Ceritasilat Novel Online

Rahasia Jubah Merah 13

Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle Bagian 13



Lega hati Cukat Tong mendengar hal itu. Katanya.

"Jadi semakin ia kalah, semakin bertambah hebat pula kemampuannya? Aku beruntung menjadi sahabatnya. Jika aku menjadi musuhnya, aku memilih pergi menghilang dan tak menunjukkan batang hidungku sama sekali di dunia persilatan."

"Apabila Suma Sun mencarimu, memangnya kemana kau dapat bersembunyi?"

Tukas Cio San sambil tertawa.

"Betul juga! Hahahaha!"

Mereka tertawa dengan riang meskipun saat ini sahabat mereka sedang dirundung bahaya yang amat besar.

Itu karena mereka sangat mempercayai kemampuan sahabat mereka itu.

Sebaliknya, sahabat itu pun sendiri mempercayai kemampuan mereka.

Itulah mengapa ia meminta mereka pergi menjalan kan tugas masing-masing.1316

"Kali ini, aku harus masuk ke sarang naga sendirian,"

Kata Cio San.

"Eh? Kok enak? Lalu kau menyuruh aku tinggal di sini menjadi sasaran empuk nyamuk hutan? Mengapa kau boleh berpesta sedangkan aku harus duduk di sini seperti orang tolol?"

"Hahaha. Tidak. Justru tugasmu di sini sangat besar. Kau harus menghentikan burung pembawa berita yang pasti akan mereka kirimkan untuk memberitahukan keadaan di sini."

"Hm"

"Hentikan burung itu. Lalu ganti beritanya. Beritakan bahwa mereka telah berhasil menjalankan tugas. Kau kan bisa meniru tulisan orang dengan sangat baik,"

Jelas Cio San.

"Eh, bagaimana kau tahu aku bisa meniru tulisan orang?"

"Kau dengan mudah meniru wajah gadis perawan yang sedang minta kawin, apalagi hanya meniru tulisan cakar ayam kaum petarung. Haha,"

Tawa Cio San.

"Haha. Setelah itu?"1317

"Setelah itu kembali lah menemui Suma Sun. Jika bisa, kalian berdua segera menyusul ke sarang naga."

"Baik."

"Baik, aku pergi!"

"Selamat jalan!"

Cio San segera menghilang dari situ.

Cukat Tong segera melayang ke pucuk pepohonan dengan sekali lompatan.

Ilmu meringankan tubuhnya sungguh sudah sangat sukar diukur.

Ia memang mampu menyembunyikan kehebatan dirinya yang sebenar nya.

Dengan tenang ia bersemedhi dan memperhatikan keadaan sekitar dengan mata batinnya.

Jika seseorang sudah mampu mengosong kan pikirannya, maka jiwanya akan bersatu dengan alam sekitar.

Ia dapat mampu memperhatikan pergerakan sekecil apapun.

Dapat membedakan langkah semut dari serangga lain dari kejauhan.

Ia menanti kepakan sayap sebuah burung pembawa pesan itu.

Kepakan kecil yang harus dibedakannya dari kepakan suara burung-burung yang lain.1318 Di kejauhan, berpuluh-puluh li dari situ, Suma Sun sedang berhadapan dengan ratusan pendekar yang mengepungnya dengan suara kentongan.

Keringatnya mengalir deras.

Langkahnya mulai tidak beraturan.

Melihat ini, para pengepungnya menjadi sangat senang.

Salah satu dari mereka berteriak.

"Terus maju dan terus mengepungnya. Sedikit lagi, kita sudah bisa menghabisinya!"

Mereka terus memperpendek jarak sambil terus membunyikan kentongan yang mereka pukul dengan senjata masing-masing.

Suara semakin bergemuruh memekakkan telinga! Suma Sun jatuh tersungkur.

Tangannya terlihat bergetar menopang tubuhnya agar tidak terjembab menghantam tanah.

Lalu ratusan orang itu menyerang bersama- sama.

Kilatan ratusan pedang, golong, tombak, dan seluruh senjata yang bisa dibayangkan manusia, bergerak secara serempak menyerang sebuah sosok seputih salju di tengah malam yang gelap.

Begitu mengerikannya pemandangan.1319 Awan menutup rembulan.

Malam yang gelap semakin gelap.

Detik berjalan dengan sangat lambat.

Lalu Suma Sun pun bergerak.

Sebuah gerakan memutar yang sangat cepat.

Tetapi bumi terasa bergerak begitu lambat.

Seolah- olah seluruh dunia bergerak dengan kecepatan yang sangat lamban.

Suma Sun bergerak seolah-olah lebih cepat dari perputaran roda kehidupan.

Ia bagaikan menembus ruang dan waktu! Kemudian ratusan orang itu terjengkang seluruhnya.

Pergerakan Suma Sun memang tanpa suara.

Tetapi darah lalu moncrot ke mana-mana.

Darah yang keluar dari setiap pasang biji mata orang yang menyerangnya.

Teriakan ratusan orang yang melolong kesakitan di tengah malam yang sunyi di tengah hutan.

Membuat buluk kuduk siapapun merinding ketika mendengarnya.

Lolongan yang lebih perih dari suara kematian.1320 Mata mereka buta karena debu yang dilemparkan Suma Sun ke setiap pasang mata para penyerang ini.

Setiap titik debu itu tepat masuk ke mata, menghancurkan alat penglihatan mereka itu.

Setiap orang hanya mendapatkan satu titik debu untuk setiap biji mata mereka.

Tidak ada debu yang menyasar ke rambut, pipi, hidung, atau mulut mereka.

Setiap debu itu hanya masuk di mata mereka! Alangkah menakutkannya orang ini! "Kalian menyerang orang buta dengan memanfaatkan kebutaannya.

Kini rasakanlah menjadi buta,"

Sambil berkata begitu ia berjalan dengan tenang keluar dari gelimang tubuh yang tak berdaya.

Begitu menakutkan teriakan mereka.

Begitu tenang dan pelan suara Suma Sun.

Darah bermuncratan di mana-mana.

Tapi tiada setetes pun yang menyentuh tubuh Suma Sun.

Ia begitu murni.

Begitu bercahaya.

Putih bersinar di dalam kegelapan.

Sebuah burung kecil terbang keluar dari gelimang tubuh itu.

Suma Sun mengetahui.

Untuk sepersekian detik muncul keinginan untuk membunuh burung itu.

Tetapi ia mengurungkan niatnya.

Burung1321 itu tidak memiliki kesalahan terhadapnya.

Siapa pun yang tidak memiliki kesalahan kepadanya, berhak untuk hidup.

Siapapun yang bersalah kepadanya, harus mati.

Itu adalah hukum alam yang berlaku atas manusia bernama Suma Sun.

Ia terus maju berjalan dengan ringan.

Langkahnya perlahan.

Begitu ia meninggalkan tempat itu, barulah muncul para tentara kekaisaran yang dengan ganas datang untuk menggorok leher para penyerang yang telah buta itu.

"Tidak perlu dibunuh,"

Kata Suma Sun.

"Jadikan tawanan saja."

Berjalan cukup lama, Suma Sun bertemu dengan ratusan prajurit yang sudah dilumpuhkan Cukat Tong dan Cio San.

Ia tahu ini merupakan hasil kerja mereka berdua.

Ia membiarkan saja ratusan prajurit itu karena ia tahu pasukan kerajaan akan segera ?membereskan? mereka.

Tak berapa lama ia berjalan lagi, ia bertemu Cukat Tong di tengah jalan.

"Kau tidak menemani Cio San?"
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tanyanya.1322

"Ia memberikanku tugas untuk menangkap burung pembawa berita, dan menukar beritanya. Sudah selesai. Mari kita berdua pergi menyusulnya."

"Dengan berjalan? Kenapa tidak naik burung- burungmu saja?"

Tanya Suma Sun.

"Aku khawatir jika mereka sudah memasang pengintai dan penyerang untuk memanah kita. Oleh karena itu lewat jalan darat lebih aman. Kita bisa lebih menyusup ke dalam kegelapan. Tapi aku khawatir baju putihmu akan membuat kita ketahuan."

Suma Sun membuka jubahnya dan menggulungnya. Lalu ia memasukkan jubah itu ke kantong kecil yang biasa dibawanya.

"Kau pakailah jubahku ini,"

Kata Cukat Tong sambil memberikan jubah hitam yang dipakainya. Suma Sun memakai jubah itu dengan senang. Katanya.

"Meskipun jubahmu ini bau, rasa-rasanya cukup menyenangkan juga ketimbang kedinginan. Hahaha."

"Jangan salah. Meskipun bau, sudah banyak perempuan yang dihangatkan oleh jubah itu,"

Tukas Cukat Tong bangga.1323

"Oh, jadi sekarang jubahmu ini untuk menghangatkan laki-laki? Aku sungguh khawatir,"

Tawa Suma Sun sambil geleng-geleng kepala.

"Hahaha. Demi kau, apa sih yang tidak ku laku kan?"

Canda Cukat Tong. Perjalanan seberbahaya apapun, jika mampu kau lakukan dengan bercanda bersama sahabatmu, memangnya ha lapa lagi yang bisa menahanmu pergi? "Kira-kira seberapa besar kekuatan musuh di depan sana?"

Tanya Cukat Tong tiba-tiba.

"Sangat kuat,"

Sahut Suma Sun. Lanjutnya.

"Aku sendiri tidak yakin kita bakalan keluar hidup-hidup dari sana."

"Sang dewa kematian saja tidak yakin, bagaimana dengan aku si ?maling kecil? ini?"

Tawa Cukat Tong.

"Bisa mati bersama-sama kan sudah bagus. Jauh lebih baik ketimbang mati sendirian."

"Jika kau berkata seperti ini kepada Cio San, ia pasti akan tertawa,"

Ujar Cukat Tong.

"Kenapa?"1324

"Karena kupikir, ia justru lebih suka mati sendirian. Baginya, jika bisa mati tanpa menyusahkan orang lain, maka hal itu merupakan sebuah rejeki yang amat besar."

"Orang seperti dia memang hanya ada satu di kolong langit langit ini. Saking sukanya mati sendirian, ia jadinya suka pula hidup sendirian."

"Menurutmu, apakah itulah penyebabnya kenapa ia tidak mau menikah?"

Tanya Cukat Tong.

"Jangankan menikah, memiliki kekasih saja ia tidak tertarik."

"Mungkin karena ia terlalu sering patah hati,"

Tukas si raja maling.

"Perempuan yang ia patahkan hatinya kemungkinan lebih banyak dari yang pernah menyakiti hatinya. Ku pikir hal itu bukanlah alasan yang tepat?"

"Lalu apa?"

"Ia hanya belum menemukan orang yang tepat,"

Jawab Suma Sun.

"Kira-kira perempuan seperti apa yang paling tepat menjadi kekasihnya?"

"Satu hal yang pasti, perempuan yang tidak cerewet."1325

"Memangnya ada perempuan seperti itu?"

"Setahuku tidak. Perempuan yang bisu saja pun tetaplah adalah perempuan yang cerewet,"

Tawa Suma Sun.

"Yang aku herankan, mengapa perempuan selalu cerewet? Tidak bisakah mereka membiarkan laki-laki hidup dengan tenang?"

Tanya Cukat Tong sungguh-sungguh.

"Perempuan yang cerewet adalah merupakan sebuah hukum alam. Membuat langit berhenti hujan, atau membuat matahari berhenti bersinar, sungguh jauh lebih gampang ketimbang membuat perempuan bawel menutup mulut."

"Tetapi ku lihat istrimu sama sekali tidak bawel,"

Tukas Cukat Tong.

"Kau kan tidak bersamanya terus sepanjang hari. Kau tak tahu apa yang diomelinya kepadaku jika tidak ada orang lain yang melihat."

"Hahahaha. Ternyata dewa kematian pun takut kepada istrinya. Aduh, aduuuh. Sampai sakit perutku."

Mereka berdua tertawa dengan lepasnya.1326

"Eh, kau belum sempat bercerita mengenai hasil perjalananmu ke Himalaya,"

Kata Suma Sun.

"Aku berhasil menyelamatkan Gan Siau Liong. Ia terluka parah saat mempelajari sebuah ilmu yang ditemukannya di dalam sebuah gua di puncak Himalaya."

"Oh? Ilmu macam apa itu?"

"Ilmu yang tertulis di sebuah jenazah laki-laki yang sangat tampan. Entah sudah berapa lama usia jenazah itu. Mungkin karena terkubur di dalam es, mayat itu bertahan sangat lama. Usianya saat ia meninggal mungkin sekitar 40 tahunan."

Suma Sun tiba-tiba teringat kisah masa lalunya yang pahit. Apakah jenazah itu ada hubungannya dengan kasih pahitnya saat ia masih kecil dahulu? "Apakah di sekitar jenazah lelaki itu, ada juga jenazah seorang perempuan?"

Tanya Suma Sun.

"Tidak. Mengapa kau bertanya demikian?"

"Apakah ada senjata yang kau temukan di dekatnya?"

"Ya. Sebuah pedang lemas dan sebuah suling emas."1327 Suma Sun terhenyak. Sedikit banyak ia mulai yakin siapa jati diri jenazah itu. Lalu ia bertanya lagi.

"Apakah ia mengenakan sebuah kalung giok ber- bentuk naga yang terbelah dua?"

"Benar sekali! Kau tahu siapa dia??? "Ya. Ia adalah pamanku. Namanya Suma Liang,?? Suma Sun mengeluarkan sebuah kalung yang selama ini selalu tersembunyi di balik bajunya.

"Ya benar. Kalung giok ini adalah separuh bagian dari kalung naga yang ku lihat di jenazah itu!?? "Bagaimana keadaan jenazah itu sekarang?"

Cukat Tong lalu menceritakan hal yang sama seperti yang diceritakannya kepada Cio San.

"Sayang sekali. Suatu saat aku harus pergi ke sana untuk menguburkan jenazah paman dengan semestinya. Kemungkinan besar ia sempat hidup lama di dalam jurang itu. Karena pada saat jatuh, umurnya mungkin tidak lebih dari 30 tahunan."

"Aku sempat memakaikan kembali pakaiannya setelah mungkin sebelumnya dibuka oleh Gan Siau Liong untuk mempelajari catatan ilmu silat yang berada di tubuhnya,"

Jelas Cukat Tong.1328

"Setahuku, di tubuh pamanku, tidak ada tulisan apapun. Ia adalah lelaki tampan yang banyak diburu wanita. Sejauh yang ku dengar, tidak ada tulisan macam-macam pada tubuhnya."

"Apa mungkin seseorang menuliskan ilmu di jenazahnya?"

"Bisa saja, tapi terlalu aneh. Untuk apa seseorang menuliskan ilmu silat di sekujur tubuh sebuah jenazah??? "Yang lebih aneh lagi, di dalam jurang itu aku menemukan benda-benda aneh. Ada pakaian dan jubah yang dilihat dari modelnya mungkin sudah seribu tahunan. Ada pula boneka, dan beberapa benda pusaka lain yang berada di dalam gua di dalam jurang itu.?? "Kemungkinan besar memang paman tidak langsung meninggal. Ia masih bertahan hidup dan menemukan sebuah goa rahasia di dalam jurang itu."

Mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing. Mencoba memikirkan segala kemungkinan yang terjadi terhadap keanehan ini. Tak terasa perjalanan mereka sudah semakin dekat dengan markas musuh.1329 Gerak-gerik Suma Sun menjadi lebih tenang.

"Ada beberapa mayat di depan sana. Kemungkinan adalah pekerjaan Cio San. Ia sudah membukakan jalan untuk kita. Kira-kira, taktik macam apa yang harus kita pergunakan?"

"Paling baik adalah kita tetap menyusup. Baru bergerak ketika kesempatan yang baik muncul karena jumlah kita kalah banyak. Aku masih mengharapkan bantuan Bwee Hua. Tetapi tidak tahu apa yang bakalan ia lakukan."

Baru saja ia berkata begitu, terdengar ledakan- ledakan yang berasal dari markas musuh. Api membumbung tinggi. Cukat Tong segera melayang ke pucung pepohonan yang paling tinggi.

"Wah, meriam-meriam mereka ditembakkan ke markas mereka sendiri!"

Kata Cukat Tong.

"Menurutmu itu perbuatan siapa? Cio San atau Bwee Hua?"

Tanya Suma Sun.

"Tentu saja Cio San. Jika Bwee Hua melakukan sesuatu, pasti lebih halus namun lebih ganas,"

Tawa Cukat Tong.

"Sepertinya orang yang paling berbahaya di muka bumi ini adalah istrimu."1330

"Tentu saja,"

Ia tertawa namun matanya menampakkan kesedihan.

"Boleh dibilang, orang yang paling sakti di dunia ini adalah kau,"

Kata Suma Sun.

"Kenapa bisa begitu?"

"Karena kau dapat hidup bersama manusia yang paling berbahaya di muka bumi."

Ia tidak sedang bercanda. Ia mengatakannya dengan sungguh-sungguh.1331 BAB 57 R A C U N "Saatnya kita menerobos ke dalam!"

Kata Cukat Tong. Ia lalu mengeluarkan sempritannya dan memanggil burung-burungnya.

"Aku rasa serangan udara kini sudah aman. Ku pasrahkan serangan darat kepadamu!"

Sambil berkata begitu tubuhnya sudah membumbung tinggi ke langit hitam di atas sana.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sang Raja Maling kini menunjukkan kemampuannya yang sebenarnya,"

Batin Suma Sun sambil geleng-geleng kepala.

"Cio San telah berhasil mengeluarkan racun dari dalam tubuh Cukat Tong. Nampaknya sang Raja Maling telah berhasil pula mengeluarkan racun dari dalam hatinya sendiri,"

Suma Sun tersenyum sendirian.

Memang jika kau telah berhasil mengeluarkan racun dari dalam hatimu, kau akan merasakan kemerdekaan yang tak pernah kau rasakan sebelumnya.

Seolah-olah seluruh beban yang menghimpit dadamu terangkat seluruhnya.

Kau1332 menjadi dirimu seutuhnya.

Bukankah itu merupakan kebahagiaan terbaik di dalam hidup manusia? Berhasil menjadi dirinya sendiri.

Menunjukkan kemampuan nya yang sebenarnya.

Manusia memiliki "racun"-nya sendiri-sendiri.

Uang dapat menjadi racun.

Kekuasaan dapat menjadi racun.

Jabatan dapat menjadi racun.

Keinginan dapat menjadi racun.

Persahabatan pun dapat menjadi racun.

Cinta pun dapat menjadi racun.

Racun paling manis yang paling berbahaya dan mampu menghancurkan hidup seseorang dari dalam.

Dari dasar jiwanya.

Jika kau pernah jatuh cinta, kau tentu mengetahui betapa dalamnya racun itu menjalar di setiap ujung tubuhmu.

Betapa racun itu menguasai seluruh detak jantungmu, dan tarikan nafasmu.

Menguasai pikiran dan benakmu.

Racun yang membuatmu kehilangan dirimu sendiri.

Racun yang membuatmu kehilangan segalanya.

Tapi racun itu begitu manis sehingga kau rela menderita setiap saat.

Sehingga jika kau mati karena racun itu pun, kau merasa mati dalam kebahagiaan.1333 Alangkah menakutkannya racun itu.

Dan alangkah bahagianya mereka yang telah mampu membersihkan racun itu di dalam hidupnya.

Cukat Tong terbang tinggi.

Walaupun di hatinya terdapat sedikit kepedihan saat mendengar "dia"

Disebut, ia telah mampu menenangkan dirinya.

Semua manusia berhak untuk hidup tenang.

Meskipun kenangan dan harapan masih tersisa, sungguh, setiap manusia berhak untuk hidup dengan tenang.

Angin dan rintik hujan menyapa tubuhnya yang melayang tinggi bergelantungan pada burung-burung peliharaannya.

Jauh di bawah sana, suara meriam terdengar menggetarkan bumi.

Suara manusia yang bertempur dan menghilangkan nyawa terdengar sangat mengerikan.

Tetapi Cukat Tong dapat menikmati ketenangan di dalam keriuhan ini.

Segala pikiran dan kenangan melintas di dalam benaknya.

Ada sedikit sakit yang tahu-tahu muncul.

Tetapi ia kini merasa damai.

Ya.

Damai.

Itulah perasaan yang muncul saat kau akhirnya berhasil mengeluarkan "racun"

Dari dalam tubuhmu.1334 Meskipun harapannya tidak tercapai, meskipun cinta tidak mampu diraihnya, meskipun orang yang sangat ia cintai mengkhianatinya, ia tetap mampu merasa damai.

Karena ia telah menyadari, cara terbaik untuk merasakan cinta adalah dengan menghargai dirinya sendiri.

Sungguh, kau hanya akan memahami pengertian ini jika kau sudah benar-benar mengalaminya.

Sudah pernah dihancurkan oleh cinta.

Sudah pernah kehilangan segala-galanya karena cinta.

Pada akhirnya, kau akan merasakan damai di dalam setiap langkah hidupmu.

Tetapi untuk sampai pada kedamaian itu, kau harus merasakan luluh lantaknya hidupmu terlebih dahulu.

Kau hanya bisa mengerti tentang terang, setelah kau mengerti tentang kegelapan.

Ini adalah hukum alam.

Hujan semakin deras.

Pertempuran di bawah sana semakin dahsyat.

Cukat Tong mempersiapkan persenjataannya.

Benang-benang yang mengendali kan burung kini ia pindahkan ke kakinya.

Tubuhnya kini terbalik, kepala di bawah, kaki di atas.

Dengan1335 tenang ia mengeluarkan benda-benda dari dalam kantong besar yang selalu berada di pinggangnya.

Tak ada satu pun benda yang terjatuh saat ia sedang berada dalam posisi terbalik seperti itu.

Gerak- geriknya sangat tenang.

Ia mencampurkan serbuk dan beberapa cairan.

Walaupun angin bertiup kencang, dan hujan sudah mengguyur, pekerjaannya sama sekali tidak terganggu.

Dibutuhkan ketenangan dan pengalaman puluhan ribu kali untuk dapat melakukan hal ini.

Ia mencampurkan ribuan paku-paku kecil di dalam racikannya dan membentuknya menjadi bola- bola kecil seukuran kelereng besar.

Rupanya Cukat Tong sedang membuat peledak.

Kemampuan hebat yang dimilikinya ini telah ia pelajari semenjak ia masih kecil.

Tak heran ia amat mahir melakukannya.

Dengan sangat tenang, sambil terbang, dan tubuh terbalik.

Padahal pekerjaan ini sangat berbahaya karena jika keliru sedikit saja nyawanya pasti melayang.

Tak terhitung banyaknya bola-bola peledak yang dibikinnya dalam waktu sekejap saja.

Begitu semuanya sudah selesai, ia lalu memasukkannya ke dalam kantong.

Kemudian ia menarik kakinya untuk menggiring burung-burungnya turun.

Begitu sampai1336 pada jarak yang diinginkannya, ia diam sejenak memperhatikan suasana.

Cukat Tong lalu bersemedhi sebentar agar ia mampu mempelajari keadaan yang terjadi di bawah sana.

Gemuruh suara seolah menghilang.

Yang ada hanya kesunyian di dalam benaknya.

Seolah-olah dunia berhenti berputar.

Lalu matanya terbuka! Wajahnya yang tadi begitu tenang kini seolah terbakar api semangat yang membara.

Jiwa petarungnya pun muncul dengan begitu kuat.

Apakah ini kekuatan Cukat Tong yang sebenarnya? Ia melemparkan bola-bola itu satu demi satu! Blaaaar! Blaaaaaar! Blaaaaaaar! Ledakan besar terjadi di mana-mana.

Orang mati terpanggang dengan tubuh hancur.

Paku-paku tajam menghujam dengan kecepatan yang mampu menembus tembok baja.

Dengan bola-bola kecil ini, orang tidak perlu lagi belajar ilmu silat dan ilmu perang.

Daya ledaknya jauh lebih hebat dari peledak manapun.

Dilemparkan1337 dengan kecepatan dan ketepatan yang amat sangat mengagumkan.

Setiap bola-bola itu menghujam, ada puluhan nyawa melayang.

Suma Sun "memandang"

Kejadian ini dengan bergidik.

Baginya membunuh orang sudah sangat biasa, tetapi membunuh orang dengan cara seperti ini membuatnya merinding.

Ia tahu Cukat Tong yang melakukannya.

Ia hanya tidak menyangka betapa Raja Maling yang berperilaku tenang dan suka bercanda dapat membunuh orang sekejam ini.

Apakah ini jiwa dan kepribadian Cukat Tong sebenarnya? Suma Sun memperlambat langkahnya.

Rasa khawatirnya akan perbuatan Cukat Tong membuat ia merasa harus lebih berjaga-jaga.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak lama lagi di masa depan, orang tak lagi perlu mempelajari ilmu silat.

Mereka hanya perlu menciptakan senjata yang dahsyat.

Bagi Suma Sun, masa depan manusia sungguh terasa kelam.

Apakah kesedihan dapat merubah hati manusia menjadi sekelam ini?1338 Mungkin saja.

Suma Sun pernah mengalaminya oleh karena itu ia dapat mengerti mengapa Cukat Tong menjadi seperti sekarang ini.

"Racun"

Ternyata belum sepenuhnya hilang dari dalam diri si Raja Maling.

Tak terasa air mata Suma Sun menetes.

Sudah lama ia tidak pernah menangis.

Ketika anaknya di dalam kandungan istrinya mati pun, ia tidak menangis.

Tetapi kini ia menangis memikirkan perasaan dan keadaan sahabatnya itu.

Terkadang penderitaan orang lain terasa jauh lebih menyiksa ketimbang penderitaan diri sendiri.

Di dalam hati Suma Sun bertekad untuk menemani sahabatnya di dalam segala penderitaan nya.

Langkahnya kini mulai mantap.

Ia sudah merasa kan musuh di depannya.

"Aku tahu kau pasti datang!"

Kata seseorang di hadapan Suma Sun. Meskipun nadanya bersifat menantang, suaranya tenang, pembawaannya pun tenang.

"Bagus. Mari!"

Jawab Suma Sun.

Ia tidak tahu siapa di hadapannya.

Ada urusan apa dengan orang ini.

Tetapi orang ini membawa pedang1339 dan menantangnya.

Suma Sun juga tidak bertanya siapa namanya.

Baginya, pedang dan tantangan adalah jawaban.

Oleh sebab itu ia tidak perlu bertanya.

"Kau tidak membawa pedang?"

Tanya orang itu.

Tiba-tiba ia mengerti mengapa Suma Sun tidak membawa pedang.

Suma Sun telah sampai pada tingkatan tertinggi ilmu pedang.

Tanpa pedang! Tiba-tiba rasa takut menjalar di seluruh tubuhnya.

Hanya sekejap saja rasa takut itu menjalar, digantikan oleh kebahagiaan yang luar biasa.

"Akhirnya aku bisa mati oleh jurus pedang tertinggi! Hahahahaha, mari!"

Ia mencabut pedangnya dengan gembira seolah-seolah sedang disuruh berpesta.

Kegirangan tertinggi yang mungkin bisa dirasakan manusia.

Semangat ini begitu menggelora sehingga membuat gerakannya jauh lebih cepat dari biasanya.

Ia sendiri heran mengapa bisa begitu.

Sreeeeeeet! Satu tusukan tipis menyarang ulu hati Suma Sun.

"Bagus!"

Puji Suma Sun.

Si penyerang semakin riang hatinya.

Dipuji seperti itu oleh Dewa Pedang, bukanlah1340 sebuah hal yang sederhana.

Meskipun hanya satu kata.

Suma Sun menghindari serangan itu dengan sebuah gerakan cepat.

Serangan ringan itu bukanlah sebuah gerakan main-main.

Kurang perhitungan sedikit saja, nyawanya pasti melayang.

"Anda adalah Pendekar Pedang Karat, Oey Kun Peng-tayhiap?"

Bahasa Suma Sun menghalus. Si pendekar tua itu mengangguk. Anggukannya ini dipenuhi perasaan campur aduk antara senang dan malu.

"Gerakan satu tusukan itu meskipun boanpwee (saya yang lebih muda) belum pernah menyaksikannya, tentu pernah mendengarkan kehebatannya. Di muka bumi ini tentu hanya jurus ?Menusuk Rembulan? yang bisa bergerak dengan sehebat itu,?? kata Suma Sun.

"Di muka bumi ini, cuma anda dan sahabat anda yang berhasil menghindarinya!"

Jika orang lain mengatakan bahwa jurus mereka berhasil dihindari orang, tentu akan malu. Tetapi orang tua ini mengatakannya dengan penuh kebanggaan.1341 Suma Sun tertawa. Katanya.

"Jurus pedang apapun tentu mampu dihindari oleh Cio-tayhiap. Tayhiap tidak perlu berkecil hati.?? "Bahkan pedang anda?"

Tanya Oey Kun Peng.

"Bahkan pedang saya."

"Orang seperti Cio-tayhiap memang cuma ada satu-satunya di dunia ini. Aku beruntung pernah mengantarkannya dengan perahu,"

Kata Oey Kun Peng.

"Mengapa tayhiap bergabung dengan pemberontak?"

Tanya Suma Sun.

"Hutang budi,"

Jawab orang tua itu pendek. Suma Sun tidak perlu bertanya kepada siapa orang itu berhutang. Ia tahu seluruh kejadiannya adalah sebuah aib bagi pendekar tua itu. Suma Sun sangat bisa mengerti keadaannya.

"Hutang budi yang hanya bisa dibalas dengan kematian.,?? gumam Suma Sun.

"Benar sekali. Ku harap kau mau memberikan kehormatan ini untukku,"

Pinta si kakek tua.

"Sungguh boanpwee yang merasa terhormat sekali,"

Suma Sun menjura dengan sangat dalam.1342 Mereka berbicara tentang bunuh-membunuh dengan amat dalam dan sopan santun. Seolah-olah kehormatan jiwa mereka berada pada percakapan ini.

"Jika aku mati, mau kah Suma-tayhiap menyimpan pedang ini?"

Tanya orang tua itu. Pedang itu pernah terpukul jatuh oleh Cio San ke dalam sungai. Ia menghabiskan berhari-hari menyelam ke dasar sungai hanya untuk menemukannya kembali. Pedang memang adalah harga diri bagi pendekar pedang.

"Hanya pedang karatan yang tidak patut dipegang oleh ujang jari Suma-tayhiap yang terhormat. Tetapi sangat berarti untukku."

"Tentu saja, Oey-tayhiap. Mari!"

"Mari!"

Tidak ada basa-basi.

Tidak ada kata-kata perpisahan.

Masing-masing mengerti bahwa mereka saling menghormati satu sama lain dengan cara saling membunuh.

Sebuah pemahaman yang hanya bisa dimengerti oleh para pendekar pedang.

Masing-masing hanya mengeluarkan satu jurus.

Satu jurus terbaik yang mereka miliki dan mereka simpan rapat-rapat.

Hanya dikeluarkan di saat yang paling pantas dan paling terhormat.1343 Saat-saat seperti ini.

Oey Kun Pang tergeletak.

Sebuah kelopak daun menembus dahinya.

Tiada darah.

Namun kali ini terdengar suara.

Suara orang yang baru saja diserang dengan ilmu pedang tertinggi di muka bumi.

Suma Sun memang memberinya kehormatan itu.

Kehormatan untuk bersuara di saat telah diserang oleh ilmunya.

Karena semua lawannya pasti mati tanpa pernah bersuara.

Hanya orang inilah satu-satunya yang memperoleh kehormatan itu.

"Inilah ilmu pedang tanpa pedang. Apa namanya?"

"Semua di Bawah Langit Tanpa Pedang, gerakan terakhir."

"Bagus.aku..puasTerimakasih!"

Ia mati sambil tersenyum.

Segala aib dan hutang budi telah ia bayarkan kepada pemiliknya.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sekali lagi Suma Sun menetaskan air mata.

Orang ini pantas mendapat penghormatannya.

Ia berlutut dan bersujud di depan orang itu 3 kali.

Dengan satu pukulan tangannya, ia membuat lubang besar di tanah dan menguburkan Oey Kun Peng.

Ia lalu membuat sebuah batu nisan dari batu1344 besar yang berada di sekitar situ.

Dengan pedang karat itu Suma Sun menuliskan kalimat .

"Hutang Sudah Dibayar Nyawa. Mati Dengan Membawa Kehormatan. Oey Kun Peng.?? Ia bersujud 3 kali lagi, lalu pergi meninggalkan tempat itu. Dari langit kejauhan, Cukat Tong memperhatikan peristiwa ini. Hasil semedhinya telah membuka mata batinnya dengan mengetahui posisi kedua sahabatnya yang berada di sana. Ia masih melayang untuk mencari seorang lagi. Istrinya sendiri. Apakah Bwee Hua tidak datang untuk menolong mereka? Entahlah. Cukat Tong tidak berani menjawab. Dari atas sini ia telah menyaksikan awal kehancuran pihak musuh. Sesuatu yang sangat sukar dilakukan sebelumnya. Jika sebelumnya musuh tidak lengah karena berhasil menculik kaisar, jika sebelumnya mereka tidak tertipu dengan kabar palsu1345 yang dituliskan Cukat Tong pada burung pembawa pesan, jika Cio San tidak menyusup diam-diam dan menghancurkan pertahanan udara lawan dan menghancurkan gudang persenjataan musuh, tentu tidak mudah baginya untuk menyerang dari udara seperti ini. Satu saja kekeliruan di dalam taktik perang, akan memberi kehancuran dan kekalahan yang maha dahsyat. Musuh mengira dengan menawan kaisar, mereka bisa menggunakannya untuk menekan pihak kekaisaran untuk mundur dan turun dari tahta. Mereka mengira pasukan akan kocar-kacir dan mundur sejauh-jauhnya. Tetapi mereka melupakan 3 orang yang paling penting. Cio San, Cukat Tong, dan Suma Sun. Mereka tidak memikirkan bahwa Cio San memiliki kemampuan untuk bertindak mengikuti arah angin. Segala perencanaan yang matang pasti akan buyar jika Cio San mampu membaca titik kecil kelemahannya. Sebuah pasukan yang besar akan hancur jika Suma Sun sudah mengeluarkan seluruh kemampuannya sebagai Dewa Pedang. Apalagi1346 setelah sembuh dari luka dalamnya, kemampuannya justru meningkat berlipat-lipat. Mereka pun lupa bahwa Cukat Tong dapat menembus benteng seketat apapun. Dan ia memiliki begitu banyak peralatan dan tipu daya yang sangat berguna untuk melumpuhkan lawan-lawannya. Musuh mengira dengan melukai mereka satu persatu, ketiga orang ini tidak dapat bangkit dan membalaskannya. Malahan justru ketika mereka bangkit, mereka semakin kuat dan semakin bersemangat untuk melawan! Ada sementara orang yang selalu bangkit saat kau pukul jatuh. Semakin sering kau menjatuhkannya, semakin kuat pula dirinya dari hari kehari. Pada akhirnya ia akan jauh lebih kuat daripada dirimu! Cio San boleh terluka jantungnya, tetapi ia sembuh dengan pikiran dan jiwa yang jauh lebih kuat. Suma Sun telah terkena pukulan berat bagi jiwa dan tubuhnya saat anaknya meninggal di dalam kandungan, dan ia menjadi lumpuh. Tetapi ia telah sembuh dan justru jauh lebih berbahaya bagi siapapun.1347 Cukat Tong telah menderita diracun oleh istrinya sendiri, dan mengalami penderitaan cinta yang amat berat. Tetapi ia bertahan dan kuat menjalaninya. Orang-orang ini pantas disebut para penggetar langit! Cukat Tong melayang turun, tugasnya menyerang dari angkasa sudah selesai. Dengan ringan ia melayang dan mendarat di atap sebuah tenda yang terpisah sedikit jauh dari gelanggang pertarungan. Tempat apa ini? Kenapa begitu mencurigakan?1348 BAB 58 MERAGA SUKMA Begitu mendarat di atas atap, Cukat Tong menunduk sebentar untuk memperhatikan situasi. Aman. Ada seorang prajurit di dalam tenda yang sedang berjongkok memeriksa sesuatu di pojokan. Sang Raja Maling sejenak memikirkan cara untuk melumpuhkan prajurit itu. Ia lalu bergerak! Dengan sekali hentakan ia sudah tiba di bawah, dan masuk ke dalam tenda dengan cepat. Tangannya bergerak melempar Am Gi (senjata rahasia). Ketepatan, kecepatan, dan keganasan lemparan ini tidak dapat dibandingkan dengan siapa pun di dunia ini! Tentu saja siapapun di dunia ini bakalan mampus menerima serangan itu. Anehnya, sang prajurit tanpa menoleh, dengan santainya menangkap senjata rahasia itu. Bahkan ia tidak merasa terganggu, dan tetap meneruskan1349 pekerjaannya berjongkok memeriksa sesuatu di pojok tenda. Cukat Tong terhenyak. Namun sekejap ia sadar dan berkata.

"Oh, kau!"

Jika bukan ?kau? ini, siapa lagi yang sanggup menangkap lemparannya? Tetapi si "kau"

Ini tidak menjawab, karena ia masih memperhatikan sesuatu di tanah. Cukat Tong sebenarnya penasaran dengan apa yang dilihat oleh si "kau"

Ini, tetapi ia memilih diam dan menunggu. Ia takut mengganggu. Setelah puas, si "kau"

Ini lantas berdiri, berbalik, dan tersenyum. Katanya.

"Hampir saja aku mampus oleh senjata rahasiamu.?? "Orang yang mampu membunuhmu belumlah dilahirkan. Kau tidak perlu sok khawatir. Apa yang kau lihat di pojok sana??? Si "kau?? ini tentu saja adalah Cio San. Ia memakai pakaian dan topi prajurit dan wajah yang dicoreng arang. Pantas saja Cukat Tong tidak mengenalnya.

"Dari langit sana aku mengetahui letak keberadaanmu dan Suma Sun. Kenapa tahu-tahu kau sudah berada di sini?"

Tanya Cukat Tong.1350

"Wah, mungkin pikiranmu bergeser pada hal lain sehingga untuk sekejap aku hilang dari perhatianmu,"

Tukas Cukat Tong. Mereka berbicara dengan santai padahal tak jauh dari sana, keributan besar terus terjadi. Ledakan- ledakan yang dilakukan Cio San ternyata mampu membuat pasukan musuh kocar-kacir.

"Betul juga. Untuk beberapa saat, aku memperhatikan Suma Sun."

"Oh, apa yang dilakukannya?"

"Masa aku perlu menjawab?"

Keduanya sebisa mungkin menahan tawa. Lalu Cio San berkata.

"Bisakah kau memanggil Suma Sun kemari?"

Cukat Tong tidak menjawab. Tubuhnya telah menghilang dari situ dalam sekejap mata. Cio San hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.

"Orang ini jika ingin menjadi nomer satu di dunia, tentu bisa dilakukannya dengan mudah."

Entah kenapa senyum Cio San terasa mengandung kesedihan.1351 Tak berapa lama mereka berdua telah datang.

Betapa menyenangkannya berkumpul kembali, padahal mereka baru berpisah beberapa saat.

Cio San menunjukkan sesuatu yang berada di tangannya.

Seutas benang.

Suma Sun menunjukkan wajah bertanya.

Kata Cio San.

"Tolong kau cium bau benang ini."

Seperti sapi dicocok hidung Suma Sun melakukan permintaan Cio San.

"Sudah hafal baunya?"

Suma Sun mengangguk.

"Benang ini adalah sebuah benang khusus yang dipintal dari bahan yang sangat kuat. Dibutuhkan tenaga dalam yang cukup besar untuk memutuskan nya,"

Kata Cio San sambil menyerahkan benang itu kepada Cukat Tong.

"Oh jadi ini barang yang kau perhatikan tadi di pojok sana?"

Kata Cukat Tong sambil menerima benang itu. Ia memperhatikan dengan seksama. Lalu katanya.

"Setahuku cara untuk membuat benang seperti ini telah lama hilang dari dunia persilatan. Dan benang ini dipakai untuk busur panah!"1352 Cio San tersenyum dan berkata.

"Ya, aku tahu."

Dari luar terdengar lagi suara gemuruh semakin membahana. Cukat Tong menoleh sekilas ke luar, lalu berkata sambil tersenyum.

"Pasukan kekaisaran sudah menyerang kemari. Mereka rupanya sudah berhasil mengumpulkan kekuatan lagi!?? "Bagus sekali! Jenderal Khu memang hebat,?? sahut Cio San. Lalu katanya.

"Benang ini milik si ?dia?. Otak dari segala keramaian ini. Jika kau lihat sudutnya, tempat inilah yang paling cocok untuk mengatur pasukan. Dari tempat ini pulalah ia memanah kaisar."

"Lalu ke mana dia sekarang?"

"Lari. Ia tahu pergerakannya telah gagal,"

Jawab Cio San.

"Pengecut!"

Maki Cukat Tong.

"Karena tergesa-gesa, ia meninggalkan seutas benang kecil ini. Mungkin ia baru saja mengganti benang di busurnya."

"Kau pun keterlaluan. Dapat menemukan benang ini di dalam malam gelap di tengah semak belukar,"

Tukas Cukat Tong.1353 Kali ini Suma Sun yang menyahut.

"Kebohongan perempuan saja dapat ditemukan dan dipecahkannya, apalagi cuma menemukan benang busuk segala."

Mereka tertawa terbahak-bahak. Tahu-tahu badan Suma Sun menegak, ia berkata,"Musuh sudah menyerbu kemari."

"Mari,"

Kata Cio San.

"Mari!"

Mereka menjawab serentak.

Jika kau sudah berkumpul dengan sahabat- sahabatmu yang paling setia, memangnya hal apa lagi yang sanggup menahanmu? Jika masing-masing bersedia berkorban dan mempertaruhkan jiwa raga, memangnya hal apa lagi yang tidak sanggup mereka capai? Dengan gagah ketiga orang ini keluar tenda dan menunggu di sana.

Tak lama rombongan musuh pun tiba! Raja suku Miao yang memimpin pem- berontakan beserta pengawal-pengawalnya.

Ada Pek Kwi Bo, si nenek iblis.

Ada Lama beserta murid- muridnya yang dulu dikalahkan Cio San saat kejadian bersama pangeran yang terbuang.

Dan beberapa pendekar yang cukup kereng penampilannya.1354

"Kalian sudah terkepung! Menyerahlah!"

Bentak sang Raja. Cio San tersenyum dengan santai dan berkata.

"Justu pasukan paduka sudah tercerai berai. Sekongkol yang paduka andalkan untuk melawan kaisar pun kini sudah menghilang!"

Terbayang perasaan marah, takut, dan kecewa bercampur menjadi satu. Sang raja dengan berteriak berkata.

"Tapi aku menawan kaisarmu!"

"Oh ya? Mana? Mengapa tidak kulihat ia berada di rombongan yang akan melarikan diri ini?"

"Tak usah banyak bacot! Ayo maju kau!"

Kali ini si nenek iblis yang berteriak.

Semburan api beracun dengan ganas keluar bersama teriakannya.

Para pendekar dari pihak musuh pun bergerak serempak menyerang ketiga orang di hadapan mereka.

Sang raja bersama rombongan yang tersisa memanfaatkan hal ini untuk melarikan diri.

Cio San menerima serangan si nenek iblis dengan telapaknya.

Terlihat tangannya bergetar dan mengeluarkan suara menderik.

Sebuah jurus telapak kebanggaannya yang ia ciptakan sendiri.1355 Semburan api si nenek iblis buyar seketika saat bertemu dengan getaran telapak tangan ini.

Begitu dahsyat getaran tangan itu sehingga menciptakan angin yang cukup kuat untuk membuyarkan serangan api itu.

Dengan tongkat hitamnya yang mengeluarkan bau belerang, nenek itu melancarkan sebuah jurus tongkat yang sangat cepat.

Tongkat untuk menghujam sambil mengeluarkan cahaya api! Dengan tenang Cio San menerima serangan itu dengan telapak ular deriknya.

Traaaang! Traaaaaang! Tangkisannya terdengar bagaikan dua besi baja yang beradu.

Melengking dan menusuk-nusuk telinga yang mendengarkan.

Melihat serangan jurus keduanya gagal, si nenek mundur sebentar.

Dengan marah ia memutar- mutar tongkatnya di udara.

Begitu cepat tongkat itu diputar-putarkannya sehingga menimbulkan cahaya api saat tongkat itu "bergesekkan"

Dengan udara! Cahaya api yang indah namun mengerikan.

Bagaikan kilat di atas kepala si nenek iblis.

Wuuuuung! Wuuuuuuung!1356 Wuuuuuuuuuung! Suara tongkat dan cahaya indah nan mengerikan itu terus datang mengalir.

Wuuuuung! Wuuuuuuuuuung! Perlahan-lahan suaranya mulai merasuk sukma dan raga.

Cahayanya membuat mata Cio San sedikit demi sedikit mulai terpana dan kabur.

Seoah-olah jiwanya mulai tersedot ke dalam riuh suara dan cahaya yang dihasilkan oleh tongkat itu.

Pelan.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perlahan.

Sedikit demi sedikit.

Nenek ini rupanya menguasai sejenis ilmu untuk menguasai ruh dan jiwa manusia.

Alangkah mengerikannya.

Perlahan-lahan Cio San kehilangan kesadarannya.

Ia tidak mengerti apa yang terjadi.

Dunia beranjak menghilang.

Suma Sun dan Cukat Tong pun sedang sedang menghalau musuh.

Sehingga tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Bagi mereka, saat ini Cio San dan si nenek iblis sedang berhadap-hadapan seperti biasa saling memperhitungkan keadaan musuh.1357 Suma Sun mengeluarkan pedang karatan yang ia simpan dibalik bajunya.

Untuk melawan musuh seperti ini, ia tidak perlu mengeluarkan ilmunya yang paling tinggi.

Ia justru ingin mencoba menggunakan pedang karatan pemberian Oey Kun Peng.

Bagaikan seorang anak kecil yang mendapatkan mainan baru.

Pedang ini ringan, namun ketika dipakai untuk menyerang terasa bobotnya bertambah.

Pantasan saja satu jurus tusukan dari Oey Kun Peng terasa sangat dahsyat.

Ternyata pedang ini sendiri memberi daya kecepatan dan serang yang tak pernah diduganya.

Betapa senangnya hatinya.

Kesempatan ini digunakannya untuk menggunakan ilmu pedangnya yang untuk sementara waktu telah ia tinggalkan.

Ilmu pedang keluarga Suma! Jurus pedang tangan kidal yang belum ada lawannya sampai saat ini.

Mengandalkan langkah- langkah sederhana untuk memperpendek jarak lawan dan menciptakan sudut serangan, sekaligus menutup kesempatan lawan untuk balas menyerang.1358 Puluhan musuh yang menyerangnya, namun ia bergerak dengan sederhana dan mengalir dengan tenang.

Seeeettt Seeeeeetttt Langkah-langkahnya halus.

Setiap ia bergerak, ada satu atau dua yang tumbang.

Ia bagaikan melangkah dari "sini"

Ke "sana"

Dengan lugas.

Meliuk.

Memutar tubuh.

Berhenti.

Bergerak lagi.

Melangkah.

Begitu anggun.

Begitu mematikan.

Tanpa suara.

Tanpa darah.

Yang ada hanya kematian.

Inilah sosok Suma Sun yang paling membuatnya terkenal.

Ketika ia memegang pedang! Bagaimana ilmu seseorang yang telah mencapai tahap "tanpa pedang", ketika ia kembali memegang pedang? Apakah ia telah melebihi tahap tertinggi dalam ilmu pedang? "Tanpa pedang"

Menjadi "Kembali memegang pedang."1359 Langkahnya terhenti.

Tubuh manusia bergelimpangan.

Ia berdiri dengan tenang.

Angin malam membuat pakaiannya yang putih bersih melambai-lambai dengan indahnya.

Begitu mengherankan orang yang sanggup membunuh manusia sedemikian banyaknya, tidak memiliki sedikit pun bercak darah pada tubuh atau bajunya.

Tangannya tetap menjulur ke depan.

Pedang tetap ia pegang.

Rambutnya melambai dengan indah.

Di saat-saat seperti inilah manusia menyadari.

Jika Suma Sun bertarung dengan dewa pencabut nyawa, maka kemungkinan besar Suma Sun lah pemenang nya.

Cukat Tong pun telah selesai melumpuhkan lawan-lawannya.

Dengan segera ia berlari untuk mengejar rombongan raja yang telah melarikan diri sana.

Ia tidak menyadari bahwa kini sahabat terbaiknya sepenuhnya telah dikuasai oleh si nenek iblis.

Jika ia menyadarinya, tentu ia tak akan pergi beranjak dari situ.

Dunia terasa gelap bagi Cio San.

Ia bahkan tak lagi mengenal namanya sendiri.1360

"Aku lah tuanmu!"

Terdengar bisikan yang tak mampu dijawabnya.

"Tunduk padaku!"

Ingin ia melawan bisikan itu tetapi ia tak mampu.

"Bunuh Suma Sun!"

Perintah itu datang seolah menguasai jiwa raganya. Ia mendengarnya, ia ingin melawannya, tetapi ia tidak mampu. Malahan dari bibirnya ia mengucapkan pula kata-kata itu.

"Bunuh Suma Sun!"

Cio San melompat menghambur ke depan.

"Naga Menggerung Menyesal"

Teriakan itu keluar dari mulutnya bersamaan dengan cahaya emas berbentuk naga yang keluar dari telapak tangannya.

Meluncur menghujam Suma Sun yang berdiri tak jauh dari sana!1361 BAB 59.

DEWA MELAWAN DEWA Cahaya emas bersinar di tengah malam! Jika orang lain yang mendapatkan serangan seperti itu tentu akan bingung dan tak dapat menghindarinya.

Tetapi Suma Sun bukan orang lain.

Ia adalah Dewa Pedang! Dalam sekejap mata tubuhnya sudah "terbang"

Ke atas.

Dengan berpoksai (salto) satu kali, ia sudah dapat menghindari sebuah jurus telapak yang diakui sebagai jurus yang paling menakutkan dan yang paling dahsyat yang pernah diciptakan manusia! Gerak Suma Sun sangat sederhana dan mudah.

Tetapi untuk merasakan kemudahannya, kau harus menjadi Suma Sun.

Tidak ada cara lain.

"Bunuh Suma Sun!"

Hanya bisikan itu yang terdengar dalam kepala Cio San.

Dan hanya bisikan itu yang terucap dari bibirnya.

Matanya kosong dan nanar.

Suma Sun segera mengetahui apa yang terjadi.1362 Meskipun ia tidak dapat melihat, ia dapat merasakan getaran aneh yang menyelimuti seluruh hawa yang dimiliki Cio San.

Getaran itu berasal dari dengung putaran tongkat Pek Kwi Bo, si nenek iblis! Segera Suma Sun meluncur ke arah nenek iblis itu, tetapi langkahnya terhenti.

Cio San telah menutup jalannya.

"Naga Terbang Di Langit!"

Seruan itu muncul dari bibir Cio San tanpa dapat ia kendalikan.

Kembali cahaya emas bersinar di tengah malam.

Tetapi cahaya itu datang berbarengan dengan luncuran badan Cio San pula.

Kembali Suma Sun menghindari serangan itu dengan anggun.

Keanggunannya bukan bagaikan seorang anak perawan yang menari dengan indah.

Keanggunannya bagaikan seorang ratu kekaisaran yang telah matang dan dewasa.

Tentu saja ia tidak dapat menggunakan pedang nya.

Karena jurus pedang yang dipelajarinya sepanjang hidupnya adalah jurus pedang untuk membunuh orang.

Bagaimana mungkin ia membunuh sahabatnya sendiri?1363 Suma Sun menancapkan pedangnya di tanah.

Dalam sepersekian detik ia mengerahkan tenaga saktinya.

Tahu-tahu bagian lengan bajunya kanannya kini bergerak bagaikan memiliki tangan.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beberapa tahun yang lalu, Suma Sun mengorbankan tangan itu karena ia tidak ingin membunuh seorang Dewa Pedang yang lain.

Apakah kini ia akan mengorbankan tangannya yang satunya lagi karena ia tidak ingin membunuh sahabatnya sendiri? Tidak ada seorang pun yang dapat memahami isi hati seorang Suma Sun.

Cio San kembali bergerak, ia tidak menunggu lama dan membiarkan Suma Sun mengumpulkan tenaganya.

Semua kejadian ini berlangsung dengan cepat dalam sekejap mata.

"Naga Bertempur di Alam Liar!?? jurus ke-3 yang dikeluarkan Cio San. Suma Sun menerima cahaya emas itu dengan lengan bajunya. Ada tenaga sakti aneh yang terkumpul di lengan baju itu sehingga membuatnya terasa hidup bagaikan naga yang menari-nari. Selama ini tidak ada satu senjata pun yang dapat digunakan cahaya emas yang lahir dari jurus 181364 Tapak Naga. Tapi setiap hal pastilah memiliki "saat pertama"-nya. Dan malam ini adalah kali pertama jurus yang dahsyat itu ditangkis oleh sebuah lengan baju. Hanya kain! Tetapi kain itu berisi tenaga sakti yang lahir dari terbukanya titik-titik syaraf Suma Sun. Pengobatan yang dilakukan oleh Cio San terhadap Suma Sun telah membuka titik-titik tertentu di dalam tubuh dewa pedang itu sehingga tenaga saktinya muncul dan mengalir lebih deras. Hal ini tidak dapat terjadi jika sebelumnya Suma Sun tidak terluka dengan parah dan menjadi lumpuh. Blaaaaaaaar! Ledakan besar yang terjadi karena pertemuan tenaga sakti dua orang dewa. Masing-masing terlempar dengan mengeluarkan sedikit darah dari mulut mereka. Cio San hanya menguasai 3 jurus dari keseluruhan 18 Tapak Naga. Jurus-jurus berikutnya belum pernah dilihatnya, dan ia hanya mampu mengolahnya sesuai pemahamannya sendiri. Berhubung sekarang pikiran dan pemahamannya sedang dikuasai oleh si nenek iblis, maka jurus-1365 jurusnya tak dapat dikeluarkan seutuhnya. Hanya berdasarkan nalurinya saja. Kini nalurinya membuat Cio San melancarkan sebuah jurus lain. Jurus ular derik yang menakutkan! Telapak tangan kirinya bergetar mengeluarkan suara bagaikan ekor ular derik. Mereka kembali beradu. Gerakan Cio San merupakan perpaduan gerak Thay Kek Koen (Tai Chi Chuan) dan gerakan ular sakti yang ditemuinya di dalam sebuah goa di bawah tanah. Gerakan Suma Sun adalah gerakan ilmu pedang keluarganya yang dilakukan dengan lengan baju di tangannya yang buntung. Blaaaar! Blaaaaaar! Tak ada orang yang sanggup melihat bagaimana mereka bergerak. Tak ada yang sanggup mengira- ngira sudah berapa jurus yang terlewati. Guntur dan kilat seperti lahir dari gerakan mereka. Setiap kali mereka beradu tenaga, kilatan cahaya dan gemuruh badai terdengar. Rerumputan dan tumbuhan di sekitar mereka rontok bagaikan disapu musim gugur. Bebatuan dan debu berterbangan di udara. Bahkan di umur setua ini, di dalam pengalamannya bertempur ribuan kali,1366 menggunakan ilmu tinggi yang dimilikinya, si nenek iblis ini belum pernah menyaksikan hal seperti ini.

"Dewa melawan dewa..,"

Hanya itu yang muncul di dalam benaknya.

Tanpa ilmu meraga sukma yang dimilikinya, bagaimana mungkin ia bisa mengalahkan salah seorang diantara mereka? Tanpa tipu daya bagaimana seseorang dapat menguasai dunia? Ilmu, niat baik, dan kerja keras saja tidak cukup.

Seseorang harus lah mematikan hati nuraninya dan menjadi jahat agar ia bisa dapat menguasai dunia.

Karena dunia sendiri adalah sebuah tempat yang kejam.

Apakah dunia membuat manusia menjadi kejam, ataukah manusia yang membuat dunia menjadi kejam? Siapa pula yang mampu menjawabnya? Dewa melawan dewa.

Entah sudah berapa jurus.

Entah sudah berapa banyak pukulan.

Entah sudah berapa banyak tenaga terbuang.

Suma Sun tahu, ia tak dapat menyembuhkan Cio San jika ia tidak lebih dulu melumpuhkan nenek iblis itu.

Tetapi ia pun tahu, ia tidak dapat melumpuhkan si1367 nenek jika ia tidak melumpuhkan si nenek terlebih dahulu.

Perhatiannya terpecah dan ia menjadi bingung.

Jika menghadapi orang lain, ia bisa saja menyerang nenek itu dari jarak jauh, tetapi saat ini ia melawan Cio San.

Tak ada satu kesempatan sekecil debu dan pasir yang bisa didapatkannya.

Seluruh serangan Cio San teramat rapat.

Tidak ada lubang sekecil apapun yang bisa ia manfaatkan.

Jika bukan karena langkah-langkah jurus pedang keluarga Suma, tentu Suma Sun telah keok sedari tadi.

Ia hanya bisa menghindar.

Menyerang pun adalah untuk membuat Cio San mundur sedikit.

Jika Suma Sun "boleh"

Membunuh, mungkin ia tidak akan mengalami kesulitan seperti ini. Meskipun ia sendiri tidak yakin apakah ia dapat membunuh Cio San. Baru kali ini ia meragukan kemampuannya sendiri. Memang betul kata Cukat Tong pada suatu hari.

"Jika kau berhadapan dengannya, kau akan meragukan kemampuanmu sendiri. Beruntunglah siapa pun yang menjadi sahabatnya. Alangkah sialnya menjadi musuhnya. Untungnya ia bukan golongan orang yang suka mencari musuh. Sayangnya, orang1368 yang suka bermusuhan dengannya jumlahnya tidak pernah bisa dihitung dengan mudah."

Dalam hitungan Suma Sun, mereka telah melampaui 113 jurus.

Jurus yang mereka kuasai dengan baik, ataupun yang tahu-tahu mengalir dikarenakan keadaan pertarungan.

Jika ini terjadi saat latihan, tentu mereka berdua akan dengan bahagia menuliskan catatan-catatan tentang gerakan baru yang muncul karena pertarungan ini.

Suma Sun akhirnya mengambil keputusan.

Hanya itu satu-satunya cara untuk menghentikan kegilaan ini.

Cio San melancarkan tapaknya yang mematikan.

Gemuruh Guntur dan kilat muncul dari telapak itu.

Entah penggabungan jurus dan tenaga sakti apa yang ia gunakan.

Telapak ini malah terlihat lebih menyeramkan ketimbang cahaya yang lahir dari jurus 18 Tapak Naga.

Suma Sun mengadu tapak itu dengan telapak kirinya.

Sejak tadi beradu tenaga dengan Cio San ia sudah memahami betapa hebatnya ilmu Cio San.

Jika tenaga Cio San lebih kuat maka, telapaknya akan menyalurkan tenaga dalam besar untuk menyerang musuh.

Tetapi jika telapaknya lebih lama, maka secara aneh, telapak itu akan menyedot tenaga lawan.1369 Sang dewa pedang tahu, jika ia beradu tenaga maka mereka berdua bisa saja terluka parah.

Maka ia memilih untuk mengalah.

Dengan segenap hati ia mengumpulkan seluruh tenaga saktinya dan menyalurkan seluruhnya ke telapak tangan kirinya.

Syuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttttttttttt! Blaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar!!!! Ketika ledakan besar itu terjadi, Suma Sun masih sempat berputar dan menggunakan lengan bajunya untuk menyerang si nenek iblis dari jarak jauh.

Inilah tenaga simpanan terakhir yang ia tahan untuk dipergunakan menyerang si nenek.

Tenaga dalam jarak jauh yang tajam bagaikan pedang.

Dapat memutus apa saja yang dilewatinya.

Tajam dan tipis, seperti pedang.

Dingin, seperti kekasih yang berubah hatinya.

Claaappp!!! Tenaga dalam itu menembus kerongkongan si nenek iblis.

Tak ada suara.

Tak ada darah.

Yang ada hanya kematian.1370 Suma Sun telah mampu menciptakan pedang dengan tenaga dalamnya yang terakhir.

Ia bukan saja telah melewati taraf "tanpa pedang", dan "kembali menggunakan pedang."

Ia telah mampu mencapai taraf "Menciptakan pedang dari ketiadaan."

Siapa manusia di muka bumi dan di kolong langit ini yang telah mencapai taraf seperti lelaki tampan yang tenang ini? Begitu si nenek mati, buyar lah pula seluruh pengaruh aneh yang menyelimuti pikiran Cio San.

Sejak dikuasai oleh si nenek, Cio San dapat mengetahui apa yang terjadi, namun ia tidak dapat mengendalikan pikiran dan tubuhnya.

Air matanya mengalir deras.

Dengan sigap ia menangkap tubuh Suma Sun yang jatuh lunglai tanpa tenaga.

"Aaaaaaaaaaarghhhhhhh!"

Teriakan kesedihan nya bagaikan bergema di seluruh penjuru bumi.

"Kenapa kau berkorban seperti ini, sahabat?"

Tangisannya tak dapat ditahan lagi. Suma Sun masih sedikit memiliki kesadaran. Ia masih mampu tersenyum.1371

"Sahabat."

Itulah kata terakhir yang keluar dari mulutnya. Matanya tertutup. Senyumnya masih mengambang. Tidak ada air mata perpisahan. Karena bagi Suma Sun, hal ini bukan perpisahan. Keadaan ini adalah pemberian terbaik seorang manusia kepada sahabatnya.

"Tidak. Kau tidak boleh mati. Kau tidak kuijinkan mati!?? Dengan segenap tenaga ia menyalurkan tenaga saktinya. Hal ini bukan dilakukan karena putus asa, melainkan ia tahu, Suma Sun sekarat bukan karena pukulannya melainkan karena merelakan seluruh tenaga saktinya terhisap oleh Cio San. Kedua tangannya ditempelkan ke dada Suma Sun, dan ia mengalirkan tenaga dalamnya sendiri. Begitu lama ia mencoba tetapi Suma Sun tidak bergerak. Detak jantungnya pun sangat lemah.

"Kau adalah dewa kematian, mana mungkin kau mati?"

Cio San tersenyum sedih. Ada begitu banyak senyum. Senyumnya kali ini bercampur kesedihan yang sangat dalam. Suma Sun tetap tidak bergerak.1372 Hal ini amat sangat mengherankan bagi Cio San.

"Bagaimana mungkin ini terjadi? Ia sudah tidak memiliki tenaga dalam sama sekali, tetapi tubuhnya menolak tenaga dalam pemberianku. Kenapa ini?"

Sambil terus berusaha menyalurkan tenaga dalamnya, Cio San menelusuri urat-urat darah dan titik-titik tenaga di tubuh Suma Sun.

"Ah, titik-titik tenaganya telah terbuka semua sebelumnya. Mungkin karena pengobatan yang dulu pernah ku lakukan secara tidak sengaja membuka titik-titik ini. Tetapi kenapa aku tidak bisa menyalurkan tenaga dalamku? Padahal jika titik-titik ini telah terbuka, seharusnya dengan sangat mudah aku melakukannya."

"Apakah., apakah tubuhnya telah mampu menghasilkan sendiri tenaga dalam tanpa perlu dilatih? Bagaimana mungkin?"

Dengan penuh rasa ingin tahu, Cio San kembali memeriksa tubuh Suma Sun dengan cara menyalurkan saluran tenaga dalamnya. Dengan cara ini ia bisa lebih "melihat"

Seluruh keadaan urat syaraf Suma Sun.

Bagian mana yang tertutup, bagian mana yang terbuka, dan lain-lain.

Ketika ia belajar ilmu pengobatan dari buku yang diberikan oleh tetua Kam Ki Hiang, Cio San1373 mengetahui bahwa ilmu silat dan ilmu pengobatan di Tionggoan (China daratan) berasal dari negeri India.

Dari buka ini pula Cio San membaca tentang 7 titik Chakra manusia.

Tetapi ada banyak Chakra tersembunyi yang tidak diketahui manusia.

Seluruh titik Chakra Suma Sun telah terbuka.

Bahkan titik Chakra yang tersembunyi pun telah terbuka.

Dalam kitab yang dibacanya, ada penjelasan tentang Chakra ?bertahan? yang mengalir ke luar ?menyerang? yang justru bergerak ke dalam.

Banyak ahli silat tingkat tertinggi yang berhasil menyelaraskan kedua Chakra ini.

Namun yang berhasil menyatukannya belum pernah terdengar sejarah.

Mungkin ada, tapi tidak tercatat dalam sejarah.

Kedua Chakra ini amat sulit dipersatukan, dan hanya bisa digabungkan jika seluruh tenaga dihilangkan.

Dalam artian, kedua Chakra rahasia ini baru benar- benar bisa bersatu saat manusia mati, atau mencapai ?moksha? menuju Nirwana.

Manusia hidup yang bisa melakukannya haruslah kehilangan seluruh tenaganya, kehilangan keinginannya, kehilangan nafsunya, bahkan kehilangan kehidupannya.

"Apakah ini yang dimaksud dengan Moksha itu? Tentu tidak. Detak jantungnya masih ada. Ia masih1374 hidup. Ia mungkin hanya mencapai taraf hampir Moksha?"

"Bukan main. Ia telah benar-benar hampir menjadi dewa dalam artian yang sebenarnya!"

Tenaga dalam yang disalurkan Cio San tertolak oleh tubuh Suma Sun yang sedang kosong oleh tenaga sakti. Hal ini adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Bagaikan mengisi air ke mangkuk kosong, tetapi air itu tidak dapat masuk dan airnya tetap kosong.

"Apakah mungkin ada tenaga sakti lain yang tidak terasa dan tidak terlihat? Wah, sungguh tidak masuk akal."

Di dalam kepasrahannya, di dalam ketulusan hatinya, Suma Sun mengorbankan seluruh tenaganya untuk disedot oleh Cio San.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia telah siap mengorbankan jiwa raganya bagi salah satu sahabat terbaiknya itu.

Tetapi keadaan ini tidak membunuh nya, malahan membuat Suma Sun berada pada sebuah keadaan tertentu yang belum pernah diketahui dan dialami orang sebelumnya.

Kini dari seluruh titik Chakranya baik yang tersembunyi maupun tidak, muncul getaran-getaran kecil yang bisa dirasakan Cio San.

"Tubuhnya1375 menciptakan tenaga tanpa perlu dilatih? Bagaimana mungkin?"

Tetapi kemudian ia teringat jamur sakti yang dimakannya di dalam gua.

Jamur itu sebenarnya mungkin tidak memberinya tenaga sakti.

Melainkan berkhasiat untuk membuka titik-titik Chakra tersembunyi yang ada di dalam tubuhnya tanpa diketahuinya! "Terima kasih, Thian (Tuhan)! Kau memberikan keajaiban kepada sahabatku!"

Dalam tangisnya Cio San berseru dengan bahagia.

Ia dapat merasakan getaran-getaran kecil dari titik Chakra itu telah membuat detak jantung Suma Sun mulai bergetar dengan semestinya.

Aliran darah yang tadinya berhenti kini mulai mengalir lagi dengan lancar.

Wajahnya yang pucat bagaikan mayat kini mulai merona kembali.

Tubuhnya yang dingin membeku kini sudah mulai menghangat lagi.

Cio San kini terduduk dengan lega.

Seluruh bebannya terasa terangkat seluruhnya.

"Kau masih di sini?"

Tiba-tiba suara yang lemah terdengar dari bibir Suma Sun.1376

"Kau masih hidup? Kenapa masih belum mampus juga??? canda Cio San. Sungguh bahagia hatinya melihat sahabatnya kembali sadar.

"Aku masih belum bisa bergerak. Sepertinya aku tak akan bisa bergerak selamanya,"

Kata Suma Sun.

"Kau mungkin akan lumpuh dalam beberapa bulan. Tetapi jika kau sembuh, kau akan menjadi manusia yang paling menakutkan di bumi dan langit,"

Kata Cio San. Matanya masih mengalirkan air mata mengingat betapa dalamnya pengorbanan Suma Sun.

"Memangnya aku belum pernah menjadi manusia yang menakutkan?"

"Haha. Betul juga. Dalam keadaan apapun kau adalah manusia yang menakutkan,"

Jawab Cio San.

"Nah, jika sudah tahu, mengapa tidak segara kau bawa pergi pantat busukmu dan segera mengejar penjahat busuk yang melarikan diri?"

"Pantat busuk dan penjahat busuk jika bertemu, akan membuat dunia bertambah busuk,"

Tawa Cio San.1377

"Pergilah,"

Kata Suma Sun tersenyum sambil menahan sakit.

"Jika aku pergi, siapa yang akan menjagamu di sini?"

"Aku!?? tahu-tahu Cukat Tong muncul di situ. Ia datang bersama seorang gadis cantik. Cio San mengenalnya. Lim Siau Ting. Murid wanita dari Lama jahat yang menyakiti sahabatnya, sang pangeran terbuang.

"Kau?"

Segera ia menyadari Lim Siau Ting ini adalah Bwee Hua! "Jadi selama ini kau adalah Lim Siau Ting? Jadi kejadian di masa lalu itu adalah kau?"

Tanya Cio San.

"Hahahaha,"

Bwee Hua hanya tertawa. Tawanya sungguh indah. Padahal di sekeliling mereka terdapat banyak mayat yang mati menggenaskan. Begitu Bwee Hua tertawa, entah bagaimana pemandangan mayat itu justru terasa indah.

"Kau kan lelaki yang pintar, masa tidak bisa memikirkan?"

Tukas Bwee Hua. Cio San bepikir sejenak. Lalu katanya.

"Ah. Aku tau. Kau baru menjadi Lim Siau Ting malam ini. Setelah kami memintamu lewat surat.??1378 Bwee Hua hanya tersenyum.

"Bagaimana nasib raja Miao??? tanya Cio San kepada Cukat Tong.

"Saat aku datang, seluruh rombongan mereka telah mampus seluruhnya. Istriku telah meracuni mereka dengan perbekalan yang ada,"

Jelas Cukat Tong.

"Aku kaget sekali saat ia berdiri sendirian sambil tersenyum menungguku di sana.?? Cio San hanya mengangguk dan tersenyum. Dalam hatinya ia tidak sanggup membayangkan betapa mengerikannya Bwee Hua berdiri dengan cantiknya di sana menanti suaminya datang sementara puluhan mayat bergelimpangan. Hanya Bwee Hua yang mampu melakukan segala kengerian ini dengan indah. Dan hanya Bwee Hua lah yang mampu melakukannya dengan sangat halus.

"Lalu Lim Siau Ting?"

Tanya Cio San.

"Tentu saja dia sudah mampus pula sebelum nya. Eh, kau perduli sekali padanya. Memangnya kenapa??? tanya Bwee Hua. Cio San hanya melengos. Kelak jika bertemu sahabatnya, bagaimana ia harus menjelaskan semua ini?1379

"Bisakah kalian mengantarkan Suma Sun pulang?"

"Eh, kau tidak ingin tahu siapa pelaku seluruhnya kejadian ini?"

Tanya Bwee Hua. Lalu ia segera menyambung.

"Oh, tentu kau sudah tahu. Jika tidak kau pasti akan menyalahkan aku kenapa aku membunuh gerombolan itu tanpa menanyai mereka lebih dulu."

"Ya, aku sudah tahu."

Kata Cio San sambil menghela nafas.

"Kalian sudah tahu pula, kan?"

Cukat Tong mengangguk.

"Tadi istriku menceritakan seluruhnya kepadaku."

Suma Sun ingin bertanya lebih jauh, tetapi memikirkan keadaan tubuhnya sendiri, ia memutus kan untuk memberitahukan sesuatu yang lebih penting.

"Ada 3 bau tubuh di dalam tenda itu selain bau kalian berdua. Bau yang 2, sangat pekat. Bau yang 1 tidak begitu pekat.?? "Bau 1 yang tidak begitu pekat adalah bau kaisar. Dua Bau yang pekat adalah 2 orang pelaku kejahatan ini.?? Jelas Cio San.

"Pelakunya ada dua??? tanya kedua suami istri berbarengan.1380

"Yang 2 bau pekat kemudian berpisah. Yang satu pergi menggunakan kuda ke arah utara. Aku dapat mencium bau kudanya tadi di sana. Yang satu lagi pergi membawa kaisar ke arah timur sana,"

Tunjuk Suma Sun. Laut! Ia menggunakan kapal untuk melarikan diri membawa kaisar! Cukat Tong duduk di sebelah Suma Sun dan memperhatikan keadaannya.

"Suma-tayhiap lumpuh lagi? Mengapa kau tidak segera menyalurkan tenaga kepadanya?"

Tanyanya kepada Cukat Tong. Cio San menjelaskan seluruh kejadian dan memberi pengertian kepada Cukat Tong. Sang Raja Maling itu mendengarkan sepenuh hati. Tak terasa air matanya menetes pula. Tahu-tahu Bwee Hua menyahut.

"Seluruh tenaga saktinya hilang, dan seluruh titik Chakranya terbuka?"

Cio San mengangguk.

"Jangan-jangan ia sudah menguasai ilmu itu tanpa ia sadari?"

Tanya Bwee Hua.

"Ilmu Baju Pengantin. Khia Ih.??1381 Cio San dan Cukat Tong saling menoleh. Sepanjang hayat mereka belum pernah mendengar nama ilmu selucu itu.1382 BAB 60. Tersedia hanya pada versi Cetak, silakan hubungi penulis untuk mendapatkannya.1383 BAB 61. Tersedia hanya pada versi Cetak, silakan hubungi penulis untuk mendapatkannya.1384 BAB 62. Tersedia hanya pada versi Cetak, silakan hubungi penulis untuk mendapatkannya.1385 SELESAI1386 CATATAN KECIL NOVEL KEDUA Terima kasih teman-teman sudah mengikuti sampai sejauh ini. Walaupun update nya sedikit tertunda-tunda karena saya disibukkan oleh pekerjaan kantor, saya masih berkomitmen menyelesaikan cerita ini. Saya cukup heran ketika ternyata banyak yang menyukai cerita ini, padahal cerita ini hanya berawal dari keisengan. Meskipun iseng, kemudian saya ternyata jatuh cinta dengan tokoh-tokoh ciptaan saya sendiri. Dan ternyata dari komentar-komentar pembaca, saya pun tahu bahwa tokoh-tokoh ini pun disukai oleh mereka. Karena kecintaan ini, banyak pembaca yang kemudian tidak sabaran dalam membaca. Banyak yang sudah berkomentar bahwa novel bagian dua ini sudah tidak seperti bagian pertama, atau tokoh-tokohnya kenapa beda, atau banyak pula yg menanyakan kemunculan Cio San. Seperti yang teman-teman ketahui, novel ini judulnya adalah "Kisah Para..."

Ada kata "Para"

Di sana.

Jadi cerita ini mengisahkan perjalanan hidup beberapa orang tokoh.

Walaupun Cio San adalah tokoh sentralnya, novel ini akan tetap menceritakan1387 tokoh-tokoh utama lain, seperti Suma Sun, Cukat Tong, dan Kao Ceng Lun.

Cerita ke depan mungkin akan lebih mbulet, karena mengisahkan perjalanan hidup Cio San, tragedi keluarga Suma, penderitaan Cukat Tong, tugas kerajaan yang diemban Kao Ceng Lun, serta perkumpulan rahasia Bunga Matahari, keluarga Gan yang unik, serta perebutan kekuasaan kerajaan.

Moga-moga saya bisa menyusun cerita yang walaupun complicated, tetap bisa diikuti dengan mudah, seru, dan menyentuh.

Mohon doa teman- teman sekalian agar saya selalu bisa diberi rejeki dan kesehatan sehingga penulisan novel ini bisa berjalan tanpa hambatan.

Terima kasih.

Menjura! Norman Duerte Tolle Senin, 30 Juni 2014






Pendekar Gagak Rimang 2 Genta Perebutan Juragan Tamak Negeri Malaya Karya Widi Duel Di Butong Pendekar 4 Alis Karya

Cari Blog Ini