Pembunuh Misterius Karya Tjan ID Bagian 7
"Kami akan melakukan tugas sesuai dengan perintah diri subeng !", Ujar Pek Jien Thaysu lagi .
"Pek Siang sute, kau pergi mencari kabar apakah koancu dari Sian Miauw Koan itu masih tetap Sam Ciat Tootiang". Tanya Pek Siang Tootiang.
"Apabila masih Sam Ciat Too-heng. apakah perlu membawa dia datang menemul Suheng???". Sahut Pek Jien Thaysu .
"Tak usahlah, asalkan mendengar bahwa kini telah bukan Sam Ciat Tootiang sebagai koancunya, segera balik memberi kepadaku sudah cukuplah". Pek Siang Thaysu tidak bertanya lebih banyak lagi, segera dia melayangkan tubuhnya pergi. Tanya Pek Thay Thaysu.
"Suheng apakah minta siauw-te perlu memeriksa keadaan dari perkampungan keluarga Lam Kong itu terlebih dahulu??". Sahut Pek Jien Thaysu.
"Orang yang kita temui didalam perjalanan tadi, agaknya semuanya merupakan orang2 dari dunia persilatan, kemungkinan sekali perkampungan keluarga Lam Kong itu telah diobrak abrik tak keruan----". Ujar Pek Thay Thaysu.
"Siauw-te segera akan pergi memeriksa, dan dengan cepat akan kembali memberikan laporannya kepada suhengr!". Agaknya sejak diatas tandu bambu itu Pek Jien Thaysu telah merencanakan urusan yang harus dikerjakan, dengan nada yang sangat rendah ujarnya.
"Lebih baik janganlah sampai terjadi bentrokan dengan orang lain,256 setelah mendapatkan kenyataannya segera kembali memberi laporan". Pek Thay Thaysu menyahut, dengan sangat cepat bergerak kearah perkampungan keluarga Lam Kong. Hutan itu hanyalah sebuah hutan yang sangat sempit sekali, luasnya tak lebih hanyalah satu hektar saja. Pek Jien Thaysu bangkit berdiri dan dengan perlahan lahan berjalan kesana ke mari didalam rimba tersebut, hal ini memperlihatkan bahwa didalam hatinya mulai timbul rasa cemasnya. Setengah harian telah berlalu dengan cepatnya, Pek Jien Thaysu selalu dengan hati yang sangat cemas berjalan kesana kemari, sampai pada saat matahari hampir terbenam, barulah nampak Pek Sian Thaysu dengan cepat lari mendatang. Pek Jien Thaysu mengerutkan alisnya, tanyanya.
"Mengapa pergi demikian lamanya?"
Sahut Pek Siang Thaysu.
"Siauw te menanti hampir setengah harian didepan kuil tersebut, dan membicarakan tentang urusan kuil tersebut dengan seseorang, apakah koancunya masih tetap Sam Ciat Tootiang, tetapi siapa tahu pihak sana ternyata menggelengkan kepalanya tidak tahu"
Tanya Pek Jien Thaysu dengan kurang percaya.
"Ada urusan yang demikian?"
Sahut Pek Sian Thaysu.
"Orang lain tidak berbicara, Siauwte juga tidak mempunyai daya untuk memaksa, terpaksa menanti didepan kuil itu untuk mencari orang lain lagi"
Tanya Pek Jien Thaysu.
"Apakah kau terus tak berhasil mengetahuinya?"
Sahut Pek Sian Thaysu.
"Akhirnya, siauw te bertemu dengan seorang toosu dari kuil tersebut, dan barulah mengetahui kalau koancunya masih tetap Sam Ciat Tooheng --"
Ujar Pek Jien Thaysu.
"Itulah sangat baik sekali, pada saat yang diperlukan, kita juga masih dapat meminta bantuan darinya"
Ujar Pek Siaug Thaysu lagi.
"Hanya, Sam Ciat Tootiang telah hampir tiga empat tahun lamanya tidak pernah munculkan dirinya, sekalipun orang2 dari kuil tersebut juga belum pernah menemui dirinya. Tanya Pek Jien Thaysu dengan keheranan.
"Mengapa ???". Sahut Pek Siang Thaysu lagi.
"Hai inilah merupakan urusan yang belum siauw-te pahami, sebenarnya akan menerjang masuk kedalam kuil uutuk memeriksa keadaan tersebut tetapi takut diketahui asal usulnya, sehingga merusak257 seluruh rencana yang telah disusun oleh suheng, terpaksa aku tak dapat mengambil keputusan sendiri dan mengundurkan diri kembali ke sini". Pada saat dua orang itu sedang berbicara, Pek Thay Thaysupun telah berjalan mendatangi. Dia agaknya merasa sangat lelah sekaii, sesampainya tubuh Pek Jien Thaysu pun napasnya masih ter sengkal2. Pek Diien Thaysu menjadi sangat terkejut sekali, tanyanya.
"Bagaimana?? apakah kau telah bergebrak dengan orang lain??". Pek Thay Thaysu menggelengkan kepalanya, sahutnya.
"Tidak!". Tanya Pek Siang Thaysu.
"Lalu mengapa kau kelihatannya sangat letih sekali??". Sahut Pek Jien Thaysu.
"Sekalipun tidak bergebrak dengan orang, tetapi telah dikejar mati2an oleh orang itu hingga setengah harian lamanya!". Tanya Pek Jien Thaysu.
"Siapa ????". Sahut Pek Thay Thaysu.
"Tidak kenal, tetapi delapan bagian bukan orang2 dari keluarga Lam Kong, dia agaknya mempunyai niat untuk bergebrak dengan diriku, terhadap diriku dia selalu mengejar dengan sangat kencang sekali". Tanya Pek Siang Thaysu lagi.
"Lalu bagaimana kau dapat meloloskan dirinya???". Sahut Pek Thay Thayso.
"Siauw-te terdesak, mendadak pikiranku menjadi bergerak, dan lari menuju ketengah gunung yang terpencil itu, dengan meminjam keadaan dari jalan tersebut dengan dia telah bertanding beberapa waktu lamanya, menanti setelah berhasil meloloskan diri dari kejaran orang tersebut, baru dengan cepat siauw-te balik kembali ". Pek Jien Thaysu mendadak menghela napas panjang2, ujarnya.
"Sungai dan kali akan tetap serupa, tetapi urusan manusia selalu berubah, cepat kalian mengambil keluar keringan yang kalian bawa dan cepat dimakan untuk kemudian memelihara tenaga, kemungkinan sekali malam ini kita harus menerjang masuk ke dalam perkampungan keluarga Lam Kong". Pek Thay Thaysu termenung sejenak, kemudian ujarnya.
"Suheng harap memaafkan terlebih dahulu, atas kesalahan dari siauw-te!!". Pek Jien Thaysu menjadi tertegun, tanyanya.
"Urusan apa?? sute apabila ada urusan harap diucapkan keluar". *********258 ** BAGIAN KELIMA BELAS ** Ujar Pek Thay Thaysu.
"Sejak suheng menerima jabatan sebagai ciangbunjin, telah mengeluarkan keputusan untuk melarang anak murid dari Siauw lim pay untuk mempunyai ingatan merebut ketiga buah benda pusaka, sehingga menerjang dan membuat onar didalam perkampungan keluarga Lam Kong, siapa yang melanggar akan hal ini akan menerima hukuman berat"
Sahut Pek Jien Thaysu.
"Tidak salah memang ada urusan ini"
Ujar Pek Thay Thaysu lagi.
"Tetapi kini suheng telah melakukan perjalanan ketempat ini entah mempunyai tujuan apa?"
Pek Jien Thaysu memandang kekiri dan kekanan sekejab, kemudian sambil menghela napas panjang ujarnya.
"Siauw heng dapat kemari bukanlah di keranakan ketiga buah benda pusaka tersebut, aku akan memeriksa beberapa persoalan, urusan ini menyangkut mati hidupnya Bu lim untuk selanjutnya--"
Dia mendongakkan kepalanya memandang matahari yang hampir tenggelam lanjutnya lagi.
"Tetapi urusan ini aku sendiripun sukar sekali untuk menceritakan seluruhnya dengan jelas"
Pek Siang Thaysu dengan per lahan2 menganggukkan kepalanya, dengan nada yang sangat serius ujarnya.
"Sam Ciat Tootiang lama sekali tidak munculkan diri membuat siauw te mempunyai dugaan yang jelek, para ciangbunjin dari seluruh partai besar dengan tulisan tangannya sendiri telah menulis peraturan2 yang harus kita semua taati, hal ini membuat perkampungan keluarga Lam Kong ini penuh diliputi oleh kemisteriusan, didalam boleh dikata tak ada lagi perkampungan semacam itu lagi, dan tak seorang pun didalam Bu lim yang mengetahui dan memahami perkampungan keluarga Lam Kong ini". Ujar Pek Jien Thaysu.
"Itulah tujuan dari pada kita datang kemari, didalam beberapa puluh tahun ini kejadian yang dialami oleh keluarga Lam Kong dapat dihitung sebagai suatu peristiwa sakit hati yang sangat menyedihkan sekali didalam dunia kangouw, berturut-turut beberapa turunannya ternyata telah dibunuh oleh orang sampai jenasahnyapun tak dapat ditemukan, dan beritanya bagaikan batu yang terjatuh kedalam samudra, tetapi selalu sampai kini belum pernah terdengar gerakan dari keluarga Lam Kong ini untuk mengadakan pembalasan dendam---."
Mendadak terdengar suara tindakan kaki berkumandang datang,259 seorang yang kurus kering dan pendek dengan memakai baju berwarna abu2, dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan masuk kedalam rimba tersebut.
Orang itu agaknya telah mengetahui kalau Pek Jien Thaysu bertiga berada ditempat itu, segera dia menghentikan langkah kakinya.
Pek Thay Thaysu bangkit berdiri dengan nada yang berat bentaknya.
"Kawan ! jangan pergi, kalau memangnya telah bertemu muka, mengapa tak datang kemari untuk berbicara sejenak". Tubuhnya kini memakai pakaian dari orang biasa, oleh karena itu ucapannyapun menirukan lagaknya sebagai seorang kangouw kawakan. Orang berbaju abu2 Yang kurus kering serta sangat pendek itu menjadi bingung untuk sesaat, kemudian dengan langkah yang lebar berjalan mendekat , sepasang matanya memancarkan sinar yang sangat tajam, setelah memandang sekejap kearah tiga orang itu, ujarnya. Berbicarapun juga sangat baik, entah mempunyai pendapat apakah?". Pek Jien Thaysu jarang sekali berkelana didalam dunia kangouw, sekalipun namanya menggetarkan seluruh Bu-lim, tetapi orang yang dapat mengenal dirinya sangat sedikit sekali, sedang Pek Siang serta Pek Thay Thaysupun saat ini telah memakai pakaian orang biasa, wajahnyapun juga telah ditutupi dengan abu, sehingga orang yang kecil pendek itu setelah memandang agak lama kearah ketiga orang itu, agaknya masih juga tidak dapat memikirkan asal usul dari ketiga orang tersebut, tanpa terasa dia menjadi mengerutkan alisnya. Pek Siang Thaysu tersenyum, ujarnya.
"Jika dilihat dari bentuk wajah serta gerak gerikmu itu agaknya kau adalah "Sin Cho Kwie"
Yang telah sangat terkenal didalam dunia kangouw itu, entah tebakan cayhe itu benar tidak?"
Dalam hati orang yang kurus kering itu terasa agak bergetar, tetapi pada wajahnya dia tetap mempertahankan wajahnya yang sangat tenang sekali, sahutnya.
Tidak salah, cayhe Pauw Fang adanya, maafkan kalau mataku kurang tajam sehingga tak dapat mengetahui asal usul dari kalian"
Pek Siang Thaysu tertawa tawar, ujar nya.
"Kalau bertemu mengapa harus mengenalnya, Pauw heng sembarangan memanggil sudahlah"
Pauw Fang tertawa dingin, sahutnya.
"Sin Cho Jie Kie selamanya tidak pernah berhubungan dengan orang2 yang tidak dikenal, maafkan kalau aku tak dapat menemani lebih lama lagi"
Sambil memutarkan tubuhnya dia loncatkan dirinya, dan tahu2 tubuhnya telah berada sejauh beberapa kaki dari tempat semula. Pek Thay Thaysu segera bangkit berdiri dengan nada yang berat260 bentaknya.
"Berhenti!"
Suaranya belum selesai diucapkan, tubuhnya telah mengejar sampai dibelakang tubuh Pauw Fang. Pauw Fang diam2 merasa sangat terkejut, diam2 batinnya.
"Gerakan tubuhnya sungguh cepat sekali"
Dalam hatinya sekalipun dia berpikir demikian, tetapi pada mulutnya dengan nada yang dingin balas bentaknya.
"Bagaimana.?"
Pek Thay Thaysu merangkap tangannya sambil tertawa ujarnya.
"Sekalian cayhe sekalian harus menyebutkan namanya sendiri, entah masihkah mempunyai cara yang lain untuk dapat menahan Pauw heng sejenak lagi?"
Sahut Pauw Fang.
"Ucapan dari saudara demikian sombongnya, aku kira pastilah kalian adalah pendekar yang memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi"
Sambil tertawa ujar Pek Thay Thaysu.
"Terlalu memuji, apabila selain menyebutkan namanya sendiri masih ada cara yang lain untuk menahan diri Pauw-heng sejenak lagi ditempat ini, cayhe pasti akan menurut apa yang dikehendaki oleh Pauw- heng dan meminta sedikit pelajaran dari saudara". Pauw Fang sejak malang melintang di dalam Bu lim, mana pernah merasakan sindiran yang demikian tajamnya itu, dengan gusar bentaknya.
"Kau mempunyai niat untuk membuat susah kepadaku". Dengan per-lahan2 dia mengangkat telapak tangan kanannya. Serentetan sinar marahari senja memancarkan sinarnya masuk kedalam rimba tersebut, tampak tangan Pauw Fang yang diangkat itu diliputi oleh warna hitam yang agak menebal. Pek Thay Thaysu tersenyum ujarnya.
"Sin Cho Jie Kwie yang telah menggemparkan dunia kangouw itu, cayhe dengar bahwa yang satu melatih ilmu Thiat sah Ciang atau pukulan pasir besi dan yang seorang melatih ilmu Chu Sah Ciang atau pukulan pasir ungu, kini telapak serta jari dari Pauw heng berubah menjadi hitam seperti tinta, aku kira kau telah melatih ilmu Thiat Sah Ciang". Didalam hati Pauw Fang merasa sangat terkejut bercampur mangkel, diam2 batinnya.
"Aku Pauw Fang telah berkelana didalam dunia kangouw selama setengah umurku, sungguh2 kiranya hanya sia2 belaka, pihak lawan bukan saja dapat menyebutkan namaku, bahkan masih dapat menyebutkan kepandaian yang dilatih oleh Sin Cho Jie Kwie, sedang sebaliknya asal usul dari pihak lawan aku sedikitpun tidak mengetahuinya dan merasa bingung".261 Hatinya makin lama makin bertambah terkejut, telapak tangan yang telah diangkatpun sukar sekali untuk dilancarkan keluar. Pek Thay Thaysu merangkap tangannya sambil tertawa, ujarnya.
"Pauw-heng silalnkan!". Kakinya dengan seenaknya berdiri hal ini memperlihatkan kalau dia sama sekali tidak memandang sebelah matapun kepada Pauw Fang. Pauw Fang merasakan bahwa hawa gusarnya menerjang naik keatas dari dalam hatinya, dengan keras dia membentak, sedang telapak tanganpun melancarkan serangan hebat kearah Pek Thay Thaysu. Dengan cepat Pek Thay Thaysu menghindar kesamping, dan dengan sangat tepat sekali berhasil menghindarkan diri dari satu jurus serangan yang baru saja dilancarkan itu, sambil tertawa ujarnya.
"Cayhe dengan senang hati akan mengalah sebanyak tiga jurus". Dengan gusar ujar Pauw Fang.
"Siapa yang menginginkan kau mengalah". Sepasang telapak tanganya didorongkan kedepan berbareng, berturut turut melancarkan beberapa kali serangan gencar. Pek Thaysu menghindarkan lagi sebanyak dua jurus baru kemudian balas melancarkan ilmu dua belas gerakan penakluk naga dari Siauw Lim Pay, serangannya mengutamakan menotok dan mencekal jalan darah serta urat nadi pihak lawan,saking terdesaknya gerakan dari Pauw Fang menjadi kacau tak karuan, satu kali kurang hati2 urat nadi dipergelangan tangan kirinya telah berhasil dicekal oleh Pek Thay Thaysu. Pauw Fang menjadi termangu mangu, sambil memandang kearah Pek Thay Thaysu ujarnya.
"Orang she Pauw telah selama separuh dari hidupku berkelana didalam dunia kangow, dan menemui jago2 berkepandaian tinggi tak terhitung banyaknya tetapi belum pernah mengalami kekalahan didalam sepuluh jurus saja."
Sambil tertawa ujar Pek Thay Thaysu.
"Pauw-heng mengalah sehingga aku dapat mengalami kemenangan, asalkan Pauw-heng mau menyanggupi satu hal yang diajukan oleh cayhe, segera cayhe akan melepaskan Pauw-heng pergi dari tempat ini". Ujar Pauw Fang.
"Sin Cho Jie Kwie selamanya selalu waspada sekali, sungguh tak disangka ini hari dapat dibuat oleh orang lain sehingga menjadi demikian, coba kau katakanlah ada urusan apa??". Ujar Pek Thay Thaysu.
"Cayhe hanya mengharapkan bantuan dari Pauw heng mengenal satu hal, setelah meninggalkan rimba ini janganlah menceritakan kalau kau telah bertemu dengan kami sekalian ditempat ini". Pauw Fang termenung sejenak, kemudian sahutnya.
"Tentang hal ini aku menyanggupi".262 Pek Thay Thaysu tertawa, ujarnya lagi.
"Orang2 didalam dunia kangouw mengutamakan perkataan serta sumpah yang telah diucapkan, perkataan yang telah keluar dari mulut berat bagaikan gunung Thay san, Pauw heng silahkan melanjutkan perjalan". Segera dia melepaskan cekalannya dipergelangan tangan kiri Pauw Fang sambil merangkap tangannya mengantar. Pauw Fang dengan ter mangu2 memandang sekejap kearah Pek Thay Thaysu, kemudian dengan cepat membalikkan tubuhnya dan lari pergi dari tempat tersebut. Pek Jien Thaysu memandang kearah Pek Thay Thaysu sambil tertawa, ujarnya.
"Untuk memberikan keputusan tentang perebutan yang terjadi didalam dunia kangouw, Siauw te sungguh masih mengharapkan bantuan dari sute sekalian". Pek Thay Thaysu tertawa tawar, sahutnya.
"Sin Cho Jie Kwie dengan membunuhi orang2 lain sebagai kebiasaannya, kepandaian silatnya boleh juga tak dapat dikatakan jelek, yang ditakuti hanyalah senjata rahasia beracun, apabila orang2 dari golongan Pek to menyebutkao nama Jie Kwie itu tak seorangpun yang tak menjadi kepala pusing, ini hari mau dengan mendapatkan hinaan pergi dari tempat ini, yang paling penting adalah karena dia masih tidak jelas dengan asal usul kita, pun ditambah lagi dengan tercekalnya urat nadi pada pergelangan tangan kirinya didalam lima jurus saja oleh Cap Jie Jien Liong Shu yang telah Siauw ye lancarkan itu, apabila kita dapat terlebih dahulu menangkap orangnya sehingga membuat semangat serta nyalinya menjadi pecah, urusan kemudian barulah dengan kata2 yang baik meminta dia meninggalkan tempat ini, tak mungkin dia akan membocorkan urusan ini lagi. Ujar Pek Siang Thaysu.
"Sin Cho Jie Kwie selamanya melakukan perjalanannya dengan bersama sama, sedang kini mereka telah berpisah satu sama lainnya, dan dari jauh seorang diri datang kekota Lam Yang ini, didalamnya sudah tentu ada urusan lagi yang sangat penting"
Pek Jien memandang keadaan cuaca, kemudian ujarnya.
"Rimba ini sangat dekat sekali dengan jalan raya, sedang orang2 yang melintasi jalan itupun campur aduk tak keruan, jaraknya sampai malam hari masih sangat lama sekali, aku kira sukar untuk diduga tak ada orang lain lagi yang datang kemari, kita haruslah mencari suatu tempat yang tersembunyi dan tenang untuk memelihara semangat serta tenaga selanjutnya,disamping itu juga dapat menghindarkan diri dari pendengaran serta pandangan orang banyak, sehingga terjadi urusan yang mendatangkan kesulitan bagi kita"
Ujar Pek Thay Thaysu.263
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tempat yang tersembunyi dan sangat tenang memangnya ada satu tempat yang bagus, hanya entah suheng mau ikut pergi tidak"
Tanya Pek Jien Thaysu.
"Ditempat mava?"
Pek Thay Thaysu menunjuk keatas suatu pohon yang sangat besar dan lebat, sambil tertawa sahutnya.
"Diatas pohon yang besar itu, daun di tempat itu sangat lebat sekali dan sangat baik untuk menyembunjikan diri dari pandangan orang lain, tetapi suheng sebagai seorang ciangbunjin, mana dapat--"
Pak Jien Thaysu tertawa ujarnya.
"Hal ini juga bukanlah merupakan suatu urusan yang melanggar peraturan atau pun melangggar ajaran agama, karena keadaan situasi mengapa tidak boleh?"
Sehabis berkata dia terlebih dahulu bangkit berdiri dan meloncat naik keatas pohon besar itu.
Pek Thay serta Pek Siang Thaysu saling bertukar pandangan sambil tertawa, setelah menyimpan baik2 tandu bambu itu merekapun meloncatkan dirinya naik keatas pohon yang besar itu.
Tidak lama ketiga orang itu menyembunyikan dirinya diatas pohon besar itu, mendadak terdengar suara batuk yang sangat berat berkumandang datang, diikuti dengan suara nyaring dari Pauw Fang, ujar nya "Tang Loocianpee, rimba tidak sesuai untuk menyembunjikan diri, lebih baik kita berganti dengan tempat yang lain saja".
Perkataan yang diucapkan olehnya sekalipun sangat tinggi sekali, tetapi suara jawabannya sebaliknya malah tak terdengar sama sekali, terdengar suara batuk itu makin lama makin mendekat, kiranya Pauw Fang tak berhasil menarik orang itu untuk berpindah tempat terpaksa mereka ber sama2 memasuki rimba tersebut.
Pek Thay Thaysu membuka sedikit daun dari pohon yang menutupi tubuhnya itu memandang kebawah, nampak Pauw Fang dengan seorang nenek yang memakai pakaian yang kasar berjalan ber sama2 memasuki rimba itu.
Nenek tua itu dengan kain hitamnya mengikat rambutnya, wajahnya penuh dengan pasir dan debu, pada tangannya memegang sebuah tongkat bambu, dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan mendatang, bentuknya yang kelihatan sangat tua iru berjalan dengan seenaknya ketempat itu, tetapi tak dapat juga menutupi dua buah sinar matanya yang sangat tajam yang memancar keluar dari sepasang matanya.
Sinar mata dari Bauw Fang terus menerus berputar, ketika tak nampak lagi Pek Thay Thaysu sekaliam ditempat itu segera dia menegakkan pinggangnya dan berhenti ber batuk2.
Nenek tua itu menoleh kebelakang memandang sekejab kearah264 Pauw Fang ujarnya.
"Rimba ini bukanlah sangat sunyi serta bersih??". Ujar Pauw Fang.
"Jarak dari rimba ini sampai dijalan raya sangat dekat sekali, aku takut kalau ada orang yang menerjang masuk ketempat ini. Nenek tua itu mendongakkan kepalanya memandang daun yang rimbon diatas pohon yang besar itu, kemudian ujarnya.
"Kita lebih baik bersembunyi diatas pohon itu saja, sekalipun ada orang yang masuk kedalam rimba ini juga tak mungkin dapat melihat diri kita". Tongkat bambunya ditutulkan keatas tanah, dengan menggunakan jurus "Jien Liong Sian Thian"
Atau Naga meluncur naik keangkasa, dengan tegak lurus meluncur naik keatas setinggi dua kaki tongkat bambu ditangannya menutul lagi ke atas sebuah dahan pohon, tubuhnya meluncur lagi keatas dan turun diatas dahan yang terlindung dari daun2an yang sangat lebat dari pohon tersebut.
Pek Thay Thaysu yang melihat hal ini diam2 memuji.
"Suatu ilmu meringankan tubuh yang sangat sempurna sekali, entah siapakah orang itu?'? dapat mempunyai kepandaian seperti ini" . Pauw Fang pun segera mengikuti dari belakangnya dan bersembunyi ditengah dahan yang dikelilingi oleh daun2 yang sangat lebat tersebut. Cuaca makin lama makin menjadi gelap, burung2 mulai beterbangan kembali ke dalam sarang, tak sedikit pula burung2 yang terbang kedalam rimba tersebut. Matahari dan bulan bertukar tempar, bintang2pun memenuhi jagat raya yang luas. Cuaca pada saat itu kira2 telah mendekati kentongan kedua. Terdengar suara wanita yang sangat rendah dan berat berkumandang datang sehingga mengejutkan tiga-empat burung yang segera beterbangan ujarnya.
"Waktu telah mendekati siang, kitapun segera mulai berangkat". Dua buah bayangan manusia berkelebat dari atas pohon yang lebat itu dan meloncat turun kemudian pergi dengan sangat cepatnya. Tak lama kedua buah bayangan manusia itu pergi dari tempat itu, Pek Jien, Pek Siang serta Pek Thay Thaysu pun segera meloncat turun dari atas pohon besar itu. Pek Thay Thaysu merogoh kedalam sakunya mengambil keluar sebuah sapu tangan yang berwarna hitam, dan diserahkan kepada Pek Jien Thaysu sambil ujarnya.
"Suheng harap menggunakan saputangan ini untuk menutupi wajah yang sebenarnya"
Pek Jien Thaysu tersenyum, sahutnya.
"Sungguh sangat teliti sekali kau didalam memikirkan sesuatu"265 Segera dia menerima saputangan itu dan menutupi wajahnya, hanya nampak sepasang matanya yang memancarkan sinar mata yang sangat tajam itu saja. Tiga buah bayangan manusia dengan sangat cepat sekali berkelebat diantara pepohonan didalam rimba itu dan lari menuju kedalam perkampungan keluarga Lam Kong. Inilah suatu malam yang tak berbulan dan tak berbintang, malam yang gelap gulita itu memberikan kebebasan yang lebih luas lagi kepada orang2 yang melakukan perjalanan malam itu. Sejak tadi Pek Thay Thaysu telah mengingat baik2 jalan2 yang menuju kearah perkampungan keluarga Lam Kong, tiga buah bayangan manusia bagaikan kilat cepatnya menyambar diangkasa dan berlari di atas jalan gunung yang sangat tinggi sekali, tak sampai beberapa waktu sampailah mereka diluar rimba Tiang Cing Lim. Pek Thay Thaysu mendadak menghentikan langkah kakinya, sambil ujarnya.
"Setelah melewati rimba yang sangat lebar dan luas ini, kita akan sampai didalam perkampungan keluarga Lam Kong, kemungkinan sekali didalam rimba ini penuh dengan jago2 yang disebarkan oleh orang2 dari keluarga Lam Kong untuk menjaga tempat tersebut, kedua orang suheng harap lebih berhati2 lagi"
Pek Jien Thaysu mendadak menghela napas panjang, dengan nada yang rendah ujarnya.
"Sungguh tak disangka Siauw heng pun ternyata juga telah menjadi orang yang berjalan waktu malam hari"
Pek Siang Thaysu sekalipun pada mulut nya tidak mengucapkan sepatah katapun juga, tetapi didalam hatinya diam2 batinnya.
Ucapan ini memangnia tidak salah, Ciangbunjin dari partai Siauw Lim Pay bagaimana dapat berbuat demikian, apalagi dengan kedudukan serta tingkatannya yang demikian tingginya, tak perduli partai manapun diantara kesembilan partai besar yang ada juga tak berani untuk demikian memandang rendahnya kepada Ciangbunjin dari partai Siauw Lim Pay.
Pek Thay Thaysu mendadak menarik Pek Jien Thaysu untuk menyembunyikan diri dibelakang sebuah pohon Pak Yang yang sangat besar, Pek Siang Thaysu yang selalu waspadapun segera memutarkan tubuhnya bersembunyi disalah satu pohon yang besar pula.
Terlihat sebuah bayangan manusia dengan sangat cepat sekali meluncur datang dan berhenti pada jarak dua-tiga kaki dari tempat persembunyian ketiga orang itu.
Malam hari yang sangat gelap gulita, hanya nampak batang2 pohon yang berdiri tegak dan bayangan daun2 yang bergoyang di tiup angin, ditambah lagi Pek Jien Thay su tiga orang berdiri tegak dan menghentikan pernapasannya, orang yang jalan malam itu ternyata tak berhasil266 mengetahui tempat persembunyian dari ketiga orang itu.
Sinar mata dari Pek Thay Thaysu dengan per lahan2 dialihkan, tampak orang itu mempunyai bentuk tubuh yang sangat ramping kecil, pada punggungnya terselip sebuah pedang panjang, wajahnya tertutup oleh kain hijau, hanya tampak kedua tangannya saja yang menonjol keluar.
Agaknya setiap orang yang mendatangi kedalam perkampungan keluarga Lam Kong ini tak seorangpan yang ingin memperlihatkan wajah aslinya.
Bayangan tubuh yang ramping kecil itu setelah berdiri ter mangu2 sejenak, dengan meminjam bayangan pohon yang bergoyang itu, dengan langkah yang sangat cepat sekali berlari kearah dalam rimba, dalam sekejap mata saja telah lenyap dari pandangan.
Pek Thav Thaysu dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya dengan nada yang sangat rendah berkata terhadap Pek Jien Thaysu.
"Orang yang baru saja datang ini waktu berjalan tak meninggalkan suara tindakan sedikitpun juga, hal membuktikan kalau dia memiliki ilmu meringankan tubuhyang sangat sempurna sekali jika dilihat dari hal ini. agaknya orang2 jalan malam yang mengadakan penyelidikan terhadap perkampungan keluarga Lam Kong malam ini tidaklah sedikit jumlahnya". Pek Siang Thaysu menoleh memandang, dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara juga ujarnya.
"Jalan raja yang menuju kekota Lam Yang ini tak hentinya tampak munculnya orang dari Bu-lim yang membawa senjata tajam beraneka ragam, orang2 dari keluarga Lam Kong apakah tidak mengetahui akan berita ini sedikitpun juga??? apabila dugaan yang aku buat tidak salah. orang2 dari perkampungan keluarga Lam Kong ini aku kira sejak tadi telah menyebarkan orang2nya untuk menyambut kedatangan setiap orang yang datang menyatroni dan dengan tenang menanti kita sekalian terjebak". Pek Jien Thaysu termenung sejenak, kemudian ujarnya.
"Perkataan dari suhe tidak salah, kita haruslah lebih berhati hati lagi". Thay Thaysu menoleh memandang sekejab kearah Pek Jien Thaysu, kemudian ujarnya.
"Apabila keadaan tidak terlalu memaksa lebih baik kita janganlah sembarangan turun tangan2. Tidak menanti Pek Jien Thaysu memberikan jawaban lagi, segera dia menggerakkan kakinya berjalan kearah depan. Sungguh diluar dugaan sama sekali dari ketiga orang itu, didalam rimba Tiang Cing Lim yang demikian dalam dan luasnya itu, ternyata tak terdapat sedikit rintangan apapun juga. Ketenangan yang diluar dugaan ini, malah sebaliknya267 mendatangkan perasaan yang sangat dingin, mengerikan dan menakutkan sekali. Setelah melewati rimba yang sangat sunyi sekali itu, terciumlah bau bunga2 semerbak yang menusuk hidung, diluar halaman perkampungan keluarga Lam Kong yang demikian luasnya itu ditengah malam yang gelap gulita terlihat diatas pintu besar berwarna hitam pekat itu tergantung sebuah kain putih yang menutupi papan nama "Bulim Tit It Chia", dan dibelakangnya terlihat sebuah gardu tempat penjagaan. Ditengah malam yang gelap gulita itu, keadaan yang sangat sunyi senyap tak terlihat sedikit sinar lampupun, dan tak terdengar pula suara sedikitpun juga, ditengah rimba yang menyeramkan itu, samar2 timbul suasana yang sangat kaku dan serius sekali. Pek Thay Thaysu menggerakkan tangannya menunjuk kearah bangunan yang sangat besar didalam lapangan yang luas itu, ujarnya.
"Inilah perkampungan keluarga Lam Kong"
Pek Jien Thaysu diam sejenak termenung berpikir keras, ujarnya kemudian.
"Mari kita masuk kedalam melihat lihat sejenak!"
Jilid 9 Segulung angin malam bertiup datang membuat daun dan batang bergoyang tak hentinya sehingga mengeluarkan suara gemerisik yang nyaring.
Pek Thay Thaysu terlebih dahulu maju kedepan memimpin perjalanan itu, dan berjalan terus sampai didepan halaman yang luas itu.
Dua buah pintu besar yang berwarna hitam itu agaknya sejak tadi telah dibuka oleh orang lain, dan kini terlihat terbuka suatu celah yang lebarnya hanya beberapa coen saja, dan hanya cukup untuk satu orang yang keluar masuk.
Pek Thaysu menoleh memandang sekejap kearah Pek Siang Thaysu, kemudian dengan cepat berkelebat masuk kedalam.
Pot2 bunga yang penuh menghiasi halaman yang gelap gulita itu seluruhnya telah berubah menjadi bayangan hitam yang ber bintik2.
Pek Thay Thaysu menarik napas panjang2 tubuhnya dengan datar melompat keatas dan meloncat setinggi dua kaki lebih kemudian turun diatas atas ruangan itu.
Pek Jien serta Pek Siang Thaysu segera mengikuti pula melayang masuk keatas atap ruangan tersebut.
Dengan nada yang rendah ujar Pek Siang Thaysu kepada Pek Thay Thaysu.
"Sute--"
Diantara ketiga orang itu, ketajaman telinga serta pandangan dari268 Pek Thay Thaysu jauh lebih lihay, dia mengangkat tangannya yang ditekankan diatas bibirnya.
sambil menggelengkan kepalanya memberi tanda kepada Pek Siang Thaysu untuk tidak berbicara lagi, bersamaan juga menarik tubuh Pek Jien Thaysu, ketiga orang itu ber sama2 menjatuhkan diatas atap ruangan itu.
Tak salah lagi, tak seberapa waktu kemudian, dua buah bayangan manusia bagaikan elang menyambar datang ketempat tersebut.
Orang yang berlari didepan itu ternyata adalah nenek tua yang memakai baju kasar yang bertemu didalam rimba tadi, sedang dibelakang tubuhnya mengikuti terus seorang yang mempunyai bentuk tubuh pendek kecil, kiranya adalah salah satu dari Sin Cho Jie Kwie, Sam Shu So Hun atau tiga tangan pencabut nyawa, Pauw Fang adanya.
Nenek tua itu menghentikan gerakan tubuhnya, dengan panjang dia menghela napas ujarnya "Bangunan dari perkampungan keluarga Lam Kong yang demikian luas serta lebar nya itu ternyata sedikitpun tak nampak penjagaan.
sungguh membuat orang sukar sekali untuk memahaminya".
Ujar Pauw Fang.
"Berita yang tersebar didalam dunia kangouw mengatakan bahwa seluruh orang lelaki yang terdapat didalam perkampungan keluarga Lam Kong ini telah binasa seluruhnya, dan kini hanya tinggal beberapa orang janda yang sangat lemah sekali, dengan bantuan perlindungan dari nama Bu lim Tit It Chia yang melindungi mereka, sehingga orang2 dunia kangouw tidak perduli dari golongan Pek to belum pernah ada orang yang berani mengganggu perkampungan keluarga Lam Kong ini, selama hidup mereka sudah tentu tak usah lagi mengadakan penjagaan------"- Nenek tua yang memakai pakaian yang kasar itu mendengus dengan dinginnya ujarnya.
"Jika menurut pandanganku, aku kira tidaklah begitu mudahnya---- ". Mendadak dia menutup mulutnya, dan mengetukkan tongkat bambunya keatas tanah, kemudian lanjutnya lagi.
"Aku tidak akan percaya kalau jebakan yang mereka pasang dan tersebar ditempat ini dapat menjebakkan diriku, mari kita pergi!". Tubuhnya meloncat dan tahu2 telah berada sejauh dua kaki dari tempat semula. Dengan nada yang rendah ujar Pek Thay Thaysu.
"Jika didengar dari perkataan yang diucapkan oleh orang itu, pastilah dia adalah seorang yang mempunyai nama yang sangat besar dan terkenal didalam dunia kangouw, kehebatan kepandaian yang dimilikinya aku kira juga tidak berada dibawah kita semua. Suheng harap dari jauh mengikuti dibelakang tubuh Siauw-te, mari kita mengikuti jejaknya-------". Pada saat dia berbicara beberapa patah kata itu, nenek tua berbaju269 kasar itu telah berada ditempat empat lima kaki dari mereka, dengan cepat Pek Thay Thaysu meloncat untuk berlari mengejar dibelakang tubuhnya. Pek Jien, serta Pek Siang Thaysu segera dengan cepat bangkit berdiri dan dari kejauhan mengikuti terus dibelakang tubuh Pek Thay Thaysu. Gerakan dari nenek tua berbaju kasar itu sekalipun sangat cepat sekali, tetapi sering juga berhenti bergerak dan menoleh kekanan dan kekiri sejenak, agaknya sedang mencari jalan yang akan ditempuh. Salah satu dari Sin Cho Jie Kwie, yaitu Sam Shu So Hun, Pauw Fang dengan kencang mengikuti terus dibelakang tubuh nenek tua berbaju kasar itu, sikap serta gerak geriknya bagaikan sangat menghormati sekali terhadap nenek itu. Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki oleh Pek Thay Thaysu telah mencapai pada taraf kesempurnaan, sedang sejak semula diapun selalu menjaga jarak diantara kedua orang itu sejauh dua kaki lebih, di tambah dengan keadaan cuaca yang sangat gelap, sehingga kedua orang itu selalu tidak merasa kalau jejaknya selalu diikuti oleh orang lain. Tampak Nenek tua itu sebentar berlari sebentar berhenti, kemudian mendongakan kepalanya sambil menghitung jarinya, dan berjalan kedepan lagi. Pek Thay Thaysu sekalipun tidak berhasil melihat dengan jelas mereka sedang berbuat permainan gila apa, tetapi jika dilihat dari sikap gerak geriknya mereka sangat serius sekali. Loteng yang tinggi besar, serta halaman yang lebar meluas itu tetap sunyi senyap tak terdengar suara sedikitpun, beberapa orang itu setelah beberapa kali melewati beberapa ruangan kemudian masuk lebih mendalam lagi kedalam halaman belakang, tetap tak terdapat seorangpun yang menghalang perjalanan mereka, bagaikan rumah yang demikian luasnya itu semua penghuninya telah menjadi binasa seluruhnya. Terlihat kini sebuah kebun bunga sangat luas sekali dan mendekati sepuluh hektar terbentang didepan matanya. Pek Thay Thaysu dengan meminjam langit2 dari ruangan yang besar itu menyembunyikan dirinya, dan mengerahkan sinar matanya yang tajam memandang, tampak nenek tua itu yang memakai baju yang kasar itu dengan membawa Pauw Fang terus berjalan sampai dibawah gunung gunungan yang terdapat dikebun bunga itu. Gerak gerik dari nenek tua itu penuh diliputi oleh kemistriusan, bagaikan telah berada dirumahnya sendiri, terhadap keadaan sekelliingnya sangat hafal tetapi kadang2 pula bagaikan berada ditempat yang sangat asing, terhadap keadaan sekelilingnya sangat menjadi begitu bingungnya. Pek Thay Thaysu nampak bayangan punggung dari dua orang itu270 lenyap dibelakang gunung2an antara bunga2 yang tumbuh dengan lebat itu, hatinya menjadi sangat cemas, tak tertahan dia segera meloncat turun keatas tanah dan dengan sangat cepat mengejar ketempat tersebut. Tampak nenek tua itu dengan Pauw Fang berhenti didalam sebuah gardu dibelakang gunung2an tersebut. dan sedang kasak kusuk dengan suara yang rendah, agaknya sedang merundingkan sesuatu. Terdengar nenek tua itu berkata.
"Apabila dipercaya akan ada, apabila tak percaya tak akan ada. coba kau berjalanlah lima belas tindak kearah utara dari tempat ini, tetapi harus tepat sudutnya dengan gardu ini, jangan sampai miring sedikitpun"
Pauw Fang mengikuti apa yang diucapkan itu melakukan tugasnya, sambil bangkit berdiri dia berjalan lima belas langkah ke arah utara.
Kemudian menjongkok kebawah, kedua tangannya meraba2 diatas rumput ditempat tersebut.
Pek Thay Thaysu yang bersembunyi dibelakang sebuah pohon nampak hal ini menjadi sangat heran sekali, diam2 batinnya.
"Kedua orang ini sebenarnya sedang mengadakan permainan gila apa?". Tampak tubuh dari Sam Shu So Hun, Pauw Fang mendadak bangkit berdiri dan melayangkan tubuhnya masuk kedalam gardu itu, dengan nada yang rendah ujarnya.
"Tidak salah, dibawah rumput ditempat itu memang terdapat sebuah gelang yang terbuat dari besi, dan aku telah mengikuti apa yang kau katakan dengan memutar gelang besi itu kekiri sebanyak tiga putaran". Ujar Nenek tua itu seorang diri.
"Kelihatannya dia tidak sedang menipu diriku". Setelah keluar dari gardu itu mereka berjalan dua puluh langkah kesebelah Timur, seperti juga dengan Pauw Fang tadi, diapun membungkukkan tubuhnya dan meraba2 diantara rumput yang tumbuh di tempat tersebut. Pek Thay Thaysu yang bersembunyi di belakang pohon itu, makin melihat merasa makin tidak paham, dengan per lahan2 dia menggeserkan tubuhnya kearah depan, dan bersiap untuk menyelidiki dengan jelas. Ketika sinar raatanya berputar nampak dibelakang gunung2an disuatu sudut yang gelap itu dengan per lahan2 berjalan keluar seorang lelaki kasar yang mempunyai bentuk tubuh yang tinggi besar, ditengah malam yang buta itu samar2 terlihat sebagai suatu tugu yang berdiri tegak. Pek Thay Thaysu yang melihat hal ini menjadi mengerutkan alisnya, diam2 pikir nya.271
"Orang yang demikian beratnya ini sangat jarang sekali dilihat didalam dunia kangouw". Tanpa terasa dia menjadi kuatir atas ke selamatan dari nenek tua itu. Tetapi peristiwa yang kemudian terjadi sungguh diluar dugaan dari Pek Thay Thaysu, pada jarak empat lima kaki dari nenek tua itu mendadak orang yang tinggi hesar itu menghentikan langkah kakinya, dan berdiri mematung disana tak bergerak sedikitpun juga. Nenek tua itu terhadap peristiwa yang terjadi didekatnya itu bagaikan tidak merasa sedikitpun juga, dengan cepat dia bangkit berdiri, dan berjalan kembali kedalam gardu itu, setelah membetulkan arah nya yang akan ditempuh, dia berjalan lagi kearah Selatan sebanyak tiga puluh kaki dan seperti tadi setelah meraba raba tak lama dia kembali lagi kedalam gardu untuk bergerak kearah Barat sebanyak empat puluh lima langkah dan berbuat seperti yang dilakukan sebelumnya. Dalam hati Pek Thaysu menjadi bergerak, pikirnya.
"Segala gerak gerik dari nenek tua ini kelihatannya mempunyai maksud tujuan, bahkan ber turut2 berjalan ketiga arah yang berlainan, hal ini membuktikan kalau dia telah menentukan sesuatu"
Segera secara diam2 dia mengingat ke empat arah beserta langkah kakinya kedalam hati.
Pada saat Pek Diien serta Pek Siang Thaysu pun dari atas rumah telah mengejar datang semua, dan berada dibelakang pohon yang tumbuh disekitar tempat itu.
Dengan nada yang rendah tanya Pek Jien Thaysu.
"Sute apakah telah menemukan sesuatu?"
Pek Thay Thaysu menoleh memandang kearah Pek Siang sekejap, kemudian sahut nya.
"Salah satu dari Sin Cho Jie Kwie, Pauw Fang berserta nenek tua itu, agaknya telah mendapatkan petunjuk dari orang berkepandaian tinggi datang kemari, dan sangat memahami sekali segala rahasia dari perkampungan keluarga Lam Kong ini, hanya apakah akan terjadi perubahan dihadapan kita kini, suheng silahkan dengan sabar hati menanti ditempat ini, tak sampai seperminum teh kemudian, kemungkinan sekali akan terjadi suatu peristiwa yang sangat aneh sekali- ----"
Terdengar Pek Siang Thaysu dengan nada yang rendah memuji.
"Gerakan yang sangat bagus sekali"
Tanya Pek Thaysu dengan heran.
"Ada urusan apa??". Sahut Pek Siang Thaysu. Diatas gunung2an itu telah berkelebat sebuah bayangan manusia, gerakannya sangat cepat sekali, dan jarang terdapat----". Pada saat dia berbicara terlihat sebuah bayangan manusia lagi dari272 ujung gunung2an itu dengan sangat cepat sekali berkelebat melewati, bagaikan burung yang sedang terbang saja, melayang dan turun dipinggir kolam teratai disamping gunung2 an tersebut . Ujar Pek Jien Thaysu. Kelihatannya jago2 berkepandaian tinggi yang memasuki perkampungan keluarga Lam Kong pada malam ini tidaklah sedikit jumlahnya!". Ujar Pek Thay Thaysu pula.
"Kita harus lebih berhati hati lagi, apabila sampai kepergok oleh orang2 dari keluarga Lam Kong atau mungkin terjadi kesalahanpahaman dengan orarg2 yang sejalan sehingga terjadi bentrokan, apabila suheng tak dapat turun tangan, lebih baik jangan sampai turun tangan, untuk menghindarkan diri dari ejekan2 serta sindiran2 yang dilancarkan dari pihak lawan, bahkan segera lari kearah luar dengan mengambil arah dari Timur kemudian kearah Utara". Pada saat itu, diujung dari gunung2an itu mendadak muncul tiga orang lelaki tinggi besar yang mempunyai tubuh sangat kekar sekali, ditambah dengan orang lelaki tinggi besar yang muncul terlebih dahulu itu berjumlah empat orang, dengan perlahan lahan mereka menggerakan kakinya berjalan mengepung disekeliling gardu tersebut. Bentuk tubuh dari keempat orang lelaki yang tinggi besar itu, semuanya diatas tiga kaki lebih, ketika berjalan, bergoyang kesana kemari dimalam yang gelap gulita itu samar2 terlihat bagaikan empat orang patung penjaga kuil yang tiba2 muncul di tempat itu. Keempat orang lelaki yang tinggi besar itu masing2 menyebar menjadi empat arah yang berlainan dan berdiri tegak, membuat nenek tua yang memakai baju kasar serta Pauw Fang menjadi terkepung ditengah gardu tersebut. Diam2 Pek Thay Thaysu membatin. Keempat orang itu mempunyai bentuk tubuh yang sangat tinggi besar, sekalipun agak bodoh, tetapi kekuatan alam yang dimilikinya itu pastilah sangat mengejutkan hati, apabila harus bergebrak dengan orang orang semacam ini, haruslah mencari suatu tanah lapang yang luas dengan kecepatan makin mencari kemenangan, tetapi apabila dia menubruk dapat mendekat pada kita, kiranya sukar sekali untuk dihadapi--"
Terdengar nenek tua berbaju kasar itu dengan dingin bentaknya.
"Arah Timur Chia Ie Bok!"
Lelaki kasar yang mempunyai tubuh tinggi besar yang berdiri disebelah Timur itu mendadak merogoh kedalam sakunya mengambil keluar sebuah benda, sepasang tangannya diangsurkan dan dengan sangat hormat sekali diberikan benda itu.
Sekalipun tenaga dalam yang dimitiki oleh Pek Thay Thaysu sangat sempurna sekali, dan ketajaman dari matanya sangat hebat, tetapi273 dimalam yang gelap gulita itu apalagi ditambah dengan jaraknya yang sangat jauh, sehingga dia tak mempunyai daya untuk dengan jelas benda yang diangsurkan oleh lelaki tinggi besar itu.
Terdengar nenek tua itu meneruskan perkataanya, bentaknya.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sebelah Selatan, Ping Ting Hwee !". Lelaki tinggi besar yang berdiri disebelah Selatan itu juga merogoh kedalam sakunya mengambil sebuah benda kemudian diangsurkan pula. Nenek tua itu selanjutnya membentak pula.
"Sebelah Barat, Ken Seng Kiem! sebelah Utata, Jien Kwie Sie!"
Lelaki tinggi besar yang berdiri disebelah Barat dan utara pun segera merogoh kedalam sakunya mengambil suatu benda dan diangsurkan kedepan.
Perisriwa berubah dengan sangat aneh sekali, bukan saja telah memancing kegembiraan dari Pek Jien, Pek Thay serta Pek Siang Thaysu, bahkan juga telah memberikan suatu rangsangan yang sangat hebat, di dalam kebun yang sangat luas sekali didalam perkampungan keluarga Lam Kong, tersembunyikan suatu keadaan misterius yang sangat mengerikan sekali.
Pek Thay Thaysu dengan per lahan2 merogoh kedalam sakunya mengambil keluar dua buah pisau belati yang kemudian dengan nada yang sangat rendah sekali ujarnya kepada Pek Jien Thaysu.
"Ciangbun suheng harap memaafkan dosaku yang secara diam2 menyembunyikan senjata tajam-----". Pek Jien Thaysu tetap berdiam diri tak menjawab, hanya dengan dingin memandang sekejap kearah Pek Thay Thaysu. Pek Thay Thaysu tertawa tawar, lanjutnya lagi.
"Suheng tak perlu bersedih hati, apabila kita dapat dengan hidup keluar dari per kampungan keluarga Lam Kong ini, setelah pulang kembali kedalam kuil Siauw lim Sie, Siauw te mau menerima hukuman sesuai dengan dosa yang siauw te perbuat, tetapi pada saat seperti ini dan tempat yang demikian bahayanya, masih mengharapkan Suheng mau menerima sebuah pisau belati ini untuk menjaga diri-----"
Ketika dia berbicara sampai ditempat itu mendadak dia berhenti berbicara dan menghela napas dengan perlahan, lanjutnya lagi.
"Suheng jarang sekali berkelana didalam dunia kangouw, dan tidak mengetahui bahaya yang setiap saat dapat mengancam jiwa kita, menyambarkan racun dan berbagai macam kekejaman yang digunakan, apalagi jika dilihat keadaan ini hari, dimana Siauw te sendiri selamanya belum pernah melihat pemandangan yang demikian anehnya itu, di belakang gunung2an tersembunyi jago2 berkepandaian tinggi, jika dilihat dari gerakan yang meloncat turun dari atas gunung gunungan itu saja telah membuktikan kalau kepandaian yang dimiliki tidaklah dibawah kita sendiri. nenek tua yang memakai baju kasar itu kelihatannya sangat ketolol2an tetapi jika dilihat dari ilmu meringankan tubuh yang digunakan274 tadi, pastilah dia bukan orang biasa, apabila pandangan dari Siauw te tidak salah, dia pastilah seorang jago berkepandaian tinggi dari dalam dunia kangouw yang sedang menyamar, orang2 sudah tentu merupakan musuh2 dari pada orang2 perkampungan keluarga Lam Kong ini, tetapi juga belum tentu merupakan kawan kita sendiri --------". Dia berhenti sejenak kemudian lanjutnya lagi. Perkampungan keluarga Lam Kong yang diliputi oleh kemisteriusan penuh dengan kesunyian yang samar2 terlihat hawa pembunuhan yang hebat. Tetapi jika dilihat dari orang lelaki yang tinggi besar dimana mempunyai tenaga dalam itu, hanya untuk kebun bunga yang luas ini saja entah telah menghilangkan berapa tenaga dan hanya dari keluarga Lam Kong, didalam waktu yang singkat kemudian, pastilah akan terlihat suatu perobahan yang mengejutkan hati orang, suheng sebagai ciangbunjin dari suatu partai besar, sudah seharusnyalah menjaga baik2 tubuh diri sendiri, dan menerima pisau belati ini sebagai alat penjaga diri". Agaknya Pek Jien Thaysu telah dibuat menjadi tergetar harinya oleh perkataan yang diucapkan oleh Pek Thay Thaysu dengan perlahan lahan mengulurkan tangannya menerima belati tersebut. Sedang Pek Siang Thaysu tersenyum ujarnya.
"Pisau belati yang satunya ini lebih baik suheng sendiri yang memakainya!". Sahut Pek Thay Thaysu.
"Siauw te masih mempunyai sebuah lagi". Pek Siang merogoh tangannya kedalam sakunya, dan mengambil sepasang gelang tembaga yang mengeluarkan sinar emas yang menyilaukan mata, sambil tertawa ujarnya. Siauw-heng pun juga telah membawa senjata datang kemari". Pek Jien Thaysu menoleh memandang sekejap kearah Pek Siang Thaysu, dia bersiap hendak berbicara tetapi mendadak menutup kembali mulutnya yang telah dibuka separoh itu, sambil tangannya memasukkan pisau belati tersebut kedalam sakunya. Ketika mengalihkan pandangan matanya, tampak keempat lelaki yang tinggi besar itu telah berdiri sejajar satu sama lainnya dan berjalan menuju kebawah dari gunung2an tersebut. Nenek tua berbaju kasar itu serta Sam Shu So Hun, Pauw Fang dengan kencang mengikuti dibelakang tubuh dari empat orang lelaki bertubuh kekar tersebut dan berjalan kedalam. Dengan nada yang rendah ujar Pek Thay Thaysu.
"Suheng berdua harap memperhatikan orang2 yang menyembunyikan diri disamping kolam teratai itu, dan janganlah sampai memperlihatkan dirinya, siauw te akan membantu suheng berdua untuk membuka jalan"
Tubuhnya dibungkukkan, dengan meminjam pepohonan serta275 bunga2 yang terdapat disekitar tempat itu dengan diam2 dia menguntit terus.
Tampak keempat orang lelaki bertubuh tinggi besar itu berjalan terus kearah bawah gunung2an yang gelap dan mendadak lenyap tak berbekas lagi.
Pada saat ini, Pek Thay Thaysu telah berjalan sampai disamping kolam teratai itu, apabila hendak dengan segera mengejar kearah nenek tua beserta keempat orang lelaki bertubuh tinggi besar itu, tubuhnya harus meloncat keluar terlebih dahulu, dengan demikian gerakannya akan di ketahui oleh orang lain.
Dia adalah seorang yang mempunyai pikiran yang panjang dan cerdik, sekalipun dia adalah seorang yang beragama, tetapi terhadap bahaya yang terhadap didalam dunia kangouw sebaliknya mempunyai pengalaman yang sangat luas sekali, segera tubuhnya berhenti bergerak sedang dalam hati nya diam2 mengingat arah yang ditempuh oleh keempat orang lelaki bertubuh tinggi besar serta nenek tua dimana mereka melenyapkan dirinya.
Ternyata dugaannya tidak meleset, orang yang menanti disamping kolam teratai itu agaknya telah tak sabar lagi menanti lebih lama, segera dia bangkit berdiri dan mengejar kearah dimana keempat orang bertubuh tinggi besar serta nenek tua ita melenyapkan dirinya.
Ketika Pek Thay Thaysu mengalihkan pandangannya melihat, dibawah sinar bintang yang remang2, tampak dua orang yang memakai jubah panjang yang lebar, mempunyai gerakan yang sangat ringan dan lincah sekali dengan tangan tanpa mengeluarkan sedikit suarapun berjalan keluar, sekali pandang saja telah diketahui kalau orang itu memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi sekali.
Wajah dari kedua orang semuanya ditutup oleh secarik kain hijau dan hanya terlihat sepasang matanya saja yang memancarkan sinar yang sangat tajam.
Tampak jalan yang ditempuh kedua orang itu tepat merupakan arah dimana ke empat orang lelaki tinggi besar serta nenek tua itu melenyapkan diri.
Pek Thay Thaysu menoleh memandang kearah Pek Jien serta Pek Siang Thaysu yang pada saat itu telah mengejar sampai dibelakang tubuhnya itu, dengan perlahan ujarnya.
"Suheng berdua harap tetap menjaga suatu jarak kira2 satu kaki jauhnya dengan siauw te, sehingga mempunyai waktu yang lebih banyak lagi apabila terjadi perubahan secara mendadak". Selesai berkata tubuhnya miring kesamping dan meloncat masuk diantara pepohonan kemudian dengan langkah yang cepat berjalan kearah depan. Pada saat itu, orang yang memakai jubah panjang itupun telah masuk ketempat gelap dibawah gunung2an itu untuk kemudian lenyap276 dari pandangan. Pek Thay Thaysu segera mempercepat langkah kakinya, dalam sekejab mata saja telah berada dibawah gunung2an tersebut, tampak dibawah lingkaran pepohonan bunga terdapat sebuah celah yang sempit, dan menembus kearah dalam, bunga2 dan daun2 yang menutupi mulut celah itu tak sedikit yang telah patah dan kacau, hal ini membuktikan kalau telah banyak orang yang telah melalui tempat tersebut sehingga mengakibatkan patah2nya bunga dan daun, Pek Thay Thaysu setelah memandang sejenak kesekitar tempat itu, segera dia menggerakkan tubuhnya dan berjalan masuk kedalam. Setelah melewati bunga serta pepohonan yang menutupi mulut celah itu, keadaan di sekitar tempat tersebut mendadak menjadi lebih rendah dari sebelumnya. Pek Thay Thaysu tak menginginkan secara gegabah memasuki celah rersebut, dengan cepat dia menghentikan langkah kakinya, tampak dikedua sampingnya terihat bunga dan tumbuh dengan sangat rapatnya, sedang daun2pua menutupi sekitat tempat tersebut, sehingga merupakan suatu tirai yang terbuat dari daun, ketika dia mendongakkan kepalanya memandang tak nampak sedikitpun bintang2 dan keadaan cuaca, jalan yang menuju kearah depan makin lama makin merendah, agaknya jalan yang menghubungkan suatu tempat dibawah gunung2an tersebut. Pada saat itu, Pek Jien serta Pek Siang Thaysu pun telah mengikuti dirinya sampai ditempat itu. Dengan nada yang rendah tanya Pek Siang Thaysu.
"Nenek tua itu apakah juga melalui tempat ini?". Pek Thay Thaysu menganggukkan kepalanya, sahutnya.
"Kemungkinan besar tak akan salah lagi"
Ujar Pek Siang Thaysu kemudian.
"Sute mengapa tidak mengejar terus untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi"
Pek Thay Thaysu bersiap hendak berbicara tetapi mendadak dia menutup mulutnya, sambil membungkukkan tubuhnya dan mengikuti jalan batu tersebut melanjutkan perjalanannya kearah bawah.
************ ** BAGIAN KEENAM BELAS ** Setelah berjalan kira2 sepuluh tindak lebih sampailah mereka dibawab gunung2an tersebut, tampak diatas dinding gua yang sangat licin dan bersinar itu, terdapat sebuah pintu batu yang mempunyai ukuran setinggi277 tujuh delapan kaki, diam2 pikirnya.
"Apabila keempat orang lelaki bertubuh tinggi besar itu juga ikut memasuki pintu baru itu, mau tak mau mereka terpaksa harus membungkukkan tubuhnya baru dapat masuk kedalam, didalam jalanan baru inilah kesempatan yang paling bagus untuk membunuh mereka--"
Pada saat melamun tak karuan, tubuhnya telah memasuki kedalam melalui pintu batu tersebut.
Gunung2an itu tak lebih hanya menempati seluas kira2 dua hektar saja, Pek Thay T Laysu yang diam2 menghitung perjalanannya itu menduga bahwa mereka kini telah berada didalam lambung gunung, tetapi sedikitpun tak terdengar suara berisik bagaikan orang2 itu semuanya tidak memasuki melalui jalan tersebut.
Dia mulai merasa curiga, pikirnya.
"Apabila nenek tua itu adalah majikan dari keluarga Lam Kong dan sengaja memancing kita sekalian memasuki tempat ini, kemudian dirinya dengan perlahan2 keluar dari jalan rahasia dan menurunkan pintu yang terbuat dari baja tebal, bukankah dirinya akan terkubur hidup2 ditempat ini??". Terdengar suara dari Pek Siang Thaysu berkumandang datang dari samping tubuhnya, ujarnya.
"Sute, mengapa tidak melanjutkan langkahnya masuk kedalam??". Jalanan didalam ruangan itu sekalipun sangat gelap gulita sekali, tetapi dengan ketajaman mata yang dimiliki oleh Pek Thay Thaysu itu tetap dengan samar2 dapat melihat benda2 yang terdapat didalam tempat itu, ketika dia menolehkan kepalanya memandang, nampak Pek Jien serta Pek Siang Thaysu telah menghentikan langkah kaki nya ditempat lima-enam kaki dari tempat dirinya kini, dan berdiri bersama, dengan cepat dia berjalan kearah mereka, dengan suara yang sangat perlahan ujarnya.
"Suheng berdua harap cepat mengundurkan diri dari jalanan yang sempit ini, dan menanti dimulut celah tersebut Dengan sangat heran tanya Pek Jien Thaysu.
"Mengapa??? Sahut Pek Thay Thaysu.
"Apabila nenek tua itu adalah orang dari keluarga Lam Kong yang sedang menyamar dan sengaja memancing kita, untuk nasuk kedalam perangkap, bukankah dengan demikian kita telah terkena pancingan dari pihak lawan. Ujar Pek Jien Thaysu setelah mendengar perkataan itu.
"Perkataan sute memang tidak salah, Pek Siang sute kau mundurlah kebelakang dan berjaga pada mulut celah itu, sedang Pek Thay thaysu dengan siauw te akan masuk kedalam lorong yang gelap ini untuk melihat apa sebenarnya yang terdapat didalam"
Pek Siang Thaysu menyahut, sahutnya,278
"Menerima perintah dari suheng". Dengan langkah yang sangat cepat dia dia mengundurkan dirinya kebelakang. Dengan nada yang sangat perlahan sekali ujar Pek Pek Thay Thaysu. Suheng merupakan seorang ciangbunjin dari suatu partai besar, bagaimana dapat menempuh bahaya bersama siauw-te". Dengan nada yang kurang senang ujar Pek Jien Thaysu.
"Kau mendengar perintah dari siauw-heng yang mendengar perintah dari kau??". Pek Thay Thaysu merangkap tangannya, sahutnya.
"Siauw-te tidak berani-----". Dia berhenti sejenak, kemudian ujarnya lagi.
"Untuk lebih mempermudah lagi apabila menghadapi musuh yang membokong secara mengge!ap, jarak antara suheng dengan siauw-te lebih baik selalu dijaga sejauh kurang lebih tiga kaki". Pek Thay Thaysu tahu dia takut dirinya menderita luka oleh bokongan musuh secara menggelap, segera tak ditolak pendapat itu, dan menganggukan kepalanya sambil sahutnya.
"Baiklah----------!". Pek Thay Thaysu memasukkan tangannya kedalam saku dan mengambil keluar pisau belatinya, sambil mencabut keluar dari sarungnya dengan mengikuti dinding dari batu itu dengan per lahan2 maju kearah depan. Baru saja berjalan beberapa tindak, mendadak terdengar suara tindakan kaki yang sangat berat sekali berkumandang datang. Pek Thay Thaysu segera miringkan tubuhnya dan menempelkan dirinya keatas dinding, diam2 mengerahkan tenaga dalamnya dan memegang kencang pisau belatinya menanti kedatangan musuh. Dia nampak ilmu metangankan tubuh yang dimiliki oleh nenek tua berbaju kasar agaknya tidak dibawah dirinya, sejak tadi dia telah lebih waspada lagi. Suara tindakan kaki itu mendadak berhenti. ketika dia menolehkan kepalanya memandang, nampak pada jarak tujuh-delapan kaki dari dirinya samar2 terlihat sebuah bayangan manusia yang tinggi besar. Pek Thay Thaysu segera mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya, terhadap Pek Jien Thaysu ujarnya.
"Subeng harap menanti pada tempat semula, siauw-te akan maju kedepan untuk melihat sebentar"
Dengan langkah yang sangat ringan dia berjalan maju kedepan.
Pek Thay Thaysu menempelkan tubuhnya diatas dinding sambil berjalan kedepan, telapak tangan kirinya dilintangkan kedepan dada melindungi tubuhnya, sedang tangan kanannya dengan kencang mencekal pisau belati tersebut, dengan perlahan melanjutkan langkah279 kakinya kearah bayangan manusia yang tinggi besar itu.
Jaraknya makin lama makin mendekat, dengan sinar matanya yang tajam dia memandang, nampak bayangan manusia yang tinggi besar itu dengan enaknya menyandarkan tubuhnya diatas dinding, bergerak sedikitpun tidak.
Pek Thay Thaysu memiliki kepandaian silat yang tinggi serta nyali yang sangat besar, dia berjalan dua langkah lagi kedepan menerjang kesamping tubuh bayangan manusia tersebut, pisau belati ditangan kanannya telah siap ditusukkan, sedang tangan kirinya mencengkeram kepergelangan tangan kanan bayangan manusia itu, itulah suatu tangan yang penuh dengan bulu yang sangat panjang2.
cukup urat nadinya saja sangat besar sekali, jari tangannya telah berubah menjadi dingin seperti es agaknya orang tersebut telah lama binasa, tanpa terasa hatinya merasa sangat terkejut sekali, orang ini terbukti adalah satu satu dari empat orang manusia yang tinggi besar itu, entah telah dilukai dengan menggunakan kepandaian silat apa, ternyata sekali pukul telah berhasil membinasakan dirinya sampaipun teriakkan minta tolongpun tak sempat diucapkan keluar.
Mendadak terlihat sinar api berkelebar dari sebelah kiri dan memancarkan sinarnya keluar.
Hal ini membuktikan kalau lorong tersebut telah sampai pada ujungnya, sedang kedua lorong yang lain memisah menjadi dua bagian yang satu kesebelah kiri dan yang lain kesebelah kanan, sinar api tersebut memancarkan keluar dari lorong yang terdapat disebelah kiri.
Pek Thay Thaysu segera mempercepat langkah kakinya dan menerjang terus ketempat itu, tampak mayat dari orang lelaki bertubuh tinggi besar yang lainpun telah menggeletak melintang pada mulut lorong itu agaknya telah putus napasnya sejak semula.
Ketika dia memutarkan pandangannya ke sebelah kiri, nampak pada jarak empat lima kaki dari dirinya berdiri seorang nenek tua berbaju kasar, sedang San Shu So Hun, Pauw Fang dengan mengangkat obornya tinggi2 ditangan kanan berdiri disisi tubuh nenek tua tersebut.
Sinar mata dari Pek Thay Thaysu sangat tajam sekali, sekali pandang saja telah nampak mayat dari kedua orang lelaki tinggi besar yang lainpun telah menggeletak ditengah lorong tersebut, sedang kedua orang yang memakai jubah panjang itu bersembunyi dibelakang mayat kedua orang lelaki bertubuh besar yang menggeletak di atas tanah tersebut.
Dibawah sorotan sinar lampu, samar2 dapat terlihat sebuah pintu yang terbuat dari baja menghalangi jalan maju dari nenek tua berbaju kasar serta Pauw Fang.
Tampak nenek tua itu mengulurkan tangannya meraba raba agak lama pada pintu yang terbuat dari baja itu, dan tiba2 mendorong kebelakang, dengan disertai suara yang nyaring pintu tersebut membuka280 kesamping.
Segumpal angin dingin bertiup keluar dari dalam pintu baja itu, menyebabkan obor yang berada ditangan Pauw Fang menjadi tertiup padam.
Lorong itu mendadak menjadi gelap gulita dan sangat sunyi sekali, segera terasa penuh diliputi oleh kengerian yang mendirikan bulu roma.
Pek Thay Thaysu dengan cepat bangkit berdiri sambil menempel pada dinding dengan cepat maju lagi kearah depan untuk kemudian jongkok kembali.
Kedua orang yang memakai jubah panjang itupun dengan meminjam kesempatan itu dengan cepat meloncat mendesak kearah nenek tua berbaju kasar itu hingga tiga empat kaki jauhnya, ilmu meringankan tubuh yang dimiliki mereka ternyata demikian sempurnanya sehingga waktu bergerak tak meninggalkan sedikit suarapun.
Terdengar Sam Shu So Hun, Pauw Fang berkata.
"Tang Loo thay, tempat ini agaknya sedikit tidak beres, kita lebih baik jangan sampai terkena pancingan orang lain -----". Diam2 Pek Thay Thaysu membatin.
"Kiranya orang ini adalah Tang Loo thay yang sangat terkenal didalam dunia kangouw dengan ilmu melemparkan senjata rahasia beracun, tak aneh kalau dapat bergerak tanpa meninggalkan suara sedikitpun dan berturut- turut membinasakan keempat orang lelaki bertubuh tinggi besar itu, kalau dipikir orang2 itu pastilah menemui kematiannya karena terkena senjata rahasia yang sangat beracun, kehebatan dari racun keluarga Tang sungguh bukanlah nama kosong belaka". Terdengar Tang Loo thay dengan nada yang berat ujarnya.
"Pauw Fang, apakah hatimu telah menjadi keder ?"
Pauw Fang dengn perlahan berbatuk, kemudian sahutnya.
"Orang she Pauw berkelana didalam dunia kangouw, hujan dan ombak yang bagaimanapun besarnya entah berapa kali mengalaminya, urusan mati atau hidup tak pernah terpikirkan didalam hatinya, hanya cayhe merasakan lorong yang terdapat dalam gunung2an itu agaknya bukanlah merupakan tempat tinggal dari manusia, apabila sampai terkena akal busuk dari orang lain, bukankah akan menemui kematiannya, dengan sangat kecewa sekali"
Pada saat dia berbicara itu, tanganya digoyangkan, obor itu segera menyala lagi dan memancarkan sinarnya.
Tang Loo thay melintangkan tongkat bambunya didepan dada, dan pertama memasuki melalui pintu besi itu dan masuk kedalam.
Ketika Pek Thay Thaysu dengam tajam memandang, tampak obor yang dipegang di tangan Sam Slau So Hun, Pauw Fang itu kelihatan agak gemetar, agaknya benda yang terdapat didalam pintu besi itu membuat hati manusia menjadi ngeri dan sangat terperanjat.281 Kedua orang lelaki yang memakai jubah panjang dan berdiri menempel pada dinding lorong itu saling memberikan tanda dari dari kejauhan mengikuti tubuh Pauw Fang dan masuk kedalam pintu besi itu.
PekThay Thaysu pun dengan cepat mempercepat langkah kakinya masuk kedalam dan dari kejauhan mengikuti dibelakang tubuh kedua orang lelaki yang memakai jubah Panjang itu, belum saja memasuki pintu besi itu, segera terasa suatu hawa yang sangat dingin sekali.
Itulah suatu ruangan rahasia yang sangat luas sekali, sekelilingnya terlihat dinding yang berwarna hitam, sedang ditengah ruang itu dengan sangat rapi sekali diatur berpuluh2 peti mati.
Tepat ditengah ruangan itu terdapat sebuah kolam yang mempunyai luas beberapa kaki, didalam kolam tersebut penuh terdapat air yang berubah menjadi beku dari tempat itulah memancarkan hawa yang sangat dingin sekali dan dengan perlahan naik keatas memenuh ruangan tersebut.
Disamping kolam yang sangat dingin itu melintang sebuah papan nama yang terlukiskan "Mie Hun Lou"
Atau penjara pembingun nyawa tiga buah buruf besar yang tertuliskan dengan warna merah darah.
Selain benda tersebut, didalam ruangan itu tak nampak lagi benda2 yang lainnya.
Pada saat itu Tang Loo Thay dengan Pauw Fang telah berada jauh didalam ruangan itu, sedang kedua orang yang memakai jubah panjang itupun telah berada di samping papan nama berwarna merah darah tersebut.
Pauw Fang agaknya tak dapat menahan rasa ngeri dan seram dari keadaan ruangan itu, dengan berat dia ber batuk2, ujarnya.
"Loncianpwee, didalam ruangan ini semuanya terletak orang2 yang telah meninggal dunia seluruhnya, ada apanya yang bagus untuk dilihat lebih lama lagi ??". Tang Loo thay mendadak miringkan wajahnya, dengan dingin sahutnya.
"Aku hendak mencari anakku!". Pauw Fang merasa sangat terkejut, tanyanya dengan nada yang kurang percaya.
"Apa??? Putramu juga berada didalam ruangan ini ---". Ujar Tang Loo thay.
"Tidak salah, memang berada didalam peti mati yang dijajar didalam ruangan ini, Hey----! hanya tidak mengetahui dia berada dipeti mati yang mana??". Pauw Fang menghembus napas dingin, ujarnya.
"Jika didengar dari perkataan loocian pwee itu, putramu bukankah telah binasa". Ujar Tang Loo thay.
"Tidak, dia masih tetap hidup dengan baik-baik-----".282 Dia sejenak, kemudian lanjutnya lagi.
"Hal ini hanyalah aku dengar dari perkataan orang lain, tetapi aku harap perkataan orang itu tidak menipu diriku". Pauw Fang dengan keheran2an bertanya.
"Puteramu apabila masih hidup dengan baik2, mengapa harus ditelentangkan didalam peti mati tersebut, kemudian diletakkan didalam ruangan yang demikian dinginnya seperti gudang es?!?". Sahut Tang Loo thay.
"Tidak salah, apakah kau juga tidak mempercayainya??". Ujar Pauw Fang.
"Aku orang she Pauw telah berkelana diseluruh pelosok dunia kangouw, peristiwa2 aneh yang bagaimanapun aku telah melibatnya tidak sedikit, tetapi orang yang belum binasa dilerakkan didalam ruangan yang dinginnya bagaikan didalam gudang es ini sungguh suatu peristiwa yang sangat aneh sekali dan belum pernah mendengar sebelumnya, membuat cayhe sedikit merasa agak tidak percaya". Ujar Tang Loo thay.
"Aku akan memberitahukan kepadamu suatu peristiwa yang dapat menggetarkan hatimu, orang2 yang berbaring didalam peti mati yang dijajar jajar ini bukan saja patraku, bahkan masih ada beberapa orang jago berkepandaian tinggi yang mempunyai nama yang sangat terkenal didalam dunia kangouw". Pauw Fang merogoh kedalam sakunya mengambil sebuah obor lagi dan disulutnya, kemudian ujarnya.
"Entah jago2 berkepandaian tinggi dari mana cayhe siap untuk mendengarkannya". Ujar Tang Loo-thay.
"Ciangbunjin dari Jen Chia Bun didaerah Chie Cho, Jen Hong Kang, apakah dapat dihitung sebagai seorang yang mempunyai nama yang sangat terkenal???". Sahut Pauw Fang.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ilmu pukulan dari perguruan Jen Chia Bun didalam dunia kangouw dapat berdiri tegak dan dapat menggetarkan dunia kangouw, sudah tentu dapat dihitung sebagai se orang yang sangat terkenal sekali didalam dunia kangouw-----". Tanya Tang Loo thay lagi.
"Sang Sam Tong apakah juga dapat di hitung sebagai jago yang mempunyai nama yang sangat terkenal sekali didalam dunia kangouw?"
Sahut Pauw Fang.
"Orang ini bukan saja memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi sekali, babkan hubungan persahabatannya sangat luas sekali, orang2 dari golongan Pek to sampaipun orang2 dari sembilan partai besarpun dia tak ada yang tak kenal, jadi orang sangat ramah dan suka membantu, berkelana hampir separuh umurnya didalam dunia kangouw belum283 pernah ada orang yang mengatakan dia mempunyai musuh seorang pun, sudah tentu seorang yang mempunyai nama yang sangat terkenal sekali"
Tanya Tang Loo thay kemudian.
"Bagaimana dengan Sian Gwat Tootiang?"
Sahut Pauw Fang "Ilmu pedangnya telah mencapai tingkatan yang sangat sempurna sekali, namanya harum diseluruh peloksok dunia kangouw, dia dengan ciangbunjin dari Butong Pay sekarang Sian Ceng Tootiang disebut orang sebagai dua jago pedang saat ini?"
Ujar Tang Loo thay.
"Orang2 yang sangat terkenal didalam dunia kangouw itu, seluruhnya kini terbaring didalam peti mati tersebut"
Pauw Fang menjadi termangu mangu lima jarinya menjadi kendor menyebabkan obor yang dipegang ditangannya itu terjatuh diatas tanah, sambil menggelengkan kepalanya, ujarnya.
"Apabila perkataan yang diucapkan oleh Loo thay itu seluruhnya merupakan suatu peristiwa yang sungguh2 terjadi, hal ini sudah tentu merupakan suatu peristiwa yang sangat menggetarkan dunia kangouw"
Ujar Tang Loo thay lagi.
"Masih ada lagi Tionggoan Shu Ciu coe---"
Pauw Fang sambil memungut kembali obor yang terjatuh diatas tanah itu, ujarnya lagi.
"Apakah Tioaggoan Shu Cincoe juga berada didalam peti mati yang di jajarkan ditempat ini?"
Tang Loo thay menganggukkan kepalanya dengan nada yang sangat serius sahutnya.
"Tidak salah, Orang2 ini apabila seluruhnya masih hidup didalam dunia ini, aku kira orang2 yang berada didalam peti mati ini seluruhnya merupakan jago2 berkepandaian tinggi yang mempunyai nama besar di dalam dunia kangouw!". Pauw Fang dengan berat berbatuk batuk, ujarnya.
"Kita lebih baik membuka peti mati ini terlebih dahulu baru berbicara lagi". Dengan langkah yang lebar dia berjalan didepan sebuah peti mati yang tertutup rapat, dan mengulurkan tangannya membuka tutup dari peti mati tersebut. Tidak salah lagi, ternyata tutup peti mati itu tidak sampai dipakukan dengan peti matinya, begitu diangkat segera terbuka. Tang Loo thay sekalipun waktu bicara dia bagaikan telah melihat dengan mata kepala sendiri, tetapi didalam hatinya terhadap peristiwa ini, sebaliknya masih setengah percaya setengah tidak, kalau memangnya seorang yang masib hidup, apabila diletakkan didalam peti mati yang ditutup rapat kemudian diletakkan didalam gua yang sangat dingin bagaikan gudang es ini, apabila tidak sampai binasa karena kedinginan,284 juga tak dapat dihindarkan lagi mengalami kematiannya karena tak dapat bernapas. Begitu Pauw Fang membuka tutup peti mati itu, Tang Loo-thay pun segera mengulurkan kepalanya melihat kedalam. Dibawah sorotan sinar obor yang remang2 itu, dapat terlihat sebuah tubuh manusia berbaring didalam peti mati itu. Tampak wajahnya sangat pucat bagaikan seorang yang menderita sakit yang lama sekali dan berbaring tak dapat bangkit selama puluhan tahun lamanya, sampai bernapaspun sangat lemah sekali. Pauw Fang merendahkan obor ditangannya dan dengan sangat perlahan ujarnya. Loocianpwee orang ini sungguh masih hidup dan belum sampai binasa tertutup di dalam peti mati itu". Tang Loo thay mengerutkan alisnya, ujar.
"Orang2 dari keluarga Lam Kong dengan menggunakan akal licik yang bagaimana kejamnya untuk menawan jago2 berkepandaian tinggi dari Bu lim. kemudian memasukkannya kedalam peti mati yang diletakkan didalam ruangan bagaikan gudang es ini, didalamnya pastilah tidak mungkin tak ada sebab2 yang lain----". Perkataan itu sebenarnya merupakan apa yang sedang dipikirkan didalam hatinya, tetapi entah bagaimana tanpa terasa telah di ucapkan keluar dengan sendirinya. Pauw Fang menapuk kakinya, sambil ujarnya.
"Benar! Orang2 dari keluarga Lam Kong menawan jago2 berkepandaian tinggi dari dunia kangouw ini kemudian dimasukkan kedalam peti mati dan dimasukkan kedalam ruangan dingin bagaikan gudang es ini, pastilah mempunyai suatu rencana busuk yang telah disusun dengan sangat masak sekali, jika dilihat peti mati yang di jajar2kan ini kurang lebih sebanyak delapan puluh buah lebih banyaknya. apabila setiap peti mati itu berisikan seorang jago, mungkin juga didalam ruangan ini dapat berisikan tujuh sampai delapan puluh jago berkepandaian tinggi, hal ini tak mungkin dapat di kerjakan didalam satu dua tahun saja?". Tang Loo thay menghela napas panjang-panjang, ujarnya.
"Pada puluh tahun yang lalu aku pernah mendengar beberapa orang jago berkepandaian tinggi dari angkatan tua mendadak lenyap tanpa bekas, aku pada saat itu masih mengira bahwa orang yang telah meningkat tua kemungkinan hatinya menjadi tawar dan tidak ingin terjun didalam dunia kangouw lagi untuk memperebutkan nama kosong dan bersembunyi didalam gunung yang sunyi untuk tidak lagi mengurusi urusan dunia kangouw, tetapi sungguh tak nyata, kiranya telah ditangkap orang2 dari keluarga Lam Kong yang kemudian dengan hidup2 dimasukkan kedalam peti mati ini dan disembunyikan ditempat seperti ini"285 Pada saat dia berbicara itu mendadak dari salah sebuah peti mati berkumandang datang suatu helaan napas panjang. Ruangan batu yang dingin menyeramkan itu berjajar peti mati yang sangat banyak sekali, hal ini saja sudah cukup mendatangkan yang mengerikan, dan kini mendadak dari daLam sebuah peti mati berkumandang datang suara helaan napas panjang, tanpa terasa seluruh orang yang hadir di tempat itu berdiri bulu romannya. Pauw Fang deogan berat berbatuk batuk, sambil membesarkan nYalinya, dengan diam2 mengerahkan tenaga dalamnya yang disalurkan kedalam tangan kanannya untuk ber siap-siap segala kemungkinan. Mendadak terasa tangan kirinya menjadi sangat sakit sekali, pergelangan tangannya segera ditekuk dan membuang obor ditangannya itu. Kiranya obor yang dipegang ditangannya itu telah terbakar habis dan membakar jari tangannya. Terdengar suara yang nyaring, obor itu jatuh keatas tanah dan sinar apinya segera menjadi padam. Ruangan batu yang sangat mengerikan itu dalam seketika itu juga menjadi gelap gulita. Pada saat itu juga, orang yang berbaring didalam peti mati itu mendadak bangkit berdiri. ketika Pauw Fang menolehkan wajahnya, dengan tepat sekali terbentur di atas wajah orang itu yang sangat dingin, segera terasa hawa yang dingin kaku menerjang masuk kedalam hatinya membuat seluruh tubuhnya menjadi gemetar, sedang pada punggungnya bercucuran keringat dingin yang membasahi bajunya, dengan sangat terkejut sekali dia mengundurkan dirinya kebelakang. Tang Loo-thay pun agaknya juga dikejutkan oleh orang yang mendadak bangkit berdiri dari dalam peti mati tersebut, dia menjadi berdiri termangu-mangu disana sejenak kemudian barulah dengan dingin ujarnya.
"Apabila kau masih bisa berbicara, cepatlah jawab dengan jelas setiap pertanyaan yang aku tanya, tetapi apabila sengaja hendak mengagetkan hati orang saja, janganlah menyalahkan kalau aku turun tangan tanpa memperdulikan apa2 lagi". Orang itu tetap tak berbicara sedikitpun, kaki kanannya diangkat dan berjalan turun dari dalam peti mati itu. Didalam ruangan yang dingin bagaikan es dan gelap gulita sukar untuk melihat lima jari iru, sekalipun Tang-Lotay mempunyai ketajaman mata yang melebihi orang lain, juga sukar untuk melihat benda dikejauhan lima enam kaki dari tempat dimana dia berdiri, tetapi orang itu ternyata dapat berjalan bagaikan disiang hari saja, gerakannya sangat cepat sekali sukar dibandingkan, tubuhnya dimiringkan menghindari di samping tubuh Tang Loo-thay dan berlari kearah kolam es tersebut. Sam Shu So Hun, Pauw Fang dengan cepat menyulut sebuah obor286 lagi, sinar dari obor tersebut dengan cepat menerangi tempat yang gelap itu. Tampak orang itu memakai baju berwarna hitam, setelah berlari sampai ditepi kolam itu segera dengan menggunakan sepasang tangannya mengambil air kolam itu dan minum dengan sangat lahapnya, ber turut2 setelah minum sebanyak tujuh delapan ceguk baru berhenti dan dengan perlahan membalikkan tubuhnya. Pauw Fang segera mengangkat tinggi2 obor itu, tampak wajah dari orang itu sangat pucat pasi, dengan per lahan2 kini mulai tampil sedikit warna merah diwajahnya, bagaikan setelah minum beberapa teguk air dingin itu telah memberikan kehidupan baginya. Tang Loo thay mengetukkan tongkat bambunya keatas tanah, sambil tanyanya lagi.
"Kau apakah telah dapat mendengar pertanyaan yang aku ajukan?". Orang itu dengan bingung berdiri mematung sejenak, kemudian dengan per lahan2 menganggukan kepalanya. Dalam hati Tang Loo thay menjadi sangat girang, ujarnya.
"Kalau begitu sangat bagus sekali, asalkan kau mau menjawab setiap pertanyaan yang aku tanyakan dengan jujur, aku pasti akan menolong dirimu keluar dari ruangan yang dingin bagaikan gudang es ini". Orang itu mengerutkan alisnya, agaknya sedang menggunakan seluruh pikirnya untuk memikirkan arti dari pada perkataan Tang Loo thay itu, sejenak kemudian baru agaknya teringat kembali, sambil mengulurkan tangannya menunjuk pada mulutnya sedang sepasang tangannya digoyangkan tak henti2nya. Ujar Pauw Fang.
"Uang Loo thay, orang ini adalah orang yang bisu". Ujar Tang Loo-thay.
"Hm----! pastilah orang2 dari keluarga Lam Kong telah memotong lidahnya sehingga dia menjadi bisu". Pauw Fang dengan tajam memandang ke arah orang berbaju hitam itu, kemudian ujarnya.
"Coba kau membuka mulutmu, aku akan melihat apakah lidahmu telah dipotong". Belum saja orang berbaju hitam itu mengerti apa yang sedang diucapkan kepadanya itu, mendadak terdengar suara batu yang bergelindingan berkumandang datang dari arah luar. Diikuti dengan sebuah suara yang berat dan rendah ujarnya.
"Diluar telah ada orang yang datang kemari, cepat kau masukkan orang itu kedalam peti matinya, kemudian menyembunyikan diri, apabila orang yang datang ini adalah orang2 dari keluarga Lam Kong, kemungkinan dapat dengan meminjam kesempatan ini, mendengarkan rencana busuk apa yang sedang mereka susun".287 Tang Loo-thay yang mendengar perkataan itu menjadi mengerutkan alisnya, ujarnya.
"Orang berkepandaian tinggi itu, mengapa tidak mau menampakkan dirinya?"
Terdengar suara yang rendah dan berat itu berkumandang lagi, sebutnya.
"Pada saat dan keadaan seperti ini, Loo thay masih tetap tak mau menghilangkan rasa ingin menangnya, waktu telah sangat mendesak sekali, tak dapat kita berbicara lebih banyak lagi, cepatlah masukkan orang itu kedalam peti matinya"
Tang Loo thay berpikir keras sejenak mendadak dia maju setindak kedepan dan menotok jalan darah dari orang berbaju hitam itu, kemudian dengan nada yang rendah ujarnya kepada Pauw Fang.
"Cepat kau padamkan sinar dari obor itu kemudian memasukkan orang itu kedalam peti matinya, kitapun harus cepat menyembunyikan diri"
Gerakan serta sifat dari orang itu ternyata demikian perlahan dan lambatnya, oleh karena itulah sekali serang Tang Loo-thay segera berhasil menotok tubuh orang itu.
Pauw Fang mengikuti perkataannya dengan cepat memadamkan sinar api dari obornya, kemudian membopong orang berbaju hitam itu memasukkan kedalam peti mati dan menutupnya kembali peti mati itu.
Setelah selesai semuanya dengan cepat pula dia menyembunyikan diri dibelakang sebuah peti mati.
Tang Loo-thay yang memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi dan nyali yang besar, dia tidak segera menyembunyikan dirinya, dengan langkah yang sangat perlahan berputar satu lingkaran pada kolam itu baru kemudian menyembunyikan dirinya dibelakang sebuah peti mati.
Tidak sampai beberapa saat, ternyata terdengar suara tindakan kaki berkumandang datang, terlihat seorang pelayan kecil yang mempunyai dua buah kuncir yang digantungkan dipundaknya, dengan membawa sebuah lentera yang diangkat tinggi2, berjalan di muka masuk kedalam ruangan itu.
Dibelakang dari tubuh pelayan kecil berbaju hijau itu dengan kencang mengikuti datang seorang wanita berbaju putih yang usianya kurang lebih tiga pulub tahunan.
Dibawah sorotan sinar lentera itu dapat dilihat dengan sangat jelas wajah dari wanita berbaju putih itu.
Dia adaiah seorang wanita yang sangat cantik sekali, sepasang alisnya hitam mengkilat sedang matanya bagaikan burung Hong, pinggang sangat ramping kecil itu sangat menggiurkan sekali, sekali pandang saja dapat diketahui babwa wanita itu sangat cantik sekali.
Diam2 Tang Loo thay membatin.
"Wanita ini jika dilihat sangat agung sekali dan tidak mirip dengan288 seorang yang berhati keji, apabila bukannya melihat dengan mata kepala sendiri dia berada didalam penjara pembingung nyawa yang demikian menyeramkan ini, jika orang lain yang berbicara sukar sekali untuk mempercayainya". Dalam hatinya dia berpikir demikian, tetapi tangannya dengan diam2 mengambil segenggam senjata rahasia beracun dan siap untuk disambitkan keluar. Didalam pikirnya, keempat orang lelaki yang tinggi besar itu seluruhnya binasa di bawah senjata rahasia beracunnya sedang mayatnyapun menggelerak didalam lorong itu bahkan menutupi pintu dari gua tersebut, tak mungkin kalau sampai tak terlihat oleh mereka itu. Tak tahunya urusan ternyata sama sekali diluar dugaan semula, wanita berbaju putih itu agaknya tidak pernah menemui urusan serta peristiwa seperti itu, sinar mata nya setelah memandang sekitar tempat itu sekejab, kemudian memerintahkan pelayan kecil berbaju hijau itu untuk menggantungkan lentera yang dibawa itu. Pelayan kecil berbaju hijau itu menyahut, lentera yang dibawanya itu segera di gantungkan diatas papan nama kemudian mengikuti wanita berbaju putih itu mengundurkan diri kedepan pintu, sepasang tangannya diluruskan kebawah. Kelihatatanya mereka berdua agaknya sedang menantikan sesuatu? Tang Loo thay memeriksa dengan tajam keatas perubahan wajah wanita berbaju putih itu, terlihat wajahnya sangat dingin kaku tak tampak perubahan sedikitpun juga, dalam hati diam2 batinnya.
"Wanita ini sungguh sangat dingin kaku, ditempat yang demikian rahasianya telah terjadi suatu perubaban yang sangat hebat begini ini, dia ternyata dapat menahan sabarnya sedemikian rupa bahkan tak terlihat perubaban apa2, orang2 dari keluarga Lam Kong ini sungguh sangat menakutkan sekali"
Terdengar suara tindakan kaki berkumandang datang lagi, terlihat dua orang pelayan kecil berbaju hijau sambil membawa lentera yang diangkat tinggi2 berijalan masuk kedalam ruangan.
Dibelakang kedua orang pelayan kecil berbaju hijau itu berjalan pula dua orang wanita yang memakai pakaian ber-warna putih.
Kedua orang wanita itu merupakan wanita yang sangat cantik sekali, usianya jika dibandingkan dengan wanita berbaju putih yang datang terlebih dahulu itu jauh lebih muda lagi.
Kedua orang itu ber sama2 membungkukkan tubuhnya memberi hormat kepada wanita berbaju putih yang datang terlebih dahulu itu.
Tampak wanita berbaju putih yang datang terlebih dahulu itu sedikit menganggukkan kepalanya, mulutnya sedikit bergerak dengan nada yang rendah berbicara ke pada kedua orang wanita yang baru datang tersebut.
Agaknya dia berbicara dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suaranya sehingga orang lain tak mendengar apa yang sedang diucapkan289 oleh wanita berbaju putih itu.
Kedua wanita berbaju putih yang baru saja datang itu ber sama2 segera menoleh memandang sekejab kearah dua orang pelayan berbaju hijau itu sambil perintahnya.
"Gantung lentera tersebutl". Kedua orang pelayan berbaju hijau itu ber sama2 menyahut dan berjalan ketengah ruangan tersebut. Tak sampai beberapa waktu, kedua lentera tersebut telah digantungkan tinggi2. Kiranya didalam ruangan batu yang sangat dingin itu sejak sebelumnya telah terdapat pancingan besi untuk menggantungkan lentera, asalkan lentera itu telah digantung pada pancingan besi tersebut kemudian menarik tali yang terdapat disamping papan nama, lentera itu segera akan ditarik naik hingga diatas. Dibawah sorotan tiga buah lentera sekaligus, seluruh benda yang terdapat didalam ruangan itu segera dapat dilihat dengan sangat jelas sekali. Diam2 pikir Tang Loo thay.
"Ketiga orang itu entah sedang mengadakan permainan setan apa, berdiri didepan pintu ruangan sambil berdiri berhadapan". Pada saat hatinya menjadi tergerak, mendadak terdengar suara tongkat bambu yang mengetak diatas tanah bercampur dengan suara langkah kaki berkumandang datang. Ketiga orang wanita berbaju putih itu segera ber sama2 menggeserkan tubuhnya kesamping jalan yang ada ditengah, wajahnya berubah menjadi sangat serius, sedang tubuhnya membungkuk dan kepalanya ditundukkan kebawah. Kelihatannya orang yang datang itu merupakan orang yang mempunyai kedudukan yang sangat tinggi didalam keluarga Lam Kong itu. Terdengar suara langkah kaki itu makin lama makin mendekat, seorang nenek tua berambut putih, tubuhnya memakai baju berwarna putih keperak perakan sedang pada tangannya mencekal sebuah tongkat bambu dengan langkah yang sangat perlahan sekali berjalan masuk kedalam ruangan itu. Tang Loo thay yang bersembunyi dibelakang peti mati disuatu tempat yang gelap nampak hal ini hatinya tergerak, diam2 pikirnya.
"Bagus sekali! Kiranya adalah sekumpulan wanita2 yang sedang membuat suatu permainan gila, aku masih mengira kalau hanya keluarga Tang dari daerah Shu Cho saja yang turun menurun wanita yang menjabat sebagai ciangbunjin, sungguh tak kusangka keluarga Lam Kong ini serta menjabat sebagai ciangbunjin dari keluarga Lam Kong yang sangat terkenal itu". Tampak sinar mata dari nenek tua berambut putih itu memandang290 dengan tajam kesekitar tempat itu, mendadak dia mendongakkan kepalanya tertawa tawar, ujarnya.
"Entah Jago berkepandaian tinggi yang mana yang berani masuk kedalam daerah terlarang dari keluarga Lam Kong kami, untuk nyali yang demikian tebalnya itu sungguh membuat aku sangat menghargainya?". Perkataan yang diucapkan itu mendadak berhenti sejenak kemudian baru ujarnya lagi.
"Dapat memasuki hingga sampai ditempat ini. sudah pasti bukanlah merupakan seorang yang tanpa nama, perbuatan dari seorang enghiong, mengapa tidak berani keluar secara terang2an bertemu dengan aku, sehingga aku dapat menghormatinya sebagai seorang majikan terhadap tamunya". Pengalaman Tang Loo thay didalam dunia kangouw sangat luas sekali, jika didengar dari perkataan yang baru saja diucapkan keluar itu agaknya pibak lawan masih belum mengetahui tampat persembunyian dari pada dirinya, apalagi baru saja ada orang yang dengan mengerahkan ilmu menyampaikan suara memberikan peringatan kepadanya, sudah tentu didalam ruangan batu ini pastilah ada orang lain lagi, bahkan semuanya kepandaian yang tinggi sekali, orang lain tak mau menampilkan dirinya keluar mengapa dirinyapun harus mencari susah keluar menampakkan dirinya, hatinya menjadi terjerah dan tetap berdiam diri tak bergerak sedikitipun juga. Nenek tua berambut putih itu setelah bertanya beberapa kali, tetap tak terdengar suara jawabannya, wajahnya segera berubah sangat hebat, sepasang matanya melotot ke luar, dari matanya itu memancarkan sinar yang sangat tajam bagaikan kilat, sambil tertawa dingin ujarnya.
"Ruangan baru ini luasnya tak lebih dari beberapa kaki saja, sekalipun untuk mencari sebuah jarumpun aku juga tidak sukar untuk mendapatkannya kembali, apalagi seorang manusia, kalau memangnya tak mau menerima arak kehormatan, janganlah menyalahkan kalau aku akan kurang hormat". Sinar matanya berputar menyapu sakejap kearah ketiga orang wanita berbaju putih itu, kemudian ujarnya.
"Hong Cen, Siauw Ling jaga didepan pintu besi itu, tak perduli siapapun juga asalkan ingin meninggalkan ruangan ini segera bereskan nyawanya, Shu Giok kau memeriksa dari sebelah kiri terus berputar kesebelan kanan". Pada saat ucapannya selesai tubuhnya telah melayang meninggalkan tempat semula sejauh tiga kaki, dari sebelah kanan dia memeriksa kesebelah kiri. Wanita berbaju putih yang mempunyai usia paling tua dimana dia pertama2 yang memasuki ruangan tersebut sambil menyahut segera menggerakkan tubuhnya memeriksa dari sebelah kiri berputar kearah kanan.291 Tang Loo thay dengan kencang menggenggam senjata rahasia beracunnya dengan diam dia menggerahkan tenaga dalamnya dan bersiap-siap untuk dilancarkan keluar, dalam hatinya diam2 berpikir.
"Sinar mata dari nenek tua itu sangat tajam sekali bagaikan sambaran kilat, mungkin diantara keempat wanita itu dialah yang memiliki kepandaian silat yang paling tinggi, juga agaknya merupakan pimpinan daripada mereka2 itu, asalkan dapat didalam satu kali pukulan berhasil membinasakan dirinya, sisanya mungkin akan jauh lebih mudah untuk dilayani, asalkan dapat meninggalkan salah seorang yang masih hidup-----"
Pada saat dia berpikir itu, nenek tua berambut putih itu telah berada pada jarak empat lima kaki dari tempat persembunyiannya, jaraknya juga tidak lebih dari tiga buah peti mati.
Tang Loo thay baru saja bersiap hendak melancarkan senjata rahasia beracunnya, nenek tua berambut putih yang membawa tongkat bambu itu mendadak menghentikan langkah kakinya, dengan mengerahkan pendengarannya dengan cermat dia mendengarkan suara yang mencurigakan hatinya.
Tang Loo thay mengerurkan alisnya, diam-diam plkirnya.
"Nenek tua itu sedang berbuat permainan apa, dengan ketajaman dari telingaku yang telah setengah harian berada disini saja tak pernah mendengatkan sedikit suara pun, nenek tua ini baru saja berjalan mendengar gerakan apa". Ketika dia memusatkan seluruh perhatiannya untuk mendengar, ternyata tidak salah lagi, terdengar suara pernapasan yang sangat lemah sekali berkumandang datang dari peti mati ketiga yang berada disebelah kanan. Suara pernapasan yang sangat lemah sekali itu bagaikan sebuah demi sebuah paku besi yang dlatuh keatas tanah, asal akan suara pernapasan dari orang lain saja akan dapat menutupi suara yang demikian lemahnya itu. Suara yang sangat lemah yang terdengar itu bagaikan sebuah martil yang sangat besar memukul diatas hati Tang Loo thay, pikirnya. Telinga dari nenek ini ternyata demikian tajamnya, sudah tentu melindungi tenaga dalam yang sangat tinggi sekali, kelihatannya ini hari aku telah menemui musuh tangguh yang belum pernah kutemui selama berkelana didalam dunia kangouw selama berpuluh puluh tahun lamanya ini". Jatuhnya daun dapat membedakan musim, demikian dengan Tang Loo-thay yang mempunyai pengalaman yang sangat luas di dalam dunia kangouw, dilihat dari nenek tua yang sekali dengar saja telah dapat mengetahui kalau adanya suara pernapasan yang demikian lemahnya itu, telah dapat mangetahui dengan jelas kalau majikan dari keluarga Lam Kong ini tentunya memiliki ke pandaian silat yang sangat tinggi serta lihai292 sekali, perasaan memandang ringan kepada pihak musuh didalam hatinya segera hilang lenyap tanpa bekas. Tampak nenek tua berambut putih itu mengangkat tongkat bambu ditangannya yang diketukkan dengan perlahan diatas peti mati, kemudian dengan nada yang rendah bentaknya.
"Shu Giok, cepat kemari'!". Wanita berbaju putih yang sedang berjalan kearah kanan itu begitu mendengar suara bentakan dari nenek tua itu segera menyahut dan melayangkan tubuhnya dengan cepat kearahnya, sambil membungkuk kan tubuhnya memberi hormat, ujarnya.
"Nenek. mempunyai perintah apa???". Gerakan tubuhnya sangat bagus serta gesit sekali kecepatannya bagaikan berkelebatnya kilat, sedang adap saat melayangkan tubuhnyapun tidak mengeluarkan suara sedikitpun juga. Diam2 Tang Loo- thay menghela napas, pujinya.
"Sungguh sangat bagus sekali ilmu meringankan tubuhnya, kelihatannya wanita berbaju putih yang mempunyai wajah sangat cantik itu seluruhnya memiliki kepandaian silat yang sangat tinggi sekali". Terdengar nenek tua berambut putih itu berkata lagi.
"Orang ini telah hidup dengan sendirinya didalam peti mati itu, mengapa masih tidak dilepaskan keluar???". Ujar wanita berbaju putih itu.
"Orang ini berdiam didalam peti mati ini belum sampai satu bulan lamanya". Nenek tua itu menggelengkan kepalanya, ujarnya.
"Aku telah memberikan kepadamu tidak satu kali saja, keadaan setiap orang itu tidak mempunyai keadaan yang sama, perguruan serta ilmu kepandaian silat yang dimilikinyapun satu dengan yang lainnya tidak sama, sedikit-dikitnya juga sedikit berbeda, tiga puluh tujuh hari kemudian pastilah akan terjadi suatu perubahan, cepat kau buka tutup peti mati itu untuk dilihat". Wanita berbaju putih itu membungkukkan tubuhnya menyahut, ujarnya.
"Cucu menantu menerima salah, harap nenek jangan marah". Tangannya yang putih halus itu diulurkan dan membuka tutup peti mati tersebut. Tongkat bambu ditangan nenek tua berambut putih itu diulur dan ditarik kembali berturut-turut dia menotok beberapa kali jalan darah dari orang yang masih berbaring didalam peti mati itu, mendadak berkelebat menyingkir kesamping. Terdengar suara helaan napas yang sangat panjang berkumandang datang, sebuah bayangan manusia bagaikan elang raksasa melompat melayang keluar dari dalam peti mati itu, dan sekali lompat sejauh tujuh delapan kaki jauhnya baru turun keatas tanah. Ketika Tang Loo thay mengalihkan pandangan matanya293 memandang, tampak orang itu berusia kurang lebih dua puluh lima enam tahun, selurub tubuhnya memakai baju berwarna hitam, wajahnya sangat lebar dengan teliaga yang besar, matanya melotot keluar sedang mulutnya sangat lebar, dibawah sorotan sinar lampu lentera itu tampak wadahnya yang pucat pasi tak kelihatan darah sedikitpun juga. Sepasang mata dari nenek tua berambut putih itu mendadak memancarkan sinar tajam yang sangat aneh sekali keatas wajah orang berbaju hitam itu, dengan perlahan-lahan dia menggerakkan tangan kirinya, sedang pada mulutnya dengan suara yang sangat rendah sekali menyanyikan suatu lagu yang sangat menyedihkan sekali. Suaranya berat rendah dan lemah sekali, bagaikan orang yang sedang mengigau saja, membuat setiap orang yang mendengar suara tersebut, segera timbul suatu keinginan untuk tidur dengan nyenyaknya. Sepasang mata dari orang berbaju hitam yang melotot keluar itu dibawah suara yang dapat membuat orang mengantuk itu, dengan perlahan lahan dia menutupkan sepasang matanya, dan dengan perlahan-lahan pula duduk kembali diatas peti matinya. Tang Loo-thay yang melihat hal ini diam2 merasa sangat terkejut sekali, diam2 batinnya.
"Kepandaian silat macam apakah ini, sungguh suatu ilmu yang belum pernah kudengar dan kulihat". Nenek tua berambut putih itu tersenyum, ujarnya. Chiet Cap Jie Sha atau tujuh puluh dua setan, kini telah bertambah lagi dengan seorang, jadi kini hanya tinggal kurang tiga orang saja". Wanita berbaju putih itu mengangkat jarinya menghitung, kemudian membungkukan tubuhnya ujarnya.
"Nenek, Chiet cap Jie Sha itu masih terdapat empat tempat yang masih kosong, selain orang itu masih mempunyai tiga tempat yang luang lagi". Nenek tua berambut putih itu mengetukkan tongkat bambunya keatas tanah, dengan nada yang perlahan ujarnya.
"Mengapa??? Didalam ingatanku seharusnya masib ada tiga buah tempat saja yang luang, apakah boleh dikatakan aku telah salah mengingatnya ??". Sahut wanita berbaju putih itu. Nenek telah iupa, karena Hong Cen salah menotok urat nadi dari salah satu orang, sehingga dia berubah menjadi tidak beres ingatannya, dan sukar sekali untuk di kuasai lagi, dan tak dapat dipertahankan lagi nyawanya telah lenyap meninggalkan tubuhnya------"
Nenek tua berambut putih itu memenjamkan matanya untuk berpikir keras sejenak kemudian ujarnya pula.
"Tidak salah aku malah telah melupakan akan hal ini". Wanita berbaju putih itu diam2 melirik melihat perubahan wajah nenek tua berambut putih itu, meiihat pada wajahnya sedikitpun tidak294 menampilkan hawa amarahnya, barulah dengan nada yang sangat rendah ujarnya.
"Nenek, keempat orang lelaki raksasa mendadak telah hilang lenyap tanpa bekas, hal ini membuktikan kalau telah ada orang yang berkepandaian tinggi yang telah menyelundup masuk kedalam penjara pembingung nyawa ini, kekuatan dari keempat orang raksasa itu sangat luar biasa sekal, kulitnyapun sangat keras bagaikan baja, sekalipun bertemu dengan jago berkepandaian tinggi yang memiliki tenaga dalam yang bagaimanapun sempurnanya, juga tak mungkin dapat dibunuh mati tanpa mengeluarkan suara sedikitpun juga-----". Nenek tua berambut putih itu mendadak mendongakkan wajahnya keatas sambil ter tawa ter bahak2, suaranya sangat tinggi me lengking menyakitkan telinga, bagaikan suara teriakan nyaring dan binatang yang terluka, pun bagaikan suara pekikan burung2 malam yang sedang gusar, suaranya bergema tak henti2nya didalam ruangan itu, membuat orang yang mendengar suara tersebut menjadi pening kepalanya dan merasa ngeri, seram dan mendirikan bulu romanya. Ber sama2 dengan suara tertawanya yang tak enak didengar itu, dari wajahnya yang telah berkeriput itu samar2 terlihat muncul suatu hawa membunuh yang sangat hebat sekali diikuti dengan hawa hitam yang makin lama makin menebal. Begitu suara tertawa ngeri itu berhenti, ruangan datu yang menyeramkan itu kembali berubah menjadi sangat sunyi sekali, tetapi nenek tua berambut putih itu setelah tertawa ngeri beberapa saat, wajahnya mendadak berubah menajadi suatu wajah yang sangat aneh sekali. Tampak wajahnya yang penuh dengan keriput itu mendadak mengembang menjdi sangat besar sekali, sedang keriputnya pada wajahnya itupun mendadak menjadi lenyap tanpa bekas, wajahnya berubah menjadi lebih besar satu kali lipat dari semula, sedang hawa hitam yang mengitari wajahnjapun makin lama makin menebal.Wajahnya sungguh sangat menyeramkan sekali bagaikan sebuah wajah iblis yang mengerikan, dua buah sinar matanya yang memancarkan sinar tajam itu bagaikan dua buah lentera yang sangat terang, sungguh sangat menakutkan sekali. Tampak sinar matanya berputar kekiri kemudian berputar lagi kearah kanan, setelah menyapu sekejab kesekitar ruangan itu, mendadak dengan nada yang sangat tinggi ujarnya.
"Tang Loo thay, ditempat ruangan yang tak ada jalan keluar keatas maupun jalan keluar dari dalam ruangan batu ini, kau ingin melarikan dirinya kearah mana, didalam Bu-lim kau juga dapat terhitung sebagai seorang pimpinan dari suatu partai yang besar, mengapa harus bersembunyi bagaikan anak kura, lebih baik keluarlah secara ber terus terang saja".295 Beberapa perkataan itu, setiap kalimat serta setiap kata bagaikan golok dan pedang yang menusuk kedalam tempat bahaya didalam tubuh Tang Leo-thay, sekalipun dia tahu dengan pasti kalau dia telah menemui musuh tangguh yang belum pernah dia temui selama hidupnya, tetapi mau tak mau juga terpaksa harus mengeraskan kepalanya untuk bangkit berdiri, sambil memegang kencang senjata rahasia beracunnya diatas tangan, yang telah siap untuk dilancarkan keluar, dengan Iangkah yang perlahan berjalan masuk ketengah ruangan itu. Sinar mata dari wanita berbaju putih itu menyapu sekejab kearah Tang Loo thay, kemudian dengan perlahan lahan mengundurkan dirinya kesamping, entah apakah dia telah mengetahui kalau didalam tangan Tang Loo-thay itu telah menggenggam seraup senjata rahasia yang sangat be racun sekali, sehingga dengan cepat menghindarkan dirinya, ataukah sebaliknya untuk menghindarkan diri dari suatu tempat yang luas bagi tongkat bambu dari nenek tua berambut putih itu sehingga menambah tempat yang luas bagi mereka berdua yang bersiap untuk mulai bergebrak itu. Tang Loo thay sekalipun teIlah mempunyai pengalaman yang sangat luas sekali didalam mengalami hujan dan ombak yang bagaimana ganasnyapun, tetapi dia selama hidupnya belum pernah melihat wajah yang menyeramkan dari nenek tua berambut putih itu, dari dalam dasar hatinya segera timbul perasaan yang berdesir, segera dia menghentikan langkah kakinya. Pada saat ini, jarak dari kedua orang itu, kurang lebih hanya terpaut sejauh empat lima kaki saja. Nenek tua berambut putih itu tertawa dingin dengan sangat menyeramkan, ujarnya.
"Kiranya tak salah lagi adalah kau!". Kedua orang itu sama-sama menggunakan senjatanya dengan tongkat bambu, sekalipun usianya jauh berbeda antara yang satu dengan yang lain, tetapi semuanya juga telah merupakan seorang nenek tua yang usianya lebih dari setengah abad, kini setelah berdiri saling berhadapan, tanpa terasa telah saling memandang sekejap kearah pihak musuhnya. Ujar Tang Loo thay.
"Tidak salah, memang aku adanya, Ciangbunjin angkatan kesembilan dari keluarga Tang didaerah Shu Cho. Nenek tua berambut putih itu tertawa tawar, ujarnya.
"Nyalimu sungguh sangat besar sekali, ternyata berani menyelundupkan diri masuk ke dalam penjara pembingung nyawa dari keluarga Lam Kong kami"
Sahut Tang Loo thay dengan dingin.
"Empat pejuru dunia, lima danau maupun empat samudra, asalkan aku menginginkan untuk pergi siapa yang berani untuk melarang diriku".296 Sepasang mata dari nenek tua berambut putih itu berkedip beberapa kali, sinar matanya makin bertambah tajam. dan memandang dengan tak bergerak sedikitpun dari atas wajah Tang Loo-thay, ujarnya.
"Selama puluhan tahun ini kaulah merupakan orang pertama yang berani menerjang masuk kedalam penjara Pembingung nyawa dari keluarga Lam Kong kami". Sahut Tang Loo-thay.
"Telaga naga, gua harimau, gunung golok maupun hutan pedang, aku entah mengalami beberapa kaii kejadian seperti itu, mengapa harus takut juga dengan penjara pembingung nyawa dari keluarga Lam Kong kalian---"
Dia berhenti sejenak, kemudian lanjutnya lagi.
"Thayhe masih ada suatu urusan yang masih belum jelas, masih mengharapkan pen-jelasan dari Lam Kong Hujien". Sekalipun pada wajah dari Lam Kong Hujien itu penuh diliputi oleh hawa hitam yang menebal sehingga wajahnya sangat menyeramkan sekali, tetapi perkataan serta sikapnya berubah menjadi jauh lebih lunak dari pada tadi, ujarnya.
"Selama puluhan tahun ini, jago2 berkepandaian tinggi yang berani masuk kedalam penjara pembingung nyawa kami ini, tidak kurang dari ratusan orang jumlahnya, pada saat itu dikarenakan obat obatan yang tidak sempurna sehingga sebagian besar dari mereka itu telah mengalami kematiannya, tetapi peristiwa seperti ini didalam sepuluh tahun mendatang ini tak mungkin akan terulang kembali, aku kira kau tentunya menguatirkan keselamatan dari putramu sehingga ingin menanyakan kepada diriku". Tang Loo thay menjadi tertegun, tanyanya.
"Putraku apakah benar2 telah berada di sini ?". Sahut Lam Kong Hujien.
"Legakanlah hatimu pada saat sebelum kau mengalami kematiannya, aku tentu akaa mengijinkan kau untuk bertemu muka satu kali dengan putramu itu----". Suaranya menjadi berhenti, dan berubah menjadi suara yang sangat dingin kaku, ujarnya lagi .
"Selama berpuluh-puluh tahun ini, jago2 berkepandaian tinggi yang memasuki penjara pembingung nyawa ini sekalipun sangat banyak sekali jumlahnya, terapi seluruhnya telah menghabiskan waktu yang sangat banyak dan tenaga yang sangat besar pula untuk mengundang mereka datarg kemari, didalam antara orang2 itu, aku percaya ada banyak sekali jago2 berkepandaian tinggi yang kepandaian silatnya tidak dibawah kepandaian silat yang kau miliki sekarang ini, sampai pada saat ini, orang2 yang termasuk bukan aku yang mengundang datang dapat dihitung kaulah orang yang pertama masuk kedalam penjara pembingung nyawa ini- --"297 Potong Tang Loo thay.
Pembunuh Misterius Karya Tjan ID di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau begitu aku seharusnya sangat bangga sekali"
Ujar Lam Kong Hujien.
"Kau kini ternyata telah mengetahui rahasia selama berpuluh puluh tahun lamanya dari keluarga Lam Kong kami, kemudian mendengar lagi dari mulutku sendiri yang mengatakan sebab2 hilangnya berpuluh puluh jago berkepandaian tinggi dari dunia kangouw, aku kira kaupun tentunya telah mengetahui sendiri bahwa kesempatan hidup bagi dirimu adalah sangat tipis sekali---"
Mendadak dia tertawa besar dengan sangat keras sekali, hawa hitam yang meliputi wajahnyapun agaknya makin bertambah menjadi lebih menebal, dengan nada yang menyeramkan ujarnya lagi.
"Aku memangnya mempunyai niat untuk menyempurnakan Chiet Cap Jie Sha yang masih luang tiga tempat, dengan kepandaian silat yang kau miliki sekarang ini apabila dapat ikut serta memperkuat Chiet Cap Jie Sha itu tidak sukar untuk dipilih sebagai salah satu dari kepala regu dari mereka2 itu, pada saat itu, kau bukan saja tidak lagi memikirkan putramu, bahkan juga selamanya tak mengenal lagi arti risau atau duka, bahkan seluruh perasaan girang, gusar, sedih, sampai tujuh macam perasaan serta enam macam napsu akan hilang lenyap seluruhnya dari dalam alam pikiranmu, coba pikirkan, dunia itu bagaimana tenang dan tawarnya, sekalian makan serta membunuh orang, tak pernah lagi akan mengetahui adanya urusan berduka dan risau didalam dunia ini, dan macam apakah menganggur itu---"
Perjanjian Hati Karya Santhy Agatha Goosebumps Pantai Hantu Sam Po Kong Karya
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama