahu besar, beberapa jurus kemudian, ia sudah dapat menahan serangan golok Yu Qilin, dan balik menekannya, tak lama lagi Yu Qilin sudah tak sanggup bertahan! Di saat yang genting ini, Jin Yuanbao mendadak maju ke depan, kedua tangannya menggelitik si tukang perahu.

"Ah....!", si tukang perahu mengaruk bagian-bagian tubuhnya yang geli, untuk sesaat ia tak bisa bernapas.

Yu Qilin menggunakan kesempatan itu untuk menangkis serangan dengan gagang goloknya, lalu melayangkan sebuah tendangan dan menendangnya masuk ke dalam air, setelah itu ia berlari ke lambung kapal, mengambil dayung dan melemparkannya kepada Jin Yuanbao.

"Cepat dayung!"

Setelah berbicara ia mendayung dengan sekuat tenaga. Melihatnya, Jin Yuanbao segera berlari ke sisi Yu Qilin, perahu kecil itupun perlahan-lahan menjadi miring. Yu Qilin cepat-cepat berseru.

"Kau pergi ke sebelah sana!"

Mendengar perkataannya itu, dengan kalang kabut Jin Yuanbao merayap ke tempat itu, lalu mengayuh sekenanya.

Dalam keadaan genting, mereka berdua ternyata dapat bekerja sama dengan harmonis, perahu itu melaju dengan cepat dan akhirnya meninggalkan kedua penjahat yang tercebur ke dalam air itu jauh-jauh..

Setelah dengan susah payah lolos dari bahaya, mereka berdua merasa lega, namun tak seharmonis seperti sebelumnya lagi.

Saat ini, karena mereka masing-masing mendayung ke arah yang tak sama, perahu kecil itu terombang-ambing di tengah sungai.

Jin Yuanbao berseru dengan gusar.

"Ke sana!" "Ke sini!", Yu Qilin tak mau kalah. Dengan kesal Jin Yuanbao melintangkan dayungnya dan mengayuh di sisi yang sama dengan Yu Qilin, akan tetapi karena ia miring ke samping, perahu kecil itu tak bisa tetap mengapung dan terbalik! Selagi mereka terpana.

"Byur!", mereka tercebur ke dalam air. Jin Yuanbao tak bisa berenang dan telah tersedak beberapa kali, ia meronta-ronta tak keruan seraya menjerit-jerit.

"Tolong aku! Tolong aku!"

Yu Qilin cepat-cepat berenang ke arahnya, namun tak nyana, Jin Yuanbao malahan menarik kakinya kuat-kuat. Sambil menarik-narik kaki sendiri Yu Qilin berseru.

"Kau jangan bergerak! Jangan bergerak......"

Walaupun Yu Qilin pandai berenang, namun Jin Yuanbao adalah orang yang cepat tenggelam, naluri untuk mempertahankan hidup membuatnya secara tak sadar meraih apapun yang dapat diraih, selain itu karena ia meronta-ronta tak keruan, Yu Qilin menjadi ikut tenggelam.

"Lepaskan tanganmu! Jangan sembarang bergerak......"

Karena tertarik ke dalam air, Yu Qilin pun beberapa kali tersedak beberapa teguk air.

Kalau mereka berdua meronta-ronta dengan kacau balau di tengah sungai, jelas bahwa ia akan ditarik oleh Jin Yuanbao hingga tenggelam ke dasar danau.

Yu Qilin tak dapat berbuat apa-apa lagi, dan terpaksa memukul Jin Yuanbao hingga pingsan.....

Setelah pingsan, Jin Yuanbao menjadi patuh dan dapat ditarik oleh Yu Qilin ke tepi sungai.

Dengan amat kelelahan, Yu Qilin merayap ke tepi sungai, ia memuntahkan banyak air dan terbatuk-batuk dengan hebat, dengan susah payah ia mengatur napasnya hingga kembali teratur.

Akan tetapi ketika ia berpaling, nampak Jin Yuanbao berbaring di atas tanah, kedua matanya terpejam erat-erat, sama sekali tak sadarkan diri.

Yu Qilin memburu ke arahnya dan mendorong-dorongnya.

"Hei, bangun!"

Jin Yuanbao tak bereaksi. Yu Qilin segera menonjok mukanya.

"Cepat bangun!"

Jin Yuanbao masih tak bereaksi.

"Kau sedang berpura-pura, kan? Cepat buka matamu!"

Sambil berbicara, Yu Qilin menekan dadanya, air pun menyembur dari mulutnya.

Yu Qilin cepat-cepat membalikkan tubuh Jin Yuanbao, menelungkupkannya di atas lututnya, lalu memukul-mukulnya beberapa kali, secara naluriah Jin Yuanbao terbatuk-batuk dan menyemburkan tak sedikit air.

Walaupun air sudah tersembur keluar, namun ia belum sadar.

Sekarang Yu Qilin benar-benar bingung, ia cepat-cepat menjulurkan tangannya untuk merasakan hembusan napas Jin Yuanbao, begitu menemukan bahwa ia tak bernapas, ia langsung ketakutan, ia pun segera mendorong-dorongnya seraya berseru.

"Yuanbao! Yuanbao! Yuanbao!"

Jin Yuanbao masih tak bereaksi.

Yu Qilin membuka kelopak mata Jin Yuanbao, dilihatnya bahwa sinar matanya keruh, tangannya lemas, dan kelopak matanya pun dengan cepat menutup....

Apa boleh buat......

Yu Qilin membungkuk di atas tubuhnya, lalu perlahan-lahan menunduk, ia memandang wajah tampan yang makin lama makin dekat dengan dirinya, memejamkan matanya dan menggertakkan giginya, lalu menempelkan bibirnya ke bibir Jin Yuanbao.

Seketika itu juga, sekujur tubuh Yu Qilin seakan disambar geledek, ia merasa lemas dan wajahnya menjadi merah, napasnya memburu, sekujur tubuhnya gemetar.

Ia cepat-cepat padam.....

mengangkat kepalanya, wajahnya merah Fantasi apa ini! Yu Qilin memukuli wajahnya sendiri, ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya.

Setelah itu ia menghembuskan napas keras-keras, lalu kembali membungkuk, bibirnya pun menempel dengan erat di bibir Jin Yuanbao, lalu meniupkan udara ke dalam mulut Jin Yuanbao......

Yu Qilin pun tak tahu berapa kali ia melakukan perbuatan itu, ia hanya merasa bahwa bibirnya yang terus meniup terasa agak kebas.....di dalam otaknya hanya ada satu pikiran, Jin Yuanbao kau sama sekali tak boleh mati, tak boleh mati! Ia hanya memusatkan perhatian pada memberikan pernapasan buatan, namun ia tak tahu bahwa jari Jin Yuanbao sedikit bergerak-gerak.

Jin Yuanbao perlahan-lahan separuh membuka matanya, pemandangan di depannya perlahan-lahan berubah dari kabur menjadi jelas.

Ia melihat wajah Yu Qilin yang basah dan merah padam, bibirnya amat dekat dengan dirinya sendiri.

Setelah itu, ia merasa ada suatu benda yang menekan dadanya, benda itu lunak, ia sedikit menunduk untuk melihatnya, ternyata benda itu adalah dada Yu Qilin.

Ia basah kuyup, seluruh lekak-lekuk tubuhnya yang sedang menempel pada tubuhnya sendiri nampak jelas seluruhnya.

Jin Yuanbao merasa seperti sedang linglung, seketika itu juga sekujur tubuhnya terasa seperti disambar geledek, akan tetapi ia sengaja tak bersuara atau bergerak, ia kembali menutup matanya dan menikmati hembusan napas Yu Qilin, kehangatan dan wangi tubuhnya.
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yu Qilin mengira bahwa Jin Yuanbao belum sadar dan terus memberinya pernapasan buatan.

Akhirnya Jin Yuanbao tak bisa menahan dirinya lagi, ia membuka matanya dan bertanya.

"Sudah cukup belum?"

Dengan gembira bercampur terkejut Yu Qilin berkata.

"Kau sudah siuman! Syukur pada langit dan bumi....."

Dengan kemalas-malasan Jin Yuanbao menjawab.

"Aku sudah agak lama siuman". Setelah berbicara, ia perlahan-lahan duduk.

"Bagus sekali.....sudah agak lama siuman....."

Yu Qilin tertegun sesaat, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang tak beres, maka ia pun segera berkata dengan kesal.

"Apa? Kau sudah siuman tapi masih membiarkanku....."

Jin Yuanbao mengangkat wajahnya dan memandangnya.

"Bukankah kau juga mengambil kesempatan untuk menciumku beberapa kali?"

Seketika itu juga dara Yu Qilin seakan mendidih, Ia merasa bahwa jangan-jangan kakinya pun sekarang merah padam.

"Jin Yuanbao, kau benar-benar tak tahu apa yang baik untuk dirimu sendiri, kalau bukan untuk menyelamatkan nyawamu, siapa yang sudi menciummu?"

Jin Yuanbao tiba-tiba menatapnya dengan tajam, sinar matanya yang panas membara agak menakutkan. Mau tak mau Yu Qilin sedikit menghindar.

"Kau mau....." Sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, sebuah bibir yang hangat, lembut dan sudah akrab dengannya pun dengan ganas mengulum bibirnya sendiri. Seketika itu juga, Yu Qilin merasa napasnya seakan berhenti, dan jantungnya seakan berhenti berdetak. Akan tetapi setelah itu Jin Yuanbao langsung mendorongnya, mengusap bibirnya, lalu dengan berpura-pura tenang berkata.

"Tak sopan kalau aku tak membalas. Sekali ini aku membalas budimu". Setelah berbicara, dengan enteng ia bangkit dan melangkah ke depan. Pikiran Yu Qilin galau, untuk beberapa lama ia tertegun, lalu setelah berhasil menenangkan diri, ia buru-buru mengejarnya. ------Di tepi sungai seorang lelaki bertubuh kekar melangkah ke samping seorang lelaki berpakaian brokat, lalu berkata dengan pelan.

"Gongzi, Ma bersaudara yang ditugaskan menyergap mereka di sungai gagal". Sinar mata lelaki itu berubah.

"Siapa yang kau siapkan di seberang Sungai Xiaoli?"

"Mereka anak buah si codet". Lelaki itu berkata.

"Kuharap kali ini aku tak kecewa lagi". "Baik, hamba pergi dulu". Setelah berbicara, lelaki kekar itu mengerahkan ilmu ringan tubuh dan pergi dengan cepat. Lelaki itu berdiri tak bergeming di tepi sungai sambil memandang air sungai yang jernih berkilauan, matanya perlahan-lahan memicing, tangannya dengan pelan meraba pedang di pinggangnya..... Saat ini, empat lelaki kekar bersenjata menyeruak dari tengah alang-alang, dengan sekilas dapat diketahui bahwa mereka adalah jago-jago silat. Lelaki pemimpin mereka menyoja pada si lelaki seraya berkata.

"Caixia Zeng Biao, kami datang atas perintah Yang Mulia untuk membantu Liu Gongzi". Lelaki itu agak terkejut, namun wajahnya segera nampak rendah hati dan santun.

"Yang Mulia benar-benar mengurus semuanya sampai ke hal-hal terkecil. Beliau benar-benar memperhatikan caixia". Zeng Biao mundur selangkah, lalu menjura dan berkata.

"Liu Gongzi, dengan bantuan kami berempat, kami yakin bahwa kita akan dapat dengan cepat menangkap dan membunuh Jin Yuanbao". Setelah itu, ia berbalik ke arah ketiga orang lainnya dan memberi perintah.

"Sejak saat ini, kita harus selalu berada di sisi Liu Gongzi". Lelaki itu tersenyum kecil.

"Terima kasih atas perhatian Yang Mulia". Setelah berbicara ia berbalik dan pergi. Namun setelah membelakangi keempat orang itu, ia mengerutkan keningnya, di matanya muncul perasaan muak dan tak berdaya. Sinar mentari dengan miring bersinar menerobos sela-sela dedaunan di pohon, berkas sinarnya ada yang sempit dan ada yang lebar, membentuk benang-benang cahaya yang keemasan. Di tengah sinar terang benderang yang hangat itu, debu berterbangan naik turun. Punggung Yu Qilin yang perlahan-lahan terbangun bersandar pada batang pohon, ia memandang Jin Yuanbao yang duduk di hadapannya, sinar matanya makin lama makin lembut. Kalau melihatnya, bukankah ibu akan sangat gembira? Setelah terpisah bertahun-tahun lamanya, dapat melihat putranya yang telah dewasa dengan mata kepalanya sendiri, bukankah ia akan merasa bahagia? Berpikir sampai di sini, sebuah perasaan hangat pun muncul dalam hati Yu Qilin, ia rela menanggung penderitaan untuk mencapai cita-citanya itu.

"Kau lihat apa? Kau ingin mengikatku?"

Jin Yuanbao membuang rumput di tangannya yang selama ini dipermainkannya, sinar matanya yang dingin penuh ejekan. Hati Yu Qilin mendingin, dengan tak senang ia memandangnya, setelah berpikir sejenak, ia bertanya.

"Apakah kau benar-benar tak bisa diikat oleh siapapun?"

Jin Yuanbao tersenyum simpul.

"Kau masih ingin mengujinya?" "Bagaimana kau bisa sampai mempelajari kepandaian itu?"

Sambil berpegangan pada pohon, Jin Yuanbao bangkit, lalu perlahan-lahan melangkah ke hadapan Yu Qilin, sembari menunduk untuk memandang matanya, ia berkata.

"Sebagai seorang bukuai, kalau aku tak punya kepandaian seperti ini, bagaimana aku bisa bermain-main dengan para penjahat?"

"Ajari aku". Yu Qilin membuka matanya lebar-lebar. Jin Yuanbao mengangkat mempelajarinya?"

Alisnya.

"Untuk apa kau "Untuk berkelana di dunia persilatan......"

Begitu mengucapkannya, ia sadar telah salah berbicara, maka ia segera menutupi mulutnya.

"Apa?"

Jin Yuanbao terkejut. Yu Qilin berkata.

"Maksudku, kalau di kemudian hari aku bertemu penjahat, aku akan dapat menggunakannya untuk menolong diri sendiri". Dengan amat geli Jin Yuanbao memandangnya.

"Kau kan cuma menunggu dengan aman di rumah, mana bisa bertemu penjahat?"

"Karena...."

Yu Qilin berpikir sejenak, lalu dengan penuh kemenangan menjawab.

"Setelah aku menikah denganmu, aku hendak pulang ke rumah dengan aman, tapi malahan menjadi seperti sekarang ini!" Dengan seksama Jin Yuanbao memperhatikan air mukanya, akhirnya ia merasa bahwa dirinyalah yang bersalah, maka ia berkata.

"Baiklah. Karena kau begitu tulus ingin mempelajarinya, aku akan mengajarimu. Sebenarnya tidak sulit, asalkan kau bisa mengurai ikatan kau pasti bisa". Yu Qilin mengangguk.

"Aku bisa melakukannya". Jin Yuanbao mencibir.

"Masa?"

"Aku benar-benar bisa, kalau kau tak percaya akan kutunjukkan padamu". Setelah berbicara, Yu Qilin memandang ke sekelilingnya, lalu mencari secarik kain yang panjang. Jin Yuanbao mencoba kekuatan kain itu, lalu memandang Yu Qilin.

"Angkat kakimu". Dengan patuh Yu Qilin mengangkat kaki kanannya. Jin Yuanbao berjongkok, dengan terampil mengikat pergelangan kaki Yu Qilin beberapa kali, lalu membuat beberapa simpul, setelah itu ia mengikat ujung kain yang satunya lagi di pohon dan berkata.

"Beres, kau cobalah membukanya".

"Cuma begini? Hah!", dengan sangat percaya diri Yu Qilin membuka ikatan itu, namun ia tak bisa membukanya. Setelah beberapa lama, ia begitu kelelahan hingga kepalanya bermandikan keringat.

"Simpul apa yang kau buat ini?"

"Simpul yang dibuat khusus untuk mengikat tahanan", Jin Yuanbao tersenyum dan bangkit.

"Berlatihlah dengan tekun". Yu Qilin tertegun.

"Apa?"

Jin Yuanbao membungkuk untuk memandangnya, lalu tersenyum lebar.

"Kau ingin belajar membuka ikatan, kalau kau tak diikat bagaimana kau bisa belajar?"

Yu Qilin mendadak tersadar.

"

Kau membalasku!"

"Hah. Kau mengikat tanganku, menyeretku begitu lama, dan kita berdua hampir tenggelam di sungai, tapi aku cuma mengikatmu saja untuk beberapa saat, boleh dibilang aku sudah sangat bermurah hati". Setelah berbicara, Jin Yuanbao mengibaskan lengan bajunya dan melangkah pergi.

"Jin Yuanbao!", Yu Qilin merasa geram dan terus berusaha membuka ikatannya, namun ternyata ikatan itu memang benarbenar kencang.

"Kau ini jahil! Lepaskan ikatanku!"

Jin Yuanbao menoleh dan tertawa.

"Aku memang jahil". Melihat Yu Qilin memelototinya, ia meniru mimik mukanya dan balas memelototinya, dengan penuh kemenangan ia berkata.

"Untuk apa kau memelototiku? Walaupun kau pelototi aku juga tak akan membuka ikatanmu. Berlatihlah dengan tekun".

"Kau!"

Yu Qilin naik pitam dan kemarahannya ke ikatan itu.

menumpahkan seluruh Jin Yuanbao berjalan sambil terhuyung-huyung, lalu duduk di sebongkah batu dan menontonnya dengan asyik, setelah menonton untuk beberapa saat, ia menggerak-gerakkan tangannya untuk memberi petunjuk.

"Caramu yang langsung bertindak tanpa berpikir dulu ini salah. Aku sudah berkata sebelumnya, bahwa melakukan segala sesuatu itu harus pakai otak. Tanpa memperhatikan baik-baik ikatan ini, bagaimana kau bisa langsung bertindak dengan gegabah? Akibatnya semakin kau berusaha menguraikannya, ikatannya malah semakin erat". Setelah berbicara, Jin Yuanbao berpura-pura mengeluh.

"Ai, perempuan!"

Yu Qilin merasa geram dan ingin menerkamnya.

Sambil menggertakkan gigi Yu Qilin berusaha melepaskan diri, sinar matahari semakin menyengat, dahinya mulai mengeluarkan butiran-butiran keringat kecil.

Jin Yuanbao menengadah memandang matahari, lalu menepuknepuk pantatnya dan bangkit.

Melihatnya, Yu Qilin cepat-cepat bertanya.

"Kenapa kau pergi?"

Jin Yuanbao mengulet.

"Sinar matahari membuat orang kepanasan dan haus ---- diamlah disini dengan manis dan jangan lari sembarangan, aku akan mengambil sedikit air".

"Lari?", Yu Qilin bertanya dengan gusar.

"Kau mengikatku, bagaimana aku bisa lari?"

Jin Yuanbao segera berlagak baru tersadar, ia menganggukangguk.

"Benar, aku lupa kau sedang diikat". Setelah berbicara, ia melangkah ke depan Yu Qilin, lalu, seperti sedang mengeluselus binatang peliharaan, ia mengelus-elus kepala Yu Qilin, sambil tersenyum lebar ia berkata.

"Tunggulah aku kembali dengan manis, jangan khawatir, aku pasti akan cepat kembali!"

Yu Qilin mendongak, hendak mengigitnya, namun dengan lincah Jin Yuanbao menghindarinya.

"Ckckck, benar-benar anjing kecil yang nakal!"

Ia mengelusnya dua atau tiga kali lagi, lalu dengan puas berbalik dan pergi.

"Jin Yuanbao! ! !"

Api kemarahan membakar hati Yu Qilin, ia hampir muntah darah, akan tetapi ia diikat erat-erat dan tak berdaya menangkapnya, maka ia hanya bisa terus berusaha membuka ikatannya.

Setelah bersusah payah setengah mati, akhirnya ia berhasil membuka sebuah simpul, namun masih ada beberapa simpul mati yang tak dapat dibukanya.

Ia tak bisa menahan diri untuk tak memaki-maki.

"Jin Yuanbao, kau tunggulah, lihat bagaimana aku akan membereskanmu!"
Pasangan Sempurna yang Ditakdirkan Karya Tong Hua di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ha......Jin Yuanbao, kau tunggu saja!"

Yu Qilin yang bermata tajam melihat sebongkah batu yang ujungnya tajam di sampingnya, ia mengosokannya kuat-kuat ke tali yang mengikatnya dan sedikit demi sedikit simpulnya pun melonggar....

Di luar hutan, sambil membawa sekantung air Jin Yuanbao melangkah dengan cepat untuk kembali.

Mendadak, seorang pejalan kaki berjalan ke arahnya.

"Kakak, mohon tanya, mana jalan yang menuju ke Nanjing?" Jin Yuanbao memandangnya, lalu berkata.

"Aku bukan orang asli tempat ini, carilah orang lain untuk ditanyai". Pejalan kaki itu tersenyum, lalu bertanya dengan akrab.

"Kalau begitu kau hendak pergi ke mana?"

Jin Yuanbao melirik pakaiannya yang kotor, lalu sambil mengerutkan keningnya, ia menjawab dengan dingin.

"Bukan urusanmu". Setelah berbicara ia lantas melangkah maju dengan acuh tak acuh. Saat itu, si pejalan kaki tiba-tiba berseru.

"Jin Yuanbao!"

Tanpa sadar Jin Yuanbao menoleh.

"Hahaha, akhirnya kau berhasil ditangkap olehku si tua ini!"

Ia memasukkan jari-jarinya ke dalam mulutnya dan bersuit, setelah itu, dari semak-semak di sekelilingnya, belasan lelaki kekar menerjang keluar, tangan mereka masing-masing mengenggam senjata, dari dandanan mereka nampaknya mereka adalah perampok.

"Siapa kalian?"

Jin Yuanbao amat terkejut.

"Orang-orang yang akan menangkapmu untuk ditukar dengan uang!"

Setelah berbicara si pejalan kaki mengayunkan tangannya, sekelompok perampok segera memburu ke depan dan memiting Jin Yuanbao, lalu mengikatnya.

Akan tetapi adegan ini dilihat oleh Yu Qilin yang baru saja berhasil melepaskan diri dari kejauhan.

Yu Qilin amat terkejut, namun musuh banyak jumlahnya, tak ada gunanya baginya untuk langsung menyerang mereka, maka dengan waspada ia cepat-cepat bersembunyi di balik sebongkah batu besar, lalu diam-diam mengawasi apa yang terjadi.

Para perampok itu menutupi Jin Yuanbao dengan sebuah karung goni dan memasukkan seluruh tubuhnya ke dalamnya, setelah mengikat karung goni itu dengan tali, dua orang lelaki memanggulnya, lalu mereka semua dengan cepat berlalu.

Melihat kejadian ini, Yu Qilin dengan tenang diam-diam membuntuti mereka.

Setelah para perampok itu melewati hutan, mereka meuju ke sebuah kubu yang terletak di lembah yang terpencil.

Kubu itu bobrok dan menyedihkan keadaaannya, di dalamnya ada dua gubuk rusak, bahkan gerbangnya pun tak ada.

Kelihatannya sama sekali tak kuat, jangankan kalau pejabat setempat mengirim pasukan untuk menumpas mereka, kalau desa setempat mengumpulkan lelaki-lelaki kuat, mereka pun akan dapat menghancurkan sarang perampok itu.

Dengan sikap merendahkan Yu Qilin mencibir, pantas saja pakaian mereka begitu compang-camping, benar-benar tidak berdisiplin! Yu Qilin menghindari para perampok yang sedang berpatroli, dengan diam-diam bersembunyi di luar gubuk dimana Jin Yuanbao ditahan, menjulurkan tangannya dan menusuk kertas jendela hingga berlubang, lalu dengan hati-hati mengintip ke dalam.

Jin Yuanbao diikat hingga mirip sebuah bakcang, ia didudukkan di sebuah sudut, namun air mukanya sangat tenang., Dua orang perampok berdiri di depannya, mereka memandangnya seakan sedang menaksir barang dagangan.

Namun seorang diantara mereka dikenali oleh Yu Qilin, dia adalah orang yang barusan ini memerintahkan agar Jin Yuanbao diikat di jalanan gunung itu, rupanya dia adalah seorang pemimpin yang berkedudukan rendah.

Si pemimpin rendahan itu bertanya untuk bermanis-manis kepada lelaki gemuk di sisinya.

"Dage, diakah orangnya?"

Lelaki gemuk itu melangkah ke hadapan Jin Yuanbao dan memegang dagu Jin Yuanbao, memperhatikannya dengan seksama, mengangkat gambar Jin Yuanbao dan membandingkannya dengan gambar itu untuk beberapa lama, lalu mengangguk-angguk.

"Wajahnya sangat mirip, logatnya pun logat ibu kota, tak mungkin salah". Si pemimpin rendahan itu cepat-cepat berkata dengan bersemangat.

"Dage, kalau begitu kita para saudara telah berjasa besar!"

"Benar!"

Lelaki gemuk itu mengangguk.

"Awasi dia baik-baik, aku akan melapor pada laopan !" "Baik!"

Lelaki gemuk itu melangkah, namun lalu berpaling dan menjelaskan.

"Tanpa perintahku siapapun tak boleh menyentuhnya".

"Baik!"

Setelah melihatnya pergi, Yu Qilin melompat dengan enteng ke balik tumpukan jerami di belakang gubuk itu.

Lelaki gemuk itu menutup pintu gubuk rapat-rapat, lalu melangkah pergi dengan cepat sambil mengendong tangan di balik punggung.

Akan tetapi, di lengannya nampak sebuah tato yang sudah sangat diakrabinya....

Yu Qilin mengerutkan keningnya, tato kalajengking itu sepertinya sudah berkali-kali dilihatnya....tiba-tiba ia tertegun, di penginapan, dan juga kedua tukang perahu itu! Apakah mereka satu gerombolan? Pantas saja kubu ini begitu bobrok, rupanya tempat ini hanya sarang sementara mereka.

Pada saat ini, di sebuah jalan pedesaan, sambil mengendong kedua tangannya di balik punggungnya, Liu Wenchao berdiri dan menunggu.

A Gui berjalan mendekatinya dari kejauhan.

"Gongzi, semua berjalan dengan lancar". Liu Wenchao terperanjat.

"Mati atau hidup?"

"Hidup". Mendengar perkataannya, Liu Wenchao menghembuskan napas panjang, lalu bertanya.

"Mereka berdua?"

A Gui menggeleng.

"Hanya Jin Yuanbao".

"Hmm...."

Liu Wenchao perlahan-lahan mengalihkan pandangan matanya ke kejauhan, lalu bertanya.

"Kau sudah menyampaikan perintahku?"

A Gui mengangguk.

"Gongzi tak usah khawatir, aku sudah membereskan semuanya, sebelum anda datang, sehelai rambut Jin Yuanbao tak boleh disentuh oleh siapapun".

"Baik". Setelah berbicara, Liu Wenchao memandang ke sebuah paviliun di tepi jalan yang berada di kejauhan, dimana Zeng Biao berempat sedang minum arak. Liu Wenchao berjalan beberapa langkah mendekati A Gui, lalu berbisik di telinganya.

"A Gui, bereskan mereka". A Gui ikut memandang mereka berempat, lalu mengangguk dengan penuh arti.

"Baik". Setelah itu ia melangkah ke arah paviliun itu. Sambil kembali memandang keempat orang itu dengan mata terpicing, Liu Wenchao tersenyum kecil, setelah itu ia melompat ke atas punggung kuda dan melarikannya dengan cepat sehingga debu mengepul. Di luar gubuk, Yu Qilin menunggu untuk beberapa lama, akan tetapi tak pernah ada kesempatan yang baik, selagi ia merasa kesal dan cemas, seorang perampok keluar dari gubuk yang satunya lagi sambil membuka ikat pinggangnya, kemudian ia berdiri di samping tumpukan jerami tempat Yu Qilin bersembunyi, lalu tanpa memperdulikan aturan sopan santun mulai kencing sembarangan. Dengan jengah Yu Qilin memalingkan mukanya dan tak melihatnya, dalam hati ia memaki delapan belas generasi leluhur perampok itu. Tepat ketika perampok itu sudah selesai dan bersiap untuk pergi, sebuah tipu muslihat muncul dalam benak Yu Qilin, setelah perampok itu pergi, dengan diam-diam ia keluar dari balik tumpukan jerami, telapaknya memukul tengkuk perampok itu, si perampok yang tak berjaga-jaga pun kontan ambruk. Setelah itu Yu Qilin menyeretnya dan menyembunyikannya di belakang tumpukan jerami..... Setelah beberapa saat, Yu Qilin kembali keluar dari balik tumpukan jerami, ia telah menutup wajahnya dan bertukar pakaian perampok, sedangkan tangannya mengenggam golok perampok itu. Saat ini, suara para perampok yang sedang bersenang-senang minum arak dan bermain tebak jari sayup-sayup terdengar dari dalam gubuk itu, sepertinya mereka tak sadar bahwa ada orang yang hilang. Di dalam gubuk di seberangnya tempat Jin Yuanbao disekap, si keroco yang ditugaskan menjaganya jelas sangat ingin ikut serta, sayang sekali ia sedang bertugas, maka ia hanya bisa duduk dengan gelisah sambil mengaruk telinganya. Jin Yuanbao memandang si keroco sambil tersenyum. Melihat senyumnya si keroco naik pitam, ia berpaling dan menatap Jin Yuanbao, lalu dengan bengis bertanya.


Pendekar Naga Putih 16 Kecapi Perak Pendekar Pulau Neraka 16 Rahasia Bunga

Cari Blog Ini