Ceritasilat Novel Online

Misteri Perahu Setan 2

Raja Gendeng 14 Misteri Perahu Setan Bagian 2


Tiba-tiba saja muncul penunggang kuda bertopeng yang bukan lain adalah Raja Pedang.

Kehadiran Raja Pedang inilah yang menyebabkan mereka bertempur sehingga kedua kakak beradik itu tewas.

Kelut Birawa pergi meneruskan perjalanan bersama Dadu Sirah Ayu.

Sementara seperginya Raja Pedang dari lembah muncul sebuah perahu merah yang mengapung melayang diketinggian.

Penghuni perahu lalu mengambil dua jenazah dan membawanya pergi.

Kembali pada orang berjubah penghuni Perahu Setan.

Setelah memperhatikan kedua mayat di depannya.

Wajah di balik topeng menyeringai. Sambil berucap dari balik kantong merah yang tergantung di pinggang dia keluarkan jarum besar terbuat dari bambu sekaligus benang putih halus tergulung.

"Aku harus mengembalikan hidup mereka. Tapi yang berwajah kuda ini membutuhkan pertolongan paling pertama karena kulihat bahunya terbelah sampai ke dada."

Setelah berkata begitu.

Dia meletakkan lentera di atas batu.

Lalu dengan cekatan dia mulai menjahit luka menganga di bahu mayat Arwah Kak Kuda. Selesai dengan mayat pertama kini dia berpindah pada mayat Singa tetua.

Ketika penghuni Perahu Setan mulai menjahit luka menganga di bagian perut mayat Singa Tetua.

Dari mulut yang terlindung topeng tengkorak itu terdengar suara senandung pilu menghiba membuat bulu kuduk orang yang mendengarnya tegak berdiri .Kemudian setelah selesai menjahit.

Suara senandung yang terdengar lenyap.

Sebagai gantinya sosok berjubah itu keluarkan suara racauan panjang.

Seiring dengan terdengarnya suara racauan itu.

Perlahan namun pasti tubuhnya yang terduduk dengan kedua kaki bersila lalu mengambang diketinggian sejarak tiga jengkal di atas tanah.

"Aku adalah majikan yang berkabung.Penguasa yang berpengaruh namun tanpa wilayah tanpa pengikut.:Segala kegelapan, langit bumi dan penjuru delapan mata angin menjadi tempat bernaung."

Ucap penghuni perahu.

Mata yang ada di balik topeng terpentang tertuju lurus ke arah kedua mayat di depannya. Tidak lama setelah memperhatikan kedua mayat itu.

Dua telunjuknya dia julurkan ke depan menunjuk lurus-lurus ke arah mayat Arwah Kaki Kuda dan mayat Singa Tetua.

Perlahan-lahan dia salurkan tenaga dalam ke bagian kedua ujung jemarinya.

Setelah dua telunjuk mengarah tepat dibagian kening.

Sekali lagi dia berucap.

"Segala yang gaib yang berlindung di balik alam kesesatan. Bangkitkan yang mati dari tidur panjangnya yang menyengsarakan. Hidupkan kedua anak manusia yang bernama Arwah Kaki Kuda dan saudara tuanya Singa Tetua. Aku membutuhkan mereka saat ini untuk kujadikan sebagai alat kepanjangan tanganku dalam melakukan sesuatu!"

Setelah kata selesai diucap.

Tubuh penghuni Perahu Setan tiba-tiba bergetar.

Bersamaan dengan itu dari masing-masing ujung jemari telunjuknya membersit satu cahaya berwarna merah hitam.

Setiap cahaya selanjutnya menderu ke arah sang mayat lalu menghunjam tepat dibagian kening mereka .Ketika cahaya mengenai tepat yang dituju dikejauhan di dalam kegelapan sana terdengar Suara raung lolong mengerikan.

Dua mayat yang tergeletak di atas tanah tergetar hebat.

Sementara sengatan cahaya merah yang menghantam kening masing-masing mayat lenyap.

Penghuni perahu setan menyeringai, tubuh yang mengapung diketinggian secara perlahan bergerak turun kembali ke tanah.

Dia ulurkan kedua kakinya dan dalam sekejab saja sosok berjubah ini telah tegak berdiri.

Dengan hati diliputi rasa puas manusia misterius ini menghampiri masing-masing mayat.

Dua jenazah terbaring diam.

Getaran yang sempat terjadi pada mayat-mayat itu berangsur hilang dengan sendirinya.

"Yang mati telah kembali pulang. Aku telah melihat dan aku dapat mendengarkan jantung yang berdetak. Jadi tunggu apa lagi.Cepatlah bangkit" seru sosok bertopeng diringi tawa dingin.

Hening!

Angin bergerak menderu.

Sekali lagi dikejauhan terdengar suara lolong menghentak.

Lalu tanda tanda kehidupan dari dua mayat yang terbujur itu pun akhirnya terlihat dengan jelas. Diawali dengan gerakan jemari tangan, degup suara jantung serta helaan suara nafas dan gerakan turun naik rongga dada.

Kedua mayat tiba tiba membuka matanya yang terpejam.

Penghuni Perahu Setan tersenyum.

Mata yang terlindung topeng tipis terbeliak lebar.

Sejenak dia berdiri tegak.

Lalu tidak menunggu lebih lama manusia misterius itu katubkan mulut.

Begitu mulut terkatub kedua pipinya nampak menggembung.

Selanjutnya dia meniup ke arah dua jenazah masing-masing sebanyak tiga kali.Angin dingin sedahsyat topan menderu dari mulut orang ini, berhembus cepat disertai tebaran bau busuk yang kemudian disusul pula aroma harum merebak. Ketika hembusan angin yang menyembur dari mulut menerpa sekaligus mengusap sekujur tubuh sang mayat, maka seperti orang yang terkejut dalam tidur nyenyaknya, kedua mayat itu tiba-tiba tersentak lalu bergerak duduk.

Mata jelalatan pandangi keadaan disekelilingnya seperti orang bingung.

"Kalian sudah kembali, kini kalian sudah terjaga dari tidur panjang mimpi buruk.Ha ha ha.."

kata penghuni Perahu Setan disertai gelak tawa. Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetua mula-mula tertegun.

Mata yang menatap kosong saling pandang.

Agaknya mereka juga berusaha mengingat-ingat.

Namun tidak satupun dari kehidupan mereka sebelumnya yang terlintas dalam tiap benak masing-masing. Heran bercampur bingung kedua orang ini akhirnya sama menatap ke arah si jubah merah, satu-satunya orang yang berada di tempat itu.

Merasa diperhatikan penghuni Perahu Setan melangkah lebih mendekat.

Lalu sambil berkacak pinggang dia berkata.

"Aku adalah majikan kalian yang baru. Kalian harus memanggilku junjungan. Aku adalah orang yang paling berjasa bagi kalian. Apakah kalian mengerti?!"

Sekali lagi Singa Tetua dan Arwah Kaki Kuda saling memandang.

Kemudian tanpa disangka sangka dengan wajah pucat ketakutan namun penuh kepatuhan mereka segera jatuhkan diri, berlutut di depan orang berjubah.

Selanjutnya sambil tetap berlutut namun dengan suara terbata mereka menjawab.

"Junjungan...yang mulia adalah majikan kami. Kami akan patuh, setia, mengabdi padamu dengan sepenuh hati.Tapi, mohon jelaskan siapa diri kami ini yang sebenarnya"

"Ha ha ha! Aku sudah menduga orang yang sudah mampus pasti tak mampu lagi mengingat masa lalunya. Segala ingatan sudah terhapus. Dan kalian menjadi orang baru.Ketahuilah...masa lalu kalian tidak penting. Tapi aku masih bermurah hati untuk mengingatian nama kalian. Kau yang berkulit hitam hampir gosong, kaki dan moncong mirip kuda tak lain adalah Arwah Kaki Kuda. Bukan Cuma namamu saja yang Arwah, tapi kau memang sudah menjadi arwah beneran."

Ujar orang berjubah topeng tengkorak ditujukan pada Arwah Kaki Kuda. Selanjutnya dia menoleh dan menatap pada Singa Tetua. Lalu pada laki-laki berwajah merah kecoklatan itu dia berkata.

"Sedangkan kau. Kau adalah adalah Singa Tetua."

"Oh begitu. Terima kasih... junjungan sudah berkenan memberi nama pada kami berdua." ucap Singa Tetua yang tidak lagi dapat mengingat diri sendiri.

"Dasar mahluk-mahluk tolol. Apakah kalian betul-betul tidak dapat mengingat diri sendiri?"

Tanya penghuni Perahu Setan. Tanpa keraguan Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetua serentak menggeleng.

"Kukira itu lebilh bagus. Kalau saja ada secuil kehidupan masa lalu dalam otak mereka maka semua rencanaku tidak akan berjalan mulus." batin orang berjubah.

Setelah itu dia berujar.

"Kini kalian menjadi milikku. Aku adalah majikan kalian. Karenanya mulai saat ini kalian harus tunduk dan patuh pada setiap perintahku."

"Kami mengerti junjungan. Kami pasti mematuhi setiap perintahmu!"

Sahut Singa Tetua.

"Baiklah. Aku punya rencana akan mengutus kalian menghabisi seorang pemuda sakti bernama Raja. Pemuda itu telah membunuh kedua murid kesayanganku Ayudra Bayu dan Ayudra Tirta. Aku sendiri sebenarnya telah berusaha menghabisi pendekar muda itu dengan mengirimkan mantra pembunuh, Tapi nampaknya dia bisa mengatasi bahkan menghancurkan sihirku."

Menerangkan orang berjubah.

"Apakah pemuda itu punya julukan? Bagaimana ciri-cirinya?"

Tanya Arwah Kaki Kuda dengan suara terbata dan tatapan kosong.

"Dia dikenal dengan sebutan Sang Maha Sakti, Pemuda itu juga disebut Raja Gendeng"

Jawab orang berjubah. Kemudian dengan jelas dia menyebutkan ciri-ciri sang pendekar

"Kami akan mencari pemuda itu. Kalau perlu kami akan membawa kepalanya kehadapan junjungan."

Jawab Arwah Kaki Kuda. Wajah dibalik topeng menyeringai. Tanpa bicara dia memberi isyarat pada kedua bersaudara yang baru dibangkitkan dari kematiannya itu untuk berdiri. Dengan gerakan kaku namun secepat kilat keduanya berdiri tegak.

Penghuni Perahu Setan buka penutup kantong perbekalan yang tergantung di pinggangnya. Dari dalam kantong perbekalan dia keluarkan dua benda berwarna hitam pekat memancarkan cahaya hitam redup menggidikkan. Benda yang salah satu ujungnya runcing lancip tak ubahnya seperti mata panah itu bukan benda sembarangan melainkan benda sakti yang dikenal dengan nama Pemasung Jiwa Pelebur Ilmu.

Keistimewaannya bila benda sakti itu di tancapkan ke benda apa saja termasuk ke dalam jasad orang yang telah mati, maka benda itu menjadi sesuatu yang sulit dihancurkan dan kebal terhadap segala serangan senjata.

"Aku akan menyerahkan tugas untuk menghabisi Sang Maha Sakti Raja Gendeng padamu. Dan aku memberi bekal pada kalian berdua berupa kesaktian luar biasa yang terkandung dalam paku Pemasung Jiwa Pelebur Ilmu yang ada di tanganku ini. Sekarang kalian segera mendekat!"

Perintah orang berjubah Dengan gerakan kaku namun tanpa bicara apa apa kedua bersaudara itu pun melangkah mendekat.

Sejarak setengah tombak di depan orang berjubah mereka berhenti. Orang berjubah menyeringai.

Selanjutnya tanpa ragu-ragu dia hampiri Singa Tetua.

Diikuti pandangan kosong Singa Tetua, penghuni Perahu Setan melangkah ke belakang.

Setelah berada di belakang punggung Singa Tetua dia ulurkan benda sakti ditangannya.

Bagian ujung benda yang runcing dia arahkan ke punggung. Begitu ujung benda menempel pada kulit yang dilapisi punggung pakaian tersebut.

Tangan kanan bergerak cepat menghantam bagian tumpul datar di sebelah atas paku Pemasung Jiwa Pelebur Ilmu
Raja Gendeng 14 Misteri Perahu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Bless!

"Wuaarkgh...! terdengar suara jeritan melolong dari mulut Singa Tetua.

Ketika benda sakti sepanjang satu jengkal amblas menembus punggung laki-laki itu.

Sekujur tubuh Singa Tetua menggeletar seperti disengat petir.

Rambut di kepala tegak, mata mendelik dan mulut terus mengeluarkan suara lolong panjang. Tetapi pemandangan mengerikan penuh penderitaan itu ternyata tidak berlangsung lama. Setelah penghuni perahu Setan mengusap luka tanpa darah di mana paku sakti amblas suara lolongan lenyap.

Orang itu menyeringai tanda puas. Dia lalu lakukan tiga kali usapan dengan gerakan mengunci

Kreet!

Mata Singa Tetua berkedap-kedip.

Sementara pada kesempatan itu orang berjubah berkata.

"Ilmu kesaktian tambahan membuatmu jauh lebih hebat dari sebelumnya .Selama ada paku sakti Pemasung iwa Pelebur Ilmu, kau menjadi orang yang tidak pernah mengenal kata mati. Ha ha ha!"

Sambil mengumbar tawa tanpa menunggu jawaban Singa tetua, si jubah merah segera hampir Arwah Kaki Kuda yang berdiri tegak tidak jauh di samping saudaranya.

Langkah orang ini terhenti setelah berada dibelakang Arwah Kaki Kuda.

Sebagaimana yang dilakukannya terhadap Singa Tetua.

Kali ini orang berjubah juga menghunjamkan paku sakti Pemasung iwa Pelebur Ilmu.

Ketika benda sakti yang menyimpan kekuatan luar biasa amblas masuk ke dalam punggung hingga ke dada Arwah Kaki Kuda.

Dia pun sama keluarkan suarajerit menyayat hati. Suara jeritan dan getaran yang terjadi disekuujur Arwah Kaki Kuda juga lenyap setelah orang berjubah melakukan usapan penguncian pada bagian bekas luka dipunggung.

Orang berjubah melangkah ke depan.

Setelah berada dihadapan Singa Tetua dan saudaranya dia berujar.

"Lewat kemurahan hatiku. Segala kekuatan telah kuberikan. Perintahku adalah kalian harus selalu ingat dengan tugas yang kuberikan. Dan tugas kalian adalah menghabisi seorang pendekar yang telah membunuh kedua muridku. Selain itu kalian juga harus bersikap waspada pada orang yang dikenal dengan sebutan Raja Pedang."

"Raja Pedang.." desis Arwah Kaki Kuda dengan mata berkedap-kedip.

Agaknya nama itu mempunyai arti tersendiri bagi Arwah Kaki Kuda. Terbukti dia terus berusaha mengingat. Namun karena segala ingatannya telah terbawa mati dia hanya bisa bicara.

"Nama Raja Pedang sepertinya bukan sesuatu yang asing bagiku!"

"Manusia tolol. Tentu saja Raja pedang bukan sesuatu yang asing bagimu dan juga saudaramu karena ditangannyalah kalian menemui ajal"

Dengus orang berjubah dalam hati. Walau hati berkata demikian namun mulut berucap lain.

"Raja Pedang itu adalah musuh. Tak perlu kau mengingatnya namun bila bertemu dengannya kalian boleh membunuhnya seribu kali."

Arwah Kaki Kuda manggut-manggut .Sementara itu Singa Tetua tiba-tiba berkata

"Junjungan. Aku tidak mau berada di tempat in berlama-lama. Kalau diizinkan kami akan segera pergi!"

Wajah dibalik topeng tengkorak tertegun, mata menatap ke arah Singa Tetua dengan hati bimbang.

Rupanya jauh di dasar kalbu penghuni Perahu Setan ini masih menyangsikan kesetiaan kedua mayat yang baru saja dibangkitkannya, Karena itu untuk lebih meyakinkan diri dia berkata.

"Sekarang aku ingin bertanya padamu.Siapakah orang yang harus kau junjung dan patuhi?"

Tidak terduga mendapat pertanyaan seperti itu Singa Tetua segera jatuhkan diri beriutut dihadapan orang berjubah dengan kening menyentuh tanah.

"Ampuni saya, junjungan. Tidak ada siapapun yang patut kami patuhi perintah dan Ucapannya selain dirimu, junjunganku. Kami berdua berhutang budi dan nyawa, mana mungkin kami tidak bersikap setia!"

Jawab Singa Tetua

"Bagaimana denganmu Arwah Kaki Kuda?"

Tanya orang berjubah disertai tatapan tajam. Sama seperti yang dilakukan saudara tuanya. Arwah Kaki Kuda juga jatuhkan diri berlutut di depan orang berjubah sambil berujar.

"Hanya junjungan. Hanya pada gusti junjungan kami akan mengabdi sekarang dan selamanya."

Orang berjubah tersenyum merasa puas Tidak menunggu lebih lama lagi dia berujar,

"Baiklah, Aku percaya padamu juga saudaramu. Sekarang kalian boleh pergi. Kelak kalian harus kembali dan bertemu denganku ditempat ini pada bulan purnama yang akan datang. Seandainya kalian berdua dapat melakukan tugas dengan sebaik baiknya, maka pada pertemuan kedua nanti aku akan mengangkat kalian menjadi muridku sebagai pengganti dua muridku yang telah berpulang!"

"Terima kasih junjungan! Kami gembira mendengarnya! Tidak perduli siapa diri junjungan, bila menjadi murid junjungan, kami kira merupakan kehormatan besar,"

Jawab Singa Tetua dan adiknya hampir bersamaan.

"Aku tidak suka basa basi, lekas kalian angkat kaki dari hadapanku!"

Dengus orang berjubah dingin.

Arwah Kaki Kuda dan Singa Tetu anggukkan kepala.

Tubuh membungkuk, kening bergerak menyentuh tanah.

Des!

Des!

Sekejab kemudian kedua bersaudara itu lenyap dari pandangan mata .Orang berjubah menyeringai puas sambil menatap ke arah lenyapnya Singa Tetua dan saudaranya.

Setelah itu dia berkata.

"Murid yang kuutus membuat kekacauan besar sudah terbantai, kemana harus kuminta ganti sebagai tanggung jawab. Hmm, Gagak Anabrang...rasanya aku sudah tidak percaya lagi padamu, Kau hanya patut menjadi juragan kaya dan diraja cacing tanah. Sekarang aku harus turun tangan sendiri. Kalau perlu gadis ajaib bernama Dadu Sirah Ayu akan kuambil menjadi milikku. Ha ha ha...!"

Sambil mengumbar tawa bergelak orang berjubah merah melesat ke dalam perahunya. Tidak berselang lama sosoknya lenyap. Terdengar suara deru angin. Perahu berwarna merah darah itu dengan gerakan enteng seringan kapas bergerak melesat ke arah ketinggian, mengapung sedemikian rupa. Selanjutnya seiring dengan mengembangnya dua layar perahu, benda besar yang biasanya melaju di atas air itu justru melayang terbang menembus kepekatan malam.

*****

Datas tebing jalan setapak, kakek renta berpakaian lurik kecoklatan itu terus berdiri. Sepasang mata menatap lurus ke arah jalan yang membentang di tengah lembah. Sejauh itu dia tidak melihat tanda-tanda kehadiran orang yang ditunggu.
Dengan gelisah kakek berkumis dan berjanggut putih menghela nafas. Sejauh mata memandang yang dilihatnya hanya hamparan kabut tebal menyelimuti segenap penjuru lembah. Seakan tidak sabar kakek bertubuh kurus kering ini tiba-tiba berujar.

"Sepanjang malam aku berdiri menunggu di sini. Tapi mengapa dia belum juga datang. Padahal Lor Candi Sewu jaraknya tidak terlalu jauh. Apakah mungkin telah terjadi sesuatu pada sobatku Kelut Birawa?"

Orangtua yang bukan lain adalah Raden Pengging Ambengan terdiam sejurus lamanya. Kemudian sambil mengelus jenggot panjangnya sekali lagi dia menatap lurus ke tengah lembah.Dan si kakek rupanya penasaran. Dia yang dikenal memiliki ilmu kesaktian tinggi serta pandangan batin yang awas tiba-tiba pejamkan matanya. Hanya sekejab saja mata yang cekung menjorok ke dalam rongga itu dipejamkan maka dia sudah mendapat gambaran yang jelas, lalu dia membuka matanya.

"Ternyata memang ada hambatan dalam perjalanan. Tapi aku tidak perlu risau karena ada yang datang memberi bantuan. Orang berkuda dan memakai kedok itu. Bukankah orang itu yang dikenal dengan sebutan Raja Pedang? Mengapa Raja Pedang tidak menahannya, sebaliknya lewat mata batin aku melihat Raja Pedang malah menyuruhnya pergi? Mudah-mudahan saja niatnya baik. Kuharap dia tidak menolong karena ingin mendapatkan gadis idaman siluman itu. Kasihan Raja Pedang. Sejak keluarganya terbunuh dan kekasihnya membunuh diri karena dinodai Gagak Anabrang ,kemarahannya membabi buta..."

Raden Pengging Ambengan mendadak terdiam karena mendengar suara orang bicara di kaki tebing sebelah bawah

"Gadis ayu sahabatku. Kita sudah berhasil menyeberangi lembah. Kaliwungu tempat tinggal pertapa tua sudah tak jauh lagi. Mudah-mudahan saja orang tua yang cuma makan pucuk bambu dan meminum embun itu ada di tempat."

Kemudian terdengar pula suara merdu seorang gadis.

"Kakek yang baik hati. Sebenarnya saya sudah tidak ingin lagi bertemu siapa-siapa. Mungkin memang sudah menjadi suratan nasib dan jalan hidup saya sudah begini. Hidup penuh sengsara dan selalu dalam incaran bahaya besar."

Selagi orang dibawah tebing bercakap-cakap, Disebelah atas tebing Raden Pengging Ambengan yang merasa mengenali segera julurkan kepala tayangkan pandang ke bawah.

Dia tersenyum begitu melihat yang bercakap cakap ternyata adalah orang yang memang dinantikannya.

Benar kakek gendut berpakaian putih tak terkancing dibawah sana adalah Kelut Birawa bersama gadis cantik bergaun putih berenda yang bukan lain Dadu Sirah Ayu adanya, perawan yang cara berpikirnya tidak jauh berbeda dengan gadis seusia tujuh tahun.

Mengetahui yang ditunggu sudah datang. Raden Pengging Ambengan tidak mau membuang waktu lagi.

Tanpa bicara dia segera melesat tinggalkan puncak tebing.

Setelah meluncur ke bawah tanpa suara.

Akhirnya orang itu jejakkan kaki di depan Kelut Birawa dan gadis yang bersamanya. Kedua orang yang sedang bercakap-cakap sambil melangkah itu sempat dibuat terkejut.

Dadu Sirah Ayu bahkan melompat ke belakang dan bersembunyi di punggung Kelut Birawa

"Kek ada orang jahat hendak mencelakai kita lagi!"

Desisnya dengan tubuh menggigil ketakutan. Kelut Birawa gelengkan kepala sekaligus menjawab.

"Tenang...tenang sahabatku. Orang tua di depan kita itu bukan penjahat.Dia adalah kakek bijaksana yang baru kita bicarakan.Orang tua inilah yang bernama Raden Pengging Ambengan dari Kaliwungu. Dia yang akan membantu kita, membantumu dalam menyelesaikan persoalan yang kau hadapi."

Setelah mendengar penjelasan Kelut Birawa, gadis cantik itu pun nampak berubah tenang.

Tanpa ragu dia melangkah maju.

Kemudian sambil menjura hormat si gadis berucap.

"Orang tua! salam hormat saya kepadamu."

"Salam kembali." sahut Raden Pengging sambil tersenyum.

"Ternyata kau sudah besar bahkan telah menjadi seorang gadis jelita."

Puji si kakek sambil menatap Dadu Sirah Ayu dengan sorot mata kagum namun juga prihatin

"Sahabat. Dia memang sudah besar. Namun perkembangan akalnya tidak bertambah. Semua ini memang kesalahanku. Terlalu lama aku merubah ujudnya menjadi patung. Maafkan aku..."

Terang Kelut Birawa melalul ilmu mengirimkan suara. Raden Pengging Ambengan manggut manggut. Belum lagi dia sempat berucap, Kelut Birawa biba-tibe ajukan pertanyaan.

"Sobatku. Kami berdua baik-baik saja. Apapun yang menjadi hambatan dalam perjalanan aku yakin kau telah mengetahuinya. Yang membuat aku tidak mengerti mengapa kau berada disini, padahal seharusnya kau berada di tempat pertapaan di Kaliwungu."

Mendapat pertanyaan demikian Raden Pengging Ambengan tidak segera menjawab. Sebaliknya memperhatikan keadaan disetiap sudut penjuru dengan sikap waspada. Setelah itu dia berkata.

"Banyak yang ingin kukatakan. Tapi tempat ini bukan tempat yang tepat untuk berbincang. Aku cuma punya usul sebaiknya kau ikuti aku!"

Walau penasaran mendengar ucapan sahabat tuanya. Kelut Birawa terpaksa mengikuti Reden Pengging Ambengan begitu si kakek memberi isyarat kepadanya.

Sambil menarik lengan gadis yang berada dalam perlindungannya .Kelut Birawa berlari melewati pepohonan besar dan semak belukar.

Tidak sampai sepemakan sirih sampailah mereka disuatu pendataran tinggi berhawa sejuk.

Kelut Birawa memperhatikan keadaan disekitarnya sambil mencari tahu apakah dia pernah berada di tempat itu sebelumnya.

Setelah merasa tidak mengenali akhirnya dia membatin dalam hati.

"Raden Pengging Ambengan memiliki beberapa tempat rahasia yang aman. Tapi mengenai tempat yang satu ini. Jelas merupakan sebuah tempat yang baru bagiku."

Selagi Kelut Birawa berbicara pada diri sendiri, saat itu si kakek jerangkong yang berdiri di depan sebuah batu besar berbentuk batang pohon menjulang tinggi ke angkasa berucap.

"Saat ini kurasa hanya ruang rahasia hitam inilah satu satunya tempat yang aman untuk membicarakan segala urusan kita. Aku akan membuka tabir pintu agar kita dapat masuk ke dalam ruangan batu ini. Setelah tabir pintu kubuka kuharap kalian segera masuk ke dalam tanpa keraguan dan tidak banyak tanya."
Raja Gendeng 14 Misteri Perahu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Sahabat. Bukannya mulut ini mau usil, bukan pula aku menaruh perasangka buruk terhadapmu. Menurutku batu hitam aneh yang ada di depanmu itu ukurannya tidak tertalu besar, Kalau benar di dalamnya ada ruangan apakah mungkin ruang yang tersedia di dalam sana sanggup menampung tubuh kita bertiga?"

Tanya si kakek gendut. Belum sempat si kakek menjawab, si gadis justru membuka mulut.

"Kakek... aku selalu mempercayai dirimu. Engkau juga mengatakan kakek jerangkong itu sahabatmu, tapi aku sama sekali tidak mengenal dirinya. Bagaimana bila dia menipu kita dan bermaksud membuat diri kita celaka"

"Kau tidak usah khawatir sahabatku gadis ayu. Aku memang mengenal dirinya sejak lama .Diantara kami bahkan terjalin persahabatan yang sangat baik. Aku tak mungkin membiarkanmu mengalami nasib celaka. Karena itu ikuti saja apa yang dia katakan!"

Sahut si kakek gendut dengan suara lirih. Dengan sikap seolah mendengar apa yang dibicarakan orang. Raden Pengging Ambengan tiba tiba berkata.

"Aku lebih mengetahui apa yang harus kulakukan. Banyak rahasia dibumi ini yang tak diketahui oleh orang lain. Namun segala pengetahuanku itu semua tidak terlepas dari kemurahan hati para dewa. Dan bulan sabit ke tujuh hanya tinggal dua hari lagi dari sekarang. Waktu yang kita miliki semakin sempit. Aku merasa akan ada bahaya datang mengancam kalian berdua. Cepat ikuti aku! Hilangkan segala keraguan di hati!"

Ucapan bernada menegur itu membuat Dadu Sirah Ayu merasa tidak enak hati.

Perasaan yang sama juga dirasakan oleh Kelut Birawa.

Tidaklah mengherankan mewakili orang yang dia lindungi si kakek cepat membuka mulut

"Maafkan kami.Terlalu banyak pengalaman tidak mengenakkan yang dialami gadis ini membuatnya selalu berhati-hati dalam melakukan sesuatu.Dia dan aku bahkan hampir tidak dapat membedakan mana yang berniat menolong atau yang bertujuan mencelakai. Sekarang kami percaya padamu sepenuhnya."

Raden Pengging Ambengan tersenyum .Dia kemudian memberi isyarat pada Kelut Birawa dan Dadu Sirah Ayu untuk lebih mendekat. Setelah kedua orang itu melangkah dan berdiri tegak di belakangnya, sang Raden tiba-tiba lambaikan tangannya ke arah batu hitam sementara bersamaan dengan itu dari mulutnya terdengar ucapan.

"Terbukalah wahai tirai yang menutupi, Pintu batu pintu pembawa manfaat ,kami datang untuk meluruskan amanat. Tak ada waktu untuk menunggu. Bersegeralah dan terima diri kami bertiga."

Tidak menunggu lama, begitu Raden Pengging Ambengan selesai dengan ucapannya.

Tiba-tiba terdengar suara berdesir.

Batu hitam besar tinggi menjulang yang ukurannya tidak lebih dari pelukan tiga orang dewasa bergetar. Getaran disertai guncangan yang terjadi tidak berlangsung lama.

Sekejab kemudian permukaan batu di depan si kakek terkuak menganga seolah ada berpasang-pasang tangan yang tak terlihat menyibakkan batu yang atos itu.

Terkuaknya permukaan batu membentuk sebuah pintu. Sementara dari balik pintu yang terbuka terlihat ada cahaya biru memancar.

Melihat kehebatan yang dilakukan Raden Pengging Ambengan. Kelut Birawa belalakkan mata tercengang.

Sementara Dadu Sirah Ayu yang berpikiran selayaknya bocah tanpa sadar berseru memuji.

"Wuih... kakek jerangkong hebat sekali. Tubuh kurus kering tapi bisa membelah batu sebagai jalan masuk untuk kita..."

"Sekarang saatnya!"

Seru Raden Pengging Ambengan memberi isyarat.

si kakek gendut terkejut.

Dia merasa ucapan yang dilontarkan sahabatnya dengan nada keras seperti menghawatirkan sesuatu.

Tidak ingin terjadi sesuatu Kelut Birawa segera menarik tangan Dadu Sirah Ayu. Sambil mencekal erat lengan si gadis kakek gendut itu segera bergerak menuju ke arah pintu yang terbuka.

Wuus!

Seet!

Seet!

Setelah kedua sosok sahabatnya amblas masuk ke dalam batu.

Raden Pengging Ambengan pun tanpa membuang waktu segera menyusulnya .

"Tabir pintu batu menutuplah. Jangan biarkan siapapun selain kami bertiga melewatimu!" terdengar seruan Raden Pengging dari dalam.

Sekali lagi terdengar suara berdesir.

Lubang menganga berbentuk pintu yang terdapat dipermukaan batu bergerak menutup.

Bersamaan dengan itu Raden Pengging Ambengan dan semua orang yang berada dalam ruangan batu tiba-tiba mendengar suara teriakan keras disertai suara bergemuruh dan sambaran hawa panas luar biasa ke arah pintu yang menutup.

"Keparat jahanam. Mangsa sudah berada di depan mata, mengapa aku masih kalah cepat"

Buum!

Buum!

Dua cahaya merah menebar hawa panas luar biasa menghantam permukaan batu hitam tempat di mana pintu aneh tadinya berada. Terjadi ledakan dashyat yang disertai guncangan luar biasa. Di dalam ruangan berpelita biru berhawa sejuk suasana menjadi gempar. Kelut Birawa dan Dadu Sirah Ayu yang tak mengetahui gerangan apa yang terjadi diluar sana dibuat terkesima.

Bahkan Dadu Sirah Ayu dengan wajah ketakutan segera beringsut mendekati si kakek gendut lalu tanpa malu memeluk kakek itu

"Kek apa yang terjadi. Mengapa tempat ini tiba-tiba bergoyang? Aku takut kek."

Kelut Birawa berusaha menenangkan si gadis dengan balas memeluk sekaligus membelai kepalanya.

Sementara sepasang matanya menatap tajam ke arah Raden Pengging Ambengan dengan sorot mata penuh tanya.

Seakan mengerti apa yang dipikirkan Kelut Birawa, Sambil mengelus jenggot panjangnya Raden Pengging malah duduk bersila.

Kemudian dengan tenang dia menjawab.

"Ada tamu tak diundang datang ingin membuat kekacauan. Aku menaruh dugaan dia hendak merampas gadis dalam lindunganmu. Tapi dia datang terlambat. Siapapun orangnya aku yakin dia tidak akan bisa sampai ke dalam sini."

Terang si kakek, membuat Kelut Birawa menarik nafas lega, Sedangkan gadis yang menjadi incaran para siluman itu tambah meringkuk ketakutan dalam rangkulan kakek yang jadi perindungannya. Tepat seperti yang dikatakan oleh Raden Pengging Ambengan.

Tak jauh dari batu hitam berbentuk seperti pohon meranggas.

Entah dari mana datangnya tahu-tahu telah berdiri tegak satu sosok tinggi bertubuh hijau berambut panjang kaku meranggas.

Sementara diseluruh tubuhnya bersembulan otot dan urat-urat darah yang terus menerus berkedut. Sosok yang tak dapat dikatakan manusia seutuhnya itu memakai celana hijau setinggi lutut.

Dibagian kening sebelah atas ditumbuhi tanduk runcing hitam mencuat ke atas.

Sementara dibagian siku kanan dan sebelah kiri juga dikedua bagian lututnya juga ditumbuhi tanduk besar dan tajam .Walau memiliki mulut dan hidung serta daun telinga lebar seperti telinga gajah.

Namun sosok angker mengerikan yang satu ini hanya mempunyai satu mata.

Mata tunggal seukuran kepalan tangan orang dewasa itu tepat berada di tengah persis tanduk.

Sedangkan dibagian yang seharusnya ditumbuhi mata justru terlihat polos dan licin-licin saja.

Siapapun adanya sosok satu ini.

Namun dialah orangnya yang baru saja menghantam pintu yang menutup di batu sambil keluarkan teriakan kecewa.

Setelah merasa gagal menghancurkan pintu di batu hitam.

Sosok berujud aneh ini pun layangkan pandang ke arah batu besar menjulang tinggi.

Dia melihat sisa pukulan yang dilancarkannya masih mengepul di sekeliling batu.

"Tidak mungkin! Aku tidak percaya ada manusia masuk mengamblaskan diri ke dalam pohon batu itu. Ilmu kesaktian apa yang dimiliki oleh tua bangka macam jerangkong tadi? Apakah dia orangnya yang dikenal dengan nama Raden Pengging Ambengan?!"

Dengus sosok tinggi berkulit hijau. Antara rasa kecewa, penasaran juga rasa ingin tahu menyelimuti diri sosok ini. Dengan mata tunggalnya yang besar dia menatap pohon batu itu.

"Batu ataukah pohon? Pohonkah yang kulihat itu ataukah batu?"

Geram sosok tinggi .Dia pun lalu terdiam.

Dalam diam dia terus berpikir.

Tapi dia jadi tidak sabar.

Dengan langkah cepat dia hampiri pohon batu hitam.

Dan hebatnya setiap telapak kakinya yang dilapisi kasut berwarna hijau itu menyentuh tanah, permukaan tanah yang terdapat disekitarnya serasa seperti dilanda gempa.

Langkah mahluk tinggi terhenti setelah dua tindak di depan pohon batu.

Tanpa menunggu tanpa merasa ragu dia julurkan tangannya yang berkuku panjang.

Dengan menggunakan punggung tangan pohon batu diketuknya berulang kali.

"Pohon batu ini tidak berongga, tidak juga kosong dibagian dalamnya.Sungguh edan, bila manusia bisa masuk bersembunyi mendekam di dalamnya."

Geram sosok tinggi .Tidak ingin membuang waktu dengan berpikir lama.

Sosok tinggi angkat tangannya tinggi-tinggi. Diam-diam dia mengalirkan tenaga sakti yang dimiliki ke tangan tersebut.

Byarr!

Ketika kesaktian yang dia alirkan ke bagian tangan sampai ke lima ujung jemari.

Tangan sosok tinggi memancarkan cahaya kehijauan disertai tebaran asap berwarna hijau pekat.

Ini merupakan pertanda mahluk hijau itu benar-benar berniat menghancurkan pohon di depannya.

"Aku mau pohon ini hancur! Hiaaakh..."

disertai teriakan melengking laksana merobek langit ,tangan ini diayun, berkelebat menderu ke arah pohon disertai pancaran cahaya menyilaukan mata.

Dhesss!

Byaar!

"Ugh..."

Satu benturan dahsyat disertai ledakan menggema mendera pohon batu.

Namun sosok tinggi hijau dibuat terkejut begitu merasakan ada satu kekuatan yang tidak terlihat melindungi pohon batu didepannya.

Bukan saja serangannya tidak mampu menghancurkan pohon di depannya malah sebagian pukulan yang dilancarkannya justru berbalik menghantam diri sendiri hingga membuatnya jatuh terpelanting.

"Kurang ajar jahanam! Kekuatan apa yang melindungi pohon batu ini?"

Geram sosok tinggi .Nafas megap-megap, wajah memerah menahan kemarahan, Sekali dia hentakkan kaki sosok tinggi kembali berdiri tegak.

Selanjutnya dia hampiri pohon itu.

Kini dia tidak mau membuang tenaga dengan percuma.

Setelah menyadari pohon batu itu seperti dilindungi oleh kekuatan aneh.

Raja Gendeng 14 Misteri Perahu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pohon itu segera dirangkulnya.

"Sialan. Pohonnya terialu besar. Dua tanganku tak dapat memeluknya. Tapi aku punya seribu cara."

Setelah berkata demikian.

Dua tangan dikibaskan ke bawah.

Sekonyong-konyong kedua tangan tak ubahnya karet menjulur terjulai panjang. Setelah kedua tangan menjadi panjang sekali dia memeluk.

Pohon batu sekarang dapat dipeluknya.

Sambil memeluk pohon dia segera kerahkan tenaga luar dalam ke bagian kaki dan tangannya.

Lalu dengan gerakan layaknya seperti orang yang mencabut singkong, pohon batu pun dibetotnya ke atas. Tetapi kenyataannya sungguh membuatnya kecewa, jangankan tercabut bahkan pohon batu itu seakan mempunyai akar-akar yang kokoh, sehingga tidak bergoyang sedikitpun.

"Celaka! Bila aku tidak bisa membawa perawan persembahan itu hingga munculnya malam bulan sabit ke tujuh, junjungan Penghuni Perahu Setan mungkin bakal murka."

"Apa yang harus kulakukan? Orang yang kucari itu bersembunyi di dalam pohon ini.Namun pasti ada cara untuk membukanya, tetapi bagaimana caranya?"

Tanya si mahluk Hijau di dalam hati.

Setelah itu dia mencoba berpikir sambil bolak balik di depan pohon batu.

Belum lagi sosok tinggi menemukan cara yang tepat.

Tiba-tiba saja terdengar suara gelak tawa merobek kesunyian. Suara tawa lenyap.

Sosok tinggi itu terkejut lalu cepat layangkan pandang memperhatikan ke segenap penjuru.

Dia tidak melihat apa-apa.

Namun ada sesuatu yang dirasakannya menyengat, menusuk mengganggu jalan nafas.

Ya.

Saat itu dia mengendus bau harum semerbak bunga kamboja.

"Mahluk jahanam apa yang datang? Orangnya tak kelihatan namun aku mengendus bau kuburan, aroma harum kamboja!"

Dengus sosok serba hijau sinis

"Hei mengapa bingung? Kau tidak ingin menyambut kehadiranku Dedemit Rawa Rontek? Nampaknya kau datang telah mendahuluiku, tapi karena rejeki di depan mata juga menjadi harapan sahabatku. Hendaknya kau bermurah hati untuk berbagi.Hi hi hi..."

Tidak menyangka orang mengetahui dan mengenal siapa adanya.

Sosok tinggi berkulit serba hijau diam-diam terkejut.

Dengan penasaran dia palingkan kepala menatap ke arah suara tawa yang didengarnya.

Tidak diatas tidak pula dipohon.

"Kunyuk keparat yang hendak berlagak ramah itu pasti mendekam di dalam tanah. Hik"

Sambil menggeram sosok hijau angker dikenal dengan nama Dedemit Rawa Rontek itu segera hempaskan kaki kanannya ke tanah. Kaki menderu menghantam tanah menimbulkan suara ledakan disertai guncangan hebat.

Batu dan pasir beterbangan.

Pohon batu ikut bergetar.

Sementara tidak jauh disudut semak belukar terdengar suara caci maki dan sumpah serapah

"Keparat! Apa yang kau lakukan di atas sana? Tindakanmu membuat telingaku pengang, dada menjadi sesak dan kepala ini laksana dihantam palu godam!"

"Jangan bersembunyi seperti cacing! Aku tidak suka membunuh orang yang tidak kuketahu namanya! Cepat keluar! Atau aku akan memendammu selamanya!"

Dengus Dedemit Rawa Rontek dingin.

Wuss!

Byar!

Didahului oleh semburan angin panas dari dalam perut bumi.

Tak lama kemudian tanah berhamburan memenuhi udara.

Dari balik lubang menganga hitam tempat dimana semburan tanah berasal melesat satu sosok tubuh berpakaian putih lusuh penuh robekan seperti bekas cambukan di sana sini. Setelah berjumpalitan beberapa kali di udara sosok yang ternyata adalah seorang nenek tua renta ini jejakan kakinya tiga tombak di depan Dedemit Rawa Rontek.

Melihat kehadiran nenek itu Dedemit Rawa Rontek menatap orang di depannya dengan mata melotot. Setelah menatap cukup lama.

Dari mulutnya terdengar ucapan bernada sinis mengejek.

"Mahluk salah kaprah tak karuan ujud. Tubuh dan pakaian dipenuhi tanda bekas cambukan. Disekujur badan digelayuti untaian bunga kamboja. Wajah jelek hitam. Siapa kau?"

Nenek yang ditanya tidak menjawab.

Sebaliknya dia tertawa mengikik.

Sambil mengumbar tawa aneh dia memutar tubuh.

Begitu tubuh berputar Dedemit Rawa Rontek tersentak kaget sekaligus bergerak mundur satu langkah.

Apa yang dilihat mahluk hijau ini adalah sebuah pemandangan aneh dan cukup langka.

Inilah yang membuatnya tanpa sadar mendesis,

"Kau mempunyai dua wajah? Satu di depan satu dibelakang? Sekali lagi aku bertanya, siapa dirimu ini?" hardik Dedemit Rawa Rontok hilang kesabarannya.

"Dedemit Rawa Rontek. Sungguh keterlaluan dirimu itu. Aku mengenalimu namun kau tidak mengenalku. Tetapi tidak mengapa. Mengingat kita mempunyai bujuan yang sama aku bisa memaafkan kesalahanmu yang tidak mengenalku. Ketahuilah aku yang cantik ini adalah iblis Betina Muka Dua. Aku datang dari seluruh neraka liang kubur. Maksud dari kedatanganku adalah untuk menyampaikan suatu amanat yang dilupakan, hampir dilanggar bahkan hendak dipungkiri..."

Ucapan wanita aneh itu terhenti karena tiba-tiba Dedemit Rawa Rontek memotongnya.

"Betina Jahanam! Kau dengar baik-baik."

Hardik sosok tinggi dengan mata mendelik.

"Aku tidak perduli sekalipun kau datang dari neraka perut bumi. Tentang segala kepentinganmu buat apa kau ceritakan padaku. Satu yang ingin kutanyakan apa maksud ucapanmu bahwa kita mempunyai tujuan yang sama?"

Si nenek terdiam.

Wajah disebelah depan menyeringai, namun wajah yang menghadap ke belakang tampak tegang menyimpan kemarahan.

Rupanya si nenek yang mempunyai dua wajah dalam satu kepala itu sesuai dengan julukannya mempunyai sifat yang bertolak belakang.

Bila wajah yang satu tersenyum maka wajah yang satunya lagi cemberut.

Begitu juga bila salah satu wajah marah, maka wajah yang disebelahnya belakang bersedih.

Tapi ada kalanya kedua wajah menunjukkan ekspresi yang sama.

"Kau terus menerus menghardik dan memaki diriku, Dedemit Rawa Rontek.Tapi demi seorang sahabat, aku selalu menahan diri tidak ikutan marah sebagaimana yang terjadi denganmu.Ketahuilah... aku tidak bicara berlebihan. Dengan sejelas jelasnya kukatakan padamu bahwa saat ini aku juga datang ingin menjemput gadis dambaan penguasa alam gaib yang bernama Dadu Sirah Ayu."

Jawab Iblis Betina Muka Dua seadanya. Jawaban itu tentu saja membuat Dedemit Rawa Rontek diam-diam terkejut

"Keparat jahanam! Kehadiran tua bangka ini justru membuat tugasku menjadi bertambah sulit. Sekarang apalagi yang harus kulakukan?"

Batin Dedemit Rawa Rontek sambil terus berpikir memutar otak.

Walau hati berkata demikian namun mulut tetap ajukan pertanyaan.

"Kau menginginkan gadis yang sama. Kau kira gadis yang menjadi incaranmu itu ada di mana?"

"Hik hik hik! Kura-kura botak dipalu. Berlagak tak tahu padahal hatinya penuh tipu. Aku buaya engkau kadal, mana mungkin kadal bisa menipu buaya!" dengus Iblis Betina Muka Dua sambil berkacak pinggang.

Tidak disangka-sangka kemudian dia menunjuk ke arah pohon batu di depan sana.

"Pohon... tidakkah kau merasa aneh ada pohon menjadi batu ataukah batu yang menyaru menjadi pohon. Sebelum memunculkan diri aku Sudah melihat apa yang kau lakukan terhadap pohon itu, Dedemit Rawa Rontek. Kau coba menghancurkan pohon batu dengan pukulan sakti, tapi usahamu gagal. Kau juga mencoba mencabut pohon dengan seluruh tenagamu. Edan betul. Ternyata segala upayamu sia-sia bukan. Kau tak mungkin melakukan semua kegilaan itu jika kau tidak mengincar sesuatu yang tersembunyi atau yang bersembunyi di dalamnya."

"Gadis yang kujemput bukan mahluk halus. Lalu bagaimana bisa menyelinap masuk bersembunyi di dalam pohon batu layaknya semilir angin berhembus yang menyelinap di bawah perut? Seseorang telah membantunya bukan."

Kata Iblis Betina Muka Dua sambil kedap kedipkan matanya. Merasa tidak ada lagi yang dia sembunyikan.

Tiba-tiba saja, Dedemit Rawa Rontek membuka mulut mendamprat.

"Kalau semua yang kau ucapkan itu ternyata benar. Lalu kau mau apa nenek busuk muka dua?"

"Seperti yang kukatakan, kau harus rela menyerahkan gadis itu kepadaku"

Jawab si nenek dingin.

"Lancangnya kau berkata seperti itu!"

Geram Dedemit Rawa Rontek sambil kepalkan tinju, rahang bergemeletukan, pipi menggembung sedangkan pembuluh darah yang berada di sekujur pipi dan tubuhnya berkeredut seakan hendak meletus. Walau sadar laki-laki berkulit hijau itu marah, namun Iblis Betina Muka Dua tetap berlaku tenang. Malah dengan tenang pula ia berkata.

"Kau tidak cukup layak mengambil gadis itu."

Ucapan bernada sinis Iblis Betina Muka Dua membuat telinga lebar Dedemit Rawa Rontek berjingkrak tegak.

"Grkh... keparat menyebalkan. Kau kelewat merendahkan diriku. Apakah kau sendiri bisa mengambil gadis persembahan itu dan menyingkirkan orang-orang yang melindunginya!"

"Bisa! Tentu saja aku mampu karena aku tahu caranya. Karena hanya aku yang sanggup menghancurkan pohon batu, maka dengan sangat aku minta kau menyingkir menjauh dari sana atau lebih baik lagi bila kau tinggalkan tempat ini!"

"Mahluk keparat dari liang lahat. Kau mengaku hebat malah lebih hebat dariku. Tapi setelah melihat dan memperhatikan dirimu."

Ujar Dedemit Rawa Rontek sambil menatap nenek di depannya dari kepala hingga ke ujung kaki.

"Aku melihat sesungguhnya kau baru saja mengalami derita penyiksaan yang luar biasa, Bagaimana dirimu yang hebat bisa mendapat siksa. Jadi jelaslah bila kau saja tidak mampu melindungi dirimu sendiri, bagaimana kau bisa sesumbar dapat mengambil gadis yang bersembunyi di dalam pohon batu itu?"

Diingatkan tentang keadaan dirinya sendiri. Wajah Iblis Betina Muka Dua berubah tegang. Setelah memperhatikan diri sendiri yang dipenuhi bilur-bilur luka bekas cambukan. Dengan suara menggembor dia berteriak,

"Mahluk kesasar ditumbuhi tanduk.Kau tidak pernah tahu juga tak pernah merasakan betapa sulitnya kehidupan di alam baka. Setiap orang yang telah mampus sebagian besar mendapat siksa yang maha berat. Kalau tidak percaya tanyalah pada orang yang mati. Sedikit keberuntungan yang didapat orang mati.Selebihnya adalah kesengsaraan yang luar biasa hebatnya.Tapi aku termasuk mahluk yang beruntung karena diberi kesempatan menjalankan sebuah amanat. Segala kesulitan yang kualami di dunia ini tidak ada artinya dibandingkan segala kesengsaraan yang kudapat selama ada disana. Satu yang patut kau ketahui.Semua ilmu, semua kesaktian yang dimiliki seseorang selama di dunia, menjadi musnah tidak berarti bila telah berada dalam pendaman liang lahat. Sekali lagi jangan memandang remeh diriku. Karena aku jauh lebih hebat dibandingkan dirimu!"

"karena kau merasa hebat, aku lebih bernafsu untuk menjajaki ilmu kesaktianmu"

Teriak Dedemit Rawa Rontek kalap.

Teriakan menggeledek itu dibarengi dengan gerakan sang Dedemit.

Belum lagi suara teriakannya lenyap tahu-tahu dia telah berada di depan Iblis Betina Muka Dua.

Dengan gerakan secepat kilat menyambar.
Raja Gendeng 14 Misteri Perahu Setan di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Tanduk runcing yang menempel di kening mencuat tajam ke atas menyeruduk.

Sementara tinju menderu, kedua siku lengan yang juga ditumbuhi tanduk hitam pekat menyentak bergerak mengungkit. Sekali serangan tanduk itu mengenai sasaran dapat dipastikan ada bagian tubuh iblis Betina Muka Dua yang dibuat jebol.

Melihat tiga serangan ganas datang bersamaan.

Si nenek keluarkan seruan sekaligus berkelit menghindar sambil jatuhkan diri ke samping.

"Dasar laki-laki bisanya cuma menyeduk!"

Mulut berkata begitu sambil mengubar gelak tawa. Namun dua tangan segera dihantamkan dengan gerakan mendorong sekaligus menyerang balik. Tidak terdengar suara bergemuruh, juga tidak terlihat ada cahaya yang memancar atau menderu dari telapak tangan si nenek.

Namun Dedemit Rawa Rontek tiba-tiba merasakan tiga serangan yang dilancarkannya sekaligus itu seperti melabrak tembok dinding baja yang tidak kelihatan.

Tidak percaya dengan apa dialaminya, Sosok besar ini segera melipat gandakan tenaga dalam yang dia miliki hingga membuat tubuhnya yang hijau menjadi hijau pekat.

Sementara tanduk yang dipergunakannya untuk menyerang membersitkan cahaya hitam. Iblis Betina Muka Dua terhenyak ketika merasakan satu dorongan yang luar biasa besar menindih tubuhnya dari tiga arah, hingga membuat dirinya yang rebah di tanah mulai amblas terbenam ke dalam tanah.

Pukulan Hitam Hek Tjiang Karya S D Liong Fear Street Jeritan Pertama First Trio Detektif 25 Misteri Setan Menandak

Cari Blog Ini