Ceritasilat Novel Online

Kumbang Penghisap Kembang 25


Si Kumbang Merah Penghisap Kembang Karya Kho Ping Hoo Bagian 25



"Eh, kenapa engkau tergesa-gesa hendak pergi, Kui Hong? Tidak, engkau tidak boleh pergi begitu saja. Kalau bibimu dan kakakmu Cang Sun mengetahui, tentu mereka akan menyesal sekali. Engkau harus tinggal dulu beberapa lamanya di rumah kami, Kui Hong. Selain itu, apakah engkau sudah lupa akan tugasmu mencari dua orang itu?"

   "Dua orang?"

   Kui Hong memandang bingung. Pada saat itu, seluruh hati dan pikirannya terganggu dan dipenuhi persoalannya dengan Ang-hong-cu, maka ia sudah kurang memperhatikan persoalan lain.

   "Eh? Apa engkau lupa? Bukankah engkau sedang mencari dua orang musuh besar yang bernama Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek yang melarikan pusaka Pulau Teratai Merah dan Cin-ling-pai itu?"

   Kui Hong terkejut. Aih, bagaimana ia dapat melupakan mereka?

   "Ahhh, mereka? Tentu saja saya tidak melupakan mereka, paman. Justeru saya berpamit untuk dapat segera melanjutkan perjalanan saya mencari dan menyelidiki mereka."

   "Tenanglah, Kui Hong. Aku sedang menyebar para penyelidik ke mana-mana untuk mencari mereka. Bahkan kemarin aku mendengar berita tentang kedua orang itu."

   Kui Hong mengangkat mukanya, memandang dengan sinar mata gembira ketika mendengar ucapan itu.

   "Ah, benarkah, paman? Di mana dua orang keparat itu?"

   "Tenanglah, dan dengarkan keteranganku. Baru kemarin, dua orang diantara para penyelidikku datang memberi laporan bahwa Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek diketahui berada di Kim-lian-san dan di sana mereka mendirikan gerombolan penjahat yang merajalela. Akan tetapi, baru-baru ini gerombolan mereka diserbu dan dikeroyok oleh para anggauta perkumpulan lain sehingga gerombolan Kim-lian-pang itu dapat dibasmi. Akan tetapi, kedua orang itu kabarnya dapat meloloskan diri. Sekarang, para penyelidikku sedang mencari mereka. Percayalah, para penyelidik itu berpengalaman dan mereka tentu akan dapat menemukan kembali kedua orang musuhmu itu. Engkau tinggallah dulu menanti di sini, Kui Hong. Mari, mari kuantar menemui bibimu dan kakakmu. Mereka selalu bertanya tentang dirimu."

   Ketika mereka memasuki ruangan dalam, isteri Menteri Cang dan puteranya, Cang Sun, menyambut Kui Hong dengan wajah berseri.

   "Adik Kui Hong! Ah, engkau sudah kembali? Lega dan senang hatiku melihat engkau selamat!"

   Wajah Kui Hong berubah agak kemerahan melihat sikap pemuda itu, apa lagi mendengar panggilan yang akrab itu seolah-olah mereka telah menjadi kenalan baik.

   "Cang Kongcu!"

   Katanya memberi hormat.

   "Aih, Hong-moi (adik Hong), kenapa menyebut kongcu (tuan muda) kepadaku? Sungguh tidak enak didengarnya. Sebut saja toako (kakak), bukankah kami sudah menganggap engkau seperti anggauta keluarga sendiri?"

   "Benar ucapan puteraku, Kui Hong."

   Kata Nyonya Cang sambil melangkah maju dan memegang tangan gadis itu, diajaknya duduk.

   "Sebut saja dia Sun-toako (kakak Sun), karena dia sudah berusia dua puluh tujuh, lebih tua darimu. Akupun girang engkau sudah kembali dengan selamat."

   "Terima kasih, bibi...,"

   Kata Kui Hong, merasa tidak enak melihat keramahan keluarga pejabat tinggi itu. Akan tetapi ia tidak menjadi rikuh. Ia seorang gadis yang sudah banyak merantau, tidak pemalu lagi, dan walaupun ia berada di antara keluarga bangsawan tinggi, akan tetapi ia sendiri adalah seorang ketua perkumpulan besar, ketua Cin-ling-pai! Bagaimanapun juga, kedudukan atau tingkatnya tidaklah rendah, maka iapun tidak merasa rendah diri, hanya merasa sungkan menghadapi keramahan mereka, padahal, walaupun hanya ia sendiri yang tahu, ia telah membuat kapiran tugas yang diberikan kepadanya. Ia sudah dapat membongkar rahasia busuk yang terjadi di istana, akan tetapi ia tidak dapat menceritakannya kepada keluarga itu, bahkan mengaku bahwa tugasnya telah gagal! Diam-diam ia merasa bersalah.

   "Tadinya Kui Hong berpamit hendak meninggalkan kota raja. Aku menahannya, karena selain kita masih rindu, juga para penyelidik sedang melakukan tugas menyelidiki dua orang penjahat yang dicarinya."

   Menteri Cang Ku Ceng berkata kepada isteri dan puteranya. Mendengar ini, ibu dan anak itu nampak terkejut.

   "Ah, Hong-moi, kenapa begitu tergesa hendak pergi?"

   Cang Sun berkata, nadanya khawatir dan kaget.

   "Kui Hong, tinggallah di sini dulu dan jangan tergesa pergi meninggalkan kami. Kami sudah menganggapmu sebagai anggauta keluarga sendiri. Bukan hanya karena ehgkau pernah menyelamatkan pamanmu, akan tetapi juga karena kami merasa suka sekali kepadamu. Bahkan, terus terang saja, Kui Hong, paman dan bibimu ini telah bersepakat dan akan merasa senang sekali kalau engkau suka menjadi mantu kami! Sun-ji (anak Sun) juga sudah setuju!"

   Cang Sun tersenyum dan ayahnya juga tertawa. Tentu saja Kui Hong tersipu malu. Keluarga bangsawan ini sungguh memiliki watak dan sikap yang terbuka, watak yang tentu saja amat cocok dan dihargainya. Akan tetapi karena yang dibicarakan adalah masalah perjodohannya, tentu saja ia tersipu.

   "Ha-ha-ha, maafkan keluarga kami, Kui Hong."

   Kata Menteri Cang sambil tertawa.

   "Bukan kami tidak menghargaimu, akan tetapi kami memang suka berterus terang, apa lagi mengingat bahwa engkau adalah seorang pendekar wanita, dari keluarga para pendekar besar, maka tidak perlu kami berbasa-basi dan langsung saja menanyakan pendapatmu tentang maksud hati kami itu. Kalau engkau sudah setuju, barulah secara resmi kami akan mengajukan pinangan kepada orang tuamu!"

   Kui Hong dapat menghargai keterbukaan ini, maka biarpun ia merasa rikuh sekali dan tidak berani menentang pandang mata mereka bertiga secara langsung, ia menjawab,

   "Terima kasih atas perhatian dan penghargaan yang diberikan oleh paman sekeluarga kepada saya. Akan tetapi tentang perjodohan, bukan berarti saya menolak kehormatan yang paman berikan kepada saya. Akan tetapi terus terang saja, pada waktu sekarang ini saya masih belum mempunyai niat sama sekali. Harap paman bertiga suka memaafkan saya."

   "Tidak ada yang perlu dimaafkan, Kui Hong. Kami lebih senang kalau engkau berterus terang seperti ini. Baiklah, kami tidak akan mengungkit kembali soal perjodohan ini, kelak masih ada waktu untuk membicarakan lagi, seandainya engkau mulai berminat. Cang Sun, lupakan saja untuk sementara niat hatimu itu dan anggap Kui Hong sebagar adik saja."

   Biarpun kecewa, Cang Sun dan ibunya dapat menerima alasan itu dan sikap mereka masih biasa, akrab dan ramah dan mereka tidak pernah menyinggung tentang usul ikatan jodoh itu. Hal ini membuat Kui Hong merasa bersukur dan berterima kasih sekali. Ia tahu bahwa ia telah ditawari suatu kedudukan yang amat mulia. Ia tahu bahwa kalau ia menjadi isteri Cang Sun, ia akan memperoleh seorang suami yang walaupun lemah karena tidak menguasai ilmu silat, namun tampan, pandai dan terpelajar, dan seorang calon pejabat tinggi yang baik. Selain itu, juga ia akan menjadi mantu tunggal dari seorang menteri yang bijaksana, akan memiliki sepasang orang tua sebagai mertua yang baik.

   Juga akan memperoleh kedudukan tinggi yang terhormat, dan hidup serba kecukupan dan terhormat. Mau apa lagi bagi seorang gadis? Namun, ada satu hal yang kurang, dan justeru ini penting sekali. Di dalam hatinya tidak ada perasaan cinta seorang calon isteri terhadap Cang Sun! Ia mengharapkan agar menteri itu akan dapat cepat memperoleh keterangan tentang di mana adanya Sim Ki Liong dan Tang Cun sek. Tang Bun An pulang ke rumahnya dengan wajah muram. Baru saja dia terlepas dari ancaman bahaya yang akan menghancurkan kehidupannya. Sama sekali tidak pernah disangkanya bahwa semua rahasianya telah berada di tangan gadis she Cia itu, ketua Cin-ling-pai, dan lebih lagi, cucu Pendekar sadis! Dia bergidik kalau membayangkan betapa dia akan
(Lanjut ke Jilid 23)
Ang Hong Cu (Seri ke 10 - Serial Pedang Kayu Harum)
Karya : Asmaraman S. Kho Ping Hoo

   Jilid 23
dimusuhi Cin-ling-pai dan dicari-cari Pendekar Sadis.

   Hidupnya akan berubah seperti dalam neraka. Setiap saat dia akan dicekam rasa takut dan khawatir, dan hidupnya takkan pernah tenang dan tentram lagi. Dia akan selalu merasa tidak aman. Untung dia bertindak cerdik dan mampu menjebak gadis perkasa itu. Kini dia sudah terbebas dari ancaman bahaya. Dia percaya sepenuhnya bahwa seorang gadis pendekar seperti itu, apalagi dengan kedudukan ketua Cin-ling-pai, tidak akan menjilat ludah sendiri, tidak akan melanggar janjinya sendiri. Betapapun juga, hanya kini tetap akan merasa kurang tenteram karena dia mengetahui bahwa Menteri Cang Ku Ceng menaruh kecurigaan kepadanya! Dia kini harus waspada, dan berhati-hati, tidak boleh terlalu menuruti nafsunya dan mengurangi atau bahkan menghentikan petualangannya di istana bagian puteri.

   Selama ini, Tang Bun An yang dikenal sebagai Tang Ciang-kun, orang yang sudah berjasa terhadap kaisar, diam-diam memang telah mengumpulkan puluhan orang yang dipilihnya dari para perajurit anak buahnya. Dia tidak pernah membuka rahasia pribadinya kepada siapapun, juga tidak kepada sekelompok perajurit pengawal yang menjadi orang-orang kepercayaannya. Akan tetapi dia menimbuni mereka dengan hadiah, bahkan mengajarkan beberapa jurus pukulan kepada mereka sehingga dia percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang boleh dipercaya, bukan sebagai atasan saja melainkan juga secara pribadi. Begitu tiba di rumah, dia segera memanggil anak buahnya dan memerintahkan mereka untuk menyebar anggauta mereka ke seluruh kota raja.

   "Ketahuilah bahwa aku mempunyai banyak musuh di dunia kang-ouw dan mereka itu tentu saja merasa iri kepadaku yang telah memperoleh kedudukan baik di sini. Aku mendengar bahwa di antara mereka, ada yang menyusup ke kota raja, tentu dengan niat buruk terhadap diriku. Oleh karena itu, kalian harus melakukan penyelidikan dan pengamatan di seluruh kota raja. Kalau ada orang-orang yang mencurigakan, apalagi yang mencari aku atau mencari orang she Tang, cepat laporkan kepadaku."

   Demikian pesannya kepada tiga puluh orang lebih yang dia tugaskan untuk menjadi mata-matanya. Dia mengerti bahwa para pendekar, seperti Cia Kui Hong dan yang lain, sudah tahu bahwa Ang-hong-cu adalah seorang she Tang. Rahasia ini bocor karena Tang Hay yang mengatakan diri sebagai puteranya, juga karena ulah Tang Gun yang membanggakan diri sebagai putera Ang-hong-cu.

   Karena itulah, maka kepada anak buahnya dia berpesan agar melaporkan kalau ada orang mencarinya atau mencari orang she Tang. Usahanya ini segera memperlihatkan hasil. Belum sepekan dia menyebar mata-mata, pada suatu sore seorang anak buahnya melaporkan bahwa ada tiga orang muncul di kota raja dan mereka itu bertanya-tanya tentang perwira Tang Gun yang kini menjadi orang pelarian. Mendengar ini, Tang Bun An mengerutkan alisnya. Hatinya merasa tidak enak. Biarpun yang ditanyakan mereka itu Tang Gun, namun ada hubungan dekat sekali antara dia dan Tang Gun. Tang Gun pernah membual di kota raja bahwa dia putera Ang-hong-cu, dan kalau kini ada tiga orang mencarinya, besar kemungkinan ada hubungannya pula dengan Ang-hong-cu, seperti juga yang dilakukan Cia Kui Hong.

   "Bagaimana rupanya tiga orang itu? Pria ataukah wanita?"

   Tanyanya penuh perhatian.

   "Mereka adalah seorang wanita dan dua orang pria..."

   "Bagaimana wajah wanita itu? Dan berapa usianya? Siapa pula namanya, hayo cepat beri penjelasan!"

   Tang Bun An agak panik karena dia mengira wanita itu adalah Cia Kui Hong!

   "Ia seorang wanita yang cantik sekali dengan pakaian yang indah, Ciangkun. Usianya tiga puluh tahun lebih. Di punggungnya terlihat gagang sepasang pedang."

   Lega rasa dada Tang Bun An mendengar ini. Usianya sudah tiga puluh tahun! Jelas bukan Cia Kui Hong.

   "Dan bagaimana yang dua orang laki-laki itu?"

   "Mereka adalah dua orang muda yang tampan dan gagah, yang seorang berusia dua puluh tahun lebih dan yang ke dua kurang lebih tiga puluh tahun."

   "Siapa nama mereka?"

   "Saya tidak tahu, Ciangkun. Sudah saya cari keterangan, akan tetapi tidak ada yang tahu. Mereka hanya bertanya-tanya tentang perwira Tang Gun kepada para pelayan rumah penginapan."

   "Mereka di rumah penginapan?"

   "Benar, Ciangkun. Di rumah penginapan Ban-lok-likoan."

   Tang Bun An mengangguk-angguk. Jelas bukan Cia Kui Hong. Akan tetapi tetap saja mencurigakan. Dia harus lebih dulu bertindak sebelum terlambat. Siapa tahu mereka itu para pendekar kawan Cia Kui Hong. Gadis ketua Cin-ling-pai itu memang sudah berjanji tidak akan mengganggunya, akan tetapi siapa tahu ia mengundang teman-temannya!

   Walaupun ia tidak berani membuka rahasia karena sudah berjanji, akan tetapi mungkin saja ia menyerahkan tugas penyelidikan itu kepada teman-temannya. Dan dia harus waspada dan mendahului setiap orang yang akan mendatangkan bahaya baginya. Dia lalu membuat surat singkat dan memasukkannya dalam sampul. Dikumpulkannya semua pembantunya dan diapun mengatur siasat untuk menghadapi tiga orang yang mencurigakan dan yang dikatakannya kepada para pembantunya mungkin saja mereka itu musuh-musuhnya. Setelah itu, dia lalu mengutus seorang pembantu untuk menyerahkan sampul suratnya kepada tiga orang itu. Tiga orang muda yang menjadi perhatian Tang Bun An itu sebetulnya adalah Sim Ki Liong, Tang Cun Sek, dan Ji Sun Bi! Tiga orang muda ini bukanlah orang-orang sembarangan.

   Ji Sun Bi yang usianya sudah tiga puluh satu tahun akan tetapi masih nampak cantik manis dan genit itu, berjuluk Tok-sim Mo-li (Iblis Betina Berhati Racun), seorang tokoh sesat yang terkenal amat lihai dan juga amat jahat. Adapun dua orang pemuda yang kini bersamanya, sesungguhnya merupakan murid-murid orang-orang pandai dan pendekar besar. Yang pertama adalah Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid yang disayang dari Pendekar Sadis dan isterinya. Namun, putera mendiang Sim Thian Bu ini memang memiliki dasar watak yang jahat. Dia melarikan diri dari Pulau Teratai Merah, dan mencuri pedang pusaka Gin-hwa-kiam dari keluarga Pendekar Sadis. Adapun pemuda yang ke dua adalah Tang Cun Sek, pernah menjadi murid terkemuka di Cin-ling-pai. Namun putera kandung Ang-hong-cu inipun memiliki dasar watak yang jahat. Dia melarikan diri dari Cin-ling-pai dan mencuri pedang pusaka Hong-cu-kiam!

   Tiga orang muda yang lihai akan tetapi jahat ini bertemu dan bersatu bahkan mereka sempat bersama-sama memperkuat sebuah perkumpulan yang disebut Kim-lian-pang, bersarang di Pegunungan Kim-lian-san. Sim Ki Liong yang paling lihai di antara mereka menjadi ketuanya dan mereka berdua menjadi pembantu-pembantu utama. Akan tetapi tindakan sewenang-wehang dari Kim-lian-pang ini memancing permusuhan dengan para perkumpulan lainnya dan akhirnya, Kim-lian-pang diserbu oleh orang-orang perkumpulan lain. Mereka tidak akan kalah kalau saja tidak muncul Pek Han Siong dan Tang Hay yang akhirnya mengalahkan mereka. Bahkan Hay Hay berhasil merampas pedang Gin-hwa-kiam dan pedang Hong-cu-kiam dari tangan Sim Ki Liong dan Tang Cun Sek. Biarpun menderita kekalahan dan perkumpulan Kim-lian-pang yang jahat itu dibasmi, tiga orang pimpinan ini berhasil meloloskan diri mereka.

   Mereka, terutama sekali Sim Ki Liong, merasa kehilangan. Kehilangan kedudukan dan kekuasaan, kehilangan harta benda, kehilangan segalanya dan dia merasa sakit hati sekali kepada Han Siong dan Hay Hay yang telah menghancurkan kedudukan dan kekuasaannya yang mulai dipupuk dan mulai bertumbuh itu. Dia kehilangan segalanya, akan tetapi merasa terhibur juga karena dua orang pembantunya yang juga menjadi sahabat baiknya, yaitu Ji Sun Bi dan Tang Cun Sek. Ji Sun Bi adalah pembantunya, sahabatnya, juga kekasihnya. Tang Cun Sek merupakan pembantu dan sahabatnya yang cocok, dan kedua orang itu memiliki ilmu silat yang boleh diandalkan. Maka, biarpun sudah kehilangan kedudukan tinggi dan kekuasaan besar sebagai ketua Kim-lian-pang, dia masih terhibur dan berbesar hati karena masih bersama dua orang pembantunya itu.

   "Aku harus membalas semua ini! Sekali waktu, aku harus dapat mencincang hancur tubuh Tang Hay dan Pek Han siong!"

   Kata sim Ki Liong dengan geram sambil mengepal tinju ketika ketiganya duduk mengaso di bawah pohon dalam hutan di mana mereka melarikan diri. Ji Sun Bi dan Tang Cun sek juga duduk menyusut keringat, wajah mereka masih pucat karena baru saja mereka lolos dari cengkeraman maut.

   "Mereka adalah musuhku sejak dahulu,"

   Kata Ji Sun Bi.

   "Dan memang tidak ada yang akan lebih menyenangkan hati dari pada melihat mereka itu dapat kubinasakan. Akan tetapi, kita harus berhati-hati sekali, karena dua pemuda itu memang sakti. Bukan saja mereka berdua memiliki ilmu silat yang tinggi, akan tetapi yang paling berbahaya lagi, mereka memiliki ilmu sihir yang amat kuat dan sukar dilawan. Untuk menghadapi mereka, kita bertiga belum cukup kuat. Kita harus berusaha mencari orang-orang pandai untuk membantu kita."

   "Pendapatmu itu memang benar, enci Sun Bi. Akan tetapi, kemana kita dapat mencari orang-orang pandai yang mau membantu kita?"

   Tanya Sim Ki Liong. Dia sendiri baru keluar dari Pulau Teratai Merah dan dia belum banyak pengalaman, belum mempunyai hubungan dengan tokoh-tokoh kang-ouw yang berilmu tinggi. Ji Sun Bi tersenyum. Tok-sim Mo-li ini tentu saja berbeda dengan kedua orang muda itu. Ia adalah seorang tokoh sesat yang kenamaan dan tentu saja ia mengenal banyak tokoh sesat lain di dunia kang-ouw.

   "Untuk mencari kawan-kawan baru yang pandai, serahkan saja kepadaku!"

   "Kalau saja aku dapat bertemu dengan ayah kandungku, tentu dia akan suka membantu kita. Dan aku mendengar bahwa ayah kandungku itu, Ang-hong-cu, adalah seorang yang sakti."

   Kata Tang Cun Sek.

   "Akan tetapi, di mana kita dapat mencari dia? Memang, aku sendiri sudah lama mendengar akan nama besarnya. Dia sedemikian lihainya sehingga tak seorangpun dari dunia kang-ouw mampu mengenal siapa sesungguhnya tokoh yang amat terkenal dengan julukan Ang-hong-cu itu,"

   Kata Ji Sun Bi. Sim Ki Liong memandang kepada sahabatnya dan juga pembantunya itu dengan alis berkerut.

   "Tang toako, apa artinya ayahmu itu sakti dan akan suka membantu kita kalau kita tidak dapat mengetahui di mana dia berada?"

   "Jangan khawatir. Dalam penyelidikanku, aku yakin bahwa dia berada di kota raja. Ada berita bahwa di kota raja terdapat seorang perwira muda she Tang yang mengaku bahwa dia adalah putera Ang-hong-cu. Nah, kalau kita mencari perwira Tang itu di kota raja, tentu kita akan dapat mengetahui di mana adanya ayahku itu. Kalau benar perwira itu putera Ang-hong-cu, berarti dia masih saudaraku seayah."

   Demikianlah, karena dalam keadaan bingung dan mengharapkan bantuan dari orang pandai yang dapat dipercaya, Sim Ki Liong dan Ji Sun Bi menyetujui dan mereka bertiga dengan hati-hati lalu memasuki kota raja untuk menyelidiki tentang Perwira Tang yang kabarnya menjadi perwira pasukan pengawal istana di kota raja. Setelah mendapatkan sebuah rumah penginapan yang kecil agar kehadiran mereka tidak menyolok dan menarik perhatian, mereka mulai bertanya-tanya tentang perwira Tang itu, kepada para pelayan rumah penginapan dan pelayan rumah makan di mana mereka makan.

   Mereka sama sekali tidak tahu bahwa sikap mereka bertanya-tanya tentang perwira Tang itu menimbulkan kecurigaan seorang mata-mata pembantu Perwira Tang Bun An yang segera melaporkan hal itu kepada majikannya. Dan dari hasil keterangan yang mereka peroleh, terdapat berita mengejutkan bahwa Perwira Tang yang mereka cari-cari itu telah ditangkap dan dihukum buang! Berita ini bukan mengejutkan, akan tetapi juga amat mengecewakan hati Tang Cun Sek. Jejak satu-satunya yang dapat membawanya kepada ayah kandungnya telah lenyap! Kalau bukan perwira she Tang itu, lalu siapa lagi yang dapat memberi keterangan kepadanya tentang Ang-hong-cu? Selagi mereka bertiga kebingungan mendengar berita itu dan tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba pelayan rumah penginapan menyerahkan sesampul surat kepada mereka sambil berkata,

   "Ini ada sepucuk surat untuk sam-wi."

   Tentu saja Sim Ki Liong yang menganggap dirinya sebagai pimpinan, menerima surat itu dan bertanya heran,

   "Siapakah orang yang menyerahkan surat ini kepadamu?"

   Pelayan itu menggelengkan kepala.

   "Ketika saya sedang bertugas di luar, orang itu datang dan menyerahkan surat ini kepada saya dengan pesan agar disampaikan kepada sam-wi. Mula-mula dia bertanya apakah ada dua orang pemuda dan seorang wanita yang bermalam di sini, yang bertanya-tanya tentang Perwira Tang. Ketika saya membenarkan, dia lalu mengeluarkan surat ini dengan pesan agar saya serahkan kepada sam-wi."

   Sim Ki Liong mengangguk dan pelayan itu lalu pergi. Dengan heran dan ingin tahu Sim Ki Liong membuka sampul surat itu dan membaca isi surat yang singkat saja.

   "Kalau kalian bertiga ingin tahu
tentang Perwira Tang, keluarlah dari
kota raja melalui pintu gerbang utara
dan ikuti seorang yang akan menjadi
penunjuk jalan."

   Surat itu tanpa nama pengirim, tanpa tanda tangan, ditulis dengan huruf indah dan gagah. Membaca ini, mereka bertiga saling pandang dan Tang Cun Sek menjadi gembira sekali.

   "Ah, jejak yang menghilang itu kini timbul kembali!"

   Serunya.

   "Kita harus cepat menuruti petunjuk surat ini. Kalau kita dapat menemukan Perwira Tang, tentu akan mudah mencari Ang-hong-cu ayahku."

   Ji Sun Bi yang pengalamannya jauh lebih luas dibandingkan dua orang muda itu, mengerutkan alisnya.

   "Kita harus berhati-hati dan waspada. Adanya surat ini, berarti pengirimnya sudah tahu akan kedatangan dan gerak-gerik kita. Sebaliknya, kita tidak tahu siapa dia atau mereka, dan tidak tahu pula mereka itu kawan ataukah lawan. Undangan ini dapat saja beriktikad baik, akan tetapi juga dapat merupakan suatu perangkap."

   "Hemm, andaikata merupakan suatu perangkap, apakah kita perlu takut? Kita hajar mereka!"

   Kata Sim Kj Liong. Ini bukan merupakan suatu kesombongan atau bualan belaka. Mereka bertiga merupakan orang-orang yang memiliki ilmu silat yang tinggi dan sukar dicari tandingannya, maka tentu saja mereka bertiga tidak takut akan ancaman pihak lawan yang belum mereka ketahui siapa.

   "Benar, kita tidak perlu takut. Pula, kalau pengirim surat ini mempunyai niat buruk terhadap kita, perlu apa dia mengirim surat? Tentu mereka akan terus saja mengepung dan menyerang kita."

   Kata pula TangCun Sek.

   "Betapapun juga, kita harus berhati-hati dan tetap waspada."

   Kata Ji Sun Bi.

   "Mari, sekarang juga kita pergi sebelum hari menjadi gelap."

   Kata Sim Ki Liong. Mereka lalu meninggalkan rumah penginapan, menuju ke pintu gerbang utara dan keluar dari kota raja. Setelah tiba di luar pintu gerbang, dan berjalan terus sampai ke jalan yang sunyi, mereka dihadang seorang laki-laki setengah tua yang berpakaian sebagai seorang pemburu. Laki-laki itu menjura dan berkata dengan suara lirih.

   "Sam-wi yang mencari Perwira Tang?"

   Tiga orang itu memandang penuh perhatian dan mengangguk. Laki-laki itu nampak gagah dan bertubuh tegap, namun mereka tahu bahwa dia ini hanyalah seorang anak buah atau utusan saja.

   "Silakan sam-wi ikut dengan saya."

   Orang itu berkata pula. Tiba-tiba, secepat kilat, Ji Sun Bi menggerakkan tubuhnya ke arah orang itu, tangan kirinya mencengkerarn ke arah kepala. Orang itu terkejut, akan tetapi jelas bahwa dia bukan orang lemah karena melihat serangan itu, dia cepat miringkan tubuh dan menggerakkan tangan kanan untuk menangkis. Akan tetapi, cengkeraman tangan kiri itu hanya gertakan saja, yang bergerak sungguh-sungguh adalah tangan kanannya, dengan dua jari menotok pundak. Gerakan Ji Sun Bi terlalu cepat bagi orang itu sehingga tidak sempat mengelak lagi. Pundaknya tertotok dan diapun terguling roboh, tak mampu menggerakkan tubuhnya lagi!

   "Nah, kau lihat. Kalau engkau menipu dan menjebak kami, nyawamu akan melayang!"

   Kata Ji Sun Bi dan diapun menepuk pundak orang itu untuk membuka kembali jalan darah yang tertotok. Orang itu bangkit dan memandang dengan wajah membayangkan perasaan jerih. Tak disangkanya bahwa wanita cantik itu sedemikian lihainya! Dia mengangguk dan berkata.

   "Saya hanyalah utusan untuk menyambut sam-wi. Kenapa saya diganggu?"

   "Tak perlu banyak cakap!"

   Kata Sim Ki Liong.

   "Hayo antarkan aku dan teman-temanku ini kepada si pengirim surat!"

   Dengan sikap ketakutan, orang itu lalu berjalan menuju ke arah sebuah bukit, diikuti oleh tiga orang itu. Matahari mulai condong ke barat ketika mereka menyusup-nyusup hutan akhirnya mereka tiba di depan sebuah pondok di puncak bukit, tengah hutan dan yang tersembunyi itu. Tempat itu amat sunyi, dan pondok itu sama sekali tidak nampak ketika mereka mendaki bukit itu, karena tersembunyi di dalam hutan yang lebat. Setelah tiba di depan pondok, orang itu berkata kepada mereka,

   "kita telah tiba, harap sam-wi masuk ke pondok. Pengirim surat itu telah menanti sam-wi di dalam pondok!"

   "Hemm, Kau kira kami anak-anak kemarin sore yang masih bodoh?"

   Ji Sun Bi berseru dengan suara mengejek.

   "Hayo cepat kau suruh dia keluar pondok, atau akan kubunuh kau lebih dulu!"

   Tentu saja orang itu menjadi ketakutan, akan tetapi pada saat itu, pintu pondok terbuka dari dalam dan muncullah Tang Bun An. Dia melangkah keluar sambil tertawa bergelak, akan tetapi sepasang matanya yang tajam itu memandang kepada mereka bertiga penuh perhatian.

   "Ha-ha-ha, tiga orang muda yang sungguh sombong. Kalian masih berani berlagak dan mengancam? Lihat ke sekeliling kalian!"

   Tang Bun An melangkah keluar dengan sikap tenang sekali. Tiga orang muda itu memandang dengan waspada, dan ketika mendengar ucapan itu mereka membalikkan tubuh. Kiranya mereka kini telah terkepung oleh dua puluh orang lebih yang siap dengan segala macam senjata di tangan. Ada yang memegang pedang, golok, toya, tombak atau ruyung dan melihat cara mereka memegang senjata dapat diketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang terlatih dan memiliki kepandaian silat. Tentu saja Sim KiLiong, Tang Cun Sek dan Ji Sun Bi sama sekali tidak gentar menghadapi pengepungan kurang lebih dua losin orang itu, akan tetapi mereka merasa penasaran sekali.

   "Hemm, kalau engkau memaki kami sebagai tiga orang muda yang sombong, maka jelas bahwa engkau adalah seorang tua yang curang dan pengecut! Siapakah engkau dan mengapa pula engkau menjebak kami di sini dan ingin mengeroyok kami? Apa kesalahan kami terhadapmu, dan ada urusan apakah yang membuat engkau bersikap curang seperti ini?"

   Wajah Tang Bun An menjadi kemerahan dan sinar matanya mencorong. Pemuda yang tampan dan gagah ini sungguh berani mati!

   "Bocah sombong jangan kira bahwa aku tidak berani melawan kalian bertiga. Akan tetapi, sebelum kita bicara, aku ingin melihat lebih dulu apakah kepandaian kalian juga sebesar sikap kesombongan kalian!"

   Dia memberi isyarat kepada anak buahnya yang segera bergerak, mengepung dan mulai menyerang! Ji Sun Bi mencabut sepasang pedangnya dan begitu ia memutar pedang-pedang itu, nampak dua gulungan sinar dan beberapa orang penyerang mengeluarkan seruan kaget karena senjata mereka membalik,

   Bahkan ada sebatang pedang dan sebatang golok terlepas dari pegangan tangan pemiliknya. Sim Ki Liong sudah kehilangan Gin-hwa-kiam yang terampas oleh Hay Hay, juga Tang Cun Sek kehilangan Hong-cu-kiam yang juga di rampas Hay Hay. Kedua orang pernuda ini belum memiliki senjata akan tetapi keduanya memiliki kepandaian yang cukup tinggi sehingga dengan tangan kosong saja mereka menyambut serangan para pengeroyok itu. Kedua tangan mereka menampar-nampar, kaki mereka menendang-nendang dan dalam waktu beberapa menit saja, dua losin orang yang mengeroyok itu kocar-kacir dan terlempar ke sana-sini! Melihat itu, diam-diam Tang Bun An terkejut dan kagum bukan main. Kalau mereka ini pendekar-pendekar seperti Cia Kui Hong, celakalah dia.

   "Tahan!"

   Dia berseru dan anak buahnya yang sudah terdesak hebat itu berloncatan mundur. Sim Ki Liong, Tang Cun Sek, dan Ji Sun Bi berdiri sambil berdiri tersenyum mengejek.

   "Nah, apakah sekarang engkau hendak memperkenalkan diri dan bicara apa maksudmu mengundang kami?"

   
Si Kumbang Merah Penghisap Kembang Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   
Tanya Sim Ki Liong, sikapnya mengejek dan penuh tantangan. Tang Bun An masih merasa penasaran, ingin sekali menguji sendiri ilmu kepandaian mereka atau seorang di antara mereka. Maka diapun berkata,

   "Kalian hebat! Akan tetapi aku masih penasaran. Sebelum bicara, kuingin merasakan sendiri kelihaian kalian. Nah, di antara kalian yang paling pandai, majulah, mari kita bertanding untuk melihat sampai di mana tingkat kepandaian masing-masing."

   Sim Ki Liong yang merasa paling pandai, bahkan memang tadinya dia yang menjadi ketua, segera maju.

   "Akulah yang akan menandingimu!"

   "Tidak perlu engkau yang maju sendiri, pangcu. Urusan ini adalah urusan pribadiku, biarlah aku yang menandinginya!"

   Kata Tang Cun Sek dan diapun sudah melompat ke depan, menghadapi Tang Bun An. Dia masih menyebut pangcu kepada Sim Ki Liong walaupun kini pemuda itu bukan lagi seorang ketua perkumpulan dan sudah tidak memiliki anak buah lagi. Sejenak Tang Bun An menatap wajah pemuda tinggi besar itu dan diapun kagum. Pemuda itu selain tinggi besar dan tubuh kokoh kuat, juga wajahnya yang berkulit putih itu menarik sekali, tampan dan gagah. Matanya mencorong dan jelas bahwa dla seorang pemuda yang "berisi". Dan diapun heran mendengar pemuda tinggi besar ini menyebut "pangcu"

   Kepada pemuda yang tampan halus dan jauh lebih muda itu.

   "Bagus! Kalian bertiga sama-sama lihai, asal dapat menguji seorang di antara kalian, hatiku sudah puas. Orang muda mulailah!"

   Tantangnya.

   Tang Cun Sek juga seorang yang memiliki watak tinggi hati. Dia merasa bahwa tingkat ilmu silatnya sudah amat tinggi dan jarang ada orang mampu menandinginya, maka tentu saja dia memandang rendah kepada pria setengah tua itu. Juga sudah lama dia menjadi murid utama di Cin-ling-pai, maka diapun dapat menirukan sikap para pendekar. Kinipun dia mencoba bersikap gagah.

   "Orang tua, engKau lah yang menantang dan mengundang kami, maka engkau pula yang harus mulai menyerang. Silakan!"

   Katanya dengan sikap waspada karena bagaimanapun juga, dia belum tahu benar sampai dimana kelihaian calon lawan ini, walaupun dia memandang rendah.

   "Bagus, sambut seranganku!"

   Bentak Tang Bun An. Bentakannya mengandung tenaga khi-kang sehingga menggetarkan jantung, namun Cun Sek sudah melindungi dirinya dengan pengerahan tenaga sakti dan begitu tangan kanan terbuka dari lawan menyambar ke arah dadanya, diapun cepat mengelak mundur sambil memutar lengan kiri menangkis, sedangkan lengan kanan meluncur ke depan dengan tangan terkepal, menghantam dari samping ke arah pelipis lawan sebagai balasan.

   "Hemmm!"

   Tang Bun An berseru dan sengaja mengerahkan tenaga pada lengan kirinya untuk menangkis hantaman tangan lawan ke arah pelipisnya itu untuk mengadu tenaga dan menguji kekuatan tenaga lawan.

   "Dukkk!!"

   Dua lengan bertemu dan akibatnya, keduanya terdorong mundur dua langkah! Kini Cun Sek tidak lagi berani memandang rendah. Kiranya lawannya memiliki tenaga yang amat kuat, yang dapat mengimbangi tenaganya sendiri! Diapun merasa penasaran dan cepat dia menerjang ke depan dan mainkan Ilmu Silat Thai-kek Sin-kun yang ampuh. Ilmu ini merupakan satu di antara ilmu-ilmu silat andalan Cin-ling-pai, selain gerakannya mantap dan mengandung tenaga dahsyat, juga kadang amat cepat seperti kilat menyambar .

   "Uhhh...!"

   Tang Bun An berseru kaget bukan main. Dia mengenal ilmu yang pernah dia lihat dimainkan pula oleh Cia Kui Hong, ketua Cin-ling-pai itu! Celaka, pikirnya. Pemuda ini jelas ada hubungannya dengan Cia Kui Hong. Tentu dia ini seorang jagoan dari Cin-ling-pai yang sengaja diundang oleh Kui Hong untuk memusuhinya. Gadis itu telah melanggar janji, atau kalau tidak melanggar janji dan tidak membuka rahasianya, agaknya telah mengirim orang-orang Cin-ling-pai yang lihai untuk memusuhinya!

   Diapun cepat menggerakkan tubuhnya dan mengeluarkan ilmu-ilmu silatnya yang banyak ragamnya, menangkis mengelak dan membalas dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Diam-diam dia merasa gentar juga. Biarpun dia mungkin mampu menandingi bahkan mengatasi pemuda tinggi besar itu, namun disitu masih ada dua orang temannya yang juga amat lihai. Bahkan mudah diduga bahwa pemuda yang disebut pangcu ini tentu lebih lihai, dan wanita itupun tak boleh dipandang ringan. Kalau mereka maju bertiga, sukar baginya untuk dapat lolos! Mereka saling serang dengan serunya dan pada suatu saat, ketika Cun Sek mengubah pula ilmu silatnya dan kini memainkan Im-yang Sin-kun, pada saat kedua tangannya mendorong dengan pengerahan tenaga, Tang Bun An juga mendorongkan kedua tangannya menyambut sambil mengerahkan tenaga pula.

   "Desss...!!"

   Kali ini pertemuan kedua pasang tangan itu lebih hebat dari pada tadi dan akibatnya, mereka berdua terdorong ke belakang sampai terhuyung!

   "Tahan!"

   Kata Tang Bun An sebelum pemuda tinggi besar itu menyerangnya lagi.

   "Apakah hubunganmu dengan Cin-ling-pai, orang muda?"

   Mendengar pertanyaan itu, Cun Sek juga terkejut. Kiranya orang tua yang gagah dan lihai itu mengenal ilmu silatnya yang dia dapatkan dari Cin-ling-pai! Jangan-jangan orang ini tokoh yang berdekatan dengan Cin-ling-pai! Kalau demikian halnya, berbahaya sekali. Tiba-tiba Sim Ki Liong sudah mendahuluinya. Pemuda ini meloncat ke depan, menghadapi orang tua yang lihai itu.

   "Paman, mengingat bahwa engkau yang mengundang kami dan mengirim surat, maka sudah sepantasnya kalau engkau pula yang menceritakan siapa dirimu dan apa pula maksudmu mengundang kami, kemudian disini menguji kepandaian kami."

   Tang Bun An meraba-raba dagunya yang dicukur bersih.

   "Aku sengaja mengundang kalian ketika mendengar dari anak buahku bahwa kalian bertanya-tanya tentang Perwira Tang. Apakah yang Kau maksudkan adalah Perwira Tang Gun yang telah dihukum buang oleh kaisar?"

   Melihat sikap tiga orang muda itu berkeras menuntut dia yang lebih dulu memperkenalkan diri dan membuat pengakuan, dia menyambung cepat.

   "Kalau yang kalian maksudkan Tang Gun, maka aku dapat memberi keterangan sejelasnya tentang dia."

   Kini Tang Cun Sek yang menjawabnya.

   "Sebenarnya, akulah yang berkepentingan dengan perwira Tang itu. Kami tidak tahu siapa namanya, yang kami cari adalah Perwira Tang yang mengaku bahwa dia adalah putera Ang-hong-cu!"

   Tang Bun An kini memandang wajah Cun Sek penuh perhatian, sinar matanya yang mencorong itu seperti hendak menyelidiki isi hati pemuda itu melalui pengamatan wajahnya.

   "Hemmm, orang muda yang kau cari itu Tang Gun ataukah Ang-hong-cu?"

   Bagaimanapun juga, pemuda ini pandai ilmu silat Cin-ling-pai dan kalau dia mencari Ang-hong-cu, jelas bahwa dia datang diutus oleh Cia Kui Hong!

   "Kami mencari Ang-hong-cu!"

   Cun Sek berseru.

   "Dapatkah engkau menceritakan di mana adanya Ang-hong-cu?"

   Biarpun jantungnya berdebar tegang, Tang Bun An masih dapat tersenyum dan mengangguk-angguk.

   "Tergantung dari sikap kalian. Kalian bertiga yang membutuhkan keterangan, maka sepatutnya kalau kalian memperkenalkan diri lebih dulu kepadaku, dan menjelaskan apa maksud kalian mencari Ang-hong-cu. Barulah akan kupertimbangkan apakah aku boleh memberitahu kepada kalian di mana adanya Ang-hong-cu ataukah tidak."

   "Nanti dulu, jangan sembarangan membuat pengakuan!"

   Kata Ji Sun Bi cepat, lalu wanita ini memandang kepada Tang Bun An dengan sinar mata tajam.

   "Hemm, engkau ini orang tua yang licik bukan main. Kami bertiga tidak mempunyai urusan denganmu, lalu engkau mengirim surat kepada kami, memancing kami datang ke sini. Kemudian engkau mengerahkan anak buahmu untuk mengeroyok kami, bahkan engkau sendiri menguji kepandaian seorang di antara kami. Apa artinya semua ini? Dan sekarang, engkau hendak memancing keterangan kami tanpa memberitahu kepada kami siapa engkau dan apa artinya semua perbuatanmu ini. Padahal, pengeroyokan anak buahmu telah gagal, dan betapapun lihaimu, kiranya engkau tidak akan mampu mengalahkan kami bertiga. Bahkan kalau kami mau, kami akan dapat mengeroyok dan merobohkanmu. Nah, dalam keadaan seperti ini, sepatutnya engKau lah yang lebih dulu memperkenalkan diri dan menjelaskan mengapa engkau mengundang kami."

   Tang Bun An tertawa dan dia memandang kepada wanita itu dengan kagum. Seorang wanita yang bukan saja cantik, namun berkepandaian silat tinggi dan cerdik sekali, dan tentu saja dia mengenal baik siapa Ji Sun Bi. Dalam pertemuan pertama tadi, dia lupa. Akan tetapi sekarang dia teringat bahwa dia pernah bertemu dengan wanita ini. Ketika itu, dia menyamar sebagai Han Lojin yang berkumis dan berjenggot.

   "Ha-ha-ha-ha! Tok-sim Mo-li, kau kira aku tidak mengenal kalian? Dan engkau adalah Sim Ki Liong yang pernah menjadi murid Pendekar Sadis itu, bukan? Ha-ha-ha, siapa bilang kalau keadaanku kalah? Lihat di belakang kalian!"

   Tentu saja Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main mendengar betapa orang tua itu telah mengenal mereka, dan ketika mereka memutar tubuh, kiranya di situ sudah terdapat puluhan orang berpakaian seragam perajurit pengawal yang sudah siap dengan busur dan anak panah!

   "Siapa... siapakah engkau...?"

   Sim Ki Liong bertanya, kaget bukan main.

   "Ha-ha-ha, kalau aku menghendaki, aku dapat mendatangkan ratusan orang perajurit pengawal. Aku adalah seorang perwira pengawal yang mengepalai ribuan orang perajurit. Nah, kalian masih berkepala besar dan tidak mau mengaku apa maksud kalian mencari perwira Tang Gun dan Ang-hong-cu?"

   Tiga orang muda itu saling pandang dan mereka sungguh terkejut bukan main. Mereka tidak menduga siapa adanya perwira yang lihai ini, yang ternyata sudah mengenal Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong! Melihat bahwa agaknya perwira itu belum mengenal dirinya, Cun Sek lalu berkata dengan sikap hormat.

   "Ciangkun, maafkan sikap kami tadi karena tidak mengenalmu. Baiklah kujelaskan bahwa sebenarnya yang berkepentingan dengan An-hong-cu adalah aku pribadi. Aku mempunyai urusan pribadi yang amat penting dengan Ang-hong-cu, karena itulah maka aku mencari dia dan kalau ciangkun tahu di mana dia, tolong memberitahu kepadaku."

   Tadinya Tang Bun An masih menaruh curiga terutama kepada pemuda tinggi besar yang pandai ilmu silat Cin-ling-pai itu, akan tetapi setelah dia teringat kepada Ji Sun Bi dan juga Sim Ki Liong sebagai dua orang muda yang berpihak kepada golongan sesat, bahkan pernah pula membantu pemberontakan golongan hitam yang dipimpin oleh Lam-hai Giam-lo, maka hatinya lega. Jelas bahwa dua orang seperti Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong itu dapat ditariknya menjadi pembantu atau sekutu yang boleh diandalkan! Dan pemuda tinggi besar yang mencari Ang-hong-cu ini, walaupun dia belum mengenalnya, namun, agaknya diapun sahabat dua orang muda sesat itu.

   "Hemm, kalau begitu, marilah kita bicara di dalam. Urusan pribadi tidak sepantasnya dibicarakan diluar."

   Karena maklum bahwa kini keadaan mereka bertiga yang berada di bawah ancaman bahaya kalau sampai mereka menentang, maka tiga orang muda itu lalu mengikuti Tang Bun An memasuki pondok itu. Dia mempersilakan tiga orang tamu itu duduk di ruangan tamu, dan dia sendiri memasuki kamarnya. Tak lama kemudian, dia keluar lagi dan kini sudah berpakaian sebagai seorang perwira sehingga tiga orang muda itu semakin percaya kepadanya.

   "Nah, orang muda. Sekarang kita bicara disini dan tidak ada orang luar yang mendengarkan kita. Katakanlah mengapa engkau mencari Ang-hong-cu, dan urusan pribadi penting apa yang kaumiliki terhadap dia. Ceritakan saja terus terang, baru nanti aku akan kuberitahukan dimana adanya Ang-hong-cu yang kau cari-cari itu."

   Cun Sek kini merasa bahwa tidak ada gunanya lagi dia merahasiakan dirinya. Agaknya perwira itu boleh dipercaya, dan tentu dia benar-benar tahu dimana adanya Ang-hong-cu, karena sikapnya terhadap mereka bertiga tidak memusuhi. Kalau memang dia bermaksud buruk, tentu sudah sejak tadi dia mengerahkan anak buahnya lebih banyak lagi untuk menangkap mereka bertiga.

   "Baiklah aku mengaku terus terang saja, ciangkun. Aku mencari Ang-hong-cu karena dia adalah ayah kandungku. Sejak kecil aku mencarinya, maka ketika mendengar ada seorang perwira she Tang mengaku putera Ang-hong-cu di sini, aku segera mencari ke sini, ditemani oleh mereka ini."

   Biarpun dia terkejut mendengar pengakuan pemuda tinggi besar itu, Tang Bun An tetap bersikap tenang. Dia memang tahu bahwa perbuatannya selama ini telah membuahkan keturunan di mana-mana, dan tentu saja dia tidak tahu siapa di antara para wanita yang menjadi korbannya, melahirkan seorang keturunan darinya.

   Mula-mula muncul Tang Hay atau Hay Hay yang amat lihai itu, yang mengaku sebagai puteranya, akan tetapi yang kemudian menjadi musuh besarnya yang paling ditakuti, karena harus diakuinya bahwa selama ini belum pernah dia bertemu tanding sekuat dan selihai Hay Hay. Kemudian muncul Tang Gun yang juga mengaku sebagai puteranya. Putera ini terpaksa dia korbankan demi mencari kedudukan tinggi bagi dirinya sendiri. Akan tetapi diam-diam dia telah membebaskan puteranya itu dari hukuman buang, dan memberinya bekal. Dibandingkan Hay Hay, Tang Gun bukan apa-apa, tidak memiliki ilmu silat yang tinggi. Akan tetapi kini muncul pemuda ini yang mengaku puteranya pula, dan pemuda inipun amat lihai, bahkan agaknya menjadi murid Cin-ling-pai, walaupun belum sehebat Hay Hay tingkat kepandaiannya.

   "Orang muda, jangan engkau sembarangan saja mengaku sebagai putera Ang-hong-cu,"

   Katanya dengan suara yang tegas dan kaku.

   "Kalau engkau benar putera Ang-hong-cu, lalu apa buktinya dan apa tandanya?"

   Cun Sek cepat menanggalkan kalungnya, kalung dengan mainan seekor kumbang merah dan memperlihatkannya kepada Tang Bun An.

   "Inilah bukti dan tanda itu, juga nama keturunanku Tang, Tang Cun Sek. Ibuku she Phoa, berasal dari dusun Liok-ciu di Propinsi Shantung. Setelah ibuku mengandung, ia ditinggalkan begitu saja oleh Ang-hong-cu. Ibuku yang mengatakan kepadaku bahwa ayah kandungku adalah Ang-hong-cu, she Tang, dan benda ini pemberian ayah kandungku. Nah, ciangkun. Setelah aku dapat memperlihatkan bukti, maka kuharap ciangkun suka memberitahu di mana adanya Ang-hong-cu."

   Tang Bun An menarik napas panjang dan memandang kepada tiga orang muda itu.

   "Semenjak nama besar Ang-hong-cu dikenal di dunia kang-ouw, tak seorangpun pernah dapat melihat wajahnya. Bahkan anaknya sendiripun tidak akan dapat mengenalnya. Hanya aku yang mengetahui rahasianya. Akan tetapi dia telah memberi tahu kepadaku bahwa dia merencanakan untuk muncul di dunia kang-ouw dengan terang-terangan setelah dia mendapatkan sekutu dan kawan-kawan yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Melihat kalian bertiga adalah orang-orang yang memiliki kepandaian, kukira dia akan suka menerima kalian. Tentu saja aku harus lebih dahulu mendapat kepastian dari kalian apakah kalian akan suka bekerja sama dengan Ang-hong-cu."

   "Bekerja sama dalam hal apa?"

   Sim Ki Liong bertanya.

   "Dia ingin membangun suatu kekuatan besar dan menguasai dunia kang-ouw, menundukkan dan menaklukkan perkumpulan-perkumpulan besar di dunia kangouw dan mengangkat diri menjadi beng-cu (pemimpin rakyat). Bagaimana pendapat kalian bertiga?"

   "Aih, kebetulan sekali!"

   Seru Ji Sun Bi girang.

   "Kami bertiga memang sedang mencari sekutu pula, setelah perkumpulan kami dihancurkan oleh musuh! Tentu saja aku setuju sekali!"

   "Hemm, akupun setuju untuk bekerja sama asalkan dia dapat menghargai kemampuanku!"

   Kata Sim Ki Liong.

   "Aku sendiri dengan senang hati akan membantu Ang-hong-cu, karena sudah sejak kecil aku merindukan ayah kandungku dan aku akan berbahagia sekali kalau dapat membantu ayah!"

   KataTangCun Sek.

   "Bagus! Kalau begitu, nanti malam akan kuberitahukan dia dan akan kubujuk dia untuk datang menemui kalian. Sekarang, harap kalian beristirahat dulu. Kalian dapat mandi dan beristirahat, dan malam nanti kita akan makan malam dan dalam kesempatan itu, mungkin sekali Ang-hong-cu akan hadir di tengah-tengah kita."

   "Nanti dulu, ciangkun. Ada satu hal yang membuat kami penasaran. Bagaimana engkau dapat mengenal aku dan Tok-sim Mo-li? Pernahkah kita saling jumpa, dan siapakah nama ciangkun?"

   Tanya Sim Ki Liong yang merasa penasaran. Tang Bun An bangkit dan tersenyum.

   "Nanti saja akan kuceritakan semua."

   Dia bertepuk tangan dan masuklah lima orang perajurit pengawal.

   "Antarkan tiga orang tamu ini ke kamar masing-masing, dan layani mereka baik-baik. Nah, sampai jumpa malam nanti di ruangan makan!"

   Katanya kepada tiga orang tamunya dan diapun meninggalkan ruangan itu. Terpaksa tiga orang muda itu, dengan hati penuh pertanyaan, mengikuti para perajurit pengawal yang mengantar mereka ke tiga buah kamar yang terletak di bagian belakang pondok yang ternyata cukup luas itu. Ji Sun Bi yang masih merasa penasaran, ketika para perajurit itu hendak mengundurkan diri, memegang lengan seorang di antara mereka dan tersenyum manis kepadanya.

   "Sobat yang tampan, tolong beritahu, siapa sih namanya komandanmu tadi?"

   Sejenak perajurit itu memandang wajah yang cantik itu dengan penuh kagum dan bibir tersenyum, akan tetapi sikapnya berubah tegas dan diapun berkata,

   "Bagi kami, beliau adalah Ciangkun, dan kami tidak mengetahui nama lain."

   Setelah berkata demikian, dia membalikkan tubuh dan pergi dari situ. Memang kepada semua anak buahnya, Tang Bun An memesan agar mereka itu tidak pernah menyebut namanya dan merahasiakan dirinya. Perintah ini disertai ancaman hukuman berat.

   "Sialan!"

   Gerutu Ji Sun Bi kepada dua orang kawannya.

   "Kalau tidak ingat urusan Cun Sek, tentu sudah kubekuk perajurit tadi dan kupaksa dia mengakui siapa nama komandannya! Aku merasa seperti anak kecil dipermainkan saja."

   "Sabarlah, Mo-li. Bukankah kita memang berniat untuk mencari sekutu yang kuat agar dapat bangkit kembali? Kalau memang Ang-hong-cu menghendaki semua rahasia ini, apa salahnya? Dan aku melihat bahwa memang dia telah memiliki kedudukan yang kuat."

   Kata Sim Ki Liong.

   "Bagaimana engkau bisa tahu?"

   Kata Tang Cun Sek.

   "Lihat saja. Dia sudah dapat mempengaruhi ciangkun itu untuk bekerja sama dengan dia! Dan nampaknya perwira itu amat taat kepadanya! Memiliki perwira kerajaan yang mengepalai ribuan orang perajurit pengawal. Itu sudah hebat namanya! Agaknya aku akan suka sekali bekerja sama dengan Ang-hong-cu."

   Karena hari sudah sore, merekapun tidak akan menanti terlalu lama. Dan mereka dilayani dengan amat baik. Para perajurit pelayan itu menyediakan air cukup banyak untuk mandi, dan air teh dan arak.

   Setelah hari menjadi gelap, tibalah saat yang amat dinanti-nanti oleh mereka bertiga, terutama sekali Cun Sek. Pemuda ini sudah ingin sekali dapat bertemu dengan ayah kandungnya yang namanya amat tersohor di dunia kang-ouw itu. Seorang perajurit memberitahu bahwa mereka diundang ke ruangan makan untuk makan malam. Tanpa banyak bertanya lagi karena maklum bahwa perajurit di situ memang diharuskan menutup mulut, mereka bertiga mengikuti perajurit itu memasuki sebuah ruangan makan yang cukup besar. Sebuah meja makan bundar yang besar berada di situ, dikelilingi delapan buah bangku. Tidak nampak ada orang di situ dan perajurit itu mempersilakan mereka bertiga duduk menghadapi meja makan itu. Tak lama kemudian, setelah perajurit itu pergi, perwira tua yang menjadi tuan rumah itu memasuki ruangan makan dengan wajah berseri.

   "Selamat malam!"

   Katanya gembira.

   "Apakah kalian mendapatkan pelayanan yang cukup baik?"

   "Terima kasih, ciangkun."

   Kata Cun Sek.

   "Akan tetapi, mana dia yang bernama Ang-ong-cu...?

   "Ha-ha-ha, engkau nampaknya tidak sabar benar untuk dapat bertemu dengan ayahmu, orang muda. Aku sudah menyampaikan keinginan kalian untuk bertemu dengan dia, juga sudah kusampaikan bahwa kalian bertiga suka untuk membantu dia sebagai seorang calon beng-cu. Akan tetapi, dia minta agar kalian suka bersumpah setia lebih dulu sebelum dia muncul. Oleh karena itu, kuharap kalian suka mengucapkan sumpah itu di depanku sebagai wakilnya. Bagaimana pendapat kalian?"

   Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi adalah seorang wanita iblis, seorang tokoh sesat yang tidak pantang melakukan kejahatan macam apapun. Juga tidak pantang untuk mengucapkan sumpah palsu! Maka iapun sama sekali tidak merasa keberatan karena baginya, sumpah dapat saja setiap saat dilanggar, seperti juga janji. Melihat Ji Sun Bi mengangguk setuju, Sim Ki Liong yang tidak begitu banyak pengalamannya, juga mengangguk. Bagi Tang Cun Sek, tentu saja sama sekali tidak berkeberatan untuk bersumpah setia kepada ayah kandungnya sendiri. Dengan petunjuk Tang Bun An, mereka lalu bersumpah, seorang demi seorang.

   "Aku bersumpah bahwa aku akan taat dan setia kepada Ang-hong-cu, membantu dia sebagai bengcu. Kalau aku melanggar sumpahku ini, biarlah aku mati di ujung pedang."

   Setelah mereka bersumpah seorang demi seorang, Tang Bun An tertawa, lalu dia mempersilakan mereka bertiga duduk.

   "Sekarang, kalian duduklah dengan tenang. Aku akan mengundang Ang-hong-cu datang ke sini!"

   Tiga orang itu tentu saja merasa tegang sekali dan mereka mengikuti tuan rumah dengan pandang mata mereka. Tang Bun An menghilang ke ruangan lain sebelah dalam dan ada sepuluh menit lamanya tiga orang tamu itu menanti dengan jantung berdebar-debar.

   Seperti apakah gerangan orang yang berjuluk Ang-hong-cu itu? Ji Sun Bi sendiri yang sudah memiliki banyak sekali pengalaman di dunia kang-ouw, yang hampir mengenal seluruh tokoh kang-ouw, harus mengakui bahwa ia sendiripun baru mengenal nama Ang-hong-cu saja, belum pernah melihat orangnya. Seorang jai-hwa-cat (penjahat pemetik bunga) yang amat lihai dan juga licik bukan main, sehingga para pendekarpun tak pernah mampu memegang ekornya, tak seorang pun pernah dapat melihat mukanya. Dan kini, tokoh besar itu akan muncul dan memperkenalkan diri kepada mereka! Akhirnya, muncullah seorang laki-laki dari ruangan sebelah dalam itu. Dia melangkah keluar dengan sikap tenang sekali, dan setiap gerak-geriknya tak pernah terlepas dari pandang mata tiga orang muda itu.

   Dia seorang pria yang usianya lima puluh tahun lebih, tubuhnya sedang dan tegak, agak besar di bagian dada sehingga nampak gagah, wajahnya yang dihias kumis dan jenggot yang terpelihara rapi itu tampan, sepasang matanya mencorong dan berseri-seri, mulutnya terhias senyum mengejek. Pakaiannya rapi, dengan rompi sutera. Pendeknya laki-laki setengah tua ini amat menarik dan sama sekali tidak kelihatan sebagai penjahat yang menakutkan, bahkan sebaliknya, dia pantas menjadi seorang pria terpelajar dan hartawan yang penampilannya pasti akan menarik hati banyak kaum wanita! Kalau Tang Cun Sek memandangnya dengan mata terbelalak dan ragu apakah benar pria ini Ang-hong-cu, ayah kandung yang sejak kecil dirindukannya, sebaliknya Ji Sun Bi dan Sim Ki Liong terkejut bukan main dan mereka sudah bangkit berdiri dari tempat duduk mereka.

   "Aku... aku pernah melihatnya... kita pernah saling bertemu..."

   Kata Sim Ki Liong, lupa-lupa ingat sambil mengamati wajah itu.

   "Tentu saja!"

   Kata Ji Sun Bi.

   "Bukankah engkau ini Han Lojin?"

   "Benar! Han Lojin...!"

   Kini Sim Ki Liong teringatlah dia akan semua peristiwa yang terjadi kurang lebih dua tahun yang lalu. Ketika itu dia membantu Lam-hai Giam-lo yang menghimpun kekuatan untuk melakukan pemberontakan dan muncullah orang ini, yang pada waktu itu mengenakan pakaian orang Hui, memperlihatkan kepandaian untuk membantu gerakan Lam-hai Giam-lo. Orang itu memang lihai sekali dan dia mengaku bernama Han Lojin. Akan tetapi kemudian ternyata dia malah mengkhianati Lam-hai Giam-lo karena dia memihak pemerintah.

   "Han Lojin! Jadi engkau inikah ang-hong-cu...?"

   Tok-sim Mo-li Ji Sun Bi berseru, masih terheran-heran.

   "Tok-sim Mo-li, sungguh matamu tajam dan ingatanmu kuat sekali. Aku memang Han Lojin yang pernah kalian lihat dahulu itu. Dan untuk pertama kali selama hidupku, di depan kalian aku mengaku bahwa akulah Ang-hong-cu!"

   Suara orang itu tenang sekali, agak dalam dengan logat barat dan agak asing seperti cara bicara orang Hui.

   "Tapi". tapi... benarkah engkau ini Ang-hong-cu? Benarkah engkau ini ayah kandungku... ?"

   Tang Cun Sek bertanya, tentu saja penuh keraguan karena bagaimana dia dapat yakin bahwa pria ini benar ayah kandungnya? Han Lojin tersenyum lebar dan matanya terpincing ketika dia tersenyum lebar.

   Si Kumbang Merah Penghisap Kembang Karya Kho Ping Hoo di http://ceritasilat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

   

   "Engkau yang bernama Tang Cun Sek? Engkau masih meragukan bahwa aku Ang-hong-cu? Nah, kau lihat ini!"

   Dan dia mengeluarkan seuntai kalung dari untaian benda-benda perhiasan yang persis seperti sebuah yang dimiliki pemuda itu. Lebih dari tiga puluh buah perhiasan tawon terikat pada tali itu. Melihat ini, lenyaplah keraguan dari hati Cun Sek dan diapun segera menjatuhkan diri berlutut menghadap ayahnya.

   "Ayah...!"

   Katanya sambil memberi hormat. Han Lojin masih tersenyum, walaupun senyumnya mengandung keharuan. Baru sekali ini dia merasakan diberi hormat oleh seorang anak, diakui sebagai ayah! Anak yang pertama kali ditemui adalah Tang Hay dan anak itu malah memusuhinya, dan nyaris membunuhnya!

   "Duduklah, Cun Sek. Dan sekarang, setelah aku menerima kalian bertiga sebagai sekutu dan pembantuku seperti yang telah kalian sumpahkan di depan perwira tadi, aku ingin tahu bagaimana engkau dapat memainkan ilmu-ilmu silat Cin-ling-pai, Cun Sek. Apa hubunganmu dengan Cin-ling-pai?"

   

Pendekar Mata Keranjang Eps 48 Pendekar Mata Keranjang Eps 12 Pendekar Mata Keranjang Eps 5

Cari Blog Ini