Ceritasilat Novel Online

Rahasia Jubah Merah 4

Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle Bagian 4



"Jika kau menahanku pergi, aku akan melawanmu!"

Ia menggerakkan tangannya.

Ia mencopot sesuatu yang melingkar di pinggangnya.

Ternyata itu adalah sebuah ikat pinggang kain yang selama ini selalu dipakainya.

Di dalam kain yang membungkus itu ternyata tersimpan sebilah pedang.

Sebilah pedang ungu.

Pedang legendaris milik Tok Ho Kyu Pai.345 Ia adalah pendekar pedang paling hebat yang pernah terlahir du kolong langit ini.

Pedang lemas ini begitu tajam namun begitu lemas.

Pedang itu masih ada di dalam sarungnya ketika kain pembungkusnya di buka.

Saat Li Hiang melolos pedang itu, terlihat warna ungu yang berbinar menyelimuti batang pedang yang berwarna keperakan itu.

Saat melihat pedang itu, hati Suma Tian mencelos juga.

Melihat pedangnya, sama seperti melihat orangnya.

Orangnya bernama Tok Ho Kiu Pai.

Mendengar namanya saja hati pendekar manapun akan tergetar, apalagi melihat pedangnya.

Setiap pendekar pedang di manapun di dunia ini memiliki sifat yang hampir sama, selalu tertarik kepada ilmu pedang dan pedang.

Ketika melihat pedang itu, darah Suma Tian bergejolak juga.

Tangannya pun kini sudah menyentuh pedang di pinggangnya.

"Majulah!"

Teriak Li Hiang. Tak jauh dari sana, dua bayangan muncul. Bwee Hua dan Gouw Han Sing datang.346 Masih dengan senyum yang manis, Bwee Hua menyapa.

"Aih ternyata aku belum terlambat. Baguslah!"

Perhatian Suma Tian hanya terpusat kepada pedang di hadapannya. Ia tidak mengenal kedua orang yang datang itu.

"Suma-tayhiap, ini anakmu kubawa dalam karung"

Lalu Gouw Han Sing pun mengeluarkan isinya. Terbelalak mata Suma Tian melihat anaknya yang kaku tak bergerak.

"Jangan khawatir ia cuma tertotok. Rebut pedang itu dan berikan kepadaku. Nanti ku tukarkan Suma Sun kepadamu."

Suma Tian tak perduli, ia maju melangkah ke arah Bwee Hua.

"Jika kau maju selangkah lagi, aku akan membunuh anak ini."

Telapak tangan Bwee Hua telah menempel di kepala Suma Sun.

"Kalau kau menyakitinya seujung rambut saja, aku tak akan mengampunimu."

Ancam Suma Tian.

"Tidak perlu banyak bacot,"

Senyum Bwee Hua.

"Rebut dulu pedang itu baru bicara."347 Dengan geram Suma Tian memandang Bwee Hua. Lalu ia seakan tersadar. Jalan menuju puncak gunung ini cuma memiliki satu jalur. Harusnya Bwee Hua bertemu dengan istrinya serta mertuanya dan Hong Tang-thaysu.

"Di... di mana istriku?"

Ada getaran yang terasa dalam ucapan ini.

"Sudah mampus!"

Jawab Bwee Hua ringan sambil tersenyum.

Dengan marah Suma Tian menerjang Bwee Hua.

Serangan pedang keluarga Suma adalah serangan pedang keluarga Suma.

Tak ada satu orang pun yang bisa lolos dari kejaran pedang itu.

Tapi sambil tertawa Bwee Hua mengacungkan Suma Sun ke depan.

Dengan serta merta serangan pedang itu berhenti tepat di depan hidung Suma Sun.

"Kau ingin memutus keturunan? Jika kau mati, dan anakmu mati, keluarga Suma akan musnah dari dunia ini."

Tawa dan katanya sungguh manis. Diucapkan seolah-olah bukan ancaman melainkan gurauan manis dari seorang kekasih. Mendengar kata keturunan, Li Hiang kembali menjadi seperti gila. Ia tertawa lepas.

"Hahahaha. Suma Tian,348 kau tak akan bisa mengalahkan tipu daya perempuan. Lebih baik kemari mengadu jiwa denganku. Jika kau menang maka pedang ini bisa kau tukarkan kepadanya."

Dari jauh terlihat pula Hong Tang thaysu sudah datang. Dari belakangnya, di kejauhan terlihat pula banyak sekali orang yang datang. Ada puluhan orang. Suma Tian tak tahu lagi harus melakukan apa. Ia hanya memandang Suma Sun dan berkata.

"Jangan khawatir."

Suma Sun tak bergerak, wajahnya pun tidak menunjukkan apa-apa.

Seolah-olah jiwanya sedang tidak berada di situ.

Suma Sun yang ini memang bukan Suma Sun yang dulu.

Suma Sun yang ini adalah seorang anak kecil yang telah berubah seluruhnya.

Batinnya, jiwanya, sudah bukan anak-anak lagi.

Bahkan mungkin sudah bukan manusia lagi.

"Li Hiang, maafkan aku harus merebut pedang itu."

Sebagai pendekar pedang ia tentu lebih memilih bertarung demi pedang itu ketimbang meminta baik- baik.

Kemarahan dan keputusasaannya telah mem- butakan seluruh pikirannya.349 Li Hiang mengangkat pedangnya ke depan.

Di tangan kirinya ia mengeluarkan sebuah suling emas.

Seruling itu berputar-putar mengeluarkan suara berdengung yang menakutkan.

Suma Tian melangkah maju dengan perlahan.

Di saat seperti ini satu gerakan saja akan menentukan hidup dan mati.

Tapi mereka masih diam tidak bergerak.

Padahal jarak mereka hanya tinggal beberapa langkah saja.

Dari kejauhan rombongan itu sudah datang pula.

Hampir semuanya adalah orang ternama.

Puluhan orang ini rupanya mencari Li Hiang! "Hey penjahat mesum keparat! Ada kami seluruhnya di sini kau sudah tak dapat lari lagi."

Li Hiang memandang mereka semua.

"Kalian datang meminta pertanggungjawabanku?"

"Benar! Jika sudah paham, segera gorok tenggorokanmu sendiri!"

"Kalian semua dengarkanlah. Walaupun aku memang bejat, aku bersumpah bahwa aku tak pernah350 membunuh seorang pun nona yang terpikat dengan ku. Entah kalian mau percaya atau tidak!"

"Pembohong busuk! Kami tidak percaya!"

Teriakan mereka serempak. Orang-orang ini adalah orang-orang yang termasuk terkemuka di dalam dunia persilatan. Mereka dipimipin oleh seorang pendekar Bu Tong-pay. Pendekar itu lalu berkata.

"Li Hiang, namaku Tan Hoat dari Bu Tong-pay. Kami datang mencarimu untuk menghukummu atas perbuatanmu. Jika kau mengaku tidak bersalah, maka yakinlah bahwa aku akan memastikan pengadilan yang layak kepadamu."

"Orang-orang Bu Tong-pay biasanya berpikiran luas dan terbuka. Jika hukumanku adalah hukuman mati, untuk apa pula aku menolak mengakuinya? Pada akhirnya aku pun akan mati di gantungan. Tapi kau, sebagai murid partai persilatan yang terhormat, bukankah kau berpegang bahwa omongan seorang enghiong harus bisa dipegang?"

"Benar."

Tan Hoat mengiyakan.

"Mau kah kau percaya bahwa bukan aku yang melakukannya dan aku hanya difitnah?"351

"Jika bukan kau yang melakukannya, aku berjanji untuk menyelidikinya untukmu. Tetapi sebelumnya kau harus menyerah dulu untuk kami bawa ke pengadilan."

"Aku tidak setuju! Orang itu harus mati di sini!"

Teriak salah seorang. Yang lain pun menyahuti.

"Ya! Harus mati disini! Harus!"

Teriakan ini semakin lama semakin membahana, sehingga Tan Hoat pun kesulitan menenangkannya. Bwee Hua hanya tersenyum dalam hati melihat keramaian ini. Memang sebenarnya orang-orang ini, kecuali Tan Hoat, sebagian besar adalah anak buahnya.

"Pancung kepalanya disini! Pancung!"

Mereka adalah orang-orang terhormat. Ada yang merupakan ketua sebuah partak kecil, sebuah perguruan besar, pejabat pemerintahan, dan lain-lain. Semua berteriak penuh amarah! Lupa dengan kedudukan terhormat yang disandangnya.352

"Omitohoud... Li Hiang-enghiong menyerahlah. Pertanggung jawabkan perbuatanmu di hadapan pengadilan. Jika nanti tidak terbukti, pinceng bersedia menerimamu sebagai murid Siau Lim Pay. Jadilah Bhiksu dan ikutilah jalan Buddha."

Suara Hong Tang- thaysu menenangkan.

Orang-orang yang mendengar ini tentu menjadi sedikit jerih melihat seorang pendeta Buddha angkat bicara.

Perlu dimaklumi bahwa Siau Lim-pay adalah partai paling terkemuka di dunia persilatan.

Perkataan sala seorang anggotanya harus didengarkan dengan seksama.

Apalagi yang berbicara ini adalah pendeta terkemuka.

Tapi orang-orang ini kebanyakan adalah anak buah Bwee Hua.

Mereka sama sekali bukan keluarga korban.

Hanya menimbulkan fitnah besar untuk menyudutkan Li Hiang.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Memang dari puluhan orang itu ada juga belasan orang yang anaknya menjadi korban.

Tetapi jumlah mereka lebih sedikit daripada anak buah Bwee Hua.

Para anak buah ini, yang juga terdiri dari kaum- kaum terhormat, semua meneriaki agar Li Hiang di pancung saat itu juga!353

"Pancung!"

"Pancung!"

Teriakan itu membahana. Li Hiang hanya tertawa. Baginya ini adalah ujung perjalanannya. Petualangannya mungkin harus berakhir di puncak gunung ini.

"Jika aku harus mati, baiklah! Aku terima!"

Mendengar kata-kata itu semua orang bersorak. Tan Hoat mencoba menengkan mereka.

"Tapi aku hanya ingin mati di tangan Suma Tian."

Kata Si Jubah Merah. Suma Tian mengangguk. Ada rasa bangga yang timbul di hatinya saat Li Hiang memilihnya menjadi algojonya.

"Jika aku mati, silahkan ambil pedang ini dan juga bunga ini."

Katanya kepada Suma Tian.

"Tidak bisa! Tidak bisa! Semua barang milikmu adalah rampasan perang. Serahkan pada kami untuk diputuskan!"

Teriak orang-orang itu.

"Ah, jadi inikah maksud kalian sebenarnya? Hahahahaha. Suma Tian, jika aku mati, maukah kau354 berjanji untuk menjaga bunga ini? Tolong serahkan kepada seorang wanita di desa Hui San, di kaki gunung Thay San. Sedangkan pedang ini boleh kau tukarkan kepada perempuan itu. Seruling ini mohon kau jaga selamanya."

"Kekasihku, aku ingin bertarung bersamamu."

Kali ini Hok Lian Si angkat bicara setelah sekian lama bungkam.

"Pergilah! Aku bukan siapa-siapamu! Bawa anak itu pergi dari sini, jangan sampai ia mendapat musibah yang lebih besar!"

Teriak Li Hiang.

"Suma Tian, mari!"

"Mari!"

Li Hiang pun menerjang.

Suara seruling ditangannya mengeluarkan suara dinging yang menggetarkan.

Orang-orang yang berada di sama merasakan seolah-olah dengungan itu menggetarkan jantung mereka! Lalu pedangnya menyambar! Gerakannya lihay dan cepat.

Li Hiang ternyata bukan pendekar pedang sembarangan.

Apalagi ditambah dengan legenda pedang itu sendiri.355 Menerima serangan itu Suma Tian memundurkan tubuh bagian atas.

Kakinya tetap menancap di tanah.

Saat pedang itu lewat, tahu-tahu tangan kiri Li Hiang sudah menyerang bagian tubuh Suma Tian yang sebelah bawah dengan serulingnya.

Melihat serangan itu, Suma Tian memiringkan tubuhnya tanpa bergeser sedikit pun.

Pedangnya masih tersimpan di sarungnya.

Tapi tangan kirinya telah menggenggam pegangan pedang.

Li Hiang hanya melancarkan dua buah gerakan sederhana, namun gerakan ini sebenarnya sangat mematikan.

Jurus ini terlihat mudah dipatahkan, namun sebenarnya menyimpan bahaya yang tersembunyi.

Pengalaman bertarung Suma Tian sudah sangat banyak sehingga ia tahu, gerakan itu bukan gerakan silat kelas pemula.

Begitu ia akan mencabut pedang, tahu-tahu pedang lemas Li Hiang telah menyambar ke arah tangan kirinya itu pula.

Mau tidak mau Suma Tian bergeser sedikit.

Geseran ini membuka ruang yang cukup besar baginya untuk menyerang.

Tangannya bergerak cepat.356 Pedangnya sudah keluar mengincar sebuah titik di dahi Li Hiang.

Tetapi Li Hiang masih memiliki seruling sakti yang menangkis serangan itu! Ilmu pedang keluarga Suma adalah ilmu pedang yang mengandalkan kecepatan dan ketepatan.

Gerakan tubuh ilmu ini akan menciptakan ruang-ruang sempit bagi para penyerang.

Tetapi justru ruang sempit inilah di mana ilmu pedang keluarga Suma terlihat kehebatannya.

Justru di dalam kesempatan yang sempit, serta ruang yang sempit inilah, jurus mereka dilancarkan.

Para penyerang tak akan percaya bagaimana dari sudut yang sesempit itu, dengan posisi tubuh yang tidak menguntungkan, serta kesempatan yang demikian kecil, ilmu pedang itu dapat menembus dahi orang.

Di sepanjang hayatnya, belum pernah ada orang yang lolos dari jurus pertama keluarga Suma jika ia yang memainkannya.

Dan Li Hiang adalah orang pertama.

Betapa heran Suma Tian ketika melihat Li Hiang sanggup mematahkan jurus itu! Begitu jurus pertama Suma Tian berhasil dipatahkannya, Li Hiang bergerak lagi.

Kali ini ia357 bergerak rendah, pedangnya meliuk membabat paha Suma Tian.

Dengan geseran kecil, ia berhasil menghindari tusukan itu.

Tapi entah bagaimana, pedang itu tahu tahu membengkok dengan sendirinya dan mengincar lututnya.

Suma Tian bergerak lagi.

Sebuah gerakan sederhana yang menciptakan sudut kecil lagi.

Sudut ini memperpendek jarak mereka berdua.

Tangannya menyabet kencang.

Cahaya pedang dari tangan kirinya tak akan bisa tertangkap mata.

Bagaikan kilat yang memecah kegelapan, cahaya pedang itu kembali menyambar dahi Li Hiang.

Dengan gerakan yang aneh Li Hiang memutar tubuhnya berjumpalitan berputar.

Pedang itu lewat di atas wajahnya yang menyusur tanah.

Dari bawah kaki Suma Tian, Li Hiang mengguna kan serulingnya untuk menutuk pinggang Suma Tian.

Gerakan ini sama cepatnya dengan gerakan Suma Tian sendiri.

Tanpa panik, Suma Tian kembali menggunakan langkah anehnya.

Hanya satu langkah namun ditempatkan pada posisi yang tidak mungkin sehingga358 membuka posisi menyerang yang menguntungkan baginya.

Ilmu pedang keluarga Suma memang sangat mengunggulkan kecepatan pedang.

Tetapi intinya sebenarnya adalah bergerak dan menciptakan peluang.

Setiap kali bergerak, terciptalah peluang menyerang yang sangat menguntungkan.

Serangan harus dilakukan dengan cepat pula, karena ruang kosong ini sempit sekali, namun mematikan.

Inti jurus pedang keluarga Suma adalah menerima serangan sambil menciptakan peluang serangan balasan dengan hanya bergerak sesedikit mungkin.

Setiap gerakan serangan lawan sesulit dan sedahsyat apapun, jurus keluarga Suma pasti akan bergerak melangkah sedikit dan menciptakan peluang untuk menyerang.

Selama ini tidak ada seorang pun yang bertahan satu jurus.

Tapi Li Hiang mampu! Pertarungan sudah berjalan puluhan jurus, setiap jurus menghasilkan decak kekaguman orang- orang yang menyaksikan.

Bagi mereka ini pelajaran silat tanpa perlu membayar atau mengambil guru.359 Walaupun kecepatan kedua jagoan ini sangat sukar diikuti mata, tapi kebanyakan orang yang berada di sini adalah ahli-ahli silat kelas atas sehingga mata mereka telah terbiasa menyaksikan pertarungan dengan gerakan secepat ini.

Pada jurus ke 83, terlihat gerakan Li Hiang semakin berkurang kedahsyatannya.

Walaupun serangannya semakin bertenaga dan semakin berbahaya, kecepatannya terlihat sangat berkurang.

Memasuki jurus ke 90, tibalah peluang yang ditunggu-tunggu Suma Tian.

Seruling emas milik Li Hiang mengarah ke tenggorokannya, sedangkan pedang Li Hiang agak ke belakang tubuh Si Jubah Merah itu.

Suma Tian mundur sedikit.

Selama ini Li Hiang tidak berani menyambitkan seruling emas itu seperti yang dulu ia lakukan melawan tiga orang di hutan.

Ia paham jika Suma Tian berhasil menghindarinya, maka ia tidak punya kesempatan untuk melindungi diri.

Saat serulingnya telah berhasil dihindari, Li Hiang menyusulkannya dengan pedang ungu itu.

Pedang itu mengeluarkan suara seperti angin sepoi- sepoi tetapi datang dengan sangat cepat.360 Suma Tian mengetahui ini, ia tetap menunggu sampai pedang itu datang.

Lalu ketika pedang itu hampir menusuk dadanya, dengan cepat ia memindahkan pedang dari tangan kiri ke tangan kanan.

Dengan melakukan ini, Suma Tian memiliki keunggulan posisi tangan yang lebih dekat ke arah musuh.

Pedangnya menyambar tajam.

Li Hiang telah kehilangan posisi dan keadaan, menghindar pun sudah terlambat.

Dengan cepat ia melempar seruling emas di tangannya itu untuk menutuk pedang Li Hiang, karena pedang itu paling dekat dengan pedang Li Hiang.

Tak dapat dihindar lagi pedang itu mengenai dada Li Hiang.

Jika tidak ada seruling emas yang menolongnya, tentu jantungnya sudah tertembus pedang Suma Tian.

Darah muncrat dari dada Li Hiang.

Pakaian bagian depannya robek dan mencipratkan darah.

Tapi Suma Tian tidak memberi ampun.

Pedangnya yang tadi sempat bergeser posisi karena lemparan seruling milik Li Hiang, kini diteruskannya.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Li Hiang pun pasrah.

Jika ia mati, ia harus mati saat perlawanan terakhir!361 Semua orang yang di sana paham bahwa Li Hiang sudah tidak memiliki harapan lagi.

Ia kalah posisi dan kalah keadaan dari Suma Tian.

Serangannya itu hanya sebuah serangan putus asa yang dilancarkan secara sembarangan.

Pedang Suma Tian telah menuju tenggorokan Li Hiang.

Sejengkal lagi.

Seujung kuku lagi.

Lalu pedang itu terhenti.

Tak ada yang menyangka dan paham mengapa pedang itu terhenti.

Lalu pedang Li Hiang lah yang berhasil mengenai ujung dada Suma Tian, tepat di jantungnya! Li Hiang sendiri terheran-heran mengapa pedang Suma Tian terhenti.

Dunia seolah-olah berhenti pula.

Ia menatap Suma Tian dengan sangat dalam.

Pendekar itu mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya.

Sebuah kalung yang menempel di lehernya.

Kalung itu ternyata sebuah kalung giok berbentuk naga.

Tetapi kalung itu cuma separuh.362 Yang separuhnya lagi berada di leher Li Hiang.

Ternyata saat bajunya robek tadi, kalung itu muncul keluar dan terlihat oleh Suma Tian.

"A... dik"363 BAB 15. AMANAT MARGA "Menarik..."

Bwee Hua tersenyum. Yang lain hanya bisa melongo. Kejadian yang tidak ada siapa pun menduganya.

"Ke...mar...i."

Panggil Suma Tian perlahan. Li Hiang maju dengan perlahan. Mendekatkan kepalanya kepada orang yang barusan memanggilnya adik ini.

"Dulu... ibu... melahir... kan dua... orang... anak... kembar..."

Semua orang memperhatikan dan mendengar kan suara lirih itu.

"Men... urut peraturan ke luar... ga... Suma... anak yang... ter... pi... lih... hanya... lah... yang ber tangan kidal..."364

"Yang...tidakkidal...harus...di...bu...nuh...ke...l uarga...Su...mahanya...boleh...mempunyaisa...tu... ke...turunan..."

"Teta...pi...ayah...ti...dak..tega...mem...bunuh ...mu...beli...aumenitipkan...mu...kepada...sese...o rang."

"Raha...sia... ini... ha...nya... aku... yang... diberi... ta...hu... tapi beli...au ... ti...dak... mem beritahu kan kepada siapa beliau... menitip kan engkau..."

"Hanya... kalung... ini... seba...gai... penanda nya."

Mendengar hal ini, entah apa yang berkecamuk di dalam pikiran Li Hiang.

Ia adalah keturunan keluarga Suma.

Namun keturunan yang terbuang! Selama hidupnya ia telah menjadi orang sisa- sisa.

Lahir tidak diinginkan, hidup pun akhirnya dikejar-kejar.

Mendapat pengetahuan baru seperti ini membuat jiwanya benar-benar terguncang.

Air matanya menetes.

Semarah apapun dirinya, di hadapannya berbaring kakaknya yang sedang sekarat karena serangan pedangnya.365

"Na ma mu... Suma Hiang... se...la...mat... kan... keponakan...mu.., a..,dik... kau... adalah... seorang... Suma."

Suma adalah kata terakhir Suma Tian.

Li Hiang menutup mata kakaknya itu.

Pada akhirnya, setelah selama ini hidup menjadi orang terbuang, ia memiliki saudara.

Seberat apapun beban hidupnya, semarah apapun hatinya, setidaknya ada satu orang di dunia ini yang menganggapnya saudara.

Persaudaraan selalu lebih berharga dari apapun juga.

Sayangnya manusia selalu terlambat memahaminya.

"Bwee Hua!"

Li Hiang akhirnya berdiri. Ia adalah seorang Suma! Bwee Hua tersenyum mengerling.

"Jika namaku disebut oleh Li Hiang-tayhiap yang terhormat, rasanya sungguh merupakan sebuah kehormatan."

Tukas Bwee Hua.

"Namaku Suma Hiang."

Siapapun yang mendengar nama Suma pasti hatinya tergetar.

Suma yang satu ini bukan pengecualian.366 Suma yang manapun memang bukan pengecualian.

Ia memindahkan pedang dari tangan kanan ke tangan kiri.

Gaya pedang keluarga Suma.

Karena walaupun ia dulu terbuang, kakaknya telah menerimanya kembali.

"Para hadirin yang datang, dengarkanlah! Bwee Hua-siocia (nona Bwee Hua) adalah seorang penculik. Ia telah menculik putra dari keluarga Suma. Perbuatan hina dan penuh cela ini harus dihentikan!"

"Urusan kami semua datang kesini adalah untuk mencarimu! Urusan keluarga Suma adalah urusan keluarga Suma! Pertama-tama kau tetap harus mempertanggungjawabkan perbuatanmu!"

Hampir serempak orang-orang ini ramai berteriak. Tan Hoat, satria dari Butong-pay itu mencoba menenangkan. Tetapi keadaan sudah tidak terkendali. Semua orang sudah mencabut senjata.

"Tenang... saudara-saudara... tenang!"

Belum selesai Tan Hoat menenangkan mereka, Suma Hiang sudah bergerak cepat.

Meskipun tenaganya telah habis bertempur seratus jurus,367 dengan semangat yang membara ia telah menyerang Bwee Hua.

Menerima serangan pedang yang ganas itu, Bwee Hua melakukan hal yang persis sama dengan yang dia lakukan saat menghadapi serangan Suma Tian.

Ia hanya menyodorkan Suma Sun untuk menyambut serangan itu.

Tapi kali ini Bwee Hua salah perhitungan.

Pedang yang dipakai Suma Hiang bukanlah pedang sembarangan.

Tahu-tahu pedang lemas itu bisa membengkok sendiri.

Ujungnya yang semulah menuju leher Suma Sun, kini berbelok arah dan malah menyerang tangan Bwee Hua yang mencengkeram leher belakang Suma Sun! Dengan licik Bwee Hua menyorongkan pula tubuh Suma Sun ke arah belokan pedang itu.

Maksudnya untuk menutup arah gerakan pedang itu, tetapi gerakan ini justru membuat tubuh bagian depannya terbuka.

Tanpa ampun, seruling emas Suma Hiang telah masuk ke rusuk Bwee Hua.

Suma Sun akhirnya terlepas, dan perempuan cantik itu terhempas ke belakang.

Untunglah ada Gouw Han Sing yang menahannya.

Raksasa gundul itu368 segera menyalurkan tenaga dalamnya untuk menolong tuannya itu.

Serangan Suma Hiang, atau Li Hiang ini, sebenarnya jika dilakukan pada saat ia di dalam keadaan terbaik, pasti akan dapat membunuh Bwee Hua.

Tetapi ia barusan saja menghadapi pertarungan terbesar di dalam hidupnya.

Tenaga yang tersisa sudah tidak bisa diandalkan lagi.

Bwee Hua juga walaupun tadi sempat meremeh kan serangan Suma Hiang, memiliki ketinggian ilmu yang sangat sulit diukur.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui berapa dalam ilmunya.

Mendapatkan serangan seperti itu tidak membuatnya terluka berat.

Ia hanya kaget, dan menyadari bahwa Suma Hiang adalah lawan yang pantas baginya.

Suma Sun pun kini jatuh di tangan Tan Hoat.

"Tenanglah wahai putra Suma."

Katanya pelan dan gagah. Anak kecil yang dipanggil putra Suma itu memang tenang. Jika bumi seluruhnya hancur pun dia akan tetap tenang. Hati dan hidupnya telah mati sejak beberapa saat yang lalu.369

"Tan-enghiong, cayhe menitipkan keponakan cayhe kepada enghiong."

Kata Suma Hiang sambil berlutut. Air mata menetes di pipinya. Ia tahu ia tak akan mungkin mempunyai kesempatan untuk menjaga anak itu. Lalu ia berkata kepada Suma Sun.

"Maafkan pamanmu tidak bisa menjagamu terlalu lama. Apapun yang terjadi, ingatlah bahwa kau adalah putra Suma."

Suma Sun hanya memandang kosong ke depan. Walaupun raut wajahnya kosong dan pucat pasi, walaupun sinar matanya redup dan tak bercahaya, ada api yang membakar perlahan-lahan di jiwanya.

"Minggir!"

Dengan gemas Bwee Hua memerintahkan Gouw Han Sing untuk mundur.

Ternyata raksasa botak itu hanya bergerak jika diperintah tuannya.

Begitu Bwee Hua ingin maju, ternyata puluhan orang-orang lain telah menyerang Suma Hiang.

Mereka ini adalah antara lain adalah tokoh-tokoh terkemuka dunia persilatan dari beberapa partai.

Sehingga menyebabkan serangan mereka benar- benar dahsyat dan tak mungkin dihindari.

Nona dari Gobi-pay, Hok Lian Si, tak mampu berbuat apa-apa.

Ia hanya memandang pemandangan370 itu dengan pandangan yang menyedihkan.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Anak yang sedang digendongnya pun hanya bisa menatap sendu.

Mereka ini pun sebenarnya adalah orang-orang yang terbuang.

Hal yang paling menakutkan dari manusia adalah bahwa dalam melakukan apapun, selalu ada korban baik sengaja atau tidak sengaja.

Korban hati, korban perasaan, korban nasib, maupun korban nyawa.

Ibu dan anak ini hanya memandang begitu lama menyaksikan keroyokan berat sebelah ini.

Tan Hoat dan Hong Tang-thaysu yang mencoba merelai pun tidak dapat berbuat banyak.

Karena walaupun ilmu mereka sangat tinggi, orang-orang yang mengeroyok ini pun memiliki ilmu yang sangat tinggi.

Ibu muda ini lalu membisikkan kata-kata terakhir kepada anaknya yang mungkin baru berusia 6 atau 7 tahun ini.

Kata-kata terakhir memang selalu bersemayam di jiwa manusia.

Anak itu memandang ibunya sambil menangis.

Anak-anak kecil sebenarnya selalu bisa mengerti keadaan.

Sayangnya mereka tidak tahu bagaimana bersikap.371 Ibu itu memandangnya.

Untuk yang terakhir kalinya, dan mengecupnya.

"Anakku sayang, laki-laki berjubah merah itu adalah satu-satunya orang yang ibu cintai di dunia ini. Jika tidak bisa hidup bersamanya, maka ibu harus mati bersamanya."

Cinta.

Seluruh permasalahan di kolong langit ini sumbernya sebenarnya hanya karena satu hal.

Satu hal.

Mengapa manusia tidak pernah mengerti? "Hong Tang-thaysu, boanpwee114 menitipkan anak kepada cianpwee115.

Semoga di masa mendatang bisa menjadi manusia yang baik dibawah bimibingan Siau Lim-pay."

Betapa kaget Hong Tang-thaysu mendengar hal ini. Tapi apa dinyana, sang ibu ternyata sudah berbuat nekat, dan menerjunkan diri ke dalam pertempuran.

"Liehiap... mohon dipertimbangkan kembali"

Kata bhiksu baik hati ini.

114 Saya yang lebih rendah 115 Yang lebih tua372 Tetapi keadaan yang sangat kacau balau membuatnya tak mampu melakukan apa-apa.

Tan Hoat yang mendengar ini pun tak sanggup berbuat apa-apa karena ia harus menjaga Suma Sun.

Manusia yang sudah putus asa, tidak lagi memiliki pertimbangan yang matang.

Manusia yang tidak lagi memiliki cinta, akan berhenti mencintai dirinya sendiri.

Perempuan muda itu dengan nekat terjun dan menerima serangan.

Ia hanya ingin mati dengan orang yang dikasihinya.

Entah ini merupakan cinta yang dalam atau sebuah kebodohan.

Memang, cinta yang terlalu dalam akan berubah menjadi kebodohan.

Tetapi menjadi bodoh karena cinta, adalah sebuah perbuatan yang manis.

Seseorang tidak pernah dapat disalahkan saat ia berbuat bodoh demi cinta.

Oleh karena itu pula perempuan muda ini tidak dapat disalahkan ketika ia memasang badan menerima serangan pedang mematikan yang terarah kepada lelaki yang sangat dipujanya.373 Pedang itu menusuk jantungnya, dan bukan jantung Suma Hiang.

Tetapi karena serangan ini pula, Suma Hiang terhempas ke belakang.

Ada orang yang bersedia mati untuknya.

Perempuan ini walaupun bukanlah cinta sejatinya, ia tetap pantas mendapatkan rasa hormat dan sayang yang mendalam.

Meskipun perempuan ini bukan kekasihnya, perempuan ini pantas mendapatkan jiwanya.

Sejak dahulu, orang yang dicintai dan orang yang dinikahi memang seringkali berbeda.

Kehidupan manusia memang selalu penuh rahasia.

Suma Hiang pun akhirnya merelakan kenyataan bahwa ia tidak dapat menyembuhkan Hiang-Hiang.

Perempuan yang paling dikasihinya.

Ia meraba kantongnya, bunga itu ternyata telah terjatuh.

Mungkin saat ia bertempur tadi.

Ia memejamkan mata menguatkan hatinya.

Jika tidak bisa bersatu di bumi, bukankah masih bisa bersatu di langit?374 Tubuh indah milik Hok Lian Si lunglai namun berdiri gagah.

Suma Hiang memegang pundaknya, lalu tersenyum.

"Mari kita mati sama-sama."

Lalu Suma Liang menggandeng tangan nona itu.

"Ciiiiih!"

Bwee meludah muak melihat pemandangan itu. Ia memang selalu muak melihat cinta sejati.

"Hahahaha"

Suma Hiang tertawa lalu melempar kan pedangnya jauh-jauh.

Ke dalam sebuah jurang yang amat pekat gelap gulita.

Semua yang melihat kejadian ini sama-sama menyesalkan.

Dalam lubuk hati mereka memang ada keinginan untuk mendapatkan pedang itu.

Karena marah karena keinginan mereka tidak terkabul, dan karena melihat Suma Hiang sudah tidak memegang senjata lagi, mereka menyerang dengan bersemangat.

Sebuah serangan yang mengakhiri segalanya! Seolah-olah semua kekuatan bumi dikumpulkan dan dihempaskan kepada kedua orang ini! Terdengar dentuman yang sangat keras dan suara bagaikan pohon tumbang.375 Tubuh mereka terhempas melayang jauh ke dalam jurang.

Tubuh yang perempuan terhempas lebih jauh karena tubuhnya lebih ringan.

Tapi tangannya tertinggal di tangan Suma Hiang.

Putus dari tubuhnya.

Walaupun mati ia tetap menggenggam tangan itu.

Berdua mereka menghilang ditelan kegelapan jurang.

Batas antara cinta dan benci memang sungguh tipis.

Hanya orang-orang yang pernah mengalaminya yang mengerti pemahaman ini.

Suma Hiang akhirnya mengerti.

Hok Lian Si pun mengerti.

Sayangnya seseorang harus mengalami dulu baru mengerti.

Hong Tang-thaysu hanya bisa memeluk anak kecil yang ditinggalkan kedua orang tuanya itu.

Tan Hoat pun juga hanya bisa memeluk anak kecil yang diam tak bergerak dalam pelukannya.

Bwee Hua tentu saja sudah tidak ada sejak tadi di sana.376 Ia sudah dalam perjalanan menuruni gunung salju itu dengan sepatu khususnya.

Di tangannya terdapat sebuah bunga anggrek yang indah.

Ia tadi sengaja membiarkan Suma Hiang menyerangnya dengan serulingnya, agar ia dapat mengambil bunga itu dari kantong Suma Hiang.

Dalam amarahnya, Suma Hiang lupa bahwa ia harus memberikan bunga itu terhadap seseorang.

Dan Bwee Hua benar-benar memanfaat hal ini.

Urusan licik dan perencanaan memang adalah kelebihannya.

Mulutnya tersenyum manis.

Jika Bwee Hua tersenyum memang seperti membuat kebencian yang ditujukan kepada dirinya luruh sepenuhnya.

Ia bagaikan bidadari putih suci bersih tanpa noda yang turun dari langit mengenderai awan.

Bayangannya telah menghilang.

Meninggalkan darah dan air mata di atas gunung itu.

Semua orang akhirnya pulang.377 Ketika dendam dan kebencian sudah ditunaikan, biasanya yang tertinggal hanyalah kehampaan.

Justru ketika dendam dan benci masih mengisi jiwa, kedua hal itulah yang memberi semangat dan kekuatan.

Kebencian, seperti juga cinta, membuat orang mampu melakukan hal-hal yang mengagumkan.

Lalu apa beda cinta dan benci jika hal-hal yang dihasilkan ternyata serupa? Hong Tang-thaysu pergi sambil menggendong anak kecil itu.

"Siapa namamu, anak baik?"

Tanya bhiksu tua itu. Ia tidak menjawab, dan hanya meneteskan air mata.

"Jangan takut. Mulai sekarang, akulah yang melindungimu. Katakan siapa namamu?"

Anak itu menguatkan hatinya, terisak sejenak, lalu berkata.

"Aku she Suma."378 BAGIAN 1 - EPILOG Setelah begitu jauh Tan Hoat dan Suma Sun berkelana, akhirnya mereka bertemu juga dengan Can Li Hoa, sang Pendekar Pedang Kelana. Pertemuan yang sangat mengharukan bagi Can Li Hoa karena inilah satu-satunya keturunannya yang tersisa. Ia telah mengetahui semua kejadian yang terjadi di puncak gunung salju itu. Sudah hampir setahun Suma Sun diasuh oleh Tan Hoat. Selama bersama Suma Sun selalu bersikap dingin dan tidak banyak bicara. Tan Hoat sangat mengerti keadaan ini dan tidak menyalahkan Suma Sun. Ia pun tidak memaksa anak itu untuk mematuhinya. Setiap hari ia mencurahkan kasih sayang kepada Suma Sun bagaikan anaknya sendiri. Tetapi hati Suma Sun memang seperti sudah mati. Setelah menyerahkan Suma Sun kepada Can Li Hoa, Tan Hoat meminta diri. Dalam perjalanan pulang ia menyempatkan diri menyelediki beberapa kawanan perampok yang379 meresehkan penduduk. Saat itulah ia melihat pesan rahasia dari perguruannya yang menggetarkan jiwanya.

"Thio Sam Hong-thaysuhu Telah Berpulang."380 BAGIAN 2 - PROLOG Kao Ceng Lun terbangun. Suara orang mengetuk pintunya. Mengapa pelayan rumah membangunkan nya sepagi ini? Beberapa hari ini ia menjalankan tugas kerajaan, menyelidiki beberapa perkara. Mumpung kebetulan melewati kota kelahirannya, ia mampir sebentar untuk mengunjungi rumah ayahnya. Sebenarnya ia merasa terganggu sekali dibangunkan sepagi ini, tetapi jiwa pendekarnya mengatakan bahwa sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ada apa?"

Katanya sambil membuka pintu kamar. Yang terkejut sebenarnya adalah Kao Ceng Lun, karena dilihatnya wajah pelayan rumah sudah pucat pasi bagaikan mayat.

"Tuan be...tuan..be..sar..."

"Ada apa? Tuan besar kenapa?"

Tanpa menunggu jawaban dari pelayan rumah, Kao Ceng Lun segera bergegas ke kamar ayahnya.

Pintu kamar sudah381 terbuka, dan ada beberapa pelayan yang berdiri di depan pintu dengan wajah pucat pasi, tak tahu apa yang harus mereka lakukan.

Wajah Kao Ceng Lun pun berubah seperti ini saat ia melihat apa yang terjadi di dalam kamar.

Ayahnya terbaring di atas tempat tidur dengan berlumuran darah.

Lehernya terputus.

Di sebelahnya terdapat jubah merah.

Merahnya jauh lebih merah daripada darah segar.382 BAB 16.

MUSIM SEMI Musim semi tiba.

Salju mencair dengan cepat.

Bumi yang beberapa saat lalu seolah-olah tertutup oleh selimut putih, kini berangsur-angsur berubah warna.

Tanah mulai terlihat kecoklatan, pepohonan mulai terlihat menghijau.

Musim dingin telah lewat, kini musim semi yang hangat telah datang.

Seperti juga kehidupan manusia, selalu berganti-ganti setiap waktu.

Sedih dan bahagia bertukar tempat setiap saat.

Walaupun terasa berat, justru hal inilah yang membuat umat manusia terus berkembang dan bergerak maju.

A San sedang duduk di bawah pohon willow ketika seseorang meneriakan namanya.

"A San! A San! Kita mendapat pekerjaan kali ini"383 Tanpa menoleh pun A San sudah tahu bahwa itu adalah sahabat dekatnya, Sam Siu. A San memanggilnya Siu-ko (kakak Sio). Ia bangkit dari duduknya dengan wajah berseri-seri.

"Pekerjaan apa? Di mana?"

"Kita disuruh membangun kolam. Di rumah Yan- wangwe (hartawan)"

Jawab Sam Siu.

"Aha. Pantas wajahmu berseri-seri"

Tukas A San tersenyum.

"Haha. Iya. Akhirnya kesempatanku bertemu dengan Niu-Niu akan lebih sering"

Sam Siu pun tersenyum.

"Kapan kita sudah mulai bekerja?"

Tanya A San.

"Besok sudah bisa"

Jawab Sam Siu.

"Eh, bukankah besok adalah tepat 2 tahun kita bertemu?"

Tanya Sam Siu. A San berpikir sebentar.

"Ya benar. Mungkin ini hadiah dari Thian (langit) untuk persahabatan kita. Harus kita rayakan!"

Katanya senang.

"Ayo kita pulang ke rumah"

Rumah yang di maksud sebenarnya tidak cukup pantas untuk di bilang rumah.

Walaupun bersih, tetap384 saja masih belum pantas di bilang rumah.

Hanya berupa sebuah gubuk reot yang terletak di pinggiran sungai.

Terbuat dari bambu dan kayu-kayu kering.

sKedua orang itu duduk di sebuah dipan di depan pintu.

"Walaupun kita tidak punya arak, bahkan secangkir teh pun tidak ada, perayaan ini harus dilangsungkan dengan meriah!"

Kata A San.

"Tentu saja! Hari ini kita minum air hangat saja. Haha"

Tawa Sam Siu.

Mereka tertawa-tawa dan menuangkan air hangat itu dari sebuah guci.

Air itu diminum dengan bahagia dan penuh rasa syukur.

Persahabatan memang harus dihargai.

Dan harga yang paling mahal bagi sebuah persahabatan adalah ketulusan.

Musim dingin yang penuh penderitaan sudah lewat.

Bagi sebagian orang, musim dingin adalah masa yang penuh kebahagiaan.

Baju hangat, permainan salju, makanan-makanan yang jauh lebih nikmat disantap saat musim dingin, kenangan-kenangan romantis yang tak terlupakan.

Tetapi bagi golongan yang tidak memiliki apa-apa, musim dingin adalah penderitaan yang paling berat.

Hanya kaum miskinlah yang paling mengerti penderitaan semacam ini.385 Sam Siu dan A San adalah dua pemuda miskin.

Tentu saja mereka paham penderitaan ini.

Mereka menikmati air hangat itu seperti menikmati arak yang paling nikmat.

Sore datang menjelang.

Matahari perlahan meredup.

Mereka masih duduk di depan itu bercerita dengan suka cita.

"Siu-ko (kakak Siu), mengapa kau tidak memberanikan diri melamar Niu-Niu?"

Tanya A San.

"Kau ini tolol apa sudah mabuk air hangat? Haha. Mana berani aku melamar putri keluarga kaya seperti dia? Merindukannya saja aku tidak berani"

Tukas Sam Siu.

Jika ?rindu? saja sudah merupakan penderitaan yang berat, apalagi ?tidak berani merinduinya?? Jika jatuh cinta saja kadang terasa menyakitkan, bagaimana pula dengan ?tidak berani berkata cinta?? Jika cintamu sedalam lautan, setinggi gunung tertinggi sekalipun, namun kau hanya mampu memendamnya, menyimpannya rapat-rapat, dan mengubur seluruh perasaanmu terhadapnya, membiarkan perasaanmu membusuk dan mati dengan sendirinya, memangnya hidup seberat apa pula yang tak sanggup kau jalani?386 A San tidak berani memikirkannya.

Hidup mereka berdua sendiri sudah sangat berat.

Makan hanya mengandalkan hasil tangkapan sungai di pinggir gubuk mereka ini.

Jika ingin makan nasi, tangkapan ikan itu mereka tukarkan dengan beras.

Untuk membeli pakaian atau perabotan rumah pun mereka masih belum mampu.

Jika dengan keadaan seperti ini Sam Siu menebalkan muka dan pergi meminang Yan Niu Niu, putri seorang hartawan terkaya di kota itu, maka kemungkinannya hanya dua.

Keluarga itu akan tertawa sampai mampus, atau sebaliknya, menangis sampai mampus.

Dua-duanya tentu tidak enak.

A San lupa bahwa masih ada kemungkinan- kemungkinan berikutnya, seperti kemungkinan bahwa bisa saja keluarga Yan menggorok leher Sam Siu karena dianggap mempermalukan mereka, dan masih banyak kemungkinan yang lain pula.

Tapi tentu saja A San tidak mau berpikir.

"Setidaknya, bertemu dengannya sudah merupakan kebahagiaan tersendiri bagiku. Suatu kemewahan dan anugrah terindah jika bisa memandang wajahnya yang suci"

Ujar Sam Siu sambil menatap ke atas langit.387 Pertemuan.

Bagi sebagian orang, pertemuan adalah hal terindah.

Bagi sebagian yang lain, pertemuan hanyalah kebosanan demi kebosanan.

A San hanya bisa mengangguk-angguk.

Ia tidak mau berpikir tentang cinta.

Lebih tepatnya, ia tidak berani berpikir tentang cinta.

Penderitaan manusia sudah terlalu banyak akibat cinta.

Esok harinya pagi pagi sekali kedua orang ini sudah berada di depan gerbang Yan-ceng (perkampungan keluarga Yan).

Sebuah ceng yang sungguh luas sekali.

Begitu sampai di depan pintu pagarnya, mereka sudah ditegur pengawal.

"Berhenti! Apa keperluanmu?"

Bentaknya galak.

"Saya Sam Siu dan ini A San. Kami mendapat kerja untuk membuat kolam"

Jelas Sam Siu.

"Oh? Sepagi ini kalian datang?"

Tanyanya masih galak.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Memang kami disuruh datang pagi-pagi sekali"

Jawab Sam Siu.

"Barang apa saja yang kalian bawa?"

"Kami hanya membawa cangkul, dan guci untuk minum"388 Penjaga gerbang itu memperhatikan dengan seksama, lalu berkata.

"Baiklah, kalian boleh masuk. A Tung akan mengantarkan kalian"

Ia lalu meneriakkan nama A Tung, tak lama kemudian A Tung muncul.

"Antarkan mereka ke bagian utara, mereka akan membuat kolam di sebelah kamar Niu-siocia"

Kata si penjaga.

Mendengar kalimat ini, sudah pasti yang paling bersinar-sinar wajahnya adalah Sam Siu.

Melihat ini A San menahan tawanya.

Sebisa mungkin mereka berdua membuat wajah yang wajar.

Berjalan melintasi Yan-ceng (perkampungan keluarga Yan) ini bagaikan melintasi istana raja.

Bangunan-bangunannya sangat indah, terutama bangunan utama.

Luas dan sangat asri pula.

Orang- orang yang berpapasan dengan mereka pun memberi senyum yang ramah.

A San memandang wajah sahabatnya.

Ia tahu apa yang Sam Siu rasakan.

Bagaimana mungkin seorang lelaki kere seperti dirinya akan mampu memiliki Niu-Niu? Seperti ada jarak ?ratusan tahun? yang memisahkan mereka.

Begitu jauh.

Begitu berbeda.

Namun kenapa, begitu dekat di dalam hati?389 Tak terasa air mata mengambang di pelupuk mata A Man.

Ia memang orang yang mudah terharu.

Ia juga paham betul, bagaimana menyaktikannya cinta itu.

Apakah karena itu kebencian di muka bumi ini begitu banyak? Karena cinta itu menyakitkan, umat manusia lebih cenderung memilih kebencian.

Ia menyentuh punggung sahabatnya itu, mencoba untuk memberi sedikit sokongan kekuatan kepada jiwanya.

Sam Siu menatapnya sambil tersenyum.

Seyuman pahit yang terasa manis sekali.

Tatapan mata Sam Siu seperti berkata.

"Aku laki-laki, tentu saja aku akan kuat menjalaninya"

Mereka terus berjalan hingga sampai di tempat yang dituju.

"Ya di sini. Itu tanda-tanda batas untuk kolam sudah ada. Kalian tinggal mengikutinya saja"

Jelas A Tung.

"Aku pergi dulu, jika ada apa-apa cari aku saja"

"Baik, terima kasih kakak"

Kata Sam Siu sambil tersenyum.

"Mari kita mulai bekerja"

Katanya terhadap A San.

Kedua orang itu mulai mencangkul dengan semangat.

Pekerjaan, bagi mereka adalah suatu anugrah.

Dengan hasil itu setidaknya hidup mereka390 akan sedikit lebih baik ke depannya.

Mungkin bisa untuk membeli baju yang pantas, atau makan yang lebih enak.

Mungkin juga bisa ditabung sedikit untuk keperluan-keperluan yang akan datang.

Sudah beberapa jam mereka menggali.

Lubang sudah sangat besar.

Sebenarnya Sam Siu tidak ingin menyelesaikan pekerjaan ini terlalu cepat, agar kesempatan bertemu dengan Niu-Niu bisa lebih lama.

Tapi ia berpikir, jika pekerjaan cepat dan memuaskan, maka keluarga Yan akan memanggilnya lagi.

Dengan begitu ia masih bisa bertemu dengan Niu-Niu.

Tapi sudah sekian lama mereka bekerja, tanda- tanda bayangan nona yang ditunggu-tunggu masih belum muncul juga.

Beberapa pelayan datang membawakan minum dan makanan.

Sam Siu berharap Niu-Niu yang datang mengantarkan makanan, tapi itu tentu saja tidak mungkin.

Nona besar tentu saja tidak mau melakukan pekerjaan pelayan.

Saat tengah hari, mereka beristirahat.

Duduk di bawah pohon plum, mereka beristirahat sambil menikmati santap siang.

Santapan siang ini tentu saja sungguh mewah bagi mereka.

Pada saat sedang nikmat-nikmatnya makan, terdengar suara yang391 merdu sekali.

"Eh rupanya Siu-ko yang mengerjakan kolam."

Kedua pemuda itu menoleh. Pemilik suara semerdu itu memang sangat cantik. Wajahnya cerah, putih kemerah-merahan. Matanya lebar dan bercahaya terang. Dengan kikuk Sam Siu menyapa pula.

"Yan- siocia (nona Yan), apa kabar?"

"Kabar baik. Siu-ko baik pula kah?"

Katanya sambil tersenyum. Pantas saja Sam Siu jatuh hati pada nona ini, pikir A San. Wajahnya sungguh tak kalah dengan nona- nona besar di kotaraja. Sam Siu mengangguk-angguk.

"Tentu saja baik, siocia"

"Baiklah. Teruskan makannya ya, aku pergi dulu ada urusan di toko ayah"

Kata Yan Niu-Niu dengan halus.

"Silahkan nona. Hati-hati di jalan"

Si nona mengangguk sambil tersenyum manis.

Nona cantik itu telah pergi.

Sam Siu masih berada di situ.

Tapi jiwanya telah melayang mengikuti392 langkah halus nona itu.

Ia masih diam terpaku di tempatnya.

A San memandangnya sambil tersenyum, katanya "Jika Siu-ko terus berdiri seperti ini, kemungkinan besar orang-orang mengira mereka salah pesan patung"

Sam Siu tersadar lalu berkata.

"Aih, cantik sekali nona itu. Ini pertama kalinya lagi kita bertemu setelah pertemuan pertama"

"Oh, semenjak Siu-ko menolongnya mem- perbaiki roda kereta yang patah dulu itu?"

"Iya. Saat itu aku kebetulan lewat dan melihat kereta yang terperosok masuk parit. Untung segera bisa kuperbaiki keretanya. Untung pula nona itu sangat berbaik hati dan mau berkenalan denganku"

"Kejadian itu sudah lama lewat, tapi nona itu masih ingat kepadamu"

Tukas A San.

"Yaaa. Hal ini saja sudah membuat hatiku sangat senang"

Ujar Sam Siu gembira.

Mereka duduk dan makan dengan suka cita.

Hari itu terasa lebih cerah dan membahagiakan dibanding hari-hari yang lain.393 Bukankah sebuah senyuman saja sudah cukup untuk membahagiakan hati orang lain? Musim semi.

Anginnya sejuk.

Sinar mataharinya teduh.

Inilah saat ketika bunga-bunga perlahan-lahan mulai tumbuh dan bermekaran.

Musim semi adalah saat ketika harapan kembali tumbuh.

Saat ketika penderitaan musim dingin telah lewat.

A San selalu suka dengan musim semi.

Musim dingin selalu menyakitkan hatinya.

Dua kali sudah ia melewatkan musim dingin di kota kecil itu.

Ia baru 2 tahun di sana.

Tapi ia sangat mencintai kota itu.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kota kecil yang aman dan damai.

Kota ini menjadi tujuan wisata bagi para pelancong di bagian utara Tionggoan.

Ia sudah tidak mau lagi mengingat masa lalunya.

Ia ingin menjadi manusia baru.

Karena itulah ia memilih tinggal di kota kecil ini.

Walaupun kecil, kota ini adalah tempat berkumpulnya orang-orang dari berbagai macam suku Tionggoan.

Suku Han (orang tionghoa asli), Uyghur, Hui, kazak, Tajik, dan Mongol.

Mereka hidup dengan damai di kota yang bernama Tihwa ini.394

"Mari kita bekerja lagi!"

Kata Sam Siu dengan bersemangat.

Tak terasa sudah hampir seminggu mereka bekerja.

Membuat kolam yang luas dan indah bukanlah pekerjaan yang gampang.

Tetapi Sam Siu dan A San bekerja dengan rajin sehingga hasilnya pun sangat baik sekali.

Di hari ke 6, saat mereka sedang beristirahat makan, seorang centeng keluarga Yan menghampiri mereka.

"Kalian bisa merawat kuda?"

Sam Siu mengangguk. Tentu saja bisa. Jika keluarga Yan yang bertanya apa yang bisa Sam Siu lakukan, maka Sam Siu akan menjawab apapun bisa ia lakukan. Ini nampaknya sudah menjadi rumus. Dalam hati A San tertawa.

"Baiklah. Pengurus kandang kuda kami mengundurkan diri. Ia dan anaknya entah mendapat warisan dari mana sehingga mampu membeli sawah. Jika kolam ini selesai, maka kalian mendapat pekerjaan tetap mengurus kandang kuda"

Begitulah.395 Dari pekerjaan membuat kolam, mereka kini menjadi pengurus kuda.

Sam Siu sangat senang sekali dapat bekerja secara tetap di sana.

Mereka bahkan diberi ruangan kecil di sebelah kandang kuda-kuda itu.

Kini mereka berdua duduk menatap langit- langit kamar.

Walaupun bukan kamar yang mewah, setidaknya masih layak ditinggali manusia.

Jauh lebih baik ketimbang gubuk reot mereka sebelumnya.

"Eh, A San, bukankah hidup itu sungguh nikmat?"

Mendapat pertanyaan seperti ini, A San sukar menjawab.

Karena walaupun hatinya tidak bahagia, perasaannya juga tidak sedih.

Ia sendiri khawatir hatinya sudah mati.

Sudah 3 tahun peristiwa itu terjadi.

Sudah 3 tahun ia mencoba melupakannya.

Mengembara dari satu tempat ke tempat lain, sehingga ia akhirnya menetap di kota kecil ini selama 2 tahun.

Herannya, wajah orang yang ingin dilupakannya itu justru semakin terbayang dari hari ke hari.

Meskipun rasa sakit itu hilang, meskipun hidupnya kini terasa tenang, sebuah kenangan tak akan pernah hilang di dalam jiwa manusia.396 Manusia yang menjadi kenangan manis, sebenarnya adalah manusia yang beruntung.

Setidaknya mereka masih terus berharga walaupun tidak lagi berada di dalam kehidupan orang lain.

"Kau sudah tidur?"

"Belum"

Jawab A San.

"Lalu kenapa tidak kau jawab pertanyaanku?"

"Aku justru sedang memikirkan pertanyaan Siu- ko (kakak Siu)"

Jawab A San.

"Pertanyaan seperti ini kan tidak perlu dipikir"

Tukas Sam Siu.

"Justru setiap pertanyaan memang harus dipikir"

Sam Siu diam sejenak, lalu katanya.

"Kau benar"

Ia pun melamun memandang langit-langit.

Tempat tidur mereka cuma berupa sebuah depan lebar.

Kasurnya cuma berupa kain yang berisi jerami.

Tidurnya pun berhimpitan.

Tetapi Sam Siu sungguh bahagia.

Kebahagiaan itu memang sebenarnya selalu sederhana.

A San tersenyum.397

"Kurasa memang hidup kita selamanya harus dinikmati. Apa yang ada di depan mata ya dilihat, apa yang di depan mulut ya diendus, apa yang di depan mulut ya dimakan. Perbuatan ini rasanya tidak begitu sulit!"

"Nah!"

"Apalagi jika kau bisa bertemu dengan pujaan hatimu"

"Nah!"

"Setiap hari pula!"

Sebenarnya Sam Siu ingin menjawab "Nah"

Lagi, cuma saja perkataan A San tadi sedikit mengusik hatinya.

"Sudah 3 hari ini aku tidak melihatnya"

Kata Sam Siu.

"Dulu, ketika kau belum bekerja di sini, berapa kali kau bertemu dengannya, Siu-ko (kakak Siu)?"

Tanya A San.

"Tidak pernah"

"Nah! Jika sekarang tidak bertemu 3 hari saja kan bukan perkara yang besar"

Kata A San sambil tertawa.398

"Kau tahu, selama 2 bulan kita bekerja di sini, aku selalu melihatnya setiap hari. Entah itu cuma lewat, atau saat ia ingin menggunakan kuda, atau saat apa saja lah. Walaupun cuma sebentar, setidaknya aku masih bertemu"

Jelas Sam Siu.

"Kau kan toh belum menikah dengannya, belum hidup sekamar dengannya pula. Jika ia tidak muncul satu dua hari kan tidak masalah"

Ujar A San.

"Satu dua hari memang tidak masalah. Tapi 3 hari sudah menjadi masalah"

Kata Sam Siu.

A San sebenarnya ingin tertawa.

Tapi ia tidak mampu.

Ia paham, Cinta dapat membuat orang sengsara saat tidak bertemu selama 3 hari.

Tetapi cinta juga dapat membuat orang bertahan untuk tetap kuat menanti saat pertemuan setelah berpisah bertahun-tahun.

"Coba hari ini kau bertanya-tanya, Siu-ko. Siapa tahu mungkin ia pergi keluar kota, atau sedang sibuk dengan kegiatannya"

"Aku tahu ia tidak pergi keluar kota, dan aku tahu pula ia hanya berdiam di kamar"

Kata Sam Siu.

"Eh, apakah dia sakit? Bagaimana kau bisa tahu?"

"Setiap hari aku pura-pura melewati kamarnya."399

"Jadi sekarang kau sudah berubah menjadi tukang intai dan tukang intip, Siu-ko?"

Tanya A San sambil tertawa. Orang yang jatuh cinta memang selalu seperti ini. Sam Siu tertawa karena perbuatannya ketahuan.

"Setidaknya aku hanya ingin tahu kabarnya saja. Segala perbuatan tidak senonoh tidak pernah kulakukan."

Jelasnya sungguh-sungguh.

"Aku percaya."

Nona yang setiap hari terlihat di rumah, lincah dan manja, kini mengurung diri tiga hari di dalam kamarnya.

Nona ini mungkin sedang jatuh cinta.

Mungkin juga sedang ngambek dan minta kawin.

Urusan perbuatan perempuan memang A San sama sekali tidak ahli.

Tapi keadaan ini membuat dirinya tertarik.

Sudah tiga tahun lebih hidupnya tenang.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia ingin sesuatu yang menarik yang membuatnya bersemangat kembali.

Meskipun hanya urusan perempuan yang tidak mau keluar kamar selama tiga hari.400 Jika ini menyangkut perasaan sahabatnya, tentu saja ia perduli.

Sejak dahulu ia memang sudah seperti itu.

Rembulan di musim semi.

Musim dingin yang panjang sudah lewat.

Musim semi telah datang.

Musim panas yang menghangatkan pun akan tiba.

Kegembiraan dan kehangatan.

Persahabatan dan persaudaraan.

Yang berlalu sudah berlalu, yang akan datang belum lagi datang.

Jika tidak menikmati hari ini, memangnya apa yang bisa manusia lakukan? A San dan Sam Siu pun tidur sambil tersenyum.

Orang-orang seperti mereka, yang hidup dalam keterbatasan, justru kadang-kadang lebih tahu caranya menikmati hidup.401 BAB 17.

LELAKI DAN PERSAHABATAN Pagi datang menjelang.

Cahaya matahari yang hangat menembus celah-celah papan yang merupakan dinding dari bilik kamar mereka.

Segelap apapun malam, matahari selalu datang untuk menerangi hari.

Seperti pula kehidupan manusia, cahaya selalu datang untuk menerangi gelapnya hidup.

Walaupun manusia tidak pernah tahu kapan cahaya itu datang, yang ia perlukan hanyalah kesabaran.

Sabar memang sebenarnya tidak mengenal batas.

Jika mengenal batas, maka itu berarti tidak sabar.

A San sudah terbangun dari tadi.

Sam Siu juga sudah terbangun.

Bagi para pekerja rendahan seperti mereka, bangun pagi adalah kewajiban.

Kata orang, semakin rajin bekerja maka rejeki semakin besar yang menghampiri.

Sayangnya, banyak sekali orang kaya yang tidak perlu bekerja keras.

Sejak lahir sudah kaya402 7 turunan.

Kadang kekayaan seseorang tidak ada hubungannya dengan seberapa keras ia bekerja.

Ini bukan rumus.

Ini hanya beberapa kenyataan yang kita temukan di dalam kehidupan.

Tok Tok Tok! Di luar seseorang mengetuk pintu.

A San segera bergegas membukanya.

Ternyata seorang nona.

Masih muda, wajahnya lumayan pula.

A San ingat siapa dia.

Nona ini adalah pelayan pribadi Yan Niu Niu.

"Selamat pagi nona."

Tegur A San sambil tersenyum. Sam Siu sendiri sudah muncul di balik punggungnya.

"Aih pemuda macam apa kalian, jam segini baru bangun."

Cela nona itu sambil tersenyum.

"Hari ini kan hari libur,"

Tukas Sam Siu sambil tersenyum pula. Lanjutnya.

"Ada apa nona datang mencari kami?"

"Aku mencari kau"

Tunjuk nona itu kepada A San.

"Dia?"

Tanya Sam Siu keheranan.403 Si nona hanya mengangguk.

"Aku membawa sebuah berita kepadamu."

Kata si nona itu tersenyum.

Meskipun wajahnya tidak begitu cantik, ia juga tidak begitu jelek.

Perempuan cantik seperti Yan Niu Niu memang suka mencari teman atau pembantu yang berwajah seperti ini.

Hanya sekedar agar wajahnya terlihat paling cantik di sebuah kumpulan.

Sam Siu masih mematung.

Ia tidak percaya justru nona itu mencari A San dan bukan dirinya.

"Eh, kenapa kau masih di sini?"

Tanya si nona kepada Sam Siu.

"Memangnya aku harus kemana? Ini kan tempatku"

Tanya Sam Siu.

"Aih, pantas saja nona berkata kau ini laki-laki bodoh"

Tukas si nona. Kata nona yang ia maksud tentu adalah Yan Niu Niu, majikannya.

"Nonamu berkata begitu tentang aku? Aih..."

Kata Sam Siu sambil menepuk jidat.404 Sambil tersenyum A San berbisik kepadanya.

"Siu-ko kau pergilah mandi sebentar, saat kau kembali aku akan menceritakan semuanya kepadamu"

"Baiklah"

Sam Siu dengan sedikit linglung pergi dari situ.

"Ada petunjuk apa dari nona?"

Tanya A San sopan. Setelah melihat sekeliling dan memastikan tak ada orang yang ikut mendengar, si nona pelayan itu lalu berkata pelan.

"Nona akan menikah."

A San mengangguk.

"Apakah Yan-siocia dijodoh kan?"

Tanyanya.

"Eh, dari mana kau tahu?"

Tanya nona pelayan itu.

"Jawab saja"

Tukas A San.

"Iya benar. Kabar ini apakah sudah tersebar di rumah besar ini?"

Tanya si nona.

"Aku baru mendengarnya darimu."

Jawab A San. Sambil memandang A San, bibir si nona pelayan menekuk. Katanya.

"Kau tampaknya jauh lebih pintar dari si tolol itu."405

"Laki-laki manapun jika jatuh cinta pasti akan jadi tolol. Kau tak perlu mencelanya"

Kata A San sambil tersenyum kecut. Lalu katanya.

"Katakan pada Yan-siocia, Sam Siu akan menemuinya malam ini. Di dekat kolam di bawah jendela kamarnya, tepat tengah malam."

"Eh?"

Si nona pelayan tidak sanggup berkata apa-apa. Karena ternyata A San sudah tahu maksud perkataan dan kedatangannya kemari. Lama ia mematung, lalu berkata.

"Jika laki-laki seluruhnya memiliki pengertian seperti kau, kami para perempuan akan sungguh-sungguh bahagia."

Ia lalu pergi sambil tertawa.

A San pun tersenyum, tapi ia merasa kecut hati.

Urusan laki-laki dan perempuan meskipun terlihat sederhana, sesungguhnya jauh lebih berat dari dugaan siapapun.

Karena urusan laki-laki dan perempuan hanya terlihat sederhana jika itu menyangkut orang lain.

Jika menyangkut diri sendiri, urusan yang terlihat sederhana itu ternyata terasa jauh lebih berat dari urusan langit dan bumi.

Ini nampaknya sudah menjadi rumus semenjak dahulu kala.406 Begitu Sam Siu kembali dalam keadaan segar sehabis mandi, A San menceritakan hal ini kepadanya.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ia datang dan menceritakan rencana pernikahan ini kepadamu?"

Tanyanya tidak percaya.

"Apakah... apakah... Yan-siocia suka kepadamu..?"

A San menggeleng sambil tersenyum.

"Jangan-jangan...justru kau..suka kepadanya?"

Tanya Sam Siu lagi. A San tertawa. Sahabat di depannya ini bukan seorang yang tolol. Tetapi kemudian bersikap seperti seorang pikun. Jika bukan karena cinta, seorang laki-laki tak akan berubah seperti ini.

"Yan-siocia memerintahkan pelayannya untuk memberitahukan hal ini kepadamu"

Jelas A San.

"Lalu kenapa ia tidak menceritakan kepadaku, malah mengusirku pergi?"

Tanya Sam Siu.

"Justru jika ia langsung menceritakan kepada mu, maka ia boleh dianggap bukan perempuan,"

Tukas A San.

"Aku tidak mengerti maksudmu,"

Kata Sam Siu keheranan.407

"Perempuan tidak akan pernah bisa mengungkapkan isi perasaannya kepada laki-laki yang disukainya secara langsung. Cara terbaik adalah menyampaikannya kepada sahabatnya. Biar sahabat nya itu saja yang mengungkapkannya kepada orang yang disukainya."

"Aih...aku tidak pernah bisa mengerti jalan pikiran mereka"

Ujar Sam Siu sambil geleng-geleng kepala. Lanjutnya.

"Jadi maksudmu, Yan-siocia, suka kepadaku?"

A San mengangguk.

"Tetapi ia harus menikah dengan orang yang lebih pantas. Aku bisa mengerti."

Kata Sam Siu tertunduk sedih.

"Ia mengirim pelayannya bukan hanya memberi tahukan pernikahannya itu kepadamu. Ia punya maksud lain."

Jelas A San.

"Apa itu?"

Tanya Sam Siu penasaran.

"Kau akan mengetahuinya nanti malam. Aku telah membuat janji atas namamu, untuk bertemu dengan Yan-siocia tepat tengah malam nanti"408 Sam Siu terbelalak.

"Berani betul kau membuat janji ini"

Wajahnya memperlihatkan raut marah, tetap matanya terlihat senang.

Begitulah.

Kini mereka berdua sudah berada di pasar.

A San menemani Sam Siu untuk membeli beberapa keperluan pribadi.

Wewangian, pisau cukup, baju baru, dan ikat kepala baru.

Sam Siu menghabiskan hampir seluruh gajinya untuk ini.

Ini kali pertama mereka pergi ke pasar sejak bekerja di rumah Yan-wangwe116.

A San menggunakan kesempatan ini untuk menikmati suasana sekitarnya.

Keramaian ini kadang- kadang terasa syahdu di hatinya.

Dengan memperhatikan berbagai orang di sekitarnya, A San menemukan hiburan tersendiri.

Sudah lama ia tidak melatih otaknya.

Saat mereka duduk beristirahat di sebuah kedai kecil menikmati teh di pagi hari, A San memulai kesenangan nya itu.

116 Hartawan Yan409 Menilai orang yang lewat.

Lelaki itu selingkuh.

Perempuan ini menyukai lelaki di depannya.

Anak muda yang tadi lewat telah mencuri uang milik ibunya.

Pria tua itu ternyata menyukai tetangganya yang jauh lebih muda daripadanya.

Tukang sayur yang lewat tadi, adalah orang kerajaan.

Pengemis itu bukanlah pengemis.

Pelajar yang lewat itu adalah seorang pendekar yang sedang mencari seseorang.

Semua diterkanya dengan tepat.

Itulah sebabnya kenapa ia menutup diri dari dunia.

Pikirannya selalu cerdas dan tepat dalam memikirkan sesuatu.

Hanya dengan memandang sekilas, ia dapat mengetahui kehidupan orang lain, rahasia mereka, perbuatan-perbuatan mereka.

Bagi orang lain, kemampuan seperti ini adalah rahmat yang sangat besar.

Bagi dirinya ini seperti kutukan.410 Ia dapat menyadari, bahwa saat berbicara dengan orang lain, ia bisa menangkap ketulusan orang itu, maksud orang itu.

Jika seorang berkata yang baik terhadapnya, ia bisa mengerti ternyata di hatinya orang itu menyimpan kebencian.

Hari demi hari ia selalu berhadapan dengan kepalsuan manusia.

Hal inilah yang membuat ia mengasingkan diri dari keramaian dan riuh kehidupan.

Memutuskan menjadi orang rendahan, terhina, diremehkan.

Setidaknya ia bisa merasa diperlakukan dengan adil.

Jika seseorang memujimu dan bersahabat denganmu, tetapi kau tahu ia memiliki kebencian yang mendalam kepadamu.

Jika seorang wanita berkata ia mencintaimu, lalu ternyata dihatinya menyimpan kebusukan dan pengkhianatan.

Apa yang bisa kau lakukan? Menuduhnya? Lalu jika ia berkilah, apa yang bisa kau lakukan? Justru kau yang dituduh balik dengan tuduhan yang menyakitkan hati.411 Oleh sebab itu, kemampuan yang dimiliki A San ini sebenarnya merupakan kutukan baginya.

Ada penderitaan besar yang tak seorang pun bisa mengerti kecuali dirinya.

"Eh, apa yang kau pikirkan?"

Tanya Sam Siu.

"Tidak ada. Hanya melamun saja"

Jawab A San.

"Kau sendiri pun melamun."

Mereka berdua tertawa.

Persahabatan lelaki yang cukup dalam, memang kebanyakan seperti ini.

Masing-masing melamun.

Tidak banyak yang diceritakan.

Karena tanpa bercerita pun para lelaki sudah mengerti isi hati masing-masing.

Kadang para lelaki saling memaki satu sama lain pula.

Tetapi justru persahabatan di hati mereka semakin mendalam.

Hal ini berbeda dengan perempuan.

Jika bertemu saling memuji dan bercerita dengan ramai.

Tapi seseungguhnya masing-masing menyimpan perasaan tidak enak satu sama lain.

Karena itulah persahabatan perempuan tidak pernah bisa lebih dalam dari persahabatan lelaki.

Karena itu pula perempuan tidak pernah bisa mengerti mengapa laki-laki lebih suka menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya, ketimbang bersama kekasihnya.412 Persahabatan di hati laki-laki, kadang lebih tulus, lebih jujur, dan lebih dalam.

Walaupun tidak melebihi cinta terhadap kekasihnya, seorang lelaki sering lebih mengutamakan sahabat-sahabatnya.

"Ayo kita kembali. Sudah saatnya memberi makan kuda-kuda"

Kata A San.

Mereka lalu kembali pulang ke rumah besar milik Yan- wangwe.

Dalam perjalan pulang, mereka kembali melewati kerumunan pasar.

Di tengah kerumunan yang ramai itu, seseorang menotok punggung A San.

Ia berteriak kesakitan.

Tetapi di tengah keriuhan pasar itu tak ada seorang pun yang mendengar.

Hanya Sam Siu yang mendengar karena ia kebetulan orang yang paling dekat dengan A San.

"Eh kau kenapa?"

Wajah A San memperlihatkan kesakitan yang amat sangat. Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa sakit. Wajahnya terlihat pucat, keringat dingin mengalir di sekujur tubuhnya.

"Seseorang menotok punggungku...Aaaaah."413 Sam Siu memapahnya dengan penuh khawatir. Matanya menyapu keadaan sekitar mencoba mencari siapa pelakunya. Di pasar seramai itu, siapa saja bisa menjadi pelakunya. A San meringis.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekujur tubuhku seperti tersengat! Sakitnya menjalar ke seluruh tubuh! Aaaa... kita istirahat sejenak..."

Pintanya. Akhirnya mereka berdua duduk di salah satu sudut pasar yang agak sepi. A San berusaha menahan sakitnya. Wajahnya bertambah pucat dan tubuhnya menggigil.

"Aku akan membawaku ke tabib!"

Seru Sam Siu.

"Tidak perlu. Sakitnya sudah mulai menghilang sekarang."

Dengan mengatur nafas A San mencoba bertahan. Setelah beberapa lama, akhirnya ia berkata.

"Ayo kita pulang"

"Kau yakin sudah kuat?"

Tanya Sam Siu A San hanya mengangguk.

Mereka kemudian berjalan pulang.

Jarak pasar dan rumah keluarga Yan sebenarnya tidak begitu jauh, tetapi karena414 perjalanan di lakukan dengan perlahan, sampai juga mereka di hadapan gerbang rumah megah itu.

Rumah ini juga disebut ?Ceng?117, karena terdiri dari kumpulan beberapa rumah, dan sebuah rumah induk yang besar.

Kaum hartawan, pejabat, dan golongan terkemuka di Tionggoan118 selalu memiliki perkampungan, atau ?Ceng? seperti ini.

Sesampai di depan gerbang, terlihat penjaga gerbang sedang memarahi sekumpulan pengemis.

"Pergi kalian! Tiap hari duduk saja di sini! Jika diberi terus akan jadi kebiasaan! Dasar pemalas!"

Bentak sang penjaga.

"Eh, kakak Soh, ada apa kok marah-marah begini?? tanya Sam Siu.

"Ini para pengemis. Sudah beberapa hari ini selalu datang. Setelah dikasih bukannya pergi malah terus nongkrong di depan sini. Mengganggu pemandangan saja!"

"Sudah sejak kapan mereka berada di situ terus, kakak Soh?"

Tanya A San sambil terbata-bata "Sudah 4-5 hari ini. Eh, kenapa kau?" 117 perkampungan 118 China daratan415

"Aku terjatuh tadi menghindari kuda"

Jawab A San sambil meringis.

"Ah, kau sih tidak hati-hati. Kau sudah ke tabib?"

A San dan Sam Siu mengangguk. Mereka lalu masuk dan menuju bilik mereka di bagian paling belakang di rumah yang sangat luas itu. Sam Siu membaringkan A San ke dipan kayu.

"Istirahatlah. Aku akan memanaskan air untukmu. Di kebun ada beberapa daud yang bisa ku masuk jadi obat"

Kata Sam Siu penuh perhatian.

A San mengangguk sambil tersenyum pahit.

Ia sungguh tidak ingin merepotkan sahabatnya.

Sambil berbaring ia menutup matanya.

Mencoba memikirkan apa yang baru saja di alaminya.

Apa maksud semua ini? Otaknya berpikir keras.

Otaknya adalah otak yang sangat dihormati di kalangan Bu Lim119.

Hanya saja otak ini sudah beberapa tahun sengaja tidak diasahnya.

Guna otak adalah untuk berpikir.

119 Orang persilatan416 Dan pikiran manusia adalah sumber dari kekhawatiran dan kepedihan hati.

Selama ini A San tidak mau berpikir lagi.

Tapi kini ia ingin berpikir.

Tiba-tiba semangatnya terbakar lagi.

Setelah sekian lama ia bersembunyi di balik topeng ketidakberdayaan.

Sam Siu datang membawa beberapa lembar dedaunan.

Air sudah dipanaskannya sebelum pergi tadi.

Sambil menunggu air itu matang, Sam Siu menumbuk dan menghancurkan dedaunan itu.

"Kau yakin seseorang menotokmu?"

Tanya Sam Siu.

"Sebenarnya aku tidak yakin. Karena setelah ku toleh, tidak ada seorang pun di belakangku"

Jelas A San.

"Nah! Aku pun berpikiran yang sama."

Tukas Sam Siu sambil memandang A San dalam-dalam. A San pun memandangnya.

"Nanti sore ku antarkan kau ke tabib"

Tegas Sam Siu. A San mengerti maksud Sam Siu. Sahabatnya ini mengira mengidap sebuah sakit parah.417

"Kau benar. Aku memang menderita sakit"

Kata A San.

"Sakit apa?"

Tanya Sam Siu penuh perhatian.

"Sejak kecil aku mengidap sejenis ayan. Datang menyerangnya pun tidak menentu. Terkadang bertahun-tahun aku tidak terserang. Tetapi jika kadang menyerang, bisa dalam beberapa kali"

A San merasa pedih jika harus berbohong terhadap sahabatnya.

"Kau sudah mencoba berobat?"

Tanya Sam Siu.

"Sudah. Kata tabib yang dulu, penyakit ini tidak berbahaya, namun memang tidak bisa disembuhkan seluruhnya. Jika berbaring istirahat dan meminum obat-obatan, dalam beberapa hari aku akan sembuh"

Jelas A San.

"Mengapa kau berbohong kepadaku dan mengatakan ada orang yang menotokmu?"

Walaupun mereka bukan ahli silat, siapapu di jaman itu pernah mendengar tentang ilmu totok. Ilmu ini adalah ilmu yang harus dimiliki semua pendekar Kang Ouw120. 120 Dunia persilatan418

"A..aku...malu mengakui memiliki penyakit ayan..."

Jawab A San penuh penyasalan.

"Aih...terhadap seorang sahabat masa kau malu mengakui kekuranganmu. Penyakit toh bukan hal yang memalukan. Aku akan ke tabib sekarang. Memintanya datang memeriksamu."

"Tabib mahal, kita tidak mampu membayarnya"

Kata A San.

"Walaupun tabunganku masih ada, aku akan menggunakannya untuk keperluan lain."

"Keperluan lain?"

Alis Sam Siu terangkat.

"Aku masih punya sisa uang sedikit"

Katanya.

"Jika kau menggunakan uang itu untuk memanggil tabib dan membeli obat, aku tak akan meminumnya. Kita kan masih punya beberapa obat- obatan yang bisa dibuat sendiri."

Kata A San.

"Kau kenapa begitu keras kepala?"

Sam Siu hanya bisa menggelengkan kepala.

"Sakitku ini hanya sakit kambuhan. Satu dua hari sudah hilang. Kenapa justru kau yang terlalu khawatir?"

Tukas A San sambil tersenyum. Sam Siu berkata.

"Baiklah. Jika dalam 3 hari kau tidak membaik. Aku akan memanggilkan tabib. Jika kau tidak meminum obatnya, kan ku robek mulutmu419 dan memasukan obat itu dengan paksa. Kau mengerti?"

A San tertawa pahit.

"Kuda-kuda sudah memanggilmu karena lapar. Jika kau terus berkhotbah di sini, aku takut mereka akan datang ke sini dan menendang pantatmu"

"Aih...Iya, aku lupa. Kau sih merepotkan. Haha"

Ia tertawa sambil bergegas ke kandang kuda.

A San kembali berbaring.

Sambil berpikir, paling asik jika ditemani arak.

Sayang mereka tidak punya arak.

Setiap hari mereka memang minum arak.

Tetapi arak itu adalah jatah sehabis makan yang diberikan oleh rumah itu.

Tidak bisa diambil seenaknya.

Jika sudah ingat arak, ia selalu ingat sahabat- sahabatnya.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Apa kabar mereka sekarang? Semoga terus bahagia.

Ia tersenyum, tetapi matanya berair.

Seseorang jika mengingat sahabatnya yang jauh, akan selalu seperti ini.

Meskipun kini ia jauh dari mereka, ia yakin mereka tidak melupakannya dan selalu mendoakan nya.

Karena ia pun begitu.

Selalu mengingat dan mendoakan mereka.420 Kini ia pun telah memiliki seorang sahabat dekat.

Biarpun baru kenal beberapa tahun, ketulusan dan kebaikan hati sahabatnya itu tidak pernah ia ragukan.

Ia memang tidak pernah meragukan sahabat-sahabatnya.

Karena itu orang yang benar- benar bisa menjadi sahabatnya, hanya bisa dihitung dengan jari.

Orang yang mengenalnya sungguh banyak.

Ia pun banyak mengenal orang.

Tetapi yang benar-benar ia anggap sahabat, hanya terdiri dari beberapa orang saja.

Ia sanggup mati dan menderita untuk orang- orang ini.

Karena ia tahu, mereka pun sanggup mati dan menderita untuk dirinya.

"Sepertinya nanti malam, aku tidak jadi bertemu dengan Yan-siocia"

Tukas Sam Siu sambil dari luar jendela.

"Kenapa? Kau sudah gila?"

Tanya A San.

"Jika malam nanti kau terserang penyakit lagi, tidak ada orang yang mengurusmu"

Tegas Sam Siu.421

"Aih, aku kan sudah bilang Siu-ko121, penyakit ini hanya kadang-kadang saja datang"

"Justu karena kadang-kadang saja itu maka harus mendampingimu. Kau yakin nanti malam tidak terserang?"

"Yakin!"

Sam Siu lalu memunculkan kepala di jendela.

"Aku justru tidak yakin!? Sambil tertawa A San menukas.

"Haha. Kau mengaku saja tidak berani bertemu dengan nona kita itu"

"Eh, aku bukan kalangan Kang Ouw (persilatan) yang bisa kau pancing-pancing dengan kata ?tidak berani?"

Katanya sambil tertawa pula. Kata ?tidak berani? adalah kata yang paling tabu di dunia persilatan. Seseorang lebih suka dimaki-maki daripada dituduh ?tidak berani?.

"Jika kau tidak berani pergi, aku saja yang akan pergi"

Sahut A San.

"Pergi saja jika kau berani"

Sam Siu tertawa. 121 Kakak Siu422

"Lihat saja nanti"

Dari kejauhan, di balik pepohonan kebun yang lebat, sepasang mata menatap kedua sahabat itu dari kegelapan bayang-bayang.

Ia nampaknya cukup puas melihat A San terbaring lemah, sedangkan Sam Siu harus bekerja sendirian.

Lalu sepasang mata itu menghilang dari sana.423 BAB 18.

TENTANG LELAKI DAN PEREMPUAN Malam lalu menjelang.

Rembulan muncul dengan indahnya.

Bintang-bintang menghiasi langit yang gelap.

Seorang laki-laki menanti saat bertemu dengan pujaan hati.

"Tenang saja. Semua akan berjalan dengan baik"

Kata A San sambil tertawa.

"Bagaimana mungkin, seorang tukang kuda yang janjian bertemu dengan tuan putri majikannya, di tengah malam pula."

Sam Siu hanya bisa geleng- geleng kepala tidak percaya.

"Mengapa kau memilih waktu seperti itu?"

"Justru waktu-waktu itu kan lebih seru dan menegangkan. Heheh."

Sahut A San.

"Aku yang tegang, kau yang santai-santai saja"

"Kan kau yang bertemu kekasih hatimu, Siu-ko, aku hanya membuka jalan saja"

Tukas A San.

"Tapi jalan yang kau buka sungguh merepotkan"424

"Perempuan justru menyukai hal yang menegangkan dan berbahaya"

Ujar A San.

"Benarkah?"

A San mengangguk.

"Semakin seorang laki-laki berani menempuh bahaya demi perempuan, rasa tertarik perempuan itu akan semakin besar kepada nya."

Lanjutnya.

"Perempuan menyukai hal-hal yang menimbulkan penasaran. Menyukai laki-laki yang tegas dalam melakukan semua hal. Walau di luarannya mereka merengut dan mencibir, di dalam hati perempuan justru bertambah senang terhadap lelaki semacam itu."

"Karena itulah, laki-laki yang terlihat berandalan, terlihat acuh tak acuh, terlihat sedikit berbahayalah yang paling sering menarik hati perempuan. Laki-laki brengsek yang bergandengan tangan dengan perempuan cantik kan sudah bukan pemandangan yang asing, bukan?"

Jelas A San. Sam Siu hanya manggut-manggut sambil mendengarkan.

"Kau tampaknya sangat mengerti urusan ini. Coba jelaskan lebih lanjut. Aku tertarik mendengarkannya."425 A San tersenyum.

"Asal kau tidak mengantuk saat aku bercerita."

"Aku janji!"

Kata Sam Siu bersungguh-sungguh.

"Untuk memahami perempuan, kau harus memahami sejarah sejak jaman purbakala."

Lanjutnya.

"Jaman purbakala, laki-laki bertugas berburu, mencari makan, dan menyediakan segala kebutuhan rumah tangga. Yang perempuan bertugas di rumah, menjaga segala persediaan, dan merawat anak. Oleh karena itu, perempuan jaman purba selalu mencari laki-laki yang tangguh dalam berburu. Yang paling bisa menyediakan kebutuhan lah yang paling diminati. Lelaki seperti ini adalah lelaki yang gagah, tegap, tinggi, dan tenang. Karena perempuan mencari ketenangan. Mereka butuh perlindungan dari makhluk buas dan gangguan lainnya."

Sam Siu memotong.

"Cerita ini sudah aku dengar sebelumnya."

"Baiklah"

Tukas A San.

"Untuk mempersingkat cerita, pemahaman ini kemudian turun menurun sampai sekarang. Tetapi karena kehidupan manusia berkembang, jenis lelaki kemudian berkembang pula. Lelaki yang tidak punya keberanian, tidak percaya diri,426 tidak bisa menghidupi wanita, tentu saja tidak diminati. Karena perkembangan ini, jenis lelaki kemudian bermacam-macam, dan yang dicari perempuan kemudian terbagi menjadi dua jenis."

Jelas A San.

"Apa itu?"

"Yang pertama tipe petualang. Warisan pemikiran wanita purbakala masih berpengaruh di sini. Jenis laki-laki petualang adalah laki-laki yang gagah, tegas, menyukai bahaya, hidupnya bebas dan menarik. Ia berpetualang mengarungi hidup dengan bebas. Agak sedikit kasar, kadang malah suka mempermainkan wanita."

Ujar A San.

"Mempermainkan wanita? Mengapa wanita suka dengan laki-laki yang suka mempermainkan mereka?"

Tanya Sam Siu heran.

"Justru ini uniknya wanita. Laki-laki seperti ini memang terlihat brengsek, tapi sangat menawan di mata mereka. Mungkin karena lelaki seperti ini adalah bagaikan piala kemenangan. Semakin banyak wanita yang ia taklukkan, semakin banyak pula wanita lain yang tertarik kepadanya. Rasa penasaran perempuan adalah titik kelemahan kaum perempuan. Mereka tidak boleh merasa penasaran. Jika laki-laki pandai427 membuat perempuan penasaran, maka perempuan akan semakin tertarik kepadanya."

Jelas A San.

"Hmmmm"

Sam Siu manggut-manggut.

"Bagaimana cara membuat penasaran?"

"Dengan cara mempermainkan mereka. Ini terdengar kejam dan tidak bertanggung jawab. Tapi inilah satu-satunya cara. Semakin pintar laki-laki mempermainkan perasaan perempuan, semakin banyak pula perempuan yang tertarik kepadanya. Ini sebuah pertentangan yang lucu, tapi demikianlah adanya. Semakin laki-laki tidak memperdulikan perempuan, semakin perempuan itu tertarik untuk membuktikan dirinya kepada laki-laki itu. Oleh karena itu seorang laki-laki yang pintar tidak akan mencurah kan segala hatinya terhadap perempuan. Ia harus pandai-pandai bersikap dan membuat perempuan penasaran terhadapnya."

Apakah karena hal inilah, perempuan selalu mencintai laki-laki yang menyakitinya, dan selalu menyakiti laki- laki yang mencintainya? Entahlah.

A San terdiam sebentar.

Sam Siu pun terdiam.

Masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri- sendiri.428 Hanya cinta yang mendalam yang mampu membuat seorang laki-laki terdiam dan tak mampu berkata-kata.

"Lanjut"

Kata Sam Siu tersenyum.

"Nah. Perempuan yang masih muda, yang baru saja menjelejahi kehidupan, yang tertarik dengan hal- hal yang menggerakkan hatinya, akan selalu tertarik dengan laki-laki seperti ini. Laki-laki yang penuh bahaya dan petualangan. Yang memperkenalkannya kepada hal-hal baru."
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hal-hal baru.

Mungkin karena rasa ingin tahu terhadap hal- hal baru inilah, begitu banyak perempuan kehilangan kesuciannya kepada laki-laki yang brengsek.

Cinta saja tak akan membuat perempuan menyerahkan segalanya.

Seorang wanita harus merasa tertarik dan penasaran agar ia mampu melaku kan apa saja.

Oleh karena itu, banyak perempuan yang meninggalkan cinta sejati, demi mengejar bayang- bayang yang membuat ia tertarik dan penasaran.

Karena hal ini pulalah banyak wanita dan laki- laki yang menderita di dunia ini.429 Laki-laki yang paham hal ini akan sanggup memanfaatkan keadaan.

Laki-laki yang tidak paham akan menderita selamanya.

"Jadi untuk mendapatkan cinta perempuan, aku harus berlaku seperti ini?"

Tanya Sam Siu.

"Kau tidak harus benar-benar brengsek. Kau hanya perlu berpura-pura brengsek. Kau harus selalu melatih dirimu untuk mengetahui batas-batas brengsek itu sampai di mana. Karena setertarik apapun perempuan kepada laki-laki jenis petualang ini, ia akan lebih tertarik lagi kepada jenis yang kedua."

Jelas A San.

"Jenis apa itu?"

"Jenis penyedia. Laki-laki seperti ini walau tidak segagah dan semenarik jenis petualang, akan jauh lebih memikat perempuan. Jenis penyedia ini adalah jenis yang punya pekerjaan tetap yang bagus, mempunyai penghasilan yang sangat besar, dan mampu memberikan segala keinginan perempuan."

"Maksudmu kaya raya?"

Tanya Sam Siu.

"Benar. Ada berapa banyak perempuan yang meninggalkan laki-laki tampan demi menikah dengan laki-laki yang kaya raya? Banyak perempuan yang430 menyangkal hal ini, tapi hal ini sudah berlaku semenjak jaman dahulu kala. Di ribuan tahun mendatang pun hal ini akan tetap berlaku. Karena hal ini sudah tertanam di dalam pikiran wanita. Mereka butuh ketenangan dalam hidup. Butuh kasih sayang. Butuh dimanjakan. Butuh segala keperluannya terpenuhi. Dan hanya laki-laki yang punya uang yang sanggup melakukannya. Semakin kaya seorang laki- laki, semakin banyak pula perempuan mengerebuti nya."

"Bahkan jika laki-laki kaya itu tua, dan buruk rupa?"

Tanya Sam Siu. A San mengangguk. Ini adalah kenyataan. Seseorang dapat menyangkalnya. Tetapi cerita tentang orang yang menyangkal kebenaran bukanlah hal baru di dunia ini.

"Bagaimana jika seorang laki-laki tidak termasuk ke dalam dua jenis ini? Bukan jenis petualang, dan bukan jenis penyedia pula?"

Sam Siu kembali bertanya.

"Ia harus berubah."431 Sebuah jawaban yang sangat singkat dan sederhana. Jika kau tak sanggup mengejar cinta, buatlah agar cinta datang mengejarmu. Caranya sederhana. Berubah. Walaupun kata ini terdengar amat sangat sederhana, tetapi melakukannya adalah hal yang sangat sulit. Karena sifat seseorang sudah merupakan watak yang ia dapatkan sejak lahir, dan kemudian terbentuk oleh lingkungan sekitar. Tapi demi cinta dan kehidupan yang lebih bahagia, berubah adalah satu-satunya jalan yang harus ditempuh. Seorang laki-laki miskin dan tidak menarik, di masa depan dapat berubah menjadi kaya raya dan menawan karena sebelumnya terluka oleh cinta Cerita ini pun bukan cerita baru. Perempuan yang tak menarik dan terhina di masa lalu, kemudian berubah menjadi cantik menawan pun sejak dahulu sudah ada di dunia ini. Cerita ini pun bukan cerita baru. Ketika hidup menderita, kau harus berubah.432 Kau tak dapat menanti seseorang datang di dalam hidupmu dan menyelamatkanmu dari jurang penderitaan. Satu-satunya orang yang sanggup menolongmu adalah dirimu sendiri. Karena itulah seseorang harus berubah menjadi lebih baik. Perubahan mungkin akan memakan waktu yang lama, tetapi jika seseorang telah melakukannya, waktu yang lama dan segala kesulitan yang harus ditempuhnya akan berbuah manis. Cinta dapat merubah seseorang. Kepedihan pun dapat merubah seseorang. Kadang perubahannya sangat menyedihkan, namun tak jarang perubahannya sangat indah dan mengagumkan. Dirimu sendirilah yang memutuskan apakah ingin berubah menjadi menyedihkan, atau berubah menjadi mengagumkan. Ada cahaya di mata Sam Siu. Segala keraguan dan kerisauannya sirna. Wajahnya bersinar terang.

"Lanjutkan lagi"

Pintanya.

"Perempuan pada akhirnya, akan memilih lelaki jenis penyedia. Karena mereka tahu, semakin umur mereka bertambah, kecantikan mereka akan memudar. Tubuh mereka tak akan seindah dulu. Oleh433 karena itu mereka akan mencari lelaki yang bisa memberikan ketenangan dan penghidupan yang layak kepada mereka. Banyak sekali perempuan yang meninggalkan kekasihnya karena hal ini."

Lanjutnya.

"Tetapi perempuan adalah perempuan. Mereka selalu mengikuti perasaan dan selalu menomerduakan akal. Saat mereka telah hidup tenang dengan laki-laki penyedia, timbul lah rasa bosan. Karena perempuan mudah sekali bosan. Kau harus selalu memperkenalkan hal baru kepadanya. Suasana baru, tempat makan baru, taman baru, tempat jalan-jalan baru. Jika semua berjalan apa adanya saja setiap saat, ia akan merasa bosan. Bahkan jika ia sudah hidup tenang dan harta yang berkecukupan pun, pada akhirnya ia akan merasa bosan."

"Karena perempuan selalu tertarik dengan tantangan, cerita-cerita yang menggugah perasaan, kehidupan menarik yang tidak membosankan. Laki- laki yang merasa aman hanya dengan memberi kebutuhan sehari-hari dan uang kepada perempuan, pada akhirnya akan menyesal."

"Watak perempuan yang mudah terbawa perasaan, akan membuatnya mencari hal dan434 tantangan baru. Di saat inilah, ia akan berani melakukan hal-hal yang melanggar. Karena jiwa dan batinnya haus oleh hal-hal yang membuatnya penasaran. Karena watak inilah, perempuan kemudian tertarik lagi kepada laki-laki jenis petualang. Dan berhubung laki-laki jenis petualang ini menyukai tantangan pula, maka gayung kemudian bersambut. Pengkhianatan pun terjadi. Berawal mula dari sekedar sering bertemu, lalu sapa-menyapa, lalu kemudian bertemu berdua, lalu terjadilah hal-hal yang kau tahu sendiri apa itu. Perempuan tua yang menyimpan kekasih muda. Atau seorang istri yang berhubungan dengan kekasih lama, segala macam."

Ujar A San. Sam Siu terheran.

"Lalu jika menjadi jenis petualang salah, dan menjadi jenis penyedia pun salah juga, seorang laki-laki harus bagaimana?"

"Harus menjadi kedua-duanya. Menjadi petualang dan penyedia."

Jawab A San.

"Lelaki seperti ini ada pula?"

Tanya Sam Siu heran.

"Ada. Bahkan lelaki jenis ini begitu memikatnya sampai-sampai segala jenis perempuan akan bertekuk lutut kepadanya. Mereka benar-benar tahu memain kan hati dan perasaan wanita dengan cara yang paling pas. Mereka tahu bagaimana bersikap acuh, namun435 penuh perhatian. Mereka tahu bagaimana bersikap sopan, namun juga sedikit mengejek dan menggoda. Mereka tahu cara memberikan rasa aman, namun menawarkan tantangan-tantangan seru. Mereka tahu cara berdandan sembarangan namun terlihat rapi dan menggemaskan di mata perempuan. Mereka begitu paham batas-batas sampai di mana membuat perempuan penasaran, tertarik, dan merasakan bahaya, tetapi juga mampu memberi keamanan, kenyamanan, dan penghidupan."

Jelas A San.

"Lelaki seperti ini seperti dewa!"

Kata Sam Siu sambil tertawa.

"Walaupun terdengar seperti dongeng, lelaki seperti ini betul-betul ada di dunia nyata."

"Bisa kau sebutkan siapa?"

"Apakah kau pernah mendengar tentang pendekar Butong-pay bernama Beng Liong?"

"Ya. Siapapun di dunia ini mengenalnya. Ia kan yang berusaha memberontak dan membunuh kaisar."

Jawab Sam Siu.

"Benar. Menurut cerita yang terdengar, aku mengambil kesimpulan bahwa ialah contoh nyata jenis lelaki bagaikan dewa itu. Ia sangat tampan.436 Pakaian yang dipakainya selalu serasi. Pembawaannya tenang. Tubuhnya wangi. Wangi yang lembut namun tidak menusuk hidung. Ia begitu acuh, namun sopan kepada perempuan. Ia pun sangat hebat dalam ilmu silat."

Ujar A San.

"Ah kau memujinya seolah-olah dia adalah pahlawan. Dia kan penjahat besar. Aku lebih tertarik dengan pahlawan sesungguhnya, Cio-Hongswee122, kau tentu tahu nama ini."

Dada A San bagai tertusuk sembilu. Tentu saja ia tahu nama ini. Nama ini bahkan coba dilupakannya selama beberapa tahun ini. Dengan menahan perasaan, A San menjawab sambil tersenyum.

"Tentu saja."

"Nah, bagiku dialah contoh lelaki sejati. Seorang enghiong123, seorang Kuncu124. Melakukan hal-hal besar namun tetap rendah hati. Sayang kabarnya tidak terdengar lagi. Ia bagai hilang ditelan bumi."

A San hanya mengangguk. Ia memang tak sanggup mengatakan apa-apa. 122 Jendral Phoenix bermarga Cio 123 ksatria 124 Lelaki sejati437

"Eh dari tadi kita membahas perempuan, coba sekarang kita membahas laki-laki."

Kata A San mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Baik"

Kata Sam Siu.

"Sejak tadi kau memang hanya menjelek-jelekkan perempuan. Laki-laki kan banyak yang brengsek pula."

"Oh tentu saja. Laki-laki yang brengsek sama jumlahnya dengan perempuan yang brengsek."

Tukas A San sambil tertawa lepas.

"Coba kau jelaskan apa saja kekurangan dan kelebihan laki-laki"

Pinta A San.

"Jika perempuan hanya bisa mencintai satu orang lelaki di dalam setiap masa di dalam hidupnya, laki-laki justru mampu membagi cintanya."

Jelas A San. Lanjutnya.

"Jika perempuan jatuh cinta, ia akan jatuh cinta pada seorang saja. Jika saat jatuh cinta itu ia telah memiliki seorang kekasih, maka cintanya pada kekasih itu akan menghilang lenyap, berpindah kepada lelaki baru yang membuatnya jatuh cinta. Pada saat itu, seorang perempuan akan berani meninggalkan kekasihnya yang lama dan berpindah kepada kekasih yang baru. Jika ia belum yakin benar bahwa ia bisa hidup dengan kekasih yang baru, ia akan mempertahankan kekasih yang lama sampai ia sudah438 yakin benar. Jika saat itu tiba, ia akan meninggalkan kekasih yang lama."

"Kalau laki-laki?"

Tanya Sam Siu.

"Kalau laki-laki, berani hidup bersama kedua- duanya. Seorang laki-laki dapat hidup dengan kekasih yang lama, sambil menyimpan kekasih baru diam- diam selama bertahun-tahun. Oleh sebab itu banyak laki-laki yang mempunyai banyak istri dan simpanan sekaligus."

"Perempuan yang punya simpanan kan juga banyak?"

"Oh ya, tapi kebanyakan melakukan itu bukan karena cinta, melainkan karena penasaran dengan tantangan. Jika harus memilih, pada akhirnya mereka akan tetap memilih suami mereka yang mampu menghidupi mereka."

"Apa lagi kekurangan laki-laki?"

"Kebanyakan laki-laki itu pemalas. Bukan dalam artian malas bekerja, tetapi malas melakukan hal-hal yang baru. Saat merasa hidupnya sudah tenang, laki- laki betah melakukan hal yang itu-itu saja sepanjang hayatnya. Dan hal inilah yang memancing perempuan untuk mencari hal-hal baru."439

"Jadi jika ada perempuan berbuat seorang, ini adalah kesalahan laki-laki?"

Tanya Sam Siu.

"Tidak salah. Laki-laki harus membahagiakan perempuan. Jika tidak sanggup, maka jangan salahkan perempuan mencari kebahagiaan lain"

"Tetapi bukankah hal ini sungguh kejam?"

Tanya Sam Siu lagi.

"Di mata perempuan, justru jika laki-laki tidak sanggup membahagiakannya, laki-laki itu lah yang kejam."

Kejam atau tidak kejam, salah atau tidak salah, semua adalah persoalan sudut pandang.

Lelaki yang miskin dan bodoh, adalah salah dirinya sendiri.

Kenapa ia tidak belajar dan bekerja keras? Tetapi bukankah miskin dan kaya ditentukan oleh takdir? Benar.

Tetapi lapar pun ditentukan oleh takdir.

Manusialah yang memutuskan apakah ia mau berusaha untuk mencari makan dan mengisi perutnya.

Karena takdir adalah sebuah pemahaman yang amat sangat luas, manusia baru hanya akan440 mengetahui takdirnya saat takdir itu sudah terjadi, dan saat ia sudah mati.

Selama ia masih bernafas, selama itulah ia bisa berusaha membentuk takdirnya sendiri.

Karena jika Thian125 memberi kebebasan sepenuhnya kepada manusia untuk memilih, bersikap dan berbuat, mengapa tidak memilih untuk berusaha menjadi kaya, pintar, dan berhasil? Gagal atau berhasil baru ditentukan sesudah mati.

Percakapan yang panjang ini benar-benar membuka pikiran dan hati Sam Siu, dengan wajah yang cerah ia berkata.

"Nampaknya sudah banyak sekali hal yang terjadi di dalam hidupmu sehingga kau mampu bercerita seperti ini."

A San hanya tertawa.

Hidup masih panjang, cerita yang akan ia alami di masa depan pun mungkin akan jauh lebih dalam dan menghujam daripada apa yang telah ia alami sebelumnya.

Tetapi cerita itu pun belum terjadi.

Maka lebih baik ia menikmati saat-saat sekarang ini dengan tenang dan bahagia.

125 Langit, Tuhan441 Badai akan datang di kehidupan setiap manusia.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bagaimana kau bertahan di dalam badai itulah yang menunjukkan siapa sebenarnya dirimu.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepat.

Di luar terdengar petugas keliling yang meneriakan waktu126 .

"Sudah tengah malam"

Kata Sam Siu.

A San memandangnya.

Lalu tersenyum.

Kadang yang bisa kau lakukan untuk seorang sahabat adalah memberikan senyummu yang paling tulus.

Kadang pula yang sahabatmu perlukan darimu hanyalah sebuah senyuman yang tulus pula.

Senyum memiliki kemampuan untuk menembus batas-batas yang tak terpikirkan umat manusia.

A San bangkit dari pembaringan, dengan susah payah ia berusaha memberikan tepukan kecil di pundak sahabatnya itu.

Dan sahabatnya pun mengerti bagaimana perjuangannya hanya untuk bangkit dari pembaringan dan memberikan tepukan kecil itu.

126 Di jaman itu, memang ada sejenis petugas ronda yang berkeliling meneriakkan waktu saat itu.442 Hal yang paling kecil sekalipun, jika diberikan dengan tulus dan sepenuh hati, akan bernilai sangat besar di hadapan orang yang memahaminya.

Sam Siu paham.

Oleh karena itu ketakutan dan keraguannya hilang sepenuhnya.

Jika ada cerita tentang jongos pengurus kuda yang memberanikan diri bertemu dengan nona majikannya yang cantik di tengah malam buta, maka cerita ini sungguh akan mendapat tertawaan dan cibiran dari berbagai kalangan.

Tetapi cerita ini manis dan naif.

Segala cerita yang manis dan naif akan selalu berharga di masa depan saat seseorang sudah tua dan kesepian.

Cerita-cerita ini semacam inilah yang akan menghangatkan hati dan tubuhnya saat ia menjalani musim dingin yang panjang.

Sendirian.

Cerita ini menjadi kenangan abadi yang menunjukkan keberanian masa muda, serta dalamnya perasaan cinta.

Walaupun bodoh, perbuatan seperti ini tidak pernah bisa disalahkan.

Umat manusia bisa lahir, tumbuh, dan berkembang adalah karena cerita- cerita bodoh semacam ini.443 Jika bodoh itu berarti tulus, seseorang tidak perlu malu karena berbuat bodoh.

Jika jatuh cinta itu bodoh, seseorang pun tidak perlu malu untuk jatuh cinta.

Jika setia itu bodoh pula, seseorang pun tidak perlu malu untuk selalu setia.

Sam Liu berangkat dengan gagah.

Sahabatnya telah melepas kepergiannya dengan mantap.

Seorang wanita yang dicintainya sedang menunggunya di balik jendela kecil kamarnya yang wangi merona.

Apa lagi yang dibutuhkan seorang laki-laki?444 BAB 19.

PERMAINAN Sam Siu melangkahkan kakinya dengan mantap namun perlahan.

Di tengah malam seperti ini, walaupun hampir seluruh penghuni ?Ceng? ini sudah tidur, masih banyak penjaga yang berkeliling di dan berjaga.

Rumah seluas dan sebesar ini memang harus dijaga dari segala kemungkinan kejahatan seperti pencuri atau perampok.

Setelah beberapa bulan tinggal di sana, Sam Siu sudah paham letak-letak penjagaan.

Karena itu dengan mudah ia bisa menyelinap kesana kemari.

Ia pun sengaja membeli baju baru berwarna hitam.

Minyak wangi masih belum dipakainya, khawatir jika tercium para pengawal.

Tak butuh lama baginya untuk sampai ke bawah jendela sang nona pujaan hati.

Tetapi perjalanan yang singkat itu baginya bagaikan perjalanan bertahun- tahun.445 Jendela mungil itu terbuka sedikit.

Di sebelahnya terdapat kolam yang indah yang dulu dibuatnya bersama A San.

Untunglah di bawah jendela di samping kolam, terdepat sedikit jalur yang bisa dipakainya untuk berjalan.

Sam Siu kini tepat di bawah jendela yang tidak cukup tinggi itu.

Dengan mengendap-endap, ia merepatkan tubuhnya ke tembok, lalu mendekatkan kepalanya ke jendela itu.

"Yan-siocia127... Yan-siocia."

Bisiknya lirih.

Jendela itu terbuka lagi sedikit.

Terlihat sebuah bayangan yang menengok keluar.

Kamar nona ini gelap sehingga Sam Siu tidak bisa memastikan bayangan siapa itu.

Tapi jantungnya sudah berdegup kencang.

Cinta dapat membuat seseorang mengenal orang yang dicintainya walaupun di tengah bayang- bayang kegelapan.

Tetapi kadang cinta begitu membutakan sehingga kesalahan dan kekurangan yang terang benderang pun tak terlihat sama sekali.

127 Nona Yan446 Tentu saja Sam Siu kemudian mengenal bayangan siapa itu.

Bayangan yang telah dirindukannya selama ini.

Mengisi malam-malam kosongnya.

Hadir setiap saat di dalam angan- angannya.

"Yan-siocia..."

"Kau kah itu, Sam-ko128 ?"

Mendengar suaranya saja, entah hati Sam Siu sudah mencelos kemana. Suara ini demikian lembut. Mengucapkan namanya dengan bisikan lirih pula.

"Benar, siocia"

Bisik Sam Siu lirih pula.

"Masuklah"

Jendela itu terbuka sedikit lebar.

Laki-laki yang masuk kamar perempuan yang bukan istrinya, di tengah malam, lewat jendela pula, tentu saja bukan laki-laki baik.

Sam Siu paham ini.

Perempuan yang mengijinkannya pun bukan perempuan baik-baik pula.

Sam Siu juga paham ini.

"Ah... tapi... tapi ini tidak benar, siocia."

Katanya ragu-ragu. 128 Kakak Sam447

"Siu-ko129, jika kau tertangkap justru nasib kita berdua akan lebih berbahaya."

Sam Siu lalu teringat percakapannya dengan A San, ia lalu memberanikan dirinya.

Perempuan kan memang suka lelaki pemberani yang brengsek.

Laki-laki yang memasuki kamar perempuan di tengah malam melalui jendela, adalah laki-laki brengsek.

Mengingat ini ia justru tertawa dalam hati, dan tambah bersemangat.

Tadi saat berbisik-bisik, dia sudah menggunakan minyak wanginya.

Di teteskan di pergelangan tangan, dan belakang leher.

Sebelum berangkat juga ia sudah mandi dan membersihkan diri.

Rambutnya diikat rapi.

Bajunya pun baru.

Intinya, Sam Siu sudah melakukan segala hal yang harus dilakukan seorang laki-laki ketika akan berhadapan dengan seorang perempuan.

Di tengah kegelapan, kamar itu hanya diterangi sebuah lilin.

Wajah itu begitu cantik.

Seseorang tidak perlu membanding-bandingkan kecantikan seorang wanita dengan pemandangan 129 Kakak Siu448 atau keadaan alam.

Jika wanita ini sudah menjadi penghuni hatinya, segala macam apapun di dunia ini mana pantas dibandingkan dengannya? Sam Siu juga begitu.

Ia tidak berani dan tidak mungkin membandingkan nona ini dengan apapun juga.

Karena apapun juga tidak pantas dibandingkan dengan nona ini.

Di dalam gelap, mata nona ini bersinar terang.

Mata seorang perempuan selalu seperti ini saat bertemu orang yang disukainya.

"Siu-ko, kau... kau sudah mendengar kabar bukan?"

Tanya Yan Niu Niu terbata-bata.

"Sudah."

Kata Sam Siu lirih.

Si nona cantik terdiam menunggu Sam Siu melanjutkan kata-katanya.
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia berharap lelaki ini mengatakan sesuatu.

Tetapi Sam Siu hanya diam saja.

Seorang perempuan selalu mengharapkan laki- laki mengerti maksud hatinya.

Sayangnya jarang laki- laki yang memahami hal ini.

Yan Siu Siu adalah perempuan, Sam Siu adalah laki-laki.

Oleh karena itu, akhirnya Yan Niu Niu bertanya.

"Jadi... eh... apa pendapatmu?"449

"Eh, pendapatku... eh, ehm, boleh ku tahu nona akan dikawinkan dengan siapa?"

"Ia seorang petugas kerajaan. Dari kota sebelah."

Jelas si nona. Sam Siu terdiam. Memangnya apa yang sanggup dikatakan seorang laki-laki di saat seperti ini? "Apakah nona mencintainya?"

Tanya Sam Siu. Di dalam hatinya, si nona mungkin berkata.

"Tentu saja aku tidak mencintainya. Kau pikir buat apa aku mengundangmu kemari untuk membicarakan hal ini? Dasar tolol!"

Tetapi di luarannya, si nona hanya berkata.

"Aku... aku tidak tahu..."

Seorang laki-laki akan mengira bahwa perempuan bersikap tidak jelas saat berkata.

"Aku tidak tahu."

Tetapi sebenarnya dibalik kata-kata ini, ada berjuta makna yang ingin disampaikannya, tetapi tidak sanggup dikatakannya.

"Jika...jika...nona menyukainyamakaaku pikir"

Belum selesai Sam Siu menyelesaikan kata-kata, si nona cantik sudah menatapnya dengan sebal.

"Kau bodoh! Aku tidak mau bertemu denganmu lagi!"450 sambil membanting kaki nona itu membalikkan badan. Tak terasa ia meneteskan air matanya. Kaum laki-laki memang bodoh. Walaupun ungkapan ini tidak sepenuhnya salah, ungkapan ini pun tidak sepenuhnya benar. Laki-laki yang bodoh biasanya laki-laki yang baik dan terlalu baik. Laki-laki yang pintar dan mampu mengerti perasaan perempuan, justru paling sering memanfaatkan perasaan itu. Hanya laki-laki yang sudah berpengalaman dengan banyak perempuanlah yang mampu mengerti perempuan. Laki-laki yang berpengalaman dengan banyak perempuan, biasanya bukan laki-laki baik-baik.

"Eh... nona... apakah... aku salah bicara aku minta maaf."

"Pergilah! Sudah ku bilang aku tak mau menemuimu lagi."

Si nona berbicara dari balik punggungnya.

Suaranya terdengar serak dan bergetar.

Kadang-kadang ada keindahan tersendiri di dalam suara perempuan yang sedang menangis.451 Kelemahan perempuan adalah salah satu keindahan dan pesonanya.

Sam Siu hanya menunduk menyesal, tak tahu apa kesalahannya.

Ia hanya mampu berkata.

"Baiklah...jika ini memang kemauan nona...aku tidak bisa menolak...tetapi sebelum aku pergi...aku ingin mengatakan bahwa aku..."

Lama Sam Siu terdiam.

"Bahwa aku..."

Si nona pun menunggu.

"Ah sudahlah..."

Tanpa disadarinya, Sam Siu sudah melakukan hal yang sangat menarik perhatian wanita.

Kata-kata dan kalimat yang belum selesai, adalah hal yang sangat membangkitkan rasa ingin tahu dan penasaran mereka.

Laki-laki yang pintar akan sanggup memanfaatkan ini.

Walaupun Sam Siu bukan laki-laki yang pintar, secara tidak sengaja ia sudah melakukan nya.

"Eh, apa yang ingin kau katakan?"

Nona ini kini sudah membalik badan dan bertatapan dengan Sam Siu.

"Aih..."

Sam Siu bingung memikirkan apa yang harus diucapkannya.452 Lama ia terdiam, lalu berkata.

"Aih... walaupun aku mengatakannya sekarang pun, toh sudah terlambat... tak lama lagi nona akan..."

Si nona memotong.

"Katakan saja!"

"Aku...aku...aih."

"Dari tadi aih melulu, kau datang sejauh ini hanya untuk berkata aih?"

Bentak si nona lirih. Dengan gemas ia membanting kakinya. Sam Siu mengumpulkan seluruh keberaniannya. Ia terdiam sebentar.

"Walau sudah terlambat, sekaranglah saat kau mengatakannya. Lebih baik terlambat atau tidak sama sekali, setelah ini toh aku tak akan bertemu denganmu lagi."

Di dalam perkataan nona ini, terdapat ancaman yang sangat mengguncang jiwa.

Jika aku mengatakannya atau tidak mengatakannya, apa artinya? Toh nantinya aku tak akan bertemu lagi denganmu.

Tetapi jika tidak sekarang, setelat apapun, perasaan hati seseorang harus diungkapkan.

"Jika aku mengatakannya... aku harap nona tidak marah..."

Kata Sam Siu.453

"Kau mau bilang apa sih?"

Tanya si nona dengan setengah marah. Sam Siu mengumpulkan segenap keberanian nya. Untuk yang kali ini saja, sesudah ini, semua akan berakhir.

"Aku... aku... telah lama mencintai nona..."

Akhirnya.

Seorang laki-laki jika akhirnya mengatakan hal ini, terasa beban berat yang ditanggungnya selama ini hilang lenyap.

Namun anehnya, terasa pula beban aneh yang baru yang muncul pula.

Beban itu bernama ?harapan?.

Berharap bahwa si nona pun memiliki perasaan yang sama.

Walau secuil saja, walau tidak mungkin, walau apapun yang terjadi.

Mendengar itu si nona terdiam.

Lalu dengan sebal ia memandang Sam Siu.

"Aku tak mau bertemu dengan kau lagi!"

Sebenarnya Sam Siu sangat berharap bahwa nona itu akan tersenyum, lalu berkata ?Aku pun juga?.454 Tetapi ia sejak lama telah bersiap-siap dengan jawaban si nona tadi.

Dengan memejamkan sejenak, ia menghela nafas.

Dibutuhkan perjuangan yang amat berat bagi seorang laki-laki untuk mengatakan cinta.

Sayangnya tidak banyak perempuan yang mampu menghargai hal ini.

Yan Niu Niu adalah perempuan tulen.

"Baiklah nona, aku pergi... Jaga diri nona baik-baik..."

Sebenarnya Sam Siu ingin menyentuh ujung jemari nona itu untuk sekedar perpisahan dan salam terakhir.

Betapa ia menyanjung jari jemari itu dan rela mati oleh jari-jari itu.

Tapi nona itu diam saja.

Wajahnya membeku.

Jika seorang perempuan menyuruhmu pergi, kau harus pergi.

Maka Sam Siu pun pergi.

Meninggalkan jendela yang kemudian terdengar ditutup oleh si empunya.

Meninggalkan wangi kamar dan cahaya lilin di dalam kegelapan.

Pergi jauh meninggalkan semua itu bukanlah perkara455 sulit.

Untuk melupakan kenangan tentang semua itu lah yang sungguh berat.

Sam Siu telah sampai di kamarnya, A San memang sejak tadi menunggunya.

Melihat dari raut wajah Sam Siu, A San sudah tahu apa yang terjadi.

Sam Siu pun bercerita, sambil berkaca-kaca.

Setelah selesai bercerita A San malah tertawa.

Tertawanya tertawa senang pula.

"Tak ku sungka kau menertawakan penderitaan sahabatmu sendiri"

Tukas Sam Siu, walaupun sedikit kecewa, ia terpaksa harus tersenyum juga.

"Aku menertawakan kebodohanmu, Siu-ko."

Jawab A San.

"Aku? Bodoh? Aku tak mengerti..."
Rahasia Jubah Merah Karya Norman Duarte Tolle di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jika seorang perempuan memarahimu, menyuruhmu pergi, dan berkata bahwa ia tak ingin bertemu denganmu lagi, maka justru kau harus datang dan mengubernya. Apalagi seorang perempuan yang memasukanmu ke dalam kamarnya di tengah malam."

"Ah masa? Benarkah?"

"Jika seorang perempuan sudah tidak sayang dan cinta kepadamu, untuk bertemu dan melihat456 tampangmu saja ia sudah tidak sudi. Mana mungkin ia mau memasukanmu malam-malam ke dalam kamar nya."

Tukas Cio San.

"Tetapi... tetapi... kenapa ia mengusirku? Kenapa tidak berkata bahwa ia menginginkan aku pula?"

Tanya Sam Siu.

"Jika perempuan berkata jujur, maka ia bukan perempuan. Justru karena ia perempuan maka ia berkata dan bertingkah seperti itu."

Karena perempuan adalah perempuan. Rasa- rasanya ungkapan ini saja sudah cukup untuk menjelaskan segalanya. Lanjut A San.

"Jika kau berharap saat kau mengungkapkan cintamu, seorang wanita akan memasang wajah bahagia dan berkata, aku pun mencintaimu, maka kau keliru. Seorang perempuan umumnya, akan memasang tampang heran dan sebal. Memberi banyak alasan ini dan itu. Membuat kau bertanya-tanya apa maksud mereka sebenarnya."

"Mengapa mereka melakukan hal seperti ini?"

Tanya Sam Siu.

"Karena mereka tidak ingin dianggap gampangan dan murahan. Sebisa mungkin mereka457 akan membuat dirinya susah dikejar. Perempuan sangat menyukai hal ini. Mereka menikmati mempermainkan perasaan laki-laki. Jika ada laki-laki bingung karena mereka, kaum perempuan justru senang."

Jelas A San.

"Aih, jadi sebenarnya kaum laki-laki dan kau perempuan sama saja? Sama-sama suka mempermain kan perasaan orang?"

"Benar. Bedanya cuma satu, perempuan justru suka perasaannya dipermainkan, sedangkan laki-laki justru kebingungan dan kelimpungan"

Ujar A San.

"Jadi sekarang, apa yang harus kulakukan?"

"Kau harus mempermainkan permainannya!"

Tukas A San sambil tersenyum.

"Bagaimana jika aku kalah? Aku tak paham permainan ini."

Sambil bangkit dari pembaringan, A San berkata.

"Ada aku disini, siapa yang bisa mengalahkan mu?"458 BAB 20 CINCIN BERWARNA MERAH "Jadi apa yang harus kau lakukan? Apakah aku harus menemui Yan-siocia lagi?"

Tanya Sam Siu.

"Jika kau menemuinya lagi, ia akan mengusirmu pergi"

Kata A San.

"Aih...jadi apa yang harus kulakukan?? "Kau tetap harus menemuinya. Jika ia mengusir mu, pergilah. Tapi pastikan bahwa ia tahu kedatangan mu. Perempuan suka dikejar-kejar. Jika kau terlihat susah karena mengejarnya, maka ia akan bahagia karena merasa dirinya berharga dan kau begitu menghargai dirinya sehingga rela kesusahan."

"Hmmm...jadi aku harus menerima saja jika ia mengusirku pergi...nah, jika bertemu kepadanya, apa yang harus ku katakan?"

"Katakan kau mengerti maksudnya. Dan suruh ia menunggu beberapa hari."

Tukas A San.459

"Menunggu untuk apa? Memangnya kau punya rencana apa untukku?"

"Aku punya beberapa rencana, Siu-ko. Tapi kuharap kau percaya padaku. Aku akan menjelaskan rencana itu beberapa hari lagi. Setuju?"

Jelas A San.

"Setuju!"

Tanpa pikir panjang Sam Siu mengangguk dan tersenyum.

Entah kenapa, ada banyak orang di dunia ini yang sanggup membuat orang lain percaya sepenuhnya kepada dirinya.

Namun hanya teramat sedikit orang yang mampu menjawab kepercayaan itu dengan tanggung jawab.

A San adalah salah satu dari segelintir orang itu.

Pagi-pagi sekali mereka berdua sudah bangun.

Mengurusi kuda-kuda yang berada di istal milik keluarga Yan yang kaya raya.

Yan-wangwe mempunyai kesukaan mengumpulkan kuda-kuda pilihan yang mahal-mahal.

A San sendiri tidak memiliki kemampuan mengurusi kuda.

Ia hanya percaya sepenuhnya terhadap Sam Siu yang mengaku bisa mengurusi kuda.

Awalnya A San mengira Sam Siu mengakui itu agar bisa diterima bekerja pada keluarga ini, rupanya Sam Siu460 memang betul-betul paham dengan kuda.

Dari Sam Siu lah A San belajar banyak hal tentang kuda.

A San rupanya masih merasa sakit di tubuhnya sehingga ia tidak bisa bekerja dengan sepenuhnya seperti biasa.

Terkadang ia harus berhenti dan beristirahat untuk memulihkan tenaganya.

Sam Siu sendiri bekerja seperti biasa, dan malah menyuruh A San beristirahat sepenuhnya saja di bilik mereka.

Tentu saja A San tidak mau.

Ia tidak tega melihat sahabatnya itu bekerja keras sendirian, membersih kan kuda-kuda, membersihkan kandang, menyusun jerami, memberi makan, dan sebagainya.

Apalagi jumlah kuda-kuda di istal itu ada puluhan ekor.

Saat A San sedang duduk bersandar di sebuah tiang, terdengarlah sebuah bentakan.

"Siapa menyuruhmu istirahat?!"

Setelah2 bulan bekerja di sana, kedua orang ini sudah pasti paham siapa pemilik suara ini.

Suara yang menggelegar ini adalah milik Yan-wangwe sendiri.

Sang Cukong130 ini jika bersuara memang selalu membentak.

Segera A San bangkit dari duduknya, dengan wajah menahan sakit, ia berkata.

"Maaf sekali 130 majikan461 chungcu131, hamba sedang sakit jadi tidak bisa bekerja sepenuhnya."

"Kau sakit? Kenapa tidak istirahat?"

Tanyanya sambil membentak pula. Dari belakangnya sudah muncul juga beberapa orang yang merupakan pelayan dan pengawalnya.

"Hamba merasa kasihan dengan Sam Siu, chungcu. Jika hamba beristirahat, maka ia harus bekerja sendirian."

Jelas A San.

"Alasan saja. Kau bekerja supaya upahmu tidak dipotong karena tidak masuk!"


Wiro Sableng 118 Batu Pembalik Waktu Satria Gendeng 12 Pewaris Keris Kiai Durjana Dan Ksatria Seri Thiansan Karya

Cari Blog Ini