Ceritasilat Novel Online

Pembunuh Misterius 6

Pembunuh Misterius Karya Tjan ID Bagian 6



"Tang Loo thay selalu merupakan jago betina yang disegani dan mempunyai nama yang sangat terkenal didalam dunia kangouw pinto demikian dinginnya menyambut kedatangannya, aku kira akan menimbulkan rasa dendam didalam hatinya ". Ujar pemuda berbaju itu "

Tak mengapa, dia sedang merisaukan putra kesayangannya yang telah lenyap tanpa bekas itu.

dan hatinya sangat bingung sekali, tak mungkin mempunyai waktu yang sangat banyak untuk memikirkan akan hal ini".

Sian Ceng Tootiang dengan perlahan-lahan mengalihkan sepasang sinar matanya ke atas wajah pemuda berbaju hijau itu, lanjutnya kemudian .

"Kau dengan menggunakan sepasang tanganmu untuk mempertaruhkan rahasia di dalam Bu-lim, pertaruhan ini sesungguhnya sangat besar sekali, untung pinto lah yang mengalami kekalahan-----". Pemuda berbaju hijau itu tertawa tawar, lanjutnya .213

"Apabila yang mengalami kekalahan adalah cayhe, ruangan yang demikian rajin, bersih serta cantik dari Tootiang ini, sejak tadi telah penuh berlumuran darah segar ". Ujar Sian Ceng Tootiang lagi "Kau dengan mengunakan perkataan2 yang kau ucapkan baru2 ini untuk menyindir diriku, pinto kalau memangnya telah mengalami kekalahan, sudah tentu tidak akan mungkir lagi dengan apa yang telah pinto janjikan---___ Dia berhenti sejenak, dan mengangkat wajahnya untuk berpikir dengan keras beberapa saat. kemudian barulah dengan perlahan lahan ujarnya .

"Inilah suatu urusan dan peristiwa yang terjadi pada sepuluh tahun yang lain, aku selalu menyimpan peristiwa ini didalam hatiku, tetapi selamanya belum pernah kuberitahukan kepada orang lain, Hey-- ! urusan yang sangat rahasia dari Bu lim ini selain pinto seorang yang mengetahui akan hal ini, aku kira tak akan ada lainnya lagi "! Sepasang alis dari pemuda berbaju hijau itu menjadi tergerak, dari sepasang matanya memancar keluar sinar yang sangat tajam sekali, sambil tertawa ujarnya.

"Bagus sekali, bagus sekali, makin bertambah rahasia makin baik lagi!". Wajah dari Sian Ceng Tootiang mendadak berubah menjadi sangat serius sekali, dengan sangat perlahan sekali ujarnya ."Inilah suatu petistiwa bersama antara golongan Pek to dan golongan Hek to didalam Bu lim, pinto didalam memikirkan akan hal ini telah menghilangkan sepuluh tahun lamanya, tetapi selalu ragu2 tak menentu, entah haruslah mengumumkan peristiwa ini didalam dunia persilatan ???. Ujar pemuda berbaju hijau itu lagi.

"Jika didengar dari perkataanmu itu, peristiwa itu tidaklah kecil pengaruhnya didalam Bu lim". Sahut Sian Ceng Toatiang.

"Bukan saja tidak kecil pengaruhnya di dalam dunia persilatan, bahkan sangat menggetarkan hati setiap orang". Tanya pemuda berbaju hijau itu dengan cepat.

"Urusan apa??? sehingga demikian penting dan beratnya". Sian Ceng Tootiang tidak memperdulikan pemuda berbaju hijau itu, sambii memejamkan sepasang matanya, dia berdiam diri tak berkata kata lagi. Tampak kulit pada wajahnya itu sedikit terlihat gemetar tak henti2nya, hal ini membuktikan didalam hatinya kini sedang merasakan pergolakan yang sangat hebat memikir peristiwa rahasia yang sulit entuk diturunkan didalam dunia kangouw. Sepasang alis dari pemuda berbaju itu sedikit terlihat berkerut,214 pada mututnya tersungging suatu senyuman yang sangat ringan, tetapi senyuman itu hanyalah terlihat sepintas lalu saja, dengan per lahan2 dia pun memejamkan sepasang matanya, dan duduk berdiam diri dengan tenangnya. Dua orang itu saling duduk berhadapan den memejamkan matanya, hal ini bertalian hingga seper minum teh lamanya. Mendadak Sian Ceng Tootiang mementangkan sepasang matanya, dengan suara yang sangat dalam ujarnya.

"Kita telah berkawan selama beberapa tahun lamanya, tetapi sampai kini pinto masih tetap tak mengetahui nama serta She dari saudara!". Pemuda berbaju hijau itu tetap memejamkan sepasang matanya, tetapi pada bibirnya sambil tersenyum sahutnya . Cayhe Jien Bu Sim adanya !". Sian Ceng Tootiang dengan seorang diri mengguman.

"Jien Bu Sim, Jien Bu Sim ------- Jien atau Kasai tetapi Bu Sim atau tak berhati, sungguh suatu nama yang sangat aneh sekali". Ujar pemuda berbaju hijau itu .

"Tootiang sebelum memasuki perguruan ini dan mengikuti agama To aku kira pastilah mempunyai nama serta She dari keluarganya, tetapi orang yang hidup pada saat ini ada beberapa orang yang mengetahui akan hal ini, kegunaan dari suatu nama tak lebih hanyalah suatu tanda saja, nama bagus atau jelek, mempunyai keanehan ditempat mananya--- ---"

Mendadak dia mementangkan sepasang matanya, lanjutnya lagi .

"Tootiang setelah termenung sangat lama aku kira pastilah telah mengingat kembali peristiwa yang telah lain lalu itu, Cayhe disini akan mendengar dengan cermat". Sian Ceng Tootiang termenung agak lama baru ujarnya lagi .

"Urusan ini bukanlan urusan yang sembarangan, satu patah perkataan jika diucapkan salah saja segera kemungkinan akan timbul suatu bencana banjir darah yang tak dapat dicegah lagi didalam dunia kangouw"

Ujar pemuda berbaju hijau itu .

"Apakah Tootiang telah menyesal ???". Sian Ceng Tootiang tertawa tawar, sahutnya "Urusan ini telah disimpan didalam hati pinto selama puluhan tahun lamanya, dan kini telah terasa agak kaku untuk dibicarakan keluar lagi, bukannya aku tidak ingin memberitahukan akan hal ini, hanyalah sukar sekali bagiku untuk mencari kata2 pembukaannya"

Ujar Jien Bu Sim.

"Cayhe percaya kalau mempunyai cara untuk membantu rahasia yang terpendam didalam hari Tootiang, entah dapatkah cayhe membantunya?"215 Se konyong2 Sian Ceng Tootiang menghela napas panjang2, ujarnya.

"Inilah suatu peristiwa yang terjadi pada tiga puluh tahun yang lain, pada saat itu, pinto masih belum menjabat sebagai ciangbunjien dari partai Bu-tong pay, pinto dengan mengikuti suhu melakukan perjalanan jauh menuju keatas gunung Kunlun San untuk menghadiri suatu pertemuan, orang2 yang hadir didalam pertemuan itu semuanya merupakan jago2 yang mempunyai nama serta kedudukan yang sangat tinggi didalam Bu lim waktu itu, berbicara mengenai ciangbunjin dari partai2 besar saja, selain suhu dari pinto, hanyalah cianghungjin dari Siauw-lim Pay saja, partai besar lainnya, apabila bukannya di wakili orang murid tertua dari partainya untuk menghadiri pertemuan tersebut, tentunya angkatan tua dan mempunyai kedududukan yang sangat tinggi didalam partainya, dan mewakili menghadiri pertemuan itu, perjamuan itu berlangsung selama tiga hari lamanya dan bubar dengan sangat gembira sekali, waktu pulangnya Ciangbunjin dari Siauw lim Pay berjalan ber sama sama dengan suhu menuju kearah Timur, pada suatu siang hari mendadak turun hujan yang sangat deras sekali, kami berjalan sebanyak empat orang meneduh dibawah sebuah karang gunung?' Jien Bu Sim agaknya mendengarkan dengan penuh perhatian, sinar matanya tak henti2nya memandang kearah Sian Ceng Tootiang, ketika mendengar ceritanya hingga meneduh dibawah sebuah karang gunung, mendadak potongnya.

"Diantara keempat orang itu selain Tootiang dengan suhu Tootiang. tentunya cianhbunjien dari partai Siauw lim Pay bukan? tetapi orang yang satunya lagi entah siapa?"

Sahut Sian Ceng Tootiang "

Pinto lupa untuk mengatakan dengan jelas, orang satunya lagi adalah murid kepala dari Siauw-lim pay, yaitu ciangbunjin dari partai Siauw lim Pay sekarang ini, Pek Jien Thaysu ".

Sahut Pemuda berbaju hijau itu.

''Kiranya demiklan adanya, lalu bagaimana ??? ".

Sian Ceng mengerutkan alisnya, lanjutnya.

"Dibawah dari karang gunung itu terdapat lagi sebuah goa batu yang ditutupi oleh pohon2 siong yang sangat pendek dan lebat. setelah memasuki bawah dinding gua itu barulah dapat melihat pintu dari gua itu, peraturan dari Siauw lim dengan Partai Butong Pay sangatlah keras sekali, Pek Jien dengan pinto sekalipun telah menemukan gua batu yang kecil itu, tetapi tidak berani membuka suara untuk memberitahukan menanti setelah suhuku menemukannya barulah dengan seorang diri dia berjalan memasuki gua kecil itu, tetapi siapa tahu suhu setelah memasuki selama seperminum teh lamanya tetap tak nampak dia keluar kembali, sekalipun didalam hati pinto menjadi sangat tidak sabaran tetapi berada di hadapan Tian Liong Thaysu mau tak mau pinto harus berpura-pura216 untuk tetap bersikap tenang, menanti lagi baberapa waktu lamanya, agaknya Thian Liong Thaysu juga merasa sangat heran sekali, dia bangkit berdiri dan memasuki kedalam gua kecil itu, tetapi siapa tahu begitu dia masuk ternyata juga tak terdengar kabar beritanya, pinto dengan Pek Jien Thaysu berturut-turut menanti beberapa saat kemudian, tetapi tetap tak mendapatkan berita sedikitpun juga, pada saat itu pinto dengan Pek Jien Thaysu telah tak dapat menahan sabar lagi, setelah berunding sejenak, bersama-sama berjalan memasuki gua kecil itu, tetapi siapa tahu begitu memasuki kedalam gua itu nampak suhu beserta Thian Liong Tbaysu semuanya telah menggeletak diatas tanah, sepasang matanya ditutup dengan sangat rapat, agaknya telah menemui kematiannya, ia terkejut pinto pada waktu itu tidaklah kecil, segera pinto membopong suhu keluar gua dan membantu melancarkan jalan darahnya, diatas jalan darahnya dengan perlahan diurut------", Potong Jien Bu Sim.

"Bagaimana dengan Thian Liong Thaysu dengan Pek Jien Thaysu ??". Siao Ceng Tootiang menghela napas panjang, sahutnya.

"Thian Liong dengan Pek Jien Thaysu jika dibandingkan dengan pinto bertindak keluar setindak lebih lambat, aku kira Pek Jien Thaysu mengadakan pertolongan terlebih dahulu didalam gua itu baru kemudian membopong Thian Liong Tbaysu keluar dari gua itu". Jien Bu Sim agaknya tidak menginginkan untuk memutuskan perkataan Sian Ceng Tootiang ditengah jalan, dengan tertawa tanyanya.

"Kemudian bagaimana ???". Sahut Sian Ceng Tootiang.

"Suhuku setelah sadar kembali hanya mengatakan sepatah kata saja memerintahkan aku mengirim pulang tubuhnya kemudian menutup matanya lagi, keadaan serta pemandangan pada waktu itu sungguh tak karuan sekali, dalam hati Pinto mrasa sangat kacau dan bimbang, kebiasaan dari suhu biasanya sangat keras sekali, setiap perkataan yang telah diucapken haruslah dijalankan tanpa berubah lagi dan tidak memperkenankan orang lagi, pinto begitu mendapat perintah dari suhu, segera menggendong tubuhnya dengan sekuat tenaga siang malam melanjutkan perjalanan pulang keatas gunung Bu tong San-----". Ujar Jien Bu Sim.

"Suhumu apakah tidak meninggalkan pesan2 yang lain kepada Tootiang?"

Sian Ceng Tootiang menghela napas panjang, ujarnya lagi.

"Begitu aku memasuki pintu kuil segera memerintahkan beberapa orang sute untuk berkumpul didalam kamar suhu, dan menantikan perintah selanjutnya, tetapi siapa tahu setelah menanti beberapa saat lamanya, tetap tak nampak suhu mendusin kembali, tetapi juga tidak putus napas, terus menerus tetap kempas kempis tak putus2nya".217 Jien Bu Sim mendadak mengedipkan sepasang matanya, ujarnya.

"Hal ini sungguh sangat aneh sekali"

Ujar Sian Ceng Tootiang "Pinto beserta beberapa orang sute melihat lama sekali tidak nampak suhu menjadi sadar kembali segera memutuskan untuk sambil menggunakan ilmu mengurut jalan darah untuk melancarkan jalannya darah didalam urat nadi suhu, sambil menggunakan obat mujarab dari partai Butong diberikan pada suhu, kedua hal ini di jalankan hanya mengharapkan ciang bunjin segera dapat menjadi sadar kembali---"

Berkata sampai disini mendadak dia berhenti berbicara, sedang pada wajahnya menampilkan suatu perasaan yang sangat menakutkan dan berduka sekali, dengan perlahan lahan dia memejamkan sepasang matanya.

Terlihat bahwa didalam hatinya kini sedang membayangkan kembali suatu kejadian yang sangat mengerikan dan menakutkan sekali, apabila dipikirkan kembali, dalam hatinya tanpa terasa menjadi sangat tak enek sekali.

Jien Bu Sim tahu bahwa didalam hati nya kini sedang timbul suatu getaran yang sangat hebat sekali, dan memejamkan sepasang matanya mengharapkan dengan mengatur pernapasan dan menenangkan pikirannya itu segera dapat menindas kembali pergolakan yang terjadi didalam hatinya, dia tidak menanyakan lagi dan mengawini dia duduk berhadapan.

Setelab lewat beberapa saat kemudian, barulah Sian Ceng Too tiang dengan perlahan mementangkan kembali sepasang matanya kembali, ujarnya lagi.

"Mungkin menunggu satu jam kemudian, pada saat itu adalah disuatu tengah malam yang sangat sunyi sekali, suhu mendadak sadar kembali dan bangkit berdiri, telapak tangannya mendadak melayang menghantam kearah pinto, menurut peraturan yang terdapat didalam Bu tong Pay kami, selamanya sangat keras sekali. kini nampak telapak tangan dari suhu telah berada didepan matanya, juga tidak berani untuk menghindarkan diri, tetapi bagaimanapun juga manusia masih membutuhkan suatu kehidupan, membuat pinto tanpa terasa telah menghindarkan diri dari serangan yang ditujukan kearah jalan darah penting didepan dada, pukulan itu dengan sangat tepat sekali telah mengenai bahu kanan pinto sehingga membuat dua buah tulang iga pinto menjadi patah seketika itu juga dan jatuh keatas tanah, untung aku tidak sampai ke hilangan kesadaranku, nampak sepasang mata suhu memancarkan sinar mata yang sangat aneh sekali bagaikan seorang yang telah gila dan kalap, dengan keras aku membentak beberapa orang suteku untuk dengan cepat mengundurkan diri, tetapi siapa tahu tetap telah terlambat satu tindak, dua orang sute telah berhasil dicengkeram urat nadinya, pada saat itu, sekalipun mereka telah berhasil mempelajari suatu ilmu kepandaian silat yang sangat tinggi tetapi tidak berani untuk218 turun tangan melawan, dengan hidup2 anggota badan mereka telah diputuskan oleh suhu dan dengan keras dihantam jalan darah pentingnya sehingga muntah darah tak henti hentinya, pinto pada saat itu mendapatkan bantuan dari Sian Seng Sute meloloskan diri dari bahaya kematian. Peristiwa yang demikian duka serta mengerikan itu sampai saat ini jika dipikirkan lagi membuat hati orang menjadi takut dan ngeri, sehingga merasa tak tenteram hatinya". Tanya Jien Bu Sim lagi .

"Bagaimana selanjutnya ?? ". Sahut Sian Ceng Tootiang .

"Pinto setelah mendapatkan bantuan dan pertolongan dari Sian Seng Sute sehingga lolos dari kematian, Sian Gwat, Sian Koang dua orang sute hatinya kuatir kalau sampai terjerumus dalam kegilaan serta kekalapan yang diderita oleh suhu itu, segera ikuti keluar dari ruangan dan mengunci ruangan tersebut ". Tanya Jien Bu Sim lagi "Dengan kepandaian silat yang dimiliki oleh suhumu itu, kedua belah pintu yang terbuat dari kayu itu bagaimana dapat menahan dia didalam ruangan ?? ". Sahut Sian Ceng Tootiang . Inilah suatu peristiwa yang sangat aneh dan mengherankan sekali, segala perubahan yang terjadi semuanya sukar untuk dipikirkan dan diduga terlebih dahulu, setelah suhu terkunci didalam ruangan itu, bukannya mendobrak pintu untuk keluar dari ruangan, malah sebaliknya melampiakkan seluruh kebenciannya keatas tubuh kedua orang sute yang sedang menderita luka dan berbaring diatas tanah, tubuh mereka menjadi hancur ber-keping keping dan menemui kematiannya di bawah sobekan2 yang dilancarkan oleh suhu, 41 === Hey---I walaupun seorang yang mempunyai dendam sakit hati sebagaimana dalamnyapun juga sukar untuk turun tangan sedemikian kejamnya, apalagi anak murid yang dididik oleh suhu sepuluh tahun lebih, aku dengan kedua orang sute dengan mata kepala sendiri melihat hal ini sungguh merasa sangat berduka dan bersedih sekali, tetapi orang yang menurunkan tangan jahat itu ternyata adalah suhu yang mendidik kami, pun merupakan seorang ciangbunjin dari satu partai besar, apabila turun tangan menolong, keadaan serta situasinya tentunya akan segera berubah menjadi suatu keadaan dimana suhu dan murid mengadakan pertempuran yang sengit dan mengerikan ------". Jien Bu Sim tiba2 memotong perkataannya, tanyanya .

"Suhumu Tootiang kini berada dimana!?? masihkab dia hidup didunia ini??? ". Sahut Sian Ceng Tootiang.219

"Sejak dahulu telah meninggal dunia?Hey, ! suhuku setelah menghancurkan tubuh kedua suteku sehingga berkeping-keping, seluruh kebencian yang terkumpul di dalam hatinya agaknya masih belum lenyap semuanya, achirnya dia menggigit putus lidahnya sendiri, dan menghancurkan batok kepalanya dan menemui ajalnya ----". Ujar Jien Bu Sim .

"Peristiwa ini selain ketiga orang sutemu itu, apakah tidak ada orang lain yang mengetahui lagi?? Sahut Sian Ceng Tootiang.

"Mereka hanya mengetahui kalau suhu mendadak berubah menjadi seorang yang tidak beres ingatanya, tetapi pengalaman sebagian dimukanya mereka tak mengetahui sedikitpun juga, sedang Pek Jien Thaysu sekalipun mengetahui kisah didepannya tetapi peristiwa suhuku membunuh mati muridnya sendiri yang terjadi dibelakangan ini dia juga tidak mengetahuinya sama sekali, pinto sendiri malah dari permulaan hingga akhir peristiwa mengikuti dengan mata kepala sendiri -----!"

Dia berhenti sejenak, tidak menanti Jien bu Sim membuka mulut bertanya lagi, dengan sendirinya dia meneruskan .

"Pinto dengan ketiga orang sute setelah berunding sebentar segera memutuskan untuk merahasikan peristiwa yang sangat mengerikan ini, dan menyembunyikan untuk menghindari mendapatkan ejekan2 yang di lontarkan pada partai Butong Pay, satu bulan kemudian, luka yang diderita oleb Pinto telah sembuh seluruhnya, dan menerima jabatan sebagai cangbunjien dari Bu tong Pay ini, pernah pinto mengundang beberapa jago berkepandaian tinggi dari partai kami untuk berangkat menuju ke goa batu waktu itu untuk memeriksanya, tetapi terlihat suasana serta keadaan ditempat itu tetap serupa saja, sedikitpun tidak melihat tempat2 yang mencurigakan, gua itu tak lebih hanyalah merupakan suatu gua batu yang biasa saja, terpaksa pinto menyembunyikan hal ini didalam hati, berturut turut telah lewat ber puluh2 tahun lamanya tak pernah membicarakan soal ini kepada orang kedua, ketiga suteku masih menganggap bahwa suhu mendadak telah menderita suatu penyakit yang sangat aneh sekali sehingga berubah menjadi seorang yang tidak beres ingatannya babkan menjadi kalap, tetapi setiap kali Pinto memikirkan akan hal ini, segera merasakan didalam hati terasa agak menjadi berat dan merasa tidak tentram, rahasia yang terkandung didalam hatiku itu bagaikan merupakan sebuah pedang yang sangat tajam menusuk didalam hatiku setiap malam, membuat Pinto menderita selama ber-puluh2 tahun lamanya, dan sukar untuk membicarakannya kembali----"

Jien Bu Sim agaknya terhadap peristiwa lalu yang mengerikan dan menyedihkan ini telah membangkitkan kegembiraan hatinya, segera tanyanya lagi .

"Pengalaman yang dialami oleh Thian Liong Thaysu aku kira220 pastilah menyerupai dengan apa yang dialami oleh suhu Tootiang ???". Ujar Sian Ceng Tootiang .

"Bagaimana dengan pengalaman yang di alami oleh Thian Liong Thaysu pinto sendiri juga tidaklah begitu jelas, tetapi Pek Jien Thaysu setelah kembali kekuil tidak sampai satu bulan lamanya telah menerima juga jabatan sebagai Ciangbunjin dari partai Siauw lim Pay seperti halnya dengan pinto sendiri - - -". Dia berhenti sejenak dan menghela napas panjang2, lanjutnya lagi.

"Didalam Tiga puluh tahun ini sekalipun pinto pernah berjumpa beberapa kali dengan Pek Jien Thaysu, tetapi dia agaknya mempunyai maksud untuk menghindarkan diri dengan pinto terpaksa tak berani ber tanya lebih banyak lagi untuk membuat orang lain menjadi serba salah ". Jien Bu Sim mendadak bangkit berdiri, sambil ujarnya. Dengan mendapatkan kepercayaan dari Tootiang kepada cayhe sehingga mau memberitahukan kepada cayhe mengenai peristiwa mengerikan yang terjadi pada puluhan tabun yang lalu yang selalu disembunyikan didalam hati Tootiang, aku disini mengucapkan sangat berterima kasih sekali ". Dia merangkap tangannya memberi hormat, kemudian lanjutnya lagi .

"Cayhe disini mohon diri, tiga bulan kemudian akan datang lagi keatas gunung Bu tong San untuk bermain catur lagi dengan Tootiang ". Sian Ceng Tootiang mendadak terlihat sikapnya telah berubah menjadi gembira lagi, ujarnya .

"Didalam hati pinto telah membunyikan banyak sekali rahasia, tentang peristiwa ini telah pinto ceritakan dengan sangat jelas sekali, maafkan kalau pinto tak ada ucapan lain lagi tentang peristiwa ini ". Jien Bu Sim tertawa, ujarnya.

"Lain kali kita akan berganti dengan taruhan yang lain saja ". Sepasang kakinya ditutulkan keatas tanah, dengan menerjang kearah pintu dia melayang keluar, tampak sebuah bayangan manusia berkelebat dan lenyap dari pandangan. Sian Ceng memandang bayangan tubuh dari Jien Bu Sim yang dengan cepat lenyap dari pandangan mata, setelah termenung agak lama, mendadak dia mengambil tongkat diatas meja dan dipukulkan keatas lonceng tembaga. Lonceng tembaga itu berbunyi tiga kali, dan mendengung tak henti2aja, suara lonceng itu belum berhenti berbunyi, tampak seorang toosu kecil yang sangat tampan sekali telah membuka tirai masuk kedalam, sambil merangkap tangannya memberi hormat, dia menundukan kepalanya menanti perintah. Dengan nada yang sangat rendah ujar Sian Ceng Tootiang .

"Cepat kau pergi memanggil Sian Seng, Sian Koang dua orang susiok ".221 Toosu kecil itu menyahut menerima perintah, didalam sekejab mata saja telah membawa dua orang Toosu berusia pertengahan yang memakai jubah berwarna hitam berjalan masuk kedalam ruangan yang mungil tersebut. Kedua orang itu bersama2 merangkap tangannya, sambil membungkukan diri memberi hormat ujarnya kepada Sian Ceng Tootiang.

"Ciangbun subeng mempunyai perintah apa ???". Sahut Sian Ceng Tootiang sambil tersenyum .

"Hampir setahun lamanya tidak bertemu dengan kalian berdua sute". Tootiang berusia agak tua yang berdiri disebelah kiri mendadak maju dua langkah kedepan sambil membungkukkan diri memberi hormat ujarnya .

"Siauw te berguna untuk menahan serangan musuh tangguh sehingga mengganggu ketenangan dari suheng, kini mobon diberi hukuman ". Sambil tertawa sahut Sian Ceng Tootiang.

"Orang yang datang adalah Tang Loo thay yang mempunyai nama yang sangat terkenal didalam dunia kangouw, sute tak berhasil menahan dirinya, juga tak dapat dikatakan telah kehilangan muka". Mendadak dia menghela napas dengan perlahan, ujarnya lagi .

"Kalian berdua sute silahkan duduk, pinto mempunyai suatu urusan yang sangat penting sekali yang hendak dirundingkan dengan kalian berdua". Kedua orang itu adalah Sian Seng serta Sian Kaong yang merupakan salah satu dari Bo-tong Shu Loo, kedua orang itu saling bertukar pandangan sejenak keudian ber sama-sama berkata .

"Ciangbun suheng mempunyai perintah apa silahkan untuk memberitahu kepada kami, tentang berunding dua kata kami sekalian mana berani untuk menerimanya ". Sian Ceng dengen perlahan-lahan mengalihkan pandangannya keatas tubuh Sian Seng Tootiang, ujarnya kemudian .

"Kalian berdua sute apakah mengetahui mengapa pinto menjalankan semedi selama setahun lamanya ?? "

Hati dan sifat Sian Seng paling jujur dan selamanya tak dapat untuk berpikir panjang, mendengar pertanyaan ini tanpa terasa dia menjadi tertegun, sambil mementang mulutnya lebar2, dia berdiam diri tak sepatah katapun yang keluar dari mulurnya yang terbuka itu.

Sian Koang Tootiang sambil mengelus jenggotnya dia termenung sejenak kemudian ujarnya .

"Suheng apakah dikarenakan jurus serangan "

Hwee Thian Sam Cau atau tiga jurus langit berputar dari ilmu pedang Thay-khek Hwie Kiam Hoat ???-,222 ******** ** BAGIAN KETIGA BELAS ** Dengan nada yang serius sahut Siao Ceng Tootiang .

"Sute hanya menebak betul separuh bagian saja-----"

Dia mendongakkan kepalanya, sambil menghela napas panjang ujarnya.

"Kekacauan didalam dunia kargouw kini telah hampir tiba, ketenangan yang terjadi didalam Bu-lim selama berpuluh- puluh tahun ini, tidaklah lebih hanya merupakan suatu ketenangan disaat akan terjadinya suatu hujan badai yang sangat hebat didalam Bu-lim, Hey ? ? ?! Hujan badai menerjang keatas loteng yang indah, kematian yang dialami oleh Tiongoan Shu Cincoe kini telah tersebar luas diseluruh dunia kangouw yang sekaligus merupakan tanda bahaya pula bagi jago2 dari seluruh dunia persilatan, mulai saat ini juga, didalam dunia kangouw segera akan terjadi suatu kancah pertempuran yang sangat mengerikan sekali bahkan sampai terjadinya darah segar membanjiri bumi ????". Agaknya dia merasa bahwa perkataan yang baru saja diucapkan itu terlalu berlebihan, sukar sekali untuk dipahami oleh orang lain, sedang dirinyapun tidak mempunyai daya untuk secara keseluruhan memberikan sebab2nya serta akibatnya kemudian, dengan panjang dia menghe!a napas, persoalannya segera dialihkan, ujarnya lagi .

"Pada saat Sian Gwat Sute meninggalkan gunung, apakah pernah memberitahukan kepada kalian berdua sute??? ". Sahut Sian Seng Tootiang .

"Pada saat Sian Gwat Subeng meninggalkan gunung, dia hanya memberitahukan kepada pinto bahwa ada urusan yang sangat tergesa- gesa sekali sehingga harus turun gunung melakukan perjalanan, tetapi tidak pernah mengatakan kapan akan kembali keatas gunung lagi ! ". Sian Ceng memejamkan matanya berpikir keras beberapa saat, kemudian ujarnya lagi.

"Kemungkinan sekali Sion Gwat sute kini telah terjebak didalam keadaan antara hidup dan mati ----". Sian Seng, Sian Koang Tootiang bersama sama menjadi sangat terkejut, ujarnya "Perkataan suheng baru2 ini bagaimana dapat diucapkan ???". Dari sepasang mata Sian Ceng Tootiang memancarkan sinar mata yang sangat tajam sekali, ujarnya kemudian223

"Aku hanyalah mempunyai perasaan sertai dugaan seperti itu, Hey- ----! Hanyalah dapat disalahkan aku terlalu memandang rendah urusan sehingga ternyata tidak mengadakan pencegahan sebelumnya, untuk urusan ini cepat atau lambat, aku haruslah mengadakan perjalanan turun gunung satu kali -------"

Sinar matanya dengan per-lahan2 diatas wajah kedua orang itu, kemudian lanjutnya lagi.

"Perjalanan kami ini kemungkinan akan terjadi perubahan apapun, dengan kekuatan yang dimiliki pinto sekarang ini aku kira tidaklah cukup untuk mengatasinya, Sian Koang sute harap mengikuti pinto di dalam perjalanan ini, sedang urusan mengenai dalam kuil untuk sementara diwakilkan kepada Sian Seng Sute -------"

Dengan cepat ujar Sian Seng Tootiang.

"Kecerdasan dari Siauw te sangat tipis sekali, aku kira sukar sekali untuk memikul tugas yang demikian beratnya itu".. Sian Ceng Tootiang tertawa tawar, sahutnya .

"Tentang hal ini aku telah mempunyai pikiran yang masak, Sian Seng sute tak usahlah menolak lagi -----"

Sinar matanya beralih keatas wajah Sian Koang Tootiang, ujarnya lagi.

"Sian Koang Sute cepatlah kau meringkas sedikit barang2 serta pakaian, kita segera akan berangkat mengadakan perjalanan. Sian Koang bersiap akan membuka mulut tetapi tak jadi, dengan cepat dia memutar tubuhnya dan mengundurkan diri. Sejenak kemudian Sian Koang Tootiang dengan cepat dan tergesa gesa telah kembali lagi kedalam ruangan mungil itu. Pada saat ini, dia telah berganti dengan sebuah jubah berwarna hijau, rambutnya digulung tinggi dan memakai kaus berwarna putih, pada punggungnya menyoren sebilah pedang, sedang kakinya memakai sepatu dari rumput, sambil merangkap tangannya memberi hormat kepada Sian Ceng Tootiang ujarnya.

"Siauw-te telah selesai mempersiapkan diri, hanya menanti perintah selanjutnya dari suheng untuk segera melakukan perjalanan". Sian Ceng Tootiang tersenyum, sahutnya "Kita segera berangkat kini juga". Tubuhnya meloncat menyambar sebilah pedang panjang yang tergantung diatas dinding, melajang keluar dari ruangan yang indah tersebut. Sian Seng membungkukkan tubuhnya menghantar, sambil dengan keras teriaknya.

"Bu Liang-So-Hud ! Suheng, sute ditengah perjalanan semoga selalu selamat, dan dengan cepat menemukan kembali jejak dari Sian Gwat suheng".224 Dari tempat kejauhan terdengar berkumandang datang sebuah suara yang sangat ramah sekali dari Sian Ceng Tootiang.

"Sute hati2lah menjadi kuil Sam Yuan Koan -----"

Suara itu dengan cepat berlalu dan makin lama makin kecil suaranya dan akhirnya lenyap dari pendengaran.

Tiga hari setelah berlalunya dua orang jago berkepandaian tinggi yang tak pernah berlalu dari kuil Sam Yuan Koan itu, dibawah puncak gunung Siong San, diluar kuil Siauw lim sie yang sangat terkenal didalam dunia kangouw itu muncul seorang pemuda berbaju hijau yang mempuujai wajah sangat tampan sekali.

Kuil Siauw Lim Sie yang sangat angker itu, baru2 ini mendadak mulai diadakan dengan suatu penjagaan yang sangat ketat dan keras sekali, diluar kuil maupun didalam kuil penuh diliputi oleh penjaga2 yang baik berjaga secara terang2an maupun secara menggelap, suhgguh2 keras sekali penjagaannya, sekalipun seekor burung juga sukar sekali untuk terbang masuk.

Pemuda berbaju hijau baru saja berada diluar kuil Siauw-lim Sie kira2 sepuluh li, telah diketahui oleh penjaga yang diatur disekitar kuil maupun yang disebarkan dijalan-jalan menuju kearas kuil, dengan cepat berita dikirim dan membunyikan tanda bahaya.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Oleb karena itu, ketika pemuda itu sampai diluar kuil Siauw-lim Sie, segera terlihat tiga orang Hweesio yang memakai pakaian Lhasa dan membawa sebuah toya dengan berdiri sejajar menyambut didepan kuil Siauw lim Sie tersebut.

Hweesio yang ditengah dan baru ia kurang lebih lima puluhan dengan sangat angker berdiri tegak, dari matanya memancar keluar sinar yang sangat tajam, hal ini membuktikan kalau hweesio tersebut memiliki tenaga dalam yang sangat sempurna.

Pemuda berbaju hijau itu ketika sampai diluar kuil Siauw-lim Sie pada jarak empat-lima kaki, mendadak memperlambat langkah kakinya, setelah memandang sejenak kearah ketiga orang hweeshio itu dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan kearah depan.

Hweesio yang berdiri ditengah itu tiba2 mengucapkan kata2 pujian kepada Buddha dengan nyaring, sedang tangan kirinya diletakkan didepan dadanya sambil ujarnya.

"Omintohud ! Sicu silahkan". Pemuda berbaju hijau itu tertawa tawar, sambil merangkap tangannya memberi hormat sahutnyaa .

"Terima kasih tiga orang Thaysu menyambut dari jauh ". Ketiga hweesio itu bersama sama menjadi tertegun, tetapi didalam sekejab saja telah berubah kembali menjadi tenang. Hweesio tua yang berdiri ditengah itu mendadak tersenyum, ujarnya .

"Jika didengar dari perkataanmu itu, sicu memangnya mengandung225 maksud tujuan datang kemari, entah mempunyai urusan apa ?? ". Dari sepasang mata pemuda berbaju hijau itu memancarkan sinar yang sangat tajam sekali, setelah menyapu sekejab kearah ketiga orang hweesio itu sambil tertawa sahutnya dengan tenang .

"Cayhe hendak menemui Pek Jien Thaysu!". Hweesio tua yang berdiri ditengah itu se-konyong2 maju dua langkah kedepan, tanyanya .

"Entah siapakah nama dari sicu ???". Sahut pemuda berbaju hijau itu .

"Cayhe Jien Bu Sim, sebutan "Thaysu -------". Hweesio tua yang berdiri ditengah itu tertawa ringan, sahutnya .

"Loohu Pek Jien !". Ujar Jien Bu Sim lagi.

"Harap Thaysu mau memberitahukan kepada Pek Jien Thaysu katakanlah cayhe mempunyai urusan hendak bertemu sejenak dengan dia ". Sahut Pek Jen Thaysu .

"Ruangan kuil sangat luas sekali tak ada tamu yang tak disambut, hanya sayang sicu datangnya terlalu tidak tepat waktunya". Sepasang mata Jien Bu Sim memancarkan sinar mata yang sangat tajam sekali, ujarnya.

"Bagaimana tidak tepat waktunya ?". Sahut Pek Jen Thaysu .

"Pek Jien suheng kini sedang tidak enak badannya, tak dapat menemui tamu terhormat ". Sepasang alis Jien Bu Sim dikerutkan, sedang dari matanya memancarkan sinar yang sangat tajam sekali, sambil tertawa dingin ujarnya .

"Apabila cayhe pasti ingin menemul bagaimana ?". Pek Jen Thaysu tertawa besar, sahutnya.

"Jago2 berkepandaian tinggi dari dunia kangouw siapa yang berani dengan demikian rendahnya memandang ringan kepada Siauw lim Sie, Loohu sungguh tak dapat memikirkan siapa saja ?". Ujar Jien Bu Sim.

"Jika cayhe lihat, perkaraan dari thaysu itu bukankab terlalu dibesar-besarkan dari kenyataan !". Wajah dari Pek Jen Thaysu berubah hebat, sahutnya .

"Perkataan yang diucapkan sicu lebih baik berhati hati sedikit, Loohu selamanya tidak suka bergurau dengan orang lain ". Jien Bu Sim dengan langkah yang sangat perlahan berjalan kedepan, pada bibirnya tersungging suatu senyuman yang mengejek, tetapi sikap serta gerak geriknya sangat gagah sekali, bagaikan tak pernah terjadi sesuatu kejadian apapun. Wajah Pek Jen Thaysu berubah menjadi sangat keren, sepasang226 matanya memandang tajam keatas wajah Jien Bu Sim, dengan nada yang berat bentaknya. ''Sicu harap menghentikan langkahnya, apabila tetap hendak dengan kekerasan menerjang masuk kedalam kuil, janganlah menyalahkan Loo hu kalau kurang hormat ". Sahut Jien Bu Sim dengan tawar .

"Thaysu merupakan seorang pendeta beribadat, aku kira pastilah tidak menyukai urusan menggerakkan senjata tajam !". Ujar Pek Jen Thaysu lagi .

"Untuk menjaga nama baik dari pada kuil Siauw lim Sie, Loohu mau tak mau harus menggerakkan toya ditanganku ini, kecuali kalau sicu pada saatnya segera mengundurkan diri ". Ujar Jien Bu Sim dengan kukuh.

"Kuil Siauw-lim Pay ini thayhe pasti akan memasukinya, dan Pek Jien Thaysu pun pasti akan menemuinya, hanyalah tidak ingin sampai bergerak dengan pendeta yang beribadat tinggi--- . Dia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lagi .

"Apakah kecuali harus bergebrak, tak ada cara lain untuk dipikirkan lagi ???". Sikapnya yang tidak lemah maupun tidak keras ini membuat Pek Jien Thaysu menjadi bingung tak karuan, entah bagaimana baiknya, setelah berpikir keras sejenak, baru ujarnya . Jien sicu mempunyai pendapat apa ?? mengapa tak kau katakan keluar, sehingga membuka pikiran Loohu yang picik ini". Sambil tertawa ujar Jien Bu Sim.

"Kita bertaruh sabentar bagaimana ?? cayhe apabila telah mengalami kekalahan, segera akan balik tubuh pergi dari tempat ini, tetapi apabila thaysu yang mengalami kekalahan, harap memhawa caybe untuk menemui Pak Jien Thaysu -----". Pek Jien Thaysu menggelengkan kepalanya, sahutnya. Hanya sayang Loohu tidak diperkenankan untuk bertaruh macam apapun juga!". Ujar Jien Bu Sim lagi.

"Cara berjudi ber-macam2, mengapa harus mengikuti aturan yang seharusnya, sekalipun anak kecil yang berusia tiga tahunpun telah dapat melakukan pertaruhan!". Pek Jen Thaysu menjadi tertegun, tanyanya. Sebenarnya harus bertaruh macam apakah ??? ". Sahut Jien Bu Sim dengan tenang .

"Taruhan adalah cayhe yang memutuskan, sedang caranya adalah thaysu yang menetapkan, bertaruh didalam permainan Khiem, catur, sajak, atau menggambar, menyanyi atau bersyair, ataupun pertandingan didalam Boen maupun Boe, asalkan merupakan hal yang tidak melanggar segala macampun boleh ditaruhkan ".227 Pek Jen Thaysu mendengar perkataan yang diucapkan itu terlalu membual, tanpa terasa semangatnya timbul dengan menyala nyala, segera dia tertawa besar, ujarnya.

"

Ucapan Jien sicu demikian hebatnya aku kira tak ada satupun yang Jien sicu tidak mengetahuinya ! ". Sambil tertawa sahut Jien Bu Sim .

"Asalkan thaysu dapat mengajukan pertanyaannya, cayhe bagaimanapun akan tetap mengiringinya ". Ujar Pek Jien Thaysu .

"Loohu apabila akan bertanding didalam hal ajaran Buddha dengan sicu, hal ini aku kira terlalu sukar, sicu kalau memangnya sedikitpun tidak memandang pada pihak Siauw-lim, aku kira pastilah memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi, kita orang2 yang belajar kepandaian silat, aku kira lebih baik mengadakan pertaruhan dengan kepandaian masing2 saja ! ". Sahut Jien Bu Sim "Asalkan tidak turun tangan sendiri bergebrak sehingga mangakibatkan mengalirnya darah ditempat ini sehingga menimbulkan suasana yang mengerikan, cayhe selalu akan mengikuti terus ". Sahut Pek Jen Thaysu .

"Sungguh bagus sekali, perkataan dari Jien sicu sungguh sangat tepat sekali, membuat pinceng sangat kagum sekali?". Dia berhenti sejenak, sinar matanya berputar memandang kearah dua buah pohon Siong yang mempunyai keliling yang sangat besar sekali dan tumbuh beberapa kaki dari tempat itu, lanjutnya lagi.

"Pinceng akan didalam tiga kali pukulan membuat pohon siong yang tumbuh disebelah kiri itu patah menjadi dua"

Diam2 dia mengerahkan tenaga dalamnya yang disalurkan kedalam telapak tangannya dan melancarkan serangan dengan sangat hebat sekali.

Angin pukulan itu dengan cepat mengenai diatas pohon siong, tampak batang dan daun dari pohon tersebut bergoyang sedikit, bagaikan sebuah angin kencang yang bertiup saja sehingga miengakibatkan goyangnya batang dan daun2 tersebut.

Pek Jien Thaysu menoleh memandang sekejab kearah Jien Bu Sim, tangan kanannia didorong kedepan lagi melancarkan satu kali serangan dahsyat.

Sekarang kali ini agaknya jauh lebih lemah lagi, sampaipun batang dan daun2 itu bergerak sedikitpun tidak, Jien Bu Sim tertawa tawar, sahutnyaa.

"Tenaga pukulan dari Kiem Kong Clang yang dimiliki Thaysu sungguh sangat sempurna sekali"

Pek Jen Tlaaysu menjadi tertegun, dengan perlahan lahan dia mengangkat tangan kanannya, dan mendorong dari depan dadanya.228 Serangan ini gerakannya sangat perlahan sekali, wajahnya berubah menjadi merah padam.

Terdengar suara getaran yang sangat keras sekali, pohon siong yang besar dan kasar itu mendadak patah menjadi dua bagian dan roboh keatas tanah dengan di-iringi oleh suara yang memekikan telinga.

Jien Bu Sim memandang sekejab ke arah pobon siong yang patah menjadi dua itu, sambil tertawa ujarnya.

"Tenaga pukulan dari Thaysu memang sangat hebat sekali, hanya sayang harus ber turut2 melancarkan tiga kali serangan baru berhasil apabila didalam satu kali serangan saja telah berhasil menggetarkan pohon siong itu sehingga basah menjadi dua bagian, waktu itulah baru dapat memperebutkan kejantanannia dengan jago berkepandaian tinggi didalam dunia persilatan"

Pek Jien Thaysu mengerutkan alisnya ujarnya.

"Jien sicu cukup apabila dapar berbuat seperti apa yang dilakukan barusan ini, pinceng segera akan mengaku kalah". Jien Bu Sim tertawa sahutnya.

"Thaysu merupakan seorang pendeta yang beribadat tinggi, setiap perkataan yang telah diucapkan akan dianggap sangat berharga sekali, cayhe sangat mempercayainya". Pek Jien thaysu memandang sekejap kearah Jien Bu Sim, diam2 pikirnya. Orang ini baru berusia kurang lebih dua puluh tahunan saja, sekalipun mendapat petunjuk dari guru yang pandai, dan sejak dilahirkan telah mulai melatih ilmu silat, juga tak lebih hanya berhasil melatih tenaga dalamya hingga kurang lebih dua puluh tahunan saja, apakah dapat dikata tenaga dalam yang dimilikinya itu dapat jauh melebihi tenaga dalam yang aku miliki". Pikirannya menjadi tergerak, dengan cepat ujarnya.

"Jien sicu lebih baik segera turun tangan saja, apabila sungguh2 dapat memenangkan pinceng sehingga berhasil mematahkan pohon siorg satunya itu, pinceng akan menerima hukuman untuk menghantar kau pergi menemui ciangbun subeng----". Jien Bu Sim agaknya hanya menanti ucapan tersebut, tubuhnya mendadak berputar dengan sangat cepat sekali dan memukul kearah pohon siong tersebut, sedang pada mulutnya dia tertawa besar, ujarnya .

"Cayhe percaya kalau perkataan yang di ucapkan oleh thaysu tidak akan berbobong. Perkataannya belum selesai diucapkan, terdengar suara getaran yang sangat besar itu mendadak roboh jatuh keatas tanah. Pek Jen Thaysu bagaikan mendadak mendapatkan pukulan yang sangat dahsyat, dengan termangu mangu dia berdiri mematung disana, sedang sinar matanya tak henti2nya berputar dari pobon siong yang tumbang itu beralih keatas wajah dari Jien Bu Sim, hal ini229 memperlihatkan kalau hatinya telah digetarkan oleh tenaga dalam yang sempurna dari Jien Bu Sim, dan hatinya merasa sangat terperanjat sekali. Jien Bu Sim mendongakkan kepalanya memandang sekejab kearah cuaca, sambil tertawa ujarnya.

"Thaysu, cayhe harus sebelum matahari terbenam meninggalkan tempat ini untuk memenuhi suatu perjanjian--- Pek Jen Thaysu menghela napas panjang2, ujarnya.

"Kekuatan pukulan telapak tangan yang dilancarkan oleh Jien sicu, pinceng selamanya belum pernah menemuinya---"

Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya lagi.

"Sicu harap menanti disini sebentar, pincang segera akan memerinrah orang untuk masuk memberikan laporan"

Tangannya digapai, seorang hweesio dengan langkah yang lebar berjalan mendatangi, dengan nada yang rendah Pek Jen Thaysu mengucapkan beberapa patah kata tampak hweesio itu dengan cepat memutarkan tubuhnya berjalan pergi, Pek Jen Thaysu segera membalikan tubuhnya sambil merangkap tangannya didepan dada memberi hormat, ujarnya.

"Sicu silahkan! Jien Bu Sim tidak sungkan2 lagi, dengan langkah yang lebar berjalan memasuki kedalam kuil itu. Setelah memasuki pintu kuil Siauw Lim Sie yang sangat angker itu, terlihat sebuah taman yang sangat luas sekali dimana tumbuh berbagai macam bunga dan pepohonan, empat orang hweesio berbaju hitam terbagi menjadi dua bagian menjaga disamping, melihat Pek Jen Thaysu berjalan mendatangi, segera merangkap tangannya sambil membungkukkan dirinya memberi hormat. Kedudukan serta tingkatan Pek Jen Tbaysu didalam kuil Siauw-lim Sie itu agaknya sangat tinggi sekali, keempat orang hweesio itu terus menundukkan kepalanya dan berdiri tegak, menanti setelah kedua orang itu berjalan agak jauh barulah mendongakan kepalanya kembali. Kedua orang itu dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan melalui pepohonan yang tumbuh ditempat itu, sepatah katapun tak diucapkan keluar. Pada saat mereka melanjutkan perjalanannya, tampak dua orang hweesio kecil berjalan berbareng datang mendekat, gerakan dari kedua orang itu sangat cepat sekali, didalam sekejap mata saja telah berada dihadapan kedua orang itu, bersama-sama merangkap tangannya didepan dada, sambil membungkukan diri memberi hormat ujarnya terhadap Pek Jen Thaysu .

"Tocu menerima perintah untuk menyambut kedarangan tamu terhormat ". Pek Jen Thaysu memalingkan wajahnya memandang kearah Jien Bu Sim sambil ujarnya .230

"

Kedua orang ini semuanya merupakan murid2 yang melayani keperluan ciangbunjin, Jien sicu silahkan mengikuti mereka ! "Pinceng dengan ini memohon diri ". Jien Bu merangkap tangannya, sahutnya .

"Melelahkan Thaysu saja ! ". Wajah Pek Jen Thaysu berubah menjadi sangat keren, setelah merangkap tangannya membalas hormat, dengan cepat dia putar tubuhnya dan berjalan pergi. Kedua orang hweesio kecil itu bersama sama mendongakkan kepalanya, setelah memandang sekejab kearah Jien Bu Sim ujarnya .

"Sicu harap memaafkan kami berjalan terlebih dahulu membuka jalan ". Sehabis berkata dia putarkan tubuhnya dan berjalan pergi. Sifat serta gerak gerik dari Jien Bu Sim sebenarnya sangat dingin, sudah tentu tidak sampai dipikirkan dalam hatinya, malah sebaliknya terhadap kedua orang hweesio kecil yang usianya sangat muda itu dimana telah mempunyai sifat yang begitu dinginnya, merasa sangat memuji sekali. Setelah melewati jalan diantara pepohonan itu, sampailah mereka dimuka sebuah halaman kuil yang sangat bersih dan sunyi. Terlihat serentetan tembok berwarna merah mengelilingi sebuah bangunan yang sangat bersih, dua buah pintu yang terbuat kayu pohon siong dan berwarna putih setengah terbuka. Hweesio kecil yang berdiri disebelah kiri itu dengan perlahan mendorong pintu kayu itu sambil menoleh memandang Jien Bu Sim ujarnya .

"Sicu harap menanti sesaat ditempat ini!"

Dengan langkah yang lebar dia berjalan memasuki pintu itu.

Hweesio kecil yang berdiri disebelah kanan itu dengan kencang berdiri disisi tubuh Jien Bu Sim, agaknya dia sedang mengawasi segala gerak geriknya.

Hweesio kecil itu sekalipun usianya masih sangat muda, tetapi wajahnya terlihat sangat dingin kaku, sepasang alistnya sangat hitam, sedikitpun tidak menampakkan rasa welas kasihnya.

Jien Bu Sim serelah memandang sekejab kearah hweeshio kecil itu, dia mendongakan kepalanya memandang mega putih yang melayang dengan perlahan diangkasa.

Sejenak kemudian, hweesio kecil itu sekali lagi berjalan mendatangi, sambil ujarnya "Suhu menanti kedatangan tamu diruangan semedi, harap sicu masuk kedalam ruang semedi untuk berbicara"

Jien Bu Sim juga tidak mengucap kata2 lagi,dengan langkah yang sangat cepat berjalan masuk kedalam ruangan.

Mengikuti jalan kecil yang terbuat dari batu putih dan mengitari231 sekumpulan bunga, sampailah Jien Bu Sim diatas tangga batu kini berdiri didepan sebuah ruangan semedi yang sangat sunyi sekali.

Sebuah ruangan yang sangat luas sekali terbentang dihadapan matanya, tampak seorang pendeta tua yang mempunyai wajah berwarna merah, dan jenggot yang sangat panjang duduk bersila ditempat itu.

Jien Bu Sim dengan perlahan berbatuk ujarnya.

"Loo thaysu silatkan!"

Dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan memasuki ruangan tersebut. Sepasang mata dari Hweesio tua yang di pejamkan itu mendadak dibuka dan memandang sejenak kearah Jien Bu Sim sambil merangkap tangannya, sahutnya.

"Sicu silahkan duduk!"

Jien Bu Sim tertawa tawar, ujarnya.

"Mengganggu kesunyian dari thaysu--"

Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya lagi .

"Tamu tak diundang datang mengunjungi, masih mengharapkan Thaysu mau memaafkan diri cayhe". Hweesio tua berwajah merah itu meletakan tangannya didepan dada, sahutnya .

"Pinceng, Pek Jien. Entah sicu She apa ???". Sahut Jien Bu Sim dengan perlahan.

"Cayhe Jien Bu Sim!". Tanya Pek Jien Thaysu lagi.

"Jien sicu entah mempunyai tujuan apakah datang kemari ??". Sahut Jien Bu Sim.

"Cayhe datang karena urusan Thian Liong thaysu-----"

Mendadak sambil tertawa dia menutup mulutnya. Pek Jien Thaysu bagaikan mendadak mendapatkan pukulan yang sangat hebat, perasaannya menjadi bergolak, sambil bangkit membungkukkan tubuhnya ujarnya.

"Jien Sicu silahkan duduk!". Jien Bu Sim menganggukkan kepalanya sambil tersenyum, dan tanpa sungkan2 lagi duduk diatas kursi kayu yang terdapat disisinya itu. Ujar Pek Jien Thaysu lagi.

"Thian Liong Thaysu adalah suhu pinceng, telah lama wafat, kini Jien sicu mendadak menyebut nama suhuku. membuat pinceng tak mengerti!". Sambil tertawa sahut Jien Bu Sim!.

"Hanya sayang seorang pendeta berkepandaian tinggi telah menemui kematiannya dengan demikian mengenaskann!"

Pek Jien Thaysu menjadi tertegun, sepasang matanya memandang terpesona ke arah Jien Bu Sim, setelah memandang sejenak baru sambil tertawa tanyanya.232

"Sicu ini tahun entah telah berusia berapa tahun ???". Sahut Jien Bu Sim.

"Terima kasih atas pertanyaan dari Thay su itu, cayhe sungguh malu untuk mengatakannya keluar!". Jawabannya sekalipun kelihatannya sangat halus dan menghormat sekali, tetapi sebenarnya menggunakan kesempatan ini untuk memutarkan persoalan sebenarnya. Pek Jien Thaysu tersenyum, ujarnya .

"Suhuku telah wafat selama puluhan tahun lamanya, aku kira jika dibandingkan dengan usia Jien sicu sekarang ini jauh lebih tinggi lagi ?? ???". Wajahnya mendadak beruBah menjadi keren, dengan sangat dingin ujarnya . Jien siCu mendadak datang kemari, dan menyebutkan nama dari suhuku, aku kira pastilah telah mendapat petunjuk dari orang yang berkepandaian tinggi untuk datang kemari Jie Bu Sim tertawa tawar, sahutnya.

"

Thaysu terlalu tegang saja, caybe dari ribuan li jauhnya datang kemari, didalam perjalanan telah menderita rintangan yang banyak sekali, thaysu ternyata sampaipun teh juga tidak disuguhkan, apakah beginilah caranya menyambut kedatangan tamu ??? ".

Pek Jien Thaysu dengan perlahan-lahan bangkit berdiri, dengan nada yang keras teriaknya kearah luar .

"
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suguhkan the!"

Terdengar diluar pintu ruangan itu suara yang menyahut, seorang hweesio kecil dengan membawa cawan teh berjalan masuk, diatas nampan yang dibuat dari pohon siong itu terletak secawan teh wangi yang ber warna hijau.

Jien Bu Sim mengulurkan tangannya mengambil cawan teb tersebut, hweesio kecil itu segera membungkukkan tubuhnya memberi hormat dan mengundurkan diri dari ruangan tersebut.

Pek Jien Tbaysu dengan per lahan2 duduk kembali, dan memejamkan sepasang matanya.

Ruangan itu kembali menjadi sunyi senyap tak terdengar suara sedikitpun juga tamu ataupun majikan sama2 berdiam diri tak ber kata2.

Hal ini berlangsung terus hingga selama seperminuman teh lamanya, Pek Jien Thay su agaknya tak dapat bersabar lagi, sambil mementangkan sepasang matanya, ujarnya.

"Maksud kedatangan dari Jien sicu sungguh membuat pinceng sulit untuk menduganya---"

Mendadak dia merendahkan suaranya, lanjutnya.

"Didalam ruangan ini selain pinceng seorang, tak terdapat lagi orang2 sicu apabila mempunyai pendapat, tak usah sungkan2 untuk dibicarakan!"233 Jien Bu Sim tersenyum, sepasang matanya memancarkan sinar yang sangat tajam sekali, sahutnya. Caybe merupakan orang luar, tidak menginginkan untuk menanyakan urusan yang menyangkut urusan dalam kuil, aku hanya ingin meminjam suatu benda dari Thaysu, apabila diijinkan, segera cayhe akan mohon diri!"

Pek Jien Taysu menjadi ragu2 unzuk sesaat, tanyanya.

"Entah sicu hendak meminjam benda apa?"

Sahut Jien Bu Sim.

"Toya yang digunakan Thian Liong Tay su waktu masih hidupnya!"

Wajah Pek Jien Taysu berubah hebat, ujarnya.

"Barang peninggalan dari suhuku almarhum, bagaimana dapat dipinjamkan kepada orang lain dengan demikian mudahnya!"

Sambil tertawa sahut Jien Bu Sim.

"Meminjamkan atau tidak meminjamkan, hal itu seluruhnya tergantung Thaysu yang memutuskan!"

Pek Jien Thaysu mendadak mengebutkan jubahnya sambil bangkit berdiri, dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan mendekati kearah Jien Bu Sim, pada alisnya berkelebat suatu hawa pembunuhan, hal ini membuktikan kalau kegusarannya telah makin memuncak.

Wajah dari Jien Bu Sim tetap dingin kaku, sepasang matanya memancarkan sinar yang tajam, dengan per lahan2 diapun bangkit berdiri.

Pek Jien Thaysu terus mendesak hingga didepan tubuh Jien Bu Sim, dengan dingin tanyanya.

"Sebenarnya kau datang kemari atas petunjuk dari siapa, cepat kau katakan, janganlah sampai menimbulkan kegusaran pinceng sehingga mengakibatkan kau sukar untuk keluar dari ruangan ini satu tindakpun!"

Sahut Jien Bu Sim dengan tenang.

"Orang yang datang tak akan takut, demikian pula dengan cayhe, apabila cayhe merasa takut, juga tak berani dengan seorang diri mendatangi kuil Siauw lim Sie ini-----"

Pek Jien Tnaysu mengebutkan ujung jubahnya, jari tengah dan jari telunjuk dari tangan kanannya ditegangkan, dengan per lahan2 diangkat keatas sambil ujarnya.

"Jien sicu apakah pernah mendengar ilmu Kiem Kong Cie Kang dari golongan Siauw-lim Pay?"

Sepasang mata Jien Bu Sim memancarkan sinar bagaikan kilat, dengan tajam dia memandang kearah tangan kanan Pek Jien Thaysu, tampak jari tengah dan jari tengah dan jari telunjuknya kini menjadi bertambah panjang satu kali dari biasanya, warnanya berubah menjadi merah darah, sekali pandang saja telah mengetahui bahwa jarinya itu sangat keras sekali dan dapat menghancurkan batu atau emas sekalipun, segera dengan diam2 dia mengerahkan tenaga dalamnya mempersiapkan234 diri, terapi diluarnya tetap menjaga sikap serta gerak gerik yang sangat tenang sekali, ujarnya .

Jilid 8

"Wajah dari Thaysu sangat ramah sekali pastilah bukan merupakan pembunuh dari suhunya sendiri". Perkataan ini diucapkan mendadak sekali, tetapi bagaikan mempunyai kekuatan yang sangat besar, tampak Pek Jien Thaysu menjadi tertegun dibuatnya. Jien Bu Sim tidak menanti Pek Jien Thaysu membuka mulutnya, dengan cepat ujarnya.

"Tetapi kematian yang dialami oleh Thian Liong Thaysu itu telah meninggalkan bekas yang sangat dalam sekali didalam hati Thaysu, peristiwa ini selalu kau pendam didalam hati, dan tidak mempunyai cara untuk dibicarakan kepada orang lain, oleh karena itu begitu mendengar orang menyebutkan nama Thian Liong Thaysu, segera kau merasakan kedukaan yang amat sangat, bagaikan dibacok oleh golok dan ditusuk oleh sembilan pedang, peristiwa ini sehari apabila masih terikat didalam batimu, sehari pula kau merasakan tidak tentram hatinya". Pek Jien Thaysu hanya merasakan bahwa ucapan yang dikatakan oleh orang ini, setiap kata dan setiap kalimatnya seluruhnya merupakan perkataan yang dia ingin ucapkan keluar, tetapi juga merasa tidak berani untuk membuka mulut membicarakan persoalan ini, hatinya menjadi merasa sangat terkejut bercampur heran, tetapi di samping itu diapun merasakan sangat enak sekali dengan per lahan2 dia menurunkan tangan kanannya, dengan menghela napas ujarnya.

"Urusan didalam hati pinceng, entah sicu bagaimana dapat mengetahuinya dengan demikian jelas ??". Sambil tertawa sahut Jien Bu Sim.

"Urusan ini sangat mudah sekali, apabila dikatakan keluar mungkin malah akan mendapatkan tertawaan dari thaysu". Terhadap pemuda yang berdiri dibadapannya ini mendadak Pek Diien Thaysu mempunyai perasaan yang sangat sayang dan kasih sekali, segera dia mengubah sikapnya, sambil merangkap tangannya memberi hormat ujarnya.

"Hey------! Perkataan jang diucapkan Jien sicu setiap kata dan kalimatnya seluruhnya membuat hati Pinceng menjadi gembira------". Dia berhenti sejenak, kemudian sambil menghela napas, ujarnja lagi dengan perlahan.

"Kita baru bertemu muka untuk pertama kalinya, ternyata kau agaknya telah melihat kerisauan yang menyumbat didalam hati pinceng selama puluhan tahun ini, sehingga membuat hati pinceng kini menjadi bertambah lega dan ringan, kepandaianmu itu membuat pinceng merasa235 takluk benar-benar". Ujar Jien Bu Sim.

"Urusan ini bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang sangat suiit sekali, apabila Thaysu memperhatikan diri cayhe sungguh sungguh, Thaysu juga tidaklah sukar untuk melihat urusan yang terpendam didalam hati cayhe, apabila didalam keadaan yang bingung akan sukar untuk melihatnja, tetapi apabila dipandang dengan pikiran yang tenang, maka akan dapat mengetahui dengan sangat jelas sekali, apabila Thaysu mau mendengarkannja, cayhe pasti akan memberikannya dengan senang hati". Ujar Pek Jien Thaysu .

"Silahkan untuk memulai bicara, pinceng akan mendengarkannya dengan cermat untuk menambah pengalaman ". Jien Bu Sim tersenyum, sahutnya.

"Cayhe begitu mengungkat nama Thian Liong Thaysu, wajah Thaysu segera berubah hebat, dari satu titik ini saja, cahye telah dapat menduganya babwa didalam hati thaysu terhadap suhunya pastilah mempunyai suatu urusan yang sangat mengecewakan hati thaysu ". Pek Jien Thaysu menghela napas panjang2, ujarnya.

"Jien sicu tadi telah mengungkat hendak meminjam toya yang dipakai oleh suhuku almarhum entah mempunyai maksud apa???". Sahut Jien Bu Sim dengan tenang.

"Hal itu lebih mudah lagi, cayhe pikir benda yang sering dibawa oleh suhumu selain toya itu, cayhe tak dapat memikirkan lagi benda yang lain!"

Ujar Pek Jien Thaysu.

"Kiranya adalah demikian adanya, urusan sekalipun sangat mudah sekali, tetapi cara menduga dari Jien Sicu sungguh membuat orang menjadi sangat kagum sekali--". Suaranya mendadak berhenti, sejenak kemudian baru ujarnya dengan cepat.

"Pinceng masih ada satu urusan yang tidak jelas, Jien sicu kalau memangnya tidak mencurigai pinceng sebagai pembunuh dari suhuku, mengapa mengetahui bahwa pinceng terhadap kematian yang dialami oleh suhuku itu menaruh perasaan menyesal dan kecewa yang amat sangat???". Sahut Jien Bu Sim.

"Thaysu begitu mendeogar cayhe mengungkat nama Thian Liong Thaysu, segera hatinya menjadi bergolak dan wajahnya menampilkan rasa dukanya, hal ini membuktikan kalau hati thaysu sangat budiman sekali, dan bukanlah seorang yang mempunyai hati kejam dan licik, rasa gusar dan gembira ditimbulkan didepan orang lain, orang semacam ini kebanyakan mempunyai hati yang sangat licik, den kemungkinan sekali dapat membunuh suhunya sendiri, tetapi seperti hati thaysu yang sangat236 berduka sekali, tidak mungkin kalau thaysu dapat berbuat akan hal ini, dengan mengambil pedoman seperti diatas, cayhe memastikan bahwa sekalipun thaysu tidak membunuh mati suhunya sendiri, tetapi didalam hatinya mempunyai ganjalan, hal ini adalah suatu ganjalan yang sangat menderita sekali, sehingga membuat thaysu setiap bari memikirkan akan hal ini tetapi juga sangat takut sekali untuk membicarakannya". Pek Jien Thaysu mendadak menghemkan napas panjang2, sambil mendongakkan wajahnya ujarnya.

"Pinceng selamanya melakukan pekerjaan, tak pernah takut pada langit maupun kepada bumi, hanyalah mengenai urusan kematian yang dialami oleh suhu membuat pinceng tak tenteram hatinya, Hey---! selama tiga puluh tahun lamanya menghadap dinding untuk menyesali perbuatan itu, tetapi tetap sukar untuk menghilangkan ganjalan hati tersebut"

Dengan nada yang sangat tenang, sambil tertawa ujar Jien Bu Sim.

"Apabila thaysu telah memahami urusan ini, sudah tentu ganjalan didalam hati Thaysu telah lenyap sejak dahulu"

Tanya Pek Dlien yang keheranan.

"Maafkan kalau pinceng tidak memahami perkataan yang diucapkan oleh sicu itu"

Ujar Jien Bu Sim.

"Aku kira waktu suhumu binasa, pastilah masih ada banyak orang lagi yang berada disamping pembaringannya"

Sahut Pek Jien Thaysu dengan perlahan.

"Tidak salah, itulah sute dari pinceng seluruhnya!"

Tanya Jien Bu Sim lagi.

"Thaysu apakah menyesal karena tidak dapat menggunakan obat2an yang sangat manjur untuk sekuat tenaga memberikan pertolongan kepada suhu Thaysu?"

Pek Jien Thaysu merasa sangat terkejut, sahutnya.

"Mengenai urusan ini selain pinceng seorang, sampaipun beberapa orang suteku juga tidak mengetahuinya, sicu bagaimana dapat mengetahui akan hal ini?"

Ujar Jien Bu Sim.

"Cayhe ucapkan selamat kepada Thaysu sungguh sangat untung sekali tidak menggunakan obat yang mujarab untuk memberikan pertolongan"

Pek Jien Thaysu menghela napas sahut nya.

"Mengenai urusan ini pinceng telah berduka selama tiga puluh tabun lamanya, dan telah merasakan penderitaan yang sangat hebat sekali, setiap saat selalu teringat kembali akan peristiwa tersebut, dan tak pernah merasakan tenang untuk sesaatpun juga, bagaimana kau dapat mengucapkan selamat kepadaku?"

Sahut Jien Bu Sim lagi.

"Kepandaian yang dimiliki oleh suhu Thaysu itu bagaimana tinggi237 dan hebatnya, kecuali kalau tubuhnya telah terkena suatu pukulan yang sangat lihay sehingga mungkin juga dapat tak sadarkan dirinya seketika itu juga, hal yang sesungguhnya apabila dengan memberikan obat yang mujarab untuk memberikan pertolongan juga hanyalah membuang tenaga dan waktu dengan sia2, bukan saja sukar untuk membuat luka yang diderita oleh suhumu itu menjadi sembuh, malahan sebaliknya memberikan penderitaan yang makin menghebat ---"

Pek Jien Thaysu makin mendengarkan perkataan yang diucapkan itu makin merasakan bertambah terkejut, lanjutnya.

"Peristiwa mengerikan yang terjadi pada tiga puluh tahun yang lalu, selain pinceng seorang yang mengetahui akan hal ini, tetapi pinceng percaya bahwa dia tak akan menyiarkan berita ini kepada orang luar, tetapi perkataan yang diucapkan sicu baru2 ini, semuanya sangat tepat sekali, bagaikan dengan mata kepalanya sendiri melihat peristiwa yang mengerikan mi berlangsung"

Dengan nada yang serius ujar Jien Bu Sim lagi.

"Caybe mempunyai suatu urusan yang hendak memohon bantuan dari Thaysu, entah thaysu maukah memberikan bantuannya?". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Jien Sicu sebutkan sajalah, asalkan tidak melanggar dan merugikan nama baik Siauw lim Pay, pinceng tentulah tidak akan menolaknya". Ujar Jien Bu Sim.

"Thaysu setiap hari merasakan menyesal dan tidak tentram hatinya, hal ini tak mungkin akan berlangsung terus menerus, cayhe sekalipun telah mengetahui tentang peristiwa kematian yang dialami oleh Thian Liong Thaysu, tetapi tetap masih ada sedikit yang masih merasa tidak begitu jelas, apabila thaysu mau memberikan keterangan yang sangat jelas mengenai hal ini dimana thaysu melihatnya dengan mata kepala sendiri, cayhe mungkin akan membantu thaysu untuk menghilangkan rasa menyesal yang terkandung didalam hati thaysu pada saat ini". Pak Jien Thayiu termenung agak lama, kemudian setelah menghela napas ujarnya lagi.

"Peristiwa ini telah tersembunyi didalam hati pinceng selama ber puluh2 tahun lamanya, aku kira sukar sekali untuk memulai mengangkat bicara, tetapi apabila Jien si cu memangnya ingin mengetahui akan hal ini, pinceng juga tak akan meautupi hal ini lagi----". Dia memejamkan sepasang matanya untuk berpikir sejenak, kemudian sambil membuka matanya dengan perlaban ujarnya.

"Selain pinceng seorang masih ada seseorang yang bersamaan waktunya menemui peristiwa aneh yang sukar untuk dipahaminya ini, orang itu mempunyai nama yang sangat terkenal sekali, kedudukannya serta tingkatannya didalam dunia kangouw tidaklah dibawah pinceng sendiri------".238 Perkataannya baru saja diucapkan sampai disitu, mendadak dia berhenti berbicara dan memandang tajam kearah Jien Bu Sim, lanjutnya kemudian. Pikiran Jien Sicu sangat panjang dan cerdik sekali, pinceng tak usah menyebut kan nama orang itu, pinceng kira kaupun telah dapat menebaknya bukan ". Jien Bu Sim tertawa, sahutnya.

"Orang2 Bu- lim pada saat ini yang dapat mempunyai kedudukan serta tingkatan yang sederajat dengan kedudukan thaysu didalam dunia kangouw, aku kira hanyalah ciangbunjin dari Bu tong Pay sekarang yaitu Sian Ceng Tootiang". Pek Jien Thaysu menjadi tertegun, kemudian sambil menghela napas ujarnya lagi.

"Pada saat ini orang yang dapat mengetahui peristiwa itu dengan sangat jelas hanyalah pinceng dengan Sian Ceng Tootiang saja, apa yang Jien sicu kini ketahui, pastilah Sian Ceng Tootiang yang telah membocorkannya". Ujar Jien Bu Sim.

"Dia telah kalah taruhan dengan aku?". Ujar Pek Jien Thaysu lagi.

"Hal itu adalah suatu peristiwa yang sukar sekali untuk dipercaya, didalam sebuah gua gunung yang sunyi sekali, ternyata membuat dua orang jago berkepandaian tinggi dari dunia kangouw, seketika itu juga mengalami luka yang sangat parah sekali, apabila dipikirkan sekarang, pinceng tetap masih merasa bimbang dan tak paham akan hal tersebut ". Tanya Jien Bu Sim.

"Thaysu dengan Sian Ceng Tootiang entah siapakah yang terlebih dahulu memasuki gua batu tersebut??? ". Sahut Pek Jien Thaysu kemudian.

"Pinceng masuk kedalam terlebih dahulu, Sian Ceng Tootiang segera mengikuti dari belakang, jarak diantara kedua orang ini juga tak lebih hanya dalam sekejap mata saja". Sepasang mata Jien Bu Sim memancarkan sinar yang sangat tajam sekali, mendadak ia termenung tak mengucapkan sepatah katapun, lama sekali baru pada wajahnya terlibat tiba2 muncul suatu senyuman, ujar nya.

"Orang yang memasuki gua itu terlebih dahulu yang merupakan orang yang terpenting didalam hal ini, Thaysu apakah telah melihat suatu benda yang sangat mencurigakan sekali ???". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Pada saat pinceng memasuki gua batu itu nampak suhu sambil memegang kencang toyanya telah menggeletak diatas tanah, segera merasa sangat terperanjat sekali, dan tak ada waktu lagi untuk memperhatikan didalam gua batu itu masih terdapat benda apa lagi239 untuk memperhatikan didalam gua batu itu masih terdapat benda apa lagi". Ujar Jien Bu Sim.

"Coba Thay berpikir dengan cermat sekali lagi!". Pek Jien Thaysu berpikir keras, agak lama kemudian mendadak dia berteriak, ujarnya.

"Pada saat pinceng memasuki kedalam gua itu mendadak mata pinceng melihat di dalam gua batu itu agaknya terdapat sebuah telapak tangan yang sangat halus sekali berkelebat dan lenyap dari pandangan mata". Hati Jien Bu Sim bagaikan mendadak dipukul dengan hebatnya dari belakang, wajahnya berubah dengan hebatnya, tetapi dalam sekejab mata saja telah berubah kembali menjadi sangat jelas sekali???". Pek Jien Thaysu menggelengkan kepalanya, sahutnya. Keadaan serta pemandangan pada saat itu, dalam hati pinceng sedang merasa sangat berduka sekali, darah panas bergolak didalam hati, didalam keadaan yang kabur itu agaknya melihat sebuah telapak tangan yang sangat halus sekali dan berwarna putih salju, berkelebat dan lenyap dari pandangan mata -----"

Mendadak dia menutup mulutnya tak berbicara lagi. Jien Bu Sim tahu dia tak enak untuk melanjutkan perkataannya, sambil tertawa tawar ujarnya.

"Telapak rangan itu apakah sebuah telapak tangan yang sangat indah dan bagus sekali"

Pek Jien Thaysu menghela napas panjang, sahutnya.

"Perkataan dari Jien sicu sungguh sangat tepat sekali, setiap perkataan yang sicu ucapkan pasti cocok dengan keadaan sesungguhnya, bagaikan melihatnya dengan mata kepala sendiri"

Ujar Jien Bu Sim lagi.

"Didalam sekelebatan saja thaysu dapat meninggalkan ingatan yang demikian jelasnya, thaysu menduga bahwa telapak tangan tersebut apabila bukannya sangat cantik dan bagus. sudah tentu sangat jelek dan aneh sekali"

Pek Jien Thaysu mengaggukkan kepalanya, sahutnya.

"Setelah lewat ber puluh2 tahun lamanya apalagi didalam suasana yang selalu murung , dan berduka, ber turut2 tahun berganti tahun hingga sampai saat ini jika dipikirkan lagi tetap agaknya masih teringat dengan sangat jelas didalam ingatan, hanya sayang pinceng saat itu hatinya merasa sangat risau dan berduka sekali, sehingga salah menganggap bahwa itu hanyalah suatu bayangan saja, tetapi jika dipikirkan dengan teliti lagi, hal itu kiranya juga suatu hal yang benar2 telah terjadi"

Ujar Jien Bu Sim.

"Thaysu apakah dapat menyebut dengan jelas waktu kapankah240 suhu Thaysu itu menderita luka parah, dan jaraknya hingga kini telah lewat berapa tahun" ************ *** BAGIAN KEEMPAT BELAS *** Sepasang mata Pek Jian Thaysu dipejamkan dan termenung sejenak kemudian sambil mementangkan matanya ujarnya.

"Suhu wafat hingga sampai kini telah tiga puluh dua tahun lamanya, dia tak sadarkan diri selama lima hari lamanya itu, dia terus menerus tak pernah sadarkan diri satu kalipun juga, pinceng dengan beberapa sute selalu mengiringinya disamping tubuh nya, selama lima hari lima malam tak pernah meninggalkan tubuh suhu, tetapi tetap tak mendapatkan pesan2 terakhirnya". Mendadak dia bangkitkan tubuhnya berdiri, deagan sangat serius ujarnya lagi.

"Pinceng kini hendak balik bertanya kepada Jien Sicu mengenai suatu hal, harap sicu mau memberikan keterangan dengan sebenarnya". Jien Bu Sim tertawa tawar, sahutnya.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Thaysu silahkan bertanya, cayhe pasti akan memberikan jawaban sebisanya". Ujar Pek Jien Thaysu.

"Pinceng setelah menerima jabatan sebagai ciangbunjin, Sian Ceng Tootiang pun juga menerima jabatan Ciangbunjin dari partai Bu tong Pay. hal ini membuktikan kalau kematian yang dialami oleh suhu almarhum dengan suhu dari Sian Ceng Too yang hanya terpaut waktu yang sangat berdekatan sekali----- --". Perkataannya baru saja diucapkan sampai disitu, mendadak dia menghentikan kata-katanya, sambil menutup mulutnya dia tak melanjutkan lagi perkataannya yang belum selesai diucapkan itu. Lanjut Jien Bu Sim.

"Maksud dari Thaysu apakah hendak menanyakan Sian Ceng Tootiang juga mengerahkan seluruh tenaganya untuk menyembuhkan luka dalam yang diderita oleh suhunya ?". Pek Jien Thaysu termenung tak menjawab. Jien Bu Sim tersenyum, ujarnya.

"Sian Tieng Tootiang dengan menggunakan obat2an berusaha untuk menolong menyadarkan suhunya, tetapi hal itu tidak lebih hanyalah menambah sedikit penderitaannya, bahkan harus mengorbankan nyawa seorang sutenya"

Dengan nada yang keheran tanya Pek Jien Thaysu.

"Hal itu bagaimana dapat terjadi?"241 Sahut Jien Bu Sim.

"Dapat menjabat sebagai ciangbunjin dari partai Sauw lim Pay maupun Bu tong Pay sudah tentu kepandaian yang dimilikinya sangat tinggi sekali, dan mempunyai pandangan yang sangat luas, aku kira kedua orang loocianpwee juga mempunyai kepandaian yang sangat tinggi sekali, tidak perduli menemui musuh yang bagaimanapun libaynya, juga tak mungkin terpukul roboh hingga menderita luka dalam yang sangat parah didalam satu gebrak saja, tetapi didalam kenyataannya, kedua orang loocianpwee itu telah menderita luka dalam yang sangat parah sekali dengan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun, hal ini pastilah mengandung suatu rahasia yang sangat besar sekali---". Pek Jien Thaysu menganggukkan kepalanya, sahutnya.

"Tidak salah, tidak salah, perkataan dari ini sungguh membuat pikiran yang sempit dari pinceng menjadi terbuka". Jien Bu Sim tertawa tawar ujarnya lagi.

"Bagaimana rahasia selanjutnya dari peristiwa ini, haruslah menggunakan kecerdasan baru dapat memahaminya, tetapi kepandaian yang dimiliki oleh kedua orang Loocianpwee itu ternyata dapat juga dipukul secara tak bersuara sedikitpun sehingga menderita luka dalam yang sangat parah sekali, pihak lawan pastilah bukan merupakan orang sembarangan, ketika Thaysu dan Sian Tieng Tootiang menerjang masuk ke dalam gua batu itu, kedua orang loocianpwee ternyata tidak memberikan keterangan mengenai peristiwa hingga mereka mengalami luka, aku kira mereka sudah tentu sukar sekali untuk melanjutkan hidupnya lebih lama lagi, Sian Ceng dengan menggunakan obat2an sekalipun membuat suhunya sadarkan diri jauh lebih pagi, tetapi dengan mata kepalanya sendiri dia telah melihat suhunya setelah sadarkan diri telah menderita kesakitan yang luar biasa bahkan sampai menjadi kalap dan tak beres ingatannya--"

Mendadak dia menutup mulutnya tak meneruskan perkataannya lagi. Pek Jien Thaysu ketika mendengarkan sampai hal yang sangat tegang, mendadak Jien Bu Sim menghentikan perkataannya dan berdiam diri, hatinya menjadi sangat cemas, tanyanya.

"Bagaimana selanjutnya???". Sahut Jien Bu Sim.

"Urusan dari partai Bu tong Pay, maafkan kalau cayhe tak dapat lebih banyak berbicara lagi, tetapi caybe dapat memberitahukan kepada Thaysu bahwa kemenyesalan yang terkandung didalam hatimu selama puluhan tahun ini dapat dilenyapkan dari dalam hatimu, apabila kau juga menggunakan obat untuk memberikan pertolongannya, juga tak lebih hanyalah menambahkan penderitaan yang diderita oleh suhumu saja."

Ujar Pek Jien Thaysu .

"Sekalipun sicu berkata demikian, tetapi rasa menyesal yang242 terkandung didalam hati pinceng juga sukar untuk dilenyapkan dengan demikian saja". Jien Bu Sim tertawa, ujarnya lagi.

"Urusan yang lalu telah lewat, urusan yang akan datang dapat dikejar lagi, thaysu apabila dapat memberikan tenaganya kepada dunia kangouw dengan atas nama Siauw-lim Pay, dan berbuat sesuatu pekerjaan yang sangat mulia sekali, kemungkinan sekali dapat mengurangi beberapa bagian hati yang tidak tentram didalam hati Thaysu". Ujar Pek Jien Thaysu.

"Urusan yang terjadi didalam dunia kangouw sangat banyak sekali bahkan berjumlah beribu-ribu banyaknya, sekalipun di dalam hati Pinceng mempunyai niat untuk memberikan bantuannya, tetapi didalam hati juga merasa sukar sekali untuk turun tangan". Jien Bu Sim terawa panjang ujarnya.

"Tentang hal ini ! cayhe akan memberikan sedikit penerangan dan jalan kepada Thaysu". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Silahkan mengutarakan pendapat Sicu."

Wajah Jien Bu Sim mendadak berubah menjadi sangat heran, dengan serius ujarnya.

"Didalam beberapa tahun ini, didalam dunia kangouw telah mengalami kekalahan dari orang2 keluarga Lam Kong, sejak Lam Kong beng berkelana didalam dunia kangouw, dan merebut nama dengan mengalahkan seluruh jago di dalam dunia kangouw, ber turut2 telah lewat beberapa puluh tahun lagi, turun temurun keturunan dari keluarga Lam Kong ternyata telah dibunuh oleh orang lain dengan secara menggelap-----". Ujar Pek Jien Thaysu.

"Sejak Pinceng menerima jabatan sebagai ciangbunjin, telah memberikan perintah dan larangan yang sangat keras kepada orang2 dari partai kami untuk mengincar lagi ketiga buah benda pusaka tersebut, dan mengganggu Bu lim Tit It Chia sedikitpun juga". Ujar Jien Bu Sim lagi.

"Hanya, anak cucu dari keluarga Lam Kong turun temurun telah binasa semuanya, bahkan setelah binasa, jenasahnyapun hilang lenyap tak berbekas, jejaknya tak diketahui, urusan serta keadaan yang seperti hal ini, apakah perbuatan dari orang2 dunia kangouw???". Ujar Pek Jien Thaysu.

"Pinceng hanya dapat melarang orang2 dari partai Siauw Lim Pay kami untuk tidak rakus akan benda2 milik orang lain, bagaimana dapat mengurusi partai2 besar yang ada didalam Bu lim serta orang2 dari golongan Pek to maupun golongan Hek to"

Ujar Jien Bu Sim.243

"Dengan kedudukan serta nama yang sangat terkenal didalam dunia persilatan, thaysu apabila mau turun tangan ikut campur didalam urusan ini, sekalipun tak berhasil menghindarkan diri dari seluruh pembunuhan yang terjadi, tetapi paling sedikit juga dapat menolong nyawa dari sebagian jago2, Hey----! didalam beberapa puluh tahun didalam dunia kangouw sekalipun kelihatannya sangat tenang sekali, tetapi sebenarnya diam2 sedang bergolak dengan hebatnya dan samar2 mengandung hawa pembunuhan yang sangat hebat. Tionggoan Shu Cincoe bersama sama menemui kematiannya, hal itu tak lebih hanyalah merupakan suatu peringatan saja, peristiwa yang akan terjadi kemudian, pastilah akan jauh lebih hebat dan lebih ngeri lagi, entah masih berapa banyak orang yang terdaftar didalam daftar kematiannya ! ". Pek Jien Thaysu mendengar perkataan itu agaknya dia telah menjadi jelas benar2, sambil tertawa tawar dia tak mengucapkan kata2 lagi, Tetapi mendadak dia merasakan lagi bahwa dia masih tidak jelas dengan arti dari perkataan yang diucapkan oleh Jien Bu Sim itu, makin dipikir dengan teliti makin merasa bingung, saking tak tahannya ujarnya lagi.

"Jien sicu sedang berkata apa??? pinceng ada sedikit yang merasa tidak jelas". Ujar Jien Bu Sim "Loo Thaysu mempunyai niat untuk memberikan pertolongan kepada orang lain, kini cayhe sedang mengusulkan suatu jalan bagi thaysu untuk memberikan pertolongan kepada jago2 didalam dunia kongouw". Ujar Pek Jien Thaysu.

"Dapatkah Jien Sicu mengucapkan dengan lebih jelas lagi??". Sahut Jien Bu Sim.

"Apabila ada banyak orang yang akan mengalami kematian, atau kemudian akan binasa, Loo thaysu apakah akan menolong atau tidak? Ujar Pek Jien Thaysu.

"Menolong satu nyawa jauh lebih berharga dari apapun juga, apalagi ajaran Budha mengutamakan hal ini dan harus mengasihi setiap manusia, asalkan pinceng mempunyai tenaga bagaimana dapat dikatakan tidak pergi menolong???". Jien Bu Sim mendadak menghela nepas panjang2, ujarnya.

"Thaysu ternyata sungguh2 mempunyai hati untuk menolong jiwa manusia, cayhe dapat menunjukkan kepada thaysu suatu jalan yang baik,"! Ujar Pek Jien Thaysu.

"Jien sicu sekalipun usianya masih sangat muda sekali, tetapi penuh diliputi oleh kemisteriusan, dan merupakan juga salah seorang tamu aneh yang pernah pinceng temui!". Jien Bu Sim tertawa, sahutnya.244

"Melihat yang aneh sebenarnya tidak aneh sesuatu yang aneh pastilah akan kalah, kecerdasan dari thaysu melebihi orang lain, asalkan pikirkan dengan cermat perkataan dari cayhe, pastilah tidak sukar untuk membedakan perkataan yang diucapaan oleh cayhe ini ucapan yang benar2 atau palsu??". Ujarkan Pek Jien Thaysu lagi.

"Sekalipun berkata bohong juga harus berbicara hingga orang lain mempercayainya, tetapi keadaan situasi pastilah akan mendesak untuk memperlihatkan hal itu benar atau palsu". Mendadak ujar Jien Bu Sim.

"Sebenarnya cayhe mau berbicara lebih banyak lagi dengan thaysu, tetepi sayang cayhe masih mempunyai urusan penting lainnya, mau tak mau harus dengan cepat meninggalkan tempat ini, apabila thaysu mempunyai niat untuk menolong jiwa orang lain, lebih baik berangkat sendiri keperkampungan keluarga Lam Kong untuk berkunjung satu kali-- -". Tanya Pek Jien thaysu dengan keheranan.

"Perkampungan keluarga Lam Kong.???"

Sahut Jien Bu Sim.

"Tidak salah, perkampungan keluarga lam Kong ------"

Dengan perlahan dia menghela napas, lanjutnya lagi.

"Dengan kedudukan serta tingkatan Thaysu didalam Bu-lim yang demikian tinggi begitu, munculkan dirinya kedalam dunia kangouw, jejaknya pasti akan segera diketahui sehingga suasana akan geger, Thaysu belum sampai diperkampungan keluarga Lam Kong, orang2 dari golongan keluarga Lam Kong pastilah sejak sebelum telah mendapatkan kabar beritanya". Tanya Pek Jien thaysu.

"Bagaimana dengan pendapat dari Jien Sicu? ". Sahut Jien Bu Sim.

"Pendapat dari cayhe, thaysu apabila memang benar2 mempunyai niat untuk memberikan pertolongan kepada jago2 dunia kangouw, lebih baik dapat membawa serta dua orang jago berkepandaian tinggi dan melakukan perjalanan dengan menyamar, di dalam perjalanan harus merahasiakan je jaknya, untuk menutupi asal usulnya sendiri sehingga kemungkinan berhasil tiba didalam perkampungan keluarga Lam Kong dengan tidak diketahui oleh orang2 pihak sana". Tanya Pek Jien Thaysu.

"Pinceng masih tidak dapat memahami mengapa harus berangkat menuju keperkampungan keluarga Lam Kong?? Apakah dapat dikata perkampungan keluarga Lam Kong adalah sumber dari kekacauan yang terjadi didalam dunia kangauw saat ini?". Sahut Jien Bu Sim.

"Anak cucu dari keluarga Lam Kong ber turut2 didalam beberapa245 keturunannya telah dibunuh oleh orang, sehingga mereka mengandung perasaan dendam, dan penuh dengan napsu membunuh, jarak antara Siauw lim Sie sampai kota Lam Yang, hanyalah beberapa ratus li saja, thaysu lebih baik berangkat sendiri untuk melihat". Ujar Pek Jien Thaysu.

"Apabila pinceng tidak salah melihat, Jien Sicu pastilah seorang pendekar yang memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi sekali, untuk menolong Bu lim dari banjir darah selain urusan dari Partai Siauw lim kami, Jien sicu mengapa tidak menerjunkan diri didalamnya??". Jien Bu Sim tertawa, sahutnya.

"Thaysu mempunyai niat untuk turun tangan memberi bantuan kepada jago2 didalam Bu lim, cayhe sungguh sangat gembira sekali, pada waktu yang akan datang pastilah kita sekali lagi akan bertemu muka untuk berbicara lagi!"

Ujar Pek Jien Thaysu.

"Jien sicu dengan susah payah datang kedalam kuil Siauw lim Sie kami ini, apakah hanya bertujuan untuk menasehatkan pinceng untuk melakukan perjalanan menuju kekota Lam Yang??". Sahut Jien Bu Sim "Masih ada satu perkataan yang hendak caybe beritahukan kepada thaysu, apabila kau dengan cermat memeriksa toya yang di bawa Thian Liong Thaysu masuk kedalam gua batu itu, kemungkinan sekali terhadap sebab2 kematian dari suhumu itu akan sedikit menjadi terang----". Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya lagi.

"Thaysu harap baik2 berjaga diri, cayhe mohon diri sekarang juga ! ". Tubuhnya meloncat dan melayang keluar dari ruangan tersebut. Dengan cepat ujar Pek Jien thaysu.

"Jien sicu harap tunggu sebentar, pinceng masih mempunyai urusan yang hendak ditanyakan!". Terdengar dari tempat kejauhan berkumandang datang suara dari Jien Bu Sim, ujarnya "Ajaran Buddha mengutamakan cinta kasih, cayhe mengharapkan Thaysu dengan mengikuti ajaran Buddha itu sekali ini turun tangan mencegah terjadinya pembunuhan secara besar-besaran didalam Bu lim". Terdengar suara itu makin lama makin menjadi dan akhirnya lenyap. Pek Jien Thaysu memandang bayangan tubuh dari Jien Bu Sim hingga lenyap dari pandangan, untuk sesaat dia berdiri ter-mangu2 disana, pemuda yang sangat misterius ini telah membuka hatinya dari kemenyesalan selama puluhan rahun lamanya, tetapi juga telah meninggalkan kemurungan serta kebimbangan didalam hatinya. Partai Siauw lim Pay kini sedang berada pada masa yang cemerlang2nya, Pek Jien thaysu sekalipun sebagai murid kepala telah246 menerima jabatan sebagai ciangbunjin dari partai Siauw-lim, tetapi apabila dibicarakan mengenai kepandaian silat serta kecerdasannya, diantara suheng-te yang setingkat dengan dia, bukanlah merupakan seorang yang menonjol, apalagi dia terhadap kematian yang dialami oleh Thian Li-ong, Thaysu selalu merasa sangat menyesal sekali, selama puluhan tahun ini selalu menghadap dinding menebus dosa, dan tak pernah menerima tamu, sekalipun jumlah dari hweesio didalam kuil tersebut sangat banyak sekali, tetapi setiap bagian mempunyai orang yang mengurusinya, selain urusan yang sangat penting sekali, juga tak ada orang yang berani datang mengganggu dirinya. Perkataan yang diucapkan oleh Jien Bu Sim tadi telah menghilangkan perasaan yang mengganjal didalam hatinya, kini terasa pe rasaannya menjadi sangat ringan sekali. Perasaan yang mengganjal selama berpuluh tahun lamanya, kini telah berubah menjadi keinginan untuk menolong jiwa orang lain. Selama ratusan tahun lamanya, kuil Siauw lim Sie sekalipun seringkali tertarik didalam kancah pembalasan dendam didalam Bu lim, tetapi semuanya itu adalah karena keadaan yang memaksa mau tak mau harus munculkan dirinya, sedang mengenai seorang ciangbunjin dengan menyamar terjun kedalam dunia kangouw untuk menyelidiki suatu peristiwa dan ingin mencegah banjir darah, hal ini sebelumnya belum pernah terjadi akan urusan ini, apalagi jubah serta baju lhasa merupakan suatu yang sangat penting sekali, dan tak dapat diganti dengan pakaian lainnya--- Bermacam-macam pikiran serta kesulitan berputar didalam benaknya, membuat ciangbunjin dari Partai Siauw lim Pay ini untuk sesaat menjadi termangu-mangu. Mendadak terdengar suara pujian kepada sang Buddha berkumandang datang, seorang Hweesio berusia pertengahan yang memakai jubah berwarna hijau, dengan menundukkan kepalanya berdiri diluar pintu ruangan tersebut. Pek Jien Thaysu memandang sekejap kearah hweesio berbaju hijau kemudian tanyanya.

"Pek Siang sute kah???". Hweesio itu dengan perlahan-lahan mendongakkan kepalanya, ujarnya.

"Siauw-te telah datang lama sekali, hanya tak berani mengganggu diri suheng?". Dia berhenti sejenak, kemudian ujarnya lagi".

"Tetapi karena ada urusan ingin meminta petunjuk, tak berani memperpanjang waktu lagi". Pek Jien Thaysu tersenyum, sahutnya.

"Kau masuklah kedalam, Siauw heng sedang mempunyai satu urusan dan bimbang untuk memutuskannya, masih mengharapkan sute247 mau memberikan pendapatnya". Hweesio berusia pertengahan itu sambil menyahut bertindak masuk kedalam, dan berjalan kesisi tubuh Pek Jien Thaysu sambil membungkukkan diri tanyanya.

"Ciangbun Suheng mempunyai perintah apakah??". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Ciangbunjin2 yang terdahulu didalam kuil Siauw jim Sie kami, apakah pernah terjadi dengan menyamar terjun berkelana didalam dunia kangouw??". Pek Siang didalam urutan tingkatan "Pek'", usianya paling muda, tetapi kepandaian silat serta kecerdasannya melebihi dari orang2 yang lainnya, dia dengan Pak Tay Thaysu ber sama2 merupakan Liong Houw Suang Ceng dari Siauw Lim Pay, namanya didalam dunia kangouw jauh lebih terkenal jika dibandingkan dengan nada dari Pek Jien Thaysu sendiri. Dia termenung agak lama, kemudian baru ujarnya.

"Ciangbunjin2 yang terdahulu sekalipun tak pernah terjadi urusan dengan menyamarkan diri berkelana didalam dunia kangouw, tetapi didalam peraturan Siauw lim Pay kita. juga belum pernah terlihat adanya peraturan yang melarang akan hal tersebut". Pek Jien Thaysu sambil mendengarkan perkataan yang diucapkan oleh Pek Siang Thaysu, sambil berjalan kesana kemari tak henti2nya, mendadak dia menghentikan langkah kakinya, agaknya dia memutuskan suatu urusan yang sangat penting sekali, dengan per lahan2 dia memindahkan sinar matanya keatas tubuh Pek Siang Thaysu, ujarnya.

"Kau segera memberi kabar kepada Pek Thay sute, kalian berdua segera mengikuti aku meninggalkan kuil----". Pek Siang menjadi tertegun, tanyanya.

"Bagaimana dengan urusan didalam kuil ini ?". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Seluruhnya diserahkan kepada Pek Jen suheng kalian, memerintahkan dia yang mengurusi seluruhnya ". Ujar Pek Siang Thaysu lagi.

"Biasanya apabila seorang ciangbunjin akan meninggalkan kuil, seluruh anak murid dari kuil bersama-sama keluar untuk menghantar, Suheng harap mempersiapkan diri. Siauw-te segera akan memberikan perintah untuk mereka keluar semua menghantar keberangkatan dari subeng". Pek Jien Thaysu ulapkan tangannya, sahutnya.

"Tak usah selain memberitahukan kepada Pek lljen Suheng sekalian, meminta dia mengurusi seluruh urusan didalam kuil ini, jejak selanjutnya dari kita haruslah salalu dijaga dengan sangat rahasia sekali, sekalipun anak murid dari partai kita sendiri, juga tak dapat diberitahukan".248 Pek Siang Thaysu menyahut, kemudian ujarnya lagi.

"Siauw te segera pergi mempersiapkan segala pakaian, sekalian memanggil Pek Thay suheng----"- Sambil merangkap tangannya dia mengundurkan diri, sedang didalam hati merasa sangat heran sekali, diam2 batinnya. Didalam tiga puluh tahun ini, ciangbun suheng selamanya tak pernah menanyakan urusan didalam dunia kangouw, dan mengunci dirinya didalam kuil, ini hari bagaimana sikapnya dapat demikian berubahnya dan akan meninggalkan kuil, bahkan masih meminta aku dengan Pek Thay suheng untuk mengawaninya, didalamnya pastilah tidak demikian mudahnya----. Sekalipun dia merasakan urusan demikian anehnya, dan pasti mempunyai sebab2 lain, tetapi dikarenakan Pek Jien Thaysu didalam ber puluh2 tahun ini tidak pernah memikirkan urusan didalam kuil serta urusan didunia kangouw, setiap hari hanya duduk bersamedi didalam ruangan samedi itu, sekalipun Pek Siang Thaysu sangat cerdik sekali, juga sukar sekali untuk menebak suhengnya itu kini sedang menjual obat apa??. Seperminum teh kemudian, Pek Siang Thaysu telah membawa Pek Thay, serta Pek Jien Thaysu kedalam ruangan ciangbunjin itu. Pek Jien Thaysu sambil merangkap tangannya menundukkan kepalanya, ujarnya.

"Siauw te menerima hukuman". Pek Jien Thaysu mengulapkan tangannya, tanyanya..

"Apakah karena Jien Sicu itukah ???". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Siauw te tak dapat menghalangi dia, sehingga mengganggu ketenangan dari Suheng, tetapi Siauw te sejak tadi secara diam2 telah mengirimkan jago2 berkepandaian tinggi dari kuil untuk menjaga disekitar tempat ini, asalkan pemuda berbaju hijau itu terhadap diri suheng terjadi hal yang tidak beres, segera bersama-sama akan maju menerjang-----". Pek Jien Thaysu menggelengkan kepalanya, lanjutnya.

"Aku sangat baik sekali, tak usah membicarakan tentang urusan ini lagi---". Dia berhenti sejenak, kemudian lanjut nya lagi.

"Aku akan membawa Pek Thay serta Pek Siang dua orang sute untuk meninggalkan kuil melakukan perjalanan, segala urusan didalam kuil ini aku serahkan kepadamu untuk mengurusinya---- Pek Jen Thaysu menjadi sangat terkejut. ujarnya.

"Suheng sebagai seorang Ciangbunjin, mempunyai kedudukan yang sangat tinggi sekali, apabila ada urusan cukuplah mengirimkan orang sudahlah, mengapa harus berusaha dan melakukan perjalanan sendiri". Sahut Pek Jien Thaysu .249

"Urusan ini haruslah Siauw heng melakukannya sendiri----". Dia mengulurkan tangannya kebelakang ranjang tidurnya, dan mengambil keluar sebuah toya sambil ujarnya.

"Toya ini merupakan barang peningalan dari suhu, sejak suhu wafat aku selalu meletakkannya disisi tubuhku, dan belum pernah meninggalkan diriku setindakpun, kini aku harus meninggalkan kuil untuk melakukan perjalanan, toya ini aku serahkan kepadamu untuk mengurusnya, dan tak boleh sampai rusak sedikitpun juga". Pek Jen Thaysu berlutut diatas tanah, sambil sepasang tangannya menerima kembali toya itu, sahutnya. Ciangbun suheng harap berlega hati, toya ada orangpun ada, toya hilang orangpun binasa, Siauw te akan berusaha sekuat tenaga untuk melindungi barang peninggalan suhu". Hati Pek Jien Thaysu agaknya merasa sangat cemas sekali, sambil menoleh memandang Pek Thay, serta Pek Siang Thay su ujarnya.

"Semua pakaian apakah telah siap?". Sahut Pek Siang Thaysu. Semuanya telah siap sejak tadi, dan menantikan perintah dari suheng untuk segera berangkat". Pek Jien Thaysu menggerakkan kakinya dan berjalan keluar, kepada Pek Jien Thaysu ujarnya.

"Peristiwa Siauw heng meninggalkan kuil harap jangan sampai tersiar keluar". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Menerima perintah dari suheng!". Ketika dia mendongakkan kepalanya memandang lagi, nampak Pek Jien Thaysu dibawah kawalan dari Pek Thay serta Pek Siang berkelebat keluar dari ruangan itu. Ketiga orang itu untuk menghindarkan diri dari pandangan para hweesio lainnya, mereka tidak berjalan melalui pintu depan tetapi berputar berjalan melalui pintu kuil sebelah belakang, merek ber turut2 berlari hingga sejauh tiga li lebih barulah berhenti, Pek Jien Thaysu sambil menoleh memandang kearah Pek Thay serta Pek Siang sekejab, ujarnya.

"Kalian berdua sute apakah memikirkan tempat yang akan kita tuju??". Sahut Pek Siang Thaysu.

"Selama dua puluh tahun lamanya suheng belum pernah meninggalkan halaman kuil Siauw lim Sie satu tindakpun, ini hari mendadak hendak melakukan perjalanan didalam dunia kangouw, sungguh membuat Sisauw-te menjadi bingung. Sahut Pek Jien Thaysu.

"Kita akan pergi keperkampungan keluarga Lam Kong". Pek Thay Thaysu menjadi tertegun, tanyanya.

"Apakah perkampungan keluarga Lam Kong yang disebut sebagai250 Bu-lim Tit Chia itu ?". Sahut Pek Jien Thaysu.

"Tidak salah, jejak kita ini bukan saja harus dirahasiakan kepada anak murid dari kuil, bahkan didalam perjalanan inipun haruslah dirahasiakan dengan sangat rapat sekali------". Sinar matanya dengan tajam memandang keatas wajah kedua orang itu, kemudian lanjutnya lagi.

"Lebih baik menyembunyikan wajah asli dari kita semua, sedang baju yang kita pakaipun harus segera diganti, supaya orang lain sukar untuk menebak siapakah sebenarnya kita ini ! ". Ujar Pek Siang Thaysu.

"Tentang hal ini Siauw-te telah mencurikan baju petani dari rumah2 disekitar kuil-----". Dia membuka buntalannya, dan mengambil tiga setel pakaian yang biasa dipakai oleh petani, sambil tertawa ujarnya.

"Apabila kita harus melepaskan pakaian hweesio ini dan berganti dengan tiga buah baju petani ini, kemudian wajah kita di polesi dengan tanah, sekalipun diketahui oleh orang lain, tetapi juga tak seorangpun yang mengetahui kalau kita adalah hweesio2 dari kuil Siauw lim Sie ". Pek Thay Thaysu tertawa, ujarnya pula. Hweesio berganti pakaian, aku kira kita ini mengerjakannya untuk pertama kali. Pek Siang Thaysu mengambil keluar baju tersebut dan dibagikan kepada Pek Thay Thaysu satu setel, dirinya sebuah, dan yang satunya lagi diserahkan kepada Pek Jien Thaysu, mendadak dia terhenti, ujarnya.

"Tahan !"

Pek Thay Thaysu mengerutkan alisnya tanyanya .

"Ada urusan apa ?". Ujar Pek Siang Thaysu .

"Kita berganti pakaian dengan baju petani, sekalipun dari sejak dahulu tak pernah terjadi akan hal ini masih tidaklah mengapa, tetapi Pek Jien suheng sebagai seorang ciangbunjin dari suatu partai yang besar, apabila juga ikut serta berganti pakaian dengan baju petani ini, bila berita ini sampai tersebar didalam dunia kangouw, aku kira juga akan meninggalkan suatu tertawaan sepanjang masa, terhadap nama serta kedudukan Siauw Lim Pay kitapun akan mendapatkan gaagguan yang besar". Ujar Pek Thay Thaysu. Perkataan iai juga tidak salah, sute selamanya sangat banyak akalnya, aku kira pastilah telah menemukan suatu cara yang bagus!". Sahut Pek Siang Thaysu.

"Caranya sih ada, tetapi suheng haruslah bertambah payah lagi!". Ujar Pek Thay Thaysu.

"Tak mengapa, kau katakanlah !".251 Ujar Pek Siang Thaysu lagi.

"Kita mencari sebuah tandu yang terbuat dari bambu, dan mempersilahkan Pek suheng duduk diatasnya, kemudian menutupi wajahnya dengan sebuah kain hitam, kau dengan aku bertindak sebagai orang yang menggotong tandu itu, kemungkinan sekali dapat menghindarkan diri dari kesulitan penyamaran ini, sekaligus menghindarkan diri dari pendengaran orang lain!"

Sahut Pek Thay Thaysu.

"Suatu cara yang sangat bagus sekali, sedang, segera kita membuat tandu tersebut". Tempat itu adalah suatu hutan yang sangat sunyi sekali, tidak jauh dari tempat itu terlihat hutan yang penuh dengan tumbuhan bambu, dua orang itu segera turun tangan, tak sampai beberapa waktu jadilah sebuah tandu yang terbuat dari bambu, sambil menggotong diri Pek Jien Thaysu, mereka meneruskan perjalanannya menuju ke kota Lam Yang. Ditengah perjalanan, hanya nampak kereta kuda yang hilir sebagian besar merupakan jago2 dari Bu lim yang membawa senjata tajam. tampak hal ini didalam hati Pek Siang Thaysu merasa sangat heran sekali, batinnya.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kelihatannya Pek Jien suheng hendak menuju keperkampungan keluarga Lam Kong ini, pastilah ada sebab2 lainnya---. Sedang dia melamun itu, mendadak terdengar suara derapan kakikuda yang sangat cepat sekali berkumandang datang, dari belakang tubuhnya terdengar suara bentakan.

"Cepat menyingkir---". !! Suara bentakannya belum selesai diucapkan, kuda tersebut dengan sangat cepat sekali telah berkekebat disamping tubuhnya dengan diikuti oleh angin santar yang sangat tajam, dan mengakibatkan baju kedua orang itu menjadi berkibar. Diam2 Pek Sang Thaysu memuji, ujarnya.

"Suatu kuda Jian lima yang sangat bagus sekali----". Dari belakang tubuhnya terdengar lagi suara bentakan yang sangat keras.

"Cepat minggir-----". Terdengar angin yang tajam menyambar sebuah pecut yang sangat panjang menyapu keatas kepada Pek Thay Thaysu. Kiranya Pek Siang Thaysu karena memandang kesemsem pada kuda Jian Li Ma itu sehingga tanpa terasa lagi telah berjalan ditengah jalanan, Pek Thay Thaysupun juga terpaksa mengikutinya dari belakang. Haruslah diketahui bahwa Pek Thay Tbavsu didalam tingkatan urutan huruf "

Pek "

Didalam Siauw-lim pay merupakan salah seorang dari angkatannya yang memiliki kepandaian silat yang tinggi, telinga dan matanya sangat tajam mendengar angin dari pecut itu menyambar datang ke arahnya, segera dia merendahkan tubuhnya, sedang tandu252 yang terbuat dari bambu yang gotong pada bahunyapun ikut serta merendah kebawah, pecut panjang tersebut dengan disertai angin yang tajam berkelebat dibelakang tubuh Pek Jien Thaysu.

Seorang pemuda tampan yang berusia dua puluh tahunan, dengan memakai baju yang sangat singsat sekali, dan menggendong sebuah keranjang berwarna merah dengan sangat cepat sekali berkelebat disamping tubuhnya dan berlari kedepan dengan cepatnya.

Pek Thay Thaysu dengan perlahan menghela napas, dengan seorang diri ujarnya.

"Sungguh seorang anak muda yang sangat berangasan sekali, untung saja sambaran pecutmu itu tidak sampai mengenai pinceng kalau diganti dengan orang biasa, bukankah kepalanya akan menjadi hancur terkena sambaran pecutmu yang demikian kerasnya. Usianya telah sangat tinggi sekali, ditambah pula imamnya sangat tebal sekali setelah mengucapkan beberapa patah kata hatinyapun telah menjadi tenang kembali. Tetapi Pek Siang Thaysu merasa sangat tidak puas, tangannya dimasukan kedalam sakunya mengambil sebuah kalung dengan mengerahkan tenaga dalamnya keatas pergelangan tangannya, dengan cepat kalung tersebut disambitkan kearah kaki belakang dari kudanya itu. Kuda tersebut begitu terkena sambaran kalung, segera meringkik kesakitan dan roboh kearah depan. Ilmu menunggang kuda dari pemuda yang menunggang kuda itu sangat hebat sekali, sekalipun kudanya patah kakinya dan roboh kearah depan, tetapi dia tetap tak menjadi kacau karena hal ini, segera dengan sekuat tenaga menarik tali les kudanya, dengan pedas mengangkat kembali kaki kuda yang patah dan roboh kearah depan itu. Tetapi Pek Siang Thaysu telah menggunakan tenaga yang sangat hebat sekali, begitu dia menyambit tadi telah mengerahkan tenaga yang besar, kaki belakang dari kuda itu segera menderita luka yang sangat parah dan tak dapat berdiri tegak lagi, tak dapat dicegah kuda tersebut roboh kearah belakang. Pemuda itupun agaknya merasa situasi tidak beres, sepasang kakinya menutul diatas pelana kuda dan melayangkan tubuhnya turun keatas tanah, dengan dingin memandang sekejap kearah Pek Siang Thaysu, ujarnya kemudian.

"Siapa yang telah melukai kudaku itu". Sikap serta gerak gerik dari Pek Siang Thaysu bagaikan seorang yang tak megetahui dan mendengar perkataan itu, dia tetap melanjutkan perjalanannya kearah depan. Pemuda itu nampak wajah dari Pek Siang serta Pek Thay Thaysu penuh dengan abu, sedang baju yang dipakainyapun sangat dengkil sekali, dengan diam pikirnya.

"Kelihatannya bukanlah dua orang ini yang main gila".253 Didalam hatinya sekalipun merasa bercuriga, tetapi dia yang mempunyai sikap serta sifatnya yang sombong itu mana mau dengan demikian menyudahi urusan, pecut panjangnya disaberkan sehingga mengeluarkan suara yang sangat tajam, bentaknya.

"Berhenti! ". Pek Siang Thaysu menghentikan langkah kakinya, tanyanya.

"Ada urusan apa???". Sahut pemuda tersebut.

"Sebelum aku dapat berhasil mencari siapakah yang membunuh kuda tungganganku ini, kalian lebih baik berhenti dahulu!". Pemuda itu kelihatannya sangat tampan sekali dan bentuk tubuhnyapun sangat ketus dan sombong sekali. Pek Siang Thaysu tertawa dingin, baru saja akan membuka mulut balas memaki, mendadak terdengar suhengnya yang duduk diatas tandu bambu itu dengan perlahan terbatuk, dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya ujarnya.

"Didalam keadaan dan saat seperti hal ini lebih baik jangan sampai terjadi bentrrokan dengan orang itu". Pek Siang Thaysu tak berani melawan lagi, terpaksa dia memutarkan tubuhnya mengundurkan diri kesamping sedang kedua belah tangannya diluruskan kebawah dan berdiri tak bergerak lagi. Pemuda yang memakai pakaian singset itu, mendongakkan kepalanya memandang beberapa waktu lamanya, ujarnya kemudian.

"Aneh sekali, didalam beberapa kali ini tak nampak ada bayangan manusia, apakah dapat dikata diantara mereka berdua itu ada seorang yang telah menurunkan tangan jahat terhadap binatang tungganganku itu?"

Dia berhenti sejenak, kemudian ujarnya dengan seorang diri.

"Hanya sayang kalian masih belum berhasil membuat cayhe menaruh rasa curiga terhadap kalian----". Pek Siang serta Pek Thay Thaysu memutarkan kepalanya memadang pada mega pu tih yang melayang diangkasa itu, bagaikan sama sekali tidak mendengar pemuda yang tampan itu setelah memandang beberapa saat tetap tak dapat menemukan orang yang mencurigakan, mendadak dia menggerakkan kakinya berjalan menuju kedepan Pek Thay Thaysu, tangan kanannya dilayangkan dan menekan diatas bahu Pek Thay Thaysu, dengan dingin tanyanya.

"Siapakah yang duduk diatas tandu bambu itu?"

Tenaga dalam yang dimiliki oleh Pek Thay Thaysu telah mencapai pada taraf yang sempurna, hawa murninya dapat disalurkan keseluruh tempat, dengan pura2 seorang yang tidak mengerti akan ilmu silat, dengan sengaja wajahnya menampilkan sikap yang sangat terkejut dan takut, nya.

"Yang duduk diatas itu adalah majikan kami"254 Begitu tangan pemuda tampan itu menekan keatas tubuh Pek Thay Thaysu segera tubuhnya tertekan kebawah, dan dengan cepat pula dia mengetahui bahwa orang itu adalah seorang biasa yang tidak mengenal akan kepandaian silat, dengan per lahan2 dia mengangkat kembali mengangkat kembali tangan kanannya, sambil tertawa tanya-nya.

"Apakah dia telah menderita suatu penyakit?"

Diam2 dengan gusar maki Pek Thay Thaysu.

"Sungguh seorang Siauwcpe yang sangat sombong, kemudian apabila mempunyai kesempatan, pastilah akan kuhajar benar2 orang itu"

Dalam hatinya dia berpikir demikian, tetapi pada mulutnya terus menerus menyahut dan ujarnya.

"Perkataan yang diucapkan oleh Kong coe tidak salah, majikan kami ini tidak untung telah menderita suatu penyakit yang sangat aneh dan tak dapat tertiup angin yang bagaimana kecilnya pun, sehingga terpaksa mau tak mau harus menutupi seluruh wajah dan tubuhnya dengan kain"

Pemuda tampan tersebut dengan perlahan lahan memutarkan tubuhnya, dengan teliti dia memeriksa sekali lagi, nannpak sebuah kaki dari kudanya itu telah putus, kelihatannya sukar sekali untuk meneruskan per jalanannya, dengan berat dia menghela napas, dan melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

Pek Thay Thaysu memandang pemuda tampan itu hingga berjalan jauh sekali, segera mempercepat langkah kakinya, dan berlari menuju kesebuah hutan tak jauh dari tempat itu dan menurunkan tandu bambu tersebut.

Pek Jien Thaysu bangkit berdiri dan membuka kain hitam yang menutupi tubuhnya itu, ujarnya .

"Jalan raya menuju kekota Lam Yang sangat banyak sekali orang2 dari Bu-lim yang hilir mudik, kelihatannya orang She Jien itu tidaklah berbohong". Pek Thay Thaysu menunjuk pada sebuah gunung yang berdiri sendiri disebelah Utara itu, ujarnya .

"Gunung itu adalah gunung terpencil yang dimaksud, sedang berkampungan keluarga Lam Kong itupun terletak disudut dari gunung tersebut, sedang rumah2 yang terlihat atapnya itu adalah kuil "Sian Miauw Koan"

Yang terkenal, kita harus menyembunyikan asal usul kita lebih baik melakukan perjalanan langsung keatas gunung yang terpencil itu, dan mencari suatu tempat untuk menyembunyikan diri yang sangat baik atau berhenti dikuil Siau Miauw Koan itu-----".

Ujar Pek Siang Thaysu pula.

Koancu dari kuil Sian Miauw Koan itu mempunyai hubungan persahabatan yang sangat erat dengan Siauw-te, waktu ini juga merupakan orang dari Bulim, tetapi pada sepuluh tahun yang lalu telah cuci tangan dan tidak lagi mencampuri urusan dunia kangouw, dengan hubungan yang sangat erat dengan Siauwte itu, aku kira dia juga akan255 menerima kita yang melakukan perjalanan dari ribuan li ini"

Ujar Pek Jien Thaysu.

"Jejak kita menuju ke Barat ini, makin dirahasiakan makin bertambah baik, nama Koancu dari Sian Miauw Koan itu sangat terkenal sekali, kita lebih baik terus masuk kedalam gunung yang terpencil itu.' kemudian mencari suatu tempat yang baik untuk menyembunyikan diri". Pek Siang serta Pek Thay Thaysa segera bangkit berdiri, ujarnya.

"Perkataan yang diucapkan oleh suheng tidak salah, mari kita segera melakukan perjalanan ! ". Pek Jien Thaysu menutupi seluruh tubuhnya dengan kain hitam lagi, ujarnya.

"Cuaca sekarang ini masih sangat pagi, hutan ini kelihatannya sangat lebat sekali. Siauw heng untuk sementara akan menanti disini, sedang kalian berdua lebih baik pergi mencari berita mengenai beberapa urusan, menanti setelah matahari terbenam, kita baru mulai berangkat masuk kedalam gunung tersebut". Kedua orang hweeshio itu bersama-sama menyahut.


Bangau Sakti Sin Hok Sin Cin Karya Chin The Phantom Of Opera Karya Gaston Leroux Malam Sejuta Bintang Karya Michelle

Cari Blog Ini