Ceritasilat Novel Online

Petaka Pedang Gila 1

Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila Bagian 1

Raja Gendeng Petaka Pedang Gila **** Karya Rahmat Affandi Sang Maha Sakti Raja Gendeng dalam episode 4 Petaka Pedang Gila ***** TIM

Kolektor E-Book

Buku Koleksi . Denny Fauzi Maulana (

https.//free.facebook.com/denny.f.maulana) Scan,Edit Teks dan Pdf . Saiful Bahri Situbondo (

http.//ceritasilat-novel.blogspot.com) Dipersembahkan Team

Kolektor E-Book

(

https.//www.facebook.com/groups/Kolektorebook) *******

Bulan purnama empat belas hari telah bergeser ke ufuk langit sebelah barat.

Di bukit Induk pantai laut utara perkelahian sengit masih terus berlangsung.

Di pedataran luas di lereng bukit (seperti telah diceritakan dalam episode Pesta Darah Di Pantai Utara) Momok Laknat terlibat perkelahian sengit dengan Kupu Kupu Putih murid Penyihir Racun Utara.

Sedangkan teman pendampingnya Puteri Pemalu menghadapi serangan- serangan gencar yang dilakukan oleh Tiga Pembawa Maut yang terdiri dari tiga bersaudara yaitu Maut Merah, Maut Hijau dan Maut Biru.

Di bagian lain tak jauh dari lamping bukit Induk yang mengalami kehancuran dipenuhi lubang menganga akibat ledakan.

Para pengikut Maha Iblis Dari Timur banyak yang menemui ajal di tangan Dewa Saru Saru yang bernama asli Angin Pesut.

Potongan tangan, kepala bertebaran di mana-mana.

Darah menggenang membasahi tanah pedataran yang terdiri dari bebatuan karang.

Melihat banyaknya korban yang jatuh di pihaknya Maha lblis yang saat itu terlibat perkelahian sengit dengan Dewi Harum menjadi sangat marah.

"Gendut besar sialan. Kalau tidak membunuhmu, rasanya segala kemarahan dihatiku tak akan sirna!"

Teriak Maha Iblis.

"Banyak mulut. Selesaikan dulu urusan di antara kita?"

Potong Dewi Harum yang juga dikenal dengan julukan Puteri Pedang Kayu Harum.

Wutt! Lima jari tangan Dewi Harum yang berkuku runcing menyambar ganas siap merobek mulut Maha iblis Dari Timur.

Dari lima ujung jari membersit cahaya ungu menggidikkan disertai menebarnya hawa dingin luar biasa.

Maha Iblis keluarkan seruan tertahan.

Dia sentakkan kepala ke belakang hingga serangan itu melesat sejengkal di atas wajahnya.

Lima cahaya yang luput mengenai sasaran menghantam dinding bukit dan mengeluarkan suara letupan lima kali berturut-turut.

Maha Iblis menggeram.

Belum lagi laki-laki berikat kepala hitam dan berjubah hitam ini siap pada posisinya, Dewi Harum melesat ke arahnya sambil lancarkan jotosan mengarah ke bagian dada.

"Jadah!"

Maki Maha Iblis namun cepat gerakkan tangan menangkis pukulan Dewi Harum.

Duk ! Benturan keras terjadi membuat Dewi Harum terdorong mundur.

Tinjunya yang membentur lengan lawan mengembung bengkak.

Gadis itu menyeringai bersikap seolah tidak merasakan sakit apa-apa.

Di depan sana Maha Iblis hanya bergoyang pertanda tenaga dalam Maha Iblis lebih tinggi satu tingkat di atas Dewi Harum.

Laki-laki itu melangkah maju.

Dia yang merasa khawatir tak bisa mendapatkan Pedang Gila karena keinginannya memasuki gua dihalangi oleh Dewi Harum dan Angin Pesut jadi tidak dapat menahan diri lagi.

Sambil melompat maju dengan kecepatan kilat hantamkan dua tangan ke arah Dewi Harum.

Tak tanggung-tanggung Maha iblis menyerang dengan ilmu pukulan Sang Iblis Murka Bumi Menjerit.

Saat tangan dikibaskan ke depan terdengar suara jeritan di sana sini.

Sedangkan dari tangan Maha Iblis membersitkan cahaya angker menggidikkan disertai suara bergemuruh tak ubahnya dinding karang yang runtuh.

Hawa panas luar biasa melanda seantero penjuru pedataran.

Membuat apa saja yang dilewati jadi terbakar, mayat-mayat dikobari api.

Sedangkan kaki tangannya yang sedang melakukan pengeroyokan pada Angin Pesut tak pelak menjadi korban.

Melihat bahaya besar sedang mengancam Dewi Harum, kakek ini segera menendang lawan yang merintangi jalannya.

Lawan yang kena ditendang jatuh terbanting dalam keadaan cidera berat dan jatuh pingsan.

Sekali bergerak, Angin Pesut telah berada di samping Dewi Harum.

"Apa yang kau lakukan saudaraku"

Seru Dewi Harum yang saat itu telah mencabut senjata andalannya yaitu pedang kayu berwarna hitam kecoklatan.

Ketika pedang diputar sebat membentuk perisai diri terlihat kilatan cahaya hitam kecoklatan menderu bergulung- gulung disertai menebarnya bau harum menyengat.

Pukulan Maha Iblis dan gulungan cahaya angin Laksana badai yang bersumber dari pedang di tangan Dewi Harum tak dapat dihindari bentrok di udara.

Traat Buumm Buum Bukit Induk laksana diguncang selaksa gempa.

Maha Iblis Dari Timur terjajar ke belakang.

Wajahnya pucat pasi, dada berdenyut sakit namun dia tidak menderita cidera yang berarti.

Hanya bagian ujung jubahnya saja yang robek besar dikobari api.

Dengan cepat dia mematikan api yang membakar ujung jubah.

Dengan sorot mata angker dia menatap ke depan.

Dilihatnya Dewi Harum berusaha bangkit berdiri dengan bertumpu pada pedangnya yang mengepulkan asap.

Gadis ini terhuyung, bentrokan yang terjadi membuat tubuhnya seperti terbakar.

Sementara itu dari mulut dan hidungnya meneteskan darah.

Melihat ini Angin Pesut yang sempat tergontai akibat ledakan tadi segera berkata.

"Rupanya Iblis itu membuatmu terluka. Hmm, tadi kau bertanya apa yang akan kulakukan. Sekarang kukatakan, lebih baik kau menepi. Pulihkan dirimu sementara aku mau menjajal kehebatan manusia kurang ajar yang telah menghancurkan Istana Pulau Es!"

"Aku tidak apa-apa!"

Jawab Dewi Harum dengan pedang dilintangkan ke depan dada. Sementara diam-diam dia memulihkan cidera dalam dada dengan mengerahkan tenaga murni.

"Ha ha ha. Tak usah ngotot. Masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan. Kau lihat kaki tangan Maha Iblis mengepung kita di belakang!"

Ujar Angin Pesut. Dewi Harum menoleh ke belakang. Benar seperti dikatakan saudara angkatnya di belakang mereka belasan orang pengikut Maha Iblis melakukan pengepungan dengan ketat.

"Jadi kau hendak bertukar tempat denganku? Baiklah, Aku ingin melumpuhkan mereka semuanya!"

Berkata begitu Dewi Harum balikkan badan lalu tanpa bicara lagi hampiri belasan laki-laki berwajah angker yang dulu adalah tawanannya sendiri.

Melihat Dewi Harum pergi .Maha Iblis Dari Timur manfaatkan kesempatan ini dengan memperhatikan keadaan di dalam gua di perut bukit.

Melalui beberapa lubang yang menganga dia melihat di dalam gua nampaknya ada perkelahian sengit sedang terjadi.

Apa yang dilakukan Maha Iblis ternyata sempat dilihat Angin Pesut.

Kakek berusia ratusan tahun dan berbobot lebih dari delapan ratus kati ini tertawa mengekeh.

"He he he! Maha Iblis kau sudah tidak sabaran ingin masuk ke dalam gua di perut bukit ini? Kau takut tak mendapatkan pedang Gila? Pusaka sakti itu kurasa bukan milikmu dan aku yakin bukan punya nenek moyangmu."

"Kurasa...."

Ujar Angin Pesut dengan senyum tersungging di mulut.

"Kurasa pedang itu milik salah seorang yang sedang terlibat perkelahian sengit di sana!"

Mendengar ucapan Angin Pesut, sepasang Mata Maha Iblis yang berkilat tajam mendelik besar. Kedua pipi menggembung, sedangkan pelipisnya bergerak-gerak. Sambil menggeram dia berteriak.

"Tua bangka banyak mulut. Aku akan menguburmu hidup-hidup!"

Berkata begitu Maha Iblis Dari Timur melompat tinggi. Begitu melambung tangan kanan dipentang, lalu saat tubuhnya meluncur ke bawah tangan itu dihantamkannya ke permukaan tanah.

"Wuut"

"Bumi Murka Insan Terkubur...!"

Teriak Maha Iblis menyebut nama ilmu pukulannya.

Buuk ! Gleger!! Pukulan tangan ke tanah menimbulkan reaksi yang hebat luar biasa.

Seperti ular ganas yang berlari mengejar mangsa, tanah terbelah.

Rengkahan tanah kemudian bergerak cepat mengejar ke arah Angin Pesut.

Membuat si kakek tercengang namun juga geleng-geleng kepala.

"Ilmu lblis!"

Gumam Angin Pesut.

Dia sendiri melompat ke samping.

Tapi begitu kaki menginjak tanah di sebelahnya, tanah itu juga terbelah menganga sedemikian rupa sementara kobaran api yang muncul dalam rengkahan tanah menyambar siap melahap tubuh Angin Pesut di sebelah bawah.

Merasa tidak punya pilihan lain.

Angin Pesut lambungkan tubuhnya ke atas.

Berkat ilmu meringankan tubuh yang sudah sangat sempurna si kakek mampu mengapungkan diri diketinggian.

Tapi dia terkejut juga saat menyadari ada satu kekuatan tak terlihat menariknya ke bawah seolah hendak menjebloskan Angin Pesut dan menguburnya dalam kobaran api.

si kakek katubkan mulutnya.

Mulut menggembung namun kemudian terbuka meniup ke bawah.
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiupan yang dilakukan Angin Pesut menimbulkan deru angin seperti badai.

Api yang bermunculan dari setiap rengkahan tanah padam.

Melihat kobaran api dapat dipadamkan secepat kilat tangan kirinya dihantamkan ke bawah untuk menutup lubang-lubang menganga panjang yang membahayakan itu.

Tapi niat Angin Pesut ternyata diketahui oleh lawan.

Begitu dia kibaskan tangan, Maha iblis menyerangnya dengan pukulan jarak jauh yang dikenal dengan nama Iblis Murka Kegelapan Musnah.

Wush ! wreet ! Serangan yang dilakukan Maha Iblis kalah cepat dengan tindakan yang dilakukan Angin Pesut.

Maha berhasil menutup rengkahan, namun sekarang Angin Pesut harus berjuang keras menyelamatkan diri dari serangan Maha Iblis dalam bentuk lima cahaya aneh berbentuk pedang panjang.

Lima cahaya pipih setipis pedang siap membabat tubuh si kakek di lima bagian.

Di belakang cahaya masih menyusul deru angin bergulung gulung disertai hawa aneh dan cahaya hitam pekat.

"Oala..kalau begini aku bisa mati konyol!"

Pekik Angin Pesut.

Berkata begitu dengan gerakan cepat Angin Pesut menekan tubuhnya ke bawah dengan maksud mempercepat daya luncur.

Terdengar suara bergedebukan saat si kakek jatuh ke tanah.

Orang tua ini cepat jatuhkan diri rebah sama rata dengan tanah.

Wuus! Wuus! Glaar! Lima cahaya menyerupai pedang dan deru angin hitam bergulung yang mengiringi kelima cahaya hanya menyambar, memapas rambut putih gimbal si kakek tapi tak melukainya.

Kelima cahaya terus menderu dan siap menghantam Dewi Harum yang sedang berusaha meringkus bekas tawanannya.

Beruntunglah Dewi Harum cepat menyadari bahaya yang mengancamnya.

Dia segera menyingkir hindari serangan nyasar.

Tapi anak buah Maha Iblis tak sempat menyelamatkan diri.

Tiga orang tewas dengan tubuh terbabat putus oleh sambaran cahaya itu.

Satunya lagi kehilangan tangan dan kaki.

Sedangkan yang dua di sebelah kiri kepalanya menggelinding.

Dewi Harum leletkan lidah.

Menatap ke arah saudara angkatnya, dia melihat Angin Pesut sedang mengusapi bagian atas rambutnya yang hangus.

"Saudaraku kau tidak apa-apa?"

Tanya Dewi Harum khawatir. Si kakek banting-banting kakinya sambil menggerung tak karuan.

"Bangsat itu telah membakar rambutku. Dia sudah sangat keterlaluan."

Kata Angin Pesut sambil berdiri.

"Kau orang besar, masa bisa dikalahkan oleh iblis kecil.Sungguh memalukan"

Kata Dewi Harum memanas-manasi.

"Hm, ya kenapa aku mau dipermainkan oleh iblis kecil?"

Geram orang itu. Dia balikkan badan. Menatap ke arah Maha Iblis dilihatnya laki-laki itu sudah menekuk kaki depan sedangkan tangan disilangkan ke depan dada. Dua mata Maha Iblis menatap tajam, dalam hati dia berkata.

"Bulan makin jauh di ufuk barat. Gendut gila ini berkali-kali berhasil lolos dari seranganku. Aku tak mungkin melayaninya sampai pagi. Aku harus mengerahkan pasukan khusus, pasukan gaib yang dulu pernah aku manfaatkan untuk menghancurkan istana pulau Es."

Di depannya Angin Pesut diam-diam berkata.

"Manusia iblis yang satu ini ilmu kesaktiannya tidak rendah. Dia sepertinya siap menyerang atau mungkin ada yang sedang direncanakannya? Aku dengar dia mempunyai pasukan gaib. Laskar yang diambilnya dari alam arwah. Tapi..sejauh ini aku tak melihat pasukan istimewanya itu? Apa mungkin dia punya rencana yang lain?"

Pikir Angin Pesut menduga duga.

**** Di dalam gua bukit Induk di mana bagian dindingnya yang tebal mengalami kehancuran Bocah Ontang Anting sedang berusaha mengambil kotak hitam berisi Pedang Gila.

Tapi sepertinya ada kekuatan yang tak kelihatan menggerakkan kotak itu.

Usaha Bocah Ontang Anting meraih kotak ternyata tidak mudah.

Kotak terus bergerak melompat-lompat selayaknya seekor kodok.

Malah terkadang melambung seolah memiliki nyawa, mata dan jalan pikiran sendiri.

Kesulitan yang dialami oleh Bocah Ontang Anting jadi berlipat ganda begitu Hyang Kelam mahluk alam roh yang mendekam dalam gua sebelum kedatangan mereka menyerang dengan pukulan ganas luar biasa.

Tapi Raja satu-satunya pewaris pedang dan merupakan turunan terakhir penguasa Istana Pulau Es tidak tinggal diam.

Seperti telah dikisahkan dalam episode Pesta Darah Di Pantai Utara' pukulan maut yang dilepaskan oleh Hyang Kelam dapat dipatahkan oleh Raja, Hyang Kelam segera memperlihatkan diri dalam rupa seorang kakek renta berwajah angker, mata cekung berpakaian selempang dari kulit dan bercelana setinggi lutut.

Dan dia segera berseru pada muridnya yang bernama Untari "Sudah waktunya untuk menghadapi dua manusia konyol yang tidak berguna ini Untari.

Jangan berada di alam gaib terus menerus nanti mereka menganggap kita sebagai manusia pengecut!"

Berkata begitu Hyang Kelam yang kuku-kuku jarinya menjuntai panjang bercabang-cabang bergelayutan seperti akar pohon menatap ke arah Raja Gendeng dan Bocah Ontang Anting silih berganti "Mahluk menjijikan.Datang tidak diundang.Bersembunyi seperti pencuri.Aku jadi ingin tahu apa sebenarnya keinginanmu!"

Tanya Bocah Ontang Anting.

"Aku tak layak menjawab pertanyaanmu. Tapi mengingat kau dan sahabatmu bakal menghadap raja diraja akherat, tak mengapa bila kukatakan bahwa aku datang hendak mengambil pedang Gila,"

Tegas Hyang Kelam disertai tatapan dingin menggidikkan. Bukannya gentar, baik Raja maupun Bocah Ontang Anting sama-sama mengumbar tawa terkekeh.

"Mahluk kesasar dari alam roh. Kau dengar!"

Kata Raja sambil hentikan tawanya.

"Seperti yang dikatakan sahabatku Bocah Ontang Anting. Kau hadir di sini seperti pencuri, menyembunyikan diri layaknya hantu! Sekarang kau menginginkan pedang yang bukan hakmu. Sungguh kau ini tak ubahnya seperti pengemis yang tidak tahu diri!"

"Raja.... dia memang mahluk tak tahu diri sudah berada di alam roh mengapa masih gentayangan di alam nyata. Lebih baik kau beri dia pelajaran biar tidak banyak tingkah!"

Timpal Bocah Ontang Anting sambil tertawa mengekeh.

Belum lagi tawa si kakek lenyap, tiba-tiba satu pukulan keras mendarat di perutnya membuat Bocah Ontang Anting menjerit sedangkan tubuhnya jatuh terjengkang.

Menyaksikan apa yang dialami sobatnya, Pendekar Maha Sakti Dari Istana Pulau Es ini kaget juga marah.

Belum sempat pemuda Ini mengambil tindakan tiba-tiba saja terdengar suara gelak tawa.Bersamaan dengan itu muncul bayangan sosok samar yang semakin lama makin bertambah jelas ujud maupun penampilannya.

Sosok yang kemudian hadir dalam ruangan itu tak lain adalah gadis berpakaian serba hijau memakai jubah hitam dan bersenjata kipas.

Setelah menatap ke arah si gadis sejenak sepasang alis mata Raja berkerut Sambil manggut-manggut pemuda ini berkata.

"sepertinya aku pernah melhatmu. Tapi aku lupa di mana..!"

"Raja, kalau dia mengenalmu mengapa dia memukulku dengan cara pengecut seperti Itu!"

Tukas Bocah Ontang Anting kesal. Kakek ini segera berdiri sambil mengusapi perutnya yang berdenyut sakit Raja tersenyum.

"Tunggu dulu kek. Aku memang pernah melihatnya di sebuah kedai di Kali Bayu Hurip. Tapi aku tidak mengenalnya dan diantara kami malah belum sempat berkenalan."

"Pemuda gila. Benar kau pernah melihatku. Tak kusangka kita bertemu lagi dalam suasana yang tidak menyenangkan."

Kata gadis itu ketus. Raja tersenyum. Menatap pada gadis murid Hyang Kelam dengan sorot matanya yang aneh membuat sang dara cantik cepat palingkan kepala memandang kejurusan lain.

"Ha ha ha! Dia tak menyukaimu Raja.Melihat tampangmu saja dia tidak sudi. Apa yang hendak kau lakukan?"

"Aku tahu kek. Jangan hiraukan kedua tamu gelap itu.Mungkin aku harus mengambil Pedang Gila secara langsung dari dalam kotak karena senjata itu adalah milik almarhum ayahku prabu Sangga Langit."

Ujar Raja dengan sikap tenang. Hyang Kelam dan muridnya Untar? diam-diam terkejut mendengar pengakuan Raja. Murid dan guru saling pandang. Untari melangkah maju, setelah menenangkan diri dan menahan debaran di dada dia ajukan pertanyaan.

"Jadi benar seperti yang kami dengar selama ini bahwa kau adalah putera prabu Sangga Langit?"

"Kau siapa apa perlumu bertanya tentang siapa aku?"

Jawab Raja ketus. Wajah Untari nampak memerah. Sambil menahan kekesalan di hati dia berkata.

"Aku Untari murid Hyang Kelam. Sudah lama guruku menginginkan pedang itu. Jadi jika kau tidak menginginkan terjadi pertumpahan darah di tempat ini, serahkan pedang itu pada kami!"

"Hua ha ha ha! Kurasa ini adalah kejadian paling gila dan paling aneh. Aku yang paling berhak mewarisi pedang peninggalan ayahku. Mengapa orang lain yang tidak punya hubungan apapun dengan riwayat pedang malah meminta aku untuk mengalah?"

"Selain diriku siapapun orangnya tak akan kubiarkan mengambil senjata peninggalan milik ayahku gusti prabu Sangga Langit."

Tegas Raja sengit.

"Nah kalian berdua murid dan guru sudah sama mendengar. Pewaris pedang menghendaki kalian angkat kaki dari dalam gua ini.Mengapa tidak segera kalian lakukan?!"

Ucap Bocah Ontang Anting dengan mulut dipencongkan.

Mendengar ucapan Bocah Ontang Anting, Untari jadi naik darah.

Sedangkan Hyang Kelam tanpa banyak bicara sambil keluarkan suara pekik aneh segera memutar tubuh bergerak ke arah kakek itu.

Tubuh berputar cepat laksana titiran mengeluarkan suara deru menggidikkan disertai pijaran cahaya hitam angker siap menghujani Bocah Ontang Anting.

Diserang dengan cara seperti itu, si kakek tidak tinggal diam.

Dia angkat tangannya tinggi-tinggi.

Tangan diputar, jemari yang terpentang lakukan gerakan meremas.

Kemudian dengan gerakan secepat kilat dia jatuhkan diri sekaligus hantamkan kedua tangan ke bagian perut lawannya.

Dari kedua telapak tangan Bocah Ontang Anting membersit sedikitnya lima cahaya biru berujung runcing seperti anak panah.

Melesat ke arah Hyang Kelam dengan kecepatan luar biasa, Lima cahaya seperti anak panah membesar sepuluh kali lipat.

Hyang Kelam menggerung.

Dua tangan mahluk alam arwah ini digerakkan menyambuti serangan lima cahaya.

Tretek! Wus! Lep! Lima cahaya yang dilepaskan Bocah Ontang Anting tidak hanya tersapu lenyap.
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebaliknya Hyang Kelam terus melesat ke arah si kakek.

Melihat pukulan sakti Mengusik Sepi Menyapa Nyawa yang dilepaskannya dengan mudah dapat dihancurkan dan lawan melakukan serangan balasan, segera Bocah Ontang Anting berguling untuk selamatkan diri.

Namun terlambat, tendangan lawan datangnya dua kali lebih cepat dari gerakannya.

Tanpa ampun Bocah Ontang Anting terlempar sejauh empat tombak dan terhempas di dinding kiri gua.

Kakek itu megap-megap, tubuhnya memelintir menggeliat kesakitan.

Bersusah payah dia berusaha bangkit.

Belum sempat berdiri tegak Hyang Kelam tahu-tahu telah berada di depannya.

Dua tangan yang kurus ditumbuhi kuku-kuku bercabang, melesat terjulur sedemikian rupa siap menggorok leher dan membuat jebol dada kakek itu.

Bocah Ontang Anting delikkan mata.

Dalam keadaan terjepit disudut, sulit baginya untuk meloloskan diri.

Dia hanya bisa lolos dengan jatuhkan diri.

Tapi apa yang dipikirkan Bocah Ontang Anting terbaca oleh Hyang Kelam terbukti mahluk alam roh ini siap hantamkan kaki ke bawah, Dalam keadaan terancam bahaya, Raja yang sedari tadi membagi perhatian antara si kakek dan Untari yang menyerangnya dengan membabi buta tidak tinggal diam.

Secepat kilat dia sambut jotosan gadis itu dengan pengerahan tenaga dalam.

Untari terjajar, sedangkan tinjunya terasa remuk.

Untari kaget bukan main.

Dia merasa jika raja berniat melukainya, maka tangkisan yang diberengi dengan satu pukulan bisa membuatnya cidera berat.

Setengah tertegun, Untari kibas-kibaskan tangannya yang terasa panas luar biasa.

Tak ada kesempatan bagi gadis ini untuk merintangi gerakan Raja membantu Bocah Ontang Anting.

Lagi pula seandainya kesempatan itu ada dia tak akan melakukannya karena ada perasaan tidak tega di hati.

Perasaan tidak tega di hati Untari untuk menciderai Raja.

Tanpa disadari Untari sebenarnya telah terhanyut oleh suasana hatinya .Sementara itu Raja sendiri begitu berhasil menghindari sergapan Untari segera menghantam Hyang Kelam dengan pukulan Badai Serat Jiwa.

Segulung cahaya kuning berkilauan memerihkan mata menderu, menghantam Hyang Kelam dari arah samping.

Membuat mahluk alam roh ini terpaksa batalkan serangan yang siap membabat putus leher Bocah Ontang Anting.

Tangan diputar lalu dikibaskan ke arah cahaya kuning keemasan yang bergulung-gulung ke arahnya.

Uhk...! "Bangsat kurang ajar!"

Maki Hyang Kelam dengan tubuh terhuyung.

Sementara kaki serasa lumpuh.

Setelah lolos dari kematian, Bocah Ontang Anting melompat menjauh dari Hyang Kelam.

Sementara Hyang Kelam sendiri balikkan badan menghadap ke arah Sang Maha Sakti dari istana Pulau Es.

"Pukulan aneh. Membuat tubuh jejadianku seperti dikuliti. Seumur hidup aku belum pernah melihat ada orang mempunyai ilmu pukulan sehebat itu."

Kata Hyang Kelam kagum namun penasaran. Raja menyeringai, wajahnya pucat sedangkan dua tangan yang dipergunakan untuk melepaskan pukulan seperti meleleh.

"Mahluk gentayangan! Siapapun dirimu kuakui kau cukup tangguh.Sejak pukulan itu diciptakan guruku. Rasanya belum ada orang yang selamat bila terkena pukulan Badai Serat Jiwa."

Kata Raja polos.

"Paduka Raja Gendeng,"

Tukas Bocah Ontang Anting tanpa memperdulikan Hyang Kelam maupun Untari.

"Kau hantam mahluk jelek itu dengan niat hendak menolongku.Tapi aku sendiri hampir celaka terkena sambaran hawa pukulan.Jadi jangan berkecil hati bila aku tidak mengucapkan terima kasih kepadamu!"

Kata kakek itu sambil bersungut sungut.

"Ha ha ha .Tak usah berterimakasih.Apa yang kulakukan sengaja karena aku tidak ingin melihat kepalamu dibuat menggelinding dan dadamu dipenuhi lubang mengerikan?"

Jawab Raja acuh tapi sambil mengumbar tawa.

Bocah Ontang Anting terdiam.

Tatap matanya kini tertuju pada Untari dan Hyang Kelam.

Sementara Hyang Kelam rupanya diam-diam mengetahui ada gelagat tidak baik terjadi pada muridnya.

Tidak mengherankan bila kemudian dia berkata.

"Untari apa yang telah terjadi pada dirimu? Harusnya kau habisi pemuda Gendeng itu.Mengapa kau biarkan dia membantu temannya? Jangan pernah menghianati aku, jangan berpaling muka apalagi sampai berpaling hati. Jika semua pantangan kau langgar kau bakal mendapatkan hukuman pedih dariku!"

Geram Hyang Kelam.

Raja dan Bocah Ontang Anting tentu saja tak tahu maksud ucapan mahluk alam roh itu.

Tapi baik Raja maupun si kakek sama berpikir mereka harus mengambil kotak berisi pedang Gila secepatnya sebelum orang-orang yang berada diluar gua menyerbu masuk ke dalam.

"Guru....maafkan aku.Aku...aku tidak punya maksud apa-apa.Aku... tidak menyangka pemuda itu sangat tangguh!"

Jawab Untari sambil tundakkan wajahnya. Hyang Kelam tertawa tergelak-gelak. Begitu tawanya lenyap dia berujar.

"Jangan ikuti kata hati, jangan menipu gurumu. Aku tak dapat kau dustai. Sekarang lekas ambil kotak itu. Setelah itu kita angkat kaki dari sini,"

Perintah Hyang Kelam tegas.

Untari tahu apa yang dikatakan gurunya sulit dibantah.

Dengan perasaan enggan juga diliputi keraguan dia menatap ke arah kotak hitam panjang yang tergeletak di reruntuhan puing altar yang hancur.

Dia menghela nafas sambil sesekali memandang ke arah gurunya Hyang Kelam tidak begitu perduli, dia lebih memusatkan perhatiannya pada Raja dan Bocah Ontang Anting.

Hyang Kelam siap menghadang dan bakal menghabisi mereka yang menghalangi Untari mengambil kotak hitam.Ditempatnya berdiri Raja dan Bocah Ontang Anting memperhatikan apa yang hendak dilakukan oleh Untari.

Entah mengapa Raja tak terlalu merisaukan Untari.

Sebaliknya perhatian pemuda itu lebih dipusatkan pada Hyang Kelam yang dia anggap paling berbahaya "Situasi tidak menguntungkan."

Ucap Bocah Ontang Anting melalui ilmu menyusupkan suara.

"Kita belum tahu siapa saja yang sedang saling bunuh di luar sana. Tapi cepat atau lambat orang-orang itu pasti bakal menyerbu masuk ke sini. Kita berdua, mereka walau dari kelompok berbeda jumlahnya tidak sedikit. Jika kita menghadapi mereka semua, kita bisa celaka!"

Mendengar ucapan si kakek, Raja malah bersikap tenang. Dengan tenang pula dia berucap.

"Tak perlu risau, jangan pula takut mati. Kalau kita mati bukankah menjadi kebahagiaan bagi kita karena bisa jalan-jalan gratis?"

Sahut Raja sambil mengulum senyum.

"Paduka Raja, kau mau pergi ke akherat pergi saja sendiri.Jangan mengajak diriku. Aku belum mau mati sebelum sempat merasakan surga dunia apalagi mengingat burung keramatku kini sudah terjaga setelah sempat tidur selama bertahun-tahun!"

Kata si kakek sambil senyum.

"Dasar tua bangka edan!"

Damprat pemuda itu.

"Sekarang kau lihat ke depan, cahaya purnama yang menerangi patung burung rajawali lenyap."

Bocah Ontang Anting menggaruk kepala. Namun matanya yang belok menatap juga ke arah patung yang berdiri di altar kedua.

"Burung lagi"

Gerutu si kakek.

"Memang ada apa dengan patung burung itu,"

Tanyanya kesal.

"Patung rajawali itu. Tepat seperti yang pernah kau katakan ternyata benar-benar hidup. Kau lihat... matanya terbuka, dada turun naik. Dan dia memandang ke arah kita!"

Bocah Ontang Anting memperhatikan ke arah patung lebih seksama. Mata si kakek membeliak besar begitu menyadari apa yang dikatakan Raja. sang Patung sekarang memang telah menjelma menjadi mahluk yang hidup.

"Rajawali.....Rajawali Putih sahabat pedang...! Ha ha ha! Dengan terjaganya mahluk itu dari tidurnya yang panjang, kau tidak usah khawatir. Dia pasti akan membantumu mengatasi segala kesulitan!"

Kata Bocah Ontang Anting.

Ucapan tidak sadar yang tertontar dari mulut Bocah ini tentu membuat kaget Untari dan Hyang Kelam.

Karuan saja murid dan guru ini cepat palingkan kepala pusatkan perhatian pada sang patung di altar kedua.

Tapi seperti ada sesuatu yang menghalangi pandangan Hyang Kelam.

Di matanya patung rajawali putih tetap diam tak bergerak sama sekali tidak menunjukkan tanda tanda bahwa patung menjadi hidup.

Ini sangat berbeda dengan penglihatan Untari.Dimata dara cantik itu ia sungguh menyaksikan patung rajawali menjadi hidup, mata berkedip, dada turun naik seperti bernafas.

"Pertanda tidak baik!"

Tanpa sadar Untari berucap. Hyang Kelam melengak, menatap ke arah sang murid dengan heran sekaligus membentak.

"Pertanda tidak baik apa maksudmu?"

"Patung rajawali itu guru. Apakah guru tak melihat bahwa patung itu benar-benar menjadi hidup?"

Jawab Untari tak dapat menyembunyikan perasaan cemasnya.

"Murid bodoh.Matamu sudah terbalik rupanya.penglihatanmu tidak lempang. Atau mungkin kau sudah ikutan menjadi gila seperti dua cecunguk tolol itu!"

Teriak Hyang Kelam gusar bukan main.

Dalam kemarahannya Hyang Kelam merasa tidak punya waktu lagi menunggu muridnya.

Selagi Untari diam termangu atas segala keanehan yang terjadi pada diri patung, Hyang Kelam melesat ke arah puing-puing altar pertama dengan kecepatan seperti kilat menyambar.

Dua tangan yang menjuntai bergerak cepat ke arah kotak di mana Pedang tersimpan.
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"jangan biarkan dia mengambil kotak itu"

Teriak raja dengan suara keras mengguncang seluruh penjuru ruangan.

Dia sendiri melompat ke depan berusaha menyusul Hyang Kelam sekaligus melepaskan dua pukulan sakti.

Dua tangan dihantamkan ke depan.

Cahaya biru menderu dari tangan kiri Raja.

Sedangkan dari tangan kanan lepaskan pukulan Seribu Jejak Kematian yang diwariskan gurunya Ki Panaraan Jagad Biru.

Cahaya merah benderang memancar.

Cahaya biru yang bersumber dari pukulan sakti bernama Kepakan Sayap Rajawali dan cahaya merah menderu ke arah Hyang Kelam.

Dua serangan ganas secara bersamaan menghantam lawan.

Tapi Hyang Kelam dengan segala kehebatannya menyambut serangan itu hingga terjadilah benturan keras luar biasa yang membuatnya terpental.

Guncangan dahsyat melanda seluruh penjuru bukit Induk.

Asap hitam bercampur pijaran api dan bebatuan menutupi pemandangan.

Dari balik kepulan asap tiba-tiba saja terdengar seruan disertai suara berdenting aneh seperti ada benda berat jatuh dari langit-langit "Untari ikuti aku!"

Kata Hyang Kelam. Raja segera bangkit tapi dia tidak melihat kemana lenyapnya Hyang Kelam. Sementara Bocah Ontang Anting yang melihat Untari balikkan badan siap menerobos lubang menganga di dinding gua tidak tinggal diam.

"Pencuri tengik. Kalau gurumu minggat dari sini membawa kotak itu,maka kau harus tinggal sebagai gantinya !"

Teriak si kakek.

Wuut! Wuut! Gleger! Pukulan yang dilepaskan si kakek luput dari sasarannya.

Serangan itu hanya mengenai dinding gua hingga membuat lubang di dinding gua terkuak makin lebar.

Melihat kenyataan ini Sang Maha Sakti Dari Istana Pulau Es Ini menyesalkan tindakan sahabatnya.

"Jangan mengumbar pukulan terus menerus.Bukit ini bisa ambruk mengubur kita hidup-hidup!"

"Kau sendiri apa yang kau lakikan. Dedemit dari alam roh itu telah melarikan kotak tempat menyimpan pedang"

"Dia pasti masih ada di sekitar sini!"

Bantah Raja sambil berusaha menghalau kepulan asap yang menghalangi pandangan matanya. Setelah kepulan asap lenyap dan keadaan di dalam gua menjadi terang oleh cahaya pelita yang berderet di dinding, dia menatap memperhatikan seluruh penjuru ruangan.

"Astaga! Hyang Kelam melarikan diri bersama muridnya dengan membawa kotak itu."

Des?s Raja kaget, cemas juga tercengang. Dia berlari ke arah di mana tadinya kotak tergeletak. Sementara Bocah Ontang Anting yang paling tahu tempat penyimpanan pedang segera menghampiri.

"Aku tidak bisa menjalankan amanat guruku.Aku juga tidak bisa menjaga senjata warisan milik orang tua. Manusia seperti apakah diriku ini?"

Kata Raja menyesali. Si kakek merasa terharu. Disentuhnya bahu Raja, namun sang pendekar tidak perduli.

"Tidak perlu kau sesali walau Hyang Kelam telah pergi membawa kotak. Karena aku lebih tahu apa isi kotak itu."

Ujar Bocah Ontang Anting sambil mengulum senyum. Merasa tidak mengerti Raja menoleh, mengangkat wajah dan menatap pada sahabatnya.

"Apa maksudmu?"

"Kita lihat ke depan ke altar kedua!"

Perintah Bocah Ontang Anting tanpa menjawab pertanyaan Raja.

"Melihat ke depan?"

Kata Raja. Namun dia menuruti perintah kakek itu dan dia melihat rajawali.

"Kau menyuruh aku memandang rajawali? Patung besar yang tak sempat kulihat seperti hidup?"

"Ha ha ha! Kau lihat sendiri rajawali itu sekarang memang hidup.Sapalah dia, kau boleh memanggilnya dengan paman Wali. Rajawali Itu usianya sudah berabad-abad. Dia bernama Pelintas Samudra.Dia bisa menjadi sahabatmu.Bila kelak kau mengalami kesulitan, cukup kau sebut namanya.Dimanapun kau berada paman Wali akan datang kepadamu!"

"Aku bicara soal pedang. Kulihat kakek tenang-tenang saja malah bicara soal kelebihan burung."

Gerutu raja.Bocah Ontang Anting tetap tersenyum.

"Ya. Dia mahluk yang tepat. Puluhan tahun aku dan paman wali menjaga rahasia tentang keselamatan pedang Gila. Dia yang melindungi pedang itu di tempat ini! Tidakkah kau ingin berterima kasih?"

Kata Bocah Ontang Anting.

Walau belum memahami maksud ucapan si kakek.

Sang Maha Sakti Dari Istana Pulau Es itu menuju ke arah burung raksasa.

Tanpa berpikir panjang Raja rangkapkan dua tangan, meletakkannya di depan dada lalu tundukkan kepala sambil berucap.

"Paman Wali bila benar kau bisa menjadi sahabatku, maka terimalah aku sebagai sahabatmu dengan segala kekuranganku dan terima pula hormatku!"

Setelah berkata begitu Raja dongakkan kepala dan menatap ke depan.

Pemuda ini tercengang.

Dia melihat sepasang mata sang Rajawali tiba-tiba terbuka lebar..

Sementara itu seluruh tubuhnya memancarkan cahaya terang menyilaukan.

Cahaya terang disertai dengan getaran aneh pada kakinya.

Pancaran cahaya lenyap, getaran yang terjadi di bagian kaki juga raib.

Sekonyong-konyong sang rajawali keluarkan suara memekik panjang.

Keaaak! Kreaaak! Suara pekikan itu keras melengking membuat dinding dan langit-langit gua bergetar.

Tapi Raja tidak terpengaruh.

Sang rajawali julurkan kepala lalu usap- usapkan wajahnya ke kepala Raja "Lihat! Dia mengakuimu sebagai sahabatnya dan dia selalu mendampingimu kemanapun kau pergi bila kau membutuhkan!"

Terang Bocah Ontang Anting yang sangat mengenal prilaku sang rajawali.

Kreak! Rajawali keluarkan pekik nyaring seolah membenarkan apa yang dikatakan Bocah Ontang Anting.

Raja manggut-manggut walau sebenarnya hatinya masih miris dan takut melihat paruh yang besar serta sepasang kakinya yang dihiasi cakar tajam.

"Baiklah. Aku berterima kasih atas apa yang dilakukan paman Wali serta yang kakek lakukan. Sekarang kita kembali bicara soal Pedang Gila yang dilarikan oleh Hyang Kelam. Aku sudah menjajaki, mahluk alam roh itu ternyata mempunyai kesaktian luar biasa. Kita bakal mengalami kesulitan mengambil Pedang dari tangannya?"

Bocah Ontang Anting gelengkan kepala. Dengan cepat si kakek berucap.

"Rupanya kau belum mengerti"

"Apa maksudmu?"

Tanya Raja sambil pandangi kakek di depannya "Ketahuilah.

Aku ini tidak terlalu bodoh.

Kalau tolol memang Iya.Aku tidak sebodoh penampilanku.

Aku tidak menyimpan pedang di dalam kotak.

Aku cuma menyembunyikan sarung rangka pedang di balik kotak.Tadi aku mendengar suara berkrontangan.

Tunggu sebentar aku akan cari benda yang jatuh dari bawah kotak."

Berkata begitu Bocah Ontang Anting tinggalkan Raja yang diam melongo.

Tak lama kemudian dia telah kembali lagi sambil membawa sebuah benda panjang berupa rangka sebuah pedang terbuat dari emas murni berwarna kuning mengilap di mana kedua sisi permukaannya dihiasi ukiran bergambar burung rajawali dan naga."

"Bagaimana kakek bisa mendapatkannya?"

Tanya Raja dengan kening berkerut tak mengerti "Tadi ketika kau menghantam Hyang Kelam dengan dua pukulan sakti aku mendengar suara berdenting seperti benda jatuh.Dan aku yakin benda itu adalah rangka pedang Ini.

Sekarang kita hanya tinggal mengambil pedang yang tersimpan di bawah altar kedua yang menjadi tempat pijakan paman Wali."

Jawab Bocah Ontang Anting enteng tanpa merasa bersalah.

Mendengar itu Raja delikkan matanya.

Sekali tangannya bergerak, baju sebelah depan si kakek kena dicekainya.

Melihat ini rajawali keluarkan suara ribut.

Sambil gelengkan kepala dia pentang sayapnya yang lebar panjang luar biasa.

"Eit, paman Wali jangan gusar.Kami berdua cuma bercanda."

Ucap Bocah Ontang Anting sambil memaksakan senyumnya. Setelah itu dia dekatkan mulut ketelinga Raja sekaligus berbisik.

"Kau ini sudah gila atau apa? Mengapa kau mencekikku seperti ini? Lihat! Paman Wali yang baru mengenalmu bisa salah sangka!"

"Orang tua edan. Pertama sampai kemari kau mengatakan Pedang Gila tersimpan di altar pertama. Sekarang mengapa kau mengatakan senjata itu tersimpan di altar kedua? Mana yang benar?"

Geram Raja dengan Suara lirih.

"Aku tidak menipumu. Pedang memang kusimpan di bawah altar kedua. Paman Wali yang menjaga. Dengan kekuatan yang dia miliki dia mampu merubah dirinya seolah patung."

"Mengapa kau tidak berterus terang padaku."

Dengus Raja namun dengan perlahan dia melepaskan cekalannya pada pakaian si kakek.

"Hidup harus pandai bemuslihat dalam situasi yang tak menguntungkan. Apa kau lupa dengan Hyang Kelam yang berhasil menyusup ke tempat ini. Kalau aku berterus terang tentu dia bakal menghancurkan altar ke dua dan membuat cidera paman Wali dan tak tertutup kemungkinan membunuhnya. Sekarang sebaiknya bantu aku menyelesaikan orang yang telah membunuh keluargamu yang ada di luar sana. Ini saat yang tepat untuk menyelesaikan hutang nyawa dan dearah."

Tegas Bocah Ontang Anting bersungguh sungguh.

"Bagaimana dengan dirimu?"

Tanya Raja ragu "Aku akan mengambil pedang."

"Paman Wali akan membantu sambil mengawasi bila penyusup datang dari luar sana"
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau yakin dapat mengatasi bila ada bahaya mengancammu?"

Tanya Raja mengkhawatirkan keselamatan Bocah Ontang Anting.

"Pikirkan saja keselamatanmu. Soal diriku tak perlu dipikirkan. Aku masih punya panah. Di sini paman Wali juga menemani"

Ucapan si kakek sedikitnya menenangkan hati Raja. Dia segera bangkit. Baru saja Raja hendak melangkah pergi Bocah Ontang Anting berseru.

"Eit, tunggu!"

"Hm, ada apa lagi?"

Bocah Ontang Anting memberi isyarat agar Raja mendekatinya. Setelah mendekat dengan serius namun berbisik kakek ini berucap.

"Hutang darah dibayar darah, hutang nyawa dibayar nyawa. Bunuh semua musuh yang mengancammu. Sikat habis semua orang jelek. Tapi... kalau ada yang cantik jangan dihabisi semuanya. Sisakan satu untukku tapi yang paling cantik ya...!"

"Orang gila! Kukira apa!"

Gerutu Raja Gendeng.

Dia balikkan badan sambil mendengus lalu melangkah pergi disertai gelengan kepala.

Bocah Ontang Anting tertawa tergelak-gelak.

***** Untuk sementara kita tinggalkan dulu Bocah Ontang Anting yang siap mengambil pedang Gila raja dari seluruh pedang sakti yang ada di rimba persilatan.

Sekarang kita lihat dulu bagaimana keadaan Momok Laknat yang terlibat perkelahian sengit dengan Kupu Kupu Putih murid Penyihir Racun Utara yang mempunyai nama asli Ni Ambar Sabanantang, serta keadaan Puteri Pemalu gadis yang sekujur tubuhnya tidak terbalut sepotong kulitpun.Seperti telah dikisahkan dalam episode Pesta Darah Di Pantai Utara.

Ketika suasana memanas.

Dalam ruangan gua Empat Ruang Satu Pintu, altar pertama tiba-tiba saja meledak begitu cahaya bulan empat belas hari menyinari simbol bintang di permukaan altar.

Menurut Bocah Ontang Anting.

Simbol bintang empat sudut itu adalah kunci rahasia menuju tempat penyimpanan pedang.

Ledakan besar itu membuat lereng bukit Induk mengalami kehancuran disertai munculnya banyak lubang yang langsung tembus ke dalam ruangan gua.

Saat itu walau rasa ingin tahu berkecamuk dalam hati Puteri Pemalu maupun Momok Laknat, namun mereka tidak dapat melihat, memeriksa ke bagian dalam perut bukit karena mereka sedang menghadapi serangan hebat dari lawan-lawannya.

Momok Laknat yang menyadari bahwa Kupu Kupu Putih adalah lawan yang sangat tangguh segera melepaskan pukulan dan tendangan.

Kenyataannya walau ilmu kepandaian serta tingkat tenaga dalam yang dimiliki lawan dua tingkat berada di bawahnya Momok Laknat masih belum sanggup menjatuhkan Kupu Kupu Putih.

Momok Laknat tahu tongkat hitam Geger Gaib yang berada di tangan Kupu Kupu Putih yang menjadi penghalangnya.

Tidak heran setelah perkelahian berlangsung puluhan jurus, Momok Laknat yang mempunyai penglihatan batin sangat tajam melompat mundur.

Melihat ini dara cantik berpakaian ketat tembus pandang berwarna hijau kelabu itu membentak? "Tua bangka buta, hendak lari kemana engkau?"

"Aku tidak lari kemana-mana gadis mesum,"

Jawab Momok Laknat sinis.

Lalu dia membuka kantong perbekalannya yang tergantung di punggung.

Dari dalam kantong dia keluarkan sepotong tulang berwarna hitam mengilat.

Melihat lawan mengeluarkan sepotong tulang, Kupu Kupu Putih segera belintangkan tongkat di depan dada.

Sambil tersenyum mengejek gadis ini berkata.

"Kau mau melawan aku dengan sepotong tulang butut? Kau mengira diriku ini seekor anjing dan tertarik pada tulangmu?"

"Hik hik hik Aku tahu apa yang aku lakukan bocah ingusan. Kau hendak berbuat apa sekarang?"

Kata Momok Laknat diiringi tawa mengikik.

Kaki dihentakkan, tahu-tahu Kupu Kupu Putih melihat lawan telah berada di depannya.

Secepat kilat tulang hitam dipukulkan ke kepala.

Kupu Kupu Putih keluarkan seruan tertahan.

Bagian kepalanya terkena sambaran tulang dan terasa sakit luar biasa.

Sambil mundur Kupu Kupu Putih terpaksa memutar tongkat ke atas hingga mengeluarkan suara menderu disertai berkiblatnya cahaya hitam menggidikkan.

Trang! Trang! Benturan keras terjadi secara beruntun.

Dorongan keras yang bersumber dari tulang maupun tongkat membawanya terlempar sejauh tiga tombak.

Momok Laknat terhuyung.

Tangan kanan yang memegang tulang terasa panas seperti terbakar disertai ngilu luar blasa.

Sedangkan dadanya jadi sesak, wajah yang hitam, mengerikan nampak pucat.

Di depannya walau mengalami sakit luar biasa di bagian tangan dan bahunya Kupu Kupu Putih masih sanggup berdiri tegak.

Sambil menatap dingin lawannya gadis ini segera mengangkat tongkat tinggi-tinggi.

Mulut tampak komat-kamit membaca mantra sedangkan tangannya mulai bergetar.

"Tua renta buruk rupa. Atas kehendak penguasa kegelapan dan atas kuasa tongkat saktiku. Sekarang juga kau berubah menjadi anjing budukan!"

Seru Kupu Kupu Putih.Seketika dari bagian kepala tongkat membersit cahaya aneh berputar-putar mengelilingi si gadis, lalu dengan kecepatan luar biasa cahaya itu melesat menyambar Momok Laknat.

Tidak ada kesempatan lagi bagi Momok Laknat untuk selamatkan diri .

Terpaksa dia sambut sambaran cahaya dari kepala tongkat dengan mengibaskan tulangnya.

Zsssst! Saat cahaya menyentuh tulang, Momok Laknat merasakan sekujur tubuhnya bergetar.

Dia merasa ada sesuatu yang aneh merambat merasuki tubuh.

Sekuat tenaga Momok Laknat tetap bertahan.

Tenaga sakti dialirkannya ke tulang hingga cahaya hitam kemerahan memancar dari tulang untuk menolak hawa aneh itu.

Di depannya Kupu Kupu Putih diam-diam terkejut tak menyangka tulang di tangan Momok Laknat mempunyai daya tangkal kekuatan sihirnya.

Penasaran sambil kerahkan tenaga ke tongkat dia berteriak lagi.

"Jadilah kau seekor anjing budukan"

Wuuus! Satu cahaya berkiblat menyambar tongkat di tangan Momok Laknat.

Melihat bahaya yang mengancam Momok Laknat lipat gandakan tenaga dalamnya ke bagian tulang.

Cahaya menggidikkan memancar dari tulang itu.

Kemudian terjadi ledakan dahsyat menggelegar.

Momok Laknat menjerit tertahan.

Tubuhnya terbanting dengan mulut semburkan darah segar.

Dia menggeliat mencoba bangkit, tapi malah roboh tak sadarkan diria Sementara akibat serangan sihirnya yang sebagian berbalik menghantam diri sendiri Kupu Kupu Putih jatuh terkapar pingsan dengan wajah pucat seperti tidak berdarah.

Apa yang dialami Momok Laknat sangat meresahkan Puteri Pemalu.

Dia tidak mungkin memberikan pertolongan pada nenek itu.

Merasa tak punya pilihan lain, Puteri Pemalu segera mengerahkan seluruh ilmunya untuk menghancurkan Tiga Pembawa Maut.

Maut Merah menyerang dengan senjata berupa kebutan.

Dia merasakan tubuhnya seperti ditusuk ribuan batang jarum.

Puteri Pemalu menggerutu sambil sunggingkan senyuman dia menunggu.

Begitu kebutan berwarna darah itu menyambar siap menghancurkan wajah dan bagian tubuhnya, dia membuat satu gerakan yang menjadikan serangan Maut Merah luput.

Saat kebutan melesat di depan wajahnya.

Dengan tangan kiri dia memukul tangan Maut Merah yang memegang kebutan.

Prak! Bukan cuma kebutan yang dibuat terpental, tapi tangan Maut Merah juga patah berderak.

Laki-laki yang sekujur tubuh dan rambutnya berwarna merah ini menjerit keras.

Tapi jeritannya lenyap saat tinju Puteri Pemalu menderu menghantam remuk tenggorokan dan batang lehernya.

Maut Merah jatuh terbanting, berkelojotan sebentar lalu diam tak berkutik lagi.

Puteri Pemalu menyeringai sambil balikkan badan.

Dia terkejut ketika melihat Maut Hijau menyerangnya dengan senjata berbentuk bulan sabit.

Breet! "Aih, jebol perutku!"

Teriak Puteri Pemalu.

Dia memandang bagian perutnya yang robek besar.

Isi perut berbusaian keluar, darah mengucur dan luka seperti pancuran.

Tapi begitu gadis ini meniup bagian lukanya.

Luka itu segera bertaut kembali.

Maut Hijau dan Maut Biru yang diamuk amarah atas kematian saudara tua mereka jadi tercengang.

"Kalian ingin membunuhku? Hik hik hik! Ketahuilah kematianku telah digariskan dengan takdir tersendiri oleh Yang Maha Kuasa. Sekarang terimalah kematian kalian!"

Teriak Puteri Pemalu disertai tawa cekikikan.

"Bangsat buruk rupa buruk penampilan! Aku akan mengadu jiwa denganmu!"

Geram Maut Hijau.
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku ingin mempesiangi tubuhmu yang tak karuan itu!"

Dengus Maut Biru pula tak kalah sengitnya.

Dengan kekuatan penuh Maut Hijau kibaskan senjatanya ke bagian pinggang dan dada lawan.

Sementara itu Maut Biru dengan menggunakan tangannya yang mirip capit kepiting menghantam tubuh Puteri Pemalu di sebelah atas.

Dua kawan menyerang secara bersamaan mengincar bagian pertahanan yang lemah membuat gadis itu jadi kelabakan.

Merasa terdesak, gadis ini lambungkan tubuhnya sekaligus berteriak.

"Titiran Gila!"

Kata si gadis menyebut nama jurus serangannya. Tak ayal tubuhnya berputar sebat melabrak ke arah Maut Biru dan Maut Hijau sedangkan dua tangan yang dialiri tenaga dalam dihantamkan kedua arah sekaligus.

"Pukulan Dewa Dewi Bersemayam di Nirwana"

Sekali lagi puteri Pemalu berteriak menyebut nama pukulan yang dilepaskannya.

Traat! Seperti sambaran petir dari kedua tangan si gadis yang terbungkus kulit berkiblat cahaya terang menyilaukan.

Cahaya itu menyambar Maut Biru dan Maut Hijau disertai tebaran hawa yang sangat dingin luar biasa.

Maut Hijau terkejut.

Dia yang jaraknya sangat dekat mustahil mampu menghindar sambaran cahaya itu.

Tak ada pilihan Maut Hijau memutar senjata di tangan membentuk perisai pertahanan yang kokoh.

Tapi upaya penyelamatan diri yang dilakukan Maut Hijau sia-sia.

Tubuhnya,jatuh terpelanting, senjata di tangan terlepas mental.

Maut Hijau tewas dengan wajah hancur tubuh membeku.

Lain lagi halnya dengan Maut Biru.

Laki-laki yang sekujur tubuhnya berwarna biru ini sempat menangkis serangan dengan pukulan saktinya.

Tapi pukulan itu tersedot amblas dan dia ikut terbetot terseret ke arah Puteri Pemalu.

Bersusah payah dia mencoba bertahan.

Tapi baru saja Maut Biru salurkan tenaga dalam ke bagian kaki, lawan kembali menghantamnya dengan satu pukulan mautnya.

Maut Biru memekik panjang.

Tubuhnya mencelat terpental dan jatuh menyerangsang di gundukan bukit kecil sambil semburkan darah dari mulut dan hidungnya.

Maut Biru megap-megap.

Pandangan mata berkunang-kunang, kemudian dia terdiam tak sadarkan diri.

Menyangka tiga lawannya menemui ajal terkena pukulan saktinya.

Puteri Pemalu diam-diam menghela nafas.

Sejurus dia menatap ke arah Momok Laknat.

Melihat si nenek tetap diam tidak bergerak, Puteri Pemalu jadi khawatir .

"Jangan-jangan dia ikutan amblas ke akherat.Kalau saja Momok Laknat ke sasar ke surga tidak menjadi apa? Tapi apa jadinya bila dia malah tersesat ke neraka.Hik hik hik.Kasihan dan malu aku jadinya!"

Gumam si gadis sambil menekab mulut yang tak terlindung kulit.

"Ada baiknya aku lihat dulu. Siapa tahu nyawanya masih tersangkut ditenggorokkan!"

Puteri Pemalu kembali tertawa mengikik.

Dia melangkah cepat hampiri Momok Laknat yang terkapar diam di tempatnya.

Tak lama dia telah berada di samping si nenek.

Dengan matanya yang gondal-gandil menjuntai keluar dari dalam rongganya gadis ini memeriksa keadaan Momok Laknat.

Dia menarik nafas lega begitu mengetahui orang tua itu ternyata hanya pingsan.

Puteri Pemalu segera duduk bersila disamping Momok Laknat.

Dua tangan gadis ini ditempelkan kebagian dada Momok Laknat.

Perlahan dia salurkan hawa ke dada orang tua itu.

Hawa hangat mengalir, menjalar kesekujur tubuh Momok Laknat.

Membuat Momok Laknat tersentak mengerang lalu semburkan butiran darah kental dari mulutnya.

Selagi Puteri Pemalu sibuk menolong berusaha selamatkan nyawa Momok Laknat, Maut Biru ternyata sudah sadar dari pingsannya.

Dia merasakan sekujur tubuhnya luluh lantak.

Dadanya panas, untuk bernafas pun sakit.

Tapi Maut Biru yang mempunyai daya tahan luar biasa ini tak perduli dengan keadaan diri sendiri.

Dia memperhatikan dua saudaranya.

Dia yakin Maut Merah dan Maut Hijau telah menemui ajal.

Lalu dia layangkan pandangannya ke arah Kupu Kupu Putih majikannya.

"Yang mulia Gusti Ayu. Apakah dia tewas aku tidak tahu. Tapi aku harus membawanya menyingkir dari tempat ini. Kalau dia mati itu adalah keberuntunganku."

Ujar Maut Biru sambil tersenyum. Satu pikiran buruk dan jahat tiba- tiba terlintas dalam benaknya.

"Sudah lama aku memendam hasrat padanya. Aku akan menjamahnya walau dia hidup ataupun mati!"

Bulat dengan keinginannya.

Sambil mengendap-endap Maut Biru hampiri Kupu Kupu Putih yang tergolek miring tak jauh dari tongkat saktinya .Tongkat dipungutnya.

Setelah itu tubuh gadis jelita berpakaian tembus pandang Ini dipanggulnya.

Diam-diam tanpa meninggalkan suara maut biru tinggalkan lereng bukit Induk.

Apa yang dilakukan Maut Biru sebenarnya diketahu oleh Puteri Pemalu.

Namun dalam keadaan tengah mengerahkan tenaga murni dalam upayanya membantu memulihkan Momok Laknat dia tak mungkin membagi perhatiannya, karena hal itu bisa membuat Momok Laknat dan dirinya celaka.

Tidak mengherankan bila Maut Biru bisa melenggang tenang pergi dari tempat tersebut .

**** Sosok tinggi hitam berpakaian berupa jubah hitam berambut panjang memakai ikat kepala hitam yang tak lain adalah Maha Iblis Dari Timur itu merasa usahanya untuk memasuki gua di dalam perut bukit semakin jauh dari harapan.

Angin Pesut ternyata tidak hanya memiliki tubuh dengan ukuran sangat besar, namun tenaga luar maupun tenaga dalamnya juga sangat luar biasa.Yang membuat Maha Iblis Dari Timur lebih tercengang lagi .

Angin Pesut sanggup menghancurkan setiap serangan ganas yang dilancarkannya.

Ketika Angin Pesut melakukan serangan balasan, serangan kakek yang memiliki bobot lebih dari delapan ratus kati ini ternyata amat dahsyat dan nyaris membuatnya celaka.

Apa yang dialami Maha Iblis benar-benar membuatnya merasa menemui jalan buntu.

Tidak mengherankan setelah perkelahian sengit berlanjut hingga ratusan jurus, Maha Ibils melompat menjauh dari kalangan pertempuran.

Memandang ke sisi sebelah kiri tanah pendataran bukit Induk, dia melihat Kupu Kupu Putih dan lawannya Momok Laknat terkapar tak bergerak.

Tak jauh di sebelah kanan dia juga melihat mahluk merah tak berkulit berjubah merah bernama Puteri Pemalu telah berhasil merobohkan tiga lawannya.

Ketika Maha Iblis Dari Timur melihat ke sebelahnya, dia melihat satu pemandangan yang mengerikan.

Puluhan orang yang menjadi kaki tangannya bergelimpangan menemul ajal bermandikan darah.

Para pengikutnya yang berasal dari tempat penahanan Bukit Cincin Batu Kutuk semuanya tewas di tangan Dewi Harum.

Tak ada lagi yang bisa diharapkan dari semua rencananya.

Sementara itu Angin Pesut yang menjadi batu sandungan terbesar dalam usahanya mendapatkan Pedang Gila kini telah melangkah maju.

Tak lama kemudian saudara angkatnya Dewi Harum ikut bergabung .Sambil bertolak pinggang Angin Pesut membuka mulut keluarkan ucapan.

"Maha Iblis Dari Timur. Cuma itukah kemampuan yang kau miliki? Nama besar yang kau sandang yang membuat orang takut padamu ternyata tidak ada apa-apanya! Ha ha ha!"

Dewi Harum tidak mau kalah. Dia ikutan menimpali.

"Maha Iblis? Aku tak tahu bagaimana caranya kau bisa menumpas habis seluruh penghuni Istana Es. Yang kudengar kau dibantu oleh nenek penjilat berjuluk Penyihir Racun Utara.Tua bangka racun dunia itu tak kulihat hadir di tempat ini. Kemana dia? Mungkin kau telah membunuhnya.Tapi sekarang lebih baik kau tunjukkan pada kami semua kehebatan yang kau miliki."

Di tempatnya berdiri Maha Iblis menggeram, rahang menggembung, pelipis bergerak-gerak. Dengan Mata berkilat angker dia berkata.

"Kalian berdua sangat bernafsu ingin menghabisi aku. Mengapa? Kalian mau menghukumku karena aku yang telah membantai kerabat keluarga Istana Pulau Es ataukah karena aku telah membebaskan tawanan kalian di bukit Cincin Batu Kutuk?"

"Dengan dua kesalahan yang kau sebutkan itu sudah cukup alasan untuk mengirimmu ke neraka! sentak Dewl Harum. Mendengar ucapan dara berpakaian ungu ini Maha Iblis malah tertawa tergelak-gelak Ketika tertawa Maha Iblis Dari Timur sengaja menyertakan pengerahan tenaga dalam. Niatnya menye- rang kedua lawan melalui tawa. Biasanya manusia berke- pandaian rendah bisa tewas seketika bila terkena penga- ruh tawa Maha Iblis. Sebaliknya Angin Pesut malah ter- senyum sambil mengoreki telinganya dengan ujung jari. Tawamu yang jelek membuat telingaku jadi gatal. Manusia sepertiku mau kau bunuh lewat tawa? Ha ha ha!"

Kata Angin Pesut dia ikutan mengumbar tawa.

Pengaruh tawa si kakek ternyata jauh lebih dahsyat dari tawa Maha Iblis.

Akibatnya dinding bukit runtuh, batu-batu berpelantingan.

Sementara Dewi Harum yang semula sudah merasa tergangu oleh Maha Iblis kini makin tersiksa oleh pengaruh suara tawa saudara angkatnya.

Cepat gadis ini menutup indera pendengaran dengan pengerahan tenaga dalam.Setelah tawa mengguntur dari Angin Pesut tak dirasakannya lagi.

Dewi Harum dengan kesal melalui ilmu menyusupkan suara langsung mendamprat.

"Saudaraku. Apakah kau sudah ikutan gila? Tawamu itu bisa membuat hancur gendang telingaku!"

Seolah baru tersadar Angin Pesut cepat-cepat hentikan tawa. Dia menoleh ke samping memandang ke arah saudaranya dengan rasa khawatir.

"Kau tidak apa- apa saudaraku!"
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hentikan berbuat gila. Nanti bisa kutabas mulutmu!"

Geram Dewi Harum.

Walau Angin Pesut memiliki ilmu kepandalan jauh lebih tinggi dibandingkan Dewi Harum tapi dia selalu patuh pada saudara angkatnya.

Tidaklah heran melihat Dewi Harum delikkan mata.

Angin Pesut jadi tundukkan kepala.

Sementara itu akibat pengaruh tawa Angin Pesut membuat Maha Iblis tergetar, tubuhnya terhuyung sedangkan dada terguncang keras.

Untunglah Angin Pesut segera hentikan tawanya.

Maha Iblis jadi menggumam dalam hati.

"Bangsat jahanam. Aku tidak mungkin melayani dua orang gila ini selamanya. Sudah saatnya mengerahkan bala bantuan pasukan dari alam gaib."

Maha Iblis terdiam sambil menyeringai. Perlahan dia melepas ikat kepalanya. Melihat ini Dewi Harum berbisik pada Angin Pesut.

"Lihat! Dia melepas ikat kepala. Di balik ikat kepala di tengah kening lblis ini ternyata ada mata. Mungkin inilah yang disebut mata ketiga."

Angin Pesut ikut memperhatikan kening Maha Iblis. Dia melihat mata di tengah kening masih terpejam. Melihat itu timbul rasa ingin tahu Angin Pesut. Perlahan hampir tak terdengar dia ajukan pertanyaan.

"Bagaimana kau tahu Maha Iblis mempunyai mata ke tiga?"

Dewi Harum tidak segera menjawab. Dia menelan ludah baru kemudian berkata.

"Guruku pernah mengatakan tentang rahasia kelebihan dan kekurangan Maha Iblis satu Ini. Kabarnya rahasia kekuatan Maha Iblis terletak pada mata ketiga. Mata itu bisa menimbulkan malapetaka. Dan aku sangat yakin Istana Pulau Es dapat dia tahlukkan karena mata itu!!"

"Ha ha ha! Apa yang kalian bicarakan! Berbisik-bisik merasani diriku. Apakah kalian kira aku tidak bisa menghabisi kalian berdua?"

"Maha Iblis! Jangan banyak bicara. Kau cuma tinggal mengatakan kematian apa yang kau inginkan?"

Tanya Dewi Harum sambil lintangkan pedang kayunya yang berlumuran darah di depan dada.

"Bukan kematianku yang harus dibicarakan. Tapi kematianmu dan kematian kerbau tua gendut itu. Lihat..

"- teriak Maha iblis. Berkata begitu tangan kanan segera disapukan kebagian keningnya. Seketika mata di tengah kening terbuka. Dari dalam mata memancarkan cahaya merah bergulung-gulung. Cahaya itu panas bukan main, bergerak begitu cepat menyambar Dewi Harum dan Angin Pesut. Dewi Harum memekik keras. Dia mencoba bertahan agar tidak sampai jatuh terpelanting terkena sapuan cahaya panas itu. Tapi sekujur tubuhnya seolah meleleh. Sambil lindungi diri dan kerahkan tenaga dalam berhawa dingin, Dewi Harum babatkan pedangnya ke depan. Aroma harum semerbak menebar dari pedang. Cahaya hitam kecoklatan berkiblat menghantam cahaya merah yang memancar dari mata ketiga Maha Iblis. Tret! Tep! Bes! Dan serangan pedang untuk menghancurkan cahaya merah yang memancar dari mata lawan malah amblas lenyap. Serta merta Dewi Harum tiba-tiba merasakan tubuhnya seperti didorong ke belakang.Dia segera menancapkan ujung pedang ke tanah untuk bertahan. Treeeek! Usaha Dewi Harum sia-sia. Tanpa ampun gadis ini jungkir balik tak karuan tersapu cahaya yang datang menghantam dari mata Maha Iblis. Di lain pihak Angin Pesut yang bertubuh besar bukan main nampak juga tergontai. Kakek ini kertakkan rahang lalu menghantam ke arah Maha Iblis dengan pukulan sakti Dewa Melantur Berjalan Mundur . Tinju Angin Pesut menggebu dengan cahaya putih disertai suara bergemuruh seperti angin ribut. Tapi serangan itu menjadi tidak berarti ketika Maha Iblis pentang matanya lebih lebar hingga dari lubang mata yang terpentang menderu cahaya merah mengandung kekuatan berlipat ganda. Angin Pesut jatuh tak ubahnya seperti pohon raksasa tumbang. Melihat lawan terjatuh Maha Iblis hentikan serangan. Mata di tengah kening berkedip tiga kali. Sebelum mata tunggal tanpa alis itu mengedip untuk kali yang keempat Maha Iblis berteriak dengan suara lantang.

"Wahai.... para perajuritku yang berasal dari alam kegelapan, alam arwah dan semua alam tanpa batas. Sudah waktunya bagi kalian menampakkan diri di dunia fana. Pesta sudah dimulai dan kalian semua bebas menghabisi setiap orang yang tidak berada di pihakku!"

Teriakan itu dibarengi dengan kedipan mata.

Setelah berkedip mata terbuka.

Dari dalam mata lagi-lagi terdengar suara menderu, cahaya membersit lalu benda-benda seukuran butiran pasir berwarna hitam dan kecoklatan melesat keluar dari lubang mata.

Berada di luar selepasnya dari mata benda-benda coklat dan hitam itu makin lama makin membesar, bertambah besar hingga seukuran jari kaki.

Butiran benda yang jumlahnya ratusan ini kemudian luruh berjatuhan seiring dengan menutupnya mata ke tiga.Maha Iblis tersenyum sekaligus mengembalikan ikat kepala pada tempatnya.

Sementara suatu keanehan besar terjadi.

Begitu benda-benda aneh yang keluar dari mata Maha Iblis menyentuh tanah sosok mereka yang tidak jelas jadi membesar seukuran manusia biasa.

Yang membuat angin Pesut terkejut.

Sosok yang menjelma jadi mahluk hidup itu tak lain adalah para mahluk aneh bersenjata lengkap selayaknya perajurit perang, sekujur tubuh ditumbuhi bulu halus berwana cokelat dan hitam, sedangkan di bagian pinggulnya ditumbuhi ekor panjang bergerigi.

"Ratusan mahluk jadah.Dari mana mereka ini?"

Membatin Angin Pesut tak habis mengerti. Dia memperhatikan mahluk-mahluk itu sekilas. Lalu menatap ke arah Maha Iblis. Yang dipandang bersikap acuh sambil unjukkan wajah congkak.

"Perlu kau tahu perajurit itulah yang ikut menyerang Istana Pulau Es dan membantai penghuninya.Kalian cuma berdua mana sanggup menghadapi mereka!"

Kata Maha iblis sinis.

Belum lagi Angin Pesut sempat menjawab dan Dewi Harum pun bahkan baru sempat berdiri.

Dari balik dinding bukit Induk yang hancur menganga berkelebat satu sosok berpakaian serba putih.

Sosok yang tak lain adalah Raja sambil melayang menyela ucapan orang.

"Mereka tidak cuma berdua tapi ada aku orang ke tiga. Aku adalah orang yang paling berhak menghabisi riwayat hidupmu manusia terkutuk!"

Maha Iblis terkejut .Menatap ke arah datangnya suara tahu-tahu dia melihat di depannya telah berdiri tegak seorang pemuda tampan berpakaian putih bercelana hitam berambut gondrong .Melihat kehadiran pemuda Itu Maha Iblis tersenyum "Siapa kau?"

"Aku? Mungkin kau tak mengenalku, tapi jelas sekali kau mengenal siapa gusti prabu Sangga Langit permaisuri Purnama Sari dan dua putranya yang kau bunuh"

Mendengar itu Dewi Harum bengong melongo dan Angin Pesut belalakan mata sambil menggaruk kepalanya. Sebaliknya Maha Iblis terkejut bukan main. Rasa tidak percaya membuatnya menatap Sang Maha Sakti Dari Istana Pulau Es cukup lama.

"Kkk... kau.., apakah kau putra terakhir prabu Sangga Langit? Apakah kau yang bernama Raja dan dikenal dengan sebutan Sang Maha Sakti Dari Istana Pulau Es?"

Tanya Maha Iblis dengan bergetar.

Walau dendam dan kemarahannya pada Maha Iblis setinggi langit sedalam lautan namun Raja Gendeng malah manggut-manggut sambil sunggingkan senyum mengejek.

***** Menatap sekilas pada Maha Iblis, Raja kemudian alihkan perhatiannya pada Angin Pesut dan Dewi Harum.

Merasa diperhatikan oleh pemuda tampan, hati sang dara sempat dak dik duk tak karuan.

Apalagi tatapan itu disertai kedipan mata.

Jelas Dewi Harum jadi tersipu.

Dengan wajah merah cepat gadis ini alihkan perhatian ke arah ratusan perajurit alam gaib yang berpenampilan seperti kawanan kera.

Angin Pesut kiranya melihat Raja mengedipi saudara angkatnya.

Tanpa merasa canggung dan sungkan membuka mulut berucap.

"Anak muda melihat matamu berkedip.Apakah kau sedang kelilipan? Atau memang ada yang salah pada urat matamu sejak dari sananya? Aku merasa kasihan, tapi aku juga bisa memberi obat.Kalau kau memang butuh pertolonganku tak usah malu-malu mengatakannya padaku.Kau cuma tinggal meminta saja dan aku pasti mengabulkan."

Raja jadi salah tingkah dan malu sendiri. Sambil tertawa cengengesan Sang Maha Sakti Dari istana Pulau Es menjawab.

"Orang tua bertubuh besar tak karuan. Terima kasih kau sudah menawarkan bantuan. Soal mataku ini kau tak usah risau. Tak kelilipan dan tak pula sakit bawaan. Harap maklum setiap kali melihat wanita cantik apalagi yang tubuhnya menebar bau harum seperti saudari Itu mataku memang suka berkedip sendiri.ha ha ha!"

"Pemuda gila!"

Damprat Angin Pesut sambil unjukkan wajah tidak senang. Tapi Angin Pesut sendiri kemudian tertawa tergelak-gelak. Sementara itu Dewi Harum mendengus.

"Dasar pemuda mata keranjang. Segala urusanmu di tempat Ini belum selesai, kami sudah menolong. Bukannya berterima kasih malah bersikap kurang ajar!"

"Ah. Maafkan aku sahabat cantik dan sobat gendut besar. Siapapun kalian aku mengucapkan terima kasih atas bantuan kalian. Aku juga berterima kasih pada dua orang yang berada di ujung tanah pedataran ini."

Kata Raja sambil menatap ke arah Puteri Pemalu dan Momok Laknat.

Melihat semua mata tertuju ke arah mereka.

Puteri Pemalu sembunyikan wajah sambil dekap dada dan bagian bawah perutnya.

Matanya yang gondal gandil mengerikan mengintai di ballk sela jemarinya yang kemerahan.

Sedangkan mulut berucap.

"Aih orang yang kita bantu itu ternyata tampan nek. Malu rasanya memperlihatkan tampang burukku pada pemuda itu."

Momok Laknat yang baru saja pulih dari cidera yang dialaminya dengan mulut menyeringai menyambuti.

"Bagus suasana masih gelap. Coba kalau sudah pagi kehadiran kita bakal merusak pemandangan.Tapi apapun yang terjadi kita harus membantu Paduka Raja Gendeng menyelesaikan masalahnya.Bila urusan selesai tidak mendapat ucapan terima kasih tidak mengapa.Siapa tahu kelak Paduka Raja Gendeng jatuh hati padaku.Hik hik hik!"

Kata Momok Laknat disertai tawa mengikik.

"Hi hi hi. Dasar nenek genit. Wajah buruk tak keruan, tubuh dipenuhi bekes luka. Mana mau paduka raja menjadi kekasihmu?"

"Soal tampang tak perlu. Yang penting perabotanku masih kencang semua dan masih asli. Belum pernah disentuh laki-laki dari golongan manusia apalagi golongan jin dan dedemit. Tidak sepertimu. Penampilan berantakan seperti seonggok daging di pasar."

"Ah nenek."

Sahut Puteri Pemalu sambil sembunyikan wajah di balik dua tangan yang ditekabkan. Momok laknat tak perduli. Kepada Raja dia berseru "Paduka Raja Gendeng .Kami dan dedemit busuk rupa siap mengulurkan bantuan kapenpun kau butuhkan."

Tak mau kalah Puteri Pemalu dengan malu-malu menimpali ucapan Momok Laknat.

"Oh ya kami lupa memperkenalkan diri. Aku yang cantik tanpa kulit dan bertubuh merah semua bernama Puteri Pemalu. Sedangkan sahabat yang kudampingi dan tak mempunyai mata, hidung ini bernama Momok Laknat. Hi hi hi!"

Mendengar ucapan Puteri Pemalu Raja tersenyum. Bagusnya Raja tidak dapat melihat tampang mereka dengan jelas. Kalau tidak pemuda ini bisa jatuh pingsan.

"Kalian orang-orang hebat. Tak kukenal tidak pula kuminta sudi dateng membantu. Aku mewakili almarhum orang tuaku mengucapkan banyak terima kasih!"

Seru Raja sambil lambai-lambaikan tangannya.

"Sama-sama kasih. Hik hik hik,"

Sahut Momok Laknat membuat Angin Pesut tak kuasa menahan tawa.

Sedangkan Dewi Harum perlihatkan wajah tidak suka.

Walau tidak dapat dikatakan cemburu.

Berdiri di tempatnya Maha Iblis Dari Timur yang merasa diri tak dipandang dengan sebelah mata, sadar cukup banyak orang yang berada di pihak Raja.

Namun dia segera membuka mulut keluarkan teriakan menggembor "Orang-orang tolol yang berada di pedataran kaki bukit Induk.

Acara kenal-kenalan, lucu-lucuan dan bersenang-senang belum waktunya dimulai.Yang ada di depan mata adalah pesta Darah.Dan kalian semua akan mati di tempat ini.Tidak berlebihan bila kukatakan.Siapa saja yang sayang dengan nyawanya.Sebelum terlambat hendaknya lekas angkat kaki dari tempat ini!"

Setelah berkata begitu Maha iblis kemudian alihkan perhatiannya pada pasukan siluman yang telah siap menerima perintahnya.

Pada kawanan mahluk-mahluk Itu dia berseru "Genta gaib geger gaib.Genderang perang telah ditabuh.Kepada kalian para perajurit suruhanku.Kekuasaan tertinggi ada di tanganku.Setiap perintah harus dituruti karena aku Maha Iblis Dari Timur tahu asal usul kegelapan.

Sekarang kalian bunuh lima cecunguk edan yang bersikap memusuhi aku!"

Teriakan Maha Iblis disambut pekik riuh gegap gempita dari mahluk-mahluk berujud kera bersenjata berbagai jenis.

Serentak mahluk-mahluk itu dengan beringas menyerang ke arah Angin Pesut, Dewi Harum juga Raja.

Sedangkan sebagian lagi menyebar menyerbu ke arah Momok Laknat dan Puteri Pemalu.

Mendapat serangan mahluk mahluk itu Momok Laknat tertawa mengekeh.

"Mahluk-mahluk celaka tidak tahu diri. Kita sama sama bertampang buruk. mengapa menyerang kami,"
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin dia mengira kita ini musuh bebuyutan nenek moyang mereka nek"

Sahut Puteri Pemalu.

Berkata begitu gadis ini segera mengumbar pukulan ganas mengerikan.

Momok Laknat mendengus.Tidak tanggung tanggung dia menggunakan senjata tulangnya untuk menghalau sekaligus mematahkan serangan mahluk- mahluk ganas itu.

Di bagian lain Dewi Harum terpaksa mengumbar pukulan sekaligus memutar pedang kayunya untuk mencerai-beraikan gabungan serangan kawanan mahluk kegelapan yang demikian berbahaya .Sedangkan Angin Pesut menggunakan tangan kosong bertenaga dalam penuh.

Dengan jurus Dewa Mabok Di Kayangan tubuh besar si kakek bergerak lincah, serudak-seruduk, terhuyung seperti mau jatuh atau menendang seperti orang yang nyaris terjengkang.

Dua tangan dipergunakan memukul mahluk-mahluk yang menyerbu ke arahnya.

Akibat yang ditimbulkan oleh serangan Angin Pesut sungguh luar biasa.

Gabungan serangan dahsyat yang dilakukan kawanan perajurit alam gaib ini jadi berantakan.

Satu demi satu mereka menemui ajal.

Di antaranya ada yang kepalanya pecah terkena tinju atau gebukan si kakek.

Ada yang terpental mencelat terlontar ke langit terkena tendangan.

Bahkan ada pula yang lidahnya terjulur, isi perut membusai keluar terkena injakan kaki Angin Pesut.

Tapi mahluk-mahluk yang tewas tak disangka- sangka dapat hidup kembali.

Begitu hidup bangkit berdiri mereka mengembar menjadi dua.

Melihat ini Angin Pesut geleng kepala sambil keluarkan seruan.

"Mahluk gaib jejadian keparat"

"Segala ilmu tipuan mata tidak laku di hadapanku,"

Teriak kakek itu.

Berkata demikian Angin Pesut buka mulutnya lebar-lebar.

Dengan tangan kanan dia merogoh sesuatu dari mulutnya.

Begitu tangan ditarik keluar dan mulut dikatubkan.

Tanpa menunggu secepat kilat tangan dikibaskan.

Di tangan kakek jelmaan dewa ini tiba-tiba tergenggam sebuah bumbung berwarna kuning dan terbuat dari emas.

Bumbung yang ukurannya sebesar jari telunjuk begitu bersentuhan dengan udara berubah menjadi besar hingga seukuran lengan orang dewasa.

Sambil berjingkrakan menghindar dari sabetan senjata dan pukulan lawan-lawannya Angin Pesut membuka bumbung emas itu.

Dari dalamnya dia mengeluarkan segenggam mahluk aneh berwarna hitam seperti kutu.sebelum genggaman tangan dibuka Angin Pesut membaca mantra ditujukan pada ribuan kutu yang bertimbun di telapak tangannya.

Setelah itu dia berkata.

"Habisi setiap mahluk gaib yang menjadi musuh kami, Semua mahluk yang berekor harap kalian singkirkan. Yang tidak berekor jangan diserang. Mereka tu sahabatku. Satu lagi....ehm...!"

Angin Pesut berusaha keras mengingat-ingat. Kemudian sambil tersenyum simpul dia lanjutkan ucapannya.

"Satu lagi yang ekornya ada di depan jangan pula kalian serang. Sebab aku dan pemuda gondrong itu termasuk dua mahluk yang mempunyai ekor di depan."

Setelah berkata begitu Angin Pesut tiup telapak tangannya yang terkatup.

Setelah ditiup tiga kali Angin Pesut buka genggaman tangannya.

Tangan terbuka mengembang ribuan mahluk berujud kutu berlesatan terbang di udara.

Mahluk-mahluk itu kemudian menyerang kawanan perajurit dari alam gaib.

Setelah berhasil hinggap mereka menyusup ke liang telinga.

yang diserang adalah bagian dalam liang telinga tembus ke otak .

Sementara itu Maha Iblis Dari Timur tersenyum puas melihat sepak terjang dan amukan perajurit alam gaibnya.

Merasa diri berada di atas angin laki-laki angker berambut panjang sepinggang ini yakin tak ada satupun dari lawan yang bisa lolos dari kematiannya.

Lalu Maha Iblis segera balikkan badan.

Niatnya ingin masuk ke dalam gua Empat Ruang Satu Pintu.

Mengingat Raja tidak membawa pedang dia yakin Pedang Gila masih tersimpan di dalam gua itu.

Maha Ibils rupanya tidak melihat Hyang Kelam dan muridnya Untari meninggalkan tempat itu dengan membawa kotak tempat menyimpan pedang.

Melihat gelagat yang tidak baik.

Raja segera lambungkan tubuh loloskan diri dari kepungan perajurit alam gaib.

Tiga kali pemuda ini jungkir balik di udara lalu jejakkan kaki di depan Maha Iblis.

Maha Iblis terkejut.

Dia menatap tajam pada pemuda di depannya dengan pandangan tak percaya bahwa Raja dapat meloloskan diri semudah itu dari kepungan.

"Kau hendak pergi kemana Maha Iblis? Kau mau menghindar dari tanggung jawab?"

Tanya Raja dengan suara menggeram. Tanpa malu-malu Maha Iblis menjawab.

"Aku ingin mencari pedang. Aku yakin senjata itu masih tersimpan di dalam gua"

"Jadi karena senjata pusaka milik ayahku itukah yang membuatmu tega menghabisi sejuruh keluargaku!"

Tanya Raja dengan suara dingin dan tatap mata penuh amarah bercampur perasaan benci. Bukannya menjawab. Maha Iblis Dari Timur sebaliknya malah tertawa tergelak-gelak. Setelah puas mengumbar tawa Maha Iblis berujar.

"Kau tak mengerti apa-apa. Kau masih hijau, bocah ingusan. Segala rahasia perseteruan antara aku dan ayahandamu salah satunya menyangkut pedang keramat itu. Tapi juga ada hal-hal yang tak perlu kau ketahui. Aku tak perlu menjelaskan, kelak kau akan mengetahuinya sendiri. Sekarang kau mau berbuat apa? Ingin menuntut balas atas kematian keluargamu? Aku sangat ragu kau sanggup melakukannya! Ha ha!"

Lagi-lagi Maha Iblis mengumbar tawa berderai.

Raja tidak menjawab.

Sebaliknya dengan tak terduga tiba-tiba saja pemuda itu berkelebat ke arah lawan.

Secepat kilat dengan tangan terkembang seperti cakar sepuluh jemari tangan Raja yang telah berubah memutih seperti perak mencengkeram siap menjebol perut dan dada lawannya.

Kejut di hati Maha Iblis bukan kepalang.

Serangan Cakar Sakti Rajawali yang dilancarkan Raja bukan saja mempunyai kecepatan yang sangat luar biasa.

Tapi juga terasa ganas disertai deru hawa dingin mematikan .Diserang dengan cara secepat itu kecil kemungkinannya bagi Maha Iblis dapat meloloskan diri.

Tapi dia berlaku nekat.

Secepat kilat dia hantamkan tangannya menyambut serangan itu sambil melompat ke samping selamatkan diri.

Crak! Bret! Maha Iblis keluarkan pekik tertahan.

Jubah dan pakaian di bagian dalam jebol robek besar terkena sambaran ujung jari Raja.

Di bagian perut dan dada ada bagian yang terluka, walau tidak parah dan dalam namun luka itu mengalirkan darah dan menimbulkan rasa nyeri yang sangat luar biasa.

Laki-laki itu pandangi lengannya yang beradu keras dengan jemari tangan lawan.

Kening Iblis berkerut.

Dia melihat lengan kirinya menggembung bengkak.

Sedangkan di lengan kanan sedikitnya terdapat tiga luka memanjang bekas kuku jari.

Luka itu juga mengucurkan darah, nyeri seperti remuk di bagian dalam.

Selama malang melintang di rimba persilatan Maha Iblis belum pernah mengalami kejadian memalukan berhasil dilukai lawan dalam gebrakan pertama.

Walau luka itu tidak berbahaya tapi kejadian ini dia anggap mencoreng nama besarnya sekaligus membuktikan bahwa Raja adalah lawan tangguh yang mempunyai Ilmu kesaktian dan kepandalan sangat tinggi.

***** Menyeringai akibat rasa sakit dan dibalut kemarahan luar biasa, Maha Iblis segera sapukan telapak tangannya ke bagian luka.

Begitu dada, perut serta lengan diusap.

Terlihat kepulan asap memenuhi luka-luka itu.

Ketika asap lenyap dari pandangan mata.

Maka semua luka di beberapa bagian tubuhnya hilang raib tidak berbekas.

Dia menyeringai menatap ke arah Raja dengan wajah mengejek.

Tapi Raja sama sekali tidak menanggapinya.

Sekali lagi secepat kilat pemuda ini menyerang lawan dengan pukulan Kepakan Sayap Rajawali warisan gurunya Nini Balang Kudu yang dipadu dengan pukulan sakti Badai Es.

Dua tangan dihantamkan ke depan.

Dari tangan kanan membersit cahaya putih menyilaukan.

Cahaya itu menderu dahsyat menyerang lawan secara susul menyusul.

Sedangkan dari tangan kiri Raja bergulung hawa dingin luar biasa, menderu laksana badai disertai tebaran kabut yang menutupi pemandangan.

Sadar lawan siap menghabisinya.

Maha Iblis Dari Timur segera tekuk kaki kanan yang berada di depan sedangkan dua tangan disilangkan ke depan dada.

Mulai berkemak-kemik membaca mantra pelindung diri.

Dua pukulan mematikan yang dilepaskan Raja menderu menghantam tubuhnya disertai ledakan keras luar biasa.

Maha Iblis tetap berdiri tegak sambil berkacak pinggang.
Raja Gendeng 4 Petaka Pedang Gila di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Raja terkejut.

Dia sendiri sempat terhuyung akibat sebagian pukulannya berbalik siap menghantamnya.

Andai Raja tidak melompat menghindar selamatkan diri dia tentu saja terjungkal.

"Kurang ajar! Bagaimana tiba-tiba saja dia seperti tidak terpengaruh oleh dua pukulanku. Padahal sebelumnya dengan jelas aku dapat melukainya.Ada sesuatu yang aneh,"

Berkata Raja dalam hati sambil mengusap matanya tiga kali lalu memandang ke depan.

Dia terkejut namun kemudian rasa kaget di wajah berubah jadi senyuman begitu tahu ada sesuatu yang menyelubungi diri Maha Iblis.

Selubung tak terlihat mata itulah yang menahan pukulannya.

"Hebat bukan main. Ternyata kau kebal terhadap pukulan ya? Aku merasa kagum kepadamu."

Mulut berucap memberi pujian. Tapi hatinya memaki "Keluarkan seluruh kekuatan yang kau miliki Bukannya aku bicara sombong"

"Walau kau menyerangku dengan seluruh kemampuan. Kau tetap tidak bakal mampu membunuhku. Aku rasa sekejab lagi kau bakal menyusul para kerabatmu ke neraka!"

Kata Maha Iblis dingin. Diingatkan tentang kerabat. Raja menjadi sangat marah. Kemarahan yang membangkitkan seluruh kebenciannya pada laki-laki itu. Sambil menggeram, dalam hati Raja berkata.

"Aku akan menghancurkanmu dengan ilmu pukulan Cakra Halitintar dan Seribu Jejak Kematian."

Dua ilmu yang disebutkan Raja ini merupakan ilmu langka yang sanggup menghancurkan apa saja termasuk Juga melebur perisai pertahanan gaib seperti yang dipergunakan Maha Iblis.- Tanpa bicara Raja angkat tangannya tinggi-tinggi.

Dua tangan bergetar.

Tangan kanan memancarkan cahaya biru berpijar sedangkan tangan kiri berubah menjadi hitam sepekat jelaga.

Melihat Ini Maha Iblis ternyata masih memandang rendah lawan dan tidak menyadari betapa dia bisa dapat celaka.

Ketika tangan ditarik ke belakang lalu dihantamkan ke depan.

Dua tangan yang dikepal segera dibuka.

Dari tangan kiri yang terbuka melesat cahaya hitam disertai hawa panas luar biasa.

Cahaya panas memecah menjadi sembilan bagian.

Bergerak meliuk-liuk seperti sembilan ekor ular ganas berkepala lancip.

Sedangkan dari tangan kanan berkiblat cahaya biru redup melesat sedemikian rupa tidak ubahnya seperti kilat yang menyambar sebelum munculnya petir di tengah hujan.

Sekejab saja kilatan cahaya menghantam Maha Iblis di semblan titik mematikan pada bagian tubuhnya.

Maha Iblis yang semula bersikap acuh terkesan memandang sebelah mata serangan lawan jadi terkesima begitu merasakan sekujur tubuhnya seperti disedot dan diremas oleh satu kekuatan maha dahsyat yang tak dapat dilihatnya.

Dalam kejut selagi sekujur tubuh menggeletar hebat, laki laki ini segera miringkan tubuh sekaliigus menyambut serangan Raja dengan pukulan sakti Muslihat Di Balik Kegelapan.

Ketika dua tangan didorong ke arah sembilan cahaya hitam dan kilatan cahaya biru.

Dari tangan Maha iblis mencuat lima larik cahaya merah, bergerak bersilangan seperti gunting menghadang cahaya biru dan sembilan cahaya hitam meliuk-liuk.

Tapi apa yang dilakukan orang satu ini nampaknya kalah cepat dibandingkan serangan yang datang.Cahaya merah bersilangan dengan mudah dapat dimusnahkan oleh sambaran cahaya biru sedangkan sembilan cahaya hitam menghantam telak ke arahnya.

Maha Iblis meraung panjang.

Serangan Cakra Halilintar bukan hanya berhasil menghancurkan perisai gaib pelindung diri Maha Iblis tapi juga mengenai sembilan titik bagian tubuhnya.

Tubuh laki-laki itu tak ubahnya seperti dilanda angin topan, tersapu terpental sejauh lima tombak lalu jatuh jungkir balik tak karuan.

Ketika Maha Iblis terhempas ke tanah dari mulutnya menyembur darah segar.

Sementara di bagian leher, dada, perut, tangan dan dua lututnya nampak berlubang besar, hangus menghitam laksana ditancapi mata tombak membara.

Maha Iblis berusaha bangkit berdiri.

Tapi sembilan luka yang terdapat di sekujur tubuhnya terasa sakit bukan main.

Denga mata mendelik seolah tidak percaya dengan kenyataan yang didapatnya.

Laki-laki Itu segera kerahkan tenaga dalam ke setiap bagian tubuhnya yang terluka.

Setelah itu dengan bersusah payah dia mengusap luka di tubuhnya.

Begitu setiap bagian luka diusap dengan punggung tangannya maka luka itu lenyap tidak meninggalkan bekas namun masih menyisakan nyeri di bagian dalam.

Maha Iblis menelan ludah.

Dia mengumpat dan memaki kebodohannya sendiri.

Andai saja dia tidak berlaku ceroboh memandang lawan dengan sebelah mata.

Tentu membuatnya tidak terjatuh dan terluka dengan mudah.

Apalagi mengingat dia belum menggunakan semua ilmu serta kehebatan yang dia miliki.

"Nampaknya ajalmu segera tiba, Maha Iblis! Kematian bagaimana yang kau harapkan dariku?"

Tanya Raja.

Pemuda itu melangkah mendekat dengan sikap mengancam.

Maha Iblis sama sekali tidak menanggapi.

Dalam keadaan dimana luka-luka di bagian dalam belum pulih sepenuhnya, dia berlaku awas bersikap waspada.

Ketika Raja merangsek maju menyerangnya dengan menggunakan jurus Tarian Rajawali yang digabung dengan jurus Tangan Dewa Menggusur Gunung.

Dia melihat lawan meliuk-liuk cepat seperti burung yang menari melesat siap menghantam remuk batok kepala.

Sedangkan dua tangannya menyambar ke bagian dada dengan gerakan seperti mengeruk dan membetot sesuatu.

Maha Iblis berkelit menghindari tendangan dan betotan tangan Raja.

Tapi tak urung tendangan masih menyambar pelipisnya hingga membuat bagian pelipis menggembung bengkak sedangkan kepala berdenyut seperti mau meledak.Laki laki itu menggeram.saat melihat tangan kembali berkelebat siap menyambar putus lehernya.

Dia jatuhkan diri sama rata dengan tanah lalu hantamkan tangan kiri kanan ke arah Raja.

Serangan yang berlangsung cepat tak terduga dalam jarak sedekat itu tak sempat dihindari oleh Raja.

Dengan tercekat tangan dikibaskan, namun Raja hanya sempat menangkis serangan tangan kiri lawan sedangkan tangan kanan menghantam telak di bagian dadanya.

Tanpa ampun pemuda Ini jatuh terjengkang.

Bagian dadanya serasa remuk panas bukan main.

Megap-megap pemuda ini segera alirkan tenaga dalam disertai pengerahan hawa murni, hingga rasa sakit secara perlahan mulai menghilang.

Raja segera duduk, dengan langkah terhuyung dan tegak berdiri namun kejut di hati sang pendekar bukan kepalang ketika melihat ke depan ternyata lawannya lenyap tidak meninggalkan bekas.

"Kurang ajar pengecut! Ternyata dia melarikan diri! Kemana perginya manusia jahanam itu!"

Geram Raja sambil kepalkan tinjunya.

Jelalatan dia memperhatikan keadaan di sekitarnya.

Tapi Maha Iblis Dari Timur tak terlihat lagi.

Saat pemuda Ini memandang ke arah Puteri Pemalu dan Momok Laknat serta Angin Pesut dan Dewi Harum.Dia melihat sahabat barunya itu tengah mengumbar tawa tergelak-gelak.

Apa sebenarrnya yang membuat mereka tertawa? Seperti diketahui perajurit alam gaib yang didatangkan oleh Maha Iblis Dari Timur merupakan perajurit-perajurit tangguh yang tidak mudah dimusnahkan.


Pendekar Naga Putih 05 Jari Maut Keris Pusaka Kyai Lobar Karya Widi Goosebumps 31 Boneka Hidup Beraksi 2

Cari Blog Ini