Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 4

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 4



Sesudah jalan beberapa hari dan sampai di kota Ciu-yang, di sepanjang perjalanan sangat tenang, Thio Yan-to segera mencari muridnya dan pada malam itu juga dia pulang diantar Lim Piauw-leng dan Bu Ta-kuang.

Baru saja mereka baru saja berangkat, Kie Tiang-lim segera membawa Rombongan perusahaan perjalanan ke kota Seng- touw, semua orang merasa aneh, Kie Pi-sia bertanya.

"Ayah, kalau mencari perhiasan yang hilang, harus berbalik arah, mengapa kita malah pergi ke kota Seng-touw?"

"Aku takut di tengah perjalanan Thio Yan-to akan mengalami sesuatu, kita mengantar orang harus sampai di rumahnya, itu akan lebih baik!"

"Mengapa tidak berjalan berbarengan?"

Tanya Kie Pi-sia. In Tiong-ho berkata.

"Lim Hud-kiam hanya ingin merampok perhiasan, sedangkan Lan-tiang-siang-sat ingin membalas dendam, sepanjang jalan begitu tenang mereka pasti menunggu di perjalanan terakhir, kita harus membagi menjadi 2 kelompok, membuat para perampok mengikuti mereka dan Thio Yan-to akan aman!"

"Kata-kata Paman In memang tidak salah, tapi untuk memancing 2 bersaudara Yu, kita bisa mengambil jalan yang lain, bukankah Thio Yan-to akan lebih aman?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Apa maksud Kie Toako?"

In Tiong-ho balik bertanya. Kie Tiang-lim tertawa terbahak-bahak.

"Sekarang, aku bisa mengumumkan kalau perhiasan itu sama sekali tidak dirampas, aku sudah menyuruh orang mengantarnya ke Seng- touw, para perampok itu memang licik, tapi tetap kalah dariku!"

Kata-katanya membuat orang-orang terpaku, Ciam Giok- beng, bertanya.

"Bukankah Thio Yan-to memberitahu kalau perhiasannya hilang?"

"Betul, di tempat berisi kotoran itu, aku dan dia menaruh perhiasannya, tapi sebelumnya aku sudah membuat yang palsu dulu, barang yang dirampok memang bukan barang murah, ongkos memalsukan benda-benda itu aku harus menghabiskan uang 50 tail perak, aku mengeluarkan ongkos dulu, tapi Thio Yan-to menaikkan ongkos kirim menjadi 2 kali lipat, ongkos kirim mencapai 400 ribu tail perak, kita tetap tidak akan rugi!"

"Susiok benar-benar pintar!"

Puji Souw Thian-sia.

"Kali ini kita bisa mendapat untung sekitar 200 ribu tail perak, tapi aku tidak ingin memiliki uang ini, bila ditambah dengan uang Thio Yan-to jumlahnya 600 ribu tail, aku membantunya menyumbangkan untuk menolong fakir miskin, aku kira kemarahan Lim Hud-kiam kepada kita adalah benar, kita menjaga keadilan dan kebenaran demi menolong orang, mengantarkan barang yang didapat dari hasil korupsi bukan tujuan kita, maka aku mengambil kesempatan ini untuk memberi peringatan kepadanya!"

Kie Pi-sia tertawa.

"Senang dan puas, aku benar-benar merasa puas! Terus terang saja, kalau bukan demi membalas dendam, aku tidak ingin mengantar barang ini!"

"Sute, aku jadi tidak mengerti, ongkos mengantar barang Thio Yan-to adalah 400 ribu tail perak, sesudah dipotong dengan ongkos memalsukan barang sebanyak 50 ribu, seharusnya sisa 350 ribu tail, mengapa kau mengatakan mendapat untung 200 ribu tail perak?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"150 tail perak itu 50 ribunya adalah dari perhiasan Thio Yan-to, kita tidak mengambilnya, tapi orang-orang yang bekerja tetap harus dibayar, 100 ribu tail lagi adalah ongkos yang aku titipkan untuk membawa barang itu!"

"Susiok, kau menitipkan kepada siapa?"

Tanya Souw Thian- sia.

"Yang pasti sesama perusahaan perjalanan!"

"Sesama perusahaan perjalanan? Mengapa aku tidak melihat ada perusahaan perjalanan lain? Yang bersama kita hanya perusahaan perjalanan Kim-leng milik kakak beradik Ma, mereka bersekongkol dengan Lan-tiang-siang-sat, mereka adalah sampah perusahaan perjalanan!"

Kata Souw Thian-sia. Kie Tiang-lim marah.

"Thian-sia, kau jangan sembarangan menghina sesama perusahaan perjalanan!"

"Aku sendiri yang melihatnya!"

Kie Tiang-lim dengan serius berkata.

"Dua bersaudara Ma dari generasi atas sampai sekarang adalah keluarga yang membela keadilan dan kebenaran, keturunannya tidak akan merusak nama baik keluarganya, apa lagi mereka membuka perusahaan perjalanan, tentu harus orang lurus, mana mungkin mereka bersekongkol dengan perampok?"

Souw Thian-sia terpaku, kemudian dia berteriak.

"Susiok, apakah benar perhiasan itu mereka yang bawa?"

Kie Tiang-lim mengangguk, melihat semua orang saling pandangan dia tertawa lalu berkata.

"Dulu 2 bersaudara Ma di daerah Su-chuan kehilangan barang yang mereka bawa, berkat Lan-tiang-siang-sat barang itu dapat diambil kembali, sebenarnya ini hanyalah sebuah akal-akalan, maksudnya adalah supaya mereka berdua bisa menjadi mata-mata, Ma Hiong-hui sangat berpengalaman melihat tenaga mereka sangat terbatas, maka dia pura-pura setuju, begitu sampai di Kim-leng, diam-diam dia mencariku untuk berunding, aku tahu kali ini Lan-tiang-siang-sat mempunyai rencana untuk merampok, maka aku juga berpura-pura memukul mereka!"

"Sute, kau benar-benar banyak akal!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Orang yang membuka perusahaan perjalanan terlalu banyak mengalami masalah, maka Pi-sia, Thian-sia, kelak kalau kalian meneruskan perusahaan perjalanan, kalian harus banyak belajar."

Kie Pi-sia melihat ayahnya, matanya memancar kekaguman, Kie Tiang-lim berkata lagi.

"Karena dua bersaudara Ma harus membawa barang dengan nilai terlalu besar, maka awalnya mereka tidak mau menerima, demi membuat mereka tenang aku tidak menyuruh mereka bertanggung jawab, aku masih sempat mengeluarkan 50 ribu tail perak untuk mencari orang yang membuat barang palsu, walaupun perampok kecil tapi mereka pasti tidak akan menyangka kalau barang aslinya berada di perusahaan perjalanan Kim-leng."

Dia tertawa keras, In Tiong-ho bertanya.

"Kie Toako, sesudah perampok itu mendapatkan barang palsu, mereka akan mencurigai 2 bersaudara Ma!"

"Barang palsu itu sangat mirip, kalau bukan ahli di bidang perhiasan, tidak akan ada yang mengetahuinya, sesudah perampok mendapatkan barang palsu, mereka tidak akan segera menjualnya, mungkin bisa membohongi mereka untuk sementara, maka aku harus buru-buru sampai di kota Seng- touw, dari tangan 2 bersaudara Ma aku harus mendapatkan kembali barang aslinya dan cepat-cepat menjualnya kemudian bersama mereka kembali ke Kim-leng...."

"Kalau begitu 2 bersaudara Ma pasti akan bermusuhan dengan perampok?"

Tanya Souw Thian-sia.

"Betul! Tapi orang yang membuka perusahaan perjalanan tidak akan pernah tunduk kepada perampok, kelak kita harus sepenuh hati mendukung perusahaan perjalanan Kim-leng,"

Kata Kie Tiang-lim.

"Itu sudah pasti, kali ini mereka membawa barang dengan taruhan nyawa untuk membantu kita, kita harus membalas budi mereka!"

Kie Tiang-lim berkata.

"Orang yang membuka perusahaan perjalanan tidak ada yang jahat, kalau tidak, sekalian saja jadi perampok, tidak perlu menjaga nama lagi!"

"Sepanjang jalan aku sudah tidak sopan kepada mereka, kalau bertemu dengan mereka, aku harus minta maaf!"

Kata Souw Thian-sia.

"Tentu saja, tapi untung kalian melakukannya dengan wajar, kalau tidak mana mungkin bisa menipu Lim Hud-kiam yang sangat pintar itu!"

Kata Kie Tiang-lim.

Kekesalan selama beberapa hari karena kehilangan barang yang dibawa sekarang tersapu bersih, setiap orang dengan semangat berjalan, akhirnya mereka tiba di Seng-touw.

Karena Lim Piauw-leng sudah dipesan oleh Kie Tiang-lim dan tahu mereka akan kemari, maka dia sudah mengatur semuanya di sebuah penginapan dan diam-diam rombongan perusahaan perjalanan menginap di sana, pada malam hari Ma Hiong-hui diam-diam datang untuk menemui Kie Tiang-lim, sambil membawa 2 bungkusan kain.

Dengan sungkan Kie Tiang-lim menerimanya, dan bertanya.

"Adik Ma, apa kabar, kali ini benar-benar telah menyusahkanmu!"

Ma Hiong-hui menghembuskan nafas.

"Ketua Kie, akalmu benar-benar hebat, Lan-tiang-siang-sat selalu mengira Anda akan berjalan melewati sungai, maka dia buru-buru ke Tiang- kang-sam-sia, bergabung dengan perampok-perampok untuk mencegat rombongan Anda, akhirnya mereka mendapatkan hasil nihil, dia marah besar kepadaku, dan akhirnya dia kembali lagi."

"Tapi dia tidak mengejar kami?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Mereka sudah melepas keinginan merampas barang bawaan kalian, tapi mereka sudah siap saat kalian pulang nanti, dia akan membalas dendam karena mereka sudah mempunyai tambang emas dan mereka sudah mempunyai harta berlimpah, maka mereka sudah tidak begitu berminat merampas barang kalian, yang terpenting mereka ingin mencarimu untuk membalas dendam, apa lagi mereka tahu kalau Thio Yan-to adalah orang yang punya kekuatan, maka mereka tidak ingin membuat Thio Yan-to marah,"

Jelas Ma Hiong-hui.

"Betul, mereka mempunyai tambang mas, kalau mereka membuat Thio Yan-to marah, mereka akan berurusan dengan pemerintahan dan tambang emas itu tidak akan bisa dijalankan dengan lancar, bocah she Lim itu sekarang ada di mana?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Lim Hud-kiam memang pintar, semua rencana dia yang susun, tapi akhirnya tidak ada yang berhasil, dia malah berhantam dengan Yu Liong, kemudian mereka berpisah, dia membawa pergi oleh 2 anak angkat Yu Ji-tong, sekarang keluarga Yu sedang mencarinya!"

Jawab Ma Hiong-hui.

"Bocah itu diam-diam merampok perhiasan yang kubawa, untung Adik Ma membantuku membawa barang yang asli, kalau tidak aku tidak bisa menghindari akalnya!"

Kata Kie Tiang-lim. Ma Hiong-hui terpaku dan berkata.

"Aku datang kemarin, hari ini aku melihat dia dibawa 2 gadis she Yu minum arak di Seng-touw, aku takut dia akan membuat ulah, maka aku menyuruh adikku mengawasinya, aku sendiri yang ke sini, harap Tay-ya melihat dulu barang yang kubawa."

Dia membuka bungkusan itu lalu mengeluarkan setumpuk perhiasan berkilau, tiba-tiba Ma Hiong-seng datang dan berteriak.

"Lim Hud-kiam datang."

Semua orang kaget, Ma Hiong-hui bertanya.

"Apakah kau melihat dia datang?"

"Betul, dia dan 2 gadis she Yu meninggalkan rumah makan kemudian berjalan menuju kemari, aku melihat dia sedang berbicara dengan pegawai-pegawai perusahaan perjalanan maka aku segera masuk untuk memberitahu."

"Apakah orang itu berani kemari?' tanya Kie Pi-sia. Souw Thian-sia dengan cepat membereskan perhiasan itu, tapi Ciam Giok-beng berkata.

"Tidak perlu dibereskan, taruh saja di sini untuk diperlihatkan kepadanya, apakah dia bisa mengambilnya?"

Kemudian seorang pekerja perusahaan perjalanan masuk memberi kabar.

"Tuan Besar, Lim Hud-kiam dan dua perempuan keluarga Yu datang berkunjung!"

Dia memberi sepucuk undangan kunjungan, di dalam undangan itu tertulis nama Lim Hud-kiam, Yu Bwee-nio, dan Yu Leng-nio.

"Persilakan mereka masuk!"

Kata Kie Tiang-lim.

Pekerja perusahaan perjalanan itu tampak sedikit ragu, tapi kemudian keluar, tidak lama kemudian di antara kerumunan banyak orang terlihat Lim Hud-kiam dengan tenang masuk, 2 gadis she Yu mengikutinya dari belakang, mereka juga terlihat sangat tenang, Lim Hud-kiam tertawa dan berkata.

"Kalian pasti lelah karena sudah berjalan berputar-putar!"

Kie Tiang-lim berkata.

"Tapi tetap ada manfaatnya, akhirnya kami bisa mengantar barang sampai di tempat tujuan!"

Lim Hud-kiam melihat perhiasan yang ada di atas meja dan berkata.

"Ada pepatah mengatakan, kelinci licik selalu mempunyai 3 rumah, Kie Cianpwee sudah membuat 4 jebakan, akhirnya bisa melindungi barang-barang bau ini!"

"Tapi lebih bau dibandingkan dengan yang kau mencuri dari wadah kotoran!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kie Pi-sia menjawab dengan sengit.

"Kedua wadah itu belum pernah dipakai jadi tidak bau, aku akan menyimpannya kelak sewaktu putriku menikah dia akan membawanya ke rumah suaminya, tapi pejabat yang ada di sini sangat menyukai nya, maka aku memberikan perhiasan itu kepadanya,"

Kata Lim Hud-kiam. Souw Thian-sia tertawa dingin.

"Tuan terus mengikuti kami sampai begitu jauh, akhirnya berhasil juga, perhiasan itu memang adalah palsu, tapi harganya lumayan tinggi, harganya 50 ribu tail perak!"

"Apa betul, terima kasih kalian sudah memberikan barang begitu mahal, tapi perhiasan itu tidak masuk ke kantongku sendiri, atas nama perusahaan perjalanan Su-hai, aku menyumbangkan uang itu kepada pemerintah Seng-touw untuk menolong fakir miskin!"

Kie Tiang-lim berkata.

"Untung semua dicatat atas nama Thio Yan-to, semua itu untuk membantunya berbuat kebaikan, keterampilan Tuan benar-benar membuatku kagum, sekarang aku ingin bertanya dengan cara apa Tuan bisa mencuri barang kami?"

"Sangat sederhana, karena orang-orang yang keluar kota atau berjalan jarak jauh belum pernah ada yang menyiapkan sebuah kereta yang diisi dengan wadah kotoran, aku mengikuti kalian selama 2 hari, jadi aku tahu pasti ada sesuatu di dalam sana, maka aku meminjam nama Kie Enghiong, memberitahu kepada Goan Lo-enghiong supaya mengijinkan kereta perusahaan perjalanan lewat di sana."

"Goan Lo-enghiong bukan perampok gunung, mana boleh dengan cara-cara seperti itu menghadapinya?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Kalau tidak dengan cara seperti ini mana mungkin bisa membuat dia salah pengertian kepada kalian, juga membuat kalian bertarung, dalam kesempatan ini aku bisa merampok barang kalian, aku memang dibantu oleh kedua Nona Yu, tapi tetap saja kekurangan orang, merampok secara terang- terangan itu tidak mungkin, hanya dengan akal baru bisa mendapatkannya, membuat kalian dan keluarga Goan saling dendam, karena itu aku merasa tidak enak hati, kelak aku akan mengakurkan kalian kembali."

Kie Pi-sia marah.

"Masalah kami tidak perlu kau ikut campur, kalau bukan karena kau telah menyumbangkan perhiasan palsu kepada pemerintahan, kami tidak akan melepaskanmu, apakah setelah menyumbangkan perhiasan itu kau mendapatkan kwitansi?"

"Ada, orang pemerintahan benar-benar tidak punya mata, mereka tidak tahu kalau itu adalah barang palsu, maka mereka membuka kuitansi senilai 800 ribu tail perak!"

Semua orang terpaku.

"Apakah benar kau mendapatkan kwitansi?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Masa aku berbohong, ini ada buktinya, 600 ribu tail milik Thio Yan-to, 200 ribu tail milik perusahaan perjalanan Su-hai, pejabat Seng-touw sangat berterima kasih atas kebaikan hati kalian, dan dia siap pergi ke ibu kota untuk memberitahukan pada paduka raja, supaya kalian diberi kehormatan, mengenai perusahaan perjalanan kalian, malam itu juga dia menyuruh orang membuatkan hadiah, hadiah itu berupa tulisan kaligrafi dari penulis terkenal, tulisan kaligrafi itu terdiri dari 4 kata yaitu 'Hiap-tong-ban-jin' (pendekar yang paling sempurna) besok tulisan kaligrafi itu akan sampai di tangan Tuan Kie!"

Dari balik dadanya Lim Hud-kiam mengeluarkan sebuah kwitansi, benar saja di sana ada cap merah tanda dari pemerintahan kota Seng-touw, dan di atas kwitansi tercatat, Kie Enghiong dari perusahaan perjalanan Su-hai sudah menyumbangkan perhiasan senilai 200 ribu tail perak....

Lim Hud-kiam memberikan kwitansi itu kepada Kie Tiang- lim, dan berkata sambil tertawa.

"Kwitansi milik Thio Yan-to akan diantar oleh walikota Seng-touw, semua kwitansi dibuatkan oleh pemerintahan Seng-touw, dan tidak akan salah!"

Dengan bengong Kie Tiang-lim menerima kwitansi itu dan melihat apakah kwitansi itu asli atau palsu, dia merasa aneh dan berkata.

"Apakah pak walikota tidak tahu mana yang asli dan mana yang palsu? Dia akan rugi."

Lim Hud-kiam berkata.

"Pak walikota telah mengundang 10 orang dari toko perhiasan untuk memeriksa perhiasan itu, apakah perhiasan itu barang asli atau palsu, dan mereka baru berani membelinya, kemudian baru menilai harganya, mengapa mereka bisa rugi?"

"Membuka toko perhiasan tidak akan rugi, sebenarnya harga perhiasan milik Thio Yan-to menurut harga di ibu kota adalah sekian, tapi dijual di Seng-touw yang jauh dari ibu kota, seharusnya lebih 2% dari harga sebenarnya, mereka benar-benar sudah mengambil untung,"

Kata Kie Tiang-lim.

"Tapi mereka benar-benar sial, mereka sudah membeli barang palsu!"

Kata Souw Thian-sia.

"Mana mungkin toko perhiasan membeli barang palsu, kalau sampai begitu mereka akan bangkrut, aku yang tidak tahu barang pun bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu...."

Mereka terpaku lagi, Lim Hud-kiam berkata.

"Aku hanya menyerahkan delapan per sepuluh, masih ada 2% lagi untuk dikembalikan kepada kalian, 100 tail perak untuk membayar ongkos perusahaan perjalanan Kim-leng yaitu pengurus Ma, sedangkan 50 ribu tail untuk mengganti kerugian Kie Enghiong yang telah membuat barang palsu, 50 ribu tail adalah keuntungan bagi perusahaan perjalanan Su-hai, apakah aku sudah membaginya dengan adil?"

"Apa yang kau katakan tadi?"

Kie Tiang-lim membentak. Lim Hud-kiam menunjuk perhiasan yang ada di atas meja.

"Perhiasan yang ada di sana sebagian adalah asli, harganya 200 tail, barang palsu memang sangat mirip dengan yang asli, lebih baik dihancurkan oleh Kie Enghiong supaya tidak digunakan oleh orang yang tidak bertanggung jawab untuk menipu orang-orang kampung!"

Kie Tiang-lim mengambil beberapa butir mutiara untuk dilihat, mutiara itu ada sedikit bekas goresan pisau, itu adalah barang palsu, barang yang dirampok memang sangat mirip dengan yang asli, tapi tetap bisa dibedakan oleh Kie Tiang-lim, dia menarik nafas, dengan tenaga dalamnya dia menghancurkan mutiara itu.

"Cianpwee jangan mencurigai pengurus Ma bersekongkol denganku, mereka adalah lelaki lurus dan tidak berniat untuk menipu, aku tidak mau mereka dicurigai maka aku datang memberitahu...."

Ma Hiong-hui marah dan meraung, golok sudah dicabut dan membacok, Yu Bwee-nio yang berdiri di sisi tiba-tiba menjulurkan tangannya mengangkat pergelangan Ma Hiong- hui, kemudian menendangnya sampai jatuh, dan dia juga marah.

"Orang bodoh, kalau bukan karena Lim Kongcu menjelaskan masalah ini, kau masuk ke Huang-ho pun tidak akan bisa mencuci bersih namamu, terus terang saja, permainan kalian hanya bisa menipu orang-orang bodoh, perhiasan asli selalu ada di perahumu, dari awal kami sudah tahu, kalau kami membocorkan rahasia ini, ayah angkatku pasti akan memenggal kepalamu!"

Melihat kakaknya terjatuh, Ma Hiong-seng ingin membantu tapi ditarik oleh Kie Tiang-lim.

"Adik Ma, jangan bergerak dulu, aku harus bertanya yang jelas!"

Dia bertanya kepada Lim Hud-kiam.

"Kalau kau tahu perhiasan asli berada di belakang perahu mengapa kau tidak merampasnya dari awal?"

"Aku sudah mencari tahu kalau ternyata kau telah membuat perhiasan palsu, sebelum aku merampas barang ini, aku harus tahu dulu yang mana yang asli dan yang mana yang palsu, maka aku membuat kalian kaget di Ciu-kang aku memberi ide kepada pengurus Ma apakah perlu membuat orang seperahu pingsan supaya tidak dicurigai, tapi dia tampak ragu sebentar, maka aku bisa mengambil kesimpulan kalau barang asli berada di perahunya."

"Kalian salah!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Aku tahu, aku sudah memeriksanya, waktu itu barangnya masih barang palsu, sampai kalian berpisah, baru barangnya ditukar, sebetulnya aku bisa saja merampasnya, tapi aku ingat pada kesetiaan 2 bersaudara Ma, kalau aku membongkar rahasia mereka keluarga Yu tidak akan melepaskan mereka dan aku paling tidak suka ada peristiwa berdarah maka aku pura-pura tidak tahu,"

Jelas Lim Hud-kiam.

"Mengapa kau tahu kami menukar barangnya?"

Kie Tiang- lim sedikit terkejut. Lim Hud-kiam berkata.

"Di malam hari kalian diam-diam menukarnya, aku melihat dengan jelas, di belakang perahu Thio Yan-to ada sebuah perahu kecil, di perahu kecil itulah kalian menukarnya, apakah benar?"

Kie Tiang-lim menarik nafas.

"Adik Ma pura-pura bersekongkol dengan keluarga Yu pasti sulit untuk menipumu, maka aku menaruh barang palsu di sana, aku tahu kalau kau sudah memeriksa barang palsu ini, karena di bungkusan kain ini aku telah memberi tanda, dan sudah ada yang membukanya...."

"Aku tahu di ikatan kain kau menyimpan beberapa barang kecil, aku sengaja membuka ikatannya supaya tahu kalau bungkusannya sudah dibuka, sebenarnya kalau tidak dibuka pun aku tetap bisa melihat barang yang ada di dalam,"

Kata Lim Hud-kiam. Sekali lagi Kie Tiang-lim merasa kaget dan bertanya.

"Bagaimana kau bisa melihatnya?"

"Kau melihat tanda yang kau tinggalkan sudah diubah olehku, tapi aku tidak mengambil perhiasan palsu yang ada di dalam maka kau mengira aku tidak akan merampas lagi, maka kau menukar barang asli ke sana, inilah yang kutunggu- tunggu, aku selalu memperhatikan gerak-gerikmu...."

"Kapan kau melihat kami menukarkan barang, karena aku ingat waktu itu di sekelilingnya sana penjagaan sangat ketat, kau tidak akan mempunyai kesempatan diam-diam melihat di pinggir!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Aku menaruh bubuk di dalam bungkusan kain, di pagi hari tidak akan ketahuan, tapi di malam hari dia akan mengeluarkan cahaya, aku lihat perahu Thio Yan-to ada cahaya yang terus berkilau, maka aku tahu apa yang kalian lakukan, tidak perlu harus dilihat dari dekat,"

Kata Lim Hud- kiam. Kie Tiang-lim menarik nafas panjang.

"Tuan benar-benar hebat, aku kagum kepadamu, kau tahu barang asli sudah di sana, tapi mengapa kau masih merampas barang yang palsu?"

"Itu demi dirimu, karena apa yang kau bicarakan dengan Thio Yan-to, aku dengar semua, dia sok pintar berunding denganmu ingin merancang semuanya dan bermulut besar, dia mengatakan walaupun perhiasannya hilang, dia tidak akan menyuruhmu mengganti rugi, demi dirimu aku harus merampas barang palsu, supaya kau tidak perlu mengganti rugi, karena kau bisa bangkrut."

"Tidak mungkin kau mendengar obrolan kami!"

Seru Kie Tiang-lim.

"Ada pepatah mengatakan dinding mempunyai telinga sebetulnya waktu itu aku ada di sisi kalian, jaraknya tidak sampai 3 meter!"

Kata Lim Hud-kiam. Kie Tiang-lim tidak percaya.

"Tidak mungkin, karena di perahu itu hanya ada kami berdua, sampai keluarganya pun diusir jauh-jauh dari sana, di atas perahu dan sisi perahu ada yang berjaga...."

Lim Hud-kiam tersenyum.

"Aku berada di bawah perahu, tempat untuk menaruh barang, memang udara di sana agak kurang, tapi pembicaraan kalian bisa kudengar dengan jelas!"

Kie Tiang-lim menarik nafas, dengan sedih dia berkata.

"Kali ini aku benar-benar kalah total, tapi aku siap menerima!"

Kie Pi-sia dengan cepat berkata.

"Ayah, apakah kau mengaku kalah?"

Kie Tiang-lim terlihat seperti sudah sangat tua, dia berkata.

"Apa yang bisa kuperbuat sekarang, barang yang dibawa oleh perusahaan perjalanan memang sering hilang, tapi selalu bisa dicari kembali, tapi barang yang kita bawa kali ini tidak mungkin dicari kembali."

"Sebetulnya barang itu tidak hilang, hanya disumbangkan kepada fakir miskin!"

Kie Tiang-lim melihat dia dan berkata.

"Ini adalah jurusmu yang paling lihai, membuat kami tidak bisa mengatakan ingin mencari kembali barang kami yang hilang, kalau hal ini tersebar keluar, kami tidak akan bisa berdiri tegak di dunia persilatan.

"Apakah Ketua akan terus berseberangan dengan kami?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Aku tidak ingin seperti itu, tapi barang asli maupun barang palsu kedua-duanya menghilang dari tangan kami, apakah perusahaan perjalanan ini masih bisa dijalankan?"

"Yang penting hanya ada beberapa orang yang tahu, aku jamin kedua nona ini tidak akan menyebarkan asal kalian bisa menjaga rahasia, siapa yang akan tahu?"

Kata Lim Hud-kiam.

"Cara yang sangat memalukan, aku tidak bisa melakukannya, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri,"

Kata Kie Tiang-lim. Lim Hud-kiam berkata.

"Itu baik juga, Ketua Kie sudah mempunyai nama dan uang, kalau sekarang pensiun, itu adalah cara terbaik, tidak perlu harus terus terombang-ambing di dunia persilatan!"

Kie Pi-sia marah dan membentak.

"Jangan sembarangan bicara, perusahaan perjalanan kami tidak akan ditutup, ayah pensiun, tapi aku dan Souw Toako akan meneruskannya!"

"Tidak ada yang melarangmu!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata Lim Hud-kiam santai.

"Kami tidak akan mengganti nama perusahaan perjalanan, juga tidak ingin menerima kebaikanmu, aku ingin bertarung denganmu secara adil di depan para pendekar untuk mengalahkanmu!"

Kata Kie Pi-sia.

"Apa pun yang kau katakan, aku setuju saja, sebetulnya kau tidak perlu bertarung denganku, kau bisa saja mengumumkan keluar kalau kau sudah menang dariku, aku akan mengakuinya!"

"Tuan tidak perlu menyindir, kau sudah membuat kami tidak bisa membalikkan badan, walaupun bisa menang darimu, tapi tidak akan bisa mengembalikan rasa malu karena telah menghilangkan barang yang kami bawa, cacat yang ada di bendera perusahaan perjalanan Su-hai tidak akan bisa dicuci."

"Kata-kata Ketua Ciam betul, maka aku malas melakukan pertarungan yang tidak perlu!"

Kata Lim Hud-kiam tertawa.

"Katakanlah secara jujur kepada kami, kau memperlakukan kami seperti ini apa sebabnya?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Kau merampas barang yang kami bawa, tapi kau menyumbang kepada fakir miskin menggunakan nama kami, dan kau sama sekali tidak mengambil sepeser pun...."

Lim Hud-kiam tertawa sambil berkata.

"Bukan tidak mengambil sepeser pun, malah aku harus menombok banyak, ongkos-ongkos dari Kim-leng ke Su-chuan, mencari tahu barang palsu dibuat di mana semua membutuhkan uang, maka kerugianku tidak sedikit!"

"Kau tidak mencari nama, tidak mencari keuntungan, kau seperti mencari masalah dengan perusahaan perjalanan Su- hai, apa maksudmu?"

Tanya Kie Tiang-lim. Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Bukankah dari awal aku sudah mengatakan kalau aku tidak suka melihat kalian dengan bendera Su-hai membela keadilan dan kebenaran, tapi malah melindungi barang-barang pejabat korupsi, maka aku harus membuat kalian sadar!"

Ciam Giok-beng marah.

"Kalau begitu kau menganggap membuka perusahaan perjalanan bukan pekerjaan yang benar dan semua perusahaan perjalanan tidak berguna!"

"Memang seperti itu!"

Jawab Lim Hud-kiam. Souw Thian-sia marah.

"Sembarangan bicara, melindungi keamanan pedagang-pedagang adalah tanggung jawab perusahaan perjalanan, ini adalah usaha yang pengabdian, orang persilatan yang paling rendah adalah menjadi perampok, kami selalu berseberangan dengan orang seperti itu...."

"Bisa mengeluarkan ongkos mahal, mereka itu pasti pejabat, pedagang, mereka selalu memeras rakyat, orang seperti itu tidak perlu dilindungi, orang yang benar-benar menggunakan tenaganya untuk mencari makan, apakah kalian pernah melindunginya!"

Souw Thian-sia tidak bisa menjawab, Kie Pi-sia berkata.

"Apakah membiarkan penjahat menguras pedagang dan orang yang melakukan perjalanan jauh itu adalah hal yang benar?"

"Maksudku bukan itu, kita harus menggunakan ilmu silat membasmi penjahat, bukankah itu lebih baik?"

Tanya Lim Hud- kiam.

"Apakah dengan mengandalkan kekuatan 1-2 orang bisa terlaksana?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Kalau semua pendekar di dunia persilatan bisa bersatu, mengapa tidak, kalian adalah angkatan tua dunia persilatan, harus bisa lebih memimpin semua orang untuk melaksanakan tugas ini,"

Kata Lim Hud-kiam. Ciam Giok-beng tidak bisa berkata apa-apa, In Tiong-ho tertawa, berkata.

"Kata-kata Tuan tadi sangat masuk akal, tapi bertolak belakang, kalau semua penjahat dibasmi, bukankah pejabat korupsi atau pedagang besar bisa terus berjalan usahanya, kata-kata tuan tadi apa artinya?"

Lim Hud-kiam terpaku, In Tiong-ho berkata lagi.

"Semua masalah ada untung juga ada ruginya, biar sebagian orang mendapatkan keuntungan kemudian kita ambil ongkos pelindung dari mereka!"

"Semua ongkos tetap ditanggung oleh rakyat kecil, apa kerugian mereka?"

Tanya Lim Hud-kiam. In Tiong-ho berkata.

"Yang pasti ada, harta tidak ada batasnya, kalau tidak menerima ongkos kirim mereka tetap menguras, kalau menerima ongkos pelindung untuk rakyat kecil yang miskin, itu akan lebih baik, Kie Toako mempunyai harta sendiri dia. tidak perlu mengandalkan uang perusahaan perjalanan, hasil membuka perusahaan perjalanan ini selama beberapa tahun semua selalu disumbangkan, aku bisa menjamin hal ini, karena anak buahnya mempunyai penghasilan yang tetap, bukan karena tidak ada uang mereka menjadi perampok, maka apa salahnya membuka perusahaan perjalanan...?"

"Menjadi perampok gara-gara hidup miskin, apa lagi orang yang belajar ilmu silat, lebih mudah memilih jalan ini, orang dunia persilatan tidak semuanya orang kaya, mereka mengandalkan ilmu silat untuk mencari makan, bekerja di perusahaan perjalanan adalah jalan yang sangat benar...."

Kata Ma Hiong-hui.

"Sebuah negara mempunyai hukuman, kalau pejabat yang tidak dihukum, ini bukan tanggung jawab kami, seperti Thio Yan-to, kalau sepanjang jalan tidak ada perampok yang muncul, dia akan mengirimkan semua hartanya ke kampung halamannya, dan sama sekali tidak berkurang atau mengalami kerugian, kami tanpa pamrih membasmi perampok, dia yang menikmatinya!"

Kata Ciam Giok-beng. Lim Hud-kiam tidak bisa menjawab.

"Kalau bisa harta Lim Kongcu semua disumbangkan kepada fakir miskin, itu lebih bagus lagi!"

Kata Yu Bwee-nio. Kata Ciam Giok-beng.

"Hatimu baik, tapi caramu adalah cara perampok, cara yang paling tidak disukai dunia persilatan, terus terang saja, sebetulnya kami juga mempunyai rencana sesudah bisa mencari kembali perhiasan yang hilang, kami pun tidak ingin mengembalikannya kepada Thio Yan-to, sekarang kalian sudah mewakili kami menyumbang kepada fakir miskin, maka aku tidak ingin ribut lagi, kalau tidak aku benar-benar ingin menghukum kalian, punya hati pendekar tapi melakukannya dengan cara seperti perampok, hal ini paling dibenci siapa pun, pulanglah kalian, pikirkan dan renungkanlah, jangan mempunyai pikiran sesat lagi!"

Dengan serius Kie Tiang-lim berkata.

"Aku bisa membuka perusahaan perjalanan karena perintah guruku, guruku seumur hidupnya sangat lurus disebut sebagai bintang dunia persilatan, apa yang beliau rencanakan kalian anak muda tidak bisa mengerti, kali ini barang bawaan kami hilang, ini adalah kesalahanku, aku akan menggantung pedangku, tapi perusahaan perjalanan tetap dibuka!"

Tadinya Lim Hud-kiam mengira alasannya sangat sempurna sekarang dia tidak bisa jawab sepatah kata pun, maka wajahnya tidak seceria tadi.

"Aku merasa menyesal, cahaya bendera Su-hai tidak akan bisa dicari kembali, bagaimana Ketua Kie bisa terus menjalankan usaha perusahaan perjalanan?"

"Kegagalan perusahaan perjalanan Su-hai adalah kegagalanku, aku malu muncul di dunia persilatan lagi, mungkin putriku akan membuat perusahaan perjalanan lain, untuk murid Kian-kun-it-kiam yang terpenting adalah mencari kebenaran bukan mencari nama, jadi kami sama sekali tidak terganggu, dan dengan begitu masalah antara aku dan Goan Jit-hong bisa diselesaikan karena perusahaan perjalanan Su- hai tidak akan muncul lagi di dunia persilatan, dia juga tidak mempunyai alasan mencariku, aku jadi bisa lebih menghemat waktu."

"Tidak, perusahaan perjalanan Su-hai tidak akan ditutup juga tidak akan berganti nama, kesuksesan yang hilang akan kurebut kembali."

"Tidak akan bisa lagi!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Aku mempunyai cara, Lim Hud-kiam, sekarang sekali lagi aku ingin bertarung denganmu, waktu dan tempat kau yang tentukan, tapi paling sedikit sesudah 3 hari dari sekarang."

"Apakah ini perlu?"

"Harus!"

"Kalau aku menolak?"

"Kalau kau menolak, aku sendiri yang akan mengambil keputusan, 10 hari kemudian, di kota Ceng-bok-koan, sekalian kita bereskan masalah dengan Goan Jit-hong, kau mau datang atau tidak, aku mempunyai cara untuk menaklukkanmu!"

Kata Kie Pi-sia dengan dingin. Lim Hud-kiam tersenyum.

"Aku akan menunggu, aku harap Nona bisa mencari cara yang baik untuk memberi pelajaran kepadaku."

"Kau boleh menunggu, lebih baik mulai sekarang kau banyak minum, kalau tidak sampai saatnya nanti kau akan kekurangan air untuk menangis."

Lim Hud-kiam tertawa terbahak-bahak.

"Mulai sekarang aku harus berusaha banyak minum, dan saat itu harus membawa banyak sapu tangan untuk menghapus air mata."

Kie Pi-sia melotot kepadanya.

"Cepat pergi dari sini! Melihatmu saja sudah membuatku muak, jangan kira dengan berpura-pura luwes bisa seperti sikap seorang Kongcu, kecuali perempuan rendahan, siapa yang sudi melihatmu!"

Dua bersaudara Yu benar-benar kaget, Lim Hud-kiam takut mereka bentrok, dia menarik kedua gadis itu dan berkata.

"Mari, kita pergi dari sini, nanti kita lihat apa caranya Kie Kouwnio?"

Mereka bertiga pergi dari sana, Kie Tiang-lim bertanya.

"Pi- sia, kau sedang merencanakan apa?"

"Ayah, jangan tanya dulu aku tidak akan menjawabnya sekarang, kalau ayah ingin membantuku, besok ayah pergi ke pejabat Thio untuk mengambil kembali kwitansinya, kemudian pergi ke Ceng-bok-kan untuk menungguku di sana, walaupun tidak ada yang membantuku, aku tetap akan melakukan hal ini, dengan cara apa pun aku harus mengambil kembali gengsi kita yang hilang!"

Kemudian dia masuk ke kamar dan menutupkan pintu, walaupun semua terus mengetuk pintu Kie Pi-sia tidak membukanya, Kie Tiang-lim tidak bisa melakukan apa-apa.

Setelah istirahat semalam, hari kedua pagi pemerintah Seng-touw diwakili walikota mengantarkan piala dan memasang petasan, Kie Tiang-lim tertawa kecut menerimanya, bersamaan waktu itu 2 bersaudara Ma menyumbangkan 100 tail perak yang mereka dapatkan kepada fakir miskin, yang pasti mereka juga mendapat pujian.

Sore hari, Thio Yan-to sendiri yang mengantarkan kwitansi, dia tidak marah, dia berterima kasih kepada Kie Tiang-lim yang telah menyumbangkan hartanya, hal ini membuat Kie Tiang-lim serba salah, dia merasa aneh kepada Thio Yan-to yang begitu royal, sesudah sibuk seharian malamnya dia baru sadar Pi-sia tidak ada Souw Thian-sia juga ikut menghilang! Hanya sepucuk surat yang ditinggalkan oleh Kie Pi -sia, dia menjelaskan bahwa dia dan Souw Thian-sia sedang melakukan sesuatu, berharap ayahnya tidak khawatir, mereka akan siap-siap menghadapi keluarga Goan, sebelum waktu perjanjian bertarung tiba, satu hari sebelumnya mereka akan kembali.

Kie Tiang-lim tidak tenang, tapi karena putrinya pergi bersama Souw Thian-sia, hal ini membuat Kie Tiang-lim merasa agak tenang, karena Souw Thian-sia sudah cukup umur, dia tidak akan melakukan hal yang tidak pantas, apa lagi Kie Pi-sia sudah berjanji akan bertarung dengan Lim Hud- kiam, masalah dengan Goan Jit-hong juga harus dibereskan, kalau tidak rombongan perusahaan perjalanan kelak tidak akan bisa lewat Su-chuan dan nama baik perguruan tidak bisa di pertahankan, maka Kie Tiang-lim siap-siap berangkat lagi.

Sebetulnya In Tiong-ho ingin pulang, tapi dalam keadaan seperti itu, dia melepaskan keinginannya untuk pulang, dia menyuruh orang mengirimkan sepucuk surat, menyuruh dua keponakannya datang ke kota Kim-leng belajar ilmu silat, dan dia ikut mereka kembali, sesampainya di kota Tong-liang tepat 9 hari setelah kejadian dengan Lim Hud-kiam, orang-orang keluarga Goan sudah mendapat kabar, Pui Thian-hoa mewakili mereka membawa sebuah undangan, undangan ditulis oleh Goan Jit-hong, isinya hanya berharap mereka bisa bertemu, sewaktu Kie Tiang-lim menerima undangan ini, dia terpaku dan bertanya.

"Apakah gurumu tahu kami berada di sini?"

Pui Thian-hoa menjawab dengan dingin.

"Ini adalah undangan dari guruku, surat menantang bertarung sudah 4 hari yang lalu kau kirimkan, mengapa Ketua Kie bertanya lagi kepadaku?"

"Siapa yang mengantar surat tantangannya?"

Tanya Kie Tiang-lim kaget.

"Untuk apa Ketua Kie pura-pura, bukankah kau juga sudah datang kemari, kalau belum siap, ingin diundur 2 hari lagi pun tidak apa-apa!"

Melihat dia bertingkah tidak sopan, Kie Tiang-lim mulai marah dan berkata.

"Aku datang kemari hanya untuk mencairkan kesalahpahaman kita, bukan untuk bertarung, pasti ada orang yang menggunakan namaku melakukan hal ini, karena takut orang itu mengaduk-aduk masalah ini, maka aku harus bertanya dengan jelas!"

"Hal kecil seperti ini bukan merupakan kesalahpahaman, di dunia persilatan 'menjelaskan' tidak ada gunanya, pertarungan adalah penjelasan yang baik, Ketua Kie hanya tinggal menjawab mau datang atau tidak, supaya guruku bisa mempersiapkan semuanya untuk melayani kalian!"

Ciam Giok-beng menjawab.

"Kami akan berkunjung ke sana tepat waktu, beritahu gurumu tidak perlu repot-repot melayani kami, kami tidak sanggup menerimanya!"

Pui Thian-hoa tertawa dingin.

"Pasti, perusahaan perjalanan kalian bisa menyumbangkan 200 ribu tail perak, kalian sungguh royal, mana mungkin mata kalian melihat rumah keluarga Goan, tapi guruku juga tidak pelit, beliau sudah menjual semua barang berharga miliknya, tapi hanya sanggup membeli secangkir arak dan beberapa makanan kasar untuk menyambut kalian, harap perut kalian bisa menerimanya, sebab di tempat miskin seperti kami bila sayur dan arak masuk perut susah dicerna!"

Kata-katanya semakin tidak sopan, Ciam Giok-beng tidak ingin bertengkar dengan seorang Siaupwee, dia hanya tertawa dingin.

"Apakah pemuda yang bernama Lim Hud-kiam pernah ke sana?"

"Aku tidak pernah mendengar nama itu, tapi kalau kalian sudah mengundang orang untuk membantu, kami akan sekalian melayani!"

Selesai bicara dia segera pergi, Ciam Giok-beng mengomel.

"Mengapa murid-murid Goan Jit-hong begitu sombong, benar- benar tidak sopan, kalau bukan karena takut ditertawakan orang, aku benar-benar ingin menghajarnya!"

Kie Tiang-lim mengeluh.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Murid-murid keluarga Goan tampaknya bukan orang yang tidak tahu aturan, ini pasti ada alasannya mungkin ada orang yang menulis surat kepada Goan Suhu dan menantang bertarung, hal ini sudah membuat mereka tersinggung maka mereka begitu marah!"

"Mungkin tidak, aku sudah banyak melihat orang, pemuda she Lim itu bicaranya memang aneh, tapi dia bukan orang kerdil dan licik, apa lagi dia telah membuat kita dan Goan Jit- hong tidak akur, dia tidak akan mendapat kebaikan dari semua ini, apa yang dia inginkan sebenarnya?"

Ciam Giok-beng tersenyum.

"Lo-te, sepertinya kau sangat tertarik pada pemuda she Lim itu!"

"Betul, kecuali pikirannya yang agak fanatik, pemuda itu baik kecerdasan maupun ilmu silatnya lebih tinggi dibandingkan orang lain, dia pun sangat menjaga perasaan!"

"Memang dia adalah pemuda baik tapi sikapnya tidak terpuji, lihatlah baru beberapa hari berkenalan dengan 2 putri keluarga Yu, kedua putri Yu sudah diculik olehnya,"

Kata In Tiong-ho. Kie Tiang-lim berkata.

"Aku tidak setuju dengan pendapat Suheng, 2 putri keluarga Yu sudah berpengalaman di dunia persilatan apakah mereka bisa diculik begitu saja?"

"Tapi mereka selalu bersama, ini kenyataan!"

Kata In Tiong- ho.

"Mungkin pendapat mereka sama dan bisa menyambung, orang-orang dunia persilatan antara laki-laki dan perempuan lebih jarang terikat oleh aturan dan etika, maka jarang terjadi kekakuan!"

"Betul, 2 gadis keluarga Yu itu terlihat genit, tapi dari alis dan mata mereka tampak kalau mereka masih adalah perawan, Lim Hud-kiam dari luar terlihat seperti suka wanita tapi sebenarnya dia sangat bisa menjaga diri, dia bukan orang yang senang perempuan, aku jamin sampai sekarang dia masih seorang perjaka,"

Kata Ciam Giok-beng. In Tiong-ho tidak percaya.

"Mengapa Ciam Toako berkata demikian? Kalau perempuan sudah bukan perawan bisa ketahuan, tapi laki-laki sulit dibedakan!"

Ciam Giok-beng berkata.

"Dengan pedang tumpul sebagai senjatanya, menggunakan pernafasan yang tidak terlihat, kalau bukan perjaka bersih, ilmu ini tidak akan bisa dikuasai!"

"Kalau begitu, selamanya dia tidak akan bisa menikah?"

Tanya In Tiong-ho.

"Sebelum 30 tahun dia tidak boleh menikah, setelah lewat 30 tahun karena pernafasannya sudah kuat, asalkan dia tidak sering bermain perempuan, ilmu silatnya tidak akan terganggu, dan setelah beristri asal bisa menguasai diri, malah ilmu silatnya akan meningkat, ini namanya Yin dan Yang yang seimbang, air dan api saling mendukung, ini adalah aturan dari alam!"

"Ternyata ada pengertian yang begitu dalam!"

Kata In Tiong-ho. Ciam Giok-beng berkata.

"Laki-laki dan perempuan menikah adalah hal yang sangat alami, banyak orang yang menguasai ilmu silat, mereka selalu menahan birahinya untuk menjaga kualitas ilmu silatnya, maka sesudah setengah baya mereka sering kali Cau-hwee-jip-mo, ilmu silat adalah suatu yang sangat alami, kalau kita berseberangan dengan alam, hasil yang didapat malah sebaliknya, dan umur kita tidak akan panjang...."

"Suheng mengerti tentang semua ini, tapi mengapa selagi badan sehat Suheng tidak berkeluarga?"

Tanya Kie Tiang-lim. Ciam Giok-beng tertawa kecut.

"Dulu aku juga pernah punya pikiran seperti itu, tapi semakin lama aku mulai merasa pikiran ini salah, sayang waktu tidak bisa diputar kembali, semua sudah terlambat, maka ilmu silatku tidak bisa maju!"

"Mengapa banyak pesilat tangguh tidak tahu tentang hal ini dari dulu?"

Tanya In Tiong-ho.

"Mungkin mereka tidak ada kesempatan menemukan hal ini, karena menekan birahi adalah hal yang sangat sulit dilakukan, banyak orang yang seumur hidupnya menekan nafsu birahinya, karena tetap tidak berhati-hati maka dirinya Cau-hwee-jip-mo, lalu mereka menyalahkan dirinya kurang kuat imannya, padahal seharusnya mereka mencari tahu apa sebabnya, akhirnya malah melakukan kesalahan serta membuat orang lain terluka, juga banyak orang berbakat karena tidak mengerti sehingga bakatnya akhirnya terkubur!"

Kie Tiang-lim berkata.

"Obrolan kita jadi melenceng jauh, mengenai Lim Hud-kiam aku hanya yakin dia tidak ada hubungan asmara dengan 2 gadis she Yu itu, sebab pertama kali dia bentrok dengan Thian-sia di Kim-leng, gara-gara nyanyian seorang biduan wanita yang menyanyi dengan lirik lagu itu membuatnya tidak enak hati, aku mengira dia pernah gagal dalam percintaan maka dia jadi begitu bebas lalu bergaul dengan 2 gadis she Yu itu mungkin tujuannya adalah mengeluarkan unek-unek di dalam dadanya, tapi tidak akan bisa menggantikan orang yang dia rindukan, maka aku anggap mereka tidak saling mencintai!"

"Kalau Kie Toako melihat orang bisa menembus sampai ke dalam hatinya!"

Kata In Tiong-ho. Kie Tiang-lim menghembuskan nafas.

"Aku selalu berkelana di dunia persilatan, sudah terbiasa melihat hal seperti ini, banyak pemuda berbakat selalu hancur oleh perasaan 'cinta' karena itu aku mengkhawatirkan Pi-sia!"

"Apakah terjadi sesuatu pada anak itu?"

Tanya Ciam Giok- beng terkejut.

"Sikapnya kepada Lim Hud-kiam tidak biasanya!"

Jawab Kie Tiang-lim.

"Kie Toako terlalu banyak berpikir, Pi-sia sangat membencinya, tidak mungkin Pi-sia jatuh cinta kepadanya! "Kata In Tiong-ho. Kie Tiang-lim menarik nafas.

"Karena itulah yang membuatku khawatir, tidak ada alasan Pi-sia membencinya sampai begitu dalam, apa lagi kepada gadis she Yu yang akrab dengan Lim Hud-kiam, dia benar-benar membenci mereka, ini bukan sikap seorang gadis umum!"

Ciam Giok-beng mengangguk.

"Benar, anak itu biasanya hanya bersikap sedikit sombong, agak egois, tapi hatinya baik, semenjak bertemu dengan Lim Hud-kiam dia berubah menjadi keras, cepat marah, dulu dia belum pernah bersikap demikian!"

"Aku tetap tidak percaya Pi-sia jatuh hati kepada Lim Hud- kiam!"

Kata In Tiong-ho.

"Sulit ditebak, Lim Hud-kiam pemuda baik, ilmu silat dan sastranya berada di atas orang biasa, Pi-sia adalah seorang gadis dengan pandangan sangat tinggi, melihat ada seorang pemuda di bidang mana pun lebih kuat darinya, maka dia sangat mudah jatuh cinta, tapi dari awal Lim Hud-kiam selalu berseberangan dengan kita, dia juga dekat dengan 2 gadis she Yu itu, maka semua ini membuat Pi-sia jadi marah!"

"Mungkin pandangan Kie Toako ada benarnya, untung di antara mereka hanya ada dendam sesaat, kalau ada seorang pemuda yang lebih baik dari Lim Hud-kiam, perasaan Pi-sia akan beralih!"

Kata In Tiong-ho.

"Aku harap bisa demikian, tapi orang seperti itu tidak mudah ditemukan walaupun ada Pi-sia harus berlapang dada luas kalau tidak, pasti akan banyak masalah yang timbul, kalau sudah seperti itu tidak akan ada yang bisa membantu!"

Kata Kie Tiang-lim. Ciam Giok-beng menarik nafas.

"Pi-sia masih muda, pikirannya belum matang, sesudah beberapa waktu lagi dia akan tumbuh dewasa dan akan sadar!"

"Ini adalah harapanku satu-satunya dia ingin bertarung dengan Lim Hud-kiam, aku tidak melarangnya, Pi-sia harus mengalami sedikit kegagalan, maka dia akan membenci Lim Hud-kiam, mungkin itu akan menghapus sifat kanak- kanaknya!"

Kata Kie Tiang-lim. Ketiga orang tua itu saling terdiam, akhirnya In Tiong-ho angkat suara.

"Kalau kita bisa menghapus kesalahpahaman kita dengan Lim Hud-kiam, hal ini bisa membuat mereka jadi lebih dekat, ini adalah hal yang baik, Toako bisa mendapatkan menantu seperti Lim Hud-kiam, nama besar Toako tidak akan terkubur...."

Kie Tiang-lim menggelengkan kepala.

"Aku tidak berani berpikir demikian, di dalam hati Lim Hud-kiam sudah ada yang mengisi, dia tidak akan menyukai Pi-sia, 2 gadis she Yu itu memang sering bersama dengannya, juga mereka tidak mungkin jadi kekasihnya!"

"Apakah kedua gadis she Yu itu tahu?"

Tanya In Tiong-ho.

"Aku kira mereka tahu, mereka berdua sangat berpengalaman, apa lagi selalu bersama, mereka bisa merasakannya,"

Jawab Kie Tiang-lirn.

"Mengapa mereka mau saja terus mengikutinya?"

Tanya In Tiong-ho.

"Mungkin mereka berdua dipengaruhi Lim Hud-kiam, memakai kesempatan ini melepaskan diri dari Lan-tiang-siang- sat, mungkin juga mereka disuruh Lan-tiang-siang-sat, karena mereka selain ingin mencariku untuk membalas dendam, mereka juga ingin menguasai dunia persilatan...."

Jawab Kie Tiang-lim.

"Apakah mudah menguasai dunia persilatan?"

Tanya In Tiong-ho.

"Itu bukan hal yang tidak mungkin, ilmu silat mereka tidak rendah, apa lagi mereka mempunyai tambang emas yang bisa menjadi dukungan kuat, sangat mudah membeli hati orang dan mengumpulkan pesilat tangguh, pesilat berbakat yang masih muda seperti Lim Hud-kiam adalah orang yang mereka cari!"

Jawab Kie Tiang-lim.

"Niat ini mungkin akan menjadi harapan kosong saja, sebab Lim Hud-kiam tidak akan masuk ke dalam jebakan mereka,"

Jawab In Tiong-ho.

"Sulit ditebak, kalau kedua gadis itu dengan kelembutan menguasai Lim Hud-kiam, Lim Hud-kiam akan terpengaruh, mungkin akan mengikuti kehendak mereka!"

Kata Kie Tiang- lim.

"Tapi aku tidak percaya, tapi kalau Lan-tiang-siang-sat ingin menjebak menggunakan perempuan, mungkin dia akan rugi besar, kedua putri angkat mereka mungkin akan kabur!"

Kata In Tiong-ho. Ciam Giok-beng berkata.

"Jangan membicarakan orang lain, masalah sendiri saja belum selesai, besok adalah waktu perjanjian bertarung, Pi-sia dan Thian-sia belum kembali, apa yang sedang mereka lakukan?"

"Betul, perhiasan yang sudah disumbangkan oleh Lim Hud- kiam kepada pemerintah, Pi-sia ingin mengambilnya kembali, tapi tidak akan mungkin bisa di ambil, aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan,"

Kata Kie Tiang-lim.

Mereka bertiga mengobrol lama, tapi orang yang mereka tunggu tidak kunjung datang, hari mulai terang di dalam hati dengan tidak tenang, mereka pun beristirahat, hari kedua pagi-pagi, terdengar di luar ada suara sangat ribut, Kie Tiang- lim mengira Souw Thian-sia dan putrinya sudah datang dengan cepat dia keluar untuk melihat.

Tapi orang yang datang ternyata Thio Yan-to dan putranya, dia merasa aneh dan bertanya.

"Ada apa Tuan Thio datang kemari?"

"Aku sudah pensiun, tidak perlu begitu sungkan, panggil namaku saja sudah cukup!"

Kata Thio Yan-to. Kie Tiang-lim mengerutkan alis, tapi dia tetap bertanya.

"Tuan baru saja sampai di rumah, mengapa sudah keluar lagi?"

"Kali ini aku diantar dan dilindungi oleh Kie Enghiong, beberapa kali memang mendapat kejutan, tapi aku bisa melihat teknik silat para pendekar begitu tinggi dan aku juga baru mengetahui kalau di dunia ini ada teknik mencuri yang sangat tinggi, aku dengar hari ini pahlawan tua berjanji bertarung dengan keluarga Goan, maka aku segera datang untuk memberi dukungan kepada Lo-enghiong, aku juga ingin melihat jurus-jurus andalan kalian."

Kie Tiang-lim terpaku.

"Tuan Thio...."

Thio Yan-to dengan cepat berkata.

"Aku harap Lo-enghiong memanggil nama saja, aku jadi pejabat sudah 30 tahun, aku sudah bosan dipanggil tuan, kata tuan sangat menusuk telinga, aku harap Kie Enghiong jangan memanggilku demikian lagi. Putraku bernama Ku-jin, sini Ku-jin, ini adalah Paman Kie."

Sesudah mendengar perintah ayahnya, Thio Siau-ya segera memberi hormat kepada Kie Tiang-lim.

"Keponakan memberi hormat kepada Paman!"

Sesudah balas menghormat Kie Tiang-lim bertanya.

"Dari mana Tuan Thio tahu ada perjanjian antara aku dengan keluarga Goan?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Putrimu yang memberitahu kepadaku, surat tantangannya juga dititipkan putrimu kepadaku, kemudian diantar oleh pegawai pemerintah kepada keluarga Goan!"

"Apa? Surat tantangan itu ditulis oleh putriku?"

"Betul! Aku yang menulis surat itu, tapi putri Tuan yang mendiktekannya!"

"Apa maunya anak itu?"

"Kata putri Kie Enghiong, kita harus menggunakan akal untuk mendapatkan kemenangan, karena aku sudah lama bekerja di pemerintahan, maka begitu menulis otomatis nadanya terdengar sombong, sebetulnya aku menolaknya, tapi putrimu terus memohon, terpaksa aku menulis sepucuk surat seperti nada majikan memarahi anak buah, aku membawa coretannya ke sini, apakah Lo-enghiong ingin membacanya."

Dari dalam sepatu dia mengeluarkan sepucuk surat, terpaksa Kie Tiang-lim mengambil dan membacanya, kemudian tampak dia mengerutkan dahi berkata.

"Anak ini benar-benar bertindak sembarangan, pantas keluarga Goan begitu marah...."

Thio Yan-to berkata.

"Menurut putrimu, Lo-enghiong mempunyai nama sangat besar, tapi orang-orang keluarga Goan berani menghadang, jadi harus diberi sedikit pelajaran, Oh, putrimu juga menyuruhku mewakili Lim Hud-kiam menulis sepucuk surat, mengajak keluarga Goan bertarung, dan dia memberikan waktu sampai pagi ini, surat-surat harus sampai di tangan keluarga Goan, dan aku sudah melaksanakannya!"

"Tidak boleh begitu!"

Kie Tiang-lim marah.

"Aku dipermainkan oleh Lim Hud-kiam, dia membuat namaku menjadi seorang dermawan, tapi aku tetap tidak suka, maka aku bertekad membantu Lo-enghiong untuk membalas kepada pemuda ini, dia sering memalsukan nama orang lain, kita balas dengan cara yang sama!"

Wajah Kie Tiang-lim menjadi merah, dia tidak bisa menjawab karena barang yang dibawa oleh perusahaan perjalanannya telah hilang, dia tidak memberitahukan kepada Thio Yan-to, sekarang malah dibeberkan secara terang- terangan oleh pemilik barang, dia merasa malu.

Thio Yan-to tertawa.

"Lo-enghiong jangan menaruh di hati, aku tidak bermaksud ingin mencari kembali barang yang hilang itu, begitu sampai di rumah aku sudah tahu kabar ini lebih awal satu hari dari anda!"

"Bagaimana Tuan bisa tahu?"

"Kalau diingat-ingat aku ingin marah, begitu sampai di rumah, Lim Hud-kiam datang mengantarkan sepucuk surat, dia berkata kalau harta milikku adalah barang haram, maka dia mewakiliku menyumbangkan kepada fakir miskin, dia memberi peringatan supaya hal ini jangan ditelusuri, kalau tidak, akan terjadi hal yang tidak menguntungkan buatku, aku memang tidak bisa melawannya, tapi dalam hati aku merasa marah, saat putrimu datang mencariku berunding untuk membalas dendam kepada dia, aku sangat setuju!"

Kie Tiang-lim tertawa kecut.

"Dengan cara apa putriku dan Tuan membalas dendam?"

Dengan tertawa misterius Thio Yan-to menjawab.

"Aku sudah dipesan oleh putrimu supaya tidak membocorkan rahasia, Lo-enghiong tenang saja cara balas dendam kami tidak akan gagal, dan Lim Hud-kiam pasti akan dirugikan, nama baik pahlawan tua bisa kembali, semua ini aku yang bertanggung jawab!"

"Tanggung jawab apa?"

"Yang penting tidak perlu Kie Enghiong yang bertanggung jawab, apa yang kami kerjakan kelak Kie Enghiong akan tahu, maka tidak perlu banyak bertanya, waktunya hampir tiba, apakah Lo-enghiong sudah siap-siap akan berangkat menepati janji?"

"Dimana putriku dan Souw Thian-sia?"

"Putrimu dan keponakanmu akan lebih telat berangkat tapi mereka akan tiba tepat pada saatnya, di saat yang tepat mereka akan muncul, Lo-enghiong bisa berangkat dulu!"

"Anak itu benar-benar sudah kelewatan, kita lihat dulu, kalau dia membuat kesalahan besar lagi, lebih baik anak itu tidak kuakui!"

Kata Kie Tiang-lim marah.

"Mungkin tidak sampai begitu jauh, apa lagi Souw Thian-sia ada di sana, dia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, Pi-sia masih kecil, kalau memang dia membuat kesalahan, pasti kesalahan Thio Yan-to!"

Kata Ciam Giok-beng. Dengan menyesal Kie Tiang-lim berkata.

"Aku salah tidak memberitahu kalau barang yang kubawa hilang, sekarang dia menjadikan ini sebagai alasan, membuatku tidak bisa berbuat banyak!"

"Semua ini terjadi karena ulah bocah Lim Hud-kiam, dia merampas barang palsu dan menyumbangkan atas nama kita, tapi mengapa dia memberitahukan semuanya kepada Thio Yan-to?"

Tanya In Tiong-ho.

"Lim Hud-kiam ke sana memberi peringatan, dia takut Thio Yan-to mencari masalah dengan kita, dia tidak akan membicarakan tentang barang yang hilang!"

Kata Kie Tiang- lim.

"Tapi mengapa Thio Yan-to bisa tahu tentang semua ini?"

Tanya In Tiong-ho.

"Aku menebak semua ini adalah kerjaan Pi-sia, Thian-sia memang lebih dewasa, tapi dia tetap masih muda, mana mungkin bisa lawan rase tua itu, Thio Yan-to sudah rugi begitu banyak uang, tentu dia tidak akan menerima begitu saja, dengan teliti dia mencari tahu apa pun bisa dia ketahui!"

Ciam Giok-beng mengangguk.

"Mari kita pergi dulu ke rumah keluarga Goan, sepertinya hari ini kita akan banyak mendapat masalah, yang paling tidak boleh terjadi adalah Lim Hud-kiam yang memberikan surat kepada keluarga Goan untuk mengajak bertarung, hal ini terlalu licik!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Lim Hud-kiam memalsukan nama Toako terlebih dulu, kepada Goan Jit-hong dia mengeluarkan kata-kata sombong, dia menyuruh orang menghadang kita di jalan, apa yang terjadi hari ini merupakan pukulan untuknya aku kira ini tidak kelewatan, supaya dia tahu kalau menjadi orang harus tahu sampai di mana batasnya!"

Mereka bertiga menarik nafas, juga bersiap-siap untuk berangkat, Lim Piauw-leng yang berjalan paling depan, melarikan kudanya dengan cepat, Thio Yan-to dan putranya naik kereta kuda, kuda mereka dipacu dengan keras! Ooo)d*w(ooO BAB 6 Bertemu keluarga Goan Kira-kira satu jam kemudian mereka sudah berada di daerah keluarga Goan, di sana adalah sebuah desa kecil, jumlah penduduk di sana tidak begitu banyak, kebanyakan adalah murid-murid Goan Jit-hong atau pegawai yang membantu bercocok tanam, mengelola sawah, tanah desa itu kebanyakan adalah miliknya.

Tempat pertemuan mereka adalah lapangan untuk menjemur padi, tanah di sana sangat rata, sepertinya selain untuk menjemur padi juga digunakan untuk berlatih ilmu silat, tanahnya sangat keras tidak menimbulkan debu, tempat itu juga sangat cocok untuk berlatih pedang.

Tempat itu didekor oleh Goan Jit-hong dengan sangat bagus, di kedua sisi dibuat tenda di sekeliling dipasang kain tebal.

Di tempat terbuka bisa diatur seperti itu walau pun sedang hujan atau angin badai, pertarungan tetap bisa dilaksanakan, Goan Jit-hong membawa muridnya sekitar 10 orang lebih dan putranya Goan Hiong, menyambut kedatangan Kie Tiang-lim dan lain-lain, umur Goan Jit-hong hampir 70 tahun, tapi dia tampak masih sangat bersemangat, kedua matanya menyorot menunjukkan bahwa dia seorang pesilat tangguh, rambut dan janggutnya mulai memutih tapi tidak kelihatan tua.

Setelah In Tiong-ho mengenalinya, segera dia memperkenalkan mereka, Kie Tiang-lim dengan cepat berkata.

"Goan-heng, ini hanya kesalahpahaman."

Goan Jit-hong tertawa ringan.

"Aku tahu ini hanya kesalahpahaman, kemarin ini aku tidak ada di rumah setelah kembali, aku baru tahu apa yang terjadi, aku segera memarahi mereka, karena nama Kie Tayhiap begitu terkenal dan selalu bertindak sopan, juga sangat menghormati teman dari golongan hitam, tidak mungkin di depan pintuku akan berbuat hal seperti itu."

Kie Tiang-lim jadi merasa malu dia cepat berkata.

"Pertama kalinya ada orang yang menggunakan namaku membuat undangan dan putriku yang berteriak Su-hai, jaya, dan lain- lain, karena tidak tahu kalau Goan-heng ada di sini...."

In Tiong-ho ikut membantu menjelaskan.

"Goan-heng sudah berkelana di dunia persilatan sekian lama, Kie Hiantit baru pertama kali berkelana maka dia tidak tahu aturan, begitu Kie Toako melarang, teriakannya sudah terlanjur keluar, kami benar-benar tidak sengaja!"

Goan Jit-hong tertawa terpaksa.

"Perusahaan perjalanan melewati tempat apa pun selalu berteriak itu adalah aturannya, berarti dia menyapa teman yang kebetulan ada di sana, anak muda di sini tidak tahu aturan maka mereka menghadang kalian, semua ini karena mereka terganggu oleh undangan itu, aku sudah menebak pasti ada orang yang menggunakan nama anda, karena sebelumnya aku sudah mendengar kalau Kie Tayhiap dan Lan-tiang-siang-sat bentrok di Kim-leng, maka hal seperti ini pasti mereka yang melakukannya, kalau aku di rumah tidak akan sampai dibodohi oleh orang lain."

Kie Tiang-lim semua sekali tidak menyangka kalau Goan Jit- hong begitu mengerti, Kie Tiang-lim jadi tidak lupa untuk memuji Goan Jit-hong. Sambil membawa mereka duduk di tenda, Goan Jit-hong berkata.

"Putraku sudah tidak sopan, tadinya aku akan membawa mereka ke Seng-touw untuk meminta maaf, tapi tiba-tiba aku menerima surat dari Kie Tayhiap yang mengatakan dalam surat itu ingin bertarung, Anda sepertinya sangat marah kepadaku, aku jadi berpikir Tayhiap bukan orang seperti ini, maka aku menyuruh muridku bertanya kepada Anda, aku takut ada orang yang memalsukan surat itu, setelah muridku kembali untuk melapor memang Kie Tayhiap berniat seperti itu, hal ini membuatku tidak mengerti...."

Kata-kata ini membuat Kie Tiang-lim tidak enak hati, dia tidak bisa menjawab. Wajah Goan Jit-hong mulai terlihat merah, dia tertawa terbahak-bahak.

"Kalau begitu berarti surat itu Kie Tayhiap yang tulis, putraku sudah membuat Tayhiap marah, biar Tayhiap memberi pelajaran kepada mereka."

Melihat keadaan mulai rumit, terpaksa Kie Tiang-lim dengan jujur berkata.

"Surat itu bukan aku yang tulis juga bukan orang lain yang memalsukannya, surat ini ditulis putriku menggunakan namaku, tadi pagi Tuan Thio baru memberitahuku."

Lalu dia menceritakan tentang perselisihannya dengan Lan- tiang-siang-sat dari dulu sampai sekarang, dan di tengah- tengah muncul seorang pemuda bernama Lim Hud-kiam, sepanjang jalan dia terus berbuat ulah, semua diceritakan secara blak-blakan tanpa ditutup-tutupi.

Goan Jit-hong sangat tertarik, terakhir dia tertawa dan berkata.

"Pemuda she Lim itu benar-benar mempunyai bakat luar biasa, aku berterima kasih dia masih memandangku...."

"Mengapa Goan-heng berterima kasih kepadanya?"

Kata Kie Tiang-lim tertegun.

"Dia menggunakan nama orang lain memberikan undangan, memperalatku menghadang Kie Tayhiap, supaya aku bertarung dengan Kie Tayhiap, bukankah ini berarti dia memandang keberadaanku?"

Kie Tiang-lim merasa serba salah, setelah lama dia baru berkata.

"Aku sudah lama mendengar nama Goan-heng, kemarin sewaktu kami lewat sini kami sudah mencoba ilmu silat murid-murid Anda yang tinggi, kepandaian Goan-heng yang tinggi benar-benar membuat kami kagum!"

"Kie Tayhiap terlalu sungkan, muridku tidak bisa menahan bendera perusahaan perjalanan kalian, malah muridku terluka di tangan putri Anda!"

"Itu karena murid Anda tidak mengeluarkan ilmu silat yang sebenarnya, yang kalah adalah putriku, maka aku harus menyimpan bendera perusahaan perjalananku!"

"Tapi putri Anda tidak berpikir demikian, dia meminta Tuan Thio menulis surat tantangan dia ingin mengalahkanku, untuk melampiaskan kekesalannya!"

"Ah...putriku memang tidak tahu diri, nanti aku akan menyuruh dia meminta maaf kepada Goan-heng!"

"Tidak perlu, dalam pikiran putri Anda dia sudah menganggap orang-orang keluarga Goan tidak tahan banting, walau Kie Tayhiap memaksanya mengakui kesalahan, tapi tetap tidak akan bisa mengubah pikirannya, apa lagi aku tidak berniat berkelana di dunia persilatan, hanya generasi penerusku terus berlatih silat, mereka ingin berjuang, kalau hal ini tidak dibereskan akan membuat mereka tidak bisa mengangkat kepala, aku tidak bisa membuat mereka menjadi seperti itu."

"Dengan cara apa baru bisa membuat Goan-heng merasa puas?"

Tanya Kie Tiang-lim. Goan Jit-hong berkata.

"Sekarang aku tanya kepada Kie Tayhiap, kalau mereka sebagai anak muda ingin bertarung, kita yang lebih tua, lebih baik berpangku tangan saja untuk melihat, biar mereka berunding sendiri, asal tidak terjadi hal besar, untuk apa demi penerus hubungan kita jadi rusak?"

Sekarang Kie Tiang-lim baru tahu kelihaian Goan Jit-hong, dia menyerang orang dengan wajah tertawa, supaya dia dan Ciam Giok-beng terikat dan tidak ikut campur, kalau hanya mengandalkan tenaga Kie Pi-sia bertarung dengan murid- muridnya, dengan cara apa pun putrinya tidak akan menang, tapi kata-katanya sangat masuk akal membuat orang sulit menolak! Ciam Giok-beng melihat Kie Tiang-lim, dua bersaudara ini sedang berpikir bagaimana caranya memutar keadaan berbahaya ini.

In Tiong-ho terpaksa membuka suara.

"Goan Toako, keponakan Kie bukan ingin berseberangan dengan kalian, dia hanya ingin berhadapan dengan Lim Hud-kiam...."

"Mengalahkan muridku apa hubungannya dengan Lim Hud- kiam?"

Tanya Goan Jit-hong.

"Lim Hud-kiam benar-benar telah menghina, semua orang salah paham gara-gara dia, mungkin Nona Kie takut dengan kekuatannya sendiri tidak akan bisa lawan musuh, maka dia ingin meminta perkumpulan kalian bersama-sama dia menghadapi musuh, maka aku memberi ide kepadanya menulis sepucuk surat tantangan untuk Goan Enghiong, pagi ini baru diantar kemari...."

Goan Jit-hong berkata.

"Aku sudah menerima surat itu, aku tahu surat itu bukan ditulis oleh Lim Hud-kiam."

"Mengapa Goan Enghiong bisa tahu?"

Tanya Thio Yan-to.

"Dua pucuk surat bernada sama, tulisan kaligrafinya juga sama, seperti ditulis oleh orang yang sama, dulu aku mengira ini adalah akal-akalan Lan-tiang-siang-sat, sekarang aku baru mengerti kalau semua ini adalah hasil dari pak tua Thio, ide Tuan ini sebenarnya tidak berhasil, kalau aku bisa tertipu oleh 2 pucuk surat ini, aku benar-benar bodoh dan tidak berguna."

Dengan malu Thio Yan-to berkata.

"Aku memang bukan orang dunia persilatan, Nona Kie juga tidak berpengalaman di dunia persilatan, maka bisa terjadi hal seperti ini, benar-benar menambah masalah pada Lo-enghiong!"

Orang tua ini benar-benar lihai, semua pemikiran yang jelek dikatakan bukan idenya, tapi Kie Pi-sia terlibat, Kie Tiang-lim tahu cara licik ini, tapi karena Kie Pi-sia mengikutinya, maka dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kata In Tiong-ho.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sungguh Tuan Thio tidak bisa berpikir, keponakan Kie masih anak-anak, mana boleh seorang tua mendengar ide seorang anak-anak?"

"Nona Kie memang masih muda, tapi Pengurus Souw sudah lama berkelana di dunia persilatan, ada dia di samping Nona Kie maka aku percaya saja dan mau melakukan hal ini, kalau Kie Enghiong tidak mau mengakuinya biar aku sendiri yang memikulnya."

Kata-katanya sungguh lihai, mana mungkin Kie Tiang-lim akan membiarkan orang yang tidak bisa ilmu silat bertanggung jawab pada hal ini, maka dia pun berkata.

"Tidak usah, Souw Thian-sia adalah keponakanku dan juga pengurus perusahaan perjalananku, Kie Pi-sia adalah putriku, jadi harus aku yang bertanggung jawab."

Wajah Ciam Giok-beng berubah.

"Kami semua adalah keturunan Kian-kun-it-kiam, Thian-sia adalah muridku, aku pun yang mengajari Pi-sia ilmu silat, masalah mereka berdua aku yang akan bertanggung jawab!"

"Menurut Ciam Tayhiap bagaimana dengan perjanjian hari ini?"

Tanya Goan Jit-hong.

"Ku ingin senjata jangan turut bergerak, aku Ciam Giok- beng pasti akan menasihati, tapi kalau harus bertarung, aku, Ciam Giok-beng juga tidak akan membiarkannya, karena perusahaan perjalanan Su-hai didirikan atas perintah guruku berarti ini adalah usaha guruku, mereka berdua karena menjaga nama baik perusahaan perjalanan, maka mereka jadi seperti itu."

"Apakah ini adalah kehendak Ciam Tayhiap?"

Tanya Goan Jit-hong dingin.

"Betul, Kie Sute dari tadi terus menjelaskan bahwa ini hanyalah kesalahpahaman dan sudah meminta maaf kepada putramu, kami sudah menyampaikan penyesalan kami kepada putra Anda, tapi putra Anda bersikukuh kami harus meninggalkan bendera kami, ini benar-benar sengaja membuat kita sulit, maka kami harus membereskan masalah ini, surat tantangan bertanding ditulis oleh Tuan Thio, dia tidak mengerti aturan dunia persilatan, mungkin nadanya lebih keras dibandingkan kalau aku yang menulisnya, tapi artinya tetap sama!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Suheng, sepertinya...."

Kata Kie Tiang-lim.

"Sute, jangan bicara apa-apa lagi, bukankah kau sudah mengatakan kalau semua tidak bisa dibereskan bendera Su- hai tidak akan muncul lagi di dunia ini, perusahaan perjalanan ini didirikan oleh guru, kau dan aku harus bisa menjalankannya, tapi tidak berhak untuk menutupnya, Pi-sia tidak bersalah, kita harus mendukung dia!"

"Kalau begitu, kita tidak perlu banyak bicara lagi!"

Goan Jit- hong berdiri. Ciam Giok-beng mengangguk.

"Betul, kalau Goan-heng merasa harus bertarung baru bisa membereskan masalah, kami Suheng Sute akan menghadapinya, nama baik perusahaan perjalanan harus dijaga, nama baik keturunan Kian-kun-it-kiam pun tidak boleh tercoreng."

Wajah Goan Jit-hong benar-benar terlihat marah.

"Baiklah, kalau begitu aku juga tidak akan lari dari masalah ini, bagaimana kita tentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah!"

"Terserah Goan-heng!"

Jawab Ciam Giok-beng.

"Ilmu silat generasi muda tidak akan bisa sebanding dengan kalian berdua, ingin bertarung dengan adil seperti sangat susah, aku masih belum bisa menentukan caranya, kalau dengan cara bertarung di panggung, Tiat-kiam bisa mengalahkan kami semua, lebih baik kami mengaku kalah!"

"Aku punya cara yaitu kedua belah pihak menentukan orang yang akan bertarung, setiap orang hanya boleh tampil satu babak, yang menang yang paling banyak memenangkan pertandingkan!"

Kata Thio Yan-to.

"Bukankah cara ini terlalu memihak kepada kami?"

Tanya Goan Jit-hong. Kie Tiang-lim marah.

"Apa Goan-heng mengira perusahaan perjalanan kami selain aku dan Ciam Suheng, yang lain tidak bisa menghadapi kalian, perusahaan perjalanan kami mempunyai 4 pengurus, ditambah putriku, kita adakan 7 ronde pertarungan...."

Goan Jit-hong tersenyum.

"Aku juga tidak ingin mengambil keuntungan, baiklah 4 pengurus perusahaan perjalanan Anda ditambah putri Anda bertarung dengan muridku, sedangkan kalian berdua, aku dan temanku masing-masing akan bertanding satu babab, kita undang In Tayhiap yang jadi wasitnya, apakah ini adil?"

"Adil, mengapa tidak undang teman Tuan untuk keluar?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Temanku ini tidak mau bertemu dengan orang-orang kecuali terpaksa, maka dia akan bertarung di paling terakhir, kalau 4 ronde pertama kami menang, maka dia tidak perlu keluar, kalau gilirannya tiba dia akan keluar, dan kalian baru bisa bertemu dengannya,"

Jawab Goan Jit-hong. Kemudian dia masih berpura-pura bersikap misterius dan nada bicaranya sombong membuat Ciam Giok-beng tidak senang mendengarnya, dia berkata.

"Kalau kalian bisa berturut-turut menang 4 babak, temanmu itu tidak perlu keluar, tapi orang yang begitu tinggi ilmunya kami jadi kehilangan kesempatan bisa bertarung dengannya, benar- benar sangat disesalkan."

Goan Jit-hong tertawa terbahak-bahak.

"Muridku bisa mencopot anting putrimu, kemungkinan menang sangat besar, tapi kalau benar-benar begitu, aku tidak bisa bilang apa-apa, apakah kita akan mulai sekarang?"

"Baik, seharusnya dimulai dari sekarang, tapi muridku Souw Thian-sia dan keponakanku Kie Pi-sia belum datang, kalau begitu dimulai dari pertarungan kita berdua, tapi kalian yang akan rugi maka lebih baik tunggu sebentar,"

Kata Ciam Giok- beng.

"Tidak apa, kalian baru datang dari jauh, begitu datang langsung bertarung, kalian tampak terlalu penuh hawa membunuh, lebih baik kita minum arak dulu dan beristirahat setelah itu baru bertarung!"

Kata Goan Jit-hong. Sewaktu mereka baru akan istirahat dari luar masuk 3 orang, paling depan adalah Lim Hud-kiam kemudian 2 gadis she Yu, dia tersenyum.

"Goan Cianpwee, kalian sudah sepakat kami yang tertinggal!"

Semua orang terpaku, Goan Jit-hong bertanya.

"Apakah kau ingin ikut campur lagi?"

"Ada orang yang menolong membuatkan surat tantangan, maka aku harus mengambil bagian, apa lagi aku dan perusahaan perjalanan Su-hai juga mempunyai perjanjian, kalian tidak bisa menyuruhku keluar begitu saja!"

Goan Jit-hong mulai marah.

"Bocah tengik, bicaramu tidak jujur, pertama kali kau membuat surat palsu, mengapa tidak memberitahuku?"

"Kalau aku bicara lebih awal, Cianpwee tentu akan marah, mungkin malam itu aku akan diusir, apa lagi banyak hal yang membuatku sulit untuk bicara, untung Ketua Kie bisa bicara sendiri, jadi aku lebih santai!"

Mendengar pembicaraan mereka, sepertinya Lim Hud-kiam sudah lama berada di sini, Thio Yan-to terlihat sangat tegang, dan bertanya.

"Kapan kau kemari?"

"Kemarin, untung aku datang lebih awal satu hari dari kalian, kalau tidak, surat tantangan itu akan membuatku sulit, Goan Lo-cianpwee adalah tetua dunia persilatan, mana mungkin aku menulis surat dengan nada seperti itu? Benar- benar tidak sopan, apa lagi Goan Lo-cianpwee adalah teman keluarga kami...."

"Ternyata kalian memang sudah kenal, Goan-heng sungguh pintar bisa menutupi hal ini,"

Kata Kie Tiang-lim. Dengan dingin Goan Jit-hong berkata.

"Aku kenal keluarganya, tapi kami bukan sahabat, malah kami berselisih, Kie Tayhiap jangan merasa curiga kalau kami sekongkol untuk menghadapi Anda, apa lagi aku tidak tahu kalian juga ternyata berselisih dengan Lim Hud-kiam, kalau tadi Kie Tayhiap tidak memberitahu, aku pun tidak akan tahu sampai sekarang."

"Kemarin aku pernah bertanya kepada murid Anda, tapi dia mengaku tidak mengenal orang ini, dia masih mengatakan kalau Lim Hud-kiam adalah orang yang kami undang untuk membantu, sebenarnya, apa maksud kalian?"

Tanya Kie Tiang- lim.

"Goan Lo-cianpwee tidak tahu namaku adalah Lim Hud- kiam, karena Hud-kiam adalah julukanku, begitu keluar dari pintu aku baru memakainya, pagi tadi karena menerima surat tantangan, maka aku baru mengaku kalau aku adalah Lim Hud-kiam,"

Jelas Lim Hud-kiam sambil tertawa.

"Dia tidak mengenalimu, apakah dia juga tidak mengenali dua gadis she Yu ini?"

Tanya Kie Tiang-lim. Yu Leng-nio berkata.

"Kami juga baru pertama kali berkelana di dunia persilatan, mana mungkin Tuan Goan bisa mengenal siapa kami, apa lagi kali ini setelah berpisah dari Lan-tiang-siang-sat, juga memutuskan hubungan ayah dan anak angkat, maka kelak jangan hubungkan kami dengan Lan- tiang-siang-sat lagi, kalau bukan karena kami she Yu, kami juga akan melepas she ini!"

Kie Tiang-lim terpaku, Yu Leng-nio berkata lagi.

"Kami memang she Yu, ayah dan ibu kami adalah orang yang menjual ilmu di jalanan untuk mencari makan, tapi mereka mati di tangan Yu Ji-tong, karena Yu Ji-tong tidak menikah, maka dia mengangkat kami menjadi putri angkatnya, kami sudah 20 puluh tahun menganggap musuh menjadi ayah, sesudah Lim Kongcu memberitahu identitas kami, hampir saja kami membunuhnya, tapi Lim Kongcu melarangnya, menurutnya balas dendam memang penting, tapi jangan melupakan budi dia telah membesarkan kami, karena itu kami melepaskan niat membalas dendam, tapi kami tegaskan jangan pernah hubungkan kami dengan Lan-tiang-siang-sat lagi, kalau tidak kami akan memberi pelajaran!"

Melihat sikapnya begitu marah dan seperti tidak berpura- pura, dengan aneh Kie Tiang-lim bertanya.

"Mengapa Lim Hud-kiam bisa tahu tentang hal ini?"

Lim Hud-kiam tertawa lalu berkata.

"Di dunia ini tidak ada rahasia yang abadi, kalau tidak ingin diketahui oleh orang lain, lebih baik jangan berbuat, seorang anak buah Yu Ji-tong yang memberitahu dia tidak ingin melihat mereka berdua menganggap musuh mereka menjadi ayah, diam-diam dia memberitahu...."

"Apakah hal ini bisa dipercaya?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"100% bisa dipercaya, karena Yu Liong dan Yu Houw takut mereka terlalu dekat denganku dan mengkhianati mereka, maka mereka siap membius mereka, kemudian memperkosa mereka, tapi Yu Ji-tong melarangnya kebetulan anak buah Yu Ji-tong datang meminta tolong kepada mereka, orang itu adalah istri paman mereka, kata-katanya bisa dipercaya, sesudah aku menolong mereka dan mereka sadar, mereka sempat mendengar keponakan dan paman ini sedang ribut, dan mereka juga menceritakan masa lalu kedua gadis ini, karena itu kedua nona segera meninggalkan Lan-tiang-siang- sat."

Yu Bwee-nio berkata kepada Kie Tiang-lim.

"Nasibmu baik, kalau bukan karena kami tiba-tiba meninggalkan mereka, Lan- tiang-siang-sat tidak akan begitu saja melepaskanmu, aku beritahu kepada mu, kalau bertemu mereka lebih baik bunuh mereka untuk membalaskan dendam kami!"

"Kalau selalu berbuat tidak baik, mereka akan mati karena dosa mereka sendiri, karena merasa berterima kasih karena mereka sudah membesarkan kalian maka kalian melepaskan niat membalas dendam, lebih baik jangan terus disimpan di dalam hati, dendam antara aku dan Lan-tiang-siang-sat kalau bisa hilang itu lebih baik, tapi aku tidak akan membunuh orang demi kalian berdua,"

Kata Kie Tiang-lim.

"Kau selalu mengatakan menjaga keadilan dan kebenaran, mengapa tidak mau membantu kami?"

Tanya Yu Leng-nio.

"Keadilan ditegakkan tidak dengan membunuh orang, kalian berdua tidak ingin menjadi orang yang tidak ingat pada kebaikan orang lain, tapi kalian ingin aku melakukan hal ini, bukankah ini namanya pemaksaan?"

Tanya Kie Tiang-lim. Yu Bwee-nio ingin menjawab lagi, tapi Lim Hud-kiam tertawa dan berkata.

"Bwee-nio, sudahlah, Ketua Kie benar, kau tidak bisa meminta orang lain membalaskan dendammu!"

Yu Bwee-nio masih marah tapi dia diam saja, Lim Hud-kiam berkata lagi.

"Goan Cianpwee, antara aku dan Cianpwee memang tidak ada permusuhan yang besar, tapi perselisihan di masa lalu juga harus kita bereskan, apa lagi perjanjian antara ayahku dan Cianpwee 20 tahun yang lalu, sekarang sudah waktunya...."

"Kau jangan menggunakan kesempatan sekarang dan hari ini ikut meramaikan suasana,"

Kata Goan Jit-hong.

"Hari ini merupakan kesempatan yang bagus, 20 tahun yang lalu Anda mengatakan dengan cara bergiliran kami harus menang dari Anda, maka kami menang pun tidak tulus, sekarang aku datang sendiri untuk menepati janji, juga bersedia menerima kalian bergiliran bertarung denganku, ini adalah perjanjian...."

"Hari ini aku sudah berjanji dengan perusahaan perjalanan Su-hai!"

Kata Goan Jit-hong.

"Aku juga sudah berjanji dengan perusahaan perjalanan Su- hai, karena aku sudah merampas barang yang mereka bawa hal ini membuat mereka malu, maka mereka ingin mengalahkanku, sistem diubah menjadi 3 kelompok, kemudian kita bertarung bukankah ini lebih baik!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Dengan 7 ronde kita tentukan menang dan kalah, kalau kau bersikukuh terlibat, kami akan kesulitan menyusun pertarungan ini,"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kata Kie Tiang-lim.

"Itu sangat mudah, kalian bertarung dulu, yang menang bertarung lagi denganku mungkin awalnya seperti aku yang beruntung, tapi sebenarnya posisiku adalah 1 lawan 71"

Goan Jit-hong tertawa lalu berkata.

"Tidak masalah bagiku, tapi apakah Kie Tayhiap setuju?"

"Dari mana kau tahu aku tidak setuju?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Murid-muridku selalu belajar bertarung cepat, maka pertarungan ini tidak akan lewat dari 20 jurus, maka tidak akan mengganggu tenaga kami, kalian dari perusahaan perjalanan Su-hai apakah bisa dengan cara seperti itu melakukannya, apa lagi Kie-seng dan Pian-seng, senjata mereka sangat berat...."

Kata Goan Jit-hong.

"Orang-orang yang menjadi pengurus perusahaan perjalanan harus bisa menghadapi tugas yang berat, setiap orang mengantar barang belum tentu mengalami pertarungan tapi mereka tahu bertarung harus dengan waktu yang lama, satu atau 2 ronde, tidak masalah!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Kalau begitu, berarti ideku tadi, tidak menjadi masalah bukan?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Di pihak kami tidak ada masalah, kau tanya dulu kepada dirimu sendiri, apakah kau sanggup bertarung 7 ronde? Dulu aku kalah oleh ayahmu, aku memang selalu mengalahkan dia dengan cara bergiliran bertarung untuk menang, tapi semua ini hanya untuk menertawakan diri sendiri, sebetulnya paman- pamanmu tidak begitu lihai, tapi aku kagum dengan ilmu pedang ayahmu, tapi kau tidak berjodoh bertemu lagi denganku untuk bertarung...."

Lim Hud-kiam dengan cepat berkata.

"Dari kecil aku belajar silat pada ayahku, memang tidak bisa dikatakan aku lebih unggul dari ayahku, tapi juga tidak berbeda jauh dari ayahku, kalau Cianpwee bisa menang dariku, berarti bisa menang dari ayahku!"

"Baiklah, kalau kau kalah, kau boleh bertarung denganku lagi beberapa hari kemudian!"

Seru Goan Jit-hong.

"Tidak perlu, kali ini aku hanya mewakili ayahku menepati janji 20 tahun yang lalu, kalah atau menang tidak jadi masalah!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Baiklah, kalau kau ingin ikut keramaian ini, aku akan mengatur tempat dudukmu,"

Kata Goan Jit-hong. Dia memberi hormat kepada Kie Tiang-lim dan lain-lain, kemudian mundur, pada kesempatan ini Ciam Giok-beng bertanya kepada Lim Hud-kiam.

"Sebenarnya antara ayahmu dan Goan Jit-hong ada dendam apa?"

"Hanya masalah kecil, 20 tahun yang lalu sewaktu Goan Cianpwee lewat rumahku, dia berselisih dengan pamanku berturut-turut dia mengalahkan 4 pamanku, terakhir ayahku bertarung dengannya, ayahku hanya menang sedikit darinya, mereka membuat perjanjian tapi sebelum tiba waktunya, ayahku sudah meninggal, sebelum meninggal beliau berpesan kepadaku supaya menepati janji, sebenarnya antara 2 belah pihak tidak ada dendam...."

Ciam Giok-beng selalu memperhatikan identitas Lim Hud- kiam, maka pada kesempatan ini dia bertanya.

"Kalau begitu berarti keluargamu adalah keluarga pesilat, di manakah kampung halamanmu, siapa nama ayahmu...."

Lim Hud-kiam tertawa santai.

"Kampung halamanku ada di Kang-lam, keluargaku memang bisa ilmu silat, tapi hanya untuk berlatih supaya sehat, kami tidak pernah berkelana di dunia persilatan, Ciam Cianpwee belum tentu kenal dengan ayahku!"

"Memang aku tidak mengenal banyak orang, tapi In Tayhiap, mempunyai banyak kenalan di mana-mana, asal kau menyebutkan kampung halamanmu, dia pasti akan tahu!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Aku sudah menjawab kalau aku adalah orang Kang-lam!"

Kata Lim Hud-kiam.

"Kalau Goan Jit-hong dan keluargamu adalah kenalan lama, maka rumahmu tidak berada di Kang-lam, karena aku tahu Goan Jit-hong belum pernah meninggalkan propinsi Su- chuan!"

Kata In Tiong-ho. Ciam Giok-beng berkata.

"Keluarga pesilat di Su-chuan yang bermarga Lim hanya ada di kota Ceng-seng bernama Lim Ong-ho, apakah Lim-heng berasal dari Ceng-seng?"

Wajah Lim Hud-kiam sedikit berubah, tapi dia segera tertawa pahit.

"Identitasku tidak ada hubungannya dengan kalian, untuk apa kalian ingin tahu dan terus bertanya-tanya?"

Kemudian dia menarik 2 gadis she Yu mundur ke pinggir, tidak lama kemudian putra Goan Jit-hong, Goan Hiong mendekat.

"Lim Toako, ayahku sudah mencari tempat di sebelah barat, harap kalian ke sana supaya bisa duduk!"

Lim Hud-kiam benar-benar ingin menjauhi mereka, maka dia cepat pindah berdiri dan berjalan ke tempat duduknya, kursi di sebelah barat berhadapan dengan tempat timur, tempat timur adalah tempat orang yang membawa acara, tapi terpisah jauh dari Kie Tiang-lim dan lain-lain.

Begitu mereka bertiga meninggalkan tempat, Ciam Giok- beng berkata.

"Tampaknya Lim Hud-kiam lahir di Ceng-seng, Apakah In Tayhiap tahu kota Ceng-seng?"

"Ceng-seng, Lim Ong-ho adalah seorang ahli pedang, tempat di mana dia tinggal bernama Sie Kiam-lok, tapi orang ini jarang bergaul dengan orang lain, bercocok tanam dan pergi melaut semua dilakukan oleh anak buahnya, orang luar sulit masuk ke lingkungan mereka maka apa yang ada di dalam, tidak ada yang tahu!"

"Apakah para pendekar Su-chuan tidak ada yang mengunjungi mereka?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Tidak ada, di Su-chuan banyak keluarga pesilat, mereka tidak suka bergaul dengan dunia luar, mereka mengasingkan diri, seperti Goan Jit-hong!"

Jawab In Tiong-ho.

Ciam Giok-beng tidak bertanya lagi, karena pelayan sudah mengantar sayur dan arak untuk mereka, memang hanya daging binatang hutan, tapi dimasak dengan sangat enak, piring dan mangkuk pun sangat bagus dan mewah.

Goan Jit-hong terus melayani tamu-tamu, sesudah 3 kali minum, Goan Jit-hong baru berkata.

"Nama-nama orang yang bertarung sudah disusun, aku mohon Kir Tayhiap juga membuat daftar nama, kita serahkan kepada In Tayhiap, kemudian sesuai urutan keluar untuk bertarung!"

Pui Thian-hoa membawa sebuah piring berbentuk bulat, berisi tinta dan koas, masih ada sebuah daftar nama semua di tempat In Tiong-ho, mereka mengundang In Tiong-ho untuk duduk di sebelah kanan.

Dari pihak Kie Tiang-lim semua berjumlah 7 orang yang akan ikut bertanding, karena Souw Thian-sia dan Kie Pi-sia belum tiba, hal ini membuat mereka sangat cemas.

Kata Ciam Giok-beng.

"Nama mereka ditaruh paling belakang, sampai sekarang mereka belum sampai, apa yang mereka lakukan?"

Thio Yan-to berkata.

"Lo-enghiong jangan cemas, putrimu pernah mengatakan sebelum jam dua belas, dia akan tiba, masih ada waktu setengah jam lagi, tulis dulu nama mereka, mereka pasti akan datang!"

Terpaksa Kie Tiang-lim menulis nama Souw Thian-sia dan Kie Pi-sia di urutan ke-4 dan ke-5, di bawah masih diberi catatan, kalau orang ke-4 dan ke-5 belum datang, orang ke-6 dan 7 akan lanjut, sesudah daftar nama selesai disusun, Pui Thian-hoa mempersilakan Thio Yan-to dan putranya berdiri di sisi In Tiong-ho dan meminta Thio Yan-to membantu mencatat hasil pertarungan, In Tiong-ho mulai berdiri dan berkata.

"Aku diangkat menjadi wasit oleh kedua belah pihak yang bertarung, aku merasa senang juga malu karena kedua belah pihak adalah keluarga pesilat yang sangat terkenal di dunia persilatan, menang atau kalah masing-masing sudah mengetahuinya, sebetulnya dalam pertandingan kali ini tidak diperlukan wasit, wasit hanya formalitas saja, kalau tidak ada hal lain, kita akan mulai bertarung."

Goan Jit-hong dan Kie Tiang-lim bersama-sama mengangguk berarti mereka setuju. In Tiong-ho berpesan.

"Pertarungan hari ini bukan untuk balas dendam, hanya untuk menambah pengetahuan, maka aku harap pertarungan dilakukan pada batas-batas wajar, tidak perlu sampai terluka atau berdarah atau malah menjadi permusuhan!"

"Senjata saling beradu, pasti ada yang terluka!"

Kata Goan Jit-hong.

"Itu sudah pasti, bila tidak sengaja melukai bisa dimaafkan, tapi bila disengaja, aku akan melarangnya!"

Ucap In Tiong-ho.

"Itu sudah pasti, kalau memang ada yang sengaja melukai orang, biar In Tayhiap yang menghukumnya,"

Kata Goan Jit- hong. In Tiong-ho berkata kepada putra Thio Yan-to.

"Siau-ya, bacakan nama-nama yang sudah tercantum di dalam daftar, dan persilakan kedua belah pihak untuk ronde kesatu keluar bertarung!"

Putra Thio Yan-to mulai membaca.

"Dari keluarga Goan adalah Seng Cung, dari perusahaan perjalanan Su-hai adalah Pengurus Bu Ta-kuang."

To-seng Bu Ta-kuang keluar, Seng Cung adalah pemuda yang merebut bendera di kaki gunung, dia pernah dikalahkan oleh Kie Pi-sia, ilmu silatnya lumayan tinggi, tapi ilmu pedangnya kurang pengalaman, karena itu Kie Tiang-lim agak tenang, dia menganggap Bu Ta-kuang bisa mengatasinya, maka dia tidak banyak berpesan, Seng Cung yang ada di sebelah sana mulai memegang pedang sambil berjalan keluar.

Mereka berdua memberi hormat kepada wasit, kemudian berdiri berhadapan, In Tiong-ho berpesan.

"Kalian sudah tahu aturan pertarungan, maka aku tidak akan banyak berpesan, hanya satu kata yang akan kukatakan, semua orang harus memakai cara sendiri untuk mendapatkan kemenangan, tidak diijinkan dengan cara tidak benar, dan hanya boleh sampai batas saling towel!"

"Ilmu keluarga Goan selalu menggunakan ilmu pedang dan jurus telapak, apakah itu termasuk cara yang tidak benar, harap wasit memberitahu!"

Kata Seng Cung.

"Di dalam jurus pedang tidak dilarang menggunakan kaki dan telapak, tapi bila semua ini bisa menekan jurus-jurus lawan, baru dikatakan menang, kalau hanya terkena baju atau rambut bukan termasuk menang!"

Jelas In Tiong-ho.

"Itu sudah pasti, kalah atau menang jaraknya sangat tipis, jangankan kaki dan kepalan, senjata terkena baju pun tidak termasuk menang,"

Kata Seng Cung sambil tertawa.

"Tidak semua, kalau satu jurus belum selesai tapi sudah kena, berarti menang dan kalah sudah bisa ditentukan, karena pertarungan hari ini adalah pertarungan persahabatan maka tidak, boleh melukai orang untuk menang kalian pasti sudah mengetahuinya."

Seng Cung mengangguk.

"Terima kasih wasit sudah memberi pengertian, Pengurus Bu, silakan!"

Bu Ta-kuang tetap berkata.

"Silakan!"

Dan mereka mulai bertarung.

Bu Ta-kuang disebut To-seng, yang pasti ilmu goloknya sangat lihai, begitu dicabut dia langsung menyerang sekaligus tetap bertahan, Seng Cung masih muda, dia ingin cepat menang maka dia juga menyerang mati-matian, Bu Ta-kuang dengan sabar melayani dia, tapi kadang-kadang dia juga menyerang, awal-awalnya Seng Cung bisa menghindar dengan lincah, tapi belakangan serangan Bu Ta-kuang semakin gencar membuat Seng Cung kalang kabut, sampai-sampai ingin membalas pun tidak sempat, kecuali gerakan kalang kabut, kelemahannya terus terlihat sepertinya Bu Ta-kuang akan menang, tapi karena Kie Tiang-lim sudah berpesan sebisanya mengulur waktu untuk menunggu kedatangan Souw Thian-sia dan Kie Pi-sia, maka dia tidak terus menekan, Seng Cung menahan dengan susah payah! Sesudah jurus ke-50, ilmu pedang Seng Cung mulai kacau keringat terus menetes, Bu Ta-kuang merasa kalau terus mengulur waktu orang-orang akan merasa dia sedang mempermainkan lawan, tuan rumah pasti tidak akan senang, pada saat yang tepat bayangan golok beterbangan, karena tidak ingin melukai lawan maka dia mendorong punggung golok ke depan, dia hanya ingin dengan pelan memukul dada lawan itu sudah cukup, Seng Cung melihat bayangan golok sudah mendekatinya, dia ingin menahan dengan pedangnya tapi sudah tidak keburu, maka di waktu yang sangat singkat ini, tiba-tiba dia menyambut dengan telapaknya.

Jurus ini sama sekali tidak terpikir oleh Bu Ta-kuang, kalau menebas dengan golok yang tajam, telapak lawan akan terluka, dia tidak perlu berpikir panjang, tapi yang dia pakai untuk menyerang adalah punggung golok yang tebal, walaupun terkena telapak tidak akan terluka tapi tidak termasuk menang, maka dengan cepat dia menarik jurusnya ingin mengganti jurus yang lain, tapi telapak Seng Cung lebih cepat dari gerakannya, dia mengambil kesempatan saat golok ditarik, telapak mendorong ke depan dan mendorong golok bagian tajam ke dada Bu Ta-kuang, kalau Bu Ta-kuang tidak sempat menghindar, dia akan terluka oleh goloknya sendiri! Untung dia punya pengalaman bertarung yang cukup banyak, maka pergelangan tangannya diangkat, bagian golok yang tajam lewat di atas, kemudian berputar malah membacok ke arah Seng Cung, sekali lagi Seng Cung mendorong kembali golok itu, badannya pun ikut maju, dia menepis dengan pedang, tepat golok digerakkan, TRANG! Dua senjata mengeluarkan suara besar, maka pedang lawan tergetar hingga lepas.

Kedua tangan Seng Cung bergerak sangat cepat, dengan cepat dia mencengkeram pergelangan tangan yang memegang golok, jarinya seperti kaitan, menusuk kedua mata Bu Ta-kuang.

Bu Ta-kuang dengan sepenuh hati memperhatikan 2 jari yang menyerangnya, dia ingin menahan dan menggeserkan jari itu, tidak disangka, jurus ini adalah jurus tipuan, tangan Bu Ta-kuang tidak mengenai sesuatu, tangan Seng Cung sudah berganti dari menitik menjadi memukul, pukulannya mengenai pergelangan tangan Bu Ta-kuang.

Bu Ta-kuang merasa pergelangannya mati rasa, dia tidak sanggup memegang goloknya lagi, kemudian golok pun direbut oleh Seng Cung, Seng Cung meloncat ke belakang dan menangkap pedang yang melayang di atas udara.

Satu tangan memegang golok, tangan lain memegang pedang, dengan tertawa dia memberi hormat.

"Terima kasih, Anda sudah membiarkan aku menang, sekarang kukembalikan golokmu."

Dia melempar golok itu, dan Bu Ta-kuang menyambutnya, dengan aneh dia bertanya.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah dengan cara seperti ini kau menang?"

"Aku sudah merebut senjata Pengurus Bu, boleh dikatakan aku yang menang."

"Tapi senjatamu terlepas lebih dulu."

"Aku sengaja melakukannya supaya mudah merebut golokmu, kemudian aku menyambutnya lagi, itu bukan terlepas dari tanganku."

In Tiong-ho berdiri dan berkata.

"Cara Seng-heng memang lincah, menang dan kalah sudah terjadi, aku hanya bisa mengatakan Seng-heng memang sangat cerdik, sengaja membuat pedangnya terlepas, tapi alasan ini seperti dipaksakan, semua orang bisa melihat tenaga pergelangan Pengurus Bu lebih unggul."

"Karena pedang dilepas, maka aku malu menggunakan senjata untuk menyerang, karena itu dia bisa merebut senjata dari tanganku, aku bisa saja mengaku kalah, tapi tidak bisa menerima cara ini menang dariku!"

"Pengurus Bu bisa mencobanya sekali lagi!"

Kata Seng Cung tersenyum. Dia mulai mengangkat pedang untuk membacok, Bu Ta- kuang mengangkat golok untuk menahan, tapi golok ditekan hingga ke bawah, Seng Cung mundur sambil tertawa berkata.

"Pengurus Bu, apa yang akan kau katakan sekarang ini? Tenaga pergelangan tanganku memang tidak begitu kuat, tidak mungkin tidak bisa menahan pukulanmu dan pedangku sampai terbang melayang."

Goan Jit-hong tertawa, katanya.

"Muridku memang tidak begitu bagus dalam ilmu pedang, tapi tenaga pergelangannya adalah paling kuat di antara murid-muridku, kalau bukan karena dia sengaja melepaskan pedangnya karena ingin menggetarkan senjata lawan itu tidak mudah, bagaimana pendapat wasit?"

Bu Ta-kuang adalah lelaki jujur, dia segera memberi hormat kepada In Tiong-ho.

"In Tayhiap, aku mengaku kalah!"

Kie Tiang-lim tertawa terbahak-bahak.

"Goan-heng, Anda benar-benar mempunyai murid yang baik, aku mengaku kalah, kemarin ini sewaktu aku berkunjung ke rumahmu, putriku pernah bertarung dengan muridmu, aku tidak tahu dia mempunyai tenaga pergelangan begitu kuat!"

Goan Jit-hong tertawa.

"Dalam pertarungan harus memperhatikan teknik, putrimu adalah seorang perempuan, muridku malu menggunakan tenaga besar, anak itu hanya bisa berpura-pura bodoh, orang yang tidak tahu asal usulnya selalu tertipu, bila dia bertarung dengan orang lain, dia hanya menggunakan 60% tenaga, 40% nya digunakan sewaktu orang tidak berhati-hati untuk mendapat kemenangan, tekniknya di bawah Pengurus Bu, hanya dengan kecerdikannya dia beruntung bisa menang!"

Dia terlihat senang, tapi Kie Tiang-lim tahu dia sengaja memuji muridnya, apa boleh buat, Lim Hud-kiam yang sedang duduk tiba-tiba berdiri dan berkata.

"Kata-kata Paman Goan benar, bisa menang dari lawan menggunakan akal adalah tindakan cerdik, tapi lebih mantap dengan ilmu sesungguhnya untuk menang, pertarungan hari ini adalah pertarungan persahabatan dalam keadaan tidak ingin melukai orang, maka Pengurus Bu kalah, kalau benar-benar bertarung mungkin pada jurus pertama Seng Cung akan terpukul jatuh senjatanya, mungkin nyawa pun akan hilang karena teknik kecil ini!"

"Apakah kau bermaksud ingin mengajar muridku ini?"

Kata Goan Jit-hong marah. Lim Hud-kiam berkata.

"Sebetulnya aku juga punya kesempatan untuk bertarung dengan Seng-heng, hanya saja Nona Yu takut aku terlalu lelah, nanti saat bertarung dengan Cianpwee nanti akan kekurangan tenaga, maka dia mewakiliku bertarung, bagaimana pendapat Cianpwee?"

"Muridku tidak ingin bertarung dengan wanita."

Lim Hud-kiam tersenyum, katanya.

"Putri Ketua Kie juga seorang perempuan, tapi kedua muridmu pernah bertarung dengannya, bagaimana Anda menjelaskan tentang hal ini?"

Goan Jit-hong tidak bisa menjawab, lama baru menjawab.

"Tujuan hari ini adalah pertarungan dengan perusahaan perjalanan Su-hai, tapi kau memaksa ingin ikut bertarung, orang yang tidak ada hubungannya dengan kami, untuk apa ikut bertarung?"

"Kedua Nona Yu bukan orang yang tidak ada hubungannya dengan kalian, mereka berdua mewakiliku bertarung, menang atau kalah tetap berpihak kepadaku!"

"Tadi kau bilang sendiri, sekarang ada 2 orang yang membantu, apa maksudmu?"

Tanya Goan Jit-hong. Lim Hud- kiam berkata.

"Kalian masing-masing terdiri dari 7 anggota, dan 2 tetua yang ikut membantu, aku hanya menambah 2 asisten, apakah ini termasuk kelewatan?"

Tidak menunggu Goan Jit-hong menjawab, Yu Bwee-nio segera berkata.

"Lim Kongcu, Goan Cianpwee takut muridnya akan kalah oleh kami, dan akan membuat namanya tercemar, lebih kita tidak bertarung dengan dia!"

Goan Jit-hong marah.

"Kau jangan bergurau, mana mungkin muridku kalah olehmu? Walaupun yang datang adalah Lan-tiang-siang-sat, tetap percuma."

Wajah Yu Bwee-nio berubah.

"Cianpwee, tadi kami sudah memberitahu bahwa Lan-tiang-siang-sat adalah musuh kami, aku minta kau jangan menghubungkan kami dengan dia!"

"Tapi ilmu silat kalian tetap dia yang mengajarnya!"

Dengan dingin Yu Bwee-nio berkata.

"Aku mengakui untuk hal ini, tapi kau boleh bertanya kepada Ketua Kie, apakah ilmu silat Lan-tiang-siang-sat lebih hebat dari kami?"

"Goan Cianpwee sangat tahu, maka dia takut kepada kita, dan tidak ingin kita bertarung dengan muridnya!"

Kata Yu Leng-nio tertawa sinis.

"Jangan sembarangan bicara, mana mungkin aku takut kepada kalian?"

"Kalau tidak takut, marilah kita bertarung!"

Ajak Yu Leng- nio.

"Baiklah, Seng Cung, beri pelajaran kepada perempuan itu."

Perintah Goan Jit-hong. Yu Bwee-nio memberi hormat pada In Tiong-ho.

"Mohon wasit memberi petunjuk, apakah ada ketentuan baru?"

In Tiong-ho tahu kakak beradik ini selalu menggunakan senjata rahasia beracun, dia segera berkata.

"Hari ini adalah pertarungan persahabatan, tidak diijinkan menggunakan senjata rahasia."

Yu Bwee-nio berkata.

"Itu sudah pasti, senjata rahasia digunakan untuk menghadapi musuh, senjata rahasia kami untuk menjaga diri, terhadap musuh pun kami jarang menggunakannya, kami hanya menggunakan senjata itu menghadapi laki-laki iseng, murid-murid Goan Cianpwee semua adalah orang lurus, maka kami tidak perlu menggunakan senjata ini."

Dia tertawa kepada Seng Cung.

"Seng Siauhiap, aku harus memberitahu dulu kepadamu, aku tidak peduli kau mencampur ilmu pedang dan jurus telapak, tapi kau harus ingat, kau bertarung dengan perempuan, kalau kau melanggar aturan, aku akan tidak sungkan kepadamu!"

Seng Cung marah.

"Sembarangan bicara, kau anggap aku orang apa?"

"Lebih baik bicara dulu, supaya nanti jangan ribut, silakan Siauhiap memberi petunjuk!"

Dengan sombong Seng Cung berkata.

"Aku belum pernah menyerah pada wanita!"

"Kalau begitu aku yang akan menyerang dulu!"

Pedang digerakkan dengan jurus-jurus aneh terus menyerang, Seng Cung dengan cepat menggunakan pedang untuk menahan, tapi jurus Yu Bwee-nio cepat berubah, segera berubah dari menusuk jadi menepis, sewaktu Seng Cung mengikuti jurusnya, Yu Bwee-nio mengganti serangan lagi, berturut-turut Yu Bwee-nio selalu menyerang, kedua senjata mereka tidak ada kesempatan untuk beradu, Seng Cung pun belum pernah membalas dengan satu jurus pun, karena dia hanya meladeni jurus-jurus aneh, semua membuat Seng Cung kalang kabut.

Keluarga Goan kaget, mereka sama sekali tidak menyangka ilmu pedang perempuan itu begitu lihai, Goan Hiong terlihat lebih tegang lagi, dia memberi petunjuk.

"Jit-te tidak sungguh- sungguh menghadapi serangannya."

Dia Toa-suheng di antara murid-murid Goan Jit-hong, ilmunya lebih tinggi, dia sudah melihat jurus-jurus Yu Bwee- nio, jurus tipuannya lebih banyak dari jurus asli, maka jurusnya bisa berubah begitu cepat, dia memberitahu Seng Cung, untuk melawan gerakan-gerakan tipuan harus menggunakan jurus benar untuk mengatasinya.

Yang pasti Seng Cung mengerti apa maksud Toa- suhengnya, melihat Yu Bwee-nio menyerang dari pinggir, dia tidak meladeninya, malah balik menyerang, tapi jurus Yu Bwee-nio kali ini adalah jurus sebenarnya, karena kedua belah pihak bergerak cepat, kalau tidak ada yang menghindar kedua-duanya akan terluka, Seng Cung adalah laki-laki, masih muda lagi, dia ingin menusuk Yu Bwee-nio sekalipun kedua- duanya akan terluka.

Yu Bwee-nio membentak.

"Kurang ajar, kau harus dihajar!"

Pedang diturunkan dia melayangkan tangan, Seng Cung mengira dia akan mengeluarkan senjata rahasia, apa lagi jarak mereka begitu dekat, ingin menghindar tidak akan keburu, dalam kemarahannya dia masih terus memajukan pedangnya.

Sewaktu ujung pedang hampir mengenai lawan, dia baru melihat ujung pedang berada di payudara kanan, bertarung dengan perempuan itu adalah larangan pertama, maka dengan cepat dia menarik tangannya, tapi pipinya sudah ditampar oleh Yu Bwee-nio.

Tamparan ini sangat kuat, membuat tubuh Seng Cung terhuyung-huyung, sewaktu dia ingin menyerang lagi, Yu Bwee-nio sudah kembali ke tempat semula.

Goan Jit-hong membentak.

"Binatang yang tidak berguna, pergilah!"

Dari kata-kata gurunya tadi, dia sadar dia kalah, sebenarnya sesudah ditampar dia benar-benar sudah kalah. Seng Cung mengelus pipinya sambil berteriak.

"Aku tidak mau mengaku kalah."

Goan Hiong ikut berkata.

"Jit-te ku tidak bermain curang, karena lawan menggunakan senjata rahasia maka dia bisa seperti itu."

"Kapan aku menggunakan senjata rahasia? Dia tidak terkena senjata rahasia, aku juga tidak membawa senjata rahasia,"

Kata Yu Bwe-nio.

"Aku tahu tanganmu tadi mengeluarkan jurus tipuan, kalau sedang bertarung akan membuat orang curiga dan salah paham!"

Kata Goan Hiong.

"Maksudku berteriak memang aku ingin menamparnya, mengapa dia harus dihajar karena dia terlalu kurang ajar!"

Seng Cung berteriak.

"Pedangku baru keluar, sebetulnya masih bisa keluar banyak parisai, kalau bukan karena teriakanmu, aku tidak akan menyerang ke tempat di mana tidak boleh diserang!"

Yu Bwee-nio berkata.

"Betul, kalau aku tidak berteriak, kau akan mengganti jurus dan aku tidak bisa memukulmu, sewaktu bertarung yang penting adalah harus mengambil keputusan benar, kelak kalau bertemu hal seperti ini lagi kau harus dengan tenang menghadapinya, melihat sasaran dengan benar baru menyerang, kalau tidak, kau akan gugup, malah kesempatan yang ada diambil oleh orang lain, memang kau terkena tamparanku tapi kau mendapat pengalaman, maka tamparan tadi ada nilainya."

In Tiong-ho berteriak.

"Babak ini yang kalah adalah Seng- heng, dia kalah karena kurang berpengalaman kalau Seng- heng tidak buru-buru menarik kembali pedangnya dia tidak akan kalah, tiba-tiba menarik pedang berarti Seng-heng adalah orang yang jujur, dia lebih memilih kalah daripada melanggar aturan dunia persilatan, dari sini dapat diketahui kalau didikan Goan Toako benar-benar hebat, pantas diberi selamat!"

Kata-kata In Tiong-ho ini benar-benar membuat wajah Goan Jit-hong bertambah bercahaya, dengan senang Goan Jit- hong berkata.

"Seng Cung, kembalilah, tidak apa kau kalah, kalah sekali kau mendapat pengalaman sekali, kau punya semangat ksatria, jadi kau tidak membuat malu aku, aku merasa terhibur!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Seng Cung menundukkan kepala dan kembali ke tempatnya, Thio Yan-to bertanya.

"Kalah dan menang dari pertarungan ini apakah harus disatukan atau dipisah pencatatannya?"

Kie Tiang-lim menjawab.

"Disatukan, pihak Goan Toako menang satu kali dan kalah satu kali, kita kalah 2 babak, Nona Yu menang 2 babak."

Kata Yu Bwee-nio.

"Karena aku mewakili Lim Siauhiap, maka kemenangan dua ronde ini dicatat atas nama Tuan Lim!"

Thio Yan-to memprotes.

"Ini sangat tidak adil, setiap kali Lim Hud-kiam selalu berada di ronde terakhir, menang dihitung 2 ronde, kalah dihitung satu ronde, terakhir dia yang selalu mengambil keuntungan!"

"Kata-kata ini sangat adil, kalau hanya aku sendiri yang bertarung, mengambil sedikit keuntungan tidak apa, sekarang aku menambah 2 pembantu, tidak boleh dicatat seperti itu, selanjutnya siapa pun yang menang, aku akan menerima lawan dari dua belah pihak,"

Kata Lim Hud-kiam. Goan Jit-hong marah.

"Bocah, kau terlalu sombong."

"Aku punya hak demikian, karena aku belum pernah kalah,"

Kata Lim Hud-kiam sambil tertawa. Goan Jit-hong marah dia berdiri, tapi Kie Tiang-lim segera menggoyangkan tangannya.

"Goan-heng, tidak perlu berpendapat seperti dia, aku tidak sanggup menghadapinya sebab kali ini perusahaan perjalanan membawa barang dan membawa semua orang-orang terbaik di Su-hai, tapi tetap kalah di tangannya, walaupun dia berkata dia sendiri akan mengalahkan perusahaan perjalanan Su-hai, aku pun tidak bisa membantahnya."

Tiba-tiba di belakang ada yang menjawab.

"Aku tidak setuju."

Semua orang menoleh, tampak Kie Pi-sia dan Souw Thian- sia berjalan membawa sebuah bungkusan, wajah mereka dingin dan berjalan datang, Kie Tiang-lim membentak.

"Pi-sia, mengapa kau datang secara diam-diam dan tidak memberi hormat kepada Paman Goan."

"Dari tadi aku ingin memberi kabar, tapi aku tidak melihat ada siapa pun terpaksa aku langsung masuk, harap Paman Goan memaafkan aku."

Goan Jit-hong tertawa malu.

"Ini kekurangan kami dalam melayani para tamu, di sini adalah kampung kecil, murid- murid yang ada di sini semua datang kemari menonton pertarungan, maka terjadi seperti itu, harap kalian berdua memaafkan Paman!"

Kie Pi-sia berkata.

"Paman Goan, di antara kita hanya ada kesalahpahaman, kesalah-pahaman ini dibuat oleh Lim Hud- kiam, aku memberanikan diri meminjam tempat Paman untuk membuat perjanjian, sebenarnya tujuanku adalah untuk menghadapi orang she Lim itu."

Kemudian dia melempar bungkusan itu ke depan Lim Hud- kiam dan berteriak.

"Sambutlah!"

"Apa ini?"

Tanya Lim Hud-kiam.

"Perhiasan yang kau rampas dari kami, aku cari kembali!"

Kata Kie Pi-sia sambil tertawa dingin.

"Bukankah perhiasan ini sudah dijual?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Betul, aku mendatangi 7 toko perhiasan di kota Seng-touw, dengan cara barter, aku menukar barang palsu dan mengambil kembali barang aslinya!"

Kie Tiang-lim marah.

"Kau tidak boleh melakukan hal seperti ini!"

"Tidak apa-apa, saat aku menukarkan barang, aku sudah meninggalkan sebuah kartu nama dan sepucuk surat."

"Apakah semua atas namaku?"

Lim Hud-kiam marah.

"Betul, kau benar-benar pintar, sekarang semua bos toko perhiasan di kota Seng-touw sedang berkumpul di kantor polisi, mereka meminta agar polisi menangkap pencuri besar ini!"


Pendekar Rajawali Sakti 125 Rahasia Fear Street Terperangkap Trapped Pendekar Gila 33 Keris Naga Sakti

Cari Blog Ini