Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 9
"Memang tidak masalah, tapi cara mereka adalah cara mati- matian, kecuali Tayhiap akan mati bersama mereka tidak ada cara lainnya lagi, tapi dengan sifat Kie Tayhiap tidak mungkin mau melakukan hal seperti ini, dan secara kebetulan aku bertemu dengan dua gadis Yu...."
Kata Ho gwat-nio. Kie Tiang-lim baru mengerti ternyata 2 gadis Yu itu dibawa oleh Ho Gwat-nio.
"Tadinya mereka bersama Lim Hud-kiam, dan Lim Hud-kiam selalu menyuruh mereka supaya jangan membalas dendam dan melarang mereka datang kemari, maka aku memberi saran kepada mereka supaya mereka datang dan bersembunyi dulu, bila diperlukan baru menyerang, dan aku juga meminta 2 hweesio itu memancing Lim Hud-kiam pergi supaya mereka bisa lepas dari Lim Hud-kiam dan datang kemari, ini adalah satu-satunya cara kami membantu Kie Tayhiap, kami tetap orang golongan hitam, tidak bisa langsung membantu Kie Tayhiap."
Kie Tiang-lim dengan cepat memberi hormat.
"Terima kasih kepada kalian bertiga, kalau bukan karena kalian hari ini aku sudah mati!"
Dengan malu-malu Ho Gwat-nio berkata.
"Tayhiap terlalu sungkan, nama Kie Tayhiap sangat terkenal di dunia persilatan, aku terpengaruh oleh kata-kata Lan-tiang-siang- sat, aku minta maaf karena telah menyerang Kie Tayhiap, apalagi hari ini aku melihat dua putra Yu Ta-tong bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah dan melepaskan niat membalas dendam, hal ini lebih-lebih membuatku malu, sekali lagi maafkan aku, Kie Tayhiap!"
Pui Ciauw-jin berkata.
"Kita tidak perlu sungkan lagi, nama Kie Toako terlalu besar, membuat semua orang ingin menjatuhkan, aku dan Goan Toako juga pernah mencari gara- gara dengannya, akhirnya kami bertarung, berita yang tersebar terlalu dibesar-besarkan, mengatakan kalau ilmu pedangnya sangat lihai tapi tidak mengatakan kalau dia tidak menginginkan nama besar, maka terjadilah hal yang tidak diinginkan."
Kie Tiang-lim tertawa kecut, katanya.
"Semua nama yang diberikan adalah nama kosong, saat aku masih muda kurang bisa membawa diri, demi nama kosong aku telah membuat masalah yang merepotkan, sekarang setelah bertemu dengan Suheng, aku baru merasa menyesal, ilmu pedang Suheng lebih tinggi dariku, tapi dia bisa menahan diri, dan tidak pernah ada permusuhan dengan siapa pun, dari sini dapat dinilai sungguh aku kurang bisa menahan diri!"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Tidak juga, semua orang tahu kalau Ciam Toako adalah murid pertama dari Siau Lo-cianpwee, ilmu pedangnya berada di atas Kie Toako, banyak orang yang mencari ingin mencoba ilmunya, tapi terhadap Kie Toako saja kami saja tidak bisa menang, siapa lagi yang berani mencabut kumis harimau Ciam Toako?"
"Kalau begitu berarti selama beberapa tahun ini aku bisa hidup tenang semua itu karena Kie Sute yang sudah membantuku menahan banyak hal yang merepotkan?"
Kata Ciam Giok-beng. Souw Thian-sia ikut berkata.
"Boleh dikatakan begitu, tapi sebenarnya karena nama Sucouw yang terlalu besar, saat aku mengantar barang melewati beberapa tempat, sering kali aku harus bertarung dengan alasan yang aneh, katanya karena mereka mempunyai perselisihan dengan Sucouw, ntu apalagi Susiok, tlebih sering bertemu dengan hal seperti itu!"
"Karena bermusuhan dengan Sucouw mereka mencari muridnya yang sudah sampai generasi ketiga, apakah mereka tidak malu?"
Tanya Kie Pi-sia. Souw Thian-sia tertawa kecut.
"Sumoi, kau jangan menganggap hal ini tidak masuk akal, sekarang kau sudah masuk dunia persilatan, hal seperti ini pasti akan kau temui juga!"
Kata Ho Gwat-nio.
"Pohon besar selalu lebih kencang tertiup angin, Kie Kouwnio baru terjun ke dunia persilatan, setelah menjadi pemimpin Su-hai dan telah memimpin dengan baik, apa yang telah kau katakan kepada Biauw-eng, sikap gagahmu tidak kalah dengan seorang lelaki, tapi juga akan mendatangkan banyak hal yang tidak diinginkan, maka kelak tempat di mana bendera Su-hai akan lewat, orang golongan hitam tidak akan dengan mudah melepaskan kalian!"
Kata Goan Hiong.
"Ketua memang tidak mau tinduk kepada golongan hitam, kelihatan memang terlalu keras tapi kita juga tidak perlu merasa khawatir."
"Wakil ketua pasti mempunyai rencana yang jitu bukan?"
Tanya Ho Gwat-nio.
"Aku tidak mempunyai cara apa pun, tapi ada Ho Cianpwee, hweesio gemuk, dan hweesio kurus yang mendukung kami, kami tidak akan takut!"
Jawab Goan Lliong. Ho Gwat-nio terpaku, kata Pui Ciauw-jin.
"Bocah tengik, rencanamu sungguh keterlaluan, saat di penginapan kau menyindir orang lain, dia tidak menghajarmu itu sudah untung, mengapa mereka harus menjadi pendukungmu?"
Goan Hiong memberi hormat kepada Ho Gwat-nio.
"Ho Cianpwee, atas kejadia dulu aku yang salah, sekarang aku minta maaf, kuharap Anda bisa memaafkan kami, sekarang Anda adalah teman Paman Pui, bagaimana pun Anda tidak ingin melihat keponakan dihina orang, bukan?"
"Wakil ketua terlalu sungkan, kau dan Nona Kie seperti dua ekor harimau yang baru keluar dari hutan, siapa yang berani mencari masalah dengan kalian?"
Goan Hiong memberi isyarat mata kepada Kie Pi-sia, kali ini Kie Pi-sia lebih mengerti dan berkata.
"Ho Cianpwee, aku memberi hormat kepadamu untuk menebus kesalahan kami yang dulu!"
Dia lalu memberi hormat untuk kedua kalinya dan berkata.
"Pemberian hormat yang kedua adalah sebagai ungkapan terima kasih karena Anda sudah membantu kami menolong ayahku, penghormatan ketiga adalah kami memohon kepada Anda supaya kelak lebih banyak membantu kami!"
Ho Gwat-nio terpaku entah apa yang harus dia katakan.
"Gwat-nio, bukankah aku sudah mengatakan Goan Hiong adalah mie yang masih basah, kalau sudah menempel pada mie ini tidak akan bisa lepas, lihat sekarang kecuali dia melilitmu, dia masih membawa-bawa satu orang lagi, aku ingin lihat dengan cara apa kau bisa lepas dari mereka?"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Paman Pui, kau jangan ikut campur, aku tahu Ho Cianpwee paling bisa menjaga harga diri, salah paham sudah hilang, dia juga telah menganggap kami sebagai keponakannya, kalau kami membuat malu Paman dia juga akan merasa malu, apakah benar Ho Cianpwee?"
Kata Kie Tiang-lim.
"Hiantit, kau jangan memaksa, kedudukan Ho Lihiap di golongan hitam sangat tinggi, mana mungkin dia bisa menjadi pendukung perusahaan perjalananmu?"
"Aku tidak minta Ho Cianpwee secara terang-terangan mendukung kami, hanya saja bila ada orang yang ingin mencelakai kami dia bisa memberi kabar, jadi kami ada persiapan dulu sebelumnya, bila perusahaan perjalanan kami dirampok, dia bisa memberi sedikit kabar kemana harus mencari barang itu?"
"Semua cara ini hanya tinggal menunggu, lebih baik menggunakan namaku serta kedua kedua hweesio, memberitahu teman-teman, supaya mereka jangan membuat masalah dengan perusahaan perjalanan Su-hai!"
"Itu lebih baik, tapi apakah tidak akan menyusahkan Ho Cianpwee?"
Tanya Goan Hiong.
"Golongan hitam dibagi menjadi 2 bagian, yang satu benar- benar mempunyai tempat jadi tempat tinggal dan markas mereka menjadi satu, sedangkan kami hanya berdiri sendiri- sendiri,"
Kata Ho Gwat-nio.
"Aku mengerti, di kelompok Cianpwee, pesilat tangguh sangat banyak dan mereka kebanyakan merampok barang orang kaya untuk menolong orang miskin, yang paling kami takuti adalah para pesilat tangguh seperti kalian tidak terlihat kepala atau ekornya, kalau bertemu kami benar-benar angkat tangan, Ho Cianpwee, bila Anda ingin membantu, kami benar- benar merasa sangat berterima kasih!"
"Aku kira tidak akan jadi masalah, di golongan hitam kami memang terpencar, tapi kami juga paling kompak, biasanya kami akur maka kami tidak tertelan oleh perkumpulan lain dan teman-teman kami juga lebih pengertian, bisa menjaga diri sendiri tidak seperti perampok lain, orang beraneka ragam, incaran kami adalah pejabat korup, lintah darat, dan orang- orang yang kaya secara tidak jujur, memang kami menyandang nama perampok, tapi kami adalah orang-orang yang menjaga keadilan kecuali marah dan mencari nama, kami tidak pernah mencari masalah dengan perusahaan perjalanan, kalau aku dan kedua hweesio bergabung dan mengatakan perusahaan perjalanan Su-hai diurus oleh keponakan kami, teman-teman tidak akan mengganggu sekalipun diadu domba!"
Dia tertawa kepada Kie Tiang-lim berkata.
"Kie Tayhiap, bila perusahaan perjalanan Su-hai masih diurus oleh Anda, kami tidak akan berani membantu, tapi Anda sudah menyerahkan perusahaan perjalanan Su-hai kepada generasi muda, kami yang lebih tua jadi wajib mendukung!"
"Lihiap begitu melindungi generasi muda, kami sangat berterima kasih, hanya apakah akan membuatmu repot?"
Ho Gwat-nio menghela nafas.
"Kami memang merasa tindakan kami tidak memalukan, tapi kami tetap termasuk golongan hitam, maka kami tidak merasa bangga, apalagi kami harus bertahan sampai tua, tapi karena kami sudah masuk golongan hitam kami dihina oleh orang-orang yang menegakan keadilan, ingin berhenti dan cuci tangan pun sulit, apalagi menjadi orang yang menegakan keadilan, semenjak bertemu Kie Tayhiap di penginapan melihat kalian begitu baik kepada kami, aku semakin merasa malu, sebaliknya kalau hari itu kami menang, aku tidak akan bersikap baik kepada kalian, ini adalah perbedaan antara lurus dan sesat, setelah kami pergi, Liu Hwan dan Liu Kong kedua kakakku mengobrol tentang kebaikan kalian, dalam hati kami merasa menyesal, waktu itu kami sudah bertekat ingin berteman dengan kalian!"
Ciam Giok-beng berkata.
"Kalau Ho Lihiap berkata seperti itu, aku merasa malu, sebab saat itu kamilah yang mencari gara- gara dulu dengan kalian!"
"Karena saat itu Pui Tayhiap sudah tahu gerak-gerik kami, maka dia memberi isyarat dan kalian baru mencari gara-gara, kami tidak menyalahkan kalian, malahan kami mendengar langsung kata-kata Lan-tiang-siang-sat yang berbuat tidak baik kepada kalian, Lan-tiang-siang-sat mempunyai nama jelek, kami sudah tahu tapi kami memikirkan karena kami satu golongan, mereka meminta tolong kepada kami, tapi kami juga bukan dengan alasan ini membantu mereka!"
"Aku tahu, ini semua karena ingin mencari nama, bila bisa mengalahkan Paman Kie dan Paman Ciam, nama kalian akan terkenal di dunia persilatan!"
Kata Goan Hiong sambil tertawa.
"Aku mengakui semua itu benar, hanya saja kami memang tidak tahu diri, kilauan beras mana mungkin bisa bersaing dengan cahaya bulan dan bintang, itu benar-benar membuat kami malu, tapi Lan-tiang-siang-sat terus menghina Kie Tayhiap, mereka mengatakan kalau Kie Tayhiap mempunyai ilmu yang sangat hebat tapi selalu menghina golongan hitam, bila bertemu dengannya, pasti akan mati."
"Dari mana datangnya cerita seperti ini? Di golongan hitam aku juga mempunyai banyak teman, mereka bisa membuktikan kalau aku orang seperti apa,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Mendengar tidak lebih baik daripada melihat, apalagi kenalan Tayhiap sudah banyak yang meninggal, yang tersisa pun sudah banyak yang pensiun dan menyepi di hutan dan di gunung, kata-kata menghina ini menyebar dengan cepat maka golongan hitam selalu membenci Kie Tayhiap, tapi nama Kie Tayhiap yang tersebar luas ada kebaikannya juga, paling sedikit Kie Tayhiap selama beberapa puluh tahun berkelana di dunia persilatan jarang ada yang berani mengganggu, kami terpencar maka jarang ada kesempatan bertemu dengan Tayhiap, walaupun bertemu karena orang kami sedikit kami juga tidak berani berbuat macam-macam kepada Kie Tayhiap, kali ini karena Lan-tiang-siang-sat sudah berencana dan sebelumnya sudah mengundang banyak orang persilatan, maka semua orang ingin membuat gara-gara pada Kie Tayhiap, ada dua kelompok teman kami yang datang terlebih dulu, tapi sebelum bertemu dengan Kie Tayhiap, mereka sudah mengalami berbagai macam masalah dan akhirnya mereka kembali ke tempat asalnya!"
"Itu karena Paman Pui!"
Kata Goan Hiong.
"Aku sudah dengar Pui Tayhiap mengatakan kedua kelompok itu adalah angkatan muda, untung hanya diberi peringatan, kelak begitu bertemu mereka, aku akan menjelaskan kepada mereka, semenjak dinasihati oleh Kie Tayhiap dan dimaafkan oleh kalian semua, aku merasa sangat malu. Pada saat itu aku juga melihat Kie Tayhiap ternyata sangat ramah, dibandingkan dengan kabar yang tersebar sangat berbeda, maka aku sangat menyesal karena telah dibohongi orang, tadinya aku ingin datang sendiri untuk minta maaf, tapi aku sulit untuk mengucapkannya, untung di tengah jalan aku bertemu dengan Pui tayhiap, hingga kami bisa datang kemari!"
Kata Goan Hiong.
"Semua karena jasaku, aku yang meminta paman mengejar kalian bertiga, pertama untuk menjelaskan persoalan sebenarnya, kedua untuk mengenalkanmu kepada Paman Pui...."
Diam-diam Pui Ciauw-jin menendangnya.
"Bocah, kau mau bilang apa lagi?"
Ho Gwat-nio sedikit terkejut dan berkata.
"Menurut Goan- heng, Pui Tayhiap adalah tabib yang sangat pandai, dia juga bisa mengobati berbagai macam penyakit, saat Liu Kong pergi, Goan-heng masih sempat mengatakan Pui Tayhiap bisa mengobati bau badanku, maka dengan malu-malu aku minta diobati, apakah ada yang salah?"
Goan Hiong tertawa, katanya.
"Benar, aku mengenalkan pasien untuk Paman Pui, karena khawatir Cianpwee malu, maka aku menitipkan kabar ini kepada Liu Kong taysu, Paman Pui adalah tabib yang baik, walaupun dia hanya teman, dia tidak akan menolak bila ada yang meminta agar dia mau mengobati orang sakit, ini adalah hal yang sebenarnya, mengapa Paman menendangku? Apakah Ho Cianpwee tidak membayar ongkos pengobatannya?"
Pui Ciauw-jin menghembuskan nafas, tapi juga melotot kepadanya.
"Ho Cianpwee, Paman Pui sangat mahir ilmu pengobatan tapi dia membuka harga terlalu tinggi, semakin ringan penyakitnya harganya semakin tinggi, aku menduga Anda pasti diperas olehnya hingga mengeluarkan uang banyak."
"Setan kecil, apakah kau mau dihajar lagi?"
Tapi Ho Gwat-nio dengan serius berkata.
"Bau badanku jangankan orang lain, saat udara panas, aku sendiri pun tidak tahan dengan baunya. Maka aku dijuluki rubah berekor 9, begitu mendengar julukan ini aku sangat marah, sehingga berbuat yang tidak pantas, banyak teman yang sudah kubuat tidak tahan, aku juga mencari banyak tabib terkenal tapi tetap tidak bisa sembuh, Pui tayhiap benar-benar tabib hebat, sebungkus obatnya langsung manjur, aku benar-benar berterima kasih kepadanya."
"Apakah Paman Pui tidak membuka harga tinggi kepada Anda?"
Tanya Goan Hiong.
"Tidak, aku juga malu menanyakannya!"
Jawab Ho Gwat- nio.
"Celaka! Sebenarnya kau harus bertanya dulu sekarang dia sudah membuka harga pasti sangat tinggi, dan seumur hidup Anda tidak bisa melunasinya!"
Kata Goan Hiong. Ho Gwat-nio tertawa.
"Aku adalah perampok, tidak ada hutang yang tidak bisa dibayar, berapa pun Pendekar Pui membuka harga, aku akan mengambilnya dari orang lain, inilah alasannya mengapa aku sangat boros, dan yang rugi adalah orang-orang itu!"
Kata Goan Jit-hong.
"Ho Lihiap, jangan dengarkan kata-kata anakku, ilmu pengobatan Adik Pui memang sangat tinggi, tapi dia jarang mengobati orang lain, sepeser uang pun dia tidak mau terima, aku dan dia sudah bersaudara selama puluhan tahun, bila aku sakit pinggang atau sakit punggung pun belum pernah dia mau mengobatiku, dia mau mengobati Anda, ini adalah nasib baikmu!"
Pui Ciauw-jin segera berteriak.
"Toako, jangan menyalahkan orang baik, aku hanya mengobati beberapa penyakit yang sulit diobati oleh orang lain, kalau penyakit biasa aku kalah dengan tabib biasa, aku tidak mau mengobatimu karena khawatir penyakitmu makin berat!"
Ciam Giok-beng berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kata-kata ini sangat masuk akal, satu tubuh tapi penyakit beribu-ribu, seorang tabib lihai pun hanya bisa mengobati beberapa macam penyakit tidak mungkin semua penyakit bisa diobati olehnya!"
Mereka terus mengobrol, akhirnya Goan Hiong berkata.
"Kita akan pergi dari sini, di sini sudah tidak ada apa-apa. Tapi kukira masih ada mata-mata Biauw-eng, tidak baik buat Ho Cianpwee!"
"Aku tidak takut, beda kuil dupa pun berbeda, Biauw-eng adalah pemimpin golongan hitam di 6 propinsi, dan kami adalah orang golongan hitam yang hanya lewat, aku yakin Biauw-eng ingin memperluas pengaruhnya menjadi pemimpin 6 propinsi, tapi dia masih belum berani mencari gara-gara dengan kami, apalagi sekarang dia sedang mengincar emas milik keluarga Yu untuk biaya membangun usahanya. Dia tidak benar-benar ingin bersebrangan dengan perusahaan perjalanan, hari ini kalian telah membantunya, di dalam hatinya dia pasti merasa berterima kasih!"
Dengan senang Kie Pi-sia berkata.
"Berarti dia tidak akan mengganggu kami lagi?"
"Belum tentu, hanya saja sekarang dia tidak mempunyai rencana apa pun, tapi setelah semua orang golongan hitam dikuasainya, demi membangun wibawanya di mata orang golongan hitam, waktu itu incarannya adalah perusahaan perjalanan!"
Kie Tiang-lim mengangguk.
"Kata-kata Ho Lihiap sangat masuk akal, hari ini Biauw-eng tiba-tiba mundur dengan cepat, berarti tujuannya sudah tercapai, dan dia terburu-buru pulang, maka dia tidak ingin bertarung menghabiskan tenaga, dan masalahnya dengan perusahaan perjalanan menjadi tidak jelas, itu karena dia akan membuat rencana lain di kemudian hari, perempuan itu sangat pintar, ilmu silatnya pun sangat tinggi, dia adalah orang yang sangat berbahaya, dia lebih pintar dari suaminya yang telah meninggal!"
"Bagaimana cara kita menghadapinya?"
Tanya Kie Pi-sia. Kie Tiang-lim menghela nafas.
"Kita adalah orang yang menegakan keadilan dan kebenaran, kita tidak bisa membunuh semua orang terpaksa selangkah demi selangkah maju ke depan!"
Kie Pi-sia, Goan Hiong, dan sekelompok anak muda mulai merasa tanggung jawab mereka semakin berat. Terakhir Pui Ciauw-jin berkata.
"Kalian tidak perlu cemas, aku dan Gwat-nio serta dua hweesio sudah menjalin persahabatan, mereka akan membantu kita, bila terjadi sesuatu, mereka akan memberi kabar dulu!"
"Benar, kami juga tidak ingin Biauw-eng mengua sai semua golongan hitam, kalau dia bisa menyatukan golongan hitam di darat dan air, tujuan berikutnya pasti kami yang berjalan sendiri-sendiri, dan kami tidak ingin dikuasai oleh siapa pun. Makanya dengan membantu kalian berarti membantu kami sendiri juga, tapi aku kira dalam waktu 1-2 tahun ini tidak akan terjadi apa-apa. Yang harus kalian perhatikan dan hati- hati adalah Lim Hud-kiam!"
"Apa yang terjadi pada orang itu?"
"Sepertinya dia tidak suka dengan Su-hai, aku pernah bertanya pada dua gadis Yu, mereka menjawab bila Su-hai tidak ditutup Lim Hud-kiam tidak akan tinggal diam, sebenarnya orang itu ada permusuhan apa dengan kalian?"
"Kalau aku tahu sudah dari tadi aku sudah mengatakannya!"
Kata Kie Tiang-lim. Goan Jit-hong menjawab.
"Marga Lim adalah keluarga yang sukses di Su-chuan, mereka tinggal di kota Ceng-seng, ilmu pedang mereka sangat terkemuka, tapi mereka belum pernah berkelana di dunia persilatan, aku tidak mengerti ada permusuhan apa dia dengan Kie Toako?"
"Benar, tapi kalau dibilang dia dendam kepada kami, dia selalu membantu kami tapi juga bersebrangan dengan kami, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan!"
"Melihat dia berusaha keras membuat kita berhenti membuka perusahaan perjalanan, sangat mirip dengan tujuan Lok Ji-sute, tapi aku tidak melihat dia ada hubungan dengan Lok Ji-sute, bila ada kesempatan aku akan mencari dia untuk berkata-kata!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Liu Kong taysu dan Liu Hwan taysu pernah bertemu dengannya, bila bertemu dengan kedua hweesio itu kita bisa tanyakan kepada mereka,"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Dengan cara apa kedua guru itu memancing Lim Hud- kiam?"
Tanya Goan Hiong.
"Dengan nama Gwat-nio, mengajak dia bertemu di suatu tempat rahasia dan mengatakan ingin membalas dendam karena telah dihina di rumah makan itu, tapi Gwat-nio jangan pergi ke sana, wakili oleh kedua taysu itu, tujuannya memancing dia!"
"Dengan ilmu silat kedua taysu itu mungkin tidak akan bisa menariknya!"
Kata Kie Tiang-lim. Kata Pui Ciauw-jin.
"Salah paham kita dan Gwat-nio sudah hilang, jadi di antara kita tidak ada permusuhan lagi, kedua taysu itu tidak akan bertarung dengannya, hanya memancingnya keluar, supaya dua gadis Yu itu bisa pergi, aku sudah meminta dua hweesio itu untuk bertanya kepada Lim Hud-kiam sebenarnya di antara kalian ada perselisihan apa, aku harap kedua taysu ini bisa membawa kabar saat pulang nanti!"
"Harapannya sangat kecil, kalau dia mau mengatakannya dia sudah mengatakan dari awal, tapi bertanya pun tidak ada salahnya, Pui Toako berjanji bertemu dimana dengan kedua taysu itu? Mungkin mereka sekarang sudah selesai pertemuannya,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Kedua taysu ini banyak mengenal orang dari bagian air, jadi mereka tidak akan muncul di sini, tapi kami sudah berjanji bila sudah selesai akan bertemu dengan kalian di penginapan,"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Kalau begitu lebih baik kita cepat pulang, jangan membuat kedua guru itu lama menunggu kita,"
Jawab Kie Tiang-lim.
Mereka kembali ke penginapan dan bertanya kepada kasir, ternyata memang ada seorang pemuda dan dua hweesio yang satu gemuk dan yang satu kurus datang menginap, mereka memesan masing-masing sebuah kamar yang bersebelahan.
Mereka juga memesan nasi, sayur, dan arak untuk diantar ke kamar, sekarang mereka sedang makan dan belum selesai.
"Orang itu pasti Lim Hud-kiam, dia masih ada di sini, cepat kita ajak dia mengobrol,"
Kata Ciam Giok-beng.
Begitu tiba di depan pintu kamar, He Gwat-nio yang masuk lebih dulu, dia membuka pintu, terlihat wajahnya menjadi merah dan dia segera keluar, Kie Tiang-lim masuk ke kamar, dan dia pun terpaku! Ternyata Liu Kong dan Liu Hwan diikat dengan tubuh telanjang bulat, mulut mereka disumpal dengan 2 paha ayam.
Di meja masih terhidang 3 macam sayur, sepiring ikan yang masih utuh, sepiring daging, dan sepiring ayan yang sudah ditarik pahanya, masih ada 3 pasang sumpit.
Tiga cangkir arak berada di 3 posisi yang berbeda, 3 dupa sudah dinyalakan, kedua hweesio itu telanjang seperti babi atau kambing untuk sembahyang.
Kedua mata Liu Kong dan Liu Hwan melotot, mereka tidak bisa bergerak, sepintas terlihat kalau mereka sudah ditotok.
Kie Tiang-lim segera membuka totokannya.
Hweesio gemuk Liu Kong menarik paha ayam yang menyumpal mulutnya dia berteriak.
"Lim Hud-kiam benar- benar kurang ajar, kalau bertemu lagi dengannya, aku akan menguliti dan menarik uratnya!"
Kie Tiang-lim memberi baju kepada mereka berdua dan berpesan.
"Pakai bajunya dulu, baru kita mengobrol."
Buru-buru mereka memakai baju, sehelai kertas terjatuh, Goan Hiong mengambilnya untuk dilihat, di kertas itu tertulis.
Mencelakai orang adalah prilaku yang tidak terpuji, harus dihukum menjadi kambing atau babi untuk dijadikan sesaji, kelak harus membaca bacaan agama Budha, kosong adalah kosong.
Semua orang sudah masuk, Ho Gwat-nio menyobek surat itu dan bertanya.
"Suheng, apa yang terjadi?"
Dengan malu Liu Hwan menundukkan kepala dan menjawab.
"Gwat-nio, kita benar-benar kalah, bagaimana denganmu? Apakah sudah selesai?"
"Sudah beres dan banyak hal yang terjadi di luar dugaan, sewaktu keadaan sedang gawat Yu Bwee-nio melepaskan dua paku beracun untuk membunuh Yu Ji-tong, dengan begitu dia telah menolong Kie Tiang-lim, Yu Liong dan Yu Houw sudah tahu rencana busuk pamannya, mereka melepaskan niat membalas dendam, Biauw-eng tidak bertarung lagi malah mundur!"
Kata Ho Gwat-nio.
"Sudahlah, walaupun kita dihina oleh Lim Hud-kiam tapi kita tidak gagal total!"
Kata Liu Hwan.
"Mengapa bisa terjadi seperti itu kepada kalian?"
Tanya Ho Gwat-nio.
"Kami bertemu dengan Lim Hud-kiam dan menjelaskan serta menerangkan kalau kami bukan mencari dia untuk membalas dendam, dan kami berniat berteman dengannya, dia sepertinya sangat senang tapi dia tidak tenang karena memikirkan pertarungan di tepi sungai dan ingin melihat ke sana, kami takut dia akan pergi ke sana dan mengganggu rencana kita, maka kami menariknya datang kemari dan menjamin tidak terjadi apa-apa pada Kie Tayhiap!"
Kata Liu Kong.
"Apakah dia percaya?"
Tanya Ho Gwat-nio.
"Dia tidak percaya, setelah sampai di sini kami baru memberitahu bagaimana cara kita menolong Kie Tayhiap, maka dia pun mengikuti kami kemari, supaya bisa mengulur waktu kami memesan sayur dan arak, tapi dia terus bertanya terpaksa aku memberitahu rencana Biauw-eng dan rencana kita kepadanya!"
"Apakah kau memberitahu dua bersaudara Yu juga pergi ke sana?"
Tanya Ho Gwat-nio.
"Kami tidak bisa berbohong karena dia bertanya dengan sangat detil!"
Jawab Liu Kong.
"Bagaimana reaksinya setelah dia tahu?"
Tanya Ho Gwat- nio.
"Dia marah besar, aku memberitahu rencana Biauw-eng sangat kejam, hanya dua bersaudara Yu yang mempunyai dendam langsung baru bisa membantu, setelah itu dia diam tidak bersuara, akhirnya dia berkata kalau itu adalah satu- satunya cara yang bisa mengatasi bahaya ini, kami melihat sepertinya dia setuju, tapi tidak disangka sewaktu dia memberikan arak kepada kami, tiba-tiba dia menotok kami dan memarahi kami, mengatakan kami telah yang membuat dua gadis Yu jadi tidak punya perasaan, dan membuat kami berdua menjadi seperti tadi!"
Kata Liu Kong. Kie Pi-sia marah dan berkata.
"Membunuh ayah dan memperkosa ibu, dendam ini harus dibalas, dengan alasan apa dia melarang orang lain membalas dendam? Mengapa dia mengatakan telah membuat dua bersaudara Yu jadi tidak berperasaan?"
Kie Tiang-lim menghela nafas.
"Yu Ji-tong memang pantas mati, tapi kepada dua gadis itu dia memang memiliki budi karena telah membesarkan mereka!"
"Dia mengatakan ilmu kedua gadis itu diajari oleh Yu Ji- tong, hati menyimpan dendam boleh ada, tapi dengan ilmu Yu Ji-tong membalas kepada Yu Ji-tong itu perbuatan yang tidak bisa dimaafkan, dia melarang kedua gadis itu membalas dendam, semua karena alasan ini, maka tidak bisa dikatakan kalau kata-kata Lim Hud-kiam salah,"
Kata Liu Kong. Kie Tiang-lim menarik nafas lagi.
"Pemuda itu sangat tahu dan mengerti peraturan, kadang-kadang membuatku merasa malu, apalagi telah membuat kalian berdua menjadi seperti ini!"
Liu Kong tertawa kecut.
"Kemarin ini kami telah bertindak tidak sopan pada Kie Tayhiap, sekarang kami hanya bisa memberikan sedikit bantuan, kami jadi seperti ini memang pantas kami dapatkan, memang kami berdua dari golongan hitam tapi kami tidak melakukan kejahatan, apa alasan dia memperlakukan kami seperti itu!"
"Apa yang membuat dia marah?"
Tanya Ho Gwat-nio sambil tertawa.
"Katanya, dami mengikuti Kie Tayhiap kami lupa pada kebenaran dan membuat kedua gadis itu melakukan hal yang tidak benar!"
Dengan perasaan menyesal Pui Ciauw-jin berkata.
"Semua adalah ideku, hingga membuat kalian berdua tersiksa!"
"Aku tidak mengakui tentang hal ini, kami melakukan ini bukan karena ingin menjilat Kie Tayhiap, Yu Ta-tong adalah orang yang jahat, dia pantas mati, Kie Tayhiap membunuh dia untuk menegakan keadilan dan kebenaran, kami membantu Kie Tayhiap adalah demi kebenaran, bukan karena ingin menjilat, kalau Biauw-eng tidak mengatakan bahwa kalau orang yang tidak berhubungan langsung tidak diijinkan membantu, kami tidak perlu memanggil kedua gadis Yu itu, kami sendiri bisa turun tangan!"
"Mengapa kedua taysu tidak berterus terang kepada Lim Hud-kiam?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya Goan Hiong. Liu Hwan tertawa kecut.
"Saat kami baru akan berbicara, mulut kami sudah disumpal dengan paha ayam, maka kami sulit bicara!"
"Pemuda itu tidak jahat, hanya terlalu fanatik, dia kukuh menjaga prinsipnya!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Tapi prinsipnya juga tidak salah/' kata Kie Tiang-lim.
"Sute, apakah kau berdiri di pihaknya lagi?"
Dengan penuh perasaan Kie Tiang-lim menjawab.
"Dari dulu orang selalu mencari nama dan keuntungam, kita berada di dunia persilatan kita juga merasa kalau diri kita bersih, tidak suka nama atau uang, sebenarnya kita tidak bisa keluar dari lingkaran ini, apalagi bagi yang membuka perusahaan perjalanan!"
Goan Hiong berkata.
"Paman Kie, aku tidak setuju dengan pendapat ini, nama dan keuntungan bukan tidak boleh didapat, tapi didapat dengan tidak melanggar peraturan, kita belajar ilmu silat bukan untuk main-main, tapi setelah belajar ada tempat untuk dipraktekkan, membuka perusahaan perjalanan adalah satu-satunya cara yang benar, orang harus makan, petani menanam padi, buruh belajar keahlian, dan kita yang belajar ilmu silat mencari makan dengan cara ini, semua ini adalah cara yang lurus, apa salahnya?"
"Seperti kau dan aku, sekarang belum butuh mencari makan dengan cara seperti itu,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Semua orang persilatan bukan orang kaya, seperti Suteku, mereka kebanyakan putra dari buruh bercocok tanam, kalau tidak mencari makan, bukankah mereka sudah berjalan di jalan sesat?"
Kata Goan Jit-hong.
"Lim Hud-kiam lahir di keluarga kaya, dia bisa berteriak ini dan itu, tapi ada orang yang tidak bisa, kecuali ilmu silat mereka tidak mempunyai keahlian apa-apa, selain bekerja di perusahaan perjalanan, atau jadi perampok, apa yang bisa mereka lakukan? Aku ingin anak muda keluar dan bekerja di perusahaan perjalanan semua itu supaya mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang cocok, kalau hanya mengandalkan sedikit sawah yang diwariskan dari nenek moyang, mana cukup untuk mereka hidup?"
"Itu memang benar, Kie Sute, aku ingin mengatakan sesuatu yang tidak enak didengar olehmu, saat kau masih muda, kau tidak punya rumah atau sawah, sekarang harta dan rumah semua kau dapatkan dari hasil membuka perusahaan perjalanan, kalau guru tidak menyuruhmu membuka perusahaan perjalanan untuk mencari makan, aku kira aku juga akan kelaparan, guru mengajari kita ilmu silat tapi tidak mewariskan harta apa pun, kalau bukan karena setiap tahun kau memberiku uang, entah apa yang bisa kulakukan?"
Ho Gwat-nio ikut berkata.
"Kata-kata Ciam Tayhiap benar, mengapa kami bisa masuk golongan hitam, semua untuk mempertahankan hidup, siapa yang mengatakan kami mengambil harta yang tidak bersih? Merampok orang kaya dan memberikan kepada orang miskin, kita sendiri pun bisa mendapatkannya, sekarang kami sudah tidak perlu khawatir lagi karena hasil rampokannya ada sedikit yang ditabung, menurutku membuka perusahaan perjalanan adalah satu- satunya cara untuk bertahan hidup!"
Kie Tiang-lim masih mengeluh.
"Aku tahu tapi begitu membuka perusahaan perjalanan usaha yang datang tidak bisa ditolak, kalau orang yang korupsi menitipkan harta mereka kepada kami, apakah akan bertentangan dengan hati nurani kita?"
"Kita tidak bisa berbuat apa-apa, paling baik menghindarinya, kalau tidak bisa kita tetap harus bertanggung jawab, orang yang korupsi mereka mengumpulkan harta mereka selama puluhan tahun begitu dirampas oleh perampok bukankah akan lebih kasihan lagi? sehingga kami membuka perusahaan perjalanan seperti untuk melindungi orang-orang seperti ini."
"Lim Hud-kiam melarang kita membuka perusahaan perjalanan hanya untuk alasan pribadi, mengapa di dunia ini begitu banyak perusahaan perjalanan tapi dia hanya mencari gara-gara dengan kita? Berarti alasannya tidak masuk akal, kita tidak akan tunduk kepadanya!"
Kata Souw Thian-sia. Liu Hwan marah dan berkata.
"Bocah itu sudah dua kali mempermainkan kita, kita tidak akan memaafkan dia, bila dia mencari gara-gara lagi dengan perusahaan perjalanan, kami akan membantu!"
Goan Hiong berkata.
"Dua taysu bukan hanya membatnu kami menghadapi Lim Hud-kiam, kelak masih akan banyak masalah yang akan kami minta kalian membantunya!"
"Perusahaan perjalanan kalian sudah sangat berwibawa sejak dulu, apalagi sekarang sudah tambah banyak tenaga baru, siapa yang berani mencari masalah dengan kalian? Tuan terlalu sungkan!"
Goan Hiong baru ingin menceritakan apa yang dikatakan Biauw-eng tadi, Ho Gwat-nio berkata.
"Toako berdua, memang Biauw-eng serakah dan dia ingin menguasai golongan hitam, kelak dia pasti akan membasmi kita, maka itu aku ingin menggunakan pertentangannya dengan perusahaan perjalanan untuk menghalangi perkembangannya, apakah Toako berdua setuju?"
Liu Hwan tampak berpikir sebentar dan berkata.
"Kita memang tidak termasuk perkumpulan mana pun, tapi kita tetap berada di dunia persilatan, kalau mendukung perusahaan perjalanan Su-hai secara terang-terangan, rasanya itu tidak mungkin."
"Kami tidak ingin kalian mendukung kami secara terang- terangan, hanya berharap kalian bisa diam-diam memberi kabar kepada kami, supaya kami tidak masuk ke dalam perangkap mereka!"
Kata Goan Hiong.
"Tidak jadi masalah, kami akan memberitahu teman-teman dan mereka pasti akan membantu,"
Kata Liu Kong.
"Sebenarnya golongan hitam ada perkumpulan, tapi kami tidak mempunyai perkumpulan, aku adalah seorang perempuan yang jarang bergaul, tapi kedua Toakoku hubungan mereka sangat luas, setelah ada mereka yang membantu, kalian tidak perlu takut lagi!"
Kata Ho Gwat-nio.
"Kalau begitu kami merasa sangat berterima kasih!"
Kata Goan Hiong. Kie Pi-sia ikut berterima kasih, kata Liu Hwan.
"Semua tidak perlu sungkan, bila Lim Hud-kiam tertangkap, tolong serahkan dia kepada kami!"
Kie Tiang-lim merasa keberatan, tapi Kie Pi-sia menjawab.
"Tidak masalah, dia adalah musuh kita bersama, asalkan kami bisa menangkap dia, kami pasti akan menyerahkannya kepada kalian."
"Aku ingin membuka bajunya sampai dia telanjang bulat dan menaruhnya di depan kuil, biar dia tahu bagaimana rasanya telanjang bulat!"
Kata Liu Hwan gemas. Melihat cara Liu Hwan membalas dendam hanya dengan cara itu, Kie Tiang-lim segera tertawa dan berkata.
"Cara kalian membalas sangat adil, memang anak itu keterlaluan!"
Kata Goan Hiong.
"Kalian harus hati-hati kalau mencari kuil, kuilnya harus kuil hweesio, jangan kuil nikoh, kalau tidak yang lari adalah para nikoh itu!"
Semua tertawa mendengar lelucon ini, sambil mengingat saat kedua hweesio ini ditelanjangi dan mulutnya disumpal dengan paha ayam. Dengan cepat Goan Hiong minta maaf.
"Aku mengatakan apa yang kuingat, tapi bukan maksudku mentertawakan Lo- cianpwee!"
Wajah Liu Hwan menjadi merah, katanya.
"Tidak apa, tapi aku benar-benar kagum dengan kepandaian bocah itu, setiap kali menyerang kami, pasti bisa membuat kami tidak bisa melawan, kalau benar-benar ingin membalas kepadanya, sepetinya kalian harus membantu kami!"
Karena takut Goan Hiong bersikap terlalu sombong dan takut mereka akan curiga, maka Kie Tiang-lim segera menjawab.
"Tidak masalah, orang itu terlalu sombong, beberapa kali aku juga dikalahkan olehnya, selama perusahaan perjalanan Su-hai berdiri, aku belum pernah gagal, satu-satunya aku kekalahanku adalah dikalahkan olehnya, kalau dia tidak dihukum, wajahmu mau ditaruh di mana?"
Liu Kong dan Liu Hwan memang marah tapi setelah mendengar perkataan Kie Tiang-lim, kemarahan mereka pun surut, sebab nama Kie Tiang-lim lebih tersohor dibandingkan nama mereka, tapi dia pun sempat kalah oleh Lim Hud-kiam, apalagi mereka.
Tapi Liu Hwan tetap tidak percaya dan berkata.
"Bagaimana Kie Tayhiap bisa kalah di tangannya?"
Demi menghibur dan mempererat tali sahabat dengan mereka, Kie Tiang-lim menceritakan kejadian sewaktu mereka mengantarkan barang Thio Yan-to. Liu Hwan kemudia berkata.
"Kami juga pernah mendengar Thio Yan-to sangat kaya, dulu kami juga berencana akan merampoknya begitu kalian telah mengantarkannya sampai di tempat. Tapi setelah tiba di Seng-touw, kami baru mendengar kalau dia telah menyumbangkan uangnya untuk fakir miskin, kami merasa aneh, orang sepelit itu mau menyumbangkan uangnya ternyata terjadi sesuatu di balik semua itu!"
"Ternyata kalian berdua datang kemari demi orang tua she Thio!"
Kata Goan Hiong. Liu Hwan menjawab jujur.
"Betul, kalau tidak mendukung Lan-tiang-siang-sat, belum tentu kami akan datang ke sini!"
Salah paham sudah jelas, semua orang tampak sangat akur, sekali lagi mereka memesan sayur dan arak dan dibagi ke beberapa meja, mereka makan dan minum dengan senang, Ho Gwat-nio dan kedua hweesio itu sangat bersahabat dengan orang persilatan golongan lurus, apalagi Kie Tiang-lim dan Ciam Giok-beng sangat tersohor, bisa mengobrol, makan dan minum bersama mereka, sepertinya level mereka pun jadi naik! Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim tahu sekarang anak muda yang menguasai perusahaan perjalanan, bila ada beberapa orang yang memiliki kedudukan penting di golongan hitam mendukung mereka, tentu bisa mengurangi banyak kerepotan, apalagi ketiga orang itu di dunia persilatan golongan hitam mempunyai hati menegakan keadilan dan kebenaran walaupun mereka sedikit sadis, tapi untuk menghukum orang jahat bukan masalah! Obrolan mereka tentang Lim Hud-kiam yang paling banyak dikemukakan.
Karena kedua hweesio itu dan Ho Gwat-nio sama-sama dirugikan, maka hal apa pun tentang dia, mereka bicarakan dengan sangat jelas.
Tapi mereka tidak mendapatkan banyak tahu tentang Lim Hud-kiam, Goan Jit-hong hanya tahu kalau dia lahir di kota Ceng-seng tapi dia menganggap ilmu pedangnya bukan warisan dari ayahnya.
Sewaktu dia bertarung dengan Souw Thian-sia di rumah makan, pertama kali saat dia berkecimpung di dunia persilatan, karena belum pernah mendengar nama orang ini dia lebih tidak tahu dari mana asalnya.
Tapi setelah beberapa kali bertemu, generasi tua lebih menganggap kalau pemuda itu lincah, pintar, dan berilmu silat tinggi, dia adalah orang paling berbakat di antara para pesilat muda.
Kie Pi-sia dan Goan Hiong tidak terima pendapat ini, tapi mereka tidak mengungkapkannya, karena Souw Thian-sia benar-benar kalah di tangannya, kalau mereka membantah, akan membuat Souw Thian-sia merasa malu.
Untuk Ho Gwat- nio dan kedua hweesio itu juga bukan hal yang baik karena mereka benar-benar tidak bisa mengalahkan Lim Hud-kiam.
Setelah istirahat semalam, perusahaan perjalanan Su-hai kembali ke Kim-leng, demi merapatkan Ho Gwat-nio dengan Pui Ciauw-jin, Goan Hiong mengajak mereka berjalan bersama.
Tentu saja Pui Ciauw-jin sangat setuju, Ho Gwat-nio pun setuju, kedua hweesio mendengar setelah sampai di Kim-leng, Ciam Giok-beng akan mendirikan Kian-kun-kiam-pai, dia tahu pasti akan banyak orang terkenal dunia persilatan yang datang berkunjung.
Bila mereka menjadi tamu terhormat di sana, otomatis akan mengangkat kedudukan mereka tapi mereka juga malu.
Goan Hiong membantu mereka mencari alasan yang bagus.
"Lim Hud-kiam sering berada di tempat yang tidak tentu, kalian berdua ingin mencarinya untuk membalas dendam, cara yang paling tepat adalah sering kontak dengan Su-hai karena Lim Hud-kiam selalu mengawasi gerak-gerik Su-hai, tanpa diundang pun dia akan datang sendiri."
Dengan alasan ini, kedua hweesio itu akhirnya setuju mereka ikut sampai ke Kim-leng, In Tiong-ho membawa dua keponakannnya juga telah tiba di Kimleng.
Masih ada Pui Thian-hoa, Bu Ta-kuang, Thio Yan-to dan putranya.
Karena terus didesak banyak orang, akhirnya Ciam Giok- beng mendirikan Kian-kun-kiam-pai, perusahaan perjalanan Su-hai pun bisa melebarkan sayapnya.
Mereka membuka cabang di Hang-ciu, Lok-yang, dan Kim-to, selama 2 bulan terjadi hal besar yang cukup menggegerkan dunia persilatan, tapi Lim Hud-kiam yang membuat orang khawatir malah tidak muncul.
Ooo)w*z(ooO BAB 14 Awan terbuka dan bulan terlihat Pusat Kian-kun-kiam-pai berada di perusahaan perjalanan Su-hai, Kian-kun-it-kiam Siau Pek adalah Couwsu pertama, Ciam Giok-beng orang yang mendirikan perkumpulan ini tapi dia ketua generasi kedua Kian-kun-kiam-pay, Souw Thian-sia paling lama berada di sana, berarti dia adalah murid generasi ke-3 yang tertua, kemudian Kie Pi-sia, Goan Hiong yang ketiga, Goan Jit-hong dan Pui Ciauw-jin memilih Pui Thian- hoa, Leng Chu-seng, Seng Cung, Ouwyang Ping menjadi murid Ciam Giok-beng, ditambah 2 keponakan In Tiong-ho, In Tiong- ling dan In Tiong-ki dan putrinya In Tiong-ceng, semua murid berjumlah 10 orang.
Murid-murid Goan Jit-hong sebagian dibawa oleh pengurus Su-hai untuk bekerja di tiga tempat, To-seng, Bu Ta-kuang bertanggung jawab di Kim-to, Ki-seng, Lim Piauw-leng bertugas di Hang-ciu, Pian-seng, Oh Yan-cauw di Lok-yang, Thio Yan-to dan putranya mengikuti Bu Ta-kuang ke ibu kota, karena dengan posisinya sebagai mantan pejabat dia mempunyai hubungan dengan orang-orang pemerintah, jadi mencari usaha lebih mudah sehingga usaha mereka terus berkembang! Pergaulan Thio Yan-to sangat luas untuk mencari peluang usaha lebih mudah, gara-gara di Su-hai didirikan Kian-kun- kiam-pai, maka perusahaan perjalanan ini menjadi sangat berwibawa, juga karena ada 2 hweesio, yaitu Liu Kong dan Liu Hwan dua pesilat tangguh dari golongan hitam, semenjak mereka menjadi tamu terhormat saat diadakan rapat akbar untuk mengumumkan berdirinya Kian-kun-kiam-pai, mereka merasa bangga, maka orang-orang yang bertemu selalu saling memberitahu.
Posisi mereka berdua di golongan hitam sangat tinggi, semenjak orang-orang tahu mereka berhubungan erat dengan Su-hai, sedikit banyak memberi dukungan, maka bila pengurus Su-hai mempunyai tawaran kecil untuk jarak dekat, tidak perlu harus diantar oleh pengurus terkenal tapi tugas tetap bisa dibereskan dengan aman! Usaha Su-hai dalam keadaan seperti itu semakin berkembang hanya dalam waktu beberapa bulan mereka berhasil mendapatkan hasil sangat banyak dan sukses! Berarti barang yang dibawa Su-hai tidak pernah gagal, apa lagi keuangan Su-hai sangat kuat, walaupun terjadi 1-2 kali kehilangan barang tapi Su-hai selalu menggantinya dengan penuh, kemudian baru menyuruh orang untuk mencari barang yang hilang, pengurus Su-hai banyak dari keluarga Goan, dan mereka berilmu tinggi dan sangat berani, apa lagi melalui kedua hweesio itu mereka bisa mendapatkan kabar, mereka tidak perlu harus memberi kabar ke pusat, mereka bisa membereskannya sendiri.
Yang paling senggang adalah di pusat perusahaan Su-hai, ketua dan wakil ketua sibuk berlatih ilmu pedang, mereka sama sekali tidak menerima tawaran, di 6 propinsi bagian selatan karena masalah dengan Biauw-eng belum selesai dan mereka juga kekurangan orang, bila ada bisnis yang harus melewati propinsi di sana, mereka sering mengalihkannya kepada perusahaan perjalanan Kim-leng, yang dipegang dua bersaudara Ma, karena Su-hai, mereka beberapa kali mendapat tawaran besar, saat rapat akbar di Pa-tong, Biauw- eng berjanji tidak akan mengganggu mereka.
Hubungan Pui Ciauw-jin dan Gwat-nio semakin akrab, mereka dicomblangi oleh Goan Hiong, hubungan mereka sudah berada di tahap persiapan menikah, Pui Thian-hoa sangat menyukai ibu tirinya dan merasa puas dengan pilihan ayahnya.
Hal yang menyenangkan sangat banyak, tapi masalah yang kurang menyenangkan pun ada, ini adalah hubungan antara Goan Hiong dan Kie Pi-sia, setiap hari mereka bersama-sama berlatih ilmu pedang dan sering bergurau, tapi hubungan mereka tidak ada kemajuan karena Kie Pi-sia tidak menaruh hati kepada Goan Hiong.
Kie Tiang-lim tahu apa yang ada dalam hati Kie Pi-sia, Lim Hud-kiam selalu ada di hati Kie Pi-sia, hal ini tidak bisa diberitahukan kepada Goan Hiong, dia hanya mendukung Goan Hiong supaya bisa lebih dekat dengan Kie Pi-sia....
Waktu sudah memasuki musim gugur, musim gugur selalu membuat orang merasa sedih, ilmu pedang Tay-lok sudah berhasil dikuasai oleh Goan Hiong dengan lancar, boleh dikatakana kemampuannya setara dengan Kie Pi-sia, karena Souw Thian-sia juga punya bakat, dia sudah lebih maju, selain itu dia sering mewakili gurunya mengajar keponakan dan anak In Tiong-ho berlatih dasar ilmu silat, waktunya sudah habis setengahnya.
Hari ini kebetulan kedua hweesio datang, mereka berkumpul di rumah makan untuk makan, sekalian merencanakan pernikahan Ho Gwat-nio dan Pui Ciauw-jin.
Pui Ciauw-jin adalah tipe orang yang sangat merindukan kampung halaman, dia ingin kembali ke kampung halamannya di Su-chuan dan menikah di sana, sekalian menyembayangi istrinya yang sudah meninggal, Ho Gwat-nio adalah perempuan sangat pengertian, dia setuju dengan rencana Pui Ciauw-jin, tapi teman-temannya tidak setuju karena mereka sangat sibuk dan mereka ingin berkumpul beramai-ramai di Kim-leng, mereka selalu menasehati mereka untuk membuat pesta pernikahan di Kim-leng.
Sesudah berunding dan disetujui oleh kedua calon mempelai, mereka mengambil waktu Tiong-ciu (15/8) saat bulan bulat, pasangan pun akan menempuh hidup baru, sekarang masih awal bulan 7, waktunya masih lama, mereka bisa memberitahu saudara-saudara dan teman-teman! Pergaulan Pui Ciauw-jin tidak luas maka temannya tidak begitu banyak, sebaliknya Ho Gwat-nio mempunyai banyak teman, begitu dia menikah lagi, tentu saja harus memberitahu teman- temannya, besok kedua hweesio bersiap-siap berangkat untuk memberitahu teman-teman golongan hitam agar pada hari Tiong-ciu mengumpul di Kim-leng untuk manghadiri pesta pernikahan.
Untuk menambah keramaian, Kie Tiang-lim setuju menjadi wali dari kedua belah pihak, dia akan mengundang teman- temannya untuk berpesta, ini adalah pesta untuk golongan hitam dan putih, dan ini juga kesempatan untuk menjalin hubungan baik antara kedua golongan.
Generasi muda yang ikut berencana hanya Souw Thian-sia, Kie Pi-sia, Pui Thian-hoa, dan Goan Hiong mereka duduk di satu meja, otomatis mereka hanya mendengar.
Di sebelah meja mereka ada beberapa pedagang kaya yang berkumpul, mereka memanggil perempuan-perempuan untuk menemani mereka minum arak, juga memanggil penyanyi wanita untuk bernyanyi, salah satu penyanyi wanita terkenal adalah Hun Ki-hoa, kebetulan Hun Ki-hoa menyanyikan lagu Kang-lam-ho.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Suara Hun Ki-hoa sangat merdu, diiringi musik indah dia pun bernyanyi.
"Semua orang mengatakan Kanglam sangat baik, air Kanglam berwarna biru seperti langit, di perahu mendengar suara air hujan...."
Souw Thian-sia dengan penuh perasaan berkata.
"Empat bulan yang lalu di sinilah pertama kali aku bertemu dengan Lim Hud-kiam, karena lagu ini kami pun bentrok!"
Nyanyian Hun Ki-hoa masih terdengar. Pedagang-pedagang kaya itu sama sekali tidak mendengar isi lagunya, setelah selesai bernyanyi mereka bertepuk tangan dan memuji nyanyiannya sangat bagus. Kie Pi-sia sudah memanggil Hun Ki-hoa dan bertanya.
"Nona Hun, apakah ini perasaanku saja, di ujung kedua kalimat sepertinya berbeda dengan kalimat yang dulu?"
Hun Ki-hoa tertawa, berkata.
"Betul, aku sudah mengubahnya!"
"Perubahannya jadi tidak menyambung dan tidak ada artinya!"
Kata Kie Pi-sia.
"Lagu aslinya adalah 'sebelum tua jangan kembali ke kampung halaman, sesudah kembali ke kampung halaman akan merasa sedih' kedua kalimat ini membuat Lim Hud-kiam marah, maka terjadilah keributan itu!"
Kata Souw Thian-hoa.
"Betul, hari itu Tuan souw juga berada di sana, karena dua kalimat ini membuat seorang tuan muda marah, dia mengeluarkan pedang dan golok membuatku terkejut, semenjak itu bila aku menyanyikan lagu ini, di ujung lagunya aku selalu mengubah kalimat itu,"
Jelas Hun Ki-hoa. Kie Pi-sia jadi marah, katanya.
"Benar-benar kurang ajar, menyanyi adalah kebebasan masing-masing, mengapa harus dilarang? Nona Hun, nyanyikanlah lagi menurut lagu aslinya!"
Kie Tiang-lim berkata sambil tertawa.
"Pi-sia, jangan bergurau lagi!"
Kie Pi-sia dengan keras menjawab.
"Aku ingin mendengar lagu aslinya, Lim Hud-kiam tidak ada di sini, aku ingin mendengar yang asli, apakah dia berani melarangku, Nona Hun, bernyanyilah, apa yang akan terjadi nanti itu akan menjadi tanggung jawabku!"
Kie Pi-sia adalah Ketua Su-hai, Hun Ki-hoa adalah seorang penyanyi dia tidak berani membantah, terpaksa Hun Ki-hoa menyanyi lagi.
Saat Hun Ki-hoa sedang menyanyikan bait 'belum sampai tua jangan pulang kampung', tiba-tiba dia berhenti bernyanyi dan terus batuk, kemudian dia tidak bisa bernyanyi lagi.
Semua orang terkejut, Kie Pi-sia bertanya.
"Apa yang terjadi, Nona Hun?"
Hun Ki-hoa membersihkan mulutnya dengan saputangan lalu dengan ekspresi jijik dia berkata.
"Seekor lalat masuk ke mulutku dan menyelip ke leher, aku benar-benar minta maaf...."
Kie Pi-sia agak tenang dan berkata.
"Tidak apa-apa, teruskanlah nyanyian ini."
Pemusik mulai memainkan alat musiknya lagi, kata Kie Pi- sia.
"Tidak perlu dari awal, nyanyikanlah 2 kalimat terakhir, aku senang mendengarnya."
Baru saja mulut Hun Ki-hoa membuka, tiba-tiba dia menutup mulutnya dengan saputangan lagi, lalu dia memuntahkan lagi seekor lalat, hal ini membuatnya terkejut, dengan suara gemetar dia berkata.
"Nona, aku benar-benar tidak berani bernyanyi lagi, lalat kedua masuk ke mulutku, benar-benar aneh, aku yakin tuan muda itu datang lagi?"
Ciam Giok-beng merasa hal yang terjadi tadi tidak mungkin begitu kebetulan! Kie Pi-sia menjawab.
"Tenanglah, tidak akan terjadi apa- apa, tuan muda itu sudah mati!"
Kie Tiang-lim terpaku, lalu berkata.
"Pi-sia, dari mana kau tahu kalau Lim Hud-kiam sudah mati?"
"Begitu lama dia tidak muncul, pasti dia sudah mati!"
Kata Kie Pi-sia sambil tertawa dingin.
Tapi Hun Ki-hoa tidak ingin bernyanyi lagi, dia ketakutan hingga tubuhnya gemetar.
Kie Pi-sia tahu pasti ada yang mengacaukan, mungkin ini perbuatan Lim Hud-kiam tapi di sekeliling sana tidak ada sosok orang itu, maka Kie Pi-sia tambah marah dan berkata.
"Kalau kau tidak mau menyanyi, aku yang menyanyi, musik mainkan lagunya dari kalimat terakhir, aku ingin tahu, apakah akan ada lalat lagi?"
Yang lain segera siap siaga. Pemusik dengan tubuh gemetar mulai memainkan alat musiknya, Kie Pi-sia mengikuti alunan musik bernyanyi.
"Sebelum tua jangan pulang ke kampung...."
Dia bernyanyi 2 kali tapi tidak terjadi apa-apa. Dengan senang Kie Pi-sia berkata.
"Ternyata lalat pun takut mati, dia memilih orang lemah supaya lebih mudah dihina."
Suaranya sangat besar, sengaja berkata kepada orang yang sedang bersembunyi, tapi tetap tidak teja di apa-apa. Semua merasa aneh, tapi Ho Gwat-nio tertawa.
"Tadi pasti kebetulan, hingga kita semua jadi tegang, sudahlah, lebih baik kita minum arak saja!"
Melihat tidak terjadi apa-apa, terpaksa Kie Pi-sia duduk kembali.
Goan Hiong mengeluarkan uang untuk diberikan kepada Nona Hun dan pemain musik, baru saja akan duduk untuk minum, tidak lama kemudian datang seorang pelayan perempuan berbaju hijau membawa sebaki uang perak, dia berkata.
"Uang ini adalah uang tip pemberi nona kami untuk nona yang tadi menyanyi."
Uang itu berjumlah sekitar 100 tail perak, pelayan itu meletakkan uang dan segera akan berlalu dari sana. Kie Pi-sia mendekatinya dan berteriak.
"Orang kurang ajar, jangan pergi!"
Dia adalah ketua perusahaan perjalanan Su-hai yang terkenal tapi ada orang yang menganggap dia adalah penyanyi wanita, tentu saja hal ini membuatnya marah, dia menarik pelayan itu, pelayan itu memberontak dan berteriak.
"Apa maumu?"
"Siapa yang menyuruhmu mengantarkan uang ini?"
"Nona kami!"
"Nonamu berada di mana? "Di loteng di tempat VIP."
Dengan marah Kie Pi-sia menarik pelayan itu, sebelah tangannya memegang pedang.
"Ayo, bawa aku ke tempat nonamu, kalau tidak, aku akan membunuhmu!"
Kie Pi-sia lari dengan cepat ke atas loteng, Goan Hiong dengan cepat mengikutinya dari belakang, mereka sampai di tempat VIP yang tertutup oleh tirai kain. Tirai disibakkan dengan pedang, Kie Pi-sia berteriak.
"Lim Hud-kiam, kalau berani, keluarlah, jangan bersembunyi di dalam!"
Tapi dia segera bengong, karena di sana hanya ada seorang perempuan berwajah bulat, matanya seperti bintang, dia sangat cantik, di sisinya berdiri seorang pelayan berbaju hijau.
"Mana Lim Hud-kiam?"
Perempuan itu melihat Kie Pi-sia dan berkata.
"Kau mencari siapa?"
Pelayan yang ditarik Kie Pi-sia menjawab.
"Nona, dia adalah orang yang menyanyikan lagu itu!"
Perempuan itu tertawa.
"Ternyata kau datang untuk berterima kasih, hanya sedikit tip tidak perlu sungkan."
Kie Pi-sia melihat di atas meja hanya ada satu mangkuk dan sepasang sumpit, berarti perempuan itu datang sendiri, Kie Pi- sia masih mengira dia salah masuk begitu mendengar kata- kata perempuan itu dia marah lagi.
"Apakah kau yang menyuruh pelayan mengantarkan uang itu?"
"Betul, apakah masih kurang, tidak apa-apa, aku suka suaramu, bernyanyilah sekali lagi, aku akan memberimu tip lagi."
"Kurang ajar, kau anggap aku ini siapa?"
"Penyanyi perempuan yang sering bernyanyi di rumah makan ini, memangnya kau siapa?"
Kie Pi-sia hampir pingsan, Goan Hiong menghampiri mereka dan berkata.
"Nona, kau salah paham, dia adalah ketua perusahaan perjalanan Su-hai, dia bukan penyanyi yang bernyanyi di sini."
"Ternyata begitu, tapi aku juga tidak salah, seorang perempuan bernyanyi di depan banyak orang di rumah makan, siapa yang akan tahu dirinya? Siau Ceng, ambil kembali uang itu."
Pelayan itu memberontak meloloskan diri dari cengkraman Kie Pi-sia, perempuan itu berkata lagi.
"Jangan ambil semua, sisakan 10 tail perak untuk dia."
Kie Pi-sia kembali marah dan berteriak.
"Kau bilang apa?"
Dengan santai perempuan itu menjawab.
"Lagu itu keluar dari mulut seorang penyanyi rumah makan harganya bisa mencapai ratusan tail perak, kalau keluar dari mulut ketua perusahaan perjalanan, harga 10 tail perak terlalu banyak, aku tidak mempunyai uang kecil, terpaksa aku memberi lebih banyak, masa kau masih merasa itu tidak cukup?"
Karena marah tubuh Kie Pi-sia jadi gemetar, kalau bukan karena perempuan itu terlihat seperti sangat lemah, Kie Pi-sia akan menyerangnya dengan pedang. Perempuan itu berkata lagi.
"Kau harus berpikir, seorang perempuan bekerja di perusahaan perjalanan, kau seharusnya merasa malu, kau masih tidak tahu diri di rumah makan dan di depan banyak orang, kau menyanyi, apakah pantas mendapatkan 10 tail perak? Kalau tidak salah, perusahaan perjalananmu sangat sepi? Maka kau harus bernyanyi di rumah makan ini."
Goan Hiong tahu perempuan itu sedang mencari gara-gara, tapi dia tetap dengan sabar bertanya.
"Siapa nama dan she Nona? Ada petunjuk apa yang bisa Anda berikan?"
"Kau pasti teman Lim Hud-kiam!"
Bentak Kie Pi-sia. Perempuan itu tidak meladeni dia, dia berkata kepada Goan Hiong.
"Aku lihat kau sangat berpendidikan, tapi mengapa kau tidak mengerti aturan? Di sini semua adalah perempuan, kau adalah seorang laki-laki, mengapa kau ikut masuk kemari, masih sempatsempatnya menanyakan she dan namaku? Apakah di rumahmu kau tidak pernah diajari oleh orang tuamu?"
Goan Hiong terpaku dan tidak bisa menjawab. Kie Tiang-lim dan lain-lain ikut naik, Goan Jit-hong dengan marah berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Ini adalah putraku, Nona memarahi dia dan mengatakan di rumah dia tidak diajari oleh orang tuanya, berarti Nona juga marah kepadaku yang tidak bisa mendidik anak."
Perempuan itu tersenyum, katanya.
"Pepatah berkata. bisa melahirkan putra, tapi tidak bisa mendidik ini adalah salah ayahnya, mengajar tidak dengan ketat, itu karena gurunya malas, kalau kau tidak mencarikan dia guru, kau yang salah, kalau dia punya guru, gurunya harus dihajar, pokoknya putramu ini harus diajar dengan benar!"
Ciam Giok-beng tersenyum.
"Kata-kata Nona benar sekali, aku adalah gurunya, dia kurang sopan, berarti aku yang salah, bagaimana kalau Nona yang mengajarinya?"
"Pergi! Pergi! Semua pergi, kalian yang tua yang muda, perempuan dan laki-laki, tidak ada yang baik, hari masih terang, sudah membawa pedang dan golok, lalu masuk ruangan orang lain, apakah kalian mau merampokku?"
Tanya perempuan itu dengan marah. Ho Gwat-nio melihat kesengajaan gadis itu, dia tertawa dingin, tiba-tiba tangannya sudah terulur dan mencengkeram pergelangan tangan gadis itu dia berkata.
"Kau benar, sekali memberi tip langsung 100 tail perak, berarti kau adalah orang kaya, aku jadi ingin merampokmu. Pergelangan gadis itu tercengkram, tapi dia membalik tangannya dan mendorong.
"Pergilah, rubah bau, jangan mencakar-cakar orang, nanti tubuhku ikut bau."
Ho Gwat-nio tahu dia akan memberontak, maka dia mencengkeram lebih kuat, tapi ternyata perempuan itu dengan mudah meloloskan tangannya dan mendorong, tenaganya terasa sangat kuat.
Ho Gwat-nio sampai terlempar, untung di belakang ada Pui Ciauw-jin maka dia tidak sampai menabrak dinding.
Gadis itu berteriak.
"Siau Ceng, Siau Pek, usir mereka!"
Dua pelayan menyahut, dalam waktu bersamaan mereka menarik tirai dan mereka keluar, semua yang ada sana, termasuk Ciam Giok-beng terkejut dan keluar tirai.
Ciam Giok-beng dan lain-lain memang punya ilmu silat yang kuat, tapi karena mereka tidak ada persiapan dan mereka sedang berkumpul, maka mereka semua terusir keluar, hal ini membuat semua orang jadi bengong.
Mereka terdiri dari beberapa pendekar terkenal, tapi mereka terusir oleh 2 pelayan kecil berusia sekitar 13-14 tahun, mereka memang tidak ada persiapan, tapi hal ini benar-benar membuat mereka malu, karena itu mereka tidak ingin masuk lagi dan mereka hanya bisa terpaku, mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Kie Pi-sia sangat marah, tiba-tiba dia menyerang gadis itu dengan pedangnya, jurus yang dia keluarkan adalah Tay-lo- kiam-hoat, jurus yang ganas menyerang tirai yang dipasang oleh 2 pelayan kecil itu, terdengar suara yang terus berbunyi, ternyata tirai disobek dengan pedang, hanya saja tidak ada yang terluka.
Perempuan itu menjadi marah.
"Ternyata dengan ilmu pedang ini kau menghina orang, baiklah, kalau kau mau melemparkan pedangmu ke bawah, aku akan memaafkanmu, juga tidak akan memperpanjang masalah denganmu."
Kie Pi-sia berteriak dengan marah.
"Kurang ajar, kalau berani, cabutlah pedangmu dan bertarung denganku, jangan hanya bicara saja, kalau bukan karena kau bertangan kosong, sudah sejak tadi aku membacok mu, kau benar-benar kurang ajar!"
Wajah perempuan itu berubah.
"Kau adalah ketua perusahaan, tapi kau seperti seorang perampok? Aku harus memberimu pelajaran."
"Silakan, bawa pedangmu kemari!"
Kie Pi-sia melihat di bawah pinggang perempuan ini terselip pedang, maka dia berteriak untuk mengajak bertarung dengan perempuan itu dan membalas penghinaan tadi. Perempuan itu tertawa dingin, dia juga berdiri.
"Dengan ilmumu yang pas-pasan itu, tidak pantas membuatku menggunakan pedang, dan aku tidak suka ada orang di depanku menggunakan pedang atau golok, lemparkan pedangmu ke bawah, jangan membuat aku marah!"
"Kalau kau tidak mencabut pedang, aku akan menyerangmu walaupun tanganmu tidak ada pedang."
Bentak Kie Pi-sia. Perempuan itu tersenyum, berkata.
"Kau benar-benar tidak tahu malu, begitu membuka mulut ingin membunuh orang, kau benarbenar seperti perampok betina, lempar pedangmu, lalu pulanglah, jangan merusak acaraku yang sedang menikmati arak dan sayur, baru makan beberapa suap, karena tertarik dengan suaramu aku memberimu tip 100 tail perak, tidak disangka malah merepotkan, benar-benar susah jadi orang baik!"
Kemudian dia mencapit sepotong daging ikan dengan sumpitnya dan pelan-pelan memasukkan ke dalam mulutnya, melihat dia begitu tenang dan tidak menganggap keberadaannya Kie Pi-sia benar-benar marah, dia menyerang dengan pedang, maksudnya bukan ingin melukai dia, tapi hanya ingin membuat sumpitnya jatuh dan mau bertarung dengannya.
Tapi jari perempuan itu sedikit di angkat ke atas, daging ikan yang dicapit terbang keluar, daging ikannya melayang dan mengenai hidung Kie Pi-sia, karena Kie Pi-sia tidak siap dan sakit, air mata pun memenuhi matanya.
Dalam keadaan tidak begitu jelas, dia melihat sumpit perempuan itu turun dan memukul di balik tangannya, segera tangannya terasa sakit membuat pedang yang dipegangnya terjatuh ke atas meja.
Sewaktu dia membuka mulut untuk memaki, gerakan perempuan itu lebih cepat lagi, dia sudah mencapit sepotong daging bebek, dan menyumbat mulut Kie Pi-sia, membuat dia tidak bisa bicara.
Kemudian dia merasa ketiaknya mati rasa, ternyata sumpit perempuan itu sudah menotok nadinya, dia berkata kepada 2 pelayannya.
"Makan nasi pun tidak tenang, mari kita pergi dari sini!"
Dua pelayan itu segera mengambil bungkusan yang dibungkus dengan kain, mereka masing-masing menggendong bungkusan itu dan keluar dari ruangan VIP.
Sewaktu Kie Pi-sia bertarung, semua orang yang ada di depan pintu melihat dengan jelas melihat mereka keluar, Goan Hiong ingin menghadang mereka, tapi perempuan itu berkata.
"Apakah kalian belum cukup merasa malu, dan ingin dipermalukan lagi?"
Ciam Giok-beng membentak kepada Goan Hiong.
"Hiong Hiantit, kau tidak boleh menyerang!"
Kemudian dia berkata kepada perempuan itu.
"Ilmu silat Nona sangat hebat, aku mengaku kalah dari Nona, aku harap Nona bisa meninggalkan nama, kelak kalau kita bertemu dan aku bisa meminta petunjuk!"
Perempuan itu tertawa senang, katanya.
"Cuaca begini bagus, Kim-leng begitu banyak tempat melancong, kalian bukannya menikmati keadaan malah mengajak bertarung di sini."
Tapi Ciam Giok-beng bersikeras berkata.
"Aku sudah tua, kaki dan punggungku sudah kaku, dan aku tidak tertarik untuk melancong, bila Nona sudah cukup bermain, apakah bisa memberi petunjuk kepada kami?"
"Aku benar-benar sial, sesudah bertemu dengan kalian ingin bermain pun tidak bisa, begini saja, nanti jam 5 subuh kita bertemu di danau Coan-bu."
Melihat dia setuju untuk bertemu, Ciam Giok-beng dengan serius berkata.
"Apakah Nona pasti akan datang?"
"Tentu saja, aku tidak takut malu, mengapa harus sampai tidak datang? Malam ini orang yang datang jangan terlalu banyak, bawa saja beberapa yang berilmu tinggi, kalau yang seperti perempuan tadi ilmu pedang belum lulus sudah ingin mencari nama, benar-benar memalukan, Siau Ceng, Siau Pek, mari kita pergi dari sini!"
Mereka dengan tenang meninggalkan tempat itu dan turun dari loteng, tidak seorang pun yang berani menghadang mereka, begitu sampai di bawah, pelayan yang bernama Siau Ceng mengangkat baki tempat menyimpan uang dan bertanya.
"Nona, mereka tidak menginginkan sepiring uang perak, apakah akan kita simpan lagi?"
Perempuan itu mengambil uang 10 tail perak itu dan tertawa, katanya.
"Barang yang sudah kuberikan kepada orang lain, tidak akan kuambil kembali, berikan 90 tail perak kepada kasir untuk mengganti kerugian tirai yang rusak, makanan juga minuman kita, 10 tail perak lagi sudah kujanjikan untuk diberikan kepada perempuan yang bernyanyi, lebih baik buat kenang-kenangan baginya."
Dia hanya melempar uang perak ke atas dan uang perak itu sudah mendarat di ruang VIP, Kie Pi-sia yang masih ditotok masih bengong berdiri di sana.
Uang perak mengenai pundak Kie Pi-sia, membuat nadinya yang ditotok jadi terbuka, saat dia baru akan bergerak, uang perak itu terjatuh dari pundaknya dan terjatuh tepat di atas tangannya.
Perempuan itu tidak melihat ke atas, langsung tertawa dan berkata.
"Dia benar-benar menerima uang ini, uang yang berkilauan, siapa yang tidak suka, simpanlah uang ini untuk membeli pita atau jepit rambut, aku nasehati lebih baik kau lepaskan niat untuk membuka perusahaan perjalanan dan berganti profesi menjadi penyanyi, dengan begitu kau pasti akan mendapatkan uang lebih banyak lagi!"
Mereka pergi begitu saja, semua orang dengan cepat masuk ke ruang VIP, Kie Tiang-lim dengan penuh perhatian bertanya.
"Pi-sia, apakah kau terluka?"
Wajah Kie Pi-sia benar-benar menyedihkan, matanya berkaca-kaca, tapi dia berusaha menahan tangisanya supaya air matanya tidak bergulir jatuh, dengan suara gemetar dia menjawab.
"Aku sangat baik dan tidak terluka."
Dia menyimpan uang perak itu ke dalam balik dadanya, Goan Hiong terkejut dan bertanya.
"Ji-suci, apakah betul kau menginginkan uang itu?"
"Betul, uang ini pantas kudapatkan, mengapa tidak kuambil saja? Aku ingin membeli golok kecil dengan uang ini dan menancapkannya ke dalam jantungku."
Ciam Giok-beng marah dan berkata.
"Sebetulnya hari ini kau yang salah, orang lain sedang menyanyi, kau terlalu banyak urusan dan membuat dirimu sendiri terhina."
Kie Pi-sia terdiam. Goan Hiong melihat sikap Kie Pi-sia tidak seperti biasanya, dengan cepat dia berkata.
"Ji-suci, kau jangan begitu, kegagalan kecil jangan dimasukkan ke dalam hati, uang perak yang kau simpan itu, kelak bila bertemu dengannya lagi, lemparkan saja ke mukanya!"
"Itu belum cukup, bukankah dia menyuruhmu membeli pita atau jepit rambut, nanti dengan uang ini kita beli sekeranjang bunga, bunga itu kau tancapkan di atas kepalanya."
"Apakah kita bisa menancapkan bunga pada kepalanya?"
Tanya Kie Pi-sia. Ho Gwat-nio tertawa dingin.
"Dia menotok nadimu baru memberimu uang perak, kau bisa menotok dia kemudian menancapkan bunga ke atas kepalanya!"
"Bibi Gwat, apakah Anda mau membantuku?"
"Tidak masalah, kami akan membantumu."
"Tidak boleh!"
Bentak Ciam Giok-beng.
"Suhu, apakah Anda mau Ji-suci dihina oleh orang lain?"
Tanya Goan Hiong.
"Memang perempuan itu keterlaluan, tapi Pi-sia sendiri yang mencari gara-gara, dia adalah seorang ketua perusahaan perjalanan, apa maksudnya bernyanyi di depan umum?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Aku ingin membuat Lim Hud-kiam marah!"
Jawab Kie Pi- sia.
"Apa salah Lim Hud-kiam kepadamu, sehingga kau begitu membencinya? Di depan Lim Hud-kiam, kau boleh mengajaknya bertarung, tapi Lim Hud-kiam tidak ada disini, kau sudah membuat malu perguruanmu sendiri!"
Kie Pi-sia terus menangis. Pui Ciauw-jin berkata.
"Ciam Toako, masalah hari ini jangan salahkan semuanya kepada Pi-sia, kita semua harus instropeksi diri, kau juga berada di sini tadi, mengapa tidak melarang Pi-sia? Apakah ini terlalu mengada-ada?"
Ciam Giok-beng menarik nafas.
"Hari ini yang mendapat penghinaan bukan hanya Pi-sia, kita diusir oleh kedua gadis kecil itu, penghinaan kepada kita lebih besar."
Ho Gwat-nio berkata.
"Itu tidak memalukan, kita hanya tidak ada persiapan, Siau Sia dengan pedang menyobek tirai dan menghancurkan kusen jendela, membuktikan kalau kedua gadis itu bukan orang berilmu silat tinggi!"
"Nona itu pun tidak seberapa, karena Ji-suci terlalu terburu- buru, maka terkena tipuannya, kalau ilmu Tay-lo-kiam-hoat benar-benar dikeluarkan, belum tentu dia bisa menahannya, apakah betul pendapatku ini?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tanya Goan Hiong. Ciam Giok-beng tetap marah.
"Sembarangan, aku mengajarkan kalian Tay-lo-kiam-hoat, tapi tidak ingin sembarangan diperagakan di depan musuh, pedang orang lain belum dikeluarkan dari sarungnya tapi kau sudah terpikir ingin mengalahkan dengan Tay-lo-kiam-hoat?"
Goan Hiong terdiam, Ho Gwat-nio dengan cepat berkata.
"Ciam Tayhiap, Siau Sia belum mengeluarkan Tay-lo-kiam- hoat, berarti dia selalu ingat nasehatmu, dia dihina, penghinaan ini adalah penghinaan kepada Kian-kun-kiam-pai, kau jangan melarangnya membalas penghinaan ini!"
"Aku tidak melarangnya membersihkan nama, Kian-kun- kiam-pai baru dibangun, tapi penghinaan tadi menyangkut 3 generasi, masa aku akan membiarkannya begitu saja?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Supek, aku sudah mengerti, Anda ingin aku membalasnya sendiri, jangan meminta bantuan kepada orang lain, tapi ilmu silatku lebih rendah dari orang lain...."
"Kalau kau bicara seperti itu, kau tidak pantas menjadi murid Kian-kun-kiam-pai,"
Kata Ciam Giok-beng marah.
"Terima kasih Supek sudah memberi petunjuk, aku sudah mengerti, penghinaan ini tidak perlu dibantu orang lain, juga jangan dilakukan dengan cara yang kotor, tapi harus mencuci bersih nama perguruan!"
Kata Kie Pi-sia. Ciam Giok-beng baru tertawa dan berkata.
"Akhirnya kau mengerti juga maksudku, kalau sekali lagi kau punya pikiran tidak benar, aku akan mengusirmu keluar dari perguruan, Kian-kun-kiam-pai boleh menerima penghinaan, tapi apa yang kau lakukan tidak boleh membuat orang marah atau membuat malu nama perguruan!"
"Mari kita pulang, tidak perlu makan dan minum di sini lagi, kita siap-siap dulu, malam ini kita akan pergi ke Coan-bu-ouw (Danau Coan-bu)!"
Kata Kie Tiang-lim. Ciam Giok-beng berkata.
"Sute, mengapa sekarang kau jadi begitu banyak khawatir, ini bukan pertarungan besar, hanya bertarungan untuk mencari tahu, kalau bisa menang kita akan senang, kalau kalah juga tidak perlu malu, di atas orang ada orang lagi, di luar langit masih ada langit lagi, kita bukan yang terbaik di dunia ini, untuk apa kau begitu serius? Mari kita teruskan makan dan minumnya!"
Dia lalu turun dari loteng. Goan Jit-hong dengan tertawa ikut turun dan berkata.
"Ciam Toako benar-benar seorang ketua hebat, kebesaran hatinya sangat luas, aku kagum kepadamu!"
Kie Tiang-lim juga turun sambil merasa malu, semua orang ikut turun dan duduk kembali. Walaupun semua kembali tertawa atau bergurau, tapi tetap terasa kehilangan rasa senang tadi. Ho Gwat-nio berkata.
"Kita lupa menanyakan she dan nama gadis itu, ilmu silatnya memang tinggi."
"Dia satu komplotan dengan Lim Hud-kiam, paling sedikit ada hubungannya, kalau tidak saat aku menyanyikan 2 kalimat itu, apa hubungan dengannya?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Betul, sewaktu Nona Hun bernyanyi, 2 ekor lalat masuk ke mulutnya itu adalah pekerjaannya, apa lagi caranya sangat mirip dengan Lim Hud-kiam!"
Kata Goan Jit-hong.
"Dari awal aku sudah melihat bagaimana cara dia menotok Kie Pi-sia, cara Lim Hud-kiam menotok Ho Lihiap sama dengan caranya menotok Pi-sia!"
"Kalau begitu malam ini kita harus bertanya dengan jelas!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Sepertinya tidak ada guna, nama dan she nya pun dia tidak memberitahu, kulihat sifatnya mirip Lim Hud-kiam, aku juga tidak mengerti mereka dari perguruan mana? Umur masih muda, tapi mempunyai ilmu begitu tinggi, sepertinya mereka selalu mencari gara-gara dengan kita, aku sangat mengharapkan mereka jujur menjawab pertanyaanku, supaya aku lebih tenang dan saat berhadapan dengan mereka, aku bisa lebih mengatur siasat!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Suheng, apa yang ingin kau selidik?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Tetap seperti kata-kataku dulu, apakah mereka ada hubungannya dengan Ji-sute?"
Kata Ciam Giok-beng sambil mengeluh dan menarik nafas.
"Suheng, kau sudah melaksanakan kewajiban kepada Ji- suheng, dulu yang memaksa Ji-suheng melepaskan cita- citanya adalah guru, kau pun pernah membantu bicara kepada guru, kalau dia tahu, dia tidak pantas mencari masalah dengan Suheng!"
Kata Kie Tiang-lim. Tapi Ciam Giok-beng tetap menarik nafas.
"Saat guru meninggal, dia pernah pulang, berarti dia bukan orang yang tidak tahu mana yang salah dan mana yang benar, juga bukan orang yang tidak punya perasaan, tapi saat dia minta diajari Tay-lo-kiam-hoat, guru menolaknya, hal ini membuat seumur hidupku tidak tenang."
"Itu adalah perintah guru, tidak bisa menyalahkan Suheng,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Memang ini adalah perintah guru, tapi aku juga harus bertanggung jawab, karena aku berhak mengubah keputusan, jujur saja, waktu itu aku tidak percaya kepadanya, aku takut setelah dia tahu rumus Tay-lo-kiam-hoat, aku akan sulit mengendalikannya, bakatnya lebih tinggi dari aku, tapi sifatnya terlalu fanatik, aku takut dia akan membawa banyak masalah atau membunuh orang, memikirkan hal itu aku pun menolaknya, tapi setelah 10 tahun berlalu, dia tidak seperti yang kupikirkan, maka hal ini membuatku menyesal, aku ingat kita hanya 3 bersaudara tapi tidak hidup akur, aku sedih tapi sudah terlambat!"
Kie Tiang-lim terdiam, kata Goan Hiong.
"Suhu, ada satu kalimat yang ingin kuungkapkan, tapi sebelumnya aku minta maaf dulu."
"Katakanlah!"
Jawab Ciam Giok-beng.
"Saat aku masuk perguruan, aku tidak tahu ada kejadian ini, sesudah Suhu memberitahu tentang hal ini, menurutku, walaupun dia adalah Lim Hud-kiam atau perempuan tadi, bila mereka tidak ada hubungan dengan Lok Susiok, tidak akan menjadi masalah, bila mereka disuruh oleh Lok Susiok, mereka harus dihukum dengan hukuman berat, keadaan sekarang dengan dulu sudah tidak sama!"
"Apa yang tidak sama?"
Tanya Ciam Giok-beng.
'Dulu boleh dikatakan hubungan pribadi, tapi sekarang Suhu dengan nama Sucouw mendirikan perguruan, bila mereka mencari masalah lagi, berarti mereka tidak menghormati Sucouw dan perguruan kita, istilahnya seperti pengkhianat, maka dosa mereka akan berat!"
"Kata-kata putraku tidak salah, buat orang dunia persilatan yang paling penting adalah minum air harus ingat mata airnya, kalau tidak berarti kurang sopan, aku lahir di Kion-lai, gara- gara berbeda pendapat, aku keluar dari perguruan Kiong-lai, tapi sikapku pada perguruan dan generasi atas aku tetap menghormati mereka, saat aku tinggal di kota Ceng-bok-koan, mungkin kadang-kadang aku bisa menganggu teman-teman persilatan, tapi aku tidak berani mengusik kepada Kiong-lai-pai malah aku harus mengantar dan menjemput saudara seperguruan, bukan karena aku takut, tapi ini adalah aturan dunia persilatan, minum air jangan lupa pada mata airnya,"
Kata Goan Jit-hong.
"Goan-heng adalah orang yang pengertian, aku tidak berani disamakan dengan Goan-heng, kali ini aku memang bersalah, aku telah bersalah kepada Lok Ji-sute, kalau dia menyuruh orang memarahiku, aku pasti akan menerimanya,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Suheng tidak bersalah kepada Lok Ji-suheng!"
Ucap Kie Tiang-lim.
"Saat kita mendirikan pergurun Kian-kun-kiam-pai, kecuali kau yang termasuk tetua perguruan, Pui-heng, Goan-heng, dan In Lote sampai Ho Lihiap, Liu Kong, dan Liu Hwan, mereka menjadi tetua terhormat yang diundang, tapi tidak disediakan tempat untuk Lok Ji-sute,"
Kata Ciam Giok-beng. Kata-kata ini membuat semua orang terpaku diam. Dengan menyesal Kie Tiang-lim berkata.
"Ini semua karena kecerobohanku, sebab aku yang mengatur persiapan pekerjaannya!"
"Bukan salahmu, aku adalah ketuanya, itu salahku, seharusnya aku ingat pada hal ini, tapi begitu pekerjaan menumpuk aku langsung lupa."
"Suhu tidak perlu menyesal, tua muda ada susunannya, Suhu adalah murid pertama dan ketua perguruan saat ini, Ji- susiok tidak datang untuk memberi selamat, itu salah beliau, Suhu tidak perlu menyisakan tempat, beliau harus menuruti aturan perguruan, hanya kakek guru yang namanya tercantum di buku, orang lain harus melalui upacara baru tercatat namanya di buku perguruan, kita tidak tahu apakah Lok Ji- susiok masih hidup atau sudah mati, kalau beliau masih hidup, bila tidak ada upacara, tetap bukan anggotanya."
"Betul, Kian-kun-kiam-pai adalah perguruan dunia persilatan, semua harus ada aturannya, bila Lok Su-hoan masih hidup, dia harus datang untuk memberi selamat, itu bukan salah Ciam Toako, tidak perlu jadi masalah!"
Ciam Giok-beng menarik nafas panjang, saat makan semua orang kehilangan semangat, selesai makan semua kembali ke perusahaan perjalanan dengan diam.
Hampir sore semua orang bersiap-siap pergi ke Coan-bu- ouw, di luar terlihat banyak pengurus perusahaan perjalanan berkumpul, dari ahli silat Kim-leng juga banyak.
"Untuk apa mereka datang?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Kabar di dunia persilatan menyebar sangat cepat, mereka pasti tahu kita dirugikan, maka mereka ingin sekali lagi menyaksikan kita mendapat malu!"
Kata Goan Hiong tertawa. Kie Tiang-lim marah, katanya.
"Hiong Hiantit, kau jangan bicara seperti itu!"
"Kalau tidak, untuk apa mereka datang?"
Kie Tiang-lim melihat orang-orang yang datang, ada dari perusahaan perjalanan Kim-leng, 2 bersaudara Ma, maka dia mendekat dan bertanya.
"Adik Ma, ada apa kalian kemari?"
"Kami diundang untuk menyaksikan pertarungan!"
Jawab Ma Xiong dengan aneh.
"Undangan? Siapa yang memberi undangan?"
Tanya Kie Tiang-lim. Kie Tiang-lim melihat undangan, yang ditanda tangan dia sendiri, di undangan tertulis.
"Hari ini Kie Pi-sia bentrok dengan seorang perempuan yang belum jelas she dan namanya di sebuah rumah makan, karena di sana banyak orang maka mereka belum membuat perhitungan, dan berjanji tengah malam pukul 12.00 akan bertarung di Coan-bu-ouw untuk mengembalikan nama baik perkumpulan, undangan ini mengajak teman-teman dunia persilatan untuk menyaksikan pertarungan."
Kie Tiang-lim tertawa kecut.
"Dari mana kabar ini datangnya?"
"Apakah undangan ini bukan kalian yang menyebarkannya?"
"Hanya ada sedikit masalah kecil, mana berani merepotkan semua orang? Ada yang memalsukan namaku dan menyebarkan undangan, apakah semua orang mendapatkannya?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Setiap orang punya, isinya sama, orang yang mengantarkan undangan katanya datang dari perusahaan perjalanan kalian, tidak disangka ada orang berani memalsukan nama Kie Tayhiap, apa lagi sedikit banyak kami sudah mendengar, maka kami sama sekali tidak curiga!"
Jawab Ma Hiong-hui. Kie Tiang-lim memberikan undangan palsu itu kepada Ciam Giok-beng, dia tertawa kecut, Ma Hiong-hui melihat hal ini membuat mereka resah, maka dengan cepat dia berkata.
"Kalau undangan ini palsu, aku akan memberitahu teman- teman, mari kita pulang, entah siapa yang telah bergurau?"
Tapi Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.
"Tidak perlu, kalian sudah datang kemari biar kalian bisa menjadi saksi, perguruan kami tadi pagi mendapat malu, bila malam nanti mendapat malu lagi, Kian-kun-kiam-pai akan tutup dan dibubarkan, tidak akan muncul lagi di dunia persilatan!"
"Ketua, tidak perlu begitu, pendirian Kian-kun-kiam-pai adalah peristiwa yang membuat penduduk Kim-leng bangga, maka dunia persilatan Kim-leng ikut merasa bangga, apa lagi orang-orang perguruan kalian banyak yang berbakat, dan perguruan kalian juga merupakan perguruan lurus, mengapa Ketua tega...."
Tanya Ma Hiong-hui. Kie Tiang-lim menarik nafas panjang, katanya.
"Adik Ma pernah bersusah payah bersama kami, perasaan kita memang berbeda, tapi perguruan kami terlalu menyolok, sering membuat orang iri, undangan ini contohnya, terlihat kalau ini adalah pekerjaan sesama orang dunia persilatan."
"Aku kira ini tidak mungkin, sebab dunia persilatan Kim-leng benar-benar mendukung perguruan kalian, bagi kami pendirian perguruan kalian merupakan suaru dukungan besar, mungkin yang membuat undangan adalah lawan...."
"Yang ingin bertarung dengan kami adalah seorang gadis tanpa nama, sewaktu dia pergi, dia masih berpesan agar hal ini jangan disebarkan, jadi mana mungkin dia yang menyebarkan undangan palsu ini?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Susah dikatakan, anak muda ingin cepat terkenal, dia mencari pesilat untuk bertarung, ini adalah hal biasa, dia takut tidak ada yang tahu, maka dia menyebarkannya secara mati- matian!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Gadis itu tidak sama, kepandaiannya sangat tinggi, kemampuannya berada di atas murid-muridku, aku sendiri belum tentu bisa mengalahkannya!"
Kata Ciam Giok-beng. Ma Hiong-hui terpaku.
"Masa ada hal seperti itu, beberapa waktu yang lalu muncul Lim Hud-kiam yang membuat langit dan bumi bergejolak, sekarang muncul lagi seorang gadis tanpa nama, sampai-sampai Ketua pun belum tentu bisa menang darinya...."
Ciam Giok-beng menarik nafas, katanya.
"Sekelompok anak muda ini punya kesempatan baik, ditambah bakat, mereka benar-benar kekuatan yang sangat besar."
Kie Tiang-lim pun ikut bicara.
"Gelombang Tiang-kang dari belakang terus mendorong ke depan, orang baru menggantikan orang lama, kelak dunia persilatan mungkin akan dikuasai oleh anak muda, karena mereka memang benar-benar hebat, Lim Hud-kiam dan gadis tanpa nama pun demikian, Yu Bwee-nio dan Yu Leng-nio berilmu lebih tinggi dari Lan-tiang-siang-sat beberapa kali lipat, ini adalah hal yang harus diakui."
"Kie Cianpwee, jangan terus melihat orang lain, anak muda di perguruan Anda tidak kalah dengan orang lain, masa depan mereka benar-benar cerah,"
Kata Ma Hiong-hui. Ciam Giok-beng tertawa kecut.
"Perkumpulan kami, dua generasi ke bawah memang berbakat, tapi bila ingin lebih menonjol dari orang lain, harus mengandalkan kekuatan mereka sendiri, kalau mengandalkan tehnik yang kuberikan, tidak akan membuat banyak kemajuan, kepandaian setengahnya mengandalkan kerajinan setengahnya lagi mengandalkan kesempatan...."
"Mendengar kata-kata Ketua, aku merasa kami ini lebih- lebih tidak bisa hidup di dunia persilatan, lama berada di dunia persilatan tiba-tiba muncul 2 anak muda yang langsung menutupi kami, siapa yang mau rajin belajar ilmu silat pasti akan mencari peluang lebih, kalau tidak ada peluang selamanya tidak akan menonjol."
"Bukan begitu, peluang sering datang tanpa sengaja, kalau bertemu dengan peluang yang ada itu adalah nasib baik, kalau tidak, kita harus rajin belajar, kalau punya ilmu tinggi, tetap bisa menonjol!"
Kata Ciam Giok-beng. Kata Ma Hiong-hui.
"Aku tidak percaya, pesilat-pesilat tangguh yang biasa tenang tiba-tiba bisa muncul dan menggegerkan dunia persilatan."
"Di dunia persilatan, banyak pesilat tangguh, mereka kebanyakan hidup tenang, tidak mencari nama, mereka menyepi ke tempat yang tidak diketahui orang, hari ini aku meminta kalian supaya tidak pulang, supaya kalian bisa menyaksikan dan mengenal pesilat tangguh tanpa nama, membuat dan membantu mereka terkenal, setelah terkenal mereka ibarat pohon, semakin besar anginnya pasti semakin kencang, pesilat-pesilat tangguh yang ada di belakang mereka tidak akan bisa bersembunyi lagi, dengan begitu akan membuat dunia persilatan yang sepi ini menjadi ramai, membuat dunia persilatan memasuki babak baru."
"Aku tidak begitu mengerti maksud Ketua Ciam,"
Kata Ma Hiong-hui.
"Guruku, Kian-kun-it-kiam sangat terkenal di dunia persilatan, sebab dalam hidupnya beliau tidak pernah kalah, bukan karena guruku memiliki tehnik bagus hingga tidak terkalahkan, itu disebabkan pesilat yang benar-benar jago malas keluar untuk bersaing, kami berada di bawah nama guru yang terkenal, kalau kami bertarung dan kalah, hal ini akan tersebar ke seluruh dunia persilatan, mungkin akan memancing pesilat tangguh yang bersembunyi keluar, dengan begitu dunia persilatan akan ramai!"
Ma Hiong-hui tertawa dan berkata.
"Kelihatannya Ketua menginginkan lawan ketua yang menang?"
Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.
"Tidak juga, kita harus berusaha sekuat tenaga, demi nama baik perguruan kami, bisa menang itu paling bagus, bila kalah pun tidak apa- apa, maka aku berharap kalian bisa berada di sana untuk memberi semangat kepada lawan!"
"Kebesaran hati Ketua benar-benar luas dan membuat orang kagum, orang-orang dunia persilatan bila punya sedikit nama biasanya sangat takut pada kegagalan, banyak perbuatan salah dilakukan, supaya tidak ada yang tahu selalu ditutup-tutupi, dibandingkan dengan Ketua benar-benar seperti langit dan bumi!"
Kata Ma Hiong-hui, lanjutnya lagi.
"Aku pamit dulu, aku akan memberitahu teman-teman untuk sementara jangan ikut, begitu Ketua sudah bertemu dengan lawan, kami baru akan datang untuk menyaksikan pertarungan, mungkin perempuan itu benar-benar takut jadi terkenal, begitu melihat banyak orang dia malah bersembunyi!"
"Itu lebih baik, dulu aku juga takut terjadi hal seperti ini kalau bertemu dengan kalian, begitu bertemu lawan, aku akan menyuruh orang memberitahu kepada kalian,"
Kata Ciam Giok- beng.
Ma Hiong-hui pergi, Ciam Giok-beng dan lain-lainnya turun dari kuda, mereka sedang berjalan-jalan di pinggir danau.
Coan-bu-ouw adalah sebuah danau terkenal di jaman Sam- kok, di sini Sun-cuan melatih tentara lautnya, karena itu danau ini sangat terkenal, tapi lama kelamaan benda-benda bersejarah di danau ini menghilang, yang tinggal hanya orang- orang yang menanam pohon Yang-liu dan arben, juga bunga teratai, serta menjadi tempat wisata.
Mereka berputar satu keliling, tapi tidak melihat ada sosok perempuan yang pagi tadi, maka semua merasa patah semangat, Kie Pi-sia dengan cemberut berkata.
"Pasti perempuan itu melihat banyak orang, maka dia tidak mau muncul, kita jadi sia-sia datang kemari!"
Goan Hiong malah tertawa, lalu berkata.
"Yang tidak menepati janji adalah dia, jangan salahkan kita, bila tidak datang kita bisa bermain menikmati suasana yang nyaman, tidak akan kecewa!"
"Betul juga, kota Kim-leng adalah ibu kota dari 6 kerajaan, pemandangan di sini bagus, aku belum pernah bermain dengan puas, aku sudah tinggal 3-4 bulan di Kim-leng, setiap hari selalu sibuk, hari ini aku punya kesempatan melihat-lihat ke indahan danau!"
Kata Ciam Giok-beng.
Jam 1 malam sudah lewat, jam 2 akan segera tiba, perkiaraan mereka perempuan itu tidak akan muncul, maka mereka menyewa beberapa perahu besar, memesan arak juga sayur lalu mereka naik perahu menyusuri danau.
Tiba-tiba dari arah danau terdengar suara seruling, suaranya merdu, diiringi angin malam yang dingin membuat suara itu terdengar sangat menyedihkan, suara seruling itu menggugah hati setiap orang yang ada di sana.
Sesudah mendengar suara itu, Goan Hiong berkata.
"Suara seruling itu sangat merdu dan bagus, siapakah yang sedang meniupnya?"
Ho Gwat-nio meletakkan gelas araknya dan berkata.
"Dia, perempuan yang pagi tadi!"
"Dari mana kau tahu?"
Tanya Pui Ciauw-jin.
"Suara seruling ini bernada penuh kesedihan dan bertanya teman baiknya sekarang berada di mana,"
Jawab Ho Gwat-nio. Pui Ciauw-jin tidak percaya, katanya.
"Salah, lagu tadi bukan tipuan gadis itu!"
Ho Gwat-nio menarik nafas, berkata.
"Aku adalah perempuan, aku sudah lama hidup dalam kesepian, maka aku bisa merasakan nada lagu itu!"
"Bibi Gwat sungguh orang yang mengerti perasaan, tapi kalau perempuan itu yang meniupnya, aku meragukan, mengerti perasaan dari alunan lagu, kalau bukan temannya maka tidak akan mengerti perasaannya, perempuan itu masih muda tidak mungkin dia mempunyai pikiran seperti Bibi Gwat!"
Kata Goan Hiong.
"Tapi aku percaya itu dia, tadi aku melihat dia memang cantik, tapi di tengah dahinya terlihat sinar kesedihan, sangat mirip denganku dulu, perasaan itu adalah perasaan kesepian juga sifat angkuh, perasaan ini tidak usah memandang umur, yang tahu pasti mengerti!"
Kata Ho Gwat-nio.
"Apakah betul, sebaiknya kita ke depan mencari tahu,"
Kata Kie Pi-sia.
Dia terus menyuruh pendayung mendayung ke sumber suara seruling, semakin mendekati tempat sumber suara itu ternyata tempat itu penuh dengan bunga teratai, ada sebuah sampan kecil dan ada seorang gadis berbaju putih, dia sedang berdiri di ujung perahu, tangannya memegang seruling dan meniupnya, dia adalah gadis pagi tadi.
Siau Ceng dan Siau Pek duduk di belakang perahu terus mendayung, mereka juga mendengar suara seruling majikannya, wajah mereka penuh air mata.
Perahu besar semakin mendekat, karena badan perahu bergesekan dengan daun teratai maka mengeluarkan suara dan mengagetkan mereka, perempuan itu menoleh kepada mereka.
Ciam Giok-beng tertawa dan berkata.
"Ternyata Nona berada di sini meniup seruling, kita sudah mencari kemana- mana, maaf, kami sudah mengganggu Nona!"
Perempuan itu dengan dingin menjawab.
"Kalau tahu sudah mengganggu mengapa tidak pergi?"
Melihat sikapnya begitu angkuh, Kie Pi-sia mulai marah, dia membentak.
"Kau yang berjanji terlebih dulu dengan kami, kenapa malah bersembunyi di sini, apa maksudmu?"
Dengan dingin perempuan itu menjawab.
"Aku menyuruh kalian datang tapi jangan banyak orang, tapi kalian sengaja membawa orang-orang bodoh kemari, aku jadi malas bertemu dengan kalian."
"Orang lain bodoh lalu kau apa?"
Perempuan itu melotot lalu tertawa, katanya.
"Kau adalah orang yang paling goblok, aku tidak mengerti mengapa dia bisa menyukaimu?"
Kie Pi-sia meloncat ke atas perahu juga berteriak.
"Apa yang kau katakan?"
Perempuan itu menarik nafas, katanya.
"Tidak apa-apa, percuma saja bicara denganmu, mana ada orang yang lebih tua, aku harap mereka tidak sebodoh dirimu!"
Ciam Giok-beng menepuk-nepuk pundak Kie Pi-sia dan berkata.
"Ada apa, Nona?"
"Aku berjanji bertarung pedang denganmu, atau kita harus bertarung mempertaruhkan nyawa?"
"Nona, kita tidak saling bermusuhan, untuk apa bertarung mempertaruhkan nyawa?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Benar, di sini ada bulan, danau, dan air, keadaan di sini begitu indah, bertarung dengan pesilat tangguh adalah sesuatu kenikmatan. Aku kira anda mengerti akan hal ini, maka aku mengajakmu kemari, tidak tahunya kau membawa begitu banyak orang untuk melihat pertarungan kita, hal yang baik menjadi buruk!"
"Orang-orang di pintu kota itu bukan aku yang mengajak,"
Jelas Ciam Giok-beng.
"Mereka membawa undangan yang disebarkan oleh Su- hai!"
Kata perempuan itu.
"Betul, undangan itu ada tanda tangan perusahaan perjalanan Su-hai, tapi perusahaan perjalanan kami tidak pernah menyebarkan undangan, ada orang yang memalsukan tanda tangan kami untuk bergurau!"
Jelas Ciam Giok-beng.
"Aku percaya, kau tidak akan berbohong, kalau kau tidak memanggil orang, kita berjanji di lain waktu!"
"Tidak! Supek yang berjanji bertarung pedang denganmu, tapi aku berjanji mempertaruhkan nyawa denganmu, karena pada kejadian tadi pagi kau sudah menghinaku!"
Perempuan itu tertawa, berkata.
"Tadi pagi aku sudah memberi pelajaraan padamu, apakah masih belum cukup? Sudahlah, aku tidak mau bertarung denganmu."
"Kau tidak mau, tapi aku mau, aku tidak sudi membiarkan kau menghinaku,"
Teriak Kie Pi-sia.
"Kau tidak tahu diri!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perempuan itu marah. Kie Pi-sia mencabut pedang dan membentak.
"Kita naik ke darat!"
"Aku tidak ingin ke darat, kalau kau mau, pergilah sendiri!"
Jawab perempuan itu.
"Kalau kau tidak mau, aku akan menarikmu ke sana."
Ancam Kie Pi-sia. Perempuan itu tertawa, katanya.
"Coba saja, kalau kau bisa naik ke perahuku, kau termasuk orang yang pintar tapi sebelumnya aku harus memberitahu dulu, bila terjatuh ke dalam air, jangan salahkan aku."
Kie Pi-sia marah dan berteriak, dia terbang meloncat ke perahu kecil itu, perempuan itu sama sekali tidak melayaninya, pelayannya yang bernama Siau Ceng mendayung perahu hingga meluncur maju sampai 1 tombak.
Kie Pi-sia berada di tengah-tengah udara, ujung kakinya menitik air, dia meloncat lagi ke atas, berusaha mendekati perahu kecil itu, Siau Ceng menghantam Kie Pi-sia yang datang dengan dayungnya, tapi Kie Pi-sia sudah ada persiapan, dia menyapu dengan pedangnya, dayung itu dibacok hingga terbelah menjadi dua, tubuhnya tetap berusaha turun di sisi perahu, tapi Siau Pek sudah memukul lutut Kie Pi-sia dengan dayungnya.
Hanya sedikit lagi, kaki Kie Pi-sia akan menginjak pinggiran perahu, tapi PONG, dia terjatuh ke dalam air, perempuan itu tertawa terbahak-bahak.
Kie Pi-sia langsung tenggelam ke dalam air, Goan Hiong berteriak.
"Celaka, Ji-suci tidak bisa berenang, aku harus segera menolongnya!"
Dengan aneh Kie Tiang-lim berkata.
"Musim panas ini, bukankah kalian setiap hari belajar berenang kepada Ho Lihiap? Dan kalian mengatakan harus berjaga-jaga terhadap ilmu ini, bila perusahaan perjalanan harus melalui jalan sungai kita sudah siap, mengapa dia belum menguasai tehnik berenang?"
"Berenang tidak mudah dikuasai. Apa lagi di sisi sungai banyak orang, dia malu untuk belajar!"
Jawab Goan Hiong.
"Kalau begitu, cepat tolong dia, kalau tahu dia tidak bisa berenang, aku tidak akan bergurau dan mendorongnya masuk ke dalam air!"
Kata perempuan itu. Goan Hiong marah, katanya.
"Apa ini yang dinamakan bergurau? Dia jatuh karena terkena pukulan kalian, seharusnya kalian yang menolong dia!"
"Kami tidak bisa berenang!"
Jawab perempuan itu. Ciam Giok-beng merasa Goan Hiong terlalu cerewet, bukannya segera menolong Kie Pi-sia malah marah-marah tidak masuk akal, maka dia menyuruh orang lain menolong Kie Pi-sia.
"Siau Sia, mereka semua tidak bisa berenang, tunggulah, Goan Hiong akan menolongmu!"
Teriak Ho Gwat-nio.
"Apakah dia di bawah air bisa mendengar teriakanmu?"
Tanya perempuan itu.
Kata-katanya baru selesai, tiba-tiba sampan itu terbalik, sampan pun tenggelam, kedua gadis kecil itu jatuh ke dalam air, perempuan itu bergerak, kemudian dia berdiri di atas bagian perahu yang belum tenggelam.
Kie Pi-sia muncul dari dalam air.
"Kau juga harus mencoba bagaimana rasanya masuk ke dalam air."
Wajah perempuan itu segera berubah, dia mencabut pedang yang terselip di pinggang dan berteriak.
"Cepat keluarkan 2 pelayanku, kalau mereka mati tenggelam, kau harus bertanggung jawab!"
"Mereka tidak akan mati di dalam air tapi mereka terlalu jahat, aku akan membiarkan mereka minum sampai kenyang, baru membawa mereka naik, dan kau juga harus turun untuk mencoba air danau ini."
"Biar aku menunggu kalian di darat, ingat 2 pelayanku tidak boleh mati, kalau tidak, aku akan membunuh kalian untuk membayar nyawa mereka!"
Kemudian tubuhnya melayang, dia turun dan berjalan di atas permukaan danau, kadang-kadang dengan tumpuan di atas daun teratai dia melayang menuju daratan.
Ilmu meringankan tubuhnya yang tinggi, membuat semua orang jadi tercengang, ilmu ini harus dilatih selama puluhan tahun baru bisa bergerak ringan seperti daun.
Dia menganggap air danau yang luas seperti jalan raya, seperti tidak membutuhkan tenaga tapi dengan tenang bisa melaluinya, dengan cara apa dia berlatih ilmu ini? Melihat hal itu Kie Pi-sia jadi bengong, Ciam Giok-beng berteriak.
"Pi-sia, cepat tolong mereka yang di dalam air!"
Kedua pelayan yang masih berada di dalam air kaki dan tangan mereka terus bergerak-gerak, kelihatannya mereka sudah cukup banyak minum air danau. Dengan marah Kie Pi-sia berkata.
"Aku tidak mau menolong mereka, biar mereka mati."
Ho Gwat-nio tertawa, berkata.
"Jangan bercanda lagi, kemarahanmu bisa dilampiaskan, mereka berdua sudah cukup tersiksa, tolonglah mereka baru bertarung dengan perempuan itu!"
Dengan gemas Kie Pi-sia mencengkeram leher baju mereka dan melemparkannya ke perahu besar, kedua pelayan sudah tidak bisa bergerak, mata mereka terus membelalak.
Lalu Kie Pi-sia tidak naik ke perahu besar, dia membalikkan sampan kecil itu, dengan tubuh basah kuyup dia duduk di belakang perahu kecil, dia mendayung menuju darat.
Perahu besar mulai mendarat, Kie Tiang-lim berteriak.
"Pi- sia, naiklah kemari!"
"Naik perahu sana tidak ada baju ganti, lebih baik aku disini, perempuan itu menghinaku dan mengatakan aku tidak bisa naik ke perahunya, sekarang aku sudah mengambil alih perahunya."
Kie Tiang-lim tahu sifat putrinya yang keras, dihina di depan banyak orang pasti tidak bisa menerima, maka setelah dipikir- pikir dia membiarkannya! Ho Gwat-nio menolong 2 pelayan yang tenggelam tadi supaya air keluar dari perut mereka, dia juga berkata.
"Ilmu meringankan tubuh dan ilmu pedang perempuan itu sangat tinggi, tapi tidak di sangka, ada juga yang dia tidak bisa."
"Manusia tidak bisa menguasai semuanya, coba kita lihat air danau begitu banyak, tetap tidak bisa menghadangnya, aku benar-benar tidak yakin bisa menang darinya!"
Goan Hiong sedikit aneh dan berkata.
"Suhu, Tay-lo-kiam- hoat sudah begitu sempurna, ditambah puluhan tahun pengalaman, apakah akan kalah darinya?"
"Aku tidak berkata seperti itu!"
Kata Ciam Giok-beng. Goan Hiong bertambah bingung.
"Bukankah Guru tadi mengatakan tidak yakin bisa menang darinya?"
Pui Ciauw-jin tersenyum, berkata.
"Keponakanku, di dalam hati anak muda seperti kalian, inginnya hanya ada menang dan kalah, padahal ilmu silat tidak sederhana seperti itu, gurumu hanya mengatakan belum tentu bisa menang darinya tapi tidak mengatakan akan kalah darinya, ilmu silat ada 2 macam, yang satu adalah diam, diam seperti gunung tidak bergerak, dengan kepandaian gurumu, diam akan membuat dia tidak terkalahkan, yang satu lagi adalah Leng (Leng= kelincahan) Leng seperti awan yang lewat, ringan tidak berbekas, seperti perempuan itu, dia berada di posisi tidak terkalahkan, pesilat tangguh bertarung, dia menang atau kalah, hanya ada perbedaan tinggi dan rendah!"
"Aku tidak mengerti, tidak terjadi kalah atau menang, dari mana bisa ada tinggi dan rendah?"
Tanya Goan Hiong. Kata Pui Ciauw-jin.
"Tinggi atau rendah, hanya pandangan sendiri, tidak ada yang tahu, diam seperti batu, Leng seperti angin, angin dan batu bagaimana bisa tahu rendah atau tinggi?"
Ciam Giok-beng tertawa, katanya.
"Makin dijelaskan, dia semakin tidak mengerti, aku akan ambil contoh yang lebih sederhana, diam seperti gunung, Leng seperti air, gelombang terus bergejolak, satu gunung cukup membuat dia diam, air sungai terus mengalir, melewati gunung dan turun, gerakan air sungai ini mengalir ribuan li, tapi gunung tetap berada di sana, mereka saling tidak mengalahkan siapa pun."
"Aku mengerti sekarang, tapi pertarungan malam ini, apakah harus diam, paling sedikit harus ada yang kalah dan menang, kuat dan lemah?"
Tanya Goan Hiong. Pui Ciauw-jin tersenyum, katanya.
"Memindahkan batu untuk meratakan laut, dengan diam mengalahkan gerakan, air mengalir melewati gunung, dengan gerakan mengalahkan diam, menang atau kalah harus menggunakan hati."
"Suhu, biar aku bertarung dengannya,"
Kata Goan Hiong.
"Bisa saja, hari ini aku tidak ingin bertarung, sebab umur kami berbeda jauh, aku tidak menganggapnya adalah lawan, tapi aku harus memberitahu padamu, dengan Tay-lo-kiam- hoat, kau hanya bisa bertahan tidak mengalah, tapi tidak bisa mengalahkan dia, lebih baik gunakan ilmu pedang cepat yang diajar oleh Paman Pui, itu lebih aman."
"Ciam Toako bergurau lagi, ilmu pedangku tetap Leng, bila dipakai benar akan menang dari musuh, kalau salah menggunakan akan kalah, mengapa Ciam Toako mencarikan cara kedua?"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Sekarang aku sudah mengerti, awal adalah diam supaya tidak kalah, kemudian dengan Leng untuk menang, apakah betul, Suhu ingin aku bertarung dengan cara seperti itu?"
Tanya Goan Hiong.
"Aku hanya memberitahu padamu, kalau ingin menang harus siap untuk kalah."
Goan Hiong berpikir sebentar.
"Murid mengerti sekarang, pertarungan ini jangan dianggap terlalu serius, menang adalah berita menyenangkan, asal bisa menjaga nyawa sendiri, kalau hari ini kalah berarti esok hari bisa menang!"
Ciam Giok-beng tertawa, katanya.
"Bocah, begitu mendengar kau langsung bisa mengerti maksudku, tidak sia- sia aku mengajarmu!"
Dengan penuh semangat Goan Hiong tidak menunggu perahu mendarat, dia sudah terbang ke darat, perempuan itu memeluk pedang di dadanya, dia memilih suatu tempat agak luas, dia sama sekali tidak melihat kedatangan Goan Hiong.
Goan Hiong mengeluarkan pedangnya, berkata.
"Silakan, Nona!"
Dengan santai perempuan itu bertanya.
"Apa maumu?"
"Aku ingin melihat ilmu pedangmu yang bagus!"
"Aku menunggu gurumu!"
Kata perempuan itu tertawa. Dengan santai Goan Hiong menjawab.
"Apakah Nona menganggap aku tidak pantas bertarung denganmu?"
Dengan angkuh perempuan itu berkata.
"Aku kira kau seharusnya tahu diri."
"Tehnik ilmu pedang Nona membuatku kagum, tapi pandanganmu terlalu dangkal, dari mana Nona tahu aku pasti kalah dari Nona?"
Perempuan itu tertawa.
"Kie Pi-sia adalah Sucimu, tapi dia kalah dengan memalukan, maka lebih baik kau suruh yang lebih tua bertarung denganku."
"Suciku kalah tidak memalukan, yang memalukan adalah Nona, dua pelayanmu masih terbaring di perahu besar dan tidak bisa bergerak, tadi Nona mengatakan tidak mengijinkan Suciku naik ke perahumu, tapi sekarang perahu Nona dalam kekuasaan Suciku!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Perempuan itu jadi marah, katanya.
"Aku tidak menyangka dia akan menggunakan siasat seperti itu!"
"Saat Nona berkata besar, seharusnya sudah bersiap-siap, mungkin perahumu akan terguling!"
Tepat saat itu Kie Pi-sia mendayung perahu itu sampai di darat, dengan tubuh yang masih basah kuyup, dia tertawa bangga, katanya.
"Betul, sebuah perahu pun kau tidak sanggup melindungi, apakah pantas mengajak bertarung dengan guruku? Paling sedikit kau telah memalukan dirimu satu kali."
Perempuan itu berkata.
"Sekarang kita sudah berada di darat, aku tidak takut kepadamu, silakan, sesudah memukul yang muda baru mencari perhitungan dengan yang lebih tua."
"Suciku sudah menang darimu satu kali, maka sekarang giliranku, perguruan Kian-kun memiliki bermacam-macam ilmu, bertarung dengan pedang di darat, belum tentu akan kalah darimu!"
Kata Goan Hiong.
"Apakah kau tidak takut malu, yang pasti aku akan mengikuti kemauanmu, panggil orang-orang yang ingin melihat keramaian, bila ingin membuat malu diri sendiri sekalian saja dibesarkan!"
Kata Perempuan itu.
"Kata-kata ini adalah kata-kata Nona, jangan salahkan kami yang mencari banyak orang menyaksikan kemudian menghinamu!"
Perempuan itu tertawa dingin.
"Banyak orang melihat, bagiku tidak masalah. Walaupun pendekar-pendekar yang ada di kota Kim-leng semua datang dan bertarung denganku, aku tetap akan menang."
"Kami adalah murid Kian-kun-kiam-pai, kami tidak akan melakukan hal yang membuat malu diri sendiri, mereka hanya menyaksikan, kita tetap satu lawan satu, mencari kemenangan dengan pertarungan adil."
Perempuan itu tertawa lagi, katanya.
"Jangan terlalu sombong, tadinya aku hanya akan memberi sedikit pelajaran kepada kalian, tidak disangka, Kie Pi-sia mengandalkan tehnik berenangnya mempermainkan aku, sekarang aku tidak akan sungkan-sungkan lagi, aku ingin di depan banyak orang mengalahkan Kian-kun-kiam-pai dan perusahaan perjalanan Su-hai."
Goan Hiong tertawa terbahak-bahak.
"Ternyata Nona sengaja berpura-pura anggun, tadinya kami merasa malu, tapi orang yang pura-pura memang kerdil, sekarang aku malah merasa kami lebih anggun darimu!"
Wajah perempuan itu berubah pucat karena marah, Ciam Giok-beng dan yang lain sudah mulai naik ke darat, pesilat- pesilat yang ada di Kim-leng sudah berdatangan, mereka mengelilingi dan menunggu.
Siau Ceng dan Siau Pek dengan lesu mendekati majikannya, air yang mereka minum sudah keluar, tapi tubuhnya tetap terasa lemas seperti sakit berat.
Perempuan itu menghibur.
"Siau Ceng, Siau Pek, kalian jangan sedih, aku akan menghukum mereka, aku akan melempar mereka ke dalam danau untuk direndam."
"Nona, jangan terlalu percaya diri, kalau kami turun ke air tidak masalah, kalau kau yang turun, harus merepotkan kami menarikmu naik!"
Kata Goan Hiong. Perempuan itu membentak.
"Marga Goan, sekarang aku mengajak bertaruh dengan semua orang Kian-kun-kiam-pai, siapa yang kalah dariku, dia harus turun ke danau Coan-bu lalu berguling-guling."
"Bagaimana kalau kau yang kalah?"
Tanya Goan Hiong.
"Aku yang akan meloncat ke danau, karena itu adalah kuburanku!"
"Untuk apa harus sampai seperti itu? Aku tidak memaksamu mati di sana!"
Perempuan itu mulai menyerang tapi Goan Hiong sama sekali tidak bergerak. Perempuan itu menarik kembali pedangnya.
"Mengapa kau tidak menahan seranganku?"
"Menurut aturan bertarung, kau harus meninggalkan nama dan marga!"
Kata Goan Hiong.
"Aku tidak mau memberitahu namaku, lebih-lebih tidak mau mengikuti aturan!"
"Tidak bisa, kami adalah murid Kian-kun-kiam-pai, perguruan ini memang baru berdiri, tapi kami bukan orang yang tidak punya nama, bila kau tidak memberitahu namamu, aku akan mengakui kekalahan ini, aku juga tidak bersedia bertarung denganmu, kecuali namamu tidak boleh diketahui oleh orang banyak."
Sengatan Satu Titik Karya Gedungsongo Putri Ular Putih Karya Zhang Hen Shui Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama