Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru Bagian 2
"Hi..hi..hi. Oh-oh-oh... Semakin banyak kau bicara aku tambah tidak mengerti. Kau bicara terlalu cepat seperti hujan gerimis. Pendengaranku kacau, aku cuma bisa mengingat setelah melihat!"
"Mengingat apa?"
"Aku ingat gigimu seperti deretan daun jendela!"
"Hah...! Sialan! Sudah capek aku bicara kau malah tidak mendengar? Kau cuma mengingat gigiku, bukan ucapanku. Dan kau mengatakan gigiku yang bagus ini seperti daun jendela. Keterlaluan.!"
Plak!
Satu tamparan lagi kembali mendarat kali ini dipipi sebelah kiri. Diperlakukan seperti itu anehnya. Raja malah tertawa.
"Enak sekali, nenek senang mengelus pipiku ya... Terima kasih. Kau baik sekali nek...!"
"Jangan... panggil....aku....nenenek...!"
Teriak Dewi Kipas Pelangi putus asa dan kecewa. Mendengar teriakan si gadis Raja malah senyum-senyum sendiri
"Oh aku tidak menyangka suara nyanyianmu merdu sekali, nek!"
Celetuk pemuda itu.
"Gila! Kalau begini terus aku bisa ikut gila!"
Geram Dewi Kipas Pelangi kalut. Dia lalu tatap wajah pemuda itu. Si pemuda balas menatapnya dengan mata dijereng-jereng dijuling-juling.
"Aku bukan menyanyi! Aku sedang marah!"
Erang si gadis. Raja tersenyum, kepala digejeng-gejeng.
Dewi Kipas Pelangi menjadi tambah kesal melihat tingkah pemuda itu.
Dia lalu melirik ke samping sang pendekar.
Saat itulah matanya melihat sesuatu benda yang tergeletak disamping Raja.
Dipungutnya benda itu, Dewi Kipas Pelangi memperhatikan dengan cermat
"Sisa buah...tapi buah apakah ini...?".
Sisa buah yang hanya tinggal seperempatnya itu diendus dan dicium.
"Kulit buah berwarna merah, baunya harum sekali. Disebelah sini bekas gigitan yang disebelahnya juga. Aku tidak tahu nama buah ini dan dia telah memakannya. Apapun dan dari manapun asal buah, yang jelas buah ini telah mengacaukan pikiran Raja. Tubuhnya juga sangat panas akibat memakan buah aneh ini. Buah harum telah membuatnya seperti orang yang mabuk berat. Penglihatannya mungkin tidak beres. Semua yang dia lihat tampak.. lucu...!"
Batin si gadis. Sisa buah kemudian dia simpan dibalik pakaiannya. Melihat ini Raja tiba-tiba berkata,
"Hah apa yang kau lakukan? Kau juga menginginkan buah itu ya? Ho ho ho.Rasanya memang enak, aku saja sudah hampir menghabiskan tiga.Tapi setelah makan buah itu tubuhku semakin enteng, pandangan mata jadi lain malah bisa menembus kemana-mana.Melihat apa saja jadi asyik. Aku juga bisa melihat tembus tubuhmu, nek. Dimataku kau seperti tidak memakai pakaian.
Ha ha ha...!"
"Heh...!"
Terkejut Dewi Kipas Pelangi, lalu buru buru rapatkan dua kaki, sedangkan dua tangan dipergunakan untuk mendekap kedua dada
"Pemuda gila sialan. Kau makan sembarangan jadinya seperti ini!"
"Ha ha ha! Makan sembarangan buang airrnya juga bisa sembarangan ya nek."
Menyahuti pemuda itu sambil terpingkal-pingkal.
Tapi tawanya kemudian lenyap. Dia menatap si gadis, melihat kaki dan tangan yang dirapatkan. Baginya ini adalah sebuah pemandangan yang aneh.
"Nenek... apa yang kau lakukan? Kedinginan ya?"
"Raja sialan! Tadi kau mengatakan pandanganmu bisa tembus. Orang berpakaian lengkap dalam pandanganmu sama seperti tidak berpakaian. Jadi... jadi.... Ah kau jangan membuat aku malu anak kampret!"
Teriak Dewi Kipas Pelangi
"Oh-oh...itu ya? Memang begitu nek.
Aku tidak bohong, aku tidak dusta.Yang kulihat memang seperti itu, pandanganku tembus kemana-mana nek.Malah sampai tembus ke langit, ke alam baka, alam mahluk halus. Weeh...."
Raja hentikan ucapan.
Mata dibeliakkan, bukan ke arah Dewi Kipas Pelangi tapi ke arah lain.
Dewi Kipas Pelangi memang aneh.
Pada saat Raja waras dia berani tukar pakaiannya didepan Raja, tetapi pada saat ini dia malah punya rasa malu
"Kau hendak bicara apa? Apa yang kau lihat"
Tanya si gadis tanpa jauhkan dua tangan dari dadanya.
Raja tersentak, seperti kaget tapi mulut tetap senyum-senyum.
"Anu nek...aku baru melihat ada setan gundul dan rombongan. Mereka lari-lari sambil telanjang. Ha ha ha! Lucu nek. Kalau kau bisa melihat tembus seperti aku kau juga bisa tertawa nek.!"
Setelah berkata demikian Raja angkat dua tangan tinggi-tinggi.
"Nek tadi kau bilang apa? Kau mengatakan aku anak kampret?!"
"Nanti biar kuperiksa dulu ya...!"
Raja kemudian mengendus ke ketiak kiri lalu berpindah ke ketiak sebelah kanan. Lagi-lagi dia tertawa.
"Ternyata kau benar nek. Aku memang anak kampret, ketiakku bau asem.!"
"Sudah! Jangan teruskan. Kita harus mencari cara untuk mencari penawar racun buah yang kau makan agar otakmu bisa lempang, penglihatanmu dapat pulih, mulut tidak bicara ngaco!"
Kata Dewi Kipas Pelangi prihatin.
"Kau bicara apa? Memangnya aku barang dagangan ditawar-tawar. Memangnya dirimu siapa dan aku siapa?!"
Tanya pemuda itu dengan wajah bodoh mulut melongo.
"Kau tidak ingat siapa aku? Kau juga tidak ingat siapa dirimu?"
Dewi Kipas Pelangi pandangi pemuda itu lekat-lekat. Raja menggeleng
"Urusan tambah runyam!"
Dewi Kipas Pelangi mengeluh dalam hati.
"Memangnya siapa aku?"
"Kacau sudah...!"
Sentak si gadis
"Apa? Jadi namaku Kacau Sudah. Oh kini baru kusadari ternyata namaku Kacau Sudah, kenapa tidak dibalik saja ya nek menjadi Sudah Kacau?"
"Edan! Kacau sudah cuma ucapan, bukan namamu.!"
Teriak si gadis sambil menggaruk rambutnya hingga membuat rambut panjang yang tergerai indah tampak acak-acakan.
"Nek, kau menggaruk kepala. Rambutmu banyak monyetnya ya?!"
"Dirambut tidak ada monyet yang ada cuma kutu. Mengurus kutu kurasa masih lebih bagus dari pada mengurus Raja yang mendadak jadi gila karena menelan makanan yang salah!"
Dengus Dewi Kipas Pelangi.
Kemudian tanpa memberi kesempatan pemuda itu untuk bicara, si gadis segera tempelkan telapak tangan kanan didada Raja.
Tenaga dalam berhawa dingin segera disalurkan ke dada pemuda itu, maksudnya untuk menurunkan panas luar biasa yang dialami oleh Raja.
Kalau mungkin dia juga berniat melenyapkan pengaruh racun buah aneh yang dimakan Raja.
Melihat si gadis tempelkan tangan kedadanya.
Raja menjadi heran.
Diluar dugaan tiba-tiba dia juga tempelkan tangan di dada kiri si gadis.
Karuan saja Dewi Kipas Pelangi melengak kaget, mata mendelik marah.
Tangan yang menempel didada Raja cepat disentakkan dan gadis itu tanpa sadar dalam kagetnya gerakkan kaki.
Dess!
Tendangan keras menghantam perut pemuda itu, membuat Raja terpelanting, jatuh menggelinding sambil senyum-senyum.
"Kau mengusap perutku dengan kaki?!"
Kata pemuda itu terheran-heran.
"Pemuda kurang ajar! Mengapa kau pegang dadaku!"
Geram si gadis dengan wajah merah padam menahan marah. Raja tercengang.
"Oh tidak boleh ya?"
Tanyanya polos.
"Tentu saja tidak boleh terkecuali aku ini istrimu!"
Damprat sang dara cantik.
"Tapi tadi kau memegang dadaku boleh. Kenapa aku dilarang...?!"
"Ah, bagaimana aku harus bicara denganmu. Aku tidak mengerti... aku tidak mengert...."
Pekik si gadis sambil banting-banting kakinya. Hentakan keras kaki si gadis pada tanah menimbulkan lubang besar serta getaran yang luar biasa. Guncangan lenyap. Namun tidak disangka sangka mendadak terdengar suara menderu disertai berhembusnya angin dingin sejuk. Dewi Kipas Pelangi yang masih dalam keadaan marah dan putus asa melihat ke arah Raja.
Dia segera melompat ke arah pemuda itu untuk melindunginya dari segala kemungkinan yang tidak diinginkan.
"Ooi... apa yang kau lakukan? Mengapa kau membelakangi aku? Mau kentut ya? Tapi... amboi... bokongmu indah, bagus ya nek..."
Memuji Raja polos polos saja. Khawatir pandangan Raja masih mampu menembus. Si gadis segera tutupi pakaian dibagian pinggul dengan sepuluh jari terkembang. Bersamaan dengan itu dia juga membentak.
"Diam! Jangan bicara! Ada sesuatu yang datang menuju kemari!"
Mata Dewi Kipas Pelangi jelalatan memperhatikan sekeliling mereka.
Si gadis tiba-tiba terkejut ketika melihat di depannya entah datang dari mana tahu-tahu telah berdiri tegak seorang gadis cantik. Gadis itu berwajah bulat.
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sekujur tubuhnya dipenuhi untaian buah-buahan terkecuali dibagian wajah.
Puluhan jenis buah bergelayut bergelantungan dari leher hingga mata kaki, Dan untaian buah itu berfungsi sebagai pakaian.
Rambut yang panjang tergerai juga digelayuti buah, sedangkan diatas kepala bertengger sebuah keranjang antik penuh terisi buah hingga membubung tinggi.
"Siapa dia? Apakah mungkin dia tengkulak buah-buahan yang tersesat di hutan!"
Membatin Dewi Kipas Pelangi dalam hati.
Sementara hati Dewi Kipas Pelangi berkata demikian, sebaliknya gadis yang menjunjung keranjang dan berpakaian buah menatap ke arah Raja. Yang dipandang cuma cengar cengir, mulutnya terus meracau tidak karuan.
"Untung dia tidak memakan buah Pujaan Para Dewa Dewi. Buah yang sangat terlarang bagi manusia. Seandainya bukan dia, walau memiliki ilmu kesaktian setinggi langit orang itu pasti sudah mampus atau setidaknya bakal menjadi gila seumur hidup!"
Gumam gadis itu. Mendengar ucapan orang. Dewi Kipas Pelangi belalakan matanya.
"Siapa dirimu ini? Apa pula maksud ucapanmu?!"
Tanya Dewi Kipas Pelang heran.
Gadis itu tersenyum.
"Gadis konyol namun baik budi rendah hati. Aku tahu suka padanya. Tapi pemuda itu tidak menyadari perasaan hatimu. Aku berani bertaruh. Jika harus berkorban nyawa demi pemuda itu kau pasti mau melakukannya! "
Kata gadis berpakaian buah. Walau sempat heran tidak menyangka gadis itu bisa tahu perasaan hatinya pada Raja. Namun Dewi Kipas Pelangi berkata,
"Aku bertanya siapa dirimu mengapa kau menjawab lain."
"Tidak jadi masalah bila kau tidak mau mengakui."
Si gadis buah lagi-lagi tersenyum. Dia lalu melanjutkan.
"Kau ingin tahu siapa aku? Aku adalah Gadis Buah, namaku Si Rindu Bulan. Aku berasal dari sebuah negeri yang sangat jauh.
Negeri ketentraman yang penuh damai dalam limpahan berkah kebahagiaan.Pemuda itu masih dapat selamat dari racun buah yang di makannya bukan karena ilmu kesaktiannya yang tinggi, tapi karena didalam tubuhnya mengalir ilmu kesaktian langka yang disebut ilmu Kebahagiaan!"
Menerangkan gadis bernama Si Rindu Bulan.
Dewl Kipas Pelangi yang tidak pernah tahu Raja memiliki ilmu Kebahagiaan hanya bisa terkesima.
Seperti diketahui Raja Gendeng 313 mendapatkan ilmu Kebahagiaan saat dia berada di dalam Istana Satu yang juga bernama Istana Kebahagiaan milik Puteri Manjangan Putih.
Untuk lebih jelasnya pembaca dapat mengikuti serial Sang Maha Sakti Raja Gendeng 313 dalam episode Petaka Lembah Tanpa Suara.
"Kalau demikian, dari mana asal buah yang didapatnya?"
Tanya si gadis heran.
"Tempat bertumbuhnya biarlah menjadi rahasia Sang Maha Sakti Raja Gendeng 313 selamanya..."
"Tunggu! Bagaimana kau bisa tahu nama dan sebutan sahabatku?"
Potong Dewi Kipas Pelangi. Si Rindu Bulan tersenyum.
"Dewa memberiku berkah mengenal seribu nama orang-orang hebat didunia ini, juga seribu nama penjahat paling tengik di seluruh penjuru bumi."
"Kau belum mengatakan apa nama buah yang dimakannya?"
Sela Dewi Kipas Pelangi yang dalam hati merasa kagum tidak menyangka gadis buah itu ternyata memiliki wawasan yang luas.
"Buah sangat beracun itu bernama buah Simalaka atau buah Pujaan Para Dewa Dewi. Walau dalam kehidupan manusia ada pepatah Simalakama, namun pepatah itu tidak ada hubungannya dengan buah Simalaka."
"Tadi kau mengatakan buah Simalaka atau buah Pujaan Para Dewa Dewi sangat beracun. Apakah mungkin sahabatku akan mati?!"
Tanya Dewi Kipas Pelangi sambil menggigit bibir. Entah mengapa tiba-tiba saja hatinya sedih dan dia tidak rela jika harus kehilangan Raja.
"Buah itu sangat beracun. Monyet hutan saja tak mau memakannya. Tapi racun mematikan itu hanya berlaku bagi orang biasa ataupun orang-orang yang memiliki ilmu kesaktian tinggi tapi yang tidak mempunyai ilmu Kebahagiaan. Racun buah di dalam tubuhnya bisa berubah menjadi sebuah berkah, obat mujarab dan menambah kesaktiannya sangat luar biasa."
Menerangkan Si Rindu Bulan.
Dewi Kipas Pelangi lalu bertanya dengan senyum dingin
"Berkah obat mujarab dan menambah ilmu kesaktian apa? Setelah memakan buah Simalaka sahabatku kegilaannya malah menjadi bertambah berlipat ganda.Ingatannya lenyap, bicaranya kacau."
"Yang terjadi adalah reaksi seketika. Setelah itu dia akan pulih, namun harus diberi obat penawar terlebih dulu...!"
"Tunggu!"
Potong Sang Dewi.
"Dia mengaku pandangannya bisa tembus kemana-mana. Apakah yang dikatakannya itu benar?"
Tanya si gadis dengan hati berdebar. Diluar dugaan Si Rindu Bulan anggukkan kepala.
"Memang benar demikian. Itu adalah salah satu berkah yang didapatnya dari buah kesayangan Dewa dan Dewi. Tapi kau tidak perlu khawatir. Betapa pun konyolnya dia, kelak dia tak akan sembarangan menggunakan kekuatan matanya yang sanggup menembus apa saja secara sembarangan. Karena pada dasarnya dia adalah pemuda yang sangat baik. Kelak dia bisa menggunakan kekuatan mata tembusnya untuk tujuan mulia!"
Terang Si Rindu Bulan membuat Dewi Kipas Pelangi merasa lega. Dewi Kipas Pelangi terdiam sejenak, kemudian dia ingat sesuatu.
Dia pandangi Si Rindu Bulan sekaligus ajukan pertanyaan.
"Ada lagi yang ingin kutanyakan padamu. Dia mengatakan apa yang dilihatnya berubah aneh. Dia melihat aku seperti nenek, bibirku jontor, betis besar, hidung aneh...!"
"Aku tahu. Dan semua itu hanyalah reaksi yang berlangsung tidak lama."
Jelas Si Rindu Bulan.
"Penglihatannya memang sedang kacau. Gadis secantikmu saja dia lihat seperti nenek-nenek!"
"Kalau begitu, bagaimana jika dia melihat nenek jelek? Apakah nenek itu berubah cantik selayaknya gadis?!"
Si Rindu Bulan kali ini tertawa.
"Tentu tidak demikian. Kalau nenek jelek yang dilihatnya, maka wajah nenek itu tampaknya akan seburuk setan!"
Dewi Kipas Pelangi manggut manggut mengerti, tetapi hatinya merasa geli.
"Maaf, tadi kau mengatakan sahabatku harus diberi obat penawar terlebih dulu untuk memulihkan keadaannya?!"
"Memang demikian!"
"Apa obat penawarnya? Dapatkah kau memberikannya padaku supaya dia cepat pulih."
"Orang mabuk tentu akan sadar bila kita kasih obat penawarnya. Tetapi aku tidak bisa memberikan obat penawarnya padamu.!"
Jawab Si Rindu Bulan disertai senyum penuh arti, Dewi Kipas Pelangi tercengang.
"Kau tidak punya obat penawar untuk membuatnya sadar?"
Sentak sang Dewi
"Sebenarnya aku punya. Setiap gadis yang masih perawan pasti juga memilikinya. Tapi aku tidak bisa memberikan untuknya. Jika kau bermaksud memulihkan sahabatmu itu. Sebaiknya berikan saja yang kau punya...?!"
"Apa... apa maksudmu? Aku aku tidak mengerti..."
Desis Dewi Kipas Pelangi dengan wajah pucat tegang dengan suara terbata-bata. Si Rindu Bulan tersenyum. Dia lalu dekati si gadis. Dewi Kipas Pelangi yang salah menduga melangkah mundur sambil berkata.
"Tidak... tidak Aku tidak akan memberikan yang satu itu walau pada kekasih yang kucinta sekalipun terkecuali pada suamiku!"
Si gadis gelengkan kepala. Sadar orang salah mengira, Si Rindu Bulan segera membuka mulut.
"Oh maksudmu yang itu ya? Padahal yang kumaksud bukan itu. Gadis yang baik tentu saja tidak bakal memberikan kesuciannya pada sembarang orang walau orang itu adalah kekasihnya. Aku salut padamu!"
"Lalu yang kau maksud apa?"
Tanya Dewi Kipas Pelangi penasaran.
Si Rindu Bulan lagi-lagi tersenyum.
Dia hampiri gadis itu lalu membisikkan sesuatu ditelinganya.
Mendengar bisikan orang mata Dewi Kipas Pelangi terbelalak.
"Hah... apa? Aku...
rasanya tidak mungkin....."
Suara si gadis bergetar.
"Jadi kau tidak mau berkorban memberikan sesuatu yang kau punya demi kesembuhannya Atau kau ingin melihat dia mabuk terus selamanya Bicara tidak karuan, lupa diri bahkan tidak mengenalmu lagi!"
"Tapi... tapi aku belum pernah melahirkan, tidak menyusui. Hanya orang beranak saja yang bisa keluar air susunya!"
Kata gadis itu dengan wajah pucat, bimbang dan ketakutan.
Si gadis tersenyum
"Air susu ibu melahirkan tentu berbeda dengan air susu gadis perawan.Pemuda ini tidak bisa dipulihkan dengan air susu ibu yang melahirkan. Dia harus diberi air susu Perawan, air suci seorang gadis yang belum pernah melakukan hubungan badan dengan laki-laki manapun..."
"Kau gila!"
Teriak Dewi Kipas Pelangi seperti orang kebakaran jenggot. Bila SI Rindu Bulan sejak tadi bicara sambil tersenyum, kini sikapnya berubah, senyumnya lenyap. Dengan sungguh-sungguh dia berkata,
"Aku tidak gila.
Syaratnya memang seperti itu. Kalau kau tidak sudi melakukannya tidak ada yang memaksa.Kau bisa biarkan dia menderita kesengsaraan dalam beberapa purnama.
Jika memang itu yang kau inginkan, aku tak bisa lagi mengatakan kau gadis yang baik."
Dewi Kipas Pelangi terdiam. Setelah berpikir keras. Dia merasa apa yang dikatakan Si Rindu Bulan ada benarnya juga.
"Aku gadis baik-baik."
Ucap sang Dewi dengan nafas tersengal.
"Apakah aku harus mempertontonkan auratku didepan Raja Gendeng, gilanya lagi memberikannya pada pemuda itu?"
"Jangan bodoh! Banyak cara untuk menolong sahabat tanpa harus mempermalukan diri!"
Terang Si Rindu Bulan.
Berkata demikian Si Rindu Bulan gerakkan tangannya yang digelayuti untaian buah ke udara. Ketika itu juga ditangan gadis itu tergenggam sebuah benda seukuran setengahnya buah jeruk bali.
Benda berbentuk kulit jeruk berwarna kuning berkilau itu adalah kulit jeruk emas yang hanya bisa ditemukan dikayangan
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Kau bisa memasukkan air susu ke dalam tempat ini. Aku tahu mungkin tidak sebanyak air susu ibu, dua tetes saja sudah cukup nanti kau bisa mencampurnya dengan air sungai.Aku akan membantumu mengambil air itu."
"Tapi... lalu bagaimana caranya...?"
Dewi Kipas Pelangi tersipu.
Wajah gadis itu berubah merah jengah.
Si Rindu Bulan memandang sekeliling.
"Disana ada semak-semak, dibalik pohon itu kau bisa melakukannya!"
Si Rindu Bulan berikan wadah kulit jeruk yang terbuat dari emas itu.
Si gadis menerima wadah itu.
Tapi dia terlihat bimbang.
"Tunggu apa lagi?!"
Kata Si Rindu Bulan ketika dilihatnya Dewi Kipas Pelangi masih berdiri tertegun
"Aku... aku tidak tahu caranya. Cara mengeluarkannya...!"
"Caranya terserah kau, seperti memerah susu sapi juga boleh!"
Terang Gadis Buah.
"Sial! Mengapa aku kebagian tugas gila tak masuk akal ini!"
Dengus Dewi Kipas Pelangi. Tapi dia segera bergegas menuju ke balik pohon yang terlindung semak lebat. Melihat sang Dewi bergegas pergi, Raja yang sedari tadi mengoceh sendiri tiba-tiba berseru.
"Hei, nenek kau hendak kemana? Aku ikut!"
Berkata begitu si pemuda lalu menggerakkan tubuhnya hendak bangkit.
Tapi kemudian dia ambruk lagi.
Ucapan Raja sudah barang tentu membuat Dewi Kipas Pelangi yang baru membuka kanding baju disebelah atas jadi ketakutan.
Dia takut tiba-tiba pemuda itu menyusulnya.
Kerisauan yang dialami sang Dewi disadari oleh SI Rindu Bulan.
Cepat gadis dari alam lain ini berkata,
"Kau tidak usah takut, biarkan aku mengawasinya."
Setelah itu Si Rindu Bulan datang menghampiri.
Ditatapnya pemuda tampan yang lagi mabuk buah itu.
Melihat kehadiran Si Rindu Bulan, Raja terheran-heran.
"Kau siapa...kau nenek aneh. Mengapa tubuhmu seluruhnya ditumbuhi buah.Bukkankah yang seharusnya tumbuh buah anu-anu..mengapa buahnya banyak sekali, tidak dua. Tanganmu, kaki, badan, kepala juga.Oh, tidak salahkah yang kulihat ini, nenek?"
"Yang kau lihat tidak salah. Tubuhku memang penuh buah."
Menjawab Si Rindu Bulan yang sudah maklum dengan keadaan Raja.
"Nenek, kau siapa? Kau lain dari yang lain, buahmu lebih banyak ya nek."
Ucap Raja sambil julurkan lidah basahi bibir.
"Percuma saja aku menerangkan. Begitu ingatannya sadar, pulih dan semuanya normal kembali dia tetap tidak akan mengingat apa yang telah terjadi. Dia juga tak mungkin bisa mengingat apa yang aku bicarakan dengan Dewi Kipas Pelangi!"
Batin Si Rindu Bulan dalam hati
"Nek, kau bisu ya? Tapi kulihat bibirmu bagus tidak jontor seperti nenek yang satunya lagi. Tapi bibirmu agak lain, mengapa bentuknya segi tiga begitu?!"
"Diam! Kau masih beruntung tidak mampus setelah makan tiga buah Simalaka. Dewa sekalipun tidak berani memakan sebanyak itu!"
Dengus Si Rindu Bulan.
"Nenek mulut segitiga, kau bicara apa? Bicara tentang buah kukira semua laki-laki pasti suka, dari yang masih bayi sampai yang sudah tua bangka. Ha ha ha!"
Si Rindu Bulan diam tidak menanggapi. Saat itu Dewi Kipas Pelangi sudah kembali. Wajah gadis itu sedikit pucat akibat rasa nyeri dibagian dadanya.
"Tugas telah kulakukan. Ini mangkuk sudah terisi obat penawarnya!"
Sang Dewi lalu angsurkan tangan yang memegang mangkuk emas. Si Rindu Bulan bangkit dan segera menyambutnya. Diapun kemudian memeriksa ke dalam mangkuk. Dia melihat ada beberapa tetes cairan putih namun agak bening.
"Ini susu Perawan asli! Biarkan aku mengambil air disungai itu!"
Jelas Si Rindu Bulan, Sebelum gadis itu benar-benar pergi, Dewi Kipas Pelangi berucap mengancam.
"Awas bila ternyata ucapanmu tidak terbukti dan sahabatku masih saja bertingkah seperti orang gila!"
SI Rindu Bulan tidak menanggapi. Dia terus saja melangkah. Sebaliknya mendengar ucapan sang Dewi, Raja Gendeng 313 malah menyahuti.
"Heh, memangnya masih ada orang gila di dunia ini.Siapa orang gilanya? Yang jelas bukan aku si anak kampret inikan?"
"Iya, bukan kau anak kampret!"
Sahut Dewi Kipas Pelangi sambil memaksakan diri tersenyum walau hati kesal bukan main.
"Terima kasih nek, kau bau sekali!"
Dewi Kipas Pelangi anggukkan kepala, padahal dia merasa risih terus menerus dipanggil nenek.
Sementara itu Si Rindu Bulan pergi tidak terialu lama.
Ketika dia kembali air susu didalam wadah mangkuk telah dicampur dengan sepertiga air yang diambilnya dari dalam sungai.
Kedua gadis itu lalu dekati Raja.
Mereka kemudian bersimpuh di samping kanan dan sebelah kiri sang pendekar.
Melihat Si Rindu Bulan pegangi mangkuk berisi air susu yang dicampur air sungai, Raja tiba-tiba berkata,
"Eh kalian mau apa? Aku sudah mandi setahun yang lalu, masak sekarang mau dimandikan lagi?"
"Pemuda tololl Mandi sudah setahun saja dibanggakan. Kami bukan hendak memandikanmu Kami hanya ingin memberimu minum."
Terang Dewi Kipas Pelangi.
"Minum? Kebetulan sekali aku sangat haus. Tapi itu air apa? Jangan-jangan aku hendak diberi minum air kencing nenek-nenek?!"
Walau merasa geli mendengar ucapan Raja, namun dua gadis berusaha menahan senyum. si Rindu Bulan bahkan buru-buru berujar,
"Ini bukan air kencing. Ini air susu surga!"
"Air susu tapi ada surganya. Kedengarannya sedap betul."
"Yang ada surganya pasti selalu sedap!"
Gurau Si Rindu Bulan, sedangkan sang Dewi hanya menundukkan kepala, Rupanya dia merasa khawatir Si Rindu Bulan mengatakan air susu itu dari dirinya.
"Aku mau... aku mau...!"
Berkata demikian sang pendekar tiba-tiba ngangakan mulutnya lebar lebar, Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Si Gadis Buah.
Air didalam mangkuk emas kemudian dia tuangkan ke mulut Raja.
Glek!
Glek!
Terdengar suara bercelegukan bertubi-tubi.
Khawatir terjadi sesuatu dengan pemuda itu. Dewi Kipas Pelangi pegangi lengan sang pendekar.
Air susu dalam mangkuk kulit jeruk emas semuanya amblas ke dalam perut Raja.
"Eunak... ternyata air susu surga enak. Apakah anak kampret boleh minta tambah lagi?"
Tanya Raja sambil pandangi kedua gadis itu silih berganti. Si Rindu Bulan tatap sang Dewi yang tersipu-sipu.
"Dia minta nambah apakah kau masih mau memberinya?"
Goda Si Rindu Bulan.
"Habis. Sudah tidak ada lagi.!"
Sahut Dewi Kipas Pelangi. Raja tidak sempat mendengar ucapan Dewi Kipas Pelangi karena saat itu tiba-tiba dia merasa telinganya berdengung.
Kepalanya sakit luar biasa seperti dipalu.
Tubuh terasa panas seperti masuk kedalam lautan api.
Melihat Raja melejang-lejang seperti orang terserang penyakit ayan sedangkan mata mendelik, sekujur tubuh kepulkan asap menebar bau aneh, sang Dewi cemas.
"Apa yang terjadi dengannya. Mengapa tubuhnya bertambah panas?!"
Tanya gadis itu sambil tatap Si Rindu Bulan yang terlihat tenang-tenang saja.
"Tidak usah takut. Dia dalam keadaan baik-baik saja. Sebentar lagi dia akan tertidur. Ingatannya pulih dan normal."
Menerangkan Si Rindu Bulan.
Semua yang dikatakan gadis dari kehidupan lain ternyata memang terbukti.
Setelah meraung raung seperti setan gila.
Raungan Raja kemudian terhenti.
Tubuh yang panas berangsur dingin.
Dia tidak lagi melejang-lejang.
Kepulan asap yang keluar dari sekujur tubuhnya juga lenyap.
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dan pemuda itu akhirnya pejamkan matanya.
Melihat Raja tertidur, Dewi Kipas Pelangi bertanya,
"Kapan dia akan terjaga?"
"Bangunnya secepat dia tertidur."
Jawab Si Rindu Bulan. Si gadis kemudian bangkit berdiri.
"Tugasku membantu dirimu telah berakhir. Kelak dia akan menjadi kekasihmu, namun aku tidak bisa mengatakan apakah dia bakal menjadi jodohmu. Satu yang harus kau ketahui, rahasiakan apa saja yang telah kau lakukan padanya. Kau boleh mengambil, juga menyimpan mangkuk kulit jeruk emas ini. Anggap saja sebagai kenang-kenangan!"
"Tapi aku tidak bisa."
"Kau tidak mau, mungkin menginginkan yang lain. Mau buah? Tapi buat apa karena kau sendiri sudah punya. Terimalah mangkuk ini, cepat simpan dalam kantong perbekalanmu. Pemuda itu sudah hampir terjaga. Dia tidak boleh mengetahui bahwa aku pernah ada disini!"
Karena terus didesak, terdorong pula oleh rasa khawatir. Dewi Kipas Pelangi terima mangkuk kulit jeruk dari kayangan itu.
Dia lalu bergegas menghampiri kudanya.
Setelah memasukkan mangkuk ke kantong perbekalan dan meletakkan kantong ke punggung kuda, sang Dewi kembali hendak menemui Si Rindu Bulan.
Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti dan dia menjadi tercengang ketika melihat Si Rindu Bulan ternyata sudah tidak ada lagi ditempatnya berdiri.
Sang Dewi mencari-cari, tetapi orang yang dicari tidak ditemukan.
Namun ketika dia dongakkan kepala memandang ke atas, terlihat ada satu cahaya warna warni seperti warna buah melesat terbang ke langit.
Bersamaan dengan itu sayup sayup terdengar suara Si Rindu Bulan.
"Gadis konyol yang baik hati. Kita memang harus berpisah, tapi siapa tahu kelak bisa bertemu lagi. Selamat tinggal, jagalah pemuda itu sebagaimana kau menjaga dirimu sendiri. Karena ketahuilah segila apapun dirinya sesungguhnya dia seorang raja, raja sungguhan bukan raja-rajaan."
Suara Si Rindu Bulan lenyap bersama lenyapnya cahaya diketinggian langit. Sang Dewi lambaikan tangan sekaligus anggukkan kepala. Dengan suara lirih hampir tidak terdengar dia menyahuti,
"Aku akan menjaganya, Karena aku sebenarnya memang suka padanya!"
Dewi Kipas Pelangi lalu hampiri sang pendekar. Belum sempat dia bersimpuh Raja tiba-tiba membuka matanya. Bersamaan dengan itu dari mulutnya terdengar suara teriakan memanggil satu nama.
"Anjarsari... dimana kau...!"
Secepat dia berteriak secepat itu pula dia duduk.
Matanya jelalatan mencari Anjarsari, diwajahnya terlihat cemas.
Mendengar Raja bukan memanggil namanya tetapi memanggil Anjarsari.
Dewi Kipas Pelang merasa risih kalau tak dapat dikatakan cemburu.
"Aku yang merawatmu, aku pula yang telah memberikan air suciku untukmu.Mengapa begitu kau sadar nama yang lain yang kau sebut, bukan namaku!"
Membatin sang Dewi dengan perasaan pedih
"Raja... sadarlah, Anjarsari belum kita temukan."
Kata gadis itu sambil berusaha menghibur diri.
"Mengapa aku disini dan...dan sepertinya habis ketiduran pula?"
Tanya sang pendekar heran.
Dewi Kipas Pelangi terdiam.
Dia berpikir apakah sebaiknya menceritakan saja semua yang telah dialami Raja.
Tapi dia khawatir semua penjelasannya nanti akan membuat sang pendekar jadi bingung.
Tidak ingin pemuda itu curiga dengan cepat sang Dewi berkata,
"Kau kelelahan lalu tertidur. Aku menjagaimu disini terus menerus."
"Aku tertidur karena kelelahan."
Raja berusaha mengingat-ingat. Karena terlalu memaksakan diri mengingat dan masih ada pengaruh sisa buah Simalaka membuat kepalanya jadi pusing berdenyut. Tapi kemudian sekelumit ingatan muncul dalam benaknya. Dia tiba-tiba berkata,
"Tidak. Aku bukannya tertidur.Aku ingat sekarang.Aku memakan buah aneh. Buah itu membuat perutku jadi hangat. Ketika kumakan satu buah lagi, tubuhku seperti melayang. Kepala sakit tak sanggup untuk berpikir.Semua yang kulihat jadi berubah aneh dan serba terbalik."
Walau sudah tahu namun Dewi Kipas Pelangi diam saja tidak mau membicarakan kekacauan yang dialami Raja.
Gadis ini malah berkata,
"Aku tidak tahu apapun yang kau katakan. Yang jelas aku menemukanmu tertidur disini.Sebenarnya aku ingin pergi meneruskan mencari Anjarsari, namun aku mengkhawatirkan keselamatanmu.Takut saat kau lagi tidur ada binatang buas muncul atau datang orang jahat. Orang jahat pasti tertarik pada pedangmu karena pedang itu terbuat dari emas!"
"Hmm, kau benar. Kau sudah begini baik, aku sangat berterima kasih. Tapi aku masih risau karena Anjarsari belum kita temukan!"
"Mengapa dia lagi yang disebut-sebut. Apakah aku kalah cantik dibandingkan dengan gadis yang tidak perduli pada dirimu itu?"
Lagi-lagi Dewi Kipas Pelangi membatin.
Tapi gadis ini memang pintar menyembunyikan perasaan hatinya. Lalu dia malah berkata,
"Masih ada waktu untuk menemukannya. Aku yakin dia masih bisa diselamatkan!"
"Ya-ya, kau benar. Sebaiknya kita lanjutkan perjalanan. Lagi pula aku harus melakukan apa yang ditugaskan oleh Kanjeng Empu Basula."
Raja lalu bangkit berdiri.
"Kita bisa menunggang kuda itu! Kudaku sanggup berlari cepat!"
Ujar sang Dewi. Raja tersenyum.
"Aku mau saja berkuda berdua-dua denganmu. Tapi aku kasihan pada kudamu. Biar aku menggunakan ilmu lari cepat saja. Sekarang kau boleh kembali ke kudamu karena kita memang harus segera pergi!"
Walau merasa sedikit kecewa keinginannya ditolak secara halus oleh Raja.
Namun sambil tersenyum Dewi Kipas Pelangi segera hampiri kudanya.
Tidak lama kemudian keduanya sudah bergerak pergi tinggalkan tempat itu.
*****
Di dalam ruangan besar dekat pintu utama di balik Bukit Batu Berlumut, gadis berkaki kalajengking berwarna merah yang dikenal dengan sebutan Sang Kuasa Agung berdiri tegak dengan tiga pasang kaki.
Di ujung punggungnya ada ekor yang beruas-ruas dan berujung lancip tajam seperti jarum yang berfungsi sebagai penyengat bergerak melengkung ke atas sebagai tanda siap menyerang.
Tidak jauh dibelakang gadis itu seorang kakek katai berambut putih menjela berjenggot putih panjang selutut yang bukan lain adalah Si Jenggot Panjang berdiri tegak dengan sikap waspada.
Seperti telah diceritakan dalam episode Asmara Pedang Halilintar.
Sang Kuasa Agung yang melakukan semedi didalam ruangan perut bukit Batu Berlumut berhasil memanggil Pedang Halilintar.
Pedang itu memang telah datang, namun kini tertahan diluar bukit.
Pedang yang diciptakan oleh Galuh Permana sang pengagung cinta memang dulunya sengaja dibuat dengan segenap perasaan cinta, kasih dan sayang.
Tapi ketika cinta Galuh Permana dihianati, Galuh Permana menghancurkan rumah cintanya.
Dia mengasingkan diri sedangkan Pedang Halilintar senjata yang memiliki jiwa wanita itu kemudian dia simpan disebuah gua tersembunyi.
Seperti diketahui, pedang akhirnya melarikan diri menuju ke arah orang yang sedang mabuk asmara.
Memang sejak dibuat kecewa oleh istrinya yang bernama Sarimurti, Galuh Permana yang kini telah menjadi seorang kakek pertapa akhirnya menjadi sangat membenci segala sesuatu yang berbau cinta.
Kebencian itu pula yang membuatnya tak dapat menyentuh pedang itu lagi, karena Pedang Halilintar sesungguhnya tidak dapat dipegang oleh orang yang memendam rasa benci pada semua yang berbau asmara dan cinta.
Bila di depan pintu keluar dalam perut bukit dengan segala persiapannya Sang Kuasa Agung tengah bersiap-siap keluar dari persembunyiannya.
Sebaliknya diluar bukit ada seorang pemuda bertelanjang dada bercelana biru yang menutup kedua mata dengan dua batok hitam berbentuk kacamata.
Saat itu dia sedang berhadapan dengan pedang aneh bergambar dua naga.
Badan pedang yang berwarna putih mengalami keretakan yang diakibatkan hubungan cinta pemiliknya yang hancur.
Ujung pedang bahkan nampak gompal, sedangkan hulu pedang yang berukir dalam rupa dua patung laki-laki dan perempuan yang dalam bentuk suami istri tampak hangus menghitam.
Pedang memiliki jiwa yang kini dalam keadaan mengambang tegak itu bukan lain adalah pedang Halilintar.
Sedangkan pemuda berpenampilan aneh bersama kuda yang kedua mata juga tertutup dua batok itu tidak lain adalah Pemburu Dari Neraka.
Pemuda itu hadir dirimba persilatan karena kepentingannya untuk menjemput seorang pelarian yang bernama Si Jenggot Panjang.
Upaya penjemputan paksa itu tidak berjalan mudah karena Si Jenggot Panjang ternyata punya hubungan baik dengan Sang Kuasa Agung, bahkan si kakek bersekutu dengan gadis itu.
Kini setelah berhadapan dengan Pedang Halilintar, Pemuda berambut panjang sepinggang itu mulai menyadari bahwa kehadiran senjata memiliki jiwa itu pastilah berhubungan dengan Sang Kuasa Agung.
Tidaklah mengherankan bila Pemburu Dari Neraka kemudian tersenyum.
Sambil tersenyum mulutnya berkata,
"Kau muncul jatuh dari langit dalam rupa wujud seorang gadis cantik telanjang. Jadi sebenarnya kau adalah pedang wanita. Mengapa datang kemari? Apa ingin bersatu dengan Sang Kuasa Agung?"
Sang pedang yang diajak bicara bergoyang goyang. Si pemuda tersenyum lagi.
"Melihat pada bentuk serta gagang. Kau pastilah pedang cinta, pedang asmara yang dulu pernah menimbulkan kegegeran. Seseorang yang bernama Galuh Permana yang menciptakanmu karena rasa kasihnya pada sang pujaan hati. Dan kini.... Agaknya orang yang membuatmu itu tidak lagi punya rasa cinta. Menurut cerita yang kudengar penciptamu telah dihianati oleh istrinya. Aku tidak tahu siapa istrinya, kau datang karena Sang Kuasa Agung sekarang tengah dimabuk asmara. Dia mau menikah, dia mau kawin. Dan perkawinan laknat itu bisa membangkitkan semua perajurit batu yang ada dalam bukit ini. Tapi jangan harap, selama aku masih berdiri tegak ditempat ini kau tak bisa bertemu dengannya. Kau tidak akan menjadi milik gadis gila itu!"
Teriak Pemburu Dari Neraka.
Mendengar ucapan si pemuda. Pedang Halilintar yang tadinya hanya bergoyang-goyang diketinggian tiba-tiba bergetar.
"Oh ternyata kau marah, kau murka mendengar ucapanku!"
Kata si pemuda.
Apa yang dikatakan Pemburu Dari Neraka ternyata memang terbukti.
Diawali dengan terdengarnya suara gaung menggidikkan.
Pada waktu yang sama Pedang Halilintar pancarkan cahaya putih dan cahaya biru terang yang muncul memenuhi sekujur badan pedang secara silih berganti.
"Pedang laknat! Kau belum sadar sedang berhadapan dengan siapa? Kau hendak menyerangku dengan Halilintar? Silahkan saja kalau memang punya kemampuan!"
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Baru saja Pemburu Dari Neraka selesai berucap demikian.
Laksana kilat pedang melambung tinggi.
Selagi Pedang Halilintar lambungkan diri, tiba-tiba pedang itu pancarkan cahaya kilat putih terang yang bergerak berkelak-kelok bagaikan ular raksasa menghantam si pemuda.
Trak!
Trat!
Jelegar!
Halilintar yang keluar dari badan pedang menghantam Pemburu Dari Neraka.
Tapi pemuda ini ternyata sudah sempat menghindar.
Serangan halilintar itu membuat porak poranda tanah tempat pemuda ini tadinya berdiri.
Lubang hitam menganga dalam terpentang tidak jauh didepan Pemburu Dari Neraka.
Batu dan tanah berpelantingan diudara dalam keadaan dikobari api.
"Pedang hebat. Tapi kekuatan halilintar yang dipancarkannya masih kalah panas dari api neraka!"
Batin si pemuda dalam hati.
Belum sempat Pemburu Dari Neraka lakukan sesuatu, tiba-tiba saja Pedang Halilintar diketinggian kembali melepaskan cahaya kilat yang disusul dengan hantaman halilintar yang meledak menghantam tubuh pemuda itu.
Si pemuda terkapar.
Sekujur tubuhnya mengepulkan asap hitam, tubuh hangus, pakaian sebagian hancur meleleh.
Sang pedang yang bisa merubah diri dalam wujud perempuan cantik sepertinya merasa sangat yakin lawannya binasa.
Tidak menunggu lebih lama pedang itu pun kemudian bergerak ke bawah.
Selanjutnya sang pedang meluncur deras menuju ke arah pintu bukit Batu Berlumut. Dugaan sang pedang ternyata memang keliru. Begitu halilintar menghantam tubuhnya, Pemburu Dari Neraka memang sempat terkapar.
Tapi dia tidak mati.
Dalam keadaan jatuh pingsan pemuda ini sebaliknya malah sanggup menyerap habis tenaga sakti yang menghantam tubuhnya, sehingga dia dapat cepat menjadi sadar dan segera bangkit. Matanya yang merah nyalang memandang jelalatan mencari pedang.
Ketika itu terdengar suara berdesing dari pedang yang bergesekan dengan udara.
Pemuda ini menoleh.
Mulut menyeringai ketika mengetahui pedang bergerak menuju pintu utama.
"Kau kira bisa semudah itu membunuhku!"
Geram si pemuda.
Dia lalu lambaikan tangan di udara.
Hanya dalam sekejab ditangannya telah tergenggam cambuk.
Ketika gagang cambuk tersentuh tangannya, seketika itu juga dari ujung cambuk hingga ke gagang yang ada dalam genggaman Pemluru Dari Neraka menyembur kobaran api yang panasnya seratus kali lipat dari api biasa.
Cambuk kemudian dilecutkan, bagian ujung cambuk laksana mahluk kelaparan melesat dengan kecepatan laksana kilat menyambar lalu melibat badan pedang yang sedang meluncur ke arah pintu utama bukit.
Walau pedang telah berusaha hindari libatan cambuk dengan cara meliuk-liuk diudara.
Tetap saja ujung cambuk berhasil membelit pedang itu.
Ketika cambuk disentakkan, maka pedang yang terlilit cambuk juga ikut tersentak mengikuti arah cambuk.
Seperti hidup pedang menggeliat dan meronta.
Badan pedang kini tidak lagi pancarkan cahaya putih melainkan telah berubah menjadi warna biru.
Ini merupakan sebuah pertanda pedang dengan sendirinya telah mengerahkan kekuatan sakti yang dimilikinya.
Tapi sekuat apapun pedang berjiwa itu meronta, tenaganya masih kalah kuat dibandingkan tenaga yang dikerahkan oleh Pemburu Dari Neraka.
Senjata itu akhirnya terbetot, melayang ke arah si pemuda.
Sang pemburu julurkan tangannya siap menangkap gagang pedang.
Namun tidak disangka-sangka sambil terus bergerak mengikuti arah cambuk, pedang tiba-tiba berkelit meliuk lalu membabat tulang rusuk Pemburu Dari Neraka.
Walau panas luar biasa yang dipancarkan pedang Halilintar tidak banyak berpengaruh buruk bagi pemuda itu.
Namun sabetan pedang Halilintar ke arah rusuknya bisa membuatnya sengsara.
"Senjata jahanam! Jiwa gadis tolol, tidakkah kau sadari kekuatanku. Sebaiknya kau menyerah saja!"
Sambil menggeram, Pemburu Dari Neraka melompat kesamping menghindar dari tebasan pedang.
Sabetan pedang luput menghantam udara kosong.
Belum sempat pemuda ini mengambil tindakan, pedang telah meluncur ke arahnya menderu ganas disertai pancaran cahaya menyilaukan siap menghujam jantungnya.
Serangan yang dilakukan pedang Halilintar membuat Pemburu Dari Neraka menjadi sangat murka.
Sambil berteriak dia menghantam dengan tangan kirinya.
Pukulan yang dilepaskan bukanlah pukulan biasa karena sang pemburu menghantam pedang dengan pukulan 'Neraka menggelegak.
Serangan cahaya merah berkobar laksana luapan lahar puncak gunung menyambar ke arah pedang.
Karena pedang dalam keadaan terlibat ujung cambuk maka menjadi tidak dapat bergerak. Deru cahaya menghantam senjata itu.
Sang pedang pancarkan cahaya biru terang untuk menghalau datangnya cahaya merah.
Brees!
Buum!
Benturan keras mengguncang kawasan itu pedang dalam libatan terguncang jungkir balik tidak karuan.
Dari pedang terdengar suara pekikan.
Cahaya biru terang tampak meredup pertanda jiwa yang berada dalam pedang Halilintar menderita cedera.
Pedang itu kemudian melayang, namun sebelum jatuh ke tanah Pemburu Dari Neraka sentakkan cambuk.
Ujung cambuk meluncur ke arah pemuda itu.
Sekali cambuk digoyang, libatan pedang terlepas.
Pedang melayang di udara.
Dengan sekali lompat si pemuda berhasil menangkap gagang pedang.
Tapi kejut dihati pemuda ini bukan kepalang ketika merasakan pedang dalam genggaman ternyata menyengat tangannya dengan hawa panas.
Kekuatan berlipat ganda dari hawa panas pedang tidak sanggup ditahan oleh Pemburu Dari Neraka. Pedang terlepas dari genggaman.
Si pemuda terkejut melihat telapak tangannya mengepul asap.
Kulitnya melepuh kemerahan.
Pemburu Dari Neraka ludahi tangannya sendiri.
Tangan yang terluka dalam waktu singkat pulih kemball.
"Pedang jahanam!"
Geram sang pemburu sambil tatap pedang Halilintar yang tergeletak direrumputan.
Merasa tak bisa memegang Pedang Halilintar, Pemburu Dari Neraka terpaksa gunakan cambuknya kembali.
Cambuk dilecutkan ke arah badan pedang bagian ujungnya menderu, meliuk melingkar siap melibat.
Namun diluar dugaan pedang Halilintar yang tadinya terlihat seperti tidak berdaya tiba-tiba kembali pancarkan cahaya putih benderang, Dengan kecepatan laksana kilat senjata itu tiba-tiba melenting tinggi di udara.
Melihat ini Pemburu Dari Neraka, kibaskan cambuk ke udara.
Tapi jarak yang sedemikian tinggi membuat ujung cambuk gagal menjangkau pedang Halilintar.
Diketinggian sang pedang meliuk-liuk, berputar jungkir balik seolah mengejek membuat Pemburu Dari Neraka menggeram siap menghantam senjata itu dengan pukulan Azab Neraka Yang Paling Pedih.
Belum sempat si pemuda melepascan pukulan ganasnya.
Sekonyong-konyong terdengar suara desir pintu batu bergeser.
Dari balik pintu bukit yang terbuka melesat keluar satu sosok merah yang disusul dengan satu sosok pendek bertubuh katai.
Pemburu Dari Neraka menoleh ke arah datangnya suara.
Melihat dua sosok tubuh melesat sebat ke arahnya diapun menjadi maklum siapa yang datang.
Hanya dalam sekejaban mata tiga tombak didepan pemuda itu telah berdiri tegak dua sosok dengan penampilan yang berlainan.
Sosok pertama adalah seorang gadis berwajah cantik, berambut panjang, bertangan seperti capit memiliki tiga pasang kaki berwarna kemerahan.Sedangkan yang kedua agak dibelakang sigadis adalah seorang kakek yang sangat dikenal oleh Pemburu Dari Neraka.
"Jadi inilah mahluknya yang bernama Sang Kuasa Agung, mahluk salah kaprah yang sedang dimabuk cinta."
Dengus Pemburu Dari Neraka.
Setelah itu perhatiannya beralih kepada kakek disebelah belakang si gadis.
"Hei tua bangka pelarian. Jangan bersembunyi dibalik ketiak iblis ini? Kau kira aku tidak bisa mengadili dirimu di tempat ini?"
Kata si pemuda dengan suara datar namun dingin.
Sang Kuasa Agung menyeringai.
Dia sendiri begitu muncul sudah sempat melihat Pedang Halilintar yang mengapung diketinggian.
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Kini setelah berada dibawah bayang-bayang pedang entah mengapa hasrat asmaranya menjadi bergelora.
Keinginan untuk mengambil pedang di urungkannya walau dia sudah merasakan adanya getaran yang berasal dari senjata itu.
"Nampaknya aku harus menghancurkan pemuda berpenampilan aneh ini terlebih dulu. Pedang bisa kuurus dan kumanfaatkan nanti!"
Pikir Sang Kuasa Agung lalu menatap pemuda didepannya.
"Sahabatku, Si Jenggot Panjang.Jadi itu adalah kunyuk berkaca mata batok yang selama ini mengejar dirimu. Rupanya dia hanya cecunguk yang patut dikasihani. Mengapa harus takut kepadanya?"
Si Jenggot Panjang memberanikan diri melangkah maju, setelah berdiri sejajar disamping Sang Kuasa Agung dia berkata,
"Sang Kuasa Agung.Keadaannya memang sangat menyedihkan.
Tidak ada seorang pun yang tahu apakah dibalik dua batok yang menutupi itu apa benar-benar ada mata. Tetapi memang penglihatannya sangat tajam. Aku mohon wahai sahabatku Sang Kuasa Agung. Singkirkanlah dia! Aku yakin kau mau membantuku untuk membunuhnya!"
"Hik hik hik! Kau tidak usah takut."
Sahut gadis itu.
Entah mengapa dia berubah pikiran.
Sekarang dia ingin mengambil pedang lebih dahulu sebab bila Pedang Halilintar berada ditangannya maka dia dapat menggunakan kesaktian Pedang Halilintar untuk menghancurkan Pemburu Dari Neraka.
Tidak mengherankan tiba-tiba dia berseru ditujukan pada Si Jenggot Panjang.
"Cepat serang pemuda mata batok itu sekarang!"
Perintah Sang Kuasa Agung sempat membuat Si Jenggot Panjang bimbang. Namun perinta memang harus dijalankan. Tanpa banyak tanya, tanpa perlu berpikir pula. Si Jenggot Panjang segera menerjang ke arah lawan.
"Kakek celaka! Dihadapanku kau tidak ubahnya sepertu kutu busuk!"
Geram Pemburu Dari Neraka.
Pemuda itu menunggu ketika si Jenggot Panjang menerjang dengan tendangan yang mengarah ke bagian perut.
Tendangan kemudian disusul lagi dengan dua pukulan yang menghantam ke bagian wajah.
Karena tahu Pemburu Dari Neraka memiliki kesaktian sulit untuk dijajaki maka tidak tanggung tanggung Si Jenggot Panjang melepaskan tendangan maut Angin Arwah Menerpa Bukit dan pukulan sakti Maut Menjemput Di Malam Buta.
Melihat datangnya serangan yang sangat ganas si pemuda tetap bersikap tenang.
Begitu kaki dan tangan siap melabrak, Pemburu Dari Neraka melompat kebelakang, lalu cambuk ditangan dia kibaskan ke depan menghantam kaki dan tangan si kakek
Jeleger!
Jger!
Terdengar dua dentuman menggeleger.
Si Jenggot Panjang yang tidak sempat menghindar ataupun menarik balik serangan terpelanting ke belakang.
Pada waktu bersamaan, Sang Kuasa Agung tiba-tiba berseru ditujukan pada Pedang Halilintar.
"Pedang asmara pedang Halilintar. Aku memanggilmu, aku adalah majikanmu yang baru. Kita satu selera satu tujuan, cepat bergabung bersamaku. Mari kita habisi pemuda itu bersama-sama!"
Baru saja seruan Sang Kuasa Agung lenyap. Pedang yang menggantung diatas ketinggian menderu cepat menuju ke arah gadis itu.
Melihat ini Pemburu Dari Neraka segera melompat siap hendak menghadang.
Namun gerakannya tertahan karena pada waktu bersamaan satu cahaya luar biasa dingin menghantam tubuhnya dari arah samping.
Pemburu Dari Neraka menggeram, cambuk tetap dilecutkan ke arah pedang, sementara dengan menggunakan tangan kiri dia menghantam serangan hawa dingin dengan pukulan Neraka Meminta Korban.
Cahaya merah kebiruan berkiblat dari lima jemari tangan pemuda itu, menyambar ganas ke arah cahaya dingin kehijauan.
Bentrokan keras tidak dapat dihindari lagi.
Benturan membuat tubuh Pemburu Dari Neraka terguncang, ujung cambuk yang seharusnya berhasil menyambar pedang bergerak melenceng dari sasaran.
Sementara pedang yang menderu berhasil ditangkap oleh Sang Kuasa Agung.
Si pemuda yang merasa usahanya digagalkan orang segera berbalik ke arah datangnya serangan gelap.
Dia melihat Si Jenggot Panjang menyeringai.
Rupanya kakek itu yang menggagalkan niatnya untuk mengambil pedang.
Ketika tahu Si Jenggot Panjang menderita cedera dia tersenyum sinis sedangkan melihat Si Jenggot Panjang merasa puas.
Pedang Halilintar berhasil dikuasai oleh sahabatnya tanpa mengalami cedera sedikit pun.
"Pedang Halilintar nampaknya berjodoh ddnganmu, sahabatku!"
Ujar si orang tua tanpa menghiraukan Pemburu Dari Neraka yang ditakutinya.
"Terima kasih atas bantuanmu!"
Sahut Sang Kuasa Agung sambil perhatikan pedang sejenak.
Dia merasa kagum melihat keindahan pedang yang berada ditangannya.
Namun dia tidak ingin berlama lama larut dalam kekaguman.
Saat itu dilihatnya Sang Pemburu Dari Neraka sedang melangkah mendekati Si Jenggot Panjang
Melihat ini si kakek berkata,
"Kau hendak berbuat apa? Membawa dan memenjarakanku kembali ke neraka. Tetapi dengan hanya menggunakan cambuk butut itu, apakah kau mampu?"
Ejek Si Jenggot Panjang membuat wajah si pemuda memerah dan telinganya menjadi panas.
Tubuh si pemuda bergetar menahan amarah.
Cambuk yang dikobari api dilemparkan ke udara.
Cambuk tiba-tiba lenyap.
Pemuda ini lalu menggapai ke udara, seketika ditangannya ini telah tergenggam sebuah gada dipenuhi duri merah dalam keadaan membara.
Melihat senjata ditangan Pemburu Dari Neraka, Si Jenggot Panjang yang sudah mengetahui kedahsyatan senjata itu, parasnya menjadi pucat. Berbeda dengan Sang Kuasa Agung yang sudah sangat percaya diri.
Melihat gada membara dia tersenyum dingin.
Gadis ini merangsak maju, tetapi tak dihiraukan oleh pemuda itu.
Sebaliknya tatapannya tetap tertuju pada Si Jenggot Panjang.
"Kau lupa siapa aku? Kau juga melupakan asal usulku!"
Kata si pemuda, lalu menimang gada berduri di- tangannya.
"Sahabatku, apa yang kau takutkan. Aku disini, tidak akan membiarkan kau dicelakainya!"
Seru Sang Kuasa Agung ketika melihat Si Jenggot Panjang ketakutan.
"Sang Kuasa Agung. Senjata ditangannya itu di neraka adalah gada yang sangat ganas. Apapun yang terjadi denganku, kau harus berhati-hati. Cita-citamu hanya tinggal selangkah lagi. Kekasihmu pasti akan segera datang menjemputmu!"
Kata Si Jenggot Panjang dengan suara parau.
"Hik hik hik! Aku tahu dia sedang dalam perjalanan. Tapi belakangan ini aku merasakan dia itu suka menyeleweng. Karena cinta akan memaafkannya. Kami akan menikah, dan kau...tak perlu risau. Aku pasti selalu membela dirimu!"
"Apakah kau sanggup mahluk aneh!"
Seru Pemburu Dari Neraka.
Lalu tanpa menoleh lagi dia arahkan ujung gadanya kesamping tempat dimana Sang Kuasa Agung mendatanginya.
Ketika tenaga sakti disalurkan ke hulu gada, seketika dari bagian ujung gada melesat deras tiga mahluk berwujud ular api seukuran betis orang dewasa.
Tiga mahluk api berwujud ujar keluarkan suara desis panjang.
Mulut terbuka dipenuhi gigi-gigi runcing merah membara.
Lidah terjulur merah dalam keadaan membara.
Sang Kuasa Agung ketika melihat tiga ular api melihat ke arahnya menjadi terkesiap.
"Tiga mahluk jahanam! Bagaimana gada membara itu bisa mengeluarkan ular api?"
Desis Sang Kuasa Agung.
Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan tiga mahluk itu.
Dengan menggunakan tiga pasang kakinya yang bisa bergerak lebih cepat, dia berkelit kesamping.
Tidak ingin bersentuhan dengan tiga ular membara, si gadis pergunakan Pedang Halilintar ditangannya.
Pedang dibabatkan tiga kali berturut-turut kebagian kepala tiga mahluk yang menyerang perut, betis juga lehernya.
karena si gadis mengerahkan tenaga dalam ketika babatkan pedang.
Ditangannya Pedang Halilintar keluarkan suara menderu disertai pijaran cahaya biru terang benderang.
Pedang membabat ganas mengarah ke bagian kepala tiga mahluk.
Pijaran cahaya pedang disertai menyambarnya kilat dan dentum halilintar.
Dua ular api yang mengincar leher dan perut kena dibabat putus, lalu hancur pula menjadi kepingan terkena ledakan halilintar.
Namun ular yang menyerang kaki dapat meloloskan diri dari serangan pedang.
Setelah gagal menyambar kaki lawan, ular ini berputar arah lalu kembali melesat kali ini mengincar punggung Sang Kuasa Agung.Sementara itu Si Jenggot Panjang sendiri terpaksa berusaha keras untuk mengatasi lawannya.
Pukulan-pukulan sakti dia lancarkan, namun dengan mudah dapat dihalau oleh lawannya.
Beberapa tendangan yang dia lakukan hanya sanggup membuat tubuh lawan bergetar.
Sadar lawan terlalu tangguh kakek ini terpaksa menyerang lawan dengan asap beracun yang menyembur dari pipanya.
Semburan asap pipa memang sempat membuat Pemburu Dari Neraka goyah.
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tapi Asap Pelenyap Kesadaran yang terhirup oleh lawan tak bisa membuat pemuda itu lumpuh apalagi binasa.
Melihat kenyataan ini Si Jenggot Panjang semakin bertambah nekat.
Ketika serangan gada berduri menderu siap menghancurkan kepala si kakek menjadi kepingan berserakan.
Orang tua ini jatuhkan diri.
Karena tubuhnya pendek serangan itu luput dan menghantam tanah didepan si pemuda.
Tanah berlubang besar merah membara.
Selagi berada dibawah kaki Pemburu Dari Neraka, si kakek segera menghantam kedua kaki pemuda itu dengan pukulan sakti Kesesatan Melanda Bumi.
Ini bukanlah pukulan sembarangan.
Benda atau mahluk apa saja yang terkena pukulan itu dapat hangus menjadi debu.
Tapi sebelum pukulan melabrak dua kakinya, Pemburu Dari Neraka lambungkan tubuhnya ke udara.
Gada lalu dihantamkan kebawah menyongsong serangan itu.
Byar!
Pukulan ganas si kakek musnah dihantam gada. Kakek itu sendiri amblas ke tanah sedalam lutut. Dalam keadaan terluka parah akibat bentrok pukulan dengan gada lawan.
Si Jenggot Panjang masih berusaha bangkit.
Namun pada kesempatan itu dia melihat lawan telah bergerak turun.
Gada membara diayunkan ke arah lubang tempat dimana tubuhnya terjepit.
Melihat kilauan cahaya merah memancar dari gada menyambar ganas ke arahnya.
Si Jenggot Panjang masih berusaha menyelamatkan diri dengan menyambitkan senjata rahasia Jarum Sukma Kelana yang sangat ditakuti itu.
Tapi gerakan si kakek sudah dilihat oleh lawannya.
Gada yang siap menggebuk ditarik ke atas lalu ayunkan ke arah puluhan jarum yang siap menghujani tubuhnya.
Treeng!
Puluhan jarum runtuh meleleh begitu bersentuhan dengan gada Pemburu Dari Neraka, Lolos dari serangan senjata rahasia, si pemuda kembali menghantam.
Praak!
Byaar!
Si Jenggot Panjang tidak sempat menjerit apalagi melolong.
Tubuhnya hancur menjadi kepingan dihantam gada berduri panas membara
"Kau tidak akan bisa pergi kemanapun sekarang ini!"
Kata Pemburu Dari Neraka.
Sambil masih memegang gada ditangannya, pemuda itu berbalik.
Menatap ke arah Sang Kuasa Agung, dia melihat gadis itu tengah mengayunkan pedangnya ke arah ular api.
Pedang Halilintar menderu sebat.
Kilatan cahaya melesat.
Dan sebelum pedang membabat tubuh ular itu, kilat yang memancar dari pedang menghantam kepala sang ular.
Ular api terjatuh dalam keadaan kepala hancur.
Sang ular menggelepar lalu lenyap menjadi kepulan asap.
Si gadis yang menyadari Si Jenggot Panjang telah tewas terbunuh tanpa sempat ditolongnya, menjadi marah sekali.
"Pemburu Dari Neraka! Kau harus bertanggung jawab atas kematian sahabatku!"
Geram gadis itu.
Si pemuda tersenyum dingin.
"Sejak dulu aku selalu bertanggung jawab atas semua yang telah kulakukan!"
Jawaban si pemuda membuat Sang Kuasa Agung sangat marah.
Diapun segera melakukan serangan.
Sadar lawan sangat tangguh dan memegang senjata yang dianggapnya aneh.
Sang Kuasa Agung dengan menggunakan jurus-jurus Kalajengkingnya merangsak lawan dari arah samping.
Tiga kaki disebelah kiri yang berbentuk runcing seperti jarum raksasa menusuk silih berganti ke bagian dada dan perut lawan.
Sementara tangan kiri yang berbentuk capit besar berusaha menyambar putus leher lawannya.
Selain itu pedang ditangan kanan gadis ini mencari sasaran dibagian dada.
Karena bagian ekor yang berfungsi sebagai alat penyengat untuk menyuntikkan bisa mematikan itu ikut menyerang.
Pemburu Dari Neraka tidak bisa dengan leluasa bergerak. Setiap gerakan untuk melakukan serangan balik selalu dapat dipatahkan oleh lawannya.
"Mahluk keparat! Aku harus sanggup menghancurkan ekornya itu. Baru kemudian kubuat rontok kaki dan tangannya!"
Geram si pemuda dalam hati.
Tapi untuk mewujudkan keinginannya itu bukanlah masalah yang mudah.
Apalagi ditangan lawan ternyata Pedang Halilintar berubah menjadi sangat ganas.
Beberapa kali Pemburu Dari Neraka terpaksa memutar gada berduri ditangan untuk menangkis hantaman halilintar dan kilat yang menderu dari badan pedang.
Disamping itu dia juga harus menghindar dari sengatan ekor si gadis.
Semua ini sungguh membuatnya kewalahan.
Tidak ingin celaka, Pemburu Dari Neraka tiba berlaku nekat.
Selagi ekor lawan melesat siap menusuk ke bagian perutnya.
Dengan tangan kiri dia menghantamnya.
Satu pukulan Tiupan Api Neraka dilepaskan oleh pemuda itu.
Hawa panas seperti topan bergulung melabrak bagian ekor Sang Kuasa Agung.
Si gadis yang menyadari ganasnya serangan lawan tidak mau mundur.
Dia pun semburkan bisa dari ujung ekornya yang lancip.
Cairan putih seperti susu menderu lalu menghantam pukulan yang dilakukan lawan.
Brees!
Bisa beracun bentrok diudara, menimbulkan ledakan yang disusul dengan guncangan keras. Sang Kuasa Agung terhuyung, Pemburu Dari Neraka tergetar.
Nafas menjadi sesak, namun dia masih sempat memutar gada membara ditangannya ketika lawan menyerbu ke arahnya sambil tusukkan pedang ditangan ke bagian tenggorokan.
Trang!
Dua senjata sakti beradu keras diudara.
Pedang Halilintar terpental lepas dari tangan gadis itu.
Selagi si gadis yang dalam keadaan terguncang berbalik berusaha menyambar pedang yang melayang diudara.
Kesempatan itu dipergunakan lawan menghantam punggungnya.
Sayang gerakan menghantam dengan menggunakan gada berduri ini kalah cepat dengan gerakan lawan yang memiliki tiga pasang kaki.
Walau serangan gada lolos, namun Sang Kuasa Agung tidak kuasa selamatkan ekornya yang biasa dipergunakan untuk menyengat itu.
Kraak!
Bagian ekor si gadis hancur mengerikan dalam keadaan hangus bertebaran..
Sang Kuasa Agung meraung dalam kesakitan bercampur murka.
Pada saat itu pedang sudah teraih olehnya.
Ditengah rasa sakit dan kemarahan menggeledek gadis ini tiba-tiba berbalik lalu sambitkan Pedang Halilintar ke arah Pemburu Dari Neraka.
Kecepatan pedang yang luar biasa memang masih sempat dilihat Pemburu Dari Neraka.
Tapi dia tidak sempat selamatkan diri.
Satu satunya jalan adalah dengan memutar gada untuk melindungi diri. Gada membara diputar memancarkan cahaya merah ganas.
Tapi Pedang Hallilintar senjata berjiwa itu masih sanggup meloloskan diri dan menembus perut Pemburu Dari Neraka.
Ces!
Sang pemburu delikkan mata.
Dia pandangi perutnya yang ditembus pedang dengan tatapan tak percaya.
Gada di tangannya terlepas dari tangan, melayang jatuh namun segera raib sebelum menyentuh tanah.
Melihat lawan terluka ditembus pedang. Sang Kuasa Agung tertawa tergelak-gelak.
"Hik hik hik! Akhirnya..... kau mampus juga di negeri orang..!"
Kata gadis itu. Sambil terus tertawa penuh kemenangan dia lalu melambaikan tangan ke arah Pedang Halilintar. Ditujukan pada pedang itu dia berkata,
"Batu rintangan telah disingkirkan. Aku mengasihimu Pedang Halilintar.Sekarang bergabunglah bersamaku!"
Raja Gendeng 31 Puteri Selubung Biru di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seakan mengerti apa yang diucapkan Sang Kuasa Agung.
Pedang yang menancap diperut melesat lalu kembali pada si gadis.
Pedang kemudian mendarat ditelapak tangan gadis itu.
Sambil selipkan pedang dipunggungnya. Gadis itu balikkan badan lalu bergegas menuju ke perut bukit.
Sepanjang langkahnya gadis ini meringis kesakitan menggerutu tak karuan karena telah kehilangan ekornya.
Sementara sepeninggalnya Sang Kuasa Agung. Pemburu Dari Neraka yang banyak kehilangan darah pun ambruk.
Namun sebelum kedua matanya terpejam, dari mulutnya terdenga-seruan.
"Aku sang hidup! Aku yang kesakitan memanggilmu. Aku butuh bantuan dari alammu. Alam dimana selama ini aku ikut menjaga ketertibannya!"
Setelah berkata begitu si pemuda pun terdiam.
Matanya yang sayu terpejam.
Kuda berbulu coklat tiba-tiba meringkik keras. Bulu kecoklatan yang tumbuh ditubuhnya berdiri tegak.
Mata yang tertutup dua batok didongakkan ke atas.
Kemudian terdengar teriakan menggema dimana-mana.
TAMAT
Nantikan Episode Kelanjutannya!
Telaga Darah
(Tiada gading yang tak retak,begitu juga hasil scan cerita silat ini..
mohon maaf bila ada salah tulis/eja dalam cerita ini)
Situbondo,4 Oktober 2019
Sampai jumpa di episode berikutnya...
Terima Kasih
*** Saiful Bahri Situbondo ******
Special thank to
Awie Dermawan
Dewa Arak 27 Kembalinya Raja Tengkorak Kehidupan Para Pendekar Karya Nein Rimba Dan Gunung Hijau Karya Nein
Mandarin Cersil Mandarin
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama
Cersil Indo Cersil Indonesia
Novel Barat Novel Barat
Novel Indo Novel Indonesia
Galeri Galeri
apabila halaman yg dicari tidak ada.Silahkan kembali dulu ke Menu Utama Blog Lama