Ceritasilat Novel Online

Pembunuh Misterius 2

Pembunuh Misterius Karya Tjan ID Bagian 2



"Ciyhe To Lam Kiang, telah lama mendengar nama besar dari saudara berempat, sehingga begitu mendapatkan surat undangan, segera membawa serta putraku mulai melakukan perjalanan ???". Mendadak dia merasa bahwa orang2 yang duduk berkumpul diatas batu besar itu berjumlah enam orang, segera dia mengubah ucapannya, ujarnya .

"Siapakah nama dari kedua orang saudara ini, aku disini memberi hormat !". Sehabis berkata, diapun menberi hormat pada dua orang itu. Terdengar suara angin gunung yang bertiup mengibarkan ujung baju, tetapi sedikitpun tak terdengar suara balasan. Song Boen Koing, serta Pek Thiat Seng sekalipun mendengar setiap perkataan yang diucapkannya itu dengan sangat jelas sekali tetapi dua orang itu terpaksa bagaikan tak pernah mendengar perkataan itu, dengan menutup sepasang matanya rapat2 berdiam diri. To Lam Kiang mengerutkan alisnya, setelah berbatuk batuk sejenak, dia menoleh kebelakang tubuhnya itu sambil ujarnya .

"Anak, Shu Cincoe kini sedang bersemedi mengatur pernapasannya, kita tak usahlah mengganggu mereka, setelah melakukan perjalanan yang demikian jauhnya ini, ayahmupun merasakan sedikit lelah, mari kita beristirahat sejenak terlebih dahulu !". Dengan langkah yang perlahan dia mengundurkan dirinya sejauh satu kaki lebih dan duduk bersemedi mulai mengatur pernapasannya. Song Boea Koing membuka sedikit sepasang matanya, sambil melirik kearah Pek Thiat Seng, dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara ujarnya .

"Pek heng apakah mengetahui asal usul dari kedua orang ini ?? ".43 pek Thiat Seng pun mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya dan sahutnya dengan perlahan .

"Aku sewaktu mengikuti suhu berkelana, agaknya memang pernah mendengar nama To Lam Kiang ini, kalau tidak salah dia mempunyai sedikit nama didaerah Sam Siang Chiat Chie, asal usulnya yang sebenarnya aku sendiri juga tidak begitu jelas?????"

Perkataannya belum selesai diucapkan, dari bawah puncak bergema datang lagi suara tertawa panjang yang nyaring, sambil ujarnya .

"Saudara2 yang berada diatas puncak, cayhe Kioe Kiang, Than Siauw Tian mendapatkan undangan dari saudara datang mengunjungi". Dalam hati Pek Thiat Seng merasa bergetar, tanyanya .

"Seng-heng, hal ini bagaimana jadinya, peristiwa berkumpulnya keempat suhu diatas puncak ratusan kaki ini, agaknya seperti telah tersebar beritanya keseluruh dunia kangouw". Song Boen Koang menggelengkan kepalanya, ujarnya .

"Aku sendiripun merasa urusan ini sangat aneh sekali, berpikirpun tak dapat berpikir jelas". Terdengar dari bawah puncak bergema pula suara seorang lelaki yang sangat kasar serta keras ujarnya..

"Thian-heng apa baru saja datang ? ?". Sahut Than Siauw Tbian dengan nyaring pula.

"Shu Cincoe mengirimkan undangan kepadaku, mana aku berani tidak mengikuti perintahnya"

Suara yang sangat kasar itu terdengar lagi, sambil tertawa ujarnya .

"Tempat berkumpulnya Tionggoan Shu Cincoe selamanya sangat dirahasiakan, kali ini mengirimkan undangan mengundang kita semua, mungkin telah terjadi suatu peristiwa yang sangat besar". Sahut Than Siauw Thian pula .

"Mungkin juga Tioaggoan Shu Cincoe setelah mengadakan pertemuan selama sepuluh tahun lamanya, telah menciptakan suatu ilmu silat yang baru. dan kini mengundang seluruh jago2 dari Bu lim untuk menyaksikannya". Suara yang kasar itu memperdengarkan suara tertawa tergelaknya dan tak melanjutkan lagi ucapannya. *********** ** BAGIAN KETIGA ** Terdengar suara tindakan yang nyaring, dua orang itu bersama- sama berjalan menaiki puncak gunung itu.44 Pek Thiat Seng membuka sedikit matanya, ditengah malam buta yang gelap, dengan remang2 dapat terlihat dua orang itu berjalan bersama mendekati tempat itu. Orang yang berada disebelah kiri itu mempunyai tubuh yang tinggi jangkung, janggutnya terurai kebawah setinggi dan memakai jubah panjang, pada punggungnya tampak terselip sepasang senjata, ditengah ???ng gelap itu remang2 terlihat pada ???nnya menonjol keluar gagang dari sebilah pedang, sedang senjata satunya lagi tak dapat terlibat jelas. Orang yang berada disebelah kanan mempunyai potongan tubuh kurus kecil, pada tubuhnya memakai seperangkat pakaian yang singsat, dan tidak membawa senjata sebuahpun. Song Boen Koang diam2 mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya, ujarnya .

"Pek-heng, lebih baik kita berdiam diri saja,sambil duduk melihat perubahan yang akan terjadi, dan kita lihat ditengah malam ini sebenarnya masih ada berapa banyak orang yang menaiki puncak ratusan kaki ini". Nampak kedua orang kita telah berjalan mendekati batu-besar itu dan bersama-sama memberi hormat, orang yang berdiri disebelah kiri itu ujarnya .

"Cayhe Than Siauw Thian, mendapat penghormatan dari Shu Cincoe, kini datang menghunjuk hormat"

Sedang orang yang berdiri disebelah kanan itu melanjutkannya.

"Aku San Tong Chau Cho Hu, Lu Ping, seorang yang tak bernama didalam dunia kangouw, kini mendapatkan penghormatan -dari Shu Cincoe, membuat aku sangat bangga sekali". Kedua orang itu setelah menyebutkan namanya masing2, bersama- sama pula memberikan hormatnya. Angin malam bertiup sepoi2 membawa bau sisa sayur serta arak kedalam hidung kedua orang itu, tetapi tetap tak terdengar suara jawaban. Wajah Than Siauw Thian segera berubah hebat, sambil menegakkan tubuhnya, sepasang matanya dengan tajam menyapu sekejap kearah tubuh Shu Ciancoe, Pek Thiat Seng serta Song Boen Koang, dengan dingin ujarnya .

"Seorang laki2 sejati boleh dibunuh tetapi pantang dihina, saudara2 sekalian kalaunya memang tidak mempunyai maksud untuk berkenalan, mengapa perlu membagikan undangan segala. sekalipun nama Tiong goan Shu Cincoe sangat terkenal sekali, tetapi juga tak dapat demikian tidak memandang sedikitpun kepada orang lain"

Lu Ping mengedipkan matanya kearah Than Siauw Thian, kemudian ujarnya.

"Than heng, kalaupun kita tidak dipandang sebelah matapun oleh orang lain, buat apa harus bertinggal lebih lama lagi di tempat ini, aku45 lebih baik pulang saja"

To Lam Kiang yang duduk pada satu kaki lebih dari mereka itu mendadak memotong perkataannya, ujarnya.

"Tionggoan Sha Cincoe pada saat ini sedang memusatkan seluruh perhatiannia mengatur pernapasan, saudara berdua janganlah terlalu terburu nafsu, kalau memangnya telah datang mengapa tak sabar menanti sejenak lagi"

Than Siauw Thian sambil menoleh ujarnya.

"To Heng ada juga telah datang?"

Sabut To Lam Kiang pula.

"Aku datang jauh lebih pagi dari kalian berdua "

Dengan perlahan2 Than Siauw Thian mengalihkan pandangannya keatas Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng, lalu ujarnya.

"Lu heng, kedua orang pemuda ini, bukankah adalah anak murid dari Shu Cin-coe?"

Lu Ping ber batuk2 sejenak, baru kemudian sahutnya. Menurut apa yang aku ketahui, Shu Cintoje ini masing2 mempunyai seorang murid sebagai ahli warisnya, hanya sayang aku belum pernah berjumpa dengan mereka"

Ujar Than Siauw Thian lagi.

"Apa mereka berduapun ikut serta bersemedi mengatur pernapasan?"

Perkataanya ini penuh diliputi oleh perasaan mendongkolnya. Mendadak dari belakang tubuhnya berkumandang datang suatu suara yang sangat dingin sekali, ujarnya.

"Kalian berdua apabila tidak mempunyai kegembiraan untuk menghadiri pertemuan yang diadakan oleh Shu Cincoe ini, lebih baik sejak sekarang meninggalkan tempat ini; kalian demikian ributnya itu, hanyalah memalukan saja"

Mendengar perkataan itu dengan gusar bentak Than Siauw Thian.

"Siapa? kalau bicara???"

Ketika dia menoleh memandang orang itu, mendadak ucapan yang hendak dikeluarkan itu dengan paksa ditelan kembali.

Sedang sinar mata dari Lu Ping begitu menyapu ketubuh orang itu, diapun tak dapat berkutik lagi dan berdiam diri tak ber kata2.

Orang itu dapat datang tanpa diketahui oleh orang lain, entah sejak kapan dia datangnya dan berdiri dibelakang tubuh dua orang itu.

Than Siauw Thian menjadi termangu2, sejenak kemudian baru sambil tertawa ujarnya.

"Jen heng demikian paginya telah datang kemari?"

Orang itu tertawa diagin, ujarnya.

"Satu tindak lebih lambat dari kalian berdua! "

Pek-Thian Seng mendengar ucapan dari Than Siauw Thian telah berubah seratus delapan puluh derajat, dalam hatinya segera menduga46 yang datang tentunya orang yang berkepandaian sangat tinggi, ketika dia melirik memandang kearah orang itu, nampak sesosok tubuh yang tinggi kurus dan memakai baju warna hitam, berdiri dengan tegak sejauh tujuh delapan kaki dari dirinya, ditengah malam yang buta ini sekalipun tak berhasil melihat jelas wajahnya, tetapi cukup dengan melihat sikap serta gerak geriknya ketika dia berdiri, sudab cukup mendatangkan perasaan yang sangat mengerikan dan menakutkan sekali.

Lu Ping yang berdiri tertegun disamping itu mendadak mengangkat tangannya memberi bormat sambil berkata.

"Saudara bukankah pengusaha dari perguruan Jen Chia Bun didaerah Chie Cho, Jen Hong Kang, Jen-heng-----"

Orang berbaju hitam tinggi kurus itu tidak menanti Lu Ping selesai berbicara, segera dengan dingin melanjutkan! "Cayhe Jen Hong Kang"

Sahut Lu Ping dengan nyaring.

"Selamat datang, telah lama aku mengagumi nama Jen heng"

Sekonyong konyong Jen Hong Kang bertindak kedepan dan berjalan kesamping, kemudian duduk bersila diatas tanah.

Dia telah duduk diatas tanah, Than Siauw-Thian serta Lu Ping terpaksa ikut pula berjalan kedepan dan mengikuti caranya duduk bersila diatas tanah.

Ciangbunjin dari perguruan Jen Chia Bun didaerah Chie Cho, kedudukan serta derajatnya didalam Bu lim, sederajat dengan kedudukan dari Tionggoan Shu Cincoe, dia ternyata datang sendiri keatas puncak ratusan kaki ini, bukan saja diluar dugaan dari Than Siauw Thian serta Lu Ping, sekalipun Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng pun dalam hatinya menjadi bimbang, dan tak dapat menjelaskan apa yang telah terjadi.

Puncak gunung yang liar itu kembali berubah menjadi sangat sunyi sekali suara bertiupnya angin malam, mendatangkan suasana yang agak mengerikan.

Sesosok tubuh manusia, bagaikan kilat cepatnya berkelebat datang, suara terbenturnya ujung baju oleh angin gunung, memecahkan kesunyian yang meliputi puncak gunung itu.

Dia berhenti disamping sebuah batu yang menonjol keluar, sinar matanya dengan tajam menyapu kesekeliling tempat itu, tak sepatah katapun yang diucapkan keluar dan mundur kesamping duduk diatas tanah.

Pek Thiat Seng tidak menginginkan jejaknya diketahui oleh orang; dan tidak lagi membuka matanya melihat kearah orang yang baru datang itu, tetapi dia tahu diatas puncak gunung itu pada saat ini telah bertam- bah dengan seorang lagi, hanya tak tahu siapakah orang itu.

Waktu berputar dengan cepatnya ditengah suasana yang tegang itu, sedang langitpun makin lama makin terang kembali.

Disaat dan keadaan seperti ini, Song Boen Koang serta Pek Thiat47 Seng tak dapat membuka matanya untuk melihat keadaan cuaca, tetapi didalam hati mereka menduga bahwa pada saat ini kurang lebih telah mendekati kentongan kelima.

Disaat sebelum fajar menyingsing pastilah terdapat terlebih dahulu udara yang sangat gelap, angkasapun mendadak berubah menjadi gelap gulita, sedang angin malam bertiup dengan kencangnya, menyebabkan hawa diatas puncak itu bertambah dingin lagi.

Ditengah suasana yang diliputi oleh kengerian serta misterius ini, tujuh delapan orang jago berkepandaian tinggi dari Bu lim sambil mengatur pernapasnnya menjaga empat sosok tubuh manusia yang telah berubah menjadi mayat.

Udara gelap gulita itu dalam waktu yang singkat telah lewat, sedang haripun mulai menjadi terang kembali, diufuk Timur tampak matahari mulai menyinari muka bumi! Sedang Liauw In Hwie yang turun gunung untuk mengejar si pincang bertongkat serta gadis kecil penunggang kerbau itu belum juga nampak kembali.

Ditengah berkerumannya jago2 yang sedang mengatur pernapasannya itu, didalam hati masing2 merasakan suatu yang berbeda beda, tetapi Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng lah yang paling berduka, jika dilihat dihadapannya sekarang ini semuanya merupakan jago2 berkepandaian tinggi dari dunia kangouw, didalam waktu yang bersamaan mendatangi puncak ratusan kaki ini, sungguh membuat orang sukar untuk menduga maksud dan tujuan yang sebenarnya dari orang2 itu.

perasaannya dari sakit hati, sedih kini berubah menjadi mendongkol.

Sekalipun didalam hati kedua orang itu merasa sangat cemas, dan ingin dengan cepat mengadakan perundingan, tetapi bagaimanapun juga tetap tak sanggup untuk membuka mulut.

Terdengar Jen Hong Kang dengan keras membatuk batuk dan ujarnya.

"Hari telah menjadi terang!"

Suaranya itu waktu berbicara sangat kaku dan dingin, apalagi hanya mengucapkan beberapa patah kata saja, sehingga sukar bagi orang lain untuk menebak maksud dari ucapan itu, dengan demikian tak seorangpun yang memberikan jawabnya.

Suatu suata pujian kepada Buddha yang sangat nyaring berkumandang datang, dibawah sorotan sinar matahari pagi, nampak seorang hweesio yang memakai jubah berwarna abu2 dan pada bahunya membawa sebuah toya melayang datang.

Selain Shu Tionggoan Cincoe serta Pek Tbiat Seng, Song Boen Koang, lainnya agaknya telah dikejutkan semuanya oleh suara pujian kepada Buddha yang sangat nyaring itu, dengan cepat mereka sepasang matanya dengan sinar mata yang tajam memperhatikan wajah hweesio itu.48 Nampak jubah berwarna abu2 yang dipakainya itu berkibar tertiup angin sedang pada bibirnya tersungging senyuman, dengan langkah yang per-lahan2 berjalan mendekati batu besar itu, sepasang matanya dengan tajam memandang Tionggoan Shu Cincoe yang dalam keadaan duduk bersila itu, kemudian sambil merangkap kedua tangannya didepan dada memberi hormat ujarnya.

"Ciangbunjing dari partaiku berhubung sedang bersemedi, tak dapat menghadirinya dan meougaskan Pinceng untuk mewakili ciangbunjin datang menghunjuk hormat."

Segulung angin pagi yang kencang bertiup datang membuat jubah dari Tionggoan Sbu Cincoe dan jenggot yang terurai setinggi pada itu berkibar, tetapi kulit matanya tetap tak berkedip sedikitpun.

Hwesio berjubah warna abu2 ternyata hanya tersenyum saja sekalipun perkataannya tidak dijawab, kemudian sambil menoleh kearah jago2 yang sedang bersila itu ujarnya .

"Saudara2 kiranya telah hadir sejak tadi "

Jen Hong Kang tertawa dingin, sahutnya .

"Kau hweesio tua jadi orang cukup salah juga, aku sungguh sangat mengagumi sekali"

Sambil tertawa ujar Hweesio berjubah abu2 itu "Nama Tioaggoan Shu Cincoe sangat terkenal sekali sekalipun Pinceng mendapatkan sedikit hinaan, hal ini jugalah bukan merupakan urusan yang penting, orang yang telah mengasingkan dirinya telah tak memiliki sifat yang berangasan, sekalipan kini Jen Ciangbunjin mencemoh diriku, juga sangat sukar membuat Pinceng menjadi marah"

Sekalipun kalimat yang diucapkan itu sangat halus dan sopan, tetapi jika didengar arti sesungguhnya, samar2 dapatlah terlihat rasa kurang puasnya. Terdengar suatu suara yang mengandung rasa gusar melanjutkannya.

"Sekaiipun nama Tionggoan Shu Cintioe sangat termashur, juga tidaklah dapat demikian tidak memandang sebelah matapun kepada kita"

Sinar mata jago2 yang hadir dipuncak itu segera menoleh memandang, nampak seorang berpakaian warna hijau dengan langkah yang lebar berjalan memandang.

Orang ini berusia kurang lebih dua puluh tahun, dan berwajah sangar tampan sekali, pada tangannya membawa sebuah kipas, dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan mendekati batu besar dimana terdapat mayat2 dari Tionggoan Shu Cincoe.

Jago2 yang hadir diatas puncak itu semuanya telah merasa tidak puas terhadap sikap dingin dari Tionggoan Shu Cincoe yang tidak memandang sebelah matapun kepada jago2 dari seluruh2 dunia kangouw tetapi merekapun masih takut akan nama besar dari Shu Cincoe ini, sehingga siapa pun tak ingin terlebih dahulu maju kedepan memakinya, dan kini49 dihadapannya terdapat orang yang mulai bergerak, sudah tentu tak seorangpun yang turun tangan mencegahnya.

Pek Thiat Seng serta Song Boen Koaog mendengar suara tindakan itu berjalan makin mendekati batu besar dimana terdapat mayat2 dari keempat suhunya, dalam hatinya merasa sangat cemas, dengan mementangkan matanya lebar2 memandang keorang itu.

Nampak seorang sastrawan berbaju hijau telah berdiri disisi batu besar itu, kipas ditangannya sedikit menyambar dengan perlahan menotok ketubuh salah satu orang.

Song Boen Koang mendadak meloncat bangun, dengan nada yang keras bentaknya.

"Tahan!"

Bentaknya baru saja diucapkan, tubuhnya telah berkelebat menghalang dihadapan sastrawan berbaju hijau itu.

Kiranya orang yang ditotok oleh sastrawan berbaju hijau dengan menggunakan kipas itu adalah suhu dari Song Boen Koang sendiri, oleh karena itu jika dibandingkan dengan Pek Thiat Seng dia jauh lebih merasa cemas, sehingga tak mungkin lagi baginya untuk berpura - pura terus.

Sastrawan berbaju hijau itu tertawa dingin, ujarnya.

"Kiranya diantara kalian masih ada juga seorang yang masih hidup"

Song Boen Koang dengan nada yang amat gusar bentaknya.

"Engkau sembarangan memfitnah, sebenarnya mempunyai maksud tujuan apa ??"
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sambil berkata dia mengangkat tangannya melancarkan serangan, tetapi pada saat serangannya hampir mengenai tubuh orang itu, sekonyong konyong dia merasa urusan tidak beres, dengan cepat dia menarik kembali serangannya dan mundur dua langkah kebelakang.

Sastrawan berbaju hijau itu tetap dengan tenang berdiri disana tak bergerak, tetapi sepasang matanya memancarkan sinar yang tajam memperhatikan Song Boen Koang.

Se konyong2 Jeng Hong Kang juga bangkit berdiri, dengan langkah yang lebar dia berjalan mendatangi, sinar matanya berkelebat memandang tubuh Tionggoan Shu Cincoe yang tetap tak bergerak itu, dengan dingin ujarnya.

"Kalian berempat mengirimkan undangan mengundang aku datang, hal ini menunjukkan meminta aku segera melakukan perjalanan, tetapi kini mengapa demikian dinginnya, apakah memang kalian mempunyai niat untuk mempermainkan diriku?"

Mendadak dia ber batuk2 serak, dan menutup mulutnya tak melanjutkan ucapannya yang belum selesai itu.

Kiranya mendadak dia melihat wajah Tionggoan Shu Cincoe pucat pasi, bagaikan orang yang telah binasa beberapa hari yang lalu, dalam hati diapun merasakan keadaan yang sedikit tidak beres.

Se konyong2 Song Boen Koang merangkap tangannya memberi50 hormat sambil ujarnya.

"Tempat berkumpulnya suhuku selamanya selalu dirahasiakan. entah kalian bagaimaaa dapat datang sampai ditempat ini"

Sepasang mata dari Jen Hong Kang terus menerus berputar pada tubuh Tionggoan Shu Cincoe, bagaikan dia sama sekali tidak mendengar Song Boen Koang sedang membicarakan apa?"

Si sastrawan berbaju hijau itupun agaknya telah melihat keadaan yang tidak beres, sepasang matanya memandang tajam ketubuh tubuh itu, sedang dalam otaknya berpikir dengan keras, sepatah katapun tak diucapkan keluar.

Terdengar sebuah suara yang sangat besar dan nyaring berkata.

"Kalau bukanya Shu Cincoe mengirim undangan kepada kami, kami sekalian sudah tentu tak mungkin dapat datang kemari untuk mengganggu"

Orang yang baru saja mengangkat bicara itu kiranya adalah Kioe Kiang, Than Siauw Thian adanya, sambil berbicara, dengan langkah yang lebar diapun berjalan mendekat.

Dalam hati Song Boen Koang merasa agak cemas, diapun paham bahwa orang2 yang hadir diatas puncak ini setiap orang merupakan jago2 dunia kangouw yang telah banyak makan asam garam, apabila mereka dapat berjalan lebih dekat lagi, segera akan dapat diketahui kalau Shu Cincoe telah lama binasa, tetapi keadaan sekarang inipun tak mungkin dia menghalang dengan menggunakan kekerasan, untuk sesa,at tak dapat memikirkan cara untuk mencegah akan hal ini, saking cemasnya membuat keringat mengucur keluar membasahi tubuhnya.

Mendadak Jen Hong Kang dengan nada yang menggeletar, dengan keras bentaknya.

"Yap heng, apa puterimu tidak ikut datang kemari?"

Beberapa perkataan ini, setiap katanya diucapkan bagaikan suara petir yang menyambar, jangan dikatakan baru beberapa kali sekalipun yang-berdiri jauh pada tiga lima ratus kakipun, dapat mendengar setiap perkataan itu dengan sangat jelas sekali.

Tetapi Tionggoan Shu Cincoe, tetap tak mendengar sedikitpun juga.

Dengan nada yang sangat perlahan ujar Than Siauw Thian.

"Yen Ciangbunjin!"

Yen Hong Kang menoleh kebelakang sambil bertanya.

"Ada urusan apa?"

Ujar Than Siauw Thian.

"Jika dilihat orang2 yang menghadiri pertemuan hari ini, dapat dihitung nama dari Yen heng lah yang paling terkenal, dan tingkatanmulah yang paling tinggi"

Si sastrawan berbaju hijau yang lama tidak membuka mulut itu, mendadak tertawa dingin makinya.

"Hm--- Tidak mempunyai semangat sedikitpun !"51 Than Siauw Thian mendengar perkataan itu, wajahnya segera berubah menjadi merah padam, sekumpulan darah panas menerjang naik keatas dadanya, dengan langkah yang cepat bertindak maju dua langkah, dan menerjang maju kehadapan si sastrawan berbaju hijau itu tanyanya.

"Bangsat cecunguk, engkau memaki siapa ??"

Si sastrawan berbaju hijau itu mengangkat wajahnya memandang kelangit, memandang kearah Than Siauw Thian pun tidak senang pada mulutnya dengan nada yang sangat dingin sekali ujarnya.

"Aku suka untuk memaki, aku akan memakinya !"

Diantara sikapnya yang sangat dingin itu samar2 terlihat hawanya yang dapat mempengaruhi dan menggetarkan hati orang, hal ini membuat Than Siauw Thian yang dengan gusar maju kedepan setelah memandang sekejap kearahnya, mendadak mundur kebelakang kembali.

Sepasang mata Yen Hong Kang yang setengah dibuka setengah tutup itu, sekonyong-konyong melotot keluar, dua buah sinar tajam bagaikan kilat memancar ke luar, dengan dingin menyapu sekejab ke arah Si sastrawan berbaju hijau itu, kemudian dengan per-lahan2 sinar matanya beralih kewajah Song Boen Koang, dengan dingin tanyanya.

"Perkenalan Loohu dengan Tionggoan Shu Cincoe telah hampir mendekati sepuluh tahun lamanya, apakah kalian belum pernah mendengar suhu kalian mengangkat hal ini ?"

Sahut Song Boen Koang.

"Telah lama Boanpwee mendengar nama ezsar dari Loocianpwee, hanya tak mempunyai jodoh untuk berjumpa, ini hari mempunyai kesempatan sungguh merupakan suatu hal yang patut digembirakan"

Sinar mata Yen Hong Kang balik menyapu kawanan jago2 yang berdiri dibelakang tubuhnya. dan ujarnya lagi.

"Suhu kalian berempat, entah karena urusan apa mengirimkan undangan mengundang jago2 dari seluruh Bu-lim untuk berkumpul ditempat ini -----"

Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya.

"Tempat pertemuan yang diadakan Tionggoan Shu Cincoe, selamanya sangat dirahasiakan dan tidak pernah diberitakan didunia kangouw, Caybe sekalipun merupakan sahabat karib dari Shu Cincoe, tetapi juga tidak mengetahui tempat perternuan yang diadakan Shu Cincoe tiap tabhnnya, oleh sebab itu ketika menerima undangan dari Shu Cincoe untuk ikut menghadiri pertemuan ini, juga merasa sangat terparanjat, sehingga segera melakukan perjalanan datang kemari ----"

Dia mendongakkan kepalanya keatas dan ter bahak2, lanjutnya lagi.

"Aku kira orang2 yang menghadiri pertemuan ini, sebagian besar mempunyai pendapat seperti apa yang Loohu pikirkan, suhu kalian mengundang orang datang menghadiri pertemuan dipuncak ratusan kaki ini, tetapi mereka malah tinggal bersemedi mengatur pernapasannya. dan52 tidak memperdulikan sama sekali, bahkan sampai menutup seluruh jalan darahnya, dan menghentikan pernapasannya, permainan ini terlalu besar sekali, sekalipun hubungan Loohu dengan Sbu Cincoe sangat erat sekali, aku kira juga sukar untnk terus menerus menahan perasaan yang bergolak didalam hati"

Didalam ucapannya itu samar2 terlibat sikapnya yang se olah2 kedudukan dan tingkatannya paling tinggi diantara orang2 yang hadir dipuncak itu.

Si sastrawan berbaju hijau yang mempunyai sifat dingin baku serta sombong itu mendadak melanjutkan ucapannya.

"Ucapan yang kau tunjuk baru2 ini, tidaklah termasuk cayhe--"

Sinar mata Yen Hong Kang berkelebat dengan dingin tanyanya.

"Kenalkah kau siapakah sebenarnya Loohu ini?"

Sahut si Sastrawan berbaju hijau.

"Didalam pandanganku, Kaisar pada saat ini dengan rakyat jelata, semuanya adalah sama saja"

Saking gusarnya Yen Hong Kang tertawa dingin tak henti2nya, ujarnya.

Jika ditinjau dari usiamu, sebenarnya tidaklah patut untuk merundingkan sesuatu hal dengan Loohu, engkau anak murid dari siapa, cepat kau katakan, biar aku mencari suhumu untuk mencari balas"

Si sastrawan berbaju hijau itu dengan perlahan menggoyangkan kipasnya, sambil tertawa sahutnya.

"Suhuku jauh diujung langit, mencari diriku bukankah sama saja?"

Saking gusarnya wajah Yen Hong Kang berubah menjadi hijau, kaki tangannya mendepak dengan keras keatas batu gu nung, ujarnya.

"Kurang ajar, aku ini hari jika tidak memberi sedikit pelajaran kepadamu, golongan Yen Chia Bun mana masih mempunyai muka untuk tetap berdiri didalam dunia kangouw"

Pada saat dia berbicara, diam2 dia telah mengerahkan tenaga dalamnya.

Si sastrawan berbaju hijau itu menoleh sedikitpun tidak, bagaikan tidak pernah menyangka kalau didalam gusarnya Yen Hong Kang dapat melancarkan serangan kearahnya, pun bagaikan sedikitpun tidak memperdulikan urusan itu.

Kipasnya dengan per lahan2 di goyangkan dengan nada yang nyaring ujarnya.

"Sungguh sangat ramai sekali, ternyata ada lagi orang yang datang kemari!"

Yen Hong Kang telah bersiap melancarkan serangannya, tetapi mendengar teriaknya itu, yang mengatakan ada orang lagi yang mendatangi punjak itu, entah siapakah yang hadir, terpaksa dia menarik kembali serangannya yang hendak dilancarkan itu.

Ketika dia mendongak memandang, nampak dua orang Toosu53 berusia pertengahan, dengan seorang kakek tua berambut putih yang pada tangannya membavva tongkat bambu, ber sama2 berjalan mendatang.

Munculnya ketiga orang itu, membuat seluruh jago2 yang hadir diatas puncak gunung itu, dalam hatinya menjadi bergetar, pertempuran yang baru saja akan meletus itupun, menjadi tenang kembali.

Sinar mata dari para jago bersama2 beralih ketubuh tiga orang itu, hanya si sastrawan berbaju hijau yang dingin sombong itu, bagaikan tak melibat apa2, kepalanya didongakan keatas.

Sinar mata Song Boen Koang menyapu kearah tiga orang yang bertindak dengan perlahan2 itu, dia tahu urusan sampai di sini sukarlah untuk dirahasiakan lagi peristiwa kematian dari Tiooggoan Shu Cincoe dan sudahlah pasti akan tersebar luas berita kematian ini.

Yen Hong Kang yang mempunyai sifat sombong itu, setelah melihat kedatangan dari ketika orang itu, rasa tegangnyapun dengan per lahan2 menjadi lenyap.

Pek Thiat Seng nampak orang yang datang itu makin lama makin bertambah banyak, padahal haripun baru saja terang kembali, jika dilihat hal ini, hari ini entah masih ada berapa banyak orang yang akan datang kepuncak ratusan kaki ini.

Perubahan suasana ini, seluruhnya diluar dugaan sama sekali.

Pek Thiat Sengpun karena perubahan yang mendadak itu menjadi sangat kalut pikirannya, dengan per lahan2 diapun bangkit berdiri.

Terdengar si sastrawan berbaju itu dengan nyaring ujarnya.

"Masih adakah orang yang menahan napas berpura2 mati?"

Yen Hong Kang menoleh memandang sekejab ke arah si Sastrawan berbaju hijau itur dengan nada yang rendah tanyanya kepada Song Boen Koang.

"Siapakab orang itu?"

"

Boanpwee belum pernah menemuinya!"

Pada saat berbicara, sikakek berambut putih yang membawa tongkat bambu serta kedua orang Toosu berusia pertengahan itu telah berjalan mendekati batu besar itu.

Sinar mata dari si kakek tua berambut putih itu berputar memandang sekitar tempat itu dan ujarnya.

"Hal ini bagaiman jadinya ? Kalian bagaimana seluruhnya datang keatas puncak yang sangat liar ini ?"

Yan Hong Kang mengangkat tangannya memberi hormat sambil ujarnya.

"Selamat bertemu, tidak disangka kalau diatas puncak gunung ratusan kaki yang demikian liarnya ini, ternyata dapat berjumpa kembali dengan Sang heng -----"

Dia agaknya merasa tidak ada perkataan lain yang diucapkan, setelah berdiam sejenak lanjutnya,54

"Aku setelah mendapatkan undangan dari Tionggoan Shu Cincoe barulah mulai melakukan perjalanan datang kemari"

Terdengar para jago2 lainnya pun ber sama2 melanjutkan.

"Kamipun semuanya setelah menerima surat undangan, barulah melakukan perjalanan memenuhi perjanjian"

Si kakek berambut putih itu mengerutkan sepasang alisnya, tanyanya dengan nada yang kurang percaya.

"Adakah urusan demikian ?----"

Tangan kanannya memegang janggut panjang dan melanjutkan.

"Tempat pertemuan yang diadakan Tionggoan Shu Cincoe selamanya selalu dirahasiakan, entah kali ini mempunyai urusan apa, telah mengirimkan undangan mengundang kalian untuk berkumpul diatas puncak ini "

Ujar Yen Hong Kang.

"Hal inilah yang membuat akupun tidak mengetahuinya"

Se konyong2 Song Boen Koang membalikkan tubuhnya berjalan kesisi Pek Thiat Seng, dengan nada yang rendah ujarnya.

"Pek Leng, jika ditinjau dari keadaan dihadapan kita ini, peristiwa kematian dari keempat orang tua agaknya telah diketahui oleh orang lain ----"

Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya lagi.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang2 ini semuanya berdiam diujung Utara, Selatan Timur dlan Barat. Entah karena apa dapat bersamaan waktunya menerima surat undangan dari keempat orang tua, teka teki didalam hal ini, sungguh membuat orang sukar sekali untuk meduganya !"

Tanya Pek Thiat Seng dengan perlahan pula.

"Song Leng apakah mempunyai niat untuk mengumumkan peristiwa kematian dari keempat orang tua ?"

Sahut Song Boen Koang lagi.

"Kalau tidak diumumkan aku kira juga sulit untuk menghindarkan diri dari sepasang mata orang lain". Ujar Pek Thiat Seng.

"Kalau berbuat demikian, bukankah akan melanggar pesan yang ditinggalkan oleh keempat orang tua didalam surat wasiatnya ?' Sahut Song Boen Koang "Keadaan telah menjadi demikian, telah tak dapat berbuat apa2 lagi"

Terdengar kakek tua berambut putih itu berkata.

"Loobu sesunguhnya sukar sekali untuk mempercayai utusan ini --- --"

Tangan kanannya merogoh kedalam sakunya, dan mengambil sebuah sampul putih, kemudian lanjutnya.

"Saudara2 sekalian lebih baik dapat mengeluarkan surat undangan55 yang disebarkan oleh Shu Cincoe, dan coba diperiksa sekali lagi "

Maksud dari perkataan itu, bagaikan terhadap orang2 yang hadir dihadapannya itu, dimana merekapun mendapatkan surat undangan yang dikirimkan oleh Shu Cincne tidak mau mempercayainya.

Para jago segera ber-sama2 merogoh kedalam sakunya, dan mengambil keluar sepucuk surat, hanya tinggal si sastrawan berbaju hijau itu saja yang tetap berdiri tegak tak bergerak sedikitpun jua, agaknya dia tidak mendengar sesuatu apapun.

Si kakek tua berambut putih itu, sepasang matanya memancarkan sinar tajam bagaikan kilat, setelah memandang sekitar tempat itu, dia mengerutkan sepasang alisnya, dan ujarnya sendirian.

"Hal ini sungguh aneh sekali!"

Sinar matanya yang sangat tajam itu, hanya didalam sapuan sekali saja itu, telah dapat melihat dengan jelas setiap surat yang dipegang pada tangan setiap orang itu memang benar2 tulisan tangan dari Tionggoan Shu Cintoe dan tak ada perbedaan sedikitpun dengan surat yang diterima ditangannya itu.

Pek Thiat Seng nampak sebagian besar dari orang2 itu seluruhnya dari mengeluarkan surat undangan yang dikirimkan oleh Shu Cincoe, dalam hatinya makin merasa bertambah bimbang, diam2 dia menghela napas, ujarnya.

"Song heng jika ditinjau dari keadaaa sekarang ini, kiranya sukar sekali untuk menutupi kematian yang dialami keempat orang tua ini, sebelum orang lain mengetahuinya, lebih baik kita saja yang mengatakan terlebih dahulu"

Tanya Song Boen Koang.

"Apakah Pek heng telah menyetujuinya?"

Setelah itu dengan langkah yang lebar dia berjalan keatas batu besar itu sambil merangkap kedua tangannya memberi hormat ujarnya.

"Para Loocianpwee sekalian, Cayhe disini memberi hormat!"

Para hadirin yang berada ditempat itu, bagaikan telah merasakan adanya urusan penting yang hendak diumumkan, segera suasana berubah menjadi sangat sunyi sekali, seluruh sinar mata dari orang2 itu, di tujukan kewajah Song Boen Koang.

Nampak Song Boen Koang berubah menjadi sangat serius dengan nada yang berduka ujarnya.

"Para Lootiyanpwee seluruhnya merupakan orang2 yang mempunyai kedudukkan dan tingkatan yang tinggi didalam dunia kangouw, dan kini mau melakukan perjalanan jauh untuk menemui undangan, boanpwee sungguh merasa berterima kasih sekali---"

Waktu dia berbicara sampai tempat di mana sangat bersedih sekali, tak tertahan lagi dua titik air mata menetes keluar dari kelopak matanya. Si kakek tua berambut putih itu dengan berat ber batuk2, ujarnya.

"Anak, janganlah menangis, Apakah Tionggoan Shy Cincoe telah56 mendapat perubahan apa2?"

Dengan nada yang amat berduka ujar Song Bun Koang.

"Suhuku serta ketiga orang supek kalian telah menemui kematiannya"

Peristiwa ini sekalipun telah diduga oleh sebagian besar orang2 yang hadir ditempat itu, tetapi setelah Song Boen Koang mengumumkan hal itu, tetap membuat hati para jagoan bergetar.

Diatas puncak gunung tang sunyi itu, mendadak diliputi oleh awan kedukaan yang menghebat, pada wajah setiap orang, seluruhnya menampilkan rasa dukanya.

Haruslah diketahui bahwa kedudukan Tionggoan Shu Cincoe didalam Bu lim sangatlah tinggi sekali, diantara keempat orang itu hubungannya sangat erat sekali, dan sehidup semati.

Kini empat orang jago2 berilmu tinggi dari dunia kangouw mendadak seluruhnya bersama2 dibunuh oleh orang, sungguhlah merupakan suatu peristiwa yang sangat menggetarkan dunia kangouw.

Suasana sedih dan duka itn, berlangsung selama seperminum teh lamanya, Si sastrawan berbaju hijau itu mendadak menghela napas panjang, ujarnya.

"Angin puyuh telah bertiup datang, hawa pembunuhanpun telah mulai -----"

Sambil tegakkan tubuhnya dengan langkah yang lebar dia memutarkan tubuhnya berjalan pergi. Yen Hong Kang dengan nada yang keras bentaknya.

"Berhenti -----!"

Tangannya diluncurkan keluar, mencengkeram kebahu si sastrawan berbaju hijau itu.

Si sastrawan berbaju hijau itu bagaikan tidak mendengar suara bentakan dari Yen Hong Kang, menoleh sedikitpun tidak, langkahnya mendadak dipercepat, dengan sangat ringan sekali telah melayang pergi dan dengan tetap pula menghindari sambaran dari Yen Hong Kang itu.

Gerakannya ternyata sangat gesit dan lincah sekali, setelah berhasil menghindari serangan Yen Hong Kang itu, tubuhnya telah mencapai sejauh tujuh - delapan kali.

Than Siauw Thian dengan cepat menutulkan sepasang kakinya keatas tanah, tubuhnya segera melayang dan menghalang dihadapannya.

BAGIAN KEEMPAT .

Si sastrawan berbaju hijau itu memandang sekejab kearah Than Siauw Tianpun tidak, pinggangnya ditarik keluar, tubuhnya mendadak57 menerjang kedepan, ternyata dengan cepat berhasil menghindarkan diri dari halangan Than Siauw Thian itu.

Suasana diatas puncak gunung itu menjadi kalut, gerakan serta tingkab laku dari Si sastrawan berbaju hijau yang sangat aneh itu, agaknya telah menimbulkan rasa permusuhan dari seluruh orang yang berada diatas puncak itu, nampak bayangan manusia berkelebat, ujung baju berkibaran tertiup angin, dan ber sama2 berlari mengejar kearahnya.

Si sastrawan berbaju hijau itu mendadak menoleh memandang, dengan nada yang dingin ujarnya.

"Kalian ingin berkelahikah ?"

Wajahnya sekalipun sangat tampan sekali, dan sikapnya lemah lembut, tetapi sepasang alisnya menekuk keatas pada wajahnya yang tampan itu samar2 terkandung hawa pembunuhan yang sangat hebat sekali, pada saat dia menoleh kebelakang dan membentak dengan dinginnya itu, para jago yang sedang mengejarnya itupun ber-sama2 menghentikan langkahnya, untuk sesaat ternyata tak seorangpun mengangkat bicara menegur dirinya.

Ber turut2 lewatlah seperminung teh lamanya, Si kakek tua berambut putih itu mengetuk-erukkan tongkat bambunya ke atas tanah sambil ujarnya.

"Kalaupun dapat menerima surat undangan dari Tionggoan Shu Cincoe, semuanya dapat dihitung sebagai kawan sendiri, aku kira semua tentunya mempunyai hubungan yang sangat erat dengan Tionggoan Shu Cincoe"

Usianya yang telah lanjut itu menyebabkan terhadap segala masalah dia memandangnya sangat berat sekali, apalagi kedudukan serta kepandaian silatnya diantara para jago2 yang hadir ditempat itu jauh lebih tinggi dan hebat, oleh sebab itu begitu dia munculkan diri, pada jago lainnyapun berdiam diri tak ber kata2.

Terdengar si Sastrawan berbaju hijau itu dengan nyaring sahutnya."

"Loocianpwee telah salah menduga, Caybe dengan Tionggoan Shu Cincoe bukannya tidak mempunyai persahabatan apa2, bahkan bertemupun belum pernah, pertemuan yang terjadi hari ini, hanyalah bertepatan saja"

Sepasang mata dari kakek tua yang berambut putih itu memancarkan sinar yang sangat tajam, agaknya diapun telah dibikin gusar oleh sikap dari si sastawan berbaju hijau itu, tetapi setelah termenung sejenak, mendadak wajahnyapun berubah menjadi tenang kembali, sambil tertawa tawar dengan nada yang berat ujarnya.

"Orang muda, sungguh ketus sekali sikapmu---"

Dia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lagi.

"Saudara tanpa tujuan apa2 datang keatas puncak gunung ini, jangan dikata Loohu tidak akan mempercayainya sekalipun kanak258 berusia tiga tahunpun, juga tak mungkin akan terpedaya, jika dilihat dari puncak gunung ini, tidak perduli siapapun seluruhnya merupakan jago berkepandaian tinggi dari dunia kangouw, sikapmu yang sedemikian sombongnya itu, tidaklah sukar untuk membangkitkan rasa curiga dari orang lain!"

Sahut si sastrawan berbaju hijau itu.

"Cayhe datang kemari tidak membawa apa2, pergipun dengan tangan kosong, aku tidak akan percaya kalau ada orang yang berani menuduh aku sebagai pembunuh dari Tionggoan Shu Cincoe"

Yen Hong Kang tertawa dingin, sambil menoleh memandang kearah si kakek berambut putih itu ujarnya.

"Orang yang demikian congkaknya itu, aku Yen Hong Kang baru untuk pertama kali menemuinya. Sang heng tak perlulah banyak pembicaraan dengan dia, tangkap dia terlebih dahulu barulah kemudian menyelidiki sebab2 kematian dari Tionggoan Shu Cincoe, cukup dengan orang dihadapan kita ini saja, tidaklah sukar untuk mendapatkan jejak2 selanjutnya"

Wajah dari si sastrawan berbaju hijau itu tetap dingin kaku, ujarnya.

"Saudara ini apabila tidak enak memandang diri Cayhe, tidak usahlah sungkan2 untuk turun tangan mencoba2!"

Yen Hong Kang yang menduduki sebagai pendiri dari suatu perguruan silat, sekali-pun telah mengetahui kalau kepandaian silat dari si sastrawan berbaju hijau itu bukanlah dapat dilawan dengan sangat mudah, tetapi dihadapan pandangan demikian banyak orang itu, mana dapat menahan rasa malunya itu, sambil tertawa dingin ujarnya.

"Cayhe tidak pernah percaya akan ilmu hitam segala"

Sambil menggeserkan kakinya kesamping dua langkah, dia bersiap menyerang ke depan. Si kakek tua berambut putih itu mendadak melintangkan tongkat bambunya kedepan, sambil menghalangi majunya Yen Hong Kang ujarnya.

"Yen heng harap jangan turun tangan terlebih dahulu paling penting kita menyelidiki terlebih dahulu sebab2 kematian dari Tionggoan Shu Cincoe"

Sambil berkata dia menggunakan sinar matanya memberi tanda kepada Yen Hong Kang agar jangan secara berangasan turun tangan.

Sekalipun didalam hati Yen Hoeg Kang tidak mengetahui maksud dan tujuan dari penghalangan itu, tetapi diapun tidak memaksa untuk turun tangan.

Si kakek tua berambut putih itu dengan perlahan2 menarik kembali tongkat bambunya, dengan nada yang keras ujarnya.

"Peristiwa terbunuhnya Tionggoan Shu Cincoe secara menggelap, bukan saja sebelumnya Loohu tidak pernah menduganya, aku kira59 saudara2 sekalianpun merasa sedikit diluar dugaan, hal ini membuat Loohu berpikir bahwa pandangan yang disebabkan oleh Shu Cincoe itu, mungkin mempunyai hal2 yang patut dicurigakan"

Yen Hong Kang menganggukkan kepalanya tanda menyetujui pendapat itu, dan ujarnya pula .

"Perkataan dari Sang beog, sungguh sangat beralasan sekali ". Si Hweesio berbaju abu2 yang lama tidak membuka suara itu. sekonyong konyong membuka mulut ujarnya .

"Pinceng mendapatkan perintah dari cianbunjin untuk datang kemari, jago2 dari seluruh dunia kangouw tentunya mengetahui kepandaian dari Ciangbunjin didalam membedakan tulisan serta gambar2, apabila surat2 undangan ini dicurigai sebagai barang yang palsu, aku kira juga sangat sukar untuk lolos dari pandangan ciangbunjin kami, sehingga Pinceng dapat memutuskan bahwa surat undangan ini benar2 di tulis oleh Shu Cincoe sendiri ". Agaknya dia terhadap Ciangbunjinnya, menaruh taat kepercayaan dan hormat yang tak terhingga, pada saat berbicara sikapnya menampilkan rasa hormatnya. Ujar Yen Hong Kang .

"Tidak perduli bagaimanapun, kematian yang dialami oleh Tionggoan Shu Cincoe tetap merupakan suatu peristiwa yang menggetarkan seluruh dunia kangouw, tak dapatlah dianggap remeh ". Terdengar suara isak tangis yang sangat menyedihkan sekali berkumandang datang keatas puncak gunung itu. Para jago segera menolehkan kepalanya memandang. Nampak seorang gadis yang seluruh tubuhnya memakai baju berwarna putih, dengan tergesa2 berlari mendatangi puncak gunung itu. Dibelakang tubuhnya dengan kencang mengikuti terus seorang pemuda yang tampan sekali dimana pada punggungnya menyoren sebilah pedang. Suara tangisan dari gadis berbaju putih itu demikian sedihnya, tangan kanannya menutup wajahnya, sehingga sukar untuk melihat jelas wajahnya, tetapi cukup dilihat dari bentuk tubuh serta rampingnya pinggang itu ditambah lagi dengan tangan yang berwarna putih itu, dapatlah diduga bahwa dia adalah seorang gadis yang sangat cantik se kali. Pemuda yang pada punggungnya menyoren sebilah pedang itu dengan kencang mengejar terus dibelakang tubuhnya, sedang wajahnya diliputi oleh keseriusan. Than Siauw Thian merangkap kedua tangannya memberi hormat sambil ujarnya .

"Tong Kongcu, selamat bertemu kembali! ". Pemuda yang pada punggungnya menyoren sebilah pedang itupun merangkap tangannya membalas hormat sambil sahutnya.60

"Than heng selama perpisahan ini apa baik2 saja ". Terlihat gadis berbaju putih yang menutupi wajahnya sambil menangis sedih itu, mendadak mempercepat langkah kakinya, dan berjalan menuju kehadapan mayat Shu Cncoe yang masih duduk berkumpul diatas batu besar itu, teriaknya .

"Ayah -----------". Terhadap orang yang berada disebelah kanan dia menjatuhkan diri dan menangis tersedu sedu. Song Boen Koang menoleh memandang sekejab kearah Pek Thiat Seng, dengan nada yang rendah ujarnya.

"Yang datang ini bukankah nona Yap?"

Gadis berbaju putih itu dengan perlaha2 menurunkan tangan kanannya yang menutupi wajahnya itu, sambil mendongakan wajahnya yang penuh dengan air mata, dan mementangkan sepasang matanya yang besar dengan perlahan2 menganggukkan kepalanya, tanyanya.

"Siapakah saudara?"

Sahut Song Boen Koang dengan perlahan.

"Cayhe Song Boen Koang, suhuku Kiem Shen Ie---"

Ujar gadis berbaju putih itu pula.

"Anak murid dari paman Kiem, kalau begitu kau adalah Song Suheng!"

Song Boen Koang sambil menunjuk kearah Pek Thiat Sang ujarnya.

"Dia adalah Pek heng anak murid dari Chu Supek,"

Gadis berbaju putih itu sekalipun di tengah suasana yang sedih sekali, tetapi pikirannya tidaklah sampai menjadi kalut, sambil memberi hormat ujarnya.

"Sering aku mendengar ayah berbicara tentang Pek Su heng"

Sahut Pek Thiat Seng.

"Mana, mana---Yap sumoy apakah telah bertemu muka dengan Ban Cong heng?"

Ujar gadis berbaju putih itu pula.

"Aku telah bertemu dengan Suheng di tengah jalan, dan rnengetahui kalau ketiga orang supek serta ayah telah menemui kematiannya, sehingga segera melakuken perjalanan datang kemari, Siauw moay dengan menunggang kuda jempolan sehingga jauh lebih cepat tiba ditempat ini, aku kira Ban Suheng pun segera akan sampai ditempat ini"
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sinar matahari yang berwarna kuning keemas emasan memancar diatas wajahnya yang sangat cantik itu, sekalipun wajahnya penuh dengan bekas air mata, dan matanya penuh air mata yang belum mengering, tetapi tetap tidak merusak kecantikan waajahnya itu. malah sebaliknya menambah beberapa bagian sikapnya yang lemah lembut dan sangat sedih itu, membuat orang merasajauh lebih berkasihan dan menyayanginya.61 Sinar mata dari seluruh jago yang berada diatas puncak gunung itu, beralih ke atas wajahnya yang sangat cantik itu, hal ini membuktikan bahwa wajahnya yang cantik jelita itu telah menggetarkan hati sanubari dari seluruh jago yang hadir di atas puncak. Song Boen Koang dengan per lahan2 menghela napas, ujarnya.

"Yap sumoay, untuk sementara janganlah terlalu bersedih hati, urusan sudah menjadi begini, cemaspun tak ada gunanya, jika dilihat keadaan dihadapan kita sekarang ini, semuanya terhadap kematian yang dialami keempat suhu, merasakan sangat bersedih hati, dan kini sedang merundingkan cara2 untuk menyelidiki sebab2 kematian dan pembunuh sesungguhnya dari ke empat orang tua"

Gadis berbaju putih menghela napas panjang2, ujarnya.

"Perkataan dari Song subeng sedikitpun tidak salah"

Pemuda tampan yang pada punggungnya menyoren sebilah pedang itu mendadak dengan langkah yang lebar berjalan mendatang, dengan sinar mata yang sangat dingin memandang sekejab kearah Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng, kemudian tangannya memegang bahu gadis berbaju putih itu, dengan nada yang rendah ujarnya.

"Engkau telah menangis begitu lama, kini beristirahatlah sebentar"

Gadis berbaju putih dengan perlahan melepaskan tangannya yang memegang bahunya itu, ujarnya.

"Aku ingin duduk dihadapan tubuh ayahku. akan melihat wajahnya untuk terakbir kalinya----"

Berbicara sampai tempat yang sangat mendukakan hatinya itu, tanpa terasa dua titik air mata menetes keluar dari kelopak matanya, Pemuda tampan yang menyoren pedang itu dengan nada yang rendah ujarnia pula.

"Jangan menangis lagi, kesehatan tubuhmu paling perlu!"

Se konyong2 dia mendongakkan kepalanya, sambil merangkap tangannya memberi hormat kepada Song Boen Koang serta Pek Thian Seng ujarnya.

"Aku Tang Thong, telah lama mendengar Gak hu menyebutkan nama besar dari ketiga orang saudaranya, hanya sayang tak mempunyai jodoh untuk bertemu, kali ini mendapat perintah dari ibu untuk mengadakan perjalanan ke Selatan untuk menyambangi Gak hu, serta sekalian menemui para cianpwee, sungguh tak terkira Gak hu serta ketiga orang tua lainnya telah dibunuh orang dan menemui kematiannya"

Perkataan yang diucapkannya inn, sekalipun diucapkan dengan sangat halus dan enak didengar, tetapi didalam ucapannya itu terus menerus menyebutkan nama Gak hu segala macam, samar2 dia mempunyai tujuan untuk mengumumkan asal usulnya.

Song Boen Koang dengan cepat merangkap tangannya balas memberi hormat sambil ujarnya.

"Kiranya adalah Tang heng. aku disini memberi hormat"62 Pek Thiat Seng pun meneruskan .

"Kemarin masih mendengar Ban heng menyinggung tentang diri saudara ----"

Tang Thong menghela napas ujarnya.

"Gak hu setts ketiga orang Loocianpwee lainnya, semuanya dapat dihitung sebagai jago2 berkepandaian tinggi didalam dunia kangouw, ternyata kini ber sama2 menemui kematiannya, kejadian ini tak dapat dianggap urusan kecil, aku telah mengutus orang untuk pulang melaporkan hal ini kepada ibuku, meminta dia orang tua berangkat menuju kerumah Gak hu untuk menyenggarakan penyelidikan siapakah sebenarnya pembunuh dari Gak hu serta ke tiga orang loocianpwee lainnya"

Si kakek tua berambut putih itu menganggukkan kepalanya ujarnya.

"Loohu masih tidak mengetahui tentang kejadian perkawinan antara keluarga Tang dengan keluarga Yap, kini loohu mengucapkan selamat kepada Tung heng atas perkawinan itu"

Sahut Tang Thong dengan nyaring.

"Urusan ini diputuskan oleh ibuku serta Gak hu. Boanpwee boleh dikata hanyalah mendapatkan karunia dari leluhur--"

Dia sebenarnya hendak mengatakan mendapatkan kedunia dari leluhur sehingga mendapatkan istri yang cantik, se konyong konyong terpikir olehnya mungkin dengan perkataannya ini akan melukai hati calon istrinya itu dengan cepat dia menutup mulutnya.

Mendadak Song Boen Koang merangkap tangannya memberi hormat sambil ujarnya.

"Suhuku serta ketiga orang supek, Susi ok mengalami kematiannya, kini mendapatkan perhatian yang demikian besar dari pada Loocianpwee, Boanpwee merasa sangat berterima kasih sekali, disini aku terlebih mengucapkan banyak terima kasih"

To Lam Kiang yang selalu tidak membuka mulut mengangkat bicara itu, mendadak dia ikut berbicara ujarnya .

"Ada orang mengatakan bahwa ular tanpa kepala tak dapat berjalan, burung tak bersayap tak dapat terbang, kita banyak orang berbicarapun sangat kalut sekali, engkau berbicara sepatah, aku menambahi sepatah, aku kira sangat sulit untuk mendapatkan sedikit keterangan, usulku lebih baik kita mencalonkan dua orang yang akan mengurusi urusan ini, urusan apapun akan jauh lebih baik apabila telah disusun suatu rencana yang masak"

Ujar Than Siauw Thian dengan cepat "Aku mengusulkan Yen heng untuk mewakilinya"

Lu Ping yang mempunyai bentuk tubuh kurus kecil itu melanjutkan.

"Aku mengusulkan Sang Sam Tong, Sam Loo enghiong untuk bertindak sebagai pemimpinnya"63 Sang Sam Tong sambil mengelus janggutnya yang berwarna putih itu sahutnya.

"Loohu telah berusia tua, aku kira lebih baik Yen heng lah yang bertindak sebagai pemimpin"

Yen Hong Kang berbatuk batuk sejenak, ujarnya.

"Mana, mana bisa, kedudukan aku masih sukar untuk melampaui Sang heng, aku lihat lebih baik Sang heng saja yang bertindak sebagai pemimpin dalam hal ini"

Sahut To Lam Kiang pula.

"Nama Sang Loo Enghiong sangat di hormati di dalam Bu lim, dan menjagoi diseluruh daerah Kang Lam? sedang Yen heng sebagai Ciangbunjin dari suatu perguruan Yen Chie Bun didaerah Chie Cho, dan siapa yang tidak menghormatinya, jika menurut pendapatku, aku harap saudara berdua mau ber sama2 bertindak sebagai pemimpin didalam utusan ini, entah bagaimana pendapat dari saudara saudara sekalian?"

Para jago yang hadir ditempat itu ber sama2 berteriak.

"Hal ini sangat baik sekali !"

Sepasang mata Sang Sam Tong memancarkan sinar yang tajam menyapu keadaan sekeliling tempat itu, kemudian ujarnya.

"Silahkan Yen heng bertindak sebagai pemimpin, Loohu akan memberi bantuan dari samping saja."

"Hweaio berbaju abu2 itupun turut mengangkat bicara, ujarnya.

"Keinginan dari seluruh orang, aku harap Sang Loo Enghiong tak usah menolaknya lagi!"

Sahut Sam Tong sambil mengeluskan janggutnya yang berwarna putih itu.

"Kecintaan dari saudara2 kepadaku, Loohu terpaksa menurut perintah saja--"

Sinar matanya dengan perlahan lahan menyapu kewajah Tang Thong, Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng tiga orang kemudian lanjutnya.

"Kematian yang dialami oleh Tionggoan Shu Cincoe, sekalipun saudara2 sekalian merasa sangat berduka sekali tetapi hal ini mempunyai hubungan yang sangat besar dengan keadaan situasi dari seluruh Bu lim tidak perduli surat undangan yang mengundang kita datang ini adalah ditulis oleh Shu Cincoe sendiri atau bukan, tetapi si pembunuh pastilah mengetahui urusan ini terlebih dahulu, untuk sesaat sekalipun Loo hu tak dapat mengetahui seluruh kejadian yang sesungguhnya, tetapi hal ini tidak mungkin karena bertepatan saja, dengan perbuatan dari si pembunuh dimana membunuh mati Shu Cincoe, bukan saja tidak memandang sebelah matapun kepada Loohu, bahkan terhadap partai serta Bu tong pun tak merasa jeri sedikitpun jua"

Yen Hong Kang menganggukkan kepalanya tanda menyetujuinya, ujarnya.64

"Sungguh suatu pendapat yang sangat hebat sekali, hal ini dapat disebut sebagai dengan dibunuhnya seorang maka yang lain dapat bersiap sedia"

Sang Sam Tong tertawa tawar, ujarnya lagi.

"Oleh sebab itu, Loohu mengharapkan agar saudara2 sekalian apabila memiliki barang bukti yang mempunyai hubungan erat dengan urusan ini, lebih baik dikeluarkan seluruhnya, mungkin sekali dari dalam barang2 bukti itu dapat dicari keluar sedikit jejak yang kita perlukan!"

Para jago seraya merogoh kedalam sakunya mengambil keluar surat undangan yang dikirimkan kepadanya itu, dan diletakkan di atas batu besar. Ketika Song Boen Koang memandang keatas surat itu, nampak diatas surat undangan itu tertulis beberapa kalimat.

"Mengharapkan kedatangan saudara pada tanggal dua puluh bulan Delapan sebelum tengah malam, diatas puncak gunung ratusan kaki didaerah Chie pak, janganlah sampai terlambat"

Dibawahnya menurut urutan tertulis nama2 Lam Pak Thong, Chu Thian Sang, Kiem Shen Ie dan Yap Tiang Cing nama2 besar dari Tionggoan Shu Cincoe.

Surat undangan itu semuanya mempunyai bentuk yang sama, dan ditulis dengan ter gesa2, agaknya ditulis oleh tulisan tangan seseorang saja, tetapi pada tulisan empat nama itu, masing2 tak sama satu dengan lainnya.

Sinar mata dari Sang Sam Tong berpindah kewajah Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng dan ujarnya.

"Kalian berdua apakah dari tubuh suhu kalian, mendapatkan benda2 yang dapat di curigai ?"

Song Boen Koang memandang sekejab kearah Pek Thiat Seng, dengan nada yang rendah ujarnya.

"Pek heng, surat wasiat yang ditinggalkan oleh beberapa suhu, apakah perlu di perlihatkan kepada mereka ?"

Sahut Pek Thiat Seng.

"Apabila mereka benar2 mempunyai minat untuk menyelidiki siapa sebenarnya dari pembunuh itu, sekalipun memerintabkan kita untuk menerjang lautan apipun, juga tak mungkin kita tolak"

Tangannya merogoh kedalam sakunya, dan mengambil keluar surat wasiat peninggalan Shu Cincoe kemudian dibentangkan diatas batu besar, ujarnya.

"Ketika aku menaiki keatas puncak gunung ini, keempat orang tua telah binasa sejak lama, selain saputangan berwarna putih yang tertulis surat wasiat tak terdapat benda lain yang dapat dicurigakan"

Sinar mata Yen Hong Kang berkelebat keatas saputangan berwarna putih dan tanyanya.

"Kalian berdua apakah pernah menggerakkan mayat2 dari mereka65 ?"

Sahut Song Boen Koang singkat.

"Tidak pernah !"

Se konyong2 Yen Hong Kang bertindak maju kedepan, dan berjalan mengelilingi mayat dari empat orang itu sambii meneliti dengan cermat.

Sang Sam Tong mengeluarkan tenaganya memungut kembali saputangan putih setelah dilihatnya dengan cermat lalu ujarnya.

"Tulisan yang ditinggalkannya ini apakah benar tulisan tangan dari suhu kalian ?"

Sahut Pek Thin Sang dengan cepat.

"Sekalipun didalam hati Boanpwee merasa sangat curiga, tetapi jika berbicara tentang tulisan tangan itu, memang benar2 ditulis oleh suhuku"

Terdengar Si sastrawan berbaju hijau tertawa dingin, ujarnya.

"Jika menggunakan cara begini untuk menyelidiki, aku kira sekalipun menghabiskan waktu setahun lamanyapun, juga sangat sukar sekali untuk mendapatkan sebab2 kematian dari Tionggoan Shu Cin-coe"

Mendadak Sang Sam Tong melepaskan saputangan putih itu dari tangannya, sambil memberi hormat ujarnya.

"Loohu ternyata telah lupa untuk menanyakan nama besar dari saudara ini, dari perguruan manakah ?"

Sahut Si sastrawan berbaju hijau itu.66

"Seorang manusia tak bernama didalam dunia kangouw, tak perlu untuk diketahui, suhuku telah mengasingkan diri beberapa tahun yang lamanya kalau dikatakan keluar saudara2 sekalian belum tentu mengetahuinya !"

Wajah Sang Sam Tong berubah hebat dengan keren ujarnya.

"Loohu dengan mengandalkan tongkat bambu ini telah berkelana keseluruh penjuru dunia, aku percaya telah banyak mengenal orang, tiga puluh tahun ini asalkan saudara2 Bu lim yang mempunyai nama, Loohu belum pernah tidak pergi menyambanginya, kalaupun tidak pernah bertemu, mungkin juga aku pernah mendengarnya, coba kau katakanlah !"

Sekonyong-konyong Si sastrawan berbaju hijau itu menghadap keatas tertawa ter bahak2 ujarnya.

"Suhuku selamanya belum pernah berhubungan dengan orang2 dari dunia persilatan jika dikatakan keluar juga tak ada gunanya lebih baik tak usah kukatakan saja, saudara tadi menanyakan kepadaku, Cayhe sudah tentu akan memberi tahu, Loo Eng hiong mengapa tidak mencoba membuka telapak tangan kanannya yang diletakkan diatas lutut mereka itu ?"

Seluruh jago yang hadir ditempat ini agaknya terhadap cara serta perkataan dari sastrawan yang masih muda yang mengejutkan itu, menjadi sangat terperanjat, seluruh sinar mata tanpa terasa beralih ke atas tubuhnya.

Gadis berbaju putih itupun tanpa terasa menggerakkan matanya untuk melirik sekejap kearah Si sastrawan berbaju hijau itu, nampak sinar matanya yang sangat dingin itu, diarahkan keujung langit yang sangat jauh, terhadap sinar mata yang di tujukan seluruhnya keatas tubuhnya itu bagaikan sedikitpun tidak merasakan, sikap serta gerak geriknya yang sangat sombong itu bagaikan terhadap dunia ini mempunyai jarak yang sangat jauh sekali ------ Diam2 gadis berbaju putih itu membatin.

sungguh seorang yang sangat sombong sekali.

apakah boleh dikata orang2 yang hadir diatas puncak gunung ini tak berharga untuk dilirik sedikitpun? ---- dia mulai menaruh rasa yang benci bercampur gemas terhadapnya.

Terdengar Sang Sam Tong memukulkan tongkat bambu itu keatas tanah, sambil ujarnya.

"Loohu akan menurut petunjukmu itu "

Sinar matanya berpindah kewajah Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng, lalu lanjutnya.

"Kalian berdua coba bukalah tangan kanan dari suhu kalian untuk dilihat !"

Song Boen Koang ragu2 sejenak, akhirnya diapun melaksanakan tugasnya tanpa membantah, dan membuka telapak tangan kanan suhunya yang terletak diatas lutut itu.67 Dibawah sorotan sinar matahari, ternyata ditengah telapak tangan kanan itu, benar2 terdapat sebuah cap bersegi empat yang berwarna merah darah.

Ditengah bekas cap bersegi empat yang berwarna merah darah itu; terlihat tulisan halus yang malang melintang, mirip dengan tulisan, pun mirip dengan garis2 dari telapak, saking halusnya guratan2 itu sampai matapun sukar untuk membedakannya, oleh karena itu tak seorangpun yang dapat membedakan apa sebenarnya guratan2 yang terdapat itu.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mendadak terdengar gadis berbaju putih itu menghela napas panjang.

ujarnya .

"Akh---- dia telah lari pergi !!.

Jilid 3 Ketika para jago2 yang hadir itu menoleh memandang, ternyata telah tak nampak Si sastrawan berbaju hijau itu berada ditempat itu. Ujar Jen Hong Kang dengan nada yang penuh curiga .

"Bangsat ini bagaimana dapat mengetahui kalau bekas lukanya terdapat pada tengah telapak tangan kanan ? ? ". Ujar Than Siauw Thian pula .

"Didalam dunia kangouw didaerah Tionggoan belum pernah terlihat orang semacam itu". To Lam Kiangpun ikut angkat bicara, ujarnya .

"Kemungkinan juga bangsat itu termasuk salah satu dari pembunuh sesungguhnya". Tak mau ketinggalan Sin Chien atau Si pukulan sakti. Lu Ping ikut memberikan pendapatnya, ujarnya .

"Sekalipun bukan merupakan pembunuh, paling sedikit dia telah mengetahui asal usul dari si pembunuh". Sang Sam Tong mengetukkan tongkat bambunya keatas tanah, sambil menghela napas ujarnya .

"Loohu telah mengalami berpuluh-puluh kali hujan badai yang sangat hebat, sungguh tak terkira ini hari harus terjungkal ditangan seorang anak muda yang masih ingusan". Tang Thong ikut memberikan suaranya, ujarnya .

"Aku kira sekalipun dia telah pergi juga tak akan pergi jauh, kita sekarang mengadakan pengejaran juga masih belum terlambat". Mendadak gadis berbaju putih itu berkata dengan tenangnya .

"Aku kira tak mungkin akan dapat mengejarnya, waktu pergi dia sedikitpun tidak mengeluarkan suara, kita yang demikian banyak orangnya pun tak satu orangpun yang mengetahui bagaimana dia perginya".68 Beberapa perkataanya itu, telah membuat seluruh jago yang berada ditempat itu berubah wajahnya, dan saling berhadapan tanpa berbicara sepatah katapun. Setelah lewat seperminum teh lamanya, Sang Sam Tong baru mengetukkan tongkat bambunya sambil berkata .

"Asalkan saja dia tidak segera mengalami kematiannya, Loohu tiiak percaya kalau tidak dapat mendapatkannya lagi". Dia berhenti sejenak, sinar matanya yang tajam dia menyapu sekejap kesekelilingnya, kemudian lanjutnya.

"Urusan yang terpenting dihadapan kita sekarang ini adalah harus berusaha memindahkan ke-empat buah mayat ini kesuatu tempat yang aman terlebih dahulu, kemudian Saudara Saudara sekalian bersama sama dengan Loohu membuat undangan untuk mengundang seluruh kawan2 Bu-lim dari seluruh penjuru dunia untuk bersama-sama menyelidiki jejak dari Sastrawan berbaju hijau itu". Hweesio berbaju warna abu2 dari Siauw-lim itu, sekonyong- konyong merangkap tangannya didepannya dadanya memberi hormat, sambil ujarnya dengan keras .

"Pinceng mendapatkan perintah dari ciangbunjin untuk datang kemari mengikuti pertemuan yang diadakan oleh Tionggoan Shu Cincoe, tetapi kini Tionggoan Shu Cincoe telah mengalami kematiannya. Pinceng haruslah segera kembali ke-Siauw Lim Sie unruk melaporkan hal ini kepada ciangbunjin, aku akan berangkat setindak terlebih dahulu". Sambil meletakkan tongkatnya keatas pundak, dengan langkah yang lebar dia berjalan meninggalkan tempat itu. Yen Hong Kang agaknya mendadak teringat sesuatu kejadian yang sangat besar, dengan perlahan-lahan dia mengalihkan sinar matanya keatas tubuh gadis berbaju putih itu sambil panggilnya .

"Nona Yap ! ! ". Gadis berbaju putih itu sambil mengangkat ujung bajunya menutupi wajahnya, dengan sangat hormat tanyanya .

"Loocianpwee mempunyai petunjuk apa?"

Yen Hong Kang berbatuk-batuk sejenak, ujarnya .

"Cayhe sekalian sekalipun merupakan kawan2 karib dari Tiongoan Shu Cioe, tetapi bagaimanapun juga tidak akan dapat menandingi kecintaan antara nona dengan ayahmu, kami sekalian sebelum memulai dengan gerakan untuk menyelidiki sebab2 kematian serta pembunuh dari Shu Cincoe, terlebih dahulu lebih baik mendapatkan sepatah kata dari nona!"

Tanya gadis berbaju putih itu.

"Menginginkan aku mengucapkan perkataan apa?"

Sahut Yen Hong Kang dengan ragu ragu.

"Hal ini. haruslah nona pikirkan sendiri---"

Sinar matanya berpindah kewajah Song Boen Koang serta Pek Thiat69 Seng, kemudian lanjutnya lagi.

"Kalian berduapun haruslah berpikir sejenak, terhadap kematian dari suhu kalian akan berbuat bagaimana?"

Dua orang kawan Sang Sam Tong waktu menaiki keatas puncak gunung, tetapi selamanya belum mengucapkan sepatah katapun, kini mendadak, salah satu dari Toosu berusia pertengahan itu mengangkat bicara ujarnya.

"Jika menurut pendapat Pinto, bekas yang terdapat ditengah telapak tangan kanan itu pastilah suatu macam pertanda saja, dan apabila dilihat dari goresan2 yang malang melintang itu, agaknya menyerupai semacam tulisan yang sangat halus sekali"

Yen Hong Kang menoleh memandang sekejap kearah Toosu itu, lalu tanyanya "Dapatkah kami ketahui nama dari Totang?"

Toosu itu tersenyum, sahutnya.

"Pinto Sian Gwat!"

Yen Hong Kang menjadi tertegun, sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya.

"Cayhe disini memberi hormat"

Sian Gwat Toriang tersenyum ujarnya. Yen Ciangbunjin terlalu menghormat, Pinto jarang sekali berkelana didalam dunia kangouw, hal ini tidaklah dapat menyalahkan Yen Ciangbunjin tidak mengenalnya"

Sang Sam Tong menoleh memandang sekejap kearah Sian Gwat Toosu, sambil tertawa ujarnya.

"Loohu berjalan ber sama2 dengan Totiang naik kearah puncak, ternyata tak dapat dilihat asal usul sesungguhnya, sungguh seorang yang sangat sukar dikenal"

Sahut Sian Gwat Totiang.

"Sang Thayhiap terlalu memuji---"

Dia menoleh memandang Toosu yang berdiri disampingnya itu, sambil ujarnya.

"Cepatlah kau mulai melakukan perjalanan kembali kegunung Butong, dan beritabukan berita kematian dari Tionggoan Shu Cincoe ini pada Ciangbunjin"

Jika dilihat dari usia Toosu itu, tidaklah dibawah dari Sian Gwat sendiri, tetapi dia tetap jauh dibawah Sian Gwat setingkat sambil memberi hormat ujarnya.

"Susiok apakah akan tinggal ditempat ini?"

Wajah Sian Gwat berubah menjadi serius, sahutnya.

"Nama dari Tionggoan Shu Cincoe sangat dihormati sekali diseluruh dunia kangouw, dengan kematian yang dialami mereka itu, telah membawa hawa2 pembunuhan didalam dunia kangouw, urusan ini tidaklah dapat dipandang sebagai saling bunuh membunuh yang biasanya70 dialami didalam dunia kangouw, aku akan tinggal ditempat ini untuk membantu para Enghiong untuk menyelidiki urusan ini, sekarang kau boleh mulai melakukan perjalananmu". Toosu itu sambil merangkap tangannya menyahut, kemudian membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi. Sian Gwat Tootiang begitu menyebutkan namanya, segera mendapatkan penghormatan serta kekaguman dari para jago, terlihat Sam Tong sambil merangkapkan tangannya, ujarnya .

"Loohu telah lama mendengar nama besar dari Tootiang, yang merupakan salah satu dari dua jago pedang dari Bu tong Pay, sungguh tak disangka ini hari ternyata mempunyai kesempatan untuk bertemu muka". Ujar Than Siauw Thian pula .

"Nama Bu tong Pay dapat dihitung sebagai Pimpinan dari empat partai besar, yang dimaksud sebagai dua jago pedang dari Bu tong Pay, tak dapat diragukan lagi pastilah dua orang jago pedang sakti didalam dunia kangouw pada saat ini". Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng pun telah lama mendengar nama besar dari Sian Gwat, tanpa terasa mereka mendongakkan kepalanya memandang kearah Sian Gwat, sampaipun gadis berbaju putih yang menutupi wajahnya dengan ujung bajupun agaknya tidak tahan untuk tidak memandang sekejap kearah jago pedang yang sangat terkenal itu. Sambil menurunkan kain yang menutup wajahnya itu, dengan sepasang matanya yang sangat indah dia melirik memandang kearah Sian Gwat Tootiang. Sian Gwat sambil mengebutkan ujung bajunya, dia maju kedepan dua langkah, ujarnya .

"Bukannya Pinto menyombongkan diri, kalian berdua Hiantit sekalipun belum pernah mendengar suhu kalian membicarakan tentang Pinto bukan ? ? ". Song Boen Koang merangkap kedua tangannya memberi hormat sambil ujarnya. Boanpwee memang benar pernah mendengar suhuku almarhum pernah membicarakan nama besar dari Loocianpwee, hanya sayang belum mempunyai kesempatan untuk menemui ". Sian Gwat menghela napas, ujarnya .

"Pinto akan meminta maaf kepada kalian berdua Hiantit serta hiantit-li, Hey?! apabila pinto datang lebih pagi setindak, kiranya dapat melenyapkan penjagalan ini --". Dia mengangkat kepalanya menghela napas panjang2, kemudian lanjutnya lagi .

"Tiga bulan lalu, Pinto pernah mendapat sepucuk surat dari Chuheng, didalam surat itu dia mengungkatkan sebuah urusan yang sangat aneh sekali, dia berkata bahwa dalam beberapa bulan ini, samar271 dia merasakan bahwa secara diam2 gerakannya selalu di-awas terus oleh seseorang, sedang gerakan dari orang itu bagaikan berkelebatnya bayangan setan, membuat orang sukar untuk meraba siapakah sebenarnya orang itu, didalam surat itupun dia mengungkat pula soal pertemuan yang akan diadakan oleh Tionggoan Shu Cincoe pada tanggal Dua puluh Dua bulan Delapan dipuncak gunung ratusan kaki ini, dia menginginkan aku pada saatnya datang kemari, untuk ikut serta didalam pertemuan yang mereka adakan itu---". Dia berhenti sejenak dan mengbela napas, kemudian lanjutnya .

"Sekalipun nama dari Tiongsoan Shu Cincoe sangat terkenal sekali, tetapi teman sesungguhnya dari mereka itu, tidaklah banyak jumlahnya, hubungan antara Pinto dengan mereka berempat, dapat dikatakan sebagai salah satu dari teman mereka yang sukar ditemuinya itu, sebenarnya aku seharusnya kemarin sudah sampai disini, tetapi tak disangka pada saat aku hendak mulai melakukan perjalanan, Ciangbun Suheng mendadak memanggil diriku, hanya karena urusan remeh dari perguruan sehingga mengundurkan waktu berangkatku, sungguh tak disangka hanya karena datang lebih lambat satu tindak saja, telah menjadikan untuk selamanya--- "

Ujar Pek Thiat Seng .

"Selain ke-empat ciangpwee ini mengadakan pertemuan diatas puncak gunung ratusan kaki ini, didalam setengah tabun ini, boanpwee belum pernah berpisah satu langkahpun dari suhuku, bagaimana ternyata tidak mengetabui akan urusan ini ? ? ". Sian Gwat dengan perlahan lahan mengalihkan sinar matanya kewajah Pek Thiat Seng, kemudian tanyanya .

"Apakah kau adalah Pek Hiantit ? ?". Sahut Pek Thiat Seng dengan sopan .

"Boanpwee Pek Thiat Seng ! ". Ujar Sian Gwat lagi .

"Suhumu waktu menulis surat kepadaku, didalamnya pernah menyebut nama Pek hiantit pula, dia hilang kecurigaan yang terkandung didalam hatinya, hanyalah diberitahukan kepadaku melalui surat itu, sekalipun terhadap hiantit juga tak pernah mengungkatnya?". ********* ** BAGIAN KE LIMA ** Ujar Pek Thiat Seng lagi .

"Boanpwee dengan suhuku almarhum waktu hidupnya, selalu makan dan tidur bersama, jika terjadi segala urusan, Boanpwee bagaimana bisa tak mengetahuinya".72 Sian Gwat mengerutkan alisnya, dan termenung berpikir dengan keras, beberapa waktu kemudian barulah ujarnya .

"Benar ! dengan kepandaian silat dari suhumu yang demikian tingginya itu, dan sifatnya yang keras, apabila dapat menemui sedikit jejaknya, sudah pasti akan berusaha untuk menyelidikinya hingga jelas benar2, tetapi ada pepatah mengatakan tak angin tak mungkin dapat timbul ombak, sudah pasti dia telah menemukan suatu benda yang sangat mencurigakan, dan urasan yang terjadi semuanya ini mempunyai tekanan yang sangat berat sekali terhadap hatinya, tetapi diapun tak mempunyai daya untuk mendapatkan sedikit jejak, didalam hatinya, malah sebaliknya menambahkan suatu beban yang sangat berat sekali, saking tak tahan terhadap kemangkelan didalam hatinya, dia baru menulis surat kepadaku--- ". Dengan perlahan-lahan dia mengalihkan sinar matanya menyapu diatas tubuh mayat empat orang kawan lamanya, dengan nada yang sedih ujarnya lagi .

"Hanya salah aku terlalu memandang remeh akan urusan ini, sehingga dapat mengakibatkan kejadian seperti hari ini". Pek Thiat Seng hanya merasakan rasa mangkel dalam hatinya menerjang keluar dua titik air mata tak tertahan lagi menetes keluar, dengan sangat berduka ujarnya .

"Boanpwee sungguh sangat dungu sekali, tidak dapat merasakan kesedihan serta kemurungan dari suhu, kalau dipikirkan sungguh sangat menyesal sekali". Mendadak Sian Gwat melototkan sepasang matanya, dua buah sinar mata yang sangat tajam menerjang keluar, ujarnya .

"Hiantit untuk sementara janganlah terlalu bersedih hati, terhadap kematian yang dialami keempat orang suhumu itu, kesedihan dari Pinto jauh lebih hebat dari pada kesedihan yang dialami hiantit sekalian, bagaimana juga pinto akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelidiki sebab2 kematian yang dialami suhu kalian, apabila perlu, Pinto akan memohon kepada Ciangbun Suheng untuk mengirimkan bala bantuan untuk membantu aku menyelesaikan niatku ini? --"

Sinar matanya berkelebat kewajah Sang Sam Tong serta Yen Hong Kang, kemudian lanjutnya.

"Pada saat ini masih terdapat Sang Thay hiap serta Yen Ciangbun sekalian Enghiong aku kira tidaklah sukar untuk mencari pembunuhnya"

Ujar Sang Sam Tong.

"Loohu mengira bekas persegi merah darah yang terdapat ditangan kanan Tionggoan Shu Cincoe itu, tidaklah mengurangi kedudukannya sebagai salah satu jejak yang penting untuk diselidiki"

Ujar Yen Hong Kang pula! "Aku juga mempunyai perasaan yang sama, hanya---bekas persegi merah darah itu sangat sukar sekali untuk dilihat dengan jelas, hal ini73 paling sedikit bukankah akan menyulitkan juga?"

Sang Sam Tong memejamkan matanya untuk termenung sesaat, kemudian ujarnya lagi.

"Untuk mengetahui dengan jelas bekas persegi berwarna merah darah ini tidaklah mengalami kesukaran apapun, Loohu menjadi teringat sesuatu tempat memijam sesuatu tempat untuk meminjamkan sesuatu benda---"

Tanya Yen Hong Kang.

"

Yang Sang heng tunjuk, bukankah "Bu lim Tit It Chia"??"

Sahut Sang Sam Tong.

"Tidak salah, pada ratusan tahun berselang, jago2 dari seluruh dunia kangouw berkumpul diatas puncak Siauw lim untuk bertanding kepandaian silat, yang terakhir diputuskan Lam Kong Beng sebagai jago yang berkepandaian paling tinggi, selain menduduki sebagai pimpinan dari seluruh partai serta seluruh perguruan, dan mendapatkan papan nama "Bu lim Tit It Chia"

Pun mendapatkan cermin Swie Cing, Giok Uh Kong, serta golok Sian Jen To, tiga buah barang pusaka, disamping itu ditentukan pula empat buah peraturan yang harus ditaati oleh seluruh jago dari Bu lim"

Than Siauw Thian ikut berbicara, tanyanya.

"Sang Thayhiap apakah mengetahui kegunaan dari tiga buah pusaka itu?"

Sahut Sang Sam Tong dengan tenang .

"Loohu hanya mengetahui bahwa Cermin Swie Cing itu dapat melihat dengan jelas barang yang bagaimana kecilnyapun, dan Giok Uh Kong itu dapat menawarkan racun yang bagaimanapun ganasnya, sedang mengenai Golok Sian Yen To, aku dengar golok ini adalah golok yang sering dipakai oleh Kaisar Sian Yen diwaktu maju kemedan pertempuran, golok ini selain merupakan golok yang telah lama usianya, tak mempunyai kegunaan yang lain ". Than Siauw Thian sambil memuji ujarnya.

"Pengetahuan dari Loocianpwee sungguh sangat luas sekali, perkataan yang baru saja diucapkan itu hampir sama dengan apa yang boanpwee dengar"

Sang Sam Tong tersenyum, ujarnya,.

"Than heng terlalu memuji!"

Terdengar Yen Hong Kang mengangkat bicara. Ujarnya.

"Samheng apakah ingin meminjam cermin Swie Cing dari perkampungan Lam Kong Chia untuk membedakan bekas persegi berwarna merah darah yang terdapat ditengah telapak tangan kanan Tionggoan Shu Cincoe?". Sahut Sang Sam Tong.

"Kepandaian yang dimiliki Tionggoan Shu Cincoe, sejak lama telah dapat dihitung sebagai jago berkepandaian tinggi didalam Bu lim, jangan74 dikata empat orang itu ber sama2, sekalipun berjalan seorang diripun, juga sangat sulit untuk dilukai, apalagi empat orang itu memiliki kepandaian silat yang sangat sakti, juga sukar untuk melukai empat orang itu didalam suatu pertempuran yang sangat sengit, oleh sebab itu, Loohu dapat memastikan kalau Tionggoan Shu Cincoe bukannya di bius oleh orang hingga pingsan, pastilah terkena sesuatu senjata gelap yang sangat beracun sekali, kita meminjam Cermin Swie Cing itu dapat kita gunakan untuk melihat apakah sebenarnya bekas persegi berwarna merah darah itu, dan dengan menggunakan Giok Uh Kong untuk mencoba apakah ke empat orang itu terkena senjata rahasia yang sangat beracun". Ujar Sian Gwat Tootiang.

"Aku dengar kabar, Ban Kong She Chia untuk menjaga tiga buah barang pusakanya serta nama baik "Bu lim Tit It Chia", empat turunan dari majikan perkampungan Lam Kong She Chia itu telah binasa dibunuh orang, kita kini pergi keperkampungan mereka untuk meminjam barang pusaka, sudah pasti akan mentaati keempat peraturan yang berlaku, apabila pihak sana tidak mengijinkan kita untuk meminjam Cermin Swie Cing serta Giok Uh Kong dua buah benda pusaka, bukankah kita akan pulang dengan tangan kosong". Ujar Sang Sam Tong .

"Cayhe dengan majikan turunan ketiga dari perkampungan Lam Kong She Chia, pernah mempunyai jodoh bertemu muka dan berkenalan, dan atas penghargaannya terhadap Loohu, pada saat perjamuan, pernah mengundang Hujin-nya untuk keluar menemani". Mendadak dia menghela napas panjang, dan lanjutnya .

"Hal ini adalah kejadian yang terjadi Empat-lima puluh tahun yang lalu, setelah Loohu berkesempatan berkenalan dengan majikan ketiga dari perkampungan Lam Kong She Chia itu, setahun kemudian aku dengar kabar dia telah binasa, kawan lama meninggal dunia, Loohupun pernah mengunjungi rumah untuk menyampaikan rasa dukanya ---". Mendadak Yen Hong Kang memotong perkataannya ujarnya .

"Jika menurut kabar yang tersiar didalam dunia kangouw, kematian beberapa turunan majikan dari Perkampungan Lam Kong She Chia, belum pernah berhasil mendapatkan mayatnya, kalaupun Sang-heng pernah menyampaikan rasa dukanya, entah apakah juga dapat melihat wajah dari mayat mayat majikan keturunan ketiga itu."

Sahut Sang Sam Tong . Loohu hanya membakar uang kertas dihadapan meja sembayang saja, dan tidak melihat wajahnya---". Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya .

"Hanya Loohu melihat dibelakang meja sembayang itu terdapat sebuah peti mati yangg berwarna hitam". Ujar Sian Gwat Tootiang. Kalau memangnya Sang Loo Enghiong mempunyai hubungan75 persahabatan dengan orang2 dari Perkampungan Lam Kong She Chia, kesempatan untuk meminjam cermin Swie Cing serta Giok Uh Kong dua buah benda rusaka pun agaknya lebih besar". Yen Hong Kang mengerutkan alisnya, ujarnya .

"Perkampungan Lam Kong She Chia jaraknya dari sini ribuan pal jauhnya, perjalanan kali ini sedikit dikitnya membutuhkan beberapa bulan lamanya, sedang pada waktu aku meninggalkan rumah dalam keadaan ter gesa gesa, banyak urusan yang belum diatur, aku kira sulitlah untuk berjalan ber sama2 dengan saudara2 sekalian ". Sang Sam Tong dengan cemas ujarnya.

"Yen heng bertindak sebagai pemimpin didalam urusan ini, bagaimana dapat berpisah dengan demikian? ? ". Yen Hong Kang tersenyum, ujarnya .

"Masih ada Sang heng serta Sian Gwat Too heng, mana masih membutuhkan tenaga ? ? ? ". To Lam Kiang menoleh memandang sekejap kearah pemuda yang berdiri dibelakang tubuhnya, ujarnya .

"Kita tak mempunyai hubungan persahabatan yang erat dengan Tionggoan Shu Cincoe, tak usahlah kita ikut campur di dalam urusan ini, kitapun harus pulang sekarang juga ". Si Pukulan sakti, Lu Ping serta Than Siauw Thian pun berturut turut mengucapkan kata2 yang bermaksudkan perpisahan. Sang Sam Tong tidak pernah menyangka kalau urusan mendadak dapat berubah menjadi demikian, kini nampak para jago berniat untuk meninggalkan tempat itu, untuk sesaat, ternyata diapun menjadi tidak ber semangat pula. Gadis berbaju putih yang selalu memusatkan perhatiannya untuk mendengar apa yang sedang diucapkan, pada kesempatan ini mendadak dengan nada yang keras bentaknya .
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Para Loocianpwee harap tunggu sebentar, dengarlah beberapa patah perkataan dariku baru pergi "

Suaranya bagaikan suara burung nuri yang baru keluar dari sarang, sangat menarik hati, para jago yang bersiap siap hendak berjalan pergi, seketika itu juga tertarik oleh suaranya yang sangat merdu serta nyaring itu, dan bersama sama menghentikan langkahnya.

Tampak dengan perlahan dia menggerakkan kakinya, dengan perlahan berjalan menuju kedepan salah satu mayat yang berada disebelah kiri, dan menjatuhkan dirinya, ujarnya .

"Puterimu tak berguna, kiranya sukar sekali untuk membalas sakit hati dari ayah, tetapi ayah menemui kematiannya dengan cara demikian mengenaskan dan terbuamg diatas puncak gunung yang sunyi, dendam ini apabila tak dapat terbalas, puterimu mana masih mempunyai muka untuk hidup didunia ini, ayah diatas tentunya mengetahui, harap sukalah mengampuni kesalahan dari puterimu ini"76 Ucapannya itu samar2 dapat diduga dia akan melakukan suatu pekerjaan yang mengejutkan hati, seluruh sinar mata dari jago2 itu tanpa terasa beralih kewajahnya yang cantik itu. Tampak wajahnya yang berwarna ke merah2an itu, serta kulit tubuhnya yang berwarna putih bagaikan salju, sungguh dapat dilihat dia memangnya seorang gadis yang sangat cantik sekali. Tang Thong dengan berat ber batuk2, kemudian tanyanya.

"Engkau akan berbicara apa?"

Gadis berbaju putih itu dengan perlahan bangkit berdiri, sambil tersenyum sedih ujarnya.

"Kau jangan ikut campur!"

Wajah Tang Thong segera berubah hebat, tetapi dia tetap dengan nada yang rendah ujarnya.

"Tempat ini apakah tempat seorang gadis untuk membicarakan segala sesuatu?"

Se konyong2 gadis berbaju putih itu menoleh memandang, dua buah sinar matanya yang sangat tajam memandang kewajah Tang Tong, ujarnya.

"Ayahku telah binasa, perkawinan kita apakah dapat dikata masih terhitung juga---?"

Tang Thong menjadi ter mangu2, tanya nya dengan ragu2.

"Engkau berkata apa?"

Ujar gadis berbaju putih itu.

"Urusan pembalasan dendam atas kematian ayahku ini, jauh lebih penting berjuta juta kali lipat dari pada urusan perkawinan kita, apalagi ayahkupun tidak meninggalkan surat wasiat yang memerintahkan aku harus menikah dengan kau-----'' Tang Thong mendepakkan kakinya keatas tanah, dengan gemas ujarnya dengan keras .

"Kurangajar, kurangajar---- . Ujar gadis berbaju putih itu pula .

"Aku akan membalaskan dendam atas kematian ayahku, mana dapat kau katakan hal itu tidak benar". Mendadak dia berjalan dua langkah kedepan, dan berlutut memberi hormat dihadapan Sian Gwat Tootiang, ujarnya .

"Susiok adalah merupakan kawan yang paling erat pada saat ayahku masih hidup, harap susiok mau mewakili keponakanmu ini membalaskan dendam". Sahut Sian Gwat Tootiang.

"Engkau bangunlah terlebih dahulu, ada perkataan kita bicarakanlah secara baik2, sedang mengenai sebab2 kematian dari ayahmu, Pinto sudah tentu akan mengerahkan seluruh tenaga untuk menyelidikinya". Gadis berbaju putih itu berlutut terus tak mau bangun ujarnya .

"Aku akan berkabung untuk ayahku ! ".77 Sahut Sian Gwat Tootiang.

"Hal itu adalah urusan yang baik, Pinto akan sekuat tenaga untuk membantu menyelenggarakan". Gadis berbaju putih itu dengan perlahan lahan bangkit berdiri, sinar matanya berkelebat memandang wajah para jago yang berada diatas puncak gunung itu ujarnya .

"Tidak perduli siapa saja, asal dapat mengetahui siapakah sebenarnya pembunuh dari ayahku, dan membunuh mati padanya, kemudian membawa batok kepalanya menemui diriku, aku selamanya akan melayani dirinya, dan mau menjadi istrinya". Beberapa perkataannya itu, sekalipun di ucapkan dengan suara yang sangat halus sekali, tetapi didalam telinga para jago, bagaikan menggetarnya suara petir yang sangat nyaring, hati setiap orang terasa bergetar. Gadis berbaju putih itu dengan perlahan mengangkat tangan kanannya, untuk membereskan rambutnya yang terurai tak karuan, dua baris air mata mengalir terus dari matanya. Terdengar Yen Hong Kang tertawa ter-bahak- bahak, ujarnya .

"Sungguh seorang putri yang sangat berbakti, dengan tubuhnya sendiri untuk membalaskan dendam kematian ayahnya, aku kira urusan ini akan tersiar didalam dunia kangouw dengan cepatnya". To Lam Kiang menoleh memandang sekejap kewajah putranya, ujarnya .

"Anak, kitapun lebih baik tinggal ditempat ini untuk mengadu untung". Semua orang yang tadi ber siap2 untuk meninggalkan tempat itu, agaknya pada saat ini telah berubah niatnya, dan tidak lagi meggungkat urusan hendak meninggalkan tempat itu. Tang Tong yang berdiri dibelakang tubuh gadis berbaju putih itu, pada saat ini wajahnya telah berubah menjadi kehijau-hijauan, terasa parah panas bergolak didalam dadanya, suatu rasa yang sangat mendongkol menyelimuti seluruh tubuhnya dengan dingin dia memandang sekejap kearah gadis berbaju putih itu, ujarnya.

"Aku akan melihat siapa yang mempunyai nyali yang demikian besarnya untuk meminang Kau". Mendadak tangan kanannya disambitkan terlihat sinar keperak perakan yang sangat halus sekali melayang lepas dari tangannya. Terdengar beberapa kali suara yang nyaring, tiga buah burung suari yang sedang melewati puncak gunung itu, ber sama2 jatuh keatas puncak gunung itu, dan binasa tanpa mengeluarkan suara sedikitpun juga, sampaipun suara jeritan terakhirpun tak terdengar, senjata rabasia beracun dari Tang Chia Bun didaerah Shu Cho, sungguh sangat beracun sekali, bahkan begitu mengenai darah segera binasa. Para jago tanpa terasa memandang sekejap kearah tiga ekor78 burung yang telah binasa itu, dalam hati diam2 merasa sangat terperanjat dan memujinya. Didalam beberapa ratus tabun ini, keluarga yang dapat melancarkan senjata rahasia dengan begitu hebatnya itu, sungguh jarang sekali menemuinya. Sian Gwat Tootiang dengan perlahan menghela napas, ujarnya .

"Hiantit li demikian berbaktinya ingin membalaskan sakit hati ayahnya, sekalipun sangat bagus sekali, tetapi dengan pergerakan secara besar2an ini bukankah tidak terlalu baik ???"

Gadis berbaju putih itu mendongakkan kepalanya memandang awan putih yang bergerak diangkasa, ujarnya .

"Dendam sakit hati ayahku setinggi langit, apabila karena sedih atas kematian ayahku, hingga membuat aku menemui kematiannya, atau segera mencabut pedang bunuh diri diatas puncak gunung ini, bukan aku akan disebut sebagai seorang anak yang tidak berbakti ". Ujar Sian Gwat Tootiang .

"Sekalipun kau berbuat demikian, tetapi anak berbakti dua kata ini tetap tak akan hilang dari dirimu"

Ujar gadis berbaju putih itu lagi.

"Tetapi apabila aku binasa, urusan tetap akan berjalan terus sedang musuh pembunuh ayahku pun, tetap hidup didunia dengan sentausa---"

Dia mengangkat ujung bajunya, dan mengeringkan bekas air mata yang telah membasahi wajahnya itu, lanjutnya.

"Mungkin dengan perbuatan ini tidak akan dimaafkan oleh orang2 yang hidup di dunia ini, dan menunjuk diriku sebagai orang yang tak berbakti, dan seorang yang sangat rendah sekali, tetapi aku tetap akan berusaha untuk membalas sakit hati ayahku, orang lain akan memarahi diriku, biarkanlah mereka memaki, asalkan dalam hati aku telah mempunyai ketetapan yang kukuh pembunuh itu telah membuat ayahku kesakitan, akupun akan menagih dengan darah segarnya, apakah hal itu tak boleh?"

Ucapan yang baru saja dikatakan itu dari pertama hingga terakhir semuanya beralasan, untuk sesaat, membuat orang sukar sekali untuk membedakan perkataannya itu benar atau salah.

Sang Sam Tong mengetukkan tongkat bambunya keatas tanah, ujarnya kemudian.

"Loohu yang telah hidup hingga setua ini, perkataan yang demikian itu baru pertama ini mendengarnya"

Mendadak Tang Thong pun mengangkat bicara.

"Urusan perkawinan antara keluarga Tang dengan keluarga Yap, sejak sebelumnya telah ditetapkan oleh ibuku serta Gak-hu, orang2 dari seluruh Bu lim semuanya telah mengetahui akan urusan ini, siapa saja yang berani mengubah keputusan dari keluarga Tang serta keluarga Yap ini, aku mewakili keluarga Tang, akan menyuruh dia merasakan tiga belas macam senjata rahasia beracun dari keluarga Tang"79 Gadis berbaju putih itu dengan dingin ujarnya lagi.

"Ayahku belum pernah memberitahukan kepadaku mengenai urusan perkawinan di antara kita, dan belum tentu urusan ini benar, kini ayahku telah binasa, siapa lagi yang dapat mengurus tentang perkawinanku, perbuatanku ini sekalipun telah melanggar adat istiadat, tetapi kebaktian puteri terhadap ayahnya jauh !ebih penting.Hm--! Jika kau benar2 seorang laki2 sejati yang mempunyai semangat, mengapa tidak mau mengambil keputusan untuk mencari pembunuh ayahku, apakah karena takut kepandaian yang kau miliki terlalu rendah sehingga takut tak berhasil mengalahkan lawanmu"

Wajah Tang Thong segera berubah hebat ujarnya.

"Keluarga Tang, telah berdiri selama ratusan tahun lamanya, pernah takut kepada siapa?"

Sahut gadis berbaju putih itu.

"Kalau begitu mengapa kau ingin menghalangi keinginanku untuk memperistrikan orang yang dapat membalaskan sakit hati ayahku?"

Dengan gusar ujar Tang Thong.

"Kaum wanita, mana masih bisa berbicara tentang segala macam urusan, ayahmu telah menyetujui kau untuk dijodohkan dengan keluarga Tang, kini kau telah dapat dihitung sebagai orang dari keluarga Tang, sedang dendam sakit hati sudah tentu haruslah dari pihak kami keluarga Tang, yang akan mengutus orang untuk membereskan, dengan perbuatanmu secara demikian muncul sendirian didalam dunia kangouw, dengan menggunakan kecantikan sebagai umpan untuk memancing orang lain membalas sakit hati ayahmu, bila berita ini tersiar, bukankah akan membuat orang tertawa sampai terlepas giginya"

Baru saja gadis berbaju putih itu bersiap untuk membalas memaki, mendadak Yen Hong Kang memotong, ujarnya.

"Tang-heng, tak usahlah kau marah, ada pepatah mengatakan bahwa seorang laki2 sejati sukar untuk mencegah kebaktian dari isterinya, apalagi pada saat ini Nona Yap masih belum secara resmi menjadi orang keluarga Tang---"

Than Siauw Thiaa pun ikut mengangkat bicara, ujarnya.

"Perkataan dari Yeng heng memang tidak salah, perbuatan dari Nona Yap ini sekalipun sedikit mengejutkan dunia kangouw, betapa keberanian serta rasa baktinya kepada orang tua mau tak mau membuat orang untuk memujinya"

Wajah Tang Thong segera diliputi oleh napsu pembunuhan, sambil memandang sekejap kearah Than Siauw Thian ujarnya.

"Siapa yang telah bosan untuk hidup, tak usah sungkan2 untuk maju mencoba coba". Yen Hong Kang berbatuk-batuk serak, sahutnya.

"Perkataan dari Tang-heng bukankah terlalu melewati batas, urusan perkawinan antara keluarga Tang dengan keluarga Yap, hanyalah ucapan80 dari pihak Tang heng saja, pertama tak ada bukti akan hal ini, kedua tidak ada orang yang membuktikan, perkataan dari Tan heng tadi, maafkan kalau kami hanya menganggap ---". Sinar matanya yang bagaikan kilat itu dengan perlahan-lahan menyapu kewajah gadis berbaju putih itu, lanjutnya .

"Tetapi Nona Yap ini adalah putri kesayangan Yap Thayhiap, Yap Tiang Cing, dan merupakan mutiara kesayangannya, mengenai urusan perkawinan, sekalipun harus mendapatkan persetujuan dari orang tuanya, tetapi jika dilihat keadaan sekarang ini, Yap Tiang Cing telah binasa, perjanjian perkawinan yang diadakan oleh Yap Tiang Cing serta ibu dari Than heng, apakah masih dapat di hitung, orang lain tak mempunyai hak untuk menanyakannya, yang dapat menentukan akan hal ini, aku kira hanyalah Nona Yap seorang saja -----". Sang Sam Tang melihat wajah dari Tang Thong sebentar berubah menjadi hijau sebentar berubah menjadi putih, hal ini membuktikan kalau hatinya merasa sangat gusar sekali, dan telah mencapai puncak kesabarannya apabila Yen Hong Kang meneruskan perkataannya, keadaan pastilah akan berubah menjadi tegang, dengan tergesa-gesa dia mengerakkan tongkat bambunya ke atas tanah, sambil ujarnya .

"Yen heng, ditempat dan saat seperti ini bukanlah waktunya untuk membicarakan urusan perkawinan antara keluarga Yap dengan keluarga Tang ! ! ". Yeng Hong Kang tersenyum. ujarnya.

"Perkataanku itu, jika didengarkan, agaknya dengan urusan kematian yang dialami oleh Tionggoan Shu Cincoe sedikitpun tidak mempunyai hubungannya sama sekali tetapi hal yang sebenarnya aku sedang membantu Sang-heng untuk menyelidiki pembantu dari pembunuh Tionggoan Shu Ctnijoe yang sebenarnya". Ujar Sang Sam Tong dengan ragu2 .

"Mengenai hal ini, Loohu masih belum pernah mendengarnya-----". Yen Hong Kang tersenyum, ujarnya lagi.

"Waktu tadi para jago berturut-turut mengucapkan kata2 hendak meninggalkan tempat ini, tetapi kemudian Nona Yap mengumumkan siapa saja yang dapat membalaskan dendam sakit hati ayahnya, pasti akan memperistrikan kepadanya, para jago dengan demikian tak ada seorangpun yang mengungkap kembali untuk meninggalkan tempat ini, dengan hadiah yang demikian besarnya, tak takut terdapat lelaki sejati. Tindakan Nona Yap yang demikian berbaktinya terhadap orang tua, pastilah akan menggemparkan seluruh dunia kangouw, jago2 berkepandaian tinggi dari seluruh pelosok dunia akan mempertaruhkan nyawanya untuk menyelidiki siapakah sebenarnya pembunuhnya, tetapi urusan ini apabila tidak diucapkan dengan jelas terlebih dahulu, aku kira para jago2 tak mungkia mau mempertaruhkan nyawanya"

Ujar Sang Sam Tong dengan gugup.81

"Tentang hal ini, tentang hal ini ----"

Dalam hatinya memangnya tidak mempunyai pendapat lain setelah berpikir setengah harian, tetap tak dapat melanjutkan perkataannya tentang hal itu. Mendadak gadis berbaju putih itu dengan keras ujarnya.

"Aku Yap Siang Ie sekalipun merupakan , seorang wanita, tetapi perkataan yang telah diucapkan keluar, tak mungkin akan ditarik kembali, tidak perduli siapa saja yang dapat membunuh mati pembunuh ayahku, dan membawa serta batok kepalanya, aku akan memperistikan pada orang itu, jika ucapanku ini tidak kupatuhi, akan hancur terkutuk oleh Thian"

Wajahnya berhadapan dengan para jago2 pada saat dia berbicara, hal ini memaksa Tang Thong menjadi serba salah, wajahnya berubah menjadi hijau gelap sepasang tangannya dirapatkan dengan sangat kencang.

sepatah katapun tak diucapkan keluar, hal ini membuktikan kalau kegusaran didalam hatinya, telah mencapai taraf tak terkendalikan"

Sian Gwat Tootiang dengan perlahan menghela napas, ujarnya.

"Dengan perbuatan dari Hiantit li ini, adalah betul atau salah, untuk sesaat Pinto tak mempunyai daya untuk memutuskannya, urusan yang terpenting pada saat ini adalah mencari sebab2 kematian dari ayahmu, menurut kabar Giok Uh Kong dari keluarga Lam Kong itu merupakan obat yang sangat sakti untuk menyembuhkan serangan racun pada saat ini, asalkan orang yang binasa karena terkena racun, begitu tertempel Giok Un Kong int pastilah terjadi reaksi, sedang kini kematian yang dialami Tionggoan Shu Cincoe ternyata demikian tenangnya, sungguh aneh sekali, aku kira-kali ini kita pasti harus mau tak mau meminjam benda pusaka dari keluarga Lam Kong yaitu cermin Swie Cing serta Giok Uh Kong, urusan tak dapat di tunda2 lagi kitapun harus mulai melakukan perjalanan"

Ujar Sang Sam Tong.

"Bagaimana dengan keempat buah mayat ini? apakah boleh dikata juga dibawa serta keperkampungan Lam Kong?"

Sahut Sian Gwat Tootiang singkat.

"Sekalian dibawa saja."

Tanya Sang Sam Tong lagi.

"Dengan cara bagaimana kita membawanya?"

Sahut Yap Siang Ie dengan halusnya.

"Suhengku telah pergi mencari kereta kuda, sebelum hari mendekati senja, pastilah telah sampai ditempat ini"

Sian Gwat termenung berpikir keras, ujarnya kemudian.

"Kita lebih baik dibagi dua rombongan saja ! Sang Thayhiap serta Yen Ciangbunjin, berjalanlah setindak terlebih dahulu, dan menuju keperkampungan keluarga Lam Kong, dan berusahalah untuk meminjam Giok Uh Kong serta Cermin Swie Cing terlebih dahulu, sedang Pinto serta82 para saudara lainnya, biarlah sambil menjaga layon berjalan dibelakang, untung saja hanya meminjam beberapa waktu, dan segera dikembalikan lagi, dengan perhubungan yang erat antara Sang Thayhiap dengan orang2 dari keluarga Lam Kong, aku kira tidaklah sukar untuk meminjamnya"

Ujar Sang Sam Tong .

"Loohu akan berjalan terlebih dahulu dengan Yen heng. dan akan merundingkan terlebih dahulu agar jangan sampai mengalami kegagalan totar !"

Yen Hong Kang ber batuk2 serak ujarnya.

"Apakah hanya kita berdua saja ?"

Ujar Than Siauw Thian tiba2.

"Akupun terhitung satu bagian !"

Mendadak Yap Siang Ie dari dalam sakunya mengambil keluar sepotong saputangan berwarna hitam, sambil ujarnya.

"Mulai dari saat ini, aku akan membungkus wajahku setengah bagian, menanti setelah aku -----"

Perkataannia belum selesai diucapkan, tetapi tiba2 menutup mulutnya, dengan perlahan2 menoleh kebalakang dan berjalan kesamping untuk kemudian duduk seorang diri diatas batu.

Sang Sam Tong mengetukkan tongkat bambunya keatas tanah, dengan nada yang keras ujarnya.

"Loohu akan berjalan terlebih dahulu, sampai bertemu di Lam Yang"

Sambil memutar tubuhnya, dia berjalan terlebih dahulu, Yen Hong Kang serta Than Siauw Thian pun segera merangkap tangannya memberi hormat kepada Sian Gwat, kemudian mengikuti Sang Sam Tong berjalan pergi.

Sian Gwat, Tootiang sambil merangkap tangannya kepada si Pukulan sakti Lu Ping serta To Lam Kiang beserta putranya, ujarnya.

"Waktu tidaklah terlalu banyak, kalian bertigapun dapat beristirahat sejenak, menanti setelah kereta datang, kitapun mulai melakukan perjalanan jauh"

Setelah berbicara demikian dia memberi tanda kepada Pek Thiat Seng serta Song Boen Koang, ujarnya lagi .
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalian berdua hiantit silahkan datang kemari untuk beristirahat, Pinto mempunyai beberapa perkataan yang hendak ditanyakan kepada kalian berdua"

Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng mengikuti perkataannya berjalan kesana, mengikuti dibelakang Sian Gwat berjalan menuju keujung puncak gunung, dan duduk diantara batu2. Wajah Sian Gwat berubah menjadi serius, setelah menghela panjang2 ujarnya.

"Setelah kalian tiba diatas puncak gunung ini, apakah suhu kalian telah putus napasnya ?"83 Sahut Song Boen Koang dengan perlahan .

"Keempat suhu telah putus napas lama sekali tetapi mereka tetap duduk bagaikan hidup saja, boanpwee sekalian tidak berani mengejutkan mereka orang tua, setelah menanti beberapa saat barulah mengetahui kalau keempat orang suhu telah putus napas lama sekali"

Sian Gwat menghela napas panjang ujarnya.

"Pinto sama sekall tidak percaya kalau pada saat Tionggoan Shu Cincoe berkumpul menjadi satu dapat dibunuh orang secara demikian mudahnya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun, didalam hal ini tentu masih mengandung banyak sekali kecurigaan yang sukar untuk dicari penjelasannya semoga saja barang pusaka Cermin Swie Cing serta Giok Uh Kong dari perkampungan keluarga Lam Kong dapat membantu menyelidiki sebab2 kematian dari keempat suhu kalian"

Sahut Pek Thian Seng . ''Boanpwee menyerahkan seluruh persoalan kepada Loocianpwee untuk menguruskannya "

Sian Gwat termenung agak lama, kemudian ujarnya lagi .

"Sekalipun nama keempat suhu kalian sangat dihormati didunia kangouw, tetapi karena mereka berempat terlalu memandang tinggi pada dirinya, sehingga tidak mau bergaul dengan kawan2 dari Bu lim, akibatnya mereka hanya mempunyai sedikit sekali kawan akrab, karena persahabatan yang erat antara Pinto dengan suhumu, barulah mengetahui akan hal ini, apalagi aku terhadap kematian yang dialami oleh suhu kalian sangat mempengaruhi hatiku. Selama dua puluh tahun iei, aku sangat jarang sekali berkelana didalam dunia kangouw, tetapi untuk menyelidiki sebab2 kematian dari suhumu sekalian, Pinto telah mengambil keputusan selama Pinto belum berhasil mengetahui hal ini dengan jelas maka selamanya pula aku tidak akan pulang kegunung Bu tong San"

Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng segera bersama sama berlutut di atas tanah memberi hormat, ujarnya.

"Kini ada loocianpwee yang dengan sekuat tenaga memberi bantuan, para suhu sekalian tentunya akan beristirahat dengan tentram, boanpwee sekalian disini memberikan hormat serta rasa terima kasih". Sehabis berkata kedua orang itu ber sama2 memberi hormat sambil berlutut di atas tanah. Sian Gwat dengan perlahan menghela napas ujarnya .

"Kalian bangunlah, jika menurut pendapat dari Pinto, sebab2 kematian dari suhu kalian sangat rumit sekali, sedang jarak dari sini ke Perkampungan keluarga Lam Kong didaerah Lam Yang, sangat jauh sekali, Pinto akan meminjam kesempatan perjalanan yang sangat jauh ini untuk menyelidiki keadaan sewaktu suhu kalian menemui ajalnya, nanti pada saat mulai melakukan perjalanan, kalian berdua hiantit lebih baik yang mengurusi kereta untuk layon itu, sehingga Pinto yang bersembunyi84 didalam kereta layon ------"

Perkataannya baru saja diucapkan sampai disitu, mendadak dia memutuskan pembicaraannya, dan berhenti sejenak, sambil mengebutkan ujung bajunya, kemudian ujarnya lagi .

"Kalian kesanalah ! dengan diam2 awasilah layon dari ke-empat suhumu, tidak perduli siapa saja, asalkan mendekati layon dari ke-empat suhumu itu, segeralah diam2 mengawasi segala gerak geriknya". Song Boen Koang serta Pek Thiat Seng segera merangkap tangannya memberi hormat dan mengundurkan diri. Matahari telah condong kearah Barat, sinar kekuning-kekuningan dari matahari memancarkan sinarnya diatas tumpukan batu2 aneh yang terdapat diatas puncak itu, sedang cuacapun mendekati senja. Seekor kuia dengan cepat lari mendatang dan menerjang datang kebawah puncak ratusan kaki itu, dibelakangnya tampak dua buah kereta kuda yang ditutup dengan kain hitam berjalan mengikuti dari belakangnya. Tampak orang yang menunggang kuda itu memakai pakaian yang singsat, pada punggungnya terselip sepasang Pan Koan Pit, kiranya adalah Ban Cong, anak murid dari Yap Tiang Cing salah satu anggota dari Tionggoan Shu Cincoe adanya. Begitu kuda itu mencapai dibawah bukit, dia segera meloncat turun dari kudanya, sambil menghapus keringat yang menetes keluar, dengan cepat ia lari naik ke atas puncak gunung. Pada saat ini, para jago yang hadir di atas puncak gunung itu sedang bersemedi memusatkan seluruh pikirannya untuk beristirahat, sedang Yap Siang Ie dengan kain hitam menutupi separuh bagian dari wajahnya, dengan seorang diri duduk disudut puncak itu. Ban Cong dengan ter gesa2 berlari mendatang, dengan nada yang rendah ujarnya.

"Sumoay, kereta kuda telah tiba dibawah puncak gunung, apakah perlu mengangkut layon dari suhu untuk dinaikan kedalam kereta?"

Yap Siang Ie dengan per lahan2 bangkit berdiri, dan mengulurkan tangannya yang putih itu menunjuk kearah Sian Gwat Tooriang yang duduk pada beberapa kaki dari tempat itu, ujarnya.

"Kau pergi tanyakan kepada Tootiang itu"

Ban Cong menjadi tertegun, tanyanya.

"Dibawah suhu hanyalah Sumoay seorang saja, suhu kini telah binasa, seluruh urusan haruslah sumoay sendiri yang memutuskannya, urusan yang demikian besarnya ini, bagaimana dapat ditanyakan kepada orang lain?"

Yap Siang Ie dengan perlahan menghela napas, ujarnya.

"Engkau adalah murid kepala dari perguruan ayahku, pun merupakan salah satu ahli warisnya, ada urusan anak muridlahnyalah yang harus mengerjakan, terhadap urusan pembalasan dendam sakit hati85 suhu, mengapa ternyata sedikitpun kau tidak punya pendapat?"

Sahut Ban Cong.

"Sifat Siauw heng sangat bodoh sekali, dan kecerdasannya tidak dapat melampaui kecerdasan dari sumoay, dalam hal ini aku masih mohon petunjuk dari sumoay"

Yap Siang Ie mendadak merendahkan suaranya ujarnya.

"Tionggoan Shu Cincoe masing2 mewariskan ilmunya kepada seorang murid, murid dari Toa Supek Lam Pek Thong. Li auw Suheng mempunyai kecerdasan yang sangat tajam, keberaniannya melampui semua orang, sukar sekali untuk mempertanggung jawaban pekerjaan berat untuk pembalasan dendam ini Jie Supek, Chu Thiah Sang mempunyai murid yaitu Pek Su heng, sifatnya sangat peramah sekali suka menolong orang lain, mempunyai semangat pendekar serta keberaniannya sukar ditandingi, tetapi sayang sifatnya yang keras itu sukar untuk memikul beban yang demikian beratnya, murid dari Sam Supek, Kiem Shen le yakni Song Suheng, akalnya terlalu banyak, sukar untuk dipercaya, sedang Suheng sendiri, jadi orang terialu jujur, juga sukar untuk memikul beban yang demikian beratnya, Hay----! sungguh sayang sekali nama besar dari Tionggoan Shu Cincoe yang didapatkan dengan susah payah, tetapi tak satupun yang berhasil memilih seorang ahli waris yang mempunyai kecerdasan serta keberanian yang begitu besarnya sehingga dapat memikul beban balas dendam ini, oleh karena itu, aku mau tak mau harus menggunakan tubuh kegadisanku ini, untuk terjun kedalam kalangan menyelidiki siapakah pembunuh sebenarnya----- --". Ban Cong sejak kecil dibesarkan ber-sama2 dengan Yap Siang Ie, terhadap kecerdasan serta akalnya selalu memujinya, sekalipun dia telah membandingkan keempat orang dengan demikian pedasnya, Ban Cong bukannya tidak merasa menjadi gusar, malah sebaliknya menerimanya sebagai nasehat yang berguna, tak henti2nya dia menganggukkan kepalanya. Agaknya Yap Siang Ie pun merasa bahwa perkataannya diucapkan terlalu keras, setelah berhenti sejenak, ujarnya lagi .


Dari Mulut Macan Ke Mulut Harimau Karya The Phantom Of Opera Karya Gaston Leroux Lima Sekawan Di Gua Kelelawar

Cari Blog Ini