Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 11

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 11



Dia balik menyerang dengan pedangnya.

Melihat lawan menyerang begitu ganas Goan Hiong berguling ke samping untuk menghindar.

Tapi orang berbaju hitam masih terus mengejarnya, untung Kie Pi-sia datang menghadang, dan Goan Hiong bisa terlepas dari bahaya karena dia hampir dibacok di bagian punggung.

Pui Thian-hoa dan Seng Cung pun datang mengepung, Goan Hiong meloncat bangun dia ikut masuk ke dalam lingkaran pertarungan.

4 orang dengan 4 pedang, mengelilingi orang berbaju hitam tapi dia terlihat sangat berani, dengan satu pedang dia maju dan mundur, bertahan juga menyerang, dia bisa menahan serangan dari mereka berempat dan memaksa keempat orang itu sering berada dalam bahaya.

Setelah beberapa jurus, melihat keadaan tidak seperti biasanya, Goan Hiong segera berteriak.

"Barisan Tay-lo-kiam- hoat, bentuk Kian-kun 4 jurus segera digunakan!"

Teriakan Goan Hiong segera disambut, 4 orang segera mengurung dari 4 penjuru, sebenarnya Tay-lo-kiam-hoat tidak ada barisan pedang hanya ketika Goan Hiong dan yang lainnya sedang berlatih jurus Tay-lo, iseng-iseng mereka bergabung berlatih satu kali serangan, mereka bergabung di 4 penjuru, dengan satu jurus yang sama menyerang orang yang dikepung, memang hasilnya lebih dahsyat.

Mereka pernah bertanya kepada guru mereka, Ciam Giok- beng, apakah dengan bergabung jurus Tay-lo lebih baik dan lebih dahsyat, tapi Ciam Giok-beng hanya tertawa dan berkata kalau itu tidak akan ada gunanya, karena Tay-lo-kiam-hoat memang hanya ada satu jurus, dengan 4 jurus yang datang dari 4 penjuru membuat lawan sulit untuk menahan, tenaga dan kekuatan 4 orang kalah dari tenaga satu orang.

Tapi karena anak muda kurang pengalaman, maka Tay-lo-kiam- hoat belum begitu sempurna, Ciam Giok-beng merasa dengan cara ini bisa menutupi kekurangan mereka, ada jalan yang lumayan bagus, maka dia setuju jurus ini disebut barisan Tay- lo-kiam-hoat.

Sekarang melihat serangan orang berbaju hitam terlalu lemah, di dalam kegugupannya, mereka teringat pada barisan ini, karena keempat orang itu sudah sering berlatih ilmu pedang, maka mereka sudah sangat kompak, kapan menyerang, menyerang dengan jurus apa, posisi masing- masing di mana, mereka sudah sangat paham, maka begitu menyerang, 4 pedang bersama-sama menyerang dan serangan itu sangat dahsyat.

Melihat di sekelilingnya hanya ada bayangan pedang, orang berbaju hitam sambil menahan dengan pedangnya, dia meloncat tinggi untuk keluar dari kepungan mereka, akhirnya dia bisa lolos dari serangan mereka.

Tapi posisi Goan Hiong dan Kie Pi-sia lebih kuat, jurus mereka pun lebih hebat, mereka berhasil menggores kaki orang berbaju hitam dengan goresan tipis.

Ooo)w*z(ooO BAB 16 Rahasia di kota Ceng-seng Ilmu meringankan tubuh orang berbaju hitam sangat tinggi.

Dia tahu bila sekali lagi masuk ke dalam barisan mereka, dia tidak akan seberuntung sekarang, maka dari tengah udara dia melarikan diri ke dalam kerumunan orang-orang.

Karena orang berbaju hitam masuk ke dalam kerumunan orang-orang Tiang-kang-cui-cai, Goan Hiong dan yang lainnya tidak enak kalau mereka terus menyerang, dia berteriak.

"Teman-teman golongan hitam, kami mohon minggir sedikit!"

Seharusnya orang-orang Tiang-kang-cui-cai melindungi orang berbaju hitam karena orang itu telah membantu mereka tapi karena orang itu tidak tahu aturan dunia persilatan, sebelum masalah selesai dia berani membunuh tawanannya, itu benar-benar melanggar aturan, apalagi terhadap ketua mereka, dia bersikap terlalu sombong.

Hal ini membuat mereka marah, apalagi Biauw-eng sudah mengumumkan tidak mau campur lagi dari pertarungan ini, maka mereka lebih-lebih tidak mau ikut campur, maka begitu Goan Hiong berteriak, mereka segera memberi jalan.

Melihat Goan Hiong dan teman-teman akan mengepungnya, dia masuk lagi ke dalam kerumunan orang-orang, karena terus mengejar tanpa hasil Goan Hiong berteriak.

"Kau berani membunuh orang dan menghancurkan bendera Su-hai, kau harus berani keluar, jangan jadi kura-kura yang bersembunyi di dalam tempurungnya!"

Karena kakinya terluka, orang berbaju hitam mulai keluar keganasannya, dengan pedangnya dia menyerang dan berteriak.

"Apakah Tay-lo-kiam-hoat adalah ilmu pedang terkuat? Hari ini aku akan memperlihatkan ilmuku yang dikatakan ilmu pedang sesungguhnya!"

Barisan disusun lagi, tapi melihat sikap orang berbaju hitam begitu ganas, mereka pun menjadi sangat hati-hati tidak berani bertindak gegabah. Orang berbaju hitam tertawa sinis, katanya.

"Baiklah, datanglah kemari, Goan Hiong, Kie Pi-sia, kalian berdua memang lebih kuat, bisa menggores kakiku, sekarang kalian berdua harus menganti kerugian ini 10 kali lipat!"

"Sobat, kita belum pernah bertemu, juga tidak ada dendam, mengapa kau terus bertentangan dengan kami? Dan kau telah membunuh dua orang kami!"

Orang berbaju hitam tertawa sinis.

"Membunuh dua orang bukan jumlah yang banyak! Pedangku harus memakan 20 nyawa baru kita impas!"

Usia Seng Cung paling muda juga paling tidak tahan dengan ejekan orang berbaju hitam, dia berteriak.

"Suheng, jangan banyak bicara lagi dengan dia! Bunuh saja dia untuk membalaskan dendam dua saudara kita yang terbunuh!"

"Dendam ini pasti akan dibalas, tapi kita harus tahu jelas apa alasannya melakukan ini!"

Kata Goan Hiong. Orang berbaju hitam tertawa dingin, bentaknya.

"Begitu kalian sudah mendaftar ke kantor dewa kematian, kalian akan mengerti, balas dendam harus menunggu roh kalian!"

Seng Cung menyerang dari belakang, jurus yang dia gunakan tetap jurus Tay-lo-kiam-hoat, karena tidak bergabung dengan 3 orang temannya, maka kekuatannya berkurang, orang berbaju hitam membalikkan pedangnya dengan jurus sangat aneh tapi pas dia menyerang tepat di titik lemah Seng Cung, cahaya pedang berkilau, ujung pedang telah melewati tulang rusuk Seng Cung dan menembus hingga ke punggung.

Melihat Sutenya terluka, Pui Thian-hoa segera menyerang, jurusnya sangat cepat, ujung pedang menjadi titik bintang menutup ke sana, pedang orang berbaju hitam memang menusuk Seng Cung tapi tidak membuat nyawa Seng Cung terancam, untung dia tidak mengeluarkan ujung pedang dari pinggir, bila dengan cara seperti itu nyawa Seng Cung tidak akan tertolong lagi, maka serangan Pui Thian-hoa telah menolong nyawa Seng Cung.

Orang berbaju hitam mencabut pedang harus dengan posisi lurus baru bisa menahan serangan Pui Thian-hoa, kalau tidak nyawa Seng Cung tidak akan terjamin, orang berbaju hitam pun akan terluka oleh pedang Pui Thian-hoa.

Orang berbaju hitam masih tidak ingin mati bersama, di dalam situasi terdesak dia menendang Seng Cung, dia menarik pedangnya dari tubuh Seng Cung, menahan dan membuat pedang Pui Thian-hoa terjatuh.

Goan Hiong dengan cepat menyerang, dia menahan serangan kedua kalinya dari orang berbaju hitam, membuat Pui Thian-hoa bisa mundur dari sana.

Jurus pedang dari orang berbaju hitam datangnya aneh, jurusnya sepertinya khusus diciptakan untuk menaklukkan Tay-lo-kiam-hoat, walaupun Goan Hiong berhasil menolong Pui Thian-hoa, tapi dia sendiri berada dalam bahaya lagi.

Untung Kie Pi-sia menyerang dengan cepat, membantu Goan Hiong mundur dari sana, Pui Thian-hoa ikut serta, dia tertolong Kie Pi-sia.

Tiga pesilat muda dari Kian-kun-kiam-pai mengandalkan jurusnya bergiliran menyerang, baru bisa menahan serangan lawan, mereka sendiri tidak sampai terluka tapi mereka selalu berada dalam bahaya.

Setiap kali orang berbaju hitam menyerang, selalu menjadi ancaman bagi mereka.

Kie Pi-sia bersama ketiga kawannya harus ekstra hati-hati dan berkonsentrasi penuh baru bisa menahan, itu pun pas-pasan.

Tay-lo-kiam-hoat berjumlah 36 jurus, setengah dari 36 jurus itu bertahan dan setengahnya lagi jurus menyerang, sebenarnya jurus menyerang hanya ada 18 jurus tapi begitu mereka bertiga menyerang dengan jurus-jurus ini, orang berbaju hitam malah menyerang semakin hebat, sampai- sampai jurus menyerangnya pun tidak sanggup menghadangnya.

Maka barisan pun mulai kacau serangan mereka sudah kehilangan kedahsyatannya, untung Pui Thian- hoa dan Goan Hiong sebelumnya pernah belajar ilmu pedang dari Pui Ciauw-jin, maka dengan jurus inilah mereka tidak sampai terluka dan mati.

Tapi Kie Pi-sia mengalami kesulitan, semua jurus pedangnya didapatkan dari Ciam Giok-beng, tapi dalam keadaan sekarang semua tidak bisa digunakan, sepertinya orang berbaju hitam tahu kelemahan Tay-lo-kiam-hoat dia terus menyerang Kie Pi-sia, selain harus bekerja keras dia masih harus mengandalkan bantuan dari Goan Hiong dan Pui Thian-hoa, dan dia bisa terhindar dari sabetan oleh orang berbaju hitam.

Ilmu pedang orang berbaju hitam masih terus berobah- robah, keadaan ini sangat jelas, bila ditarik panjang lagi, ketiga orang ini malah akan mati oleh pedang orang berbaju hitam.

Kie Tiang-lim, Goan Jit-hong, Pui Ciauw-jin yang berada di luar pertarungan terlihat sangat cemas, mereka ingin menolong, tapi Ciam Giok-beng menghalangi mereka yang akan menolong.

Pui Ciauw-jin berteriak.

"Ciam Toako, aku lihat ketiga anak itu tidak akan bisa bertahan lagi!"

"Aku mengerti, tapi tidak ada yang bisa membantu mereka, kecuali mereka mencari cara sendiri untuk mundur, kalau tidak dari kita masuk satu orang ke sana, mereka akan mati satu orang,"

Kata Ciam Giok-beng. Pui Ciauw-jin dengan aneh bertanya.

"Mengapa bisa seperti itu?"

"Pandanganku tidak salah, jurus pedang orang itu sepertinya jurus sesat, sepertinya ilmu pedangnya khusus diciptakan untuk menaklukkan kita, sekarang ketiga anak muda itu masih bersemangat maka mereka masih bisa bertahan, bila ada satu orang yang masuk ke sana untuk membantu, begitu semangat mereka sedikit kendur, mereka akan terbunuh, yang membuatku aneh adalah dari mana datangnya orang itu?"

Tanya Ciam Giok-beng. Melihat ketiga anak muda itu berada dalam bahaya, Ho Gwat-nio tidak tega dia memohon.

"Ciam Toako, dalam keadaan seperti itu kau masih ingin tahu siapa orang itu? Oh celaka!"

Ternyata saat mereka sedang bicara, Kie Pi-sia bergerak melesat dan masuk ke dalam bayangan pedang orang berbaju hitam, Goan Hiong dan Pui Thian-hoa dipaksa mundur, ingin menolong sudah tidak sempat, Ho Gwat-nio dengan cepat berlari ke depan, memang tubuhnya ingin maju, tapi dia adalah orang yang berpengalaman dan sering bertarung, maka tanpa senjata dia sudah melayangkan tangannya melepaskan senjata rahasia.

Tampak orang berbaju hitam hampir mematahkan pinggang Kie Pi-sia, tapi karena ada serangan senjata rahasia maka dia harus menahan dengan pedangnya, dia berhasil menyingkirkan senjata rahasia itu, tapi pedangnya tetap diayunkan ke arah Kie Pi-sia.

Karena Ho Gwat-nio melepaskan senjata rahasia membuat Liu Kong dan Liu Hwan bersama-sama melepaskan simbal besi mereka! Simbal terbang milik kedua hweesio itu berjumlah 16 buah, satu kelompok terdiri dari 4 buah, menyerang dari 4 penjuru, awal dan akhirnya saling menyambung, tadinya pedang orang berbaju hitam terus menyerang Kie Pi-sia, sekarang untuk menjaga dirinya dia harus memutarkan pedang untuk menahan serangan kemudian dia memutar tubuhnya, 16 simbal semua dipukul hingga jatuh.

Karena ada simbal besi yang datang membuat Kie Pi-sia, Pui Thian-hoa, dan Goan Hiong bisa mengambil kesempatan menarik nafas, kemudian mereka dengan cepat mundur sambil terengah-engah.

Pui Ciauw-jin pun ikut menarik nafas lega dan berkata.

"Ciam Toako, mereka sudah tertolong!"

Ciam Giok-beng tertawa kecut tapi tidak bersuara. Goan Jit- hong berasal dari perkumpulan lurus, dia menarik Pui Ciauw- jin dan berkata.

"Pandangan Ciam Toako tidak akan salah, pedang melawan pedang, siapa yang masuk akan mempercepat kematian mereka, karena Ciam Toako hanya bisa ilmu pedang, maka dia sama sekali tidak terpikir menggunakan senjata rahasia!"

Wajah Pui Ciauw-jin menjadi merah, Ciam Giok-beng segera berkata.

"Pikiranku terlalu kuno, untung ada Ho Lihiap dan kedua taysu, aku merasa berterima kasih kepada kalian, kalau tidak ketiga anak itu akan mati karena aku!"

Ho Gwat-nio dan kedua hweesio merasa lega setelah mendengar penjelasan Goan Jit-hong, mereka merasa canggung, karena mereka berasal dari golongan hitam, hal seperti ini sering membuat mereka menjadi sensitif, tapi tadi mereka melepaskan senjata rahasia karena mereka berniat baik dan tidak terpikir pada hal lain.

Murid Kian-kun-kiam-pai setelah bertarung 3 melawan satu, masih harus mengandalkan senjata rahasia untuk menolong mereka dari bahaya, memang senjata rahasia itu untuk menolong mereka tapi tidak secara terang-terangan, baginya memang tidak merasa bersalah tetapi setelah dijelaskan oleh Goan Jit-hong, mereka merasa menyesal, karena perkumpulan lurus lebih memilih bertarung sampai mati, dan tidak mau menerima pertolongan berupa senjata rahasia, apalagi mereka bersahabat dengan Kian-kun-kiam-pai, di depan mata golongan hitam mereka merasa malu.

Tapi setelah mendengar kata-kata Ciam Giok-beng, mereka baru merasa lega, orang-orang golongan hitam yang ada di sana pun ikut merasa nyaman.

Sebenarnya Goan Jit-hong hanya berkata kepada Pui Ciauw-jin karena mereka sangat akrab, apa pun biasa dikatakan langsung, Ho Gwat-nio sudah pasti akan menjadi istri Pui Ciauw-jin maka tidak aneh kalau Goan Jit-hong berani bicara seperti itu, tapi dia lupa masih ada dua hweesio, maka dia pun merasa menyesal, mendengar kata-kata Ciam Giok- beng dia bertambah kagum kepada Ciam Giok-beng.

Terdengar orang berbaju hitam membentak kepada Biauw- eng.

"Biauw Hujin, memang aku mengatakan kalau aku sendiri yang akan menghadapi Su-hai, tapi mengapa golongan hitam yang dipimpin oleh Anda malah membantu lawan, apa maksudnya ini?"

Biauw-eng sangat berpengalaman, dia hanya tersenyum.

"Bukankah kau sudah menghina kami? Kami beritahu bahwa orang golongan hitam bisa menolong orang yang berada di bawah ancaman pedangmu dan membuktikan kalau kami bukan orang yang tidak berguna!"

Kata-kata ini selain memuji diri sendiri juga memberitahu kepada Su-hai bahwa nyawa mereka selamat karena ditolong oleh orang golongan hitam, Biauw-eng benar-benar pintar! Goan Hiong segera berkata.

"Biauw Hujin, Bibi Gwat adalah angkatan tua kami, kedua guru adalah penasihat perkumpulan kami, mereka menolong kami, itu tidak ada hubungannya dengan Tiang-kang-cui-cai, maka kata-kata Hujin tadi tidak bisa kami terima!"

"Apakah kau tidak mau mengaku kalau mereka bukan orang golongan hitam?"

Tanya Biauw-eng. Dengan serius Goan Hiong menjawab.

"Hujin jangan lupa kalau mereka bukan orang Tiang-kang-cui-cai, maka kami tertolong bukan karena jasa kalian!"

Kata-kata Goan Hiong membuat Biauw-eng tidak bisa berkata apa-apa, tapi orang berbaju hitam sudah berteriak.

"Ciam Giok-beng, sekarang waktunya kau berkomentar!"

Ciam Giok-beng berpikir sebentar, baru berkata.

"Ilmu pedang Tuan sangat bagus, aku kagum kepadamu, keempat muridku adalah orang yang terkuat dari generasi muda Kian- kun-kiam-pai, sekarang satu terluka dan 3 orang lainnya kalah, kalau aku tidak mengaku kalah, itu adalah hal picik!"

Orang berbaju hitam tertawa terbahak-bahak.

"Kalau begitu Kian-kun-kiam-pai mengaku kalah!"

Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.

"Aku mengaku kalah, tapi bukan Kian-kun-kiam-pai yang mengaku kalah, juga bukan Kian-kun-kiam-hoat yang kalah!" (Kiam- pai=perkumpulan ilmu pedang).

"Apa katamu! Apakah kau juga ingin mencoba ilmuku?"

Tanya orang berbaju hitam dengan marah.

"Tidak, aku juga tidak sanggup mengalahkanmu!"

Jawab Ciam Giok-beng.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau adalah seorang ketua, kau pun mengaku kalah, apa mau dikata lagi?"

Ucap orang berbaju hitam.

"Orang Kian-kun-kiam-pai boleh mengaku kalah tapi Kian- kun-kiam-hoat tidak akan kalah, karena caramu mengalahkan kami masih dengan ilmu Kian-kun-kiam-pai!"

Orang berbaju hitam terpaku.

"Jangan sembarangan bicara, kapan Kian-kun-kiam-pai mempunyai ilmu pedang seperti ini?"

"Memang perkumpulan kami tidak mempunyai ilmu pedang seperti itu tapi setiap jurus yang kau keluarkan mengarah pada kekurangan kami, kalau bukan dari perkumpulan kami tidak akan terjadi hal seperti itu, hal ini kau tidak bisa mengingkarinya!"

"Benar-benar tidak ada hubungannya!"

Teriak orang berbaju hitam, wajahnya berubah. Kata Ciam Giok-beng.

"Kau tidak bisa berbohong, aku sudah melihat dengan jelas, siapa yang megajarkanmu ilmu pedang ini? Aku juga tahu tapi aku hanya sekedar bertanya, dimana orang itu? Apakah kau adalah muridnya?"

Orang berbaju hitam berteriak.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan! Jurus-jurus pedangku diwariskan dari keluargaku, kau sudah mengaku kalah, aku harus mengajukan satu syarat!"

"Apa syaratnya?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Tutup perusahaan perjalanan Su-hai, bubarkan Kian-kun- kiam-pai, pulang tutup pintu dan berpikir serta berlatih, aku akan memaafkan kalian!"

"Semua ini keinginan siapa?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Tentu saja keinginanku, kau jangan mengulur-ulur waktu, bila kau menerima, cepat pergi dari sini, kalau tidak aku akan menahan kalian di sini!"

Ancam orang berbaju hitam. Wajah Ciam Giok-beng terlihat sedikit marah.

"Aku memandangmu satu perguruan, maka aku selalu menahan emosiku tapi kau sungguh berani berkata sombong seperti itu!"

Orang berbaju hitam tertawa dingin.

"Siapa yang sudi satu perguruan denganmu? Kau benar-benar tidak tahu malu, karena kalah maka kau berusaha memaksaku satu perguruan denganmu, kau ingin menjadi muridku pun belum pantas!"

Ciam Giok-beng mengeluarkan pedangnya.

"Aku tidak tahu orang itu dengan cara apa mendidikmu, tapi dari sikapmu yang sombong dan tidak tahu sopan santun, kau pantas mati!"

Orang berbaju hitam tidak lagi banyak bicara, dia mulai menyerang. Ciam Giok-beng dengan marah berkata.

"Jangan kira Kian-kun-kiam-pai tidak bisa mengalahkanmu! Cepat katakan apa hubunganmu dengan orang itu!"

Orang berbaju hitam tetap tidak mau bicara, dia hanya mengangkat pedangnya dan menyerang Ciam Giok-beng, Tay- lo-kiam-hoat segera di keluarkan oleh Ciam Giok-beng, ilmu pedang orang berbaju hitam bisa menekan Kie Pi-sia dan lain- lain tapi melawan Tay-lo-kiam-hoat yang dimainkan Ciam Giok-beng, jurusnya seperti menyatu dengan rapat dan sama sekali tidak terlihat celah yang bisa diserang.

Tadinya ilmu silat orang berbaju hitam merupakan penangkal Tay-lo-kiam-hoat tapi menghadapi Ciam Giok-beng yang punya ilmu pedang ini, dia tidak bisa berbuat banyak.

Baru 10 jurus lebih orang berbaju hitam sudah beberapa kali berada dalam bahaya, kalau bukan karena Ciam Giok- beng sengaja melepaskan dia, dari awal dia sudah terkena pedang dan terluka.

Sambil bertarung Ciam Giok-beng berkata.

"Sekarang apakah kau akan mengaku kalah? Menang atau kalah bukan ditentukan dengan pedang tapi orangnya, kemenangan tidak mengandalkan semua jurus."

Orang berbaju hitam berteriak dengan marah.

"Buat apa aku menerima kekalahan, aku harus membunuhmu, tua bangka!"

Pedangnya menyerang lebih kuat, dia seperti seekor harimau yang sudah gila, terpaksa Ciam Giok-beng mengeluarkan 3 jurus andalannya, jurus terakhirnya mengurung orang berbaju hitam dalam bayangan pedang.

Orang berbaju hitam menahan dengan terengah-engah, Ciam Giok-beng membentak.

"Buang pedangmu dan mengaku kalah!"

"Tidak, ilmu pedangmu hanya bisa menaklukkan orang biasa, kalau di keluargaku, satu sen pun tidak berharga!"

Hati Ciam Giok-beng tersentuh dan berkata.

"Aku ingin tahu identitasmu, asal kau mau mengatakan kepadaku, aku akan melepaskanmu, mana orang tuamu?"

Su baju hitam sepertinya tahu kata-katanya meleset, dengan cepat dia berkata.

"Tidak semudah itu, sekarang kau belum tentu bisa menang dariku, sepertinya tidak perlu repot- repot mencari keluargaku!"

"Apakah kau ingin bermain licik? Pedangmu sudah kutekan dengan pedangku, nyawamu sudah berada dalam genggamanku, apakah itu bukan disebut kalah?"

Tanya Ciam Giok-beng. Orang berbaju hitam tertawa dingin, teriaknya.

"Kalian dengan cara bergiliran bertarung dengan ku, tentu saja menghabiskan tenagaku, kemudian kau yang terakhir tinggal memetik hasilnya, memang kau bisa menang dariku tapi apakah tindakanmu itu bisa dikatakan berharga?"

Ciam Giok-beng adalah ketua perguruan, tentu saja dia tidak pantas bertengkar dengan orang berbaju hitam, dalam keadaan unggul seperti itu, Ciam Giok-beng tersenyum, berkata.

"Lalu sekarang kau mau apa?"

"Biarkan aku beristirahat dan minum, setelah itu baru kita bertarung lagi, aku yakin aku bisa mengalahkanmu!"

"Baiklah, aku terima permintaanmu, hari ini aku akan membuatmu kalah total, kalau sudah kalah kau tidak bisa bicara apa-apa lagi!"

Ciam Giok-beng menarik kembali pedangnya dan mundur, orang berbaju hitam pun menghembuskan nafas lega. Biauw-eng menyuruh orang mengambilkan air, dia segera meminum habis kemudian dia berkata.

"Orang tua Ciam, kita mulai dari awal!"

"Bukankah kau ingin beristirahat?"

Tanya Ciam Giok-beng. Orang berbaju hitam tertawa, berkata.

"Orang yang berilmu silat tinggi tidak perlu beristirhat lama-lama, dia akan cepat pulih!"

"Baiklah, kita mulai lagi!"

Sahut Ciam Giok-beng.

Mereka saling berhadapan, orang berbaju hitam menarik nafas panjang kemudian menyerang, kali ini dia sangat berhati-hati, mengeluarkan jurus pun sangat mantap seperti ingin bertarung dengan tenaga dalam.

Tapi tenaga dalam Ciam Giok-beng sangat hebat, itu tidak masalah baginya, tapi dia ingin tahu apa yang akan dilakukan orang ini.

Maka dia tidak terburu-buru ingin menang, dia terus melayani dengan tenang.

20 jurus telah berlalu memang gerakan mereka lebih lambat, tapi menyerang atau bertahannya sangat bagus.

Kie Tiang-lim terus menghela nafas.

"Pemuda itu benar- benar orang berbakat, aku berkelana di dunia persilatan sudah puluhan tahun, memang aku sudah mendapatkan sedikit nama, tapi aku tidak berani mengatakan kalau aku hebat, di luar langit masih ada langit, di luar orang hebat masih ada yang lebih hebat, pemuda itu contohnya, kalau bukan Ciam Suheng, aku kira tidak akan ada orang yang sanggup mengalahkan dia. Pi-sia, kau sudah mendapat beberapa pelajaran, sudah saatnya kau harus berhati-hati!"

Di dalam hatinya Kie Pi-sia memang tidak terima, tapi tadi orang itu melawannya, mereka tetap kalah dan hampir terbunuh, karena itu dia tidak berani membantah.

Ciam Giok-beng dan orang berbaju hitam bertarung sudah melewati 40 jurus, ilmu pedang orang berbaju hitam makin ganas, sekali lagi Tay-lo-kiam-hoat dikeluarkan oleh Ciam Giok-beng, tapi orang berbaju hitam mulai tahu rahasia jurus ini, dia sudah tidak seperti tadi kalang kabut dengan lagak memalukan.

Pedangnya tetap bergerak seperti angin topan dan menyerang nadi-nadi penting Ciam Giok-beng.

Tapi Ciam Giok-beng mulai melambatkan ilmu pedangnya, dan orang berbaju hitam mulai terlihat kelelahan.

Tiba-tiba dia mendekat dan menyerang, setelah Ciam Giok-beng bertahan dia malah menyerang, saat sekali lagi dia akan menekan, tiba- tiba orang berbaju hitam membuka mulutnya dan menyemburkan hujan bintang menutupi wajah Ciam Giok- beng.

Karena Ciam Giok-beng tidak mengira akan terjadi hal seperti ini dan tidak tahu apa yang dikeluarkan dari mulutnya, maka dia melambaikan lengan bajunya, kesempatan ini dia pergunakan untuk menyerang tenggorokan Ciam Giok-beng, cepat dan ganas.

Ciam Giok-beng mempunyai banyak pengalaman hampir saja dia tertipu, memang dia bisa berkelit tapi ujung pedangnya sudah memotong segumpal janggutnya.

Jago tua itu mulai marah, dia membentak.

"Anak yang tidak tahu malu, aku melihatmu mempunyai ilmu pedang begitu bagus, maka aku selalu memaafkanmu. Tidak disangka kau begitu tidak tahu malu dan licik!"

Wajahnya terkena beberapa tetes air, Ciam Giok-beng tahu itu adalah air yang diminum oleh orang berbaju hitam, dia menekan air itu dengan tenaga dalamnya kemudian menyemburkan dan membuat serangannya menjadi dahsyat dengan tujuan memecah konsentrasi Ciam Giok-beng.

Dan punya kesempatan menyerang Ciam Giok-beng, gerakan ini bagi seorang pesilat pedang benar-benar sangat licik.

Maka Ciam Giok-beng tidak sungkan lagi, beberapa jurus dia menyerang membuat orang berbaju hitam terus mundur, kelihatannya dia akan kalah, melihat semprotan airnya gagal dan dia akan kalah, orang berbaju hitam mulai nekad, dia menggunakan pertarungan berbahaya, dia tidak peduli dengan serangan Ciam Giok-beng, malah balik menyerang celah-celah Ciam Giok-beng.

Ilmu pedang Ciam Giok-beng lebih tinggi dari orang berbaju hitam, tapi tetap tidak bisa menahannya karena orang berbaju hitam bukan pesilat biasa.

Jika tidak mau melukai, dia tidak bisa segera menang, maka nafsu membunuh Ciam Giok-beng mulai tampak, kalau tidak cepat mengambil tindakan mungkin Ciam Giok-beng bisa terluka oleh orang berbaju hitam.

Ciam Giok-beng membentak.

"Anak muda, tadinya aku berbaik hati ingin memberimu suatu jalan supaya bisa terus hidup, tapi kau memilih jalan kematianmu sendiri, karena itu jangan salahkan aku!"

Jurus pedang Ciam Giok-beng tiba-tiba menjadi ganas, dengan satu jurus dia berhasil melencengkan pedang orang berbaju hitam ke pinggir, kemudian dengan membalikkan tangan dia menyerang ke dada orang berbaju hitam, jurusnya sangat keras dan ganas.

Orang berbaju hitam tahu tapi sudah tidak sempat menahan dia seperti seekor binatang yang sudah terkurung, dia melempar pedangnya ke dada Ciam Giok-beng, bila Ciam Giok-beng melanjutkan serangan dengan pedangnya, dia akan tertusuk.

Jurus pedangnya sudah keluar dan tidak bisa ditarik kembali, bencana tidak bisa dihindari, terpaksa dia memiringkan tubuhnya ke samping membiarkan pedang orang berbaju hitam menancap di pundaknya tapi serangannya tetap diarahkan ke dada orang berbaju hitam.

Semua itu bukan karena Ciam Giok-beng kejam, ini semua dikarenakan orang berbaju hitam tidak tahu aturan dan licik pula.

Kalau melepaskan dia dan pundaknya tidak terkena pedang kelak tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan orang berbaju hitam.

Keadaan mereka sangat berbahaya, kelihatannya yang satu akan mati dan yang satu terluka, tapi tidak ada seorang pun yang bisa mencegah keadaan ini.

Karena semua orang tahu ilmu pedang Ciam Giok-beng dan tidak ada seorang pun yang bisa menahannya, semua mengeluarkan suara teriakan, tiba- tiba muncul sesosok bayangan lebih cepat dari angin.

Begitu sosok orang itu menggulung di antara mereka berdua, terlihat ada sinar hijau, kemudian terdengar bunyi sesuatu, serangan Ciam Giok-beng tertahan, pedang yang dilempar oleh orang berbaju hitam digetarkan hingga miring dan hanya melewati sisi baju Ciam Giok-beng dan hanya membuat kulitnya tergores.

Terhindar dari maut membuat orang berbaju hitam melihat orang yang tiba-tiba datang ternyata orang itu adalah seorang lelaki setengah baya dengan wajah penuh cambang, dia memasukkan pedangnya ke dalam sarung dan berdiri dengan tegak.

Matanya menyorong, dia berkata.

"Ciu Pek-ho, kau sungguh keterlaluan, Ciam Enghiong sudah beberapa kali melepaskanmu, kau masih licik dan tidak punya otak, benar- benar tidak seperti seorang pesilat pedang, hal seperti ini lebih mencoreng nama keluargamu yang terkenal di Ceng-seng."

Semua orang baru tahu ternyata orang berbaju hitam bernama Ciu Pek-ho, maka mereka pun bergetar apalagi dari pihak Kian-kun-kiam-pai, mereka tahu kalau Ciu Pek-ho adalah calon suami Liu Ji-swie yang bertarung dengan mereka di Coan-bu-ouw, tidak disangka dia adalah orang berbaju hitam ini.

Orang berbaju hitam terpaku, karena lelaki setengah baya itu tahu namanya.

"Siapakah Tuan? Mengapa Anda tahu namaku?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Lelaki setengah baya itu tertawa terbahak-bahak.

"Kau tidak perlu tahu siapa aku, yang penting aku mengenalmu, kau tanpa ijin meninggalkan Ceng-seng dan mencari masalah di sini, kau sudah melanggar peraturan keluarga, kau masih bertarung dengan licik di sini, bila aku memberitahu 3 tetua Ceng-seng, kau akan tahu hukuman apa yang akan kau dapatkan!"

Ciu Pek-ho terpaku lagi.

"Apakah Tuan mengenal 3 tetua itu?"

"Tentu saja aku kenal, kalau tidak bagaimana aku bisa menahan jurusmu yang bernama 'Han-sat-su-eng' untung kau masih bernyawa, pergilah cepat dari sini!"

Nada bicaranya seperti orang yang lebih tua, walaupun Ciu Pek-ho tidak mengenal lelaki setengah baya itu tapi dia tidak berani membantah, dia terdiam sebentar lalu berkata.

"Cianpwee pasti teman ayahku, keponakanmu akan menuruti perintahmu, tapi mereka telah menghina calon istriku!"

Lelaki setengah baya itu tertawa dingin.

"Kau mau membalaskan dendam calon istrimu, kau harus memikirkan terlebih dulu kekuatanmu sendiri kalau sudah kalah dari orang lain, kau harus berani mengakui dan kembali ke rumah!"

Kata Ciu Pek-ho.

"Cianpwee, mereka sudah tahu identitas Hui-hui, kali ini mereka dengan alasan ini masuk ke Su-chuan, maksudnya adalah ingin pergi ke Ceng-seng untuk mencari Hui-hui, kalau ketahuan oleh ayah dan 3 tetua, Hui-hui akan dihukum maka keponakan berniat ingin menghalangi mereka di sini, supaya hal ini tidak tersiar ke mana-mana!"

"Aku sudah bertemu dengan ayahmu di Ceng-seng dan Liu Hui-hui telah kembali ke Ceng-seng, dia sudah melaporkan apa yang dia lakukan di luar sana, tentu 3 Cianpwee akan membereskan masalah ini!' kata lelaki setengah baya itu.

"Apa? Hui-hui telah kembali, dia...."

"Dia pergi tanpa ijin, tentu saja dia harus di hukum, lebih baik kau cepat pulang, supaya bisa memohon kepada ayahmu agar jangan menghukum Hui-hui terlalu berat, tapi 3 tetua sudah mengambil keputusan untuk membereskannya sendiri, maka hal yang terjadi di sini tidak bisa ditutup-tutupi lagi!"

"Aku tidak takut, asal Hui-hui jangan tersiksa itu sudah cukup, Cianpwee sudah berpesan aku akan menuruti perintah Anda,"

Kata Ciu Pek-ho. Lelaki setengah baya itu mengangguk, Ciu Pek-ho mengambil pedangnya yang terjatuh dan langsung pergi. Kie Pi-sia mencoba menghadang, tapi lelaki setengah baya itu berkata.

"Biarkan dia, apa yang terjadi di sini aku akan bertanggung jawab!"

Ciam Giok-beng juga berkata.

"Pi-sia, jangan membuat masalah lagi!"

Ciu Pek-ho sudah pergi, lelaki setengah baya itu berkata kepada Biauw-eng.

"Masalah antara aku dan Su-hai biar kami yang membereskannya sendiri, kalau tidak ada hal lain kami pamit dulu!"

Biauw-eng tidak memberi reaksi, lelaki setengah baya itu berkata.

"Hujin, apa yang terjadi hari ini bila diketahui oleh 3 tetua Ceng-seng aku kira kau juga tidak akan bisa tenang, memang anggota Tiang-kang-cui-cai banyak tapi tidak akan cukup buat melawan Ceng-seng, Hujin harus berpikir dengan tenang!"

"Tapi semua ini Ciu Pek-ho yang minta!"

Kata Biauw-eng.

"Dia memang ceroboh, 3 tetua Ceng-seng tidak akan berbuat ceroboh, untung tidak terjadi peristiwa hebat dan 3 tetua Ceng-seng sendiri yang akan membereskan masalah dengan Su-hai, tujuanmu sudah tercapai, aku kira lebih baik kau lepas tangan untuk masalah ini!"

Biauw-eng tertawa, berkata.

"Tuan dan 3 tetua Ceng-seng saling kenal aku pasti akan memberi muka kepada Tuan, baiklah, silakan, Tuan!"

Lelaki setengah baya itu melambaikan tangan kepada Ciam Giok-beng.

"Ciam Enghiong, kita cari tempat untuk meneruskan pembicaraan kita, bagaimana kalau kita ke perahuku?"

"Boleh, di mana perahu Tuan?"

"Tidak jauh dari sini, kita berjalan kaki ke sana, yang lain bisa naik perahu masing-masing, sambil berjalan kita berbincang-bincang,"

Kata lelaki setengah baya itu. Ciam Giok-beng mengangguk dan berjalan mengikutinya, Goan Hiong berkata.

"Suhu, Anda seorang diri ke sana, sepertinya hal ini kurang baik, apakah aku perlu ikut serta?"

"Tidak perlu, aku sendiri saja sudah cukup,"

Jawab Ciam Giok-beng. Lelaki setengah baya itu tertawa.

"Bila Goan-heng ingin ikut, ikut saja karena kau adalah wakil ketua Su-hai, banyak masalah di mana dia harus membereskannya!"

"Aku juga ikut!"

Kata Kie Pi-sia. Lelaki setengah baya itu menggelengkan kepala.

"Tidak perlu, ada sebagian masalah di mana sebaiknya lelaki yang membereskannya, pembicaraan antar lelaki lebih bebas dan leluasa!"

Kie Pi-sia masih ingin membantah, tapi Ciam Giok-beng dengan sorot mata melarangnya melakukan itu.

Kie Tiang-lim pun menyuruh semua kembali ke perahu masing-masing, dan Ciam Giok-beng serta Goan Hiong mengikuti lelaki setengah baya itu pergi dari sana.

3 perahu mulai berangkat, 3 orang terdepan sudah naik perahu sedang dan layar pun dikembangkan.

Setelah Goan Hiong naik ke perahu itu dia merasa aneh, karena itu adalah sebuah perahu mewah, di dalamnya ada dua orang gadis cantik sedang duduk, mereka adalah Yu Leng-nio dan Yu Bwee-nio.

"Lim Lo-te, sekarang kau boleh dengan wajah asli menemuiku!"

Kata Ciam Giok-beng.

Lelaki setengah baya itu membuka kumis dan janggut palsunya, dia menerima sebuah handuk kecil pemberian Yu Bwee-nio dan menghapus cat yang dipoles di wajahnya, ternyata lelaki setengah baya itu adalah Lim Hud-kiam yang menyamar.

Lim Hud-kiam tertawa, berkata.

"Aku mengundang kalian berdua kemari, pasti dengan wajah asli akan menemui kalian, kalau tidak aku akan menyuruh dua bersaudara Yu menghindar."

"Dengan cara apa pun kau ingin bertemu denganku, kau tidak akan bisa lolos dari kejelian mataku, dari awal aku sudah tahu kalau itu dirimu!' kata Ciam Giok-beng. Lim Hud-kiam terpaku.

"Ciu Pek-ho sudah mengenalku selama 10 tahun lebih tapi dia masih tertipu samaranku, aku tidak bisa menipu Lo-cianpwee, sungguh Lo-cianpwee punya mata jeli!"

Ciam Giok-beng tertawa, katanya.

"Ketrampilan mengubah wajahmu sangat hebat, sampai suaramu pun ikut berubah, aku sebenarnya tidak bisa mengenalimu, yang membuatku bisa mengenalimu adalah senjatamu, yaitu pedang tumpul."

Lim Hud-kiam tertawa.

"Ternyata dari pedangku Lo- cianpwee bisa mengenaliku, aku takut Ciu Pek-ho akan mengenaliku maka aku membalikkan tubuh saat melancarkan jurus, saat aku menggetarkan pedangnya sedikit lambat, maka membuat Ciam Cianpwee terluka ringan."

"Tidak apa-apa, kalau bukan karena Lim Lo-te menggetarkan pedangnya, lukaku akan lebih berat lagi sebenarnya aku yang harus berterima kasih kepadamu!"

"Jurus Han-sat-su-eng harus dilakukan dengan berhadapan baru bisa mengatasinya, maka aku menolong dia dulu baru menolong Cianpwee, ini bukan berarti aku lebih mementingkan dia. Melihat keadaan tadi bila Cianpwee membunuhnya, dia pantas mendapatkan, tapi keadaan tidak memungkinkan Cianpwee melakukan itu maka aku memberanikan diri meminta Cianpwee melepaskan dia!"

Ciam Giok-beng tertawa, katanya.

"Aku tidak bermaksud ingin membunuh dia, dari ilmu silat dan perkataannya yang sombong aku mengetahui kalau ada sekelompok orang yang menjadi pendukungnya, bila aku membunuh dia, akan timbul masalah bertubi-tubi, tapi dia terus bermain licik, aku terpaksa harus membunuhnya!"

"Kami sudah bertemu dengan Nona Liu, kecuali mendengar nama Ciu Pek-ho dan mengetahui sedikit tentang Lim Lo-te, yang lainnya kami benar-benar tidak mengerti...."

Lim Hud-kiam tertawa kecut.

"Nama asli Liu Ji-swie adalah Liu Hui-hui, mereka adalah turunan dari 3 tetua Ceng-seng, Goan-heng sudah tahu kalau aku adalah orang Ceng-seng, itu sudah cukup jangan mencari tahu lebih lanjut lagi!"

Kata Goan Hiong.

"Ayahku dulu pernah lewat Ceng-seng dan pernah bertarung dengan ayahmu, dia baru tahu ternyata di Ceng-seng ada pesilat pedang yang bersembunyi, apakah orang tua Lim-heng adalah salah satu dari 3 tetua Ceng-seng? Dua keluarga ilmu pedang Ceng-seng yang lain, bagaimana keadaan mereka?"

Lim Hud-kiam menjawab.

"Di Ceng-seng menetap banyak keluarga pesilat pedang, aku hanya salah satunya, ayahku bukan salah satu dari 3 tetua Ceng-seng!"

"Siapa saja 3 tetua Ceng-seng?"

Tanya Goan Hiong.

"Ceng-seng bukan suatu perguruan tapi Ceng-seng mempunyai aturan yang ketat, penduduk Ceng-seng harus bisa ilmu silat, ilmu pedang, tidak diijinkan berhubungan dengan dunia luar!' "Di kota itu ada suatu peraturan, semua urusan ditangani oleh 3 keluarga yang berilmu paling tinggi, sekarang 3 keluarga itu adalah Liu Ta-su, Ciu Ih-beng, 3 orang tua Bun- ta, mereka disebut 3 tetua Ceng-seng!"

"Kata orang di langit tidak akan ada dua matahari, dalam satu negara tidak akan ada 2 raja, 3 orang mengurus sebuah kota, pasti akan berbeda pendapat, bagaimana bisa menguasai dengan baik?"

Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Goan-heng salah, gunung Ceng-seng hanya tempat berkumpul orang dunia persilatan yang di sana ingin tinggal menyepi, bukan suatu negara atau suatu perkumpulan, maka tidak ada yang berniat merebut kekuasaan, dan 3 tetua Ceng-seng hanya bertanggung jawab dalam masalah disiplin, yang lainnya masing-masing mengurus masalah sendiri, maka tidak akan timbul masalah."

Ciam Giok-beng sangat tertarik.

"Tempat itu sungguh aneh, orang-orang Ceng-seng selain berlatih ilmu silat mereka melakukan apa saja?"

"Mereka tidak perlu melakukan apa-apa, kota itu kota mandiri, hanya barang untuk keperluan sehari-hari menyuruh orang keluar membelinya, lelaki bercocok tanam, perempuan menenun, sekolah, berlatih ilmu silat, hidup mereka sangat tenang!"

"Sudah berapa lama berlangsung kehidupan seperti ini?"

Tanya Goan Hiong.

"Aku tidak tahu begitu jelas, mungkin sudah ada ratusan tahun!"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Selama ratusan tahun tidak ada yang tahu, sungguh bukan hal yang mudah, apakah semua orang yang ada di sana bisa menerima hidup tenang seperti itu?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Kehidupan di sana sangat nyaman, dan tidak ada beban kehidupan, para anak muda ada yang mencoba-coba keluar, tapi setelah keluar berkelana, mereka tetap merasa hidup di luar tidak seenak hidup di Ceng-seng, maka mereka tetap kembali ke gunung itu dan tetap ada disiplin ketat melarang orang-orang Ceng-seng keluar mencari masalah, maka kehidupan di sana sangat tenang!"

"Kalau kalian tidak keluar apakah orang luar bisa masuk?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Ceng-seng dikelilingi oleh pegunungan yang terjal, hanya ada satu jalan masuk ke sana, dan jalan itu selalu ada yang menjaganya, orang luar sulit untuk masuk, walaupun ada yang masuk mereka senang hidup tenang di sana, dan tidak ingin keluar lagi!"

Ciam Giok-beng tertawa, berkata.

"Aku punya seorang Sute bernama Lok Su-hoan, apakah mungkin dia masuk ke Ceng- seng karena dia senang kehidupan di sana dan akhirnya tinggal di sana!"

Lim Hud-kiam berkata.

"Aku tidak tahu, sebab orang yang datang ke sana tidak sedikit, dan mereka belum tentu menggunakan nama asli mereka, siapa yang berniat datang ke Ceng-seng tidak pernah ditolak, hanya butuh kesungguhan dan tidak akan ditanya mengenai masa lalunya, apakah Sute Cianpwee berada di Ceng-seng, selain dirinya sendiri yang tahu aku kira yang lain tidak akan ada yang tahu, karena orang yang masuk ke gunung itu kebanyakan melepaskan nama dan identitas asli mereka, dan mereka memulai kehidupan baru, pertanyaan Cianpwee tadi aku tidak bisa menjawabnya dengan baik!"

Melihat Lim Hud-kiam terus menghindari pertanyaan ini, Ciam Giok-beng hanya bisa tertawa dan tidak bertanya lagi, dia mengganti topik pembicaraan.

"Aturan terlarang di Ceng- seng seperti apa contohnya?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak ada yang istimewa, tapi melarang siapa pun untuk membocorkan berita keluar, memang tidak melarang orang pergi keluar tapi melarang orang itu muncul di depan umum menggunakan identitasnya sebagai orang Ceng-seng maka aku memanggil Ciu Pek-ho dan segera mengejutkan dia!"

"Menurut Lim-heng, Biauw-eng ingin memperalat Ciu Pek- ho untuk menjalankan rencana busuknya, seperti apa rencana itu? Ceng-seng melarang orang-orangnya membocorkan identitas...."

Tanya Goan Hiong.

"Di Ceng-seng masih ada satu peraturan, bila orang Ceng- seng dibunuh oleh orang lain maka semua orang Ceng-seng akan membalas demi orang itu. Biauw-eng adalah satu- satunya orang yang tahu peraturan ini maka dia ingin menggunakan tangan kalian membunuh Ciu Pek-ho, supaya membuat Ceng-seng bermusuhan dengan kalian, kekuatan Ceng-seng sangat hebat, Ciu Pek-ho hanya salah satu orang dengan kemampuan ilmu silat lapis kedua, bila Cianpwee membunuhnya, semua kerepotan akan mengikuti Cianpwee!"

"Aku sudah mengerti mengapa Ciu Pek-ho ingin mencari kami untuk bertarung! Kami tidak mengenalinya!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Semua itu karena Liu Hui-hui, dia keluar dari Ceng-seng tanpa ijin, memang Ceng-seng tidak melarang orang-orangnya keluar, tapi harus diijinkan dulu oleh 3 tetua, tanpa ijin keluar dari Ceng-seng hukuman yang akan diterima sangat berat, Ciu Pek-ho takut kalian ke Ceng-seng untuk memberitahu kalau Liu Hui-hui pernah bentrok dengan kalian, dia takut Liu Hui-hui akan terkena hukuman berat, maka disini dia ingin menghalangi kalian supaya Liu Hui-hui tidak dihukum!"

"Tapi kami tidak mengatakan akan ke Ceng-seng!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Mata-mata Ceng-seng berada di mana-mana, obrolan Liu Hui-hui dengan dua bersaudara Yu di kuil Gi-beng didengar oleh Ho Cianpwee secara diam-diam, mata-mata Ceng-seng juga melihatnya, kebetulan mata-mata ini adalah pengurus keluarga Ciu, maka begitu Ciu Pek-ho mendapat kabar ini, dia mengambil keputusan kalau kalian akan pergi ke Ceng-seng, sebenarnya dia keluar dari Ceng-seng karena ada keperluan, setelah mendapat kabar ini dia tidak kembali ke Ceng-seng melainkan langsung datang kemari menghalangi kalian!"

Ciam Giok-beng berkata.

"Memang kami berencana akan pergi ke Ceng-seng tapi tujuan kami yang utama adalah mencari tahu tentang keberadaan Lim Lo-te dan Ji-sute, Lok Su-hoan."

"Itu terlalu berlebihan, sebab aku sudah putus hubungan dengan Ceng-seng dan memberi pernyataan bahwa selamanya aku tidak akan kembali ke sana. Kalian pun tidak akan mendapatkan kabar apa pun tentang Lok Su-hoan, aku sudah memberitahu tidak akan berhasil!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Tapi aku punya firasat kalau Lok Ji-sute berada di sana,"

Kata Ciam Giok-beng.

"Bila Cianpwee tidak percaya, silahkan pergi ke sana, tapi Cianpwee akan mengalami hambatan!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Mengapa kau tidak secara terang-terangan memberitahu kami supaya kami tidak perlu jauh-jauh ke sana, juga tidak akan timbul pertarungan yang tidak diinginkan,"

Kata Ciam Giok-beng/ "Aku tidak bisa memberitahu,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Mengapa kau selalu melarang kami membuka perusahaan perjalanan?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Ini adalah keputusanku, aku merasa orang dunia persilatan kalau menjalankan perusahaan perjalanan hanya ingin mendapat untung, benar-benar membuat ilmu silat yang suci dan berwibawa menjadi ternoda!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Di dunia ini banyak perusahaan perjalanan, mengapa kau hanya mengincar Su-hai?"

Tanya Goan Hiong.

"Karena Su-hai adalah perusahaan perjalanan yang terbesar dan paling ternama, bila Su-hai tutup yang lain akan ikut tutup!"

Goan Hiong tertawa, katanya.

"Lim-heng sungguh pandai berbohong, aku kira kau sendiri juga tidak akan percaya, membuka perusahaan perjalanan adalah satu-satunya pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untuk orang dunia persilatan, bila perusahaan perjalanan Su-hai ditutup perusahaan perjalanan yang lain akan lebih makmur dan sukses!"

Lim Hud-kiam tampak berpikir sebentar, dia merasa alasannya tadi terlalu memaksa, maka dia mengambil kalimat lain.

"Orang lain benar-benar mencari kehidupan dan ilmu silat mereka juga biasa-biasa saja, aku tidak sudi mengurusi hal ini, tapi kalian membuka perusahaan perjalanan hanya untuk mencari nama, mencari nama lebih penting dibandingkan mencari keuntungan dan kalian lahir dari keluarga terkenal, ilmu silatnya pun cukup tinggi maka aku sering mencari alasan untuk menghalangi kalian, aku tidak akan mengijinkan kalian menggores kesucian ilmu silat!"

Goan Hiong marah.

"Setiap orang mempunyai keinginan tersendiri, dengan alasan apa kau melarang kami?"

"Dengan pedang tumpul ini aku akan selalu mengikuti kalian, melarang kalian sampai kalian menutup perusahaan perjalanan kalian!"

Goan Hiong ingin marah lagi tapi Ciam Giok-beng menyela.

"Aku tahu alasan ini hanya untuk menutupi dirimu, ini bukan keinginanmu yang sebenarnya, mengapa kau tidak secara terang-terangan menjelaskan kepada kami?"

"Aku sudah terus terang menjelaskannya!"

Kata Lim Hud- kiam.

"Aku tahu pasti ada alasan yang lain dan aku tahu alasan itu demi Lok Ji-sute tapi kau tidak mau mengaku, terpaksa kami harus ke Ceng-seng untuk mencari bukti, dengan begitu kasus Liu Hui-hui pasti akan menyangkut kepada kami!"

Lim Hud-kiam tertawa, berkata.

"Tiga tetua Ceng-seng sudah mengetahui hal-hal yang menyangkut Liu Hui-hui, Liu Ta-su hanya punya seorang anak perempuan, dia juga tidak melakukan kesalahan apa pun, maka hukuman untuknya tidak akan berat, apalagi masalahnya tidak ada hubungannya denganku!"

"Dia pergi dari Ceng-seng, itu semua untuk mencarimu, kalau kami ke Ceng-seng mencarinya, dengan peraturan Ceng- seng yang berlaku aku yakin akan muncul masalah besar!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Aku sudah mengatakan apa yang terjadi padanya tidak ada hubungannya denganku!"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa.

"Demi kau dia dihukum, mana hati nuranimu? Jelaskan saja sekarang supaya kami tidak usah pergi ke Ceng-seng dan mengurangi kerepotan yang bakal terjadi!"

Kata Ciam Giok- beng.

"Aku tidak bisa memberitahu hal mengenai diriku dan di kota Ceng-seng tidak ada orang yang bernama Lok Su-hoan, kalau kalian bersikukuh ingin pergi ke sana, karena di Ceng- seng ada suatu peraturan bila orang Ceng-seng mendapat kegagalan di luar, orang-orang Ceng-seng tidak akan membiarkannya apalagi kalian secara terang-terangan mengalahkan Liu Hui-hui dan Ciu Pek-ho, kalian harus ke sana untuk membereskannya kalau tidak akibatnya akan berat, aku mengundang kalian datang kemari untuk memberitahu hal ini, sekarang aku sudah memberitahu, silakan kalian pergi!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Bila kami tidak pergi kesana, apa yang akan terjadi?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Ceng-seng akan keluar karena Liu Ta-su dan Ciu Ih-beng adalah orang yang berjiwa sempit, mereka selalu melindungi biar pun salah, mereka menganggap ilmu pedang Ceng-seng tidak ada yang bisa melawan dan juga menganggap mereka nomor satu di dunia ini, sekarang putra putri mereka kedua- duanya kalah, mana mereka akan tahan? Begitu mereka keluar dari Ceng-seng, aku takut murid-murid Kian-kun-kiam- pai tidak akan ada yang tersisa!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Apa maksudmu?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Kata-kataku tadi tidak ada yang bohong, orang-orang Ceng-seng tidak diijinkan mengalami kegagalan, kegagalan satu orang harus dicuci bersih oleh darah 10 orang!"

"Kalau begitu orang-orang Ceng-seng bukan orang yang serius tapi orang gila, mereka tidak mau berhubungan dengan dunia luar, bukan karena takut tapi karena mereka menganggap orang-orang dunia persilatan tidak pantas menjadi musuh mereka maka mereka tidak sudi keluar!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Boleh dikatakan seperti itu, tapi ilmu silat seperti yang dimiliki Liu Hui-hui dan Ciu Pek-ho, bukan menyombongkan diri tapi paling sedikit mereka mempunyai keistimewaan!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Apakah Tuan juga menganggapnya begitu?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Aku tidak merasa seperti itu, maka aku meninggalkan Ceng-seng aku tidak suka dengan sikap sombong, aku juga tidak setuju mereka menutup pintu untuk orang lain serta menyombongkan diri, lebih-lebih tidak suka mereka menghina orang-orang. Gunung Ceng-seng adalah daerah yang tenang, tapi tidak cocok untuk ditempati anak muda, kecuali keluarga Liu, keluarga Ciu serta 3 marga, mereka tidak mengijinkan marga lain berkembang di sana!"

"Sepertinya Tuan tidak mendapat posisi di sana!"

Tanya Goan Hiong.

"Tidak juga, di sana boleh dikatakan aku punya hak istimewa, hanya saja aku tidak betah dikekang, juga ada sedikit masalah pribadi, tapi sudahlah, pembicaraan kita berakhir sampai di sini!"

"Kalau gunung Ceng-seng begitu tidak ada aturan, aku akan ke sana untuk mencari mereka, atau mereka yang keluar mencariku, apa bedanya!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Di antara 3 tetua itu, Bun-ta yang lebih mengerti dan lebih tahu aturan, maka bila ke gunung Ceng-seng paling sedikit bisa dengan cara adil bertarung dan membereskan masalah, ilmu pedang Cianpwee sudah mencapai taraf sangat tinggi, masih bisa bertarung dengan mereka, bila menang dari mereka semua masalah akan selesai, bila kalah masalah tidak akan diperluas, maka lebih baik pergi ke Ceng-seng, semakin cepat semakin bagus!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Masih ada satu pertanyaan lagi, dan aku sudah beberapa kali bertanya, aku harap kau bisa memberikan jawaban yang pasti, Suteku Lok Su-hoan apakah dia tinggal di Ceng-seng?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Aku juga sudah menjawabnya, bahwa di gunung Ceng- seng tidak ada orang itu, Lam-huang-kiam-sou (Jago pedang dari selatan) Lok Su-hoan tidak ada hubungannya dengan gunung Ceng-seng!"

"Tidak, aku pikir pasti ada hubungannya!"

Kata Ciam Giok- beng.

"Suhu, kita pergi saja, aku kira Lim-heng sudah memberikan jawaban yang membuat kita puas, kita sudah dua kali dibantu oleh Lim-heng, kita sanggup membereskannya, tapi kali ini kami sungguh merasa berterima kasih kepadamu!"

Kata Goan Hiong.

"Tidak apa, aku bukan sungguh=sungguh ingin membantu kalian, hanya saja sifatku ingin selalu ikut campur dan menyukai keramaian apalagi tujuanku belajar ilmu silat adalah menghentikan pembunuhan, menghindari pembunuhan adalah pekerjaanku!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Kami juga cinta damai kami tidak akan menyerang orang lain dulu, tapi jika orang lain menyerang kami dulu, kami harus melawan!"

Ujar Goan Hiong.

"Kalau kalian tidak berhenti menjalankan perusahaan perjalanan, kalian tidak akan berhenti membunuh, jadi kau tidak perlu berterima kasih kepadaku kelak kita akan tetap menjadi musuh!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Alasan Lim-heng tidak cukup membuat kami harus menutup perusahaan perjalanan, tapi kami tetap menganggap Lim-heng adalah musuh sekaligus tamu terhormat!"

Diiringi tawanya dia pergi mengikuti Ciam Giok-beng.

Saat Ciam Giok-beng dan Goan Hiong telah kembali ke perahu besar, perahu kecil milik Lim Hud-kiam telah menjauh, melihat layar perahu Lim Hud-kiam, Kie Pi-sia merasa bingung, karena dia mendengar lelaki yang menolong mereka ternyata adalah Lim Hud-kiam! Dia pergi bersama dua gadis Yu.

Ciam Giok-beng seperti sengaja menyinggung perasaan Kie Pi-sia yang aneh ini, selain memberitahukan obrolan mereka dengan Lim Hud-kiam, dia juga sengaja memberitahu hubungan Lim Hud-kiam dengan dua gadis Yu, mereka terlihat sudah sangat akrab seperti sudah menjadi satu keluarga.

Dia masih berkata.

"Lim Hud-kiam sungguh bisa menikmati hidup, perahu mewahnya tidak kalah dengan perahu milik kerajaan, apalagi ada gadis cantik yang menemani, benar- benar menikmati hidup!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kie Pi-sia hanya bereaksi dengan dingin, kemudian lari ke atas perahu dan melihat laut. Ciam Giok-beng mendorong Goan Hiong sambil mengedipkan mata, Goan Hiong segera mengerti, dia segera berlari mengikuti Kie Pi-sia dan berkata.

"Suci, kelak kita juga bisa membeli sebuah perahu yang lebih besar dan indah."

"Apakah kau iri dengan kehidupan seperti dia?"

Tanya Kie Pi-sia sambil menoleh.

"Tidak juga, tapi aku merasa nikmat juga,"

Kata Goan Hiong sambil tertawa. Wajah Kie Pi-sia segera berubah menjadi serius dan berkata.

"Benar-benar tidak berguna, usia masih muda sudah ingin menikmati hidup, apakah kau belajar ilmu silat hanya untuk menikmati hidup seperti itu?"

Melihat wajah Kie Pi-sia menampakkan rasa tidak suka, dengan cepat dia berkata.

"Tentu tidak, kalau ingin menikmati hidup lebih baik aku tinggal di rumah saja menjadi tuan muda, untuk apa bekerja di perusahaan perjalanan? Keluargaku memang bukan orang kaya, tapi apa yang dimakan dan dipakai sangat cukup, aku tidak perlu mencari uang dengan menempuh bahaya!"

"Tapi tadi kau mengatakan hidup seperti itu sangat berarti!"

Kata Kie Pi-sia. Kata Goan Hiong sambil tertawa, katanya.

"Maksudku setelah sukses kita bisa mencari kehidupan di tengah-tengah kesibukan, kita tidak bisa seumur hidup terus menerus sibuk!"

Dengan dingin Kie Pi-sia berkata.

"Kalau begitu kau sendiri saja yang menikmati hidup, jangan bawa aku, seumur hidup aku memilih berkelana di dunia persilatan, asal aku masih bernafas, pedang tidak akan kulepaskan!"

Goan Hiong sedikit terkejut, berkata.

"Suci, apakah selamanya kau tidak akan punya kehidupan pribadi? Kau ingin selamanya hidup dalam pertarungan?"

"Benar, sebelum bertemu dengan Lim Hud-kiam, aku tidak mempunyai tekad seperti ini, sekarang aku sudah mengambil keputusan, seumur hidup aku akan berkelana di dunia persilatan!"

Wajah Goan Hiong sedikit berubah.

"Begitu besarkan pengaruh Lim Hud-kiam kepadamu?"

Tiba-tiba Kie Pi-sia tertawa, katanya.

"Benar, aku masih berniat ingin mengalahkan dia, waktu itu aku baru bisa berhenti berkelana, tapi hari ini dia bisa menggetarkan jurus guru yang bernama 'Kiu-cong-kuang-han' (9 lapis cahaya dingin). Melihat bakat dan ilmu dari kemampuan kita, rasanya aku tidak mungkin bisa mengalahkan dia, tapi aku tidak mau mengaku kalah darinya, maka aku harus mengalahkan dia dalam bidang usaha atau nama!"

"Itu belum tentu!"

Kata Goan Hiong.

"Goan Toako, aku lebih mengenal Tay-lo-kiam-hoat darimu, seumur hidupnya guru memperdalam dan mengubah ilmu itu, tapi tidak lebih tinggi dari kemampuan ilmu pedang Lim Hud- kiam, apalagi kita, kita tidak bisa seperti Supek seumur hidup hanya memperdalam dan menggubah ilmu pedang, kita tidak mungkin lebih maju dari Supek, maka aku tidak terlalu banyak berharap pada hal ini!"

"Kau sudah beberapa kali mengalami kegagalan, seperti kalah dari Liu Ji-swie, Ciu Pek-ho, apalagi Liu Ji-swie pernah memaksamu turun ke air, mengapa kau selalu membanding- bandingkan dengan Lim Hud-kiam?"

Tanya Goan Hiong.

"Karena dia orang yang pertama mengalahkan aku, dan dia juga sudah kuanggap orang yang tidak sanggup kukalahkan, Liu Ji-swie dan Ciu Pek-ho pernah mengalahkanku, tapi mereka kalah oleh Supek, maka aku masih mempunyai kesempatan untuk mengalahkan mereka!"

"Lim Hud-kiam belum pernah bertarung dengan Suhu, dari mana kau tahu Suhu bakal tidak sanggup mengalahkannya?"

Kata Goan Hiong tidak terima.

"Kalau tidak percaya, kau tanyakan saja kepada Supek, jurus 'Kiu-cong-kuang-han' dari Tay-lo-kiam, apakah jurus terdahsyat yang bisa membunuh? Kalau bukan terpaksa guru tidak akan menggunakannya, tapi bila bertarung dengan Lim Hud-kiam, dengan mudah dia akan mengalahkan guru, dari sini dapat dibuktikan kalau kepandaian guru tidak lebih tinggi dari Lim Hud-kiam."

"Kalau begitu Lim Hud-kiam adalah pesilat pedang tidak terkalahkan, nomor satu di dunia ini?"

Ciam Giok-beng sudah datang menghampiri mereka dan menjawab.

"Belum tentu, di dunia ini tidak ada pesilat nomor satu, tapi pandangan Pi-sia juga tidak salah, kau memang tidak bisa mengalahkannya dengan Kian-kun-kiam-hoat, bukan karena ilmu pedang kita tidak bagus, melainkan karena dia sangat mengenal perubahan-perubahan ilmu pedang kita, maka dia selalu bisa mengambil kesempatan, bila ingin mengalahkan dia harus mencari jalan menggunakan ilmu lain!"

Goan Hiong terpaku, katanya.

"Dari perguruan lain? Di perguruan mana kita bisa mempelajari ilmu mereka? Aku sudah menguasai tidak sedikit ilmu pedang perguruan lain!"

Ciam Giok-beng berkata.

"Caranya bukan seperti itu, seperti ilmu pedang Ceng-seng yang sangat tinggi, setiap jurusnya memang lebih bagus dari jurus kita!"

"Itu dilihat dari luar, bila diteliti lagi memang ilmu Ciu Pek- ho dan Liu Ji-swie sangat tinggi tapi tidak seluas dan sedalam ilmu pedang kita, ilmu pedangnya sangat cepat, tidak seperti ilmu pedang kita harus benar-benar menguasai ilmu pedang itu, ilmu pedang Ceng-seng terbatas, tapi Tay-lo-kiam-hoat tidak terbatas, aku mengira ilmu pedang guru belum mencapai tahap paling tinggi, aku memang kalah dari Ciu Pek-ho tapi aku tidak mengaku kalau Tay-lo-kiam-hoat jelek, mungkin suatu hari nanti aku bisa mengalahkan dia!"

Kata Goan Hiong.

"Aku senang kau berpikiran positif, bukan karena pernah gagal sehingga kehilangan kepercayaan diri!"

Kata Ciam Giok- beng.

"Murid berkata dengan sejujurnya!"

Jawab Goan Hiong.

"Pengamatanmu lebih dalam dari Pi-sia, maka aku bertambah percaya lagi kepada kalian, kali ini kita pergi ke Ceng-seng harus meneliti dan mengamati lebih banyak, itu akan bermanfaat bagi kalian, Tay-lo-kiam-hoat tidak bisa mengalahkan Lim Hud-kiam, itu hanya pandanganku. Tapi di tangan kalian Tay-lo-kiam-hoat bisa lebih diperdalam lagi, tapi aku beritahu, Tay-lo-kiam-hoat mungkin belum tentu bisa menang, tapi tidak akan kalah dari orang lain, hari ini kalian kalah dari Ciu Pek-ho, karena ilmu pedang kalian belum terlatih dengan baik, kalau kalian dengan tenang berpikir mencari sebab kekalahan kalian, lain kali bila kalian bertarung lagi, aku jamin satu lawan satu belum tentu kalian akan kalah!"

"Dua kali bertarung aku merasa seharusnya aku jangan kalah, tapi aku selalu mengalami kegagalan, apakah Guru bisa memberitahu apa sebabnya aku bisa kalah?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Aku bisa memberikan petunjuk, tapi aku merasa lebih baik kalian mencari tahu sebab kekalahan kalian sendiri, Sucouw mewariskan ilmu Tay-lo-kiam dengan tidak sempurna, tidak ada yang memberitahuku, aku sendiri yang pelan-pelan mencari tahu, hanya dengan cara ini baru bisa membuat kita mempelajari ilmu baru, kalau setiap masalah harus ditunjukkan oleh orang lain kalian tidak akan dewasa-dewasa, selamanya akan terus berada di belakang orang lain!"

Dengan senang Goan Hiong berkata.

"Apa yang dikatakan Suhu benar juga, Kie Suci, kita gunakan waktu selama beberapa hari ini untuk meneliti ilmu pedang, bila bertemu dengan Ciu Pek-ho di Ceng-seng, kita berharap kita bisa menang darinya untuk menebus kegagalan hari ini, bagaimana menurut pendapat Suci?"

Ooo)d*z(ooO BAB 17 Memecahkan barisan Perahu berlayar selama 5 hari, akhirnya mereka tiba di Pa- siau, berikutnya harus ditempuh dengan berjalan kaki, maka perahu ditinggalkan dan mereka mulai berjalan.

Pertama-tama mereka mampir dulu ke rumah Goan Jit-hong, barang yang dibawa diturunkan untuk persiapan pernikahan Pui Ciauw-jin dan Ho Gwat-nio.

Di Pa-tong mereka memang tidak bentrok besar-besaran dengan Biauw-eng, tapi tetap saja mengganggu ketenangan semua orang.

Maka pernikahan pun diselenggarakan dengan sederhana, hanya mengundang keluarga dan teman dekat sekedar untuk meramaikan suasana, dan setelah kedua hweesio menjelaskan kepada teman-teman golongan hitam dan memberitahu semua orang kelak akan mengundang mereka kembali, semua orang sudah tahu kalau mereka akan pergi ke Ceng-seng, maka mereka tidak merasa terlalu terkejut, setiap orang memperhatikan persiapan mereka pergi ke Ceng-seng.

Pintu kota Ceng-seng tertutup rapat, biasanya orang lain tidak ingin melihat keramaian di dalam hanya menunggu hasil pertarungan, 3 hari setelah hari pernikahan kecuali Thio Yan- to kembali ke rumahnya untuk menengok keluarganya, Seng Cung dan Pui Thian-hoa sedang beristirahat karena terluka, pengantin baru Pui Ciauw-jin dan Ho Gwat-nio meski baru saja menikah tapi mereka ingin ikut ke Ceng-seng.

karena Goan Jit-hong pernah pergi ke Ceng-seng, otomatis dia yang membawa jalan, sesampainya di depan gunung Ceng-seng mereka hanya melihat hutan rimba, hutan tertutup oleh awan dan kabut, hanya ada sebuah jalan kecil untuk memasuki gunung Ceng-seng.

Setelah melihat itu Ciam Giok-beng berkata.

"Pantas di Ceng-seng tinggal begitu banyak pesilat tangguh, tapi jarang ada yang tahu karena tempat ini cocok untuk persembunyian pesilat tangguh!"

Goan Jit-hong tertawa, berkata.

"Toako jangan melihat dari luar suasana terasa tenang, sebenarnya di dalam berbeda dengan keadaan di luar! Dulu aku tidak sengaja lewat di sini, karena iseng aku masuk ke dalam untuk melihat-lihat, di sana ada sebuah rumah besar, karena merasa patut dicurigai aku ingin melihatnya lebih jauh, lalu aku bentrok dengan paman Lim Hud-kiam, terakhir ayahnya keluar dan memarahiku!"

Kata Goan Hiong.

"Dari kata-katanya kemarin, posisi keluarga Lim di Ceng-seng tidak istimewa, maka di dalam sana pasti ada yang lebih istimewa!"

Goan Jit-hong mengangguk.

"Tentu saja, tapi saat itu aku baru tiba di depan kediaman keluarga Lim dan sudah dihadang, aku tidak bisa mengunjungi tempat lain, hari ini bila kita mau masuk sepertinya juga harus melewati kediaman keluarga Lim dulu, sekalian mencari tahu identitas bocah itu!"

Dia mulai naik ke gunung, baru berjalan sekitar 1 li ada sebuah jurang yang menganga, tapi di depan jurang ada sebarisan rumah sangat bagus. Goan Jit-hong menunjuk.

"Itulah kediaman keluarga Lim, rumah 3 tetua Ceng-seng mungkin berada di belakang jurang sana!"

Sewaktu mereka tiba di rumah besar itu, segera terdengar suara seorang lelaki setengah baya yang menyambut mereka, sambil tertawa berkata.

"Goan-heng, kita pernah bertemu 20 tahun lalu, mungkin Anda sudah tidak mengenalku!"

"Kemarin ini aku terburu-buru,"

Kata Goan Jit-hong.

"Namaku adalah Lim Cu-hoan, 20 tahun yang lalu aku yang pertama menghadangmu, melihat sungai kecil yang ada di depan rumah, aku masih merasa takut."

Goan Jit-hong baru ingat, 20 tahun yang lalu dia datang kemari dan ada seorang remaja memegang pedang menghalanginya, akhirnya dia dipaksa turun ke sungai kecil itu! Goan Jit-hong tertawa, berkata.

"Dulu rambutmu hitam dan berbaju merah, sekarang rambut sudah memutih, aku sama sekali tidak menyangka akan kembali kemari, sepertinya kakakmu sudah meninggal?"

"Setelah Goan-heng pergi, 5 tahun kemudian, Cu-tio Toako meninggal karena sakit, perjanjian 20 tahun lalu dengan Goan-heng mungkin tidak akan bisa ditepati!"

Kata Lim Cu- hoan.

"Tidak apa-apa, aku kalah oleh pedang Toako-mu, aku terima kekalahan ini, sebenarnya di antara kami tidak ada permusuhan, aku membuat perjanjian supaya ada alasan kembali kemari sekalian bertamu, apalagi semenjak aku meninggalkan perguruan, aku selalu tinggal di rumah, dan aku sudah lupa tentang hal ini sampai keponakanmu Lim Hud-kiam datang ke rumahku!"

Dengan emosi dia bertanya.

"Benarkah Goan-heng telah bertemu dengan keponakanku? Bagaimana keadaannya sekarang? Apa ilmu pedangnya lebih tinggi dari ayahnya?"

Goan Jit-hong merasa aneh mendengar nada pertanyaan Lim Cu-hoan. Lim Cu-hoan menarik nafas lagi dan berkata.

"Bocah itu adalah pemuda berbakat dari generasi muda, 4 tahun yang lalu karena marah dia meninggalkan rumah, menurut cerita orang-orang dia tidak mentaati peraturan di luar, maka Ceng- seng tidak suka dan bersiap-siap menyuruh orang menangkapnya!"

"Keponakanmu memang melakukan hal yang tidak benar, tapi bukan berbuat kejahatan, dia hanya terus bertentangan dengan perusahaan perjalanan Su-hai, tapi begitu Su-hai mendapat kesulitan, diam-diam dia malah membantu kami, ada apa Ceng-seng mencarinya?"

Tanya Goan Jit-hong.

"Bagaimana dengan kemampuan ilmu pedangnya?"

Tanya Lim Cu-hoan.

"Sangat tinggi, Liu Ji-swie dan Ciu Pek-ho yang keluar dari Ceng-seng, kemampuannya masih berada di bawahnya,"

Jelas Goan Jit-hong. Sikap Lim Cu-hoan terlihat lega.

"Bagus sekali! Cu-tio Toako hanya mempunyai seorang anak, sebelum meninggal dia menitipkan bocah itu kepada kami, jika orang biasa ingin mencari masalah dengannya, kami bisa membelanya, tapi kalau 3 tetua Ceng-seng yang mencari masalah dengannya, kami benar-benar tidak bisa apa-apa, maka kami berharap dia bisa menguasai ilmu pedang yang tinggi, asal bisa menjaga diri saja sudah cukup!"

"Mengapa dia membuat 3 tetua Ceng-seng marah?"

Tanya Goan Jit-hong.

"Apakah kalian mengerti dengan keadaan Ceng-seng?"

Tanya Lim Cu-hoan.

"Beberapa hari yang lali, kami baru mendengar dari keponakanmu, jadi kami baru tahu sedikit-sedikit!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ceng-seng sangat mementingkan ilmu pedang, sedang ilmu pedang yang paling kuat disini dimiliki keluarga Ciu, Liu, dan Bun, selama puluhan tahun ini tidak ada orang yang sanggup melebihi mereka, maka 3 keluarga ini selalu menjadi tetua, tapi 3 keluarga sampai generasi sekarang jumlah jiwa mereka sangat sedikit Bun Ta-cai tidak mempunyai anak, Liu Ta-su hanya mempunyai seorang anak perempuan, sedangkan Ciu Giok-hu hanya mempunyai putra tunggal yaitu Ciu Pek-ho, sepertinya semua kekuasaan akan jatuh ke tangan keluarga Ciu, Bun Ta-cai tidak mempunyai keturunan jadi dia tidak peduli, Liu Ta-su tidak suka maka dia memilih Lim Hud-kiam menjadi menantunya, tapi syaratnya Hud-kiam harus masuk ke keluarga Liu untuk meneruskan usaha keluarga Liu, Liu Hui- hui dan Lim Hud-kiam tumbuh besar bersama-sama, mereka juga sangat akrab, semua menganggap di antara mereka tidak ada masalah, tapi sifat Lim Hud-kiam yang keras membuat dia menolak perjodohan ini, dia mengatakan dia pun anak tunggal tidak mungkin meneruskan generasi orang lain dan meninggalkan generasi keluarganya, sehingga keluarga Lim tidak mempunyai keturunan lagi!"

"Kata-kata Lim Hud-kiam masuk akal!"

Kara Goan Jit-hong.

"Tapi Liu Ta-su tidak berpikir seperti itu, sebab ilmu silat Lim Hud-kiam diajarkan oleh Liu Ta-su jadi dia menganggap Lim Hud-kiam tidak tahu diri, tapi karena putrinya terus memaksa, dia lalu mengumumkan Hui-hui akan menikah dan boleh dibawa oleh keluarga Lim, tapi syaratnya, Lim Hud-kiam harus bisa mengalahkan dia, sedang Ciu Giok-hu juga bermaksud mengambil Liu Hui-hui jadi menantunya, dia ingin menggabungkan ilmu pedang dari dua keluarga, maka Ciu Pek-ho selalu menghina Lim Hud-kiam, sering mengajak Lim Hud-kiam bertarung dan Lim Hud-kiam selalu yang kalah, supaya bisa mengalahkan Ciu Pek-ho, Lim Hud-kiam terus berlatih dengan keras, tapi 4 tahun yang lalu tiba-tiba Liu Hui- hui mengumumkan dia akan menikah dengan Ciu Pek-ho, Lim Hud-kiam marah dan dia pun pergi dari Ceng-seng, kalau hal ini berhenti sampai di sini kami tidak akan mengalami masalah, karena kami juga tidak begitu setuju Lim Hud-kiam masuk ke keluarga Liu, tapi beberapa waktu yang lalu Liu Hui- hui pun meninggalkan Ceng-seng, setelah dia pulang dia langsung membatalkan janji pernikahannya dengan keluarga Ciu, waktu itu Ciu Pek-ho tidak ada, begitu dia kembali, 3 tetua Ceng-seng segera menanyakan keadaan Lim Hud-kiam di luar,"

Kata Lim Cu-hoan.

"Kami baru tahu sedikit mengenai masalah ini, apakah keponakanmu sama sekali tidak memberi kabar kepada keluarganya?"

Tanya Goan Jit-hong.

"Dulu tidak ada kabar sama sekali, beberapa hari yang lalu kami menerima sepucuk surat darinya dia memberitahu kalau Ciu Pek-ho ada di Pa-tong dan dia kalah oleh Kian-kun-kiam- pai yaitu oleh Ciam Tayhiap, dan beberapa hari ini akan datang untuk membereskan masalahnya bersama Goan-heng, dia berharap aku bisa membantu kalian, mengenai 3 tetua Ceng-seng yang mencarinya, dia sama sekali tidak menyinggungnya!"

Goan Jit-hong tertawa sambil memberitahu.

"Kejadian yang terjadi di Kim-leng, saat itu Liu Hui-hui mengganti nama menjadi Liu Ji-swie, dan yang terjadi pada Ciu Pek-ho di Pa-tong semuanya dia beritahu."

"Ternyata begitu, pantas Ciu Pek-ho tampak begitu benci kepada Lim Hud-kiam, ternyata Hui-hui juga salah, bila tidak bisa melupakan Hud-kiam mengapa harus membuat Hud-kiam marah?"

Kata Lim Cu-hoan.

"Aku pernah mendengar pembicaraan antara Liu Hui-hui dengan dua bersaudara Yu, dia setuju menikah dengan anak keluarga Ciu, karena dia mendekati Ciu Pek-ho untuk mendapatkan rahasia ilmu pedang keluarga Ciu, kemudian dia akan membocorkan rahasia ilmu silatnya kepada Lim Hud- kiam, dan membantu Lim Hud-kiam mengalahkan Ciu Pek-ho serta ayahnya. Supaya dia tidak perlu menuruti kehendak ayahnya yaitu Hud-kiam harus masuk ke keluarga Liu, dan Hui-hui bisa menikah dengan Hud-kiam dan menjadi keluarga Lim,"

Kata Ho Gwat-nio.

"Gadis itu memang berhati baik tapi dia tidak mengetahui bagaimana sifat Hud-kiam, dia punya harga diri tinggi, angkuh, serta keras, mana mungkin dia mau menerima keuntungan dengan cara seperti ini?"

Kata Lim Cu-hoan.

"Tentu Ciu Pek-ho mengira Liu Hui-hui membatalkan pernikahan mereka karena Lim Hud-kiam, dia jadi tidak senang dan menaruh iri kepada Lim Hud-kiam maka dia membuat berbagai macam alasan yang tidak-tidak di depan 3 tetua Ceng-seng, mengenai hal ini kita bisa menjelaskannya di depan 3 tetua!"

Kata Goan Hiong.

"Itu memang ide bagus, tapi kukira tidak akan ada manfaatnya, sebab gara-gara Lim Hud-kiam menolak menikah dan masuk ke keluarga Liu, maka Liu Ta-su sangat membencinya, juga gara-gara Ciu Giok-hu sangat menyayangi putranya, pasti dia tidak akan melepaskan Lim Hud-kiam, aku hanya berharap dengan ilmu silat yang dimilikinya sekarang, dia bisa melindungi dirinya, demi harga diri 3 tetua Ceng-seng tidak akan keluar untuk mencari dia, Lim Hud-kiam tidak akan terlalu bermasalah asalkan dia tidak kembali kemari!"

Kata Lim Cu-hoan. Goan Hiong berkata.

"Belum tentu karena perahunya berada di depan kami, mungkin dia akan datang untuk meramaikan suasana."

"Apakah dia akan pulang hari ini?"

Tanya Lim Cu-hoan.

"Tiap kali bila kami mendapatkan masalah, dia selalu datang untuk ikut campur, kadang-kadang dia malah bertentang dengan kami, tapi kadang-kadang menolong kami, dia sulit ditebak, mungkin hari ini dia tidak mau ketinggalan keramaian!"

Kata Goan Hiong. Dengan rasa khawatir Lim Cu- hoan berkata.

"Aku harap dia bisa lebih pintar, jangan datang kemari untuk mengantarkan kematiannya, ilmu pedang 3 tetua Ceng-seng tidak akan bisa dilawan olehnya!"

"Pergaulannya sangat luas, tempat seperti Tiang-kang-cui- cai pun dia bisa dengan mudahnya keluar masuk, apalagi di Ceng-seng, tempat di mana dia dilahirkan, keadaan di sini dia lebih jelas, mungkin saja tiba-tiba dia akan muncul, tapi Tuan jangan terburu-buru, dia terus membantu kami, bila perlu kami juga akan membantunya!"

Kata Ciam Giok-beng. Lim Cu-hoan dengan wajah serius berkata.

"Ciam Tayhiap memang sangat terkenal di dunia persilatan, tapi ilmu pedang Ceng-seng tidak rendah, apalagi ilmu 3 tetuanya, ilmu silat mereka benar-benar di atas siapa pun, lebih tinggi dari Ciu Pek-ho, Ciam Tayhiap pun sulit melindungi dirinya!"

Ciam Giok-beng hanya tertawa tidak menjawab, Kie Pi-sia tidak terima pernyataan ini dan berkata.

"Dari mana Tuan Lim tahu kalau ilmu pedang guruku tidak setinggi 3 tetua Ceng- seng?"

Ciam Giok-beng tersenyum, katanya.

"Kita tidak perlu omong kosong, siapa lebih tinggi atau lebih rendah ilmu pedangnya harus bertarung dulu baru bisa menentukan, tapi Tuan Lim boleh tenang sebab keponakanmu sangat pintar, dia sangat hati-hati juga teliti, bila tahu keadaan di sini berbahaya dia tidak akan melakukan tindakan bodoh, kami datang kemari, apa pihak Ceng-seng sudah mengetahuinya?"

"Surat dari keponakanku memang di alamatkan kerumah kami tapi mata-mata Ceng-seng sangat banyak, kabar ini tidak akan lolos dari pandangan mereka, terpaksa aku melapor kepada 3 tetua Ceng-seng, supaya mereka ada persiapan, maka begitu kalian tiba di mulut gunung 3 tetua Ceng-seng sudah menyuruh orang memberitahu, dan menyuruh aku melayani kalian!"

Kata Lim Cu-hoan.

"Sombong sekali! Mengapa mereka tidak keluar untuk menyambut kami, malah kami yang harus ke sana mencari mereka!"

Kata Kie Pi-sia dengan dingin. Kie Tiang-lim berkata.

"Karena 3 tetua Ceng-seng tahu kami sudah kalah dari Lim Hud-kiam, maka mereka memandang sebelah mata kepada kami!"

Kata Lim Cu-hoan.

"Kata-kata Kie Tayhiap masuk akal juga, tapi 3 tetua Ceng-seng sangat sombong, mereka tinggal di Ceng-seng dan jarang bergaul dengan dunia luar, kalau kalian tidak bisa mengalahkan Ciu Pek-ho mungkin saat kalian akan masuk Ceng-seng pun tidak akan bisa, sekarang mereka setuju kalian masuk berarti itu sudah melebihi keadaan biasa!"

"Aku tidak peduli siapa yang akan melayani kami, Tuan Lim yang melayani kami pun, kami sudah merasa bangga, kedudukan 3 tetua Ceng-seng tidak lebih tinggi dari Tuan Lim!"

Kata Ciam Giok-beng. Lim Cu-hoan tertawa kecut.

"Pujian Tuan Ciam membuatku merasa malu, memang keluarga Lim tinggal di Ceng-seng tapi hanya pantas menjadi penjaga pintu gunung masuk ke Ceng- seng dan tidak diijinkan tinggal di lembah pedang!"

Ciam Giok-beng sedikit emosi.

"Dia menamakan lembah pedang, mungkin dia mengira selain tempat ini di dunia ini tidak ada orang yang pantas mengatakan tentang pedang?"

Lim Cu-hoan berkata.

"Di lembah pedang, selain ada keluarga Bun, Liu, dan Ciu masih ada 9 keluarga lainnya, mereka adalah pesilat pedang yang tangguh, ilmu kami tidak bisa bersaing dengan mereka!"

Goan Jit-hong merasa aneh dan berkata.

"Aku tidak percaya, aku pernah melihat ilmu pedang keluarga Ciu dan Liu, memang masih-masing mempunyai kelebihan, tapi bukan berarti mereka adalah nomor satu di dunia ini, 20 tahun yang lalu aku pun pernah bertarung dengan Toako mu, aku merasa kepandaian Toako mu tidak lebih rendah dari mereka, kalau lembah pedang dengan 3 tetua Ceng-seng dijadikan unggulan, sisa 9 keluarga lainnya akan kita ketahui bagaimana kepandaiannya!"

Dengan sikap rendah hati Lim Cu-hoan berkata.

"Cu-tio Toako pernah mengalahkan Goan-heng, kalau aku tidak merendah, akan membuat hati Goan-heng tidak enak, aku hanya bisa mengatakan kalau keluarga kami lebih senang hidup sederhana, mungkin kami tidak kalah dari orang lain tapi tidak akan bisa melebihi 3 tetua Ceng-seng, maka keluarga kami tidak perlu ikut-ikutan bersaing!"

Ciam Giok-beng tertawa, katanya.

"Pikiranku seperti itu juga, kami sudah lama di sini, kalau tidak masuk ke lembah mungkin orang-orang lembah akan salah paham kepada Lim- heng."

Kata Lim Cu-hoan.

"Itu tidak masalah, sejak Lim Hud-kiam meninggalkan rumah, keluarga Ciu dan Liu sudah tidak suka kepada kami, apa pun yang mereka katakan asal maksud kedatangan kalian ke sini untuk berkunjung, kami tidak akan terganggu, mari kita masuk sekarang!"

Dia berjalan di depan, menutup rumah dan sampai di depan jurang, baru terlihat ada sebuah pintu masuk yang sangat kecil.

Tempat itu tertutup oleh rumah dan harus memutar baru bisa terbuka.

Pintu masuknya memang sangat kecil tapi semakin berjalan pintu itu bertambah besar setelah beberapa kali berbelok di depan tiba-tiba ada tempat luas, ternyata itu adalah sebuah dataran rendah yang luas.

Rumah-rumah yang sudah ada dan rumah-rumah yang sedang dibangun tampak indah, di sana juga banyak parit untuk mata air mengalir, parit-parit itu berada di sana sini, di atas parit yang agak besar dibangun jembatan, bunga-bunga dan pepohonan tumbuh di sisi parit, pemandangan di sana benar-benar indah.

Lim Cu-hoan menunjuk sebuah rumah mewah dan berkata.

"Itu rumah Ciu Giok-hu, di sampingnya adalah rumah marga Liu, awalnya dua keluarga ini mempunyai anggota keluarga yang banyak, maka rumah mereka pun besar, semakin ke sini jumlah keluarga mereka semakin sedikit, maka banyak rumah yang kosong!"

Mereka melihat kedua rumah itu sangat besar, kamar di sana jumlahnya paling sedikit ada 30-40 kamar, dan hanya ada 1-2 orang yang tinggal, hal ini benar-benar menyedihkan! Pelan-pelan mereka berjalan hingga sampai di depan rumah Ciu Giok-hu, seorang pembantu lelaki datang dan berkata.

"Tiga tetua sedang berada di ruang tamu, harap Tuan Lim membawa mereka ke dalam!"

Setelah itu dia membalikkan tubuh dan bersiap pergi, Kie Pi-sia membentak.

"Tunggu, berhenti di sana, bawalah pesanku ke dalam."

Orang itu berhenti melangkah, membalikkan tubuh dan bertanya.

"Ada pesan apa?"

Kie Pi-sia mendekatinya, tanganya langsung melayang, orang itu bergerak dengan lincah, dia mengangkat tanganya untuk menahan, tapi tidak disangka jurus yang Kie Pi-sia gunakan adalah jurus tipuan, tangan kiri Kie Pi-sia sudah terjulur dan terdengar suara PLAK! Di wajah pembantu itu sudah ada tanda 5 jari sangat jelas, kemudian Kie Pi-sia berkata.

"Bawa tamparan ini kepada Ciu Giok-hu, beritahu kepadanya ini adalah hadiah dariku!"

Orang itu tidak terima dia ditampar begitu saja, dari pinggangnya dia mencabut pedang dan menusuk, tapi Kie Pi- sia sudah siap sebelumnya, dia tidak mundur malah menerjang maju.

Tangan Kie Pi-sia malah mengikuti gerakan pedang terus maju, kemudian dia menjepit pedang dengan jari-jarinya, kemudian membalikkan tangan dan menampar lagi, kali ini tamparan mendarat di sebelah pipi yang lain.

Dia berkata.

"Tamparan ini hadiah untukmu, apakah dengan kemampuanmu yang sedikit ini, kau berani macam-macam di depanku, apakah tuanmu tidak mengajarkan sopan santun padamu? Kalau memang tidak bisa, biar aku yang mengajarkan, kalau kau tidak suka tamparan yang tadi kuberikan, kau boleh meminta kembali kepadaku!"

Karena pembantu itu sudah menerima 2 kali tamparan, maka dia tidak berani berkata apa-apa, lalu membalikkan tubuh dan berlalu dari sana. Wajah Lim Cu-hoan terlihat senang.

"Dua tamparan Nona Kie benar-benar sangat pantas, orang itu bernama Ong Heng, dia pembantu keluarga Ciu, dia sangat disayang oleh Ciu Giok- hu, dia juga diajari ilmu silat oleh Ciu Giok-hu, biasanya dia sangat sombong dan memandang remeh kepada anak muda yang tinggal di lembah ini, tapi Nona Kie dengan mudah bisa menghajarnya!"

Ciam Giok-beng tersenyum, katanya.

"Pi-sia, sebenarnya aku tidak setuju kau menghajar orang, tapi kecepatan tamparanmu tadi aku sangat suka, sepertinya kau sudah ada kemajuan, sebenarnya orang tadi termasuk tingkatan pesilat tangguh, kau membuat dia tidak mempunyai kesempatan untuk membalas, ini semua di luar dugaanku!"

"Selama beberapa hari ini aku dan Goan Toako selalu meneliti ilmu silat mereka, jadi tahu untuk menghadapi ilmu silat keluarga Kie sangat sederhana, asal kita bisa mengadu kecepatan dengannya akan lebih mudah mengalahkannya!"

Jawab Kie Pi-sia.

"Ini bukan masalah cepat atau lambat!"

Kata Ciam Giok- beng. Goan Hiong ikut bicara.

"Cepat atau lambat memang penting, tapi yang terpenting ilmu silat keluarga Ciu kurang mantap tapi cukup ganas, keistimewaan mereka adalah bagus dalam menyerang tapi tidak bagus dalam pertahanan, bila menyerang, kita tidak perlu berusaha menahannya, sebaliknya kita menyerang kekurangannya dengan begitu bisa mengurangi serangannya yang dahsyat, dan bisa membalikkan keadaan dengan mengancamnya!"

Lim Cu-hoan mengangguk, berkata.

"Pendapat yang bagus, ilmu silat 3 tetua Ceng-seng masih-masing mempunyai kelebihan, ilmu silat keluarga Ciu memang seperti itu tapi harus melihat siapa yang dihadapi baru bisa menentukan segalanya!"

Kie Pi-sia tertawa, katanya.

"Aku mengerti, cara ini tidak bisa untuk menghadapi Ciu Giok- hu, tapi untuk menghadapi Ciu Pek-ho ini adalah cara yang bagus!"

Ciam Giok-beng tersenyum, berkata.

"Akhirnya kau mengerti juga, bila hari ini ada kesempatan kau boleh mencoba bertarung dengan Ciu Giok-hu!"

Kie Pi-sia sedikit terpaku.

"Apakah Guru ingin murid bertarung dengan Ciu Giok-hu?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Benar, demi harga dirinya Ciu Giok-hu tidak akan membunuh pesilat yang lebih muda, inilah kesempatan bagi kalian untuk belajar, hari ini harapan kemenanganku dari mereka sangat tipis, bila aku kalah melihat usiaku yang sudah tua, ingin membalas dari mereka sepertinya tidak banyak kesempatan lagi, bila ingin menjaga nama baik perguruan harus dibebankan kepada kalian, aku harap kau sebisa-bisanya mengambil kelebihan orang lain dan mendapat pengalaman gagal dulu. Seorang pesilat pedang bila ingin bertambah kuat harus mengalami kegagalan terlebih dulu!"

Kata Ciam Giok- beng.

"Murid mengerti apa yang Suhu maksud, aku juga akan terus mengingat ajaran Suhu selama hidupku, aku akan selalu ingat!"

Kata Goan Hiong. Ciam Giok-beng tertawa, katanya.

"Seratus tahun yang lalu ada seorang Cianpwee di bidang ilmu pedang dijuluki 'Put- seng-lo-jin' (Orang tua tidak pernah menang), orang tua ini selama hidupnya selalu bertarung dengan orang, tapi dia belum pernah menang, ilmu pedangnya sangat dikagumi orang-orang, setiap kali diadakan pemilihan pesilat tangguh di dunia persilatan dia selalu menduduki urutan 5 besar, selama 30 tahun orang tua ini melanglang buana di dunia persilatan, setiap tahun orang yang dipilih selalu berganti-ganti, tapi kedudukannya tidak pernah tergeser, maka semua orang selalu memilih Put-seng-lo-jin nomor satu di dunia persilatan."

"Mengapa bisa seperti itu?"

Tanya Lim Cu-hoan.

"Karena setiap kali orang yang bertarung dengannya selalu lebih kuat darinya, dan setiap kali dia selalu mengambil pengalaman dari kekalahannya, membuat ilmu pedangnya semakin sempurna, memang dia belum pernah menang, terhadap ilmu pedang orang yang berhasil mengalahkannya 10 tahun yang lalu, 10 tahun kemudian sudah diganti dengan orang yang lebih kuat, nama mereka pun sudah dilupakan tapi dia selalu diingat orang."

Lim Cu-hoan berpikir sebentar lalu berkata.

"Kalau Ciam Tayhiap berpendapat seperti itu, Anda lebih paham dari 3 tetua Ceng-seng, mereka mengira dengan menguasai ilmu pedang tertinggi, maka mereka bisa sombong, walaupun hari ini mereka bisa mengalahkan Ciam Tayhiap, tapi kelak mereka akan kalah oleh Anda!"

Dengan santai Ciam Giok-beng berkata.

"Usiaku sudah terlalu tua, aku tidak memikirkan ingin menonjolkan diri, tapi aku menaruh harapan besar kepada kedua muridku, asalkan mereka rajin belajar, mereka akan menjadi pesilat yang bermasa depan cerah!"

Liu Ji-swie keluar dari pintu, dia masih membawa 2 pelayannya, Siau Pek dan Siau Ceng, dia memberi hormat kepada Ciam Giok-beng, katanya.

"Ciam Tayhiap, saat di Kim- leng aku telah membuat kalian turun ke air, tapi aku sendiri pun akhirnya masuk ke dalam air, kalian datang ke sini apakah tidak terlalu berlebihan?"

Ciam Giok-beng tertawa.

"Nona Liu sudah salah paham, aku kemari bukan untuk mencari Nona Liu, di Pa-tong karena Ciu Pek-ho sudah menghancurkan bendera perusahaan perjalanan kami dan telah membunuh 2 orang kami, kalau tidak datang ke sini untuk membereskan masalah, bagaimana nasib Su-hai yang dipimpin oleh muridku di dunia persilatan?"

"Karena Ciu Pek-ho takut kalian kemari maka dia berusaha menghalanginya!"

Kata Liu Ji-swie.

"Kalau kami tidak kemari, apakah masalah akan selesai?"

Tanya Ciam Giok-beng. Liu Ji-swie berpikir sebentar lalu berkata.

"Sejak aku kembali aku selalu memohon kepda ayahku jangan karena masalahku maka dia mencari kalian, sebenarnya sudah tidak ada apa-apa, tapi karena Ciu Pek-ho maka keadaan jadi kacau lagi!"

"Benar, dari pada 3 tetua menyuruh orang mencari masalah dengan kami, lebih baik kami yang datang dulu!"

Kata Ciam Giok-beng sambil tertawa.

"Aturan Ceng-seng orang luar tidak ada yang tahu, aku kira pasti ada yang memberitahu Ciam Tayhiap, apakah orang itu adalah orang yang menolong kedua belah pihak di Pa-tong?"

Ciam Giok-beng mengangguk.

"Apakah orang itu adalah Lim Hud-kiam?"

"Apa alasan Nona mengatakan kalau orang itu adalah Lim Hud-kiam?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Sewaktu Ciu Pek-ho kembali dari sana, dia pernah menyebut orang ini, tapi 3 tetua tidak mengenal orang itu, maka aku menebak orang itu pasti dia, aku berharap Ciam Tayhiap bisa memberitahuku, supaya hatiku juga lebih tenang!"

Kata Liu Ji-swie. Ciam Giok-beng tertawa, katanya.

"Mengapa Nona Liu harus tahu kalau orang itu adalah Lim Hud-kiam?"

Dengan sedikit cemas Liu Ji-swie berkata.

"Aku tidak berniat jahat, kalau memang orang itu adalah Lim Hud-kiam, aku harap Ciam Tayhiap jangan mengatakannya kepada 3 tetua Ceng-seng!"

"Mengapa?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Karena sewaktu Ciu Pek-ho kembali dia membicarakan orang ini dan membuat 3 tetua merasa aneh, seseorang yang mempunyai ilmu pedang begitu lihai juga tahu mengenai Ceng-seng, hal ini menjadi masalah berat, yang pasti mereka sudah menaruh curiga kalau orang itu adalah Lim Hud-kiam, tapi Ciu Pek-ho membantahnya, karena ilmu pedang Lim Hud- kiam tidak setinggi itu maka 3 tetua masih merasa curiga, bila orang itu adalah Lim Hud-kiam, 3 tetua pasti tidak akan melepaskan dia lagi!"

"Mengapa bisa begitu?"

Tanya Ciam Giok-beng lagi.

"Karena Ceng-seng tidak mengijinkan murid-murid Ceng- seng mempunyai ilmu silat lebih tinggi dari keluarga Bun, Liu, dan Ciu, apalagi Ciu Pek-ho selalu menganggap kalau dia adalah ketua Ceng-seng, bila sekarang dia tahu ilmu silat Lim Hud-kiam lebih tinggi darinya, dia akan mempengaruhi 3 tetua Ceng-seng untuk membunuh Lim Hud-kiam, kalau aku tahu Lim Hud-kiam mempunyai ilmu begitu tinggi, aku merasa senang sekaligus khawatir, karena ilmu silatnya tidak mungkin lebih tinggi dari 3 tetua!"

Goan Hiong berkata.

"Walaupun orang itu bukan Lim Hud- kiam, kami akan membuat dia kalah, siapa suruh dia selalu bertentangan dengan kami? Sekarang melalui tangan orang lain kami bisa menghadapi dia, bukankah dengan begitu tenaga kami akan lebih irit?"

Liu Ji-swie marah.

"Kukira kalian berjiwa pendekar, maka aku memohon kepada kalian, kalau kalian ternyata begitu kerdil, hari ini aku harus menghajar jalian, silahkan pikirkan lagi!"

Dengan marah dia masuk ke dalam. Siau Pek agak khawatir dia berkata.

"Ciam Tayhiap, Lim Kongcu memang bermasalah dengan kalian tapi dia juga membantu kalian, jangan dengan cara seperti itu menghadapi Lim Kongcu!"

Kata Goan Hiong.

"Lim Hud-kiam boleh dimasukkan setengah kawan dan setengah lawan, kami boleh saja tidak menggunakan cara kerdil menghadapinya! Tapi kau harus memberitahu nonamu, jika ingin Lim Hud-kiam mengurangi masalah lebih baik suruh nonamu mengurangi perhatiannya kepada Lim Hud-kiam, Ciu Pek-ho sangat membenci Lim Hud- kiam, jadi biang keladinya adalah nonamu!"

Siau Pek dengan cepat berkata.

"Berarti orang itu benar Lim Kongcu!"

"Kami sendiri pun tidak tahu, karena dari awal sampai akhir, dia tidak memberitahu siapa dia, dan kami juga tidak tahu siapa dia sebenarnya!"

"Kalau begitu kalian jangan membuat Lim Kongcu kalah oleh kalian!"

Kata Siau Pek.

"Tentu saja, perkumpulan Kian-kun-kiam tidak sejahat seperti yang kalian kira, kami tadi hanya bergurau dengan nonamu!"

"Hal seperti ini mana bisa disebut bergurau? Begitu nona mendengar Ciu Siau-ya menyebut ciri-ciri orang itu, dia langsung terpikir kalau orang itu adalah Lim Kongcu, dia berharap orang itu Lim Kongcu sekaligus berharap bukan dia!"

Kata Siau Ceng.

"Mengapa begitu?"

Tanya Goan Hiong.

"Orang itu bisa memecahkan jurus membunuh dari keluarga Ciu, jadi ilmu pedangnya pasti berada di atas Ciu Kongcu, karena itu nona berharap orang itu adalah Lim Kongcu tapi gara-gara Ciu Kongcu, 3 tetua menaruh curiga dan tidak menguntungkan bagi Lim Kongcu, nona berharap dia bukan Lim Kongcu!"

"Saat itu kau memanggil Ciu Pek-ho adalah tuan menantu, sekarang kau memanggilnya Ciu Siau-ya, apakah benar nonamu sudah membatalkan pernikahannya dengan Ciu Siau- ya?"

Tanya Goan Hiong.

"Tentu saja benar, karena nona sudah mengganti nama menjadi Hui-hui berarti tekad nona sudah bulat, sekarang nona sedang menunggu reaksi Lim Siau-ya terhadap masalah perjodohanya dengan nona!"

Jawab Siau Ceng. Goan Hiong berkata.

"Orang aneh yang kemarin itu kami lihat mirip dengan Lim Hud-kiam, tapi belum terbukti maka kami tidak berani sembarangan bicara, hanya karena Nona Liu khawatir akan keselamatan Lim Hud-kiam maka hatinya tidak tenang, kalau orang itu adalah Lim Hud-kiam yang muncul di Pa-tong, apakah dia akan kemari?"

Siau Ceng menjawab sambil tertawa.

"Semenjak Tuan Lim Cu-hoan mengantar surat kiriman dari Lim Hud-kiam kemari, nona sudah tahu kalau dia berada di sekitar sini, tapi aku tidak yakin dia akan kemari."

"Bagaimana kau tahu?"

Tanya Goan Hiong.

"Dia tahu kalau 3 tetua tidak suka dan marah kepadanya, dia tidak akan mau datang untuk mengantarkan kematian, Lim Kongcu adalah orang yang pintar, dia tahu cara melindungi dirinya sendiri,"

Kata Siau Ceng. Goan Hiong menghela nafas, berkata.

"Kalian salah menilai, Lim Hud-kiam bukan orang yang takut mati, kalau dia anggap hari ini dia pantas datang ke sini, dia tidak akan karena menyayangi nyawanya tidak akan datang, kalau dia sudah bertekad, hidup atau matinya dia sudah tidak peduli lagi!"

"Apa benar? Aku harus segera memberitahukan hal ini kepada nona!"

Kata Siau Ceng dengan terkejut. Dia membalikkan tubuh dan segera berlari ke dalam. Siau Pek ingin pergi, tapi Kie Pi-sia memanggilnya.

"Kau masuk dan beritahukan kepada Ciu Giok-hu, suruh dia keluar untuk menyambut kami!"

Siau Pek berhenti melangkah.

"Tidak mungkin, karena Ciu Tay-ya sangat sombong, setelah kau berhasil menghajar Ong heng, dia menyuruh semua orang pergi ke ruang tamu untuk menyambut kalian, itu pun sudah menunjukkan kalau dia sungkan kepada kalian! Lebih baik kalian masuk sendiri!"

Kie Pi-sia tertawa lagi, katanya.

"Kami tidak perduli meskipun dia sombong, tapi jangan bersikap seperti itu kepada kami, guruku adalah ketua perguruan, lebih terkenal dari dia yang tidak memiliki kedudukan apa pun di dunia persilatan, kalau dia tidak berani keluar, kami yang akan menyerangnya!"

Siau Pek mengerutkan alisnya. Lim Cu-hoan melihat Ciam Giok-beng hanya berdiam diri, dia tahu kalau Ciam Giok-beng tidak suka dengan sikap Ciu Giok-hu yang sombong, maka sambil tertawa dia berkata.

"Nona Siau Pek, beritahu kepada Ciu Tay-ya ada orang yang akan menyerang Ceng-seng, suruh dia bersiap-siap!"

Akhirnya Siau Pek pergi sambil mengangguk-angguk. Lalu Lim Cu-hoan berkata lagi.

"Kalian tidak ingin memberi tahu keponakanku untuk mengubah penampilan kelak kalau bicara harus hati-hati, jarak dari sini ke ruang tamu ada 200 meter, setiap 5 meter ada pelayan keluarga Ciu yang berjaga, maka kalian harus hati-hati kalau bicara, jangan membuat Nona Liu mengalami kesulitan!"

"Tuan Lim, bila kami menyerang ke dalam, apa akibat pada peraturan yang berlaku?"

Tanya Goan Hiong.

"Ini adalah peraturan Ciu Giok-hu, orang yang ingin menemuinya dan mempunyai permintaan kepadanya harus menyerang dan memberitahu dua cara!"

Kata Lim Cu-hoan.

"Apa perbedaan dari dua cara ini?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Bila pemberitahuan diterima, dia akan menarik semua penjaganya yang ada di sini dan mengobrol di ruang tamu, apakah permintaannya disetujui atau tidak bisa dirundingkan secara pribadi dan tidak akan menimbulkan masalah besar!"

"Kalau menyerang harus melewati 36 orang pesilat pedangnya dan juga barisannya. Bila berhasil lolos, apa yang kalian minta dia akan mengabulkannya, saat keponakanku ingin keluar dari Ceng-seng, dia mendapat cara ini, maka dia bisa bebas berkeliaran di luar dengan tenang."

Kie Pi-sia tertawa dingin.

"36 orang pesilat pedang Thian- kong (Bintang utara) apakah mereka sangat lihai?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan serius Lim Cu-hoan menjawab.

"Nona Kie jangan menganggap remeh kepada 36 orang itu, ilmu pedang mereka menuruti jumlah Thian-kong sebanyak 36 hari dan terus berobah-robah, karena dulu Ciu Pek-ho menginginkan keponakanku pergi dari sini, maka diam-diam dia berpesan kepada 36 orang ini supaya meloloskan Lim Hud-kiam, maka Lim Hud-kiam bisa lewat dengan selamat, kalau tidak dengan kemampuan ilmu silat keponakanku, dia tidak akan bisa melewatinya. Nona kie bersikukuh ingin Ciu Giok-hu keluar untuk menyambut kalian, lebih baik jangan dicoba karena itu hanya masalah kecil, tapi karena Ciam Tayhiap adalah seorang ketua perguruan, maka tidak mungkin dengan nama besar Ciam Tayhiap minta bertemu, maka aku sendiri yang mengambil keputusan yaitu melakukannya dengan cara menyerang, bila Ciam Tayhiap ingin menarik kembali, masih sempat!"

Ciam Giok-beng tertawa, katanya.

"Sebenarnya aku tidak memandang aku sebagai seorang ketua perguruan, tapi melihat Ciu Giok-hu begitu sombong, aku jadi tidak menyalahkan Kie Pi-sia marah, biar kita masuk dengan cara menyerang!"

"Sebenarnya dengan menyerang masuk pun ada kebaikannya, kalian bisa mengetahui sampai di batas mana kekuatan Ceng-seng dan membandingkannya dengan kekuatan sendiri, jadi kita bisa yakin kepada kemampuan diri sendiri!"

Kata Lim Cu-hoan.

"Apakah pembicaraan kita dengan Liu Ji-swie tadi tidak didengar oleh Ciu Giok-hu dari dalam? Aku tidak percaya Ciu Giok-hu bisa begitu tenang!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Ciu Giok-hu sangat sombong, aku percaya dia tidak akan menyuruh orang untuk mencuri dengar, tapi kalau Ciu Pek-ho aku tidak bisa menjaminnya, jawaban Goan-heng tadi membuatnya kebingungan, dia tidak akan mendengar pembicaraan Siau Pek, karena semua perhatiannya hanya tertuju kepada Hui-hui, maka hal ini jadi sangat tepat, walaupun keponakanku pulang hari ini secara tiba-tiba, mereka tidak ada persiapan sama sekali,"

Kata Lim Cu-hoan, katanya lagi.

"Ilmu pedang Hud-kiam bisa maju pesat hal ini membuatku senang juga membuatku merasa khawatir, karena hal ini akan memancing emosi 3 tetua, aku harap dia jangan kemari untuk mencari masalah!"

Dari dalam rumah muncul para pesilat pedang, usia mereka sekitar 30 tahun, tubuh mereka tegap, sehat, dan penuh semangat, mereka segera membentuk barisan Thian-kong (Bintang utara).

"Orang yang diajak bertarung hari ini adalah Ciam Tayhiap, lebih baik Anda jangan masuk ke dalam pertarungan dulu supaya staminanya terjaga juga tidak mempertontonkan ilmunya kepada lawan!"

Kata Lim Cu-hoan.

"Benar, Suhu istirahat saja dulu, lihat kami dulu apakah kami bisa menang dari mereka atau tidak!"

Kata Kie Pi-sia. Pui Ciauw-jin dengan cepat berkata.

"Kalian tidak paham barisan itu, kalian akan rugi, lebih baik kami yang tua-tua membuka jalan untuk kalian, aku, Gwat-nio, dua hweesio, Goan Toako dan In Toako masing-masing menyerang bagian bawah, Kie Toako menyerang bagian atas, kita serang dari 7 arah, sepertinya barisan ini tidak sulit untuk dihadapi!"

Dia memang sangat paham mengenai barisan pedang, perkataannya telah membuat 6 orang mengerti, dan pembagian tugas pun sangat pas, masing-masing akan menyerang dengan keahlian mereka, maka 6 orang ini segera mengeluarkan pedang dan mengikuti petunjuk Pui Ciauw-jin.

Kie Pi-sia dan Goan Hiong mengikuti Lim Cu-hoan mundur ke samping Ciam Giok-beng, tujuh orang itu berkonsentasi mengumpulkan tenaga dalam, Pui Ciauw-jin yang pertama masuk barisan membawa pedangnya, kemudian disusul dengan Ho Gwat-nio membawa kedua goloknya, golok Liu Kong dan tongkat Liu Hwan bersamaan waktu menyerang juga bertahan, Goan Jit-hong dan In Tiong-ho ikut maju,--Kie Tiang-lim memikul pekerjaan terakhir, terlihat cahaya golok dan bayangan pedang terus berkilauan, suara senjata terus berbunyi.

36 pesilat pedang memiliki ilmu pedang yang mantap, tenaga dalam mereka tinggi, tapi tetap tidak bisa menahan serangan Pui Ciauw-jin dan teman-teman.

Cepat melawan cepat, posisi yang paling depan berhasil dibuat kalang kabut olehnya.

Bagian Ho Gwat-nio yang paling ringan, asalkan dia bisa menghadang musuh, akan membantu kekurangan Pui Ciauw- jin dan tidak akan membebankan Pui Ciauw-jin, serangannya sudah cukup membuat golok Ho Gwat-nio terus melayang, kilauan cahaya terus mengurung para pesilat pedang itu.

Dia hweesio yang satu menggunakan tongkat yang satu menggunakan golok, jurus mereka ganas, mereka bisa mengembalikan jurus-jurus pedang yang dilancarkan musuh, hanya In Tiong-ho dan Goan Jit-hong yang mendapat tugas lebih berat, karena posisi di mana mereka berdiri jumlah musuhnya lebih banyak.

Tugas mereka adalah memancing musuh masuk kemudian akan dihadapi oleh Kie Tiang-lim dan membuat posisi mengurung, tapi karena Kie Tiang-lim masih berada di pinggir, sulit untuk menghadang barisan, maka In Tiong-ho dan Goan Jit-hong masih memiliki jalan untuk mundur.

Tapi 36 pesilat Thian-kong sangat hebat, walaupun mereka tidak sanggup mengurung para pendekar, mereka tetap bisa mempertahankan barisan nya.

Hanya saja mereka tidak bisa melewati tempat Pui Ciauw-jin, Goan Jit-hong, In Tiong-ho, dan Kie Tiang-lim.

Pesilat-pesilat tua itu adalah pendekar beraliran lurus mereka sangat mementingkan cara mengalahkan lawan, mereka juga mempunyai jurus-jurus untuk melukai lawan tapi mereka tidak berniat untuk melakukannya.

Ini adalah salah satu alasan mereka sulit untuk maju.

Ho Gwat-nio dan dua hweesio adalah orang golongan hitam, mereka lebih tidak peduli pada aturan-aturan ini, bahkan rubah berekor 9 ini lebih ganas lagi karena dia membenci Ceng-seng yang telah membuat pesta pernikahannya menjadi kurang meriah.

Hal ini buat Ciam Giok- beng dan yang lainnya yang terbiasa hidup sepi, mereka tidak merasakan apa-apa.

Jadi Ho Gwat-nio pun malu untuk marah- marah sekarang, karena keadaan tidak ada kemajuan dia mulai naik pitam, melihat ada kesempatan datang, panah kecil sudah melesat keluar, panah terbang dengan cepat tanpa bersuara, apalagi jaraknya begitu dekat, dengan cepat 3 orang yang ada di dalam barisan Thian-kong itu sudah terkena panah Ho Gwat-nio dan mereka pun mundur.

Liu Kong dan Liu Hwan melihat Ho Gwat-nio berhasil melumpuhkan lawan, senjata mereka pun dimainkan lebih gesit lagi, sebenarnya dengan cara seperti itu mereka ingin melepaskan senjata rahasia.

12 simbal besi milik hweesio gemuk mulai beterbangan, hal ini mempat para pesilat pedang Thian-kong ketakutan, karena simbal besi itu akan melukai siapa saja, pertarungan mulai mengendur.

Hweesio kurus mengambil kesempatan ini untuk menembakkan biji besi yang diuntai menjadi kaling di lehernya.

Karena para pesilat pedang Thian-kong terus mendengar simbal-simbal yang beterbangan, mereka jadi kurang peka dengan suara desingan biji teratai besi yang menyerang mereka, maka hidung dan pipi mereka banyak terkena serangan biji teratai besi itu, membuat mereka berteriak kesakitan, melihat keadaan menjadi seperti itu panah Ho Gwat-nio pun terus dilepaskan tidak lama kemudian 36 pesilat pedang Thian-kong sudah terluka.

Otomatis barisan mereka pun menjadi pecah.

Masih beruntung bagi mereka sebab setelah lawan dengan mudah berhasil memenangkan pertarungan.

Mereka tidak berniat membunuh, simbal besi pun hanya lewat dengan jarak tipis paling-paling hanya memotong sedikti rambut atau kulit kepala mereka maka para pesilat pedang Thian-kong yang berjumlah 36 orang itu tidak ada yang mati.

Liu Kong menarik kembali simbal besinya, dia tertawa terbahak-bahak.

"Puas! Aku puas! Selama hidupku, inilah pekerjaan yang paling memuaskan yang pernah kulakukan!"

"Aku pun begitu, panahku berhasil menaklukkan banyak orang dan semua panahku mengenai sasaran, aku pun pertama kalinya mengalami kepuasan seperti ini, aku sangat puas!"

Kata Ho Gwat-nio. Pui Ciauw-jin melihat barisan mereka berhasil dipecahkan oleh senjata rahasia, dia merasa aneh, dan bertanya kepada Lim Cu-hoan.

"Lim-heng, ilmu pedang ke-36 orang itu sangat bagus, dasar ilmu silat mereka juga sangat kuat, tapi mengapa ilmu menghindar ' senjata rahasia mereka begitu rendah?"

"Aku pun tidak tahu, kalau tidak melihat sendiri, aku sendiri pun tidak akan percaya, mungkin 3 tetua itu mempunyai ilmu senjata rahasia yang kuat!"

Ciam Giok-beng tersenyum.

"Gwat-nio dan 2 guru memang mempunyai ilmu yang tinggi, yang penting adalah ternyata lawan tidak berpengalaman menghadapi senjata rahasia, Ciu Giok-hu melatih para pesilat itu hanya untuk melindungi rumahnya dan orang-orang sendiri, maka dia sama sekali tidak terpikirkan pada senjata rahasia karena itu kita mendapat keuntungan kali ini!"

Waktu itu Ciu Pek-ho keluar dengan terburu-buru dan berteriak.

"Kalian benar-benar tidak tahu malu! Kalian menggunakan senjata rahasia untuk mendapatkan kemenangan!"

Goan Hiong tertawa, berkata.

"Apakah kami menyerang harus menyusun rencana dan cara dulu?"

"Memang tidak ditentukan bertarung dengan cara apa. Tapi kalian adalah orang terkenal dunia persilatan mana boleh dengan cara tidak adil memenangkan pertarungan?"

"Kau tahu kalau orang harus memiliki aturan, maka kau harus tahu dalam ilmu pedang ada 3 larangan, kalau bukan di tempat dan waktu yang tepat dan bukan orang yang tepat, pedang tidak boleh dikeluarkan dari sarungnya, 36 pesilat pedang itu hanya orang-orang yang menjaga rumahmu, kami mencabut pedang dan tidak bertarung dengan mereka. Itu sudah termasuk dalam sikap sungkan, mana mungkin kami menggunakan ilmu pedang bertarung dengan mereka? Supaya masalah ini cepat selesai, hanya bisa dibereskan dengan senjata rahasia, mereka benar-benar payah!"

Mulut Kie Pi-sia lebih tajam lagi, dia tertawa dingin, katanya.

"Mereka seperti bantal yang disulam, indah dipandang indah tapi tidak enak dipakai, untuk menakuti orang-orang Ceng-seng masih bisa tapi untuk menghalangi kami itu hanya mimpi! Senjata rahasia tadi untuk memberi pelajaran kepada kalian!"

Kemarahan membuat tubuh Ciu Pek-ho bergetar dia berkata.

"Kalian sudah berhasil melewati barisan pedang kami, menurut aturan yang ada kalian bisa mengajukan permintaan kepada kami!"

"Persetan dengan permintaan! Kami datang bukan untuk memohon, kami datang ke sini untuk menagih hutang kepada orang yang telah membunuh 2 orang kami juga menghancurkan bendera kami,"

Kata Kie Pi-sia.

"Ini adalah hal yang kulakukan di luar Ceng-seng, tidak sesuai dengan peraturan yang ada di Ceng-seng, terpaksa kalian harus menggunakan cara lain untuk membuat perhitangan denganku!"

"Benar, nama perusahaan perjalanan Su-hai dan nyawa 2 orang teman kami bukan hal main-main, kau begitu sombong, karena ayahmu berada di belakangmu, kami ingin membereskan masalah ini, harus membereskan hingga tuntas, kami harus memberitahu ayahmu kalau dia telah salah mendidik anaknya, karena punya ilmu tinggi maka dia jadi sombong ini adalah sifat yang paling jelek, kami harus memberi pelajaran kepadanya supaya mereka mengerti. Dunia ini memang luas, tapi belum mencapai tahap yang dia inginkan, aku memberi pelajaran pada pelayan sombong yang bernama Ong heng dan tadi melukai 36 pesilat pedang hanya sekedar memberi kabar, sekarang suruh ayahmu keluar untuk menyambut guruku, suruh dia jangan pasang sikap sombong lagi!"

Wajah Ciu Pek-ho terlihat sangat marah, tangannya mulai bergerak dia ingin mengeluarkan pedangnya. Dengan santai Lim Cu-hoan berkata.

"Ciu Kongcu, orang yang datang sudah bisa memecahkan formasi Thian-kong dan permintaan mereka adalah meminta Ketua Ciu menyambut kedatangan mereka, kau boleh memikirkan lagi permintaan mereka!"

"Lim Cu-hoan, diam kau! Belum waktunya kau ikut bicara!"

Bentak Ciu Pek-ho marah. Lim Cu-hoan ikut marah juga.

"Ciu Kongcu, kau harus tahu dengan jelas, pekerjaanku adalah menjaga pintu masuk Ceng-seng bukan penjaga rumah keluarga Ciu, demi peraturan Ceng-seng aku berusaha menaatinya tapi kau harus tahu kalau Ceng-seng bukan milik keluarga Ciu secara pribadi, maka derajat kita sama, kau tidak pantas memerintah padaku!"


Matahari Terbit Rising Sun Karya Pendekar Mabuk 110 Persekutuan Iblis Empat Serangkai Gunung Rahasia Secret

Cari Blog Ini