Ceritasilat Novel Online

Telaga Darah 2

Raja Gendeng 32 Telaga Darah Bagian 2


"Jika kami ada sepuluh maka semuanya pasti akan bersama maju untuk menghancurkanmu!"

Timpal Pendekar Langit pula.

Tetapi Ki Sabda Lanang berbeda pendapat.

Lalu dia bergerak maju.

Setelah menatap empat sahabatnya dan kedipkan mata dia mengusap perutnya sambil berkata.

"Aku masih memandang mukamu hei...arwah Iblis Kolot, walau mukamu yang tidak karuan itu sekarang tak dapat kami lihat lagi.Namun kalau kau ingin perkelahian yang adil biar aku saja yang akan melayanimu!"

Kemudian kepada para sahabatnya dia berujar.

"Dengan penuh rasa hormat para sahabat kuharap kalian mundur."

"Tapi...!"

Mandang Jati tidak sempat selesaikan ucapan, karena saat itu Ki Sabda Lanang telah memberi isyarat dengan menggoyang jari telunjuknya.

"Manusia terkutuk seperti dia tidak perlu di kasih hati! Mengapa kita tidak segera bersama-sama menghabisinya secepat yang bisa kita lakukan!!"

Geram Resi Amarta tidak puas. Orang tua ini melompat maju.

Namun ketika mengangkat tangan Resi Amarta merasakan ada satu tenaga luar biasa kuat mendorong tubuhnya ke belakang.

Ternyata tenaga itu berasal dari gerakan tangan Ki Sabda Lanang.

Melihat hal ini Resi Amarta menjadi maklum.

Apa yang dilakukan oleh tokoh ke lima dari Puncak Akherat ini semata-mata untuk kehormatan dan harga diri mereka.

Dan dia juga menyadari Ki Sabda Lanang adalah tokoh yang paling sakti dan paling tua di antara ke tujuh tokoh dari Puncak Akherat.

Saat ini si kakek gendut yang senang bersyair itu berumur sekitar tiga ratus tahun.

Resi Amarta kemudian memberi isyarat pada teman temannya untuk memenuhi keinginan Ki Sabda Lanang.

Melihat empat lawannya bergerak ke belakang arwah Iblis Kolot dan Pura Saketi tersenyum.

"Manusia-manusia tolol yang masih mementingkan martabat dan harga diri. Kalau kakek konyol maju seorang diri, maka dia pasti akan kita kirim ke akherat secepatnya!"

Bisik Pura Saketi.

"Kita berdua. Dia sendiri! Dia akan menjadi lawan yang empuk buat kita!"

Sahut arwah Iblis Kolot.

Apa yang dibicarakan arwah Iblis Kolot dan muridnya tidak bisa didengar oleh empat kakek.

Tetapi Ki Sabda Lanang dengan mata batinnya yang hebat dapat mendengar pembicaraan murid dan guru. Dan dia hanya tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala.

"Hmm, jadi itu yang telah kalian rencanakan! Aku sendiri dan kalian berdua hendak melawanku. Siapa takut!!"

Kata kakek gendut sambil mengumbar tawa. Ucapan kakek gendut tentu saja membuat menjadi kaget.

"Sekarang sudah ketahuan, siapa yang sengaja hendak berbuat culas!"

Teriak empat kakek hampir bersamaan. Arwah Iblis Kolot tertawa tergelak gelak.

"Kalau sudah tahu mengapa kalian tidak maju bersama lagi?! Ha..ha..ha...!"

Kali ini yang keluar adalah suara Pura Salketi yang asli.

"Bagaimana Ki Sabda Lanang! Kami tidak bisa membiarkanmu sendirian mengadapi musuh!"

Tanya Ki Lintang Geni cemas

"Siapa saja yang sudah tidak menghargai diriku, silahkan maju. Nantinya bukan saja lawan yang kugebuk,tetapi yang berani maju akan kegebuk juga!"

Geram Ki Sabda Lanang dengan wajah kesal dan mata mendelik marah.

Tidak ada yang berani menentang keputusan Ki Sabda Lanang.

Empat kakek mundur teratur.

Kesempatan ini segera dipergunakan Ki Sabda Lanang untuk menyerang lawannya.

Arwah Iblis Kolot menyeringai ketika melihat lawan yang bertubuh gemuk besar melesat dengan gerakan cepat dan ringan sekali.

Dari mulut yang sama terdengar pula suara tawa sang murid.

"Manusia tua sudah bosan hidup! Kami masih mau berbaik hati memberimu manisan neraka. Nih terimalah dengan senang hati..!"

Teriak arwah Iblis Kolot dan Pura Saketi berbarengan.

Suara raungan teriakan mereka merobek udara.

Sang arwah dan muridnya menggabungkan dua kekuatannya.

Dua tangan dilambaikan ke arah si kakek kemudian disusul dengan semburan cahaya merah menyala yang menghantam tubuh sebelah bawah Ki Sabda Lanang.

Dalam waktu sekejab dua pukulan dan semburan api dari mulut lawan melanda tubuh Ki Sabda

Brees!

Seketika itu juga Ki Sabda Lanang merasakan sekujur tubuhnya seperti masuk dalam kobaran api.

Karena sudah mengenal lawannya sejak lama maka d?am-diam dia lindungi dirinya dengan ilmu pamungkas yang dikenal dengan nama Lautan Membeku Sepanjang Jagad Diselimuti Lapisan Es.

Kemudian dia melabrak ke depan sambil kibaskan tangannya ke kiri dan ke kanan selayaknya orang kepanasan. Pukulan dahsyat dan semburan api dari arwah Iblis Kolot seketika meredup dan menjadi padam begitu menyentuh tubuh si gendut.

Melihat ini Pura Saketi terperangah.

Bukannya cedera malahan tubuh si gemuk diselimuti lapisan putih mulai dari rambut hingga ke ujung kakinya meluncur ke arah Pura Saketi.

"Api tidak bisa melawan air. Jika kau mengandalkan pukulan yang bersumber hawa panas, sampai botak lumutan pun tidak bisa membuatku celaka. Hei...Iblis Kolot"

Lalu si gendut tertawa

"Hua..ha..ha..ha...!"

Dees!

Dees!

Dua tangan dingin luar biasa melabrak dada dan perut Pura Saketi, membuat pemuda itu jatuh terpelanting sejauh tujuh tombak. Ki Sabda Lanang jejakkan kaki tanpa suara. Sepasang matanya menatap ke depan. Wajahnya kejenakaannya lenyap. Kini sikapnya berubah selayaknya seorang dewa yang baru turun dari langit. Melihat perubahan ini sahabatnya hanya bisa diam mengawasi. Walau tingkahnya sering konyol dan menjengkelkan namun si gendut ini memang manusia aneh yang sulit ditandingi.

Sementara Pura Saketi merasa perut dan dadanya terasa beku akibat pukulan si gendut. Dengan wajah merah menahan sakit dan kebencian dia segera menyalurkan tenaga dalam berhawa panas. Dari dalam gurunya ikut membantu. Dalam waktu sekejab dada dan perutnya pulih. Kelima kakek diam-diam merasa heran ketika melihat Pura Saketi dapat pulih dengan cepat. Mereka sudah mengenal musuh bebuyutannya ini. Sepengetahuan mereka ilmu yang dipergunakan Ki Sabda Lanang itu adalah ilmu yang paling langka dan baru berhasil dikuasai oleh orang tua gendut itu.

Sepuluh gajah paling gemuk sekalipun bila terkena serangan Ki Sabda Lanang pasti tewas terjungkal membeku menjadi patung es.

"Dia sudah menguasai ilmu baru!"

Kata Pendekar Langit berbisik

"Aku juga berpikir demikian!"

Menyahuti Resi Amarta berbisik pula. Ki Lintang geni gelengkan kepalanya. Mandang Jati terdiam, kemudian dari mulutnya terdengar ucapan.

"Bagaimana kalau Iblis Kolot dan muridnya itu telah berhasil mendapatkan ilmu Aksara Iblis."

Ucapan ini membuat ke empat kakek lainnya menjadi geger, mereka seolah baru menyadarinya dan segera meningkatkan kewaspadaan.

"Jika dugaan Mandang Jati benar! Tidak perlu lagi kita memakai aturan atau peradatan. Sebaiknya kita serang arwah Iblis Kolot dan muridnya itu bersama-sama."

Kata Pendekar Langit. Pembicaraan ke empat sahabatnya itu sempat didengar oleh Ki Sabda Lanang.

Hatinya menjadi gelisah sehingga dia diam saja ketika mendengar keputusan keempat kakek itu.

Melihat ke empat kakek melangkah maju menyebar membentuk lingkaran, arwah Iblis Kolot berbisik kepada muridnya.

"Mereka berlima sangat berbahaya. Ilmu yang kita miliki dapat ditangkalnya, terutama si kakek gendut yang selalu cengengesan itu. Tidak ada pilihan lagi untuk menyudahi perkelahian ini kita serang mereka dengan ilmu Aksara Iblis!"

Pura Saketi menyeringai. Matanya melirik menyapu pandang ke arah lima kakek. Lalu dia menjawab.

"Hmm, aku memang sudah tidak sabar untuk menghabisi ke lima orang yang telah membunuh ayahku."

Setelah itu Pura Saketi berkata.

"Seperti yang dikatakan guruku, dari lima jurus yang diberikan, masih ada dua jurus lagi yang tersisa. Dengan dua jurus itu apa kalian masih bisa menghabisi kami berdua!"

Bukan jawaban yang didapat Pura Saketi, karena saat itu juga Pendekar Langit telah berdiri tegak sambil luruskan ke dua tangannya melewati bagian atas kepala.

Lalu diputarnya siap menyerang dengan jurus Penguasa Langit Menyerang Bumi yang dipadu dengan pukulan Murka Langit Pada Penghuni Bumi.

Dua serangan ini bukan pukulan biasa.

Bukit setinggi pucuk kelapapun hancur jika terkena pukulan ini.

Pendekar Langit menggerakkan tangannya, maka segulung cahaya biru menderu laksana iring-iringan awan yang dihembus tiupan angin keras.

Hawa dingin menebar ke arah Pura Saketi.

Si pemuda merasakan nafasnya menjadi sesak leher laksana dijerat tali.

Selagi si pemuda bersama arwah gurunya berusaha menahan serangan Pendekar Langit, pada saat yang bersamaan Resi Amarta juga menghantam dengan pukulan Menghalau Kabut Lembah.

Terlihat membersit cahaya putih menyilaukan keluar dari tangan si kakek mengarah ke bagian pinggang bawah si pemuda.

Ki Lintang Geni tidak mau ketinggalan, dia mengambil sebuah kendi kecil berwarna cokelat.

Tutup kendi dibuka lalu terdengar suara desis disertai kepulan asap putih menebar bau harum semerbak.

Sambil melompat tinggi dia menaburkan isi cairan dengan menyebut nama cairan tersebut.

"Air Sorga Pemusnah Iblis!"

Brr.!

Isi kendi bermuncratan mengguyur tubuh Pura Saketi.
Raja Gendeng 32 Telaga Darah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Si pemuda memekik kaget dan berusaha menjauhkan dirinya dari semburan cairan sambil menghantamkan tangan kirinya ke atas.

Belum lenyap kejut dihati si pemuda dan arwah Iblis Kolot, tiba tiba Mandang Jati menghunus senjatanya berupa keris berwarna hitam yang berluk tujuh.

Keris sakti bernama Panembahan Koro Bledek itu menderu dan ditusukkan tepat ke arah dada dibagian jantung lawan.

Cahaya serangan keris hitam berkiblat mendahului Empat serangan dahsyat sekaligus menderu dengan ganas ke arah Pura Saketi.

Dia merasakan tubuhnya luluh lantak. Namun pemuda itu meraung keras sambil berseru.

"AKSARA IBLIS!"

Teriakan keras itu diringi dengan getaran yang mengerikan yang keluar dari tubuh Pura Saketi. Tibatiba saja terdengar...

Byaar!

Byaar !

Cahaya merah terang benderang bertaburan memenuhi seluruh penjuru tubuh si pemuda. Di antara cahaya merah itu muncul pula dari seluruh tubuh si pemuda puluhan huruf-huruf aneh berwarna merah, putih kelabu. Cahaya itu berpedar hilang timbul silih berganti menyilaukan mata yang melihatnya. Empat kakek itu terkesiap. Ki Sabda Lanang segera berseru.

"Aksara Iblis! Batalkan serangan kalian! menyingkir! Selamatkan diri kalian segera!"

Si kakek sendiri segera lindungi dirinya dengan ilmu sakti Lautan Membeku Sepanjang Jagad Diselimuti Lapisan Es.

Di luar dugaan tidak satupun dari ke empat kakek menuruti peringatannya.

Ki Lintang Geni malah bergerak lebih rendah agar guyuran Air Surga Pemusnah Iblis bisa tepat sasaran.

Sementara Pendekar Langit yang melihat serangan pertamanya dapat diredam lawannya menjadi penasaran.

Dia merangsak maju sambil memukul dengan kekuatan yang berlipat ganda.

Resi Amarta melepaskan pukulan beruntun sedangkan Mandang Jati berusaha menerobos pertahanan lawan dengan menusukkan kerisnya ke rusuk lawan.

Hanya beberapa kejaban saja semua serangan akan menghantam tubuh Pura Saketi yang dapat membuat tubuhnya hancur.

Namun tiba-tiba puluhan Aksara Iblis yang keluar dari tubuh si pemuda bukan saja menghalau semua serangan ke empat kakek tetapi menghancurkan semuanya.

Keris di tangan Mandang Jati meleleh.

Kendi ditangan Lintang Geni hancur sebagian isinya malah mengguyur tubuhnya sendiri.

Terdengar suara jeritan yang menyayat hati di sana sini saling bersahutan.

Lalu tubuh ke empat tokoh Dari Puncak Akherat meledak hancur menjadi kepingan dan hangus mengepulkan asap dikobari api.

Melihat ini Ki Sabda Lanang menjadi sangat murka bukan main.

Sambil berteriak keras dengan kemarahan yang menggelegak dia melompat ke depan.

Dengan ilmu Amarah Dewa Dalam Kegusaran si kakek kibaskan tangannya kanan kiri.

Angin menderu dari kedua telapak tangan.

Pura Saketi segera balikkan badan.

Dia terkesiap ketika melihat tangan si kakek telah berubah besar menjadi sepuluh kali lipat tangan biasa.

Hawa panas dari kedua tangan itu dapat membuat tubuh si pemuda hancur menjadi debu.

"Aksara Iblis...!"

Dari satu mulut keluar dua seruan yang sama.

Satu suara arwah Iblis Kolot.

Satunya lagi suara Pura Saketi.

Melihat serangan datang dia segera angkat tangannya ke dada.

Tangan lalu didorongkan ke depan menangkis serangan dua tangan besar Ki Sabda Lanang.

Sebelum benturan keras terjadi, puluhan Aksara aneh dalam rupa cahaya melengkung, berkelok-kelok dan berubah ubah bentuk dengan warna merah kehitaman menderu dari tubuh dan tangan pemuda itu.Walau si kakek telah melindungi tubuhnya dengan ilmu Lautan Membeku Sepanjang Jagad Diselimuti Lapian Es, tetapi tetap saja serangannya Amarah Dewa Dalam Kegusaran tak sanggup menjatuhkan lawan.

Sebaliknya seperti pohon raksasa yang diterpa angin topan, tubuh orang tua ini tersapu mental lalu jatuh tak karuan disertai bunyi berdebum.

Melihat lawan roboh arwah Iblis Kolot bersama dengan Pura Saketi menyeringai puas.

"Kini hanya tinggal satu lagi tokoh Dari Puncak Akherat yang harus kita bunuh, tetapi di mana dia berada?"

Gumam arwah Iblis Kolot yang menyangka Ki Sabda Lanang telah tewas

"Lalu sekarang bagaimana lagi, guru? Apa kau ingin menemui kekasihmu untuk melangsungkan perkawinan dengan segera?"

Tanya Pura Saketi. Dari mulut yang sama terdengar jawaban arwah Iblis Kolot.

"Betul. Perkawinan harus segera dilangsungkan. Perajurit batu sangat kita butuhkan untuk membangun kekuatan. Tidak perlu risau. Begitu Sang Kuasa Agung tahu aku ada di dalam tubuhmu, dia pasti bersemangat untuk mempercepat perkawinan. Dia menikah denganku, tetapi secara kasat mata dia itu kawin denganmu yang masih muda dan tampan! Ha ha ha!"

"Guru, aku ingin menghancurkan tubuh kakek gendut itu."

Berkata Pura Saketi yang tidak puas ingin melihat tubuh utuh Ki Sabda Lanang.

"Jangan bodoh. Mengapa mengurusi orang yang sudah mati. Kita urus saja segala yang enak-enak dan yang membawa kesenangan kita berdua."

Cegah arwah Iblis Kolot.

Setelah diam sejenak akhirnya Pura Saketi mengikuti perintah gurunya.

Selanjutnya tanpa bicara lagi dia menuju ke pintu bukit sesuai dengan petunjuk gurunya.

Pintu berwarna putih yang setengah hancur dibuka dengan paksa.

Lalu dia lenyap masuk ke dalam.

Setelah itu pintu menutup kembali.

Keadaannya menjadi sunyi.

Kesunyian tidak berlangsung lama.

Karena terdengar suara erangan disertai dengan geliat tubuh Ki Sabda Lanang yang disangka telah tewas.

Ternyata serangan Aksara Iblis tidak mampu membunuh si kakek konyol ini.

Sambil mengerang si kakek membuka matanya.

Dia mencoba menggerakkan kedua tangannya yang terkulai.

Tetapi tangan itu mati rasa dan sulit digerakkan.

Barulah setelah dia mengerahkan tenaga saktinya ke bagian tangannya dan sekujur tubuhnya maka tangan itu dapat digunakannya untuk mengusap.

"Eeeh...lega rasanya. Tapi....setan alas! Mahluk jahanam dan muridnya itu tadi ke mana perginya?!"

Desis Ki Sabda Lanang. Si kakek berusaha bangkit. Mulutnya menyeringai. Alis berkerenyit ketika merasa sekujur tubuhnya seperti habis terkena seribu sayatan pisau.

"Ilmu Aksara Iblis keparat! Kalau saja tidak melindungi diri dengan ilmu Lautan Membeku Sepanjang Jagad Diselimuti Lapisan Es, aku sudah tewas. Sekarang apa yang harus kulakukan."

Pikirnya.

Sekali lagi si kakek mengerahkan tenaga dalamnya sehingga rasa sakit di tubuhnya lenyap.

Dia kemudian berdiri tegak sambil menghirup nafas dalam-dalam.

Diperhatikannya segenap penjuru tempat.

Hatinya sedih ketika mengingat sahabat-sahabatnya telah meninggal.

"Sayang, kalian tidak mendengarkan peringatanku sehingga kalian mati sia-sia. Nasi sudah menjadi bubur, namun aku tidak akan tinggal diam dengan pengorbanan kalian!"

Ucap Ki Sabda Lanang dengan suara parau.

Kemudian dia menatap ke arah pintu bukit dan menduga arwah Iblis Kolot telah memasuki bukit

"Yang menjadi ketentuan takdir tak mungkin dicegah. Tetapi setidaknya aku bisa memutus mata rantai agar malapetaka itu tidak terjadi.Tidak ada pilihan lain, aku harus segera pergi ke Telaga Darah secepat mungkin!"

Sambil menahan kesedihan mengenang nasib para sahabatnya si kakek gendut segera berlalu tinggalkan tempat itu.



*****


Tandu biru dihias renda putih selayaknya kereta kuda tanpa roda melesat di udara dengan gerakan cepat laksana terbang.

Empat pemuda bertelanjang dada, bercelana putih yang biasa disebut Empat Pengiring, terus bergerak menuju ke arah di mana matahari terbit tanpa mengenal rasa lelah.

Setelah melewati sebuah desa, empat pemikul tandu terus berlari di jalan setapak di antara persawahan yang luas dan subur.

Di ujung jalan tepat di kaki sebuah gunung hijau, empat pemuda pengiring yang memikul tandu memperlambat kecepatan larinya.

Merasa gerakan tandu melambat, dari dalam tandu terdengar suara.

"Empat Pengiring! Tempat yang kita tuju masih jauh dari sini. Cepatlah! Kita mengejar waktu. Keterlambatan langkah kalian membuat urusan menjadi runyam. Apa yang terjadi sehingga kalian memperlambat langkah?"

Suara itu merdu,jelas suara seorang wanita. Pemuda pemikul tandu dibagian depan sebelah kanan yang disebut Pengiring Satu tundukkan kepala dalam-dalam. Lalu dengan sikap hormat dia berkata.

"Maafkan kami, Gusti Puteri. Kami bukannya sengaja memperlambat langkah, tetapi karena saat ini di tengah jalan ada seekor kuda hitam dengan penunggangnya seorang gadis berpakaian biru warna warni sedang menghadang kita, Gadis itu tidak sendiri. Dia bersama dengan seorang pemuda gondrong bertingkah laku aneh. Dia berpakaian kelabu dan ada hawa aneh yang keluar dari pakaian tersebut. Dipunggungnya ada sebilah pedang aneh juga."

Terdengar suara menggumam dari balik tandu. Lalu disusul dengan ucapan.

"Kalau hanya hawa aneh aku tidak perduli, asal tidak bau pesing atau bau busuk. Perintahkan kepada mereka untuk segera menyingkir karena seorang puteri mau lewat!"

Empat pemuda pengiring berbarengan anggukkan kepala.

Mereka segera mendekati sang pemuda yang berdiri tegak sambil melipat dua tangan di depan dada serta gadis berpakaian biru bersenjata kipas.

Setelah sedikit membungkukkan badan, Pengiring Kedua berucap.

"Kisanak dan nisanak yang berada di atas kuda, kami mau lewat. Mohon diberi jalan, Menepilah sedikit karena tandu yang kami bawa cukup berat."
Raja Gendeng 32 Telaga Darah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


"Kami hanya minta jalan sedikit saja sebab kami tidak mau mengganggu kenyamanan Kisanak dan nisanak yang sedang menikmati hijaunya pemandangan.!"

Menimpali Pengiring Ketiga yang berada di belakang.

Si pemuda gondrong yang tidak lain adalah Sang Maha Sakti Raja Gendeng 313 tersenyum sambil geleng-geleng kepala.

Sedangkan gadis yang diatas kuda yang bukan lain Dewi Kipas Pelangi segera menepikan kudanya memberi jalan.

"Silahkan!"

Empat Pengiring kembali mengangguk. Mereka segera memacu langkahnya. Tetapi ketika mereka melintas di samping Raja, dia berseru.

"Eit tunggu.!"

Empat pemuda hentikan langkah, Sambil menoleh bertanya.

"Ada apa kisanak?"

"Siapakah yang berada di dalam tandu? Kudengar tadi kalian menyebutnya gusti Puteri. Apa puteri sungguhan atau puteri-puterian atau juga puteri setan?"

Tanya Raja sambil senyum-senyum. Empat pengiring terkesiap. Wajah mereka berubah. Sorot mata mereka menunjukkan rasa tidak suka kepada pemuda itu yang dianggap usil walau mungkin maksudnya bergurau.

"Kisanak, mulutmu usil sekali. Tidakkah kau ingat akan ujar-ujar yang mengatakan 'mulutmu adalah harimaumu' "

Sentak Pengiring Pertama.

"Wah.... bicaramu hebat sekali. Bagiku mulut harimau itu bukan mulutku. Mulut kambing bukanlah mulut kuda temanku ini."

Sahut Raja sambil menunjuk ke arah mulut kuda di sampingnya.

"Empat Pengiring. Harap jangan layani ucapan pemuda gila satu itu. Otaknya memang sudah tidak waras. Kalau melayani nanti kalian bisa ikut menjadi gila!"

Kembali satu suara merdu keluar dari dalam tandu. Dewi Kipas Pelangi yang sedari tadi hanya duduk diam mendengarkan di punggung kuda, tergerak hatinya untuk mengetahui orang yang berada di dalam tandu.

Dengan uncang-uncang kaki di atas kuda dia berkata.

"Sahabatku Raja pewaris kerajaan, orang sudah tidak mau memperkenalkan dan unjukkan diri mengapa harus berkecil hati. Aku kira orang yang duduk di dalam tandu itu adalah perempuan jelek yang berwajah mengerikan. Karena itu kuperingatkan kau jangan berpikir untuk jatuh cinta kepadanya sebab aku Dewi Kipas Pelangi memliki wajah yang jauh lebih cantik dan bentuk tubuhku lebih indah memesona. Hi hi hi !"

"Aku tidak meragukan ucapanmu. Aku tahu kau cantik. Tubuhmu putih mulus, indah dan ada munjung-munjungnya. Membayangkan kemolekan tubuhmu, membuat kepalaku jadi pusing dan mata jadi belekan. Ha ha ha....!"

Mendengar ucapan pendekar 313. Dewi Kipas Pelangi cemberut. Parasnya merah. Mata mendelik. Tetapi dalam kemarahannya Dewi Kipas Pelangi tampak lebih cantik. Sementara itu empat pengiring berusaha menahan diri untuk menghindari terjadinya keributan.

"Kita tinggalkan saja dua orang gila itu! Perjalanan ke bukit Batu Berlumut masih jauh!"

Mengingatkan pemuda ke empat. Empat temannya mengangguk membenarkan. Tetapi baru saja mereka hendak mengayunkan kaki, tiba-tiba terdengar suara bentakan lembut dari dalam tandu

"Tunggu....! Kalian harap bersabar!"

Ucap orang dalam tandu ditujukan kepada para pengiringnya.

Keempat pemuda itu sama hentikan langkahnya.

Lalu dari balik tandu yang hanya ditutup oleh selembar kain putih berenda emas disibakkan oleh jemari tangan putih yang lentik.

Dari dalam tandu menebar aroma harum semerbak. Raja Gendeng 313 dan Dewi Kipas Pelangi memandang tak berkedip ke arah tandu yang tersibak itu.

Di balik pintu tandu terlihat seorang gadis berpakaian berupa gaun berwarna biru.

Gaun indahnya membalut pinggul serta dada montok padat.

Wajahnya diselubungi selembar selendang lebar tipis tetapi kecantikannya yang luar biasa itu dapat terlihat dari balik selendang yang menutupi wajah.

Sang pendekar 313 ini tidak pernah mengenal atau berjumpa dengan gadis diatas kepalanya bertengger sebuah mahkota emas berhias ukiran burung merak itu.

Sebaliknya Dewi Kipas Pelangi walau sebelumnya tidak pernah berjumpa dengan gadis didalam tandu tetapi setelah melihat ciri-ciri orang segera saja keluarkan seruan.

"Aha....wajah dan kepala diselubungi selendang, pakaian biru membalut tubuh indah dada besar. Kalau tidak salah menduga, engkau pastilah orang yang selama ini dikenal dengan sebutan Puteri Selubung Biru?!"

Walau terkejut tidak menyangka gadis berpakaian warna warni bersenjata kipas mengetahui siapa dirinya.

Namun gadis berselubung berpakaian biru yang memang Puteri Selubung Biru adanya malah tertawa tergelak-gelak

"Jika sudah tahu siapa orang yang berada dihadapanmu mengapa kau dan sahabatmu pemuda gondrong itu tidak segera berlutut kepada Sang Puteri? Hi hi hi...!"

"Puteri sinting, kau dan aku sama perempuan. Walau kau puteri tetapi cuma puteri selubung. Jika aku berlutut didepanmu apa kata dunia persilatan? Dari pada berlutut dihadapanmu lebih baik aku berlutut didepan Raja, pemuda sahabatku itu. Dan mungkin saja kami bakal berjodoh adu lutut. Hik hik hik!"

"Aku juga lelaki normal, aku tidak pernah berlutut sembarangan. Tapi kalau disuruh berlutut dihadapanmu aku pasti mau. Ha ha ha!"

Timpal Raja disertai gelak tawa, Wajah yang terlindung dibalik selubung tampak merah jengah, mulut terkatub, jemari tangan terkepal. Sambil berusaha menahan kemarahan Puteri Selubung Biru tiba-tiba saja berkata.

"Dua manusia aneh. Yang perempuan miring otaknya sedangkan yang pemuda gila, rupa gila pula kelakuannya. Otakmu mesum hanya dipenuhi pakaian dalam. Tapi aku sudah bisa menduga siapa kalian adanya. Sangat disayangkan aku tidak punya waktu berlama-lama bicara dengan kalian. Masih ada urusan yang lebih penting yang harus aku selesaikan."

Ujar Puteri Selubung Biru. Kemudian ditujukan pada empat pemuda pengiring gadis itu berkata.

"Kita cuma membuang waktu sia-sia. Sekarang juga kita lanjutkan perjalanan ini!"

"Perintah siap dilaksanakan!"

Sahut empat pemuda pemikul tandu.

Sekali empat pemuda itu menggerakkan kaki, seketika itu juga tandu dan pengiringnya lenyap dari pandangan mata.

Dewi Kipas Pelangi sebenarnya hendak mencegah karena ada yang hendak dia tanyakan.

Tapi belum sempat mulut berucap, Sang pendekar buru-buru berkata.

"Jangan! Biarkan saja mereka pergi"

"Kau tahu dia dan pengiringnya hendak pergi kemana?"

Tanya Dewi Kipas Pelangi yang masih duduk dipunggung kuda sambil pandangi murid Ki Panaraan Jagad Biru dan Nini Balang Kudu. Raja anggukkan kepala.

"Gadis itu hendak pergi ke Bukit Batu Berlumut."

Terang Raja tanpa memberi tahu bahwa kabar itu berasal dari dua makhluk alam roh yang berdiam didalam hulu pedangnya.

"Apa yang hendak dilakukannya di tempat itu?"

"Mencegah terjadinya perkawinan. Turut yang aku dengar memang bakal berlangsung perkawinan di bukit itu."

Dewi Kipas Pelangi terdiam.

Selagi berpikir tiba-tiba saja dia ingat dengan pesan Kanjeng Empu Basula.

Bukankah kakek dari alam roh itu pernah berpesan pada mereka untuk segera mencari seorang perempuan yang disebut Sang Kuasa Agung.

Menurut Kanjeng, gadis itu adalah kekasih Iblis Kolot, arwah sesat yang kini menumpang tinggal didalam raga muridnya.

"Raja .bukankah kita juga seharusnya pergi ke Bukit Batu Berlumut? Mengapa kita lupa pesan Kanjeng Empu Basula?"

"Siapa yang lupa. 7 Perintah kakek itu tetap kita lakukan tapi jangan lupa pula keselamatan Anjarsari."

Mendengar disebutnya nama gadis itu, Dewi Kipas Pelangi jadi cemberut

"Mengapa cuma dia saja yang ada dalam benakmu. Sejak dia lenyap diculik orang kau hampir mengabaikan tujuan utama."

Dengus gadis itu cemburu.

Raja tersenyum.

"Gadis itu adalah tanggung jawabku, selain tugas utamaku yaitu mencari Iblis Kolot!"

"Iblis Kolot sudah mati, arwahnya kini bersemayam didalam tubuh sang murid. Kita seharusnya bertanya pada Puteri Selubung Biru apa tujuannya pergi ke tempat itu. Aku yakin diapun memiliki tujuan yang sama dengan kita!"

"Tujuan kita menghentikan perhelatan yang bakal dilakukan oleh Sang Kuasa Agung dan muridnya Iblis Kolot. Tapi aku telah melihat tanda-tanda dilangit dan firasatku mengatakan saat ini perkawinan telah dilangsungkan."

"Apaa..? Perkawinan dua makhluk sesat itu telah terjadi?!"

Sentak Dewi Kipas Pelangi dengan mata mendelik seakan tidak percaya.

"Benar."

Ucap Raja dengan wajah bersungguh-sungguh.

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?"

"Bagaimana aku tahu kurasa bukan sesuatu yang penting. Lebih baik kita segera tinggalkan tempat ini!"

"Pergi kemana?"

"Ke sebuah tempat. Kita harus ke sebuah telaga, karena cepat atau lambat kedua mempelai pasti bakal pergi ke tempat itu juga!"

"Telaga apa maksudmu? Apa hubungannya perkawinan mereka dengan telaga?"

Tanya Dewi Kipas Pelangi tidak mengerti.

"Telaga dengan perkawinan memang tidak ada hubungannya. Tapi makhluk makhluk yang terbangkitkan membutuhkan darah untuk memperkuat diri dan menambah kesaktian! Jika tidak d?cegah, dalam waktu satu purnama ke depan makhluk itu bakal mengalami perkembangbiakan yang hebat, setiap manusia yang tubuhnya terdiri dari tulang, darah dan daging bakal dimusnahkan oleh mereka. Kemudian mereka bakal memenuhi seluruh penjuru alam fana ini dan hidup menggantikan golongan manusia yang telah dihancurkannya.!"

Tegas Raja.

Dewi Kipas Pelangi tertegun, menatap heran pada sang pendekar yang mondar mandir dengan gelisah didepannya setelah itu dia ajukan pertanyaan.

"Aku tidak mengerti bagaimana sebuah perkawinan bisa membuat makhluk yang tadinya mati bisa menjadi hidup. Memangnya siapa Sang Kuasa Agung dan Arwah Iblis Kolot itu?"

"Mereka adalah dua iblis yang bersekutu dengan raja diraja kesesatan yang bersemayam di alam gaib!"

Jawab Raja.

Dewi Kipas Pelangi tertegun dan tercengang. Jika yang dikatakan oleh Raja Gendeng 313 itu benar adanya, maka inilah saatnya mereka harus mengambil tindakan.

"Mengenai telaga yang kau maksud itu, apa namanya dan dimana letaknya?"

Tanya Dewi Kipas Pelangi.

"Tempat itu tepatnya di mana aku tidak tahu.Tetapi dari ilmu menyusup pandang yang kulihat tempat itu dikelilingi oleh bukit hangus.Namanya Telaga Darah yang dipenuhi kabut dan uap panas. Pohon pohon disekitarnya dalam keadaan kering meranggas."

"Apakah telaga yang kau maksudkan itu dalam keadaan mendidih?"

"Bukan hanya mendidih tetapi juga bergolak seperti magma di dalam puncak gunung berapi!"

Raja Gendeng 32 Telaga Darah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku jadi penasaran. Apakah air yang memenuhi telaga itu memang darah sungguhan ataukah hanya warnanya saja seperti darah?"

Raja tersenyum, baru kemudian menjawab.

"Darah itu darah sungguhan yang berada dalam kuasa perlindungan roh suci bernama Kanjeng Alam Suci. Dan darah itu sesungguhnya adalah darah siluman dan darah iblis. Manusia biasa tidak bisa menggunakan darah telaga tersebut. Sang Kuasa Agung dan arwah Iblis Kolot menggunakan darah itu untuk menambah kekuatan sakti dari pasukan batu yang telah mereka bangkitkan sehingga mereka akan menjadi sulit ditandingi."

"Benarkah semua yang kau katakan itu?"

"Eh..apa kau melihat aku ini sedang meracau?"

"Memang tidak. Namun terus terang aku terkejut mendengar semua penjelasanmu itu. Tetapi ada satu hal yang menimbulkan tanda tanya dihatiku!"

"Apa itu?"

"Aku tidak mengerti bagaimana mungkin pasukan batu yang dibangkitkan oleh kedua mahluk itu bisa menjadi banyak.Apakah beranak atau berkembang biak? Apa pasukan itu ada laki-laki dan perempuan?"

"Tidak! Mereka tidak mempunyai jenis kelamin. Tetapi mereka dapat berkembang biak seperti penyakit menular atau seperti panu. Panu tidak ketahuan jenis kelaminnya, namun dapat berkembang menjadi banyak. !"

Ucap Raja sambil tersenyum.

"ih, kau ada-ada saja!"

Kata Dewi Kipas Pelangi sambil mencubit pinggang Raja membuat pendekar 313 meringis kesakitan.

"Aku...."

Raja tak sempat melanjutkan ucapannya, karena pada saat itu tibatiba saja di langit terlihat cahaya merah hijau dan kuning bertaburan.

Bersamaan dengan munculnya cahaya yang menebar ke seluruh arah itu tiba-tiba saja angin berhembus.

Aroma harum semerbak tercium merasuk menembus tenggorokan.

Tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, sang pendekar berseru.

"Tutup jalan nafasmu!"

Walau tidak mengerti mengapa Raja memintanya menutup jalan nafas, namun gadis itu mematuhinya. Pada waktu yang sama si gadis juga melihat di langit muncul cahaya merah kebiruan yang membentuk sebuah alur garis melengkung tak ubahnya seperti pelangi. Dalam kagetnya Dewi Kipas Pelangi berseru.

"Raja, lihatlah ke atas!"

Di tengah hembusan angin yang menebar bau harum semerbak sang pendekar menatap ke satu arah. Keningnya berkerut. Mata memandang tidak berkedip ketika melihat dari arah timur muncul semburat cahaya merah kebiruan yang menuju ke sebelah barat.

"Tidak ada hujan, tetapi mengapa ada pelangi? Aneh..."

Gumam Dewi Kipas Pelangi.

"Yang kita lihat itu bukan pelangi. Perhatikanlah dengan baik. Di tengah cahaya ada benda-benda yang bergerak beriringan seperti perajurit yang berbaris menuju ke suatu tempat."

"Aku tidak bisa memastikan benda apa yang melayang berpindah tempat mengikuti alur cahaya itu. Bentuknya seperti patung..."

"Tepat! Kelihatannya seperti patung perajurit yang hidup! Astaga! Celaka.... Benda-benda itu pasti bukan patung biasa! Apa kau ingat....Kanjeng Empu Basula pernah mengatakan, bila perkawinan antara mahluk berkaki kalajengking dengan mahluk alam roh sampai terlaksana, maka dari perkawinan laknat itu dapat membuat patung perajurit batu menjadi hidup."

Dewi Kipas Pelangi yang malam itu memang ikut mendengar ucapan sang Kanjeng menjadi terkesima.

"Jagad Dewa Bathara! Malapetaka apa yang bakal menimpa rimba persilatan bila pasukan kuno itu bangkit dari tidur panjangnya!"

Desis si gadis dengan wajah pucat dan mata terbelalak.

"Aku tidak tahu! Yang pasti perkawinan dua mahluk sesat telah berlangsung! Dan iring-iringan perajurit batu itu pasti sedang dalam perjalanan menuju ke Telaga Darah! Mereka bergerak dengan bimbingan kekuatan dari kegelapan!"

"Lalu apa yang harus kita lakukan?"

Tanya Dewi Kipas Pelangi.

"Kita belum tahu apakah dua mahluk yang membangkitkan para perajurit itu ikut serta atau tidak di dalam rombongan yang kita lihat sekarang ini? Yang jelas kita harus segera pergi ke barat karena alur cahaya yang pangkalnya dari bukit Batu Berlumut itu berujung di Telaga Darah. Mereka ingin mendapatkan darah dari telaga!"

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Kita harus sampai ke Telaga Darah lebih awal dari iring-iringan perajurit batu itu!"

Tegas si gadis

"Aku juga berpikir demikian."

Sambil berkata begitu Raja kembang kempiskan hidungnya.

Hembusan angin terhenti.

Aroma harum semerbak yang tercium lenyap.

Tetapi entah mengapa pemuda itu merasakan tengkuknya jadi merinding.

Dengan sudut mata dia memperhatikan keadaan sekitarnya.

Tidak terlihat apa-apa.

Tidak ada tanda-tanda adanya kehadiran orang lain di tempat itu.

"Ada apa? Apakah kau merasa seperti ada yang mengawasi kita?"

Tanya si gadis, rupanya Dewi Kipas Pelangi merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh pendekar 313. Raja menggeleng.

"Entahlah! Sejak cahaya muncul di langit disertai dengan iring-iringan perajurit batu itu, aku merasa ada berpasang-pasang mata mengawasi gerak gerik kita."

"Aku juga merasakan hal yang sama. Tetapi kita telah melihat bahwa selain kita berdua tidak ada satupun orang lain di sekitar sini! "

"Sebaiknya tidak perlu dirisaukan! Kita berangkat saja ke Telaga Darah dengan mengikuti alur cahaya itu."

Ujar sang Dewi. Raja mengangguk setuju.

"Mari kita segera pergi!"

Pendekar 313 lalu balikkan badannya siap mengerahkan ilmu lari cepatnya. Tetapi si gadis berkata.

"Sebaiknya naik kudaku saja! Angin Puyuh bisa membawa kita berdua secepat terbang."

Raja sendiri memang menyadari bahwa kuda milik Dewi Kipas Pelangi yang disebut Angin Puyuh itu memang memiliki kecepatan berlari seperti kilat. Dan kemudian sambil senyum-senyum menggoda Raja berkata.

"Sebentar lagi angin bertiup lebih kencang. Udara dingin memang tidak nyaman jika sendirian. Kalau aku duduk di belakangmu, boleh aku aku merangkul pinggangmu?"

"Kau terlalu banyak peradatan! Merangkul pinggang tidak mengapa asal jangan memelukku. Aku tidak suka dipeluk...!"

Sungut Dewi Kipas Pelangi

"Kalau tidak mau kupeluk, bagaimana kalau kubelai saja?!"

Goda Raja sambil cengengesan.

"Dasar Raja Gendeng! Kau ini maunya yang enak-enak saja,sedangkan aku yang rugi!"

"Eh...bukankah kita jadi sama-sama enak. Ha.ha...ha..!"

Dengan diiringi gelak tawa Raja melompat ke punggung kuda dan dengan seenaknya pula dia merangkul tubuh langsing berpinggul besar itu erat-erat.

"Hei..pelan-pelan...geli...!"

Kata Dewi Kipas Pelangi dengan jantung berdebar- debar dan wajah merah dan kegelian dipeluk Raja.

Perasaannya melayang-layang seperti di awang-awang dan hati yang berbunga- bunga.

"Tunggu apa lag...? Mengapa diam saja, hayo cepat pacu kudanya..?? Kau senang ya...kupeluk?!"

Si gadis tersadar dan dengan tersipu malu dia memacu kudanya. Kaki dihentakkan ke perut kuda.

"Hea.....hea..!"

Kuda berbulu hitam yang bernama Angin Puyuh meringkik keras. Begitu empat kaki bergerak ke depan.

Wuuuus!

Sesuai dengan namanya binatang tunggangan itu melesat laksana kilat dan berlari mengikuti alur cahaya melengkung menuju barat. Tak sampai sekedipan mata sang kuda lenyap di kejauhan.


*****

Kembali ke bukit Batu Berlumut. Beberapa saat sebelum Raja dan Dewi Kipas Pelangi melihat pemandangan aneh berupa munculnya cahaya merah kebiruan yang melengkung seperti pelangi yang kemudian diikuti iring-iringan para perajurit batu. Di dalam bukit Batu Berlumut pertemuan antara arwah Iblis Kolot dan Sang Kuasa Agung merupakan puncak pertemuan yang paling penting bagi kedua mahluk aneh yang saling mengasihi itu.

Pada mulanya Sang Kuasa Agung, gadis cantik berkaki kalajengking merasa heran melihat kedatangan Pura Saketi. Dia berkata.

"Aku sedang menunggu seseorang yang menjadi pujaan hati seumur hidupku. Mengapa kau yang muncul?"

Pura Saketi tertegun, matanya menatap Sang Kuasa Agung dengan hati bertanya-tanya dan mulut menyeringai.

"Aku Pura Saketi, murid Iblis Kolot! Kau siapa gadis berkaki aneh?"

Tanyanya. Mendengar disebut nama Iblis Kolot, Sang Kuasa Agung terlonjak kaget sekaligus gembira.

"Aku...aku adalah Sang Kuasa Agung, kekasih dari Iblis Kolot!"

Menerangkan si gadis. Pura Saketi hendak melanjutkan pertanyaannya, namun tiba-tiba saja tubuhnya bergetar hebat. Tidak terduga Iblis Kolot telah mengambil alih pembicaraan sekaligus menguasai raga Pura Saketi.

"Kekasihku......aku sudah datang bersama muridku! Aku telah menjadi arwah karena itu aku menumpang di dalam raga muridku ini!"

Terdengar suara parau seorang kakek yang keluar dari mulut Pura Saketi. Setelah mendengar suara yang sangat dikenalnya itu, sepasang mata Sang Kuasa Agung membeliak berbinar-binar.

"Astaga! Kekasihku, bagaimana bisa seperti ini? Siapa yang telah membunuhmu?"

Arwah Iblis Kolot kemudian menceritakan semua yang telah terjadi.

"Hanya dengan jalan dibunuh oleh murid sendiri, maka aku bisa hidup abadi. Pura Saketi masih muda dan sangat sepadan untuk mendampingimu di kamar pengantin. Di samping itu dia juga tidak akan terkalahkan, karena telah menguasai ilmu langka Aksara Iblis!"

"Aksara Iblis? Ilmu dahsyat itu telah dikuasainya? Oh sungguh senang sekali mendengarnya. Dan kau harus tahu saat ini juga aku telah berhasil memiliki senjata hebat simbol cinta kasih milik seorang pemuja cinta yang telah kehilangan rasa cintanya..."

"Apakah senjata yang kau maksud adalah....Pedang Halilintar?"

Tanya Iblis Kolot sambil tersenyum lebar.

Sang Kuasa Agung menganggukkan kepala.

Arwah Iblis Kolot tertawa tergelak-gelak

"Ha ha ha! Ternyata penguasa tertinggi di alam kegelapan telah berpihak kepada kita. Kita telah dikaruniai banyak kekuatan. Duhai...kekasihku! Kesetiaanmu sejak dulu, serta bakti dan pengorbananmu tidak akan kulupakan. Seperti yang telah kukatakan dahulu, ternyata kita memang berjodoh!"

Raja Gendeng 32 Telaga Darah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kekasihku Iblis Kolot! Meski kini kau telah menjadi arwah, sedikitpun hal ini tidak menguntungkan! yang mengurangi rasa cintaku kepadamu!"

Ucap Sang Kuasa Agung disertai senyum manja.

Lalu dia bangkit bergerak maju.

Dua tangan yang berbentuk capit seperti kepiting terjulur hendak memeluk Pura Saketi.

Tetapi pada saat itu tubuh si pemuda bergetar.

Sambil mundur ke belakang lalu terdengar ucapan keluar dari mulut si pemuda.

"Guru....Maafkan aku. Aku menghormati cintamu kepadanya. Tetapi aku tidak mau dengannya!"

Suara yang terdengar jelas suara asli Pura Saketi. Tetapi kemudian terdengar bentakan dari mulut yang sama.

"Murid tolol! Jangan membantah. Apa aku perlu menyingkirkan jiwamu dari raga ini. Jika itu yang kau inginkan, aku dengan mudah bisa melakukannya dan akan mengambil sepenuhnya tubuhmu ini."

"Tapi guru....!"

"Diam..!! Tidak ada tapi-tapi. Patuhilah keinginanku! Kau harus tahu kami akan segera menikah. Jika aku menikah berarti kau juga ikut merasakan kebahagiaan yang kurasakan. Apa yang kuperbuat maka tubuhmu juga merasakan. Lihat baik-baik. Pentang matamu lebar-lebar! Kekasihku adalah gadis yang cantik. Kau harus menurut atau kau lebih memilih aku menyingkirkan jiwamu ini?"

Geram Iblis Kolot. Pura Saketi terdiam. Pemberontakan dari dalam raganya tidak terjadi lagi, tubuh itu diam tidak bergerak sedikitpun. Lalu Sang Kuasa Agung membujuk.

"Anak muda, arwah gurumu itu berada dalam ragamu. Tubuh yang satu didiami dua jiwa. Jika kau menikahi aku, kau juga menikmatinya. Lihatlah tubuhku yang mulus. Walau aku sudah tahu kenakalan kalian di dalam perjalanan kemari, tetapi aku masih memberi maaf. Kalau dibandingkan dengan gadis-gadis korban kebejatan kalian, tubuhku ini jauh lebih menggiurkan."

"Ah...ternyata kau telah tahu ketololan yang telah kulakukan. Maafkan aku, maafkan kami kekasihku!'

Kata arwah Iblis Kolot. Sang Kuasa Agung tersenyum

"Aku selalu memaklumi kenakalan calon suamiku juga murid yang menjadi raga tumpangannya. Sekarang bukan waktu yang tepat untuk berdebat bagi kita. Kalian lihat keadaan di sekeliling kita?"

Pura Saketi dan arwah Iblis Kolot layangkan pandang ke seluruh penjuru ruangan.

Mereka melihat patung-patung perajurit batu yang tegak berjejer mengelilingi pedataran batu tinggi.

Di tengah pedataran batu tinggi itu ada sebuah bantalan bundar yang dikelilingi oleh kelambu berwarna hitam.

Di empat sudut kelambu sebelah atas terdapat simpul tali panjang dikaitkan di empat sudut langit-langit ruangan.

Selain itu terlihat juga sebilah pedang tidak bersarung.

Ujung pedang dalam keadaan sempal membentuk patahan bergambar hati.

Badan pedang berukir dua ular besar yang saling melilit mengalami keretakan di beberapa bagian.

Sedangkan bagian hulunya yang gosong hitam terdapat ukiran laki-laki dan perempuan selayaknya suami isteri.

Walau jarak antara pedang dengan pemuda cukup jauh namun hawa hangat yang menebar dari badan pedang dapat dirasakannya.Ini pertanda senjata itu bukan senjata sembarangan.

"Pedang Halilintar! Senjata yang merupakan lambang cinta kasih. Sekejab lagi baik pedang maupun patung-patung perajurit perang ini akan menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dahsyat!"

Gumam arwah Iblis Kolot.

"Dengan demikian kita akan mempunyai pasukan yang sangat kuat. Lewat bantuan kuasa raja diraja alam kegelapan pasukan batu kita nantinya dapat menggandakan diri menjadi ribuan."

Terang Sang Kuasa Agung.

"Lalu apa lagi yang kita tunggu? Jalinan kasih kita telah berlangsung lama. Kasih kita pada mulanya kita lakukan secara sembunyi-sembunyi. Sampai akhirnya rasa cintamu membulatkan tekad tulus sehingga kau memilih diriku. Perkawinan harus segera dilangsungkan agar semua rencana yang kita bangun sejak dulu dapat diwujudkan."

"Iblis Kolot! Ketahuilah perkawinan kita ini hanya disaksikan oleh langit dan bumi, tanpa juru kawin. Aku telah mengurus ini sejak lama. Sekarang lihatlah baik- baik......!"

Lalu Sang Kuasa Agung melambaikan tangannya ke atas.

Seketika itu juga satu pemandangan menakjubkan berupa hiasan dinding bermunculan dalam ruangan seperti hiasan dalam satu perhelatan besar.

Janur kuning.

Untaian bunga aneka warna menghias segenap penjuru ruangan dalam perut bukit itu.

Lampu beraneka warna bergelantungan di setiap sisi dinding.

Ruangan yang tadinya gelap temaram dan menebar bau menyengat kini tampak menjadi terang dan harum.

Lalu di ujung ruangan sebelah kiri ada sebuah pelaminan indah lengkap dengan hiasan bunga.

"Luar biasa! Menakjubkan!"

Puji arwah Iblis Kolot.

"Aku akan merias diriku dan dirimu dalam raga Pura Saketi."

Kata Sang Kuasa Agung lalu melambaikan kedua tangannya.

Pertama ke arah Pura Saketi dan kemudian ke arah dirinya sendiri.

Dari jari tangan Sang Kuasa Agung yang berbentuk capit menderu hawa hangat menerpa tubuh Pura Saketi.

Sedangkan dari tubuh Sang Kuasa Agung sendiri terdengar suara desis disertai pancaran cahaya yang menyebar ke seluruh bagian tubuh mereka berdua.

Ketika cahaya yang memancar dan menyelimuti tubuh mereka berdua lenyap, maka terlihat tubuh mereka telah mengenakan pakaian seperti pasangan pengantin yang siap naik ke pelaminan.

Sang Kuasa Agung mengenakan gaun berwarna merah.

Dia tampak seperti seorang puteri raja dengan sepasang alis hitam tebal dan bibir berwarna merah merekah..

Di atas kepalanya bertengger sebuah mahkota kecil dengan hiasan kalajengking.

Mahkota itu terbuat dari perak.

Sedangkan Pura Saketi berpakaian bak pangeran dengan celana biru dibalut kain setinggi lutut.

Libatan kain di sekeliling pinggang itu berwarna coklat bercorak garis-garis melengkung berwarna putih.

Dengan sebuah belangkon bertengger di atas kepalanya. Pura Saketi terlihat lebih gagah dan lebih dewasa dari umur yang sebenarnya.

Sang Kuasa Agung mula-mula memperhatikan Pura Saketi yang berada di depannya, lalu dia tersenyum.

Selanjutnya dia mengamati dirinya sendiri dan senyumnya menjadi semakin lebar.

Wajahnya nampak puas dengan dandanan tersebut

"Pengantin telah siap naik ke pelaminan. Kita tidak perlu berlama-lama. Kita hanya butuh beberapa saat saja duduk di pelaminan sebagai syarat awal bagi kebangkitan semua perajurit batu yang berada di dalam ruangan inil"

Arwah Iblis Kolot tersenyum.

Dia mendekati Sang Kuasa Agung.

Lalu mereka berjalan beriringan menuju kursi pelaminan.

Sambil berjalan Arwah Iblis Kolot dalam tubuh muridnya berkata.

"Kau yang lebih tahu apa yang harus kita lakukan, aku mengikut saja! Perkawinan kita bukan untuk kesenangan sesaat tetapi mempunyai tujuan yang lebih besar yang harus kita wujudkan!"

Sekejab kemudian kedua orang ini telah sampai di depan kursi pelaminan.

Sang Kuasa Agung hentikan langkah.

Tangan kanan diangkat tinggi, diputar lalu digoyang ke arah kursi indah berukir yang berada di depannya.

Dari tangan si gadis berdesir hawa hangat yang menebar ke segenap penjuru ruangan.

Hawa hangat ini membangkitkan perasaan dalam diri Pura Saketi.

Sambil bergandengan tangan dengan Sang Kuasa Agung darahnya terasa berdesir, jantung berdetak lebih keras.

Melirik ke arah si gadis di sampingnya, Pura Saketi merasa wajahnya menjadi panas dan tubuhnya serasa terbakar.

Sang Kuasa Agung dapat merasakan gejolak gairah si pemuda.

Tetapi di bawah kendali arwah Iblis Kolot, pemuda itu dapat dibuat tenang sehingga dapat mengikuti urutan acara yang telah dipersiapkan oleh Sang Kuasa Agung.

"Atas restu dan dukungan raja diraja kegelapan yang bersemayam di tahta kegelapan abadi, kegelapan pikiran dan kegelapan hati. Disaksikan juga oleh para setan, juru nikah alam sesat. Hari ini aku Sang Kuasa Agung dan kekasihku arwah Iblis Kolot mengikat janji sehidup semati dalam sebuah tali perkawinan yang direstui oleh para arwah sesat dan setan gentayangan. Bangkitlah yang mati! Bila yang mati dan yang dibutuhkan dapat hidup, maka yang baru hidup semuanya akan bergabung denganku untuk menjadi sebuah kekuatan baru yang tidak terkalahkan!"

Baru saja Sang Kuasa Agung selesai dengan ucapannya, tiba-tiba terdengar suara gaung aneh. Langit-langit ruangan di dalam perut bukit Batu Berlumut bergetar. Pedang Halilintar yang tertancap di dinding batu mengeluarkan suara menderu disertai pijaran api yang terang.

Senjata sakti lambang kasih sayang itu seakan ikut bahagia dan memberi restu. Kemudian ketika sepasang pengantin ini duduk di pelaminan, maka seluruh patung perajurit batu yang jumlahnya banyak itu mulai bergerak-gerak. Melihat ini Sang Kuasa Agung pun berseru kepada arwah Iblis Kolot.

"Kekasihku! Kita harus berciuman sebagai tanda ikatan perkawinan sah dan demi kebahagiaan kita bersama sehingga semua patung itu menjadi hidup!"

"Ha ha ha! Yang kau katakan memang sudah kutunggu sejak lama!"

Sahut arwah Iblis Kolot sambil tertawa.

Secepat kilat arwah Iblis Kolot dalam tubuh Pura Saketi merangkul leher Sang Kuasa Agung.

Dengan penuh perasaan cinta keduanyapun berciuman.

Seketika itu juga tampak pedang Halilintar bergetar hebat.

Meronta-ronta sedemikan rupa seolah-olah hidup.

Pedang kemudian tercabut lepas dari dinding dan melayang jatuhkan diri ke atas pangkuan kedua mempelai.

Semua kejadian aneh dalam ruangan itu ternyata belum berakhir, sebab hawa hangat asmara sepasang pengantin itu kemudian menebar memenuhi seluruh isi ruangan.

Ratusan patung perajurit batu peninggalan pematung sakti di masa lampau segera menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Tangan yang memegang berbagai senjata bergerak-gerak.

Dua mata membuka.

Mulut berdecak disertai suara meracau tak karuan.

Sang Kuasa Agung bangkit bersama Pura Saketi, lalu pedang Halilintar diselipkan di punggung si pemuda.

Mereka kemudian memandang ke deretan patung-patung itu.

Sambil tersenyum Sang Kuasa Agung berkata.

"Wahai..para perajurit! Aku adalah majikan yang telah menghidupkan kalian. Mulai dari sekarang dan selama-lamanya kalian harus mengabdi kepada kami. Kalian harus tunduk serta mematuhi semua perintah kami. Jika kalian patuh sekarang kalian harus segera berlutut!"
Raja Gendeng 32 Telaga Darah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo


Seru Sang Kuasa Agung. Ratusan perajurit batu yang berbaris berderet-deret saling pandang sesamanya Kemudian sambil anggukkan kepala mereka jatuhkan diri berlutut di depan Sang Kuasa Agung dan Pura Saketi. Arwah Iblis Kolot pun ikut tersenyum puas.

"Mereka telah menyatakan kepatuhan nya kepada kita. Kini kita hanya tinggal membuat sempurna kekuatan mereka di Telaga Darah."

Ucap arwah Iblis Kolot.

"Aku tahu. Mereka harus dikirim ke telaga dan kita mengikuti di belakang. Tetapi untuk memberangkatkan mereka kita butuh satu kekuatan dahsyat. Kita tidak boleh mengirim mereka dengan jalan biasa. Kita kirim mereka melalui udara dengan bantuan cahaya sakti penghubung yang bernama Karma Sukma."

"Ah..aku tahu!"

Seru arwah Iblis Kolot senang. Matanya tertuju ke arah bantalan batu bundar hitam yang di tengahnya terdapat kelambu yang juga berwarna hitam.

"Untuk menghadirkan cahaya Karma Sukma, bukankah kita harus bercinta di dalam kelambu hitam itu...?"

Si gadis mengangguk sambil tersenyum lalu julurkan lidahnya yang merah sekaligus basahi bibirnya yang merah merekah.Dia lalu melirik Pura Saketi dengan tatap mata penuh makna.

"Ih suamiku...kelambu hitam itu bukan kelambu biasa. Aku menamakannya kelambu Malam Pengantin Sejuta Kesan. Hik hik hik !"

"Hem...mari kita segera masuk. Patung perajurit harus secepatnya kita kirim ke Telaga Darah!"

Sang Kuasa Agung kedipkan matanya sambil tersenyum penuh arti.

Kemudian dengan bergandengan tangan keduanya melangkah mendekati Kelambu Malam Pengantin Sejuta Kesan.

Percintaan di hari pertama perkawinan arwah Iblis Kolot dan Sang Kuasa Agung berbeda dengan pengantin pada umumnya.

Karena pada saat yang mendebarkan itu berlangsung, tiba-tiba dari dalam kelambu berwarna hitam memancar cahaya terang menyilaukan berwarna merah kebiruan.

Pancaran cahaya bergerak menebar membentuk gelombang laksana ombak di laut, lalu menyapu seluruh patung hidup yang sedang berlutut menghadap ke arah kelambu. Setelah terkena sapuan cahaya merah kehitaman, patung-patung yang sangat berat luar biasa itu melayang menuju ke langit-langit ruangan.

Setelah semua patung terangkat naik melayang seolah kapas dari dalam kelambu terdengar seruan lantang.

"Puncak Bukit atas nama cinta suci kasih sayang yang abadi, terbukalah dengan segera. Beri jalan pada perajuritku untuk menuju ke suatu tempat bernama Telaga Darah. Mereka harus menyempurnakan diri demi sempurnanya hidup dan bertambahnya kekuatan!"

Suara merdu Sang Kuasa Agung lenyap.

Kelambu hitam kembali pancarkan cahaya lebih benderang.

Cahaya itu kini sepenuhnya melesat ke langit-langit.

Dan ketika semua cahaya menghantam langit-langit maka terdengar suara aneh seperti suara penutup kuali raksasa bergeser. Debu dan batu-batu berjatuhan dari atas. Langit-langit ruangan terbuka lebar membentuk sebuah lingkaran raksasa.

Karena sudah tidak ada penghalang, maka cahaya itu melesat mencuat membubung tinggi ke angkasa, lalu bergerak melengkung ke arah barat.Setelah itu menyusul gerakan cahaya para perajurit batu beriring-iringan bergerak juga ke arah barat.

Semua perajurit batu lenyap, tiba-tiba saja arwah Iblis Kolot berkata.

"Walau patung perajurit telah berangkat, namun aku masih belum tenang jika patung perajurit itu belum sampai ke Telaga Darah!"

"Lalu apa yang sebaiknya harus kita lakukan, suamiku"

Tanya Sang Kuasa Agung sambil melirik manja ke arah suaminya dalam rupa Pura Saketi.

"Aku akan menutup penglihatan orang orang yang mencari kita dengan ilmu Seribu Tabir Penghalang Pandang. Juga kita perlu mengundang mahluk-mahluk dari alam kesesatan Penghadang Dari Kegelapan!"

"Oh, luar blasa. Aku senang mendengarnya, Lekas lakukan sekarang juga. Aku tidak ingin kita dihalangi oleh orang-orang yang membenci kita.!"

"Baiklah!"

Sahut arwah Iblis Kolot. Pura Saketi lalu pejamkan mata.

Lalu mulutnya berkemak-kemik.

Kedua tangan diusapkan ke wajah.

Seketika itu juga mengepul asap putih tipis menebar bau harum.

Asap bergulung-gulung lalu melesat ke langit-langit bukit yang terbuka dan selanjutnya lenyap dari pandangan mata.

Arwah Iblis Kolot menghela nafas.

Setelah itu dia kembali membaca mantra- mantra.

Tidak berselang lama tubuh Pura Saketi terguncang keras dan jatuh terduduk.

Melihat itu Sang Kuasa Agung menjadi khawatir, lalu datang mendekat.

"Suamiku, cintaku! Apakah kau butuh bantuan?"

Tanyanya dengan cemas. Pura Saketi gelengkan kepala, sambil terus melafalkan mantra-mantra.

Sampai akhirnya di dalam ruangan terdengar suara deru mengerikan.

Seiring dengan itu dari segala penjuru dan juga dari dalam lantai ruangan yang dingin terdengar suara raung, lolongan dan jeritan bergema.

Sang Kuasa Agung mengusap tengkuknya yang meremang tegak.

Kelambu hitam disibakkan, lalu kelambu lenyap.

Terlihat puluhan mahluk aneh dalam wujud samar bermunculan dari ballik dinding, lantai ruangan juga dari lubang besar di langit- langit perut bukit.

Perempuan cantik itu terkesiap, matanya terus tertuju ke arah mahluk hitam aneh itu. Puluhan sosok itu kini mulai terlihat jelas.

Tubuhnya ditumbuhi bulu, berpakaian seadanya sekedar menutupi aurat.

Dua tangannya lebih panjang dari kedua kaki.

Sedangkan wajahnya mirip beruk.

Tak jauh di belakang mereka muncul lagi mahluk yang sama tetapi berbulu merah lebat.

Begitu kedua kelompok bertemu mereka langsung saling serang.

"Suamiku! Mahluk-mahluk itu berubah liar, sepertinya sulit dikendalikan!"

Ucap Sang Kuasa Agung cemas.

Arwah Iblis Kolot tidak menjawab.

Sebaliknya dongakkan kepala ke atas memandang ke langit-langit ruangan.

Di ketinggian terlihat ribuan mahluk terbang berputar-putar seperti kumpulan laron mengelilingi api.

Mahluk itu terbang berputar-putar sedang menunggu perintah.

Arwah Iblis Kolot yang sudah tahu mahluk yang berterbangan itu berseru.

"Kelelawar dari lembah Karang Hantu. Kuperintahkan kepada kalian semuanya untuk mengikuti alur cahaya merah biru. Kalian harus mengawal perajurit batu yang sedang dalam perjalanan Sekarang.....Lekaslah pergi! Lakukan tugas yang kuberikan dengan baik!"

Seruan arwah Iblis Kolot bergaung keras.

Namun suara itu tidak mempengaruhi suara jerit murka rombongan beruk hitam dan merah yang sedang berkelahi.

Sementara itu setelah mendengar perintah arwah Iblis Kolot, ribuan kelelawar segera lambungkan diri mengikuti alur cahaya merah biru dengan disertai suara mencicit aneh, kemudian menghilang dari pandangan.

Setelah rombongan kelelawar lenyap, arwah Iblis Kolot bangkit, lalu dengan didampingi Sang Kuasa Agung memperhatikan dua kelompok beruk yang didatangkan dari alam gaib.

Dua kelompok bertarung dengan sengit berusaha saling membunuh.

Kedua kelompok ini tidak hanya menggunakan cakar atau gigitan taring-taringnya tetapi juga menghunus senjata masing-masing.

"Hentikan!"

Teriak menggembor arwah Iblis Kolot dari dalam tubuh Pura Saketi.

Mendengar teriakan kedua kelompok melompat mundur hentikan serangan, lalu mereka sama menatap ke arah pemuda itu dan Sang Kuasa Agung.

Dan mahluk itu telah melihat adanya sosok angker yang berada di dalam tubuh pemuda itu yang semasa hidupnya mereka segani.

"Kalian beruk-beruk tolol! Mengapa berlaku gila saling menyerang? Kalian hanya berbeda bulu dan warna dan hanya dengan perbedaan itu kalian ingin saling membunuh Goblok..! Aku memanggil kalian ke sini untuk tugas penting!"

Dari kawanan beruk merah maju ke depan satu beruk yang bertubuh paling besar, wajah angker ditumbuhi cambang bawuk meranggas. Begitu juga dari beruk hitam melangkah beruk tinggi besar ke depan. Keduanya mewakili kelompok masing-masing segera berlutut sambil bungkukkan tubuhnya dalam-dalam.

"Wahai tetua kesesatan. Walau kami tahu tetua Iblis Kolot telah menjadi arwah, namun kami tetapi menjunjung perintah dan menghormati tetua. Mohon tetua memaafkan ketololan kami!"

Ujar kedua beruk bersamaan.

"Jika kalian masih menghargaiku, kuharap kalian jangan membuat perselisihan lagi di antara kalian!"

Ujar arwah Iblis Kolot. Kedua pimpinan beruk mengangguk Sang arwah kemudian melanjutkan.

"Sekarang pergilah kalian ke arah barat. Ikuti alur cahaya merah biru. Kalian berjalan di dalam tanah atau melalui dinding tebing sesuai dengan tempat asal kedatangan kalian. Dalam perjalanan bunuh siapa saja yang mencoba menggagalkan semua rencana kami. Walau aku tidak meragukan kekuatan yang kalian miliki, namun kalian harus berhati-hati bila bertemu dengan seorang kakek bernama Kanjeng Empu Basula!"

"Kami tidak gentar menghadapi siapapun. Mengapa kami harus takut kepada Kanjeng Empu Basula?"

Tanya pemimpin kelompok beruk merah.

"Dasasana!"

Arwah Iblis Kolot menyebut nama pemimpin beruk merah.

"Ketahuilah, Kanjeng Empu Basula bukan manusia. Dia mahluk alam roh yang memiliki kesaktian yang sangat sulit dijajaki. Karena kau dan Rahilawa pemimpin kelompok beruk hitam berasal dari alam gaib, maka besar kemungkinan kalian akan mendapat kesulitan bila sampai bertemu dengan orang yang satu itu!"

Walau tidak merasa takut namun demi menghormati peringatan arwah Iblis Kolot, Dasasana anggukkan kepala.

"Baiklah, aku pasti akan mengingatnya. Sekarang jika tidak ada lagi yang akan disampaikan, aku dan rombongan mohon pamit!"

"Pergilah! Kita akan bertemu lagi di Telaga Darah!"

Tegas arwah Iblis Kolot. Rahilawa dan Dasasana tersenyum. Setelah menjura dalam- dalam keduanya bergabung dengan kelompoknya masing-masing dan mereka pun lenyap. Arwah Iblis Kolot merasa lega.

"Urusan dengan mahluk-mahlukmu telah selesai. Sebaiknya kita segera menyusul perajurit- perajurit itu!"

Ucap Sang Kuasa Agung tidak sabaran. Arwah Iblis Kolot tersenyum, lalu dia merangkul Sang Kuasa Agung dengan lembut dan berkata.

"Baiklah. Aku juga sudah tidak sabar untuk sampai ke Telaga Darah secepatnya!"

Setelah itu dia mempererat rangkulannya di pinggang Sang Kuasa Agung, lalu keduanya tersedot naik untuk mengikuti alur cahaya.

Ketika tubuh mereka melewati lubang bundar di puncak langit-langit, laksana terbang keduanya menelusuri arus cahaya menyusul iring-iringan perajurit batu menuju Telaga Darah.

Raja Gendeng 32 Telaga Darah di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

TAMAT

episode berikut

Bocah Langit


(Tiada gading yang tak retak,begitu juga hasil scan cerita silat ini..
mohon maaf bila ada salah tulis/eja dalam cerita ini)

Situbondo,4 Oktober 2019

Sampai jumpa di episode berikutnya...

Terima Kasih

*** Saiful Bahri Situbondo ******


Special thank to
Awie Dermawan










Kepalan Dewa Tanpa Tandingan Karya Kho Wiro Sableng 064 Betina Penghisap Darah Giri Karya Marc Olden

Cari Blog Ini