Ceritasilat Novel Online

Si Pedang Tumpul 7

Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok Bagian 7



Kata Kie Tiang-lim.

"Ayah, apakah kau tidak akan bersama kami?"

"Kalau kita bisa bersama-sama itu paling baik, tapi Lan- tiang-siang-sat memberi undangan terpisah, dia sengaja membuat kita terpecah menjadi 2 bagian, dia ingin membuat kita tidak bisa saling membantu, karena itu kalian harus ada persiapan."

"Bila besok kita harus berpisah menghadapi musuh, aku dan Goan Toako mungkin harus berada di pihak ayahmu untuk menghadapi Lan-tiang-siang-sat, golongan hitam memberi undangan kepada perusahaan perjalanan biasanya secara terang-terangan, tugas kalian lebih ringan, kalian harus mengandalkan kepintaran dan teknik, untuk mengatasinya aku kira tidak begitu berat!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Tidak masalah, tapi tugas kalian lebih berat, aku khawatir kalian yang sudah tua, Lan-tiang-siang-sat ingin membalas dendam, mereka akan melakukannya dengan cara apa pun!"

Kata Kie Pi-sia. Goan Jit-hong tertawa terbahak-bahak.

"Ada Ciam Tayhiap dan Kie Tayhiap, ditambah aku yang sudah tua, mungkin tidak perlu takut kepada mereka, apa lagi ada Pui Ciauw-jin yang sudah berjalan di depan, aku kira tidak akan ada masalah besar!"

"Mengapa Paman Pui tidak memberi kode?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Paman kedua tidak memberi kode, pasti dia sedang bersama Ho Gwat-nio, mungkin dia sudah mengalahkan hweesio gemuk dan hweesio kurus, hanya dengan cara seperti itu, pekerjaan kita akan lebih enteng, tapi aku takut dia...."

"Apakah kau begitu yakin?"Kata Goan Jit-hong. Goan Hiong tersenyum.

"Ji-siok adalah orang yang sangat teliti, jika di depan ada bahaya, dia akan memberi kode, sekarang sama sekali tidak ada kabar darinya, berarti pekerjaannya sedang lancar!"

"Apakah Ji-siokmu menemui kesulitan?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Aku tidak khawatir akan hal ini, bila Ho-kiu-bwee bisa menggoda Ji-siok, margaku yang Goan akan kubalikkan cara menulisnya!"

Goan Jit-hong terus tersenyum tapi tidak menjawab, ayah dan anak ini sangat mengerti tentang Pui Ciauw-jin, maka yang lain mulai tenang dan tidak mengkhawatirkannya lagi, malam ini dilewati semua orang dengan senang juga tegang! Keesokan harinya pagi-pagi mereka mulai berangkat, kali ini mereka tidak terbagi menjadi beberapa kelompok, Souw Thian-sia memegang bendera Su-hai, bendera perusahaan perjalanan Kim-leng dipegang Ma Hiong-hui, mereka berjalan bersama! Sore hari mereka sudah tiba di Pa-tong, di luar kota Yu Liong, Tuan Muda Tiang-kang-cui-cai Cia Liang sekali lagi memberi undangan, mereka berjanji hari kedua sore akan bertemu di sisi Tiang-kang untuk bertarung.

Dalam surat undangan ini, Kie Pi-sia, Ma Hiong-hui, dan Kie Tiang-lim menandatanganinya dengan huruf 'Ci' (mengetahui), lalu surat undangan dibawa kembali, berarti itu jawaban mereka, sebetulnya jawaban ini sangat tidak sopan, apa lagi 2 perusahaan perjalanan menandatangani bersama, lebih menambah suasana permusuhan dengan dunia golongan hitam.

Yu Liong dengan wajah dingin tidak bersuara, Cia Liang tertawa dingin berkata.

"Ibuku sudah 2 kali memberi undangan, berarti kita sudah cukup sopan pada mereka, masa jawabannya hanya satu huruf?"

Goan Hiong mewakili semua menjawab.

"Kalau dari awal kita tidak menerima undangan lain, maka satu huruf terlalu sedikit untuk teman-teman golongan hitam, tapi ibumu terlalu rajin, maka ketua kami menganggap jawaban dengan satu kata sudah cukup."

Cia Liang tahu maksud Goan Hiong dengan perkataan sudah 2 kali, yaitu mencoba mencari tahu dengan memberi undangan, maka wajahnya menjadi merah, dia menerima undangan itu dan langsung pergi, sesudah mereka menjauh, Kie Tiang-lim baru tertawa.

"Jawaban Goan Hiantit cepat dan tepat, berarti belum apa-apa sudah memberi pukulan supaya mereka tahu kelihaian kita, tapi ini juga akan membuat kerepotan di kemudian hari!"

Goan Hiong berkata.

"Memang kita tidak ingin mengalah kepala kepada mereka, jadi pasti akan terjadi kerepotan- kerepotan, dari pada mereka tiba-tiba marah, lebih baik mereka tahu terlebih dulu!"

"Memang begitu, tapi kedua belah pihak harus ada sedikit sungkan supaya tidak timbul masalah besar, bila perlu kita akan menyelesaikannya dengan kata sepakat!"

"Paman, masalah ada pada putrimu, karena dia adalah ketua perusahaan perjalanan Su-hai, di benaknya tidak ada urusan yang diselesaikan dengan sepakat!"

Kie Tiang-lim tertawa kecut, Ciam Giok-beng berteriak.

"Sute, aku lihat sudah waktunya kau pensiun, kegagahanmu sudah habis!"

Kie Tiang-lim melihat sosok Goan Hiong, dia menarik nafas.

"Suheng, kuakui, dunia persilatan sudah mengikis habis kegagahanku, tapi aku lihat mereka terlalu menonjol, ini bukan hal yang bagus!"

Ciam Giok-beng tersenyum.

"Mengapa kau tidak beritahu pada mereka?"

"Aku tidak tega menyiram air ke atas kepala mereka, saat mereka sedang begitu bersemangat!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Aku tahu mereka terlalu menonjol, tapi aku tidak mengkhawatirkan mereka, apakah kau sudah lupa saat kau masih muda dulu? Waktu itu kau pun lebih gila dari mereka, setelah kau mengalami banyak kegagalan, jadi berkurang semangatnya, umurku lebih tua darimu, aku bisa melihat dengan jelas, dulu guru terlalu menekan Ji-sute, hingga dia kabur dan tidak kembali lagi, aku tidak pernah melarangmu berbuat ini dan itu, seorang pendekar yang tumbuh dewasa, dia harus terus diasah, Ji-sute adalah contoh yang harus kita ingat, mendidik generasi muda kita harus hati-hati!"

Kie Tiang-lim tidak berkata apa-apa lagi.

Malam itu mereka tinggal di sebuah penginapan, karena sudah berjanji mereka tidak takut kalau tiba-tiba ada orang yang menyerang, mereka tertidur pulas semalaman, jam 3 subuh mereka bangun untuk bersiap-siap menuju tempat perjanjian mereka.

Janji bertemu adalah urusan yang penting, sewaktu mereka tiba di sana, lawan sudah datang terlebih dulu, lapangannya adalah punggung sungai Tiang-kang yang bergelombang besar.

Yang membuat Kie Tiang-lim merasa aneh adalah, kecuali Lan-tiang-siang-sat dan keponakannya yang terdiri dari 4 orang, yang lain tidak ada yang dia kenal, dia membuka perusahaan perjalanan Su-hai sudah lama, dia sering melewati jalan ini, hanya beberapa tahun ini dia jarang keluar, karena perusahaan perjalanan Su-hai selalu sukses maka membuat dia jarang melihat perkembangan dunia persilatan.

Sekarang dia baru sadar ternyata dunia persilatan golongan hitam sudah berganti orang baru, orang-orang yang dikenalnya dulu hampir tidak ada.

Gelombang selalu mendorong dari belakang ke depan, pertukaran orang baru dengan orang lama ternyata lebih cepat terjadi di dunia golongan hitam.

Tuan rumah Liong-li-hek-sai Biauw-eng sendiri yang menyambut kedatangan mereka, selain Yu Ji-tong, You Sam- tong, dia orang yang paling tua karena dia adalah istri Cia Ie- hui, umurnya paling sedikit sudah ada 60 tahun lebih, tapi terlihat masih seperti 40 tahun lebih, rambutnya masih hitam, gerakannya tidak kasar, sama sekali tidak tercium bau dunia golongan hitam.

Biauw-eng dengan sungkan dan muka berseri berkata.

"Nama Kie Tayhiap sangat terkenal di dunia persilatan, hari ini aku baru bisa mengenal Anda, tampak semangat Kie Tayhiap tetap berkobar, nama besar Anda benar-benar parut disandang."

Kie Tiang-lim memberi hormat.

"Waktu berlalu dengan cepat, aku tetap tidak bisa melawan takdir alam, aku sekarang sudah tua nama dulu sudah tidak pantas disandang lagi, kami tidak bisa seperti Hujin selalu terlihat awet muda!"

Biauw-eng berkata.

"Sejak suamiku meninggal, aku sudah mundur dari dunia persilatan, kali ini aku diundang oleh teman-teman untuk datang mengobrol dengan Kie Tayhiap, kalau ada kesalahan mohon maaf!"

Kie Tiang-lim belum menjawab apa-apa, Kie Pi-sia yang berdiri di pinggir sudah menjawab.

"Kedatangan ayahku karena menepati janji dengan 2 bersaudara Yu, masalah perusahaan perjalanan akan ditangani olehku, silakan Hujin bicara langsung denganku!"

Biauw-eng sedikit terkejut.

"Apakah betul Kie Tayhiap sudah menyerahkan perusahaan perjalanan Su-hai kepada putrimu?"

"Betul! Aku sudah memutuskan tidak akan berkelana lagi di dunia persilatan, sebetulnya aku ingin pensiun, tapi karena Goan Toako ingin bekerja sama dengan kami, aku jadi sulit menolak, maka aku menyerahkan perusahaan perjalanan ini kepada putriku, sehingga tanggung jawabnya dipikul oleh putriku dan Goan Hiong, maka untuk urusan perusahaan perjalanan aku sudah tidak mau campur tangan lagi."

Biauw-eng berhenti sebentar lalu berkata.

"Kemarin putraku memberikan undangan, jawabanmu sepertinya terlalu singkat, aku menghormati Kie Tayhiap, aku menganggap Kie tayhiap sangat berwibawa, satu kata adalah bukti, sangat cocok dengan identitas Kie Tayhiap, bila putrimu yang menanda tangan, sepertinya keterlaluan."

Kie Pi-sia segera bertanya.

"Dengan jawaban apa baru Hujin merasa puas?"

"Nona Kie lahir dari keluarga terkenal, seharusnya Nona mengetahuinya!"

Jawab Biauw-eng.

"Yang aku tahu hanya kata itu!"

Kie Pi-sia menjawab. Goan Hiong menyambung.

"Satu kata ini demi Hujin kami menulisnya, bila Hujin bermaksud membicarakan aturan dengan Su-hai, seharusnya hujin tidak menyuruh anak buah mencegat di tengah jalan, kalau itu aturan hujin jangan, kami pun tidak bisa disalahkan!"

"Apakah ini Goan Siauhiap?"

Tanya Biauw-eng tertawa. Goan Hiong memberi hormat.

"Aku adalah wakil ketua perusahaan perjalanan Su-hai, kalau Hujin ingin bicara tentang aturan dunia persilatan, Hujin jangan bicara dengan istilah dunia sastra!"

Mendengar dia membantah, Biauw-eng tidak marah, dia malah tertawa dan berkata.

"Usia wakil ketua Su-hai masih muda, tapi pengalaman di dunia persilatan sudah banyak, kalau begitu aku tidak perlu sungkan lagi, bagaimana kalau kalian melepaskan bendera? Apa jawaban perusahaan perjalanan kalian?"

"Undangannya sudah diberikan kepada 2 perusahaan perjalanan, mengapa Hujin hanya bertanya kepada kami?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Jawaban dari perusahaan perjalanan Kim-leng tidak perlu ditanya aku sudah tahu jawaban mereka, syarat kami boleh dikatakan cukup sungkan, mereka tidak ada alasan untuk menolaknya,"

Kata Biauw-eng. Ma Hiong-hui berteriak.

"Pandangan Hujin kepada perusahaan perjalanan kami tidak benar, memang aku tidak berguna, tapi aku juga tidak sudi membiarkan orang-orang golongan hitam duduk menikmati hasil jerih payah kami."

"Apakah betul?"

Tanya Biauw-eng dengan marah. Ma Hiong-hui berteriak.

"Betul, jangankan melepaskan bendera atau menyerahkan pajak 2%, walaupun tidak bisa melewati jalan ini, aku pun menolak membayar pajak, karena kami menukar uang dengan darah dan nyawa, kami tidak akan membaginya kepada orang lain, orang-orang golongan hitam sudah banyak menggunakan senjata."

Biauw-eng berteriak.

"Kalian jangan sembarangan bicara, pantas orang lain memandang remeh kepada kalian, lihatlah, kalian sama sekali tidak ada aturan! Aku berada di sini tidak meminta kalian mengeluarkan pendapat!"

Orang-orang jadi tertekan, Cia Liang dengan marah berkata.

"Ibu, orang ini membuat kita marah, apakah lebih baik diberi sedikit pelajaran?"

"Dengan cara apa? Apakah kau bisa memberitahuku?"

Tanya Biauw-eng. Cia Liang baru merasa nada bicara ibunya tidak seperti biasa, dengan cepat dia memjawab.

"Ibu, putramu tentu akan mendengar petunjuk dari Ibu!"

Biauw-eng dengan dingin berkata.

"Petunjukku adalah berlutut dan menampar dirimu sebanyak 20 kali!"

Cia Liang terpaku, tapi dia segera berlutut dan menampar dirinya, tamparannya sangat kuat, hingga suarabta terdengar sangat keras, selesai memukul dirinya, dengan tenang Biauw- eng berkata.

"Bangunlah dan berdiri di sebelah sana!"

Cia Liang berdiri di sana, Biauw-eng berkata kepada orang- orang di belakangnya.

"Tadinya aku tidak ingin ikut campur, tapi kalian memaksaku, aku sudah berjanji tampil, maka aku akan memberi jawaban yang membuat kalian merasa puas, supaya tidak membuat kalian malu, maka aku menjadikan putraku sebagai contoh, bila kelak ada yang berani bertindak tidak sesuai dengan keinginanku atau sembarangan berbicara, aku tidak akan sungkan menghuku mny a."

Suaranya penuh wibawa membuat semua orang terdiam. Sekarang Biauw-eng baru bicara kepada Ma Hiong-hui.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ketua Ma, keberanianmu membuatku merasa kagum, aku tahu sampai di mana kekuatanmu, kalau ingin melewati jalan kami, itu tidak mudah, tapi kau berani mengatakan seperti itu, kau mempunyai sifat tidak mau tunduk kepada kekerasan mulai sekarang di 6 propinsi di bagian barat, kau bisa berjalan dengan bebas, bila barang bawaanmu ada yang hilang, aku yang akan bertanggung jawab, pembicaraan kita sampai di sini, aku mohon Anda ke sana untuk beristirahat!"

Jawaban Biauw-eng membuat Ma Hiong-hui terkejut, maka dia berdiri dengan termangu. Biauw-eng berkata.

"Apakah Ketua Ma masih merasa tidak puas?"

Ma Hiong-hui melihat Kie Tiang-lim untuk menunggu petunjuknya. Kie Tiang-lim berkata.

"Hujin sungguh berjiwa besar, Adik Ma harus berterima kasih kepada Hujin!"

Ma Hiong-hui memberi hormat dan berkata.

"Terima kasih, Hujin!"

"Tidak perlu sungkan, sejak suamiku meninggal, golongan hitam jarang berhubungan dengan teman-teman perusahaan perjalanan, kali ini aku keluar dari gunung untuk membereskan usaha dahulu, aku hanya ingin berunding dengan teman perusahaan perjalanan, aku ingin ada usaha jangka panjang, mengajak perusahaan perjalanan Kim-leng adalah suatu persahabatan."

Seorang lelaki berwajah penuh cambang berteriak.

"Kalau Hujin terus bersahabat dengan orang lain, kami hanya bisa makan air Tiang-kang!"

"Siapa kau?"

Tanya Biauw-eng. Cia Liang menjawab.

"Dia adalah Ketua Lu Ta-hiong dari sungai Bu!"

Biauw-eng tertawa dingin.

"Ketua Lu, air Tiang-kang sangat banyak, cukup membuatmu kenyang, sekarang kau boleh mencoba minum yang pertama!"

Baru saja Lu Ta-hiong akan mencabut pedang yang terselip di pinggangnya, dari kerumunan orang muncul seorang perempuan berbaju hijau, pelan-pelan dia menggerakkan tangannya, tangan kirinya langsung mengambil senjata Lu Ta- hiong, sedang tangan kanannya memukul leher belakang, tubuh Lu Ta-hiong yang besar seperti pagoda, jadi roboh ke bawah.

Perempuan itu mengangkat tubuhnya dan melemparkan begitu saja.

Tubuh Lu Ta-hiong masuk ke Tiang-kang yang dalam dan segera tenggelam tidak terlihat lagi.

Perempuan itu berumur sekitar 20 tahunan, dengan mudah dia mengalahkan seorang lelaki tinggi besar dan berilmu tinggi, peristiwa ini membuat orang-orang di sana terpaku.

Biauw-eng dengan dingin berkata.

"Su-hoa, aku hanya menyuruh dia minum air Tiang-kang, tapi tidak bilang harus membunuhnya!"

Perempuan itu tersenyum.

"Tenanglah Hujin, dia sangat rakus, lama baru bisa kenyang, sebentar lagi pelayanmu ini akan mengangkatnya dari dalam air!"

"Dia memang lahir di sisi Bu-kang, tapi dia belum tentu pernah minum air Tiang-kang, ini pertama kalinya dia minum, jangan terlalu banyak suruh dia bangun!"

"Aku akan menuruti perintah Hujin!"

Jawab perempuan itu dengan hormat.

Seperti seekor burung, perempuan itu sudah meloncat ke pinggir sungai, kemudian tangannya terulur, sebuah benda berkilau keluar dari tangannya dan jatuh ke dalam air, kemudian tubuh Lu Ta-hiong keluar dari dalam air, tangan perempuan itu bergetar, lalu Lu Ta-hiong terbang dan terbanting ke atas pasir, tubuhnya basah, dia terus memuntahkan air.

Orang-orang baru melihat dengan jelas, ternyata perempuan itu memegang sebuah rantai putih, rantai itu teranyam dari benang-benang berwarna abu, di ujung rantai ada benda berbentuk tangan, tangan ini mencengkeram Lu Ta-hiong dari dalam air dan melemparkannya.

Hari mulai terang, di sekeliling sana ada api unggun untuk penerangan, tapi di dalam sungai tetap gelap, perempuan ini tanpa melihat sekaligus bisa mengeluarkan orang dari dalam air dengan rantai yang hanya sebesar jari, dan rantai itu bisa membawa Lu Ta-hiong yang beratnya 150 kati lebih, tampaknya tenaga dalam perempuan ini sangat tinggi.

Biauw-eng memanggilnya Su-hoa, tapi dia selalu menyebut dirinya sebagai pelayan, artinya dia hanya seorang pelayan yang melayani Biauw-eng, pelayannya sudah memiliki kepandaian seperti ini, apa lagi tuannya.

Pelayan itu sekali lagi bertanya kepada Biauw-eng.

"Apakah masih ada pesan dari Hujin?"

Biauw-eng melihat sekelilingnya, melihat orang-orang yang tertekan oleh seorang pelayan, dengan senang dia tertawa.

"Silakan Ketua Lu mengganti baju dulu, sesudah itu baru ikut rapat akbar ini!"

Su-hoa mengambil kembali rantai dan benda berbentuk tangan, pelan-pelan dia mendekati Lu Ta-hiong.

"Ketua Lu, aku mohon maaf! Silakan."

Dengan wajah malu Lu Ta-hiong merangkak bangun dan pergi tanpa suara, Su-hoa mengikutinya dari belakang. Sekarang Biauw-eng baru berkata pada orang-orang golongan hitam.

"Kalian tahu, saat suamiku masih hidup, kami tidak akur, itu karena kami berbeda pendapat, aku melihat kalangan golongan hitam selalu tidak disiplin, kita terpencar dan tidak bersatu, maka sering kali diremehkan orang, sekarang aku mendapat kehormatan semua orang, untuk menjadikan aku seorang pemimpin untuk meneruskan kedudukan suamiku, hal pertama yang ingin kutegakkan adalah disiplin, tapi aku bukan ingin menekan kalian supaya mendengar perintahku, di golongan hitam pekerjaan kita tidak sama, aku tidak bisa mengurusnya satu per satu, Ketua Lu adalah cabang dari Tiang-kang-cui-cai, dia adalah bawahan suamiku dulu, dengan bersikap seperti itu terhadapku, sungguh sangat tidak pantas, teman-teman yang lain yang bukan berasal dari cabang Tiang-kang-cui-cai, bila tidak suka dengan caraku, kalian boleh mundur, aku tidak akan memaksa!"

Sesudah 2 kali bertanya, baru ada seorang yang keluar suara untuk bertanya.

"Aku ingin bertanya, apa hubungan nona tadi dengan Hujin?"

"Semenjak suamiku meninggal, aku melatih 8 orang perempuan, salah satunya adalah Su-hoa, 8 orang perempuan itu dari kecil sudah ikut denganku, boleh dikatakan mereka adalah pelayanku, kalau kalian ingin mengatakan mereka adalah muridku, itu pun tidak salah!"

Orang itu terdiam, Cia Liang tertawa.

"Ibu, Anda melatih mereka begitu baik, putramu jadi terlihat tidak berguna!"

Biauw-eng tersenyum.

"Siapa suruh kau mau tidak ikut denganku, adik laki-laki dan adik perempuanmu selalu berada di sampingku, mereka lebih pandai darimu!"

Cia Liang berkata.

"Aku juga ingin berada disamping ibu, supaya lebih banyak mendapat pengajaran, tapi aku adalah putra sulung, semenjak ayah meninggal, banyak usaha ayah yang tidak terurus, maka putramu ini harus tinggal di pusat!"

"Betul, itu betul, kelak bila aku yang mengurus usaha ayahmu, kau akan ada waktu untuk berlatih ilmu silat."

"Terima kasih, Ibu!"

"Bagaimana pendapat kalian?"

Orang-orang dari golongan hitam berunding sejenak, diwakili oleh orang tadi berpendapat.

"Kami mendukung Hujin!"

Biauw-eng tersenyum.

"Terima kasih, aku tidak meminta apa-apa kepada kalian, semua peraturan tetap berjalan seperti biasa, hanya di tempat terbuka seperti sekarang ini, aku harap kalian bisa menghormati aku sebagai seorang pemimpin, jangan membuat kesulitan."

Orang itu tetap mewakili semua kalangan golongan hitam berkata.

"Silahkan Hujin yang ambil semua keputusan."

Biauw-eng mengangguk, dia berkata kepada Kie Pi-sia.

"Nona Kie, perusahaan perjalanan Su-hai sedang maju pesat, aku harap kau memberi kehidupan kepada anak buahku!"

Kie Pi-sia tahu Biauw-eng sengaja melepaskan perusahaan perjalanan Kim-leng, wibawa Kim-leng milik 2 saudara Ma tidak tinggi dan anggotanya sedikit, barang yang mereka terima jumlahnya pun sedikit atau berjarak dekat, melepaskan mereka tidak akan rugi, dengan cara seperti itu melepaskan mereka, buat dua bersaudara Ma merupakan penghinaan, tapi mereka pun malu menyebarkannya.

Hanya perusahaan perjalanan Su-hai yang menjadi tujuan golongan hitam, karena itu sambil tertawa Kie Pi-sia menjawab.

"Hujin terlalu sungkan, kami sangat jarang melakukan perjalanan ke Su-chuan, mengambil 2% untuk golongan hitam rasanya terlalu sedikit, kalau Hujin mau, kita bisa menyerahkan semua keuntungan kami kepadamu!"

Jawaban ini di luar dugaan Biauw-eng, dia terus berpikir tapi tetap tidak tahu apa maksudnya, terpaksa dia bertanya.

"Kalau begitu bukankah perusahaan perjalanan kalian akan rugi?"

Kie Pi-sai tersenyum.

"Semua orang ingin hidup, orang yang membuka perusahaan perjalanan sangat banyak, belum tentu mereka mau berjalan ke arah Su-chuan."

"Itu pun tidak ada alasan perusahaan perjalanan harus rugi...."

Jawab Biauw-eng.

"Hujin salah mengerti mengenai pembicaraanku, aku tidak perlu datang kemari, aku hanya butuh menyebarkan berita ini, itu sudah cukup...."

Biauw-eng terpaku.

"Aku tidak mengerti apa maksud Nona...."

"Aku bilang Hujin punya kekuatan di 6 propinsi, mengapa harus menarik pajak 2%, lebih baik kalian membuka perusahaan perjalanan untuk mengantarkan barang ke daerah sini, dengan kepintaran dan posisi Hujin, ditambah dengan banyak pembantu, kalian pasti berhasil...."

Biauw-eng jadi serba salah, setelah lama dia baru berkata.

"Ternyata Nona ingin kami berjalan di jalan yang lurus!"

"Hujin kan tahu yang mana lurus dan yang mana sesat, mengapa masih memilih jalan sesat?"

Biauw-eng tertawa terbahak-bahak.

"Saat suamiku masih hidup, aku pernah berpikir demikian, tapi begitu bicara satu kata, langsung di bantah oleh suamiku, sekarang perusahaan perjalanan Su-hai memiliki berapa orang anggota? Apakah Nona mengetahuinya?"

"Aku baru menerima tugas ini, maka aku belum tahu dengan jelas, aku kira 100-200 orang pasti ada, sekarang setelah dibantu oleh Goan Toako, kami siap memperlebar usaha, mungkin akan menambah satu kali lipat jumlah anggotanya!"

Biauw-eng berkata.

"Su-hai paling besar di antara perusahaan perjalanan lainnya, jalurnya sangat luas, paling- paling Su-hai bisa menghidupi 300-400 orang, kami di satu tempat saja jumlah orangnya melebihi jumlah itu, bila semua golongan hitam di selatan dijumlahkan akan ada 30-40 ribu orang, dengan jumlah orang begitu banyak, apakah kami bisa mengandalkan usaha dengan membuka perusahaan perjalanan, mereka akan kelaparan."

"Sisanya bisa mengerjakan usaha lain!"

"Tidak mungkin, kecuali bisa ilmu silat yang lain mereka tidak bisa, apa lagi kebanyakan mereka adalah terpidana, kecuali bersembunyi di dunia persilatan golongan hitam, bila mereka muncul hanya akan dipenjara, apa lagi membuka perusahaan perjalanan terlalu melelahkan,"

Kata Biauw-eng. Kie Pi-sia tertawa dingin.

"Hujin sudah tahu membuka membuka perusahaan perjalanan dan mengantar barang adalah pekerjaan yang melelahkan, apakah laba yang kita dapat dari hasil keringat dan darah ini dengan mudah harus diberikan kepada orang lain?"

"Apakah ini adalah jawaban Nona?"

Biauw-eng bertanya dengan dingin.

"Betul, jawabanku adalah ini!"

Biauw-eng menjadi marah.

"Ayahmu sudah sangat terkenal, tapi dia tidak berani meremehkan teman-teman golongan hitam, kau baru berkelana di dunia persilatan, apakah kau ingin mencari jalan sendiri?"

Kie Pi-sia menjawab dengan lantang.

"Ayahku tidak diperas oleh orang lain, maka dia tidak sampai membuat teman- temannya marah, bila keadaanku seperti ayahku, aku akan bertindak seperti ayah, bila keadaan ini dikembalikan pada Hujin, apa yang akan Hujin lakukan?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biauw-eng tidak bisa menjawab, setelah lama dia baru berkata.

"Aku tidak akan mendapat masalah ini, karena di golongan hitam hukum yang berlaku adalah memakan orang?"

"Siapa yang harus dimakan?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Tidak ada yang mau dimakan, berkelana di dunia persilatan harus mengandalkan ilmu silat sendiri, kalau bisa kita memakan orang, kalau tidak malah sebaliknya!"

Jawab Biauw-eng.

"Kalau begitu, silakan Hujin menggunakan ilmu silat Hujin mengambil perusahaan perjalanan Su-hai, apakah Anda sanggup?"

"Kami berani menyuruh Su-hai melepaskan bendera, kami tidak hanya bicara saja!"

"Kami tidak akan melepaskan bendera juga tidak membagi hasil 2%!"

Jawab Kie Pi-sia dengan tegas. Biauw-eng melihat Kie Tiang-lim dan berkata.

"Kie Tayhiap, semua ini adalah perkataan putri Anda, jangan salahkan kami!"

Dengan enteng Kie Tiang-lim menjawab.

"Sku sedang berurusan dengan keluarga Yu, aku sendiri tidak tahu apakah aku bisa mengatasinya atau tidak, untuk masalah putriku, biar dia sendiri yang membereskannya!"

Kata Biauw-eng.

"Dua bersaudara Yu sama-sama dari golongan hitam, mereka memakai nama golongan hitam memper-silahkan orang-orang golongan hitam membantu mereka, aku menghormati Kie Tayhiap, tadinya aku ingin membantu membereskan masalah, tapi putrimu bersikap demikian, aku malas jadi perantara, apa lagi kalau teman- temanku...."

"Sekalian kita bereskan!"

Jawab Goan Hiong. Kie Tiang-lim menggelengkan kepala.

"Tidak, masing- masing urus masalah sendiri, kita sudah berjanji, masalahku, aku yang membereskannya."

Biauw-eng tertawa, lalu berkata.

"Kie Tayhiap memang berpengalaman, bila urusannya dipisahkan, perusahaan perjalanan Su-hai jadi menguntungkan, karena 2 bersaudara Yu ingin membalaskan dendam kakaknya, mereka bisa menggunakan segala cara, sedang perusahaan perjalanan Su- hai yang berurusan dengan golongan hitam, harus dengan kepandaian sebenarnya supaya bisa mengalahkan lawan, tapi dengan sikap putrimu seperti ini, kita tidak akan pandang bulu lagi, aku rasa kita bereskan sekali gus saja!"

Karena Biauw-eng bicara dengan nada memaksa, maka Kie Tiang-lim tidak bisa berkata apa-apa, terpaksa dia berkata.

"Biarlah Hujin yang mengambil keputusan."

"Tapi peraturan di dunia persilatan tidak boleh diabaikan, kita tetap jalankan seperti biasa, kami akan menyiapkan 9 kali pertarungan, bila salah satu pihak bisa memenangkan pertarungan ini, dia berhak mengajukan syarat!"

Goan Hiong segera berkata.

"Bila Paman Kie disimpan di ronde penentuan kemenangan, aku kira tidak baik, bila kita berturut-turut memenangkan 5 ronde apakah ada yang berani menjamin mereka tidak akan membalas dendam?"

Dengan dingin Biauw-eng berkata.

"Hari ini aku bisa menjamin, kelak kalian harus mengandalkan kekuatan sendiri!"

"Bukankah ini percuma saja?"

Tanya Goan Hiong.

"Kalau kalian menang, kalian boleh minta untuk membunuh semua keluarga Yu, kalau masih ada satu keluarga Yu yang masih hidup, aku yang akan bertanggung jawab memenggal kepala mereka, dengan begitu tidak akan ada yang susah!"

"Paman Kie tidak ingin membunuh seluruh keluarga Yu!"

Kata Goan Hiong. Kie Tiang-lim menarik nafas.

"Goan Hiantit, tidak perlu banyak bicara dengan mereka, kalau mereka menang, bukan nyawaku saja yang mereka inginkan!"

"Aku terpikir akan hal ini, maka aku ingin mendapat kepastian dengan jelas, kalau hanya menang dan kalah untuk menentukannya, orang yang tidak ikut bertarung bagaimana? Kita tidak mau membunuh mereka, tapi pikiran mereka tidak seperti kita."

Biauw-eng marah.

"Kau menganggap apa orang-orang dunia persilatan golongan hitam? di dunia persilatan tetap ada aturan, kalau kami kalah, kami tidak akan melukai orang lain!"

"Goan Hiantit, aturan di dunia persilatan bukan ditentukan dengan sembarangan, kalau salah satu pihak sudah mengaku kalah tapi masih tidak menjamin nyawanya, siapa yang mau mengakui kekalahan? Aturan-aturan ini jadi sudah hilang artinya!"

"Keponakan sudah tahu kalau syarat mereka sangat kejam, mereka bisa menyuruh membuntungkan kaki atau tangan, kita akan jadi orang cacat, lebih baik kita mati!"

Kata Goan Hiong. Biauw-eng tertawa dingin.

"Itu sangat mungkin, karena itu kalian jangan sampai kalah, dunia persilatan bukan untuk main-main, bisa hidup itu sudah bernasib baik!"

Goan Hiong membantah.

"Hujin jangan terlalu berkhayal, sembilan babak pertarungan, belum tentu kalian bisa memenangkan 5 babak."

"Bila kami kalah, dunia persilatan golongan hitam bagian selatan yang berjumlah 40 ribu nyawa, nasibnya kalian yang tentukan."

"Tentang nyawa orang lain, kami tidak berani mengambil keputusan, tapi setiap orang tentu ingin nyawanya terjamin, bukan aku menganggap remeh Hujin, aku sendiri bila ada orang yang menginginkan kepalaku, kecuali orang itu sendiri bisa memenggalku, tidak mungkin aku mau melakukannya sendiri, aku tidak sebodoh itu!"

Biauw-eng terpaku, memang orang persilatan sangat berani, mereka sering kali meremehkan nyawa mereka sendiri, tapi itu mungkin hanya di mulut saja, kalau kalah dan nyawanya melayang, ini adalah hal yang tidak bisa dipungkiri, tapi menyuruh orang hanya karena janji harus memenggal kepala sendiri, tidak ada yang berani melakukannya! "Menurutmu, cara apa yang lebih baik?"

"Aku rasa tidak perlu banyak aturan, asal dengan pertarungan yang adil, itu sudah cukup, bagi perusahaan perjalanan sangat mudah paling-paling kami akan menutup perusahaan perjalanan kami, persoalan antara Paman Kie dan Lan-tiang-siang-sat biarlah berlangsung secara alami!"

"Baiklah aku setuju, dengan cara apa memang dan kalah ditentukan?"

Tanya Biauw-eng.

"Sangat sederhana, kedua belah pihak silahkan mengumpulkan orang terkuat mereka, nanti kalau tidak ada yang berani bertarung lagi di atas panggung mengandalkan ilmu terbaiknya, nasibnya sudah ditentukan, asal jangan ada yang sembarangan membunuh, itu sudah cukup!"

Biauw-eng berpikir sebentar lalu berkata.

"Baik! Silahkan kalian berunding siapa yang akan bertarung dulu kemudian tentukan urutannya!"

"Aku kira tidak bisa ditentukan dulu cara bertarung terbuka seperti ini, setiap orang ada kelebihan dan kekurangan, yang penting dari pihak kami, kami yang bertanggung jawab, bila yang keluar adalah orang she Yu, itu tanggung jawab Paman Kie, kita masing-masing punya tanggung jawab, Hujin bisa mulai menyiapkan orang untuk bertarung!"

Goan Hiong terus bicara membuat Biauw-eng kebingungan, sehingga tidak ada kata-kata bantahan, dia mundur selangkah dan berkata.

"Baiklah, aku akan menyuruh orang pertama untuk bersiap-siap, kalian juga demikian! Yang lain kita bicarakan nanti."

"Masih ada satu lagi, dari pihak kami setiap orang hanya bertarung 2 babak, bila kalian tidak bisa menang, kalian jangan bertarung lagi!"

Kata Goan Hiong.

"Baik, tapi Kie Tayhiap...."

Tanya Biauw-eng.

"Keluarga Yu berjumlah 4 orang, walaupun 4 lawan satu, Paman Kie tidak akan kalah, kalau memang ingin mencari orang untuk membantu, dari pihak Paman Kie juga akan ada orang yang membantu, yang penting jangan sampai kosong,"

Jelas Goan Hiong Biauw-eng tidak bisa bicara apa-apa, dia hanya mengangguk dan mundur ke pinggir.

Kali ini karena golongan hitam yang mengajak bertarung, persiapan mereka jadi sangat sempurna, tempat duduk tersedia sampai dibuatkan atap supaya tidak terjemur oleh terik matahari, masih ada lagi makanan kecil, benar-benar lengkap, sesudah orang dari kedua belah pihak masuk, Goan Hiong segera berkata.

"Ketua, kau yang menentukan siapa yang maju di babak pertama!"

"Babak pertama sangat penting, itu menyangkut semangat kedua belah pihak, entah lawan akan mengeluarkan orang macam apa untuk bertarung, aku kira Souw Toako yang pantas bertarung pada ronde pertama karena pengalamannya di dunia persilatan lebih banyak!"

Goan Hiong tertawa, katanya.

"Menurutku, pada ronde pertama Biauw-eng pasti akan menyuruh pelayannya yang tampil, karena dia belum begitu mengenal orang-orang dunia persilatan golongan hitam, untuk ilmu pedang Souw Toako pasti menang, tapi hati Souw Toako kurang kejam, dia akan malu menyerang perempuan, malah akan membuat kita kalah!"

Ciam Giok-beng mengangguk.

"Sangat masuk akal, perempuan itu sangat pintar, menjadi pemimpin golongan hitam sepertinya sudah lama dia rencanakan, sesudah mendapat posisi ini, pada babak pertama dia pasti ingin menang, perkiraan ku, ilmu pedang Thian-sia belum tentu bisa mengalahkan orang itu!"

"Biauw-eng adalah janda Cia Ie-hui, kedudukan pemimpin golongan hitam sebenarnya miliknya, untuk apa dia berusaha mendapatkannya?"

Tanya Kie Pi-sia. Ciam Giok-beng berkata.

"Apakah kau tidak tahu suami istri ini tidak akur? Aku pikir dia pasti ingin menguasai dunia persilatan hitam dan Cia Ie-hui tidak mau menuruti kehendaknya, juga tidak memberi kekuasan kepadanya, mungkin sebelum dia mati dia sudah mengatur semuanya, membuat Biauw-eng tidak bisa menguasai golongan hitam!"

Kata Goan Hiong.

"Belum tentu juga, sesudah Cia Ie-hui mati, golongan hitam selatan tidak ada yang menggantikan posisi ketuanya, posisi ini selalu dikosongkan untuk menunggu Biauw-eng."

"Biauw-eng adalah orang pintar, Cia Ie-hui juga tidak bodoh, Cia Ie-hui tidak perlu secara terang-terangan memboikot dia, asal memberi kode kepada anak buahnya agar jangan mendengar kata-kata Biauw-eng, pasti tidak ada yang mendukung Biauw-eng, maka Biauw-eng tidak buru-buru mengambil posisi ini, diam-diam dia mengumpulkan kekuatan, juga memperdalam ilmu silatnya, 10 tahun kemudian semua hasilnya bisa dipetik, 8 pelayan itu sudah dilatih dengan baik, setelah mempunyai kekuatan, dengan tenang dia akan mengambil posisi ketua ini, siapa yang akan menolaknya!"

Kata Ciam Giok-beng.

"Paman Ciam benar-benar teliti, dari tadi gerak-gerik Biauw- eng berusaha membangun wibawanya, karena kebetulan kita berada di sini jadi memberinya kesempatan untuk sekalian mengangkat derajatnya, sebetulnya dia bukan benar-benar ingin berseberangan dengan kita!"

Kata Goan Hiong. Kie Tiang-lim mengeluh.

"Dari awal aku sudah melihatnya, memang Lan-tiang-siang-sat adalah orang golongan hitam, tapi mereka sudah lama mundur dari kegiatan golongan hitam, sepertinya mereka tidak didukung oleh orang sana, kalau tidak mereka tidak akan bisa mencari begitu banyak pendukung, perusahaan perjalanan Su-hai terlalu terkenal, Biauw-eng ingin mengambil kesempatan ini untuk memukul kita, tujuannya kesatu membangun wibawanya, kedua mengangkat namanya ke dunia luar, kebetulan bertemu dengan kita saat seperti ini, sekarang untuk menasehatinya sudah tidak mungkin, satu- satunya jalan adalah melawannya, maka ronde pertama bila Souw Thian-sia yang keluar tidak akan cocok, munurutku, Goan Hiong yang lebih cocok!"

"Tidak masalah, tapi aku tidak berani mengatakan ilmu silatku lebih tinggi dari Souw Toako, seperti ilmu pedang, dia lebih tinggi dariku, apa lagi sebagian ilmu pedangku diajar ayah sebagian lagi diajar paman maka terlihat tidak lengkap, yang pasti tidak bisa seperti Souw Toako yang mempunyai ilmu pedang sempurna."

"Tidak perlu ragu, aku lihat perempuan yang bernama Su- hoa itu, jurus-jurusnya agak aneh, bila kita bertarung dengan serius, Thian-sia pasti akan menang, tapi Thian-sia terlalu serius, apa lagi dia tidak mau membunuh orang, gerak refleknya cepat, mungkin 20 tahun lagi kalian akan kalah darinya, tapi sekarang dia tidak bisa mengalahkan mereka, maka ronde pertama ini lebih baik Goan Hiantit yang tampil, dengan ilmu silat aneh melawan aneh, lebih banyak perobahan jurus lebih baik, membuat lawan bingung, baru ada kesempatan untuk menang!"

Goan Jit-hong berkata.

"Ilmu pedang yang menggunakan jurus-jurus tidak aneh itu paling bagus, sifat Adik Souw sangat jujur, ini adalah dasar melatih ilmu pedang yang paling mantap, kelak kukira tidak akan ada yang bisa melebihi dia, memang sekarang kalau belum mantap susah menghadapi mereka yang berilmu aneh, Hiong-ji, kau yang tampil pertama untuk bertarung, Souw Toako adalah penerus Kian-kun-kiam, bila kalah akan membuat namanya tercemar!"

"Betul! Aku lupa tentang ini, Souw Toako jangan berhadapan dengan mereka, Goan Toako, kali ini kami harus merepotkanmu!"

Kata Kie Pi-sia. Ciam Giok-beng berkata.

"Mendirikan perkumpulan ilmu pedang belum pasti, jadi jangan mengatakan penerusnya dulu, masih terlalu dini, sifat Thian-sia terlalu jujur, bila banyak mengalami kegagalan akan mengganggunya dan membuatnya kurang percaya diri, apa lagi bila pada ronde pertama kita sudah kalah, mental kita pun akan terganggu juga, sebetulnya ingin mendidik seseorang harus diasah dari kegagalan, hanya saja Thian-sia adalah tipe orang yang memandang menang atau kalah terlalu serius, tekanan babak pertama harus menang itu akan mengganggu kemajuan ilmu silatnya kelak, padahal aku malah berharap dia bisa mendapat kegagalan, semua untuk membantu mengasahnya!"

"Baiklah, babak pertama ini aku yang tampil, sesudah mendengar kata-kata Paman Ciam, aku jadi tegang, kuharap aku tidak mengecewakan kalian."

Goan Jit-hong berkata.

"Kalau kau kalah, kau harus pulang bertani lagi, semua orang menaruh harapan padamu, kau malah berkata begitu!"

"Ayah, tenanglah, kecuali lawan berilmu lebih tinggi dariku aku tidak bisa apa-apa, kalau tidak, aku tidak akan membuatmu malu!"

"Kalau membuat malu marga Goan tidak apa-apa, bila membuat perusahaan perjalanan malu itu tidak boleh, apa lagi kau adalah wakil ketua Su-hai, kau harus hati-hati dan tidak boleh ceroboh, nasib dan masa depan adik-adik seperguruanmu yang berjumlah 10 orang lebih berada di tanganmu!"

Kata Goan Jit-hong. Kie Tiang-lim tertawa, lalu berkata.

"Goan Toako, itu berlebihan, kalah atau menang adalah hal biasa ketika orang bertarung, dalam keadaan begitu semakin tenang bertindak semakin bagus!"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak akan tegang, tadi aku hanya bergurau, aku boleh kalah, tapi ketua tidak boleh kalah, dengan begitu tidak akan membuat Su-hai kehilangan muka."

"Goan Toako, kau jangan banyak berharap kepadaku!"

Kata Kie Pi-sia. Goan Hiong berkata.

"Ketua, kau adalah seorang ketua semua orang pasti berharap kau bisa menang!"

Hal ini membuat Kie Pi-sia bertambah cemas. Ciam Giok- beng berkata.

"Anak bodoh, apakah kata-kata Goan Toako tadi tidak kau mengerti, maksudnya adalah kau hanya boleh memilih pertarungan yang akan membuatmu menang, carilah lawan yang paling lemah untuk bertarung, kalau lawan kuat, pasti kami yang tua-tua akan menghadapinya, buat apa kau tegang?"

Goan Hiong sudah berada di panggung, dia memberi hormat kepada Biauw-eng dan bertanya.

"Apakah orang-orang Anda sudah ditentukan?"

"Sudah, babak pertama yang akan tampil adalah putra bungsuku Cia Beng, dari Su-hai siapa yang keluar?"

Goan Hiong sedikit tertegun, dia merasa perhitungannya meleset, karena dalam perkiraan semua orang, babak pertama yang keluar pasti salah satu dari 8 pelayan Biauw-eng, tidak disangka yang keluar malah putra bungsunya! Dia berpikir sebentar, putra bungsu dan putrinya sedari kecil ikut ibunya belajar ilmu silat, orang yang bernama Cia Beng pasti berilmu lebih tinggi dari 8 pelayan itu, maka dia terpilih yang pertama bertarung, karena itu segera Goan Hiong menjawab.

"Aku menunggu!"

"Apakah perusahaan perjalanan Su-hai mengeluarkan wakil ketuanya?"

Biauw-eng sedikit terkejut.

"Sebutan wakil ketua merupakan pemberian Paman Kie, bila dibandingkan dengan ilmu silat, ilmu-ilmu silat pengurus Su- hai lebih tinggi dariku, biasanya burung bodoh akan terbang dulu, di perusahaan perjalanan kami orang yang berilmu silat lemah pasti akan disuruh bertarung dulu!"

Biauw-eng belum menjawab, seorang pemuda di sisinya segera berkata.

"Ibu, pilihanmu tepat sekali, putramu sedang khawatir mengapa pada ronde pertama ibu sudah suruh orang yang paling tidak berguna untuk bertarung, ternyata lawan pun orang yang paling lemah, mungkin putramu bisa bertahan sebentar!"

Goan Hiong tahu pemuda itu adalah Cia Beng, dia tertawa, katanya.

"Baiklah, Babab pertama diramaikan oleh kami 2 orang bodoh, aku kira seterusnya akan jadi ramai, silakan, sobat!"

Umur Cia Beng sekitar 23-24, dia bersemangat hanya saja dari matanya terlihat sinar sadis dan hawa membunuhnya pun sangat berat! Dia memberi hormat dan bertanya.

"Dengan cara apa kita akan bertarung, Tuan?"

Goan Hiong berkata.

"Kita hanya meramaikan panggung, untuk apa harus menentukan ini dan itu, nanti akan ditertawakan orang! Tuan bisa jurus apa, keluarkanlah, tidak perlu menentukan cara!"

"Kata-kata Tuan sangat cocok denganku, aku pun demikian, semua ilmu silat kukuasai tapi tidak ada yang sempurna, tapi bertarung dengan gaya bebas, kukira aku masih sanggup, bila ditentukan harus dengan batasan tertentu, aku akan menyerah kalah!"

Goan Hiong berkata.

"Aku harus beritahu padamu dulu, kecuali ilmu silatku yang tidak seberapa kukuasai, aku sangat menguasai jurus mencuri ayam atau mencuri anjing, apakah Tuan ingin aku menggunakan jurus ini? "Silahkan, dari kecil aku ikut ibuku, tumbuh besar di rumah kakek dari pihak ibu, kakekku adalah Ketua Pak-kauw, sewaktu suasana hati kakek sedang senang, aku sering belajar beberapa jurus ilmu ilusi dari Pak-kauw, bila tadi Toako tidak mengatakannya, aku malu untuk mengeluarkannya, sekarang Toako berkata menguasai ilmu mencuri ayam, aku juga akan mengambil kesempatan untuk memperagakan ilmu ilusi biar kita bisa saling melihat kemampuan kita, dan jangan punya keahlian yang disimpan!"

"Baik sekali, pembukaan dari kita berdua tidak akan membuat suasana sepi, silakan!"

Goan Hiong mengeluarkan pedang yang terselip di pinggangnya, seorang gadis melempar sebuah pentungan bergerigi kepada Cia Beng, yang lalu disambutnya, dan digoyang-goyangkan senjatanya.

"Sementara aku akan melawan dengan senjata ini, pada pertarungan nanti jurus apa pun boleh digunakan."

Goan Hiong melihat pentung bergerigi itu dan berkata.

"Senjata Tuan sepertinya tidak biasa, mengapa begitu ringan?"

Pentung bergerigi itu berwarna hitam berkilau, di atas pentungan penuh dengan gigi-gigi tajam, tidak terlihat ada keanehan.

Tapi begitu Goan Hiong mengeluarkan pertanyaan itu, semua orang jadi terpaku, sampai Cia Beng sendiri pun dengan aneh bertanya.

"Bagaimana Toako bisa mengetahuinya?"

"Kalau pentunganmu terbuat dari baja, beratnya paling sedikit 40 kati, dan begitu kau memegangnya tidak akan terlihat begitu enteng, maka aku bertanya kepadamu, tentu pentungan itu terbuat dari kayu dan di tengahnya pasti kosong, di tempat kosong itu entah tersimpan mainan apa?"

"Dengan cara seperti itu memperkirakan berat dan ringannya, sepertinya terlalu terburu-buru, apakah Toako mengira tenaga pergelanganku tidak kuat untuk memegang senjata yang terbuat dari baja?"

"Mungkin tenagamu sangat besar, tapi nona yang tadi melemparkan senjata ini, dia tidak mempunyai tenaga yang besar, dan sewaktu melempar tadi dia terlihat tenang dan tidak merasa berat."

"Dia adik perempuanku, tenaganya lebih besar dariku!"

Jawab Cia Beng.

"Semua Enghiong lahir dalam satu keluarga, hanya saat pentungan itu dilempar, bagian atas dan bawah terus bergoyang, dari sana dapat diketahui benda itu tidak berat, bila pentungan terbuat dari baja, tidak akan tampak keadaan seperti itu!"

Cia Beng terpaku.

"Kau benar-benar sangat teliti, aku kagum kepadamu, dan aku harus mengaku pentungan bergerigi banyak ini terbuat dari kayu, memang pentung ini tengahnya kosong, apakah di dalamnya tersimpan mainan, lebih baik Toako sendiri yang mencari tahu, paling bagus pentungan ini jangan sampai tersentuh pedangmu, kalau tidak Toako akan dirugikan, kalau sudah begitu jangan salahkan aku!"

Goan Hiong tertawa terbahak-bahak.

"Aku sengaja berkata demikian, supaya kau jangan terlalu percaya dengan mainan yang ada di dalamnya, supaya tidak merugikan diri sendiri, kalau aku siap aku tidak akan bicara kepadamu, aku memang belum pernah berkelana di dunia persilatan, tapi terhadap hal yang aneh-aneh aku sangat tahu, apa lagi di dalam senjata tersimpan senjata rahasia, aku paling suka menelitinya, juga paling sering meminjam barang seperti itu, bila Tuan ingin menggunakan senjata rahasia untuk mendapat keuntungan, kau harus hati-hati!"

Cia Beng tertawa dingin.

"Senjataku ini kubuat sendiri dan belum pernah dicoba, kuharap ada yang bisa memecahkan fungsinya, silakan, Tuan!"

Goan Hiong pelan-pelan menyerang, Cia Beng menangkis dan balik menyerang, mereka mulai bertarung, biarpun mereka mengaku mereka adalah orang yang paling bodoh juga lemah, tapi semua orang tahu itu bukan hal sebenarnya, memang mereka bukan yang terkuat, tapi boleh dikatakan mereka adalah pesilat tangguh, sesudah beberapa jurus berlalu keadaan lebih jelas lagi.

Jurus-jurus yang mereka gunakan sangat aneh, dan setiap jurus bisa membunuh orang, bila ilmu silatnya kurang dan reflek kurang cepat, maka akan terluka oleh senjata mereka, ilmu silat mereka berdua hampir sama, ada yang menyerang ada juga yang bertahan, tampak santai tapi sangat keras.

Semua orang kagum pada pengamatan Goan Hiong sebab saat pedang dan pentungan beradu, suara yang keluar dari sana, membuktikan kalau pentungan itu memang terbuat dari kayu.

Dari awal sampai akhir Goan Hiong tidak pernah menepis pentungan itu, sebab sebelumnya sudah diberitahu, bahwa jika pentungan dibabat putus, senjata rahasia yang ada di dalamnya akan terbang keluar menyerangnya.

Tapi Cia Beng sepertinya selalu memancing Goan Hiong untuk membabat pentungnya, setiap jurus Cia Beng sangat aneh, begitu Goan Hiong menekan, dia selalu menjulurkan pentungannya kepada pedang Goan Hiong, dengan segala daya Goan Hiong berusaha tidak menyenggol dan menepis pentungannya.

Ooo)de*wi(ooO BAB 11 Mencari kemenangan dengan cahaya golok dan kilauan pedang Setelah 40 jurus berlalu kedudukan mereka tetap seimbang, Cia Beng mulai tidak sabar, serangannya semakin hebat, Goan Hiong ingin menghindarkan bentrokan dengan pentungannya tapi sulit, Goan Hiong tetap berusaha setelah 50 jurus berlalu tiba-tiba Cia Beng mendapat kesempatan, dengan pentungannya dia menyerang miring, serangan Goan Hiong tidak mengenai sasaran, tapi ingin berbalik bertahan sudah tidak sempat lagi.

Tampaknya serangan itu akan mengenai pinggang Goan Hiong tapi Goan Hiong malah maju kedepan dengan cepat.

Dia menyodok dada Cia Beng dengan pundaknya membuat pentungan Cia Beng yang tadinya akan memukul jadi tidak mengenai sasaran.

Dan dia pun terdesak mundur 2 langkah, jurus ini tidak terburu-buru membuat orang yang menonton segera bertepuk tangan.

Tapi Cia Beng bukan pesilat sembarangan, melihat Goan Hiong menyerang dengan pedangnya, perutnya ditarik dan pinggangnya dibungkukkan, dengan jarak sangat dekat dia bisa menghindari pedang yang datang menyerang, dia membalikkan tangan untuk memukul.

Dia memukul bagian kiri Goan Hiong, pedang Goan Hiong tidak sempat ditarik, ingin menghindar pun sudah tidak sempat.

Gerigi pentungan itu sangat tajam, Goan Hiong tidak bisa mendorong dengan tangannya.

Semua orang yang menonton meneteskan keringat dingin, tiba-tiba tangan kiri Goan Hiong menjulur keluar menahan pentungan dan mendorongnya, Cia Beng terkejut, dia melihat tangan kiri Goan Hiong memegang sebuah kipas lipat, tulang kipas terbuat dari bambu, dengan kipas lipat inilah dia mendorong pentungan bergerigi.

Orang-orang terkejut, ternyata kipas lipat itu tadinya diselip di belakang leher Cia Beng, mungkin saat Goan Hiong menyodok Cia Beng dia lalu mengambilnya, dengan kipas lipat inilah dia berhasil menghindari hawa pembunuhan tadi.

Wajah Cia Beng berubah dan dia berkata.

"Tuan sungguh mempunyai ilmu tinggi!"

"Oh tidak, tadi itu hanya kebetulan saja, kebetulan Tuan membawa kipas lipat, dan beruntung juga aku belajar cara mencopet, maka aku bisa mencopet kipas lipat Tuan, kalau tidak aku tadi sudah mati!"

"Aku ingin coba, bagaimana kau menghindari jurus ini!"

Teriak Cia Beng.

Dia maju, pentungannya memukul ke bawah.

Tenaganya sangat kuat, melihat lawan datang menyerang dengan hebat, dia menahan dengan pedang pada posisi horisontal, tapi pedang tidak bisa bertahan terhadap tenaga sebesar itu, pedang dan pentungan patah jadi.

Dari dalam pentungan keluar asap berwarna kuning.

Goan Hiong tidak sempat menghindari dia membuka kipas lipat itu dan segera mengipas asap kuning itu ke wajah Cia Beng.

Cia Beng tidak terpikir akan tindakan Goan Hiong, dia pun tidak sempat menghindar dan dia menghisap asap kuning itu.

Mereka saling berhadapan dengan lama, Cia Beng baru tertawa dingin.

"Mata Tuan benar-benar jeli, kau mengira di dalam sana ada senjata rahasia, tapi mengapa kau tidak terpikir ada mainan lain?"

Goan Hiong berkata.

"Masa aku tidak tahu, dari awal pertarungan aku sudah tahu, di dalam pentungan itu kosong, apalagi sewaktu kau mengayunkannya pentungan itu terus berbunyi, berarti di dalamnya ada mainan bubuk!"

"Pintar, pintar! Apa kau tahu itu bubuk apa?"

"Kebanyakan bubuk seperti itu adalah obat membuat orang pingsan!"

Jawab Goan Hiong.

"Mengapa bukan racun yang membuat orang mati?"

Tanya Cia Beng.

"Karena ibumu adalah pemimpin golongan hitam tidak mungkin di depan banyak orang tuan berani menggunakan cara memalukan seperti itu!"

Biauw-eng yang duduk jadi tertawa lalu berkata.

"Kata-kata wakil ketua membuatku terkejut, sebab tadinya memang di dalam pentungan putraku diisi dengan racun, aku menyuruhnya mengganti dengan bubuk pembius, begitu terhisap orang akan tertidur selama 6 jam, tapi tidak akan mengalami gangguan apa pun. Hanya saja ilmu silat orang itu akan menghilang, dan kelak dia tidak akan bisa berlatih silat lagi. Wakil ketua masih muda tampan pula, dengan cara seperti itu mundur dari dunia persilatan benar-benar disayangkan. Beng-ji, keluarkan obat penawarnya!"

"Apakah sekarang aku harus memberikan obat penawarnya kepada dia?"

Tanya Cia Beng. Biauw-eng tampak berpikir sejenak.

"Wakil ketua Goan sangat lincah, gerak refleknya pun cepat, dia sudah menghisap racunmu, menang atau kalau belum pasti, begitu dia pingsan baru beri obat penawar kepadanya, dengan begitu kau bisa memenangkan pertarungan ini dan tidak membuat orang-orang marah!"

"Aku ingin bertanya kepada Hujin, bila sudah menghisap racun ini, berapa lama racun ini akan bekerja?"

Tanya Goan Hiong.

"Untuk orang biasa akan segera terlihat hasilnya, mungkin bagi wakil ketua yang lebih kuat, racun akan bereaksi lebih lambat, tapi akan segera bekerja!"

Jawab Biauw-eng.

"Kalau begitu aku harus menunggu, aku ingin lihat apakah aku yang akan roboh dulu atau putramu yang roboh terlebih dulu,"

Kata Goan Hiong.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku punya obat penawarnya, begitu aku akan roboh aku akan segera meminum obat penawarnya, obat itu akan segera menawarkan racun, dan Tuan pasti akan kalah!"

Kata Cia Beng. Kata Goan Hiong.

"Lebih baik kita tunggu sebentar, mungkin aku mempunyai cara lebih cepat mendapatkan obat penawarnya, yang penting siapa yang roboh terlebih dulu dia yang kalah!"

Cia Beng tertawa dingin.

"Obat penawarnya buatan kami sendiri, mana mungkin kau mempunyai obat penawarnya?"

Goan Hiong hanya tertawa, mereka berdua berdiri berhadapan, tidak lama kemudian kedua belah pihak mulai merasa sulit bertahan, tubuh mereka mulai bergoyang- goyang, dari balik baju bagian dadanya Cia Beng mengeluarkan sebuah botol kecil, dia mengeluarkan sebutir obat, dan memasukkan ke dalam mulutnya.

Dia mengeluarkan sebutir lagi dan berkata.

"Lebih baik kau juga meminumnya, kalau menunggu sampai pingsan baru meminumnya memang bisa mempertahankan ilmu silatmu supaya tidak musnah tapi kau harus tertidur 6 jam lamanya dan tidak akan bangun- bangun!"

Goan Hiong juga mengeluarkan sebuah botol kecil dari balik baju bagian dadanya, dia juga meminum sebutir obat dan tertawa.

"Aku lebih percaya kepada obat penawar buatan sendiri!"

Cia Beng melihat botol yang dipegang oleh Goan Hiong, lalu melihat botol yang dipegangnya, wajahnya segera berubah, dua melempar botol keramik itu hingga hancur dan berteriak, kakinya lemas dan dia pun roboh.

Goan Hiong dengan tersenyum memungut obat yang terjatuh dan berkata.

"Ini adalah obat sakit perut, ini adalah obat sakit kepala, dan ini adalah obat masuk angin, kalau dibuang begitu saja sungguh sayang!"

Biauw-eng merasa aneh dia berdiri dan bertanya.

"Apa yang telah terjadi?"

Goan Hiong tertawa dan menjawab.

"Saat mengambil obat, putramu salah mengambil botol, botol obatku berwarna hijau, sedangkan botol obatnya berwarna putih, dia tidak melihat dengan jelas...."

Biauw-eng melihat botol berwarna putih yang ada di tangan Goan Hiong, melihat botol yang telah pecah berwarna hijau, dia terpaku dan bertanya.

"Dengan cara apa kau bisa mendapatkan obat penawarnya?"

Goan Hiong menjawab.

"Aku sudah menebak di dalam pentungan putramu ada obat bubuk, jadi aku bertindak hati- hati, tapi aku juga tidak tahu apa yang tersimpan di dalam pentungan itu, maka aku harus mencari tahu, aku melihat di dada putramu ada sebuah botol, aku tahu kalau itu adalah obat penawar, maka aku mencari kesempatan untuk menukar obat penawar itu, tapi apakah itu obat penawarnya aku tidak tahu, terpaksa aku menyuruh Cia Beng menghisap asapnya untuk mencoba-coba, ternyata aku sangat beruntung, obat yang kuambil ternyata obat penawar! Bila obat ini bukan obat penawarnya, aku terpaksa harus mengaku kalah!"

Dengan bingung Biauw-eng bertanya.

"Mengapa kau tahu kalau di dada putraku tersimpan botol?"

"Dalam kepandaian mencopet orang harus memiliki mata yang lihai, walaupun hanya ada sebuah uang logam aku harus tahu, barang itu disimpan di mana, maka aku menggunakan kesempatan saat bertabrakan tadi, dengan jurus copet aku menukar obatnya!"

Kemudian dia mengeluarkan sebutir obat dan dimasukkan ke dalam mulut Cia Beng.

"Obat ini milik putramu, aku yakin tidak akan salah, sebenarnya dari tadi aku ingin mengembalikannya, tapi kata Hujin siapa yang roboh terlebih dulu baru bisa menentukan menang dan kalah, terpaksa dia harus tidur selama 6 jam, tapi apakah ilmu silatnya akan berkurang, itu bukan urusanku!"

Wajah Biauw-eng benar-benar terlihat marah, tapi dia tertawa terpaksa dan berkata.

"Pepatah yang mengatakan jangan mempunyai niat jahat kepada orang lain benar-benar tidak salah, ketika itu putraku berniat jahat kepada wakil ketua, sekarang yang celaka adalah dirinya sendiri!"

Dia sengaja mengucapkan pepatah ini hanya sebagian, sedangkan sambungannya adalah orang harus berjaga-jaga jangan sampai niat jahat ini tercapai, diam-diam dia menyindir Goan Hiong yang telah mencuri obat penawarnya, dan Goan Hiong masih mencoba-coba kepada Cia Beng baru dia mau memakainya, cara ini dianggap Biauw-eng tidak terang- terangan.

"Apa yang Hujin katakan benar sekali, pertama kali keluar rumah dan aku langsung bergabung dengan perusahaan perjalanan, perusahaan perjalanan baru belum diresmikan tapi sudah menemui masalah ini, pengalamanku sangat sedikit, harus sering berlajar baru bisa menjadi orang yang sukses, maka aku berharap Hujin janan marah karena kebodohanku, harap memberi banyak petunjuk kepadaku!"

Kata-kata Goan Hiong bulat dan licin, sama sekali tidak tersimpan kebohongan, usianya masih muda pertama kali keluar rumah itu adalah kenyataan sebenarnya. Biauw-eng tidak bisa berbuat banyak, terpaksa terdiam, dia berpesan kepada pelayannya.

"Kau majulah untuk bertarung dengan wakil ketua!"

Dua orang pelayan keluar dan membawa Cia Beng keluar dari sana, seorang pelayan dengan pelan berjalan ke panggung, dia membungkukkan tubuh untuk memberi hormat.

"Silakan, Goan Kongcu memberi petunjuk!"

Perempuan itu bermata besar, beralis kasar, tubuhnya tinggi juga besar, lebih tinggi satu kepala dari Goan Hiong, pundaknya lebar juga berisi, terlihat kalau dia adalah orang yang sangat pemberani.

Goan Hiong melihat babak kedua ini Biauw-eng mengeluarkan lawan seperti ini, dia merasa aneh dan bertanya.

"Nona ingin bertarung dengan apa?"

Dari pinggangnya Su Eng mengeluarkan sebuah pecut lemas, dia melambaikannya, ternyata itu adalah sebuah pecut besar, sebesar telur ayam panjangnya 1 tombak, di ujungnya terikat sebuah bola yang terbuat dari baja, diikat dengan ring yang terbuat dari baja juga, sulit menjelaskan pecut ini mirip senjata apa.

Dia mengenakan mantel, awalnya tidak terlihat dia membawa senjata, setelah pecut lemas itu dikeluarkan dan dia membuka mantelnya, di pinggangnya masih terselip sebuah pecut lagi, ujung pecutnya juga terikat sebuah bola baja, dia tersenyum.

"Aku menggunakan pecut dan bola ini untuk bertarung, bila perlu aku akan menggunakan pecut yang satu lagi!"

Setelah Goan Hiong mendengar perkataannya dia mulai ragu, pecut dan pecut diikat dengan bola seperti batu terbang, itu merupakan senjata keras juga lemas, biasanya kedua tangan hanya menggunakan sebuah senjata sekarang perempuan ini bisa sekaligus menggunakan dua, dari sana dapat diketahui kalau kepandaiannya bukan kepandaian biasa, apalagi pecut yang masih terlilit di pinggangnya, setiap saat bisa digunakan.

Untuk bertahan pun rasanya sulit.

Dalam babak kedua ini Goan Hiong tidak yakin bisa menang, karena itu dia mengerutkan alis, Kie Tiang-lim yang berdiri di sana tahu kalau Goan Hiong mengalami kesulitan, dengan cepat dia berkata.

"Goan Hiantit, kau kembali untuk beristirahat dulu, biar Pengurus Oh yang melanjutkan pertarungan!"

Kata Goan-hiong dalam hati, 'Benar, Oh Toako dijuluki 'Pian-seng' (dewa pecut), nona itu juga menggunakan pecut, biar mereka berdua bertarung, kita juga bisa membuka mata untuk melihat pertarungan ini!' Alis Su Eng bergerak dan dia berkata.

"Apakah Goan Kongcu menganggap aku tidak pantas untuk bertarung dengan Anda?"

"Bukan begitu, pecut adalah senjata yang paling lihai dari semua jenis senjata, harus ada lawan yang pantas baru bisa terlihat kehebatan pecut itu, aku hanya bisa beberapa jurus pedang dan ilmu copet, bila digunakan kepada Nona itu sungguh tidak pantas, Oh Toako adalah Pian-seng, ilmu pecutnya adalah warisan dari keluarganya, dia yang pantas menggantikan aku, ini adalah cara kami menghormati Nona!"

Kata-kata ini membuat siapa pun tidak bisa membantah, sebab ilmu silat Oh Yan-cauw adalah ilmu asli dan telah diakui di dunia persilatan, sama terkenalnya dengan tombak keluarga Yang dan golok dari keluarga Koan, setelah dijelaskan Su Eng jadi malu karena bersikukuh ingin bertarung dengan Goan Hiong.

Goan Hiong kembali ke barisannya, Oh Yan-cauw membawa pecutnya yang terbuat dari baja menuju panggung! Terpaksa Su Eng memberi hormat lagi.

"Oh Tayhiap dari perkumpulan terkenal, bisa bertarung dengan Oh Tayhiap adalah kebanggaan bagiku!"

Oh Yan-cauw berkata.

"Nona jangan sungkan, sebenarnya ilmu pecut keluargaku tidak pantas mengunjukan diri di dunia persilatan, aku pun tidak berani membuat nama keluargaku tercemar, maka pada pertarungan kali ini menang atau kalau adalah urusanku, tidak ada hubungannya dengan ilmu pecut Oh Yan-cauw!"

"Silakan, Oh Tayhiap!"

"Aku adalah lelaki, tidak ada alasan aku yang menyerang dulu, silakan Nona yang mulai!"

"Baiklah, aku minta maaf dan aku akan menyerang dulu!"

Pecut langsung sudah menyerang Oh Yan-cauw yang dengan pecutnya juga menahan, bola baja mengenai pecut baja terdengar suara keras serta percikan api, dari sini terbukti tenaga pergelangan kedua orang itu sangat besar.

Pertarungan sudah dimulai, mereka segera mengeluarkan kemampuan mereka, jurus pecut Su Eng sangat aneh, tapi dia tidak bermaksud melukai musuhnya, pecutnya berusaha ingin melilit pecut Oh Yan-cauw, tapi jurus Oh Yan-cauw sangat lancar dan tepat, setiap kali pecutnya pasti mementalkan bola baja lawannya, membuat serangan Su Eng selalu gagal.

Setelah 10 jurus berlalu pertarungan semakin ramai dan terdengar suara keras, setiap serangan keras dilawan dengan keras.

Goan Hiong melihat pertarungan itu sambil berkata.

"Tenaga pergelangan perempuan itu sangat kuat, untung Oh Toako yang menghadapi dia, kalau aku yang melawannya, aku pasti akan kalah karena pecutnya begitu panjang!"

"Senjata panjang atau pendek, berat atau ringan tidak bisa menentukan menang atau kalah,"

Kata Kie Pi-sia.

"Memang seperti itu, tapi ilmu pecut lebih mementingkan pertahanan, sedangkan ilmu pedang mengutamakan jurus aneh, bila tidak, tentu tidak akan bisa memecahkan pertahanannya yang ketat dan Kakak Oh Yan-cauw akan kalah, apalagi di pinggangnya masih melilit sebuah pecut, kita harus awas terhadap serangannya!"

"Kalau begitu berarti Pengurus Oh akan kalah darinya?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Belum tentu, pecut Kakak Oh Yan-cauw juga berat, tenaga pergelangan tangannya pun kuat, maka terjadi keras melawan keras, supaya pecut yang dililit di pinggangnya tidak bisa digunakan, tapi bila melawan pedangku, aku tidak akan bisa mengalahkan dia!"

Mereka bertarung telah mencapai 30 jurus lebih, sekarang pecut Oh Yan-cauw mulai menyerang tapi Su Eng pun tidak terlihat akan kalah, mereka tetap bertarung dengan seru! "Kemampuan perempuan itu sepertinya tidak seberapa,"

Kata Kie Pi-sia.

"Belum tentu, pada babak kedua ini Biauw-eng mengurun dia keluar untuk mengimbangi kekalahanya di babak pertama, maka perempuan itu pasti memiliki keunggulan, hanya saja dia belum mengeluarkan semuanya, perhatikan tangannya yang mulai diletakkan di pinggang, sepertinya dia mencari kesempatan untuk menggunakan pecut yang diikat dengan batu timbangan itu!"

Su Eng menyambut lagi serangan cepat dari Oh Yan-cauw, dia sepertinya tidak bisa mengimbangi serangan itu membuat tubuhnya berputar, tapi kunci rantai di pinggangnya sudah terlepas, sambil memutar tubuhnya, baru timbangan pecutnya segera terbang dari pinggangnya dan memukul ke wajah Oh Yan-cauw, Oh Yan-cauw melayangkan pecut dan memukulnya, tangan Su Eng terulur, membuat pecutnya bertambah panjang lagi, pecut Oh Yan-cauw memukul ke arah pecut Su Eng, batu timbangan menggulung ke atas, dia mengggulung pecut Oh Yan-cauw.

Pada kesempatan ini pecut lemas yang ada di tangan kiri Su Eng sudah keluar, bola yang terbuat dari baja dan pecut ditarik membentuk garis lurus dan terus memukul ke pundak Oh Yan-cauw.

Reflek Oh Yan-cauw sangat cepat, tangannya sekali lagi melayang membuat benda berbentuk batu timbangan itu jatuh ke arah sebaliknya dan tepat memukul bola baja yang ada di pecut lemasnya.

Dengan cara seperti itu serangan Su Eng bisa diatasi, sekali gus pecutnya menyapu ke pinggang Su Eng, senjata Su Eng jadi saling membelit, jarak mereka sangat dekat, kelihatan dia akan sulit menghindari sapuan pecut itu.

Tiba-tiba Su Eng bersalto ke belakang, dengan kecepatan tinggi dia merendahkan diri hampir sejajar dengan tanah, membuat pecut Oh Yan-cauw menyapu ke tempat kosong, dia juga menduga Oh Yan-cauw akan terus menyerang, maka kedua kakinya segera menendang, tubuhnya meluncur di bawah.

Benar saja setelah pecut Oh Yan-cauw tidak mengenai sasaran, dia merobah jurusnya, pecut hanya berputar setengah lingkaran dan kembali lagi menyapu kaki Su Eng, bila tadi Su Eng tidak segera menghindar dia akan tersapu dan pecut lawan akan mengenai tulang kakinya! Gerakan kedua belah pihak cepat seperti kobaran api, hanya sekejap telah memperlihatkan gerakan-gerakan yang berbahaya, sebab ilmu yang mereka gunakan adalah ilmu silat tingkat tinggi.

Su Eng meloncat jauh, kemudian dia berdiri akhirnya pertarungan ini terhenti, penonton memberi aplus dan sorakan yang meriah, tepukan dan sorakan ini ditujukan bagi mereka berdua sebab mereka berdua pantas mendapatkannya.

Melihat kedua senjatanya dibuat saling membelit, mata Su Eng bercahaya, wajahnya pun menampakkan rasa senang juga kekaguman, dia tersenyum.

"Nama besar Oh Tayhiap benar-benar tidak bernama kosong, Pian-seng (dewa pecut) memang pantas disandang oleh Tayhiap, hanya saja Anda mengeluarkan serangan terlalu berat, jurus pertama saja hampir membuatku kalah, jadi jurus kedua seharusnya Anda tidak perlu menyerang lagi!"

Dengan serius Oh Yan-cauw berkata.

"Aku jarang menyerang, bila aku menyerang berarti aku menganggap lawanku adalah pesilat tangguh, kesempatan untuk meraih kemenangan pun tidak akan kulepas, ilmu silat Nona sangat hebat, serangan keduaku tetap tidak akan berhasil!"

"Kalau begitu berarti jurus yang Tayhiap keluarkan kurang ganas? Padahal dalam situasi tadi seharusnya Tayhiap tidak menyapu secara horisontal tapi menyapu dengan lurus! Bila menyapu secara lurus aku tentu tidak akan bisa menghindar!"

Kata Su Eng.

"Benar, aku sudah terpikir akan hal ini, dan memang aku mengganti jurus lurus menjadi jurus horisontal!"

Kata Oh Yan- cauw. Su Eng terpaku.

"Mengapa Pendekar mengambil jurus yang sulit dan melepaskan jurus yang mudah?"

"Karena Nona seorang perempuan,"

Jawab Oh Yan-cauw.

Kata-kata ini membuat semua orang mengerti, karena begitu Oh Yan-cauw menyerang untuk kedua kalinya dengan arah lurus, memang itu lebih mudah dan lebih kuat, saat Su Eng sedang bersalto ke belakang, jika pecutnya bergerak lurus, akan mengenai bagian yang sensitif dari seorang wanita, dan itu adalah larangan bila bertarung dengan perempuan.

Su Eng tersenyum dan berkata.

"Sungguh Oh Tayhiap seorang laki-laki sejati, aku tidak perlu banyak bicara lagi, mari kita teruskan pertarungan ini!"

Tangan kirinya bergetar, batu timbangan mulai berputar lagi, Oh Yan-cauw memecut ke arah batu timbangan itu membuat batu itu bergoyang ke tempat lain dan tepat membelit pecut lemas itu.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena jaraknya sangat dekat Oh Yan-cauw tidak memaksa maju, tapi tangan kanan Su Eng dikendorkan pecutnya mengikuti pecut yang satu lagi terbang menyerang.

Saat Oh Yan-cauw sekali lagi menghantamkan pecutnya, tangan Su Eng bergetar lagi sehingga pecut terlepas dari libatan pecut lainnya, serangan Oh Yan-cauw jadi mengenai pecut lemas.

Su Eng menarik batu timbangan pecutnya dengan cepat dia melilitkan ke pergelangan kaki Oh Yan-cauw, dan begitu dia menariknya Oh Yan-cauw terguling dan jatuh! Setelah Su Eng menarik kembali pecutnya, dia tertawa dan berkata.

"Kalau bukan karena Oh Tayhiap tadi bersikap sopan, aku akan membuat Anda jatuh lebih parah lagi!"

Oh Yan-cauw merangkak bangun, dia memberi hormat.

"Jurus Nona sangat hebat, aku mengaku kalah!"

"Pengurus Oh Yan-cauw, masa kau begitu mudah sudah mengaku kalah?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Tehnikku sudah kalah, apa yang bisa kukatakan?"

Jawab Oh Yan-cauw.

"Tapi sebenarnya kau bisa menang darinya!"

Jawab Kie Pi- sia.

"Kalau tadi aku menyerang secara lurus, dia juga akan menyerang lurus, mungkin dua-duanya akan kalah bahkan terluka!"

Kata Oh Yan-cauw.

"Pemikiranku juga demikian, maka aku merasa kau tidak perlu mengaku kalah,"

Kata Kie Pi-sia. Oh Yan-cauw tersenyum.

"Jangankan kalah dan keduanya terluka, kalau bisa menang pun aku tidak akan menggunakan cara ini menghadapi seorang perempuan."

Kie Pi-sia berpikir sebentar.

"Benar juga, kesopanan seorang pesilat lebih penting dibandingkan menang atau kalah, Oh Toako sudah lelah, kembalilah untuk beristirahat!"

Oh Yan-cauw kembali ke tempatnya dengan tenang, hal ini membuat para pendekar golongan hitam merasa aneh, dalam pertarungan ini terlihat Oh Yan-cauw yang kalah, tapi apa yang dikatakan Oh Yan-cauw tadi bahwa dua-duanya bisa kalah dan terluka, itu juga masuk akal.

Ilmu silat Su Eng memang hebat tapi kalau dari pertama sudah dikeluarkan belum tentu dia yang akan menang! Sebenarnya dia sudah kalah lebih dulu, walau pun terakhir Su Eng yang menang tapi Biauw-eng yang menjadi tuan rumah tidak menganggap itu adalah kemenangan, dia menganggap kedudukan mereka seimbang dan harus terus bertarung, tidak disangka Oh Yan-cauw mengaku kalah, ketua Kie pun mau mengaku kalah! Satu pihak mengaku kalah, yang pasti pihak yang lain menang, tapi kata-kata Oh Yan-cauw tadi membuat pihak yang menang tidak merasa bangga.

Biauw-eng berpikir sebentar baru berkata.

"Oh Tayhiap memang mengaku kalah, tapi kami juga tidak terima kemenangan ini!"

"Mengapa? Aku memang sudah kalah!"

Biauw-eng tertawa dingin.

"Karena Oh Tayhiap menang terlebih dulu dan pelayanku baru menang belakangan."

"Aku tidak menang, kalau kalah itu memang benar!"

"Itu karena Oh Tayhiap merasa sungkan, sebenarnya pelayanku tidak ingin bertarung keras lawan keras, dia hanya berusaha menghindar, bila Oh Tayhiap dari awal sudah sungguh-sungguh menyerangnya, pelayanku pasti akan kalah. Dalam keadaan seperti itu walau pun pelayanku ingin menekan hanya ada kesempatan 1% menang, dan 1% lagi akan membuat kedua-duanya terluka, untuk kemenangan ini, kami benar-benar malu menerimanya!"

Dengan serius Oh Yan-cauw berkata.

"Nona Su Eng tidak menyerang lebih dulu, karena dia percaya aku bukan oran yang hanya mencari kemenangan dengan segala cara. Untung aku juga tidak ingin mengambil kesempatan saat berbahaya untuk memenangkan pertarungan, maka kami berdua tidak terluka, tapi pertarungan terakhir aku memang sudah kalah!"

Biauw-eng tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Kalau Oh Tayhiap berkata demikian, terpaksa kami menerimanya, tapi kami tetap merasa kemenangan ini tidak jelas, baiklah, pertarungan ronde ketiga aku harap ada orang yang bisa memberi pelajaran kepada pelayanku ini!"

Kie Pi-sia membuka jubahnya, dan berkata.

"Baiklah, aku yang akan bertarung pada ronde ini!"

Goan Hiong terpaku.

"Mengapa kau harus lebih awal bertarung?"

"Sebab di pihak kita hanya ada seorang perempuan, jika digantikan dengan orang lain keadaannya akan sama seperti Oh Toako tadi, sewaktu ada kesempatan menang dia malah ragu, tangan dan kakinya seperti terkekang!"

Biauw-eng berkata.

"Ketua tidak perlu menyindir, sekarang lebih baik kita jelaskan dulu kepada semua orang supaya tidak terkekang!"

Dengan santai Kie Pi-sia berkata.

"Tidak usah, kami terlibat dalam usaha perusahaan perjalanan juga mempunyai prinsip tidak melukai sesama manusia dan bertarung harus secara jujur. Yang kumaksud dengan terkekang adalah permintaan kepadanya tidak berbuat canggung agar diperlihatkan kepada orang lain, kalau tidak kami juga bisa dimasukkan ke dalam golongan hitam dan merampok dengan sepuasnya, untuk apa menjual nyawa membuka perusahaan perjalanan kalau hanya untuk mendapatkan keuntungan sedikit?"

Kata-kata ini terlalu berat, membuat orang-orang golongan hitam tersinggung, wajah Biauw-eng berobah-robah.

"Apakah ketua perusahaan menganggap kami tidak ada orang yang baik?"

Kie Pi-sia tertawa dingin.

"Yu Ta-tong dulu merampok juga memperkosa, karena membela kebenaran ayahku menyingkirkannya, apakah tindakannya salah? Mengapa golongan hitam mau saja mendukung dia dan mencari ayahku untuk membalas dendam?"

Dia menunjuk keluarga Yu yang terdiri dari paman dan keponakan, kata-kata ini membuat Biauw-eng tidak bisa menjawab, tapi dia adalah orang yang pembawaannya tenang, dia berpikir sebentar lantas menjawab.

"Golongan hitam selalu tidak mengijinkan terjadi perkosaan, kematian Yu Ta-tong pantas dia dapatkan tapi kami dari golongan hitam tetap mempunyai aturan tersendiri untuk menghukumnya, tidak perlu ayahmu yang melaksanakan tugas kami!"

Kie Pi-sia yang masih muda tidak bisa menjawab pertanyaan ini tapi Goan Hiong dengan tertawa berkata.

"Kata-kata Hujin memang masuk akal, tapi Lan-thian-siang-sat dulu begitu jahat dan bertindak sesuka hati, aku kira kejahatan mereka bukan itu saja, mengapa golongan hitam tidak pernah menghentikan perbuatan mereka?"

"Saat itu suamiku yang berkuasa, mungkin dia tidak mendengar perbuatan mereka jadi tidak mengambil tindakan tepat, sebelum Kie Tiang-lim membunuh Yu Ta-tong apakah pernah memberitahu dulu kepada suamiku? Kalau sudah berarti suamiku sudah tahu tapi tidak melaksanakan tugasnya, sekarang aku adalah pemimpin golongan hitam, aku jamin tidak akan timbul hal seperti itu lagi!"

"Kalau begitu berarti Hujin setuju kalau Yu Ta-tong memang pantas dibunuh?"

Tanya Goan Hiong. Jawab Biauw-eng.

"Harus dibunuh, tapi jangan dilakukan oleh Kie Tiang-lim, mengenai balas dendam aku tetap mendukung mereka!"

"Kita tidak perlu bicarakan hal lain lagi, tentang balas dendam ini ayahku yang bertanggung jawab, sekarang atas nama perusahaan perjalanan Su-hai mari kita bertarung!"

Biauw-eng tersenyum.

"Baiklah, aku mempunyai 8 orang pelayan, apakah ketua perusahaan sanggup melayani mereka?"

"Mengandalkan perempuan bertarung, sampai mati kelelahan aku terima,"

Jawab Kie Pi-sia. Kata-kata ini sangat lihai, membuat Biauw-eng tidak bisa menjawab, dia tertawa dingin.

"Baiklah, asal ketua perusahaan bisa mengalahkan pelayanku aku tidak akan menyuruh mereka bertarung lagi!"

Dengan santai Kie Pi-sia menjawab.

"Tidak perlu sampai begitu, kulihat ilmu silat 8 pelayanmu lebih tinggi dari orang- orang golongan hitam!"

Kata-kata ini membuat para pendekar golongan hitam marah, tapi mereka takut dengan wibawa Biauw-eng, maka mereka berusaha untuk tetap diam, tapi dari mata mereka memancarkan sinar ganas. Cia Liang dengan cepat berkata.

"Ibu, kalau Ibu tidak berbuat sesuatu, anakmu dan semua pendekar golongan hitam akan ditertawakan orang-orang!"

Biauw-eng menghela nafas.

"Liang-ji, bukan aku menganggap remeh kalian, aku benar-benar belum mengetahui keadaan kalian, sedangkan 8 pelayan ini kulatih sendiri maka aku tahu sampai di mana kemampuan mereka. Tidak disangka akan dicemoohkan oleh semua orang, aku tidak bisa berbuat apa-apa, setelah babak ini, kalian yang atur tapi aku tetap berharap agar kalian hati-hati, jangan sampai memalukan membuat wibawa orang-orang golongan hitam selatan hancur!"

Cia Liang menundukkan kepala tanpa bersuara, Biauw-eng berkata kepada Su Eng.

"Hati-hatilah menghadapi ketua perusahaan perjalanan, di antara kedelapan pelayanku kau yang memiliki ilmu silat paling tinggi, bila kau kalah, yang lainnya tidak perlu bertarung lagi!"

Dengan sikap hormat Su Eng membungkukkan badan kepada Kie Pi-sia.

"Silakan, Ketua!"

Dengan tenang Kie Pi-sia mencabut pedangnya.

"Jangan sungkan, ilmu silatku tidak lebih tinggi dari Oh Toako, aku sudah lama berada di bawah naungan ayah untuk mendapatkan posisi ini, walaupun kau bisa mengalahkanku bukan berarti kau bisa menghancurkan perusahaan perjalanan Su-hai!"

Su Eng tetap teliti dan berhati-hati, satu per satu serangannya dicoba kepada Kie Pi-sia.

Kie Pi-sia memegang pedang, dengan tenang dia berdiri menghadapi pecut yang mengeluarkan suara dan berayun- ayun di depannya, dia tidak melayani pecut itu.

Setelah beberapa jurus menyerang, Kie Pi-sia tidak ada reaksi, maka Su Eng mulai marah, dia mulai menyerang Kie Pi- sia dari dekat.

Inilah yang ditunggu-tunggu Kie Pi-sia, dia sudah melihat jelas, tenaga Su Eng lebih besar darinya, satu-satunya cara adalah dengan cepat menyelesaikan pertarungannya.

Karena itu dia tidak menggunakan jurus pedang biasa, begitu Su Eng mendekat, dia akan segera mengeluarkan Tay-lo-kiam-hoat.

Tay-lo-kiam-hoat diciptakan oleh Kiam-sian Siau Pek, setelah puluhan tahu diteliti oleh Ciam Giok-beng, jurus pedang ini memang hebat dan belum pernah digunakan di dunia persilatan, maka tidak ada yang mengetahui kehebatan Tay-lo-kiam-hoat ini.

Su Eng adalah murid kepercayaan Biauw-eng, ilmunya paling tinggi di antara 8 pelayan lainnya, tingkatnya sudah termasuk pesilat tangguh.

Tapi pengalamannya di dunia persilatan juga terlalu sedikit, bertarung dengan ketua perusahaan perjalanan Su-hai yang terkenal, membuat hatinya tegang apalagi melihat penampilan Kie Pi-sia begitu tenang, dia menjadi lebih gentar lagi, dengan emosi dia menyerang terus, tapi tetap mencoba-coba dulu, jurus pertama pecutnya menyerang tidak dengan kekuatan penuh jadi jurus itu tidak sempurna.

Maka setelah Kie Pi-sia dengan pedangnya bergeser ke samping, dia mulai menggunakan Tay-lo-kiam-hoat, dia selalu berada di atas angin, setelah 5-6 jurus Su Eng masih bisa melawan, setelah 8 jurus tubuhnya tertutup oleh hembusan angin yang dihasilkan dari pedangnya, pecut di tangan kiri dan kanan tidak bisa digunakan untuk menyerang hanya bisa digunakan untuk melindungi diri.

Saat jurus Kie Pi-sia hampir mencapai jurus ke-10 pedangnya mulai mengikuti pecut lemas Su Eng, dengan gerakan reflek Su Eng bersalto ke belakang untuk menghindari pedang yang datang tapi pergelangan Kie Pi-sia tiba-tiba diturunkan, dengan sedikit digetarkan, kedua kaki Su Eng terkena tusukan pedang, darah segera menetes dari dua lubang di celananya.

"Maaf!"

Kata Kie Pi-sia tersenyum.

Dia membawa pedangnya kembali ke tempatnya, pertarungan ini paling tenang, Su Eng hanya menyerang satu jurus, kemudian semua pertarungan dikuasai oleh Kie Pi-sia, melihat saat dia mengalahkan Oh Yan-cauw begitu ganas tidak disangka saat bertarung dengan Kie Pi-sia dia begitu tidak berdaya, tapi kekalahan yang dialami olehnya tidak ada seorang pun yang menyalahkannya, sebab jurus yang Kie Pi- sia keluarkan memang ilmu pedang tingkat tinggi, di antara para pesilat tangguh banyak yang menggunakan pedang tapi tidak ada seorang pun yang tahu jurus apa yang digunakan oleh Kie Pi-sia.

Su Eng masih berdiri dengan bengong di tengah lapangan, Biauw-eng menarik nafas.

"Kembalilah! Jangan terus berdiri di sana, kau bisa mempertahankan nyawamu saja sudah sangat beruntung!"

Dengan diam Su Eng kembali ke tempatnya, luka di kakinya memang sangat ringan tapi saat dipakai berjalan tetap mengeluarkan darah, tapi dia tidak merasa sakit sehingga lupa untuk mengobatinya.

Dia juga lupa mengenakan mantelnya lagi, matanya terus melotot seperti sedang merekam kembali peristiwa yang terjadi tadi.

Dengan serius Biauw-eng berkata.

"Ilmu ketua sangat tinggi, apakah aku bisa tahu jurus apakah itu?"
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itulah Tay-lo-kiam-hoat, yang diciptakan oleh kakek guru Siau Pek, kemudian disempurnakan oleh Supek Ciam Giok- beng, jumlahnya 14 jurus tapi bila sudah sempurna bisa digunakan pada situasi yang berobah-robah, seperti tidak ada habisnya!"

"Sampai sekarang sudah berapa orang yang menguasai jurus ini?"

Tanya Biauw-eng.

"Sekarang Supek hanya mengajarkan jurus ini kepadaku, tapi kelak akan ada orang yang menggunakan ilmu pedang ini di perusahaan perjalanan Su-hai, dan akan menjadikan ilmu ini menjadi dasar ilmu silat."

Biauw-eng sepertinya tidak percaya.

"Apakah ilmu pedang sangat lihai ini akan di ajarkan kepada orang lain oleh Ciam Tayhiap?"

Kie Pi-sia berkata.

"Aku hanya bisa menggunakan ilmu pedang ini tapi belum berani mengajarkannya kepada orang lain, yang mengajarkan ilmu pedang ini tentu saja Ciam Supek, ilmu silat untuk dipakai bukan harta turun temurun mengapa tidak boleh diajarkan kepada orang lain? Kebesaran hati Ciam Supek luas seperti samudra, beliau hanya ingin mendidik supaya semua orang bisa menguasainya, beliau bukan orang yang egois, dan menyimpan ilmunya rapat- rapat!"

Biauw-eng masih tidak percaya dia bertanya.

"Ciam Tayhiap, apakah benar kata-kata tadi?"

"Benar, memang ilmu pedang biasanya harus diwariskan kepada perkumpulan sendiri, tapi bila bisa dikembangkan baru akan ada kemajuan, jurus pedang Tay-lo-kiam-hoat diteliti oleh guru dan aku sendiri dengan susah payah, tapi bukan berarti sudah mencapai puncaknya, bakatku sangat terbatas, maka aku tidak bisa menutup diri untuk menyimpan ilmu pedang ini, aku berharap ada orang berbakat yang bisa mengembangkan dan memperkuat ilmu ini!"

"Kebesaran hati Ciam Tayhiap benar-benar luas hal ini tidak bisa sembarangan orang bisa melakukannya, tadi aku sudah melihat ilmu pedang murid-muridmu, kukira ilmu Tayhiap lebih tinggi, belum tentu aku bisa menghadapinya!"

Kata Biauw-eng.

"Bila kata-kata murid Tayhiap benar, ilmu pedang ini akan diwariskan di perusahaan perjalanan, aku kira golongan hitam akan sulit untuk mempertahankan hidup, aku dipilih oleh teman-teman untuk menjadi pemimpin mereka, terpaksa aku harus bertanya untuk hal ini!"

Ciam Giok-beng tersenyum.

"Apa pendapat Hujin?"

"Ciam Tayhiap tahu aku lahir di Pak-kauw memang semenjak menikah aku ikut suami, aku sudah keluar dari Pak- kauw tapi ilmu-ilmu sihir dari Pak-kauw aku masih menguasainya, bila Ciam Tayhiap ingin mengajarkan ilmu pedangnya kepada perusahaan perjalanan Su-hai, terpaksa aku akan mengajarkan ilmu sihirku kepada dunia persilatan golongan hitam supaya mereka bisa bertahan hidup!"

"Apa maksud Hujin?"

"Orang-orang golongan hitam bila mempunyai kepandaian rendah hanya bisa mengandalkan ilmu sihir, mungkin Pendekar menganggap itu adalah ilmu sesat tidak perlu dikhawatirkan tapi kalian bisa mencobanya, ilmu sihirku hanya kuwariskan kepada putriku, maka sekarang putriku yang akan keluar bertarung, silahkan tayhiap menyuruh satu orang untuk mencoba ilmuku!"

Dia segera berpesan.

"Cu-ji, coba kau keluar untuk memperagakan kebisaanmu!"

Cia Cu keluar dengan pelan, pertama-tama dia membuka ikatan rambutnya dan membiarkan rambutnya tergerak di pundak, kemudian dia mengeluarkan pedangnya dia berdiri dengan tegak menunggu.

Apa yang dia perbuat tidak ada seorang pun yang tahu, Biauw-eng berkata.

"Silakan wakil kalian yang keluar, asal bisa bertahan 3 jurus dan tidak kalah, aku akan mengaku kalah dan tidak akan membuat kalian repot lagi!"

Kie Pi-sia melihat Ciam Giok-beng dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan, Ciam Giok-beng pun tampak ragu dan sulit mengambil keputusan, Biauw-eng berkata.

"Pada babak ini putriku yang keluar untuk memperlihatkan ilmu sihirnya, lebih baik perwakilan dari kalian orangnya yang jujur dan lugu, karena ilmu sihir ini sangat kejam, semakin pintar orang setelah terkena sihir akan mengalami luka yang sangat dalam, mungkin nyawa pun sulit dipertahankan, aku tidak ingin melukai orang dan membuat permusuhan dengan kalian, maka aku beritahu dulu kepada kalian!"

Goan Hiong berpikir sebentar dan bertanya.

"Bagaimana pendapat ketua?"

"Aku tidak tahu, lebih baik Goan Toako yang mengambil keputusan,"

Kata Kie Pi-sia. Goan Hiong berbisik.

"Tentang sihir, antara percaya dan tidak, tapi dia begitu yakin pada ilmu sihir walau kita percaya ilmu itu ada, lebih baik Seng Sute yang keluar, dia adalah pemuda lugu, sesuai dengan permintaan lawan!"

Kie Pi-sia mengangguk, Goan Hiong memanggil Seng Cung dan dengan pelan berpesan memberitahu apa yang harus dia perhatikan baru memerintahkan dia untuk bertarung. Sambil tertawa Seng Cung memberi hormat kepada Cia Cu.

"Dengan cara apa Nona akan memberi petunjuk?"

"Siapakah Anda?"

Tanya Cia Cu dingin.

"Aku she Seng, namaku Cung, umurku 18 tahun, aku shio kerbau lahir bulan 9 tanggal 16,"

Jawab Seng Cung.

"Aku hanya menanyakan she dan namamu,"

Kata Cia Cu ketus.

"Aku dengar di Pak-kauw ada suatu ilmu aneh, ilmu ini bisa menarik roh orang, maka itu sekalian aku beritahukan tanggal lahir dan shio ku supaya Nona bisa dengan mudah menggunakan ilmu sihirmu!"

Cia Cu berkata dingin.

"Kau mungkin tertipu oleh dukun- dukun yang ada di dunia persilatan, tentang ilmu menarik roh itu hanya penipuan, ilmu sihir sebenarnya tidak perlu sampai seperti itu!"

Seng Cung berkata.

"Kalau begitu apa yang Nona butuhkan?"

"Aku tidak butuh apa-apa, aku hanya menanyakan namamu, karena aku takut saat aku mengeluarkan sihirku, karena tidak berhati-hati membuat nyawamu hilang, supaya aku bisa memanggil hweesio untuk membacakan doa mengantarkan rohmu ke dunia sana dan rohmu tidak gentangan!"

"Tenanglah, Nona! Walaupun aku mati aku yang mencari sendiri, aku tidak akan mencari Nona untuk menagih hutang!"

"Baiklah, silahkan Seng Siauhiap memberi petunjuk!"

"Apakah kita tetap harus bertarung?"

"Kau gunakan ilmu silat, aku menggunakan ilmu sihir, masing-masing mengeluarkan kepandaiannya, aku tidak akan menghinamu, ibuku sudah menentukan 3 jurus bila dalam 3 jurus kau bisa mengalahkanku, aku akan membiarkan perusahaan perjalananmu malang melintang di dunia persilatan!"

"Baiklah, silakan!"

Seng Cung mencabut pedang. Cia Cu dengan dingin berkata.

"Silakan, kau menyerang lebih dulu, aku tidak akan bertarung denganmu, karena aku tidak akan bertarung dengan ilmu silat!"

"Tidak bisa, perguruan kami ada suatu peraturan, bila bertarung dengan perempuan tidak boleh menyerang dulu, pelajaran pertama yang diajarkan guru pada kami adalah tidak boleh menyerang perempuan!"

Cia Cu tertawa dingin.

"Apakah kau kira kau bisa menghinaku?"

"Itu lain, kalau kau tidak menyerang, aku tidak akan menyerang, ini adalah aturan perguruanku, aku harus mentaatinya,"

Kata Seng Cung.

Dengan marah Cia Cu berjalan, tiba-tiba dia menyerang dengan pedangnya, Seng Cung mengangkat pedangnya untuk menahan, saat kedua senjata bentrok, dari pedang Cia Cu mengeluarkan asap berwarna hijau.

Semua orang terpaku, Seng Cung pun terkejut, dia meloncat keluar dan berteriak.

"Toako, lengan bajunya sudah kuraba, tidak tersimpan apa pun di dalam sana!"

Biauw-eng tertawa dingin.

"Benar, pedang putriku yang mengeluarkan asap, itu bukan ilmu sihir, tapi ada tombol lain!"

"Tangan adikmu yang senang mencopet sudah memeriksa lengan baju putriku, apa Tuan mengira tombol itu tersimpan di sana?"

"Kalau tidak ada di lengan baju, pasti ada di pedangnya!"

Kata Seng Cung.

"Cu-ji, berikan pedangmu untuk diperiksa,"

Kata Biauw-eng.

"Ambillah!"

Cia Cu memberikan pedangnya.

Tanpa sungkan Seng Cung mengambilnya, dia memeriksa dari ujung ke ujung juga mencium-cium pedang itu dengan hidungnya, dia masih sempat menyentil pedang untuk mendengar bunyinya, pedang itu tidak ada keanehan! "Apakah Goan Kongcu masih curiga ada hal lain?"

Tanya Biauw-eng dengan dingin.

"Sementara ini tidak ada, dari awal sampai akhir aku tidak percaya pada sihir itu!"

Jawab Goan Hiong. Biauw Eng menjawab dengan dingin.

"Nanti akan terbukti, sebab percuma saja kalau sekarang diberitahu, Cu-ji, cepat keluarkan ilmu sihirmu, jangan menghabiskan waktu!"

Lalu Cia Cu menunjuk Seng Cung dengan pedang tapi ditahan oleh Seng Cung dengan pedangnya juga, terdengar Cia Cu membentak.

"HIA!"

Ujung pedangnya keluar api berwarna hijau, api seperti kunang-kunang terus terbang ke arah Seng Cung, Seng Cung menepis dengan pedangnya, saat pedang mengenai api itu, apinya segera padam dan Seng Cung pun roboh.

Pertarungan itu selesai dengan cepat, orang-orang dari pihak Kie Pi-sia merasa terkejut sampai-sampai orang-orang golongan hitam pun diam tidak bersuara.

"Ibu, orang ini harus diapakan?"

"Dengan cara apa kau mengatasinya?"

"Dengan cara Ngo-kui-ih-hun-tay-hoat (Lima setan memindahkan roh)!"

"Itu terlalu berat!"

"Putrimu hanya mengambil sebagian rohnya, masih ada sebagian lagi, jadi nyawanya tidak akan terancam!"

"Baik sekali, paling baik kau kembalikan rohnya, kita hanya menjadikan dia sebagai kelinci percobaan, tidak perlu sampai mencabut nyawanya!"

Cia Cu segera menyuruh orang membawa semangkuk air kemudian dia minum dan menyimpan di mulutnya, sewaktu dia akan menyemburkan ke tubuh Seng Cung, Goan Hiong keluar dengan cepat dia merebut mangkuk itu, dengan marah Biauw-eng bertanya.

"Goan Kongcu, apa yang kau lakukan?"

"Aku hanya ingin memeriksa Suteku, apakah benar dia terkena ilmu sihir atau masih ada sebab yang lain?"

Cia Cu marah.

"Rohnya sebagian besar sudah hilang kalau ditunda lagi rohnya akan menghilang lebih banyak lagi! Walaupun dia tidak mati, dia akan jadi orang idiot, saat itu terjadi jangan salahkan aku!"

"Sedikit terganggu otaknya tidak jadi masalah, Cu-ji, tunggu sebentar, biar Goan Kongcu memeriksa Sutenya, kalau tidak dia akan mengatakan kita memakai tipuan, wakil ketua, kau harus bertindak cepat, karena rohnya sudah melayang, dalam keadaan seperti itu jangan dibiarkan terlalu lama!"

Goan Hiong memencet seluruh tubuh Seng Cung, kemudian memeriksa denyut nadinya, kemudian mencoba air yang ada di dalam mangkuk, dia menyiramkan ke wajah Seng Cung tapi Seng Cung tetap pingsan.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Terpaksa Goan Hiong berdiri dia memberikan mangkuk itu kepada Cia Cu.

"Ilmu sihir menarik roh milik Nona benar-benar misterius, aku harap Nona bisa menolong nyawa Suteku!"

Cia Cu tampak senang, dia menerima mangkuk itu kemudian minum airnya dan menyimpannya di mulut, dia memejamkan kedua matanya dan diam, kemudian dia menyemburkannya, begitu air tersembur ke tubuh Seng Cung, tidak lama kemudian Seng Cung pelan-pelan mulai sadar, dia bengong sambil membuka matanya yang lebar.

Goan Hiong bertanya.

"Adik seperguruan, bagaimana perasaanmu saat rohmu terlepas dari tubuhmu?"

Seng Cung berpikir sebentar.

"Aku tidak tahu, aku hanya pingsan dan tahu baru sadar kembali!"

Cia Cu tertawa dingin.

"Roh tidak ada bentuk juga tidak terlihat, mana mungkin kau bisa merasakannya?"

Goan Hiong menepuk-nepuk pundak Seng Cung.

"Adik, rohmu sudah kembali, cepat berterima kasihlah kepada Nona Cia."

Dengan sikap tidak rela Seng Cung memberi hormat, dan segera pergi dari sana. Goan Hiong berkata.

"Adik, mengapa kau mengambil anting Nona Cia dan tidak mengembalikannya? Apakah kau ingin mati sekali lagi?"

Seng Cung sedikit tertegun, Goan Hiong mendekati dan dari dalam lengan bajunya Seng Cung mengeluarkan sebuah anting, lalu memberikannya kepada Cia Cu.

"Nona Cia, maafkan Suteku, dia masih kecil dan suka berbuat jahil, apalagi dia senang mengambil perhiasan yang ada di tubuh perempuan, ayahku sudah beberapa kali memperingati dia, tapi penyakit dia ini tidak bisa dirubah, ini adalah kebiasaannya sejak kecil, bukan karena dia tidak menghormati Nona, aku mohon Nona bisa memaafkan dia!"

Cia Cu baru sadar kalau antingnya yang di sebelah kiri sudah hilang, cepat-cepat dia mengambilnya kembali, wajahnya menjadi merah dia merasa malu! Biauw-eng tertawa dan bertanya.

"Apakah wakil ketua masih menganggap ilmu sihir ini adalah tipuan?"

"Pendapatku yang dangkal membuat Hujin marah, aku minta maaf!"

Kata Goan Hiong. Biauw-eng tertawa senang dan berkata kepada Ciam Giok- beng.

"Ciam Tayhiap, bila aku mengajarkan ilmu sihir ini kepada saudara-saudara dari golongan hitam, apakah mereka akan takut pada ilmu Tay-lo-kiam-hoat?"

Goan Hiong berkata.

"Anak muda kurang tenang, maka rohnya mudah goyah sehingga gampang terkena ilmu sihir, paman Ciam yang berpengalaman mungkin akan sulit terkena, kalau tidak percaya Hujin boleh mencobanya!"

Biauw-eng bertanya.

"Apakah Ciam Tayhiap bermaksud seperti ini aku tidak sungkan-sungkan menaklukkan Ciam Tayhiap dengan ilmu sihir!"

Goan Hiong tertawa.

"Putrimu harus menggunakan 3 jurus baru bisa menaklukkan Adik Seng, aku percaya putrimu memperhitungkan waktu, tapi kalau diganti dengan paman Ciam, dalam satu jurus bisa ditentukan siapa yang menang dan kalah, aku kira Hujin tidak akan sempat mengeluarkan ilmu sihirnya!"

"Aku tidak percaya satu jurus pun aku tidak sanggup menerimanya,"

Kata Biauw-eng marah.

"Kalau pertarungan biasa kami bisa dengan tenang menghadapinya, tapi sekarang Hujin yang mengajak paman Ciam bertarung, pasti paman Ciam akan mengumpulkan seluruh tenaga, dalam satu jurus beliau bisa mengalahkanmu, maka Hujin harus berpikir lagi!"

Biauw-eng terdiam.

"Kalau Hujin bisa menerima satu jurus dari paman Ciam berarti ilmu Hujin lebih tinggi dari paman Ciam, tidak perlu menggunakan ilmu sihir untuk mengalahkan paman Ciam, apakah benar menurut Hujin?"

Lama Biauw-eng baru menjawab.

"Aku mengaku kata- katamu benar, bila Ciam Tayhiap bersikukuh bertarung aku tidak berani menolaknya, tapi berarti ilmu sihir berlawanan dengan ilmu pedang. Aku tidak bermasalah dengan Ciam Tayhiap, Ciam Tayhiap ingin mewariskan ilmu pedangnya kepada orang lain, paling sedikit 10 tahun kemudian baru terlihat hasilnya, dan belum tentu semua orang memperlihatkan hasil maksimal, sedangkan ilmu sihirku hanya membutuhkan waktu 2 jam, dengan sungguh-sungguh mengajari satu orang maka dia akan menjadi lihai. Aku harap kalian mempertimbangkannya masak-masak!"

"Apakah Hujin ingin mengajukan syarat?"

Tanya Goan Hiong.

"Benar, bila Ciam Tayhiap mengajarkan ilmu Tay-lo-kiam- hoat kepada orang-orang perusahaan perjalanan, demi kehidupan orang-orang golongan hitam terpaksa aku mengajarkannya kepada semua orang supaya bisa bertarung dengan perusahaan perjalanan Anda!"

"Ilmu pedang dan ilmu sihir sama saja, kalau salah mengajari orang, akan membuat dosa di dunia ini, paman Ciam hanya mengatakan ingin mewariskan ilmu pedang mengenai orang yang akan diajari pasti beliau akan memilih dengan ketat, untuk apa karena hal ini Hujin harus mempunyai pikiran seperti ini?"

"Demi menyambung hidup saudara-saudara golongan hitam, aku tidak ada pilihan lain lagi!"

Jawab Biauw-eng. Goan Hiong menjawab.

"Kalau begitu aku memberanikan diri mewakili paman Ciam menjawab setuju, ilmu sihir Hujin jangan sembarangan diajarkan kepada orang lain, mengenai ilmu pedang Paman kecuali murid-murid perkumpulannya beliau tidak akan mengajarkannya kepada orang lain. Apakah dengan cara seperti ini Hujin merasa puas?"

"Apakah Ciam Tayhiap akan setuju?"

"Aku mewakili Paman Ciam menyetujuinya, aku yakin beliau akan mendukung pendapatku,"

Kata Goan Hiong.

"Baiklah, kita tetapkan perjanjian kita,"

Jawab Biauw-eng. Sampainya di tempatnya, Goan Hiong dikelilingi oleh Ciam Giok-beng, Kie Tiang-lim, Goan Jit-hong, Kie Pi-sia, dan lain- lain.

"Bocah, apa yang kau perbuat? Dengan alasan apa berani- beraninya kau mewakili paman Ciam mengambil keputusan?"

Tanya Goan Jit-hong.

"Paman, Goan Hiong berkata tidak bermaksud menyebarluaskan ilmu Tay-lo-kiam-hoat, hanya pada Nona Kie saja, dengan satu kata ini membuat mereka percaya!"

Kata Goan Hiong. Ciam Giok-beng berkata.

"Memang Pi-sia tidak sembarangan bicara, aku memang pernah membicarakan tentang hal ini, asal ada orang yang cocok aku tidak akan pelit mengajarkan ilmu pedang ini dan aku juga akan mengajarkannya kepada semua orang,"

"Aku tidak sembarangan mengambil keputusan, yang akan diajari oleh paman Ciam pasti murid-murid paman Ciam sendiri, dengan cara ini mencegah supaya ilmu sihir Pak-kauw jangan disebar luaskan, aku kira ini adalah jalan yang terbaik!"

"Apa yang kau mengerti, bocah? Aturan Pak-kauw sangat ketat, apalagi ilmu sihirnya tidak mudah diwariskan, Biauw- eng hanya menakuti orang-orang!"

Kata Goan Jit-hong.

"Aku tahu, apa yang Cia Cu perlihatkan tadi bukan sihir, ilmu sihir dari Pak-kauw diturunkan pada menantu perempuan, tidak diturunkan kepada anak perempuan, karena takut ilmu sihirnya disebarluaskan, Biauw-eng sendiri tidak begitu banyak menguasai ilmu ini, apalagi Cia Cu!"

Kata Goan Hiong. Dengan terkejut Kie Tiang-lim bertanya.

"Bukan ilmu sihir, lalu ilmu apa?"

Dengan pelan Goan Hiong menjawab.

"Sampai sekarang aku hanya bisa mengatakan kalau itu adalah semacam obat yang membuat orang pingsan, obat apakah itu harus diteliti dulu oleh Pui Ji-siok, baru kita tahu!"

Dengan terkejut Kie Pi-sia herkata.

"Aku tidak melihat dia menaburkannya!"

"Caranya menaburkan obat itu menggunakan teknik sangat tinggi, kalau kita tidak melihatnya dengan teliti kita tidak akan tahu, Seng Cung sendiri pun tidak melihatnya!"

"Kenapa kali ini aku juga tidak melihat tempat di mana dia menyimpannya, padahal aku terus mengawasi, tapi aku tidak melihat ada celahnya?"

Goan Hiong membuka telapaknya, di tangannya ada sejumput rambut, Kie Pi-sia bertanya.

"Dari mana kau mendapatkannya?"

"Dari pinggir telinga Cia Cu, sebenarnya anting itu aku yang ambil, supaya dia tidak mencurigaiku, aku sengaja meletakan di lengan baju Adik Seng!"

Kata Goan Hiong sambil tertawa.

"Goan Toako benar-benar seorang play boy, masih sempat memotong rambut seorang gadis dan menyimpannya!"

Goan Hiong dengan sedikit gugup berkata.

"Nona Kie, jangan salah paham, aku bukan tipe orang seperti itu, obat yang membuat Adik Seng pingsan berada di rambutnya!"

"Dari mana kau bisa tahu?"

Tanya Kie Tiang-lim.

"Julukan Biauw-eng yang membuatku curiga, dia disebut Llong-li-hek-sai, rambut yang ada di kepalanya tidak ada satu pun yang berwarna putih, itu sangat cocok dengan julukannya, bisa dikatakan dia bisa menjaga rambutnya yang bagus, tapi sewaktu aku melihat dengan teliti, akar rambutnya ada beberapa yang berwarna putih, berarti rambutnya bisa hitam karena dicat!"

"Itu hal yang biasa!"

Kata Kie Pi-sia.

"Dia sudah tua, bila rambut dicat memang tidak aneh, tapi putrinya baru berusia 18 tahun, tidak perlu harus dicat rambutnya,"

Kata Goan Hiong.

"Dari mana kau tahu kalau rambut Cia Cu dicat?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Semua orang berambut hitam, tapi rambut Biauw-eng yang hitam masih memancarkan warna kehijauan, begitu juga dengan rambut Cia Cu, rambut dari orang yang sudah berumur akan ada sedikit perubahan, tapi ibu dan anak ini memiliki warna rambut yang sama, hal ini pasti ada sebabnya, dua kali asap hijau keluar dari pedang, dan aku memperhatikannya dengan seksama, dia setiap kali meludahi pedang dulu saat aku mendekatinya, aku lihat di mulutnya masih ada sisa rambut. Api di atas pedang bisa menyala, pasti dia menggigit rambutnya baru terjadi seperti itu,"

Jelas Goan Hiong.

"Keponakan melihat semuanya dengan detil, benar-benar membuat orang kagum,"

Kata Kie Tiang-lim. Goan Hiong tertawa, lalu berkata.

"Aku sudah mengambil sejumput rambutnya, aku juga meludahinya dan tahu kalau rambutnya dicat, mengapa api bisa berwarna hijau aku sudah terpikir akan hal ini, hanya untuk sementara waktu tidak bisa dicoba, aku yakin perkiraanku ini tidak salah!"

"Apa alasannya?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Obat yang ada di rambut harus dicampur dengan ludah perempuan baru ada khasiatnya, setelah jadi asap berwarna hijau akan membuat orang pingsan, maka sewaktu Cia Cu akan bertarung rambutnya digerai seperti akan mengeluarkan tenaga sihir, sebenarnya dia sedang menaburkan obat bius, gerakannya sangat natural, maka orang-orang tertipu!"

"Itu hanya tebakanmu, sama sekali tidak ada buktinya!"

Kata Kie Pi-sia.

"Sebenarnya ada, hanya saja aku tidak tahu bagaimana cara menawarnya karena itu aku tidak berani mencoba-coba pada seseorang, tapi aku masih mempunyai bukti yang lain!"

Ciam Giok-beng mulai tertarik.
Si Pedang Tumpul Karya Tong Hong Giok di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bukti apa lagi?"

"Aku sengaja membuat paman Ciam bertarung dengan Biauw-eng, dia segera setuju, dari sana dapat diketahui yang dia gunakan bukan ilmu sihir, kemudian aku mengatakan kalau paman Ciam dalam satu jurus bisa mengalahkan dia, dia segera mundur, kalau dia menggunakan ilmu sihir, dia bisa menggunakan sihirnya sebelum bertarung dengan paman Ciam, tidak perlu khawatir seperti itu! Dari sana dapat diketahui obat bius itu harus ada saatnya baru bereaksi, maka dia tidak berani mencobanya!"

"Bocah, kau benar-benar seperti Pui Ciauw-jin, banyak akalnya, kalau kau menganggap ini bukan sihir, mengapa kau harus mewakili paman Ciam mengajukan syarat?"

"Karena aku belum tahu khasiat dari obat bius ini, apakah Pui Ji-siok bisa memecahkannya, aku juga tidak tahu, lebih baik kita mundur sedikit, kalau membuat dia marah dia akan menyebarkan resep obat bius ini kepada golongan hitam, itu akan menjadi bencana untuk kita, di kalangan golongan hitam banyak orang jahat, bila dibantu obat ini, bukankah mereka akan lebih jahat?"

"Benar juga, tapi apakah dia bisa memegang janji ini?"

Tanya Ciam Giok-beng.

"Biauw-eng tidak sejahat itu, dia hanya mengancam, aku percaya dia tidak sembarangan bertindak, dia hanya ingin meminjam kesempatan ini untuk menaikkan wibawanya, biar kita beri sedikit muka kepadanya!"

Kata Goan Hiong.

"Memberi muka kepadanya berarti kita tidak bisa lewat,"

Kata Kie Pi-sia.

"Itu hanya teknik saja, yang pasti keuntungan dan posisi kita tidak terancam, semua orang tidak akan terganggu!"

"Bagaimana bisa membuat semua orang tidak terganggu?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Bila bertarung dengan golongan hitam, kita berusaha menang, kalau dia atau putrinya bertarung dengan kita, kita berikan kemenangan 1-2 ronde kepadanya,"

Jawab Goan Hiong.

"Kalau dalam posisi menentukan menang atau kalah, apakah kita juga harus mengalah?"

Tanya Kie Pi-sia.

"Para pelayan Biauw-eng tidak lemah, apalagi dia sendiri, kalau benar-benar harus menang, kita yang masih muda bukan lawannya, harus paman Kie atau paman Ciam baru bisa menang darinya, aku yakin dua Cianpwee ini akan melakukan hal yang tepat yang bisa membuat dia kalah setengah atau satu jurus!"

Kata Goan Hiong. Kie Tiang-lim tersenyum.

"Sayang Hiantit terjun ke dunia persilatan, kalau tidak bisa kau menjadi jenderal atau perdana menteri!"

"Paman terlalu memuji, bila ada niat menjadi orang terkenal, aku diam di rumah dan belajar, tidak akan belajar ilmu silat!"

Kata Kie Tiang-lim.

"Mencari nama belum tentu harus sekolah, berperang di perbatasan harus menggunakan ilmu silat, bila keponakan bekerja keras di bidang ini, akan punya masa depan yang cerah!"

Goan Hiong menggelengkan kepala.

"Sekarang negara sedang aman, orang yang belajar ilmu silat tidak ada gunanya, sedang orang yang bersekolah mempunyai masa depan cerah, apalagi aku tidak mempunyai bakat menjadi pejabat, dan cita- citaku berada di dunia persilatan, yaitu menegakan keadilan dan kebenaran!"

Kie Tiang-lim tertawa dan berkata.

"Aku hanya memberi saran, sebenarnya kita tidak ada yang senang menjadi terkenal atau beruntung, kalau tidak kita bekerja saja pada kerajaan, meski hanya menjadi seorang pejabat yang tugasnya mengurusi toilet, kita masih mempunyai kesempatan menjadi makmur!"

"Kata-kata Paman benar, karena cita-cita dan pikiran kita sama, maka kita baru bisa berkumpul, orang yang bernama Thio Yan-to adalah orang yang sangat ingin menjadi makmur, aku takut dia bekerja sama dengan kita hanya karena ingin menjadi terkenal dan kaya!"

Kata Goan Hiong.

"Dari awal aku sudah tahu, tapi dengan ada Hiantit yang membantu mengurusi Su-hai, aku yakin kita tidak akan tertipu!"

Mereka mengganti pembicaraan mengenai ini, maka obrolan mereka semakin seru, Biauw-eng yang ada di sana mulai berteriak.

"Apakah kalian sudah menentukan siapa yang akan bertarung berikutnya?"

"Tadi putrimu sudah menang, dan putrimu menolak meneruskan pertarungan, maka kami sedang menunggu petunjuk dari Hujin!"

"Aku sudah mengatakan kalau tidak terpaksa, orang- orangku tidak akan keluar, tapi untuk menggantikan saudara- saudara golongan hitam biar mereka juga mempunyai kesempatan untuk bertarung, maka kali ini yang keluar adalah ketua muda dari Tuo-sui yang bernama Ha Goan-tai!"

Goan Hiong berkata.

"Di golongan hitam ada 28 orang yang sangat terkenal, di antaranya ada 12 orang dari selatan, apalagi ketua muda Ha Goan-tai termasuk salah satu dari yang terkenal, sekarang dia mau keluar bertarung, benar-benar kebanggaan buat kami, maka orang kami yang keluar harus benar-benar dirundingkan dengan benar!"

Kata Biauw-eng.

"Wakil ketua Goan benar-benar banyak mengenal orang golongan hitam!"

"Orang yang bekerja di perusahaan perjalanan pasti akan tahu 28 orang terkenal ini,"

Jawab Goan Hiong.

Ternyata di kalangan golongan hitam ada 28 orang terkenal, mereka masing-masing menguasai ilmu rahasia, di antara 28 jagoan ini ada 12 orang yang tinggal di daerah Tiang-kang mereka juga disebut sebagai 12 bintik pembunuh, keduabelas orang ini ada yang sudah tua ada pula yang masih muda, yang tua 5 orang sudah meninggalkan tempat ini sedangkan sisa 7 orang masih aktif di jalur air.


Fear Street Terperangkap Trapped Raja Petir 02 Empat Setan Goa Mayat Jala Pedang Jaring Sutra Seri Thiansan

Cari Blog Ini