Pembunuh Misterius Karya Tjan ID Bagian 1
Kolektor E-Book
adalah sebuah wadah nirlaba bagi para pecinta Ebook untuk belajar, berdiskusi, berbagi pengetahuan dan pengalaman.
Ebook ini dibuat sebagai salah satu upaya untuk melestarikan buku-buku yang sudah sulit didapatkan di pasaran dari kepunahan, dengan cara mengalih mediakan dalam bentuk digital.
Proses pemilihan buku yang dijadikan objek alih media diklasifikasikan berdasarkan kriteria kelangkaan, usia, maupun kondisi fisik.
Sumber pustaka dan ketersediaan buku diperoleh dari kontribusi para donatur dalam bentuk image/citra objek buku yang bersangkutan, yang selanjutnya dikonversikan kedalam bentuk teks dan dikompilasi dalam format digital sesuai kebutuhan.
Tidak ada upaya untuk meraih keuntungan finansial dari buku-buku yang dialih mediakan dalam bentuk digital ini.
Salam pustaka! Team
Kolektor E-Book
PEMBUNUH MISTERIUS Karya . Wiedy Tjan ID Setiawan Penerbit . UP. Saudara Pustaka Koleksi . Aditya Indra Jaya Image Source . Awie Dermawan Kontributor . Yons/Yon Setiyono Agustus 2019, Kolektor - Ebook1 PEMBUNUH MISTERIUS
Jilid 1 Waktu itu adalah suatu malam buta yang sangat sunyi, penuh dengan mega, menutupi bintang dan bulan yang akan muncul.
Angin kencang, hujan turun dengan derasnya, kilat menyambar, guntur menggelegar, semuanya ini membentuk suatu suasana yang sangat menyeramkan.
Suatu suitan panjang yang menyeramkan, tergabung didalam gemuruhnya hujan dan guntur yang sedang berbunyi, bergema keseluruh tanah lapang dan padang rumput yang sunyi senyap.
Sebuah bayangan berkelebat diantara hujan yang deras, melayang dengan cepatnya pada jalan besar yang sunyi senyap, air hujan dan lumpur beterbangan yang menyebabkan jubah panjangnya basah kujup dan kotor.
Sebuah sinar kilat menyambar, memecahkan suasana yang gelap gulita, menyinari pada keringat dan air hujan yang tergabung menjadi satu pada wajahnya, pakaiannya yang rajin perlente, wajahnya yang tampan, dan sebilah pedang yang di pegang pada tangannya, beserta gerak gerik dan sikapnya yang cemas dan tergesa gesa, kelihatannya ada sesuatu yang tidak beres.
Sekonyong2 ---- terdengar beberapa suara bentrokan keras,diantara angin kencang dan hujan yang deras itu, muncul tiga buah bayangan manusia, yang berlari kearah orang berjubah panjang itu, dan menghalang jalan perginya.
Ketiga orang itu memakai pakaian yang serupa semuanya, seluruh tubuhnya dibungkus oleh pakaian ketat yang berwarna hitam, kepalanya dibungkus oleh kayu hitam yang sangat rapat hanya tertampak kedua matanya saja.
Diantara ketiga orang itu, mendadak melayangkan telapak tangannya melancarkan serangan, angin pukulan yang dingin dan keras, diantara air hujan yang sedang turun dengan derasnya, membentuk suatu lubang yang sebesar belasan coen.
Tangan kiri orang berjubah panjang itu melancarkan satu serangan pula, dengan sangat cepat membentuk satu langkaran didepan dadanya, dan didorongkan keluar, sedang pada mulutnya dengan nyaring membentak.
"Kalian dengan kain hitam semacam. itu menutupi wajah asli kalian, dan menyembunyikan asal usulnya dapat dihitung sebagai pendekar macam apa ---."
Suara bentakannya belum selesai diucapkan, dua buah tenaga pukulan yang sangat dasyat telah berbentur menjadi satu.
Lweekang dari orang berjubah panjang itu agaknya bukan tandingannya, tubuhnya terdesak mundur sebanyak dua langkah ke belakang.2 Terdengar orang berpakaian hitam di ujung kanannya dengan dingin berkata.
"Lima telaga empat lautan, babkan seluruh penjuru dunia ini setiap orang2 didalam dunia kangouw, semuanya telah mempunyai niat untuk membunuh mati kau !"
Orang berpakaian hitam yang berdiri di sebelah kirinya berbatuk- batuk sebentar, kemudian ujarnya pula.
"Lihatlah dihadapnmu telah penuh dengan orang2 yang mengepung dirimu, jangan dikata tubuhmu terdiri dari darah dan daging, sekalipun terbuat dari besi atau pun baja sekalipun, juga sukar bagimu untuk menghindarkan diri dari kerubutan jago2 berkepandaian tinggi dari seluruh Bu-lim"
Orang berpakaian hitam yang berdiri di tengah itu dengan suara mendalam ujarnya pula.
"Ini adalah kesempatan yang terakhir bagimu, kau boleh memilih sesuka hatimu di antara dua jalan yakni antara jalan kehidupan dan jalan kematian !"
Pada saat mereka ber-cakap2 itulah, di antara curahnya hujan yang sangat deras barkelebat puluhan orang2 berbaju hitam, merekapun dengan menggunakan kain hitam mengerubungi kepalanya, ber-sama2 datang mendekat dan mengepung rapat2 orang berjubah panjang itu.
Terdengar suara seorang yang agaknya berasal dari seorang yang telah lanjut usianya, ujarnya.
"Nyawa dari seseorang adalah sesuatu yang begitu berharganya. Kikalau hanya karena sesuatu benda yang tidak berwujud harus memilih jalan kematian bagi dirinya bukankah terlalu sayang sekali"
Suara ini meskipun diucapkan tidak keras, tetapi tetdengar sangat terang dan bertenaga, setiap perkataan yang diucapkan dapat didengar masuk kedalam telinga dengan sangat jelas sekali.
Pandangan orang berjubah panjang itu menyapu keadaan sekitarnya, memandang sekejap setiap orang berbaju hitam yang mengepungnya, dengan nada yang gagah sekali ujarnya .
"Kejayaan dan ketenaran Nenek mojangku, bagaimana dapat musnah ditanganku, seorang lelaki sejati, waktu hidup dapat bergembira, mengapa waktu mati harus takut -----"
Terdengar suara seorang perempuan yang halus dan lembut memotong ucapannya, ujarnya.
"Engkau masih mempunya ibupun masih mempunyai istri, apalagi pada saat ini adalah waktu masa mudamu, kau dengan demikian memandang ringan akan kematian, bukankah terlalu tidak berharga "
Terdengar suara lain yang kasar dan berangasan, dengan kasar melanjutkan perkataan si perempuan.
"Orang semacam ini matipun tidak berharga, buat apa harus membuang banyak tenaga untuk berbicara dengan dia"3 Tubuhnya menubruk maju, sedang kepalanya melancarkan satu kali serangan mengarah orang berjubah panjang itu. Orang berjubah panjang itu menggeserkan tubuhnya dua langkah kesamping, tangan kirinya dengan menggunakan jurus "Lien Cien Shi Hong"
Atau angin barat menggulung bambu menyabet keluar, sedang pada mulutnya dengan dingin ujarnya.
"Kalau dilihat dari cara melancarkan serangan dan gerakan kakimu, kalau tak salah kau tentunya adalah anak murid dari Perguruan Chie Cho Jen ?"
Lelaki kasar yang melancarkan serangan itu bagaikan karena sepatah kata dari orang berjubah panjang itu yang berhasil memecahkan penyamarannya tanpa terasa.
Ia menjadi tertegun, sedang gerakan pukulannyapun menjadi agak terlambat.
Orang berjubah panjang itu meskipun sedang berbicara, tetapi tangan kiri yang sedang melancarkan serangan itu tetap cepat bagaikan kilat, pada saat lelaki kasar itu melancarkan pukulan, segera bahu kanannya terkena sambaran ujung jarinya, yang mengakibatkan tubuhnya mundur tiga langkah kebelakang.
Terdengar tertawa dingin yang sangat menyeramkan dari paling ujung kiri, seorang berpakaian hitam yang kurus kecil, melayangkan tubuhnya, dengan menggunakan jurus "Shu Hwee Ngo Shien"
Atau tangan bergoyang melenyapkan lima duga menepuk punggung orang berjubah panjang itu.
Orang berjubah panjang itu dengan cepat memutarkan tubuhnya setengah lingkaran pedang panjang pada tangan kanannya segera membalik dan menyambar, ditengah hujan dan angin yang kencang itu terlihat berkelebatnya sinar yang terang dengan mendatar mengancam bahu kanannya.
Orang berbaju hitam yang kecil itu dengan gusar bentaknya.
"
Bangsat, engkau berani melawan aku ! ! "
Diantara suara bentakan itu, ia dengan cepat menarik kembali tangan kanannya, sedang telapak kirinya dengan menggunakan jurus "Hwee Pa Jong Cong"
Atu dengan alat membentur genta, menyerang babu kanannya.
Dalam hati orang berjubah panjang itu agaknya mempunyai banyak sekali pikiran, dan tidak menginginkan untuk melukai pihak lawan, ujung pedangnya segera diputar, terlihat serentetan sinar pedang yang melindungi seluruh tubuhnya, dengan angker ujarnya .
"Jika dilihat dari gerakan serangan tadi, kekuatannya sangat hebat pun dapat berubah lemas keras menurut kehendak hatinya, kalau tak salah saudara berasal dari daerah San tong Keresidenan Cao Cho Hu, Sin Chien atau si pukulan sakti, Lu Ping, Lu Cianpwee ?? ". Mendengar perkataan itu orang berbaju hitam yang kurus kecil itu4 tanpa sadar telah mundur kebelakang, berdiam diri tak bercakap lagi. Orang berjubah panjang itu menghadap langit tertawa panjang ujarnya dengan nada nyaring .
"Saudara2 sekalian, sekalipun tidak menginginkan berhadapan muka deagan aku dengan wajah yang asli. tetapi cayhe percaya, saudara2 tentunya adalah orang2 yang mempunyai nama dan kedudukan yang berarti didalam dunia kangouw pada saat ini ----". Ucapannya belum selesai diucapkan, sebuah bayangan manusia dengan sangat cepat menerjang maju kedepan, bersamaan dengan tubuhnya yang menerjang maju itu. terlihat berkelebatnya dua buah sinar yang sangat dingin, mengancam dua buah jalan darah terpenting pada tubuh orang berjubah panjang itu. Dengan cepat orang berjubah panjang itu mengangkat pedang panjangnya, dengan menggunakan jurus "Thiat Shu Hien Hoa"
Atau pohon besi bunga perak.
diantara berberkelebatnya sinar pedang, terdengar suara besi yang saling berbentur sama lain dan percikan bunga api, terlihat sepasang senjata Pan Koan Pit ditangan orang berjubah hitam itu dengan keras terpental kesamping.
Orang berjubah hitam itu nampak serangannya tak mencapai pada sasaran, sepasang senjata Pan Koan Pitnya segera berubah, pit pada tangan kirinya melancarkan jurus "Hong Hoan Tien To"
Atau burung hong menggunakan kepala, pada saat pergelangan tangannya bergetar, terlihat tiga titik sinar yang menyilaukan mata, menotok tiga buah jalan darah penting didepan dada orang berjubah panjang itu, sedang pit pada tangan kanannya dengan jurus "Koei Ong Tien Hun"
Atau raja setan mencabut nyawa, menerjang jalan darah "Tan Tien To"
Pada lambungnya. Gerakan pedang orang berjubah panjang itu makin lama makin cepat, dengan menggunakan jurus "Pat Fung Ho Ie"
Atau delapan penjuru hujan angin membentuk satu lingkaran sinar pedang yang menutup seluruh jalan darahnya, sedang tubuhnya dengan cepat mundur dua langkah kebelakang.
Orang berbaju hitam itu dengan dingin mendengus, tubuhnya bergerak maju lagi melancarkan serangan, sepasang pitnya melancarkan serangan berantai.
dalam sekejap saja telah melancarkan lima kali serangan.
Orang berjubah panjang itu memutar pedangnya bagaikan angin taufan, seluruh tubuhnya dari atas hingga kebawah terlindung oleh sinar pedang, sekalipun sepasang pit orang berbaju hitam itu melancarkan serangan bagaikan curahnya hujan, tetapi tetap sukar baginya untuk mendapatkan lubang kelemahan pada tubuhnya.
Hujan masih turun dengan derasnya, angin dingin bertiup dengan kencang, ditengah hujan yang makin menghebat itu hanya terlihat berkelebatnya sinar pedang dan sinar sepasang Pan Koan Pit yang saling5 menyambar.
Sepasang Pan Koan Pit orang berbaju hitam itu terus menerus melancarkan serangan, dengan dipadukan gerakan tubuhnya yang menyerupai mengalirnya air disungai dan berjalannya mega dilangit memperhebat serangannya, dalam waktu singkat telah melakukan enam tujuh belas kali serangan.
Tampak hawa pedang yang dikerahkan orang berjubah panjang itu meliputi seluruh tubuhnya, bagi yang mengerti akan rahasia dalam ilmu silat, meskipun kelihatan nya orang berjubah panjang itu hanya bertahan saja, tetapi ternyata telah menutup dengan rapatnya seluruh tubuh dan jalan darahnya, sekalipun sepasang Pan Koan Pit orang berpakaian hitam itu menggunakan jurus2 yang amat aneh, tetapi setiap kali selalu tak berhasil menerjang pecah gerakan dan hawa pedang yang demikian rapatnya itu.
Ketika orang berbaju hitam itu genap melancarkan dua puluh jurus, se konyong konyong orang berjubah panjang itu balikkan pedangnya balas menyerang, ber turut2 melancarkan dua kali serangan, setiap gerakannya dilancarkan dengan sangat ganas, mendesak orang berbaju hitam itu mundur kebelakang dua langkah.
Setelah itu dia menghentikan serangannya dan ujarnya.
"Penggunaan sepasang Pan Koan Pit saudara sangat aneh dan hebat, pun memiliki banyak sekali perubahan sedang serangannya pun mantap, bukankah saudara adalah jago berkepandaian tinggi dari perguruan le Seng Bun??"
Orang berbaju hitam yang menggunakan sepasang Pan Kain Pit itu tak mengucapkan sepatah katapun, sambil membalikkan tubuhnya ia berjalan pergi. Terdengar pula suara yang sangat serak dan kasar membentak.
"Terimalah bacokanku ini!"
Bagaikan kilat berkelebat sebuah sinar golok, sebilah golok yang besar dan besar membacok dengan hebatnya.
Kekuatan dari orang itu sungguh mengagurnkan sekali, begitu goloknya dibacokkan segera timbul angin yang menderu deru.
Orang berjubah panjang itu dengan gesit menyingkir, sedang pedangnya menyambar kemudian dikebatkan tiga coen kesamping kanannya.
Orang itu nampak goloknya tidak mencapai pada sasarannya, pergelangan tangannya ditekuk dan menarik kedalam goloknya, gerakan goloknya dari tegak dirubah menjadi mendatar, menyambar pinggang pihak lawannya.
Pada saat orang berjubah panjang menyingkir kesamping tadi, ia telah melihat dengan jelas keadaan sebelah kanannya itu, tampak pada tempat itu berdiri empat orang berbaju hitam yang jaraknya tak lebih dari tiga kaki, jika dirinya menyingkir sekali lagi, sudah pasti akan menubruk6 beberapa orang itu, melihat keadaan yang sangat mendesak itu dia tak dapat lagi selalu mengalah, terpaksa pedangnya ditekuk dan melancarkan serangan dengan menggunakan jurus "Wan Tie Ban Yun"
Atau angin menyambar mengaduk mega, pedangnya membentuk tiga buah sinar pedang mengancam tiga buah jalan darah pentingnya dan balas mencecer pihak musuh.
Serangan pedang kali ini dilakukan sangat cepat sekali, sinar pedang yang menyambar sekeliling tubuhnya memaksa orang berbaju hitam itu mau tak mau harus menarik kembali goloknya dan mundur kebelakang, sebab sekalipun goloknya itu mungkin berhasil membacok mati orang berjubah panjang itu, tetapi sinar pedang yang menyambar disekeliling tubuhnya, dapat pula melukai jalan darah terpenting pada tubuhnya.
Dengan demikian hal ini sudab jelas merupakan pertempuran mengadu jiwa, di mana ke dua2nya akan mengalami kerugian sudah barang tentu orang berbaju hitam itu tidak mengijinkan dirinya bertempur sehingga membahayakan dan merugikan jiwanya.
Orang berjubah panjang itu menarik kembali pedangnya, sambil tertawa dingin ujarnya .
"Serangan golok saudara berat dan mantap tanpa bandingan jarang sekali dalam dunia kangouw dapat menemui orang semacam kau, aku kira saudara tentunya adalah It To Kay San atau si golok sakti membelah gunung. Cu Giok Siang Cu cianpwee yang sangat terkenal didalam dunia kangouw!"
Orang berbaju hitam itu menjadi tertegun, kemudian sahutnya.
"Bangsat, sungguh tepat tebakanmu"
Sambil menyimpan kembali goloknya, tubuhnya mundur kebelakang sejauh lima kaki lebih.
Didalam gerombolan orang2 berbaju hitam itu setiap orang kepalanya ditutup dengan kain hitam, sedang pada tubuhnyapun memakai pakaian serba hitam, sehingga satu dengan lainnya mirip semuanya, selain hanya dapat dilihat dari bentuk tubuhnya yang tinggi, pendek, gemuk dan kurus, hanya dari gerakan permainan ilmu silatnya saja baru dapat mengetahui asal usul dari pihak lawan.
Se-konyong2 terdengar suara bentakan nyaring, sebuah bayangan yang kecil, bagaikan kilat cepatnya melayang datang, belum saja orangnya tiba, terlihat datangnya angin tajam, serentetan sinar dingin membelah udara menusuk ketubuhnya.
Orang berjubah panjang itu mengerutkan alisnya, pedangnya dengan mendatar menyapu keluar, terdengar suara bentrokan senjata yang keras.
menjebabkan pedang yang menusuk ketubuhnya itu tertangkis kesamping .
Terdengar suara yang halus dan empuk, masuk kedalam telinganya, ujarnya7
"Coba kaupun terka siapakah aku ini??"
Suara ini sangat tajam dan kecil, dapat diduga berasal dari suara seorang perempuan. Orang berjubah panjang itu melintangkan pedangnya didepan dada, setelah termenung sejenak, lalu sahutnya.
"Didalam dunia persilatan ini orang yang berkepandaian tinggi sangat banyak sekali, cayhe pengetahuannya sangat terbatas, tak dapat menebak siapakah sebenarnya kau ini tetapi serangan yang baru saja dilancarkan nona itu, gerakan pedangnya sangat hebat dan gesit, bahkan kekuatannyapun sangat mengejutkan, sudah tentu mempunyai asal usul yang ternama---"
Orang berbaju hitam itu tertawa dingin, potongnya.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tak usah banyak bicara, lihat pedang!"
Tangannya mulai digerakan, bayangan sinar pedang berkelebat dalam waktu yang singkat telah melancarkan tujuh kali serangan pedang.
Orang berjubah panjang itu bagaikan telah menduga bahwa urusan hari ini sukar sekali diselesaikan dengan jalan damai, ia tidak lagi sungkan2 disamping memainkan pedangnya mematahkan setiap serangan musuh, iapun memperhatikan jalannya jurus2 pedang yang dilancarkan musuhnya itu, pikirnya ingin dari gerakan pedang itu berusaha untuk mengetahui asal usul dari pihak lawannya itu.
Tetapi wanita berbaju hitam itu agaknya telah mempunyai niat agar pihak lawannya tidak mengetahui asal usulnya, serangan pedangnya selalu berubah ubah tak henti2nya melancarkan berbagai macam jurus2 aneh, ternyata semua jurusnya itu tak satupun yang merupakan rangkaian dari suatu ilmu pedang tertentu.
Dua orang itu bergebrak saling serang menyerang telah lewat sebanyak empat lima belas jurus, orang berjubah panjang itu tetap tidak dapat mengenal akan asal usul pihak lawannya, dalam hati diam2 pikirnya.
"Asal aku dapat menyebut asal usul darinya, mereka tentu segera akan mundur teratur, sudah terang dlm hati mereka mempunyai sesuatu hal yang kurang beres, tetapi jika semuanya seperti perempuan ini dan bertempur terus2an, apalagi disekelilingku penuh dengan musuh2 tangguh yang berjumlah puluhan orang itu, pertempuran ini baru akan sampai waktu kapan selesainya."
Pikirannya segera berputar, gerakan pedangnya tiba2 berubah bagaikan guntur dan kilat yang menyambar nyambar, balas mendesak pihak musuh.
Kiranya dia ingin dengan menggunakan jurus serangan yang menekan terus terusan kepada pihak lawan, mendesak dia hingga terpaksa mengeluarkan ilmu2 silat yang ampuh dari ilmu simpanannya, agar dengan mengambil kesempatan ini memecahkan asal usulnya yang sebenarnya.8 Wanita berbaju hitam itu ternyata benar juga karena tekanan orang berjubah panjang yang terus menerus itu, mendesak dia menjadi sedikit kacau gerakan tangan dan kakinya, sekalipun dia mempunyai berbagai macam ragam ilmu silat, tetapi kini dia telah dalam keadaan yang amat terdesak dan berbahaya, mau tak mau terpaksa juga harus mengeluarkan jurus2 sakti dari perguruannya untuk melawan musuh.
Orang berjubah panjang itu yang ber turut turut melancarkan berkali kali serangan, kini telah berhasil menduduki diatas angin, dengan melancarkan jurus "Yun Feng Ngo Ie"
Atau Mega menutup lima puncak tampak bayangan pedang yang menyambar tak henti2nya terus menekan pibak musuh.
Kekuatan dan kehebatan dari serangan kali ini, bagaikan menggulungnya ombak besar dilautan bebas, memaksa wanita berbaju hitam itu terjerumus dalam lingkungan bayangan pedang yang berlapis lapis itu, mendadak tubuhnya meloncat keatas, pedangnya berubah menjadi suatu sinar merah, dengan paksa, dia memecahkan kurungan sinar pedang yang mengurungnya, diantara serentetan suara besi yang saling berbentur satu sama lain, tubuhnya telah meloncat keluar sejauh satu kaki lebih.
Tampak hal ini orang berjubah panjang itu menarik kembali pedangnya, sambil menghela napas panjang, ujarnya.
"Jurus"
Beng Jen Ban Li "atau Elang menempuh laksa Li yang baru nona lancarkan itu.
agaknya menyerupai Go bie Sim Hoat dari Empat partai besar, apakah nona adalah anak murid dari Go bie Pay ??".
Diantara kain hitam yang berlapis lapis itu, telah menutupi perubahan yang timbul pada wajahnya, tak ada seorangpun yang dapat mengetahui dia sedang merasa malu atau terkejut, hanya tampak tangannya dengan lemas lurus kebawah, sedang ujung pedangnyapun menghadap diatas tanah, sepatah katapun tak diucapkan dan mundur kebelakang.
Terdengar lagi suara yang besar dan nyaring, membentak .
"Dunia ini, golongan hitam maupun putih semuanya telah bersumpah tidak akan hidup bersama dengan kau, kini adalah kesempatan terakhir bagimu, jika kau tidak mau menyetuduinya lagi, malam seperti hari ini pada tahun depan adalah hari ulang tahun pertama bagi kematianmu ".
"Orang berjubah panjang itu menghadap langit tertawa panjang, sahutnya .
"
Kejayaan dan kehormatan yang diperoleh dari keringat dan darah Nenek moyangku, bagaimana dapat dirusak dan dimusnahkan ditangan cayhe, saudara2 sekalian ini malam demikian dengan susah2 mendesak, aku kira semuanya telah mempunyai niat untuk membunub mati cayhe, untuk melindungi kejayaan dan kehormatan dari nenek moyangku, mulai saat ini, dibawah pedangku tak akan lagi memberi pengampunan bagi9 kalian ".
Dari sebelah Timur terdengar suara yang serak dan dingin, uebarnya .
"Kematianmu sudah didepan mata, kau masih juga tidak mau sadar, kalau begitu tak dapat dikatakan lagi -------". Suara itu berhenti sejenak, kemudian lanjutnya .
"Orang2 yang berdiri disekelilingmu ini, boleh dikata tak seorangpun yang bukan merupakan jago2 nomor satu dari Bu lim pada saat ini, kau pertimbangkanlah terlebih dahulu, dapatkah kau melawan dan menahan kerubutan dari jago2 berilmu tinggi yang demikian banyaknya itu"
Sepasang mata orang berjubah panjang itu menyapu kesekelilingnya, dengan gagah sahutnya.
"Tidak salah, aku memang mengetahui pengerubutan pada malam ini, sukar bagiku untuk meloloskan diri, tetapi aku percaya saudara2 sekalian tentunya akan mendapatkan suatu penghargaan yang sangat besar sekali---"
Terdengar suatu suara yang rendah dan serak memotong perkataannya yang belum selesai diucapkan itu ujarnya.
"Sungguh besar sekall omonganmu, tak usah lagi banyak ber ribut2 dengannya, hajar saja!"
Selesai berkata ia melancarkan sekali pukulan yang sangat dahsyat menyapu ke arahnya.
Sepasang mata orang berjubah panjang itu berkilat, nampak orang yang melancar kan serangan itu, tubuhnya sangat tinggi besar, sambil meng-gerak2kan pentungan besi sebesar lengannya itu, dengan datar menyerang kearahnya, dalam hati diam2 merasa sangat terkejut, pikirnya.
"Sungguh hebat dan besar sekali kekuatan tangannya"
Tangannya segera mengerahkan tenaga dengan menggunakan pedangnya menusuk keluar, mengikuti dari pentungan besinya itu ia menangkis dengan kerasnya, pada saat pedang dan pentungan besi itu terbentur satu sama lain, pentungan besi itu segera tertangkis kesamping, tetapi orang berjubah panjang itupun merasakan tangannya menjadi kaku dan linu.
Pada saat itu dibelakang tubuhnya menyambar datang sebuah golok yang mengancam punggungnya, sebuah golok dan sebilah pedang ber sama2 menyerang kearahnya.
Orang yang berjubah panjang itu membentak keras, dengan menggunakan jurus "Hwee Koan Huan Cau"
Atau sinar datang balik menyinari, dimana pedang panjangnya menyabet, mementalkan golok dan pedang yang menyerang pungungnya, tubuhnya segera melayang dan memutar setengah lingkaran ditengah udara, pedangnya berkelebat menusuk pergelangan tangan kanan orang berbaju hitam yang tinggi10 besar itu.
Perubahan gerakan pedang ini dilakukan secepat kilat bagaikan angin yang berembus, ganas, telengas, bertenaga dan banyak perubahan yang tak ter duga2.
Orang lelaki yang bersenjatakan pentungan besi itu dengan dingin mendengus, mendadak tubuhnya mundur dua langkah kebelakang, tangan kanannya diangkat, dengan hebat mengangkat keatas pentungan besi yang panjanganya beberapa depa itu, dari atas turun kebawah menyerang bahu kanan lawannya.
Orang berjubah panjang itu diam2 menggerakkan tenaga dalamnya, pedangnya berkelebat menempel diatas pentungan besi itu, dengan angkernya ia berkata.
"Ilmu toya saudara sangat hebat dan aneh, menyerupai itmu ampuh dari Siauw-Lim Pay, jurus yang ampuh dari "Cap pwe sih Lo Han Cang"
Suatu delapan belas jurus ilmu toya Lo Han--- "
Orang berbaju hitam itu juga tak menjawab apa2, kedua bahunya sedikit bergerak, tubuhnya telah mundur lima langkah kebelakang, meminjam kesempatan ini ia menarik kembali pentungan besinya, dan memukul batok kepala pihak lawan.
Orang berjubah panjang itu dengan gusarnya berkata.
"Aku hanya mengetahui orang2 yang hadir malam ini, semuanya adalah jago2 berkepandaian tinggi dari kalangan golongan hitam maupun golongan putih, tak kusangka kiranya termasuk juga partai2 besar dari dunia kangouw. Kini ternyata ada Go-bie, Siauw lim, aku kira sudah tentu ada pula Bu-tong ---- "
Mendadak terdengar suara sambaran benda2 tajam dari empat penjuru terlihat sinar2 golok pedang yang menyambar kalang kabut menyerang tubuhnya.
Pertempuran ini adalah merupakan suatu pertempuran yang dasyat dan kejam, didalam dunia persilatan, pedang orang berjubah panjang itu berkelebat mematahkan setiap serangan yang menyerang dia, sekalipun dia terkurung oleh kerubutan berpuluh-puluh jago yang berkepandaian tinggi dan dengan sekuat tenaga menangkis setiap serangan, tetapi tenaganya tak sampai menjadi lemah.
Angin kencang dengan hujan badai makin lama turun makin perlahan, tetapi suara beradunya senjata tajam dan bentak-bentak nyaring tetap berkumandang dipadang rumput yang sunyi itu.
Ini adalah suatu daerah gunung yang sangat liar dan sunyi, tak jauh dari sana tampak puncak2 gunung yang menembus awan.
Tiba2 terdengar orang berjuabah panjang itu dengan gusar mendengus maki-nya.
"Kawan tikus yang tak tahu malu--- "
Gerakan pedang panjang ditangannya, mendadak menjadi perlahan dan kendur.11 Pada saat gerakannya yang menjadi perlahan itulah, sebilah pedang panjang yang sangat tajam, dengan sedikit merendah menusuk masuk ketubuhnya dan dengan tepat mengenai iga kanannya, darah segar segera menyembur keluar bagaikan sumber air.
Orang berjubah panjang yang gagah perkasa itu, se-konyong2 mengeluarkan suara suitan panjang yang menyeramkan, suaranya bagaikan pekikan naga membumbung tinggi diangkasa.
Diantara suara pekikan nyaring itu, pedangnya bagaikan kilat menyambar, terdengar suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati, sebuah kepala manusia lepas dari lehernya dan terbang sejauh tujuh delapan kaki.
Orang berbaju hitam yang tinggi besar itu segera mengangkat tongkat besinya dan disabetkan keluar, menghantam tubub musuh.
Pada saat itu, pedang panjang ditangan kanan orang berjubah panjang itu sedang menangkis serangan Pan Koan Pit dan memunahkan serangan pedang yang datang menyerang tubuhnya, dengan sekuat tenaga ia menangkis setiap serangan yang dilancar kan oleh musuh yang mengepungnya dari empat penjuru, keadaannya telah demikian payahnya, nampak dengan tiba2 tongkat besi itu menyerangnya dengan kecepatan yang luar biasa, untuk berkelit sudah tak sempat lagi, dalam keadaan yang kritis itu, segera ia mengangkat tangan kirinya untuk menahan serangan itu.
Terdengar suara mengguntur dan sedikit bergerak.
meskipun tongkat besi itu dapat ditangkis kesamping oleh tangannya tetapi tulang2 dari tangan kirinya itupun menjadi hancur berantakan oleh tenaga pukulan tongkat besi tersebut.
Orang berjubah panjang yang mengalami luka yang demikian parahnya itu, ia sadar kalau dirinya tak sanggup lagi untuk melanjutkan pertempuran sengit semacam itu, giginya dirapatkan, dengan paksa menahan rasa sakit yang bukan kepalang itu, pedang ditangan kanannya segera melancarkan jurus2 yang terlihay dan terhebat, ber turut2 melancarkan tiga kali serangan ganas menyapu keluar.
Sinar pedangnya berubah menjadi satu sinar pedang yang menyerupai awan menutupi seluruh angkasa, mendesak mundur orang berpakaian hitam yang mengepungnya, sinar pedangnya diputar melindungi seluruh tubuhnya dan memaksa menerjang keluar, terus lari keatas puncak gunung yang menonjol keluar diantara rentetan gunung dihadapannya.
Ber puluh2 orang berpakaian hitam itu nampak kejantanan dan kegagahan dari orang berjubah panjang itu, semuanya dibuat olehnya menjadi termangu2, tetapi segera tersadar kembali dan ber-sama2 menggerakkan tubuhnya lari mengejar.
Pada permulaannya orang berjubah panjang itu lari, gerakannya sangat cepat sekali, tetapi setelah berlari beberapa saat, gerakan kakinya12 makin lama makin bertambah lambat, tempat2 dipunggungnya yang terkena sambaran senjata rahasia kini mulai menjadi kaku dan linu, sedang darah yang mengalir dari iganya yang terkena tusukan pedang itu telah membasahi separuh tubuhnya, sakit yang timbul dari tangan kiri yang hancur itupun terasa hingga dalam hatinya, dia sadar kematian bagi dirinya telah dekat.
Ketika menoleh kebelakang memandang, tampak ber puluh2 bayangan manusia bagaikan anak panah yang lepas dari busurnya berkelebat dengan cepatnya mengejar terus dibelakangnya, suara pakaian yang terhembus oleh angin, samar2 terdengar dalam telinganya.
Musuh2 tangguh yang terus menerus mengejar dibelakangnya itu, bagaikan telah menambah tenaganya yang telah hampir habis itu, sambil menarik napas panjang2 ia mempercepat langkanya.
Akhirnya berkat bantuan tenaganya yang terachir dari tubuhnya, ia berhasil mencapai diatas puncak gunung yang tinggi itu, sambil membalikkan tubuhnya dengan melintangkan pedangnya didepan dada ia berdiri tegak disana.
Pada saat itu, orang2 berbaju hitam yang terus menerus mengejarnya itu sebagian besar telah berhasil mengejar sampai diatas puncak gunung itu, tetapi nampak dia melintangkan pedangnya berdiri tegak disana dengan gagah beraninya, ternyata tak seorangpun yang berani maju menerjang terlebih dabulu.
Sepasang mata orang berjubah panjang itu melotot keluar, dengan per lahan2 menyapu wajah orang berbaju hitam disekelilingnya, kemudian menghadap langit tertawa panjang, tubuhnya menubruk maju kedepan dan melompat masuk kedalam jurang --- Hanyalah terdengar suara tertawanya yang nyaring itu, makin lama makin kecil dan akhirnya lenyap dari jurang yang dalamnya puluhan ribu kaki itu ------ ***** BAGIAN PFRTAMA Matahari dengan per lahan2 turun kesebelah Barat.
terlihatlah warna angkasa yang agak kemerah merahan dan mulai menjadi gelap, ini adalah suatu pemandangan yang sangat indah sekali.
Seorang pemuda tampan yang memakai pakaian panjang berwarna biru, duduk di atas tanah rumput yang luas, beberapa kali ia mendongakkan kepalanya memandang pada puncak gunung dihadapannya, alisnya yang selalu dikerutkan itu memperlihatkan perasaannya yang tidak tentram dan khawatir.13 Sinar matahari mulai lenyap dari angkasa menandakan haripun mendekati senja, sinarnya yang indah itu tak sampai sekejap telah mulai lenyap, beberapa waktu kemudian pemandangan udara yang sangat indah itu, tertutup oleh udara malam yang gelap itu, matahari telah turun gunung, sinar terakhir yang dipantulkan olehnya membentuk suatu mega yang berwarna merah, bagaikan seorang yang mendekati kematiannya dan sedang membuat gerakannya yang terakhir.
Dibawah pohon tua yang tinggi lebat itu dua orang pemuda memakai pakaian ber warna hijau, sedang memusatkan seluruh perhatiannya pada catur yang ada dihadapannya, seorang pemuda yang pada punggungnya menyoren senjata Pan Koun Pit dan memakai pakaian yang longgar, dengan tenang berdiri disamping menonton pertempuran sengit dari permainan catur itu.
Warna gelap makin lama makin meluas dan akhirnya menutup seluruh jagat, haripun menjadi semakin larut malam.
Pemuda yang memakai pakaian yang agak kelonggaran dan pada punggungnya menyoren senjata dan Koan Pit itu, mendadak menghela napas panjang, ujarnya.
"Hari telah gelap, saudara berdua apakah masih dapat melihatnya?"
Terdengar pemuda berpakaian warna hijau yang duduk disebelah utara itu, tertawa ringan ujarnya.
"Liauw heng, tak dapat kau menggerakkan kudamu, awas aku akan memutuskan jalan mundur, dengan benteng merebut kedudukan tengah"
Pemuda berbaju biru yang tadi duduk duduk diatas tanah rumput itu, sekonyong konyong dengan ter gesa2 berjalan datang mendekat, ujarnya.
"Kegembiraan dari saudara berdua sungguh hebat, dari pagi hingga malam bermain saja apakah tidak merasa lelah??"
Pemuda yang dipanggil Liauw heng itu tersenyum sahutnya.
"Pek heng, jangalah mengucapkan kata2 yang tak ada gunanya, cepat bantu aku satu langkah---"
Pemuda berbaju biru itu tertawa dingin.
"Maafkan saja aku tak mempunyai demikian besar kegembiraan untuk bermain, Hey! Cepat jalan benteng melindungi kuda"
Pemuda yang memakai pakaian longgar itu, mengepal tangan kanannya dengan keras dipukul keatas telapak tangan kirinya, ujarnya.
"Sungguh permainan yang bagus, bukan saja dapat melindungi kuda, pun dapat mendesak benteng, sekali pukul mendapatkan dua hasil"
Pemuda yang duduk disebelah utara itu mengangkat tangannya yang ditaruhkan diatas keningnya, dan berpikir keras, dengan satu langkah biji catur saja, membuat dia mengalami kerugian yang sangat besar.
Pemuda berbaju biru itu menggeleng kan kepalanya, ujarnya .
"Permainan catur kalian berdua kali ini telah mengalami sesuatu14 pertempuran yang sangat sengit, aku kira sudahlah!"
Pemuda yang memakai pakaian longgar itu mendongakan kepalanya memandang keadaan cuaca, kemudian ujarnya.
"Hari telah jauh malam, mereka orang tua mengapa masih juga belum turun gunung?"
Pemuda She Liauw itu dengan perlahan mengangkat caturnya, sambil tertawa ujarnya .
"Sudah2lah, kali ini boleh dihitung aku yang mengalami kekalahan!"
Pemuda yang duduk disebelah utara itu memiringkan kepalanya memandang pemuda berbaju biru itu sekejap, ujarnya.
"Pek heng, mengapa demikian cemasnya, ditinjau dari kepandaian suhuku dan beberapa orang Loocianpwee, ditambah lagi dengan nama mereka yang sangat terkenal didalam dunia kangouw, apakah masih dapat terjadi--"
Sebenarnya dia akan mengatakan mungkin terjadinya sesuatu kejadian yang diluar dugaan, pada waktu perkataan itu sampai dimulutnya, mendadak ia merasa dengan perkataannya itu bukankah kurang hormat terhadap suhunya, dengan terpaksa ia menelan kembali perkataannya itu.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terdengar suara burung2 malam yang mengerikan berbunyi disekitar ternpat itu, menambah keseraman dan kengerian pada malam buta yang sunyi itu.
Pernuda berbaju longgar itu tiba2 menghela napas panjang2, ujarnya .
"Aku telah teringat akan sesuatu hal, besok adalah hari ulang tahun dari sumoy cayhe, bakal suaminya tentu dari daerah Coan Tiong jauh2 datang untuk memberi selamat kepadanya, suhuku hanya mempunyai seorang putri saja, cintanya kepada dia bagaikan mutiara yang tak ternilai harganya, sudah tentu tak mungkin akan membuang waktu dengan percuma saja, sampai pada saat ini tetap saja masih belum turun dari puncak itu, memang sedikit agak aneh !". la mengangkat tangannya mengaruk ngaruk kepalanya, pada wajahnya timbul perasaan yang amat gelisah. Pemuda berbaju warna hijau yang duduk disebelah utara itu, agaknya paling dapat menahan perasaannya, sepasang matanya menyapu kearah pemuda berpakaian longgar itu, sambil tertawa ujarnya .
"Sumo-aymu mengapa tak mau memilih yang dekat, tetapi malah mencari yang jauh, bukankah bagaikan--------". Wajah pemuda berpakaian longgar itu berubah menjadi merah, dengan cepat potongnya .
"Song heng, mengapa sampai urusan inipun kau buat untuk bergurau ?". Terdengar pemuda she Liauw itupun berkata .
"Cayhe beruntung, pada tahun yang lalu pernah waktu naik gunung mengunjungi Yap Supek, telah melihat wajah dari sumoaymu itu,15 sungguh dia merupakan gadis yang pemalu dan berwajah cantik bagaikan bidadari---"
Pemuda She Song itu wataknya memang suka bergurau dan waktu bicara secara blak2an, tanpa memperdulikan ikatan apa2 sambil tersenyum, ajarnya .
"Bagaimana? apakah Liauw heng waktu sekali pandang saja, sukar untuk melupakannya kembali dan merindukannya hingga kini---"
Dia tertawa terbahak bahak, kemudian menoleh memandang pemuda berbaju biru itu sejenak, ujarnya.
"Pek heng, diantara kira berempat ini, telah ada dua orang yang bersedih hati"
Pemuda berpakaian longgar itu mengerutkan alisnya, ujarnya.
"Song heng, pada waktu berbicara dapatkah kau sedikit mengindahkan aturan? ucapan2mu ini jika sampai terdengar oleh suhuku, aku kira engkau tentu akan mendapatkan hukuman yang berat"
Pemuda She Song itu tertawa ter-bahak bahak, sahutnya.
"Yap Susiok jadi orang berhati lapang dan tidak suka mencampuri urusan yang remeh, sekalipun dia mendengarnya, aku kira juga paling paling hanya mendapatkan teguran saja"
Pemuda She Liauw itu setelah termenung sejenak, kemudian ujarnya.
"Aku kira bakal suami dari sumoaymu itu, tentunya adalah seorang yang mempunyai nama besar dan masyur didalam dunia kangouw"
Pemuda berbaju biru itu tiba2 memotong perkataannya, ujarnya.
"Kita lebih baik jangan membicarakan soal2 muda mudi yang tak ada gunanya, aku lihat urusan yang terpenting sekarang ini adalah---"
Pemuda She Song itu mendadak bangkit berdiri dan berkata.
"Pek heng, jika mempunyai nyali untuk pergi melihat suasana dipuncak gunung itu aku mau menjalankan hukuman atas pelanggaran tersebut untuk menemanimu pergi melihat"
Pemuda berbaju biru itu menjadi tertegun, ujarnya.
"Peraturan dari suhuku sangat keras, sebelum aku mendapatkan ijin dari suhuku----"
Pemuda She Ban itu dengan dingin sahutnya.
"Pek beng kalau memangnya tak berani untuk naik kepuncak gunung melihat keadaan, ribut sampai matipun tak ada gunanya"
Pemuda berbaju biru itu berkata lagi.
"Didalam hatiku, aku merasa ada sesuatu yang tidak beres--- Pemuda She Song itu tertawa ter bahak bahak, sahutnya.
"Pek heng tak usahlah banyak menduga yang bukan2, jangan dikata keempat orang tua itu berkumpul menjadi satu, sekalipun mereka berjalan sendiripun, didalam dunia kangouw pada saat ini ada beberapa orang yang berani mencabut kumis harimau"
Pemuda berbaju biru itu dengan perlahan menghela napas, dan tak16 mengucapkan apa2 lagi. Pemuda She Liauw itu tiba2 mengangkat tangan kanannya menunjuk, ujarnya dengan perlahan.
"Dengar, suara apa itu??"
Empat orang itu segera memusatkan perhatiannya untuk mendengar, terdengar suara Tak Tik, Tik Tak, agaknya batu gunung yang saling membentur dari jauh per lahan2 menggema datang. Pemuda berpakaian longgar itu mengerutkan alisnya, ujarnya.
"Bukankah itu suara telapak kuda yang berjalan diatas batu gunung?"
Pemuda berbaju biru itu menggeleng kan kepalanya ujarnya.
"Tidak mirip, tidak mirip!"
Pemuda She Song itu berkata pula. Ditengah gunung yang sunyi dan hutan liar ini, apalagi tidak dekat dengan jalan raja, ditengah malam buta ini, dari mana ada suara telapak kuda?"
Tetapi suara Tak Tik itu makin lama kian dekat, dalam waktu yang singkat telah berada beberapa kaki jauhnya dari tempat mereka.
Pemuda berbaju biru itu segera mengerahkan pandangan kearah tempat berasal suara itu, terlihat ditengah kegelapan dan kesunyian ditengah malam buta itu, bagaikan ada sesosok bayangan hitam yang dengan perlahan sedang bergerak maju.
Pemuda berbaju longgar itu agaknya telah tak dapat menahan sabar lagi tubuhnya ditegakkan, ber siap2 akan menerjang ke arah berasalnya suara itu, tetapi telah dicegah oleh pemuda She Liauw itu.
Angin malam bertiup keempat penjuru tanah rumput itu, sehingga timbul suara gemerisik yang perlahan, batang pobon ber goyang tak henti2nya, ditempat mana saja bergerak bayangan2 hitam, dia yang sifatnya sangat teliti dan ber hati2, sebelum dalam hatinya tak ada pegangan yang teguh tak ingin dia sembarangan mengeluarkan suara.
Pemuda She Song itu agaknya juga t-lah dapat melihat adanya bayangan hitam yang dengan perlahan bergerak maju, tangannya mengambil sepotong batu gunung dan dicekal dalam tangannya.
Meskipun dia mempunyai sifat yang suka blak2an dan tidak memperdulikan aturan, tetapi juga tak mau dihadapan tiga orang rekannya itu memperlihatkan kelemahannya sepasang matanya dengan tajam memperhatikan gerak gerik musuh, sedang dengan diam2 ia membuat persiapan, ia tak ingin terlalu memandang rendah pihak musuh.
Terdengar suara Tak Tik itu, makin lama berjalan makin dekat, dan kini terlihat seluruh wajahnya.
Beberapa orang itu segera memusatkan perhatiannya memandang, sedang dalam hatinya terasa berdebar debar, nampak orang itu seluruh tubuhnya memakai pakaian ber warna hitam, pada tangannya memegang sebuah tongkat, sedang kakinya waktu berjalan agak pincang, dengan17 mengikuti jalan kecil yang ada disisi tempat itu berjalan terus, suara Tak tik yang terdengar tadi adalah suara tongkat yang membentur jalan gunung itu.
Empat orang itu merasa bukan saja -rang pincang itu munculnya terlalu mendadak, bahkan juga sangat aneh, dibawah kegelapan dari malam buta itu, penuh dengan gerakan yang misterius dan menakutkan.
Siapa saja diantara empat orang itu, jika seorang diri menemui kejadian semacam ini.
tentu akan bangkitkan tubuhnya menghalang jalan pergi dari siorang pincang itu dan membentak menanyakan asal usulnya, tetapi kini empat orang itu berkumpul menjadi satu, malah sebaliknya semuanya berdiri mematung tak bergerak, delapan buah sinar mata semuanya bersama sama ditujukan pada tubuh siorang pincang itu, tetapi siapapun tak ada yang mau menggertak menanyakan asal usulnya.
Kiranya empat orang itu semuanya memandang nama dan kedudukan suhunya yang telah menggetarkan Bu lim, sampai pada saat ini, semuanya ingin memperlihatkan tindak tanduk sebagai seorang anak murid dari orang yang ternama, sekalipun semua merasa munculnya siorang pincang itu terlalu aneh, tetapi siapapun tak ada yang mau lebih dahulu berjalan keluar untuk mencegahnya.
Siorang pincang berbaju hitam yang membawa tongkat itu, bagaikan tidak pernah mengetahui kalau dibawah pohon tua yang lebat itu berdiri empat orang, menolehpun tidak dengan per lahan2 berjalan teru.
Terdengar suara tongkat yang membentur batu gunung itu dari dekat makin lama makin jauh dan akhirnya tak terdengar lagi.
Pemuda yang pada punggungnya menyoren sepasang Pan Koan Pit, mendadak menghela napas panjang, ujarnya.
"Siorang pincang itu ternyata dapat berjalan demikian cepatnya"
Agaknya dia telah tak dapat menahan perasaan gelisahnya. Pemuda She Liauw itu berkata pula.
"Aku mendengar suara tongkat yang dibawanya itu ketika terbentur dengan batu gunung, agaknya terbuat dari baja murni. Pemuda berbaju biru itupun berkata pula.
"Perkataan dari Liauw beng memang benar, aku juga dapat dengar tongkat yang dibawa orang itu, agaknya adalah benda dari baja murni ". Pemuda She Song itu sepasang matanya dengan perlahan menyapu wajah tiga orang lainnya, kemudian ujarnya .
"Saudara2 kalau memangnya melihat orang itu memiliki kepandaian yang tinggi, dan tongkat yang dibawanya itu terbuat dari baju murni, entah karena urusan apa tak mau membentak untuk mencegah dia? dan menghalangi perjalanannya ??". Pemuda berbaju longgar itu dengan wajah yang bersungguh sungguh sahutnya .
"Apakab Song heng benar2 tidak dapat melihatnya kalau tingkah18 laku siorang pincang itu sangat tergesa gesa ??". Pemuda She Song itu tiba2 menghela napas, katanya .
"Kita berempat orang, semua merasakan munculnya siorang pincang itu sangat aneh sekali, dan semuanya mengetahui juga kalau tongkat itu terbuat dari baja murni, ditambah pula semua orang mengetahui kalau dia bukanlah orang biasa, tetapi kita semuanya hanya berdiri termangu mangu di bawah pohon tua yang lebat ini, sedang orang lain telah pergi jauh, Kita semua ini sesungguhnya bagaikan dalam permainan catur, melepaskan kuda lalu melepaskan lagi benteng -----"
Perkataannya baru diucapkan sampai disini, mendadak terputus oleh suara hembusan napas yang sangat berat.
Suara ini bagaikan seorang yang terkurung didalam kesusahan yang sangat menderita, sehingga mengeluarkan pernapasan yang sangat berat sekali, ditengah malam buta yang sangat sunyi ini, mendatangkan suara perasaan yang dingin, seram, ngeri menakutkan.
Keeempat orang itu dengan mendadak menjadi tenang kembali, setelah ada pengalaman satu kali, didalam bati setiap orang telah mempunyai persiapan yang masak, segera mereka memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan suara tersebut.
Pernapasan yang sangat berat itu, diikuti dengan tindakan kaki yang sangat berat sekali, mulai mendekat dari kejauhan.
Mendadak, sebuah benda yang sangat besar berjalan mendekati kearah beberapa orang itu.
Pada jarak keberapa kaki diluar pohon tua yang lebat dimana beberapa orang itu berdiri, terdapat sebuah jalan kecil yang entah menghubungkan tempat mana, pada saat ini nampak pada jalan yang kecil itu berjalan sebuah bayangan yang sangat besar.
Bayangan hitam itu berjalan makin mendekat dan menghampiri pohon tua yang lebat itu, dibawah sinar bintang yang remang2 itu telah dapat dilihat dengan jelas, kiranya adalah seekor kerbau.
Diatas punggung kerbau itu, duduk seorang gadis kecil yang rambutnya dikuncir menjadi dua.
Ditengah malam yang buta itu, tak dapat dilihat dengan jelas wajah dari gadis kecil itu, yang dapat dilihat hanyalah seorang gadis kecil yang usianya kira2 tiga empat belas tahun.
Kali ini membuat beberapa orang itu menjadi sangat terkejut sekali, bahkan jauh lebih hebat dari tadi, keempat orang itu ber sama2 merasakan didalam dadanya darah panas mereka bagaikan sedang mendidih, sedang hatinya berdebar tak henti hentinya.
Pemuda berbaju longgar She Ban itu, sifatnya paling berangasan, segera dengan keras ia berbatuk2, dan dengan langkah lebar berjalan keluar menghalang jalan pergi dari gadis kecil itu.
Gerakannya kali ini, segera menimbulkan reaksi dari tiga orang lainnya, terdengar suara pakaian yang berbentur angin, tiga buah19 bayangan manusia dengan cepat berkelebat dan ber sama2 berdiri berbanjar di tengah jalan menghalangi pergi dari gadis kecil itu.
Gadis kecil yang duduk diatas punggung kerbau itu sambil membereskan kuncirnya dengan perlahan menolehkan kepalanya memandang.
Pada saat ini, jarak antara gadis kecil dengan beberapa orang itu hanyalah sejauh beberapa kaki saja, dengan menggunakan sinar dari ketajaman matanya yang melebihi orang biasa itu, telah dapat melihat dengan jelas wajah gadis kecil yang halus lembut itu.
Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik sekali sepasang matanya yang besar bulat, dua buah alisnya yang membengkok dan dua buah kuncir rambutnya dimana terdapat pita yang berbentak kupu2, hanya sayang karena cuaca pada waktu itu, yang gelap tak dapat melihat bagaimana dengan warna kulitnya.
Tampak sepasang matanya yang bulat besar itu ber kedip2 sebentar, sepasang kakinya digerakkan dan balikkan tubuhnya, dengan tegak duduk diatas punggung kerbau itu.
Terlihat dia agaknya mempunyai urusan yang sangat banyak yang sedang dipikirkan dengan perlahan ia menarik tanduk dari kerbau itu, kerbau yang sedang berjalan dengan perlahan itu, mendadak menjadi berhenti, sepasang matanya dengan perlahan menyapu wajah dari empat orang itu, sedang pada mulutaja tak sepatah katapun yang diucapkan.
Pemuda She Ban yang memakai pakaian longgar itu, tertawa dingin, tanyanya de ngan suara yang keras.
"Anak perempuan, ditengah malam buta seperti ini berjalan seorang diri dengan menunggang kerbau ditengah pegunungan yang sunyi ini, dalam hatimu merasa takut atau tidak ?"
Gadis kecil itu menggelengkan kepalanya, sambil mengangkat tangan kanannya, ia menunjuk kearah bibirnya yang kecil mungil itu. Pemuda She Ban itu dengan nada yang agak terperanjat bertanya.
"Bagaimana ?? engkau seorang yang gagu ?"
Gadis kecil itu tersenyum manis, segera terlihatlah sebaris giginya yang rapih dan putih itu, sedang ia tetap tak mengucapkan sepatah katapun juga.
Gerak geriknya yang aneh itu, membuat orang menjadi sukar untuk mengetahuinya kalau dia paham atau tidak atas pertanyaan yang diajukkan itu.
Pemuda She Ban itu, menoleh kebelakang memandang pemuda She Song itu sekejap, dengan suara yang perlahan panggilnya.
"Song heng !"
Pemuda She Song yang dipanggil itu hanya tertawa tawar, tanyanya.
"Ada urusan apa ?"
Pemuda She Ban itu ujarnya lagi.20
"Asal usul dari gadis kecil ini agaknya sangat mencurigakan !"
Sinar pandangan mata dari pemuda berbaju biru itu ditujukan kelangit gelap di tempat kejauhan, dengan dingin ujarnya.
"Jika dilihat dari tempat dimana dia datang tadi, agaknya ia datang kemari melalui puncak pegunungan Tiong San Ling itu dengan menunggang kerbaunya "
Pemuda She Liauw itu berkata pula .
"Jalan kecil dipegunungan itu sampaipun untuk berjalan kaki juga bahaya sekali, apalagi ia dengan menunggang kerbau, bagaimana dapat melewati dengan mudah jalan pegunungan tersebut ?"
Pemuda She Ban itu berkata lagi.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Yang membuat aku menjadi kurang paham adalah dalam hal ini pula, sehingga aku menjadi bercuriga atas asal usulnya "
Pemuda She Song itu mendadak tertawa dingin, tangan kanannya cepat bagaikan kilat menyambar tangan gadis kecil itu, sedang pada mulutnya membentak.
"Seorang budak yang ingusan juga berani berbuat segala macam fariasi dihadapanku !"
Gadis itu nampak sebuah tangan dengan mendatar mencengkeram kearahnya, hatinya bagaikan merasa sangat takut, tubuhnya dimiringkan kebelakang, ber siap2 menghindari sambaran dari cengkeraman itu.
Diatas punggung kerban yang demikian sempit dan kecilnya itu, mana ia dapat menghindarkan dirinya, terasa pergelangan tangannya menjadi kaku, tahu2 pergelangan tangan kirinya telah dicengkeram oleh lima jari lawannya, ketika pemuda itu mengerahkan tenaganya untuk menarik tubuhnya segera terlempar keatas tanah dengan kerasnya dari atas punggung kerbau itu, sehingga terdengar suara gelebuk yang nyaring, menyebabkan batu dan pasir beterbangan keudara.
Pemuda She Song itu sebenarnya berpendapat bahwa sambaran itu tidak mungkin akan dapat mengenai lawannya, tetapi siapa tahu ia hanya melayangkan tangannya saja, dengan sangat mudah sekali ternyata berhasil mencengkeram pergelangan tangannya tanpa terasa membuat hatinya menjadi tertegun, tak terduga olehnya dengan hanya mengerahkan sedikit tenaga telah dapat menarik jatuh gadis kecil itu dari atas punggung kerbaunya bahkan jatuhnya sekali ini tidaklah ringan untuk beberapa lama kemudian, ia baru dapat dengan per-lahan2 merangkak bangun.
Ketika keempat orang itu memandang kearahnya, nampak pada jidatnya bercucuran darah segar yang terus menetes keluar, mungkin disebabkan terbentur pada sebuah batu gunung yang runcing sehingga menyebabkan pada jidatnya terjadi sebuah luka yang agak besar.
Kelihatannya dia mempunyai daya tahan yang sangat hebat ,sekalipun telah terbanting jatuh keatas tanah sehingga seluruh wajahnya penuh dengan darah segar, tetapi ia tetap tak mengucurkan setetes air21 matapun.
Pemuda She Liauw itu mendadak menghela napas panjang, ujarnya "Apakah betul dia sungguh tidak memiliki sedikit kepandaian silatpun ??"
Pemuda berbaju biru itu mendadak dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah botol dari batu giok putih, ujarnya.
"Obat didalam botol ini, adalah merupakan obat yang sangat mujarab untuk mengobati segala macam luka luar, kau bawalah dan membubuhi sendiri lukamu itu, cukup dua kali saja tentu sudah dapat sembuh seperti sedia kala"
Dia telah mengetahui kalau gadis kecil itu adalah seorang yang gagu, maka waktu berbicara ia mengucapkannya dengan nada yang keras.
Gadis kecil itu dengan perlahan menerima kembali botol dari batu giok putih itu, dengan susah payah ia merangkak naik kembali keatas punggung kerbaunya, sekali tepuk batok kepala kerbau itu, dengan perlahan berjalan maju kedepan.
Delapan buah mata dari empat orang pemuda itu bersama sama memandang bayangan tubuhnya yang makin lama makin jauh dan achirnya lenyap ditengah malam yang buta.
Terdengar pemuda She Ban yang memakai pakaian longgar itu, menghela napas panjang, ujarnya.
"Budak itu jatuhnya sungguh tidak ringan!"
Meskipun sifatnya diantara beberapa orang itu paling berangasan dan kasar, tetapi hatinya adalah yang paling welas kasih. Pemuda berbaju biru itu turut berbicara, ujarnya.
"Aku tetap tak akan percaya kalau dia adalah turun dari puncak gunung Tiong San Ling itu, tidak perduli dia dapat atau tidak bermain silat, tetapi asal usulnya tetap membuat orang sangat bercuriga."
Pemuda She Song itu dengan suara keras mendadak membentak.
"Sungguh seorang budak yang sangat licik, kita sekali lagi tertipu olehnya"
Pemuda She Liauw itu dengan merasa sangat heran tanyanya.
"Tertipu apa olehnya?"
Pemuda She Song pun berkata.
"Pudak ingusan itu----"
Sedang pemuda She Ban dengan dingin, bertanya.
"Bagaimana dengan budak itu ---"
Jawab pemuda She Song dengan perlahan.
"Budak itu telah menipu kita ber empat. Tanya pemuda She Liauw lagi.
"Entah telah menipu barang apa dari kita?"
Sahut pemuda She Song itu.
"Menipu sebotol obat mujarab untuk menyembuhkan luka luar dari Pek beng, dan dapat menghindari sepasang22 mataku"
Pemuda She Ban itu membantah, ujar nya.
"Menipu sebotol obat mujarab? Pek heng dengan suka rela mau menolong orang yang dalam keadaan susah, sehinggal menghadiahkan sebotol obat kepadanya, hal ini tak dapat dihitung sebagai tertipu, sedang mengenai telah dapat menghindari sepasang mata dari Song heng, membuat aku sukar untuk memahaminya"
Pemuda She Song itu tertawa tawar, ujarnya.
"Saudara2, ketika tadi untuk pertama kali aku memandangnya, telah merasakan kalau dia bukanlah orang biasa yang tak mengerti akan ilmu silat----"
Potong pemuda She Liauw itu.
"Hal ini memang benar2 mungkin terjadi"
Pemuda She Song itu dengan dingin berkata.
"Liauw heng lebih baik jangan memotong pembicaraanku ditengah jalan, tunggulah hingga aku selesai berbicara engkau akan komentar juga belum terlambat"
Kemudian dengan perlahan ia ber batuk batuk, bagaikan dengan meminjam suara batuknya itu untuk menarik perhatian dari ketiga orang pemuda lainnya, pandangan mata ketiga orang itu segera ditujukan kepadanya untuk mendengarkan apa yang hendak diucapkan olehnya.
Baru setelah itu dengan perlahan ia melanjutkan ucapannya.
"'Waktu tadi aku sekali tarik, telah menggunakan tenaga yang besar sekali, jangan dikata seorang budak kecil yang baru berusia sepuluh tahunan itu, sekalipun seorang pemuda yang sangat kuat sekalipun, juga sangat sukar untuk menahannya, sudah pasti akan terbanting hingga jatuh pingsan, tetapi budak yang masih ingusan itu ternyata dapat segera bangun berdiri, bahkan dapat memanjat naik keatas punggung kerbaunya-- ?"
Se konyong2 pemuda berbaju biru itu memotong perkataan dari pemuda She Song itu, ujarnya.
"Setiap tahun masa kumpul dari para cianpwee, selamanya belum pernah lewat sampai tengah malam, tetapi ini hari telah mendekati kentongan kedua, akan tetapi masih tetap belum melihat mereka turun dari puncak itu, aku mempunyai maksud untuk naik kepuncak itu melihat2, entab bagaimana dengan pendapat saudara ber tiga??"
Sahut pemuda Siae Liauw itu segera.
"Caybe memang rnempunyai maksud demikian!"
Sahut pemuda She Ban itu pula.
"Aku juga akan mengiringi Pek heng naik kepuncak melihat2"
Pemuda Ste Song itu dengan perlaban berkata pula.
"Pek heng kalau tidak takut menerima hukuman, aku juga sanggup untuk mengawani Pek heng untuk pergi melibat!"
Pemuda berbaju biru itu berkata lagi.23
"Sekalipun suhuku akan memberikan hukuman yang seberat2nya kepadaku, juga lebih baik daripada harus duduk disini terus menerus dengan hati yang gelisah"
Perkataannya baru selesai diucapkan, tubuhnya telah berkelebat maju menuju ke puncak gunung itu.
Song, Ban dan Liauw tiga orang pemuda itupun bersamaan waktunya mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya, dengan cepat menerjang kedepan mengejar pemuda berbaju biru itu, empat buab bayangan manusia bagaikan terbang ditengah malam buta itu berkelebat lari menuju ke puncak gunung melalui jalan sempit yang ada.
Keempat orang itu meskipun membahasa suheng-te kepada yang lain.
tetapi didalam melakukan perjalanan ini, setiap orang tak ada yang mau mengalah kepada yang lain, dan berusaha mendahului lawannya, dengan mengerahkan seluruh tenaganya mereka lari mendaki puncak gunung itu.
Mereka semua menganggap dirinya mewakili kejayaan dari angkatan muda didalam Bu lim pula mewakili suhu mereka sendiri2, sehingga setiap orang berusaha untuk menduduki tempat yang tertinggi.
Setelah mendaki sampai dipuncak gunung yang setinggi ratusan kaki itu, seluruh tubuh keempat orang pemuda itu telah basah oleh keringat yang mengalir keluar, pemuda she Song dan pemuda berbaju biru itu bersama waktunya menginjak puncak gunung itu, tetapi karena pemuda she Song itu gerakan2nya jauh lebih ringan, pada saat perjalanan mendaki puncak itu, dia telah berhasil mengejar dekat dua langkah kedepan, sedang pemuda she Ban dan pemuda she Liauw dengan jarak tiga langkah dibelakang, dengan kencang menguntit terus dua orang itu mendaki keatas puncak gunung.
Dengan demikian langkah dari pemuda she Song itu diantara kempat orarg itu jauh lebih cepat satu tingkat.
Ketika empat orang itu telah mencapai diatas Puncak tersebut, dengan bersama sama pula menarik kembali tenaga dan langkahnya, sedang wajahnya perlahan lahan berubah menjadi sangat serius dan tegang.
Mereka saling bertukar pandangan sejenak, dengan langkah yang sangat perlahan berjalan maju kedepan.
Puncak gunung itu, luasnya tidak lebih dari sepuluh kaki saja, ditempat tempat penjurunya berserakan batu2 yang sangat aneh bentuknya, bagaikan sebuah tembok raksasa yang mengelilingi tempat itu.
Ditengah batu2 aneh yang mengelilingi gunung itu, terdapat sebuah batu raksasa yang menonjol keluar, dibawah sinar bintang yang remeng2, samar2 dapat terlihat ditempat penjuru batu raksasa yang menonjol keluar itu, duduk berkerumun empat orang tua berjubah panjang.
Jika menurut pandangan empat orarg pemuda yang melebihi orang24 biasa itu, agaknya tidak melihat terdapatnya tempat2 yang mencurigakan sehingga perasaan yang tegang tadi, segera menjadi kendor kembali.
Pemuda she Sorg itu pertama tama yang menghentikan langkah kakinya, dengan suara yang rendah ujarnya .
"Suhu dengan ketiga orang Supek, Susiok, agaknya sedang memusatkan pikirannya melatih ilmu tenaga dalam, kita tak usahlah maju kedepan sehingga mengganggu dan mengejutkan mereka, jika menurut pendapatku, biarlah ditempat ini kita berhenti sambil menjaga keamanan suhu dan ketiga orang supek, Susiok, menurut kalian bagaimana ??". Pemuda she Ban dan she Liauw itu sambil tersenyum mengangukkan kepalanya, ujarnya "Pendapat dari Song- heng sungguh bagus sekali !". Hanya tampak pemuda berbaju biru itu dengan perlahan mengerutkan alisnya dan berdiam diri tak bercakap.cakap. Pada saat itu berhembuslah angin gunung yang dingin, membuat ujung jubah panjang yang dipakai orang tua yang duduk berkerumun diempat penjuru batu raksasa itu berkibar- kibar. Pada puncak gunung yang sunyi itu, di-tengah malam yang buta seperti ini diliputi dengan kesunyian yang menyeramkan hati. Pemuda berbaju biru itu dengan perlahan menghela napas, ia berkema-kemik sendiri, ujarnya .
"Lweekang dari ke-empat orang tua ini adalah bagaimana sempurnanya, telinga dan matanyapun sangat tajam sekali, bagaimana kita mendaki keatas puncak gunung ini, mereka berempat orang tua ternyaata bagaikan tak merasakan sedikitpun. Pemuda she-Ban itu turut berkata pula .
"Perkataan dari Pek heng memang benar, suhuku selamanya sangat sayang pada sumoy, tidak perduli bagaimana pentingnya urusan itu, juga tak mungkin membuang banyak waktu-----", Sepasang mata pemuda she Song itu berkelebat, pemuda berbaju biru dan pemuda she-Ban itu turut berkata pula .
"Tionggoan Shu Cincoe, setiap kali setelah mengadakan pertemuan, pasti menciptakan satu dua jurus ilmu silat yang aneh dan lihay, kalian bertiga semua tentunya mengetahui jelas akan hal ini bukan, sudah tentu perkataan dari aku ini bukanlah omongan angin2 saja? ? ? ?."
Ia berhenti berbicara sejenak, kemudian sengaja mempertinggi suaranya, lanjutnya.
"Mungkin suhu dan ketiga orang susiok sapek sedang menyelidiki dan menciptakan semacam ilmu untuk melatih ilmu tenaga dalam, dan kini sedang memusatkan seluruh perhatiannya untuk mengadakan percobaan dengan tubuhnya sendiri". Agaknya ia juga merasakan keadaan pada hari ini sedikit tidak beres, sehingga sengaja mempertinggi suaranya pikirnya ingin mengejutkan keempat orang tua berjubah panjang yang duduk diempat25 penjuru baru raksasa itu. Delapan buah sinar mata bersama-sama ditujukan ketubuh empat orang tua berjubah panjang itu, asalkan mereka sedikit menggerakkan tangannya, atau sedikit menggelengkan kepalanya, segera dapat menghilangkan perasaan curiga yang meliputi ke empat pemuda itu. Tetapi ke-empat orang tua berjubah panjang itu masih tetap duduk seperti keadaan semula, bergerak sedikitpun tidak. Pemuda berbaju biru itu agaknya tdk dapat menahan lagi perasaannya yang terkandung didalam hatinya, dengan langkah yang tergesa-gesa ia menerjang maju kedepan. Begitu mendengar suara baju yang tertiup angin itu, ketiga orang lainnyapun dengan cepat mengejar dibelakangnya. Ketika mereka mengangkat sepasang matanya memandang, nampak keempat orang tua berjubah panjang itu masing2 duduk bersila, sepasang matanya tertutup rapat, agaknya sedang mengatur pernapasannya melatih ilmu tenaga dalam, sedang diatas batu raksasa itu terdapat sisa2 dari sayur dan arak. Keempat orang pemuda itu saling bertukar pandangan sejenak, kemudian bersama sama bersujut memberi hormat sambil memanggil suhu. Pertemuan yang diadakan oleh Tionggoan Shu Cincoe setiap tahun sekali ini, merupakan suatu pertemuan yang besar didalam Bu lim, karena setiap empat orang itu selesai mengadakan pertemuan, pasti berhasil menciptakan beberapa macam ilmu telapak atan ilmu pukulan yang baru dan aneh, tetapi setiap kali waktu diadakannya pertemuan itu selalu diliputi oleh suasana yang misterius, sunyi, dan tidak memperkenankan siapapun untuk menghadirinya, sekalipun anak muridnya sendiri, juga tidak diperkenankan mengikuti bersama mereka. Untuk menjaga suasana yang misterius ini, tempat dimana mereka setiap kali mengadakan pertemuan, selalu berpindah pindah, kadang kala didalam perahu yang sedang berlayar, dan kadangkala pula diatas puncak gunung yang sunyi, tetapi waktunya selalu sama yaitu pada bulan delapan. Siapapun tidak mengetahui mengapa mereka selalu memilih pada bulan delapan, tetapi sepuluh tahun bagaikan satu hari saja dan mereka belum pernah menghentikan pertemuan semacam ini. Sehingga didalam dunia kangouw tersiar bermacam macam dugaan, ada orang yang mengatakan bahwa pertemuan yang diadakan Tionggoan Shu. Cincoe ini, dengan meminjam alasan untuk menciptakan ilmu2 silat yang aneh2, padahal dengan menggunakan kesempatan ini mereka membicarakan situasi didalam dunia kangouw pada saat itu, dan mempunyai niat untuk membangun dan membentuk suatu partai baru yang menguasai seluruh dunia kangouw diluar partai2 besar yang telah26 ada. Selain itu adapula orang yang menduga bahwa pertemuan yang diadakan empat orang itu, tujuanya adalah untuk menjalankan suatu siasat yang amat keji untuk mengobrak abrik seluruh Bu lim. Malahan ada lagi yang menyiarkan bahwa dengan diam2 Tionggoan Shu Cincoe memimpin seluruh penjahat yang ada didalam Liok lim, setiap kali mengadakan pertemuan, tujuannya adalah merencanakan pergerakan yang dilakukan seluruh penjahat selama satu tahun mendatang-- ----"
Bermacam macan dari berita dan dugaan itu bersimpang siur tak karuan, tetapi apa tujuan yang tujuan sebenarnya dari pertemuan yang diadakan Tionggoan Shu Cincoe itu, selamanya tak seorangpun yang berhasil mendapatkan jawabannya, sekalipun murid kesayangan mereka sendiri yang selalu bersama dengan mereka, juga tak mengetahui sedikitpun juga.
Tahun ini, adalah pertemuan yang diadakan Tionggoan Shu Cintioe untuk kedelapan belas kalinya, tetapi juga merupakan pertemuan terakhir yang diadakan mereka selama hidupnya.
sungguh tak disangka kegagahan dan kecemerlangan nama mereka selama puluhan tahun ini, ternyata ludas diatas puncak gunung setinggi ratusan kaki itu.
******** **** BAGIAN KEDUA **** Song, Bun, Pek dan Liauw keempat orang pemuda itu, semuanya telah mengetahui bahwa mereka telah melanggar larangan yang dikeluarkan oleh suhu mereka, setelah memanggil sekali suhu segera pula mereka berlutut mengangguk anggukkan kepalanya, didalam hati mereka terasa menjadi sangat takut dan gugup atas pelanggaran yang dilakukannya itu, sebab mereka selamanya telah mendapatkan peringatan yang keras dari suhu mereka, bahwa tidak perduli dengan menggunakan alasan apapun juga, jika berani memasuki tempat pertemuan yang diadakan oleh Tionggoan Shu Cie coe itu, yang berarti mereka telah melanggar akan larangan ini, maka akan mendapatkan hukuman yang sangat berat dan sa ngat mengerikan yaitu dicukil keluar biji matanya jika melihat dengan mata, dan di potong telinganya jika mendengarkan dengan telinganya.
Mereka semuanya tidak dapat menduga, bahwa dirinya akan mendapatkan hukuman yang macam bagaimana, tetapi ada satu yang27 pasti yaitu cara pelaksanaan hukuman pastilah menggunakan cara yang paling kejam dan paling ganas.
Siapa tahu, keempat orang tua berjubah panjang itu masih tetap duduk dengan tenangnya tanpa bergerak sedikitpun, terhadap panggilan yang diucapkan keempat orang pemuda itu, sedikitpun tidak mendengarnya.
Didalam hati keempat orang pemuda itu segera diliputi oleh perasaan yang sangat terkejut, bersama sama mereka mendongakkan kepalanya.
Pada saat itu mereka baru berani menunjukkan sinar pandangan mereka ketubuh keempat orang tua berjubah panjang itu.
Ditengah bertiupnya angin gunung, tampak diatas dada keempat orang tua yang duduk bersila itu, berkibar sebuah saputangan yang bersegi empat, saputangan putih itu dengan kencang diikat diatas bajunya, sekalipun angin gunung yang lebih besar sekalipun, juga tak mungkin dapat menipu lepas saputangan putih itu.
Ditengah malam yang buta itu, samar2 dapat melihat diatas saputangan putih tertulis beberapa kalimat, hanya sayang tak dapat melihat dengan jelas.
Pemuda berbaju biru itu agaknya tak dapat menahan sabar lagi, tangannya segera merogoh kedalam sakunya mengambil korek api, dengan meminjam angin yang bertiup, segera timbullah segumul sinar api.
Dengan meminjam sinar api itu memandang, tampak jelas diatas sapu tangan putih itu tertulis.
"Ditujukan muridku Thiat Seng . Kematian dari suhumu, untuk sementara dilarang disiarkan keseluruh Bu-lim, malam ini juga kau harus dengan diam2 mengirimkan mayatku pulang, dan untuk sementara disimpan dalam ruang buku di belakang taman, tiga bulan kemudian baru boleh mengadakan penguburan. Tertanda . Coe Thian Sang"
Ketika memandang tulisan itu, terlibat surat itu ditulis dengan gaya yang sangat kuat sekali, hal ini membuktikan kalau surat itu memangnya ditulis oleh suhunya sendiri.
Hanya beberapa kalimat yang singkat itu saja, semuanya segera berubah menjadi pedang2 yang sangat tajam dan menusuk kedalam bati Pek Thiat Seng, saking tak tahannya menahan perasaan duka yang menyambut didalam hatinya itu, tanpa dapat dicegah lagi ia menangis28 ter-sedu2.
Begitu seorang mulai menangis, ketiga orang lainnya tak dapat lagi menahan rasa dukanya, dalam sekejap mata saja, diatas puncak gunung yang sunyi senyap itu, berubah menjadi ramai dengan suara isak tangis yang menyayatkan hati.
Siapa yang bilang kalau seorang lelaki sejati tak akan rnengucurkan air matanya, asal saja telah meacari sUatu titik dimana sangat mendukakan hatinya, tak mungkin mereka tak mengucurkan air matanya.
Diantara keempat orang pemuda itu, pemuda She Songlah yang mempunyai sifat yang agak keras, setelah menangis sejenak pikirannya segera menjadi tenang kembali, dengan nada yang sangat rendah bentaknya.
"Kalian bertiga cepat menghentikan isak tangis kalian, ditempat seperti ini dan keadaan yang demikian pula, menangis terus menerus pun bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang selayaknya, kita harus bangkitkan semangat diri kita sendiri untuk mengurus urusan selanjutnya"
Diantara keempat orang pemuda itu, kedudukan Pek Thian Seng lah yang paling hebat , sekalipun isak tangisnya telah berhenti, tetapi air mata yang mengalir terus menerus bagaikan sumber mata air itu tetap tak dapat dibendung.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pemuda She Song itu meminta sapu tangan berwarna putih yang berada ditangan beberapa orang lainnya, kemudian di kumpulkan menjadi satu dan dijajarkan diatas batu raksasa itu, setelah itu lanjut nya .
"Saudara2 harap memperhatikannya dengan sungguh2, tulisan yang ditinggalkan diatas sapu tangan itu, apakah pasti benar adalah tulisan dari suhu kalian"
Pek Thian Seng menundukkan kepalanya memandang, nampak diatas sapu tangan putih bersih empat itu, sekali namanya yang berbeda, syair dan kalimat yang ditulis semuanya sama dengan yang lainnya, dalam hatinya segera timbul rasa curiga, dengan diam2 pikirnya.
"Apakah mungkin keempat orang cian pwee itu sebelum meninggal dunia, waktu menuliskan pesan yang terachir, masih harus dirundingkan terlebih dahulu---"
Terdengar pemuda She Liauw itu berkata .
"Tulisan dari suhuku ini, sekali aku pandang saja telah dapat mengenalnya, tulisan yang terdapat pada saputangan putih itu memang benar tulisan dari suhuku"
Pemuda She Ban itupun mengangkat bicara, ujarnya.
"Surat peninggalan dari suhuku ini juga memang benar ditulis oleh suhuku sendiri". Sepasang mata pemuda She Song itu berputar, dan memandang29 dengan cermat ke empat saputangan putih itu. setelah termenung sejenak, kemudian ujarnya.
"Pek heng harap memperhatikannya lebih teliti lagi. diantara Tiong goan Shu Cin coe tulisan dan kepandaian sastra dari Cu Susiok adalah yang paling bagus, gaya tulisannya sangat kuat sekali hingga sukar untuk ditiru, mungkin disinilah dapat mencari sedikit jejak. Aku tak akan percaya, kalau keempat orang tua itu sebelum meninggal dunia, masih dapat berunding dengan syair dan kalimat apa harus ditulis, sehingga semuanya sama antara yang satu dengan yang lain"
Pada saat itu, obor yang dibuat dan di bawanya itu telah padam kembali, begitu sinar api itu menjadi padam, diatas puncak gunung itu kembali berubah menjadi sangat gelap sekali. Pek Thiat Seng setelah menghela napas ujarnya.
"Jika dipandang dari tulisan yang ada pada saputangan itu, memang benar adalah tulisan peninggalan subuku, tetapi aku seperti juga dengan Song-heng, tetap tidak akan percaya kalau ke-empat orang tua itu, pada saat sebelum meninggal dunia, masih dapat merundingkan dengan kalimat dan syair apa harus menulis pada surat pesan terakbirnya, aku kira didalamnya ini pasti ada lain sebab dan kejadian yang tak terduga"
Pemuda she-Liauw itupun ikut berbicara, ujarnya .
"Jika dipandang secara demikian, ke empat orang tua itu sejak sebelumnya tentu telah mengadakan persiapan2, diatas puncak gunung setinggi ratusan kaki ini, pertama tak ada alat tulis, kedua tak ada saputangan, ke empat surat pesan terakhir yang ditinggalkan ke-empat orang tua itu bagaimana dapat ditulisnya ? ? ? ". Sambung pemuda she-Ban itu pula .
"Perkataan dari Liauw-heng memang sangat tepat sekali, selain memangnya keempat orang tua ini telah mengandung niat untuk membunuh diri, didalam dunia kangouw pada saat ini, masih ada siapa lagi yang dapat melukai dan membinasakan mereka berempat orang tua sekaligus". Pek Thiat Seng mengulurkan tangannya mengambil kembali saputangan yang ada diatas batu raksasa itu, dengan nada yang perlahan panggilnya .
"Boen Koang-beng ------". Pemuda she-Song itu agaknya sedang terjerumus dalam alam lamunan, mendengar suara panggilan dari Pek Thiat Seng ini, bagaikan baru sadar dari impian, setelah mengeluarkan suara tertahan, ujarnya .
"Ada urusan apa ? ? ? ? ? "
Pek Thiat Seng mendongakkan kepalanya memandang keadaan cuaca, kemudian ujarnya .
"Waktu sekarang ini sudah hampir mendekati pagi hari, jika kita30 akan mengurus layon dari para cianpwee menurut pesan terakhir dari mereka orang tua, sekarang juga harus mulai berangkat, sehingga sebelum fajar menyingsing, layon dari suhu dan ketiga orang Supek, Susiok telah tiba dibawah gunug". Song Boen Koang menoleh memandang kearah pemuda she Liauw itu, lalu tanyanya. Bagaimana dengan pendapat dari In Hwie-beng ? ? ". Jawab Liauw In Hwie dengan perlahan.
"Pikiran Siauw te sedang kalut, sehingga untuk sesaat mana dapat memikirkan pendapat dan usul yang lain, kecerdikan dan akal Song beng melebihi kita orang, aku kira tentunya Song-heng telah mempunyai pendapat yang sangat bagus sekali". Sepasang sinar mata Song Boen Koang berputar dan berpindah ketubuh pemuda berpakaian longgar itu, tanyanya . Bagaimana dengan pendapat dari Cong-heng??"
"
Ban Cong menarik ujung bajunya dan mengusap kering air mata yang menetes ke luar sehingga membasahi wajahnya itu, kemudian ujarnya "Jika kalau memang surat pesan terakhir yang ditinggalkan itu ditulis oleh mereka berempat orang itu, kita sebagai anak muridnya, tidaklah mungkin akan dapat melanggar pesan terakbir itu, jika menurut pendapatku, lebih baik kita menurut pesan terakhir tersebut terlebih dahulu, dan mengantarkan layon dari beberapa orang tua itu kembali kerumah, kemudian barulah menyelidiki sebab2 kematian dari beberapa orang tua itu"
Sinar mata Song Boen Koang berkelebat memandang saputangan putih yang berada diatas batu raksasa itu, lalu ujarnya "Liauw beng, Ban heng, harap menyimpan kembali saputangan putih itu, beberapa saputangan2 yang berisi pesan terakhir dari para cianpwee itu, adalah merupakan barang yang paling penting didalam kita menyelidiki sebab2 kematian keempat orang tua itu pada kemudian hari - ---- "
"Liauw In Hwie, Ban Cong segera menurut perkataan yang diucapkan pemuda She Song itu dan memasukkan saputangan putih kedalam sakunya masing- masing. Sambil mengangkat kepalanya memandang bintang2 yang ada dilangit, Song Boen Koang berkata lagi.
"Pada saat ini mungkin telah mendekati kentongan keempat, jika bertambah satu kentongan lagi, haripun akan mulai terang, menurut pendapatku, menanti setelah hari menjadi terang, barulah kita meninggalkan temput ini ----"
Perkataannya belum selesai diucapkan, potong Ban Cong.
"Ditengah siang hari bolong, kita berempat orang masing2 membopong sesosok mayat dan berjalan melalui jalan raya, apakah tidak31 akan mengejutkan orang2 yang melihatnya"
Sahut Song Boen Koang dengan nada yang kurang senang.
"Cong heng janganlah terburu menjadi berputus asa, tunggulah hingga aku selesai berkata, kau bicarapun belum terlambat -- "
Dia agakaja sedang memikirkan kalimat2 selanjutnya, setelah berhenti sejenak, kemudian lanjutnya.
"Keempat orang tua itu mendadak meninggalkan surat pesan terakhirnya yang ditulis diatas saputangan putih, dan meninggal secara misterius, membuat orang sukar untuk menduga sebelumnya perubahan yang sangat mengejutkan ini, jangan dikata kau dan aku berempat orang, sekalipun orang yang mempunyai iman yang keras sekalipun, juga akaa dibuatnya menjadi bingung dan kalut tak karuan, sekalipun kedukaanku teramat sangat, tetap aku merasakan bahwa kematian dari keempat orang tua itu sangat aneh sekali jika dipikirkan sejak beberapa bulan yang lalu, tidaklah menunjukkan adanya sedikit tanda2 yang mencuriga pun, bagaimana tidak membuat orang untuk bercuriga atas sebab2 kematiannya "
Ia berhenti sejenak dan menarik napas panjang2, kemudian lanjutnya.
"Ditengah malam buta yang sangat gelap ini, tak mungkin kita dapat menyelidiki dan mencari sebab2 kematian dari mereka empat orang tua, jika kita tidak menggeserkan layon mereka dan tetap diletakkan pada keadaan yang semula diatas puncak gunung ini, mungkin kita malam masih dapat menemukan jejak2 dan tanda2 dari sebab kematiannya, dan sebaliknya apabila ditengah malam yang gelap ini kita memindahkan mayat2 ini, bukankah jejak2 dan tanda2 yang ditinggalkan akan menjadi lenyap, jika menurut pendapatku, lebih baik kita menanti saja setelah hari menjadi terang kembali, barulah kita mulai memeriksa dengan teliti keadaan sekitarnya, dan memindahkan mayat2 para cian- pwee ini untuk dibawa turun gunung"
Mendengar uraian yang panjang itu, tanpa terasa Liauw In Hwie telah mengeluarkan kata kata memuji ujarnya.
"Song heng, ditengah peristiwa yang mengejutkan hati ini sedikitpun tidak menjadi kalut pikirannya, bagaimana tidak membuat aku sangat memuji dirimu ??"
Dengan sangat perlahan sinar mata Song Boen Koang dialihkan kewajah Ban Cong, kemudian lanjutnya lagi! "Hanya mengenai bagaimana cara pengiriman keempat layon dari cianpwee ini, haruslah melelahkan Ban heng untuk melaksanakannya"
Mendengar perkataan ini Ban Cong menjadi tertegun, tanyanya.
"Maafkan atas kebodohan dari aku yang rnasih tidak mengerti akan arti perkataan dari Song heng?"
Sahut Song Boen Koang.
"Coba pikirkan, diempat penjuru dari puncak yang tingginya ratusan32 kaki ini, semuanya adalah rentetan puncak dari pegunungan yang tinggi, bagaimana dapat mencari alat2 untuk mengangkut mayat2 dari para cianpwee ini, sekalipun berhasil mencari dapat alat2 tersebut, juga tak dapat dihindarkan lagi berita kematian ini akan tersiar luas, padahal didalam surat pesan terakhir yang ditulis oleh para orang tua melarang kita untuk membocorkan berita kematian ini, aku kira didalam ini tentu mengandung maksud yang mendalam, oleh sebab itu satu2nya cara adalah meminta bantuan dari Ban beng untuk pergi ke Loo Coe Ling untuk mencari sebuah gerobak kuda yang memakai tutup, kemudian membawa mayat dari keempat orang tua ini pulang?"
Liauw In Hwie segera menyetujui usul ini. ujarnya!"
"Usul ini sungguh bagus sekall"
Ujar Boen Koang lagi.
"Jika menurut rencana yang telah aku susun pada besok malarn sebelum kentongan kedua, Ban heng pasti telah dapat kembali lagi kebawah puncak gunung ini"
Ban Cong dengan perlahan bangkit berdiri, dan ujarnya.
"Urusan tak dapat di tunda2 lagi, aku berusaha tiba kembali dalam waktu yang telah ditentukan"
Tetapi baru berjalan dua langkah, mendadak ia palingkan kepalanya kembali dan lanjutnya.
"Tetapi dengan, kepergianku ini, terhadap sebab2 kematian dari suhuku, aku menjadi tak dapat menyelidikinya"
Mendengar perkataan ini, hibur Song Been Koang.
"Ban heng harap tenangkan hati, sebab kematian dari keempat orang tua ini, aku kira tak ada perbedaannya, antara yang satu dengan yang lainnya. aku akan menjaga keadaan ini hingga menanti Ban beng pulang kembali, barulah mulai menggeserkan mayat2 dari keempat orang ini."
Ban Cong menjura memberi hormat, sambil ujarnya.
"Kalau begitu harap saudara2 mau menjaganya"
Kemudian ia melanjutkan langkahnya dan berlari dengan cepat turun gunung.
Didalam waktu yang agak lama ini, di mana harus menanti tibanya Ban Cong yang mencari kereta, Pek Thiat Seng selalu berdiam diri tak berkata-kata, ia mulainya memang merasa sangat berduka sekali atas kematian yang dialami suhunya, tetapi setelah ia berpikir bolak balik, mulailah ia memandang keadaan sekelilingnya dan memikirkan benda2 yang diketemukan.
Pikirnya .
"Empat buah saputangan putih itu, besar kecilnya adalah sama semuanya, sudah tentu benda2 tersebut telah dipersiapkan terlebih dahulu, tetapi Tionggoan Shu Cincoe selain pertemuan yang diadakan setiap tahun sekali, setiap harinya jarang sekali berkelana diluaran, satu2nya jalan adalah pada pertemuan yang diadakan tahun lalu mereka33 berempat telah menjanjikan saat2 kematian bagi diri mereka sendiri sehingga mereka masing2 membawa sebuah saputangan putih dan menulis pesan terakhirnya terlebih dahulu, tetapi urusan ini adalah tidak akan mungkin bisa terjadi, selain dari pada itu, dengan kepandaian ilmu silat yang dimilikinya itu mungkin pada saat Tionggoan Shu Cincoe itu sedang mengadakan pertemuan, mendadak muncul seseorang diatas puncak gunung yang tingginya ratusan kaki itu, dengan kepandaian ilmu silat , atau mungkin dengan cara yang lain, memaksa Tionggoan Shu Cincoe untuk mengeluarkan saputangan putih yang telah disediakan dan memerintahkan menulis surat pesan terakhirnya diatas saputangan itu, dan kemudian dibinasakan tanpa mengadakan perlawnaan ----"
Tetapi pemikiran yang dilakukan dengan cepat itu segera berubah, jangan dikata kepandaian dari keempat orang itu sangat tinggi sekali tanpa bandingan, sekalipun kepandaian dari orang yang datang itu jauh lebih tinggi dari kepandaian empat orang itu, tetapi juga tidak mungkin kalau mereka mau dibunuh tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun, semestinyalah harus melalui suatu pertempuran yang sangat seru dan hebat, tetapi melihat keempat orang itu semuanya sedang duduk bersemedi dan kematiannjapun agaknya dalam suasana sangat tenang sekali sedikitpun tidak memperlihatkan tanda2 terjadinya suatu pertempuran yang sangat sengit sekali?"
Semuanya ini adalah merupakan suatu teka teki yang tak dapat dipecahkan, diliputi dengan suasana yang misterius dan menyeramkan. Terdengar Song Boen Koang menghela napas panjang2, ujarnya.
"Pek heng apakah engkau telah memikirkan suatu tanda2 yang mencurigakan?"
Pek Thiat Seng menggelengkan kepalanya, sahutnya.
"Tidak, aku hanya merasakan urusan yang sangat aneh ini makin dipikirkan makin menjadi kalut, sungguh membuat aku menjadi bingung seharusnya berbuat bagaimana"
Jilid 2 Ujar Song Boen Koang.
"
Yang sebenarnya adalah karena kita mengalami peristiwa yang mengejutkan hati ini membuat pikiran kita menjadi kalut, apalagi disuruh mengambil keputusan, sedikit dikitnya juga membuat kita menjadi bingung sekali, jika menurut pendapatku, harap saudara berdua untuk sementara menghilangkan rasa duka dan rasa sedih yang mencekam diri kalian berdua, cobalah jangan memikirkan akan hal itu, duduk bersemedi untuk memusatkan pikiran kita dapat menjadi tenang kembali, barulah berusaha untuk mencari sebab2 kematiannya"
Pek Thiat Seng tak dapat berbuat apa2 lagi, ujarnya kemudian.34
"Aku ingin mendengarkan pendapat dari saudara2 sekalian"
Sahut Song Boen Koang kemudian.
"Kalau memangnya demikian, aku harap Liauw beng untuk sementara melindungi aku dan Pek heng, setelah aku selesai beristirahat, maka aku akan menjaga dan melindungi diri Liauw heng"
Jawab Liauw In Hwie dengan cepat.
"Aku akan menurut perintah!"
Segera Song Boen Koang memejamkan matanya, sesaat kemudian ujarnya lagi.
"Pek heng silahkan beristirahat sebentar waktunya telah tidak banyak lagi, sebentar matahari akan segera terbit"
Pek Tbiat Seng mengikuti perkataan itu dan memejamkan matanya.
Sedang hatinya tetap kalut tak keruan, mana dapat ia menenangkan dirinya.
Angin malam bertiup sepoi2, membuat pohon Song diatas gunung itu mengeluarkan suara gemersik, Pek Thiat Seng yang sedang berpikir itu, makin memikirkan peristiwa, itu, makin merasakan urusan ini sangat aneh sekali, sungguh membuat orang menjadi sukar untuk turun tangan.
Ketika ia mementangkan matanya memandang, tampak Liauw In Hwie sedang duduk bersandar pada sebuah batu dan memandang terpesona pada bintang2 yang ada diatas langit, sedang Song Boen Koan memejamkan matanya menjalankan pernapasan, hatinya diam2 bergerak, pikirnya.
"Pertemuan yang diadakan Tiongoan Shn Cincoe diatas puncak gunung setinggi ratusan kaki ini, orang2 didalam dunia kang-ouw yang mengetabui urusan ini adalah sangat sedikit sekali jumlahnya. selain kita berempat orang, aku kira juga sangat sukar untuk mencari orang yang kelima, jikalau keempat orang tua itu adalah binasa karena dibunuh oleh orang secara menggelap, yang membocorkan rahasia tempat pertemuan ini pastilah salah satu diantara kita berempat---"
Pikirannya segera berputar, rasa curiganya makin menghebat, sedang sinar matanya memancar dengan sangat tajam.
dan memandang pada wajah dari Song Boen Koan.
Terdengar Song Boen Koan menghela napas panjang2, kemudian mementangkan sepasang matanya lebar2.
ujarnya! "Setelah aku berpikir bolak balik akan urusan ini, tambah berpikir makin merasakan bahwa sebab2 kematian dari keempat orang tua ini sangat mencurigakan sekali"
Sahut Pek Thiat Seng.
"Aku juga mempunyai perasaan demi kian!"
Sepasang mata Song Boen Koan berkelebat memandang wajah Liauw In Hwie sejenak, kemudian lanjutnya.
"Urusan mengenai tempat pertemuan yang diadakan oleh keempat orang tua itu diatas puncak gunung yang tinggi ratusan kaki ini, aku kira35 yang mengetahui urusan ini adalah sangar sedikit sekali"
Liauw In Hwie menganggukkan kepalanya, sahutnya.
"Benar---"
Pek Thiat Seng juga ikut berbicara, ujarnya.
"Aku, Song heng, Liauw heng, kita ber empat semuanya merupakan orang2 yang di curigai telah membocorkan rahasia ini"
Sahut Song Boen Koang lagi.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Jika menurut penglihatanku, dengan cara pemikiran dari Pek beng yang baru saja dikemukakan itu ada sedikit yang berbeda"
Tanya Pek Thiat Seng.
"Bagaimana dengan perbedaannya, harap Song heng sedia menjelaskannya"
Mendengar pertanyaan itu, sahut Soog Boen Koang.
"Maksudku adalah menunjukkan selain dari kita berempat, entah masih ada siapa lagi yang mengetahui akan urusan ini"
Sahut Pek Thiat Seag dengan perlahan.
"Tionggoan Shu Cincoe, setiap tahun sekali mengadakan pertemuan, orang2 didalam Bu-lim siapa yang tidak mengetahuinya aku kira semuanya tahu akan urusan ini, hanya tempat untuk mengadakan pertemuan ini, orang lain tak mungkin dapat menduganya, menurut apa yang aku ketahui, urusan pertemuan yang diadakan suhu diatas puncak gunung yang setinggi ratusan kaki ini, selain aku seorang, tak ada orang lain lagi yang mengetahuinya, jika misalnya urusan ini bocor dari mulut cayhe, aku kira juga hanyalah aku seorang jaag dapat dicurigai"
Liauw In Hwie mengangkat tangannya menepuk kepalanya dua kali, kemudian ujarnya.
"Suhuku datang kemari mengadakan pertemuan, juga hanyalah aku seorang saja yang mengetahuinya"
Terdengar Song Boen Koang mengangkat bicara pula.
"Suhuku selain menurunkan ilmu silat kepadaku seorang, jarang sekali menemui orang asing, sebulan sebelum mengadakan pertemuan ditempat ini, belum pernah kami bertemu dengan seorang asingpun juga, mengenai urusan pertemuan yang diadakan diatas puncak gunung ini, aku saja baru mengetahuinya ketika suhu mengatakan kepadaku pada hari sebelum berangkat atau dengan perkataan lain, selain aku seorang, tak ada orang lain lagi yang mengetahui akan urusan ini"
Baru Song Boen Koang selesai berbicara, Liauw la Hwie telah berkata pula, ujarnya.
"Pada keluarga Yap Susiok terdapat banyak sekali orang dan sukar untuk menjaga mulut dari sekian banyaknya orang, selain Ban heng, masih ada puterinya yang paling disayangi itu, jika memang kematian dari keempat orang tua itu adalah dikarenakan terbunuh secara menggelap, aku kira orang yang membocorkan rahasia ini di pihak Ban heng kecurigaannya adalah yang paling besar"36 Ujar Pek Thiat Seng dengan nada yang tajam .
"Aku lihat siapapun tak akan ada yang lolos dari kecurigaan ini ". Sahut Song Boen Koang pula .
"Perkataan dari Pek-heng memang benar!"
Sedang Liauw In Hwie mengerutkan alisnya, ujarnia .
"Perkataan dari Pek-heng, apakah tidak terlalu menuduh yang bukan2". Sepasang mata Pek Thiat Seng dengan perlahan menyapuh kewajah Liauw In Hwie, kemudian katanya .
"Didalam hati Lianw-heng, apakah merasakan sedikit tidak leluasa- ? "
Mendengar perkataan yang tajam itu, Liauw In Hwie segera meloncat berdiri, dengan nada yang amat gusar bentaknya .
"Ucapan yang dikeluarkan oleh Pek-heng lebih baik yang beraturan sedikit ! "
Song Boen Koang dengan tergesa-gesa memotong .
"Kalian berdua tak usah beribut lagi, biarlah menanti setelah Ban- heng kembali, kita berempat barulah bersama-sama dihadapan suhu kita masing-masing, mengucapkan sumpah yang berat untuk membuktikan kebersihan dari hati--- ". Pek Thiat Seng dengan nada yang dingin memotong .
"Mengucapkan sumpah yang berat apa gunanya, didunia ini lebih banyak orang yang suka mengucapkan kata2 kosong daripada berbicara secara jujur, sekalipun menyuruh dia mengangkat sumpah berat hingga delapan sepuluh kalipun, dia juga tetap mengucapkan kata2 yang bohong". Tanya Song Boen Koang kemudian .
"Kalan begitu bagaimana dengan pendapat dari Pek-beng ?_?"
Sahut Pek Thiat Seng dengan tenang .
"Menurut pendapatku, kita mendirikan gubuk diatas puncak ini dan tinggal selamanya ditempat ini untuk menjaga mayat dari ke-empat orang selama hidupnya, semuanya tidak diperkenankan meninggalkan puncak ini, ketiga orang lainnya harus ber-satu padu untuk membunuh mati dia". Perkataannya ini diucapkan dengan nada yang sungguh2, sedang wajahnya sangat keren dan serius sekali, bagaikan setiap kata2 dan kalimat yang diucapkan itu, semuanya keluar dari dalam hati sanubarinya. Song Boeng Koang dan Liauw In Hwie yang mendengar perkataan itu menjadi ter-mangu-mangu, kemudian bersama-sama tanyanya.
"Maksud ucapan dari Pek-leng, sungguh membuat aku tidak memahaminya, menemani mayat dan menjaga arwah dari ke empat orang tua ini, sekalipun memangnya merupakan suatu tugas bakti dari seorang anak muridnya, tetapi selama hidupnya harus menjaga dan37 berdiam diatas suatu puncak gunung yang sunyi ini, lalu apa gunanya?? ". Ujar Pek Thiat Seng lagi .
"Aku percaya bahwa kematian dari keempat orang tua itu masih mempunyai sebab2 yang lain, sekalipun kematiannya disebabkan oleh karena mereka bunuh diri, juga di karenakan keadaan yang memaksa". Song Boen Koang menganggukkan kepalanya, sahutnya .
"Sebelum memeriksa keadaan dari sebab2 kematian yang sebenarnya, tidak perduii Pek-heng bagaimanapun mencurigainya, semuanya tak dapat dikatakan salah". Ujar Liauw In Hwie pula .
"Kalau begitu dengan kita harus tinggal selama hidupnya dipuncak gunung yang sunyi ini, entah mempunyai hubungan apa ? ?". Sahut Pek Thiat Seng dengan keren.
"Sudah tentu mempunyai hubungan yang sangat erat sekali, urusan mengenai pertemuan yang diadakan ke-empat orang tua ini diatas puncak gunung setinggi ratusan kaki itu, selain kita berempat, tak ada orang lain lagi yang mengetahuinya, sehingga aku percaya bahwa sebab kematian daripada keempat orang tua ini, pasti mempunyai hubungan yang erat sekali dengan salah satu dari kita berempat-- ?". Sinar matanya yang dingin berwibawa itu, dengan perlahan menyapu kewajah Song Boen Koang dan Liauw In Hwie, kemudian lanjutnya lagi .
"Tetap dengan keadaan dan pemandangan sekarang ini, kita berempat siapapun tak ada yang mau mengakui sebagai pembunuh dari pada ke empat suhu kita, tetapi pembunuh itu ternyata dapat membunuh mati suhu kita, sudah tentu mempunyai suatu tujuan yang tertentu, dan sukar sekali untuk berdiam lebih larna lagi diatas puncak gunung ini, dengan demikian siapapun diantara kita yang ingin meninggalkan tempat ini terlebih dahulu, sudah tentu dia mempunyai rencana keji lainnya, sekalipun bukan merupakan pembunuh yang sebenarnya, tetapi tentu mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan pembunuh itu, kita bersama sama harus bersatu pada untuk menawan dia, dengan siksaan yang berat kita mengompes dia, aku kira tak sukar bagi kita untuk mengetahui hal yang jelas mengenai peristiwa ini". Song Boen Koang dan Lianw In Hwie dengan lemas menundukkan kepalanya dan berdiam diri tak berkata, terasa bagi mereka berdua bahwa perkataan yang diucapkan oleh dia sekalipun mempunyai sedikit alasan, tetapi adalah terlalu kejam sekali sehingga sukar untuk ditangkap kebenarannya. Mendadak Pek Thiat Seng tertawa ter-bahak bahak, ujarnya .
"Apakah kalian berdua takut kalau sampai tua harus berdiam diatas puncak gunung yang sunyi ini ? ? ". Sahut Liauw In Hwie dengan perlahan.38
"Pek-heng demikian menghormati dan menyayangi pada Suhu, aku sangat memuji sekali, jikalau memangnya telah tidak mempunyai jalan lain hingga dapat mengetahui sebab2 kematian dari ke empat orang tua, terpaksa kita haruslah menuruti perkataan yang diucapkan oleh Pek-beng itu". Lanjut Song Boen Koang pula .
"Kitanya lebih baik kita menanti hingga Ban Cong heng kembali terlebih dabulu, kita baru mulai menyusun rencana ---". Kemudian dia mendongakkan kepalanya memandang bintang2 yang bertebaran diatas langit, dan lanjutnya .
"Jika dipikir sekarang, orang pincang yang membawa tongkat, serta gadis kecil yang menunggang kerbau itu, sangat mencurigakan sekali". Liauw In Hwie segera mendepakkan kakinya keatas tanas, dengan nada yang keras ujarnya .
"Tidak salah, biarlah aku pergi rnengejar mereka kemari ! ". Sehabis berkata ia balikkan tubuhnya dan meloncat sejauh satu kaki lebih. Pek Thiat Seng mengerutkan alisnya, ujamya .
"Liauw heng, Tahan ! "
Liauw In Hwie menoleh kebelakang, sahutnya .
"Bagaimana ? ? apa engkau takut aku tidak kembali lagi ? ? ". Sahut Pek Thiat Seng kemudian .
"Jika si Pincang yang membawa tongkat itu, serta gadis kecil yang menunggang kerbau itu mempunyai hubungan yang erat dengan sebab2 kematian dari ke empat orang tua itu, Liauw-heng pasti tidak akan dapat mengejar mereka, dan misalnya kalau mereka adalah orang biasa, kalau telah dapat mengejarnya bukankah tak ada gunanya ? ? ". Liauw In Hwie dengan kukuh menyahut .
"Perkataan dari Pek heng sekalipun tidak salah tetapi tidak mungkin kalau kita harus berdiam diri saja, kalian berdua tunggulah ditempat ini, sebelum hari menjadi terang, aku pasti akan telah pulang kembali ketempat ini". Terdengar Bong Soen Koang berkata .
"Aku menduga bahwa perjalanan Liauw-heng kali ini akan sia2 belaka, dan membuang tenaga dengan percuma". Liauw Hwie tidak menjawab lagi,dengan langkah yang lebar dan tergesa-gesa ia lari pergi, terlihat bayangan manusia berkelebat beberapa kali dan lenyap ditengah malam buta yang gelap itu. Song Boen Koang dengan perlahan bangkit berdiri, tak henti2nya ia berjalan kesana kemari, kedua alisnya dikerutkan, agaknya ia sedang terjerumus didalam suatu keadaan yang sangat susah sekali. Pek Thiat Seng sambil duduk diatas tanah, ia mendongakkan kepalanya keatas memandang bintang2 yang bertaburan dilangit, diam tak berkata kata, teka teki dari sebab kematian Tionggoan Shu Ciacoe,39 secara tidak langsung telah membebankan suatu tugas yang sangat berat dan rnembingungkan pada anak murid angkatan pertamanya. Mendadak Song Boen Koang menghentikan langkahnya, dan ujarnya .
"Pendapat dari Pek-beng apakah telah pasti benar2 bahwa sebab2 kemaatian dari suhu berempat, mempunyai hubungan yang sangat erat sekali dengan kita berempat ??? "
Sahut Pek Thiat Seng .
"Aku bukannya menuduh dengan tanpa alasan, perjanjian yang diadakan oleh ke empat orang tua iru, waktu serta tempatnya selamanya selalu dirahasiakan, selain Song-heng, Liauw-heng, Ban beng serta aku, tak ada lagi orang lain yang mengetahuinya, jika seandainya ke empat orang tua itu adalah mati karena dibunuuh orang, orang yang membocorkan rahasia ini pastilah salah seorang diantara kita ke-empat-- ". Dia menghela napas panjang2, lalu lanjutnya.
"Ke empat orang tua itu seandainya binasa karena bunuh diri, juga tidak sampai akan memilih suatu tempat semacam ini, apalagi aku percaya kalau suhu tidak mungkin akan berbuat demikian--". Song Boen Koang berkata juga.
"Tidak salah, Tionggoan Shu Cincoe jadi orang sangat gagah berani. tidak mungkin mereka mau membunuh diri".
"Oleh sebab itu aku berpendapat sebelum menyelidiki jelas sebab2 kematian dari ke empat orang tua itu, kita berempat harus mendirikan gubuk dipuncak ini untuk me-ngalahi mayat2 keempat orang tua, sehari tidak dapat menemui hal2 yang sebenarnya, sehari pula kita tidak diperkenankan meninggalkan puncak ini satu langkah pun". ujar Pek Thiat Seng. Song Boen Koang berkata ligi.
"Surat peninggalan dari ke-empat orang tua iru memerintahkan kita untuk mengangkat lajon mereka orang tua untuk dibawa pulang. tiga bulan kemudian baru melakukan upacara penguburan, pendapat dari Pek heng bukankah telah melanggar perintah dari ke empat orang tua itu itu?"
Sahut Pek Thiat Seng sambil tersenyum.
"Song heng pasti harus tahu, bahwa aku terhadap surat peninggalan yang ditulis oleh ke-empat orang suhu itu sangat mencurigai sekali. sekalipun surat itu ditulis sendiri oleh ke- empat orang suhu, aku kira hal itu juga karena dalam keadaan yang serba sulit sehingga dipaksa untuk menulisnya"
Tanya Song Boen Koang lagi.
"Kalau begitu, diantara empat orang ini entah kau paling mencurigai yang mana". Pek Thiat Seng agaknya seperti tidak menyangka kalau dia40 mendadak dapat mengajukan pertanyaan tersebut, tanpa terasa dia menjadi tertegun, setelah termenung sejenak, baru ujarnya.
"Diantara kita berempat siapapun mungkin merupakan pembunuh dari pada ke-empat orang suhu, tetapi jika dilihat dari hubungan beberapa tahun lamanya dengan kalian, siapapun tidak mirip sebagai seorang pembunuh, oleh karena itu sebelum urusan menjadi jelas seluruhnya, maaf kalau aku tidak dapat memberikan dugaan sedikitpun juga". Ujar Song Boen Koang dengan tenang.
"Jika dibicarakan tentang urusan ini, Bang heng jadi orang sikapnya sangat jujur sekali, dan segala tindakannya sangat teliti sekali, selain itu Ban-heng, Liauw-beng, Pek heng dan aku agaknya kurang teliti dalam segala tindakan". Sahut Pek Thiat Seng .
"Aku biasanya suka berdiam diri, jika menemui segala urusan harus berpikir panjang terlebih dahulu, dan mempunyai perasaan curiga yang paling besar??". Dia berhenti sejenak, kemudian lanjut nya lagi .
"Song-heng diluarnya kelihatannya sangat ramah dan suka bergaul, tetapi didalam hatinya sangat teliti sekali dan diliputi oleh suatu rahasia yang tidak boleh orang lain mengetabuinya, aku kira dapat pula dima- sukkan kedalam orang kedua yang paling patut dicurigai ". Song Boen Koang tertawa tawar, dan tak mengucapkan sepatah katapun. Sepasang mata Pek Thiat Seng menyapu sejenak pada keempat batang mayat yang dalam sikap duduk bersila, kemudian lanjutnya.
"Sedang mengenai Liauw beng, sikapnya sebentar kasar berangasan, dan sebentar lagi harus dan berhati2, membuat orang sukar untuk menebak bagaimana sikap dan tindak tanduknya yang sebenarnya. selainku, dan Song heng, barulah yang patut di hitung sebagai orang yang sangat besar sekali kecurigaannya"
Song Beon Koang mendongakkan kepalanya sambil tertawa dingin. kemudian sahutnya.
"Jika menurut penglihatanku, dengan pendapat dari Pek heng jauh sangat berbeda sekali."
Ujar Pek Thiat Sang, dengan nada kurang senang.
"Aku ingin mendengarkan pendapatmu yang hebat!"
Ujar Song Boen Koang.
"Pendapatku, diantara kita berempat, kecurigaan terhadap Liauw heng patutnya yang paling besar --"
Mendadak ia merendahkan suaranya, dan lanjutnya.
"Sebelum aku menyinggung urusan mengenai si Pincang yang membawa tongkat serta gadis kecil yang menunggang kerbau itu, telah aku duga bahwa begitu aku menyinggungnya, Liauw heng pasti akan41 mengajukan dirinya untuk mengejar kedua orang itu, ternyata urusan itu tidak meleset dari dugaanku, Pek heng sekalipun telah mengucapkan kata2 untuk mencegahnya, tetapi dia tetap kukuh hendak pergi juga"
Mendengar perkataan itu, dalam hati Pek Thiat Seng sedikit berengsek tetapi didalam waktu sesaat, diapun tidak dapat menangkap arti dari pada perkataan yang diucapkan oleh Koan Boen Koang itu terpaksa dia hanya menganggukkan kepalanya, pura2 menampilkan sikapnya yang seperti agak terkejut dergan ucapan itu.
Sepasang mata Song Boen Koang memandang tajam keempat penjuru dari tempat itu, kemudian lanjutnya.
"Jika dugaanku tidak salah, keadaan kita sekarang ini---"
Belum Song Boen Koang selesai berbicara, mendadak terdengar sesuatu suara suitan yang sangat nyaring sekali menggema mendatang, dan memutuskan perkataan Song Boen Koang yang belum selesai diucapkan. Pek Thiat Seng segera melompat berdiri ujarnya.
"Suara suitan dari siapakah?!"
Sahut Song Boen Koang.
"Jika didengar dari suaranya agaknya sangat asing sekali"
Wajah dari Pek, Thiat Seng segera berubah hebat, setelah bingung sejenak, kemudian dengan per lahan2 ia duduk kembali kiranya dalam waktu yang sekejab ini, dia telah memikirkan banyak sekali urusan, dan terakbir dia telah memutuskan untuk duduk kembali keatas tanah untuk melihat perubahan situasi selanjutnya.
Song Boen Koang tertawa tawar ujarnya.
"Dengan tenang untuk menguasai yang bergerak, dan dengan sabar menantikan perubahan selanjutnya, akal ini ternyata tidak salah juga"
Setelah berkata demikian ia mulai duduk bersemedi diatas tanah, dengan perlahan lahan ia memejamkan kedua matanya. Terdengar dari bawah puncak gunung itu menggema datang suatu suara yang sangat berat dan kuat sekali, ujarnya .
"Karena mendapatkan undangan dari saudara2 sekalian, maka segera aku datang kemari, tetapi karena perjalanan yang ditempuh sangat jauh sekali, sehingga baru dapat tiba pada tengah malam yang buta ini, untung masih tidak sampai menyalahi waktunya-----". Ucapannya baru sampai disana, mendadak jadi terputus, agaknya dipihak sana sedang menanti balasan dari atas puncak gunung itu. Pek Thiat Seng, Song Boen Koang terasa seperti didepan dadanya mendapatkan pukulan martil yang sangat berat sekali, seluruh tubuhnya sedikit menjadi gemetar, setelah saling bertukar pandangan mereka bersama sama membuka mulutnya hendak memberikan jawaban. Tetapi perkataan dari dua orang itu baru saja hendak keluar dari mulutnya, ber-sama2 pula menelan kembali perkataan tersebut dan menutup rapat2 mulutnya.42 Orang yang berada dibawah puncak gunung itu agaknya nampak lama tidak ada jawaban, ternyata telah dengan sendirinya menerjang atas, terdengar tindakan kaki yang sangat berat sekali, menggema masuk kedalam telinganya. Pek Tbiat Seng dengan perlahan membuka sedikit kedua matanya, dan mencuri melihat, nampak seorang lelaki yang mempunyai tubuh yang tinggi besar, jenggotnya sepanjang dada dan memakai pakaiain yang singsat dengan langkah yang lebar berjalan mendekat, sedang disampingnya berjalan seorang pemuda yang juga memakai pakaian yang singsat. Dia agaknya memang mempunyai niat untuk mengejutkan orang2 yang berada di-atas puncak ini, sehingga disaat berjalan telah menggunakan tenaga yang sangat besar sekali, membuat batu2 gunung yang dipinjaknya menjadi hancur berantakan. Orang lelaki tinggi besar yang berjenggot panjang itu setelah berjalan mendekat pada beberapa sosok mayat itu, sambil memberi hormat ujarnya .
Pendekar Bloon Pendekar Kucar Kacir Kisah Para Naga Di Pusaran Badai Karya Pendekar Bunga Karya Chin Yung
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama