Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 14
Kata Lim Hud-kiam.
Ooo)d-w*k-z(ooO BAB 20 Matahari dan bulan tertutup bayangan dingin yang terpancar dari pedang Kata-kata Lim Hud-kiam membuat Ciam Giok-beng maupun Ciu Giok-hu terkejut, Ciam Giok-beng Terkejut karena tadi terpancing lawan dan masuk dalam bahaya, dari sini dapat diketahui kalau ilmu silat Ciu Giok-hu lebih tinggi darinya, jurus membunuh tadi tidak mungkin dia bisa menang dari Ciu Giok-hu.
Ciu Giok-hu Terkejut dengan ketelitian Lim Hud-kiam, Lim Hud-kiam memang dari Ceng-seng dan dia sedikit mengenal ilmu keluarga Ciu, tapi banyak ilmu andalan yang belum pernah dia keluarkan di depan umum, Ciu Pek-ho pun belum tentu bisa mengerti, tapi Lim Hud-kiam bisa mengetahuinya, karena itu dia semakin waspada, dengan tertawa dia berkata.
"Kau punya daya ingat begitu bagus, aku tidak percaya, bagaimana kalau kita mencobanya."
Lim Hud-kiam memberi hormat, dia melangkah keluar, lalu menyerang dengan gaya persis sama seperti Ciam Giok-beng, Ciu Giok-hu melayaninya tiba-tiba Ciu Giok-hu mengeluarkan jurus terakhirnya, pedang bertambah cepat dia berusaha menusuk Lim Hud-kiam supaya bisa membunuhnya, Lim Hud- kiam mengayunkan pedang, caranya tetap tidak berubah tapi diikuti jurus bertahan, ujung pedang menitik tubuh Ciu Giok- hu beberapa kali, kemudian mengetarkan pedang Ciu Giok-hu dan membuat Ciu Giok-hu tergetar mundur dua langkah.
Wajah Ciu Giok-hu berubah, tapi dia berusaha menutupinya dan tertawa terbahak-bahak.
"Bocah, kau sungguh hebat bisa memecahkan jurusku."
Ciu Pek-ho merasa terkejut dan berkata.
"Lim Hud-kiam, kau memang bisa memecahkan jurus maut ayahku, tapi itu tidak aneh, sebab itu adalah jurusmu sendiri bukan jurus Ciam Giok-beng, aku yakin Ciam Giok-beng tidak mempunyai ilmu setinggi ini, Ciam Giok-beng, kau adalah guru besar ilmu pedang, katakan apakah kau bisa melakukan ini?"
Ciam Giok-beng memang sangat berterima kasih karena Lim Hud-kiam sudah menolongnya tapi dia juga mengerti dengan cara ini Lim Hud-kiam ingin memberi tahu bagaimana menghadapi cara cepat Ciu Giok-hu tapi dia malu mengaku dia punya ilmu handal ini, terpaksa dia berkata.
"Aku mengaku aku tidak bisa melakukannya."
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Jurus terakhir adalah jurusku, Ciam Cianpwee tidak perlu menggunakan jurus ini, kalau sekarang aku menggantikan Ciam Cianpwee, serangan terakhir Ketua Ciu tidak akan sampai pada sasaran ini."
Ciu Giok-hu marah.
"Mengapa tidak bisa sampai pada sasaran?"
"Sebab kalau Ketua sudah terkena pedang beberapa kali, apakah masih bisa setenang itu?"
Lim Hud-kiam tertawa. Ciu Giok-hu melihat tubuhnya, tubuh yang di pasang kulit dari seng setiap lembar ada beberapa titik tusukan pedang, semua titik tepat berada di tengah, jumlahnya ada 6 titik, dia sedikit Terkejut tapi mulut tetap berkata.
"Ini tidak aneh, karena aku sudah memakai pelindung, maka aku tidak akan memperhatikan pertahanan, 6 tempat ini bukan titik berbahaya."
"Ciam Cianpwee menyerang 7 titik, Ketua hanya terkena di 6 titik, satu titik lagi berada di atas tenggo-rokanmu, apakah itu bukan tempat berbahaya?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Tapi tenggorokanku tidak terkena pedang!"
Ciu Giok-hu membantah.
"Yang pertama terkena pedangku adalah tenggo-rokanmu!"
Lim Hud-kiam tertawa.
"Bila aku terkena pedang, mengapa aku tidak merasakannya?"
Ciu Giok-hu berteriak.
"Aku takut Ketua tidak akan mengaku, maka aku memberi tanda, aku membubuhkan sedikit pemerah pipi di ujung pedang, jadi di leher Ketua ada noda pemerah pipi."
Ciu Giok-hu memegang lehernya, benar saja di lehernya ada noda berwarna merah, walaupun digosok tetap tidak bisa hilang, hal ini membuat semua orang dapat melihat dengan jelas. Orang-orang Ceng-seng merasa aneh, Bun Tho-hoan berteriak.
"Lim Hud-kiam, ilmu pedangku mengutamakan kecepatan, tapi aku tidak melihat perubahan pedangmu."
"Kalau bisa melihat berarti tidak sakti!"
Kata Lim Hud-kiam. Ciu Giok-hu benar-benar tergetar dengan marah dia berkata.
"Bocah, kau memang lihai, tapi aku percaya Ciam Giok-beng tidak akan sanggup melakukan ini, kau sendiri yang merencanakan semuanya."
"Aku tahu jurus pertama Ciam Cianpwee tidak akan menyerang tenggorokanmu, bukan beliau tidak bisa atau tidak sanggup, tapi beliau tidak mau melakukannya, jurus ini adalah jurus dari Ciam Cianpwee bila Ketua tidak percaya, Ketua boleh bertarung lagi dengan Ciam Cianpwee untuk membuktikannya."
Ciu Giok-hu berteriak.
"Aku akan mencobanya lagi!"
Bun Tho-hoan membentak.
"Tidak boleh, jurus Lim Hud- kiam tadi adalah jurus Ciam Giok-beng, kemudian sudah dirobah, kita tidak mengerti tapi Ciam Giok-beng mengerti, walaupun awalnya dia tidak bisa, tapi sekarang dia sudah bisa, bila dicoba lagi yang rugi adalah Ciu Toako!"
Lim Hud-kiam tertawa.
"Tapi sepertinya ketua Ciu sangat yakin, dia sudah melihat perubahan tadi maka Ketua ingin mencobanya lagi, aku kira ketua Ciu tidak akan sampai terluka untuk apa Ketua Bun begitu tegang?"
Di semprot oleh Lim Hud-kiam membuat Ciu Giok-hu bertambah marah, tapi dia benar-benar tidak melihat kapan pedang itu menyerang lehernya, supaya tidak mendapat bahaya dengan terpaksa dia berkata.
"Lim Hud-kiam, aku mengaku aku berhutang budi kepadamu dan kau bisa lolos dari hukuman mati."
"Terima kasih, Ketua!"
Sahut Lim Hud-kiam. Ciu Giok-hu tertawa dingin.
"Tapi Ketua Bun ingin kau sendiri yang memotong kedua jarimu, aku tidak bisa menolongmu, dan kau harus menerimanya."
Liu Ta-su benar-benar marah, dia berteriak.
"Ciu Giok-hu, kau sungguh tidak tahu malu! Orang lain sudah menolong nyawamu tapi kau membalas kebaikannya dengan membalas dendam!"
"Dia menolongku berdasarkan perasaan pribadi, Kakak Bun menghukumnya karena aturan Ceng-seng, urusan pribadi dan aturan tidak bisa dicampur menjadi satu, aku harus menjaga disiplin."
"Kalau hal seperti itu disebut menjaga disiplin, Ceng-seng akan menjadi apa? Aku orang pertama yang tidak suka."
"Masalah apa yang pernah kau suka? Sejak kau mengambil keputusan akan meninggalkan Ceng-seng semua hal yang terjadi di sini tidak ada yang membuatmu puas."
"Betul! Inilah salah satu alasannya mengapa aku ingin meninggalkan Ceng-seng,"
Jawab Liu Ta-su.
"Aturan Ceng-seng sudah ada dari ratusan tahun yang lalu, kalau kau ingin meninggalkan Ceng-seng pasti karena kau merasa tidak puas, kami tidak bisa karena dirimu mengubah peraturan, aturan ini harus kami terus jalankan,"
Kata Ciu Giok-hu. Dia melihat pada 2 bersaudara Bun berharap mendapat dukungan mereka, terpaksa Bun Tho-hoan berkata.
"Liu Toako, kalau kau mau pergi, lebih baik dengan cara damai supaya kelak kita masih bisa berteman lagi, bukan aku tidak mau mendukungmu, kalau kau seperti aku masih berada di Ceng-seng, kau juga pasti akan mempunyai pola pikir seperti diriku."
Liu Ta-su tertawa.
"Bun Ji-ko, kalau kau berpikiran seperti itu, aku tidak bisa membuat semua orang menjadi rukun, karena Ciu Giok-hu pasti tidak akan melepaskanku, kelak bila terjadi bentrokan, Bun Ji-ko pasti akan berdiri di pihak Ceng-seng dan mendukungnya, waktu itu aku juga akan bentrok dengan Toako."
"Tidak akan, aku tidak akan mendukung yang salah!"
Jawab Bun Tho-hoan.
"Kalian begitu mengapa membenci Lim Hud-kiam, apa salahnya?"
Tanya Liu Ta-su dengan dingin. Wajah Bun Tho-hoan menjadi merah, dia terdiam sebentar baru menjawab.
"Aku tidak bisa menjawab apa-apa karena pandangan setiap orang tidak sama, begitu pun dengan caranya aku hanya ingin dia memotong sendiri kedua jarinya, artinya dia sudah diberi kelonggaran paling besar, aku hanya bisa memberikan hukuman."
Liu Ta-su melihat Lim Hud-kiam dan dengan dingin berkata.
"Menghadapi orang-orang yang pura-pura baik ini, tidak perlu memakai aturan dan keadilan."
Lim Hud-kiam tersenyum, berkata.
"Keadilan dunia persilatan selalu di dasarkan pada kekuatan, sekarang kekuatan Ceng-seng lebih dari kita, maka keadilan akan ikut pada mereka!"
"Untuk apa kau takut? Separuh orang ini akan ikut denganku pergi dari sini, ditambah kau kita bisa melawan mereka!"
Kata Liu Ta-su. Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.
"Berbuat seperti itu tidak akan membereskan masalah, apa lagi semua ini demi diriku, semua orang akan bertarung ini bukan kehendakku!"
Liu Ta-su benar-benar kecewa, dengan dingin dia berkata.
"Kalau begitu, kau sudah siap menerimanya?"
"Betul, bila harus memotong kedua jariku untuk menghindari bentrokan besar-besaran, aku merasa pantas berkorban, dukungan Ketua Liu aku sangat berterima kasih, tapi aku tetap memohon kepada Anda untuk menahan emosi dulu supaya tidak terjadi bentrokan berdarah."
Liu Ta-su benar-benar kecewa.
"Lim Hud-kiam, dulu aku memang tidak menyukaimu, tapi aku tetap senang kau mempunyai semangat pantang menyerah, tidak disangka sekarang kau jadi begitu lemah, aku tidak bisa bilang apa-apa, sebab ini adalah masalahmu, tidak ada hubungannya denganku!"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Terima kasih Ketua Bun sudah memberi hukuman yang ringan."
Bun Tho-hoan merasa malu.
"Kau jangan sungkan, sebenarnya kau sudah memperoleh ilmu silat begitu lihai di luar sana, untuk apa kau kembali ke sini?"
Lim Hud-kiam berkata.
"Ketua Bun menghukum bahwa aku harus memotong jariku karena aku melarang Ketua Ciu membunuh musuh, tapi setelah pertarungan diulang lagi dan mendapat bukti kalau jurus Ketua Ciu tidak bisa membunuh malah akan membuat dia sendiri terluka, maka aku menahan serangan Ciam Cianpwee hanya untuk menolong Ketua Ciu, seharusnya aku mendapat jasa bukan dituduh berbuat salah, mengapa aku harus dihukum?"
Bun Tho-hoan tidak bisa menjawab, sekarang Liu Ta-su baru mengerti maksud Lim Hud-kiam, dia tertawa terbahak- bahak.
"Bocah, kau sungguh pintar, kukira kau sudah tunduk kepada mereka! Kalau tadi aku tahu alasanmu, aku tidak usah ribut sampai wajah menjadi merah juga kesal karena kau!"
Liu Hui-hui tertawa, berkata.
"Ayah, kau sendiri yang terlalu tergesa-gesa, Paman Bun adalah orang yang tahu aturan dan selalu menuruti aturan menurunkan perintah, tapi yang pasti apakah cocok dengan keinginan Paman Bun, baru bisa mendukung."
Liu Ta-su tertawa dengan senang.
"Bun Ji-ko, tindakan Lim Hud-kiam adalah untuk menolong Ciu Giok-hu, ada jasa dan tidak berbuat kesalahan, apa yang akan kau katakan sekarang?"
Wajah Bun Tho-hoan segera penuh kemarahan.
"Lim Hud- kiam, aku menghukummu memotong 2 jari, itu sudah sangat sungkan kepadamu, kau berani mempermalukanku?"
"Aku tidak berani berbuat kurang ajar,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Jangan macam-macam, perintahku tetap dijalankan, tidak ada alasan yang bisa mengubahnya, apakah kau bisa menerimanya?"
Tanya Bun Tho-hoan. Liu Ta-su berteriak.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Mengapa harus menerimanya? Bun- heng, aku menghormatimu karena kau adalah orang yang tahu aturan, kalau bersikap seperti itu...."
Bun Tho-hoan menjawab.
"Demi menjaga kedudukan Ceng- seng di mata dunia persilatan, tidak ada alasan apa pun, tapi aku bisa memberi kepadamu keterangan yang adil."
"Aku ingin mengetahuinya."
"Kau dan aku berada dalam suasana hati yang sangat jelas, perubahan ilmu pedang Ciam Giok-beng tidak akan bisa seperti Lim Hud-kiam, kalau Lim Hud-kiam tidak ikut campur, Kakak Ciu tidak akan kalah dengan alasan ini aku mengatakan yang salah adalah Lim Hud-kiam, kukira kau tidak beralasan untuk membantah."
"Apa yang Lim Hud-kiam peragakan adalah kenyataan sebenarnya, Kakak Bun hanya menduga, dan alasan seperti itu sulit membuatku bisa menerimanya,"
Kata Liu Ta-su.
"Aku tidak butuh tanggapan tapi aku harus mempertahankan hukumanku, siapa yang tidak setuju bisa bertarung denganku,"
Kata Bun Tho-hoan. Liu Ta-su tertawa.
"Kalau benar bertarung, Ceng-seng belum tentu menang!"
Ciu Giok-hu tertawa.
"Kau bergurau, Lim Hud-kiam hanya bisa mengatasikan sebuah jurus mautku, tapi kalau benar- benar bertarung, belum tentu aku akan kalah darinya."
"Kalau begitu, coba saja,"
Jawab Liu Ta-su.
"Paman Liu, jangan terlalu emosi, kalau terjadi pertarungan, Ceng-seng tidak akan kalah, aku sudah mengaturnya!"
Kata Ciu Pek-ho.
"Apa siasatmu?"
Tanya Liu Ta-su.
"Kalau benar terjadi pertarungan, kita tidak mungkin bertarung satu lawan satu, ayahku dan 2 Paman Bun akan bergabung, ditambah orang-orang kami, Lim Hud-kiam memang bisa di dukung oleh Kian-kun-kiam-pai, tapi aku kira tidak akan lebih baik,"
Kata Ciu Pek-ho.
"Jangan lupa kami masih memiliki pembantu!"
Kata Liu Ta- su.
"Paman Liu, ini tidak mungkin, dan orang-orang yang akan ikut dengan Paman Liu pun tidak akan bisa ikut bertarung, kalau tidak, akan tejadi pertumpahan darah."
"Apa maksudmu?"
Tanya Liu Ta-su.
"Aku mendengar ada sebagian orang yang ingin pergi dari sini, maka aku sudah menyuruh 36 pesilat Thian-kong mengawasi rumah mereka, bila mereka akan memberontak, aku hanya tinggal memberi isyarat maka 36 pesilat Thian-kong akan bergerak,"
Kata Ciu Pek-ho. Bun Tho-hoan marah.
"Pek-ho, mengapa kau melakukan ini?"
"Paman Bun, aku harus bersiap-siap, tidak ada maksud lain, asal mereka mengikuti aturan meninggalkan Ceng-seng, aku tidak akan membuat mereka sulit, tapi bila mereka membantu orang luar berseberangan dengan Ceng-seng, tindakanku tentu tidak akan terlalu kejam."
Sebagian orang yang akan pergi dari Ceng-seng benar- benar marah, tapi tidak ada yang berani banyak bicara. Liu Ta-su dengan marah berteriak.
"Kakak Bun, apakah begini caramu memperlakukan orang sendiri?"
"Kalau mereka berniat jahat, berarti mereka bukan orang sendiri!"
Kata Ciu Pek-ho.
"Pek-ho biasanya aku tidak setuju dengan caramu, tapi kali ini aku mendukungmu!"
Kata Bun Tho-hoan. Kemudian dia berkata kepada Liu Ta-su.
"Kakak Liu, aku harap kau menguasai emosimu, datang dengan baik, pergi juga harus dengan baik, kita masih teman dan saudara, kalau kau tidak memimpin mereka pergi mereka tidak akan mudah terpengaruh, tapi sekarang mereka sudah berniat meninggalkan Ceng-seng, demi orang-orang ini kau harus berpikir panjang."
Liu Ta-su terdiam, Bun Tho-hoan berkata kepada Lim Hud- kiam.
"Kau harus memotong 2 jarimu, baru aku akan melepaskan seluruh keluargamu pergi, kalau tidak dengan ilmu silat, kami bisa menangkapmu, tapi waktu itu hukumannya bukan memotong 2 jari lagi, semua ini harus kau pikirkan baik-baik."
"Bagaimana dengan keluargaku?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Kalau aksimu tidak menyangkut orang lain, aku tidak akan melukai keluargamu, kalau tidak, kita tidak perlu bicara hal lain."
Lim Hud-kiam berpikir sejenak dan berkata.
"Ketua Bun telah memaksaku sehingga tidak ada pilihan, aku ingin tanya, apakah setelah kedua jariku dipotong masih ada hukuman yang lain?"
"Aku jamin tidak ada,"
Kata Bun Tho-hoan.
"Baiklah, aku percaya pada kata-kata Ketua Bun!"
Kata Lim Hud-kiam. Liu Hui-hui berteriak.
"Hud-kiam, kau jangan terlalu jujur, begitu jarimu putus, ilmu silatmu akan terganggu, mereka lebih-lebih tidak akan melepaskanmu, sekarang mereka sungkan kepadamu karena tidak bisa mengukur ilmu silatmu."
Lim Hud-kiam menarik nafas.
"Aku tidak boleh mencelakai keluargaku, aku meninggalkan Ceng-seng sehingga tidak bisa mengurus ibu, itu sudah salah besar, kalau karena gara-gara aku, ibu jadi celaka lagi, aku benar-benar bukan manusia."
"Apakah kalau jarimu putus, kau bisa menjaga keluargamu?"
Tanya Liu Hui-hui. Lim Hud-kiam tertawa kecut.
"Aku tidak bisa menjaminnya, tapi sekarang aku tidak bisa memilih, terpaksa aku harus percaya pada jaminan Ketua Bun."
Kemudian dia mengeluarkan kedua tangannya dan berkata.
"Lihatlah dengan jelas, Ketua Bun, jari telunjukku sudah putus, apakah aku bisa meninggalkannya di sini?"
Di kedua tangannya hanya tersisa 8 jari, dua jari telunjuknya sudah terputus, bekas lukanya bersih dan bagus tampak jarinya sudah lama dipotong.
"Apa yang terjadi?"
Kata Bun Tho-hoan tertegun.
"Setelah aku meninggalkan Ceng-seng, aku belajar ilmu pedang kepada seorang pesilat yang sedang menyepi, pesilat pedang ini mengajarkanku pedang dengan cara sangat istimewa, dia tidak memberi makan kepadaku selama 2 hari, setelah itu menaruh makanan enak di depanku, dia berkata bila aku bisa bertahan selama 3 jam dan jari telunjukku tidak bergerak, dia akan mengajariku ilmu silat, aku hanya bertahan 2 jam, karena aku khawatir kehilangan kesempatan untuk belajar ilmu silat, terpaksa aku mencabut pedang lalu membacok kedua jari telunjukku, dengan cara seperti itu membuat pesilat yang sedang menyepi itu terpaksa mengajariku ilmu pedang."
"Ternyata bocah ini dari awal bergurau denganku!"
Kata Bun Tho-hoan. Ciu Pek-ho bersiul panjang, kemudian mundur ke sisi, Bun Tho-hoan bertanya.
"Pek-ho, apa yang kau lakukan?"
"Aku akan memberitahu orang yang ada di sana untuk menangkap ibunya, kalau orang ini tidak dibasmi, Ceng-seng tidak akan bisa tenang!"
Seru Ciu Pek-ho.
"Ketua Bun, bagaimana jaminanmu?"
Kata Lim Hud-kiam dengan serius.
"Karena kau sudah menipuku, maka aku tidak bisa memberimu jaminan lagi!"
Seru Bun Tho-hoan. Liu Hui-hui marah.
"Paman Bun, Anda adalah Ketua Ceng- seng, juga tetua kami, mengapa kata-katamu selalu putar balik tidak bisa dipegang?"
"Dia yang menipuku dulu!"
"Ketua hanya memintaku memotong jari telunjuk,"
Sergah Lim Hud-kiam.
"Betul, tapi jari telunjukmu sudah lama putus maka jaminanku sudah tidak berlaku lagi, kecuali kau memotong kedua tanganmu, baru aku akan melepaskanmu,"
Kata Bun Tho-hoan. Lim Hud-kiam tertawa dingin.
"Begitu kedua tanganku putus, mungkin Ketua ada permintaan yang baru lagi, kecuali aku memenggal kepalaku, kalau tidak Ketua tidak akan merasa puas."
Ciu Giok-hu menjawab dengan tenang.
"Betul, kalau kau ingin menolong ibumu, lebih baik kau penggal sendiri kepalamu, Ceng-seng tidak menginginkan ada orang yang mengganggu namanya!"
Dengan serius Lim Hud-kiam berkata.
"Ketua Ciu, aku lahir dan tumbuh besar di sini, sebetulnya aku tidak ingin menjelekkan nama Ceng-seng, tapi aku sudah tidak tahan, terpaksa aku harus pergi dari tempat ini, jelas kalian tidak ingin bersahabat denganku, kedua, juga karena aturan turun temurun yang tidak masuk akal, mengapa Ceng-seng harus berseberangan dengan orang yang mempunyai ilmu silat lebih tinggi dari kalian?"
"Ini adalah satu-satunya cara untuk membuat kita hidup tenang, kalau kita mempunyai ilmu silat paling kuat baru bisa menjaga tempat ini dan tidak diserang musuh,"
Kata Bun Tho- hoan.
"Dunia luar tidak sejahat seperti yang Anda kira, orang luar juga tidak sejahat dan tidak tahu aturan seperti yang Anda kira, kalau Ceng-seng selalu menjaga ketenangan dan tidak mau ribut dengan dunia luar, tidak akan ada orang yang datang mencari masalah."
"Ini adalah aturan nenek moyang,"
Kata Bun Tho-hoan. Lim Hud-kiam protes.
"Aturan nenek moyang belum tentu benar, mungkin jaman mereka harus begitu, seharusnya aturan harus pelan-pelan di sesuaikan!"
"Tapi aturan ini tetap ada benarnya, seperti masalah Kian- kun-kiam-pai, Ceng-seng tidak membuat masalah dengan mereka tapi mereka datang sendiri mencari masalah,"
Kata Bun Tho-hoan.
"Kata siapa kami mencari masalah, Ciu Pek-ho sudah membunuh 2 orang kami, kalau tidak, kami tidak akan kemari!"
Kata Goan Hiong. Ciu Giok-hu tertawa dingin.
"Ini bukan alasan tepat, dari awal kalian sudah berniat kemari, putraku menghadang kalian maka membuat orang kalian terbunuh!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Goan Hiong tidak bisa menjawab, tapi Kie Pi-sia berkata.
"Ini semua karena Nona Liu, dia membuat masalah di Kim- leng menghina perusahaan perjalanan Su-hai!"
Liu Hui-hui menjawab.
"Nona Kie, kalau bicara harus hati- hati, aku memang bentrok dengan kalian, tapi aku kalah di tangan Ciam Tayhiap, wibawa kalian sama sekali tidak tercoreng, kalian tidak ada alasan mencariku sampai kemari!"
Kie Pi-sia pun tidak bisa menjawab, Ciam Giok-beng menyela.
"Sebelum bertemu Nona Liu, kami sudah mendengar tentang Ceng-seng, itu gara-gara Lim Kongcu, Goan-heng dan keluarga Lim mempunyai perjanjian dan kami melihat jurus pedang Lim Kongcu ada persamaan dengan ilmu pedang adik kami, Lok Su-hoan, karena kami sedang mencarinya, maka kami mencarinya sampai kemari."
"Hud-kiam, apakah kau dengar, semua masalah berasal darimu, kau harus bertanggung jawab,"
Kata Bun Tho-hoan.
"Aku tidak perlu bertanggung jawab, karena aku belum pernah menggunakan nama Ceng-seng beraksi di luar, apa dosaku? Sekarang Anda tidak suka kepadaku tidak perlu mencari-cari alasan lagi, Anda hanya tinggal mengatakan keinginan Anda!"
"Kakak Ciu sudah mengatakan syaratnya, pertama, kau harus memotong kedua tangan mu, kalau tidak, ibumu yang akan jadi tumbalnya, kau pilih sendiri jalanmu,"
Kata Bun Tho- hoan.
"Kalau Ketua Bun bukan orang yang tidak bisa memegang teguh janji, mungkin aku akan memotong kedua tanganku untuk ibu yang kucintai, tapi aku takut bila kepentingan Anda terganggu, Anda tetap tidak akan melepaskan ibuku, maka 2 tanganku akan terpotong sia-sia."
"Kurang ajar, kau benar-benar tidak tahu aturan!"
Kata Bun Tho-hoan marah. Dengan tenang Lim Hud-kiam berkata.
"Aku masih bisa percaya pada Ketua Bun, sedangkan untuk Ketua Ciu, sebelum dia berhasil membunuhku, dia tidak akan merasa puas, Ketua Bun ingin mengandalkan dia mendukung Ceng-seng, Anda pasti akan mendengar semua kata-katanya, maka aku juga mulai tidak percaya kepada Anda."
"Ceng-seng milik semua orang, kita punya tanggung jawab melindunginya,"
Kata Bun Tho-hoan.
"Anda memang mempunyai pikiran seperti ini, tapi Ketua Ciu tidak, dia sudah mengumumkan akan mendirikan perguruan Ceng-seng, untuk menguasai dunia persilatan, bukankah ini bukti keserakahannya?"
Tanya Lim Hud-kiam. Bun Tho-hoan mulai goyah, Ciu Giok-hu dengan cepat berkata.
"Bun Ji-ko, jangan dengarkan kata-kata bocah itu, Liu Ta-su akan pergi dari sini, dia akan membawa separuh orang Ceng-seng, bila Ceng-seng masih ingin terus berdiri dan tidak roboh, harus menambah orang, apa lagi nama Ceng-seng sudah tersebar ke mana-mana, tidak mungkin kita bertahan saja disini, kita harus mendirikan Ceng-seng dan mengumumkan kepada orang lain, selain itu juga bisa membuat Ceng-seng kokoh seperti besi."
"Orang seperti Ciam Giok-beng bisa mendirikan sebuah perguruan yang berjaya, kita lebih kuat dari mereka, nenek moyang kita pernah berpesan, bila ingin menjadikan Ceng- seng berjaya, tidak boleh menutup pintu bertahan, kita harus menerima orang baru, untuk memperbesar kekuatan, membuat Ceng-seng berdiri kokoh di dunia persilatan."
"Aku tidak berniat ingin menguasai dunia persilatan, tapi Ceng-seng pun tidak boleh hancur karena keadaan sudah seperti ini, maka hanya dengan mengandalkan dan dukungan Kakak Ciu, itu adalah satu-satunya cara!"
Kata Bun Tho-hoan.
"Cara apa? Ceng-seng milik semua orang, walau pun ingin diperbarui harus secara bertahap, yang penting adalah Bun Ji- ko menentukan semua masalah, aku yang membantu dari pinggir."
"Kukira aku tidak berbakat menjadi pemimpin, Kakak Ciu tidak perlu sungkan, kami 2 bersaudara pasti akan mendukungmu,"
Kata Bun Tho-hoan. Ciu Giok-hu tersenyum, katanya.
"Semua belum selesai, tidak perlu kita bicarakan dulu, yang penting adalah masalah Lim Hud-kiam."
"Masalahku mudah sekali dibereskan, pamanku siap untuk ikut, maka kami harap Ketua bisa melepaskan kami pergi,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Semua orang boleh pergi hanya kau yang tidak boleh pergi,"
Kata Ciu Giok-hu.
"Tidak boleh juga harus, aku tidak ingin bersikap tidak sopan terhadap Ketua, tapi kalau Ketua akan mencelakai ibuku, terpaksa aku akan bertarung,"
Kata Lim Hud-kiam. Keadaan semakin tegang, Ciu Giok-hu mencabut pedang, 2 bersaudara Bun juga bersiap-siap mencabut pedang, Liu Ta-su dan putrinya siap akan pertarungan. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Paman Liu, Anda jangan ikut campur dalam pertarungan ini, karena Anda masih harus menanggung keselamatan banyak orang, sebelum mereka menyerang, cepat bawa mereka meninggalkan Ceng-seng!"
"Pergi dari sini? Tidak akan mudah, memang aku dan putriku ada di sini, tapi yang lain mereka belum siap untuk pergi, maka tidak mungkin pergi sekarang."
"Suruh semua orang bersiap-siap, tidak perlu bawa barang banyak, asal orangnya pergi sudah cukup, karena semua orang sudah lama tinggal di Ceng-seng belum pernah terpikir akan pergi dari sini, maka semua orang jarang menyimpan perhiasan dan uang dalam jumlah banyak, aku sudah menyimpan uang di kota Seng-touw di Bank Tung-tai, cukup untuk hidup dalam jangka waktu tertentu, asal Paman menyebutkan namaku, mereka akan memberikan uang itu!"
Kata Lim Hud-kiam.
"Hud-kiam, kau sudah menyiapkan uang untuk kami?"
Tanya Liu Hui-hui. Lim Hud-kiam mengangguk.
"Aku tidak terpikir kalian akan pergi dari sini, uang itu adalah uang persediaan kalau tiba-tiba dibutuhkan, sekarang sudah waktunya digunakan."
"Bila kami pergi, bagaimana denganmu?"
Lim Hud-kiam tertawa angkuh, katanya.
"Aku pun pasti akan pergi, aku percaya mereka tidak sanggup menghadangku, karena jurus andalanku belum kukeluarkan."
"Jurus andalan apa?"
Tanya Liu Hui-hui. Lim Hud-kiam menunjuk.
"Di sana ada 2 orang, setiap saat pun dia bisa mencabut nyawa Ciu Pek-ho, ini adalah jaminanku!"
Semua orang mengikuti arah yang ditunjuknya, tapi tidak terlihat ada orang, Liu Ta-su bertanya.
"Mana orang yang kau maksud?"
"Di sini!"
Ciu Pek-ho melihat Lim Hud-kiam yang berkata di belakangnya, tiba-tiba meloncat ke depan, pedang Lim Hud- kiam terus menempelnya, sebelah tangan memegang pisau belati menempel di punggungnya.
"Ciu Pek-ho, kau jangan bergerak terus, kalau tidak pisau belati ini akan menancap di pinggangmu, tempatnya adalah di nadi penting dan kau tidak akan tertolong lagi."
Ciu Pek-ho benar-benar tidak berani bergerak, karena pisau belati Lim Hud-kiam diarahkan dari depan, maka kalau dia maju malah akan melukai. Melihat putranya dikuasai lawan, Ciu Giok-hu benar-benar menyesal dengan marah berkata.
"Binatang, kau benar-benar tidak berguna!"
Ciu Pek-ho tidak berani menjawab, dengan sabar Bun Tho- hoan berkata.
"Ciu Toako, jangan salahkan putramu, Lim Hud- kiam benar-benar licik, dengan cara memecahkan konsentrasi mambuat orang tertangkap, gerakannya terlalu cepat, posisi putramu di belakangmu dan aku, dia melewatimu dan aku, baru bisa mendekat putramu, kita pun tidak merasakannya."
Ciu Giok-hu tidak bisa mengatakan apa-apa, Lim Hud-kiam tertawa dan berkata kepada Ciu Pek-ho.
"Perintahkan, supaya tarik kembali pesilat-pesilat Thian-kong."
Dia menekan pisau kecil itu lebih keras lagi, ujung belati sudah menyobek baju Ciu Pek-ho dan mengenai kulitnya, rasa dingin pedang masuk ke jantungnya, tapi dia tetap tertawa dan berkata.
"Namamu Hud-kiam, pedang tumpul sebagai senjatamu, berarti kau tidak akan membunuh orang, kau juga tidak suka melihat orang bercucuran darah, apakah kau berani membunuhku?"
"Kau boleh mencobanya, membunuhmu tidak sulit juga tidak perlu merasa malu, karena kau seekor ular beracun bukan manusia, kalau tidak, kau tidak akan dengan cara ini menghadapi tetangga lamamu!"
Kata Lim Hud-kiam dengan dingin. Mendengar nada bicara Lim Hud-kiam yang dingin, terpaksa Ciu Pek-ho diam, dia tidak bisa melakukan apa-apa, dia hanya diam-diam melihat ayahnya, Bun Tho-hoan tahu Ciu Pek-ho sulit mengatakan sesuatu, dia berkata.
"Orang terpaksa bertindak karena menerima ancaman, Pek-ho, jangan terlalu memaksa, sebenarnya kami pun akan melepaskan orang- orang itu pergi."
Akhirnya Ciu Pek-ho bersiul tinggi, tidak lama dari tempat jauh terdengar ada yang menyahut, kemudian sekelompok laki-laki membawa sekelompok orang, ada laki-laki, perempuan, anak-anak, orang tua, mereka terlihat ketakutan, begitu melihat mereka, mereka menceritakan apa yang terjadi kepada saudara-sauadaranya.
Lim Hud-kiam sedang mengabsen jumlah orang, kalau tidak banyak, mereka akan bersiap-siap pergi sekarang juga.
Liu Hui-hui membantu mengabsen.
"Semua sudah lengkap hanya tinggal keluargamu."
"Keluarga Lim tinggal jauh di pintu lembah, aku tidak menyuruh orang pergi ke sana!"
Kata Ciu Pek-ho. Begitu pisau belati ditarik kembali, Ciu Pek-ho dengan cepat meloncat ke tempat jauh. Liu Ta-su berteriak.
"Dari 36 pesilat Thian-kong yang datang hanya 30 orang."
Tapi teriakan Liu Ta-su sudah terlambat, Ciu Pek-ho sudah jauh dia tertawa.
"Kata-kata Paman Liu benar, aku tidak akan ingkar janji melepaskan orang, tapi keluarga Lim Hud-kiam tidak akan kulepaskan, 6 orang itu masih tetap mengawasi keluaragmu."
Liu Hui-hui marah.
"Mengapa kau selalu ingkar janji?"
"Lim Hud-kiam selalu dengan cara licik menghadapiku maka aku tidak perlu memegang teguh janji kepadanya, Lim Hud- kiam, kali ini kau tidak bisa mengancamku lagi, keluarga Lim memang banyak tapi tidak ada yang panjang umur, yang laki- laki hanya tinggal kau dan pamanmu, sisanya adalah perempuan-perempuan yang tua dan lemah, ada 6 orang pesilat pedang Tian Gong sedang mengawasi mereka, aku kira tidak ada satu pun yang bisa kabur dari sini!"
Kata Ciu Pek-ho. Lim Hud-kiam diam tidak berkata apa-apa, Ciu Giok-hu berkata dengan senang.
"Lim Hud-kiam, apakah kau akan terima hukumanmu kalau tidak aku akan melaksanakan pembunuhan massa."
Lim Hud-kiam berpikir sebentar.
"Paman, bagaimana pendapatmu?"
Lim Cu-goan tertawa kecut.
"Jangan tanya aku, kau yang ambil keputusan, paman kedua dan ketiga sudah meninggal, aku hanya memiliki seorang putri yang masih kecil, kau tidak pantas mengorbankan nyawamu, yang penting kakak ipar tertua, ibumu sudah janda dan tua!"
"Paman adalah satu-satunya orang tuaku, maka aku harus mendengar pendapat Paman,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Tidak perlu berpikir jauh, kalau kau mati, ibumu pasti akan putus asa, dia pun tidak akan mau hidup sendiri apa lagi pengorbananmu belum tentu ada gunanya!"
Kata Liu Ta-su.
"Ayah, biar dia yang mengambil keputusan! Kita jangan membuatnya jadi orang berdosa."
"Aku sedang menerangkan kejelekan dan kebaikan semua ini!"
Ciu Giok-hu tertawa terbahak-bahak.
"Dia lebih tahu darimu."
"Ciu Giok-hu, kau benar-benar licik sampai tidak tahu malu, kalau bukan karena orang-orang itu aku benar-benar ingin bertarung untuk menentukan hidup atau mati denganmu!"
Kata Liu Ta-su marah. Lim Hud-kiam mulai membuka suara.
"Aku sudah mengambil keputusan, hati yang menyayangi keluarga, semua orang harus mempunyainya."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ciu Giok-hu tertawa, berkata.
"Akhirnya kau terima juga, tenanglah aku tetap akan menghormati keputusan Bun Ji-ko, kau sendiri yang harus membacok kedua tanganmu, aku akan membiarkanmu terus hidup supaya bisa menyayangi ibumu!"
Lim Hud-kiam tertawa dingin.
"Kau salah, tubuh, rambut, kulit semua pemberian orang tua, tidak bisa dikurangi, kalau dikurangi berarti dosa, maka aku akan terus hidup dengan tubuh sempurna!"
"Kalau begitu, kau tidak mau melindungi ibumu yang sudah tua itu?"
Tanya Ciu Giok-hu merasa aneh.
"Aku mati, ibu pun akan mati karena itu aku sudah mengambil keputusan aku harus melindungi diriku sendiri supaya tidak terluka, Paman Liu, pergilah kalian!"
"Ini putusan yang benar, pandangan kita harus jauh, kalau kau mati, keluarga Lim tidak ada keturunan lagi, ibumu pun tidak akan tertolong, lebih baik keluar dari sini, mungkin masih bisa menolong ibumu,"
Kata Liu Ta-su.
"Aku akan memotong anak durhaka ini!"
Teriak Bun Tho- hoan. Dia berusaha mengeluarkan pedangnya, Liu Ta-su segera berkata.
"Bun Ji-ko, jangan paksa aku, kalau kau menghalangi kami, jangan salahkan kalau aku tidak mengakui kalau kau adalah kakakku lagi!"
Ciam Giok-beng pun berkata.
"Lim Kongcu, hari ini kau datang demi kami, maka dengan segenap tenaga, kami akan mendukungmu."
Penduduk yang akan keluar dari Ceng-seng memilih wakilnya dan berkata.
"Kakak Lim, tadi kau telah menolong istri dan anak-anak kami, tapi kau malah tidak sempat mengurus keluargamu, kami pun tidak akan berpangku tangan, walaupun mati kami akan tetap mendukungmu!"
Semua orang membuat lingkaran, anak-anak dan perempuan-perempuan lemah berada di tengah, mereka siap bertarung, melihat keadaan itu, Ciu Giok-hu jadi ragu karena pertarungan ini sulit ditebak, kalau menang akan memakan banyak korban ada yang mati atau terluka, apa lagi ilmu pedang Lim Hud-kiam masih sangat misterius, tapi bisa dipastikan kemampuannya berada di atas putranya, Ciu Pek- ho, bila bertarung dengannya Ciu Pek-ho akan jatuh ke tangan mereka, itu benar-benar tidak boleh terjadi.
Karena itu dia tersenyum.
"Untuk apa kalian ikut campur, ini adalah masalahnya sendiri, dia tidak mau dihukum, maka kami ingin membunuh ibunya, Lim Hud-kiam, kalau kau benar- benar tidak mau tahu keadaan ibumu, kami tidak akan menahanmu, kami akan melepaskanmu dan membiarkanmu pergi dari sini, biar selamanya kau dikejar oleh dosa!"
Lim Hud-kiam tetap dengan tegas berkata.
"Mari kita pergi!"
Kelompok mereka tetap jalan dengan cara siap bertarung dan pelan-pelan mundur ke mulut lembah, Ciu Giok-hu dan Bun Tho-hoan berlari-lari mengejar dari belakang, mereka hampir tiba di depan rumah keluarga Lim.
"Aku hanya akan berjalan sampai di sini kalau kalian kembali ke lembah, aku akan menjadikan kalian musuh, Lim Hud-kiam, apakah kau sudah mengambil keputusan?"
Tanya Ciu Giok-hu.
"Sudah, aku tidak akan terima hukuman itu!"
"Baiklah, bila kau berjalan 10 langkah lagi, aku akan menyuruh orang yang menjaga ibumu untuk mulai membunuh keluargamu, pintu lembah ini kau sendiri tahu, bagaimana kuatnya kau, tidak akan bisa masuk kembali."
Dengan dingin Lim Hud-kiam berkata.
"Kau pun harus tahu, di luar lembah semua jebakan dipegang oleh keluarga Lim, kalau orang-orang Ceng-seng ingin keluar dengan selamat kalian harus menunggu kami keluar dan memasang jebakan yang baru."
Ciu Giok-hu tertawa terbahak-bahak.
"Baiklah, tempat yang kurancang untuk melawan musuh tidak sangka dipakai kalian untuk melawan kami, tapi tidak apa-apa, sekarang kekuatan kita sama kuat, maka kita bisa keras melawan keras, tapi kami tetap akan menang, karena mati atau hidup ibumu berada di tangan kami."
Lim Hud-kiam tetap tidak bersuara, dia tetap berjalan, semua orang mengikutinya baru 10 langkah lebih, Ciu Giok-hu berteriak.
"Lim Hud-kiam, kau sendiri yang ingin ibumu mati, jangan salahkan kami, Pek-ho, keluarkan perintah, bunuh semua!"
"Ciu Toako, sudahlah, dia sama sekali tidak menyayangi ibunya, untuk apa kita membunuh seorang perempuan tua? Biarkan dia pergi,"
Kata Bun Tho-hoan.
"Tidak bisa, aturan Ceng-seng harus dijaga, kalau tidak, kelak perbuatannya akan diikuti orang lain apa jadinya nanti? Ibunya bisa terbunuh karena dia tidak menyayangi ibunya!"
Kata Ciu Giok-hu. Bun Tho-hoan menarik nafas panjang, siulan panjang Ciu Pek-ho mulai terdengar, kemudian dari rumah yang jauh terdengar suara bertarung dan teriakan yang memilukan, Lim Cu-goan ingin melihat, Lim Hud-kiam menariknya.
"Paman, pergi ke sana pun sudah tidak keburu."
Melihat sikap Lim Hud-kiam begitu tenang, Lim Cu-goan benar-benar marah.
"Hud-kiam, apakah hatimu terbuat dari besi, apakah kau tidak peduli pada ibumu?"
"Apakah keponakanmu adalah orang seperti itu?"
Kata Lim Hud-kiam tertawa. Lim Cu-goan masih marah dan berkata.
"Aku tidak tahu kau seperti apa, tapi saat seperti sekarang ini kau bisa tertawa, aku benar-benar tidak habis pikir!"
Lim Hud-kiam tertawa lagi.
"Aku tidak sedih, kenapa tidak boleh tertawa? Yang tidak boleh tertawa adalah Ciu Giok-hu dan Ciu Pek-ho."
Kata-kata ini membuat semua orang Terkejut, tanya Lim Cu-goan.
"Apa yang kau katakan? Apakah di rumah sudah ada anak buahmu?"
Lim Hud-kiam tertawa dan berteriak.
"Bwee-nio, Leng-nio, bagaimana keadaan di dalam? Keluarlah untuk menyapa!"
Segera dari dalam rumah keluar seseorang, dia berlari seperti terbang, ternyata dia adalah Yu Leng-nio, sampai di depan Lim Hud-kiam dia baru tertawa berkata.
"Tidak ada masalah, semua sudah beres, karena kau sudah berpesan tidak boleh membunuh mereka, maka harus memerlukan banyak waktu untuk membereskan mereka."
"Ada berapa orang?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Tepat 6 orang, tidak kurang tidak lebih, diam-diam aku dan cici sudah membereskan tiga orang, 3 orang lainnya baru muncul, 2 terkena jarum terbangku, yang satu masuk ke kamar Lim Tay-hujin, cici tidak berani melepaskan senjata rahasia karena takut terkena Lim Tay-hujin, terpaksa dengan tangan kosong bertarung dengan mereka, sekali menendang dengan ujung sepatu dia langsung roboh!"
Lim Hud-kiam mengerutkan alis.
"Ujung sepatu kalian tersimpan pisau beracun, kalau terkena dia tidak akan tertolong, bukankah aku sudah berpesan jangan melukai atau membunuh? Mengapa masih...."
Yu Leng-nio tertawa.
"Tidak perlu menggunakan senjata, sekali tendang sudah cukup, di depan Lim Tayhujin, kami tidak berani bertindak macam-macam! Apa lagi kau sudah berpesan sebelumnya!"
Lim Hud-kiam mengangguk.
"Itu lebih baik, mana orangnya?"
"Semua berada di pekarangan, kakak sedang menjaga Tay- hujin, kami takut ada serangan susulan,"
Kata Yu Leng-nio. Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.
"Tidak perlu, tempat ini sangat berbahaya dan tidak boleh tinggal berlama-lama, apakah ibuku sudah siap pergi, kalau begitu kita pergi sekarang juga!"
Kata Yu Leng-nio.
"Lim Tay-hujin mengatakan kalau tempat ini adalah tempat lahirnya juga kuburannya, Tay-ya juga dikubur di sini, maka dia tidak mau meninggalkan tempat ini."
Wajah Lim Hud-kiam terlihat sedih, kata Lim Cu-goan.
"Mungkin kakak ipar belum tahu apa yang terjadi, mungkin harus aku yang ke sana untuk memberitahu."
"Paman ke-4, aku harap Paman bisa menasehati ibuku supaya mau pergi bersama, kalau tidak kita tidak bisa berbuat apa-apa, biar bibi kedua dan beberapa pembantu menemani ibu, Paman dan bibi ke-4 harus bawa Adik Ceng pergi dari sini."
Lim Cu-goan terkejut.
"Apa katamu? Kita sudah terang- terangan bermusuhan dengan Ceng-seng, apakah masih bisa meninggalkan mereka di sini?"
Lim Hud-kiam tertawa kecut.
"Tidak ada cara lain karena ibu adalah orang yang pendiriannya kukuh, kalau dia tidak mau pergi, tidak ada orang yang bisa menasehati dia."
"Kalau begitu, aku juga tidak mau pergi, aku tidak bisa meninggalkan ketiga kakak iparku di sini sementara aku pergi dari sini, bagaimana aku harus menghadapi kakak-kakakku yang telah meninggal?"
"Aku juga tidak tega meninggalkan mereka, tapi bila ibu tidak mau pergi, apakah aku harus memaksanya? Memang Paman adalah adik ipar ibuku, apakah Paman tetap tidak akan melakukan ini?"
"Aku coba menasehatinya, mungkin kakak ipar mau mendengar kata-kataku!"
Kata Lim Cu-goan. Lim Hud-kiam menarik nafas panjang.
"Aku harap begitu, tapi jangan memaksanya, kalau ibu ingin tinggal di sini, dia pasti punya cukup alasan."
"Aku tidak menganggap dia mempunyai alasan yang baik, apakah selama beberapa tahun ini penghinaan yang diterimanya belum cukup? Rumah usang dan sawah tidak perlu dirindukan lagi!"
Kata Lim Cu-goan.
"Betul, kalau bibi tinggal di sini akan dicelakai oleh keluarga Ciu, aku akan ke sana untuk menasehati-nya, aku harap dia bisa ikut kita!"
Kata Liu Hui-hui.
"Tidak, Paman tidak perlu pergi ke sana, ibuku adalah penganut agama Budha yang taat, dia tidak akan ribut dengan siapa pun, keluarga Ciu ingin mencelakainya karena aku, asal aku meninggalkan tempat ini, dia tidak akan mengalami bahaya aku tidak bisa menasehatinya supaya mau pergi, paman ke-4 saja tidak sanggup, apa lagi kau, tidak akan ada hasilnya!"
Lim Cu-goan ragu sebentar baru berjalan.
"Mengapa keluargamu begitu aneh?"
Lim Hud-kiam tertawa kecut, tidak menjawab. Semua orang berada di depan rumah, Lim Hud-kiam berkata kepada Ciam Giok-beng.
"Rumahku sempit dan kecil seperti rumah keong, maka aku tidak bisa mempersilakan kalian masuk, Lo-cianpwee sudah tahu bagaimana kekuatan Ceng-seng dan keinginan Ciu Giok-hu untuk memperluas kekuasaannya, mungkin dia akan bentrok kembali dengan perguruan kalian, maka Cianpwee dengan waktu singkat harus memperdalamkan kepandaian anak-anak muda supaya bisa menahan serangannya, supaya tidak terpecah perhatian dalam mendidik dan meningkatkan ilmu, Cianpwee harus berhenti menjalankan usaha perusahaan perjalanan!"
Goan Hiong menjawab.
"Budi Lim Toako yang terus menolong kami membuat kami merasa sangat berterima kasih, tapi apa alasan Lim Toako yang selalu melarang kami membuka perusahaan perjalanan?"
"Bila Ciu Giok-hu akan memperluas kekuatannya, Tiang- kang-cui-cai akan jadi kaki tangannya apa lagi kalian berselisih dengan Tiang-kang-cui-cai kelak akan repot!"
"Menghadapi orang-orang Tiang-kang-cui-cai, kami tidak peduli, ancaman orang-orang Ceng-seng pun tidak akan membuat kami takut, kecuali Lim Hud-kiam datang mengacau kami akan terpaksa menutup usaha, karena kami tidak bisa melawanmu!"
Kata Kie Pi-sia. Kie Tiang-lim marah dan membentak.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Pi-sia, jangan bicara seperti itu!"
"Sebab orang lain lebih kuat dari kita!"
Jawab Kie Pi-sia sambil tertawa dingin. Lim Hud-kiam dengan cepat berkata.
"Jangan salah paham, Tay-lok-kiam-hoat adalah ilmu pedang nomor satu di dunia ini, aku akan tidak bisa mengalahkannya!"
"Kata-kata Lim Kongcu tidak jujur, jurusmu yang menahan Ciu Giok-hu adalah perubahan dari jurus Tay-lok-kiam, kukira kau sudah menguasainya melebihi ilmu yang kukuasai!"
Kata Ciam Giok-beng. Lim Hud-kiam tersenyum, berkata.
"Tetua terlalu sungkan, jurus yang aku gunakan adalah Tay-lok-kiam-hoat yang asli, hanya Cianpwee terlalu baik hati tidak meneruskan jurus-jurus yang bisa membunuh orang, semua ini karena Cianpwee tidak pernah berkelana di dunia persilatan, bila jurus-jurus ini sampai di tangan murid Anda, pasti akan bisa maju pesat."
"Jurusmu yang terakhir adalah perubahan dari jurus Hie- liong-sam-yauw (Tiga ikan naga meloncat) aku melihat anak muda sering mempunyai aura membunuh, maka aku tidak berani mengajari mereka, jurus-jurus Tay-lok-kiam-hoat datang dari ajaran lurus bukan untuk membunuh, tapi untuk mencegah orang saling membunuh maka aku harus menunggu mereka agak matang dan dewasa baru menurunkan jurus ini kepada mereka!"
Kata Ciam Giok-beng. Kata Lim Hud-kiam.
"Jangan, pedang jangan hanya untuk menjaga diri, sekarang di dunia persilatan dipenuhi hawa pembunuhan, bukan hanya Ciu Giok-hu dan lain-lain ingin menguasai dunia persilatan, masih ada pesilat-pesilat lain, mereka sedang mencoba-coba dan orang-orang seperti itu sudah mempunyai ilmu pedang tinggi, mereka menganggap mereka sudah bisa bergerak untuk memperlihatkan kekuatan mereka, maka di dunia persilatan akan timbul keramaian, mereka yang berunjuk gigi, tentu ada yang dari perguruan lurus atau sesat, apa yang akan terjadi waktu itu, tidak ada orang yang bisa menebak, tapi sikap menghadapi perubahan ini, Cianpwee tidak bisa memakai cara 30 tahun yang lalu, kita harus menjaga diri terhadap hawa pembunuhan untuk mencari cara damai, hati tidak mengandung nafsu membunuh, tapi pedang tidak bisa berkompromi."
"Kebaikan di dalam hati, tapi dikuatkan dan didirikan dengan wibawa ujung pedang, hanya dengan pedang yang kuat kita baru bisa mengimbangi jangan sampai terbunuh atau bisa berdiri tegak."
Dengan sikap sangat hormat Ciam Giok-beng berkata.
"Pendapat Lim Kongcu benar-benar serius, aku tidak bisa bilang apa-apa, tapi aku takut tidak akan cukup tenaga untuk melawan."
"Jangan berkata demikian, Tay-lok-kiam-hoat milik Cianpwee sangat dahyat, apa lagi kalau bisa diselesaikan, tidak akan kalah dari ilmu Ciu Giok-hu!"
"Sulit dikatakan, apa yang diperagakan Ciu Giok-hu hari ini hanya 2/10 dari ilmunya, kalau bukan karena terkejut dengan jurus bertahanmu, dia tidak akan berhenti!"
Kata Liu Ta-su.
"Paman belum mengerti inti sari Tay-lok-kiam-hoat, sebenarnya jurus Tay-lok-kiam sangat dalam seperti jala, aku percaya Ciam Cianpwee sendiri belum mengerti semuanya, apa lagi orang lain, akan lebih sulit menebaknya, tapi bila Ciam Cianpwee mau memperdalam lagi jurus Tay-lok nya, beliau pasti akan mengerti lebih dalam,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Apa yang kutahu, kiranya tidak akan lebih dari Lim Kongcu!"
Kata Ciam Giok-beng. Awalnya Lim Hud-kiam terpaku, kemudian dia berkata.
"Tetua pasti kebingungan gara-gara pemerah pipi yang ada di leher Ciu Giok-hu."
"Betul, dengan pengalaman ilmu pedangku, aku percaya boleh dikatakan berdasarkan pengalaman, tapi aku sampai sekarang tidak terpikir, kapan Lin Kongcu menyerangnya, benar-benar tidak terpikir, ini benar-benar di luar ilmu pedang."
Kata Ciam Giok-beng. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Memang jurus itu tidak semua orang bisa melakukannya."
Kie Pi-sia tidak terima, katanya.
"Kalau begitu berarti kau sudah melewati kemampuan orang biasa!"
"Mana mungkin bisa terjadi seperti itu? Mungkin sekarang aku hanya lebih kuat sedikit darimu, tapi tidak akan melewati Ciam Cianpwee atau Paman Liu, ilmu pedang harus berdasarkan pengalaman, tidak bisa sekaligus di dapatkan, kita bisa menanam pohon 10 tahun atau 100 tahun, tapi kita tidak bisa menguasai ilmu pedang sampai 1.000 tahun, karena ilmu pedang tidak ada batasnya."
"Aku tidak bicara mengenai aturan pedang, aku tanya jurus yang tadi!"
Kata Kie Pi-sia.
"Jurus itu sangat sederhana, Goan-heng mungkin bisa cepat mengerti, pemerah pipi berada di sebelah tanganku, dengan jurus-jurus pedang aku sentilkan pemerah itu ke lehernya, kemudian aku mengatakan kalau aku sudah memberi pemerah pipi di ujung pedang, sebetulnya Paman Liu melihat dengan jelas, jurus pedang itu aku menipu dia."
"Apakah benar hanya untuk menipu? Sampai aku pun tertipu,"
Liu Ta-su heran.
"Kalau Paman Liu terkena tipuan itu tidak apa-apa, untung Ciu Giok-hu juga tertipu, kalau tidak kita tidak akan bisa pergi dari lembah ini!"
"Bocah, kau benar-benar jago menipu, aku kira ilmu silatmu benar-benar setinggi itu, maka aku selalu ingin bertarung dengan Ciu Giok-hu,"
Kata Liu Ta-su.
"Ilmu pedang 3 Tetua Ceng-seng sama kuat, mereka sudah ada 2 orang, Ciu Pek-ho selalu mengancam perempuan atau anak-anak lemah, kalau melawan mereka kita selalu berada di posisi yang dirugikan, ilmu pedang cepat Bun Tho-hoan sangat sulit dijaga, orang-orang yang tinggal di Ceng-seng masih ada beberapa keluarga, kekuatan mereka berada di atas kita, Ciu Giok-hu hanya takut kita mencari dia untuk bertarung, maka dia selalu khawatir, kalau tidak dia tidak akan melepaskan kita tinggalkan lembah ini."
Ciam Giok-beng dan lain-lain Terkejut, Lim Hud-kiam berkata lagi.
"Hari ini untung Paman Liu dengan Ceng-seng sudah putus hubungan, maka kita lebih aman, kalau tidak aku benar-benar tidak tahu harus dengan cara apa menghentikan bencana ini! Ciam Cianpwee, kelak Anda harus lebih hati-hati, jangan sembarangan membawa semua orang pergi ke suatu tempat asing kalau tidak hati-hati akan membuat satu perguruan musnah, itu benar-benar tidak pantas kita dapatkan!"
Ciam Giok-beng terdiam, kemudian baru memberi hormat.
"Aku terima apa yang kau katakan, kita pamit dulu!"
Semua orang dengan diam mengikuti Ciam Giok-beng meninggalkan tempat itu, Goan Hiong menoleh dan berkata.
"Lim Toako, kau sudah menolong kami, budi ini tidak akan kami lupakan kami akan membalasnya di kemudian hari, tapi usaha perusahaan perjalanan Su-hai tetap akan kami jalankan, sebab ini adalah usaha Kian-kun-kiam-pai, Su-hai akan hidup atau mati bersama perguruan kami."
Kata Lim Hud-kiam.
"Ini adalah urusan kalian, tapi kalau di tanganku tidak ada uang, mungkin aku akan ke sana untuk meminjam uang!"
"Kami berhutang budi kepadamu, kalau kau menginginkan uang dan aku yang sedang mengantarkan barang itu, aku akan memberikannya dengan 2 tangan dan mengaku salah kepada orang yang menitipkan barang, tapi ini hanya akan terjadi satu kali, kalau terjadi untuk kedua kali kami akan mengambilnya kembali darimu."
"Sewaktu di Seng-touw, aku sudah merampok satu kali barang yang kalian bawa, kalau kelak aku merampok lagi, itu adalah untuk kedua kalinya maka kalian tidak perlu sungkan tagihlah kepada aku, bila Su-hai terus dibuka, aku juga tidak akan berhenti."
"Itu lebih baik supaya tidak rugi besar, kami tidak terima bisnis besar, dengan kekuatan kami sekarang Su-hai harus terus berjalan, sampai kami tidak bisa mengganti rugi, kami baru akan mengaku kalah."
"Waktu itu kepala kami juga akan dijadikan pengganti kerugian terakhir, kalau kau berani, terimalah!"
Tantang Kie Pi- sia. Mereka pelan-pelan berjalan ke depan, Liu Hui-hui berkata.
"Hud-kiam, aku tidak mengerti, kenapa kau selalu bertentangan dengan mereka?"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Karena mereka terlalu mudah mencari keuntungan, sedangkan aku tidak bisa usaha juga tidak mau jadi orang miskin, maka aku harus mencari keuntungan dari mereka, cara mengambilnya mudah bisa menolong fakir miskin lagi."
"Hud-kiam, ini bukan alasanmu yang sebenarnya!"
Kata Liu Hui-hui.
Lim Hud-kiam hanya tertawa dan tidak berkata apa-apa, kebetulan Lim Cu-goan sudah datang sambil membawa seorang perempuan setengah baya dan seorang gadis, di belakangnya ada Yu Bwee-nio yang mengikuti mereka, hal ini membuat Lim Hud-kiam tidak perlu menjelaskan lagi apa alasannya.
Lim Hud-kiam segera bertanya.
"Paman ke-4, apakah ibu tetap tidak mau pergi?"
Lim Cu-goan menarik nafas.
"Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan, dia tidak mau pergi, dan dia mengusir kami bertiga dari sana."
"Tay-hujin masih berpesan menyuruhmu cepat pergi dari sini, tidak perlu berpamitan kepadanya, dia akan masuk kuil dan tidak mau bertemu denganmu!"
Kata Yu Bwee-nio.
"Paman ke-4, benarkah Paman pun tidak sanggup menasehati ibu?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Aku sudah berusaha, dengan posisi sebagai kakak ipar dia memerintahkanku membawa bibi dan adikmu pergi dari sana, kakak ipar paling tua, dia seperti ibu, aku harus melakukan tindakan apa lagi?"
Kata Lim Cu-goan.
"Paman pun tidak sanggup, apa yang harus kukatakan? Lebih baik Paman ikut Paman Liu, di Seng-touw aku sudah menyimpan uang di bank cukup untuk menghidupi satu kampung kecil, tapi ingat kalian harus bersatu jangan terpencar, kita tidak perlu seperti Ciu Giok-hu mendirikan perguruan, tapi kita harus punya kekuatan untuk melindungi diri,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Sepertinya ada orang yang ingin mencari masalah dengan kita, aku tahu Ciu Giok-hu tidak akan dengan mudah melepaskan kita, tapi kalau dia tidak berkelompok menyerang, aku percaya kita masih bisa mengatasinya, apakah masih ada orang lain lagi?"
Tanya Liu Ta-su. Kata Lim Hud-kiam.
"Ciu Giok-hu baru akan berdirikan perguruan, dia masih sibuk sendiri dan tidak akan mencari kalian! Aku juga tidak mengatakan pasti ada orang yang akan mencari masalah dengan kalian, hanya saja kalau keadaan begitu, kita harus hati-hati dengan tenaga baru yang akan muncul, bukan hanya Ceng-seng saja, kalian sudah tidak bisa hidup tenang seperti di Ceng-seng lagi!"
"Kalau tahu begitu untuk apa kita meninggalkan Ceng- seng?"
Tanya Liu Ta-su.
"Kita harus meninggalkan Ceng-seng, tempat itu sangat berbahaya, aku sudah memberitahu Hui-hui!"
Kata Lim Hud- kiam.
"Ceng-seng adalah tempat tinggal kita secara turun temurun, tidak mudah meninggalkan tempat itu, mungkin Ciu Giok-hu tidak akur denganku, tapi dia juga tidak bisa mengusirku dari Ceng-seng, apa maksudmu?"
Tanya Liu Ta-su.
"Kalau di dunia persilatan terjadi perubahan, Ceng-seng pasti menjadi nomor satu maka tempat bahaya itu tidak pantas ditinggali lebih lama, aku ingat Paman Liu dulu sangat menyayangiku, maka aku menyuruh Bwee-nio memberikan surat kepada Hui-hui supaya Paman Liu meninggalkan Ceng- seng."
"Begitu beratkah, sampai kau begitu tegang? Siapakah dia? Sepertinya Ciu Giok-hu juga mulai merasakannya, apakah dari Thian-san lembah Giok-kiam-kok dan Tiang Leng-cu?"
Kata Lim Hud-kiam.
"Kita tidak perlu takut kepada lembah Lu-bwee, Tiang Leng-cu bersahabat baik dengan keluarga Bun, 2 bersaudara Bun berada di Ceng-seng, bila Tiang Leng- cu berencana buruk, dia akan bergabung dengan Ceng-seng, maka Ciu Giok-hu berusaha keras menarik 2 bersaudara Bun, dulu aku mengira Bun Tho-hoan bisa menjaga diri dan tidak berniat menguasai dunia luar, tapi melihat keadaan hari ini, aku takut dia sudah berencana bersama Ciu Giok-hu."
"Aku juga merasa aneh, mengapa hari ini Bun Lo-toa begitu mendukungku pergi dari Ceng-seng, padahal biasanya dia tidak seperti itu, dulu dia selalu ingin 3 keluarga kita bersatu, menasehati aku harus bersabar,"
Kata Liu Ta-su. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Karena Hui-hui membatalkan pernikahannya dengan Ciu Pek-ho, maka mereka merasa Paman Liu adalah orang luar, apa lagi Paman selalu tidak mau tunduk kepada mereka, dalam situasi baru yang akan mereka bangun sulit mengatur posisi Paman, tapi Bun Tho-hoan masih mempunyai hati nurani, dia hanya ingin Paman Liu pergi dari Ceng-seng, kalau Ciu Giok-hu tidak akan berpikir seperti itu! Ceng-seng adalah tempat berbahaya, lebih baik Paman Liu meninggalkan Ceng-seng!"
"Kecuali mereka, masih ada siapa lagi?"
Tanya Liu Ta-su.
"Aku tidak tahu, aku hanya diberi petunjuk oleh seorang pesilat tangguh yang sedang menyepi, dia mengatakan kalau di dunia persilatan akan terjadi perubahan besar dan menyuruhku mengatasinya, tapi kekuatanku sangat terbatas, aku hanya mengerjakan apa yang bisa kukerjakan,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Aku tidak bisa mengurusi hal-hal yang tidak kuketahui, aku hanya bertanya kepadamu, bagaimana hubunganmu dengan Hui-hui, sekarang aku sudah meninggalkan Ceng-seng, kalau kalian sudah menikah tidak perlu masuk ke rumahku lagi, aku hanya mempunyai seorang putri...."
Kata Liu Ta-su.
"Paman Liu, mengenai hal ini, kita bicarakan nanti...."
Jawab Lim Hud-kiam.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak bisa, kau harus memberikan jawabannya kepadaku, aku meninggalkan Ceng-seng demi dirimu, dan sekarang aku setuju bila menikah masuk ke keluargamu!"
Kata Liu Ta-su.
"Hui-hui, mari kita bicara sebentar di sana,"
Ajak Lim Hud- kiam. Liu Hui-hui mengangguk.
"Mengapa tidak di depanku membicarakannya?"
Tanya Liu Ta-su.
"Paman, sebagian percakapan ini lebih baik hanya kami berdua yang membicarakannya!"
Kata Lim Hud-kiam.
"Baiklah! Hui-hui, kau harus ingat, demi dia kau sudah berkorban banyak hal, jangan tertipu oleh kata-katanya yang manis, kalau dia ingin meninggalkanmu, aku akan memenggal kepalanya,"
Kata Liu Ta-su.
Mereka berdua tidak menjawab, Lim Hud-kiam melambaikan tangan, Liu Hui-hui segera mengikutinya masuk ke dalam hutan, setengah jam kemudian mereka masih belum keluar dari hutan, orang yang berdiri di luar sudah tidak sabar, Liu Ta-su berteriak.
"Hui-hui, apakah pembicaraan kalian belum selesai?"
Liu Hui-hui menyahut dan hanya dia sendiri yang keluar dari hutan, dia berkata kepada 2 bersaudara Yu.
"Pergilah kalian ke tempat yang sudah dia tunjukkan, dia menunggu kalian di sana."
Dua bersauadara Yu melangkah pergi, Liu Hui-hui berkata lagi.
"Nona Yu, Lim Kongcu menyuruhmu hati-hati jangan sampai terlalu lelah."
Wajah Yu Bwee-nio menjadi merah dan menundukan kepala menjawab.
"Aku tahu."
Kemudian dia bertanya.
"Apa hasil perundingan kalian?"
Liu Hui-hui tertawa sedih.
"Hitung-hitung tidak ada hasilnya!"
Liu Ta-su marah.
"Apa? Bocah itu berani menolakmu? Mengapa kau tidak bertarung dengannya, malah melepaskan dia?"
"Ayah, kau belum tahu dengan jelas apa yang terjadi sudah marah-marah? Dia tidak menolakku tapi juga tidak menyetujui usulku."
"Apa maksudnya?"
"Dia membuat perjanjian denganku 10 tahun!"
"Apa? 10 tahun, itu terlalu lama!"
"Dia masih banyak pekerjaan, selama 10 tahun ini sulit tinggal di satu tempat, kadang ke timur atau ke barat, pagi dan malam nyawanya tidak terjamin, maka dia tidak mau menikah denganku, itu demi kebaikanku, karena aku adalah anak tunggal, begitu masuk ke keluarga Lim, aku sudah bukan putri keluarga Liu lagi, kalau aku jadi janda, apakah ayah tetap akan menyuruhku menikah lagi?"
Liu Ta-su berpikir sejenak.
"Kata-kata ini masuk akal juga, 10 tahun tidak begitu lama, waktu itu umurmu sudah 31 tahun, hanya saja aku harus mundur 10 tahun baru bisa melihat cucu!"
"10 tahun lagi harapan ayah menggendong cucu pasti akan terwujud, tapi belum tentu itu anakku dengan Lim Hud-kiam!"
Kata Liu Hui-hui dengan sedih.
"Mengapa bisa begitu?"
"Orang yang mengajarinya ilmu silat adalah seorang hweesio, dia memberi syarat kepada Hud-kiam, Jika dalam waktu 10 tahun dia tidak bisa melaksanakan tugasnya, dia harus masuk menjadi murid Budha, menjadi seorang hweesio untuk menolong orang di dunia ini."
"Syarat apa itu?"
Teriak Liu Ta-su.
"Orang yang berilmu tinggi itu melihat Hud-kiam berbakat, juga berjodoh dengan Budha, tapi Hud-kiam tidak bisa meninggalkan duniawi, maka dia membuat perjanjian 10 tahun, selama 10 tahun akan mengujinya."
"Aku tidak mau tahu tentang hal ini, sebetulnya apa mau kalian?"
Tanya Liu Ta-su.
"Dalam waktu 10 tahun ini aku akan menunggunya, kalau dia dikabarkan sudah mati, baru aku akan menikah dengan orang lain, kalau dalam 10 tahun ini dia bisa membereskan tugasnya, saat itu adalah waktunya dia menikah denganku, bila dalam waktu 10 tahun tugasnya tidak berhasil, dia akan jadi hweesio, aku akan menikah dengan orang lain!"
"Dia benar-benar kurang ajar, mengapa selalu merugikan putriku?"
Liu Ta-su marah. Sambil menangis Liu Hui-hui berkata.
"Ini adalah permintaanku, dia tidak melarangku menikah dengan orang lain dia menyuruhku sekarang juga mencari jodoh."
"Apa tanggapan 2 bersaudara Yu?"
Tanya Liu Ta-su.
"Kami hidup bukan demi keluarga Lim, tapi bila mati kami akan menjadi setan keluarga Lim!"
Jawab Yu Bwee-nio.
"Kalian macam-macam, aku jadi bingung."
Kata Yu Bwee-nio.
"Dalam hati Lim Kongcu sudah ada gadis pilihannya, kami bukan perempuan yang akan dia nikahi dan kami tidak berharap bisa menikah dengannya, kami hanya bisa terus mengikutinya!"
"Untuk apa kalian terus mengikutinya?"
Tanya Liu Ta-su. Yu Bwee-nio tertawa kecut, berkata.
"Kata-kata Paman benar-benar membuatku tidak bisa menjawab, kami bisa dikatakan adalah pembantu atau istri mudanya, tapi dia bilang dia belum menikah, dari mana datangnya istri, kalau menjadi pembantunya, posisi kami sedikit lebih tinggi, kami berharap dalam waktu 10 tahun ini dia akan berhasil, sesudah Nona Liu menikah dengannya, kami baru menjadi istri mudanya, kalau tidak, kami pun tidak tahu harus melakukan apa, bila Lim Kongcu mati, kami masih ada harapan menjaganya, tapi kalau dia jadi hweesio kami tidak bisa mengikutinya lagi, kami akan selalu merindukan dia!"
Liu Ta-su tidak mengerti isi hati 2 gadis Yu yang lebih setia dari putrinya, tidak ada perkataan yang bisa dia ucapkan, terpaksa dia bergurau.
"Kalian masih bisa mengikutinya! Jika Hud-kiam membaca bacaan Budha, kalian yang memukul ikan kayu, jika dia meminta makanan di jalan, kalian yang membawa piringnya!"
Dengan serius Yu Bwee-nio berkata.
"Kalau bisa begitu kami akan mengikutinya, tapi kata Lim Kongcu, jenis hweesio yang akan dia lakukan adalah jenis hweesio yang hidupnya paling sulit, bajunya usang begitu juga sepatunya dan akan menjadi orang yang tidak berperasaan, maka dia tidak ingin kami mengikutinya lagi."
Liu Ta-su benar-benar ingin marah sekaligus ingin tertawa.
"Sudahlah, kalau kalian membicarakan dia, aku benar-benar tidak tahan dan ingin membunuhnya, apakah di dunia ini laki- laki sudah mati semua, hingga kalian harus terus mengikutinya?"
"Tentang hal ini, kau boleh tanyakan kepada Nona Liu!"
Kata Yu Bwee-nio.
"Cepat kalian pergi dari sini!"
Kata Liu Hui-hui. Dua bersaudara Yu segera membalikkan tubuh dan berjalan, melihat sosok belakang mereka, Liu Ta-su tertawa dingin.
"Hui-hui, bagaimana denganmu? Apakah kau juga akan seperti mereka begitu rendah?"
"Ayah, kau bicara begitu kasar, harus kuakui sebenarnya aku lebih rendah dari mereka!"
"Apa?"
Liu Ta-su melotot.
"Memang mereka tidak mendapat posisi di hatinya, tapi mereka mau terus mengikutinya sedangkan aku hanya mempunyai harapan kosong, bisanya menunggu dan menunggu."
Liu Ta-su sangat marah, Liu Hui-hui memohon.
"Ayah, demi kebaikanku, ayah jangan memaksaku menikah dengan orang yang tidak kucintai!"
"Kalau bukan demi kau, aku tidak akan berseberangan dengan Ciu Giok-hu, tidak akan keluar dari Ceng-seng, tidak akan meninggalkan kampung halaman, kau tidak boleh terlalu menuruti orang lain!"
Kata Liu Ta-su.
"Kalau ayah dulu tidak memaksa dia harus tinggal di rumah kita dan mengganti marga, dia tidak akan pergi juga tidak akan terjadi hal seperti ini, kalau ayah sayang kepadaku, buktikanlah kasih sayang ayah! Yang penting aku tidak akan membuat keluarga Liu tidak tahu aturan."
"Baiklah, kau boleh tunggu dia selama 10 tahun, apakah setelah 10 tahun kau bisa menjamin aku bisa menggendong cucu?"
Wajah Liu Hui-hui jadi merah, dia tetap berkata.
"Aku tidak bisa menjamin, kalau aku tidak bisa melahirkan, keluarga Liu tidak ada keturunan, ini tidak bisa menyalahkan siapa pun!"
Liu Ta-su terdiam kemudian berkata.
"Aku lupa bertanya kepadanya, dulu dia tidak mau tinggal dengan kita katanya keluarga Lim hanya dia anak laki-laki satu-satunya, sekarang dengan cara hidup dia seperti itu, apakah keluarga Lim masih ada generasi penerus?"
"Itu sudah diatur sebab Yu Bwee-nio sudah hamil, laki-laki atau perempuan yang penting keluarga Lim sudah ada penerusnya, maka bila aku melahirkan anak, semua adalah cucumu, dia sendiri yang berjanji kepadaku."
"Dia sudah mempunyai generasi penerus seperti punya akar, tapi kedua kakiku masih tergantung di tengah-tengah udara,"
Kata Liu Ta-su dingin.
"Ayah! Bila ayah setuju pun, putrimu tidak bisa berbuat seperti itu!"
"Ayah tidak setuju, dia juga tidak setuju, demi aku dia tidak menikah, ini sudah membuatku puas, tapi belum tentu harus menunggu begitu lama, bila masih bisa menunggunya, hati dan tubuhku miliknya, kalau tidak bisa, hatiku pun akan mati tubuhku tetap milik putrimu, maka semua ayah yang atur! Ayah, aku mohon biarkan aku hidup selama beberapa tahun lagi, jangan paksa aku, sekarang hatiku sudah mati, aku sudah jadi mayat hidup?"
Beberapa kalimat ini benar-benar dingin dan tidak berperasaan, Liu Ta-su tahu sifat putrinya, permintaan ini tidak bisa dikompromi lagi, dia menarik nafas panjang dan berkata.
"Aku benar-benar berharap aku bisa tega menghabisi nyawaku sendiri, supaya tidak repot seperti sekarang ini!"
Liu Hui-hui bersandar ke pundak ayahnya, lalu masuk ke pelukan ayahnya, sambil tertawa berkata.
"Ayah, mengapa kau tidak membunuhku supaya bisa hidup lebih tenang?"
Liu Ta-su mengelus-ngelus rambutnya.
"Hui-hui, lebih baik aku membunuh diriku sendiri karena aku ingin kau tahu, bahwa memiliki seorang putri yang bandel adalah hal yang menyusahkan juga akan membuatmu tahu, bila ayahmu sakit kau akan senang!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Memang kata-katanya seperti marah, tapi Liu Hui-hui tahu hati ayahnya sudah luluh, paling sedikit dia diijinkan menunggu, maka dia tertawa.
"Ayah, mari kita pergi! Setelah tiba di Seng-touw, kita beli satu kampung kecil, setiap hari aku akan menemanimu dan menyayangimu, kalau aku sudah menikah dan punya anak, ayah akan menyayangi cucu tidak akan menyayangiku lagi."
Liu Ta-su tahu putrinya sedang menghiburnya, maka dia juga bergurau.
"Hui-hui, mukamu benar-benar tebal, jangan lupa, kau masih seorang gadis yang belum menikah dan anak orang kaya, kau berani berkata demikian, apakah kau tidak malu?"
"Kita sudah meninggalkan Ceng-seng, tidak punya rumah, tidak punya uang, aku sudah bukan putri orang kaya lagi, apa lagi apa yang aku katakan tadi sangat manusiawi, untuk apa malu, aku adalah putri Liu Ta-su, tidak ada orang yang berani menertawakanku, kecuali dia tidak takut kepalanya berpindah!"
"Anak, kita sudah bukan orang Ceng-seng, jangan sembarangan membunuh, kita harus ada aturan!"
"Aku hanya bergurau, sampai sekarang aku tidak pernah membunuh tapi aku tidak setuju kata-kata ayah, aku pernah berkelana, aku tidak pernah menggunakan nama Ceng-seng, tetap tidak ada orang yang menghinaku."
Liu Ta-su tertawa sambil menepuk pundaknya.
"Sudahlah, jangan bicara terus, sudah waktunya kita pergi, dalam kelompok ini hanya kau yang pernah keluar maka kau yang harus membawa jalan!"
"Mana mungkin aku menjadi pemimpin? Walau ayah sudah bukan Ketua Ceng-seng lagi tapi tetap ketua kami!"
Jawab Liu Hui-hui.
"Aku tidak tahu jalan, bagaimana bisa jadi pemimpin? 20 tahun yang lalu aku pernah kerkelana, tapi dunia luar sekarang sudah berubah, jalan pun sudah lain, kelompok kita orangnya sangat banyak tapi semua seperti aku, tidak tahu keadaan dunia luar, maka kita harus hati-hati, kau harus lebih cape!"
Liu Hui-hui mengangguk, dia bertanya kepada Lim Cu-goan.
"Paman keempat, Bibi Lim masih berada di Ceng-seng, apakah beliau aman?"
"Semenjak kakak ipar menjanda, hatinya dingin seperti es, dia tidak akan bertanya apa yang terjadi, aku kira Ciu Giok-hu pun tidak akan melakukan apa-apa kepadanya!"
Kata Lim Cu- goan.
"Aku harap begitu, mari kita pergi!"
Ucap Liu Hui-hui.
Kelompok orang itu mulai berjalan, angin gunung dan kabut terus menyelimuti gunung, Ceng-seng sudah berada di dalam kabut dan awan.
Ooo)d*w(ooO BAB 21 Dunia persilatan sungguh berbahaya.
Semenjak Ciam Giok-beng membawa murid-murid Kian- kun-kiam-pai kembali ke Kim-leng, dia hanya diam tidak tertarik pada apa pun, selain mengajar muridnya ilmu pedang, dia selalu diam berpikir, tidak mau bicara dengan siapa pun juga tidak keluar mencari teman, bila ada teman yang datang berkunjung, selalu dilayani oleh Kie Tiang-lim.
Orang yang datang berkunjung adalah orang terkenal di dunia persilatan atau pesilat pedang terkenal, ada juga tetua- tetua dari perguruan terkenal.
Tujuan mereka mengunjungi Ciam Giok-beng semua sama, mereka ingin menanyakan hasil kunjungan Kian-kun-kiam-pai ke Ceng-seng.
Dan bagaimana ilmu pedang Ceng-seng? Jawaban Kie Tiang-lim sangat sederhana, ilmu pedang Ceng-seng sangat tinggi, pesilat tangguh di sana sangat banyak, ilmu pedang mereka bermacam-macam dan aneh, sepertinya berada di atas semua perguruan, di Ceng-seng mereka tidak kalah atau tidak menang, juga tidak bisa dihitung sama kuat dan tidak ada hasilnya.
Jawabannya tidak membuat orang yang datang berkunjung merasa puas, paling-paling Kie Tiang-lim akan menambahkan, mereka beberapa kali bertarung, ada yang menang dan ada yang kalah.
Apa alasan sebenarnya Kie Tiang-lim tidak akan bercerita, hanya mengatakan bahwa ini adalah masalah pribadi.
Di dunia persilatan ada satu aturan, kalau menyangkut hal pribadi kecuali orang itu berniat memberitahukannya maka mereka boleh bertanya, kalau tidak mau mereka akan diam, hubungan mereka dengan Kian-kun-kiam-pai hanya teman biasa, tidak ada alasan terus bertanya, Kie Tiang-lim mewakili perguruan mereka memberikan alasan dengan bukti yang tepat, dia menjawab mereka tidak kalah di Ceng-seng, itu sudah cukup berarti, kalau ingin tahu siapa yang kalah atau menang di Ceng-seng akan menyangkut nama baik orang lain, maka dia tidak mau menjawab, yang lain tidak bisa bertanya.
Malah perusahaan perjalanan Su-hai di bawah pimpinan Kie Pi-sia dan Goan Hiong usaha mereka terus berkembang dan berapa pun harga barang tetap diterima, akan diterima untuk diantar, Ketua dan wakil ketua berada di kantor pusat mereka tidak akan keluar untuk mengantarkan barang, kereta Su-hai hanya dipasang bendera Su-hai, dan hanya ada 1-2 orang pegawai yang mengantar dan tidak akan terjadi apa-apa.
Mereka berdua setiap hari pasti ke rumah Ciam Giok-beng untuk menengok, kadang-kadang langsung pulang, kadang- kadang agak lama di sana, waktu sekarang ini adalah waktu yang paling menegangkan bagi Su-hai, murid-murid berjaga, generasi tua seperti Kie Tiang-lim, Goan Jit-hong, Pui Ciauw- jin, dan Ho Gwat-ji tetap membantu menjaga.
Su-hai sudah membangun nama baiknya di Kim-leng, dua cabang di ibu kota dan Hang-ciu juga sangat ramai, mereka lebih teliti setiap kali mengantar barang pasti ada 1-2 pesilat tangguh yang mengikuti rombongan.
Thio Ceng-koan (Nama asli Thio Yan-to) dan putranya berkongsi membuka Su-hai, setiap hari mereka berebut menghitung keuntungan, dalam waktu setengah tahun mereka berhasil mendapat untung 100 ribu tail perak, mereka mendapat 30%, paling sedikit mereka mendapat 500 tail perak.
Pensiunan pejabat ini setiap kali bertemu teman lama selalu memuji dirinya telah mengambil keputusan yang benar, dengan hasil yang didapat seperti sekarang ini bila dia masih menjadi pejabat, harus 2-3 tahun baru bisa mendapatkannya, itu pun harus hati-hati supaya tidak ketahuan kalau itu hasil korupsi, sekarang begitu gampang dia mendapat uang.
Perusahaan perjalanan Su-hai dalam waktu setengah tahun sudah mengumpulkan begitu banyak uang, itu pasti akan membuat sesama perusahaan perjalanan menjadi iri, tapi Su- hai sangat loyal, uang dari hasil keuntungan kecuali untuk memenuhi keperluan, sisanya disimpan di bank, bila ada perusahaan perjalanan saat menjalankan tugas dirampok di tengah jalan, asal ada bukti kuat semua akan dibantu oleh Su- hai.
Uang untuk ganti rugi dalam waktu setengah tahun mencapai beberapa puluh ribu tail, hal ini membuat sesama perusahaan perjalanan merasa sangat berterima kasih.
Tidak akan terjadi iri di antara mereka.
Semua orang merasa aneh untuk apa perusahaan perjalanan Su-hai melakukan hal seperti ini? Sebagai ketua perusahaan Kie Pi-sia menjelaskan.
"Membuka perusahaan perjalanan tujuannya adalah supaya orang-orang berilmu silat bisa mencari makan dan pekerjaan ini sangat lurus, nasib Su-hai lebih bagus, maka mendapat keuntungan lebih baik, orang lain belum tentu akan bernasib baik, bila kerugian terlalu besar akan membuat mereka beralih ke jalan tidak baik, itu sangat disayangkan bila orang itu jujur, mungkin dia akan menjual rumah, sawah, dan lain-lain, atau masuk penjara!"
"Su-hai mendapat hasil melalui ilmu silat, digunakan untuk menegakan keadilan dan kebenaran, demi sesama perusahaan perjalanan mengatasi kesulitan, pembawaan mereka yang lurus ini membuat dunia pesilat tidak terbenam, mereka tidak mencari nama juga tidak mencari untung, hanya minta hati yang tenang."
Kata-kata ini memang sangat indah pasti tidak ada orang yang bisa membantah, satu-satunya yang membuat mereka merasa tidak puas adalah 'nasib', orang membuka perusahaan perjalanan tidak ada yang mengandalkan nasib, semua harus mengandalkan kekuatan, Su-hai mempunyai kekuatan luar biasa.
Tapi ketidakpuasan dengan sesama perusahaan perjalanan hanya bisa disimpan di hati, karena perusahaan perjalanan Su- hai bisa dikatakan cukup baik kepada mereka, memang mereka tidak pernah menolak orang-orang yang menitipkan barang, tapi harga yang mereka buka sangat tinggi, lebih tinggi dari perusahaan perjalanan lain satu kali lipat, mereka berharap karena mahal mereka jadi mundur dan mencari perusahaan perjalanan yang lain, tapi karena hanya mengandalkan bendera Su-hai dan 2 pegawai sudah bisa berjalan ke semua tempat, membuat keuntungan Su-hai tetap sangat besar.
Su-hai selalu menerima barang dari perusahaan perjalanan lain yang tidak berani diterima seperti Tiang-kang-cui-cai yang dikuasai Biauw-eng hanya Su-hai yang bisa lewat, hanya Su- hai yang punya wibawa, semua ini membuktikan kalau perjalanan Kie Tiang-lim ke Ceng-seng tidak salah, sebab Biauw-eng yang ada di Pa-tong sudah bertemu dengan Kian- kun-kiam-pai, dan sudah tersebar ke mana-mana, mereka juga tahu kalau Biauw-eng sangat takut dan hormat kepada Ceng-seng.
Kalau Kie Tiang-lim dan lain-lain kalah di Ceng-seng, Tiang- kang-cui-cai tidak akan memberi jalan kepada Su-hai, maka melihat Su-hai bisa makmur, perusahaan perjalanan lain hanya bisa menelan ludah, kadang-kadang barang yang hilang bila meminta tolong kepada Su-hai untuk mencarikannya kembali, Su-hai akan menggantikannya.
Yang paling akrab dengan perusahaan perjalanan Su-hai adalah perusahaan perjalanan Kim-leng, hanya perusahaan perjalanan ini.
yang tahu, Kie Pi-sia melakukan semua ini karena Lim Hud-kiam.
Goan Hiong dan Lim Hud-kiam pernah berjanji, bila barang yang dikirim pertama kali hilang, itu berarti setiap kali tidak ada pesilat tangguh yang ikut mengantarkan barang, berarti mereka ingin memberikannya kepada Lim Hud-kiam, Goan Hiong pernah berjanji asal barang yang diambil oleh Lim Hud- kiam, berapa pun harga barang terbut mereka akan memberikannya, selain Lim Hud-kiam tidak ada orang yang berani merampok barang Su-hai, mereka menyimpan banyak uang karena siap mengganti kerugian supaya tidak mengganggu nama baik Su-hai.
Tapi selama setengah tahun ini, Lim Hud-kiam tidak muncul-muncul, Ciu Giok-hu dan Bun Tho-hoan yang ingin mendirikan perguruan pun tidak ada kabar beritanya, Tiang- kang-cui-cai yang dipimpin Biauw-eng semakin besar dan kuat, banyak golongan hitam kelompok kecil masuk menjadi anggota Biauw-eng, dia benar-benar sudah menjadi pemimpin semua golongan hitam.
Sesudah Ho Gwat-ji menikah, dia benar-benar mundur dari dunia golongan hitam, tapi teman lama di dunia persilatan masih banyak yang datang mengunjunginya, maka terhadap keadaan golongan hitam perusahaan perjalanan Su-hai masih sangat hafal, sejak Biauw-eng mendapat uang yang diantar Yu-sam-tong, uang dalam jumlah begitu banyak cukup untuk membayar anak buahnya, maka anak buahnya jarang merampok lagi.
Sering terjadi perampokan terhadap perusahaan perjalanan, kebanyakan karena orang dunia golongan hitam yang tidak ingin dikuasai Biauw-eng karena butuh maka mereka sering bergabung, merampok perusahaan perjalanan.
Tapi mereka selalu mengikuti peraturan golongan hitam yaitu mengambil barang tidak melukai orang, sesudah itu mereka akan memberitahu Ho Gwat-ji, berharap agar Su-hai jangan meminta barang yang mereka rampok, maka uang- uang yang dikeluarkan Kie Pi-sia sebenarnya adalah diberikan kepada orang-orang seperti ini, dengan begitu golongan hitam juga garis lurus menjadi akrab.
Orang-orang yang merampok ini separuh uangnya sering digunakan untuk menolong fakir miskin, mereka juga tidak ingin meminta uang dari Su-hai, maka mereka melakukannya dengan cara seperti ini, sesudah itu mereka memberitahu Su- hai, hanya tidak ingin bermusuhan dengan Kian-kun-kiam-pai.
Awalnya Kie Pi-sia tidak suka, tapi sesudah beberapa kali berkelana di dunia persilatan, dia mulai bisa menerimanya.
Semua ada aturan tersendiri, semua ini tidak bisa dia dobrak, apa lagi sudah beberapa kali dia gagal, hampir-hampir nyawa gurunya Ciam Giok-beng hilang di Ceng-seng, dengan begitu kesombongannya mulai memudar, dia hanya mengurusi masalah Su-hai, tidak mau gara-gara barang sesama perusahaan perjalanan yang dirampok, dia yang mengurusinya dengan golongan hitam, sebab ini akan membuat golongan hitam marah dan membuat mereka masuk ke kelompok Biauw-eng, membuat Biauw-eng bertambah kuat, malah akan salah paham dengan Ho Gwat-ji, kalau tidak ada kabar dari Ho Gwat-ji mengenai dunia golongan hitam, Su-hai akan repot.
Apa lagi dalam waktu setengah tahun ini Kie Pi-sia sangat sibuk kecuali setiap hari mengunjungi Ciam Giok-beng, dia pun memperdalam ilmu silatnya, Ciam Giok-beng selalu diam berpikir, dia sedang memikirkan beberapa kali pertarungannya untuk mengubah Tay-lok-kiam-hoat yang masih kurang sempurna.
Goan Hiong, Kie Pi-sia, dan Ciam Giok-beng sering berunding, bertujuan membuat Tay-lok-kiam-hoat lebih sempurna, tapi hal ini hanya mereka bertiga yang menelitinya yang lain tetap seperti dulu.
Pui Ciauw-Kim-tan Ho Gwat-ji meneliti senjata rahasia dan membuat senjata-senjata baru, Kie Tiang-lim dan Goan Jit- hong juga sibuk meneliti jurus-jurus pedang dari masing- masing perguruan untuk mengubah ilmu pedang mereka, ilmu Ciam Giok-beng memang lebih tinggi tapi hanya sebatas ilmu perguruannya.
Semua orang mencatat apa yang mereka dapat dari penelitiannya, yang merapikan adalah Souw Thian-sia, hasil penelitiannya kemudian di
Jilid menjadi sebuah buku, ini adalah buku untuk mengajar generasi baru Kian-kun-kiam-pai.
Selama setengah tahun ini, teknik ilmu pedang semua orang maju pesat, hal ini membuat mereka mengetahui kesombongan yang dulu sudah membuat mereka menghabiskan banyak waktu untuk maju.
Pada suatu musim panas, sejak mereka pulang pada bulan ke-.
Ciam Giok-beng, Goan Hiong, dan Kie Pi-sia berada di dalam rumah, meneliti ilmu Tay-lok-kiam-hoat, mereka juga memperagakannya, mereka merasa ilmu ini sudah cukup sempurna, Ciam Giok-beng menarik nafas dan berkata.
"Hiong-ji, Pi-sia, semua penelitian kita sudah selesai, tapi aku merasa masih bisa lebih maju, hanya saja kemampuanku sudah terbatas, bila ingin terus maju, semua harus mengandalkan kalian berdua."
Kie Pi-sia dan Goan Hiong saling berpandangan, mereka tidak tahu harus menjawab apa, Pui Thian-hoa yang bertanggung jawab menjaga pintu tiba-tiba mengetuk pintu, dia berkata.
"Kie Suci, ada bisnis yang baru datang, Tay-ya berharap kalian sendiri yang bertemu dengan pelang-gan."
Kie Pi-sia mengerutkan alis.
"Sute, kau tahu kami tidak ada waktu, kalau ada bisnis datang, suruh kasir yang mengurusnya, asal pelanggan kuat membayar, seperti biasa kita akan menerimanya!"
"Yang datang sekarang adalah 3 Tosu, dengan sikap sungkan pada Kie Tay-ya menerima mereka, dan mengobrol secara rahasia, kemudian menyuruh aku memangguk kalian,"
Kata Pui Thian-hoa.
"Aneh, ada barang rahasia apa sampai-sampai Tosu pun menyuruh kita mengantarnya? Uang yang di dapat menjadi dukun, lebih baik untuk membetulkan kuil-kuil yang sudah usang!"
Kata Kie Pi-sia. Kata Pui Thian-hoa.
"Pakaian mereka sangat biasa, tidak seperti orang kaya, tapi barang yang mereka titipkan berhaga 400 ribu tail perak, dan mengatakan dengan harga berapa pun mereka akan menitipkannya, kasir tidak berani menentukan, maka mempersilakan Kie Tay-ya menanganinya begitu Kie Tay-ya bertemu mereka, beliau segera membawa mereka masuk, tidak lama Kie Tay-ya menyuruh aku kemari untuk memanggil Kie Suci, sikap Tay-ya sangat serius, sepertinya hal ini bukan hal sederhana."
"Mungkin ada hal serius, kalau tidak ayahmu tidak akan mengganggu kita yang sedang mempelajari ilmu pedang Tay- lok, mari kita bersama-sama kesana melihatnya!"
Kata Ciam Giok-beng. Pui Thian-hoa berkata.
"Kie Tay-ya berpesan, Goan Suheng juga boleh ikut karena orang yang datang adalah orang dunia persilatan, guru seperti kurang leluasa!"
Ciam Giok-beng merasa lebih aneh lagi dan berkata.
"Pi-sia, kalian segera kesana melihat apa yang terjadi, bila orang itu adalah orang dunia persilatan, itu bukan bisnis biasa!"
Kie Pi-sia dan Goan Hiong pergi dengan tergesa-gesa, Ciam Giok-beng merasa tidak tenang, tidak lama kemudian Kie Tiang-lim dan Goan Jit-hong datang, wajah mereka terlihat sangat serius.
"Adik, siapa yang datang? Katanya adalah 3 Tosu, apa yang ingin mereka titipkan?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Mereka adalah 3 Tianglo Cing-seng-goan di Bu-tong, nama mereka adalah Cia-cing, Cia-bu, dan Cia-hui, mereka adalah generasi Cia yang tersisa, mereka tidak ingin diketahui nama aslinya, terpaksa aku berpura-pura bingung,"
Kata Kie Tiang- lim. Ciam Giok-beng terpaku.
"Ada apa 3 Tianglo mencari kita? Mereka dari perguruan lurus, terhadap perguruan pedang kita selalu dianggap perguruan tidak lurus dan biasanya jarang berhubungan, mengapa sekarang mereka bisa mencari kita?"
"Dia mencari kita untuk minta mengantarkan barangnya, mereka mengatakan barang yang diantar berharga 400 ribu tail, tapi hanya berupa sebuah kotak kecil, mungkin harganya tidak lebih 40 tail!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Apa isi kotak itu?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Di dalam kotak ada sebuah plakat terbuat dari batu giok, kalau diperhitungkan dengan harga sekarang nilainya tidak lebih dari 40 tail perak, tapi bila hilang kita sungguh tidak akan bisa menggantikannya, karena itu adalah barang yang tidak ternilai!"
Kata Goan Jit-hong sambil tertawa. Ciam Giok-beng terpaku.
"Plakat giok, apakah itu adalah plakat dunia persilatan?"
"Kecuali mainan itu benda apa yang nilainya bisa mencapai 400 ribu tail? Plakat giok itu adalah plakat dunia persilatan, yang diperebutkan setiap 3 tahun sekali oleh 5 perguruan besar, plakat itu memang tidak berharga tapi merupakan melambangkan prestasi tertinggi dalam ilmu pedang, siapa pun yang memegang plakat itu berarti dia adalah orang nomor satu dalam ilmu pedang di dunia persilatan, setiap kali selalu 5 perguruan yang memperebutkannya siapa yang mendapatkannya hanya 5 perguruan ini yang tahu."
"Plakat giok itu berada di tangan mereka, berarti tahun kemarin Bu-tong yang menjadi nomor satu, untuk apa mereka mencari kita?"
Tanya Ciam Giok-beng.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau aku tahu, masalahnya akan beres, mereka benar- benar tidak ingin memberitahukannya, apa lagi memberitahu apa tujuan mereka, mereka hanya ingin kita bertanggung jawab mengantarkan kotak kecil ini, sebelum bulan 9 tanggal satu, tempatnya adalah Tai-san Tiang-jin-hong, tempat yang biasa digunakan untuk bertarung antar 5 perguruan besar, apakah bulan 9 tanggal satu adalah waktunya 5 perguruan besar bertarung?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Kira-kira begitulah!"
Kata Goan Jit-hong.
"Ilmu pedang Bu-tong-pai nomor satu di dunia persilatan, mengapa harus kita yang mengantarkannya?"
Tanya Kie Tiang- lim.
"Mereka pun tidak berani memberitahu identitas mereka, untung dulu aku pernah bertemu dengan 3 orang ini, tapi mereka sudah lupa padaku maka aku juga pura-pura tidak tahu!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Mereka bisa mengeluarkan plakat giok lambang dunia persilatan berarti mereka tidak berpura-pura tidak kenal, mereka juga memakai nama palsu meminta tolong kepada kita, aku harap kita harus berhati-hati,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Aku tahu, maka aku juga pura-pura tidak tahu, mereka mencari penanggung jawab perusahaan perjalanan Su-hai jadi mereka harus bertemu dengan Pi-sia, setelah itu mereka baru mau bicara, terpaksa aku memanggil Pi-sia!"
Kata Kie Tiang- lim.
"Itu sangat sederhana, mereka pasti tidak sanggup mengantar plakat itu ke sana, maka meminjam tenaga kita!"
Kata Goan Jit-hong.
"Sama-sama orang dunia persilatan, mereka meminta tolong, kita tidak ada alasan untuk menolaknya!"
Ucap Ciam Giok-beng.
"Tapi aneh, kedudukan mereka sangat tinggi di dunia persilatan, bila mereka membuka suara minta tolong kepada perguruan lain, mau di taruh di mana muka mereka, kalau dunia luar mengetahui akan menjadi bahan ejekan, setiap tahun pertarungan antar 5 perguruan ujung-ujungnya selalu tidak enak, untung ada beberapa ketua perguruan yang pembawaannya lebih sabar, maka tidak sampai membuat murid-murid mereka bentrok dan terjadi pertarungan berdarah, maka mereka merasa lebih baik mencari perusahaan perjalanan untuk membantu mereka dari pada meminta bantuan kepada perguruan lain."
"Tapi plakat itu adalah lambang kemenangan, tidak ada arti yang lain, mengapa takut hilang?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Tidak jelas alasannya, mungkin plakat giok itu harus diperlihatkan di rapat akbar itu, kemudian akan diberikan kepada pemenang berikutnya, kalau sampai waktu itu tidak bisa diserahkan, bagaimana mereka akan mengatakannya kepada 4 perguruan lain?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Aku kira alasannya bukan ini, aku minta Hiong-ji mencari tahu, sementara kita jangan cuma menebaknya, kita tunggu mereka yang bicara baru akan lebih jelas,"
Kie Tiang-lim menyambung. Mereka terus menebak-nebak tapi tetap tidak ada hasilnya, terpaksa mereka menunggu dengan sabar, setelah lama mereka baru melihat Kie Pi-sia datang dengan Goan Hiong. Ciam Giok-beng segera bertanya.
"Bagaimana kalian mengambil keputusan?"
"Mereka mengaku bahwa mereka dari Bu-tong bermaksud menitipkan plakat itu untuk diantar ke Tai-san, harga yang diajukan terserah kita, asal bukan sengaja dihilangkan, maka tidak perlu mengganti kerugian."
"Mana ada perusahaan perjalanan yang sengaja menghilangkan benda yang dibawa?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Menurut mereka sewaktu plakat itu keluar dari Bu-tong orang yang mengantarkannya berjumlah 40, sepanjang jalan mereka terbunuh satu persatu sekarang hanya tersisa mereka bertiga, perjalanan masih ada jalan lagi, terpaksa mereka meminta bantuan kepada kita,"
Goan Hiong bercerita. Dengan aneh Goan Jit-hong bertanya.
"Mengapa aku tidak pernah mendengar cerita ini?"
"Mereka melaksanakan semua ini secara rahasia, tapi tetap tidak bisa lolos dari mata pembunuhnya, sepanjang jalan orang mereka selalu ada yang terbunuh, setelah melewati pertarungan ketat ketiga tianglo ini di bantu murid Bu-tong yang lain baru bisa lolos, sesudah mereka menyuruh orang mencari tahu, mayatnya pun sudah hilang, karena itu mereka tidak berani menyebarkan kabar ini!"
"Apakah mereka tahu pihak mana yang melakukan semua ini?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Tidak ada yang tahu, jumlah lawan tidak banyak, tapi mereka terbagi jadi beberapa kelompok, wajah mereka sangat asing,"
Jawab Goan Hiong.
"Mengapa kelompok itu harus merampok plakat giok itu?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Mengenai hal ini aku sudah menanyakannya menurut mereka plakat ini sebelum bertanding harus diperlihatkan kepada umum, kalau tidak bisa diperlihatkan kelompoknya yang harus bertanggung jawab, seperti membubarkan perguruan mereka atau mengundurkan dari dunia persilatan, maka setiap perguruan yang menang, sangat ketat menjaga plakat giok itu, bila dibawa selalu disimpan di tempat yang sangat rahasia, karena khawatir hilang, kali ini entah mengapa rombongan yang membawa plakat giok ini diketahui oleh musuh, untungnya musuh tidak tahu plakat giok itu berada di tangan siapa, kalau tidak 3 tianglo Bu-tong ini tidak akan bisa sampai di Kim-leng, tapi mereka sadar bila hanya mengandalkan tenaga mereka bertiga, plakat itu tidak akan sampai di tempat tujuan...."
Kata Goan Hiong.
"Apakah 4 perguruan itu ingin membuat Bu-tong jatuh, maka mereka melakukan perbuatan seperti itu?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Aku juga pernah menanyakannya, tapi menurut mereka tidak mungkin, sebab 4 perguruan yang lain adalah perguruan lurus, memang demi nama mereka saling berhadapan tapi mereka tidak akan melakukan hal seperti itu, apa lagi orang yang membunuh mereka mempunyai ilmu pedang sangat aneh, ilmu pedang mereka bukan dari 4 perguruan itu, mereka juga bukan orang-orang Tionggoan yang mereka kenal, hal ini membuat mereka merasa aneh dan Terkejut."
"Lim Hud-kiam pernah memberitahu banyak pesilat pedang yang bersembunyi, mereka mengambil kesempatan ini untuk keluar, mungkin yang dimaksud adalah orang-orang ini!"
Kata Ciam Giok-beng.
"3 Tianglo Bu-tong tidak tahu ada hal seperti ini, sesudah dijelaskan mereka mengatakan ini sangat mungkin dan membuat mereka lebih khawatir, mereka menganggap kalau itu benar maka plakat giok itu lebih-lebih tidak boleh hilang!"
"Kalau mereka adalah pesilat yang bersembunyi dan mereka ingin muncul kembali ke permukaan seharusnya mereka menyerang 5 perguruan besar itu supaya mereka bisa terkenal, untuk apa merebut plakat dunia persilatan? Plakat giok ini hanya melambangkan kemenangan ilmu pedang dan hanya berlaku untuk 5 perguruan besar dan harus dipertaruhkan dalam rapat akbar terbuka, dengan cara seperti itu walaupun plakat itu berhasil didapatkan, paling-paling hanya membuat wibawa Bu-tong turun, setelah itu mereka tidak akan mendapatkan kebaikan apa pun, kecuali plakat giok itu apakah ada nilai lebih lain yang membuat semua orang ingin merebutnya."
"Aku pernah menanyakannya tapi mereka enggan mengatakannya, aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, tapi menurutku, kejadian ini mirip dengan Paman Goan!"
Kata Kie Pi-sia.
"Apakah kau pernah melihat plakat giok itu?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Hanya sebentar, tapi tidak ada keistimewaannya,"
Jawab Goan Hiong.
"Kita sisihkan dulu masalah ini, apakah kalian setuju untuk mengantarkannya?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Kami setuju, kita membuka perusahaan perjalanan tidak bisa menolak bisnis yang datang, apa lagi mereka sudah memberitahukan identitas mereka, bila ingin membangun keadilan dunia persilatan, kita tidak bisa berpangku tangan,"
Kata Kie Pi-sia. Goan Jit-hong tertawa.
"Keponakan Kie benar-benar berjiwa besar seperti laki-laki, dengan posisi Bu-tong yang terkenal minta bantuan kepada kita, ini adalah kebanggaan Kian-kun- kiam-pai, tapi jujur bicara bisnis ini bukan hal gampang, kalau tidak, mereka tidak akan mencari kita."
Kie Pi-sia tertawa, berkata.
"Jadi aku akan ketat pada mereka, aku akan mengajukan harga 2 kali lipat dari biasanya, jadi jumlahnya 800 ribu tail perak."
"Tidak baik begitu!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Tidak apa-apa, Bu-tong-pai punya keuangan sangat kuat, murid-murid mereka yang bukan pendeta kebanyakan adalah orang kaya, mereka sangat menyayangi nyawa sendiri dan ingin kita bertanggung jawab atas bahaya ini, meminta harga lebih tinggi dari biasanya aku kira itu wajar,"
Kata Goan Jit- hong.
"Tapi kalau barang yang dibawa hilang, kita pun tidak perlu menggantinya, meminta harga begitu tinggi sepertinya tidak pantas,"
Ciam Giok-beng berkata.
"Aku masih menerangkan kepada mereka kalau tidak sampai di tempat tujuan, mereka tetap harus membayar karena kita tidak secara sengaja menghilangkan barang yang kita bawa, kalau terjadi sesuatu pasti nyawa kita akan terancam, maka harga ini adalah harga nyawa kita!"
Kata Kie Pi-sia.
"Itu lebih tidak masuk akal,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Mereka menerimanya dan terlihat sangat senang, mereka menganggap itu harga pantas, kalau kita tidak mengajukan harga tinggi, mereka malah meragukannya, harga yang diminta Kie Suci membuktikan kalau kita sungguh-sungguh dalam melakukan tugas ini."
"Siapa yang akan mengantarkan barang ini?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Mereka akan ikut menjaga barang ini, bila perlu mereka juga bisa membantu, aku tahu ini hanya alasan sebenarnya mereka tidak tenang plakat giok ini dibawa oleh kita, karena itu aku pastikan di balik plakat dunia persilatan pasti tersimpan rahasia lain,"
Kata Kie Pi-sia.
"Walaupun ada rahasia, tidak ada hubungannya dengan kita, menerima bisnis memang gampang, menjalankan tugasnya yang sangat sulit!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Aku tahu ini sulit, tapi ini adalah kesempatan untuk kita, kalau kita berhasil kita bisa membuktikan kalau Kian-kun-kiam- pai tidak kalah dengan perguruan lain,"
Kata Kie Pi-sia.
"Kau hanya memikirkan yang baik, kau harus tahu bisnis kali ini mungkin saja akan membuat kita musnah, kemarin ini di Ceng-seng, Lim Hud-kiam sudah memprotes kepadaku, dia bilang aku ceroboh melakukan dan merencanakan hal-hal penting, itu benar-benar membuatku tidak bisa menjawab!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Tapi kali ini tidak akan, murid dan Kie Suci sudah mengambil keputusan, kami berdua yang akan ikut mengantar barang, kami tidak akan merepotkan Guru,"
Kata Goan Hiong.
"Apa hanya kalian berdua?"
Ciam Giok-beng terpaku.
"Ini permintaan mereka, kata mereka bila merepotkan Guru, berarti akan menjadi masalah Kian-kun-kiam-pai, dengan permintaan mereka tidak sesuai,"
Kata Goan Hiong. Ciam Giok-beng tertawa dingin.
"Aku tidak mengerti apa maksud mereka, jumlah mereka 40 orang, terbunuh 37 orang, maka buru-buru minta tolong kepada kita, tapi mereka hanya ingin kalian 2 anak muda yang menghadapi masalah, apakah di antara murid Bu-tong tidak ada murid yang lebih kuat dari kalian berdua?"
"Mereka terus menyatakan kalau mereka bukan meminta bantuan kepada Kian-kun-kiam-pai, tapi meminta bantuan kepada perusahaan perjalanan Su-hai, ini adalah bisnis, tidak ada hubungannya dengan hal lain,"
Kata Goan Hiong. Kie Tiang-lim berkata.
"Aku mengerti maksud mereka, kapan kalian akan berangkat, dengan cara apa kalian akan melakukan perjalanan?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Cara tidak ditentukan, semua ikut cara kita, semakin cepat berangkat semakin bagus, kalau bisa hari ini juga kita pergi! Hanya butuh satu kereta tidak perlu persiapan apa pun,"
Kata Goan Hiong.
"Mengapa begitu tergesa-gesa, hari masih pagi!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Lebih awal berangkat lebih baik, bila terjadi sesuatu masih banyak waktu untuk membereskannya, kalau terlalu lama dan terjadi sesuatu sulit mencari waktu lagi,"
Kata Goan Hiong. Kie Tiang-lim mengangguk.
"Betul juga, baiklah kalian siap- siap berangkat!"
Goan Hiong dan Kie Pi-sia tidak menyangka begitu mudah Kie Tiang-lim akan setuju, mereka saling berpandangan, akhirnya Kie Pi-sia bertanya.
"Apakah Guru ada pesan?"
"Perusahaan perjalanan adalah usaha kalian, aku tidak berhak bertanya, tapi sebagai guru aku menyarankan kali ini kalian pergi untuk menempuh bahaya kalau bisa melewati hal ini, itu paling bagus, kalau tidak bisa jangan dipaksa, kalian harus tahu keadaan lawan, kita mungkin bisa membantu yang penting harus menyayangi nyawa sendiri."
"Murid tahu,"
Goan Hiong dan Kie Pi-sia bersamaan menjawab. Ciam Giok-beng melambaikan tangan.
"Pergilah, tidak perlu pamitan lagi, hanya kalian harus ingat, sepanjang perjalanan kalian harus memberi kode dan selalu menyuruh orang memberi kabar."
Sesudah memberi hormat, mereka pun keluar, Pui Ciauw- Kim-tan Ho Gwat-ji kebetulan datang sesudah orang-orang yang lebih tua berunding, akhirnya Pui Ciauw-jin tertawa, berkata.
"Tosu-tosu Bu-tong itu benar-benar licik, mereka tahu kita pasti tidak akan tenang dan akan membantu maka mereka melakukannya dengan cara seperti itu, tidak mengijinkan kita mengikuti mereka."
"Kita tidak bisa apa-apa, sebab dengan posisi sebagai 3 tianglo Bu-tong mereka tidak bisa meminta tolong kepada orang lain, hanya dengan cara seperti ini baru berani bicara kepada dunia luar, kita yang lebih tua harus secara diam-diam membantu mereka, kalau secara terang-terangan, berarti Kian-kun-kiam-pai sedang membantu Bu-tong, mereka pasti akan merasa malu,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Selalu masalah muka, biar mereka tersiksa,"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Mereka masih mempunyai satu pikiran lagi, semakin sedikit orang yang pergi semakin simpel, mungkin bisa menutup perhatian orang lain, kalau terlalu banyak orang, malah menarik perhatian orang, apa lagi ketua Kian-kun-kiam-pai jangan sembarangan membantu."
"Kali ini Ciam Toako jangan ikut, Adik Pui dan Gwat-nio harus lebih sedikit direpotkan, harap kalian bisa berada di depan anak-anak dan membantu mereka memperhatikan orang yang patut dicurigai, aku dan Kie Toako akan ada di belakang mereka, Adik Pui sudah menemukan cara membuat peledak sampai radius 5 li, kita dengan jarak 5 li di depan dan di belakang, bila terjadi sesuatu dalam jarak 5 li kita masih bisa saling menolong,"
Kata Goan Hiong.
"Cara ini sangat baik, bukan karena aku malas, bila kalian berempat tidak sanggup menghadapi, percuma juga aku pergi ke sana,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Maksudku juga seperti itu, Bu-tong-pai sangat menyayangi nyawa murid-muridnya, mereka tidak ingin muridnya menjadi korban lagi, tapi Kian-kun-kiam-pai tetap harus menjaga murid-muridnya, lebih baik Ciam Toako tetap di sini mengajar murid-murid berlatih ilmu silat, kami saja yang pergi, bila terjadi sesuatu, paling sedikit Kian-kun-kiam-pai tidak musnah,"
Kata Goan Jit-hong.
"Baiklah, Adik Pui berunding dulu dengan Hiong-ji mengenai rute dan cara saling berhubungan, kemudian kalian siap berangkat, aku bisa bermalas-malasan di rumah,"
Kata Ciam Giok-beng. Pui Ciauw-Kim-tan Ho Gwat-ji sudah pergi dulu, Pui Thian- hoa membawa dua helai peta dan memberikan kepada Kie Tiang-lim.
"Kie Suci dan Goan Toako sudah berangkat, 3 To-su dari Bu-tong naik kereta kuda, kedua kakak naik kuda, mereka membawa 5 orang pegawai Su-hai, mereka juga membawa satu kandang merpati pos, siap saling berhubungan."
Kie Tiang-lim melihat peta perjalanan.
"Dari Kim-leng ke Tai-san, memang jalan ini paling dekat tapi juga jalan paling sulit, sepanjang perjalanan adalah air dan gunung yang berbahaya, sering dimanfaatkan oleh orang jahat, untung waktunya masih panjang, mengapa tidak memilih jalan yang agak datar?"
"Rute ini yang dipilih oleh ayah dan Bibi Gwat, dan Goan Toako sudah menyetujuinya, kali ini kita tidak berharap bisa aman, yang penting kita ingin tahu siapa yang mengacaukan semua ini, maka kita memilih tempat yang berbahaya supaya lawan ada kesempatan untuk menyerang kita!"
Kata Pui Thian- hoa.
"Apakah 3 Tosu itu setuju?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Kata mereka kita yang atur semua, tapi mereka pun meragukannya, tidak berani tidak setuju, tadinya mereka ingin berjalan melalui Ho-lam, kemudian ke Soa-tang melewati Siong-san lalu berkunjung ke Siauw-lim,"
Kata Pui Thian-hoa.
"Bu-tong dan Siauw-lim selalu akrab, mungkin mereka ingin meminta bantuan kepada Siauw-lim, tapi ini adalah sifat manusia,"
Kata Goan Jit-hong sambil tertawa. Pui Thian-hoa menggelengkan kepala.
"Itu maksud mereka, kata-kata Goan Toako membuka rencana busuk mereka!"
"Mereka menginginkan apa?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Demi plakat giok ini, mereka sudah kehilangan banyak pesilat tangguh, maka kekuatan mereka benar-benar turun dengan drastis, mungkin mereka akan kalah kuat dari Siauw- lim-si, karena itu mereka ingin memancing penjahatnya ke Siauw-lim, supaya Siauw-lim pun kena getahnya, Goan Toako marah karena hati mereka yang picik, akhirnya mereka diam!"
Kata Pui Thian-hoa.
"Kalau benar mereka begitu picik, kemarahan Hiong-ji pantas mereka dapatkan, mengapa perguruan lurus itu bisa berbuat seperti ini?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Siauw-lim dan Bu-tong berhubungan erat dan selalu kompak, murid-murid mereka sangat lurus, kalau mengatakan mereka mempunyai hati jahat, sepertinya tidak mungkin mereka ingin ke Siauw-lim untuk minta bantuan."
"Tapi mengapa mereka mau saja menerima kemarahan Goan Toako?"
Tanya Pui Thian-hoa.
"Kekuatan mereka sama, Bu-tong tidak sanggup menjaga plakat giok, Siauw-lim pun tidak akan bisa, apa lagi alasan Goan Hiong membuat mereka tidak bisa menjawab, maka mereka terpaksa diam, kalau benar mereka punya pikiran seperti itu, Siauw-lim pun tidak bodoh, mereka akan mengajukan permintaan ini, kalau melihat persahabatan mereka, sebenarnya bisa meminta bantuan, tapi karena Hiong-ji marah, mereka terpaksa mengurungkan niat ini, karena itu akan membuat teman mereka juga terbawa,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Menurutku, kalau Bu-tong begitu tidak berguna kita tidak perlu melayani mereka, tapi jalan ini tepat sekali, ke satu lebih dekat, adik ipar Ho di sepanjang jalan banyak teman dari golongan hitam, kita bisa menyapa mereka dulu, dengan begitu kita bisa mendapat kabar lebih banyak, bila jalan ke Ho-lam itu dalam lingkungan Siauw-lim, orang golongan hitam tidak berani masuk ke wilayah ini, maka semua berita harus kita sendiri yang mencari tahu!"
Kata Goan Jit-hong.
"Su-chuan tengah adalah wilayah kekuasaan Go-bi, tapi Tiang-kang-cui-cai sama sekali tidak menganggapnya, bagaimana dengan masalah ini?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Ciam Toako tidak begitu mengenal dunia persilatan, maka Anda bertanya seperti itu, Go-bi adalah salah satu dari 5 perguruan yang terkenal, tapi selama beberapa tahun ini kekuatan mereka semakin lemah, karena mereka tidak menerima murid biasa, maka jumlah murid mereka terbatas dan satu perguruan dibagi dua, yang satu nikoh, yang satu hweesio, mereka tidak akur, seperti Kion-lai-pai yang aku pernah masuk, sekarang hampir habis anggotanya, maka mereka tidak ingin membuat masalah, Siauw-lim dan Bu-tong banyak pesilat tangguh dan semakin besar, orang-orang golongan hitam lebih berhati-hati bergerak di wilayah mereka.
"Memang aku tidak tahu begitu jelas, dengan rute ini apakah Lo-te masih ada pendapatan lain?"
Tanya Ciam Giok- beng.
"Apa yang ditentukan oleh Adik Pui suami istri lebih baik dariku, apa lagi mereka sudah berangkat, tidak setuju pun tetap harus setuju!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kalau begitu kalian berdua boleh siap-siap dulu, berangkatlah, kali ini tidak hanya menyangkut nama baik kita juga menyangkut hidup dan mati dunia persilatan, aku harap tidak ada masalah yang muncul,"
Pesan Ciam Giok-beng. Kie Tiang-lim dan Goan Jit-hong pamit, Ciam Giok-beng memberikan peta kepada mereka dan selembar lagi dipegangnya, dia berdoa kemudian berkata.
"Thian-hoa, panggillah Thian-sia kemari, kemudian kau beres-beres, kau berdandanlah seperti seorang tuan muda kaya yang keluar untuk melancong, lalu suruh Thian-sia menyiapkan satu stel baju pelayan untuk menjadi pelayan tua."
"Guru, semua ini untuk apa?"
"Tuan muda kaya yang keluar selalu membawa pengurus tua, di perjalanan nanti kau pakai nama aslimu dan memanggilku Lo-giok, marga Ciam terlalu menonjol nama pertama menjadi marga lebih sulit diketahui orang,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Apakah Guru juga akan pergi?"
"Masalah ini begitu berat dan penting, kalau aku tidak pergi, aku tidak akan tenang, kalau terjadi sesuatu dengan jarak terlalu jauh, aku ingin ke sana pun tidak keburu, maka aku harus mengikuti mereka supaya bisa membantu mereka!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Bila Guru pergi jangan menyamar jadi pelayan tua, aku benar-benar akan merasa serba salah. Lebih baik aku yang jadi pelayan yang mengurus Tay-ya."
Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.
"Tidak, kali ini kita harus melakukan dengan rahasia, maka aku tidak memberitahu Kie Tiang-lim dan ayahmu, aku jadi pelayanmu supaya tidak ada yang menyangka, kalau tidak percuma kita menyamar, aku percaya lawan pun akan melakukan segala cara untuk menutup identitas asli mereka, maka kita pun harus lebih berhati-hati, baru bisa menipu mereka."
Sewaktu Pui Thian-hoa akan membuka mulut memanggil gurunya, segera Ciam Giok-beng berkata.
"Ingat, harus mengubah nama panggilan menjadi Lo-giok, kalau kau merasa tidak enak, sepanjang jalan nanti kau bisa lebih menurut kepadaku supaya mengurangi kerepotan, tapi mana tuan dan mana pelayan jangan sampai salah, Siauya panggilah Thian- sia kemari, aku ingin menitip pesan kepadanya, aku akan pergi melalui pintu belakang kita bertemu di luar pintu Ceng-liang, barang yang harus dibawa biar aku yang bawakan, kau hanya tinggal membawa uang yang cukup, yang lain tidak perlu kau siapkan."
Terpaksa Pui Thian-hoa keluar mencari Souw Thian-sia, kemudian mengganti baju dan berjalan keluar ke Ceng-liang- bun.
Dia menunggu dengan lama di depan pintu baru muncul seorang pak tua berambut putih, dia memikul gembolan sebuah topi usang bertengger di kepalanya melihat keadaannya, tidak ada orang yang percaya kalau dia adalah pesilat pedang yang sangat terkenal, pak tua itu berjalan sampai di depan Pui Thian-hoa, dia menurunkan gembolannya dengan suara rendah dia berkata.
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan Kilau Bintang Menerangi Bumi Karya Goosebumps 2000 12 Sari Otak
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama