Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 16

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 16



Goan Hiong mendekati Ciam Giok-beng dan membisikkan sesuatu, kelihatan sikap Ciam Giok-beng menjadi aneh dan berkata.

"Apa benar, dari mana datangnya plakat itu?"

"Harus ditanyakan pada pemilik rumah makan ini,"

Jawab Goan Hiong. Pemilik rumah makan itu tertawa di pinggir.

"Bukankah tadi aku sudah mengatakan kalau menantuku mencopetnya dari seseorang."

"Sobat, jangan bergurau, plakat yang kudapat masih ada padaku, mana mungkin kau mencopetnya?"

Pemilik rumah makan itu tertawa.

"Tay-ya salah pengertian, kapan aku bilang aku mengambilnya darimu? Plakat giok itu diambil oleh menantuku dari seorang pak tua, pak tua itu berjalan bersama seorang anak muda, aku tidak tahu nama mereka, jadi aku hanya bisa menggambarkan ciri-ciri mereka, aku tidak tahu nama mereka."

"Tapi di sini sudah tidak ada pak tua dan seorang anak muda, bukankah tadi kau mengatakan secara terang ciri-ciri guruku? Cianpwee, jangan bergurau, kami hanya ingin membantu Bu-tong-pai tidak berniat jahat, kalau Cianpwee mengatakan begitu bukankah guruku menanggung resiko karena dituding telah mengambil plakat?"

"Yang bersih pasti bersih, yang kotor tetap akan kotor, kalau kalian mengantarkan plakat dunia persilatan itu sampai di tempat tujuan, bukankah kecurigaan itu akan hilang?"

Kata pemilik rumah makan.

"Tidak, kau harus menjelaskannya!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Aku tidak akan berbohong, yang satu sudah tua dan yang satu lagi masih muda duduk di sana, kalau kalian bertanya ke sana bukankah akan tahu?"

Dia menunjuk sebuah meja, benar saja di sana duduk seorang pak tua dan seorang anak muda, mereka seperti seorang tuan dan pelayannya, hanya saja pemuda itu sangat tampan dan kelihatan terpelajar, sama sekali tidak terlihat sebagai orang persilatan.

Semua mengelilingi meja itu, pemuda itu berdiri dan berkata.

"Kalian mau apa?"

Suaranya tajam dan tinggi, terdengar seperti suara seorang perempuan.

Melihat wajah mereka itu, Goan Hiong seperti kenal dan sedikit tercium bau bedak, dia meneliti anak muda itu dengan seksama dan ingin tahu siapa sebenarnya orang itu, maka dia tertawa dan berkata.

"Nona Liu, sudah lama kita tidak bertemu!"

Begitu Goan Hiong menyapanya, yang lain segera tahu kalau anak muda itu adalah Liu Hui-hui, begitu melihat pak tua itu Goan Hiong segera memberi hormat dan berkata.

"Ketua Liu, lama tidak bertemu!"

Melihat identitas mereka sudah terbongkar, Liu Ta-su segera menunjuk pemilik rumah makan itu sambil tertawa.

"Lim Hud-kiam, kau benar-benar kurang ajar, kau mencuri barangku lalu menjualnya, masih memberi tahu siapa kami!"

Teriakan Liu Ta-su membuat semua orang terkejut, memang mereka curiga dengan identitas pemilik rumah makan itu tapi mereka sama sekali tidak menyangka kalau itu adalah Lim Hud-kiam.

Ooo)d*e(ooO BAB 23 Menjebak Karena identitasnya telah dibuka oleh Liu Ta-su, dengan tersenyum pemilik rumah makan itu membuka topengnya, bentuk topengnya sama seperti milik Ciu Giok-hu dan Bun Tha-hoan, yaitu menggunakan kulit manusia yang tipis.

Begitu dia membuka topengnya, dua pelayan perempuannya pun berbuat hal yang sama, mereka adalah Yu Bwee-nio dan Yu Leng-nio, kedua laki-laki itu adalah Yu Houw dan Yu Liong.

Ciam Giok-beng dalam keterkejutannya ikut tersenyum.

"Tidak disangka, di sebuah rumah makan di desa yang terpencil ini ada tempat persembunyian harimau dan naga. Lim Siauya, kau benar-benar pintar menyamar, hingga bisa mengelabui kami yang tua-tua!"

Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Keterampilan kami menyamar diwariskan dari Ceng-seng-pai, semua orang mengandalkan topeng untuk menutupi wajah aslinya, keterampilan menyamar Cianpwee lebih bagus kalau bukan Cianpwee sendiri yang menghapus riasan wajahnya, aku tidak akan menyangka kalau Cianpwee juga datang untuk meramaikan suasana."

"Plakat dunia persilatan menyangkut ketenangan dunia persilatan, perusahaan perjalanan Su-hai bertanggung jawab untuk hal ini, maka aku pasti akan berusaha, tapi demi apa kalian melakukan semua ini?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Aku pernah mengatakan bila Su-hai mendapatkan bisnis besar, aku pasti akan ikut campur, kali ini pun tidak terkecuali. Karena ini menyangkut masalah dunia persilatan, maka aku memberi potongan harga, meminta setengah dari keuntungan kalian!"

Kie Pi-sia marah, berkata.

"Mengapa aku harus memberikan kepadamu?"

"Tidak mari memberikannya pun tidak apa, aku akan meminta kepada Bu-tong-pai, kalian mengantarkan plakat yang palsu sedangkan aku akan mengantarkan plakat yang asli, aku akan mendapatkan 400 ribu tail perak, mereka akan membayarnya kepadaku, To-tiang, apakah perkataanku benar?"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa. Cia-hui sulit menjawab pertanyaan ini.

"Bila kau menginginkan uang, kau bisa langsung meminta kepada Bu-tong-pai, karena plakat asli memang tidak ada di tangan kami, kami pun tidak menginginkan uang itu, kau ambil saja semuanya!"

Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Tidak juga, memang plakat asli ada di tangan kami, tapi kami tidak bisa mengantarkan ke Tai-san, semua tahu kalau kali ini Su-hai membawa plakat palsu, maka hanya Su-hai yang bisa berjalan terus, maka aku menyerahkan plakat asli ini kepada kalian, kalau aku yang mengantarkannya memang aku bisa mendapatkan uang banyak, tapi nyawaku pun salah-salah bisa melayang, aku ditakdirkan hanya bisa mendapatkan setengah dari uang kalian, kalau meminta aku khawatir akan menjadi bencana."

Cia-hui dengan cepat berkata.

"Benar juga, 40 plakat sudah dibuka dan semuanya palsu maka Su-hai tidak akan terlalu diperhatikan sepanjang sisa perjalanan nanti."

"Tapi kami tidak mau meneruskan perjalanan lagi,"

Kata Kie Pi-sia.

"Nona Kie, kenapa kau menolaknya? dalam kesempatan yang tepat aku baru akan menyerahkan plakat yang asli, tujuannya adalah supaya plakat dunia persilatan bisa selamat sampai di Tai-san!"

"Pi-sia, kau tidak boleh begitu, demi keadilan dan kebenaran dunia persilatan, kita menerima tugas mengantarkan plakat ini, kita sudah melakukannya, ada awal harus ada akhir,"

Kata Ciam Giok-beng. Kie Pi-sia tertawa dingin, katanya.

"Bu-tong adalah perguruan besar dan terkenal, mereka tidak akan menganggap kita, untuk apa kita merendahkan diri hanya untuk mendapatkan perhatian mereka?"

Cia-hui dengan cepat menjawab.

"Kata-lata Nona terlalu berat, kami menghormati perguruan Kian-kun-kiam-pai, kalau tidak kami tidak akan datang meminta bantuan!"

"Yang kalian cari adalah Su-hai, bukan Kian-kun-kiam-pai!"

Jawab Kie Pi-sia.

"Bukankah sama saja? Kami terburu-buru mencari perlindungan, kami khawatir perguruan kalian akan menolaknya, maka kami tidak berani mencari ketua perguruan Anda, jadi kami mencari Su-hai, dengan aturan dari perusahaan perjalanan Su-hai kami menitipkan barang kami supaya perguruan Anda pun bisa menerimanya."

Lin Hud-kiam tersenyum lalu berkata.

"Inilah kesulitan membuka perusahaan perjalanan, tawaran datang tidak boleh menolak, masalah yang sulit pun terpaksa harus lakukan.

"Kalau aku tidak mau menerimanya, siapa yang berani memaksaku?"

Kata Kie Pi-sia melotot marah.

"Ternyata perusahaan perjalanan Su-hai bisa menolak permintaan pengawalan, kalau begitu nama emas kalian akan turun, kalau kau tidak merasa malu, silahkan menolaknya."

Kie Pi-sia masih ingin membantah, Ciam Giok-beng sudah berkata.

"Pi-sia, untuk apa meributkan masalah yang tidak ada artinya ini? Bereskanlah masalah yang sedang kita hadapi sekarang!"

"Sekarang kita tidak perlu mengurusnya lagi, uang yang akan diberikan Bu-tong-pai belum kita terima sepeser pun, suruh mereka mencari orang yang sanggup mengantarkan ke sana!"

Seru Kie Pi-sia. Cia-hui jadi bingung, dia tidak tahu kesalahan apa yang telah dia perbuat terhadap Kie Pi-sia. Goan Hiong tersenyum.

"To-tiang, bukan kami tidak mau mengantarkan plakat itu, tapi perguruan kalian pun sudah tidak jujur pada kami, sekarang guruku sudah berkata demikian..."

"Kami tidak berani membantah perkataan guru Anda,"

Kata Cia Hui To-jin. Lin Hud-kiam berkata.

"To-tiang dari perguruan terkenal, tapi pengetahuan mengenai sopan santun dunia persilatan sangat kurang, kalau ada Cia-cing to-jin, pasti tidak akan terjadi kesalahan seperti ini."

Cia-hui tampak berpikir sebentar, Lim Hud-kiam sudah salah memanggil lagi.

"Cia-hui To-jin, terhadap seorang ketua Bu- tong-pai tidak ada seorang pun yang berani memanggil namanya secara langsung, dia selalu dipanggil ketua, kalian tadi telah memanggil Ciam Giok-beng dengan sebutan Ciam Tayhiap, ini tidak sopan."

Dengan ketakutan Cia-hui berkata.

"Mohon maaf, aku sudah salah memanggil Ketua Ciam, aku tidak sengaja, kami sangat meng-hormati Ketua Ciam, hanya sudah terbiasa memanggil dengan sebutan Ciam Tayhiap, karena sebelum perguruan kalian berdiri, banyak hal tentang Ciam Tayhiap sudah tersebar di perguruan kami, kami sering menyebut Ketua Ciam menjadi Ciam Tayhiap, ini jadi kebiasaan kami."

Ciam Giok-beng baru tahu ternyata Kie Pi-sia tidak suka Cia-hui mengatakan seperti itu, dia tertawa.

"Pi-sia, jangan mempersoalkan masalah kecil."

"Bukan karena aku berjiwa sempit, di dunia persilatan harus saling menghormati, kalau orang lain menghormati kita 1% aku pun akan menghormati dia 10%, apalagi perguruan kita baru berdiri, kalau tidak mengandalkan perguruan besar mengangkat nama kita, orang lain tidak akan memandang kepada kita."

Kata-kata ini membuat Cia-hui merasa malu, Ciam Giok- beng tertawa.

"Aku menganggap semua ini tidak penting, yang terpenting adalah sifat dan pembawaan orang, aku mendirikan perguruan hanya ingin meneruskan ilmu silat perguruan kami, tidak untuk mencari nama."

Cia-hui sekali lagi berkata.

"Kebesaran hati Ketua begitu luas, aku salut kepada Anda, kalau kami ada kesalahan lain, mohon dimaafkan."

Setelah menerima penghormatan untuk gurunya, Kie Pi-sia baru berkata kepada Liu Ta-su.

"Ketua Liu, apakah plakat asli itu Anda yang mendapatkannya?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Benar, aku mendapatkan satu plakat, tapi apakah itu asli atau bukan aku tidak tahu, tapi menurut Hud-kiam, itu adalah yang asli, dari orang Bu-tong-pai juga sudah menyatakan kalau itu adalah yang asli, jadi aku yakin itu adalah yang asli,"

Jawab Liu Ta-su.

"Dari mana Ketua mendapatkannya?"

"Itu hanya kebetulan saja, aku mendengar semua orang sedang memperebutkan plakat dunia persilatan, aku pun jadi ikut serta, di jalan aku melihat ada seorang perampok dia membunuh seorang pendeta, kebetulan aku sampai di sana, dan aku mengusir perampok itu, di tas pendeta itu aku menemukan kotak kecil itu."

"Bagaimana bentuk wajah pendeta itu?"

Tanya Cia-hui.

"Usianya sudah 50 tahun lebih, di wajahnya ada bekas bopeng, tangan kirinya hanya mempunyai 3 jari, kelihatannya dia tidak bisa ilmu silat, sebab orang yang merampoknya berilmu sangat rendah, kalau dia bisa ilmu silat dia tidak akan mati terbunuh."

Cia-hui bergetar.

"Dia adalah koki di Bu-tong, namanya Ong-si, dia memang tidak bisa ilmu silat, karena ibunya sakit maka dia minta ijin pulang untuk menengok ibunya, tidak disangka ketua Bu-tong menitipkan plakat giok itu kepadanya!"

Lim Hud-kiam berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini adalah teknik strategi yang tinggi, bila plakat berada di tangan orang yang tidak bisa ilmu silat, siapa yang akan menyangkanya? Kalau dia tidak dirampok dan dibunuh oleh perampok kecil itu, plakat asli itu tidak akan menjadi masalah, dan bisa diantar sampai di tujuan."

"Tapi perhitungan manusia tidak setepat perhitungan Tuhan, dia mengalami musibah, ketua kami benar-benar ceroboh, seharusnya dia menyuruh dua orang lain diam-diam mengikutinya!"

Kata Cia-hui.

"Itu malah akan menjadi petaka, semua orang persilatan terus mengawasi perguruan Anda, bila ada murid Bu-tong yang bisa ilmu silat turun gunung, pasti akan diperhatikan, kalian berjumlah 40 orang terbagi menjadi beberapa kelompok lalu turun gunung, siapa yang lolos bisa dari kejaran musuh, orang yang namanya Ong-si bila dia bisa ilmu silat, plakat itu pasti sudah diambil sejak awal, dan jatuh ke tangan orang lain,"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa. Semua orang berpikir kalau kata-kata Lim Hud-kiam masuk akal juga.

"Lim Kongcu, kau sudah mendapatkan plakat asli, tapi tidak serakah, sungguh membuatku kagum!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Plakat itu milik Paman Liu!"

"Awalnya aku tidak tahu kalau itu adalah plakat dunia persilatan, lebih-lebih tidak tahu kalau itu adalah plakat yang asli, kalau tidak aku tidak akan menyerahkannya kepadanya,"

Kata Liu Ta-su.

"Paman Liu, plakat itu membawa bencana, bila Anda mendapatkan rahasia yang tersembunyi di dalamnya, hidup Paman tidak akan tenang lagi, lebih baik ditukar dengan uang!"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa.

"Saat kau mencopetnya dariku, aku benar-benar marah. Kalau bukan karena Hui-hui menghalangiku, aku hampir saja membunuhmu, tapi terakhir setelah dipikir-pikir benar juga, di dalam plakat itu ada separuh rahasia, separuhnya lagi harus digabung dengan milik Tiang Leng-cu, aku tidak mau bergabung dengan orang seperti dia, tapi mana 200 ribu tail perak yang kau janjikan itu?"

Tanya Liu Ta-su sambil tertawa.

"Perguruan kami yang akan membayarnya!"

Kata Cia-hui.

"Ayah, apakah kau benar menginginkan uang?"

Tanya Liu Hui-hui.

"Mengapa tidak? Kan aku yang mendapatkan plakat itu, kita membangun rumah menggunakan uang Lim Hud-kiam, aku merasa malu, apalagi bila kelak kau menikah, tentu akan membutuhkan banyak uang!"

Kata Liu Ta-su. Wajah Liu Hui-hui menjadi merah, Lim Hud-kiam tertawa.

"Paman, rumah makanku yang ada di sini, tadinya ingin kugunakan untuk mendapatkan keuntungan dari plakat dunia persilatan, tidak disangka plakat aslinya malah berada di tanganmu, kalau Anda sudah mendapatkan uang, harus dibagi-bagi untuk ongkos membangun rumah makan ini."

Liu Ta-su melotot.

"Bocah, kau masih ingin merebutnya dariku? Apa uang kumiliki kelak akan menjadi milikmu!"

"Paman bagi saja yang jelas, sebenarnya aku membangun rumah ini untuk Paman, itu merupakan keharusan, untuk apa Paman merasa malu?"

"Bocah tengik, mulutmu pandai bicara, aku kalah bicara denganmu, tapi plakat itu sudah kuserahkan, apakah kau berharap menerima uangnya? Sebab mulut terbuat dari dua helai kulit tipis, membuat janji itu sangat mudah!"

"Tidak perlu takut, aku bisa menyerahkannya, pasti bisa menarik uangnya, bila Bu-tong tidak mau membayar, kita bisa menjualnya kepada orang lain,"

Kata Lim Hud-kiam. Dari pembicaraan mereka sepertinya Lim Hud-kiam dan Liu Hui-hui sudah bertunangan, hati Kie Pi-sia merasa tidak enak, dia berkata dengan serius.

"Lim Hud-kiam, plakat aslinya berikan padaku, uangnya nanti akan kubayar melalui tanganku!"

"Siapa yang membayar sama saja!"

Kata Lim Hud-kiam. Kie Pi-sia tertawa dingin.

"Belum tentu, sekarang kau sudah menyerahkan plakat asli, sebenarnya apa maumu tidak ada seorang pun yang tahu, karena di sini masih ada yang lain, apakah di antara mereka ada mata-mata, tidak ada yang tahu, kalau kabar ini menyebar bahwa plakat itu ada pada kami...."

Semua merasa terkejut, kekhawatiran Kie Pi-sia masuk akal, dan mereka segera melihat sekelilingnya, di tempat yang banyak tamu tidak terlihat ada yang patut dicurigai. Hanya Lim Hud-kiam yang tertawa.

"Aku bisa menjamin orang-orang yang ada di sini, mereka tidak akan menimbulkan masalah."

"Dengan bukti apa kau berani mengatakan demikian? Kecuali kalau kau membunuh mereka semua!"

Kata Kie Pi-sia.

"Tidak perlu membunuh mereka, mereka semua bisu, tuli, dan orang buta, tidak bisa mendengar juga tidak bisa melihat, maka aku jamin rahasia ini tidak akan bocor,"

Kata Lim Hud- kiam sambil tertawa.

Tapi tamu-tamu itu kelihatan baik-baik saja, semua orang tidak mengerti maksud Lim Hud-kiam.

Lim Hud-kiam tertawa dan mengangguk memberi isyarat kepada Yu Liong, dia mendekat lalu mendorong salah satu dari mereka, orang itu roboh, dengan posisi saat dia masih duduk.

Semua terkejut, Goan Hiong bertanya.

"Mengapa bisa begitu?"

"Sangat sederhana, di makanan mereka sudah kububuhkan obat bius, siapa pun mereka tidak akan terjadi sesuatu."

Pui Ciauw-jin dengan kagum berkata.

"Jurus-jurus Tuan begitu jitu, tapi begitu banyak orang dari mana kau tahu orang-orang ini benar atau salah?"

"Sangat sederhana, rumah makanku dibuka secara aneh, orang yang punya tujuan mereka akan berhati-hati pada makanan dan minuman, sayur pertama, teh, dan arak tidak akan kuberi obat bius, kalau mereka mencoba sayur dan lainnya, baru aku akan membius mereka tapi beberapa tamu itu begitu datang langsung makan, aku kira mereka pasti hanya orang biasa, supaya lebih berhati-hati lebih baik aku membius mereka juga."

Ho Gwat-ji mengangguk.

"Aku adalah orang golongan hitam, melihat kau yang masih anak muda, aku terpaksa mengaku kalah."

Kata Lim Hud-kiam.

"Obatku bereaksi dengan cepat, dan ada sedikit kelebihannya, yaitu setelah membius mereka bila sudah sadar mereka tidak akan merasa pernah terjadi sesuatu, sekarang pembicaraan kita sudah selesai, aku akan membuat mereka sadar, kalian bersiaplah berangkat, walaupun di antara mereka ada mata-mata, mereka tidak akan tahu kalau mereka pernah pingsan dan tidak akan mendengar pembicaraan kita yang sangat penting, kalau ada satu atau dua orang yang lolos, laporan mereka akan berguna untuk kalian."

Semua orang kagum kepadanya, Kie Pi-sia pun tidak bersuara, tapi dia berkata dingin.

"200 ribu tail perak pasti akan kubayarkan kepadamu, tapi harus menunggu kami mengantarkan plakat ini sampai di tempat tujuan dengan selamat, kalau tidak aku tetap tidak akan mau membayarmu!"

Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Selain mendapatkan uang ini sepertinya aku masih harus ikut menjaga plakat asli ini!"

Kedua tamu yang tadi didorong hingga tersungkur ke bawah mulai bergerak-gerak, segera Lim Hud-kiam berkata.

"Reaksi obatnya hampir habis, cepat kalian pergi!"

Yu Liong memapah orang itu bangun, Kie Pi-sia pun tidak banyak bicara lagi, buru-buru dia mengangkat mayat Cia-cing ke dalam kereta, dengan cepat mereka meninggalkan tempat itu.

Lim Hud-kiam sibuk membereskan tempat itu, yang lain kembali ke tempat masing-masing.

Tidak lama kemudian para tamu itu pun sudah sadar, dan mereka mengobrol sebentar, setelah membayar pesanan mereka, mereka pun pergi satu per satu.

Yu Leng-nio menghela nafas panjang.

"Suamiku, sekarang yang ada di sini sudah selesai, apa yang akan kita lakukan berikutnya?"

Kata Lim Hud-kiam.

"Kita harus mengejar perusahaan perjalanan Su-hai mereka masih berjarak 50 li dari sini, mereka pasti akan menemui kesulitan, demi 2.00 ribu tail perak, kita harus membantu mereka."

"Mana mungkin mereka menemui masalah, semua sudah diatasi olehmu, orang yang terakhir pergi pun tidak ada masalah,"

Kata Liu Ta-su.

"Paman salah, hari ini di rumah makan ini tidak ada yang menganggur, semua mempunyai masalah, apalagi orang yang terakhir pergi."

"Dari mana kau tahu?"

Tanya Liu Ta-su.

"Sekarang kami sudah kembali ke wajah asli kami, tapi orang yang terakhir meninggalkan tempat ini tidak merasa aneh, maka masalahnya timbul dari sini."

Liu Hui-hui terpaku.

"Benar juga, Hud-kiam, mengapa kau bisa berbuat kesalahan?"

"Aku sengaja berbuat seperti itu untuk mencoba, mereka adalah orang-orang persilatan yang sangat berpengalaman dan cukup sadis, obat biusku tidak akan mempan kepada mereka, maka kata-kata kita semua bisa didengarnya, kalau tidak paling sedikit dia akan merasa aneh dengan perubahan kita, untung semua sesuai dengan perkiraanku,"

Kata Lim Hud-kiam. Liu Ta-su ikut terpaku dan berkata.

"Hud-kiam, kau menyerahkan plakat itu kepada Kian-kun-kiam-pai ternyata kau ingn mencelakai mereka, kau benar-benar jahat!"

Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.

"Tidak, Paman, kali ini aku benar-benar ingin membantu mereka mengantarkan plakat itu sampai ke tempat tujuan, ini juga menjadi tanggung jawabku!"

"Aku tahu ini adalah tangggung jawabmu, aku juga berharap kau bisa lebih awal membereskan tugasmu lalu menikahi Hui-hui, kalau tidak aku tidak akan mengijinkan plakat itu diberikan kepada orang lain, aku bisa mengantonginya,"

Kata Liu Ta-su.

"Paman bukan memberikannya, tapi mendapat imbalan 200 ribu tail perak."

"Apakah aku sudi menerima uang itu?"

"Ada uang itu lebih baik, uang bisa membantu banyak orang miskin menjadi kenyang, di Bu-tong-pai banyak orang kaya, mereka menganggap kalau mereka adalah orang lurus, tapi belum pernah melihat mereka berbuat kebaikan, sekarang ada kesempatan memeras uang mereka dan juga untuk mempermalukan mereka."

"Tapi rahasia ini sudah bocor, apakah hanya mengandalkan beberapa orang bisa menjaga plakat itu? Kalau tidak bisa, kau tetap tidak akan bisa mendapatkan uang."

"Plakat asli itu pasti akan hilang lagi, tapi aku percaya kali ini tidak akan terjadi saling bunuh, karena semua tahu di mana plakat asli berada, maka mereka tidak akan merebutnya dengan paksaan, tapi dengan teknik tinggi, karena semua tidak mau kalau plakat itu jatuh ke tangan orang lain, aku akan ke sana untuk melihat, asal Kian-kun-kiam-pai tidak terancam, masalah lain tidak akan kubereskan."

"Bagaimana dengan plakat dunia persilatan?"

Tanya Liu Ta- su.

"Plakat dunia persilatan tidak dijaga dengan baik, saat itu Ciam Giok-beng akan mengumumkan akan melepaskannya, karena di sarung pedangnya aku sudah meninggalkan surat untuknya, aku memberitahu dia kalau plakat itu sebenarnya palsu, tidak perlu berkorban karena plakat palsu."

"Jadi itu masih yang palsu juga?"

Tanya Liu Ta-su benar- benar Terkejut.

"Tidak ada plakat asli, karena plakat dunia persilatan merupakan sebuah tipuan, tipuan dari 5 perguruan besar, mereka ingin dengan plakat palsu ini mengumpulkan semua pesilat tangguh supaya mereka saling bunuh, setelah itu ancaman pada 5 perguruan besar akan berkurang,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Aku tidak percaya, rahasia plakat itu sudah lama diketahui banyak orang, dan Tiang Leng-cu sudah membuat rencana."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Salah, di dalam plakat dunia persilatan memang tersimpan sebuah ilmu silat tinggi, tapi 25 tahun yang lalu sudah hilang, 5 perguruan sangat takut maka mereka membuat sebuah tipuan seperti ini, mereka menyebarkan berita supaya menarik perhatian orang dunia persilatan, orang yang berilmu tinggi yang mengajariku ilmu silat, beliau juga tahu rencana busuk ini, maka beliau menyuruhku merusak rencana ini, kecuali 5 ketua perguruan besar, semua murid-murid mereka juga tertipu, 5 perguruan besar tahu pasti akan ada orang yang ikut campur, tapi kekuatan mereka belum stabil, maka mereka tidak berani bertindak gegabah, tahun ini mungkin mereka sudah siap, maka rahasia terakhir ini disebarkan, supaya menarik perhatian semua orang persilatan, dan 5 perguruan akan mengumpulkan mereka di Tai-san dan bertarung secara besar-besaran."

"Apakah mereka sanggup dengan cara seperti itu menghancurkan dunia persilatan?"

Tanya Liu Ta-su.

"Aku tidak tahu mengenai hal ini, maka aku tidak bisa menjawabnya, kita lihat saja apa yang terjadi nanti, tapi 5 perguruan pasti akan menyuruh para pesilat tangguh saling bertarung, dan akhirnya mereka yang mendapatkan hasil terakhirnya,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Hati manusia terlalu jahat, 5 perguruan besar itu adalah perguruan terkenal juga lurus, mengapa mereka memperlakukan orang persilatan dengan cara seperti itu? Benar-benar tidak pantas,"

Kata Liu Ta-su.

"Mereka sudah berada pada posisi sebagai pemimpin dunia persilatan, mereka menjaga keamanan dunia persilatan sudah ratusan tahun, dan mulai terlihat hasilnya, di satu pihak mereka berharap posisi ini tidak akan diambil orang lain, di lain pihak mereka juga takut ada perguruan baru yang muncul, di perguruan baru mungkin ada banyak orang yang tidak baik, dan akan membuat dunia persilatan menjadi kacau, hati mereka memang baik tapi cara mereka terlalu kejam,"

Kata Lim Hud-kiam menjelaskan.

"Sekarang bagaimana rencanamu?"

Tanya Liu Ta-su.

"Aku juga tidak tahu, jalan dulu selangkah baru melihat situasi, menginginkan dunia persilatan tenang seperti permukaan air danau itu tidak mungkin, satu-satunya cara adalah orang lurus tidak ditekan oleh orang yang beraliran sesat!"

Ujar Lim Hud-kiam.

"Siapa yang lurus, siapa yang sesat, dengan patokan apa kau bisa membedakannya?"

"Aku tidak mempunyai patokan, maka aku mengundang Paman keluar dari Ceng-seng untuk membantuku membedakannya, juga ingin mengandalkan bantuan Paman!"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Jangan menarikku masuk ke pusaran ini, kekuatanku terbatas, pandanganku juga tidak benar!"

"Paman Liu bisa melepaskan kepentingan pribadi pasti punya pendapat yang adil, apalagi Paman sudah lama berkecimpung dalam dunia pedang, cukup punya kekuatan untuk mempengaruhi orang lain, maka aku harap Paman bisa mengeluarkan tenaga,"

Kata Lim Hud-kiam. Liu Ta-su menghela nafas.

"Sudahlah jangan teruskan lagi, semua ini aku lakukan demi Hui-hui, membantumu berarti membantu Hui-hui, putriku, asal kau berbuat baik kepada Hui- hui, aku akan menyerahkan nyawaku sekalipun kepadamu!"

Lim Hud-kiam tertawa pada Liu Hui-hui, berkata.

"Sebaiknya kita juga siap-siap untuk berangkat, menurut perkiraanku, dalam radius 50 li Su-hai sudah menemui bahaya!"

"Adik Lim, Kie Tiang-lim adalah orang yang membunuh ayah kami, kalau kami membantunya, apakah roh ayah akan memaafkan perbuatan kami, tapi demi dirimu dan kedua adik kami ini...."

Kata Yu Liong. Dengan serius Lim Hud-kiam berkata.

"Jiwi dan Paman Liu sangat baik kepadaku, aku benar-benar berterima kasih tapi aku juga tidak bisa berterima kasih kepada kalian karena ini adalah tanggung jawab kalian juga!"

Kata-kata ini membuat Liu Ta-su, Yu Liong, dan Yu Houw merasa malu, maka tidak ada seorang pun yang bicara, dari belakang rumah Yu Liong mengeluarkan 7 ekor kuda setiap orang mendapat seekor kuda.

"Rumah makan ini dibakar saja,"

Kata Yu Leng-nio.

"Untuk apa dibakar, biarkan saja sebagai tempat peristirahatan bagi orang yang lewat, mungkin kita akan kembali ke sini untuk berdagang lagi!"

Kata Yu Houw.

"Jangan bergurau lagi, biar jadi miskin pun aku tidak mau membuka usaha ini lagi kami sudah menyerahkan sebuah pertambangan kepadamu, apakah kau masih takut hidup kesulitan?"

Lim Hud-kiam menghela nafas.

"Uang yang didapat tanpa memeras keringat, aku tidak punya semangat memakainya, setelah beberapa hari ini berdagang memang untungnya hanya sedikit tapi setiap malam saat menghitung laba saat memegang uang itu, terasa nyaman!"

"Suamiku, apakah kau ingin berdagang?"

Tanya Yu Bwee- nio. Lim Hud-kiam masih tetap menghela nafas.

"Aku memang bermaksud seperti itu, maka aku sudah merasa rindu dengan rumah makan ini."

Liu Hui-hui tertawa.

"Kalau begitu kita cari orang untuk menggantikanmu berdagang dulu, bila semua masalah sudah selesai kita akan kembali berdagang lagi, aku suka dengan kehidupan seperti ini."

Yu Bwee-nio tertawa.

"Nona Liu, semua masalah yang dipikir sangat indah tapi saat benar-benar melakukannya tidak seindah seperti yang kau bayangkan, seperti beberapa hari ini, demi membuat rumah makan ini, semua tidak lancar, tapi tidak bisa marah, seperti bertemu dengan tamu yang cerewet, selalu bilang kalau araknya kurang hangat, sayurnya kurang enak dan lain-lain, bertemu dengan tamu kurang ajar, saat dia membayar sayur dan arak, tamu itu masih sempat mencubit tanganmu!"

"Kalau bertemu dengan tamu kurang ajar seperti itu, aku akan membunuhnya!"

Kata Liu Hui-hui. Yu Bwee-nio tertawa.

"bagaimana bisa! Tidak ada setengah bulan, rumah makan ini akan menjadi gelap, tidak akan ada orang yang mau datang!"

"Kalau tidak berani datang, ya sudah, kita juga tidak mengandalkan rumah makan ini untuk terus hidup,"

Kata Liu Hui-hui.

"Memang tidak mengandalkan sepenuhnya untuk kelangsungan hidup, tapi rumah makan harus ramai biar kita pun jadi semangat, kalau tidak setiap hari membuka rumah makan hanya melayani diri sendiri, apa artinya?"

Kata Yu Bwee-nio. Liu Hui-hui tertawa, tapi Lim Hud-kiam menghela nafas.

"Semua berangkat sekarang, kalau terlambat, akan menjadi masalah besar!"

"Ada masalah sebesar apa? Orang-orang Kian-kun-kiam-pai selalu mencari masalah, biar mereka mati beberapa orang,"

Kata Liu Ta-su.

"Paman, bukan aku senang membantu mereka, tapi ini masalah tanggung jawab, sampai sekarang hanya perguruan ini dari atas sampai tingkat bawah bisa dikatakan orang-orang lurus, juga bisa dikatakan di depan nama mereka bisa menambahkan satu huruf pendekar, kita harus berusaha membantu mereka,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Aku tidak tertarik pada niat baik ini!"

Kata Liu Ta-su.

"Apalagi aku, masih ada masalah pribadi!"

Kata Lim Hud- kiam sambil tertawa. Liu Hui-hui tersenyum menyindir.

"Demi perempuan itukah?"

Lim Hud-kiam mengangguk, melihat wajahnya memperlihatkan raut tidak suka, dia segera menjelaskan.

"Hui- hui, jangan terlalu banyak berpikir, yang kumaksud dengan masalah pribadi tidak seperti yang kau pikirkan, kau tahu itu tidak mungkin!"

"Dari pihakmu tidak mungkin tapi bagaimana dari pihaknya?"

Tanya Liu Hui-hui sambil tertawa.

"Kedua belah pihak tidak mungkin, dari pihakku tidak mungkin karena hanya kau yang mengerti diriku dan dari pihaknya, dia sangat membenciku!"

Kata Lim Hud-kiam. Liu Hui-hui tertawa.

"Aku adalah perempuan, mengenai sifat perempuan aku bisa membacanya, tanpa alasan dia begitu membencimu itu bukan sikap normal, aku percaya dia begitu membencimu bahkan bisa membunuhmu tapi harus dia sendiri yang melakukannya, kalau orang lain yang membunuhmu, dia akan mencari orang itu untuk membalaskan dendammu!"

Lim Hud-kiam memelototi Liu Hui-hui, dia hanya tertawa.

"Jangan melototi aku, aku percaya kau tidak akan melakukan apa-apa, mengenai dia yang bersikap seperti itu aku ingin tahu bagaimana tanggapanmu secara pribadi?"

"Menurutmu bagaimana."

"Sangat sederhana, demi dirimu, aku meninggalkan Ceng- seng untuk mencari guru yang berilmu lebih tinggi dan untuk mencari ilmu pedang lebih tinggi, aku bisa mendapatkan kesempatan ini, syaratnya adalah aku harus bertanggung jawab atas bencana yang akan terjadi di dunia persilatan, kalau dunia ini tidak aman, aku tidak akan bisa melepaskan tanggung jawab ini,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Kau pernah mengatakannya tapi itu tidak mungkin terjadi,"

Kata Liu Hui-hui.

"Tapi aku menganggapnya mungkin, kalau rapat akbar kali ini sudah selesai, beban ini kelak akan kuserahkan kepada Kian-kun-kiam-pai."

"Apakah mereka bisa memikul tanggung jawab begitu berat?"

"Di Kian-kun-kiam-pai orang yang paling punya hati adalah Kie Pi-sia, dia orangnya tidak bisa diam, sekarang ditambah dengan Goan Hiong dan saudara-saudaranya yang masih mudah, itu lebih cocok lagi, mendorong mereka naik ke tampuk ke pemimpinan, lalu perlahan aku akan mundur."

"Kalau begitu kau harus berusaha membantu mereka, tapi kau berkali-kali malah memukul mereka."

"Dengan cara memukul mereka, bisa membuat mereka bangkit, setiap kali dipukul usaha mereka akan meningkat, maka aku selalu mengacaukan mereka, menarik mereka masuk ke dunia persilatan, semua untuk memberi mereka jalan, supaya aku bisa mundur."

"Membuat mereka bentrok dengan Ceng-seng, apakah itu ternasuk rencanamu?"

Tanyta Liu Hui-hui.

"Sebenarnya aku punya rencana seperti itu, kebetulan kau meninggalkan Ceng-seng, berarti kau telah membantuku, apalagi Paman Liu meninggalkan Ceng-seng, ini juga di luar dugaanku, Hui-hui, jujur bicara, aku tidak akan melepaskanmu mengenai hal ini, kau bisa tanyakan kepada Bwee-nio dan Leng-nio!"

"Aku pernah tanya saat Bwee-nio menolongku di danau Cuan, kami mengobrol secara rahasia, dia memberitahukan keadaanmu kalau tidak aku tidak akan pulang ke Ceng-seng, juga tidak akan menyuruh ayah bentrok dengan Ciu Giok-hu lalu meninggalkan warisan nenek moyang untuk membantumu."

Lim Hud-kiam tertawa.

"Bwee-nio, kau sudah membocorkan rahasiaku!"

"Tuan, kami juga punya rencana ke depan, kau mengijinkan kami mengikutimu, tapi kami tidak ingn kelak kami yang akan memukul lonceng kuil untukmu dan melihatmu masuk kuil menjadi hweesio, apalagi kau begitu mencintai Nona Liu, untuk apa kau harus membohonginya? Membuatnya tersiksa?"

Tanya Yu Bwee-nio. Lim Hud-kiam menghela nafas.

"Aku takut tugasku tidak bisa terselesaikan, dan benar-benar harus menjadi hweesio, bukankah itu sama dengan mencelakai orang lain?"

"Tidak, aku tidak menganggap enteng kepadamu, kalau benar, untuk apa aku keluar dari Ceng-seng, justru aku sangat peduli padamu, dan aku selalu ingin melakukan sesuatu untukmu."

"Kau hanya melihat tubuhku saja, tidak membaca isi hatiku, kalau tidak ada dirimu, walaupun makan makanan yang enak, itu tidak ada rasanya!"

Kata Lim Hud-kiam. Yu Bwee-nio menghela nafas.

"Manusia selalu begitu, kadang mengira demi cinta dia rela berkorban, tapi dia tidak tahu apa yang diberikan kepada pasangannya hanyalah kesedihan yang lebih banyak, dulu Nona Liu bertunangan dengan Ciu Pek-ho, sekarang Tuan Liu banyak memikirkan masa depannya, untung kami orang yang selalu ada di sisimu bisa melihat jelas, maka kalian bisa terhindar saling melukai."

Liu Ta-su mengangguk.

"Semakin dalam cinta, juga akan terluka semakin berat, aku terlalu menyayangi Hui-hui, maka aku banyak membuat kesalahan, karena Hui-hui keluar dari Ceng-seng mencari Lim Hud-kiam, aku mulai mengerti generasi tua yang mengatur semua memang untuk kebaikan, tapi yang menjadi putra putri mereka belum tentu akan bahagia, maka belakangan aku tidak banyak bertanya, biar kalian yang menentukan nasib kalian sendiri, kalau tidak dengan sifatku yang biasanya, aku tidak akan setuju hidup Hui-hui begitu susah."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Liu Hui-hui dengan terharu berkata.

"Benar, ayah, putrimu ini selamanya akan selalu berterima kasih padamu."

Liu Ta-su menghembuskan nafas.

"Anak bodoh, tidak perlu berterima kasih, asal kau hidup dengan bahagia, itu menjadi kebahagiaan ayah juga."

"Paman jangan khawatir, aku tidak akan mengecewakan Paman!"

Kata Lim Hud-kiam. Liu Ta-su berkata dengan ketus.

"Yang tidak kusuka adalah syarat yang kau buat bersama orang yang berilmu silat tinggi itu, itu benar-benar kurang ajar, kalau kau tidak bisa membereskan tugas ini, apakah benar kau akan menjadi seorang hweesio?"

Lim Hud-kiam berpikir sebentar baru menjawab.

"Tidak akan, tidak akan."

Liu Hui-hui sedikit terpaku.

"Kalau begitu, bukankah kau akan ingkar janji?"

"Aku akan berusaha, apalagi ini adalah tanggung jawabku, tapi bila benar-benar tidak kuat aku tidak bisa apa-apa, dia tidak ada alasan memaksaku menjalankan persyaratan ini, aku menerima tugas ini demi keuntungan, asal tidak bertentangan dengan hati nurani, kelak bila sudah mendapatkan jasa dan mundur, aku akan meneruskan usaha ini."

Liu Ta-su tertawa, berkata.

"Baik, kalau begitu aku masih ada sedikit harapan, kalau tidak aku benar-benar akan kecewa, dengan kekuatan satu orang melawan gelombang yang begitu berbahaya, ini benar-benar sangat menyulitkan!"

Dia berkata lagi.

"Kalau begitu, mengapa tidak menikah dulu dengan Hui-hui, supaya pikiranku bisa tenang!"

"Paman, setelah rapat akbar di Tai-san, bila aku masih hidup, aku pasti akan membereskan pernikahanku dengan Hui-hui, sekarang sepertinya masih terlalu dini."

"Ini berbeda masalah,"

Kata Liu Ta-su.

"Paman, kalau kami sekarang menikah, aku akan banyak khawatir, memang aku tidak akan ingkar janji tapi aku harus menenangkan diri, ini akan membuktikan kalau aku demi dirinya tidak melepaskan tanggung jawab, ingkar janji berbeda masalahnya, Paman, aku percaya kau pasti mengerti."

"Aku tidak mengerti dirimu, aku tahu aku akan kalah bicara denganmu biar kau sendiri yang mengambil keputusan, mari kita pergi!" 7 orang dengan 7 ekor kuda dengan cepat berlari, kira-kira dua jam kemudian mereka berlari 50 li, anehnya sepanjang jalan tampak sangat tenang. Orang yang ditemui di tengah perjalanan mengatakan kalau kereta perusahaan perjalanan sudah lewat, beberapa li lagi adalah Tai-san, apakah Tiang Leng-cu dan Ciu Giok-hu benar- benar tertipu oleh mereka? Ooo)d*e(ooO BAB 24 Mana yang benar mana yang salah akan terbuka Biasanya hal yang dilakukan oleh Lim Hud-kiam tidak pernah meleset, tapi kali ini di luar dugaan. Untuk mengetahui keadaannya, mereka dengan kecepatan tinggi memacu kuda dan sampai di kota Tai-an, dan sekarang jarak waktu dengan pembukaan rapat akbar Tai-san tinggal dua hari lagi. Para peserta rapat akbar Tai-san hampir lengkap, di kota itu dipenuhi dengan orang dari kalangan persilatan, orang yang membawa pedang, penginapan penuh sesak, mereka tidak berhasil mendapatkan tempat untuk beristirahat. Menurut Lim Hud-kiam lebih baik mencari tempat di kuil untuk beristirahat, tapi dalam kelompok mereka ada 3 orang perempuan maka sulit untuk beristirahat di kuil. Apalagi di antara 7 orang itu Liu Ta-su dan Hui-hui sudah terbiasa hidup enak, mereka belum pernah menginap di tempat seperti itu. Yu Leng-nio sedang hamil 3 bulan, saat hamil muda seperti itu mudah mengalami keguguran, dia butuh istirahat yang cukup. Untung Yu Liong bisa mendapatkan vila sewaan dari seorang kaya di tempat itu. Maka permasalahan menginap dapat diatasi, para pelayan di sana pun dengan telaten melayani mereka. Setelah beristirahat, Yu Liong dengan senang berkata.

"Adik Lim, dari sini terbukti kalau rencanamu tidak berjalan semestinya, berkelana tetap membutuhkan uang."

Lim Hud-kiam hanya tertawa, kemudian dengan cepat dia keluar untuk mencari tahu keadaan yang terjadi. Sewaktu dia kembali sikapnya sangat aneh, maka semua segera mengelilinginya untuk bertanya lebih jelas. Lim Hud-kiam menghela nafas.

"Kali ini aku juga tidak mengerti, perusahaan perjalanan Su-hai menggunakan nama Thio Yan-to tinggal di tempat pemerintahan, orang lain yang sudah sampai pun tinggal di tempat sahabatnya, tapi anehnya mereka sekarang seperti tidak tertarik pada plakat dunia persilatan, aku tidak mengerti apa sebabnya."

"Mungkin mereka tidak mengetahui kalau plakat asli berada di tangan perusahaan perjalanan Su-hai,"

Kata Liu Hui-hui.

"Tidak mungkin, karena tamu yang pergi terakhir mereka sama sekali tidak terkena obat bius, yang pasti semua pembicaraan kita didengar mereka, mereka juga melihat plakat asli kuserahkan kepada perusahaan perjalanan Su-hai, mengapa mereka tidak merampasnya?"

"Apakah mereka sudah tahu kalau plakat dunia persilatan sudah lama menghilang dan plakat yang sekarang adalah plakat tipuan?"

Tanya Liu Ta-su.

"Tidak mungkin, hal ini hanya 5 ketua dari 5 perguruan besar yang tahu, dari mana mereka bisa tahu?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Kalau kau tahu dari mana?"

Tanya Yu Bwee-nio.

"Aku dengar dari Cianpwee yang menyepi, beliau memberitahukannya kepadaku!"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Dari mana beliau bisa tahu?"

Tanya Liu Ta-su.

"Beliau adalah orang yang mencuri plakat asli, maka beliau bisa tahu,"

Jawab Lim Hud-kiam. Semua terkejut, Lim Hud-kiam berkata lagi.

"Memang beliau mendapatkan plakat asli, tapi beliau tidak membocorkan rahasia itu karena setengah petunjuk dari rahasia itu ada di tangan 5 ketua dari 5 perguruan besar, sejak plakat itu menghilang, mereka membuang petunjuk-pentunjuk itu, maka rumus rahasia dari ilmu silat tinggi ini tidak akan muncul!"

"Bukankah Tiang Leng-cu sudah mendapatkan petunjuk dari 5 perguruan itu?"

Tanya Liu Ta-su.

"Tidak, itulah cara 5 perguruan menipu orang, mana mungkin perkataannya benar? Jadi aku merasa semua ini aneh,"

Kata Lim Hud-kiam. Liu Ta-su berpikir sebentar.

"Hud-kiam, apakah Cianpwee yang menyepi itu bisa dipercaya perkataannya? Apakah beliau memper-alatmu untuk mencari tahu separuh rahasianya?"

"Tidak, aku bisa menjaminnya."

"Dengan alasan apa kau menjaminnya? Tahu orang tahu wajah, tapi tidak tahu isi hatinya, aku rasa dia memberikan tugas ini kepadamu, dan di balik itu tersimpan banyak kecurigaan,"

Kata Liu Ta-su.

"Paman, aku bisa menjaminnya, tapi tidak bisa mengatakan apa alasannya, aku harap Paman percaya kepadaku, Cianpwee itu tidak berniat jahat, aku juga tidak bodoh, kalau tidak yakin bisa menjalankan tugas ini mana mungkin aku mau menerimanya?"

Tiba-tiba di atas genting terdengar suara, semua orang segera siap siaga. Lim Hud-kiam meloncat keluar melalui jendela dan membentak.

"Siapa yang ada di atap? Harap turun untuk bicara, jangan bersembunyi di sana!"

Dari atas terlihat sosok orang turun, mereka adalah sepasang remaja yang dari lembah Lu-bwee di daerah Thian- san, nama mereka adalah Thio Siauw-hun dan Thio Siauw-in, mereka turun, Thio Siauw-in segera tertawa dan berkata.

"Lim Toako, jangan salah paham, kami datang demi kebaikanmu, kami hanya ingin memberitahu sesuatu."

"Memberitahu apa?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Pertama, aku ingin bertanya, plakat yang Toako serahkan kepada perusahaan perjalanan Su-hai, apakah itu palsu atau asli?"

Tanya Thio Siauw-in.

"Orang kalian berada di pinggir dan dapat melihat dengan jelas, apakah itu asli atau palsu mereka pasti tahu, untuk apa bertanya lagi?"

Ucap Lim Hud-kiam.

"Kalau itu yang asli, berarti perusahaan perjalanan Su-hai bermain licik, kau membantu mereka, mereka malah balik mempermainkan kalian,"

Kata Thio Siauw-in sambil tertawa.

"Apa maksudmu?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Sebelum tiba di kota Tai-an, sekitar 10 li di sebuah desa kami mencegat mereka, Kie Pi-sia mengeluarkan plakat dunia persilatan dan mengatakan kepada semua orang plakatnya ada satu dan itu plakat pemberianmu, supaya tugas mereka bisa selesai, siapa yang menginginkannya boleh mengambilnya, apa maksudnya?"

Kata Thio Siauw-in.

"Apakah benar plakat itu adalah pemberianku?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Benar, sepanjang jalan ada orang kami yang terus mengawasi mereka, tidak mungkin ada plakat kedua, akhirnya karena tidak ada yang mau maka kami melepaskan mereka pergi,"

Kata Thio Siauw-in.

"Apa maksudnya?"

Tanya Lim Hud-kiam. Thio Siauw-in tertawa.

"Menurut Tiang Leng-cu, kau tidak akan berbuat begitu baik, plakat asli sudah kau dapatkan dan kau berikan kepada orang lain, maka menurutnya plakat asli masih ada padamu, kalau tidak perusahaan perjalanan Su-hai tidak akan begitu mudah mengeluarkannya."

Liu Ta-su marah.

"Sungguh kurang ajar, Hud-kiam, kau telah membantu mereka, tapi mereka malah menjadikanmu tameng!"

"Berarti apakah itu adalah plakat yang asli?"

Tanya Thio Siauw-in.

"Asli atau palsu aku tidak tahu, plakatnya hanya ada satu, plakat itu milikku, Cia-cing dari Bu-tong Pai sudah melihatnya sendiri, dan dia juga mengatakan kalau plakat itu adalah plakat yang asli!"

"Plakat itu ada di tangan kalian cukup lama, sebenarnya kalian bisa memalsukan satu, apalagi Lim Toako bisa mengetahui ciri-ciri plakat itu, berarti kalian bisa dengan mudah menelitinya!"

Kata Thio Siauw-in. Lim Hud-kiam tertawa dingin.

"Aku tahu kalau Su-hai belum percaya sepenuhnya kepadaku, tapi aku tidak merasa bersalah, apa pun yang mereka katakan."

"Ayahku percaya kalau Lim Toako bukan orang seperti itu, kalau Lim Toako berniat meneliti plakat itu, kau bisa diam- diam melakukannya, dan tidak ada seorang pun yang tahu, untuk apa membuat sebuah plakat palsu untuk menarik perhatian orang lain?"

Kata Thio Siauw-in.

"Kalau ayahmu mempunyai pikiran seperti itu, mengapa plakat yang ada di tangan Su-hai tidak kalian tahan?"

"Ayahku tidak mau menjadi musuh semua orang, maka beliau lebih memilih pura-pura tidak tahu, tapi orang lain tidak akan berpikir seperti itu, ada beberapa kelompok mulai tidak bersahabat dengan kalian, maka ayahku menyuruhku kemari untuk memberitahum, kalau plakat asli berada di tangan Lim Toako, ayahku tidak berniat untuk merebutnya dan malah bermaksud membantu kalian melawan musuh,"

Ujar Thio Siauw-in.

"Terima kasih atas kebaikan ayahmu, aku sudah menyerahkan plakatnya, aku tidak merasa bersalah, mengenai musuh, aku sendiri mempunyai cara mengatasi-nya, aku tidak berani merepotkan ayahmu."

"Tiang Leng-cu bergabung dengan Ceng-seng, mereka sangat kuat, Lim Toako jangan meremehkan mereka, bertambah kekuatan satu orang itu akan sangat berguna!"

Ujar Thio Siauw-in memberi alasan.

"Benar-benar tidak perlu, kalau ada orang yang tertarik pada kami, aku kira mereka sudah tiba, lebih baik kalian berdua cepat tinggalkan tempat ini, nanti malah akan merepotkan kalian."

Thio Siauw-in belum menjawab, di atas pagar dinding ada yang tertawa.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Orang-orang lembah Lu-bwee memang lebih rajin, kalian sudah datang duluan, tapi hanya menyuruh 2 bocah datang kemari dan berniat membawa plakat asli, kalian benar-benar meremehkan Lim Hud-kiam."

Bayangan orang itu turun, yang masuk adalah sekelompok orang membawa pedang, yang pertama masuk adalah Tiang Leng-cu dan disusul dengan Ciu Giok-hu, kemudian dua bersaudara Bun, Ciu Pek-ho juga membawa beberapa orang, jumlah mereka ada 7-8 orang.

Masih ada orang kaya dari Lok-yang, dua bersaudara Hie, dan Lie Hoan-tay dari Huang-san, suami istri Bouw Leng, mereka masing-masing membawa orang ke sana, dan segera mengeliling Lim Hud-kiam dan kawan-kawan.

Ciu Giok-hu tertawa kepada Liu Ta-su.

"Liu Toako, kau sangat beruntung, kita begitu cepat bertemu kembali!"

Dengan dingin Liu Ta-su memberi tanggapan.

"Dunia ini memang sempit, di mana saja kita bisa bertemu, kalian senang keramaian, aku pun tidak mau sampai kesepian."

"Liu Toako, selamat, tidak disangka nasibmu begitu baik, tidak perlu berlelah-lelah dengan mudah bisa mendapatkannya."

"Aku tidak peduli, apakah itu plakat asli atau palsu, kalau tidak, aku tidak akan menyerahkannya kepada orang lain,"

Kata Liu Ta-su. Ciu Giok-hu tertawa dingin.

"Liu Toako bisa menipu orang lain, tapi kami bukan anak 3 tahun lagi, siapa yang akan percaya pada kata-katamu?"

"Bila punya maksud, tidak akan kuutarakan!"

Kata Liu Ta-su dengan ketus.

"Ini hanya salah satu cara, tapi kelak akan ada buntutnya, dan akan diketahui oleh orang lain, lebih baik dengan cara sekarang saja, membuat orang lain tidak akan memperhatikan kalian, kelak kalian bisa dengan perlahan menikmatinya, bukankah itu akan lebih mantap?"

Liu Hui-hui berteriak.

"Plakat dunia persilatan hanyalah tipuan belaka, sebenarnya plakat asli sudah tidak ada, kalian hanya akan menghabiskan waktu tapi hasilnya malah nihil, sudah tertipu masih tidak sadar."

Ciu Giok-hu tertawa dingin.

"Plakat yang kalian dapatkan adalah plakat yang asli! Bila dibawa ke rapat akbar dan dibelah di depan umum, tidak ada yang tahu kalau itu palsu, itu namanya penipuan, sedang kalian duduk saja menikmatinya!"

Liu Hui-hui memprotes.

"Hud-kiam, kau lihat sendiri, masalah terus mencari kita, kecuali harus menahan ocehan Su-hai masih harus membantu 5 perguruan menyandang kelicikan, apakah kita pantas berbuat seperti itu?"

Lim Hud-kiam pun tidak tahu akan terjadi hal seperti itu, tapi kecurigaan Ciu Giok-hu masuk akal juga, 5 perguruan akan memperalat kesempatan seperti sekarang ini untuk menutupi hilangnya plakat dunia persilatan dan mendorong kesalahan ini kepada mereka, membuat mereka ada mulut tapi tidak bisa membantah, sekarang bila mengemukakan fakta sebenarnya, tidak didukung oleh 5 perguruan, pasti tidak ada seorang pun yang percaya.

Dengan tenang Lim Hud-kiam berpikir, dia tidak membantah malah bertanya.

"Apa yang kalian inginkan?"

Ciu Giok-hu tertawa.

"Rahasia plakat dunia persilatan tentu sudah kalian dapatkan, aku kira kalian tidak akan menelannya sendiri, bagaimana kalau kau keluarkan untuk dinikmati oleh semua orang?"

"Bisa saja, tapi sekarang ini belum saatnya, bila ingin adil, kita tunggu orang-orang dari 5 perguruan, dan kita lihat bersama-sama,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Mengapa harus menunggu mereka? Aku sudah tahu rahasia 5 perguruan, ditambah satu rahasia dari plakat dunia persilatan...."

Kata Ciu Giok-hu.

"Aku tahu separuhnya, kalian juga tahu separuhnya, tapi orang lain sama sekali tidak tahu, mana bisa dikatakan adil?"

Kata Lim Hud-kiam.

"Benar, kita jangan sibuk dengan percuma,"

Kata dua bersaudara Hie.

"Semua rahasia menunjukkan tempatnya, bila ingin mendapatkannya masih harus mengandalkan nasib, aku bisa mengemukakan apa yang kutahu,"

Kata Ciu Giok-hu.

"Tidak, apa yang kau tahu kau curi dari 5 perguruan, apakah rahasia ini benar atau tidak, mereka juga tetap harus menyerahkan rahasia itu, kita cocokkan apakah ini benar atau palsu,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Masuk akal juga, Ciu Toako, kalau rahasia yang dikeluarkan oleh 5 perguruan adalah yang palsu, bukankah mereka yang akan beruntung?"

Tanya Tiang Leng-cu.

"Kalau rahasia yang kita ketahui adalah yang asli dan 5 perguruan sengaja memberikan yang palsu, kita akan tahu mana yang benar,"

Kata Ciu Giok-hu.

"Aku bisa membedakan mana yang asli mana yang palsu, karena 10 kalimat itu saling berhubungan, 2 kata awal dan akhir pasti sama dan ada urutannya, semua ini ada di dalam plakat, setelah aku seleksi aku akan segera tahu mana yang palsu dan mana yang asli."

"Hud-kiam, dari mana kau tahu rahasia ini?"

Lim Hud-kiam tertawa juga sambil menggelengkan kepala, memberi isyarat supaya Liu Ta-su jangan bertanya lagi, semua orang menjadi bersemangat, Lim Hud-kiam tertawa lagi dan berkata.

"Sekarang aku akan menulis dulu 2 kalimat kau juga tulis milik Bu-tong dan milik Siauw-lim, kemudian kita umumkan di depan semua orang, dan kita bisa saling membuktikan apakah plakat itu asli atau palsu, tapi aku percaya kau tidak akan bisa mencocokkannya!"

Tiang Leng-cu dan Ciu Giok-hu berbisik-bisik untuk berunding, akhirnya mereka setuju. Lim Hud-kiam kembali ke kamarnya untuk mengambil kertas dan kuas, dia menulis di atas selembar kertas, saat itu pula Tiang Leng-cu baru selesai menulis.

"Demi keadilan, aku undang Adik Tiang dari lembah Lu- bwee untuk membacakan dengan suara lantang, supaya bisa didengar semua orang dengan jelas."

Thio Siauw-hun keluar, Lim Hud-kiam memberikan sehelai kertas yang sudah ditulisnya, dia segera membuka dan membaca dengan suara lantang.

"Tai-ih-tong-cu-ti-it-hong(Di Tai-san ada penjara timur berdiri tegak satu puncak)."

"Sekarang giliran Bu-tong."

Tiang Leng-cu berpikir sebentar baru mengeluarkan sehelai kertas yang telah ditulisnya, setelah Thio Siauw-hun menerimanya dia segera membacakannya.

"Hong-yu-teng- teng-put-lo-song (Di puncaknya ada gubuk yang terbuat dari batu dan pohon cemara tua)."

"Kalimat awal dan akhir kita gabungkan tidak ada yang salah, sekarang giliran Siauw-lim untuk menyambung-nya,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Menurut aturan harus kau yang menyambungkannya!"

Protes Tiang Leng-cu.

"Aturan ini bukan kau yang menentukannya, juga bukan aku, kalau kau merasa khawatir, jangan keluarkan, aku juga tidak butuh!"

Kata Lim Hud-kiam. Dengan terpaksa Tiang Leng-cu mengeluarkan kertas yang sudah ditulisnya, Thio Siauw-hun segera mengambilnya tapi dia mengerutkan alis.

"Apa yang terjadi?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Kalimat depan dan belakang tidak menyambung,"

Jawab Thio Siauw-hun.

"Berarti ada masalah, berikan padaku,"

Kata Lim Hud-kiam. Thio Siauw-hun memberikannya kepada Lim Hud-kiam, Lim Hud-kiam tertawa dingin.

"Ciu Giok-hu, aku sudah tahu kau pasti akan mengacaukannya, apakah benar kalimat ini milik Siauw-lim?"

"Pasti benar, aku tidak akan salah,"

Jawab Tiang Leng-cu dengan cemas.

"Kalau bukan kau yang berbohong, berarti kau dibohongi oleh orang lain,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Pasti Siauw-lim yang membohongiku,"

Jawab Tiang Leng- cu. Tapi pandangan semua orang tertuju padanya, Ciu Giok-hu mulai tidak suka dia berkata.

"Tiang Toako, apakah kau tidak salah ingat? Jangan bergurau!"

Keringat Tiang Leng-cu mulai menetes, Lim Hud-kiam tertawa.

"Kalau Tiang Leng-cu tidak berniat menipu berarti Siauw-lim-pai dan Kun-lun-pai telah bersekongkol, menurut puisi awal dan akhir kalimat menyambung dengan kalimat kelima, kalimat kelima adalah milik Kun-lun-pai mungkin mereka secara pribadi telah saling menukar kalimat ini kita simpan dulu, coba kau tulis kalimat dari Kun-lun-pai nanti akan kita sambungkan."

Tiang Leng-cu dengan cepat menulisnya, tapi kalimat itu tidak dibacakan, Ciu Giok-hu dengan cepat berkata.

"Nanti dulu, kau juga harus menuliskan satu kalimat, itu baru adil!"

"Kau benar-benar berhati kerdil, mengukur hati seorang tuan seperti mengukur dirimu, 5 kalimat pun aku bisa menuliskannya, apakah kalian menginginkannya?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Nanti, kalimat ketiga menyambung ke Kun-lun-pai, tidak akan salah karena kalimat awal adalah 'Song' kedua perguruan ini benar-benar kurang ajar, diam-diam mereka telah saling menukar,"

Kata Tiang Leng-cu.

"Adik kecil, coba kau teruskan membacanya, kemudian bacakan milikkku,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Song-cian-sam-ngo-jian-sui-sik, Sik-sang-ceng-tai-ho-cong- cong. (Pohon cemara di depan berumur tiga atau lima ribu tahun, batu di atas batu tumbuh banyak lumut hijau)."

"Sekarang giliranmu yang menyambungkannya, di puisiku tidak ada huruf Kao, cepat, jangan ulur waktu untuk dirimu sendiri!"

Kata Tiang Leng-cu.

"Baiklah, aku akan membacakan sebuah kalimat, kau menyanbungkannya dengan sebuah kalimat, semua jangan main licik, jangan menciptakan sendiri, hati-hati awal dan akhir pasti menyambung,"

Kata Lim Hud-kiam. Tiang Leng-cu dengan terpaksa setuju. Lim Hud-kiam mulai membacakannya.

"Cong-yang-hu- pang-kie-teng-kao. Cepat sambungkan milikmu! Terakhirnya adalah Kao!" (Bulan 9 tanggal 9 memakai tongkat naik ke atas gunung).

"Siau-mo-siau-kok-hoo-si-kim." (Awan yang luas suling dan gendang bersuka ria sudah mendekat).

"Kin-cai-leng-tai-cu-ci-yauw" (Dekat panggung sembahyang hanya berjarak beberapa meter).

"Yau-bun-tiang-cen-ho-cu-si?" (Ingin bertanya barang bukti disimpan di mana?). Ciu Giok-hu segera melarang Tiang Leng-cu meneruskan.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Cukup, Tiang Toako, mari kita pergi!"

Orang-orang Ceng-seng segera siap siaga, Tiang Leng-cu tertawa terbahak-bahak.

"Kalimat ka-10 untuk sementara akan kusimpan dulu, aku pamit dulu!"

Suara kelebat dia sudah keluar dari pagar, sepasang suami istri dari Bouw Leng segera mengejarnya, dua bersaudara Bun masih berada di atas dinding pagar, menantang mereka turun. Ciu Pek-ho tertawa dingin.

"Kalian jangan sembarangan bergerak, jarum lebah ini tidak mempunyai mata, apakah ada yang berniat mencobanya?"

Orang-orang yang dibawa Ciu pek-ho segera mengeluarkan pipa jarum, hal ini membuat semua orang tidak berani mendekat.

Setelah Tiang Leng-cu dan ayahnya jauh, Ciu Pek-ho segera tertawa terbahak-bahak dan memimpin pasukan yang dibawanya, mengikuti dua bersaudara Bun pergi dari sana.

Lie Hoan-tay marah, katanya.

"Mengapa begitu mudah membiarkan mereka pergi?"

Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Tidak usah cemas, kalimat ke-10 milik Siauw-lim, aku sengaja menggesernya ke depan dan menipu menuliskannya, Adik kecil, bacakanlah!"

"Benarkah akan dibacakan?"

Tanya Thio Siauw-hun.

"Kita harus memberikan kesempatan kepada semua orang,"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Sik-sik-hui-hui-kian-hun-siau!" (benar atau salah akan ketahuan). Ucap Hie Tio-ping.

"Kalimat itu tidak ada artinya!"

"Kalimat ini paling penting, kesembilan kalimat tadi hanya menunjukkan tempat di mana benda sakti itu tersimpan, kalimat terakhir menunjukkan tempat sebenarnya, semua tahu kalau tempat itu mengarah ke Tai-san di puncak Tiang-jin di depan pondok ada sebuah pohon cemara dan di sana ada sebuah batu yang bernama benar atau salah."

"Di puncak Tiang-jin tidak ada batu yang bernama benar atau salah!"

Kata Hie Tio-ping.

"Ini hanyalah sebuah pepatah, yang mengucapkan pepatah ini adalah seorang hweesio tinggi Leng-cu dari Siauw-lim-pai, 'Leng-tai-kong-beng-cu-kian-sik-hui (pang-gung di sana sangat terang juga kosong, hanya terlihat batu yang bernama batu benar atau salah).' "Yang dikatakan benar atau salah adalah batu di mana hweesio itu biasa duduk, terakhir orang-orang menyebutnya batu Leng-sik,"

Jelas Lim Hud-kiam.

"Kalau begitu mereka akan mendapatkannya terlebih dulu!"

Kata Thio Siauw-hun.

"Tidak akan, mereka ke sana akan mendapatkan tangan kosong karena dalam puisi itu disebutkan 'bulan 9 tanggal 9 memakai tongkat naik gunung, gunung sangat tinggi seperti masuk ke dalam awan' kedua kalimat ini menunjukkan waktu, harus pada waktunya naik gunung baru akan terlihat hasilnya, tepat hari itu adalah hari diadakannya rapat akbar 5 perguruan besar, maka mereka memberitahu pada hari itu pasti akan ada sesuatu!"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa.

"Di mana barang itu tersimpan?"

Tanya Thio Siauw-hun.

"Aku juga tidak tahu, setiap kalimat mengandung makna tersendiri, maka semua orang selama 2-3 hari ini hanya terus berpikir dan pada hari itu yaitu bulan 9 tanggal 9 mereka akan naik gunung untuk mencari rejeki, siapa tahu mereka akan bernasib baik!"

"Lim Toako, kelimat kalimat tadi, apakah itu kau dapatkan dari plakat asli? Mengapa sebelumnya kau tidak mau mengakuinya?"

"Apa gunanya, kalau 5 kalimat Tiang Leng-cu tidak dibacakan, aku harus menunggu semua berkumpul kemudian baru bisa memaksanya, semua harus mempunyai kesempatan, yang penting aku tidak ingin mengambilnya untuk diriku sendiri."

Semua kembali mundur, Liu Ta-su, Yu Liong, dan Yu Houw terus menatap Lim Hud-kiam, Lim Hud-kiam tertawa.

"Mengapa kalian menatapku terus? Ini adalah hasil berunding aku dan Hui-hui serta Bwee-nio, semua ini kami karang sendiri, sebenarnya rahasia plakat dunia persilatan aku benar- benar tidak tahu, hanya tahu kalau awal dan akhir ada hubungannya, itu kudapatkan dari kalimat kedua dan ketiga, 5 kalimat milik Tiang Leng-cu dari awal aku sudah tahu dan juga tahu kalau itu palsu, supaya bisa cocok dengan kelima kalimat itu, kami bertiga menghabiskan banyak waktu dan pikiran sebenarnya kami ingin pada saat pembu-kaan rapat akbar menggencet mereka, tapi tidak disangka perusahaan perjalanan Su-hai akan melakukan cara seperti itu, terpaksa aku harus mengeluarkan kalimat itu terlebi dulu."

Ketiga orang itu tetap tidak percaya dengan kata-kata Lim Hud-kiam, Lim Hud-kiam tertawa.

"Hui-hui adalah putri Paman, Bwee-nio adalah adik kalian berdua, masa mereka membantuku menipu kalian?"

"Ayah, apa yang dikatakan Hud-kiam adalah benar, saat kita bertiga meninggalkan penginapan, di sepanjang jalan kami merundingkan masalah ini, maka kami selalu berada di belakang kalian."

"Bocah ini benar-benar sangat pandai menipu orang!"

Keluh Liu Ta-su. Lim Hud-kiam tertawa.

"Yang pandai menipu adalah Hui- hui, karena puisi-puisi itu kebanyakan berasal dari dia, dia benar-benar pandai, comot sana comot sini, dia memasuki puncak Tiang-jin dengan sangat tepat dan tidak terlihat ada celahnya."

Liu Hui-hui memutar bola matanya.

"Hud-kiam, selain kalimat pertama, kalimat-kalimat Tiang Leng-cu sepertinya bukan didapat dari pilihan, sepertinya dia juga menyebutkan puncak Tiang-jn juga."

"Benar, seperti adanya pohon cemara, pondok, tempat sembahyang, semua itu berada di puncak Tiang-jin, apakah puisi 5 perguruan itu tidak palsu?"

Tanya Liu Ta-su.

"Mungkin juga, ditambah dengan 5 kalimat yang kami pilih tadi menjadi sangat lucu, seperti bulan 9 tanggal 9 harus naik gunung, puisi ini akan membuat mereka kalang kabut, mungkin 5 perguruan akan ikut sibuk,"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa. Liu Ta-su berpikir sebentar lalu berkata.

"Di puncak ada pondok dan pohon cemara tua, di depan pohon cemara ada sebuah batu yang usianya sudah mencapai 3.000 sampai 5.000 tahun, tingginya gunung sampai masuk ke awan, di dekat batu itu berjarak beberapa meter, terakhir apakah benar atau bohong akan terbongkar, semua kalimat itu jika disambung menjadi lucu!"

"Paman, kau juga memikirkan puisi ini, 5 kalimat dari 5 perguruan belum tentu benar!'' kata Lim Hud-kiam.

"Siapa yang tahu itu benar?"

Kata Liu Ta-su.

"Aku yakin mereka berbohong, itu hanya tipuan dari 5 perguruan besar, untuk apa Paman terlalu memikirkannya?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Benar, kalau benar ada di sana, dari awal sudah diambil orang yang memberi petunjuk kepadamu, Hud-kiam, jujur bicara, apakah benar ada rumus rahasia dunia persilatan?"

Tanya Liu Ta-su.

"Benar, 5 perguruan besar terus menyebarkan bermacam- macam berita, maksudnya adalah ingin mencari plakat yang sudah lama menghilang, karena mereka mempunyai setengah rahasia di sana."

"Orang yang memberi petunjuk kepadamu, apakah dia memperalatmu untuk mengetahui rahasia 5 perguruan besar?"

Tanya Liu Ta-su.

"Aku kira tidak, karena orang itu sudah cacat, bila ada rumus ilmu silat dunia persilatan, tidak akan ada gunanya untuknya!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Sampai di mana cacatnya?"

Tanya Liu Ta-su.

"Sangat berat, kedua matanya hampir buta, kedua telinganya tuli, kaki dan tangannya tidak bisa digerakkan, dia sendiri sudah tidak bisa ilmu silat, kalau tidak dia yang akan melaksanakan tugas ini tidak perlu menitipkannya padaku."

Liu Ta-su menghela nafas.

"Aku tidak tahu mengapa kau bisa bertemu dengan orang aneh ini, entah apa maksudnya kepadamu, dia memberikan tugas begitu suci dan mulia ini padamu, tapi juga mengajukan syarat begitu kejam!"

"Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi dia tidak memaksaku, aku sendiri yang mau menerima syaratnya."

"Apakah waktu itu kau tidak berpikir lebih seksama dan matang lagi?"

"Tidak, waktu itu aku hanya ingin belajar ilmu silat yang lebih tinggi untuk mendapatkan Hui-hui, maka aku pun menerima syarat itu."

"Sekarang kau bisa menikah dengan Hui-hui."

"Benar, dia yang membuatku bisa mencapai cita-cita ini, walaupun tugasnya tidak bisa diselesaikan semuanya tapi aku akan menyelesaikan dengan sekuat tenaga, walaupun hanya sebagian yang selesai."

Tiba-tiba Liu Hui-hui berkata.

"Hud-kiam, dulu setelah kau menikah denganku, kau tidak mau tinggal di rumahku, apakah ini maksud-mu? Sewaktu kau menerima syarat dari orang aneh itu, apakah ibumu tahu?"

Lim Hud-kiam berpikir sebentar baru menjawab.

"Ibuku tahu."

"Menolak masuk rumahku setelah menikah, karena takut keluarga Lim tidak ada keturunan, kau menerima syarat ini kalau tidak berhasil bukankah akibatnya akan sama?"

Tanya Liu Hui-hui.

"Benar, tapi ada satu poin yang berbeda, kalau aku tidak meningkatkan ilmu silatku, aku tidak akan mendapatkan tugas ini, waktu itu aku langsung harus mencukur rambutku dan menjadi hweesio, jika aku terima syarat ini paling sedikit ada harapan maka ibuku setuju,"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Apakah ibumu tahu harapan untuk berhasil itu sangat tipis?"

Tanya Liu Hui-hui.

"Tahu, ibuku sama sekali tidak berharap aku bisa berhasil, tapi dia menganggap bila aku mengorbankan diri untuk sebuah pekerjaan mulia, itu pantas."

"Bisa dikatakan semua karena egoku, sehingga membuatmu susah!"

Kata Liu Ta-su.

"Tidak, Paman, ibuku dan aku sangat berterima kasih kepadamu, karena Paman aku bisa keluar dari kemarahan pribadi dan bangkit kembali, kalau tidak selamanya aku akan menjadi orang yang tidak berguna!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Ibumu adalah seorang ibu berhati mulia, dibandingkan dengannya, aku kelihatan kecil, bila kalian sudah menikah nanti aku akan malu bertemu dengan ibumu!"

Kata Liu Ta-su.

"Ibuku membantuku mengambil keputusan, setelah itu dia akan menutup diri tidak bertemu orang, dia akan menjadi seorang nikoh, karena itu dia tidak ingin meninggalkan Ceng- seng, apa pun yang terjadi dia tidak akan peduli lagi, tempatnya di kuil di Ceng-seng, tempat untuknya meninggal nanti paling dekat, dia tidak takut kalau orang Ceng-seng akan membunuhnya, baginya hidup atau mati sama saja, maka Paman tidak perlu merasa khawatir akan hal ini,"

Ujar Lim Hud-kiam.

"Kami?"

Kata Liu Hui-hui tertegun.

"Kukira begitu, karena ibuku mengatakan tidak perlu pulang untuk menemuinya, maka saat aku pergi aku tidak berpamitan kepadanya,"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata Lim Hud-kiam.

"Apakah ibumu membenciku?"

"Tidak, dia selalu menyukaimu."

Kata Yu Bwee-nio.

"Benar, Thay-hujin selalu menganggap Nona Liu adalah menantunya, saat kami meninggalkan Ceng- seng, dia tahu kalau Nona Liu pun akan meninggalkan Ceng- seng, maka dia menyuruhku memberitahu Lim Hud-kiam, asal berusaha tidak perlu semua syarat harus dituruti."

"Karena ada petunjuk dari ibuku, maka aku baru berani menjamin kepadamu dan mempersilakan Paman Liu dan kau untuk membantuku, kalau tidak aku akan menjauhi kalian, begitu aku berhasil aku baru akan datang mencarimu!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Pantas waktu kau meninggalkan Ceng-seng, kau begitu tega berbuat seperti itu kepadaku, tapi hanya beberapa hari kemudian tiba-tiba saja kau datang mencari kami!"

Kata Liu Hui-hui.

"Itu salah Leng-nio, dia terlambat memberitahu, kalau tidak caraku berbicara kepadamu akan berbeda!"

Kata Lim Hud- kiam.

"Kau sangat menurut kata-kata ibumu?"

Tanya Liu Ta-su sambil tertawa.

"Paman, ini adalah kewajiban seorang anak, apalagi petunjuk ibu beralasan!"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Aku tidak mengatakan kalau kau salah, dan aku pun setuju apa yang kau lakukan, aku harap Hui-hui bisa seperti dirimu!"

Liu Hui-hui cemberut.

"Ayah, apakah aku tidak cukup baik?"

Liu Ta-su menepuk-nepuk bahunya.

"Tidak, apa yang kulakukan sekarang adalah semua demi dirimu!"

"Apa yang ayah inginkan dariku aku pasti akan menurutinya!"

Kata Liu Hui-hui.

"Kalau aku masih di Ceng-seng, aku pasti akan menyuruhmu buru-buru menikah, siapa pun boleh, tapi setelah mengalami perubahan ini aku mengerti banyak hal, lebih tahu kalau kesalahan yang telah kuperbuat sangat besar, maka aku rela mengikutimu, karena pandanganmu lebih jauh dari ayah, kecuali Lim Hud-kiam tidak ada orang yang pantas memperistrimu!"

Liu Hui-hui tertawa, semua ikut tertawa, tawa mereka mengandung kegembiraan, tiba-tiba seorang pelayan datang diiringi Goan Hiong.

Tadinya Lim Hud-kiam tidak membenci orang-orang Su-hai tapi gara-gara Thio Siauw-in mengatakan kalau Su-hai memakai namanya untuk kepentingan mereka, maka dia menjadi tidak suka, dengan dingin dia berkata.

"Goan-heng, malam-malam berkunjung kemari, apakah ada petunjuk?"

Dari balik dadanya Goan Hiong mengeluarkan sebuah amplop kelihatan isinya berat.

"Terima kasih atas bantuan Lim Toako, sehingga perusahaan perjalanan kami bisa dengan lancar mengantarkan plakat sampai di tujuan, maka aku datang mengantarkan uang sambil mengucapkan terima kasih."

Lim Hud-kiam memeriksa isi amplop itu, di dalamnya ada selembar cek bernilai 200 ribu tail perak.

"Di bank mana pun kau bisa mengambil uangnya."

Lim Hud-kiam tidak melihatnya, dia langsung merobek cek bernilai 200 ribu tail perak itu menjadi berlembar-lembar.

"Kami tidak membantu kalian, maka kami tidak berhak mendapatkan uang ini, aku hanya menyerahkan plakat itu tapi tidak berhak mendapatkan uang."

Goan Hiong merasa malu, dia berkata.

"Lim Toako pasti sudah salah paham, supaya di tengah perjalanan kami tidak dirampok maka kami mengeluarkan sebuah plakat tapi itu bukan plakat pemberian Lim Toako."

"Dari mana asalnya plakat yang satu lagi?"

Tanya Lim Hud- kiam.

"Itu plakat buatan Susiok Kie Tiang-lim, supaya kami bisa lancar menjalankan tugas, bila perlu kami akan mengeluarkan plakat itu, tapi bukan plakat pemberian Lim Toako, itu hanya untuk menutup mata dan telinga orang yang berniat merampok, tapi kebetulan penginapan di mana Lim Toako menginap banyak pendekar yang berkumpul, dan jumlah plakat sudah ada 40 maka kami tidak mengeluarkan lagi, untung kami sudah menyiapkan yang palsu ini, sehingga kami bisa menjalankan tugas kami dengan lancar."

Lim Hud-kiam tertawa dingin, katanya.

"Itulah keahlian Kie Tiang-lim, dulu saat dia membawa perhiasan Thio Yan-to, dia juga membuat barang palsu."

Goan Hiong berkata. Kie Susiok adalah orang yang berpengalaman di dunia persilatan, dia menyerahkan Su-hai kepada kami tapi dengan pengalamannya yang banyak dia tetap membantu kami membereskan banyak masalah."

"Kalau begitu kalian telah menyerahkan plakat pemberianku kepada Bu-tong-pai?"

"Benar, itu adalah plakat yang asli, Cia Hui To-jin sendiri yang menerimanya, dan membayar ongkosnya sesuai dengan perjanjian,"

Jawab Goan Hiong. Lim Hud-kiam tertawa dingin.

"Tugas kalian menjadi sangat ringan dan bebannya diserahkan kepadaku, tadi semua orang yang menginginkan plakat datang ke sini."

"Kami tahu, kami bukan sengaja ingin menipu Lim Toako, guru kami tahu kalau Lim Toako punya kepintaran di atas rata-rata, dan pasti bisa menghadapi masalah ini,"

Kata Goan Hiong.

"Bagaimana kalau aku tidak sanggup?"

"Guru tidak pernah tinggal diam, guru, Susiok, Paman Pui, dan ayahku masih ada ketua Bu-tong, mereka sudah siap membantu, saat mereka datang kebetulan semua orang yang menginginkan plakat sedang mundur dari jauh mereka melihat Lim Toako dan yang lainnya tidak mengalami sesuatu, maka mereka pun ikut mundur!"

"Apakah kalian tahu dengan cara apa aku membuat mereka mundur?"

"Tidak tahu, sebenarnya Cia Hui To-jin ingin menanyakan dengan jelas tapi guru tidak mengijinkan, apa pun cara yang Lim Toako gunakan, kami tidak berhak untuk tahu, walaupun tanggung jawab ini dibebankan kepada kami, tetap tidak akan menjadi masalah!"

Lim Hud-kiam tertawa dingin, berkata.

"Sangat adil, demi sampai di tempat tujuan, kalian menggunakan segala cara juga menganggapku sebagai partner kalian!"

Dengan serius Goan Hiong berkata.

"Bila Lim Toako memberikan plakat itu tanpa syarat, sepertinya cara kami melanggar keadilan dan kebenaran tapi bukankah Lim Toako juga minta setengah dari hasil kami? Otomatis kalian juga harus ikut menanggung setengah dari bahaya yang kami hadapi, apalagi guruku siap membantu Toako, cara kerja kami sepertinya tidak ada yang salah."

Lim Hud-kiam marah, katanya.

"Aku hanya bergurau, siapa yang menginginkan uang kalian? Kalau tidak aku tidak akan merobek cek ini!"

"Kami tetap akan melaksanakan tugas, guruku juga menolak menerima hasil bagian kami, akhirnya di depan ketua Bu-tong, guruku juga merobek cek itu dan membakarnya, cek ini dengan uang tunai tersimpan di bank dan menukarnya dengan cek kontan, cek ada uang pun ada, Bu-tong sudah menyimpan 400 ribu tail perak di sana! Lim Toako telah merobek cek itu, tapi tetap tidak akan bisa mengembalikan uang itu kepada Bu-tong, berarti Lim Toako telah menerima uang itu!"

Kata Goan Hiong.

"Ini sangat disesalkan, 400 ribu tail perak hilang begitu saja, kami tidak menerimanya tapi uang itu akan aku pakai untuk menolong orang miskin,"

Kata Liu Ta-su. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Paman Liu tidak tahu cara memakai cek, cek dengan jumlah kecil bisa diambil, dengan jumlah besar harus memakai surat dari orang yang memberikan cek itu sebagai bukti, Bu-tong bisa membuat lagi yang baru, mereka tidak akan rugi, hanya harus sekali lagi membuatnya."

"Di dalam amplop ada surat bukti dari Bu-tong,"

Kata Goan Hiong.

"Ini hanya membuktikan kalau mereka tidak ingin tidak membayar, tapi bukti sudah robek mereka bisa membuat yang baru,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Pasti bisa, ketua Bu-tong mengatakan uang itu akan mereka simpan untuk sementara, kalau selama 3 bulan tidak diambil mereka akan mengeluarkannya untuk membantu fakir miskin, bila Lim Toako tidak mau mengambilnya, bisa menolong fakir miskin yang penting Bu-tong dengan tegas mengatakan mereka tidak mau menerima kembali ongkos membawa barang itu,"

Kata Goan Hiong. Lim Hud-kiam berpikir sebentar, lalu berkata.

"Berbuat kebaikan tidak perlu diwakili, sekarang aku berubah pikiran, suruh Bu-tong membuka cek setiap lembar bernilai 20 ribu tail perak jadi jumlahnya ada 10 lembar dan simpan di 10 bank di 10 kota besar!"

"Aku akan memberitahukan kepada Bu-tong-pai, aku ingin tanya untuk apa Lim Toako melakukan hal ini?"

Tanya Goan Hiong.

"Kalau diwakili Bu-tong berbuat kebaikan, mereka pasti akan menyumbangkannya ke kuil-kuil untuk menambah nama baik mereka, aku ingin mereka menyimpan uang itu di bank yang ada di 10 kota besar, uang itu untuk membeli peti mati, orang yang meninggal tidak mempunyai uang untuk membeli peti mati akan mendapatkan peti mati secara gratis supaya tidak dibuang begitu saja di gunung terpencil,"

Kata Lim Hud- kiam. Goan Hiong mengangguk dan tertawa.

"Lim Toako begitu baik hati sampai memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, aku pasti akan meminta Butong-pai dalam waktu dekat ini membereskannya, apakah Lim Toako masih ada pesan lain?"

"Tidak ada, hanya ada beberapa patah kata yang ingin kusampaikan kepada kalian, masalah kalian sudah selesai, lebih baik cepat tinggalkan tempat ini."

"Kami memang akan pergi sekarang juga, tapi ketua Bu- tong terus menahan kami, mereka ingin guru ikut rapat akbar itu."

"Itu adalah masalah 5 perguruan besar, tidak ada hubungannya dengan kalian,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Kali ini tidak sama, banyak orang yang tidak dikenal memaksa ikut dalam rapat ini mungkin ada perubahan secara tiba-tiba, maka Bu-tong meminta guru menjadi penengah, bila perlu ikut membantu juga,"

Kata Goan Hiong.

"Rapat akbar jago pedang kali ini adalah memperbutkan siapa yang akan menjadi ketua perguruan pedang, semua yang ikut harus mempunyai ilmu pedang yang kuat, semua mempunyai mata untuk melihat, tapi akankah terjadi sesuatu?"

Kata Lim Hud-kiam.

"Rapat akbar kali ini memang diadakan oleh 5 perguruan besar, tapi, semua orang berhak ikut, karena rahasia plakat sudah bocor, maka plakat itu menjadi barang rebutan, kalau bisa menang dengan ilmu silat yang dia miliki, tidak akan menjadi masalah, yang ditakutkan adalah ada orang yang menggunakan cara tidak benar merebutnya, maka butuh orang lain untuk mengambil keputusan yang adil,"

Jelas Goan Hiong.

"Apakah 5 perguruanbesar itu tidak bisa mengambil keputusan sendiri?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Karena mereka sendiri pun menjadi peserta maka harus menghindari hal ini supaya tidak dicurigai ada permainan licik, jadi harus ada pihak dari luar, seperti guru yang diminta menjadi wasit,"

Kata Goan Hiong. Lim Hud-kiam tertawa.

"Kalau begitu apakah kalian tidak akan ikut serta?"

"Tidak,"

Jawab Goan Hiong.

"ilmu pedang perguruan kami tidak akan menjadikan ilmu pedang sebagai yang terbaik, maka kami hanya akan menjadi tamu untuk melihat pertarungan yang terjadi nanti!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata Goan Hiong. Lim Hud-kiam mengangguk.

"Kakek guru Siau Pek dari Kian-kun-kiam-pai memang telah meninggal, tapi seumur hidup beliau belum pernah terkalahkan, karena itu wasit dipegang oleh perguruan kalian, ini memang sangat cocok, kalau begitu kami akan pamit."

"Apakah Lim Toako tidak akan ikut?"

Tanya Goan Hiong.

"Siapa aku ini?"

"Guruku menganggap ilmu pedang Lim Toako sudah mencapai taraf tertinggi, orang yang datang dari luar, Tiang Leng-cu dan Ceng-seng-pai yang terkuat, tapi saat di Ceng- seng Ciu Giok-hu kalah oleh pedang Lim Toako, bila Lim Toako ikut, kemungkinan besar bisa menjadi Raja Pedang,"

Kata Goan Hiong.

"Bagaimana dengan 5 perguruan besar?"

Tanya Lim Hud- kiam.

"Plakat dunia persilatan sudah menjadi barang panas, demi plakat itu Bu-tong sudah mengorbankan 40131057 orang pesilat tangguhnya, maka tidak akan ada orang yang tidak tertarik untuk mendapatkannya!"

Kata Goan Hiong.

"Gurumu berharap aku yang akan mendapatkannya bukan?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Benar, guruku melihat dengan jelas Lim Toako bisa mendapatkannya, dan menganggap Lim Toako yang paling berhak mendapatkan plakat itu."

"Semua orang takut dengan barang panas itu, tapi gurumu malah berharap aku yang akan mendapatkannya."

"Bukan seperti itu maksudnya, Lim Toako mendapatkan plakat yang asli, tapi tidak diambil untuk kepentingan sendiri, berarti hati Lim Toako sangat jujur, kalau plakat itu berhubungan dengan keamanan dunia persilatan, maka setiap orang wajib untuk melindungi plakat itu supaya jangan sampai jatuh ke tangan orang jahat, guruku menganggap Lim Toako pasti bisa, tidak mengambil keuntungan sendiri dan membuat dunia persilatan menjadi tenang!"

Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Gurumu salah menilaiku, aku melakukan sesuatu selalu demi kesenangan, mengembalikan plakat kepada Bu-tong hanya ingin mendapatkan uang dari Bu-tong, tapi mengenai ketenangan dunia persilatan, orang seperti kalianlah yang seharusnya bertanggung jawab, aku tidak berselera!"

Goan Hiong terpaku kemudian berkata.

"Kalau Lim Toako sudah berkata seperti itu, guruku pasti akan kecewa'"

"Kalau gurumu terus berteman dengan 5 perguruan besar, akan banyak menemui kekecewaan, perguruan ternama selalu menggunakan keadilan dan kebenaran sebagai tameng, tapi diam-diam menggunakan cara licik, mereka lebih buruk dari kelompok Ciu Giok-hu!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Mengenai hal ini guruku tidak mengetahuinya, tapi tekadang sering terjadi pelanggaran tapi masih bisa ditolerir asalkan secara garis besarnya tidak meleset jauh, itu masih termasuk wajar,"

Kata Goan Hiong.

"Kalian selalu mementingkan perguruan, tapi aku tidak, pikiran gurumu memang terpuji, tapi mengadapi suatu masalah dia tidak bisa seperti itu untuk bisa mengerti, Goan- heng, tolong beritahu gurumu kalau mau menjadi orang bodoh, sendiri saja sudah cukup jangan menarik orang ikut menjadi bodoh!"

"Apa maksud Lim Toako?"

"Di depan 5 perguruan beritahu kepada mereka mengenai kata-kataku tadi, gurumu tidak akan mengerti tapi mereka akan mengerti."

Dengan sikap tidak bisa berbuat apa-apa, Goan Hiong pamit pergi. Kata Liu Ta-su.

"Apa yang terjadi nanti, aku jadi bingung."

"Sembarangan bicara, Ciam Giok-beng benar-benar kurang ajar bersekongkol dengan orang lain, mencelakai aku,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Mana mungkin?"

Kata Liu Ta-su.

"Plakat asli dari Bu-tong yang Paman dapatkan, Kie Tiang- lim sama sekali tidak pernah melihatnya, mana mungkin dia bisa membuat yang palsu? Walaupun dia bisa membuatnya, tapi kalau tidak ada ciri yang khas, mana mungkina Ciu Giok- hu dan yang lainnya bisa percaya?"

"Berarti yang dibelah dua oleh Cia-bu adalah yang asli?"

Lim Hud-kiam tertawa.

"Paman bingung lagi, plakat yang asli sudah tidak ada, plakat dari Bu-tong-pai juga palsu, tujuan mereka adalah ikut mencari plakat asli, Cia-bu pasti tahu hal sebenarnya, melihat plakat yang kuserahkan adalah plakat untuk membohongi orang-orang, dia mengira plakat asli ada di tanganku, maka dia melakukan hal seperti itu, tujuannya adalah ingin tahu apa reaksiku."

"Untuk apa dia mencari tahu?"

Tanya Liu Ta-su.

"Karena plakat milikku adalah milik Bu-tong untuk menggantikan plakat yang asli kecuali beberapa orang penting Bu-tong yang mengetahuinya yang lainnya tidak tahu, kecuali orang itu benar-benar telah mendapatkan plakat itu."

"Sekarang aku sudah mengerti, kau menyerahkan plakat itu mereka menganggap yang asli masih ada di tanganmu, mereka tidak tahu bahwa kau ternyata juga menyerahkan yang palsu,"

Kata Liu Ta-su. Liu Hui-hui marah.

"Sungguh kurang ajar, kau sudah berniat ingin membantu mereka mengembalikan plakat asli kalau kau tidak tahu kalau itu adalah yang palsu, bukankah akan menjadi kacau?"

"Maka Cia-bu tidak ragu membelah plakat itu karena di dalamnya memang tidak ada apa-apa, karena itu perhatian orang-orang beralih lagi kepadaku, kalau tadi aku mengatakan tidak tahu, pasti akan terjadi pertarungan hebat dengan kelompok Ciu Giok-hu dan Bu-tong akan merasa bersalah lalu akan mendukung kita,"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa.

"Karena kau sok pintar, malah merepotkanmu, puisi-puisi yang kita pilih juga tidak bisa membuatmu membela diri."

"Tidak juga, karena plakat aslinya, aku memang tahu ada di mana, puisi-puisi tadi adalah puisi terkenal, bisa menipu kelompok Ciu Giok-hu tapi tidak bisa menipu 5 ketua dari 5 perguruan!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Tapi 5 perguruan pun tidak tahu puisi-pusi yang ada di dalam plakat asli bukan?"

Tanya Liu Ta-su.

"Mereka memang tidak tahu, puisi-puisi yang mereka bocorkan semua adalah palsu, sama sekali tidak menyambung dengan puisi yang ada di dalam plakat asli, kita bisa menyambungkannya berarti itu puisi palsu,"

Kata Lim Hud- kiam.

"Apa tujuan dari 5 perguruan itu?"

"Memancingku agar ikut rapat akbar, mereka diam-diam melakukannya dan membuatku mendapat plakat kemudian menunggu reaksiku,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Tapi plakat asli tidak ada, apa yang akan mereka keluarkan?"

"Yang pasti mereka akan mengeluarkan yang palsu, mereka bisa membuat beberapa ratus lagi tapi begitu sampai di tanganku, yang palsu akan menjadi yang asli, saat itu mereka akan secara terang-terangan memaksaku mengeluarkan rahasia yang ada di dalam plakat."

"Lalu kau harus bertindak apa?"

Tanya Liu Hui-hui.

"Cara paling mudah adalah tidak pergi ke sana,"

Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.

"Aku menolak pergi ke sana hanya untuk menipu Ciam Giok-beng dan 5 perguruan tapi demi melakukan perjanjianku dengan pesilat yang menyepi itu demi menghancurkan para pesilat yang serakah, aku harus pergi, kalau tidak untuk apa aku menciptakan banyak masalah supaya bisa terlibat dalam keributan ini? Bulan 9 tanggal 9, rapat ini memang diadakan oleh 5 perguruan tapi juga karena aku sengaja membuat rapat ini menjadi ramai, seperti lembah Lu-bwee dari Thian-san, Lie Hoan-tay dari Huang-san, suami istri dari Bouw Leng, sebenarnya mereka tidak tahu masalah plakat, akulah yang diam-diam mengabarkan kepada mereka supaya terlibat dalam keramaian ini, kalau bisa bertemu dengan dua bersaudara Hie di sini, itu benar-benar di luar dugaanku, dari mana mereka bisa mendapatkan kabar ini? Maka aku yakin rapat akbar kali ini akan didatangi banyak orang yang di luar dugaan kita,"

Kata Lim Hud-kiam. Liu Ta-su menghela nafas.

"Hud-kiam, aku benar-benar mengkhawatirkanmu, kau sendirian harus menghadapi banyak pesilat tangguh, apakah kau sanggup?"

"Terus terang, ilmu silatku hanya berada sedikit di atas Ciu Giok-hu, tapi tidak lebih tinggi dari pesilat tangguh yang lain, maka aku mengundang Paman untuk membantuku!"

"Apa yang bisa kubantu, paling-paling aku hanya bisa bertarung dengan Ciu Giok-hu, itu pun mungkin hanya berimbang, tapi kau sekarang harus menghadapi banyak musuh, 5 perguruan harus diperhitungkan, aku benar-benar mengkhawatirkanmu!"

Kata Liu Ta-su.

"Pertarungan kali ini tidak menggunakan tenaga, harus memakai otak, 5 perguruan besar selalu ingin memperalatku, sebelum rahasia plakat terungkap, mereka pasti akan terus melindungiku apalagi orang-orang yang datang tidak bersama- sama, sehingga mereka tidak akan kompak, dengan kerenggangan mereka aku bisa menghancurkan sebagian kekuatan, hari ini tanggal 6 masih ada 3 hari lagi, selama 3 hari sangat penting untukku, aku harus menyusun rencana dengan sempurna!"

"Lebih baik kau banyak berpikir, nyawaku dan nyawa Hui- hui sudah kami jual kepadamu, kalau dua bersaudara Yu ikut mati, itu benar-benar tidak pantas!"

Kata Liu Ta-su. Yu Long ikut bicara.

"Kami dua bersaudara tidak menjadi masalah dengan hal ini, asal kematian kami berarti, kami tidak akan mundur, Lan-tiang-siang-sat punya reputasi sangat buruk juga sering berbuat hal jelek, kami generasi muda hanya ingin menebus dosa generasi di atas kami!"

Dengan serius Lim Hud-kiam berkata.

"Jiwi Toako harus tenang, apa yang kalian lakukan pasti hal yang baik, dan bisa membuat kepala kalian diangkat tinggi."

Yu Liong tersenyum.

"Kau bisa membohongi kami tapi tidak apa-apa, generasi Lan-tiang-siang-sat kalau berbuat salah hanya akan menambah busuk dan bau, Bwee-nio dan Leng- nio supaya bisa berbuat baik mereka terus mengikutimu, kalau kau tidak baik kepada mereka, walaupun kau mati kau tidak akan bisa tenang."

Kata-kata ini setengah bergurau tapi sebenarnya sangat berat, Lim Hud-kiam berubah menjadi serius, dia memberi hormat.

"Terima kasih Yu Toako, sebenarnya selama 3 hari ini aku akan berbuat onar supaya semua orang jadi ribut, kata- kata Yu Toako tadi membuatku mengurungkan niat ini."

"Mengapa? Asal ada gunanya, kami pasti akan mendukungmu, asal kau tidak bersalah tidak perlu karena kami menjadi terikat,"

Kata Yu Liong.

"Tidak, tugasku sangat mulia, maka aku tidak boleh menggunakan cara picik, aku memang merasa tidak bersalah tapi kalau caraku tidak terang-terangan dan di tengah jalan terjadi kesalahan akan membuatku tidak bisa membela diri, kecuali membuat diriku celaka juga mencelakai kalian!"

"Kau memang banyak berulah, cara apa yang akan kau gunakan?"

Tanya Liu Ta-su.

"Tidak akan melakukan apa pun, begitu tanggal 9 tiba, di Tai-san di puncak Tiang-jin aku akan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi,"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Kata-katamu tadi membuatku setengah percaya, apakah orang lain akan percaya?"

"Pasti tidak akan, Paman setengah percaya aku sendiri pun jadi sulit menjelaskannya, tapi hal ini memang ada hal sebenarnya, kalau orang lain tidak percaya, aku pun tidak akan merasa bersalah."

Terpaksa Liu Ta-su menggelengkan kepala, dan menghela nafas lalu berkata.

"Hud-kiam, kalau mengikuti sifatku dulu, aku bisa mencabut pedang dan menaruhnya di lehermu dan memaksamu menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, biar sekarang kau mengatur-atur kami, ilmu pedangmu bisa mengalahkan Ciu Giok-hu, berarti kau tidak di bawahku!"

"Paman mulai menggunakan cara lain lagi, Paman tahu aku pasti tidak akan bertarung dengan Paman, untuk apa menyindirku?"

Liu Ta-su tertawa kecut.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kata-kataku tadi adalah perasaan sebenarnya yang ada di dalam hatiku, bukan aku berniat menjerumuskanmu walaupun dengan pedang kau memaksaku pun tidak akan ada gunanya, kalau kau seorang penakut dari awal kau sudah meninggalkan rumahku."

"Paman tidak perlu menggunakan kata-kata ini menilaiku, karena apa yang aku katakan kepada Paman setiap kalimat adalah kenyataan, tidak mengandung tipuan!"

Kata Lim Hud- kiam.

"Aku tahu kau tidak akan berbohong kepada kami jadi kami akan membantumu, kau juga tidak perlu berbohong kepada kami, hanya saja kau tidak memberitahu kami apa hubunganmu dengan pesilat yang sedang menyepi itu, aku kira ini bukan hal sederhana dan kau juga bukan secara kebetulan bisa bertemu dengannya lebih-lebih bukan kebetulan dia bertemu denganmu, pertemuan kalian sudah diatur."

"Semua perkataan Paman benar adanya!"

Kata Lim Hud- kiam.

"Siapa yang mengaturnya? bagaimana hubungan kalian?"

"Hanya untuk masalah ini aku tidak bisa memberitahu, karena ini tidak ada hubungannya dengan Paman, dan aku mohon supaya Paman bisa percaya kepadaku, bila aku berhasil, semua teka teki akan terungkap, kalau tidak anggaplah Paman tidak pernah mendengar cerita ini."

Liu Ta-su hanya bisa menghela nafas, dia tahu, bertanya lebih jauh lagi pun percuma saja.

Ooo)de*wi(ooO BAB 25 Rapat akbar bulan 9 tanggal 9 Tanggal 7 dengan tenang bisa dilewati, begitu pun dengan tanggal 8.

Bulan 9 tanggal 9 adalah hari Cong-yang, pada hari ini biasanya semua orang harus ke gunung untuk bermain, hari itu adalah saatnya musim gugur, cuaca yang sangat cocok untuk baik gunung.

Tai-san adalah gunung tertinggi di antara 5 gunung, pemandangan di sana pun sangat bagus.

Kalau sudah berada di atas Tai-san kalau melihat ke bawah akan terlihat kalau dunia itu sangat luas.

Bukan 9 tanggal 9 naik gunung, Tai-san adalah tempat yang paling cocok, tapi selama beberapa puluh tahun ini orang-orang sudah terbiasa tidak naik gunung Tai- san, paling sedikit setiap 3 tahun semua tidak akan naik gunung Tai-san.

Karena hari ini 5 perguruan besar yang paling terkenal akan bertanding pedang di puncak Tiang-jin, orang awam tidak ingin mencari masalah, orang yang tidak tahu setelah tiba di sana, akan ada orang yang bersikap sungkan mempersilakan mereka turun gunung kembali.

Dulu hanya 5 perguruan besar yang ikut ajang ini, tapi tahun ini lebih khusus, rapat akbar tahun ini mengijinkan semua orang untuk ikut mengambil bagian, yang pasti rapat akbar ini menjadi ajang terbuka, tapi peserta yang ikut berpartisipasi tetap saja dari kalangan persilatan, ada yang datang untuk melihat keramaian ada yang datang karena plakat dunia persilatan.

Tapi gara-gara kabar ini terlambat menyebar, orang yang ada di tempat jauh tidak sempat datang pada rapat akbar ini, maka yang datang ke tempat itu hanya orang-orang persilatan yang berada di dekat sana, mereka datang tanpa harapan bertarung, tapi hanya sekedar melihat.

Maka hari ini yang datang sangat banyak, rapat akbar akan dimulai pada siang hari, tapi sejak pagi sudah ada orang yang naik gunung.

Ketika kelompok Lim Hud-kiam datang ke Tiang-jin-hong hari hampir siang, saat itu sudah banyak orang yang berkumpul.

Pertarungan pedang dilakukan seperti biasa yaitu dilaksanakan di panggung di Tiang-jin-hong, luasnya sekitar 30-40 meter persegi, dibangun dari kayu yang sangat kuat panggungnya tinggi ada sekitar satu tombak, panggung dibuat dari papan yang sangat kuat.

Di belakang panggung ada sebuah meja panjang dan kursi, itu adalah tempat untuk para ketua dari 5 perguruan besar, karena baru kali ini diikuti oleh orang luar maka ketua dari 5 perguruan bergeser ke tempat lain, dan tempat itu diberikan kepada Ciam Giok-beng dari Kian-kun-kiam-pai.

Ciam Giok-beng, Kie Tiang-lim, Pui Ciauw-jin, Ho Gwat-ji, dan Goan Jit-hong datang dengan jumlah 5 orang, mereka menduduki tempat 5 ketua dari 5 perguruan besar, Kie Pi-sia, Goan Hiong, dan Pui Thian-hoa hanya berdiri di belakang.

5 perguruan besar membuat tenda di sekeliling panggung sebagai tempat untuk beristirahat.

Pesilat pedang yang akan ikut bertanding bersembunyi di dalam tenda, semua berjalan dengan sangat rahasia.

Lim Hud-kiam melihat orang-orang Ceng-seng bergabung dengan Tiang Leng-cu, lembah Lu-bwee dari Thian-san, orang mereka sangat banyak.

Mereka juga membuat tenda, yang lainnya seperti dua bersaudara Hie, Lie Hoan-tay dari Huang- san dan lainnya berkumpul dalam satu renda, karena tahu orang-orang mereka kurang banyak dan kekuatan mereka kurang kuat, maka mereka memutuskan untuk bergabung, kekuatan mereka tidak bisa dipandang sebelah mata.

Kelihatannya orang-orang itu mempunyai keistimewaan, maka orang yang melihat keramaian ini memang sangat banyak, tapi mereka menjauhi tempat itu.

Begitu kelompok Lim Hud-kiam tiba, perhatian orang-orang jadi tertarik, pertama karena mereka terlihat sangat tenang, kedua, juga karena kecantikan Liu Hui-hui yang luar biasa, juga Yu Bwee-nio dan Yu Leng-nio pun yang merupakan gadis-gadis cantik.

Orang pertama yang menyambut kedatangan mereka adalah dua bersaudara Thio, kata Thio Siauw-hun.

"Lim Toako, semua mengkhawatirkanmu tidak akan hadir."

"Apa hubunganyna antara aku datang atau tidak?"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa.

"Sangat besar pengaruhnya, Ciu Giok-hu dan Tiang Leng-cu buru-buru naik gunung, akhirnya mereka tidak mendapatkan apa pun, maka mereka mengira kalau rahasia plakat dunia persilatan pasti ada hubungannya dengan waktu dan menunggu Toako datang untuk membuka teka teki ini,"

Jawab Thio Siauw-hun.

"Apa yang kutahu sudah kuberitahukan, semua orang mencari mengikuti bayangannya sendiri, semua mengandalkan nasib baik, aku belum tentu bisa mengungkapkan teka teki ini."

"Lim Toako, apakah ke sepuluh puisi itu adalah teka-teki yang asli?"

Tanya Thio Siauw-hun sambil tertawa.

"Siapa yang bilang?"

"Ayahku yang mengatakannya, ke sepuluh kalimat puisi itu yang benar mungkin hanya separahnya, mungkin juga semuanya palsu,"

Kata Thio Siauw-hun.

"Pintar, bagian mana yang menurut ayahmu palsu?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Yang pasti puisi dari pihak Tiang Leng-cu, sebab ke lima kalimatnya menunjukkan tempat itu, dan petunjuk dari Lim Toako dari 5 kalimat itu kosong, tidak berarti, maka ayahku mengambil kesimpulan pasti ada yang benar dan terlalu benar, dan yang palsu terlalu palsu, jadi semuanya tidak dapat dipercaya,"

Jawab Thio Siauw-hun.

"Apakah ayahmu curiga aku telah menukar petunjuk rahasia plakat dunia persilatan?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Tidak, kalau pun benar, pasti 5 perguruan itu yang paling tahu, mereka juga akan merasa paling cemas, mereka tidak akan menunggu sampai hari ini, mereka akan mencari Lim Toako untuk menanyakan lebih jelasnya."

"Apa pandangan ayahmu?"

"Sama dengan Lim Toako."

"Apakah pandanganku sama dengan ayahmu?"

"Ketua Bu-tong juga ikut dalam rapat akbar ini, mengapa dia tidak membawa sendiri plakat dunia persilatannya? Palsu ataupun asli, asli ataU palsu membuat banyak plakat palsu, tentu mengandung banyak maksud."

Lim Hud-kiam terpaku, katanya.

"Benar, mengapa tidak ada yang terpikir akan hal ini?"

"Dari awal kami sudah terpikir akan hal ini, tidak mungkin Lim Toako tidak terpikir, ketua Bu-tong sangat misterius, dia tidak bisa di tanya informasinya, yang pasti 40 orang yang dia sebarkan berhasil memecah perhatian orang-orang atas gerak- geriknya, begitu sampai di kota Tai-an, dia dan ketua perguruan lainnya sudah tiba, mereka bergabung hingga menjadi kekuatan yang dahsyat, kami tidak bisa berbuat apa- apa. Saat Lim Toako memecahkan plakat dan mendapatkan puisi, mungkin tahu itu tidak bisa dipercaya maka diumumkan di depan banyak orang."

"Pikiran ayahmu sangat teliti, benar-benar di atas pemikiran orang-orang, hanya saja pemikiran ayahmu ada yang salah, plakat yang Paman Liu dapatkan memang dari Bu-tong-pai, aku belum memecahkannya tapi sudah kuserahkan."

"Lalu dari mana asalnya puisi-puisi Lim Toako?"

"Aku sendiri yang menciptakannya, saat itu bila aku mengatakan, aku tidak pernah melihatnya, apakah akan ada yang percaya? Maka dengan terpaksa aku mencomot puisi- puisi dari buku yang pernah kubaca."

"Tapi mengapa bisa cocok dengen puisi Tiang Leng-cu?"

Lim Hud-kiam tertawa, katanya.

"Dengan susah payah Tiang Leng-cu baru mendapatkan puisi-puisi dari 5 perguruan besar, sebenarnya aku sudah tahu sejak lama, menurut 5 kalimat itu ditambah sedikit dengan maksudku, jadilah 5 puisi itu, tapi aku tidak asal-asalan mengatakannya, menurut ayahmu puisiku kosong dan tidak berarti, itu sangat benar."

Thio Siauw-hun terpaku.

"Tapi kalimat pertama Lim Toako bukan asal bicara, dengan jelas mengatakan Tai-san dan Tiang-jin-hong."

"Ada tulisan pondok dabn cemara, masih ada batu, semua orang tahu itu ada di Tiang-jin-hong, mengenai hal ini aku hanya orang yang melukis naga, aku membantu membuat matanya."

"Kalau bulan 9 tanggal 9, apa maksudnya?"

"Karena tanggal dan bulan 9 ini memang waktu diadakannya rapat akbar ini, tempat dan waktu disatukan, tidak ada yang salah bukan?"

"Mengapa Lim Toako harus melakukan hal ini?"

"Karena Bu-tong-pai membuat jebakan-jebakan untuk mencelakai orang. Kalau tidak dihalangi dan ditentang, kita akan menjadi sasarannya, apalagi aku ingin membuktikan satu hal, menurut Tiang Leng-cu dia sudah mendapatkan rahasia dari 5 perguruan besar, aku ingin tahu apakah dia tahu seperti yang kudengar?"

"Apakah sama?"

"Tidak salah lagi, aku menghabiskan waktu 1 tahun untuk mencari tahu 5 perguruan ini, puisinya memang seperti itu."

"Apakah begitu mudah kau mendapatkannya?"

"5 perguruan itu tidak menganggap puisi-puisi itu sebagai rahasia besar, mereka memang melakukan teknik bagus tapi ada orang yang berusaha ingin mendapatkan rahasia ini, mereka akan membuat lawan tidak menyadarinya, maka Tiang Leng-cu menghabiskan waktu 10 tahun itu benar-benar bodoh!"

"Kalau begitu puisi-puisi itu palsu?"

"Harus ditanyakan kepada 5 perguruan, aku tidak bisa mengatakan apa itu palsu atau tidak."

"Apa maksud dari 5 perguruan besar?"

"Adik kecil, kau bertanya dengan sangat aneh, apa maksud mereka, mana mungkin mereka akan memberitahu kepada kita?"

Thio Siauw-hun berpikir sebentar.

"Kalau begitu, dugaan ayah masuk akal, kita harus hati-hati, jangan sampai tertipu 5 perguruan itu."

"Kata-katamu benar, adik kecil, sebenarnya puisi 5 perguruan adalah milik mereka sendiri, mereka tidak akan memberitahukannya kepada orang lain, tapi semua orang ingin ikut campur, jangan salahkan jika mereka melakukan dengan cara aneh, aku harap adik bisa berpikir-pikir."

"Ayahku sudah membuatkan tempat, apakah Lim Toako sudi ke sana untuk berunding?"

"Aku ingin bertanya kepada ayahmu, tapi aku tidak ingin mencelakai kalian, Bu-tong sudah membuka plakat yang aku berikan kepada mereka secara terang-terangan, mereka bermaksud mencelakaiku, aku akan dijadikan sasaran semua orang, kalau kalian bersamaku, tidak akan ada gunanya."

"Tidak apa-apa, bukankah kita harus saling bantu?"

"Aku sangat berterima kasih atas kebaikan Adik, tapi lebih baik kita berpisah, paling sedikit hari ini bila Adik mau membantuku, lebih baik membantu dari pinggir."

"Tapi rapat akbar belum dimulai, apakah kalian akan terus berdiri di sini?"

"Tidak akan, Bu-tong-pai menginginkan aku dijadikan sasaran panah, mereka pasti akan mengatur tempat untukku kalau benar-benar tidak ada tempat, aku akan kembali lagi kemari!"

Dari jauh terlihat ketua Cia Hui To-jin sedang membawa kebutan datang menghampiri mereka, dia bertanya.

"Budha yang baik, kalian baru tiba, Tuan Lim?"

"Belum terlambat bukan, masih bisa mengikuti rapat akbar ini,"

Jawab Lim Hud-kiam.

"Ketua kami sangat berterima kasih atas pemberian plakat itu dan khusus membuatkan sebuah tenda untuk kalian beristirahat,"

Kata Cia Hui To-jin. Lim Hud-kiam mengedipkan mata ke arah dua bersaudara Thio, mereka dengan cepat mengerti dan berlalu dari sana. Lalu Lim Hud-kiam tertawa, berkata.

"Aku menyesal karena plakat itu tetap tidak banyak membantu."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Wajah Cia Hui To-jin menjadi merah.

"Tidak, tidak, Kie Tayhiap memang membuat plakat yang palsu tapi kalau bukan karena Tuan Lim yang memberikan plakat itu mereka tetap tidak akan bisa lewat, maka mereka dan ketua datang untuk membantu tapi Tuan Lim sangat pintar, Anda bisa dengan selamat melewati semua ini."

Kata-kata ini persis dengan ucapan Goan Hiong, maka Lim Hud-kiam berkata.

"Kalau begitu berarti plakat yang To-tiang belah adalah buatan Kie Tayhiap?"

"Benar, plakat dunia persilatan dimiliki oleh 5 perguruan, aku tidak berani menghancurkannya, kalau hari ini plakat asli tidak dikeluarkan, perguruan kami akan sulit berbicara."

"Aku tidak berani mengatakan kalau aku telah berjasa, tapi aku mendapatkannya pun dengan cara yang sulit,"

Kata Lim Hud-kiam.

"Kami semua orang Bu-tong-pai sangat menghormati Tuan Lim dan juga kagum kepada Anda."

Lim Hud-kiam tidak menanggapinya, tapi Yu Liong sudah tidak tahan, dia berkata.

"Kalian benar-benar sangat pintar bicara, tapi selalu melakukan perbuatan yang tidak betul, aku benar-benar merasa malu kalau menjadi kalian."

"Apa maksud Tuan Yu?"

Lim Hud-kiam tidak mau membuat keruwetan, dia tertawa dan berkata.

"Yu Toako menganggap supaya bisa selamat melewati rintangan, To-tiang selalu membuat yang palsu dan selalu mendorong masalah kepada kami, maka dia jadi marah."

"Kalau Tuan Yu marah, aku tidak bisa bicara apa pun, hanya bisa merasa menyesal, tapi cara ini diajarkan oleh ketua Kian-kun-kiam-pai, mereka percaya kalau Tuan Lim sanggup mengatasi semua ini, maka kami baru setuju, apalagi setelah itu kami tetap melindungi kalian sepanjang jalan!"

"Apakah kalian takut kalau kami akan melarikan diri?"

Tanya Yu Liong. Wajah Cia Hui To-jin mulai terlihat marah, tapi Ciam Giok- beng yang berada di atas panggung menggeleng-gelengkan kepala kepadanya, akhirnya Cia Hui To-jin memberi hormat dan berkata.

"Kalau kalian mau marah, nanti aku akan datang meminta maaf, rapat akan segera dimulai, silakan kalian beristirahat dulu!"

Dia membalikkan tubuh dan berjalan membawa kelompok Lim Hud-kiam ke sebuah tenda, setelah itu baru meninggalkan mereka.

Murid-murid Bu-tong datang mengantarkan air dan makanan kecil, mereka benar-benar rajin.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang, di depan Ciam Giok-beng ada sebuah simbal terbuat dari giok, dia mengangkat pemukul kayu dan memukul simbal itu 9 kali.

Suara simbal segera menutupi suara yang ribut, Ciam Giok- beng berdiri, dengan suara lantang dan gagah dia berkata.

"Rapat akbar akan dimulai, sekarang adalah rapat akbar dari 5 perguruan, mereka adalah Bu-tong, Siauw-lim, Kun-lun, Go-bi, dan Hoa-san, tapi kami sudah memperluas peserta, semua kalangan persilatan sekarang berhak ikut serta, aku kira ini akan menjadi ajang yang ramai, aku diundang oleh ketua- ketua 5 perguruan menjadi wasit, tapi aku hanya mempunyai ilmu silat yang tidak seberapa, jadi kalian boleh memilih beberapa pesilat tangguh untuk mendampingiku."

Lie Hoan-tay segera berkata.

"Ciam Tayhiap, memang banyak pesilat tangguh yang datang tapi tidak ada yang seperti anda, mereka ingin ikut mengambil bagian, dan ingin ikut bertarung ini untuk memperebutkan posisi sebagai Raja Pedang, mereka tidak akan mau menanggung jabatann seperti itu, biar Ciam Tayhiap saja yang memegang tugas ini."

"Benar, Ciam Tayhiap yang paling cocok kecuali Kian-kun- kiam-pai bermaksud ikut mengambil bagian, baru diganti orang lain!"

Teriak Ciu Giok-hu.

"Perguruan kami tidak akan ikut serta, baiklah, tapi taku takut tidak bisa melaksankan tugas dengan baik!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Semua peserta adalah pesilat tangguh, kalah atau menang sepertinya sekali melihat sudah ketahuan, maka bila wasitnya hanya ada satu orang itu sudah cukup,"

Kata Ciu Giok-hu.

"Kalau begitu, baiklah aku sendiri yang akan menjadi wasitnya, sekarang akan kami umumkan aturan aturan pertarungan, peserta harus menang berturut-turut 3 kali baru bisa dianggap ikut serta, setelah itu baru masuk ke tahap pertarungan, dalam pertarungan hanya ada satu ronde untuk menentukan kemenangan, dengan cara seperti itu menyisihkan peserta lain sampai tersisa satu orang, baru dia akan menjadi Raja Pedang, bagaimana pendapat kalian? Harap bisa memberi saran."

Dari tempat jauh ada seorang laki-laki dengan wajah penuh cambang dia berkata.

"Itu tidak adil, aku datang sendirian dengan cara Tuan itu hanya cocok untuk orang yang datang satu perguruan, bagiku itu sangat merugikan."

Ciam Giok-beng berkata.

"Saran sobat memang benar, tapi Raja Pedang hanya akan disandang oleh satu orang, walaupun dari suatu perguruan semua orang bisa bertarung, dia tetap harus mengikuti babak penyisihan sampai tingkat terakhir, dan akan tersisa satu orang, kalau Tuan dengan teliti berpikir cara ini sangat adil, menyisihkan semua orang dan mendapatkan kesempatan yang sama, sampai waktu beristirahat pun sama."

Laki-laki itu duduk kembali.

"Aturan sudah diumumkan, sekarang aku akan mengumumkan hal yang kecil-kecil,"

Kata Ciam Giok-beng.

"Bertarung pedang sama juga bertanding silat mengapa banyak masalah kecil-kecil?"

Tanya Ciu Giok-hu.

"Sebelumnya harus diterangkan dengan jelas, supaya setelah bertarung tidak akan menjadi ribut, aturan kecil ini sangat sederhana, simbalku ini yang akan menjadi patokannya, bila kupukul berarti pertarungan di mulai dan bila dipukul lagi berarti pertandingan harus dihentikan!"


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Pendekar Rajawali Sakti 198 Iblis Dendam Asmara Karya Okt

Cari Blog Ini