Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 15

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 15



"Siauya sudah tunggu lama, mari kita pergi sekarang."

Mendengar suara Ciam Giok-beng yang berubah, Pui Thian- hoa dengan penuh curiga bertanya.

"Guru, apakah benar ini Anda?"

Suara Ciam Giok-beng sangat rendah.

"Ingat, panggil aku Lo-giok!"

Terpaksa Pui Thian-hoa berkata.

"Baiklah, Lo-giok! Kita jalan ke mana? Apakah kita akan mengejar mereka?"

"Mereka baru pergi, kita bisa berjalan agak lambat, lebih baik kau merubah penampilanmu kalau Suhengmu tidak bisa mengenalimu, itu paling bagus, lalu kita berjalan di depan mereka."

"Guru...."

Dia sudah melihat sorot mata marah di bawah topi usang itu, dia segera memanggil Lo-giok, Ciam Giok-beng baru mengangguk dan berkata.

"Di sini memang tidak ada orang, tapi kau harus biasakan, kalau tidak bila terjadi sesuatu kau akan memanggilku guru, rencana kita akan hancur semua, ada pertanyaan apa?"

"Bukankah tadi aku disuruh memakai baju biasa?"

Tanya Pui Thian-hoa.

"Betul, aku hanya menyuruhmu memakai baju agak rapi, karena takut ada orang yang mencurigaimu, aku percaya orang itu sudah memberitahu ke depan!"

Kata Ciam Giok- beng.

"Kalau begitu untuk apa kita menyamar lagi?"

Tanya Pui Thian-hoa.

"Ada gunanya, kali ini dandananmu harus berubah semua, termasuk baju menjadi seorang pelajar yang tidak lulus ujian, kemudian berpasangan dengan pak tua seperti aku, dengan begitu baru tidak ada orang yang memperhatikan atau curiga!"

Pui Thian-hoa benar-benar kagum dengan pandangan gurunya yang jauh, dia berhenti sebentar lalu berkata.

"Tapi tidak ada persiapan, baju, obat untuk mengubah wajah semua tidak terbawa."

"Tidak perlu, aku sudah menyuruh Thian-sia menyiapkan, dia membawa Seng-cung dan menunggu kita di toko, kau pesan kamar di sebelah kamarnya, kemudian tukar baju dengannya, kau berdandan seperti Seng-cung dan mereka berdandan seperti dirimu, dan akan berjalan ke tempat yang lain, kemudian berputar dan kembali ke rumah, identitas kita tidak akan ada yang tahu."

"Adik Seng tidak mirip denganku."

"Asal mirip sedikit sudah cukup, kalian di dunia persilatan tidak terkenal, tidak ada orang yang mengenali kalian, hanya ingat baju dan bentuk badan kalian sama pasti bisa menipu mereka,"

Kata Ciam Giok-beng sambil tertawa.

"Tapi apa yang akan dilakukan Adik Seng?"

"Dia tidak akan melakukan apa pun hanya berputar kemudian kembali ke rumah, membuat orang menyangka kau sengaja mengacaukan perhatian orang lain, sesudah dia pulang lawan tidak akan memperhatikan kita lagi."

"Perjalanan kita tidak akan ada yang tahu lagi."

"Lo-giok, kau benar-benar mempunyai rencana yang matang!"

Pui Thian-hoa memuji.

"Bukan karena aku bodoh, hanya malas saja, orang bodoh sekali-kali memainkan kepintaraannya akan lebih berhasil dari orang pintar, karena tidak ada yang menyangkanya, tapi ingat kali ini kita keluar hanya untuk melindungi keselamatan Goan toako dan Kie Sucimu, kecuali terpaksa kita tidak akan bertarung, kau harus seperti seorang pelajar, jangan membuat masalah, kalau bisa harus seperti seorang yang penakut, nama pun harus diganti menjadi Hoa Thian-pui."

"Bila hanya membalikkan nama mereka bisa menebaknya!"

Kata Pui Thian-hoa.

"Tidak akan karena mereka sangat tegang, mereka tidak akan berpikir panjang, kalau tahu pun tidak jadi masalah, yang penting kita menipu lawan bukan orang sendiri."

Pui Thian-hoa berpikir lalu berkata.

"Lo-giok, menurut Tosu Bu-tong-pai, musuh terdiri dari beberapa kelompok dan mereka saling tidak mengenal, apakah kita juga masuk ke dalam kelompok itu untuk mengacaukan mereka?"

"Memang maksudku seperti ini, tapi kita tidak perlu sengaja menonjolkan diri, sehingga pihak lawan memperhatikan kita, karena kita terus mengikuti kereta, ini adalah peluang besar kita,"

Kata Ciam Giok-beng. Pui Thian-hoa mempunyai sifat seperti ayahnya, Pui Ciauw- jin, selalu tidak bisa diam, sesudah tahu rencananya begitu hebat dia jadi senang dan lebih bersemangat.

"Semua orang bertujuan merebut plakat itu, kita juga akan mengikuti rencana, bila ada kesempatan kita juga harus merebut plakat ini!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Kalau begitu kita akan bentrok dengan Kie Suci dan Goan Toako!"

Kata Pui Thian-hoa.

"Tidak apa-apa? Kau juga orang perusahaan perjalanan, bila bisa mendapatkan plakat itu, dan kau yang mengantarkannya ke Thai-san, tetap menjadi kebanggaan perusahaan perjalanan Su-hai!"

"Kereta mereka mulai berjalan sampai di pelabuhan lalu menyeberang sungai, kereta Su-hai sudah sampai, mereka sedang menunggu menyeberangi sungai."

Ooo)*dw*(ooO Si Pedang Tumpul

Jilid KE EMPAT Karya . Tong Hong Giok Terjemahan . Liang Y L Edisi Ke 1 . January 2009 Kiriman . Lavilla (trims yeee) Edit & Ebook . Dewi KZ

http.//kangzusi.com/

http.//dewi-kz.info/



http.//kang-zusi.info

http.//cerita-silat.co.cc/ BAB 22 Harapan kosong Pui Thian-hoa dan Ciam Giok-beng tidak tergesa-gesa, mereka mencari penginapan yang sudah mereka sepakati dan bertemu dengan Souw Thian-sia dan Seng-cung, Seng-cung sekarang berpenampilan seperti pelajar yang tidak sukses, wajah kurus dan pucat, sesudah bertukar baju dengan Pui Thian-hoa, mereka pergi meninggalkan penginapan, Pui Thian- hoa menyamar menjadi orang lain, wajahnya kurus, mata gelap dan tidak bersemangat, kedua alisnya yang tebal dicukur menjadi kecil dan tipis, dia seperti Seng-cung yang baru datang tadi, sesudah membayar uang menginap, mereka bisa berada dalam satu perahu dengan kereta Su-hai untuk menyeberang sungai.

Perahu ini sangat besar, maka kereta bisa dimasukkan ke dalam perahu, dan perahu besar ini setelah sore hari baru ada waktu kosong, Goan Hiong dan Kie Pi-sia sangat hati-hati, sampai penumpang yang akan menyeberang pun mereka pilih sendiri, tapi mereka tidak menyangka kalau Ciam Giok-beng dan Pui Thian-hoa berada di perahu yang sama.

Di perusahaan perjalanan ada kereta juga ada kuda maka gerakan mereka sangat cepat, karena mengejar waktu maka malam mereka menginap, siang berjalan, gerakan mereka selalu bisa diikuti oleh Ciam Giok-beng dan Pui Thian-hoa, sesudah lewat 3 hari, Goan Hiong mulai curiga kepada pelajar dan pelayan tua itu, hari ini mereka bertemu lagi, Goan Hiong bertanya.

"Kalian mau ke mana?"

Suara Pui Thian-hoa sudah berubah menjadi suara seorang pelajar dia berkata.

"Aku masuk ke dunia persilatan belum ada nama juga belum berjasa, sudah membaca banyak buku tapi tetap miskin dan tidak punya apa-apa, untung aku tidak mempunyai keluarga maka aku bisa keluar untuk bermain, ini adalah tempat pertama yang aku singgahi, aku akan ke Tong- gwat mau melihat kuil sakti di sana."

Goan Hiong tertawa dingin.

"Itu sangat kebetulan, secara kebetulan pula kami akan ke sana."

Pui Thian-hoa menjawab.

"Sama-sama berjalan tapi tujuan tidak sama!"

"Orang merantau, bertemu di jalan adalah saudara, jalan satu arah berarti kita berjodoh, bagaimana kalau kita berjalan bersama-sama?"

Tanya Goan Hiong. Pui Thian-hoa menggelengkan kepala.

"Kami tidak berani, kalian mempunyai kuda dan kereta, kami hanya mempunyai 2 kaki, aku masih harus membawa seorang pelayan tua, mungkin aku tidak akan bisa mengejar kalian!"

"Bukankah kalian berdua tidak pernah tertinggal dari kami?"

Tanya Goan Hiong. Pui Thian-hoa tertawa, katanya.

"Sepanjang jalan kami selalu menumpang pada kereta yang lewat, hanya menghabiskan beberapa uang arak sudah cukup, tidak disangka kalian juga berjalan lamban, maka kita selalu bisa bertemu!"

"Aku bisa mencarikan kuda,"

Kata Goan Hiong.

"Tidak mungkin, aku sudah tua, pinggang dan kakiku sering sakit, aku tidak bisa menunggang kuda, kita baru saling kenal, tidak ada alasan mengganggu kalian!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Tidak apa-apa, kami bisa menyewa sebuah kereta untuk kalian,"

Kata Goan Hiong. Pui Thian-hoa pura-pura marah berkata.

"Kebaikan kalian aku terima, aku memang orang miskin, tapi aku bukan orang yang bisa menerima kebaikan orang lain dengan sembarangan."

"Kalau begitu kalian jangan mengikuti kami terus!"

"Apa katamu? Kalian berjalan sangat cepat dan kami berjalan lambat, setiap kali kalian sampai dulu, kemudian menunggu kami di sana, untung aku tidak membawa apa-apa, kalau tidak aku curiga apakah kalian mau merampok barang kami!" 'Benar juga', pikir Goan Hiong, lalu dengan ramah dia berkata.

"Perusahaan perjalanan kami membawa barang penting, sepanjang perjalanan mungkin tidak aman, bila kalian berdua tidak mau repot lebih baik menjauhlah dari kami, kau adalah pelajar, jangan sampai masuk ke lingkungan kacau ini."

Ciam Giok-beng pura-pura takut dan berkata.

"Tuan Muda, kita tunggu di sini saja sehari!"

Pui Thian-hoa tahu ini adalah pancingan gurunya, dia segera tertawa dingin.

"Mengapa? Kita hanya membawa sedikit baju dan beberapa buku yang tua serta beberapa tail perak, untuk apa takut kepada perampok? Apakah kebebasan kita berjalan harus ditentukan oleh orang lain!"

Karena dia marah lalu pergi, tapi tidak lama kemudian dia mendapat sebuah kereta kosong dan mengejar barisan perusahaan perjalanan Su-hai, Goan Hiong tertawa dingin kepada mereka, 3 Tosu tua terus memperhatikan mereka.

Sesudah barisan perusahaan perjalanan Su-hai lewat, Pui Thian-hoa segera tertawa.

"Sungguh lucu, kita bisa menipu Goan Toako, dia percaya kita adalah orang yang mau merampok!"

"Ini adalah tujuan kita, sekarang pasti ada orang yang memperhatikan kita lagi, kita harus berjalan lebih cepat,"

Kata Ciam Giok-beng.

Dia memberikan uang kepada kusir, berharap dia bisa membawa kereta lebih cepat lagi.

Siang hari, mereka melewati sebuah kota, dan barisan perusahaan perjalanan berhenti di kota itu untuk beristirahat, Pui Thian-hoa juga ingin berhenti, tapi Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.

"Mereka memperhatikan kita, hanya belum ada bukti, kita jangan terlalu menonjol, kota ini sangat ramai, tidak akan terjadi sesuatu, kita jalan dulu ke depan!"

Setelah berjalan 10 li, di sana adalah sebuah hutan lebat, barisan perusahaan perjalanan harus melewati hutan ini, mereka melihat ada beberapa toko di sisi jalan mereka memasang beberapa tenda untuk menjual teh dan arak, ada juga yang menjual makanan, semua ini tidak ada yang mencurigakan karena ini adalah suatu kebiasaan bila berjalan ke utara, tempat seperti ini dipakai pejalan kaki untuk beristirahat.

Karena kusir sudah seharian bekerja di cuaca panas, maka setelah sampai di tempat seperti ini dia seperti tidak ingin berjalan terus, Pui Thian-hoa dan Ciam Giok-beng juga ingin beristirahat, sebab mereka melihat Pui Ciauw-jin Ho Gwat-ji sedang mengobrol, di sekeliling tempat itu banyak tamu juga, tampak keadaan sedikit gawat, kalau tidak mereka berdua tidak akan berhenti di sini.

Mereka pun mencari tempat duduk, bos toko ini adalah seorang pak tua pincang, dia duduk di tempat kasir untuk melayani para tamu, pelayannya adalah 2 orang perempuan setengah baya, mungkin menantu pak tua ini, masih ada dapur yang terbuat dari kayu, dua koki sedang memasak, rumah makan ini benar-benar ramai.

Pui Thian-hoa memesan arak juga sepiring daging dingin, dia dan Ciam Giok-beng duduk sambil makan dan minum, karena kusir ingin mengirit uang, dia hanya membawa kudanya ke bawah sebuah pohon dan memberi minum kuda juga memesan sepiring bakpau dia makan di bawah pohon dengan air mentah.

Ciam Giok-beng dengan suara kecil berkata.

"Ayahmu berada di sini, berarti tamu yang makan di sini ada masalah."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Biarkan saja, kita lihat dulu, kalau terjadi pertarungan, Kie Sute dan Goan Lo-te akan datang, itu pun sudah cukup, kita tetap diam, bila ada kesempatan, kita rebut plakat itu,"

Kata Ciam Giok-beng.

Pui Ciauw-jin Ho Gwat-ji pun mengobrol pelan-pelan, tamu yang makan di sana ada 3 atau 4 orang, mereka seperti sedang menunggu sesuatu, keadaan terasa tegang.

Setengah jam kemudian, dari jauh terlihat jalan penuh debu, ternyata barisan perusahaan perjalanan Su-hai sudah datang, Goan Hiong dan Kie Pi-sia berada paling depan.

Melihat barisan penjual makanan, ditambah isyarat tangan Pui Ciauw-jin, Goan Hiong dan Kie Pi-sia sudah tahu, maka mereka melambaikan tangan menyuruh kereta jangan berhenti.

Kusirnya adalah orang yang sudah lama berkerja di Su-hai, dia sudah tahu keadaan tegang ini, dia segera melayangkan pecutnya, dua kuda gagah segera berlari kencang, membuat debu-debu di jalanan terus melayang, mereka bergerak dengan cepat, tapi ada orang yang bergerak lebih cepat lagi, seorang lelaki setengah baya yang sedang duduk melayangkan tangan, beberapa titik terang terlihat, hanya terlihat bayangannya tidak terdengar suara, kuda yang menarik kereta segera meringkik, kemudian kakinya menekuk dan roboh, kereta pun ikut terguling.

3 Tosu yang berada dalam kereta adalah pesilat tangguh sebelum kereta terguling, mereka sudah meloncat keluar dari kereta, pedang pun di cabut keluar dari sarungnya, Goan Hiong melihat pada kuda yang menarik kereta, di pantatnya menancap beberapa batang sumpit yang terbuat dari bambu, sumpit itu dipotong menjadi beberapa bagian, sumpit dijadikan senjata rahasia yang melesat keluar dengan jarak sekitar 10 tombak, hasil seperti ini dapat diketahui kekuatan orang ini sangat mengejutkan.

Tapi Goan Hiong tetap diam, dia memberi hormat kepada lelaki setengah baya itu.

"Sobat dari mana, apa sebabnya menghadang jalan kami?"

Lelaki setengah baya itu tertawa dingin.

"Apakah kau tidak melihat aku sedang makan, kalian menjalankan kereta begitu cepat, debu dan tanah jatuh ke dalam makananku!"

"Apakah tempat di mana Tuan duduk, debu dan tanah bisa terbang sampai ke sana?"

Tanya Goan Hiong. Lelaki setengah baya itu tertawa.

"Aku khawatir kalau debu dan tanah jatuh ke dalam makananku, kalian begitu cepat lewat tempat ini, ingin mencari kalian akan sulit dan sudah terlambat!"

Goan Hiong tahu dia sedang mencari-cari alasan, maka dia memberi hormat dan berkata.

"Kami terburu-buru karena ingin segera sampai di tempat tujuan, ini adalah kecerobohanku!"

Lelaki setengah baya itu tertawa, berkata.

"Sudahlah, kudamu sudah terluka, kalian mau buru-buru juga sudah tidak bisa, aku terlalu ceroboh, baiklah bagaimana kalau Tuan duduk dulu untuk beristirahat, aku akan menyuruh orang membeli 2 ekor kuda untuk mengganti kerugian kalian."

"Tidak perlu, tadi kita sama-sama salah, untung kami membawa 3 pendeta ini, tidak ada barang berat, jadi kami bisa berjalan kaki!"

Tapi lelaki setengah baya ini sudah keluar dari tenda.

"Jangan begitu, kau belum mengotori makananku, tapi aku sudah membuat kudamu terluka, itu harus diganti! Kemarilah persilakan 3 pendeta itu kemari, dan aku akan segera membeli kuda." 3 lelaki yang satu meja dengannya sudah mendekat, Goan Hiong tahu mereka tidak bermaksud baik, maka dia menghalangi.

"Tidak perlu mengganti kerugian, kami bisa berjalan kaki."

Wajah lelaki setengah baya itu segera cemberut dan berkata.

"Aku bilang harus mengganti rugi, kalian menunggu apa? Persilakan 3 pendeta itu kemari!"

Tiga lelaki terus maju, Kie Pi-sia dan Ruan Wei mengeluarkan pedang dan menghadang, 3 lelaki itu juga mencabut pedang, salah satu dari 3 Tetua Bu-tong yang bernama Cia-cing berkata.

"Wakil Ketua, ketiga orang ini pernah mencegat kami di tengah jalan.

"Aku sudah menduga, mohon tanya, kalian dari mana?"

Kata Goan Hiong.

"Dari sebelah barat,"

Jawab lelaki setengah baya itu.

"Sebelah barat mana?"

Tanya Goan Hiong.

"Tepat di barat, sangat jauh dari sini, namanya Ceng-hai danau Seng-soat,"

Kata lelaki setengah baya itu sambil tertawa. Goan Hiong terpaku, katanya.

"Apakah Cianpwee adalah Tiang Leng-cu?"

Lelaki setengah baya itu berkata.

"Kalian pasti tahu namaku dari Ceng-seng Bun Lo-ji maka tidak terdengar asing."

Ilmu pedang cepat Bun Tho-hoan dipelajari dari Tiang Leng-cu, maka ilmu pedangnya pasti sangat hebat, diam-diam Goan Hiong terkejut tapi dia menjawab.

"Apakah Cianpwee datang karena masalah Ceng-seng...."

"Masalah Ceng-seng tidak ada hubungannya denganku! Kali ini aku ke timur mencari 3 pendeta ini, tidak ada hubungannya dengan kalian."

"Kalau begitu Cianpwee pasti keluar demi plakat dunia persilatan itu bukan?"

Tanya Goan Hiong.

"Betul, kalau kau sudah tahu itu lebih bagus, Bu-tong adalah perguruan silat terkenal di Tianggoan, maka kalian tidak perlu melindungi mereka."

"Tapi 3 Tosu ini sudah menitipkan barang mereka kepada perusahaan perjalanan kami dan sudah menandatangani kontrak, aku mohon Cianpwee bisa melepaskan kami!"

"Aku menyuruh kalian jangan ikut campur, aku sudah memberi kelonggaran kepada kalian!"

"3 Tosu Bu-tong sudah membuat kontrak menitipkan barang mereka kepada kami, dan kami sudah membuat perjanjian, bagaimana mungkin kami bisa lepas tangan?"

"Kalau tidak lepas tangan, maka kalian harus berjuang, yang penting plakat dunia persilatan harus kalian serahkan kepadaku, kau sendiri yang cari gara-gara!"

"Aku yang menerima bisnis ini, maka kalau kalian ingin mendapatkan plakat ini, kalian harus melewati pedangku dulu,"

Kata Kie Pi-sia. Tiang Leng-cu tidak sudi melihat Kie Pi-sia, dia tertawa keras lalu berkata.

"Kau memang ketua perusahaan, bisnis Su- hai bisa lancar dan tidak terhadang, bukan karena pedangmu tapi karena gurumu Ciam Giok-beng, pak tua Ciam kali ini sangat pintar, dia mengira kalau dirinya tidak muncul dan menyuruh 2 anak-anak yang keluar, kita akan malu untuk merebutnya, kalau barang lain mungkin kita bisa melepaskan kalian, tapi ini adalah plakat dunia persilatan, jangankan kalian yang mengantar, bila Ciam Giok-beng yang mengantar pun kami tetap akan merebutnya!"

Kie Pi-sia marah, berkata.

"Tiang Leng-cu, orang lain tidak tahu keadaanmu, tapi aku sangat jelas, jangan meremehkan aku, kau harus cari tahu, Bun Tho-hoan dari Ceng-seng sudah rugi di tanganku!"

Tiang Leng-cu terpaku.

"Tapi Bun Lo-ji tidak mengatakan apa-apa kepadaku?"

Sebetulnya Kie Pi-sia belum pernah bertarung dengan Bun Tho-hoan, tapi sekarang ini dia sengaja memberi pukulan kecil, apa lagi dia bisa menggunakan kesempatan ini untuk menjelekkan 2 bersaudara Bun. Kie Pi-sia tetap tertawa dingin dan berkata.

"Tiang Leng-cu, Bun Tho-hoan dari Ceng-seng sudah kalah, karena nama besarmu dia berusaha menutup rasa malunya, dia mengatakan ilmu pedangnya didapat darimu, sesudah melihat keadaannya, aku sudah tahu kira-kira ilmu pedangmu seberapa tinggi, kali ini kau muncul pasti karena Ceng-seng yang menggosokmu, mereka tidak muncul tapi menyuruhmu memegang paku-paku ini, berarti kau benar-benar bodoh, bodohnya sampai harus dikasihani!"

Kata-kata Kie Pi-sia ini memang membuat hati Tiang Leng- cu tidak enak, tapi dia tetap tertawa dingin.

"Apa yang kau katakan, aku tidak mengerti!"

"Buat apa kau pura-pura tidak mengerti? Menurutku banyak pesilat pedang ingin mengambil kesempatan ini, sebab kesempatan ini bisa membuat mereka terkenal maka mereka memilih sasaran pada plakat dunia perslatan, tapi kau harus berpikir jauh, bila kau sampai kalah kau akan susah merangkak lagi, Ceng-seng pasti bersekongkol denganmu, kalau terkenal mereka pasti akan ikut terkenal, kalau kalah kau sendiri yang akan menanggung malu, jadi, bukankah kau orang yang bodoh?"

Tanya Kie Pi-sia. Lama Tiang Leng-cu tidak ada suara, akhirnya dia berkata.

"Nona Kie, aku benar-benar kagum terhadap pengalamanmu, tapi aku juga kasihan atas kebodohan-mu, karena kalian mau saja menerima bisnis ini, apakah kau tahu barang yang kalian bawa ini sangat berbahaya untuk kalian?"

"Orang yang membuka perusahaan perjalanan tidak takut bahaya, Bu-tong-pai adalah perguruan pedang yang sangat terkenal, karena mereka tidak bisa mengatasi masalah maka mereka mencari kami hal ini bukan hal mudah, tapi 3 Tianglo Bu-tong mencari kami meminta bantuan karena mereka percaya kami sanggup melakukannya."

Tiang Leng-cu tertawa, katanya.

"Dulu Bu-tong memang sangat terkenal, tapi sekarang hanya tinggal kerangkanya saja, kalau tidak mereka tidak akan meminta bantuan kepada suatu perguruan yang baru berdiri, kekuatan Kian-kun-kiampai sekarang lumayan kuat, tapi dasarnya masih belum cukup kuat, pengalamannya pun tidak ada, maka bisa diperalat oleh orang lain dan menerima bisnis yang harus menjual nyawa kalian!"

"Perusahaan perjalanan Su-hai dan Kian-kun-kiam-pai sama sekali tidak ada hubungannya, kau jangan mencampur adukkan,"

Kata Kie Pi-sia.

"Semua orang perusahaan perjalanan adalah murid Kian- kun-kiam-pai, apa bedanya?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Tidak! Dari Kim-leng-su-seng, hanya Souw Suheng yang murid Kian-kun-kiam-pai, sekarang dia juga tidak bekerja di perusahaan perjalanan Su-hai, To, Pian, ki, Sam-seng juga bukan murid Kian-kun-kiam-pai, tapi mereka orang penting Su-hai,"

Kata Kie Pi-sia.

"Itu hanya cara untuk menipu anak-anak, kalau perusahaan perjalanan Su-hai tidak mengandalkan Kian-kun-kiam-pai, dari awal kalian sudah bangkrut, semua ini tidak ada sangkut pautnya dengan kami, aku hanya ingin tahu kali ini kalian mendapat berapa ongkosnya?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Laba yang di dapat dari perusahaan perjalanan adalah rahasia, satu profesi dengan kami pun tidak bisa kami beritahu, apa lagi Tuan, berbeda profesi seperti di hadang oleh gunung besar, maka lebih-lebih kami tidak bisa memberitahu!"

Kata Kie Pi-sia.

"Baik, aku tidak tanya tentang itu, berapa pun yang kalian terima tidak ada hubungannya denganku, yang aku ingin tanyakan adalah selain uang apa yang kalian dapatkan?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Tentu saja ada, kalau tidak untuk apa kita menjual nyawa?"

Tanya Kie Pi-sia. Tiang Leng-cu terpaku.

"Aku tidak percaya, mana mungkin Bu-tong bisa membagi rahasia dalam plakat dunia persilatan, walau pun mereka bisa tapi mereka tidak mempunyai hak untuk ini."

Menggunakan kesempatan ini Kie Pi-sia bertanya.

"Ada rahasia apa di plakat itu?"

"Kalian sudah mendapat kebaikan lebih, tentu kalian tahu, untuk apa bertanya lagi?"

"Yang aku maksudkan mendapat kebaikan lebih adalah kebenaran dan keadilan dunia persilatan, tidak ada hubungannya dengan rahasia plakat itu!"

Kata Kie Pi-sia. Tiang Leng-cu tertawa terbahak-bahak.

"Kalau begitu kalian benar-benar bodoh, hanya karena keadilan dan kebenaran mau saja diperalat orang lain, kasihan!"

Dengan serius Kie Pi-sia berkata.

"Kalau orang dunia persilatan tidak menegakan keadilan dan kebenaran lalu untuk apa hidup di dunia ini?"

"Keadilan dan kebenaran mengandalkan rasa setia kawan, tapi orang lain memperalat kalian untuk mati, ini sudah bukan rasa setia kawan."

Tiba-tiba Cia-cing To-jin berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ketua Kie, kita sudah ada perjanjian, kau sudah menerimanya dan kami sudah sepakat, kami tidak memperalatmu."

Kie Pi-sia tertawa, berkata.

"Tentu, biar dia bicara sendiri, yang penting aku tidak menganggap kalian memperalatku, tapi harus dijelaskan, kami menerima order ini karena kebenaran dan keadilan, bukan menginginkan uang kalian, kau sangat mengerti, sekarang keadaan sampai pada penentuan hidup atau mati, dan pesilat tangguh yang menghadang bukan mereka saja, yang lain juga mencari plakat ini, juga tahu dalam plakat ini tersimpan sebuah rahasia dunia persilatan, sedang kami yang tidak mengetahuinya, bukankah hal ini akan membuat kami tersinggung?"

Cia-cing To-jin berkata.

"Kami mencari perusahaan perjalanan untuk menitipkan barang kami, syaratnya sudah sangat jelas, menerima atau menolak kalian boleh memilihnya, tapi tidak termasuk rahasia apa pun."

"Karena orang lain sudah mengetahuinya, apakah kami tidak boleh bertanya?"

Tanya Kie Pi-sia. Cia-cing To-jin menarik nafas.

"Apa yang mereka bilang tidak benar, bukankah kau sudah melihatnya, apakah ada rahasia di sana, aku kira kau pasti mengerti."

"Karena tidak ada rahasia, maka membuatku merasa aneh, masa demi satu plakat kecil, bisa membuat semua orang menjadi geger,"

Kata Kie Pi-sia.

"Memang di plakat ini ada sedikit rahasia, tapi bukan seperti yang mereka kira, bila aku memberitahu mu, aku akan melanggar peraturan perguruan kami, hal akan membuat sesama murid Bu-tong marah, bila aku berbohong, aku merasa malu sendiri, berarti aku sudah memperalat dan menipu perusahaan perjalanan kalian, aku hanya bisa berkata demikian, harap Ketua bisa melihat keadaan baru menentukan, kalau Ketua merasa dirugikan, sekarang bila ingin mundur, kami tidak bisa berbuat apa-apa!"

Kie Pi-sia berpikir sebentar lalu berkata.

"Mendengar kata- kata To-tiang tadi, dengan cara apa pun perusahaan perjalanan kami dari awal sampai akhir akan mengantarkan plakat ini sampai ke tempat tujuan!"

Dengan terharu Cia-cing To-jin berkata.

"Kami merasa sangat berterima kasih kepada Ketua, rahasia di plakat ini Ketua boleh tanyakan kepada orang lain, aku tidak akan melarangnya mungkin yang mereka ketahui tidak benar, mungkin juga tidak salah semua."

"Untuk apa bertanya kepada orang lain, aku sendiri bisa menduganya,"

Kata Kie Pi-sia. Sambil tertawa Tiang Leng-cu bertanya.

"Rahasia apa yang kau kira?"

"Plakat giok itu tidak ada keistimewaannya, tapi bisa membuat banyak pesilat tangguh ingin merebutnya, tidak perlu banyak bertanya, pasti ada hubungannya dengan rahasia ilmu silat andalan."

Tiang Leng-cu mengangguk.

"Pintar! Pintar! Dengan begitu kalian menerima titipan ini, pasti juga ada maksud lain."

"Betul, kami sudah memikirkannya dengan teliti, baru menerima titipan ini dan kami juga berencana dengan matang!"

Wajah 3 Tianglo Bu-tong berubah, Kie Pi-sia berkata lagi.

"3 To-tiang harap tenang, tujuan perusahaan perjalanan kami tidak sama dengan mereka, mereka ingin merebut plakat itu, dan perusahaan perjalanan kami akan sekuat tenaga mengantarkan barang titipan kalian sampai di tempat tujuan."

"Apakah kalian tidak tertarik pada rahasia yang berada di dalam plakat?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Tidak! Kalau tidak di Kim-leng kami bisa saja merebutnya, mana mungkin kalian ke bagian hari ini,"

Kata Kie Pi-sia.

"Jangan pura-pura bersih, aku tidak percaya kalian tidak tertarik pada ilmu silat yang sangat langka ini, lebih-lebih tidak percaya kalian hanya ingin menegakan keadilan dan kebenaran, demi satu perguruan biasa yang tidak ada hubungannya, kalian menyiapkan diri menjual nyawa, kalian tidak merebut plakat karena kalian tidak tahu ada rahasia di plakat di itu,"

Kata Tiang Leng-cu.

"Apakah kalian tahu?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Tentu tahu!"

"Apakah Bu-tong-pai tahu?"

"Pasti tahu, kalau tidak untuk apa mereka berupaya menjaga plakat ini sampai-sampai menahan malu meminta kalian menjaga plakat giok ini!"

Kata Tiang Leng-cu. Kie Pi-sia berkata.

"Sungguh aneh, bila plakat giok tersimpan ilmu hebat, mengapa mereka tidak mempelajarinya sendiri?"

"Karena mereka tidak mempunyai kunci yang bisa memecahkan rahasia ini, sekarang aku beri sedikit informasi, di plakat dunia persilatan itu tersimpan rahasia besar, dalam plakat ini ada terkandung ilmu silat hebat, jika berhasil mendapatkan buku rahasia ini, bisa berlatih ilmu silat yang tidak terkalahkan dan bisa menguasai seluruh dunia persilatan."

"5 perguruan besar bergiliran mendapatkan plakat ini, mengapa buku rahasia itu belum muncul sampai sekarang?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Karena bila ingin memecahkan bahasa rahasia yang terdapat dalam plakat harus ada sepuluh petunjuk, 5 perguruan masing-masing sudah mempunyai satu, 5 petunjuk lagi tersimpan di sehelai kertas di dalam plakat giok, harus pecahkan plakat giok ini, sesudah mendapatkan lima petunjuk ditambah 5 petunjuk dari 5 perguruan baru bisa mendapatkan buku rahasia itu,"

Jelas Tiang Leng-cu.

"Kalau begitu, walaupun kalian mendapatkan plakat giok ini, kalian hanya mendapat separuhnya, tetap tidak bisa tahu yang lain!"

Kata Kie Pi-sia.

"Boleh dikatakan begitu, tapi boleh dikatakan juga tidak, 5 perguruan ini tidak pernah akur, tidak ada orang yang mau mengeluarkan petunjuk rahasia ini, maka plakat giok ini selalu utuh, dan aku diam-diam meneliti selama bertahun-tahun, aku sudah mendapatkan lima petunjuk dari 5 perguruan itu, berarti aku sudah mempunyai separuh rahasia, sekarang hanya tertinggal setengah yang ada di plakat giok ini!"

"Tidak mungkin!"

Kata Cia-cing To-jin. Tiang Leng-cu tertawa, katanya.

"Di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin, 30 tahun yang lalu aku mengirim 5 anak muda, masuk menjadi murid ke 5 perguruan, pelan-pelan mereka sudah mendapatkan posisi tinggi, sampai akhirnya aku bisa mendapatkan petunjuk rahasia dari 5 perguruan itu."

"Di perguruan kami hanya angkatan Cia yang baru mendapat petunjuk rahasia ini, pada angkatan Cia ini paling sedikit mereka masuk perguruan sudah lebih dari 40 tahun yang lalu,"

Kata Cia-cing.

"Jangan merasa terlalu yakin, di dunia ini tidak ada hal yang tidak mungkin, angkatan Cia ada 19 orang, sedikitnya ada sebagian yang tidak bisa dipercaya."

Ke tiga Tosu Bu-tong saling pandang, kata Tiang Leng-cu lagi.

"Di antara sebagian orang ini, ada orangku, juga ada orang suruhan perguruan lain, tujuannya adalah mendapatkan petunjuk rahasia itu, perguruan kalian dan 4 perguruan lainnya memiliki posisi yang sama, maka kalau kalian mendapatkan plakat giok itu, walaupun dibuka kalian hanya akan mendapatkan 6/10, sedangkan kami tidak sama dengan kalian, jika mendapat plakat giok ini aku langsung bisa menguasai semua rahasianya."

Cia-cing To-jin berpikir sebentar, dia berkata.

"Apa pun yang kau katakan, aku tetap tidak percaya di tingkat Cia ada pengkhianat!"

"Percaya atau tidak, terserah padamu, lebih baik tidak percaya, dengan begitu kalian tidak perlu berusaha sekuat tenaga menjaga plakat giok,"

Kata Tiang Leng-cu. Kata Cia-cing.

"Bila ingin memecahkan plakat giok dan mengambil petunjuk di dalamnya harus disaksikan oleh 5 ketua dari 5 perguruan besar, selama beberapa tahun ini, semua perguruan menganggap hal ini sudah tidak dibutuhkan lagi maka plakat giok ini selalu dijaga oleh pesilat yang akan ikut bertarung, 5 perguruan besar juga mempunyai perjanjian, bila perguruan yang menjaga plakat giok ini menghilangkan, memecahkan, atau merusak plakat giok, maka 4 perguruan lainnya akan menyerang perguruan ini secara massal dan membunuh semua orang perguruan itu dari posisi ketua sampai murid terakhir, oleh sebab itu kami akan menjaga plakat giok ini mati-matian."

"Orang yang tidak berdosa pun akan ikut menanggung dosa, kalian tidak menginginkan ilmu silat rahasia ini, mengapa tidak dimusnahkan saja plakat giok ini?"

Tanya Kie Pi-sia. Cia-cing menarik nafas panjang.

"Setiap kali bertanding selalu ada yang mengeluarkan pendapat seperti ini, tapi selalu ada satu atau dua perguruan yang tidak setuju."

"Aku sungguh tidak mengerti pada kalian, mengapa sengaja mencari begitu banyak kesulitan, kalau hari ini kami tidak bisa melewati pertarungan ini dan plakat dunia persilatan direbut mereka, apakah 4 perguruan lainnya akan memaafkan kami?"

"Aku tidak tahu, demi mengantar plakat giok ini perguruan kami sudah mengerahkan 40 orang pesilat tangguh, sepanjang jalan sudah banyak yang terbunuh, sekarang yang tersisa hanya kami bertiga, maka kami bersumpah akan sehidup semati dengan plakat ini, karena kalau plakat giok hilang, kami tidak akan bisa hidup, apa yang akan terjadi nanti, kami tidak berani banyak berpikir juga tidak mau tahu!"

Kata Cia-cing. Kie Pi-sia melihat Goan Hiong dan bertanya.

"Goan Toako, bagaimana menurutmu?"

"Semua keputusan terserah ketua!"

Kie Pi-sia bertanya kepada Cia-cing To-jin.

"Apakah To-tiang ada pendapat lain?"

"Sepanjang perjalanan kami selalu bertemu dengan musuh yang mencegat dan kami selalu bertarung masing-masing, supaya membuat lawan bingung, siapa yang menyimpan plakat giok itu, maka kami masing-masing membawa sebuah kotak, hanya satu kotak yang berisi plakat giok, sekarang aku kira kami akan tetap menggunakan cara ini."

"Membantu salah satu keluar pasti bisa dan kesempatan akan lebih banyak, tapi membantu siapa? Kalau orang yang membawa plakat dicegat dan tidak bisa keluar bagaimana?"

"Ya, itu nasib, karena kami bertiga juga tidak tahu siapa yang menyimpan plakat giok, 3 kotak itu bentuknya sama dan tertutup rapat, harus sampai di Tai-san baru dibuka, dan baru tahu di kotak mana yang ada plakat gioknya!"

Kata Cia-cing.

"Kalau begitu, waktu kalian berangkat kemarin ini, berarti ada 40 kotak yang dibawa?"

"Betul, ada 40 kotak, 39 plakat giok palsu, satu plakat asli, yang palsu dan asli berbentuk sama, hanya di dalamnya tidak ada rahasia."

"Di Kim-leng yang dikeluarkan di perusahaan perjalanan Su- hai, apakah itu asli atau palsu?"

"Itu adalah plakat giok yang kubawa, aku sendiri tidak tahu itu asli atau palsu,"

Jawab Cia-cing.

"Mungkinkah yang asli sudah dirampok dan yang 3 ini adalah yang palsu?"

Tanya Goan Hiong.

"Mungkin juga, tapi melihat keadaan ini rasanya belum terbuka mana yang asli, kalau tidak mereka tidak akan mencariku dan ingin merampas plakat ini,"

Jawab Cia-cing. Goan Hiong bertanya kepada Tiang Leng-cu.

"Berapa lempengan plakat yang berhasil kalian dapatkan?"

"19 plakat!"

"16 plakat lagi berada di tangan orang lain, percuma kalian kemari,"

Kata Goan Hiong.

"Orang yang mendapatkan 16 plakat semuanya berada di sini, mereka juga tidak membuka plakat ini, sebetulnya mana yang asli atau palsu, tidak ada yang tahu, tapi di antara kami sudah ada komitmen, begitu mendapatkan 4 plakat dari Bu- tong, baru kami akan membuka secara sama-sama, bila nasib baik kami akan mendapat plakat asli, dan kami akan memilih dia menjadi pemimpin dunia persilatan, yang pasti siapa yang mendapat lebih banyak maka kesempatan yang didapat pun semakin banyak, maka kami selalu mengambil kesempatan yang ada, satu pun tidak akan kami lepaskan."

"Ada berapa kelompok yang ikut merampok plakat?"

Tanya Goan Hiong. Tiang Leng-cu menunjuk.

"5 kelompok, kami sudah berjanji, kami sudah mendapat urutan bertindak, aku mendapat nomor 3, aku juga bernasib baik, mendapat 19 plakat, 4 kelompok lainnya, hanya ada satu kelompok yang sial, karena mereka bertemu 3 Tosu yang membawa murid-murid mereka, kelompok ini paling kuat maka mereka hanya mendapatkan 2 plakat, dan 3 Tosu ini bisa lolos, kemudian mereka mencari kalian untuk meminta perlindungan."

"Plakat hanya tersisa 3, kalian ada 5 kelompok, bagaimana membaginya? Kau mendapat berapa?"

Tanya Goan Hiong.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami sudah membaginya secara rata, di sini ada 4 jalan bercabang, karena plakat yang kudapat paling banyak, maka aku mendapat bagian tengah untuk merebut plakat dari 3 Tosu ini, kalau aku tidak berhasil dan 3 Tosu ini bisa lolos, ke arah mana lolosnya, waktu itu sudah ada bagian yang bertanggung jawab, setiap kelompok menguasai daerah sekitar 50 tombak, lewat batas adalah wilayah kelompok lain."

"Kalau kami bisa melewati orang yang mencegat kami bagaimana?"

Tiang Leng-cu berkata.

"Kesempatannya jadi untuk semua orang, siapa yang mendapatkannya dia jadi pemiliknya, ini adalah cara yang sangat adil."

"To-tiang terakhir bertarung dengan kelompok mana?"

Tanya Goan Hiong. Cia-cing To-jin menunjuk orang yang duduk di sebelah utara, di sana ada 2 orang setengah baya laki-laki dan perempuan, mereka membawa 2 anak muda yang berusia sekitar 14-15 tahun, 2 anak muda itu laki-laki dan perempuan, katanya.

"Dari keempat orang itu! 2 anak mudanya sangat lihai, kami sudah mengorbankan dua murid baru bisa melewati kepungan mereka, di antara 5 kelompok, kelompok ini yang paling lemah."

"Kalau begitu, kita keluar dari arah sana, sekarang keadaan tidak sama, mereka masing-masing bisa mencegat, kalau kita berpencar akan lebih sulit, maka kita harus berkumpul di satu arah."

Cia-cing To-jin mengangguk, Tiang Leng-cu berkata.

"Caranya lumayan bagus, tapi kesempatan bisa lolos sangat kecil, sebab kalian harus keluar dari wilayahku sekitar 100 meter!"

"Orang yang ada di sini, tidak hanya ada 5 kelompok, aku kira masih ada kelompok lain yang akan ikut campur juga, mereka tidak ikut berjanji, mereka tidak ada batas untuk merebut plakat."

Tiang Leng-cu tertawa, katanya.

"Aku sudah memperhatikan hal ini dari tadi, ada orang kalian, ada yang tidak pernah bertemu semua ada di sini, dan tujuannya satu, tapi kami tidak peduli, malah senang mereka bisa ikut, sebab sesudah mendapatkan plakat ini mereka pasti akan bentrok dengan 5 perguruan ini, semakin banyak orang semakin bagus!"

"Kau pasti sangat yakin bisa menang,"

Kata Goan Hiong.

"Betul, sampai sekarang hanya aku yang sudah mendapat petunjuk rahasia dari 5 perguruan, walaupun ada orang lain yang bisa mendapat plakat, dia harus membaginya denganku, yang penting aku tidak akan rugi, maka semakin banyak orang ikut semakin seru!"

"Kalau orang itu tidak ingin bekerja sama denganmu, bagaimana?"

Tanya Goan Hiong.

"Tidak, semua orang tidak akan berani membuka kotak plakat giok untuk membedakan mana yang asli dan mana yang palsu karena khawatir bila mendapat plakat yang asli, dia akan berhadapan dengan 5 perguruan, masih harus bersiap- siap menghadapi orang lain yang menyerangnya, maka semua orang harus bisa mengendalikan semua tenaga untuk bersiap- siap,"

Kata Tiang Leng-cu.

Maksud Goan Hiong ingin membuat mereka berperang dulu, baru mencari kesempatan keluar, tidak disangka, cara Bu-tong membawa plakat malah membuat semua musuh menjadi kompak, karena itu Goan Hiong kehabisan akal.

Pui Thian-hoa yang duduk mendapat kode dari Ciam Giok- beng, dia berdiri dan berkata.

"Kalau begitu, kami juga bisa ikut dalam permainan ini. Tiang Leng-cu melihatnya sebentar lalu berkata.

"Sobat dari Kim-leng, kau selalu mengikuti perusahaan perjalanan, aku yakin kau pasti mempunyai tujuan yang sama, tapi kau terlambat!"

Pui Thian-hoa tertawa.

"Karena aku terlambat mendapatkan kabar aku juga tidak mempunyai banyak orang, maka sepanjang jalan aku harus menunggu, sekarang kesempatan telah datang aku pasti tidak akan melepaskannya!"

Tiang Leng-cu tertawa, katanya.

"Baik, sepanjang jalan sobat selalu menggunakan nama Hoa Thian-pui, apakah itu nama aslimu?"

"Aku bukan orang terkenal, untuk apa mengganti nama, ketiga huruf namaku adalah asli!"

"Di mana kampung halamanmu?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Aku sering berkelana, semua tempat adalah kampung halamanku!"

Jawab Pui Thian-hoa.

"Mulutmu memang sedang menjaga rahasia, tidak apa-apa, orang yang berpengalaman selalu tidak ingin mengeluarkan bakatnya, sekarang tinggal 3 kesempatan, dengan cara apa kau bisa menggunakan?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Aku hanya membawa seorang pembantu tua, terpaksa harus menunggu kesempatan tidak berani mengatakannya dengan cara apa, asal bisa mendapatkan satu plakat giok, itu sudah beruntung untukku."

Tiang Leng-cu melihat mereka tapi karena ketrampilan mereka mengubah wajah benar-benar lihai, dia jadi tidak bisa mengetahui identitas mereka, terpaksa dia berkata.

"Demi sopan santun, aku kira aku harus memberi kesempatan dulu untukmu mencobanya, bukan?"

Pui Thian-hoa tahu, pada kesempatan ini Tiang Leng-cu ingin mengukur kekuatannya, maka dia tertawa dan berkata.

"Aku tidak berani, kalau punya kemampuan, dari awal aku sudah mengambilnya, silakan Tuan saja, aku di sisi mencari kesempatan dan menunggu nasib baik datang padaku."

"Tapi aku harus mengingatkan bila aku sudah bergerak, tidak ku ijinkan kau mengambil keuntungan dari samping, makanya kau boleh menyerang dulu!"

Kata Tiang Leng-cu.

"Tenanglah Tuan, aku tidak akan ambil kesempatan di wilayah kalian, aku akan menunggu kesempatan lain."

"Baik. Setelah lewat wilayah kami semua orang ada kesempatan, tapi kami 5 kelompok sudah berjanji, siapa yang mendapat kami tidak akan berebut, kami akan bergabung untuk menyerang yang lain."

"Memang harus begitu, kalau tidak berarti tidak adil, aku dukung cara ini, kalau aku bernasib baik, bisa mendapat 1-2 plakat, aku pun berharap bisa didukung oleh Tuan!"

Kata Pui Thian-hoa. Tiang Leng-cu tertawa.

"Tidak masalah, semakin banyak kelompok semakin bagus, yang pasti harus ada plakat giok baru bisa masuk kelompok kami!"

"Itu pasti, tidak ada plakat giok, berarti dia tidak sanggup bergabung dengan kalian berarti cari mati sendiri, cara ini memang sangat sempurna,"

Kata Pui Thian-hoa. Tiang Leng-cu tertawa dan berkata kepada ketiga Tosu.

"Lebih baik kalian serahkan plakat giok itu, paling sedikit nyawa kalian bisa selamat, jangan tunggu sampai kami bergerak...."

"Tidak bisa, ada orang ada plakat!"

Kata Cia-cing.

"Baiklah, Bu-tong-pai tidak bisa apa-apa, yang ada hanyalah tulang keras, 37 plakat dan 37 nyawa telah hilang, Kim-ta dan Kim-ji, kalian yang bertarung!"

Pesan Tiang Leng-cu.

Kim-ta dan Kim-ji adalah kedua lelaki tadi, setelah mendengar perintah Tiang Leng-cu, mereka langsung menyerang ketiga tosu dengan pedangnya, Cia-bu dan Cia-hui mengeluarkan pedang untuk menyambut serangan, Cia-cing ikut maju, Goan Hiong dan Kie Pi-sia melindunginya, Tiang Leng-cu tertawa keras, pedangnya berkelebat menjadi cahaya menutupi kepala mereka.

Di antara 9 pesilat, dari Ceng-hai hanya ada 3 orang, tapi mereka adalah pesilat pilihan, apa lagi Tiang Leng-cu, dia lebih menonjol lagi, dengan sebilah pedang dia bisa menahan Goan Hiong, Cia-cing dan Kie Pi-sia, pedangnya seperti tabir tersusun dari titik-titik, setiap titik adalah satu jurus serangan, dengan kekuatan sendiri dia bisa menghadang 3 pesilat tangguh, membuat ketiga orang ini tidak bisa maju, untung Cia-cing dilindungi oleh Kie Pi-sia dan Goan Hiong sehingga dia tidak diserang langsung, Kie Pi-sia dan Goan Hiong juga beruntung, sebab selama 2 bulan ini ilmu pedang mereka maju pesat, jurus Tay-lok-kiam bisa melindungi mereka sangat rapat sehingga mereka bisa bertahan meghadapi serangan pedang Tiang Leng-cu yang sangat cepat.

Cia-bu dan Cia-hui tampak kesulitan mereka diserang Kim- ta dan Kim-ji, keadaan mereka sangat berbahaya, mereka berteriak.

"Ketua Kie, cepat bantu, kami tidak kuat lagi!"

Kusir Su-hai adalah orang yang berpengalaman di dunia persilatan, melihat keadaan darurat, dia segera melempar 3 kali petasan ke atas itu adalah tanda darurat.

Yang ada di belakang mereka adalah Kie Tiang-lim dan Goan Jit-hong, sebenarnya sedari tadi mereka sudah berada di daerah sini, hanya belum mendapat isyarat, maka mereka menunggu setengah kilometer di atas sebuah pohon untuk melihat keadaan, melihat tanda bahaya sudah muncul mereka buru-buru ke sana tapi sudah agak terlambat.

Pedang Kim-ta sudah menyerang Cia-bu dan menusuknya dari depan, serangannya membuat Cia-bu terguling jatuh dari kuda, kemudian dia mendekat dan dari dalam baju Cia-bu dia mengeluarkan sebuah kotak, dia tertawa.

"Ketua, kita dapat satu lagi!"

"Jika sudah dapat, cepat mundur!"

Saat Kim-ta ingin mundur, Kie Tiang-lim sudah datang, dia membentak.

"Tinggalkan kotak itu, jangan harap kau bisa mendapatkannya!"

Kim-ji sedang menyerang menggunakan pedang, Goan Jit- hong dengan cepat datang membantu Cia-hui, mereka bisa mengatasi bahaya yang mengancam.

Kim-ta yang dihadang oleh Kie Tiang-lim, gerakan ilmu pedangnya sangat cepat, tapi begitu bertemu dengan Kie Tiang-lim dia tidak bisa berbuat apa-apa, di Ceng-seng Kie Tiang-lim pernah melihat jurus pedang cepat ini, maka dia bisa berhati-hati dan tidak memberi kesempatan kepada Kim-ta.

Melihat pertarungan yang terjadi, Tiang Leng-cu mulai merasa cemas, segera ilmu pedangnya digerakkan lebih cepat lagi, Goan Hiong dan Kie Pi-sia dengan jurus Tay-lok-kiam terus bertahan, tujuan mereka hanya ingin menjaga keselamatan Cia-cing, mereka tidak memaksa menyerang sehingga Tiang Leng-cu tidak bisa berbuat apa-apa.

Tiba-tiba Kim-ta menjerit, tampak pedang Kie Tiang-lim telah membabat putus tangan kanannya, semua terjadi bukan karena ilmu pedangnya tidak bagus, melainkan karena Cia-bu yang sedang sekarat tiba-tiba melemparkan pedangnya dan menusuk ke arah jantung Kim-ta melalui punggung, karena kesakitan dan kurang konsentrasi maka tangan kanan yang memegang pedang terkena babatan pedang Kie Tiang-lim.

Walaupun Kim-ta terluka berat, tapi dia masih mempunyai sisa tenaga untuk meloncat ke depan, dan melemparkan kotak itu sambil berteriak.

"Ketua, sambutlah!"

Kotak melayang ke arah Tiang Leng-cu, saat dia menjulurkan tangan untuk menyambut, Cia-cing dengan cepat menyerang dada Tiang Leng-cu, tidak ada cara lain terpaksa Tiang Leng-cu menyambut kotak itu dengan pedangnya, dia terbang ke sana dan menahan Cia-cing dengan pedangnya, tangannya siap mengambil kotak.

Tiba-tiba ada beberapa bayangan muncul, jumlahnya ada tiga orang, yang satu Pui Thian-hoa, dua lagi adalah sepasang anak muda laki-laki dan perempuan, ketiga orang ini dalam waktu bersamaan mengambil kotak kayu itu, Tiang Leng-cu tidak mau rela kotak plakatnya diambil mereka, dengan pedangnya dia menyabet, tapi dua anak muda itu menahan dengan pedang mereka, yang laki-laki berkata.

"Tiang Leng- cu, kau sudah melewati batas!"

Yang perempuan muda mencoba merebut kotak kecil itu, tapi dihalangi oleh Pui Thian-hoa, Ciam Giok-beng yang duduk, dengan cepat mengait menggunakan pikulan kayunya dan berhasil mengambil kotak itu, dia berkata.

"Tuan Muda, kita mendapatkan satu!"

Tiang Leng-cu dan sepasang anak muda itu ingin merebut kembali kotak kayu itu, Pui Thian-hoa berkata sambil tertawa.

"Mengapa kalian bertiga lupa, bila kotak itu sudah ada di tangan, dia yang jadi pemiliknya, orang lain tidak boleh merebutnya lagi!"

"Kotak ini sudah jelas berada di tangan kami!"

Kata Tiang Leng-cu.

"Betul, tapi kalian tidak memegangnya dengan kuat, sehingga kotak itu jatuh ke tempat yang tidak bertuan, sehingga semua orang berhak mendapatkannya, siapa yang dapat dialah yang jadi pemiliknya."

Anak muda itu dengan marah berkata.

"Jangan sembarangan bicara, setelah lewat batas Ceng-hai-pang, itu menjadi milik kami."

"Memang ini wilayah kalian, tapi benda ini tidak ada di tangan kalian, berarti barang ini bukan milik kalian, coba saja tanya orang lain!"

Kata Pui Thian-hoa.

Karena mereka bertengkar, pertarungan di sana pun ikut berhenti, Kim-ta sudah mati, Cia-bu pun tidak bernafas lagi, semua orang berkumpul.

Saat itu, laki-laki dan perempuan yang datang berbarengan dengan 2 anak muda itu juga ikut menghampiri, yang laki-laki berkata.

"Memang kotak ini tadinya didapatkan oleh Ceng-hai- pang, tapi mereka tidak memegang dengan benar dan terjatuh di wilayah kami, seharusnya benda itu milik kami, tapi kami juga tidak mendapatkannya, yang mendapatkannya adalah sobat Hoa ini, maka hitung-hitung kotak itu menjadi miliknya."

Tiang Leng-cu tidak bisa terima begitu juga dengan dua anak muda itu, tapi laki-laki setengah baya ini terus memberi isyarat kepada kedua anak muda ini melarang mereka terus bicara, kemudian dia berkata lagi.

"Tiang Leng-cu, saat kita membuat perjanjian ini, belum terpikir ada masalah seperti ini, dari pada kita ribut di sini, lebih baik kita berikan saja kepada sobat Hoa ini, supaya kita tidak menambah musuh."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang Leng-cu melihat tidak ada harapan untuk mendapatkan kotak itu kembali, apa lagi Kim-ta sudah mati, terpaksa dia merelakan kepada Pui Thian-hoa, dia pun yakin orang lain tidak tahu rahasia di dalam plakat itu, maka dia mundur selangkah dan berkata.

"Sobat Hoa, selamat! Kami menyambut baik kau masuk barisan kami!"

Tapi gadis itu tidak terima dan berkata.

"Paman, dengan alasan apa dia berhak mendapatkannya, dia tidak bekerja tapi malah mendapat hasilnya!"

Lelaki setengah baya itu tertawa.

"Itu karena nasib baiknya, apa lagi dia telah membantu kita, kita memberikan satu plakat untuk berterima kasih kepadanya."

Gadis itu Terkejut.

"Dengan apa dia membantu kita?"

Lelaki setengah baya itu tertawa menunjuk Cia-hui dan Cia- bu.

"Dia membantu 2 orang ini masuk ke wilayah kita, hilang satu dapat 2, kita harus berterima kasih kepadanya."

Tiang Leng-cu sangat terkejut, saat dia sedang berusaha mengejar Cia-hui dan Cia-cing kembali ke wilayahnya, perempuan setengah baya itu berkata.

"Tiang Leng-cu, aturannya kau yang buat dan yang kentut kau juga yang berbuat, apakah kau sendiri tidak akan menepati janji?"

"Tidak bisa, karena mereka diam-diam masuk ke wilayah sini,"

Kata Tiang Leng-cu tergesa-gesa. Lelaki setengah baya itu berkata.

"Kalau dia tidak diam-diam masuk, apakah kau mau mengantarkan mereka kemari? Inilah nasib, silakan pergi dari sini!"

Tiang Leng-cu tetap tidak ingin melepaskan kesempatan ini, anak muda laki-laki berteriak.

"Bibi, kalau dia tidak mau pergi, berarti aturan yang ditentukan dirusaknya sendiri, kita juga tidak perlu ikut aturannya, kita bisa merebut 29 plakat darinya!"

Tiang Leng-cu marah.

"Thio Siauw-hun, kalau kau berani, kau boleh mencoba, sudah lama aku ingin merasakan kehebatan ilmu pedang Thian-san dari lembah Lu-bwee, tapi selalu tidak ada kesempatan."

Gadis yang bernama Thio Siauw-hun tertawa dingin.

"Tiang Leng-cu, kata-kata ini keluar dari mulutmu sendiri, apakah betul berharga?"

Tiang Leng-cu tidak rela diancam oleh seorang gadis, dia mulai marah,katanya.

"Yang pasti aku akan menepati apa yang telah kuucapkan kalau Thian-san-pai ingin merebut plakat dariku, silakan."

Thio Siauw-hun tertawa, berkata.

"Kau telah berbohong, aku tahu plakat itu tidak ada padamu, tapi karena kau telah berkata demikian, kau tidak bisa menarik kembali kata- katamu, Paman, mari kita bersama-sama menyerang!"

Kata-katanya baru selesai, pedangnya sudah menyerang Tiang Leng-cu, jurusnya ganas, baru ditahan dengan pedangnya, 3 orang lainnya mulai menyerang, Tiang Leng-cu harus melawan 4 musuh sendirian, benar-benar di luar dugaan, di antara ke empat orang itu sepasang anak muda lah yang ilmu pedangnya paling ganas juga kejam, dan kekompakan mereka sangat bagus, yang satu menyerang dari atas, satu lagi pasti menyerang ke bawah, membuat Tiang Leng-cu dengan susah payah baru bisa menahan serangan ini, otomatis pedang cepatnya tidak bisa dikeluarkan.

Pasangan suami istri itu selalu mencari celah, jurus pedang mereka tidak ada yang aneh tapi tenaga dalam mereka sangat kuat.

Saat Tiang Leng-cu menahan serangan, dia harus berkosentrasi penuh, tapi dia tetap merasa kewalahan, Kim-ji yang melihat ketuanya terkepung, dia meletakkan mayat Kim- ta, dan berusaha membantu.

Tapi Tiang Leng-cu berteriak.

"Jangan membantuku, kau awasi saja meja kita!"

Rupanya di meja mereka masih ada dua orang yang membawa bungkusan kain, dan plakat yang mereka rebut semua ada dalam bungkusan kain itu.

Kedua orang itu berbaju biasa terlihat sangat kusut sedang menunggu di meja itu, sepertinya mereka adalah orang yang dibawa Tiang Leng-cu.

"Di meja tidak ada masalah!"

Jawab Kin-ji.

"Mana mungkin? Suami istri dari Lu-bwee-kok belum muncul, hal yang begitu penting seharusnya mereka berada di sekitar sini! Mereka pasti sedang mencari kesempatan untuk merebutnya! Cepat kembali, jangan pedulikan aku!"

Terpaksa Kim-ji mundur ke sisi meja, tiba-tiba dari atap rumah turun 2 bayangan, dengan kecepatan tinggi mendekati meja.

Orangnya belum tiba, pedang sudah sampai dulu, kilatan pedang terus menyerang 3 orang yang berada dekat meja, pedang Kim-ji memang cepat, tapi dia tidak sanggup menahan serangan keras orang itu, terdengar bentrokan pedang, tangan kanan Kim-ji tampak putus dibabat pedang, sekarang 2 orang yang terlihat sangat biasa baru bergerak dengan ilmu silat yang tidak biasa, yang satu mengambil payung yang ada di sisinya, pelan-pelan melayangkan untuk menahan 2 pedang yang menyerang, sedang yang satu lagi belum mengeluarkan pedang, dia tenang seperti gunung mengawasi bungkusan kain itu dan terlihat dia sama sekali tidak peduli pada keadaan yang terjadi.

Dua orang yang turun dengan cepat, sekarang baru terlihat jelas wajahnya, mereka adalah sepasang laki-laki dan perempuan setengah baya, sikap mereka sangat anggun dan tenang, kedua anak muda itu sangat mirip dengan mereka.

Mereka melihat orang yang melindungi bungkusan kain, yang perempuan berkata.

"Tiang Leng-cu, tidak disangka kau sudah menyembunyikan 2 pesilat tangguh di sini."

Yang laki-laki tertawa dingin dan berkata.

"Jangan bodoh, meski tanah Ceng-hai dan Seng-siauw-ho dibalikkan pun tidak ada pesilat yang punya ilmu silat begitu tinggi."

"Kalau begitu siapakah mereka?"

"Kecuali 2 setan tua Ceng-seng, siapa yang bisa menahan serangan gabungan kita berdua, Ciu Giok-hu, Bun Th-hoan, kalian jangan pura-pura!"

Dua orang dimeja tidak meladeni mereka, suami istri itu saling berpandangan, tiba-tiba yang laki-laki berputar dan memberi hormat kepada orang yang ada di sekitarnya dan berkata.

"Semua orang yang ada di sini, namaku adalah Thio In, aku adalah Ketua Thian-san lembah Lu-bwee, ini adalah istriku Ciu Leng-hun, yang bertarung dengan Tiang Leng-cu adalah adikku, Thio Ni dan istrinya Jie Ang, putraku Thio Siauw-in, putriku Thio Siauw-hun!"

Saat terjadi pertarungan di sana, pertarungan Tiang Leng- cu malah berhenti, Tiang Leng-cu tertawa dingin.

"Thio In, kami sudah tahu seluruh keluargamu! Kau punya ide apa, harap utarakan saja!"

Thio In tertawa dingin.

"Tiang Leng-cu, kau sudah bergabung dengan Ceng-seng, mereka ingin menguasai dunia persilatan, maka mereka mengeluarkan ide licik ini, harap semua orang jangan sampai terkena tipuannyaa!"

"Ini adalah persetujuan semua orang, mana bisa dikatakan tipuan?"

Kata Tiang Leng-cu. Thio In tertawa dingin.

"Jangan menggunakan caramu untuk menipuku, kau menyuruh semua orang jangan membuka plakat dunia persilatan itu, apa alasanmu?"

"Karena aku ingin memberi kesempatan pada semua orang, supaya ada persaingan adil, kami mendapatkan plakat paling banyak, kami tetap menunggu hasil selanjutnya, supaya semua orang bisa menyaksikan nya, apa salahku?"

Tanya Tiang Leng-cu. Thio In tertawa dingin.

"Petunjuk rahasia plakat kau yang paling banyak tahu, aku tidak percaya hati nuranimu bisa membiarkan semua orang mencari kesempatan emas ini, kalau kau berani, buka bungkusan kain itu dan keluarkan 29 plakat giok itu, dan plakat tetap tersegel...."

"Maksudmu, kami sudah membuka segelnya?"

"Betul, aku punya bukti, apakah kau berani membukanya dan memperlihatkannya kepada semua orang?"

"Kalau aku buka dan ternyata masih tersegel, apa yang bisa kau lakukan?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Bila tidak benar, aku akan pertaruhkan kepalaku, dan aku akan memberikan 2 plakat giok yang kudapat, sebaliknya kalau ketahuan kau curang, apa konsekuensinya?"

Tanya Tianggoan. Tiang Leng-cu berpikir sebentar dan berkata.

"Aku akan ikuti syaratmu."

"Baik, kita taruhan!"

Thio In berteriak.

"Baiklah, Bun Lo-ji, buka bungkusan kain itu!"

Tiang Leng- cu tertawa.

Laki-laki yang memegang payung pelan-pelan membuka bungkusan kain, di dalamnya berisi adalah kotak-kotak kecil yang tersusun rapi, jumlahnya ada 29 dan tersegel rapi! "Apakah kau sudah melihat dengan jelas, lihat segelnya masih utuh, apa pendapatmu? Thio In penggallah kepalamu....

cepat!"

Thio In tertawa dingin.

"Apa gunanya segel itu, bila dikukus dengan uap panas, segelnya pun akan terlepas, bukankah kalian sangat sibuk di penginapan semalam, aku sudah melihat semuanya!"

Wajah Tiang Leng-cu berubah, orang-orang yang ada di sekeliling terus berteriak, 3 kelompok orang yang sudah mendapat plakat bersamaan mengeluarkan senjata, mereka mengurung Tiang Leng-cu! Dengan senang Thio In berkata.

"Aku tidak percaya kepada mereka, maka aku menyuruh adik dan putra putriku terang- terangan bertarung dengan mereka, diam-diam kami suami istri mengikuti mereka, semalam di penginapan aku melihat mereka membuka kotak satu per satu, dan menghancurkan semua plakat giok kalau kalian tidak percaya, kalian bisa melihatnya, semua isi kotak itu sudah kosong."

Teriakan dari 3 kelompok semakin besar, Bun Tho-hoan yang memegang payung membuka topengnya, topeng itu terbuat dari kulit manusia yang tipis, dipasang di wajah sehingga mengubah wajah aslinya dan sama sekali tidak berbekas.

Sesudah dia memperlihatkan wajah aslinya, dia tertawa kepada orang yang memegang pedang.

"Ciu Toako, kita sudah dikenali mereka, lebih baik topengnya dibuka."

Ciu Giok-hu mencopot topengnya, hal ini membuat orang Kian-kun-kiam-pai merasa terkejut, apa lagi Ciam Giok-beng dan Pui Thian-hoa yang masih tahu identitas mereka, mereka mulai merasa masalah semakin berat.

Sesudah mencabut topengnya, Ciu Giok-hu tertawa terbahak-bahak.

"Kita sudah saling tahu hanya belum pernah bertemu, pada kesempatan ini kita bertemu, itu akan lebih baik, Tiang Toako, tolong perkenalkan mereka."

Tiang Leng-cu menunjuk mereka satu persatu.

"Kenalkan, ini adalah Lok-yang Hie Po-ping dan Hie Tio-ping, ini adalah Huang-san Lie Hoan-tay, Tuan Lie, ini adalah suami istri Shangguan Ki dan Ouwyang Ciauw, jumlah mereka memang hanya beberapa orang, tapi ilmu pedang mereka sangat kuat, sisa 8 plakat lagi ada di tangan mereka dan keluarga Thio, setiap kelompok memiliki 2 plakat."

Ciu Giok-hu tertawa, katanya.

"Kalian bisa mendapatkan 2 plakat dari Bu-tong, memang kalian hebat dulu aku mengira rahasia yang ada di balik plakat tidak banyak orang yang tahu, tidak disangka akan datang begitu banyak pesilat, benar-benar susah."

"Ketua Ciu, yang lain tidak perlu dibicarakan, menurut Ketua Thio, kalian sudah memeriksa isi plakat giok ini, apakah benar?"

Tanya Hie Po-ping.

"Betul, tapi nasib kami memang jelek, 29 plakat itu semuanya kosong,"

Kata Ciu Giok-hu.

Dia melayangkan tangannya, terlihat cahaya berkilauan, pedangnya keluar dari sarung dan masuk kembali dalam waktu cepat, begitu pedang masuk, 29 kotak yang ada di atas meja jatuh ke bawah, setiap kotaknya terbelah di tengah- tengah menjadi dua bagian, plakat giok yang ada di dalam kotak sudah hancur, hal ini membuat semua orang terkejut.

Mereka tidak menepati janjinya, kelompok-kelompok ini merasa marah, tapi mereka juga terkejut melihat jurus yang di peragakan Ciu Giok-hu tadi, kotak itu disusun menjadi 3 bagian, dia harus menyabetnya tiga kali, tapi karena gerakannya sangat cepat, membuat orang tidak tahu kalau dia sudah beberapa kali menyabet.

Tadinya kotak tersusun rapi dan saat Bun Tho-hoan membuka bungkusan itu kotak itu sudah kacau balau, tapi pedang Ciu Giok-hu bisa menepis setiap kotak tepat menjadi dua bagian, dan kain pembungkusnya sama sekali tidak rusak, dari sini dapat diketahui ilmu pedangnya sudah sampai pada tahap sangat tinggi.

Begitu Ilmu pedang Ciu Giok-hu diperagakan, Tiang Leng- cu juga terkejut, setelah lama dia baru berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Beberapa tahun kita tidak bertemu, ilmu pedang Ciu Toako sudah maju pesat!"

Ciu Giok-hu tertawa.

"Tiang Toako, jangan sungkan, selama beberapa tahun ini semua orang mengotak atik ilmu pedang, ilmu pedangku tidak aneh, aku percaya, semua orang yang ada di sini pasti mempunyai ilmu andalan tapi tidak ingin diperagakan di depan banyak orang!"

Dia tertawa kepada Thio In.

"Apa kabar, Thio Toako, kemarin ini putraku sudah mengunjungimu dan telah merepotkan kalian, aku minta maaf!"

Thio In tertawa.

"Tidak apa! Putramu sangat berwibawa, di lembah Lu-bwee, tidak ada orang yang bisa melawannya, Ciu toako memang bernasib baik mempunyai putra begitu hebat!"

Ciu Giok-hu tertawa terbahak-bahak.

"Thio Toako jangan merendah, ilmu silat putraku hanya begitu saja, Thio Toako sengaja membuatnya senang dan menutupi kekuatan Lu- bwee-kok, memang putraku tidak berpengalaman, tapi aku tidak bodoh sampai mau mendengar kata-katanya dan meremehkan Lu-bwee-kok."

Kemudian dia melihat sekeliling dan berkata.

"Bukan hanya keluarga Thio, semua orang yang ada di sini selalu menutupi kekuatannya sendiri? Kalau tidak, 40 plakat dari tangan Bu- tong siapa pun bisa menyapu bersih, tidak perlu setiap kali selalu melepaskan beberapa orang, kemudian baru sedikit demi sedikit dibereskan!"

"Apakah betul seperti itu?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Tebakanku tidak akan salah, plakat dunia persilatan ada di tangan Bu-tong, setiap perguruan selalu menginginkannya, dan siapa pun bisa dengan mudah mendapatkannya, satu- satunya yang terpikir adalah orang yang ingin mendapatkannya terlalu banyak, maka semua sengaja menyimpan kekuatan dan menunggu supaya plakat itu jangan sampai jatuh ke orang lain baru dia akan merebutnya, jangan melihat semua orang begitu semangat merebut plakat palsu, kalau tahu plakat asli berada di tangan siapa, semua orang tidak akan mau merebutnya, karena benda itu terlalu panas, orang yang akan mendapatkannya tidak akan bernasib baik, sebab dia akan menjadi orang yang diperebutkan kembali, bukankah dia akan menjadi orang bodoh?"

Tiang Leng-cu terdiam, Thio In berteriak.

"Ciu Giok-hu, kau jangan pura-pura menutupi niatmu, kami sudah sepakat, bila plakat sudah di tangan siapa pun walaupun itu palsu atau asli, tidak akan dibuka, tapi kalian tidak menepati janji, apa yang akan kalian katakan?"

"Semua orang harus mengikuti kesepakatan yang ada, tapi kalau semua orang melanggarnya, perjanjian ini seperti kentut!"

Kata Ciu Giok-hu.

"Apa maksudmu?"

Tanya Thio In.

"Dari 37 plakat itu, aku dan Tiang Toako berhasil mendapatkan 2.9 dan sudah dibuka, juga membuktikan kalau semua plakat itu palsu, apakah kalian yang mendapat 8 plakat ada yang asli?"

"Mana kami tahu?"

Kata Thio In.

"Lebih baik Thio Toako berkata jujur, kalau tidak kau akan tanggung sendiri resikonya, karena kalau semua orang akan mengira kau yang mendapatkan plakat asli, semua orang akan mencarimu,"

Kata Ciu Giok-hu. Thio In berhenti sebentar, kemudian mengeluarkan 2 plakat yang sudah hancur.

"Kami sudah melihat 2 plakat ini tapi kedua-duanya juga palsu."

Dua bersaudara Lok-yang dan Hie mengeluarkan 2 plakat yang sudah hancur juga, Lie Hoan-tay dan Shangguan Ki dan Ouwyang Ciauw pun ikut mengeluarkan plakat mereka, tapi tidak ada yang sempurna. Ciu Giok-hu tertawa terbahak-bahak.

"Semua orang punya keinginan hati yang sama, semua satu tujuan, sekarang apakah semua orang punya alasan menuduh kami melanggar komitmen?"

Tidak ada orang yang bisa menjawab, semua hanya bisa mengeluarkan tawa kecut. Hanya Kie Pi-sia yang tertawa dingin.

"Semua orang-orang tidak tahu malu!"

Ciu Giok-hu melotot kepadanya.

"Nona Kie, kau jangan pura-pura bersih, aku percaya kalian menerima bisnis ini bukan karena menginginkan ongkos yang hanya beberapa tail perak!"

"Tentu, harga yang kami minta pantas kami dapatkan, tapi kami juga tidak mau demi beberapa tail perak mempertaruhkan nyawa kami, dengan alasan keadilan dan kebenaran supaya barang sakti dunia persilatan ini tidak jatuh ke tangan orang-orang seperti kalian!"

Ciu Giok-hu tertawa dingin.

"Kata-katamu memang bagus, kalian bisa terang-terangan menggunakan keadilan dan kebenaran, dan masih memasang bendera perusahaan perjalanan!"

"Kapan kami pernah diam-diam membawa barang titipan?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Kalian membawa barang, Pui Ciauw-jin dan Ho Gwat-ji diam-diam membuka jalan di depan, di belakang masih ada 2 yang tua, apa maksud kalian?"

Tanya Ciu Giok-hu.

"Karena orang tua kami merasa tidak tenang, takut karena kami yang masih muda dan ceroboh, maka dari depan dan belakang melindungi kami, untuk menjaga kalau ada orang yang akan merampok kami!"

Jawab Kie Pi-sia.

"Tapi ketua perguruan kalian tiba-tiba menghilang di Kim- leng, ke mana dia pergi? Aku duga tentu ada hal penting, dia tidak akan berpangku tangan begitu saja bukan?"

Tanya Ciu Giok-hu. Apakah Ciam Giok-beng juga pergi, mereka tidak tahu, tapi Kie Pi-sia tetap beralasan.

"Apakah guru kami pergi atau tidak, kami tidak tahu, mungkin beliau juga diam-diam ada di belakang supaya kalau ada bahaya, beliau bisa menolong."

"Sekarang kalian berada dalam bahaya, mengapa dia tidak muncul? Apakah ada hal yang lebih penting dari ini semua?"

Tanya Ciu Giok-hu.

"Sembarangan bicara, apakah ada masalah yang lebih penting dari ini?"

Kata Kie Pi-sia marah.

"Yang pasti dia tahu kalau kalian tidak akan bisa menjaga plakat dunia persilatan, tapi dia juga tidak bisa mengambil alih dari tangan kalian, satu-satunya cara adalah membiarkan orang lain mendapatkan terlebih dulu baru dia akan mengambilnya, dengan begitu dia bisa menipu semua mata kalian!"

Kata Ciu Giok-hu. Kie Tiang-lim marah.

"Ciu Giok-hu, jangan mengukur masalah dengan hati kerdilmu, ketua kami adalah orang yang berhati sangat mulia, tidak berhati kerdil seperti kalian!"

"Mau kedil atau tidak, mau berhati mulia atau tidak, aku tidak akan membicarakannya lebih lanjut, begitu Ciam Giok- beng melakukan hal yang tidak kalian sangka, aku akan melihat kalian menampar mulut kalian sendiri, sekarang aku beri nasihat, jangan bersikap terlalu bodoh, jangan menjual nyawa untuk orang lain, harus ditanyakan dulu apakah ini pantas atau tidak!"

Dengan serius Kie Tiang-lim menjawab.

"Menegakan keadilan tidak memperhitungkan untung atau rugi!"

"Baiklah, sementara aku tidak mau berdebat denganmu, hanya mempersilakan kalian menjadi saksi dari samping, aku akan membereskan masalah ini dengan kedua pendeta itu, Cia-cing, di antara 40 plakat, 37 plakat sudah dibuka, sekarang semua masalah ada di 3 plakat kalian, sebenarnya mana yang asli?"

"Aku sendiri pun tidak tahu!"

Jawab Cia-cing. Ciu Giok-hu tertawa dingin.

"Aku harap kau jangan berbohong lagi, aku percaya di tangan kalian juga tidak ada plakat yang asli, semua itu adalah plakat palsu, ini adalah tipuan murahan, yang asli sudah diantar oleh orang lain bukan?"

"Yang aku tahu adalah aku harus mengantarkan plakat dunia persilatan ini ke Tai-san, yang lainnya aku tidak tahu, yang kubawa plakat asli atau bukan aku tetap akan melindunginya, inilah tanggung jawab-ku!"

"Kalau kau tidak mau jujur, aku punya cara membuatmu bicara, harap kalian mengeluarkan plakat di depan umum, kita belah plakat itu kalau asli kami tidak akan merebutnya, biar kau mengantarkannya ke Tai-san, kemudian kami akan meminta secara terang-terangan kepada pemanggung jawab 5 perguruan besar, kalau palsu kalian tidak perlu mengadu nyawa kalian karena barang palsu!"

"Aku tidak percaya pada jaminanmu!"

Kata Cia-cing.

"Aku percaya, aku juga akan ikut mengantar!"

Tiba-tiba Goan Hiong berkata seperti itu. Cia-cing merasa aneh, dia berkata.

"Wakil Ketua, kita sudah ada kesepakatan!"

"Benar, kita sudah ada kesepakatan, tapi Pendeta juga harus tahu kami bertanggung jawab mengantarkan plakat dunia persilatan bukan lempengan giok biasa, kalau benar itu adalah plakat dunia persilatan mengorbankan nyawa pun kami tetap akan mengantarkannya ke Tai-san, kalau tidak seperti yang Ciu Giok-hu bilang tadi. Perkumpulam Anda dengan plakat palsu menyuruh kami mengantarkannya ke Tai-san, maksudnya adalah lebih mudah melindungi orang kalian yang mengantar plakat...."

"Tapi kami sudah membayar kalian!"

Kata Cia-cing. Goan Hiong mulai marah.

"Memang jumlah 400 ribu tail sangat banyak, tapi apakah uang itu bisa membeli nyawa kami? Kami menerima barang ini untuk menegakan keadilan kita hanya berjanji secara lisan saja, jujur saja walaupun perguruan kalian datang mengantarkan uang, kami tidak akan mau menerimanya, aku percaya kalau To-tiang mengerti aku tidak akan berbohong!"

"Bagaimana kalau plakat itu asli?"

"Perusahaan perjalanan kami siap mengantarkannya sampai di tujuan,"

Kata Goan Hiong sambil tertawa.

"Apakah Tuan sanggup mengalahkan mereka?"

Tanya Cia- cing.

"Aku percaya tidak akan ada orang yang berani merebutnya lagi, perkataan Ciu Giok-hu benar, plakat asli terlalu panas, tidak akan ada orang yang menginginkannya lebih awal,"

Kata Goan Hiong.

"Kalau begitu anggaplah ini adalah plakat asli!"

Ucap Cia- cing.

"Tidak akan semudah itu!"

Kata Ciu Giok-hu. Cia-cing tidak menanggapi kata-kata Ciu Giok-hu, Goan Hiong berkata.

"To-tiang, demi keadilan dan kebenaran kami mempertaruhkan nyawa, kalau kami hanya diperalat kemudian nyawa kami sampai melayang, itu akan sia-sia belaka! Kalau To-tiang tidak setuju, terpaksa Su-hai akan membatalkan mengantarkan barang ini, biar mereka merebutnya, apakah kalian berdua bisa melewati kepungan dari orang-orang itu?"

"Ditambah kalian pun tetap tidak akan bisa melewati mereka!"

Kata Ciu Giok-hu tertawa dingin. Goan Hiong mengangguk.

"Benar, kami siap mengaku kalah tapi aku percaya bila plakat asli muncul, keselamatan kami pun akan terjamin!"

Cia-cing berpikir sebentar, katanya.

"Ketua, mengenai plakat yang dititipkan kepada perusahaan perjalanan Anda, aku hanya diperintahkan melakukan itu, tapi 37 buah plakat itu tidak ada yang asli, sekarang aku pun tidak berani mengatakan apakah plakat asli ada di tangan kami atau tidak, kami adalah murid Bu-tong, kami mati demi perguruan itu adalah hal yang wajar, tapi bila plakat asli juga tidak ada di sini, kalian juga tidak akan tenang maka kami mengambil keputusan kami akan mengeluarkan plakat yang kami bawa."

"Kalau itu adalah plakat asli, kami tetap akan mengantarkannya ke Tai-san, kecuali kami semua terbunuh, itu akan berbeda ceritanya,"

Kata Goan Hiong.

"Kalau plakat yang kami bawa juga palsu, itu bukan keinginanku!"

Kata Cia-cing sambil menghela nafas.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami tahu mengenai hal ini, orang yang menyuruh kalian mengantarkan plakat tidak akan memberi tahu dan tidak akan menyangka To-tiang akan meminta bantuan kepada kami!"

Kata Goan Hiong.

"Menitipkan barang itu kepada perusahaan perjalanan kalian adalah ideku, kalau plakat itu palsu Bu-tong-pai tidak berniat memperalat perusahaan perjalanan kalian, tapi aku merasa malu aku hanya bisa mati untuk menebusnya!"

Kata Cia-cing. Kemudian dari balik baju bagian dadanya dia mengeluarkan kotak kecil disaksikan oleh banyak orang, Cia-cing memecahkan tutupnya, kemudian dia mengeluarkan plakat giok itu, dan membelahnya menjadi dua bagian.

"Kosong!"

Di sekeliling terdengar suara terkejut orang-orang di sana, hanya Ciu Giok-hu yang tertawa terbahak-bahak.

"Dari awal aku sudah punya pikiran seperti itu, untung aku lebih awal mengetahuinya, kalau tidak semua orang akan tertipu!"

"Orang yang membawa plakat asli pasti sudah lewat dari sini!"

Kata Thio In.

"Belum tentu, rapat akbar di Tai-san akan di buka pada waktunya, datang lebih awal pun tidak akan ada orang di sana, kita masih punya kesempatan, hanya saja kita harus pelan-pelan mencari tahu, terpaksa bergantung pada nasib!"

Kata Ciu Giok-hu.

"Kalau tidak berhasil menemukannya pun tidak apa-apa, pada saat rapat akbar mereka pasti akan mengeluarkan plakat asli, waktu itu kita baru buka mulut unutk memintanya!"

Kata Lie Hoan-tay.

"Waktu itu kita akan berhadapan dengan 5 pesilat tangguh dari 5 perguruan!"

Kata Ciu Giok-hu.

"Tidak masalah, kalau kita dari awal sudah mendapatkan plakat asli, 5 perguruan besar itu juga tidak akan tinggal diam, lebih baik seperti sekarang ini, bertarung dengan terbuka supaya tidak berebut,"

Kata Lie Hoan-tay sambil tertawa.

"Cara yang bagus, tapi bila 5 perguruan besar bergabung sedangkan kita hanya sendiri-sendiri, yang rugi adalah kita, aku punya ide, nanti kita pun harus membuat keeja sama untuk menghadapi 5 perguruan besar dan mengalahkan mereka, dari tangan mereka kita akan mendapatkan plakat dunia persilatan itu, bagaimana menurut kalian?"

Tanya Ciu Giok-hu sambil tertawa. Semua berunding dengan pihak mereka sendiri, semua mendukung ide ini, Ciu Giok-hu tertawa.

"Rapat akbar masih ada setengah bulan lagi, kita tidak boleh tinggal diam, kita bisa menggunakan waktu setengah bulan ini untuk mencari plakat asli, kalau bisa mendapatkannya kita tidak perlu ikut rapat akbar itu!"

Ide Ciu Giok-hu disetujui oleh semua yang ada di sana, karena takut ketinggalan mereka terburu-buru pergi, hanya sebentar mereka semua sudah menghilang dari tempat itu, pemilik rumah makan itu buru-buru keluar dan berteriak.

"Hei kalian, uang teh dan sayur kalian belum dibayar!"

Dia berteriak sekuat tenaga, tapi tidak ada orang yang meladeninya, di tempat itu tamu-tamu yang benar-benar lewat di sana yang tidak pergi, yang takut bersembunyi, yang tidak takut melihat keramaian yang ada, Tiang Leng-cu membawa pergi mayat Kim-ta dan Kim-ji yang terluka ikut bersama ketuanya, yang tertinggal hanya mayat Cia-bu.

Dengan wajah kusut pemilik rumah makan itu berkata kepada Kie Pi-sia.

"Nona, kau sudah mengusir para tamu itu, kau yang bertanggung jawab membayar hutang mereka!"

Kie Pi-sia berkata.

"Tidak masalah, semua akan kami tanggung, tapi tolong carikan sebuah peti mati untuk mengubur pendeta itu!"

Pemilik rumah makan itu menggosok-gosokkan kedua tangannya.

"Kemana aku harus mencari peti mati? Bagaimana kalau menggali lubang saja? Biar saja sebab orang itu toh sudah mati!"

Kie Pi-sia marah.

"Apa yang kau katakan? Membiarkannya? Kalau yang sudah makan dan tidak mau membayar mengapa kau tidak membiarkannya?"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Nona, kata-kata Anda tidak tepat, kami hanya menjual makanan, tidak menjual peti mati, Anda tidak bisa memaksa kami menjual barang yang tidak ada!"

Sewaktu Kie Pi-sia akan marah lagi, Kie Tiang-lim segera berteriak.

"Pi-sia, jangan paksa dia, di sini jauh dari desa dan kota, mana mungkin menyuruhnya mencari peti mati? Mungkin di rumahnya dia sudah menyiapkan peti mati!"

"Tay-ya ini lebih mengerti dan tahu aturan, jalan ke sana 20 kilometer baru ada sebuah kota, di sana semua barang yang diinginkan pasti ada lebih baik kalian ke sana!"

Kata pemilik rumah makan. Dari dalam muncul seorang wanita, berkata.

"Ayah, udara begitu panas, mereka harus menggotong mayat, sangat tidak leluasa, bukankah di rumah kita ada peti mati yang masih disimpan? Peti mati itu kau siapkan untukmu kalau sudah meninggal nanti, sekarang masih terlalu dini dipakai, aku kira lebih baik jual saja kepada mereka!"

"Tidak bisa! Kayu peti mati itu pilihanku beberapa tahun yang lalu, bahannya sangat bagus, aku menghabiskan 100 tail perak ditambah bunga selama beberapa tahun ini, dan harganya akan jauh lebih mahal!"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Bagaimana kalau aku membelinya dengan harga 300 tail perak?"

Tanya Kie Pi-sia. Pemilik rumah makan itu menghitung dengan jarinya, kemudian dia tertawa.

"Baiklah, tidak disangka peti mati pun bisa membuatku mendapatkan untung banyak, Li-enghiong, kalau Anda berani membelinya dengan harga 300 tail perak aku masih mempunyai sebuah peti mati lagi, sebenarnya peti mati itu kubeli untuk istriku tapi karena dia belum akan mati sekarang maka aku ingin menjualnya sekalian kepada kalian!"

Kie Pi-sia melotot dan marah.

"Jangan sembarangan bicara, apakah aku akan membeli peti mati begitu banyak?"

"Peti mati itu sepasang, kalau mau membelinya harus sepasang, tidak dijual satuan!"

"Kau benar-benar kurang ajar, di mana ada aturan membeli peti mati harus sepasang? Apakah di rumahmu kalau ada yang mati harus berpasangan?"

Seru Kie Pi-sia marah. Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Aku bukan mencari keuntungan, bukankah pendeta itu bilang dia juga akan segera mati? Kalau sekalian beli sekarang nantinya tidak akan repot!"

Dia menunjuk Cia-cing, hal ini membuat semua orang terkejut.

Sebelum plakat dibelah Cia-cing pernah mengatakan dia juga akan mati untuk menebus kesalahannya, tapi apa hubungannya dengan jual beli ini? "Ada 3 pendeta yang datang, 2 sudah meninggal, tersisa satu lagi juga terlihat sebentar lagi akan meninggal, Nona, kalau Anda membeli sepasang peti mati, bila ketiga pendeta itu ingin mati, aku akan memberimu gratis satu, aku akan menyuruh pegawai menebang kayu dan langsung membuatkan peti mati, mungkin kualitasnya akan lebih jelek, tapi karena kami memberinya secara gratis maka hitung- hitung kau masih mendapatkan untung!"

Mendengar kata-kata pemilik rumah makan itu, semua terpaku dan mulai merasa curiga kalau pemilik rumah makan itu bukan orang biasa, kalau dia seorang pedagang melihat ada pertarungan berdarah dia akan terkejut dan ketakutan, mana mungkin dia bisa berteriak meminta Kie Pi-sia mengganti rugi uang arak, sayur, dan air minum? Kie Tiang- lim adalah orang yang penuh dengan pengalaman di dunia persilatan tetap saja dia tertipu, apalagi kedua pemuda pemudi itu, maka semua menjadi terpaku.

Pemilik rumah makan itu tetap dengan tertawa bertanya.

"Nona, apakah kau jadi membeli peti mati milikku?"

Kie Pi-sia mulai melihat gerakannya, dia marah.

"Aku tidak mau lagi, kau simpan saja dulu peti mati itu untukmu!"

"Tidak apa-apa, jual beli peti mati memang harus berdasarkan suka sama suka, tidak bisa memaksa membeli juga tidak bisa memaksa menjual, kalau tidak jadi tidak apa- apa, tapi ongkos makan dan minum tidak boleh berbohong."

"Tidak bisa, sebab aku tidak makan dan minum di sini!"

Teriak Kie Pi-sia.

"Kata-kata itu tidak pantas keluar dari mulut seorang nona yang membuka perusahaan perjalanan, membuka perusahaan perjalanan harus mengandalkan kepercayaan, bila kau sudah mengeluarkan kata-kata itu tidak boleh ditarik kembali!"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Jangan sembarangan bicara, orang-orang tadi bukan saudara kami juga bukan teman, mereka masih berniat merampok barang bawaan kami untuk apa aku harus membayar ongkos makan dan minum mereka?"

"Kata-katamu memang tidak salah tapi kalau tadi kau tidak setuju, aku akan mengejar mereka dan meminta dibayar, tapi kau bilang kau setuju membayar hutang mereka, sekarang mereka sudah jauh kau malah tidak mau membayarnya, kelihatannya kau sengaja ingin membuat rumah makan kami rugi?"

Kata-katanya benar-benar lihai membuat Kie Pi-sia tidak bisa menjawab, dia marah dan mengeluarkan pedangnya dan membentak.

"Aku tidak akan membayar, kalau kau berani mendekatlah dan tagih padaku!"

Cahaya pedang berkelebatan, terus terayun-ayun di depan pemilik rumah makan itu, tapi dia sama sekali tidak kelihatan takut, dengan santai dia berkata.

"Kalau tidak mau membayarnya, ya sudah, kalian bisa ilmu silat, membawa pedang pula, kami pedagang kecil tidak berani bertengkar dengan kalian, paling-paling aku akan menganggap aku sedang sial, kelak aku akan memberitahu orang lain kalau perusahaan perjalanan Su-hai adalah perusahaan perjalanan yang sangat berwibawa!"

Kata-kata ini membuat Kie Pi-sia bertambah marah, dia benar-benar ingin membacok pemilik rumah makan itu, tapi dia tidak bisa melakukannya, mereka membuka perusahaan perjalanan bukan menjadi perampok, perampok bisa sembarangan membunuh, Kie Pi-sia tahu kalau pemilik rumah makan itu bukan orang biasa, tapi karena tidak ada bukti dia tidak bisa melakukan tindakan apa pun.

Goan Hiong melihat Kie Pi-sia tidak bisa berkata apa-apa, dia segera datang untuk membantu.

"Suci, sudahlah, untuk apa bertengkar dengan orang seperti dia? Hanya beberapa tail perak berikan saja kepada-nya!"

Goan Hiong segera bertanya.

"Tuan, hitung berapa hutangnya?"

Pemilik rumah makan berteriak kepada orang yang ada di belakang.

"Hitunglah, berapa hutangnya?"

Seorang perempuan yang berpenampilan seperti pelayan berlari keluar dan berkata.

"200 ribu tail 46 sen!"

"Jangan sembarangan, mana mungkin hutangnya begitu banyak!"

Kata Kie Pi-sia marah. Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Uang sayur dan lain-lain harganya 46 sen, sedangkan 200 ribu tail adalah ongkos lainnya, setelah dihitung-hitung tidak terlalu mahal!"

Goan Hiong melihat sorot mata Kie Pi-sia yang hampir meledak, dia tertawa.

"Benar, tidak terlalu mahal, tapi ongkos lain itu dihitung dari mana?"

"Dari hasil kalian membawa barang, bukankah kalian membawa barang seharga 400 ribu tail perak? Kita bagi separahnya dan masing-masing mendapat separah,"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Uang itu adalah uang dari hasil kami mempertaruhkan nyawa!"

Kata Goan Hiong.

"Tapi kalian tidak jadi mempertaruhkan nyawa barang yang kalian bawa malah menghilang, apakah kalian tidak malu meminta mereka tetap membayar?"

"Kami tidak mendapat bayaran, kau mau dibagi dengan apa?"

Tanya Goan Hiong. - Jawab pemilik rumah makan.

"Asal kalian setuju membagi separuh hasilnya kepada kami, aku akan bertanggung jawab mengejar orang yang menghilangkan barang kalian, supaya kalian bisa selamat sampai di tujuan, kalian bisa menyerahkan barang itu kepada orang yang dititipkan, nama baik perusahaan perjalanan kalian tidak akan tercemar, aku kira bila kami meminta setengahnya tidak berlebihan bukan?"

Goan Hiong tertawa dingin.

"Memang barang yang kami bawa telah hilang, tapi semua barang ada di sini, barang itu hanya hancur saja tidak perlu sampai mengejar mereka kembali!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pemilik rumah makan tetap tertawa, katanya.

"Perusahaan perjalanan Su-hai hanya bertanggung jawab mengantarkan satu plakat giok saja bukan 40 lempengan plakat, jadi kalau hanya mengantarkan satu yang bagus dan mulus saja itu sudah cukup!"

"Kemana kami harus mencari yang utuh?"

Tanya Goan Hiong. Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Tuan benar-benar pelupa, apakah Anda tidak ingat ada seorang tuan muda yang membawa seorang pelayan tua, mereka di sini berhasil merebut satu lempengan plakat, plakat yang diambilnya belum dirusak kita bisa mengejar pemuda itu, bukankah masih bisa?"

Kata-kata pemilik rumah makan itu membuat semua orang baru ingat dan mereka buru-buru mencari kedua orang itu, ternyata baik yang tua maupun yang muda sudah menghilang dari sana. Kata Cia-cing.

"Mungkin plakat yang dia dapatkan adalah plakat yang asli, kita kejar dia, masih keburu!"

"Tidak akan keburu, saat kalian sedang ribut pelayan tua itu sudah pergi terlebih dulu, baru disusul oleh yang muda, apalagi teman-teman yang makan tidak bayar, bila kalian mengejarnya sulit untuk mendapatkannya!"

Kie Tiang-lim terpaku.

"Benar, bila plakat itu yang asli, pasti sudah dibelah!"

Pemilik rumah makan itu tertawa, katanya.

"Asli atau palsu kita belum tahu, tapi rumah makan kecil kami menjamin mereka belum membelah plakat itu, hanya ingin tanya apakah perusahaan perjalanan kalian masih bermaksud akan mengambil kembali plakat itu?"

Cia-cing dengan cepat menjawab.

"Terima! Terima! Aku yang akan bertanggung jawab!"

Pemilik rumah makan itu melotot kepadanya.

"Aku tidak ingin bergaul denganmu karena kata-kata kalian tidak bisa dipercaya, kalian telah terbiasa berbohong, bila bergaul dengan kalian, pasti akan rugi!"

Wajah Cia-cing menjadi merah.

"Tuan, aku lihat kau bukan orang biasa, lebih baik bicara secara terang-terangan!"

"Kau selalu omong kosong, bukankah tadi kau bilang kau mau mati saja, mengapa sampai sekarang masih belum mati?"

Cia-cing tidak bisa menjawab pertanyaan ini, dia menarik pedang dari sarungnya dan langsung menyabet leher pemilik rumah makan itu, perempuan itu dengan cepat menabraknya, membuat tangannya meleset dan berkata.

"Tuan Pendeta, Anda tidak boleh mati karena kalau Anda mati di rumah makan kecil ini, kami akan ditangkap polisi!"

Goan Hiong berkata.

"To-tiang, bila ada sebuah plakat yang utuh, Anda berdua bisa mengantarkannya ke Tai-san, berarti tugas Anda bisa dipertanggungjawabkan!"

"Bagaimana kalau plakat itu palsu?"

Tanya pemilik rumah makan itu.

"Biar itu asli atau palsu, kita akan menganggap itu asli dan menyerahkannya ke Tai-san, dan kau pasti tahu dua orang tadi pergi ke arah mana?"

Tanya Goan Hiong pada pemilik rumah makan.. Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Mana 200 ribu tail peraknya?"

"Asal kami bisa mengejar kembali plakat giok, satu tail pun tidak akan kurang kami bayar, tapi plakat itu harus utuh!"

"Tuan benar-benar baik hati, Anda benar-benar takut kalau kedua pendeta itu mati! Aku jamin plakat itu bisa didapatkan kembali, tapi aku yakin itu juga plakat yang palsu!"

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Tanya Goan Hiong dengan dingin.

"Dari 39 plakat, semua palsu, juga sudah dibelah mana mungkin bisa secara kebetulan kalau yang tersisa satu ini adalah yang asli? Mereka lebih pintar, mengetahui itu bukan plakat asli maka mereka segera mengejarnya, kalau tidak sedari tadi mereka sudah kembali!"

"Yang mana yang asli yang mana yang palsu tidak perlu kau khawatirkan, kami hanya butuh satu plakat giok yang masih utuh, dan akan kami antar sampai ke tempat, berarti tugas kami sudah selesai!"

Kata Goan Hiong. Pemilik rumah makan itu mengangguk.

"Benar juga, paling sedikit bisa menjaga nama baik perusahaan perjalanan Su-hai, juga bisa melindungi dua nyawa, apakah benar pendapatku?"

Sebenarnya semua tahu asli atau tidaknya plakat itu sangat tipis, maka Goan Hiong tidak butuh untuk membuktikannya, kelihatannya Cia-cing juga tidak tahu, tapi untuk apa memberitahu kepadanya? Maka dia melanjutkan perkataannya.

"Tuan, aku percaya kedua orang itu belum terlalu jauh dan mungkin masih bersembunyi di sekitar sini, kalau tidak saat orang-orang itu pergi tadi, mereka pasti akan mengejar dan meminta kepada mereka 200 ribu tail untuk membeli berita, cepat katakan kemana kedua oran itu bersembunyi?"

"Mana aku tahu mereka bersembunyi di mana?"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Kau bisa menjamin kalau plakat itu masih utuh, pasti kau pun tahu belum ada yang membukanya, maka aku pun percaya kalau kau tahu keberadaan kedua orang itu,"

Kata Goan Hiong.

"Mana uangnya?"

"Kami tidak mungkin membawa uang begitu banyak, aku akan menulis sebuah surat yang menyatakan kalau aku berhutang kepadamu dan dengan surat ini kau bisa pergi ke cabang perusahaan perjalanan Su-hai untuk mengambil uangnya, mereka akan membayar semuanya kepadamu tanpa kurang sepeser pun!"

"Kau sudah berjanji, aku percaya pada janjimu, Tuan, begitu perusahaan perjalanan berhasil mendapatkan uang dari Bu-tong-pai, kau baru bayar kepadaku, itu tidak menjadi masalah!"

Kata pemilik rumah makan.

"Beritahu kepadaku, di mana kedua orang itu?"

Tanya Goan Hiong.

"Mereka ada di mana, aku benar-benar tidak tahu, kalau tahu mereka ada di mana, aku akan menagih hutang pada mereka!"

Jawab pemilik rumah makan itu.

"Tuan, aku tidak ada waktu bergurau denganmu!"

Kata Goan Hiong.

"Demi 200 ribu tail perak, tidak perlu bergurau denganmu, barang yang kau butuhkan bukan orangnya, tidak ada hubungannya dia pergi ke mana,"

Jawab pemilik rumah makan itu.

"Tidak ada orangnya dari mana bisa mendapatkan plakatnya?"

Tanya Goan Hiong.

"Pasti ada, pelayan tolong keluarkan!"

Perempuan itu segera membuka baju bagian depan dan mengeluarkan sebuah kotak kecil, dia memberikannya kepada Goan Hiong.

"Aku akan memberikan benda ini kepadamu, tapi jangan lupa uangnya harus ada!"

Goan Hiong menerima kotak itu dan memberikan kepada Cia-cing.

"Coba Pendeta lihat, apakah barang ini asli?"

Cia-cing memeriksa dan berkata.

"Tidak salah, segelnya adalah segel perguruan kami, dan segelnya masih utuh, tidak pernah dibuka!"

Kie Pi-sia berkata.

"Segel tidak bisa diandalkan, kotak yang dibawa Tiang Leng-cu semua disegel tapi barang yang tersimpan di dalamnya sudah pernah dilihat."

Cia-cing berpikir sebentar dengan tekad bulat dia membuka segel itu di dalamnya ada sebuah plakat giok yang masih utuh, dia berteriak.

"Plakat ini plakat yang asli!"

"Dari mana Pendeta tahu kalau ini adalah yang asli?"

Kata Goan Hiong terkejut. Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Tahun kemarin pada saat rapat akbar ketua Bu-tong-pai dengan satu jurus berhasil mengalahkan lawannya tapi tangannya tergores sehingga keluar darah, saat dia menerima plakat giok ini darah menetes ke atasnya, karena kemenangan ini tidak mudah didapatkan, di plakat giok itu masih ada noda darahnya, dan pasti ini adalah plakat yang asli!"

"Kalau begitu Pendeta di Kim-leng memperlihatkan plakat yang palsu kepada kami?"

Tanya Goan Hiong. Wajah Cia-cing menjadi merah, dengan gugup dia berkata.

"Benar, bukan maksudku ingin menipu kalian, karena aku membuka plakat yang kubawa sedangkan yang dua lagi aku tidak tahu apakah itu asli atau bukan, tapi tadi mereka sudah memecahkan 39 kotak semuanya palsu, menurut dugaanku tadinya Ciang-bun Suheng mengaturnya dengan cara lain, maka aku merasa menyesal tidak disangka plakat aslinya benar-benar ada!"

Goan Hiong tertawa tapi tidak berkata apa-apa. Tapi Kie Tiang-lim berkata kepada pemilik rumah makan itu.

"Tuan sangat paham tentang dunia persilatan, apakah bisa memberitahu siapa nama Anda?"

Pemilik rumah makan itu berkata sambil tertawa.

"Namaku adalah Ong Lo-ji!"

"Apakah itu adalah nama asli Anda?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Untuk apa Tay-ya bertanya begitu mendetil? Yang penting aku tidak tertarik pada plakat giok itu, kalau tidak aku tidak akan menyerahkannya kepada kalian!"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Mungkin Tuan tidak tahu kalau itu adalah yang asli?"

Tanya Goan Hiong.

"Aku sudah membukanya, kalau aku tidak menyerahkan tidak ada yang tahu plakat itu ada di tanganku, aku tidak membukanya, berarti aku tidak menyerahkannya, apakah benar Tay-ya?"

Goan Hiong berpikir sebentar, dia merasa apa yang dikatakan oleh pemilik rumah makan itu tidak salah, bila dia ingin mengambil plakat itu, dia bisa mengadu nasib, apalagi dia sangat hafal keadaan dunia persilatan.

Sikap Goan Hiong jadi berobah, dia memberi hormat.

"Cianpwee mempunyai sifat begitu agung, aku sangat mengagumi Cianpwee!"

Pemilik rumah makan itu segera menggoyang-goyangkan tangannya.

"Aku memang tidak tertarik pada plakat dunia persilatan, tapi aku sangat tertarik pada uang, 200 ribu tail perak yang telah kau setujui sedikit pun tidak boleh kurang!"

Nada bicaranya seperti rakus pada uang dan sekarang dia tidak mirip dengan orang dari kalangan persilatan. Hal ini membuat Goan Hiong jadi bingung, terpaksa dia berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pasti tidak akan kurang!"

Melihat plakat asli sudah mereka dapatkan, Kie Pi-sia sangat senang, tapi terhadap orang-orang yang ada di rumah makan itu dia merasa curiga, mereka sekeluarga pasti bukan orang biasa, tapi mengapa setelah mendapatkan plakat asli mereka malah menyerahkannya kepada orang lain, apa maksud mereka? Dia bertanya.

"Tuan, dari mana kau dapatkan barang ini?"

Pemilik rumah makan itu menunjuk wanita itu.

"Menantuku yang mendapatkannya!"

Kie Pi-sia terpaku.

"Apa? Mendapatkannya dari hasil mencopet?"

"Begini ceritanya, rumah makanku berada di sini, orang yang lalu lalang sangat banyak, tukang copet dari dunia persilatan pun sering kemari, rumah makan kami begitu kecil tidak bisa melawan para tukang copet itu, tapi kami juga tidak mau tamu kami rugi karena dicopet mereka, terpaksa kami menggunakan cara kami, kedua menantuku pernah belajar mencopet tapi sejak menikah dengan putraku, kami membuka rumah makan cukup untuk kehidupan sehari-hari, maka kedua menantuku tidak jadi pencopet lagi, tapi ilmu mereka terkadang masih berguna, bila kebetulan ada sahabat kami yang dicopet, mereka akan mencopetnya kembali dan mengembalikan barang itu kepadanya, saat seorang pak tua telah mencopet kotak ini dan ingin melarikan diri, menantuku yang tua ini mencopet kotak ini kembali."

Kata-katanya sangat masuk akal walaupun orang-orang tidak mempercayainya tapi tidak bisa menunjukkan di mana kelemahannya.

"Pelayan tua itu sudah pergi dengan tuannya, kapan mereka pergi tidak ada yang tahu, dengan cara apa mereka mengambil kotak itu, lebih-lebih tidak ada yang tahu."

"Sebenarnya ini adalah kewajiban kami, kami tidak boleh meminta imbalan, tapi karena orang yang ingin merampas barang asli ini tidak tahu kalau barang ini sudah ada di tangan kalian, maka mereka tidak akan menghadang kalian, kalian akan dengan lancar menyerahkan plakat ini ke Tai-san, walaupun rumah makan kami kecil kami minta bagian, kukira ini tidak keterlaluan!.

"Memang tidak keterlaluan, begitu kami sudah mengantarkan barang sampai di tempat tujuan pada perjalanan pulang kami akan mengantarkan uangnya kemari, harap Cianpwee bisa menunggu di sini!"

"Kalau aku sudah punya 200 ribu tail, untuk apa membuka rumah makan kecil ini lagi?"

Kata pemilik rumah makan itu.

"Kalau begitu dengan cara apa aku bisa mengantarkan uangnya kepada Cianpwee?"

Tanya Goan Hiong. Pemilik rumah makan itu berpikir sebentar.

"Begini saja, kalian pergi dulu mengantarkan plakat itu, begitu sampai di Tai-san, kalian segera meminta bayarannya dari Bu-tong, dan aku akan ke Tai-san untuk mengambilnya."

"Apakah Cianpwee juga akan pergi ke Tai-san?"

Tanya Goan Hiong.

"Tentu, kalau pelayan tua dan tuannya ingat barang mereka tertinggal di sini, mereka akan kembali kemari untuk mencari masalah, aku tidak berani melayani mereka!"

Kata pemilik rumah makan itu. Pui Ciauw-jin dan Ho Gwat-ji sudah mendekat, mereka sudah lama melihat dari samping juga berunding dan telah mencapai kesepakatan. Dengan sikao dingin Pui Ciauw-jin bertanya.

"Tuan, sejak kapan kau mulai berdagang seperti ini?"

Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Sudah beberapa tahun, Tuan boleh bertanya kepada marga Ong yang ada di sana!"

"Aku sudah lewat jalan ini beberapa kali tapi aku belum pernah melihat ada rumah makan, Tuan, kau benar-benar pintar, semua perabot, kursi dan meja sudah usang, kau pun mencari atap yang sudah tua, jadi kelihatan seperti sudah lama membuka rumah makan ini,"

Kata Pui Ciauw-jin.

"Rumah makan ini memang sudah lama, jadi tidak ada barang yang baru dibeli,"

Jawab pemilik rumah makan itu. Pui Ciauw-jin tertawa dingin lagi, berkata.

"Semua sangat sempurna, tidak akan membuat orang curiga, hanya tungku yang ada di dapur terlihat jelas, karena tungku itu baru dibangun tanahnya masih bau, aku yakin baru beberapa hari ini kau selesai membangunnya!"

Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Tuan benar-benar sangat lihai, 6 hari yang lalu aku baru membuat dua tungku baru, ternyata Tuan sudah melihatnya!"

"Masih ada lagi, di dapur di bawah tanah, rumput-rumput di sana masih hidup, kalau dapur sudah lama dibangun, mengapa masih ada rumput yang baru tumbuh?"

Pemilik rumah makan itu tidak bisa menjawab, dia berpikir sebentar baru berkata.

"Rumput liar di mana pun bisa tumbuh, di sisi tempat tidur pun rumput bisa tumbuh, bukan masalah yang aneh, di dapur tumbuh rumput, apa anehnya?"

"Kau jangan pura-pura lagi, rumah makanmu belum ada 10 hari dibangun, kau bisa berbohong kepada orang lain, tidak kepadaku!"

"Apa hubungannya antara rumah makanku yang baru beberapa dibangun dengan Tuan?"

Tanya pemilik rumah makan itu. Pui Ciauw-jin tertawa, katanya.

"Tidak ada hubungan apa pun, hanya saja secara kebetulan rumah makan ini baru dibangun 10 hari yang lalu, lalu sekarang akan ditutup, sepertinya rumah makan Anda dibuka dan ditutup khusus untuk masalah plakat giok ini!"

Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Anda benar, setengah bulan yang lalu ada seorang peramal yang mengatakan kepadaku kalau aku akan menjadi kaya, waktu itu aku pikir keahlianku hanya membuka rumah makan, maka aku mencari tempat dan di sini membuka rumah makan, aku ingin tahu apakah kata-kata peramal itu benar atau hanya bohong belaka. Tidak disangka, hitungannya benar-benar tepat, kelihatannya hidup atau mati sudah ada garisnya, bila dewa keberuntungan menginginkanmu kaya dia akan datang mencarimu, ingin menolak pun tidak bisa!"

Goan Jit-hong melihat Pui Ciauw-jin yang masih ingin bertanya, dia buru-buru berkata.

"Ji-te, yang penting plakat sudah ada di tangan kita, bagaimanapun sobat ini telah membantu, untuk apa kita terus bertanya-tanya?"

Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Kata-kata Tay-ya ini sangat tepat, sesudah mendapatkan barang aslinya aku tidak akan menyimpannya sendiri, secara utuh aku mneyerahkannya kepada kalian, apakah aku salah?"

Pegawai Su-hai sudah memperbaiki kereta yang terguling tadi, kaki kuda penarik kereta sudah patah, maka kuda itu tidak bisa berlari lagi, untung Kie Tiang-lim datang menunggang kuda, sehingga kudanya segera digunakan, mayat Cia-bu dimasukkan ke dalam kereta, orang yang tidak menunggang kuda bisa naik kereta, Goan Hiong berpamitan pada pemilik rumah makan itu.

"Kami pamit dulu, uang yang kami janjikan kepada Tuan, pasti akan kami bayar."

Pemilik rumah makan tertawa, berkata.

"Tay-ya harus ingat, begitu sampai di Tai-san, segera minta imbalan kepada Bu- tong karena orang-orang yang datang ke Tai-san kali ini sangat banyak, belum tentu Bu-tong bisa bertahan, bila banyak yang mati dan rapat akbar ini dibubarkan, kalian tidak akan mendapatkan imbalan, uangku juga akan ikut raib, maka sebelum rapat akbar dimulai uang itu harus sudah ada di tangan Anda!"

Goan Hiong menatapnya.

"Tenang saja, bagian Tuan pasti tidak akan berkurang."

Saat mereka bersiap-siap akan pergi, tiba-tiba di jalan ada dua ekor kuda yang berlari dengan kencang, yang menunggang kuda adalah Ciam Giok-beng dan Pui Thian-hoa yang sedang menyamar, begitu sampai di sana, mereka berteriak.

"Semua tunggu!"

Pemilik rumah makan itu menghela nafas.

"Uang yang sudah hampir ada di tangan akan menghilang lagi!"

Kedua orang itu masih mengenakan baju tadi tapi riasan wajah mereka sudah dihapus, Goan Hiong segera mendekat.

"Guru dan Adik Pui, ternyata kalian!"

Dengan tergesa-gesa Ciam Giok-beng berkata.

"Jangan banyak bicara, cepat bersiap, Tiang Leng-cu dan orang-orang Ceng-seng akan kemari, plakat gioknya ada padaku!"

Dengan aneh Goan Hiong berkata.

"Mengapa bisa ada pada Guru?"

"Karena takut kalian mengalami masalah maka aku dan Thian-hoa menyamar dan mengikuti kalian dari belakang, untung kami mendapatkan 1 plakat giok, biar itu palsu atau asli asal perusahaan perjalanan Su-hai bisa menyerahkannya ke Tai-san itu sudah cukup, tapi sewaktu sedang kacau aku ingin memberikan kabar tapi Ciu Pek-ho dan Bun Ta-cai dari Ceng-seng terus mengawasi kami, mereka ingin merebut plakat dari tangan kami, dan sewaktu kami bertarung Ciu Giok-hu dan Bun Ta-cai sudah tiba di sana maka kami buru- buru kembali ke sini!"

Goan Hiong melihat pemilik rumah makan itu, kemudian bertanya.

"Guru, mana plakat giok itu?"

"Masih ada di dadaku,"

Jawab Ciam Giok-beng.

"Apakah masih ada?"

Tanya Goan Hiong. Dari balik baju bagian dadanya Ciam Giok-beng mengeluarkan sebuah kotak, kemasannya masih seperti tadi, Kie Pi-sia berteriak.

"Plakat Guru tidak hilang, kami punya berasal dari mana?"

Dari jauh terlihat debu bergulung-gulung, dengan segera Goan Hiong berpesan.

"Jangan bicara lagi!" 6 orang dengan 6 ekor kuda dalam waktu sekejap tiba di sana, benar saja mereka adalah Tiang Leng-cu, Kim Lo-ji, dua bersaudara Bun, dan dua marga Ciu. Ciu Giok-hu datang-datang sudah tertawa dingin.

"Ciam Giok-beng, aku sudah tahu kalau kau tidak akan tinggal diam di rumahmu, untung dari awal aku sudah menyuruh orang mengawasi kalian!"

Goan Hiong menerima kotak itu dari tangan Ciam Giok-beng dan berkata.

"Guruku datang karena ingin menjaga nama baik perusahaan perjalanan Su-hai, bagaimana pun juga kami harus mengantarkan satu plakat ini ke Tai-san, terpaksa kami memakai cara ini, untung kami juga telah mendapatkan satu plakat giok kami tidak tertarik dengan plakat ini, hanya karena demi pekerjaan kami, plakat ini harus kami antar ke Tai-san."

"Sekarang kau baru berkata seperti itu, bukankah ini sudah terlambat?"

Kata Ciu Giok-hu tertawa dingin.

"39 buah plakat telah dibuka, plakat yang satu ini belum tentu yang asli, untuk apa demi satu plakat ini harus berebut dengan kami?"

Kata Goan Hiong.

"Kalau itu plakat palsu, kami tidak menginginkannya, maka kalau kami tidak melihatnya secara langsung kami masih sangsi, lebih baik kalian perlihatkan kepada kami!"

Kata Ciu Giok-hu.

"Maaf, aku tidak bisa menuruti permintaanmu!"

"Kalau begitu kami tidak akan sungkan lagi,"

Kata Ciu Giok- hu tertawa dingin. Pui Ciauw-jin mendorong Cia-cing, dia segera mengerti, dia pura-pura menghela nafas.

"Wakil Ketua, berikan kotak itu kepadaku!"

Sambil memberikan kotak itu Goan Hiong berkata.

"To- tiang, jangan takut pada ancaman mereka!"

"Lebih baik kotak ini dibuka, kalau ini adalah yang asli, aku akan meminta kalian melindungi plakat giok itu sampai ke tempat tujuan, kalau itu adalah yang palsu untuk apa kalian harus repot-repot?"

Dia membuka kotak itu dan mengeluarkan plakat gioknya, kemudian dia membelahnya, plakat itu terpotong di dalamnya tidak ada sesuatu, dengan kecewa Ciu Giok-hu berkata.

"Palsu lagi, kalian sungguh mengacaukan kami!"

Cia-cing dengan sedih berkata.

"Ciang-bun-jin, demi menjaga keamanan dunia persilatan, beliau telah berusaha keras, tidak disangka ternyata 40 plakat itu tidak ada yang asli!"

Ciu Giok-hu tertawa dingin.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia pasti sudah menyuruh orang lain mengantarkan plakat yang asli, dan mengorbankan kalian sejumlah 40 orang!"

"Mati demi perguruan adalah kewajiban kami, hanya saja aku telah membuat Kian-kun-kiam-pai menjadi repot, maka hatiku tidak tenang, aku malu!"

"Sute!"

"Suheng, ada pesan apa?"

Tanya Cia-hui.

"Bungkus baik-baik plakat yang sudah hancur ini, tetap antarkan ke Tai-san, dan tetap minta bayaran 400 ribu tail perak untuk Su-hai."

"Suheng, apakah kau tidak akan pergi ke Tai-san?"

Tanya Cia-hui.

"Aku malu kepada perusahaan perjalanan Su-hai, maka hanya bisa mati untuk berterima kasih kepada mereka!"

Goan Hiong dengan cepat berkata.

"To-tiang, tidak perlu begitu, ini bukan kesalahan Anda!"

Tapi dari sudut mulutnya Cia-cing sudah mengeluarkan darah, dia bunuh diri dengan menggigit lidahnya sendiri. Goan Hiong dengan marah berkata kepada Ciu Giok-hu.

"Ini semua gara-gara kalian, sehingga dia mati!"

Ciu Giok-hu tertawa dingin.

"Dia sendiri yang ingin mati, kenapa menyalahkan aku? Untung itu plakat yang palsu, kalau tidak mana mungkin kalian bisa mengantarkannya sampai ke Tai-san! Kalian benar-benar beruntung, 400 ribu tail perak dengan mudah diraih!"

Kemudian dia melayangkan tangan dan berkata.

"Mari, kita pergi mencari yang asli!" 6 orang dengan 6 ekor kuda dengan cepat meninggalkan tempat itu, Ciam Giok-beng melihat mayat Cia-cing, kemudian dia menarik nafas panjang lalu berkata.

"Perguruan kita harus bertanggung jawab paling sedikit setengahnya untuk kematian Pendeta Cia-cing, sekarang tugasku sudah selesai, rapat akbar di Tai-san, Kian-kun-kiam-pai tidak diundang, kami juga tidak akan bertanding ke sana, kami pamit dulu!"

Cia-hui yang tinggal seorang diri merasa malu, dengan sungguh-sungguh dia berkata.

"Suhengku karena merasa malu dia memilih untuk bunuh diri, sisa perjalanan ke Tai-san harap Ciam Tayhiap bisa melindungi kami!"

Ciam Giok-beng dengan sedikit kesal berkata.

"To-tiang, demi sebuah plakat palsu kami terjerat dalam masalah ini, untung orang kami tidak ada yang terluka, masa Pendeta masih tidak ingin melepaskan kami?"

Cia-hui ingin berkata, tapi dia tidak jadi mengeluarkan kata- katanya, kata Ciam Giok-beng lagi.

"Apalagi plakat giok itu tidak ada satu pun yang asli, aku yakin sisa perjalananmu tidak akan mengalami bahaya!"


Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo Pendekar Romantis 02 Hancurnya Samurai Pendekar Remaja Karya Kho Ping Hoo

Cari Blog Ini