Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 10

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 10



Siau Ceng yang berdiri di sisi segera berteriak.

"Jangan sembarangan bicara, nona kami adalah orang baik-baik, kalau dia mau terkenal, di dunia ini Kian-kun-kiam-pai belum ada sebagiannya."

"Kian-kun-kiam-pai tidak pernah menyombongkan diri atau menganggap kami yang paling kuat, tapi kami juga tidak sudi bertarung dengan orang yang menyembunyikan identitas."

"Baiklah, dengar baik-baik margaku Liu, pohon Yang Liu punya Liu, namaku Ji-swie, apakah kau ingat?"

"Apakah itu nama aslimu?"

"Tidak perlu tahu asli atau palsu, yang penting aku memakai nama ini dan tidak akan berubah."

"Biaklah, namamu tidak akan digunakan karena hari ini kau yang akan meloncat ke Coan-bu-ouw, di sisi danau Coan-bu- ouw aku akan mendirikan sebuah batu nisan supaya orang yang mencarimu tahu di mana mayatmu terbaring!"

Kata Goan Hiong.

Dengan marah Liu Ji-swie menggerakkan pedangnya dan menyerang, Goan Hiong melencengkan pedangnya, dia mulai siap-siap mempergunakan Tay-lo-kiam-hoat dan selalu menutup semua arah supaya pedang lawan tidak bisa menyerangnya, jurus-jurus Liu Ji-swie sangat ringan, tempat yang di mana dia menyerang sangat tepat, jurusnya aneh, tubuhnya sangat ringan dan seperti melayang kesana kemari, membuat orang sulit menduga arahnya.

Kie Pi-sia melihat pertarungan ini, wajahnya mulai tersenyum, dia mulai mengerti mengapa begitu menyerang dia langsung kalah, bukan ilmunya lebih rendah dari perempuan itu, tapi karena dia terlalu tergesa-gesa, maka dia kalah, apa yang Ciam Giok-beng bicarakan dengan Goan Hiong di perahu, dia sudah mendengarnya, maka dia pun menganalisa diri.

Ilmu pedang Lin Ji-swie sangat aneh, tapi hanya satu kata yang bisa melukiskannya yaitu 'cepat' maka begitu bertarung dia sudah mengambil kesempatan.

Jurus Goan Hiong adalah jurus bertahan, karena dia bertahan dengan baik, membuat lawan tidak bisa menyerang.

Sesudah Liu Ji-swie menyerang 10 jurus lebih, melihat lawan tidak membalas, dengan cemas dia berkata.

"Kau adalah laki-laki, apa maksudmu hanya bertahan?"

Kata-katanya baru keluar, Goan Hiong tiba-tiba menyerang, Liu Ji-swie pun ikut melayang, dia mengikuti pedang Goan Hiong menyerang, refleknya cepat sekali, benar-benar sulit dibayangkan.

Tapi serangan Goan Hiong tadi hanya untuk mencari tahu, baru sampai di tengah-tengah, dia menarik kembali pedangnya, dengan tenang dia kembali mementahkan serangan Liu Ji-swie dan kembali seperti semula.

Liu Ji-swiea berteriak.

"Apakah dengan cara ini kau bisa melindungi dirimu? Aku ingin lihat kau bisa bertahan sampai berapa lama?"

"Kau bisa bertahan berapa lama, aku pasti sama bisa bertahan berapa lama, dengan cara bertahan untuk melawanmu yang menyerang aku akan lebih irit tenaga."

Liu Ji-swie tertawa dingin, tiba-tiba gerakan pedangnya bertambah cepat, dia tidak menggunakan jurus ringan, tapi dengan jurus ganas, memaksa Goan Hiong bertarung, dia juga sering membuat dirinya banyak celah supaya Goan Hiong menyerangnya dan bisa memecah penjagaannya yang ketat.

Menghadapi serangan seperti itu, Goan Hiong mulai tidak sabar karena setiap kali harus menahan serangan lawan, terlihat sangat lelah dan lawan selalu terlihat banyak celah, sepertinya untuk menyerang celah-celah itu sangat mudah dilakukan.

40 jurus sudah berlalu, Goan Hiong semakin lelah, pertarungan ini seperti seekor anjing galak berhadapan dengan domba, cakar anjing galak yang tajam sulit digunakan, begitu domba datang menabrak dia hanya bisa mendorongnya kembali, walaupun tenaga kedua belah pihak berbeda jauh, tapi mereka tetap berniat membereskan lawan, tangan diulurkan akan terkena nadi penting untuk apa harus terus bertahan? Maka begitu ada kesempatan datang, Goan Hiong menggunakan kesempatan itu menyerang, pedangnya tiba- tiba didorong keluar untuk menyerang leher Liu Ji-swie, ini adalah waktu ketika lawan mundur, jurus berikutnya Goan Hiong akan terus menyerang.

Tapi reflek Liu Ji-swie di luar dugaan Goan Hiong, menghadapi jurus yang menyerang lehernya, dia sama sekali tidak peduli, tubuhnya tetap condong ke depan, ujung pedang menunjuk pundak Goan Hiong.

Tidak peduli pada nyawanya, dan hanya ingin melukai pundak lawan, pertarungan seperti ini boleh dikatakan belum pernah terjadi dari dulu sampai sekarang, Goan Hiong yang punya banyak akal tetap hanya termangu, seorang pesilat pedang yang paling penting adalah reflek, bakat Goan Hiong di bidang ini sangat tinggi, tapi melihat keadaan sekarang, dia jadi ragu-ragu melihat ujung pedangnya hampir mengenai leher lawan, dia sedang berpikir apakah harus memiringkan ujung pedang supaya tidak menusuk leher lawan, tiba-tiba dia merasa pundaknya dingin lalu panas, Liu Ji-swie sudah membalikkan tubuh dan mundur.

Goan-hong merasa dingin karena ujung pedang merobek baju, lalu panas karena kulitnya tergores pedang, Goan Hiong melihat pundaknya telah tergores dan darah menetes membasahi bajunya.

Kie Pi-sia berteriak.

"Goan Toako, jangan sungkan, dengan cara tidak peduli nyawa sendiri, dia jadi unggul."

Liu Ji-swie dengan dingin berkata.

"Marga Goan, silahkan meloncat ke danau!"

Goan Hiong menyimpan pedangnya dan tertawa.

"Tehnikku berada di bawahmu, aku marga Goan tidak akan menarik kembali apa yang tadi telah kukatakan, tapi aku tetap akan bertanya, bila tadi pedangku terus menyerang, apa yang akan terjadi?"

"Waktu itu kau akan tahu, salahnya mengapa kau tidak berani menyerangku, sekarang kau tidak perlu banyak tanya, turunlah ke danau!"

Goan Hiong tertawa, dia benar-benar turun ke danau kemudian naik lagi, dia memeluk pedangnya dan berkata.

"Aku ingin bertanya lagi."

"Kau adalah jenderal yang kalah, buat apa banyak tanya, kau tidak pantas bertarung lagi, pergi dan beristirahatlah di pinggir!"

"Bagaimana denganku?"

Tanya Kie Pi-sia sambil membawa pedangnya.

"Siapa pun sama saja, hari ini aku siap melayani pertarungan bergilir dari kalian, dari yang paling tua sampai yang paling muda masing-masing mempunyai kesempatan."

Karena Goan Hiong kalah duluan, maka dia berdiri di sebelah sana, Kie Pi-sia mendekat, dia seperti Goan Hiong menyerang kemudian mundur untuk bertahan, Liu Ji-swie malas menunggu, sesudah beberapa jurus, dia mulai menyerang dengan cara tidak peduli pada nyawa, tenaga Kie Pi-sia tidak sekuat Goan Hiong, begitu sampai jurus ke-6, dia mulai menyerang posisi menyerang tetap pada leher lawannya.

Liu Ji-swie tidak berganti posisi, tapi serangan ke bawah dia naikkan ke pundak, sama seperti menyerang Goan Hiong, karena Goan Hiong kalah maka Kie Pi-sia tidak sungkan- sungkan menyerang, tapi dia tetap mempunyai hati nurani, dia tidak ingin nyawa orang lain melayang, maka dia menyerang sangat hati-hati, dalam benaknya paling-paling melukai dia itu sudah cukup! Tapi begitu Liu Ji-swie melihat ujung pedang Kie Pi-sia mendekat sekitar beberapa sentimeter, kepalanya tiba-tiba ditundukkan dia menggigit ujung pedang Kie Pi -sia, kemudian pedangnya melayang, Kie Pi-sia merasa pundaknya dingin kemudian panas, darah pun mengalir, karena terkejut dia mundur mendekati Goan Hiong.

Dengan senang Liu Ji-swie berkata.

"Kali ini kau harus tahu diri, kalau tadi kau ingin membunuhku, kau harus tetap mengalami kegagalan."

Goan Hiong terdiam.

"Caramu benar-benar berbahaya! Kalau meleset sedikit, nyawamu akan melayang!"

Seru Kie Pi-sia. Liu Ji-swie tersenyum, katanya.

"Pesilat pedang yang hebat tidak boleh meleset, hidup, mati, menang, kalah, ditentukan dalam sekejap mata."

Saat Kie Pi-sia ingin kembali ke tempatnya, Liu Ji-swie tertawa, katanya.

"Kau tadi sudah masuk ke air, sekarang kau tidak perlu masuk ke air lagi."

Kie Pi-sia menjawab dengan dingin.

"Aku tidak sudi menerima kebaikanmu, tadi aku masuk ke air karena ingin menang, sekarang aku masuk ke air untuk menepati janji, dua hal ini jangan dicampur adukkan menjadi satu."

Kie Pi-sia tetap masuk ke danau dan berguling-guling lalu naik kembali, Liu Ji-swie tertawa, katanya.

"Sangat baik, mengenai hal ini kau lebih baik dariku, aku kagum kepada sifatmu yang keras ini!"

"Aku tidak terima kekagumanmu, karena di lain waktu kita akan bertarung lagi, aku bisa lebih bebas berhadapan denganmu, memang tadi aku kalah, tapi aku tidak terima, karena aku tidak mau melukaimu, maka saat bertarung tadi aku membatasi diri, kalau benar-benar menyerang sekuat tenaga aku tidak percaya gigimu bisa bertahan menggigit pedangku!"

Liu Ji-swie tersenyum, dia mengambil pedang miliknya, lalu menyentil, ujung pedang langsung putus, kemudian dia mengambil ujung pedang yang terputus itu dengan pedangnya dan memotongnya menjadi dua lagi, dengan angkuh dia berkata.

"Karena kau tidak mempunyai niat melukai orang, maka aku hanya akan melukaimu sedikit saja, kalau tidak bila pedangku sedikit di angkat ke atas, paling sedikit bisa membelahmu menjadi 2 bagian, aku menyentil bisa mematahkan pedang, tidak mungkin aku tidak tahan dengan pedangmu!"

Tenaga gigitannya pasti lebih kuat dari sentilan jari, karena itu Kie Pi-sia tidak bisa bicara apa-apa lagi. Sambil tertawa Liu Ji-swie berkata kepada Ciam Giok-beng.

"Dua murid paling baik dari perguruanmu, sudah berhasil kukalahkan, sekarang giliranmu bertarung denganku!"

Sewaktu Ciam Giok-beng bersiap-siap akan bertarung, Pui Ciauw-jin segera berkata.

"Ciam Toako, bagaimana kalau aku yang mencoba dulu?"

"Kau bukan murid Kian-kun-kiam-pai jangan membuat masalah denganku!"

Kata Liu Ji-swie.

"Memang aku bukan murid Kian-kun-kiam-pai, tapi saat berdirinya Kian-kun-kiam-pai, aku dengan posisi sebagai Tetua Kian-kun-kiam-pai ikut andil, maka kami masih ada hubungannya, apa lagi Goan Hiong sebelum masuk Kian-kun- kiam-pai adalah muridku, dasar ilmu silatnya aku yang mengajarkan, sekarang dia kalah, aku merasa malu, aku ingin mengambil kembali sedikit nama baikku!"

"Kalau kau ingin meramaikan suasana, tidak masalah!"

Pui Ciauw-jin tertawa terbahak-bahak.

"Karena kekalahan Goan Hiong membuat wajahku panas karena malu, maka aku ingin mencari alasan yang tepat supaya bisa merendam tubuhku kedalam air danau, aku harap Nona Liu bisa membantuku."

"Jangan macam-macam, bila ingin bertarung, mendekatlah!"

Kata Liu Ji-swie marah. Pelan-pelan Pui Ciauw-jin keluar dan berkata.

"Pedangmu sudah putus apakah perlu diganti dengan yang lain? Kadang- kadang walaupun hanya sedikit masalah akan menjadi masalah besar."

Dengan angkuh Liu Ji-swie menjawab.

"Tidak perlu, hanya kurang 10 sentimeter tidak masalah bagiku."

"Seberapa pendek baru jadi masalah?"

"Jangan banyak bacot! Dengan tangan kosong pun aku bisa menang darimu,"

Liu Ji-swie berkata dengan angkuh. Pui Ciauw-jin tetap tertawa dan berkata.

"Kau sendiri yang berkata demikian, bila terjadi sesuatu jangan salahkan aku, aku dijuluki si pedang aneh, jurus pedangnya aneh, pedangnya aneh, orangnya pun aneh!"

"Jangan banyak bacot, lebih baik kau masuk ke danau dan menjadi siluman."

Pedang menyerang, Pui Ciauw-jin menahannya, Pui Ciauw- jin balik menyerang, dengan tenang Liu Ji-swie menahan, tiba- tiba dia mengeluarkan jurus aneh dan menyerang wajah Pui Ciauw-jin, tangan kosong Pui Ciauw-jin tiba-tiba melayang, dari dalam lengan bajunya dia mengeluarkan sebuah pisau kecil, kemudian terdengar suara TANG, pedang panjang Liu Ji- swie terputus, punggungnya dipukul dengan punggung pedang membuat Liu Ji-swie terus maju ke depan.

Begitu tubuhnya bisa berdiri tetap, dengan marah dia berkata.

"Kau benar-benar menggunakan cara licik!"

"Sebelumnya kan aku sudah memberitahu dan sudah berpesan kau harus hati-hati, julukanku adalah si pedang aneh maka jurusku pun pasti aneh, seperti pisau kecil yang kupakai adalah salah satu jurus anehku, tapi tadi kau mengatakan dengan tangan kosong bertarung denganku pun tidak masalah, aku hanya memutuskan pedangmu, seharusnya lebih tidak bermasalah, ternyata kau hanya besar mulut saja prakteknya tidak ada!"

Liu Ji-swie bertambah marah lagi.

"Aku yang membuat masalah? Kalau kau berani tunggulah, aku akan mengganti pedang baru! Aku tidak peduli pada pemainan persetanmu!"

"Tentu, aku ingin kau mengganti pedang, meski kau mau beberapa kali pun ingin diganti tidak masalah, karena umurku lebih tua darimu satu kali lihat lebih, aku tidak boleh meremehkanmu."

Liu Ji-swie melotot, bentaknya.

"Apakah kau meremehkan ku?"

Dengan santai Pui Ciauw-jin menjawab.

"Kalau tadi aku menyerangmu dengan bagian tajam, tanganmu akan putus, tapi aku tidak mau berbuat seperti itu, maka hanya dengan punggung pedang aku menepukmu, aku ingin memberi sedikit pelajaran kepadamu, kau jangan terlalu sombang, kau masih muda, jangan kira sesudah mendapat ilmu warisan dari keluarga, kau akan menjadi tidak terkalahkan! Kau harus tahu di luar langit masih ada langit lagi, memang para orang tua dalam tehnik pedang tidak sebagus dirimu, tapi berdasarkan pengalaman, mereka menang darimu, ilmu pedang yang didapat dari warisan keluarga tidak perlu disombongkan, pengalaman adalah hasil kerja keras sendiri, Nona, kau masih terlalu jauh!"

Wajah Liu Ji-swie berubah menjadi pucat, Siau Ceng segera memberikan pedangnya kepada majikannya.

"Nona, gunakanlah pedangku!"

Liu Ji-swie mendorong tangannya, dia menarik nafas.

"Siau Ceng, tadi aku memang sudah kalah, kalau kalah harus mengaku kalah, kita tidak boleh berbuat licik, kalian kembalilah, bila ada kesempatan bertemu dengan orang itu, beritahu kepadanya, carilah aku di sana."

Siau Ceng terpaku, katanya.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Nona, apakah kau tidak akan pulang dengan kami?"

Dengan angkuh Liu Ji-swie menjawab.

"Aku tidak akan kembali, ketika ada kesempatan keluar aku tidak ingin pulang, apalagi sekarang."

"Kelak kalau kami ingin mencari Nona, bila bertemu dengan orang itu, bagaimana kami memberitahu kepadanya?"

Liu Ji-swie tertawa sedih, berkata.

"Beritahu kepadanya, air danau ini adalah kuburanku!"

Siau Ceng, Siau Pek terkejut, katanya.

"Nona jangan bergurau!"

"Nona tidak perlu begitu serius! Nona tidak bisa berenang, kalau masuk ke dalam air akan berbahaya!"

Pui Ciauw-jin dengan cepat berkata.

"Aku sudah memaksa 2 orang kalian masuk ke dalam air, aku kalah bukan karena ilmu pedangku lebih rendah darimu, aku kalah tapi hatiku tidak terima!"

"Betul! Maka kau tidak perlu serius seperti itu!"

Jawab Pui Ciauw-jin. Liu Ji-swie tertawa dingin, katanya.

"Tadi aku sudah mengaku kalah, walaupun aku bukan orang terkenal, tapi aku tidak akan licik!"

Kemudian dia berjalan menuju danau, Pui Ciauw-jin mengejar dan melarangnya, Liu Ji-swie menoleh dan berkata.

"Kau tidak perlu ikut, tenanglah di belakangku, tidak akan ada orang yang akan mencari masalah dengan kalian lagi, apa lagi Siau Pek dan Siau Ceng bisa menjadi saksi bahwa kematianku ini adalah kehendakku sendiri, bukan karena dipaksa oleh kalian maka tidak akan ada orang yang mencari kalian untuk membalas dendam!"

Dia melayang di atas air danau, dia berjalan sangat cepat di permukaan air, orang-orang yang ada di belakang ilmu meringankan tubuhnya tidak sebaik dia, maka mereka tidak bisa mengikutinya berjalan di atas air, Pui Ciauw-jin dengan cepat mengambil perahu kecil lalu mendayung menuju danau, Ho Gwat-nio dengan cepat terjun ke dalam air lalu berenang menghampiri Liu Ji-swie, menang sangat cepat tapi lebih lambat dari Liu Ji-swie.

Yang lain juga dengan cepat naik ke perahu besar, dan memerintahkan tukang perahu segera mendayung ke depan, terlihat di bawah siraman cahaya bulan Liu Ji-swie terus berlari, kemudian dia naik ke atas, lalu seperti seekor bangau malam masuk ke tengah danau, hanya terlihat ada riak-riak air, bayangannya sudah tidak terlihat, Ho Gwat-nio dengan cepat menyelam ke sana, dia tidak bisa melihat apa-apa.

Pui Ciauw-jin adalah orang kedua yang sampai di sana, dia juga segera turun ke dalam air untuk mencari Liu Ji-swie, orang-orang yang ada di perahu besar yang bisa berenang semua turun ikut mencari.

Tapi setelah semua mencari sekian lama, tetap tidak ada hasilnya, Kie Tiang-lim menarik nafas dan berkata.

"Tidak perlu dicari lagi, sudah begitu lama, walaupun menemukannya, nyawanya pasti tidak akan tertolong lagi."

Dengan aneh Ho Gwat-nio berkata.

"Aku hanya terlambat sedikit, tidak mungkin tidak menemukan dia, walaupun dia mati, harus ada mayatnya bukan?"

"Hanya ada satu kemungkinan, dia masuk ke dalam air terlalu tergesa-gesa, maka tubuhnya menancap di dasar danau, maka kita tidak bisa menemukan dia,"

Kata Pui Ciauw- jin.

"Tidak mungkin, air danau ini dalamnya hanya 5 meter, tidak mungkin menancap ke dasar danau, air begitu dalam mungkin tubuhnya malah akan terapung, aku yakin dia bisa berenang dan teknik berenangnya lumayan tinggi, pada kesempatan ini dia melarikan diri!"

Siau Ceng dan Siau Pek masih berada di perahu besar, wajah mereka penuh air mata, sesudah mendengar kata-kata Gwat-nio, Siau Pek marah dan berkata.

"Jangan sembarangan bicara, kalau nona kami bisa berenang, saat kami jatuh ke dalam air, dia tidak akan meminta kalian menolong kami, kalian yang menyebabkan nona mati, mengapa terus menghina dia?"

Ciam Giok-beng melihat air danau kemudian tersenyum, katanya.

"Gadis kecil, kami tidak memaksanya, maka kalau bicara kau harus hati-hati, kalau tidak untuk apa kami datang menolongnya?"

Siau Pek menunjuk Goan Hiong dan berkata.

"Dia yang membuat nona mati karena dia memaksa ingin tahu nama dan marga nona, dan masih bilang harus membuat batu nisan di sisi danau, memang dia sengaja ingin membuat nona mati!"

Goan Hiong melihat air danau, kemudian berkata.

"Kata- kata tadi memang aku yang mengucapkan, tapi masuk ke dalam air adalah kemauannya, kalah dan menang adalah hal yang biasa, kalau kalah lalu ingin bunuh diri, itu salah dia karena jiwanya terlalu sempit, apa lagi dia belum mati, kalau dia mati aku yang akan mengganti nyawanya."

"Kalau suami nona mengetahuinya, jangan harap kalian bisa hidup!"

Teriak Siau Ceng.

"Ternyata Nona Liu sudah menikah, siapa suaminya?"

Tanya Ciam Giok-beng. Siau Pek menendang Siau Ceng, dia melarang Siau Ceng terus bicara, kemudian bertanya kepada Goan Hiong.

"Kau bilang nona belum mati? Dari mana kau tahu?"

"Nona kalian tidak bisa berenang, maka tidak mungkin begitu masuk ke dalam air langsung menghilang, jadi tidak mungkin dia mati!"

Siau Pek sangat kecewa dan berkata.

"Ternyata kau hanya menduga saja dan itu belum tentu benar, ilmu silat nona sangat tinggi, tapi dia sudah bertekad ingin mati, dia berlari sangat cepat, mungkin tubuhnya menancap di dasar danau, lebih baik kalian turun dan membawa mayat nona ke atas, aku akan menutupi kesalahan kalian!"

Goan Hiong berkata.

"Hari ini orang yang menyaksikan tragedi ini tidak mungkin menutupinya, tapi tidak masalah untuk kami, karena kami tidak bersalah dan kami tidak takut akan ada yang datang untuk membalas dendam, tapi aku bisa membuktikan kalau dia tidak mati."

"Apa buktinya?"

Tanya Siau Pek.

"Bila kau memberitahu nama asli nonamu, aku akan memberitahu padamu!"

Kata Goan Hiong.

"Nona bermarga Liu, itu tidak salah, tapi nama nona tidak bisa disebut, dia mengatakan kalau namanya adalah Ji-swie, ya Ji-swie,"

Kata Siau Pek.

"Siapa nama suaminya?"

Goan Hiong bertanya lagi.

"Marga suaminya adalah Ciu, namanya Pek-ho, ilmu pedangnya sangat tinggi, lebih tinggi dari nona, aku hanya bisa mengatakannya sampai di sini, aku harus memberitahu kalau nona belum menikah, hanya sudah bertunangan, tapi nona tidak suka dengan pernikahan ini."

Kata Siau Ceng.

"Sudah! Sudah cukup banyak yang kuberitahu, sekarang giliranmu yang memberitahu,"

Tuntut Siau Ceng.

"Nona kalian sudah ditolong orang lain!"

Kata Goan Hiong. Mata Siau Ceng dan Siau Pek membesar dan bersama-sama bertanya.

"Apakah benar?"

"Pasti benar, kepalaku jadi jaminannya!"

"Mengapa kita tidak melihatnya?"

Tanya Siau Ceng.

"Orang ini sudah lama bersembunyi di bawah air, ilmu silat orang itu sangat tinggi, begitu nona kalian masuk ke dalam air dia langsung dibawa oleh orang itu, mungkin orang itu adalah calon suaminya yang bernama Ciu Pek-ho."

"Tidak, tidak mungkin, pertama Tuan Ciu tidak tahu kami berada di sini karena dia sedang ada perlu dan pergi, kedua, Tuan Ciu tidak bisa berenang!"

Jelas Siau Pek.

"Berarti ada orang lain lagi, dia sangat mahir berenang, dari awal dia sudah menunggu di dalam air untuk menolong nonamu, dia pasti orang yang sangat mengenal nonamu,"

Kata Goan Hiong. Wajah Siau Pek dan Siau Ceng terlihat senang, mereka bertanya.

"Mengapa kau bisa tahu!"

"Waktu aku naik perahu kemari, aku melihat ada riak air, riak air itu menuju ke barat, seperti seekor ikan besar yang sedang berenang di bawah air, di Coan-bu tidak ada ikan besar, maka aku mengambil kesimpulan itu adalah orang, orang itu sudah menolong nona kalian, siapakah orang itu?"

Siau Ceng dan Siau Pek dengan cepat meloncat ke perahu kecil yang dibawa Pui Ciauw-jin, mereka mendayung terus ke arah barat, dari perahu Siau Pek masih menoleh.

"Kalau nona tidak mati, itu adalah nasib baik kalian, hal yang lain tidak perlu kalian tahu, kalian juga tidak perlu mengejar kami, kalau tahu kalian mengikuti kami, kami tidak akan melepaskan kalian."

Ho Gwat-nio turun ke dalam air sebelah sana diam-diam Goan Hiong tahu Ho Gwat-nio sangat pintar berenang, dia akan mengikuti perahu kecil itu, maka dia pura-pura berkata.

"Siapa yang sudi mengurusi masalah kalian, kami masih belum puas bermain di danau ini!"

Perahu besar terus melaju ke arah timur, karena baju beberapa orang sudah basah, maka semua sudah tidak tertarik lagi untuk bermain, mereka pamitan pada teman- teman dunia persilatan yang datang untuk melihat keramaian.

Kemudian mereka pamit pulang ke perusahaan perjalanan Su- hai dengan menunggang kuda, setelah mereka selesai mengganti baju dan baru mulai mengobrol, Ho Gwat-nio sudah kembali.

"Bagaimana hasilnya, Gwat-nio?"

Tanya Pui Ciauw-jin.

"Orang yang menolong Nona Liu itu, apakah Lim Hud- kiam?"

Goan Hiong juga ikut bertanya.

"Mengapa kau mengira orang itu adalah dia?"

Tanya Ho Gwat-nio tertawa.

"Ilmu pedang Liu Ji-swie sama dengan Lim Hud-kiam, hanya Lim Hud-kiam yang mahir berenang!"

Jawab Goan Hiong.

"Tebakanmu boleh dikatakan benar, juga bisa disebut salah!"

Kata Ho Gwat-nio tertawa.

"Apa artinya?"

Goan Hiong terpaku.

"Aku tahu mereka pergi ke arah barat, mereka turun di kuil Gi-beng, Liu Ji-swie sedang memuntahkan air yang tertelan di belakang hutan kecil itu, Yu Bwee-nio dengan basah kuyup memberikan pertolongan, Yu Leng-nio juga berada di sana, yang menolong dia adalah kakak beradik ini, tapi aku tidak melihat Lim Hud-kiam, kedua gadis itu selalu bersama Lim Hud-kiam, maka tebakanmu hanya benar separuh saja!"

"Tapi aku tetap menduga Liu Ji-swie ada hubungannya dengan Lim Hud-kiam, apa hubungan di antara mereka?"

Kata Goan-Hiong.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak tahu, tapi kelihatannya demi Lim Hud-kiam, Liu Ji-swie datang kemari, tapi Lim Hud-kiam tidak ingin bertemu dengannya maka dia meminjam mulut kakak beradik ini menyuruhnya untuk segera pulang dan jangan membuat onar di luar,"

Kata Ho Gwat-nio.

"Ho Lihiap, apakah kau mendengar obrolan mereka?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Aku tidak berani terlalu dekat, tapi sepertinya begitu!"

Jawab Ho Gwat-nio. Ooo)d*w(ooO Siau Ceng dan Siau Pek masuk kedalam hutan, begitu melihat 2 bersaudara Yu, mereka terpaku.

"Mengapa kalian, mana Lim Kongcu?"

Siau Pek berteriak.

"Dia tidak datang, dia berpesan tidak ingin bertemu dengannya lagi!"

Kata Yu Bwee-nio tersenyum. Dengan sedih Liu Ji-swie menarik nafas.

"Apakah betul dia tidak mau memaafkan aku? Demi dia, aku membuang semua yang kumiliki, dengan susah payah mencari dia kemari!"

Yu Leng-nio berkata.

"Nona Liu, Lim Kongcu mengatakan kalau semua sudah berlalu, membicarakan hal itu akan membuat kacau lagi, bukannya membereskan masalah, malah akan membuat semua orang tenggelam dalam kesedihan, kau sudah mempunyai pernikahan yang baik, untuk apa mencari kerepotan lagi?"

"Dulu aku bodoh, demi mendapatkan ilmu pedang yang lebih tinggi, aku menyia-nyiakan cintanya, dan menyetujui pernikahan dengan keluarga Ciu, tapi itu adalah salah satu cara agar aku bisa mendapatkan ilmu tinggi, aku kira dia akan mengerti, dia malah salah paham kepadaku!"

Kata Liu Ji-swie.

"Apakah pernikahan bisa dipermainkan? Lim Kongcu sudah satu kali kecewa dan sedih!"

Kata Yu Leng-nio.

"Demi dia, aku menjadi seperti itu, aku tidak mau dia selalu di bawah orang-orang, maka dengan cara ini aku mengatur agar dia bisa mendapatkan kesempatan naik ke atas!"

Kata Liu Ji-swie.

"Lim Kongcu mengerti maksudmu, tapi kau tidak cukup mengerti akan dia, seorang lelaki yang mempunyai kebesaran hati yang luas, apakah mau menerima bantuanmu dengan cara seperti itu? Dia menerima kebaikanmu tapi dia tidak bisa melaksanakan kehendakmu!"

Kata Yu Bwee-nio.

"Bila Lim Hud-kiam tidak menonjol di antara orang-orang, ayahku tidak akan mengijinkan aku menikah dengannya, aku membantunya, dia malah bersikap seperti itu kepadaku,"

Kata Liu Ji-swie.

"Sekarang kau adalah perempuan yang sudah bersuami, jangan mengungkit masalah ini lagi, lebih baik kau kembali ke tempatmu, anggaplah masa lalu hanya mimpi!"

Kata Yu Leng- nio.

"Apakah semua ini kehendak Lim Hud-kiam?"

Tanya Liu Ji- swie.

"Ini adalah nasehat dari kami, Lim Kongcu sudah tidak mempunyai perasaan apa-apa kepadamu, dia menganggap perkenalan kalian adalah kesalahan besar!"

Jawab Yu Leng- nio.

"Aku tidak percaya, dia akan melupakan aku begitu saja, dia pasti merindukanku, kalau tidak mengapa dua kalimat terakhir yang ada di dalam lagu itu begitu dibencinya, karena aku dia jadi membenci lagu itu!"

Kata Liu Ji-swie. Yu Leng-nio tertawa dingin, katanya.

"Nona Liu, kau menganggap dirimu terlalu tinggi, kau memang cantik dan tidak ada yang bisa menyaingimu, ilmu pedangmu pantas dibanggakan, tapi seorang perempuan tidak bisa dengan 2 kemampuan ini menguasai laki-laki, kau benar-benar tidak punya semacam sifat perempuan yang sangat penting, yaitu lembut, penurut, dan rendah hati, itu adalah kecantikan perempuan yang abadi, Lim Kongcu memang sangat membenci 2 kalimat terakhir lagu itu, tapi itu bukan karena kau, tapi karena dia sulit melupakan penghinaan yang dialami di rumahnya, apakah kau mengerti?"

"Aku mengerti, sejak dia pergi lama kelamaan aku baru mengerti, dulu aku terlalu sombong dan egois, terlalu memandang nama, sekarang aku menyesal dan ingin berubah, aku membuang apa yang kumiliki, datang dari jauh mencarinya!"

Kata Liu Ji-swie.

"Terlambat, sudah terlambat, kau berganti nama menjadi Ji-swie (seperti dulu) tapi tidak akan bisa mengubah identitasmu, jangan lupa kau adalah hujin dari keluarga Ciu,"

Kata Yu Bwee-nio.

"Tapi aku tidak menikah dengan Ciu Pek-ho!"

Kata Liu Ji- swie.

"Tapi di dalam hati Lim Kongcu, kau adalah orang Ciu, jadi dia tidak ingin bertemu denganmu!"

Kata Yu Bwee-nio. Wajah Liu Ji-swie berubah, katanya.

"Apakah dengan bersembunyi di dasar air untuk menolong aku, semua adalah rencananya?"

"Tidak, itu rencana kami, karena malam ini Lim Kongcu tidak datang, dia mengira kau tidak akan bentrok dengan orang lain,"

Kata Yu Bwee-nio.

"Mengapa?"

Tanya Liu Ji-swie.

"Karena dengan nama perusahaan perjalanan Su-hai dia menyebarkan undangan kepada semua orang persilatan di Kim-leng mengenai pertarunganmu, itu semua karena dia ingin melarangmu bertarung, dia mengira kau akan ingat kepada larangan dan aturan di Ceng-seng, dan tidak akan mudah mengeluarkan identitas sendiri, tapi ternyata kau masih tidak peduli pada semua aturan ini, apakah kau tahu dengan begitu kau akan mendapat banyak masalah?"

Tanya Yu Bwee-nio.

"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak peduli apa yang akan terjadi!"

Jawab Liu Ji-swie.

"Kau tidak peduli tapi Lim Kongcu peduli, dia melakukannya bukan demi dirimu, tapi demi ayahmu, dia tidak mau ayahmu terseret dalam masalah di sini karena dirimu, karena ayahmu telah membesarkan dia, maka aku nasehati agar kau kembali ke rumah!"

Kata Yu Bwee-nio.

"Aku tidak akan pulang, kecuali Lim Hud-kiam...."

Kata Liu Ji-swie.

"Tidak mungkin, Nona Liu, kau masih tidak berubah, kalau kau ingin mendapatkan seorang laki-laki, jangan dengan cara mengancam, apakah kau pikir dengan cara mengancam kau akan mendapatkannya? Ingat, kau adalah anak perempuan keluarga Liu, kau juga menantu keluarga Ciu, kau menanggung nama baik 2 keluarga besar yang terkenal di Ceng-seng, maka jangan melakukan hal-hal bodoh."

Wajah Liu Ji-swie berubah pucat karena marah, dia berkata dengan marah.

"Lim Hud-kiam benar-benar tidak punya perasaan, aku tidak akan memaafkan dia, aku tahu apa yang dia pikirkan, aku akan membuat dia seumur hidup menyesal dengan apa yang telah dia lakukan kepadaku, apa yang aku katakan akan kulakukan!"

Yu Leng-nio tertawa dingin, katanya.

"Nona Liu, Lim Kongcu tahu apa yang kau pikirkan. Maka dia menyuruh kami memberitahu, kau salah karena telah mencari masalah dengan perusahaan perjalanan Su-hai."

Liu Ji-swie tertawa dingin, katanya.

"Apakah aku salah? Kalau aku salah, mengapa dia begitu memperhatikan mereka? Dan dia takut aku mencari masalah dengan mereka?"

"Karena alasan lain, bukan karena alasan seperti yang kau kira,"

Kata Yu Leng-nio.

"Kalian siapanya Lim Hud-kiam? Berani-beraninya mewakili dia bicara! Apakah hal-hal tentang dia sudah diberitahukan semuanya kepada kalian?"

Liu Ji-swie dengan marah bertanya.

"Betul! Apa yang terjadi padanya, Lim Kongcu telah memberitahu, tapi tenanglah, kami tidak pantas kau cemburui!"

"Aku kira kalian juga tidak pantas!"

Teriak Liu Ji-swie.

"Lim Kongcu adalah teman kami, dia sudah bersumpah seumur hidup tidak akan menikah, maka kau tidak pantas terus mencarinya,"

Yu Bwee-nio berkata dengan santai.

"Kalau dia seumur hidup tidak mau menikah, lalu untuk apa kalian terus mengikutinya? Apakah dengan cara ini kalian bisa menipu orang lain,"

Kata Liu Ji-swie dengan dingin. Dengan rasa rendah Yu Leng-nio berkata.

"Nona Liu, kau cantik juga anggun, tapi mengapa pikiranmu begitu kotor? Hubungan antara laki-laki dan perempuan, apakah harus menikah dulu baru bisa berkumpul?"

Tiba-tiba Liu Ji-swie tertawa.

"Suatu hari nanti kalau dia berubah pikirannya ingin menikah, bagaimana kalian mengaturnya?"

"Mungkin juga, karena dia adalah anak tunggal, supaya mendapatkan keturunan, maka tidak mungkin tidak menikah, tapi dengan persahabatan kami tidak ada hubungannya, teman selamanya adalah teman."

Liu Ji-swie tertawa, katanya.

"Melihat keadaan kalian, bukan hanya teman, jalan bersama, duduk juga bersama, itu adalah teman kotor!"

"Kami mengakuinya, tapi kalau hati tidak merasa bersalah, bertelanjang berhadapan juga tidak masalah, perasaan mulai dari hati tapi terhenti pada peraturan, kami tidak peduli pandangan orang lain."

"Apakah kalian tidak ingin jadi istrinya?"

Tanya Liu Ji-swie.

"Tidak, kami tidak memikirkan hal ini, punya sahabat seperti dia, kami sudah merasa puas, kalau dia mau menikah dengan kami, yang pasti kami akan merasa senang, tapi kami tidak ada pikiran seperti itu, kami juga tidak akan marah kalau dia menikah dengan orang lain!"

"Apakah kalian seumur hidup tidak akan menikah?"

Liu Ji- swie merasa aneh. Dengan sedih Yu Leng-nio berkata.

"Betul, di dunia ini tidak ada laki-laki yang lebih baik darinya, paling sedikit di dalam hati kami, demi dia kami pantas menjaganya seumur hidup!"

"Kalau dia menikah bukan dengan kalian dan yang akan menjadi istrinya tidak suka kepada kalian, bagaimana dengan kalian?"

Yu Leng-nio berkata.

"Kalau benar terjadi seperti itu, kami akan meninggalkan dia, kami bersama dengannya bukan atas permintaannya, melainkan kami yang mau sendiri!"

Sedikit emosi Liu Ji-swie bertanya.

"Mengapa kalian begitu rendah?"

Dengan serius Yu Bwee-nio menjawab.

"Itu hanya pandanganmu, asalkan Lim Kongcu tidak menganggap kami rendah itu sudah cukup, Nona Liu, kalau kau mengerti cinta, kau tidak pantas berkata demikian, saat kita mencintai seseorang, yang kita pikirkan bukan kita mendapat berapa, melainkan kita sudah mengeluarkan berapa dan apakah yang kita keluarkan terlalu sedikit?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Ji-swie terdiam lama, dengan terharu dia berkata.

"Terima kasih untuk kata-kata kalian yang sudah membuatku mengerti, kalau dibandingkan dengan kalian, aku terlalu dangkal, dulu aku hanya ingin selalu mendapatkan sesuatu tidak terpikir harus memberi."

"Tidak begitu juga, kali ini Nona Liu keluar dari rumah sudah berkorban banyak, hanya saja Nona Liu bersikukuh ingin menerima kembali apa yang sudah kau berikan, maka pengorbananmu ada tujuannya, karena itu juga nilainya jadi berkurang,"

Kata Yu Bwee-nio.

"Kalian lebih bernasib mujur, paling sedikit pemberian kalian ada yang menerima, pemberianku tidak ada yang menerima!"

Kata Liu Ji-swie.

"Air hujan jatuh ke bumi membuat rumput dan bunga bertumbuh, tapi bukan karena bunga dan rumput hujan baru turun, saat kita memberikan sesuatu bukan karena ada orang yang menerima baru kita memberi, cintailah orang yang kau cintai karena ada orang yang kau cintai, maka kau memberikan cinta."

"Lalu sekarang aku harus bagaimana?"

Tanya Liu Ji-swie.

"Lim Kongcu berharap kau kembali, maka kau harus kembali ke tempatmu,"

Kata Yu Bwee-nio.

"Setelah pulang aku akan menjadi menantu keluarga Ciu, bukankah dengan begitu aku akan lebih jauh lagi darinya? Aku sudah berkorban banyak, bukankah semua itu jadi tidak berarti?"

Tanya Liu Ji-swie.

"Kau mengira kau sudah berkorban tapi tidak bagi Lim Kongcu, pulanglah dan terima nasib yang telah mengatur jalan hidupmu, itu baru pengorbanan sejati!"

"Apakah dia tahu?"

Tanya Liu Ji-swie.

"Pengorbanan adalah pemberian secara diam-diam, tidak perlu ada yang tahu, tapi aku yakin Lim Kongcu pasti tahu!"

"Karena itu tidak ada jauh dan dekat, semua itu tidak bisa dilihat dengan pandangan mata, walaupun jauh kita pasti memiliki hubungan batin, walaupun benar kau bisa menjadi istri Lim Kongcu bukan berarti kau harus benar-benar dekat dengannya, hati yang sama walaupun jauh tapi akan bertambah erat!"

Kata Yu Bwee-nio. Liu Ji-swie mengangguk.

"Aku sudah mengerti, pergilah kalian, beritahu Lim Hud-kiam, aku tidak ingin bertemu dengannya lagi, aku akan segera pulang, tapi aku tidak akan menikah dengan Ciu Pek-ho, aku juga tidak bisa karena Lim Hud-kiam menikah dengan Ciu pek-ho, ini adalah pilihanku, kebebasanku, Lim Hud-kiam tidak bisa memaksaku!"

Yu Bwee-nio tampak berpikir sebentar, berkata.

"Pasti, Lim Kongcu hanya berharap kau pulang, tidak memaksamu menikah dengan siapa pun, aku bisa paham akan hal ini!"

"Aku benar-benar iri kepada kalian, sekarang dia tidak mau menemuiku, ingin menjadi temannya pun aku tidak bisa, tapi aku akan menunggunya di rumah, kalau dia mau menemuiku, aku akan merasa sangat berterima kasih!"

Kata Liu Ji-swie.

"Lim Hud-kiam akan pulang bila urusannya sudah selesai, Ceng-seng adalah rumahnya, daun akan kembali ke asalnya, tidak mungkin seumur hidup dia akan berkelana di luar, apalagi ibunya masih hidup."

"Mengapa dia selalu bertentangan dengan Su-hai?"

Tanya Liu Ji-swie.

"Kami pun tidak tahu, apa pun akan dia beri tahu kepada kami, hanya mengenai hal ini dia tidak pernah mau menjelaskannya,"

Kata Yu Bwee-nio sambil tertawa. Liu Ji-swie berkata lagi.

"Aku ingin tanya, bagaimana kemampuan ilmu pedangnya? Aku sudah pernah bertemu dengan beberapa orang Su-hai, dengan teknik pedangnya sama sekali tidak bisa melawan mereka, apakah dia butuh bantuan orang lain?"

"Aku kira tidak perlu, orang-orang tua dan muda yang ada di Su-hai semua pernah dikalahkan olehnya, dia bukan Lim Hud-kiam yang dulu lagi!"

Kata Yu Bwee-nio. Dengan senang Liu Ji-swie berkata.

"Kalau begitu aku bisa ikut senang, aku takut dia dirugikan, apalagi kali ini aku pulang untuk menolak pernikahan dengan Ciu Pek-ho, orang itu berjiwa sempit, dia tidak akur dengan Lim Hud-kiam, mungkin dia akan mencari Lim Hud-kiam. Aku tidak berharap Lim Hud-kiam akan mencintaiku lagi, tapi aku juga tidak ingin membuat Lim Hud-kiam susah!"

"Kau tidak perlu mengkhawatirkan masalah itu, kau tahu dulu Lim Hud-kiam berselisih dengan keluarga Ciu, dulu demi dirimu dia tidak ingin ribut dengan keluarga Ciu, sekarang dia tidak ingin mencari perselisihan dengan keluarga Ciu, tapi bila Ciu Pek-ho mencarinya dia tidak akan takut, memang keluarga Ciu di Ceng-seng adalah nomor satu, tapi bukan berarti mereka tidak terkalahkan!"

Liu Ji-swie mengangguk, dia menghela nafas dan berkata.

"Aku tahu dia marah dan meninggalkan rumah, dia pasti akan bertemu dengan orang aneh dan berilmu tinggi, dulu aku mengira dia keluar dari rumah karena aku, maka aku buru- buru mencarinya, sekarang aku tahu bukan karena alasan itu, maka aku merasa kecewa tapi demi keberhasilannya, aku tetap akan memberi selamat kepadanya!"

Liu Ji-swie tercekat, kemudian dia menghapus air matanya, dia membawa Siau Pek dan Siau Ceng pergi dari tempat itu, dua bersaudara Yu juga pergi ke arah berlawanan.

Ho Gwat-nio yang bersembunyi di tempat jauh begitu melihat mereka pergi, dia baru kembali tapi sayang mereka semua tidak melihat Lim Hud-kiam yang berdiri di tempat lain.

Dia adalah orang terakhir yang meninggalkan tempat itu, dia tidak mengejar dua bersaudara Yu.

Dia seorang diri berjalan ke arah kuil Gu-beng dan berdiri dengan termangu.

Pemuda itu seperti menanggung banyak kesedihan, identitasnya yang misterius, perjalanan yang misterius, sekarang seharusnya sudah ada jawaban, tapi sepertinya dia tidak ingin membuka rahasia ini.

Dia ingin seperti seekor ulat sutra, selapis demi selapis mengelupas dan yang tersisa adalah seekor ulat sutra yang mati tersiksa! Ooo)*dw*(ooO Si Pedang Tumpul

Jilid KE TIGA Karya . Tong Hong Giok Terjemahan . Liang Y L Edisi Ke 1 . January 2009 Kiriman . Lavilla (trims yeee) Edit & Ebook . Dewi KZ

http.//kangzusi.com/

http.//dewi-kz.info/



http.//kang-zusi.info

http.//cerita-silat.co.cc/ BAB 15 Pesta di Tiang-kang-cui-cai Cerita Ho Gwat-nio membuat semua orang terdiam, yang paling tidak tenang adalah Kie Pi-sia, dari perkataan Liu Ji-swie dia merasa sedikit senang, tapi penjelasan dari dua bersaudara Yu membuat rasa senangnya hilang, kemudian diganti dengan kemarahan lalu berubah menjadi bingung.

Terakhir risau, dia sendiri tidak bisa menjelaskan perasaannya.

Ciam Giok-beng berpikir lama baru berkata.

"Dari peristiwa yang didengar oleh Ho Lihiap, kita jadi lebih banyak tahu mengenai identitas Lim Hud-kiam tapi juga membuat kita bertambah bingung, Lim Hud-kiam terus mengawasi kita itu adalah suatu bukti, walaupun tidak bisa membereskan masalah ini, perusahaan perjalanan kita tidak akan bisa melebarkan sayap!"

Kie Tiang-lim mengerutkan alis, katanya.

"Dia tidak punya tempat tetap, jika sengaja mencarinya pasti tidak akan menemukan, kita hanya bisa menunggu dia mencari kita!"

Tiba-tiba Kie Pi-sia berkata.

"Cabang perusahaan kita sudah mulai menjalankan usaha, tapi di pusat tidak ada tawaran, itulah kenyataan, mulai besok aku akan menerima tawaran. Menerima barang yang akan diantar ke Su-chuan, aku ingin tahu apakah Lim Hud-kiam akan datang mencari kita?"

"Mengapa hanya menerima barang yang harus diantar ke Su-chuan?"

Tanya Goan Hiong.

"Karena barang yang diantar ke tempat lain tidak akan timbul masalah, dengan selembar bendera Su-hai semuanya mudah lewat, sedangkan pada perjalanan ke Su-chuan tempo hari kita ada masalah dengan Tiang-kang-cui-cai dan masalah itu belum selesai, kita harus membereskan dan sekalian kita bisa berkunjung ke Ceng-seng, ke kampung halaman Lim Hud- kiam, dan di sana kita bisa menyelidikinya!"

Ciam Giok-beng berkata.

"Pepatah mengatakan. orang lain tidak mengganggu kita, kita tidak perlu mengganggu mereka, untuk apa kau berbuat seperti itu?"

"Siapa bilang dia tidak menggangguku? Bukankah Liu Ji- swie telah membuat Kian-kun-kiam-pai malu, aku dan Goan Toako dipaksa turun ke air, dia masih sempat menghinaku dengan memberikan 10 tail perak, apakah aku akan diam saja dengan penghinaan ini? Apakah orang-orang Kian-kun-kiam- pai penakut?"

"Benar juga, Liu Ji-swie benar-benar keterlaluan, masalah berasal dari Lim Hud-kiam, tapi dia malah melampiaskan kepada kita, sekalian saja kita pergi ke Ceng-seng. Pertama, kita bisa tahu apa yang terjadi di sana, kedua dengan cara ini kita protes kepada Lim Hud-kiam, apakah dia tetap akan bersembunyi dan dengan diam-diam selalu mengacaukan kita?"

Tanya Pui Ciauw-jin.

"Ceng-seng belum pernah terlibat urusan dunia persilatan, keterangan yang bisa kita ketahui, di sana ada 3 keluarga yang ahli ilmu pedang, yaitu marga Lim, marga Ciu, dan marga Liu. Mereka jarang membuat masalah di dunia persilatan, apakah kita mencari mereka untuk membuat ribut?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Suhu, paling sedikit keluarga Liu dan keluarga Lim sudah membuat masalah kepada kita!"

Kata Goan Hiong.

"Itu masalah antara angkatan muda!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Biar anak muda juga yang membereskan masalah ini!"

Kata Kie Pi-sia.

"Apakah kalian mampu? Akhirnya malah bisa membuat malu diri sendiri lagi!"

Kata Ciam Giok-beng. Pui Ciauw-jin berkata.

"Kalau mau pergi harus pergi bersama, hanya mengandalkan kekuatan anak muda kurasa tidak akan berhasil, tapi Ciam Toako bisa tidak ikut, sedang Goan Toako punya alasan yang tepat sebab orang tua Lim Hud-kiam ada sedikit perselisihan dengannya, memang bukan besar tapi alasannya cukup kuat, sekalian membereskan masalah antara anak muda. Aku bisa menemani Goan Toako pergi ke sana!"

Goan Jit-hong berkata.

"Adik Pui, kau diam tapi pikiranmu tidak diam, kau mulai lagi membawa angkatan muda kita membuat masalah, apakah kau bisa menjadi seorang Cianpwee? Jangan lupa perkawinanmu dengan Gwat-nio sudah ditetapkan, lebih baik kau tinggal di sini menunggu jadi pengantin."

Wajah Ho Gwat-nio menjadi merah katanya.

"Tidak perlu mencemaskan masalah kami, tapi kurasa aku pun harus bersembahyang dulu ke kuburan cici, itu adalah hal yang penting untukku!"

Yang dimaksud dengan cici oleh Ho Gwat-nio adalah istri Pui Ciauw-jin yang sudah meninggal, ini adalah alasan yang tepat, hal ini membuat Pui Thian-hoa terharu. Ciam Giok-beng berpikir sejenak, katanya.

"Mendengar alasan Ho Lihiap tadi, jadi harus berjalan ke sana, baiklah, kita ramai-ramai ke sana dan pesta pernikahan Adik Pui dipindahkan ke sana, kita ke rumah Adik Pui untuk melaksanakan pernikahan ini, hal ini akan membuat semua orang menjadi leluasa!"

"Apakah Suheng juga ingin pergi ke sana?"

Tanya Kie Tiang- lim.

"Kukira tidak akan jadi masalah, pertama, Adik Pui akan membuat pesta pernikahan di sana, kedua, aku selalu merasa Lim Hud-kiam ada hubungan erat dengan Ji-sute yang menghilang, pada kesempatan ini kita sekalian bisa mencari tahu, hingga ada tanggung jawab kepada perguruan!"

"Kalau begitu, aku tidak akan mencegah lagi!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Kita tetap harus mencari barang yang akan diantar ke Su- chuan, artinya kita tidak peduli pada ancaman Lim Hud-kiam, dan kita akan mencari tahu bagaimana sikap Tiang-kang-cui- cai, Biauw-eng!"

Pui Ciauw-jin berkata.

"Benar, Hiong Hiantit sudah mengambil segumpal rambut milik putri Biauw-eng, aku sudah menelitinya, di sana terkandung obat bius dan aku sudah menemukan cara untuk mengatasinya, pada kesempatan ini kita beri pelajaran kepada mereka supaya mereka tahu kelihaian kita dan jangan menganggap itu adalah ilmu gaib!"

"Barang yang kita antar besar atau kecil tidak jadi masalah, kalau kita pergi dengan tangan kosong, orang akan mengira kita takut kepada Tiang-kang-cui-cai, masalahnya dalam waktu begitu singkat, apa kita bisa mendapatkan tawaran kesana?"

Kata Goan Hiong.

"Tidak perlu mempertimbangkan harga, gratis pun tidak apa, yang penting kita mendapatkan barang kiriman, kita tidak perlu mengambil keuntungan."

Goan Jit-hong berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kalau begitu aku ada cara, bukankah Adik Pui akan pulang ke kampung halaman untuk menikah, aku akan menjadi walinya yang pasti aku harus mempersiapkan barang-barang untuk pernikahan, aku akan menggunakan jasa perusahaan perjalanan Su-hai untuk membawanya, bagaimana menurut kalian?"

Liu Hwan tertawa, berkata.

"Gwat-nio adalah Sumoi kami, yang pasti kami harus menyiapkan barang-barang yang perlu untuk pernikahannya, di kota Kim-leng barang-barangnya lebih lengkap, barang ini kami titipkan kepada Su-hai!"

Kie Pi-sia tertawa, katanya.

"Itu lebih baik, tapi ongkos perjalanan pun tetap harus diperhitungkan!"

"Tentu saja! Masalah keuangan antara saudara kandung pun harus jelas, ongkos seperti biasa malah ditambah bonus, dengan begitu kelak ada orang yang kenal pun akan malu meminta gratis mengantarkan barang,"

Kata Goan Jit-hong.

Memang itu hanya lelucon, tapi Su-hai mendapat alasan yang tepat untuk pergi ke daerah Su-chuan! Membutuhkan waktu dua hari untuk persiapan penuh, kabar sudah tersebar luas, kedudukan Pui Ciauw-jin dan Ho Gwat-nio di dunia persilatan karena Kian-kun-kiam-pai menjadi terpandang.

Orang luar mendengar mereka akan menikah, yang tidak bisa pergi ke Su-chuan untuk mengucapkan selamat mulai mengantarkan hadiah ke kantor Su-hai, banyaknya hadiah mencapai satu perahu besar dan harga barang-barang itu tidak murah, terlihat benar-benar harus ada orang yang mengatur dan melindungi barang-barang itu.

Saat akan berangkat di malam hari, Thio Yan-to datang memberikan beberapa barang yang sangat berharga, karena hari pernikahan sudah ditentukan, dalam beberapa hari dia akan tiba di ibu kota.

Dia menitipkan jam yang dibuat di negeri barat.

Setiap setengah jam sekali akan berbunyi, setiap kali berbunyi ada sebuah boneka perempuan di tangannya membawa bendera kecil, bendera itu menunjukkan waktu sekarang.

Boneka itu bisa memberi hormat, harga jam itu 10 ribu tail emas.

Itu adalah barang dari negeri barat dan sangat langka, dengan harga sangat tinggi Thio Yan-to baru bisa mendapatkan benda ini.

Pui Ciauw-jin yang tidak mementingkan uang dan barang begitu melihat hadiah itu langsung menyukainya.

Untuk menunjukkan kepada Lim Hud- kiam, Kie Pi-sia sengaja mengajak Thio Yan-to pergi bersama mereka, masih menyuruhnya untuk menyebarkannya keluar kalau barang itu adalah barang titipannya.

Thio Yan-to menyetujuinya, karena yang ikut hanya dia tidak ada keluarga yang selalu merepotkan maka Kie Tiang-lim tidak menolaknya.

Kali ini mereka membawa barang lebih banyak dibandingkan dulu, mereka menyewa 3 perahu besar.

Ciam Giok-beng, Kie Pi-sia, dan Goan Hiong terpisah di 3 perahu.

Kie Tiang-lim, Thio Yan-to, dan In Tiong-ho berada di satu perahu, Ciam Giok-beng, Ho Gwat-nio, dan Kie Pi-sia berada di satu perahu.

Goan Hiong, Pui Ciauw-jin, Pui Thian-hoa, dan Seng Cung berada di perahu yang ada paling belakang.

Yang tidak ikut dipimpin oleh Souw Thian-sia menunggu di markas pusat Su-hai di Kim-leng sambil berlatih ilmu silat.

Goan Jit-hong dan Liu Hwan serta Liu Kong berjalan lewat darat, kedua hweesio itu bertanggung jawab mencari tahu kabar dari golongan hitam.

Goan Jit-hong masih harus sering berhubungan dengan orang yang di perahu.

Orang yang keluar kali ini tidak berkurang dari jumlah tempo hari, malah kekuatan mereka bertambah.

Mereka selalu berhati-hati dalam perjalanan, dan dengan selamat mereka bisa tiba di tempat tujuan.

Yang paling mereka khawatirkan adalah Lim Hud-kiam tapi batang hidungnya sedikit pun tidak terlihat.

Kie Pi-sia merasa kecewa, dia menyalahkan Lim Hud-kiam yang tidak datang mencari masalah.

Ho Gwat-nio berkata.

"Lim Hud-kiam tidak mendukung kalian membuka perusahaan perjalanan, dia bukan benar- benar ingin mencari masalah dengan kalian melainkan dia tidak mau kalian melindungi pejabat korup. Kali ini begitu kita mengantarkan barang-barang pernikahanku, Lim Hud-kiam tidak tertarik pada hal ini!"

"Aku sengaja menyuruh Thio Yan-to ikut, maksudnya supaya dia tahu ada barang Thio Yan-to, supaya dia marah!"

Kata Kie Pi-sia. Ho Gwat-nio tertawa, katanya.

"Thio Yan-to sudah pensium, dia juga sahabat Su-hai, semua orang tahu tentang hal ini, maka kau tidak bisa membohongi orang-orang!"

"Kalau begitu berarti kali ini kita sia-sia saja melakukan perjalanan sampai di sini?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Tidak juga, kita memasang bendera dengan gagah maju, paling sedikit Tiang-kang-cui-cai tidak akan bisa menutup sebelah matanya, bila mereka melepaskan barang yang kalian bawa, berarti mereka mengakui kesalahan mereka!"

Kata Ho Gwat-nio sambil tertawa.

"Tapi aku ingin tahu reaksi Lim Hud-kiam kalau dia tidak muncul, hal ini tidak seru, orang-orang Tiang-kang-cui-cai tidak menjadi pikiran bagiku!"

"Tiang-kang-cui-cai adalah suatu perkumpulan, sedangkan Lim Hud-kiam adalah perorangan, mengapa melepaskan yang berat dan memilih yang ringan?"

Tanya Ho Gwat-nio. Kie Pi-sia tidak tahu mengapa dia begitu membenci Lim Hud-kiam, maka dia pun hanya menjelaskan.

"Tiang-kang-cui- cai adalah suatu wadah, Lim Hud-kiam mengancam perusahaan perjalanan Su-hai maka aku lebih mementingkan tindakan yang dilakukannya!"

Ho Gwat-nio sangat mengerti pikiran Kie Pi-sia, dia juga sadar Kie Pi-sia menjadi aneh, dari rasa suka menjadi benci, tapi dia tidak mau mengutarakan pendapatnya dia hanya berkata sambil tertawa.

"Siau Sia, kau terlalu fanatik, sebenarnya Lim Hud-kiam tidak melakukan kesalahan kepadamu, kau tidak pantas membencinya, kalau kau mau mendengarkan omonganku, buanglah pikiran mengenai dia jauh-jauh, supaya kau sendiri tidak terluka begitu juga dengan orang lain."

Kie Pi-sia terpaku, tanyanya.

"Bibi Gwat, apa yang kau katakan?"

Ho Gwat-nio tersenyum, katanya.

"Di perahu ini hanya ada kita berdua, aku pernah mengalami hal seperti ini, maka aku bisa melihat dengan jelas, kebencianmu kepada Lim Hud-kiam sudah melewati batas, kau sendiri tidak sadar, tapi orang luar yang melihat akan tahu, maka aku nasihati dirimu, kau harus hati-hati membereskan masalah ini, Goan Hiong sangat baik, jangan sampai membuat hatinya terluka!"

Kie Pi-sia diam tidak bisa menjawab. Ho Gwat-nio mengelus pundak Kie Pi-sia dan berkata lagi.

"Orang sering terlalu membuat perhitungan malah akhirnya tidak mendapatkan apa pun, kau melepaskan kebahagiaan yang ada di dekatmu menunggu kebahagiaan yang belum tentu bisa kau dapatkan. Kau akan menyesal, usiamu masih muda, jangan masuk ke dalam tandu yang tidak bisa keluar, menghancurkan orang lain juga dirimu, jangan main-main dengan kebahagiaanmu sendiri."

"Aku mengerti apa yang Bibi katakan, tapi belum tentu semuanya benar, aku membenci Lim Hud-kiam, karena dia sangat menghinaku, dia selalu mempermainkan kita, tapi berpura-pura jadi orang baik. Maka aku harus benar-benar mengalahkan dia untuk melampiaskan kekesalanku!"

Ho Gwat-nio tertawa, katanya.

"Kalau benar kau mempunyai pikiran seperti itu, itu sangat baik, mencari Lim Hud-kiam tidak sulit, kita berjalan ke barat, dia pasti ada di belakang kita, karena dia belum tahu tujuan kita, jadi dia masih diam, kalau tahu kita akan ke Ceng-seng untuk mencari informasi mengenai dia, dia pasti akan keluar melarang kita tapi bila bertemu dengannya...."

"Begitu bertemu dengannya, aku akan mengajak dia bertarung, bila aku bisa menang darinya, aku akan senang tapi bila aku kalah berarti ilmu silatku belum bisa bersaing dengannya. Paling-paling aku akan pulang untuk belajar ilmu pedang lagi. Setelah itu baru aku akan mencari dia untuk membuat perhitungan. Yang paling tidak kusukai darinya adalah dia melarang kita membuka perusahaan perjalanan, semua orang punya cita-cita, mengapa dia melarang kita?"

Ho Gwat-nio tersenyum.

"Aku juga pernah dipermainkan olehnya, kalau mau melampiaskan kekesalan lebih baik kita bersama-sama menghadapinya, tapi masalah mengenai Lim Hud-kiam bisa jadi prioritas kedua, yang terpenting adalah Tiang-kang-cui-cai, dua hari lagi kita akan memasuki wilayah mereka, bagaimana sikap mereka kepada kita? Lebih baik kita lebih berhati-hati!"

"Itu urusan ayah dan Supek, aku tidak perlu merasa cemas!"

Kata Kie Pi-sia.

"Kau salah kalau berpandangan seperti itu, Ciam Tayhiap adalah ketua Kian-kun-kiam-pai, kau yang menjadi penanggung jawab perusahaan perjalanan, kau harus memperhatikan perusahaan perjalanan ini!"

"Kalau begitu bagaimana kalau perahu kita berjalan di paling depan?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Baik, suruh Goan Hiong naik ke perahu ini, kalian adalah ketua dan wakil ketua, kalian harus berunding dulu, kami hanya bisa berada di belakang kalian, hal-hal mengenai perusahaan perjalanan hanya kalian yang bisa mengambil keputusan!"

"Aku tahu, kau dan Paman Pui berada di dua perahu berbeda, maka kalian tidak bisa berkomunikasi dan buru-buru ingin ke perahunya!"

Wajah Ho Gwat-nio menjadi merah, dia berkata.

"Bocah, kau jangan bergurau, kami sudah dewasa, apalagi hari pernikahan kami sudah ditentukan, bertemu atau tidak sama saja, malah kalian anak muda yang harus lebih sering berkumpul."

Wajah Kie Pi-sia juga menjadi merah, saat mereka berdua sedang bergurau tiba-tiba dari arah darat terdengar derap langkah kuda yang berlari cepat, penunggang kuda itu melambaikan tangan ke arah mereka.

Ternyata penunggang kuda itu adalah Goan Jit-hong, Ho Gwat-nio mendorong Kie Pi-sia dan berkata.

"Calon mertuamu datang, pasti ada berita penting, kita suruh perahu mendarat dan mendengar kabar apa yang dia bawa!"

Kie Pi-sia segera memerintahkan perahu untuk mendarat, tapi air terlalu dangkal, perahu tidak bisa merapat.

Goan Hiong segera menurunkan sebuah sampan untuk menjemputnya.

Ciam Giok-beng juga melihat Goan Jit-hong, dia segera memerintahkan 3 perahu untuk lebih mendekat dan bersama- sama naik ke perahu Goan Hiong, Goan Jit-hong tepat tiba di sana.

Goan Hiong yang terlihat paling tegang.

"Ayah, kau membawa berita apa?"

"Kabar dari kedua hweesio, katanya Tiang-kang-cui-cai telah mengumpulkan semua orang dari tiap cabang di pusat, mereka juga sudah mengeluarkan perintah kepada semua bagian golongan hitam agar siap menghadang kita, maka aku datang ke sini untuk memberitahu!"

Kie Pi-sia tertawa dingin, dengusnya.

"Masalah ini sulit dihindari, dimana sekarang mereka berada? Dengan cara apa mereka akan merampas barang kita?"

Goan Jit-hong menggelengkan kepala.

"Belum tahu, Liong- li-hek-sai Biauw-eng bila melakukan rencananya selalu rahasia, dia tahu orang-orang golongan hitam bersahabat dengan kita, dia takut mereka akan membocorkan rahasia ini kepada kita, maka dia tidak memberitahukan rencananya kepada anak buahnya. Dia mengambil semua keputusan dengan tiba-tiba, karena itu sebelum kita tiba di Ie-tok mereka tidak mungkin bergerak, dan kedua hweesio juga menitipkan kita kepada teman baik mereka, kita harus sering berhubungan lagi, kabar berikutnya, sesudah sampai di Ie-tok baru akan diberitahu lagi!"

Semua orang memikirkan dengan cara apa mengatasi masalah ini, Thio Yan-to segera mengeluarkan pendapat.

"Musuh banyak sedangkan jumlah kita sedikit, kalau bertarung secara terbuka kita akan rugi, kita bisa menyerang mereka dengan tiba-tiba, kita naik ke darat, di kota Ie-tok kita ganti dengan jalan darat, mereka tidak bisa apa-apa."

Kie Pi-sia tertawa dingin, katanya.

"Kali ini kita bukan membawa barang orang lain, kita sengaja memasang bendera Su-hai karena ingin menemui mereka untuk membereskan masalah, mana mungkin kita bersembunyi dari mereka?"

Kie Tiang-lim berkata.

"Biauw-eng memang pemimpin perampok, tapi perampok-perampok darat bagian Su-chuan tidak memiliki perkumpulan, maka dia juga merangkap sebagai pemimpin perampok bagian darat, bila kita berjalan lewat darat pun belum tentu bisa melepaskan diri dari dia. Yang kita pikirkan sekarang adalah dengan cara apa bisa menguntungkan kita? Karena orang-orang kita tidak biasa bertarung di atas sungai, di darat kita bisa lebih saling membantu!"

Tapi Kie Pi-sia mempunyai pendapat sebaliknya.

"Barang- barang yang ada di 3 perahu, bila kita merobah dengan jalan darat harus memakai 40-50 kereta, kehilangan satu kereta saja akan menjadi kegagalan kita. Apalagi kita sangat kekurangan orang, tidak mungkin satu kereta dijaga oleh satu pesilat tangguh, lebih baik berkumpul di perahu, lebih mudah bagi kita untuk menjaga barang-barang ini!"

Ciam Giok-beng berkata.

"Masuk akal juga! Tapi bila kita menjaga barang di air yang kita takutkan adalah bila musuh menyerang dari bawah air, karena lawan kita adalah perampok, mereka pasti menguasai tehnik berenang di dalam air kalau mereka membocorkan perahu dari bawah air, apa yang harus kita lakukan?"

Kata Kie Pi-sia.

"Mengenai hal ini aku sudah berunding dengan Goan Toako, orang kita yang bisa turun ke air ada 7-8 orang setiap perahu harus dijaga oleh 2 orang, saling berpatroli di bawah air, ini cukup untuk menanggulangi serangan tiba-tiba dari dasar air, apalagi menurut Bibi Gwat teman-temannya banyak yang jago berenang, bila kita memberi tanda bahaya mereka akan datang membantu, hal ini tidak menjadi masalah, bila perlu 3 perahu didekatkan supaya lebih mudah untuk saling mendukung."

Ho Gwat-nio tertawa, katanya.

"Serangan dari dasar air tidak perlu kita takutkan, 3 perahu tidak boleh didekatkan, berada di atas air yang paling menakutkan adalah serangan api, tentara Co-coh yang berjumlah 800 ribu orang (Jaman Sam-kok) kalah karena perahunya dibakar di atas sungai, saat itu musuh hanya menyerang dengan api yang dipasang di ujung anak panah, sekarang tehnik membakar perahu lebih maju, bisa menembakkan bom atau hal lainnya, tembakan bisa jauh dan api akan lebih cepat menyala kemudian menjalar, maka 3 perahu tidak boleh saling berdekatan, harus mengambil jarak sekitar 100 meter bila terjadi sesuatu perahu bisa mundur!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kie Pi-sia berkata.

"Mengambil jarak 100 meter tidak masalah, karena dengan ilmu silat, kita sanggup menyebrang ke perahu lain bila terjadi sesuatu!"

"Kalau di dasar air tidak ada masalah, aku lebih suka berjalan lewat jalan air, aku sudah meneliti keadaan di darat, kalau berjalan lewat darat, kita harus melalui jalan-jalan pegunungan yang sangat berbahaya, bila mereka bersembunyi di atas gunung lalu dengan batu atau batang pohon yang digulingkan, mereka dengan leluasa menyerang kita dan kita tidak akan bisa melawan, kali ini tidak seperti dulu, dulu Lan- tiang-siang-sat hanya terdiri dari beberapa orang, sekarang yang kita hadapi adalah perkumpulan besar dan kuat, kita harus siap-siap dan waspada!"

Mendengar penjelasan Ciam Giok-beng, Thio Ceng-koan (nama asli Thio Yan-to, karena pedagang garam namanya jadi berobah jadi Thio Yan-to) dan Kie Tiang-lim otomatis melepaskan niat berjalan lewat darat, sekarang saatnya bagi mereka untuk mengatur orang.

Di antara banyak orang itu hanya Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim yang tidak bisa berenang, tapi mereka berdua mempunyai ilmu meringankan tubuh yang tinggi dan tenaga dalam yang kuat, sehingga mereka sanggup berjalan di permukaan air untuk menyebrang, maka tidak ada yang mengkhawatirkan mereka.

Ho Gwat-nio dan Pui Ciauw-jin sangat mahir berenang, Goan Jit-hong, Goan Hiong, Kie Pi-sia, Pui Thian-hoa, Seng Cung memang tidak begitu mahir tapi paling sedikit mereka bisa menjaga diri.

In Tiong-ho karena tinggal di dekat laut, sejak kecil sudah belajar berenang, kecepatan berenangnya tidak kalah dengan seekor ikan, dia pasti tidak takut air.

Ditambah dengan kekuatan dua hweesio yang berjanji akan bertemu di Ie-tok maka kekuatan mereka pun bertambah.

Yang paling membuat khawatir adalah Thio Yan-to (Thio Ceng-koan).

Orang ini tidak bisa ilmu silat juga tidak bisa berenang, karena itu dia ditaruh di sebuah perahu dan dilindungi oleh Pui Thian-hoa, Ciam Giok-beng, In Tiong-ho bertanggung jawab mengenai hubungan antara air dan darat.

Goan Jit-hong, Goan Hiong ditambah Pui Ciauw-jin berada di satu perahu.

Kie Tiang-lim, Kie Pi-sia, dan Ho Gwat-nio serta Seng Cung berada di satu perahu.

Mereka berencana begitu sampai di kota Ie- tok, masing-masing hweesio akan membawa sebuah perahu kecil untuk menjadi penghubung 3 perahu besar.

Kedua hweesio itu memang orang golongan hitam maka mereka tidak mau bentrok secara terang-terangan dengan Tiang-kang-cui-cai, tapi kali ini barang yang diantar adalah barang-barang Ho Gwat-nio untuk persiapan pernikahan, maka mereka berani tampil secara terang-terangan, karena Ho Gwat-nio adalah Sumoi mereka, maka dengan alasan inilah Biauw-eng tidak bisa bertindak sembarangan, membuat teman-teman mereka yang berada di golongan hitam tetap boleh ikut mengantarkan barang Ho Gwat-nio.

Perahu sudah tiba di Ie-tok, Liu Kong dan Liu Hwan naik ke atas perahu untuk menemui mereka, tapi tidak ada kabar baru, sebab teman mereka yang memberi kabar mengatakan kalau Biauw-eng tidak membicarakan apa-apa.

Dia hanya memberitahu kepada semua anak buahnya untuk berkumpul tapi tidak menjelaskan hal apa yang ingin dia sampaikan, hal ini membuat semua orang merasa aneh.

Rencana sudah disusun, kedua hweesio mendukung rencana ini, yang terpenting di perahu tidak akan terjadi pertarungan massal.

Memang jumlah lawan banyak tapi asal perahu dijaga tidak akan jadi masalah.

Satu lawan satu, bagi para pesilat tangguh seperti mereka tidak jadi masalah, maka mereka pun menuruti rencana, naik perahu terus melaju ke tujuan berikutnya.

Sepanjang perjalanan sangat tenang, sesampainya di kota Pa-tong yang merupakan pusat Tiang-kang-cui-cai, semua orang bersiap-siap asalkan bisa melewati kota Pa-tong dengan selamat berarti Biauw-eng tidak akan merampok barang mereka dan berarti mereka mengaku kalah dari perusahaan perjalanan Su-hai.

Rencana Kie Pi-sia dan Goan Hiong sangat tepat, keluaran mengatakan kalau barang yang diantar adalah barang-barang pernikahan Ho Gwat-nio dan Ho Gwat-nio adalah orang golongan hitam, orang-orang golongan hitam akan merasa malu kalau merampok barangnya.

Tapi barang-barang pernikahan Ho Gwat-nio dibawa oleh Su-hai bagi Biauw-eng ini adalah hal yang sulit! Kalau berada di posisi Ho Gwat-nio golongan hitam memang keterlaluan kalau barang pernikahannya diantar oleh Su-hai, tapi Ho Gwat-nio sendiri tidak suka dengan Tiang- kang-cui-cai apalagi calon suaminya adalah Pui Ciauw-jin, berarti dia memang berniat membantu Su-hai.

Pada kesempatan ini Kie Pi-sia dan Goan Hiong berharap mereka akan selamat sampai di Su-chuan.

Perahu hampir mendekati Tiang-kang-cui-cai, di atas sungai itu kecuali 3 perahu besar dan 2 perahu kecil milik Su-hai, perahu lainnya tidak terlihat dan ini membuktikan rencana Tiang-kang-cui-cai juga kalau Biauw-eng mempunyai rencana lain.

Su-hai memang sudah mempunyai rencana yang matang tapi tetap saja mereka terlihat tegang.

Sampai-sampai Ciam Giok-beng sudah tidak sabar dia mengenakan baju ketat pedang terselip di pinggangnya dan selalu berdiri di depan perahu, siap untuk bertarung.

Karena bendera Su-hai dipasang, maka perahu Kie Pi-sia yang melaju pertama, begitu melaju sebentar, Ho Gwat-nio menunjuk.

"Mereka sudah datang!"

Sebuah sampan melaju dengan cepat, di sampan itu terpasang bendera Tiang-kang-cui-cai bergambar naga terbang, di atas sampan itu ada 3 orang, dua orang mendayung sedangkan seorang lagi berdiri.

Setelah jarak mereka ada 80 meter, orang yang berdiri itu berteriak.

"Aku adalah pemimpin patroli Tiang-kang-cui-cai, namaku Cia Beng, aku memberi hormat kepada Ketua Kie!"

Cia Beng adalah putra sulung Biauw-eng saat terjadi keramaian di Pa-tong, Kie Pi-sia pernah bertemu dengannya. Karena lawan hanya datang satu perahu, maka dengan tenang Kie Pi-sia membiarkan perahu itu mendekat dan membalas memberi hormat.

"Ketua Cia, ada pesan apa?"

"Aku diperintahkan oleh ibuku yaitu pemimpin Tiang-kang- cui-cai mengundang kalian ke darat, aku membawa undangannya!"

Kie Pi-sia merasa aneh, apa yang dikehendaki Biauw-eng? Dia berpikir sejenak lalu menjawab.

"Kami sedang buru-buru ingin sampai di tempat tujuan, maka kami tidak bisa berkunjung, harap Ketua bisa memberitahu ibu Anda, begitu kita telah menyelesaikan tugas, kami baru akan datang mengunjungi beliau, kami tidak bisa menerima undangan ini, harap Ketua membawanya kembali!"

Cia Beng berkata.

"Ketua, jangan salah paham! Ibuku tahu perusahaan perjalanan kalian membawa barang-barang pernikahan Ho Cianpwee, walaupun tempo hari di antara kita terjadi hal yang tidak enak, tapi kali ini menurut aturan dunia persilatan kami tidak berani berlebihan, dan ibuku telah menyiapkan sebuah hadiah kecil maka beliau mengundang semua teman-teman golongan hitam untuk memberikan selamat kepada Ho Cianpwee, dengan segala hormat kami harap kalian sudi naik ke darat!"

Kata-kata Cia Beng ini membuat Ho Gwat-nio tidak bisa menolak, dia berkata.

"Aku berterima kasih atas kebaikan ibumu, kalau begitu aku akan ikut denganmu mengunjungi ibumu, hal ini tidak ada hubungannya dengan perusahaan perjalanan!"

Cia Beng tertawa.

"Cianpwee telah menitipkan barang- barang pernikahan kepada Su-hai, mengapa mengatakan mereka tidak ada hubungannya? Menurut ibuku, bagaimana pun juga semua orang harus diudang ke darat!"

"Pi-sia, sepertinya kau yang harus ke sana!"

Kata Kie Tiang- lim.

"Apa maksud mereka?"

Kata Kie Pi-sia pelan. Kie Tiang-lim dengan pelan berkata.

"Setelah pertemuan tempo hari mereka tahu sampai di mana kekuatan kita tapi mereka tidak ingin berhenti sampai di sini saja, keadaan mereka sangat sulit, kebetulan mereka menemukan kesempatan ini untuk berbuat kebaikan, pertama, dia tidak akan membuat Su-hai susah bila lewat di sini, sekalian menyelesaikan ketegangan kemarin ini!"

"Aku tidak ingin menerima kebaikan mereka!"

Kata Kie Pi- sia.

"Pi-sia, kita membuka perusahaan perjalanan yang terpenting adalah menjaga hubungan baik, jangan sampai mendapat jalan buntu, kalau bisa memberi kesempatan berikanlah, kau harus mengerti aku dan gurumu jadi pendukung kalian, hanya mendukungmu supaya menjalankan perusahaan ini dengan adil bukan membuat masalah dengan orang lain, orang lain bisa begitu sungkan kepadamu karena memandang muka angkatan tuamu, kalau hanya mengandalkan kekuatan anak muda, Tiang-kang-cui-cai tidak akan peduli,"

Kata Kie Tiang-lim. Melihat ayahnya mulai marah, dengan terpaksa Kie Pi-sia setuju. Dia berkata kepada Cia Beng.

"Baiklah, kami akan mengunjungi ibumu, di mana ibumu?"

"Ibuku menunggu di pelabuhan di pusat, biar aku memberi undangan dulu baru membawa jalan untuk kalian!"

Sahut Cia Beng.

"Silakan!"

Kata Kie Pi-sia, dari balik dadanya Cia Beng mengeluarkan sebuah undangan berwarna merah, dia memberikan kepada Kie Pi-sia dengan kedua tangannya, kemudian memberi selamat kepada Ho Gwat-nio, terpaksa Ho Gwat-nio membalasnya.

Perahu kecil milik Cia Beng berada paling depan untuk membawa jalan, kira-kira 2 li dari sana, perahu masuk ke sebuah selat, jalan di sana berliku-liku, tidak lama kemudian tiba di pusat Tiang-kang-cui-cai.

Perahu-perahu berhenti di sisi sungai dan mengosongkan sebuah tempat untuk perahu kecil itu berlabuh.

Di pelabuhan sudah banyak orang yang menunggu.

Biauw-eng mengenakan baju mewah, kecuali beberapa orang yang pernah bertemu tempo hari, ditambah orang- orang golongan hitam yang bermarkas di Su-chuan dan Ho- pak.

3 perahu besar itu satu per satu berlabuh, Kie Pi-sia tidak berani turun dulu, Ciam Giok-beng membawa orang-orang naik ke pelabuhan.

Biauw-eng memimpin banyak orang menyambut mereka.

"Berdirinya Kian-kun-kiam-pai adalah peristiwa besar dunia persilatan, waktu itu aku tidak diundang, maka hari ini aku baru bisa memberi selamat kepada ketua Kian-kun-kiam-pai!"

Ciam Giok-beng tertawa sedikit malu dan berkata.

"Hujin terlalu sungkan, aku hanya membuat tempat untuk melatih beberapa murid itu bukan hal penting!"

"Ketua terlalu merendah, guru Anda adalah Siau Tayhiap pesilat pedang nomor satu, begitu ilmunya diwariskan kepada Ketua, aku yakin itu lebih bagus untuk perkembangan Kian- kun-kiam-pai, ini benar-benar hal besar dunia persilatan!"

Ciam Giok-beng merasa kalau masalah ini terus dibicarakan tidak akan ada gunanya, maka dia berkata sambil tertawa.

"Hujin memberikan undangan kepada kami, apakah ada petunjuk lain?"

"Ketua sedang memperluas perkumpulan, mengapa ada waktu untuk jalan-jalan ke barat?"

"Aku pergi ke Su-chuan untuk memberikan ucapan selamat kepada Adik Pui dan Ho Lihiap, mereka akan menikah!"

Jawab Ciam Giok-beng.

"Pendekar Pui adalah teman baik Ketua, Ho Lihiap adalah orang terkenal dunia persilatan, pernikahan ini adalah hal yang membahagiakan, aku mengajak beberapa teman baik menyiapkan pesta untuk memberi ucapan selamat!"

Kemudian dia melambaikan tangan, segera dua lelaki tegap membawa dua kotak besar datang ke arah mereka, mereka diperintahkan Biauw-eng membuka kotak itu, di dalamnya berisi sepasang giok berbentuk kuda yang diukir dengan indah.

Harganya sekitar 100 ribu tail emas.

Biauw-eng memerintahkan kedua lelaki itu menyerahkan hadiah itu kepada Ho Gwat-nio dan berkata.

"Teman-teman golongan hitam tidak percaya ada pernikahan seperti ini maka mereka tidak sempat menyiapkan hadiah, biar aku yang mewakili mereka memberikan sepasang kuda ini, sepasang kuda ini merupakan benda pusaka turun temurun dari seorang kaya di Su-chuan, dengan harga tinggi aku membelinya, aku harap Ho Lihiap mau menerimanya!"

Ho Gwat-nio malah merasa malu, tapi karena pemberian dari sesama golongan hitam maka dengan terpaksa dia menerimanya, dan dia terus mengucapkan terima kasih.

"Kalian begitu baik padaku, di hari pernikahan nanti aku mengundang kalian datang ke sana untuk minum arak!"

"Walaupun Ho Lihiap tidak mengundang, kami tetap akan datang untuk memberikan selamat!"

Goan Hiong merasa di balik tawa Biauw-eng tersimpan rencana busuk, maka saat mereka sedang berbicara, dia buru- buru mundur untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, dia berkata.

"Bibi Gwat, hari pernikahan Bibi hampir tiba, di rumah masih banyak hal yang harus dibereskan, bagaimana kalau kita berangkat sekarang!"

"Tadinya semua yang ada di sini ingin Ho Lihiap bersenang- senang bersama kami, aku tidak tahu kalau hari pernikahannya sudah ditentukan maka kami tidak berani mengganggu perjalanan Ho Lihiap!"

Kata Biauw-eng.

Kie Pi-sia tidak menyangka Biauw-eng akan begitu pengertian, maka dia dengan cepat menyuruh Ho Gwat-nio pamitan, Biauw-eng sama sekali tidak mengungkit-ungkit keributan yang terjadi tempo hari, dan membawa semua orangnya ke pelabuhan, dia tertawa, dan berkata.

"Ho Lihiap, jangan lupa, di hari pernikahanmu kami akan datang untuk minum arak kegirangan,waktu itu jangan lupa bersulang untuk kami!"

Setelah selesai berbicara dan siap naik ke atas perahu, tiba- tiba Kie Pi-sia melihat sesuatu, dia berteriak.

"Berhenti dulu, di mana bendera perusahaan perjalanan kita?"

Benar, bendera Su-hai yang menancap di atas perahu telah hilang, dan dua orang yang berjaga pun ikut menghilang. Dia berteriak.

"Biauw Hujin, ini pasti tujuan kalian!"

Biauw- eng berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di dalam perahu banyak barang-barang pernikahan, Ho Lihiap adalah orang kuat di kalangan golongan hitam, semua orang sangat menghormatinya, maka barang yang dibawa tidak perlu dilindungi, di perahu menancap sebuah bendera Su-hai, bukankah itu sangat berlebihan?"

"Pernikahan Bibi Gwat dan Paman Pui diurus oleh Thio Yan- to yang sudah pensiun, dia menitipkannya kepada kami."

"Bukankah Thio Yan-to adalah orang yang berpatungan dengan Su-hai? Pendekar Pui adalah calon mertua Ketua Su- hai, semua adalah orangmu sendiri, untuk apa kalian berpura- pura?"

"Justru karena orang sendiri maka kami harus perhitungkannya dengan jelas,"

Kata Kie Pi-sia. Biauw-eng marah, katanya.

"Kata-katamu tidak salah, Ho Lihiap adalah teman kami, kami tidak akan mengambil barang- barang pernikahannya, tapi bila dipasang bendera Su-hai itu jadi masalah bagi kami!"

"Apakah Hujin tidak bisa memberikan sedikit muka kepada kami?"

Tanya Ho Gwat-nio. Biauw-eng kembali tertawa, katanya.

"Apa katamu? Kami tidak mengambil barangmu sedikit pun, Ho Lihiap boleh memeriksanaya, kalau ada yang kurang aku yang akan bertangggung jawab!"

"Tapi bendera perusahaan perjalanan...."

Kata Ho Gwat-nio.

"Bendera perusahaan perjalanan adalah urusan Su-hai, Ho Lihiap tidak usah menanyakan, itu akan membuat kita jadi tidak nyaman. Sebenarnya hal ini membuatku serba salah karena masalah antara Su-hai dan Tiang-kang-cui-cai belum selesai, kali ini mereka mengantarkan barang pernikahan tapi mereka menggunakan bendera Su-hai, bila aku memberi jalan untuk mereka, bagaimana aku bisa berdiri di dunia persilatan? Kalau kami menghadang, kami akan membuat susah teman yang sama-sama dari golongan hitam, terpaksa aku mengambil bendera tapi barang yang dibawa kami lepaskan, supaya enak untuk semua pihak!"

Kata Biauw-eng.

"Berarti Ketua mengaku kalau Ketua sudah mengambil bendera Su-hai?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Karena bendera menghilang di tempat kami, kami tidak mengaku pun tidak bisa, apalagi aku yang menyuruh orangku untuk mengambilnya!"

Kie Tiang-lim lebih berpengalaman, dia tertawa katanya.

"Pi-sia, bendera hilang karena kita ceroboh, untuk apa terkejut, kita masih ada cadangan, keluarkan saja selembar lagi, bukankah masalah akan beres?"

"Apakah begitu mudahnya?"

Tanya Kie Pi-sia terpaku. Kie Tiang-lim berkata.

"Kalau bendera hilang direbut di depan banyak orang pasti bukan hal mudah untuk dibereskan, bendera dicuri apa anehnya, anggap saja bendera itu sudah usang lalu kita buang."

Kie Pi-sia berpikir sebentar lalu tertawa terbahak-bahak, katanya.

"Masuk akal, Ketua, bendera itu aku berikan kepada Anda sebagai kenang-kenangan dari kami, dalam keadaan seperti itu hilang 10 atau 100 bendera paling-paling kami hanya rugi ongkos membuatnya."

Tapi tawa misterius Biauw-eng mulai muncul, dia berkata.

"Memang ini bukan hal penting, kalau kalian masih ada perlu lain, silakan pergi, aku masih harus menyiapkan upacara untuk merayakan kemenanganku!"

"Merayakan kemenangan apa?"

Tanya Liu Kong.

"Taysu sama-sama orang golongan hitam, aku tidak akan membohongimu, tempo hari Tiang-kang-cui-cai berniat membuat masalah dengan Su-hai tapi belum terlaksana, aku merasa kurang bisa memimpin, maka aku merasa malu, kali ini aku sangat beruntung, aku telah berhasil, selain berhasil mengambil bendera Su-hai aku juga berhasil menangkap 2 orang mereka, nanti aku akan menjadikan 2 orang ini sebagai tumbal di depan banyak orang, aku akan membunuh mereka untuk dijadikan sesajen menyembahyangi bendera, kalau taysu tertarik silakan tinggal di sini untuk menyaksikannya!"

Wajah Kie Pi-sia dan Goan Hiong berubah, karena dua penjaga bendera hilang bersama bendera, cara Kie Tiang-lim tidak bisa dipergunakan lagi.

"Apakah upacara menyambut kemenangan Hujin bisa ditunda?"

Tanya Goan Hiong dengan marah.

"Terlambat sedikit tidak apa, tapi jangan terlalu lama-lama, karena banyak teman-teman yang harus segera pulang untuk beres-beres menghadiri pesta pernikahan Ho Lihiap!"

Jawab Biauw-eng.

"Tidak akan lama, aku hanya ingin tahu bendera dan orang yang menjaga bendera berada di mana? Supaya aku bisa mengambilnya!"

Kata Goan Hiong.

"Ada di depan, di atas panggung sembahyang,"

Jawab Biauw-eng. Semua orang mengikuti jari tangannya yang menunjuk, di sudut timur lapang ada sebuah panggung persegi terbuat dari batu, tingginya 3-4 meter lebarnya juga 3-4 meter. Tapi panggung itu kosong. Biauw-eng berkata.

"Mungkin waktunya belum tiba, jadi mereka belum siap, kalau kalian tertarik aku akan segera menyuruh mereka untuk bersiap-siap!"

Goan Hiong mengerti maksud Biauw-eng, artinya bendera dan tawanan akan dibawa ke panggung kemudian akan disusun barisan untuk membuktikan apakah dia mampu untuk merebutnya. Ini adalah aturan dan cara dunia persilatan, maka dengan tenang dia berkata.

"Hujin bergerak lebih cepat itu lebih baik, karena kami masih harus segera berangkat ke kampung halaman Paman Pui!"

"Kami sudah berusaha cepat, karena upacara kami kali ini sangat sederhana, hanya 2 orang penjaga panggung, dan akan segera dimulai!"

Goan Hiong terpaku, maksud Biauw-eng dengan hanya dua orang yang menjaga panggung, berarti dia hanya menyuruh 2 orang untuk bertarung, asal bisa menang dari dua orang itu, dia bisa mengambil kembali bendera dan orang yang ditawan, dia segera bertanya.

"Siapakah mereka berdua?"

"Aku tidak bisa memberitahu, karena dua pesilat tangguh yang menjaga panggung tidak ingin diketahui namanya, maka mereka akan naik ke panggung untuk bertarung dengan wajah ditutup, asal kalian bisa mengambil kembali bendera perusahaan perjalanan dan tawanannya itu sudah cukup, yang lain kalian tidak perlu tahu!"

"Apakah Hujin mempunyai peraturan yang lain?"

Tanya Goan Hiong.

"Tidak, dua orang yang menjaga panggung yang bertarung juga dua orang ini tapi dari pihak kalian tidak dibatasi berapa orang asal yang sudah turun dari panggung tidak diperbolehkan naik lagi. Kalian semua adalah pesilat tangguh, malah beberapa dari kalian adalah orang terkenal,' peraturan kecil ini aku kira kalian tidak akan keberatan bukan?"

"Tentu saja, aku harap Hujin juga bersiap-siap!"

Biauw-eng mundur dengan tertawa, di bawah panggung, kedua belah pihak berada di dua sisi, satu sisi diberikan kepada Ciam Giok-beng dan lain-lain, yang satu lagi adalah dari pihak Tiang-kang-cui-cai dan semua tertutup tirai.

Tidak lama kemudian ada beberapa orang yang naik ke panggung untuk mendekor, pertama bendera Su-hai dikeluarkan dan ditancap di sudut di sela-sela batu, kemudian mereka menggotong dua orang tawanan yang diikat seperti bacang, mereka diletakkan di tempat yang tidak begitu tengah, terakhir muncul 2 orang yang wajahnya tertutup kain, baju mereka yang satu berwarna putih yang satu berwarna hitam, di pinggang mereka masing-masing terselip pedang panjang, kain ditutup dari atas kepala hanya terlihat sepasang mata dan sepasang telinga.

Sorot mata kedua orang itu sangat tenang dan tajam, kelihatannya mereka adalah pesilat tangguh, orang berbaju putih berdiri di pojok, tanpa suara.

Orang baju hitam memberi hormat dan berkata.

"Aku menunggu kalian memberi petunjuk!"

Dari suaranya mereka adalah laki-laki.

Tapi suara mereka sangat asing, mengapa orang yang wajahnya ditutup ini tidak ingin identitasnya diketahui banyak orang? Nafas orang itu sangat kuat bukan sembarangan pesilat.

Goan Hiong dan Kie Pi-sia berunding untuk menentukan siapa yang akan naik ke atas untuk bertarung.

"Lawan hanya mengeluarkan dua orang, kelihatannya mereka yakin bisa menang dari kita, maka ronde pertama ini sangat penting, kalian harus hati-hati!"

Pesan Ciam Giok-beng.

"Tidak apa-apa, untung pihak kita tidak ditentukan berapa orang yang boleh turun, maka pertama-tama kita bisa mencoba dulu kekuatan mereka supaya lebih mantap!"

Dia bertanya kepada dua orang yang ada di atas.

"Apakah kalian bergiliran bertarung atau satu selesai baru satu yang maju?"

Orang berbaju hitam menjawab.

"Kami harus mendengar keputusan kalian dulu, kalau dari kalian semua ingin maju untuk mencoba kekuatan kami, kami harus mengirit tenaga, kalau dari pihak kalian yang ingin bertarung tidak banyak aku sendiri sudah cukup. Orang kedua tidak perlu bertarung!"

Nada bicaranya sangat sombong, boleh dikatakan tidak menganggap mereka, tapi Goan Hiong tidak berpikir begitu lawan bisa bicara seperti itu berarti mereka memang kuat.

Kalau hanya dengan satu orang bisa mengalahkan mereka semua, itu benar-benar memalukan, mereka tidak bisa menerimanya.

Maka dengan suara besar dia berkata.

"Orang yang naik ke panggung tidak terlalu banyak, kami tidak akan menggunakan cara bergiliran tapi lebih baik kalian berdua bergiliran memberi petunjuk kepada kami."

"Baiklah, yang penting begitu turun dari panggung tidak boleh naik lagi, kita bisa beberapa kali terus bertarung, hanya boleh gagal satu kali."

Goan Hiong berunding lagi, akhirnya diambil keputusan Pui Thian-hoa yang turun pada ronde pertama. Sewaktu Pui Thian-hoa baru naik ke panggung dan ingin mengatakan sesuatu, orang berbaju hitam sudah berkata.

"Tidak perlu memberitahu nama karena kami pun tidak meninggalkan nama, naik ke panggung langsung bertarung, tidak perlu banyak bacot, satu-satunya harapan adalah Tuan harus hati-hati dan pintar, Tuan harus mundur dengan tubuh sempurna jangan merepotkan aku karena harus menendang mayatmu ke bawah panggung!"

Pui Thian-hoa benar-benar tidak tahan dengan ocehan orang berbaju hitam, dia segera menyerang dengan pedang, orang berbaju hitam hanya menahan dengan asal-asalan kemudian pedangnya dibalik menyerang, pedang segera mengenai pundak Pui Thian-hoa, kemudian dia ditendang hingga turun dari panggung.

Hanya dalam satu jurus Pui Thian-hoa sudah kalah, memang luka di pundaknya tidak parah tapi hal ini benar- benar membuatnya malu.

Ho Gwat-nio sangat perhatian kepadanya, dengan cepat dia membalut luka Pui Thian-hoa, tapi Pui Thian-hoa malah mendorong tangan Ho Gwat-nio.

"Bibi, lebih baik kau tambah satu tusukan pedang lagi di bahuku, aku benar-benar merasa malu untuk hidup lagi!"

Ho Gwat-nio tertawa, katanya.

"Jikat dalam satu jurus kau bisa tertendang turun, kalau begitu selama puluhan tahun belajar silat hanya sia-sia belaka!"

Pui Ciauw-jin datang meghampiri mereka dan berkata.

"Jangan kecewa, mungkin ilmu pedang mereka lebih tinggi darimu, tapi kalau kau bisa lebih tenang, kau tidak akan kalah dalam satu jurus, dalam ilmu pedang paling dilarang adalah cepat marah, kemarahan akan membuatmu terburu-buru sehingga kemampuanmu jadi mengambang, kau sudah melanggarnya maka kau bisa kalah!"

"Tapi kata-katanya benar-benar membuatku marah!"

Kata Pui Thian-hoa.

"Justru itu siasat dari mereka, kau terkena tipuannya, maka dalam satu jurus dia bisa langsung menang, dasar ilmu pedangmu aku dan Paman Goan yang mengajarkanmu, ditambah lagi oleh gurumu, memang tidak bisa dikatakan nomor satu tapi kemampuanmu lebih tinggi dari kebanyakan orang, teknik lebih rendah itu bukan salahmu, jika dalam satu jurus sudah kalah berarti adatmu kurang, kau harus mengambil pelajaran dari kekalahanmu dan menyesalinya. Jangan malah ingin bunuh diri, benar-benar memalukan! Kalau kau belum masuk Kian-kun-kiam-pai aku sungguh ingin membunuhmu, kau benar-benar membuat malu keluarga Pui!"

Pui Thian-hoa tidak berani membuka suara, dia menurut saja menerima pengobatan dari Ho Gwat-nio. Orang berbaju hitam tertawa kepada orang berbaju putih.

"Ronde pertama terlalu enteng, aku sama sekali belum mengeluarkan tenaga, berikutnya tetap aku yang bertarung!"

Orang berbaju putih menggelengkan kepala.

"Jangan melanggar peraturan, aku juga harus bertarung, masa kau sendirian ingin menikmati kemenangan!"

Orang berbaju hitam tertawa dan mundur, Goan Hiong yang berdiri di bawah panggung sangat jelas mendengar suara orang itu.

Walaupun suaranya sengaja diberat-beratkan tapi terdengar kalau suara itu adalah suara perempuan, dan suara itu adalah suara Biauw-eng.

Karena takut kalah maka dia menutupi semua bagian kepala dan wajahnya.

Tapi Goan Hiong tidak ingin menunjukkan siapa dia sebenarnya, hanya saja kepada orang yang akan bertarung dia lebih hati-hati mengaturnya, karena Biauw-eng belum pernah memperlihatkan ilmu silatnya di depan umum, kalau dari pihak Su-hai yang naik bertarung bukan orang yang mempunyai sedikit kemampuan, pihak Su-hai pasti akan kalah, setelah dipikir-pikir terpaksa dia mengambil keputusan kalau dia yang akan mencobanya.

Kie Pi-sia pun sudah mendengar suara orang itu, dengan pelan dia berkata.

"Orang itu adalah Biauw-eng, biar aku yang bertarung dengannya!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan pelan juga Goan Hiong menjawab.

"Kau adalah ketua perusahaan perjalanan, kau tidak boleh bertarung, lebih baik Suhu yang bertarung jangan kau, kalau kau kalah walaupun kita sanggup merebut kembali bendera, tapi wajah kita tidak bisa dipungut kembali, lebih baik aku yang naik!"

Goan Hiong meloncat naik ke panggung, dia diam tidak membuka mulut, hanya pelan-pelan mengeluarkan pedangnya dan menyerang orang berbaju putih, dia menahan dengan pedangnya, memang dia menahan dengan cepat tapi Goan Hiong sudah ada persiapan sebelumnya, maka lawan tidak bisa mengalahkannya, karena dalam satu jurus orang berbaju putih tidak sanggup mengalahkan Goan Hiong, maka dia tidak kalah bersaing dengan orang berbaju hitam, karena itu dia mulai dengan kesabaran penuh bertarung.

Ilmu pedangnya sangat cepat sejurus demi sejurus tidak memberi kesempatan kepada Goan Hiong untuk bernafas juga tidak memberi kesempatan kepadanya untuk mengeluarkan Tay-lo-kiam- hoat.

Setelah 10 jurus berlalu, Goan Hiong mulai tahu apa yang lawan kehendaki, maka Goan Hiong pura-pura bertindak bodoh, dengan ilmu meringankan tubuh dia berputar di panggung, seperti berjalan-jalan, ini adalah keahlian Goan Hiong.

Dia belajar ini dari Pui Ciauw-jin, ini adalah salah satu keistimewaan Pui Ciauw-jin, karena tangan kosongnya akan mempunyai banyak kesempatan untuk mengeluarkan tehniknya yang tinggi?mencopet, tidak ada seorang pun yang melihatnya.

Tapi orang berbaju putih sudah tahu kemampuan mencopetnya, dia juga lebih waspada, dan Goan Hiong pun tidak bisa mendekatinya, apalagi untuk berputar di belakangnya, maka setelah 40-50 jurus berlalu mereka tidak terlihat tegang.

Tapi orang berbaju hitam mulai tidak sabar, dia berkata.

"Apakah pertarungan kalian bisa lebih dipercepat? Lawan yang lebih tua belum keluar, untuk apa bermain dengan anak-anak, hanya membuang tenaga dan energi!"

Orang berbaju putih mulai marah.

"Jangan kira bocah ini mudah dihadapi, dia adalah angkatan muda Kian-kun-kiam-pai yang paling merepotkan, di dalam pikirannya banyak rencana aneh, kalau tidak hati-hati kita akan kalah olehnya, kau bernasib baik, mendapat lawan yang bodoh, maka kau mengira semua murid Kian-kun-kiam-pai adalah orang bodoh!"

Kali ini suara orang berbaju putih tidak ditutup-tutupi, maka semua bisa mendengar kalau itu adalah suara Biauw-eng, tapi tidak ada seorang pun yang memberi komentar, hanya orang berbaju hitam terlihat tertawa dan berkata.

"Dari awal aku sudah bilang kau tidak perlu campur tangan, aku jamin aku sendiri cukup untuk mengatasi mereka semua!"

Orang berbaju putih tahu semua orang sudah tahu siapa dia dari suaranya, tidak ada gunanya menutupi diri lagi, maka dia menarik penutup wajahnya serta topengnya lalu berkata.

"Aku adalah ketua Tiang-kang-cui-cai, kau memang sudah membantuku, tapi kau tidak bisa memborong semuanya supaya kau bisa menjadi terkenal, muka Tiang-kang-cui-cai mau ditaruh di mana? Ini akan menjadi bahan pembicaraan semua orang!"

Orang berbaju hitam tetap tertawa dengan sombong.

"Tapi kau sudah bertarung lama dengan pemuda itu, tetap tidak ada hasilnya, untuk apa harus mencari muka lagi?"

Karena marah Biauw-eng langsung turun dari panggung, dia berkata.

"Baiklah, sekalian saja aku membuat malu diriku, aku mengaku kalah, apakah dengan kekuatanmu sendiri kau bisa menang!"

Melihat Biauw-eng turun dari panggung dan belum bertarung sudah mengaku kalah, dia terpaku dan bertanya.

"Mengapa kau harus melakukan itu?"

Biauw-eng menjawab dengan dingin.

"Bila aku ingin menang dari pemuda itu sangat mudah, tapi untuk menang dari gurunya tidak akan mudah, aku ingin mencari masalah dengan Su-hai dengan caraku sendiri, caranya bisa memperoleh kemenangan, ini adalah rencanamu maka kau yang bertanggung jawab!"

"Biauw Hujin, kau jangan salah paham, bila hari ini kita bisa membuat bendera Su-hai ditinggal di sini, ini adalah kemuliaan bagi Tiang-kang-cui-cai!"

Kata orang berbaju hitam.

"Aku tidak peduli, aku sudah mengatakan ingin mengembalikan maka aku punya cara tersendiri, hari ini kau saja sendiri yang berjuang menghadapi mereka!"

Sahut Biauw- eng.

"Apakah kau akan membiarkan aku sendiri berjuang?"

Tanya orang berbaju hitam mulai marah.

"Aku sudah membuat malu diriku satu kali, maka aku sudah mengambil keputusan untuk lepas tangan, yang penting kali ini barang yang dibawa Su-hai adalah barang-barang pernikahan Ho Lihiap, aku akan membiarkan mereka melewati daerahku, dengan begitu aku tidak merasa bersalah kepada Ho Lihiap, di luar aku juga mendapatkan nama, kelak bila perusahaan perjalanan Su-hai membawa barang dan melewati daerah sini, aku tetap akan memakai caraku!"

"Kalau begitu, aku juga akan lepas tangan!"

Kata orang berbaju hitam.

"Silakan, kalau kau lepas tangan, aku akan membiarkan mereka mengambil kembali bendera mereka, dan dengan hormat mengantarkan mereka melewati Su-chuan, bagiku itu tidak merugikan!"

Kata Biauw-eng.

"Mengapa kau tidak menepati janji?"

Biauw-eng tertawa dingin.

"Di dunia persilatan golongan hitam, kami hanya tahu untung dan rugi, tidak peduli pada kepercayaan, kalau tidak kami akan mati kelaparan, aku merasa sampai saat ini kekuatanku belum begitu kuat, masih belum sanggup bertarung dengan Su-hai yang didukung oleh Kian-kun-kiam-pai, untuk menuruti permintaanmu maka aku keluar untuk mencobanya, kalau kau memandang remeh diriku, aku pun tidak akan percaya kepadamu!"

"Baiklah, aku kira aku sendiri sanggup menghadapi mereka, marga Goan, turunlah! Suruh gurumu naik untuk bertarung denganku!"

Goan Hiong tersenyum, berkata.

"Menurut peraturan, belum saatnya aku harus turun!"

"Aku beri kesempatan kepadamu untuk turun, kalau dalam satu jurus aku berhasil memukulmu hingga turun dari panggung, apakah kau masih ada muka berdiri di dunia persilatan?"

Goan Hiong berkata.

"Tidak apa, asal aku bisa merangkak bangun, aku masih bisa berdiri, kami menjadi pengantar barang dari perusahaan perjalanan adalah untuk membela kebenaran bukan untuk mencari nama, kalah menang tidak jadi masalah, apalagi belum tentu dalam satu jurus kau bisa memukulku turun dari panggung ini, dan belum tentu juga ilmu silatku berada di bawahmu, semua tergantung pada nasib, kalau aku kalah berarti nasibku kurang baik!"

Sikap masa bodoh Goan Hiong membuat orang berbaju hitam marah, dia berteriak.

"Satu jurus pun kau tidak akan bisa menahannya, untuk apa kau ingin menjadi jagoan?"

"Aku bukan ingin menjadi jagoan, melainkan mengantar barang perusahaan perjalanan kalau dalam satu jurus kalah itu adalah hal biasa tidak perlu merasa malu, karena ini adalah pertarungan ilmu pedang, satu jurus kalah dengan ratusan jurus baru kalah, itu sama saja, tidak berbeda jauh, maka meski dalam satu jurus kau bisa mengalahkan Suteku, tidak perlu merasa bangga, karena nasibmu sedang mujur, dan pastinya jurusmu benar!"

Orang berbaju hitam tertawa dingin, katanya.

"Kau baru berkelana di dunia persilatan, sudah mulai punya nama, hari ini setelah bertemu denganmu, kata-kata mereka tidak salah, kau benar-benar hebat, pantas Hujin Biauw di saat yang tepat mengundurkan diri, dia takut aku tidak sanggup menghadapi kalian, nantinya malah membuat hal memalukan!"

Biauw-eng memang mempunyai pikiran seperti itu, karena begitu dia bertarung dengan Goan Hiong, dia merasa ilmu pedang pemuda itu maju pesat dibandingkan beberapa bulan yang lalu, semua ini pastinya karena jasa Ciam Giok-beng, dan Ciam Giok-beng dalam waktu singkat bisa mendidik seorang pemuda menjadi begitu bagus kemampuannya, maka dia harus membuat perhitungan baru lagi dengan Kian-kun-kiam- pai.

Dan kepercayaannya kepada orang berbaju hitam mulai goyah, karena pada akhirnya sulit untuk dibereskan lebih baik dari awal dia keluar, maka dengan sombong dia menjawab.

"Aku mempunyai cara tersendiri mengatasi masalah!"

"Mengapa awalnya kau setuju dengan ideku?"

Tanya orang berbaju hitam.

"Karena permintaanmu dan aku berhutang budi kepadamu, dulu kau pernah menolongku, maka aku tidak enak kalau tidak setuju, tapi kau terlalu sombong, apa lagi sikapmu kepadaku, membuatku tidak tahan, kalau masalahnya ada yang menyangkut pribadiku, itu tidak jadi soal. Tapi aku adalah pemimpin dari Tiang-kang-cui-cai aku tidak bisa mempertaruhkan kemuliaan dunia golongan hitam untukmu, maka aku memutuskan untuk mundur!"

Orang berbaju hitam tertawa terbahak-bahak.

"Biauw Hujin, Anda menganggap kalau Anda pintar, nanti kau akan menyesal, sewaktu aku mengalahkan mereka satu per satu, kau akan menyesal, menyesal telah kehilangan kesempatan baik!"

"Aku tidak akan merasa menyesal, kalau kau berhasil membuat perusahaan perjalanan Su-hai tidak bisa berdiri lagi di dunia persilatan, tujuanku juga tercapai, bila kau kalah, aku masih punya kesempatan yang lain!"

Orang berbaju hitam terpaku, lalu berkata.

"Kau benar- benar pandai memperhitungkan semuanya!"

"Kami melakukan perdagangan tanpa modal, kalau tidak pandai berhitung, kami tidak akan bisa hidup!"

Orang berbaju hitam tertawa terbahak-bahak.

"Sungguh aku sudah diperalat olehmu datang kemari, dengan terpaksa membiarkanmu mengambil keuntungan, marga Goan, kau juga pandai bicara, tapi aku tetap harus membuatmu kalah dengan gagal total, begitu kau kalah untuk ketiga kalinya, aku akan menendangmu turun!"

"Aku percaya kau sanggup melakukan ini, tapi aku juga akan memberi suatu jaminan, saat aku turun dari panggung, paling sedikit aku harus membalas seperti membuka penutup wajahmu, biar semua orang bisa melihat siapa kau sebenarnya!"

Kata Goan Hiong. Sorot mata orang berbaju hitam menjadi galak.

"Goan Hiong, bila kau berani melakukan tindakan itu, aku akan membunuhmu! Dan aku tidak akan memaafkanmu!"

"Kau membajak bendera juga menculik tawanan, kau sudah merusak citra Su-hai, apakah kau mengingat muka kami?"

Tanya Goan Hiong.

"Baiklah, kita mulai bertarung!"

Seru orang berbaju hitam.

Goan Hiong menyerang dengan pedangnya tanpa keseriusan, sepertinya orang berbaju hitam ingin menepati janjinya, dia sama sekali tidak melayaninya, dia ingin Goan Hiong menjadi serius, baru dia akan membalas, kali ini perhitungan Goan Hiong sangat tepat, setelah satu jurus tipuan, berikutnya melancarkan jurus yang dahsyat, jurus Tay- lo-kiam-hoat yang paling hebat sudah dikeluarkan.

Tay-lo-kiam-hoat adalah jurus inti dari Kian-kun-kiam-hoat, walaupun di dalam hati orang berbaju hitam sudah mengetahuinya, tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau Goan Hiong akan mengeluarkan jurus ini, sekarang bayangan pedang seperti gunung sudah menutupinya, sama sekali tidak ada kesempatan untuk membalas, karena keganasan Tay-lo- kiam-hoat membuat orang berbaju hitam terdesak mundur hingga ke sudut panggung.

Setelah serangan pertama Goan Hiong berhasil, dia tidak ingin melepaskan kesempatannya lagi.

Serangan kedua segera menyusul, jurus ini lebih hebat lagi, membuat orang berbaju hitam mundur ke sisi, dia tidak bisa mundur lagi, dia meloncat keluar panggung.

Goan Hiong menyusul ke sisi panggung, karena tidak ada tempat lagi dan baru bisa menghentikan laju tubuhnya, ilmu silat orang berbaju hitam di luar dugaan semua orang.

Dia terbang keluar dari panggung tapi setelah berputar dia kembali lagi dengan cepat.

Dia datang menyerang dengan pedangnya dan menusuk.

Goan Hiong sama sekali tidak menyangka kalau lawan bisa berputar di udara kemudian kembali lagi ke panggung, dia ingin menyerang lagi tapi sudah tidak sempat, orang itu datang dengan cepat, dalam keadaan bahaya Goan Hiong masih bisa bersikap tenang, tubuhnya membalik ke belakang untuk menghindari serangan ini dan membiarkan tubuh lawan melewati tubuhnya.

Demi menjaga-jaga kalau orang berbaju hitam menyerang lagi, sebelah tangan Goan Hiong yang memegang pedang menyapu ke arah lawan dengan cara maju untuk mundur.

Dengan begitu dia baru bisa berdiri tegak, musuh sudah menghilang hanya terdengar suara Kie Pi-sia yang cemas.

"Goan Toako, dia berada di belakangmu!"

Goan Hiong membalikkan pedangnya untuk menahan, orang berbaju hitam sambil tertawa meloncat menjauh.

"Jangan terburu-buru, kalau aku mau menendangmu kau sudah berada di bawah, ini adalah jurus pertama, aku sudah berjanji sampai jurus ketiga baru aku akan menendangmu turun dari panggung, masih tersisa dua kali lagi kesempatan."

Goan Hiong tertawa kepadanya.

"Maaf, kau mempunyai selera yang tingi tapi aku tidak ingin melayanimu, maaf, maaf!"

Orang berbaju hitam menghadangnya dengan pedang.

"Kau mau apa?"

"Aku sudah menyerangmu dengan 2 jurus, memang aku tidak bisa mengalahkanmu, tapi aku bisa membuatmu tidak bisa membalas, jurusmu yang tipuan dan benar aku sudah mengetahuinya, begitu menghadapi guruku, ilmu meringankan tubuh yang seperti tadi tidak akan berhasil banyak, karena itu aku tidak ingin membocorkan ilmu pedang perkumpulan kami kepadamu, sekarang aku akan turun dari panggung!"

Orang berbaju hitam memang sedikit takut dengan kedahsyatan Tay-lo-kiam-hoat, maka dia ingin melihat lebih banyak jurus Tay-lo-kiam dari Tay-lo-kiam-hoat, gara-gara Goan Hiong telah membuka rahasianya, dia merasa malu dan membentak.

"Belum sampai di jurus yang aku tentukan, kau tidak diijinkan turun!"

"Bukan kau yang menentukan, tapi kakiku yang menempel di tubuhku!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tapi pedangku ada di tanganku, apakah kakimu bisa lebih cepat bergerak dari pedangku, bila kau malas, aku akan menyimpan kedua kakimu di sini!"

"Aku tidak percaya, kalau bisa aku ingin mencobanya!"

Kata Goan Hiong. Orang berbaju hitam memegang pedang, begitu Goan Hiong bergerak dia bersiap mengeluarkan serangan, Goan Hiong berpikir sejenak lalu berkata.

"Benar, aku lupa sesuatu, aku tidak boleh turun dari panggung sekarang sebab penutup wajahmu belum kubuka!"

Orang berbaju hitam tertawa dingin, katanya.

"Benar, aku sedang menunggu kau membuka tutup kepalaku, karena itu kau harus mengeluarkan dua jurus andalanmu lagi!"

"Tidak perlu, sebab dengan dua seranganku tadi telah membuat penutup kepalamu terbelah menjadi dua, sekarang belum terlepas karena masih tersambung dengan benang tipis, bila aku meniupnya benang bisa langsung putus!"

Orang berbaju hitam marah, berkata.

"Sembarangan bicara, pedangmu dari tadi sama sekali tidak mendekatiku!"

"Percaya atau tidak, terserah padamu, coba kau rasakan sendiri, jangan katakan aku menipumu, bila kau ingin merasakannya, goyangkan perlahan sekali, jangan dibuka semuanya olehmu!"

Kata Goan Hiong.

Mendegar kara-kara Goan Hiong begitu serius, orang berbaju hitam pelan-pelan meraba penutup kepalanya, dan saat itu Goan Hiong menyerangnya dengan cepat, karena diserang tiba-tiba orang berbaju hitam menahan dengan pedangnya.

Tapi gerakan Goan Hiong hanya setengah jalan, kemudian dia melepaskan pedangnya, maka orang berbaju hitam hanya menahan tempat kosong, dan bayangan pedang sudah datang menghampirinya, terpaksa dia menepuk pedang yang datang dengan tangan kosongnya.

Memang pedang ditepuk dan terjatuh tapi tubuh Goan Hiong dengan cepat lewat di depan, tangannya sudah mengait penutup kepalanya, lalu Goan Hiong pun mendarat di bawah panggung.

Penutup wajah jadi terbuka, tampak wajah yang asing, usianya tidak lebih dari 30 tahun, hanya lebih tua sedikit dari Goan Hiong, wajahnya sangat biasa, tidak jelek juga tidak tampan! Orang berbaju hitam melihat Goan Hiong, dengan cara tipuan membuka penutup wajahnya, dia marah sekali dan berteriak.

"Orang she Goan, kalau berani naiklah!"

Goan Hiong melempar penutup wajah dia tertawa terbahak- bahak.

"Aku sudah mengaku kalah dan turun dari panggung, aku juga telah menepati janji membuka penutup kepalamu, pertarungan antara kita berdua berakhir sampai di sini, aku tidak akan naik lagi, bila tertarik silahkan kau yang turun!"

Orang berbaju hitam marah, berteriak.

"Kalau kau menggunakan ilmu sesungguhnya membuka penutup wajahku, aku bisa memaafkanmu, tapi kau menggunakan cara licik!"

"Aku bilang aku akan meniupmu dan akan membuat penutup wajahmu terbuka, aku tidak bohong, kau harus mengerti di dunia persilatan mengatakan bahasa bohong adalah meniup angin besar, aku hanya meniup sekali, sudah membuatmu terkejut, itu salahmu sendiri, pengalaman hidupmu terlalu dangkal!"

Orang berbaju hitam berteriak.

"Kalau kau tidak berani naik, aku yang akan turun!"

"Baik, aku akan menyambutmu dengan senang hati, tapi jangan lupa, kau tidak boleh turun dari panggung, bila kau turun, kau akan kalah, kami akan merebut kembali bendera Su-hai dan orang yang kalian tawan!"

Saat itu orang berbaju hitam bersiap akan turun, begitu mendengar kata-kata Goan Hiong, dia segera berdiri dengan nada seram bertanya.

"Apakah kau mengira dengan memainkan sedikit kepintaranmu maka aku akan melepaskanmu?"

"Jangan terlalu serius, wajahmu tidak bopeng, tidak cacat, tidak kekurangan sesuatu apa pun, kau tidak perlu menutupi wajahmu, apalagi kita tidak saling kenal!"

Dengan dingin orang berbaju hitam berkata.

"Aku suka dan aku sudah mengatakan kalau kau membuka penutup wajahku, kau harus mati!"

"Kata-kata itu baru nanti kita bahas, masalah di antara kita diselesaikan dulu, bendera dan tawanan masih ada di tanganmu, aku tidak bisa melepaskan mereka, tapi pasti akan ada orang yang bisa mengambilnya kembali, kau tunggu sebentar, akan ada orang yang naik untuk bertarung!"

Orang berbaju hitam berteriak.

"Aku tidak tahu aturan, kecuali kau naik untuk mencari mati, kalau tidak aku akan mencari orang-orang Su-hai!"

Goan Hiong berteriak.

"Perusahaan perjalanan Su-hai tidak takut pada ancamanmu, kau tidak tahu aturan, tapi kami tahu, bila kau mau mencariku, turunlah sekarang!"

Orang berbaju hitam tertawa dingin.

"Kau jangan mimpi aku bakal tertipu lagi olehmu, awalnya aku hanya ingin memberimu sedikit pelajaran, tapi kau dengan cara licik membuka penutup wajahku, maka di antara aku dan Su-hai sudah menjadi musuh, aku akan membunuh kalian semua!"

Kemudian dia membalikkan tangan ingin merobek bendera itu menjadi dua bagian, Kie Pi-sia berteriak, pedang pun datang menyerang, tapi orang berbaju hitam sudah meloncat menjauh, dia tertawa dingin.

"Jangan terburu-buru, aku akan membunuh dua orang ini dulu, baru akan mencari orang she Goan, terakhir baru giliranmu! Yang penting di antara kalian tidak akan ada yang lolos!"

Sambil bicara dia mengayunkan pedangnya, dua kepala terguling jatuh, dua penjaga bendera itu berteriak memilukan hati.

Melihat kelakuan orang itu begitu kejam, Goan Hiong sangat marah, saat dia merebut pedang dan ingin meloncat ke atas panggung, orang berbaju hitam sudah turun dari atas, pedangnya siap membacok Goan Hiong, Goan Hiong mendorong dengan pedangnya, tapi dapat dilewati olehnya.


Giring Giring Perak Karya Makmur Hendrik Pendekar Romantis 02 Hancurnya Samurai Fear Street Terperangkap Trapped

Cari Blog Ini