Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 19
"Apakah kedua peta ini ada benarnya?"
"Tidak, kedua-duanya tidak benar, tapi dari sini terlukis gunung dengan 3 jalan, membuang dua jalan yang palsu, jalan yang tersisa adalah jalan yang sebenarnya, sisa jalan ini bisa melewati Lu-san, maka lembah pedang pasti berada di sana."
Goan Hiong sulit percaya dan bertanya.
"Dari mana Toako bisa tahu?"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Dari arah Wong Han-bwee mundur, kita ambil kesimpulan gunung di mana mereka menyeberang tidak ada jalan lain, hanya bisa sampai di kabupaten Bo-san, kemudian ke Lu-san, jalan ini yang paling rahasia."
Goan Hiong memang kagum tapi dia tidak terima begitu saja, dengan sengaja dia berkata.
"Mungkin kedua peta ini salah satunya ada yang benar, dia sengaja memberitahu kalau kedua-duanya adalah palsu."
"Mungkin juga, maka aku menggambarnya di kulit pohon, kemudian melepaskan dia, kalau salah satunya adalah gambar yang benar, dia akan takut kelak dia akan diadukan, maka dia buru-buru mencari cara untuk mati, tapi karena dia bisa pergi dengan tenang, hal ini membuktikan kalau gambar ini tidak akan mengancamnya, maka jalan yang tersisa adalah yang benar, dia tidak membocorkan rahasia, tapi akhirnya bocor juga."
"Lim Toako, kau sungguh teliti, selain berilmu tinggi, bisa menebak masalah dengan tepat, maka tidak ada kata lain untuk memuji Toako lagi, hanya saja aku heran, mengapa kau tidak pernah mau melepaskan kami?"
"Maksudmu mengenai perusahaan perjalanan Su-hai?"
"Benar, dari rapat akbar pedang ini aku lihat Lim Toako adalah orang yang membela keadilan, kami membuka perusahaan perjalanan tujuannya bukan untuk mencari keuntungan dan tidak bertentangan dengan tujuan Lim Toako, mengapa Lim Toako selalu tidak mendukung kami?"
"Pertanyaan ini untuk sementara aku tidak bisa menjawabnya, tapi begitu semua sudah jelas, tidak perlu aku yang memberitahu kalian pasti akan mengerti sendiri, kelak kita tidak akan sering bertentangan lagi, sudahlah, masalah ini kita taruh dulu, sekarang kita pergi ke Lu-san."
"Dimana guruku dan Liu Cianpwee?"
"Biar mereka mencari jalan sendiri di gunung ini begitu mereka mendapatkan jalan keluar dari gunung ini kita sudah sampai di Lembah Raja Pedang."
"Apakah Lim Toako yakin jalan ke Lembah Raja Pedang berada di Lu-san?"
"Aku tidak yakin, hasil penelitianku bisa saja salah, kita cari akal lain, syukur-syukur setengah bulan ini kita bisa tahu keberadaan Lembah Raja Pedang, kalau tidak menemukannya kita pun tidak akan rugi, karena selama setengah bulan ini kita memang tidak mempunyai kegiatan apa pun, lebih baik mencari peluang dari pada duduk menunggu."
"Seharusnya Lim Toako ikut dengan Wong Han-bwee."
"Tidak, bila aku ikut mereka, aku akan dikuasai mereka, kalau kita mencari sendiri kesana, selain memberikan kejutan kepada mereka, kita juga bisa menemtukan semua ini sendiri."
"Bila laki-laki itu pulang dan memberitahu kepada orang- orang di sana, mereka akan bersiap-siap menunggu kedatangan kita bukan?"
"Dari ketatnya penjagaan Lembah Raja Pedang, lelaki itu bila sudah sampai di sana, dia tidak akan memberitahu orang- orang itu, karena dia telah kita kuasai, bila rahasia ini sampai bocor, dia yang akan mendapat hukuman berat, kalau peta yang digambarnya adalah palsu, dia tidak akan khawatir sama sekali, dan kita bisa ke sana."
"Orang-orang Lembah Raja Pedang ada yang pintar, paling sedikit mereka tahu kalau kita akan kesana dan mereka akan menambah kekuatan."
"Kekhawatiran Goan-heng memang beralasan, kedua peta ini dia lukis dengan terburu-buru jadi banyak kekurangannya sampai-sampai dia sendiri pun tidak ingat walaupun dia bisa ingat orang-orang Lembah Raja Pedang sudah tahu kita akan ke sana."
Goan Hiong terdiam, setelah bersiap-siap mereka segera berangkat.
Goan Hiong belum pernah menempuh jalan ini sedangkan Lim Hud-kiam terlihat hafal dengan jalannya, jalan yang ditempuhnya sama sekali bukan jalan, kadang naik gunung, kadang masuk hutan, setelah lama berjalan mereka tidak pernah bertemu dengan seorang pun, makanan yang disiapkan Lim Hud-kiam sangat banyak cukup untuk dua orang, hanya saja perjalanan sangat jauh sehingga membuat mereka lelah.
"Lim Toako, apakah jalan ini adalah jalan pintas?"
"Bukan tapi sedikit jauh, bisa mengalihkan perhatian orang tapi bila dibandingkan dengan perjalanan orang yang kita lepas tadi kita akan sampai terlebih dulu, maka bila dia melaporkan, kita malah yang sudah sampai terlebih dulu."
"Tapi apakah jalan ini adalah jalan yang benar? Kalau salah perjalanan kita akan semakin jauh dan orang-orang Lembah Raja Pedang akan menertawakan kita, itu hal yang paling merugikan."
"Apa maksud Goan-heng?"
"Semenjak Kie Susiok mengadakan pesta ulang tahun hingga di rumah makan bertengkar dengan Couw Suheng, kau sudah membuat banyak hal penting, jadi nama Toako sangat terkenal, bila sampai dipermainkan oleh seorang dari Lembah Raja Pedang bukankah itu akan sangat memalukan?"
"Aku harap kita bisa menemukan Lembah Raja Pedang, aku hanya ingin menghindarkan bencana besar di dunia persilatan, maka kalau kita tidak menemukan lembah ini akan membuat kita rugi, mengenai namaku yang tercoreng aku tidak peduli."
Wajah Goan Hiong menjadi merah.
"Aku hanya main-main!"
"Aku tahu kau hanya main-main, jadi aku tidak menaruh di hati, tapi Gurauanmu membuatku berat."
"Apa yang membuat Toako merasa berat?"
"Aku sungguh-sungguh ingin bekerja sama dengan-mu, tapi sepertinya hati Goan-heng tidak terbuka bagiku!"
"Tidak, sama sekali tidak!"
"Aku tahu hatimu tidak tapi kau selalu menginginkan aku mengalami kegagalan sekali, Goan-heng, aku sudah menganggapmu teman baikku, maka aku terbuka terhadap masalah ini, coba kau pikir, apakah benar kau seperti itu?"
Goan Hiong berpikir lama baru menjawab.
"Lim Toako, aku sendiri tidak mengerti apa alasannya, di dalam hatiku memang ada pikiran seperti itu, aku tahu kalau ini adalah pikiran keji, tapi bukan karena hal itu aku akan melakukan hal yang tidak menguntungkan Lim Toako."
Lim Hud-kiam berkata.
"Ini adalah sifat manusia, aku kira tidak ada pikiran keji, aku adalah orang yang mengalami hal seperti itu, sewaktu aku di Ceng-seng aku sudah kenyang dihina oleh Ciu Pek-ho, kadang-kadang aku sangat ingin membunuhnya, hati yang cemburu memang bukan hal yang baik tapi hati seperti ini bisa membuat orang ingin maju, jadi aku sekarang sudah tidak membenci Ciu Pek-ho lagi, malah berterima kasih kepadanya, jadi hati seperti Goan-heng sangat biasa dan wajar, asalkan digunakan dengan baik, dengan cara lurus mengisi dan berlatih diri."
Goan Hiong merasa malu dan berkata.
"Terima kasih atas nasihat Lim Toako, karena Lim Toako selalu berhasil dan kelakuan Lim Toako dulu kepada perguruan kami, bila Lim Toako berhasil sekali perguruan kami gagal sekali, jadi tidak terasa di dalam hati terbit perasaan tidak suka kepada Lim Toako."
"Aku kira hal yag paling penting adalah karena Sucimu yang bernama Kie Pi-sia."
Wajah Goan Hiong menjadi merah lagi, dia menghela nafas.
"Lim Toako telah mengemukakan masalah ini maka aku tidak akan membantahnya, Kie Suci membencimu kelakuannya sangat aneh, dia membencimu tapi dia juga perhatian kepadamu, menurutnya dia membencimu tapi kami yang melihat dari samping, semua itu karena dia cinta maka dia jadi membencimu."
"Hati seorang perempuan memang aneh, aku tidak akan menjelaskan apa pun kepadamu, yang harus Goan-heng ketahui kita tidak akan menjadi musuh cinta."
"Bila benar kita akan menjadi musuh cinta, tidak masalah untukku, bila Lim Toako mencintainya aku akan memutuskan harapanku kepadanya, tapi aku tahu Lim Toako sama sekali tidak mempunyai perasaan apa pun kepadanya, apalagi ilmu silat Nona Liu dan kecantikannya berada di atas Kie Suci, sebenarnya dia harus tahu dan mundur tapi dia masih saja bertahan sampai sekarang."
Lim Hud-kiam tertawa sambil menepuk pundaknya dan berkata.
"Nona Kie sudah terbiasa punya sifat semaunya, tapi mengenai cinta dia sama sekali tidak punya pengalaman jadi Goan-heng jangan kecewa, setelah dia agak dewasa, dia akan tahu siapa yang harus dia cintai!"
Dengan sedih Goan Hiong berkata.
"Aku takut selamanya dia tidak akan dewasa-dewasa."
"Tidak, tidak akan, aku beri contoh pengalamanku pada Goan-heng, menurutmu seperti apa hubunganku dengan Hui- hui?"
"Tidak perlu disangsikan lagi kalian adalah sepasang kekasih yang sangat serasi, Nona Liu sangat mencintai Lim Toako, hingga membuat orang merasa iri melihatnya."
"Yang kutanyakan mengenai perasaanku kepada Hui-hui."
"Demi dia Lim Toako takut mendengar lirik yang ada di dalam lagu itu, perasaan Lim Toako kepadanya tidak ada seorang pun yang bisa menyaingi-nya."
"Tidak, kau salah mengerti, itu hanya kelakuanku yang kurang dewasa, aku harus bicara jujur, aku lebih menyayangi Bwee-nio dan Leng-nio."
"Hui-hui memang sangat mencintaiku, tapi cintanya bersyarat, dia memasang target terlebih dulu, kemudian dia ingin aku mencapai target ini, boleh dikatakan dia hanya mencintai seorang idola bukan seorang Lim Hud-kiam, tapi dua bersaudara Yu mencintaiku tanpa syarat."
"Tapi demi dirimu Nona Liu kabur dari Ceng-seng, kemudian jauh-jauh datang ke Kim-leng mencarimu, bagaimana kau menjelaskan masalah ini?"
Lim Hud-kiam menghela nafas.
"Syarat menjadi idola sangat banyak, bukan hanya mengandalkan ilmu silat saja, begitu melihat syarat dari Ciu Pek-ho lebih rendah dariku, dia kembali mencariku, kalau masih ada orang yang lebih cocok dariku...."
"Aku tidak setuju dengan pendapatmu, kau terlalu menyudutkan Nona Liu!"
"Perasaan ini sangat aneh, aku tidak memaksa Goan-heng untuk setuju, tapi aku punya ide, Goan-heng bisa menjadi contoh, mencintai satu orang, dia mencintaimu lebih berharga daripada mencintai satu orang yang hanya kau cintai."
"Maksud Lim Toako, aku harus melepaskan cintaku kepada Kie Suci?"
"Tidak, aku tidak bermaksud seperti itu, hanya memberikan sebuah strategi untukmu, manusia sering kali tidak peduli dan mengejar hal yang tidak mungkin dia peroleh, begitu yang dia dapatkan hilang, dia baru sadar yang dia dapatkan lebih berharga dari yang tidak dapat dia peroleh, kalau Goan-heng ingin mendapatkan Nona Kie, kau harus mengganti caranya."
"Dengan cara apa?"
"Aku akan memberikan Hui-hui kepadamu, kau harus berusaha mengejarnya."
"Jangan bercanda, itu tidak mungkin!"
"Aku tidak bergurau, aku akan memberitahu Hui-hui dulu lalu menyuruhnya mencari kehangatan kepadamu, dengan begitu Nona Kie akan datang dan berbalik mengejarmu!"
"Aku tidak, berani, sebab sifat Kie Suci sangat keras, mungkin kami benar-benar bisa bubar."
"Tidak akan, aku ingin membantumu, aku yang akan mengejar Nona Kie."
"Apa? Kau?"
"Tenanglah, aku tidak akan serius kepadanya, lebih-lebih tidak akan merebut orang yang kau cintai, ini hanya perjanjian antar lelaki."
"Aku percaya kepada Lim Toako, tapi aku tidak percaya kepada Kie Suci, bila dia serius kepadamu kusutnya benang ini akan lebih sulit dibuka."
"Tidak akan, taktik yang bagus muncul dari hati, aku mempunyai cara supaya dia sendiri yang akan melepaskanku, menurut pengalamanku akan ada hasilnya, Nona Kie dan Hui- hui adalah jenis perempuan satu tipe, perasaan mereka bersyarat begitu melihat kejelekanku lebih banyak dari kebaikanku, otomatis Nona Kie akan kembali ke pangkuanmu!"
Goan Hiong berpikir sebentar.
"Tidak, aku tidak setuju, aku sangat serius dengan perasaanku, ini bukan main-main."
"Ini bukan main-main, hanya akan membuat dia mengerti."
"Tapi aku tetap tidak setuju, kalau Lim Toako menyukai Kie Suci, kau berhak mengejarnya kalau tidak, jangan permainkan dia!"
"Goan-heng benar-benar orang suci dalam hal cinta, kau begitu setia, aku tidak bisa berkata apa-apa, masalah ini tidak perlu kita bicarakan lagi, mari kita pergi ke Lu-san melewati hutan ini, ini adalah jalan ke Lu-san, kita harus lebih berhati- hati."
Dia memberi tanda di tanah dan terus berjalan lurus, tiba- tiba ada yang memanggil.
"Suamiku, tunggu sebentar, kita jalan bersama-sama."
Ooo)*dw*(ooO Si Pedang Tumpul
Jilid KE LIMA Karya . Tong Hong Giok Terjemahan . Liang Y L Edisi Ke 1 . January 2009 Kiriman . Lavilla (trims yeee) Edit & Ebook . Dewi KZ
http.//kangzusi.com/
http.//dewi-kz.info/
http.//kang-zusi.info
http.//cerita-silat.co.cc/ BAB 28 Di jalan terpencil mencari si pembunuh Kemudian terdengar sebuah suara.
"Keluarlah, Nona Kie, ada seorang lelaki yang begitu mencintaimu, kau pantas merasa puas."
Goan Hiong menoleh dengan terkejut, pertama-tama yang keluar adalah Yu Bwee-nio, disusul Liu Hui-hui, lalu dia menarik Kie Pi-sia keluar. Lim Hud-kiam berhenti melangkah.
"Aku memberi tanda untuk memberitahukan kalian, kalian ikut sampai di sini, lalu kalian keluar untuk apa?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Nona Kie yang ingin keluar,"
Jawab Liu Hui-hui sambil tertawa.
"Mulutmu diam hatimu juga sama kan?"
Lim Hud-kiam tertawa. Goan Hiong terkejut.
"Apakah kalian terus berada di belakang kami?"
"Aku yang ingin mereka ikut dari belakang, karena aku harus memberitahu apakah orang-orang lembah raja pedang membuntuti kita,"
Lim Hud-kiam menjawab sambil tertawa. Liu Hui-hui tertawa, katanya.
"Hud-kiam, caramu benar- benar bagus, jalannya pun tidak salah, orang-orang lembah raja pedang sangat tegang, mereka menyuruh orang ke depan untuk memberi kabar tapi semua sudah dibereskan."
"Apakah tidak ada yang tertinggal?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Tidak ada orang yang menggambar peta pun sudah dibereskan oleh Bwee-nio dengan senjata rahasia, jumlah mereka ada 4 orang, semua sudah dikubur di dalam hutan."
"Kalian masih sempat membunuh?"
Lim Hud-kiam menghela nafas.
"Tidak ada cara lain, kami tidak mempunyai teknik sepertimu selain membunuh, kalau tidak, tidak ada cara lain menghalangi mereka,"
Kata Liu Hui-hui. Kie Pi-sia sekarang sudah melepaskan semua rasa bencinya, dia berkata.
"Lim Toako, taktikmu sangat bagus, menangkap tonggeret, burung berada di belakang, salah satu orang lembah raja pedang kalian berhasil menaklukkannya, sedangkan tiga orang lagi mengira kata-kata Lim Toako benar kalau hanya kalian berdua yang akan pergi ke sana maka mereka dengan tenang mengejar, akhirnya mereka jatuh ke tangan kami."
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Nona Kie, aku sengaja berkata seperti itu, harap kau jangan marah, aku tidak bermaksud menyudutkan-mu, hanya ingin kau mengerti bagaimana perasaan Goan-heng yang begitu dalam dan hormat kepadamu."
Kie Pi-sia melototi Goan Hiong, wajahnya menjadi merah dan dia menundukkan kepala.
"Hud-kiam, aku tahu kau sengaja membuat kami bisa mendengar percakapan kalian, tapi hatiku menjadi dingin ternyata kau mempunyai pandangan seperti itu terhadapku,"
Kata Liu Hui-hui.
"Hu-hui, bila kau marah karena kata-kata ini, kau benar- benar meremehkan dirimu sendiri, kalau benar aku orang seperti itu, apakah kau masih pantas menyayangiku?"
Liu Hui-hui tertawa, dia memang sedang bergurau tapi Yu Bwee-nio dengan serius berkata.
"Siangkong, aku menganggap tindakanmu terlalu berbahaya."
"Berbahaya apa? Aku percaya kepada Hui-hui, kalau dia karena hal ini menjadi suka kepada Goan-heng, aku tidak akan menyalahkannya karena aku merasa Goan-heng lebih setia dalam hal cinta dibandingkan denganku, seorang perempuan bila bisa mendapatkan lelaki seperti itu, dia akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini."
"Kalau Goan Toako demi mendapatkan Nona kie percaya pada kata-katamu, bagaimana? Bukankah akan membuat Nona Kie sakit hati?"
Tanya Liu Hui-hui. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Bila Goan-heng setuju dengan caraku, mungkin Nona Kie yang sedih, tapi dia akan berterima kasih kepadaku karena aku sudah membantunya membereskan lelaki yang tidak becus!"
Dari sikap Kie Pi-sia, Goan Hiong mengetahui sedalam apa cintanya setelah mendapat balasan, dia merasa senang, dengan wajah berseri-seri dia berkata.
"Untung aku bukan lelaki tidak becus, kalau tidak aku akan kesulitan, Lim Toako benar-benar lelaki yang baik, pantas dia mendapatkan banyak hati perempuan, apakah hatinya selalu begitu?"
Kie Pi-sia melihatnya.
"Jangan sembarangan bicara, cici Liu adalah gadis cantik, apakah kau takut akan benar-benar jatuh cinta kepadanya lalu membuangnya?"
Goan Hiong tahu kalau Kie Pi-sia sedang bergurau, maka dia hanya tertawa tidak menjawab. Dengan serius Lim Hud-kiam berkata.
"Kalian berdua jangan merasa tidak puas, aku adalah orang yang selalu malang melintang dalam hal cinta, aku sangat tahu pahitnya cinta apalagi Nona Kie tidak merasakan perasaan cinta Goan- heng yang begitu dalam kepadamu. Maka itu dengan siasat ini aku membuat kalian berdua saling mengerti, bersamaan dengan berlalunya waktu mungkin bisa menghilangkan kesalah pahaman yang terjadi di antara kita, kalau kita bisa bekerja sama dengan baik baru bisa menghadapi orang-orang lembah raja pedang, akhirnya kita tahu nama Wong Jong- ceng, berarti raja pedang itu ada bukan dibuat-buat, keberadaaan Wong Jong-ceng merupakan ancaman kepada dunia persilatan, bila orang itu tidak disingkirkan, cinta yang ada di antara kita tidak akan tenang, demi kebahagiaan masa depan, kita harus menghancurkan perguruan ini."
Mereka serius mendengarkannya, kata Goan Hiong.
"Lim Toako, aku dan Kie Suci bukan orang yang senang ketinggalan, tapi bila dibandingkan denganmu dari sudut mana pun kami mengaku kalah, karena itu kau harus menjadi pemimpin kami, apa pun rencana yang kau buat akan kami setuju."
"Aku setuju dengan kata-kata Goan Sute tapi hanya ada satu hal yang kami tidak setuju, yaitu mengenai perusahaan perjalanan yang harus ditutup, yang lainnya kami akan menuruti permintaanmu!"
Kata Kie Pi-sia. Kata Lim Hud-kiam.
"Mengenai perusahaan perjalanan, bukan aku secara pribadi ingin menyusahkan kalian, setelah membereskan masalah lembah raja pedang, kalian akan mengerti, jadi kita berangkat saja, aku tidak berani mengatakan kalau aku lebih pintar dari kalian, kalian tetap harus banyak mencari tahu, tanpa sungkan lagi aku menerima pendapat ini, rencanaku tadinya hanya dengan kekuatan 2 orang menyerang ke sana, sekarang lebih dari 3 orang, maka rencanaku harus dirobah kembali."
"Bagaimana merobahnya?"
Tanya Goan Hiong.
"Sekarang kita bergerak setengah terbuka, setengah tidak, bagian yang tertutup aku dan Goan-heng yang melakukannya, sedangkan kalian bertiga bergerak secara terang-terangan, dari sini keluar adalah arah ke Lu-san, orang-orang lembah raja pedang pasti sangat banyak, pasti ada ciri-ciri yang bisa kita dapatkan, kalian bertiga berjalanlah di depan secara terang-terangan, bila ada yang menyerang, lebih baik...."
"Aku tahu, jangan sampai melukai orang,"
Lanjut Liu Hui- hui. Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Benar, bukan karena aku berbaik hati tapi membunuh orang tidak baik dan tidak berguna, orang perguruan lembah raja pedang sangat kejam, tidak semua orang bisa bertahan, bila kita membunuh mereka jadi tidak bisa memilih dan berusaha melawan, bila kita berbaik hati mungkin akan sedikit membantu, orang yang berbaik hati selalu banyak yang membantu, pepatah ini tidak akan salah!"
"Kami bukan orang yang senang membunuh, Lim Toako tidak perlu merasa khawatir, apakah ada petunjuk lain dari Lim Toako?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Kalian bertiga dibagi menjadi 2 kelompok lagi, Bwee-nio sering menyerang secara mendadak, maka dia bisa bertanggung jawab melindungi kalian berdua dari tempat tersembunyi, Hui-hui saat di Ceng-seng pernah belajar bertahan dari Ciu Giok-hu dan putranya adalah orang yang sering memasang jebakan, aku kira orang lembah raja pedang pun pasti seperti itu, dengan contoh di Ceng-seng aku percaya kalian bisa melewatinya dengan lancar."
"Bila sudah menemukan lembah raja pedang, apa yang akan kita lakukan?"
Tanya Liu Hui-hui.
"Jangan tunggu kami, kalian maju dulu sampai bertemu dengan Wong Jong-ceng, kami akan bergerak dengan cepat, maka yang akan maju dulu adalah kalian bertiga."
Setelah membagi tugas, ketiga orang perempuan itu segera berjalan setelah lewat seperminuman teh, Lim Hud-kiam dan Goan Hiong pun segera pergi.
Untuk menutupi perhatian orang, dari dalam tas yang dibawanya Lim Hud-kiam mengeluarkan dua helai jubah berwarna kuning tanah, jubah itu terbuat dari kain sutra, jadi jubah itu sangat ringan, di atas jubah banyak lubang kancing dan kancingnya.
Dia mengambil ranting-ranting dan dedaunan, dan menancapkannya di lubang kancing, dengan begitu orang sulit melihat jelas bila jubah dipakai di semak-semak yang tumbuh di gunung.
"Baju Lim Toako ini benar-benar berguna!"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Kedua jubah ini milik Bwee-nio, bagian luar dipakai siang hari karena berwarna coklat tanah, sedangkan bagian dalam dipakai waktu malam hari karena berwarna hitam, katanya ide ini dari Lantiang- siang-sat, aku menganggap ini adalah penemuan yang bagus!"
"Benar, sangat bagus dan berguna, Lim Toako bisa memiliki begitu banyak pengetahuan, ternyata telah mengumpulkan kepintaran dari banyak orang, pantas selalu berhasil."
"Kepintaran seseorang sangat terbatas, yang bisa membuat maju bukan aku sendiri yang bekerja, harus mengambil juga kelebihan orang lain... ayo kita berangkat sekarang."
Untuk menyesuaikan jubah mereka, maka mereka selalu memilih berjalan melalui semak-semak, di dalam semak mereka berusaha bergerak dengan pelan, setiap langkah dipilih baru berjalan.
Semua ini mengandalkan tenaga dalam dan ilmu meringankan tubuh, Goan Hiong pun sudah banyak belajar dari Pui Ciauw-jin tentang teknik akrobat maka langkahnya cukup mantap, dia bisa mengikuti Lim Hud-kiam, kadang- kadang sekali meloncat harus 20 kaki jauhnya, dan mendarat di tempat yang hanya bisa ditumpu dengan satu kaki, kadang- kadang hanya satu tangan, menggantung di akar pohon yang tersembul dari bebatuan.
Cara berjalan seperti itu pasti tidak bisa bisa cepat, tapi juga tidak lambat, karena mereka berjalan melalui jalan pintas dan lurus, mereka tidak berjalan berputar-putar.
Setelah 1 jam berjalan mereka sudah tiba di perut gunung, mereka juga bisa melihat Liu Hui-hui dan Kie Pi-sia yang sedang berjalan cepat.
Dari keadaan mereka berjalan dan pedang yang tergenggam di tangan, sepertinya mereka telah bertarung, hal ini membuktikan tempat yang mereka cari sudah tepat lokasinya.
Lu-san hanyalah sebuah puncak di pegunungan Ib-san, tidak begitu tinggi hanya sekitar 2.000 kaki lebih, tapi karena gunung di sana sambung menyambung maka perut gunung sangat luas.
Goan Hiong terus mengikuti Lim Hud-kiam, sebenarnya dia sudah merasa lelah tapi karena Lim Hud-kiam tidak beristirahat, maka dia pun malu untuk meminta istirahat dulu, terakhir karena tidak kuat lagi maka dia baru berkata.
"Lim Toako, apa kita bisa beristirahat sebentar?"
"Tidak, kita harus mengejar waktu."
"Aku bukan malas, tapi kehabisan tenaga."
"Lelah datang dari perasaan di dalam hati, seseorang saat menganggap dirinya tidak kuat lagi sebenarnya dia baru menghabiskan tenaga 1/3 nya, kalau benar-benar tidak kuat bicara pun sudah tidak sanggup, ada suatu kali ketika aku sedang menyelesaikan suatu masalah, dalam waktu satu malam aku harus berjalan 200 li, baru berjalan 100 li lebih aku mulai terengah-engah, tapi hal ini tidak bisa ditunda, akhirnya aku memaksakan diri dan aku sanggup berjalan sampai di tempat tujuan, maka jangan merasakan tubuh untuk mempertimbangkan kekuatan tubuh,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Berusaha berjalan sekuat tenaga pasti bisa, apakah itu perlu? Kita sudah membuktikan kalau lembah raja pedang ada di gunung ini tapi kita tidak tahu tepatnya berada di mana, mengapa tidak melihat dulu dengan tenang, lalu menentukan rencana selanjutnya?"
Tanya Goan Hiong. Lim Hud-kiam tertawa sambil menunjuk Liu Hui-hui dan Kie Pi-sia, lalu berkata.
"Lihatlah, mereka berjalan lebih dulu, memang arahnya berbeda dengan kita tapi kita tetap se arah, dan aku pun tidak kontak dengan Hui-hui tapi mengapa kita bisa berjalan di jalan yang sama?"
Goan Hiong terpaku.
"Aku tidak terpikir hal ini, apakah Lim Toako sudah berjanji dengan Nona Liu?"
"Aku selalu bicara dengan Hui-hui di depan Goan-heng, mana mungkin kami berjanji terlebih dulu? Apalagi tempat ini tempat pertama kali kita datang, maka lebih-lebih kita tidak tahu jalan."
"Tapi mengapa kita bisa se arah?"
"Karena arah kita sudah benar, dulu aku pernah mengatakan Ciu Giok-hu mengenai barisan, orang yang keluar dari Ceng-seng kemana pun dia pergi tidak akan salah jalan."
"Apakah jalan yang kita tempuh tadi ada tandanya?"
"Ada, tanda itu berobah-robah tapi tetap dalam inti barisan Wong Jong-ceng, dia harus banyak belajar kepada Ciu Giok-hu sebab barisan ini kehebatannya hanya separuh dari yang di Ceng-seng, jadi aku bisa melihat jalan, begitu juga Hui-hui."
"Mengapa aku tidak melihat tandanya?"
"Kalau tanda dipasang secara terang-terangan, semua orang bisa melihatnya, semua tanda dibuat dari benda yang ada di sekitarnya, jadi tidak akan menarik perhatian orang, kadang seperti ada pohon yang ditebang, kadang ada setumpuk tanah, orang yang tahu kode-kode ini akan tahu cara mencari jalan yang benar, cara seperti ini lebih rahasia dibandingkan menyuruh orang berjaga."
Goan Hiong terpaku, katanya.
"Apakah dengan adanya tanda-tanda ini, jadi tidak perlu dijaga?"
"Benar, lembah raja pedang ingin menjaga rahasia, maka dia tidak ingin orang lain memperhatikan keberadaan mereka, maka di jalan-jalan mereka memasang jebakan supaya orang- orang tidak bisa maju, cara yang paling bagus adalah menggunakan keadaan alam di sekitarnya untuk menyusun barisan, atau membuat semacam kolam supaya orang yang akan menyerang kehilangan arah, lembah raja pedang menggunakan cara ini."
"Tapi tetap tidak bisa menghalangi Lim Toako."
"Orang yang mengerti barisan tidak banyak, Wong Jong- ceng tidak menyangka masih ada orang yang mengerti mengenai barisan ini maka dia tidak waspada."
Mereka berdua berjalan lagi akhirnya mereka merangkak naik ke sebuah jurang dan dari jurang itu melihat ke bawah ada sebuah desa yang tertutup oleh kabut dan awan. Dengan senang Goan Hiong berkata.
"Itu pasti Lembah raja pedang."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lim Hud-kiam melihat sebentar lalu berkata.
"Benar, orang itu berbakat, dari luar bangunannya tidak seperti Ceng-seng tapi di dalamnya sangat ketat, tempat yang dipilihnya pun sangat tepat, kecuali beberapa orang yang bisa tahu yang lainnya mungkin akan sulit menemukannya."
"Apakah kita akan turun sekarang?"
"Sekarang juga, karena di bawah pasti ada penjaga, kita harus turun melalui jurang, ini pun masih sulit menghindari perhatian mereka, bila mereka mengetahui kita datang, maka semua akan sia-sia. Tujuan kita adalah diam-diam mendapatkan kabar tentang mereka."
"Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Obat bius yang Goan-heng pelajari dari ketua Tiang-kang- cui-cai, Biauw-eng, katanya sudah dijadikan senjata rahasia, bisa membuat orang tanpa sadar kehilangan tenaga untuk bergerak."
"Aku mencuri barang itu dari putrinya Biauw-eng, walaupun Paman Pui sudah menelitinya cukup lama tapi tetap belum sempurna, hanya bisa dibuat semacam peluru, setelah ditembakan keluar akan hancur sendiri, hanya bisa membuat lawan pingsan sementara, kegunaannya belum begitu besar."
"Tapi sekarang berguna, berikan beberapa butir kepadaku, begitu Hui-hui tiba di mulut lembah dan terjadi keributan, kita ambil kesempatan ini untuk masuk diam-diam."
Dari dalam tas kulitnya Goan Hiong mengeluarkan segenggam butiran obat sebesar kacang kedelai, ada yang berwarna merah ada juga putih, dia mengambil 2 butir peluru berwarna putih, sedangkan 5 butir berwarna merah diberikan kepada Lim Hud-kiam dan berkata.
"Jarak kerja setiap butir peluru ini sekitar 2 tombak persegi, obat yang berwarna merah adalah obat penawar bila kita akan melempar yang putih, kita sendiri harus menggigit hancur peluru yang berwarna merah supaya obat yang ada di dalam peluru putih tidak menganggu kita."
Lim Hud-kiam menunjuk ke tempat jauh.
"Lihat, Hui-hui dan yang lainnya sudah sampai!"
Hari masih sore, gunung di bawah terpaan sinar matahari terbenam terlihat kabut semakin tebal, dari jauh yang terlihat hanya bayangan orang saja.
"Waktunya sudah tiba, Goan-heng kita turun sekarang, ini ada 4 paku tajam, setiap jarum mempunyai ring bulat dan ada sebuah karet gelang yang terbuat dari urat sapi."
Dia memberikan dua buah kepada Goan Hiong dan memberitahukan cara penggunaannya, karet gelang itu untuk diikatkan di kaki dan tangan, mereka mencari dulu tempat untuk bisa memasang paku di dalam bebatuan, kemudian tubuh tergantung dengan terbalik, baru menancapkan yang kedua, lalu kaki pelan-pelan menarik, untuk mencabut paku bagian kaki, membuka karet yang terikat di kaki baru memasang yang kedua, dengan cara seperti itu mereka turun ke bawah.
Dengan kagum Goan Hiong berkata.
"Peralatan Lim Toako benar-benar sempurna!"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Peralatan ini milik 5 perguruan, mereka menggunakan untuk mencuri dan untuk memanjat dinding yang tinggi, setelah aku meninggalkan Ceng-seng aku berkelana di dunia persilatan, maka permainan dari 5 perguruan ini bisa kugunakan di tempat lain."
"Tampaknya pandangan Paman Pui pun tepat, sekarang karena ilmu silat orang-orang dari 5 perguruan di bawah yang lain maka mereka menemukan banyak alat bantu, contoh dinding jurang ini, dengan jurus cecak atau jurus naga bermain tidak akan bisa digunakan, karena caranya harus sekaligus naik, tidak ada orang yang sanggup sekaligus naik maka harus mengandalkan peralatan ini, alat ini juga lebih mudah kalau dipakai turun, berarti pengalaman lebih penting dibandingkan ilmu."
Kaki dan tangan mereka bergerak turun meluncur dengan pelan, sepanjang jalan Lim Hud-kiam selalu memberitahu.
"Rotan di sebelah sana jangan dipegang, pohon kecil itu tidak akan kuat menahan beban kita karena semua itu dipasang tombol-tombol yang tersembunyi, bila terkena akan mengeluarkan suara."
Setelah lama mereka berhasil turun, ternyata lembah itu sangat aneh, di atas seperti tertutup oleh layar kabut dan awan, tapi di bawah sangat terang, terlihat jelas kalau di sisi jurang ada sungai dengan lebar sekitar 10 meter.
Sungai sangat bersih tapi air mengalir dengan deras, anehnya tidak mengeluarkan suara, air mengalir dengan deras ini adalah penjagaan yang bagus.
Bisa saja ada orang yang turun dari atas menggunakan tali karena tidak mendengar ada suara air mengalir mereka akan mengira sudah tiba di dasar dan akan segera meloncat lalu masuk ke dalam air sungai yang deras ini.
Sampai di sisi sungai, di belakang paku Lim Hud-kiam terikat seutas tali kecil kemudian dia melemparnya ke seberang sungai dan melilitkannya pada sebuah batu besar, dengan begitu akan membentuk sebuah jembatan tali, kemudian kedua tangannya menggantung melewati sungai, Goan Hiong pun melakukannya dengan cara sama menyebrangi sungai.
Walaupun Goan Hiong mengikuti cara Lim Hud-kiam menyeberangi sungai dia tetap bertanya.
"Lim Toako, lebar sungai hanya 10 meter lebih, kita masih sanggup meloncatinya."
Lim Hud-kiam tertawa, paku yang ada di atas batu dicabut lalu dia melemparm/a ke sungai segera dari balik semak- semak menembak keluar panah-panah dengan kencangnya. Goan Hiong menjulurkan lidahnya dan berkata.
"Benar- benar lihai!"
"Daun bambu yang menutupi tempat ini, dalam beberapa langkah pasti ada yang palsu untuk mengaktifkan tombol, sewaktu turun tadi aku sudah melihatnya, karena di sini ada jalan tapi tidak ada seorang pun yang berjaga pasti otomatis tempat ini digunakan untuk menghalangi musuh, sekarang kita sudah masuk ke wilayah batas lawan, kita harus lebih berhati- hati, begitu melihat ada bayangan kita harus berusaha menaklukkan dia."
Selain mengangguk Goan Hiong tidak bisa berkata apa-apa.
Mereka menelusuri jalan kecil itu, baru berjalan sekitar 60 meter, terlihat ada sebuah gubuk kecil, begitu mendekat Lim Hud-kiam melemparkan peluru melalui jendela lalu mendorong pintu untuk masuk.
Dekorasi gubuk itu sangat sederhana sepertinya tepat untuk dijadikan tempat peristirahatan bagi orang yang berpatroli, hanya ada seorang pak tua dan dua orang anak, mereka pingsan.
Melihat di dalam gubuk ada puluhan jubah berwarna hitam dan topi caping yang tergantung, Lim Hud-kiam dan Goan Hiong segera mengambil satu dan memakainya, lalu topi caping dipakai untuk menutupi wajah dan mata mereka.
Tidak lama kemudian, dari depan muncul 2 orang, baju mereka sama persis dengan baju yang dipakai Goan Hiong dan Lim Hud-kiam, salah satu dari mereka menyapa.
"Apakah kalian Li-si dan Ong Lo-ci!"
Lim Hud-kiam menjawab dengan suara yang tidak jelas, orang itu berkata lagi.
"Bukankah kalian baru datang dari rumah yang ada di selatan? Baru sebentar kalian sudah berada di sini, kalian lebih cepat dari kami."
Yang satu lagi berkata.
"Pasti mereka sudah makan dulu, Li- si, kau harus hati-hati, anjing yang kita masak di lembah, mereka sedang mencarinya."
Lim Hud-kiam dan Goan Hiong tidak berani sembarangan menjawab, lelaki pertama bertanya.
"Mengapa kalian diam saja? Apakah sepanjang perjalanan tadi telah terjadi sesuatu ?"
Yang satu lagi berkata.
"Tidak mungkin, sebab di belakang desa ada sungai yang menghalangi, kera pun tidak akan sanggup memanjat-nya, aku kira mereka tidak bisa menjawab karena mulut mereka penuh dengan daging anjing."
Mereka pun pelan-pelan mendekat, sesudah dekat tiba-tiba mereka menyerang, cahaya pedangnya sangat cepat, Lim Hud-kiam dan Goan Hiong cepat-cepat menghindar.
"Apa yang kalian lakukan?"
Teriak Lim Hud-kiam.
"Siapa kalian? Mengapa tidak membuka mulut?"
"Li-si dan Ong Lo-ci, yang baru kalian temui tadi,"
Jawab Lim Hud-kiam. Lelaki itu tertawa dingin.
"Kalian bisa menipu setan, tapi jangan harap menipu kami! Aku adalah Li-si dia adalah Ong Lo-ci, kami berdua yang berpatroli di jalan ini, siapa kalian!?"
Ong Lo-ci berkata.
"Li-si, mereka juga mengenakan baju yang sama, mungkin mereka dari desa bagian depan, karena tahu kita sudah memotong dan memasak daging anjing, maka mereka datang untuk mencurinya, kau lihat yang satu ini, mulutnya masih bergerak-gerak, kalian sudah makan daging, harap jangan menyebarkan."
Lim Hud-kiam dengan cepat berkata.
"Benar, Ong Toako, daging anjing ini memang sangat harum, karena anjing kami menghilang maka aku datang untuk mencarinya, begitu mencium harum daging aku sudah tahu kalau kalian yang mencuri, Pengurus Liu benar-benar marah!"
Ong Lo-ci marah.
"Aku paling benci si buta itu, dia selalu memakai nama tuan menjadi tamengnya, orang-orang di sini semua lebih lama darinya tapi dia malah melebihi kami, mengenai daging anjing, aku harap dua bersaudara bisa membantu menutupinya."
"Tidak masalah, kami sudah makan dagingnya, masa kami akan mengadukan kalian?"
Kata Goan Hiong.
"Apakah kalian di desa depan selalu dihina oleh si buta itu?"
Tanya Li-si sambil tertawa.
"Tidak perlu dibicarakan lagi, semenjak kembali dari Tai- san, dia bertambah sadis dan galak dibandingkan tuan, aku sungguh ingin mencari kelemahan dan menj eb akny a,"
"Tapi sekarang dia pun sedang sibuk, di depan datang 3 orang perempuan, nona memang datang menghalangi mereka tapi bila ada orang yang bisa masuk, dia harus bertanggung jawab, daging anjing berbulu itu apakah sudah matang?"
Tanya Ong Lo-ci.
"Sudah matang, tapi pak tua itu terlalu pelit, hanya memberi satu mangkuk kecil untuk kami,"
Kata Goan Hiong.
"Jangan salahkan dia, kalian yang berjaga di bagian depan selalu makan daging. Kami yang di sini setiap hari makan lobak dan pecai, dengan susah payah baru berhasil mendapatkan seekor anjing, kalian datang untuk meminta, pantas dia pelit, saudara, kita jarang bertemu aku punya arak bagus, kita berteman untuk mengumpat, bagaimana?"
"Sepertinya kami tidak bisa, karena kami masih harus ke depan lagi."
Ong Lo-ci tertawa.
"Di depan tidak ada masalah, 3 perempuan itu sudah nona undang ke desa barat, mereka akan digabung dengan orang-orang yang dibawa pulang oleh nona, jadi di sana pasti tidak akan terjadi apa pun."
Dua orang itu sudah masuk ke dalam rumah, Goan Hiong berkata.
"Ong Toako, tunggu sebentar! Aku ingin menanyakan sesuatu di depan...."
Ucapan Goan Hiong belum selesai, Ong Lo-ci dan Li-si berbalik untuk menyerang, jurus mereka sangat ganas, terpaksa Goan Hiong menahannya dengan pedang, Lim Hud- kiam mencabut Pedang buntung untuk melawan. Sambil bertarung Goan Hiong bertanya.
"Ong Toako, mengapa tiba-tiba menyerang kami? Aku jamin tidak akan memberitahu siapa pun kalau kalian mencuri anjing."
Ong Lo-ci tertawa dingin.
"Kalian tidak perlu berpura-pura, kami belum pernah mencuri anjing, kami juga bukan orang bagian desa belakang, karena di desa belakang ini tidak pernah ada orang yang berjaga, karena di depan ada orang yang datang menyerang maka kami diperintahkan ke belakang untuk melihat-lihat, penjagaan di lembah raja pedang sangat ketat, mana mungkin kami akan mengijinkan kalian masuk? Kalian sebenarnya dari kelompok mana?"
Kata Li-si dengan dingin.
"Mereka bisa tahu nama Pengurus Liu, pasti datang dari Tai-san, Lo-ong, tangkap mereka, jangan sampai jasa ini diambil orang lain."
Jurus pedang kedua orang itu sangat lihai, Goan Hiong hampir tidak bisa menahan serangan mereka, dia terpikir menggunakan peluru yang bisa membuat pingsan, tapi Lim Hud-kiam terus melarang dengan bahasa isyarat.
Pertarungan Goan Hiong semakin sulit, untung Lim Hud- kiam terus membantunya, maka dia tidak sampai kalah, sedang Lim Hud-kiam yang ingin mengalahkan mereka sendirian bukan hal yang mudah.
Semakin lama Goan Hiong semakin kesulitan, ketika dia akan melempar peluru, Lim Hud-kiam sudah meloncat ke pinggir.
Ong Lo-ci berteriak.
"Hadang dia, yang satu lagi akan kabur!"
Tiba-tiba muncul 3 bayangan, mereka terjun dalam pertarungan lagi, tiba-tiba jurus pedang Lim Hud-kiam berubah, dia menyerang dengan cepat, 3 orang yang terakhir datang, dada mereka terkena pedang dan mereka telah ditotok.
Goan Hiong dengan cepat menghancurkan peluru dan membuat Li-si serta Ong Lo-ci pingsan, kemudian dia menghembuskan nafas dan berkata.
"Lim Toako, tadi benar- benar berbahaya sekali, ilmu pedang mereka begitu lihai, mengapa tadi kau melarangku mengggunakan peluru ini?"
"Aku ingin Goan-heng mengobrol dulu dengan mereka,"
Jawab Lim Hud-kiam sambil tertawa.
"Aku hanya ingin tahu sedikit kabar dari mulut mereka tapi mereka benar-benar pintar, yang mereka katakan semuanya bohong."
Lim Hud-kiam tertawa.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Dari awal aku sudah tahu mereka berbohong, di gubuk itu tidak ada tungku, dari mana mereka bisa memasak daging anjing? Kedua orang itu ingin menangkap kita, dan memberikan jasa kepada perguruan mereka."
"Mengapa Lim Toako bukan lebih awal membereskan mereka?"
"Aku tahu masih ada 3 orang lagi yang sedang bersembunyi, bila sekaligus meringkus kedua orang itu, mereka yang bersembunyi tidak akan keluar, bukankah kita akan membocorkan identitas kita sendiri dan menghilangkan kesempatan yang ada?"
"Apakah sekarang sudah aman?"
"Aman, menurut pendengaranku hanya ada 5 orang,"
Jawab Lim Hud-kiam.
"Kalau kita berjalan terus sepertinya tidak mungkin, karena orang-orang di sini saling mengenal, bila bertemu dengan salah satu dari mereka, rahasia kita akan terbongkar,"
Kata Goan Hiong.
"Tidak juga, kurasa masih bisa, kita bisa meminjam nama Li-si dan Ong Lo-ci dan kita akan terus."
"Mana mungkin? Sekali melihat pun orang akan tahu."
Lim Hud-kiam tertawa.
"Bila semua orang di sini saling kenal, baju ini tidak perlu diberi nomor lagi, wilayah lembah raja pedang sangat luas, orangnya pun banyak, tidak mungkin semua orang saling mengenal, kalau tidak mengapa kedua orang tadi harus memancing kita dulu?"
Goan Hiong masih tidak percaya, tapi Lim Hud-kiam berkata lagi.
"Aku tumbuh di Ceng-seng dan tahu rahasia-rahasia perguruan seperti ini, demi menjaga rahasia mereka tidak akan mengijinkan anak buahnya sering bertemu dan saling mengenal, dengan begitu mereka bisa saling mengawasi, saat aku berada di Ceng-seng, anak buah Ciu Giok-hu tidak saling kenal, aku kira keadaan di sini pun pasti sama seperti itu, jadi kita masih bisa terus, aku cari dulu apakah di tubuh mereka ada ciri khasnya?"
Dia membalikkan tubuh mereka akhirnya dari tubuh mereka Lim Hud-kiam menemukan sebuah plakat, di atas plakat masing-masing tertulis nama mereka, tapi di sebelah nama ada ukiran aneh.
Di tubuh dari 3 orang yang ditotok pun ditemukan 3 plakat dengan bentuk dan gambar yang sama, hanya warnanya yang berbeda, plakat Li-si dan Ong Lo-ci berwarna kuning, sedangkan plakat ketiga orang itu berwarna biru, setelah melihat dan membandingkan Lim Hud-kiam baru berkata.
"Plakat ini dengan Ngo-heng (5 unsur) ada hubungannya, kuning mewakili tanah, maka tingkatannya paling tinggi, kedua adalah api dan air, lalu kayu, serta emas, warnanya adalah merah, biru, putih, dan hitam, ketiga orang itu adalah kayu, maka mereka berada di bawah Li-si dan Ong Lo-ci."
"Benar, ilmu silat ketiga orang ini lumayan bagus, apalagi kedua orang itu bila satu lawan satu aku akan kalah berarti kedudukan mereka di lembah raja pedang pasti tinggi, kalau memalsukan identitas mereka aku kira itu kurang baik,"
Kata Goan Hiong.
"Belum tentu, tingkat semakin tinggi semakin mudah dipalsukan, karena mereka jarang bertemu, kita masing- masing membawa satu plakat, Goan-heng, sementara namamu menjadi Ong Lo-ci."
Karena itu Goan Hiong mengambil plakat Ong Lo-ci, Lim Hud-kiam mengambil plakat Li-si, mereka terus berjalan dengan was-was. Goan Hiong berkata.
"Bagaimana keadaan ketiga perempuan itu? Bila bertemu dengan Wong Han-bwee hasilnya lebih banyak yang tidak baik dibandingkan yang baik."
"Kukira nyawa mereka tidak akan terancam, sebab perlakuan orang-orang lembah raja pedang kepada kita sedikit ada kelonggaran, maka untuk sementara mereka tidak akan bermusuhan dengan kita."
"Tapi kita sudah masuk ke wilayah terlarang mereka dan melanggar peraturan mereka."
Lim Hud-kiam tertawa.
"Ini membuktikan kekuatan kita di luar dugaan mereka, maka posisi kita akan bertambah kuat, jadi mereka akan lebih berhati-hati kalau ingin menangkap kita, apalagi Hui-hui dan yang lainnya masuk melalui pintu utama, perjalanan mereka memang berada di dalam pengawasan-nya, jadi tidak perlu membunuh untuk menutup mulut, kedua orang tadi sudah mengatakan kalau mereka dibawa ke desa utara, kata-kata mereka bisa dipercaya karena mereka tidak akan berbohong."
"Aku harap bisa seperti itu!"
Kata Goan Hiong.
"Tidak perlu mengkhawatirkan Nona Kie, kalau terjadi sesuatu pada mereka, orangku lebih banyak darimu."
"Bukan mempertimbangkan banyak atau sedikitnya, nyawa Pi-sia sudah seperti nyawaku sendiri."
Dengan serius Lim Hud- kiam berkata.
"Goan-heng, keberadaan Hui-hui dan Bwee-nio di dalam hatiku tidak kurang seperti keberadaan Nona Kie di hatimu, tapi tugas kita sekarang benar-benar penting, kalau demi Nona Kie kau salah langkah aku akan mempersilahkanmu pulang!"
"Pulang? Pulang ke mana?"
"Terserah, asal jangan bersamaku karena aku yang sekarang sudah membuang perasaan pribadi."
Goan Hiong merasa malu dia menundukkan kepalanya dan diam, Lim Hud-kiam berkata lagi.
"Tujuan kita adalah mencari tahu tentang lembah raja pedang yang belum diketahui orang lain, dengan susah payah kita sudah sampai di sini kita harus menggunakan kesempatan ini, biarkan kepala dingin menguasaimu."
Goan Hiong berpikir sebentar lalu berkata.
"Lim Toako, aku sudah tahu sekarang apa yang harus kulakukan?"
"Kita terus berjalan ke bawah, kita harus lebih lincah menghadapi situasi, sampai bertemu dengan Wong Jong-ceng dan kita lihat apa yang akan dia lakukan."
"Aku akan mengikuti petunjuk Lim Toako."
"Sebelum identitas kita ketahuan, kita tetap harus berkepala dingin, walaupun kau melihat Nona Kie sedang dalam keadaan bahaya, kau harus bisa menahan diri."
"Aku tidak bisa aku kira Lim Toako pun tidak akan bisa."
"Kata-katamu jujur, aku hanya memebri ingat padamu bila terjadi sesuatu, tetap harus berkepala dingin, tapi kalau melihat orang lain berada dalam bahaya dan tidak menolong aku kira tidak ada seorang pun yang sanggup, maksudku adalah bila keadaan tidak begitu berbahaya lebih baik tetap berkepala dingin, baru pelan-pelan mencari cara untuk menolong dari pada terburu-buru."
"Aku kira aku akan bisa melakukannya."
Mereka pelan-pelan melangkah lagi, tidak lama kemudian muncul dua orang lelaki dengan penampilan yang sama, berjalan di depan mereka. Goan Hiong sangat tegang, dia bersiap-siap untuk menjawab, Lim Hud-kiam menahan pundaknya.
"Jangan bergerak, ikuti mereka!"
Mereka berjarak 50 meter dan mengikuti orang-orang tadi, sewaktu hampir berada di depan pintu desa tiba-tiba ada yang membentak.
"Orang yang datang, harap berhenti melangkah dan laporkan nomor kalian!"
Kedua orang itu berhenti yang satu segera berkata.
"Desa timur, Bok Jin-hui, Bu Sang-ping."
"Tidak perlu menyebutkan nama, kode masing-masing saja."
Lelaki yang menyebutkan namanya segera tertawa.
"Mungkin Toako belum mendengar pemberitahuan dari Pengurus Liu, hari ini caranya berubah, hanya menyebutkan nama, tidak perlu menyebut nomor!"
Orang yang memerintah itu tertawa dingin.
"Ini adalah wilayah kekuasaan Pengurus Liu, masa aku tidak tahu pemberitahuan dari Pengurus Liu ? Orang yang lewat tetap harus menyebutkan nomor!"
"Mengapa?"
"Jangan banyak tanya, berapa nomormu?"
Terpaksa lelaki itu menjawab.
"Kayu. Nomor 9 dan 14."
"Serahkan plakat pinggang untuk diperiksa."
Mereka membuka plakat pinggang dan memberikannya kepada orang itu.
"Periksa daftar nama, apakah cocok?"
Tidak lama kemudian di belakang ada yang menjawab.
"Nama dan nomor cocok."
Orang itu mengembalikan plakat dan berkata.
"Silakan lewat, kalian berpatroli di bagian mana?"
"Daerah selatan, semua baik-baik saja, tidak ada yang mencurigakan."
"Laporkan kepada pusat, aku percaya tidak akan terjadi sesuatu, perempuan-perempuan itu bisa masuk, boleh dikatakan sangat sulit, apalagi di tempat lain tidak akan ada yang bisa masuk, Pengurus Liu terlalu membesar-besarkan masalah. Hanya membuat diri sendiri repot."
Kedua lelaki itu sudah lewat, Goan Hiong bertanya dengan suara kecil.
"Bagaimana dengan kita?"
"Tidak apa-apa, kita jalan ke sana untuk melihat."
Mereka menyusuri jalan ke depan tidak menunggu orang itu bertanya. Lim Hud-kiam sudah mengeluarkan plakat dari pinggangnya, orang itu melihat sebentar lalu langsung dengan hormat berkata.
"Silakan, Anda berdua!"
Tidak menanyakan nomor mereka juga nama, apa yang Goan Hiong khawatirkan tidak terjadi, mereka dengan lancar melewatinya. Setelah lewat dia baru bertanya.
"Lim Toako, apa yang terjadi?"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Dua orang yang kita palsukan identitasnya, Goan-heng pernah bertarung dengan mereka bukan? Dan tahu ilmu silat mereka seperti apa?"
"Ilmu silat mereka memang termasuk sangat kuat, kalau tidak dibantu dengan peluru bius itu ingin menang dari mereka bukan hal yang mudah."
"Benar, memang orang-orang lembah raja pedang setiap orangnya mempunyai ilmu pedang yang hebat, tapi tetap saja mereka terbagi menjadi beberapa tingkatan, ilmu silat kedua orang itu memastikan kalau kedudukan kedua orang itu tidak rendah, maka bila mengeluarkan plakat kuning tidak akan terhalang oleh peraturan mereka."
"Tapi mereka tetap harus menanyakannya dengan jelas bukan?"
"Orang-orang lembah raja pedang yang bisa mempunyai plakat kuning sangat sedikit, mereka tidak mungkin dengan mudah ditaklukkan, lebih-lebih tidak mungkin gampang dipalsukan."
"Bukankah kita sudah memalsukan dua orang?"
"Karena keadaan kita sangat khusus, juga karena kita mempunyai peluru bius jadi jalan kita tetap lancar."
"Lim Toako benar-benar mempunyai rencana sempurna!"
"Bukan karena rencanaku yang sempurna, tapi menurut kesimpulanku kedua orang itu sudah tahu kalau kita adalah orang luar yang masuk ke sini, tapi mengapa mereka tidak mengeluarkan suara dan memberitahu semua anggota di sana? Semua karena mereka merasa ilmu silat mereka cukup tinggi dan mampu menangkap kita hidup-hidup, kalau bukan karena mereka mempunyai kedudukan yang tinggi, mereka tidak akan begitu berani. Maka sewaktu mereka bertemu dengan kita mereka pun tidak menanyakan nama dan nomor, berarti peraturan di sini tidak berlaku bagi mereka."
Goan Hiong bertambah kagum lagi kepada Lim Hud-kiam, mereka terus berjalan, di sepanjang jalan mereka memang bertemu dengan orang-orang yang berbaju sama dengan mereka tapi tidak ada seorang pun yang berusaha mengintrogasi mereka.
Mereka berputar dan berkeliling di depan desa tapi tidak terlihat sesuatu, hanya mengetahui kalau anak buah raja pedang sangat banyak dan setiap prang mempunyai dasar ilmu silat yang tinggi.
Goan Hiong menarik nafas, semenjak Wong Jong-ceng menyebut dirinya sebagai raja pedang, kelihatannya tidak digembar-gemborkan, padahal anak buahnya begitu banyak bila dibandingkan dengan perguruan lain di dunia persilatan, tidak ada orang yang bisa mengalahkan mereka, pesilat tangguh dari 5 perguruan bila ada yang datang ke sini, pasti akan menjadi orang di lapis ketiga!"
"Orang banyak belum tentu bisa menjadi ancaman, raja pedang bukan dinilai dari kekuatan ilmu silat, dari awal Wong Jong-ceng sudah membuat kesalahan."
"Menurut Lim Toako, bagaimana caranya baru bisa menjadi raja pedang?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Di dalam pedang tidak ada raja, bila dia ingin menjadi pemimpin dunia persilatan, seharusnya di mulai dari kode etik, kemudian wibawa dan kebaikan, contohnya dia hanya mempunyai kekuatan yang hebat, bila secara terang-terangan mendirikan perguruan lalu membela keadilan dan kebenaran, malah akan dihormati banyak orang, otomatis gelar raja pedang bisa diraih olehnya, tapi dia sengaja melakukannya dengan cara mengancam, mana mungkin orang akan menerimanya?"
Goan Hiong menghela nafas.
"Lim Toako tadi menyebutkan aturan yang serius, tapi ada yang menjalankannya dengan cara sesat, maka dia tidak akan sukses, tapi bila dalam waktu setengah bulan lagi tidak ada orang yang sanggup mengalahkan Wong Jong-ceng dia akan membuat semua orang dunia persilatan tunduk kepadanya, waktu itu siapa yang bisa membantahnya? Sebab dia adalah raja pedang."
"Apakah mudah menaklukkan seseorang?"
"Sulit ditebak, ketua dari 5 perguruan mengkhawatirkan perguruan mereka, maka mereka selalu mengambil keputusan yang hanya menguntungkan perguruannya saja, bila kekuatan Wong Jong-ceng sampai di batas kita bisa menahannya, mereka akan bertekuk lutut! Apalagi kelompok Ciu Giok-hu!"
"Apakah dunia persilatan ini hanya ada mereka?"
"Yang pasti tidak, tapi orang yang bisa melawan raja pedang sangat sedikit, guruku dan ayahku sudah berumur, memang mereka tidak akan bertekuk lutut, tapi tenaga manusia ada batasnya, saat mereka tidak bisa menolong lagi mereka akan melepaskan pedang dan mengundurkan diri dari dunia persilatan."
"Kita tidak membicarakan yang tua-tua, bagaimana pandangan Goan-heng mengenai masalah ini?"
"Aku? Aku tidak akan bertekuk lutut, juga tidak akan mundur begitu saja, tapi aku tahu kalau kekuatanku terbatas, paling nyawaku yang melayang, tapi apakah bisa membantu keadaaan ini?"
"Tidak, kau terlalu meremehkan diri sendiri, pesilat pedang harus mempunyai semangat pantang mundur, asal semangat kita tidak mati, roh pedang akan selalu menyertai kita."
Semangat Goan Hiong terangkat, dia membusungkan dadanya dan berkata.
"Lim Toako menaruh harapan begitu besar di bahuku, mengajakku bersama-sama menghalangi air yang mengalir begitu deras, aku siap berjuang hingga titik darah penghabisan!"
Lim Hud-kiam tertawa.
"Di sini kita tidak menemukan masalah, karena orang yang diculik semua berada di desa sebelah barat, mari kita ke sana untuk melihat-lihat."
Karena itu mereka berbalik lagi ke arah barat, tapi kelihatannya di sana penjagaannya sangat ketat, setiap 20 meter selalu ada penjaga yang secara terang-terangan berjaga atau diam-diam.
Karena baju mereka sudah bernomor maka mereka secara terang-terangan berjalan di tengah.
Tidak ada yang bertanya, maka mereka pun dengan lancar berjalan sampai di depan pintu sebuah gedung, ada orang yang datang menghalangi.
Lim Hud-kiam dengan lancar memperlihatkan plakatnya, Goan Hiong pun demikian, setelah melihat orang itu dengan sungkan berkata.
"Ternyata kedua kakak, ada petunjuk apa?"
"Kami berpatroli di sebelah selatan desa, sengaja datang untuk melapor kepada Pengurus Liu."
Orang itu terkejut.
"Apakah di selatan ada yang tidak beres?"
"Tentu saja ada, kalau tidak ada, kami tidak perlu datang untuk melapor."
"Apa yang terjadi di sana?"
"Apakah aku harus melaporkan dulu kepadamu?"
Orang itu tertawa.
"Tentu saja tidak, hanya saja Pengurus Liu sedang menemani nona mengantar 3 orang perempuan yang datang menyerang kita, mereka diantar ke kurungan para tahanan, kalau keadaan tidak gawat...."
"Gawat atau tidaknya bukan kau atau aku yang menentukannya, di selatan desa terjadi sedikit keributan, ada yang terbunuh, kami sudah mencari ke seluruh desa tapi tidak menemukan ada orang luar, maka kami ingin melaporkannya kepada Pengurus Liu dan meminta petunjuk kepada beliau!"
"Apakah yang mati adalah orang kita?"
Orang itu sedikit terkejut. Dengan santai Lim Hud-kiam menjawab.
"Kalau yang mati orang luar aku akan membawa mayatnya kemari, kedua orang itu terbunuh oleh pedang, apakah dia diserang musuh atau diserang oleh orang sini karena alasan balas dendam pribadi, kami tidak tahu maka kami ingin mempersilakan Pengurus Liu ke sana untuk menyelidiknya."
"Aku yakin pasti bukan orang lembah ini, sebab mereka tidak akan berani berbuat seperti itu!"
Kata orang itu.
"Apakah dulu pun tidak pernah terjadi hal seperti itu?"
Tanya Lim Hud-kiam dengan dingin. Melihat Lim Hud-kiam marah, orang itu dengan cepat berkata.
"Toako, jangan marah, aku hanya bertanya, sebab nona berpesan tidak ada seorang pun yang diijinkan masuk ke tempat tahanan, tapi karena hal yang ingin kalian sampaikan sangat penting jadi kalian merupakan perkecualian, aku akan segera menemani kalian masuk!"
"Lebih cepat lebih baik, sebab bila orang lembah sendiri yang membalas dendam karena urusan pribadi, sepertinya tidak akan menjadi masalah berat, tapi bila dilakukan oleh orang luar, berarti orang itu sudah masuk ke lembah kita, kalau tidak segera mencarinya siapa yang akan bertanggung jawab?"
Orang itu segera berpesan kepada orang yang ada di sisinya, dia membawa jalan di depan tidak lama kemudian Lim Hud-kiam melihat tempat ini dengan tempat-tempat yang ada di lembah tidak sama, sepanjang jalan memang terpasang lampu yang tergantung tapi masih terasa seram, kecuali tempat masuk ada yang berjaga setelah masuk tidak ada seorang penjaga pun.
Tapi penuh dengan tombol-tombol sepertinya ini adalah tempat penting.
Di sini hanya ada beberapa rumah yang lainnya tidak terlihat.
Goan Hiong pun melihat keadaannya lain, dengan suara sangat kecil dia bertanya.
"Lim Toako, bila di sini adalah tempat untuk mengurung orang luar, mengapa tidak ada seorang pun? Di mana orang yang telah diculik?"
Lim Hud-kiam menjawab dengan suara sangat kecil.
"Di bawah tanah."
Goan Hiong sedikit terkejut, Lim Hud-kiam menjelaskan.
"Orang biasa sulit mengerti, tapi aku tumbuh di Ceng-seng, dan kebetulan aku telah belajar mengenai hal ini, ini adalah lapisan batu bara."
Orang yang di depan yang membawa jalan menoleh, Lim Hud-kiam segera tertawa.
"Kami sedang mengobrol, karena Kakak Li-si belum pernah kemari maka aku menjelaskan keadaan di sini."
Kemudian dia pelan-pelan memegang, Goan Hiong segera tertawa.
"Aku selalu merasa aneh, orang lembah tidak pernah membeli batu bara keluar tapi mereka selalu memasak dengan batu bara, ternyata batu baranya diambil di sini."
Orang itu tertawa.
"Tuanku memilih tempat ini menjadi tempat tinggalnya, juga karena alasan pertambangan batu bara yang di sini sangat banyak, kecuali dipakai sendiri, setiap tahun masih sempat dijual keluar, kami bisa mendapatkan banyak uang, kalau tidak bagaimana tuan bisa menghidupi kita?"
"Ternyata batu bara di lembah ini bisa dijual keluar?"
Tanya Lim Hud-kiam.
"Benar, apakah Ong Lo-ci tidak tahu?"
Tanya orang itu.
"Mana mungkin kami tahu? sebab tidak semua orang diijinkan masuk ke tempat ini, saat batu bara dikirim keluar tidak melewati jalan depan, jadi tidak ada yang mengatakannya."
Orang itu mengangguk.
"Karena pemikul batu bara adalah orang luar, tuan kami takut rahasia lembah ini akan tersebar maka tuan membuka satu jalan khusus, tidak perlu sampai ke dalam desa, maka kalian tidak tahu, orang lembah dilarang kemari itu juga demi menjaga rahasia bila kalian keluar dari sini nanti tetap harus menjaga rahasia ini."
"Itu sudah pasti, kami masih ingin terus hidup,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Pertambangan yang sudah habis batu baranya dijadikan tempat kurungan, karena berada di bawah tanah maka penjagaannya lebih mudah dan leluasa."
Mereka tiba di depan sebuah rumah kecil, orang itu mengetuk pintu dan menyebutkan kode rahasia dengan orang yang ada di dalam, kemudian dia berkata.
"Silakan masuk!"
Melihat orang itu tidak masuk Lim Hud-kiam dengan tertawa bertanya.
"Mengapa Kakak tidak membawa kami masuk?"
"Aku hanya bisa membawa jalan sampai di sini, di dalam ada orang yang membawa jalan lagi, aturan di sini sangat khusus, gerakan setiap orang ditentukan di setiap wilayahnya."
"Sebenarnya Toako tidak perlu membawa jalan, hanya tinggal menunjukkan, kami bisa pergi sendiri!"
Orang itu tertawa, katanya.
"Karena kedudukan Toako berada di atasku, maka aku harus mengantar kalian dan memberitahu orang disini."
"Kau sungguh sungkan kepada kami, kami hanya ingin berteman denganmu tapi belum sempat menanyakan marga dan namamu."
"Pengurus Liu sudah menentukan, orang yang berada di dalam lembah tidak boleh berhubungan dengan orang di luar lembah, jadi namaku tidak perlu disebutkan."
"Tidak, aku tetap ingin tahu, karena di sebelah timur ada dua orang yang terbunuh, jadi kita harus menjaga rahasia, sekarang hanya kau yang tahu bila kabar ini tersebar kita akan lebih mudah menelusurinya, jadi kami harus menanyakan dengan jelas."
Orang itu terdiam lama baru menjawab.
"Namaku adalah Kiu Bu."
Lim Hud-kiam mengulurkan tangannya.
"Kita cocokkan plakat."
Orang itu masih terlihat ragu, akhirnya dia mengeluarkan sebuah plakat, Lim Hud-kiam melihat plakat itu, wajah orang itu terlihat tegang, tapi Lim Hud-kiam dengan tenang mengembalikan plakat itu dan berkata.
"Harap Kiu-heng banyak memberi petunjuk kepada kami."
Melihat Lim Hud-kiam tidak melakukan sesuatu, maka dengan tenang dia menjulurkan tangannya mengambil plakat, Lim Hud-kiam dengan sungkan berkata.
"Terima kasih Kiu- heng sudah membawa kami jalan, kembalilah ke tempatmu tadi."
Sewaktu orang itu meletakkan kembali plakatnya di pinggang, Lim Hud-kiam menancapkan jarum di leher oran itu dan Kiu Bu tanpa suara jatuh ke lantai, Lim Hud-kiam menahan dengan kedua tangannya supaya jatuhnya tidak mengeluarkan suara, dia masih sempat berpesan.
"Kiu-heng, jangan lupa hal yang tadi kukatakan!"
Wajah Goan Hiong berubah, dia tidak mengerti mengapa Lim Hud-kiam tiba-tiba membunuh orang itu, sebab selama ini perjalanan mereka lancar jadi tidak perlu sampai harus melukai orang.
Tapi dia tidak berani menanyakannya, wajah Lim Hud-kiam terlihat serius, dia membawa tubuh Kiu Bu ke depan pintu tadi dan mengetuknya, orang yang ada di dalam berkata.
"Masuklah, pintu tidak dikunci."
Lim Hud-kiam mendorong tubuh Kiu Bu masuk, terlihat cahaya pedang berkelebat, dan tubuh Kiu Bu sudah terbagi menjadi dua bagian, mayatnya pun jatuh ke lantai, seperti jatuh ke tempat yang dalam. Lim Hud-kiam segera menirukan suara Kiu Bu.
"Bagus, kita sudah bereskan satu, satu lagi sudah kuhadang, cepat keluar untuk membantuku!"
Kemudian sebilah pedang menyerang ke arah Goan Hiong, Goan Hiong mengerti maksudnya, maka dia segera mengangkat pedang untuk melawan supaya senjata mereka saling beradu dan mengeluarkan suara, segera dari dalam muncul seseorang, karena baju mereka sama dan lampu kurang terang dia tidak tahu harus membantu siapa.
Lim Hud-kiam masih menirukan suara Kiu Bu.
"Cepat, bantu aku, tunggu apa lagi?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Karena dia mendengar suara Kiu Bu maka dia pun menyerang Goan Hiong, tapi pedang Lim Hud-kiam sudah memukul belakang leher orang itu, karena pedangnya adalah pedang tumpul maka orang itu sempat terhuyung-huyung dulu lalu jatuh dan tidak bangun lagi.
Mereka berhenti beradu senjata, Lim Hud-kiam memapah orang itu, leher orang itu sudah lemas dan tidak bergerak.
Dia memeriksa tangan orang itu lalu meletakkannya lagi, dia menghela nafas panjang.
"Apa yang terjadi?"
Tanya Goan Hiong. Wajah Lim Hud-kiam tampak sedih, suaranya terdengar memelas dan tercekat.
"Sejak aku berlatih ilmu pedang, aku belum pernah membunuh, tapi hari ini aku telah membunuh 2 orang."
"Apakah orang itu mati?"
"Benar, tenagaku terlalu besar, membuat tulang lehernya patah."
Dengan aneh Goan Hiong berkata.
"Tenaga tangan Lim Toako selalu seimbang, mengeluarkan tenaga pun tidak terlalu besar, mengapa dia bisa mati?"
"Aku sudah mengatur tenaga tanganku, tapi karena ilmu pedang orang itu sangat tinggi, maka aku pun menambah tenagaku, seharusnya orang itu kuat menahannya."
"Mungkin kebetulan saja."
Tiba-tiba dia melihat tangan Lim Hud-kiam yang memegang senjata, dan dia sedang bersiap-siap mematahkan tangannya maka Goan Hiong segera menariknya dan berkata.
"Apa yang Lim Toako lakukan?"
Lim Hud-kiam menarik nafas.
"Aku menggunakan pedang tumpul semua itu kulakukan supaya tidak membunuh orang, akhirnya tetap saja aku melakukan pembunuhan, tampaknya aku tidak boleh memakai pedang lagi."
"Tadi setelah Lim Toako berhasil menaklukkan Kiu Bu kemudian mendorong dia masuk, dia dibacok dan terbunuh, apakah Lim Toako juga akan mematahkan tangan Toako sendiri?"
Lim Hud-kiam tidak bisa menjawab, Goan Hiong melanjutkan lagi.
"Aku mengagumi Lim Toako dari segala hal, hanya sifat fanatikmu aku tidak suka, memang pesilat pedang tidak diijinkan membunuh, tapi pedang adalah senjata ganas, terkadang tidak bisa dijadikan senjata untuk membunuh, kecuali menutup pintu dan berlatih pedang saja dan selamanya tinggal di rumah, tidak keluar untuk berkelana di dunia persilatan."
"Apakah kalau berkelana di dunia persilatan harus membunuh?"
"Belum tentu, bila perlu harus membunuh."
"Apakah kedua orang ini perlu dibunuh?"
"Harus melihat alasan Lim Toako melakukannya."
"Aku ingin tahu pendapat Goan-heng."
"Aku tidak tahu, sebab aku tidak tahu kalau mereka dari awal sudah tahu, kita adalah orang yang menyelinap ke sini, dan mereka sudah menyusun rencana untuk menjebak kita, kalau tidak aku akan menyerang dulu supaya Lim Toako tidak menjadi bingung seperti sekarang, prinsipku tidak membunuh tapi bila harus membunuh, aku tidak akan ragu-ragu."
"Kapan saatnya kita pantas membunuh?"
"Seperti keadaan tadi, aku sendiri tidak melakukan kesalahan tapi orang lain ingin mencelakaiku, untuk membela diri kalau harus membunuh ya bunuh saja, aku rasa itu tidak salah."
Lim Hud-kiam terus bergumam dia tidak bersalah, sikapnya menjadi agak ceria dan berkata.
"Sekarang aku baru mengerti tidak ingin membunuh itu sangat sulit, kelak larangan ini harus sedikit dilonggarkan dan meminta supaya hati ini tidak merasa bersalah."
"Seharusnya memang seperti itu, Lim Toako tidak ingin membunuh tapi sebenarnya secara tidak langsung sudah banyak orang yang mati di tanganmu."
"Apa maksud kata-kata Goan-heng?"
"Mereka memang tidak mati secara langsung oleh Lim Toako, tapi sebenarnya Lim Toako bisa membuat mereka tidak mati, kalau dari awal Lim Toako mau mengumumkan rahasia plakat itu, hingga tidak akan banyak orang yang datang ingin merebutnya, mereka pun tidak akan mati karenanya."
"Dalam kesempatan ini aku ingin memancing raja pedang keluar."
"Apakah dari awal Lim Toako sudah tahu ada lembah raja pedang?"
"Tidak, tapi aku tahu ada kekuatan sesat dan jahat."
"Kalau begitu Lim Toako tidak perlu memancing nya, mereka yang akan keluar sendiri."
"Itu tidak sama, bila rahasia plakat terlalu awal diketahui, orang-orang lembah raja pedang dengan cara yang lebih terperinci akan menguasai dunia persilatan, orang yang mati akan bertambah banyak lagi."
"Bukankah ini adalah akhirnya, dari sini dapat diketahui bila di dunia ini ada orang jahat, maka membunuh orang itu tidak bisa dihindari, satu-satunya cara adalah berusaha tidak membunuh dan berusaha menghalangi agar tidak banyak orang terbunuh."
Akhirnya Lim Hud-kiam tertawa sambil berkata.
"Aku terima nasihatmu!"
"Jika Lim Toako sudah mengerti, maka pedang ini harus diganti dengan yang tajam!"
"Tidak perlu!"
"Mengapa Lim Toako masih mempertahankan pikiran tadi? Yang harus Toako ketahui orang-orang lembah raja pedang semuanya adalah pesilat tangguh, bila tidak berhati-hati kita sendiri yang akan terbunuh, di depan mata sudah terlihat sepertinya hanya Lim Toako yang bisa menghalangi mereka, demi kebaikan semua orang, Lim Toako harus bisa menjaga keselamatan sendiri."
"Pedang tumpulku biarkan saja begitu, bila perlu setiap saat pun aku bisa membuat pedangku jadi tajam."
"Tapi sewaktu sedang bertarung antara hidup dan mati, kehilangan satu jurus akan membuat kita gagal untuk kebelakangnya, apakah waktu itu Lim Toako bisa mengganti pedang?"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Mengenai hal ini Goan- heng boleh tenang, waktu itu aku pasti mempunyai cara dan tidak akan kalang kabut, sekarang kita masuk ke rumah itu dan mencari tahu sebenarnya ada apa di sana. Kedua orang itu sudah memasang jebakan apa saja."
Kemudian Lim Hud-kiam menggunakan pedangnya mengambil sebuah lampion untuk melihat keadaan rumah dan memastikan tidak ada orang lain yang menunggu, tapi dia masih tidak tenang dan menambahkan dua peluru beracun, begitu peluru mulai bereaksi dan tidak ada orang di dalam, dia baru masuk dengan Goan Hiong.
Tatanan rumah itu sangat sederhana hanya saja di depan pintu ada papan yang bisa bergerak, Lim Hud-kiam memukul dengan pedangnya, papan itu segera berbalik dan muncullah sebuah lubang besar dan dalam.
Lim Hud-kiam melempar lampu tempel dan lama baru terdengar suara lampu yang jatuh, lampu langsung pecah, minyak lampu tempel itu tumpah dan langsung terbakar, lubang itu adalah sebuah jebakan dengan dalam 50 kaki.
Di dasar lubang dipasang banyak pisau tajam, tubuh Kiu Bu sudah terpotong menjadi 3 bagian, terpaku di atas pisau-pisau itu.
Tubuh yang terpotong 3 masih menancap di atas pisau itu, benar-benar mengenaskan.
Lim Hud-kiam menghela nafas.
"Untung aku sudah tahu rencana busuk mereka dan menggunakan tubuh Kiu Bu sebagai tameng kalau tidak lubang jebakan ini menjadi kuburanku."
"Aku yakin jebakan seperti ini tidak akan menyulitkan Lim Toako,"
Goan Hiong tertawa. Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.
"Bila hanya sebuah jebakan lubang seperti ini memang tidak perlu ditakuti, tapi di balik pintu ada pesilat pedang yang menyerang, orang itu sekali menyerang bisa membuat tubuh terbagi menjadi 3, berarti ilmu pedangnya sangat tinggi, kedua jebakan ini digabungkan membuat kita melihat ke atas lupa melihat ke bawah, siapa pun akan kesulitan menghadapinya, semua tatanan di Lembah raja pedang ini kalah dengan yang ada di Ceng-seng, hanya jebakan ini yang lebih unggul dari Ceng- seng."
"Terhadap jebakan seperti ini aku benar-benar tidak mengerti, menurut Lim Toako memang lihai, aku pun bisa menilainya, hanya saja Lim Toako bagaimana bisa tahu ada jebakan di sana?"
"Ketika aku ingin melihat plakat di pinggangnya, plakatnya pun berwarna tanah berarti dia sama tingkatannya dengan kita, masa dia tidak mengenal kita? Dia sudah tahu kalau kita adalah orang luar tapi masih berpura-pura tidak tahu, dan itu adalah jebakan jadi kita harus lebih hati-hati,"
Ujar Lim Hud- kiam.
"Lim Toako memang teliti, tapi mengapa Lim Toako bisa ingat dan mencocokkan plakat?"
Lim Hud-kiam mengerutkan alisnya.
"Aku merasa aneh, mengapa tatanan di sini sangat mirip dengan di Ceng-seng, sepertinya Ceng-seng sudah dipindahkan kemari, hanya saja disini lebih sederhana dan tua dibandingkan Ceng-seng, keberadaan di sini dengan keberadaan Ceng-seng 10 tahun yang lalu hampir sama, beberapa tahun ini karena Ciu Giok-hu terus menata ulang Ceng-seng maka Ceng-seng lebih maju 10 tahun, jadi saat melihat kode di pintu aku sudah tahu kalau pintu itu adalah pintu kematian, maka aku tidak akan sampai tertipu, yang membuatku tidak mengerti adalah orang yang menata di sini apakah dia berasal dari Ceng-seng?"
"Apakah ini mungkin?"
"Sangat mungkin, memang jebakan dan barisan ada beribu macam, tapi perubahan bermacam-macam pun tidak akan jauh berbeda dari dasarnya, terkadang mirip dengan yang lain, aku lihat semua jebakan di sini seperti rencana Ciu Giok-hu."
"Apakah raja pedang itu adalah Ciu Giok-hu?"
"Tidak mungkin, memang Ciu Giok-hu pintar dan banyak cara, tapi ilmu pedangnya biasa-biasa saja, kemampuannya berada di bawah Liu Ban-mong dan Heuw Liu-koan, apalagi dibandingkan dengan Wong Han-bwee."
"Mungkin Ciu Giok-hu sengaja merahasiakan ilmu silatnya!"
"Tidak mungkin, orang berlatih ilmu pedang tidak akan tunduk pada ilmu pedang, apalagi usaha-usaha Ciu Giok-hu di Ceng-seng sudah mantap, tidak perlu dia kemari untuk mendirikan perguruan lain, kalau tempat ini milik Ciu Giok-hu, ditata pun tidak akan begitu mudah."
"Apakah orang yang menata di sini adalah orang Ceng- seng?"
"Saat aku masih di Ceng-seng, tidak ada orang yang meninggalkan Ceng-seng, karena Ciu Giok-hu sangat ketat menguasai Ceng-seng, aku keluar dari Ceng-seng karena mereka semua setuju, maksud Ciu Giok-hu mengusirku dari Ceng-seng supaya putranya Ciu Pek-ho bisa menikah dengan Hui-hui, setelah itu tidak akan ada orang yang dia lepaskan lagi, Hui-hui meninggalkan Ceng-seng sebentar pun sudah termasuk melanggar hukum, apalagi orang lain."
"Kalau begitu kejadiannya setelah Lim Toako keluar?"
"Lebih-lebih tidak mungkin, aku meninggalkan Ceng-seng sekitar 3-4 tahun, tatanan di sini terlihat sudah 10 tahun lebih, aku jadi tidak mengerti."
"Tidak mengerti jangan dipikirkan, lebih baik kita mencari orang yang terkurung di sini, kita coba tanya mereka pasti ada yang mau menjawab."
Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.
"Mencari orang untuk ditanya sepertinya tidak akan mendapatkan hasil apa pun, lebih baik mencari Wong Jong- ceng, kita lihat siapa dia sebenarnya. Bila ingin menghalangi rencana raja pedang menguasai dunia persilatan satu-satunya cara adalah dari tubuh orang ini."
"Di mana kita bisa mencari dia?"
"Kalau benar tempat ini digunakan untuk mengu-rung orang yang dia tangkap, Wong Jong-ceng tidak akan ada di sini, lebih baik kita cari di tempat lain."
"Kita sudah sampai di sini, bisakah kita menengok mereka sebentar?"
"Bila kita menengok mereka, identitas kita akan terbongkar."
"Identitas palsu kita sudah tidak berguna lagi."
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Apakah Goan-heng tidak memperhatikan? Pemilik plakat kuning ilmu silatnya tinggi, kedudukan mereka sangat istimewa dan jarang ada yang mengenali mereka, kecuali bertemu dengan orang yang sama- sama memiliki plakat kuning rahasia kita akan terbongkar, jadi sepanjang perjalanan kita selalu lancar, hanya Kiu Bu yang tahu kita memalsukan identitas orang sini."
"Baju semua orang di sini sama, dari mana kita bisa tahu mereka adalah pesilat pedang berplakat kuning?"
"Tentu saja dari plakat pinggang mereka, lebih baik kita dulu yang menaklukkan mereka dan baru menanyakan nama, kalau lawan mengeluarkan plakat kuning, kita harus bergerak cepat menotok atau dengan cara lain."
"Bila dia dulu yang menyuruh kita mengeluarkan plakat bagaimana?"
"Asal saling memberitahu nama, aku bisa kenal."
"Benar, namaku Ong Lo-ci, kau Li-si, yang baru mati adalah Kiu Bu, 3 pesilat yang berplakat kuning mempunyai ciri yang sama."
Goan Hiong berpikir sebentar.
"Sama-sama di huruf namanya ada angka."
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Benar, mungkin angka ini adalah nomor mereka, nama mereka sebenarnya belum tentu seperti itu, ku kira pesilat pedang berplakat kuning tidak terlalu banyak, kita sudah membereskan 3 orang, nanti kita periksa dulu orang yang mati apakah nama mereka juga ada angkanya?"
Dari mayat-mayat itu mereka menemukan sebuah plakat pinggang berwarna kuning, dengan nama Liu Ji. Lim Hud-kiam tertawa, berkata.
"Tebakanku tidak meleset, kita sudah membereskan 4 orang, maka identitas palsu kita lebih sulit diketahui, asal kita menghindarkan pertemuan dengan orang berplakat kuning."
"Tapi tetap saja ada beberapa orang di mana kita tidak bisa menghindari mereka,"
Kata Goan Hiong.
"Benar, seperti Liu Ban-mong, Wong Jin-jiu, mereka pernah bertemu dengan kita, jadi kita tidak perlu memper-lihatkan wajah asli kita, dan selain itu kita harus menemukan plakat hijau dan hitam, karena plakat jenis ini paling banyak, kedudukan mereka rendah, mereka tidak akan ingat, bila ada yang kenal kita bisa menghadapi mereka dengan menggunakan plakat hijau atau hitam, dengan begitu tidak akan menimbulkan masalah."
Goan Hiong benar-benar kagum kepada Lim Hud-kiam, saat dia mengatakan kalau nama ketiga orang itu ada urutan angkanya, Goan Hiong menganggap itu hanya kebetulan, tapi saat Liu Ji mengeluarkan plakatnya, kebetulan yang dikatakan Goan Hiong sudah tidak bisa dipakai lagi.
Lim Hud-kiam membawa plakat dan mengubah wajahnya, mereka dengan cepat mengoles kulit mereka, warna kulit mereka segera berubah, mata mereka diberi sedikit obat, mata mereka yang bercahaya menjadi buram, dan wajah mereka pun terlihat menjadi biasa, bila ada orang yang pernah bertemu dengan mereka tidak akan ada yang ingat, tapi merasa pernah meliat.
Ini adalah maksud mereka menyamar, mengikuti jalan tadi mereka berbalik arah, masih diam-diam menghabisi dua orang penjaga dan mendapatkan plakat pinggang berwarna hitam, yang satu bernama Liu Cai-hu yang satu lagi bernama Goan Ta-hai, kebetulan namanya sama dengan mereka.
Karena itu mereka mempunyai identitas baru lagi.
Baru keluar dari desa barat, mereka bertemu dengan Liu Ban-mong, Lim Hud-kiam segera membawa Goan Hiong mendekatinya.
Liu Ban-mong dengan melotot bertanya.
"Kalian bagian mana?"
Lim Hud-kiam segera menyodorkan plakat di pinggangnya dan menjawab.
"Datang dari desa utara."
Liu Ban-mong melihat mereka, karena utara adalah mewakili air dan plakat berwarna hitam, maka Lim Hud-kiam tidak salah menjawab, Liu Ban-mong pun tidak bertanya lagi, dia hanya mengelus janggutnya yang pendek dan bertanya.
"Mengapa orang-orang bagian desa utara bisa kemari? Bukankah kalian tidak diijinkan keluar dari sana?"
Kata Lim Hud-kiam.
"Aku diperintahkan untuk berpatroli di desa, aku melihat di selatan desa ada beberapa orang yang terbunuh."
Liu Ban-mong terkejut, tanyanya.
"Apakah benar, kalian berpatroli dengan siapa?"
"Tuan Ong Ci (Lo-ci) dan Tuan Li-si."
Liu Ban-mong mengangguk, patroli desa berasal darinya maka dia tahu nama-nama yang disebut cocok, dia tidak curiga dan bertanya.
"Di mana mereka?"
"Tuan Ong Ci mengatakan ada orang luar sudah masuk, karena orang-orang yang mati sebelumnya mereka bertarung dulu, mereka sedang mencari orang itu dan memerintahkan aku untuk melapor kepada Pengurus, apa yang harus kami lakukan selanjutnya, harap bisa memberikan petunjuk."
"Perkiraanku tidak salah, orang yang datang ke sini bukan hanya 3 orang perempuan itu saja, tidak disangka mereka masuk melalui desa selatan, berapa orang yang datang? Siapakah mereka?"
"Aku tidak tahu, kami hanya melihat ada mayat, tidak melihat ada musuh!"
Liu Ban-mong berpikir sebentar lalu berkata.
"Celaka, mereka benar-benar gentong nasi, ada orang masuk tapi bayangan mereka pun tidak bisa dilihat!"
Lim Hud-kiam menundukkan kepala tanpa suara, Liu Ban- mong berkata lagi.
"Hal ini jangan sampai tersebar, aku akan menyuruh orang untuk menyelidikinya lagi, kalian berdua laporkan kepada Kiu-nio, beritahu ada orang yang sudah masuk desa, suruh dia berhati-hati!"
Ilmu pedang Ma Kiu-nio lebih condong ke arah timur, dalam Ngo-heng dia berada di peringkat satu dan dua dan berada dalam posisi kayu, maka Lim Hud-kiam tahu mereka harus ke timur.
Saat mereka baru datang mereka pernah lewat ke arah timur, di sana pemeriksaan sangat ketat, maka Lim Hud-kiam sengaja berkata.
"Hamba takut tidak akan bisa lewat."
Liu Ban-mong mengangguk.
"Benar juga, aku akan memberimu sebuah plakat perintah darurat, kalian gunakan bahasa perintah biasa, bila ada orang yang tidak mengijinkan kalian lewat kalian baru keluarkan plakatnya, begitu bertemu dengan Kiu-nio, sampaikan pesanku, harap jangan sembarangan bicara pada orang lain."
"Hamba mengerti, Tuan Ong Ci sudah memberi-tahu perubahan yang terjadi di bagian selatan bila bertemu dengan Pengurus Liu baru menyampaikannya, jadi orang lain belum ada yang tahu."
Liu Ban-mong tertawa.
"Ong Ci adalah asistenku yang terbaik, dia sangat bertanggung jawab, tapi ketua kalian Heuw Liu-koan paling membencinya, bila masalah ini sudah selesai aku akan menaikkan jabatan kalian dua tingkat, dan kalian akan bekerja di bagian timur."
Lim Hud-kiam memberi hormat.
"Terima kasih, Pengurus Liu."
Liu Ban-mong melambaikan tangannya.
"Cepatlah pergi, ingat jaga rahasia ini selain Kiu-nio, tidak perlu bicara kepada siapa pun, sekalipun dia adalah Heuw Liu-koan."
Lim Hud-kiam berpura-pura bersikap serba salah, Liu Ban- mong berkata lagi.
"Jangan takut kepadanya, setelah kalian memberi tahu Kiu-nio, tinggallah di desa timur tidak perlu kembali lagi ke desa utara."
Lim Hud-kiam mengucapkan terima kasih lagi, Liu Ban- mong mengeluarkan sebuah bambu yang terukir dengan indah, ukirannya sangat aneh, dia memberikannya kepada Lim Hud-kiam dan berpesan lagi.
"Bila Kiu-nio bertanya katakan aku sendiri akan membawa orang mencari orang yang menyelinap masuk, orang itu akan kucari sampai ketemu, suruh dia menjaga tempatnya baik-baik, jangan mengurusi hal yang terjadi di luar, apakah kau mengerti?"
Lim Hud-kiam terus mengangguk, Liu Ban-mong dengan tergesa-gesa pergi dari sana.
"Lim Toako benar-benar pandai bersandiwara. Sampai- sampai rubah tua itu pun tertipu."
Tapi Lim Hud-kiam dengan serius berkata.
"Aku kira Wong Jong-ceng berada di desa bagian timur."
"Dari mana Toako bisa tahu?"
"Di lembah raja pedang telah terjadi hal begitu penting, tapi Liu Ban-mong seperti tidak menaruh di hati, ini sangat mencurigakan, dan yang paling mungkin adalah Wong Jong- ceng."
"Wong Jong-ceng menyebut dirinya sebagai raja pedang, dia adalah ketua lembah ini, apakah dia butuh orang untuk melindunginya?"
"Pendapatku tidak sama, Wong Jong-ceng menyebut dirinya raja pedang, kekuatanya sangat besar, tapi dia harus mengejar waktu setengah bulan baru berani muncul di depan umum, dia pasti mempunyai alasan yang tidak boleh diketahui orang-orang."
"Alasan apa dia berlaku demikian?"
"Sulit dikatakan, mungkin dia sakit, mungkin dia sedang berlatih ilmu silat pada tafap terpenting sehingga tidak boleh diganggu, ini hanya tebakanku belum tentu tepat, tapi Liu Ban-mong begitu perhatian kepada desa timur, kita harus ke sana untuk mencari tahu."
"Dengan identitas apa kita ke sana?"
Lim Hud-kiam tertawa.
"Kita mempunyai tanda perintah dari bambu, dengan identitas pesilat pedang lapis 3 sangat cocok, kecuali Wong Jin-jiu karena plakat hitam berada di bawah pimpinannya dengan begitu kita harus menggunakan identitas pesilat berplakat kuning."
"Ma Kiu-nio adalah istri Wong Jin-jiu, apakah kita bisa melewatinya?"
"Ini memang masalah penting, memang tidak mudah diketahui, tapi ini sangat berbahaya."
"Aku kira dengan plakat kuning sulit menipu Ma Kiu-nio, orang yang diperintahkan Wong Jin-jiu pasti orang kuat, Ma Kiu-nio pasti tahu."
"Tidak masalah, bukankah tadi Liu Ban-mong sudah berpesan setelah membereskan pekerjaan kita, kita tidak perlu kembali lagi ke timur, kelihatannya suami istri ini tidak akur, hanya dengan tinggal di desa timur baru membuat Wong Jin- jiu tidak marah, coba Goan-heng pikir, masa Liu Ban-mong tidak tahu kalau mereka adalah suami istri, dia melakukan ini hanya ingin membuat Wong Jin-jiu malu."
"Lim Toako lebih bisa melihat masalah."
Ooo)d*w(ooO BAB 29 Masuk ke sarang naga untuk mencari mustika naga Mereka berdua berunding sebentar, lalu langsung berjalan ke arah timur, di sepanjang jalan mereka tetap mengeluarkan plakat kuning karena sebelumnya mereka pernah kesini orang yang menjaga tetap orang tadi, bila mereka mengganti identitas, malah akan dicurigai, ini adalah salah satu ketelitian Lim Hud-kiam, tapi ketelitian ini yang membawa mereka dalam bahaya.
Karena pertama kali mereka lewat sana dengan wajah asli, setelah membunuh Liu Ji dan Kiu Bu mereka mengubah wajah mereka untuk menyamar, maka mereka sekarang menjadi dua identitas yang berbeda.
Lim Hud-kiam memang teliti tapi dalam ketelitian-nya, dia lupa akan hal ini, tapi sepanjang jalan para penjaga tidak ada yang menghalangi mereka, tapi terlihat penjagaan semakin ketat, Lim Hud-kiam mulai merasa ada yang salah, karena setiap pos dijaga sangat dekat, sampai-sampai penjaga yang bersembunyi pun muncul untuk memeriksa dan bertanya- tanya.
Untung Lim Hud-kiam cepat merasakannya, akhirnya dia tahu dari mana asalnya penyakit ini, dalam hati dia berpikir kemudian berkata kepada pesilat pedang yang datang.
"Kedua kakak bisa kembali ke tempat semula, kali ini sudah terbukti kalau kalian sangat bertanggung jawab, aku akan melaporkannya kepada pengurus dan beliau akan memberi penghargaan kepada kalian."
Salah satu pesilat pedang itu bertanya.
"Apa yang akan Toako katakan?"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Tadi saat Ong Toako dan Li Toako lewat, mereka memberitahu pengurus kalau kalian kurang ketat berjaga, maka pengurus sengaja menyuruh kami datang untuk membuktikannya, maka kami mengambil plakat mereka untuk memerintah kalian, tidak disangka kalian tidak tertipu, dengan begitu pengurus bisa tenang."
Kedua pesilat itu menjawab dengan dingin.
"Kalau pengurus memerintah kami tidak jadi masalah, tapi mengapa kalian berdua yang mempunyai plakat kuning, meskipun berada di tingkat pertama di tempat kami di sini, kalian berdua dengan hak apa bisa mendikte dan memerintah kami!"
Dengan tenang Lim Hud-kiam mengeluarkan plakat bambu dan berkata.
"Ada plakat bambu ini berarti pengurus sendiri yang datang, Toako tentunya tidak akan marah lagi bukan?"
Mereka melihat plakat bambu itu lalu menjawab.
"Kalian berdua selain mendikte kami apakah masih ada petunjuk lain?"
"Tentu ada, inilah plakat khusus, tidak mudah dikeluarkan, kami diperintahkan harus menyampaikan sesuatu kepada Kiu- nio!"
Kata Lim Hud-kiam.
"Kiu-nio sedang sibuk, biar aku sendiri yang akan menyampaikan kepada beliau!"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Kalau bisa titip pesan melalui Toako, apa kegunaan plakat bambu ini? Lebih baik Toako mengantarkan kami bertemu dengan Kiu-nio."
Pesilat pedang itu berpikir sejenak.
"Kalian berdua ikut aku!"
Dia menoleh dan melambaikan tangan untuk meng-halangi pesilat pedang lalu berpesan.
"Jaga baik-baik, jangan diijinkan ada yang masuk!"
Kemudian dia baru membawa mereka menuju sebuah rumah, sampai di depan rumah dia tidak berani masuk, lalu mengetuk pintu tiga kali, dari dalam muncul 2 orang perempuan setengah baya, salah satu dari mereka bertanya.
"Ada pesan penting apa?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pesilat pedang itu segera memberi hormat.
"Pengurus Liu menyuruh kedua orang ini menemui Kiu-nio."
Perempuan itu dengan tidak sabar berkata.
"Tadi aku sudah memberitahu kalian, tidak ada seorang pun yang boleh masuk, bila si buta Liu ada perlu suruh dia mengambil keputusan sendiri, tidak perlu merepotkan kami, Kiu-nio sedang tidak ada waktu!"
"Pengurus Liu memerintahkan mereka berdua datang dengan plakat bambu,"
Ujar pesilat pedang itu.
"Apa yang terjadi?"
Tanya perempuan itu.
"Apakah memberitahu Kiu-nio atau memberi petunjuk?"
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Tidak perlu Pengurus Liu sampai meminta nasihat kepada Kiu-nio."
"Benar, kalau ada masalah dia tidak bisa mengambil keputusan, dia akan bertanya kepada nona, tidak perlu sampai datang kemari dan banyak bicara, kita masing-masing mengurusi masalah sendiri."
"Kami datang untuk memberitahukan sedikit masalah bukan datang untuk menanyakan pendapat, pengurus tahu kalau Kiu-nio sedang sibuk, kalau masalah kecil dia tidak akan datang untuk merepotkan Kiu-nio,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Baiklah, ikut aku ke atas!"
Kata perempuan itu.
Dia membalikkan tubuh, perempuan satu lagi membawa pedang mengikuti dari belakang, seperti mengawasi mereka.
Pesilat pedang yang mengantar mereka meninggalkan tempat.
Setelah melewati beberapa rumah, semua yang ada di rumah itu adalah para perempuan, ada yang tua, muda, masing-masing membawa pedang, seperti bakal ada musuh yang datang menyerang, dan penjagaan di sana sangat ketat.
Perempuan itu membawa mereka ke sebuah loteng, terlihat Kiu-nio sedang memimpin 7-8 orang perempuan setengah baya mengelilingi dan menjaga sebuah rumah yang tertutup rapat.
Lim Hud-kiam menghampiri dan memberi hormat.
"Kami datang memberi hormat."
"Siapa kalian?"
"Kami dari bagian desa utara."
"Mengapa si buta menyuruh kalian kemari?"
"Mengapa pengurus sampai menyuruh kami ke sini, kami sendiri pun tidak tahu."
Perempuan yang membawa mereka datang dan berkata.
"Kiu-nio, aneh sekali mengapa pengurus menyuruh dua orang desa utara kemari?"
Ma Kiu-nio tertawa, katanya.
"Ini salah satu ketelitiannya, karena kedudukan orang desa utara lebih rendah hal yang mereka ketahui pun sangat minim, bila mereka bisa melihat pun tidak akan bisa melihat apa-apa."
Kemudian dia bertanya.
"Kalian ada perlu penting apa?"
"Ada orang luar yang masuk lembah,"
Jawab Lim Hud-kiam.
"Semua itu kami sudah tahu!"
"Bukan 3 orang perempuan itu tapi ada yang lain!"
Ma Kiu-nio terkejut dan bertanya.
"Siapa mereka?"
"Tidak tahu, orang itu masuk dari desa selatan, mereka telah membunuh beberapa penjaga, sekarang tidak ada yang tahu keberadaan mereka, pengurus sendiri telah membawa orang berpatroli kesana, maka beliau memerintahkan kami kemari untuk memberitahu Kiu-nio."
Ma Kiu-nio mulai tidak sabar.
"Si buta Liu benar-benar kurang ajar, aku sudah memberitahu, memang di sana ada alam yang melindungi tempat ini tapi tetap saja harus dijaga ketat, dia selalu tidak mau mendengar omonganku, sekarang timbul masalah, aku ingin tahu apa yang akan dia katakan?"
Lim Hud-kiam dan Goan Hiong tidak bicara, Ma Kiu-nio berpikir sebentar lalu berkata.
"Aku tahu, beritahukan kepadanya, orang yang menyelinap masuk harus ditangkap dan dibunuh semua!"
Goan Hiong menyahut, baru saja akan meninggalkan tempat, Lim Hud-kiam segera berkata.
"Pengurus berpesan kepada kami setelah memberi tahu kabar ini kepada Kiu-nio, tidak perlu kembali ke sana lagi."
"Apakah benar dia berkata demikian?"
"Benar, pengurus menyuruh kami tinggal di sini dan mendengarkan perintah Kiu-nio, maka bila Kiu-nio ingin menyampaikan sesuatu kepada pengurus lebih baik menyuruh orang lain,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Jangan sembarangan bicara, di sini kami tidak membutuhkan kalian,"
Kata perempuan itu. Tapi Ma Kiu-nio tertawa, katanya.
"Di sini kita memang tidak membutuhkan mereka, tapi bila si buta menyuruh mereka tinggal di sini, tidak salah, di lembah kecuali beberapa orang penting kalian bisa berada di ruang penyimpanan pedang, mana mungkin membiarkan mereka keluar dan berbicara macam-macam?"
"Tapi mereka tidak tahu apa-apa,"
Kata perempuan itu.
"Walau mereka tahu atau tidak, lebih baik jangan keluar dari sini, bila benar ada orang yang menyelinap masuk ke lembah, dia pasti pesilat lihai, bila kedua orang ini jatuh ke tangan yang lain dan memberitahu, ini akan menjadi masalah serius."
Perempuan itu berkata lagi.
"Tapi yang tinggal di loteng semuanya perempuan, suruh mereka tinggal di sini, mereka tidak akan kebagian pekerjaan!"
Kata Ma Kiu-nio.
"Di bawah loteng ada perempuan- perempuan yang usianya 40 tahun lebih, bisa disatukan dengan mereka, membereskan kamar yang biasa kita gunakan untuk berisitrahat, tempat itu untuk mereka beristirahat."
"Bagaimana kalau kita pindah tempat?"
Tanya perempuan itu.
"Cepat pindahkan perabotan, mulai sekarang kita tidak boleh meninggalkan tempat pedang ini, sampai tuan kita sukses,"
Ucap Ma Kiu-nio.
"Harus menunggu berapa lama? Bila 10 hari, orang akan sulit menahan rasa jenuh."
"Ada pepatah mengatakan. Yang-pin-jian-jit, yung-cai-it-su (Memelihara tentara seribu hari, menggunakan hanya satu kali), tuan menghabiskan waktu dan tenaga selama 10 tahun melatih kalian menjadi pesilat tangguh tapi beliau tidak pernah mengeluh lelah, sekarang baru meminta kalian menjaga selama 10 hari lebih kalian sudah mengomel, benar-benar tidak punya hati dan lupa diri!"
Omel Ma Kiu-nio. Perempuan setengah baya itu dengan cepat meminta maaf.
"Aku hanya bicara saja tidak ada maksud lain, demi tuan kepala sampai putus nyawa pun kami tetap pantang mundur, apalagi hanya masalah kecil, bila tuan sukses, kita juga yang akan mendapat kebaikan."
"Bila kalian sudah mengerti, semua orang akan mendapat kebaikan setelah perjuangan beberapa tahun, hanya tinggal menunggu waktu, cepat bersihkan kamarnya,"
Perintah Ma Kiu-nio. Karena perempuan itu berjalan ke sebuah kamar yang ada di sini dan mengeluarkan dua wadah seperti ember kemudian menaruhnya di pinggir tangga, dia berkata kepada Lim Hud- kiam.
"Kalian ke kamar bukan untuk beristirahat, bila tidak dipanggil kalian jangan keluar, apakah kalian dengar?"
Dugaan Lim Hud-kiam tidak meleset ternyata Wong Jong- ceng memang ada di sini dan sedang berlatih ilmu silat, dia sangat senang dan dengan cepat berkata.
"Kami mendengar perintah nona, apakah kami harus menunggu selama 10 hari di kamar?"
Jawab perempuan itu.
"Berapa hari pun kalian tetap tidak boleh keluar!"
"Tentu, tapi bagaimana kalau kami ingin makan, minum, buang air besar dan kecil?"
Tanya Lim Hud-kiam. Perempuan setengah baya itu membentak.
"Kami makan apa kalian pasti tidak akan ketinggalan, kalian benar-benar cerewet!"
Lim Hud-kiam menunjuk dua ember besar itu dan bertanya.
"Kalian bisa buang air besar dan kecil di sana, tapi bagaimana dengan kami? Apakah hanya makan terus tapi tidak dibttang? Apakah bisa membuangnya di dalam rumah?"
Perempuan itu mengerutkan alisnya.
"Bertambah dua lelaki seperti kalian benar-benar merepotkan!"
"Tapi kata-katanya pun benar, aku akan menyuruh orang mengantarkan kemari,"
Kata Ma Kiu-nio. Lim Hud-kiam pura-pura dengan malu berkata.
"Kiu-nio, aku tidak tahan lagi, sebab selama dua hari ini aku sedang sakit perut gara-gara tadi berlari cepat sekarang perutku sakit lagi!"
Perempuan itu dengan tidak sabaran berkata.
"Kau benar- benar cerewet!"
Tiba-tiba dari dalam kamar terdengar suara lelaki.
"Kiu-nio, orang makan nasi sewaktu-waktu bisa sakit, biar dia masuk ke kamarku untuk buang air besar atau kecil."
"Tidak bisa!"
Jawab Ma Kiu-nio.
"Tidak apa-apa, biarkan dia masuk!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kata orang yang ada di dalam kamar. Sewaktu Ma Kiu-nio sedang ragu, pintu kamar tiba-tiba terbuka, muncullah seorang lelaki setengah baya, wajahnya kaku, tubuhnya sangat tinggi tapi sedikit kurus. Ma Kiu-nio dengan terkejut bertanya.
"Apakah Tuan sudah bisa bergerak?"
Mendengar Ma Kiu-nio memanggil lelaki itu dengan panggilan 'tuan', Lim Hud-kiam dan Goan Hiong menjadi tegang, mereka melihat orang itu, orang itu dengan dingin bertanya.
"Apa yang kalian lihat?"
Dengan hormat Lim Hud-kiam berkata.
"Aku mengenal Tuan, mengapa wajah Tuan sekarang berubah? Tidak seperti dulu?"
Orang itu mengangguk.
"Aku memakai topeng, supaya tidak dikenal orang lain, masuklah kalau kau ingin buang air besar, aku masih ada perlu ingin mencarimu!"
Terpaksa Lim Hud-kiam memberi hormat dan masuk ke kamar, kemudian dia melihat sekeliling kamar, itu adalah sebuah kamar yang mewah, dekorasinya sangat bagus.
Di atas meja banyak buku bertumpuk, di rak dinding tersimpan banyak botol-botol yang terbuat dari keramik, kelihatannya tempat ini adalah tempat di mana ketua lembah beristirahat dan membaca, tidak seperti tempat untuk berlatih ilmu silat, yang membuat Lim Hud-kiam merasa terkejut adalah di atas tempat tidur tergantung sebilah pedang, bentuk pedangnya sangat aneh, sekilas melihatnya langsung tahu kalau itu adalah sebilah pedang kuno.
Lim Hud-kiam merasa mengenal pedang kuno itu, masa kanak-kanak Lim Hud-kiam dilewatkan di Ceng-seng, ingatannya tidak jelas tapi dia yakin dia pernah melihatnya waktu kecil dulu, berarti dia pernah melihat pedang kuno itu di masa kecilnya dulu.
Dari sini dapat ditebak bahwa ketua lembah Wong Jong- ceng pasti orang yang telah keluar dari Ceng-seng, dia menutupi wajah aslinya dengan topeng, supaya tidak diketahui kalau dia orang Ceng-seng.
Lim Hud-kiam memang menebak seperti itu tapi dia tidak berani berjalan-jalan di kamar itu, apalagi melihat-lihat.
Mendengar suara Wong Jong- ceng, Lim Hud-kiam tahu kalau tenaga dalamnya sangat tinggi, sedikit suara pun tidak akan lolos dari pendengarannya yang tajam, sekarang belum waktunya dia harus membuka identitasnya, maka dia masih harus menyamar.
Dari balik tirai dia menemukan kamar, dia menemukan sebuah wadah besar untuk buang air besar, terpaksa Lim Hud- kiam duduk di sana dia mendengar pembicaraan di luar, terdengar Ma Kiu-nio bertanya.
"Tuan sudah bisa bergerak, berarti latihan ilmu silat Tuan sudah selesai, selamat Tuan! Mengapa begitu cepat bisa selesai?"
Wong Jong-ceng tertawa, katanya.
"Catatan dalam Pit-kip itu belum tentu benar, aku sendiri sudah melancarkan aliran darah dan nadiku, walaupun tidak ada Pit-kip kedua, aku tidak akan lumpuh."
Hati Lim Hud-kiam bergetar.
"Mengapa Wong Jong-ceng bisa mempunyai Pit-kip? Dari pembicaraan tadi sepertinya karena berlatih ilmu dari Pit-kip membuat tangan dan kakinya lumpuh, jadi dia berlatih ilmu silat untuk melancarkan jalan darahnya, sebenarnya apa yang terjadi?"
Apakah ada dua Pit-kip? Sewaktu Lim Hud-kiam sedang merasa aneh terdengar Wong Jong-ceng berbicara kepada Goan Hiong.
"Menurutmu tadi ada orang yang masuk melalui desa selatan, apakah ini tidak salah?"
Jawab Goan Hiong.
"Aku tidak begitu jelas, aku hanya tahu kalau di desa selatan ada yang terbunuh, dan Pengurus Liu sedang ke sana untuk menyelidiknya, bila Tuan ingin tahu lebih lanjutnya, lebih baik tanyakan saja kepada Pengurus Liu, aku hanya diperintahkan pengurus menyampaikan pesannya."
Kata Ma Kiu-nio.
"Kalau di tempat lain ada yang masuk, pasti sudah membunyikan tanda, hanya saja penjagaan di desa selatan paling lemah jadi ada orang yang bisa masuk."
"Orang yang bisa masuk melalui desa selatan ada dua kemungkinan, yang satu adalah orang Ceng-seng sedangkan yang satu lagi adalah...."
"Siapa yang satu lagi?"
Tanya Ma Kiu-nio.
"Jangan tanya, aku percaya ini tidak mungkin, aku juga tidak takut, Kiu-nio, beritahu kepada Liu Ban-mong tidak perlu mencari orang yang menyelinap lagi."
"Mengapa tidak perlu dicari lagi?"
Wong Jong-ceng tertawa.
"Orang di lembah ini terlalu banyak, pengurusannya kurang teratur, kalau orang itu sudah masuk ke lemah pasti dia akan menggunakan baju kita yang ada nomor dan bergerak di antara orang-orang kita, mencari orang itu percuma saja."
"Bagaimana kalau semua orang lembah dikumpulkan dan kita periksa satu per satu."
Wong Jong-ceng tertawa.
"Tidak perlu sampai repot seperti itu, aku sudah menemukannya."
"Apakah Tuan sudah menemukan mereka?"
Tanya Kiu-nio dengan terkejut.
"Paling sedikit mereka ada dua orang, anak muda yang di dalam, kau bisa keluar!"
Lim Hud-kiam benar-benar terkejut dengan cepat dia berdiri. Pandangan Wong Jong-ceng seperti bisa menembus tirai, dia seperti bisa menebak semua gerak-gerik Lim Hud-kiam, Wong Jong-ceng tertawa.
"Anak muda, jangan tegang, pakai bajumu dulu lalu pelan-pelan keluar, aku tidak akan membuat kalian sulit, tapi aku juga akan memberitahu kalian jangan sekali-kali berharap bisa kabur, kamar ini adalah jalan keluarnya."
Lim Hud-kiam mendengar ada suara senjata beradu, mungkin Goan Hiong sedang bertarung maka cepat-cepat dia memakai bajunya dan membawa pedang keluar.
Ternyata Goan Hiong dan Ma Kiu-nio sedang bertarung dengan sengit, Wong Jong-ceng melihat dari pinggir, Lim Hud- kiam datang hanya dengan beberapa jurus dia berhasil membuat Ma Kiu-nio mundur, tapi perempuan-perempuan di sana sudah mengurung mereka.
Wong Jong-ceng melambaikan tangan.
"Kalian mundur, Kiu- nio, kau juga mundur."
Ma Kiu-nio mundur tapi dia tetap waspada. Wong Jong-ceng dengan tenang berkata.
"Anak muda, ilmu silatmu cukup bagus, kau belajar dari siapa?"
Lim Hud-kiam tidak menjawab.
"Kau tidak mau memberitahuku tidak apa-apa, aku bisa menebaknya, dalam dua jurus kau bisa membuat Kiu Nio mundur, kau pasti anak muda yang bernama Lim Hud-kiam, baiklah, aku tidak menyangka kalau ilmu pedangmu begitu tinggi, apalagi kau bisa masuk ke lembah raja pedang dan terus melaju ke sini, kau benar-benar hebat!"
Ma Kiu-nio masih dengan penuh curiga berkata.
"Tuan, wajah Lim Hud-kiam tidak seperti itu!"
Wong Jong-ceng tertawa terbahak-bahak.
"Aku tahu dia bukan seperti itu, mereka menggunakan obat untuk mengubah wajah, tapi aku bisa memastikan kalau dia Lim Hud-kiam, kau lihat senjatanya akan tahu!"
Ma Kiu-nio melihat pedang tumpul segera berteriak.
"Benar, dia Lim Hud-kiam!"
Wong Jong-ceng tertawa, katanya.
"Aku tidak akan salah melihat orang, siapa yang satu lagi?"
Merasa identitas mereka telah terbongkar, Goan Hiong tidak berpura-pura lagi.
"Aku adalah Goan Hiong, lahir di Su-chuan, sekarang aku adalah murid Kian-kun-kiam-pai!"
Wong Jong-ceng tertawa.
"Ternyata putra Goan Jit-hong lumayan juga, ilmu pedangmu lebih bagus dari ayahmu, generasi muda selalu lebih kuat dari generasi tua, ayahmu juga pesilat tangguh, mengapa kau malah menjadi murid Kian- kun-kiam-pai?"
"Karena ayahku merasa ilmu pedang Kian-kun-kiam-pai lebih bagus dari ilmunya, maka dua menyuruh kami kakak adik seperguruan masuk menjadi murid Kian-kun-kiam-pai!"
Wong Jong-ceng tertawa terbahak-bahak.
"Siau Pek dari Kian-kun-kiam-pai bernasib baik, sepanjang hidupnya tidak pernah bertemu dengan lawan kuat, karena itu membuatnya terkenal, ilmu silat Kian-kun-kiam-pai tidak begitu bagus, kau sudah salah masuk perguruan!"
Goan Hiong marah, katanya.
"Kau berani menghina kami, turun dan coba bertarung denganku!"
Wong Jong-ceng tertawa, katanya.
"Mengenai ilmu silat kau jangan tidak bisa terima, di rapat akbar di Tai-san, bukankah kau sudah melihat sendiri, putri dan anak buahku cukup untuk menguasai dunia aku akan mengatakan kalau ilmu pedang lembah raja pedang tidak ada duanya di dunia ini, aku kira semua pun akan setuju, lebih baik kau jangan menghabiskan tenagamu dengan sia-sia, mengenai kepintaran kalian, aku sangat mengaguminya, kalian bisa sampai di sini benar-benar bukan hal mudah tapi akhirnya kalian berbuat kesalahan juga!"
"Aku tidak terpikir di mana salah kami?"
Tanya Lim Hud- kiam. Wong Jong-ceng menunjuk Goan Hiong.
"Kata-katanya ada satu kalimat yang salah."
"Di dalam aku dengar dengan jelas, dia tidak salah bicara,"
Kata Lim Hud-kiam.
"Kata-katanya memang tidak ada yang salah, yang salah adalah panggilannya."
Lim Hud-kiam tertawa, katanya.
"Panggilannya juga tidak salah, semua orang memanggilmu tuan."
Wong Jong-ceng berpikir sebentar dan berkata.
"Benar, panggilan untuk kalian sendiri harus lebih teliti, di lembah ini, susunan kedudukan sangat ketat, hanya tingkat satu dan dua di depanku baru bisa menyebutkan diri adalah anak buahmu, di tubuh kalian tergantung plakat tingkat ketiga, itu adalah plakat hitam masih tidak pantas mengatakan anak buah, ini hanya kesalahan kecil, terbukti kalau kalian belum berpengalaman."
Dengan kagum Ma Kiu-nio berkata.
"Tuan benar-benar teliti dan pintar, aku tidak memperhatikan hal kecil ini."
Wong Jong-ceng tertawa terabahak-bahak.
"Masalah besar diperhatikan dari masalah kecil, bukankah aku sering memberitahu kalian tapi sayang kalian tidak mau mengerti, seperti menyebutkan nama, aku selalu minta dengan ketat sampai-sampai dihukum dengan berat kalau salah menyebutkan nama, kalian menganggap aku mengada-ada, hari ini kalian baru mengerti kalau caraku benar bukan?"
"Kami tidak sanggup menyaingi kepintaran Tuan."
Wong Jong-ceng tertawa lagi.
"Aku menamakan lembah ini adalah lembah raja pedang karena aku mempunyai cita-cita luhur, aku ingin membuat perubahan baru dalam ilmu pedang, aku tidak hanya akan membuat diriku menjadi nomor satu di dunia ini, aku juga ingin membuat lembah ini menjadi kerajaan pedang, menyatukan semua perguruan ilmu pedang dan keluarga pesilat pedang, aku akan membuat ilmu pedang menjadi ilmu satu-satunya menjadi ilmu terkuat di dunia persilatan, saat cita-cita ini muncul dalam pikiranku, semua menganggap aku sedang bermimpi, sedang berilusi, tapi aku tetap harus berhasil. Sekarang aku sudah berhasil, Kiu-nio, terima kasih atas dukungan dan kesetiaan kalian, aku pernah berjanji akan memberikan masa depan yang cerah kepada kalian, hari itu sepertinya sudah dekat."
"Ilmu pedang tiada batasnya, selamanya tidak akan ada orang yang menjadi nomor satu di dunia ini,"
Ujar Lim Hud- kiam. Wong Jong-ceng lagi-lagi tertawa terbahak-bahak.
"Kau benar-benar katak dalam tempurung, bila ingin menjadi nomor satu di dunia ini, 10 tahun yang lalu kami sudah sanggup mencapai tujuan ini tapi hanya karena aku masih belum merasa puas menjadi raja pedang maka aku mengolah usaha- usahaku, aku bukan hanya ingin menjadi raja pedang tapi aku juga ingin mendirikan sebuah kerajaan pedang!"
"Raja dihormati oleh puluhan ribu rakyatnya, apakah kau bisa membuat semua orang bertekuk lutut?"
Tanya Lim Hud- kiam. Wong Jong-ceng tertawa, katanya.
"Semua itu sebentar lagi kau akan mengetahuinya, rapat akbar di Tai-san adalah langkah pertamaku, aku sudah berhasil mengumpulkan semua ketua perguruan pedang, kemuliaanku sudah disebarkan, doktrin-doktrin mengenai raja pedang sudah pula disebarkan, mana mungkin mereka tidak akan mau bertekuk lutut?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Wiro Sableng 061 Makam Tanpa Nisan Pendekar Gila 37 Petaka Seorang Pendekar Girls Of Riyadh Karya Rajaa Alsanea
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama