Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 5
Jawab Kie Pi-sia dingin. Kie Tiang-lim marah.
"Kurang ajar, mengapa kau melakukan hal seperti ini!"
"Dia dulu menggunakan nama kita, merampas perhiasan dan mewakili kita membuat kebaikan, tapi kita tidak menerima kebaikannya, maka dengan namanya aku menukarkan barang ini, ini namanya menggunakan racun menyerang racun!"
Jawab Kie Pi-sia. Dengan kesal Kie Tiang-lim duduk kembali, dia menarik nafas.
"Kau sungguh keterlaluan, benar-benar kurang ajar, kelak bagaimana aku bisa menghadapi orang-orang? Thian- sia, mengapa kau juga ikut-ikutan membuat keributan?"
Thio Yan-to berkata.
"Lo-enghiong jangan marah, semua ini adalah ideku dan putrimu tidak jadi perampok, semua perhiasan ini kubeli lagi dengan uangku, kemudian aku menyuruh mereka pura-pura dirampok dan menyuruh mereka mengadukan kasus ini kepada kantor polisi, sebetulnya putrimu hanya mengadukan kasus ini dan mengantar surat kepada setiap toko perhiasan!"
"Susiok, itu adalah kenyataan sebenarnya, kalau tidak mana mungkin aku akan menyuruh adik melakukan hal seperti ini,"
Jawab Souw Thian-sia. Lim Hud-kiam tertawa dingin.
"Aku hanya membantu orang miskin mendapatkan sedikit uang, aku bisa mempertanggungjawabkan ini kepada hati nuraniku, tapi dengan cara seperti itu kalian telah mencelakaiku!"
"Aku merampas perhiasan tidak sengaja dibuat-buat, tentang sumbangan pada fakir miskin aku sendiri bisa melakukan, tidak perlu kau yang atur, barang yang kau rampok aku kembalikan kepadamu, aku persilakan Enghiong yang ada di perusahaan perjalanan Su-hai, membawa perampok ini ke kantor polisi untuk diproses, sekarang kau mau membantah apa?"
Lim Hud-kiam terdiam dan tidak bisa menjawab.
"Tentang sumbangan kepada fakir miskin, kami sudah mengaturnya, sekarang barang yang ada di tanganmu adalah barang yang hilang dari perusahaan perjalanan kami, apakah aku telah menjebakmu?"
Tanya Kie Pi-sia. Wajah Lim Hud-kiam terlihat marah, dia marah kepada Thio Yan-to.
"Kau menjebak dan memojokkanku menjadi perampok, baiklah, kalau begitu aku benar-benar akan melakukannya, perhiasan ini kuterima, kalau hari ini kalian tidak bisa menangkapku, kalian akan rugi 100 ribu tail perak."
Thio Yan-to menjawab.
"Seumur hidupku, aku tidak mau dipermainkan oleh orang lain, walaupun harta bendaku habis, aku akan menangkap dan menjebloskanmu ke penjara, boleh dikatakan ini adalah hukuman ringan, aku tidak akan melepaskanmu karena telah memalsukan pasukan pemerintah dan merampok perahu pemerintah, kau akan dihukum dan semua keluargamu akan terlibat dan akan ikut dihukum!"
Lim Hud-kiam tertawa dingin.
"Ciam Tayhiap ingin tahu identitasku, ternyata berencana melaporkan aku kepada pemerintah untuk mendapatkan hadiah besar!"
Nama besar Ciam Giok-beng di dunia persilatan sangat tinggi, dia tidak tahan diejek oleh Lim Hud-kiam, Dia membentak.
"Jangan sembarangan bicara, aku bukan orang seperti itu!"
Lim Hud-kiam pun ikut membentak.
"Kalian menganggap aku apa?"
Ciam Giok-beng dengan marah melotot pada Kie Pi-sia dan Souw Thian-sia, tapi Thio Yan-to berkata.
"Ciam Tayhiap, jangan salahkan mereka, semua ini adalah ideku, di tempat mana pun aku bisa berdiri tegak, Lim Hud-kiam dengan cara tidak benar telah merampok barang-barangku kemudian menyumbangkan kepada fakir miskin, ini adalah keinginan dia menjadi perampok."
"Tapi jangan dengan cara seperti itu mencelakainya!"
Ucap Ciam Giok-beng.
"Aku tidak menjebaknya, melainkan membuktikan semua kesalahannya, dan perhiasan ini adalah barang titipanku kepada perusahaan perjalanan kalian, karena barangnya hilang di tangan kalian, jadi kalian wajib mencarinya kembali!"
"Dengan segala upaya Ciam Toako menutupi kesalahan perusahaan perjalanan kami, kami berterima kasih karenanya, tapi tanggung jawab atas barang yang hilang di kertas sudah tercatat dengan jelas!"
Thio Yan-to tersenyum.
"Kalau begitu, berarti Ketua Kie tidak ingin mencari kembali barang yang hilang?"
"Barang yang hilang pasti akan dicari kembali, ini tanggung jawab perusahaan perjalanan kami kepada semua langganan!"
Jawab Kie Tiang-lim.
"Apakah betul hanya tanggung jawab dalam perdagangan?"
Kata Thio Yan-to. Kie Tiang-lim terpaku.
"Ayah, aku sudah mengembalikan kwitansinya kepada Tuan Thio, ini adalah surat jaminan kalau dia membeli kembali perhiasan dengan harga 100 ribu tail perak!"
Jelas Kie Pi-sia.
"Mengapa kau melakukan ini?"
"Aku harus melakukan ini, artinya perusahaan perjalanan Su-hai sudah berhasil mengantarkan barang bawaan sampai di tempat tujuan, kelak kita bisa berdiri di dunia persilatan!"
Jelas Kie Pi-sia lagi. Thio Yan-to berkata.
"Aku tidak bermaksud mencuri dengar, hanya putrimu bersikukuh mengembalikan kwitansi ini kepada ku, kalau Lo-enghiong curiga aku bermaksud tidak baik, aku bisa menyerahkan kwitansi ini kepada perusahaan perjalanan kalian untuk membuktikan bahwa aku bersungguh-sungguh!"
Dia mengeluarkan selembar kwitansi, Kie Pi-sia segera merebutnya, dan menyobeknya.
"Tidak perlu! Kami membawa barang Tuan dan sudah menerima kebaikan Tuan, Lim Hud- kiam yang hanya mendapat nama kosong, aku tidak mau melakukan hal bodoh, maka aku harus mencari kembali perhiasan yang hilang dan mengembalikannya kepada Tuan, semua sudah jelas!"
Kie Tiang-lim melihat kwitansinya sudah dirobek, dia hanya bisa menarik nafas. Kata Kie Pi-sia.
"Ayah, semenjak perusahaan perjalanan ini berjalan, 10 tahun lebih tidak pernah terjadi kesalahan, setelah kejadian ini apakah Ayah akan menyelesaikannya secara asal-asalan, Siau Couwsu sangat terkenal, Kian-kun-it- kiam tidak terkalahkan, kita tidak bisa menutup telinga membiarkan perampokan terjadi, kita harus mempunyai cara menghadapinya."
Kata-kata ini terdengar gagah, membuat Ciam Giok-beng berkata.
"Baiklah Pi-sia, memang perbuatanmu tidak terang- terangan, tapi aku lihat kau melakukan itu karena ingin menjaga nama baik perusahaan perjalanan kita, aku tidak marah malah ingin mendukungmu!"
"Uang yang disumbangkan Lim Hud-kiam di Seng-touw diambil dari uang Thio Yan-to, Tuan Thio sudah lapor kepada polisi untuk menangkapnya, ini tidak ada hubungannya dengan kami, caraku bukan cara yang licik, sekarang tujuan kita adalah mengambil kembali perhiasan itu!"
Lim Hud-kiam marah.
"Sungguh hebat kau menyusun rencana, tapi keuntungannya hanya untuk dirimu sendiri!"
Kie Pi-sia tertawa dingin.
"Aku harus seperti itu, kau menyumbangkan barang yang kau rampok kepada fakir miskin, kalau tersebar luas, yang mendapat nama baik adalah dirimu, yang dirugikan adalah kami, malah kami masih harus berterima kasih kepadamu, tapi kami tidak mau menjadi orang bodoh, sekarang perhiasan berada di tanganmu, aku akan mencari cara untuk merebutnya kembali."
Lim Hud-kiam ragu-ragu sebentar, kemudian dia meletakkan perhiasan itu di atas meja dan berkata.
"Perhiasan ada di sini, silahkan ambil kembali, aku akan pergi dari sini!"
"Kau mau ke mana?"
Tanya Kie Pi-sia. Dengan dingin Lim Hud-kiam menjawab.
"Mau ke kantor polisi untuk menyerahkan diri, perampok yang dicari adalah aku, kau yang menuduhnya, terpaksa aku harus mengakuinya!"
Yu Leng-nio berkata.
"Lim Kongcu, kau menyerahkan diri, bukankah sama dengan masuk perangkap dan mengaku kalau kau adalah perampoknya?"
Lim Hud-kiam tersenyum.
"Tidak apa-apa, yang penting perhiasan itu tidak masuk kantong sendiri, aku menyumbangkan semuanya kepada orang yang terkena bencana, aku ingin tahu dosa apa yang akan kuterima?"
Kie Pi-sia menghadang Lim Hud-kiam dengan pedangnya dan berteriak.
"Tidak, kita harus bertarung dan membereskan masalah barang yang hilang!"
"Aku khawatir selamanya kau tidak akan bisa memenangkan pertarungan ini!"
Jawab Lim Hud-kiam dingin.
"Aku akan membunuhmu!"
Kie Pi-sia mengayunkan pedangnya yang berkilauan. Tapi kepala Lim Hud-kiam malah dijulurkan dan dia berkata.
"Silakan!"
Pedang Kie Pi-sia sudah berada di tenggorokan Lim Hud- kiam, ujung pedang sudah menusuk ke dalam kulit dan darah mulai menetes, tapi Lim Hud-kiam sama sekali tidak mengadakan perlawanan. Karena itu Kie Pi-sia menangis dan berteriak.
"Cabut pedangmu, cabut pedangmu dan bertarung denganku, kau pengecut!"
Lim Hud-kiam dengan dingin berkata.
"Mengapa kau tidak membunuhku? Penggallah kepalaku dan bawa ke kantor polisi di Seng-touw, maka kau akan mendapat hadiah, mungkin pemerintah akan memberikan piala dan memuji karena kau telah membantu mereka menumpas penjahat, dan perusahaan perjalanan Su-hai akan berjaya kembali!"
Kie Pi-sia memajukan pedangnya lagi, Lim Hud-kiam memejamkan matanya, diam tidak bergerak, seperti siap menerima hukuman dari Kie Pi-sia. Ciam Giok-beng berteriak.
"Pi-sia, taruh pedangmu, biarkan dia pergi!"
"Namanya sudah tercatat di kantor polisi, dibunuh pun tidak menjadi masalah!"
Seru Thio Yan-to.
"Kami adalah orang perusahaan perjalanan, tugasnya hanya mengantar barang, kami tidak membantu pemerintahan menangkap penjahat, lebih-lebih tidak sembarangan membunuh orang, Pi-sia, taruh pedangmu segera kemari!"
Perintah Ciam Giok-beng. Sambil meneteskan air mata, Pi-sia menarik kembali pedangnya, dia menampar Lim Hud-kiam dengan marah.
"Pengecut, pengecut, kau benar-benar tidak pantas jadi laki- laki!"
Dengan dingin Lim Hud-kiam berkata.
"Tadinya aku masih mempunyai perasaan tidak enak kepada kalian, pedang dan tamparan tadi kuanggap impas, Bwee-nio, Leng-nio, mari kita pergi dari sini!"
Dia memberi hormat kepada Goan Jit-hong.
"Cianpwee, maafkan, pertarungannya tidak bisa dilanjutkan, kuharap kelak aku bisa datang lagi untuk menerima petunjuk!"
"Tidak apa-apa, apakah lukamu perlu diobati dulu?"
Tanya Goan Jit-hong sambil tertawa.
"Tidak usah, lukanya tidak parah!"
Lim Hud-kiam menggelengkan kepala.
"Lukamu memang tidak berat, tapi kalau kena angin akan infeksi, kalau menunggu lama baru diobati akan lebih lama sembuhnya!"
Kata Goan Jit-hong.
"Tujuanku memang demikian, bekas luka di leherku nanti akan kuceritakan kepada teman-teman dunia persilatan bahwa ini adalah ciri kemenangan dari perusahaan perjalanan Su- hai!"
Kata Lim Hud-kiam. Tiba-tiba Kie Tiang-lim berdiri, dengan nada sedih dia berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Lim Siauhiap, aku minta maaf atas kelakuan putriku, tentang namamu yang sudah tercantum di kantor polisi Seng- touw, nanti aku dan Tuan Thio ke sana untuk mencabut perkara ini, kau tidak perlu ke sana menyerahkan diri!"
"Kalau kalian di sana bisa menjelaskan semuanya, itu akan lebih baik, tapi aku tidak akan berterima kasih kepada kalian! "Kurang ajar, mengapa mencabut perkara mengurangi kerepotan kami?"
Kata Thio Yan-to marah. Lim Hud-kiam berkata.
"Ketua Kie, aku merampok untuk menolong orang miskin, demi perusahaan perjalananmu aku harus membereskan masalah ini, sebab aku merasa aku tidak bersalah!"
"Sembarangan bicara! Kau sudah mencemarkan nama perusahaan perjalanan kami, apakah kau tahu?"
Kie Pi-sia marah.
"Aku pikir kehilangan barang yang dibawa adalah kesalahan kalian, jangan salahkan orang lain, barang kalian hilang tapi membuat banyak orang miskin mendapat kebaikan, untung dan ruginya harus kau perhitungkan sendiri, kau ingin mengembalikan nama baik perusahaan perjalanan kalian, kau bisa melakukannya dengan cara yang lain, tapi kau bersikukuh mengatakan perampoknya adalah aku, begitu tersebar kabar ini apakah akan berakibat baik bagi perusahaan perjalanan kalian? Apakah kalian masih punya muka dengan bendera Su- hai berkelana di dunia persilatan?"
Kata-kata ini membuat Kie Pi-sia menundukkan kepala, Lim Hud-kiam berkata kepada Thio Yan-to.
"Tentang dirimu, aku tidak perlu mencemarkan namamu, aku hanya memberitahu, kau menjebakku menuduhku sebagai perampok, tapi kau harus ingat, yang mengantar sumbangan adalah aku, ini adalah bukti nyata, walaupun dengan kekuatan pemerintah kau menekan orang, tapi hukuman untukku tidak akan berat, apa lagi ini hanya sebuah penjara kecil, kalau aku balas dendam kepadamu, kau baru tahu!"
"Apakah kau ingin membunuhku?"
"Kalau aku ingin membunuh, orang yang kubunuh bukan kau saja!"
Jawab Lim Hud-kiam dingin. Thio Yan-to tertawa terbahak-bahak.
"Kau menggunakan nama Hud-kiam, senjata yang kau gunakan adalah pedang tumpul, kukira kau tidak akan mampu membunuh orang!"
Lim Hud-kiam tertegun, dia berpikir sebentar lalu berkata.
"Walau aku tidak membunuh orang, dengan cara lain aku bisa menghadapimu, misalnya mencuri lagi harta bendamu untuk menolong orang yang miskin!"
"Semenjak aku mengalami perampokan, aku menjadi lebih pintar, di rumah sudah tidak ada uang kontan, aku sudah membeli banyak sawah dan disewakan kepada orang lain untuk dikelola, sawah tidak akan bisa dirampok!"
Yu Bwee-mo tiba-tiba membentak.
"Orang she Thio, kau jangan senang dulu, Lim Kongcu adalah orang terpelajar, dia tidak akan melakukan hal-hal yang kelewat batas kepadamu, kami 2 bersaudara tumbuh besar di tempat perampok, apa pun kami bisa lakukan kepadamu, kami membunuh orang, membakar rumah adalah hal biasa, kalau Lim Kongcu sampai dipenjara, maka jika di rumahmu terjadi sesuatu, itu bukan tanggung jawab Lim Kongcu!"
Thio Yan-to pernah melihat ilmu silat kedua gadis itu, sesudah mendengar kata-kata mereka, wajahnya segera berubah, dia melihat pada Kie Tiang-lim dan lain-lain yang tidak berkomentar apa-apa, maka dengan cemas dia berkata kepada Kie Pi-sia.
"Nona Kie, bukankah kau mengatakan akan menjamin keselamatanku?"
"Betul! Tapi kami pernah menjelaskan hanya dalam waktu yang tertentu dengan waktu yang telah kami janjikan kami bertanggung jawab, sesudah itu kami tidak menjaminnya, sebab kami tidak mungkin tinggal terus di rumahmu!"
Jawab Souw Thian-sia. Thio Yan-to berpikir sebentar, lalu tersenyum dan berkata.
"Lim Hud-kiam, tentang perkara yang kami laporkan, aku akan menariknya kembali, kau tidak perlu menyerahkan diri, tapi bukan berarti aku bertekuk lutut dan mengaku kalah, melainkan aku tidak sanggup menjaga diri, terpaksa aku menerima ancamanmu!"
"Jangan sembarangan bicara, kapan Lim Kongcu mengancammu?"
Kata Yu Leng-nio marah.
"Apakah kata-kata cicimu tadi bukan ancaman kepadaku?"
Tanya Thio Yan-to.
"Kami adalah kami, Lim Kongcu adalah Lim Kongcu, kau jangan mencampur-adukkan!"
Kata Yu Bwee-nio dingin.
"Kalian kan satu komplotan!"
Ucap Yan-to.
"Lim Kongcu lahir dari keluarga lurus, sedang kami tidak, kami punya banyak kebiasaan jelek, dengan adanya Kongcu di sisi kami, kami sering mengaca padanya untuk mengubah kebiasaan jelek kami, kalau Lim Kongcu dijebak masuk penjara, tidak ada lagi yang mengontrol kami dan kami pasti akan terlepas kontrol, dan membuat masalah yang tidak kami inginkan!"
Jelas Yu Bwee-nio. Thio Yan-to terpaku, lama baru berkata.
"Lim Hud-kiam, aku benar-benar angkat tangan, tapi aku juga tidak mau dikuasai orang, walaupun aku jadi bangkrut, aku akan mengundang pesilat tangguh untuk menghadapimu, supaya aku bisa mengeluarkan nafas yang selalu kau tekan!"
Lim Hud-kiam tersenyum.
"Kau hanya punya sedikit uang, pendekar-pendekar sejati tidak bisa dibeli dengan uang!"
"Belum tentu, di dunia ini siapa yang tidak suka uang? Punya ilmu silat tinggi, apakah bisa dipakai makan, Tuan senang uang, banyak jalannya, aku akan mengundang seorang pesilat tangguh untuk menghukummu, bocah sombong!"
Ancam Thio Yan-to.
"Kalau begitu, aku akan menunggunya,"
Kata Lim Hud- kiam.
"Hai, orang she Lim, bagaimana dengan masalah kita?"
Kie Pi-sia berteriak.
"Aku akan menunggu bagaimana kalau kau, pikirkan caranya!"
Jawab Lim Hud-kiam.
"Dunia begitu luas, kemana aku harus mencarimu?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Gunung tidak berputar, tapi air mengalir, jalan tidak berputar, tapi orang selalu berkelana, asalkan kau masih berkelana di dunia persilatan, kita akan bertemu lagi!"
Jawab Lim Hud-kiam dengan santai.
Kemudian dia mengangguk kepada dua Yu bersaudara, mereka bertiga segera pergi.
Ooo)d*e(ooO BAB 7 Su-hai tetap seperti dulu Sesudah mereka pergi Kie Tiang-lim mengeluarkan bendera Su-hai, dia melihat pada Ciam Giok-beng, Ciam Giok-beng mengangguk, kedua tangan Kie Tiang-lim memegang bendera, kemudian dike bawahkan, terdengar CRAP! Bendera Su-hai patah menjadi 2 bagian.
Kie Pi -sia dengan terkejut melihat semuanya, mata ayahnya tampak berbinar-binar, dengan sedih dia berteriak.
"Ayah, ada apa denganmu?"
"Su-hai kalah dengan mengenaskan, apakah kita masih ada muka berkelana di dunia persilatan lagi?"
Jawab Kie Tiang-lim. Kie Pi-sia memegang pedang, dia bersiap menggorok lehernya sendiri, untung Ciam Giok-beng dengan cepat melihat, dia menyentil pedang dan membentak.
"Kau mau apa?"
"Nama perguruan rusak karena kesalahanku!"
Kata Kie Pi- sia sambil menangis. Ciam Giok-beng menarik nafas.
"Anak bodoh, barang yang dibawa oleh perusahaan perjalanan Su-hai hilang di tangan ayahmu, aku juga berada di tempat kejadiannya, tanggung jawabku lebih besar darimu, kau melakukan ini bukankah kau memaksa kami 2 orang tua ini bunuh diri?"
Dengan mata berbinar Kie Tiang-lim berkata.
"Pi-sia, apa yang terjadi hari ini bukan salahmu, walaupun kau melakukannya dengan tidak sempurna, tapi Lim Hud-kiam memang terlalu lihai, perbuatannya membuat kita tidak bisa berbuat apa-apa, aku sudah tua di dunia persilatan aku sudah ada sedikit nama, ada pepatah mengatakan makin tinggi naiknya, jatuhnya pun makin sakit, kejatuhanku tidak bisa membuatku bangkit lagi, kau masih muda, jangan takut gagal!"
"Sekarang aku harus bagaimana?"
Tanya Pi-sia.
"Kau pasti bisa membuka perusahaan perjalanan lain, Su-hai sudah ditutup, kau boleh membangun kembali perusahaan perjalanan yang lain!"
"Mengganti kuah tapi tidak mengganti obat, apa bedanya?"
Kata Goan Jit-hong. Dengan serius Kie Tiang-lim menjawab.
"Tentu saja tidak sama, nama apa pun yang akan dia pakai, bisa sampai terkenal dan sukses harus dia sendiri yang membangun, semua tidak ada hubungannya dengan perusahaan perjalanan Su-hai!"
"Kalau begitu bagaimana dengan masalah kita?"
Tanya Goan Jit-hong tertawa.
"Kalau Goan-heng mencari perusahaan perjalanan Su-hai untuk membuat janji, bendera perusahaan perjalanan sudah tidak ada, berarti perusahaan perjalanan Su-hai sudah berhenti beroperasi di dunia persilatan, maka semua kegiatannya pun dihentikan, kalau Goan-heng ingin menghadapi Kie Tiang-lim, aku akan menanggung semuanya sendiri."
Jawaban Kie Tiang-lim membuat Goan Jit-hong tidak berkutik, sebenarnya Kie Tiang-lim adalah pemilik perusahaan perjalanan Su-hai, semua orang pun tahu hal ini, walaupun Kim-leng-su-seng sangat terkenal di dunia persilatan, tapi perusahaan perjalanan Su-hai tetap menjadi tanggung jawab Kie Tiang-lim, apa lagi sekarang ada Ciam Giok-beng, dia adalah Suhengnya Kie Tiang-lim, juga murid Kian-kun-it-kiam, semenjak Kian-kun-it-kiam Siau Pek meninggal, boleh dibilang Ciam Giok-beng adalah ketua perguruan.
Karena perusahaan perjalanan Su-hai adalah usaha peninggalan Siau Pek, maka Goan Jit-hong ingin mengambil kesempatan ini untuk membuat namanya terkenal, maka dia membuat pertarungan seperti pura-pura tapi sebenarnya adalah kenyataan kalau memang dia akan terkenal di dunia persilatan, kalau kalah, oleh karena perusahaan perjalanan Su- hai yang terlebih dulu mencari gara-gara, maka dia akan mudah membereskannya.
Tidak disangka Lim Hud-kiam membuat ulah, membuat Kie Tiang-lim menghancurkan bendera perusahaan dan menutup perusahaannya, semua itu membuat Goan Jit-hong susah, sebab kalau sekarang dia bertarung dengan Kie Tiang-lim, dia tidak akan mendapat kebaikan apa-apa.
Menurut Goan Jit-hong, belum tentu dia bisa mengungguli Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim, tapi putra dan adiknya mungkin bisa menang dari Kim-leng-su-seng, ini juga merupakan kesempatan untuk bisa terkenal, tapi kalau sekarang dia jadi bertarung dengan Kie Tiang-lim, pengurus perusahaan perjalanan Su-hai belum tentu mau bertarung.
Dia harus bertarung dengan Kie Tiang-lim, kalau tidak dia harus menghentikan pertandingan ini, ingin terkenal malah mendapat malu, kedua dia tidak ingin melepaskan kesempatan ini! Kie Tiang-lim terus melihat menunggu jawabannya, Goan Jit-hong masih belum bisa mengambil keputusan, lalu Goan Hiong berkata.
"Pui Ji-siok berpesan, harap ayah masuk untuk bertemu beliau dulu!"
Kesempatan ini segera diambil Goan Jit-hong, dia berkata.
"Kie Tayhiap, harap tunggu sebentar, aku masuk dulu!"
"Silakan!"
Jawab Kie Tiang-lim. Goan Jit-hong segera masuk ke sekat belakang. Ciam Giok-beng bertanya.
"Yang dimaksud Goan Siauhiap dengan Ji-siok, apakah dia teman ayahmu?"
Goan Hiong berkata.
"Betul! Pui Ji-siok adalah Ji-tenya ayahku, dia dan ayahku adalah saudara angkat, juga bisa dikatakan beliau adalah Susiok kami."
"Mengapa bisa begitu?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Kami semua diajar silat oleh ayahku dan Pui Ji-siok, karena Pui Ji-siok tidak suka terjun ke dunia luar maka semua dikatakan sebagai murid ayah, memang mereka berdua sangat akrab, kami saudara-saudara seperguruan juga dekat dengannya seperti satu keluarga!"
"Mengapa Pui Enghiong tidak ingin bertemu dengan orang luar?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Sebetulnya tadi Pui Ji-siok ingin sekali keluar, hanya saja beliau merasa malu, maka dia meminta ayahku masuk dan menyuruh ayah memperkenalkan dia pada semua orang!"
Tidak lama kemudian Goan Jit-hong membawa seorang setengah baya, wajah orang itu tampan, alisnya tebal, bermata besar, rambut panjang lurus, rapi bersih, dan berkilau. Goan Jit-hong tertawa sambil berkata.
"Aku kenalkan, dia adalah adik angkatku, namanya Pui Ciauw-jin, kami adalah saudara angkat dari kecil!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pui Ciauw-jin memberi hormat.
"Aku sudah mengenal kalian, tadi sebenarnya aku ingin keluar untuk berkenalan dengan kalian, tapi Toako sudah berpesan untuk tinggal di dalam maka aku tidak bisa keluar untuk memperkenalkan diri, harap maklum."
Ciam Giok-beng dan Kie Tiang-lim memberi hormat dengan sikap sungkan, In Tiong-ho pun datang menghampiri.
"Di dunia ini semua orang bersaudara, mengapa Pui Tayhiap begitu sungkan?"
Kata Ciam Giok-beng. Wajah Pui Ciauw-jin menjadi merah.
"Aku bukan malu bertemu orang, aku tidak ingin bertemu orang bukan tanpa alasan, aku malu mengatakannya, lebih baik Goan Toako yang menjelaskannya."
"Apakah Ji-te ingin aku mengatakannya?"
Tanya Goan Jit- hong. Pui Ciauw-jin mengangguk.
"Dengan jujur, aku harus memberitahu mereka, kuharap Ciam-heng dan Kie-heng tidak menertawakan!"
"Baiklah, kalau ceritanya sulit untuk membuat orang percaya, aku harap In Tayhiap menjawab satu pertanyaan supaya kita bisa lebih terbuka pada masalah ini, mengenai daerah Su-chuan kukira In Tayhiap pasti sudah tahu dengan sangat jelas dan mengenal kebiasaan orang-orangnya, juga pasti tahu aku lahir di Kiong-lai, apakah ilmu silatku dan perguruan Kiong-lai ada perbedaan?"
"Aku belum pernah melihat kepandaian Goan Toako,"
Jawab In Tiong-ho.
"Lihat saja dari penerusku, In Tayhiap pasti bisa tahu secara garis besarnya,"
Kata Goan Jit-hong.
"Kiong-lai-pai menitik beratkan pada ilmu pedang, tapi jurus mereka tidak segesit Goan Toako, apa lagi jurus pedangnya bercampur dengan jurus telapak, itu bukan jurus-jurus Kiong- lai-pai!"
"In Tayhiap terlalu memuji, sebenarnya demi memperluas ilmu perguruan, aku memberikan ide supaya jurus-jurus ini menjadi dasar ilmu silat Kiong-lai, tapi Suheng juga Ketua Kiong-lai menolaknya, sekarang ketua Kiong-lai sudah meninggal, maka hubunganku dengan Kiong-lai-pai jadi semakin jauh!"
"Apa hubungan semua ini dengan Pui Tayhiap?"
Tanya Ciam Giok-beng.
"Sebentar lagi aku akan ceritakan, aku bisa mengubah ilmu pedang Kiong-lai menjadi seperti ini, semua adalah jasa Pui- te."
"Teknik ilmu silat semakin hari pasti semakin berbeda, memang seharusnya terus mencari kemajuan, Pui Tayhiap bisa mempunyai ide seperti itu, benar-benar orang berbakat!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Ciam Tayhiap berlapang dada luas, sepertinya kita bisa bekerja sama!"
Ucap Pui Ciauw-jin.
"Bekerja sama?"
Ciam Giok-beng terpaku.
"Sebenarnya Pui- te punya sebuah keistimewaan, yaitu apa yang sudah dia lihat, dia tidak akan lupa, semua jurus dari yang gampang sampai yang tersulit asal dia melihatnya sekali, dia akan ingat dan juga bisa mengubah jurus ini menjadi jurus perguruan kami, Pui-te mengumpulkan semua jurus dari semua pesilat tangguh di semua tempat, kemudian diubahnya!"
Ciam Giok-beng sedikit marah, Pui Ciauw-jin dengan cepat berkata.
"Aku bersembunyi di balik sekat, tadinya ingin mencuri ilmu kalian berdua, tapi kebesaran jiwa Kie Tayhiap telah membuatku malu, maka aku keluar ingin berkenalan dengan kalian!"
Kata Goan Jit-hong.
"Pui-te tidak hanya bisa melihat, dia juga sanggup menguasainya, asal dia melihat kemudian dia baru mengingat, sesudah itu dia harus menelitinya lagi, sekarang Pui-te sudah muncul berarti dia tidak ingin mencuri ilmu kalian berdua, kalian bisa percaya dengan kesungguhannya."
"Aku percaya, kami tidak tahu kalau Pui-heng mempunyai bakat ini, sebenarnya Pui-heng tidak perlu memberitahu kami!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Melihat aku tidak muncul Ciam Tayhiap sudah curiga, maka aku harus memberitahu semuanya supaya jelas!"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Pui-heng memberitahu alasan tidak munculnya, kukira akan memberi petunjuk kepada kami!"
"Aku tidak berani, aku sangat kagum kepada Ciam Tayhiap dan ingin belajar dari anda, aku berharap kita bisa bekerja sama!"
"Kerja sama apa yang bisa kita lakukan?"
Tanya Kie Tiang- lim.
"Kie Tayhiap ingin membubarkan perusahaan perjalanan Su-hai dan menyuruh putrimu membuka perusahaan perjalanan yang lain, anak buahku yang belajar ilmu silat dariku bila sudah selesai belajar mereka tidak mempunyai tempat untuk bekerja, mereka pun ingin bekerja di perusahaan perjalanan, jadi mengapa kita tidak membuka sebuah perusahaan perjalanan terbesar juga terkuat?"
"Aku membuka perusahaan perjalanan hanya untuk menjalankan perintah guruku, bukan ingin mendapatkan nama,"
Kata Kie Tiang-lim. Goan Jit-hong berkata.
"Keluarga Goan memang bukan orang terkaya, tapi kami mandiri, kami juga bukan mencari keuntungan, melainkan ingin agar penerus kami bisa mengabdi kepada orang lain, semua ini sama dengan cita-cita guru Anda, Siau Lo-cianpwee."
"Mengapa Goan-heng ingin bekerja sama dengan kami? Bukankah kalau masing-masing berjalan itu akan lebih baik?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Generasi muda kalau ingin bekerja, mereka ingin bekerja tidak tanggung-tanggung dan siap membuka cabang di tempat lain, kalau sudah begitu bisa bentrok dengan putrimu, supaya tidak terjadi sesuatu yang tidak enak lebih baik kita bekerja sama!"
"Di kota Kim-leng perusahaan perjalanan ada 10 lebih, tapi kami tidak pernah bentrok,"
Kata Kie Tiang-lim. Pui Ciauw-jin berkata.
"Kie Tayhiap salah, bukan di Kim- leng saja, di semua tempat perusahaan perjalanan Su-hai adalah nomor satu, memang putri Anda akan mendirikan perusahaan perjalanan yang lain, tapi tetap akan membawa nama Kie Tayhiap, orang yang sadar, sekali melihat langsung tahu kalau perusahaan perjalanan putrimu adalah penerus perusahaan perjalanan Su-hai...."
"Aku sudah jatuh di tangan Lim Hud-kiam, bagaimana masih punya wibawa dan kepercayaan kepada orang lain?"
Keluh Kie Tiang-lim. Pui Ciauw-jin berkata.
"Kie Tayhiap hanya kalah dalam hal perhitungan, bukan kalah dalam ilmu silat, dengan nama Su- hai sama sekali tidak ada hubungannya, bendera Su-hai sudah hancur, tapi perusahaan perjalanan Anda tidak perlu berganti nama."
"Tidak, nama tetap harus diubah!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kalau Tayhiap bersikukuh ingin mengubah nama, kerja sama kita tidak akan terjadi, terpaksa kita mengambil nama yang dibuang orang lain, di kota Kim-leng dengan nama Su- hai aku akan membuat sebuah perusahaan perjalanan."
Wajah Kie Tiang-lim segera berubah.
"Pui Tayhiap, apakah kau sengaja...."
Pui Ciauw-jin memotong.
"Aku dan Goan Toako menganggap perusahaan perjalanan Su-hai paling baik di dunia ini, kalau Tayhiap ingin membuangnya, mengapa tidak memberikannya kepada kami saja?"
"Dengan cara apa Pui-heng akan bekerja sama dengan kami?"
"Dua keluarga disatukan untuk meneruskan perusahaan perjalanan Su-hai, kita yang tua-tua bekerja di belakang layar, biar anak muda yang bekerja, di perusahaan perjalanan kalian ada putrimu dan Su-seng, ditambah dengan murid kami di sini jumlahnya ada 10 orang lebih, aku kira tenaga kita sudah cukup, kita akan sukses!"
"Kalau kita bergabung masih ada satu kebaikan, walaupun Kie Tayhiap sudah dirugikan oleh Lim Hud-kiam, tapi hari ini Lim Hud-kiam tidak mau bertarung, ini membuktikan bahwa kita tidak tertipu olehnya, kalau bendera perusahaan perjalanan Su-hai berkibar lagi di dunia persilatan, untuk pihak mana pun ada kebaikan!"
Kata Goan Jit-hong. Ciam Giok-beng berkata.
"Bendera Su-hai dirusak karena terpaksa, kalau bisa bangkit lagi, itu adalah hal yang sangat bagus, kalau kita bekerja sama bagaimana kita membagi tugas?"
"Kita jangan membeda-bedakan, kalau mau bekerja harus maksimal!"
Kata Goan Jit-hong.
"Tidak, tugas harus dibagi dengan jelas, di perusahaan perjalanan harus ada yang bertanggung jawab, antara pekerjaan dan kekuasaan harus jelas, dengan begitu baru bisa bersatu!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Kalau orang yang bertanggung jawab adalah Ciam Tayhiap, itu paling tepat!"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Aku tidak bisa, karena aku jarang berkelana di dunia persilatan, perusahaan perjalanan Su-hai biasanya dijalankan oleh Suteku, sekarang suteku bermaksud pensiun, maka lebih baik pekerjaan ini harus dijalankan oleh generasi muda!"
Jawab Ciam Giok-beng.
"Anak muda selalu sombong dan tidak sabaran, untung orang tua yang dari kedua belah pihak masih ada bisa membantu mereka menentukan arahnya, kelak siapa yang tidak menuruti perintah, dia akan dihukum oleh ketua."
"Itu cara yang baik, bagaimana kita menentukannya?"
Tanya Ciam Giok-beng. Pui Ciauw-jin berkata.
"Aku dan Goan Toako akan mengadakan pertandingan persahabatan, kalau kalian berdua menang, Nona Kie yang akan menjadi penanggung jawab perusahaan perjalanan, kalau kalah, akan dialihkan kepada Goan Hiantit, tapi ini adalah urusan intern, urusan di luar perusahaan perjalanan Su-hai tetap menjadi perusahaan perjalanan yang dibangun oleh Kie Tayhiap, semua masalah tetap menggunakan nama Kie Tayhiap untuk membereskannya."
"Bukankah dengan demikian aku yang mendapat keuntungan?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Anda pantas mendapatkannya sebab Kie Tayhiap adalah orang pertama-tama yang membangun Su-hai, minum air harus ingat pada mata airnya, kami hanya ingin berbagi tugas dengan Kie Tayhiap dan sekalian mencarikan pengalaman untuk anak-anak muda!"
Jawab Pui Ciauw-jin. Kie Tiang-lim melihat Ciam Giok-beng, lalu Ciam Giok-beng berkata.
"Aku rasa kita bisa bekerja sama, selama puluhan tahun perusahaan perjalanan Su-hai tidak bisa maju karena kekurangan orang, aku pernah melihat kepandaian anak didik Goan-heng, mereka adalah orang yang bisa diandalkan, di tempat-tempat lain kita bisa membuka kantor cabang untuk memperluas usaha, apa yang dipelajari anak muda bisa digunakan, ini adalah kewajiban orang dunia persilatan, maka tidak perlu dibagi begitu serius!"
Dengan senang Goan Jit-hong berkata.
"Berarti Ciam Tayhiap sudah setuju?"
"Secara pribadi aku setuju, tapi hal-hal tentang perusahaan perjalanan keputusannya diambil oleh Suteku, maka aku tidak berhak untuk menentukannya,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Suheng jangan berkata demikian, aku selalu menurut perintah Suheng, kalau Suheng setuju, aku juga setuju!"
Kata Kie Tiang-lim. Pui Ciauw-jin tertawa dan berkata.
"Kerja sama kita sudah disepakati, hal-hal kecil bisa kita rundingkan nanti!"
"Kita bisa bekerja sama, tapi untuk membuka cabang kita jangan terburu-buru, dulu aku juga bermaksud begitu, tapi tidak bisa terlaksana, kekurangan orang adalah masalah penting, kekurangan uang juga bukan masalah sepele, membuka perusahaan perjalanan harus mempunyai rumah besar, kereta, kuda, selain pengurus masih harus ada pegawai, membangun sebuah perusahaan perjalanan harus menghabiskan banyak biaya dan tenaga, apa lagi tidak setiap hari orang mencari perusahaan perjalanan, kalau setiap bulan ada yang menitipkan barang itu sudah bagus, tapi gaji pegawai setiap bulan tetap harus dibayar!"
Goan Jit-hong berkata.
"Aku punya 5000 tail perai, bisa menjadi modal Su-hai yang baru, Kie Tayhiap bisa menggunakan uang ini dengan bebas!"
Tiba-tiba Thio Yan-to berkata.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kalau kalian setuju, aku bisa memberi modal 300 ribu tail, aku punya banyak teman yang sudah pensiun dan jadi pedagang, kalau kalian mau aku akan meminta mereka memberikan modal!"
Kie Tiang-lim dengan dingin berkata.
"Thio-heng harus berpikir matang, membuka perusahaan perjalanan sangat berbahaya, kalau barang yang dibawa hilang, mungkin 300 ribu tail Anda akan dijadikan biaya mengganti kerugian!"
"Tidak apa-apa, aku sudah mengerti, uang adalah barang titipan, saat lahir tidak membawa apa-apa, mati pun tidak bisa membawa harta, aku tidak perlu setiap hari merasa khawatir pada uangku dan aku tegaskan sekali lagi, aku sudah lama berkecimpung di bidang usaha garam, sehingga namaku pun jadi berobah panggilan, aku tidak berani mengaku kalau aku bersih seperti air, tapi aku juga bukan mendapatkan untung dari hasil korupsi atau memeras orang, hanya karena aku berdagang dengan saat yang tepat dan kerja keras, juga bukan karena aku adalah seorang pejabat!"
"Apakah menjadi pejabat bisa sambil berbisnis?"
Tanya Goan Jit-hong. Thio Yan-to menghembus nafas.
"Pejabat yang pintar tidak akan memeras uang rakyat, karena uang yang didapat tidak begitu banyak, malah berbahaya sebab sering diperiksa oleh pemerintah, pemasukanku tang paling besar berasal keuntungan dagang, seperti aku menjadi pejabat, bila aku mendapat kabar di daerah mana ada kekurangan barang, kami bisa mendapat hak pertama mengirimkan kekurangan barangnya ke sana, laba yang kami peroleh lebih besar!"
"Dari mana Anda bisa mendapat kabar daerah yang kekurangan barang?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Aku mengandalkan teman sesama pejabat, maka kami mendapat kabar ini lebih awal dari pedagang biasa."
"Bukankah itu sama saja dengan berebut keuntungan dengan rakyat?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Boleh dikatakan seperti itu, tapi kami tidak bersalah kalau kami tidak mendapat keuntungan dan keuntungannya akan diperoleh pedagang biasa, sebab mereka akan menjual barangnya lebih mahal, sebab mereka masih harus memberi uang pelicin di setiap instansi, otomatis modal mereka akan bertambah, menjual barang pun jadi lebih mahal, yang rugi tetap rakyat kecil, kalau kami yang turun tangan, modal 1 tail sampai di tempat tujuan paling-paling menjadi 1,5 tail, sampai di tangan rakyat paling-paling 2 tail, sebab pedagang di sana harus mengambil sedikit keuntungan, kami berbisnis seperti itu bukankah membuat rakyat lebih sejahtera?"
Kie Tiang-lim berkata.
"Kata orang, menjadi pejabat di luar daerah yang sangat jauh semua demi uang, sesudah dijelaskan oleh Thio-heng, ternyata betul juga!"
Thio Yan-to ikut tertawa dan berkata.
"Bagaimana, apakah mau menerima modalku?"
Kie Tiang-lim bertanya.
"Mencari uang demi keuntungan dapat diperoleh melalui banyak jalan, mengapa Thio-heng ingin menanam modal di perusahaan perjalanan kami?"
"Harta yang kumiliki sekarang cukup untuk membiayai hidupku sampai tua, aku tidak bermaksud ingin menambah harta lagi, apa lagi semenjak terjadi musibah ini, melihat orang-orang aneh dan cara aneh di dunia persilatan membuatku sangat tertarik, maka aku ingin mendapat kesempatan menjadi sahabat kalian, apa lagi aku sudah membuat Lim Hud-kiam marah!"
Kie Tiang-lim menghibur.
"Thio-heng tidak usah khawatir, Lim Hud-kiam tidak akan mencarimu!"
"Mungkin Lim Hud-kiam tidak akan datang, tapi belum tentu dengan 2 gadis she Yu, di kota Kim-leng aku pernah menolak permintaan Lan-tiang-siang-sat, berarti aku sudah membuat mereka marah, demi keselamatan masa depan, aku harap bisa bekerja bersama kalian."
Kie Tiang-lim berpikir sebentar.
"Demi diriku Thio-heng membuat Lan-tiang-siang-sat marah, aku tidak bisa menolak permintaan Anda, apa pendapat Goan-heng?"
Goan Jit-hong berkata.
"Aku menyambut baik keinginan Thio-heng bekerja bersama-sama dengan kita, dengan begitu dalam kekuatan atau keuangan kita, bisa membuat kita benar- benar bekerja!"
Kie Tiang-lim mengerutkan alis.
"Goan-heng, bisnis perusahaan perjalanan hanya dijalankan orang-orang dunia persilatan, tidak bisa membuat kita jadi terkenal!"
Goan Jit-hong tersenyum.
"Tapi nama besar Kie Tayhiap, di dapatkan dari berusaha di perusahaan perjalanan!"
Kie Tiang-lim tidak bisa menjawab. Kata Pui Ciauw-jin.
"Tentang kerja sama ini semua sudah setuju, sekarang kita pilih penanggung jawab, baru bicarakan hal yang lain."
"Kata-kata Pui-te benar, permintaan kami bertanding secara persahabatan hanya formalitas saja, aku yakin aku tidak akan menang dari kalian berdua, maka yang menjadi penanggung jawab perusahaan perjalanan tentunya Nona Kie."
Dengan kebesaran hatinya Ciam Giok-beng berkata.
"Goan Toako jangan terlalu sungkan, pertandingan persahabatan bagi semua pihak tetap ada kebaikannya, dengan cara apa kalian berdua akan bertarung?"
"Goan Toako bertarung dengan Kie Tayhiap, aku memberanikan diri bertarung dengan Ciam Tayhiap, bagaimana menurut kalian?"
Jawab Pui Ciauw-jin.
"Kalau aku kalah oleh Goan Toako, dan Ciam Suheng menang dari Pui-heng, dengan cara apa kita akan memperhitungkannya?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Jika kedua belah pihak masing-masing menang satu ronde, yang menang bertarung lagi dengan yang menang, bukankah beres?"
"Baiklah, kita ambil keputusan begini, In Tayhiap tetap menjadi wasitnya."
"Aku tidak berani, kalian adalah pesilat tangguh, sudah tidak perlu wasit lagi!"
"Jangan sungkan In Tayhiap, semua hanya formalitas saja, pertarungan kita juga formalitas, aku dan Goan Toako pasti kalah, tapi karena kerja sama ini adalah ide kami, paling sedikit Kie Tayhiap dan Ciam Tayhiap harus tahu sampai di mana kepandaian kami, baru kami berani mengikuti Kie Tayhiap dan Ciam Tayhiap yang begitu terkenal, karena aku dan Goan Toako hanya orang biasa, kami benar-benar tidak tahu diri!"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Pui Toako terlalu sungkan, baiklah, Goan Toako, kita mulai sekarang, supaya hal ini cepat beres dan kita bisa beristirahat dengan tenang!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kata-kata Kie tayhiap sama dengan pemikiranku, silakan!"
Kata Goan Jit-hong tertawa.
Dia memberi hormat, kemudian dengan membawa pedang masuk ke arena, Kie Tiang-lim pun mencabut pedang dari sarungnya, mereka berdua saling berhadapan, saling memberi hormat dan mulai bertarung.
Jurus pertama Goan Jit-hong yang menyerang, demi sopan santun dia hanya dengan pelan menotol langsung menarik pedangnya kembali, Kie Tiang-lim juga seperti itu, hanya pelan-pelan membalas satu jurus.
Sesudah jurus awal berlalu, mereka mulai serius dan berhati-hati, walaupun ini hanya pertarungan persahabatan tapi mereka terlihat serius.
Ciam Giok-beng dan Pui Ciauw-jin berdiri menonton pertarungan itu, wajah mereka terlihat serius, sesudah lewat 10 jurus lebih pedang mereka belum pernah beradu, sebab jurus pedang mereka sangat tinggi, begitu menyerang, lawannya sudah ada cara untuk mengatasinya, mereka segera menarik kembali pedang mereka, dan jurus mereka pun tidak pernah digunakan sampai selesai.
Souw Thian-sia dan Kie Pi-sia berdiri berbarengan, melihat Souw Thian-sia sangat senang, Kie Pi-sia dengan aneh bertanya.
"Souw Toako, apa yang membuatmu senang?"
"Pesilat tangguh bertarung, kita bisa mendapatkan banyak manfaat, ilmu silat Susiok sangat tinggi, ilmu silat Goan Tayhiap pun berada di atas kita."
"Mengapa kau tidak melihatnya?"
"Adik, pengalaman bertarungmu sangat sedikit, maka kau tidak melihatnya, kedua orang itu sudah mencapai ilmu pedang tertinggi, dalam waktu 10 tahun pun kita belum tentu bisa menyusul mereka!"
"Hanya dengan kemantapan, apa bisa mengalahkan musuh? Ilmu pedang harus aneh dan hebat, tapi jurus-jurus mereka berdua bukan yang terhebat!"
Kata Kie Pi-sia.
"Jurus hebat itu berasal dari jurus biasa, mereka sedang mencari tahu ilmu silat lawannya, jurus-jurus yang hebat pasti ada di balik semuanya, tapi karena lawan berjaga sangat ketat, maka mereka tidak merobah jurusnya kalau kau tidak percaya, kau bisa dengan teliti melihatnya, kalau salah satu pihak mulai menyerang, itu berarti adalah waktunya untuk menentukan kalah atau menang."
"Aku tidak percaya!"
Kata Kie Pi-sia.
Kie Tiang-lim menyerang dengan pedangnya, Goan Jit-hong bertahan, tapi jurus Kie Tiang-lim berobah dengan tiba-tiba, dia menyerang dari miring, gerakan cepat, jurusnya aneh dan sangat rapi, terlihat ujung pedang akan mengenai baju bagian dada Goan Jit-hong, tapi Goan tiba-tiba mengempiskan dadanya, hanya dengan jarak sedikit menghindar ujung pedang lawannya.
Kemudian Goan Jit-hong menyerang berturut-turut sebanyak 9 jurus, setelah Kie Tiang-lim gagal menyerang, kesempatannya sudah hilang terpaksa dia menarik pedangnya, terlihat dia menahan serangan Goan Jit-hong, tapi Goan Jit- hong sudah mendapat inisiatif penyerangan, Kie Tiang-lim sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk menyerang.
Souw Thian-sia menghembuskan nafas.
"Adik, apakah kau sudah melihat, karena kesalahan sedikit Susiok kehilangan kesempatan untuk menyerang, entah harus menunggu berapa lama baru bisa mendapatkan kesempatan lagi."
Kie Pi-sia memperhatikan pertarungan ayahnya dengan tegang dia melihat pertarungan itu dengan serius sehingga tidak mempunyai waktu untuk bicara. Goan Hiong mendekatinya, lalu bertanya.
"Nona Kie, menurutmu siapa yang kalah dan siapa yang menang?"
Kie Pi-sia mengira dia sengaja bertanya, maka dia melotot kepada Goan Hiong dengan marah. Goan Hiong cepat berkata lagi.
"Nona Kie, kau jangan salah paham, aku bukan datang untuk mengejekmu, aku melihat Paman Kie sekarang tertekan, tapi yang menang pasti Paman Kie."
"Mengapa kau bisa tahu?"
Kie Pi-sia balik bertanya. Goan Hiong tertawa, lalu berkata.
"Nama Paman Kie sangat terkenal di dunia persilatan, selama puluhan tahun belum pernah kalah, ilmu pedangnya sangat tinggi, tidak ada yang sanggup mengalahkan dia, mana mungkin dia kalah begitu cepat? Dia sengaja berbuat seperti itu supaya ayahku bisa menyerang, dan begitu ayahku terpancing, dia akan menyesal karena harus terus menyerang Kie Tiang-lim."
Terlihat pedang Kie Tiang-lim mulai diluruskan dan pedangnya terus menotok ke arah dada.
Jurus Goan Jit-hong sudah habis, sewaktu dia ingin menarik pedang untuk menahan, sudah tidak keburu, terpaksa dia meloncat ke belakang, dengan penuh bahaya dia menghindari serangan Kie Tiang-lim, kemudian sambil tertawa dia memberi hormat.
"Kie Toako sangat hebat, aku mengaku kalah!"
Kie Tiang-lim mengangkat tangan untuk memberi hormat juga.
"Tampaknya aku seperti menang, tapi dalam hati aku belum merasa menang, mari kita lanjutkan lagi!"
"Mengapa bisa begitu?"
Tanya Kie Pi-sia. Goan Hiong berkata.
"Apakah Nona Kie sedang mendikteku, aku tidak tahu banyak, tapi aku mengatakan apa yang aku tahu, ketika Paman Kie sedang bertahan, dia bersiap-siap untuk membalas, maka serangan pedangnya tidak banyak, tapi tidak ada celah, juga tidak kacau, ayahku terdorong terus menyerang dan tangannya tidak berani berhenti bergerak kalau sedikit saja lambat menyerang, dia akan terkena serangan balasan lagi, jadi dia harus terus menyerang, kalau tidak dia akan kalah, sebab Paman Kie menunggu serangan ayahku habis, kalau dihitung-hitung ayahku yang dirugikan."
Melihat dia bisa menjelaskan dengan baik, Kie Pi-sia mulai merasa Goan Hiong lebih bisa melihat jauh, diam-diam dia mulai mengaguminya, maka dia tersenyum, katanya.
"Mungkin dalam serangannya ayahmu mencari celah-celah pertahanan ayahku!"
Kata Goan Hiong.
"Karena lawan ayahku adalah Paman Kie, maka kesempatannya sangat sedikit, dengan teknik pedangnya tidak setengah jurus pun didapat dari pengalaman, beberapa tahun ini ayahku hanya meneliti, jarang melakukan pertarungan, maka dia tidak bisa bersaing dengan Paman Kie, karena pancingan Paman Kie tadi, dia jadi kesulitan, kali ini Paman Pui memberi ide bekerja sama dengan perusahaan perjalanan kalian tidak lain untuk mencari pengalaman, kelak di bawah pimpinan Nona, aku harap Nona banyak memberi petunjuk!"
Kie Pi-sia tidak pintar bicara, tapi kalau berkelahi atau berkenalan dia masih bisa, begitu mendengar bahasa yang sungkan, dia malah bengong tidak bisa menjawab, untung pertarungan sudah dimulai lagi, Goan Jit-hong sedang menyerang lagi, membuat Kie Tiang-lim agak kewalahan, sekali tidak tertahan ujung pedang Goan Jit-hong menyerang kepalanya.
Ujung pedang Kie Tiang-lim sudah menuju di depan dada Goan Jit-hong, tiba-tiba Kie Tiang-lim mengangkat pedangnya, membuat pedangnya digeserkan ke samping dan berkata.
"Goan Toako lebih unggul, aku tidak sanggup menahan seranganmu!"
Goan Jit-hong berkata senang.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kita tidak perlu sungkan, kalah atau menang kita masing-masing sudah tahu, Kie Toako terlalu merendah lebih baik wasit yang menentukan."
In Tiong-ho masih terpaku, karena kedua pihak punya tanda-tanda kekalahan, dan waktunya bersamaan pula, benar- benar sulit ditentukan, dia terdiam sebentar baru berkata.
"Kalian berdua adalah pesilat tangguh, kalau bertarung untuk menentukan, hidup atau mati, kalah atau menang harus jelas, tapi sekarang hanya pertarungan persahabatan, maka aku tidak bisa berkata apa-apa!"
Goan Hiong sengaja berkata.
"In Tayhiap terlalu sungkan, anda tidak ingin mengatakannya biar aku yang mewakili anda menjelaskan, ayahku dan Paman Kie memang bersamaan waktu menyerang, tapi pedang ayahku yang mengenai bagian atas kepala, hanya bisa memotong rambut Paman Kie, sedang pedang Paman Kie berada di dada ayahku, bukankah Paman Kie lebih unggul?"
"Tidak, semua ini karena sikap sungkan ayahmu, kalau ayahmu menginginkan nyawaku, mungkin kepala ku pun akan terlepas!"
Kata Kie Tiang-lim. Kata Goan Hiong.
"Tidak pernah ada pesilat tangguh bertarung terkena di bagian leher, sebab dia tahu kalau pedang lawan akan mengarah kemana, maka dengan cara sederhana dia akan menghindar, karena hari ini adalah pertarungan persahabatan, maka Paman Kie tidak terpikir hal ini dan dia jadi ceroboh, kalau pertarungan menyangkut masalah nyawa, aku kira ayahku tidak akan menang dengan mudah."
Kie Tiang-lim tertawa terbahak-bahak.
"Hiong Hiantit memang pandai bicara, tapi terlalu memihakku, pendapatmu memang benar, tapi ayahmu lebih unggul dalam menyusun taktik."
Goan Hiong tersenyum.
"Ayahku bisa menang dalam taktik, tapi itu hanya kebetulan saja, Paman Kie lah yang benar-benar mempunyai tehnik pedang yang tinggi dan sempurna!"
"Taktik Goan Toako memang tinggi, tapi tetap tidak bisa lolos dari mata putramu, kelihatannya putramu lebih kuat darimu!"
Kata Pui Ciauw-jin. In Tiong-ho mendukung.
"Goan Toako, putramu benar- benar hebat, kita yang tua-tua memang lebih tinggi ilmu silatnya tapi tentang pandangan dan melihat masalah, dia lebih unggul dari kita, kelak orang muda akan mengalahkan orang yang tua!"
Mendengar orang lain terus memuji putranya, Goan Jit- hong sangat senang dia tertawa.
"In-heng terlalu memuji, putraku tidak pintar seperti kata-katamu!"
Pui Ciauw-jin berkata.
"Kalau baik ya baik, tidak perlu sungkan, Goan Hiong adalah muridku, aku harus mengakui kelebihannya, kali ini aku berusaha ingin bekerja sama dengan kalian berdua karena takut kami berdua tidak bisa memberi ilmu lebih tinggi lagi kepadanya dan bakatnya akan tertutup aku berharap dia bisa mendapatkan guru yang lebih baik!"
"Pui Ji-siok, aku memang ingin belajar ilmu pedang tingkat tinggi, tapi jangan lupa Kian-kun-it-kiam Siau Pek adalah rajanya ilmu pedang, aku yang bodoh apakah bisa belajar ilmu pedangnya? Mungkin kalau Ciam Lo-cianpwee bersedia mengajarku, baru aku bisa mempelajarinya!"
Ciam Giok-beng tersenyum.
"Hiantit sudah belajar dari ayahmu, dibantu Pui-heng lagi, sebetulnya kau sudah mempunyai dasar yang kuat, jurus-jurus ilmu pedang kami tidak sama dengan jurus-jurus kalian kalau aku memaksa menerima dan mengajarimu, malah akan terhambat kemajuannya, kelak kalau ada kesempatan, aku akan meneliti jurus-jurus pedang kalian, mungkin pendapatku yang tidak seberapa ini bisa membantumu supaya bisa mendapat sedikit kemajuan!"
Goan Hiong segera berterima kasih.
"Lo-cianpwee adalah orang yang langsung mewarisi ilmu pedang dari raja pedang, kalau bisa memberi petunjuk kepadaku, ini adalah kebanggaanku sebelumnya aku mengucapkan terima kasih!"
Ciam Giok-beng tertawa dan bertanya kepada Goan Jit- hong.
"Apa Goan-heng merasa aku terlalu serakah?"
Goan Jit-hong dengan cepat berkata.
"Oh, tidak, tidak, kalau putraku bisa dididik oleh Ciam Toako, aku akan sangat berterima kasih!"
Mendengar Ciam Giok-beng akan mengajari ilmu pedang kepada Goan Hiong, Kie Pi-sia tidak suka, tapi dia juga tidak berani berkomentar, dia hanya bisa melihat Goan Hiong. Ciam Giok-beng tahu maksud Kie Pi-sia, dia segera tertawa dan berkata.
"Hiong Hiantit, aku sudah mengucapkan kata- kata besar, aku ingin mengajar ilmu pedang kepadamu, apakah kau merasa aku terlalu serakah dan sombong?"
"Boanpwee tidak pernah berpikir seperti itu!"
Goan Hiong segera menjawab. Ciam Giok-beng tertawa, katanya.
"Punya pikiran seperti ini pun tidak apa-apa, tidak punya pun tidak apa-apa, yang penting aku sudah berniat ingin mengajarimu, kau sudah mempunyai sedikit pegangan, tentang kemajuan ilmu pedangmu harus mengumpulkan banyak pengalaman, menutup kekurangan dan pelan-pelan mencari yang terbaik, itu harus menghabiskan waktu yang lama, dengan pengalaman selama puluhan tahun, aku bisa memberitahu kepadamu di mana aku telah berbuat kesalahan, aku akan memberitahu kesalahan itu kepadamu, jadi tidak akan terulang lagi, aku merasa bisa memberi petunjukmu, apakah kau sependapat denganku?"
Dengan serius Goan Hiong menjawab.
"Penjelasan mengenai pengalaman Lo-cianpwee sangat sempurna, dan telah memberi masukan yang banyak untukku, apa lagi jika Lo-cianpwee bisa memberi petunjuk, aku benar-benar sangat berterima kasih!"
"Tapi aku punya syarat,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Silakan katakan, Lo-cianpwee!"
"Ini masih mengenai masalah Lim Hud-kiam, bocah ini mempunyai ilmu pedang yang tinggi, apa lagi kepintarannya melebihi semua orang, kali ini Pi-sia sudah membuatnya marah juga menaruh dendam, dia pasti akan kembali mencari masalah, kelincahan dan kepintaran Pi-sia berada di bawahnya, aku minta Hiong Hiantit bisa lebih banyak membantu!"
"Supek, ini masalah pribadiku!"
Seru Kie Pi-sia. Dengan serius Ciam Giok-beng berkata.
"Tidak! Dia datang karena perusahaan perjalanan Su-hai, maka masalah ini adalah masalah semua orang, Su-hai dan Goan-heng telah bekerja sama, berarti Su-hai sekarang ini adalah usaha baru, kalau kau sampai kalah, akan menyangkut semua orang, aku merasa kepintaran Hiong Hiantit cukup untuk melawan Lim Hud-kiam, maka aku berharap kalian bisa kerja sama, jangan mengikuti emosi sendiri, itu akan membuat nama dan wibawa kita turun!"
Kie Pi-sia terdiam.
"Hal ini menyangkut aku juga, walaupun Lo-cianpwee tidak berpesan ini, aku tetap tidak akan memandang sebelah mata!"
Kata Goan Hiong. Ciam Giok-beng tertawa dan berkata.
"Baiklah, sekarang giliranku meminta petunjuk dari Pui-heng!"
Pui Ciauw-jin tersenyum dan masuk ke lapangan.
"Seharusnya aku yang meminta petunjuk pada Ciam Tayhiap!"
"Jangan sungkan, guruku mewariskan 12 jurus ilmu 'Tay-lo- kiam-hoat', selama beberapa tahun ini sudah kutambahkan menjadi 18 jurus, ilmu pedang ini belum pernah digunakan di dunia persilatan, sampai saat ini hanya Pi-sia yang belajar, tapi pengalamannya mengenai jurus pedang ini belum sempurna, hingga jika sudah dikeluarkan dia tidak akan bisa menghentikannya, maka kalau tidak terpaksa aku melarang menggunakan jurus ini, sekarang aku ingin bertarung dengan Pui Toako menggunakan jurus ini, sekalian meminta pendapat kepada semua orang!"
Pui Ciauw-jin terpaku.
"Apakah aku bisa menghadapi jurus ini?"
"Kita coba saja, tadi aku sudah melihat ilmu pedang Goan- heng, aku rasa jurus pedangku ini bisa saling melengkapi dengan jurus Goan-heng, kalau dugaanku betul, aku akan mengajarkannya kepada Hiong Hiantit, nanti dia bisa bekerja sama dengan Pi-sia, ilmu ini juga menjadi dasar perusahaan perjalanan Su-hai,"
Kata Ciam Giok-beng. Kie Tiang-lim terpaku, Kie Pi-sia merasa terkejut. Ciam Giok-beng tertawa lagi.
"Jurus pedang ini memang diwariskan oleh guruku, aku telah menambah beberapa jurus, maka aku berhak untuk mengatur siapa yang boleh mempelajarinya, aku akan mengajarkannya kepada Hiong Hiantit, semua ini demi Pi-sia, karena aku lihat jurus pedang Goan-heng dan Tay-lo- kiam-hoat bisa saling mendukung, kalau kalian berdua bisa mempelajarinya, tentu akan lebih cepat menguasainya, sehingga kalian bisa segera menggunakannya!"
Kie Pi-sia merasa tidak senang, saat dia akan menyelak terdengar Ciam Giok-beng berkata lagi.
"Kalau Pi-sia ingin mengalahkan Lim Hud-kiam, dia harus menggunakan jurus ini, kalau belajar sendiri, dia membutuhkan waktu 20 tahun berlatih, apakah dia bisa menunggu sampai 20 tahun? Kalau aku mengatakan akan mewariskan jurus ini kepadamu, dari dulu sudah kuberikan, kau lebih berhak menentukan apakah boleh mengajarkannya kepada orang lain!"
Goan Hiong dengan cepat berkata.
"Aku hanya meminta petunjuk dari Lo-cianpwee, Tay-lo-kiam-hoat milik Nona Kie, aku tidak berani memilikinya."
"Tapi dia harus dibantu olehmu agar bisa menguasainya!"
Ciam Giok-beng tertawa.
"Kaku aku bisa aku pasti akan membantu, tidak perlu mengajariku ilmu pedang!"
Kata Goan Hiong.
"Pemikiran Pi-sia tidak sempit, tapi sifatnya sombong, dia malu meminta pertolongan Hiong Hiantit, padahal itu akan membuat semua pihak mendapat kebaikan dan tidak termasuk meminta pertolongan kepada Hiong Hiantit, apalagi kelak kalian akan bekerja sama membuka perusahaan perjalanan, banyak bidang di mana kalian harus saling mendukung, jadi jangan bersifat kekanak-kanakan!"
Perkataan Ciam Giok-beng membuat Kie Pi-sia merasa malu, dia menundukkan kepala dan berkata.
"Supek, mengapa kau terus menjelek-jelekkan aku?"
"Aku ingin mengubah sifatmu yang kekanak-kanakan, kalau nanti aku bisa beruntung menang dari Pui Toako, kau akan menjadi ketua pengurus Su-hai yang baru, apa lagi kita siap membuka kantor cabang untuk memperluas usaha ini, ketua perusahaan perjalanan tugasnya sangat berat, maka pikiranmu harus dewasa!"
"Supek, kalau memang posisi ketua perusahaan jatuh kepada kita, seharusnya Souw Toako lah yang menjadi ketua Su-hai!"
Ciam Giok-beng menggelengkan kepala.
"Posisi ketua perusahaan bukan ketua perguruan, memakai orang harus hati-hati, siapa yang lebih dulu masuk ke perguruan tidak ada hubungannya, Thian-sia memang Suhengmu, tapi dia kurang berani mengambil keputusan, maka posisi ketua perusahaan tidak cocok untuknya, jadi tinggal antara kau atau Hiong Hiantit, kelak siapa pun yang menjadi ketua dan wakil ketuanya sama saja, dengan begitu aku baru bisa tenang."
"Souw Toako adalah Suheng Nona Kie, aku tidak berani memikul posisi ini, kalau Nona Kie menjadi ketua perusahaan, biarlah Souw Toako jadi wakilnya!"
Kata Goan Hiong. Ciam Giok-beng berkata.
"Sifat Thian-sia mirip denganku, bakat seperti ini tidak akan bisa mengurus masalah dunia luar, karena beberapa tahun yang lalu Suteku kekurangan orang, aku menyuruhnya kemari untuk membantu, sekarang dengan adanya kalian, Thian-sia tidak perlu menjadi pengurus perusahaan lagi, paling dia hanya akan membantu selama beberapa bulan, sesudah itu dia akan kembali ke tempatku untuk berlatih pedang, kalian jangan sungkan, ini tidak ada hubungannya dengan urutan, Suteku adalah adikku, tapi perusahaan perjalanan Su-hai selalu dia yang urus, seperti sekarang mengantarkan barang, walaupun aku ikut tapi tetap dia yang mengambil keputusan, aku juga harus mendengar kata-katanya, kalau dipaksa malah akan jadi kacau, Pui-heng, mari kita mulai!"
Pui Ciauw-jin segera membawa pedang.
"Siaute bersedia menerima petunjuk Toako!"
Ciam Giok-beng pelan-pelan masuk ke lapangan, dia berkata.
"Bukan aku sombong, memang Tay-lo-kiam-sut tidak ada jurus permulaan, jurus ini bergerak kalau kita sudah bertarung karena itu aku minta Pui- heng terlebih dulu mengeluarkan serangan!"
"Baiklah, sebelumnya aku minta maaf dulu!"
Baru saja kata-katanya habis, dia langsung menyerang Ciam Giok-beng, tapi ditahan oleh Ciam Giok-beng, gerakan Pui Ciauw-jin berobah dengan cepat serangan kedua dan ketiga terus datang bertubi-tubi, dia tidak memberi kesempatan kepada lawan untuk membalas, jurusnya ganas, jurus-jurusnya hampir semuanya berasal dari semua perguruan, tapi jurus-jurus ini bisa bergabung.
Ciam-giok-beng sangat terkenal di dunia persilatan, tapi untuk pertama kalinya dia bertarung dengan orang lain, maka gerakannya sangat diperhatikan oleh semua orang, sikapnya tenang juga mantap, dia sudah mulai mengeluarkan serangan, tapi jurusnya sangat biasa, dia berdiri sangat kokoh, dengan cara apa pun lawan menyerang tetap tidak bisa membuatnya bergeser, walaupun itu hanya setengah langkah.
Goan Hiong terus memuji.
"Ciam Lo-cianpwee benar-benar lihai, walaupun kehebatannya belum keluar, tapi serangannya bisa begitu hebat, ilmu pedang yang demikian tinggi bukan saja 'mantap' juga 'kokoh' kita tidak akan sanggup melakukan!"
Kie Tiang-lim berkata.
"Sepuluh tahun lagi Hiong Hiantit pun bisa mencapai tahap ini, yang hebat adalah Pui-heng, ilmunya berasal dari bermacam-macam aliran, berobah-robah dengan cepat, untung lawannya adalah Suhengku, kalau aku yang menghadapi, pasti sudah kalang kabut."
"Paman terlalu sungkan, memang ilmu pedang Pui Ji-siok sangat aneh, tapi dalam kemantapan, tidak semantap Paman Kie!"
Kata Goan Hiong.
"Hiong Hiantit terlalu merendah, jurus-jurus pedang Pui- heng sangat istimewa, meski serangannya terlihat ada celah, tapi tertutup oleh banyaknya perobahan, perobahan ini memberi jalan untuk membuka jurus berikutnya, di antara dua jurus ada jalur yang berlawanan, kalau menggunakan kesempatan ini menyerang, dia akan terpukul dan terkena tipuan Pui-heng!"
"Paman Kie sungguh lihai, Pui Ji-siok meneliti jurus pedang sudah lama, dia menganggap jarang ada orang yang bisa melihat ilmu pedangnya ini, tapi begitu Paman Kie melihat sudah langsung tahu rahasianya!"
Kata Goan Hiong. Kata Kie Tiang-lim.
"Itu hanya kebetulan saja, karena aku melihat Ciam Suheng terus bertahan tidak menyerang, aku baru mengetahuinya dan karena kita bertarung secara bersahabat, aku bisa dengan tenang melihat pertarungan nya, kalau pertarungan ini menyangkut pertaruhan nyawa, semua pasti ingin menang, pasti tidak bisa melihat kekurangan yang ada!"
"Betul, Pui Ji-siok memang tidak suka bertemu dengan orang alasannya adalah ini, dia tahu jurus pedangnya akan bersaing dengan orang lain, kalau dia mengulur waktu, jurusnya akan diketahui orang, akhirnya malah tidak berguna,"
Kata Goan Hiong.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak mungkin dia hanya mengandalkan jurus pedang ini saja, di belakangnya pasti ada jurus yang lebih lihai lagi!"
Kie Tiang-lim tertawa.
"Dia tidak pernah berkata demikian, tapi aku pikir pasti begitu, kesempatan hari ini sulit didapatkan selain bisa melihat teknik Tuan Ciam dulu, aku masih bisa melihat jurus pedang yang tersimpan rapi oleh Pui Ji-siok!"
Kata Goan Hiong.
Pui Ciauw-jin sudah menyerang sebanyak 40-50 jurus, tapi Ciam Giok-beng satu jurus pun tidak membalas, tapi tidak terlihat pertarungan mereka jadi membosankan karena mereka menyerang atau bertahan dengan jurus sangat aneh, tapi yang terpenting teknik pedang mereka tidak berbeda jauh, seperti tukang besi menempa besi dengan palu, besi ditempa, tapi tidak ada yang protes, besi ditempa karena besi keras memberi kesan kuat dan kokoh!"
Semakin bertarung Pui Ciauw-jin semakin tidak memberikan hasil, tapi sikapnya malah semakin tenang, ilmu pedangnya dari cepat menjadi pelan, setiap jurus seperti tidak ada perubahan, sebaliknya sikap Ciam Giok-beng menjadi serius, menghadapi jurus-jurus pedang yang datang menyerangnya, dengan hati-hati dia melayaninya, tapi dia selalu menghindar.
Awalnya Pui Ciauw-jin mengelilingi Ciam Giok-beng sekarang Pui Ciauw-jin terus memaksa Ciam Giok-beng mundur.
Kie Pi-sia berteriak.
"Supek, ada apa denganmu? Mengapa terus mundur dan tidak membalas?"
Dengan serius Kie Tiang-lim berkata.
"Awalnya tidak ada waktu untuk membalas, sekarang tidak ada waktu untuk membalasnya lagi, sepertinya Tay-lo-kiam-hoat pun tidak bisa dikeluarkan!"
Kie Pi-sia memang tidak percaya, tapi melihat sikap Ciam Giok-beng begitu serius, dia tidak berani banyak berkomentar, hanya dengan bengong melihat mereka berdua. Tiba-tiba Ciam Giok-beng berkata.
"Ilmu pedang Pui-heng sangat aneh membuatku terkurung terpaksa aku harus mencoba-coba dengan Tay-lo-kiam-hoat!"
Kata-katanya baru selesai, pedang sudah didorong keluar, dua pedang beradu, Pui Ciauw-jin tiba-tiba mempercepat serangannya, bayangan pedang seperti gunung, angin pedang terus menderu, Ciam Giok-beng tidak mau kalah, tampak ada cahaya kemudian terderngar suara terus berbunyi, Kie Pi-sia melihat Tay-lo-kiam-hoat sudah dikeluarkan oleh Ciam Giok- beng sampai ke jurus ke-14, tapi Pui Ciauw-jin masih tidak terlihat akan kalah, sewaktu Kie Pi-sia sedang cemas tiba-tiba bayangan mereka terpisah, kemudian pedang Pui Ciauw-jin terjatuh! Kalah dan menang sulit terlihat, tidak ada yang tahu dengan cara apa Ciam Giok-beng bisa menang dan Ciam Giok- beng menang dengan sangat sulit, dia masih terengah-engah, sedangkan nafas Pui Ciauw-jin tampak tenang dan tidak terlihat kalau lelah.
Goan Jit-hong memecah kesunyian.
"Adik Pui, kali ini kau bertemu lawan yang kuat, apakah kau kalah dengan puas?"
Pui Ciauw-jin tersenyum.
"Terhadap Tay-lo-kiam-hoat, aku menyerah."
Menunggu nafas lega, Ciam Giok-beng baru memberi hormat.
"Kebetulan saja aku bisa menang, tapi kemenangan ini susah didapat, kecuali guruku, Pui-heng adalah orang yang pertama membuatku kagum!"
"Ciam Tayhiap jangan sungkan, aku memang sudah mengeluarkan semua ilmuku, mengenai stamina tubuh itu adalah bakat tidak perlu dibahas!"
"Pui-te memang berbakat mempunyai stamina yang kuat, karena kami sering berlatih maka aku tahu, aku ingat sewaktu kecil kita pernah taruhan, tangannya diikat dengan gilingan batu, dari kaki gunung naik ke puncaknya, waktu itu aku naik kuda mengikutinya, aku ingin melihat dia bisa bertahan jalan berapa lama, tidak disangka dia bisa berjalan dua hari satu malam tanpa berhenti, aku sudah mengganti kuda 4-5 kali, terakhir aku yang tidak kuat dan tertidur di atas kuda, tapi dia sama sekali tidak terengah-engah atau terlihat lelah."
"Bakat Pui-heng ini benar-benar luar biasa,"
Ciam Giok- beng memuji.
"Karena bakat ini aku bisa meneliti ilmu pedang dari semua perguruan, sebelum kita bertarung aku masih tidak percaya aku bisa kalah, aku tahu ilmu pedangku tidak sebagus Ciam Tayhiap, tapi aku bisa menggunakan bakatku ini membuat Ciam Tayhiap tidak ada waktu untuk membalas, kemudian dengan cara menghabiskan stamina Ciam Tayhiap supaya terus bertarung dengan cara lambat, tapi hebatnya Ciam Tayhiap, pada jurus ke-14 dia bisa mengalahkanku."
Kie Tiang-lim berkata.
"Suhengku tinggal di gunung selama puluhan tahun, dia hanya menang sedikit dari Pui Toako, kalau aku yang bertarung aku pasti kalah."
Pui Ciauw-jin tertawa.
"Mengandalkan stamina untuk mendapatkan kemenangan, itu benar-benar sulit! Lebih baik mengandalkan ilmu yang bagus, tingginya ilmu silat Ciam Tayhiap membuatku kagum, kerja sama ini sudah kita sepakati, sekarang Nona Kie menjadi ketua yang baru!"
Goan Hiong dengan tertawa memberi selamat.
"Aku menghormati ketua yang baru, kami 12 saudara seperguruan, mulai sekarang akan mendengar perintah Ketua!"
Kie Pi-sia yang sombong semenjak melihat pertarungan antara Ciam Giok-beng dan Pui Ciauw-jin, dia baru sadar ternyata di dunia persilatan banyak sekali orang yang mempunyai ilmu silat tinggi, dia memang mendapatkan ilmu silat dari ayahnya, juga belajar ilmu silat kepada Supeknya, tapi kalau dibandingkan dengan mereka, dia benar-benar merasa masih jauh, karena itu kesombongannya sekarang sudah sirna, di luar dugaan dia bisa dengan ramah berkata.
"Kelak aku masih akan meminta banyak petunjuk pada Goan Toako."
Goan Jit-hong berkata.
"Kalian jangan sungkan, kalau ada masalah, kalian bisa berunding, tapi sekarang Nona Kie adalah ketua perusahaan kalau ada pekerjaan tinggal berpesan kepada mereka, bila mereka tidak menurut, aku dan Adik Pui akan mendukungmu menghukum mereka."
Kata Pui Ciauw-jin.
"Toako tidak perlu khawatir, Hiong Sutit adalah Toako mereka, begitu Goan Hiong menurunkan perintah, mereka akan mendengarnya."
"Aku rasa kalau mereka sudah bekerja di perusahaan perjalanan Su-hai, mereka harus mendengar perintah Nona Kie!"
Pui Ciauw-jin mengangguk.
"Betul, jabatan dan kekuasaan harus terbagi dengan jelas, kerja harus disiplin, kelak dua keluarga harus seperti satu keluarga, jangan dibeda-bedakan, sekarang kami yang tua-tua akan mengawasi kalian dari belakang, Hiong Sutit, bawa adik-adikmu sekali lagi melaksanakan upacara dan bersumpah pada Nona Kie!"
"Tidak perlu demikian,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Tidak, harus begitu, Kie Toako membuka perusahaan perjalanan Su-hai sewaktu pengurus baru datang, Kie Toako juga mengadakan upacara bukan!"
"Kalau begitu, sesampainya di Kim-leng dan saat semua orang berkumpul aku baru akan memberitahu kepada mereka bahwa posisi ketua perusahaan sudah kuserahkan kepada putriku, baru kita akan mengadakan upacara."
"Sekarang kita bersiap-siap dengan pekerjaan kita, begitu kembali ke Kim-leng, kita akan segera membuka usaha, lebih baik kita bereskan dulu upacara ini,"
Kata Pui Ciauw-jin. Kie Tiang-lim menarik nafas.
"Apakah Pui-heng tahu, Lan- tiang-siang-sat sudah mengumpulkan orang-orang dunia persilatan golongan hitam untuk mencegat kami dalam perjalanan pulang ke Kim-leng, aku merasa tidak tenang, maka lebih baik upacara ini dilaksanakan setelah tiba di Kim- leng."
Pui Ciauw-jin tertawa terbahak-bahak.
"Tikus-tikus yang tinggal di atap rumah untuk apa dikhawatirkan, kali ini biarlah generasi muda kita yang menghadapinya, Kie Toako tidak perlu repot-repot."
Kie Tiang-lim terkejut.
"Generasi muda?"
"Betul, Adik Pui benar, putraku dan adik-adik seperguruannya sedang tidak ada pekerjaan, biar Kie Toako sekalian membawa mereka ke Kim-leng, bila Lan-tiang-siang- sat mencari keributan, merekalah yang akan menghadapinya, kesempatan ini bisa mereka gunakan untuk mendapatkan pengalaman,"
Kata Goan-jit-hong.
"Tidak bisa, permusuhan ini adalah antara aku dan Lan- tiang-siang-sat, kalian jangan ikut-ikutan masuk ke dalam permusuhan ini,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kie Toako terlalu membeda-bedakan, kita sudah bekerja sama, artinya kita adalah sekeluarga, murid-muridku berarti juga keponakanmu, mereka pantas mewakili Kie Toako menghadapi musuh, apa lagi kelak mereka bekerja di perusahaan perjalanan, mereka akan berhadapan dengan orang-orang golongan hitam, lebih baik belajar mulai dari sekarang!"
Kata Pui Ciauw-jin. Kie Tiang-lim belum memberi pendapat, Goan Jit-hong sudah berbicara.
"Kie Toako tidak perlu sungkan, aku dan Adik Pui akan ikut ke Kim-leng, pertama kita akan berjalan ramai- ramai, kedua aku ingin lebih tahu tentang Lan-tiang-siang-sat, Kie Toako tidak ingin kami ikut campur biar kami menonton dari samping, aku kira kalau menonton pasti tidak halangan?"
Kie Tiang-lim tahu bila terjadi sesuatu, mereka tidak akan berpangku tangan, kata-kata Goan Jit-hong malah membuat Kie Tiang-lim merasa tidak enak hati, dia menghela nafas.
"Kalian begitu perhatian kepadaku, aku sangat berterima kasih, sebetulnya Lan-tiang-siang-sat tidak perlu dikhawatirkan, hanya aku berpikir bila berselisih dengan mereka, benar-benar tidak ada gunanya!"
Pui Ciauw-jin tersenyum.
"Kie Toako selalu mempertimbangkan keadaan orang lain, bila Lan-tiang-siang- sat tidak berbuat onar, kita biarkan saja tapi bila mereka berani berbuat onar, maka mereka akan hancur!"
Dari matanya Pui Ciauw-jin tampak penuh hawa membunuh, Kie Tiang-lim terkejut, tapi karena baru kenal, dia pun tidak mengungkapkan apa-apa.
Tidak lama mereka pun membubarkan diri, hari kedua orang-orang kantor perusahaan perjalanan masih beristirahat di rumah Goan Jit-hong, menunggu mereka bersiap-siap melakukan perjalanan jauh untuk membuka usaha baru.
Thio Yan-to mengeluarkan perhiasan senilai 800 tail perak sebagai modal pertama, dia bersiap-siap pulang ke rumah untuk menyiapkan uang lagi sebagai modal membuka cabang perusahaan perjalanan Su-hai, Goan Jit-hong menyuruh Pui Thian-hoa dan Seng Cung mengantar Thio Yan-to dan putranya pulang ke Seng-touw, kemudian membawa uang ke Kim-leng, karena In Tiong-ho ingin menunggu keponakannya maka dia mengambil keputusan berjalan dengan Thio Yan-to supaya di sepanjang jalan nanti ada teman, uang yang akan dibawa jumlah tidak sedikit, tapi karena tidak banyak yang tahu maka tidak akan banyak yang curiga, beberapa orang mengawal saja sudah cukup, hari ke-3 mereka mulai kembali ke Kim-leng.
Ooo)*dw*(ooO Si Pedang Tumpul
Jilid KE DUA Karya . Tong Hong Giok Terjemahan . Liang Y L Edisi Ke 1 . January 2009 Kiriman . Lavilla (trims yeee) Edit & Ebook . Dewi KZ
http.//kangzusi.com/
http.//dewi-kz.info/
http.//kang-zusi.info
http.//cerita-silat.co.cc/ BAB 8 Kilauan pedang, kelebatan pedang Di tengah perjalanan Kie Tiang-lim sudah mulai bergurau, dia sering memacu kudanya ke depan, bendera perusahaan perjalanan Su-hai memang sudah rusak tapi bendera itu milik pribadi, karena di atas bendera itu ada sulaman tulisan 'Kie'.
Tapi saat di rumah keluarga Goan, Goan Hiong menyuruh beberapa orang perempuan desa membantu Kie Pi-sia membuat bendera baru.
Warna dasarnya tetap biru dan huruf Su-hai disulam dengan warna emas, di ujung bendera ada huruf 'Sia', berarti dia adalah penanggung jawab perusahaan perjalanan Su-hai.
Sedangkan Goan Hiong menjadi wakil ketua perusahaan, dia juga membuat bendera yang sama, hanya di ujung bendera disulam huruf 'Goan' lebih kecil dari huruf 'Sia'.
Kedua bendera ini dibawa oleh 2 pegawai yang menunggang kuda dan berjalan di baris paling depan.
Kie Pi- sia dengan sikap gagah dan angkuh menunggang kuda.
Di depannya seperti terbentang masa depan yang cerah, Goan Hiong menunggang seekor kuda hitam yang besar.
Sangat kontras dengan kuda putih milik Kie Pi-sia.
Kuda besar sedangkan penunggangnya gagah, benar-benar sangat serasi.
Dengan alasan minta pendapat, sepanjang jalan Goan Hiong selalu mengajak bicara dengan Kie Pi-sia karena Kie Pi- sia pernah mengantarkan barang.
Tentu saja dia sedikit lebih mengerti, maka dengan rendah hati Goan Hiong selalu meminta pendapat dan Kie Pi-sia dengan senang hati memberitahu, sepanjang jalan bila ada gunung mereka selalu berteriak.
"Su-hai jaya...."
Kie Pi-sia selalu menyuruh orang mencari jalan terlebih dulu.
Yang terpenting semua pengalaman yang didapat sudah dia praktekkan.
Mereka saling menyapa juga saling bercanda, memang tidak begitu akrab tapi juga tidak terlalu asing.
Goan Jit-hong dan Pui Ciauw-jin selalu menyuruh Kie Tiang-lim dan Ciam Giok-beng yang berada di depan barisan, ini merupakan suatu kehormatan.
Souw Thian-sia terkadang di depan barisan terkadang di belakang barisan.
Dia selalu menyapa orang- orang.
Saat beristirahat atau bermalam semua berada dalam pengawasannya.
Semua adalah keinginan Ciam Giok-beng, sebab setelah tiba di Kim-leng, Ciam Giok-beng akan menyuruhnya berlatih ilmu pedang lagi, maka saat-saat sekarang ini apa yang harus diperhatikan di perusahaan perjalanan dia ajarkan kepada Kie Pi-sia dan Goan Hiong, maka sekarang ini Souw Thian-sia sangat sibuk dan semua tindakannya sangat bertanggung jawab.
Ciam Giok-beng melihat sepasang anak muda yang sedang bersemangat itu, dia tertawa kepada Kie Tiang-lim.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sute, aku rasa memberi beban dan tanggung jawab kepada anak muda adalah tindakan yang tepat, mereka bersemangat dan pantang mundur, mereka lebih mempunyai masa depan yang cerah!"
Kie Tiang-lim mengangguk.
"Para pemuda dari keluarga Goan benar-benar mempunyai masa depan yang cerah, kalau hanya mengandalkan Pi-sia saja aku akan menutup perusahaan perjalanan Su-hai, aku takut dia bertindak sembarangan karena dia belum sanggup menanggung tanggung jawab ini!"
"Karena itu aku setuju bekerja sama dengan Goan Jit- hong!"
Sahut Ciam Giok-beng.
"Suheng, aku sedikit tidak mengerti, ilmu silat Goan Jit- hong dan Pui Ciauw-jin setingkat dengan kita, ditambah dengan kemampuan murid mereka yang hebat bila ingin membuka perusahaan perjalanan mungkin mereka akan lebih sukses dari kita, mengapa mereka ingin bekerja sama dengan kita?"
Ciam Giok-beng berkata.
"Kerja sama ini mereka yang tiba- tiba mengajukannya, mungkin mereka sudah lama berkeinginan membuka perusahaan perjalanan, sebab mereka tidak mau terus menerus tinggal di desa, membuka perusahaan perjalanan adalah usaha baik bagi kalangan persilatan, mereka membuka perusahaan perjalanan juga merupakan jalan singkat yang bisa membuat mereka terkenal!"
"Mengapa mereka tidak membuka sebuah perguruan saja? Itu lebih bergengsi dibandingkan membuka perusahaan perjalanan!"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Tidak semudah itu, mendirikan sebuah perguruan harus mempunyai kekuatan dan keuangan yang kuat, mereka belum mencapai tahap itu, apalagi Goan Jit-hong berasal dari Kiong- lai-pai. Dia memang sudah keluar dari perguruan itu, tapi orang dunia persilatan selalu memandang asal usulnya, walaupun perguruan yang dia dirikan sukses tapi orang selalu menganggap mereka membuka cabang Kiong-lai. Lebih baik memilih membuka perusahaan perjalanan, bila ingin membuka perusahaan perjalanan, Su-hai lah yang bisa diandalkan,"
Jelas Ciam Giok-beng.
"Tapi aku selalu merasa mereka mempunyai tujuan yang lain!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Niat mereka memberi kebaikan untuk kita, selain itu mereka juga mendapat kebaikan dari kita, kalau tidak mereka tidak akan mau begitu saja mengalah kepada kita, aku juga tidak semudah itu untuk setuju!"
"Kira-kira apa tujuan mereka?"
"Sute, kau bisa membaca pikiran Pi-sia, mengapa terhadap orang lain malah bingung?"
Dia menunjuk sosok 2 pemuda dan pemudi, Kie Tiang-lim terpaku kemudian baru mengerti.
"Suheng, maksud mereka...."
Ciam Giok-beng mengangguk.
"Goan Jit-hong dan Pui Ciauw-jin sangat memperhatikan pemuda itu, mereka ingin memberikan yang terbaik untuknya, begitu juga dalam hal memilih istri, kalau bisa menjadi menantu Jit-in-sin-liong itu akan menjadi sempurna keinginan mereka, apalagi kelihatannya Goan Hiong sangat menyukai Pi-sia, maka mereka memilih jalan ini."
"Pantas saat itu Goan Jit-hong ke belakang untuk berunding dengan Pui Ciauw-jin, setelah itu sikap mereka jadi berubah kepada kita."
Ciam Giok-beng berkata.
"Aku kira Goan Hiong sendiri pun memang menyukai Pi-sia, mungkin dia malu mengatakan kepada ayahnya, maka dia meminta bantuan pada Pui Ciauw- jin, Goan Jit-hong selalu mendengar perkataan Pui Ciauw-jin, apalagi ini adalah hal yang baik, karena itu dengan cepat mereka setuju!"
"Dipandang dari sudut mana pun Goan Hiong termasuk orang yang lumayan, kalau Pi-sia bisa mendapatkan pasangan seperti Goan Hiong aku setuju saja, tapi apakah...."
Kata Kie Tiang-lim.
"Mereka sangat pintar, mereka tidak mengatakannya secara langsung, mereka memulainya dengan cara meminta bekerja sama dengan kita untuk membuka perusahaan perjalanan, tujuan mereka adalah supaya Goan Hiong dan Pi-sia bisa lebih dekat lagi, supaya bisa memupuk rasa kebersamaan."
"Kalau betul begitu aku pun setuju, tapi Pi-sia adalah seorang gadis yang bersifat keras dan selalu memegang teguh pendirian,"
Keluh Kie Tiang-lim.
"Anak itu belajar ilmu pedang padaku, sebenarnya aku pun sudah menganggapnya sebagai putriku, karena kau telah memaparkan perasaannya yang tidak wajar kepada Lim Hud- kiam, maka aku merasa cemas aku berharap kerja sama ini bisa membuat perhatiannya berpindah kepada orang lain!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Menurut Suheng apakah kita ada harapan untuk hal ini?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Lim Hud-kiam lebih dekat dengan 2 gadis she Yu itu, hal ini membuat Pi-sia tidak suka, paling sedikit Pi-sia tidak menaruh harapan lagi pada Lim Hud-kiam, apakah perasaanya bisa berpaling kepada Goan Hiong, kita harus lihat juga dengan kesungguhan Goan Hiong."
"Kesungguhan Goan Hiong?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Pertama harus dengan sungguh-sungguh mendapatkan hati Pi-sia, lama kelamaan mungkin akan timbul perasaan di antara mereka berdua, apalagi Goan Hiong adalah pemuda yang bisa mengambil hati, semua soal bisa berbalik maka perasaan mereka akan bertambah dalam, tapi sebenarnya bila dia ingin mendapatkan hati Pi-sia, dia harus lebih kuat dari Lim Hud-kiam!"
"Pengamatan Suheng sangat teliti, aku juga khawatir tentang hal ini, setinggi apa ilmu silat Goan Hiong, sampai saat ini kita belum tahu, tapi bila ingin mengalahkan Lim Hud- kiam bukan hal yang mudah,"
Kata Kie Tiang-lim.
"Benar, aku lihat bocah itu sudah beberapa kali bertarung dengan orang lain, dia memang mempunyai ilmu silat yang tinggi, tapi kalau bertarung denganku belum tentu bisa mengalahkanku!"
Kata Ciam Giok-beng.
"Benar, kalau tidak Pi-sia yang begitu sombong mana bisa mempunyai perasaan yang tidak normal,"
Jawab Kie Tiang-lim.
"Karena itu aku berharap Lim Hud-kiam jangan cepat-cepat datang kemari, begitu aku sudah mengajarkan Tay-lo-kiam- hoat kepada Goan Hiong, kemenangan kita lebih terjamin!"
"Suheng ingin mengajarkan Tay-lo-kiam-hoat, pada Goan Hiong, apakah karena alasan itu?"
"Benar, Tay-lo-kiam-hoat adalah ilmu pedang yang diciptakan guru dengan susah payah, ditambah lagi dengan penelitian selama puluhan tahun hingga rampung, memang aku tidak mengatakan kalau ilmu pedang ini adalah ilmu pedang terbaik. Tapi sampai sekarang tidak ada satu ilmu pedang pun yang bisa mengalahkannya, tadi aku mengatakan ingin menyempurnakan ilmu pedang ini dengan ilmu pedang keluarga Goan, sebenarnya ini hanya perkataan asal saja, sebenarnya Tay-lo-kiam-hoat yang terdiri dari 18 jurus setelah diciptakan tidak bisa dirobah lagi, aku hanya ingin membuat Pi-sia percaya."
"Apakah ini melanggar perintah guru?"
"Guru tidak membuat sebuah perguruan, beliau juga tidak menentukan bahwa ilmu pedang ini tidak boleh diajarkan kepada orang lain, apalagi kalau Goan Hiong bisa menjadi menantumu, dia juga bukan orang lain lagi."
"Bila pernikahan itu tidak terjadi, bagaimana keinginan Suheng?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Tidak apa-apa, karena perusahaan perjalanan adalah usaha yang diperintahkan oleh guru, Goan Hiong termasuk anggota Su-hai berarti dia bukan orang luar, kepada arwah guru di sana aku tetap tidak merasa bersalah."
Kie Tiang-lim sangat terharu.
"Suheng benar-benar memperhatikan Pi-sia, gadis itu hanya merepotkanmu saja."
Ciam Giok-beng berkata.
"Sute, di antara kita tidak perlu merasa sungkan seperti itu, Pi-sia adalah putri kita, aku hidup sendiri, kau juga tidak mempunyai putra, kelak yang menyembahyangi kuburan kita semuanya mengandalkan anak ini, kesulitan apa pun kita tetap harus bisa mengatasinya, seharusnya dulu istrimu melahirkan seorang putra, jadi sekarang kita tidak perlu repot seperti ini!"
Kie Tiang-lim menghela nafas.
"Sewaktu masih muda aku terlalu berkonsentrasi pada ilmu silat dan merintis usaha, urusan keluarga jadi terbengkalai, selama satu tahun setengah berada di luar, karena itu setelah istriku melahirkan Pi-sia, dia meninggal dunia. Aku pun tidak berniat menikah lagi, kalau dulu masih bisa menambah satu atau dua anak lagi, aku akan membiarkan Pi-sia melakukan apa yang dia inginkan."
"Sute, kau seperti tidak menyukai Pi-sia?"
"Benar, apalagi saat dia mengatakan Lim Hud-kiam adalah perampok, itu benar-benar keterlaluan!"
"Semenjak usia 11 tahun Pi-sia sudah ikut denganku belajar ilmu pedang, selama 9 tahun penuh dia ikut denganku, sifatnya menjadi seperti itu aku ikut bertanggung jawab,"
Kata Ciam Giok-beng.
"Suheng, kau jangan salah paham, aku tidak menyalahkanmu."
"Jangan salah, cara Pi-sia memang kurang terus terang tapi itu belum kelewatan, Lim Hud-kiam merampok perhiasan ini adalah kenyataan sebenarnya, mengatakan kalau dia adalah perampok itu pun tidak salah, hanya saja niat membalas Pi-sia terlalu membara, itu adalah penyakit anak muda, pelan-pelan nanti dia akan menyadari kekurangannya ini!"
Kie Tiang-lim tidak bisa berkata apa-apa.
"Mungkin karena aku tidak mempunyai keturun an, maka aku terlalu menyayangi Pi-sia, tapi aku tahu dia bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, memberikan tanggung jawab mengelola perusahaan perjalanan Su-hai akan menambah tanggung jawabnya, itu pun salah satu cara mendidiknya. Dia adalah seorang perempuan tapi cita-citanya begitu tinggi, dia tidak mau kalah dari laki-laki, dia lebih kuat dari Souw Thian-sia, asalkan dia bisa kompak dengan Goan Hiong dan mengelola Su-hai dengan baik, hasilnya akan lebih baik darimu."
"Aku benar-benar tidak tahu kelebihan putri sendiri!"
Kata Kie Tiang-lim sambil tertawa. Ciam Giok-beng juga tertawa.
"Bisa dikatakan seperti itu, tentang Pi-sia biar aku yang mengurusnya, kau yang menjadi ayah tidak perlu merasa khawatir."
"Kalau begitu aku akan merasa lebih nyaman!"
Mereka tertawa terbahak-bahak, hal ini membuat Pi-sia merasa aneh dan bertanya.
"Supek, ayah, apa yang membuat kalian begitu senang?"
"Ayahmu sudah memberikan kau kepadaku, aku juga akan memberikan seseorang kepadamu!"
Kie Pi-sia tahu kalau mereka sedang bergurau, maka dia tertawa dan berkata.
"Kalian berdua tidak menginginkan aku dan melemparkan aku ke dunia persilatan, aku akan mengatakannya kepada Goan Toako, kami siap menjadi tua di dunia persilatan, satu hari pun tidak akan melepaskan pedang ini, hidup di dunia persilatan mati pun harus di dunia persilatan!"
Ciam Giok-beng berkata.
"Kalian yang muda tetap lebih bersemangat dibandingkan kami yang tua-tua, aku berharap kalian jangan lupa pada sumpah ini, hidup dan mati harus selalu bersama!"
Wajah Kie Pi-sia tiba-tiba menjadi merah. Ooo)d*w(ooO Mereka sudah tiba di Kim-leng, dua bersaudara Ma yang sudah menunggu di sana, langsung mencari mereka. Dengan aneh Kie Tiang-lim bertanya.
"Mengapa kalian menunggu di sini dan tidak pulang?"
Ma Hiong-hui mengerutkan alis.
"Kie Toako, Lan-tiang- siang-sat sudah tahu kalau kita bersekongkol menipu mereka, maka mereka sangat membenci kami, kemarin mereka menyuruh orang mengantarkan sepucuk surat peringatan, dalam surat itu ditulis bahwa mereka akan membuat perhitungan dengan kami, dari teman-temanku aku mendapat kabar kalau mereka mengumpulkan orang-orang persilatan dari golongan hitam di Su-chuan dan Hun-lam, mereka akan menunggu kami di jalan depan, aku takut aku tidak bisa melawan mereka, terpaksa aku datang untuk meminta tolong."
Goan Hiong berkata.
"Waktunya sangat tepat, kami sedang bersiap-siap membasmi sampah-sampah dunia persilatan supaya barisan perusahaan perjalanan bisa berjalan dengan lancar dan tidak terganggu oleh mereka, pada kesempatan ini kita bisa membereskan mereka!"
Tadinya dua bersaudara Ma tidak mengenal Goan Hiong, tapi Kie Tiang-lim segera memperkenalkan mereka juga menceritakan kerja sama dengan keluarga Goan. Ma Hiong-hui dengan senang berkata.
"Sungguh bagus, di Su-hai sudah ada kalian serta berencana membuka cabang di banyak tempat, kami juga akan merasa beruntung, kelak kalau kami mengantarkan barang jarak jauh kami akan lebih aman, bila terjadi sesuatu aku bisa minta bantuan."
Ma Hiong-seng berkata.
"Itu masalah yang masih jauh, kesulitan kita sekarang adalah kalau kita dibantu oleh keluarga Goan dan teman-teman yang masih muda kita akan lebih tenang, ada beberapa perusahaan perjalanan di Kim-leng di mana orang-orang golongan hitam tidak suka karena menghalangi datangnya rejeki mereka, kali ini mereka telah menyiapkan banyak uang, kalau hanya mengandalkan kami dan Kie Toako serta beberapa orang lagi sepertinya kita tidak akan bisa menghalangi mereka!"
"Apakah Ma-heng tahu siapa saja mereka itu?"
Tanya Pui Ciauw-jin.
"Kami belum jelas, dengan sangat rahasia Lan-tiang-siang- sat mengundang mereka melalui surat, ternyata diam-diam golongan hitam selama beberapa tahun ini mulai memperluas kekuatannya, mereka mengundang orang-orang tempo dulu yang lihai, dari dunia persilatan juga menarik banyak pesilat tangguh, katanya mereka siap secara terang-terangan dipimpin oleh Lan-tiang-siang-sat dan keponakan mereka, mengajak bertarung secara terbuka, yang pasti pesilat tangguh secara diam-diam akan menghadang kita di sepanjang jalan,"
Kata Ma Hiong-seng. Kata Pui Ciauw-jin.
"Mereka sungguh pintar, bila mereka melakukan secara terang-terangan kita bisa menghindar, tapi kalau menyerang secara diam-diam jadi akan lebih susah, cara yang akan kita lakukan adalah menghadapi kedua-duanya!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Apa yang dimaksud menghadapi kedua-duanya?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Aku tidak pernah bertemu orang secara terang-terangan maka tidak ada yang mengenalku, Goan Toako pun sudah lama tidak muncul di dunia persilatan, juga tidak memiliki hubungan dengan orang golongan hitam, jarang ada yang mengenalnya, karena itu kami berdua akan membawa 4 orang anak buah kami dan kita akan berpencar, Hiong Sutit membawa yang lain terus mengikuti barisan perusahaan perjalanan, kita membagi menjadi dua kelompok, satu di depan dan satu di belakang, kami akan menjadi orang yang melewati jalan itu tapi kami akan selalu memperhatikan keadaan, bila ada yang menyerang perusahaan perjalanan kita yang akan lebih dulu membasmi mereka,"
Jawab Pui Ciauw-jin.
"Cara yang baik, tapi dengan cara apa kita tahu kalau lawan adalah orang golongan hitam?"
Tanya Goan Jit-hong.
"Jika mereka ingin menyerang perusahaan perjalanan tentu membutuhkan banyak orang, asalkan mata kita jeli, melihat ada orang yang pantas dicurigai kita harus hati-hati, kita tidak akan sulit mengenali identitas mereka!"
"Aku tidak secerdik kau dalam menilai orang, terpaksa kau berjalan di depan karena kesempatan untuk bertemu orang- orang lebih besar!"
Kata Goan Jit-hong.
"Baiklah, kita tetapkan dulu rute yang akan kita lewati aku akan membawa orang berjalan terlebih dulu, sepanjang jalan nanti aku akan memberi kode, bila ada kesempatan, sebisa mungkin aku akan membereskan musuh, kalau tidak barisan perusahaan perjalanan yang di belakang harus siap menghadapi musuh!"
Kata Pui Ciauw-jin sambil tertawa.
"Lebih baik barisan perusahaan perjalanan dibagi menjadi 2-3 kelompok, satu kelompok berjalan di depan untuk mencari tahu, sebenarnya juga untuk memancing perhatian mereka, dengan begitu aku bisa melayani mereka."
"Pui-heng jarang berkelana di dunia persilatan, tapi pendapatnya ternyata lebih bagus dari kita orang dunia persilatan,"
Kata Kie Tiang-lim sambil tertawa.
"Sebenarnya dia sering berkelana di dunia persilatan, mungkin lebih sering dibandingkan kalian hanya saja dia selalu mengubah penampilannya, dengan mengenakan baju pelajar usang menjadi pelajar miskin, siapa yang tertarik padanya dengan penampilan seperti itu?"
Kata Goan Jit-hong.
"Dengan penampilan seperti itu di setiap kota yang kita lewati kalau ada kabar aku akan membuat sebuah puisi di penginapan untuk menjelaskan keadaannya, begitu kalian sampai kalian akan tahu situasinya, kalau tidak ada puisi di penginapan, artinya keadaan aman-aman saja,"
Kata Pui Ciauw-jin.
"Bagaimana kalau di penginapan tersebut tidak bisa digantung puisi?"
Tanya Kie Tiang-lim.
"Bila tempat untuk menginap banyak orang pasti bukan penginapan biasa, maka hal ini tidak perlu dikhawatirkan,"
Jawab Pui Ciauw-jin. Goan Jit-hong berkata sambil tertawa.
"Tulisan kaligrafi Adik Pui sangat bagus bisa bersaing dengan tulisan kaligrafi dari orang terkenal, maka kalian tidak perlu merasa khawatir. Puisinya akan digantung di tempat yang mudah dilihat, maka begitu membaca puisinya kita akan segera tahu situasi di sana."
"Kalau begitu itu lebih baik, aku berharap puisi Pui-heng jangan terlalu dalam maknanya, karena pengetahuanku dalam bidang sastra sangat terbatas, takutnya akan timbul salah pengertian malah akan membuat petaka!"
Kata Kie Tiang-lim.
"Kie Toako jangan terlalu sungkan, tanda di perutku tidak sampai 20 gram, paling-paling aku akan menulis puisi biasa, tidak akan sulit dimengerti oleh kalian, bila aku berada di penginapan berarti situasi di sana gawat, tapi kalian jangan sampai menyapaku, kita pura-pura tidak saling mengenal mungkin dengan demikian kita bisa memberi pukulan secara tiba-tiba!"
Jelas Pui Ciauw-jin.
"Baiklah, kita tentukan cara ini, Thian-sia dan Piauw-leng berjalan paling depan, Pui Toako bisa memperhatikan keadaan mereka, barisan perusahaan perjalanan berada di tengah, Goan Toako berjalan di baris belakang, rutenya tidak tentu tapi harus jalan darat, Thian-sia sangat hafal dengan jalan di daerah sini, dia akan memilih jalan yang cocok!"
Pesan Kie Tiang-lim.
Setelah berunding, Souw Thian-sia dan Lim Piauw-leng segera berangkat.
Pui Ciauw-jin membawa 2 murid Kie Tiang-lim berada di kelompok kedua, Kie Pi-sia dan Goan Hiong tetap menggunakan identitas mereka sebagai ketua dan wakil ketua perusahaan perjalanan Su-hai dan berjalan bersama perusahaan perjalanan Kim-leng, dua bersaudara Ma berjalan di kelompok ketiga, Goan Jit-hong dan 2 anak buahnya berjalan di paling belakang.
Setiap kelompok berjarak 1.5 li begitu menginap Souw Thian-sia tetap harus berhenti, ini adalah cara yang paling cocok.
Hari pertama berjalan dengan aman, mereka berjalan sampai 50 li lebih dan beristirahat di kota Bu-liong, hari kedua di Peng-sui menurut orang-orang ada 3 pedagang yang diikat dan ditelanjangi di penginapan dan disekap di kandang kuda, mulut mereka disumpal dengan kotoran kuda.
Ketiga orang itu sama-sama menginap di penginapan yang sama dengan barisan perusahaan perjalanan Su-hai.
Kie Tiang-lim tahu semua itu adalah pekerjaan Pui Ciauw- jin, dia masih pura-pura datang untuk menghibur, ketiga orang itu pura-pura tidak ingin banyak bertanya juga tidak mengatakan apa-apa.
Setelah ditolong mereka pergi dengan terburu-buru, dari pandangan mata mereka terlihat kalau mereka punya tenaga dalam tinggi dan orang yang berilmu tinggi, diam-diam Kie Tiang-lim mengagumi teknik Pui Ciauw- jin yang tinggi.
Mereka bertiga pasti pesilat tinggi di dunia persilatan, setelah terkena gurauan Pui Ciauw-jin mereka pasti malu bertemu dengan sesama orang golongan hitam dan mereka pasti mengira kalau ini adalah hasil pekerjaan Kie Tiang-lim dan Ciam Giok-beng.
Karena sewaktu mereka pergi dari pandangan mereka terpancar kebencian, tapi mereka pasti tidak akan mau bertemu dengan Lan-tiang-siang-sat lagi.
Kie Tiang-lim masih berpura-pura tidak tahu apa-apa dia memberi ongkos dan baju untuk mereka, karena gurauan Pui Ciauw-jin sangat unik, mereka ditelanjangi bila tidak mau menerima bantuan dari Kie Tiang-lim mereka akan telanjang bulat pergi dari sana.
Hari kedua, mereka sudah berada di perbatasan Su-chuan dan Holam, Goan Hiong melihat di penginapan ada sebuah puisi yang digantung di dinding, dia segera berkata kepada Kie Pi-sia.
"Nona Kie, hari ini sepertinya keadaan tidak begitu aman."
Kie Pi-sia yang sudah lama menganggur setelah mendengar kata-kata Goan Hiong malah senang, dia berkata.
"Di mana puisi Paman Pui? Apa yang dia katakan?"
Goan Hiong dengan mulutnya memberi tanda ke arah dinding dan berkata.
"Puisi kedua dihitung dari kanan."
Dia berkata lagi.
"Dibaca dalam hati jangan sampai keluar suara!"
Kie Pi-sia melihat ke arah dinding ada tulisan kaligrafi yang berbunyi.
"Tubuh berada di dunia persilatan tapi hati berada dalam Budha, di depan bunga di bawah sinar bulan melihat keadaan sendiri, setelah bertarung di waktu senggang minum arak, benar-benar hal yang mengasyikkan, dengan begitu kita akan sempurna menjadi manusia."
Kie Pi-sia lama membaca dengan aneh dia berkata.
"Puisi itu tidak begitu bagus, artinya juga tidak jelas, apa maksud puisi itu?"
Goan Hiong tersenyum dan berkata.
"Puisi Paman Pui hanya aku yang bisa mengerti, kami juga mempunyai kode khusus, kalau dikemukakan kalian tidak akan mengerti, Nona Kie, cobalah dengan perasaan memikirkannya aku percaya kau akan mengerti apa maksud Paman Pui!"
Kie Pi-sia malu bertanya lagi, terpaksa dia mencoba mengerti puisi itu, Goan Hiong memanggil pelayan rumah makan dan meminta dia menyiapkan nasi, sayur, dan arak.
Lalu memberitahu kepada pelayan kalau dia adalah ketua perusahaan dan barisan perusahaan perjalanan akan segera datang kemari.
Biasanya orang perusahaan perjalanan selalu royal, maka pelayan itu buru-buru ke kasir dan bagian dapur bahwa akan datang barisan perusahaan perjalanan.
Sewaktu Goan Hiong kembali, Kie Pi-sia sambil tertawa berkata.
"Goan Toako, aku sudah mencoba menebak-nebak puisi itu, tapi aku tidak tahu apakah artinya benar atau tidak."
"Coba kemukakan tebakanmu,"
Pinta Goan Hiong.
"Puisi Paman Pui semua berada di huruf kedua di tiap kalimat, kalau digabung kata-katanya menjadi 'di sekeliling kita ada musuh', apakah benar?"
Goan Hiong mengangkat jempolnya memuji.
"Nona benar- benar pintar, Nona sangat cepat menangkap artinya, maksud Paman Pui memang seperti itu!"
"Kata-kata 'di sekeliling kita ada musuh' sepertinya tidak sempurna, di mana musuh itu? Dan siapakah mereka? Dia tidak menjelaskannya."
"Kalau dijelaskan dengan teliti akan kehilangan maknanya, dia memberitahu di sekeliling berarti ada di sekeliling kita,"
Jelas Goan Hiong.
"Apakah maksudnya di rumah makan ini?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Jangan sampai terlalu menyolok kalau kau sedang mencari orang, tapi aku sudah melihat sasaran, kita ambil kesempatan saat paman belum datang. Tapi bagaimana kita bisa mencoba kekuatan musuh?"
"Baiklah, dimana mereka berada?"
Tanya Kie Pi-sia.
"Di meja di dekat jendela di sebelah kiri,"
Jawab Goan Hiong.
Diam-diam Kie Pi-sia melihat ke arah yang diberitahu Goan Hiong, di meja itu ada 2 orang hweesio yang satu kulitnya putih dan gemuk, sedangkan yang satu lagi kurus usia mereka sekitar 50 tahun.
Di sisi meja itu ada seorang berusia sekitar 30 tahunan, dia memakai baju berwarna putih, sepertinya suaminya baru saja meninggal, karena di salah satu telinganya terselip bunga putih yang terbuat dari benang wol, warna putih biasanya menandakan ada orang yang meninggal.
Kie Pi-sia melihat 3 orang itu, dengan suara rendah dia berkata.
"Aku yakin dua orang itu bukan hweesio dan perempuan itu bukan janda, mereka adalah orang dunia persilatan golongan hitam!"
"Orang golongan hitam ada dua jenis, yang satu adalah bandit yang bergerombol, yang satu lagi adalah perampok yang aksinya sendiri-sendiri, mereka selalu memakai identitas bermacam-macam untuk melindungi diri mereka sendiri."
"Tapi itu belum tentu mereka!"
Kata Kie Pi-sia.
"Memang, puisi Pui Ji-siok di bait pertama berbunyi 'tubuh berada di dunia persilatan hati berada di Budha' artinya dia adalah seorang hweesio, kalimat kedua adalah 'melihat keadaan sendiri' itu maksudnya perempuan yang baru ditinggal suaminya, memang di penginapan ini banyak tamu yang datang untuk makan, tapi yang cocok dengan puisi Paman Pui hanya mereka bertiga, masa Pui Ji-siok bisa salah?"
Kie Pi-sia masih tidak percaya.
"Paman Pui hanya mengatakan di sekeliling kita ada musuh, belum tentu musuh berada di rumah makan ini, dan musuh belum tentu tahu kita akan beristirahat di sini."
"Sekarang hari sudah sore, kita harus beristirahat di sini, hanya penginapan ini yang mempunyai tempat luas baru bisa menampung orang-orang Su-hai yang begitu banyak,"
Jelas Goan Hiong.
"Setelah musuh mendapat informasi ini, mereka menunggu kita di sini tapi aku juga tidak 100% yakin ketiga orang itu yang dimaksud, tapi kita bisa mencobanya!"
"Bagaimana caranya?"
Tanya Pi-sia.
"Aku akan mengajak bicara dengan mereka, mungkin kata- kataku akan membuat Nona marah, aku harap kau jangan menyimpannya di hati,"
Lanjut Goan Hiong. Karena ingin tahu Kie Pi-sia tidak berpikir panjang lagi, dia segera menjawab.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak masalah!"
"Aku melakukan ini karena terpaksa, sepertinya musuh ingin diam-diam menyerang kita, kalau belum tahu keadaan mereka dulu, begitu orang-orang Su-hai tiba akan lebih sulit lagi, demi keselamatan semua orang, harap kau jangan menyimpannya di hati!, Goan Hiong langsung berdiri dan berjalan ke depan perempuan itu, dia bertanya.
"Enci, apakah kita bisa mengobrol?"
Perempuan itu mengangkat alisnya, menjawab.
"Aku adalah janda yang baru ditinggal suami, kau seorang lelaki kita tidak saling kenal, mengapa kau mengajakku mengobrol?"
Suara perempuan itu sangat besar, membuat para tamu yang ada di rumah makan itu bisa mendengar nya, semua tamu melihat ke arah mereka, hweesio kurus itu sepertinya ingin datang menegur tapi dilarang oleh hweesio gemuk, Kie Pi-sia sangat memperhatikan gerak-gerik mereka, diam-diam dia mengagumi penafsiran Goan Hiong.
Kedua hweesio itu jelas-jelas adalah orang yang mencari masalah, yang kurus mulai terlihat tidak sabar, yang gemuk terus menasihatinya supaya tidak terlihat kalau mereka adalah orang yang sedang menunggu orang-orang Su-hai.
Ada sebagian tamu mulai mengawasi mereka, Goan Hiong berteriak.
"Kalian jangan salah paham, aku tidak berniat jahat!"
Perempuan itu tetap berteriak.
"Kau adalah seorang lelaki dan aku perempuan, kau datang mengajakku mengobrol, kau pasti berniat jahat! Tuan-tuan, aku harap kalian menjadi orang baik, tolong aku untuk mengusir lelaki cabul dan jahat ini!"
Tamu-tamu menghampiri mulai mendorong, Goan Hiong menahan dengan tangan, dia menunjuk Kie Pi-sia.
"Istriku ada di sana, masa aku tertarik pada bibi ini? Kalian harus berpikir apa mungkin ini terjadi?"
Kie Pi-sia terpaku, dia tidak menyangka kalau Goan Hiong akan berkata demikian, pantas dari tadi dia selalu meminta ijin supaya dia jangan marah, memang dia tidak suka tapi apa boleh buat! Para tamu rumah makan mulai tahu kalau mereka adalah pasangan suami istri, mereka melihat lagi Kie Pi-sia yang begitu cantik seperti bunga dan masih muda, lebih cantik dibandingkan perempuan itu, maka mereka pun tertawa keras, paling sedikit orang-orang menganggap Goan Hiong bukan orang yang mata keranjang! Perempuan itu tetap dengan nada marah bertanya.
"Kau ingin bicara apa padaku?"
Goan Hiong tertawa.
"Aku orang Su- chuan, aku adalah pengurus perusahaan perjalanan di Kim- leng, sebulan yang lalu aku baru pulang, aku baru tahu kalau satu-satunya Toakoku sudah meninggal dunia setengah tahun yang lalu."
"Lalu apa hubungannya denganku?"
Tanya perempuan itu.
"Menurut keluargaku, semenjak kakakku meninggal, ensoku mengikuti seorang hweesio kabur dari rumah, dan sebelumnya ensoku memang sudah mempunyai hubungan dengan hweesio itu, sepertinya Toakoku itu meninggal karena kejengkelannya."
Perempuan itu bertambah marah lagi.
"Itu adalah aib keluargamu, mengapa kau mengatakan kepadaku?"
"Aku sudah 10 tahun meninggalkan rumah, maka aku tidak begitu akrab dengan keluargaku tapi mendengar ensoku yang begitu tidak tahu malu itu, aku masih ingat wajahnya, hari ini aku bertemu denganmu membuatku teringat pada ensoku yang kabur dengan hweesio, maka aku menghampirimu untuk bertanya lebih jelas."
Karena Goan Hiong bicara dengan serius, sepertinya hal itu memang benar-benar terjadi, maka para tamu mulai curiga, perempuan itu berteriak lagi.
"Kau bicara seperti kentut, aku sama sekali tidak mengenalmu mengapa kau sembarangan bicara seperti itu?"
"Aku memang tidak mengenal orang yang membawa kabur ensoku, tapi menurut keluargaku yang membawa kabur ensoku adalah seorang hweesio gemuk dan putih, aku lihat di sampingmu ada 2 orang hweesio, salah satunya sangat mirip dengan ciri-ciri itu."
Hweesio gemuk dan putih itu mulai marah dia berdiri.
"O- mi-to-hud, Tuan jangan sembarangan mengeluarkan kata-kata menghina hweesio!"
"Aku hanya berkata demikian kalau pelakunya bukan taysu, untuk apa taysu begitu tegang?"
Tanya Goan Hiong. Seorang tamu berkata.
"Perempuan itu semalam datang bersama kedua hweesio ini, mereka menginap di loteng, mereka menyewa dua kamar yang bersebelahan, tadi pagi aku masih melihat mereka saling menyapa dan mengobrol!"
Hweesio gemuk dan putih itu berkata.
"O-mi-to-hud, Tuan kalau bicara harus hati-hati, ini bukan waktunya untuk bergurau!"
Tamu itu berkata.
"Aku tidak bercanda, aku juga sempat melihat perempuan ini keluar dari kamar kalian!"
Hweesio kurus itu marah dan dari bawah baju hweesio yang lebar dia mengeluarkan sebuah golok, membentak.
"Kau menghina kebersihan sorang hweesio, aku akan membunuhmu!"
Tamu itu ketakutan dan terus mundur sambil berteriak.
"Tolong, Tuan-tuan! Tolong aku! Hweesio ini ingin membunuhku!"
Hweesio gemuk itu segera menarik temannya dan berkata.
"Sute, kita adalah hweesio, jalan kita selalu lurus, kalau kau bertengkar malah akan membuat kita berada di pihak yang salah!"
Dari tempat jauh tamu itu masih berteriak.
"Aku tidak salah lihat, mereka satu komplotan, Tuan, kalian harus menghukum orang-orang cabul ini mungkin kakakmu dibunuh oleh mereka!"
Perempuan itu berdiri.
"Kalian benar-benar sedang kentut, aku sama sekali tidak mengenal orang ini juga tidak mengenal kedua hweesio ini!"
Tamu itu masih berteriak dari jauh.
"Kalau begitu, mengapa kau masuk ke kamar kedua hweesio itu? Perempuan baik-baik masuk ke kamar hweesio, apakah tidak akan terjadi sesuatu?"
Mendengar teriakan tamu itu Goan Hiong tahu kalau tamu itu adalah Pui Ciauw-jin, maka dia bertambah yakin. Kie Pi-sia pun mulai mengetahui siapa tamu itu, dia datang dan mencabut pedangnya, lalu berkata.
"Toako, kita tangkap dia dan kita antar mereka ke pihak berwajib!"
"Tunggu dulu, kita belum mendapatkan bukti, kita tidak boleh sembarangan menuduh orang baik-baik, siapa nama enso? Dan apa shenya? Mengapa sendirian berada di sini?"
Fear Street Terperangkap Trapped Pendekar Aneh Dari Andalas Karya Joko Si Rajawali Sakti Karya Kho Ping Hoo
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama